analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota...

98
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT ( Skripsi ) Oleh FABIOLA APRILIA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 19-Jul-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI

DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

( Skripsi )

Oleh

FABIOLA APRILIA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI

DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

Fabiola Aprilia

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partisipasi anggota kelompok tani

dalam kegiatan kelompok tani, tingkat pendapatan usahatani kopi, tingkat

pendapatan rumah tangga, tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi

anggota dan nonanggota kelompok tani, serta faktor-faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan. Penelitian ini menggunakan metode survei dan pengambilan data

dilakukan di dua desa yaitu Desa Tribudi Syukur dan Desa Tribudi Makmur pada

bulan Mei-Juni 2018. Jumlah responden sebanyak 60 responden dengan rincian

30 responden anggota kelompok tani dan 30 responden nonanggota kelompok tani

yang diambil secara acak sederhana. Analisis yang digunakan pada penelitian ini

adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa partisipasi petani kopi anggota kelompok tani terhadap

kegiatan kelompok tani termasuk ke dalam kategori sedang. Rata-rata pendapatan

usahatani kopi petani anggota dan nonanggota kelompok tani sebesar

Rp14.405.500,02 dan Rp15.096.239,79/ha/tahun. Rata-rata pendapatan rumah

tangga petani kopi angota dan nonanggota kelompok tani sebesar

Rp43.054.265,04 dan Rp40.092.463,14 per tahun. Kesejahteraan petani kopi

menurut Konsep Pangsa Pengeluaran Sajogyo masuk dalam kategori cukup, dan

menurut Badan Pusat Statistik masuk dalam kategori kesejahteraan tinggi.

Variabel jumlah anggota keluarga dan pendidikan berpengaruh positif terhadap

kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.

Kata kunci : kopi, partisipasi, pendapatan, tingkat kesejahteraan.

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

ABSTRAK

ANALYSIS OF INCOME AND LEVEL OF WELFARE OF COFFEE

FARMERS MEMBERS AND NON-MEMBERS OF FARMERS GROUPS IN

KEBUN TEBU DISTRICT OF WEST LAMPUNG REGENCY

By

Fabiola Aprilia

This study aims to analyze the participation of farmer group members in farmer

group activities, the level of coffee farming income, the level of household income,

the level of household welfare of coffee farmer members and non members of the

farmer group, as well as the factors that affect welfare. This research uses a

survey method and data collection was carried out in two villages namely Tribudi

Syukur Village and Tribudi Makmur Village in May-June 2018. Respondents were

60 coffee farmers, consisting of 30 members of farmer groups and 30

nonmembers, taken randomly. The analysis used is descriptive qualitative

analysis and quantitative analysis. The results showed that the participation of

coffee farmers in the activities of farmer groups fell into a medium category. The

average farm income of farmer members and nonmembers was Rp14,405,500.02

and Rp15,096,239.79/ha/year. The average household incomes of members of

coffee farmers and nonmembers of farmer groups were Rp.43,054,265.04 and

Rp.40,092,463.14 a year. The welfare of coffee farmers according to the Sajogyo

Spending Share Concept was in the moderate category, and according to the

Central Statistics Agency was in the high welfare category. Family size and

education have a positive effect on the welfare of coffee farmers and members of

nonmembers.

Key words: coffee, participation, income, welfare level.

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

PETANI KOPI ANGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI

DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

Fabiola Aprilia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota
Page 6: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota
Page 7: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Oku Timur, 03 April

1996. Penulis adalah putri pertama dari Bapak Bayu

Firmantoro dan Ibu Siti Fatimah. Riwayat pendidikan

yang telah penulis tempuh adalah Taman Kanak-kanak

(TK) Bhakti Ibu pada tahun 2000 – 2001, Sekolah Dasar

(SD) Swasta Bhakti Ibu pada tahun 2002 – 2008,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bakauheni

pada tahun 2008 – 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Perintis 1 Bandar

Lampung pada tahun 2011 – 2014. Pada tahun 2014, penulis melanjutkan

pendidikan Perguruan Tinggi di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lampung melalui jalur Mandiri.

Selama menempuh pendidikan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah

Ekonomi Manajerial, Ekonomi Sumberdaya Alam, dan Usahatani. Pada tahun

2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa

Purworejo Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah dan Praktik

Umum (PU) selama 40 hari kerja efektif di Mitra Tani Parahyangan Cianjur Jawa

Barat pada bulan Juli – September 2017. Penulis juga aktif dalam organisasi

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) tahun 2014-

2018 sebagai anggota Bidang Pengembangan Akademik dan Profesi (I).

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT. yang senantiasa mencurahkan

rahmat-Nya dan atas perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Kopi

Anggota dan Non-anggota Kelompok Tani di Kecamatan Kebun Tebu

Kabupaten Lampung Barat. Skripsi ini terselesaikan berkat bantuan dari

berbagai pihak. Sebagai wujud rasa syukur dan hormat, penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung, atas kebijakan yang telah diberikan.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Univeristas Lampung, atas kebijakan yang telah diberikan.

3. Dr. Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Pembimbing Pertama, yang

dengan penuh kesabaran membimbing, mencurahkan ilmu dan nasihat yang

berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, yang dengan penuh

kesabaran membimbing, mencurahkan ilmu dan nasihat yang berharga dalam

penyelesaian skripsi ini..

5. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si, selaku Dosen Penguji, atas saran

serta masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

6. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA), atas

arahan dan nasehat yang diberikan selama penulis menyelesaikan kuliah.

7. Bapak dan Ibu dosen Universitas Lampung yang telah membekali penulis

berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga dan bermanfaat.

8. Seluruh karyawan Agribisnis Univeristas Lampung (Mba Iin, Mba Vanessa,

Mba Tunjung, Mas Boim, dan Mas Buchori) atas segala bantuan yang

diberikan.

9. Bapak Bayu Firmantoro dan Ibu Siti Fatimah tercinta, yang selalu

memberikan doa, semangat, kasih sayang, investor kucuran dana, serta

harapan hidup penulis. Adik tersayang Danang Erlangga yang selalu

mendukung dan menghibur penulis dalam berbagai situasi.

10. Sahabat terbaik, Ekawati Wahyu Kusuma dan Ajeng Citra Larasati, yang telah

memberikan doa, semangat, motivasi, dan dukungan dalam menghadapi

berbagai situasi, serta selalu menjadi orang yang dapat diandalkan.

11. Sahabat Pangestu Family (Ajeng C. L., Citra A. P., Ade P.K.I., Abu H. H.,

Faakhira N.S., Cindy P.A., Dayu I.S., Danang W., Bagoes P., Dian M., dan

Ekawati W.K.) sebagai keluarga pelindung selama penulis menyelesaikan

kuliah.

12. Sahabat, kakak, serta adik sepupu yang selalu memberikan semangat dan

keceriaan (Jeni, Pingky, Ika, Gozza, Kiki, Deden, uwo Esti, Ririn, dan Suci).

13. Teman-teman yang berjuang bersama penulis mengarungi bahtera

perskripsian (Yolanda, Tuti, Panda, Aurora’s geng, Ayunir’s geng, Arum’s

geng, Anita’s geng, dan teman-teman Agribisnis 2014).

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

14. Senior yang membantu selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi Kak

Vanna, Kak Boim, dan seluruh Adik tingkat 2015, 2016 dan 2017 yang telah

memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Keluarga besar HIMASEPERTA Universitas Lampung, tempat menempa diri.

16. Almamater tercinta dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan, serta penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada

Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis,

Fabiola Aprilia

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9

1. Usahatani Kopi.......................................................................... 9

2. Kelompok Tani ......................................................................... 11

3. Partisipasi Kelompok Tani ........................................................ 14

4. Pendapatan Usahatani ............................................................... 15

5. Konsep Biaya ............................................................................ 19

6. Pendapatan Rumah Tangga....................................................... 21

7. Tingkat Kesejahteraan dan Indikator ........................................ 22

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani ........ 26

9. Regresi Logistik ........................................................................ 28

B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 30

C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35

D. Hipotesis ........................................................................................ 38

III. METODE PENELITIAN .............................................................. 39

A. Metode Penelitian .......................................................................... 39

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................ 39

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ................... 44

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................... 48

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

ii

E. Metode Analisis Data .................................................................... 48

1. Analisis Partisipasi Petani Kopi Anggota Kelompok tani dalam

Kegiatan Kelompok tani ........................................................... 48

2. Pendapatan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota Kelompok

tani ........................................................................................... 49

3. Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi................................... 51

4. Analisis Uji Beda Rata-Rata ..................................................... 52

5. Tingkat kesejahteraan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota

Kelompok tani ........................................................................... 55

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani ........ 57

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 61

A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat............................... 61

1. Letak Geografis ..................................................................... 61

2. Topografi ................................................................................ 62

3. Keadaan Umum Demografi .................................................... 63

4. Keadaan Umum Pertanian ...................................................... 64

5. Kopi Lampung Barat. .............................................................. 65

B. Keadaan Umum Kecamatan Kebun Tebu ................................... 68

1. Letak Geografis dan Topografi............................................... 68

2. Keadaan Umum Demografi .................................................... 70

3. Keadaan Umum Pertanian ..................................................... 70

4. Kelompok Tani ....................................................................... 71

5. Sarana dan Prasarana Perekonomian ...................................... 72

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 73

A. Karakteristik Responden ............................................................. 73

1. Umur Responden .................................................................... 73

2. Tingkat Pendidikan Responden .............................................. 74

3. Jumlah Anggota Keluarga dan Lama Berusahatani Kopi ...... 75

4. Pekerjaan Sampingan ............................................................. 77

5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan ........................... 79

6. Kelompok tani ........................................................................ 80

B. Partisipasi Petani Kopi Anggota Kelompok Tani dalam Kegiatan

Kelompok Tani di Kecamatan Kebun Tebu ................................ 80

C. Usaha Budi Daya Tanaman Kopi di Kecamatan Kebun Tebu

Lampung Barat ............................................................................ 88

D. Analisis Pendapatan Usahatani Kopi di Kecamatan Kebun Tebu

Kabupaten Lampung Barat .......................................................... 93

1. Penggunaan Faktor Produksi dan Biaya ................................. 93

2. Produksi dan Penerimaan Usahatani Kopi ............................. 99

3. Pendapatan Usahatani Kopi .................................................... 101

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

iii

E. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi Anggota dan Non

Anggota Kelompok Tani ............................................................. 107

1. Pendapatan Usahatani diluar Kopi (On-farm Non Kopi) Petani

Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani ........................... 107

2. Pendapatan Usaha diluar Usahatani (off-farm) petani Anggota

dan Non Anggota Kelompok Tani.......................................... 108

3. Pendapatan Non Pertanian (Non-Farm) petani kopi anggota

dan non anggota kelompok tani .............................................. 110

4. Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi Anggota dan Non

Anggota Kelompok tani ......................................................... 112

F. Analisis Kejahteraan Rumah Tangga Petani Kopi Anggota dan

Non Anggota Kelompok Tani ..................................................... 114

1. Berdasarkan Kriteria Sajogyo ................................................. 114

2. Berdasarkan Kriteria Indikator BPS (2014) ........................... 120

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan

Petani Kopi Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani ........... 128

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 134

A. Kesimpulan .................................................................................... 134

B. Saran .............................................................................................. 135

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 137

LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Beberapa provinsi dengan produksi (ton) kopi terbesar di Indonesia,

Tahun 2012-2016.............................................................................. 2

2. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Provinsi Lampung

Tahun 2016....................................................................................... 3

3. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Kabupaten Lampung

Barat Tahun 2016............................................................................. 4

4. Indikator tingkat kesejahteraan........................................................ 23

5. Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pendapatan dan

tingkat kesejahteraan petani............................................................. 31

6. Sebaran sampel kelompok tani di Desa Tri Budi Syukur dan Tri Budi

Makmur ........................................................................................... 47

7. Sebaran distribusi frekuensi, dan presentase partisipasi anggota

kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani .... .......... 49

8. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang Terdapat di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2017........................ 64

9. Penduduk Kecamatan Kebun Tebu menurut jenis kelamin

Tahun 2016 ..................................................................................... 70

10. Sebaran petani kopi anggota dan non anggota kelompok tani

berdasarkan umur produktif........................................................... 74

11. Sebaran petani anggota dan non anggota kelompok tani berdasarkan

tingkat pendidikan ............................................................................ 75

12. Sebaran rumah tangga menurut jumlah anggota keluarga................. 76

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

v

13. Sebaran petani anggota dan non anggota kelompok tani berdasarkan

pengalaman berusahatani kopi............................................................ 77

14. Sebaran petani anggota dan non anggota menurut pekerjaan diluar

budidaya kopi .................................................................................... 78

15. Luas lahan usahatani kopi anggota dan non anggota kelompok tani.. 79

16. Rata-rata kehadiran rapat anggota kelompok tani ............................. 82

17. Rata-rata kehadiran petani kopi anggota kelompok tani dalam kegiatan

penyuluhan.......................................................................................... 84

18. Rata-rata kehadiran partisipasi petani kopi dalam kegiatan pelatihan. 85

19. Rata-rata partisipasi petani kopi dalam penguatan modal................... 87

20. Rekapitulasi partisipasi anggota kelompok dalam kegiatan kelompok

tani........................................................................................................ 88

21. Rata-rata penggunaan pupuk petani kopi anggota dan non-anggota

kelompok tani..................................................................................... 94

22. Rata-rata penggunaan pestisida kopi anggota dan non-anggota

kelompok tani...................................................................................... 95

23. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani kopi anggota dan

non-anggota kelompok tani.................................................................. 96

24. Rata-rata biaya penyusutan peralatan usahatani kopi anggota

dan non-anggota kelompok tani.......................................................... 97

25. Rata-rata biaya transportasi pupuk dan pestisida dan pajak pada

Usahatani kopi anggota dan non anggota kelompok tani.................... 98

26. Rata-rata produksi usahatani kopi per bulan anggota dan non-anggota

kelompok tani ...................................................................................... 100

27. Rata-rata produksi dan penerimaan total usahatani kopi..................... 101

28. Rata-rata produksi tanaman tumpangsari petani kopi anggota dan

non-anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu...................... 102

29. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani kopi anggota

dan non anggota kelompok tani........................................................... 103

30. Hasil uji beda pendapatan petani kopi anggota kelompok tani dan

non-anggota kelompok tani.................................................................. 105

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

vi

31. Hasil uji beda pendapatan lahan petani kopi anggota kelompok tani

dan non-anggota kelompok tani............................................................. 106

32. Rata-rata pendapatan petani kopi di luar usahatani kopi anggota

dan non anggota kelompok tani.............................................................. 108

33. Rata-rata pendapatan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok

tani dari kegiatan usaha dibidang pertanian di luar usahatani

(off-farm)............................................................................................... 109

34. Rata-rata pendapatan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok

tani dari usaha non pertanian (non-farm)............................................. 111

35. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani kopi anggota dan non-

anggota kelompok tani........................................................................... 112

36. Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga petani

kopi anggota dan non anggota kelompok tani...................................... 117

37. Persentase kemiskinan (kriteria Sajogyo) rumah tangga petani kopi.. 119

38. Skor, total skor, dan kelas indikator kesejahteraan petani kopi

anggota dan non-anggota kelompok tani............................................ 121

39. Sebaran tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi anggota

dan non anggota kelompok tani menurut indikator BPS..................... 127

40. Hasil regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

rumah tangga petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani... 128

41. Identitas responden kelompok tani..................................................... 142

42. Identitas responden non kelompok tani.............................................. 144

43. Usahatani kopi anggota kelompok tani.............................................. 146

44. Usahatani kopi non anggota kelompok tani....................................... 148

45. Produksi usahatani kopi per bulan anggota kelompok tani................ 150

46. Produksi usahatani kopi per bulan non-anggota kelompok tani........ 151

47. Produksi tanaman tumpangsari petani kopi anggota kelompok tani... 152

48. Produksi tanaman tumpangsari petani kopi non-anggota................... 153

49. Pupuk anggota kelompok tani........................................................... 154

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

vii

50. Pupuk non anggota kelompok tani............................................... 155

51. Pestisida anggota kelompok tani.................................................. 156

52. Pestisida non anggota kelompok tani.............................................. 157

53. Alat anggota kelompok tani............................................................ 158

54. Alat non-anggota kelompok tani.................................................... 160

55. Tenaga kerja anggota kelompok tani............................................. 162

56. Tenaga kerja non-anggota kelompok tani...................................... 165

57. Pendapatan usahatani kopi anggota kelompok tani........................ 168

58. Pendapatan usahatani kopi non-anggota kelompok tani................ 170

59. Pendapatan non kopi anggota kelompok tani................................. 172

60. Pendapatan non kopi non anggota kelompok tani............................ 173

61. Pendapatan off farm anggota kelompok tani.................................... 174

62. Pendapatan off farm non anggota kelompok tani............................. 175

63. Pendapatan non farm anggota kelompok tani................................... 176

64. Pendapatan non farm non anggota kelompok tani............................ 177

65. Total pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani.................. 178

66. Total pendapatan rumah tangga non-anggota kelompok tani.......... 179

67. R/C ratio anggota kelompok tani...................................................... 180

68. R/C ratio non anggota kelompok tani............................................... 181

69. Pengeluaran pangan anggota kelompok tani.................................... 182

70. Pengeluaran pangan non anggota kelompok tani.............................. 188

71. Pengeluaran non pangan anggota kelompok tani............................. 194

72. Pengeluaran non pangan non anggota kelompok tani...................... 197

73. Kesejahteraan Sajogyo anggota kelompok tani................................ 200

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

viii

74. Kesejahteraan Sajogyo non anggota kelompok tani......................... 201

75. Kesejahteraan BPS anggota kelompok tani...................................... 202

76. Kesejahteraan BPS non anggota kelompok tani................................ 205

77. Jumlah, frekuensi, dan persentase masing-masing petani kopi

anggota dalam kegiatan kelompok tani.............................................. 208

78. Rekapitulasi partisipasi....................................................................... 209

79. Data faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan...................... 210

80. Hasil regresi binary logit.................................................................... 212

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram alir analisis pendapatan rumah tangga dan tingkat

kesejahteraan petani kopi anggota dan non anggota kelompok tani

di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Barat..................................... 37

2. Peta administrasi Provinsi Lampung………...................................... 62

3. Peta administrasi Kabupaten Lampung Barat.................................... 69

4. Pohon kopi varietas arabika.............................................................. 89

5. Pohon kopi varietas robusta.............................................................. 89

6. Biji kopi robusta yang siap panen..................................................... 92

7. Sumber pendapatan RT anggota dan non-anggota kelompok tani... 113

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan

perekonomian suatu negara sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih

lanjut untuk keberlangsungan perekonomian negara. Secara umum sektor

pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan,

subsektor peternakan dan hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan

merupakan cabang-cabang atau subsektor pertanian yang membentuk sektor

pertanian. Subsektor perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan

tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem

yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,

dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen

untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang

karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan.

Dengan demikian tanaman perkebunan bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu

tanaman semusim dan tanaman tahunan. Tanaman semusim adalah jenis tanaman

yang hanya dipanen satu kali dengan siklus hidup satu tahun sekali, contohnya

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

2

tanaman tebu, kapas dan tembakau. Sementara tanaman tahunan membutuhkan

waktu yang panjang untuk berproduksi dan bisa menghasilkan sampai puluhan

tahun dan bisa dipanen lebih dari satu kali, misalnya tanaman kelapa sawit, karet,

kakao, cengkeh, kopi dan lada.

Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis

yang tinggi di pasaran dunia. Penanaman kopi di Indonesia bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri. Lebih dari 90

persen tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal

beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah

kopi arabika, robusta, dan liberika (Najiyati dan Danarti, 2012).

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbesar kedua di

Indonesia dan di Pulau Sumatera setelah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2012 sampai 2016 seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa provinsi dengan produksi (ton) kopi terbesar di Indonesia,

tahun 2012-2016

No Provinsi Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1. Sumatera Selatan 131.086 139.754 135.287 135.279 135.251

2. Lampung 148.711 127.073 92.111 108.964 108.983

3. Sumatera Utara 58.479 57.604 58.175 60.179 60.310

4. Bengkulu 55.376 56.142 56.316 56.233 56.227

5. Aceh 53.795 48.282 49.823 49.540 49.498

6. Jawa Timur 38.479 30.002 31.387 31.693 32.278

7. Prov. Lainnya 171.215 186.778 189.778 190.572 191.930

Indonesia 657.141 645.346 612.877 632.460 634.477

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

3

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa produksi kopi mengalami kenaikan sebesar

38 persen pada tahun 2013-2014, sedangkan pada tahun 2014-2015 mengalami

penurunan sebesar 15 persen. Penyebab terjadinya penurunan produktivitas

tanaman kopi salah satunya adalah faktor cuaca. Musim hujan dengan intensitas

yang tinggi menyebabkan kopi yang sedang berbunga akan berubah menjadi tunas

kecil dan jika sudah menjadi biji muda maka biji muda itu akan rontok.

Sentra produksi kopi di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Barat.

Produksi dan luas panen kopi Provinsi Lampung menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Provinsi Lampung tahun

2016

No. Kabupaten/Kota Luas Lahan

(ha)

Produksi

(ton)

Produktivitas

(ton/ha)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Lampung Barat

Tanggamus

Lampung Selatan

Lampung Timur

Lampung Tengah

Lampung Utara

Way Kanan

Tulang Bawang

Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Tulang Bawang Barat

Pesisir Barat

Bandar Lampung

Metro

53.611

43.276

843

619

522

25.670

23.163

79

3.749

2.482

83

96

6.935

191

1

57.664

42.667

479

310

288

10.365

9.226

42

1.281

938

43

65

4.474

231

1

1,08

0,98

0,56

0,50

0,55

0,40

0,39

0,53

0,34

0,37

0,51

0,67

0,64

1,20

1,00

Jumlah 161.320 128.074 9,72

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017

Berdasarkan Tabel 2, Kabupaten Lampung Barat merupakan Kabupaten yang

memiliki jumlah produksi kopi tertinggi di Provinsi Lampung jika dibandingkan

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

4

dengan Kabupaten atau Kota lainnya. Kabupaten Lampung Barat memiliki 15

kecamatan yang berpotensi dalam pengembangan komoditas kopi. Adapun luas

lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas lahan, produksi, dan produktivitas kopi di Kabupaten Lampung

Barat 2016

No. Kecamatan Luas Lahan

(ha)

Produksi

(ton)

Produktivitas

(ton/ha)

1. Balik Bukit 1.442 960 0,66

2. Sukau 2.644 1.918 0,72

3. Lumbok Seminung 2.710 2.066 0,76

4. Belalau 4.644 4.518 0,97

5. Sekincau 5.609 6.404 1,14

6. Suoh 1.725 1.255 0,72

7. Batu Brak 2.667 2.912 1,09

8. Pagar Dewa 8.337 8.638 1,03

9. Batu Ketulis 4.777 4.250 0,88

10. Bandar Negeri Suoh 1.718 1.336 0,77

11. Sumber Jaya 1.596 2.150 1,34

12. Way Tenong 4.796 6.215 1,29

13. Gedung Surian 2.919 3.968 1,35

14. Kebun Tebu 3.118 4.324 1,38

15. Air Hitam 4.929 6.755 1,37

Jumlah 53.631 57.669 15,47

Sumber : BPS Kab. Lampung Barat 2017

Berdasarkan Tabel 3, salah satu daerah Lampung Barat yang menghasilkan

produksi kopi cukup besar adalah Kecamatan Kebun Tebu. Hal itu dapat dilihat

pada tahun 2016, dengan luas lahan sebesar 3.118 hektar, produksi kopi yang

dihasilkan sebanyak 4.324 ton dengan produktivitas sebesar 1,38 ton per hektar.

Tingginya produktivitas dan produksi kopi secara tidak langsung akan

mempengaruhi penghasilan petani kopi. Hal ini mendorong petani untuk mencari

alternatif yang lebih efisien dalam budidaya kopi. Salah satunya yang dilakukan

oleh petani kopi Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat yaitu dengan

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

5

bergabung kedalam kelompok tani. Menurut Trimo (2006), kelompok tani adalah

petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi

lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang

dipimpin oleh seorang ketua.

Kelompok tani merupakan salah satu contoh program pemerintah untuk

mengaplikasikan pertanian secara berkelanjutan. Kelompok tani secara tidak

langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan.

Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama

antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama – sama

memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi

pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil. Kelompok tani sebagai wadah

organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat

penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan

permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan.

Keberadaan kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu diharapkan mampu

meningkatkan kemampuan manajerial dalam usahataninya. Kegiatan kelompok

tani ini meliputi pelatihan-pelatihan tentang budidaya kopi yang baik melalui

pembinaan dari tenaga penyuluh pertanian. Selain itu, melalui kelompok tani ini

akan mempermudah pemberian bantuan-bantuan seperti sarana produksi dari

pemerintah untuk petani. Meskipun memiliki kesibukan lain tetapi petani kopi

memiliki kesempatan dalam menghadiri pertemuan kelompok tani dikarenakan

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

6

mayoritas aktivitas petani di Kecamatan Kebun Tebu mengandalkan dari hasil

pertanian.

Keunggulan menjadi anggota kelompok tani salah satunya adalah memperoleh

informasi pertanian atau inovasi teknologi secara berkelanjutan, dapat

memperluas pemasaran hasil kopi, dan dapat bertukar pengalaman serta fikiran

antar sesama anggota kelompok tani mengenai perawatan tanaman kopi.

Keunggulan lainnya yang didapatkan oleh petani yang menjadi anggota kelompok

tani diantaranya harga jual biji kopi lebih tinggi dan harga beli faktor-faktor

produksi dalam usahatani kopi seperti harga pupuk, harga benih, harga obat-

obatan dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan harga yang ditetapkan untuk

petani yang tidak tergabung kedalam kelompok tani. Berdasarkan perbedaan

harga beli faktor produksi tersebut, petani yang tergabung dalam anggota

kelompok tani mampu menghemat biaya input produksi yang dapat menambah

pendapatannya.

Pendapatan rumah tangga menjadi hal terpenting dari kesejahteraan, karena

beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat

pendapatan (Mosher, 1987), namun upaya peningkatan pendapatan petani secara

nyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Pendapatan

petani kopi sangat erat kaitannya dengan perolehan tingkat kesejahteraan rumah

tangga petani kopi tersebut. Produktivitas yang tinggi dan harga jual yang terus

meningkat membuat pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kopi di

Kecamatan Kebun Tebu ikut meningkat.

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

7

Upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sering

dihadapkan pada permasalahan pengetahuan petani yang relatif rendah,

keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya keterampilan

petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan petani. Salah satu upaya

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani yaitu bergabung dengan

kelompok tani. Menjadi anggota kelompok tani akan bermanfaat jika para petani

dapat berpartisipasi atau ikutserta dalam kegiatan kelompok tani. Keikutsertaan

kelompok tani menyebabkan adanya perbedaan pendapatan dan tingkat

kesejahteraan petani kopi didaerah penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

1) Bagaimanakah partisipasi petani kopi anggota kelompok tani dalam kegiatan

kelompok tani.

2) Berapa pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani di

kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.

3) Berapa pendapatan rumah tangga petani kopi anggota dan non-anggota

kelompok tani di kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.

4) Bagaimana tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota

kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.

5) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani kopi

anggota dan non-anggota kelompok tani di kecamatan Kebun Tebu kabupaten

Lampung Barat.

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Menganalisis partisipasi petani kopi anggota kelompok tani dalam kegiatan

kelompok tani.

2) Mengkaji tingkat pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota

kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat.

3) Menganalisis tingkat pendapatan rumah tangga petani kopi anggota dan non-

anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung

Barat.

4) Mengkaji tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota

kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat.

5) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani

kopi anggota dan non-anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu

Kabupaten Lampung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1) Bahan pertimbangan bagi kelompok tani untuk meningkatkan produksi kopi

yang akan dihasilkan.

2) Sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan instansi terkait dalam

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi.

3) Sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi peneliti dalam penelitian

yang sama.

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Usahatani Kopi

Tanaman kopi umumnya berasal dari benua Afrika dan bukan produk homogeny

ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahanya. Kopi adalah spesies

tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus

Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh

dapat mencapai 12 m, daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing daun

tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya.

Menurut Najiyati dan Danarti (2012), tanaman kopi yang dirawat baik akan mulai

berproduksi pada umur 2,5-3 tahun tergantung iklim dan jenisnya. Didaerah

dataran rendah biasanya tanaman kopi lebih cepat berbuah dibandingkan dengan

didataran tinggi. Masa puncak produksi terjadi pada tanaman kopi berumur 7-9

tahun dengan kisaran produksi 500-1.500 kg kopi beras/hektar/tahun. Apabila

dikelola dengan baik dan intensif maka produksinya dapat mencapai 2.000 kg

kopi beras/hektar/tahun. Pemanenan di daerah tropis umumnya dilakukan secara

musiman, dimulai pada bulan Mei/Juni dan berakhir pada Agustus/September..

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

10

Pada tahun awal kopi ditanam, petani memperoleh manfaat dari tanaman naungan

dan tumpang sari yang ada di lahan kopi. Kopi umumnya tidak menyukai banyak

sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, terutama pada akhir musim

kemarau atau awal musim hujan, sehingga tanaman kopi membutuhkan naungan.

Tanaman naungan dan tanaman pencampur yang biasa ditanam di lahan kopi

adalah jengkol, petai, durian, lada, pisang, dan cengkeh. Manfaat dari tanaman

naungan dan tanaman pencampur dapat menutupi sebagian dari biaya investasi

usahatani kopi sebelum tanaman kopi menghasilkan.

Biaya yang dibutuhkan dalam usahatani kopi berupa biaya investasi dan biaya

operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan petani pada awal

penanaman kopi sampai tanaman kopi belum menghasilkan, terdiri dari biaya

untuk mendapatkan lahan dan pembukaan lahan, biaya memperoleh peralatan,

bibit tanaman kopi, naungan, dan pencampur, serta biaya untuk pemeliharaan

tanaman kopi sebelum menghasilkan seperti pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

Menurut Prasmatiwi et al. (2010), pada tahun ke-1 petani mengeluarkan biaya

lahan dan peralatan yang tinggi, dan tahun ke-2, biaya usahatani kopi adalah

paling kecil dan kemudian naik lagi pada tahun ke-3 dan ke-4. Setelah tanaman

kopi menghasilkan, umumnya biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan

usahatani kopi sama setiap tahunnya. Perbedaan biaya akan terjadi pada kegiatan

panen dan penggilingan hasil, dimana kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan ini

bergantung pada produksi kopi yang dihasilkan.

Biaya untuk pengelolaan tanaman kopi menghasilkan terdiri dari biaya tenaga

kerja dan biaya sarana produksi. Biaya tenaga kerja diperlukan untuk kegiatan

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

11

pemupukan, pemangkasan, panen, dan pengolahan, sedangkan biaya sarana

produksi, seperti biaya pembelian pupuk, obat-obatan, dan karung. Biaya

usahatani kopi cenderung sama dari tahun ke-3 sampai tahun ke-25, yaitu saat

tanaman kopi menghasilkan. Biaya tertinggi pada saat tahun pertama tanaman

kopi ditanam. Manfaat kopi dimulai dari tahun ke-3 dan meningkat ditahun ke-4.

Dari tahun ke-4 sampai tahun ke-25 perkembangan hasil kopi naik turun

bergantung pada cuaca dan pemeliharaan tanaman kopi.

2. Kelompok Tani

Menurut Mulyana (2005) kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai

tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari

kelompok tersebut.

Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang

didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk

mencapai tujuan yang sama, dengan demikian kelompoktani mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

a) Beranggotakan petani-nelayan,

b) Hubungan antara anggota erat,

c) Mempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah

usahataninya,

d) Mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha,

e) Usahatani yang diusahakan merupakan sebuah ikatan fungsional/bisnis, dan

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

12

f) Mempunyai tujuan yang sama.

Pembinaan kelompok tani diarahkan untuk memberdayakan petani agar memiliki

kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial dan ekonomi),

mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu menghadapi risiko usaha,

sehingga memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak, untuk itu

pembinaan diarahkan agar kelompok tani dapat berfungsi sebagai kelas belajar

mengajar, sebagai unit produksi, serta sebagai wahana kerjasama menuju

kelompok tani sebagai kelompok usaha.

a) Kelas belajar : kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)

serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga

produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang

lebih sejahtera.

b) Wahana kerjasama : kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat

kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani

serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha lainnya akan

lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan

dan gangguan.

c) Unit produksi : usahatani yang dilakukan oleh masing-masing anggota

kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai suatu kesatuan

usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik

dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

13

Manfaat menjadi anggota kelompok tani, yaitu :

1. Memudahkan anggota kelompok tani dalam menerima pembinaan untuk

mengembangkan usahanya,

2. Memudahkan anggota dalam mengambil kebijakan untuk melaksanakan

program-program yang akan dikembangkan,

3. Memudahkan anggota kelompok tani dalam upaya untuk menciptakan,

meningkatkan kapasitas dan kemandirian kelompok tani secara partisipatif

agar:

a. Mampu mengenali permasalahan yang terkait dalam penyediaan di saat

menghadapi musim paceklik dan pendistribusian atau pemasaran, serta

pengolahan hasil produksi petani dan

b. Mencari, merumuskan, dan memutuskan cara yang cepat dan tepat dalam

menghadapi persoalan ketidakstabilan harga di tingkat petani, pemasaran

hasil produksi petani, dan rendahnya ketersediaan disaat paceklik.

Menurut Mardikanto (1993) kelompok tani adalah himpunan atau kesatuan yang

hidup bersama, sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling

mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong-menolong.

Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain sebagai

berikut:

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya

kepemimpinan kelompok.

b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar

petani.

c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

14

d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan

(input) atau produk yang dihasilkannya.

f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya

oleh petani sendiri.

3. Partisipasi Kelompok Tani

Partisipasi merupakan suatu tindakan seseorang untuk ikut serta dalam melakukan

suatu kegiatan yang terdapat dalam suatu organisasi. Partisipasi muncul atas

dasar keinginan yang muncul dari diri sendiri. Menurut Sastropoetro (1995),

partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan

dengan keadaan lahiriahnya. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di

sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan.

Partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam

suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di

luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terhadap tumbuh dan kembangnya partisipasi dapat didekatkan dengan beragam

pendekatan disiplin keilmuan.

Nasdian (dalam Rosyida, 2011), mendefinisikan partisipasi sebagai suatu proses

yang dilakukan oleh masyarakat dengan adanya sarana dan mekanisme, dimana

mereka memegang kontrol secara efektif. Menurut Abdullah (dalam Anonim 1,

2013), partisipasi merupakan dorongan dan keterlibatan mental seseorang untuk

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

15

memberikan sumbangan dan tanggungjawabnya kepada kelompok guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Koentjarningrat (1974), tipe partisipasi ada 2 macam yaitu, partisipasi

masyarakat sebagai aktivitas bersama dalam setiap program dan partisipasi

masyarakat sebagai individu di luar aktivitas bersama. Partisipasi masyarakat

sebagai aktivitas bersama merupakan partisipasi yang melakukan kegiatan dari

program kelembagaan untuk kepentingan kelompok. Partisipasi masyarakat

sebagai individu merupakan kewajiaban individu dalam partisipasi kegiatan

lembaga atau kepentingan bersama.

4. Pendapatan Usahatani

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam

pertanian. Usahatani dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi

sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut

bidang pertanian (Moehar, 2001).

Salah satu ciri usahatani adalah adanya ketergantungan kepada keadaan alam dan

lingkungan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh produksi yang maksimal, petani

harus mampu memadu faktor-faktor produksi tenaga kerja, pupuk dan bibit yang

digunakan. Ketiga faktor produksi ini saling berkaitan satu sama lain dalam

mempengaruhi produksi untuk menghasilkan produktivitas yang baik dan optimal.

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua

pengertian, yaitu :

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

16

a) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan

atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per

satuan berat pada saat pemungutan hasil,

b) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu

tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi

meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Menurut Suratiyah (2006) analisis pendapatan usahatani pada umumnya

digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam satu tahun.

Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian yang

digunakan adalah harga berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun

tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaannya cukup lama.

Penggunaan barang yang bukan tunai seperti produksi yang dikonsumsi sendiri di

rumah dan pengeluaran di luar usaha pertanian dikeluarkan oleh karena analisis

ini dimaksudkan untuk mengetahui hanya perkembangan usaha pertanian saja.

Analisis tersebut memerlukan suatu perkiraan pengembalian modal investasi dan

tenaga petani, dan kemudian dibandingkan dengan pengambilan pola pilihan

tanaman lain atau pilihan di luar usaha pertanian.

Menurut Suratiyah (2006), pendapatan adalah jumlah yang tersisa setelah biaya,

yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar di biayai maupun

yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan penerimaan. Pendapatan terdiri

dari dua unsur, yaitu :

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

17

a) imbalan jasa manajemen, ―upah‖ atau honorarium petani sebagai pengelola,

dan

b) sisa atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi risiko usaha. Inilah

yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam artian ekonomi

perusahaan.

Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan

usahatani:

1) luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata,

2) tingkat produksi, yang diukur melalui produktivitas/ha dan indeks pertanaman,

3) pilihan dan kombinasi,

4) intensitas perusahaan pertanaman, dan

5) efisiensitenaga kerja.

Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang

dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu

biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya

tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.

Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai

berikut :

π = Y. Py – Σ Xi.Pxi – BTT……………………...…………………(1)

Keterangan :

π = Pendapatan (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg)

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

18

Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)

Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

π = TR – TC .................................................................................(2)

Keterangan:

π : Pendapatan Usahatani

TR : Total Penerimaan

TC : Total Biaya

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual (Rahim dan Hastuti, 2007). Secara matematis dirumuskan sebagai

berikut :

TR = Y . Py…………….........…………………………………......(3)

Keterangan :

TR = total penerimaan

Y = produksi yang diperoleh dari suatu usahatani

Py = harga produksi

Secara ekonomi usaha dikatakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dapat

dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya

total yang disebut dengan Revenue Cost Ratio (R/C).

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

19

R/C = (Py . Y) / (FC + VC)……………................………….............(4)

R/C = PT / BT….……...............…………………………….............(5)

Keterangan :

Py = harga produksi

Y = produksi

FC = biaya tetap

VC = biaya variabel

PT = produksi total

BT = biaya total

Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini, yaitu :

1. Jika R/C<1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi belum

menguntungkan.

2. Jika R/C>1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi menguntungkan.

3. Jika R/C=1, maka usahatani berada pada titik impas (Break Event Point).

5. Konsep Biaya

Suratiyah (2006) biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal, eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun eksternal akan

bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi

umur petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga,

luas lahan dan modal. Faktor eksternal terdiri dari input yang terdiri atas

ketersediaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan dengan pengambilan

keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang

memberikan pendapatan yang maksimal.

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

20

Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat

produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak

dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya

variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang besarnya

sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Suratiyah, 2006).

Ciri-ciri dari biaya tetap dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) jumlahnya yang tetap dan sebanding dengan hasil produksi,

2) menurunnya biaya tetap per unit dibandingkan dengan kenaikan dari hasil

produksi,

3) pembebanannya kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan dari

manajemen atau cara penjatahan biaya, dan

4) pengawasan atas kejadiannya terutama bergantung kepada manajemen

pelaksana dan bukan kepada pengawas kerja. Contoh dari biaya tetap yaitu

biaya pembelian mesin, pendirian pabrik (Kartasapoetra dan Bambang, 1992).

Ciri-ciri biaya variabel adalah :

1) bervariabel secara keseluruhan dengan volume,

2) biaya per unit yang konstan walaupun terjadi perubahan volume dalam batas

bidang yang relevan,

3) mudah dan dapat dibagikan pada bagian usaha, dan

4) pengawasan dari kejadian dan penggunaannya berada di tangan kepala bagian.

Contoh dari biaya variabel yaitu biaya persediaan, bahan bakar, tenaga listrik,

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

21

alat perkakas, penerimaan barang, pengangkutan (Kartasapoetra dan Bambang,

1992).

6. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Sukirno (2005), pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari

seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhikebutuhan

keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga. Pendapatan seseorang dapat

berubah dari waktu ke waktu sesuai dengankemampuan mereka. Berubahnya

pendapatan seseorang akan berubah pula besarnya pengeluaran mereka untuk

konsumsi suatu barang. Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam

mempengaruhi konsumsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang.

Menurut Soeratno (1996), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat

kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari

kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan

petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu,

pangan, sandang, papan,kesehatan dan lapangan kerja.

Sumber pendapatan keluarga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor

pertanian (on farm) dan non pertanian (non farm). Sumber pendapatan dari sektor

pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh

petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non

pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri keluarga, perdagangan,

pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya

(Sajogyo, 1997).

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

22

Tingkat pendapatan rumahtangga merupakan indikator yang penting untuk

mengetahui tingkat hidup rumahtangga. Umumnya pendapatan rumahtangga di

pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber

pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan

kebutuhan dasar rumahtangga petani. Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan

cara menjumlahkan pendapatan keluarga dari usahatani kopi, pendapatan

usahatani non kopi, dan pendapatan non pertanian.

7. Tingkat Kesejahteraan dan Indikator

Badan Pusat Statistik Indonesia (2014) guna melihat tingkat kesejahteraan rumah

tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuruan, antara

lain adalah :

1) Kependudukan,

2) Kesehatan dan gizi,

3) Tingkat pendidikan keluarga,

4) Ketenagakerjaan,

5) Konsumsi dan pengeluaran rumah tangga,

6) Perumahan dan lingkungan,

7) Sosial dan lain-lain.

Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2014), seperti

terlihat pada Tabel 4

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

23

Tabel 4. Indikator tingkat kesejahteraan

No. Indikator kesejahteraan Kelas Skor

1 Kependudukan

Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal :

a. ≤4orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥5 orang (1)

Jumlah orang luar yang ikut tinggal :

a. ≤1 orang (3) b. 2 orang (2) c. ≥2 orang (1)

Berapa tanggungan dalam keluarga :

a. ≤4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥5 orang (1)

Jumlah anggota laki-laki

a. ≥5 orang b. 4 orang c. ≤3 orang

Jumlah anggota keluarga perempuan

a. ≥5 orang b. 4 orang c. ≤3 orang

Baik (12-15)

Cukup (8-11)

Kurang (4-7)

3

2

1

2 Kesehatan dan gizi

Anggota keluarga mengalami keluhan kesehatan

a. Tidak (3) b. Kadang-kadang (2) c. Ya (1)

Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari:

a. Tidak (3) b. Kadang-kadang (2) c. Ya (1)

Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk kesehatan

:

a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)

Sarana /kesehatan yang biasa digunakan :

a. Rumah sakit b. Puskesmas c. Posyandu

Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga :

a. Dokter (3) b. Bidan (2) c. Dukun (1)

Tempat persalinan bayi yang biasa digunakan :

a. Bidan (3) b. Dukun (2) c. Rumah (1)

Tempat keluarga memperoleh obat :

a. Puskesmas (3) b. Dukun (2) c. Obat warung (1)

Biaya berobat yang digunakan :

a. Terjangkau (3) b. Cukup (2) c. Sulit (1)

Jenis berobat yang dipilih oleh keluarga :

a. Modern (3) b. Tradisional (2) c. Lainnya (1)

Baik (23-27)

Cukup (18-22)

Kurang (13-17)

3

2

1

3 Pendidikan

Anggota keluarga berusia 10 tahun ke atas lancar membaca

dan menulis :

a. Lancar (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)

Pendapat mengenai pendidikan putra-putri :

a. Penting (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)

Kesanggupan mengenai pendidikan :

a. Sanggup (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)

Lama menamatkan sekolah :

a. ≥ 9 tahun (3) b. 9 tahun c. ≤ 9 tahun (1)

Rata-rata jenjang pendidikan anak :

a. ≥SMP (3) b. SD (2) c. Tidak tamat SD (1)

Perlu pendidikan luar sekolah :

Baik (15-18)

Cukup (10-14)

Kurang (6-9)

3

2

1

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

24

a. Perlu (3) b. Kurang (2) c. Tidak (1)

4 Kesejahteraan

Jumlah anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas yang

bekerja :

a. 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1)

Jumlah orang yang belum bekerja dalam keluarga

a. Tidak ada (3) b. 1 orang (2) c. 2 orang (1)

Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan pekerjaan :

a. >35 jam (3) b. 31-3 jam (2) c. <30 jam (1)

Selain berusaha anggota keluarga melakukan pekerjaan

tambahan:

a. Ya (3) b. Sedang mencari (2) c. Tidak ada (1)

Jenis pekerjaan tambahan :

a. Wiraswasta (3) b. Sedang cari (2) c. Tidak ada(1)

Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan :

a. Sepanjang tahun (3)

b. Setelah musim garap (2)

c. Tidak tentu (1)

Jumlah jam dalam melakukan pekerjaan tambahan :

a. Tidak tentu (3) b. ≥ 7 jam (2) c. 5-6 jam (1)

Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian :

a. Ya (3) b. Kurang perlu (2) c. Tidak (1)

Pendapat tentang upah yang diterima :

a. Sesuai (3) b. Belum sesuai (2) c. Tidak sesuai (1)

Baik (21-27)

Cukup (14-20)

Kurang (7-13)

3

2

1

5 Taraf dan Pola Konsumsi

Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan

pokok :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

Kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk konsumsi

pangan dan nonpangan :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1)

Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang dan

perumahan :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

Pendapatan perbulan dapat ditabung atau untuk menanam

modal :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

Baik (10-12)

Cukup (7-9)

Kurang (4-6)

3

2

1

6 Perumahan dan Lingkungan

Status rumah tempat tinggal :

a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c.menumpang (1)

Status tanah tempat tinggal :

a. milik sendiri (3) b. menyewa(2) c. menumpang (1)

Jenis perumahan :

a. permanen (3) b. semi permanen (2) c. tidak (1)

Jenis atap yang digunakan :

a. genteng (3)

b. seng/asbes (2)

c. rumbia/alang-alang (1)

Jenis dinding rumah :

a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1)

Jenis lantai yang digunakan :

Baik (37-45)

Cukup (26-36)

3

2

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

25

a. semen (3) b. kayu/papan (2) c. tanah (1)

Rata-rata luas lantai mencukupi setiap anggota keluarga:

a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)

Jenis penerangan yang digunakan :

a. listrik (3) b. patromak (2) c. lampu teplok (1)

Bahan bakar yang digunakan :

a. gas elpiji (3) b. minyak tanah (2) c. kayu (1)

Jenis sumber air minum dalam keluarga :

a. PAM/ledeng (3) b. sumur (2) c. sungai(1)

Penggunaan air minum dalam keluarga :

a. matang (3) b. mentah (2) c. ya (1)

Kepemilikan WC :

a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)

Jarak WC dengan sumber air :

a. > 10 m (3) b. 5-10 m (2) c. < 5 m (1)

Jenis WC yang digunakan :

a. WC jongkok (3)

b. WC cemplung (2)

c. Sungai (1)

Tempat pembuangan sampah :

a. lubang sampah (3) b. pekerjaan (2) c. sungai (1)

Kurang (15-25)

1

7 Sosial dan lain-lain

Akses tempat wisata :

a. mudah dan sering (3)

b. mudah tapi tidak sering (2)

c. tidak pernah (1)

Berpergian atau berwisata sejauh 100 kilometr dalam

waktu 6 bulan

a. Sering >2 kali (3)

b. tidak sering <2 kali (2)

c. tidak pernah (1)

Kemampuan dalam menggunakan komputer

a. Paham sekali (3) b. paham (2) c. tidak paham (1)

Biaya untuk hiburan dan olahraga :

a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1)

Penggunaan teknologi telpon seluler:

a. Smartphone (3)

b. telpon seluler biasa (2)

c. tidak mempunyai (1)

Baik (12-15)

Cukup (8-11)

Kurang (5-7)

3

2

1

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Metode pengukuran pengeluaran yang disetarakan dengan nilai tukar beras

per kapita per tahun dikemukakan oleh Sajogyo (1997), bahwa untuk mengukur

tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah pendapatan per kapita per tahun yang

disetarakan nilai tukar beras, yaitu :

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

26

1) Paling Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 180

kg setara beras/tahun.

2) Miskin sekali = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 181 –

240 kg setara beras/tahun.

3) Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 241 – 320 kg setara

beras/tahu.

4) Nyaris miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 321 –480 kg

setara beras/tahun.

5) Cukup = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 481 – 960 kg setara

beras/tahun.

6) Hidup layak = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah >960 kg setara

beras/tahun.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani

Menurut BKKBN (2015) kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh faktor intern

dan ekstern.

a. Faktor interen keluarga segala hal yang mempengaruhi kesejahteraan yang

berkaitan dengan keluarga seperti jumlah anggota keluarga, tempat tinggal,

keadaan sosial keluarga dan keadaan ekonomi keluarga.

1) Jumlah anggota keluarga. Perkembangan zaman berdampak pada

peningkatan tuntutan keluarga akan pemenuhan kebutuhan hiburan,

transportasi, rekreasi, dan sarana ibadah. Peningkatan kebutuhan dan

jumlah anggota keluarga yang tidak disertai dengan peningkatan

pendapatan akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.

2) Tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan

seleran penghuninya akan menimbulkan suasana gembira.

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

27

3) Keadaan sosial keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat

dikatakan baik bila terdapat hubungan yang baik dan didasari ketulusan

hati serta rasa kasih sayang antara anggota keluarga.

4) Keadaan ekonomi keluarga. Ekonomi dalam keluarga meliputi

keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup

anggota keluarga.

b. Faktor eksteren merupakan hal berpengaruh terhadap kesejahteraan yang

berasal dari kondisi kejiawaan anggota keluarga. Kesejahteraan keluarga

perlu dipelihara dan terus dikembangan agar tidak terjadi ketegangan jiwa

diantara anggota keluarga. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh

ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.

Menurut Harwati (2015), kesejahteraan petani dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu :

a. Usia petani. Usia petani memiliki pengaruh yang besar terhadap

kesejahteraan. Semakin tua usia petani maka kegiatan usahatani semakin

tidak produktif sehingga dapat menurunkan pendapatan dan berdampak

terhadap kesejahtetaan.

b. Lama usahatani. Petani yang lebih lama melakukan usahatani memiliki

pengalaman yang lebih banyak dalam menghadapi kendala dalam usahatani.

Semakin kecil kendala yang dihadapi maka kesejahteraan dapat meningkat.

c. Luas lahan. Semakin luas lahan yang digunakan untuk produksi, maka

semakin besar hasil produksi yang diperoleh. Hal ini akan berdampak pada

pendapatan dan kesejahteraan petani.

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

28

9. Regresi Logistik

Menurut Pumami,Sukarsa, dan Gandhiadi (2015) analisis regresi merupakan alat

statistika yang memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih variabel sehingga

salah satu variabel bisa diramalkan dari variabel lain. Analisi regresi dibedakan

atas analisis regresi linier dan analisis regresi nonlinier. Salah satu analisis regresi

nonlinier adalah analisis regresi logistik. Regresi logistik merupakan metode

regresidimana variabel respon Y dalam bentuk kategori yaitu variabel biner atau

dikotomi. Bentuk umum regresi logistik adalah sebagai berikut:

( ) (

(

Menurut Gujarati (2003) persamaan model logit diperoleh dari penurunan

persamaan probabilitas dari kategori-kategori yang akan diestimasi. Persamaan

probabilitas tersebut adalah :

Pi = ( ) )

( )

Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan mengasumsikan ( )

adalah Zi, sehingga:

Pada persamaaan di atas dapat terlihat bahwa Zi berada dalam kisaran -∞ hinga

+∞ dan Pi memiliki hubungan nonlinier terhadap Zi. Nonlinieritas dalam Pi tidak

hanya terhadap X namun juga terhadap β. Hal ini menimbulkan permasalahan

estimasi sehingga prosedur regresi ordinary least square (OLS)2

tidak dapat

dilakukan. Maka dari itu, solusinya adalah dengan melinierkan persamaan satu

dengan menerapkan logaritma natural dengan persamaan berikut:

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

29

Persamaan tersebut disubsitusi dengan persamaa kedua menjadi:

Persamaan

disebut juga dengan rasio kecenderungan (odds ratio).

Selanjutnya dengan menerapkan logaritma natural terhadap odds ratio tersebut

akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Li = Ln *

+ α + β1X1

Dalam persamaan tersebut, Li adalah log dari odds ratio yang tidak hanya linier

terhadap X namun juga linier terhadap β.

Menurut Pumami,Sukarsa, dan Gandhiadi (2015) metode kemungkinan

maksimum (Maximum Likehood Estimator) merupakan metode yang digunakan

untuk menaksir parameter-parameter model regresi logistik dengan memberikan

nilai estimasi dengan maksimumkan fungsi Likehood.

Menurut Harlan (2018) pengujian statistik pada model logit memiliki perbedaan

dengan regresi linier biasa. Metode yang digunakan pada model logit apabila

pengujian statistik rendah yaitu dengan metode likehood ratio sementara regresi

linier mengggunakan uji F-stat. Selain itu, pada uji parsial model logit

menggunakan uji Z-stat sementara regresi linier biasa menggunakan uji t-stat.

Untuk uji goodness of fit, logit model menggunakan count R-square dan Mc.

Fadden-R-square.

Menurut Pumami, Sukarsa, dan Gandhiadi (2015) interpretasi koefisien yang

digunakan pada model regresi logistik adalah odds ratio. Nilai odds ratio

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

30

merupakan rasio antara kecenderungan (risiko) terjadinya suatu peristiwa dalam

kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Interpretasi koefisien dilakukan pada

variabel-variabel yang berpengaruh nyata. Pada regresi logistik dengan satu

variabel bebas β = g(χ+1)-g(χ) menunjukkan perubahan nilai logit untuk setiap

unit perubahan pada variabe x.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan

penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi bagi

penelitian untuk menjadi pembanding dengan penelitian yang dilakukan dengan

penelitian sebelumnya, untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan

metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data.

Penelitian ini mengkaji pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kopi anggota

dan non-anggota kelompok tani di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung

Barat. Kebaruan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu yaitu

adanya perbandingan tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani kopi anggota

dan non-anggota kelompok tani. Adapun kajian penelitian terdahulu dapat dilihat

pada Tabel 5.

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

31

Tabel 5. Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani

No. Judul / Peneliti / Tahun Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Pendapatan dan

Kesejahteraan Petani Kopi di

Kecamatan Tanjung Raja

Kabupaten Lampung Utara

(Sutrisno, Zakaria, Kasymir,

2012)

1) Menganalisis pendapatan

usahatani kopi di

Kecamatan Tanjung Raja

Kabupaten Lampung

Utara

2) Menganalisis tingkat

kesejahteraan petani kopi

di Kecamatan Tanjung

Raja Kabupaten

Lampung Utara.

1) Analisis pendapatan

rumah tangga dan

pendapatan usahatani.

2) Analisis tingkat

kesejahteran Badan

Pusat Statistik (BPS)

2007.

1) Tingkat pendapatan rumah tangga petani kopi

rata-rata per tahun di Kecamatan Tanjung

Raja sebesar Rp. 18.128.351,42. Pendapatan

tersebut berasal dari usahatani kopi sebesar

78,19 persen, usahatani non kopi sebes 8,87

persen dan usaha non pertanian sebesar 12,94

persen.

2) Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani

kopi berada dalam kategori cukup sejahtera

dengan pendapatan per kapita per tahun setara

913,07 kilogram beras atau sebesar Rp.

6.357.377,75 per kapita per tahun.

Berdasarkan indikator BPS, rumah tangga

petani kopi tergolong sejahtera dengan rata-

rata skor sebesar 16,40.

2. Analisis Pendapatan dan

Tingkat Kesejahteraan Rumah

Tangga Petani Kopi di

Kabupaten Lampung Barat

(Putri, Widjaya, Situmorang,

2015)

1) Menganalisis pendapatan

usahatani kopi di

Kabupaten Lampung

Barat pada tahun

penelitian

2) Menganalisis tingkat

kesejahteraan rumah

tangga petani kopi di

Kabupaten Lampung

Barat pada tahun

penelitian.

1) Analisis pendapatan

usahatani dan analisis

Cost of Ratio (R/C)

dan analisis

pendapatan rumah

tangga petani.

2) Analisis tingkat

kesejahteran Badan

Pusat Statistik (BPS)

2007 dan teori

Sajogyo.

1) Pendapatan petani kopi di Kabupaten

Lampung Barat berdasarkan Bank Dunia

tergolong sangat rendah.

2) Tingkat kesejahteraan petani kopi di

Kabupaten Lampung Barat berdasarkan

kriteria Sayogjo masuk dalam kategori hidup

layak, dan berdasarkan indikator BPS masuk

kategori sudah sejahtera.

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

32

3. Analisis Pendapatan Usahatani

Kopi Rakyat di Kecamatan

Limbangan Kabupaten Kendal

(Supriyadi, Wahyuningsih,

Awami, 2014)

1) Menghitung tingkat

pendapatan usahatani

kopi dan faktor faktor

yang mempengaruhi

pendapatan petani kopi di

Kecamatan Limbangan

Kabupaten Kendal.

2) Mengetahui pendapatan

petani tebu dan faktor-

faktor yang

mempengaruhinya.

1) Metode analisis

pendapatan

berdasarkan biaya

yang dibayarkan dan

berdasarkan biaya

yang diperhitungkan.

1) Pendapatan usahatani kopi rakyat di

Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal

yaitu penerimaan Rp. 6.584.300 per musim

panen dikurangi biaya total Rp. 1.923.700 per

musim panen sehingga diperoleh pendapatan

sebesar Rp 4.660.600 per musim panen (satu

tahun).

2) Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan usahatani kopi di

Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal

yaitu luas lahan, biaya produksi,

hasil produksi, dan pendidikan.

4. Analisis Pendapatan Usahatani

Kopi di Desa Purworejo Timur,

Kecamatan Modayag,

Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur (Amisan,

Laoh, Kapantow, 2017)

1) Mengetahui tingkat

pendapatan usahatani

kopi di Desa Purworejo

Timur.

1) Analisis pendapatan

usahatani dan analisis

Cost of Ratio (R/C).

1) Usahatani kopi di desa Purworejo Timur

Kecamatan Modayag disimpulkan bahwa

hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C

untuk usahatani kopi lebih dari 1. Hal ini

menunjukkan usahatani kopi yang ada di Desa

Purworejo Timur mengalami keuntungan dan

layak diusahakan.

5. Analisis Usahatani Kopi di

Desa Pirian Tapiko Kecamatan

Tutar Kabupaten.Polewali

Mandar. (Rahmaniah, 2017)

1) Mengetahui besarnya

pendapatan usahatani

kopi di Desa Pirian

Tapiko Kecamatan Tutar

Kabupaten Polewali

Mandar.

1) Analisis pendapatan

usahatani dan analisis

Cost of Ratio (R/C).

1) Besarnya pendapatan petani kopi di Desa

Pirian tapiko sebesar Rp 11.322.042,50,- dan

R/C sebesar 1,72 hal ini menunjukkan bahwa

usahatani kopi tersebut layak untuk

dikembangkan, dan memiliki potensi untuk

dikembangkan kedepan.

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

33

6. Analisis Pendapatan Petani

Kopi di Desa Giri Mulyo

Kecamatan Kayu Aro Barat

(Kinario, Karyadi, Syofya,

2017)

1) Mengetahui berapa besar

pendapatan petani kopi di

Giri Mulyo Kecamatan

Kayu AroBarat

1) Metode analisis

pendapatan

berdasarkan biaya

yang dibayarkan dan

berdasarkan biaya

yang diperhitungkan.

1) Total penerimaan dari 15 orang petani kopi di

Desa Giri Mulyo adalah Rp 590.900.000

dengan rata-rata Rp.36.931.25/ha sedangkan

total biaya adalah Rp.92.499.260,91 dengan

rata-rata Rp.5.781.203,81/ ha, sehingga

diperoleh Pendapatan Petani kopi di Desa Giri

Mulyo sebesar Rp.498.400.739,1/ha dengan

rata-rata Rp.31.150.046,19/ha.

7. Analisis Tingkat Kesejahteraan

Petani Kopi di Desa Mesidah

Kabupaten Bener Meriah (Ara,

Lumbantoruan, Pinem, 2018)

1) Mengetahui pendapatan

keluarga petani kopi di

Desa Jamur Atu

Kecamatan Mesidah

2) Tingkat kesejahteraan

keluarga petani kopi di

Desa Jamur Atu

Kecamatan Mesidah

Kabupaten Bener Meriah

1) Analisis pendapatan

Keluarga dan Per

Kapita Petani Kopi

2) analisis tingkat

kesejahteraan

menurut karekteristik

BKKBN

1) Tingkat pendapatan keluarga petani kopi di

Desa Jamur Atu Kecamatan Mesidah 16

(48,49%) keluarga tergolong dalam kategori

sedang, 9 (27,27%) keluarga tergolong dalam

kategori tinggi, dan 8 (24,24%) keluarga yang

tergolong dalam kategori rendah. Bila

dikaitkan dengan UMR Kecamatan Mesidah

2018 (Rp.2.233.165) maka pendapatan

keluaraga petani kopi seluruhnya berada di

atas UMR KecamatanMesidah.

2) Tingkat kesejahteraan keluarga petani kopi di

Desa Jamur Atu Kecamatan Mesidah a8

(24,24%) keluarga tergolong Keluarga Pra

Sejahtera,19 (57,58%) keluarga tergolong

Keluarga Sejahtera I,3 (9,09%) keluarga

tergolong Keluarga Sejahtera II,2 (6,06%)

keluarga tergolong Keluarga Sejahtera III,dan

1(3,03%) keluarga tergolong Keluarga

Sejahtera III+.

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

34

8. Partisipasi Anggota Kelompok

Tani dalam Pengelolaan Hasil

Usahatani di Desa Matani

Kecamatan Tumpaan (Melgi

Yudi Manein, 2016)

1) Mengetahui tingkat

partisipasi anggota

kelompok tani dalam

pengelolaan usahatani di

Desa Matani

1) Menggunakan analisis

secara deskriptif

dalam bentuk tabel

1) Partisipasi anggota kelompok tani dalam

pengelolaan usahatani mulai dari tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap

pengawasan tergolong tinggi.

9. Partisipasi Anggota pada

Kelompok Tani Kalelon di

Desa Kauneran, Kecamatan

Sonder, Kabupaten Minahasa

(Richo Richardo Turangan,

2017)

1) Mengetahui partisipasi

anggota pada kelompok

tani kalelon

1) Menggunakan analisis

secara deskriptif dan

juga menggunakan

skala likert.

1) Partisipasi anggota pada tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi

kelompok tani kalelon tergolong tinggi.

10. Partisipasi Petani dalam

Kegiatan Kelompok Tani Irmas

Jaya di Desa Karyamukti

Kecamatan Pataruman Kota

Banjar

3) Mengetahui tingkat

partisipasi petani dalam

kegiatan kelompok tani

4) Menggunakan analisis

secara deskriptif

dalam bentuk tabel

1) Tingkat partisipasi petani dalam kegiatan di

Kelompoktani Irmas Jaya adalah berada di

tangga Partnership atau bekerjasama level

Citizen Power yaitu dapat diartikan bahwa

petani/masyarakat yang hadir dalam

rapat/pertemuan tersebut dapat bernegosiasi

dan terlibat dalam pengambilan keputusan.

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

35

C. Kerangka Pemikiran

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia. Kecamatan

Kebun Tebu merupakan salah satu daerah yang bermata pencaharian sebagai

petani misalnya kopi. Keberhasilan usahatani dapat di bantu oleh lembaga

penunjang misalnya kelompok tani. Petani kopi di Kecamatan Kebun Tebu

sebanyak 815 orang mengikuti kelompok tani dan 197 orang tidak megikuti

kelompok tani. Petani yang tergabung kedalam kelompok tani berpartisipasi

dalam kegiatan kelompok tani seperti rapat kelompok, penyuluhan, pelatihan,

modal dan tabungan. Keunggulan petani kopi yang tergabung dalam kelompok

tani diantaranya harga beli faktor-faktor produksi dalam usahatani kopi seperti

harga pupuk, harga benih, harga obat-obzatan dinilai lebih murah sehingga dapat

mempengaruhi pengeluaran.

Petani berusaha memperoleh keuntungan besar melalui kegiatan di luar pertanian.

Diversifikasi pendapatan tersebut berasal dari usahatani kopi (on farm utama),

usahatani diluar kopi (on farm bukan utama), usaha dibidang pertanian diluar

usahatani (off farm) dan usaha di luar sektor pertanian (non farm). Pendapatan

usaha tani kopi didapat dari selisih input dan output usahatani. Pendapatan petani

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 37,07 persen dan

kebutuhan non pangan sebesar 62,29 persen. Tingkat kesejahteraan rumah tangga

dapat dilihat dari pengeluraan rumah tangga tersebut. Kesejahteraan rumah

tangga petani berdasarkan kriteria kemiskinan dari Sajogyo yaitu dengan

menghitung pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan pengeluaran

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

36

beras per kapita per tahunnya, sedangkan untuk kriteria BPS melihat berbagai

aspek seperti kependudukan, pendidikan, kesehatan dan gizi dan sebagainya.

Penelitian ini mengkaji seberapa besar tingkat pendapatan dan tingkat

kesejahteraan rumah tangga petani kopi di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten

Lampung Barat. Kerangka pemikiran analisis pendapatan rumah tangga dan

tingkat kesejahteraan petani kopi anggota dan non anggota kelompok tani di

Kecamatan Kebun Tebu di sajikan pada Gambar 2.1.

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

37

Gambar 2.1 Diagram alir analisis pendapatan rumah tangga dan tingkat

kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani

di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat

Anggota Kelompok Tani Non-anggota Kelompok Tani

Usahatani kopi

(On Farm

Utama)

Usahatani diluar kopi

(On Farm Bukan

Utama)

Usaha diluar

Pertanian

(Non Farm)

Faktor

Produksi Keluaran

(Produksi)

Biaya

Produksi

Penerimaan

Pendapatan Usahatani kopi

Pendapatan

Usahatani

diluar kopi

Pendapatan

Usaha diluar

Pertanian

Pendapatan Rumah Tangga

Pengeluaran Rumah Tangga

Tingkat Kesejahteraan

Indikator

Kesejahteraan:

1. Sayogyo

2. BPS

Petani Kopi

Proses

Produksi

Faktor-faktor yang

mempengaruhi:

Jumlah anggota keluarga

(X1)

Luas lahan (X2)

Pendapatan (X3)

Tingkat pendidikan (X4)

Usia kepala keluarga (X5)

Keanggotaan kelompok tani

(dummy)

Usaha di

bidang

pertanian

diluar

usahatani

(Off Farm)

Pendapatan

usaha

dibidang

pertanian

diluar

usahatani

Partisipasi

x Harga

aan

x Harga

aan

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

38

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang

dapat diangkat sebagai dasar dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

1. Diduga pendapatan petani kopi anggota kelompok tani tidak sama dengan

pendapatan petani kopi non-anggota kelompok tani.

2. Diduga variabel jumlah anggota keluarga, luas lahan, pendapatan, tingkat

pendidikan, usia kepala keluarga, dan keanggotaan kelompok tani,

berpengaruh positif terhadap peluang petani kopi untuk hidup sejahtera.

Page 58: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

39

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survei. Menurut Sukardi (2007), metode

survei merupakan metode yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum

tentang karakteristik populasi yang digambarkan oleh sampel dari populasi di

daerah penelitian, sedangkan menurut Wibisono (2005), metode survei merupakan

teknik riset dimana informasi dikumpulkan menggunakan penyebaran kuesioner.

Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan.

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

yang berhubungan dengan penelitian.Adapun konsep dasar dan definisi

operasional dapat dijabarkan sebagai berikut:

Petani kopi merupakan individu atau sekelompok orang yang melakukan

usahatani kopi guna memenuhi kebutuhan hidupnya baik sebagian atau secara

keseluruhan.

Page 59: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

40

Kelompok tani adalah sekumpulan dari sejumlah petani kopi yang didasarkan

pada kesamaan seperti kesamaan tujuan dan lokasi usahatani atau lokasi tempat

tinggal.

Petani non-anggota kelompok tani adalah petani yang tidak terdaftar dalam suatu

kelompok tani.

Petani anggota kelompok tani adalah petani yang terdaftar secara sah dalam suatu

kelompok tani.

Partisipasi kelompok tani adalah keterlibatan atau keikutsertaan anggota

kelompok tani dalam pelaksanaan programa kelompok tani dengan cara

menghadiri rapat-rapat, mendemonstrasikan metode baru untuk usahatani yang

dijalankan.

Rapat anggota adalah kegiatan rutin yang dilakukan kelompok tani untuk

membahas permasalahan dan kegiatan usahatani kopi. Partisipsi anggota dalam

mengikuti rapat diukur dengan jumlah kehadiran dalam satu tahun.

Kegiatan penyuluhan adalah suatu kegiatan untuk mengubah perilaku petani agar

mereka mempunyai kemauan serta dapat memecahkan masalahnya sendiri dalam

kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.

Partisipsi kegiatan penyuluhan dalam mengikuti penyuluhan diukur dengan

jumlah kehadiran dalam satu tahun.

Kegiatan pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan agar petani belajar dengan

melibatkan seluruh panca inderanya, dengan harapan mau dan mampu

mengadopsi suatu teknologi untuk kemajuan dan perubahan usahataninya.

Page 60: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

41

Partisipsi kegiatan pelatihan dalam mengikuti pelatihan diukur dengan jumlah

kehadiran dalam satu tahun

Penguatan modal adalah penambahan modal yang didapatkan oleh anggota

kelompok tani dari suatu kelompok tani yang diikuti (Rp).

Tabungan adalah uang yang disisihkan anggota kelompok tani dari sebagian hasil

usahataninya untuk simpanan anggota kelompok yang sewaktu waktu dapat

diambil kembali (Rp).

Biaya produksi adalah nilai uang dari faktor-faktor produksi yang dikorbankan

oleh petani untuk proses produksi usahataninya yang mencakup biaya tetap dan

biaya variabel, diukur dalam satuan rupiah per unit (Rp/unit).

Biaya tunai adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan petani dalam bentuk uang,

yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp).

Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam

kegiatan usahatani, tetapi tidak dikeluarkan secara tunai, diukur dalam satuan

rupiah per tahun (Rp).

Biaya total adalah biaya yang merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya

variabel, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya penyusutan alat adalah biaya penurunan alat/mesin akibat pertambahan

umur waktu pemakaian per musim tanam. Biaya penyusutan dihitung

berdasarkan selisih antara nilai beli dengan nilai sisa alat tersebut dibagi dengan

Page 61: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

42

umur ekonomisnya. Biaya penyusutan diukur dalam satuan rupiah per tahun

(Rp/tahun).

Biaya pupuk urea adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk memperoleh pupuk

urea yang dihitung dengan mengalikan jumlah pupuk urea yang digunakan dengan

harga pupuk urea di tingkat petani yang berlaku pada saat transaksi dan diukur

dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya pupuk SP36 adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk memperoleh

pupuk SP36 yang dihitung dengan mengalikan jumlah pupuk SP36 yang

digunakan dengan harga pupuk SP36 di tingkat petani yang berlaku pada saat

transaksi dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya pupuk KCl adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk memperoleh pupuk

KCl yang dihitung dengan mengalikan jumlah pupuk KCl yang digunakan dengan

harga pupuk KCl di tingkat petani yang berlaku pada saat transaksi dan diukur

dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar upah

tenaga kerja yang dipekerjakan yang dihitung dengan mengalikan jumlah

penggunaan tenaga kerja (HOK) dengan upah tenaga kerja yang berlaku pada saat

tersebut dan diukur dalam satuan rupiah (Rp/hari).

Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima petani yang dihitung dengan

mengalikan jumlah produksi kopi dengan harga produksi di tingkat petani

produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Page 62: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

43

Pendapatan usahatani kopi adalah penerimaan usahatani (on farm utama) yang

diperoleh petani dari usahatani kopinya setelah dikurangi biaya produksi dalam

satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan usahatani di luar kopi adalah penerimaan usahatani (on farm bukan

utama) yang diperoleh petani diluar usahatani kopi setelah dikurangi biaya

produksi dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan usaha dibidang pertanian adalah penerimaan usaha dibidang pertanian

(off farm) yang diperoleh petani dari usaha diluar usahatani setelah dikurangi

biaya produksi dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan di luar pertanian (non farm) adalah pendapatan keluarga petani yang

berasal dari usaha non pertanian, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan rumah tangga merupakan penjumlahan dari pendapatan usahatani baik

usahatani kopi (on farm utama), usahatani non kopi (on farm bukan utama),

pendapatan usaha dibidang pertanian diluar usahatani (off farm) dan pendapatan di

luar pertanian (non farm) yang diukur dalam satuan rupiah pertahun (Rp/tahun).

Revenue Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan total dan biaya

total. R/C rasio digunakan untuk melihat apakah usahatani yang dijalankan

menguntungkan atau tidak menguntungkan untuk petani.

Pengeluaran pangan adalah uang yang dikeluarkan atau barang yang dapat dinilai

dengan uang digunakan untuk konsumsi pangan anggota keluarga, yang diukur

dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Page 63: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

44

Pengeluaran non pangan adalah uang yang dikeluarkan atau barang yang dapat

dinilai dengan uang digunakan untuk konsumsi non pangan anggota keluarga,

yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Garis kemiskinan Sajogyo (1997) menjelaskan bahwa patokan garis kemiskinan

yang diperoleh dari pengeluaran perkapita per tahun dibagi dengan harga beras

yang berlaku. Klasifikasi petani miskin di pedesaan dikelompokan ke dalam

empat golongan yaitu sangat miskin, miskin, hampir miskin, dan layak.

Kesejahteraan Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan

yang diperoleh dari penskoran dari 6 Variabel yaitu Rumah tangga dan ketenaga

kerjaan, kesehatan dan gizi, pendidikan, konsumsi, perumahan, dan sosial budaya

dan kehidupan beragama. Klasifikasi yang digunakan adalah sejahtera dan belum

sejahtera.

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa

Tri Budi Syukur dan Desa Tri Budi Makmur Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten

Lampung Barat, dengan pertimbangan bahwa diantaranya penduduk Desa

seebesar 87,35 persen memiliki pekerjaan utama sebagai petani kopi selain itu,

Desa Tri Budi Syukur dan Desa Tri Budi Makmur memiliki kelompok tani yang

aktif.

Responden penelitian merupakan petani yang mempunyai usahatani kopi.

Responden terdiri dari petani yang mengikuti kelompok tani dan tidak mengikuti

Page 64: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

45

kelompok tani. Desa Tri Budi Syukur memiliki 6 kelompok tani yang di

dalamnya terdiri dari 32 - 136 anggota. Penduduk Desa Tri Budi Syukur yang

memiliki usahatani kopi berjumlah 509 orang dimana 412 orang merupakan

bagian dari kelompok tani.Desa Tri Budi Makmur memiliki 9 kelompok tani yang

didalamnya terdiri dari 44-47 anggota. Penduduk Desa Tri Budi Makmur yang

memiliki usahatani kopi berjumlah 503 orang dimana 403 orang merupakan

bagian dari kelompok tani.

Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random

sampling) dengan menggunakan rumus perhitungan sampel (Sugiarto, 2003),

dengan pertimbangan petani kopi di Desa Tri Budi Syukur dan Desa Tri Budi

Makmur cenderung memiliki karakteristik yang sama atau dapat dikatakan

homogen, diperoleh hasil sebagai berikut :

n =

Keterangan:

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

Z : Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645)

S2 : Varian Sampel (10% = 0,1)

d : Simpangan Baku (10% = 0,1)

Perhitungan anggota kelompok tani:

n = ( )

( ) ( ) ( ) = 26,97

Page 65: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

46

Perhitungan anggota non kelompok tani:

n = ( )

( ) ( ) ( ) = 26,69

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh jumlah

sampel sebanyak 54 petani kopi. Menurut Gay And Giehl dalam Tri murda,

bahwa penelitian deskriptif dibutuhkan sampel paling sedikit 10% dari

populasinya, dengan pertimbangan sampel mendekati sebaran normal maka

diambillah sampel anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani

masing-masing 30 orang, sehingga sampel yang diambil sebanyak 60 petani kopi.

Kemudian dari jumlah sampel yang didapat, ditentukan alokasi proporsi sampel

untuk masing-masing petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani di Desa

Tri Budi Syukur dan Tri Budi Makmur dengan rumus:

na =

. nab

Keterangan:

na : Jumlah sampel anggota

nab : Jumlah sampel keseluruhan 30 (orang)

Na : Jumlah populasi anggota

Nab : Jumlah populasi keseluruhan kelompok tani 815 (orang)

Nab : Jumlah populasi keseluruhan non kelompok tani 197 (orang)

Alokasi proporsional sampel untuk petani anggota kelompok tani di Desa Tri

Budi Syukur dan Tri Budi Makmur dengan perhitungan, terlihat pada Tabel 6.

Page 66: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

47

Tabel 6. Sebaran sampel kelompok tani di Desa Tri Budi Syukur dan Tri Budi

Makmur

Desa Kelompok Tani Jumlah

Anggota

Jumlah Sampel

Dwi Tunggal 136 5

Tri Guna 45 70 3

Tri Budi Syukur Tri Guna 06 45 2

Tri Guna 07 39 1

Tri Guna 08 32 1

Tri Guna 09 90 3

Jumlah 412 15

Mekar Makmur 1 45 2

Mekar Makmur 2 44 1

Mekar Makmur 3 45 2

Tri Budi Makmur Mekar Makmur 4 44 1

Mekar Makmur 5 47 2

Mekar Makmur 6 45 2

Mekar Makmur 7 45 2

Mekar Makmur 8 45 2

Mekar Makmur 9 44 1

Jumlah 403 15

Alokasi proporsional sampel untuk petani non-anggota kelompok tani di Desa Tri

Budi Makmur dengan perhitungan sebagai berikut:

Desa Tri Budi Syukur

na = 97 x 30 = 14.7 ≈ 15

197

Desa Tri Budi Makmur

na = 100 x 30 = 15.2 ≈ 15

197

Berdasarkan alokasi proporsional diperoleh hasil sampel untuk petani anggota

kelompok tani sebanyak 30 orang petani kopi dan untuk sampel petani non-

anggota kelompok tani sebanyak 30 orang petani kopi. Penelitian dilakukan

selama 3 bulan terhitung pada bulan Februari sampai dengan April 2018, dan

Page 67: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

48

pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Februari sampai dengan bulan

Maret 2018.

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari survei dan wawancara langsung

denganresponden yang sudah terpilih yaitu responden petani kopi anggota

kelompok tani dan non anggota kelompok tani, kemudian diwawancarai dengan

menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya

yang meliputi identitas responden, luas lahan, jumlah produksi kopi, biaya

produksi, pendidikan, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Data sekunder

diperoleh dari lembaga atau instansi pemerintah yang berhubungan dengan

penelitian ini. Data sekunder diperlukan sebagai informasi tambahan yang

diharapkan dapat menunjang penelitian ini seperti harga kopi, luas lahan dan

produksi, dan rujukan lainnya, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas

Perkebunan Provinsi Lampung, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Lampung Barat, buku, jurnal, skripsi, dan lain-lain.

E. Metode Analisis

1. Analisis Partisipasi Petani Kopi Anggota Kelompok Tani dalam

Kegiatan Kelompok Tani

Data hasil penelitian dianalisis secara tabulasi dan statistik dengan menggunakan

analisis deskriptif, yaitu dengan menampilkan distribusi frekuensi kehadiran,

Page 68: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

49

frekuensi seharusnya dan persentase partisipasi. Tampilan distribusi frekuensi

kehadiran, frekuensi seharusnya dan presentase partisipasi dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 akan menggambarkan sebaran distribusi frekuensi kehadiran, frekuensi

seharusnya dan persentase partisipasi dari kegiatan anggota kelompok tani dalam

mengikuti kegiatan kelompok tani. Frekuensi kehadiran didapatkan dari hasil

wawancara dengan para petani anggota kelompok tani. Frekuensi seharusnya

merupakan keharusan petani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani, dan

persentase partisipasi didapatkan dari frekuensi kehadiran dibagi frekuensi

seharusnya dikali dengan 100 persen.

Tabel 7. Sebaran distribusi frekuensi, dan presentase partisipasi anggota

kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani

No. Kegiatan Frekuensi

Kehadiran

Frekuensi

Seharusnya

Persentase

Partisipasi

1. Rapat

2. Penyuluhan

3. Pelatihan

4. Penguatan Modal

Rata-rata

2. Pendapatan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani

Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani merupakan selisih antara total

penerimaan yang diterima dari hasil usahatani dengan total biayaproduksi yang

dikeluarkan. Menghitung pendapatan usahatani kopi anggota dan non anggota

kelompok tani dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Page 69: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

50

1. Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat dirumuskan

sebagai berikut:

π1 = TR1 – TC1

= Y1 . Py - X1 . Px ……..…………….............………. (6)

2. Pendapatan Usahatani Non Anggota Kelompok Tani

Secara matematisuntuk menghitung pendapatan usahatani dapatdirumuskan

sebagai berikut:

π2 = TR2 – TC2

= Y2 . Py2 – X2 . Px2……..……………..............……… (7)

Keterangan :

π1 : Pendapatan Usahatani Kopi Anggota Kelompok

TR1 : Total Penerimaan Usahatani Kopi Anggota Kelompok (Rp)

TC1 : Total Biaya Usahatani Kopi Anggota Kelompok (Rp)

Y1 : Produksi Kopi Anggota Kelompok (Kg)

Py1 : Harga Jual Kopi Anggota Kelompok (Rp/Kg)

X1 : Faktor Produksi Anggota Kelompok

Px1 : Harga Faktor Produksi Anggota Kelompok

π2 : Pendapatan Kopi Non Anggota Kelompok (Kg)

TR2 : Total Penerimaan Non Anggota Kelompok (Rp)

TC2 : Total Biaya Usahatani Kopi Non Anggota Kelompok (Rp)

Y2 : Produksi Kopi Non Anggota Kelompok (Kg)

Py2 : Harga Jual Kopi Non Anggota Kelompok (Rp/Kg)

X2 : Faktor Produksi Non Anggota Kelompok

Px2 : Harga Faktor Produksi Non Anggota Kelompok

Page 70: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

51

Untuk mengetahui keuntungan yang di dapat oleh petani dapat di hitung melalui

R/C rasio dimanaukuranperbandinganantarapenerimaan usaha(Revenue= R)

denganTotal Biaya(Cost = TC). Dengan nilai R/C, Usaha efisiensi

(menguntungkan) jika nilai R/C > 1yang dapat di rumuskan sebagai berikut :

R/C ratio = TR : TC ............................ (8)

Keterangan

R/C : Revenue Cost Ratio

TR : Total Penerimaan

TC : Total Biaya Produksi

Hasil dari R/C mampu melihat apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak

menguntungkan. Kriteria yang di pakai adalah suatu usahatani dikatakan

menguntungkan jika hasil perhitungan R/C rasio > 1.

3. Pendapatan Rumah Tangga Petani Kopi

Setelah mengetahui pendapatan usahatani, maka selanjutnya menganalisis

pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dengan

cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal dari on farm, off farm, dan

non farm. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara total

penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang

dikeluarkan dalam satu tahun. Berdasarkan perhitungan tersebut maka akan

diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga petani dalam satu tahun. Untuk

mengetahui pendapatan rumah tangga petani digunakan rumus Hastuti dan Rahim

(2008).

Page 71: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

52

Prt = P on farm utama + P on farm bukan utama + P off farm + P non farm

Keterangan :

Prt : Pendapatan rumah tangga petani per tahun

P on farm utama : Pendapatan dari usahatani kopi

P on farm bukan utama : Pendapatan diluar usahatani kopi

P off farm : Pendapatan usaha di bidang pertanian diluar

usahatani

P non farm : Pendapatan dari luar pertanian

4. Analisis Uji Beda Rata – Rata

Analisis uji beda rata – rata pendapatan dilakukan oleh petani anggota dan non-

anggota kelompok tani. Analisis ini menggunakan uji beda rata-rata/ Uji T.

Sampel Penelitian ini diambil dari dua varian yang berbeda, untuk itu sebelum

dilakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan analisis varian. Dalam Putri (2013)

Pengujian homogenitas varian melalui perhitungan nilai F-Behren Fisher

dilakukan untuk membuktikan apakah varian tersebut sama atau berbeda dengan

hipotesis sebagai berikut:

H₀ = τ x² = τ y², berarti kedua varian sama.

H₀ = τ x² ≠ τ y², berarti kedua varian berbeda.

( )

( )

Keterangan :

Fx = nilai F hitung dari sampel pendapatan usahatani kopi anggota kelompok

tani

Page 72: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

53

Fy = nilai F hitung dari sampel pendapatan usahatani kopi non-anggota

kelompok tani

Sx2 = simpangan baku rata-rata pendapatan usahatani kopi anggota kelompok

tani

Sy2 = simpangan baku rata-rata pendapatan usahatani kopi non-anggota

kelompok tani

dbx = derajat bebas untuk variabel X

dby = derajat bebas untuk variabel Y

Diantara Fx dan Fy dipilih nilai yang lebih besar dari satu kemudian diberi nama

Fh (F-hitung). Selanjutnya nilai Fh dibandingkan dengan nilai Ft (F-tabel) 0,10

pada dbx dan dby sesuai dengan Fx dan Fy yang dipilih.

Jika : a. Fh > F 0,10 maka terima H₀

b. Fh < F 0,10 maka tolak H₀

Setelah diketahui varian sama atau berbeda selanjutnya dilakukan pengujian

perbedaan pendapatan secara rata-rata dengan hipotesis sebagai berikut:

H₀ = τ x = τ y

H₀ = τ x ≠ τ y

1. Varian sama

t - hitung =

dengan S = ( ) ( )

db = nx + ny-2

Kriteria pengambilan keputusan:

a. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak

b. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima

Page 73: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

54

2. Varian berbeda

t - hitung =

Wx =

Wy =

db = nx + ny-2

tλ =

Tx = tλ pada db = nx - 1

Ty = tλ pada db = ny - 1

Keterangan:

µx = rata-rata pendapatan usahatani kopi anggota kelompok tani

µy = rata-rata pendapatan usahatani kopi non-anggota kelompok tani

Sx2 = nilai varian anggota kelompok tani

Sy2 = nilai varan non-anggota kelompok tani

Nx = jumlah responden anggota kelompok tani

Ny = jumlah responden non-anggota kelompok tani λ = 0,10 (ketentuan)

Kriteria pengambilan keputusan:

a. Jika t-hitung > t-tabel maka H₀ ditolak artinya, terdapat perbedaan rata-rata

pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.

b. Jika t-hitung < t-tabel maka H₀ diterima artinya, tidak terdapat perbedaan rata-

rata pendapatan usahatani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.

Page 74: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

55

5. Tingkat Kesejahteraan Petani Kopi Anggota dan Non Anggota

Kelompok Tani

a) Sajogyo

Metode analisis untuk mengukur tingkat kesejahjteraan rumah tangga petani di

penelitian ini menggunakan kriteria Sojogyo (1997), dengan pendekatan

pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga per kapita per tahunadalah

total dari pengeluaran rumah tangga petani baik pengeluaran untuk pangan

maupun non pangan dalam setahun dibagi jumlah tanggunganrumah tangga,

selanjutnya dikonversikan kedalam ukuran setara beras perkilogram agar dapat

diketahui tingkat kemiskinannya. Total pengeluaran rumah tangga dapat dihitung

sebagai berikut :

Ct = Ca + Cb + Cn

Keterangan :

Ct = Total pengeluran rumah tangga

Ca = Pengeluaran untuk pangan

Cb = Pengeluaran untuk non pangan

Cn = Pengeluaran lainnya

Pengeluaran rumah tangga tersebut di konversikan kedalam ukuran setara beras

per kg. Ukuran setaras beras menggunakan harga beras Badan Pusat Statistik

(BPS). Secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per tahun pada rumah

tangga petani dan tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara beras dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Pengeluaran / kapita / tahun =

Pengeluaran setara dengan beras =

Page 75: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

56

Klasifikasi kemiskinan menurut Sajogyo (1997) digolongkan kedalam enam

bagian antara lain :

a. Paling Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 180

kg setara beras/tahun.

a. Miskin sekali = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 181 –

240 kg setara beras/tahun.

c. Miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 241 – 320 kg setara

beras/tahu.

d. Nyaris miskin = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 321 –480 kg

setara beras/tahun.

e. Cukup = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 481 – 960 kg setara

beras/tahun.

f. Hidup layak = jika pengeluaran per anggota keluarga adalah >960 kg setara

beras/tahun.

b) Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014) kesejahteraan merupakan suatu kondisi

dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat

dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Ada beberapa aspek yang dilihat untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan msyarakat diantaranya kependudukan,

pendidikan, gizi dan kesehatan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, dan

sosial.

Klasifikasi aspek tersebut diukur dengan skor yang dapat mewakili besaran

klasifikasi indikator tersebut.Skor tingkat klasifikasi pada tujuh indikator

kesejahteraan dihitung berdasarkan pedoman penentuan Range Skor. Cara

menghitung range skor adalah sebagai berikut :

Rs =

Page 76: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

57

Keterangan :

Rs : Range Skor

SkT : Skor Tertinggi ( 7 x 3 = 21 )

SkR : Skor Terendah (7 x 1 = 7 )

JKI : Jumlah Klasifikasi

7 : Jumlah indikator kesejahteraan BPS (kependudukan, kesehatan dan gizi,

pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi atau pengeluaran rumah

tangga, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya)

3 : Skor tertinggi dalam indikator BPS (baik)

2 : Skor sedang dalam indikator BPS (sedang)

1 : Skor terendah dalam indikator BPS (kurang)

JKI : Jumlah klasifikasi yang digunakan (2)

Hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh range skor (RS) sama

dengan tujuh, sehingga tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi adalah

sebagai berikut :

1) Jika skor antara 7-14 berarti rumah tangga petani belum sejahtera.

2) Jika skor antara 15-21 berarti rumah tangga petani sejahtera.

Jumlah skor diperoleh dari informasi hasil skor mengenai kependudukan,

kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola

konsumsi,perumahan dan lingkungan, sosial dan lainnya. Dari penskoran

kemudian dilihat interval skor dari dua kategori klasifikasi di atas yaitu rumah

tangga sejahtera dan belum sejahtera.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan

rumah tangga petani kopi digunakan model logistik regression. Model logit

adalah model regresi non-linier dimana variabel dependen bersifat kategorikal.

Page 77: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

58

Kategori paling dasar dari model logit menghasilkan binary values seperti angka 0

dan 1 sehingga sering disebut binary logit (Ariefianto, 2012).

Model logit membuat probabilitas tergantung dari variabel-variabel yang

diobservasi, yaitu X1, X2, dan seterusnya. Tujuan dari estmasi ini adalah untuk

menemukan nilai terbaik bagi masing-masing koefisien (Kuncoro, 2004).

Variabel-variabel bebas (independent) model terdiri dari jumlah anggota keluarga

(X1), luas lahan (X2), pendapatan (X3), tingkat pendidikan (X4), usia responden

(X5), dan status keanggotaan kelompok tani (dummy). Metode pengolahan data

dilakukan dengan metode tabulasi, dan komputerisasi. Model logit dinyatakan

sebagai berikut:

Pi = F(Zi) = F (α + βXi)

Pi = 1/(1+e-Zi

)

Pi = 1/(1+e-(α+βXi)

)

Untuk mencari Zi digunakan rumus:

Zi = Ln [

] = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ β5 X5 + diDj + e

Keterangan:

Zi = Peluang Zi = 1 : untuk rumah tangga petani kopi sejahtera

Peluang Zi = 0 : untuk rumah tangga petani kopi tidak sejahtera

Pi = Peluang petani mencapai kesejaheraan bila Xi diketahui

α = Intersep

β1 – β5 = Koefisien variabel bebas

X1 = Jumlah anggota keluarga (orang)

X2 = Luas lahan (ha)

X3 = Pendapatan (Rp/tahun)

X4 = Tingkat pendidikan (tahun)

X5 = Usia responden (tahun)

Page 78: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

59

Di = Dummy (keanggotaan kelompok tani), D = 0 untuk petani kopi

non-anggota kelompok tani, D = 1 untuk petani kopi anggota

kelompok tani

e = error

Pada regresi logistik estimasi model logit dilakukan uji serentak, yaitu dengan

menggunakan Likelihood Ratio (LR). Likelihood Ratio (LR) setara dengan F-stat

yang berfungsi untuk menguji apakah semua slope koefisien regresi variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (Widarjono,

2010). Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

( ) ( ) ( )

paling sedikit ada satu ( )

Untuk i* = 1,2,….,n; j = 1,2,…, J-1;k = 1,2,…,p.

Dimana statistik uji : ( ) ( )

∑ ̂

( ̂ )( )

H0 tolak jika ( )

Uji parsial (Z-statistik) dilakukan dengan menggunakan Wald Test. Menurut

Rosadi, 2011 uji wald (Wald Test) merupakan uji univariat terhadap masing-

masing koefesien regresi logistik. Adapun hipotesis sebagai berikut:

H0 : prediktor secara univarat tidak berpengaruh signifikan terhadap respons

(βi = 0;i= 0,1,...,p).

H1 : prediktor secara univarat tidak berpengaruh signifikan terhadap respons

(βi = 0;i= 0,1,…,p).

Dimana statistik uji : (

( ))

Keterangan:

Page 79: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

60

: Penduga bagi

SE : Penduga galat baku (standart error) bagi

H0 ditolak jika Wi

Untuk melihat seberapa baik model dapat menjelaskan hubungan hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independennya dilakukan uji Goodness Of Fit.

Pada logistic regression (logit), koefisien determinasi (R2) yang digunakan adalah

Mc Fadden R-square, yaitu R-square tiruan (Winarno, 2007).

Selanjutnya penafsiran koefesien dilakukan berdasarkan Rasio Odd (Odds ratio).

Rasio Odd (Odds ratio) merupakan interpretasi dari sebuah peluang yang dapat

diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari

peubah respon (Firdaus dan Afendi, 2008). Rasio Odd (Odds ratio) bertujuan

untuk memudahkan interpretasi koefesien. Jika peubah penjelas mempunyai

tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddnya akan lebih besar dari satu, dan

sebaliknya. Koefesien variabel bebas ( ) mencerminkan adanya perubahan

dalam fungsi logit dimana untuk perubahan satu unit peubah penjelas X yang

disebut log odds. Nilai suatu variabel bebas tertentu (Xi), jika naik 1 unit,

sedangkan variabel bebas tetap, maka secara rata-rata perkiraan logit akan naik

atau turun sebesar nilai koefisien tersebut. Interpretasi dari nilai odds diperoleh

dengan mengambil antilog dari berbagai koefisien. Interpretasi dari nilai odds ini

adalah kecenderungan atau peluang Y=1 pada kondisi X=1 sebesar exp (β) upper.

Page 80: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

61

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat

1. Letak Geografis

Kabupaten Lampung Barat terbentuk melalui Undang-undang No.6 Tahun 1991

yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara dengan ibu kota

Liwa. Pada bulan Oktober 2012, kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten

Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat. Secara geografis kabupaten

Lampung Barat terletak pada koordinat 4o,47’,16‖,5

o,56’,42‖ LS dan

103o,35’,08‖–104

o,33’,51‖ BT.

Dengan posisi geografis tersebut, Kabupaten Lampung Barat mempunyai batas-

batas wilayah administrasi sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi

Sumatera Selatan, dan Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung,

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten

Lampung Tengan dan Kabupaten Tanggamus,

- Sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Barat.

Page 81: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

62

Gambar 2. Peta administrasi Provinsi Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

Luas Kabupaten Lampung Barat sebesar 2.064,40 km2 (61,5 % merupakan

kawasan hutan, dengan 39.231,27 ha Hutan Lindung dan 87.725 ha TNBBS).

Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013 mencapai 316.474

jiwa (Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial dan Tenaga Kerja, Laporan

Triwulan IV).

Pada Tahun 2016, diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat terdiri atas 15

kecamatan yaitu Balik Bukit, Sukau, Lumbok Seminung, Belalau, Sekincau,

Suoh, Batu Brak, Pagar Dewa, Batu Ketulis, Bandar Negeri Suoh, Sumberjaya,

Way Tenong, Gedung Suriah, Kebun Tebu dan Air Hitam.

2. Topografi

Kabupaten Lampung Barat terbagi menjadi dua, yaitu daerah berbukit dengan

ketinggian 600 s/d 1.000m dari permukaan laut meliputi Kecamatan Balik Bukit

Lokasi

penelitian

Kabupaten

Lampung

Barat

Page 82: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

63

dan Sumber Jaya serta daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000s/d 2.000m

dari permukaan laut meliputi sebagian besar Kecamatan Belalau, Sekincau dan

lainnya. Sebagian besar wilayah Lampung Barat berlereng miring hingga terjal

sebesar 70% dari seluruh luasan wilayah Lampung Barat. Secara iklim

Kabupaten Lampung Barat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang dilewati oleh

jalur pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Lampung Barat memiliki iklim tipe

iklim B yang memiliki jumlah bulan basah 7 – 9 bulan. Curah hujan di daerah ini

berkisar antara 2.500 sampai dengan 3.000 mm/tahun atau 140 sampai dengan

221 mm/bulan. Secara umum Kabupaten Lampung Barat beriklim tropis humid

dengan angin laut lembab bertiup pada Samudra Hindia dengan 2 angin per

musim setiap tahunnya.

3. Keadaan Umum Demografi

Pada tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat sebanyak 298.286

jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 158.381 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan sebanyak 139.905 jiwa. Masyarakat Kabupaten Lampung

Barat memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian yaitu 82,10 persen, sektor

jasa 14,67 persen, dan 3,22 persen industri. Kabupaten Lampung Barat terdiri

dari 15 kecamatan (Lampung Barat dalam Angka 2017). Berdasarkan data BPS

Kabupaten Lampung Barat 2017 diketahui bahwa terdapat 3 Kecamatan dengan

produktivitas tertinggi yaitu Kecamatan Kebun Tebu sebesar 1,38 Kecamatan Air

Hitam sebesar 1,37 dan Kecamatan Gedung Surian sebesar 1,35. Berdasarkan

data tersebut, jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang

terdapat di Kabupaten Lampung Barat tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 83: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

64

Tabel 8. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang terdapat di

Kabupaten Lampung Barat tahun 2017

No. Kecamatan

Penduduk Jumlah

(jiwa) Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

1. Balik bukit 19.649 18.224 37.873

2. Sukau 11.039 10.056 21.095

3. Lumbok seminung 3.744 2.955 6.699

4. Belalau 6.680 5.810 12.490

5. Sekincau 9.743 8.675 18.418

6. Suoh 9.855 8.347 18.202

7. Batu brak 6.809 6.203 13.012

8. Pagar dewa 11.216 8.710 19.926

9. Batu ketulis 8.307 6.622 14.929

10. Bandar negeri suoh 15.027 12.142 27.169

11. Sumber jaya 12.281 11.508 23.789

12. Way tenong 17.271 16.345 33.616

13 Gedung surian 8.068 7.390 15.458

14. Kebun tebu 10.966 9.977 20.943

15. Air hitam 6.433 5.637 12.070

Jumlah 157.088 138.601 295.689

Sumber: Lampung Barat dalam Angka (2017)

4. Keadaan Umum Pertanian

Sektor pertanian memiliki peranan yang penting di Kabupaten Lampung Barat.

Hal ini ditunjukkan oleh perekonomian Lampung Barat pada tahun 2016 yang

didominasi oleh sektor pertanian, yaitu sebesar 58,14 persen. Kondisi alam yang

baik di Lampung Barat cocok untuk dikembangkannya tanaman perkebunan.

Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil komoditas

kopi terbesar di Provinsi Lampung. Pada tahun 2016, produksi kopi di Lampung

Barat yaitu sebesar 61.807 ton dengan luas lahan 60.382 ha. Lampung Barat

menjadi salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Lampung (Statistik

Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2017).

Page 84: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

65

Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi

produk domestik regional bruto ( PDRB) Kabupaten Lampung Barat, yaitu

sebesar 57,21 persen pada tahun 2016. Berdasarkan jumlah tersebut, tanaman

perkebunan memberikan konribusi sebesar 24,82 persen pada tahun 2016.

Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil komoditas

kopi. Hal ini disebabkan oleh topologi wilayahnya yang sesuai untuk kesuburan

tanaman kopi. Jenis tanaman lain yang banyak ditanam di Kabupaten Lampung

Barat antara lain adalah : sawit, kakao, lada dan karet. Luas panen dan produksi

tanaman perkebunan terbesar di Kabupaten Lampung Barat adalah kopi, dan

mencapai luasan 53,611 ha serta produksi sebanyak 57,664 ton. Hal ini

menunjukkan bahwa kopi merupakan komoditas yang paling banyak diusahakan

oleh petani Lampung Barat (BPS Kabupaten Lampung Barat, 2017).

Kebun adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang telah ditanami

tanaman semusim atau tahunan dan halaman rumah memiliki jarak terpisah serta

penggunaaanya tidak berpindah-pindah. Sebagian besar luas lahan kering di

Kabupaten Lampung Barat digunakan untuk perkebunan yang mencapai 33,52

persen dari seluruh total penggunaan lahan. Oleh karena itu, dari luas lahan

sebesar itu maka sebagian besar dipakai untuk usaha perkebunan kopi yang

mencapai produksi sebesar 57.667,5 ton pada Tahun 2016.

5. Kopi Lampung Barat

Kopi robusta ditetapkan sebagai produk unggulan daerah (PUD) berdasarkan SK

bupati Lampung Barat no B/336/KPTS/ III.2/2014 tanggal 11 September 2014

Page 85: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

66

tentang produk unggulan daerah (PUD) Kabupaten Lampung Barat. Perkebunan

kopi robusta Lampung Barat juga ditetapkan menjadi salah satu kawasan

perkebunan nasional oleh Menteri Pertanian melalui keputusan menteri pertanian

No.46/KPTS/PD.300/1/2015 tanggal 16 januari 2016 tentang penetapan kawasan

perkebunan nasional. Kopi robusta Lampung Barat juga telah mendapat

Sertifikasi Indikasi Geografis dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang di keluarkan ada tanggal 13

Mei 2014 dengan nama Kopi Robusta Lampung bersama dengan kabupaten Way

Kanan dan Tanggamus. Lampung Barat merupakan produsen kopi robusta

terbesar di provinsi Lampung.

Ciri khas kopi robusta Lampung Barat yaitu perkebunan kopi rakyat yang

dibudidayakan pada ketinggian 600 sampai dengan 1.200 M dari permukaan laut

(m dpl). Kondisi iklim yang lembab dan basah dengan bulan kering hanya 2-3

bulan dan curah hujan 2000-3000 mm pertahun, kondisi tanah mendukung cita

rasa yang khas, pola penanganan yang di kelola oleh rakyat merupakan pola

tradisional dengan ikatan emosional terhadap sosial dan budaya sangat melekat di

masyarakat. Jumlah petani kopi 35.737 KK, jumlah kelompok tani 995 kelompok

(355 Kelompok telah bermitra dengan eksportir). Produktivitas rata-rata kopi

tahun 2016 sebesar 1,08 ton per hektar, produktivitas rata-rata tahun 2015

meningkat menjadi 1,05 ton per ha, beberapa petani dapat mencapai 3,5 ton per

hektar.

Menurut Badan Pusat Statistik (2017), perkembangan luas areal kopi Lampung

(ha) di tahun 2010 seluas 53.357 ha, tahun 2011 seluas 53.384 ha, tahun 2012

Page 86: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

67

seluas 53.412 ha, tahun 2013 seluas 53.559 ha, tahun 2014 seluas 53.601 ha,

tahun 2015 seluas 53.606 ha, dan tahun 2016 seluas 53.611 ha. Perkembangan

produksi kopi Lampung Barat (ton) pada tahun 2010 sebanyak 55.582 ton, tahun

2011 sebanyak 24.907 ton, tahun 2012 sebanyak 57.336 ton, tahun 2013 sebanyak

48.099 ton, tahun 2014 sebanyak 42.746 ton, tahun 2015 sebanyak 52.645 ton,

dan tahun 2016 sebanyak 57.664 ton. Perkembangan produktivitas kopi Lampung

Barat (kg/ha/th) tahun 2010 sebanyak 1.120 kg/ha/th, tahun 2011 sebanyak 500

kg/ha/th, 2012 sebanyak 1.150 kg/ha/th, tahun 2013 sebanyak 965 kg/ha/th, tahun

2014 sebanyak 853 kg/ha/th, tahun 2015 sebanyak 1.050 kg/ha/th, dan tahun 2016

sebanyak 1.080 kg/ha/th.

Kendala dan permasalahan produktivitas belum optimal disebabkan karena cuaca

ekstrim yaitu curah hujan tinggi menyebabkan kerontokan bakal buah karena

sebagian besar umur kopi di Lampung sudah berumur tua, topografi tingkat

kelerengan cukup tinggi, sementara tingginya degragasi lahan belum seimbang

dengan perbaikan fungsi lahan, dan serangan hama penyakit tanaman kopi, serta

pola budidaya petani belum sepenuhnya menerapkan GAP (good Agricultural

Practices). Kemitraan pemasaran kopi dari lima perusahan dengan jumlah

kelompok tani Mitra 355 kelompok yang tersebar di wilayah Kabupaten Lampung

Barat meliputi PT. Nestle (area Sumberjaya, Kebun Tebu, Gedung Surian, Air

Hitam, Sukau, Batu Brak, Pagar Dewa, Belalau), PT Indocafco (area Sumber

Jaya, Kebun Tebu, Gedung Surian, Air Hitam, Sekincau, Way Tenong, Batu

Ketulis, Pagar Dewa, Balik Bukit), PT. Louis Dreyfus (area Batu Brak dan

Belalau), PT Nedcoffe (area Sumberjaya dan Way Tenong), dan PT Lampung

Robusta Coffe (area Batu Ketulis Dan Belalau).

Page 87: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

68

B. Keadaan Umum Kecamatan Kebun Tebu

1. Letak Geografis dan Topografi

Kecamatan Kebun Tebu merupakan pemekaran dari Kecamatan Sumberjaya yang

diresmikan pada tahun 2010. Kecamatan ini terdiri dari 10 Pekon/Desa Definitif

dengan luas wilayah keseluruhan 14.500 Km2. Berdasarkan topografi dan

geomorfologinya, Kecamatan Kebun Tebu didominasi perbukitan serta

pegunungan dengan kemiringan curam hingga terjal. Rata-rata ketinggian tempat

di kecamatan ini antara 700-1100 m dpl. Secara umun kecamatan Kebun Tebu

beriklim tropis humid, dengan temperatur udara maksimum berkisar antara 280 -

330 C dan temperatur minimum antara 220–240 C. Curah hujan rata-rata 2500-

3250 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 8-9 bulan dan bulan kering 3-4

bulan/tahun serta tingkat kelemababab 65-85%.

Daerah ini merupakan hulu dari Sungai Way Besai, daerah aliran sungai (DAS)

Way Tulang Bawang. Pola aliran air permukaan yang ada tergolong tipe denritik

dan rectangular. Aliran denritik menyebabkan daerah ini jarang mengalami banjir

sebab pada musim hujan datang air tidak terkonsentrasi pada satu wilayah.

Kecamatan Kebun Tebu juga merupakan daerah tangkapan air (catchment area).

Salah satu sungai besar yang mengalir ke arah timur adalah Way Besai, Karena

erosi yang terjadi, sedimen yang terangkut (sediment load) air cukup tinggi

sehingga sungai-sungai yang mengalir ke sebelah timur menjadi terganggu

kestabilannya. Adapun batas-batas Kecamatan:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bukit Kemuning kabupaten

Lampung Barat

Page 88: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

69

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gedung Surian

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumberjaya

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah.

Gambar 3. Peta administrasi Kabupaten Lampung Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

Secara umum tingkat kesuburan tanah di Kecamatan Kebun Tebu sudah

berkurang disebabkan intensitas aktivitas pertanian yang semakin meningkat.

Jenis tanah terdiri dari andosol 65% dan podsolik merah kuning (PMK) 35 %

dengan tekstur tanah lempung berpasir, lempung berdebu, dan liat. Jenis tanah

andosol seperti yang ada dikecamatan ini cocok untuk budidaya tanaman kopi

robusta dan holtikultura.

Lokasi

penelitian

Kecamatan

Kebun

Tebu

Page 89: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

70

2. Keadaan Umum Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Kebun Tebu pada tahun 2016, yaitu sebesar 27.990

jiwa yang terdiri dari 10.966 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki, dan

sebanyak 9.977 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan, sedangkan jumlah

rumah tangga di Kecamatan Kebun Tebu sebesar 5.349 KK.

Tabel 9. Penduduk Kecamatan Kebun Tebu menurut jenis kelamin tahun 2016.

No. Pekon/

kelurahan

Jumlah

rumah

tangga

Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pura jaya 1.253 2.691 2.485 5.176

2 Purawiwitan 813 1.784 1.631 3.415

3 Tribudi syukur 589 1.095 941 2.036

4 Muara jaya 1 295 629 566 1195

5 Muara jaya 2 403 827 809 1636

6 Tribudi makmur 344 649 576 1225

7 Tugu mulya 580 1.135 1.012 2.147

8 Cipta mulya 379 802 759 1.561

9 Muara baru 207 386 379 765

10 Sinar luas 486 968 819 1.787

Jumlah 5.349 10.966 9.977 27.99

Sumber: Kecamatan Kebun Tebu dalam angka 2017

3. Keadaan Umum Pertanian

Kecamatan Kebun Tebu merupakan kecamatan yang mencakup 10 desa. Kondisi

iklim yang baik dan lahan yang luas menyebabkan penduduk di Kecamatan

Kebun Tebu memilih untuk menanam tanaman kopi. Kecamatan Kebun Tebu

merupakan wilayah dengan penduduk desa yang berprofesi sebagai petani, sekitar

90 persen penghasilan mereka dari berusahatani kopi. Kecamatan Kebun Tebu

merupakan kecamatan dengan luas panen kopi ke satu di Kabupaten Lampung

Page 90: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

71

Barat yaitu seluas 3.118 hektar dengan produksi sebesar 4.324 ton. Produktivitas

kopi di Kecamatan Kebun Tebu menempati urutan pertama di Kabupaten

Lampung Barat, yaitu sebesar 1,38 ton per hektar (BPS Kab. Lampung Barat,

2017).

4. Kelompok Tani

Kecamatan Kebun tebu memiliki kelompok tani di tiap tiap desa, salah satunya

yaitu Desa Tribudi Syukur dan Tribudi Makmur yang memiliki kelompok tani

yang aktif. Desa Tribudi Syukur memiliki 6 kelompok tani yaitu kelompok tani

Dwi tunggal, Triguna 45, Triguna 06, Triguna 07, Triguna 08, dan Triguna 09,

sedangkan Desa Tribudi Makmur memiliki 9 kelompok tani yaitu Mekar Makmur

1, Mekar Makmur 2, Mekar Makmur 3, Mekar Makmur 4, Mekar Makmur 5,

Mekar Makmur 6, Mekar Makmur 7, Mekar Makmur 8, dan Mekar Makmur 9.

Kelompok tani ini memiliki visi yang sama yaitu meningkatkan pendapatan dan

mensejahterakan petani kopi.

Dalam pengorganisasian usahatani kopi, kelompok tani melakukan berbagai

macam kegiatan seperti, kegiatan rapat yang dilakukan 4 kali dalam satu tahun

dimana 1 kali pertemuan yaitu rapat anggota tahunan yang diadakan secara rutin

dan 3 kali pertemuan dalam setahun dengan instansi terkait seperti Dinas

Pertanian, Pemerintah Daerah Lampung Barat, BP4K dan BP3K, serta Lembaga

Swadaya Masyarakat. Pertemuan ini membahas tentang kegiatan usahatani kopi

di lapang seperti kendala dan hambatan yang sedang dihadapi maupun keadaan

Page 91: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

72

kelompok tani saat itu. Selain kegiatan rapat, masing-masing kelompok tani juga

melakukan penyuluhan dan pelatihan untuk para anggota kelompok tani guna

dapat memahami usahatani kopi yang baik dan benar. Masing-masing kelompok

tani juga mengadakan penguatan modal dan tabungan guna membantu para

anggota dalam permodalan usahatani kopi.

5. Sarana dan Prasarana Perekonomian

Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Kebun Tebu digunakan sebagai

penunjang kegiatan usahatani sehingga dapat memperlancar dan mendukung

keadaan usahatani. Kecamatan Kebun Tebu memiliki beberapa sarana dan

prasarana yang berasal dari pribadi petani, swadaya masyarakat, perusahaan,

maupun bantuan dari pemerintah. Kelembagaan yang ada di Kecamatan Kebun

Tebu yang menunjang kegiatan pertanian antara lain karang taruna sebanyak 10

unit, kelompok tani 66 unit, industri penggilingan padi 35 unit, industri tobong

bata 3 unit, industri pengilingan kopi 94 unit, industri tahu tempe 2 unit, industri

kerajinan tangan 3 unit, pasar 2 unit, toko 36 unit, warung makan 8 unit, kader

pembangunan 20 unit, hotel/losmen 1 unit, obyek wisata 5 unit, puskesmas 3 unit,

klinik bersalin 5 unit dan praktek dokter 2 unit (BPS Kecamatan Kebun Tebu,

2018).

Page 92: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

134

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Partisipasi petani kopi anggota kelompok tani terhadap kegiatan kelompok

tani di Kecamatan Kebun Tebu termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini

dibuktikan dari empat jenis kegiatan kelompok tani yaitu rapat anggota

(78,78%), kegiatan penyuluhan (66,83%), kegiatan pelatihan (71,70%), dan

kegiatan penguatan modal (89,33%).

2. Secara statistik hasil uji beda pendapatan lahan usahatani kopi terdapat

perbedaan pendapatan lahan usahatani kopi angota dan non-anggota

kelompok tani. Rata-rata pendapatan usahatani kopi atas biaya total sebesar

Rp3.266.746,05/ha dan Rp5.567.725,99/ha, atau pendapatan atas biaya tunai

per hektar sebesar Rp7.260.845,67 dan Rp8.505.199,45 per tahun.

3. Pendapatan total rumah tangga petani anggota dan non-anggota kelompok

tani bersumber dari pendapatan on-farm kopi (67,92% dan 59,11%), on-farm

non-kopi (21,71% dan 30,02%), off-farm (2,34% dan 5,01%) dan non-farm

(8,03% dan 5,86%). Rata-rata total pendapatan rumah tangga petani kopi

anggota dan non-anggota kelompok tani per tahunnya sebesar

Rp35.800.511,11 dan Rp33.177.938,89.

Page 93: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

135

4. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi menurut kriteria Sajogyo,

terdapat 3,00% rumah tangga non-anggota tergolong kedalam rumah tangga

nyaris miskin, sebesar 93% dan 90% rumah tangga petani kopi anggota dan

non-anggota tergolong ke dalam rumah tangga cukup sedangkan sisanya

sebesar 7,00% rumah tangga anggota dan non anggota tergolong ke dalam

rumah tangga hidup layak. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi

anggota dan non-anggota kelompok tani menurut kriteria Badan Pusat

Statistik (2014), terdapat 87,00% dan 80,00% rumah tangga petani kopi

hidup sejahtera sedangkan sisanya sebesar 13,00% dan 20,00% rumah tangga

belum sejahtera.

5. Variabel jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan berpengaruh nyata

terhadap kesejahteraan petani kopi anggota dan non-anggota kelompok tani.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi petani kopi anggota kelompok tani untuk lebih aktif dalam mengikuti

kegiatan kelompok tani guna lebih meningkatkan kemampuan manajemen

usahatani lebih baik dan efisien, sedangkan bagi petani non- anggota

kelompok tani agar ikut tergabung ke dalam kelompok tani sehingga petani

memiliki informasi dalam pengadaan faktor produksi dan menerima pelatihan

serta penyuluhan untuk meningkatkan produksi dan hasil usahatani kopi serta

memiliki kemampuan manajemen usahatani yang lebih baik dan efisien.

Page 94: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

136

2. Bagi Pemerintah dan Dinas Pertanian Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten

Lampung Barat supaya lebih meningkatkan kinerjanya di bidang pertanian

supaya petani yang belum tergabung ke dalam kelompok tani mau ikut

bergabung kedalam kelompok tani.

3. Bagi peneliti lain, disarankan agar dapat menyempurnakan penelitian ini

dengan memasukkan hal-hal yang belum dibahas pada penelitian ini, seperti

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan.

Page 95: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

137

DAFTAR PUSTAKA

Ariefianto, MD. 2012. Ekonometrika. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Arini, NB. 2008. Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat

Kesejahteraan Keluarga Pembudidaya dan Non-pembudidaya Ikan di

Kabupaten Bogor. Skripsi. IPB. Bogor.

Anonim1. Pengertian partisipasi. http://kbbi.web.id/partisipasi. Akses tanggal

08/03/2018.

Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia.

Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Lampung dalam Angka. Penerbit

BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung. https:// lampung. bps.go.id/

publication/provinsi-lampung-dalam-angka-2017.html.pdf [25 Januari 2018]

Badan Pusat Statistik Lampung Barat. 2017a. Lampung Barat dalam Angka 2017.

Penerbit BPS Kabupaten Lampung Barat. https://lampungbaratkab.bps.go.id/

backend/pdf_publikasi/Lampung-Barat-dalam-Angka-2017.pdf [20

November 2017]

Badan Pusat Statistik Lampung Barat. 2017b. Kebun Tebu dalam Angka 2017.

Penerbit BPS Kabupaten Lampung Barat. https://lampungbaratkab.bps.go.id/

backend/pdf_publikasi/Kecamatan-Kebun-Tebu-dalam-Angka-2017.pdf

[20 November 2017]

BKKBN. 2016. Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.https://www.bkkbn.go.id/

po-content/uploads/LAKIP_BKKBN_2016_1.pdf. [25 Januari 2017]

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia Kopi

Indonesia 2012-2015. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Gujarati, DN. 2003.Ekonometrika DasarEdisi Keenam. Erlangga. Jakarta.

Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.

Salemba empat. Jakarta.

Page 96: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

138

Harlan, Johan. 2018. Analisis Regresi Logistik. Gunadarma. Jakarta.

Harwati, N. N. 2005. Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan

Perempuan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Keluarga Miskin di

Kota Denpasar. Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana,

Denpasar.(Tesis Magister Ekonomi).

Hernanto.F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hutasoid, MF. 2018. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah

Tangga Petani Kopi di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus. Skripsi.

UNILA. Lampung.

Kartasapoetra dan Bambang. 1992. Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi.

PT Rineka Cipta.Jakarta.

Kiyosaki, R.T. 2004. Rich Dad, Poor Dad. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 13. New

Jersey: Pearson Prentice Hall, Inc.

Kuncoro, M. 2004. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan

Ekonomi Edisi kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Press. Surakarta.

Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Mosher.AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasguna.Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Najiyati, S dan Danarti. 2012. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Oktami N, Prasmatiwi FE, dan Rosanti N. 2014. Manfaat sertifikasi rainforest

alliance (RA) dalam mengembangkan usahatani kopi yang berkelanjutan di

Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. JIIA, 2 (4): 337-347.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/988/894.[24 Juli 2019].

Prasmatiwi, F.E., Irham, A. Suryantini, dan Jamhari. 2010. Faktor-faktor Penentu

Adopsi Sistem Naungan dan Pengaruhnya terhadap Produktivitas dan

PendapatanUsahatani Kopi di Kabupaten Lampung Barat. Agriekstensia 9

(2):160—172.

Page 97: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

139

Pumami, DA, IK Sukarsa, dan Gandhiadi. 2015. Penerapan Regresi Logistik

Ordinal Untuk Menganalisis Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Lalu

Lintas Kabupaten Buleleng. Junal Matematika. Vol. 4 No. 2. Hal 54-58.

Universitas Udaya. Bali.

Purwanto.2007.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Rosyida, Isma. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam

Penyelenggaraan Program Coorprate Social Rensponsibility (CSR) dan

Dampaknya terhadap Komunitas Pedesaan. http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/

index.php/sodality/article/view/214/209. akses tanggal 08/03/2018.

Sajogyo, P. 2002. Sosiologi Pedesaan, Kumpulan Bacaan. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta.

Sajogyo, T. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB-

IPB. Bogor.

Sari HP, Ismono HR, dan Abidin Z. 2018. Pengaruh sertifikasi kopi terhadap

curahan tenaga kerja dan struktur pendapatan rumah tangga petani di

Kabupaten Lampung Barat. JIIA. Volume 6 (2): 171-178.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/2783/2329. [24 Juli

2019].

Sastropoetro,R. A. Santoso. 1995. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin

dalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Soeratno.1996. Ekonomi Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sugiarto, D., S,Sunaryanto., dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT

Bumi Aksara. Jakarta.

Sukirno, S. 2005.Pengantar Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suratiyah.K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tjiptono, Fandy.1999. Strategi Pemasaran. Andi Offset. Yogyakarta.

Trimo, STP. 2006. Evaluasi Penyuluhan Pertanian Permasalahan dan Upaya

Pemecahannya di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Unpublished.

Page 98: ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KOPI ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA ...digilib.unila.ac.id/59310/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-16 · 30 responden anggota

140

Wibisono, D. 2005. Metode Penelitian & Analisis Data. Salemba

Medika. Jakarta.

Widarjono A. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi Pertama. UPP

STIM YKPN. Yogyakarta.

Winarno. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika. Cetakan I. Sekolah Tinggi

Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.