analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI
DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT
( Skripsi )
Oleh
FABIOLA APRILIA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI
DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Oleh
Fabiola Aprilia
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partisipasi anggota kelompok tani
dalam kegiatan kelompok tani, tingkat pendapatan usahatani kopi, tingkat
pendapatan rumah tangga, tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi
anggota dan nonanggota kelompok tani, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan. Penelitian ini menggunakan metode survei dan pengambilan data
dilakukan di dua desa yaitu Desa Tribudi Syukur dan Desa Tribudi Makmur pada
bulan Mei-Juni 2018. Jumlah responden sebanyak 60 responden dengan rincian
30 responden anggota kelompok tani dan 30 responden nonanggota kelompok tani
yang diambil secara acak sederhana. Analisis yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa partisipasi petani kopi anggota kelompok tani terhadap
kegiatan kelompok tani termasuk ke dalam kategori sedang. Rata-rata pendapatan
usahatani kopi petani anggota dan nonanggota kelompok tani sebesar
Rp14.405.500,02 dan Rp15.096.239,79/ha/tahun. Rata-rata pendapatan rumah
tangga petani kopi angota dan nonanggota kelompok tani sebesar
Rp43.054.265,04 dan Rp40.092.463,14 per tahun. Kesejahteraan petani kopi
menurut Konsep Pangsa Pengeluaran Sajogyo masuk dalam kategori cukup, dan
menurut Badan Pusat Statistik masuk dalam kategori kesejahteraan tinggi.
Variabel jumlah anggota keluarga dan pendidikan berpengaruh positif terhadap
kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.
Kata kunci : kopi, partisipasi, pendapatan, tingkat kesejahteraan.
ABSTRAK
ANALYSIS OF INCOME AND LEVEL OF WELFARE OF COFFEE
FARMERS MEMBERS AND NON-MEMBERS OF FARMERS GROUPS IN
KEBUN TEBU DISTRICT OF WEST LAMPUNG REGENCY
By
Fabiola Aprilia
This study aims to analyze the participation of farmer group members in farmer
group activities, the level of coffee farming income, the level of household income,
the level of household welfare of coffee farmer members and non members of the
farmer group, as well as the factors that affect welfare. This research uses a
survey method and data collection was carried out in two villages namely Tribudi
Syukur Village and Tribudi Makmur Village in May-June 2018. Respondents were
60 coffee farmers, consisting of 30 members of farmer groups and 30
nonmembers, taken randomly. The analysis used is descriptive qualitative
analysis and quantitative analysis. The results showed that the participation of
coffee farmers in the activities of farmer groups fell into a medium category. The
average farm income of farmer members and nonmembers was Rp14,405,500.02
and Rp15,096,239.79/ha/year. The average household incomes of members of
coffee farmers and nonmembers of farmer groups were Rp.43,054,265.04 and
Rp.40,092,463.14 a year. The welfare of coffee farmers according to the Sajogyo
Spending Share Concept was in the moderate category, and according to the
Central Statistics Agency was in the high welfare category. Family size and
education have a positive effect on the welfare of coffee farmers and members of
nonmembers.
Key words: coffee, participation, income, welfare level.
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
PETANI KOPI ANGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI
DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Oleh
Fabiola Aprilia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Oku Timur, 03 April
1996. Penulis adalah putri pertama dari Bapak Bayu
Firmantoro dan Ibu Siti Fatimah. Riwayat pendidikan
yang telah penulis tempuh adalah Taman Kanak-kanak
(TK) Bhakti Ibu pada tahun 2000 – 2001, Sekolah Dasar
(SD) Swasta Bhakti Ibu pada tahun 2002 – 2008,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bakauheni
pada tahun 2008 – 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Perintis 1 Bandar
Lampung pada tahun 2011 – 2014. Pada tahun 2014, penulis melanjutkan
pendidikan Perguruan Tinggi di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui jalur Mandiri.
Selama menempuh pendidikan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Ekonomi Manajerial, Ekonomi Sumberdaya Alam, dan Usahatani. Pada tahun
2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa
Purworejo Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah dan Praktik
Umum (PU) selama 40 hari kerja efektif di Mitra Tani Parahyangan Cianjur Jawa
Barat pada bulan Juli – September 2017. Penulis juga aktif dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) tahun 2014-
2018 sebagai anggota Bidang Pengembangan Akademik dan Profesi (I).
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT. yang senantiasa mencurahkan
rahmat-Nya dan atas perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Kopi
Anggota dan Non-anggota Kelompok Tani di Kecamatan Kebun Tebu
Kabupaten Lampung Barat. Skripsi ini terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Sebagai wujud rasa syukur dan hormat, penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, atas kebijakan yang telah diberikan.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Univeristas Lampung, atas kebijakan yang telah diberikan.
3. Dr. Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Pembimbing Pertama, yang
dengan penuh kesabaran membimbing, mencurahkan ilmu dan nasihat yang
berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, yang dengan penuh
kesabaran membimbing, mencurahkan ilmu dan nasihat yang berharga dalam
penyelesaian skripsi ini..
5. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si, selaku Dosen Penguji, atas saran
serta masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA), atas
arahan dan nasehat yang diberikan selama penulis menyelesaikan kuliah.
7. Bapak dan Ibu dosen Universitas Lampung yang telah membekali penulis
berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga dan bermanfaat.
8. Seluruh karyawan Agribisnis Univeristas Lampung (Mba Iin, Mba Vanessa,
Mba Tunjung, Mas Boim, dan Mas Buchori) atas segala bantuan yang
diberikan.
9. Bapak Bayu Firmantoro dan Ibu Siti Fatimah tercinta, yang selalu
memberikan doa, semangat, kasih sayang, investor kucuran dana, serta
harapan hidup penulis. Adik tersayang Danang Erlangga yang selalu
mendukung dan menghibur penulis dalam berbagai situasi.
10. Sahabat terbaik, Ekawati Wahyu Kusuma dan Ajeng Citra Larasati, yang telah
memberikan doa, semangat, motivasi, dan dukungan dalam menghadapi
berbagai situasi, serta selalu menjadi orang yang dapat diandalkan.
11. Sahabat Pangestu Family (Ajeng C. L., Citra A. P., Ade P.K.I., Abu H. H.,
Faakhira N.S., Cindy P.A., Dayu I.S., Danang W., Bagoes P., Dian M., dan
Ekawati W.K.) sebagai keluarga pelindung selama penulis menyelesaikan
kuliah.
12. Sahabat, kakak, serta adik sepupu yang selalu memberikan semangat dan
keceriaan (Jeni, Pingky, Ika, Gozza, Kiki, Deden, uwo Esti, Ririn, dan Suci).
13. Teman-teman yang berjuang bersama penulis mengarungi bahtera
perskripsian (Yolanda, Tuti, Panda, Aurora’s geng, Ayunir’s geng, Arum’s
geng, Anita’s geng, dan teman-teman Agribisnis 2014).
14. Senior yang membantu selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi Kak
Vanna, Kak Boim, dan seluruh Adik tingkat 2015, 2016 dan 2017 yang telah
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Keluarga besar HIMASEPERTA Universitas Lampung, tempat menempa diri.
16. Almamater tercinta dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan, serta penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada
Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, September 2019
Penulis,
Fabiola Aprilia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
1. Usahatani Kopi.......................................................................... 9
2. Kelompok Tani ......................................................................... 11
3. Partisipasi Kelompok Tani ........................................................ 14
4. Pendapatan Usahatani ............................................................... 15
5. Konsep Biaya ............................................................................ 19
6. Pendapatan Rumah Tangga....................................................... 21
7. Tingkat Kesejahteraan dan Indikator ........................................ 22
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani ........ 26
9. Regresi Logistik ........................................................................ 28
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35
D. Hipotesis ........................................................................................ 38
III. METODE PENELITIAN .............................................................. 39
A. Metode Penelitian .......................................................................... 39
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................ 39
C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ................... 44
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................... 48
ii
E. Metode Analisis Data .................................................................... 48
1. Analisis Partisipasi Petani Kopi Anggota Kelompok tani dalam
Kegiatan Kelompok tani ........................................................... 48
2. Pendapatan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota Kelompok
tani ........................................................................................... 49
3. Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi................................... 51
4. Analisis Uji Beda Rata-Rata ..................................................... 52
5. Tingkat kesejahteraan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota
Kelompok tani ........................................................................... 55
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani ........ 57
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 61
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat............................... 61
1. Letak Geografis ..................................................................... 61
2. Topografi ................................................................................ 62
3. Keadaan Umum Demografi .................................................... 63
4. Keadaan Umum Pertanian ...................................................... 64
5. Kopi Lampung Barat. .............................................................. 65
B. Keadaan Umum Kecamatan Kebun Tebu ................................... 68
1. Letak Geografis dan Topografi............................................... 68
2. Keadaan Umum Demografi .................................................... 70
3. Keadaan Umum Pertanian ..................................................... 70
4. Kelompok Tani ....................................................................... 71
5. Sarana dan Prasarana Perekonomian ...................................... 72
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 73
A. Karakteristik Responden ............................................................. 73
1. Umur Responden .................................................................... 73
2. Tingkat Pendidikan Responden .............................................. 74
3. Jumlah Anggota Keluarga dan Lama Berusahatani Kopi ...... 75
4. Pekerjaan Sampingan ............................................................. 77
5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan ........................... 79
6. Kelompok tani ........................................................................ 80
B. Partisipasi Petani Kopi Anggota Kelompok Tani dalam Kegiatan
Kelompok Tani di Kecamatan Kebun Tebu ................................ 80
C. Usaha Budi Daya Tanaman Kopi di Kecamatan Kebun Tebu
Lampung Barat ............................................................................ 88
D. Analisis Pendapatan Usahatani Kopi di Kecamatan Kebun Tebu
Kabupaten Lampung Barat .......................................................... 93
1. Penggunaan Faktor Produksi dan Biaya ................................. 93
2. Produksi dan Penerimaan Usahatani Kopi ............................. 99
3. Pendapatan Usahatani Kopi .................................................... 101
iii
E. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi Anggota dan Non
Anggota Kelompok Tani ............................................................. 107
1. Pendapatan Usahatani diluar Kopi (On-farm Non Kopi) Petani
Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani ........................... 107
2. Pendapatan Usaha diluar Usahatani (off-farm) petani Anggota
dan Non Anggota Kelompok Tani.......................................... 108
3. Pendapatan Non Pertanian (Non-Farm) petani kopi anggota
dan non anggota kelompok tani .............................................. 110
4. Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi Anggota dan Non
Anggota Kelompok tani ......................................................... 112
F. Analisis Kejahteraan Rumah Tangga Petani Kopi Anggota dan
Non Anggota Kelompok Tani ..................................................... 114
1. Berdasarkan Kriteria Sajogyo ................................................. 114
2. Berdasarkan Kriteria Indikator BPS (2014) ........................... 120
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan
Petani Kopi Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani ........... 128
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 134
A. Kesimpulan .................................................................................... 134
B. Saran .............................................................................................. 135
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 137
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Beberapa provinsi dengan produksi (ton) kopi terbesar di Indonesia,
Tahun 2012-2016.............................................................................. 2
2. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Provinsi Lampung
Tahun 2016....................................................................................... 3
3. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2016............................................................................. 4
4. Indikator tingkat kesejahteraan........................................................ 23
5. Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pendapatan dan
tingkat kesejahteraan petani............................................................. 31
6. Sebaran sampel kelompok tani di Desa Tri Budi Syukur dan Tri Budi
Makmur ........................................................................................... 47
7. Sebaran distribusi frekuensi, dan presentase partisipasi anggota
kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani .... .......... 49
8. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang Terdapat di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2017........................ 64
9. Penduduk Kecamatan Kebun Tebu menurut jenis kelamin
Tahun 2016 ..................................................................................... 70
10. Sebaran petani kopi anggota dan non anggota kelompok tani
berdasarkan umur produktif........................................................... 74
11. Sebaran petani anggota dan non anggota kelompok tani berdasarkan
tingkat pendidikan ............................................................................ 75
12. Sebaran rumah tangga menurut jumlah anggota keluarga................. 76
v
13. Sebaran petani anggota dan non anggota kelompok tani berdasarkan
pengalaman berusahatani kopi............................................................ 77
14. Sebaran petani anggota dan non anggota menurut pekerjaan diluar
budidaya kopi .................................................................................... 78
15. Luas lahan usahatani kopi anggota dan non anggota kelompok tani.. 79
16. Rata-rata kehadiran rapat anggota kelompok tani ............................. 82
17. Rata-rata kehadiran petani kopi anggota kelompok tani dalam kegiatan
penyuluhan.......................................................................................... 84
18. Rata-rata kehadiran partisipasi petani kopi dalam kegiatan pelatihan. 85
19. Rata-rata partisipasi petani kopi dalam penguatan modal................... 87
20. Rekapitulasi partisipasi anggota kelompok dalam kegiatan kelompok
tani........................................................................................................ 88
21. Rata-rata penggunaan pupuk petani kopi anggota dan non-anggota
kelompok tani..................................................................................... 94
22. Rata-rata penggunaan pestisida kopi anggota dan non-anggota
kelompok tani...................................................................................... 95
23. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani kopi anggota dan
non-anggota kelompok tani.................................................................. 96
24. Rata-rata biaya penyusutan peralatan usahatani kopi anggota
dan non-anggota kelompok tani.......................................................... 97
25. Rata-rata biaya transportasi pupuk dan pestisida dan pajak pada
Usahatani kopi anggota dan non anggota kelompok tani.................... 98
26. Rata-rata produksi usahatani kopi per bulan anggota dan non-anggota
kelompok tani ...................................................................................... 100
27. Rata-rata produksi dan penerimaan total usahatani kopi..................... 101
28. Rata-rata produksi tanaman tumpangsari petani kopi anggota dan
non-anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu...................... 102
29. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani kopi anggota
dan non anggota kelompok tani........................................................... 103
30. Hasil uji beda pendapatan petani kopi anggota kelompok tani dan
non-anggota kelompok tani.................................................................. 105
vi
31. Hasil uji beda pendapatan lahan petani kopi anggota kelompok tani
dan non-anggota kelompok tani............................................................. 106
32. Rata-rata pendapatan petani kopi di luar usahatani kopi anggota
dan non anggota kelompok tani.............................................................. 108
33. Rata-rata pendapatan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok
tani dari kegiatan usaha dibidang pertanian di luar usahatani
(off-farm)............................................................................................... 109
34. Rata-rata pendapatan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok
tani dari usaha non pertanian (non-farm)............................................. 111
35. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani kopi anggota dan non-
anggota kelompok tani........................................................................... 112
36. Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga petani
kopi anggota dan non anggota kelompok tani...................................... 117
37. Persentase kemiskinan (kriteria Sajogyo) rumah tangga petani kopi.. 119
38. Skor, total skor, dan kelas indikator kesejahteraan petani kopi
anggota dan non-anggota kelompok tani............................................ 121
39. Sebaran tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi anggota
dan non anggota kelompok tani menurut indikator BPS..................... 127
40. Hasil regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
rumah tangga petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani... 128
41. Identitas responden kelompok tani..................................................... 142
42. Identitas responden non kelompok tani.............................................. 144
43. Usahatani kopi anggota kelompok tani.............................................. 146
44. Usahatani kopi non anggota kelompok tani....................................... 148
45. Produksi usahatani kopi per bulan anggota kelompok tani................ 150
46. Produksi usahatani kopi per bulan non-anggota kelompok tani........ 151
47. Produksi tanaman tumpangsari petani kopi anggota kelompok tani... 152
48. Produksi tanaman tumpangsari petani kopi non-anggota................... 153
49. Pupuk anggota kelompok tani........................................................... 154
vii
50. Pupuk non anggota kelompok tani............................................... 155
51. Pestisida anggota kelompok tani.................................................. 156
52. Pestisida non anggota kelompok tani.............................................. 157
53. Alat anggota kelompok tani............................................................ 158
54. Alat non-anggota kelompok tani.................................................... 160
55. Tenaga kerja anggota kelompok tani............................................. 162
56. Tenaga kerja non-anggota kelompok tani...................................... 165
57. Pendapatan usahatani kopi anggota kelompok tani........................ 168
58. Pendapatan usahatani kopi non-anggota kelompok tani................ 170
59. Pendapatan non kopi anggota kelompok tani................................. 172
60. Pendapatan non kopi non anggota kelompok tani............................ 173
61. Pendapatan off farm anggota kelompok tani.................................... 174
62. Pendapatan off farm non anggota kelompok tani............................. 175
63. Pendapatan non farm anggota kelompok tani................................... 176
64. Pendapatan non farm non anggota kelompok tani............................ 177
65. Total pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani.................. 178
66. Total pendapatan rumah tangga non-anggota kelompok tani.......... 179
67. R/C ratio anggota kelompok tani...................................................... 180
68. R/C ratio non anggota kelompok tani............................................... 181
69. Pengeluaran pangan anggota kelompok tani.................................... 182
70. Pengeluaran pangan non anggota kelompok tani.............................. 188
71. Pengeluaran non pangan anggota kelompok tani............................. 194
72. Pengeluaran non pangan non anggota kelompok tani...................... 197
73. Kesejahteraan Sajogyo anggota kelompok tani................................ 200
viii
74. Kesejahteraan Sajogyo non anggota kelompok tani......................... 201
75. Kesejahteraan BPS anggota kelompok tani...................................... 202
76. Kesejahteraan BPS non anggota kelompok tani................................ 205
77. Jumlah, frekuensi, dan persentase masing-masing petani kopi
anggota dalam kegiatan kelompok tani.............................................. 208
78. Rekapitulasi partisipasi....................................................................... 209
79. Data faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan...................... 210
80. Hasil regresi binary logit.................................................................... 212
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir analisis pendapatan rumah tangga dan tingkat
kesejahteraan petani kopi anggota dan non anggota kelompok tani
di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Barat..................................... 37
2. Peta administrasi Provinsi Lampung………...................................... 62
3. Peta administrasi Kabupaten Lampung Barat.................................... 69
4. Pohon kopi varietas arabika.............................................................. 89
5. Pohon kopi varietas robusta.............................................................. 89
6. Biji kopi robusta yang siap panen..................................................... 92
7. Sumber pendapatan RT anggota dan non-anggota kelompok tani... 113
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan
perekonomian suatu negara sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih
lanjut untuk keberlangsungan perekonomian negara. Secara umum sektor
pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan,
subsektor peternakan dan hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan
merupakan cabang-cabang atau subsektor pertanian yang membentuk sektor
pertanian. Subsektor perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan
tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem
yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,
dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang
karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan.
Dengan demikian tanaman perkebunan bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu
tanaman semusim dan tanaman tahunan. Tanaman semusim adalah jenis tanaman
yang hanya dipanen satu kali dengan siklus hidup satu tahun sekali, contohnya
2
tanaman tebu, kapas dan tembakau. Sementara tanaman tahunan membutuhkan
waktu yang panjang untuk berproduksi dan bisa menghasilkan sampai puluhan
tahun dan bisa dipanen lebih dari satu kali, misalnya tanaman kelapa sawit, karet,
kakao, cengkeh, kopi dan lada.
Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi di pasaran dunia. Penanaman kopi di Indonesia bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri. Lebih dari 90
persen tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal
beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah
kopi arabika, robusta, dan liberika (Najiyati dan Danarti, 2012).
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbesar kedua di
Indonesia dan di Pulau Sumatera setelah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun
2012 sampai 2016 seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa provinsi dengan produksi (ton) kopi terbesar di Indonesia,
tahun 2012-2016
No Provinsi Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumatera Selatan 131.086 139.754 135.287 135.279 135.251
2. Lampung 148.711 127.073 92.111 108.964 108.983
3. Sumatera Utara 58.479 57.604 58.175 60.179 60.310
4. Bengkulu 55.376 56.142 56.316 56.233 56.227
5. Aceh 53.795 48.282 49.823 49.540 49.498
6. Jawa Timur 38.479 30.002 31.387 31.693 32.278
7. Prov. Lainnya 171.215 186.778 189.778 190.572 191.930
Indonesia 657.141 645.346 612.877 632.460 634.477
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan
3
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa produksi kopi mengalami kenaikan sebesar
38 persen pada tahun 2013-2014, sedangkan pada tahun 2014-2015 mengalami
penurunan sebesar 15 persen. Penyebab terjadinya penurunan produktivitas
tanaman kopi salah satunya adalah faktor cuaca. Musim hujan dengan intensitas
yang tinggi menyebabkan kopi yang sedang berbunga akan berubah menjadi tunas
kecil dan jika sudah menjadi biji muda maka biji muda itu akan rontok.
Sentra produksi kopi di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Barat.
Produksi dan luas panen kopi Provinsi Lampung menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Provinsi Lampung tahun
2016
No. Kabupaten/Kota Luas Lahan
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Tulang Bawang Barat
Pesisir Barat
Bandar Lampung
Metro
53.611
43.276
843
619
522
25.670
23.163
79
3.749
2.482
83
96
6.935
191
1
57.664
42.667
479
310
288
10.365
9.226
42
1.281
938
43
65
4.474
231
1
1,08
0,98
0,56
0,50
0,55
0,40
0,39
0,53
0,34
0,37
0,51
0,67
0,64
1,20
1,00
Jumlah 161.320 128.074 9,72
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017
Berdasarkan Tabel 2, Kabupaten Lampung Barat merupakan Kabupaten yang
memiliki jumlah produksi kopi tertinggi di Provinsi Lampung jika dibandingkan
4
dengan Kabupaten atau Kota lainnya. Kabupaten Lampung Barat memiliki 15
kecamatan yang berpotensi dalam pengembangan komoditas kopi. Adapun luas
lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Kabupaten Lampung
Barat 2016
No. Kecamatan Luas Lahan
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
1. Balik Bukit 1.442 960 0,66
2. Sukau 2.644 1.918 0,72
3. Lumbok Seminung 2.710 2.066 0,76
4. Belalau 4.644 4.518 0,97
5. Sekincau 5.609 6.404 1,14
6. Suoh 1.725 1.255 0,72
7. Batu Brak 2.667 2.912 1,09
8. Pagar Dewa 8.337 8.638 1,03
9. Batu Ketulis 4.777 4.250 0,88
10. Bandar Negeri Suoh 1.718 1.336 0,77
11. Sumber Jaya 1.596 2.150 1,34
12. Way Tenong 4.796 6.215 1,29
13. Gedung Surian 2.919 3.968 1,35
14. Kebun Tebu 3.118 4.324 1,38
15. Air Hitam 4.929 6.755 1,37
Jumlah 53.631 57.669 15,47
Sumber : BPS Kab. Lampung Barat 2017
Berdasarkan Tabel 3, salah satu daerah Lampung Barat yang menghasilkan
produksi kopi cukup besar adalah Kecamatan Kebun Tebu. Hal itu dapat dilihat
pada tahun 2016, dengan luas lahan sebesar 3.118 hektar, produksi kopi yang
dihasilkan sebanyak 4.324 ton dengan produktivitas sebesar 1,38 ton per hektar.
Tingginya produktivitas dan produksi kopi secara tidak langsung akan
mempengaruhi penghasilan petani kopi. Hal ini mendorong petani untuk mencari
alternatif yang lebih efisien dalam budidaya kopi. Salah satunya yang dilakukan
oleh petani kopi Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat yaitu dengan
5
bergabung kedalam kelompok tani. Menurut Trimo (2006), kelompok tani adalah
petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang
dipimpin oleh seorang ketua.
Kelompok tani merupakan salah satu contoh program pemerintah untuk
mengaplikasikan pertanian secara berkelanjutan. Kelompok tani secara tidak
langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan
produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan.
Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama
antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama – sama
memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi
pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil. Kelompok tani sebagai wadah
organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan
permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan.
Keberadaan kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan manajerial dalam usahataninya. Kegiatan kelompok
tani ini meliputi pelatihan-pelatihan tentang budidaya kopi yang baik melalui
pembinaan dari tenaga penyuluh pertanian. Selain itu, melalui kelompok tani ini
akan mempermudah pemberian bantuan-bantuan seperti sarana produksi dari
pemerintah untuk petani. Meskipun memiliki kesibukan lain tetapi petani kopi
memiliki kesempatan dalam menghadiri pertemuan kelompok tani dikarenakan
6
mayoritas aktivitas petani di Kecamatan Kebun Tebu mengandalkan dari hasil
pertanian.
Keunggulan menjadi anggota kelompok tani salah satunya adalah memperoleh
informasi pertanian atau inovasi teknologi secara berkelanjutan, dapat
memperluas pemasaran hasil kopi, dan dapat bertukar pengalaman serta fikiran
antar sesama anggota kelompok tani mengenai perawatan tanaman kopi.
Keunggulan lainnya yang didapatkan oleh petani yang menjadi anggota kelompok
tani diantaranya harga jual biji kopi lebih tinggi dan harga beli faktor-faktor
produksi dalam usahatani kopi seperti harga pupuk, harga benih, harga obat-
obatan dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan harga yang ditetapkan untuk
petani yang tidak tergabung kedalam kelompok tani. Berdasarkan perbedaan
harga beli faktor produksi tersebut, petani yang tergabung dalam anggota
kelompok tani mampu menghemat biaya input produksi yang dapat menambah
pendapatannya.
Pendapatan rumah tangga menjadi hal terpenting dari kesejahteraan, karena
beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat
pendapatan (Mosher, 1987), namun upaya peningkatan pendapatan petani secara
nyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Pendapatan
petani kopi sangat erat kaitannya dengan perolehan tingkat kesejahteraan rumah
tangga petani kopi tersebut. Produktivitas yang tinggi dan harga jual yang terus
meningkat membuat pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kopi di
Kecamatan Kebun Tebu ikut meningkat.
7
Upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sering
dihadapkan pada permasalahan pengetahuan petani yang relatif rendah,
keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya keterampilan
petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan petani. Salah satu upaya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani yaitu bergabung dengan
kelompok tani. Menjadi anggota kelompok tani akan bermanfaat jika para petani
dapat berpartisipasi atau ikutserta dalam kegiatan kelompok tani. Keikutsertaan
kelompok tani menyebabkan adanya perbedaan pendapatan dan tingkat
kesejahteraan petani kopi didaerah penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1) Bagaimanakah partisipasi petani kopi anggota kelompok tani dalam kegiatan
kelompok tani.
2) Berapa pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani di
kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.
3) Berapa pendapatan rumah tangga petani kopi anggota dan non-anggota
kelompok tani di kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.
4) Bagaimana tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota
kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.
5) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani kopi
anggota dan non-anggota kelompok tani di kecamatan Kebun Tebu kabupaten
Lampung Barat.
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Menganalisis partisipasi petani kopi anggota kelompok tani dalam kegiatan
kelompok tani.
2) Mengkaji tingkat pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota
kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat.
3) Menganalisis tingkat pendapatan rumah tangga petani kopi anggota dan non-
anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung
Barat.
4) Mengkaji tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota
kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.
5) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani
kopi anggota dan non-anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu
Kabupaten Lampung Barat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1) Bahan pertimbangan bagi kelompok tani untuk meningkatkan produksi kopi
yang akan dihasilkan.
2) Sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan instansi terkait dalam
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi.
3) Sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi peneliti dalam penelitian
yang sama.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani Kopi
Tanaman kopi umumnya berasal dari benua Afrika dan bukan produk homogeny
ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahanya. Kopi adalah spesies
tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus
Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh
dapat mencapai 12 m, daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing daun
tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya.
Menurut Najiyati dan Danarti (2012), tanaman kopi yang dirawat baik akan mulai
berproduksi pada umur 2,5-3 tahun tergantung iklim dan jenisnya. Didaerah
dataran rendah biasanya tanaman kopi lebih cepat berbuah dibandingkan dengan
didataran tinggi. Masa puncak produksi terjadi pada tanaman kopi berumur 7-9
tahun dengan kisaran produksi 500-1.500 kg kopi beras/hektar/tahun. Apabila
dikelola dengan baik dan intensif maka produksinya dapat mencapai 2.000 kg
kopi beras/hektar/tahun. Pemanenan di daerah tropis umumnya dilakukan secara
musiman, dimulai pada bulan Mei/Juni dan berakhir pada Agustus/September..
10
Pada tahun awal kopi ditanam, petani memperoleh manfaat dari tanaman naungan
dan tumpang sari yang ada di lahan kopi. Kopi umumnya tidak menyukai banyak
sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, terutama pada akhir musim
kemarau atau awal musim hujan, sehingga tanaman kopi membutuhkan naungan.
Tanaman naungan dan tanaman pencampur yang biasa ditanam di lahan kopi
adalah jengkol, petai, durian, lada, pisang, dan cengkeh. Manfaat dari tanaman
naungan dan tanaman pencampur dapat menutupi sebagian dari biaya investasi
usahatani kopi sebelum tanaman kopi menghasilkan.
Biaya yang dibutuhkan dalam usahatani kopi berupa biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan petani pada awal
penanaman kopi sampai tanaman kopi belum menghasilkan, terdiri dari biaya
untuk mendapatkan lahan dan pembukaan lahan, biaya memperoleh peralatan,
bibit tanaman kopi, naungan, dan pencampur, serta biaya untuk pemeliharaan
tanaman kopi sebelum menghasilkan seperti pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.
Menurut Prasmatiwi et al. (2010), pada tahun ke-1 petani mengeluarkan biaya
lahan dan peralatan yang tinggi, dan tahun ke-2, biaya usahatani kopi adalah
paling kecil dan kemudian naik lagi pada tahun ke-3 dan ke-4. Setelah tanaman
kopi menghasilkan, umumnya biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan
usahatani kopi sama setiap tahunnya. Perbedaan biaya akan terjadi pada kegiatan
panen dan penggilingan hasil, dimana kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan ini
bergantung pada produksi kopi yang dihasilkan.
Biaya untuk pengelolaan tanaman kopi menghasilkan terdiri dari biaya tenaga
kerja dan biaya sarana produksi. Biaya tenaga kerja diperlukan untuk kegiatan
11
pemupukan, pemangkasan, panen, dan pengolahan, sedangkan biaya sarana
produksi, seperti biaya pembelian pupuk, obat-obatan, dan karung. Biaya
usahatani kopi cenderung sama dari tahun ke-3 sampai tahun ke-25, yaitu saat
tanaman kopi menghasilkan. Biaya tertinggi pada saat tahun pertama tanaman
kopi ditanam. Manfaat kopi dimulai dari tahun ke-3 dan meningkat ditahun ke-4.
Dari tahun ke-4 sampai tahun ke-25 perkembangan hasil kopi naik turun
bergantung pada cuaca dan pemeliharaan tanaman kopi.
2. Kelompok Tani
Menurut Mulyana (2005) kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut.
Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang
didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk
mencapai tujuan yang sama, dengan demikian kelompoktani mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Beranggotakan petani-nelayan,
b) Hubungan antara anggota erat,
c) Mempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah
usahataninya,
d) Mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha,
e) Usahatani yang diusahakan merupakan sebuah ikatan fungsional/bisnis, dan
12
f) Mempunyai tujuan yang sama.
Pembinaan kelompok tani diarahkan untuk memberdayakan petani agar memiliki
kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial dan ekonomi),
mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu menghadapi risiko usaha,
sehingga memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak, untuk itu
pembinaan diarahkan agar kelompok tani dapat berfungsi sebagai kelas belajar
mengajar, sebagai unit produksi, serta sebagai wahana kerjasama menuju
kelompok tani sebagai kelompok usaha.
a) Kelas belajar : kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang
lebih sejahtera.
b) Wahana kerjasama : kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani
serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha lainnya akan
lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan.
c) Unit produksi : usahatani yang dilakukan oleh masing-masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai suatu kesatuan
usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
13
Manfaat menjadi anggota kelompok tani, yaitu :
1. Memudahkan anggota kelompok tani dalam menerima pembinaan untuk
mengembangkan usahanya,
2. Memudahkan anggota dalam mengambil kebijakan untuk melaksanakan
program-program yang akan dikembangkan,
3. Memudahkan anggota kelompok tani dalam upaya untuk menciptakan,
meningkatkan kapasitas dan kemandirian kelompok tani secara partisipatif
agar:
a. Mampu mengenali permasalahan yang terkait dalam penyediaan di saat
menghadapi musim paceklik dan pendistribusian atau pemasaran, serta
pengolahan hasil produksi petani dan
b. Mencari, merumuskan, dan memutuskan cara yang cepat dan tepat dalam
menghadapi persoalan ketidakstabilan harga di tingkat petani, pemasaran
hasil produksi petani, dan rendahnya ketersediaan disaat paceklik.
Menurut Mardikanto (1993) kelompok tani adalah himpunan atau kesatuan yang
hidup bersama, sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong-menolong.
Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain sebagai
berikut:
a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan kelompok.
b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar
petani.
c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
14
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan
(input) atau produk yang dihasilkannya.
f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya
oleh petani sendiri.
3. Partisipasi Kelompok Tani
Partisipasi merupakan suatu tindakan seseorang untuk ikut serta dalam melakukan
suatu kegiatan yang terdapat dalam suatu organisasi. Partisipasi muncul atas
dasar keinginan yang muncul dari diri sendiri. Menurut Sastropoetro (1995),
partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan
dengan keadaan lahiriahnya. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di
sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan.
Partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam
suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di
luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap tumbuh dan kembangnya partisipasi dapat didekatkan dengan beragam
pendekatan disiplin keilmuan.
Nasdian (dalam Rosyida, 2011), mendefinisikan partisipasi sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh masyarakat dengan adanya sarana dan mekanisme, dimana
mereka memegang kontrol secara efektif. Menurut Abdullah (dalam Anonim 1,
2013), partisipasi merupakan dorongan dan keterlibatan mental seseorang untuk
15
memberikan sumbangan dan tanggungjawabnya kepada kelompok guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Koentjarningrat (1974), tipe partisipasi ada 2 macam yaitu, partisipasi
masyarakat sebagai aktivitas bersama dalam setiap program dan partisipasi
masyarakat sebagai individu di luar aktivitas bersama. Partisipasi masyarakat
sebagai aktivitas bersama merupakan partisipasi yang melakukan kegiatan dari
program kelembagaan untuk kepentingan kelompok. Partisipasi masyarakat
sebagai individu merupakan kewajiaban individu dalam partisipasi kegiatan
lembaga atau kepentingan bersama.
4. Pendapatan Usahatani
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam
pertanian. Usahatani dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi
sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut
bidang pertanian (Moehar, 2001).
Salah satu ciri usahatani adalah adanya ketergantungan kepada keadaan alam dan
lingkungan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh produksi yang maksimal, petani
harus mampu memadu faktor-faktor produksi tenaga kerja, pupuk dan bibit yang
digunakan. Ketiga faktor produksi ini saling berkaitan satu sama lain dalam
mempengaruhi produksi untuk menghasilkan produktivitas yang baik dan optimal.
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua
pengertian, yaitu :
16
a) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam
usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan
atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per
satuan berat pada saat pemungutan hasil,
b) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu
tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi
meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.
Menurut Suratiyah (2006) analisis pendapatan usahatani pada umumnya
digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam satu tahun.
Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian yang
digunakan adalah harga berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun
tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaannya cukup lama.
Penggunaan barang yang bukan tunai seperti produksi yang dikonsumsi sendiri di
rumah dan pengeluaran di luar usaha pertanian dikeluarkan oleh karena analisis
ini dimaksudkan untuk mengetahui hanya perkembangan usaha pertanian saja.
Analisis tersebut memerlukan suatu perkiraan pengembalian modal investasi dan
tenaga petani, dan kemudian dibandingkan dengan pengambilan pola pilihan
tanaman lain atau pilihan di luar usaha pertanian.
Menurut Suratiyah (2006), pendapatan adalah jumlah yang tersisa setelah biaya,
yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar di biayai maupun
yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan penerimaan. Pendapatan terdiri
dari dua unsur, yaitu :
17
a) imbalan jasa manajemen, ―upah‖ atau honorarium petani sebagai pengelola,
dan
b) sisa atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi risiko usaha. Inilah
yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam artian ekonomi
perusahaan.
Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani:
1) luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata,
2) tingkat produksi, yang diukur melalui produktivitas/ha dan indeks pertanaman,
3) pilihan dan kombinasi,
4) intensitas perusahaan pertanaman, dan
5) efisiensitenaga kerja.
Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai
berikut :
π = Y. Py – Σ Xi.Pxi – BTT……………………...…………………(1)
Keterangan :
π = Pendapatan (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
18
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
π = TR – TC .................................................................................(2)
Keterangan:
π : Pendapatan Usahatani
TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual (Rahim dan Hastuti, 2007). Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut :
TR = Y . Py…………….........…………………………………......(3)
Keterangan :
TR = total penerimaan
Y = produksi yang diperoleh dari suatu usahatani
Py = harga produksi
Secara ekonomi usaha dikatakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dapat
dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya
total yang disebut dengan Revenue Cost Ratio (R/C).
19
R/C = (Py . Y) / (FC + VC)……………................………….............(4)
R/C = PT / BT….……...............…………………………….............(5)
Keterangan :
Py = harga produksi
Y = produksi
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
PT = produksi total
BT = biaya total
Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini, yaitu :
1. Jika R/C<1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi belum
menguntungkan.
2. Jika R/C>1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi menguntungkan.
3. Jika R/C=1, maka usahatani berada pada titik impas (Break Event Point).
5. Konsep Biaya
Suratiyah (2006) biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal, eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun eksternal akan
bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi
umur petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga,
luas lahan dan modal. Faktor eksternal terdiri dari input yang terdiri atas
ketersediaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan dengan pengambilan
keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang
memberikan pendapatan yang maksimal.
20
Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat
produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang besarnya
sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Suratiyah, 2006).
Ciri-ciri dari biaya tetap dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) jumlahnya yang tetap dan sebanding dengan hasil produksi,
2) menurunnya biaya tetap per unit dibandingkan dengan kenaikan dari hasil
produksi,
3) pembebanannya kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan dari
manajemen atau cara penjatahan biaya, dan
4) pengawasan atas kejadiannya terutama bergantung kepada manajemen
pelaksana dan bukan kepada pengawas kerja. Contoh dari biaya tetap yaitu
biaya pembelian mesin, pendirian pabrik (Kartasapoetra dan Bambang, 1992).
Ciri-ciri biaya variabel adalah :
1) bervariabel secara keseluruhan dengan volume,
2) biaya per unit yang konstan walaupun terjadi perubahan volume dalam batas
bidang yang relevan,
3) mudah dan dapat dibagikan pada bagian usaha, dan
4) pengawasan dari kejadian dan penggunaannya berada di tangan kepala bagian.
Contoh dari biaya variabel yaitu biaya persediaan, bahan bakar, tenaga listrik,
21
alat perkakas, penerimaan barang, pengangkutan (Kartasapoetra dan Bambang,
1992).
6. Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Sukirno (2005), pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari
seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhikebutuhan
keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga. Pendapatan seseorang dapat
berubah dari waktu ke waktu sesuai dengankemampuan mereka. Berubahnya
pendapatan seseorang akan berubah pula besarnya pengeluaran mereka untuk
konsumsi suatu barang. Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi konsumsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang.
Menurut Soeratno (1996), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat
kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan
petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu,
pangan, sandang, papan,kesehatan dan lapangan kerja.
Sumber pendapatan keluarga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor
pertanian (on farm) dan non pertanian (non farm). Sumber pendapatan dari sektor
pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh
petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non
pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri keluarga, perdagangan,
pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya
(Sajogyo, 1997).
22
Tingkat pendapatan rumahtangga merupakan indikator yang penting untuk
mengetahui tingkat hidup rumahtangga. Umumnya pendapatan rumahtangga di
pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber
pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan
kebutuhan dasar rumahtangga petani. Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan
cara menjumlahkan pendapatan keluarga dari usahatani kopi, pendapatan
usahatani non kopi, dan pendapatan non pertanian.
7. Tingkat Kesejahteraan dan Indikator
Badan Pusat Statistik Indonesia (2014) guna melihat tingkat kesejahteraan rumah
tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuruan, antara
lain adalah :
1) Kependudukan,
2) Kesehatan dan gizi,
3) Tingkat pendidikan keluarga,
4) Ketenagakerjaan,
5) Konsumsi dan pengeluaran rumah tangga,
6) Perumahan dan lingkungan,
7) Sosial dan lain-lain.
Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2014), seperti
terlihat pada Tabel 4
23
Tabel 4. Indikator tingkat kesejahteraan
No. Indikator kesejahteraan Kelas Skor
1 Kependudukan
Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal :
a. ≤4orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥5 orang (1)
Jumlah orang luar yang ikut tinggal :
a. ≤1 orang (3) b. 2 orang (2) c. ≥2 orang (1)
Berapa tanggungan dalam keluarga :
a. ≤4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥5 orang (1)
Jumlah anggota laki-laki
a. ≥5 orang b. 4 orang c. ≤3 orang
Jumlah anggota keluarga perempuan
a. ≥5 orang b. 4 orang c. ≤3 orang
Baik (12-15)
Cukup (8-11)
Kurang (4-7)
3
2
1
2 Kesehatan dan gizi
Anggota keluarga mengalami keluhan kesehatan
a. Tidak (3) b. Kadang-kadang (2) c. Ya (1)
Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari:
a. Tidak (3) b. Kadang-kadang (2) c. Ya (1)
Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk kesehatan
:
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Sarana /kesehatan yang biasa digunakan :
a. Rumah sakit b. Puskesmas c. Posyandu
Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga :
a. Dokter (3) b. Bidan (2) c. Dukun (1)
Tempat persalinan bayi yang biasa digunakan :
a. Bidan (3) b. Dukun (2) c. Rumah (1)
Tempat keluarga memperoleh obat :
a. Puskesmas (3) b. Dukun (2) c. Obat warung (1)
Biaya berobat yang digunakan :
a. Terjangkau (3) b. Cukup (2) c. Sulit (1)
Jenis berobat yang dipilih oleh keluarga :
a. Modern (3) b. Tradisional (2) c. Lainnya (1)
Baik (23-27)
Cukup (18-22)
Kurang (13-17)
3
2
1
3 Pendidikan
Anggota keluarga berusia 10 tahun ke atas lancar membaca
dan menulis :
a. Lancar (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)
Pendapat mengenai pendidikan putra-putri :
a. Penting (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)
Kesanggupan mengenai pendidikan :
a. Sanggup (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)
Lama menamatkan sekolah :
a. ≥ 9 tahun (3) b. 9 tahun c. ≤ 9 tahun (1)
Rata-rata jenjang pendidikan anak :
a. ≥SMP (3) b. SD (2) c. Tidak tamat SD (1)
Perlu pendidikan luar sekolah :
Baik (15-18)
Cukup (10-14)
Kurang (6-9)
3
2
1
24
a. Perlu (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)
4 Kesejahteraan
Jumlah anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas yang
bekerja :
a. 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1)
Jumlah orang yang belum bekerja dalam keluarga
a. Tidak ada (3) b. 1 orang (2) c. 2 orang (1)
Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan pekerjaan :
a. >35 jam (3) b. 31-3 jam (2) c. <30 jam (1)
Selain berusaha anggota keluarga melakukan pekerjaan
tambahan:
a. Ya (3) b. Sedang mencari (2) c. Tidak ada (1)
Jenis pekerjaan tambahan :
a. Wiraswasta (3) b. Sedang cari (2) c. Tidak ada(1)
Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan :
a. Sepanjang tahun (3)
b. Setelah musim garap (2)
c. Tidak tentu (1)
Jumlah jam dalam melakukan pekerjaan tambahan :
a. Tidak tentu (3) b. ≥ 7 jam (2) c. 5-6 jam (1)
Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian :
a. Ya (3) b. Kurang perlu (2) c. Tidak (1)
Pendapat tentang upah yang diterima :
a. Sesuai (3) b. Belum sesuai (2) c. Tidak sesuai (1)
Baik (21-27)
Cukup (14-20)
Kurang (7-13)
3
2
1
5 Taraf dan Pola Konsumsi
Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan
pokok :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
Kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk konsumsi
pangan dan nonpangan :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1)
Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang dan
perumahan :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
Pendapatan perbulan dapat ditabung atau untuk menanam
modal :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
Baik (10-12)
Cukup (7-9)
Kurang (4-6)
3
2
1
6 Perumahan dan Lingkungan
Status rumah tempat tinggal :
a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c.menumpang (1)
Status tanah tempat tinggal :
a. milik sendiri (3) b. menyewa(2) c. menumpang (1)
Jenis perumahan :
a. permanen (3) b. semi permanen (2) c. tidak (1)
Jenis atap yang digunakan :
a. genteng (3)
b. seng/asbes (2)
c. rumbia/alang-alang (1)
Jenis dinding rumah :
a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1)
Jenis lantai yang digunakan :
Baik (37-45)
Cukup (26-36)
3
2
25
a. semen (3) b. kayu/papan (2) c. tanah (1)
Rata-rata luas lantai mencukupi setiap anggota keluarga:
a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)
Jenis penerangan yang digunakan :
a. listrik (3) b. patromak (2) c. lampu teplok (1)
Bahan bakar yang digunakan :
a. gas elpiji (3) b. minyak tanah (2) c. kayu (1)
Jenis sumber air minum dalam keluarga :
a. PAM/ledeng (3) b. sumur (2) c. sungai(1)
Penggunaan air minum dalam keluarga :
a. matang (3) b. mentah (2) c. ya (1)
Kepemilikan WC :
a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)
Jarak WC dengan sumber air :
a. > 10 m (3) b. 5-10 m (2) c. < 5 m (1)
Jenis WC yang digunakan :
a. WC jongkok (3)
b. WC cemplung (2)
c. Sungai (1)
Tempat pembuangan sampah :
a. lubang sampah (3) b. pekerjaan (2) c. sungai (1)
Kurang (15-25)
1
7 Sosial dan lain-lain
Akses tempat wisata :
a. mudah dan sering (3)
b. mudah tapi tidak sering (2)
c. tidak pernah (1)
Berpergian atau berwisata sejauh 100 kilometr dalam
waktu 6 bulan
a. Sering >2 kali (3)
b. tidak sering <2 kali (2)
c. tidak pernah (1)
Kemampuan dalam menggunakan komputer
a. Paham sekali (3) b. paham (2) c. tidak paham (1)
Biaya untuk hiburan dan olahraga :
a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1)
Penggunaan teknologi telpon seluler:
a. Smartphone (3)
b. telpon seluler biasa (2)
c. tidak mempunyai (1)
Baik (12-15)
Cukup (8-11)
Kurang (5-7)
3
2
1
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Metode pengukuran pengeluaran yang disetarakan dengan nilai tukar beras
per kapita per tahun dikemukakan oleh Sajogyo (1997), bahwa untuk mengukur
tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah pendapatan per kapita per tahun yang
disetarakan nilai tukar beras, yaitu :
26
1) Paling Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 180
kg setara beras/tahun.
2) Miskin sekali = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 181 –
240 kg setara beras/tahun.
3) Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 241 – 320 kg setara
beras/tahu.
4) Nyaris miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 321 –480 kg
setara beras/tahun.
5) Cukup = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 481 – 960 kg setara
beras/tahun.
6) Hidup layak = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah >960 kg setara
beras/tahun.
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani
Menurut BKKBN (2015) kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh faktor intern
dan ekstern.
a. Faktor interen keluarga segala hal yang mempengaruhi kesejahteraan yang
berkaitan dengan keluarga seperti jumlah anggota keluarga, tempat tinggal,
keadaan sosial keluarga dan keadaan ekonomi keluarga.
1) Jumlah anggota keluarga. Perkembangan zaman berdampak pada
peningkatan tuntutan keluarga akan pemenuhan kebutuhan hiburan,
transportasi, rekreasi, dan sarana ibadah. Peningkatan kebutuhan dan
jumlah anggota keluarga yang tidak disertai dengan peningkatan
pendapatan akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
2) Tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan
seleran penghuninya akan menimbulkan suasana gembira.
27
3) Keadaan sosial keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat
dikatakan baik bila terdapat hubungan yang baik dan didasari ketulusan
hati serta rasa kasih sayang antara anggota keluarga.
4) Keadaan ekonomi keluarga. Ekonomi dalam keluarga meliputi
keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup
anggota keluarga.
b. Faktor eksteren merupakan hal berpengaruh terhadap kesejahteraan yang
berasal dari kondisi kejiawaan anggota keluarga. Kesejahteraan keluarga
perlu dipelihara dan terus dikembangan agar tidak terjadi ketegangan jiwa
diantara anggota keluarga. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh
ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Menurut Harwati (2015), kesejahteraan petani dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Usia petani. Usia petani memiliki pengaruh yang besar terhadap
kesejahteraan. Semakin tua usia petani maka kegiatan usahatani semakin
tidak produktif sehingga dapat menurunkan pendapatan dan berdampak
terhadap kesejahtetaan.
b. Lama usahatani. Petani yang lebih lama melakukan usahatani memiliki
pengalaman yang lebih banyak dalam menghadapi kendala dalam usahatani.
Semakin kecil kendala yang dihadapi maka kesejahteraan dapat meningkat.
c. Luas lahan. Semakin luas lahan yang digunakan untuk produksi, maka
semakin besar hasil produksi yang diperoleh. Hal ini akan berdampak pada
pendapatan dan kesejahteraan petani.
28
9. Regresi Logistik
Menurut Pumami,Sukarsa, dan Gandhiadi (2015) analisis regresi merupakan alat
statistika yang memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih variabel sehingga
salah satu variabel bisa diramalkan dari variabel lain. Analisi regresi dibedakan
atas analisis regresi linier dan analisis regresi nonlinier. Salah satu analisis regresi
nonlinier adalah analisis regresi logistik. Regresi logistik merupakan metode
regresidimana variabel respon Y dalam bentuk kategori yaitu variabel biner atau
dikotomi. Bentuk umum regresi logistik adalah sebagai berikut:
( ) (
(
Menurut Gujarati (2003) persamaan model logit diperoleh dari penurunan
persamaan probabilitas dari kategori-kategori yang akan diestimasi. Persamaan
probabilitas tersebut adalah :
Pi = ( ) )
( )
Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan mengasumsikan ( )
adalah Zi, sehingga:
Pada persamaaan di atas dapat terlihat bahwa Zi berada dalam kisaran -∞ hinga
+∞ dan Pi memiliki hubungan nonlinier terhadap Zi. Nonlinieritas dalam Pi tidak
hanya terhadap X namun juga terhadap β. Hal ini menimbulkan permasalahan
estimasi sehingga prosedur regresi ordinary least square (OLS)2
tidak dapat
dilakukan. Maka dari itu, solusinya adalah dengan melinierkan persamaan satu
dengan menerapkan logaritma natural dengan persamaan berikut:
29
Persamaan tersebut disubsitusi dengan persamaa kedua menjadi:
Persamaan
disebut juga dengan rasio kecenderungan (odds ratio).
Selanjutnya dengan menerapkan logaritma natural terhadap odds ratio tersebut
akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:
Li = Ln *
+ α + β1X1
Dalam persamaan tersebut, Li adalah log dari odds ratio yang tidak hanya linier
terhadap X namun juga linier terhadap β.
Menurut Pumami,Sukarsa, dan Gandhiadi (2015) metode kemungkinan
maksimum (Maximum Likehood Estimator) merupakan metode yang digunakan
untuk menaksir parameter-parameter model regresi logistik dengan memberikan
nilai estimasi dengan maksimumkan fungsi Likehood.
Menurut Harlan (2018) pengujian statistik pada model logit memiliki perbedaan
dengan regresi linier biasa. Metode yang digunakan pada model logit apabila
pengujian statistik rendah yaitu dengan metode likehood ratio sementara regresi
linier mengggunakan uji F-stat. Selain itu, pada uji parsial model logit
menggunakan uji Z-stat sementara regresi linier biasa menggunakan uji t-stat.
Untuk uji goodness of fit, logit model menggunakan count R-square dan Mc.
Fadden-R-square.
Menurut Pumami, Sukarsa, dan Gandhiadi (2015) interpretasi koefisien yang
digunakan pada model regresi logistik adalah odds ratio. Nilai odds ratio
30
merupakan rasio antara kecenderungan (risiko) terjadinya suatu peristiwa dalam
kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Interpretasi koefisien dilakukan pada
variabel-variabel yang berpengaruh nyata. Pada regresi logistik dengan satu
variabel bebas β = g(χ+1)-g(χ) menunjukkan perubahan nilai logit untuk setiap
unit perubahan pada variabe x.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi bagi
penelitian untuk menjadi pembanding dengan penelitian yang dilakukan dengan
penelitian sebelumnya, untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan
metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data.
Penelitian ini mengkaji pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kopi anggota
dan non-anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung
Barat. Kebaruan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu yaitu
adanya perbandingan tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani kopi anggota
dan non-anggota kelompok tani. Adapun kajian penelitian terdahulu dapat dilihat
pada Tabel 5.
31
Tabel 5. Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani
No. Judul / Peneliti / Tahun Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Pendapatan dan
Kesejahteraan Petani Kopi di
Kecamatan Tanjung Raja
Kabupaten Lampung Utara
(Sutrisno, Zakaria, Kasymir,
2012)
1) Menganalisis pendapatan
usahatani kopi di
Kecamatan Tanjung Raja
Kabupaten Lampung
Utara
2) Menganalisis tingkat
kesejahteraan petani kopi
di Kecamatan Tanjung
Raja Kabupaten
Lampung Utara.
1) Analisis pendapatan
rumah tangga dan
pendapatan usahatani.
2) Analisis tingkat
kesejahteran Badan
Pusat Statistik (BPS)
2007.
1) Tingkat pendapatan rumah tangga petani kopi
rata-rata per tahun di Kecamatan Tanjung
Raja sebesar Rp. 18.128.351,42. Pendapatan
tersebut berasal dari usahatani kopi sebesar
78,19 persen, usahatani non kopi sebes 8,87
persen dan usaha non pertanian sebesar 12,94
persen.
2) Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani
kopi berada dalam kategori cukup sejahtera
dengan pendapatan per kapita per tahun setara
913,07 kilogram beras atau sebesar Rp.
6.357.377,75 per kapita per tahun.
Berdasarkan indikator BPS, rumah tangga
petani kopi tergolong sejahtera dengan rata-
rata skor sebesar 16,40.
2. Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Kopi di
Kabupaten Lampung Barat
(Putri, Widjaya, Situmorang,
2015)
1) Menganalisis pendapatan
usahatani kopi di
Kabupaten Lampung
Barat pada tahun
penelitian
2) Menganalisis tingkat
kesejahteraan rumah
tangga petani kopi di
Kabupaten Lampung
Barat pada tahun
penelitian.
1) Analisis pendapatan
usahatani dan analisis
Cost of Ratio (R/C)
dan analisis
pendapatan rumah
tangga petani.
2) Analisis tingkat
kesejahteran Badan
Pusat Statistik (BPS)
2007 dan teori
Sajogyo.
1) Pendapatan petani kopi di Kabupaten
Lampung Barat berdasarkan Bank Dunia
tergolong sangat rendah.
2) Tingkat kesejahteraan petani kopi di
Kabupaten Lampung Barat berdasarkan
kriteria Sayogjo masuk dalam kategori hidup
layak, dan berdasarkan indikator BPS masuk
kategori sudah sejahtera.
32
3. Analisis Pendapatan Usahatani
Kopi Rakyat di Kecamatan
Limbangan Kabupaten Kendal
(Supriyadi, Wahyuningsih,
Awami, 2014)
1) Menghitung tingkat
pendapatan usahatani
kopi dan faktor faktor
yang mempengaruhi
pendapatan petani kopi di
Kecamatan Limbangan
Kabupaten Kendal.
2) Mengetahui pendapatan
petani tebu dan faktor-
faktor yang
mempengaruhinya.
1) Metode analisis
pendapatan
berdasarkan biaya
yang dibayarkan dan
berdasarkan biaya
yang diperhitungkan.
1) Pendapatan usahatani kopi rakyat di
Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal
yaitu penerimaan Rp. 6.584.300 per musim
panen dikurangi biaya total Rp. 1.923.700 per
musim panen sehingga diperoleh pendapatan
sebesar Rp 4.660.600 per musim panen (satu
tahun).
2) Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usahatani kopi di
Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal
yaitu luas lahan, biaya produksi,
hasil produksi, dan pendidikan.
4. Analisis Pendapatan Usahatani
Kopi di Desa Purworejo Timur,
Kecamatan Modayag,
Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur (Amisan,
Laoh, Kapantow, 2017)
1) Mengetahui tingkat
pendapatan usahatani
kopi di Desa Purworejo
Timur.
1) Analisis pendapatan
usahatani dan analisis
Cost of Ratio (R/C).
1) Usahatani kopi di desa Purworejo Timur
Kecamatan Modayag disimpulkan bahwa
hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C
untuk usahatani kopi lebih dari 1. Hal ini
menunjukkan usahatani kopi yang ada di Desa
Purworejo Timur mengalami keuntungan dan
layak diusahakan.
5. Analisis Usahatani Kopi di
Desa Pirian Tapiko Kecamatan
Tutar Kabupaten.Polewali
Mandar. (Rahmaniah, 2017)
1) Mengetahui besarnya
pendapatan usahatani
kopi di Desa Pirian
Tapiko Kecamatan Tutar
Kabupaten Polewali
Mandar.
1) Analisis pendapatan
usahatani dan analisis
Cost of Ratio (R/C).
1) Besarnya pendapatan petani kopi di Desa
Pirian tapiko sebesar Rp 11.322.042,50,- dan
R/C sebesar 1,72 hal ini menunjukkan bahwa
usahatani kopi tersebut layak untuk
dikembangkan, dan memiliki potensi untuk
dikembangkan kedepan.
33
6. Analisis Pendapatan Petani
Kopi di Desa Giri Mulyo
Kecamatan Kayu Aro Barat
(Kinario, Karyadi, Syofya,
2017)
1) Mengetahui berapa besar
pendapatan petani kopi di
Giri Mulyo Kecamatan
Kayu AroBarat
1) Metode analisis
pendapatan
berdasarkan biaya
yang dibayarkan dan
berdasarkan biaya
yang diperhitungkan.
1) Total penerimaan dari 15 orang petani kopi di
Desa Giri Mulyo adalah Rp 590.900.000
dengan rata-rata Rp.36.931.25/ha sedangkan
total biaya adalah Rp.92.499.260,91 dengan
rata-rata Rp.5.781.203,81/ ha, sehingga
diperoleh Pendapatan Petani kopi di Desa Giri
Mulyo sebesar Rp.498.400.739,1/ha dengan
rata-rata Rp.31.150.046,19/ha.
7. Analisis Tingkat Kesejahteraan
Petani Kopi di Desa Mesidah
Kabupaten Bener Meriah (Ara,
Lumbantoruan, Pinem, 2018)
1) Mengetahui pendapatan
keluarga petani kopi di
Desa Jamur Atu
Kecamatan Mesidah
2) Tingkat kesejahteraan
keluarga petani kopi di
Desa Jamur Atu
Kecamatan Mesidah
Kabupaten Bener Meriah
1) Analisis pendapatan
Keluarga dan Per
Kapita Petani Kopi
2) analisis tingkat
kesejahteraan
menurut karekteristik
BKKBN
1) Tingkat pendapatan keluarga petani kopi di
Desa Jamur Atu Kecamatan Mesidah 16
(48,49%) keluarga tergolong dalam kategori
sedang, 9 (27,27%) keluarga tergolong dalam
kategori tinggi, dan 8 (24,24%) keluarga yang
tergolong dalam kategori rendah. Bila
dikaitkan dengan UMR Kecamatan Mesidah
2018 (Rp.2.233.165) maka pendapatan
keluaraga petani kopi seluruhnya berada di
atas UMR KecamatanMesidah.
2) Tingkat kesejahteraan keluarga petani kopi di
Desa Jamur Atu Kecamatan Mesidah a8
(24,24%) keluarga tergolong Keluarga Pra
Sejahtera,19 (57,58%) keluarga tergolong
Keluarga Sejahtera I,3 (9,09%) keluarga
tergolong Keluarga Sejahtera II,2 (6,06%)
keluarga tergolong Keluarga Sejahtera III,dan
1(3,03%) keluarga tergolong Keluarga
Sejahtera III+.
34
8. Partisipasi Anggota Kelompok
Tani dalam Pengelolaan Hasil
Usahatani di Desa Matani
Kecamatan Tumpaan (Melgi
Yudi Manein, 2016)
1) Mengetahui tingkat
partisipasi anggota
kelompok tani dalam
pengelolaan usahatani di
Desa Matani
1) Menggunakan analisis
secara deskriptif
dalam bentuk tabel
1) Partisipasi anggota kelompok tani dalam
pengelolaan usahatani mulai dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
pengawasan tergolong tinggi.
9. Partisipasi Anggota pada
Kelompok Tani Kalelon di
Desa Kauneran, Kecamatan
Sonder, Kabupaten Minahasa
(Richo Richardo Turangan,
2017)
1) Mengetahui partisipasi
anggota pada kelompok
tani kalelon
1) Menggunakan analisis
secara deskriptif dan
juga menggunakan
skala likert.
1) Partisipasi anggota pada tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi
kelompok tani kalelon tergolong tinggi.
10. Partisipasi Petani dalam
Kegiatan Kelompok Tani Irmas
Jaya di Desa Karyamukti
Kecamatan Pataruman Kota
Banjar
3) Mengetahui tingkat
partisipasi petani dalam
kegiatan kelompok tani
4) Menggunakan analisis
secara deskriptif
dalam bentuk tabel
1) Tingkat partisipasi petani dalam kegiatan di
Kelompoktani Irmas Jaya adalah berada di
tangga Partnership atau bekerjasama level
Citizen Power yaitu dapat diartikan bahwa
petani/masyarakat yang hadir dalam
rapat/pertemuan tersebut dapat bernegosiasi
dan terlibat dalam pengambilan keputusan.
35
C. Kerangka Pemikiran
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia. Kecamatan
Kebun Tebu merupakan salah satu daerah yang bermata pencaharian sebagai
petani misalnya kopi. Keberhasilan usahatani dapat di bantu oleh lembaga
penunjang misalnya kelompok tani. Petani kopi di Kecamatan Kebun Tebu
sebanyak 815 orang mengikuti kelompok tani dan 197 orang tidak megikuti
kelompok tani. Petani yang tergabung kedalam kelompok tani berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok tani seperti rapat kelompok, penyuluhan, pelatihan,
modal dan tabungan. Keunggulan petani kopi yang tergabung dalam kelompok
tani diantaranya harga beli faktor-faktor produksi dalam usahatani kopi seperti
harga pupuk, harga benih, harga obat-obzatan dinilai lebih murah sehingga dapat
mempengaruhi pengeluaran.
Petani berusaha memperoleh keuntungan besar melalui kegiatan di luar pertanian.
Diversifikasi pendapatan tersebut berasal dari usahatani kopi (on farm utama),
usahatani diluar kopi (on farm bukan utama), usaha dibidang pertanian diluar
usahatani (off farm) dan usaha di luar sektor pertanian (non farm). Pendapatan
usaha tani kopi didapat dari selisih input dan output usahatani. Pendapatan petani
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 37,07 persen dan
kebutuhan non pangan sebesar 62,29 persen. Tingkat kesejahteraan rumah tangga
dapat dilihat dari pengeluraan rumah tangga tersebut. Kesejahteraan rumah
tangga petani berdasarkan kriteria kemiskinan dari Sajogyo yaitu dengan
menghitung pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan pengeluaran
36
beras per kapita per tahunnya, sedangkan untuk kriteria BPS melihat berbagai
aspek seperti kependudukan, pendidikan, kesehatan dan gizi dan sebagainya.
Penelitian ini mengkaji seberapa besar tingkat pendapatan dan tingkat
kesejahteraan rumah tangga petani kopi di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten
Lampung Barat. Kerangka pemikiran analisis pendapatan rumah tangga dan
tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non anggota kelompok tani di
Kecamatan Kebun Tebu di sajikan pada Gambar 2.1.
37
Gambar 2.1 Diagram alir analisis pendapatan rumah tangga dan tingkat
kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani
di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat
Anggota Kelompok Tani Non-anggota Kelompok Tani
Usahatani kopi
(On Farm
Utama)
Usahatani diluar kopi
(On Farm Bukan
Utama)
Usaha diluar
Pertanian
(Non Farm)
Faktor
Produksi Keluaran
(Produksi)
Biaya
Produksi
Penerimaan
Pendapatan Usahatani kopi
Pendapatan
Usahatani
diluar kopi
Pendapatan
Usaha diluar
Pertanian
Pendapatan Rumah Tangga
Pengeluaran Rumah Tangga
Tingkat Kesejahteraan
Indikator
Kesejahteraan:
1. Sayogyo
2. BPS
Petani Kopi
Proses
Produksi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi:
Jumlah anggota keluarga
(X1)
Luas lahan (X2)
Pendapatan (X3)
Tingkat pendidikan (X4)
Usia kepala keluarga (X5)
Keanggotaan kelompok tani
(dummy)
Usaha di
bidang
pertanian
diluar
usahatani
(Off Farm)
Pendapatan
usaha
dibidang
pertanian
diluar
usahatani
Partisipasi
x Harga
aan
x Harga
aan
38
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang
dapat diangkat sebagai dasar dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1. Diduga pendapatan petani kopi anggota kelompok tani tidak sama dengan
pendapatan petani kopi non-anggota kelompok tani.
2. Diduga variabel jumlah anggota keluarga, luas lahan, pendapatan, tingkat
pendidikan, usia kepala keluarga, dan keanggotaan kelompok tani,
berpengaruh positif terhadap peluang petani kopi untuk hidup sejahtera.
39
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei. Menurut Sukardi (2007), metode
survei merupakan metode yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum
tentang karakteristik populasi yang digambarkan oleh sampel dari populasi di
daerah penelitian, sedangkan menurut Wibisono (2005), metode survei merupakan
teknik riset dimana informasi dikumpulkan menggunakan penyebaran kuesioner.
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan.
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data
yang berhubungan dengan penelitian.Adapun konsep dasar dan definisi
operasional dapat dijabarkan sebagai berikut:
Petani kopi merupakan individu atau sekelompok orang yang melakukan
usahatani kopi guna memenuhi kebutuhan hidupnya baik sebagian atau secara
keseluruhan.
40
Kelompok tani adalah sekumpulan dari sejumlah petani kopi yang didasarkan
pada kesamaan seperti kesamaan tujuan dan lokasi usahatani atau lokasi tempat
tinggal.
Petani non-anggota kelompok tani adalah petani yang tidak terdaftar dalam suatu
kelompok tani.
Petani anggota kelompok tani adalah petani yang terdaftar secara sah dalam suatu
kelompok tani.
Partisipasi kelompok tani adalah keterlibatan atau keikutsertaan anggota
kelompok tani dalam pelaksanaan programa kelompok tani dengan cara
menghadiri rapat-rapat, mendemonstrasikan metode baru untuk usahatani yang
dijalankan.
Rapat anggota adalah kegiatan rutin yang dilakukan kelompok tani untuk
membahas permasalahan dan kegiatan usahatani kopi. Partisipsi anggota dalam
mengikuti rapat diukur dengan jumlah kehadiran dalam satu tahun.
Kegiatan penyuluhan adalah suatu kegiatan untuk mengubah perilaku petani agar
mereka mempunyai kemauan serta dapat memecahkan masalahnya sendiri dalam
kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Partisipsi kegiatan penyuluhan dalam mengikuti penyuluhan diukur dengan
jumlah kehadiran dalam satu tahun.
Kegiatan pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan agar petani belajar dengan
melibatkan seluruh panca inderanya, dengan harapan mau dan mampu
mengadopsi suatu teknologi untuk kemajuan dan perubahan usahataninya.
41
Partisipsi kegiatan pelatihan dalam mengikuti pelatihan diukur dengan jumlah
kehadiran dalam satu tahun
Penguatan modal adalah penambahan modal yang didapatkan oleh anggota
kelompok tani dari suatu kelompok tani yang diikuti (Rp).
Tabungan adalah uang yang disisihkan anggota kelompok tani dari sebagian hasil
usahataninya untuk simpanan anggota kelompok yang sewaktu waktu dapat
diambil kembali (Rp).
Biaya produksi adalah nilai uang dari faktor-faktor produksi yang dikorbankan
oleh petani untuk proses produksi usahataninya yang mencakup biaya tetap dan
biaya variabel, diukur dalam satuan rupiah per unit (Rp/unit).
Biaya tunai adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan petani dalam bentuk uang,
yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp).
Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
kegiatan usahatani, tetapi tidak dikeluarkan secara tunai, diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp).
Biaya total adalah biaya yang merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya
variabel, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya penyusutan alat adalah biaya penurunan alat/mesin akibat pertambahan
umur waktu pemakaian per musim tanam. Biaya penyusutan dihitung
berdasarkan selisih antara nilai beli dengan nilai sisa alat tersebut dibagi dengan
42
umur ekonomisnya. Biaya penyusutan diukur dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/tahun).
Biaya pupuk urea adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk memperoleh pupuk
urea yang dihitung dengan mengalikan jumlah pupuk urea yang digunakan dengan
harga pupuk urea di tingkat petani yang berlaku pada saat transaksi dan diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya pupuk SP36 adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk memperoleh
pupuk SP36 yang dihitung dengan mengalikan jumlah pupuk SP36 yang
digunakan dengan harga pupuk SP36 di tingkat petani yang berlaku pada saat
transaksi dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya pupuk KCl adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk memperoleh pupuk
KCl yang dihitung dengan mengalikan jumlah pupuk KCl yang digunakan dengan
harga pupuk KCl di tingkat petani yang berlaku pada saat transaksi dan diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar upah
tenaga kerja yang dipekerjakan yang dihitung dengan mengalikan jumlah
penggunaan tenaga kerja (HOK) dengan upah tenaga kerja yang berlaku pada saat
tersebut dan diukur dalam satuan rupiah (Rp/hari).
Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima petani yang dihitung dengan
mengalikan jumlah produksi kopi dengan harga produksi di tingkat petani
produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
43
Pendapatan usahatani kopi adalah penerimaan usahatani (on farm utama) yang
diperoleh petani dari usahatani kopinya setelah dikurangi biaya produksi dalam
satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pendapatan usahatani di luar kopi adalah penerimaan usahatani (on farm bukan
utama) yang diperoleh petani diluar usahatani kopi setelah dikurangi biaya
produksi dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pendapatan usaha dibidang pertanian adalah penerimaan usaha dibidang pertanian
(off farm) yang diperoleh petani dari usaha diluar usahatani setelah dikurangi
biaya produksi dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pendapatan di luar pertanian (non farm) adalah pendapatan keluarga petani yang
berasal dari usaha non pertanian, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pendapatan rumah tangga merupakan penjumlahan dari pendapatan usahatani baik
usahatani kopi (on farm utama), usahatani non kopi (on farm bukan utama),
pendapatan usaha dibidang pertanian diluar usahatani (off farm) dan pendapatan di
luar pertanian (non farm) yang diukur dalam satuan rupiah pertahun (Rp/tahun).
Revenue Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan total dan biaya
total. R/C rasio digunakan untuk melihat apakah usahatani yang dijalankan
menguntungkan atau tidak menguntungkan untuk petani.
Pengeluaran pangan adalah uang yang dikeluarkan atau barang yang dapat dinilai
dengan uang digunakan untuk konsumsi pangan anggota keluarga, yang diukur
dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
44
Pengeluaran non pangan adalah uang yang dikeluarkan atau barang yang dapat
dinilai dengan uang digunakan untuk konsumsi non pangan anggota keluarga,
yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Garis kemiskinan Sajogyo (1997) menjelaskan bahwa patokan garis kemiskinan
yang diperoleh dari pengeluaran perkapita per tahun dibagi dengan harga beras
yang berlaku. Klasifikasi petani miskin di pedesaan dikelompokan ke dalam
empat golongan yaitu sangat miskin, miskin, hampir miskin, dan layak.
Kesejahteraan Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan
yang diperoleh dari penskoran dari 6 Variabel yaitu Rumah tangga dan ketenaga
kerjaan, kesehatan dan gizi, pendidikan, konsumsi, perumahan, dan sosial budaya
dan kehidupan beragama. Klasifikasi yang digunakan adalah sejahtera dan belum
sejahtera.
C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa
Tri Budi Syukur dan Desa Tri Budi Makmur Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten
Lampung Barat, dengan pertimbangan bahwa diantaranya penduduk Desa
seebesar 87,35 persen memiliki pekerjaan utama sebagai petani kopi selain itu,
Desa Tri Budi Syukur dan Desa Tri Budi Makmur memiliki kelompok tani yang
aktif.
Responden penelitian merupakan petani yang mempunyai usahatani kopi.
Responden terdiri dari petani yang mengikuti kelompok tani dan tidak mengikuti
45
kelompok tani. Desa Tri Budi Syukur memiliki 6 kelompok tani yang di
dalamnya terdiri dari 32 - 136 anggota. Penduduk Desa Tri Budi Syukur yang
memiliki usahatani kopi berjumlah 509 orang dimana 412 orang merupakan
bagian dari kelompok tani.Desa Tri Budi Makmur memiliki 9 kelompok tani yang
didalamnya terdiri dari 44-47 anggota. Penduduk Desa Tri Budi Makmur yang
memiliki usahatani kopi berjumlah 503 orang dimana 403 orang merupakan
bagian dari kelompok tani.
Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random
sampling) dengan menggunakan rumus perhitungan sampel (Sugiarto, 2003),
dengan pertimbangan petani kopi di Desa Tri Budi Syukur dan Desa Tri Budi
Makmur cenderung memiliki karakteristik yang sama atau dapat dikatakan
homogen, diperoleh hasil sebagai berikut :
n =
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
Z : Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645)
S2 : Varian Sampel (10% = 0,1)
d : Simpangan Baku (10% = 0,1)
Perhitungan anggota kelompok tani:
n = ( )
( ) ( ) ( ) = 26,97
46
Perhitungan anggota non kelompok tani:
n = ( )
( ) ( ) ( ) = 26,69
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh jumlah
sampel sebanyak 54 petani kopi. Menurut Gay And Giehl dalam Tri murda,
bahwa penelitian deskriptif dibutuhkan sampel paling sedikit 10% dari
populasinya, dengan pertimbangan sampel mendekati sebaran normal maka
diambillah sampel anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani
masing-masing 30 orang, sehingga sampel yang diambil sebanyak 60 petani kopi.
Kemudian dari jumlah sampel yang didapat, ditentukan alokasi proporsi sampel
untuk masing-masing petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani di Desa
Tri Budi Syukur dan Tri Budi Makmur dengan rumus:
na =
. nab
Keterangan:
na : Jumlah sampel anggota
nab : Jumlah sampel keseluruhan 30 (orang)
Na : Jumlah populasi anggota
Nab : Jumlah populasi keseluruhan kelompok tani 815 (orang)
Nab : Jumlah populasi keseluruhan non kelompok tani 197 (orang)
Alokasi proporsional sampel untuk petani anggota kelompok tani di Desa Tri
Budi Syukur dan Tri Budi Makmur dengan perhitungan, terlihat pada Tabel 6.
47
Tabel 6. Sebaran sampel kelompok tani di Desa Tri Budi Syukur dan Tri Budi
Makmur
Desa Kelompok Tani Jumlah
Anggota
Jumlah Sampel
Dwi Tunggal 136 5
Tri Guna 45 70 3
Tri Budi Syukur Tri Guna 06 45 2
Tri Guna 07 39 1
Tri Guna 08 32 1
Tri Guna 09 90 3
Jumlah 412 15
Mekar Makmur 1 45 2
Mekar Makmur 2 44 1
Mekar Makmur 3 45 2
Tri Budi Makmur Mekar Makmur 4 44 1
Mekar Makmur 5 47 2
Mekar Makmur 6 45 2
Mekar Makmur 7 45 2
Mekar Makmur 8 45 2
Mekar Makmur 9 44 1
Jumlah 403 15
Alokasi proporsional sampel untuk petani non-anggota kelompok tani di Desa Tri
Budi Makmur dengan perhitungan sebagai berikut:
Desa Tri Budi Syukur
na = 97 x 30 = 14.7 ≈ 15
197
Desa Tri Budi Makmur
na = 100 x 30 = 15.2 ≈ 15
197
Berdasarkan alokasi proporsional diperoleh hasil sampel untuk petani anggota
kelompok tani sebanyak 30 orang petani kopi dan untuk sampel petani non-
anggota kelompok tani sebanyak 30 orang petani kopi. Penelitian dilakukan
selama 3 bulan terhitung pada bulan Februari sampai dengan April 2018, dan
48
pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Februari sampai dengan bulan
Maret 2018.
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari survei dan wawancara langsung
denganresponden yang sudah terpilih yaitu responden petani kopi anggota
kelompok tani dan non anggota kelompok tani, kemudian diwawancarai dengan
menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya
yang meliputi identitas responden, luas lahan, jumlah produksi kopi, biaya
produksi, pendidikan, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Data sekunder
diperoleh dari lembaga atau instansi pemerintah yang berhubungan dengan
penelitian ini. Data sekunder diperlukan sebagai informasi tambahan yang
diharapkan dapat menunjang penelitian ini seperti harga kopi, luas lahan dan
produksi, dan rujukan lainnya, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas
Perkebunan Provinsi Lampung, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Lampung Barat, buku, jurnal, skripsi, dan lain-lain.
E. Metode Analisis
1. Analisis Partisipasi Petani Kopi Anggota Kelompok Tani dalam
Kegiatan Kelompok Tani
Data hasil penelitian dianalisis secara tabulasi dan statistik dengan menggunakan
analisis deskriptif, yaitu dengan menampilkan distribusi frekuensi kehadiran,
49
frekuensi seharusnya dan persentase partisipasi. Tampilan distribusi frekuensi
kehadiran, frekuensi seharusnya dan presentase partisipasi dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 akan menggambarkan sebaran distribusi frekuensi kehadiran, frekuensi
seharusnya dan persentase partisipasi dari kegiatan anggota kelompok tani dalam
mengikuti kegiatan kelompok tani. Frekuensi kehadiran didapatkan dari hasil
wawancara dengan para petani anggota kelompok tani. Frekuensi seharusnya
merupakan keharusan petani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani, dan
persentase partisipasi didapatkan dari frekuensi kehadiran dibagi frekuensi
seharusnya dikali dengan 100 persen.
Tabel 7. Sebaran distribusi frekuensi, dan presentase partisipasi anggota
kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani
No. Kegiatan Frekuensi
Kehadiran
Frekuensi
Seharusnya
Persentase
Partisipasi
1. Rapat
2. Penyuluhan
3. Pelatihan
4. Penguatan Modal
Rata-rata
2. Pendapatan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani
Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani merupakan selisih antara total
penerimaan yang diterima dari hasil usahatani dengan total biayaproduksi yang
dikeluarkan. Menghitung pendapatan usahatani kopi anggota dan non anggota
kelompok tani dapat digunakan rumus sebagai berikut :
50
1. Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat dirumuskan
sebagai berikut:
π1 = TR1 – TC1
= Y1 . Py - X1 . Px ……..…………….............………. (6)
2. Pendapatan Usahatani Non Anggota Kelompok Tani
Secara matematisuntuk menghitung pendapatan usahatani dapatdirumuskan
sebagai berikut:
π2 = TR2 – TC2
= Y2 . Py2 – X2 . Px2……..……………..............……… (7)
Keterangan :
π1 : Pendapatan Usahatani Kopi Anggota Kelompok
TR1 : Total Penerimaan Usahatani Kopi Anggota Kelompok (Rp)
TC1 : Total Biaya Usahatani Kopi Anggota Kelompok (Rp)
Y1 : Produksi Kopi Anggota Kelompok (Kg)
Py1 : Harga Jual Kopi Anggota Kelompok (Rp/Kg)
X1 : Faktor Produksi Anggota Kelompok
Px1 : Harga Faktor Produksi Anggota Kelompok
π2 : Pendapatan Kopi Non Anggota Kelompok (Kg)
TR2 : Total Penerimaan Non Anggota Kelompok (Rp)
TC2 : Total Biaya Usahatani Kopi Non Anggota Kelompok (Rp)
Y2 : Produksi Kopi Non Anggota Kelompok (Kg)
Py2 : Harga Jual Kopi Non Anggota Kelompok (Rp/Kg)
X2 : Faktor Produksi Non Anggota Kelompok
Px2 : Harga Faktor Produksi Non Anggota Kelompok
51
Untuk mengetahui keuntungan yang di dapat oleh petani dapat di hitung melalui
R/C rasio dimanaukuranperbandinganantarapenerimaan usaha(Revenue= R)
denganTotal Biaya(Cost = TC). Dengan nilai R/C, Usaha efisiensi
(menguntungkan) jika nilai R/C > 1yang dapat di rumuskan sebagai berikut :
R/C ratio = TR : TC ............................ (8)
Keterangan
R/C : Revenue Cost Ratio
TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya Produksi
Hasil dari R/C mampu melihat apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Kriteria yang di pakai adalah suatu usahatani dikatakan
menguntungkan jika hasil perhitungan R/C rasio > 1.
3. Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi
Setelah mengetahui pendapatan usahatani, maka selanjutnya menganalisis
pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dengan
cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal dari on farm, off farm, dan
non farm. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara total
penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang
dikeluarkan dalam satu tahun. Berdasarkan perhitungan tersebut maka akan
diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga petani dalam satu tahun. Untuk
mengetahui pendapatan rumah tangga petani digunakan rumus Hastuti dan Rahim
(2008).
52
Prt = P on farm utama + P on farm bukan utama + P off farm + P non farm
Keterangan :
Prt : Pendapatan rumah tangga petani per tahun
P on farm utama : Pendapatan dari usahatani kopi
P on farm bukan utama : Pendapatan diluar usahatani kopi
P off farm : Pendapatan usaha di bidang pertanian diluar
usahatani
P non farm : Pendapatan dari luar pertanian
4. Analisis Uji Beda Rata – Rata
Analisis uji beda rata – rata pendapatan dilakukan oleh petani anggota dan non-
anggota kelompok tani. Analisis ini menggunakan uji beda rata-rata/ Uji T.
Sampel Penelitian ini diambil dari dua varian yang berbeda, untuk itu sebelum
dilakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan analisis varian. Dalam Putri (2013)
Pengujian homogenitas varian melalui perhitungan nilai F-Behren Fisher
dilakukan untuk membuktikan apakah varian tersebut sama atau berbeda dengan
hipotesis sebagai berikut:
H₀ = τ x² = τ y², berarti kedua varian sama.
H₀ = τ x² ≠ τ y², berarti kedua varian berbeda.
( )
( )
Keterangan :
Fx = nilai F hitung dari sampel pendapatan usahatani kopi anggota kelompok
tani
53
Fy = nilai F hitung dari sampel pendapatan usahatani kopi non-anggota
kelompok tani
Sx2 = simpangan baku rata-rata pendapatan usahatani kopi anggota kelompok
tani
Sy2 = simpangan baku rata-rata pendapatan usahatani kopi non-anggota
kelompok tani
dbx = derajat bebas untuk variabel X
dby = derajat bebas untuk variabel Y
Diantara Fx dan Fy dipilih nilai yang lebih besar dari satu kemudian diberi nama
Fh (F-hitung). Selanjutnya nilai Fh dibandingkan dengan nilai Ft (F-tabel) 0,10
pada dbx dan dby sesuai dengan Fx dan Fy yang dipilih.
Jika : a. Fh > F 0,10 maka terima H₀
b. Fh < F 0,10 maka tolak H₀
Setelah diketahui varian sama atau berbeda selanjutnya dilakukan pengujian
perbedaan pendapatan secara rata-rata dengan hipotesis sebagai berikut:
H₀ = τ x = τ y
H₀ = τ x ≠ τ y
1. Varian sama
t - hitung =
√
dengan S = ( ) ( )
db = nx + ny-2
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak
b. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima
54
2. Varian berbeda
t - hitung =
Wx =
Wy =
db = nx + ny-2
tλ =
Tx = tλ pada db = nx - 1
Ty = tλ pada db = ny - 1
Keterangan:
µx = rata-rata pendapatan usahatani kopi anggota kelompok tani
µy = rata-rata pendapatan usahatani kopi non-anggota kelompok tani
Sx2 = nilai varian anggota kelompok tani
Sy2 = nilai varan non-anggota kelompok tani
Nx = jumlah responden anggota kelompok tani
Ny = jumlah responden non-anggota kelompok tani λ = 0,10 (ketentuan)
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika t-hitung > t-tabel maka H₀ ditolak artinya, terdapat perbedaan rata-rata
pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.
b. Jika t-hitung < t-tabel maka H₀ diterima artinya, tidak terdapat perbedaan rata-
rata pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.
55
5. Tingkat Kesejahteraan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota
Kelompok Tani
a) Sajogyo
Metode analisis untuk mengukur tingkat kesejahjteraan rumah tangga petani di
penelitian ini menggunakan kriteria Sojogyo (1997), dengan pendekatan
pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga per kapita per tahunadalah
total dari pengeluaran rumah tangga petani baik pengeluaran untuk pangan
maupun non pangan dalam setahun dibagi jumlah tanggunganrumah tangga,
selanjutnya dikonversikan kedalam ukuran setara beras perkilogram agar dapat
diketahui tingkat kemiskinannya. Total pengeluaran rumah tangga dapat dihitung
sebagai berikut :
Ct = Ca + Cb + Cn
Keterangan :
Ct = Total pengeluran rumah tangga
Ca = Pengeluaran untuk pangan
Cb = Pengeluaran untuk non pangan
Cn = Pengeluaran lainnya
Pengeluaran rumah tangga tersebut di konversikan kedalam ukuran setara beras
per kg. Ukuran setaras beras menggunakan harga beras Badan Pusat Statistik
(BPS). Secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per tahun pada rumah
tangga petani dan tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara beras dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pengeluaran / kapita / tahun =
∑
Pengeluaran setara dengan beras =
56
Klasifikasi kemiskinan menurut Sajogyo (1997) digolongkan kedalam enam
bagian antara lain :
a. Paling Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 180
kg setara beras/tahun.
a. Miskin sekali = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 181 –
240 kg setara beras/tahun.
c. Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 241 – 320 kg setara
beras/tahu.
d. Nyaris miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 321 –480 kg
setara beras/tahun.
e. Cukup = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 481 – 960 kg setara
beras/tahun.
f. Hidup layak = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah >960 kg setara
beras/tahun.
b) Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014) kesejahteraan merupakan suatu kondisi
dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat
dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Ada beberapa aspek yang dilihat untuk
mengetahui tingkat kesejahteraan msyarakat diantaranya kependudukan,
pendidikan, gizi dan kesehatan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, dan
sosial.
Klasifikasi aspek tersebut diukur dengan skor yang dapat mewakili besaran
klasifikasi indikator tersebut.Skor tingkat klasifikasi pada tujuh indikator
kesejahteraan dihitung berdasarkan pedoman penentuan Range Skor. Cara
menghitung range skor adalah sebagai berikut :
Rs =
57
Keterangan :
Rs : Range Skor
SkT : Skor Tertinggi ( 7 x 3 = 21 )
SkR : Skor Terendah (7 x 1 = 7 )
JKI : Jumlah Klasifikasi
7 : Jumlah indikator kesejahteraan BPS (kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi atau pengeluaran rumah
tangga, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya)
3 : Skor tertinggi dalam indikator BPS (baik)
2 : Skor sedang dalam indikator BPS (sedang)
1 : Skor terendah dalam indikator BPS (kurang)
JKI : Jumlah klasifikasi yang digunakan (2)
Hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh range skor (RS) sama
dengan tujuh, sehingga tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi adalah
sebagai berikut :
1) Jika skor antara 7-14 berarti rumah tangga petani belum sejahtera.
2) Jika skor antara 15-21 berarti rumah tangga petani sejahtera.
Jumlah skor diperoleh dari informasi hasil skor mengenai kependudukan,
kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola
konsumsi,perumahan dan lingkungan, sosial dan lainnya. Dari penskoran
kemudian dilihat interval skor dari dua kategori klasifikasi di atas yaitu rumah
tangga sejahtera dan belum sejahtera.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan
rumah tangga petani kopi digunakan model logistik regression. Model logit
adalah model regresi non-linier dimana variabel dependen bersifat kategorikal.
58
Kategori paling dasar dari model logit menghasilkan binary values seperti angka 0
dan 1 sehingga sering disebut binary logit (Ariefianto, 2012).
Model logit membuat probabilitas tergantung dari variabel-variabel yang
diobservasi, yaitu X1, X2, dan seterusnya. Tujuan dari estmasi ini adalah untuk
menemukan nilai terbaik bagi masing-masing koefisien (Kuncoro, 2004).
Variabel-variabel bebas (independent) model terdiri dari jumlah anggota keluarga
(X1), luas lahan (X2), pendapatan (X3), tingkat pendidikan (X4), usia responden
(X5), dan status keanggotaan kelompok tani (dummy). Metode pengolahan data
dilakukan dengan metode tabulasi, dan komputerisasi. Model logit dinyatakan
sebagai berikut:
Pi = F(Zi) = F (α + βXi)
Pi = 1/(1+e-Zi
)
Pi = 1/(1+e-(α+βXi)
)
Untuk mencari Zi digunakan rumus:
Zi = Ln [
] = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ β5 X5 + diDj + e
Keterangan:
Zi = Peluang Zi = 1 : untuk rumah tangga petani kopi sejahtera
Peluang Zi = 0 : untuk rumah tangga petani kopi tidak sejahtera
Pi = Peluang petani mencapai kesejaheraan bila Xi diketahui
α = Intersep
β1 – β5 = Koefisien variabel bebas
X1 = Jumlah anggota keluarga (orang)
X2 = Luas lahan (ha)
X3 = Pendapatan (Rp/tahun)
X4 = Tingkat pendidikan (tahun)
X5 = Usia responden (tahun)
59
Di = Dummy (keanggotaan kelompok tani), D = 0 untuk petani kopi
non-anggota kelompok tani, D = 1 untuk petani kopi anggota
kelompok tani
e = error
Pada regresi logistik estimasi model logit dilakukan uji serentak, yaitu dengan
menggunakan Likelihood Ratio (LR). Likelihood Ratio (LR) setara dengan F-stat
yang berfungsi untuk menguji apakah semua slope koefisien regresi variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (Widarjono,
2010). Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
( ) ( ) ( )
paling sedikit ada satu ( )
Untuk i* = 1,2,….,n; j = 1,2,…, J-1;k = 1,2,…,p.
Dimana statistik uji : ( ) ( )
∑ ̂
( ̂ )( )
H0 tolak jika ( )
Uji parsial (Z-statistik) dilakukan dengan menggunakan Wald Test. Menurut
Rosadi, 2011 uji wald (Wald Test) merupakan uji univariat terhadap masing-
masing koefesien regresi logistik. Adapun hipotesis sebagai berikut:
H0 : prediktor secara univarat tidak berpengaruh signifikan terhadap respons
(βi = 0;i= 0,1,...,p).
H1 : prediktor secara univarat tidak berpengaruh signifikan terhadap respons
(βi = 0;i= 0,1,…,p).
Dimana statistik uji : (
( ))
Keterangan:
60
: Penduga bagi
SE : Penduga galat baku (standart error) bagi
H0 ditolak jika Wi
Untuk melihat seberapa baik model dapat menjelaskan hubungan hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independennya dilakukan uji Goodness Of Fit.
Pada logistic regression (logit), koefisien determinasi (R2) yang digunakan adalah
Mc Fadden R-square, yaitu R-square tiruan (Winarno, 2007).
Selanjutnya penafsiran koefesien dilakukan berdasarkan Rasio Odd (Odds ratio).
Rasio Odd (Odds ratio) merupakan interpretasi dari sebuah peluang yang dapat
diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari
peubah respon (Firdaus dan Afendi, 2008). Rasio Odd (Odds ratio) bertujuan
untuk memudahkan interpretasi koefesien. Jika peubah penjelas mempunyai
tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddnya akan lebih besar dari satu, dan
sebaliknya. Koefesien variabel bebas ( ) mencerminkan adanya perubahan
dalam fungsi logit dimana untuk perubahan satu unit peubah penjelas X yang
disebut log odds. Nilai suatu variabel bebas tertentu (Xi), jika naik 1 unit,
sedangkan variabel bebas tetap, maka secara rata-rata perkiraan logit akan naik
atau turun sebesar nilai koefisien tersebut. Interpretasi dari nilai odds diperoleh
dengan mengambil antilog dari berbagai koefisien. Interpretasi dari nilai odds ini
adalah kecenderungan atau peluang Y=1 pada kondisi X=1 sebesar exp (β) upper.
61
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat
1. Letak Geografis
Kabupaten Lampung Barat terbentuk melalui Undang-undang No.6 Tahun 1991
yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara dengan ibu kota
Liwa. Pada bulan Oktober 2012, kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten
Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat. Secara geografis kabupaten
Lampung Barat terletak pada koordinat 4o,47’,16‖,5
o,56’,42‖ LS dan
103o,35’,08‖–104
o,33’,51‖ BT.
Dengan posisi geografis tersebut, Kabupaten Lampung Barat mempunyai batas-
batas wilayah administrasi sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi
Sumatera Selatan, dan Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten
Lampung Tengan dan Kabupaten Tanggamus,
- Sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Barat.
62
Gambar 2. Peta administrasi Provinsi Lampung
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017
Luas Kabupaten Lampung Barat sebesar 2.064,40 km2 (61,5 % merupakan
kawasan hutan, dengan 39.231,27 ha Hutan Lindung dan 87.725 ha TNBBS).
Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013 mencapai 316.474
jiwa (Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial dan Tenaga Kerja, Laporan
Triwulan IV).
Pada Tahun 2016, diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat terdiri atas 15
kecamatan yaitu Balik Bukit, Sukau, Lumbok Seminung, Belalau, Sekincau,
Suoh, Batu Brak, Pagar Dewa, Batu Ketulis, Bandar Negeri Suoh, Sumberjaya,
Way Tenong, Gedung Suriah, Kebun Tebu dan Air Hitam.
2. Topografi
Kabupaten Lampung Barat terbagi menjadi dua, yaitu daerah berbukit dengan
ketinggian 600 s/d 1.000m dari permukaan laut meliputi Kecamatan Balik Bukit
Lokasi
penelitian
Kabupaten
Lampung
Barat
63
dan Sumber Jaya serta daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000s/d 2.000m
dari permukaan laut meliputi sebagian besar Kecamatan Belalau, Sekincau dan
lainnya. Sebagian besar wilayah Lampung Barat berlereng miring hingga terjal
sebesar 70% dari seluruh luasan wilayah Lampung Barat. Secara iklim
Kabupaten Lampung Barat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang dilewati oleh
jalur pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Lampung Barat memiliki iklim tipe
iklim B yang memiliki jumlah bulan basah 7 – 9 bulan. Curah hujan di daerah ini
berkisar antara 2.500 sampai dengan 3.000 mm/tahun atau 140 sampai dengan
221 mm/bulan. Secara umum Kabupaten Lampung Barat beriklim tropis humid
dengan angin laut lembab bertiup pada Samudra Hindia dengan 2 angin per
musim setiap tahunnya.
3. Keadaan Umum Demografi
Pada tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat sebanyak 298.286
jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 158.381 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 139.905 jiwa. Masyarakat Kabupaten Lampung
Barat memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian yaitu 82,10 persen, sektor
jasa 14,67 persen, dan 3,22 persen industri. Kabupaten Lampung Barat terdiri
dari 15 kecamatan (Lampung Barat dalam Angka 2017). Berdasarkan data BPS
Kabupaten Lampung Barat 2017 diketahui bahwa terdapat 3 Kecamatan dengan
produktivitas tertinggi yaitu Kecamatan Kebun Tebu sebesar 1,38 Kecamatan Air
Hitam sebesar 1,37 dan Kecamatan Gedung Surian sebesar 1,35. Berdasarkan
data tersebut, jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang
terdapat di Kabupaten Lampung Barat tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 8.
64
Tabel 8. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang terdapat di
Kabupaten Lampung Barat tahun 2017
No. Kecamatan
Penduduk Jumlah
(jiwa) Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
1. Balik bukit 19.649 18.224 37.873
2. Sukau 11.039 10.056 21.095
3. Lumbok seminung 3.744 2.955 6.699
4. Belalau 6.680 5.810 12.490
5. Sekincau 9.743 8.675 18.418
6. Suoh 9.855 8.347 18.202
7. Batu brak 6.809 6.203 13.012
8. Pagar dewa 11.216 8.710 19.926
9. Batu ketulis 8.307 6.622 14.929
10. Bandar negeri suoh 15.027 12.142 27.169
11. Sumber jaya 12.281 11.508 23.789
12. Way tenong 17.271 16.345 33.616
13 Gedung surian 8.068 7.390 15.458
14. Kebun tebu 10.966 9.977 20.943
15. Air hitam 6.433 5.637 12.070
Jumlah 157.088 138.601 295.689
Sumber: Lampung Barat dalam Angka (2017)
4. Keadaan Umum Pertanian
Sektor pertanian memiliki peranan yang penting di Kabupaten Lampung Barat.
Hal ini ditunjukkan oleh perekonomian Lampung Barat pada tahun 2016 yang
didominasi oleh sektor pertanian, yaitu sebesar 58,14 persen. Kondisi alam yang
baik di Lampung Barat cocok untuk dikembangkannya tanaman perkebunan.
Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil komoditas
kopi terbesar di Provinsi Lampung. Pada tahun 2016, produksi kopi di Lampung
Barat yaitu sebesar 61.807 ton dengan luas lahan 60.382 ha. Lampung Barat
menjadi salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Lampung (Statistik
Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2017).
65
Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi
produk domestik regional bruto ( PDRB) Kabupaten Lampung Barat, yaitu
sebesar 57,21 persen pada tahun 2016. Berdasarkan jumlah tersebut, tanaman
perkebunan memberikan konribusi sebesar 24,82 persen pada tahun 2016.
Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil komoditas
kopi. Hal ini disebabkan oleh topologi wilayahnya yang sesuai untuk kesuburan
tanaman kopi. Jenis tanaman lain yang banyak ditanam di Kabupaten Lampung
Barat antara lain adalah : sawit, kakao, lada dan karet. Luas panen dan produksi
tanaman perkebunan terbesar di Kabupaten Lampung Barat adalah kopi, dan
mencapai luasan 53,611 ha serta produksi sebanyak 57,664 ton. Hal ini
menunjukkan bahwa kopi merupakan komoditas yang paling banyak diusahakan
oleh petani Lampung Barat (BPS Kabupaten Lampung Barat, 2017).
Kebun adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang telah ditanami
tanaman semusim atau tahunan dan halaman rumah memiliki jarak terpisah serta
penggunaaanya tidak berpindah-pindah. Sebagian besar luas lahan kering di
Kabupaten Lampung Barat digunakan untuk perkebunan yang mencapai 33,52
persen dari seluruh total penggunaan lahan. Oleh karena itu, dari luas lahan
sebesar itu maka sebagian besar dipakai untuk usaha perkebunan kopi yang
mencapai produksi sebesar 57.667,5 ton pada Tahun 2016.
5. Kopi Lampung Barat
Kopi robusta ditetapkan sebagai produk unggulan daerah (PUD) berdasarkan SK
bupati Lampung Barat no B/336/KPTS/ III.2/2014 tanggal 11 September 2014
66
tentang produk unggulan daerah (PUD) Kabupaten Lampung Barat. Perkebunan
kopi robusta Lampung Barat juga ditetapkan menjadi salah satu kawasan
perkebunan nasional oleh Menteri Pertanian melalui keputusan menteri pertanian
No.46/KPTS/PD.300/1/2015 tanggal 16 januari 2016 tentang penetapan kawasan
perkebunan nasional. Kopi robusta Lampung Barat juga telah mendapat
Sertifikasi Indikasi Geografis dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang di keluarkan ada tanggal 13
Mei 2014 dengan nama Kopi Robusta Lampung bersama dengan kabupaten Way
Kanan dan Tanggamus. Lampung Barat merupakan produsen kopi robusta
terbesar di provinsi Lampung.
Ciri khas kopi robusta Lampung Barat yaitu perkebunan kopi rakyat yang
dibudidayakan pada ketinggian 600 sampai dengan 1.200 M dari permukaan laut
(m dpl). Kondisi iklim yang lembab dan basah dengan bulan kering hanya 2-3
bulan dan curah hujan 2000-3000 mm pertahun, kondisi tanah mendukung cita
rasa yang khas, pola penanganan yang di kelola oleh rakyat merupakan pola
tradisional dengan ikatan emosional terhadap sosial dan budaya sangat melekat di
masyarakat. Jumlah petani kopi 35.737 KK, jumlah kelompok tani 995 kelompok
(355 Kelompok telah bermitra dengan eksportir). Produktivitas rata-rata kopi
tahun 2016 sebesar 1,08 ton per hektar, produktivitas rata-rata tahun 2015
meningkat menjadi 1,05 ton per ha, beberapa petani dapat mencapai 3,5 ton per
hektar.
Menurut Badan Pusat Statistik (2017), perkembangan luas areal kopi Lampung
(ha) di tahun 2010 seluas 53.357 ha, tahun 2011 seluas 53.384 ha, tahun 2012
67
seluas 53.412 ha, tahun 2013 seluas 53.559 ha, tahun 2014 seluas 53.601 ha,
tahun 2015 seluas 53.606 ha, dan tahun 2016 seluas 53.611 ha. Perkembangan
produksi kopi Lampung Barat (ton) pada tahun 2010 sebanyak 55.582 ton, tahun
2011 sebanyak 24.907 ton, tahun 2012 sebanyak 57.336 ton, tahun 2013 sebanyak
48.099 ton, tahun 2014 sebanyak 42.746 ton, tahun 2015 sebanyak 52.645 ton,
dan tahun 2016 sebanyak 57.664 ton. Perkembangan produktivitas kopi Lampung
Barat (kg/ha/th) tahun 2010 sebanyak 1.120 kg/ha/th, tahun 2011 sebanyak 500
kg/ha/th, 2012 sebanyak 1.150 kg/ha/th, tahun 2013 sebanyak 965 kg/ha/th, tahun
2014 sebanyak 853 kg/ha/th, tahun 2015 sebanyak 1.050 kg/ha/th, dan tahun 2016
sebanyak 1.080 kg/ha/th.
Kendala dan permasalahan produktivitas belum optimal disebabkan karena cuaca
ekstrim yaitu curah hujan tinggi menyebabkan kerontokan bakal buah karena
sebagian besar umur kopi di Lampung sudah berumur tua, topografi tingkat
kelerengan cukup tinggi, sementara tingginya degragasi lahan belum seimbang
dengan perbaikan fungsi lahan, dan serangan hama penyakit tanaman kopi, serta
pola budidaya petani belum sepenuhnya menerapkan GAP (good Agricultural
Practices). Kemitraan pemasaran kopi dari lima perusahan dengan jumlah
kelompok tani Mitra 355 kelompok yang tersebar di wilayah Kabupaten Lampung
Barat meliputi PT. Nestle (area Sumberjaya, Kebun Tebu, Gedung Surian, Air
Hitam, Sukau, Batu Brak, Pagar Dewa, Belalau), PT Indocafco (area Sumber
Jaya, Kebun Tebu, Gedung Surian, Air Hitam, Sekincau, Way Tenong, Batu
Ketulis, Pagar Dewa, Balik Bukit), PT. Louis Dreyfus (area Batu Brak dan
Belalau), PT Nedcoffe (area Sumberjaya dan Way Tenong), dan PT Lampung
Robusta Coffe (area Batu Ketulis Dan Belalau).
68
B. Keadaan Umum Kecamatan Kebun Tebu
1. Letak Geografis dan Topografi
Kecamatan Kebun Tebu merupakan pemekaran dari Kecamatan Sumberjaya yang
diresmikan pada tahun 2010. Kecamatan ini terdiri dari 10 Pekon/Desa Definitif
dengan luas wilayah keseluruhan 14.500 Km2. Berdasarkan topografi dan
geomorfologinya, Kecamatan Kebun Tebu didominasi perbukitan serta
pegunungan dengan kemiringan curam hingga terjal. Rata-rata ketinggian tempat
di kecamatan ini antara 700-1100 m dpl. Secara umun kecamatan Kebun Tebu
beriklim tropis humid, dengan temperatur udara maksimum berkisar antara 280 -
330 C dan temperatur minimum antara 220–240 C. Curah hujan rata-rata 2500-
3250 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 8-9 bulan dan bulan kering 3-4
bulan/tahun serta tingkat kelemababab 65-85%.
Daerah ini merupakan hulu dari Sungai Way Besai, daerah aliran sungai (DAS)
Way Tulang Bawang. Pola aliran air permukaan yang ada tergolong tipe denritik
dan rectangular. Aliran denritik menyebabkan daerah ini jarang mengalami banjir
sebab pada musim hujan datang air tidak terkonsentrasi pada satu wilayah.
Kecamatan Kebun Tebu juga merupakan daerah tangkapan air (catchment area).
Salah satu sungai besar yang mengalir ke arah timur adalah Way Besai, Karena
erosi yang terjadi, sedimen yang terangkut (sediment load) air cukup tinggi
sehingga sungai-sungai yang mengalir ke sebelah timur menjadi terganggu
kestabilannya. Adapun batas-batas Kecamatan:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bukit Kemuning kabupaten
Lampung Barat
69
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gedung Surian
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumberjaya
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah.
Gambar 3. Peta administrasi Kabupaten Lampung Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017
Secara umum tingkat kesuburan tanah di Kecamatan Kebun Tebu sudah
berkurang disebabkan intensitas aktivitas pertanian yang semakin meningkat.
Jenis tanah terdiri dari andosol 65% dan podsolik merah kuning (PMK) 35 %
dengan tekstur tanah lempung berpasir, lempung berdebu, dan liat. Jenis tanah
andosol seperti yang ada dikecamatan ini cocok untuk budidaya tanaman kopi
robusta dan holtikultura.
Lokasi
penelitian
Kecamatan
Kebun
Tebu
70
2. Keadaan Umum Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Kebun Tebu pada tahun 2016, yaitu sebesar 27.990
jiwa yang terdiri dari 10.966 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki, dan
sebanyak 9.977 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan, sedangkan jumlah
rumah tangga di Kecamatan Kebun Tebu sebesar 5.349 KK.
Tabel 9. Penduduk Kecamatan Kebun Tebu menurut jenis kelamin tahun 2016.
No. Pekon/
kelurahan
Jumlah
rumah
tangga
Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pura jaya 1.253 2.691 2.485 5.176
2 Purawiwitan 813 1.784 1.631 3.415
3 Tribudi syukur 589 1.095 941 2.036
4 Muara jaya 1 295 629 566 1195
5 Muara jaya 2 403 827 809 1636
6 Tribudi makmur 344 649 576 1225
7 Tugu mulya 580 1.135 1.012 2.147
8 Cipta mulya 379 802 759 1.561
9 Muara baru 207 386 379 765
10 Sinar luas 486 968 819 1.787
Jumlah 5.349 10.966 9.977 27.99
Sumber: Kecamatan Kebun Tebu dalam angka 2017
3. Keadaan Umum Pertanian
Kecamatan Kebun Tebu merupakan kecamatan yang mencakup 10 desa. Kondisi
iklim yang baik dan lahan yang luas menyebabkan penduduk di Kecamatan
Kebun Tebu memilih untuk menanam tanaman kopi. Kecamatan Kebun Tebu
merupakan wilayah dengan penduduk desa yang berprofesi sebagai petani, sekitar
90 persen penghasilan mereka dari berusahatani kopi. Kecamatan Kebun Tebu
merupakan kecamatan dengan luas panen kopi ke satu di Kabupaten Lampung
71
Barat yaitu seluas 3.118 hektar dengan produksi sebesar 4.324 ton. Produktivitas
kopi di Kecamatan Kebun Tebu menempati urutan pertama di Kabupaten
Lampung Barat, yaitu sebesar 1,38 ton per hektar (BPS Kab. Lampung Barat,
2017).
4. Kelompok Tani
Kecamatan Kebun tebu memiliki kelompok tani di tiap tiap desa, salah satunya
yaitu Desa Tribudi Syukur dan Tribudi Makmur yang memiliki kelompok tani
yang aktif. Desa Tribudi Syukur memiliki 6 kelompok tani yaitu kelompok tani
Dwi tunggal, Triguna 45, Triguna 06, Triguna 07, Triguna 08, dan Triguna 09,
sedangkan Desa Tribudi Makmur memiliki 9 kelompok tani yaitu Mekar Makmur
1, Mekar Makmur 2, Mekar Makmur 3, Mekar Makmur 4, Mekar Makmur 5,
Mekar Makmur 6, Mekar Makmur 7, Mekar Makmur 8, dan Mekar Makmur 9.
Kelompok tani ini memiliki visi yang sama yaitu meningkatkan pendapatan dan
mensejahterakan petani kopi.
Dalam pengorganisasian usahatani kopi, kelompok tani melakukan berbagai
macam kegiatan seperti, kegiatan rapat yang dilakukan 4 kali dalam satu tahun
dimana 1 kali pertemuan yaitu rapat anggota tahunan yang diadakan secara rutin
dan 3 kali pertemuan dalam setahun dengan instansi terkait seperti Dinas
Pertanian, Pemerintah Daerah Lampung Barat, BP4K dan BP3K, serta Lembaga
Swadaya Masyarakat. Pertemuan ini membahas tentang kegiatan usahatani kopi
di lapang seperti kendala dan hambatan yang sedang dihadapi maupun keadaan
72
kelompok tani saat itu. Selain kegiatan rapat, masing-masing kelompok tani juga
melakukan penyuluhan dan pelatihan untuk para anggota kelompok tani guna
dapat memahami usahatani kopi yang baik dan benar. Masing-masing kelompok
tani juga mengadakan penguatan modal dan tabungan guna membantu para
anggota dalam permodalan usahatani kopi.
5. Sarana dan Prasarana Perekonomian
Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Kebun Tebu digunakan sebagai
penunjang kegiatan usahatani sehingga dapat memperlancar dan mendukung
keadaan usahatani. Kecamatan Kebun Tebu memiliki beberapa sarana dan
prasarana yang berasal dari pribadi petani, swadaya masyarakat, perusahaan,
maupun bantuan dari pemerintah. Kelembagaan yang ada di Kecamatan Kebun
Tebu yang menunjang kegiatan pertanian antara lain karang taruna sebanyak 10
unit, kelompok tani 66 unit, industri penggilingan padi 35 unit, industri tobong
bata 3 unit, industri pengilingan kopi 94 unit, industri tahu tempe 2 unit, industri
kerajinan tangan 3 unit, pasar 2 unit, toko 36 unit, warung makan 8 unit, kader
pembangunan 20 unit, hotel/losmen 1 unit, obyek wisata 5 unit, puskesmas 3 unit,
klinik bersalin 5 unit dan praktek dokter 2 unit (BPS Kecamatan Kebun Tebu,
2018).
134
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Partisipasi petani kopi anggota kelompok tani terhadap kegiatan kelompok
tani di Kecamatan Kebun Tebu termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini
dibuktikan dari empat jenis kegiatan kelompok tani yaitu rapat anggota
(78,78%), kegiatan penyuluhan (66,83%), kegiatan pelatihan (71,70%), dan
kegiatan penguatan modal (89,33%).
2. Secara statistik hasil uji beda pendapatan lahan usahatani kopi terdapat
perbedaan pendapatan lahan usahatani kopi angota dan non-anggota
kelompok tani. Rata-rata pendapatan usahatani kopi atas biaya total sebesar
Rp3.266.746,05/ha dan Rp5.567.725,99/ha, atau pendapatan atas biaya tunai
per hektar sebesar Rp7.260.845,67 dan Rp8.505.199,45 per tahun.
3. Pendapatan total rumah tangga petani anggota dan non-anggota kelompok
tani bersumber dari pendapatan on-farm kopi (67,92% dan 59,11%), on-farm
non-kopi (21,71% dan 30,02%), off-farm (2,34% dan 5,01%) dan non-farm
(8,03% dan 5,86%). Rata-rata total pendapatan rumah tangga petani kopi
anggota dan non-anggota kelompok tani per tahunnya sebesar
Rp35.800.511,11 dan Rp33.177.938,89.
135
4. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi menurut kriteria Sajogyo,
terdapat 3,00% rumah tangga non-anggota tergolong kedalam rumah tangga
nyaris miskin, sebesar 93% dan 90% rumah tangga petani kopi anggota dan
non-anggota tergolong ke dalam rumah tangga cukup sedangkan sisanya
sebesar 7,00% rumah tangga anggota dan non anggota tergolong ke dalam
rumah tangga hidup layak. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi
anggota dan non-anggota kelompok tani menurut kriteria Badan Pusat
Statistik (2014), terdapat 87,00% dan 80,00% rumah tangga petani kopi
hidup sejahtera sedangkan sisanya sebesar 13,00% dan 20,00% rumah tangga
belum sejahtera.
5. Variabel jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan berpengaruh nyata
terhadap kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi petani kopi anggota kelompok tani untuk lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan kelompok tani guna lebih meningkatkan kemampuan manajemen
usahatani lebih baik dan efisien, sedangkan bagi petani non- anggota
kelompok tani agar ikut tergabung ke dalam kelompok tani sehingga petani
memiliki informasi dalam pengadaan faktor produksi dan menerima pelatihan
serta penyuluhan untuk meningkatkan produksi dan hasil usahatani kopi serta
memiliki kemampuan manajemen usahatani yang lebih baik dan efisien.
136
2. Bagi Pemerintah dan Dinas Pertanian Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten
Lampung Barat supaya lebih meningkatkan kinerjanya di bidang pertanian
supaya petani yang belum tergabung ke dalam kelompok tani mau ikut
bergabung kedalam kelompok tani.
3. Bagi peneliti lain, disarankan agar dapat menyempurnakan penelitian ini
dengan memasukkan hal-hal yang belum dibahas pada penelitian ini, seperti
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan.
137
DAFTAR PUSTAKA
Ariefianto, MD. 2012. Ekonometrika. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Arini, NB. 2008. Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Pembudidaya dan Non-pembudidaya Ikan di
Kabupaten Bogor. Skripsi. IPB. Bogor.
Anonim1. Pengertian partisipasi. http://kbbi.web.id/partisipasi. Akses tanggal
08/03/2018.
Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Lampung dalam Angka. Penerbit
BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung. https:// lampung. bps.go.id/
publication/provinsi-lampung-dalam-angka-2017.html.pdf [25 Januari 2018]
Badan Pusat Statistik Lampung Barat. 2017a. Lampung Barat dalam Angka 2017.
Penerbit BPS Kabupaten Lampung Barat. https://lampungbaratkab.bps.go.id/
backend/pdf_publikasi/Lampung-Barat-dalam-Angka-2017.pdf [20
November 2017]
Badan Pusat Statistik Lampung Barat. 2017b. Kebun Tebu dalam Angka 2017.
Penerbit BPS Kabupaten Lampung Barat. https://lampungbaratkab.bps.go.id/
backend/pdf_publikasi/Kecamatan-Kebun-Tebu-dalam-Angka-2017.pdf
[20 November 2017]
BKKBN. 2016. Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.https://www.bkkbn.go.id/
po-content/uploads/LAKIP_BKKBN_2016_1.pdf. [25 Januari 2017]
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia Kopi
Indonesia 2012-2015. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Gujarati, DN. 2003.Ekonometrika DasarEdisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.
Salemba empat. Jakarta.
138
Harlan, Johan. 2018. Analisis Regresi Logistik. Gunadarma. Jakarta.
Harwati, N. N. 2005. Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan
Perempuan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Keluarga Miskin di
Kota Denpasar. Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana,
Denpasar.(Tesis Magister Ekonomi).
Hernanto.F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hutasoid, MF. 2018. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Kopi di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus. Skripsi.
UNILA. Lampung.
Kartasapoetra dan Bambang. 1992. Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi.
PT Rineka Cipta.Jakarta.
Kiyosaki, R.T. 2004. Rich Dad, Poor Dad. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 13. New
Jersey: Pearson Prentice Hall, Inc.
Kuncoro, M. 2004. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi Edisi kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press. Surakarta.
Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Mosher.AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasguna.Jakarta.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Najiyati, S dan Danarti. 2012. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Oktami N, Prasmatiwi FE, dan Rosanti N. 2014. Manfaat sertifikasi rainforest
alliance (RA) dalam mengembangkan usahatani kopi yang berkelanjutan di
Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. JIIA, 2 (4): 337-347.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/988/894.[24 Juli 2019].
Prasmatiwi, F.E., Irham, A. Suryantini, dan Jamhari. 2010. Faktor-faktor Penentu
Adopsi Sistem Naungan dan Pengaruhnya terhadap Produktivitas dan
PendapatanUsahatani Kopi di Kabupaten Lampung Barat. Agriekstensia 9
(2):160—172.
139
Pumami, DA, IK Sukarsa, dan Gandhiadi. 2015. Penerapan Regresi Logistik
Ordinal Untuk Menganalisis Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Lalu
Lintas Kabupaten Buleleng. Junal Matematika. Vol. 4 No. 2. Hal 54-58.
Universitas Udaya. Bali.
Purwanto.2007.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rosyida, Isma. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Program Coorprate Social Rensponsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Pedesaan. http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/
index.php/sodality/article/view/214/209. akses tanggal 08/03/2018.
Sajogyo, P. 2002. Sosiologi Pedesaan, Kumpulan Bacaan. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sajogyo, T. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB-
IPB. Bogor.
Sari HP, Ismono HR, dan Abidin Z. 2018. Pengaruh sertifikasi kopi terhadap
curahan tenaga kerja dan struktur pendapatan rumah tangga petani di
Kabupaten Lampung Barat. JIIA. Volume 6 (2): 171-178.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/2783/2329. [24 Juli
2019].
Sastropoetro,R. A. Santoso. 1995. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
dalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Soeratno.1996. Ekonomi Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sugiarto, D., S,Sunaryanto., dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT
Bumi Aksara. Jakarta.
Sukirno, S. 2005.Pengantar Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suratiyah.K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tjiptono, Fandy.1999. Strategi Pemasaran. Andi Offset. Yogyakarta.
Trimo, STP. 2006. Evaluasi Penyuluhan Pertanian Permasalahan dan Upaya
Pemecahannya di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Unpublished.
140
Wibisono, D. 2005. Metode Penelitian & Analisis Data. Salemba
Medika. Jakarta.
Widarjono A. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi Pertama. UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Winarno. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika. Cetakan I. Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.