analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap …digilib.unila.ac.id/23949/14/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAIPERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOSIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEIPada Tahun 2013-2015)
(Skripsi)
Oleh
Ryzga Al’akbar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2016
ABSTRACT
ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE ON CORPORATEVALUES WITH DISCLOSURE OF CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE(GCG) AS MODERATING VARIABEL
MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN BEI
ByRyzga Al'akbar
The study examined the effect of disclosure of Corporate Social Responsibility(CSR) and independent commissioners as a proxy of Good Corporate Governancein the relationship between ROA as a proxy of financial performance andnilaiperusahaan. The purpose of research is to find empirical evidence of (a) theeffect of financial performance ROA on firm value, (b) the effect of CSR on ROArelation to corporate value, (c) the influence of independent directors on therelationship ROA on firm value.
The sample in this research is manufacturing companies listedin the Indonesia Stock Exchange (IDX) in the range of 2013-2015. Researchsamples are of 30 companies with 90 observations. Data analysisusing simple linear regression analysis for hypothesis 1 and multiple linearregression analysis to test Moderated Regression Analysis (MRA) for hypotheses2 and 3.
The results of this research wich by using linear regression analysis showed thatthe ROA have significant effect on firm value. While moderating variable analysismethods MRA showed that CSR disable to moderate ROA on firm value. Andwhile moderating variable analysis methods MRA showed that independentcommissioner disable to moderate ROA on firm value.
Keywords : Financial Performance (ROA), Value Company (Tobins'Q),Good Corporate Governance (Independent Commissioner),Disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAIPERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOSIALRESPONSIBILITY (CSR) DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATINGPADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
OlehRyzga Al’akbar
Studi ini meneliti pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility(CSR) dan komisaris independen sebagai proksi dari Good CorporateGovernance terhadap hubungan antara ROA sebagai proksi dari kinerja keuangandan nilaiperusahaan. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan bukti empiristentang (a) pengaruh kinerja keuangan ROA terhadap nilai perusahaan, (b)pengaruh pengungkapan CSR terhadap hubungan ROA terhadap nilai perusahaan,(c) pengaruh komisaris independen terhadap hubungan ROA terhadap nilaiperusahaan.
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftardalam Indonesia Stock Exchange (IDX) dalam rentang tahun 2013-2015. Sampelpenelitian adalah sebanyak 30 perusahaan dengan 90 observasi. Analisis datamenggunakan analisis regresi linear sederhana untuk hipotesis 1 dan analisisregresi linear berganda dengan uji Moderated Regression Analysis (MRA) untukhipotesis 2 dan 3.
Hasil penelitian dengan analisis regresi linear menunjukkan bahwa ROAmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkananalisis variabel moderating dengan metode MRA menunjukkan bahwapengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan ROA terhadap nilaiperusahaan. Sedangkan analisis variabel moderating dengan metode MRAmenunjukkan bahwa pengungkapan komisaris independen tidak mampumemoderasi hubungan ROA terhadap nilai perusahaan
Kata kunci: Kinerja Keuangan (ROA), Nilai Perusahaan (Tobins’Q), GoodCorporate Governance (Komisaris Independen), PengungkapanCorporate Social Responsibility (CSR)
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAIPERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOSIALRESPONSIBILITY (CSR) DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEIPada Tahun 2013-2015)
Oleh
Ryzga Al’akbar
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan PT Gunung Madu Plantations, kecamatan Terusan Nunyai,
kabupaten Lampung Tengah provinsi Lampung pada tanggal 29 Januari 1993,
sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari bapak Eko Purwanto dan ibu Puji
Lestari.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Satya Dharma Sudjana PT Gunung Madu
Plantations, Sekolah Dasar (SD) diselsaikan di SDN 1 Terusan Nunyai, Lampung
Tengah pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Satya
Dharma Sudjana PT Gunung Madu Plantations lulus pada tahun 2008 dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Bandar Lampung lulus pada tahun
2011.
Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan D3 Akuntansi/FEB
Unila, kemudian lulus tahun 2014 dan melanjutkan studi ke Jurusan S1 Akuntansi
FEB Unila.
MOTTO
Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, untuk itu
janganlah kamu selalu mengeluh tetapi kamu harus selalu bersyukur atas yang diberikan
oleh Allah kepadamu. Karena, apa yang sekarang ini kamu keluhkan bisa jadi itu adalah
impian bagi orang lain. Dan ingat belajar lah prihatin terlebih dahulu untuk memperoleh
kesuksessan.
(Bapak Eko Purwanto, Ibu Puji Lestari dan Ibu Delfi)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
Karya ini kupersembahkan kepada:
Papa & Mama, yang selalu memberikan cinta dan kasih, dukungan, doa, serta
pelajaran dan didikannya.
Mpok ling dan onty kiki yang selalu memberikan semangat, doa dan motivasi.
Seluruh keluarga besar,
Sahabat-sahabat dan Almamater tercinta jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
SANWACANA
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan segala puji syukur penulis panjatkan atas segala rahmat dan ridho Allah
SWT, karena berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan.Hal ini disadari
sepenuhnya oleh penulis mengingat berupaya menyajikan laporan tugas akhir ini
dengan sebaik mungkin.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini,
khususnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan S.E.,M.si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Satu
atas bimbingan dan pengarahannya.
4. Ibu Dewi Sukmasari, S.E., M.S.A., Akt. selaku Dosen Pembimbing Dua atas
bimbingan dan pengarahannya.
5. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E.,M.Si., Akt. selaku Dosen Penguji pada Skripsi saya.
6. Staf Dosen dan Karyawan di Lingkungan fakultas Ekonomi.
7. Pak Eko dan bu Puji serta mpok ling dan onty kiki yang telah memberikan
dukungan baik materi maupun spiritual sehinga dapat melalui rintangan.
8. Muhammad Benzema Assegaf yang selalu membuat saya semangat dalam
menuntut ilmu di bangku perkuliahan.
9. Tante Ulan Terima Kasih doa dan supportnya.
10. Ibu Delfi yang selalu memberi motivasi, semangat dan sindirian agar saya
bisa segera menyelsaikan kuliah dan menjadi orang yang sukses.
11. Billy Alfianda buat bantuan yang tiada henti untuk mengerjakan skripsi ini.
Dari pengajuan judul sampai sidang uji komprehensif. Thank you broo!!!
12. Sahabat satu almamater konversi 2011 Gadro, Kak Roy, Dedi, Singgih, Kak
Regiza, Kak Eko, papi Aziz, Regina, cicik Yossy, Puput, Desy, Ses.
13. Sahabat dan saudara tercinta Mamo, Tole, Omot, Mbak ke’, Agung, Ditha dan
Shinta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna sehingga
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan
laporan akhir ini.
Wassallamu’alaikum wr.wb.
Bandar Lampung, 16 Agustus 2016Penulis
Ryzga al’akbar
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ...................................................................................................... i
Daftar Tabel .............................................................................................. iv
Daftar Gambar ............................................................................................ v
Daftar Lampiran ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 10
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) ............................................. 10
2.1.2 Teori Agensi (Principal-Agency Theory) ................................ 11
2.1.3 Teori Kontingensi (Contingency Theory) ................................ 12
2.2 Kinerja Keuangan ............................................................................... 13
2.2.1 Definisi Laporan Keuangan ..................................................... 13
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan ....................................................... 14
2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan .................................................. 15
2.2.4 Ukuran Kinerja Keuangan ....................................................... 16
2.3 Nilai Perusahaan ................................................................................. 18
2.4 Goood Corporate Governance (GCG) ............................................... 21
2.4.1 Pengertian Goood Corporate Governance (GCG) .................. 21
2.4.2 Tujuan Goood Corporate Governance (GCG) ........................ 22
2.4.3 Karakteristik Goood Corporate Governance (GCG) ............... 23
2.4.4 Praktik Goood Corporate Governance (GCG) ........................ 24
2.4.4.1 Dewan Komisaris Independen ....................................... 24
2.4.4.2 Dewan kepemilikan Instusional ..................................... 25
2.4.4.3 Kepemilikan Manajerial ................................................. 26
2.4.4.4 Komite Audit ................................................................. 27
2.5 Corporate Social Responsibility (CSR) ............................................. 27
2.5.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ................. 27
2.5.2 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) ......... 28
2.6 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 30
2.7 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis .............................. 34
2.7.1 Kerangka Teoritis ..................................................................... 34
2.7.2 Pengembangan Hipotesis 1 ...................................................... 36
2.7.3 Pengembangan Hipotesis 2 ...................................................... 37
2.7.4 Pengembangan Hipotesis 3 ...................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 40
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 40
3.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 40
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 41
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya .......................... 41
3.4.1 Variabel Dependen ................................................................... 41
3.4.2 Variabel Independen ................................................................. 42
3.4.3 Variabel Moderasi .................................................................... 42
3.4.3.1 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) 43
3.4.3.2 Goood Corporate Governance (GCG) .......................... 44
3.5 Metode Analisis Data ......................................................................... 45
3.5.1 Metode Deskriptif .................................................................... 45
3.5.2 Uji Normalitas .......................................................................... 45
3.5.3 Uji Asumsi Klasik .................................................................... 46
3.6 Pengujian Hipotesis ............................................................................ 48
3.6.1 Pengujian Hipotesis ................................................................. 48
3.6.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F) ................................. 49
3.6.3 Koeefisien Determinasi (R²) .................................................... 49
3.6.4 Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik T) .............. 50
3.6.5 Analisis Regresi Moderasi
(Moderate Regression Analysis) ........................................................ 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 52
4.1 Deskripsi Ojek Penelitian ................................................................... 52
4.1.2 Hasil Analisis Data .................................................................. 54
4.1.2.1 Hasil Analisis Metode Deskriptif ................................... 54
4.2. Uji Asumsi Klasik Menggunakan Logaritma Natural ....................... 57
4.2.1 Uji Normalitas .......................................................................... 57
4.2.2 Uji Multikolinieritas ................................................................. 59
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 61
4.2.4 Uji Autokorelasi ....................................................................... 63
4.3 Pengujian Hipotesis ............................................................................ 64
4.3.1 Hasil Uji Model Hipotesis (H1) ............................................... 64
4.3.1.1 Hail Uji Koefisien Determinasi ................................... 64
4.3.1.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F) .................... 65
4.3.1.3 Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik T) . 66
4.3.2 Hasil Uji Model Hipotesis (H2) dengan Moderated Regression
Analysis (MRA) ....................................................................... 67
4.3.2.1 Hail Uji Koefisien Determinasi ................................... 67
4.3.2.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F) .................... 68
4.3.2.3 Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik T) . 68
4.3.3 Hasil Uji Model Hipotesis (H3) dengan Moderated Regression
Analysis (MRA) ....................................................................... 69
4.3.3.1 Hail Uji Koefisien Determinasi ................................... 69
4.3.3.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F) .................... 70
4.3.3.3 Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik T) . 70
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis .................................................................. 71
4.4.1 Uji Hipotesis Pertama H1 ........................................................ 71
4.4.2 Uji Hipotesis Kedua H2 ........................................................... 72
4.4.3 Uji Hipotesis Ketiga H3 ........................................................... 72
4.5 Pembahasan ....................................................................................... 72
4.6 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan .................. 73
4.7 Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Hubungan Kinerja
Keuangan Dengan Nilai Perusahaan ................................................... 73
4.8 Pengaruh GCG (Komisaris Independen) Terhadap Hubungan
Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan ....................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 77
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 77
5.2 Keterbatasan ....................................................................................... 79
5.3 Saran ................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Perusahaan Sampel ............................................................................. 534.2 Hasil Analisis Descrptive ................................................................... 554.3 Uji Normalitas .................................................................................... 584.4 Uji Normalitas .................................................................................... 594.5 Uji Multikolinieritas ........................................................................... 604.6 Uji Multikolinieritas ........................................................................... 614.8 Uji Autokorelasi ................................................................................. 634.9 Uji Determinasi R2 H1 ....................................................................... 644.10 Uji Signifikan Simultan (Uji F) H1 ................................................. 654.11 Uji Signifikan Parameter Individual
(Uji Statistik T) H1 ........................................................................... 664.12 Uji Determinasi R2 H2 ..................................................................... 674.13 Uji Signifikan Simultan (Uji F) H2 ................................................. 684.14 Uji Signifikan Parameter Individual
(Uji Statistik T) H2 ........................................................................... 684.15 Uji Determinasi R2 H3 ..................................................................... 694.16 Uji Signifikan Simultan (Uji F) H3 ................................................. 704.17 Uji Signifikan Parameter Individual
(Uji Statistik T) H3 ........................................................................... 704.18 Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................ 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 344.3 Grafik Normal p-Plot ......................................................................... 584.7 Scatterplot .......................................................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lampiran Hasil Olah Data2. Hasil Analisis Descrptive3. Uji Asumsi Klasik4. Uji Hipotesis H1 (Uji Determinasi R2, Uji Signifikan Simultan (Uji F),
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T))5. Uji Hipotesis H2 (Uji Determinasi R2, Uji Signifikan Simultan (Uji F),
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T))6. Uji Hipotesis H3 (Uji Determinasi R2, Uji Signifikan Simultan (Uji F),
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T))7. 79 Item Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Global
Report Initiative (GRI) G3
1
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kinerja yang baik akan dapat membantu manajemen dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Semakin tinggi kinerja perusahaan, maka akan semakin baik
pula nilai perusahaan di mata investor. Salah satu cara untuk menilai kinerja
keuangan pada saat ini maupun prospek usaha yang akan datang adalah dengan
cara menganalisis laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan
laporan laba rugi. ”Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya
merupakan perhitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di
masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.” (Syamsuddin, 2009)
Modigliani dan Miller (dalam Ulupui, 2007) menyatakan bahwa nilai
perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran
aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini
berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian ini menemukan hasil
bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke
depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Menurut Makaryawati (2002) dan Carlson dan Bathala
(1997) dalam Suranta dan Pratana (2004), juga menemukan bahwa ROA
2
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda
diperoleh oleh Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) dalam
penelitiannya menemukan bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi
hubungan ROA dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, peneliti memasukkan
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Corporate
Governance (GCG) sebagai variabel moderasi yang diduga ikut memperkuat atau
memperlemah pengaruh tersebut.
Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari
pentingnya menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
bagian dari strategi bisnisnya. Penelitian Basamalah dan Jermias (2005)
menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan sosial
adalah untuk alasan strategis. Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan
mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan
kekuatan keuangannya dalam jangka panjang melalui penerapan CSR (Kiroyan,
2006).
Menurut Rakhiemah dan Agustia (2009) dalam kusumadilaga (2010),
perusahaan dapat memperoleh banyak manfaat dari praktik dan pengungkapan
CSR apabila dipraktekkan dengan sungguh-sungguh, diantaranya: dapat
mempererat komunikasi dengan stakeholders, meluruskan visi, misi, dan prinsip
perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal perusahaan,
mendorong perbaikan perusahaan secara berkesinambungan sebagai wujud
3
manajemen risiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih competitive
advantage dalam hal modal, tenaga kerja, supplier, dan pangsa pasar.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008)
dalam kusumadilaga (2010), yang dahulu meneliti tentang pengaruh corporate
social responsibility terhadap nilai perusahaan pada periode tahun 2005 dan
digunakannya kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating, sehingga
penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali apakah corporate social
responsibility mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan beberapa variabel
dalam penelitian sebelumnya yang tidak dipergunakan adalah kepemilikan
manajemen sebagai variabel moderating. Tidak dipakainya variabel tersebut
dikarenakan kepemilikan manajemen sudah berpengaruh positif di dalam
peningkatan luas pengungkapan pertanggung jawaban sosial perusahaan, sehingga
digunakan variabel lain untuk menguji pengaruhnya di dalam hubungan corporate
social responsibility dan nilai perusahaan.
Terdapat beberapa contoh kasus, terkait permasalahan yang muncul
dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan
kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya, hususnya perusahaan yang
aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif). Sebagai
contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di
Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969,
sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan
masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun
kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono, 2007). Kasus
Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut laut yang
4
mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan
menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon
Minahasia Raya (NMR) tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan
internasional (Leimona, 2008). Begitupula konflik hingga tindak kekerasan terjadi
akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait operasional PT Caltex
Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana masyarakat
menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif
operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan
lingkungan yang semakin memburuk (Mulyadi, 2003).
Selanjutnya Beberapa bulan terakhir ini terdapat fenomena terbaru di
Indonesia. Yaitu bencana kabut asap yang terjadi di beberapa provinsi di
Indonesia dan meluas sampai ke negara tetangga. Hal ini disebabkan oleh
pembakaran hutan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Dimana pemerintah
telah menetapkan beberapa perusahaan sebagai pelaku atas pembakaran hutan
tersebut diantaranya PT.Global Alam Perkasa dan PT.Kayung Agro Lestari.
Perbuatan perusahaan tersebut telah melanggar Pasal 108 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dari
fenomena tersebut membuktikan bahwa sangat pentingnya GCG untuk diterapkan
dalam setiap perusahaan agar kinerja perusahaan dengan praktik GCG akan
membuat perusahaan tersebut melakukan kegiatan dan aktifitas operasional
perusahaan yang sehat untuk menjaga kepercayaan stakeholders. Salah satu
bentuk output praktik GCG yang dilakukan oleh perusahaan agar mendapat
kepercayaan stakeholders sesuai dengan fenomena diatas adalah tindakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR). Dengan demikian praktik GCG
5
yang dilakukan perusahaan berkaitan erat dengan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan.
Selain pengungkapan CSR, peneliti juga menggunakan good corporate
governance sebagai variabel pemoderasi. Pengelolaan perusahaan juga
mempengaruhi nilai perusahaan. Masalah corporate governace muncul karena
terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.
Pemisahan ini didasarkan pada agency theory yang dalam hal ini manajemen
cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya daripada tujuan
perusahaan. Selain memiliki kinerja keuangan yang baik perusahaan juga
diharapkan memiliki tata kelola yang baik. Dalam penelitian ini indikator
mekanisme corporate governance yang digunakan adalah dewan komisaris
independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit.
Menurut Wardhani (2008) komisaris independen adalah anggota dewan komisaris
yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata sesuai kepentingan perusahaan. Sedangkan Faizal (2004)
menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai
pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Kemudian,
Dalam penelitian ini semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak
manajemen akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para
pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan
memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Yang terakhir adalah
6
komite audit. Secara kualitatif, hal yang paling penting bagi anggota komite audit
dalam melaksanakan fungsi komite adalah sifat independensinya. Independensi
merupakan elemen kritis yang akan menentukan terlaksananya keseluruhan peran
komite audit secara objektif serta pencapaian manajemen yang akuntabel bagi
para pemegang saham (Baridwan, 2000).
Menurut Pertiwi dan pratama (2012) dalam penelitiannya, banyak faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan, yang mana penelitian mengenai faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan sendiri telah banyak dilakukan,
antara lain kinerja keuangan suatu perusahaan, kebijakan deviden, corporate
governance dan lain sebagainya. Untuk mengukur tingkat pengembalian terhadap
aset yang dikeluarkan perusahaan dapat dilakukan dengan menghitung Return on
asset (ROA). Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini ROA
terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. ROA yang
positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi,
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA
yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Jadi jika suatu
perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang
besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Akan tetapi, jika total aktiva yang
digunakan perusahaan tidak memberikan laba artinya perusahaan akan mengalami
kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Semakin tinggi ROA menunjukkan
semakin baik kinerja perusahaan, karena dana yang diinvestasikan ke dalam aset
dapat menghasilkan Earning After Tax (EAT) yang semakin tinggi (Ang, 1997).
Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Kaaro (2002) dalam Suranta
dan Merdistuti (2004), dalam penelitiannya menemukan bahwa Return on Assets
7
(ROA) justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan
adanya faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan Return on Assets (ROA)
dengan nilai perusahaan. Good Cor-porate Governance (GCG) sebagai variabel
pemoderasi diduga ikut memperkuat atau memperlemah pengaruh tersebut.
Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya
menerapkan program Good Corporate Governance (GCG) sebagai bagian dari
strategi bisnisnya. Hal tersebut merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi
nilai perusahaan. Masalah Corporate Governace muncul karena terjadinya
pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini
didasarkan pada Teori Agensi (Agency Theory) yang dalam hal ini manajemen
cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya daripada tujuan
perusahaan. Oleh sebab itu, selain memiliki kinerja keuangan yang baik
perusahaan juga diharapkan memiliki tata kelola (Corporate Governance) yang
baik. Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana usaha
manajemen mengelola aset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor.
Pengelolaan aset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan
yang ada. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka, otomatis akan me-
ningkatkan nilai perusahaan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan variabel
pemoderasi Good Corporate Governance.
Penelitian terdahulu tentang pengaruh Good Corporate Governance
terhadap hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan yang diteliti
Carningsih (2009) dalam kusumadilaga (2010), hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada Return on Assets (ROA) terbukti berpengaruh negatif terhadap nilai
8
perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) tidak berpenga-ruh terhadap nilai
perusahaan property dan real estate terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2007-2008. Proporsi Komisaris Independen sebagai proksi dari Good
Corporate Governance merupakan variabel moderasi tidak terbukti berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian tersebut bahwa komisaris independen
sebagai variabel moderasi atas hubungan kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul
Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dan Good Corporate
Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
b. Apakah pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh
terhadap hubungan kinerja keuangan perusahaan dengan nilai perusahaan?
c. Dan apakah pengungkapan good corporate governance berpengaruh
terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis:
a. pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
b. pengungungkapan corporate social responsibility mempengaruhi
hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
c. Good corporate governance mempengaruhi hubungan kinerja keuangan
perusahaan dengan nilai perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah berupa
pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh kinerja keuangan
perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate
social responsibility dan good corporate governance dan sebagai variabel
moderating.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk pertimbangan dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi
kemajuan akademis dan dapat dijadikan acuan atau referensi untuk
penelitian berikutnya.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal secara sukarela.
Dorongan perusahan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri
informasi antara perusahan dan pihak luar karena perusahan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar
(investor, kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahan
menyebabkan mereka melindingi diri mereka dengan memberikan harga yang
rendah untuk perusahan. Perusahan dapat meningkatkan nilai perusahan dengan
mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi
asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa
informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahan yang akan datang (Wolk et al., 2000).
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahan memberikan sinyal kepada penguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilk. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain
11
yang menyatakan bahwa perusahan tersebut lebih baik daripada perusahan lain
(Sari dan Zuhrohtun, 2006 dalam Azli dan Azizi, 2009).
2.1.2 Teori Agensi (Principal-Agency Theory)
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara principal dengan
agent. Menurut Darmawati et al., (2005) inti dari hubungan keagenan adalah
adanya pemisahan antara kepemilkan (principal/investor) dan pengendalian
(agent/manajer). Kepemilkan diwakil oleh investor yang mendelegasikan
kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayan
investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang
pengelolan tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya
kekayan dan kemakmuran investor.
Setyapurnama dan Norpratiwi (2004) menyatakan hubungan keagenan
dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan
mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilk modal menghendaki bertambahnya
kekayan dan kemakmuran para pemilk modal, sedangkan manajer juga
menginginkan bertambahnya kesejahteran bagi para manajer. Dengan demikian
munculah konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer (agen).
Pemilk lebih tertarik untuk memaksimumkan return dan harga sekuritas dari
investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi
yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya. Kontrak yang dibuat
antara pemilk dengan manajer diharapkan dapat meminimumkan konflik antar
kedua kepentingan tersebut. Menurut Alijoyo dan Zaini (2004) berangapan bahwa
pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan
12
menciptakan “checks and balances”, sehinga terjadi independensi yang sehat bagi
para manajer untuk menghasilkan kinerja perusahan yang maksimum dan return
yang memadahi bagi para pemegang saham.
2.1.3 Teori Kontingensi (Contingency Theory)
Teori kontingensi mula-mula diperkenalkan oleh Lawrence dan Lorsch,
(1967) dalam Kazt dan Rosenzweig (1973) yang menyatakan bahwa tidak ada
cara terbaik dalam mencapai kesesuaian antara faktor organisasi dan lingkungan
untuk memperoleh prestasi yang baik bagi suatu organisasi. Menurut Sari (2006)
dalam Azli dan Azizi (2009), teori kontingensi merupakan suatu teori yang cocok
digunakan dalam hal yang mengkaji reka bentuk, perancangan, prestasi dan
kelakuan organisasi serta kajian yang berkaitan dengan pengaturan strategi.
Menurut Raybun dan Thomas (1991) dalam Azli dan Azizi, (2009), teori
kontingensi menyatakan pemilhan sistem akuntansi oleh pihak manajemen adalah
tergantung pada perbedan desakan lingkungan perusahan. Teori Ini penting
sebagai media untuk menerangkan perbedan dalam struktur organisasi. Variabel
yang sering dipakai dalam bidang ini adalah organisasi, lingkungan, teknologi,
cara pembuatan keputusan, ukuran perusahan, struktur, strategi, dan budaya
organisasi serta ketidakpastian, teknologi, industri, misi dan strategi kompetif,
observabiltas.
Dalam konteks penelitan ini akan digunakan variabel kontingen CSR dan
GCG untuk melihat pengaruhnya terhadap hubungan antara kinerja keuangan
dengan nilai perusahan. CSR merupakan strategi yang digunakan oleh perusahan
sebagai akibat dari desakan lingkungan di sekitar perusahan. Dalam UU No. 40,
13
2007, dinyatakan bahwa perusahan yang aktifitasnya dalam sektor atau yang
berhubungan dengan sumber daya alam harus menerapkan CSR. Tuntutan dari
para stakeholder dan lingkungan telah „memaksa‟ perusahan agar keberadan
perusahan diapresiasi secara positf oleh stakeholder sehinga tercapai tinginya nilai
perusahan. Menurut Instutional Client Group (2010) GCG dapat didefinisikan
sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahan
sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang. Menurut Daniri (2008) GCG dipicu
oleh krisis ekonomi yang melanda dunia, agar krisis tidak terulang kembali maka
dikembangkan sistem dan struktur pengelolan perusahan yang lebih baik.
Penerapan GCG mewajibkan suatu perusahan menerapkan struktur dan sistem
tertentu. Dalam kaitanya dengan struktur, perusahan diwajibkan menciptakan
perangkat organisasi tertentu (seperti komisaris independen, komite audit, komite
remunerasi) untuk menjalankan fungsi spesifik, sedangkan dalam hal sistem,
manajemen perusahan diwajibkan mengikuti proses atau aturan tertentu dalam
pengambilan keputusan dan dalam menjalankan kegiatanya secara umum.
2.2 Kinerja Keuangan
2.2.1 Definisi Laporan Keuangan
Kerangkan Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Ikatan
Akuntan Indonesia (2009) menyatakan laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang –
kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai.
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
14
lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonominya. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Baridwan (2000) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan
suatu ringkasan transaksi–transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
yang bersangkutan. Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi
perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan
kebijakan di masa yang akan datang (Weston & Copeland, 1995).
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan
sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan
(financial statement) yang sering disajikan adalah 1). Neraca, 2). Laporan laba-
rugi, 3). Laporan arus kas, dan 4). Laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan
bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso & Weygrandt, 2002).
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan di masa
lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijkan di masa
datang. Informasi yang disajikan haruslah benar sehingga informasi tersebut
berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang
dilaporkan tersebut. Laporan keuangan disusun untuk tujuan tertentu bagi
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan stakeholders atas informasi yang
disampaikan oleh laporan keuangan.
15
Tujuan laporan keuangan untuk umum adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat
keputusan–keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber–sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka (IAI, 2009). Tujuan laporan keuangan menurut APB statement No. 4
(AICPA) dalam (Faranita, 2008) adalah sebagi berikut:
a. Tujuan umum: menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang diterima umum.
b. Tujuan khusus: memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban,
kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta
informasi lainnya yang relevan.
2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan
Pengguna yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan adalah (IAI,
2009):
a. Investor
b. Karyawan
c. Pemberi pinjaman
d. Pemasok dan kreditur lainnya
e. Pelanggan
f. Pemerintah
g. Masyarakat
16
2.2.4 Ukuran Kinerja Keuangan
Secara umum, ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian
investasi, tetapi yang paling banyak dipakai adalah analisis yang bersifat
fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan
(Anoraga, 2003). Analisis Rasio Keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis
berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: (Ang, 1997)
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current
Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Ratio, debt
to Equity Ratio, Long Term Debt to equity Ratio, long Term Debt to
Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage,
Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, dan Cash Return
on Sales.
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover,
Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover,
Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.
d. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan
17
keuntungan. Rasio rentabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit
Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio.
e. Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan
dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Dividend Yield, Dividend
Per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per
Share, Book Value Per Share, dan Price to Book Value.
Dari kelima rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan
analisis kinerja perusahaan adalah Return On Asset (ROA) adalah salah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang
digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA)
merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada (Ang,
1997). Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Reiurn On
Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income after tax
(NIAT) terhadap average total asset. NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah
pajak. Average Total asset merupakan rat-rata total assets awal tahun dan akhir
tahun. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik,
karena tingkat pengembalian yang semakin besar (Ang, 1997).
1. Manfaat Return On Asset (ROA) Menurut (Munawir, 2001) adalah:
a. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka
dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang
18
menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan
keuangan perusahaan.
b. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah
dalam perencanaan strategi.
c. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna
untuk kepentingan perencanaan.
2. Keunggulan ROA (Return On Asset) Keunggulan ROA diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
2.3 Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan.
Memaksimalkan nilai perusahaan mempunyai makna yang lebih luas, tidak hanya
sekedar memaksimalkan laba perusahaan (Weston dan Copeland, 1995).
Pernyataan ini dapat diterima kebenarannya atas dasar beberapa alasan yaitu:
a. Memaksimalkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu
terhadap nilai uang. Dana yang diterima pada tahun ini bernilai lebih
tinggi dari pada dana yang diterima sepuluh tahun yang akan datang.
19
b. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko
terhadap arus pendapatan perusahaan.
c. Mutu dari arus kas dana diharapkan diterima di masa datang mungkin
beragam.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena
nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga
saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai
perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para
professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris.
Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena
merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Atau
dapat dikatakan nilai perusahaan merupakan harga yang dibayar oleh calon
pembeli andai perusahaan tersebut dijual. Menurut Christiawan dan Tarigan
(2007) terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahan
antara lain:
a. Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam angaran
dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahan, dan
juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.
b. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses
tawar-menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham
perusahan dijual di pasar saham.
20
c. Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai ril suatu
perusahan. Nilai perusahan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar
harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahan sebagai entias
bisnis yang memilki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian
hari.
d. Nilai buku, adalah nilai perusahan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi.
e. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian
para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca
performa yang disiapkan ketika suatu perusahan akan likuidasi.
Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi nilai perusahan antara lain
kepemilkan manajerial, kinerja keuangan suatu perusahan, kebijakan deviden,
corporate governance dan lain sebagainya. Sebagai contoh, penelitan yang
dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz (2003) mengacu pada penelitan-penelitan
terdahulu menyatakan bahwa nilai perusahan akan lebih tingi ketika direktur
memilki bagian saham yang lebih besar. Minguez and Francisco (2000) yang
melakukan penelitan tentang struktur kepemilkan terhadap perusahan-perusahan
publik di Spanyol mengungkapkan bahwa struktur kepemilkan perusahan
berpengaruh terhadap nilai perusahan. Penelitan yang dilakukan oleh Wijaya
(2006) menemukan bahwa kebijakan dividen memberikan pengaruh positf
terhadap nilai perusahan. Hasil penelitan Sialagan (2006) juga menunjukan bahwa
mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahan.
21
Nilai perusahan mengambarkan seberapa baik atau buruk manajemen
mengelola kekayanya, hal ini bisa dilhat dari pengukuran kinerja keuangan yang
diperoleh. Suatu perusahan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai
perusahanya. Peningkatan nilai perusahan biasanya ditandai dengan naiknya harga
saham di pasar.
2.4 Good Corporate Governance
2.4.1 Pengertian Corporate Governance
Menurut Keasy, Corporate governance merupakan sebuah struktur,
proses, budaya dan sistem untuk menciptakan kondisi operasional yang sukses
bagi suatu organisasi (Sunarto dalam Haris, 2008). Koesnohadi dalam Haris
(2008) mengatakan bahwa “Good Corporate governance is relationship among
stake holders that is used to determine and control the strategic direction and
performance of organization”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
governance merupakan suatu sistem tata kelola perusahaan agar menjadi lebih
baik dan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengedepankan keadilan
bagi semua stakeholders, transparansi mengenai kondisi perusahaan sebagai
bagian dari lingkungan eksternal (Haris, 2008).
22
2.4.2 Tujuan Corporate governance
Tujuan Corporate Governance secara umum adalah untuk menciptakan
nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, yang secara tegas oleh global
Corporate governance adalah menjadi sebuah isu penting dunia. Organisasi
mempunyai peran kunci untuk bermain dalam peningkatan pengembangan
ekonomi sosial. Good Governance adalah mesinnya pertumbuhan global,
pertanggungjawaban penyedia kerja, pelayanan publik dan privat, pengadaan
barang dan jasa serta infrastruktur. Sekarang ini, efisiensi akan pertanggung
jawaban organisasi tidak peduli apakah organisasi publik atau privat. Good
governance telah menjadi agenda pokok internasional.
The Indonesian institute for corporate governance (IICG) mengungkapkan
tujuan dari Good corporate governance:
a. Meraih kembali kepercayaan investor dan kreditor nasional serta
internasional.
b. Memenuhi tuntutan standar global.
c. Meminimalkan biaya kerugian dan biaya pencegahan atas penyalahgunaan
wewenang pengelolaan.
d. Meminimalkan cost of capital dengan menekan resiko yang dihadapi
kreditur.
e. Meningkatkan nilai saham perusahaan.
f. Mengangkat citra perusahaan di mata publik.
23
2.4.3 Karakteristik Good Corporate Governance
Menurut pedoman umum Good corporate governance (komite nasional
kebijakan corporate governance, 2006) karakteristik dari Good corporate
governance adalah:
a. Transparasi
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang diisyaratkan oleh peraturan perundang- undangan, tetapi juga hal
yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
b. Kinerja
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas
Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
24
d. Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan atas good corporate governance,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
e. Kesetaraan dan kewajaran
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.
2.4.4 Praktek Good Corporate Governance
Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan
nilai perusahaan kepada pemegang saham. Dengan demikian, penerapan Good
Corporate Governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Praktek
Corporate Governance antara lain meliputi keberadaan komisaris independen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kualitas audit.
2.4.4.1 Dewan Komisaris Independen
Proporsi komisaris independen adalah persentase jumlah komisaris
independen dibagi total jumlah anggota dewan komisaris. Sesuai Keputusan
Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-399/BEJ/07-2001 butir C mengenai board
governance yang terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan sekertaris
25
perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate governance, jumlah komisaris
independen yang harus terdapat dalam perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari
seluruh anggota dewan komisaris. Menurut Wardhani (2008) komisaris
independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata sesuai
kepentingan perusahaan.
Permasalahan dalam penerapan CG adalah chief executive officer (CEO)
memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris
padahal fungsi komisaris adalah untuk mengawasi kinerja CEO. Efektifitas dewan
komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO sangat dipengaruhi oleh tingkat
independensi dari dewan komisaris (Lorsch, 1989).
2.4.4.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki
institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan institusional dapat
memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat
pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat
menekan potensi kecurangan. Pemegang saham institusional seperti perusahaan
asuransi, dana pensiun, dan reksadana.
Faizal (2004) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan institusional
maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat
bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh
26
manajemen. Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai
sumber informasi bagi investor institusi dalam melakukan aktivitas monitoring.
Shleifer dan Vishny (1986) berpendapat bahwa kepemilikan institusional yang
cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Semakin besar tingkat
kepemilikan saham institusi maka semakin efektif mekanisme pengendalian
terhadap kinerja manajemen. Adanya kepemilikan saham institusional dapat
memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat
pengendalian terhadap kinerja manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat
menekan potensi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.
2.4.4.3 Kepemilikan Manajerial
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan
oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan
besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus
sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal
ini sesuai dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria: (1)
perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager): dan (2)
perusahaan dipimpin oleh manajer dan non pemilik (non owner-manager). Dua
kriteria ini akan mempengaruhi kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap
metode akuntansi pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat
dikatakan bahwa presentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen
cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Hasil
penelitian ini memberikan simpulan bahwa perusahaan yang dikelola oleh
manajer dan memiliki presentase tertentu saham perusahaan dapat mempengaruhi
27
tindakan manajemen laba. Indikator atau proksi yang digunakan untuk mengukur
kepemilikan manajerial adalah presentase jumlah saham yang dimiliki manajemen
dari seluruh jumlah saham yang dikelola (Boediono, 2005).
2.4.4.4 Komite Audit
Secara kualitatif, hal yang paling penting bagi anggota komite audit dalam
melaksanakan fungsi komite adalah sifat independensinya. Independensi
merupakan elemen kritis yang akan menentukan terlaksananya keseluruhan peran
komite audit secara objektif serta pencapaian manajemen yang akuntabel bagi
para pemegang saham (Baridwan, 2000). Beberapa penelitian sebelumnya,
menemukan bahwa dengan tingkat independensi yang tinggi akan memberikan
dua manfaat yang penting, yaitu tingkat pengawasan yang tinggi dan rendahnya
tingkat kecurangan laporan keuangan.
2.5 Corporate Social Responsibility
2.5.1 Pengertian Corporate Social Responsibility
Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut
dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan. Definisi umum menurut
World Business Council in Sustainable Development, corporate social
responsibility adalah komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan secara
meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat luas.
28
Dengan CSR perusahaan diharapkan dapat meningkatkan perhatian
terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan masyarakat,
investasi sosial perusahaan, dan citra perusahaan di mata publik menjadi baik,
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan akses kapital. Dalam aktifitasnya
setiap perusahaan akan beinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Akibat dari
interaksi itu menuntut adanya timbal balik antara perusahaan dan lingkungan
sosialnya yang berimplikasi pada timbulnya dampak-dampak sosial atas kegiatan
operasi perusahaan pada lingkungannya. Sepanjang perusahaan menggunakan
sumber daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki
tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit
tersebut bagi masyarakat.
2.5.2 Ruang lingkup Corporate Sosial Responsibility
Ruang lingkup Corporate Sosial Responsibility perusahaan merupakan
pengklasifikasian dari bidang–bidang utama perusahaan perseroan atas perbuatan
sosial untuk memudahkan perusahaan dalam mengetahui item–item mana saja
yang merupakan tanggungjawab sosialnya, klasifikasi tersebut meliputi:
a. Klasifikasi yang melibatkan masyarakat
Mencakup aktivitas yang pada dasarnya menguntungkan masyarakat
seperti pelayanan kesehatan, program pemberian makanan, serta
perencanaan dan perbaikan masyarakat.
29
b. Klasifikasi sumber daya manusia
Mencakup bidang–bidang yang menguntungkan karyawan seperti program
pendidikan dan pelatihan kebijakan kenaikan pangkat serta tunjangan
karyawan.
c. Klasifikasi sumber daya fisik dan sumbangan lingkungan
Mengenai kualitas udara dan air serta pengendalian polusi maupun
pelestarian lingkungan hidup.
d. Klasifikasi sumbangan produk dan jasa.
Memperhatikan pengaruh produk atau jasa perusahaan terhadap
masyarakat dengan memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti
kualitas produk, pembungkusan produk, pengiklanan produk, ketentuan
garansi produk dan keamanan produk.
Pemahaman ruang lingkup tersebut dapat dibagi menjadi enam bagian,
yaitu:
a. Environment
Meliputi aspek lingkungan dalam produksi, mencegah polusi selama
proses produksi, mencegah atau memperbaiki kerusakan lingkungan akibat
dari proses sumber daya alam dan peremajaan sumber daya alam yang
digunakan.
b. Energi
Meliputi penghematan energi dalam hubungannya dalam operasi bisnis
dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi dari pemakaian produk yang
dihasilkan perusahaan.
30
c. Human Resources
Berhubungan dengan aktivitas-aktivitas orang-orang yang ada dalam
perusahaan dan menguntungkan pihak manajemen dalam perusahaan.
d. Fair Business Practice
Memusatkan perhatian pada hubungan antara perusahaan dengan
kelompok kepentingan khusus tertentu.
e. Community Involvement
Meliputi aktivitas yang melibatkan dan berhubungan dengan masyarakat.
f. Product
Menyangkut aspek kualitatif dari produk yang dihasilkan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan tema nilai perusahaan telah banyak dilakukan.
Termasuk Modigliani dan Miller (1958) dalam Ulupui (2007), yang menyatakan
bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan.
Sedangkan mengenai analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan
profitabilitas terhadap return saham, sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan makanan dan minuman dalam kategori industri barang
konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini didapat bahwa ROA
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode kedepan dengan
kata lain ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian lain
dilakukan oleh makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam Suranta
dan Pranata (2004), yang juga menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Tetapi, hasil berbeda diungkapkan oleh Kaaro (2002)
31
dalam Suranta dan Pranata (2004) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan.
Dari perspeksif ekonomi, perusahaaan akan mengungkapkan suatu
informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia,
1983 dalam Basamalah et al., 2005). Dalam beberapa penelitian mengenai CSR
sebagian besar mengungkapkan bahwa CSR mempengaruhi keputusan investor.
Walaupun CSR bukanlah laporan keuangan yang wajib disajikan tetapi sebagian
besar perusahaan melampirkan laporan ini dalam laporan keuangan mereka.
Penelitian yag dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) tentang pengaruh
CSR disclosure terhadap earning response coefficient yang disampaikan dalam
simposin nasional akuntansi ke-10 menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh
negatif terhadap ERC. Hal ini mendukung hipotesis yang diajukan, yang
mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan
perusahaan dalam laporan tahunannya untuk pengambilan keputusan investasi.
Yuniasih Dan Wirakusuma( 2007) yang dikutip dari Rahayu (2010), ROA
dengan variabel pemoderasi CSR dan GCG Nilai Perusahaan pengaruh kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan dengan mempertimbangkan CSR dan
corporate governance sebagai variabel moderasi. ROA berpengaruh positif
terhadap nillai perusahaan, CSR mampu memoderasi hubungan antara ROA
dengan nilai perusahaan, akan tetapi kepemilikan manajerial tidak mampu
memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan. Dari hasil pengujian
diketahui bahwa pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan antara kinerja
keuangan dan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian (Hidayat, 2010).
Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya dapat menjadi pertimbangan investor
32
sebelum berinvestasi, karena didalamnya mengandung informasi sosial yang telah
dilakukan perusahaan. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan
untuk berinvestasi oleh para investor (Verecchia, 1983, dalam Basamalah et al,
2005). Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak
merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan.
Lastanti (2004) yang dikutip dari Frysa (2011) meneliti mengenai
Hubungan Struktur Corporate Governance Dengan Kinerja Perusahaan dan
Reaksi Pasar Independensi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, namun belum berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja keuangan. Sementara variabel kepemilikan institusional dan tingkat
konsentrasi kepemilikan belum berpengaruh secara signifikan baik terhadap nilai
perusahaan maupun kinerja keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hamonangan Siallagan dan Machfoedz
(2006) yang dikutip dari Frysa (2011), mengenai Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Kepemilikan manajerial secara
negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, dewan komisaris secara positif
signifikan terhadap nilai perusahaan; dan komite audit secara positif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Suranta dan Machfoedz (2003) yang dikutip dari Frysa (2011) menyatakan
bahwa, Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran
Dewan Direksi. Hubungan kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan adalah
linear dan negatif, nilai perusahaan dipengaruhi positif secara signifikan oleh
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran dewan direksi.
33
Sedangkan hasil penelitian Hassan, Rahman dan Mahenthiran (2008)
dalam Frysa (2011), Corporate Governance, Transparency And Performance of
Malaysian Companies. Independensi dewan komisaris, cross-directorship dewan,
kepemilikan manajerial tidak signifikan dan berhubungan negatif terhadap
voluntary disclosure maupun Tobin‟s Q. Di samping itu penelitian ini juga
menunjukkan hasil tidak signifikan dan berhubungan negatif adanya pengaruh
voluntary disclosure yang memediasi hubungan antara mekanisme corporate
governance dengan nilai perusahaan.
Vinola herawati (2006) melakukan penelitian dengan judul peran praktek
corporate governance sebagai moderating variable dari pengaruh earning
management terhadap nilai perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan
periode penelitian dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa komisaris independen, komite audit dan kepemilikan
institusional merupakan variabel pemoderasi antara earnings management dan
nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel
pemoderasi.
34
2.7 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
2.7.1 Kerangka Teoritis
Berdasarkan uraian landasan teori di atas dalam tinjauan pustaka yang telah
diuraikan sebelumnya, maka model kerangka kajian yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman konsep yang digunakan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari gambar kerangka konseptual diatas, dijelaskan bahwa kinerja
keuangan yang diukur dengan return on asset dapat mempengaruhi nilai
perusahaan dengan pengungkapan CSR dan GCG dengan indikator kepemilikan
manajerial sebagai variabel pemoderasi. Variabel pemoderasi adalah variabel
independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel
independen lainnya terhadap variabel dependen. Dari gambar diatas CSR dan
GCG merupakan variabel pemoderasi sehingga variabel tersebut dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai
perusahaan.
Nilai Perusahaan
Good Corporate
Governance (GCG)
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR)
Kinerja Keuangan
35
Penambahan variabel moderating CSR dan GCG disini dimaksudkan
untuk memperkuat hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan merupakan cerminan hubungan
perusahaan dengan lingkungan sekitar perusahaan sehingga dapat mencerminkan
kualitas dari perusahaan tersebut. Pengungkapan tanggung jawab sosial
diharapkan dapat mempengaruhi keputusan investor untuk pengambilan
keputusan investasi. Keputusan investasi tersebut dapat meningkatkan
penghasilan perusahaan. Demikian juga dengan komisaris independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota
dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan
bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata sesuai kepentingan perusahaan.
Dengan demikian, apabila kinerja keuangan di interaksikan dengan CSR
dan GCG diharapkan bedampak positif terhadap nilai perusahaan. Sehingga
return on asset benar–benar dapat meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan
harus selalu memperhatikan pengungkapan tanggungjawab sosialnya dan
memperhatikan kepemilikan saham oleh pihak manajerial.
36
2.7.2 Pengembangan Hipotesis 1
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. ROA
merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. ROA
digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari
operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi
rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset perusahaan. Penelitian yang
dilakukan Razak (2008) dan Yuniasih dan Wirakusuma (2007) menemukan hasil
bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Modigliani dan Miller
(1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power asset
perusahaan. Pengaruh positif earnings power asset pada nilai perusahaan
menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran
asset dan semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan sehingga
berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Makaryawati (2002), Carlson dan
Bathala (1997) dalam Suranta dan Pratana (2004), juga menemukan bahwa ROA
berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ROA
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada nilai perusahaan..
Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1: Kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
37
2.7.3 Pengembangan Hipotesis 2
Corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan
adalah bentuk pertanggungjawaban yang berupa informasi yang disampaikan
dalam laporan tahunan perusahaan mengenai tanggung jawab perusahaan atas
kegiatan operasi perusahaan tersebut kepada masyarakat. Tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan (Riyanto, 2008). Corporate social responsibility atau
tanggung jawab sosial perusahaan dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja
keuangan. Hal ini dikarenakan dalam pengambilan keputusan, perusahaan harus
mempertimbangkan berbagai masalah sosial dan lingkungan jika perusahaan ingin
memaksimalkan hasil keuangan jangka panjang yang nantinya dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Brine, 2008). Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Almilia dan Wijayanto (2007) dalam Dahlia dan Veronica
(2008), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan (environmental
performance) yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui
fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya
jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan (environmental performance) yang
buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan
tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar
yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penelitian Frooman (1997) yang
dikutip oleh Colwell (2010) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja
lingkunagn yang buruk akan menurunkan kekayaan (wealth) pemegang saham.
38
Stakeholder theory berpandangan bahwa perusahaan harus melakukan
pengungkapan sosial sebagai salah satu tanggung jawab kepada para stakeholder
(Freeman & Velamuri, 2004). Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR
sebagai variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan
apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan.
Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Berdasarkan
uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H2: Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap hubungan kinerja
keuangan dengan nilai perusahaan.
2.7.4 Pengembangan Hipotesis 3
GCG berkaitan dengan Corporate Social Responsibility. CSR ini sejalan
dengan salah satu prinsip dari empat prinsip utama GCG yaitu responsibility
(Murwaningsari, 2009). Jadi, selain menggunakan pengungkapan CSR, peneliti
juga menggunakan GCG sebagai variabel pemoderasi. Peneliti menggunakan
komisaris independen sebagai proksi dari GCG. Permasalahan dalam penerapan
CG adalah chief executive officer (CEO) memiliki kekuatan yang lebih besar
dibandingkan dengan dewan komisaris padahal fungsi komisaris adalah untuk
mengawasi kinerja CEO. Efektifitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan
kekuatan CEO sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris
(Lorsch, 1989 dan Zahra dan Pearce, 1989 dalam Suranta dan Pratana, 2004).
Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai sumber
informasi bagi investor institusi dalam melakukan aktivitas monitoring. Klapper
dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif antara corporate
39
governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin‟s Q.
Dengan demikian, pengungkapan atas penerapan good corporate governance
berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di mata investor (Labelle, 2002).
Penelitian terdahulu tentang pengaruh Good Corporate Governance terhadap
hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan yang diteliti
(Carningsih, 2009 dalam Pertiwi dan Pratama, 2012). Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa pada Return on Assets (ROA) terbukti berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) tidak berpenga-ruh terhadap
nilai perusahaan property dan real estate terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2007-2008. Proporsi Komisaris Independen sebagai proksi dari Good
Corporate Governance merupakan variabel moderasi tidak terbukti berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian tersebut bahwa komisaris independen
sebagai variabel moderasi atas hubungan kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah
sebagai berikut :
H3: Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap hubungan kinerja
keuangan dengan nilai perusahaan.
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
dengan pengungkapan GCG dan CSR sebagai varibel pemoderasi pada industri
manufaktur ini merupakan penelitian berbasis pengujian hipotesis. Pengujian pada
penelitian ini dilakukan berdasarkan data sekunder. Data tersebut kemudian diolah
sehingga diperoleh informasi yang dapat dijadikan kerangka jawaban bagi
hipotesis yang telah ditentukan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yakni data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung, melainkan melalui media perantara. Data
sekunder tersebut berupa laporan tahunan perusahaan, laporan tahunan tersebut
digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan untuk mengetahui
pengungkapan Corporate Sosial Responsibility dan Good Corporate Governance
yang telah dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Data–data ini diperoleh dari
situs BEI yaitu www.bursa efekindonesia.co.id.
41
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri – cirri
yang telah ditetapkan (Nazir, 2003). Populasi penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan dalam kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2013-2015. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada
metode nonprobability sampling tepatnya metode purposive sampling. Adapun
kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015 dalam kelompok
industri manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan (annual report)
secara berturut-turut.
b. Mempunyai periode laporan keuangan yang berakhir 31 Desember dan
menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan.
c. Ada pengungkapan CSR dalam laporan tahunan secara berturut-turut
selama tahun 2013-2015.
d. Perusahaan sampel memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan.
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan yang diukur dengan menggunaka Tobin’s Q yang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Suranta dan Merdiastusi, 2004) Tobin’s Q
dihitung dengan rumus:
42
Dimana:
Q : nilai perusahaan
EMV : nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham)
D : nilai buku dari total hutang
EBV : nilai buku dari total aktiva
EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir
tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA). Rasio
profitabilitas merupakan salah satu cara yang umum digunakan dalam
menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan disamping rasio lainnya. Rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat kekuatan maupun kelemahan perusahaan
dalam menghasilkan laba operasinya secara keseluruhan. Dimana ROA dihitung
dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak di bagi total aktiva.
3.4.3 Variabel Moderasi
Variabel moderasi meliputi dua hal yaitu pengungkapan corporate social
responsibility dan pengungkapan good corporate governance.
(EMV + D)
(EBV + D )
Q =
43
3.4.3.1 Pengungkapan corporate social responsibility
Pengungkapan CSR adalah pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan tanggungjawab perusahaan di dalam laporan tahunan. Instrumen
pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen
yang digunakan oleh Andri (2007). Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh 78
item yang meliputi 7 tema, yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, lain–lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan
umum. Dalam menentukan indeks pengungkapan menggunakan teknik tabulasi
berdasarkan daftar (checklist) pengungkapan sosial. Adapun langkah – langkah
yang perlu dilakukan yaitu:
a. Membuat suatu daftar pengungkapan sosial. Daftar disusun dalam bentuk
daftar item pengungkapan yang masing – masing item disediakan tempat
jawaban mengenai status pengungkapannya pada laporan yang
bersangkutan.
b. Menentukan indeks pengungkapan sosial untuk perusahaan berdasarkan
daftar pengungkapan sosial. Dalam menentukan indeks ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian skor pengungkapan bersifat dikotomi,dimana sebuah item
pengungkapan diberi skor 1 apabila diungkapkan dan diberi skor 0 jika
tidak diungkapkan. menggunakan model pengungkapan yang tidak diberi
bobot sehingga memperlakukan semua item pengungkapan secara sama.
2. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan skor total
3. Perhitungan indeks dilakukan dengan cara membagi skor total dengan skor
total yang diharapkan.
44
Instrument pengukuran CSRI (Corporate Social Responsibility Indexs)
dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi. Rumus perhitungan CSRI
adalah (Haniffa et al., 2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007):
Dimana:
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
nj : Jumlah item untuk perusahaan j
Σ Xij : Total angka atau skor yang diperoleh masing – masing
perusahaan. dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika
item i tidak diungkapkan.
3.4.3.2 Good corporate governance
Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan
dengan hak–hak dan kewajiban mereka atau sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Yang termasuk corporate governance adalah
Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan
Kualits Audit. Good corporate governance diproksikan dengan komisaris
independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar pemegang
saham perusahaan, yang bebas dari hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006). Proporsi
CSRIj = Σ Xij
Nj
45
komisaris independen diukur dengan persentase jumlah komisaris independen
dibagi dengan total jumlah anggota dewan komisaris.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Metode Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian merupakan proses transformasi data
penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan di interpretasikan.
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk
tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan
dalam deskripsi antara lain berupa frekunsi, tendensi sentral (mean, median,
modus), dispersi (deviasi standard dan varian) dan koefisien korelasi antar
variabel penelitian (Indriantoro Nur dan Bambang Supomo, 1999)
3.5.2 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan uji One Sample
Kolmogorof Smirnov atau uji Shapiro Wilk. Uji normalitas digunakan untuk
melihat apakah data itu berdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya
suatu data akan menentukan jenis pengujian hipotesis yang akan dilakukan.
(Widiyana, 2009).
46
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal dan juga harus bebas dari asumsi klasik (multikolinearitas,
heterokesdastisitas dan autokorelasi).
a. Uji Normalitas Model
Uji normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan grafik normal probability plot (grafik
plot). Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik (Ghozali, 2005). Dasar pengambilan
keputusan adalah sebagi berikut:
1. Jika data menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan / tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3. Uji Normalitas Model
Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2005). Jika varian dari residual dari suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.
Untuk mendeteksinya dapat dilihat pada gambar grafik scatter plot,
apabila ada pola–pola tertentu seperti titik–titik yang ada membentuk pola
teratur, maka terjadi heteroskesdastisitas. Sebaliknya apabila tidak ada
pola yang jelas serta titik titik menyebar diatas dan dibawah angka
47
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel
bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel
bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2005). Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas
diantaranya menggunakan Variance Inflation Factor. Apabila nilai VIF
(Variance Inflation Factor) adalah lebih besar dari 10, maka ada
korelasi yang tinggi diantara variabel independen atau dapat dikatakan
terjadi multikolinier sedangkan jika VIF kurang dari 10 maka dapat
diartikan tidak terjadi multikolinier.
c. Uji Autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Problem
autokorelasi sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006).
Penelitian ini akan menggunakan Run Test dalam mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi. Dikatakan model regresi tidak terdapat autokorelasi apabila
signifikansi Run Test tidak signifikan (lebih besar dari 0,05).
48
3.6 Pengujian Hipotesis
3.6.1 Pengujian Hipotesis
Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis 1
Tobins Q = α + β1ROA + ε
2. Pengujian Hipotesis 2
Tobins Q = α + β1ROA + β2CSR + β2ROA*CSR + ε
3. Pengujian Hipotesis 3
1. Tobins Q = α + β1ROA + β2K.I + β2 ROA*K.I + ε
2. Tobins Q = α + β1ROA + β2K.A. + β3ROA*K.A + ε
Keterangan :
Tobins Q = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
β 1, β 2, β 3 = Koefisien regresi
ROA = Variabel ROA
CSR = Variabel pengungkapan CSR
K.I. = Komisaris Independen
K.A. = Komite audit
ε = Standar Error
49
Menurut Ghozali (2007) ketepatan fungsi regresi tersebut dalam menaksir nilai
aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya, yang secara statistik dapat diukur dari
koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t.
3.6.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya. Kriteria
pengambilan keputusannya, yaitu:
a) Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig ≤ 0,05),
maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan
variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
b) Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan ( Sig ≥ 0,05),
maka hipotesis diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel
independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
3.6.3 Koefisien Determinasi (R²)
Koeefisien determinasi (R²) pada dasarnya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terkait. Nilai R² berada di
antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas
dalam menjelaskan variabel terkait sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
50
untuk memprediksi variasi-variabel terkait (Ghozali, 2006). Dapat juga dikatakan
bahwa R²=0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terkait, sedangkan R²=1 menandakan suatu hubungan yang sempurna.
3.6.4 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara
individual dalam menerangkan variabel terkait (Ghozali, 2006). Dasar
pengambilan keputusan adalah:
1. Jika t-hitung < t-tabel, maka variabel bebas secara individual tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat (hipotesis ditolak).
2. Jika t-hitung >t-tabel, maka variabel bebas secara individual berpengaruh
terhadap variabel terikat. (hipotesis diterima).
Uji t dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t masing-
masing variabel pada output hasil regresi menggunakan spss dengan significance
level 0,05 (a=5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari alfa maka hipotesis
ditolak (koefisien regresi ditolak), yang berarti secara individual variabel bebas
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Jika nilai
signifikansi lebih kecil dari alfa maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan), berarti secara individual veriabel bebas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
51
3.6.5 Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)
Tujuan analisis ini untuk mengetahui apakah variabel moderating akan
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Terdapat tiga model pengujian regresi dengan variabel
moderating, yaitu uji interaksi (MRA), uji nilai selisih mutlak, dan uji residual.
Dalam penelitian ini akan digunakan uji MRA, hipotesis moderating diterima jika
variabel Moderasi CSR (ROA-CSR) dan variabel Moderasi GCG (ROA-GCG)
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tobins Q.
BAB VPENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan
perusahaan yang diproksikan oleh return on asset terhadap nilai perusahaan,
pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap hubungan
kinerja keuangan dengan nilai perusahaan, serta pengaruh pengungkapan good
corporate governance yang dicerminkan oleh kepemilikan manajerial terhadap
hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab 4, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan yang diproksikan oleh return on assets berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi ROA maka akan semakin
meningkatkan nilai perusahaan.
2. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility yang bertindak
sebagai variabel moderating memperlemah terhadap hubungan kinerja
keuangan dengan nilai perusahaan. ROA berpengaruh positif terhadap
nillai perusahaan dan pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi
hubungan ROA terhadap nilai perusahaan. Meskipun mempunyai hasil
positif signifikan, hasil dari pengujian uji statistik t hubungan kinerja
78
keuangan secara langsung terhadap nilai perusahaan mempunyai hasil
yang lebih kecil tingkat signifikannya dibandingkan pengujian uji statistik
t mengenai hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
pengungkapan CSR sebagai variabel moderasi, sehingga dengan adanya
pengungkapan CSR membuat hubungan kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan semakin lemah.
3. Proporsi Komisaris Independen sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Komisaris Independen sebagai moderating variable atas hubungan kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan
kedua variabel tersebut. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya
komisaris independen dalam perusahaan yang diobservasi hanyalah bersifat
formalitas untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk
menegakkan good corporate governance (GCG) didalam perusahaan.
Sehingga keberadaan komisaris independen ini tidak untuk menjalankan
fungsi monitoring yang baik dan tidak menggunakan indepedensinya untuk
mengawasi kebijakan direksi. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi
tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif maka kinerja perusahaan
akan menurun, dengan menurunnya kinerja perusahaan maka nilai perusahaan
tidak dapat tercapai. Hasil yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa pasar
tidak menggunakan informasi mengenai proporsi komisaris independen dalam
melakukan penilaian investasi.
4. Kesimpulan keseluruhan nilai perusahaan yang tinggi dihasilkan dari
kinerja keuangan yang baik dan dengan adanya pengungkapan CSR dan
GCG (komisaris independen) sebagai variabel moderating akan lebih
79
memperkuat hubungan ROA terhadap nilai perussahaan. Namun meskipun
Pengungkapan CSR dan GCG (komisaris independen) mempunyai hasil
yang signifikan, kedua variabel tersebut memperlemah hubungan kinerja
keuangan terhadapn nilai perusahaan.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
menimbulkan gangguan terhadap hasil penelitian, diantaranya adalah:
1. Dalam penelitian ini hanya mengambil sampel dari perusahaan
manufaktur, karena perusahaan manufaktur yang terdekat kaitannya
dengan lingkungan dan merupakan sektor industri terbesar di bursa efek,
sehingga tidak mencerminkan reaksi dari pasar modal secara keseluruhan.
2. Penelitian ini hanya memakai ROA sebagai proksi dari salah satu kinerja
kinerja keuangan, oleh karena itu hasil penelitian ini belum
mencerminkan pengaruh kinerja keuangan seutuhnya.
3. Penilaian item pengungkapan CSR bersifat subyektif, menurut kepada
pandangan peneliti, mungkin akan didapat hasil yang berbeda dari peneliti
lainnya.
4. Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang dilibatkan dalam
penelitian ini hanyalah komisaris independen. Karena, peneliti harus
membuang variabel komite audit dikarenakan variabel komite audit
merusak data sehingga terjadi multikolinieritas.
80
5.3 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Penelitian selanjutnya hendaknya menambah jumlah sampel penelitian dan
juga melibatkan sektor industri yang lain agar mencerminkan reaksi dari
pasar modal secara keseluruhan.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi kinerja keungan yang
lain dan semua proksi GCG, misalnya kepemilikan manajerial,
kepemilikan instusional dewan komisaris, komisaris independen dan
komite audit atau kriteria lain yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guideto Indonesian Capital Market)”. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Almilia, L. Spica. Dan D. Wijayanto. 2007. Pengaruh Environmental PerformanceDan Environmental Disclosure Terhadap Economical Performance.Proceedings The 1st Accounting Confrence, Depok, 7-9 November 2007
Alimul Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif,Jakarta : Heath Books
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini, 2004. Komisaris Independen: PenggerakPraktek GCG di Perusahaan, PT. Indeks kelompok gramedia, Jakarta.
Azli, Mohd Noor dan Azizi, Noor, 2009, “Pelaporan Kewangan MenerusiInternet: Perspektif Teori Kontingensi”, Jurnal Kemanusiaan Bil 14Dis 2009, Malaysia.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Yogyakarta:BPFEUGM
Bassamalah, Anies S., dan Johnny Jermias. 2005. “Social and EnvironmentalReporting and Auditing in Indonesia: Maintaining OrganizationalLegitimacy?” Gadjah Mada International Journal of Business. January-April Vol. 7 No. 1. pp: 109 – 127.
Boediono, Gideon. 2005. “Kualitas Laba: Study Pengaruh Corporate GovernanceDan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur”.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Brammer,Stephen, Chris Brooks, Stephen Pavelin, (2006). Corporate SocialPerformance and Stocks Return: UK Evidence from DisaggregateMeasures, Financial Management Association, Tampa
Brine, matthew Rebecca Brown and Greg Hackett. 2008. Corporate SocialResponsibility and Financial Performance In The Australian Context.Economic Roundup Autumn.
Carlson, S. J dan Bathala, C. T. 1997. Ownership Differences and Firm’s IncomeSmoothing Behavior. Journal of Business and Accounting 24 (2), March,pp. 179-196
Christiawan Y.J dan Tarigan J., 2007. Kebijakan Hutang, Kinerja dan NilaiPerusahaan. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra,Surabaya
Colwell, S.R.,et al. (2010). Market reaction to negative environment events: Anevent study of 10 oil and gas companies. Retrieved April 21, 2011, fromhttp://valexeev.yolasite.com/resources/papers/Events.pdf
Dahlia, Lely dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. ”Pengaruh Corporate SocialResponsibility Terhadap kinerja Perusahaan”. SNA XI : Universitas SyiahKuala. Pontianak.
Daniri, Mas Achmad. 2008a. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Bag I)”. http://www.madani-ri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab sosialperusahaan-bag-i/.
Daniri, Mas Achmad. 2008b. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Bag II).” http://www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung-jawab-sosialperusahaan- bag-ii/.
Daniri, Mas Achmad 2008c. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Bag III -Finish)”. http://www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung-jawabsosial- perusahaan-bag-iii-finish/. Deegan, C. 2002. “Introduction the Legitimising Efect of Social
Dwi Yana Amalia S. Fala. 2007. “Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadapNilai Ekuitas Perusahaan Dimoderasi oleh Good Corporate Governance.”Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 10.Makasar, 26 – 28 Juli
Faizal. 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan MekanismeCorporate Governance.” Simposium Nasional Akuntansi VII. DenpasarBali, 2-3 Desember
Faranita, Viana. 2008. “Analisis Pengaruh Pengungkapan Corporate SosialResponsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. SkripsiFakultas Ekonomi. Universitas Jember.
Freeman, L.2004. Siting Affordable Housing: Location And Neighborhood TrendsOf Low Income Housing Tax Credit Development In The 1990s.Washington DC: The Brookings Institution.
Frysa .P. 2011. “Analisis Pengaruh Good Corporate GovernanceTerhadap nilai Perusahaan.” Skripsi Fakultas Ekonomi. UniversitasDiponegoro.
Ghozali, imam. 2005. “analisis Multivariate dengan program SPSS, jilid 1.Semarang: BPFE Universitas Diponegorohttp://www.Bursa Efek Indonesia.co.id
Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”Edisi ketujuh. Semarang Badan Penerbit Undip
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta:Penerbit Salemba Empat.
Indriantoro , Nur dan Bambang Supomo. 1999. “Metodologi Penelitian Bisnis”.Yogyakarta : BPFE
Kast, F., and J. Rosenzweig. 1973. Contingency views of organization andmanagement.Chicago: Science Research Associates, Inc.
Kieso, Donald E, & Jerry J. Weygrandt. 2002. “Akuntansi Intermediate Jilid 1”.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kiroyan, Noke. 2006. “Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate SocialResponsibility (CSR) Adakah Kaitan di Antara Keduanya?” EconomicsBusiness Accounting Review. Edisi III. September-Desember: 45 – 58
Kusumadilaga, Rimba, 2010. “Pengaruh Corporate Social ResponsibilityTerhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai VariabelModerating”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas DiponegoroSemarang.
Klapper, Leora and I. Love, 2002. corporate governance, inverstor protection andperformance in emerging markets. World Bank Working Paper, http:www.ssrn.com
Labelle, Real. 2002. The Statement Of Corporate Governance Practice (SCGP) :A Voluntary Disclousure and Corporate Governance Perspective.
Lorsch, J.W. “Pawns or Potentates: The Reality of America’s Corporate Board.”Boston Harvard Business School Press (1989)
Minguez, R., Milano, F., Minano, R.Z., Conejo, A. J. (2007) “Optimal NetworkPlacement of SVC Devices”, IEEE Transactions on Power Systems, Vol.22, No. 4.
Modigliani, F. and Miller, M.H. (1958). The cost of capital, corporation financeand the theory of investment. American Economic Review. 47(3): 261-297.
Mulyadi, (2003) Ekonomi Sumber Daya Manusia – Dalam PerspektifPembangunan, Penerbit PT.Rajagrafindo Persada , Jakarta
Munawir. 2001. “Analisa Laporan Keuangan”. Yogyakarta: Liberty.
Murwaningsari, Etty. 2009. Hubungan Corporate Governance, CorporateSocial Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam SatuContinuum. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 11, No. 1, Mei 2009: 30-41.
Nazir, M. 2003. “Metodologi Penelitian”. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE : Yogyakarta.
Pengertian CSR menurut World Business Council in Suistanable Developmentdan (PSAK) No.1 (Revisi 1998) Paragraf kesembilan.http://www.google.com//corporate social responsibility (CSR) ataupertanggung jawaban sosial perusahaan jurnal akuntansi.htm diaksespada 25 juli2010.
Rahayu, Sri. 2010. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai PerusahaanDengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan GoodCorporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi FakultasEkonomi. Universitas Diponegoro.
Razak Ab, N. H., Ahmad, R., dan Aliahmed, H. J. 2008. “Ownership Structureand Corporate Performance” A Comparative Analysis of GovernmentLinked and Nongovernment Linked Companies from Bursa Malaysia.http//ssrn.com.
Riyanto, Bambang . 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan. Edisi 4. Yogyakarta:BPFEYogyakarta.
Sayekti, Yosefa, dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. ”Pengaruh CSRDisclosure terhadap Earning Response Coefficient”. MakalahDisampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi ke-10. Makasar, 26 –28 Juli.
Sembiring, Edi Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan PengungkapanTanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat diBursa Efek Jakarta”. Makalah Disampaikan dalam Simposium NasionalAkuntansiVIII. Solo, 15 – 16 September.
Setyapurnama dan Norpratiwi. 2004. “Pengaruh Corporate Governance terhadapperingkat Obligasi dan Yield Obligasi.” www.google.com
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 1986. .Large Shareholders and Corporate Control..
Journal of Political Economy. Vol. 94, hal. 461-488.
Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabet
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. “Income Smoothing, Tobin’sQ, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”. Makalah Disampaikandalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali, 2 – 3 Desember.
Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Tumirin. 2007. Analisis Penerapan Good Corporate Governance dan NilaiPerusahaan. Jurnal BETA (Bisnis, Ekonomi dan Akuntansi). 6.
Ulupui, I. G. K. A. 2007. ”Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage,Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return saham (Studi padaPerusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri BarangKonsumsi di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 2.No. 1, Januari: 88 – 102.
Utami, Anindyati sarwidah. 2011. “Analisis Pengaruh Kinerja KeuanganTerhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate SocialResponsibility dan Good Corporate Governance Sebagai VariabelModerasi. Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Jember
Vinola Herawati. 2006. “Peran Praktek Corporate Governance SebagaiModerating Dari Pengaruh Earning Management Terhadap NilaiPerusahaan”. Makalah disampaikan Dalam Simposium NasionalAkuntansi IX . Padang.
Wardhani, R., 2008, Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia danHubungannya dengan Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu MekanismeCorporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland.1995. Manajemen Keuangan. EdisiKesembilan. Jlid1. Bina Aksara. Jakarta.
Wibisono. 2007. Memebedah Konsep dan Aplikasi Corporate SocialResponsibility. Surabaya: Media Grapka
Widiyana, Nirma. 2009. “Pengaruh faktor-faktor non keuangan terhadappengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perbanklanpublik”. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Jember.
Wijaya, L.R.P, Bandi& A. Wibawa, 2010. “Pengaruh Keputusan Investasi,Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi, XIII, Purwokerto.
Wolk et. al. 2000. Accounting Theory: A Conceptual Institusional Approach. FifthEdition. South-Western College Publishing
Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede, 2007, ”Pengaruh KinerjaKeuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan CorporateSocial Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai VariabelPemoderasi”, Universitas Udayana, Bali.