analisis pendapatan dan minat petani dalam …digilib.unila.ac.id/58080/4/3. skripsi tanpa bab...

104
ANALISIS PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM BERUSAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Skripsi) Oleh ANGGELIA PERMATA SARI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    ANALISIS PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM

    BERUSAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA

    KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

    (Skripsi)

    Oleh

    ANGGELIA PERMATA SARI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • ii

    ABSTRACT

    INCOME AND FARMERS INTEREST TO CASSAVAFARMING IN

    SUKADANA SUBDISTRICT EAST LAMPUNG REGENCY

    By

    Anggelia Permata Sari

    This research aims to analyze the income of cassava farming, the perception of

    cassava farmers on industrial cassava farming, the interest of industrial cassava

    farmers, and factors affecting of farmers interest to industrial cassava farming.

    The locations of this research are chosen purposively in Sukadana and Rajabasa

    Batanghari Village, Sukadana District, East Lampung Regency with 64 farmers

    whom selected using simple random sampling method. The data of this research

    collected in September to October 2018. Farmers income analyzed by descriptive

    quantitative analysis, farmers 'perceptions analyzed by the Linkert Scale, and the

    factors affecting of farmers interest analyzed by binary logistic regression. The

    results of this research showed that (1) farmers income was IDR 10,355,938.25

    per hectare in one planting season. (2) the perception of cassava farmers on

    cassava farming was in an easy classification which includes ease of cultivation,

    reliability of marketing, availability of counseling and fulfillment of needs. (3)

    the interest of farmers in cassava farming was low. (4) the factors affecting of

    farmers interest in cassava farming are the land area and the price of cassava

    commodities.

    Keywords: agriculture, cassava farmers, interests, perception

  • iii

    ABSTRAK

    PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM BERUSAHATANI UBI KAYU

    DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

    Oleh

    Anggelia Permata Sari

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu,

    persepsi petani ubi kayu terhadap usahatani ubi kayu industri, minat petani ubi

    kayu industri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam berusahatani

    ubi kayu industri. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Desa

    Sukadana dan Rajabasa Batanghari, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung

    Timur dengan responden sebanyak 64 petani yang dipilih menggunakan metode

    simple random sampling. Data penelitian ini dikumpukan pada Bulan September

    hingga Oktober 2018. Pendapatan usahatani dianalisis secara deskriptif

    kuantitatif, persepsi petani dianalisis dengan Skala Linkert, dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi minat petani dianalisis dengan regresi logistik biner. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani ubi kayu adalah

    Rp10.355.938,25 per hektar dalam satu musim tanam. (2) persepsi petani ubi

    kayu terhadap usahatani ubi kayu berada dalam klasifikasi mudah yang mencakup

    kemudahan budidaya, keandalan pemasaran, ketersediaan penyuluhan dan

    terpenuhinya kebutuhan. (3) minat petani dalam berusahatani ubi kayu rendah.

    (4) faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam berusahatani ubi kayu

    adalah luas lahan dan harga komoditas ubi kayu.

    Kata kunci: pertanian, petani ubi kayu, minat, persepsi

  • iv

    ANALISIS PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM

    BERUSAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA

    KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

    Oleh

    ANGGELIA PERMATA SARI

    Skripsi

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PERTANIAN

    Pada

    Jurusan Agribisnis

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • v

    Judul Skripsi : PENDAPATAN DAN MINAT PETANI

    DALAM BERUSAHATANI UBI KAYU DI

    KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN

    LAMPUNG TIMUR

    Nama Mahasiswa : Anggelia Permata Sari

    Nomor Induk Mahasiswa : 1414131013

    Program Studi : Agribisnis

    Jurusan : Agribisnis

    Fakultas : Pertanian

    MENYETUJUI

    1. Komisi Pembimbing

    Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si.

    NIP. 19620623 198603 1 003 NIP. 19640825 199003 2 002

    2. Ketua Jurusan Agribisnis

    Dr. Teguh Endaryanto, S.P. M.Si.

    NIP. 19691003 199403 1 004

  • vi

    MENGESAHKAN

    1. Tim Penguji

    Ketua : Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. ………………

    Sekretaris : Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si. ………………

    Penguji

    Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc. ………………

    2. Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

    NIP. 19611020 198603 1 002

    Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 1 Juli 2019

  • vii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1996,

    bertempat di Kota Bandar Lampung. Penulis adalah

    anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak

    Marsono dan Ibu Jumiyati S.Pd. Penulis

    menyelesaikan studi Taman Kanak-Kanak (TK) di TK

    Pertiwi Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah

    Dasar (SD) di SDN 1 Pahoman pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama

    (SMP) di SMPN 23 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah

    Atas (SMA) di SMAN 9 Bandar Lampung pada tahun 2014. Penulis diterima di

    Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014

    melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

    Semasa kuliah di Universitas Lampung, Penulis telah melaksanakan kegiatan

    homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) di Desa Wonoharjo Kabupaten

    Tanggamus pada tahun 2015. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

    di Desa Sri Way Langsep, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah

    selama 40 hari pada bulan Januari hingga Maret 2017. Selanjutnya, pada Juli

    hingga Agustus 2017 Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Japfa

    Comfeed Indonesia Tbk unit Corn Drier Metro Kibang selama 30 hari kerja

  • viii

    efektif. Selama masa perkuliahan Penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada

    mata kuliah Sosiologi Pedesaan Semester Ganjil tahun 2016 –2017, Teknologi

    Informasi dan Multimedia pada Semester Ganjil tahun 2016-2017, Koperasi pada

    Semester Genap tahun 2016-2017, Landasan Perdagangan Internasional pada

    Semester Ganjil tahun 2017/2018, dan Ekonometrika pada Semester Ganjil tahun

    2017-2018. Kegiatan eksternal Penulis selama masa perkuliahan adalah pernah

    menjadi surveyor dalam kegiatan survei harga yang dilakukan oleh Bank

    Indonesia perwakilan Provinsi Lampung periode Januari - April 2018, serta aktif

    dalam organisasi kemahasiswaan yaitu menjadi anggota Bidang II Pengkaderan

    Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2014-2016.

  • ix

    SANWACANA

    Bismillahirrahmanirrahim,

    Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan berkat, rahmat serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

    Sarjana Pertanian. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan

    dan suri teladan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman

    kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita

    semua mendapatkan syafaatnya pada yaumil akhir kelak.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi yang berjudul

    “PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM BERUSAHATANI

    UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG

    TIMUR” tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan,

    nasihat, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

    kesempatan ini dengan sepenuh hati Penulis menyampaikan ucapan terimakasih

    kepada

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

    Pertanian Universitas Lampung.

  • x

    2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

    3. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Dosen Pembimbing Utama,

    atas ketulusan hati dan kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan,

    dukungan, saran, dan nasihat selama proses penyelesaian skripsi.

    4. Ibu Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Anggota, atas

    keikhlasan hati, kesabaran, nasihat, arahan, motivasi, ilmu yang bermanfaat

    dan perhatian yang telah diberikan kepada Penulis selama proses

    penyelesaian skripsi.

    5. Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc., sebagai Dosen Penguji, atas saran, nasihat,

    serta arahan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

    6. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Pembimbing Akademik, yang telah

    memberikan saran dan nasihat selama Penulis menjadi mahasiswa Jurusan

    Agribisnis.

    7. Keluarga tercinta, Ayahanda Marsono, Ibunda Jumiyati S.Pd., adikku

    tersayang Agung Dwi Laksono, Mama Eldhalia, Papa M. Salim Sanjaya,

    adik Arum Monica Putri, Adik Rekxy Rakasiwi Sanjaya, serta suamiku

    tercinta Bripda Angga Firginiawan Sanjaya yang telah memberikan yang

    terbaik, tanpa kenal lelah untuk selalu memberikan cinta dan kasih sayang,

    pengorbanan, dukungan yang tiada henti, serta do’a yang tidak terputus

    untuk Penulis.

    8. Pakde Sugeng, Mas Ibnu, Mba Mei dan semua keluarga Sukadana, atas

    bantuan dan dukungan tiada henti, serta dan seluruh responden yang telah

    memberikan informasi terkait penelitian Penulis.

  • xi

    9. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan

    dan pengalaman kepada Penulis dan staf/karyawan yang telah memberikan

    bantuan dan kerja sama selama ini.

    10. Sahabat-sahabat Penulis, Aurora Afifah Yasmin, S.P., Defline Putri Delly,

    S.P., Devira Nurani Sejati, Asih Titiana, Dela Fitriana, S.P., dan Sendy

    Hudanisa, S.E. atas dukungan, bantuan dan saran yang telah diberikan.

    11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Alvita, Uti, Mba Dea, Hafia,

    Measi, Inggit, Olpa, Luvita, Jesang, Rangga, Dete, Dewi Ira, Mamat, dan

    teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

    kebersamaannya selama ini.

    12. Almamater tercinta dan semua pihak yang telah membantu Penulis dalam

    penulisan skripsi.

    Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan

    kepada Penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan,

    akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

    banyak pihak di masa yang akan datang.

    Bandar Lampung, Juli 2019

    Penulis,

    Anggelia Permata Sari

  • i

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

    I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 9

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 9

    D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 10

    II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................... 11

    A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 11

    1. Tinjauan Agronomis Ubi Kayu .................................................................. 11

    2. Konsep Usahatani ......................................................................................... 17

    3. Persepsi Petani .............................................................................................. 21

    4. Minat Petani .................................................................................................. 27

    B. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................... 33

    C. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 40

    D. Hipotesis Penelitian......................................................................................... 44

    III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 45

    A. Metode Penelitian ............................................................................................ 45

    B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional....................................................... 45

    C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian .................................................... 54

    D. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data................................................... 56

  • ii

    E Analisis Data ..................................................................................................... 57

    1. Analisis Pendapatan ..................................................................................... 57

    2. Analisis Persepsi Petani terhadap Pentingnya Usahatani Ubi Kayu ..... 59

    3. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani Dalam

    Usahatani Ubi Kayu ..................................................................................... 61

    IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 67

    A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ......................................... 67

    B. Gambaran Umum Kecamatan Sukadana ..................................................... 70

    1. Keadaan Geografi dan Iklim....................................................................... 70

    2. Keadaan Penduduk ...................................................................................... 71

    3. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................... 72

    4. Keadaan Pertanian ....................................................................................... 75

    5. Keadaan Usahatani Ubi Kayu .................................................................... 75

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 78

    A. Karakteristik Petani ......................................................................................... 78

    1. Usia dan Pekerjaan di Luar Usahatani Petani ........................................... 78

    2. Jumlah Anggota Keluarga Petani ................................................................ 80

    3. Tingkat Pendidikan Formal dan Keikutsertaan dalam Kelompok Tani . 82

    4. Luas Lahan Petani ......................................................................................... 84

    5. Pengalaman Usahatani Petani ...................................................................... 85

    B. Analisis PendapatanUsahatani Ubi Kayu ..................................................... 86

    1. Keragaan Usahatani Ubi Kayu ................................................................... 86

    a. Bibit ............................................................................................................. 86

    b. Persiapan Lahan ......................................................................................... 88

    c. Penanaman .................................................................................................. 89

    d. Pemupukan ................................................................................................. 90

    e. Pemeliharaan dan Perawatan .................................................................... 92

    f. Penanganan Hama dan Penyakit .............................................................. 93

    g. Panen dan Pasca Panen ............................................................................. 94

    h. Penyusutan Peralatan ................................................................................ 96

    i. Penggunaan Tenaga Kerja ......................................................................... 97

  • iii

    2. Penerimaan Usahatani .................................................................................. 98

    3. Pengeluaran Usahatani Ubi Kayu ............................................................. 100

    4. Pendapatan Usahatani Ubi Kayu .............................................................. 102

    C. Analisis Persepsi Petani Ubi Kayu terhadap Budidaya Ubi Kayu

    Industri ............................................................................................................ 105

    1. Kemudahan Budidaya Ubi Kayu Industri ............................................ 108

    2. Keandalan Pemasaran Ubi Kayu Industri............................................. 112

    3. Ketersediaan Penyuluhan Pertanian ...................................................... 114

    4. Pemenuhan Kebutuhan Petani Ubi Kayu ............................................. 117

    D. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani Terhadap

    Usahatani Ubi Kayu Industri ...................................................................... 120

    1. Minat Petani Terhadap Usahatani Ubi Kayu Industri ......................... 120

    2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani dalam

    Usahatani Ubi Kayu Industri .................................................................. 124

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 129

    A. Kesimpulan .................................................................................................... 129

    B. Saran ................................................................................................................ 130

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 131

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 137

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di Indonesia ........................ 3

    2. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu pada sentra produksi ubi

    kayu di Indonesia .............................................................................................. 5

    3. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut kabupaten di

    Provinsi Lampung tahun 2018 .......................................................................... 6

    4. Kesimpulan dari kajianpenelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan

    penelitian ......................................................................................................... 34

    5. Penyebaran petani ubi kayu di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung

    Timur, tahun 2017. .......................................................................................... 56

    6. Nama kecamatan, jumlah desa, dan luas wilayah per-kecamatan di Kabupaten

    Lampung Timur tahun 2017............................................................................ 68

    7. Sebaran usia dan pekerjaan di luar usahatani petani ....................................... 79

    8. Sebaran jumlah anggota keluarga petani......................................................... 81

    9. Sebaran pendidikan formal dan keikutseraan kelompok tani ......................... 82

    10. Sebaran luas lahan usahatani petani ................................................................ 84

    11. Pengalaman usahatani petani .......................................................................... 85

    12. Penyusutan rata-rata peralatan per hektar per periode panen usahatani

    ubi kayu di Kecamatan Sukadana tahun 2018 ................................................ 97

    13. Rata-rata penerimaan usahatani ubi kayu petani per hektar per periode

    panen di Kecamatan Sukadana tahun 2018 per varietas ................................. 99

    14. Rata-rata pengeluaran usahatani ubi kayu petani per hektar per periode

    panen di Kecamatan Sukadana Tahun 2018 ................................................. 101

  • v

    15. Rata-rata pendapatan usahatani ubi kayu petani per hektar per periode

    di Kecamatan Sukadana tahun 2018 ............................................................. 103

    16. Hasil uji validitas dan realibilitas persepsi petani ......................................... 107

    17. Sebaran persepsi petani terhadap kemudahan budidaya ubi kayu industri

    di Kecamatan Sukadana ................................................................................ 108

    18. Rekapitulasi persepsi petani terhadap kemudahan budidaya ubi kayu

    industri di Kecamatan Sukadana .................................................................. 110

    19. Sebaran persepsi petani terhadap keandalan pemasaran ubi kayu industri

    di Kecamatan Sukadana ................................................................................ 112

    20. Rekapitulasi persepsi petani terhadap keandalan pemasaran ubi kayu

    industri di Kecamatan Sukadana ................................................................... 113

    21. Sebaran persepsi petani terhadap ketersedian penyuluhan pertanian di

    Kecamatan Sukadana .................................................................................... 115

    22. Sebaran persepsi petani terhadap ketersediaan penyuluhan pertanian di

    Kecamatan Sukadana .................................................................................... 115

    23. Sebaran persepsi petani terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan petani ubi

    kayu industri di Kecamatan Sukadana .......................................................... 117

    24. Rekapitulasi persepsi petani terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan petani

    ubi kayu industri di Kecamatan Sukadana .................................................... 118

    25. Rekapitulasi persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu industri di

    Kecamatan Sukadana .................................................................................... 119

    26. Hasil uji validitas dan reliabilitas minat petani ............................................. 121

    27. Tingkat minat petani dalam melakukan usahatani ubi kayu industri di

    Kecamatan Sukadana .................................................................................... 122

    28. Hasil regresi logistik biner faktor-faktor yang mempengaruhi petani

    dalam berusahatani ubi kayu industri di Kecamatan Sukadana .................... 124

    29. Identitas responden ubi kayu ......................................................................... 138

    30. Penguasaan lahan usahatani ubi kayu ........................................................... 140

    31. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ........................... 142

    32. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ........................... 143

  • vi

    33. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) .......................... 149

    34. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas Buto Ijo ........................................ 153

    35. Penyusutan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............................. 156

    36. Penyusutan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ............................ 162

    37. Penyusutan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .......................................... 165

    38. Tenaga kerja usahatani ubi kayu ................................................................... 166

    39. Biaya lain-lain usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ........................ 176

    40. Biaya lain-lain usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ...................... 178

    41. Biaya lain-lain usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .................................... 179

    42. Total biaya usahatani ubi kayu ...................................................................... 180

    43. Penerimaan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............................ 184

    44. Penerimaan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ........................... 185

    45. Penerimaan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo ......................................... 186

    46. Penerimaan total usahatani ubi kayu ............................................................. 187

    47. Pendapatan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............................. 189

    48. Pendapatan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ............................ 191

    49. Pendapatan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .......................................... 192

    50. Rata-rata keuntungan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............. 193

    51. Rata-rata keuntungan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ............ 194

    52. Rata-rata keuntungan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .......................... 195

    53. Persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu ................................................. 196

    54. Rekapitulasi persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu ............................ 198

    55. Tingkat minat petani ubi kayu terhadap usahatani ubi kayu ......................... 201

    56. Tingkat minat petani ubi kayu terhadap usahatani ubi kayu ......................... 203

    57. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam usahatani ubi kayu . 207

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Perkembangan harga ubi kayu di Indonesia tahun 2013 – 2017 ....................... 7

    2. Proses persepsi. ............................................................................................... 23

    3. Bagan persepsi ................................................................................................ 26

    4. Kerangka pemikiran analisis pendapatan, persepsi dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kabupaten

    Lampung Timur. ............................................................................................. 43

    5. Peta Administratif Kabupaten Lampung Timur .............................................. 69

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Uji validitas dan reliabilitas persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu .... 197

    2. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat minat petani terhadap usahatani

    ubi kayu ......................................................................................................... 202

    3. Hasil uji logistik biner minat petani terhadap usahatani ubi kayu ................. 209

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya

    berprofesi dalam sektor pertanian mengingat luas wilayah, kondisi geografis

    dan iklim yang dimiliki Indonesia sangat menunjang berlangsungnya semua

    kegiatan tersebut. Karakteristik Indonesia sebagai negara agraris menyiratkan

    bahwa sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan

    perekonomian nasional terutama dalam menyediakan pangan untuk

    mewujudkan ketahanan pangan nasional. Tanaman pangan juga berperan

    dalam mewujudkan pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan,

    penyerapan tenaga kerja, penyedia bahan baku industri, penghematan dan

    penerimaan devisa negara, serta menjadi penarik bagi industri hulu dan

    pendorong pertumbuhan bagi industri hilir.

    Ubikayu (Manihot utilissima) merupakan komoditas tanaman pangan di

    Indonesia yang menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung (Ginting,

    2002). Sebagai komoditas sub-sektor tanaman pangan yang penting, ubi kayu

    atau singkong telah mendapat perhatian pemerintah sebagai bahan pangan

    potensial masa depan dalam tatanan pengembangan agribisnis dan

  • 2

    agroindustri. Ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai

    industri non pangan dan pakan ternak (rasum). Ubi yang dihasilkan

    mengandung air sekitar 60%, pati 25%-35%, serta protein, mineral,

    serat,kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih

    tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum (Widianta dan Widi,

    2008).

    Sebagai bahan makanan, ubi kayu merupakan komoditas pangan tradisional

    yang dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat. Kandungan karbohidrat

    yang cukup tinggi dalam ubikayu dapat dimanfaatkan sebagai substitusi atau

    pengganti asal beras melalui program diversifikasi yang sedang dijalankan

    oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras. Ubi

    kayu memiliki peran yang cukup berpengaruh dalam pemenuhan bahan

    pangan langsung, namun tidak memberikan pengaruh yang sangat besar

    terhadap perekonomian Indonesia. Adapun produk olahan ubi kayu yang

    dihasilkan di Indonesia seperti tapioka, industri makanan ringan berupa

    keripik, industri olahan makanan tradisional berupa getuk, bahan baku

    bio ethanol, pellet, onggok, dan gaplek (Saleh danWidodo, 2007).

    Menurut Saleh dan Widodo (2007), produk olahan ubi kayu memiliki potensi

    permintaan yang cukup tinggi karena selain dapat dikonsumsi secara

    langsung oleh rumah tangga, dapat dijadikan juga sebagai bahan baku industri

    dan sebagai bahan dasar industri lanjutan, seperti industri kertas dan tekstil.

    Data perkembangan luas panen,produksi, dan produktivitas ubi kayu di

    Indonesia pada tahun 2007–2017 dapat dilihat pada Tabel 1.

  • 3

    Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di Indonesia

    Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas

    (ton/ha)

    2007 1.201.481,00 19.988.058,00 16,64

    2008 1.204.933,00 21.756.991,00 18,06

    2009 1.175.666,00 22.039.145,00 18,75

    2010 1.183.047,00 23.918.118,00 20,22

    2011 1.184.696,00 24.044.025,00 20,30

    2012 1.129.688,00 24.177.372,00 21,40

    2013 1.065.752,00 23.936.921,00 22,46

    2014 1.003.494,00 23.436.384,00 23,35

    2015 949.916,00 21.801.415,00 22,95

    2016 945.023,00 21.631.710,00 22,89

    2017 942.715,00 21.023.815,00 22,30

    Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018.

    Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen ubi kayu Indonesia pada tahun 2007

    sampai tahun 2017 berkurang setiap tahunnya dan cenderung semakin

    menurun, sedangkan produksi ubi kayu menunjukkan peningkatan pada tahun

    2007 sampai tahun 2012. Pada tahun 2013 sampai tahun 2017 produksi ubi

    kayu di Indonesia terus menurun setiap tahunnya. Sementara itu,

    produktivitas ubi kayu pada tahun 2007 sampai tahun 2014 mengalami

    peningkatan, namun pada tahun 2015 sampai tahun 2017 produktivitas ubi

    kayu menurun sejalan dengan menurunnya luas panen dan produksi ubi kayu.

    Tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia.

    Hal ini didasarkan atas adanya potensi fisik seperti kesesuaian lahan, iklim,

    sumber daya manusia, dan tingkat adaptasi teknologi yang dimiliki.

    Indonesia yang terkenal sebagai media tanam yang cocok untuk tanaman

    pangan. Ubi kayu atau singkong dibagi menjadi dua jenis yaitu ubi kayu

  • 4

    pangan dan ubi kayu industri. Ubi kayu pangan dapat dijadikan berbagai

    macam olahan makanan diantaranya keripik singkong, singkong rebus,

    kerupuk singkong, combro, dan getuk. Ubi kayu industri dapat dijadikan

    sebagai bahan baku industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan

    bahan baku bioethanol. Sebagian besar petani ubi kayu di Indonesia

    menghasilkan ubi kayu industri dengan industri-industri pengolahan tepung

    tapioka sebagai pasar tetap yang menerima penjualan ubi kayu dari para

    petani.

    Berdasarkan BPS (2018), menunjukkan bahwa terdapat lima provinsi teratas

    yang merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar di Indonesia, yaitu

    Provinsi Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera

    Utara. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi utama ubi kayu

    didukung oleh iklim dan ketersediaan faktor –faktor produksi, terutama lahan,

    yang masih sangat luas di Lampung. Selama lima tahun terakhir, luas panen

    ubi kayu di Provinsi Lampung mengalami penurunan, hal ini dimungkinkan

    semakin majunya teknologi, sehingga dapat digunakan untuk alih fungsi

    lahan ataupun beralih keusahatani lainnya yang berdampak pada penurunan

    produksi dan produktivitas ubi kayu itu sendiri. Perkembangan produksi

    usahatani ubi kayu pada sentra penghasil ubi kayu di Indonesia selama lima

    tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.

  • 5

    Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu pada sentra

    produksi ubi kayu di Indonesia

    Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017.

    Provinsi Lampung sebagai daerah penghasil ubi kayu terbesar seharusnya

    mampu memberikan pendapatan yang sesuai (cukup besar) bagi petani.

    Namun, pada kenyataannya pendapatan yang diterima petani ubi kayu masih

    tergolong rendah. Tak jarang pula petani ubi kayu mengalami kerugiaan.

    Hal tersebut dimungkinkan karena usahatani yang dilakukan oleh petani ubi

    kayu belum efisien, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.

    Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut kabupaten di

    provinsi lampung tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 3.

    LampungJawa

    TengahJawa Timur Jawa Barat

    Sumatera

    Utara

    Luas Panen

    (Ha)

    2013 318.107 161.783 168.194 95.505 47.141 1.065.752,00

    2014 304.468 153.201 157.111 93.921 42.062 1.003.494,00

    2015 279.337 150.874 146.787 85.288 47.837 949.916,00

    2016 271.045 149.802 140.772 84.296 48.871 945.023,00

    2017 263.213 142.881 139.685 82.254 46.817 942.715,00

    Produksi

    (Ton)

    2013 8.329.201 4.089.635 3.601.074 2.138.532 1.518.221 23.936.921,00

    2014 8.034.016 3.977.810 3.635.454 2.250.024 1.383.346 23.436.384,00

    2015 7.387.084 3.571.594 3.161.573 2.000.224 1.619.495 21.801.415,00

    2016 7.245.062 3.378.102 3.045.452 1.990.241 1.873.316 21.631.710,00

    2017 7.170.813 3.305.940 3.017.132 1.973.245 1.627.692 21.023.815,00

    Produktivitas

    (Ton/Ha)

    2013 26,18 25,28 21,41 22,39 32,21 22,46

    2014 26,39 25,96 23,14 23,96 32,89 23,35

    2015 26,45 23,67 21,54 23,45 33,85 22,95

    2016 26,73 22,55 21,63 23,61 38,33 22,89

    2017 27,24 23,14 21,60 23,99 34,77 22,30

    Tahun

    Provinsi

    Indonesia

  • 6

    Tabel 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut kabupaten

    di Provinsi Lampung tahun 2018

    No Kabupaten/Kota Luas

    Panen (Ha)

    Produksi

    (Ton)

    Produktvitas

    (Ton/Ha)

    1 Lampung Barat 131 3.264 24,92

    2 Tanggamus 344 8.158 23,72

    3 Lampung Selatan 5.828 137.150 23,53

    4 Lampung Timur 52.289 1.294.412 24,75

    5 Lampung Tengah 68.720 1.730.156 25,18

    6 Lampung Utara 48.716 1.477.496 30,33

    7 Way Kanan 13.643 383.891 28,14

    8 Tulang Bawang 19.886 494.615 24,87

    9 Pesawaran 5.488 123.129 22,44

    10 Pringsewu 707 16.360 23,14

    11 Mesuji 2.298 64.488 28,06

    12 Tulang Bawang Barat 29.289 742.569 25,35

    13 Pesisir Barat 142 3.210 22,61

    14 Bandar Lampung 62 1.678 27,06

    15 Metro 27 807 29,89

    Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018.

    Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung (2018), Kabupaten Lampung Timur

    menempati posisi ketiga penghasil ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung

    setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Utara. Meskipun

    menempati urutan ketiga produktivitas ubi kayu Kabupaten Lampung Timur

    masih tergolong rendah dengan menempati urutan kesepuluh.

    Dalam kurun waktu dua tahun terakhir harga jual ubi kayu rendah yakni

    Rp800 per Kg. Jatuhnya harga jual singkong disebabkan oleh semakin

    terbukanya peluang impor tapioka, sehingga menyebabkan para pelaku

    industri makanan yang sebelumnya menggunakan bahan baku tapioka lokal

    beralih ke tapioka impor karena harga tapioka impor lebih murah daripada

    tapioka yang diproduksi dalam negeri. Akibatnya, terjadi penurunan

  • 7

    permintaan tapioka yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi

    tapioka pada industri-industri pengolahan tepung tapioka lokal. Hal ini

    tentunya akan berdampak kepada para petani ubi kayu dimana pasar utama

    penjualan ubi kayu tersebut adalah industri-industri pengolahan tepung

    tapioka lokal. Perkembangan harga ubi kayu di Indonesia dapat dilihat pada

    Gambar 1.

    Gambar 1. Perkembangan harga ubi kayu di Indonesia tahun 2013 – 2017

    (Sumber : Pusat data dan sistem informasi pertanian, 2018)

    Jenis tanaman ubi kayu industri yang dibudidayakan sebagian besar petani di

    Provinsi Lampung untuk saat ini hanya dapat dijadikan sebagai bahan baku

    industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan bahan baku

    bioethanol. Banyaknya serangkaian proses dan modal dalam pembuatan

    bioethanol menyebabkan industri yang beroperasi dalam bidang ini masih

    sangat sedikit bahkan jarang ditemui. Akibatnya, para petani ubi kayu

    menggantungkan nasibnya kepada industri pengolahan tepung tapioka.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    2013 2014 2015 2016 2017

    Harga

    Tahun

  • 8

    Hasil penelitian Anggraini (2013), menyebutkan bahwa rantai pemasaran ubi

    kayu di Provinsi Lampung memiliki dua saluran pemasaran yang hanya

    melibatkan dua pelaku pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pabrik

    tapioka. Pendeknya rantai pemasaran ini menyebabkan para pelaku

    pemasaran dapat memonopoli harga, sementara petani bertindak sebagai price

    taker (penerima harga). Hal ini menyebabkan pendapatan yang diterima

    petani tidak sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan bahkan menimbulkan

    kerugian. Permasalahan-permasalahan diatas dapat dijadikan pertimbangan

    bagi para petani ubi kayu, khususnya petani ubi kayu di Kabupaten Lampung

    Timur untuk beralih ke usahatani lainnya yang dinilai lebih menguntungkan,

    sehingga petani dapat memperoleh pendapatan yang lebih layak. Namun,

    pada kenyataannya petani ubi kayu masih tetap bertahan dalam berusahatani

    ubi kayu.

    Karakteristik dan persepsi petani ikut menentukan dalam mengambil minat

    dalam berusahatani. Menurut Rahmat (2004) dalam Aisyah (2013), persepsi

    merupakan pengalaman belajar tentang obyek peristiwa atau hubungan-

    hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

    pesan, serta bentuk komunikasi intrapersonal yang terjadi dalam diri

    seseorang, dan mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bertindak, serta

    berkomunikasi dengan pihak lain. Minat petani dalam melakukan usahatani

    diperkirakan akibat adanya pengaruh dari karakteristik berbagai faktor.

    Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor internal yang ada dalam diri petani

    masing-masing maupun faktor eksternal yang berasal dari luar diri petani.

  • 9

    Karakteristik perilaku, persepsi petani dalam menjalankan usahataninya

    berbeda-beda. Hal ini tentu akan mempengaruhi minat petani dalam

    menentukan usahatani yang akan dijalankan. Oleh karena itu, peneliti

    melakukan penelitian terkait pendapatan dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi minat para petani ubi kayu dalam berusahatani ubi kayu.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa

    permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

    1. Bagaimana pendapatan usahatani ubi kayu di Kecamatan Sukadana

    Kabupaten Lampung Timur.

    2. Bagaimana persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu di Kecamatan

    Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

    3. Bagaimana minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kecamatan

    Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

    4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam

    berusahatani ubi kayu di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung

    Timur.

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Menganalisis pendapatan usahatani petani ubi kayu di Kecamatan

    Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

  • 10

    2. Mengetahui persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu di Kecamatan

    Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

    3. Mengetahui minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kecamatan

    Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

    4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam

    berusahatani ubi kayudi Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai berikut :

    1. Bagi petani dapat memberikan informasi yang berguna dalam

    menyelesaikan masalah yang ada di Kecamatan Sukadana Kabupaten

    Lampung Timur.

    2. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian-penelitian

    yang sejenis.

    3. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

    keputusan dalam merumuskan kebijakan terutama terhadap peningkatan

    pendapatan petani ubi kayu.

  • 11

    II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Tinjauan Agronomis Ubi Kayu

    Di Indonesia, tanaman ubi kayu cocok ditanam di daerah dataran rendah

    dengan ketinggian kurang dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl).

    Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan suhu minimum 100⁰ C dan

    kelembaban rata-rata 65 % (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

    Kementrian Pertanian, 2015).

    Menurut Rukmana dan Yuniarsih (1987), ubi kayu mempunyai banyak

    nama daerah; diantaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi

    inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jenderal (jawa), dan ubi perancis

    (padang). Taksonomi tanaman yang berasal dari negara Brasil ini dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermathophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dycotiledonae

    Ordo : Eupphorbiales

  • 12

    Famili : Euphorbiaceae

    Genus : Manihot

    Spesies : Manihot Esculenta Crantz (Rukmana dan Yuniarsih,

    1997).

    Ubi kayu (Mannihot esculenza Crantz) termasuk tumbuhan berbatang

    lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi

    yang terjadi pada bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus

    dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu dapat tumbuh subur di

    daerah yang berketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Daun ubi kayu

    memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan

    dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun

    tersebut berwarna kuning, hijau atau merah (Widianta dan Widi, 2008).

    Berdasarkan varietas ubikayu, ubikayu dibedakan menjadi dua macam :

    1. Jenis ubikayu manis

    Ubikayu manis yaitu jenis ubikayu yang dapat dikonsumsi langsung

    karena kadar HCN yang rendah.

    2. Jenis ubikayu pahit

    Ubikayu pahit yaitu jenis ubikayu untuk diolah atau prossesing karena

    kadar HCN yang tinggi (Winarno, 1995).

    Petani biasanya menanam tanaman ubikayu dari golongan ubikayu yang

    manis atau tidak beracun untuk mencukupi kebutuhan pangan. Sementara

    itu, untuk bahan dasar keperluan industri biasanya dipilih dari golongan

  • 13

    umbi yang pahit atau beracun. Ubi kayu pahit mempunyai kadar pati yang

    lebih tinggi dan umbinya lebih besar serta tahan terhadap kerusakan,

    misalnya perubahan warna (Sosrosoedirdjo, 1993).

    Menurut Gardjito (2013), jenis ubi kayu yang tidak pahit atau ubi kayu

    konsumsi lebih banyak ditemukan pada varietas lokal antara lain mentega,

    manggis, wungu, mangler, roti, odang, jinggul, batak seluang, faroka, dan

    sebagainya. Varietas unggul nasional ubi kayu konsumsi antara lain adira

    1, adira 2, malang 1, malang 2, dan darul hidayah. Ubi kayu tersebut dapat

    dikonsumsi karena memiliki karakter sebagai berikut :

    1. Rasa tidak pahit dan enak

    2. Warna umbi kuning/putih

    3. Kandungan serat rendah

    4. Bentuk umbi pendek dan kecil

    5. Kandungan pati rendah

    6. Kadar HCN rendah

    Ubikayu untuk industri memiliki karakter sebagai berikut :

    1. Rasa pahit (tidak menjadi masalah)

    2. Warna umbi putih atau kuning

    3. Kandungan serat ada yang tinggi dan ada pula yang rendah

    4. Bentuk umbi panajang dan besar

    5. Kadar HCN tinggi

  • 14

    Jenis ubi kayu untuk industri, umumnya dapat dipilih dari varietas-varietas

    unggul nasional antara lain adira 4, UJ 3, UJ 5, malang 4, malang 6, dan

    darul hidayah. Sifat unggul ubikayu yang dimaksudkan antara lain :

    1. Produksi lebih dari 30 ton/ha.

    2. Kadar karbohidrat antara 35% s/d 40%.

    3. Umur panen pendek (kurang dari 8 bulan sudah dapat panen).

    4. Tahan terhadap hama dan penyakit.

    5. Rasa enak dengan kadar HCN kurang dari 80 mg/kg.

    Tahapan - tahapan dalam usahatani ubi kayu sebagai berikut :

    a) Pengolahan Tanah

    Tanaman ubi kayu ditanam pada permulaan musim penghujan, maka

    sebaiknya pengolahan tanah sudah dikerjakan sebelum turun hujan.

    Tanah dibajak atau dicangkul sehingga tanah menjadi halus dan siap

    ditanami.

    b) Penanaman

    Pengembangbiakkan ubi kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

    dengan biji dan stek, namun pada umumnya ubi kayu ditanam dalam

    bentuk stek. Penanaman dalam bentuk biji hanya diperlukan untuk

    pemuliaan tanaman. Bagian batang pohon yang baik untuk keperluan

    bibit adalah batang yang sudah berkayu berumur 7 – 12 bulan dengan

    panjang batang stek 25 cm. Pada jarak tanam 100 cm x 80 cm atau

    100 cm x 60 cm. Stek ditanam tegak lurus dengan cara menancapkan

  • 15

    bagian yang runcing sedalam 5 -10 cm pada tanah yang sudah

    disiapkan sebelumnya (Nugrahana, 2016).

    c) Pemeliharaan

    Pemupukan biasanya bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan

    pertama diberikan apabila tanaman sudah berumur 1 – 1,5 bulan

    setelah penyiangan pertama, sedangkan pemupukan dan penyiangan

    yang kedua dilakukan apabila tanaman sudah berumur 2 – 3 bulan.

    Dosis umum pemupukan tanaman ubi kayu untuk luasan satu hektar

    adalah 200 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCL.

    Ubi kayu sangat peka terhadap penggunaan pupuk. Apabila dosis

    pupuk diberikan terlalu tinggi, maka hasilnya akan menurun. Hal ini

    disebabkan oleh adanya indeks luas daun yang melampaui optimal,

    sehingga efisiensi fotosintesis rendah. Pengaruh penggunaan kapur

    pada tanah asam terhadap pertumbuhan ubi kayu cukup besar, yakni

    akan memperbaiki pertumbuhan tanaman bila dosisnya tepat.

    Sebaliknya, bila dosisnya tinggi akan menyebabkan defisiensi Fe. Di

    samping penggunaan pupuk, pemilihan varietas juga akan menetukan

    tingkat hasil produksi. Penggunaan varietas unggul seperti UJ-5 yang

    ditanam melalui sistem tanam yang dianjurkan mampu menghasilkan

    ubi kayu hingga mencapai 50 – 60 ton/ha atau meningkat lebih dari

    150% (Asnawi, 2004).

    Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu dilakukan

    apabila terjadi serangan hama dan penyakit seperti tungau merah atau

  • 16

    uret. Hama penyakit merupakan kendala produksi yang cukup serius

    jika tidak dilakukan pengendalian secara efektif, terutama di daerah

    ubi kayu yang penanamannya dilakukan secara terus-menerus. Cara

    pengendalian yang efektif adalah dengan menggunakan varietas

    resisten, bibit dan alat yang tidak terkontaminasi dengan hama

    penyakit, mengadakan rotasi tanaman dan penggunaan obat pencegah

    (Nugrahana, 2016).

    Tanaman ubi kayu sangat peka terhadap kompetisi, oleh karena itu

    pengendalian gulma harus dilakukan dengan cara kultur teknik,

    penyiangan secara manual dan penggunaan herbisida. Penerapan cara

    pengendalian gulma tersebut dipengaruhi oleh jenis pertanaman,

    modal, ketersediaan tenaga kerja atau buruh, kondisi lahan dan pola

    tanam (Nugrahana, 2016).

    d) Pemanenan

    Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat karbohidrat atau

    kandungan tepung dalam umbi dan produksi dalam keadaan

    maksimum. Tanda-tanda pada saat pemanenan yang tepat adalah

    pertumbuhan daun yang sudah mulai menguning dan banyak yang

    rontok, umur tanaman telah mencapai 7 - 11 bulan dan bergantung

    dari varietasnya (Najiyati, 2000).

  • 17

    2. Konsep Usahatani

    a) Pengertian Usahatani

    Soekartawi (1995) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang

    mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang

    ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan

    yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau

    produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki

    (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila

    pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)

    yang melebihi masukan (input).

    Suatu usahatani dikatakan berhasil atau tidak diketahui dari besarnya

    pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Besarnya tingkat

    perolehan keuntungan petani dari usahataninya sangat ditentukan oleh

    bagaimana petani mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor

    produksi. Faktor produksi merupakan korbanan yang diberikan pada

    tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik.

    Banyaknya jumlah faktor-faktor produksi ini akan menentukan besar

    kecilnya produksi yang dihasilkan. Setiap petani berusaha agar hasil

    panen usahataninya optimal. Oleh karena itu, keputusan yang diambil

    petani didasarkan atas perhitungan-perhitungan. Petani

    membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada

  • 18

    waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya produksi

    (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkan (Murbyarto, 1994).

    Soekartawi (1995), membagi biaya usahatani berdasarkan sifatnya

    menjadi dua yaitu:

    1) Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada

    besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali

    proses produksi. Sewa atau bunga tanah berupa uang adalah contoh

    dari biaya tetap.

    2) Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan

    dengan besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses

    produksi, yang termasuk dalam biaya variabel misalnya

    pengeluaran membeli bibit, obat-obatan, biaya persiapan, dan biaya

    pembuatan kandang.

    b) Pendapatan Usahatani

    Keberhasilan usahatani dalam bidang pertanian akhirnya akan dinilai

    dari besarnya keuntungan usahatani yang diperoleh dari kegiatan

    tersebut. Selisih antara penerimaan usahatani dan pengeluaran total

    usahatani disebut keuntungan. Biaya produksi adalah nilai dari semua

    faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun

    jasa selama proses produksi berlangsung. Penerimaan adalah

    perkalian antara harga produksi dengan jumlah produksi, sedangkan

    pengeluaran total (biaya total) adalah penjumlahan antara biaya tetap

  • 19

    (fixed cost) ditambah dengan biaya variabel (variabel cost)

    (Soekartawi, 1995).

    Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya

    biaya dan keuntungan usahatani sangatlah kompleks. Faktor tersebut

    dapat dibagi ke dalam 2 (dua) golongan yaitu faktor internal dan

    eksternal, dan faktor manajemen. Faktor internal dan eksternal

    adalah faktor yang sangat berperan dalam keberlangsungan usahatani

    yang dijalankan, faktor internal (faktor dalam) yang mempengaruhi

    kegiatan usahatani diantaranya pengalaman petani dalam.

    berusahatani, umur, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Faktor

    eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi berhasil tidaknya

    suatu kegiatan usahatani diantaranya faktor produksi yang digunakan

    dapat diartikan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang

    kegiatan. Selain faktor internal dan eksternal, faktor manajemen tidak

    kalah penting, petani merupakan manajer yang mengatur jalannya

    kegiatan usahatani. Petani sebagai juru tani harus menjalankan

    usahatani sebaik-baiknya dengan cara menggunakan faktor produksi

    secara efisien.

    Menurut Soekartawi (1995), keuntungan usahatani adalah selisih

    penerimaan dengan semua biaya produksi, keuntungan dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    π = TR – TC = Y . Py – (Σ Xi . Pxi ) – BTT ...................... (1)

  • 20

    Dimana :

    TR = Y . Py

    TC = ( Xi . Pxi) - BTT

    Keterangan:

    π = keuntungan (Rp)

    TR = total penerimaan (Rp)

    TC = total biaya (Rp)

    Y = hasil produksi (kg)

    Py = harga satuan produksi (Rp)

    Xi = faktor produksi ke-I (satuan)

    Pxi = harga faktor produksi ke-i(Rp)

    BTT = biaya tetap total (Rp)

    i = 1,2,3,4,5,n

    Soekartawi (1995) menyatakan bahwa untuk mengetahui suatu

    usahatani menguntungkan atau tidak dapat dianalisis dengan

    menggunakan nisbah atau perbandingan antara total penerimaan

    dengan total biaya (R/C). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    R/C = TR/TC....................................................................... (2)

    Keterangan:

    R/C = nisbah antara penerimaan dengan biaya

    TR = total penerimaan (total revenue)

    TC = total biaya (total cost)

    Berdasarkan nilai tersebut, maka kriteria pengukurannya sebagai

    berikut:

  • 21

    1) Jika R/C>1, maka usahatani tersebut menguntungkan, karena

    penerimaan lebih besar daripada biaya total yang dikeluarkan.

    2) Jika R/C=1, maka usahatani tersebut berada pada titik impas (break

    even point) yaitu keadaan dimana penerimaan sama dengan biaya

    total yang dikeluarkan.

    3) Jika R/C

  • 22

    individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan

    yang ada disekitar, dan juga tentang keadaan diri individu yang

    bersangkutan.

    Persepsi tidak hanya datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang

    dari dalam individu yang bersangkutan. Apabila yang menjadi objek

    persepsi adalah diri individu sendiri maka disebut dengan persepsi diri,

    karena dalam persepsi tersebut merupakan aktivitas intergrated, maka

    seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,

    kemampuan, berfikir, kerangka acuan, dan aspek lainnya yang ada dalam

    diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut.

    Moskowitz dan Orgel dalam Fitriyani (2014) berpendapat bahwa persepsi

    itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus

    yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi merupakan proses

    pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh

    individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas

    yang intergrated dalam diri individu. Seluruh apa yang ada dalam diri

    individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka

    acuan dan aspek-aspek lain ikut berperan aktif dalam persepsi itu. Oleh

    karena itu, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi meskipun

    stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan

    berpikir, kerangka acuan tidak sama adanya kemungkinan hasil persepsi

    antara individu satu dengan yang lain tidak sama.

  • 23

    Menurut Gibson dalam Filardhi (2014), pengertian persepsi dengan

    menggunakan gambar mulai dari stimulus hingga hasil proses persepsi.

    Persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Persepsi

    mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang

    bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan,

    pengorganisasian, dan penterjemahan dengan cara yang dapat

    mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Proses persepsi ini dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Proses persepsi.

    Terbentuknya persepsi seseorang terhadap sesuatu objek pada

    lingkungannya didasarkan pada stimulus atau situasi yang sedang

    dihadapinya. Terkait pada kondisi masyarakat persepsi adalah proses

    penilaian seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu objek, peristiwa

    dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek

    tersebut melalui proses kognisi, afeksi, dan konasi untuk membentuk objek

    tersebut (Filardhi, 2014).

    Kenyataan Objek Proses Persepsi Hasil Peristiwa

    Stimulus Pengamatan

    stimulus

    Faktor yang

    mempengaruhi

    persepsi

    Evaluasi dan

    penafsiran

    kenyataan

    Perilaku

    tanggapan

    Sikap yang

    terbentuk

    Umpan balik

  • 24

    Menurut Thoha dalam Filardhi (2014), pada hakekatnya persepsi adalah

    proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami

    informasi tentang lingkungannya, melalui penglihatan, pendengaran,

    penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan suatu

    penafsiran yang unik terhadap situasi yang menghasilkan suatu gambar

    yang mungkin sangat berbeda dari kenyataannya.

    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi adalah faktor internal

    dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud yaitu diri individu itu

    sendiri, sedangkan yang dimaksud faktor eksternal yaitu faktor stimulus

    dan faktor lingkungan pada persepsi itu berlangsung. Faktor internal dan

    faktor eksternal ini saling berinteraksi dalam individu mengadakan

    persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat,

    stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang

    minimal, tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran (Robbins, 2003).

    Keadaan individu yang dapat mempengarui hasil persepsi berasal dari

    sumber yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan segi psikologis.

    Bila sistem psikologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam

    persepsi seseorang, segi psikologis yang dimaksud antara lain mengenai

    pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan kerangka acuan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

    a. Pelaku Persepsi

  • 25

    Bila seseorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba

    menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi

    oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi indivitu itu.

    Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap,

    motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan

    pengharapan.

    b. Target

    Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat

    mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik dari target yaitu

    hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan.

    Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu

    target terhadap latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti

    kecenderungan untuk pengelompokan benda-benda yang kedekatan

    atau mirip.

    c. Situasi

    Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi. Waktu

    adalah dimana suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi

    perhatian. Karakteristik-karakteristik dari suatu yang dapat

    mempengaruhi persepsi adalah waktu, keadaan/ tempat kerja dan

    keadaan sosial.

    Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan persepsi individu

    diantaranya yaitu keyakinan, proses belajar, cakrawala, pengalaman, dan

    pengetahuan. Selain itu, juga faktor kepribadian individu mempengaruhi

  • 26

    persepsi setiap individu. Proses terbentuknya persepsi menurut Mar’at

    (1984) dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Bagan persepsi

    Menurut Robbins (2003) bahwa persepsi positif merupakan penilaian

    individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang

    positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan

    atau dari aturan yang ada. Sementara itu, persepsi negatif merupakan

    persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan

    yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang

    dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi

    negatif seseorang dapat muncul karena adanya ketidakpuasan individu

    terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya ketidaktahuan

    individu serta tidak adanya pengalaman individu terhadap objek yang

    dipersepsikan dan sebaliknya, penyebab munculnya persepsi positif

    seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi

    Keyakinan Proses belajar Cakrawala Pengalaman Pengetahuan

    Persepsi

    Objek sikap Faktor-faktor

    lingkungan yang

    berpengaruh

    Kepribadian

    Kognitif

    Afeksi

    Konasi

    Sikap

  • 27

    sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya

    pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.

    4. Minat Petani

    a) Pengertian Minat

    Sardiman (2011) dalam Mulyana (2013) mengemukakan bahwa minat

    merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat sesuatu

    ciri atau arti yang memiliki hubungan dengan keinginan-keinginan atau

    kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang

    sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu

    mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini

    menunjukkan, bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang

    kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena

    merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

    Sejalan dengan pendapat di atas, dalam Mulyana (2013) Shalahudin

    (1990) menyatakan minat sebagai perhatian yang mengandung unsur-

    unsur perasaan. Pernyataan Shalahudin di atas memberikan pengertian

    bahwa minat berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang. Itulah

    sebabnya minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang

    aktif dalam suatu pekerjaan atau situasi, atau dengan kata lain minat

    dapat menjadi sebab atau faktor motivasi dari suatu kegiatan.

  • 28

    Syah (2005) dalam Mulyana (2013) mengemukakan minat sebagai:

    “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

    terhadap sesuatu”. Hal ini sejalan dengan pendapat Sabri (1995) dalam

    Mulyana (2013) yang menyatakan bahwa minat diartikan sebagai

    kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu

    secara terus menerus. Dalam konteks ini, minat erat kaitannya dengan

    perasaan senang atau terjadi karena sikap senang kepada sesuatu.

    Orang yang berminat kepada sesuatu berarti orang tersebut bersikap

    senang kepada sesuatu.

    b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani

    1) Faktor Internal

    Faktor internal yang merupakan ciri pribadi yang melekat pada diri

    seseorang, baik yang muncul dari kawasan kepribadiannya maupun

    yang dimiliki karena status dan peranannya, akan memunculkan

    kekuatan atau dorongan untuk bertindak terutama yang

    menguntungkan dirinya. Dalam Aisyah (2013), Lionberger (1968)

    mengatakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi adalah usia,

    tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat pendapatan, partisipasi dalam

    kelompok, aktivitas mencari informasi, keberanian mengambil resiko,

    sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, sifat fatalisme

    dan dogmatisme (sistem kepercayaan yang tertutup).

  • 29

    Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa terdapat peubah yang

    mempengaruhi proses pengambilan minat yaitu: usia, pendidikan,

    keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap

    perubahan, pendapatan usahatani, luas usahatani, status pemilikan

    tanah, prestise masyarakat, sumber informasi yang digunakan dan

    jenis produk yang akan digunakan. Dalam penelitian ini faktor

    internal yang menjadi variabel penduga yang dapat mempengaruhi

    minat seseorang dalam melakukan usahatani ubi kayu dapat diuraikan

    sebagai berikut:

    1) Luas Lahan

    Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah,

    air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada

    hubungannya dengan penggunaan lahan. Hernanto (1996)

    mengatakan bahwa luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi

    tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas lahan kurang dari

    setengah hektar, lahan yang sedang dengan luas lahan antara

    setengah hektar sampai dua hektar dan lahan yang luas lebih dari

    dua hektar. Sehubungan dengan itu, Wiriaatmadja (1977) dalam

    Aisyah (2013) menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah

    yang luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba hal baru

    dan akan selalu berusaha sendiri mencari informasi yang

    diperlukan.

    2) Pengalaman Usahatani

  • 30

    Pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap minat petani untuk

    mengambil keputusan dalam melakukan suatu kegiatan.

    Pengalaman seseorang saling terkait dalam pengambilan minat.

    Dalam Aisyah (2013) Padmowihardjo (1994) mengatakan bahwa

    pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami

    seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan sebagai hasil

    belajar selama hidupnya. Seseorang akan berusaha

    menghubungkan hal yang dipelajarinya dengan pengalaman yang

    dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman yang menyenangkan

    dan memuaskan akan berdampak pada hal yang positif bagi

    perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya.

    3) Tingkat Pendidikan

    Salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir dan daya nalar

    petani adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan

    semakin rasional pola pikir dan semakin berkembang daya

    nalarnya. Pada umumnya seseorang yang berpikiran lebih baik dan

    berpengetahuan teknis yang banyak akan lebih mudah dan lebih

    mampu berkomunikasi dengan baik. Pendidikan formal diperoleh

    dari sekolah atau perguruan tinggi dan pendidikan non formal

    diperoleh melalui penyuluhan pembangunan atau pendidikan luar

    sekolah dan bentuk-bentuk interaksi terprogram lainnya dalam

    proses belajar sosial untuk mewujudkan kualitas kehidupan.

    Sementara itu, pendidikan informal adalah pendidikan dalam

    keluarga atau hasil interaksi dengan lingkungan (Aisyah, 2013).

  • 31

    Pendidikan baik formal maupun nonformal adalah sebagai sarana

    untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada

    umumnya petani yang berpendidikan lebih baik dan

    berpengetahuan teknis yang lebih banyak, akan lebih mudah dan

    lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam memajukan

    usahatani yang dilaksanakan, petani membutuhkan kemampuan

    berpikir dan pengetahuan mereka untuk mengelola usahataninya.

    Hamundu (1997) mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan

    petani akan semakin mudah menerima dan bekerja dengan konsep

    yang abstrak. Dengan demikian pendidikan merupakan proses

    yang dijalani seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan

    pemahaman yang kemudian menghasilkan perubahan perilaku.

    4) Usia Petani

    Menurut Mardikanto (1996) dalam Aisyah (2013) berpendapat

    bahwa semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban

    mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-

    kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat

    setempat.

    5) Jumlah Anggota Keluarga

    Semakin sedikit jumlah anggota keluarga berarti semakin sedikit

    pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga, begitu pula

    sebaliknya.Oleh karena itu, dalam keluarga yang jumlah

  • 32

    anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang

    harus dipenuhi.

    2) Faktor Eksternal

    Soekartawi (2005) menyatakan bahwa faktor eksternal petani atau

    situasi lingkungan yang berpengaruh dalam proses pengambilan

    keputusan adalah frekuensi kontak dengan sumber informasi,

    kesukaan mendengarkan radio dan menonton televisi, membaca,

    menghadiri pertemuan, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Mosher

    (1981) dalam Aisyah (2013), sarana dan prasarana merupakan syarat

    yang penting dalam keberhasilan suatu pembangunan pertanian.

    Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari sarana jalan, saprodi,

    pemasaran dan tersedianya kredit yang membantu permodalan petani.

    Faktor eksternal yang ada dalam mayarakat dan petani khususnya

    mempengaruhi minat petani untuk berusahatani. Faktor faktor

    eksternal yang dijadikan variabel penduga pada penelitian ini

    berkaitan dengan faktor yang berada diluar diri individu petani.

    1). Harga Komoditi

    Harga jual komoditi berperan dalam menentukan minat petani

    dalam berusahatani. Semakin tinggi harga jual komoditi yang

    diusahakan maka petani akan berpeluang besar untuk

    mengusahakannya. Sebaliknya apabila harga jual komoditi rendah

    maka peluang petani untuk mengusahakannya kecil. Harga jual

  • 33

    yang fluktuatif juga ikut berpengaruh terhadap keputusan petani

    untuk menjalankan usahanya.

    B. Kajian Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu adalah penelitian sejenis dimasa lalu yang mendukung

    pebelitian yang dilakukan. Kajian penelitian terdahulu diambil sebagai acuan

    untuk memberikan gambaran dan pengetahuan pada penelitian ini. Untuk

    lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.

  • 34

    34

    Tabel 4. Kesimpulan dari kajianpenelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian

    No Nama Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian

    1 Panurat, Parojouw, dan

    Loho (2014).

    Faktor-Faktor Yang

    Mempengaruhi Minat

    Petani Berusahatani Padi

    Di Desa Sendangan

    Kecamatan Kakas

    Kabupaten Minahasa.

    Analisis regresi linear

    berganda model

    Ordinay Least Square

    (OLS).

    1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani adalah luas lahan, pengalaman,

    pendapatan, jumlah tanggungan anggota

    keluarga, bantuan dan pendidikan, dimana

    luas lahan dan pendapatan berpengaruh

    sangat nyata terhadap minat petani.

    2. Luas lahan dan pendapatan berpengaruh sangat nyata terhadap minat petani. Bantuan

    dan pengalaman berpengaruh nyata

    terhadap minat, sebaliknya pendidikan

    berpengaruh tidak nyata terhadap minat.

    Dengan nilai kontribusi Determinasi R2

    faktor yang mempengaruhi adalah luas

    lahan, pengalaman, jumlah tanggungan

    anggota keluarga pendapatan, bantuan dan

    pendidikan sebesar 72%.

    2 Astuti, Ismono,dan

    Situmorang (2013).

    Faktor-Faktor Penyebab

    Rendahnya Minat Petani

    Untuk Menerapkan

    Budidaya Cabai Merah

    Ramah Lingkungan

    Di Kabupaten

    LampungSelatan.

    Analisis faktor dengan

    program SPSS versi 18.

    1. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat petani untuk menerapkan budidaya

    cabai merah ramah lingkungan di Kabupaten

    Lampung Selatan adalah faktor aplikasi

    budidaya dan bimbingan petugas, faktor

    sarana dan serangan hama penyakit tanaman

    serta faktor hasil budidaya.

  • 35

    35

    3 Aisyah, Supriana, dan

    Lubis(2013).

    Analisis Persepsi dan

    Sikap Serta Faktor-faktor

    Yang Mempengaruhi

    Minat Petani Untuk

    Menggunakan Sumber

    Pembiayaan Formal

    Usaha Tani Di

    Kabupaten Asahan.

    Analisis regresi logit

    dan analisis multiatribut

    Fishbein.

    1. Secara serempak variabel bebas yang terdiri

    dari usia, tingkat pendididikan, tingkat

    pendapatan, luas lahan,produktivitas, status

    lahan, pengalaman bertani, jumlah tenaga

    kerja, jumlah pinjaman, mekanisme

    prosedur, tingkat bunga, lokasi, dan jaminan

    signifikan mempengaruhi minat petani

    untuk menggunakan sumber pembiyaan

    formal usaha tani.

    2. Variabel usia, jumlah tenaga kerja,

    jaminan/agunan, mekanisme/prosedur,

    lokasi, jumlah pinjaman, tingkat bunga

    berpengaruh nyata terhadap minat petani

    untuk menggunakan sumber pembiyaan

    formal usaha tani.

    4 Muhammad, Agustono,

    dan Wijianto (2016).

    Faktor-Faktor Yang

    Mempengaruhi Minat

    Petani Dalam

    Berusahatani Padi Di

    Kecamatan Kebakkramat

    Kabupaten Karanganyar.

    Analisis Binary Logistic

    Regression.

    1. Dalam berusahatani padi minat petani

    dipengaruhi oleh variabel harga komoditi

    (X6), variabel harga benih (X7), variabel

    harga pupuk (X8), variabel ketersediaan air

    (X9).

    2. Sementara itu, variabel yang tidak

    berpengaruh nyata yaitu variabel luas lahan

    (X1), variabel pengalaman (X2), umur (X3),

    variabel pendidikan (X4), variabel bantuan

    pemerintah (X5), variabel pergiliran tanam

  • 36

    36

    (X10).

    5 Emilia, Hutabarat, dan

    Arifudin (2014).

    Faktor-Faktor Yang

    Mempengaruhi Minat

    Petani Kelapa Sawit

    Rakyat Berpartisipasi

    Dalam Sertifikasi Produk

    Di Kabupaten Kampar.

    Regresi berganda model

    regresi binary logistic.

    1. Persepsi petani KKPA tentang manfaat

    pentingnya sertifikasi kelapa sawit sangat

    penting diterapkan dengan total skor 4.661

    terletak pada skor 4.056–4.992 (kategori

    sangat penting). Petani swadaya memiliki

    persepsi tentang sertifikasi kelapa sawit itu

    penting dengan total nilai 2.596 yang

    terletak pada rentang 2.184 – 3.1201

    (kategori penting).

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

    petani dengan pola perkebunanKKPA

    untukberpartisipasi dalam sertifikasi kelapa

    sawit, yang memberikan informasi tentang

    kelapa sawit yang berkelanjutan dengan

    sertifikasi kelapa sawit RSPO dan ISPO

    adalah pendidikan petani dan luas lahan

    petani, sedangkan faktor - faktor yang

    mempengaruhi minat petani swadaya dalam

    berpartisipasi terhadap sertifikasi kelapa

    sawit (RSPO dan ISPO) dipengaruhi oleh

    pendidikan, luas lahan dan pekerjaan.

    6 Iqbal, Lestari, dan

    Soelaiman (2014).

    Pendapatan Dan

    Kesejahteraan Rumah

    Tangga Petani Ubi Kayu

    Analisis deskriptif

    kuantitatif

    1. Rata-rata pendapatan petani ubi kayu per hektar berdasarkan biaya tunai dan biaya

    total sebesar Rp21.931.956,97/th dan

  • 37

    37

    Di Kecamatan Sukadana

    Kabupaten Lampung

    Timur.

    Rp20.795.322,09/th serta diperoleh nisbah

    penerimaan (R/C rasio) atas biaya tunai dan

    atas total sebesar 4,71 dan 3,95.

    7 Sholiha, Nurmayasari, dan

    Prasmatiwi (2017).

    Analisis Risiko Dan

    Pendapatan Usahatani

    Cabai Merah (Capsicum

    Annum) Di Kecamatan

    Kedondong, Kabupaten

    Pesawaran.

    Analisis deskriptif

    kuantitatif.

    1. Pendapatan usahatani cabai merah sebesar Rp21.790.275,34 kg/ha.

    2. Hasil analisis risiko usahatani cabai merah masih dalam tergolong rendah dan terdapat

    hubungan antara risiko produksi dengan

    pendapatan usahatani cabai merah, serta

    sumber risiko yang dihadapi oleh petani

    yaitu kondisi cuaca/iklim, serangan hama

    dan penyakit.

    8 Psikiatri, Widjaya, dan

    Nurmayasari (2015).

    Tingkat Pendapatan Dan

    Nilai Tambah Usahatani

    Padi Pada Petani Peserta

    Program Pascapanen Di

    Kabupaten Lampung

    Timur.

    Analisis deskriptif

    kuantitatif.

    1. Rata-rata pendapatan usahatani gabah menjadi beras pada petani yang mengikuti

    program pascapanen sebesar

    Rp9.912.832,17, sedangkan petani yang

    tidak mengikuti program pascapanen

    sebesar Rp12.902.500,21.

    2. Terdapat perbedaan pendapatan dari usahatani gabah menjadi beras antara petani

    yang mengikuti program pascapanen dan

    petani yang tidak mengikuti program

    pascapanen.

    9 Filardhi, Hassanuddin, dan

    Sadar (2014).

    Persepsi Petani Terhadap

    Usahatani Padi Varietas

    Cilamaya Muncul dan

    Ciherang Di Kecamatan

    Palas Kabupaten

    Analisis deskriptif

    kuantitatif dan analisis

    statistik dengan Uji Dua

    Sampel Bebas Mann-

    1. Persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya ialah lebih

    menguntungkan, sedangkan persepsi petani

    terhadap usahatani padi varietas Ciherang

    ialah Lebih Menguntungkan. Terdapat

  • 38

    38

    Lampung Selatan. Whitney. perbedaan persepsi petani padi di Desa

    Bumi Restu terhadap usahatani padi varietas

    Cilamaya Muncul dan terdapat perbedaan

    persepsi petani padi di Desa Bumi Daya

    terhadap usahatani padi varietas Ciherang.

    2. Faktor-faktor yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani

    padi varietas Cilamaya Muncul adalah

    tingkat interaksi sosial, sedangkan faktor-

    faktor yang berhubungan dengan persepsi

    petani terhadap usahatani padi varietas

    Ciherang adalah tingkat kebutuhan.

    10. Mariman, Muniarti, dan

    Hassanuddin (2010).

    Persepsi Petani Terhadap

    Usahatani Cabai Ramah

    Lingkungan (Kasus di

    Desa Adiluwih

    Kecamatan Adiluwih

    Kabupaten Pringsewu)

    Analisis korelasi

    Parsial Kendall dan

    perbedaan persepsi

    petani diuji dengan uji

    beda Mann-Whitney

    1. Persepsi petani terhadap usahatani cabai ramah lingkungan di Kecamatan Adiluwih

    Kabupaten Pringsewu adalah baik, yaitu

    budidaya mudah, produktivitas tinggi, biaya

    usahatani rendah, pemasaran sedang dan

    keuntungan cukup menguntungkan.

    2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani cabai

    ramah lingkungan adalah tingkat

    pendidikan, interaksi sosial, dan tingkat

    pengetahuan petani, sedangkan faktor-

    faktor yang tidak berhubungan dengan

    persepsi petani terhadap usahatani cabai

    ramah lingkungan adalah lama berusahatani

    dan tingkat kebutuhan petani.

    3. Tidak terdapat perbedaan antara persepsi

  • 39

    39

    petani cabai ramah lingkungan dengan

    petani cabai nonramah lingkungan terhadap

    usahatani cabai ramah lingkungan.

  • 40

    C. Kerangka Pemikiran

    Usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu

    pilihan usahatani yang telah banyak dilakukan oleh petani. Mayoritas

    usahatani ubi kayu yang diusahakan adalah jenis ubi kayu industri. Ubi kayu

    industri tidak dapat diolah secara langsung karena kandungan HCN yang

    tinggi, akibatnya ubi kayu industri hanya dapat dijadikan sebagai bahan baku

    industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan bahan baku

    bioethanol. Banyaknya serangkaian proses dan modal dalam pembuatan

    bioethanol menyebabkan industri yang beroperasi dalam bidang ini masih

    sangat sedikit bahkan jarang ditemui. Akibatnya, para petani ubi kayu

    menggantungkan nasibnya kepada industri pengolahan tepung tapioka.

    Petani dalam melakukan usahatani menggunakan beberapa faktor produksi

    seperti lahan, modal / sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan)

    serta tenaga kerja untuk memperoleh hasil dan keuntungan. Dalam usahatani

    kepemilikan lahan yang merupakan salah satu faktor produksi umumnya

    sangat mendukung untuk perkembangan usahatani tersebut. Hal ini

    dikarenakan, semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin besar

    potensi petani untuk mengembangkan usahataninya.

    Modal juga berperan besar dalam pembiayaan usahatani terutama untuk

    pengadaan sarana produksi. Modal di dalam usahatani biasanya digunakan

    untuk pembelian berbagai sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida,

    serta upah tenaga kerja di dalam produksi akan sangat berpengaruh pada

  • 41

    proses produksi, karena suatu proses produksi membutuhkan input produksi.

    Input atau korbanan ini semula berupa fisik, kemudian dinilai dalam bentuk

    uang atau rupiah, yang disebut dengan total biaya produksi. Dalam usahatani

    ubi kayu diperoleh produksi di mana jika dikalikan dengan harga jualnya

    akan menghasilkan penerimaan usahatani, dan selisih antara penerimaan

    usahatani dengan total biaya usahatani disebut dengan pendapatan usahatani.

    Persepsi petani terhadap budidaya ubi kayu merupakan interpretasi petani

    terhadap usahatani ubi kayu industri apakah dapat bermanfaat bagi petani

    atau tidak, sebab persepsi petani berhubungan erat dengan kelanjutan

    usahatani ubi kayu. Persepsi ini dianalisis dengan menggunakan analisis

    skala likert summated rating (SLR). Dalam analisis ini digunakan

    pernyataan-pernyataan tentang indikator-indikator yang berkaitan dengan

    usahatani ubi kayu. Indikator- indikator dalam pengukuran ini adalah a)

    budidaya ubi kayu, b) pemasaran ubi kayu, c) lembaga penunjang, dan d)

    tingkat pemenuhan kebutuhan petani. Setiap pernyataan-pernyataan yang

    berkaitan dengan indikator diberi skor atau nilai.

    Minat adalah sebuah aspek yang menghubungkan antara seseorang dengan

    pekerjaan. Aspek tersebut merupakan suatu alasan mengapa para petani ubi

    kayu masih tetap bertahan menjalankan usahatani. Minat petani untuk dalam

    berusahatani tentu saja salah satunya dilatar belakangi oleh persepsi dan

    berbagai faktor yang berpengaruh dalam melaksanakan usahatani.

  • 42

    Masih banyaknya jumlah petani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur yang

    menerapkan usahatani ubi kayu diduga disebabkan oleh beberapa faktor,

    antara lain petani memiliki luas lahan yang cukup luas, pengalaman petani

    dalam berusahatani ubi kayu sudah cukup lama, tingkat pendidikan petani

    masih rendah sehingga sulit untuk mengadopsi inovasi tentang usahatani

    lainnya, jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh kepala keluarga

    cukup banyak, serta seberapa menariknya harga komoditas ubi kayu dalam

    menghasilkan keuntungan bagi petani. Dari variabel-variabel tersebut, akan

    diperoleh data kualitatif yang selanjutnya akan diolah menggunakan analisis

    regresi berganda dengan model Binary Logistic Regression (BLR) yang

    menggunakan alat bantu SPSS versi 24.

    Penelitian ini mengkaji seberapa besar minat pertani dalam mengusahakan

    ubi kayu industri dan mengetahui persepsi petani dalam memilih usahatani

    ubi kayu sebagai usahatani yang akan diusahakan di Kecamatan Sukadana

    Kabupaten Lampung Timur. Bagan kerangka pemikiran tentang analisis

    pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam

    berusahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur, dapat dilihat pada

    Gambar 4.

  • 43

    Gambar 4. Kerangka pemikiran analisis pendapatan, persepsi dan faktor-

    faktor yang mempengaruhi minat petani dalam berusahatani

    ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur.

    Input

    Faktor Produksi :

    1. Lahan 2. Bibit 3. Pupuk TSP 4. Pupuk KCL 5. Pupuk Urea 6. Pupuk Organik 7. Obat-Obatan 8. Tenaga Kerja

    Produksi

    Biaya Produksi

    Harga

    Penerimaan

    Harga

    Pendapatan

    Minat Petani Dalam

    Berusahatani Ubi Kayu

    Faktor-faktor yang

    mempengaruhi :

    1. Luas Lahan (X1) 2. Usia Petani (X2) 3. Pengalaman

    Berusahatani (X3)

    4. Pendapatan(X4) 5. Jumlah

    Tanggungan

    Anggota keluarga

    (X5)

    6. Harga Komoditi (D1)

    Persepsi Petani dalam

    Berusahatani Ubikayu

    Ubi Kayu

    Pangan Ubi Kayu

    Industri

    Tinggi Rendah

    Petani Ubi Kayu

    Industri

    Usahatani Ubi Kayu

  • 44

    D. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada, maka hipotesis

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah diduga faktor-faktor yang

    mempengaruhi minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kecamatan

    Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.adalah luas lahan (X1), usia petani

    (X2), pengalaman berusahatani (X3), tingkat pendapatan (X4), jumlah anggota

    keluarga (X5), dan harga jual komoditas ubi kayu (D1).

  • 45

    III. METODE PENELITIAN

    A. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    penelitian survei. Menurut Wirartha (2005), metode survei merupakan cara

    pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam kurun waktu yang

    bersamaan dari populasi besar maupun kecil, dari data yang diperoleh

    tersebut dapat ditemu