analisis pendapatan usaha kerupuk udang · diproses kembali untuk menjadi fillet, sarden, ikan...

25
1 1 ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG (Metapeonenis sp) DI DESA MARGA SUNGSANG KECAMATAN BANYUASIN II KABUPATEN BANYUASIN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI 2019 NAMA : LISNA OKTARIANI S.P., M.SI NIDN : 0231108503

Upload: others

Post on 19-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

1

1

ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG

(Metapeonenis sp) DI DESA MARGA SUNGSANG

KECAMATAN BANYUASIN II KABUPATEN BANYUASIN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI

2019

NAMA : LISNA OKTARIANI S.P., M.SI

NIDN : 0231108503

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

2

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi hasil perikanan dan udang yang berlimpah, di

antaranya terdapat komoditas perikanan dan udang unggulan yang potensial untuk

dikembangkan baik di laut maupun di darat. Adapun kegiatan yang dilakukan

untuk memaksimalkan potensi perikanan dan udang adalah penangkapan,

budidaya, dan pengolahan. Penangkapan merupakan kegiatan yang sering

dilakukan oleh nelayan, dimana para nelayan menangkap ikan dan udang di laut

lalu menjualnya di pasar guna memenuhi kehidupan sehari-hari mereka. Kegiatan

budidaya (akuakultur) merupakan kegiatan usaha dan teknologi memproduksi

biota akuatik (ikan dalam arti luas) secara terkontrol (Irzal, 2004).

Pengolahan merupakan suatu kegiatan pascapanen dimana ikan dan udang

diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang

dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen (Adawiyah,

2007).

Peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional difokuskan pada

nilai pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor

serta perannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apabila upah

tenaga kerja diasumsikan merupakan suatu konstanta yang bersifat konstan dalam

satu titik waktu, maka nilai tambah tenaga kerja dapat dijadikan sebagai stimulus

penyerapan tenaga kerja nasional, sementara peran sektor agroindustri dalam

meningkatkan pendapatan sektor lain dapat ditingkatkan melalui pengganda

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

3

3

keterkaitan sektor, khususnya keterkaitan ke belakang (Simatupang dan Purwoto,

2000).

Agroindustri adalah kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah,

(b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan,

(c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan

produk, Simatupang dan Purwoto (2000) menyebutkan, pengembangan

agroindustri di Indonesia mencakup berbagai aspek, diantaranya menciptakan

nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa,

memperbaiki pemerataan pendapatan, bahkan mampu menarik pembangunan

sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku.

Pengembangan agroindustri dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah

dan waktu yang sesuai, merupakan syarat kecukupan untuk berproduksi secara

berkelanjutan. Optimalisasi nilai tambah dicapai pada pola industri yang

berintegrasi langsung dengan usahatani keluarga dan perusahaan pertanian

(Swastha dan Irawan, 2009).

Kabupaten Banyuasin II merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya

hampir sebagian besar perairan, daerah Sungsang terletak diperbatasan perairan

sungai musi dan selat Bangka, sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai

petani dan nelayan. Dalam bidang pertanian, mereka lebih dominan melakukan

budidaya tanaman padi sedangkan di bidang perikanan, mereka sebagai nelayan

(Dinas Perikanan, 2018).

Salah satu desa yang berpotensi pada sektor perikanan adalah Desa Marga

Sungsang, dimana masyarakat Desa Marga Sungsang sebagian besar kegiatan

yang dilakukan berupa pemanfaatan sumberdaya perikanan yaitu dengan

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

4

4

melakukan penangkapan ikan disekitar daerahnya guna untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari (Dinas Perikanan, 2018).

Desa Marga Sungsang juga memiliki usaha pengolahan ikan yang cukup

besar, ini dilihat dari hasil ikan olahan setiap harinya selalu meningkat dan

permintaan akan ikan hasil olahan tersebut semakin banyak disukai oleh

konsumen sehingga pengolah ikan harus menampung ikan-ikan hasil tangkapan

dari nelayan penangkap lain untuk dijadikan ikan olahan. Selain dari ikan olahan

ada juga usaha pengolahan kerupuk udang merah (Metapeonenis sp) (Profil Desa

Marga Sungsang, 2018).

Masyarakat Desa Marga Sungsang mengolah udang menjadi makanan

tradisional menjadi kerupuk Udang Merah (Metapeonenis sp). untuk memperoleh

nilai tambah daripada udang yang mereka hasilkan (Profil Desa Marga Sungsang,

2018).

Salah satu cara pengawetan udang adalah dengan mengubah bentuk udang

mentah menjadi produk kerupuk dengan penambahan bahan-bahan lainnya.

Kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari, bahkan kerupuk udang

merupakan salah satu jenis kerupuk yang pernah diekspor ke luar negeri bersama

bahan makanan lainnya. Kerupuk udang mentah atau matang jika dibungkus

dalam plastik yang menarik kiranya dapat memenuhi syarat untuk diekspor

(Saraswati, 1986 dalam Subekti, 2008).

Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang banyak

dikonsumsi di Indonesia. Kerupuk dikenal baik disegala usia maupun tingkat

sosial masyarakat. Kerupuk mudah diperoleh di segala tempat, baik di kedai

pinggir jalan, di supermarket, maupun di restoran hotel berbintang. Kerupuk

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

5

5

udang adalah kerupuk yang bahannya terdiri dari adonan tepung dan udang.

Kerupuk udang mempunyai beberapa kualitas bergantung pada komposisi

banyaknya udang yang terkandung dalam kerupuk. Semakin banyak jumlah udang

yang terkandung dalam kerupuk semakin baik kualitasnya (Amelia, 2000).

Kerupuk dibuat dengan bahan dasar tepung tapioka atau tepung gandum,

bahkan gaplek pun dapat digunakan untuk pembuatan kerupuk udang. Dari bahan

dasar tersebut ditambahkan sejumlah udang segar atau udang kering dan bumbu

seperti bawang putih, bawang merah, garam, gula, air dan bleng (Winarno, 1983

dalam Subekti, 2008). Menurut Astawan dan Astawan (2008), pembuatan kerupuk

udang menggunakan bahan utama tepung tapioka. Sedangkan bahan tambahan

lainnya adalah udang, telur/susu, garam, gula, air, dan bumbu (bawang putih.

bawang merah, ketumbar, dan sebagainya) yang bervariasi.

Pembuatan kerupuk udang sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca, karena

dalam proses penjemuran kerupuk membutuhkan panas matahari yang cukup dan

teratur. Jika dalam proses penjemuran (pengeringan) kerupuk tidak kering atau

masih basah maka hal tersebut akan menghambat kegiatan produksi, karena kita

tidak bisa berproduksi yang akhirnya akan membuat kita kehilangan keuntungan

dan mengecewakan pelanggan (Muliawan, 2001).

Kemasan yang digunakan dalam usaha pengolahan kerupuk udang juga

sudah menarik yaitu dengan menggunakan plastik PP dengan ukuran yang

bervariasi hal ini berguna dalam mengikuti selera/keinginan konsumen, yaitu 250

gram, 500 gram, dan 1 kg. Pemasaran kerupuk udang (Metapeonenis sp) saat ini

selain ke pasar daerah juga sudah sampai ke daerah luar, seperti Palembang,

Jambi, Bengkulu, dan Jakarta (Profil Desa Marga Sungsang, 2018).

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

6

6

Secara umum kendala yang dihadapi pengolah kerupuk udang dalam

mengembangkan usaha pengolahannya antara lain; keterbatasan sumberdaya

manusia dalam penanganan udang, tidak adanya bantuan modal usaha dari

pemerintah dalam mengembangkan usaha tersebut, dan keterbatasan alat yang

digunakan sehingga pengolahan kerupuk udang yang ada di desa tersebut masih

menggunakan cara yang sederhana.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pendapatan Usaha Kerupuk Udang (Metapeonenis sp) di

Desa Marga Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

ini adalah:

1. Berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan produsen kerupuk udang di

Desa Marga Sungsang ?

2. Berapa besar pendapatan yang diperoleh produsen kerupuk udang di Desa

Marga Sungsang ?

3. Berapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh produsen kerupuk udang di

Desa Marga Sungsang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang dan perumusan masalah, maka

tujuan yang akan dicapai oleh penelitian ini adalah untuk menghitung:

1. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan produsen kerupuk udang di Desa

Marga Sungsang.

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

7

7

2. Besarnya pendapatan yang diperoleh produsen kerupuk udang di Desa Marga

Sungsang.

3. Besarnya tingkat keuntungan yang diperoleh produsen kerupuk udang di Desa

Marga Sungsang.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai bahan

masukan dan pembelajaran bagi perkembangan usaha kerupuk udang, bahan

tinjauan untuk penerapan kebijakan atas industri rumah tangga skala kecil, serta

sebagai bahan rujukan dan penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan

usaha kerupuk udang.

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

8

8

II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

dalam penelitian ini. Konsep usahatani dan pendapatan usahatani digunakan

karena belum ada konsep khusus tentang usaha kerupuk udang dan konsep

usahatani adalah konsep yang paling mendekati kegiatan usaha kerupuk udang

dalam penelitian ini.

1. Usaha Kerupuk Udang

1.1. Kerupuk

Kerupuk adalah suatu jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan

yang mengandung pati cukup tinggi. Pengertian lain menyebutkan bahwa kerupuk

merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume

membentuk produk yang porus dan mempunyai densitas rendah selama proses

penggorengan. Demikian juga produk ekstrusi akan mengalami pengembangan

pada saat pengolahannya. Pengembangan kerupuk merupakan proses ekspansi

tiba-tiba dari uap air dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang

volumenya mengembang dan porus (Apriyadi, 2003).

Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan gelatinisasi pati adonan

pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak dan dikeringkan. Pada proses

penggorengan akan terjadi penguapan air yang terikat dalam gel pati akibat

peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap yang mendesak gel pati sehingga

terjadi pengembangan dan sekaligus terbentuk rongga-rongga udara pada kerupuk

yang telah digoreng (Koswara, 2009).

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

9

9

Berdasarkan penggunaan proteinnya, kerupuk dibagi menjadi kerupuk

tidak bersumber protein dan kerupuk bersumber protein. Kerupuk sumber protein

merupakan kerupuk yang mengandung protein, baik protein hewani maupun

nabati. Sedangkan kerupuk bukan sumber protein, tidak ditambahkan bahan

sumber protein seperti ikan, udang, kedelai dan sebagainya dalam proses

pembuatannya.

Adapun syarat mutu kerupuk menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat Mutu Kerupuk Menurut SNI

Kriteria Uji Satuan Persyaratan Kerupuk

Non Protein

Persyaratan Kerupuk

Protein

Bau, rasa, warna - Normal Normal

Benda asing %/b/b Tidak nyata Tidak nyata

Abu %/b/b Maks 2 Maks 2

Air %/b/b Maks 12 Maks 12

Protein %/b/b - Min 5

Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2000

1.2. Nilai Gizi Kerupuk

Dari segi gizi, apabila diamati komposisinya, kerupuk dapat merupakan

sumber kalori yang berasal dari pati (dan lemak apabila telah digoreng), serta

sumber protein (apabila ikan dan udang benar-benar ditambahkan). Dari hasil

analisis di laboratorium ditemukan bahwa kadar protein kerupuk mentah

bervariasi dari 0,97 % sampai 11,04 % berat basah (dengan kadar air yang

bervariasi dari 9,91 % sampai 14 %). Sedangkan kadar patinya bervariasi dari

10,27 % sampai 26,37 % berat basah (Koswara, 2009).

Sesudah digoreng, komposisinya berubah karena hilangnya sebagian kadar

airnya (karena menguap) dan masuknya minyak goreng ke dalam kerupuk. Hasil

analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar air kerupuk yang telah digoreng

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

10

10

berkurang menjadi sekitar 1,05 % sampai 5,48 %, sedangkan kadar lemak yang

asalnya sekitar 1,40 % sampai 12,10 % menjadi sekitar 14,83% sampai 25,33 %

berat basah (Koswara, 2009).

1.3. Jenis Kerupuk

Di pasaran dapat dijumpai bermacam-macam jenis kerupuk, sehingga

kadang-kadang membingungkan konsumen untuk memilihnya. Ada yang disebut

kerupuk ikan atau udang, kerupuk mie, kerupuk gendar (dibuat dari nasi), kerupuk

kulit (dibuat dari kulit kerbau atau sapi), kerupuk sayuran dan sebagainya. Dilihat

dari namanya saja jelas bahwa masing-masing mempunyai kekhususan.

Berdasarkan bahan-bahan pemberi rasa yang digunakan dalam pengolahannya,

dikenal kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk terasi dan beberapa jenis lainnya.

Berdasarkan cara pengolahan, rupa, dan bentuk kerupuk dikenal beberapa kerupuk

seperti kerupuk mie, kerupuk kemplang, kerupuk atom, kerupuk merah dan lain

sebagainya (Koswara, 2009).

1.4. Kerupuk Udang Merah

Kerupuk udang merah merupakan kerupuk khas dari Sungsang, dan

biasanya digunakan sebagai makanan pelengkap pada nasi goreng, lontong, soto,

gado-gado, dan makanan lainnya. Kerupuk udang merah hanya dibuat dari adonan

udang, tepung tapioka, garam, pewarna makanan dan diberi bumbu (rasanya

gurih), jadi warung atau restoran banyak yang menjual kerupuk udang merah yang

sudah digoreng. Kerupuk udang merah yang ada di pasaran di jual dalam bentuk

mentah, sehingga lebih tahan lama, namun kalau sudah digoreng kerupuk udang

merah harus segera dikonsumsi atau dapat disimpan dalam toples atau wadah

yang tertutup (Rohaendi, 2009).

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

11

11

2. Produksi dan Harga Jual

Produksi dalam usahatani memiliki pengertian sebagai keputusan yang

diambil petani tentang jenis output dan berapa jumlah yang akan dihasilkan dari

suatu kegiatan usahatani dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia yaitu

tanah, tenaga kerja, dan peralatan yang dimiliki. Output mana yang dipilih petani

tergantung pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai serta kendala yang

dihadapi, selain itu keterbatasan kemampuan dan pengetahuan petani serta

kecenderungan petani untuk menghasilkan produk tertentu juga mempengaruhi

penentuan produk yang akan dihasilkan (Lifianthi dan Husin, 2006).

Menurut Semaoen (2002), semua masukan (input) berupa barang dan jasa

yang digunakan oleh seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dalam suatu

proses produksi disebut faktor produksi. Faktor produksi adalah semua

sumberdaya yang terdiri atas alam (tanah, hutan, tambak, dan sebagainya),

manusia (fisik dan keahlian) dan modal (alat, mesin, bangunan, dan sebagainya)

untuk menghasilkan barang, jasa atau keduanya.

Menurut Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa faktor-faktor produksi

yang utama digunakan dalam memaksimalkan keuntungan ada empat unsur yaitu

berupa tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen.

Mubyarto (2006) mengemukakan bahwa tenaga kerja yang digunakan petani

di pedesaan sebagian besar berasal dari tenaga kerja keluarga, penggunaan tenaga

kerja keluarga merupakan penghematan biaya usahatani karena tidak dinilai

dengan uang, sehingga makin besar jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh petani,

semakin luas usahatani yang diusahakan.

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

12

12

Beberapa kendala yang mempengaruhi produksi usahatani adalah faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari kondisi (kuantitas dan kualitas)

unsur-unsur produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan modal. Sedangkan faktor

kendala ekstern meliputi adanya pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat

harga baik sarana produksi maupun hasil, termasuk tenaga kerja buruh dan

sumber kredit, tersedianya informasi teknologi yang mutakhir dan kebijaksanaan

pemerintah yang menunjang (Amelia, 2000).

Usahatani digolongkan dalam tiga bentuk berdasarkan cara pengusahaan

unsur-unsur produksi dan pengelolaannya, yaitu:

1. Usahatani yang pengusahaan unsur-unsur produksi dan pengelolaannya

dilakukan secara perorangan (individual farm).

2. Usahatani yang pengusahaan unsur-unsur produksi dan pengusahaanya

dilakukan oleh banyak orang secara kolektif (collective farm).

3. Usahatani yang merupakan bentuk peralihan dari usahatani perseorangan ke

usahatani kolektif (cooperative farm).

Harga adalah nilai suatu barang, pembentukan harga banyak ditentukan oleh

faktor-faktor waktu, tempat dan pasar yang mempengaruhi keadaan penawaran

dan permintaan. Bagi penjual harga bermanfaat mendesterminasi margin atau

perbedaan biaya (Kotler, 2003).

Kejadian harga dapat diartikan proses keseimbangan antara permintaan dan

penawaran yang menghasilkan harga, walaupun harga barang itu telah ada di

pasar. Harga keseimbangan sendiri bertindak sebagai standar bagi produsen untuk

menentukan apa, berapa, dan kapan barang itu diproduksi atau dijual. Seringkali

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

13

13

lembaga pemasaran masih berusaha mencari harga untuk mendapatkan harga baru

yang lebih baik atau “price discovery” (Sudiyono, 2004).

3. Penerimaan Usahatani

Penerimaan adalah nilai produksi total suatu usahatani dalam jangka waktu

tertentu, baik yang dijual atau yang belum dijual. Jangka waktu hanya satu tahun

mencakup semua produksi yang dijual, dikonsumsikan rumah tangga, petani,

digunakan dalam usahatani bibit untuk bibit tanaman, ternak digunakan untuk

pembayaran, dan disimpan atau ada gudang pada akhir tahun (Soekartawi, 2002).

Penerimaan adalah jumlah hasil kali antara produksi yang dihasilkan dalam

satuan fisik dengan harga jual persatuan fisik. Penerimaan tunai usahatani

didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima. Besarnya penerimaan yang

diperoleh petani dari hasil usahatani yang mereka lakukan berbeda-beda antara

petani yang satu dengan petani yang lainnya, walaupun luas tanah garapan dan

komoditi yang diusahakan sama.

Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total

usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun dan mencakup semua produk

yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani bibit

atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan

pada akhir tahun (Soekartawi, 2002).

4. Biaya Usahatani

Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak

berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi. Biaya tetap meliputi pajak,

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

14

14

penyusutan alat produksi, bunga pinjaman, sewa lahan, dan iuran irigasi.

Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan

besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya variabel meliputi input produksi

dan upah tenaga kerja.

Sugiarto (2002) mengemukakan bahwa modal atau biaya produksi

dibedakan menjadi dua macam yaitu biaya tetap dan biaya variabel, diperoleh

keuntungan atau laba, petani harus berani berkorban dan berani mengeluarkan

biaya. Selain dari korbanan biaya diperlukan juga pengelolaan usahatani yang

efisien dalam penggunaan faktor produksi.

Pengelompokan biaya usahatani lainnya adalah biaya tunai dan biaya tidak

tunai (Soekartawi , 2002). Biaya tunai dan tidak tunai berasal dari biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi

dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya input produksi

dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah

biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja keluarga. Sedangkan yang

termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.

5. Pendapatan Usahatani

Berhasilnya suatu usaha dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang

diperoleh petani dalam mengelola usahanya. Pendapatan secara harfiah dapat

didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang

dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif.

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu

tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencangkup

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

15

15

semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan

kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang (Soekartawi, 2002).

Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana

produksi dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Biaya

usahatani yang dikeluarkan berupa biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan kerja petani

kalau modal dan nilai kinerja diperhitungkan.

Pendapatan usahatani yang diterima seseorang petani dalam satu tahun

berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan

petani ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya masih dapat berubah

dalam batas-batas kemampuan petani, misalnya luas lahan usahatani, efisiensi

kerja, dan efisiensi produksi. Tetapi ada pula faktor-faktor yang tidak dapat

berubah seperti iklim dan jenis lahan.

Ukuran pendapatan dan keuntungan dapat dikemukakan dalam beberapa

definisi (Soekarwati, 2002) yaitu:

a. Penerimaan tunai usahatani: nilai uang yang diterima dari penjualan produk

usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk

keperluan usahatani.

b. Pengeluaran usahatani: jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang

dan jasa bagi usahatani dan tidak mencangkup bunga pinjaman dan jumlah

pinjaman pokok.

c. Pendapatan tunai usahatani: selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan

pengeluaran tunai usahatani.

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

16

16

d. Penerimaan total usahatani: penerimaan dari semua sumber usahatani yang

meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai

penggunaan untuk konsumsi keluarga.

e. Pengeluaran total usahatani : semua biaya-biaya operasional dengan tanpa

menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai kerja dari pengelolaan

usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik,

pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau

tenaga kerja keluarga.

f. Pendapatan total usahatani : merupakan selisih antara penerimaan total dengan

pengeluaran total.

6. Keuntungan Usaha (R/C)

Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga

petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu pendapatan

usahatani merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk

membandingkan keragaan beberapa usahatani (Adiwilaga, 2002).

Salah satu ukuran yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui

keuntungan usahatani yang dilihat dari segi pendapatan adalah perbandingan

antara penerimaan dengan biaya atau R/C. Jika nilai R/C > 1 berarti penerimaan

yang diperoleh akan lebih besar dari pada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh penerimaan tersebut sehingga kegiatan usahatani efisien untuk

dilakukan. Sebaliknya, jika R/C < 1 maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan

lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh sehingga usaha yang dilakukan

tidak efisien. Alat yang digunakan untuk menganalisis keuntungan usahatani

adalah R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total (Adiwilaga, 2002).

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

17

17

Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan (R) untuk setiap

biaya (C) yang dikeluarkan (rasio R/C). Rasio R/C ini menunjukan pendapatan

kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi.

Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif

terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap

keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Usahatani efisien apabila

R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1) artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang

dikeluarkan akan memberikan keuntungan lebih dari Rp.1,00. Sebaliknya jika R/C

lebih kecil dari satu (R/C < 1) maka dikatakan setiap Rp. 1,00 biaya yang

dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih kecil dari Rp. 1,00 sehingga

usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi nilai R/C, semakin menguntungkan

usahatani tersebut (Soekartawi, 2002).

B. Model Pendekatan

Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

skematik. Lebih lanjut tentang model pendekatan dikemukakan oleh Thony

(2007), bahwa makna dibuat sebuah model dalam suatu kegiatan penelitian adalah

merupakan aktualisasi dari sebuah atau beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh

seorang peneliti melalui pola yang sistemik. Untuk lebih jelasnya model skematik

tentang pendapatan usaha kerupuk udang di Desa Marga Sungsang dapat dilihat

pada Gambar 1.

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

18

18

Keterangan:

= mempengaruhi

Gambar 1. Model Pendekatan Secara Diagramatis

C. Batasan-batasan

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Marga Sungsang Kecamatan Banyuasin II

Kabupaten Banyuasin.

2. Sampel adalah keluarga nelayan yang membuat kerupuk udang.

3. Produksi kerupuk udang merupakan hasil fisik dari usaha kerupuk udang

(kg/bulan).

4. Harga jual merupakan harga yang berlaku pada saat penelitian (Rp/kg)

Mata Pencaharian Nelayan

Usaha Kerupuk Udang

Produksi Kerupuk Udang

Penerimaan Kerupuk Udang

Biaya Produksi

Kerupuk Udang

R/C > 1 : Menguntungkan

R/C < 1 : Tidak Menguntungkan

R/C = 1 : Impas

Rekomendasi Usaha Kerupuk Udang

Harga Jual Kerupuk Udang

Pendapatan Kerupuk Udang

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

19

19

5. Tenaga kerja adalah keseluruhan orang yang terlibat langsung dalam usaha

kerupuk udang baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga

yang dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja).

6. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses pengolahan

kerupuk udang (Rp/bulan) yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.

7. Biaya tetap adalah biaya yang tidak habis dipakai dalam satu kali proses

produksi, seperti biaya penyusutan alat (Rp/bulan).

8. Biaya variabel adalah biaya yang habis dipakai dalam satu kali proses

produksi, seperti biaya udang segar, gula, garam, bumbu-bumbu, kayu bakar,

arang, dan plastik pengemasan (Rp/bulan).

9. Pendapatan usaha kerupuk udang adalah selisih antara penerimaan dengan

biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk pembuatan kerupuk udang

(Rp/bulan).

10. Tingkat keuntungan usaha kerupuk udang adalah suatu ukuran dimana usaha

kerupuk udang tersebut secara ekonomi memberi manfaat bagi pihak – pihak

yang terkait terutama bagi petani (RC ratio).

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

20

20

III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),

merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini akan

dilaksanakan di Desa Marga Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten

Banyuasin. Hal ini atas pertimbangan bahwa Kabupaten Banyuasin merupakan

salah satu sentra perikanan dan udang di Sumatera Selatan dan Desa Marga

Sungsang sebagai salah satu daerah di Kabupaten Banyuasin yang mengusahakan

usaha kerupuk udang. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai dengan Mei 2019.

B. Metode Penelitian dan Penarikan Contoh

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survei. Menurut Daniel (2003) metode survei yaitu pengamatan atau penyelidikan

yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan

tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu, atau suatu studi ekstensif yang

dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan.

Penarikan contoh bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai

produksi kerupuk udang yang diteliti. Metode penarikan contoh yang digunakan

adalah secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu diambil contoh

sebanyak 10 orang produsen kerupuk udang dari 30 orang di Desa Marga

Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin.

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

21

21

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dari lapangan, langkah-langkah

yang dipersiapkan antara lain (1) melakukan penarikan petani contoh,

(2) menyiapkan daftar pertanyaan (kuesioner), dan (3) pengumpulan data yang

meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden

dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Data primer meliputi identitas

produsen, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah bahan baku yang

dipergunakan, harga jual, harga beli sarana produksi, umur, tingkat pendapatan,

sumber pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, dan komponen lainnya yang

diperlukan dalam penelitian ini.

Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang

terkait dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder meliputi monografi Desa

Marga Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin, data produsen

yang melakukan kegiatan usaha kerupuk udang, data dari Dinas Perikanan

Kabupaten Banyuasin, data dari Kantor Camat Banyuasin II, Kepala UPTD

Perikanan, Kepala Desa, Badan Pusat Statistik, studi pustaka, serta berbagai

literatur dan referensi yang mendukung agar relevan dengan penelitian yang

sedang dilakukan.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu kalkulator

dan software komputer Microsoft Excel 2007. Pengolahan data pada penelitian

diawali dengan mengelompokkan data yang didapat dari lapangan dan disajikan

secara tabulasi, kemudian dilakukan pengujian sebagai berikut:

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

22

22

1. Untuk menganalisis struktur biaya produksi dilakukan dengan menghitung

biaya yang dikeluarkan oleh produsen usaha kerupuk udang dengan rumus

sebagai berikut : BP = BT + BV

Keterangan :

BP : Biaya produksi usaha kerupuk udang (Rp)

BT : Biaya tetap usaha kerupuk udang (Rp)

BV : Biaya variabel usaha kerupuk udang (Rp)

Untuk menganalisis pendapatan usaha kerupuk udang dihitung dengan rumus :

Pn = Y x H

Keterangan :

Pn : Penerimaan usaha kerupuk udang (Rp)

Y : Produksi usaha kerupuk udang (kg)

H : Harga jual usaha kerupuk udang (Rp/kg)

π = Pn - BP

π = Pendapatan usaha kerupuk udang (Rp)

Untuk menganalisis tingkat keuntungan usaha dihitung dengan rumus:

R/C = Pn / BP

Keterangan :

R = Revenue/Penerimaan

C = Cost/Biaya

Dengan kriteria :

Apabila R/C = 1, maka Break Event Point (titik impas).

Apabila R/C > 1, maka usaha kerupuk udang menguntungkan.

Apabila R/C < 1, maka usaha kerupuk udang akan merugi.

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

23

23

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Penerbit Bumi Aksara.

Jakarta.

Adiwilaga. 2002. Ilmu Usahatani. Alumni. Bandung.

Amelia, Anna. 2000. Kajian Pengemasan Kerupuk Mentah Siap “Goreng” Selama

Penyimpanan. Skripsi, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Apriyadi, Andri. 2003. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengolahan Ikan Pada

Industri Kerupuk Udang/Ikan di Indramayu. Skripsi, Jurusan Ilmu-ilmu

Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Astawan, M.W. dan Astawan, M. 2008. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani

Tepat Guna. Akademika Pressindo. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesia Syarat Mutu

Kerupuk. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta.

Daniel. 2003. Menyusun Rencana Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Dinas Perikanan Kabupaten Banyuasin. 2018. Kabupaten Banyuasin Dalam

Angka.

Irzal, Effendi. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Koswara, S. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. http://ebookpangan.com. Diakses

tanggal 10 Nopember 2018.

Kotler, Philip. 2003. Marketing Management, Millenium Edition, Prentice-Hall,

Inc, New Jersey.

Lifianthi dan L. Husin. 2006. Ekonomi Produksi Pertanian. Diktat Kuliah.

Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Inderalaya. (Tidak

Dipublikasikan).

Mubyarto. 2006. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan

dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.

Muliawan, D. 2001. Pengaruh berbagai Tingkat Kadar Air terhadap

Pengembangan Kerupuk Sagu Goreng. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan

dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

24

24

Profil Desa Marga Sungsang. 2018. Monografi Desa Marga Sungsang Kecamatan

Banyuasin II Kabupaten Banyuasin.

Rohaendi, D. 2009. Seri Usaha Kecil Menengah (UKM) Daerah Memproduksi

Kerupuk Sangrai. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Semaoen, Ikhsan. 2002. Ekonomi Produksi Pertanian Teori dan Aplikasi. Ikatan

Sarjana Ekonomi Indonesia. Jakarta.

Simatupang, P dan A. Purwoto. 2000. Pengembangan Agro Industri Sebagai

Penggerak Pembangunan Desa. Dalam P. Simatupang, E. Pasandaran, F.

Kasryno, dan A. Zulham (Penyunting) Agro Industri Faktor Penunjang

Pembangunan Pertanian Indonesia. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Pers, Jakarta.

Subekti, E.I. 2008. Optimasi Perencanaan Produksi Industri Kerupuk Udang/Ikan

di Perusahaan Kerupuk Indrasari, Indramayu, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan

Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Sudiyono. 2004. Proses Pengambilan Keputusan dan Faktor Penentu Penggunaan

Benih Padi Bermutu oleh Petani di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Tesis

Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

Palembang.

Sugiarto. 2002. Tahap Awal dan Aplikasi Analisis Regresi. Andi Office.

Yogyakarta.

Swastha, B. dan Irawan, 2009. Manajemen Pemasaran Modern. Fakultas

Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Liberty. Yogyakarta.

Thony, Agoes. 2007. Metodologi Penelitian. Bahan Ajar Peserta Pelatihan

Metodologi Penelitian Dosen di Perguruan Tinggi Swasta se Sumatera

Bagian Selatan. Palembang.

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERUPUK UDANG · diproses kembali untuk menjadi Fillet, sarden, ikan asin, dan kerupuk yang dilakukan di pabrik sehingga bisa langsung dijual ke konsumen

25

25

UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI PALEMBANG LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

PADA MASYARAKAT

JL. Sultan Moh. MansyurKebon Gede32 Ilir Palembang 30145

SURAT TUGAS

Nomor: 008/VII/F.2/I/2019

Untuk memenuhi salah satu fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi, kami

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas

Sjakhyakirti menugaskan kepada dosen sebagai berikut :

Nama NIDN KETERANGAN

LISNA OKTARIANI S.P ., M.Si 0231108503 Dosen Tetap FP Univ. Sjakhyakirti

Untuk melaksanakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENDAPATAN USAHA

KERUPUK UDANG (Metapeonenis sp) DI DESA MARGA SUNGSANG KECAMATAN

BANYUASIN II KABUPATEN BANYUASIN”

Demikianlah surat tugas ini kami keluarkan agar dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya.

Palembang, 5 Maret 2019

Ketua LPPM

Anton Trianto, S.E., M.Si