membangun kemitraan melalui hasil hutan bukan kayu · harum seperti minyak kayu putih, dan bahkan...

4
MEMBANGUN KEMITRAAN MELALUI HASIL HUTAN BUKAN KAYU USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Rezki Mulyadi Hasil hutan non-kayu merupakan komponen penting dari strategi penghidupan bagi masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil hutan non kayu agar bernilai ekonomi tinggi ada- lah suatu keniscayaan. Karenanya, berbagai langkah harus dilakukan mulai dari pelibatan masyarakat, pen- ingkatan ketrampilan usaha hingga mempromosikan usaha melalui pengembangan kemitraan sehingga dapat memberi jaminan akan perbaikan pendapatan masyarakat dan kelestarian hutan di masa depan. Sejak 2014, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) V Aceh, telah mulai membangun upaya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu untuk komoditi getah pinus di wilayah kerjanya. Getah pinus diharapkan menjadi ba- sis pendapatan baik bagi KPH V maupun masyarakat. Dengan potensi yang cukup besar, getah pinus diyak- ini dapat memperbaiki kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan sekaligus partisipasinya dalam menja- ga dan melestarikan hutan. Sehingga seperti yang dis- ampaikan Kepala KPH V, Kamaruzzaman, “saya yakin getah pinus ini bisa menjadi pintu masuk keterlibatan aktif masyarakat dalam pelestarian hutan mengingat “Saya yakin getah pinus ini bisa menjadi pintu masuk keterli- batan aktif masyarakat dalam pelestarian hutan mengingat selama ini masyarakat belum memaksimalkan manfaat getah pinus sebagai sumber mata pencaharian“ USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Upload: truongkien

Post on 02-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMBANGUN KEMITRAAN MELALUI HASIL HUTAN BUKAN KAYU · harum seperti minyak kayu putih, dan bahkan digu-nakan untuk bahan bahan baku parfum. Kepala KPH V, Kamaruzzaman, menuturkan

MEMBANGUN KEMITRAAN MELALUI HASIL HUTAN BUKAN KAYU

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Rezki Mulyadi

Hasil hutan non-kayu merupakan komponen penting dari strategi penghidupan bagi masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil hutan non kayu agar bernilai ekonomi tinggi ada-lah suatu keniscayaan. Karenanya, berbagai langkah harus dilakukan mulai dari pelibatan masyarakat, pen-ingkatan ketrampilan usaha hingga mempromosikan usaha melalui pengembangan kemitraan sehingga dapat memberi jaminan akan perbaikan pendapatan masyarakat dan kelestarian hutan di masa depan.

Sejak 2014, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) V Aceh, telah mulai membangun upaya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu untuk komoditi getah pinus di wilayah kerjanya. Getah pinus diharapkan menjadi ba-sis pendapatan baik bagi KPH V maupun masyarakat. Dengan potensi yang cukup besar, getah pinus diyak-ini dapat memperbaiki kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan sekaligus partisipasinya dalam menja-ga dan melestarikan hutan. Sehingga seperti yang dis-ampaikan Kepala KPH V, Kamaruzzaman, “saya yakin getah pinus ini bisa menjadi pintu masuk keterlibatan aktif masyarakat dalam pelestarian hutan mengingat

“Saya yakin getah pinus ini bisa menjadi pintu masuk keterli-batan aktif masyarakat dalam pelestarian hutan mengingat selama ini masyarakat belum memaksimalkan manfaat getah pinus sebagai sumber mata pencaharian“

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Page 2: MEMBANGUN KEMITRAAN MELALUI HASIL HUTAN BUKAN KAYU · harum seperti minyak kayu putih, dan bahkan digu-nakan untuk bahan bahan baku parfum. Kepala KPH V, Kamaruzzaman, menuturkan

selama ini masyarakat belum memaksimalkan man-faat getah pinus sebagai sumber mata pencaharian“.

Pada dasarnya, ada beragam hasil hutan bukan kayu seperti getah, daun, kulit, buah, madu, bambu, dan ro-tan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun hingga kini, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu um-umnya merupakan kegiatan yang bersifat subsisten dan dikelola secara tradisionil oleh masyarakat yang berada di sekitar hutan. Sehingga belum dapat men-jadi sumber pendapatan dalam memperbaiki kuali-tas kehidupan warga. Hal ini bisa dimaklumi meng-ingat tidak semua warga masyarakat memiliki watak ekonomi yang eksploitatif dengan orientasi produk yang bersifat masif.

Terkait dengan pemanfaatan hasil hutan non kayu, ti-dak kurang dari 25 ribu hektar hutan pinus yang bisa dimaksimalkan pemanfaatannya di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan tersebar di Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, dan Nagan Raya. Pohon pinus yang menghasilkan getah diolah menja-di minyak terpentin yang biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, aromanya harum seperti minyak kayu putih, dan bahkan digu-nakan untuk bahan bahan baku parfum.

Kepala KPH V, Kamaruzzaman, menuturkan jajaran- nya mendorong peningkatan keterlibatan masyarakat di sekitar hutan. KPH V berupaya mengakomodasi kepentingan masyarakat dan bersama-sama mem-bangun upaya pelestarian hutan. Mengingat salah satu penyebab kegagalan pengelolaan hutan adalah minimnya keterlibatan masyarakat. Ketua KPH men-yadari bahwa sumber daya di lingkungan KPH, baik dana dan manusia sangat terbatas untuk mengatasi degradasi ekosistem hutan. Karenanya, keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan dan peman-faatan hutan menjadi mutlak. “Dengan melibatkan masyarakat sejak awal, jaminan hutan lestari semakin besar,” kata Kamaruzzaman.

Pada awalnya masyarakat enggan untuk menginten-sifkan kegiatan pengolahan hutan pinus secara opti-mal karena memang disadari kurangnya penyerapan atas hasil getah pinus. Ketersediaan pasar menjadi kendala. Sehingga KPH V menggandeng pihak swasta dan koperasi untuk bekerja sama dengan Badan Us-aha Milik Kampung (BUMK) yang dirancang sebagai penampung dan pengelola getah pinus. Hal ini di-dasari oleh besarnya kebutuhan getah pinus oleh PT. Kencana Hijau Bina Lestari yang mampu mengelola getah pinus dengan kapasitas produksi hingga 50 ton perhari. Sementara saat ini, kegiatan produksi belum

Foto: Kamaruzzaman, Kepala KPH V Gayo Lues menunjukan pohon pinus yang siap disadap getahnya.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

Page 3: MEMBANGUN KEMITRAAN MELALUI HASIL HUTAN BUKAN KAYU · harum seperti minyak kayu putih, dan bahkan digu-nakan untuk bahan bahan baku parfum. Kepala KPH V, Kamaruzzaman, menuturkan

mencapai kapasitas karena minimnya pasokan getah pinus sebagai bahan baku.

Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan KPH V dalam rangka bekerja sama dengan perusahaan adalah mendatangkan tenaga ahli dari Institut Per-tanian Bogor (IPB) untuk memperkenalkan metode bor dalam penyadapan getah pinus. Ketika dimulai, metode bor yang diperkenalkan masih sulit diimple-mentasikan. Namun lambat laun, metode ini mulai dipraktekkan masyarakat sesudah semakin sempitnya bidang sadap di pohon pinus akibat dari penyadapan yang berlebihan. Metode bor mempunyai keunggu-lan diantaranya adalah pelukaan relatif kecil sehingga kerusakan terhadap pohon dapat diminimalkan dan proses pemulihan luka relatif cepat.

Getah keluar dari lubang bor kemudian dialirkan melalui pipa dan ditampung dalam wadah plastik. Cara ini terbukti mampu menghasilkan getah yang sangat bersih dan berkualitas tinggi.

Perusahaan membeli getah pinus dengan harga Rp 4.000 per kilogram. Namun yang masih menjadi per-soalan adalah sekalipun potensi getah pinus cukup besar dan terdapat perusahaan yang menampung, namun jumlah masyarakat yang mau terlibat aktif merasakan renyahnya ekonomi dari kegiatan peny-adapan masih sangat minim. Diperkirakan hanya 1 persen masyarakat lokal yang menjadi penggarap. Selebihnya, tenaga penyadap didatangkan pihak pe-rusahaan dari luar Aceh dan Sumatera untuk me-menuhi standar kuota bahan baku dan kebutuhan produksi pabrik. Salah satu faktornya, masyarakat memiliki usaha budidaya serewangi yang lebih mudah dilakukan dibanding menyadap getah pinus.

Dalam meningkatkan minat masyarakat untuk beker-ja menyadap getah pinus, PT. Kencana Hijau Bina Le-stari gencar melakukan sosialisasi bersama tim ahli dari IPB terutama untuk memperkenalkan metode

bor. Target sosialisasi mencakup semua desa yang memiliki pinus. Getah pinus selain berada di kawasan hutan yang merupakan lahan konsesi PT. Kencana juga berada di kebun-kebun masyarakat, meski tidak cukup luas. Dalam pola kemitraan ini, perusahaan juga menyediakan alat bor kepada masyarakat dan diba-yar secara kredit. Staf KPH V, Zulhammuddin Arbie, mengatakan “meski belum maksimal namun upaya ini adalah bagian dari upaya pelestarian hutan di Aceh. Pengolahan getah pinus diyakini akan meminimalkan penebangan pohon pinus dan menjamin pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Dulu masyarakat jual pinus 100 ribu per batang, sekarang mereka lebih tertarik garap getah (pinus) dan serewangi”.

Tidak hanya getah pinus, KPH V juga mengembang-kan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu lainnya sep-erti serewangi, rotan, dan gula aren dengan metode pengolahan yang ramah lingkungan. Meskipun tidak sebesar getah pinus, potensi serewangi cukup men-janjikan. Kedua komoditi ini adalah pasangan ideal dan saling mendukung. Serewangi dapat tumbuh subur jika ditanam berdekatan dengan pinus.

Pengaman Hutan yang Ramah Petani

Tidak hanya kemitraan dalam pemanfaatan hasil hutan non kayu, KPH V juga mendorong keberadaan Pengamanan Hutan (Pamhut) yang lebih ramah ter-hadap petani. Sosok pengaman hutan yang selama ini terkesan angker, kasar dan menggunakan pendekatan fisik (hukuman) dalam mengamankan kawasan, dico-ba untuk lebih menghargai dan mendengar aspirasi masyarakat. Sehingga posisi dan peran Pamhut dapat membantu proses transformasi masyarakat lokal da-lam menjaga hutan untuk mendukung pengemban-gan potensi ekonomi masyarakat. Karenanya, Pamhut dilibatkan dalam proses sosialiasasi, penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat. Fungsi Pamhut sebagai

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Foto: Aceh memiliki potensi yang cukup besar, getah pinus diyakini dapat memperbaiki kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di Gayo Lues

Page 4: MEMBANGUN KEMITRAAN MELALUI HASIL HUTAN BUKAN KAYU · harum seperti minyak kayu putih, dan bahkan digu-nakan untuk bahan bahan baku parfum. Kepala KPH V, Kamaruzzaman, menuturkan

penjaga kawasan tidak dihilangkan namun perannya bertambah dan pendekatan kerjanya lebih bersifat kekeluargaan.

Alhasil, perubahan yang dibangun KPH V terkait dengan peran Pamhut mendapat respon positif dari masyarakat. Jika sebelumnya masyarakat acap-kali menjauh dengan tidak memberi informasi yang benar kepada Pamhut, maka sekarang berubah. Bu-kan saja sekedar informasi yang diberikan terkait dengan kegiatan perambahan, terkadang masyarakat dan Pamhut melakukan patroli bersama. Sosialisasi yang dilakukan Pamhut merupakan tahap memban-gun keakraban dan kepercayaan dengan masyarakat tanpa harus meniadakan fungsinya dalam melakukan penegakan hukum atas kegiatan pemanfaatan hutan secara ilegal. “Fungsi Pamhut kita tambahkan dengan melakukan pembinaan dan sosialisasi ke petani atau masyarakat. Selain agar tidak saling curiga, juga dimak-sud untuk meningkatkan animo warga masyarakat da-lam memaksimalkan produk hasil hutan bukan kayu ini secara lestari. Selama ini masyarakat baru bekerja saat butuh saja,” ujar Kamaruzzaman.

Banyak pihak harus ikut dilibatkan dan bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang lestari dan mem-beri kesejahteraan dengan meminimalkan kerusakan lingkungan. Sebagai lembaga yang berwenang dalam menjaga kawasan hutan, KPH V akan berupaya men-jalin kerja sama dengan PDAM untuk pemanfaatan sumber daya air dan sekaligus pelestarian hutan di Gayo Lues dan sekitarnya. Mengingat mata air yang ada merupakan sumber utama dalam mensuplai ke-butuhan air yang diusahakan PDAM bagi warga Gayo Lues. “Jika tidak dilakukan kerja sama pemanfaatan yang berkelanjutan sejak sekarang, saya rasa 10 tahun mendatang kita akan mulai merasakan sulitnya air,” kata Zulhamuddin Arbie.

Saat ini KPH sedang mempelajari bagaimana memba-ngun kemitraan multi pihak untuk tujuan pengelolaan kawasan secara kolaboratif bersama masyarakat. Pola pemberian bibit tanaman bagi masyarakat dan kerja sama pemanfaatan hasil hutan bukan kayu melalui pola kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan pihak swasta adalah contoh kemitraan yang akan ter-us dievaluasi. Yang pasti KPH V berkomitmen men-yatukan visi kehutanan: Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 4