analisis pengaruh produksi perikanan, kesejahteraan
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PERIKANAN, KESEJAHTERAAN
PEMBUDIDAYA, DAN ANGKA KONSUMSI IKAN TERHADAP PDRB SEKTOR
PERIKANAN
(Studi kasus : Perikanan Budidaya di Enam Provinsi Pulau Sulawesi Periode 2014-2018)
Diajukan kepadaFakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ismi Restu Palilah
NIM: 11160840000073
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/ 2021 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PERIKANAN, KESEJAHTERAAN
PEMBUDIDAYA, DAN ANGKA KONSUMSI IKAN TERHADAP PDRB
SEKTOR PERIKANAN
(Studi Kasus : Perikanan Budidaya di Enam Provinsi Pulau Sulawesi Periode
2014-2018)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Ismi Restu Palilah
NIM : 11160840000073
Di bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS
NIDN : 2001027301
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2021 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 10 Juni 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Ismi Restu Palilah
2. NIM : 11160840000073
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produksi Perikanan, Kesejahteraan
Pembudidaya, dan Angka Konsumsi Ikan terhadap PDRB
sektor perikanan (Studi Kasus : Perikanan Budidaya di
Enam Provinsi Pulau Sulawesi Periode 2014-2018)
Setelah mencermati dan memerhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2020
1. Dr. Fitri Amalia, M.Si ........................................... )
NIP . 198207102009122002 Penguji I
2. Djaka Badranaya, M.Si ( ......................................... )
NIP. 197705302007011008 Penguji II
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH
iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 23 Februari 2021 telah dilakukan sidang skripsi atas mahasiswa:
Nama : Ismi Restu Palilah
NIM : 11160840000073
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produksi Perikanan, Kesejahteraan
Pembudidaya, dan Angka Konsumsi Ikan terhadap PDRB
Sektor Perikanan (Studi Kasus: Perikanan Budidaya di Enam
Provinsi Pulau Sulawesi Periode 2014-2018)
Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses sidang skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Maret 2021
1. Dr.Fitri Amalia, M.Si (...................................)
NIP : 198207102009122002 Ketua
2. Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS (...................................)
NIDN : 2001027301 Pembimbing
3. Zaenal Muttaqin, MPP (...................................)
NIP : 197905032011011006 Penguji Ahli
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
1. Nama : Ismi Restu Palilah
2. Tempat/ Tanggal lahir : Jakarta, 6 Mei 1998
3. Alamat : Jl. Tawang Mangu I No.51, Cengkareng,
4. No. Handphone : 089630072065
5. Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN Kedaung Kaliangke 03 Jakarta Barat 2005-2011
2. SMPN 132 Jakarta 2011-2013
3. SMKN 19 Bendungan Hilir, Jakarta 2013-2016
4. S1 UIN Syarifhidayatullah Jakarta 2016- saat ini
C. Partisipasi Terkait
1. Praktik Kerja Lapangan (PKL) Koperasi Mina Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Juni 2015
2. Seminar Nasional “Peningkatan Sumber Daya Kelautan Nasional Sebagai
Pilar Pembangunan Ekonomi”, November 2016
3. Seminar 50 Tahun ASEAN : Pengelolaan Laut Indonesia, Oktober 2017
vi
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of aquaculture production, the welfare of
fish cultivators, and the level of fish consumption in six provinces of Sulawesi Island
on the Gross Regional Domestic Product (GRDP). This study used time series and
cross section datas and used panel datas regression for data analysis, using the
Random Effect Model approach, with the independent variables analyzed including
the volume of aquaculture production, Fish Cultivator Exchange Rate, and Fish
Consumption Rate, and the dependent variable Gross Regional Domestic Product
(GRDP) of the fisheries sector in six provinces of Sulawesi Island from 2014-2018.
The results showed that the volume of aquaculture production had a positive
and significant effect on the GRDP of the fisheries sector, the Fish Cultivator
Exchange Rate had a positive and significant effect on the GRDP of the fisheries
sector, and the Fish Consumption Rate had a positive and significant effect on the
GRDP of the fisheries sector in six provinces of Sulawesi Island in 2014-2018.
Keywords: Fish Production, Aquaculture, Welfare, Fish Cultivator Exchange Rate,
Fish Consumption Rate
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh produksi perikanan
budidaya, kesejahteraan pembudidaya ikan, dan tingkat konsumsi ikan di enam
provinsi Pulau Sulawesi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Penelitian ini menggunakan data time series dan cross section dan menggunakan
analisis data regresi data panel, dengan menggunakan pendekatan Random Effect
Model, dengan variabel independen yang dianalisis antara lain volume produksi
perikanan budidaya, Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi), dan Angka Konsumsi
Ikan (AKI), dan variabel dependen Produk Domestik Regiona Bruto (PDRB) sektor
perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi dari tahun 2014-2018.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume produksi perikanan budidaya
berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor perikanan, Nilai Tukar
Pembudidaya ikan (NTPi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor
perikanan, dan Angka konsumsi Ikan (AKI) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB sektor perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi tahun 2014-2018.
Kata Kunci : Produksi Ikan, Perikanan Budidaya, Kesejahteraan, Nilai Tukar
Pembudidaya ikan (NTPi), Angka Konsumsi Ikan (AKI)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia,
rizki, danhidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Produksi Perikanan, Kesejahteraan
Pembudidaya, dan Angka Konsumsi Ikan Terhadap PDRB Sektor Perikanan
(Studi Kasus : Perikanan Budidaya di Enam Provinsi Pulau Sulawesi Periode
2014-2018)” dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada nabi besar
Muhammah SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang benderang. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Unversitas Islam Negeri (UIN)
Syarifhidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan adanya dukungan, bimbingan,
semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada disekeliling penulis
selamaproses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu izinkan penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-bearnya kepada :
1. Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat, nikmat, da ilahm serta
keridhoannya kepada penulis sehingga penulis senantiasa dimudahkan dan
diberikan kelancaran terhadap segala urusan penulis untuk menyelesaikan
ix
skripsi ini.
2. Do’a di setiap ibadahnya dari Mamah Iklimah Fatala yang tak pernah
putus di sepanjang hidupnya. Serta bantuan Bapak dan Papah yang selalu
menguatkan, mendorong, dan memberikan setiap ilmu dan pelajaran yang
takkan pernah ada batasnya. Selain itu kasih sayang Adik-adik saya,
Bobby, Aura, Dimas, dan Ibrahim yang saya cintai, karena selalu
menyayangi dan mendukung Kaka-nya dalam menyelesaikan skrispi.
3. Ibu Prof. Dr. Hj, Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA. Selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Amili, SE. Ak., M.Si., CA., QIA.,BKP.,SRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarifhidayatullah Jakarta.
5. Bapak Muhammad Hartana Iswandi Putra M.Si selaku Ketua Jurusan
Ekonomi Pembangunan dan Bapak Deni Pandu Nugraha M.Sc selaku
Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarifhidayatullah Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan
kepada peulis untuk belajar dan berkarya.
6. Ibu Najwa Khairina selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarifhidayatullah Jakarta. Terimakasih atas bimbingan, ilmu, motivasi,
serta arahan yang berharga kepada saya dan seluruh mahasiswa/mahasiswi
yang telah dibimbing.
x
7. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing skripsi.
Terimakasih telah menjadi pembimbing, memberikan motivasi, ilmu, dan
nasihat, serta arahan yang sangat berharga dalam penelitian yang
dilakukan penulis, hingga skripsi ini selesai.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan secara khusus,
dan umumnya kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan, membagikan berupa wawasan, ilmu,
pembelajaran, dan nasihat yang berharga, bermanfaat, dan membangun
begi penulis.
9. Adinda, Ghina, Ica, Fatimah, Alma, Elita, Suci, Syahrul, dan Fakhri
selaku teman, sahabat, motivator dan berbagi ilmu yang membuat saya
dapat selalu semangat dan berkembang melampaui batas selama
perkuliahan. Semoga kalian akan tetap rendah hati dan sampai bertemu di
dunia yang lebih luas dan keras.
10. Dr. Zakir Naik selaku motivator yang dapat memberikan ilmu,
kepercayaan yang lebih, ketenangan, dan mengajarkan kebaikan sebagai
umat muslim, yang memuat penulis memiliki ketabahan, dan tidak mudah
putus asa disetiap langkah penulis.
11. Tempat fasilitas belajar seperti Perpustakaan pemerintah, Perpustakan
nasional, tempat kopi, dan kamar kos yang sangat membantu saya
menyelesaikan penelitian.
xi
12. Teman-teman baru yang selalu memberikan pengaruh yang positif dalam
kehidupan saya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kesalahan dan
ketidaksempurnaan. Kritik dan saran yang membangun penulis diharapkan untuk
menjadi perbaikan bagi peneliti selanjutnya. Semoga skripsi ini mampu memberikan
pengaruh yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi terutama bagi peneliti selanjutnya yang memiliki kemiripan.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
Jakarta, 15 Januari 2021
(Ismi Restu Palilah)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................ xvii
DAFTAR PERSAMAAN .............................................................................................. xviii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 12
C. Batasan Masalah ............................................................................................ 13
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 13
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 14
1. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 14
2. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 16
A. Landasan Teori .............................................................................................. 16
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................................ 16
xiii
2. Budidaya Perikanan.............................................................................................. 27
3. Produksi ............................................................................................................... 33
4. Kesejahteraan ...................................................................................................... 39
5. Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) ......................................................................... 43
6. Teori Konsumsi .................................................................................................... 47
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 51
C. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 57
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 60
BAB III
METODE PENELITIAN................................................................................................. 62
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 62
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................. 63
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 63
D. Metode Analisis Data ..................................................................................... 64
1. Analisis Data Panel .............................................................................................. 66
2. Estimasi Model Regresi ........................................................................................ 67
3. Langkah Penentuan Model Data Panel .................................................................. 70
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................ 73
3. Uji Statistik .......................................................................................................... 75
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................... 77
1. Variabel Dependen ............................................................................................... 78
2. Variabel Independen ............................................................................................ 78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 82
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 82
B. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................ 99
1. Estimasi Model Regresi ........................................................................................ 99
2. Uji Asumsi Klasik .............................................................................................. 105
3. Uji Hipotesis ...................................................................................................... 107
C. Analisis Hasil Penelitian ................................................................................111
xiv
BAB V
PENUTUP .......................................................................................................................116
A. Kesimpulan ....................................................................................................116
B. Saran...................................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................119
LAMPIRAN – LAMPIRAN ...........................................................................................124
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 ................................................................................................................. 7
Tabel 2. 1 ............................................................................................................... 31
Tabel 3. 1 ............................................................................................................... 77
Tabel 4. 1 ............................................................................................................... 83 Tabel 4. 2 ............................................................................................................... 86 Tabel 4. 3 ............................................................................................................... 89
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 ........................................................................................................... 30 Gambar 2. 2 ........................................................................................................... 31 Gambar 2. 3 ........................................................................................................... 35 Gambar 2. 4 ........................................................................................................... 42 Gambar 2. 5 ........................................................................................................... 58
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 .......................................................................................................................... 4
Grafik 4. 1 ........................................................................................................................ 84 Grafik 4. 2 ........................................................................................................................ 87 Grafik 4. 3 ........................................................................................................................ 91 Grafik 4. 4 ........................................................................................................................ 92 Grafik 4. 5 ........................................................................................................................ 94
xviii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 2. 1 ................................................................................................................. 38 Persamaan 2. 2 ................................................................................................................. 39 Persamaan 2. 3 ................................................................................................................. 45 Persamaan 2. 4 ................................................................................................................. 45 Persamaan 2. 5 ................................................................................................................. 45 Persamaan 2. 6 ................................................................................................................. 46 Persamaan 2. 7 ................................................................................................................. 46 Persamaan 2. 8 ................................................................................................................. 46
Persamaan 3. 1 ................................................................................................................. 64 Persamaan 3. 2 ................................................................................................................. 68 Persamaan 3. 3 ................................................................................................................. 69 Persamaan 3. 4 .................................................................................................................. 70 Persamaan 3. 5 ................................................................................................................. 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia diketahui sebagai negara kepulauan terbesar ke-6 di dunia,
sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan, dengan luas
wilayah perairan sebesar 6,32 juta km2, dan wilayah daratan di Indonesia
sebesar 1,91 juta km2 (KKP, 2019). Perairan di Indonesia yaitu terdiri dari
lautan dan perairan umum (air tawar), dan mempunyai sekitar 12,54 juta ton per
tahun potensi sumber daya ikan baik di perairan Indonesia dan perairan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang berpotensi pada sumber daya
perikanan. Potensi dari sumber daya perikanan yang dimiliki oleh perairan
tersebut, baik untuk kegiatan penangkapan (capture) maupun budidaya
(Aquaculture) (Saka, 2018).
Besarnya wilayah perairan Indonesia dan sumber daya ikan yang ada
didalamnya secara potensi merupakan yang terbesar di dunia, baik perikanan
tangkap dan perikanan budidaya, potensi produksi lestari diperkirakan sebesar
67 juta ton/tahun, dari angka ini potensi produksi lestari (Maximum Sustainable
Yield =MYS) perikanan tangkap laut sebesar 9,4 juta ton/tahun dan perikanan
tangkap darat (danau, sungai, waduk, dan rawa) sekitar 0,9 juta ton/tahun dan
2
sisanya merupakan potensi perikanan budidaya sebesar 56,8 juta ton/tahun, baik
budidaya laut, budidaya perairan payau, dan budidaya perairan tawar.
Indonesia yang mempunyai sumber daya alam yang sangat mendukung
untuk pengembangan pakan ikan mandiri (aquaqulture) guna mengurangi
ketergantungan akan pakan pabrikan yang sangat tergantung pada bahan baku
impor, juga berguna untuk melestarikan sumber daya ikan yang bersifat fugitive
(dapat hilang) seiring dengan semakin banyaknya permintaan akan ikan dari
dalam maupun luar negeri. Selain menjaga sumber daya ikan yang ada,
produksi perikanan dengan budidaya (aquaculture) juga berpotensi dalam
sektor perikanan dengan jumlah produksi yang jauh lebih besar dapat
memberikan manfaat yang maksimal secara berkelanjutan baik bagi negara dan
diharapkan juga bagi masyarakat Indonesia jika pengelolaannya dengan baik
dan bertanggung jawab sesuai peraturan pemerintah. Pengelolaan sumber daya
alam di Indonesia, khususnya pada sektor perikanan telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 45 tahun 2009 pasal 6
ayat 1 yang menegaskan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk
tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya
kelestarian sumber daya ikan.
Hingga kini aktivitas perikanan nasional belum cukup memperlihatkan
kinerja yang optimal, berkelanjutan, dan menjamin kelestarian sumber daya
ikan seperti yang diamanatkan dalam UU RI No.45/2009 tersebut, karena
keterbatasannya teknologi, modal, sumber daya manusia yang belum dapat
3
memaksimalkan potensi tersebut, belum maksimalnya pengalokasian dana
khusus sektor perikanan dan kebijakan harga ikan oleh pemerintah yang masih
belum diterapkan dengan baik di tempat pelelangan ikan, dan masih banyak
permasalahan lain yang belum terselesaikan yang telah disusun dalam roadmap
pembangunan sektor perikanan oleh Kadin Kelautan dan Perikanan untuk tahun
2015-2019.
Dalam ekonomi kelautan bukan hanya tentang produksi perikanan tangkap
atau budidaya saja, akan tetapi ada 11 sektor ekonomi kelautan yang 5
diantaranya diawasi langsung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
yaitu antara lain perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan
hasilikan, industri bioteknologi kelautan dan sumber daya wilayah pulau-pulau
kecil. Baik perairan laut dan darat, keduanya memiliki potensi kekayaan sumber
daya ikan yang melimpah, khususnya bagi produksi perikanan budidaya yang
dapat menghasilkan produksi yang jauh lebih besar.
Pertumbuhan ekonomi sendiri merupakan suatu upaya peningkatan
kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output baik barang maupun
jasa. Setiap negara selalu mengharapkan adanya pertumbuhan ekonomi
dinegaranya karena pertumbuhan ekonomi akan dapat memajukan kualitas
hidup masyarakat, mensejahterakan masyarakat dan menaikan tingkat konsumsi
barang dan jasa. Menurut Prof. Simon Kuznet pertumbuhan ekonomi
merupakan kenaikan jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
4
kapasitas output dimungkinkan oleh adanya kemajuan ataupun pengesuaian
teknologi, institusional dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada dan
diperkirakan dimasa depan.
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi pada periode waktu tertentu
secara agregat atau menyeluruh. Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
perikanan adalah jumlah nilai tambah pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor perikanan. Pertumbuhan perekonomian sektor perikanan merupakan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sektor perikanan dari satu periode
ke periode berikutnya. PDB Perikanan tersebut hanya didasarkan pada sektor
primer yang mencakup perikanan tangkap dan budidaya.
Grafik 1. 1
PDB ADHK Sektor Perikanan Tahun 2014-2018
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019
189.09204.02
214.46226.85
238.64
0
50
100
150
200
250
300
2014 2015 2016 2017 2018
PDRB ADHK
5
Dalam grafik 1.1 diatas dapat dilihat bahwa Nilai PDB Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) terus mengalami kenaikan yang menunjukkan kontribusi
PDB Sektor Perikanan dengan persentase rata-rata sebesar 2,32% (2014)
menjadi rata-rata sebesar 2,60% (2018) yang memiliki kenaikan dari periode
ditahun 2014 sampai dengan 2018 sebesar 0,28% dengan nilai kenaikan rata-
rata sebesar 5,99/tahun dari Rp189,08 triliun pada tahun 2014 menjadi
Rp238,64 triliun pada tahun 2018 (BPS, 2019). Pertumbuhan nilai PDB sektor
perikanan pada grafik tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan
merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam perekonomian di
Indonesia yang diharapkan akan memiliki pertumbuhan yang positif dan
meningkat.
Salah satu upaya suatu negara untuk memajukan perekonomian negaranya
adalah dengan melihat potensi dan sektor apa yang harus dimaksimalkan
dinegara tersebut, salah satunya adalah dengan melihat potensi dari sumber
daya alam yang ada disetiap wilayah di negaranya baik secara regional maupun
secara agregat. Indonesia sebagai negara dengan beribu pulau didalamnya patut
dikatakan sebagai negara maritim yang harusnya dapat memaksimalkan sumber
daya yang ada seperti sumber daya yang ada diperairan laut, khususnya sumber
daya pakan ikan .
Untuk memaksimalkan potensi tersebut, pemerintah regional bekerja sama
dengan pemerintah pusat untuk mengoptimalkan produksi perikanan dengan
6
potensi sumber daya yang ada. Potensi perekonomian yang terdapat pada
wilayah-wilayah tertentu dan memiliki kelayakan untuk dibangun dan dapat
selalu bertumbuh sehingga berguna bagi masyarakyat di daerah tersebut sebagai
sumber pendapatan juga bisa menjadi pendorong ekonomi di daerah tersebut
secara universal, dan daerah tersebut dapat berkembang dengan sendirinya serta
berkelanjutan (Suparmoko, 2002). Pembangunan regional dilaksanakan untuk
mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth),
pemerataan (equility), serta keberlanjutan (sustainability). Maka dari itu perlu
adanya keseimbangan antara pembangunan daerah dan pembangunan sektoral,
sehingga pembanguan sektoral yang berlangsung di daerah-daerah dilakukan
dengan melihat potensi dan prioritas daerah.
Salah satu wilayah Indonesia dengan produksi perikanan terbesar yaitu
Pulau Sulawesi Sektor perikanan di Pulau Sulawesi baik untuk perikanan
tangkap dan perikanan budidaya yang memiliki potensi tinggi pada wilayah
tersebut yang diharapkan akan berpengaruh untuk menaikkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia khususnya di Pulau Sulawesi sendiri.
Produksi perikanan merupakan produksi sumber daya yang unik karena
sifat sumber dayanya yang fugitive (dapat hilang) dan kompleksitas
pengelolaannya menuntut kajian tersendiri. Berikut merupakan perbandingan
banyaknya produksi perikanan di Indonesia berdasarkan Pulau besar pada tahun
2014 dengan 2018 (Fauzi dalam Akhmad, 2018).
7
Tabel 1. 1
Volume Produksi Perikanan di Indonesia tahun 2014 dan 2018 (Ton)
PULAU
PERIKANAN
TANGKAP
PERIKANAN
BUDIDAYA
2014 2018 2014 2018
SUMATERA 1,808,479 1,955,139 1,396,839 1,585,139
JAWA 1,173,264 1,404,032 2,732,301 3,128,703
BALI-
NUSANTENGGARA 460,301 475,835 2,959,973 3,033,452
KALIMANTAN 696,133 819,362 677,640 1,088,137
SULAWESI 1,169,454 1,336,727 5,913,751 6,101,243
MALUKU – PAPUA 1,176,715 1,328,309 678,625 853,619
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, diolah.
Tabel 1.1 menunjukkan banyaknya produksi ikan di Indonesia cenderung
meningkat selama kurun waktu 4 tahun tersebut, tabel tersebut juga
menunjukkan bahwa Pulau Sulawesi memiliki potensi maritim yang sangat
besar, khususya pada perikanan budidaya. Jika dibandingkan dengan produksi
di wilayah lainnya, produksi perikanan budidaya di Sulawesi yaitu sebesar
5,913,751 ton pada tahun 2014 meningkat menjadi 6,101,243 ton pada 2018.
Potensi produksi perikanan budidaya tersebut baik diharapkan dapat menaikan
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian
diwilayah tersebut. masing-masing wilayah di Indonesia memiliki potensi
sumber daya perikanan yang berbeda, namun pemerintah daerah terus
mengoptimalkan produksi perikanan dan tetap menjaga sumber daya alam
tersebut.
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan
8
kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output. Maka dapat dikatakan
jumlah produksi suatu barang atau jasa yang meningkat akan menaikan tingkat
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Untuk itu setiap wilayah yang memiliki
potensi suatu komoditas haruslah memaksimalkan dan menjaga potensi yang
ada, seperti halnya produksi sektor perikanan di Pulau Sulawesi tersebut. Untuk
memaksimalkan sektor kelautan dan perikanan, hal tersebut membutuhkan
dukungan berupa: (1) Kapasitas produksi yang besar, dengan dukungan
pemerintah yang terus meningkat ; (2) Outputnya yang berupa ikan dan industri
pengolahan perikanan dapat di eskpor, dan inputnya dari dalam negeri ; (3)
Potensi industri dari hulu ke hilir dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar ; serta (4) Produk yang dapat diperbaharui sehingga mendukung
pembangunan berkelanjutan. (KKP, 2016:14). Karena itu untuk
memaksimalkan sektor perikanan di Indonesia, perikanan budidaya merupakan
potensi yang dapat terus di maksimalkan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Kecenderungan baru dalam paradigma ekonomi di Indonesia merupakan
pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir yang dikenal memiliki
karakteristik yang cukup unik dan memiliki keragaman potensi sumber daya
laut, menjadikan masyarakat pesisir memiliki kecenderungan untuk lebih
memaksimalkan potensi yang ada dalam wilayah tinggalnya. Namun
pemaksimalan produksi dalam sektor perikanan wilayah laut dan pesisir di
Indonesia oleh pemerintah cukup terabaikan dan dilupakan dalam pembangunan
9
di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat masih belum terealisasinya kebijakan
yang telah ditentukan oleh Kadin sektor perikanan, serta hasil kajian
Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) yang menunjukkan jumlah warga
miskin di Indonesia terbesar didominasi oleh para penduduk pesisir, dengan
jumlahnya yang mencapai 7,9 juta jiwa atau 25% dari total penduduk miskin di
Indonesia. Hal tersebut patut dipertanyakan karena kesejahteraan nelayan atau
masyarakat pesisir adalah hal yang cukup penting untuk melihat apakah
pertumbuhan sektor perikanan diiringi oleh adanya kesejahteraan pada
masyarakat nelayan dan pesisir yang memiliki peran penting dalam
produktivitas sektor perikanan tersebut.
Selama ini upaya untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan masih
menggukanan indikator perubahan pendapatan nelayan, indikator tersebut
menurut Basuki, dkk (2001) kurang tepat karena belum menggambarkan secara
tepat perbaikan kesejahteraan nelayan karena belum membandingkan dengan
pengeluaran nelayan, baik untuk konsumsi rumah tangganya, ataupun besar dari
modal yang dikeluarkan dalam produksi perikanan yang dilakukan. Hal tersebut
juga dikemukakan oleh Hutabarat (1996) yang menyatakan nilai tukar petani
(nelayan) atau penurunan tingkat hasil perikanan relatif terhadap harga barag
dan jasa laindapat mengakibatkan peurunan pendapatan riil petani (nelayan),
oleh karena itu indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN) atau Nilai Tukar
Pembudidaya (NTPi) pada perhitungan pembudidaya ikan lebih sesuai untuk
mempertimbangkan pendapatan dan pengeluaran bagi nelayan pembudidaya
10
ikan. NTPi bagi nelayan pembudidaya dapat menjadi alat ukur kemampuan nilai
tukar barang yang dihasilkan terhadap barang/jasa yang diperlukan untuk
kebutuhan konsumsi rumah tangga ataupun kebutuhan produksi (Sembiring,
2017). Namun konsep dengan nilai tukar ini hingga kini masih amat terbatas,
dengan Pedoman Umum dan Teknis Nilai Tukar Nelayan yang disusun pada
tahun 2001 yang diterbitkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jika nilai penerimaan atau pendapatan lebih kecil dari pada pengeluaran
maka nelayan belum bisa dikatakan sejahtera, begitu pula sebaliknya. Dengan
usaha terus menerus untuk mengembangkan keterampilan dan usaha nelayan,
baik dari usaha penangkapan, budi daya maupun pengolaan, kita dapat terus
berharap kesejahteraan nelayan terus meningkat pada tahun yang akan datang.
Kesejahteraan yang diukur dengan permasalahan ekonomi yaitu dapat melalui
pertumbuhan ekonomi yang merupakan indikator dari dampak kebijaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam
sektor ekonomi di suatu negara, yang secara tidak langsung akan
menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi.
Di Indonesia konsumsi akan ikan masih dianggap rendah dan tidak merata
antar wilayah, sehingga pemerintah terus melakukan berbagai program
peningkatan konsumsi ikan. Kebijakan yang mendukung persoalan tersebut
dilakukan untuk mengoptimalkan peran sektor perikanan dalam perekonomian.
11
Meskipun berbagai program peningkatan konsumsi ikan telah dilakukan namun
konsumsi ikan Indonesia dianggap masih rendah.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengkategorikan daerah
yang memiliki angka konsumsi rendah adalah dengan nilai konsumsi kurang
dari 20 kg/kapita/tahun, sedangkan nilai konsumsi ikan sedang pada angka 20–
31.4 kg/kapita/tahun, dan konsumsi ikan yang tinggi di atas 31.4
kg/kapita/tahun. Untuk itu diperlukannya peningkatan angka konsumsi ikan di
Indonesia.
Angka Konsumsi Ikan (AKI) yang tinggi juga dapat menunjukkan bahwa
produksi perikanan diserap dan industri perikanan bergerak di pasar masyarakat
wilayah Pulau Sulawesi. Meningkatnya produksi ikan nasional telah
mendorong meningkatnya ketersediaan ikan untuk konsumsi nasional, dan
secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian di
Indonesia.
Dalam mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) di suatu
wilayah regional di Indonesia, pemerintah daerah harus memperhatikan
kontribusi suatu sektor terhadap PDRB maupun PDRB per kapita dengan
optimalisasi penggunaan SDA yang dimiliki. Penggunaan SDA harus
diprioritaskan pada sektor yang belum dimanfaatkan secara maksimal, agar
keputusan yang diambil dapat mememenuhi sasaran yang optimal dengan
menggunakan sumber daya yang ada. Dalam hal tersebut data statistik memiliki
12
peranan yang penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan evaluasi
hasil yang telah dicapai guna menentukan kebijakan dimasa depan, dengan
begitu kita dapat melihat bagaimana pertumbuhan sektor perikanan, khususnya
perikanan budidaya yang ada di masing-masing wilayah provinsi di Pulau
Sulawesi.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis ingin melakukan penelitian dengan
judul ”Analisis Pengaruh Produksi Perikanan, Kesejahteraan
Pembudidaya, dan Angka Konsumsi Ikan Terhadap PDRB Sektor
Perikanan (Studi Kasus : Perikanan Budidaya Enam Provinsi di Pulau
Sulawesi Periode 2014-2018”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis kemudian
dapat mengidentifikasi masalah yang kemudian dijadikan sebagai analisis dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1) Potensi Produksi Perikanan Budidaya yang sangat besar terdapat di
Pulau Sulawesi
2) Tingkat Kesejahteraan Pembudidaya Ikan di Pulau Sulawesi yang
relatif rendah berdasarkan Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi)
3) Angka Konsumsi Ikan yang besar menunjukkan adanya penyerapan
output yang baik di Pulau Sulawesi
13
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis akan membatasi permasalahan yang diteliti,
antara lain :
1) Variabel produksi perikanan budidaya, Nilai Tukar Pembudidaya
Ikan (NTPi), dan Angka Konsumsi Ikan (AKI) adalah sebagai
variabel bebas (X). Ketiga variabel bebas tersebut yang akan
dianalisis sebagai variabel yang mempengaruhi PDRB Sektor
Perikanan (Y).
2) Penelitian ini mengkaji mengenai pertumbuhan perekonomian dalam
sektor perikanan pada Enam Provinsi di Pulau Sulawesi
3) Penelitian dilakukan selama periode tahun 2014-2018.
D. Rumusan Masalah
Ada beberapa variabel yang ingin diteliti oleh penulis yang diperkirakan
memiliki keterkaitan dengan PDRB sub sektor perikanan, variabel-variabel
yang diambil tersebut antara lain adalah produksi perikanan budidaya, Nilai
Tukar Pembudidaya ikan (NTPi), dan Angka Konsumsi Ikan (AKI).
Berdasarkan latar belakang dan faktor penentu tersebut, maka dapat di
identifikasikan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana Pengaruh Produksi Perikanan Budidaya terhadap PDRB sub
sektor Perikanan di Enam Provinsi Pulau Sulawesi?
14
2) Bagaimana Pengaruh Kesejahteraan Pembudidaya ikan terhadap PDRB sub
sektor Perikanan di Enam Provinsi Pulau Sulawesi?
3) Bagaimana Angka Konsumsi Ikan (AKI) terhadap PDRB sub sektor
Perikanan di Enam Provinsi Pulau Sulawesi?
4) Bagaimana Pengaruh variabel independen secara simultan terhadap PDRB
sub sektor perikanan di Enam Provinsi Pulau Sulawesi?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat diatas, maka adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk :
a. Untuk mengetahui pengaruh Produksi Perikanan Budidaya terhadap
PDRB Sub Sektor Perikanan
b. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) terhadap
PDRB Sub Sektor Perikanan
c. Untuk mengetahui pengaruh Angka Konsumsi Ikan (AKI) terhadap
PDRB Sub Sektor Perikanan
d. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan
terhadap PDRB sub sektor perikanan
15
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat diatas, penelitian ini
diharapkan bermanfaat sebagai :
a. Memberikan informasi dan memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu, khususnya kajian dan penelitian mengenai
hubungan dari kegiatan produksi perikanan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
b. Sebagai bahan informasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya,
selanjutnya untuk mencari dan mengetahui alternatif untuk peningkatan
produksi sektor perikanan dan pengembangan ilmu ekonomi yang
bersifat sumber daya alam.
c. Sebagai salah satu sarana penyampaikan saran maupun kritik bagi
pemerintah dalam mebuat kebijakan dan regulasi yang baik, agar dapat
menciptakan kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat, khususnya
masyarakat maritim.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Pengertian PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah
yang dihasilkan untuk setiap wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah,
dengan menerapkan jumlah seluruh nilai barang atau jasa yang dihasilkan
seluruh unit ekonomi diakhir periode. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan
jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah
(BPS, 2016).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu dari
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam
suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan (Bank Indonesia, 2014). Sedangkan menurut Prof. Rahardjo Adisasmita
(2014), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran prestasi
(keberhasilan) ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi.
Sadono Sukino berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
17
adanya perkembangan fiskal produksi barang dan jasa disuatu negara, seperti
pertambahan jumlah produksi barang dan jasa seperti barang industri,
infrastruktur, jumlah sekolah, produksi sektor jasa, dan barang modal. (Sukirno,
2011).
Menurut Mankiw (2003) dalam analisis makro pengukuran dalam
perekonomian suatu negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB
mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama
periode tertentu. Dalam perekonomian dua sektor aliran pengeluaran
perekonomian terdiri dari dua komponen pengeluaran agregat konsumsi dan
investasi.
Menurut teori perekonomian dua sektor, adanya pertumbuhan ekonomi
juga diukur dengan besarnya pendapatan nasional. Menurut teori ini
pertumbuhan terjadi karena adanya dua komponen pengeluaran agregat, antara
lain konsumsi rumah tangga dan investasi. Dengan rumus Y= C+I, Y adalah
pendapatan nasional, C sebagai konsumsi rumah tangga, dan I sebagai
investasi.
b. Manfaat PDRB
1) PDRB atas dasar harga konstan (PDRB riil) memiliki manfaat untuk
menunjukkan kinerja perekonomian secara sektoral maupu secara
keseluruhan di suatu wilayah tertentu dalam satu kurun waktu
tertentu. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan
18
menggambarkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) disuatu wilayah.
2) PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB nominal) bermanfaat untuk
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan di
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Persentase distribusi PDRB
atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur
perekonomian yang menggambarkan peranan masing-masing sektor
ekonomi tertentu dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang
berperan besar menunjukkan basis kegiatan ekonomi yang
mendominasi perekonomian wilayah tersebut.
3) PDRB atas dasar harga berlaku bila dibagi dengan jumlah penduduk
pada pertengahan tahun, maka akan didapatkan PDRB perkapita atas
dasar harga berlaku yang digunakan sebagai pendekatan (proxy) untuk
menunjukkan rata- rata pendapatan per satu orang penduduk secara
nominal.
4) PDRB atas dasar harga konstan bila dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, maka akan didapatkan PDRB perkapita atas dasar
harga konstan yang berguna untuk mengetahui rata-rata pendapatan
per satu orang penduduk secara riil (tanpa memperhitungkan faktor
fluktuasi harga).
19
c. Konsep dan Definisi
PDRB menurut badan pusat statistik (BPS) memiliki tiga cara perhitungan
yang diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pegeluaran (BPS,2010)
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai tambah
atas barang dan jasa yang dihasilkan berbagai unit sektor produksi
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) di wilayah suatu
daerah. Unit- unit produksi dalam pendekatan produksi ini
dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), (Katalog BPS,
2010) yaitu:
(a) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
(b) Pertambangan dan penggalian
(c) Industri pengolahan
(d) Listrik, gas dan air bersih
(e) Bangunan dan konstruksi
(f) Perdagangan, hotel dan restoran
(g) Pengangkutan dan komunikasi
(h) Jasa keuangan, real estate dan jasa perusahaan, dan
(i) Jasa-jasa lainnya (termasuk jasa pemerintah).
2) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan penjumlahan
20
semua komponen permintaan akhir (Ibid) yang terdiri dari :
(a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba
(b) Konsumsi pemerintah
(c) Pembentukan modal tetap domestik bruto
(d) Perubahan inventori, dan
(e) Ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).
3) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Menurut pendekatan pedapatan, PDRB merupakan penerimaan
jumlah balas jasa oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam
proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud dapat berupa upah
dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; balas jasa
tersebut didapat sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak
langsung lainnya. Dalam pendekatan pendapatan ini, mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi).
(a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik
pada saat menilai produksi, biaya antara, maupun komponen nilai
tambah.
(b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu sebagai
21
tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara,
maupun komponen tambah lain
(c) PDRB per Kapita
PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
(d) Pendapatan Regional
PDRB ditambah dengan balas jasa faktor produksi milik
penduduk wilayah tersebut (yang berasal dari luar) dikurangi
dengan balas jasa produksi yang mengalir keluar.
(e) Pendapatan per Kapita
Pendapatan per kapita merupakan hasil bagi antara pendapatan
regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Namun sampai saat ini, perhitungan PDRB melalui pendekatan
pendapatan masih sulit dilakukan karena belum tersedianya data arus
pendapatan yang mengalir antar provinsi (baik masuk maupun keluar). Oleh
karena keterbatasan tersebut, maka publikasi ini masih menggunakan
pendekatan PDRB per kapita.
d. Metode Perhitungan PDRB
1) Metode Perhitugan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu :
(a) Metode Langsung
22
Metode langsung dapat dilakukan dengan pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Ketiga
pendekatan tersebut akan memberikan hasil yang sama.
(b) Metode Tidak Langsung
Dalam metode tidak langsung, nilai tambah disuatu wilayah diperoleh
dengan mengalokasikan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi
nasional ke dalam masing-masing kegiatan ekonomi pada tingkat
regional menggunakan indikator yang memiliki pengaruh paling kuat
terhadap kegiatan ekonomi tersebut.
2) Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (2000)
Ada empat cara yang digunakan untuk menghitung nilai tambah bruto
(NTB) atas dasar harga konstan 2000, yaitu :
(a) Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara
masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000. Hasilnya
merupakan outuput dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000.
Selanjutnya NTB atas dasar harga konstan diperoleh selisih antara
output dan biaya antara. Biaya antara atas dasar harga konstan
biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga
konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara
terhadap output pada tahun dasar.
23
(b) Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar
2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi yang digunakan
sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing
produksi yang dihasilkan maupun indeks dari berbagai indikator
produksi, mislanya tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan lainnya yang
dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi
juga dapat dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga
konsta. Kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah
terhadap output akan diperolej perikaraan nilai tambahatas dasar
harga konstan.
(c) Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing
tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai
deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB), dan sebagainya. Indeks-indeks
harga tersebut dapat juga digunakan sebagai inflator dengan
mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks
harga tersebut.
24
(d) Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda, komponen yang dideflasi adalah output dan
biaya antaranya. Sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang
digunakan sebagai inflator untuk perhitungan output atas dasar harga
konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga
perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditasnya. Pada
perhitungan PDRB atas dasar harga konstan, metode deflasi berganda
ini belum banyak digunakan. Perhitungan komponen penggunaan
PDRB atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan
cara-cara di atas. Namun mengingat keterbatasan data yang tersedia,
maka digunakan metode deflasi maupun ekstrapolasi.
e. Cakupan Data
Cakupan: PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan dalam 9 sektor
ekonomi sesuai dengan International Standard Industrial Classification of
All Economic Activities (ISIC) sebagai berikut:
1) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
(a) Subsektor Tanaman bahan makanan
(b) Subsektor Tanaman perkebunan
25
(c) Subsektor Peternakan
(d) Subsektor Kehutanan
(e) Subsektor Perikanan
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
(a) Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
(b) Subsektor Pertambangan Bukan Migas
(c) Subsektor Penggalian
3) Sektor Industri Pengolahan
(a) Subsektor Industri Migas (Pengilangan Minyak Bumi dan Gas Alam
Cair (LNG))
(b) Subsektor Industri Bukan Migas.
4) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
(a) Subsektor Listrik
(b) Subsektor Gas
(c) Subsektor Air Bersih
5) Sektor Konstruksi
6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(a) Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran
(b) Subsektor Hotel
26
(c) Subsektor Restoran
7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
(a) Subsektor Pengangkutan (Angkutan Rel - Angkutan Jalan Raya -
Angkutan Laut - Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan -
Angkutan Udara - Jasa Penunjang Angkutan)
(b) Subsektor Komunikasi
8) Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
(a) Subsektor Bank
(b) Subsektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank
(c) Subsektor Jasa Penunjang Keuangan
(d) Subsektor Real Estate
(e) Subsektor Jasa Perusahaan
(f) Jasa-Jasa
(g) Subsektor Pemerintahan Umum
(h) Subsektor Swasta - Jasa Sosial Kemasyarakatan – Jasa Hiburan dan
Rekreasi - Jasa Perorangan dan Rumah Tangga.
Sementara itu, PDRB berdasarkan penggunaan dikelompokkan dalam 6
komponen yaitu :
1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, mencakup semua pengeluaran
untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto
barang bekas dan sisa yang dilakukan rumah tangga selama setahun.
27
2) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, mencakup pengeluaran untuk
belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah,
tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang
dihasilkan.
3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, mencakup pembuatan dan
pembelian barang-barang modal baru dari dalam daerah dan barang
modal bekas atau baru dari luar daerah. Metode yang dipakai adalah
pendekatan arus barang.
4) Perubahan Inventori. Perubahan stok dihitung dari PDRB hasil
penjumlahan nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen
permintaan akhir lainnya.
5) Ekspor Barang dan Jasa. Ekspor barang dinilai menurut harga free on
board (fob).
6) Impor Barang dan Jasa. Impor barang dinilai menurut cost insurance
freight (cif).
2. Budidaya Perikanan
a. Definisi Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan memiliki beberapa istilah antara lain; akuakultur,
perikanan budidaya, budidaya ikan dan budidaya perairan. Istilah akualkultur
diambil dari bahasa Inggris aquaculture (aqua = perairan, culture = budidaya).
28
Budidaya perikanan itu sendiri didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk
memproduksi biota (organisme) akuatik (air) untuk men-dapatkan keuntungan
(Effendi, 1997) Dengan tujuannya yang dilaksanakan pada kondisi terkontrol
dan orientasi untuk mendapat keuntungan. Definisi tersebut bermakna bahwa
kegiatan budidaya perikanan adalah kegiatan ekonomi (prinsip ekonomi) yang
mengarah pada industri (tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat harga).
Menurut Bardach et al (1972) akuakultur adalah kegiatan dalam
membentuk pengembangan organisme perairan atau produksi dari biota yang
digunakan beragam teknik domestikasi, yang merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk membuat habitat asli yang disesuaikan dengan kondisi dari
tempat pengembangbiakan hingga pengolahan. Definisi lain budidaya perikanan
adalah kegiatan campur tangan atau upaya-upaya manusia untuk meningkatkan
profitivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang
dimaksud adalah usaha pemeliharaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup (survival), menumbuhkan (growth) dan memperbanyak (reproduction)
biota akuatik. Definisi tersebut berkembang dengan melihat evolusi produksi
yang berlangsung di dalam perikanan. Selain budidaya perikanan, dalam sektor
perikanan produksi biota akuatik dapat dilakukan dengan cara penangkapan atau
perikanan tangkap. Produksi dari budidaya berbeda dengan penangkapan,
budidaya perikanan diperoleh melalui kegiatan pemeliharaan biota akuatik
dalam wadah dan lingkungan terkontrol. Kegiatan pemeliharaan tersebut
mencakup pembenihan dan pembesaran. Sedangkan dalam perikanan tangkap
29
produksi diperoleh dengan cara memanen (berburu) biota akuatik dari alam
tanpa ada pemeliharaan. Budaya perikanan dan perikanan tangkap merupakan
tujuan utama sektor perikanan dalam menyediakan pangan dan sumber protein
bagi manusia.
Perikanan budidaya ternyata memiliki lebih dari satu definisi yang
berhubungan dengan perkembangan perikanan budidaya itu sendiri,baik sebagai
suatu kegiatan ekonomi, teknologi, produksi maupun konservasi. Ruang lingkup
budidaya dapat ditinjau dari kegiatan, keruangan (spasial), dan sumber air yang
digunakan. Peninjauan ruang lingkup memberikan pengertian akan luasnya
cakupan budidaya perikanan.
Kegiatan budidaya perikanan diawali dengan kegiatan perikanan tangkap,
suatu kegiatan yang sudah berlangsung dari masa primitif manusia, yaitu zaman
purba. Produksi perikanan tangkap dibatasi oleh produktivitas alamiah suatu
perairan (laut, sungai, danau, dan waduk). Produktivitas alamiah tersebut dapat
ditingkatkan puluhan bahkan ribuan kali degan kegiatan budidaya perikanan.
b. Ruang Lingkup Budidaya Perikanan berdasarkan Spasial
Budidaya perikanan dapat dilakukan didarat dan dilaut, seperti pantai,
muara sungai, teluk, selat, perairan dangkal terlindung, terumbu karang, bahkan
pegunungan dan perbukitan hingga ke laut lepas. Selama masih tersedia sumber
daya air yang memadai secara kuantitatif dan kualitatif, kegiatan budidaya
perikanan dapat berlangsung.
30
Gambar 2. 1
Perikanan Budidaya berdasarkan Kawasan
Sumber : Irzal Effendi (UT), 2019
Di kawasan pegunungan, perbukitan, dan dataran tinggi terdapat sumber
daya air berupa mata air, sungai, dan danau dataran tinggi (danau vulkanik),
sedangkan pada kawasan dataran rendah terdapat sungai. Di kawasan pesisir
terdapat pantai, muara sungai dan rawa payau sedangkan dikawasan laut
terdapat perairan laut dangkal, teluk, selat, dan perairan laut lepas/laut dalam.
Berdasarkan zonasi darat dan laut dikenal dengan inland aquaculture dan
marine aquacultire (mariculture). Indland aquaculture adalah perikanan yang
dilakukan di darat dengan menggunakan sumber air berupa (mata air, sungai,
waduk, danau, saluran irigasi, air hujan, air sumur, serta genangan air lainnya)
atau air payau. Mariculture adalah kegiatan budidaya perikanan yang dilakukan
di laut.
31
Tabel 2. 1
Zona Kegiatan Sektor Perikanan
Sumber : Irzal Effendi (UT), 2019
c. Ruang Lingkup Budidaya Berdasarkan Sumber Air
Berdasarkan sumber air yang digunakan untuk kegiatan produksi budidaya
perikanan maka dikenal buidaya air tawar (freshwater culture), budidaya air
payau (brackishwater culture) dan budidaya laut (marieculture). Budidaya air
tawar dilakukan dengan menggunakan sumber air dari perairan tawar,
sedangkan budidaya air payau dan marikultur masing-masing menggunakan
perairan payau dan laut sebagai sumber airnya.
Gambar 2. 2
Budidaya berdasarkan Sumber Air
Sumber : Irzal Effendi (UT), 2019
d. Ruang Lingkup Budidaya Perikanan Berdasarkan Kegiatan
Kegiatan budidaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana produksi,
Perikanan Budidaya
Budidaya Air Tawar (Fresh-water Culture)
Budidaya Air Payau (Brackish-water Culture)
Budidaya Air Laut (Mariculture)
32
proses produksi hingga panen, penanganan pascapanen, dan pemasaran.
Kegiatan budidaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi kegiatan on-farm,
yakni mulai dari proses produksi hingga panen, dan off-farm, yakti pengadaan
sarana dan prasarana, penanganan pascapanen dan pemasaran. Dari uraian
tersebut dapat diketahui bahwa perikanan budidaya bukan hanya proses
produksi hingga panen saja, tetapi juga input dan output proses.
Budidaya perikanan adalah kegiatan bisnis karena bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan sehingga dapat diistilahkan sebagai akua bisnis yang
terdiri dari beberapa subsistem, antara lain :
1) Subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi
2) Subsistem proses produksi
3) Subsistem penanganan pascapanen dan pemasaran
4) Subsistem pendukung
e. Tujuan Akuakultur
Budidaya perikanan bertujuan untuk memproduksi biota akuatik dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia akan pangan (food uses) dan bukan
pangan (non-food uses), antara lain kebutuhan akan hiburan, dan lingkungan
alam. Tujuan budidaya perikanan akuakultur tersebut antara lain :
1) Memproduksi pangan
2) Memperbaiki stok biota akuatik di alam (stock enhancement)
3) Rekreasi
33
4) Penyediaan ikan umpan
5) Memproduksi ikan hias
6) Mendaur ulang bahan organik
7) Memproduksi bahan baku industri
3. Produksi
a. Pengertian Produksi
Produksi adalah seluruh kegiatan usaha yang bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dalam menghasilkan barang dan jasa (Gilarso
2004:83). Produksi merupakan hasil akhir dari proses ekonomi dengan
memanfaatkan masukan atau input guna menghasilkan suatu output (Joesron,
2003). Menurut Sofyan Assourry (2001;11)Produksi adalah kegiatan
menghasilkan barang dan jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung
atau usaha untuk menghasilkan produksi tersebut. Sedangkan menurut Barry
Render dan Jay Holzer (2001;2) Produksi adalah penciptaan barang dan jasa.
Dan menurut Magfuri (1987;72) Produksi adalah suatu proses mengubah barang
agar memiliki nilai guna untuk kebutuhan manusia, Disimpulkan bahwa
produksi adalah salah satu dari proses ekonomi yang dilakukan oleh manusia
dalam menghasilkan berbagai macam output berupa barang atau jasa yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hidup manusia.
Dengan menggunakan analisis input - output, sektor perikanan memiliki
34
keterkaitan yang sangat erat dengan berbagai sektor lainnya. Sebagai sektor
unggulan dalam perekonomian, perikanan akan sangat penting untuk
dikembangkan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Salah satu penunjuk
tingkat kemajuan pembangunan dan kesejahteraan suatu lapangan usaha di
suatu wilayah ditunjukkan pada ukuran PDRB Lapangan usaha.
Gilarso (2004:89) menyebutkan bahwa terdapat empat kelompok dasar
faktor produksi, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, peralatan atau
modal, dan kegiatan pengusaha. Disimpulkan bahwa produksi adalah hasil
gabungan antara empat kelompok faktor produksi tersebut. Empat kelompok
dasar tersebut jika digabungkan akan menjadi suatu kegiatan usaha.
Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output
seperti yang diterangkan pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut
dengan menggunakan fungsi produksi. Dalam hal ini, akan diketahui
bagaimana penambahan input sejumlah tertentu secara proporsional akan
dapat dihasilkan sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat diterapkan
pengertiannya untuk menerangkan sistem produksi yang terdapat pada
sektor pertanian. Dalam sistem produksi yang berbasis pada pertanian
berlaku pengertian input atau output dan hubungan diantara keduanya sesuai
dengan pengertian dan konsep teori produksi.
35
Gambar 2. 3
Proses Produksi
Sumber : Khoiri, 2020
b. Proses Produksi
Ditinjau dari pengertian secara ekonomis, produksi merupakan suatu
proses memberdayakan segala sumber daya yang tersedia untuk
memperoleh hasil yang terjamin kualitasnya dengan kuantitas yang terkelola
dengan baik sehingga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan.
Adanya hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan
output yang dihasilkan akan dinyatakan dalam suatu fungsi produksi.
c. Faktor Produksi
Faktor produksi yang dimaksud adalah benda-benda yang disediakan
oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian dibedakan menjadi 4 golongan (Sadono, Sukirno, 2005)
antara lain :
1) Tanah dan Sumber alam
Tanah dan sumber alam merupakan faktor produksi yang
OUTPUT
(Barang &
Jasa)
FUNGI
PRODUKSI
(Dengan
Teknologi
Tertentu)
INPUT
(Kapital, Tenaga
Kerja, Tanah, Sumber
Daya Alam,
Kewirausahaan)
36
disediakan oleh alam. Faktor produksi tersebut meliputi tanah, hasil
hutan, hasil laut, dan sumber daya alam lain yang dapat dijadikan
modal.
2) Tenaga Kerja
Keberhasilan pembangunan ekonomi akan dipengaruhi oleh
banyak faktor produksi. Faktor produksi tersebut diantaranya
adalah penduduk atau Sumber Daya Manusia (SDM). Yang
dimaksud dengan sumber daya manusia adalah penduduk dalam
usia kerja. Dari segi penduduk sebagai faktor produksi maka tidak
semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi,hanya
penduduk usia kerja dalam arti sudah bekerja atau mencari kerja.
3) Modal
Modal adalah faktor produksi buatan yang merupakan input
sekaligus output dalam perekonomian (Paul Samuelson dkk).
Modal dalam kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu modal tetap dan modal variabel. Perbedaan ini
disebabkan karena ciri yang dimiliki modal tersebut. Faktor
produksi seperti tanah, bangunan, mesin-mesin sering
dikategorikan sebagai modal tetap. Dengan demikian modal tetap
dapat didefinisikan sebagai biaya yang tidak habis dalam sekali
proses produksi tersebut. Misalnya biaya yang dikeluarkan untuk
membeli bahan baku dan bahan penolong atau yang dibayarkan
37
untuk pembayaran tenaga kerja. Besar kecilnya modal sangat
tergantung dari berbagai hal, antara lain :
(a) Skala Usaha
Besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya
yang dipakai, makin besar skala usaha maka semakin besar pula
modal yang dibutuhkan.
(b) Macam Komoditas
Komoditas tertentu dalam produksi juga menentukan besar
kecilnya modal yang dipakai.
(c) Tersedianya Kredit
Kredit sangat menentukan suatu usaha. Dalam banyak kegiatan
sering dijumpai adanya pengusaha yang kekurangan modal dan
akan dibutuhkannya modal seperti kredit usaha.
(d) Keahlian Kewirausahaan
Keahlian kewirausahaan meliputi kemahiran para pengusaha
mengorganisasikan berbagai faktor produksi yanah dan sumber
alam, tenaga kerja, dan modal sehingga usahanya tersebut
berhasil dan berkembang serta dapat menyediakan barang dan
jasa.
d. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah
38
maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu
(Ferguson dan Gould ,1975:345). Fungsi produksi menunjukkan sifat
hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan
jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu
dinyatakan dalam rumus seperti berikut (Sukirno, 1997:194):
Q = f (K,L,R,T) ...................... 2. 1
Di mana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja
dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian kewirausahawan, R
adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan.
Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis
faktor-faktor tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi
barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Persamaan tersebut
merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa
tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah
tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.
Di dalam ekonomi, pengertian fungsi produksi lainnya yaitu suatu
fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output)
dengan faktor–faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana
fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut.
39
Y = f(x1,x2,…..xn) ............... 2. 2
Dimana :
Y = hasil produksi fisik
x1, x2,...xn = faktor – faktor produksi
4. Kesejahteraan
Secara umum istilah kesejahteraan sering diartikan sebagai kondisi
sejahtera, yaitu suatu keadaan kebutuhan hidup yang terpenuhi, khususnya yang
bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan
tingkat kesehatan. Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh
seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Menurut Sunarti
(2012), Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir dan batin. Adapun menurut Imron (2012), kesejahteraan
hidup masyarakat dipahami sebagai kesejahteraan sosial. Imron (2012)
menambahkan pada Pasal 1 ayat 1 UU No. 11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial : “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara Pengertian kesejahteraan
sosial dalam artian yang luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan
manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, taraf hidup bukan hanya
dhitung secara ekonomi dan fisik belaka, tapi juga memperhatikan aspek sosial.
40
Kesejahteraan merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil
maupun sosial spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
Pancasila (Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 Pasal 2 ayat 1).
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga
menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan kehidupan
yang lebih baik. Pembangunan tidak hanya dilihat dari aspek pertumbuhan saja.
Salah satu aspek akibat pembangunan yang hanya mengharapkan pertumbuhan
semata akan memunculkan kesenjangan antara yang kaya dan miskin, serta
pengangguran yang merajalela. Maka dari itu pertumbuhan selalu dikaitkan
dengan peningkatan pendapatan nasional (gross nation products) (Todaro,
1998).
Menurut Jayadinata (1999), menyatakan bahwa pembangunan meliputi
tiga kegiatan yang saling berhubungan, antara lain :
1) Menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan
serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada
lapisan terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat;
2) Memilih tujuan yang sesuai untuk mencapai tujuan itu;
41
3) Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar
terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat.
Apabila fungsi pembangunan nasional disederhanakan, maka dapat
dirumuskan dalam tiga tugas utama yang harus dilakukan sebuah Negara
(nation-state), yakni pertumbuhan ekonomi (economic growth), perawatan
masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human
development). Fungsi pertumbuhan ekonomi mengacu pada bagaimana
melakukan “wirausaha” (misalnya melalui industrialisasi, penarikan pajak) guna
memperoleh pendapatan finansial yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
pembangunan.
Fungsi perawatan masyarakat menunjuk pada bagaimana merawat dan
melindungi warga negara dari berbagai macam risiko yang mengancam
kehidupannya (misalnya menderita sakit, terjerembab kemiskinan atau tertimpa
bencana alam dan sosial). Sedangkan pengembangan manusia merupakan
peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (human resoursces) yang
menjamin tersedianya angkatan kerja yang berkualitas yang mendukung mesin
pembangunan. Agar pembangunan nasional berjalan optimal dan mampu
bersaing dipasar global, ketiga aspek tersebut harus terpenuhi dan seimbang.
42
Gambar 2. 4
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dalam Konteks Pembangunan Nasional
Sumber : Human Developement Report, 2004
Berdasarkan Indonesian Human Development Report tahun 2004
bahwasanya Kesejahteraan masyarakat pada dasarnya adalah buah dari
pelayanan publik yang dilakukan pemerintah. Dengan pelayanan publik yang
baik maka kesejahteraan masyarakat juga berpeluang besar untuk membaik.
Kesejahteraan masyarakat sendiri dapat dilihat dari berbagai indikator. Salah
satu indikator yang dapat dipakai adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang mengukur capaian umum suatu daerah dalam tiga dimensi utama
pembangunan manusia, yaitu panjangnya usia (diukur dengan angka harapan
hidup), pengetahuan (diukur dengan capaian pendidikan), dan kelayakan hidup
(diukur dengan pendapatan yang telah disesuaikan). Namun untuk mengukur
kesejahteraan masyarakat nelayan dan pembudidaya indikator yang dapat
digunakan adalah Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya
(NTPi).
Pertumbuhan Ekonomi
(Keuangan, Industri)
Pengembangan
Manusia
(Pendidikan, Pelatihan)
Perawatan Masyarakat
(Kesehatan,
Kesejahteraan)
43
5. Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi)
Menurut Frank J Fabozzi dan Franco Modigliani (1995) definisi mengenai
nilai tukar sebagai berikut “An exchange rate is defined as the amount of one
currency that can be exchanged per unit of another currency, or the price of one
currency in terms of another currency”. Disimpulkan bahwa nilai tukar adalah
sejumlah uang yang dipertukarkan dengan satu unit mata uang lain, atau dapat
dikatakan sebagai unit barang lain.
Sedangkan konsep nilai tukar (terms of trade) umumnya digunakan untuk
menyatakan perbandingan antara harga barang-barang dan jasa yang
diperdagangkan antara dua atau lebih negara, sektor, atau kelompok sosial
ekonomi, walaupun asal mula dan penggunaan yang lebih luas dari konsep ini
berasal dari perdagangan internasional, dewasa ini konsep nilai tukar juga sering
digunakan untuk membuat gambaran mengenai perubahan sistem harga dari
barang-barang yang dihasilkan oleh sektor produksi yang berbeda dalam suatu
negara. Dari penggunaan seperti ini timbul konsep mengenai nilai tukar antar
sektor.
Nilai tukar dapat digunakan untuk keperluan dua macam analisis.
Penggunaan yang pertama adalah sebagai alat deskripsi (descriptive tool).
Sebagai alat deskripsi konsep ini digunakan untuk menerangkan dan
menjelaskan secara statistik atau indeks mengenai kecendrungan jangka pendek
dan jangka panjang tentang sejarah kelakuan harga barang-barang yang
diperdagangkan. (Soeharjo :1980) Penggunaan yang kedua yang sangat erat
44
hubungannya dengan yang pertama, adalah sebagai alat untuk keperluan
penetapan kebijakan (tool forpolicy).
Konsep nilai tukar nelayan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsep Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi), yang pada dasarnya merupakan
indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan
pembudidaya ikan secara relatif. Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi) sebagai
alat ukur kesejahteraan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang
diterima, dengan harga yang dibayarkan oleh nelayan. Jadi, angka ini
menunjukkan perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (IT) dan
indeks harga yang dibayar nelayan (IB). IT adalah indeks pergerakan harga
paket komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan
dibandingkan dengan tahun dasar. Oleh karena indikator tersebut juga
merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan
subsistensinya, NTPi ini juga disebut sebagai Nilai Tukar Subsisten
(Subsistence Terms of Trade).
Menurut Basuki, dkk (2001), Nilai Tukar Nelayan (NTN) atau dapat
dikatakan juga NTPi adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran
rumah tangga nelayan selama periode waktu tertentu. Dalam hal ini, pendapatan
yang dimaksud adalah pendapatan kotor atau dapat disebut sebagai penerimaan
rumah tangga nelayan. Konsep tersebut akan diaplikasikan sebagai pendekatan
pengukuran tingkat kesejahteraan nelayan di Indonesia. Apabila dari hasil
perhitungannya nanti diperoleh besaran NTPi yang kurang menguntungkan,
45
maka diperlukan langkah-langkah pengaturannya kembali kearah peningkatan
NTPi. Karena nilai tukar yang rendah dapat dianggap sebagai hal yang tidak
merangsang pertumbuhan produksi hasil tangkapan atau budidaya dan memberi
peluang terhadap keluarnya beberapa sumber daya dari sektor perikanan ini ke
sektor lain. Bila hal ini terjadi, maka sumbangan (share) sektor perikanan dan
kelautan yang masih relatif kecil terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) sulit untuk ditingkatkan.
NTPi dapat dirumuskan sebagai berikut :
NTPi = Yt/Et ........................... 2. 3
Yt = YFt + YNFt ................... 2. 4
Et = EFt +Ekt ........................ 2. 5
Dimana :
YFt = Total penerimaan nelayan dari usaha perikanan (Rp)
YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan (Rp)
EFt = Total pengeluaran nelayan untuk usaha perikanan(Rp)
EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga
Nelayan (Rp) t = Periode waktu (bulan, tahun,dll)
Perkembangan NTPi dapat ditunjukan dalam Indeks Nilai Tukar
Pembudidaya ikan (INTPi). INTPi adalah rasio antara indeks total pendapatan
terhadap indeks total pengeluaran rumah tangga nelayan selama waktu tertentu.
46
Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
INTPi = (IYt/IEt) x 100 % ............... 2. 6
IYt = (Yt/Ytd) x 100 % .................... 2. 7
IEt = (Et/Etd) x 100% ................... 2. 8
Dimana :
INTPi = indeks nilai tukar pembudidaya periode t
IYt = indeks total pendapatan keluarga nelayan periodet
Yt = total pendapatan keluarga nelayan periode t (harga bulan berlaku)
Ytd = total pendapatan keluarga nelayan periode dasar (harga bulan dasar)
IEt = indeks total pengeluaran keluarga nelayan periode t
Et = total pengeluaran keluarga nelayan periodet
Etd = total pengeluaran keluarga nelayan periode dasar
t = periode (bulan, tahun, dll) sekarang
Td = periode dasar (bulan, tahun,dll).
Dalam perhitungan ini INTPi tahun dasar =100
Asumsi dasar dalam penggunanaan konsep NTPi dan INTPi tersebut
adalah semua hasil usaha perikanan budidaya dipertukarkan atau
diperdagangkan dengan hasil sektor non perikanan budidaya. Barang non
perikanan budidaya yang diperoleh dari pertukaran ini dipakai untuk keperluan
usaha pembudidayaan ikan, baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi
keluarga pembudidaya, karena data yang tersedia tidak memungkinkan untuk
47
memisahkan barang non nelayan yang benar-benar dipertukarkan dengan bahan
pangan. Pengeluaran subsisten rumah tangga pembudidaya dapat
diklasifikasikan sebagai : (a) konsumsi harian makanan dan miniman; (b) harian
non makanan dan minuman; (c) pendidikan; (d) kesehatan; (e) perumahan; (f)
pakaian; dan (g) rekreasi.
6. Teori Konsumsi
a. Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan
jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan
jasa yang digunakan dalam proses produksi tidak termasuk konsumsi, karena
barang dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Barang dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk memproduksi
barang lain (Ghalia, 2001).
Konsumsi menurut Sayuti (1989) adalah pengeluaran total untuk
memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu
tertentu. Faktor lain yang paling penting untuk menentukan pengeluaran rumah
tanga diantaranya tingkat pendapatan rumah tangga, namun menurut teori
keynes, selalu terdapar pengeluaran untuk konsumsi meskipun tidak adanya
pendapatan, hal ini disebut sebagai pengeluaran konsumsi otonomus,
48
38
pengeluaran konsumsi ini contohnya yaitu konsumsi makananm karena manusia
harus tetap mengkonsumsi makanan untuk bertahan hidup, walaupun manusia
tidak memiliki pendapatan sekaligus.
Meningkatnya konsumsi ikan di Indonesia dapat menunjukkan
meningkatnya kegemaran dan preferensi masyarakat terhadap ikan, Hal tersebut
juga menunjukkan bahwa produksi perikanan diserap pasar dalam negeri dan
industri perikanan bergerak. Apabila konsumsi mengalami peningkatan maka
akan mengakibatkan terjadinya kenaikan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya
apabila konsumsi mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi juga akan
mengalami penurunan.
b. Konsumsi Ikan di Indonesia
Keunggulan ikan sebagai bahan pangan sebagai salah satu sumber protein
hewani bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia, ikan memiliki
berbagai keunggulan sebagai sumber nutrisi esensial, sebagai bahan pangan,
ikan tidak hanya sebagai sumber protein, ikan juga sebagai sumber lemak,
vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Data Susenas BPS
menunjukkan bahwa sumbangan protein ikan terhadap konsumsi protein hewani
masyarakat Indonesia mencapai 57% (Saefudin, 2015).
Kelebihan ikan sebagai salah satu sumber protein hewani adalah karena
ditunjukkan dengan kelengkapan asam amino esensialnya serta tingkat
kecernaaanya yang mencapai angka 95% (Rahayu dkk., 1992). Selain itu, ikan
49
juga mengandung asam lemak omega-3 yang sangat penting bagi perkembangan
jaringan otak dan mencegah terjadinya penyakit jantung, stroke dan darah tinggi
serta mengurangi resiko beberapa jenis penyakit lainnya. Begitu pula peneliti
lain, Leaf dan Weber (1988) melaporkan bahwa mengkonsumsi ikan mampu
melindungi dari serangan penyakit jantung diduga karena faktor keberadaan
asam lemak omega-3 dalam ikan. Asam lemak tersebut memiliki peran penting
dalam metabolisme seperti menghambat platelet agregation dan menurunkan
level dari serum triglyceride yang akan memegang peranan dalam pencegahan
penyakit jantung. Peneliti sebelumnya, Kremhout et.al (1985) juga
mengindikasikan adanya perbandingan terbalik antara jumlah konsumsi ikan
dengan kejadian kematian karena serangan jantung. Heruwati (2002)
menyatakan bahwa ikan diakui sebagai fungtional food yang memiliki arti
penting bagi kesehatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh berantai
panjang (terutama yang tergolong asam lemak omega 3).
Konsumsi ikan di Indonesia dianggap masih rendah dan tidak merata antar
wilayah sehingga Pemerintah sejak era Presiden Megawati terus melakukan
berbagai program peningkatan konsumsi ikan. Kebijakan ini juga dilakukan
untuk mengoptimalkan peran sektor perikanan dalam perekonomian karena
menurut Dahuri (2018) potensi ekonomi sektor kelautan perikanan mencapai
1.6 kali lipat PDB nasional namun hingga saat ini peran sektor perikanan dalam
PDB Nasional hanya 3.25% (KKP 2016). Upaya peningkatan konsumsi ikan
juga berkaitan dengan kebijakan pangan dan gizi yang ditetapkan pemerintah
50
(Hariyadi, 2015).
Meskipun berbagai program peningkatan konsumsi ikan telah dilakukan
namun konsumsi ikan Indonesia dianggap masih rendah. Rendahnya angka
konsumsi ikan di Indonesia terlihat jika dibandingkan dengan negara lain seperti
dikutip dari Helgilibrary (2013) lima besar negara dengan tingkat konsumsi ikan
tertinggi ditempati oleh Maldives (166 kg/kapita/tahun), Islandia (90,1
kg/kap/tahun), Hongkong (71 kg/ kapita/tahun), Malaysia (58,8 kg/kapita/tahun)
dan Macao (58,4 kg/kapita/tahun). Data lain juga menunjukkan angka konsumsi
ikan Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara ASEAN dimana
Indonesia menduduki peringkat ke 6 dari 8 negara (Yee et al., 2017).
Dalam mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi ikan
maka dapat digunakan pendekatan model sistem permintaan. Teori permintaan
berlandaskan kepada teori perilaku konsumen yang kemudian menjadi
permintaan. Salah satu model permintaan yang sering digunakan dalam
penelitian pola konsumsi adalah Almost Ideal Demand System (AIDS) yang
dikembangkan oleh Deaton & Muellbauer (1980). Model ini dianggap
memenuhi sifat-sifat dari fungsi permintaan sehingga secara teoritis dianggap
model paling ideal dalam menganalisis permintaan seperti yang telah dilakukan
oleh Harianto (1994).
51
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang analisis pengaruh PDRB di beberapa wilayah Indonesia
cukup banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Namun masih jarang dilakukan
pada perikanan budidaya. Penelitian yang dilakukan menghasilkan berbagai
hasil yang berbeda, oleh karena itu penulis akan memaparkan penelitian-
penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis yang sesuai dengan penelitian
saat ini, yaitu antara lain :
No. Penulis dan
Tahun Judul Metode Hasil
1. 1 Retno Dea
Gitawati
(2018)
Analisis
Pengaruh Nilai
Produksi
Budidaya
Terhadap
Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB) Pada
Sembilan
Kabupaten di
Provinsi Jawa
Barat.
Variabel: Nilai
Produksi Perikanan
Budidaya, PDRB
sektor perikanan.
Analisis: OLS,
Analisis model
regresi data panel
Menunjukan
bahwa secara
simultan maupun
parsial tambak,
kolam dan
minapadi
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap Produk
Domestik
Regional Bruto
52
No. Penulis dan
Tahun Judul Metode Hasil
2. 2 Nela Layali
Hilwa, (2016)
Analisa Peran
Sektor
Perikanan
Terhadap
Produk
Domestik
Bruto di
Indonesia
Tahun 2002-
2014
Variabel: Ekspor
Perikanan,Perusahaa
n, Investasi PMA,
dan PDRB di
Indonesia.
Analisis: Ordinary
Least Square
Variabel Ekpor
Perikanan dan
Investasi PMA
berpengaruh
positif dan
signifikan, dan
selanjutnya
Jumlah
Perusahaan dan
Investasi PMDN
tidak
berpengaruh atau
tidak signifikan
terhadap Produk
Domestik Bruto
di Indonesia.
3. 3 Pramitha
Dianissa
(2018)
Analisis
Pengaruh
Faktor-faktor
subsektor
Variabel: Jumlah
nelayan, Trip
Penangkapan Ikan,
Jumlah unit
Jumlah produksi
perikanan
tangkap
berpengaruh
53
No. Penulis dan
Tahun Judul Metode Hasil
Perikanan
Terhadap
Produk
Domestik
Regional Bruto
Provinsi
Sumatera Utara
penagkapan, jumlah
produksi, Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB)
Analisis:
Model Regresi
Linear, Panel
positif dan
signifikan,
terhadap Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB) Provinsi
Sumatera Utara.
4. 4 Mayang Sari,
Rahmita
B.Ningsih
(2011)
Kontribusi
Sektor
Perikanan
Dalam
Peningkatan
Perekonomian
Provinsi Riau
Variabel: Konsumsi
ikan dalam negeri,
ekspor ikan, bahan
baku, kesejahteraan
nelayan
Model : algoritma
Menunjukkan
bahwa Konsumsi
ikan dalam
negeri, ekspor
ikan, bahan
baku,
kesejahteraan
nelayan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
54
No. Penulis dan
Tahun Judul Metode Hasil
kontribusi sektor
perikanan.
5. 5 Mochamad
Syawie (2011)
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Kesejahteraan
Masyarakat
Variabel: Tingkat
tabungan dan
investasi, penawaran
tenaga kerja,
kemajuan tehnologi
produksi,dan
perdagangan atau
ekspor
Analisis: OLS,
regresi berganda
Kesejahteraan
masyarakat
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi namun
terkadang tidak
signifikan, hal
tersebut dapat
disebabkan oleh
meningkatnya
kebutuhan hidup
masyarakat
6. 6 Tajerin (2009) Dampak
Peningkatan
Konsumsi
Produk
Perikanan
Variabel: Konsumsi
rumah tangga pada
produk perikanan,
PDB, Pendapatan
rumah tangga,
Peningkatan
konsumsi produk
perikanan
berdampak
positif dan
55
No. Penulis dan
Tahun Judul Metode Hasil
Terhadap
Perekonomian
Nasional
Penyerapan Tenaga
Kerja
Analisis: Multiplier
analysis, dengan
metode Input Output
I-O
signifikan
terhadap
pertumbuhan
output ekonomi,
pendapatan
rumah tangga,
dan penyerapan
tenaga kerja
7. 7 Freshty Yulia
Arthatiani,
Nunung
Kusnadi dan
Harianto
(2018)
Analisis Pola
Konsumsi dan
Model
Permintaan Ikan
menurut
Karakteristik
Rumah Tangga
di Indonesia
Variabel: Rata-rata
Konsumsi Ikan,
Kelompok rumah
tangga
Analisis: Linnear
Approximation
Almost Ideal
Demand System
(LA/AIDS).
Pola konsumsi
berpengaruh
signifikan
terhadap fungsi
permintaan
kelompok ikan
dan koefisien
determinasi
sebesar 27.06%.
8. 8 Heldo Parulia
Siregar,
Achmad Rizal,
The
Contribution of
Fisheries Sector
Variabel: Indeks
Pertumbuhan, PDRB
sektor perikanan
PDRB sektor
perikanan di
Kota Batam
56
No. Penulis dan
Tahun Judul Metode Hasil
Herman
Hamdani,
Iwang Gumilar
(2020)
in Regioal
Development of
Batam City of
Riau Islands
Province,
Indonesia
Analisis: (TAC),
(PF) (MRA).
mengalami
peningkatan
sebesar 126%
pada periode
2013-2018.
9. 9 Tiptiwa
Sampantamit,
Long Ho, Carl
Lachat,
Nantida
Sutummawong,
Patrick
Sorgeloos, and
Peter Goethals
(2020)
Aquaculture
Production and
Its
Environmental
Sustainability in
Thailand:
Challenges ad
Potential
Solutions
Variabel: Produksi
Perikanan Budidaya,
PDRB
Analisis: Metode
Nesbitt, et al.
Produksi
akuakultur
Thailand telah
meningkat secara
signifikan
selama beberapa
dekade terakhir
dan
berkontribusi
signifikan
terhadap
pembangunan
sosial ekonomi.
57
No. Penulis dan
Tahun Judul Metode Hasil
10. 10 Chyi-Lu Jang,
Chun-Ping
Chang (2012)
National
Income and
Fishery
Consumption :
A Global
Investigation.
Variabel: Konsumsi
Ikan, GDP
Analisis: Analisis
kointegrasi panel
heterogen, dan
model koreksi
kesalahan berbasis
panel (ECM), dan
DOLS
Hasil empiris
menunjukan
dukungan yang
jelas untuk
hubungan positif
jangka panjang
yang terintegrasi
bersama antara
pendapatan
nasional dan
konsumsi
perikanan setelah
memungkinkan
efek negara yang
heterogen.
C. Kerangka Berfikir
Penulis mengemukakan penelitian ini untuk mencari pengaruh dan
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dimana variabel
dependent-nya adalah PDRB sub sektor perikanan yang hendak diprediksi
58
dengan adanya pengaruh variabel-variabel independent yang terdiri dari
banyaknya produksi perikanan budidaya, Nilai Tukar Pembudidaya ikan
(NTPi), dan konsumi ikan yang diprediksi mempunyai pengaruh yang positif
terhadap variabel dependent. Dengan demikian dapat dirumuskan kerangka
berfikir penelitian sebagai berikut.
Gambar 2. 5
Kerangka Berfikir
Analisis Pengaruh Produksi Perikanan, Kesejahteraan Pembudidaya,
dan Angka Konsumsi Ikan Terhadap PDRB Sektor Perikanan
(Studi Kasus Perikanan Budidaya 6 Provinsi di Pulau Sulawesi Periode
2014-2018)
Potensi Sektor
Perikanan di
Indonesia
Pertumbuhan
Ekonomi
Angka Konsumsi
Ikan (AKI)
Nilai Tukar Pembudidaya ikan
(NTPi)
Produksi Perikanan
Budidaya
Produk Domestik
Regional Bruto
(PDRB) Sektor
Perikanan
Metode Analisis Regresi Data
Panel
59
Negara Indonesia yang merupakan negara maritim yang mempunyai
potensi sektor perikanan yang besar, karena sumber daya perikanan yang
melimpah, luasnya wilayah perairan di Indonesia baik perairan lautan, maupun
perairan yang berada di daratan, memiliki banyak sumber daya alam
didalamnya, namun permintaan akan suatu sumber daya yang terus menerus
akan terus mengurangi persediaan sumber daya alam, untuk itulah produksi
budidaya perikanan diperlukan untuk terus menyediakan permintaan akan
perikanan yang terus meningkat. Perikanan budidaya yang dapat memproduksi
output perikanan yang besar diharapkan memiliki hubungan yang berjalan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya dalam sektor perikanan.
Angka PDRB yang tinggi pada sektor perikanan menunjukkan bahwa
perekonomian mengalami peningkatan dilihat dari output yang dihasilkan oleh
produksi sektor perikanan di Pulau Sulawesi, khususya output pada perikanan
budidaya. Namun apakah produksi yang tinggi dalam sektor perikanan
budidaya memiliki dampak yang baik terhadap kesejahteraan masyarakat
pembudidaya. Diketahui nilai tukar rata-rata para pembudidaya ikan di Pulau
Sulawesi menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan pembudidaya masih
rendah, yaitu dibawah angka 100, yang berarti penerimaan masyarakat
pembudidaya ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi yang dikeluarkan.
Sementara itu rata-rata nilai Angka Konsumsi Ikan (AKI) di Pulau
Sulawesi tahun 2014-2018 yaitu diatas 40 kg/kapita/tahun, yang berarti tingkat
konsumsi ikan di enam Provinsi di Pulau Sulawesi cukup tinggi, hal tersebut
60
merupakan salah satu penyebab produksi perikanan di Pulau Sulawesi sangat
besar, karena adanya perilaku/pola mengkonsumsi ikan yang tinggi,
menyebabkan permintaan yang besar terhadap ikan di Pulau Sulawesi.
D. Hipotesis Penelitian
Dengan mengacu pada pemikiran dasar teoritis dan studi empiris yang
pernah dilakukan dengan penelitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan
hipotesis, sebagai berikut:
1) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh produksi perikanan budidaya
secara parsial terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan
H1: Diduga terdapat pengaruh produksi perikanan budidaya secara
parsial terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan
2) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Kesejahteraan Pembudidaya ikan
secara parsial terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan.
H1: Diduga terdapat pengaruh Kesejahteraan Pembudidaya ikan secara
parsial terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan.
3) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Angka Konsumsi Ikan (AKI)
secara parsial terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan.
H1: Diduga terdapat pengaruh Angka Konsumsi Ikan (AKI) secara
parsial terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan.
4) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Jumlah Produksi Perikanan ,
Nilai Tukar Nelayan (NTN), dan Angka Konsumsi Ikan (AKI) secara
61
simultan terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan.
H1 : Diduga terdapat pengaruh Jumlah Produksi Perikanan , Nilai
Tukar Nelayan (NTN), dan Angka Konsumsi Ikan (AKI) secara
simultan terhadap jumlah PDRB Sektor Perikanan.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan sejumlah hal yang berkaitan
dengan langkah-langkah sistematis yang akan digunakan dalam menjawab
pertanyaan penelitian. Langkah – langkah yang digunakan dalam menjawab
pertanyaan penelitian tersebut adalah metodologi penelitian apa yang akan
digunakan. Maka dari itu, diperlukan beberapa hal sebagai berikut ini yaitu
pengumpulan data penelitian, penjelasan objek penelitian, metode penelitian
serta analisis data.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan pengungkapan latar belakang yang dikemumakakan didalam
bab sebelumnya, maka peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan
Penelitian ini, yang merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
melihat dan mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas yang berupa
produksi perikanan budidaya, Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi), dan
Angka Konsumsi Ikan (AKI), terhadap variabel terikat yaitu PDRB sektor
perikanan. Ruang lingkup penelitian ini mencakup periode tahun 2014 sampai
dengan 2018 di enam provinsi Pulau Sulawesi yaitu Provinsi Gorontalo,
63
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan
Sulawesi Utara.
Adapun data penelitian ini yaitu berbentuk data panel, yang
menggabungkan data cross-section dan data time-series. Metode analisis yang
digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan skala periode waktu
per tahun.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukkan dengan teknik
sampling non-probabilitas yang berupa purposive sampling. Teknik purposive
sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan adanya
pertimbangan yang memiliki tujuan tertentu, bukan pengambilan sampel
berdasarkan random daerah atau strata. Penelitian ini mengambil sampel Pulau
Sulawesi (per provinsi) sebagai wilayah dengan produksi perikanan budidaya
terbesar di Indonesia dalam periode tahun 2014-2018. Sampel tersebut dipilih
untuk melihat bagaimana sektor perikanan berkembang di Pulau tersebut
berdasarkan data pertumbuhan ekonomi yang dilihat berdasarkan variabel
PDRB sektor perikanan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan
64
skala tahunan. Data sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) nasional maupun regional di Pulau Sulawesi, Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP), serta publikasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan model regresi berganda data panel yang akan
dianalisis menggunakan program Eviews 9. Analisis dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengatahui apakah dan bagaimanakah pengaruh variabel bebas
yaitu produksi perikanan, Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi), dan Angka
Kosumsi Ikan (AKI) terhadap variabel terikat PDRB Sektor Perikanan di enam
provinsi di Pulau Sulawesi.
Analisis regresi linier berganda merupakan hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen
(Y). Analisis regresi berganda digunakan untuk memprediksi nilai serta
mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah adanya pengaruh positif atau negatif dalam masing-masing
variabel indepen dan variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan.
Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X2 + β2 X2 + βn Xn + eit ................. 3. 1
65
Keterangan:
Y= Variabel terikat atau response.
X=Variabel bebas atau predictor.
α = Konstanta.
β = Slope atau koefisien estimate.
e = error term
it = waktu periode yang digunakan
Hubungan antara variabel dependen dengan independen pada penelitian
ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Y= f(X1,X2,X3)
Keterangan:
Y(PDRBik) = PDRB sektor perikanan
X1(VPB) = Volume Produksi Budidaya
X2(NTPi) = Nilai Tukar Pembudidaya ikan
X3(AKI) = Angka Konsumsi Ikan (AKI)
A = Konstanta (nilai Y’ apabila X1,X2…..Xn)
Β = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupunpenurunan)
e = Error term
PDRBik = α + β1VPB+ β2NTPi + β3AKI + eit
66
it = waktu periode yang digunakan
1. Analisis Data Panel
Data panel (pooled data) atau dapat disebut juga dengan data longitudinal
merupakan analisis data gabungan atara cross section dan data time series
(Gujarati, 2003). Dalam teknik pengolahaan data jenis penelitian panel
menggunakan model analisis regresi linear berganda. Data panel terbentuk dari
kombinasi unit-unit deret waktu dari beberapa unit data, sehingga terbentuklah
kumpulan data. Jika jumlah periode observasi memiliki jumlah yang sama
banyaknya untuk tiap-tiap untit cross-section maka dinamakan balanced panel.
Sebaliknya jika jumlah periode observasi tidak sama untuk tiap-tiap unit cross-
section maka disebut unbalanced panel (Agus, 2013). Penelitian ini dapat
disebut dengan unbalanced panel, pada penelitian ini data cross-section adalah
6 Provinsi di Pulau Sulawesi, sedangkan data time-series adalah menggunakan
data 5 tahun yaitu periode 2014-2018.
Menurut Baltagi (2005), terdapat beberapa keuntungan dalam penggunaan
data panel dalam regresi berganda, diantaranya :
a) Dengan menggabungkan data time-series dan cross-section, maka
terdapat kesediaan banyak data dan informasi yang lebih lengkap
serta bervariasi. Dengan demikian akan dihasilkan degress of
freedom (derajat bebas) yang lebih besar dan mampu meningkatkan
presisi dan estimasi yang dilakukan.
67
b) Data panel dapat mengakomodasi tingkat heterogenitas individu-
individu yang tidak diobservasi namun dapat mempengaruhi hasil
dari permodelan (individual heterogenety). Hal ini tidak dapat
dilakukan oleh studi time-series maupun cross-section sehingga
dapat menyebabkan hasil yang diperoleh melalui kedua studi ini
akan menjadi bias.
c) Data panel dapat digunakan untuk mempelajari kedinamisan data.
Artinya dapat digunakan untuk memperoleh informasi bagaimana
kondisi individu-individu pada waktu tertentu dibandingkan
kondisinya pada waktu yang lainnya.
d) Data panel dapat mengidentifikasikan dan mengukur efek yang
tidak dapat ditangkap oleh data cross-section murni maupun data
time-series murni.
e) Data panel dapat membangun dan menguji model yang bersifat
cukup rumit dibandingkan cross-section murni maupun data time-
series murni.
f) Data panel dapat meminimalkan basis yang dihasilkan oleh
agregasi individu karena unit observasi terlalu banyak.
2. Estimasi Model Regresi
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
ngestimasi model regresi data panel untuk pemilihan model terbaik, yaitu antara
68
lain : Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model
(Agus, 2013).
a) Model Common Effect
Teknik common effect merupakan teknik paling sederhana yang
digunakan untuk mengestimasi data panel, yaitu hanya dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section. Teknik ini hanya
menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan
individu maka kita dapat menggunakan metode OLS untuk mengestimasi
model data panel. Metode ini dikenalkan dengan estimasi Common Effect
Model. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu. Adapun bentuk umum dari Common Effect Model adalah
sebagai berikut:
Yit = b0 + b1Xit +b2Xit+ b3Xit + εit ........................ 3. 2
Y = Koefisien variabel terikat
Βo = Intersep / Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien variabel bebas
D = Variabel Dummy
ℇit = Variabel gangguan / Error Correction Term
69
b) Model Fixed Effect
Model ini merupakan model yang mangasumsikan adanya perbedaan
intersep di dalam persamaan dikenal dengan model regresi Fixed Effect.
Teknik model Fixed Effect mengestimasi data panel menggunakan variabel
dummy untuk menangkap adanya intersep.
Pengertian Model Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan
intersep, namun intersepnya sama antar waktu. Disamping itu, model ini
mengasumsikan bahwa koefisien regresi tetap antar perusahaan dan antar
waktu. Model estimasi ini seringkali disebut Least Squares Dummy
Variables (LSVD). Adapun bentuk umum dari Fixed Effect Model adalah
sebagai berikut :
Yit = b0 + b1Xit + b2Xit+ b3Xit + β4D1i + β5D2i + β6D3i + ....+εit ................. 3. 3
Y
βo
β1, β2, β3, β4, β5,
β6
= Koefisien variabel terikat
= Intersep / Konstanta
= Koefisien variabel bebas
D = Variabel Dummy
ℇit = Variabel gangguan / Error Correction Term
70
c) Model Random Effect
Dengan diikutsertakannya variabel dummy di dalam model fixed
effect memiliki tujuan untuk mengetahui ketidaktahuan kita tentang model
yang sebenarnya. Namun, hal ini memiliki konsekuensi berkurangnya
derajat kebebasan (degree of freedom) yang akhirnya akan mengurangi
efisiensi parameter. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan variabel
gangguan (error terms) dikenal sebagai metode random effect. Dalam
menjelaskan model random effect, parameter-parameter yang berbeda antar
daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Adapun bentuk
umum dari model random effect adalah sebagai berikut :
Yit = α1 + bjXit + ɛit dengan ɛit = ui + vt + wit .................... 3. 4
Dimana:
ui ~ N (0, δu2) = komponen cross section error
vt ~ N (0, δv2) = komponen time series error
wit ~ N (0, δw2) = komponen eror kombinasi
3. Langkah Penentuan Model Data Panel
a. Uji Chow
Uji Chow merupakan uji untuk membandingkan model common effect
dengan fixed effect (Widarjono, 2013). Uji Chow dalam penelitian ini
menggunakan program Eviews . Hipotesis yag dibentuk dalam Uji Chow adalah
71
sebagai berikut :
H0 : Model Common Effect
H1: Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai α . Sebaliknya, H0 diterima
jika P-value lebih besar dari nilai α . Nilai F-tabel meggunakan α sebesar 1%
dan 5%. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan hipotesis
sebagai berikut :
H0 = menerima model common effect, jika nilai Uji Chow < F-tabel
H1 = menerima model fixed effect, jika nilai Uji Chow > F-tabel
b. Uji Hausman
Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan random effect
dalam menentukan model yang terbaik untuk menentukan model yang terbaik
untuk digunakan sebagai model regresi data panel (Gujarati, 2012). Uji
Hausman menggunakan program yang serupa dengan Uji Chow yaitu program
Eviews Hipotesis yang dibentuk dalam Uji Huasman adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai α. Sebaliknya,
H0 diterima jika P-value lebih besar dari nilai α. Nilai α digunakan
sebesar 5%.
72
c. Uji Lagrange Multiplier (Uji ML)
Uji LM dilakukan untuk membandingkan model yang terbaik antara
model common effect dengan random effect. Dalam melakukan uji LM biasanya
menggunakan metode Breusch Pagan. Adapun rumus untuk menghitung nilai
statistik ML sebagai berikut :
Keterangan :
n = Jumlah Individu
T = Periode waktu
e = residual metode common effect
Adapun hipotesis dalam menentukan model LM yang terbaik yaitu :
H0 : Model Common Effect
H1 : Model Random Effect
Melalui distribusi chi-square dengan degree of freedom sebesar jumlah
variabel independen didapatkan uji LM. Jika nilai kritis statistik chi-square
lebih kecil dari pada LM maka hipotesis satu diterima, sehingga estimasi yang
sesuai dalam regresi data panel adalah model random effect. Sedangkan jika
nilai krisis chi-square lebih besar daripada nilai LM statistik maka hipotesis no
diterima, sehingga estimasi yang sesuai dalam regresi data panel adalah model
common effect.
................. 3. 5
73
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunaan dalam regresi linear dengan pendekatan
Ordinary Least Squares (OLS) antara lain meliputi uji liniearitas, autokorelasi,
heterokedastisitas, multikolinearits, dan normalitas. Namun tidak semua uji
asumsi klasik dilakukan pada model Ordinary Least Squares (OLS) Pada saat
melakukan pengujian analisis regresi berganda, maka diperlukan beberapa
asumsi klasik. Menurut Basuki & Yuliadi (2015), dalam model regresi data
panel kita hanya perlu menggunakan beberapa uji asumsi klasik, yaitu hanya uji
multikolinaeritas dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dan variabel
dependen. Efek dari multikolinearitas ini menyebabkan tingginya
variabel pada sampel. Hal tersebut diartikan bahwa standar error besar,
akibatnya ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-tabel.
Hal ini menunjukkan tidak adaya hubungan linear antara variabel
independen yag dipengaruhi dengan variabel dependen.
Menurut Gujarati (2006) untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas dapat dilihat dengan nilai R2 > 0,8 tetapi hanya sedikit
hasil uji-t statistik yang signifikan atau bahkan tidak ada yang signifikan.
Kemudian, jika uji F-statistik menunjukkan nilai yang signifikan, tetapi
74
tidak didukung oleh uji t-statistik tiap variabel bebas yang juga
signifikan. Selain itu, ketika menguji ada tidaknya multikonieritas dapat
dilakukan dengan melihat nilai koefisien dari variabel bebas. Jika nilai
koefisien korelasi < 0,8 maka artinya tidak terdapat multikolinearitas
dan sebaliknya.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroketastisitas bertujuan melihat apakah terjadi
ketidaknyamanan varian dari residual pada suatu model regresi dalam
satu pengamatan kepengamatan lainnya. Apabila variabel berbeda, maka
disebut heterokedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya
heteroketastisitas pada suatu model regresi linear berganda, yaitu dengan
melihat grafik scatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu
SRESID dengan residual error yaitu ZPRED. Apabila tidak terdapat
pola tertentu dan tidak menyebar diatas maupun dibawah angka nol pada
sumbu y, maka dapat disimpulkan tidak adanya heterokedastisitas.
Dalam peneliitan ini membandingkan nilai probabilitas dari masing-
masing variabel dengan tingkat signifikansi α sebesar 5% atau 0,5. Jika
nilai probabilitas dari masing-masing variabel > 0,05 maka dapat
dikatakan tidak terdapat masalah Heterokedastisitas. Model penelitian
dikatakan baik jika tidak terdapat heterokedastisitas di dalamnya.
75
3. Uji Statistik
a. Uji Parsial (Uji t-statistik)
Uji Parsial digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara individual. Digunakan uji satu
arah dengan tingkat kepercayaan 5% dengan hipotesis sebagai berikut :
1) Hipotesis 1
H0 : β1 = 0 → Produksi Perikanan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap PDRB
H1 : β1 ≠ 0 → Produksi Perikanan berpengaruh secara
signifikan terhadap PDRB
2) Hipotesis 2
H0 : β2 = 0 → Kesejahteraan Pembudidaya ikan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadapa PDRB
H1 : β2 ≠ 0 → Kesejahteraan Pembudidaya ikan
berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB
3) Hipotesis 3
H0 : β3 = 0 → Angka Konsumsi Ikan (AKI) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB
H1 : β3 ≠ 0 → Angka Konsumsi Ikan (AKI) berpengaruh
secara signifikan terhadap PDRB
Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel maka H0 ditolat atau menerima H1,
artinya varibel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Jika
76
nilai t-hitung < nilai t-tabel maka H0 diterima atau menolak H1 maka
artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Uji F-statisik
Uji statistik akan menunjukkan apakah semua variabel independen
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
variabel terikat dalam modelyang dianalisis. Berikut merupakan langkah-
langkah dalam uji F-statistik pada tingkat kepercayaan 95% dengan derajat
kebebasan df1 = (k-1) dan df2 = _n-k).
H0 :β1, β2, β3 = 0 → Paling tidak salah satu variabel independen tidak
mampu mempengatuhi variabel dependen secara bersama-sama.
H1 :β1, β2, β3 ≠ 0 → Paling tidak salah satu variabel independen mampu
mempengaruhi variabel independen secara bersama-sama.
Untuk menguji hipotesis-hipotesis ini digunakan F-statistik yang memiliki
kriteria pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan
nilai F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya secara bersama-
sama variabel bebas berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Jika F-hitung
< F-tabel maka menerima H0, artinya secara bersama-sama variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat.
77
c. Penafsiran Koefisien Determinasi (R2)
Koefisian determinasi berfungsi untuk menunjukkan seberapa baik model
yang diperoleh sesuai dengan data aktual (goodness of fit), yang akan mengukur
seberapa persen variasi dalam perubahan terikat mampu dijelaskan oleh
informasi perubah variabel bebas (Gujarati, 2003). Nilai koefesien determinasi
adalah 0 ≤ R2 ≤ model, dikatakan semakin baik apabila nilai R2 mendekati 1
atau 100%.
E. Operasional Variabel Penelitian
Dibawah ini merupakan penjelasan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian Analisis Pengaruh Produksi Perikanan, Kesejahteraan
Pembudidaya, dan Angka Konsumsi Ikan Terhadap PDRB Sektor Perikanan
(Studi Kasus : Perikanan Budidaya Enam Provinsi di Pulau Sulawesi Periode
2014-2018).
Tabel 3. 1
Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Simbol
Satuan Sumber Data Variabel
1 Produk Domestik Regional
PDRBik Miliar Rupiah
Badan Pusat Statistik
Bruto (PDRB) Sektor Perikanan (BPS)
2 Volume Produksi Perikanan
VPB Ton Kementerian Kelautan
Budidaya dan Perikanan (KKP)
3 Nilai Tukar Pembudidaya
NTPi Persen Badan Pusat Statistik
ikan (NTPi) (BPS)
4 Angka Konsumsi Ikan (AKI) AKI Kg/Kapita Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP)
78
1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang mendasari penelitian,
variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen
dapat ditulis sebagai Y, variabel dependen merupakan variabel yang nilainya
mempengaruhi perilaku dari variabel terikat. Berdasarkan tinjauan pustaka dan
hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan PDRB, maka penelitian ini
menspesifikasikan variabel dependen dan definisi operasional sebagai
Y(PDRB) atas dasar harga konstan yang digunakan untuk menunjukkan kinerja
perekonomian baik secara sektoral maupun kinerja perekonomian secara
keseluruhan, dan melihat bagaimana laju pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini data
operasional yang digunakan adalah data sekunder berbentuk panel 6 provinsi
dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2014-2018.
2. Variabel Independen
a. Produksi Perikanan
Produksi merupakan hasil akhir dari proses ekonomi dengan
memanfaatkan masukan atau input guna menghasilkan suatu output (Joesron,
2012). Disimpulkan bahwa produksi adalah proses ekonomi yang dilakukan
manusia dalam menghasilkan suatu output berupa barang atau jasa yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hidup manusia.
Menurut Sukirno (2011) pertambahan jumlah produksi barang atau jasa
79
disuatu negara akan mendukung pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pertambahan produksi sektor perikanan yang meningkan akan mendukung
pertumbuhan ekonomi dan sektor perikanan itu sendiri. Menurut ML Effendi
(1997) budidaya perikanan merupakan kegiaan memproduksibiota akuatik
untuk mendapatkan keuntungan.
b. Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi)
Menurut Jayadinata (1999) Pembangunan ekonomi memiliki kegiatan
yang saling berhubungan, salah satunya adalah kesejahteraan masyarakat.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung meggambarkan
adanya perubahan ekonomi yang terjadi. Unntuk mengukur kesejahteraan
pembudidaya ikan, pemerintah menggunakan Nilai Tukar Pembudidaya ikan
(NTPi). Menurut Basuki, dkk (2001), Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) adalah
rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama
periode waktu tertentu. Dalam hal ini, pendapatan yang dimaksud adalah
pendapatan kotor atau dapat disebut sebagai penerimaan rumah tangga nelayan.
Konsep tersebut akan diaplikasikan sebagai pendekatan pengukuran tingkat
kesejahteraan nelayan di Indonesia. Apabila dari hasil perhitungannya nanti
diperoleh besaran NTPi yang kurang menguntungkan, maka diperlukan
langkah-langkah pengaturannya kembali kearah peningkatan NTPi. Karena
NTPi yang rendah dapat dianggap sebagai hal yang tidak merangsang
pertumbuhan produksi hasil tangkapan dan memberi peluang terhadap
80
keluarnya beberapa sumber daya dari sektor perikanan ini ke sektor lain. Bila
hal ini terjadi, maka sumbangan (share) sektor perikanan dan kelautan yang
masih relatif kecil terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sulit
untuk ditingkatkan.
c. Angka Konsumsi Ikan (AKI)
Menurut teori perekonomian dua sektor, pertumbuhan ekonomi salah
satunya karena adanya konsumsi rumah tangga masyarakat. Pada teori perilaku
konsumen yang menunjukkan kebiasaan mengkonsumsi kemudian akan
menjadi permintaa dalam penelitian pola konsumsi Almost Ideal Demand
System (AIDS).
Menurut Mankiw (2003) dalam analisis makro, pengukuran dalam
perekonomian suatu negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB
mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama
periode tertentu. Dalam perekonomian dua sektor aliran pengeluaran
perekonomian terdiri dari dua komponen pengeluaran agregat konsumsi dan
investasi. Sedangkan pengukuran konsumsi pada sektor dan wilayah tertentu
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut, maka
untuk mengukur aliran tersebut dapat diukur menggunakan PDRB.
Meningkatnya konsumsi ikan di Indonesia dapat menunjukkan
meningkatnya kegemaran dan preferensi masyarakat terhadap ikan, hal tersebut
juga menunjukkan bahwa produksi perikanan diserap pasar dalam dan luar
negeri maka industri perikanan bergerak. Apabila konsumsi mengalami
81
peningkatan maka akan mengakibatkan terjadinya kenaikan pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya apabila konsumsi mengalami penurunan maka
pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami penurunan.
82
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Indonesia memiliki potensi sektor perikanan baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya, khususnya potensi perairan di Pulau Sulawesi. Laut Sulawesi
yang memiliki keindahan juga memiliki sumber daya alam yang tersimpan di
dalamnya. Potensi kekayaan di laut Sulawesi adalah potensi Perikanan. Potensi
perikanan di laut Sulawesi yang besar, terutama pada potensi beberapa jenis ikan
dan hasil laut yang nantinya dikelola untuk kebutuhan lokal maupun ekspor
menunjukkan bahwa sektor perikanan dalam wilayah tersebut memiliki hasil yang
positif. Pulau Sulawesi sendiri merupakan Pulau terbesar ke-11 di dunia yang
mencapai 174.600 km2. Pulau Sulawesi juga merupakan Pulau yang kaya akan
potensi alam. Pulau Sulawesi yang dahulu dikenal sebagai Celebes adalah sebuah
Pulau di Indonesia, yang merupakan salah satu dari empat Kepulauan Sunda Besar
dan merupakan Pulau terbesar ke-11 di dunia yang luasnya mencapai 174.600 km2.
Pulau Sulawesi juga merupakan Pulau yang kaya akan potensi alam. Pulau
Sulawesi terkenal dengan luas laut terbesar di Indonesia, untuk itu dapat dikatakan
potensi kekayaan di laut Sulawesi adalah potensi pada sektor perikanan. Potensi
perikanan di laut Sulawesi cukup tinggi terutama pada potensi beberapa jenis ikan
dan hasil laut yang nantinya dikelola untuk kebutuhan lokal maupun ekspor. Pulau
Sulawesi terdiri dari 6 (enam) provinsi, antara lain yaitu provinsi Gorontalo,
83
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan
Sulawesi Utara.
Tabel 4. 1
Distribusi PDRB ADHK di Enam Provinsi Pulau Sulawesi Tahun 2018
LAPANGAN USAHA GORONTALO
SULAWESI SULAWESI SULAWESI SULAWESI SULAWESI
BARAT SELATAN TENGAH TENGGARA UTARA
Pertanian, Kehutanan, 38.65 40.61 40.96 28.33 23.96 20.95
dan Perikanan
Pertambangan dan 1.11 2.26 1.05 14.81 20.9 4.96
Penggalian
Pengadaan listrik dan Gas 4.11 8.81 7.70 12.91 6.11 9.16
Pengadaan Air, Pengolaan 0.05 0.04 0.58 0.05 0.04 0.09
sampah, limah, daur ulang 0.06 0.14 0.24 0.13 0.17 0.12
Konstruksi 11.12 9.17 5.99 10.83 13.49 11.78
Perdagangan Besar dan 11.84 10.08 16.52 8.72 12.63 12.15
Eceran
Transportasi dan pergudangan 5.85 1.33 3.45 3.86 4.59 11.2
Sumber : Badan Pusat Statistik, Diolah.
Pada tabel 4.1 Distribusi PDRB di enam provinsi pulau dapat dilihat
Indonesia sebagai negara berkembang masih mengandalkan sektor pertanian
dalam pembangunan perekonomiannya, PDRB sektor pertanian merupakan
lapangan usaha dengan persentase PDRB terbesar di 6 Provinsi di Pulau
Sulawesi tersebut.
Pada tingkat regional, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi
salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah dalam periode waktu tertentu, dengan melihat PDRB kita dapat
84
melihat laju pertumbuhan ekonomi di wilayah regional serta dapat melihat
perubahan struktur di wilayah tersebut. Dalam PDRB kita dapat melihat adanya
peningkatan nilai tambah dari suatu bahan baku menjadi sebuah produk, yang
akan menunjukan adanya perkembangan suatu sektor wilayah regional. Karena
pentingnya ekonomi di dalam wilayah regional untuk menentukan besarnya
pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah, maka para ekonom menciptakan
ekonomi wilayah, yang merupakan kajian ekonomi yang difokuskan untuk
melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dan membandingkannya dengan
wilayah lain, untuk melihat kesenjangan ekonomi yang ada. Khususnya
pertumbuhan ekonomi wilayah pada sektor tertentu. Sektor perikanan
merupakan sektor yang cukup merata adanya di seluruh wilayah Indonesia,
karena Indonesia merupakan negara maritim, untuk itu kita harus mengkaji hal-
hal apa saja yang akan memaksimalkan pertumbuhan ekonomi pada sektor
perikanan.
Grafik 4. 1
PDRB Sektor Perikanan di Enam Provinsi Pulau Sulawesi Tahun 2014 dan 2018
Sumber : Badan Pusat Statistik (2019), diolah.
85
Pada grafik 4.1 diatas, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
sektor perikanan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun tersebut, PDRB yang
meningkat dinilai dapat meningkatkan juga pertumbuhan ekonomi wilayah
tersebut, dan meningkatkan perekonomian di Indonesia. Dapat dilihat
peningkatan produksi perikanan di Pulau Sulawesi tersebut menyebabkan
peningkatan juga terhadap PDRB sektor perikanan dalam kurun waktu tersebut.
Maka diharapkan baik pemerintah maupun masyarakat maritim dapat terus
mengoptimalkan produksi sektor perikanan di Pulau Sulawesi.
Sektor perikanan yang merupakan sektor yang memiliki potensi terbesar
untuk dikembangkan di Indonesia, khususnya di Pulau Sulawesi harusnya
mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah disamping berkembangnya
industri pertanian lainnya. Sektor perikanan di Pulau Sulawesi memiliki potensi
yang dapat lebih dimaksimalkan degan pemudidayaan ikan. Jika dikelola
dengan baik seiring meningkatnya produksi sektor perikanan, hal tersebut
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian baik secara regional dan
agregat dengan bantuan pemerintah, masyarakat, dan faktor pembentuk lainnya.
1. Produksi Perikanan di Pulau Sulawesi
Berdasarkan data BPS, produksi perikanan di Pulau Sulawesi jika
dibandingkan dengan Pulau besarlainnya memiliki potensi yang paling besar
dan dapat dimaksimalkan dilihat melalui besarnya volume produksi baik
produksi perikanan tangkap maupun perikaan budidaya.
86
Dari kedua grafik diatas dapat dilihat, bahwa produksi perikanan budidaya
memiliki produksi lebih besar dibandingkan sektor perikanan tangkap di Pulau
Sulawesi, hal tersebut dapat disebabkan karena perikanan budidaya dapat
memaksimalkan produksi perikanan hingga berkali-kali lipat dibandingkan
perikanan tangkap karena proses membudidayakan ikan. Cara tersebut baik
untuk pertumbuhan sektor perikanan di Indonesia, jauh dari adanya kerusakan
laut dan terumbu karang, serta menjaga keberlangsungan sumber daya
perikanan yang bersifat dapat hilang seiring perminaan ikan yang terus
mengingkat. Adanya permintaan konsumsi ikan yang meningkat akan
memberikan permintaan (demand) yang besar terhadap produksi perikanan di
Indonesia.
Tabel 4. 2
Volume Produksi Perikanan di Indonesia Berdasarkan Pulau tahun 2014-2018
(Ton)
PULAU
PERIKANAN
TANGKAP
PERIKANAN
BUDIDAYA
2014 2018 2014 2018
SUMATERA 1,808,479 1,955,139 1,396,839 1,585,139
JAWA 1,173,264 1,404,032 2,732,301 3,128,703
BALI-
NUSANTENGGARA 460,301 475,835 2,959,973 3,033,452
KALIMANTAN 696,133 819,362 677,640 1,088,137
SULAWESI 1,169,454 1,336,727 5,913,751 6,101,243
MALUKU – PAPUA 1,176,715 1,328,309 678,625 853,619
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, diolah.
Tabel 4.2 tersebut menunjukkan banyaknya produksi ikan di Indonesia
cenderung meningkat selama kurun waktu 5 tahun tersebut, dan menunjukkan
87
bahwa Pulau Sulawesi memiliki potensi maritim yang sangat besar dibanding
produksi Pulau besar lain di Indonesia, khususya pada perikanan budidaya. Jika
dibandingkan dengan produksi di wilayah lainnya, produksi perikanan budidaya
di Sulawesi yaitu sebesar 5,913,751 ton pada tahun 2014 meningkat menjadi
6,101,243 ton pada 2018.
Grafik 4. 2
Produksi Perikanan Budidaya di Pulau Sulawesi
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2019), diolah.
Berikut merupakan volume produksi perikanan budidaya di Pulau
Sulawesi, periode tahun 2014 dengan 2018. Meskipun tidak begitu besar
kenaikannya produksi perikanan di Pulau Sulawesi cenderung meningkat.
Produksi perikanan budidaya menempatkan Pulau Sulawesi menjadi Pulau
dengan produksi budidaya ikan terbesar di Indonesia Besarnya produksi
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
PROVINSI Gorontalo SulawesiBarat
SulawesiSelatan
SulawesiTengah
SulawesiTenggara
SulawesiUtara
2014 2018
88
perikanan, yang merupakan sebuah output di sektor perikanan, diharapkan
secara langsung dapat meningkatkan PDRB sektor perikanan.
2. Kesejahteraan Pembudidaya Ikan
Keinginan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam arti
sebenarnya adalah keinginan yang kenyataanya cukup sulit untuk dicapai oleh
masyarakat Indonesia, khusunya masyarakat maritim yang memanfaatkan
sumber daya alam sebagai sumber pendapatan. Potensi sumber daya perikanan
sebenarnya dapat dimanfaakan secara maksimal guna meningkatkan
pendapatan para masyarakat maritim, namun faktanya masyarakat maritim
serta pembudidaya ikan masih belum bisa meningkatkan pendapatanya guna
memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun produksi perikanan budidaya
yang sudah cukup besar di wilayah Pulau Sulawesi, hal tersebut patut
dipertanyakan, karena tingkat kesejahteraan masyarakat maritim di Indonesia
yang masih sangat rendah. Apakah pemerintah belum membantu secara
maksimal, atau ada permasalahan lain yang menimpa pembudidaya ikan
sehingga mereka tidak cukup sejahtera meskipun sudah memaksimalkan
produksi ikan dengan membudidaya.
Kehidupan nelayan atau pembudidaya ikan masih belum sejahtera di
negara ini seolah-olah bisnis perikanan saja yang hanya mereka andalkan.
Namun melihat bagaimana potensi Indonesia sebagai negara maritim,
harusnya para masyarakat nelayanlah yang paling sejahtera. Besarnya
89
pendapatan merupakan patokan untuk melihat apakah para nelayan dan
pembudidaya semakin sejahtera atau tidak. Namun untuk melihat
kesejahteraan masyarakat kita juga harus melihat faktor lain dari pendapatan
yang diterima. Pengeluaran yang dikeluarkan untuk konsumsi serta modal
usaha para nelayan juga harusnya diperhitungkan, untuk melihat konsumsi apa
saja yang dikeluarkan oleh masyarakat nelayan, untuk itu pada tahun 2001
pemerintah menjadikan nilai tukar nelayan sebagai indikator untuk melihat
tingkat kesejahteraan nelayan, begitu pula nilai tukar pembudidaya ikan
sebagai indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan pembudidaya ikan.
Konsep nilai tukar biasanya digunakan untuk menyatakan
perbandingan antara harga barang dan jasa, namun dalam sektor perikanan
terdapat Nilai Tukar Nelayan, Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi), dll.
Konsep nilai tukar ini merupakan indikator untuk menggambarkan besarnya
penerimaan dan pegeluaran oleh para nelayan dan pembudidaya ikan.
Tabel 4. 3
Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) di Pulau Sulawesi tahun 2014-2018
PROVINSI NTPi
2014 2015 2016 2017 2018
GORONTALO 91.9 92.04 89.23 84.86 82.45
SULAWESI BARAT 98.2 99.2 96.21 94.92 94.86
SULAWESI
SELATAN 103.2 102.08 99.13 97.97 101.45
SULAWESI
TENGAH 95.7 92.8 88.95 85.5 85.83
SULAWESI
TENGGARA 99.1 97.71 96.29 97.33 99.92
SULAWESI UTARA 97 95.18 92.98 91.48 94.24
90
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, diolah.
Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi) merupakan alat ukur
kesejahteraan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima
oleh pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh pembudidaya. Angka
capaian NTPi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh
KKP dan dilaporkan secara berkala setiap bulannya. NTPi merupakan rasio
antara indeks harga yang diterima nelayan (It) atau indeks harga yang dibayar
nelayan (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. Jika NTPi lebih dari 100
maka diartikan nelayan memiliki pendapatan lebih tinggi dari pada
pengeluaran, atau surplus sedangkan jika NTPi kurang dari 100 diartikan
bahwa pengeluaran nelayan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan
juga biaya produksi lebih tinggi daripada penghasilan yang didapatkannya.
Sedangkan jika NTPi sama dengan 100 berarti pendapatan hasil usaha sama
besarnya dengan pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi keluarga dan biaya
produksi, atau dikatakan bahwa penerimaan dan pengeluaran rumah tangga
nelayan pembudidaya seimbang.
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata NTPi di Pulau Sulawesi
tahun 2014 adalah 97.51 dan rata-rata pada tahun 2018 adalah 93.12, yang
berarti menurut NTPi kesejahteraan pembudidaya ikan di Pulau Sulawesi
masih kurang baik. Dapat dikatakan bahwa besarnya produksi budidaya di
Pulau Sulawesi tidak menjamin kesejahteraan masyarakat pembudidaya
91
diwilayah tersebut. Belum tercapainya NTPi yang baik dapat disebabkan
karena peningkatan margin keuntungan penjualan ikan sebagai akibat dari
semakin turunya biaya produksi karena penggunaan pakan mandiri juga
diiringi dengan meningkatnya harga-harga kebutuhan rumah tangga yang
mengakibatkan indeks bayar konsumsi rumah tangga juga meningkat.
Grafik 4. 3
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) di Enam Provinsi Pulau Sulawesi
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah.
Meskipun produksi perikanan budidaya di enam provinsi Pulau Sulawesi
dinilai sangat tinggi, namun dalam grafik 4.3 dapat dilihat bahwa
kesejahteraan pembudidaya ikan di Pulau Sulawesi masih cenderung kurang
dari 1% ( kurang dari 100) yang berarti bahwa kesejahteraan bagi para
pembudidaya di Pulau Sulawesi masih rendah. Maka dapat dikatakan bahwa
pengeluaran oleh rumah tangga pembudidaya ikan lebih besar dibandingkan
GORONTALOSULAWESI
BARATSULAWESISELATAN
SULAWESITENGAH
SULAWESITENGGARA
SULAWESIUTARA
2014 91.9 98.2 103.2 95.7 99.1 97
2015 92.04 99.2 102.08 92.8 97.71 95.18
2016 89.23 96.21 99.13 88.95 96.29 92.98
2017 84.86 94.92 97.97 85.5 97.33 91.48
2018 82.45 94.86 101.45 85.83 99.92 94.24
0
20
40
60
80
100
120
92
dengan penerimaan yang didapat dengan melakukan pembudidayaan ikan atau
dengan tambahan pendapatan lainnya.
Grafik 4. 4
Pengeluaran Rumah Tangga Petani Ikan di Pulau Sulawesi
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah.
Rendahnya tingkat kesejahteraan pembudidaya ikan di Pulau Sulawesi
dapat dilihat melalui besarnya pengeluaran yang terus meningkat tiap tahunnya
secara signifikan. Pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan yang diterima
oleh para pembudidaya ikan merupakan faktor kesejahteraan pembudidaya ikan
belum tercapai. Pengeluaran tersebut dapat berupa konsumsi rumah tangga,
biaya hidup, dan modal usaha budidaya ikan. Untuk itu peran pemerintah sangat
di butuhkan untuk memberikan subsidi terhadap bisnis perikanan budidaya
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
GORONTALO SULAWESIBARAT
SULAWESISELATAN
SULAWESITENGAH
SULAWESITENGGARA
SULAWESIUTARA
2014
2015
2016
2017
2018
93
tersebut di Indonesia.
3. Permintaan Konsumsi Ikan
Konsumsi ikan merupakan salah satu konsumsi pangan hewani yang
sudah tidak asing oleh masyarakat di Indonesia, protein hewani yang
terkandung didalamnya dengan presentase lemak yang sangat rendah
menjadikan ikan merupakan salah satu pangan yang baik dan memiliki banyak
manfaat untuk dikonsumsi. Permintaan akan ikan tidak hanya datang dari dalam
negeri, namun permintaan ikan juga cukup besar dari luar negeri khususnya
negara yang tidak memiliki sumber daya alam tersebut. Pemanfaatan
sumberdaya alam khususnya ikan yang bersifat dapat hilang jika di manfaatkan
terus menerus memerlukan kajian khusus untuk memaksimalkan produksinya.
Besarnya permintaan akan ikan tersebut dapat mendorong negara dengan
sumber daya tersebut juga memaksimalkan produksi perikanannya. Besarnya
output sektor perikanan tentunya diiringi dengan permintaan pada konsumsi
ikan yang cukup besar di Pulau Sulawesi, berikut merupakan grafik tingkat
permintaan ikan di Pulau Sulawesi.
94
Grafik 4. 5
Tingkat Angka Konsumsi Ikan Enam Provinsi di Pulau Sulawesi tahun 2014-
2018
Sumber : Badan Pusat Statistik (2019), diolah.
Meskipun Angka Konsumsi Ikan (AKI) nasional masih terbilang cukup
rendah, namun dalam grafik tersebut dapat dilihat bahwa setiap tahunnya
konsumsi ikan di Pulau Sulawesi sangat besar dan terus meningkat, khususnya
di provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki Angka Konsumsi Ikan (AKI)
yang cukup besar dibanding wilayah lain di Pulau tersebut yaitu sebesar 65,14
kg/kapita/tahun. Dapat dikatakan bahwa tingkat konsumsi ikan di Pulau
Sulawesi cukup tinggi berdasarkan pengkategorian oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) (2016) yang mengkategorikan, bahwa daerah yang
memiliki angka konsumsi rendah adalah dengan nilai konsumsi di bawah
kurang dari 20 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi sedang pada angka 20–31,4
GorontaloSulawesi
BaratSulawesiSelatan
SulawesiTengah
SulawesiTenggara
SulawesiUtara
2014 47.74 46.16 45.4 45.07 50.77 47.83
2015 50.56 49.78 48.97 46.03 52.6 48.99
2016 51.34 49.96 51.08 47.27 54.82 52.05
2017 58.55 54.21 60.88 52.34 64.02 61.94
2018 61.28 59.42 62.29 56.6 65.14 62.63
0
10
20
30
40
50
60
70
Axi
s Ti
tle
95
kg/kapita/tahun dan konsumsi tinggi di atas 31.4 kg/kapita/tahun. Selain
menunjukkan meningkatnya preferensi masyarakat akan konsumsi ikan,Tingkat
konsumsi ikan yang terus meningkat di Pulau Sulawesi melambangkan bahwa
adanya permintaan ikan yang terus meningkat dan besar di Pulau Sulawesi
sesuai ketentuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 2016 yang
mengkategorikan daerah yang memiliki angka konsumsi rendah adalah dengan
nilai konsumsi di bawah kurang dari 20 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi
sedang pada angka 20–31.4 kg/kapita/tahun dan konsumsi tinggi di atas 31.4
kg/kapita/tahun. Maka dari grafik 4.5 tersebut dapat dilihat bahwa Pulau
Sulawesi memiliki angka konsumsi ikan yang tinggi, karena angka konsumsi
ikan di Pulau Sulawesi dalam kurun waktu 2014-2018 memiliki nilai diatas
40kg/kapita/tahunnya. Permintaan konsumsi ikan yang besar diharapkan akan
menaikan output ekonomi, serta pertumbuhan ekonomi khusus sektor perikanan
di 6 Provinsi Pulau Sulawesi.
4. Gorontalo
Provinsi Gorontalo terletak pada semenanjung Gorontalo di Pulau
Sulawesi, tepatnya di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah
provinsi Gorontalo adalah 12.435,00 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak
1.166.142 jiwa (2018), dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,91%.
Berdasarkan data BPS tahun 2018, distribusi PDRB terbesar di Provinsi
Gorontalo yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, dengan distribusi
96
sebesar 38,65% terhadap total PDRB di provinsi Gorontalo. Dalam sektor
perikanan budidaya, provinsi Gorontalo memiliki luas lahan budidaya ikan
sebesar 64.381.172 hektar, pada tahun yang sama produksi perikanan budidaya
di Gorontalo sebesar 57.561,07 ton, dengan Angka Konsumsi Ikan (AKI) yang
besar yaitu 61.28 kg/kapita/tahun, dan Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi)
sebesar 82.45 yang diketahui bahwa kesejahteraan pembudidaya di Provinsi
Gorontalo tahun 2018 terbilang rendah, atau tidak memiliki kesejahteraan yang
baik menurut NTPi.
5. Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Barat resmi terbentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun
2004. Luas wilayah Sulawesi Barat adalah 16.796,19 km2, dengan jumlah
populasi penduduk sebanyak 1.355.554 jiwa. Berdasarkan data BPS 2018,
distribusi PDRB terbesar di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, dengan distribusi sebesar 40,61% terhadap total
PDRB di provinsi Sulawesi Barat. Dalam sektor perikanan, provinsi Sulawesi
Barat memiliki luas lahan budidaya sebesar 279.534.000 hektar, pada tahun
yang sama produksi perikanan budidaya di Sulawesi Barat sebesar 102.501,16
ton, dengan Angka Konsumsi Ikan (AKI) yang besar yaitu 59.42
kg/kapita/tahun, dan Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi) sebesar 94.86 yang
diketahui bahwa kesejahteraan pembudidaya ikan di Sulawesi Barat terbilang
masih rendah, atau tidak memiliki kesejahteraan yang baik menurut NTPi.
97
6. Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah sebesar 45.764,53 km2
dengan jumlah penduduk 8.771.970 jiwa (2018), memiliki kepadatan penduduk
191,68 jiwa/km2. Provinsi Sulawesi Selatan memiliki 4 suku asli yaitu suku
Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Berdasarkan data BPS 2018, distribusi
PDRB terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu pada sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, dengan distribusi sebesar 40,96% terhadap total
PDRB di provinsi Sulawesi Selatan. Dalam sektor perikanan, provinsi Sulawesi
Barat memiliki luas lahan budidaya yang sangat besar yaitu sebesar
1.667.665.402 hektar, pada tahun yang sama produksi perikanan budidaya di
Sulawesi Selatan sebesar 3.551.150,37 ton, dengan Angka Konsumsi Ikan
(AKI) yang besar yaitu 62.29 kg/kapita/tahun, dan Nilai Tukar Pembudidaya
ikan (NTPi) sebesar 101.45 yang diketahui bahwa kesejahteraan pembudidaya
ikan di Provinsi Sulawesi Selatan cukup baik, atau pembudidaya ikan memiliki
kesejahteraan yang baik menurut NTPi.
7. Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi dibagian tengah Pulau Sulawesi,
yang memiliki luas wilayah terluas diantara provinsi di Pulau Sulawesi, dengan
luas wilayahnya sebesar 61.841,29 km2, dan memiliki jumlah penduduk
sebanyak 3.054.020 jiwa. Berdasarkan data BPS 2018, distribusi PDRB terbesar
di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,
98
dengan distribusi sebesar 28,33% terhadap total PDRB di provinsi Sulawesi
Sulawesi. Dalam sektor perikanan, provinsi Sulawesi Barat memiliki luas lahan
budidaya yaitu sebesar 615.723.778 hektar, pada tahun yang sama produksi
perikanan budidaya di Sulawesi Selatan sebesar 1.270.551,07 ton, dengan
Angka Konsumsi Ikan (AKI) yang besar yaitu 56.6 kg/kapita/tahun, dan Nilai
Tukar Pembudidaya ikan (NTPi) sebesar 85.83 yang diketahui bahwa
kesejahteraan pembudidaya pada tahun tersebut cukup rendah, atau
pembudidaya ikan tidak memiliki kesejahteraan yang cukup baik menurut
NTPi.
8. Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki luas wilayah sebesar 38.140 km2,
dengan total jumlah populasi penduduk sebanyak 2.704.737 jiwa. Berdasarkan
data BPS 2018, distribusi PDRB terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, dengan distribusi sebesar 23,96%
terhadap total PDRB di provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam sektor perikanan,
provinsi Sulawesi Barat memiliki luas lahan budidaya yaitu sebesar
408.014.279 hektar, pada tahun yang sama produksi perikanan budidaya di
Sulawesi Selatan sebesar 631.232,2 ton, dengan Angka Konsumsi Ikan (AKI)
yang besar yaitu 65.14 kg/kapita/tahun, dan Nilai Tukar Pembudidaya ikan
(NTPi) sebesar 99.92 yang diketahui bahwa kesejahteraan pembudidaya pada
provinsi Sulawesi Tenggara terbilang masih rendah, atau pembudidaya ikan
99
tidak memiliki kesejahteraan yang cukup baik menurut NTPi.
9. Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara memiliki luas wilayah seluas 13.892,47 km2,
dengan total jumlah penduduk sebanyak 2.506.981 jiwa, dengan kepadatan
penduduk sebesar 180,45 / km2. Berdasarkan data BPS 2018, distribusi PDRB
terbesar di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan, dengan distribusi sebesar 20,95% terhadap total PDRB di provinsi
Sulawesi Utara. Dalam sektor perikanan, provinsi Sulawesi Barat memiliki luas
lahan budidaya yaitu sebesar 90.419.852 hektar, pada tahun yang sama produksi
perikanan budidaya di Sulawesi Selatan sebesar 488.247,35 ton, dengan Angka
Konsumsi Ikan (AKI) yang besar yaitu 62.63 kg/kapita/tahun, dan Nilai Tukar
Pembudidaya ikan (NTPi) sebesar 94.24 yang diketahui bahwa kesejahteraan
pembudidaya pada provinsi Sulawesi Utara cukup rendah, atau pembudidaya
ikan tidak memiliki kesejahteraan yang cukup baik menurut NTPi.
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Estimasi Model Regresi
a. Uji Chow
Dalam pemilihan model yang sesuai antara Common Effect Model dan
Fixed Effect Model yaitu menggunakan uji chow. Untuk melihat hasil uji chow
100
yaitu dengan perbandingan nilai probabilitas (P-Value) dengan signifikansi =
5% , melalui hipotesis yaitu :
H0 : Model Common Effect
H1 : Model Fixed Effect
Jika tingkat nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi = 5%
maka H1 diterima, yang berarti model Common Effect merupakan model yang
tidak sesuai dan model Fixed Effect yang tepat digunakan. Tetapi, jika tingkat
nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi = 5% maka H0 diterima,
yang berarti model Common Effect adalah model yang tepat digunakan,
dibanding dengan model Fixed Effect.
Berdasarkan hasil Uji Chow yang sudah dilakukan dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan Redundant Fixed Effect-Likehood Ratio yaitu
sebagai berikut.
Tabel 4. 3
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 98.632327 (5,21) 0.0000
Cross-section Chi-square 95.940457 5 0.0000
Sumber : Hasil olah data dengan E-Views 9
101
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui nilai probabilitas pada Cross-section F
yaitu 0.0000, yang berarti probabilitas yaitu sebesar 0.0000 mempunyai nilai
yang lebih kecil dari P-value yaitu 0.05 (5%) , apabila ditulis dalam simbol
(0.0000>0.05). Maka hasil uji chow menunjukkan model Fixed Effect adalah
model yang sesuai, hal ini dikarenakan hasil Uji Chow menerima H1 dan H0
ditolak.
b. Uji Hausman
Uji Hausman adalah pemilihan regresi data panel untuk menentukan
model mana yang paling tepat antara model Random Effect dan model Fixed
Effect dengan ketentuan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Untuk melakukan pemilihan model terbaik dalam Uji Hausman, yaitu
melalui probabilitas pada cross-section random dan tingkat signifikansi = 5%,
Jika nilai probabilitas pada cross-section random lebih kecil dari tingkat
signifikansi = 5% maka H1 diterima, yang berarti model Fixed Effect adalah
model yang sesuai dan Random Effect adalah model yang tidak digunakan.
Tetapi jika nilai probabilitas pada cross-section random lebih besar dari tingkat
signifikansi = 5% maka H0 diterima, yang berarti model Random Effect adalah
model yang lebih sesuai dibanding model Fixed Effect.
102
Berdasarkan hasil Uji Hausman yang sudah dilakukan dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan Correlated Random Effect-Hausman Test sebagai
berikut :
Tabel 4. 4
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.514583 3 0.0630
Sumber : Hasil olah data dengan E-views 9
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui nilai chi-square statistik probabilitas
sebesar 0.514583, dan memiliki probabilitas sebesar 0.0630 yang berarti
memiliki nilai yang lebih besar dari alpha yaitu 0.05 (5%) apabila ditulis dalam
simbol (0.0630>0.05). Maka hasil uji hausman menunjukkan model Random
Effect adalah model yang sesuai, hal ini dikarenakan H0 diterima sedangkan H1
ditolak.
Dari ketiga uji tersebut, model random effect merupakan model yang
terbaik dibuktikan dengan hasil dari uji chow dan uji hausman, maka
kesimpulan model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah model
random effect. Berikut adalah hasil regresi menggunakan model random effect
yang menunjukkan nilai koefisien dan probabilitas variabel sebagai berikut :
103
Tabel 4. 5
Hasil Analisis Regresi dengan Model Random Effect
Variabel Coefficient Prob.
C -3.523003 0.0072
LOG_VPB 0.310211 0.0000
LOG_NTPI 1.786126 0.0019
LOG_AKI 1.140237 0.0000
Sumber : Hasil olah data dengan E-views 9
Model Random Effect dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut.
PDRBik = -3.523003+ 0.310211 (LOG_VPB) + 1.786126 (LOG_NTPi) +
1.140237 (LOG_AKI) + ei
Dimana:
PDRBik = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perikanan
VPB = Volume Produksi Budidaya
NTPi = Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
AKI = Angka Konsumsi Ikan
Berdasarkan hasil estimasi data panel pada tabel 4.3 maka dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
a) Variabel volume produksi budidaya (VPB) (X1) mempunyai hubungan
yang positif terhadap variabel PDRB sektor perikanan yaitu dengan nilai
sebesar 0.310211. Yang berarti, setiap kenaikan penambahan 1 ton
104
volume produksi ikan budidaya akan menaikan nilai PDRB sektor
perikanan sebesar 0.310211 dengan asumsi variabel yang lain adalah tetap
atau konstan. Variabel produksi budidaya ikan mempunyai nilai
probabilitas 0.000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat
signifikansi = 5% (0.000<.0.5) sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel produksi perikanan budidaya signifikan terhadap perubahan nilai
PDRB sektor perikanan.
b) Variabel Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) (X2) mempunyai
hubungan positif terhadap variabel PDRB sektor perikanan, yaitu dengan
nilai sebesar 1.786126. Yang berarti, penambahan 1% Nilai Tukar
Pembudidaya Ikan akan meningkatkan nilai PDRB sektor perikanan
sebesar 1.786126 dengan asumsi variabel lain adalah tetap atau konstan .
Variabel NTPi mempunyai nilai probabilitas 0.0019 dimana nilai tersebut
lebih kecil dari tingkat signifikansi = 5% (0.0019>0.05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)
signifikan terhadap perubahan nilai PDRB Sektor Perikanan.
c) Variabel Angka Konsumsi Ikan (AKI) (X4) mempunyai hubungan yang
positif terhadap variabel PDRB sektor perikanan yaitu sebesar 1.140237.
Yang berarti, setiap kenaikan penambahan 1 Kg/Kapita konsumsi ikan
akan meningkatkan nilai PDRB sektor perikanan sebesar 1.140237 dengan
asumsi variabel lain adalah tetap atau konstan. Variabel AKI mempunyai
105
nilai probabilitas 0.0000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat
signifikansi = 5% (0.0000<0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Angka Konsumsi Ikan (AKI) signifikan terhadap perubahan nilai
PDRB sektor perikanan.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas merupakan uji asumsi klasik untuk meneliti
apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yang
berarti terdapat hubungan linear antara variabel independen dalam
model regresi. Penyebab terjadinya multikoniearitas adalah ketika nilai
determinasi (R2) yang diteliti menghasilkan nilai regresi linear yang
tinggi akan tetapi perbandingan antara nilai t-statikstik, f-statistik,t-tabel,
dan f-tabel tidak dapat menjelaskan mengenai hubungan signifikansi
terhadap variabel yang dijelaskan. Melalui E-views maka hasil uji
multikolinearitas yang didapati oleh penulis sebagai berikut:
Tabel 4. 6
Uji Multikolinearitas
Sumber : Hasil olah data dengan E-views 9
VPB NTPi AKI
VPB 1.000000 0.427179 0.019864
NTPi 0.427179 1.000000 -0.154100
AKI 0.019864 -0.154100 1.000000
106
Tabel diatas menunjukkan hasil yang diperoleh dari uji
multikolinearitas yang dilakukan dengan aplikasi E-views9 yang
memperlihatkan nilai koefisien yang dihasilkan dari variabel
independen. Volume Produksi Budidaya, Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
(NTPi), dan Angka Konsumsi Ikan (AKI) merupakan variabel
independen dalam penelitian ini yang menunjukkan hasil yaitu nilai
koefisien berada dibawah 0.8 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
masalah multikolinearitas dalam penelitian ini.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah pada sebuah
model regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual dalam satu
pegamatan ke pengamatan lainnya. Pada penelitian ini uji
heterokedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser dengan α = 5%. Berikut
adalah hasil uji heterokedastisitas pada penelitian ini :
Tabel 4. 7
Uji Heterokedastisitas
Variabel Prob.
LOG_VPB 0,4020
LOG_NTPi 0,4922
LOG_AKI 0,0731
Sumber : Hasil olah data dengan EViews 9
107
Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas diatas, nilai probabilitas
ketiga variabel bebas lebih besar dari 0.05 (>0.05) maka dapat
disimpulkan bahwa data penelitian ini lolos uji asumsi klasik non-
heterokedastisitas. Atau tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam
penelitian ini.
3. Uji Hipotesis
a. Uji t-Statistik (Uji Parsial)
Uji t-statistik dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas
(independent) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat (dependen). Berikut adaah nilai probabilitas ketiga
variabel.
Tabel 4. 8
Uji t-statistik
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.523003 1.207532 -2.917524 0.0072
LOG_VPB 0.310211 0.043832 7.077335 0.0000
LOG_NTPI 1.786126 0.515467 3.465066 0.0019
LOG_AKI 1.140237 0.152525 7.475736 0.0000
Sumber : Hasil olah data dengan E-views 9
Secara parsial variabel bebas akan berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat apabila nilai probabilitasnya < α = 5%. Berdasarkan
ketentuan uji t-statistik penulis memiliki rincian hipotesis sebagai
berikut :
108
1) H01 : Volume produksi perikanan budidaya tidak memiliki pengaruh
secara parsial terhadap nilai PDRB sektor perikanan di 6 provinsi
Pulau Sulawesi
H11 : Volume produksi perikanan budidaya memiliki pengaruh
secara parsial terhadap nilai PDRB sektor perikanan di 6 provinsi
Pulau Sulawesi
2) H02 : Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi) tidak memiliki
pengaruh secara parsial terhadap nilai PDRB sektor perikanan di 6
provinsi Pulau Sulawesi
H12 : Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi) memiliki pengaruh
secara parsial terhadap nilai PDRB sektor perikanan di 6 provinsi
Pulau Sulawesi
3) H03 : Angka Konsumsi Ikan (AKI) tidak memiliki pengaruh secara
parsial terhadap nilai PDRB sektor perikanan di 6 provinsi Pulau
Sulawesi
H13 : Angka Konsumsi Ikan (AKI) memiliki pengaruh secara
parsial terhadap nilai PDRB sektor perikanan di 6 provinsi Pulau
Sulawesi
109
Dari hasil hipotesis yang telah dianalisis maka dapat ditentukan
beberapa kesimpulan, yaitu : variabel volume produksi perikanan
memiliki nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti volume
produksi budidaya berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sektor
perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi. Nilai Tukar Pembudidaya
Ikan (NTPi) memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0019 > 0,05 yang
berarti NTPi berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor perikanan di
enam provinsi Pulau Sulawesi. Begitu juga dengan variabel angka
konsumsi ikan yang memiliki nilai probabilitas 0,000 < 0,05, yang
berarti angka konsumsi ikan berpengaruh positif terhadap PDRB sektor
perikanan di enam provinsi di Pulau Sulawesi. Uji F-Statistik (Uji
Simultan)
Uji F-statistik dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat.
Tabel 4. 9
Hasil Uji F-Statistic
R-squared 0.655043 Mean dependent var 0.606413
Adjusted R-squared 0.615240 S.D. dependent var 0.074137
S.E. of regression 0.045987 Sum squared resid 0.054984
F-statistic 16.45725 Durbin-Watson stat 1.556089
Prob(F-statistic) 0.000003
Sumber : Hasil olah data dengan E-views 9
110
Pada uji F-statistik penelitian ini yang dipaparkan melalui tabel
4.8, dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya adalah 0,000003 < 0,05,
yang berarti signifikan secara statistik. Maka, volume produksi budidaya
ikan, Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) dan Angka Konsumsi Ikan
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor
perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi.
b. Uji Koefisien Determinasi
Fungsi koefisien determinasi yaitu untuk mengukur proporsi atau
persentase dari variasi total variabel bebas yang mampu dijelaskan oleh
model regresi, maka diperlukannya uji koefisien determinasi. Ukuran
besaran ditinjau melalui pengaruh antar variabel yang didapat dari hasil
nilai koefisien determinasi variabel tersebut yaitu : range angka regresi
menggunakan angka antara nol dan satu yang digunakan dalam
menganalisis. Bila nilai koefisien yang dihasilkan adalah nol (R2= 0),
yang memiliki arti bahwa jika varian yang dihasilkan melalui variabel
dependen secara menyeluruh tidak dapat dipresentasikan oleh variabel
independen. Namun jika nilai koefisien determinasi yang dihasilkan yatu
sama dengan 1 (R2 = 1), maka diartikan bahwa varian yang dihasilkan
melalui variabel dependen secara menyeluruh dapat dan bisa
dipresentasikan oleh variabel independen.
111
Pada penelitian ini melalui tabel 4.8 analisis koefisien
determinasi yang diketahui menunjukkan bahwa, R-squared bernilai
0,655043 atau 65,50%. Maka volume produksi perikanan budidaya,
NTPi, dan AKI dapat menjelaskan PDRB sektor perikanan di enam
provinsi Pulau Sulawesi sebesar 65,50%. Sedangkan 34,86% lainnya
dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Volume Perikanan Budidaya terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB)
Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel volume perikanan
budidaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor perikanan.
Hal ini berarti peningkatan volume perikanan budidaya dapat meningkatkan
PDRB sektor perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan, yaitu adanya pengaruh produksi
perikanan budidaya secara positif dan signifikan terhadap PDRB sektor
perikanan seperti penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh (Retno Dea
Gitawati,2018) yang menunjukkan produksi perikanan budidaya mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domstik Regional Bruto
(PDRB). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
Sukirno (2011) bahwa pertumbuhan ekonomi didapat berdasarkan adanya
pertumbuhan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara,
112
seperti pertambahan jumlah produksi barang dan jasa, semakin besar jumlah
produksi barang atau jasa (output) yang dihasilkan suatu negara atau wilayah
maka semakin besar pula pendapatan yang dihasilkan oleh negara tersebut,
maka terdapat pertumbuhan perekonnomian didalamnya. Penelitian ini juga
didukung oleh penelitian terdahulu oleh (Nela Layali Hilwa, 2016) yang
menunjukkan produksi perikanan yang diekspor memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB, dan penelitian yang dilakukan oleh (Pramitha
Dianissa, 2018) yang menunjukkan produksi perikanan tangkap berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PDRB. Penelitian lain yang mendukung yaitu
penelitian yang dilakukan oleh (Tiptiwa Sampanta et al, 2020) menyatakan
bahwa, sektor budidaya di Thailand yang meningkat berkontribusi positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial.
2. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel NTPi berpengaruh
positif dan signifikan. Hal ini berarti peningkatan Nilai Tukar Pembudidaya
Ikan (NTPi) akan meningkatkan PDRB sektor perikanan di enam provinsi Pulau
Sulawesi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan,
yaitu adanya pengaruh kesejahteraan secara positif terhadap PDRB atau
pertumbuhan ekonomi sektor perikanan secara signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa produksi yang terus meningkat dalam sektor perikanan
113
budidaya memperlihatkan pembudidaya ikan memiliki keuntungan yang juga
meningkat atau membaik, meskipun nilai tukar pembudidaya ikan di Pulau
Sulawesi masih dikatakan rendah. Rendahnya kesejhtaraan pembudidaya yang
dihitung dengan indikator nilai tukar faktanya bukan hanya melihat pendapatan
yang diterima oleh pembudidaya ikan saja, namun juga melihat pengeluara yang
harus dikeluarkan oleh pembudidaya ikan. Nilai Tukar Pembudidaya ikan
(NTPi) sebagai indikator kesejahteraan pembudidaya ikan bukan hanya
mengukur pendapatan rata-rata pembudidaya namun juga pengeluaran rumah
tangga pembudidaya ikan, menurut KKP NTPi yang rendah (< 100) dapat
diartikan bahwa nilai pengeluaran rumah tangga pembudidaya ikan lebih besar
dibanding laba yang dihasilkan, pengeluaran tersebut salah satunya adalah
semakin meningkatnya modal yang harus dikeluarkan pembudidaya karena
harga benih ikan yang semakin mahal, selain itu ada kebutuhan yang harus tetap
dikeluarkan seperti kebutuhan konsumsi makanan pada rumah tangga
pembudidaya ikan yaitu konsumsi yang harus tetap dikeluarkan dapat diiring
dengan pendapatan yang membaik. Untuk meningkatkan kesejahteraan
pembudidaya ikan di Pulau Sulawesi yang relatif kecil diharapkan pemerintah
memberikan insentif akan produksi ikan yang sudah berhasil didapat oleh para
pembudidaya, atau memberikan subsidi berupa benih sebagai bantuan modal.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh (Mayang Sari, Rahmita B.Ningsih,
2011) mendukung hasil penelitian ini, penelitian tersebut menyatakan
kesejahteraan masyarakat berkontribusi positif dan signifikan terhadap
114
pertumbuhan ekonomi.
3. Angka Konsumsi Ikan (AKI) terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB)
Dalam penetian ini menunjukkan bahwa variabel Angka Konsumsi Ikan
(AKI) berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini berarti peningkatan konsumsi
ikan akan meningkatkan PDRB sektor perikanan di enam provinsi Pulau
Sulawesi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan,
yaitu adanya pengaruh konsumsi ikan secara positif terhadap PDRB sektor
perikanan. Penelitian ini didukung oleh juga oleh teori perekonomian dua sektor
yang menunjukkan bahwa pendapatan nasional yang merupakan salah satu
penentu pertumbuhan ekonomi dapat ditentukan besarnya melalui dua
komponen yaitu salah satunya adalah konsumsi. Dalam hal ini konsumsi ikan
yang dilakukan oleh masyarakat pesisir terdapat pada teori perilaku konsumen
Almost Ideal Demand System (AIDS) yang menunjukkan bahwa adanya
kebiasaan dan kegemaran mengkonsumsi ikan, akan meningkatkan permintaan
produksi ikan. Karena tingkat konsumsi ikan di enam provinsi Pulau Sulawesi
tersebut terbilang sangat tinggi, maka hal tersebut secara langsung akan
meningkatkan permintaan (demand) akan output produksi ikan yang semakin
besar. Maka dari itu konsumsi ikan yang semakin meningkat akan berpengaruh
terhadap pembangunan sektor perikanan karena produksi yang besar dan
terserap pasar akan memberikan keuntungan dan akan meningkatkan PDRB
115
pada sektor perikanan. Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh (Yulia Arthatiani et al, 2018) yang mendukung hasil
penelitian ini, bahwa dalam penelitiannya konsumsi ikan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap determinasi permintaan ikan dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini
adalah oleh (Chyi-Lu Jang et al, 2012) yang menyatakan bahwa konsumsi ikan
memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB)
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh produksi perikanan budidaya,
Kesejahteraan Pembudidaya yang diproksikan sebagai Nilai Tukar Pembudidaya
ikan (NTPi), dan Angka Konsumsi Ikan (AKI) terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) sektor perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi periode tahun
2014-2018. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel volume perikanan budidaya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel PDRB sektor perikanan, hal ini berarti peningkatan
volume produksi pada perikanan budidaya dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sektor perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi.
2. Variabel Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel PDRB sektor perikanan, hal ini berarti
peningkatan NTPi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor
perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi.
3. Variabel Angka Konsumsi Ikan (AKI) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel PDRB sektor perikanan, hal ini berarti peningkatan
konsumsi ikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor
perikanan di enam provinsi Pulau Sulawesi.
117
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Akademisi
a. Diperlukan penambahan variabel bebas dalam penelitian ini untuk
mengetahui faktor-faktor selain dalam penelitian ini yang dapat
memengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor perikanan di
Pulau Sulawesi.
b. Diperlukan penelitian lebih lanjut lagi, khususnya mengenai hubungan
kesejahteraan pembudidaya ikan dengan indikator pemakaian Nilai Tukar
Pembudidaya ikan (NTPi) dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Bagi Pemerintah Terkait
a. Karena produksi pada Sumber Daya Alam (SDA) yang sifatnya dapat hilang
(fugitive) maka stock SDA akan terus berkurang jika terus dimanfaatkan
untuk memenuhi permintaan yang akan terus meningkat seiring peningkatan
penduduk di Indonesia, maka pemerintah memerlukan kajian khusus dan
lebih lanjut serta penguatan kebijakan dalam sektor perikanan guna untuk
memanfaatkan serta melestarikan sumber daya yang ada.
b. Kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tukar pembudidaya
118
dapat dilakukan dengan dua strategi yaitu pertama dengan berfokus pada
indeks penerimaan, yaitu faktor-faktor yang yang mempengaruhi kuantitas
hasil budidaya, peningkatan harga jual adalah pilihan yang mungkin tepat
dilakukan untuk menaikan tingkat pendapatan pembudidaya ikan. Kedua
dapat berfokus pada indeks pengeluaran, dengan menurunkan indeks
pengeluaran yaitu dapat dilakukan dengan bantuan subsidi oleh pemerintah
sebagai modal produksi perikanan budidaya agar menekan biaya modal
yang harus dikeluarkan oleh pembudidaya ikan, khusunya pembelian benih
ikan yang cukup sulit didapat.
c. Angka konsumsi Ikan (AKI) di Pulau Sulawesi yang sangat tinggi
menggambarkan bahwa produksi ikan diserap dengan baik oleh penduduk di
Pulau Sulawesi, gemar makan ikan yang dilakukan oleh penduduk
memberikan dampak yang baik selain untuk kesehatan karena diserapnya
protein hewani, juga memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan
perekonomian di Pulau Sulawesi. Diharapkan pemerintahan regional lain
juga dapat menyerap output berpotensi besar yang dihasilkan oleh masing-
masing wilayah regional lain.
119
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. (2001). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Bardach, J.E., Ryther, J.H., W.L.Mc Larney. (1972). Aquaculture : Alabama
Agriculture Experiment Station. Auburn University.
Barry Render, J. H. (2001). Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba
empat.
C.E. Ferguson, J. G. (1975). Micro Economics Theory. Illonois.
Effendi, M. (1997). Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Frank J. Fabozzi, M. F. (1995). Capital Markets. New Jersey: Prentice Hall.
Gilarso, T. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.
Hutabarat, B. (1996). Analisis Deret Waktu Kecenderungan Nilai Tukar Petani di
Jawa. Jurnal Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD .
Joesron, Tiati Suhartiati, M. Fathorrozi. (2003). Teori Ekonomi Makro, Dilengkapi
Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Magfuri. (1987). Manajemen Produksi. Jakarta: Rineka Cipta.
R. Basuki, P. U. (2001). Pedoman Umum Nilai Tukar Nelayan. Jakarta: Direktoral
Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau kecil.
Suparmoko. (2002). Ekonomi publik untuk keungan dan pembangunan daerah.
Yogyakarta: Andi.
A Leaf, P.C. Weber. (1988). Cardiovascular effects of n-3 fatty. England: J Med.
Agus, W. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Jakarta: Ekonosia.
Amirus Saleh, Dahlan Fanani,M.Kholid. (2016). Pengaruh Produksi,Harga
Internasional, dan Nilai tukar terhadap Volume Ekspor.
Baltagi, H Budi. (2005). Econometric Analysis of. New York: John Wiley & Son.
120
Beattie BR, Taylor cr, Wtss MJ. (1985). The economis of Productions. 1st edition.
Florida (US): Kriger Publishing Company.
Clara ayu monica, T. M. (2017). Analisis potensi daerah sebagai upaya meningkatkan
perekonomian daerah di Sumatera Bagian Selatan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan , 60- 68.
Dahuri, R. (2018). Pembangunan Ekonomi Kelautan dan Peningkatan Daya Saing
dan Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas secara Berkelanjutan Menuju
Indonesia yang Maju, Sejahtera, dan Berdaulat. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Djunaidah, I. S. (2017). Tingkat Konsumsi Ikan di Indonesia:. Jurnal Penyuluhan
Perikanan dan Kelautan , 12-24.
Dr. Arif Satria, SP, M.Si., Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si., Dr. Ir. Anna. (2013).
Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Usaha Perikanan. Jakarta: CV.
Josevindo.
Freshty Yulia, Nunung Kusnadi, Harianto. (2018). Analisis Pola Konsumsi dan Moel
Perimntaan Ikan menurut Karakteristik Rumah Tangga di Indonesia. Jurnal Sosek ,
73- 86.
Ghalia. (2001). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta.
Gujarati dalam Dias S. (2012). Analisis regresi: model data panel. Analisis Regresi .
Gujarati, D. (2003). Ekonometrika Dasar (Z. Sumarno, Trans). Jakarta: Erlangga.
Harianto. (1994). An Empirical Analysis of Food Demand. Victoria: La Trobe
University.
Hariyadi, P. (2015). Peranan Pangan Hewani dalam Pembangunan SDM Bangsa.
Expert Opinion , 12-15.
Heruwati. (2002). Pengolahan Ikan Secara Tradisional : Prospes dan peluang
pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian , 92-99.
121
Hidayat, A. (2014). Penjelasan Metode Analisis Regresi Data Panel. Hipotesis
Komputerisasi Regresi .
Indriani, Rahman, Makmur Kambolong. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Usaha Kripik Oblong. Business .
Komalasari, A. (2009). Analisis Tentang Pelaksanaan Plant Layout Dalam Usaha
Meningkatkan Efisiensi. Bandung: Universitas Widyatama.
Krisna Fery, Anggie destitie, Dadang, Tri wahyuni, Walim Abdul. (2016). Informasi
kelautan dan perikanan. Jakarta: Pusat data, statistik, dan informasi.
Liony Wijayanti, Ihsannudin. (2013). Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Nelayan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Agriekonomika , 2.
M.Subri. (2005). Ekonomi Kelautan . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Marindi Briska Yusni , Eko Budi Santoso. (2017). Analisis Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Pengembangan Subsektor Perikanan Tangkap. Jurnal Teknik
ITS Vol.6, 2337-3520.
Ministry of Marine Affairs and Fisheries (MMAF), Republic of Indonesia and
USAID Sustainable. (2018). State of the Sea: Indonesia, Volume One: An
Overview of Marine Resource Management for Small-Scale Fisheries and
Critical Marine Habitats in Indonesia. Project , 156.
Monintja, D. R. (2000). Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis
Ekonomi Kerakyatan. Sumberdaya perikanandankelautan , 12.
Nailatul Husna, Irwan Noor, Mochammad Rozikin. (n.d.). Analisis Pengembangan
Potensi Ekonomi Lokal Menguatkan Daya Saing Daerah di Kabupaten Gresik.
Jurnal Administrasi Publik , 190.
Paolo, B. (2018). Indonesia kaya potensi kelautan dan perikanan.
Rahayu, W.P Slamet, M. Suliantari dan Srikandi. (1992). Teknologi Fermentasi
Produk Perikanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 140.
Sadono, Sukirno. (2005). Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi ketiga. Jakarta: Raja
122
Grafindo Persada.
Saefudin, D. (2015). Esensi Hari Ikan Nasional.
Saka, A. A. (2018). Ekonomi Perikanan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Samuelson, A Paul, William , Nordhaus. (1992). Ekonomi Mikro. Jakarta:
PT.Erlangga.
Satrawidjaya. (2002). Nelayan dan Kemiskinan. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita.
Sekretariat Jenderal . (2019). Laporan Tahunan KKP 2019. Jakarta: Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2018). Laporan Tahunan
KKP 2018. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sembiring, R. (2017). Pengaruh Nilai Tukar Nelayan Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Pahlawan.
Septifitri, Daniel Monintja, Sugeng Hari, Sulaeman. (2010). Peluang Pengembangan
Perikanan Tngkap Di Provinsi Sumatera Selatan. Saintek Perikanan , 8-21.
Soekartawi. (1986). Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untukPengembangan Petani
Kecil .Jakarta: UI Press.
Sukirno, sadono. (2010). Makro Ekonomi Modern :Perkembangan Pemikiran Dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta: Grafindo Persada.
T, G. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. 2004: Kanisius.
Umi Muawanaha, Gellwynn Yusufb, Luky Adriantoc, Jimy Kaltherd, Robert
Pomeroye,Habibi Abdullahf, Toni Ruchimat. (2019). Review of national laws
and regulation in Indonesia in relation to an ecosystem approach to fisheries
management. Marine Policy , 150-160.
Walter, N. (1995). Teori Mikro Ekonomi, Prinsip dasar dan Perluasa, Alih Bahasa
Daniel Wirajaya. 3.
123
Widarjono, A. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya disertai Panduan
EViews. Yogyakarta: UPPM STIM YKPN.
Yee, C.C., N.Tran , C.D. Dao, T.B. Sulser, M.J. Phillips,. (2017). Fish in 2050 in the
ASEAN region. Working Paper .
Zisca Veybe, Tri Oldy, Daisy. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Industri Kecil Olahan Ikan di Kota Medan. Ekonomi .
N Mankiw, Gregory. (2003). Teori Makro Ekonomi. Edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
124
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1. Model Common Effect (CEM)
Dependent Variable: LOG_PDRB
Method: Panel Least Squares
Date: 03/19/21 Time: 08:55
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.494892 1.491088 -6.367761 0.0000
LOG_VPB 0.445967 0.026634 16.74420 0.0000
LOG_NTPI 3.887784 0.687153 5.657817 0.0000
LOG_AKI 1.749314 0.311816 5.610089 0.0000
2. Model Fixed Effect (FEM)
Dependent Variable: LOG_PDRB
Method: Panel Least Squares
Date: 03/19/21 Time: 08:56
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.942992 1.417129 0.665424 0.5130
LOG_VPB -0.059372 0.076089 -0.780297 0.4439
LOG_NTPI 0.695895 0.557876 1.247400 0.2260
LOG_AKI 1.014263 0.156968 6.461570 0.0000
125
3. Model Random Effect (REM) (Using)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.523003 1.207532 -2.917524 0.0072
LOG_VPB 0.310211 0.043832 7.077335 0.0000
LOG_NTPI 1.786126 0.515467 3.465066 0.0019
LOG_AKI 1.140237 0.152525 7.475736 0.0000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.080573 0.8806
Idiosyncratic random 0.029675 0.1194 Weighted Statistics R-squared 0.655043 Mean dependent var 0.606413
Adjusted R-squared 0.615240 S.D. dependent var 0.074137
S.E. of regression 0.045987 Sum squared resid 0.054984
F-statistic 16.45725 Durbin-Watson stat 1.556089
Prob(F-statistic) 0.000003
4. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 35.179245 (5,21) 0.0000
Cross-section Chi-square 67.144631 5 0.0000
5. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.514583 3 0.0630
126
6. Uji t-Statistic
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.523003 1.207532 -2.917524 0.0072
LOG_VPB 0.310211 0.043832 7.077335 0.0000
LOG_NTPI 1.786126 0.515467 3.465066 0.0019
LOG_AKI 1.140237 0.152525 7.475736 0.0000
7. Uji F-Statistic
R-squared 0.655043 Mean dependent var 0.606413
Adjusted R-squared 0.615240 S.D. dependent var 0.074137
S.E. of regression 0.045987 Sum squared resid 0.054984
F-statistic 16.45725 Durbin-Watson stat 1.556089
Prob(F-statistic) 0.000003
127
8. Variabel Penelitian Sebelum Log
PROVINSI TAHUN Y (Milyar Rupiah)
X1 (Ton) X2 (Persen) X3
(Kg/Kapita)
PROVINCE YEARS PDRB VPB NTPi AKI
GORONTALO
2014 2107 57404.23 91.9 47.74
2015 2442 60230.3 92.04 50.56
2016 2780 42008.86 89.23 51.34
2017 3146 94849.84 84.86 58.55
2018 3459 57561.07 82.45 61.28
SULAWESI BARAT
2014 3151 67548.68 98.2 46.16
2015 3561 89729.96 99.2 49.78
2016 3888 126779.54 96.21 49.96
2017 4392 104320.78 94.92 54.21
2018 4782 102501.16 94.86 59.42
SULAWESI SELATAN
2014 22857 3103433.51 103.2 45.4
2015 27580 3479419.93 102.08 48.97
2016 31080 3564787.66 99.13 51.08
2017 35074 3902808.25 97.97 60.88
2018 38802 3551150.37 101.45 62.29
SULAWESI TENGAH
2014 5674 1218405.51 95.7 45.07
2015 6472 1396700.74 92.8 46.03
2016 7207 1341619.79 88.95 47.27
2017 8069 971924.48 85.5 52.34
2018 9091 1270551.07 85.83 56.6
SULAWESI TENGGARA
2014 8262 1037416.04 99.1 50.77
2015 8955 994055.86 97.71 52.6
2016 10636 912609.82 96.29 54.82
2017 12013 1016381.96 97.33 64.02
2018 13372 631232.2 99.92 65.14
SULAWESI UTARA
2014 3693 429542.63 97 47.83
2015 4053 478701.89 95.18 48.99
2016 4182 432695.84 92.98 52.05
2017 4747 459514.32 91.48 61.94
2018 5510 488247.35 94.24 62.63
128
9. Variabel Penelitian Setelah Log
PROVINSI TAHUN LOG PDRB LOG VPB LOG NTPi LOG AKI
GORONTALO
2014 3.226483906 4.758944 1.963316 1.678882
2015 3.257640182 4.779815 1.963977 1.703807
2016 3.289218708 4.623341 1.950511 1.710456
2017 3.325843928 4.977037 1.928703 1.767527
2018 3.347175789 4.760129 1.916191 1.787319
SULAWESI 2014 3.339811051 4.829617 1.992111 1.664266
BARAT 2015 3.365781783 4.952937 1.996512 1.697055
2016 3.395022193 5.103049 1.98322 1.698622
2017 3.422806441 5.018371 1.977358 1.734079
2018 3.446381812 5.010729 1.977083 1.773933
SULAWESI 2014 4.210657421 6.491842 2.01368 1.657056
SELATAN 2015 4.257435206 6.541507 2.008941 1.68993
2016 4.289850387 6.552034 1.996205 1.708251
2017 4.324338025 6.591377 1.991093 1.784475
2018 4.357243044 6.550369 2.006252 1.794418
SULAWESI 2014 3.753889331 6.085792 1.980912 1.653888
TENGAH 2015 3.675520804 6.145103 1.967548 1.663041
2016 3.704493697 6.127629 1.949146 1.674586
2017 3.72956406 5.987633 1.931966 1.718834
2018 3.755390004 6.103992 1.933639 1.752816
SULAWESI 2014 3.917085191 6.015953 1.996074 1.705607
TENGGARA 2015 3.95206559 5.997411 1.989939 1.720986
2016 4.026778329 5.960285 1.983581 1.738939
2017 4.079651477 6.007057 1.988247 1.806316
2018 4.126196368 5.800189 1.999652 1.813848
SULAWESI 2014 3.666287669 5.633006 1.986772 1.6797
UTARA 2015 3.652194106 5.680065 1.978546 1.690107
2016 3.66232143 5.636183 1.96839 1.716421
2017 3.68184521 5.662299 1.961326 1.791971
2018 3.700939833 5.68864 1.974235 1.796782