analisis pelanggaran hak konsumen dari artikel dan pengalaman pribadi
TRANSCRIPT
ARTIKEL
HAK KONSUMEN VS PERUSAHAAN SELULER
Banyaknya pengaduan dan keluhan konsumen baik terhadap bahasa “Iklan” yang digunakan
perusahaan telepon seluler tertentu yang tidak sesuai dengan fakta, juga terhadap layanan
penyelenggara telekomunikasi cq. operator layanan seluler, yang telah menimbulkan beragam
opini.
Intinya, konsumen belum diperlakukan secara layak dan benar, bahkan ada kecenderungan
“mempermainkan konsumen”. Terlepas kesan dan opini yang berkembang di tengan
masyarakat, faktanya banyak perusahaan seluler belum bertanggungjawab dan cenderung
memperlakukan konsumen sebatas “obyek keuntungan” ketimbang mitra usaha.
Secara yuridis, pelanggaran hak-hak konsumen --menurut Pasal 4 UU Nomor 8 tahun1999
tentang Perlindungan Konsumen setidaknya bisa dibagi ke dalam 4 (empat) hak, yaitu :
Pertama, hak untuk mendapatkan jaminan kenyamanan dan keamanan mengkonsumsi
layanan operator. Contoh pelanggaran jenis ini ialah pemblokiran sepihak oleh operator
maupun keterbatasan kualitas dan jaringan, yang sebelumnya (lewat promosi) telah dijamin
keandalannya.
Kedua, hak untuk memperoleh pelayanan dan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan jasa yang ditawarkan. Keluhan pelanggan seluler yang pulsanya terkuras
habis tanpa disadari, gara-gara mengikuti layanan push SMS content provider atau operator
misalnya, merupakan contoh konkret “pengebirian” hak-hak konsumen.
Pasalnya, konsumen tak tahu kalau layanan push SMS adalah layanan berlangganan. Yang
dia tahu pulsanya habis begitu saja, karena setiap menerima SMS dari penyedia layanan,
pulsanya langsung dipotong. Dengan tarif premium pula. Sementara, untuk menghentikan
layanan itu, tak tahu pula bagaimana caranya, karena penyedia layanan tidak memberikan
informasi lengkap.
Ketiga, hak pengguna seluler atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan layanan yang ditawarkan perusahaan seluler. Pelanggaran jenis ini berwujud
beragam promosi atau penawaran layanan yang dalam pelaksananya, baik disengaja atau
tidak, telah “memperkosa” hak-hak konsumen. Pasalnya, program tersebut tidak disertai
dengan rincian informasi detail seperti jam penggunaan program dan teknis perhitungan
pulsa. Akibatnya, banyak pelanggan yang pulsanya habis tanpa tahu penyebabnya, sehingga
mendorong mereka mengajukan gugatan.
Keempat, hak konsumen untuk dilayani secara benar serta didengar pendapat dan keluhannya
atas jasa yang digunakannya. Cotoh pelanggaran ini dapat dilihat dari tingginya keluhan
pemakai seluler terhadap pelayanan petugas operator yang lamban dan seringkali tidak
bersahabat, pada saat pelanggan menanyakan atau meminta informasi.
Dari fakta hukum tersebut jelas pihak perusahaan seluler tidak bertanggungjawab dan telah
melanggar hak-hak yang dimiliki konsumen. Apalagi terjadinya fakta tersebut dipicu pula
dengan banyaknya masyarakat pengguna jasa perusahanaan seluler belum memiliki budaya
korektif yang mengkritisinya serta ketidaktahuan pengguna jasa seluler kepada siapa harus
mengadu atau mengkomplainnya jika ia dirugikan, atau malah pengguna jasa karena tidak
mau ruwet dan susah, lebih baik bersikap apatis dan masa bodo saja terhadap apa yang
terjadi.
Keengganan pihak perusahaan seluler untuk berhenti mempraktekkan berbagai perilaku yang
merugikan hak-hak konsumen, pada gilirannya toh akan ditinggalkan pelanggannya juga.
Perusahan bersangkutan cepat atau lambat akan menghadapi berbagai jenis gugatan ganti
kerugian secara perdata dan/atau dapat dikenakan ancaman tuntutan pidana 5 (lima) tahun
penjara atau denda maksimal dua milyar rupiah, dan/atau ditambah dengan sanksi tambahan
berupa pencabutan izin usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 62 dan 63 UU Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen ;
Sudah waktunya pihak perusahaan seluler harus memperhatikan hak-hak konsumen serta mau
bertanggungjawab dalam melakukan etika berusaha yang prosedural dan menghormati
persaingan usaha yang sehat terhadap sesama perusahaan sejenis dan memperlakukan
pelanggannya secara benar dan jujur. Karena bagaimanapun pada akhirnya semua tergantung
pada kesadaran masyarakat pemakai jasa telepon seluler untuk menyeleksinya. Apalagi saat
ini kesadaran konsumen untuk mengerti akan hak-haknya sedikit demi sedikit mulai bangkit,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, masyarakat pengguna jasa perusahaan seluler sudah
saatnya membangun budaya kritis dan tidak segan-segan melakukan koreksi baik terhadap
segala bentuk ketidak sesuaian antara fakta dengan apa yang ditawarkan oleh perusahaan
tersebut, serta mau melakukan koreksi tentang logika bahasa ”Iklan” yang digunakan oleh
perusahaan seluler tertentu yang dirasakan sudah tidak masuk akal.
Contoh bahasa iklan yang tidak sehat, tentang terjadinya perang tarif antara sesama
perusahaan seluler, di sana ada yang menggunakan bahasa iklan seperti, ”ada yang lebih
murah dari Rp.0 ?” atau ”Tarif = Rp.0 ”, yang jika dianalisa iklan tersebut dapat merupakan
pembodohan dan pelecehan intelektual masyarakat. Dan iklan jenis ini adalah masuk
kualifikasi iklan yang menyesatkan yang dapat dituntut secara pidana berdasarkan pasal 8
ayat (1) huruf f dan pasal 9 dari UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
1. Menurut UU No 8 Tahun 1999 Pasal 4 Hak Konsumen adalah :
Hak konsumen
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.
2. Masalah pelanggaran hak konsumen dari pengalaman pribadi dan tindakan yang
dilakukan.
2.1 Pelanggaran hak konsumen dari provider axis
Hal ini terjadi beberapa bulan yang lalu, axis, normalnya memberikan gratis
sms sejumlah 200 ke operator lain dan sepuasnya ke axis setelah konsumen
melakukan sms selama 5 kali. Namun, waktu itu tiba-tiba pulsa saya habis,
padahal baru saja mengisi pulsa. Karena belum sadar dengan situasi yang
terjadi, saya membeli pulsa lagi, namun baru 2 hari pulsa saya habis, akhirnya
saya menyadari bahwa semua sms yang saya lakukan tidak mendapat gratis
seperti biasanya, namun semuanya bayar sebanyak Rp 100/sms nya. Setelah 2
minggu lebih ternyata masih seperti itu, akhirnya saya memutuskan untuk
menelfon operator axis dan bertanya kepada operator. Setelah dicek, memang
benar ada kesalahan, operator meminta maaf dan bilang akan segera
melakukan tindakan sambil memberikan informasi bahwa sekarang ada
layanan yang baru bahwa konsumen harus melakukan 7 kali sms dahulu baru
akan mendapat gratis 200 sms ke operator lain dan sepuasnya ke axis.
2.2 –
2.3 –
2.4 –
2.5 -
3. Penyelesaian masalah pelanggaran hak konsumen dari pengalaman pribadi dan artikel
3.1 Artikel (Hak Konsumen vs Perusahaan Seluler)
3.1.1 Hak konsumen yang dilanggar meliputi
a. hak untuk mendapatkan jaminan kenyamanan dan keamanan mengkonsumsi
layanan operator. Contoh pelanggaran jenis ini ialah pemblokiran sepihak oleh
operator maupun keterbatasan kualitas dan jaringan, yang sebelumnya (lewat
promosi) telah dijamin keandalannya.
b. hak untuk memperoleh pelayanan dan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan jasa yang ditawarkan. Keluhan pelanggan
seluler yang pulsanya terkuras habis tanpa disadari, gara-gara mengikuti layanan
push SMS content provider atau operator misalnya, merupakan contoh konkret
“pengebirian” hak-hak konsumen.Pasalnya, konsumen tak tahu kalau layanan
push SMS adalah layanan berlangganan. Yang dia tahu pulsanya habis begitu saja,
karena setiap menerima SMS dari penyedia layanan, pulsanya langsung dipotong.
Dengan tarif premium pula. Sementara, untuk menghentikan layanan itu, tak tahu
pula bagaimana caranya, karena penyedia layanan tidak memberikan informasi
lengkap.
c. hak pengguna seluler atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan layanan yang ditawarkan perusahaan seluler. Pelanggaran
jenis ini berwujud beragam promosi atau penawaran layanan yang dalam
pelaksananya, baik disengaja atau tidak, telah mengabaikan hak-hak konsumen.
Pasalnya, program tersebut tidak disertai dengan rincian informasi detail seperti
jam penggunaan program dan teknis perhitungan pulsa. Akibatnya, banyak
pelanggan yang pulsanya habis tanpa tahu penyebabnya, sehingga mendorong
mereka mengajukan gugatan
d. hak konsumen untuk dilayani secara benar serta didengar pendapat dan
keluhannya atas jasa yang digunakannya. Contoh pelanggaran ini dapat dilihat
dari tingginya keluhan pemakai seluler terhadap pelayanan petugas operator yang
lamban dan seringkali tidak bersahabat, pada saat pelanggan menanyakan atau
meminta informasi.
3.1.2 Penyelesaian masalah
Pihak perusahaan seluler harus memperhatikan hak-hak konsumen serta mau
bertanggungjawab dalam melakukan etika berusaha yang prosedural dan
menghormati persaingan usaha yang sehat terhadap sesama perusahaan sejenis
dan memperlakukan pelanggannya secara benar dan jujur. Perusahaan seluler
hendaknya jangan hanya membual di iklan saja, karena hal ini jelas merugikan
konsumen. Karena bagaimanapun pada akhirnya semua tergantung pada
kesadaran masyarakat pemakai jasa telepon seluler untuk menyeleksinya. Apalagi
saat ini kesadaran konsumen untuk mengerti akan hak-haknya sedikit demi sedikit
mulai bangkit, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, masyarakat pengguna
jasa perusahaan seluler sudah saatnya membangun budaya kritis dan tidak segan-
segan melakukan koreksi baik terhadap segala bentuk ketidak sesuaian antara
fakta dengan apa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut, serta mau melakukan
koreksi tentang logika bahasa ”Iklan” yang digunakan oleh perusahaan seluler
tertentu yang dirasakan sudah tidak masuk akal.
3.2 Pengalaman pribadi
3.2.1 Pelanggaran hak konsumen oleh provider axis
Penyelesaian masalah yang dilakukan hendaknya pihak perusahaan
provider harus lebih memperhatikan hak-hak konsumennya, perusahaan
harus bersikap jujur dan harus meningkatkan kinerja agar hal hal seperti
habisnya pulsa konsumen secara tiba-tiba tanpa konsumen tau apa
sebebnya tidak terjadi, karena hal ini tentu sangat merugikan bagi
konsumen. Selain itu, pihak perusahaan seharusnya menginformasikan
kepada konsumen (bisa dengan mengirim sms) jika ada perubahan tarif
atau layanan agar konsumen tidak merasa bingung.
3.2.2 –
3.2.3 –
3.2.4 –
3.2.5 –
3.2.6
4. Pengaruh UU Perlindungan Konsumen terhadap aktivitas produsen
Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen, memang secara langsung maupun tidak
langsung akan membatasi aktivitas produsen. Produsen tidak bisa bersikap seenaknya
sendiri, misalnya saja dengan membual semaunya sendiri dan tidak bersikap jujur
pada konsumen karena jelas ini melanggar hak konsumen dan tentu saja produsen bisa
dituntut dengan salah satu pasal dari UU Perlindungan Konsumen. Namun anehnya
masih saja ada produsen yang melanggar dan melakukan praktik praktik pemasaran
yang melanggar hak konsumen. Ini artinya masih banyak produsen yang belum
menyadari kewajibannya sebagai produsen sebagaimana tercantum dalam UU No 8
Tahun 1999 Pasal 6.