analisis pengendalian persediaan bahan baku kayu putih …/analisis... · kayu putih merupakan...

105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH DI KPMKP KRAI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Program Studi Agribisnis Oleh: TRI ASTUTI CAHYANINGRUM H0808151 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: truongnga

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

KAYU PUTIH DI KPMKP KRAI KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh:

TRI ASTUTI CAHYANINGRUM

H0808151

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

KAYU PUTIH DI KPMKP KRAI KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Agribisnis

Oleh:

TRI ASTUTI CAHYANINGRUM

H0808151

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

KAYU PUTIH DI KPMKP KRAI KABUPATEN GROBOGAN

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Tri Astuti Cahyaningrum

H0808151

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal:

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

D. Padmaningrum, SP, M.Si Erlyna Wida Riptanti, SP, MP Prof. Dr.Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19720915 199702 2 001 NIP. 19780708 200312 2 002 NIP. 19570104 198003 2 001

Surakarta,

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Page 4: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skipsi dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Putih

Di Kesatuan Pengolahan Minyak Kayu Putih Krai (KPMKP Krai)”, sebagai salah

satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si, selaku Ketua Jurusan/Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc, selaku Komisi Sarjana Jurusan/ Program

Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Ibu D. Padmaningrum, SP, M.Si, selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing Utama skripsi yang telah memberi bimbingan dan arahan

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP, MP, selaku Pembimbing Pendamping dalam

skripsi ini, yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS, selaku penguji skripsi yang telah

memberi arahan kepada penulis

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas

bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama kegiatan studi di

Fakultas Pertanian Universitas Surakarta.

8. Seluruh karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membantu admnistrsi penulis yang berkenaan dengan studi dan

skrpsi.

Page 5: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

9. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, KBM INK dan KPMKP Krai yang

telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.

10. BPS Kabupaten Grobogan, atas bantuan kepada penulis selama kegiatan

penelitian.

11. Kesbangpolinmas Provinsi Jawa Tengah dan Kesbangpolinmas Kabupaten

Grobogan, atas bantuan kepada penulis selama kegiatan penelitian.

12. Orang tua penulis, yang selalu mendukung membantu dan mendampingi

penulis dalam segala sesuatu serta selalu memberi bimbingan dan semangat

kepada penulis.

13. Kakak-kakak penulis yang telah memberi semangat dan membimbing penulis

dalam hal akademik maunpun non akademik

14. Seluruh teman-teman Jurusan Agribisnis 2008 yang telah bersama-sama

berjuang dalam kegiatan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

15. Teman-teman kos Wisma Riski yang selalu membantu penulis dan

memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas

kebersamaan yang telah terjalin selama ini baik di Wisma Riski maupun di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan skipsi ini. Namun penulis berharap semoga sumbangan pemikiran

ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Surakarta, 2012

Penulis

Page 6: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

RINGKASAN .................................................................................................. x

SUMMARY....................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6

II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 7

A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 7 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10

1. Kayu Putih ........................................................................................ 10 2. Pengertian Dan Peranan Persediaan .................................................. 14 3. Jenis Persediaan ................................................................................ 15 4. Pengendalian Dan Fungsi Pengendalian Persediaan......................... 15 5. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku ...................... 16 6. Biaya-biaya Persediaan Bahan Baku ................................................ 17 7. Reorder Point .................................................................................... 17 8. Safety Stock ....................................................................................... 17 9. Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku ................................. 18

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................. 23 D. Hipotesis ............................................................................................... 26 E. Asumsi-Asumsi ..................................................................................... 26 F. Pembatasan Masalah ............................................................................ 26 G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ...................... 26

III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 39

A. Metode Dasar ....................................................................................... 39 B. Metode Penentuan Obyek Penelitian ................................................... 39 C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 30

1. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 30

Page 7: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

2. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 30 D. Metode Analisis Data ........................................................................... 31

1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku .................................... 31 2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku .......................................... 33 3. Analisis Penjadwalan Penanaman Dan Pemetikan Bahan Baku .... 34

IV. KONDISI UMUM KPMKP KRAI.......................................................... 36

A. Tempat dan Lokasi ................................................................................ 36 B. Sejarah Perusahaan ............................................................................... 36 C. Struktur Organisasi ............................................................................... 37 D. Ketenagakerjaan .................................................................................... 42

1. Tenaga Kerja ................................................................................... 42 2. Pengaturan Jam Kerja ..................................................................... 42 3. Hak dan Kewajiban Karyawan ....................................................... 44 4. Kesejahteraan Karyawan ................................................................ 44

E. Produksi ................................................................................................ 45 1. Penyediaan Bahan ........................................................................... 45 2. Mesin dan Peralatan ........................................................................ 50 3. Proses Produksi ............................................................................... 53 4. Produk Akhir ................................................................................... 58 5. Limbah ............................................................................................ 62

F. Pemasaran ............................................................................................. 63

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 65

A. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku di KPMKP Krai...... 65 1. Pengamanan Bahan Baku di KPMKP Krai .................................... 65 2. Bahan Baku Kayu Putih .................................................................. 66 3. Pemetikan Daun Kayu Putih ........................................................... 70

B. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menurut Metode EPQ ............. 79 1. Keadaan Persediaan Bahan Baku Telah Pasti ................................. 79 2. Keadaan Kekurangan Bahan Baku ................................................. 81

C. Perbandingan Persediaan Bahan Baku Antara Kebijakan KPMKP Krai Dengan Metode EPQ .................................................................... 82

D. Penjadwalan Pemetikan Bahan Baku Kayu Putih Dan Replanting Tanaman Kayu Putih............................................................................. 85

1. Menurut Kebijakan KPMKP Krai.................................................. 85 2. Menurut Metode JIT (Just In Time) ............................................... 89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 92

A. Kesimpulan ........................................................................................... 92 B. Saran ..................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Bahan Baku Daun Kayu Putih,Produksi Minyak Kayu Putih dan Rendemen di KPMKP Krai Tahun 2009-2011 .................. 3

Tabel 2. Rencana, Realisasi Serta Selisih Antara Rencana dan Realisasi Luas Areal Pemetikan Daun Kayu Putih di Kebun Krai Tahun 2009-2011 .............................................................. 71

Tabel 3. Rencana, Realisasi Serta Selisih Antara Rencana dan Realisasi Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih di Kebun Krai Tahun 2009-2011 ...................................................................... 71

Tabel 4. Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Harian dan Produksi Harian Tahun 2009-2011 .......................................................... 74

Tabel 5. Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Tahunan dan Harian Serta Produksi Harian Tahun 2009-2011 .................................. 74

Tabel 6. Biaya Produksi Bulanan dan Harian di KPMKP Krai Tahun 2009-2011 .................................................................................. 75

Tabel 7. Sumber dan Jumlah (Kg) Bahan Baku Daun Kayu Putih Di KPMKP Krai Tahun 2009-2011Tahun 2009-2011 .................. 78

Tabel 8. Penyediaan Bahan Baku Daun Kayu Putih Menurut Metode EPQ Tahun 2009-2011 .............................................................. 79

Tabel 9. Jumlah Minimum Produksi Dan Biaya Yang Dikeluarkan Per Hari Saat Terjadi Kekurangan Bahan Baku di KPMKP Krai Tahun 2009-2011 ...................................................................... 81

Tabel 10. Perbandingan Kuantitas produksi Yang Dikeluarkan Menurut KPMKP Krai Dan Metode EPQ Tahun 2009-2011 .................. 83

Tabel 11. Perbandingan Total Biaya Produks Per Hari Yang Dikeluarkan Menurut KPMKP Krai Dan Metode EPQ Tahun 2009-2011 .................................................................................. 84

Tabel 11. Penjadwalan Penanaman Kayu Putih di KPMKP Krai Tahun 2009-2011 .................................................................................. 88

Page 9: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................... 25

Gambar 2. Struktur Organisasi KPMKP Krai ......................................... 41

Page 10: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1. Rincian Biaya Pengadaan Bahan Baku di KPMKP Krai

Tahun 2009-2011 ...................................................................... 96

Lampiran 2. Rincian Biaya Kebun Krai dan Perawatannya Tahun 2009-2011 ........................................................................................... 96

Lampiran 3. Perhitungan EPQ Tahun 2009-2011 ......................................... 96

Lampiran 4. Hari Hujan Dan Curah Hujan Di Kecamatan Toroh (Areal Kebun Krai) Tahun 2009-2011 ................................................. 104

Lampiran 5. Hari Hujan Dan Curah Hujan Per Bulan Di Kecamatan Toroh (Areal Kebun Krai) Tahun 2009-2011 ...................................... 104

Page 11: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Tri Astuti Cahyanigrum. H0808151. 2012. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Putih Di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan”. Skripsi dengan pembimbing D. Padmaningrum, SP, M.Si dan Erlyna Wida Riptanti, SP, MP. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan memiliki banyak manfaat. KPMKP Krai merupakan perusahaan yang memproduksi minyak kayu putih yang berada di bawah pengawasan Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Non Kayu (KBM INK). Kapasitas produksi maksimal setiap kali produksi adalah 8 ton. Namun, kapasitas produksi di KPMKP Krai selama ini seringkali lebih sedikit dari kapasitas produksi, sehingga diperlukan adanya pengendalian persediaan bahan baku.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis kuantitas persediaan bahan baku yang ekonomis dalam setiap hari produksi; 2) mengetahui tingkat efisiensi biaya persediaan dalam setiap hari produksi: 3) mengetahui tingkat efisiensi penjadwalan penanaman dan pemetikan kayu putih di KPMKP Krai. Metode dasar penelitian ini adalah metode diskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan metode studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu KPMKP Krai, dipilih berdasarkan kenyataan bahwa KPMKP Krai merupakan pabrik minyak kayu putih yang baru berkembang, dengan kayu putih seluas 3.650 ha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan selisih produksi harian antara kebijakan perusahaan dan perhitungan dari metode EPQ (Economic Production Quantity) selama tiga tahun yaitu tahun 2009-2011 (dalam kg) secara berurutan sebesar 906,80 kg; 832,58 kg dan 228,21 kg. Dari hasil ini dapat memberikan penghematan total biaya produksi dalam satu hari tahun 2009-2011 masing-masing sebesar Rp 1.544.900,00; Rp 562.200,00 dan Rp 1.011.100,00.

Dalam segi produksi KPMKP Krai belum mencapai jumlah yang ekonomis. Total biaya dan penjadwalan di perusahaan tersebut juga belum efisien. Sehingga KPMKP Krai masih perlu mengatur kuantitas produksi agar ekonomis dengan menambah kuantitas bahan baku dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan untuk penyediaan bahan baku jangka panjang dan menambah pemasok untuk jangka pendek. Selain itu, diperlukan pengaturan penjadwalan replanting dan pemetikan daun kayu putih dengan memperhatikan curah hujan, umur tanaman dan daun kayu putih.

Page 12: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY

Tri Astuti Cahyanigrum. H0808151. 2012. "Analysis of Raw Material Inventory Control Eucalyptus In KPMKP Krai Grobogan Regency". Thesis with the supervisor D. Padmaningrum, SP, M.Si and Erlyna Wida Riptanti, SP, MP. Faculty of Agriculture, University of Surakarta of March.

Eucalyptus is one of non-timber forest products, when processed to increase the added value and has many benefits. KPMKP Krai is a company that produces eucalyptus oil that is under the supervision of KBM INK. Maximum production capacity of each production is 8 tons. However, the production capacity KPMKP Krai in far less often than production capacity, so it is necessary to control raw material inventory.

The study purposed to: 1) analyze the quantity of economic of raw materials supply on a day production; 2) determine the level of cost efficiency of inventory; 3) determine the level of efficiency scheduling planting and harvesting of eucalyptus in KPMKP Krai. This basic method of this research is analytical descriptive method and its implementated by case study method. KPMKP Krai selected as a research location purposively, because KPMKP Krai is an emerging eucalyptus corporate and has a eucalyptus plantation covering an area 3.650 ha.

These results indicate that the ratio of the difference between corporate policies and EPQ (Economic Production Quantity) methods for three years in 2009-2011 (in kg) in a sequence of 906.80 kg, 832.58 kg and 228.21 kg. So as to provide total savings of a day production costs in 2009-2011 amounted to Rp 1.544.900,00; Rp 562.200,00 and Rp 1.011.100,00.

In terms of production KPMKP Krai has not reached an economical amount. Total costs and scheduling at the company is not efficient. So KPMKP Krai still need to set the quantity to be economical to increase the quantity of raw materials to the effort intensification and extensification of land for long-term supply of raw materials and suppliers for short-term increase. In addition, the necessary scheduling arrangements replanting and harvesting of eucalyptus leaves with respect to rainfall, age of plants and eucalyptus leaves.

Page 13: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah hutan cukup

banyak, baik berupa hutan penghasil kayu maupun hutan penghasil

produk non kayu. Menurut Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan, produk-produk hasil hutan kayu dapat berupa kayu jati, kayu

rimba, kayu bakar dan jenis kayu-kayu lainnya. Produk-produk hutan

non kayu dapat berupa benda-benda hayati (nabati dan hewani) seperti

produk minyak atsiri dan minyak lemak, non hayati (fungsi konservasi

dan jasa, tidak termasuk benda-benda tambang) dan produk-produk

langsung yang diperoleh melalui proses pengolahan (disebut produk

turunan).

Hutan non kayu merupakan bagian dari hasil hutan selain kayu

yang saat ini masih berkedudukan sebagai minoritas. Lingkup hasil

hutan non kayu sendiri sebenarnya sangat luas, yakni meliputi produk

hayati yang diperoleh melalui pemungutan dan pengolahan, misalnya

produk minyak dan produk ekstraktif seperti bahan penyamak, pewarna,

alkaloid serta produk-produk hasil hutan lainnya. Perkembangan hasil

hutan non kayu dari waktu ke waktu juga memiliki prospek yang cukup

baik dan memiliki nilai cukup tinggi, sebagai contoh adalah kayu putih.

Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang

apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan memiliki banyak

manfaat. Minyak kayu putih adalah minyak atsiri hasil destilasi yang

merupakan hasil dari penyulingan daun kayu putih (Melaleuca

leucadendron L). Minyak kayu putih memiliki banyak manfaat, baik

digunakan secara tunggal sebagai obat dan digunakan sebagai campuran

untuk obat, kosmetik, minyak wangi dan penyegar makanan. Potensi

tersebut ditangkap oleh produsen penyulingan minyak kayu putih

Page 14: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai peluang bisnis yang juga bisa menyerap tenaga kerja. Menurut

Ketaren S (1985), penyulingan adalah proses pemisahan komponen

yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih

berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap

minyak atsiri yang tidak larut dalam air.

Menurut Perum Perhutani (2011), pabrik minyak kayu putih

cukup banyak di Indonesia, di Jawa misalnya PMKP Sukun milik KBM

INK II Jatim yang berada di ponorogo, KPMKP Krai Kabupaten

Grobogan, KBM Industri Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan

Banten, LMDH Telawah dan LMDH Rawakuna Perum Perhutani KPH

Banyumas Barat. Pada beberapa tahun terakhir ini, kinerja industri

penyulingan minyak sangatlah beragam, dimana terdapat beberapa

perusahaan peyulingan yang mengalami peningkatan dan penurunan

kinerja. Penurunan kinerja industri minyak kayu putih terlihat dari

adanya perusahaan penyulingan minyak kayu putih yang memiliki

mesin-mesin yang tidak layak pakai, sehingga dapat mempengaruhi

kinerja dan menyebabkan produksi tidak optimal yang menyebabkan

adanya kerugian. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus dapat

menyebabkan pabrik penyulingan minyak kayu putih menghentikan

kegiatan produksinya.

Demikian halnya dengan Kesatuan Pengolahan Minyak Kayu

Putih Krai (KPMKP Krai) Kabupaten Grobogan, yang merupakan

perusahaan di bawah pengawasan Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Non

Kayu (KBM INK). KBM INK sendiri berada dalam naungan Perum

Perhutani Unit 1 Jawa Tengah, yang merupakan perusahaan BUMN.

KPMKP Krai merupakan perusahaan yang sedang berkembang, dimana

pada tahun 2006 KPMKP Krai secara organisasi telah dialihkan dalam

koordinasi KBM INK yang sebelumnya berada dalam naungan KPH

Gundih (KPMKP Krai, 2006). Sebagai perusahaan yang tengah

berkembang, KPMKP Krai dalam menjalankan usahanya didukung oleh

Page 15: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

faktor pendukung seperti adanya lahan kayu putih milik KPMKP Krai

sendiri yang dapat menopang keberlanjutan kegiatan produksinya.

Produksi daun kayu putih di kebun sangat mempengaruhi

kuantitas produksi minyak kayu putih yang dihasilkan, dengan kuantitas

produksi daun kayu putih yang sesuai kapasitas pabrik dan kualitas yang

baik maka kuantitas rminyak kayu putih yang dihasilkan pun dapat

sesuai dengan kapasitas dan kualitas minyak kayu putih pun baik.

Namun, produksi daun kayu putih tidak selalu mencukupi kebutuhan

pabrik dan kualitasnya pun tidak selalu baik. Berdasarkan data dari

KPMKP Krai (2012) terdapat perbedaan produksi daun kayu putih dari

masing-masing tanaman di kebun Krai. Hal ini disebabkan adanya

pemeliharaan yang kurang baik, musim kemarau dan musim penghujan

yang tidak menentu dan adanya kemampuan daun untuk tumbuh yang

berbeda-beda antara pohon yang satu dengan pohon lainnya. Selain itu,

rencana dan realisasi penjadwalan pemetikan daun kayu putih terkadang

tidak sesuai dengan yang ditetapkan. Hal ini dapat menyebabkan

persediaan bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan KPMKP Krai,

sehingga produksi minyak kayu putih pun tidak dapat memenuhi

kapasitas produksi. Berikut adalah data produksi minyak kayu putih di

KPMKP Krai tahun 2009-2011:

Tabel 1. Bahan Baku Daun Kayu Putih, Produksi Minyak Kayu Putih

dan Rendemen di KPMKP Krai Tahun 2009-2011.

Tahun Bahan Baku Daun Kayu Putih (Kg)

Produksi Minyak Kayu Putih (Kg)

Rendemen (%)

2009 7.398.548 56.062 0,76 2010 6.429.842 44.075 0,69 2011 7.506.934 55.450 0,74

Sumber : KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa produksi kayu putih

yang dilakukan oleh KPMKP Krai belum memenuhi kapasitas produksi

Page 16: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

daun kayu putih di KPMKP Krai. Dimana kapasitas produksi daun kayu

putih adalah 9.000-10.000 ton atau setara dengan 73.800-82.000 Kg

minyak kayu putih per tahun. Keadaan tersebut disebabkan tidak

tersedianya bahan baku daun kayu putih yang sesuai dengan kapasitas

produksi. Adanya fluktuasi produksi daun kayu putih yang dihasilkan

disebabkan oleh iklim ekstrim pada tahun-tahun terakhir ini. Sebagai

gambaran, pada musim hujan bahan baku berkurang sehingga produksi

menurun dan pada musim kemarau bahan baku meningkat yang

menyebabkan penumpukan bahan baku. Sebagai perusahaan yang

sedang berkembang, KPMKP Krai memerlukan pengendalian

persediaan bahan baku kayu putih. Hal ini bertujuan untuk menjaga

kontinuitas persediaan bahan baku kayu putih dengan penggunaan biaya

yang minimum.

Pada prinsipnya, kelangsungan proses produksi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, antara lain: modal, teknologi, persediaan bahan baku,

persediaan barang jadi dan tenaga kerja. Persediaan bahan baku sebagai

elemen modal kerja merupakan unsur penting untuk menjalankan

operasi perusahaan dan merupakan aktiva yang selalu berputar

(Anonim, 2010). Adanya persediaan bahan baku secara terus menerus

dapat mengurangi resiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak

dapat memenuhi keinginan pelanggan yang membutuhkan barang-

barang yang tersedia setiap saat, yang berarti resiko pengusaha

mengalami kerugian lebih kecil.

Sistem pengendalian persediaan bahan baku bertujuan untuk

menjamin dan menetapkan tersedianya bahan baku dengan mutu yang

tepat dalam waktu yang tepat. Sistem ini dilakukan dengan mengawasi

tingkat persediaan yang akan dilakukan dengan menentukan jumlah

pemesanan atau pembelian bahan baku, berapa kali pemesanan yang

akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan satu periode produksi dan

kapan pemesanan dilakukan kembali. Menurut Gazali (1973),

Page 17: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengendalian persediaan perlu dilakukan karena jumlah modal kerja

yang ada dalam persediaan tidak kurang dari 25%. Jika pengawasan

persediaan dapat dilakukan dengan baik, maka kerugian dapat dihindari

baik kerugian yang ditimbulkan karena hilangnya bahan baku maupun

kerugian karena terhalangnya produksi akibat dari tidak adanya bahan-

bahan pada waktu yang dibutuhkan.

Penjadwalan masa tanam dan masa pemetikan daun kayu putih

sangatlah diperlukan, agar bahan baku yang dibutuhkan dapat tercukupi

dan kontinuitas bahan baku dapat terjaga agar rutinitas produksi tetap

berjalan secara terus menerus. Pemetikan dipengaruhi oleh umur

tanaman dan daun, kondisi daun dan penanaman. Pemetikan yang tepat

dipengaruhi oleh penjadwalan penanaman yang tepat pula, sehingga

kualitas maupun kuantitas daun kayu putih yang sesuai dengan

kebutuhan dapat terpenuhi. Penjadwalan pemetikan dimaksudkan agar

jumlah daun kayu putih dapat memenuhi kapasitas produksi.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengambil judul Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Putih Di KPMKP Krai

Kabupaten Grobogan. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan

dapat diketahui sistem pengendalian persediaan bahan baku daun kayu

putih yang dilakukan oleh KPMKP Krai sudah efisien atau belum.

B. Perumusan Masalah

KPMKP Krai merupakan perusahaan yang memproduksi minyak

kayu putih dengan menggunakan bahan baku daun dan ranting kayu

putih. Minyak kayu putih merupakan produk hasil penyulingan dari

kayu putih yang merupakan salah satu produk hutan non kayu, dimana

jumlahnya cukup banyak. Produksi minyak kayu putih di KPMKP Krai

dipengaruhi oleh banyaknya jumlah bahan baku daun kayu putih, yang

menjadi permasalahan adalah sering terjadinya kekurangan maupun

Page 18: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kelebihan bahan baku daun kayu putih. Kekurangan bahan baku

biasanya terjadi pada saat musim penghujan, sedangkan pada musim

kemarau biasanya terjadi kelebihan bahan baku.

Oleh karena itu, KPMKP Krai perlu melakukan pengendalian

persediaan bahan baku kayu putih agar tidak terjadi kekurangan ataupun

kelebihan bahan baku. Menurut Murdifin dan Mahfud (2007), hal-hal

yang harus diperhatikan dalam menangani persediaan adalah

memelihara sumber pasokan, memelihara material sejak berada dalam

perusahaan dan pemanfaatan persediaan pada waktu yang tepat. Dari

uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kuantitas persediaan bahan baku dalam setiap hari produksi

di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan sudah ekonomis?

2. Apakah biaya persediaan bahan baku dalam setiap hari produksi di

KPMKP Krai Kabupaten Grobogan sudah efisien?

3. Apakah strategi penjadwalan penanaman (replanting) dan pemetikan

kayu putih di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan sudah efisien?

4.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini, antara lain:

1. Untuk menganalisis kuantitas persediaan bahan baku yang ekonomis

dalam setiap hari produksi di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi biaya persediaan bahan baku

dalam setiap hari produksi di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan

3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi penjadwalan penanaman

(replanting) dan pemetikan kayu putih di KPMKP Krai Kabupaten

Grobogan

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Page 19: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Maret Surakarta, sekaligus bermanfaat untuk menambah

pengetahuan pengalaman peneliti.

2. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil dari penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber dana

dan sumber daya yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan untuk

menentukan besarnya kuantitas produksi yang optimum dengan

biaya yang minimum.

3. Bagi pemerintah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan.

4. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam

penelitian yang sejenis maupun penelitian selanjutnya.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Dewantoro (2010) dalam jurnal Pengaruh Produktivitas

Kebun Terhadap Produksi Minyak di Pabrik Penyilingan Minyak Kayu

Putih Sendangmole Kabupaten Gunungkidul, menunjukkan bahwa:

1. Produksi daun kayu putih di BDH Playen, BDH Paliyan, dan BDH

Karangmojo rata-rata sebesar 1.736,43 ton per tahun selama lima

Page 20: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tahun mulai tahun 2001–2005, dengan produktivitas lahan kayu

putih rata-rata 0,9432 sama dengan produktivitas lahan rata-rata per

tahun sebesar satu, sedangkan produktivitas lahan tertinggi di BDH

Paliyan sebesar 1,8215.

2. Produktivitas lahan kayu putih sebagai bahan baku berpengaruh

terhadap produksi minyak kayu putih di Pabrik Sendangmole,

sedangkan faktor lain yang tidak masuk model seperti tenaga kerja,

bahan bakar, serta mesin pabrik juga berpengaruh terhadap produksi

minyak kayu putih.

3. Rasio realisasi dan target menunjukkan hasil tidak sesuai dengan

standar, yang berarti ada kesalahan dalam manajemen terutama

perencanaan dan pelaksanaan pada pabrik.

Menurut Astana, dkk (2007) dalam jurnal Analisis Distribusi

Margin Tataniaga Minyak Kayu Putih, menunjukkan bahwa:

1. Jika daun kayu putih (DKP) sebagai bahan baku utama penyulingan

minyak kayu putih (MKP) tidak dihargai. Margin tataniaga MKP

pada tingkat PMKP adalah Rp 719 per kg DKP dan pada tingkat

pabrik pengolah dan pengemas kayu putih adalah Rp 3.880 per kg

DKP. Sedangkan jika DKP dihargai sebesar Rp 400 per kg, margin

tataniaga MKP pada tingkat pabrik minyak kayu putih (PMKP)

adalah Rp 319 per kg DKP, dan pada tingkat pabrik pengolah dan

pengemas kayu putih adalah Rp 3.480 per kg DKP.

2. Dengan harga DKP sebesar Rp 500 per kg (DKP) dan harga MKP

sebesar Rp 204.805 per kg (MKP), pabrik pengolah dan pengemas

kayu putih dan PMKP tidak menderita kerugian. Keuntungan PMKP

akan mencapai nol rupiah dan pabrik pengolah dan pengemas kayu

putih tidak menderita kerugian jika harga DKP dinaikkan hingga

sebesar Rp 1.176,36 per kg, yang berarti bahwa bahan baku DKP

tidak beralasan untuk tidak dihargai.

Page 21: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Sistem tataniaga MKP selama ini (dimana DKP tidak dihargai)

adalah tidak efisien, karena margin keuntungan lebih terserap oleh

pabrik pengolah dan pengemas kayu putih, yaitu sebesar Rp

1.545,91 per kg DKP, sedangkan PMKP hanya menerima sebesar Rp

336,65 per kg DKP dan produsen daun kayu putih bahkan menerima

(Rp 164,50 per kg DKP).

4. Dalam jangka panjang, ketidakefisienan sistem tataniaga MKP dapat

merugikan keberlanjutan industri dan perdagangan MKP, karena

produksi DKP sebagai bahan baku utama MKP lambat laun akan

semakin berkurang. Semakin berkurangnya produksi DKP

disebabkan oleh absennya biaya (karena DKP tidak dihargai) yang

diperlukan untuk meningkatkan produksi DKP melalui peremajaan

dan pemeliharaan tanaman kayu putih.

Manfaat pengendalian bahan baku adalah untuk menjamin dan

menetapkan tersedianya bahan baku yang memiliki mutu yang tepat

dalam waktu yang tepat. Sebagai contoh, pada Analisis Efisiensi

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Teh Di PT. Rumpun Sari

Kemuning I, yang ditelliti oleh Winoto (2008) diketahui bahwa:

1. Kuantitas produksi per hari menurut perhitungan dengan metode

EPQ menunjukkan nilai yang lebih besar apabila dibandingkan

dengan perhitungan produksi menurut kebijakan perusahaan.

Kuantitas produksi menurut metode EPQ selama tahun 2004-2007

secara berturut-turut adalah 2.325 kg/hari, 3.033 kg/hari, 2.419

kg/hari dan 2.318 kg/hari. Pada tahun 2004 kuantitas produksi yang

dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dari pada kuantitas produksi

menurut metode EPQ, sehingga terjadi penumpukan bahan baku

sebesar 166 kg/hari. Hal ini dapat dikatakan bahwa pengadaan bahan

baku produksi daun teh sebagai bahan baku teh hijau yang

diproduksi oleh PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar belum

optimal.

Page 22: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Total biaya produksi pembuatan teh hijau per harinya menurut

perhitungan dengan metode EPQ lebih kecil dari pada total biaya

produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Total biaya produksi

menurut perhitungan EPQ selama tahun 2004-2007 secara berturut-

turut adalah Rp 4.013.251,00/hari, Rp 4.688.965,00/hari, Rp

4.697.421,00/hari dan Rp 4.615.640,00/hari. Rata-rata total biaya

yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 4.515.559,00

dan rata-rata total biaya menurut metode EPQ adalah sebesar

4.503.819,00. Hal ini menunjukkan bahwa total biaya yang

dikeluarkan oleh PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar belum

ekonomis. Penyediaan bahan baku pucuk daun teh perlu

memperhatikan beberapa faktor, seperti rotasi petik, waktu

peremajaan, cara pengangkutan serta analisa basah dan kering agar

jumlah produksi pucuk daun teh yang harus diadakan oleh PT.

Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar dapat memenuhi target

secara tepat waktu dan jumlahnya ekonomis.

Penelitian-penelitian di atas digunakan sebagai bahan referensi

karena dalam penelitian tersebut terdapat kesamaan baik komoditas

maupun metode yang digunakan. Penelitian Dewantoro (2010)

menunjukkan bahwa produktivitas lahan kayu putih berpengaruh pada

produksi minyak kayu putih. Berdasarkan dari sumber pemikiran

tersebut, peneliti mencoba menganalisis produksi daun kayu putih di

kebun Krai untuk memenuhi kebutuhan penyediaan bahan baku dalam

proses produksi minyak kayu putih di KPMKP Krai.

Penelitian Astana, dkk (2007) menunjukkan bahwa sistem

tataniaga MKP pada saat DKP tidak dihargai margin keuntungan

terserap oleh pabrik pengolah dan pengemas kayu putih, sehingga

menyebabkan berkurangnya produksi daun kayu putih. Untuk

meningkatkan produksi daun kayu putih, maka harus dilakukan

pemeliharaan dan peremajaan tanaman kayu putih. Berdasarkan

Page 23: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemikiran di atas, penulis menerapkan analisa penjadwalan pemetikan

daun kayu putih dan replanting tanaman kayu putih agar penyediaan

bahan baku dapat dilakukan secara terus menerus pada masa produksi

minyak kayu putih di KPMKP Krai.

Penelitian Winoto (2008) menunjukkan analisis produksi dan

total biaya yang ekonomis menggunakan metode EPQ. Komoditas

dalam penelitian ini adalah teh, dimana teh merupakan komoditas yang

dalam umur tertentu pucuk daun teh dapat dipetik dan selanjutnya

dilakukan rotasi pemetikan pucuk daun teh setiap periode tertentu

secara rutin. Hal ini sama halnya dengan tanaman kayu putih, dimana

pemetikan daun kayu putih dilakukan pada umur tanaman tertentu dan

selanjutnya dilakukan pemetikan daun secara rutin hingga umur 30

tahun. Berdasarkan sember pemikiran di atas, peneliti mencoba

menerapkan metode EPQ untuk mengalisis total biaya dan produksi

minyak kayu putih dalam pengendaliaan persediaan bahan baku kayu

putih di KPMKP Krai dan menganalisis penjadwalan pemetikan daun

kayu putih serta penjadwalan replanting tanaman kayu putih di kebun

Krai.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kayu Putih

Luas hutan kayu putih sekitar 620.000 hektar sebagian besar

(lebih 90%) berupa hutan alam dan sisanya berupa hutan tanaman.

Hutan alam mayoritas terdapat di luar Jawa seperti Maluku, Irian

Jaya, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan,

sedangkan yang berupa hutan tanaman terutama di pulau Jawa (Jawa

Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan DIY) dan Bali. Ada 2 jenis

tanaman kayu putih yaitu jenis Buru dan Timor serta satu varietas

yaitu varietas Ponorogo. Jenis Buru daunnya lebih lebar dan tebal,

jika masih muda warnanya kekuningan. Jenis Timor lebih kecil,

Page 24: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lancip, tipis, jika masih muda (pucuk) daun berwarna hijau muda

kemerahan (Kasmudjo, 2011).

Menurut Kasmudjo (1982), kayu putih merupakan jenis

tanaman semak yang tumbuh baik pada daerah yang mempunyai

musim kemarau agak basah maupun kering. Tanaman ini tumbuh

pada tanah rendah dengan ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan

laut. Klasifikasi kayu putih adalah:

Devisio : Spermatopgyta

Sub Devisio : Angiospermeae

Sub Class : Circhichlamydeae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtaleae

Familia : Myrtaceae

Genus : Melaleuca

Spesies : Melaleuca leucadendron L

Ada dua macam jenis minyak-minyakan yaitu dua dari produk

minyak atsiri dan satu dari produk minyak lemak. Contoh produk

minyak atsiri dipilih minyak kayu putih (dari daun) dan minyak

ylang-ylang (dari bunga), sedang dari produk minyak lemak dipilih

minyak tengkawang (dari biji) saja. Minyak kayu putih adalah jenis

minyak atsiri yang dihasilkan dari pengolahan atau distilasi daun

kayu putih. Minyak kayu putih sebagai distilat merupakan minyak

encer, berwarna jernih dapat digunakan secara tunggal atayu sebagai

campuran pada industri obat-obatan, kosmetika dan makanan

(Keteran, 1986).

Pemungutan kayu putih dapat disertakan ranting-rantingnya

atau tidak. Apabila hanya berupa daun kayu putih pemungutannya

lama dan apabila dilakukan dengan tangan akan menyebabkan

timbulnya luka. Areal yang akan dipungut daun harus diusulkan dulu

Page 25: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan dilakukan pengecekan kondisi lapangannya. Setelah disetujui

kemudian disiapkan sarana dan prasarananya, termasuk tenaga

pungutnya (Kasmudjo, 2007).

Persyaratan tanaman kayu putih yang akan dipungut adalah: a).

telah berumur 4 atau 5 tahun, dipungut sampai daur antara

25-30 tahun;

b). diameter batang tanaman (batang pokok atau batang trubusannya)

antara 1,5-2,5 cm (rantingnya diikutkan dalam pemasakan sebaiknya

dengan diameter maksimal 0,5 cm); c). tinggi pangkasan minimal 75

cm dan maksimal 120 cm; d). jarak waktu antara pangkasan satu

dengan pangkasan berikutnya antara 6-12 bulan, biasanya makin tua

makin lama; e). pemangkasan (daun beserta ranting) harus segera

dikirim ke pabrik setelah dikumpulkan di TPn (Tempat

Pengumpulan) agar tingkat kesegaran daun dan kandungaan

minyaknya optimal (Kasmudjo, 2011).

Menurut Kasmudjo (1982), cara pengolahan minyak kayu

putih ada 2 macam, yaitu cara langsung yang dilakukan dengan

perebusan atau water distillation dan cara tidak langsung yang terdiri

dari dua macam, yaitu cara pengukusan (water and steam distilation)

dan cara penguapan (steam distilation). Tiga cara pengolahan

minyak kayu putih tersebut memiliki perbedaan pada bahan yang

diolah. Proses perebusan biasanya digunakan untuk skala kecil,

sedangkan untuk skala besar biasanya digunakan proses penguapan.

Proses penguapan dapat menggunakan beberapa ketel pemasak

sekaligus yang diuapi secara paralel dengan uap yang diatur oleh

pengendali uap (steam header).

Rendemen minyak kayu putih (MKP) bervariasi antara 0,5-

1,4%. Dengan cara penguapan, rendemen MKP yang dihasilkan di

atas 1,0%. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak

kayu putih, yaitu:

Page 26: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Iklim dan tempat tumbuh, tanaman kayu putih yang ditanam di

daerah dengan tinggi tempat kurang dari 400 m dari permukaan

laut dengan iklim tidak terlalu basah memberikan rendemen

tinggi.

b. Musim, pemungutan kayu putih agar dilakukan pada musim

kemarau (Maret sampai dengan November) agar diperoleh

rendemen tinggi.

c. Jenis tanaman, jenis tanaman buru dengan ciri-ciri daunnya

lebar, tebal, berwarna hijau kekuningan pada pucuknya,

menghasilkan rendemen paling tinggi dibanding jenis lainnya.

d. Derajat kesempurnaan (Dk), sering disebut dengan kerapatan

tajuk, yaitu derajat penutupan areal oleh tajuk tanaman. Tanaman

pada areal dengan Dk 0,7-0,9 memberikan rendemen paling

optimal.

e. Keadaan daun, daun kayu putih pada kondisi makin segar dan

segera diolah memberikan rendemen paling tinggi. Waktu

menunggu proses sebaiknya tidak lebih dari 48 jam agar

rendemennya tetap tinggi.

f. Cara pengolahan, cara pengolahan dengan penguapan

memberikan rendemen minyak kayu putih tertinggi, kemudian

cara pengukusan lebih rendah dan paling sedikit cara perebusan

(Kasmudjo, 2011).

Menurut Kasmudjo (2011), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas minyak kayu putih, antara lain:

a. Jenis tanaman, jenis tanaman timor dengan ciri daunnya

berbentuk lancip (lonjong), tipis, berwarna hijau kemerahan pada

pucuknya menghasilkan minyak kayu putih dengan kualitas

paling tinggi, sedang varietas Ponorogo memberikan kualitas

sedikit di bawahnya.

Page 27: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Cara penyimpanan daun, cara penyimpanan daun karena

menunggu proses pemasakan jangan diletakkan menggunung,

pada ruang yang kering dan cukup peredaran udaranya.

Penyimpanan diharapan tidak melebihi 48 jam karena dapat

menurunkan kualitas minyak kayu putih.

c. Cara pengisian ketel, sebaiknya tidak memadat dan cukup

ruangan antar daun. Dengan diisi sekitar tiga per empat volume

ketel pemasakdan menyertakan ranting sampai 20%, dapat

menghasilkan minyak dengan kualitas yang tetap tinggi.

d. Tahapan pengambilan minyak kayu putih, selama proses

pemasakan berlangsung, minyak kayu putih yang dihasilkan

mempunyai kualitas yang semakin meningkat kemudian

menurun pada tahapan pada tahapan akhir proses pemasakan.

Proses pemasakan antara 30 menit pertama sampai 150 menit

berikutnya mempunyai kualitas minyak kayu putih.

Minyak kayu putih yang baik adalah minyak kayu putih yang

memiliki kualitas SNI. Kualitas minyak kayu putih SNI-2006 yaitu:

a). berwarna putih kekuningan sampai kehijau-hijauan, jernih, bau

segar MKP; b). bobot jenis 0,900-0,930; c). indeks bias (20oC)

adalah 1,450-1,470; d). sudut polarisasi adalah 0o sampai dengan (-

4o); e). kelarutan dalam alkohol 80% adalah 1:1 s/d 1:10 jernih; f).

kadar sineol adalah 50-65% (Kasmudjo, 2011).

2. Pengertian dan Peranan Persediaan

Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan

bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk

proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan

untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap

waktu. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif

dalam operasi perusahaan yang secara kontinyu diperoleh, dirubah,

Page 28: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang kemudian dijual kembali. Pada dasarnya, persediaan berperan

untuk mempermudah atau memperlancar jalannya operasi

perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk

memperoduksi barang serta menyampaikannya pada konsumen.

(Assauri, 1993).

Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima

kategori, yaitu sebagai berikut:

a. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang-barang yang

berwujud seperti baja, kayu, tanah liat, atau bahan-bahan mentah

lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alm, atau dibeli dari

pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk

digunakanperusahaan dalam proses produksinya sendiri.

b. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian

(parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi

sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau

barang setengah jadi.

c. Barang setengah jadi (work in process), yaitu barang-barang

keluaran dari tiap operasi produksi atau perkiraan yang telah

memiliki bentuk lebih kompleks dari pada komponen, namun

masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.

d. Barang jadi (finished good), yaitu barang-barang yang telah

selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.

e. Bahan pembantu (supplier materials), yaitu barang-barang yang

diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang,

namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk

bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lai-lain

(Baroto, 2002).

3. Jenis Persediaan

Dilihat dari fungsinya, persediaan dibedakan atas:

Page 29: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Batch stock atau lot size inventory, yaitu pembelian atau

pembuatan yang dilakukan dalam jumlah besar, sedang

penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Tersedianya

persediaan karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan lebih

banyak dari yang dibutuhkan.

b. Fluctuation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk

menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat

diramalkan. Apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat

besar, maka persediaan ini dibutuhkan sangat besar pula untuk

menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

c. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk

menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,

berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun

(Assauri, 1993).

4. Pengendalian dan Fungsi Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah teknik mempertahankan

persediaan barang pada tingkat yang diinginkan dengan penentuan

sebelumnya. Pengendalian persediaan dilakukan dengan manajemen

persediaan, manajemen persediaan sendiri dikaitkan dengan

penentuan kebijakan yang bertujuan untuk pengendaliaan sistem

persediaan (Atmaji, 1990).

Menurut Rangkuti (2002), fungsi-fungsi persediaan antara lain:

a. Fungsi decoupling, yaitu persediaan yang memungkinkan

perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa

tergantung pada supplier.

b. Fungsi economic lot sizing, persediaan lot size ini perlu

mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan

pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah

dan sebagainya.

Page 30: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Fungsi antisipasi, yaitu apabila perusahaan menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diperkirakan berdasar pengalaman atau

data masa lalu, yaitu permintaan musiman

Pengendalian persediaan menetapkan suatu persediaan dalam

jumlah tertentu sebagai tindakan pengendalian dalam kondisi nyata.

Fungsi pengendalian adalah untuk menentukan jenis dan jumlah

barang-barang yang harus dibeli untuk persediaan, sehingga dapat

meminimalkan kekurangan ataupun kelebihan persediaan.

Pengendalian persediaan ditujukan untuk dapat berhasil mencapai

tujuan perusahaan yaitu kelancaran operasi dan kelangsungan hidup

perusahaan serta dapat berkembangnya perusahaan (Assauri, 1980).

5. Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku

Menurut Ahyari (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi

persediaan bahan baku, antara lain:

a. Perkiraan pemakaian, yaitu sebelum kegiatan pembelian bahan

baku dilaksanakan, maka manajemen harus dapat membuat

perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di dalam proses

produksi pada suatu periode.

b. Harga, harga dari pada bahan baku yang akan dibeli menjadi

salah satu faktor penentu pula dalam kebijakan persediaan bahan

baku

c. Biaya-biaya persediaan, yaitu biaya ini selayanya diperhitungkan

dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku.

d. Kebijakan pembelanjaan, yaitu seberapa besar persediaan bahan

bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan akan

tergantung pada kebijakan pembelanjaan dari dalam perusahaan

tersebut

e. Pemakaian senyatanya, yaitu pemakaian bahan baku senyatanya

dari periode yang lalu merupakan salah satu faktor yang perlu

diperhatikan.

Page 31: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. Waktu tunggu, yaitu tenggang waktu yang diperlukan (yang

terjadi) antara saat pemesanaan bahan baku dengan datangnya

bahan baku itu sendiri.

6. Biaya-biaya Persediaan Bahan Baku

Pengambilan keputusan mengenai penentuan besarnya jumlah

persediaan harus mempertimbangkan biaya-biaya variabel sebagai

berikut:

a. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), yaitu

terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan

kuantitas persediaan.

b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau

procurement costs), adalah biaya di luar bahan dan potongan

kualitas.

c. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost, biaya yang

timbul ketika terdapat bahan-bahan yang tidak dibeli, tetapi

diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan

menghadapi biaya penyiapan (set-up cost) untuk memproduksi

komponen tertentu (Rangkuti, 2002).

d. Biaya kebiasaan atau kekurangan bahan (shortage cost) adalah

biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya

permintaan bahan (Rangkuti, 2002).

7. Reorder Point

Reorder point (ROP) model terjadi apabila jumlah persediaan

yang terdapat di dalam stok berkurang terus sehingga kita harus

menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang

harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan

persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa

tenggang, dapat juga ditambahkan safety stock yang mengacu pada

probabilitas atau kemungknan terjadinya kekurangan stok selama

Page 32: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masa tenggang. Reorder point atau biasa disebut dengan batas atau

titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang

diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu

tambahan atau ekstra stock (Rangkuti, 2002).

8. Safety Stock

Persediaan pengaman (safety stock) merupakan suatu

persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan

proses produksi perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman

ini diharapkan proses produksi tidak terganggu oleh adanya

ketidakpastian bahan. Persediaan pengamaan ini akan merupakan

sejumlah unit tertentu, dimana jumlah unit ini akan tetap ditahankan,

walaupun bahan bakunya dapat berganti dengan bahan yang baru

(Ahyari, 1993).

Menurut Ahyari (1993), dalam menentukan besarnya

persediaan pengaman perlu digunakan analisa statistik. Dengan

melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang

sudah terjadi antara perkiraan bahan baku dengan pemakaian

sesungguhnya dapat diketahui besarnya standart dari penyimpangan

tersebut. Manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut ditolelir.

9. Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku

a. Metode ABC

Klasifikasi ABC merupakan klasifikasi dari suatu kelompok

material dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan

dari material itu per periode waktu (harga per unit material

dikalikan dengan volume penggunaan dari material itu selama

periode tertentu). Periode waktu yang umum adalah satu tahun.

Analisis ABC dapat juga diterapkan menggunakan kriteria lain

tergantung pada faktor-faktor penting apa yang menentukkan

material tersebut (Gaspersz, 2005).

Page 33: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Gasprsz (2005), pada dasarnya terdapat sejumlah

faktor yang menentukan kepentingan suatu material, yaitu:

1) Nilai total uang dari material

2) Biaya per unit dari material

3) Kelangkaan atau kesulitan memperoleh material

4) Ketesediaan sumber daya tenaga kerja dan fasilitas yang

dibutuhkan untuk membuat material tersebut.

5) Panjang dan variasi waktu tunggu (lead time) dari material,

sejak pemesanan material itu pertama kali sampai

kedatangannya

6) Ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan material tersebut

7) Resiko penyerobotan atau pencurian material tersebut

8) Biaya kehabisan stok atau persediaan dari material tersebut.

9) Kepekaan material terhadap perubahan desain.

Berbagai macam jenis barang yang ada dalam persediaan

tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama.

Sehingga untuk mengetahui jenis-jenis barang mana saja yang

perlu mendapat prioritas, kita dapat menggunakan metode ABC.

Analisis ABC ini dapat mengklasifikasikan seluruh jenis barang

berdasarkan tingkat kepentingannya. Adapun cara menentukan

metode ABC adalah:

1) Tentukan standart atau kriteria untuk mengukur

pengelompokan semua jenis barang

2) Urutkan semua jenis barang tersebut dalam persediaan

berdasarkan ukuran standar (Rangkuti, 2002).

b. Metode Just In Time

Just in time (JIT) atau yang sering disebut dengan sistem

produksi tepat waktu adalah cara produksi yang menentukan

jumlahnya hanya berdasakan atas jumlah barang yang benar-

benar akan dijual atau diperlukan, diproduksi pada setiap bagian

Page 34: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara tepat waktu sesuai dengan kebutuhan, demikian juga

pembelian dan pemesanan masukan produksinya. Pada dasarnya

dalam sistem ini kita hanya membuat yang dibutuhkan saat ini

saja, tidak ada sisa maupun persediaan barang jadi. Persediaan

bahan baku juga tidak ada, perusahaan hanya memesan atau

membeli barang sesuai dengan kebutuhan sekarang saja

(Subagyo, 2000).

Menurut Herjanto (1999), penerapan dari sistem JIT dalam

bidang persediaan akan memberikan manfaat utama sebagai

berikut:

1) Berkurangnya tingkat persediaan

Dengan tingginya biaya penyimpanan, pengurangan tingkat

persediaan dapat menjadi faktor penting dalam program

pengurangan biaya. Pengurangan ini berarti berkurangnya

modal yang tertanam dalam persediaan, kebutuhan tempat

penyimpanan dan kemungkinan kerusakan dari barang yang

disimpan sebagai persediaan.

2) Meningkatnya pengendalian mutu

Dengan rendahnya tingkat persediaan, barang yang dipasok

harus benar-benar memenuhi kualitas dan kuantitas sesuai

dengan yang dipersyaratkan. Apabila tidak, akan

mengganggu sistem produksi misalnya efisiensi yang tidak

optimal atau terhambatnya proses produksi. JIT mendorong

pemasok untuk lebih memiliki kesadaran terhadap mutu,

yang berarti pemasok harus mensuplai barang yang mutunya

semakin hari semakin baik dan melaksanakan pengiriman

(delivery) barang secara lebih disiplin.

c. Metode Economical Order Quantity (EOQ)

Menurut Purnomo (2003), masalah utama persediaan bahan

baku adalah menentukan beberapa jumlah pemesanan yang

Page 35: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ekonomis (Economical Order Quantity). Untuk menentukan

jumlah pemesanan yang ekonomis, perusahaan hendaknya dapat

meminimalisasi biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya

penyimpanan (holding costs). Sekitar tahun 1915, F. Harris

mengembangkan sebuah formula yang dikenal sebagai formula

Wilson. Formula ini kemudian dikembangkan menjadi formula

untuk modal persediaan.

Awal mula adanya model Economic Order Quantity (EOQ)

didasarkan pada asumsi berikut ini:

1) Tingkat permintaan adalah konstan, berulang-ulang dan

diketahui

2) Tenggang waktu pesanan, sejak pesanan disampaikan sampai

pengiriman pesanan selalu merupakan jumlah yang tetap

3) Dengan permintaan dan senggang waktu yang tetap, maka

dapat ditentukan kapan waktu untuk memesan bahan dan

menghindari kekurangan stok

4) Bahan dipesan atau diproduksi dalam suatu partai dan

seluruh partai ditempatkan ke dalam persediaan dalam suatu

waktu.

5) Biaya satuan unit adalah konstan dan tidak ada potongan

yang diberikan untuk pembelian yang banyak

6) Satuan barang merupakan produk tunggal, tidak ada interaksi

dengan produk lain

Economical Order Quantity (EOQ) adalah jumlah

pemesanan yang paling ekonomis, yaitu jumlah pembelian

barang, misal bahan baku atau bahan pembantu yang dapat

meminimumkan jumlah biaya pemeliharaan barang di gudang

dan biaya pemesanan tiap tahun. Model EOQ ini sangat mudah

dan sederhana, namun berlakunya memerlukan asumsi-asumsi

sebagai berikut:

Page 36: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Jumlah kebutuhan barang selama setahun dapat diperkirakan

dan kebutuhan barang sepanjang tahun relatif stabil.

2) Hanya ada dua macam biaya yang relevan, yaitu biaya

pemesanan dan biaya pemeliharaan barang

3) Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan besarnya

selalu sama, tidak terpengaruh oleh jumlah yang dipesan

4) Biaya pemeliharaan barang setiap unit setiap tahun selalu

sama. Dengan kata lain biaya pemeliharaan barang ini

bersifat variabel, tergantung pada jumlah barang yag

disimpan dan lama waktu penyimpanan.

5) Usia barang relatif lama, tidak cepat aus, busuk atau rusak

6) Harga setiap unit barang selalu sama (stabil)

Analisa EOQ untuk mengetahui apakah kuantitas

pembelian bahan baku yang dilakukan perusahaan sudah

ekonomis (setiap kali pesan). Kuantitas pembelian bahan baku

yang ekonomis dicapai pada saat biaya pemesanan tahunan sama

dengan biaya penyimpanan tahunan.

1) Biaya pemesanan tahunan = (Jumlah pemesanan yang dilakukan

per tahun) x (biaya pemesanan setiap kali pesan).

pesan kali pesan tiap Biaya x pesan kali pJumlah tia

tahunanPermintaan=

S x QD

=

2) Biaya penyimpanan tahunan = (tingkat persediaan rata-rata) x

(biaya penyimpanan per unit per tahun).

per tahununit per n penyimpana Biaya x 2

pemesananJumlah =

H x 2Q

=

Page 37: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Jumlah pesanan bahan baku optimal ditemukan pada saat biaya

pemesanan tahunan sama dengan biaya penyimpanan tahunan,

yakni:

S x QD

= H x 2Q

=

4) Untuk mendapatkan Q*, dilakukan perkalian silang dan dipisahkan

Q di sebelah kiri tanda sama dengan.

2DS = Q2H

Q2H

2DS=

Q* H

2DS=

Keterangan:

Q = Jumlah setiap pemesanan (kg)

Q* = Jumlah optimal per pemesanan (EOQ) (kg)

D = Permintaan tahunan (kg)

S = Biaya pemesanan setiap kali pesan (Rp)

H = Biaya penyimpanan per kg (Rp)

Persamaan di atas dapat digunakan secara langsung untuk

memecahkan masalah persediaan yang optimal di perusahaan.

d. Metode Economic Production Quantity (EPQ)

Menurut Render dan Heizer (2001), Model ini dapat

diterapkan ketika persediaan secara terus menerus atau terbentuk

sepanjang suatu periode waktu. Cara menentukan pemesanan

yang ekonomis (Q*) dalam EPQ yaitu:

Q*

÷øö

çèæ

=

PD

- 1 H

2DS

Dimana:

Q* = Jumlah optimal per pemesanan (EOQ) (kg)

D = Jumlah pemesanan bulanan (Kg)

Page 38: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

S = Biaya pemesanan per tahun (Rp)

H = Biaya penyimpanan per unit, ditunjukkan sebagai suatu

prosentase jadi ideal (Rp)

P = Tingkat produksi bulanan (Kg)

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Dalam pengendalian persediaan bahan baku hal yang harus

dipahami adalah bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor yang

dapat memperlancar proses produksi. Kegiatan ini tidak hanya terbatas

pada tingkat dan komposisi persediaan, tapi termasuk juga pengaturan

tentang pelaksanaan bahan baku yang diperlukan, sesuai dengan yang

dibutuhkan dengan biaya yang minimum.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel data pembelian

dan pemakaian bahan baku selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2009-

2011. Selama 3 tahun itu diamati kebijakan yang diterapkan oleh

perusahaan dalam pengadaan dan pemeliharaan bahan baku. Kebijakan

tersebut meliputi kuantitas pemesanan, frekuensi pemesanan, biaya

pemesanan dan safety stock. Pola pembelian perusahaan akan

mempengaruhi besarnya persediaan pengaman pada saat pemakaian

bahan baku kayu putih diwaktu tunggu.

Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan biaya persediaan yang

berkenaan dengan kebijakan persediaan bahan baku yang dijalankan,

kemudian dilakukan analisis terhadap data pembelian dan pemakaian

bahan baku selama 3 tahun tersebut dengan analisis EPQ. Analisis ABC

merupakan analisis dimana di suatu perusahaan terdapat berbagai

macam jenis barang dalam persediaan yang tingkat prioritas. Metode

ABC digunakan untuk mengetahui jenis barang mana yang perlu

mendapat prioritas berdasarkan tingkat kepentingannya. Metode ABC

tidak cocok digunakan untuk KPMKP Krai.

Page 39: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Demikian juga, metode EOQ lebih cocok digunakan pada

perusahaan yang bahan bakunya didapatkan dengan membeli bahan

baku, dimana bahan baku tersebut belum pasti ketersediaannya. Metode

EPQ digunakan untuk menganalisis persediaan di KPMKP Krai karena

EPQ ini diterapkan untuk perusahaan yang membutuhkan persediaan

secara terus menerus atau terbentuk sepanjang suatu periode waktu dan

ketersediaan bahan baku sudah pasti ada. EPQ ini merupakan

pengembangan dari metode EOQ yang memiliki konsep dasar yang

sama, yaitu untuk meminimumkan biaya penyimpanan dengan

menaikkan produktivitas yang akan menghasilkan kuantitas dan

frekuensi pemesanan ekonomis berarti penghematan biaya persediaan.

Hasil dari analisis EPQ ini kemudian dapat dibandingkan dengan

kebijakan persediaan bahan baku yang selama ini telah diterapkan dalam

perusahaan. Dari hasil perbandingan ini dapat diketahui apakah

pengendalian persediaan bahan baku perusahaan yang diterapkan selama

ini sudah optimal dan efisien atau belum. Perusahaan dikatakan efisien

apabila total biaya persediaan kayu putih yang diperoleh dari analisis

EPQ lebih besar dari pada total biaya persediaan kayu putih yang

berdasarkan kebijakan pengendalian yang selama ini dilakukan

perusahaan.

Setelah itu dilakukan penjadwalan masa tanam dan masa petik agar

intensitas produksi selalu terjaga dan dapat dilakukan perbaikan

terhadap kinerja KPMKP dengan menerapkan metode just in time,

karena metode JIT ini merupakan sistem yang membuat produk yang

dibutuhkan saat ini saja, tidak ada sisa maupun persediaan barang jadi.

Persediaan bahan baku juga tidak ada, perusahaan hanya memesan atau

membeli barang sesuai dengan kebutuhan sekarang saja. Selain itu,

dilakukan pengamatan terhadap data curah hujan pada wilayah hutan

kayu putih agar benar-benar mengetahui bagaimana kondisi iklim yang

cocok untuk bertanam kayu putih. Hal tersebut dilakukan, mengingat

Page 40: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kayu putih ditanam pada saat musim penghujan dan setiap kali musim

penghujan dilakukan penanaman kayu putih bergilir untuk

menggantikan kayu putih yang sudah tidak produktif atau telah berumur

30 tahun.

Sesuai dengan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka

teori pendekatan masalah sebagai beruikut:

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Perencanaan dan pengendalian produksi

Pengendalian persediaan bahan baku

Metode EPQ

Kebijakan Perusahaan

Analisis pemesanan bahan baku untuk proses produksi

menurut kebijakan perusahaan

Analisis pemesanan bahan baku yang optimal (EPQ)

untuk proses produksi

Total biaya yang dikeluarkan menurut kebijakan perusahaan

Total biaya persediaan yang dikeluarkan pada kuantitas pemesanan yang ekonomis

Dibandingkan sehingga diperoleh selisih efisiensi pemesanan bahan

baku serta total biaya yang optimal

Melakukan pengaturan penjadwalan yang baik dengan

metode just in time

Perbaikan kinerja perusahaan

Page 41: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Hipotesis

1. Diduga kuantitas persediaan bahan baku dalam setiap kali produksi

di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan belum ekonomis

2. Diduga biaya persediaan bahan baku dalam setiap kali produksi di

KPMKP Krai Kabupaten Grobogan belum efisien.

3. Diduga penjadwalan penanaman (replanting) dan pemetikan kayu

putih di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan belum efisien

E. Asumsi

1. Bahan baku selalu tersedia secara terus menerus dengan perhitungan

selama musim produksi antara bulan Maret hingga Desember

2. Kuantitas produksi dan biaya produksi diperhitungkan per hari dan

dalam satu bulan terdapat 30 hari

3. Varietas kayu putih dianggap sama

F. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian merupakan studi kasus pada KPMKP Krai Kabupaten

Grobogan dan memusatkan diri pada pengendalian persediaan bahan

baku kayu putih

2. Data yang digunakan terbatas selama tiga tahun terakhir yaitu tahun

2009-2011.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Persediaan bahan baku kayu putih adalah bahan baku kayu putih

yang disediakan, dimana persediaan bahan baku kayu putih terdapat

dalam KPMKP Krai untuk proses produksi.

2. Pengendalian persediaan bahan baku kayu putih adalah upaya

perusahaan untuk menjamin kelancaran proses produksi yang

meliputi pembelian, penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku

daun kayu putih, mengatur pengeluaran bahan baku daun kayu putih

Page 42: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

saat bahan baku tersebut dibutuhkan dan mempertahankan

persediaan bahan baku daun kayu putih dalam jumlah yang optimal.

3. Kebijakan pengendalian bahan baku kayu putih oleh perusahaan

adalah kebijakan penyediaan bahan baku kayu putih yang selama ini

telah dilaksanakan oleh KPMKP Krai yang meliputi pengendaliaan

jumlah produksi kayu putih dan total biaya.

4. Persediaan pengaman kayu putih adalah suatu persediaan kayu putih

yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses

produksi minyak kayu puith di KPMKP Krai. Dengan adanya

persediaan pengaman ini diharapkan proses produksi tidak terganggu

oleh adanya ketidakpastian bahan.

5. Reorder point adalah titik jumlah pemesanan kembali bahan baku

kayu putih oleh KPMKP Krai sesuai dengan permintaan yang

diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang produksi minyak

kayu putih.

6. EPQ (Economic Production Quantity) merupakan metode untuk

menganalisis persediaan bahan baku untuk digunakan pada

perusahaan yang terus menerus melakukan produksi secara

berkelanjutan (kontinyu).

7. Just in time adalah metode yang membuat produk yang dibutuhkan

saat ini saja, tidak ada sisa maupun persediaan barang jadi, tidak ada

persediaan bahan baku, perusahaan hanya memesan atau membeli

barang sesuai dengan kebutuhan sekarang saja.

8. Biaya persediaan kayu putih adalah biaya yang timbul dan

berhubungan dengan pengadaan bahan baku kayu putih seperti biaya

angkut dan biaya pemungutan minyak kayu putih yang diukur dalam

satuan rupiah.

9. Biaya kekurangan bahan baku kayu putih adalah biaya yang

dikeluarkan jika terjadi kekurangan bahan baku kayu putih dalam

proses produksi di KPMKP Krai.

Page 43: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10. Total biaya persediaan kayu putih adalah total biaya pengadaan

bahan baku kayu putih untuk proses produksi minyak kayu putih di

KPMKP Krai.

11. Penjadwalan bahan baku kayu putih di KPMKP Krai adalah suatu

cara untuk mengatur bahan baku kayu putih dari pertanaman,

pemetikan hingga produksi minyak kayu putih agar kinerja KPMKP

Krai dapat berjalan dengan lancar.

12. Masa tanam kayu putih di KPMKP Krai adalah waktu dimana

tanaman kayu putih harus segera ditanam agar dapat dipanen pada

waktunya.

13. Masa pemetikan kayu putih di KPMKP Krai adalah waktu dimana

kayu putih telah siap diolah di KPMKP Krai. Kayu putih yang

dipetik adalah tanaman yang telah berumur empat tahun dan

dilakukan pemetikan kembali setiap sembilan bulan berikutnya.

14. Masa produksi minyak kayu putih di KPMKP Krai adalah waktu

dimana KPMKP Krai telah siap melakukan pengolahan bahan baku

kayu putih karena bahan telah tersedia. Masa produksi dilakukan 10

bulan dalam satu tahun yaitu bulan maret hingga bulan desember.

15. Rendemen kayu putih adalah kadar kandungan minyak dalam daun

kayu putih atau perbandingan volume minyak kayu putih yang

dihasilkan dengan volume daun kayu putih yang digunakan yang

diukur dengan satuan persen. Apabila dikatakan rendemen kayu putih

10 %, artinya adalah dari 100 kg kayu putih yang diproduksi di KPMKP

Krai akan diperoleh minyak kayu putih sebanyak 10 kg.

16. Efisiensi adalah pengertian yang menggambarkan adanya

perbandingan pengawasan persediaan bahan baku kayu putih

menurut kebijakan perusahaan dengan metode EPQ. Jika total biaya

persediaan dari analisis EPQ lebih dari kebijakan perusahaan berarti

pengawasan perusahaan sudah efisien.

Page 44: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

diskriptif analisis. Metode diskriptif analisis adalah memusatkan diri

pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masa

yang aktual. Data yang ada dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian

dianalisis (Surakhmad, 1994).

Teknik pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik studi kasus. Studi kasus adalah memusatkan perhatian pada suatu

kasus secara intensif dan mendetail, yang umumnya menghasilkan

gambaran yang longitudinal yaitu pengumpulan dan analisis data kasus

dalam satu jangka waktu (Surakhmad, 1994).

B. Metode Penentuan Obyek Penelitian

Pengambilan daerah penelitian dilakukan dengan cara sengaja

(purposive), yaitu pemilihan lokasi melalui pillihan-pilihan berdasarkan

kesesuaian karakteristik yang dimiliki lokasi penelitian dengan kriteria

tertentu yang ditetapkan atau dikehendaki oleh peneliti sesuai dengan

tujuan penelitiannya (Mardikanto, 2001). Obyek penelitian yang

ditentukan adalah Kesatuan Pengolahan Minyak Kayu Putih Krai

(KPMKP Krai) yang terletak di Kabupaten Grobogan dengan

Page 45: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pertimbangan bahwa KPMKP Krai merupakan perusahaan minyak kayu

putih yang baru berkembang, dimana KPMKP Krai yang secara

organisasi berada dalam naungan KPH Gundih dialihkan dalam

koordinasi Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Non Kayu Perum Perhutani

Unit I Jawa Tengah pada tahun 2006. Sebagai perusahaan yang sedang

berkembang, KPMKP Krai memerlukan perencanaan dan pengendalian

bahan baku karena kapasitas produksi di KPMKP Krai belum sesuai

dengan kapasitas produksi yang ditetapkan selama ini.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer, adalah data yang langsung dan segera diperoleh

dari sumber data oleh peneliti (Surakhmad, 1994). Sumber data

primer yang diperoleh adalah hasil wawancara dengan asisten

manager, mandor tanam, mandor petik, karyawan perusahaan

dan pihak lain yang terkait dalam penelitian ini. Data primer

yang diperoleh adalah hasil wawancara mengenai penyediaan

bahan baku daun kayu putih, kualitas bahan baku, proses

produksi minyak kayu putih dan kebijkan mengenai

pengendalian bahan baku.

b. Data Sekunder, adalah data yang telah terlebih dahulu

dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti sendiri

(Surakhmad, 1994). Data sekunder yang diperoleh dari referensi

buku, jurnal dan makalah serta data pendukung penelitian baik

yang diperoleh dari luar KPMKP Krai yaitu BPS Kabupaten

Grobogan yang berupa data curah hujan tahun 2009-2011.

Sedangkan data yang diperoleh dari KPMKP Krai adalah data

penyediaan dan produksi bahan baku kayu putih, total biaya

Page 46: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penyediaan bahan baku, penjadwalan penanaman (replanting)

dan penjadwalan pemetikan daun kayu putih.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengajukan pertanyaan mengenai rencana dan realisasi

pemetikan bahan baku daun kayu, biaya pengadaan bahan baku

bulanan dan harian serta proses produksi minyak kayu putih.

Wawancara dilakuputihkan kepada pihak-pihak yang

bersangkutan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan,

seperti asisten manager, mandor tanam, mandor petik, karyawan

perusahaan dan pihak lain yang terkait dalam penelitian ini.

b. Pengamatan (observasi)

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengamati secara langsung terhadap obyek penelitian yang

diamati, kemudian mencatat informasi-informasi yang diperoleh

selama pengamatan.

c. Pencatatan

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mencatat data-data dan informasi yang telah diperoleh dari

sumber yang bersangkutan dan sumber-sumber lain yang relevan

dengan penelitian ini, seperti hasil wawancara, dokumen-

dokumen yang terdapat dari dalam maupun dari luar KPMKP

Krai.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku

Page 47: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EPQ

(Economic Production Quantity)

Metode EPQ (Economic Production Quantity) merupakan

pengembangan dari metode EOQ (Economic Order Quantity)

yang sering disebut dengan istilah EOQ Production Run. Metode

EPQ ini sesuai untuk digunakan pada perusahaan yang terus

menerus melakukan produksi secara berkelanjutan (kontinyu).

Analisis dalam mencari kuantitas produksi yang ekonomis

(Q*) untuk setiap kali pemesanan, antara lain:

1) Untuk keadaan persediaan yang telah pasti

a) Perhitungan produksi yang ekonomis (Q*) per bulan

Q*

÷øö

çèæ

=

PD

- 1 H

2DS

b) Perhitungan produksi yang ekonomis harian (Q*harian)

Q* harian 30

*Q=

2) Untuk keadaan kekurangan bahan baku

a) Perhitungan produksi yang ekonomis (q*) per bulan

q*b

H)(bH

2DS +=

b) Perhitungan produksi yang ekonomis harian (q*harian)

q* harian30

*q=

Keterangan:

Q* = Kuantitas produksi kayu putih yang ekonomis per

bulan (Kg)

q* = Jumlah maksimal kekurangan setiap siklus per hari

(Kg)

Page 48: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D = Tingkat produksi bahan baku kayu putih (Kg)

S = Biaya produksi bahan baku kayu putih (Rp)

H = Biaya analisis bahan baku kayu putih (Rp)

P = Kuantitas pemetikan bahan baku kayu putih (Ton)

b = Biaya saat kekurangan persediaan kayu putih (Rp)

30 = Jumlah hari (diasumsikan satu bulan adalah 30 hari).

b. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan

Perusahaan

Pengendalian kuantitas bahan baku menurut kebijakan

perusahaan dapat meliputi pengendalian jumlah frekuensi

produksi bahan baku dan pemesanan bahan baku yang dilakukan

berdasarkan kebijakan perusahaan dapat diketahui dari adanya

informasi-informasi yang diperoleh langsung dari perusahaan

yang bersangkutan, yaitu KPMKP Krai.

c. Analisis Selisih Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode

EPQ dan Kebijakan Perusahaan

Analisis ini merupakan analisis yang menggambarkan

perbedaan besarnya selisih pemesanan yang optimal (EPQ)

dengan pemesanan yang dilakukan dengan menggunakan

kebijakan perusahaan yang telah berjalan selama ini sehingga

dapat dibandingkan kuantitas persediaan bahan baku kayu putih.

Kuantitas produksi dikatakan efisien apabila kuantitas yang

digunakan dalam produksi di KPMKP Krai lebih besar dari pada

kuantitas produksi yang dianalisis menggunakan metode EPQ.

2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku

a. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode

EPQ (Economic Production Quantity)

1) Untuk keadaan persediaan yang telah pasti

a) Total biaya pengadaan bahan baku yang dikeluarkan pada

kuantitas produksi ekonomis dalam satu bulan adalah:

Page 49: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TC ÷øö

çèæ=

PD

-12DSH

b) Total biaya pengadaan bahan baku yang dikeluarkan pada

kuantitas produksi ekonomis dalam satu hari adalah:

TC harian30

PD

-12DSH ÷øö

çèæ

=

2) Untuk keadaan kekurangan bahan baku

a) Total biaya pengadaan bahan baku yang dikeluarkan pada

kuantitas produksi ekonomis dalam satu bulan adalah:

Hbb

DSH2TC*+

=

b) Total biaya pengadaan bahan baku yang dikeluarkan pada

kuantitas produksi ekonomis dalam satu hari adalah:

=harian *TC30

Hbb

DSH2+

Keterangan:

TC = Total biaya produksi yang ekonomis per bulan (Rp)

TC*= Total biaya produksi pada saat keadaan kekurangan

bahan baku (Rp)

D = Tingkat produksi bahan baku kayu putih (Kg)

S = Biaya produksi bahan baku kayu putih (Rp)

H = Biaya analisis bahan baku kayu putih (Rp)

P = Kuantitas pemetikan bahan baku kayu putih (Ton)

b = Biaya saat kekurangan persediaan kayu putih (Rp)

30 = Jumlah hari (diasumsikan satu bulan adalah 30 hari).

b. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Menurut Kebijakan

Perusahaan

Page 50: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Biaya persediaan yang dikeluarkan menurut kebijakan

perusahaan dapat berupa biaya persediaan bahan baku yang

diselenggarakan berdasarkan kebijakan perusahaan yang dapat

diketahui dari adanya informasi-informasi yang diperoleh

langsung dari perusahaan yang bersangkutan, yaitu KPMKP

Krai.

c. Analisis Selisih Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan

Metode EPQ dan Kebijakan Perusahaan

Biaya total dikatakan efisien apabila analisis EPQ lebih

kecil dari biaya total perusahaan. Untuk mengetahui hal tersebut,

dilakukan analisis perbandingan biaya persediaan bahan baku

yang optimal (EPQ) dengan biaya persediaan bahan baku yang

diselenggarakan berdasarkan kebijakan perusahaan yang telah

berjalan selama ini.

3. Analisis Penjadwalan Penanaman (Replanting) dan Pemetikan

Bahan Baku Kayu Putih

a. Analisis Penjadwalan Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

Penjadwalan penanaman (replanting) dan pemetikan

dilakukan berdasarkan pada kebijakan perusahaan, yang

dilakukan dengan cara melihat iklim dan tempat tumbuh, musim,

umur tanaman dan keadaan daun kayu putih pada kebun Krai,

yaitu Jurug, Karang Ploso dan Ngroto. Analisis ini dilakukan

dengan mengumpulkan informasi-informasi yang diperoleh

langsung dari perusahaan yang bersangkutan, yaitu KPMKP

Krai.

b. Analisis Penjadwalan Berdasarkan Metode JIT (Just In Time)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran kinerja

perusahaan yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga dapat

diketahui permasalahan, hal-hal yang sedang terjadi serta

kemungkinan selama masa penanaman (replating), masa

Page 51: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemetikan sampai masa produksi. Setelah itu, dilakukan

pendekatan dengan memberikan masukan guna memperbaiki

kinerja perusahaan dengan melakukan pengaturan secara tepat

dalam melakukan penjadwalan dari masa penanaman (replating),

masa pemetikan sampai masa produksi agar intensitas bahan

baku selama masa produksi dapat merata dan tepat waktu.

Page 52: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV. KONDISI UMUM KPMKP KRAI

A. Tempat dan Lokasi

KPMKP Krai terletak 17 Km sebelah selatan Kota Purwodadi dan

8 Km sebelah utara Kecamatan Gundih, dengan ketinggian tempat ± 120

m dpl. Lokasi pabrik ini berbatasan dengan sungai di sebelah utara, di

sebelah timur berbatasan dengan tanah persawahan milik penduduk,

kemudian di sebelah barat dan sebelah selatan berbatasan dengan jalan

desa. Lokasi Pabrik Minyak Kayu Putih Krai terletak di Dukuh Krai,

Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan.

Lokasi KPMKP Krai cukup menguntungkan, karena letaknya yang

strategis di tengah-tengah hutan kayu putih. Selain itu ada pertimbangan

lain yaitu mengenai sumber mata air yang menentukan jalannya

produksi, maka atas dasar itu dilakukan pertukaran tanah perusahaan

dengan tanah milik petani seluas 3,65 ha dan hutan seluas 4,02 ha.

PMKP Krai menempati areal tanah seluas kurang lebih 3,65 Ha,

termasuk rumah dinas bagi karyawan pabrik dan mess bagi orang yang

melakukan kerja praktek di perusahaan pengolahan minyak kayu putih

PMKP Krai dan luas bangunan pabriknya adalah 637 m2.

B. Sejarah Perusahaan

Latar belakang berdirinya KPMKP Krai berawal dari terjadinya

penebangan liar yang sulit dikendalikan pada tahun 1948–1964 di

wilayah KPH Gundih. Hamparan tanah kosong semakin meluas

walaupun di sisi lain reboisasi tetap dilakukan. Hal ini terjadi akibat dari

penebangan hutan yang sangat membabi buta, sehingga tanah menjadi

gersang dan semakin meluas. Pada saat hutan telah gundul muncul

gagasan untuk menghijaukan kembali tanah-tanah kosong tersebut

dengan jenis tanaman pionir yang mempunyai kemampuan tumbuh

dalam waktu singkat dapat menutup tanah. Jenis tanaman pionir yang

Page 53: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dipilih adalah jenis tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron L.).

Selain itu, dengan penanaman kayu putih di hutan tersebut juga dapat

menambah adanya lapangan pekerjaan bagi penduduk di sekitar hutan.

Percobaan tanaman kayu putih dilaksanakan pada tahun 1964

dengan areal seluas 25,2 Ha di KPH Gundih. Selanjutnya pada tahun

1966, ditanam kayu putih di lahan seluas 58, 40 Ha di yang tersebar di

beberapa tempat dengan bibit yang didatangkan dari Ponorogo, Jawa

Timur. Setiap tahun, tanaman kayu putih pun terus bertambah, hingga

sekarang luas areal tanaman kayu putih mencapai 3.650 Ha yang

tersebar di wilayah kebun Krai.

Setelah masa petik, dilakukan percobaan untuk penyulingan daun

dan ranting minyak kayu putih dengan menggunakan pipa-pipa plastik

dan drum-drum sebagai pendingin. Setelah luas areal tanaman kayu

putih cukup memadai, pada tahun 1969 dibangun dan didirikan pabrik

minyak kayu putih Krai dan diresmikan pada tanggal 3 November 1970

oleh Kepala Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yaitu Bapak R.

Koesnandar Hamidjoyo. Pada tahun 1987, PMKP Krai melakukan

renovasi dan pada tahun 1996-1997 PMKP Krai melakukan penggantian

ketel pemasak dan kondensor secara bertahap dan hal ini menjadi

agenda kegiatan rutin.

Pada Januari 2006 Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

mengeluarkan kebijakan mengenai perubahan oraganisasi. Dimana

PMKP Krai yang secara organisasi berada dalam naungan KPH Gundih

dialihkan dalam koordinasi Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Non Kayu.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah syarat utama yang harus ada dalam

sebuah pabrik atau perusahaan. Karena struktur organisasi tersebut

berguna untuk menggambarkan pembagian tugas masing-masing sesuai

dengan bidangnya. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas maka

setiap karyawan mengetahui hak dan kewajiban masing-masing yang

Page 54: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

harus dilaksanakan, sehingga memudahkan dalam bekerja, dan

karyawan satu dengan yang lain dapat saling menghormati serta

menghargai sesuai kedudukannya di dalam pabrik.

Struktur organisasi di KPMKP Krai dipimpin oleh seorang Asisten

Manager (Asman). Asman tidak mempunyai wewenang penuh terhadap

perusahaan karena KPMKP Krai masih berada di bawah naungan KBM

INK, KBM INK sendiri berada di bawah naungan Perum Perhutani Unit

I Jawa Tengah, sehingga Asman disini hanya bertanggung jawab

terhadap perkembangan pabrik atau perusahaan kepada administratur

yang berada di perhutani pusat.

Adapun tugas, kewajiban dan wewenang masing-masing karyawan

sebagai berikut :

1. Asisten manager, bertugas menyusun rencana kerja dan memimpin

operasional pabrik serta melaksanakan pengawasan dan

pengendalian berdasarkan program kerja yang ditetapkan,

bertanggung jawab atas kelancaran produksi dan pencapaian target

produksi dan mengambil keputusan dalam semua hal yang berkaitan

dengan pengendalian sistem manajemen baik operasional maupun

non operasional di pabrik.

2. Kepala urusan tata usaha, bertugas menangani masalah non proses

pengolahan minyak kayu putih dalam perusahaan.

3. Kepala urusan proses, bertugas mengontrol dan mengawasi serta

bertangung jawab dalam proses produksi. Kepala urusan proses

mengkoordinasi beberapa mandor dan operator dalam menjalankan

tugas.

4. Kepala urusan kebun, bertugas menangani dan mengatur kebun

minyak kayu putih, seperti penanaman, perawatan dan pemetikan.

5. Mandor petik, bertugas mengatur pemetikan dan tenaga petik serta

mengawasi kinerja tenaga petik.

Page 55: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Mandor tanam, bertugas menangani dan mengatur jadwal

penanaman serta mengawasi kinerja tenaga tanam.

7. Operator boiler, bertugas dan bertanggung jawab dalam operasional

boiler.

8. Operator masak, bertugas mengkoordinasi tenaga borong masak dan

mencatat jumlah daun kayu putih yang dipakai masing-masing ketel

daun.

9. Mandor briket, bertugas mengawasi pegawai yang bekerja membuat

briket untuk bahan bakar boiler.

10. Mandor timbang (penerima daun kayu putih), bertugas mencatat

daun kayu putih yang diterima dari mandor petik dan menimbangnya

sebelum dimasak.

11. Operator demineralizer, bertugas dan bertanggung jawab dalam

proses demineralisasi air sebelum digunakan dalam proses produksi.

12. Satpam (keamanan), bertanggung jawab dalam menjaga keamanan

perusahaan, membuat laporan tentang situasi keamanan perusahaan

dan membuat arsip serta mengkoordinasi buku tamu apabila ada

tamu ataupun karyawan yang keluar masuk area perusahaan.

13. Tata usaha, bertugas mencatat dan mengurus administrasi

perusahaan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan

oleh Asman.

14. Mandor persediaan bahan baku tambahan, bertugas mengontrol

persediaan bahan baku penolong operasional pabrik seperti solar

yang digunakan sebagai bahan bakar genzet, NaOH dan NaCL yang

digunakan dalam proses demineralizer air.

15. Mandor minyak kayu putih, bertugas mencatat hasil minyak kayu

putih yang dihasilakan dari proses produksi selama satu shift.

16. Mandor instalasi air, bertugas mengotrol persediaan air untuk proses

penyulingan dan memantau kinerja operator demineralisasi air.

Page 56: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17. Operator komputer, bertugas dalam melakukan penyimpanan data-

data atau arsip perusahaan yang meliputi data penjualan, data

persediaan bahan baku dan data-data penting lainnya dalam

komputer.

18. Operator genzet, bertugas dan bertanggung jawab mengoperasikan

diesel dan melakukan pengecekan terhadap kondisi diesel untuk

pengadaan listrik selama proses produksi dan penerangan pabrik

dimalam hari.

19. Mandor persemaian, bertugas menangani dan mengawasi

persemaian tanaman minyak kayu putih yang ditanam atau yang

telah dipetik .

20. Mandor angkut, bertugas untuk menangani dan mengawasi

pengangkutan daun dan ranting kayu putih dari kebun sampai ke

pabrik.

21. Mandor pemeliharaan, bertugas untuk menangani dan bertanggung

jawab pada pemeliharaan tanaman kayu putih di areal lahan kayu

putih.

22. Tenaga timbang, bertugas menimbang daun kayu putih yang baru

datang sebelum dimasak.

23. Tenaga masak, bertugas mengambil daun kayu putih dari gudang

persediaan bahan baku ke ruang masak, kemudian memasukkan

daun kayu putih ke dalam ketel daun dan membongkar avfal.

24. Tenaga petik, bertugas memetik daun kayu putih dari pohon di hutan

atau perkebunan dan memasukan kedalam karung kemudian dibawa

kepinggir jalan hutan untuk diangkut ke pabrik mengunakan truk.

Berdasarkan uraian di atas, berikut adalah bagan struktur

organisasi KPMKP Krai:

Page 57: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Asisten Manager

Kaur Kebun Jurug

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Struktur Organisasi KPMKP Krai

Gambar 2. Struktur Organisasi KPMKP Krai

Kaur Kebun Karang Ploso

Mandor Petik

Mandor Petik

Mandor Petik

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Kaur Kebun Ngroto

Mandor Petik

Mandor Petik

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Mandor Tanam

Kaur TU

Satpam

Tata Usaha

Tata Usaha

SP Persediaan

SP Persediaan

Sopir

Sopir

Op. Komputer

Op Boiler

Op Boiler

Op Boiler

Kaur Proses

SHIFT I

Op Boiler

Op Boiler

Op Boiler

Op Masak Op Masak

Op Boiler

Op Boiler

Op Boiler

Op Masak

SHIFT II SHIFT III

Mdr. PHMB

Mdr Angkut

Mdr Persediaan

Mdr Pemeliharaan

Page 58: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

D. Ketenagakerjaan

1. Status Tenaga Kerja

Status tenaga kerja di KPMKP Krai dibagi dalam 2, yaitu:

a. Pegawai tetap (karyawan)

1) Asman (Asisten Manager)

2) Kaur (Kepala Urusan Pabrik)

3) Tata Usaha

4) Operator Komputer

5) Mandor

6) Satpam

b. Pegawai tidak tetap (pegawai borongan)

1) Tenaga masak, terdapat 45 orang, dibagi 3 kelompok kerja yaitu 15

orang per kelompok.

2) Tenaga timbang daun kayu putih 26 orang, dibagi 6 kelompok

kerja yaitu 4 kelompok terdiri dari 4 orang pekerja dan 2 kelompok

terdiri dari 5 orang pekerja. Setiap kelompok kerja bertugas untuk

setiap satu kelompok petik.

3) Tenaga pembuat briket 90 orang

4) Tenaga petik 360 orang dibagi 6 kelompok kerja, yaitu 60 orang

per kelompok. Satu hari 1 kelompok kerja mampu memetik 2 rit

daun kayu putih dimana setiap rit menghasilkan 2,5 ton – 3,5 ton

daun kayu putih segar, setiap rit mencakup 1 ha, jadi dalam satu

hari per kelompok mampu memetik daun kayu putih sebanyak 5

ton - 7 ton dan area mencakup 2 ha per hari.

2. Pengaturan Jam Kerja

KPMKP Krai melakukan produksinya selama 24 jam sehari dan

tujuh hari dalam satu minggu. Proses produksi minyak kayu putih

dilakukan 4 shift dalam satu hari, namun apabila jumlah daun kayu putih

sedikit maka per harinya dibagi menjadi 3 shift produksi. Waktu yang

diperlukan untuk pemasakan daun kayu putih dalam 1 shift adalah 6 jam

hingga 8 jam. Dalam proses pemasakan yang dilakukan adalah

Page 59: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

memasukkan daun kayu putih kedalam ketel daun, proses destilasi dan

pembongkaran daun kayu putih yang telah didestilasi.

Pembagian jam kerja untuk karyawan tetap adalah 6 jam per hari,

yaitu mulai dari jam 08.00 sampai 14.00 WIB, tetapi untuk satpam

bertugas bergiliran yaitu 20.00–08.00 WIB dan 08.00–20.00 WIB.

Pergantian jam kerja ini berlaku selama 1 minggu, jadi dalam 1 minggu

satpam yang bertugas malam hari berganti pada siang hari dan satpam

yang bertugas siang hari berganti tugas pada malam hari.

Jam kerja tenaga borongan berbeda-beda menurut jenis

pekerjaannya, yaitu:

a. Tenaga petik bekerja pada pukul 04.00 - 11.00 WIB.

b. Tenaga timbang bekerja pada saat bahan baku dating yaitu sebelum

dilakukan proses produksi.

c. Tenaga masak bekerja menurut masing–masing shift. Apabila bahan

baku yang tersedia hanya sedikit maka produksi dilakukan 3 shift

dalam sehari, yaitu pukul 06.00–14.00 WIB, 14.00–21.00 WIB dan

shift ketiga adalah pukul 21.00–06.00 WIB. Sedangkan apabila bahan

baku yang tersedia cukup banyak maka produksi dilakukan 4 shift,

masing-masing produksi dilakukan pada pukul 06.00–12.00 WIB,

12.00–18.00 WIB, 18.00–24.00 WIB dan 24.00–06.00 WIB.

d. Jam kerja pembuat briket adalah jam 08.00–16.00 WIB

e. Pembagian jam kerja bagi pegawai tidak tetap atau borongan bagian

pemasakan daun kayu putih menurut shift pemasakan daun kayu putih.

3. Hak dan Kewajiban Karyawan

Hak–hak yang diterima oleh karyawan antara lain :

a. Hak yang utama adalah gaji.

b. Uang makan, yang diberikan setiap hari sebesar Rp.5000,- per orang.

c. Uang lembur, yang diberikan untuk pegawai tetap sebesar Rp.4000,-

, sedangkan untuk tenaga borong sebesar Rp.7000,- per orang.

Page 60: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

d. Uang gizi diberikan kepada semua karyawan baik karyawan tetap

maupun tenaga borong sebesar Rp.4000,- setiap hari jumat.

e. Fasilitas–fasilitas umum yang ada di pabrik seperti kamar mandi,

tempat ibadah dan lain–lain.

f. Hak libur hari raya.

g. Hak cuti.

Kestabilitasan kerja harus dijaga, selain karyawan mendapatkan

hak–hak mereka, mereka juga harus memenuhi kewajibannya :

a. Menyelesaikan pekerjaan sesuai bidang masing–masing.

b. Ikut membantu terciptanya suasana kerja yang nyaman dan kondusif.

c. Menjaga lingkungan pabrik agar tetap terjaga keamanan, kenyamanan,

dan kebersihan pabrik.

4. Kesejahteraan Karyawan

Lokasi pabrik minyak kayu putih KPMKP Krai terletak di daerah

yang sangat terpencil dan jauh dari perkotaan. Oleh sebab itu, perusahaan

berusaha sebaik mungkin untuk memberikan kesejahteraan yang baik bagi

karyawan. Dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan

bagi karyawan, antara lain:

a. Perumahan karyawan (rumah dinas yang letaknya tidak jauh dari

lokasi pabrik)

b. Sawah yang dapat digunakan sebagai penghasilan tambahan yang

letaknya hanya disekitar pabrik.

c. Tempat ibadah yang dibangun di dalam lokasi pabrik sebagai sarana

ibadah.

d. THR (Tunjangan Hari Raya).

e. Wisata bersama yang diikuti seluruh pekerja/ karyawan pabrik.

f. Sarana olah raga.

g. Jaminan kesehatan.

h. Listrik dan air gratis.

E. Produksi

Page 61: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

1. Penyediaan Bahan

a. Bahan utama

Bahan dasar dalam penyulingan minyak kayu putih adalah daun

dan ranting pohon kayu putih yang sudah dipotong-potong. Minyak

kayu putih tergolong minyak atsiri, kandungan dalam minyak kayu

putih adalah cineol, yang dapat digunakan sebagai obat.

Sumber bahan dasar yang digunakan di KPMKP Krai berasal

dari kebun Krai sendiri dan KPH lain (KPH Gundih, Telawah dan

Surakarta). Kapasitas bahan dasar di KPMKP Krai adalah 9.000.000

sampai 10.000.000 kg daun kayu putih segar per tahun. Untuk sekali

masak ada delapan ketel yang masing-masing ketel mempunyai

kapasitas 1 ton.

Kriteria bahan dasar yang digunakan dalam proses penyulingan

minyak kayu putih adalah ranting dan daun yang sudah berumur 4

tahun, dengan rentang waktu pemangkasan 9 bulan, bebas dari bunga,

rumput dan kotoran lain yang mengganggu serta masih dalam keadaan

segar. Ranting kayu putih juga disertakan dalam proses penyulingan,

ranting tersebut harus memiliki panjang antara 10-30 cm dari ujung

daun dan besar diameter ranting ≤ 0,3 cm.

Sebelum melakukan proses penyulingan minyak kayu putih,

dilakukan penimbangan terlebih dahulu oleh tenaga timbang dengan

tujuan untuk mengetahui jumlah bahan baku yang tersedia sehingga

dapat diperkirakan berapa kali pemasakan per harinya dan untuk

mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemetikan bahan

baku. Apabila bahan baku melebihi kapasitas masak, maka dilakukan

penyimpanan. Namun, penyimpanan tidak boleh lebih dari dua hari

karena dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasikan.

Hal-hal yang diperhatikan oleh KPMKP Krai untuk mendapatkan

persediaan bahan baku yang tepat, antara lain:

1) Waktu pemetikan

Page 62: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Waktu pemetikan daun kayu putih di KPMKP Krai dilakukan

pada pagi hari, karena sinar matahari belum terlalu panas sehingga

tidak mengakibatkan peningkatan suhu pada karung yang dapat

menurunkan kadar minyak daun kayu putih.

2) Jadwal pemetikan

Pemetikan daun kayu putih dilakukan berdasarkan jadwal

yang telah dibuat. Hal ini dilakukan untuk menentukan lokasi

pemetikan daun kayu putih di lapangan dan umur daun kayu putih

yang tepat. Umur daun minimal adalah 7 bulan untuk siap dipetik

atau dipanen, KPMKP Krai menetapkan umur petiknya adalah 7-9

bulan.

3) Cara pemetikan

Hubungan antara hasil minyak dengan umur daun, dalam

Kasmudjo (1982) disebutkan bahwa rentang waktu pemetikan daun

yang ideal dengan kandungan minyak tinggi yaitu antara 7 sampai

9 bulan. Dahulu KPMKP Krai melakukan pemetikan dengan cara

diplurut (diambil daunnya saja). Tetapi setelah tahun 1995

pemetikan kayu putih dilakukan dengan cara merampasi dengan

sabit (daun serta ranting).

Hal ini dilakukan, karena metode pemanenan dengan cara

diplurut membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan

dengan yang dirampasi dengan sabit. Disamping itu dengan cara

diplurut pemasakan daun kayu putih tidak bisa optimal karena

keadaan daun di dalam ketel daun terlalu rapat sehingga uap air

tidak mampu menembus tiap-tiap lapisan daun kayu putih sehingga

mengakibatkan sebagian daun yang dimasak tidak matang atau

tidak terkena uap panas yang mengakibatkan rendemen menjadi

rendah.

Page 63: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Sistem pemanenan dengan cara dirampasi dengan sabit lebih

menguntungkan, disamping hanya membutuhkan waktu yang

relatif lebih singkat dari pada sistem plurut, sistem ini juga

menguntungkan pada saat pemasakan karena batang-batang yang

ada dapat membuat adanya rongga untuk uap panas sehingga

pemasakan daun kayu putih dapat dilakukan dengan sempurna.

4) Sortasi

Sortasi dilakukan agar daun kayu putih terhindar dari

berbagai macam rumput, bunga, dan ranting yang terlalu besar

serta benda-benda asing yang dapat merugikan atau mengganggu.

Sortasi daun kayu putih di KPMKP Krai dilakukan dengan cara

menumpuk daun yang telah dipangkas, kemudian memisahkan

daun kayu putih dengan benda asing (bunga, ranting yang terlalu

besar, dan rumput-rumput) yang dilakukan dengan cara mengambil

sedikit demi sedikit benda yang tidak diinginkan tersebut. Daun

yang telah disortasi dimasukkan ke dalam karung kemudian

diangkut ke KPMKP Krai.

5) Cara penyimpanan

Penyimpanan bahan baku daun kayu putih di KPMKP Krai

dilakukan dengan memasukkan daun kayu putih tersebut kedalam

karung kemudian di simpan di gudang. Tujuan penyimpanan ini

adalah untuk memudahkan dalam mengambil bahan baku dari

gudang penyimpanan bahan baku. Disisi lain, cara ini mempunyai

beberapa kelemahan yaitu terjadinya proses penguapan karena

meningkatnya suhu dalam karung (70o-75oC). Hal ini

mengakibatkan rendemen menjadi berkurang, untuk mengatasi hal

ini, KPMKP Krai tidak menimbun bahan baku terlalu lama atau

lebih dari dua haridan karung diletakkan dalam keadaan berdiri

b. Bahan pembantu

1) Air

Page 64: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Air digunakan untuk pembuatan uap panas yang digunakan

untuk penyulingan, dengan cara ikut menguapkan minyak kayu

putih yang terdapat pada ranting dan daun sehingga dihasilkan

minyak kayu putih. Air yang digunakan oleh KPMKP Krai

mempunyai kriteria yang harus dipenuhi, misalnya, air harus

bersih, terhindar dari kotoran dan tidak mengandung kapur. Air

yang digunakan pabrik minyak kayu putih KPMKP Krai berasal

dari waduk dekat pabrik, yaitu waduk Tapan. Waduk ini yang

mensuplai semua kebutuhan air di KPMKP Krai. Namun, di

Kabupaten Grobogan yang memiliki struktur tanah berkapur dapat

menyebabkan air di sekitar pabrik ini mengandung kapur. Untuk

mengatasi masalah ini, perusahaan terlebih dahulu mengolah air

yang akan digunakan untuk produksi di water deminetralizer.

Proses netralisasi ini hanya untuk mengurangi tingkat kesadahan

air bukan untuk menetralkan air.

2) Briket

Fungsi briket adalah bahan bakar utama yang digunakan

untuk memanaskan boiler. Briket berasal dari limbah padat

pengolahan minyak kayu putih (avfal), yaitu dari ranting dan daun

kayu putih setelah mengalami proses pengolahan yang sudah

dikeringkan dan dibentuk atau dicetak. Briket yang digunakan oleh

KPMKP Krai adalah ampas daun dari pemasakan daun yang telah

dikeringkan, briket yang digunakan harus mudah atau cepat

terbakar. Persediaan briket ini disimpan di dalam tempat

penampungan, sehingga briket selalu siap digunakan untuk proses

produksi.

3) Pasir, batu koral dan kertas saring (kertas merang)

Pasir, batu koral dan kertas saring memiliki fungsi yang sama

yaitu sebagai penjernih minyak kayu putih atau penyaring minyak

kayu putih. Ketiga bahan penyaring ini berfungsi untuk menjaga

kebersihan filter dan minyak yang dihasilkan. Ketiga bahan yang

Page 65: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

digunakan untuk proses penyaringan ini tidak mempunyai

spesifikasi tertentu.

Penyaringan dilakukan dengan meletakkan atau memasukkan

pasir dan batu koral ke dalam alat penyaring (dehydrator). Alat

peyaring dibersihkan setiap dua hari sekali, dilakukan dengan cara

mengganti kertas saring. Tujuannya untuk menghindari terjadinya

penumpukan kotoran pada alat saring dan dapat menghambat

proses penyaringan karena pori-pori kertas merang tertutup

kotoran. Hal tersebut dapat mempengaruhi kadar kualitas minyak

menjadi rendah.

2. Mesin dan Peralatan

Mesin-mesin, peralatan proses dan unit utilitas yang digunakan

untuk proses produksi di KPMKP Krai, antara lain:

a. Spesifikasi dan prinsip kerja alat

1) Ketel daun

Fungsinya adalah untuk tempat pemasakan daun kayu putih

segar, jumlahnya 8 unit dengan bahan stainless steel kapasitas 1

ton. Tinggi ketel daun adalah 2,48 m dan berdiameter 1,68 m,

dengan tekanan uap 1,15 atm s/d 1,2 atm dan suhu 250oC-270oC.

Didalam ketel daun terdapat keranjang daun dan pipa uap.

Keranjang daun berjumlah sebanyak 3 buah dengan tinggi 0,72 m

dan berdiameter 1,55 m, sedanngkan pipa uap berukuran panjang

1,80 m dan berdiameter 0,07 m.

Prinsip kerja ketel daun adalah daun kayu putih diletakkan di

dalam keranjang ketel sampai padat dan rata lalu ditutup rapat-

rapat dan dialiri dengan uap panas dari pipa penyebar uap yang

berada di tengah–tengah keranjang. Bagian penutup ketel daun

dilengkapi dengan pembuka dan penutup dengan pompa hidrolik,

serta pengunci saat ketel tertutup. Pada prinsipnya kerja ketel daun

adalah media menguapkan kandungan minyak dalam bahan dengan

Page 66: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

cara menguapinya melalui pipa berlubang-lubang yang berada

dalam ketel daun dengan uap panas.

2) Condensor

Prinsip kerja condensor adalah uap minyak dan uap air yang

diperoleh dari hasil penyulingan diturunkan suhunya atau

didinginkan didalam condensor sehingga uap air dan uap minyak

berubah dari fase uap menjadi cair. Fungsi dari condensor adalah

untuk mendinginkan uap minyak kayu putih dan air. Di KPMKP

Krai terdapat 8 unit condensor dengan kapasitas 20 liter/detik.

Condensor memiliki dua pipa, yaitu pipa luar (air pendingin) yang

terbuat dari besi dengan diameter 2 inchi dan pipa dalam

(condensat) yang terbuat dari stainless steel dengan diameter ¾

inchi. Masing-masing pipa tersebut memiliki panjang 36 m dengan

suhu ± 60o C.

3) Separator

Fungsi separator adalah sebagai pemisah minyak kayu putih

dan air. Separator yang dimiliki KPMKP Krai sebanyak 8 unit

dengan kapasitas 200 liter dengan suhu 38oC-50oC dan tekanan 1

atm. Prinsip kerja separator adalah memisahkan minyak kayu

putih dari air berdasarkan perbedaan berat jenis yang dimiliki oleh

air dan minyak. Minyak yang memiliki berat jenis yang lebih kecil

akan berada diatas permukaan dan air berada dibawahnya,

sehingga proses pemisahan mudah dilakukan.

4) Dehydrator

Fungsi dehydrator adalah untuk menyaring minyak kayu

putih dari kotoran–kotoran dan air yang mungkin masih terikut

dengan minyak. Jumlah dehydrator yang dimiliki KPMKP Krai

adalah 2 unit. Komponen di dalam dehydrator adalah bagian atas,

yaitu kain yang berisi pasir halus, bagian tengah, yaitu kertas

saring (kertas merang) dan bagian bawah, yaitu batu koral. Prinsip

Page 67: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kerja dehydrator adalah minyak masuk ke dalam dehidrator

melalui bagian bawah dehydrator lalu naik ke atas dan disaring

dengan filter–filter yang berada di dalam dehydrator.

5) Tangki penampungan minyak kayu putih

Jumlah tangki penampung yang dimiliki KPMKP Krai

sebanyak 2 unit, dengan kapasitas 1000 liter. Tangki ini digunakan

sebagai tempat penyimpanan minyak kayu putih sebelum dijual.

b. Mesin dan peralatan (Unit utilitas)

1) Ketel uap (Boiler)

Jumlah boiler yang dimiliki KPMKP Krai sebanyak 8 unit,

dengan merk meco dan wegner. Pada dasarnya kedua boiler

mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu pertukaran panas dari

pembakaran briket dengan air yang akhirnya air mengalami

kenaikan suhu dan mendidih. Air yang mendidih kemudian

menghasilkan uap panas. Fungsinya adalah sebagai tempat

pembuatan uap. Kedua boiler ini tersusun dari pipa api dan pipa air

dengan bahan baja. Boiler dengan merk meco memiliki kapasitas

5000 liter dan merk wegner memiliki kapasitas 3000 liter, tekanan

uap boiler dengan merk meco adalah 5 kg/cm3 dan wegner 8

kg/cm3, suhu meco 250oC dan wegner 280oC

2) Generator

Fungsi dari generator adalah sebagai penyedia sumber listrik.

KPMKP Krai memiliki generator sebanyak 3 unit, generator I

berkapasitas 212,5 kVA dengan tegangan 220-380 V dan generator

II & III berkapasitas 150 kVA dengan tegangan 220-280 V.

3) Cooling tower

Air yang keluar dari condensor pada umumnya mengalami

kenaikan suhu karena terjadi pertukaran panas. Agar dapat

digunakan air dari condensor harus didinginkan terlebih dahulu

dengan cooling tower. Fungsi cooling tower adalah sebagai

Page 68: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pendingin air untuk proses penyulingan. Prinsip kerja cooling

tower adalah pengeluaran panas dari suatu bahan untuk

menurunkan suhunya dengan jalan pengangkatan udara panas oleh

putaran baling-baling atau menggunakan hembusan udara. KPMKP

Krai memiliki cooling tower sebanyak 2 unit yang berbahan fiber

dengan kapasitas 20 liter/ detik dan daya15,3 Hp.

3. Proses Produksi

a. Persiapan ketel daun

Prinsip kerja proses persiapan ketel daun adalah menyiapkan

ketel daun agar terhindar dari gangguan serta kotoran dari sisa

pemasakan sebelumnya. Sebelum proses penyulingan minyak kayu

putih, ketel daun dibersihkan terlebih dahulu dengan mengambil avfal

(daun kayu putih sisa penyulingan). Pembongkaran dan pemasangan

keranjang mengunakan hoist crane (katrol listrik). Jumlah katrol listrik

yang dimiliki KPMKP krai adalah 2 unit, masing-masing unit katrol

listrik digunakan untuk 4 unit katel daun.

b. Pengisian ketel daun

Setelah ketel daun siap, kemudian daun dan ranting kayu putih

dimasukkan ke dalam ketel daun, pengisian daun kayu putih di dalam

ketel daun harus rata. Kepadatan dan banyaknya daun kayu putih yang

diisikan ke dalam ketel harus diperhatikan, agar penyulingan daun

kayu putih dapat terlaksana dengan sempurna.

Tiap ketel daun disi dengan daun dan ranting kayu putih

sebanyak 1000 Kg yang terbagi menjadi 3 keranjang besi dan pipa

penyebar uap. Fungsi dari keranjang tersebut adalah sebagai tampat

daun kayu putih yang akan dimasak, masing-masing keranjang

memiliki kapasitas 7-8 karung daun kayu putih. Sedangkan pipa

penyebar uap berfungsi sebagai pembantu penyebaran distribusi uap

panas agar merata dan semua daun dapat terkena uap panas.

Setelah daun kayu putih masuk ke dalam ketel daun selanjutnya

ketel tersebut ditutup dengan mengguakan pompa hidrolik kemudian

Page 69: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

dilanjutkan dengan mengunci tutup ketel daun. Sebelum penutupan

dilakukan seluruh bibir ketel diberi kulit tanaman kayu putih yang

bertujuan agar tutup menjadi rapat dan tidak terjadi kebocoran pada

saat proses penyulingan minyak kayu putih.

c. Penyulingan (Detilasi)

Prinsip kerja proses penyulingan adalah memisahkan dua macam

campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Fungsi

penyulingan adalah untuk mengambil minyak kayu putih yang masih

terdapat dalam daun kayu putih. Untuk hasil penyulingan yang baik,

maka proses penyulingan harus dalam kondisi yang sesuai, yaitu: suhu

steam yang masuk ke daun adalah 250oC sampai dengan 270oC,

tekanan pada ketel daun adalah 1,15 atm sampai dengan 1,2 atm, lama

penyulingan 6 sampai 8 jam, terjadi perubahan fase uap uap minyak

dan air menjadi fase cair dan pengendalian proses yang baik.

Proses penyulingan yang dilakukan di KPMKP Krai adalah

penyulingan langsung dengan uap (direct steam distillation). Pada

proses penyulingan tekanan yang ada pada ketel masak harus dijaga

terus yaitu berkisar antara 1,15-1,2 atm. Jika dalam proses penyulingan

tekanan dalam ketel masak megalami penurunan maka kran pengatur

uap diperbesar sehingga tekanan kembali stabil, atau tekanan pada

ketel masak mengalami kenaikan maka kran akan dikecilkan supaya

tekanan stabil. Jika suhu yang ada dalam ketel masak mengalami

penurunan, maka kran pada steam header dibuka lebih lebar. Karena

dengan rendahnya suhu pemasakan, maka minyak yang dihasilkan

kurang maksimal. Tapi bila suhu pada ketel masak mengalami

kenaikan maka kran pada stem header diperkecil hingga suhu yang ada

stabil kembali. Karena dengan terlalu tingginya suhu pemasakan maka

hasil minyak yang didapatkan mutunya kurang baik (rusak).

Waktu penyulingan dipengaruhi oleh kandungan minyak pada

daun kayu putih yang disuling. Semakin banyak kandungan minyaknya

maka penyulingan dilakukan relatif lebih lama. Kandungan minyak

Page 70: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

terbanyak pada daun kayu putih biasanya di musim kemarau. Hal ini

dikarenakan tanaman kayu putih mendapatkan cahaya matahari cukup

sehingga kandungan minyak lebih banyak. Namun apa bila musim

penghujan kandungan minyak lebih sedikit karena kandungan airnya

tinggi.

Hasil dari penyulingan daun kayu putih tiap ketel masak mampu

menghasilkan 7-8 kg minyak kayu putih per ketel masak. Pada musim

kemarau rendemen minyak mengalami peningkatan, yaitu berkisar

antara 8-10 kg minyak kayu putih per ketel masak. Hal ini dikarenakan

kandungan minyak pada daun kayu putih di musim kemarau lebih

tinggi dibandingan dengan musim penghujan.

d. Pendinginan

Pendinginan dilakukan untuk menjadikan uap air dan minyak

menjadi bentuk cair. Hal ini dilakukan dengan cara mendinginkan

campuran minyak dan air yang masih berbentuk uap sebelum masuk

dalam condensor. condensor yang digunakan KPMKP Krai adalah

dengan arah aliran air pendingin berlawanan arah (counter current).

Condensor jenis ini tidak tidak begitu rumit penggunaanya, sehingga

tidak perlu menggunakankan tenaga ahli untuk mengoperasikannya.

Mengingat air yang terdapat disekitar pabrik jumlahnya terbatas maka

pihak pabrik harus menggunakan air dengan berulang-ulang. Hal ini

disiasati dengan mendinginkan air yang keluar dari condensor dengan

mengalirkan air ke cooling tower. Air dalam cooling tower ini

mengalami penurunan suhu, kemudian air ini ditampung di dalam bak

air dingin yang selanjutnya digunakan kembali dalam proses

pendinginan.

Struktur tanah kapur menyebabkan air di sekitar pabrik berkapur,

sehingga pabrik mengembangkan cara untuk mengurangi kesadahan

air, dengan cara mengolah air dengan water deminetralizer. Hal

tersebut bertujuan untuk mengurangi pembentukan kerak pada dinding

Page 71: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

tabung, karena kerak ini dapat mengurangi daya pertukaran panas dan

frekuensi pembersihan condensor.

e. Pemisahan minyak dan air

Pemisahan minyak dan air adalah memisahkan minyak kayu

putih dan air berdasarkan berat jenisnya dengan menggunakan

separator. Fungsi pemisahan minyak dan air adalah untuk memperoleh

minyak kayu putih murni. Suhu dalam pemisahan minyak dan air

berkisar antara 380-580 C, tujuannya adalah minyak kayu putih dan air

dapat terpisah sempurna.

Pemisahan minyak kayu putih dengan air didasarkan atas

perbedaan berat jenis, minyak kayu putih yang berat jenisnya lebih

kecil akan berada dibagian atas sedangkan air akan berada dibagian

bawah. Pada separator terdapat 2 kran yaitu kran atas untuk

mengeluarkan minyak dan kran bawah untuk mengeluarkan air.

Separator juga dilengkapi dengan tabung kaca pada bagian atasnya

yang berguna untuk melihat batas pemisah antara minyak dan air.

Apabila minyak kayu putih di dalam separator melebihi kran bagian

atas maka minyak kayu putih harus dialirkan dengan membuka kran.

Jika air melebihi kran bagian bawah maka air dikeluarkan dengan

membuka kran bagian bawah. Suhu separator sebaiknya berkisar

antara 38-58°C. Apabila suhu separator lebih dari 58°C, maka minyak

akan menguap sehingga rendemen dapat berkurang. Suhu pada

separator dapat dapat diamati melalui termometer yang terdapat pada

separator.

f. Penyaringan minyak

Penyaringan minyak adalah memisahkan minyak dari kotoran

dengan menggunakan alat dehydrator. Fungsi penyaringan minyak

adalah untuk mendapatkan minyak kayu putih jernih (murni) dan untuk

memisahkan minyak dengan kotoran dan air yang terbawa dari proses

pemisahan.

Page 72: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Proses penyaringan di KPMKP Krai dilakukan dengan alat

dehydrator. Penyaringan dilakukan dengan cara minyak dialirkan dari

bawah ke atas sehingga kotoran dan air tertahan dibagian bawah dan

minyak kayu putih akan keluar dari bagian atas dehydrator. Penyaring

atau filter yang ada dalam dehydrator tersusun dari bawah ke atas,

yaitu: batu koral, pasir kasar yang dibungkus kain blaco kemudian

pasir halus yang juga dibungkus dengan kain blaco dan yang terakhir

adalah kertas merang. Untuk menjaga kebersihan filter, maka tiap 2

hari sekali dibersihkan dengan mengganti kertas merang dan kain

blaco agar tidak terjadi penumpukan kotoran pada keduanya dan

proses penyaringan tidak terhambat.

g. Penampungan dan pengemasan minyak

Fungsi penampungan dan pengemasan minyak adalah untuk

menjaga agar minyak kayu putih tidak teroksidasi yang akan

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas minyak kayu putih di

dalam penampung ataupun kemasan. Penampungan minyak di dalam

tangki harus tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Hal ini

dimaksudkan agar minyak kayu putih tidak teroksidasi sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas minyak kayu putih.

Setelah minyak kayu putih ditampung, proses selanjutnya adalah

pengemasan yang dilakukan dengan cara mengalirkan minyak kayu

putih ke dalam jerigen dengan volume 25 kg/jerigen. Jerigen

digunakan sebagai kemasan karena jerigen tidak tembus cahaya

matahari dan tidak bereaksi dengan minyak. Apabila kemasan dapat

bereaksi dan tembus cahaya maka akan terjadi kerusakan pada minyak

kayu putih.

4. Produk Akhir

Menurut Kasmudjo (1982), produk akhir minyak kayu putih yang

dihasilkan oleh suatu perusahaan harus memenuhi standar SNI. Minyak

kayu putih di Indonesia dibagi dalam tiga standar kualitas,yaitu kualitas

utama (U), kualitas satu (S), dan kualitas dua dengan tanda (D). Masing-

Page 73: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

masing kualitas mempunyai persyaratan tertentu yang harus dipenuhi,

persyaratan tersebut dibagi menjadi dua yaitu persyaratan umum dan

khusus. Adapun persyaratan-persyaratan tersebut adalah :

a. Persyaratan Umum

1) Mempunyai bau khas minyak kayu putih

2) Kadar cineol : 25-65 %

3) Berat jenis pada 1500C : 0,90-0,93

4) Indeks bias pada 2000C : 1,46-1,47

5) Putaran Optik pada suhu 27,50C : (-4) 0 -00

6) Kelarutan alkohol 80% : 1:1 jernih sampai 1:10

7) Minyak lemak : Tidak diperkenankan

8) Minyak pelican : Tidak diperkenankan

b. Persyaratan khusus

1) Kualitas Utama:

a) Kadar cineol : 50-65%

b) Minyak lemak : negatif

c) Minyak pelican : negatif

d) Kelarutan alkohol 80% : dalam perbandingan 1:1–1:9

larut (jernih)

2) Kualitas Satu:

a) Kadar cineol : 40-50%

b) Minyak lemak : negatif

c) Minyak pelican : negatif

d) Kelarutan alcohol 80% : dalam perbandingan 1:1 – 1:9

larut (jernih)

3) Kualitas Dua:

a) Kadar cineol : 25-40%

b) Minyak lemak : tidak dipersyaratkan

c) Minyak pelican : tidak dipersyaratkan

d) Kelarutan alcohol 80% : tidak dipersyaratkan

Page 74: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Minyak kayu putih yang dihasilkan oleh KPMKP Krai

mempunyai kualitas utama. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan,

minyak kayu putih KPMKP Krai mampu memenuhi standar kualitas

utama yang ada dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengujian

minyak kayu putih di KPMKP Krai dilaksanakan tiap lima hari sekali. Hal

ini dilakukan untuk menghemat biaya dan menyeragamkan kualitas

minyak kayu putih yang dihasilkan. Minyak kayu putih yang dihasilkan

pada penyulingan pertama dan yang terakhir tidak sama sehingga setelah

ditampung di tangki penampung, minyak dapat tercampur dengan

sempurna sehingga kandungan cineolnya dapat memenuhi standar.

Pengujian kadar cineol, kelarutan alkohol 80% dan berat jenis

dapat dilakukan di KPMKP Krai. Sedangkan untuk, putaran optic, indeks

bias, kadar minyak pelican dan minyak lemak dilakukan di laboratorium di

Perum Perhutani. Uji minyak lemak dan uji minyak pelican tidak

dilakukan, karena kandungan minyak lemak dan minyak pelican hanya

dikandung oleh minyak yang sudah dicampur oleh minyak lain seperti

minyak melati, minyak sere, dan lain-lain. Sedangkan untuk minyak kayu

putih Krai masih merupakan minyak yang murni karena langsung disuling

dari daun tanpa adanya campuran lainnya.

Menurut Kasmudjo (1982), rendemen merupakan perbandingan

antara bahan yang digunakan untuk suatu proses produksi (input) dengan

produksi yang dihasilkan (output) pada satuan yang sama yang dinyatakan

dalam bentuk prosentase. Rendemen sangat penting untuk diketahui agar

kita mengetahui seberapa besar produk minyak kayu putih yang dihasilkan

pada setiap kali proses. Rendemen yang dihasilkan oleh KPMKP Krai

rata-rata 0,70-0,80%. Namun, rendemen dapat menjadi sangat rendah yaitu

dibawah 0,70%. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a. Umur daun

Page 75: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Umur daun yang layak untuk disuling adalah ketika daun sudah

berumur kira-kira 9 bulan. Pada umur daun 9 bulan diperkirakan dapat

dihasilkan minyak yang maksimal. Namun pada kenyatannya pabrik

menggunakan bahan baku daun yang baru berumur 4-5 bulan. Hal ini

dilakukan karena pasokan bahan baku untuk produksi sangat kurang

sehingga daun yang seharusnya belum siap untuk diproduksi. Terpaksa

diolah untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Hal ini

menyebabkan rendemen yang dihasilkan kurang maksimal.

b. Musim hujan

Musim penghujan sangat berpengaruh terhadap rendemen yang

dihasilkan karena pada musim ini kadar air yang terkandung dalam

daun sangat tinggi, sedangkan kandungan minyaknya relatif lebih

sedikit. Berbeda ketika musim kemarau, kandungan minyak pada daun

relatif lebih banyak dibandingkan kandungan airnya, sehingga

rendemen yang dihasilkan lebih tinggi.

c. Banyaknya ranting

Ranting yang ikut pada proses penyulingan mempunyai pengaruh

terhadap rendemen yang dihasilkan karena pada ranting hanya

terkandung minyak yang sedikit. Ranting juga mempengaruhi kapasitas

daun yang termuat dalam ketel, sehingga semakin banyak ranting yang

ikut dimasak, daun yang dimasak menjadi lebih sedikit, oleh karena itu

minyak yang dihasilkan pun menjadi lebih sedikit.

d. Keadaan daun

Daun yang segar mempunyai kandungan minyak yang lebih banyak

dari pada daun yang sudah kering. Daun yang sudah sudah tidak segar

lagi yang menyebabkan kandungan minyaknya rendah karena sebagian

kandugan minyak sudah menguap ketika penyimpanan berlangsung.

Sebaiknya bahan baku yang akan diproduksi baru dipetik ketika akan

melakukan proses produksi, dimana keadaan daun masih segar dan

kandungan minyaknya lebih banyak sehingga dapat menghasilkan

minyak lebih banyak.

Page 76: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

5. Limbah

Jenis jenis limbah yang terdapat di KPMKP Krai adalah:

a. Limbah Padat

1) Afval (daun kayu putih sisa penyulingan)

Afval adalah limbah padat yang berupa daun sisa dari proses

penyulingan minyak kayu putih. Pihak KPMKP Krai

memanfaatkan avfal sebagai sumber bahan bakar untuk

menjalankan produksinya. Afval tersebut dikeringkan kemudian

dicetak dan dibuat briket. Tapi tidak keseluruhan avfal dibuat

briket, pihak perusahaan hanya membuat briket dari avfal 50% dari

avfal yang ada. Sisa avfal banyak dimanfaatkan oleh penduduk

sekitar untuk obat nyamuk bagi ternaknya dan untuk pupuk

tanaman (pupuk kompos).

Briket dibuat dengan cara mengeringkan avfal terlebih

dahulu dengan cara dijemur di bawah sinar matahari sampai

kering. Kemudian disiapkan tali yang dibuat dari batang bambu

dan alat pengepres berbentuk kotak persegi panjang dengan ukuran

20 cm x 20 cm x 30 cm. Tali tersebut dimasukkan ke dalam

cetakan, kemudian avfal dimasukan ke dalam cetakan. Setelah

bahan masuk semua kemudian dpres dan setelah dipres baru ditali.

Briket yang sudah jadi disimpan di dalam gudang penyimpanan

briket. Briket ini harus terhndar dari air hujan dan panas matahari.

Apabila briket terkena air hujan maka briket tidak dapat terbakar

karena briket tersebut basah dan apabila terkena panas, briket akan

mudah terbakar.

2) Abu (sisa pembakaran briket)

Abu sisa pembakaran briket oleh pihak KPMKP Krai

digunakan atau dimanfaatkan sebagai bahan pembuat pafing

dengan bahan campuran tertentu.

b. Limbah Cair

Page 77: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Limbah cair yang dihasilkan KPMKP Krai ada dua yaitu limbah

cair yang kelur dari separator dan limbah cair dari avfal. Limbah yang

berasal dari separator langsung dibuang ke selokan, karena limbah ini

hanya merupakan hasil dari proses pemisahan minyak kayu putih dan

air dan tidak berbahaya. Sedangkan limbah yang dihasilkan oleh avfal

yang biasanya banyak terdapat di dalam ketel daun setelah proses

penyulingan selesai, limbah ini berbentuk cair dan keruh. Sebelum

dilakukan pembuangan, terlebih dahulu limbah ini dialirkan ke dalam

bak yang berisi pasir, ijuk dan batu untuk disaring.

F. Pemasaran

Setiap akhir periode produksi, hasil produksi miyak kayu putih dari

KPMKP Krai dikirim ke KMB INK, mengingat KPMKP Krai adalah salah

satu perusahaan di bawah naungan KBM INK. Dengan hal tersebut, maka

tidak akan terjadi penumpukan produk di KPMKP Krai. Pengiriman minyak

kayu putih yang dilakukan KPMKP Krai diangkut menggunakan truk boks.

Setelah minyak sampai di KBM INK, minyak kayu putih dikemas di dalam

jerigen dengan volume 25 Kg dan minyak kayu putih siap dikirim ke

perusahaan-perusahaan yang telah memesan.

Pemasaran minyak kayu putih hasil penyulingan dari KPMKP Krai

pun juga dilakukan oleh KBM INK. Rata-rata perusahaan yang membeli

minyak kayu putih telah melakukan pemesanan minyak kayu putih terlebih

dahulu sebelum proses produksi minyak kayu putih dilakukan. Perusahaan

yang paling besar memasok produk minyak kayu putih hasil penyulingan

KPMKP Krai adalah PT. Sumber Alam Solo.

Page 78: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku di KPMKP Krai

1. Pengamanan Bahan Baku di KPMKP Krai

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri yang didapatkan dari hasil

penyulingan daun kayu putih. Minyak kayu putih mengandung kadar ceniol yang

relatif tinggi yang dapat bermanfaat sebagai bahan baku dalam industri farmasi.

Jenis industri minyak kayu putih saat ini sangat terbatas dan kompetisi dari

industri sejenis yang dimiliki pihak lain relatif sedikit, sehingga industri ini

memiliki prospek usaha ke depan yang sangat terbuka dan sangat

menguntungkan.

Page 79: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Mengingat keunggulan-keunggulan di atas, maka industri minyak kayu

putih akan menjadi usaha yang sangat strategis dalam menunjang pendapatan

perusahaan dan berdampak positif dalam menambah kesempatan kerja bagi

masyarakat sekitar pabrik minyak kayu putih dan sekitar kebun kayu putih.

Untuk menyikapi hal tersebut, maka pengelolaan tanaman kayu putih maupun

pabrik minyak kayu putih ke depan perlu dikembangkan secara lebih

professional. Hal ini dapat ditunjang dengan manajemen dan teknologi yang lebih

baik, serta mengupayakan adanya peningkatan nilai tambah, bukan sekedar

produk minyak kayu putih saja.

KPMKP Krai memiliki tiga kebun, yaitu Jurug, Karang Ploso dan Ngroto.

Dengan adanya pabrik dan kebun kayu putih di Desa Krai, maka dapat membantu

perekonomian masyarakat sekitar, karena pabrik minyak kayu putih dapat

menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar pabrik dan sekitar kebun Krai.

Adanya kebun-kebun kayu putih Krai adalah untuk menyediakan bahan baku

secara kotinyu dalam jangka panjang untuk penyulingan minyak kayu putih di

KPMKP Krai setiap harinya pada saat masa produksi.

Penyediaan bahan baku daun kayu putih di KPMKP Krai ditangani oleh

bagian kebun yang mengatur lahan pertanaman, penanaman, pemeliharaan,

penjadwalan pemetikan daun kayu putih hingga pengangkutan bahan baku daun

kayu putih menuju KPMKP Krai. Berikut penjelasan dari bagian kebun beserta

beberapa stafnya di KPMKP Krai:

a. Kepala Urusan Kebun

Kepala Urusan Kebun bertugas untuk menangani dan mengatur kebun

minyak kayu putih, seperti penanaman, perawatan dan pemetikan bahan baku

daun kayu putih.

b. Mandor Tanam

Mandor Tanam bertugas dalam menangani dan mengatur jadwal penanaman

tanaman kayu putih dan mengawasi kinerja tenaga tanam untuk menanam

bibit tanaman kayu putih di kebun Krai.

c. Mandor Petik

Mandor Petik memiliki tugas dalam mengatur jadwal pemetikan daun kayu

putih dan mengawasi kinerja tenaga petik dalam memetik bahan baku daun

kayu putih di Kebun Krai.

Page 80: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa keberadaan Bagian Kebun

memiliki peran penting dalam pengaturan dan pengawasan penanaman dan

pemetikan di kebun. Adanya pengaturan dan pengawasan kegiatan yang baik di

kebun Krai dapat mempengaruhi berjalannya proses penyulingan dengan baik

secara kontinyu karena bahan baku yang didapatkan dari kebun sangat tergantung

pada pengaturan di kebun.

2. Bahan Baku Kayu Putih

Pembuatan minyak kayu putih dilakukan dengan cara penyulingan dan

bahan bakunya berasal dari daun dan ranting kayu putih. Tanaman kayu putih

yang sudah dapat dipetik adalah tanaman yang sudah berumur 4 tahun ke atas.

Pada umur 4 tahun tanaman kayu putih mulai dipetik pertama kalinya dan untuk

pemetikan selanjutnya diberikan selang waktu selama 9 bulan hingga pada umur

tanaman kayu putih mencapai 30 tahun.

Kebun Krai yang wujudnya adalah hutan kayu putih merupakan unsur

yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman kayu putih. Penanaman kayu

putih di kebun Krai yang cukup luas ini disiapkan untuk memenuhi kebutuhan

bahan baku daun kayu putih untuk digunakan dalam penyulingan minyak kayu

putih pada masa produksi. Penanaman dilakukan pada saat bulan-bulan basah,

yaitu pada saat musim penghujan. KPMKP Krai menggunakan bibit kayu putih

varietas buru dan ponorogo. Namun, pada beberapa tahun terakhir ini lebih

banyak digunakan varietas kayu putih yang disarankan oleh perhutani yaitu

varietas buru karena rendemennya lebih tinggi.

Bibit ini berasal dari pohon bibit, dimana pohon bibit merupakan pohon

kayu putih yang dibiarkan tumbuh membesar dan khusus dipungut bijinya.

Pemungutan buah biasanya dilakukan pada bulan oktober, nopember dan

desember. Buah yang dapat dipungut adalah buah yang sudah tua, ciri-cirinya

adalah sudah berwarna agak coklat dan butirnya tidak terdapat bunga. Buah kayu

putih berbentuk butir dan besarnya hampir sama dengan biji lada.

Di sekitar kebun Krai terdapat lahan persemaian, lahan ini sengaja dibuat

dekat kebun kayu putih yang akan ditanami agar memudahkan penanaman bibit

kayu putih. Letak lokasi persemaian biasanya berada di dekat jalan, tujuannya

adalah untuk mempermudah pengangkutan. Selain itu, letaknya juga berdekatan

dengan desa agar mudah mencari tenaga kerja. Media persemaian adalah bak

tabur dengan lubang drainase di bawahnya, bak tabur ini tidak perlu terlalu luas

Page 81: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

karena ukuran benih kayu putih sangat kecil. Media persemaiannya cukup

menggunakan bak plastik dengan ukuran 25 x 35 x 10 cm. Media ini diisi dengan

pasir steril yang diratakan setebal ± 5 cm. setelah benih ditabur, kembali ditutup

dengan sedikit pasir dan plastik transparan. Pemeliharaannya dilakukan dengan

penyiraman, benih kayu putih berkecambah setelah 5 hari ditabur dan setelah 2

minggu bibit siap dipindahkan ke bedeng sapih.

Kandungan media sapih sebaiknya lebih lengkap dari pada lahan

persemaian, komposisi media yang digunakan yaitu media tanah, pasir dan

kompos dengan perbandingan 7: 2: 1. Media dimasukkan ke dalam polibag

dengan ukuran 9 cm x 12 cm. Tujuan dari pembuatan bedeng sapih adalah untuk

mempermudah perawatan dan menghitung jumlah bibit. Untuk menjaga

kelembaban, media sapih harus dipasang naungan cahaya (paranet 75%) selam 3

bulan, hal ini dapat mengurangi intensitas cahaya agar tidak terlalu tinggi

terutama pada siang hari. Bibit kayu putih yang ditanam di kebun harus memiliki

kualitas yang baik, yaitu bibit sehat, memiliki tinggi 30-50 cm dan dari segi fisik

memiliki kenampakan daun hijau segar, cerah, utuh (tidak terserang penggerek

daun), batang dan perakaran baik dan sehat.

Penanaman kayu putih dilakukan dalam petak-petak di kebun Krai. Dengan

status kepemilikan kebun Krai ini dapat mempermudah penentuan kuantitas

bahan baku yang akan digunakan untuk diproduksi. Namun, permasalahan

kuantitas pun tidak dapat terlepas dari hal tersebut. Kuantitas bahan baku yang

dihasilkan seringkali mengalami kekurangan dalam memenuhi kapasitas pabrik.

Dengan adanya permasalahan ini, maka KPMKP Krai seharusnya meninjau ulang

pengaturan kuantitas daun kayu putih, karena hal ini berkaitan dengan biaya yang

dikeluarkan oleh KPMKP Krai.

Ketersediaan bahan baku di KPMKP Krai selalu ada setiap harinya, hal ini

terjadi karena adanya rotasi pemetikan daun kayu putih pada setiap tanaman

dalam petak-petak yang ada dalam kebun Krai. Rotasi pemetikan ini juga

mempengaruhi kualitas daun kayu putih karena tanaman yang dipetik tentunya

memiliki kriteria umur yang sesuai dengan standar yang ditetapkan KPMKP

Krai. Selain itu, pengangkutan dan penanganan daun kayu putih hingga pada

proses produksi juga mempengaruhi kualitas bahan baku. Pengangkutan daun

kayu putih harus hati-hati dan tidak terlalu lama dalam perjalanan. Apabila daun

Page 82: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

kayu putih terlalu lama dalam perjalanan dan tidak segera diproduksi, maka

kualitas daun kayu putih dapat menurun sehingga rendemennya pun rendah.

Apabila kuantitas bahan baku daun kayu putih yang dihasilkan dari kebun

berlebihan maka dapat menyebabkan peningkatan biaya yang cukup besar dan

sebaliknya kuantitas bahan baku daun kayu putih yang sedikit biaya yang

dikeluarkan pun sedikit. Namun, keadaan ini tidak dapat untuk mencukupi untuk

proses produksi dan kemungkinan perusahaan pun tidak dapat memenuhi

kuantitas minyak kayu putih yang telah ditargetkan. Untuk mengatasi masalah

kelebihan bahan baku kayu putih, maka KPMKP Krai membuat kebijakan,

dimana kelebihan dari bahan baku kayu putih tersebut disimpan paling lama

hingga 2 hari, hal ini dimaksudkan agar kualitas bahan baku kayu putih tidak

banyak mengalami penurunan.

Dalam penyediaan bahan baku KPMKP Krai pun mengalami permasalahan

tegakan, dimana permasalahan tersebut adalah tidak semua tegakan ranting dan

daun kayu putih dapat terambil pada saat pemetikan. Hal ini dapat menyebabkan

jumlah daun kayu putih yang dipetik berkurang dan tidak bermanfaat. Untuk

mengatasi masalah tersebut KPMKP Krai mengoptimalkan pemetikan daun kayu

putih dan menerima pasokan daun kayu putih dari KPH lain. Selain itu,

kekurangan bahan baku biasanya terjadi pada saat musim hujan karena medan

pemetikan cukup menghambat proses pemetikan dan prasarana jalan menuju

KPMKP Krai juga cukup sulit. Untuk mengatasinya maka KPMKP Krai

mengurangi shift produksi, yaitu dari 4 shift produksi menjadi 3 shift produksi.

Alur atau proses pengadaan penyediaan bahan baku kayu putih hingga pada

proses produksi adalah daun kayu putih di petik dari petak kebun Krai, kemudian

dikumpulkan hingga kurang lebih mencapai 4 ton dan diangkut menggunakan

truk. Setelah sampai di pabrik, daun kayu putih ditimbang dan selanjutnya

digunakan untuk proses produksi. Apabila daun kayu putih tersebut terdapat sisa,

maka nantinya akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Namun,

apabila terlalu lama disimpan kandungan rendemennya dapat turun hingga

dibawah rata-rata rendemen daun kayu putih di KPMKP Krai, yaitu 0,75-0,80%.

Kualitas daun kayu putih di KPMKP Krai tidak terdapat tingkatan atau

pengelompokan. Semua hasil pemetikan langsung ditimbang dan dibawa untuk

proses penyulingan minyak kayu putih. Keadaan kualitas kayu putih dipengaruhi

oleh kadar air di dalamnya, kualitas bahan baku daun kayu putih pada musim

Page 83: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

kemarau lebih baik dibandingkan pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan

kandungan air dalam daun kayu putih pada musim kemarau lebih sedikit

sehingga rendemennya pun tinggi.

3. Pemetikan Daun Kayu Putih

Pemetikan merupakan kegiatan memanen/ memungut daun beserta ranting

kayu putih yang telah memenuhi kriteria umur pemetikan. Setelah dilakukan

pemetikan, daun kayu putih diangkut ke pabrik untuk segera diproduksi menjadi

minyak kayu putih. Pada setiap musim produksi KPMKP Krai memiliki rencana

pemasakan daun kayu putih, dimana KPMKP Krai membuat target kuantitas

daun kayu putih yang akan diproduksi. KPMKP Krai dapat menentukan target

pemasakan daun kayu putih didasarkan pada rencana pemetikan daun kayu putih.

Pada masa produksi, KPMKP Krai membantu masyarakat sekitar dengan

membuka lapangan pekerjaan untuk menjadi tenaga petik. Sebelum masa

produksi di pabrik, perkembangan kebun Krai selalu diawasi oleh bagian kebun.

Mandor petik melakukan pendataan ulang untuk memastikan tanaman kayu putih

di petak-petak mana saja yang siap untuk dipetik.

Dari rencana pemetikan yang telah ditetapkan, maka dapat dibuat jadwal

pemetikan harian yang harus dilaksanakan per harinya. Tentunya dari rencana

yang telah dibuat tidak selalu sama seperti yang diharapkan (realisasi), sebagai

gambaran yaitu adanya rencana yang jumlah luas areal pemetikan maupun

jumlah pemetikannya tidak sama dengan realisasinya. Hal tersebut dapat terjadi

karena adanya produksi kebun yang jumlahnya tidak sama dengan rencana, adaya

sarana dan prasarana transportasi yang kurang baik dan adanya kekurangan

tenaga petik. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4 dan 5 sebagai beikut:

Page 84: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 2. Rencana, Realisasi Serta Selisih Antara Rencana Dan Realisasi Luas Areal Pemetikan Daun Kayu Putih di Kebun Krai Tahun 2009-2011

Kebun 2009 2010 2011

Rencana (kg)

Realisasi (kg)

Selisih (kg)

Rencana (kg)

Realisasi (kg)

Selisih (kg) Rencana (kg)

Realisasi (kg)

Selisih (kg)

Jurug 691,80 700,60 8,80 689,10 565,90 132,20 537,60 609,50 71,90 Karang Ploso 907,30 824,90 82,40 907,60 700,20 207,40 666,70 738,90 72,20 Ngroto 699,30 699,30 0,00 628,90 628,90 0,00 604,00 661,00 57,00 Jumlah 2.298,00 2.224,80 91,20 2.234,60 1.895,00 339,60 1.808,30 2.009,40 201,10 Rata-rata 766,13 741,60 30,04 744,86 631,66 113,20 602,76 669,00 67,03

Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Tabel 3. Rencana, Realisasi Serta Selisih Antara Rencana Dan Realisasi Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Kebun Krai Tahun 2009-2011 di

Kebun 2009 2010 2011

Rencana (kg)

Realisasi (kg)

Selisih (kg)

Rencana (kg)

Realisasi (kg)

Selisih (kg)

Rencana (kg)

Realisasi (kg)

Selisih (kg)

Jurug 1.614.794 1.635.335 20.541 1.471.214 1.209.185 264.029 1.387.324 1.686.243 298.919 Karang Ploso 2.557.007 2.517.504 39.503 2.768.980 1.973.026 796.620 2.026.110 2.245.527 219.417 Ngroto 2.050.876 2.093.728 13.940 2.044.084 2.058.357 225.396 2.011.923 2.236.986 192.902 Jumlah 6.222.677 6.246.567 73.984 6.284.278 5.240.568 1.286.045 5.425.375 6.168.756 711.238 Rata-rata 2.074.226 2.082.189 24.661 2.094.759 1.746.865 428.682 1.808.452 2.056.252 237.079

Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Page 85: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa rencana, realisasi dan

selisih antara rencana dan realisasi luas areal pemetikan daun kayu putih di

kebun Krai pada tahun 2009 masing-masing adalah 2.298,00 ha; 2.224,80

ha dan 91,20 ha. Pada tahun 2010 masing-masing seluas 2.234,60 ha;

1.895,00 dan 339,60 ha sedangkan pada tahun 2011 masing-masing seluas

1.808,30 ha; 2.009,40 ha dan 201,10 ha. Pada tahun 2009 dan 2010,

realisasi luas areal pemetikan kayu putih lebih kecil dibandingkan dengan

rencananya, sedangkan pada tahun 2011 realisasi luas areal pemetikannya

lebih besar dibanding dengan rencananya. Dari tahun ketahun KPMKP

Krai mendapatkan produksi daun kayu putih dari kebun-kebun Krai

dengan jumlah yang tidak jauh berbeda. Pada tahun 2010 realisasi luas

areal pemetikan mengalami peningkatan dan pada tahun 2011 realisasi luas

areal pemetikan mengalami penurunan kembali.

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa rencana, realisasi dan

selisih antara rencana dan realisasi jumlah pemetikan daun kayu putih di

kebun Krai pada tahun 2009 masing-masing adalah 6.222.677 kg;

6.246.567 kg dan 73.984 kg. Pada tahun 2010 masing-masing sebanyak

6.284.278 kg; 5.240.568 kg dan 1.286.045 kg, sedangkan pada tahun 2011

masing-masing sebanyak 5.425.375 kg; 6.168.756 kg dan 711.238 kg.

Pada tahun 2009 dan 2011, realisasi jumlah pemetikan kayu putih lebih

besar dibandingkan dengan rencananya, sedangkan pada tahun 2010

realisasi jumlah pemetikannya lebih kecil dibanding dengan rencananya.

Penurunan jumlah daun kayu putih yang dipetik disebabkan oleh

adanya pengaruh iklim yang cukup ekstrim pada tahun tersebut. Adanya

musim penghujan dan musim kemarau yang tidak menentu membuat

pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga mengakibatkan tanaman kayu

putih di kebun tidak dapat dipetik semuanya dan produksi daun kayu putih

pun ikut menurun. Selain itu, jumlah tenaga petik yang tidak sesuai juga

dapat mengurangi jumlah daun kayu putih yang dipetik. Tenaga petik yang

sedikit biasanya disebabkan tenaga petik tersebut bekerja di sawah masing-

masing.

Page 86: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Dalam melakukan penyediaan bahan baku daun kayu putih, KPMKP

Krai setiap harinya dituntut untuk membuat jadwal pemetikan per hari dari

setiap kebun Krai. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kelebihan

ataupun kekurangan bahan baku untuk proses produksi. Bagian kebun

harus melaporkan perkembangan tanaman kayu putih di kebun-kebun Krai

sehingga diharapkan tidak ada hal-hal yang menyebabkan kerugian seperti

telat melakukan pemetikan ataupun terlalu cepat melakukan pemetikan dan

pemetikan dapat dilakukan secara rutin pada saat masa produksi sehingga

tidak merugikan pabrik maupun tenaga petik.

Dalam membuat jadwal pemetikan daun kayu putih harian biasanya

KPMKP Krai menggunakan cara membagi jumlah rencana pemetikan

daun kayu putih dengan hari produksi/ penyulingan dengan asumsi bahwa

masa produksi berlangsung selama 10 bulan. Untuk produksi harian,

biasanya KPMKP Krai mengambil 70-80% dari rencana pemetikan,

sedangkan yang 20-30%nya disisakan untuk diproses pada shift

berikutnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

hari 300produksi masaper pemetikan Rencana

hariper Pemetikan =

Penyisaan produksi harian (pada setiap shift) dilakukan untuk

mengantisipasi apabila pada shift berikutnya bahan baku daun kayu putih

belum tersedia untuk diproduksi. Sehingga sisa bahan baku tersebut dapat

untuk proses produksi di KPMKP Krai. Namun, pada kenyataannya

KPMKP Krai tidak selalu mendapatkan kepastian dari jumlah pemetikan

yang telah direncanakan. Sebagai contoh pada saat musim kemarau

biasanya bahan baku lebih banyak, hal ini disebabkan kecepatan tenaga

petik untuk memetik meningkat sehingga banyak menghasilkan daun kayu

putih dan areal hutan (kebun) pun keadaannya baik (tidak becek).

Sebaliknya pada musim hujan, bahan baku biasanya lebih sedikit dari yang

direncanakan karena sulitnya medan di areal pemetikan dan prasarana

jalan yang kurang baik.

Page 87: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Untuk mengetahui jumlah pemetikan daun kayu putih harian dan

jumlah produksi harian serta tingkat produksi harian dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4. Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Harian dan Produksi Harian Tahun 2009-2011 di KPMKP Krai.

Tahun Jurug Karang Ploso Ngroto

Pemetikan/ hari (kg)

Produksi harian(kg)

Pemetikan/ hari (kg)

Produksi harian(kg)

Pemetikan/ hari (kg)

Produksi harian(kg)

2009 5.451,11 3.816,00 8.391,68 5.874,17 6.979,09 4.885,36 2010 4.030,61 2.821,43 6.576,75 4.603,72 6.861,19 4.803,00 2011 5.620,81 3.935,00 7.485,09 5.240,00 7.456,62 5.219,63

Jumlah 15.101,21 10.571,00 22.452,41 15.717,17 21.295,79 14.907,99 Rata-rata 5.034,84 3.523,66 7.484,50 5.239,05 7.098,59 4.969,33

Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa rata-rata pemetikan daun

kayu putih per hari dari kebun Jurug, Karang Ploso dan Ngroto masing-

masing adalah 5.034,84 kg; 7.484,50 kg dan 7.098,59 kg. Produksi daun

kayu putih harian dari kebun Jurug, Karang Ploso dan Ngroto masing-

masing adalah 3.523,66 kg; 5.239,05 kg dan 4.969,33 kg. Hal ini

dikarenakan KPMKP Krai mampu mengelola kebun-kebun Krai sehingga

kebun-kebun tersebut dapat menghasilkan daun kayu putih yang dapat

digunakan untuk proses produksi.

Tabel 5. Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Tahunan dan Harian Serta Produksi Harian Tahun 2009-2011

Tahun 2009 2010 2011 Rencana pemetikan/tahun (kg) 6.246.567,00 5.738.902,00 6.168.756,00 Pemetikan/hari (kg) 20.821,88 19.129,67 20.562,52 Produksi harian (kg) 14.575,31 13.390,76 14.393,76

Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui pemetikan setiap harinya pada

tahun 2009-2011 yaitu 20.821,88 kg; 19.129,67 kg dan 20.562,52 kg.

Dalam satu kali produksi KPMKP Krai menggunakan 8 ton daun kayu

putih dan proses produksi ini berlangsung sebanyak 3 hingga 4 shift per

Page 88: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

harinya. Melihat jumlah pemetikan daun kayu putih dari ketiga kebun

tersebut, tentunya bahan baku daun kayu putih tidak mencukupi untuk

kebutuhan pabrik sehingga KPMKP Krai memasok bahan baku dari KPH

Gundih, KPH Telawah dan KPH Surakarta.

Penyediaan bahan baku daun kayu putih di KPMKP Krai tentunya

tidak terlepas dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama

penyediaannya. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan selama melakukan

pemetikan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan mendatangkan

daun kayu putih dari kebun-kebun Krai, seperti biaya bahan bakar truk,

biaya tenaga petik dan lain-lain. Biaya ini dihitung per kg daun kayu putih

dan jarak angkut dari hutan menuju pabrik, pada tahun 2009 biaya ini

sekitar Rp 74.002.600,00 sedangkan pada tahun 2010 adalah Rp

67.984.600,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 66.838.262,00. Selain itu,

juga terdapat biaya analisa yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

pengamatan terhadap daun kayu putih sebelum dilakukan produksi, biaya

yang dikeluarkan dari tahun 2009-2011 adalah sama yaitu Rp 1.000. Untuk

mengetahui biaya yang dikeluarkan KPMKP Krai dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 6. Biaya Produksi Bulanan dan Harian di KPMKP Krai Pada Tahun 2009-2011.

Tahun 2009 2010 2011 Biaya bulanan (Rp) 122.667.000 86.979.000 102.411.000 Biaya harian (Rp) 4.088.900 2.899.300 3.413.700

KPMKP Krai Tahun 2012

Biaya harian adalah biaya yang harus dikeluarkan KPMKP Krai

berkaitan dengan pengadaan bahan baku daun kayu putih per harinya

seperti biaya truk dan pengemudinya serta biaya tenaga petik. Berdasarkan

Tabel 6 dapat diketahui biaya produksi per bulan pada tahun 2009, 2010

dan 2011 masing-masing adalah Rp 122.667.000,00 Rp 86.979.000,00 dan

Rp 102.411.000,00. Biaya harian di KPMKP Krai pada tahun 2009, 2010

dan 2011 masing-masing adalah Rp 4.088.900,00 Rp 2.899.300,00 dan Rp

3.413.700,00.

Page 89: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa setiap bulannya selama 3

tahun terakhir KPMKP Krai selalu mengeluarkan biaya diatas RP

100.000.000,00; hanya saja pada tahun 2010 biaya yang dikeluarkan lebih

kecil yaitu Rp 86.979.000,00. Biaya pada tahun 2010 ini lebih kecil

dibanding biaya pada tahun 2009 dan 2011 karena luas lahan dan produksi

bahan baku daun kayu putih yang dipetik juga lebih sedikit. Sedangkan

untuk biaya hariannya, rata-rata sekitar Rp 4.300.000,00.

Biasanya KPMKP Krai melakukan produksi/ penyulingan pada

bulan Maret dan berakhir pada bulan Desember. Pada dasarnya pihak

KPMKP Krai selalu berusaha mengantisipasi keadaan di lapang dengan

menempatkan mandor di kebun untuk mengamati dan selanjutnya

memberikan informasi mengenai petak-petak kebun Krai. Meskipun waktu

produksi sudah ditetapkan oleh KPMKP Krai, namun terkadang

pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencananya, misalnya produksi/

penyulingan minyak kayu putih yang seharusnya dimulai pada tanggal 1

Maret tetapi pada pelaksanaannya dimulai pada tanggal 15 Maret. Hal ini

juga terlihat pada berakhirnya masa produksi, terkadang masa produksi

berakhir lebih awal dari yang sudah direncanakan. Kedua masalah ini

sebenarnya tidak terlepas dari penyediaan bahan baku, masa produksi yang

terlambat dilakukan dan berakhirnya masa produksi yang lebih awal tak

lain disebabkan oleh tidak adanya bahan baku daun kayu putih dalam

jumlah minimal yang dapat untuk diproduksi.

KPMKP Krai sendiri tidak mau mengambil resiko untuk

memaksakan penyulingan dibawah jumlah minimal, karena apabila proses

penyulingan tetap dilakukan KPMKP Krai dapat mengalami kerugian.

Selain masalah bahan baku, mundurnya jadwal produksi ini disebabkan

oleh tenaga petik dan tenaga borong di pabrik yang bekerja di sawah

masing-masing, misanya pada saat musim tanam maupun panen di sawah

masing-masing.

Kekurangan bahan baku daun kayu putih di KPMKP Krai

menyebabkan KPMKP Krai mendatangkan bahan baku daun kayu putih

dari KPH lain yaitu KPH Gundih, KPH Telawah dan KPH Surakarta.

Page 90: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Penambahan bahan baku dengan cara seperti ini dilakukan KPMKP Krai

bertujuan agar proses penyulingan kayu putih dapat berjalan secara

kontinyu. Biasanya daun kayu putih yang didatangkan dari KPH tersebut

dilakukan pada bulan-bulan basah yaitu pada saat musim hujan.

Pemesanan bahan baku daun kayu putih dari KPH lain dilakukan karena

produksi daun kayu putih dari kebuh Krai berkurang apabila telah

memasuki musim penghujan. Hal ini disebabkan prasarana jalan dari hutan

menuju pabrik pun kurang baik dan tenaga petik tidak dapat memetik daun

kayu putih dengan cepat sehingga dapat mengurangi kuantitas bahan baku

daun kayu putih.

Untuk mendapatkan daun kayu putih dari KPH lain KPMKP Krai

tidak menetapkan biaya yang pasti per hari ataupun per bulannya karena

keadaan kekurangan bahan baku tersebut adalah tidak pasti selama satu

bulannya. Hanya saja pada tahun 2009 KPMKP Krai telah mengeluarkan

biaya tambahan untuk mendatangkan daun kayu putih dari KPH lain

sebesar Rp 190.998.400,00/ tahun, tahun 2010 sebesar Rp 197.457.800,00/

tahun dan pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 221.869.900,00 /tahun. KPH

Pemasok daun kayu putih adalah KPH Gundih, KPH Telawah dan KPH

Surakarta. Berikut adalah jumlah bahan baku daun kayu putih yang

didatangkan di KPMKP Krai untuk diproses menjadi minyak kayu putih:

Tabel 7. Sumber dan Jumlah (Kg) Bahan Baku Daun Kayu Putih Di KPMKP Krai Tahun 2009-2011.

KPH Tahun

2009 (kg) 2010 (kg) 2011 (kg) Kebun Krai 1. Jurug 1.635.335 1.208.185 1.686.243 2. Karang Ploso 2.517.504 1.972.693 2.245.527 3. Ngroto 2.093.728 2.058.024 2.236.986

Page 91: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

KPH Gundih 459.378 499.860 615.058 KPH Telawah 383.903 391.000 382.090 KPH Surakarta 308.700 300.080 341.030

Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa pada tahun 2009-2011

KPMKP Krai mendatangkan bahan baku dari kebun Krai sendiri yaitu

Jurug, Karang Ploso dan Ngroto. Selain dari kebun sendiri Krai KPMKP

memasok bahan baku daun kayu putih dari KPH lain. Tujuannya adalah

menambah bahan baku daun kayu putih untuk digunakan dalam proses

produksi. KPH Gundih memasok daun kayu putih pada tahun 2009-2011

masing-masing sebesar 459.378 kg, 499.860 kg dan 615.058 kg. Pada

tahun 2009-2011 KPH Telawah memasok daun kayu putih masing-masing

sebesar 383.903 kg, 391.000 kg dan 382.090 kg. Sedangkan KPH

Surakarta memasok bahan baku daun kayu putih pada tahun tersebut

masing-masing 308.700 kg, 300.080 kg dan 341.030 kg.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2009-

2011 KPH Gundih adalah pemasok daun kayu putih terbanyak karena

KPH Gundih memiliki wilayah terluas dan letaknya paling dekat dengan

KPMKP Krai, sehingga dapat menghemat biaya penyediaan bahan baku.

Sedangkan pemasok daun kayu putih yang paling sedikit adalah KPH

Surakarta, mengingat lokasinya yang cukup jauh sehingga KPMKP Krai

tidak banyak mendatangkan bahan baku daun kayu putih dari KPH

Surakarta dengan pertimbangan biaya transportasi yang lebih mahal.

Adanya permasalahan teknis, seperti kekurangan bahan baku,

mundurnya masa produksi, berakhirnya masa produksi yang terlalu awal

dan kekurangan tenaga petik atau tenaga borong menjadi perhatian serius

dari pihak KPMKP Krai. Dengan adanya keadaan tersebut, maka

diharapkan adanya evaluasi yang lebih mendalam serta perhatian serius

dari setiap unit kerja di KPMKP Krai agar waktu mendatang kerugian

dapat diminimalisir. Selain itu, tenaga petik dan tenaga borong yang

berasal dari masyarakat setempat juga harus diperhatikan karena

Page 92: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

masyarakat setempat merupakan faktor pendukung keberhasilan kegiatan

penyulingan/ produksi minyak kayu putih.

B. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menurut Metode EPQ

1. Keadaan Persediaan Bahan Baku Telah Pasti

Unsur yang paling penting untuk mendukung proses produksi adalah

bahan baku, dimana dalam kegiatan produksi tersebut bahan baku

didatangkan ke perusahaan kemudian dapat diolah menjadi produk yang

direncanakan. Sehingga perlu adanya suatu metode untuk memperlancar

kegiatan penjadwalan, mengoptimalkan jumlah produksi per hari serta

meminimalkan biaya. Salah satu metode yang digunakan adalah EPQ

(Economic Production Quantity) dan tentunya KPMKP Krai diharapkan

dapat menerapkan metode ini.

Dalam menghitung pemetikan serta produksi daun kayu putih

diharapkan dapat mencapai optimal dengan menggunakan metode EPQ

karena dengan diterapkannya metode tersebut di KPMKP Krai, nantinya

dapat meminimalkan biaya produksi. Penyediaan bahan baku daun kayu

putih menurut metode EPQ dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 8. Penyediaan Bahan Baku Daun Kayu Putih Menurut Metode EPQ Tahun 2009-2011.

Tahun D (kg) S (Rp) P (kg) H (Rp) Q /hari

(kg) TC/hari

(Rp) 2009 14.575,31 74.002.600 20.823,00 1.000 15.482,33 2.544.000 2010 13.390,76 67.984.600 19.129,67 1.000 14.223,34 2.337.100 2011 14.393,76 73.082.100 20.564,00 1.000 14.622,18 2.402.600

Sumber: Analisis Data Sekunder Keterangan:

D = Tingkat produksi harian (kg)

S = Biaya produksi per bulan (Rp)

P = Jumlah pemetikan harian (kg)

H = Biaya analisa bahan baku kayu putih (Rp)

Q/hari = Tingkat produksi harian menurut perhitungan EPQ (Kg)

Page 93: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

TC/hari = Biaya produksi harian menurut perhitungan EPQ (Rp)

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah produksi yang

ekonomis per hari pada tahun 2009-2011 secara berturut-turut adalah

15.482,33 kg; 14.223,34 kg dan 14.622,18 kg. Keadaan tersebut

menunjukkan fluktuasi dari tahun ketahun, hal ini terkait dengan rencana

pemetikan yang telah dijadwalkan. Rencana pemetikan sudah ditetapkan

dari setahun sebelum dilakukan proses produksi kembali. Biaya pemetikan

per hari dalam perhitungan metode EPQ selama tahun 2009-2011 KPMKP

Krai harus mengeluarkan biaya masing-masing Rp 2.544.000,00; Rp

2.337.100,00 dan Rp 2.402.600,00; biaya tersebut digunakan untuk

pemetikan dan biaya analisa.

Pengendalian persediaan bahan baku daun kayu putih untuk proses

produksi dengan menggunakan metode EPQ perlu adanya gambaran

mengenai panjang siklus tersedianya bahan baku daun kayu putih di kebun

(hutan) serta kuantitas produksi ekonomis. Menurut Yamit (2002),

Penentuan volume produksi yang optimal dengan Metode Economic

Production Quantity (EPQ) adalah persediaan bahan baku dalam suatu

perusahaan berkaitan dengan volume produksi. Keterkaitan ini terlihat di

KPMKP Krai dimana pada saat proses produksi tiba bahan baku daun kayu

putih sangat mudah didapatkan karena dapat diperkirakan bahwa pada saat

musim produksi tiba kuantitas daun kayu putih yang siap untuk dipetik

banyak. Seiring dengan berjalannya masa produksi di KPMKP Krai

biasanya bahan baku daun kayu putih semakin berkurang pada saat masa

produsksi akan berakhir dan bahan baku daun kayu putih akan habis pada

saat masa produksi minyak kayu putih di KPMKP Krai telah berakhir.

2. Keadaan Kekurangan Bahan Baku

Keadaan kekurangan bahan baku adalah suatu keadaan dimana pada

suatu waktu terjadi keminiman bahan baku untuk diproduksi sehingga

perlu adanya suatu usaha untuk mendapatkan bahan baku dari tempat lain.

KPMKP Krai cukup sering mengalami hal seperti ini sehingga KPMKP

Krai selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk

proses produksi dari KPH lain (KPH Gundih, KPH Telawah dan KPH

Page 94: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Surakarta). Menurut metode EPQ pada setiap masa produksi agar produksi

dapat terus berjalan maka KPMKP Krai harus mendapatkan daun kayu

putih minimum per hari (q*) dengan total biaya produksi minimum per

hari (TC*) adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Jumlah Minimum Daun Kayu Putih Yang Diproduksi Dan Biaya Yang Dikeluarkan Per Hari Saat Terjadi Kekurangan Bahan Baku di KPMKP Krai Pada Tahun 2009-2011.

Tahun 2009 2010 2011 q* (kg) 8.480,00 7.790,46 8.011,89

TC* (Rp) 8.480.000,00 7.790.400,00 8.005.900,00

Sumber: Analisis Data Sekunder Keterangan:

q* = Jumlah bahan baku kayu putih minimum per hari (kg)

TC* = Total biaya produksi minimum per hari (Rp)

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa kuantitas produksi

minimum per hari (q*) selama 3 tahun dari tahun 2009-2011 masing-

masing adalah 8.480,00 kg; 7.790,46 kg dan 8.011,89 kg. Dari tahun

ketahun terdapat perbedaan kuantitas produksi per harinya, pada tahun

2010 kuantitas produksi dan biaya produksi hariannya adalah yang paling

kecil. Pada tahun 2011 kuantitas produksi minimum per harinya kembali

meningkat yaitu sebesar 8.011,89 kg dengan biaya produksi per harinya

adalah Rp 8.005.900,00.

Pada saat bahan baku daun kayu putih minimum, total biaya

produksi lebih tinggi dibandingkan dengan total biaya produksi saat

keadaan normal. Hal ini dapat terjadi karena bahan baku yang sedikit dapat

menyebabkan pembengkakan biaya, seperti biaya transportasi, dimana truk

diisi dengan daun kayu putih yang tidak memenuhi kapasitas truk, jarak

kebun yang jauh dan areal pemetikan yang berpencar.

Keadaan kekurangan persediaan bahan baku menurut metode EPQ

dapat digunakan dengan memperhatikan hubungan antara jumlah

minimum produksi (q*) serta siklus waktu kekurangan persediaan.

KPMKP Krai juga sering mengalami keadaan yang seperti ini, yaitu

diawal dan menjelang masa akhir produksi biasanya perusahaan

Page 95: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

mengalami kekurangan bahan baku daun kayu putih. Keadaan kekurangan

bahan baku daun kayu putih yang sering terjadi di KPMKP Krai pada saat

masa produksi, maka diharapkan adanya penerapan metode EPQ. Untuk

mendapatkan bahan baku yang memenuhi kapasitas EPQ maka dapat

dilakukan upaya intensifikasi lahan. Dengan hal tersebut, KPMKP Krai

dapat melakukan proses produksi secara terus menerus dan kerugian pun

dapat diminimalisir karena kuantitas produksi yang ekonomis sudah

diperhitungkan diawal.

C. Perbandingan Persediaan Bahan Baku Antara Kebijakan KPMKP Krai

Dengan Metode EPQ

Untuk mengetahui arah dan perhitungan yang ekonomis, maka dapat

dilakukan perbandingan antara metode EPQ dengan kebijakan KPMKP

Krai. Permasalahan bahan baku di KPMKP Krai sudah menjadi masalah

yang cukup lama pada setiap masa produksi. Untuk itu, perusahaan perlu

menetapkan jumlah minimum produksi pada saat terjadi kekurangan bahan

baku. Hal ini dilakukan agar kegiatan proses produksi dan jumlah produksi

dapat mencapai optimal. Berikut adalah hasil dari perbandingan

pengendaliaan persediaan bahan baku daun kayu putih yang menurut

metode EPQ dengan kebijakan perusahaan.

Tabel 10. Perbandingan Kuantitas Produksi Harian Yang Dikeluarkan

Menurut KPMKP Krai Dan Metode EPQ Tahun 2009-2011.

Tahun 2009 2010 2011 Produksi menurut kebijakan perusahaan (kg)

14.575,53 13.390,76 14.393,76

Produksi menurut EPQ (kg) 15.482,33 14.223,34 14.622,18 Selisih (kg) 906,80 832,58 228,21

Sumber: Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 10, diketahui adanya perbedaan antara kuantitas

produksi harian menurut kebijakan perusahaan dengan metode EPQ.

Selisih kuantitas produksi per hari antara keduanya pada tahun 2009-2011

masing-masing adalah 906,8 kg; 832,58 kg; dan 228, 21 kg. Pada tahun

2009-2011 KPMKP Krai melakukan produksi yang lebih sedikit

dibandingkan dengan metode EPQ. Hasil perbandingan tersebut

Page 96: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

menunjukkan bahwa KPMKP Krai belum mencerminkan produksi yang

efisien. Perusahaan dikatakan efisien apabila kuantitas produksi kayu putih

yang diperoleh dari analisis EPQ lebih besar dari pada kuantitas produksi

daun kayu putih berdasarkan kebijakan pengendalian yang selama ini

dilakukan perusahaan.

Penggunaan kapasitas mesin pemasakan daun kayu putih secara

maksimal dapat menekan shift produksi di KPMKP Krai. Dengan rata-rata

kuantitas daun kayu putih tersebut, sebenarnya KPMKP Krai mampu

melakukan proses produksi sebanyak 2 shift saja. Namun, pada

kenyataannya, KPMKP Krai membagi shift produksinya menjadi 3 atau 4

shift dalam satu hari. Hal ini menunjukkan bahwa KPMKP Krai kurang

memperhatikan kuantitas dan kapasitas mesin. Melihat hal tersebut di atas,

maka sebaiknya rencana pemetikan dan rencana produksi diperbaiki untuk

tahun-tahun berikutnya.

Kuantitas produksi sebaiknya ditambah mengingat kapasitas mesin

yang yang masih mampu untuk digunakan dalam proses produksi yang

lebih banyak. Namun, kuantitas pemetikan daun kayu putih dan waktu

produksinya harus diperhatikan dan perlu direncanakan agar kualitas daun

kayu putih tidak mengalami penurunan kualitas. Penumpukan bahan baku

dapat menyebabkan kualitas daun kayu putih menurun dan perusahaan

dapat mengalami kerugian. Seperti halnya, pada penelitian terdahulu

menurut Dewanto (2010), menjelaskan bahwa produktivitas lahan kayu

putih sebagai bahan baku berpengaruh terhadap produksi minyak kayu

putih di pabrik minyak kayu putih. Selain itu, realisasi dan target

menunjukkan hasil tidak sesuai dengan standar, hal ini menunjukkan

adanya kesalahan dalam manajemen terutama perencanaan dan

pelaksanaan pada pabrik.

Melihat hal tersebut, KPMKP Krai perlu memperhatikan recana

waktu pemetikan dan produksi yang berdekatan yaitu setelah pemetikan

daun kayu putih lebih baik segera dilakukan proses produksi. Selain itu,

perlu adanya perhitugan kuantitas produksi dengan metode EPQ untuk

memperkirakan kuantitas daun kayu putih yang akan diproduksi agar tidak

Page 97: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

mengalami kekurangan ataupun penumpukan bahan baku. Disisi lain,

biaya produksi juga harus diperhatikan. Dengan melakukan proses

produksi, maka secara otomatis diperlukan biaya-biaya yang berkaitan

dengan penyediaan bahan baku. Berikut adalah perbandingan total biaya

yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku menurut metode EPQ dan

kebijakan KPMKP Krai:

Tabel 11. Perbandingan Total Biaya Produksi Harian Yang Dikeluarkan

Menurut KPMKP Krai Dan Metode EPQ Tahun 2009-2011.

Tahun 2009 2010 2011 Rata-rata Total biaya menurut kebijakan perusahaan (Rp)

4.088.900 2.899.300 3.413.700 3.467.300

Total biaya menurut EPQ (Rp) 2.544.000 2.337.100 2.402.600 2.427.900 Selisih (Rp) 1.544.900 562.200 1.011.100 1.039.400

Sumber: Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa penggunaan metode

EPQ dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan pabrik. Hal ini dapat

ditunjukkan dari adanya selisih total biaya antara kebijakan KPMKP Krai

dengan metode EPQ. Pengeluaran biaya untuk penyediaan bahan baku di

KPMKP Krai sangatlah tinggi, dimana rata-rata total biaya tersebut dari

tahun 2009-2011 adalah sebesar Rp 3.467.300,00; sementara menurut

metode EPQ sebesar Rp 2.427.900,00 dan rata-rata selisih antara keduanya

sebesar Rp 1.039.400,00. Selisih tertinggi adalah pada tahun 2009 karena

biaya yang dikeluarkan pada tahun tersebut cukup tinggi. Sedangkan pada

tahun 2010 selisihnya cukup sedikit, hal ini dikarenakan total biaya pada

tahun tersebut rendah.

Penggunaan metode EPQ dalam perusahaan berguna untuk

mengekonomiskan jumlah produksi harian, dengan kuantitas produksi

yang cukup ekonomis diharapkan perusahaan mengeluarkan biaya yang

minim sehingga perusahaan dapat menghemat biaya-biaya yang

dikeluarkan. Sebagaimana dalam perhitungan EPQ yang telah dilakukan

pada KPMKP Krai, dimana produksi daun kayu putih lebih besar

dibandingkan dengan perhitungan menurut kebijakan KPMKP Krai.

Sedangkan total biaya menurut metode EPQ lebih kecil dibandingkan

Page 98: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

dengan kebijakan KPMKP Krai. Hal ini dikarenakan adanya perhitungan

produksi yang ekonomis dengan memaksimalkan kuantitas produksi dan

menekan biaya produksi yang digunakan. Penggunaan biaya lebih

diefisienkan, misalnya truk pengangkut diisi dengan daun kayu putih yang

sesuai dengan kapasitas truk (tidak kurang atau lebih) sehingga biaya yang

dikeluarkan efisien.

D. Penjadwalan Penanaman (Replanting) Tanaman Kayu Putih Dan

Pemetikan Bahan Baku Kayu Putih

1. Menurut Kebijakan KPMKP Krai

a. Penjadwalan Replanting

Adanya kebutuhan untuk penyediaan bahan baku daun kayu

putih untuk memenuhi produksi minyak kayu putih di pabrik secara

terus menerus dalam jangka panjang, maka KPMKP Krai menyusun

penjadwalan replanting maupun penjadwalan pemetikan daun kayu

putih di kebun-kebun Krai. Dalam membuat penjadwalan penanaman

(replanting) tanaman kayu putih, KPMKP Krai tidak perlu

memperhatikan lahan secara khusus, mengingat tanaman kayu putih

merupakan tanaman jenis pioner yang dapat tumbuh di tanah tandus,

tanah panas dan dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran

bahkan dapat tumbuh secara liar. Namun, bibit kayu putih memerlukan

keadaan kelembaban tinggi sehingga KPMKP Krai memperhatikan

tata waktu penanaman, penanaman yang dilakukan efektif apabila

dilaksanakan pada saat curah hujan tinggi (Januari hingga Pebruari).

Untuk mengetahui bulan basah, kering maupun lembab, pada

beberapa tempat di sekitar wilayah hutan (kebun Krai) dibuat stasiun

pengamatan curah hujan, sehingga dari adanya data stasiun hujan

tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan

kering. Iklim di daerah kebun KPMKP Krai adalah iklim dengan tipe

D, dimana perbandingan bulan basah dan bulan keringnya adalah

60%-100%. Dengan mengetahui perbandingan ini, maka KPMKP Krai

dapat menerapkan penjadwalan replanting agar bibit-bibit tanaman

Page 99: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

kayu putih dapat tumbuh dengan baik. Replanting dilakukan apabila

tanaman kayu putih sudah berumur 30 tahun.

Penjadwalan replanting di kebun Krai dibuat dengan

membentuk petak-petak kebun, tujuannya tidak hanya untuk

memudahkan pengaturan penanaman bibit kayu putih, tetapi juga

untuk mempermudah pemeliharaan hingga pemetikan daun kayu putih.

Selain penanaman tanaman kayu putih, dilakukan juga pengkayaan

penanaman kayu putih yang ditanam pada larikan yang sudah tidak

ada pohonnya. Efektivitas pengkayaan ini perlu mempertimbangkan

umur tegakan asal, sulaman yang efektif ini dapat dilakukan pada

umur tegakan asal dibawah 20 tahun.

b. Penjadwalan Pemetikan

Penjadwalan replanting yang dibuat juga berpengaruh pada

penjadwalan pemetikan tanaman kayu putih, karena dengan

mengetahui jadwal replanting maka pihak KPMKP Krai dapat

memperhitungkan waktu pemetikan sehingga umur tanaman dan daun

kayu putih yang dipetik sesuai syarat-syarat pemetikan menurut

KPMKP Krai. Pemangkasan/ pemetikan yang dilakukan dengan baik

akan menjadikan tanaman kayu putih menjadi lebih baik pula, yaitu

perkembangan tunas akan lebih banyak yang berarti merangsang

percabangan dan menghasilkan daun lebih banyak

Penjadwalan pengadaan bahan baku di KPMKP Krai berada

dibawah tanggung jawab Kaur Kebun, Mandor Petik dan Mandor

Tanam. Kayu putih yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk

minyak kayu putih adalah kayu putih yang sudah berumur 4 tahun dan

kemudian dapat dipetik lagi setelah umur 9 bulan berturut-turut hingga

pohon kayu putih mencapai umur 30 tahun.

Penjadwalan pemetikan dibuat berdasarkan umur tanaman, yaitu

setelah tanaman mencapai umur 4 tahun dan pemangkasan selanjutnya

dilakukan dengan jarak waktu 9 bulan. Pemetikan daun kayu putih

dilakukan oleh tenaga petik dibagi di beberapa wilayah pemetikan

menurut petak-petak lahan di kebun Krai. Pengaturan penjadwalan

Page 100: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

pemetikan dilakukan agar kualitas daun kayu putih yang didapat baik.

Selain itu, keadaan bulan basah dan bulan kering juga diperhatikan

KPMKP Krai dalam menyusun penjadwalan pemetikan karena dengan

mengetahui keadaan bulan-bulan tersebut kuantitas pemetikan dapat

diperkirakan.

Penjadwalan penanaman kayu putih dilakukan dengan

memperhatikan umur tanaman kayu putih yang sudah tidak

berproduksi. Varietas kayu putih yang ditanam di kebun Krai adalah

varietas buru dan ponorogo, namun saat ini lebih banyak digunakan

varietas buru karena rendemennya lebih tinggi dibandingkan dengan

varietas ponorogo. Berikut adalah tabel penjadwalan penanaman tahun

2009-2011 di kebun KPMKP Krai.

Tabel 12. Penjadwalan Penanaman Kayu Putih di KPMKP Krai Tahun 2009-2011

Kebun Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

Petak Luas (Ha)

Petak Luas (Ha) Petak Luas (Ha)

Jurug 6 30,00 1b 6,60 5 33,50 16 33,50 11 11,00 17a 14,50 25 2,80 11a 4,00 20a 52,30 14 10,10 20b 3,30 22a 13,50 21d 3,10 24 27,50 22a1 19,60 24a 4,20 22a2 8,30 22a3 1,20 23b 10,30 25d 11,60

Karang Ploso

39 39,00 36 13,00 59 47,00

40 20,20 58 41,60 60 30,90 43 5,00 31 4,30 30 10,00 35 22,90 37 9,90 37a 2,00 47a 32,60

Ngroto 64 15,30 84 23,00 66 13,90 86 34,80 95 19,70 90a 20,70

Page 101: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

102 22,10 99 27,90 97a 4,70 115 16,20 113A 27,40 97e 17,30 115a 4,00 98b 4,40 98d 9,80

Sumber : KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa jadwal tanam kayu

putih pada tahun 2009-2011. Penanaman tidak dilakukan pada semua

petak lahan KPMKP Krai karena umur tanaman yang berbeda-beda,

dimana terdapat tanaman yang sudah dan belum perlu diganti. Namun,

antara rencana dan realisasi penjadwalan pemetikan terkadang tidak

sesuai, hal ini dapat menyebabkan persediaan bahan baku di KPMKP

Krai mengalami kelebihan ataupun kekurangan persediaan bahan

baku, sehingga menyebabkan produksi minyak kayu putih tidak stabil,

untuk itu diperlukan penjadwalan penanaman yang lebih baik agar

pemetikan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan KPMKP Krai.

Sebagaimana pada bulan-bulan kering kuantitas pemetikan yang

dilakukan lebih banyak, mengingat rendemen kayu putih cukup tinggi

dan prasarana jalan lebih baik dibandingkan pada saat bulan basah.

Sebalikya, pada bulan-bulan basah kuantitas pemetikan bahan baku

kayu putih dikurangi karena rendemen kayu putih cukup rendah dan

prasarana jalan dari hutan menuju pabrik pun kurang baik. Hal ini

dikarenakan prasarana jalan yang ada tidak dapat digunakan sepanjang

musim, mengingat jalannya hanya makadam dan bahkan terdapat

bebatuan yang terjal dan becek pada saat musim hujan serta medan

jalan yang tidak rata.

Penjadwalan pemetikan yang dibuat oleh KPMKP Krai

seringkali berbeda dengan relisasinya. Hal ini disebabkan adanya

pengaruh iklim yang tidak pasti maupun keadaan daun kayu putih

yang kurang baik. Daun kayu putih terkadang tidak sesuai dengan

harapan, terkadang terdapat daun kayu putih yang berwarna kuning

dan rendemennya sangat sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh pemupukan

yang kurang merata sehingga terdapat daun kayu putih yang baik,

kurang baik dan buruk. Keadaan daun kayu putih yang buruk tidak

Page 102: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dapat dipetik karena memiliki rendemen sangat sedikit. Selain itu,

penjadwalan penanaman (replanting) yang terlaksana tidak sesuai

jadwal juga dapat menyebabkan jadwal pemetikan yang tidak sesuai

dengan perkiraan yang telah dijadwalkan sebelumnya.

2. Menurut Metode JIT (Just In Time)

Bahan baku merupakan elemen yang sangat mendasar dalam setiap

kegiatan proses produksi di perusahaan. Setiap bahan baku dibutuhkan

baik diperoleh dengan cara memesan ataupun memproduksi sendiri. Untuk

itu, diperlukan suatu kebijakan tersendiri sehingga dapat diketahui jumlah

dan kebutuhan bahan bakunya dalam setiap proses produksi. Ketersediaan

bahan baku di KPMKP Krai selalu ada setiap harinya, hal ini terjadi karena

adanya rotasi pemetikan daun kayu putih secara rutin sesuai dengan syarat-

syarat (umur tanaman dan daun kayu putih) yang ditetapkan oleh KPMKP

Krai.

Penjadwalan pemetikan bahan baku daun kayu putih dengan metode

Just In Time (JIT) atau yang sering disebut dengan sistem produksi tepat

waktu dapat dilakukan dengan memperhatikan kuantitas produksi di pabrik

atau perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menentukan jumlah

produksi barang (produk) jadi berdasarkan atas jumlah barang yang benar-

benar akan dijual atau diperlukan, diproduksi pada setiap bagian secara

tepat waktu sesuai dengan kebutuhan, demikian juga pembelian dan

pemesanan masukan produksinya. Sebagaimana di KPMKP Krai yang

memproduksi minyak kayu putih yang jumlah produksinya ditetapkan

(ditargetkan) oleh Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Dengan menerapkan metode JIT dalam melakukan produksi di

pabrik, maka bahan baku dan bahan-bahan lainnya yang digunakan untuk

proses produksi adalah sesuai dengan yang diperlukan saja atau sesuai

dengan kebutuhan setiap kali produksi saja (tidak kurang ataupun lebih).

Metode JIT yang perlu diterapkan di KPMKP Krai harus sesuai dengan

shift produksi agar proses produksi efektif, yaitu 3 sampai 4 shift proses

produksi dalam satu hari. Dimana kapasitas maksimal dalam 1 shift

produksi adalah 8 ton daun kayu putih, untuk memenuhi kebutuhan

Page 103: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

tersebut sebaiknya kuantitas bahan baku yang tersedia disesuaikan dengan

kapasitas mesin tersebut yaitu 8 ton.

Untuk memenuhi kapasitas mesin di KPMKP Krai, maka seharusnya

KPMKP Krai mendatangkan bahan baku daun kayu putih lebih banyak

lagi mengingat bahan baku yang telah tersedia dalam satu hari selama ini

sering mengalami kekurangan dari kapasitas mesin yang ada. Apabila

kebun Krai maupun KPH pemasok tidak mampu memenuhi kuantitas

bahan baku daun kayu putih, maka sebaiknya KPMKP Krai mendatangkan

bahan baku lagi dari KPH lain. Selain itu, apabila terdapat keadaan yang

mendadak menghambat proses produksi KPMKP Krai harus mengatur

kembali (mengubah) jadwal pemetikan agar tidak terjadi kelebihan bahan

baku. Dengan bahan baku yang sesuai dengan kapasitas mesin, maka

penggunaan mesin, bahan baku, tenaga kerja dan shift produksi akan

efektif dan efisien.

Dilakukannya penerapan metode JIT dalam pernyediaan dapat

memberikan manfaat bagi KPMKP Krai, yaitu berkurangnya tingkat

penyediaan dan meningkatnya pengendalian mutu. Dengan tingkat

penyediaan bahan baku yang besar maka akan menyebabkan tingginya

biaya penyimpanan, sehingga pengurangan tingkat persediaan dapat

menjadi faktor penting dalam program pengurangan biaya. Pengurangan

biaya ini berarti berkurangnya modal yang tertanam dalam persediaan,

kebutuhan gudang penyimpanan dan meminimalisir kerusakan dari daun

kayu putih yang disimpan sebagai persediaan. Dengan adanya tingkat

persediaan yang rendah, kualitas dan kuantitas bahn baku kayu putih yang

dipasok harus benar-benar memenuhi kebutuhan proses produksi sesuai

dengan yang disyaratkan di KPMKP Krai agar proses produksi dapat

mencapai optimal dan tidak terhambat.

Page 104: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kuantitas persediaan bahan baku kayu putih per hari dalam setiap kali

produksi di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan belum ekonomis.

Kuantitas produksi harian menurut perhitungan EPQ selama tahun 2009-

2011 masing-masing yaitu 15.482,33 kg; 14.223,34 kg dan 14.622,18 kg.

Sedangkan Kuantitas produksi per hari menurut kebijakan KPMKP Krai

adalah sebesar 14.575,31 kg; 13.390,76 kg dan 14.393,76 kg. Kuantitas

produksi harian menurut metode EPQ lebih besar dibandingkan dengan

perhitungan menurut kebijakan KPMKP Krai.

2. Biaya persediaan bahan baku kayu putih dalam setiap kali produksi di

KPMKP Krai Kabupaten Grobogan belum efisien. Total biaya persediaan

minyak kayu putih yang ekonomis harian menurut perhitungan EPQ pada

tahun 2009-2011 masing-masing adalah sebesar Rp 2.544.000; Rp

2.337.100 dan Rp 2.402.600. Sedangkan total biaya yang telah dikeluarkan

Page 105: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH …/Analisis... · Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu, apabila diolah dapat meningkatkan nilai tambah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

KPMKP Krai pada tahun 2009-2011 masing-masing adalah Rp 4.088.900;

Rp 2.899.300 dan Rp 3.413.700. Total biaya produksi menurut perhitungan

EPQ lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan menurut kebijakan

KPMKP Krai.

3. Penjadwalan penanaman (replanting) dan penjadwalan pemetikan daun

kayu putih di KPMKP Krai Kabupaten Grobogan belum efisien.

Penjadwalan pemetikan dengan metode JIT dapat mengurangi resiko

kekurangan dan kelebihan serta penurunan kualitas bahan baku daun kayu

putih.

B. Saran

1. Sebaiknya KPMKP Krai menambah pemasok dari KPH lain agar dapat

memenuhi kapasitas mesin di pabrik sehingga dalam jangka pendek bahan

baku daun kayu putih untuk proses produksi selalu tersedia.

2. Sebaiknya KPMKP Krai melakukan upaya intensifikasi lahan agar

kuantitas dan kondisi daun kayu putih dapat memenuhi standar yang

ditetapkan KPMKP Krai.

3. Sebaiknya KPMKP Krai melakukan upaya ekstensifikasi lahan agar

kuantitas penyediaan bahan baku untuk proses produksi tetap tersedia

dalam jangka panjang.

4. Sebaiknya KPMKP Krai memperhitungkan keuntungan dari usaha

produksi minyak kayu putih yang dilakukan dengan menekan biaya

penyediaan bahan baku daun kayu putih dengan cara mengoptimalkan

pengangkutan agar menghemat biaya dan memperhitungkan shift produksi

untuk biaya tenaga masak dapat ditekan.

5. Sebaiknya pelaksanaan penjadwalan penanaman (replanting) tanaman

kayu putih dijalankan sesuai dengan keadaan di lapang (kebun) agar dapat

menambah kuantitas bahan baku daun kayu putih untuk proses produksi

dalam jangka panjang.

6. Sebaiknya dilakukan perbaikan jalan di areal kebun agar dapat menghemat

waktu pada saat pengangkutan bahan baku daun kayu putih.