analisis pengawasan dan pengendalian …

83
ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI BAHAN GALIAN GOLONGAN C UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN OPTIMALISASI PAD KABUPATEN GOWA MUH. ARKAM 10573 01647 10 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIANPEMUNGUTAN RETRIBUSI BAHAN GALIAN

GOLONGAN C UNTUK MENDUKUNGPENCAPAIAN OPTIMALISASI PAD

KABUPATEN GOWA

MUH. ARKAM

10573 01647 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR2015

Page 2: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

i

ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIANPEMUNGUTAN RETRIBUSI BAHAN GALIAN

GOLONGAN C UNTUK MENDUKUNGPENCAPAIAN OPTIMALISASI PAD

KABUPATEN GOWA

MUH. ARKAM10573 01647 10

Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR2015

Page 3: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

ii

Page 4: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

iii

Page 5: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

iv

KATA PENGANTAR

Rasa Syukur yang teramat dalam atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini, shalawat dan salam tetap terpanjatkan kepangkuan baginda Rasulullah

Muhammad SAW. Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti

seminar Proposal dalam rangka penyelesaian studi pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekononi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan Judul “Analisis

Pengawasan dan Pengendalian Pemungutan Retribusi Bahan Galian Golongan C

Untuk Mendukung Pencapaian Optimalisasi PAD Kabupaten Gowa”.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini telah menyita banyak waktu,

tenaga, curahan pikiran serta materi dan penulis menyadari bahwa tanpa bantuan

tersebut Proposal ini tidak akan tersusun sebagaimana mestinya. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan hormat dan penghargaan

serta terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar, Serta Para Pembantu Dekan yang telah

memberikan kemudahan dalam rangka penyusunan Proposal ini.

3. Bapak Faidhul Adziem, SE., M.Si selaku Penasehat Akademik, yang telah

memberikan kelancaran selama proses Perkuliahan.

Page 6: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

v

4. Bapak Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

membantu penulis selama menempuh perkuliahan.

5. Bapak Muh. Amir. SE., M.Si, Ak, CA sebagai pembimbing I yang dengan

tulus memberikan nasehat, bimbingan, saran, serta petunjuk selama penulis

melakukan penyusunan dan penulisan Proposal ini.

6. Bapak Faidhul Adziem. SE., M.Si sebagai pembimbing II yang dengan tulus

dan sabar bersedia meluangkan waktunya serta petunjuk dan bimbingannya

selama penulis menempuh perkuliahan di Universitas Muhammadiyah

Makassar sampai pada penyusunan dan penulisan Proposal ini.

7. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh pegawai/Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

yang selalu memberikan bimbingan dalam kelancaran kegiatan perkuliahan

dan akademik.

8. Seluruh teman-temanku di AK. 2 10 yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang senantiasa memberikan Do’a, dukungan, dan semangat selama ini.

Semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk bertemu dan berkumpul

kembali, serta memberikan kesuksesan bagi kita semua. Semoga tali

persaudaraan itu tak pernah putus, walau tangan tak bergandengan namun

selalu ada di hati.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan.

Oleh karena itu, penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan Skripsi ini. Dan akhirnya, penulis berharap semoga proposal ini

dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Page 7: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

vi

Billahi Fii Sabilil Haq…. Fastabiqul Khaerat….

Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.

Makassar, Mei 2014

Penulis

Page 8: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

vii

ABSTRAK

Muh. Arkam, Analisis Pengawasan dan Pengendalian Pemungutan Retribusi Bahan Galian Golongan C Untuk Mendukung Pencapaian Optimalisasi PADKabupaten Gowa (Studi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa)

Penelitian ini dilakasanakan di Kabupaten Gowa, Tepatnya Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa serta tempat yang terkait denganpembahasan penulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui system pengawasan dan pengendalian pemungutan retribusi bahan galian golongan Cuntuk mendukung pencapaian optimalisasi PAD kabupaten gowa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C merupakan yang terbesar kedua setelah pajak rumah sakit di kabupaten gowa dan Kontribusi Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gowa pada tahun 2011-2013 cukup besar dengan prosentase rata-rata sebesar 2,55% dan kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2011 dan 2012. Namun ada beberapa kelemahan dimana kurangnya kesadaranmasyarakat terutama Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga menghambat kelancaran pemungutan pajak dan kurangnya jumlah SDM di DPKD dan minimnya pengetahuan teknologi informatika yang membuat proses pemungutan pajak tidak berjalan secara maksimal. Dari kelemahan itu, maka penulis menyarankan solusi duntuk memperbaiki sistem manajemen PAD sektor pertambangan yang saat ini belum memadai yaitu kordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (Dinas Pertambangan dan Dinas Pengelola keuangan Daerah) harus di tata dengan baik. Dua dinas tersebut merupakan instansi pelaksana teknis dari kebijakan yang di tetapkan. Perencanaan penganggaran dari awal pada pembahasan APBD tentang target PAD sektor pertambangan harus di hitung secara realistis dan rasional. Ada pedoman dan uji petik yang dilakukan dilapangan sehingga target PAD yang di bebankan rasional dan realistis. Dinas Pertambangan dan Dinas Pengelola Keuangan Daerah memperbaiki dan meningkatkan sumberdaya manusia di bawah lingkup instansinya yang terlibat dalam pengelolaan PAD, baik kualitas, kapabilitas dan integritas atau kejujuran dari pegawainya. Ketidaktahuan dan ketidakmampuan pegawai dalam menghitung dan menetapkan besar tarif pajak dan retribusi, daya kreativitas yang kurang dalam melihat potensi PAD sektor pertambangan yang memungkinkan untuk dioptimalkan, serta kejujuran pegawai dalam mengumpulkan hasil PAD yang di indikasikan terjadi kebocoran sehingga mengurangi jumlah PAD. Permasalahantersebut diatas yang harus diatasi oleh pemerintah kabupaten Gowa agar memperbaiki sistem manajemen PAD nya.

Page 9: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................3

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................4

D. Manfaat Penelitian...................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................

A. Tinjauan Umum Tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) .....................6

B. Tinjauan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah.....................................8

C. Tinjauan Umum Tentang Pajak...............................................................9

D. Tinjauan Umum Tentang Pajak Daerah ..................................................20

E. Retribusi Daerah ......................................................................................33

F. Penetapan dan Pembayaran Retribusi...................................................... 38

G. Kerangka Pemikiran ................................................................................39

H. Hipotesis ..................................................................................................40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................

E. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................42

F. Populasi dan Sampel Penelitian ..............................................................42

G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................42

H. Jenis dan Sumber Data ............................................................................43

I. Metode Analisis Data ..............................................................................43

Page 10: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

ix

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .....................................

A. Sejarah Singkat .......................................................................................44

B. Visi dan Misi...........................................................................................44

C. Tugas dan Fungsi Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Gowa ............45

D. Struktur Organisasi .................................................................................52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

A. Pengendalian dan Pengawasan Retribusi Pajak Bahan Galian Gol. C......53

B. Analisis Data .............................................................................................58

C. Hambatan dan Upaya Pemungutan Pajak Pengambilan dan

Pengelolahan Bahan Galian Golongan C..................................................64

D. Kelebihan Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pengelohan Bahan

Galian Golongan C....................................................................................65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................................67

B. Saran..........................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik. Selain

itu Indonesia juga merupakan welfare state atau Negara kesejahteraan yang

bertujuan mensejahterakan rakyatnya. Karena adanya tujuan tersebut, maka

Indonesia memiliki urusan yang tidak terhingga sehingga bisa mengatur apa saja

sampai-sampai urusan privat rakyatnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada awalnya pemerintah Indonesia

dalam menjalankan pemerintahannya menganut atau memakai sistem

pemerintahan sentralistik, dimana segala urusan dan wewenang untuk mengatur

jalannya pemerintahan diselenggarakan dan dikuasai oleh Pemerintah Pusat. Sejak

bergulirnya reformasi, paradigma pemerintahan juga mulai berubah dari sistem

yang sentralistik menjadi sistem desentralisasi karena sistem yang sentralistrik

memiliki ketidak efektifan manajemen pemerintahan. Sistem ini tidak dapat

memenuhi dan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan tiap-tiap daerah yang

bermacam-macam dan berbeda-beda antar daerah satu dengan yang lain.

Sejalan dengan hal tersebut, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 22

tentang Pemerintah Daerah. Kebijakan politik ini dianggap sebagai tiang pancang

dari proses demokrasi di Indonesia. Pemerintah pusat yang kental dengan manusia

sentralisasi selama ini mau berbagi kewenangan dengan daerah, tentunya dengan

maksud dan tujuan agar terciptanya kemandirian daerah secara demokratis dan

selalu didukung partisipasi rakyat yang cukup tinggi. Undang-Undang No.32

Page 12: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

2

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mejadikan sistem pemerintahan

Indonesia menjadi desentralistik. Sistem ini telah memperluas wewenang

pelaksanaan otonomi daerah dengan menyerahkan sepenuhnya segala urusan

pemerintah di daerah menjadi wewenang dan otoritas Pemerintah Daerah kecuali

bidang-bidang tertentu seperti politik luar negeri, peradilan, pertahanan, kebijakan

moneter dan agama.

Setelah memasuki masa otonomi daerah, masalah pengelolaan keuangan

daerah semakin memiliki aktualitas baru dan relevan menjadi objek kajian

keilmuan. Dewasa ini sering terjadi kerancuan pemahaman bahwa pelaksanaan

otonomi identik dengan “kewenangan” dan “keuangan” semata. Bahkan suatu

pemikiran akan keliru bilamana otonomi daerah hanya dihayati dan ditekankan

pada upaya memperoleh dan memperbesar sumber-sumber keuangan dan tanpa

memperhatikan kemampuan riil sumber daya yang tersedia di daerah. Dan pada

dasarnya semua daerah memang memiliki kualitas sumber daya yang berbeda-

beda, akan tetapi perbedaan tersebut bukanlah suatu alasan pembenaran bahwa

daerah otonom dapat tertinggal jauh dari daerah otonom yang lain. Masalahnya

adalah bagaimana cara Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam mengoptimalisasi

sumber daya riil yang ada di daerahnya.

Permasalahan tersebut di atas pasti dihadapi oleh setiap daerah otonom

yang ada di Indonesia, seperti Gowa. Gowa memiliki sumber daya riil yang

melimpah. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Gowa berasal dari

pajak dan retribusi daerah.

Page 13: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

3

Sehubungan dengan hal tersebut, maka sumber-sumber PAD Gowa

khususnya pajak sebagai salah satu sumber PAD andalan harus dapat

dioptimalkan penarikan dan penerimaannya agar target kenaikan penerimaan 10

persen PAD dapat terealisasi. Mengingat perkembangan dunia usaha dan

perdagangan serta pertambangan yang pesat sekarang ini mengakibatkan bidang

penyelenggaraan pajak menjadi semakin penting di Gowa sebagai sarana

meningkatkan PAD. Dinas Pertambangan sebagai badan yang bertugas melakukan

penarikan pajak daerah harus dapat mengoptimalisasikan kinerjanya dengan

banyak melakukan pembenahan dengan berdasarkan pengalaman kerja tahun

sebelumnya beserta kendala-kendala telah yang dihadapi dan segera menemukan

solusinya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdsarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik

permasalahan anatara lain:

1. Bagaimana pengawasan dan pengendalian pemungutan retribusi daerah

Gowa pada periode tahun 2011-2013.

2. Apa kendala yang dihadapi oleh Dinas Pertambangan dalam melakukan

optimalisasi PAD Kabupaten Gowa serta bagaimana solusinya agar

pemungutan Pajak Daerah tersebut bisa optimal sehingga dapat meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Page 14: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

4

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengawasan dan pengendalian retribusibahan galian

golongan C di Kabupaten Gowa pada periode tahun 2011-2013.

2. Untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi Dinas Pertambangan

serta solusinya agar pemungutan tersebut bisa optimal sehingga dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Gowa.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Mengembangkan teori-teori keilmuan yang berkaitan dengan Hukum

Administrasi Negara terutama tentang Administrasi Daerah.

b. Untuk mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari oleh penulis

dalam setiap perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas

Muhammadiyah Makassar terutama mata kuliah konsentrasi Perpajakan

serta mengetahui realita di lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Daerah Gowa

Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Dinas Pertambangan dalam

mengatur dan membentuk kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan

Retribusi Bahan Galian Golongan C Daerah Gowa agar dapat

mengoptimalisasikan fungsi dan perannya.

Page 15: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

5

b. Bagi Dinas Pertambangan

Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Dinas Pertambangan dalam

mealakukan pemungutan Pajak Daerah agar dapat meminimalisir kendala

serta menemukan solusinya.

Page 16: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dalam Buku Manajemen Keuangan Daerah (Mahmudi, 2010:18), salah

satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk

meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungkan fiskal

terhadap pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya

dengan kemampuan daerah dalam menegelola Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin

besar pula deskresi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai dengan

aspirasi, kebutuhan, dan prioritas dan pembangunan daerah.

Meskipun pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak 1 Januari

2001, namun hingga tahun 2009 baru sedikit pemerintah daerah yang mengalami

peningkatan kemandirian keuangan daerah secara signifikan. Memang

berdasarkan data yang dikeluarkan depertemen keuangan, secara umum

penerimaan PAD pada era otonomi daerah mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dibandingkan era sebelumnya.

Total PAD 1999 tercatat sebesar Rp.3.100,93 miliar dan pada tahun 2002

naik menjadi Rp.14.231,51 miliar. Pada tahun 2004 penerimaan PAD Provinsi

mengalami penurunan menjadi Rp.12.279,79 miliar. Sementara itu untuk tingkat

kabupaten dan kota penerimaan PAD 2001 sebesar Rp.3.844,88 miliar, tahun

2002 naik menjadi Rp.7.228, 73 miliar, tahun 2003 sebesar Rp.8.602.621.392,

Page 17: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

7

tahun 2004 menjadi Rp.9.463.688.507 miliar (sumber: Departemen Keuangan dan

BPS).

Dilihat Dana Perimbangan untuk kabupaten dan kota seluruh Indonesia

pada tahun 2003 sebesar Rp.93.754.631.813,- yang merupakan 75% dari total

penerimaan daerah. Sementara itu, pada tahun 2004 dana perimbangan untuk

kabupaten dan kota naik menjadi Rp.104.580.758.157 dan proporsinya juga naik

menjadi 79,90% dari total penerimaan daerah (BPS, 2005 & 2006).

Dilihat dari kontribusi PAD terhadap total penerimaan, untuk pemerintah

provinsi sebelum otonomi daerah, PAD memiliki kontribusi sebesar 7,89 persen.

Pada tahun 2002 kontribusi ini naik menjadi 36,21 persen dan pada tahun 2004

kembali turun menjadi 31,24%. Sementara itu untuk kabupaten dan kota pada

tahun 1999, PAD miliki kontribusi terhadap total penerimaan sebesar 2,32 persen

dan pada tahun 2002-2004 secara berturut-turut meningkat menjadi 7,46 persen

dan 8,10 persen. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan dan BPS diperoleh

fakta bahwa bagian terbesar pendapatan daerah didominasi oleh dana

perimbangan yang mencapai 75-94 persen dari total pendapatan daerah.

Berdasarkan kenyataan tersebut, penting bagi pemerintah daerah untuk

menaruh perhatian yang lebih besar terhadap manajemen Pendapatan Asli Daerah.

Manajemen PAD tidak berarti diekplotasi PAD, tetapi bagaimana pemerintah

daerah mampu mengoptimalkan penerimaan PAD sesuai dengan potensi yang

dimiliki. Bahakan lebih dari itu bagaimana pemerintah daerah mampu

meningkatakan potensi PAD di masa datang.

Page 18: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

8

B. Tinjauan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Penggunaan sistem penganggaran kinerja di pemerintah daerah telah

membawa perubahan yang radikal terkait dengan perubahan dalam Perencanaan

anggaran, pengisian anggaran, dan pelaporan anggaran. Kalsifikasi belanja

mengalami perubahan signifikan dari sistem lama. Dalam anggaran kinerja

dikenal pos pembiayaan yang sebelumnya tidak dikenal pada anggaran

tradisional. Jika satuan kerja pemerintah daerah secara keseluruhan dapat

menyerap anggaran, maka hal itu dinilai berhasil.

Pengaturan keuangan daerah yang efektif dan efisien membutuhkan

pengaturan hukum yang dituangkan dalam perangkat peraturan perundang-

undangan. Pengaturan hukum pengelolaan keuangan daerah dilakukan sesuai

dengan maksud diadakannya suatu pengaturan hukum. Dengan demikian

keberadaan hukum menjadi suatu yang sangat substansial secara teoritik dan

paradigmatik bagi jalinan pengelolaan keuangan daerah dalam seluruh segmen

penyelenggaraan pemerintah negara.

Tujuan utama dari langkah kebijaksanaan otonomi daerah (desentralisasi)

adalah untuk membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu

dalam menangani urusan-urusan domestik, sehingga ia berkesempatan

mempelajari, memahami, merespon berbagai kecendrungan global dan mengambil

manfaat darinya. Pada saat yang sama pemerintah pusat mampu berkonsentrasi

merumuskan kebijakan makronasional yang bersifat strategis.

Pengaturan hukum pengelolaan keuangan daerah tentu masih sangat

tergantung pada ketiga asas penyelenggaraan pemerintah daerah: desentralisasi,

Page 19: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

9

dekonsentrasi, dan tugas pembantuan sebagaimana telah diatur dalam UU No. 33

tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

(revisi UU No.25 Tahun 1999) (Mahmudi, 2010:3)

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan PP

No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah: Desentralisasi

merupakan penyerahan wewenang oleh pemerintah (pusat) kepada daerah

otonom. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada

Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah. Tugas

pembantuan dikonsepkan sebagai penugasan dari pemerintah kepada daerah untuk

melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta

sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan

mempertanggung-jawabkannya kepada yang menugaskan. Ketiga asas itu harus

tercermin dalam setiap perangkat peraturan hukum tentang aktivitas pengelolaan

keuangan daerah.

C. Tinjauan Umum Tentang Pajak

1. Pengertian Pajak

Secara umum dapat dikatakan bahwa pajak adalah pungutan dari

masyarakat kepada Negara (pemerintah) berdasarkan Undang-Undang dan

bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan

tidak mendapatkan prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung

yaitu hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Page 20: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

10

Pajak berasal dari bahasa asing yaitu tax yang berarti beban, membebani,

dan membebankan. Dalam pemakaian selanjutnya, pajak dianggap sebagai beban

negara yang didistribusikan kepada rakyatnya.

Definisi pajak menurut para ahli dalam Buku Konsep Dasar Perpajakan

(Diana Sari, 2013:34):

1. P.J.A. Andriani

Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya meurut peraturan-peraturan umum

(undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung

dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

2. Rochmat Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi)

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

3. Djajadiningrat

Pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan Negara

karena suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu. Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman, tetapi menurut

peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan.

Page 21: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

11

Untuk itu, tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, misalnya untuk

memelihara kesejahteraan umum.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan beberapa pokok pikiran

yang menunjukkan ciri-ciri pajak sebagai berikut:

a. Pajak merupakan iuran wajib

Pengeluaran pajak ditetapkan untuk semua orang dalam suatu negara tanpa

pengecualian. Apabila suatu ketetapan (peraturan perundang-undangan)

pajak telah ditetapkan maka penduduk suatu negara yang terkena suatu

peraturan sebagai wajib pajak (yang berkewajiban membayar pajak) suka

atau tidak suka harus membayar.

b. Pemungutan pajak dapat dipaksakan

Pemerintah (negara) dengan kewenangan yang melekat padanya (karena

undang-undang) berhak mengadakan pemungutan pajak kepada

masyarakat yang berkewajiban (wajib pajak). Sifat memaksa tersebut

hakikatnya merupakan sifat umum dari semua undang-undang dan dalam

pelaksanannya harus tetap menjunjung prinsip-prinsip keadilan.

c. Tidak memberi kontraprestasi secara langsung

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk balas jasa secara individual

yang langsung dapat dinikmati dari negara (pemerintah).

d. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah

Kebutuhan dana pemerintah sebagian dipenuhi dari hasil pembayaran

pajak. Penggunaan hasil dari pemungutan pajak diutamakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah, dan bila ada

Page 22: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

12

kelebihan, sisanya digunakan sebagai public saving yang merupakan

sumber utama public investment (fungsi budgetair).

2. Arti Pajak Bagi Negara dan Daerah

Dalam menjalankan roda pemerintahan, sebagaimana diamanatkan dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu

membentuk masyarakat yang adil dan makmur, maka pemerintah (negara)

berusaha untuk menyediakan/memenuhi segala kebutuhan rakyatnya. Negara

diibaratkan sebagai organisasi besar dengan rakyatnya sebagai anggotanya. Dalam

mencapai tujuan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi (negara) diperlukan

sarana dan prasarana, yang tentunya memerlukan pembiayaan. Organisasi dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya membutuhkan biaya yang dipenuhi dari

iuran anggotanya. Dana dikumpulkan dari rakyat sebagai iuran yang dipaksakan

(karena undang-undang) disebut pajak.

Negara mempunyai kewajiban mengantarkan seluruh rakyatnya untuk

mencapai keadilan dan kemakmuran. Sudah sepantasnya negara juga menuntut

haknya untuk memungut pajak guna menyediakan dana bagi pengeluaran dalam

melaksanakan kewajiban tersebut. Dengan demikian, negara mempunyai tugas

yang harus dilaksanakan baik yang bersifat administratif maupun pelayanan.

Penyelenggaraan tugas dan kewajiban negara tersebut, tentunya sumber dana

yang tidak kecil jumlahnya. Sumber dana tersebut dapat digali dari berbagai

sektor antara lain penjualan barang dan jasa milik negara, pinjaman, pencetakan

uang kertas, bantuan/pemberian negara lain, dan pajak. Dalam hal ini, sektor pajak

merupakan sektor yang diandalkan untuk mengisi kas negara sebab disamping

Page 23: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

13

mempunyai sifat yang rutin juga tidak terlampau sulit memprediksinya. Sebagai

negara yang menuju ke tingkat kemandirian, sektor pajak mutlak diperlukan.

Sedangkan arti pajak bagi Daerah juga hampir sama dengan arti pajak bagi

negara, yaitu membiayai segala penyelenggaraan tugas dan kewajiban Pemerintah

Daerah dalam menjalankan roda pemerintahan di Daerah. Diakau atau tidak,

kemampuan Pemerintah Daerah untuk menghimpun Pendapatan Asli Daerah

(PAD) memang masih relatif rendah, padahal senantiasa didengung-dengungkan

bahwa titik berat otonomi daerah berada pada Pemerintah Daerah.

3. Fungsi Pajak

Dalam Buku Konsep Dasar Perpajakan (Diana Sari, 2013:37) terlihat

adanya dua fungsi pajak yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Yaitu sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya

dalam Kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara yaitu

pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak

berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Dewasa ini pajak

digunakan untuk pembiayaan rutin seperti pegawai, belanja barang, pemeliharaan,

dan lain sebagainya.

b. Fungsi Mengatur (Reguler)

Yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di bidang keuangan

(umpamanya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan, misalnya:

mengadakan perubahan tarif, memberikan pengecualian-pengecualian,

keringanan-keringanan atau sebaliknya pemberatan-pemberatan yang khusus

Page 24: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

14

ditujukan kepada masalah tertentu. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan.

4. Pemungutan Pajak

Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang

pribadi atau badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan

dengan negara tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan yang

mengaturnya. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan,

diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh negara

untuk mengenakan pajak.

Menurut Diana Sari (2013:63) terdapat tiga asas yang dapat dipakai oleh

negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak,

khsusnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering

digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:

a. Azas Domisili

Apabila pemerintah hendak melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan

azas ini, maka menjadi dasar pemugutannya adalah tempat tinggal si wajib pajak

(domisili) dengan tidak memandang di mana pendapatan ini berasal, apakah dari

dalam atau luar negeri. Dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduk-nya

akan menggabungkan asas domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan

pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan

yang diperoleh di luar negeri.

Page 25: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

15

b. Azas Sumber

Menurut azas sumber cara pemungutan pajaknya adalah dengan melihat

objek pajak tersebut bersumber dari mana, jadi apabila di suatu negara terdapat

sumber-sumber penghasilan, maka negara tersebutlah yang berhak memungut

pajaknya dengan tidak menghiraukan tempat dimana wajib pajak itu berada.

Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari

orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi

landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara

itu.

c. Azas Kebangsaan

Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas

kewarganegaraan. Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah

status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan.

Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan

dikenakan pajak berasal.

5. Dasar Pemungutan Pajak

Dasar pemungutan pajak ini merupakan bentuk operasional dari

pengakuan dan pengukuran keadaan objek pajak atau stelsel. Berikut ini dasar

pemungutan pajak yang dikenal dalam berbagai literatur perpajakan yaitu:

a. Stelsel Nyata (Stelsel Riil)

Banyak pajak yang dipungut berdasarkan penghasilan nyata yang

diperoleh oleh wajib pajak untuk masa yang bersangkutnya. Jadi pemungutan

pajak baru dapat dilaksanakan setelah akhir tahun takwim (periode) setelah

Page 26: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

16

mengetahui penghasilan yang sesungguhnya yang diperoleh dalam masa pajak

yang bersangkutan.

b. Stelsel Fiktif (Fictive Stelsel)

Besarnya pajak yang dipungut berdasarkan perkiraan besarnya pajak yang

terutang untuk dikenakan kepada wajib pajak. Jadi pemungutan dapat dilakukan

pada awal tahun pajak. Perkiraan ini dapat menggunakan perbandingan data

antara penerimaan/pendapatan Wajib Pajak pada tahun sebelumnya yang

dianggap sama dengan pendapatan yang akan diperoleh pada tahun sekarang.

c. Stelsel Campuran

Besarnya pajak yang dipungut pada awal tahun berdasarkan surat

ketetapan pajak sementara yang dikeluarkan pada awal tahun yang berhitungan

awalnya berdasarkan stelsel fiktif (perkiraan). Untuk mengetahui besarnya pajak

yang sesungguhnya maka pada akhir tahun diterapkan perhitungan berdasarkan

stelsel riil (nyata), sehingga ketetapan jumlah pajak yang terutang dapat dikoreksi

dengan stelsel ini atau disesuaikan dengan pajak yang sebenarnya.

6. Azas-azas Pemungutan Pajak

Dalam Buku Konsep Dasar Perpajakan (Diana Sari, 2013:60) secara lebih

rinci keempat asas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Azas Equity/Equality (keadilan/kesamaan)

Azas ini menyangkut keadilan pendistribusian pajak dari berbagai

kalangan yang mengandung arti bahwa setiap orang yang berada dalam keadaan

yang sama harus dikenakan pajak yang sama.

Page 27: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

17

b. Azas Certainly (kepastian hukum)

Azas ini mengenai tidak terdapatnya kesewenangan dan ketidakpastian

berkenaan dengan utang pajak, yang mengandung pengertian bahwa pajak yang

harus dibayar oleh masing-masing wajib pajak harus bersifat pasti, jelas dan tidak

bisa bersifat sewenang-wenang.

c. Azas Convenience of Payment (Saat paling tepat)

Azas ini menyangkut cara pembayaran pajak yang mengandung pengertian

bahwa pajak harus dipungut pada saat yang tepat, yaitu saat yang paling

memudahkan dan menyenangkan bagi wajib pajak untuk membayarnya, tentu saat

yang paling tepat tersebut adalah pada saat wajib pajak mempunyai uang, dan

sebaiknya dihubungkan dengan jumlah yang tepat yaitu dengan menyebabkan

kemampuan rakyat membayar pajak, dimana tarifnya harus mencerminkan

potensial pembayaran rakyat yang bersangkutan.

d. Azas Economic of Collection/Efficiency (azas hemat)

Dalam penyusunan undang-undang pajak sebaiknya dipertimbangkan

biaya pungutan pajaknya yang harus relatif lebih kecil dibandingkan dengan

penerimaan uang pajak yang masuk. Karena tidak ada gunanya memungut pajak

kalau ternyata hasilnya sebagian habis kembali untuk membiayai pemungutannya

(saldo ke kas negara kecil). Biaya pemungutan yang kecil dibandingkan secara

proporsional dengan peningkatan penerimaan dan menghindarkan efek distorsi

perilaku wajib pajak.

Page 28: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

18

7. Sistem Pemungutan Pajak

Pada dasarnya, sistem perpajakan suatu negara merupakan refleksi dari

kehidupan sosial, ekonomi dan kebijakan publik (public policy) yang telah

ditetapkan pemerintah yang pada umumnya dalam bentuk perundang-undangan

yang menentukan course of action yang harus dilaksanakan yang tercemin dalam

berbagai keputusan yang diterbitkan oleh instansi yang bersangkutan. perluasan

atau berubahnya sasaran ekonomi pemerintah, berkembangnya industri, terjadinya

diversifikasi dan bergesernya secara geographis sentra ekonomi, akan

menyebabkan perubahan kebijakan publik dan seterusnya akan mengubah pula

kebijakan perpajakan (tax policyi).

Sistem perpajakan dapat disebut sebagai metoda atau cara bagaimana

mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas

negara. Ada 2 macam sistem pemungutan pajak (Diana Sari, 2013:78) yaitu:

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan (menghitung dan menetapkan besarnya

pajak yang terhutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan (menghitung dan menetapkan) sendiri besarnya

pajak yang terutang dan dan membayarnya sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.

Page 29: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

19

8. Macam-Macam Pajak

Berdasarkan golongannya, pajak dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung. Pajak Langsung adalah pajak yang

harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya pajak penghasilan. Adapun pajak tidak

langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain. Contohnya pajak pertambahan nilai (PPn).

Sedangkan macam pajak berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi 2

(dua) yaitu Pajak Subjektif dan Ojektif. Pajak subjektif adalah pajak yang

berpangkal pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak,

contohnya pajak penghasilan. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau

berdasar pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contohnya pajak pertambahan nilai (PPn) dan pajak penjualan barang mewah.

Berdasarkan lembaga yang memiliki wewenang untuk melakukan

pemungutan (lembaga yang berhak menariknya), pajak dibedakan menjadi 2 (dua)

yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah.

a. Pajak Pusat

Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui

Undang-Undang yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat, dan

hasilnya digunakan untuk memenuhi pengeluaran pemerintah pusat dan

pembangunan. Yang termasuk pajak pusat di Indonesia saat ini adalah:

1) Pajak Penghasilan (PPn)

2) Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa (PPN)

Page 30: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

20

3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)

4) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

5) Bea Materai

6) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

7) Bea Masuk, Bea Keluar (Pajak Ekspor, dan Cukai.

b. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang individu atau

badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pembangunan daerah.

D. Tinjauan Umum Tentang Pajak Daerah

1. Pengertian

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dikeluarkan yang dikeluarkan oelh

orang individu atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pembangunan daerah.

a. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Page 31: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

21

b. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.

c. Subyek Pajak, adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak

daerah.

d. Wajib Pajak, adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan

pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungutan atau pemotongan

pajak tertentu.

2. Dasar Hukum Pajak Daerah

Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34

Tahun 2000, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001

tentang Pajak Daerah.

3. Istilah-Istilah yang Berhubungan dengan Pajak Daerah

a. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas Daerah tertentu berwenang mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Page 32: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

22

b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah

Otonom yang lain sebagai badan eksekutif Daerah.

c. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Daerah Propinsi atau Bupati bagi

Daerah Kabupaten atau Walikota bagi Daerah Kota.

d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan

Daerah dan/atau Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

e. Peraturan Daerah adalah peraturan yang diterapkan oleh Kepala Daerah

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

f. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.

g. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesamaan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam

bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

organisasi yang sejenis, lembaga bentuk usaha tetap dan bentuk badan

lainnya.

Page 33: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

23

h. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak

Daerah.

i. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menuntu ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah diwajibkan untuk

melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungutan atau

pemotong pajak tertentu.

j. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan

takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala

Daerah.

k. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun takwin

kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama

dengan tahun takwim.

l. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,

dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

m. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan

data objek dan subjek pajak atau Retribusi, penentuan besarnya pajak atau

Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau Retribusi

kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan

penyetorannya.

n. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang dapat disingkat SPTPD, adalah

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan

dan/atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak,

Page 34: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

24

dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan Daerah.

o. Surat Setoran Pajak Daerah, yang dapat disingkat SSPD, adalah surat yang

oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau

penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran

lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

p. Surat Keterangan Pajak Daerah, yang dapat disingkat SKPD, adalah suarat

ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

q. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang dapat disingkat

SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah

pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok

pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.

r. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat

SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas

jumlah pajak yang telah ditetapkan.

s. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat

SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah

kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari

pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

t. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang dapat disingkat SKPDN, adalah

surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya

dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit

pajak.

Page 35: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

25

u. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang dapat disingkat STPD, adalah surat

untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga

dan/atau denda.

v. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan

kesalahan tertulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan

ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan

Daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah

Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau Surat Tagihan Pajak Daerah.

w. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap

Surat Ketetapan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar. Surat Ketetapan Pajak Daerah

Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau terhadap

pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib

Pajak.

x. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding

terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

y. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,

kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan

dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan

Page 36: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

26

keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak

berakhir.

4. Jenis Pajak dan Objek Pajak Daerah

Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak

Kabupaten/Kota.

a. Pajak Provinsi, terdiri dari:

1) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,

2) Bila balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,

3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor,

4) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:

1) Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah

bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/beristirahat, memperoleh pelayanan dan/atau fasilitas lainnya

dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lain yang menyatu, dikelola

oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Dasar

pengenaannya adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel.

Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai

imbalan atas penyerahan barang/jasa sebagai pembayaran kepada pemilik

hotel. Adapun subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang

dapat dikenakan pajak daerah. Dalam hal ini, subjek pajak hotel adalah

orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel.

Page 37: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

27

Sedangkan yang dimaksud dengan wajib pajak hotel adalah orang pribadi

atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang

terutang, termasuk pemungutan atau pemotongan pajak tertentu. Namun

dalam PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud

sebagai wajib pajak hotel hanya pengusaha hotel. Padahal secara logika

kedua-duanya merupakan wajib pajak. Bagi pembayar hotel merupakan

wajib pajak (WAPA) langsung, sedangkan bagi pengusaha merupakan

wajib pajak pungut (WAPU), pengusaha hotel itu berkewajiban

menyetorkan pajak hotel ini ke Kas Daerah.

2) Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pembayaran restoran. Restoran

adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan

dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa atau catering. Dasar

pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan

kepada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya

diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang/jasa sebagai pembayaran

kepada pemilik restoran. Adapun subjek pajak restoran adalah orang

pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang

terutang, termasuk pemungutan atau pemotongan pajak tertentu. Dengan

demikian yang dimaksud wajib pajak restoran adalah orang atau badan

yang membayar atas pelayanan restoran dan pengusaha restoran. Namun

Page 38: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

28

dalam PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud

sebagai wajib pajak restoran hanya pengusaha hotel. Padahal secara logika

kedua-duanya merupakan wajib pajak. Bagi pembayar restoran merupakan

wajib pajak (WAPA) langsung, sedangkan bagi pengusaha merupakan

wajib pajak pungut (WAPU), pengusaha restoran itu berkewajiban

menyetorkan pajak hotel ini ke Kas Daerah.

3) Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan

adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan,

dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton dan

dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk

penggunaan fasilitas untuk berolahraga. Dasar pengenaan pajak hiburan

adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton

dan/atau menikmati hiburan. Adapun subjek pajak hiburan adalah orang

pribadi atau badan yang menonton dan/atau menikmati hiburan. Namun

dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud sebagai

wajib pajak hiburan hanya orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan hiburan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa wajib

pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan

dan orang atau badan penyelenggaraan hiburan.

4) Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda, alat, perbuatan, media yang menurut corak dan

Page 39: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

29

ragamnya memiliki tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang ataupun

untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang, yang

ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu

tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. Adapun

subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan atau melakukan pemasaran reklame. Dasar pengenaan

pajak reklame adalah nilai sewa reklame. Nilai sewa reklame

diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi penempatan, jenis, jangka

waktu penyelenggaraan, dan ukuran media reklame. Cara perhitungan

sewa reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Hasil perhitungan nilai

sewa reklame ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

5) Pajak Penerangan Jalan

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik

dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan

jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Penerangan jalan

adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang

rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Dalam hal tenaga listrik

disediakan oleh PLN maka pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan

oleh PLN. Ketentuan lebih lanjut tentang pemungutan pajak penerangan

jalan tersebut diatur dengan keputusan Mentri Dalam Negeri dengan

pertimbangan Mentri Keuangan. Subjek pajak penerangan jalan ini adalah

orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Wajib pajak

Page 40: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

30

penerangan jalan adalah orang pribadi yang menjadi pelanggan listrik

dan/atau pengguna tenaga listrik. Adapun objek pajak ini adalah pengguna

tenaga listrik di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan, yang

rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga

listrik. Nilai jual tenaga listrik tersebut ditetapkan sebagai berikut:

a) Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dengan pembayaran nilai

jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan

biaya pemakaian kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik.

b) Dalam hal tenaga listrik berasal bukan dari PLN dengan tidak dipungut

bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas yang

tersedia, penggunaan listrik atau taksiran pengguna listrik, dan harga

satuan listrik yang berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.

Pajak penerangan jalan yang terutang dipungut di wilayah daerah

tempat pengguna tenaga listrik. Besarnya pokok pajak penerangan

jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak

penerangan jalan paling tinggi sebesar 10% dengan nilai jual tenaga

listrik. Dalam hal pajak penerangan jalan dipungut oleh PLN maka

besarnya pokok pajak terutang dihitung berdasarkan jumlah rekening

listrik yang dibayarkan oleh pelanggan PLN.

6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah pajak atas

pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-

Page 41: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

31

undangan yang berlaku. Objek pajak pengambilan bahan galian golongan

C adalah bahan galian yang terdiri asbes, batu tulis, batu setengah permata,

batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomite, feldspar, garam

batu, grafi, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit: magnesit, mika,

marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan krikil, pasir kuarsa, perlit,

phospat, talk, tanah serap, tanah diatome, tanah liat, tawas (alum) , tras,

yarosif, zeolit, basal dan trakkit. Adapun subjek pajak pengambilan bahan

galian golongan C adalah orang pribadi atau badan yang mengambil bahan

galian golongan C. Sedangkan wajib pajak bahan galian golongan C

adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pengambilan

bahan galian golongan C tersebut dan tidak dimanfaatkan secara

ekonomis.

a) Kegiatan pengambilan bahan galian golongan C yang nyata-nyata

tidak dimaksudkan untuk mengambil bahan galian golongan C tersebut

dan tidak dimanfaatkan secara ekonomis.

b) Pengambilan bahan galian golongan C lainnya yang ditetapkan dalam

Peraturan Daerah.

7) Pajak Parkir

Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas tempat parkir yang

disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan

atas pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk

penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan grasi kendaraan

bermotor yang memungut bayaran. Adapun subjek pajak parkir adalah

Page 42: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

32

adalah orang atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir.

Namun dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud

sebagai wajib pajak parkir hanya pengusaha hotel. Padahal secara logika

kedua-duanya merupakan wajib pajak. Bagi pembayar parkir merupakan

wajib pajak (WAPA) langsung, sedangkan bagi pengusaha merupakan

wajib pajak pungut (WAPU). Pengusaha parkir itu berkewajiban

menyetorkan pajak hotel ini ke Kas Daerah.

5. Tarif Pajak Daerah

Tarif jenis pajak Kabupaten/Kota sebagaimana disebutkan di atas

ditetapkan dengan peraturan Daerah paling tinggi sebesar:

a. Pajak hotel sebesar 10% (sepuluh persen)

b. Pajak restoran sebesar 10% (sepuluh persen)

c. Pajak hiburan 35% (tiga puluh lima persen)

d. Pajak reklame sebesar 25% (dua puluh lima persen)

e. Pajak penerangan jalan sebesar 10% (sepuluh persen)

f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C sebesar 20% (dua puluh persen)

g. Pajak parkir sebesar 20% (dua puluh persen)

E. Retribusi Daerah

1. Pengertian Retribusi

Menurut Erly Suandy (2005:242), Retribusi adalah pemungutan yang

dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa yang disediakan

oleh negara. Retribusi yang dipungt oleh pemerintah Indonesia sekarang diatur

Page 43: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

33

dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan retribusi

daerah adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan objek sebagai berikut:

a. Jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Jasa usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersial karena pada dasarnya

dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemda dalam rangka pembinaan,

pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

lingkungan.

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus dan diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Ada beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

dipungut di Indonesia adalah sebagai beikut:

a. Retribusi merupakan pungutan yang di pungut berdasarkan undang-undang

dan peraturan daerah yang berlaku.

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.

Page 44: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

34

c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa)

secara langsung dari pemerintah atas pembayaran yang dilakukannya.

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang di selenggarakan oleh pemerintah

daerah yang di nikmati oleh orang atau badan.

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi daerah adalah sanksi secara ekonomi,

yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Retribusi daerah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan

pemerintah dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Daerah kabupaten/kota

diberi kewenangan dalam menggali potensi sumber-sumber keuntungannya

dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

2. Objek Retribusi Daerah

Objek retribusi daerah terdiri dari:

a. Jasa umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta

dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang di sediakan oleh Pemerintah Daerah

dengan menganut prinsip komersil.

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka

pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan

Page 45: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

35

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan.

3. Subjek Retribusi Daerah

Subjek retribusi daerah sebagai berikut:

a. Retribusi jasa dan umum adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

b. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

c. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.

4. Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah

Terdapat beberapa pertimbangan untuk menyusun petunjuk teknis

pemungutan retribusi daerah, sebagai berikut:

a. Adanya perbedaan karakteristik pelayanan yang ada pada masing-masing unit

SKPD pemungut retribusi, yang salah satunya berakibat adanya perbedaan

sarana pemungutan retribusi daerah, dimana ada SKPD yang memakai Surat

Ketetapan Retribusi Daerah (SKPD) dan yang memakai karcis.

b. Diperlukannya kepastian hukum atas kewenangan petugas pelaksana

pemungutan retribusi daerah untuk menghindari adanya pelanggaran

administrasi.

Page 46: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

36

5. Sistem dan Tata Cara Pemungutan Retribusi

a. Sistem Pemungutan Retribusi

Menurut Erly Suandy (2005: 246), sistem pemungutan retribusi daerah

adalah system offical assesment, yaitu pemungutan retribusi berdasarkan

penetapan Kepala daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah

(SKRD) atau dokummen lainnya yang dipersamakan. Wajib retribusi etelah

menerima SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan tinggal melakukan

pembayaran menggunakan Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) pada kantor

pos atau bank persepsi. Jika wajib retribusi tidak atau kurang membayar akan

ditagih menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

b. Tata Cara Pemungutan Retribusi

Tidak terdapat perbedaan dalam tata cara pemungutan dalam Undang-

udang 18 Tahun 1997 maupun Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000,

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah Pasal 12 menyebutkan bahwa tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi

ditetapkan Kepala Daerah. Pemungutan retribusi daerah tidak dapat diborongkan.

Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

6. Cara Perhitungan Retribusi Terhutang

Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif

pajak dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian, besarnya retribusi yang

Page 47: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

37

terutang dihitung berdaarkan tarif retribusi dan tingkat penggunaan jasa dengan

rumus berikut ini:

a. Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa

sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan

jasa yang bersangkutan.

b. Tarif Retribusi

Tarif retribusi bahan galian golongan c adalah sebesar 10 % (sepuluh persen).

Retribusi Terutang = Tarif Retribusi x Tingkat Penggunaan jasa

Page 48: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

38

F. Mekanisme Penetapan dan Pembayaran Retribusi

Mekanisme penetapan pembayaran retribusi daerah sebagai berikut:

7 Pelayanan

SKRD Asli

1 Permohonan

Penetapan dan

Pembayaran

2 SKRD

Laporan Penetapan

Lembar 1,2,3,4 & Pembayaran

3 Pembayaran 6 SKRD Tembusan

Dengan Menggunakan SKRD

4 SKRD Asli 5 SKRD Tembusan

Gambar 2.1Mekanisme Penetapan dan Pembayaran Retribusi Daerah

Keterangan:

SKRD : Surat Ketetapan Retribusi Daerah

KPKD : Koordinator Pengelola Keuangan Daerah

Mekanisme Penetapan dan Pembayaran

Retribusi Daerah

Wajib Retribusi

Unit/Pemungutan Retribusi (BKP)

Gubernur Prov. SULSELBiro Keuangan

DISPENDA

KPKD

Page 49: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

39

G. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini merupakan suatu kajian dari berbagai konsep teori dan

kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya Otonomi daerah,

Pemerintah Daerah diberi kewenangan dalam menggali sumber keuangannya

dalam membiayai sendiri segala kegiatan daerahnya. Pembiayaan tersebut

diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah. PAD merupakan sumber penerimaan yang

signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu daerah otonom.

Jika jumlah PAD cukup besar maka diharapkan akan dapat menurunkan

atau bahkan menutupi jumlah Dana yang diperoleh dari pemerintah pusat. Jika hal

tersebut tercapai, maka daerah dapat dikatakan mandiri. Pertumbuhan

perekonomian daerah akan berdampak positif terhadap peningkat PAD,

khususnya penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. Kelompok PAD yang

diteliti dalam penelitian ini, yaitu Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Pajak daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber utama PAD yang

merupakan bagian dari Kemandirian Keuangan Daerah.

Page 50: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

40

Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.2Kerangka Pemikiran

H. Hipotesisi

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas penulis merumuskan bahwa

variabel tentang yang ada saling berkaitan dan penulis berhipotesis, yaitu:

a. Pelaksanaan pemungutan pajak retribusi daerah Gowa diduga belum

berjalan dengan baik dan konsisten.

b. Sistem pengendalian dan pengawasan sangat diharapkan konsisten dengan

aturan yang berlaku agar dapat dioptimalisasikan pemungutannya demi

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pajak retribusi sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kabupaten Gowa. jadi pengendalian dan pengawasan harus diterapkan

dengan baik dan konsisten, untuk mengoptimalkan pemungutan pajak retribusi

yang berfokus pada retbusi bahan galian golongan C.

DINAS PERTAMBANGAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

PAJAK RETRIBUSI

SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

HASIL ANALISIS

Page 51: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

41

BAB III

METDODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Berdasarkan dengan judul yang dipilih, penulis melakukan penelitian

pada Dinas Pertambangan Jl. Beringin, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi

Selatan.Waktu penelitian direncanakan selama 2 (dua) bulan.

B. Populasi danSampel Penelitian

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling dengan sample yang diambil dari Dinas Pertambangan yang mengelola

penerimaan retribusi tambang galian golongan C di Kabupaten Gowa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunkan dalam penelitian dan pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Lapangan

Yaitu peninjauan yang dilaksanakan dengan mengadakan peninjauan

langsung ke tempat terdapatnya masalah, hal ini dilakukan untuk mendapatkan

data yang akurat dan relevan.

2. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik berdasarkan literatur guna memperoleh dasar teoritis dalam

pemecahan masalah yang diteliti. Data dari literatur berguna sebagai bahan

pertimbangan atas data yang diperoleh dari penelitian. Dilakukan untuk

memperoleh data sekunder yang diperoleh dari penelitian. Dilakukan untuk

Page 52: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

42

memperoleh data sekunder yang diperoleh dari buku-buku referensi dan sumber-

sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk dijadikan dasar

melakukan analisis terhadap operasi perusahaan.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati, dan dicatat. Data primer dalam penelitian ini adalah observasi dan

kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian

ini berasal dari berbagai penerbitan pemerintah daerah.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini

menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

1. Pendekatan Kualitatif

Penelitian kualitatif ini menekankan pada bagaimana pengaruh retribusi

dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gowa.

2. Pendekatan Kuantitaif

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada

pemahaman mengenai sebarapa besar kontribusi dan optimalisasi retribusi pada

Page 53: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

43

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gowa. Untuk mengtahui kontribusi

dan optimalisasi retribusi tambang galian golongan C maka dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

=∑ ( )∑

Keterangan:

K = Kontribusi

∑ = Retribusi Tambang Galian Golongan C

∑ = Pendapatan Asli Daerah

Page 54: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

44

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat

Pengelolaan sumber daya alam, berdasarkan pasal 33 UUD 1945, beserta

turunan peraturan perundang-undangan lainnya, mengamanahkannya kepada

Pemerintah untuk kemudian hasilnya dikembalikan kepada Rakyat Indonesua

demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Atas dasar inilah kemudian pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten

Gowa dikelola oleh Pemerintah Daerah Tingkat I, Provinsi Sulawesi Selatan,

melalui Kantor Wilayah IV Pertambangan dan Energi, yang sekarang telah

berubah nama menjadi Dinas Energi dan Sumber Daya mineral Provinsi Sulawesi

Selatan. Pengelolaaan SDA oleh Kanwil Pertambangan dan Energi berlangsung

antara tahun 1994 ke bawah.

Kemudian seiring perjalanan waktu dan kesiapan perangkat Pemerintah

Daerah Tingkat II, kabupaten Gowa, maka pada tahun 1995, tugas pengelolaan

sumber daya alam tersebut kemudian diambil alih dengan pembentukan SKPD

tersendiri, yaitu Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa.

B. Visi dan Misi

Visi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa adalah “

terwujudnya pertambangan berwawasan lingkungan dan memberikan nilai tambah

untuk kesejahteraan masyarakat”. Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan

rumusan misi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa adalah :

Page 55: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

45

1. Menggembangkan pengelolaan potensi geologi dan sumber daya mineral

sesuai pola konservasi yang mempertahankan kelestarian dan menjaga

kesinambungannya.

2. Mendoronga pemanfaatan potensi tambang dengan kelembagaan usaha yang

professional, memenuhi syarat teknis dan kontribusi yang signifikan bagi

daerah.

3. Mengaktalisasi pembangunan potensi energy dan listrik daerah yang

memenuhi kebutuhan local secara efisien dan efektif.

4. Melayani kebutuuhan pelayanan umym pertambangan, administrasi

kepegawaian dinas, serta administrasi keuangan untuk pencapaian kinerja

organisasi

C. Tugas dan Fungsi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa

1. Kepala Dinas

Tugas pokok Kepala Dinas adalah merumuskan konsep sasaran,

mengkoordinasikan, menyelenggarankan, pelaksanaan urusan pemerintah

daerah dibidang pertambangan dan energy berdasarkan azas otonomi dan

tugas pembantuan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Tugas Kepala Dinas sebagai berikut:

a. Merumuskan rencana strategic dan program kerja dinas sesuai dengan

visi daerah.

b. Mengkoordinasikan perumusan dan penyusunan program kerja dinas

sesuai bidang tugasnya.

Page 56: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

46

c. Mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja di lingkungan Dinas.

d. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati.

e. Membina pelaksanaan program waskat di lingkungan Dinas.

2. Sub bagian Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian.

Rincian tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian adalah sebagai

berikut:

a. Melaksanakan urusan keprotokolan, hubungan masyarakat, penyiapan

rapat-rapat dinas dan pendokumentasian kegiatan dinas;

b. Melaksanakan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan dinas;

c. Melaksanakan urusan rumah tangga, ketertiban, keamanan dan

kebersihan di lingkungan kerja;

d. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan kendaraan dinas, peralatan

dan perlengkapan kantor dan asset lainnya;

e. Melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan pengadaan sarana dan

prasarana di lingkungan dinas;

f. Melaksanakan pengurusan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian

dan inventarisasi barang-barang inventaris;

g. Melaksanakan pengelolaan administrasi perkantoran ;

h. Melaksanakan pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan dan

pemeliharaan data dan kartu kepegawaian dilingkungan dinas;

Page 57: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

47

i. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pegawai yang akan pensiun,

serta pemberian penghargaan;

j. Melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, daftar penilaian

pekerjaan, daftar urut kepangkatan, sumpah/janji pegawai, gaji berkala

dan peningkatan kesejahteraan pegawai;

k. Melaksanakan penyiapan pegawai untuk mengikuti

pendidikan/pelatihan kepemimpinan, teknis dan fungsional;

l. Melaksanakan penyiapan rencana pegawai yang akan mengikuti ujian

dinas;

m. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kepegawaian dan disiplin

pegawai;

n. Melaksanakan penyiapan bahan standar kompetensi pegawai, tenaga

teknis dan fungsional;

o. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanan kegiatan sub bagian

umum dan kepegawaian ;

p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Perencanaan dan pelaporan

Sub Bagian Perencanaan dan pelaporan mempunyai tugas merencanakan

kegiatan, meberi petunjuk, member tugas, membimbing, memeriksa,

menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan tugas sub bagian

perencanaan dan pelaporan.

Page 58: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

48

Rincian tugas sub bagian perencanaan dan pelaporan:

a. Menyusun rencana operasional kegiatan kerja.

b. Mendistribusikan tugas dan member petunjuk operasional kegiatan

kepada staf

c. Menyusun rencana perjalanan dinas

d. Mengkoordinir penyiapan bahan dan penyusunan RKA/DPA Dinas

e. Mengevaluasi hasil program kerja dan membuat laporan hasil kegiatan

f. Melaksanakan penyusunan bahan rencana strategis Dinas

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan

administrasi keuangan.

Tugas sub Bagian Keuangan

a. Melaksanakan kegiatan perbendaharaan, verifikasi dan pembukuan

keuangan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung;

b. Melaksanakan penyusunan laporan prognosis realisasi keuangan ;

c. Melaksanakan penyusunan laporan keuangan semesteran ;

d. Melaksanakan penyusunan laporan keuangan akhir tahun;

e. Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan dalam pengelolaan

keuangan.

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Page 59: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

49

5. Bidang Listrik dan Energi

Bidang Listrik dan Energi mempunyai tugas pokok merumuskan dan

melaksanakan pengembangan usaha migas, kelistrikan dan sumber energi

alternatif.

Rincian tugas Bidang Listrik dan Energi adalah:

a. penyusunan program dan kegiatan bidang pengembangan energi dan

kelistrikan ;

b. perumusan kebijakan teknis pengembangan usaha migas, kelistrikan

dan sumber energi alternatif;

c. pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan penertiban terhadap usaha

migas;

d. pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan penertiban terhadap usaha

kelistrikan;

e. pemenuhan kebutuhan energi listrik bagi wilayah yang tidak terlayani

dan tidak termasuk dalam rencana perluasan jaringan PLN;

f. pengembangan sumber energi alternatif;

g. pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan energi

dan kelistrikan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Page 60: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

50

6. Bidang Geologi dan Sumber daya Mineral

Bidang Geologi dan Sumber daya Mineral mempunyai tugas pokok

merumuskan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan air tanah, geologi

tata lingkungan, dan survey dan informasi bahan galian.

Rincian tugas Bidang Geologi dan Sumber daya Mineral adalah :

a. Penyusunan program dan kegiatan bidang geologi dan sumberdaya

mineral;

b. Perumusan kebijakan teknis dalam pengelolaan air tanah, geologi tata

lingkungan, dan survey dan informasi bahan galian;

c. Pembinaan, koordinasi dan fasilitasi dalam pengelolaan air tanah,

geologi tata lingkungan, dan survey dan informasi bahan galian;

d. Pelaksanaan pengelolaan air tanah dan mata air yang meliputi aspek

pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian;

e. Pelaksananaan mitigasi bencana geologi dan pemetaan daerah rawan

bencana;

f. Pelaksanaan survey dan pemetaan potensi bahan galian golongan b dan

golongan c;

g. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan air tanah,

geologi tata lingkungan, dan survey dan informasi bahan galian;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Page 61: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

51

7. Bagian Pertambangan Umum

Bagian Pertambangan Umum mempunyai tugas pokok merencanakan

operasionalisasi, member tugas, member petunjuk, menyelia, mengatur,

mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas Bagian

Pertambangan Umum

Rincian tugas Bagian Pertambangan Umum adalah:

a. Merencanakan opersionalisasi rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya

b. Menyelenggaran rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya.

c. Menyelenggarakan kegiatan administrasi lingkup bidang

pertambangan umum

d. Menyelenggaraan pengelolaan data hasil survey

e. Mengevaluasi pelaksanakan tugas

f. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan.

g. Merencanakan bahan kebijaksanaan perizinan pertambangan.

D. Struktur Organisasi

Page 62: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

44

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN GOWA

KEPALA DINAS

BIDANG GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

SEKSI GEOLOGI UMUM DAN SUMBER DAYA MINERAL

SEKSI INFORMASI PENCADANGAN WILAYAH, PENGKAJIAN ENERGI DAN SDM

SEKSI PENGAWASAN GEOLOGI LINGKUNGAN DAN PENGUSAHAAN ABT

SUB BAG. PERENCANAAN DAN PELAPORAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAG. UMUM DAN KEPEGAWAIAN

BIDANG UMUM PERTAMBANGAN

SEKSI PENGAWASAN PENGUSAHAAN DAN BIMBINGAN TEKNIS PERTAMBANGAN

SEKSI PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN

SEKSI KOSERVASI LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

SEKRETARIAT

UPTD

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI PENGAWASAN DAN BIMBINGAN KETENAGALISTRIKAN

DAN ENERGI

SEKSI PENGUSAHAAN KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI

BIDANG LISTRIK DAN ENERGI

52

Page 63: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

53

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengendalian dan Pengawasan Retribusi Pajak Bahan Galian

Golongan C

1. Pengawasan dan pengendalian melalui aturan perundang-undangan

Pajak bahan galian golongan C diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Gowa Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Bahan-Bahan Galian Golongan

C yang meliputi:

Asbes Grafit Oker

Batu tulis Granit Pasir

Batu Setengah permata Gips Pasir kuarsa

Batu kapur Kalsit Perlit

Batu apung Kaolin Propat

Batu permata Nitrait Talk

Garam batu

Pasir uruq

Tanah Timbung

Opsidien

Batu Kali

Batu Gunung

Tawas

Kerikil

Sirtu

Dari pengelolaan bahan diatas atau lebih dikenal dengan istilah eksploitasi

bahan galian golongan C yang merupakan pengambilan bahan galian golongan C

dais umber alam didalam atau diluar permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Dari

hasil pengelolaan tersebut maka Pengelolah dikenakan pajak bahan galian

golongan C.

Page 64: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

54

Dalam hal ini objek pajak merupakan kegiatan eksploitasi dan pengelolaan

bahan galian golongan C. sedangkan subjek pajaknya adalah orang pribadi atau

badan yang mengeksploitasi atau mengelolah bahan galian golongan C.

2. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Dasar pengenaan pajak merupakan nilai jual hasil eksploitasi atau

pengelolaan bahan galian golongan C. Berikut ini tarif pengenaan pajak atas

pengelolaan bahan galian golongan C:

TabelTarif Pajak Bahan Galian Golongan C

Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Gowa

NO Jenis MaterialHarga Standar

(Rp)Pajak(Rp)

1. Pasir 10.000 / M3 2.500 / M3

2. Pasir Uruq 10.000 / M3 2.500 / M3

3. Batu Kali 15.000 / M3 3.750 / M3

4. Batu Pecah 20.000 / M3 5.000 / M3

5. Kerikil 11.000 / M3 2.750 / M3

6. Sirtu 10.000 / M3 2.500 / M3

7. Batu Gunung 15.000 / M3 3.750 / M3

8. Tanah Timbung 7.500 / M3 1.875 / M3

Sumber : Dinas Pertamabangan Dan Energi Kabupaten Gowa, Data diolah

3. Tata cara penetapan dan pembayaan pajak

Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Bupati Kepala

Daerah menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD. Dengan sanksi

sebesar 2% sebulan setelah lewat dari 30 hari sejak SKPD diterima. Wajib pajak

membayar sendiri dengan lunas, pembayaran dilakukan di Kas Daerah atau

tempat yang lain yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah sesuai waktu yang

ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD dengan

Page 65: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

55

menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SPPD). Setiap pelunasan pajak

terutang diberikan tanda bukti pembayaran yang sah dan dicatat dalam buku

penerimaan.

4. Prosedur Pengajuan Izin Pertambangan

a. Wajib Pajak mengajukan perijinan ke Kantor Perijinan

b. Kantor Perijinan mengirimkan surat kepada Bupati sebagai permohonan

rekomendasi atas pengajuan ijin tersebut.

c. Ditindak lanjuti untuk disurvei kelayakannya oleh tim survey antara lain:

BAPPEDA, Kantor Perijinan, DPPKAD, BLH (badan lingkungan hidup),

Bagian Hukum, Bagian Perekonomian, DPU PPK (dinas pekerjaan umum

perhubungan, pertambangan, dan kebersihan), KPPM (kantor pelayanan

dan penanaman modal).

d. Jika hasil survei menyatakan pngajuan tersebut layak, maka Bupati

membuatkan surat rekomendasi untuk ditindaklanjuti ke Kantor

Pertambangan Propinsi Sulawesi Selatan.

e. Pihak yang berwenang mengeluarkan Surat Ijin Pertambangan Daerah

(SIPD) :

Kurang dari 1 hektar : Gubernur.

Lebih dari 1 hektar : Rekomendasi dari Bupati

5. Alur Prosedur Pemungutan Pajak

Dari hasil pengelolaan bahan galian golongan C maka WP membayar pajak

kepada pemerintah. Untuk mengefektifkan penerimaan pajak maka perlu prosedur

penungutan pajak dimana alirnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 66: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

56

Gambar

Bagan Alur Prosedur Pemungutan Pajak di DPKD Kab. Gowa

Prosedur Pendaftaran Prosedur Penghitungan dan

Penetapan Pajak

MUL

Menerima Surat Permohonan

Surat Permohonan Diperiksa

Melaksanakan Pemdataan

NPWP

Membuat

SPTPD

Memasukka

Kartu Data

1

1

Kartu Data

Melaksanakan Pendataan

Kartu DataKartu DataKartu DataSKPD

Dikirim ke:

WP, Arsip P3

WP

N

WP

SSPD Tunggakan

2 3

Page 67: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

57

Bendahara Kas Penerimaan Prosedur Penagihan

Keterangan:

*SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

*SSPD : Surat Setoran Pajak Daerah

*NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak

*WP : Wajib Pajak

*STPD : Surat Tagihan Pajak Daerah

*SPTPD : Surat Pembeitahuan Pajak Daerah

2 2

SSPD

WP

Tunggakan

Mencatat

Kas Daerah

Mencatat

Kas STPD

Melakukan Penagihan

SELESAI

N

SELESAI

Page 68: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

58

B. ANALISIS DATA

Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C merupakan

sumber penerimaan pajak daerah terbesar kedua setelah pajak reklame yang

dikelola oleh DPKD Gowa. Dalam kurun waktu tahun 2011-2013 Pajak

Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C mampu memenuhi target

yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah data target dan realisasi Pajak

Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C tahun 2011-2013:

Tabel II.2Target dan Realisasi Pajak Golongan C

DPKD Kabupaten GowaTahun 2011-2013

Tahun Target Realisasi Selisih Keterangan2011 3.290.000.000 2.244.133.500 -1.045.866.500 Turun2012 2.275.000.000 2.241.522.250 -33.477.750 Turun2013 2.225.000.000 2.309.409.301 84.409.301 Naik

Sumber : DPKD Kabupaten Gowa, Data diolah

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2011-2012 realisasi

Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C tidak memenuhi

target dan pada tahun 2013 realisasi Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan

Galian Golongan C melebihi target dengan nominal yang cukup besar. Hal ini

dapat terjadi atas kerjasama semua pihak yang terkait baik itu Wajib Pajak

maupun pemungut Pajak yaitu Bidang Pendapatan Daerah DPKD. Faktor utama

kesuksesan dalam pemungutan pajak ini adalah adanya metode jemput bola,

penyuluhan kepada Wajib Pajak, penagihan secara intensif, tindakan persuasif

berupa pembebasan denda bagi Wajib Pajak yang menunggak atas dasar

pertimbangan khusus sesuai kriteria yang ditetapkan, kerjasama dengan rekanan

pemerintah (CV pertambangan dan kontraktor proyek).

Page 69: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

59

Adapun sumber-sumber penerimaan Pajak Pengambilan dan Pengolahan

Bahan Galian Golongan C tahun anggaran 2011-2013 yang penulis sajikan dalam

tabel berikut ini:

Tabel II.3Rincian Realisasi Pajak Golongan C

DPKD Kab. GowaTahun 2011-2013

Rincian Jenis Pajak Gol C

Realisasi Pajak Golongan CTahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Pasir 554.656.000 337.846.500 449.424.096Sirtu 88.145.000 107.458.500 204.946.814Batu Kali 6.905.000 26.875.500 121.231.287Batu Pecah 719.007.000 551.821.000 616.732.204Batu Gunung 703.000 202.646.500 84.975.000Tanah Timbunan 874.717.500 1.014.877.250 832.099.900Jumlah 2.244.133.500 2.241.522.250 2.309.409.301

Sumber : DPKD Kabupaten Gowa, Data diolah

1. Analisis Efektifitas

Analisis efektifitas yaitu perbandingan antara hasil realisasi penerimaan

pajak golongan C dengan target realisasi penerimaan tahun berjalan.

Rumus Analisis Efektifitas:

Tingkat Efektifitas penerimaan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan

Galian Golongan C Kabupaten Gowa tahun anggaran 2011-2013 dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Kontribusi= %

Page 70: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

60

TabelEfektifitas Penerimaan Pajak Golongan C

DPKD Kab GowaTahun 2011-2013

Tahun Target Realisasi Selisih Efektifitas2011 3.290.000.000 2.244.133.500 -1.045.866.500 68,21%2012 2.275.000.000 2.241.522.250 -33.477.750 98,52%2013 2.225.000.000 2.309.409.301 84.409.301 103,79%

Sumber : DPKD Kabupaten Gowa, Data diolah

Berdasarkan data tersebut, penerimaan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan

Galian Golongan C di Kabupaten Gowa antara tahun 2011 sampai dengan tahun

2012 belum cukup efektif dikarenakan tidak tercapainya target. Pada tahun 2011

target ditentukan sebesar Rp 3.290.000.000 dengan realisasi sebesar Rp.

2.244.133.500 sehingga terdapat selisih sebesar Rp. -1.045.866.500 maka

didapatkan prosentase efektifitas sebesar 68,21%.

Pada tahun 2012 target ditentukan jauh dibawah tahun 2011 atas dasar

pertimbangan pada tahun 2011 di wilayah Kabupaten Gowa sedang terjadi

penurunan pembangunan, target sebesar Rp. 2.275.000.000 dengan realisasi

sebesar Rp. 2.241.522.250 sehingga terdapat selisih sebesar Rp. -33.477.750 maka

didapatkan prosentase efektifitas sebesar 98,52%. Prosentase ini cenderung

meningkat dari pada prosentase 2011, hal ini disebabkan target yang ditetapkan

tidak terlalu besar sehingga terlihat terjadi perkembangan secara signifikan.

Pada tahun 2013 target yang ditetapkan sebesar Rp. 2.225.000.000 dengan

realisasi sebesar Rp. 2.309.409.301 sehingga terdapat selisih sebesar Rp.

84.409.301 maka diperoleh prosentase efektifitas sebesar 103,79%. Kondisi justru

menurun karena target yang ditetapkan jauh dari target dua tahun anggaran

Page 71: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

61

sebelumnya, dan realisasinya lebih besar dibandingkan dengan dua tahun

sebelumnya serta tingkat efektifitasnya cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena

adanya peningkatan pembangunan di wilayah Kabupaten Gowa.

Beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya penurunan pencapaian

target diantaranya adanya peraturan dari BLH (Badan Linkungan Hidup) yang

berisi pembatasan eksploitasi bahan tambang karena dinilai telah melanggar

ketentuan dan mengancam keselamatan lingkungan terutama di daerah potensial.

Diproyeksikan hal ini akan sangat berpengaruh untuk penerimaan Pajak

Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C periode selanjutnya

karena berdampak cukup besar bagi keaktifan Wajib Pajak. Sebagai

penggambaran secara lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik Tingkat Efektifitas Realisasi Pajak Golongan C

DPKD Kab. Gowa Tahun 2011-2013

2. Analisis Kontribusi

Analisis kontribusi yaitu perbandingan antara hasil realisasi penerimaan

tahun berjalan atas pajak golongan C dengan jumlah realisasi pendapatan asli

daerah.

0500.000.000

1.000.000.0001.500.000.0002.000.000.0002.500.000.0003.000.000.0003.500.000.000

2011 2012 2013

Page 72: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

62

Besarnya kontribusi Pajak Golongan C terhadap PAD dapat dicari dengan

rumus Analisis Kontribusi berikut ini:

Rumus Analisis Kontribusi:

Berdasarkan hasil pengolahan data oleh penulis yang bersumber dari

DPKD Gowa, diperoleh besarnya tingkat kontribusi Pajak Pengambilan dan

Pengolahan Bahan Galian Golongan C terhadap Pendapatan Asli Daerah yang

dapat dilihatdalam tabel berikut ini:

Tabel Kontribusi Pajak Golongan C Terhadap PAD

DPKD Kabupaten GowaTahun 2011-2013

Tahun Realisasi Realisasi PAD Kontribusi2011 2.244.133.500 83.265.676.477,90 2,69%2012 2.241.522.250 78.489.524.645,40 2,85%2013 2.309.409.301 108.745.838.574,36 2,12%

Rata-rata 2,55%Sumber : DPKD Kabupaten Gowa, Data diolah

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, dapat kita ketahui bahwa

kontribusi Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gowa cukup besar dengan

prosentase rata-rata 2,55%. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2012 dan 2011,

sedangkan yang terendah adalah tahun 2013 dengan penjabaran data sebagai

berikut:

Kontribusi=

Page 73: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

63

Pada tahun 2011 diperoleh tingkat kontribusi sebesar 2,69% dengan

perbandingan realisasi Pajak Gol C sebesar Rp. 2.244.133.500 dan realisasi

Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp. 83.265.676.477,90. Pada tahun 2012

diperoleh tingkat kontribusi yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar

2,85 % dengan perbandingan realisasi Pajak Gol C sebesar Rp. 2.241.522.250 dan

realisasi Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp. 78.489.524.645,40. Pada tahun

2013 diperoleh tingkat kontribusi terendah jika dibandingkan dengan 2 tahun

sebelumnya yaitu sebesar 2,12% dengan perbandingan realisasi Pajak Gol C

sebesar Rp. 2.309.409.301 dan realisasi Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp.

108.745.838.574,36. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang telah

dikemukakan sebelumnya sehingga menyebabkan adanya penurunan dari realisasi

penerimaan Pajak Gol C, besarnya kontribusi Pajak Pengambilan dan Pengolahan

Bahan Galian Golongan C terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gowa

penulis gambarkan dalam grafik berikut ini:

2011 2012 2013

2,69 2,85 2,12

Tingkat Kontribusi Pajak Gol C Terhadap PAD

Tingkat Kontribusi Pajak Gol C Terhadap PAD

Page 74: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

64

C. Hambatan dan Upaya Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pengolahan

Bahan Galian Golongan C

a. Hambatan

1. Kurangnya kesadaran masyarakat (pengusaha tambang dan rekanan)

selaku Wajib Pajak yang membuat tersendatnya pemenuhan kewajiban

perpajakan.

2. Minimnya jumlah Sumber Daya Manusia di DPKD

3. Letak geografis wilayah Gowa yang menyulitkan dalam pemungutan pajak

karena cecnderung luas dan terpencil.

4. Sistem yang digunakan masih konvensional sehingga diperlukan adanya

modernisasi serta pembekalan teknologi informatika yang lebih kepada

Sumber Daya Manusia di DPKD.

b. Upaya

1. Melaksanakan sosialisasi kepada Wajib pajak dan masyarakat

2. pada umumnya secara lebih persuasif dan intensif.

3. Adanya metode jemput bola (mendatangi WP secara langsung) yang

diterapkan oleh pemungut.

4. Bekerjasama dengan BLH melaksanakan pengawasan

5. pengeksploitasian bahan galian golongan C yang dilakukan oleh Wajib

Pajak sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian perijinan tambang dan

penentuan target penerimaan pajak pada periode selanjutnya.

Page 75: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

65

6. Melaksanakn pemeriksaan rutin terhadap Wajib Pajak untuk menguji

kepatuhannya.

7. Penambahan SDM di DPKD dengan pengangkatan PNS baru atau PTT

(pegawai tidak tetap) yang sudah ada.

8. Penyediaan fasilitas teknologi informatika yang memadai.

D. Kelebihan dan Kelemahan Pemungutan Pajak Pengambilan dan

Pengolahan Bahan Galian Golongan C

1. Kelebihan Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian

Golongan C

a. Realisasi Penerimaan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian

Golongan C di Kabupaten Gowa tahun 2013 sudah mencapai target

dengan selisih lebih yang cukup besar.

b. Realisasi Penerimaan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian

Golongan C merupakan yang terbesar kedua setelah Pajak Rumah Sakit di

Kabupaten Gowa.

c. Kontribusi Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gowa pada tahun 2011-

2013 cukup besar dengan prosentase rata-rata sebesar 2,55% dan

kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2011 dan 2012.

d. Tingkat efektifitas tertinggi dicapai pada tahun 2013 dengan prosentase

sebesar 103,79% meski dengan target dan realisasi yang jauh lebih kecil

dari pada dua tahun sebelumnya.

Page 76: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

66

e. Pihak fiskus (DPKD) telah melaksanakan berbagai upaya untuk

menyelesaikan hambatan-hambatan yang terjadi agar penerimaan pajak

dapat maksimal seperti metode jemput bola, penyuluhan intensif,

pengembangan diri dan lain-lain.

2. Kelemahan Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian

Golongan C

a. Kurangnya kesadaran masyarakat terutama Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya sehingga menghambat kelancaran pemungutan

pajak.

b. Kurangnya jumlah SDM di DPKD dan minimnya pengetahuan teknologi

informatika yang membuat proses pemungutan pajak tidak berjalan secara

maksimal.

c. Penerapan sistem yang digunakan masih tergolong konvensional.

d. Letak geografis Kabupaten Gowa yang dataran tinggi dan terpencil

menyulitkan proses pemungutan pajak.

e. Sarana dan prasarananya kurang memadai.

Page 77: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

67

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Identifikasi kendala dan permasalahan yang mempengaruhi penerimaan daerah di

sektor pertambangan sesuai urutan prioritasnya sebagai berikut:

a. Sistem manajemen Pendapatan Asli Daerah belum memadai.

b. Relatif rendahnya basis pajak dan retribusi yang menjadi kewenangan daerah,

sehingga kurang potensial terhadap Peningkatan PAD.

c. Rendahnya motivasi dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan

retribusi daerah.

d. Mekanisme pengawasan dan pemberian sanksi terhadap subjek pajak belum

berjalan dengan baik.

2. Kebijakan yang diprioritaskan untuk meningkatkan penerimaan PAD sektor

pertambangan adalah:

a. Memperbaiki sistem manajemen pendapatan asli daerah.

b. Memperluas jenis pajak dan retribusi daerah.

c. Sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat dalam

membayar pajak dan reribusi daerah.

d. Pelaksanaan mekanisme pengawasan dan sanksi terhadap subjek pajak dengan.

4. Rekomendasi kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan penerimaan PAD

sektor pertambangan.

a. Usaha yang intensif untuk memperbaiki sistem manajemen PAD sektor

pertambangan saat ini belum memadai. Kordinasi antar satuan kerja perangkat

Page 78: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

68

daerah (Dinas Pertambangan dan Dinas Pengelola keuangan Daerah) harus

diperbaiki.

b. Usaha ekstensifikasi penerimaan PAD sektor pertambangan dengan cara

memperluas jenis pajak dan retribusi daerah sektor pertambangan, melalui

pembuatan peraturan daerah yang baru.

c. Melakukan sosialisasi yang terencana dan berkesinambungan dari regulasi atau

peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah yang ada, kepada berbagai

stakeholder yang terlibat khususnya pengusaha sektor pertambangan.

d. Upaya meningkatkan pengawasan dan pembinaan pegawai pengelola PAD

untuk menghindari kebocoran penerimaan daerah. Pengawasan dan pemberian

sanksi juga diberikan pada subjek pajak atau pengusaha sektor pertambangan

yang sengaja melakukan penghindaran, penolakan maupun pengelapan pajak

dan retribusi sektor pertambangan.

B. Saran

Saran dan kebijakan yang direkomendasikan dalam upaya mengatasi kendala dan

meningkatkan penerimaan PAD sektor pertambangan yang dapat dilaksanakan oleh

pemerintah kabupaten Gowa yaitu:

1. Upaya memperbaiki sistem manajemen PAD sektor pertambangan yang saat ini

belum memadai yaitu kordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (Dinas

Pertambangan dan Dinas Pengelola keuangan Daerah) harus di tata dengan baik. Dua

dinas tersebut merupakan instansi pelaksana teknis dari kebijakan yang di tetapkan.

Perencanaan penganggaran dari awal pada pembahasan APBD tentang target PAD

sektor pertambangan harus di hitung secara realistis dan rasional. Ada pedoman dan

uji petik yang dilakukan dilapangan sehingga target PAD yang di bebankan rasional

dan realistis. Dinas Pertambangan dan Dinas Pengelola Keuangan Daerah

Page 79: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

69

memperbaiki dan meningkatkan sumberdaya manusia di bawah lingkup instansinya

yang terlibat dalam pengelolaan PAD, baik kualitas, kapabilitas dan integritas atau

kejujuran dari pegawainya. Ketidaktahuan dan ketidakmampuan pegawai dalam

menghitung dan menetapkan besar tarif pajak dan retribusi, daya kreativitas yang

kurang dalam melihat potensi PAD sektor pertambangan yang memungkinkan untuk

dioptimalkan, serta kejujuran pegawai dalam mengumpulkan hasil PAD yang di

indikasikan terjadi kebocoran sehingga mengurangi jumlah PAD. Permasalahan

tersebut diatas yang harus diatasi oleh pemerintah kabupaten Gowa agar memperbaiki

sistem manajemen PAD nya.

2. Mengupayakan perluasan objek pajak dan retribusi daerah sektor pertambangan.

Pemerintah Kabupaten Gowa di Sekretariat Daerah pada Asisten Satu, bagian hukum

agar membuat perencanaan memasukkan kedalam program legislasi daerah untuk

membuat peraturan daerah yang baru tentang pajak dan retribusi daerah sektor

pertambangan. Pemerintah daerah menyiapkan rancangan peraturan daerahnya dan

menyerahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk segera dibahas dan

disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD. Upaya ini penting

dilakukan agar semakin bervariasi dan bertambahnya objek pajak dan retribusi yang

dapat dipungut oleh daerah untuk meningkatkan PAD tanpa adanya payung hukum

berupa perda, pemungutan objek baru pendapatan daerah tersebut belum bisa

dilaksanakan. Hal ini juga didasarkan pada perda yang berlaku saat ini yaitu masih

minimnya kewenangan pemerintah kabupaten Gowa untuk memungut objek pajak

dan retribusi sektor pertambangan sehingga perlu dibuatkan perda baru atau

memperbaharui perda yang lama.

3. Upaya penyederhanaan administrasi dan birokrasi terhadap pemungutan pajak dan

retribusi daerah sektor pertambangan, dari pendataan, pemungutan, pencatatan dan

Page 80: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

70

pelaporan sehingga tidak mempersulit wajib pajak atau pengusaha sektor

pertambangan untuk membayar wajib pajak dan retribusinya. Hal ini penting

dilakukan untuk memotivasi pengusaha tambang dengan mempermudah

administrasinya dan dapat menekan biaya yang ditimbulkan dari pemungutan objek

pendapatan daerah tersebut.

4. Melakukan sosialisasi yang terencana dan berkesinambungan dari regulasi atau

peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah yang ada pada semua

stakeholder yang terlibat khususnya pengusaha sektor pertambangan. Hal ini

diharapkan adanya pemahaman bersama antara pemerintah daerah, DPRD,

masyarakat dan pengusaha, tentang keberadaan aktivitas pertambangan di kabupaten

Gowa yang menghasilkan Pendapatan Asli Daerah sebagaimana yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah yang selanjutnya digunakan

untuk menjaga keberlangsungan dan penyelengaran pemerintahan daerah, memacu

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.

5. Upaya meningkatkan pengawasan dan pembinaan pegawai pengelola PAD untuk

menghindari kebocoran penerimaan daerah dan pemberian sanksi terhadap pegawai

yang sengaja melakukan kebocoran, karena kebocoran penerimaan daerah dapat

mengurangi penerimaan daerah yang cukup signifikan. Selain itu pengawasan dan

pemberian sanksi juga diberikan pada subjek pajak atau pengusaha sektor

pertambangan yang sengaja melakukan penghindaran, penolakan maupun

penggelapan pajak dan retribusi sektor pertambangan di kabupaten Gowa.

Page 81: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

DAFTAR PUSTAKA

Andriani Dalam Bukunya Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

Hadi Irmawan. 2006. Pengantar Perpajakan. Bayumedia. Malang.

Kesit Bambang Prakosa. 2003. Pajak dan Retbusi Daerah. UII Press, Purwomartini.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Erlangga. PT. Gelora Aksara Pratama.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Bahan-Bahan Galian Golongan C.

Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Cetakan Kesatu. Oleh PT. Refika Aditama, Bandung.

Setu Setyawan. 2006. Perpajakan. Bayu Media. Malang.

Soekarwo. 2004. Hukum Pengelolaan keuangan Daerah. Air Langga University Pres. Surabaya.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Page 82: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …
Page 83: ANALISIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN …

BIODATA

Identitas Diri

Nama : MUH. ARKAM

Tempat, Tanggal Lahir : Batangkaluku, 01 November 1990

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat Rumah : Jl. Malino KM 8

Telpon Rumah dan HP : -

Alamat E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

SD Inpres Pattallikang 1996-2002

SMP Negeri 1 Manuju 2002-2005

SMA Negeri 1 Parangloe 2005-2008

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi 2010-2014

Universitas Muhammadiyah Makassar

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.