analisis pendapatan nelayan bagan apung di desa …
TRANSCRIPT
16
ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN BAGAN APUNG DI DESA
REROROJA, KECAMATAN MAGEPANDA, KABUPATEN SIKKA
1Barnabas Pablo Puente Wini Bhokaleba,
2 Bonifasius Laki
1 Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
2 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Email :[email protected]
ABSTRAK
Kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan apung di Desa Reroroja
merupakan salah satu kegiatan usaha yang memberikan kontribusi bagi ekonomi perikanan
Kabupaten Sikka. Hasil tangkapan para nelayan bagan apung biasanya dijual untuk kebutuhan
umpan bagi nelayan pemancing tuna dan cakalang. Peningkatan permintaan akan umpan tuna dan
cakalang di Kabupaten Sikka menjadi faktor penentu bagi keberlanjutan usaha nelayan bagan
apung Desa Reroroja. Metode yang digunakan Metode Survei. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pendapatan nelayan bagan apung di Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda,
Kabupaten Sikka. Penelitian survei dengan teknik purposive sampling untuk penentuan desa
sampel dan teknik total samplingatau sensus untuk penentuan responden. Jumlah responden
sebanyak 6 orang sebagai pemilik unit bagan apung. Analisis data menggunakan analisis
pendapatan.Berdasarkan hasil analisis, total penerimaan rata-rata per tahun usaha bagan apung di
Desa Reroroja sebesar Rp 356.400.000.Total biaya rata-rata per tahun yang dikeluarkan sebesar
Rp 46.472.160.Upah ABK bagan perahu rata-rata per tahun sebesar Rp 154.963.920.Pendapatan
bersih rata-rata per tahun pemilik bagan apung sebesar Rp 154.963.920.
Kata Kunci: Analisis Pendapatan, Bagan Apung, Reroroja.
PENDAHULUAN
Latang Belakang
Kabupaten Sikka merupakan salah satu kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur
dengan luas wilayah sebesar 7.553,24 km² terdiri atas luas daratan (Pulau Flores) 1.613,18 km2,
pulau-pulau (17 buah) 118,73 km2 dan luas lautan 5.821,33 km² atau sebesar 77,07 % dari total
luas wilayah. Kabupaten Sikka memiliki panjang garis pantai 444,50 km dan terdiri dari 18
gugusan pulau; sebanyak 9 pulau merupakan pulau yang dihuni dan 9 pulau lainnya tidak
dihuni.Gambaran wilayah tersebut mengandung potensi sumberdaya alam pesisir dan laut yang
dapat memberikan bahkan meningkatkan kontribusi ekonomi bagi daerah dan masyarakat dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat (social well being).
Peningkatan kontribusi sektor perikanan terutama dapat dilaksanakan melalui peningkatan
produktivitas yang berorientasi pada perluasan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas
17
tenaga kerja, peningkatan nilai tambah, efisiensi usaha dan peningkatan pendapatan usaha
perikanan. Kabupaten Sikka memiliki beberapa faktor penunjang yang mendukung potensi
tersebut antara lain sumberdaya manusia, sumberdaya alam, teknologi dan dukungan pemerintah.
Kegiatan usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan apung di Desa
Reroroja, Kecamatan Magepanda merupakan salah satu kegiatan usaha yang mendukung
kontribusi bagi ekonomi perikanan Kabupaten Sikka. Hasil tangkapan para nelayan bagan apung
biasanya dijual untuk kebutuhan umpan bagi nelayan pemancing Tuna dan Cakalang. Kegiatan
pemanfaatan sumberdaya ikan dengan menggunakan alat tangkap bagan apung ini juga masih
tergolong rendah dengan jumlah unit sebesar 114 unit dari total unit penangkapan berjumlah
9.573 unit (BPS Sikka, 2016).
Rumusan Masalah
Peningkatan permintaan akan umpan bagi usaha penangkapan Tuna dan Cakalang di
Kabupaten Sikka menjadi faktor penentu bagi keberlanjutan usaha nelayan bagan apung Desa
Reroroja. Namun disisi lain, ketersediaan stok ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan
alat tangkap bagan apung menjadi terancam. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka perlu
adanya kajian pendapatan nelayan bagan apung dalam upaya keberlanjutan usahanya.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan nelayan bagan apung di
Desa Reroroja.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 12 Agustus 2017 sampai Tanggal 12
September 2017 di Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode
Survei. Menurut Nazir (1988), metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok
ataupun suatu daerah. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-
perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau
18
masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan di masa mendatang.
Prosedur Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ialah jenis data primer dan data sekunder.Data
sekunder diperoleh dari publikasi resmi yang dikeluarkan oleh instansi terkait seperti Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sikka, Dinas Perikanan Kabupaten Sikka dan Kantor Desa
Reroroja. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap nelayan bagan perahu yang ada di
Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda.
Metode Pengambilan Sampel
Penentuan sampel lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling yakni memilih
secara pasti suatu tempat tertentu untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel yang dipilih
oleh peneliti di Desa Reroroja atas pertimbangan sebagian nelayan Desa Reroroja melakukan
penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan perahu.
Penentuan sampel untuk mengumpulkan data primer dilakukan dengan menggunakan
metode total sampling atau sensus. Metode sensus digunakan apabila dalam penelitian seluruh
anggota populasi diambil sebagai sumber data. Metode ini berlaku jika anggota populasi relatif
kecil dan relatif mudah dijangkau. Penggunaan metode pengambilan sampel ini diharapkan
hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai sesungguhnya dan dapat pula memperkecil
kesalahan atau penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman dan Akbar, 2008). Dalam
penelitian ini, jumlah populasi unit usaha perikanan bagan apung relatif sedikit dan mudah
dijangkau yaitu ada 6 unit bagan apung.
Analisis Data
Analisis Pendapatan Nelayan
Perhitungan pendapatan dalam berbagai literatur biasa menggunakan istilah analisis
keuntungan. Menurut Djamin (1984) dalam Laitupa (2013), analisis keuntungan bertujuan untuk
mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha yang dilakukan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan yaitu:
π=TR-TC
19
Dimana:
π : Pendapatan
TR : Total penerimaan
TC : Total biaya
Menurut Soekartawi (2003) perhitungan penerimaan diperoleh dari persamaan :
TR = P x Q
Dimana :
TR (Total Revenue) : Total Penerimaan (Rp)
P (Price) : Harga Jual (Rp/Kg)
Q (Quantity) : Jumlah Ikan yang Dijual (Kg)
Sedangkan perhitungan total biaya yang dikeluarkan diperoleh dari persamaan :
TC = FC + VC
Dimana :
TC (Total Cost) : Total Biaya (Rp)
FC (Fixed Cost) : Biaya Tetap (Rp)
VC (Variable Cost) : Biaya Tidak Tetap (Rp)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Geografis Wilayah Penelitian
Desa Reroroja terletak di Kecamatan Magepanda dan berada pada posisi antara koordinat
8°5666’ LS dan 122
°01’29” BT pada ketinggian 166 Mdpl dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tou Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Magepanda dan Desa Done
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parabubu, Kecamatan Mego
Desa Reroroja dengan ibu kota Mageloo merupakan salah satu desa dari 5 desa di wilayah
Kecamatan Magepanda. Luas wilayah Desa Reroroja sebesar 41,97 km2 atau 25,26% dari total
luas Kecamatan Magepanda sebesar 166,15 km2.
Secara administratif, Desa Reroroja terdiri atas 3 dusun, 7 RW dan 24 RT. Ketiga dusun
tersebut antara lain Dusun Mageloo, Dusun Duli, dan Dusun Koro. Desa Reroroja sendiri
20
memiliki beberapa kampung antara lain Kampung Ndete, Mageloo, Tanah Merah, Duli,
Woloboa, Koro, dan Kolisoro (Profil Desa Reroroja, 2016 dan BPS, 2015).
Karakteristik Responden
Umur
Umur responden cukup bervariasi dan berada pada dua kelompok umur yaitu kelompok
umur 25-34 tahun dan kelompok umur 35-44 tahun. Jumlah responden untuk kelompok umur
25-34 tahun sebanyak 1 orang atau 16,67% dan jumlah responden untuk kelompok umur
35-44 tahun sebanyak 5 orang atau 83,33%. Klasifikasi umur responden nelayan bagan apung di
Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi umur responden nelayan bagan apung
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 25-34 1 16,67
2 35-44 5 83,33
Total 6 100
Sumber: Data Primer (2017)
Jenis Kelamin
Responden yang diwawancarai seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan para responden cukup rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata responden
yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 4 orang. Sedangkan dua responden lainnya
menyelesaikan pendidikan sampai tamat SD.
Unit Penangkapan Bagan Apung
Unit penangkapan bagan apung merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi
penangkapan ikan. Sebuah unit terdiri dari wahana apung (kapal/ perahu), alat tangkap, tenaga
kerja/ ABK serta alat bantu lainnya. Keempat komponen tersebut menentukan berhasil tidaknya
suatu operasi penangkapan, sehingga kelemahan dari satu elemen unit dapat mempengaruhi
kelancaran proses operasi penangkapan ikan.
Kapal
Bagan apung di Desa Reroroja, Kabupaten Sikka terdiri atas perahu yang dilengkapi
dengan rumah bagan, bingkai jaring, lampu, roller, mesin listrik, dan alat bantu lainnya misalnya
serok dan basket. Adapun ukuran perahu yaitu panjang, lebar dan dalam masing-masing 25 m × 3
21
m × 2 m. Bagan perahu juga dilengkapi ruang kemudi yang di dalamnya terdapat generator
(dinamo), mesin penggerak, dan saklar untuk mematikan dan menyalakan lampu. Perahu ini
menggunakan mesin merk Dongfeng dengan kekuatan 24 PK.
Pelataran bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan jaring pada saat dioperasikan. Penangkapan dengan bagan hanya dilakukan pada
saat malam hari, dan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan.
Alat Tangkap
Alat tangkap yang digunakan disebut waring atau jaring. Jaring ini berbentuk seperti
kelambu terbalik, terbuat dari waring yang berwarna hitam dengan ukuran mata 0,5 cm hasil
produksi pabrik. Pada bagian tepi jaring dipasang tali ris sebagai penguat pinggiran jaring.
Panjang dan lebar jaring masing-masing 21 m × 21 m, dengan dalam 11 m, sehingga berbentuk
bujur sangkar.
Nelayan
Tenaga kerja/ sumberdaya manusia pada perikanan bagan adalah unsur yang paling
menentukan karena segala kegiatan operasi penangkapan tidak akan berjalan tanpa adanya tenaga
kerja atau nelayan. Nelayan bagan apung di Desa Reroroja, Kabupaten Sikka berjumlah 5 orang.
Nelayan pemilik bagan apung bertindak sebagai juru mudi (fishing master) dan juru mesin.
Keempat nelayan lainnya bertugas sebagai ABK yang membantu pengoperasian bagan apung
dengan tugas penarik jaring, penarik jangkar dan koki (tukang masak).
Alat Bantu Lainnya
Alat bantu dalam pengoperasian bagan apung yaitu serok, gentong, dan lampu. Serok
digunakan untuk mengambil hasil tangkapan yang telah terkumpul pada jaring. Serok dibuat
sendiri oleh nelayan dari sisa jaring yang dijahit. Kayu atau bambu yang digunakan sebagai
pegangan serok memiliki panjang 2 m - 2,5 m, besi kerangka mulut serok diameternya 30-40 cm
dan panjang kantong serok dari bahan jaring yaitu 60 cm -75 cm.
Gentong biasanya digunakan untuk menampung ikan hasil tangkapan. Gentong biasanya
terbuat dari bahan plastik berwarna biru. Dalam satu bagan apung hanya terdapat 1 gentong.
Lampu sangat menentukan didalam keberhasilan penangkapan ikan, baik dari jumlah
lampu, jenis lampu, daya/kekuatan lampu, sistem pembangkit listriknya maupun jenis kap/ wadah
yang dipakai oleh lampu. Jenis lampu yang digunakan adalah lampu merkuri. Jumlah lampu yang
22
digunakan adalah 24 buah. Adapun daya/ kekuatan untuk satu lampu yaitu sebesar 250 watt.
Lampu tersebut dipasang di haluan kapal, buritan kapal dan di tengah rangka bagan.
Untuk memudahkan proses penyalaan dan mematikan lampu, maka lampu dilengkapi
dengan saklar yang tersusun rapi pada suatu panel dalam ruang kemudi. Berdasarkan fungsinya
lampu yang terdapat pada bagan dibedakan atas dua yaitu lampu utama untuk menarik ikan dan
lampu pengurung yang berfungsi memusatkan ikan pada satu titik lampu, lampu ini digunakan
ketika jaring akan ditarik ke permukaan.
Hasil Tangkapan Nelayan Bagan Apung
Target penangkapan nelayan bagan apung di Desa Reroroja adalah jenis ikan teri hidup
(Stolephorus sp). Namun dalam proses penangkapan kadang dijumpai beberapa jenis ikan pelagis
lainnya seperti tembang (Sardinella spp), kembung (Rastrelliger spp), selar (Selaroides spp),
layang (Decapterus spp), dan cumi-cumi (Loligo sp).
Analisis Pendapatan Nelayan Bagan Apung
Biaya Investasi
Investasi merupakan modal awal yang dikeluarkan untuk memulai atau melakukan suatu
usaha. Investasi sangat penting diperhatikan karena dapat menunjang peningkatan usaha yang
dijalankan. Total biaya investasi rata-rata yang dikeluarkan nelayan pemilik bagan apung di Desa
Reroroja sebesar Rp 197.400.000 yang terdiri dari investasi kapal, mesin penggerak, alat tangkap,
lampu dan mesin lampu. Biaya investasi terbesar adalah investasi kapal, sedangkan biaya
investasi terkecil adalah investasi lampu. Biaya investasi rata-rata bagan apung di Desa Reroroja,
Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Biaya Investasi Rata - Rata Bagan Apung
No Jenis Investasi Nilai Investasi (Rp)
1 Kapal 160.000.000
2 Mesin Penggerak 20.000.000
3 Alat Tangkap 5.000.000
4 Lampu 2.400.000
5 Mesin Lampu 10.000.000
Total 197.400.000
Sumber: Olahan Data (2017)
23
Biaya Usaha
Biaya adalah salah satu faktor penentu kelancaran dalam menjalankan suatu usaha sebab
besarnya tingkat produktivitas hasil tangkapan tergantung pada besar biaya yang dikeluarkan
selama operasi penangkapan berjalan dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
suatu usaha penangkapan akan menentukan besarnya harga pokok dari hasil tangkapan. Ada dua
jenis biaya yang digunakan dalam menjalankan suatu usaha yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi yang
sifatnya tidak dipengaruhi oleh produksi dan besarnya tidak tergantung dari jumlah produk yang
dihasilkan. Sutawi (2002); Pujianto et.al (2013) dalam Rahmawati et.al (2017), biaya tetap
adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya dan tidak
mengalami perubahan. Komponen biaya tetap usaha bagan apung di Desa Reroroja terdiri dari
biaya perawatan kapal, mesin penggerak, alat tangkap,lampu dan mesin lampu.Biaya perawatan
dikeluarkan setiap tahun dengan nilai biaya 10% dari nilai investasi.
Tabel 3. Biaya Tetap Rata - Rata Bagan Apung
No Jenis Biaya Tetap Nilai Biaya Tetap (Rp)
1 Perawatan Kapal 16.000.000
2 Perawatan Mesin Penggerak 2.000.000
3 Perawatan Alat Tangkap 500.000
4 Perawatan lampu 240.000
5 Perawatan Mesin Lampu 1.000.000
Total 19.740.000
Sumber: Olahan Data (2017)
Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa nilai biaya tetap rata-rata nelayan bagan
apung sebesar Rp 19.740.000 dalam satu tahun.
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh nelayan pada usaha penangkapan yang
habis dipakai dalam satu kali operasi penangkapan. Biaya variabel dikeluarkan selama operasi
penangkapan dan biaya variabel ini berubah-ubah tergantung jauhnya daerah penangkapan dan
lama operasi penangkapan. Komponen biaya variabel yang dikeluarkan nelayan bagan apung
adalah biaya BBM, oli, konsumsi, dan rokok. Biaya variabel rata-rata usaha bagan apung
disajikan pada Tabel 4.
24
Tabel 4. Biaya Variabel Rata - Rata Bagan Apung
Jenis Biaya Kebutuhan Satuan Harga Per
Satuan (Rp)
Biaya Per
Trip (Rp)
Biaya Per
Tahun (Rp)
BBM 5 Liter 7.000 35.000
Oli 0,17 Liter 28.000 4.760
Konsumsi 2 Kg 12.000 24.000
Rokok 4 Bungkus 15.000 60.000
Total 123.760 26.732.160
Sumber: Data Olahan (2017)
Berdasarkan Tabel 4 diatas, biaya variabel yang dikeluarkan nelayan bagan apung sebesar
Rp 123.760 per trip. Total biaya variabel yang dikeluarkan nelayan bagan apung dalam satu
tahun sebesar Rp 26.732.160 dengan jumlah trip sebanyak 18 trip dalam sebulan.
c. Total Biaya (Total Cost)
Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable
cost). Nilai biaya total yang dikeluarkan dalam usaha bagan apung di Desa Reroroja dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Total Biaya Usaha Bagan Apung
No Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp)
1 Biaya Tetap 19.740.000
2 Biaya Variabel 26.732.160
Total 46.472.160
Sumber: Olahan Data (2017)
Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat diketahui bahwa nilai biaya tetap yang dikeluarkan
nelayan bagan apung sebesar Rp 19.740.000 dan nilai biaya variabel sebesar Rp 26.732.160
sehingga nilai total biaya yang dikeluarkan oleh nelayan bagan apung dalam satu tahun di Desa
Reroroja sebesar Rp 46.472.160.
Penerimaan
Penerimaan merupakan hasil kali jumlah tangkapan dengan harga hasil tangkapan pada saat
itu. Ikan yang menjadi target penangkapan nelayan bagan perahu adalah ikan teri hidup
(Stolephorus sp). Musim penangkapan ada tiga musim yaitu musim puncak (Oktober-November-
Desember), musim sedang (Mei-Juni-Juli) dan musim paceklik (Januari-Februari-Maret-April-
Agustus-September).
25
Pada musim penangkapan ikan akan mempengaruhi penerimaan nelayan karena harga
ikan dan jumlah ikan yang selalu berubah berdasarkan musim penangkapan. Pada musim puncak
jumlah ikan teri hidup yang dijual rata-rata sebanyak 5 ember dengan harga Rp 500.000 per
ember. Pada musim sedang, jumlah ikan teri hidup yang dijual rata-rata sebanyak 3 ember
dengan harga Rp 700.000 per ember. Sedangkan pada musim paceklik, jumlah ikan teri hidup
yang dijual rata-rata sebanyak 1 ember dengan harga ikan per ember untuk semua musim sebesar
Rp 1.000.000.
Tabel 6. Hasil Tangkapan Per Trip, Jumlah Trip Per Bulan, Jumlah Bulan Per Musim Dan
Harga Jual Ikan Berdasarkan Tiga Musim Ikan
Musim
Ikan
Hasil Tangkapan
per trip (Ember)
Jumlah
Trip/bulan
Jumlah
Bulan/Musim
Harga Jual Ikan
(Rp/Ember)
Paceklik 1 18 6 1.000.000
Sedang 3 18 3 700.000
Puncak 5 18 3 500.000
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan Tabel 6, maka dapat dilakukan perhitungan penerimaan per trip, penerimaan
per bulan dan penerimaan per tahun. Penerimaan per trip merupakan hasil kali hasil tangkapan
per trip dan harga ikan. Penerimaan per bulan merupakan hasil kali hasil tangkapan per trip
dengan jumlah trip per bulan dan harga jual ikan. Sedangkan penerimaan per tahun merupakan
hasil kali hasil tangkapan per trip dengan jumlah trip per bulan, jumlah bulan per musim dan
harga jual ikan. Total penerimaan per trip sebesar Rp 5.600.000; total penerimaan per bulan
sebesar Rp 100.800.000; total penerimaan per tahun sebesar Rp 356.400.000. Total penerimaan
rata-rata nelayan bagan perahu disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Total Penerimaan Rata - Rata Nelayan Bagan Apung Berdasarkan Musim
Musim
Ikan Penerimaan (Rp/Trip) Penerimaan (Rp/Bulan) Penerimaan (Rp/Tahun)
Paceklik 1.000.000 18.000.000 108.000.000
Sedang 2.100.000 37.800.000 113.400.000
Puncak 2.500.000 45.000.000 135.000.000
Total 5.600.000 100.800.000 356.400.000
Sumber: Olahan Data (2017)
26
Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi berlangsung. Nilai penerimaan rata-rata nelayan bagan apung dalam satu tahun sebesar
Rp 356.400.000. Total biaya yang dikeluarkan nelayan bagan apung selama satu tahun sebesar
Rp 46.472.160. Pendapatan nelayan bagan apung sebesar Rp 309.927.840.
Pendapatan bersih pemilik bagan apung diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya dan
upah ABK. Sistem bagi hasil yang disepakati pemilik dan nelayan ABK adalah 50% untuk
pemilik dan 50% untuk nelayan ABK dari pendapatan. Nilai upah ABK per tahun sebesar Rp
154.963.920. Nilai upah ABK rata-rata per tahun untuk 1 orang sebesar Rp 38.740.980 atau nilai
upah ABK rata-rata per bulan untuk 1 orang ABK sebesar Rp 3.228.415.
Pendapatan bersih pemilik bagan apung di Desa Reroroja selama satu tahun sebesar
Rp 154.963.920 atau pendapatan bersih rata-rata per bulan sebesar Rp 12.913.660.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Total penerimaan rata-rata per tahun usaha bagan perahu di Desa Reroroja, Kecamatan
Magepanda adalah sebesar Rp 356.400.000.
2. Total biaya rata-rata per tahun yang dikeluarkan nelayan bagan perahu di Desa Reroroja,
Kecamatan Magepanda adalah sebesar Rp 46.472.160.
3. Upah ABK nelayan bagan perahu rata-rata per tahun di Desa Reroroja, Kecamatan
Magepanda adalah sebesar Rp 154.963.920.
4. Pendapatan bersih rata-rata per tahun pemilik bagan perahu di Desa Reroroja, Kecamatan
Magepanda adalah sebesar Rp 154.963.920.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sikka. 2015. Kecamatan Magepanda Dalam Angka.
Maumere.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sikka. 2016. Sikka dalam Angka. Perkembangan
Produksi Hasil Perikanan di Kabupaten Sikka.Maumere.
Kadariah, L Karlina & C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
27
Laitupa, J.P. 2013. Strategi Pengelolaan Perikanan Tuna Secara Optimal dan Berkelanjutan di
Kabupaten Buru Provinsi Maluku [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. 126 Hal.
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Analisis Fungsi Cobb-Douglass. Rajawali. Jakarta.
Usman & Akbar, 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan Aplikasi, Edisi
Pertama. Alvabeta, Bandung.