analisis kandungan logam aluminium dan timah dalam ikan sarden kemasan kaleng

47
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM KADMIUM DAN TIMBAL PADA IKAN MAS DAN IKAN MUJAIR DI WADUK JATILUHUR PROPOSAL PENELITIAN Oleh : ARIEF RAHMAN HAKIM (12210010) ARIS BRATA YUDHA (12210011) DERY SUSANTO (12210012) DONI INDRO PRATAMA (12210013) TRISNA RAMADHAN (122100..) PROGRAM STRATA 1 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN KIMIA

Upload: riyad-rustanjar

Post on 15-Sep-2015

83 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

bbbb

TRANSCRIPT

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM KADMIUM DAN TIMBAL PADA IKAN MAS DAN IKAN MUJAIR DI WADUK JATILUHUR

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :ARIEF RAHMAN HAKIM (12210010)ARIS BRATA YUDHA (12210011)DERY SUSANTO(12210012)DONI INDRO PRATAMA(12210013)TRISNA RAMADHAN(122100..)

PROGRAM STRATA 1PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN KIMIASEKOLAH TINGGI MIPA BOGORBOGOR2010ANALISIS KANDUNGAN LOGAM KADMIUM DAN TIMBAL PADA IKAN MAS DAN IKAN MUJAIR DI WADUK JATILUHUR

PROPOSAL PENELITIANDibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Akhir dan Mendapatkan Gelar Sarjana Sains pada Program Strata 1 Jurusan Kimia Program Studi KimiaSekolah Tinggi Mipa Bogor

Oleh :ARIEF RAHMAN HAKIM (12210010)ARIS BRATA YUDHA (12210011)DERY SUSANTO(12210012)DONI INDRO PRATAMA(12210013)TRISNA RAMADHAN(122100..)

PROGRAM STRATA 1PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN KIMIASEKOLAH TINGGI MIPA BOGORBOGOR2010ANALISIS KANDUNGAN LOGAM KADMIUM DAN TIMBAL PADA IKAN MAS DAN IKAN MUJAIR DI WADUK JATILUHUR

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :ARIEF RAHMAN HAKIM (12210010)ARIS BRATA YUDHA (12210011)DERY SUSANTO(12210012)DONI INDRO PRATAMA(12210013)TRISNA RAMADHAN(122100..)

Disetujui oleh :Tim Pembimbing

Sekolah Tinggi MIPA BogorPusat Penelitian Lingkungan Hidup

Drs. Edi SutadiDr. Adi Santoso, M.Si.Tanggal :Tanggal :

Disahkan oleh :Ketua Sekolah Tinggi MIPA Bogor

Prof. Dr. Jahja Nugraha Tanggal :

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Adapun judul proposal penelitian ini adalah Analisis Kandungan Logam Kadmium dan Timbal pada Ikan Mas dan Ikan Mujair di Waduk Jatiluhur. Proposal penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Sekolah Tinggi MIPA Bogor Jurusan Kimia Program Studi Kimia. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga dapat tersusunnya proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan terutama kepada :1. Bapak Prof. Dr. Jahja Nugraha, Ketua Sekolah Tinggi MIPA Bogor.2. Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institiut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian3. Drs. Edi Sutadi, Pembimbing Sekolah Tinggi MIPA Bogor.4. Seluruh staf Sekolah Tinggi MIPA Bogor.5. Seluruh staf Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor.6. Orang tua penulis yang selalu memberikan motivasi dan semangat.7. Seluruh pihak lain yang mendukung terlaksananya proposal penelitian ini.

iii Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun rekan-rekan lainnya.Bogor, Juni 2015Penulis

iiiiDAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR GAMBAR vBAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Indentifikasi Masalah 21.3 Tujuan Penelitian 31.4 Manfaat Penelitian 31.5 Hipotesis 31.6 Metode Penelitian 31.7 Tempat dan Waktu Penelitan 4BAB II TINJAUAN PUSTAKA 52.1 Ikan Mas 52.2Ikan Mujair 62.3Logam Berat 112.3.1 Cadmium 112.3.2 Timbal 132.4 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 152.4.1 Prinsip 152.4.2 Instrumentasi SSA 17BAB III BAHAN DAN METODE 213.1Bahan 213.1.1 Bahan Penelitian 213.1.2 Bahan Kimia 213.2Alat 21

iii3.3Metode Penelitian 223.3.1 Preparasi Contoh 223.3.2 Analisis Logam Cadmium dan Timbal 22 3.3.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi 223.3.2.2Pengukuran 23DAFTAR PUSTAKA 24

iv

DAFTAR GAMBAR

NO. Halaman1. Ikan mas 5 2. Ikan mujair 63. Kadmium 114. Timbal 135. Instrumentasi SSA 17

vBAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan manusia semakin hari semakin pesat. Di samping dampak positif dari perkembangan ini terdapat juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif adalah adanya pencemaran pada lingkungan. Pencemaran ini dapat terjadi pada tanah, air, dan udara. Salah satu contoh terjadinya pencemaran ini adalah yang terjadi pada sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai yang paling tercemar di bumi. Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS utama yang sangat penting di Jawa Barat, karena merupakan penyangga ibukota Jakarta.

1 Sungai Citarum dimanfaatkan oleh 3 (tiga) waduk besar yaitu waduk Saguling dibangun tahun 1986 dengan kapasitas 982 juta m3, waduk Cirata dibangun tahun 1988 dengan kapasitas 2.165 juta m3, dan waduk Jatiluhur dibangun tahun 1963 dengan kapasitas 3.000 juta m3. Waduk Jatiluhur ini merupakan bendungan terbesar di Indonesia, oleh pemerintah Indonesia dinamakan waduk Ir. H. Juanda, dengan luas 8.300 ha. Waduk ini memiliki fungsi serbaguna yaitu sebagai tempat menampung air untuk irigasi, sebagai pembangkit listrik, sumber air baku PAM, tempat rekreasi air, dan tempat budidaya ikan air tawar pada jaring apung. Waduk Jatiluhur merupakan tempat utama dalam budidaya ikan air tawar seperti ikan mas, ikan mujair, dan ikan nila. Waduk Jatiluhur merupakan waduk yang berada paling hilir dari serangkaian waduk di aliran sungai Citarum sehingga cemaran yang berasal dari waduk Cirata dan Saguling serta air yang berasal dari bagian hulu dapat terbawa masuk ke waduk ini. Selain itu karena letak waduk Jatiluhur di hilir maka cemaran limbah dari industri yang berada di sepandang DAS sungai Citarum akan terakumulasi di waduk Jatiluhur. Kebanyakan limbah yang dibuang mengandung logam berat sehingga mengkontaminasi ikan-ikan yang ada di waduk Jatiluhur. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang serius untuk mengetahui seberapa besar kadar logam berat yang mencemari ikan-ikan seperti ikan mas dan ikan mujair yang menjadi bahan makanan masyarakat.1.2Identifikasi MasalahLogam berat merupakan cemaran yang berbahaya bagi lingkungan dan berbagai hewan di dalamnya. Selain itu, kesehatan manusia juga akan terancam jika mengkonsumsi bahan makanan yang berasal dari hewan yang tercemar logam berat. Logam berat yang banyak mencemari meliputi logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb), yang banyak berasal dari industri tekstil, kertas, pupuk, dan pestisida. Mengingat pencemaran ini akan terus terakumulasi jumlahnya maka perlu dilakukan analisis kandungan logam berat terhadap ikan yang dibudidayakan di waduk Jatiluhur.

21.3 Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat pencemaran logam berat yang terdapat di waduk Jatiluhur, di mana waduk tersebut merupakan tempat budidaya ikan mas dan mujair yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat.1.4Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang jelas mengenai kualitas air waduk beserta ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat tentang keadaan lingkungan di waduk Jatiluhur.1.5HipotesisWaduk Jatiluhur merupakan waduk yang terletak di hilir sungai Citarum, di mana di sepanjang aliran terdapat industri. Industri tersebut diduga membuang limbah ke aliran sungai, limbah yang dibuang mengandung logam berat yang mampu mencemari air sungai dan waduk. Selain itu logam berat juga dihasilkan oleh pestisida, pelapukan batuan yang berada di tanah, akibat proses pertambangan, limbah barang-barang elektronik, batu baterai, aki, kabel, dan pipa.1.6 Metode Penelitian

3Penelitian ini terdiri dari pengambilan contoh, preparasi contoh, dan pengujian atau pengukuran. Pengambilan contoh meliputi teknik pemilihan contoh yang representatif dan pemilihan lokasi pengambilan contoh. Untuk tahap preparasi ada 4 tahap, yaitu tahap pembersihan contoh, tahap penghalusan, tahap penimbangan, dan tahap destruksi. Sedangkan tahap pengujian yaitu pengukuran kadar logam menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).1.7 Tempat dan WaktuPercobaan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor di Dramaga, Bogor. Percobaan dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2015.

4BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu "ikan mas punten" dan "ikan mas majalaya" merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya. Adapun ikan mas ditunjukan pada Gambar 1 (www.banyudadi.com, 2015).

Gambar 1. Ikan Mas (www.banyudadi.com, 2015).

5 Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan (www.banyudadi.com, 2015).2.2 Ikan MujairIkan mujair merupakan ikan konsumsi air tawar. Bentuk badannya pipih dengan warna abu-abu, cokelat, atau hitam. Ikan mujair berasal dari perairan Afrika dan untuk pertama kalinya di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di muara sungai Serang, pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan mujair memiliki toleransi yang tinggi terhadap kadar garam atau salinitas air. Pertumbuhanya cepat, tapi setelah dewasa, percepatan pertumbuhannya menurun. Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm. Adapun ikan mujair ditunjukan pada Gambar 2 (www.banyudadi.com, 2015).

6Gambar 2. Ikan Mujair (www.banyudadi.com, 2015).

Ikan mujair merupakan ikan introduksi yang sudah dikenal luas di Indonesia. Ikan mujair juga mudah berkembang biak, pertumbuhanya cepat, dan makanannya berupa plankton atau alga, mudah berkembang di kolam maupun di sungai. Selain itu, ikan mujair dapat beradaptasi pada lingkungan dengan kualitas air yang relatif jelek dan pH yang asam. Ikan mujair terdiri dari ikan mujair yang berwarna merah (hibrida), ikan mujair yang albino, dan ikan mujair yang berwarna hitam (www.banyudadi.com, 2015).2.3 Logam Berat Logam adalah unsur yang dapat diperoleh dari lautan, erosi batuan tambang dan vulkanisme. Proses alam seperti perubahan siklus alami mengakibatkan batuanbatuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar ke lingkungan. Selain itu masuknya logam berat juga berasal dari aktivitas manusia, seperti pertambangan minyak, emas dan batu bara, pembangkit tenaga listrik, pestisida, keramik, peleburan logam dan pabrikpabrik pupuk serta kegiatan industri lainnya (Plaar, 2008).

7 Logam berat adalah unsur yang memiliki berat lebih besar dari 4 atau 5 dengan jumlah atom 22-34 dan 40-52, serta unsur lantanida dan aklinida, serta memiliki pengaruh spesifik biokimiawi di dalam hewan dan tumbuhan. Terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Beberapa logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Di alam logam sangat jarang ditemukan dalam elemen tunggal, biasanya dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain (Plaar, 2008). Menurut Palar (2008) logam dalam perairan memiliki sifat sebagai berikut :1. Memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar listrik (konduktor)2. Memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar panas3. Memiliki rapatan yang tinggi4. Dapat membentuk alloy dengan baik5. Logam padat dapat ditempa dan dibentuk Logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg) memiliki afinitas yang tinggi terhadap unsur S (belerang) menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tidak aktif. Selain sulfur logam berat juga dapat bereaksi terhadap gugus karboksilat (COOH) dan amina (NH2). Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada selsel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya. Logam berat memiliki tingkat atau daya racun yang berbeda bergantung pada jenis, sifat kimia dan fisik logam berat.

8 Darmono (2001) mengurutkan berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut : merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co). sedangkan menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg 2+ > Cd 2+ >Ag + > Ni 2+ > Pb 2+ > As 2+ > Cr2+ > Sn 2+ > Zn 2+. Adanya logam berat di perairan memiliki dampak yang berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifatsifat logam berat (Darmono, 2001) yaitu :1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Di samping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.

9Kandungan kelompok anorganik logam di perairan alami sangat rendah (trace element). Kelompok ini terdiri dari logam berat yang bersifat esensial (Cr, Ni, Cu, Zn) dan yang bersifat non esensial (As, Cd, Pb, Hg). Elemen yang bersifat esensial dibutuhkan dalam proses kehidupan biota akuatik. Kelompok elemen esensial maupun non esensial dapat bersifat toksik atau racun bagi kehidupan biota perairan, terutama apabila terjadi peningkatan kadarnya dalam perairan. Sifat toksik dan sifat terurainya suatu logam berat dalam perairan ditentukan oleh karakteristik fisik dan kimia suatu jenis logam berat dan ditentukan juga oleh faktor lingkungan. Lingkungan atau ekosistem laut yang mengalami gangguan kesetimbangan akibat polutan, dapat bersifat tetap (irreversible) atau sementara (reversible) bergantung pada faktor-faktor berikut :1. Kemantapan ekosistem (constancy) terkait dengan kecilnya pengaruh perubahan.2. Persistensi ekosistem (persistent) terkait dengan lamanya waktu untuk kelangsungan prosesproses normal ekosistem.3. Kelembaman ekosistem (inertia) terkait dengan kemampuan bertahan terhadap gangguan eksternal.4. Elastisitas ekosistem (elasticity) terkait dengan kekenyalan ekosistem untuk kembali ke kadaan semula setelah mengalami gangguan.5. Amplitudo ekosistem (amplitude) terkait dengan besarnya skala gangguan yang masih memungkinkan adanya daya pulih (recovery).

1010Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat toksisitas logam berat antara lain suhu, salinitas, pH, dan kesadahan. Penurunan pH dan salinitas perairan menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar. Peningkatan suhu menyebabkan toksisitas logam berat meningkat. Sedangkan kesadahan yang tinggi dapat mengurangi toksisitas logam berat, karena logam berat dalam air dengan kesadahan tinggi membentuk senyawa kompleks yang mengendap dalam air. Tingkat toksisitas logam berat untuk biota perairan dipengaruhi oleh jenis logam, spesies biota, daya permeabilitas biota, dan mekanisme detoksikasi (Darmono, 2001). Logam berat dapat mengumpul (terakumulasi) di dalam tubuh suatu biota dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun. Pada batas dan kadar kadar tertentu semua logam berat dapat menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap bota perairan (Darmono, 2001).2.3.1 Kadmium (Cd) Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih keperakan menyerupai alumunium dengan berat atom 112,41 g/mol dengan titik cair 321oC dan titik didih 765oC. Darmono (2001) mengatakan bahwa kadmium selalu bercampur dengan logam lain, terutama dalam pertambangan zink dan timbal selalu ditemukan kadmium dengan kadar 0,2-0,4%, sebagai hasil sampingan dari proses pemurnian zink dan timbal. Unsur ini bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, memiliki titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan untuk pencampur logam lain seperti nikel, perak, tembaga, dan besi.

11Gambar 3. Kadmium (http://noviechemist.blogspot.com, 2013).Senyawa kadmium juga digunakan sebagai bahan kimia, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, cat, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil dan pigmen untuk gelas dan email gigi. Kadmium memiliki sifat dan kegunaan antara lain :1. Mempunyai sifat tahan panas sehingga bagus untuk campuran pembuatan bahanbahan keramik, enamel dan plastik.2. Tahan terhadap korosi sehingga bagus untuk melapisi pelat besi dan baja.Kadmium tergolong logam berat dan memiliki afinitas yang tinggi terhadap kelompok sulfhidrid dari pada enzim dan meningkat kelarutannya dalam lemak. Pada perairan alami yang bersifat basa, kadmium mengalami hidrolisis, teradsorpsi oleh padatan tersuspensi dan membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik. Kadmium pada perairan alami membentuk ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun anorganik, yaitu: Cd 2+ , Cd(OH)+ , CdCl+ , CdSO4, CdCO3 dan Cd organik. Ikatan kompleks tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda:Cd 2+ > CdSO4 > CdCl+ > CdCO3 > Cd(OH)+

12Sifat racun Cd terhadap ikan yang hidup dalam air laut berkisar antara 10-100 kali lebih rendah dari pada dalam air tawar yang memiliki tingkat kesadahan lebih rendah. Toksisitas kadmium meningkat dengan menurunnya kadar oksigen dan kesadahan, serta meningkatnya pH dan suhu. Sedangkan toksisitas kadmium turun pada salinitas dengan kondisi isotonis dengan cairan tubuh hewan bersangkutan.

2.3.2Timbal (Pb)Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis. Timbal adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna coklat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Di perairan alami timbal bersumber dari batuan kapur dan galena.

Gambar 4. Timbal (http://noviechemist.blogspot.com, 2013)

Sifat-sifat timbal menurut Darmono (2001) antara lain:1. Memilki titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair hanya membutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.2. 13Merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.3. Timbal dapat membentuk logam campuran (alloy) dengan logam lainnya, dan logam yang terbentuk mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal murni.4. Memiliki densitas yang tinggi dibanding logam lain kecuali emas dan merkuri, yaitu 11,34 gr/cm 3 . Sumber utama timbal yang digunakan sebagai bahan additif bensin berasal dari komponen gugus alkil timbal, kurang lebih 75% timbal yang ditambahkan pada bahan bakar minyak akan diemisikan kembali ke atmosfir. Hal inilah yang kemudian menyebabkan pencemaran udara disebabkan oleh timbal. Timbal ini dapat memasuki perairan melalui air hujan yang turun. Penggunaan timbal terbesar lainnya adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil. Selain itu timbal juga digunakan untuk produkproduk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna. Timbal juga digunakan sebagai pigmen timbal dalam cat (Darmono, 2006). Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Timbal relatif dapat larut dalam air dengan pH < 5 dimana air yang bersentuhan dengan timah hitam dalam suatu periode waktu dapat mengandung > 1 g Pb/L, sedangkan batas kandungan dalam air minum adalah 50 g Pb/L. Kadar dan toksisitas timbal diperairan dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan kadar oksigen. 14Pengaruh toksisitas akut timbal jarang ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), penyimpanan bateri, percetakan, pelapisan logam dan pengecatan sistem semprot. Dampak keracunan timbal dapat mengakibatkan terhambatnya pembentukan hemoglobin, gangguan ginjal, otak, hati, sistem reproduksi, dan sistem saraf sentral (Darmono, 2006), selain itu juga dapat menyebabkan gangguan mental pada anak-anak. Ketika unsur ini mengikat kuat sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA maka akan mengganggu saluran metabolik dalam tubuh. Keracunan Pb dapat juga mengakibatkan gangguan sintesis darah, hipertensi, hiperaktivitas, dan kerusakan otak (Darmono, 2006). 2.4 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)2.4.1 Prinsip dasar

15Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi endah. Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur. Teknik-teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel. Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1995). Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tingggi. Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya yaitu kurva kalibrasi, standar tunggal dan kurva adisi standar.

16

2.4.2 InstrumentasiKomponen-komponen Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ditunjukan pada Gambar 5.

Gambar 5. Instrumentasi SSA ( http://noviechemist.blogspot.com, 2013).

1. Sumber SinarSumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA, harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari suatu cuplikan. Maka harus menggunakan Hallow Cathode khusus. Hallow Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.

17Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu. Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah Electrodless Dischcarge Lamp lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp (lampu katoda cekung), tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se, karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan tidak stabil.2. Sumber atomisasiSumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.1. Nyala udara asetilen Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan SSA. Temperatur nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.

182. Nitrous oksida-asetilen Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.Prinsip dari SSA, larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar ( ground state ). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorbsi oleh atom dalam nyala.3. MonokromatorMonokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp 4. DetektorDetektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.

195. Sistem pengolahSistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.6. Sistem pembacaanSistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.

20BAB IIIBAHAN DAN METODE

3.1 Bahan3.1.1 Bahan PenelitianBahan penelitian yaitu ikan mas dan ikan mujair yang diambil dagingnya saja. 3.1.2 Bahan KimiaBahan-bahan kimia yang dipergunakan dalam proses penelitian yaitu :a. Larutan Standar Cadmium 1000 mg/Lb. Larutan Standar Timbal 1000mg/Lc. Asam Nitrat 69 %d. Akuabides3.2 Alat Alat-alat yang digunakan dalam proses penelitian meliputi :a. Spektrofotometer Serapan Atomb. Neraca analitikc. Microwae digesterd. Blendere. Labu ukur 50 mLf. Mikropipet

213.3 Metode PenelitianDalam proses penelitian dilakukan dua tahapan meliputi :3.3.1 Preparasi Contoh Ikan mas dan ikan mujair setalah diambil dari waduk, dibersihkan sisik dan organ dalamnya, lalu dikuliti daging dari tulangnya. Setelah itu daging ikan mas dan ikan mujair tadi dihaluskan dan dihomogenkan menggunakan blender. Jika sudah homogen, ditimbang sebanyak 0,5 1,0 g contoh ke dalam tabung destruksi lalu ditambahkan 10 mL HNO3 69%. Kemudian didestruksi dengan menggunakan Microwave digester dengan suhu 150oC selama 20 menit. Hasil destruksi tadi dimasukan ke dalam labu ukur 50 mL, diimpitkan dengan akuades dan disaring.3.3.2 Analisis Logam Kadmium dan Timbal3.3.2.1 Pembuatan Kurva KalibrasiLarutan Standar PbLarutan Standar Pb induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang Merck. Larutan Pb 10 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu ukur 10 ml kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Pb 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 2,0 mg/L; 3,0 mg/L dan 4,0 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 4 mL larutan baku 10 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.

22Larutan Standar CdLarutan Standar Cd induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang Merck. Larutan Cd 10 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Cd 0,2 mg/L; 0,4 mg/L; 0,6 mg/L; 0,8 mg/L dan 1 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL dan 1mL larutan baku 10 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.3.3.2.2 PengukuranLarutan sampel yang telah dilakukan destruksi diukur absorbsinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 283,3 nm untuk logam timbal dan 228,8 nm untuk logam kadmium. Nilai asorbansi yang diperoleh dalam rentang kurva kalibrasi larutan standar timbal dan kadmium. Konsentrasi logam berat dalam contoh dapat dihitung berdasarkan persamaan linier dari kurva kalibrasi.

23

DAFTAR PUSTAKA

Yusnidar, Yusuf. 2012. ANALISA KADAR LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN Budidaya. UHAMKA. Jakarta.

http://aliallink.blogspot.com/p/spektrofotometri-serapan-atom.html/2010 diunduh pada Juni 2015http://noviechemist.blogspot.com/2011 diunduh pada Juni 2015http://adityabeyubay359.blogspot.com/2009/06/spektrofotometer-serapan-atom-aas.html diunduh pada Juni 2015http://www.banyudadi.com, 2015 diunduh pada Juni 2015Palar, H. 2008.Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta,.

24Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Hubungan Dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit UI, Jakarta.