analisis pengaruh komponen keahlian internal...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL
AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN
KECURANGAN (FRAUD) DI INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Eka Putri Pertiwi
NIM. 106082002528
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ii
THE ANALYSIS INFLUENCE OF INTERNAL AUDITOR’S SKILLS COMPONENT OF FRAUD DETECTION AND PREVENTION AT INSPECTORATE GENERAL OF THE MINISTRY OF TRADE OF
REPUBLIC INDONESIA
By: Eka Putri Pertiwi
Abstract
The purpose of this research was to analyse about the influence of internal auditor’s skills component consist of knowledge component, psychological traits, cognitive abilities, decision strategies, task analysis, experience, and ethical behavior to the detection and prevention of fraud. This research used by the questionnaires. Questionnaires was distributed to the auditors of Inspectorate General of The Ministry of Trade of Republic Indonesia as much as 65 sixty five questionnaires. Number of questionnaires returned was 58 (fifty eight) questionnaires. The methods of data analysis which used was multiple regression analysis was conducted two times that was, the first regression analysis conducted to find the influence of the internal auditor’s skills component to the detection of fraud. Second, regression analysis conducted to find the influence of the internal auditor’s skills component to the prevention of fraud.
The result of this research indicated that 49% detection of fraud explained by the knowledge component, psychological characteristics, thinking skills, decision strategy, task analysis, experience, and ethical behavior. The prevention of fraud described 54.3% by the knowledge component, psychological characteristics, thinking skills, decision determine strategy, task analysis, experience, and ethical behavior. By used 0.10 of the significance level, the t test result of the first regression indicated that decision strategy (sig. 0.028), task analysis (sig. 0.057), and ethical behavior (sig. 0.006) had the significant and positive influence of fraud detection. The t test result of the second regression indicated that cognitive abilities (sig. 0.078) and ethical behavior (sig. 0.000) had the significant and positive influence of fraud prevention. Key notes: the internal auditor’s skills component, fraud detection, fraud
prevention, multiple regression analysis
iii
ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN
KECURANGAN (FRAUD) DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Oleh: Eka Putri Pertiwi
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komponen keahlian internal auditor yang terdiri atas komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, pengalaman, dan perilaku etis terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada internal auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia sebanyak 65 (enam puluh lima) kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 58 (lima puluh delapan) kuesioner. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu, analisis pertama dilakukan mencari pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Kedua, analisis regresi dilakukan untuk mencari pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pencegahan kecurangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 49% pendeteksian kecurangan dijelaskan oleh komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis. Untuk pencegahan kecurangan dijelaskan sebesar 54.3% oleh komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis. Dengan menggunakan signifikasi 0.10, hasil uji t pada analisis regresi pertama menunjukkan bahwa variabel strategi penentuan keputusan (sig. 0.028), analisis tugas (sig. 0.057 ), dan perilaku etis (sig. 0.006) memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil uji t pada analisis regresi kedua menunjukkan bahwa variabel kemampuan berpikir (sig. 0.078) dan perilaku etis (sig. 0.000) memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pencegahan kecurangan. Kata kunci: komponen keahlian internal auditor, pendeteksian kecurangan,
pencegahan kecurangan, analisis regresi linear berganda
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Eka Putri Pertiwi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Desember 1987
Alamat : Jl. Dewi Sartika No. 49 RT. 003/01 Ciputat
Telpon : 021 – 7429986 / 08998272735
Riwayat Pendidikan:
TK Bunga Mawar Ciputat
SD Negeri Ciputat IX 1994 – 2000
SMP Negeri 85 Jakarta 2000 – 2003
SMU Negeri 34 Jakarta 2004 – 2006
Pelatihan-Pelatihan:
Kursus Bahasa Inggris di LIA Ciputat 2009 – 2010
Kursus Komputer di Nurul Fikri Ciputat 2009
Data Orang Tua:
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yaitu pasangan dari:
Nama Ayah : Drs. Suryanto MM
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Nama Ibu : Rismoyati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang tua : Jl. Dewi Sartika No. 49 Rt. 003/01 Ciputat
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas berjuta-juta barokah yang
selalu diberikan-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah
satu syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya atas bantuan dan do’a kepada:
1. Mama dan Papa tercinta yang senantiasa memberikan kasih, sayang,
semangat, dan do’a.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta.
3. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan
sabar memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu bagi
penulis.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM, selaku Dosen Pembimbing 2 yang
telah menuntun dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan Skripsi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial khususnya Jurusan
Akuntansi, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya.
v
7. Seluruh pihak Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan atas
partisipasinya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
8. Bapak Fahmi Ahmadi M.Si., terima kasih banyak atas ilmu-ilmu yang telah
diberikan.
9. Bapak Ust. H.Syafrudin dan Ibu Dra. Hj. Miswarti Yaunin, terima kasih atas
bimbingan agama yang telah diberikan selama ini.
10. Keluarga besar Ibu Sumiarsih, terima kasih atas support dan do’anya.
11. Hafiz Juliansyah, terima kasih selalu menemani dan membatu dalam proses
penelitian ini.
12. Adik-adikku Dwi Ranti Cahayu dan Tri Rosma Yanti, terima kasih atas
do’anya.
13. Teman-temanku Dila, Novi, Putri, Rosli, Ririn terima kasih juga untuk
dukungan dan do’anya.
14. Semua teman-teman Akuntansi angkatan ’06.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
selesainya Skripsi ini.
Selanjutnya dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran-
saran yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi
ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 8 Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................... i
ABSTRAKSI ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B Perumusan Masalah.................................................................... 8
C Tujuan Penelitian........................................................................ 8
D Manfaat Penelitian...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 11
A Tinjauan Umum Atas Internal Audit .......................................... 11
1 Definisi Internal Audit ......................................................... 11
2 Kode Etik Internal Audit ...................................................... 11
3 Standar Praktik Internal Audit.............................................. 14
4 Fungsi Internal Audit ........................................................... 15
5 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ............... 16
vii
6 Peran Dan Tanggung Jawab Internal Audit Dalam
Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan (Fraud) .................. 17
B Konsep Kecurangan (Fraud)...................................................... 19
1 Definisi Kecurangan ........................................................... 19
2 Kategori Kecurangan .......................................................... 20
3 Faktor-faktor Penyebeb Kecurangan .................................... 22
C Pengendalian Internal ................................................................ 24
D Pencegahan Kecurangan ............................................................ 25
E Pendeteksian Kecurangan .......................................................... 28
F Keahlian .................................................................................... 31
1 Definisi Keahlian ................................................................. 31
2 Komponen Keahlian ............................................................ 32
3 Peranan Keahlian Auditor Internal Dalam Medeteksi dan
Mencegah Kecurangan......................................................... 40
G Penelitian Yang Relevan............................................................ 41
H Kerangka Pemikiran .................................................................. 43
I Perumusan Hipotesis ................................................................. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 47
A Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 47
B Populasi..................................................................................... 47
C Metode Pengumpulan Data ........................................................ 48
D Metode Analisis Data ................................................................ 49
1 Statistik Deskriptif ............................................................... 50
viii
2 Uji Kualitas Data ................................................................. 50
a Validitas......................................................................... 50
b Reliabilitas ..................................................................... 51
3 Uji Hipotesis........................................................................ 51
a Uji Asumsi Klasik.......................................................... 51
1). Uji Normalitas.......................................................... 51
2). Uji Multikolinearitas ................................................ 52
3). Uji Heteroskedastisitas ............................................. 52
b Analisis Regresi Berganda ............................................. 53
c Uji Koefisien Determinasi (R²)....................................... 55
d Uji Statistik F ................................................................. 55
e Uji Statistik t .................................................................. 56
E Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Pengukurannya ... 56
1 Variabel Independen ............................................................ 57
2 Variabel Dependen .............................................................. 60
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 65
A Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 65
1 Visi dan Misi Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan ........................................................................ 66
2 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan ........................................................................ 67
3 Tugas Pokok Dan Fungsi Oraganisasi Inspektorat Jenderal .. 68
4 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 71
ix
5 Karakteristik Responden ...................................................... 73
B Penemuan ................................................................................. 76
1 Uji Kualitas Data ................................................................. 76
2 Uji Hipotesisi Komponen Keahlian Internal Auditor
Terhadap Pendeteksian Kecurangan..................................... 86
a Uji Asumsi Klasik.......................................................... 86
1) Uji Nomalitas ........................................................... 86
2) Uji Multikolinearitas ................................................ 87
3) Uji Heteroskedastisitas ............................................. 88
b Uji Kofisien Determinasi (R²) ........................................ 89
c Uji Statistik F ................................................................. 90
d Uji Statistik t .................................................................. 91
3 Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor
Terhadap Pencegahan Kecurangan ...................................... 94
a Uji Asumsi Klasik.......................................................... 94
1) Uji Normalitas.......................................................... 94
2) Uji Multikolinearitas ................................................ 95
3) Uji Heteroskedastisitas ............................................. 96
b Uji Koefisien Determinasi (R²)....................................... 97
c Uji Statistik F ................................................................. 99
d Uji Statistik t .................................................................. 99
x
C Pembahasan dan Interpretasi .................................................... 103
1 Hasil Uji Hipotesisi Komponen Keahlian Internal Auditor
Terhadap Pendeteksian Kecurangan ................................... 103
2 Hasi Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor
Terhadap Pencegahan Kecurangan ..................................... 111
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI.............................................. 121
A Kesimpulan......................................................................... 121
B Implikasi............................................................................. 122
C Keterbatasan ....................................................................... 123
D Saran .................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 125
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal Dan Auditor Eksternal ....................... 16
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang .. 42
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ............................................................. 62
Tabel 4.1 Tugas Pokok Dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan ........................................................... 68
Tabel 4.2 Jumlah Pegawai Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan ........ 72
Tabel 4.3 Jumlah Auditor Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan ......... 72
Tabel 4.4 Karakteristik Data Kuesioner ........................................................ 73
Tabel 4.5 Deskriptif Responden .................................................................. 74
Tabel 4.6 Uji Validitas ................................................................................ 77
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas.............................................................................. 78
Tabel 4.8 Uji Validitas ................................................................................. 78
Tabel 4.9 Uji Reliabilitas.............................................................................. 79
Tabel 4.10 Uji Validitas ................................................................................. 79
Tabel 4.11 Uji Reliabilitas ............................................................................. 80
Tabel 4.12 Uji Validitas ................................................................................. 80
Tabel 4.13 Uji Reliabilitas ............................................................................. 81
Tabel 4.14 Uji Validitas ................................................................................. 81
Tabel 4.15 Uji Reliabilitas ............................................................................. 82
Tabel 4.16 Uji Validitas ................................................................................. 82
xii
Tabel 4.17 Uji Reliabilitas ............................................................................. 83
Tabel 4.18 Uji Validitas ................................................................................. 83
Tabel 4.19 Uji Reliabilitas ............................................................................ 84
Tabel 4.20 Uji Validitas ................................................................................. 84
Tabel 4.21 Uji Reliabilitas ............................................................................. 85
Tabel 4.22 Uji Validitas ................................................................................. 85
Tabel 4.23 Uji Reliabilitas ............................................................................. 86
Tabel 4.24 Uji Multikolinearitas .................................................................... 87
Tabel 4.25 Uji Koefisien Determinasi (R²) ..................................................... 89
Tabel 4.26 Hasil Uji F.................................................................................... 90
Tabel 4.27 Hasil Uji t..................................................................................... 91
Tabel 4.28 Hasil Regresi Berganda ................................................................ 94
Tabel 4.29 Uji Multikolinearitas .................................................................... 96
Tabel 4.30 Koefisien Determinasi .................................................................. 97
Tabel 4.31 Hasi Uji F..................................................................................... 99
Tabel 4.32 Hasil Uji t .................................................................................... 100
Tabel 4.33 Hasil Regresi Berganda ............................................................... 102
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-faktor Penyebab Kecurangan .......................................... 22
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................... 44
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kementrian Perdagangan ............................ 67
Gambar 4.2 Struktur Oraganisasi Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan .............................................................................. 67
Gambar 4.3 Uji Normalitas ........................................................................... 86
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas................................................................ 88
Gambar 4.5 Uji Normalitas ............................................................................ 95
Gambar 4.6 Heteroskedastisitas ..................................................................... 97
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Izin Penelitian
B. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian
C. Kuesioner
D. Deskriptif Responden
E. Hasil Uji Reliabilitas
F. Hasil Uji Validitas
G. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
1. Analisis Regresi Variabel Komponen Keahlian Internal Auditor
terhadap Pendeteksian Kecurangan
2. Analisis Regresi Variabel Komponen Keahlian Internal Auditor
terhadap Pencegahan Kecurangan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Fraud (kecurangan akuntansi) hingga saat ini menjadi suatu hal yang
fenomenal baik di negara berkembang maupun di negara maju. Fraud atau
kejahatan kerah putih (white collar crime) ini terjadi hampir diseluruh sektor
pemerintahan dan sektor swasta. Menurut Sobel (1977:1) dalam Santoso
(2005), di USA fraud telah berkembang secara luas. Spathis (2002) dalam
Santoso (2002) menjelaskan bahwa di USA, fraud menimbulkan kerugian
yang sangat besar hampir di seluruh industri. Soselisa (2008), menyebutkan
bahwa pada tahun 2001 terjadi kasus Enron yang diperkirakan menimbulkan
kerugian bagi Enron sebesar US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus
kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$ 1 miliar. Kerugian tersebut
hanya merupakan salah satu contoh kasus kecurangan terbesar yang terjadi
di dunia dan skandal ini merupakan contoh tragis bagaimana fraud
berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholders dan para pegawai.
Tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di USA, fraud di Indonesia
berkembang dengan sangat cepat dan meluas serta seperti telah membudaya.
Di Indonesia istilah fraud atau kecurangan akuntansi lebih dikenal dengan
sebutan korupsi dan korupsi sangat identik dengan lembaga pemerintah.
Korupsi sudah ada sejak era sebelum kemerdekaan. Korupsi seringkali
dilakukan oleh pejabat pemerintahan yang bekerja sama dengan swasta,
2
dilakukan dalam pengadaan barang dan jasa, dilakukan karena keserakahan
(sedikit karena kebutuhan) yang didukung adanya kesempatan, serta korupsi
dilakukan karena integritas pelaku tipis. Dalam korupsi, tindakan yang
sering dilakukan di antaranya adalah memanipulasi pencatatan,
penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara.
Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi.
Di Indonesia, korupsi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa
bank, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah, dan lainnya yang dilakukan atas dasar kepentingan
golongan maupun kepentingan pribadi. Menurut Meythi (2004), korupsi
membawa dampak buruk terutama bagi perekonomian negara. Akibat dari
korupsi yang dapat kita rasakan tentunya tidak terciptanya tata pemerintahan
yang mengarah pada good corporate governance (GCG). Korupsi
mengurangi kepercayaan publik terhadap proses politik karena adanya
politik uang, korupsi mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan
publik, korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman, korupsi
mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu
rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan korupsi
menyebabkan kolapsnya sistem perekonomian karena produk yang tidak
kompetitif dan penumpukkan beban hutang luar negeri.
Wilopo (2006), menjelaskan bahwa dalam menghadapi korupsi yang
semakin meluas, diperlukan adanya upaya pendeteksian kecurangan,
penipuan atau kejahatan kerah putih adalah salah satu tugas dari fungsi
3
akuntansi. Kecurangan adalah sesuatu yang harus dijaga oleh internal
auditor/eksternal auditor agar tidak terjadi dengan pemeriksaan yang
dilakukan secara periodik. Internal auditor memainkan peranan penting
dalam mengevaluasi aktivitas sistem pengendalian, dan memberi masukan
untuk peningkatannya. Terlebih lagi, karena posisi organisasi dan otoritas
dalam entitas yang dimilikinya, fungsi internal audit seringkali memiliki
peranan signifikan dalam mengawasi kegiatan operasi perusahaan. Menurut
Estralita (2005), pada umumnya auditor hanya dapat memeriksa apakah
laporan keuangan perusahaan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), dimana laporan keuangan tersebut merupakan
hasil dari kegiatan operasional tersebut.
Menurut Amrizal (2004), internal auditing bertujuan untuk membantu
pimpinan perusahan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya
dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai
kegiatan yang diaudit serta menemukan penyimpangan, baik akibat dari
misstatement yang disengaja (fraud) maupun yang tidak. Menurut laporan
”2002 Report to Nation on Occupational Fraud and Abuses” menyatakan
bahwa aktivitas internal auditor dapat menekan 35% terjadinya fraud.
Disinilah pentingnya peran seorang internal auditor, dengan tugas dan
wewenang yang dimiliki internal auditor dapat berperan dalam pendeteksian
dan pencegahan kecurangan pada lembaga dimana ia bekerja. Oleh karena
itu, untuk dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan internal auditor harus
memiliki keahlian sebagai eksistensi dari pengetahuan mengenai gejala
4
pasti, pengertian akan masalah dan keahlian untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Berdasarkan pemaparan mengenai peran dan tugas internal auditor di
atas, maka hal terpenting yang harus dimiliki oleh internal auditor dalam
mendeteksi dan mencegah kecurangan adalah mengenai keahlian. Menurut
Murtanto dan Gudono (1999), pengalaman dan pengetahuan masih
merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk
meningkatkan kualitas profesi auditor perlu memperhatikan juga
karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini. Karakteristik
keahlian auditor tersebut dapat diorganisasikan kedalam lima kategori yaitu
ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, komponen pengetahuan, strategi
penentuan keputusan, dan analisis tugas.
Senada dengan hasil penelitian Murtanto dan Gudono (1999),
penelitian Listanti (2005) dalam Nursyofah (2008) menyatakan bahwa
komponen pembentuk kompetensi akuntan publik terdiri dari ciri psikologis,
strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir,
dan analisis tugas. Pemahaman terhadap karakteristik keahlian auditan
harus dimiliki oleh para auditor, sehingga mereka akan selalu berupaya
mencapai karakteristik keahlian audit yang sesuai, dan mengharuskan
auditor mampu bertindak tepat dan tidak mengandung unsur kesalahan.
Menurut Lisda (2009), untuk menjadi sumber obyektif yang dapat
dipercaya, auditor harus memiliki reputasi yang kuat tidak hanya untuk
kompetensi tetapi juga untuk karakter dan integritas yang tidak diragukan
5
lagi. Mengingat pentingnya reputasi, perilaku etika, dan profesionalisme,
profesi akuntan telah mengembangkan Kode Perilaku Profesional yang
memberikan pedoman pada perilaku profesional akuntansi. Pada pedoman
kode etik tersebut dijelaskan mengenai resiko profesi, tanggung jawab serta
untuk tidak menyalahgunakan kemampuan dan keahlian yang merupakan
amanah yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Hal tersebut
akan berpengaruh terhadap hasil kinerja mereka atau terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, kecurangan, dan manipulasi terhadap tugas
yang diberikan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya auditor harus
berperilaku etis yaitu dengan menerapkan Kode Etik Profesinya.
Ashton (1991) mengatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian,
seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang
audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas
dan ditambah antara lain melalui pelatihan auditor dan pengalaman-
pengalaman dalam praktik audit. Seseorang yang melakukan pekerjaan
sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik
daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya.
Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal
sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Struktur
pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan
berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan
bertambahnya pengalaman auditor.
6
Faktor keahlian lain yang berpengaruh dalam mendeteksi dan
mencegah kecurangan adalah pengalaman. Pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor,
sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam
memperoleh izin menjadi akuntan publik di Indonesia berdasarkan SK
Menkeu No. 43/KMK.017/1997. Kematangan auditor dalam melakukan
audit tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan yang diperoleh selama
pendidikan namun juga tidak kalah pentingnya adalah pengalaman yang
diperoleh selama melakukan pemeriksaan keuangan. Tentu tidak
mengherankan apabila cara memandang dan menanggapi informasi yang
diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara auditor yang
berpengalaman dan yang kurang berpengalaman berbeda. Auditor yang
berpengalaman diyakini mampu mendeteksi kecurangan karena
pengalamannya dalam menghadapi berbagai peristiwa yang wajar maupun
tidak wajar.
Penelitian ini replikasi dari penelitian Hartoko, dkk (1997) dan
penelitian Sinaga (2008). Hasil penelitian oleh Hartoko, dkk (1997) adalah
pengalaman kerja seorang auditor dengan pengetahuan auditor berkaitan
dengan jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Sedangkan kasil
penelitian oleh Sinaga (2008), agar dapat berperan dalam mendeteksi dan
mencegah kecurangan seorang internal auditor harus memiliki sejumlah
keahlian yang terdiri dari: (1) komponen pengetahuan, (2) strategi penentuan
keputusan, (3) ciri-ciri psikologis, (4) kemampuan berpikir, dan (5) perilaku
7
etis. Hasil dari penelitian Sinaga (2008), keahlian internal auditor juga
meliputi perilaku etis internal auditor. Karena keahlian auditor sangat
berhubungan dengan kinerja maka sebagai auditor harus mematuhi kode etik
profesi.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
sampel yang diambil oleh penulis terdiri dari internal auditor yang berada
pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Koresponden yang
mengisi kuesioner adalah internal auditor yang sudah bekerja di Inspektorat
Jenderal tersebut antara satu sampai lebih dari sepuluh tahun dimana internal
auditor tersebut pernah melakukan audit mulai dari satu kali sampai lebih
dari lima belas kali. Perbedaan lainnya adalah variabel dependen yang
digunakan oleh penulis terdiri dari dua variabel terikat yaitu pendeteksian
kecurangan dan pencegahan kecurangan.
Studi ini menguji apakah komponen keahlian yang dimiliki internal
auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berpengaruh
secara nyata terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian megenai keahlian internal auditor terutama pada Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan dimana lembaga ini berfungsi sebagai
lembaga audit atau lembaga pemeriksa pada unit kerja di bawah naungan
Kementerian Perdagangan. Berdasarkan literatur yang ada sebelumnya,
masih sangat sedikit penelitian yang menjadikan auditor instansi pemerintah
khususnya auditor Kementerian Perdagangan dijadikan objek dalam
8
penelitian-penelitian ilmiah sebelumnya. Dengan demikian, judul skripsi ini
ialah ”Analisis Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap
Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) Di Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis akan mengemukakan
permasalahan yang dijadikan sebagai dasar penelitian, yaitu :
1. Apakah komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari
komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir,
strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku
etis berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan
(fraud)?
2. Apakah komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari
komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir,
strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku
etis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan
(fraud)?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini terbagi menjadi dua poin, yaitu :
1. Untuk menganalisa pengaruh komponen keahlian internal auditor yang
terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan
9
berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan
perilaku etis terhadap pendeteksian kecurangan (fraud).
2. Untuk menganalisa pengaruh komponen keahlian internal auditor yang
terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan
berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan
perilaku etis terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis berharap agar hasil
dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan juga bagi
penulis.
Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan tersebut antara lain :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis
tentang pentingnya keahlian auditor internal pemerintah serta
mengetahui cara-cara melakukan pendeteksian dan pencegahan
kecurangan (fraud).
2. Bagi Pihak Akademis
Penelitian ini sebagai sumber acuan untuk dikembangkan lebih lanjut
dalam penelitian yang spesifik atau penelitian yang berkaitan dengan
topik yang dibahas dalam penelitian dan juga untuk menambah
pengetahuan mereka seperti halnya penulis.
10
3. Bagi Internal Auditor
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan serta pemahaman mengenai
pengaruh keahlian auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan serta bagaimana cara mencegah kecurangan.
4. Bagi Instansi
Untuk memahami apakah sistem pengendalian internal perusahaan
berjalan dengan baik sehingga dapat mengetahui letak kecurangan-
kecurangan yang terungkap dan bisa lebih waspada terhadap tindakan
kecurangan.
5. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan referensi dan pertimbangan yang diharapkan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang tertarik terhadap komponen
keahlian internal auditor yang mempengaruhi pendeteksian dan
pencegahan kecurangan khususnya bagi mahasiswa, para pendidik
mahasiswa, dan para auditor. Juga dapat memberikan pengetahuan
tentang profesi auditor internal dan tidak berpandangan buruk terhadap
profesi serta terhadap hasil audit yang dikeluarkan auditor internal.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Internal Audit
1. Definisi Internal Audit
Definisi Auditing Internal menurut Institute of Internal Auditors
(IIA) dalam Boynton et al (2003:491) adalah sebagai berikut:
“Auditing internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Auditing Internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan objektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan”.
Dari pengertian di atas, dapat dilihat penekanan utama pengertian
Auditing Internal singkatnya adalah untuk memberikan jasa (service)
kepada manajemen.
2. Kode Etik Internal Audit
Maksud ditetapkan Kode Etik Auditor adalah memberikan
pedoman perilaku bagi auditor dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
kewajibannya. Kode Etik Auditor menurut Institute of Internal
Auditors (IIA, 2000) terdiri dari:
a. Prinsip Etis
1) Integritas
12
Integritas auditor internal menjadi sumber kepercayaan dan
dengan demikian memberikan dasar bagi keandalan
pertimbangannya.
2) Objektivitas
Auditor internal memperlihatkan tingkat objektivitas
profesional tertinggi dalam mengumpulkan,mengevaluasi,
dan mengkomunikasikan informasi mengenai aktifitas yang
diteliti.
3) Kerahasiaan
Auditor internal mengahargai nilai dan kepemilikan
informasi yang mereka terima dan tidak mengungkapkan
informasi itu tanpa otoritas layak jika tidak terdapat
kewajiban hukum atau profesional yang harus dilakukan.
4) Kompetensi
Auditor internal menerapkan pengetahuan, keahlian,
pengalaman yang diperlukan dalam kinerja jasa layanan audit
internal.
b. Saturan Perilaku
1) Integritas
Auditor Internal :
a) Harus melaksanakan pekerjaannya dengan jujur, rajin,
dan tanggung jawab.
13
b) Harus mengamati hukum, dan membuat pengungkapan
yang diharapkan oleh hukum dan profesi itu.
c) Tidak boleh menjadi pihak yang terkait dengan aktivitas
yang ilegal, atau tindakan yang mendeskreditkan profesi
audit internal atau organisasi.
d) Harus menghargai dan memberikan kontribusi ketujuan
organisasi yang sah dan etis.
2) Objektivitas
Auditor Internal :
a) Tidak boleh berpartisipasi dalam aktivitas organisasiyang
melanggar atau diduga melanggar penilaian yang tidak
bias.
b) Harus menerima sesusatu yang menyebabkan
pelanggaran pertimbangan profesionalnya.
c) Harus mengungkapkan semua bahan fakta yang
diketahuinya yang, jika tidak diungkapkan, mengganggu
pelopor aktivitas penelaahan.
3) Kerahasiaan
Auditor Internal :
a) Auditor harus hati-hati dalam menggunakan dan
melindungi informasi yang diminta dalam kaitannya
dengan penugasannya.
14
b) Harus tidak menggunakan informasi yang
menguntungkan seseorang atau dalam cara yang melawan
hukum atau merugikan tujuan keabsahan dan tujuan etis
organisasi.
4) Kompetensi
Auditor Internal :
a) Harus hanya memberikan jasa layanannya yang sesuai
dengan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman.
b) Harus melaksanakan jasa layanan audit internal yang
sesuai dengan Standar Praktek Profesional dan Audit
Internal.
c) Harus terus menerus meningkatkan kecakapan dan
keefektifan serta kualitas jasa layanan.
3. Standar Praktik Internal Audit
IIA telah menetapkan standar praktik yang mengikat para
anggotanya. Ada lima standar umum yang berkaitan dengan masalah-
masalah berikut ini: (Boynton, 2003:495)
a. Independensi. Auditor internal harus independen dari aktivitas
yang mereka audit.
b. Keahlian Profesional. Audit internal harus dilakukan dengan
keahlian dan kemahiran professional.
c. Ruang Lingkup Pekerjaan. Ruang lingkup auditing internal harus
mencakup pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan serta
15
efektivitas system pengendalian internal organisasi dan kualitas
kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan.
d. Pelaksanaan Pekerjaan Audit. Pekerjaan audit harus meliputi
perencanaan audit, pemeriksaan dan evaluasi informasi,
pengkomunikasian hasil-hasil dan tindak lanjut.
e. Pengelolaan Kementerian Auditing Internal. Direktur auditing
internal harus mengelola Kementerian auditing internal dengan
baik.
4. Fungsi Internal Audit
Pada awalnya, Internal audit berfungsi sebagai ”adik” dari
profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas
keakuratan angka-angka keuangan. Namun, saat ini fungsi internal
audit semakin diperlukan terutama pada entitas yang memiliki skala
operasi yang luas dan besar (Effendi, 2007). Menurut Amrizal
(2004:1), fungsi internal audit adalah sebagai berikut :
a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan
penerapan sistem pengendalian mengembangkan pengendalian
yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-
prosedur yang telah ditetapkan manajemen.
c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan
16
terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan.
d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas
yang diberikan manajemen.
f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
5. Perbedaan antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal
Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal
AUDITOR INTERNAL
AUDITOR EKSTERNAL
Pemberi Kerja Perusahaan dan unit-unit pemerintahan
Kantor akuntan publik
Organisasi Nasional Ikatan Auditor Internal
Ikatan Akuntan Publik indonesia
Gelar sertifikasi Certified Internal Auditor (CIA)
Certified Public Accountants (CPA)
Lisensi Untuk Praktik
Tidak ada Ada
Tanggung Jawab Utama
Kepada Dewan Komisaris
Kepada pihak ketiga
Ruang Lingkup Audit
Semua aktivitas dalam susatu organisasi
Terutama laporan keuangan
Sumber: Boynton et al (2003:497)
17
6. Peran dan Tanggung Jawab Internal Audit Dalam Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan (Fraud)
Profesi internal audit mengalami perkembangan cukup berarti
pada awal abad 21, dibuktikan dengan profesi internal auditor ternyata
semakin hari semakin dihargai dalam organisasi (Effendi, 2007:1).
Internal auditor harus menghadapi tantangan yang lebih berat dari
sebelumnya disebabkan karena sedang maraknya kasus
penyelewengan, penyalahgunaan, pencurian dan kecurangan. Oleh
karena itu, internal auditor antara lain memiliki peran dalam
pencegahan kecurangan (Fraud Prevention), pendeteksian kecurangan
(Fraud Detection), dan penginvestigasian kecurangan (Fraud
Investigation) (Amrizal, 2004:2).
Untuk dapat menjalankan peran penting tersebut di atas, internal
auditor harus memiliki berbagai keahlian agar mampu menjalankan
perannya dengan baik. Auditor harus mampu meningkatkan
keahliannya dengan cara sebagai berikut ( Effendi, 2007) :
a. Orientasi berbasiskan risiko (Risk-based Orientation). Internal
auditor harus merubah pendekatan dari audit secara konvensional
menuju audit berbasiskan risiko (risk based audit approach).
b. Perspektif global (Global Perspective). Internal auditor harus
berpandangan luas dan dalam menilai sesusatu secara global
bukan secara sempit (mikro).
c. Governance Expertise. Internal auditor harus melaksanakan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu Good Corporate
18
Governance (GCG) serta tata pemerintahan yang baik yaitu Good
Goverment Governance (GGG). Internal auditor harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang GCG dan GGG.
d. Technologically Adept. Internal auditor harus senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi, terutama Teknologi
Informasi. Internal auditor harus memiliki technology
proficiency, misalnya ahli dibidang Audit Sistem Informasi
(System Information Audit). Selain itu internal auditor harus
dapat menggunakan kemampuan di bidang teknologi
(technologicall skills) untuk menganalisis/ risiko, perbaikan
proses ( improve process) dan evaluasi efisiensi (upgrade
efficiency).
e. Business Acrumen. Internal auditor harus memiliki jiwa
entrepeneurship yang tinggi, sehingga mengikuti setiap
perkembangan dalam proses bisnis (business process).
f. Berpikir kreatif & solusi masalah (Creative Thinking & Problem
Solving). Internal auditor harus selalu berpikir positif dan inovatif
serta lebih berorientasi pada pemecahan masalah. Untuk menjadi
problem solver internal auditor memerlukan pengalaman
bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi/unit kerja susatu
organisasi/perusahaan.
g. Strong Ethical Compass. Internal auditor harus selalu menjaga
kode etik dan moralitas yang berlandaskan ajaran agama dalam
19
menjalankan tugas, sehingga terhindar dari perilaku yang tidak
terpuji.
h. Communication Skills. Pekerjaan internal auditor berhubungan
erat dengan unit organisasi lain, yaitu manajemen, komite audit,
auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik), oleh karena itu
internal auditor harus menjalin komunikasi yang baik dengan
pihak-pihak lain tersebut. Dalam hal ini, internal auditor perlu
memiliki kemampuan dalam bidang komunikasi, baik lisan
maupun tertulis.
B. Konsep Kecurangan (Fraud)
1. Definisi Kecurangan
The Institute of Internal Auditor (1985) dalam Karni (2000:34)
mendefinisikan kecurangan mencakup susatu ketidakberesan dan
tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat
dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang di
luar atau dalam organisasi. Kecurangan dalam organisasi dapat
meliputi (namun tidak terbatas pada) pemalsuan, penggelapan kas,
pencurian aktiva, kecurangan komputer dan tindakan lainnya yang
dapat merugikan organisasi secara finansial. Biasanya kecurangan
mencakup tiga langkah, yaitu tindakan/the act, penyembunyian/the
concealment, dan konversi/the conversion.
Menurut buku Fraud Auditing (1997) dalam Karni (2000:34)
kecurangan terdiri atas tujuh unsur yang penting. Apabila tidak
20
terdapat salah satu unsur tersebut, maka tidak ada kecurangan yang
dilakukan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Harus terdapat penyajian yang keliru (mispresentation)
b. Dari susatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
c. Faktanya material (material fact)
d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan
e. Dengan maksud untuk menyebabkan pihak lain bereaksi
f. Pihak yang terlukai harus bereaksi terhadap kekeliruan penyajian
g. Mengakibatkan kerugian
2. Kategori Kecurangan
Menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE)
dalam Tuanakotta (2007:96), kecurangan terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu :
a. Kecurangan laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)
Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah
saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan
non-financial.
Kecurangan financial menggambarkan kecurangan dalam
menyusun laporan keuangan. Kecurangan ini berupa salah saji
(misstatements baik overstatements maupun understatements).
21
Kecurangan non-financial menggambarkan kecurangan
dalam menyusun laporan non-keuangan. Kecurangan ini berupa
penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan lebih
bagus dari keadaan yang sebenarnya, dan seringkali merupakan
pemalsuan dan pemutarbalikkan fakta. Bisa tercantum dalam
dokumen yang dipakai untuk kepentingan intern maupun ekstern.
b. Penyalahgunaan Aset ( Asset Misappropriation )
Asset Misappropriation atau “pengambilan” aset secara
ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam
istilah hukum, “mengambil” aset secara ilegal (tidak sah, atau
melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi
wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,
disebut menggelapkan. Penyalahgunaan aset dapat digolongkan
ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas Persediaan dan
Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang
(fraudulent disbursement).
c. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi
menurut ACFE. Korupsi di sini serupa tapi tidak sama dengan
istilah korupsi dalam ketentuan Undang-undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Korupsi menurut ACFE,
terbagi ke dalam empat bentuk, yaitu pertentangan kepentingan
22
(conflick of interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal
grsatuities), dan pemerasan ekonomi (economic extortion).
3. Faktor-Faktor Penyebab Kecurangan
Opportunity
Pressure Rationalization
Sumber: Theodorus M. Tuanakotta (2007:106)
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Menurut Cressey (Fraud Examiner Manual, 2006) dalam
Tuanakotta (2000:105), keadaan yang menciptakan peluang terjadinya
fraud digambarkan dengan apa yang disebut dengan fraud triangle,
yaitu :
a. Tekanan ( Pressure )
Merupakan motivasi seseorang untuk melakukan fraud.
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari
susatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini
mempunyai kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak
dapat diceritakan kepada orang lain. Konsep yang penting disini
adalah tekanan yang menghimpit hidupnya (kebutuhan akan
uang), padahal ia tidak bisa berbagi (sharing) dengan orang lain.
Konsep ini dalam bahasa inggris disebut perceived non-sharable
FRAUD TRIANGLE
23
financial need. Non-sharable problems yang dihadapi, yaitu
violation of ascribed obligation, problems resulting from
personal failure, business reversals, physical isolation, stsatus
gaining, dan employe- employee relations.
b. Peluang ( Opportunity )
Yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang
melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur. Adanya non-
sharable financial problems saja, tidaklah akan menyebabkan
orang melakukan fraud. Non-sharable problems menciptakan
motif bagi terjadinya kejahatan. Tetapi pelaku kejahatan harus
mempunyai persepsi bahwa ada peluang baginya untuk
melakukan kejahatan tanpa diketahui orang lain. Crassey
berpendapat, ada dua komponen dari persepsi tentang peluang,
yaitu general information, dan technical skill.
c. Rasionalisasi ( Rationalization )
Merupakan mencari pembenaran sebelum melakukan
kejahatan, bukan sesudahnya. Mencari pembenaran sebenarnya
merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri,
bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan
kejahatan. Rasionalisasi diperlukan agar si pelaku dapat
mencerna perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan
jati dirinya sebagai orang yang dipercaya.
24
C. Pengendalian internal
Tugas internal auditor adalah berhubungan dengan penilaian penerapan
pengendalian internal dalam susatu entitas. Menurut SA Seksi 319 tentang
pertimbangan atas pengendalian internal dalam audit laporan keuangan
(SPAP No. 69), menyatakan bahwa :
“Pengendalian internal adalah susatu proses yang dijalankan oleh Dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepsatuhan terhadap hukum dan persaturan yang berlaku.”
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut
ini:
1. Lingkungan Pengendalian
Menetapkan corak susatu organisasi, mempengaruhi kesadaran
pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian internal, menyediakan
disiplin dan struktur.
2. Penaksiran resiko
Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk
mencapai tujuannya, membentuk susatu dasar untuk menentukan
bagaimana resiko harus dikelola.
3. Aktivitas pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan
manajemen dilaksanakan.
25
4. Informasi dan komunikasi
Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam
susatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
5. Pemantauan
Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian internal
sepanjang waktu
Pengendalian internal yang merupakan susatu proses yang terdiri dari
komponen-komponennya yang apabila dirancang dan dilaksanakan seefektif
mungkin akan dapat menghindari penyimpangan-penyimpangan yang
mungkin terjadi. Salah ssatu alasannya adalah setiap manusia pada kondisi
tertentu berpotensi untuk berbuat yang menyimpang.
D. Pencegahan Kecurangan
Peran utama dari internal auditor dalam mencegah kecurangan, yaitu
berupaya menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya
kecurangan tersebut, penyebab timbulnya kecurangan dapat disebabkan oleh
tiga hal, yaitu adanya unsur keinginan (need), ketamakan (greed), dan
kesempatan (opportunity). Menghilangkan atau menekan need dan greed
yang mengawali terjadinya kecurangan dilakukan sejak menerima seseorang
(recruitment process), meskipun kita tahu bahwa proses itu bukan jaminan
penuh. Ini perlu ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh
yang diberikan pimpinan perusahaan atau lembaga.Contoh yang diberikan
atasan telah terbukti merupakan unsur pencegahan yang penting. Unsur
26
opportunity dalam ungkapan di atas biasanya ditekan melalui pengendalian
internal (Tuanakotta, 2007:159).
Lima komponen struktur pengendalian internal dalam membangun
mekanisme sistem pengendalian internal yang efisien dan efektif, dalam
penelitian Amrizal (2004), diantaranya yaitu:
1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik
Dengan semakin banyaknya motif serta bentuk kecurangan yang
telah dibahas sebelumnya maka manajemen harus memiliki sikap
penuh kehati-hatian untuk mencegah kecurangan yang mungkin
terjadi. Oleh karena itu, manajemen perlu mengadakan struktur
pengendalian internal yang baik dan efektif dalam mencegah
kecurangan sehingga entitas yang dikendalikan manajemen terhindar
dari kecurangan yang signifikan. Manajemen harus mengevaluasi
setiap komponen-komponen pengendalian internal dan memonitoring
pelaksanaan dari penerapan masing-masing komponen tersebut.
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
Dalam rangka mencegah atau paling tidak meminimalisir
kecurangan yang mungkin terjadi maka aktivitas pengendalian susatu
setiap entitas harus dapat efektif yang meliputi:
a. Review kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Pemisahan tugas
27
3. Meningkatkan kultur organisasi
Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja
sumber-sumber entitas bekerja secara efisien.
4. Mengefektifkan fungsi internal audit
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar
fungsi internal audit dapat efektif dalam membantu manajemen dalam
melaksanakan tanggungjawabnya adalah:
a. Internal audit dalam entitas harus mempunyai kedudukan yang
independen dalam entitas dalam arti kata ia tidak boleh terlibat
dalam kegiatan operasional perusahaan.
b. Internal audit dalam entitas harus mempunyai uraian tugas yang
jelas dan tertulis.
c. Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang
berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan tugas,
menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan kinerja.
d. Mendapat dukungan dari top manajemen.
e. Internal audit dalam entitas harus memiliki sumber daya yang
professional, capable, bias bersikap objektif, dan mempunyai
integritas dan loyalitas yang tinggi.
f. Menciptakan struktur penggajian yang wajar.
28
g. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan
kecurangan.
h. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan
kesulitan pekerjaan.
i. Menetapkan kebijakan entitas terhadap pemberian dan
pnyampaian informasi kepada pihak-pihak yang dianggap perlu.
j. Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi
kecurangan.
k. Menyediakan saluran untuk melaporkan telah terjadinya
kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses
pada jalur yang benar.
E. Pendeteksian Kecurangan
Setiap entitas pasti menghadapi resiko diantaranya adalah integrity
risk, yaitu adanya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan
yang dapat merugikan entitas. Dalam menghadapi resiko tersebut, selain
dituntut untuk memiliki keahlian dalam mencegah tindak kecurangan,
internal auditor harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi
kecurangan secara dini. Deteksi kecurangan mencakup identifikasi
indikator-indikator kecurangan yang memerlukan tindaklanjut auditor
internal untuk melakukan investigasi. Antara pendeteksian dan pencegahan
memiliki pengaruh yang nyata, auditor dapat mencegah kecurangan karena
terlebih dahulu mereka telah mengetahui bagaimana cara mendeteksi
kecurangan (Ismayanti, 2009).
29
Tindakan pendeteksian tidak dapat digeneralisir terhadap semua
kecurangan. Masing-masing kecurangan memiliki karakteristik tersendiri,
sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan diperlukan pemahaman yang
baik terhadap kecurangan (Amrizal, 2004). Berikut adalah gambaran secara
garis besar pendeteksian kecurangan berdasarkan penggolongan kecurangan
oleh ACFE:
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statemen)
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan (overstatement atau
understatement) umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan
keuangan sebagai berikut:
a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk
menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba-rugi,
neraca, atau laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam
presentasi.
b. Analisis Horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis presentase-
presentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa
periode laporan.
c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-
nilai item dalam laporan keuangan.
2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Teknik untuk mendeteksi kecurangan dalam penyalahgunaan
asset sangat banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas
pengendalian internal yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat
30
membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Masing-
masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik yang
berbeda.
a. Analytical Review
Susatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan
ketidakbiasaan ata kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.
b. Statistical sampling
Metode ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap ssatu
attribut, misalnya pemasok fiktif. Susatu daftar alamat akan
mengungkap adanya pemasok fiktif.
c. Vendor or outsider complaints
Keluhan dari konsumen, pemasok atau pihak lain merupakan alat
deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
d. Site visit-observation
Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya
pengendalian internal di lokasi-lokasi tersebut.
3. Korupsi (Corruption)
Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan
dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang
tidak puas dalam menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas
sangkaan kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap
31
tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat
dilihat dari karakteristik si penerima maupun si pemberi.
Dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut di atas, maka auditor
diharapkan dapat lebih efektif dalam melaksanakan pengauditan yang
sekaligus juga dapat lebih efektif dalam mendeteksi adanya kecurangan
sehingga tidak hanya terpaku pada angka-angka di dalam laporan keuangan
saja serta dapat menghindari tuntutan hukum dikemudian hari.
F. Keahlian
1. Definisi Keahlian
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam
Murtanto dan Gudono (1999) mendefinisikan keahlian (expertise)
adalah keterampilan seorang ahli. Ahli didefinisikan seseorang yang
memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tingggi
dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
Trotter (1986) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan
keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan secara mudah, cepat,
intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
Sedangkan Hayes-Roth, dkk (1983) mendefinisikan keahlian sebagai
keberadaan dari pengetahuan tentang susatu lingkungan tertentu,
pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut,
dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut (Murtanto dan
Gudono, 1999).
32
Namun demikian, sampai saat ini belum terdapat kesepakatan
mengenai definisi keahlian di antara para ahli. Definisi keahlian dalam
kajian auditing pun sering menggunakan variabel pengalaman sebagai
alternatif dalam pengukuran keahlian seseorang. Johnson dalam Bolger
dan Wrigth (1994) dalam Murtanto dan Gudono (1999) menyebutkan
tenaga ahli adalah mereka yang punya pengalaman, bisa melakukan
susatu pekerjaan sedangkan yang lainnya tidak bisa, mereka efisien
dan tangkas dalam mengambil tindakan. Konsekuensinya adalah
variabel ini tidak memadai bagi seseorang dalam membuat
pertimbangan keputusan yang baik dan menjadi lebih ahli, karena pada
dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman
(Ashton, 1990).
2. Komponen Keahlian
Menurut Murtanto dan Gudono (1999) keahlian auditor di
Indonesia terdiri dari lima komponen :
a. Ciri-ciri Psikologis
Merupakan Self-presentation-image attributes of experts
seperti kemampuan di dalam komunikasi, kreativitas, bekerja
sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian
merupakan komponen ciri-ciri psikologis. Shanteau dan Peters
(1989) dalam Murtanto dan Gudono (1999), menyelidiki persepsi
antara siswa psikologi akuntansi terhadap pentingnya
33
komunikasi, kreativitas, dan kepercayaan pada keahlian pada
praktek pajak.
1) Kemampuan komunikasi
Internal auditor harus memiliki kemampuan berinteraksi
dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif
karena internal auditor harus senantiasa berhubungan
dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal.
(Prima Consulting Group, 2000)
2) Kreativitas
Menurut Sawyer, et al (2005), kreativitas internal auditor
dapat dipupuk melalui :
a) Skeptimisme. Menolak untuk menerima praktik-
praktik yang berjalan saat ini sebagai cara yang paling
baik dan selalu mencoba untuk meraih sesusatu yang
baik.
b) Analisis. Menganalisis aktivitas dan operasi untuk
menentukan komponen-komponen dan dinamika yang
terdapat di dalamnya.
c) Penysatuan. Mengkombinasikan informasi untuk
mentranformasikan konsep-konsep yang terpisah
menjadi sesusatu yang baru dan lebih baik.
34
3) Kemampuan bekerja sama
Menurut Sawyer, et al (2005:47), kemitraan akan sangat
efektif dalam menjadikan internal auditor sebagai seorang
musuh atau kritikus. Saling menghargai, mempercayai, dan
kerjasama tim adalah susatu keharusan.
4) Keahlian internal auditor professional
Menurut Sawyer, et al (2005:48), internal audit
professional membutuhkan seorang staf yang professional.
Lingkup yang luas dari internal audit modern mensyaratkan
pengetahuan yang luas mengenai metode dan teknik audit.
Oleh karena itu, direktur internal audit harus
mempertimbangkan beberapa atribut tertentu, seperti
professional, kemampuan, dan kualitas karakter dalam
melakukan pengambilan keputusan pemilihan karyawan
dan mempertahankannya. Pendidikan akan
mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang
penting dalam kinerja internal audit professional.
b. Strategi Penentuan Keputusan
Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan yang
sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam
menghadapi keterbatasan manusia. Begitu pula dengan membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain, turut serta dalam
membentuk keahlian audit.
35
c. Komponen Pengetahuan
Merupakan komponen penting dalam susatu keahlian. Komponen
pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman.
d. Kemampuan Berfikir
Merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengelola
informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukkan sebagai
unsur kemampuan berpikir misalnya kemampuan beradaptasi
pada situasi yang baru dan ambigius (Shanteau, 1988), perhatian
pada fakta-fakta yang relevan dan kemampuan untuk
mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan susatu
kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan-tekanan.
e. Analisis tugas
Banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan
analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan
keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan
terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi
pengalamannya (Abdulmohammadi, 1991) dan digunakan untuk
mengembangkan rerangka umum dari lingkungan tugas dalam
auditing (Bonner, 1994).
Menurut Tunggal (2008), ciri internal auditor yang mempunyai
kualifikasi keahlian yang baik adalah sebagai berikut:
36
a. Pendidikan dan Latihan
Audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan, internal
auditor harus mengerti catatan keuangan dan akuntansi agar
dapat melakukan verifikasi dan analisis dengan baik. Selain itu,
ia harus mempunyai pengetahuan yang luas mengenai masalah
perusahaan yang diperiksa.
b. Pengalaman
Menurut Bouwman dan Bradley (1997:93) dalam Budisusetyo,
dkk (2005) pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu
dalam bekerja di bidangnya. Ketika auditor menjadi lebih
berpengalaman, maka auditor menjadi lebih sadar terhadap
kecurangan serta lebih menonjol dalam menganalisa yang
berkaitan dengan kecurangan tersebut. Menurut Mohammadi
dan Wright (1987) dalam Sumardi dan Hardiningsih (2001)
dalam Budisusetyo, dkk (2005), pengalaman ternyata secara
signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu
kompleksitas penugasan yang dihadapi oleh auditor. Demikian
pula menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991),
bahwa auditor yang berpengalaman memperlihatkan pengetahuan
yang lebih lengkap mengenai kesalahan yang ada dalam laporan
keuangan. Dengan banyaknya pengalaman auditor, akan dapat
memberikan masukan rinci terhadap masalah dan solusinya.
37
c. Kualitas Pribadi
Internal auditor yang kompeten memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sifat ingin mengetahui
Internal auditor harus tertarik dan ingin mengetahui semua
operasi perusahaan. Ia harus mempunyai perhatian terhadap
prestasi dan persoalan karyawan perusahaan baik ditingkat
bawah maupun tingkat atas. Ia harus berusaha agar
karyawan mau bicara secara terbuka tentang pekerjaannya.
2) Ketekunan
Internal auditor harus mencoba terus sampai ia mengerti
susatu persoalan. Ia melakukan pengujian, memeriksa dan
lainnya, sampai ia puas bahwa pekerjaan telah dilakukan
seperti apa yang dijelaskan kepadanya.
3) Pendekatan yang membangun
Ia harus memandang susatu kesalahan sebagai susatu yang
harus diselesaikan bukan sebagai susatu kejahatan. Ia harus
memikirkan agar kesalahan tersebut dapat dihindarkan,
bukannya menuduh siapa yang bertanggung jawab. Susatu
kesalahan dianggap sebagai pedoman untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
4) Business sense
Dia menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap
profitabilitas dan efisiensi kegiatan perusahaan secara luas.
38
Dia tidak dikuasai oleh pengetahuan yang mendasar atas
kepercayaan dalam menetapkan “yang benar” atau “yang
salah”.
5) Kerja sama
Dia melihat dirinya sebagai kawan-usaha, bukan sebagai
saingan dengan siapa yang diperiksa. Tujuannya adalah
membantu mereka dan meninjau kembali nasihat-nasihat
yang diberikan dengan pihak perusahaan.
d. Imagination
Didefinisikan sebagai “perpaduan pemikiran ide-ide baru dari
bagian-bagian yang dialami secara terpisah”. Disadari atau tidak,
internal auditor selalu terbuka secara terus-menerus terhadap
bagian-bagian yang terpisah ini dan merupakan susatu kewajiban
bagi mereka untuk mengsatur susatu pola tertentu yang
memungkinkan terjalinnya susatu penafsiran yang baik.
Pada peneliti terdahulu Sinaga (2008), memasukkan variabel
perilaku etis sebagai komponen keahlian. Sinaga (2008) menggunakan
variabel perilaku etis sebagai komponen keahlian adalah untuk
mengetahui apakah perilaku etis internal audit sudah sesuai dengan
kode etik audit sehingga internal audit tidak melakukan penyimpangan
dalam menjalankan tugasnya. Dan hasil dari penelitian tersebut
diketahui bahwa perilaku etis internal auditor berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan artinya, perilaku etis merupakan penilaian
39
terhadap perilaku profesionalitas seorang internal auditor dalam
mencegah dan mendeteksi kecurangan yang berhubungan dengan
aspek perilaku (behavioral).
Perilaku etis seseorang akan banyak dipengaruhi oleh masalah
yang terjadi dalam lingkungan organisasinya. Husein (2003) meneliti
bahwa nilai etis organisasi benar-benar berpengaruh terhadap perilaku
etis akuntan. Auditor sering kali dihadapkan pada situasi dilema etika
yang melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai yang saling
bertentangan atau menyimpang (Budisusetyo dkk (2005).
Robinson (1995), dan Tang et al (2003) dalam Wilopo (2008),
menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis.
Perilaku ini terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan
posisi/kedudukan (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan
kekuasaan (abuse power), perilaku yang menyalahgunakan sumber
daya perusahaan (abuse resouces), serta perilaku yang tidak berbuat
apa-apa (no action).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku etis dari
auditor akan memberikan pengaruh terhadap pendeteksian dan
pencegahan kecurangan. Semakin tinggi perilaku etis auditor, semakin
tinggi keberhasilan auditor dalam mendeteksi dan mencegah
kecurangan.
40
3. Peranan Keahlian Internal Auditor dalam Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan
Pendeteksian dan pencegahan kecurangan mencakup identifikasi
kategori kecurangan dan indikator-indikator kecurangan yang
memerlukan tindak lanjut internal auditor untuk melakukan
investigasi. Menurut Effendi (2008), ada tiga hal yang harus dimiliki
oleh internal auditor agar pendeteksian dan pencegahan kecurangan
lebih lancar antara lain :
a. Memiliki keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang
memadai dalam mengidentifikasi indikator terjadinya fraud.
Dalam hal ini internal auditor harus mengetahui secara mendalam
mengapa seseorang melakukan fraud termasuk penyebab fraud,
jenis-jenis fraud, modus operandi (teknik-teknik) fraud yang
biasa terjadi.
b. Memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan
kelemahan pengendalian internal dengan melakukan serangkaian
pengujian untuk menemukan indikator terjadinya fraud.
c. Memiliki keakuratan dan kecermatan (accuracy) dalam
mengevaluasi indikator-indikator fraud.
Ketiga hal tersebut dapat dimiliki oleh internal auditor setelah
pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi/unit kerja
di susatu organisasi.
41
G. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang membahas tentang karakteristik-karakteristik keahlian
yang dimiliki auditor adalah Murtanto dan Gudono (1999) yang
mengkategorikan keahlian audit ke dalam lima peringkat. Peringkat pertama
ditempati oleh ciri-ciri psikologis, kemudian diikuti oleh strategi penentuan
keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisis tugas.
Sedangkan penelitian-penelitian yang membahas tentang pengaruh
keahlian internal auditor dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan
diantanya adalah Sinaga (2008), menyimpulkan bahwa komponen keahlian
internal audit yang terdiri dari: (1) komponen pengetahuan, (2) strategi
penentuan keputusan, (3) ciri-ciri psikologis, (4) kemampuan berpikir, dan
(5) perilaku etis secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan bagi
internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan (fraud). Selain
itu, hasil penelitian Darwito (2006) menyatakan bahwa penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan variabel yang terdiri dari enam keahlian
auditor, yaitu: (1) analisis tugas, (2) komponen pengetahuan, (3) strategi
penentuan keputusan, (4) ciri-ciri psikologis, (5) kemampuan berpikir, dan
(6) perilaku etis mempunyai pengaruh positif terhadap pemeriksaan
kecurangan.
Penelitian yang membahas mengenai perilaku etis internal auditor
adalah Budisusetyo, dkk (2005), menemukan bahwa nilai etika organisasi,
orientasi etika dan komitmen profesional pada internal auditor secara
individu maupun simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
42
pengambilan keputusan etis dalam situasi dilema etika. Artinya, walaupun
dihadapkan pada situasi dilema etika internal auditor mampu berperilaku etis
dengan menerapkan nilai etika organisasi, orientasi etika dan komitmen
profesional mereka dalam menjalankan tugas.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Hartoko, dkk (1997),
menyimpulkan bahwa pengalaman kerja seorang auditor berpengaruh
terhadap pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang
diketahuinya. Pengalaman seorang auditor berpengaruh terhadap perhatian
seorang auditor pada Kementerian tempat susatu kekeliruan terjadi.
Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991) menyatakan bahwa
semakin banyak pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai
macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Pengalaman secara
signifikan berkaitan dengan keakuratan. Manejer audit dengan pengalaman
kerja selama lima tahun lebih memiliki keakuratan dibandingkan dengan staf
audit dengan pengalaman kerja ssatu tahun (Libby, 1985 dalam Aston,
1991).
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang
No Peneliti Judul Variabel Objek Penelitian dan Sampel
Metode Analisa
1 Hartoko (1997)
Pengaruh Pengalaman Pada Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan
Independen: a. Pengalaman
Auditor Dependen: a. Kekeliruan
KAP di eks Keresidenan Surakarta. Sampelnya adalah 53 Auditor yang bekerja di KAP tersebut.
Koefisien Korelasi Product Moment
43
2 Sinaga (2008)
Peranan Keahlian Internal Audit Dalam Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan (Fraud)
Independen: a. Komponen
Pengetahuan b. Ciri-ciri
Psiikologis c. Kemampuan
Berpikir d. Penentuan
Keputusan e. Perilaku Etis Dependen: a. Pendeteksian
dan Pencegahan Kecurangan (Fraud)
3 bank swasta yang ada di Jakarta yaitu Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, dsn Bank Lippo. Sampelnya adalah 60 internal auditor yang bekerka di tiga bank tersebut
Regresi Linier Berganda
3 Penelitian Sekarang (2010)
Analisis Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Independen: a. Komponen
Pengetahuan b. Ciri-ciri
Psikologis c. Kemampuan
Berpikir d. Penentuan
Keputusan e. Perilaku Etis f. Analisis
Tugas g. Pengalaman
Auditor Dependen: a. Pendeteksian
Kecurangan b. Pencegahan
Kecurangan
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Sampelnya adalah internal auditor yang bekerja pada Irjen Kementerian Perdagangan
Regresi Linier Beraganda
Sumber: Data diolah
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
44
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. (Hamid, 2007:26)
Secara skematis alur kerangka penelitian terdapat dalam Gambar 2.2.
Kerangka penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Perilaku Etis (X7) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Penentuan Keputusan (X4) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Analisis Tugas (X5) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pengalaman (X6) Hartoko (1997)
Komponen Pengetahuan (X1) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pencegahan Kecurangan (Y2)
Ciri-Ciri Psikologis (X2) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Kemampuan Berpikir (X3) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pendeteksian Kecurangan (Y1)
45
Rumus :
1. Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
2. Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
I. Perumusan Hipotesis
1. Berdasarkan kerangka berfikir pada gambar 2.2 di atas maka
hipotesisnya adalah:
a. Ha1 : Pengetahuan, Ciri-ciri psikologis, Kemampuan berpikir,
Strategi penentuan keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman,
dan Perilaku Etis berpengaruh secara nyata terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
b. Ha2 : Pengetahuan berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud).
Ha3 : Ciri-ciri psikologis berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud).
Ha4 : Kemampuan berpikir berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud).
Ha5 : Strategi penentuan keputusan berpengaruh secara nyata
terhadap pendeteksian kecurangan (fraud).
Ha6 : Analisis Tugas berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud).
Ha7 : Pengalaman berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud).
46
Ha8 : Perilaku Etis berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud).
2. Berdasarkan kerangka berfikir pada gambar 2.2 di atas maka
hipotesisnya adalah:
a. Ha1 : Pengetahuan, Ciri-ciri psikologis, Kemampuan berpikir,
Strategi penentuan keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman,
dan Perilaku Etis berpengaruh secara nyata terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
b. Ha2 : Pengetahuan berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan
kecurangan (fraud).
Ha3 : Ciri-ciri psikologis berpengaruh secara nyata terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
Ha4 : Kemampuan berpikir berpengaruh secara nyata terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
Ha5 : Strategi penentuan keputusan berpengaruh secara nyata
terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Ha6 : Analisis Tugas berpengaruh secara nyata terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
Ha7 : Pengalaman berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan
kecurangan (fraud).
Ha8 : Perilaku Etis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan
kecurangan (fraud).
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, yang akan menjadi objek studi
penelitian adalah auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia. Dengan populasi seluruh auditor yang terdapat dalam
empat wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia.
Jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah kausalitas,
yakni tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-
akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2000:27),
jenis ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh komponen keahlian auditor
internal yang terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis,
kemampuan berpikir, penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan
perilaku etis terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan (fraud).
B. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan yang terdapat dalam empat wilayah kerja
pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, masing-masing
terdapat di Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III, dan Inspektorat IV
sehingga secara keseluruhan jumlah pegawai di setiap inspektorat pada jabatan
Inspektur ke bawah memiliki jumlah total populasi secara keseluruhan
48
sebanyak 71 orang. Hal ini tidak menggunakan sampel penelitian dikarenakan
jumlah pegawai yang sedikit dan jumlah individu dalam kelompok memiliki
jumlah tetap dan terhitung, oleh karena itu digunakanlah teknik sensus.
Penelitian populasi atau sensus digunakan karena subjek kurang dari 100
dan ditentukan pula oleh berbagai pertimbangan berikut:
1) Kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek,
karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk
penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel
besar hasilnya akan lebih baik.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner yang
dibagikan kepada auditor Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal,
dan sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek
yang diteliti. Untuk data sekunder, peneliti mengumpulkannya
dengan studi kepustakaan dan literatur pada berbagai
49
perpustakaan di dalam dan di luar kampus maupun pada toko-
toko buku. (Indriantoro dan Supomo, 2000:147)
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan
instrumen berupa kuesioner yang diberikan kepada auditor yang
bekerja pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan di
Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally
administered questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan
dikumpulkan secara langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo,
2000:147).
Penyebaran kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan data
umum mengenai auditor internal, untuk mendapatkan gambaran
variabel manakah yang paling mempengaruhi keahlian auditor di
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangam (fraud).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penilitian ini adalah metode
analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
versi 16.0. Analisis ini bertujuan untuk menentukan:
1) pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciri-ciri psikologis
(X2), kemampuan berpikir (X3), strategi penentuan keputusan
(X4), analisis tugas (X5), pengalaman (X6), perilaku etis (X7)
dengan pendeteksian kecurangan (Y1), dan
50
2) pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciri-ciri psikologis
(X2), kemampuan berpikir (X3), strategi penentuan keputusan
(X4), analisis tugas (X5), pengalaman (X6), perilaku etis (X7)
dengan pencegahan kecurangan (Y2).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan
daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan
skewness (kemencengan distribusi). (Ghozali, 2009:19)
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pengujian validitas tiap butir pertanyaan yang
digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir dalam tabel
ditunjukkan skor totalnya, yang merupakan jumlah skor tiap
butir. Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan
butir-butir dalam daftar pertanyaan-pertanyaan.
Imam Ghozali dalam bukunya Aplikasi SPSS (2009:49) Uji
Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected
51
item-Total Correlation dengan nilai r tabel, untuk degree of
fredom (df) = n-2, dan alpha =0,10.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel
yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga
menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali.
Hasil uji reabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan
Cronbach Alpha. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel
(andal) bila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,60
(Nunnaly, 1960) dalam Ghozali (2009:46).
3. Uji Hipotesis
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk sejumlah sampel kecil (Ghozali: 2009:147).
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika
52
distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti arah
garis diagonalnya (Ghozali, 2009:147).
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009:95).
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas model
regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan varian
inflation faktor (VIF). Model regresi yang bebas
multikolinieritas, yaitu:
VIF lebih kecil dari 10 (VIF<10)
Tolerace lebih besar dari 0.1 (Tolerance>0.1)
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125). Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas dan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
53
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, ada
beberapa cara, salah satu diantaranya yaitu dengan melihat
Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan ada tidaknya pola
tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksii, dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).
Dasar analisis:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
b. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih
variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan varriabel independen yang diketahui
(Gujrati, 2003 dalam Ghozali, 2009:85).
54
Dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0, penelitian ini
menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Metode Analisis
Regresi Linier Berganda digunakan dalam penelitian ini
dilakukan sebanyak dua kali yaitu dengan maksud untuk
menganalisa :
1) ada tidaknya pengaruh antara variabel pengetahuan (X1),
ciri-ciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi
penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman
(X6), perilaku etis (X7) dengan pendeteksian kecurangan
(Y1) dan pencegahan kecurangan (Y2).
2) ada tidaknya pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciri-
ciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi
penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman
(X6), perilaku etis (X7) dengan Pencegahan Kecurangan
(Y2).
Berikut adalah persamaan dari analisis regresi berganda:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ……. + bnXn + e
Dimana :
Y = Variabel Dependen (Terikat)
X = Variabel Independen (Bebas)
a = Konstanta, harga Y bila X = 0
b = Koefisien Regresi
e = Standar eror
55
c. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R²) adalah antara
nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang hampir mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2009:87).
d. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan
kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Bila nilai F lebih besar dari 4 (F>4) maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen pada
derajat kepercayaan 10%.
2) Membandingkan F hasil perhitungan dengan F menurut tabel.
Bila F hitung>F tabel maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2009:88)
56
e. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Untuk menguji hipotesis
ini digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1) Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan
derajat kepercayaan 10% maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
2) Membandingkan nilai statistik t dengan dengan nilai
tmenurut tabel. Jika, t hitung>t tabel maka hipotesis alternatif
(Ha) diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen.
(Ghozali, 2009:89)
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai.
Tipe-tipe variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Seluruh variabel dalam penelitian ini akan diukur dengan dua hingga
enam indikator dan masing-masing indikator berupa pertanyaan yang akan
mengukur keahlian internal auditor. Selanjutnya variabel yang ada akan
dijabarkan dalam beberapa pertanyaan di mana masing-masing pertanyaan
mempunyai skor jawaban mulai 1 sampai dengan 5.
57
Maka operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan komponen penting dalam suatu
keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen-komponen
seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta dan prosedur-prosedur.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 2 indikator melalui 6 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
b. Ciri-Ciri Psikologis
Ciri-ciri Psikologis adalah kemampuan dalam
berkomunikasi, kreativitas, bekerja sama dengan orang lain, dan
kepercayaan kepada keahlian.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 4 indikator melalui 7 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
58
c. Kemampuan Berpikir
Kemampuan Berpikir merupakan kemampuan untuk
mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakteristik
yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir
misalnya kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan
ambigius, perhatian terhadap fakta-fakta dan relevan dan
kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan
merupakan suatu kemampuan yang efektif untuk menghindari
tekanan-tekanan.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 3 indikator melalui 4 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
d. Strategi Penentuan Keputusan
Seorang internal auditor sangat berkepentingan dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, seorang internal auditor
juga harus dapat mengembangkan dan menggunakan strategi
penentuan keputusan dalam membuat keputusan secara umum.
Kemampuan seoranga internal auditor dalam membuat keputusan
secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu
dalam mengatasi keterbatasan manusia.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
59
ini digali dengan 3 indikator melalui 5 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
e. Analisis Tugas
Analisis tugas akan mempunyai pengaruh terhadap
penentuan keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi
pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi
pengalamannya (Abdulmohammadi, 1991) dan digunakan untuk
mengembangkan rerangka umum dari lingkungan tugas dalam
auditing (Bonner, 1994 dalam Abdulmohammadi, 1991 ).
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 4 indikator melalui 5 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
f. Pengalaman Auditor
Pengalaman auditor, yaitu adanya experiental learneing
melebihi pengetahuan auditor yang baru saja lulus dan bekerja
sebagai auditor. Kemampuan dalam melakukan analisis tugas
dipengaruhi oleh tingkat pengalaman auditor. Seorang auditor
yang berpengalaman akan menjadi lebih sadar terhadap lebih
banyak kecurangan dibandingkan dengan auditor yang baru saja
lulus dan juga auditor yang berpengalaman memiliki salah
pengertian yang lebih sedikit tentang kecurangan dibandingkan
dengan yang belum berpengalaman.
60
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Tunggal (2008),
Puspasari (2009), dan Maryunani (2009). Variabel ini digali
dengan 8 indikator melalui 10 pertanyaan. Respon dari responden
direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
g. Perilaku Etis
Perilaku etis merupakan penilaian terhadap perilaku
profesionalisme seorang internal auditor. Seorang internal auditor
yang berperilaku sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan
akan mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya
apabila ditemukan adanya sejumlah dugaan kecurangan.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 3 indikator melalui 6 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
2. Variabel Terikat ( Dependent variable )
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pendeteksian Kecurangan (fraud)
Pendeteksian kecurangan dalam penelitian ini di bagi
menjadi tiga bagian yaitu pendeteksian dalam kecurangan
laporan keuangan, pendeteksian dalam penyalahgunaan asset,
61
dan pendeteksian dalam korupsi. Instrumen pengukuran variabel
ini menggunakan instrument variabel yang digunakan oleh
Husein (2003). Variabel ini digali dengan 4 indikator melalui 4
pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1
sampai 5.
b. Pencegahan Kecurangan (fraud)
Pencegahan kecurangan, yaitu berupaya menghilangkan
atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut.
Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu perbuatan
kecurangan akan lebih mudah dari pada mengatasi apabila suatu
kecurangan telah terjadi.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Ismayanti (2009).
Variabel ini digali dengan 6 indikator melalui 8 pertanyaan.
Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
Sebagai penjabaran lebihlanjut dari operasionalisai variabel,
dalam tabel 3.1 disajikan pengukuran variabel yang terdiri dari nama
variabel, subvariabel, indikator, dan skala pengukuran. Seluruh
indikator tersebut diukur pada tingkat skala likert.
62
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran
X1 Komponen Pengetahuan (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008)
1. Pengetahuan terhadap fakta-fakta
2. Pengetahuan terhadap prosedur-prosedur
Skala Likert
X2 Ciri-Ciri Psikologis (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008)
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain
3. Kreativitas 4. Kepercayaan diri
Skala Likert
X3 Kemampuan Berpikir (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008)
1. Kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru
2. Perhatian terhadap fakta-fakta yang relevan
3. Kemampuan dalam menghindari tekanan yang dapat mengganggu objektivitas
Skala Likert
X4 Strategi Penentuan Keputusan (Murtanto dan Gudono,1999),dan (Sinaga,2008)
1. Pengambilan keputusan secara objektif
2. Kemampuan membuat keputusan secara sistematis
3. Kemampuan mengkomunikasikan temuan
Skala Likert
X
Keahlian
Auditor
X5 Analisis Tugas (Murtanto dan Gudono,1999),dan (Sinaga,2008)
1. Kemampuan dalam mengumpulkan bukti-bukti kecurangan
2. Kemampuan dalam penggunaan metode audit
Skala Likert
63
3. Pemahaman terhadap indikasi kecurangan
4. Penilaian terhadap kesulitan tugas
X6 Pengalaman (Tunggal,2008), (Kusumastuti, 2008 dalam Puspasari, 2009), dan (Bedard,1986 dalam Maryunani, 2009)
1. Kemampuan prediksi dan deteksi auditor
2. Kelebihan dan keluasan pengetahuan auditor
3. Tahun pengalaman 4. Jenjang jabatan 5. Lebih mudah
dalam mengambil keputusan etis
6. Keahlian dalam memeriksa
4. Kompleksitas tugas
5. Pemahaman terahadap industri dan bisnis klien
Skala Likert
X7 Perilaku Etis (Sinaga, 2008), dan (Wilopo, 2008)
1. Cara mendapatkan fee dari klien
2. Penggunaan fasilitas kantor
3. Menjaga kerahasiaan temuan
Skala Likert
Y1 Pendeteksian Kecurangan (Wilopo, 2008)
1. Penghilangan informasi secara sengaja
2. Memberikan informasi yang menyesatkan
3. Mengambil dana pemerintah
4. Mengubah catatan dan dokumen pendukung
Skala Likert
Y2 Pencegahan Kecurangan (Gusnardi, 2007 dalam
1. Pendekatan berdasarkan sistem
2. Pemilihan pengendalian
Skala Likert
64
Ismayanti, 2009), dan (Trijayanti, 2008 dalam Ismayanti,2009)
3. Informasi sensitif 4. Peningkatan
integritas 5. Sistem kendali 6. Informasi
Sumber: data diolah
65
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Inspektorat Jenderal sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang
pengawasan fungsional di lingkungan Kementerian Perdagangan, memiliki
tugas dan tanggung jawab mengamankan pelaksanaan tugas umum dan
pembangunan bidang perdagangan termasuk kebijakan yang diambil oleh
Menteri agar dapat mencapai tujuan dan sasaran secara efisien dan efektif.
Dalam penyelenggaraan tugas pengawasan dimaksud diperlukan
peningkatan kualitas hasil pengawasan, sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi terlaksananya semua kegiatan dan kebijakan secara baik,
bertanggung jawab dan akuntabel. Berkaitan dengan hal tersebut Inspektorat
Jenderal telah menetapkan arah pengawasan yang komprehensif dan
implementatif untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai. Disamping itu peran pengawasan juga ditingkatkan tidak hanya
sebagai watch dog tetapi merupakan mitra untuk memecahkan permasalahan
dan teladan bagi obyek pemeriksaan dalam membangun kinerja yang lebih
baik.
Untuk mewujudkan penyelenggara negara yang mampu menjalankan
fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab,
Kementerian Perdagangan dalam hal ini Inspektorat Jenderal mempunyai
tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pengawasan perlu konsistensi
66
penanganan yang serius dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai aparat
pengawas.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang melanda bangsa
Indonesia, sudah kronis, dan merupakan kejahatan yang luar biasa dan
menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu
Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawasan mempunyai tugas dalam
mengamankan kebijakan yang dikembangkan pada Sektor Perdagangan.
1. Visi dan Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
a. Visi
"Menjadikan Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan
yang terpercaya dan profesional untuk mewujudkan tata kelola
kepemerintahan yang baik (Good Governance) di lingkungan
Kementerian Perdagangan."
b. Misi
Melakukan pengawasan, bimbingan teknis dan konsultasi
untuk mendukung peningkatan kinerja Kementerian Perdagangan
dalam mewujudkan Good Governance.
67
2. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
68
3. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
Tabel 4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan
NO JABATAN TUGAS POKOK FUNGSI 1. Inspektorat
Jenderal Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen
a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan;
b. Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk Menteri;
c. Pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan
2. Secretariat Inspektorat Jenderal
Melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal
a. Pelaksanaan koordinasi, penyusunan rencana dan program kerja pengawasan;
b. Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan dan pemeriksaan serta pengawasan masyarakat;
c. Pengumpulan, pengelolaan, analisis laporan hasil pengawasan dan penyajian laporan hasil pengawasan;
d. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, dokumentasi dan
69
kearsipan. 3. Inspektorat I Melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi serta Atase Perdagangan negara-negara Afrika, Timur Tengah, Asia dan Eropa I, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
4. Inspektorat II Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Badan Penelitian dan Pengembangan serta Atase Perdagangan negara-negara Eropa II, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang
70
penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
5. Inspektorat III Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional dan Sekretariat Jenderal serta Atase Perdagangan negara-negara Asia serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian, dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
6. Inspektorat IV Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Inspektorat Jenderal, Badan Pengembangan Ekspor Nasional serta Atase Perdagangan negara-negara Amerika,
a. Pelaksanaan Penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian
71
Australia dan Asia, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
7. Jabatan Fungsional Auditor
Melaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan di bidang pengawasan dan bersifat mandiri
Menjamin pembinaan profesi dan karier, kepangkatan dan jabatan bagi PNS yang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah dalam rangka mendukung peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Sumber: www.depdag.go.id
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Inspektorat jenderal Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia yang beralamat di di Jl. Kramat Raya
No. 172 Jakarta Pusat. Penelitian ini menganalisis tentang komponen
keahlian auditor internal terhadap pendeteksian dan pencegahan
kecurangan (fraud) pada auditor yang terdapat dalam empat wilayah
kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan.
Adapun jumlah keseluruhan pegawai dalam keempat wilayah kerja
pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berjumlah
71 orang.
72
Tabel 4.2 Pegawai Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan
INSPEKTORAT JABATAN I II III IV
Inspektur Auditor Madya Auditor Muda Auditor Pertama Pelaksana Ka. SubBagian Tata Usaha
Sumber: Data Diolah
Jumlah keseluruhan pegawai pada keempat wilayah kerja
pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan yang
berjumlah 71 orang tersebut tidak dijadikan responden dalam
penelitian ini karena beberapa diantaranya tidak memenuhi kriteria
sebagai auditor. Adapun jumlah keseluruhan auditor dalam keempat
wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan dapat dilihat pada table 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Jumlah Auditor Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan
INSPEKTORAT JABATAN I II III IV TOTAL
Inspektur 1 1 1 1 4 Auditor Madya 3 3 2 2 10 Auditor Muda - 2 - 4 6 Auditor Pertama 4 2 5 3 14 Calon Auditor 2 3 2 3 10 Pelaksana 5 6 5 5 21
TOTAL 15 17 15 18 65 Sumber: Data Diolah
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner
secara langsung kepada responden. Penyebaran kuesioner dimulai dari
73
20 April 2010 hingga 24 Mei 2010. Kuesioner diberikan dan diterima
kembali oleh peneliti dengan waktu yang sudah ditentukan serta
menyesuaikan dengan jadwal kerja Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan.
5. Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian
ini, kuesioner yang dibagikan berjumlah 65 eksemplar berdasarkan
jumlah auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, akan
tetapi hanya 58 auditor yang bersedia menjawab atau mengisi
kuesioner yang diberikan. Adapun gambaran karakteristik data
kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini
Tabel. 4.4 Karakteristik Data Kuesioner
Identifikasi Sample Jumlah Persentase Total kuesioner yang disebar 65 100 % Total kuesioner yang tidak direspon 7 11% Total kuesioner yang direspon 58 89% Total kuesioner yang tidak diisi lengkap - - Total kuesioner yang dapat digunakan - -
Sumber: Data diolah
Total kuesioner yang direspon dan dapat digunakan untuk
mengolah data sebanyak 58 kuesioner yaitu 89 % dari total kuesioner
yang disebar. Sedangkan deskriptif responden dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.5, berikut ini:
74
Tabel. 4.5 Deskriptif Responden
Deskriptif Keterangan Frekuensi Persentase Jumlah Sampel - 58 100 %
Inspektorat I 13 22.4% Inspektorat II 16 27,6% Inspektorat III 14 24,1% Wilayah Pemeriksaan
Inspektorat IV 15 25,9% Auditor Madya 10 17,24 % Auditor Muda 6 10,34 % Auditor Pertama 14 24,13 % Calon Auditor 10 17,24 %
Jabatan Fungsional
Pelaksana 18 31,03 % Strata 1 47 82,8 % Strata 2 11 17,2 %
Jenjang Pendidikan
Strata 3 - - Akuntansi 18 31,1 % Manajemen 15 25,9 % Hukum 15 25,9 %
Jurusan
Ekonomi Pembangunan 1 1,7% Adminitrasi Negara 6 10,3% Ekonomi Pertanian 2 3.4% Teknik Informatika 1 1,7%
1 – 3 Tahun 24 41,4 % 4 – 7 Tahun 8 13,8% 8 – 11 Tahun 1 1,7%
Lama Bekerja
>11 Tahun 25 43,10 % < 5 kali 9 15,5 % 5 – 10 kali 17 29,3 % 10 – 15 kali 5 8,6 %
Frekuensi Melakukan Audit
>15 kali 27 46,6 % General Audit 15 25,9 % Operational Audit 37 63,8 % ComplianceAudit 3 5,2% Audit Lingkungan - -
Jenis Audit
Audit Investigasi 3 5,2 % Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui responden yang
terjaring dalam sampel penelitian ini adalah responden yang menjabat
sebagai auditor ahli madya berjumlah 10 orang (17,2%), untuk
responden yang menjabat sebagai auditor ahli muda berjumlah 6 orang
75
(10,3%), untuk responden yang menjabat sebagai auditor ahli pertama
berjumlah 14 orang (24,1%), untuk responden menjabat sebagai calon
auditor berjumlah 10 orang (17,2 %), dan untuk responden menjabat
sebagai pelaksana berjumlah 18 orang (31,0%). Untuk responden yang
berada pada jenjang pendidikan S1 berjumlah 47 orang (82,8%), dan
untuk responden yang berada pada jenjang pendidikan S2 berjumlah
11 orang (17,2%). Untuk responden berdasarkan jurusan pada
pendidikan terakhir, didapat bahwa responden yang berasal dari
jurusan akuntansi berjumlah 18 orang (31,0%), untuk responden yang
berasal dari jurusan manajemen berjumlah 15 orang (25,9%), untuk
responden yang berasal dari jurusan hukum berjumlah 15 orang
(25,9%), dan untuk responden yang berasal dari jurusan ekonomi
berjumlah 1 (1,7%) untuk responden yang berasal dari jurusan
administrasi Negara berjumlah 6 orang (10,3%), untuk responden dari
jurusan ekonomi pertanian berjumlah 2 orang (3,4%) dan Untuk
responden yang berasal dari jurusan teknik informatika 1 orang
(1,7%). berdasarkan lama bekerja didapatkan bahwa responden yang
lama bekerja 1-3 tahun berjumlah 24 orang (41,4 %), untuk responden
yang lama bekerja 4-7 tahun berjumlah 8 orang (13,8%), untuk
responden yang lama bekerja 8-11 tahun berjumlah 1 orang (1,7 %),
dan untuk responden yang lama bekerja lebih dari lima belas tahun
berjumlah 25 orang (43,1%). Untuk responden berdasarkan frekuensi
melakukan audit mendapatkan hasil bahwa untuk responden yang
76
melakukan audit kurang dari lima kali berjumlah 9 orang (15,5%),
untuk responden yang melakukan audit 5-10 kali berjumlah 17 orang
(29,3%), untuk responden yang melakukan audit 10-15 kali
berjuumlah 5 orang (8,6%) dan untuk responden yang melakukan audit
lebih dari lima belas kali berjumlah 27 orang (46,6%). Untuk
responden berdasarkan jenis audit yang sering dilakukan mendapatkan
hasil bahwa untuk responden yang melakukan general audit berjumlah
15 orang (25,9%), untuk responden yang melakukan operational audit
berjumlah 37 orang (63,8%), untuk responden yang melakukan
compliance audit berjuumlah 3 orang (5,2%) dan untuk responden
yang melakukan audit investigasi berjumlah 3 orang (5,2%).
B. Penemuan
1. Uji Kualitas Data
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
(Corrected Item-Total Correlation) dengan r tabel, dengan kriteria
sebagai berikut :
Jika Nilai r hitung > nilai r tabel maka Item Valid
Jika Nilai r hitung < nilai r tabel maka Item Tidak Valid
Nilai r tabel dapat diperoleh dimana df = n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sampel atau responden. Pada kasus ini jumlah sampel (n)
= 15, maka besarnya df = 58-2 = 56. Dengan alpha = 0.10, maka didapat
nilai r tabel = 0.259.
77
Untuk Uji Reliabilitas, dilakukan dengan melihat nilai Alpha
Cronbach’s, dengan kriteria sebagai berikut :
Jika nilai Alpha Cronbach’s>0.6 (Nunnaly, (1976) dalam Ghozali
(2009:46)) maka suatu konstruk dikatakan reliabel.
Jika nilai Alpha Cronbach’s<0.6 (Nunnaly, (1976) dalam Ghozali
(2009:46)) maka suatu konstruk dikatakan tidak reliabel.
a. Pengetahuan (PT)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.6 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel p Kriteria
PT1 0.412 0.259 0.000 Valid PT2 0.339 0.259 0.000 Valid PT3 0.308 0.259 0.000 Valid PT4 0.449 0.259 0.000 Valid PT5 0.320 0.259 0.000 Valid PT6 0.302 0.259 0.001 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Pengetahuan, semua nilai r hitung lebih besar r tabel , maka dapat
disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Pengetahuan (PT1,
PT2, PT3, PT4, PT5, dan PT6) adalah valid.
78
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.678 6 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.678>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Pengetahuan adalah reliabel.
b. Ciri-ciri Psikologis (CP)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.8 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel
P Kriteria
CP1 0.519 0.259 0.000 Valid CP2 0.095 0.259 0.095 Tidak Valid CP3 0.608 0.259 0.000 Valid CP4 0.428 0.259 0.000 Valid CP5 0.522 0.259 0.000 Valid CP6 0.420 0.259 0.000 Valid CP7 0.455 0.259 0.000 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Ciri-
ciri Psikologis, terdapat satu butir pertanyaan yang memiliki nilai
r hitung lebih kecil dari r tabel. Pada butir pertanyaan CP2 r
hitung lebih kecil dari r tabel (0.095<0.259), maka CP2 adalah
tidak valid. Sedangkan butir pertanyaan CP1, CP3, CP4, CP5,
CP6, dan CP7 r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir
79
pertanyaan Ciri-ciri Psikologis (CP1, CP3, CP4, CP5, CP6, dan
CP7) adalah valid.
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.712 7 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.712>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Ciri-ciri Psikologis adalah
reliabel.
c. Kemampuan Berpikir (KB)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.10 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel P Kriteria
KB1 0.561 0.259 0.000 Valid KB2 0.539 0.259 0.000 Valid KB3 0.699 0.259 0.000 Valid KB4 0.369 0.259 0.000 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Kemampuan Berpikir, semua nilai r hitung lebih besar r tabel ,
maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
Kemampuan Berpikir (KB1, KB2, KB3, dan KB4) adalah valid.
80
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.762 4 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.762>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Kemampuan Berpikir adalah
reliabel.
d. Strategi Penentuan Keputusan (PK)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.12 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel P Kriteria
PK1 0.504 0.259 0.000 Valid PK2 0.372 0.259 0.000 Valid PK3 0.620 0.259 0.000 Valid PK4 0.171 0.259 0.005 Tidak Valid PK5 0.465 0.259 0.000 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Strategi Penentuan Keputusan, terdapat satu butir pertanyaan
yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dari r tabel. Pada butir
pertanyaan PK4 r hitung lebih kecil dari r tabel (0.171<0.259),
maka PK4 adalah tidak valid. Sedangkan butir pertanyaan PK1,
PK2, PK3, dan PK5 r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir
81
pertanyaan Strategi Penentuan Keputusan (PK1, PK2, PK3, dan
PK5) adalah valid.
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.13 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.703 5 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.703>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Strategi Penentuan
Keputusan adalah reliabel.
e. Analisis Tugas (AT)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.14 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel P Kriteria
AT1 0.640 0.259 0.000 Valid AT2 0.417 0.259 0.000 Valid AT3 0.692 0.259 0.000 Valid AT4 0.677 0.259 0.000 Valid AT5 0.667 0.259 0.000 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Analisis Tugas, semua nilai r hitung lebih besar r tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Analisis Tugas
(AT1, AT2, AT3, AT4, dan AT5) adalah valid.
82
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.776 5 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.776>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Analisis Tugas adalah
reliabel.
f. Pengalaman (PL)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.16 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel p Kriteria
PL1 0.396 0.259 0.000 Valid PL2 0.484 0.259 0.000 Valid PL3 0.418 0.259 0.000 Valid PL4 0.502 0.259 0.000 Valid PL5 0.521 0.259 0.000 Valid PL6 0.518 0.259 0.000 Valid PL7 0.608 0.259 0.000 Valid PL8 0.441 0.259 0.000 Valid PL9 0.346 0.259 0.000 Valid PL10 0.247 0.259 0.010 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Pengalaman, semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Pengalaman
83
(PL1, PL2, PL3, PL4, PL5, PL6, PL7, PL8, PL9, dan PL10)
adalah valid.
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.17 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.721 10 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.721>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Pengalaman adalah reliabel.
g. Perilaku Etis (PE)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.18 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel P Kriteria
PE1 0.584 0.259 0.000 Valid PE2 0.438 0.259 0.000 Valid PE3 0.424 0.259 0.000 Valid PE4 0.554 0.259 0.000 Valid PE5 0.196 0.259 0.008 Tidak Valid PE6 0.343 0.259 0.000 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Perilaku Etis, terdapat satu butir pertanyaan yang memiliki nilai r
hitung lebih kecil dari r tabel. Pada butir pertanyaan PE5 r hitung
lebih kecil dari r tabel (0.196<0.259), maka PE5 adalah tidak
84
valid. Sedangkan butir pertanyaan PE1, PE2, PE3, PE4, dan PE6
r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir pertanyaan Strategi
Perilaku Etis (PE1, PE2, PE3, PE4, dan PE6) adalah valid.
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.19 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.690 6 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.690>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Perilaku Etis adalah reliabel.
h. Pendeteksian Kecurangan (PD)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.20 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel p Kriteria
PD1 0.509 0.259 0.000 Valid PD2 0.684 0.259 0.000 Valid PD3 0.822 0.259 0.000 Valid PD4 0.780 0.259 0.000 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Pendeteksian Kecurangan, semua nilai r hitung lebih besar dari r
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
85
Pendeteksian Kecurangan (PD1, PD2, PD3, dan PD4) adalah
valid.
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.21 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.807 4 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.807>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Pendeteksian Kecurangan
adalah reliabel.
i. Pencegahan Kecurangan (PC)
1) Uji Validitas
Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0.
Tabel 4.22 Uji Validitas Item Pertanyaan
No. Corrected Item- Total Correlation
(r hitung)
r tabel p Kriteria
PC1 0.583 0.259 0.000 Valid PC2 0.722 0.259 0.000 Valid PC3 0.693 0.259 0.000 Valid PC4 0.600 0.259 0.000 Valid PC5 0.563 0.259 0.000 Valid PC6 0.716 0.259 0.000 Valid PC7 0.570 0.259 0.000 Valid PC8 0.468 0.259 0.000 Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan
Pencegahan Kecurangan, semua nilai r hitung lebih besar dari r
86
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
Pencegahan Kecurangan (PC1, PC2, PC3, PC4, PC5, PC6, PC7,
dan PC8) adalah valid.
2) Uji Reliabilitas
Tabel 4.23 Uji Reliabilitas Konstruk
Cronbach's Alpha Jumlah Item
0.763 8 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.763>0.6, sehingga
dapat disimpulkan untuk instrumen Pencegahan Kecurangan
adalah reliabel.
2. Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas data menggunakan SPSS 16 dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Sumber: data diolah
Gambar 4.3 Uji Normalitas
87
Hasil dari output SPSS Normal P-Plot pada gambar 4.3
memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data variabel
penelitian (Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan
Berfikir, Strategi Penentuan Keputusan, Analisis Tugas,
Pengalaman, dan Perilaku Etis terhadap Pendeteksian
Kecurangan) menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran
titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Jadi data pada
keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian adanya multikolinearitas dapat di lihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.24 Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF (Constant)
PENGETAHUAN .663 1.508
CIRI PSIKOLOGIS .498 2.006
KEMAMPUAN BERFIKIR .569 1.759
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN .533 1.875
ANALISIS TUGAS .511 1.956
PENGALAMAN .607 1.647
1
PERILAKU ETIS .630 1.587 a. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGA
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.24 terlihat bahwa nilai Tolerance tidak
kurang dari 0,1 dan nilai Varian inflation Factor (VIF) tidak
88
lebih dari 10. Dilihat dari tabel diatas maka dapat diketahui nilai
VIF secara keseluruhan yang ada pada tabel diatas semuanya
diabawah 10 dan nilai tolerance-nya di atas 0.1 dari semua
variabel. Maka sapat disimpulkan hasil tersebut
mengindikasikan tidak terdapat gejala multikolinearitas terhadap
variabel-variabel penelitian yang ada pada tabel diatas sehingga
model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian.
3) Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara
SRESID dan ZPRED yang di perlihatkan gambar berikut ini
(Ghazali, 2009:125).
Sumber: data diolah
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
89
Berdasarkan grafik Scetterplot terlihat bahwa data tersebar
di sekitar titik Nol dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada
penyebaran data tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi berganda sehingga
model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengaruh
Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis,Kemampuan berfikir, Strategi
Penentuan Keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman, Perilaku Etis
Terhadap Pedeteksian Kecurangan.
b. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Tabel 4.25 Koefisien Determinasi (R²)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .743a .552 .490 1.87684
Sumber: data diolah
Penghitungan menggunakan analisis regresi berganda (multiple
regression analysis) untuk menilai keseluruhan model regresi apakah
fit dengan data. Kita harus memperhatikan nilai koefisien korelasi
(R), nilai koefisien determinasi, nilai F hitung dan nilai t hitung.
Hasil output SPSS pada tabel 4.25 menunjukkan nilai koefisien
korelasi berganda (R) antara variabel Pengetahuan, Ciri-ciri
Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan,
Pengalaman, dan Perilaku Etis adalah sebesar 0.743. Menurut Gozali
(2005:83), nilai (R) sebesar 0.743 menunjukkan bahwa variabel
Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi
90
Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis memiliki
hubungan yang kuat dengan Pendeteksian Kecurangan.
Nilai koefisien determinasi (R²) dalam penelitian ini adalah
sebesar 0.552 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan
(Adjusted R²) sebesar 0.490 Untuk model regresi berganda
digunakan (Adjusted R²). Jadi, dalam penelitian ini 49% variabel
dependen pendeteksian kecurangan dijelaskan oleh variabel
independen Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir,
Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis dan
sisanya 51% (100% - 49%) dijelaskan oleh variabel lain di luar
variabel yang digunakan yaitu pendidikan, pelatihan, ketekunan, dan
lainnya.
c. Uji Statistik F
Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai
F yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel ANOVA.
Tabel 4.26 Hasil Uji F (Anova)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 217.271 7 31.039 8.811 .000a
Residual 176.126 50 3.523 1
Total 393.397 57 Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.26 terlihat F hitung adalah 8.811 dengan
probabilitas 0.000 karena probabilitas (0.000) jauh lebih kecil dari
91
0.10 dan nilai F tabel (3.19) dengan derajat kebebasan 50, maka
dapat disimpulkan bahwa F hitung>F tabel ini berarti signifikan,
yang artinya ha1 diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh
yang nyata antara Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan
Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku
Etis secara bersama-sama dalam Pendeteksian Kecurangan.
d. Uji Statistik t
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p
value (Sig.) yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel
coefficients.
Tabel 4.27 Hasil Uji t
1) Hasil Pengujian Ha2
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan,
dengan menggunakan uji t dengan penetapan Alpha (taraf
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -2.449 2.915 -.840 .405
PENGETAHUAN .105 .107 .114 .981 .331
CIRI PSIKOLOGIS -.024 .098 -.033 -.243 .809
KEMAMPUAN BERFIKIR .076 .130 .074 .587 .560
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN .332 .147 .293 2.264 .028
ANALISIS TUGAS .177 .091 .258 1.946 .057
PENGALAMAN -.017 .067 -.030 -.245 .807
1
PERILAKU ETIS .381 .132 .345 2.893 .006
Sumber: data diolah
92
kesalahan) 10%, untuk pengetahuan t hitung 0.981<t tabel
1.676 dengan tingkat signifikansi 0.331>0.10, maka hal ini
berarti Ha2 ditolak. Sehingga pengetahuan adalah tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan.
2) Hasil Pengujian Ha3
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
ciri-ciri psikologis t hitung -0.243<t tabel 1.676 dengan tingkat
signifikansi 0.809>0.10, maka hal ini berarti Ha3 ditolak.
Sehingga ciri-ciri Psikologis adalah tidak berpengaruh secara
nyata terhadap pendeteksian kecurangan.
3) Hasil Pengujian Ha4
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
kemampuan berpikir t hitung 0.587<t tabel 1.676 dengan
tingkat signifikansi 0.560>0.10, maka hal ini berarti Ha4
ditolak. Sehingga kemampuan berpikir adalah tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan.
4) Hasil Pengujian Ha5
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan uji
signifikansi untuk strategi penentuan keputusan t hitung
2.264>1.676 maka hal ini berarti Ha5 diterima. Kemudian nilai
signifikansi strategi penentuan keputusan sebesar 0.028<0.10
menunjukkan strategi penentuan keputusan berpengaruh secara
nyata terhadap pendeteksian kecurangan.
93
5) Hasil Pengujian Ha6
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
analisis tugas t hitung 1.946>t tabel 1.676 dengan tingkat
signifikansi 0.057<0.10, maka hal ini berarti Ha6 diterima.
Sehingga analisis tugas berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan.
6) Hasil Pengujian Ha7
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
pengalaman t hitung -0.245<t tabel 1.676 dengan tingkat
signifikansi 0.807>0.10, maka hal ini berarti Ha7 ditolak.
Sehingga pengalaman adalah tidak berpengaruh secara nyata
terhadap pendeteksian kecurangan.
7) Hasil Pengujian Ha8
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
perilaku t hitung 2.893>1.676 maka hal ini berarti Ha7 diterima.
Kemudian nilai signifikansi perilaku sebesar 0.006<0.10
menunjukkan perilaku berpengaruh secara nyata terhadap
pendeteksian kecurangan.
Kemudian besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel
berukut.
94
Tabel 4.28 Hasil Regresi Berganda
Variabel Koefisien Probabilitas Konstanta -2.449 .405 Pengetahuan (X1) .105 .331 Ciri-ciri Psikologis (X2) -.024 .809 Kemampuan Berfikir (X3) .076 .560 Strategi Penentuan Keputusan (X4) .332 .028 Analisis Tugas (X5) .177 .057 Pengalaman (X6) -.017 .807 Perilaku Etis (X7) .381 .006
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.28 diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = -2.449 + 0.105 X1 – 0.024 X2 + 0.076 X3 + 0.332 X4 + 0.177 X5
– 0.017 X6 + 0.381 X7
3. Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas data menggunakan SPSS 16 dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
95
Sumber: data diolah Gambar 4.5
Uji Normalitas
Hasil dari output SPSS Normal P-Plot pada gambar 4.5
memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data variabel
penelitian (Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan
Berfikir, Strategi Penentuan Keputusan, Analisis Tugas,
Pengalaman, dan Perilaku Etis Terhadap Pencegahan
Kecurangan) Menyebar di sekitar garis diagonal dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Jadi
data pada keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi
normal.
2) Uji Multikolinieritas
Hasil pengujian adanya multikolinearitas dapat di lihat
pada tabel di bawah ini.
96
Tabel 4.29 Uji Multikolinieritas
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.29 terlihat bahwa nilai Tolerance
tidak kurang dari 0,1 dan nilai Varian inflation Factor (VIF)
tidak lebih dari 10. Dilihat dari tabel diatas maka dapat
diketahui nilai VIF secara keseluruhan yang ada pada tabel
diatas semuanya diabawah 10 dan nilai tolerance-nya di atas
0.1 dari semua variabel. Maka sapat disimpulkan hasil tersebut
mengindikasikan tidak terdapat gejala multikolinearitas
terhadap variabel-variabel penelitian yang ada pada tabel diatas
sehingga model regresi berganda dapat digunakan dalam
penelitian.
3) Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
Scatterplot antara SREDID dan ZPRED (Ghazali, 2005:105)
yang di perlihatkan gambar 4.6.
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
(Constant)
PENGETAHUAN .663 1.508
CIRI PSIKOLOGIS .498 2.006
KEMAMPUAN BERFIKIR .569 1.759
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN .533 1.875
ANALISIS TUGAS .511 1.956
PENGALAMAN .607 1.647
1
PERILAKU ETIS .630 1.587
97
Sumber: data diolah
Gambar 4.6 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik Scetterplot terlihat bahwa data
tersebar di sekitar titik Nol dan tidak terdapat suatu pola yang
jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
berganda sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi pengaruh Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis,
Kemampuan berfikir, Strategi Penentuan Keputusan, Analisis
Tugas, Pengalaman, Perilaku Etis Terhadap Pencegahan
Kecurangan.
b. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Tabel 4.30 Koefisien Determinasi (R²)
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .774a .599 .543 3.54513
Sumber: data diolah
98
Penghitungan menggunakan analisis regresi berganda
(multiple regression analysis) untuk menilai keseluruhan model
regresi apakah fit dengan data. Kita harus memperhatikan nilai
koefisien korelasi (R), nilai koefisien determinasi, nilai F hitung
dan nilai t hitung.
Hasil output SPSS pada tabel 4.30 menunjukkan nilai
koefisien korelasi berganda (R) antara variabel Pengetahuan, Ciri-
ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan
Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis adalah sebesar 0.774.
Menurut Gozali (2009:87), nilai (R) sebesar 0.774 menunjukkan
bahwa variabel Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan
Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku
Etis memiliki hubungan yang kuat dengan Pencegahan
Kecurangan.
Nilai koefisien determinasi (R Square) dalam penelitian ini
adalah sebesar 0.599 dan nilai koefisien determinasi yang sudah
disesuaikan (Adjusted R²) sebesar 0.543 Untuk model regresi
berganda digunakan (Adjusted R²). Jadi, dalam penelitian ini
54.3% variabel dependen pendeteksian kecurangan dijelaskan oleh
variabel independen Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis,
Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman,
dan Perilaku Etis dan sisanya 45.7% (100% - 54.3%) dijelaskan
99
oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan yaitu pendidikan,
pelatihan, ketekunan, dan lainnya.
c. Uji Statistik F
Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat
nilai F yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel ANOVA.
Tabel 4.31 Hasil Uji F (Anova)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 937.947 7 133.992 10.661 .000a
Residual 628.398 50 12.568 1
Total 1566.345 57 Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.31 terlihat F hitung adalah 10.811
dengan probabilitas 0.000 karena probabilitas (0.000) jauh lebih
kecil dari 0.10 dan nilai F tabel (3.19) dengan derajat kebebasan
50, maka dapat disimpulkan bahwa F hitung>F tabel ini berarti
signifikan, yang artinya Ha1 diterima. Kesimpulannya bahwa
terdapat pengaruh yang nyata antara Pengetahuan, Ciri-ciri
Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan,
Pengalaman, dan Perilaku Etis secara bersama-sama dalam
Pencegahan Kecurangan.
d. Uji Statistik t
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependendapat dilihat dari nilai t dan p
100
value (Sig.)yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel
coefficients.
Tabel 4.32 Hasil Uji t
1) Hasil Pengujian Ha2
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan uji
signifikansi dengan menggunakan uji t dengan penetapan alpha
(taraf kesalahan) 10% untuk pengetahuan t hitung 1.399<t
tabel 1.676 dengan tingkat signifikansi 0.168>0.10, maka hal
ini berarti Ha2 ditolak. Sehingga pengetahuan adalah tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan.
2) Hasil Pengujian Ha3
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
ciri-ciri psikologis t hitung 0.174<t tabel 1.676 dengan tingkat
signifikansi 0.862>0.10, maka hal ini berarti Ha3 ditolak.
Sumber: data diolah
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -7.454 5.507 -1.354 .182
PENGETAHUAN .284 .203 .154 1.399 .168
CIRI PSIKOLOGIS .032 .185 .022 .174 .862
KEMAMPUAN BERFIKIR .440 .245 .213 1.797 .078
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN .236 .277 .105 .854 .397
ANALISIS TUGAS .080 .172 .058 .464 .645
PENGALAMAN -.071 .127 -.064 -.561 .577
1
PERILAKU ETIS 1.124 .249 .510 4.519 .000
101
Sehingga variabel Ciri-ciri Psikologis adalah tidak berpengaruh
secara nyata terhadap pencegahan kecurangan.
3) Hasil Pengujian Ha4
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
kemampuan berpikir t hitung 1.797>t tabel 1.676 dengan
tingkat signifikansi 0.078<0.10, maka hal ini berarti Ha4
diterima. Sehingga kemampuan berpikir adalah berpengaruh
secara nyata terhadap pencegahan kecurangan.
4) Hasil Pengujian Ha5
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
strategi penentuan keputusan t hitung 0.85<t tabel 1.676
dengan tingkat signifikansi 0.397>0.10, maka hal ini berarti
Ha5 ditolak. Sehingga strategi penentuan keputusan adalah
tidak berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan
kecurangan.
5) Hasil Pengujian Ha6
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
analisis tugas t hitung 0.464<t tabel 1.676 dengan tingkat
signifikansi 0.645>0.10, maka hal ini berarti Ha6 ditolak.
analisis tugas adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap
pencegahan kecurangan.
102
6) Hasil Pengujian Ha7
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
pengalaman t hitung -0.561<t tabel 1.676 dengan tingkat
signifikansi 0.577>0.10, maka hal ini berarti Ha7 ditolak.
Sehingga pengalaman adalah tidak berpengaruh secara nyata
terhadap pencegahan kecurangan.
7) Hasil Pengujian Ha8
Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk
perilaku etis t hitung 4.519>1.676 maka hal ini berarti Ha8
diterima. Kemudian nilai signifikansi perilaku etis sebesar
0.000<0.10 menunjukkan perilaku etis berpengaruh secara
nyata pencegahan kecurangan.
Kemudian besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel
berukut.
Tabel 4.33 Hasil Regresi Berganda
Variabel Koefisien Probabilitas Konstanta -7.454 .182 Pengetahuan (X1) .284 .168 Ciri-ciri Psikologis (X2) .032 .862 Kemampuan Berfikir (X3) .440 .078 Strategi Penentuan Keputusan (X4) .236 .397 Analisis Tugas (X5) .080 .645 Pengalaman (X6) -.071 .577 Perilaku Etis (X7) 1.124 .000
Sumber: data diolah
103
Berdasarkan tabel 4.33 diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = -7.454 + 0.284 X1 + 0.032 X2 + 0.440 X3 + 0.236 X4 + 0.080
X5b – 0.071 X6 + 1.181 X7
C. Pembahasan dan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud)
a. Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
komponen keahlian internal auditor (komponen pengetahuan, cirri-
ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan,
analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis) Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan secara bersama-sama (simultan)
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendeteksian
kecurangan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu
semakin tinggi komponen keahlian yang dimiliki oleh seorang
auditor, maka semakin tinggi pula kemampuan internal auditor
dalam mendeteksi kecurangan.
Jenis-jenis kecurangan seperti kecurangan pada laporan
keuangan baik on book meupun off book, penyalahgunaan aset, dan
korupsi dapat dideteksi dengan mudah jika auditor Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai keahlian yang
tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darwito
(2006), dimana dalam penelitian tersebut Keahlian Auditor yang
104
terdiri atas komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan,
analisis tugas, dan perilaku etis memberikan pengaruh positif dan
nyata terhadap pemeriksaan kecurangan.
b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.331)>0.10 sehingga Ha2 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengetahuan auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor belum memiliki
pengetahuan yang memadai dalam mendeteksi kecurangan (fraud).
Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum
mengetahui secara mendalam mengapa seseorang melakukan fraud
termasuk penyebab fraud, jenis-jenis fraud, karakteristik fraud,
teknik-teknik fraud yang biasa terjadi (Effendi, 2008). Dalam hal
ini pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian
kecurangan karena berdasarkan karakteristik responden diketahui
bahwa hanya sebesar 31.1% yang berpendidikan akuntansi.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2008). Dimana dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendeteksian kecurangan.
105
c. Pengaruh Ciri-ciri Psikologis terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.809)>0.10 sehingga Ha3 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Ciri-ciri Psikologis auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan.
Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor yang memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain,
kreativitas, dan kepercayaan diri tidak menjamin auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mampu untuk
dapat mendeteksi kecurangan (Murtanto dan Gudono, 1999). Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
ciri-ciri psikologis internal auditor berpengaruh positif dan nyata
terhadap pendeteksian kecurangan.
d. Pengaruh Kemampuan Berpikir terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.560)>0.10 sehingga Ha4 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan berpikir
auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian
Kecurangan.
Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan harus meningkatkan kapasitas
106
yang lebih besar untuk menampung segala macam informasi yang
relevan agar mampu beradaptasi pada situasi yang baru, dan
mampu dalam mengindari tekanan yang dapat mengganggu
objektivitas sehingga mampu mendeteksi kecurangan (Murtanto
dan Gudono, 1999). Agar dapat mendeteksi kecurangan yang
terjadi auditor harus mampu berpikir seperti pencuri. Oleh karena
itu, kemampuan berpikir saja tidak cukup dimiliki oleh auditor
akan tetapi harus dibarengi dengan komponen keahlian lainnya
agar auditor semakin mampu dalam mendeteksi kecurangan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan
bahwa kemampuan berpikir internal auditor berpengaruh positif
dan nyata terhadap pendeteksian kecurangan.
e. Pengaruh Strategi Penentuan Keputusan terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.028)<0.10 sehingga Ha5
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Strategi Penentuan
Keputusan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian
Kecurangan. Hubungan antara Strategi Penentuan Keputusan
auditor terhadap pendeteksian kecuranga bersifat positif. Semakin
objektif auditor mengambil keputusan, maka akan semakin besar
pula kecenderungan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan.
107
Menurut Alba dan Hutchison (1987) dalam Murtanto dan
Gudono (1999) menyatakan bahwa peningkatan keakuratan
pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang
atipikal (tidak biasa) hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli.
Kondisi ini disebabkan karena mereka lebih sensitif dengan
ketidakharmonisan dibanding akuntan yang kurang ahli. Artinya,
auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung
lebih dapat mendeteksi kecurangan karena mampu mengambil
keputusan secara objektif serta memiliki sensitifitas terhadap
ketidakbiasaan-ketidakbiasaan yang terjadi sehingga pengambilan
keputusan terhadap terdapat atau tidaknya kecurangan menjadi
akurat.
Hasil penelitian ini konsisten penelitian yang dilakukan oleh
Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa strategi
penentuan keputusan internal auditor berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendeteksian kecurangan.
f. Pengaruh Analisis Tugas terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.057)<0.10 sehingga Ha6
diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan
analisis tugas auditor Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Pendeteksian Kecurangan. Hubungan antara Analisis Tugas auditor
terhadap pendeteksian kecuranga bersifat positif. Semakin besar
108
kemampuan auditor dalam menganalisis tugas maka auditor akan
mampu lebih baik dalam mendeteksi kecurangan.
Hasil diatas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mendeteksi
kecurangan karena mampu memahami dan mampu melakukan
penilaian terhadap kesulitan tugas dengan baik. Agar dapat
mendeteksi kecurangan dengan tepat, auditor dituntut untuk
memiliki kemampuan dalam menganalisis tugasnyayang
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit sehingga mampu
dalam menentukan keputusan terhadap suatu kecurangan.
(Murtanto dan Gudono, 1999)
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006). Dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan analisis tugas
auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemeriksaan
kecurangan.
g. Pengaruh Pengalaman terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.807)>0.10 sehingga Ha7 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengalaman auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hasil di
atas menunjukkan jika keahlian auditor Inspektorat Jenderal
109
Kementerian Perdagangan hanya berupa pengalaman maka auditor
belum mampu untuk dapat mendeteksi kecurangan.
Pemeriksaan kecurangan lebih merupakan sebagai proses
intuitif bukan suatu metodologi analitis formal. Keahlian dalam
pemeriksaan kecurangan tergantung pada mind set (pengalaman)
karena pemeriksaan kecurangan terutama dipelajari melalui
pengalaman bukan dari buku-buku teks audit maupun kertas kerja
tahun lalu (Darwito, 2006). Pengalaman dalam penelitian ini tidak
memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendeteksian kecurangan
disebabkan oleh auditor yang memiliki masa kerja antara 1 sampai
dengan tiga tahun sebesar 41.4%. Dan frekuensi auditor dalam
melakukan audit sebanyak lebih dari 15 kali hanya sebesar 46.6%.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hartoko dkk (1997). Dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa pengalaman berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perhatian seorang auditor tentang kekeliruan
yang terjadi. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bulchia (2008) yang menyatakan bahwa auditor yang
berpengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan.
h. Pengaruh Perilaku Etis terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.006)<0.10 sehingga Ha8
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Etis auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai
110
pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan.
Hubungan antara Perilaku Etis auditor terhadap pendeteksian
kecurangan bersifat positif. Semakin mampu auditor Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan berperilaku etis, maka akan
semakin besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mendeteksi
kecurangan.
Beradasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Aparatur Negara yaitu PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar
Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada bagian standar
umum poin kelima disebutkan bahwa ”auditor harus mematuhi
Kode Etik yang ditetapkan”. Auditor tidak saja harus
menggunakan seluruh kemampuan dan kecermatannya tetapi juga
dituntut untuk mematuhi kode etik yang ditetapkan. Dengan
demikian kompetensi dan etika harus dipenuhi secara bersamaan.
Hasil diatas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mendeteksi
kecurangan karena memiliki perilaku yang etis sebagai auditor
internal pemerintah karena telah mampu untuk mematuhi kode etik
sebagai auditor internal pemerintah sehingga pendeteksian
kecurangan dapat dilakukan dengan tepat.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wilopo (2008) yang menyatakan bahwa perilaku
tida etis auditor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap
111
kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya semakin etis perilaku
birokrat tidak berpengaruh secara nyata dalam menurunkan tingkat
kecurangan pemerintah.
2. Hasil Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
a. Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
komponen keahlian internal auditor (komponen pengetahuan,
cirri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan
keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis)
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan secara bersama-
sama (simultan) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
pencegahan kecurangan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah
positif, yaitu semakin tinggi komponen keahlian yang dimiliki
oleh seorang auditor, maka semakin tinggi pula kemampuan
internal auditor dalam mecegah kecurangan.
Keahlian auditor Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan yang meliputi komponen pengetahuan, ciri-ciri
psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan,
analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis sangat diperlukan
terutama dalam pencegahan kecurangan. Menghilangkan atau
mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan dapat dilakukan
dengan mengefektifkan pengendalian internal, fraud awareness,
112
dan menilai risiko terjadinya fraud. Keberhasilan dalam
mengefektifkan pengendalian internal baik secara aktif maupun
pasif dapat terwujud jika auditor memiliki keahlian yang tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darwito (2006).
Dimana dalam penelitian tersebut Keahlian Auditor yang terdiri
atas komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, analisis
tugas, dan perilaku etis memberikan pengaruh positif dan nyata
terhadap pemeriksaan kecurangan.
b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.168)>0.10 sehingga Ha2 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengetahuan auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang digunakan
Murtanto dan Gudono (1999) yang menjelaskan bahwa komponen
keahlian merupakan komponen penting dalam suatu keahlian.
Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan
terhadap fakta-fakta dan prosedur-prosedur. Penelitian ini
menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan belum mengetahui secara mendalam sebab-sebab
terjadinya fraud (Effendi, 2008). Dalam hal ini pengetahuan
auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan
113
karena berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa hanya
sebesar 31.1% yang berpendidikan akuntansi. Pencegahan
kecurangan dapat dilakukan dengan pengendalian internal aktif
maupun pasif (Tuanakotta, 2007:164). Sedangkan, pengetahuan
akan pengendalian internal sebagian besar diperoleh melalui
pendidikan akuntansi.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2008) yang mengungkapkan bahwa
pengetahuan berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan
kecurangan. Penelitian ini berbeda pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) dalam
Darwito (2006), penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan
berpengaruh positif dan nyata pemeriksaan kecurangan.
c. Pengaruh Ciri-ciri Psikologis terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.862)>0.10 sehingga Ha3 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Ciri-ciri Psikologis auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Semakin
baik ciri-ciri psikologis auditor tidak menjamin bahwa auditor akan
mampu lebih baik dalam mencegah kecurangan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang digunakan
Murtanto dan Gudono (1999) yang menjelaskan bahwa ciri-ciri
psikologis merupakan self-presentation-image attributes of experts
114
seperti kemampuan di dalam berkomunikasi, kreativitas, bekerja
sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian.
Kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan bekerja sama
merupakan hal terpenting bagi auditor dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum memiliki
kemampuan yang nyata dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan
orang lain, kreativitas, dan kepercayaan diri sehingga belum
mampu untuk dapat mencegah kecurangan apabila tidak dibarengi
oleh komponen keahlian lainnya.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2008). Dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa ciri-ciri psikologis internal auditor
berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan.
d. Pengaruh Kemampuan Berpikir terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.078)<0.10 sehingga Ha4
diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan
berpikir auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan
Kecurangan. Hubungan antara Kemampuan Berpikir terhadap
Pencegahan Kecurangan bersifat positif. Semakin baik kemampuan
berpikir auditor maka auditor akan mampu lebih baik dalam
mencegah kecurangan.
115
Penelituan ini mendukung teori yang digunakan Murtanto
dan Gudono (1999), kemampuan berpikir merupakan kemampuan
untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Karakteristik
kemampuan berpikir meliputi kemampuan beradaptasi pada situasi
yang baru dan ambigius, perhatian pada fakta-fakta yang relevan
dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan
merupakan susatu kemampuan yang efektif untuk menghindari
tekanan-tekanan. Teori yang digunakan Darwito (2006) juga
mengemukakan bahwa belajar menjadi seorang fraud auditor
berarti belajar untuk berpikir seperti pencuri ”dimanakah letak
kerangka terlemah dari rantai pengendalian intern”. Dengan
mengetahui kelemahan pengendalian intern maka akan
memudahkan auditor internal dapat menghilangkan atau
mengeliminir sebab-sebab terjadinya kecurangan karena auditor
internal telah berupaya memasang pagar-pagar pengamanan baik
secara aktif maupun pasif untuk melindungi aset.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2008). Dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir internal auditor
berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan.
e. Pengaruh Strategi Penentuan Keputusan terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.397)>0.10 sehingga Ha5 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa strategi penentuan
116
keputusan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan
Kecurangan.
Menurut Alba dan Hutchison (1987) dalam Murtanto dan
Gudono (1999) menyatakan bahwa peningkatan keakuratan
pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang
atipikal (tidak biasa) hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli.
Kondisi ini disebabkan karena mereka lebih sensitif dengan
ketidakharmonisan dibanding akuntan yang kurang ahli. auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung hanya
dapat mendeteksi kecurangan karena mampu mengambil
keputusan secara objektif serta memiliki sensitifitas terhadap
ketidakbiasaan-ketidakbiasaan yang terjadi sehingga pengambilan
keputusan terhadap terdapat atau tidaknya kecurangan menjadi
akurat. Akan tetapi auditor belum mampu mengambil keputusan
yang akurat mengenai cara-cara pencegahan kecurangan melalui
pengendalian intern, fraud awareness, dan upaya menilai risiko
terjadinya fraud.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan
bahwa strategi penentuan keputusan internal auditor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan.
117
f. Pengaruh Analisis Tugas terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.645)>0.10 sehingga Ha6 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan analisis tugas
auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan
Kecurangan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa auditor Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung cenderung hanya
mampu memahami dan melakukan penilaian terhadap kesulitan
tugas untuk mendeteksi kecurangan. Agar dapat mengeliminir
sebab-sebab terjadinya kecurangan, auditor dituntut untuk
memiliki kemampuan dalam menganalisis tugasnya yang
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit sehingga mampu
dalam mengatasi berbagai macam kecurangan. (Murtanto dan
Gudono, 1999).
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) dalam
Darwito (2006). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
kemampuan analisis tugas auditor berpengaruh positif dan nyata
terhadap pemeriksaan kecurangan.
g. Pengaruh Pengalaman terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.577)>0.10 sehingga Ha7 ditolak.
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengalaman auditor
118
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan.
Penelitian ini tidak mendukung teori yang digunakan oleh
Bouwman dan Bradley (1997:93) dalam Budisusetyo, dkk (2005)
pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di
bidangnya. Ketika auditor menjadi lebih berpengalaman, maka
auditor menjadi lebih sadar terhadap kecurangan serta lebih
menonjol dalam menganalisa yang berkaitan dengan kecurangan
tersebut. Mohammadi dan Wright (1987) dalam Sumardi dan
Hardiningsih (2001) dalam Budisusetyo, dkk (2005) menyatakan
bahwa pengalaman ternyata secara signifikan mempengaruhi
pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas penugasan
yang dihadapi oleh auditor. Demikian pula menurut Libby dan
Frederick (1990) dalam Ashton (1991), bahwa auditor yang
berpengalaman memperlihatkan pengetahuan yang lebih lengkap
mengenai kesalahan yang ada dalam laporan keuangan. Dengan
banyaknya pengalaman auditor, akan dapat memberikan masukan
rinci terhadap masalah dan solusinya.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hartoko dkk (1997). Dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa pengalaman berpengaruh positif dan nyata
terhadap perhatian seorang auditor tentang kekeliruan yang terjadi.
119
h. Pengaruh Perilaku Etis terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada variabel ini, p value (0.000)<0.10 sehingga Ha8
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Etis auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Hubungan
antara Perilaku Etis auditor terhadap pencegahanan kecuranga
bersifat positif. Semakin mampu auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan berperilaku etis, maka akan semakin
besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mencegah
kecurangan.
Penelitian ini mendukung Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara yaitu PER/05/M.PAN/03/2008
tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada
bagian standar umum poin kelima disebutkan bahwa ”auditor harus
mematuhi Kode Etik yang ditetapkan”. Hasil di atas menunjukkan
bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
cenderung lebih dapat mencegah kecurangan karena memiliki
perilaku yang etis sebagai auditor internal pemerintah. Di tengah-
tengah perkembangan zaman yang sedang banyak terjadi degradasi
moral ternyata audior Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan mampu bersikap independen dengan tetap mematuhi
kode etik sebagai auditor internal pemerintah sehingga pencegahan
120
kecurangan dapat dilakukan dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh
pimpinan lembaga.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2008) yang mengungkapkan bahwa
perilaku etis internal auditor berpengaruh nyata terhadap
pencegahan kecurangan. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wilopo (2008) yang menyatakan bahwa perilaku
tida etis auditor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap
kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya semakin etis perilaku
birokrat tidak berpengaruh secara nyata dalam menurunkan tingkat
kecurangan pemerintah.
121
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi dibentuk bahwa variabel strategi penentuan keputusan,
analisis tugas, dan perilaku etis berpengaruh positif dan nyata terhadap
pendeteksian kecurangan. Sedangkan variabel pengetahuan, ciri-ciri
psikologis, kemampuan berpikir, dan pengalaman tidak berpengaruh
secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. Variabel yang
memiliki pengaruh paling dominan terhadap pendeteksian kecurangan
adalah variabel perilaku etis.
2. Hasil uji regresi dibentuk bahwa variabel kemampuan berpikir dan
perilaku etis berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan
kecurangan. Sedangkan variabel pengetahuan, ciri-ciri psikologis,
strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan pengalaman tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan. Variabel
yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pencegahan
kecurangan adalah variabel perilaku etis.
122
B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan dalam hal pendeteksian dan pencegahan
kecurangan, diperlukan upaya peningkatan komponen keahlian auditor
secara bersama-sama (simultan) serta tidak dapat dilakukan secara
partial. Hal ini menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan harus memiliki ketujuh komponen keahlian
(pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi
penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis)
agar dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan (fraud). Jika auditor
internal dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan yang terjadi,
maka auditor internal lebih mudah melakukan investigasi audit atas
kecurangan yang terjadi, dimana investigasi audit merupakan
pelaksanaan lebih lanjut bagi auditor internal untuk mendapatkan
keyakinan memadai bahwa kecurangan yang telah terdeteksi benar-
benar terjadi.
2. Hasil dari penelitian ini juga memberikan implikasi bahwa komponen
strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan perilaku etis memiliki
pengaruh yang nyata terhadap pendeteksian kecurangan di Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan, terutama komponen perilaku etis
yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pendeteksian
kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian ini pula didapat bahwa
123
komponen kemampuan berpikir dan perilaku etis memiliki pengaruh
yang nyata terhadap pencegahaan kecurangan di Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan, terutama komponen perilaku etis yang
memiliki pengaruh paling dominan terhadap pencegahan kecurangan.
Hal ini mengindikasikan bahwa auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan memiliki serta menjunjung tinggi perilaku
yang etis sebagai auditor sehingga dapat mendeteksi dan mencegah
kecurangan (fraud).
C. Keterbatasan
Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Responden penelitian ini adalah hanya pada auditor Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan, serta tidak melibatkan auditor
internal pemerintah yang lain, sehingga mengurangi kemampuan
generalisasi.
2. Pengukuran seluruh variabel dilakukan secara subyektif atau
berdasarkan persepsi responden, yang akan menimbulkan masalah bila
persepsi responden berbeda dengan keadaan yang sebenarnya.
D. Saran
Atas dasar kesimpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area
penelitian, tidak hanya pada satu kementerian saja, sehingga lebih
dapat digeneralisasikan.
124
2. Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan hendaknya
mengevaluasi dan meningkatkan keahlian yang dimiliki oleh auditor
sehinggga jika terjadi kecurangan pada Kementerian Perdagangan
dapat lebih terdeteksi dan dapat dicegah semaksimal mungkin.
3. Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan hendaknya
lebih sadar lagi akan pentingnya keahlian sebagai auditor dalam
menjalankan tugas dan fungsinya terutama dalam melakukan
pendeteksian dan pencegahan kecurangan agar penyebab maupun
kecurangan itu sendiri dapat diminimalisir.
4. Ketika membagi kuesioner kepada responden, sebaiknya peneliti
memastikan bahwa responden mengerti maksud dari kuesioner yang
akan diisi, misalnya dengan cara peneliti memberikan penjelasan
secara langsung kepada responden agar data yang diperoleh nantinya
tidak bias dan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian ini.
Frequencies
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BAB IV\DESKRIPTIF RESPONDEN\DESKRIPTIF RESPONDEN.sav
Statistics
WILAYAH
INSPEKTORAT JABATAN
PENDIDIKAN
TERAKHIR JURUSAN LAMA BEKERJA
FREKUENSI
AUDIT JENIS AUDIT
Valid 58 58 58 58 58 58 58 N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
WILAYAH INSPEKTORAT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
IR I 13 22.4 22.4 22.4
IR II 16 27.6 27.6 50.0
IR III 14 24.1 24.1 74.1
IR IV 15 25.9 25.9 100.0
Valid
Total 58 100.0 100.0
JABATAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
AUDITOR AHLI MADYA 10 17.2 17.2 17.2
AUDITOR AHLI MUDA 6 10.3 10.3 27.6
AUDITOR AHLI PERTAMA 14 24.1 24.1 51.7
CALON AUDITOR 10 17.2 17.2 69.0
PELAKSANA 18 31.0 31.0 100.0
Valid
Total 58 100.0 100.0
PENDIDIKAN TERAKHIR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
S1 48 82.8 82.8 82.8
S2 10 17.2 17.2 100.0
Valid
Total 58 100.0 100.0
JURUSAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
AKUNTANSI 18 31.0 31.0 31.0
MANAJEMEN 15 25.9 25.9 56.9
HUKUM 15 25.9 25.9 82.8
EKONOMI PEMBANGUNAN 1 1.7 1.7 84.5
ADMINISTRASI NEGARA 6 10.3 10.3 94.8
EKONOMI PERTANIAN 2 3.4 3.4 98.3
TEKNIK INFORMATIKA 1 1.7 1.7 100.0
Valid
Total 58 100.0 100.0
LAMA BEKERJA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
1 - 3 TAHUN 24 41.4 41.4 41.4
4 - 7 TAHUN 8 13.8 13.8 55.2
8 - 11 TAHUN 1 1.7 1.7 56.9
< 11 TAHUN 25 43.1 43.1 100.0
Valid
Total 58 100.0 100.0
FREKUENSI AUDIT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
> 5 KALI 9 15.5 15.5 15.5
5 - 10 KALI 17 29.3 29.3 44.8
10 - 15 KALI 5 8.6 8.6 53.4
< 15 KALI 27 46.6 46.6 100.0
Valid
Total 58 100.0 100.0
JENIS AUDIT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
GENERAL AUDIT 15 25.9 25.9 25.9
OPERATIONAL AUDIT 37 63.8 63.8 89.7
COMPLIANCE AUDIT 3 5.2 5.2 94.8
AUDIT INVESTIGASI 3 5.2 5.2 100.0
Valid
Total 58 100.0 100.0
PENGETAHUAN Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pt1 3.7586 1.06475 58
pt2 3.7414 .98338 58
pt3 3.8793 1.04424 58
pt4 3.3276 1.06603 58
pt5 3.7759 .79567 58
pt6 4.2931 .70109 58
PENGETAHUAN 22.7759 2.84107 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
pt1 41.7931 26.623 .412 .642
pt2 41.8103 27.806 .339 .658
pt3 41.6724 27.803 .308 .663
pt4 42.2241 26.247 .449 .634
pt5 41.7759 28.914 .320 .665
pt6 41.2586 29.493 .302 .670
PENGETAHUAN 22.7759 8.072 1.000 .389
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.678 7
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
45.5517 32.287 5.68214 7
CIRI PSIKOLOGIS Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.712 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
cp1 3.7759 .87946 58
cp2 3.6552 .94686 58
cp3 3.8621 .98138 58
cp4 4.1552 1.07282 58
cp5 4.0345 1.15418 58
cp6 4.2931 .49590 58
cp7 3.7241 1.23960 58
Ciri-Ciri Psikologis 27.5000 3.68615 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
cp1 51.2241 47.300 .519 .680
cp2 51.3448 52.160 .095 .728
cp3 51.1379 45.349 .608 .664
cp4 50.8448 46.905 .428 .686
cp5 50.9655 44.946 .522 .669
cp6 50.7069 51.123 .420 .705
cp7 51.2759 45.221 .455 .678
Ciri-Ciri Psikologis 27.5000 13.588 1.000 .574
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
55.0000 54.351 7.37230 8
KEMAMPUAN BERFIKIR Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.762 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
kb1 3.8448 1.00528 58
kb2 4.0690 .97084 58
kb3 3.9483 .96286 58
kb4 4.1724 .86121 58
KEMAMPUAN BERFIKIR 16.0345 2.54066 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
kb1 28.2241 19.791 .561 .723
kb2 28.0000 20.175 .539 .730
kb3 28.1207 19.020 .699 .692
kb4 27.8966 22.094 .369 .770
KEMAMPUAN BERFIKIR 16.0345 6.455 1.000 .585
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
32.0690 25.820 5.08131 5
Correlations
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Correlations
kb1 kb2 kb3 kb4
KEMAMPUAN
BERFIKIR
Pearson Correlation 1 .209 .481** .092 .689**
Sig. (2-tailed) .116 .000 .491 .000
kb1
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .209 1 .398** .153 .668**
Sig. (2-tailed) .116 .002 .250 .000
kb2
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .481** .398** 1 .201 .790**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .130 .000
kb3
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .092 .153 .201 1 .510**
Sig. (2-tailed) .491 .250 .130 .000
kb4
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .689** .668** .790** .510** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 KEMAMPUAN BERFIKIR
N 58 58 58 58 58
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.703 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pk1 3.9138 .88426 58
pk2 4.0690 .83481 58
pk3 4.4655 .70625 58
pk4 3.7759 1.02672 58
pk5 3.8276 1.02833 58
Strategi Penentuan
Keputusan 20.0517 2.49506 58
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
pk1 36.1897 20.121 .504 .658
pk2 36.0345 21.332 .372 .686
pk3 35.6379 20.446 .620 .650
pk4 36.3276 22.189 .171 .728
pk5 36.2759 19.607 .465 .660
Strategi Penentuan
Keputusan 20.0517 6.225 1.000 .429
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
40.1034 24.901 4.99013 6
ANALISIS TUGAS Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.776 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
at1 3.4310 1.18636 58
at2 3.8276 .75249 58
at3 3.8966 .78784 58
at4 3.5862 1.25704 58
at5 3.1897 1.36955 58
Analisis Tugas 17.9310 3.81990 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
at1 32.4310 46.600 .640 .734
at2 32.0345 53.227 .417 .779
at3 31.9655 50.034 .692 .750
at4 32.2759 45.326 .677 .724
at5 32.6724 44.329 .667 .721
Analisis Tugas 17.9310 14.592 1.000 .732
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
35.8621 58.367 7.63980 6
Correlations
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Correlations
at1 at2 at3 at4 at5 Analisis Tugas
Pearson Correlation 1 .183 .480** .475** .348** .727**
Sig. (2-tailed) .169 .000 .000 .007 .000
at1
N 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .183 1 .236 .146 .407** .496**
Sig. (2-tailed) .169 .075 .275 .002 .000
at2
N 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .480** .236 1 .576** .425** .744**
Sig. (2-tailed) .000 .075 .000 .001 .000
at3
N 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .475** .146 .576** 1 .383** .761**
Sig. (2-tailed) .000 .275 .000 .003 .000
at4
N 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .348** .407** .425** .383** 1 .760**
Sig. (2-tailed) .007 .002 .001 .003 .000
at5
N 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .727** .496** .744** .761** .760** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 Analisis Tugas
N 58 58 58 58 58 58
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PENGALAMAN Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.721 11
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pl1 3.9138 .90388 58
pl2 4.0345 .87791 58
pl3 3.3276 1.04944 58
pl4 3.0862 1.27437 58
pl5 3.7759 1.00948 58
pl6 3.7414 1.03552 58
pl7 3.9483 .68627 58
pl8 4.0172 .51269 58
pl9 4.1724 .75249 58
pl10 3.9483 .88699 58
PENGALAMAN 37.9655 4.73496 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
pl1 72.0172 82.368 .396 .705
pl2 71.8966 81.252 .484 .699
pl3 72.6034 80.700 .418 .701
pl4 72.8448 76.835 .502 .688
pl5 72.1552 79.291 .521 .692
pl6 72.1897 79.069 .518 .692
pl7 71.9828 81.666 .608 .697
pl8 71.9138 85.238 .441 .712
pl9 71.7586 84.327 .346 .711
pl10 71.9828 84.859 .247 .717
PENGALAMAN 37.9655 22.420 1.000 .690
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
75.9310 89.679 9.46992 11
PERILAKU ETIS Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.690 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pe1 4.2414 .62996 58
pe2 4.3621 .51973 58
pe3 4.3793 .52407 58
pe4 4.0690 .81353 58
pe5 4.1207 .79643 58
pe6 3.4483 1.35300 58
Perilaku Etis 24.6207 2.53279 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
pe1 45.0000 21.825 .584 .645
pe2 44.8793 23.196 .438 .672
pe3 44.8621 23.244 .424 .673
pe4 45.1724 20.882 .554 .636
pe5 45.1207 23.511 .196 .697
pe6 45.7931 19.711 .343 .673
Perilaku Etis 24.6207 6.415 1.000 .439
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
49.2414 25.660 5.06557 7
Correlations
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Correlations
pe1 pe2 pe3 pe4 pe5 pe6 Perilaku Etis
Pearson Correlation 1 .425** .355** .344** .011 .262* .663**
Sig. (2-tailed) .001 .006 .008 .936 .047 .000
pe1
N 58 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .425** 1 .518** .189 .189 -.035 .519**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .156 .155 .793 .000
pe2
N 58 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .355** .518** 1 .308* .014 .003 .507**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .019 .914 .980 .000
pe3
N 58 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .344** .189 .308* 1 .285* .115 .660**
Sig. (2-tailed) .008 .156 .019 .030 .391 .000
pe4
N 58 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .011 .189 .014 .285* 1 -.198 .345**
Sig. (2-tailed) .936 .155 .914 .030 .137 .008
pe5
N 58 58 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .262* -.035 .003 .115 -.198 1 .568**
Sig. (2-tailed) .047 .793 .980 .391 .137 .000
pe6
N 58 58 58 58 58 58 58
Perilaku Etis Pearson Correlation .663** .519** .507** .660** .345** .568** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .008 .000
N 58 58 58 58 58 58 58
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PENDETEKSIAN KECURANGAN Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.807 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pd1 4.1034 .87238 58
pd2 3.9655 .74846 58
pd3 4.2586 .86977 58
pd4 4.0345 .89767 58
PENDETEKSIAN
KECURANGAN 16.3621 2.62711 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
pd1 28.6207 22.626 .509 .802
pd2 28.7586 22.221 .684 .780
pd3 28.4655 20.394 .822 .743
pd4 28.6897 20.463 .780 .748
PENDETEKSIAN
KECURANGAN 16.3621 6.902 1.000 .776
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
32.7241 27.607 5.25422 5
Correlations
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Correlations
pd1 pd2 pd3 pd4
PENDETEKSIAN
KECURANGAN
Pearson Correlation 1 .274* .403** .242 .626**
Sig. (2-tailed) .037 .002 .067 .000
pd1
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .274* 1 .526** .602** .756**
Sig. (2-tailed) .037 .000 .000 .000
pd2
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .403** .526** 1 .752** .872**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000
pd3
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .242 .602** .752** 1 .843**
Sig. (2-tailed) .067 .000 .000 .000
pd4
N 58 58 58 58 58
Pearson Correlation .626** .756** .872** .843** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 PENDETEKSIAN
KECURANGAN
N 58 58 58 58 58
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PENCEGAHAN KECURANGAN Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.763 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pc1 4.3621 .69328 58
pc2 4.0345 1.10764 58
pc3 3.9828 1.13155 58
pc4 4.0345 .97271 58
pc5 4.2414 .70860 58
pc6 4.0172 1.05117 58
pc7 3.6034 1.37573 58
pc8 4.1724 .65260 58
PENCEGAHAN
KECURANGAN 32.4483 5.24211 58
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
pc1 60.5345 101.306 .583 .750
pc2 60.8621 93.244 .722 .725
pc3 60.9138 93.484 .693 .726
pc4 60.8621 97.454 .600 .740
pc5 60.6552 101.388 .563 .750
pc6 60.8793 94.213 .716 .728
pc7 61.2931 92.913 .570 .731
pc8 60.7241 103.291 .468 .757
PENCEGAHAN
KECURANGAN 32.4483 27.480 1.000 .816
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
64.8966 109.919 10.48422 9
REGRESI PENDETEKSIAN Regression
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PENDETEKSIAN
KECURANGAN 16.3621 2.62711 58
PENGETAHUAN 22.7759 2.84107 58
CIRI PSIKOLOGIS 23.8448 3.59728 58
KEMAMPUAN BERFIKIR 16.0345 2.54066 58
STRATEGI PENENTUAN
KEPUTUSAN 16.2759 2.32298 58
ANALISIS TUGAS 17.9310 3.81990 58
PENGALAMAN 37.9655 4.73496 58
PERILAKU ETIS 20.5000 2.37863 58
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 PERILAKU ETIS,
PENGALAMAN,
KEMAMPUAN
BERFIKIR,
PENGETAHUAN,
ANALISIS TUGAS,
STRATEGI
PENENTUAN
KEPUTUSAN,
CIRI
PSIKOLOGISa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .743a .552 .490 1.87684
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN,
KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS,
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS
b. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 217.271 7 31.039 8.811 .000a
Residual 176.126 50 3.523 1
Total 393.397 57
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN,
ANALISIS TUGAS, STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS
b. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) -2.449 2.915 -.840 .405
PENGETAHUAN .105 .107 .114 .981 .331 .663 1.508
CIRI PSIKOLOGIS -.024 .098 -.033 -.243 .809 .498 2.006
KEMAMPUAN BERFIKIR .076 .130 .074 .587 .560 .569 1.759
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN .332 .147 .293 2.264 .028 .533 1.875
ANALISIS TUGAS .177 .091 .258 1.946 .057 .511 1.956
PENGALAMAN -.017 .067 -.030 -.245 .807 .607 1.647
1
PERILAKU ETIS .381 .132 .345 2.893 .006 .630 1.587
a. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 10.8930 19.8228 16.3621 1.95237 58
Std. Predicted Value -2.801 1.773 .000 1.000 58
Standard Error of Predicted
Value .339 1.180 .666 .208 58
Adjusted Predicted Value 11.1448 19.7828 16.3434 1.92732 58
Residual -5.54489 4.07302 .00000 1.75782 58
Std. Residual -2.954 2.170 .000 .937 58
Stud. Residual -3.147 2.314 .005 1.007 58
Deleted Residual -6.29222 4.63112 .01865 2.04040 58
Stud. Deleted Residual -3.479 2.424 -.002 1.043 58
Mahal. Distance .875 21.530 6.879 4.871 58
Cook's Distance .000 .167 .021 .034 58
Centered Leverage Value .015 .378 .121 .085 58
a. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
Charts
REGRESI PENCEGAHAN Regression
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PENCEGAHAN
KECURANGAN 32.4483 5.24211 58
PENGETAHUAN 22.7759 2.84107 58
CIRI PSIKOLOGIS 23.8448 3.59728 58
KEMAMPUAN BERFIKIR 16.0345 2.54066 58
STRATEGI PENENTUAN
KEPUTUSAN 16.2759 2.32298 58
ANALISIS TUGAS 17.9310 3.81990 58
PENGALAMAN 37.9655 4.73496 58
PERILAKU ETIS 20.5000 2.37863 58
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PERILAKU
ETIS,
PENGALAMAN,
KEMAMPUAN
BERFIKIR,
PENGETAHUAN
, ANALISIS
TUGAS,
STRATEGI
PENENTUAN
KEPUTUSAN,
CIRI
PSIKOLOGISa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .774a .599 .543 3.54513
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN,
KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS,
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS
b. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 937.947 7 133.992 10.661 .000a
Residual 628.398 50 12.568 1
Total 1566.345 57
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR,
PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS, STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI
PSIKOLOGIS
b. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) -7.454 5.507 -1.354 .182
PENGETAHUAN .284 .203 .154 1.399 .168 .663 1.508
CIRI PSIKOLOGIS .032 .185 .022 .174 .862 .498 2.006
KEMAMPUAN
BERFIKIR .440 .245 .213 1.797 .078 .569 1.759
STRATEGI
PENENTUAN
KEPUTUSAN
.236 .277 .105 .854 .397 .533 1.875
ANALISIS TUGAS .080 .172 .058 .464 .645 .511 1.956
PENGALAMAN -.071 .127 -.064 -.561 .577 .607 1.647
1
PERILAKU ETIS 1.124 .249 .510 4.519 .000 .630 1.587
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 21.6163 39.9623 32.4483 4.05650 58
Std. Predicted Value -2.670 1.852 .000 1.000 58
Standard Error of Predicted
Value .640 2.228 1.258 .393 58
Adjusted Predicted Value 22.3374 39.9542 32.5140 4.08525 58
Residual -1.27576E1 6.26598 .00000 3.32032 58
Std. Residual -3.599 1.767 .000 .937 58
Stud. Residual -3.917 1.890 -.009 1.010 58
Deleted Residual -1.51159E1 7.16153 -.06575 3.87377 58
Stud. Deleted Residual -4.658 1.941 -.020 1.069 58
Mahal. Distance .875 21.530 6.879 4.871 58
Cook's Distance .000 .355 .021 .048 58
Centered Leverage Value .015 .378 .121 .085 58
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
Charts