pemanfaatan anjungan migas lepas pantai pasca produksi untuk budi daya perikanan

30
Analisis Pemanfaatan Anjungan Migas Lepas Pantai Pasca Produksi untuk Budi Daya Perikanan Padjadjaran Seminar and Economic Conference 2013 FEB Universitas Padjadjaran LOMBA KARYA TULIS BLUE ECONOMY Sub-tema : Inovasi Ramah Lingkungan untuk Tercapai Kesejahteraan Oleh : Hadi Prasojo / 12210004 / TM-ITB 2010 Fauzi Ahmad Zaky / 15510004 / KL-ITB 2010 1

Upload: fauzi-achmad-zaky-amirullah

Post on 26-Nov-2015

321 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Karya ilmiah tentang pemanfaatan anjungan lepas pantai pasca produksi untuk budidaya perikanan. Ditulis oleh Hadi Prasojo dan Fauzi Achmad Zaky. ITB 2010.

TRANSCRIPT

Analisis Pemanfaatan Anjungan Migas Lepas Pantai Pasca Produksi untuk Budi Daya Perikanan

Padjadjaran Seminar and Economic Conference 2013FEB Universitas PadjadjaranLOMBA KARYA TULISBLUE ECONOMY

Sub-tema :Inovasi Ramah Lingkungan untuk Tercapai Kesejahteraan

Oleh :Hadi Prasojo / 12210004 / TM-ITB 2010Fauzi Ahmad Zaky / 15510004 / KL-ITB 2010

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG2013

ABSTRAK

Pada industri ekstraktif (hulu) minyak dan gas bumi, produksinya dapat di lautan maupun daratan, bergantung pada lokasi dimana ditemukannya hidrokarbon (minyak dan gas) tersebut. Dan untuk pemanfaatan di lautan, diperlukan adanya anjungan operasi atau offshore platform dengan berbegai tipe struktur untuk pelaksanaannya.Jika sudah tidak beroperasi, setiap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) wajib untuk melakukan pemulihan bekas penambangannya, atau disebut Abandonment and Site Restoration (ASR). Adapun untuk anjungan lepas pantai, perlu untuk dilakukan pembongkaran, atau disebut Decommissioning. Decommissioning ini membutuhkan biaya yang besar dan teknis yang tentunya tidaklah mudah.Dengan berdasar kepada hukum maupun kebijakan internasional maupun regional yang sudah ada, diperlukan adanya alternatif pemanfaatan dari anjungan lepas pantai operasi migas ini, misalnya menjadikan sebagai LNG terminal, karang buatan, pembangkit energi alternatif, maupun untuk infrastruktur bermanfaat lainnya. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sebagai budi daya perikanan.Metode penulisan yang digunakan adalah dengan studi literatur dan diskusi. Literatur yang dijadikan sumber adalah jurnal ilmiah dan sumber lain di internet, sedangkan narasumber yang menjadi lawan diskusi adalah mahasiswa magister teknik kelautan. Karya tulis ini mengintegrasikan keilmuan kelautan, biologi, dan pendekatan ilmu ekonomi.Hasilnya, jika dibandingkan, baik pembongkaran maupun pemanfaatan untuk budidaya perikanan dapat saja lebih layak secara ekonomis. Faktor-faktor yang mempengaruhi layaknya pemanfaatan anjungan migas pasca-produksi untuk budidaya diantaranya adalah: kondisi anjungan pasca produksi / operasi migas, lokasi ataupun jarak anjungan dengan pesisir, lingkungan anjungan, dan dampak budidaya perikanan.Hasil ini dapat menjadi pertimbangan awal bagi pemerintah selaku pemangku kebijakan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan salah satu jenis pemanfaatan alternatif anjungan migas lepas pantai pasca-produksi, yaitu untuk budidaya perikanan.

Kata kunci: anjungan migas lepas panta pasca-produksi; budidaya perikanan; analisis kelayakan

DAFTAR ISI

ABSTRAKDAFTAR ISIDAFTAR GAMBARBAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang1.2. Rumusan Masalah1.3. Ruang Lingkup Kajian1.4. Tujuan dan ManfaatBAB II STUDI PUSTAKA, ANJUNGAN MIGAS LEPAS PANTAI PASCA PRODUKSI DAN BUDIDAYA PERIKANAN2.1. Kondisi Industri Hulu Migas Lepas Pantai di Indonesia2.2. Kebijakan Decommissioning 2.2.1. Kebijakan Decommissioning Internasional2.2.2. Kebijakan Decommissioning di Indonesia2.3. Alternatif Decommissioning/Pemanfaatan2.3.1. Macam Alternatif Decommissioning / Pemanfaatan2.3.2. Faktor Pertimbangan Alternatif Decommissioning / Pemanfaatan2.4. Budidaya PerikananBAB III METODE PENULISAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS4.1. Perbandingan secara Ekonomis4.1.1. Studi kasus Eco-Rigs USA 20054.1.2. Studi kasus Gulf of Mexico USA 20094.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Anjungan Migas Pasca-Produksi untuk Budidaya PerikananBAB V HASIL, KESIMPULAN, DAN SARAN5.1. Hasil5.2. Kesimpulan5.3. SaranDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Offshore Platform Gambar 2.2 Bagian-bagian Offshore Platform Gambar 2.3 Contoh Pemanfaatan Offshore Platform

BAB IPENDAHULUAN

1.5. Latar BelakangPada industri ekstraktif (hulu) minyak dan gas bumi, kegiatan produksinya dapat dilakukan di lautan maupun daratan, bergantung pada lokasi ditemukannya hidrokarbon (minyak dan gas) tersebut. Untuk pemanfaatan di lautan, diperlukan adanya anjungan operasi lepas pantai atau offshore platform dengan berbegai tipe struktur dalam pelaksanaannya. Jika sudah tidak beroperasi (pasca-produksi), setiap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) wajib melakukan pemulihan bekas penambangannya, atau disebut dengan Abandonment and Site Restoration (ASR). Saat ini terdapat sekitar 74 buah anjungan lepas pantai yang sudah tidak beroperasi lagi di Indonesia. Keberadaan anjungan-anjungan tersebut dinilai cukup membahayakan pelayaran dan direncanakan akan dibongkar. Data tahun 2007 menyebutkan setidaknya terdapat 12 kapal yang menabrak anjungan-anjungan tak terpakai tersebut. Rencananya anjungan lepas pantai tak beroperasi tersebut akan dibongkar oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) RI yang diketuai oleh Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto. (Tribunnews.com, 3 September 2013)Pasca operasi produksi selesai, perlu dilakukan pembongkaran terhadap anjungan lepas pantai yang sudah tak beroperasi kembali, atau Decommissioning. Decommissioning ini membutuhkan biaya yang besar dan teknis yang tentunya tidak mudah. Diperlukan adanya alternatif pemanfaatan dari anjungan lepas pantai operasi migas ini. Tentunya alternatif atau opsi-opsi tersebut harus diputuskan dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan banyak hal. Salah satu alternatif pemanfaatan anjungan lepas pantai tak beroperasi tersebut adalah dengan budidaya.Pemanfaatan anjungan untuk budidaya ini merupakan salah satu inovasi ramah lingkungan yang perlu dikembangkan di Indonesia saat ini demi tercapainya kesejahteraan dan mendukung apa yang kita sebut dengan blue economy.

1.6. Rumusan MasalahDari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, kami merumuskan masalah yang ada menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:1. Jika dibandingkan, mana yang lebih layak secara nilai ekonomis, apakah pembongkaran ataukah pemanfaatan untuk budidaya perikanan?2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi layaknya pemanfaatan anjungan migas pasca-produksi untuk budidaya perikanan?

1.7. Ruang Lingkup KajianKarya ilmiah ini mengkhususkan tentang penelitian pemanfatan anjungan migas lepas pantai pasca produksi. Perbandingan kelayakan diambil dari studi literatur yang kami lakukan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan pemanfaatan anjungan tak beroperasi untuk budidaya perikanan didapat dari hasil analisa penulis berdasarkan studi pustaka perbandingan yang telah dilakukan sebelumnya.

1.8. Tujuan dan ManfaatTujuan dari karya tulis ini adalah untuk melakukan perbandingan antara pembongkaran anjungan dengan pemanfaatan kembali anjungan tersebut untuk budi daya perikanan. Selain itu, untuk melakukan analisis kajian terhadap faktor yang berpengaruh sehingga didapat hasil ataupun simpulan yang dapat direkomendasikan.

BAB IISTUDI PUSTAKAANJUNGAN MIGAS LEPAS PANTAI PASCA PRODUKSI DANBUDIDAYA PERIKANAN

2.5. Kondisi Industri Hulu Migas Lepas Pantai di IndonesiaDari 530 buah anjungan yang ada di perairan Indonesia, terdapat sekitar 74 buah anjungan sudah tidak beroperasi. Anjungan-anjungan ini sebagian besar dibangun antara tahun 1970 1990 dan sebanyak 60 buah anjungan tersebar di Laut Jawa.Beberapa permasalahan yang terjadi pada anjungan migas lepas pantai di wilayah perairan Indonesia, baik yang masih beroperasi maupun yang sudah tidak beroperasi, di antaranya adalah adanya penurunan stuktur anjungan terhadap level muka air laut yang disebabkan oleh adanya penurunan muka tanah (subsidence) disekitar anjungan, terjadinya penurunan kualitas struktur anjungan akibat adanya korosi dan marine growth, dan beberapa anjungan migas posisinya terletak pada jalur pelayaran dan daerah tangkapan ikan. (2)2.6. Kebijakan Decommissioning 2.2.1. Kebijakan Decommissioning InternasionalDi dunia internasional, ada beberapa konvensi yang sifatnya tidak mengikat dan menjadi referensi dalam pelaksanaan Decommissioning, yaitu: Konvensi Genewa tentang Landas Kontinen 1958Dimana di dalam pasal 5 ayat (5) menyatakan bahwa instalasi apapun yang terpasang dan tidak terpakai haruslah dipindahkan secara menyeluruh. Konvensi Dumping London 1972Dalam konvensi ini dibahas pelarangan atas dumping. Dumping diterjemahkan sebagai tindakan pembuangan di laut, dimana dengan ditinggalkannya anjungan secara parsial maupun keseluruhan termasuk dalam dumping. Hukum Laut Internasional 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea / UNCLOS)Disini dijelaskan secara jelas mengenai Decommissioning, dimana untuk pemindahan harus dipastikan akan beberapa perhatian (perikanan, perlindungan laut, dan hak tugas negara lain). Adapun yang tidak dipindah secara menyeluruh diperlukan publisitas yang lengkap, untuk keselamatan navigasi.

2.2.2. Kebijakan Decommissioning di IndonesiaBerdasarkan PP No. 35 Tahun 2004 pasal 78 ayat 1 dan perjanjian dalam Production Sharing Contract (PSC) tahun 1976 1988, keberadaan anjungan pasca operasi ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk membongkar atau memanfaatkannya untuk fungsi lain. Mengingat biaya pembongkaran suatu anjungan migas lepas pantai sangat mahal bahkan hingga mencapai 1.5 Juta Dolar Amerika per anjungan dan sangat memberatkan beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maka usulan untuk memanfaatkan anjungan tidak beroperasi untuk kepentingan lain merupakan solusi yang sangat memungkinkan seperti yang telah diatur dalam Permen ESDM No. 35 Tahun 2006, pasal 17 dan pasal 18. Pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa Menteri ESDM dapat mengajukan usulan penghapusan barang operasi (termasuk anjungan migas lepas pantai) untuk dapat dimanfaatkan, dipindahkan, atau dimusnahkan atas persetujuan dari Menteri Keuangan. Untuk dapat memanfaatkan anjungan migas, maka fungsi lain harus dilakukan penelitian secara lengkap, baik yang menyangkut masalah teknis, aturan standar, lingkungan, maupun perundang-undangan yang berlaku. (2)

2.7. Alternatif Decommissioning/PemanfaatanAda berbagai kemungkinan / alternatif perlakuan terhadap anjungan lepas pantai pasca operasi migas, diantaranya: Pembongkaran keseluruhan (complete removal) Pembongkaran sebagian (partial removal)Dimana di sini lah alternatif pemanfaatan dilakukan, yaitu dengan memanfaatkan bagian anjungan yang tidak dibongkar untuk dimanfaatkan dalam bentuk lain, yang akan dibahas di bagian selanjutnya.

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Offshore Platform (http://www.naturalgas.org/images/offshore_drill_platform.gif)

15

Gambar 2.2 Bagian-bagian Offshore Platform http://2.bp.blogspot.com/_PG3ew_iFi3A/SLmk1hDIpCI/AAAAAAAADzc/WPfHWwI8rjg/s400/photo1.jpg

2.3.3. Macam Alternatif Decommissioning/ PemanfaatanAda pula berbagai kemungkinan / alternatif pemanfaatan perlakuan terhadap anjungan lepas pantai pasca operasi migas, diantaranya: Liquefied Natural Gas (LNG) Terminal Artificial coral reef / karang buatanProgramnya biasa disebut dengan Rig to reef. Telah dilakukan di beberapa negara dan cukup ekonomis. Namun perlu diperhatikan lokasinya, apakah merupakan lokasi yang tepat untuk pertumbuhan ikan-ikan disana. Energi alternatifPemanfaatan anjungan untuk pembangkit energi berdasar energi ombak, angin, sinar matahari, dll. Rescue baseTelah dilakukan di perairan UK, dimana salah satu anjungan dimanfaatkan sebagai rescue base oleh swasta untuk menjaga keamanan ataupun kondisi darurat di anjungan-anjungan sekitarnya. Dan pemanfaatan untuk infrastruktur lain-lainnya, misalnya bangunan dengan fungsi untuk aquaculture/ budidaya perikana atau wisata atau lainnya.Adapun untuk pemanfaatan ini, diperlukan publisitas dan pelaporan secara mendetail sehingga keberadaannya tidak akan menggangu. Selain itu, harus terus dilakukan pengecekan karena kerentanan bangunan laut akan korosi.

Gambar 2.3 Contoh Pemanfaatan Offshore Platform (http://www.wetwares.org/lastresorts/images/5/5f/2009_JCAMJT_RigReef_04_03_09.jpg)

2.3.4. Faktor Pertimbangan Alternatif Decommissioning/PemanfaatanSetiap opsi diatas tentunya tidak mungkin dipilih secara acak, namun haruslah berdasarkan studi kelayakan secara mendetail dengan berbagai faktor pertimbangan, yaitu keekonomian, kondisi lingkungan anjungan (ombak, angin, sinar matahari, kehidupan ikan, dll), dan kondisi anjungan itu sendiri (kekuatan, sisa usia, korosi, dll).

2.8. Budidaya PerikananBudi daya perikanan (aquaculture) secara umum mengacu pada pembudidayaan ikan dan tanaman di berbagai macam tipe perairan termasuk kolam, danau, sungai, dan laut. Peneliti dan produsen budi daya perikanan melakukan ternak berbagai macam spesies ternak ikan. Budi daya perikanan lepas pantai (marine aquaculture) mengacu pada pembudidayaan ikan-ikan yang hidup di laut. Budi daya ini dapat dilakukan di suatu sangkar, terumbu karang, dan lain-lain. Budi daya perikanan lepas pantai merupakan salah satu alternatif pemanfaatan anjungan lepas pantai yang kini sedang marak digalakkan di berbagai penjuru dunia. Budi daya perikanan lepas pantai (offshore mariculture) berkembang secara signifikan di beberapa negara seperti Chili, Norwegia, Irlandia, Spanyol, Taiwan, Korea, Filipina, dan negara-negara Mediterania seperti Yunani, Italia, dan Turki (Ryan et al. 2004)Stanley dan Wilson (2000) menjelaskan bahwa terdapat sekitar 10.000 hingga 30.000 ikan dewasa yang berkeliaran di sekitar anjungan lepas pantai di area yang seukuran dengan setengah lapangan sepak bola. Hal ini menunjukkan bahwa anjungan lepas pantai dapat menjadi alternatif lain dari terumbu karang untuk ikan-ikan bermain dan berkembang biak di sana. Terumbu karang, spesies kecil, ikan yang dilindungi membentuk koloni dan berkembang biak di struktur bawah laut anjungan lepas pantai. Anjungan tersebut membuat habitat baru bagi ikan-ikan yang berenang di sana.Melihat hal tersebut, budi daya ikan di anjungan lepas pantai pasca produksi ini menawarkan banyak keuntungan, salah satunya dari segi ekonomi. Hal ini dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan produksi makanan laut domestik. Di sisi lain, pemanfaatan anjungan lepas pantai ini dapat mengurangi terjadinya eksploitasi terumbu karang alami di sekitar. Populasi manusia akan semakin bertambah, dan konsumen yang menginginkan keuntungan dari makanan laut pun akan ikut bertambah. Oleh karena itu, produk hewan laut akan semakin bertambah dalam beberapa tahun ke depan. Dengan demikian, untuk menciptakan keberadaan sumber makanan hewan laut yang berkelanjutan, maka budi daya ikan di laut harus mulai digalakkan.

BAB IIIMETODE PENULISAN

1. Metode Penulisan dan Pengembangan Ide

Sebelum memulai untuk menuliskan karya tulis, hal pertama yang dilakukan adalah persiapan. Persiapan adalah rangkaian kegiatan sebelum melakukan penyusunan karya ilmiah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar proses pengumpulan data dan penyusunan karya tulis berjalan efektif. Kegiatan yang termasuk dalam persiapan penulisan karya tulis ini diantaranya adalah membuat kerangka tulisan, menentukan kebutuhan data, dan mendata narasumber yang akan dijadikan tempat konsultasi.Pengumpulan data yang dipakai di karya tulis ini dikumpulkan dengan dua metode : studi literatur dan diskusi dengan narasumber. Studi literatur adalah metode untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ide penulisan karya ilmiah dari literatur-literatur seperti buku, jurnal, karya ilmiah, dan lain-lain. Literatur yang dijadikan sumber di karya tulis ini adalah jurnal ilmiah dan sumber informasi lain di internet. Diskusi adalah metode untuk mendapatkan informasi dan data dari narasumber yang memiliki kompetensi dan kefahaman lebih tinggi. Narasumber yang dijadikan tempat konsultasi dalam karya tulis ini adalah mahasiswa magister teknik kelautan ITB.Karya tulis ini mengintegrasikan konsentrasi ilmu di bidang ilmu kelautan dan biologi, serta pendekatan dari ilmu ekonomi. Ilmu kelautan membahas sekilas tentang anjungan lepas pantai beserta pengetahuan umum mengenai peraturan tentang kebijakan pembongkaran anjungan pasca produksi dan alternatif pemanfaatan anjungan lepas pantai.Ilmu biologi menjelaskan pengetahuan umum tentang budi daya ikan kemudian diarahkan pada keuntungan melakukan budi daya ikan di laut, khususnya di anjungan lepas pantai yang sudah tidak digunakan lagi. Pendekatan ilmu ekonomi digunakan untuk melihat apakah budi daya perikanan di anjungan lepas pantai pasca produksi dapat memberikan profit yang seimbang.Integrasi keilmuan tadi diharapkan dapat membuat sebuah analisis yang membantu memberikan alternatif bagi masyarakat pesisir pantai untuk memanfaatkan anjungan lepas pantai sebagai salah satu sumber pemasukan mereka lewat budi daya ikan. Dengan demikian, kegiatan ekonomi bertambah dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.Karya tulis ini membandingkan contoh nyata pelaksanaan pemanfaatan anjungan untuk budidaya yang diambil dari studi literatur. Serta analisa kajian mengenai kelebihan dan kekurangan dari budi daya ikan di anjungan lepas pantai. Dari sini, diarahkan untuk mencari faktor yang menentukan pemanfaatan anjungan lepas pantai untuk budi daya perikanan di laut. Faktor ini yang menjadi patokan bila masyarakat pesisir ingin menjadikan anjungan lepas pantai pasca produksi sebagai tempat budi daya perikanan.

BAB IVPEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.3. Perbandingan secara EkonomisSudah terdapat beberapa studi terkait dengan pemanfaatan anjungan migas lepas pantai pasca-produksi untuk budidaya perianan ini dari sisi ekonomi. Namun data-data terkait yang dapat diakses oleh publik sangatlah terbatas. 4.1.1. Studi kasus Eco-Rigs USA 2005Data yang digunakan oleh penulis untuk studi kasus ini diambil dari Laporan Teknis Eco-Rigs USA oleh Steve Kolian & Paul W. Sammarco pada tahun 2005. Pada Laporan Teknis ini disebutkan salah satu studi kasus budidaya perikanan menggunakan sistem net-pen dari ikan spesies red drum (Sciaenops ocellatus) secara teknis memungkinkan. Evaluasi dari biaya investasi awal, modal, dan operasi dan perawatan total sebanyak $12 juta dibutuhkan untuk pelaksanaan program ini. Dengan salah satu kasus dasarnya adalah dengan memperkerjakan 20 individu akan didapat aliran dana bersih sebesar $17 juta pada tahun ke-7.4.1.2. Studi kasus Gulf of Mexico USA 2009Data yang digunakan oleh penulis untuk studi kasus ini diambil dari karya ilmiah oleh Mark J Kaiser, Yunke Yu dan Brian Snyder pada tahun 2009. Pada karya ilmiah ini disebutkan beberapa studi kasus budidaya perikanan dengan beberapa model yang diturunkan dari perkiraan berdasar teori maupun data empiris pada kawasan Gulf of Mexico. Dari 7 skenario yang mereka turunkan terdapat 2 skenario yang menghasilkan nilai NPV positif.

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Anjungan Migas Pasca-Produksi untuk Budidaya PerikananDari kedua studi kasus dari laporan-laporan tersebut didapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan anjungan migas pasca-produksi untuk budidaya perikanan, diantaranya Kondisi anjungan pasca produksi / operasi migas, yang berpengaruh terhadap biaya pemulihan dan pemeliharaan. Lokasi ataupun jarak anjungan dengan pesisir yang mempengaruhi transportasi logistik dan pekerja. Lingkungan anjungan, kondisi arus laut, biota, kondisi pasca penggunaan operasi migas (mulai dari dampak terhadap air dan sedimentasi yang bersasal dari hidrokarbon ataupun lumpur pemboran) Dampak budidaya perikanan, terdapat pula beberapa dampak dari budidaya perikanan di lepas pantai seperti di anjungan migas diantaranya yang berhubungan dengan limbah (mulai dari urin, feses, pakanan berlebih, obat-obatan, dsb), spesies native dan non-native, kemungkingan adanya hubungan predator, dsb yang tentunya berpengaruh pada kondisi dan kualitas lingkungan periran tersebut.

BAB VHASIL, KESIMPULAN, DAN SARAN

5.4. HasilDari analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dilihat dari studi kasus Eco-Rigs USA 2005 ataupun Gulf of Mexico USA 2009 memberikan hasil yag berbeda-beda. Terdapat nilai yang menyatakan kelayakan NPV positif, tetapi terdapat pula yang menyatakan ketidaklayakan NPV negatif. Hal ini didasari berbagai pertimbangan / faktor yang telah dituliskan di karya tulis ini.

5.5. Kesimpulan Jika dibandingkan, baik pembongkaran maupun pemanfaatan untuk budidaya perikanan dapat saja lebih layak secara ekonomis. Faktor-faktor yang mempengaruhi layaknya pemanfaatan anjungan migas pasca-produksi untuk budidaya diantaranya adalah; Kondisi anjungan pasca produksi / operasi migas Lokasi ataupun jarak anjungan dengan pesisir Lingkungan anjungan Dampak budidaya perikanan

5.6. SaranDibutuhkan kebijakan yang lebih rinci, detail, dan khusus mengenai alternatif Decommissioning ataupun pemanfaatan anjungan lepas pantai pasca operasi migas di Indonesia ini. Dimana isinya mewajibkan untuk setiap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang melaksanakan operasi hulu migas lepas pantai tersebut untuk melakukan studi kelayakan mengenai pemanfaatan anjungan dimana mereka beroperasi serta mencadangkan dana ASR sesuai dengan hasil operasi serta studi kelayakan yang telah dilakukan. Studi kelayakan tersebut dilakukan engan berbagai faktor pertimbangan yang telah ditentukan pemerintah sebelumnya. Hasil analisis pada karya tulis ini dapat menjadi pertimbangan awal untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan salah satu jenis pemanfaatan alternatif anjungan migas lepas pantai pasca-produksi, yaitu untuk budidaya perikanan.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Paramita, Dyah et all.Tanggung Jawab Penutupan Tambang (Abandonment and Site Restoration/ASR) pada Industri Ekstraktif Migas di Indonesia, diakses pada:http://en.calameo.com/read/00041026149d1c8627467 20 Februari 2013

(2) Identifikasi Infrastruktur Migas Dasar Laut Serta Usulan Pengelolaan Pipa Bawah Laut Dan Anjungan Migas Lepas Pantai, Badan Penelitian dan Pengembanagan Kementerian ESDM, diakses pada:http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=506:identifikasi-infrastruktur-migas-dasar-laut-serta-usulan-pengelolaan-pipa-bawah-laut-dan-anjungan-migas-lepas-pantai&catid=125:laporan-kegiatan-pppgl-2010&Itemid=118 20 Februari 2013

Dr. Brock B. Bernstein, Evaluating Alternatives for Decommissioning Californias Offshore Oil and Gas Platforms: A Technical Analysis to Inform State Policy, California Ocean Science Trust

Steve Kolian & Paul W. Sammarco, Mariculture and Other Uses for Offshore Oil and Gas Platforms Technical Report, Eco-Rigs of Eco-Endurance Center, Lousiana USA, 2005, diakses pada:http://www.ecorigs.org/ 31 Oktober 2013

Mark J.Kaiser,Yunke Yu, Brian Snyder, Economic Feasibility Of Using Offshore Oil And Gas Structures In The Gulf Of Mexico For Platform-Based Aquaculture, Center for Energy Studies, Louisiana State University, 2009

Diskusi pada Mailing List Migas_Indonesia, diakses pada:http://tech.groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia/message/26091http://tech.groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia/message/17684 25 Februari 2013