analisis manajemen risiko usahatani mangga di ... - … · mangga yang berfluktuatif di kabupaten...

91
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT (Kasus:Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu) SKRIPSI YULIA ALVIANY H34076156 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: duongdung

Post on 08-Mar-2019

355 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI

KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT (Kasus:Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten

Indramayu)

SKRIPSI

YULIA ALVIANY

H34076156

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Judul Skripsi : Manajemen Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu

JawaBarat (Kasus:Petani Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan

Jatibarang-Kabupaten Indramayu)

Nama : Yulia Alviany

NIM : H34076156

Disetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS

NIP . 19581021 19850 1 1001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Page 3: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................ v

DAFTAR GAMBAR………………………………………………. vi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………. vii

I PENDAHULUAN…………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………….. 1

1.2 Perumusan Masalah…………………………………….. 5

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………….. 6

1.4 Manfaat dan Batasan Penelitian………………………... 7

II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………... 8

2.1 Risiko…………………………………….…………….. 8

2.2 Manajemen Risiko……………………………………… 10

2.3 Risiko Produksi….……………………………………… 10

2.4 Risiko Usaha Perkebunan Mangga di

Kabupaten Indramayu………………………………… 10

2.5 Penelitian Terdahulu Yang Berkaitan Dengan

Penelitian………………………………………………. 11

III KERANGKA PEMIKIRAN……………………………….. 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis…………………………….. 18

3.1.1 Agribisnis Mangga di Kabupaten Indramayu…….. 18

3.2 Risiko…………………………………………………….. 19

3.2.1 Bentuk-Bentuk Risiko……………………………… 20

3.2.2 Sumber-Sumber Risiko……………………………. 21

1. Risiko Sosial……………………………………. 21

2. Risiko Fisik……………………………………... 21

3. Risiko Ekonomi………………………………… 21

3.2.3 Manajemen Risiko…………………………………. 23

Page 4: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

3.2.4 Hubungan Risiko dengan Bagian Produksi……….. 25

3.2.5 Faktor-Faktor Produksi…………………………….. 26

1. Sumberdaya Alam………………………………. 26

2. Modal……………………………………………. 26

3. Tenaga Kerja……………………………………... 27

4. Kewirausahaan…………………………………… 27

3.2.6 Masalah dalam Risiko produksi……………………. 27

3.2.7 Upaya Meminimalkan Risiko produksi……………. 27

3.2.8 Penanggungan Risiko………………………………. 28

3.2.9 Mengelola Risiko…………………………………… 28

3.3 Dampak Risiko…………………………………………… 29

3.4 Sikap Dalam Menghadapi Risiko………………………… 29

3.5 Identifikasi Risiko………………………………………… 30

3.6 Ukuran Risiko…………………..………………………… 31

3.7 Kerangka Pemikiran Operasional………………………… 32

IV METODE PENELITIAN…………………………………… 34

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………….. 34

4.2 Metode Pengumpulan data Serta Jenis dan Sumber

Data……………………………………………………….. 34

4.3 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data…………….. 35

4.3.1 Analisis Deskriptif…………………………………. 36

4.3.2 Analisis Risiko……………………………………… 36

4.3.2.1 Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha

Spesialisasi………………………………… 36

4.3.3 Analisis Pendapatan……………………………….. 39

4.3.4 Analisis Usahatani………………………………… 39

4.4 Dfinisi Operasional……………………………………… 41

Page 5: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN….…….. 43

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………. 43

5.2 Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan

Hortikultura……………………………………………… 44

5.2.1 Potensi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi

Mangga di Kabupaten Indramayu ……………….... 45

5.2.2 Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu……… 46

5.3 Karakteristik Responden…………………………………. 49

5.3.1 Pengalaman Usahatani Mangga di Kabupaten

Indramayu…………………………………………. 51

5.3.2 Status Penguasaan Lahan………………………….. 52

5.3.3 Alasan Petani Responden Mengusahakan

Mangga……………………………………………… 52

5.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan penduduk………………. 53

VI HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………… 56

6.1 Sumber Risiko Pada Usahatani Buah Mangga

di Kabupaten Indramayu …………………………………. 56

6.1.1 Sumber-Sumber Risiko Produksi Yang

Disebabkan Oleh Alam…………………………….. 57

a. Curah Hujan……………………………………… 57

b. Hama……………………………………………… 58

c. Penyakit…………………………………………... 60

6.1.2 Kerugian Yang Disebabkan Oleh Faktor

Sumberdaya Manusia…............................................ 61

a. Kerusakan Pada Saat Pemanenan……………….. 61

b. Kerusakan Pada Saat Pengiriman Hasil…………. 62

6.2 Sumber-Sumber Risiko harga………………………….….. 62

a. Peningkatan Harga Obat-Obatan………………… 63

Page 6: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

b. Peningkatan Harga Pupuk……………………….. 64

c. Peningkatan Harga Upah Kerja………………….. 65

6.3 Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga

di Kabupaten Indramayu …………………………………. 66

6.4 Analisis pendapatan Usahatani Buah Mangga…………… 66

6.4.1 Pendapatan Usahatani Petani Mangga Gedong Gincu

dan Cengkir………………………………………….. 66

6.4.2 Pengeluaran Usahatani Buah Mangga……………… 67

1. Biaya pupuk dan Obat-obatan……...………….… 68

2. Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga………………. 69

6.4.3 Analisis Perbandingan Pendapatan dan R/C Rasio

Usahatani Buah Mangga........................................... 69

6.4.4 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga.................... 70

6.4.4.1 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga........ 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 74

7.1 Kesimpulan........................................................................ 74

7.2 Saran.................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 77

LAMPIRAN....................................................................................... 80

Page 7: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Perkembangan Produksi Mangga di Wilayah Jawa

dan Luar Jawa Tahun 2009-2011…………………………... . 2

2. Luas Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Mangga

di Indramayu Tahun 2006-2010…………………………….. 3

3. Fluktuasi Harga dan Produksi Buah Mangga

di Kabupaten Indramayu Tahun 2010 ………………………. 5

4. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian……….. 16

5. Tata Guna Lahan di Kabupaten Indramayu…………………. 44

6. Potensi Mangga di Kabupaten Indramayu…………………… 45

7. Pemberian Dosis Pupuk Mangga…………………………….. 47

8. Jumlah petani Responden Berdasarkan Umur………………. 49

9. Tingkat Pendidikan Petani Responden………………………. 50

10. Pengalaman Petani Responden Dalam Usahatani Mangga

di Kabupaten Indramayu…………………………………….. 51

11. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan

Jenis Kelamin………………………………………………… 54

12. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan

Matapencaharian……………………………………………… 55

13. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Faktor Alam.. 57

14. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Sumberdaya

Manusia………………………………………………………... 61

15. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Faktor

Harga…………………………………………………………... 63

16. Biaya Usahatani Musim panen 2010………………………… 68

17. Rata-rata Produktifitas Pendapatan Petani Dalam

Memperoleh Produktifitas Tertinggi Normal dan Terendah… 71

18. Penilaian Risiko ProduksiBuah Mangga tahun 2010………… 72

Page 8: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi Mangga Menurut Wilayah Pulau Jawa

dan Luar Pulau Jawa Tahun 2009-2011…………………………… 2

2. Sikap Dalam Pengambilan Keputusan…………………………….. 29

3. Kerangka pemikiran Operasional………………………………….. 33

4. Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Gender di

Kabupaten Indramayu Tahun 2010………………………………… 53

Page 9: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Metode Perhitungan Manual………………………………… 80

2. Metode Perhitungan Penilaian Risiko……………………….. 83

Page 10: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi

perekonomian nasional, sektor ini juga mampu memperoleh keuntungan yang

menghasilkan devisa negara. Selain itu pertanian juga merupakan salah satu

sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan

nilai ekonomis.

Sektor pertanian di Indonesia, dewasa ini dan dimasa mendatang masih akan

menghadapi tantangan yang besar, terutama pada subsektor utama, seperti

hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan.

Persaingan yang ketat antar produsen komoditas komersial diduga akan semakin

terjadi. Pembangunan pertanian dibidang pangan khususnya hortikultura pada

saat ini ditujukan untuk mewujudkan swasembada pangan, meningkatkan

pendapatan masyarakat, dan memperbaiki keadaan gizi masyarakat melalui

penganekaragaman jenis bahan makanan. Indonesia sebagai negara tropis

mempunyai potensi yang cukup besar untuk mengembangkan produk-produk

pertanian khususnya produk pangan, yang di dalamnya termasuk produk

hortikultura, yaitu buah-buahan dan sayuran.

Mangga (Mangifera indika spp) merupakan salah satu komoditi hortikultura.

Ditjen Bina Produksi Hortikultura (2004), menginformasikan bahwa wilayah

utama pengembangan mangga Indonesia terutama diarahkan pada sentra produksi

yang sudah dikenal selama ini, yaitu Jawa Timur (Kabupaten Pasuruan dan

Situbondo), Jawa Barat (Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka), dan

Sulawesi Selatan (Kabupaten Takalar dan Jeneponto). Hingga tahun 2002,

varietas mangga yang sudah dilepas oleh menteri pertanian yaitu sebanyak 16

varietas (Rachmiyanti,2006). Produksi buah mangga di Indonesia selalu

berfluktuasi, ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 11: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga Menurut Wilayah Pulau Jawa dan Luar

pulau Jawa dan Triwulan Pada Tahun 2009-2011

Sumber: Berita Resmi Statistik BPS no.53/08/Th.XV.2011

Persentase produksi mangga tahun 2011 sebesar, 72,02 persen terjadi di

Pulau Jawa dan 27,98 persen di luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa

sejak tahun 2009-2011 Pulau Jawa masih menjadi sentra produksi mangga

Indonesia. Jika dikaji perkembangan produksi mangga pertriwulan pada tahun

2011, maka penurunan produksi terjadi pada triwulan II sedangkan pada triwulan

III dan IV produksi terus meningkat. Jika data produksi mangga pertriwulan

tahun 2011 dibanding dengan triwulan pada tahun 2010, maka terjadi peningkatan

terbesar pada triwulan ke III sebesar 385,554 ribu ton atau sebesar 102,98 persen.

Page 12: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Gambar 1. Perkembangan Produksi Mangga Wilayah Pulau Jawa dan Luar

Pulau Jawa Tahun 2009-2011

Sumber: berita resmi statistic BPS no.53/08/Th.XV

Gambar 1 menunjukan bahwa produksi mangga tahun 2011 sebesar 2,13

juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 0,84 juta ton (65,55 persen) dibandingkan

tahun 2010. Kenaikan produksi mangga dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi di

pulau Jawa sebesar 0,75 juta ton (94,55 persen).

Di Propinsi Jawa Barat sudah berkembang empat jenis mangga utama

yaitu harumanis, gedong, dermayu atau biasa disebut cengkir dan golek, yang

tersebar di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka.

Indramayu secara geografis terletak pada posisi 107 51-108 36 BT dan 6 15-6 40

LS, dengan batas-batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Subang, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, sedangkan sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Cirebon.

Di Indramayu sendiri buah mangga merupakan komoditas unggulan, dari

beberapa jenis buah mangga yang ada, mangga gedong gincu dan mangga cengkir

atau biasa disebut dengan mangga dermayu merupakan ciri khas Kabupaten

Indramayu sebagai kota mangga serta merupakan salah satu sentra produksi buah

mangga di Indonesia.

Page 13: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Mangga di

Indramayu Tahun 2006-2010

Tahun Luas tanam (ha) Luas panen (ha) Jumlah produksi

(ton)

2006 1.391.926 840.113 169.409,83

2007 1.409.393 949.072 177.880,32

2008 1.413.123 1.040.452 160.599,24

2009 1.439.495 765.919 123.385.86

2010 1.010.905 594.693 374.458.26

Sumber: Dinas Pertanian Indramayu, (2011)

Menunjukan jumlah produksi mangga di Indramayu berfluktuasi dari

tahun ketahun ini dapat dilihat dari Tabel 2. pada tahun 2006 jumlah produksi

mangga di Indramayu sebesar 169.409.83 ton, dan mengalami kenaikan hingga

tahun 2007, yaitu sebesar 177.880,32 ton. Pada tahun 2008 dan tahun 2009,

jumlah produksi mangga di Indramayu mengalami penurunan yaitu masing-

masing sebesar 160.599,24 ton dan 123.385.86, sedangkan jumlah luas tanam dan

jumlah luas panen pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Produksinya kembali

meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar 374.458.26 ton. Produksi mangga di

Indramayu berfluktuasi dari tahun ke tahun, diantaranya disebabkan belum

dilakukannya pengelolaan budidaya yang baik, maupun belum dilakukannya

penanganan yang baik setelah panen. (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu,

2011).

Selain itu sebagian besar produksi dan mutu buah yang dihasilkan oleh

Kabupaten Indramayu masih tergolong rendah yaitu ukuran buah yang masih

kecil, warna, rasa, dan tingkat kematangan buah yang tidak seragam, serta

kurangnya penanganan risiko terhadap buah mangga masih rendah, hal ini jugalah

yang menyebabkan tingkat produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu

berfluktuatif. Apalagi mengingat buah mangga termasuk komoditas pertanian

yang memiliki sifat mudah rusak atau tidak tahan lama disimpan, memerlukan

tempat atau ruangan yang luas, memiliki ukuran besar yang beragam, dan

dihasilkan secara musiman. (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, 2011).

Page 14: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Mengingat karakteristik tersebut, perlu penanganan ekstra terhadap buah

mangga ini, baik dari awal penanaman sampai penanganan pasca panen, karena

usaha ini memiliki risiko yang tinggi terkait dengan sifat alamiah dari buah

mangga itu sendiri, maupun faktor lainnya yang berisiko. Manajemen risiko

adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi, dan

pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha. Penerapan

manajemen risiko dalam usaha ini perlu dilakukan untuk meminimalisasi risiko

yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan dengan baik, paling tidak

dapat membantu menghindari kejadian-kejadian yang tak terduga dan merugikan,

serta dapat membantu memperbaiki atau memperbesar kemungkinan keberhasilan

kegiatan usaha.

Berdasarkan topografinya, Kabupaten Indramayu sebagian besar

merupakan daerah dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-

rata 0-2 persen dan mempunyai ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut,

dan sangat cocok untuk budidaya mangga. (Broto, 2003), menyatakan bahwa

tanaman mangga hidup dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500

meter dari permukaan laut. Kemiringan tanah tidak boleh lebih dari 15 , tipe

iklimnya kering, curah hujan 1000-2000 milimeter pertahun, dan tingkat

penyinaran sekitar 50-80.

1.2. Perumusan Masalah

Risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan,

kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan, seperti

kemungkinan kehilangan, cedera, kebakaran, dan sebagainya. Agar risiko tidak

menghalangi kegiatan usaha, maka seharusnyalah dikelola dengan sebaik-

baiknya. Dilihat dari karakteristik buah mangga dan jumlah produksi buah

mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar

belakang, maka perlu adanya penanganan terhadap risiko produksi buah mangga

tersebut, perlu dilakukan sejak dari awal penanaman sampai penanganan risiko

pasca panen. Berikut data tentang fluktuasi harga serta fluktuasi produksi buah

mangga di Kabupaten Indramayu yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 15: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 3. Fluktuasi Harga dedan Fluktuasi Produksi Mangga di Kabupaten

Indramayu Pada Tahun 2010

Komoditi Masa produksi

(Bulan)

Produksi

(Kg)/Pohon

Harga Jual

(Rp)

Mangga Gedong Mei -Juli 30 20000-25000

Agustus -Oktober 50 15000-20000

November-Desember 20 10000-17000

Mangga Cengkir Mei -Juli 30 10000-15000

Agustus -Oktober 50 8000-10000

November-Desember 20 10000-12000

Dari Tabel 3 di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa produksi dan harga

buah mangga di Kabupaten Indramayu sangat berfluktuasi, dan rata-rata pada

bulan Mei-Juli produksi panennya tidak terlalu melimpah sehingga

mengakibatkan harga per Kilogram pada masing-masing jenis mangga masih

relative mahal.

Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober produksi mangga di

Kabupaten Indramayu berlimpah, karena pada bulan-bulan ini merupakan

musimnya. Oleh karena itu, harga buah mangga cenderung lebih murah

dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya, hal ini dikarenakan pada bulan-bulan

tersebut produksi yang dihasilkan cukup melimpah.

Harga buah mangga di Kabupaten Indramayu mulai melonjak tinggi lagi

pada bulan November sampai dengan bulan Desember, karena stok buah mangga

sudah mulai habis dan memasuki masa panen periode baru. Harga untuk mangga

Gedong gincu pada bulan-bulan ini berkisar antara Rp 10.000,- hingga Rp

17.000,- per Kilogramnya, sedangkan untuk mangga jenis Cengkir dihargai antara

Rp 10.000,- sampai Rp 12.000,- per Kilogramnya.

Mengingat produksi mangga masih sangat bergantung terhadap alam atau

musim, maka dampaknya sangat berpengaruh terhadap harga jual mangga itu

sendiri. Pada saat produksi melimpah harga mangga murah, sebaliknya memasuki

tidak musim mangga harganya mahal. Selain itu sering terjadi flukuasi harga yang

Page 16: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

sangat mencolok,selain harga yang naik-turun dengan drastis, masyarakat tidak

bisa menikmati di luar musim mangga.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengidentfikasi sumber risiko yang dihadapi dan menganalisis tingkat

risiko produksi, risiko harga dan risiko sosial.

2. Menganalisis risiko produksi yang telah dilakukan untuk mitigasi risiko-

risiko tersebut.

3. Merumuskan alternatif solusi yang lebih baik untuk mitigasi risiko.

1.4. Manfaat dan Batasan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan akan

memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Sebagai masukan bagi pemilik usaha untuk menjadi bahan pertimbangan

dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko.

2. Menambah pengetahuan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu

yang diperoleh selama kuliah serta melatih kemampuan penulis dalam

menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang

disesuaikan dengan pengetahuan selama kuliah.

3. Sebagai tambahan referensi dan informasi untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

Penelitian ini memiliki berbagai batasan-batasan agar dapat lebih terarah dan

tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Untuk penelitian ini hanya

dibatasi pada analisis manajemen risiko produksinya saja (mulai dari penanaman

sampai penanganan pasca panen), atau manajemen risiko yang ditelaah adalah

risiko operasional, yaitu risiko yang mencangkup sumberdaya manusia, sistem

dan prosedur, proses dan tekhnologi serta faktor eksternal. Analisis manajemen

risiko yang berkaitan dengan keuangan atau finansial, tidak termasuk ke dalam

bahasan penelitian ini.

Page 17: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Risiko

Terminologi dalam kamus besar bahasa Indonesia, risiko didefinisikan

sebagai suatu kondisi yang mengandung ketidakpastian (Diknas,2003). Menurut

kamus bahasa Indonesia versi online risiko adalah akibat yang kurang

menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.

Dengan kata lain, risiko merupakan kemungkinan situasi keadaan yang dapat

mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi individu.

Risiko dapat dikatakan, merupakan atau penyimpangan realisasi dari

rencana yang mungkin terjadi secara tak terduga (Darmawi,1997). Disebutkan

juga di dalam bukunya bahwa Risk is Uncertainty (risiko adalah ketidakpastian),

risiko artinya sama dengan ketidakpastian, dan dapat juga disebut sebagai

penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Bisa juga dikatakan

bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang

sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko dihubungkan juga

dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan,

atau tidak terduga. Dengan kata lain, “Kemungkinan” itu sudah menunjukan

adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan

tumbuhnya risiko. Kondisi yang tidak pasti itu timbul karena berbagai sebab,

antara lain:

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.

Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.

2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

3. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan, tekhnik pengambilan keputusan.

Risiko-risiko yang biasanya dihadapi dalam usaha agribisnis yaitu, risiko

produksi (seperti penurunan volume dan mutu produk), risiko pemilikan, risiko

keuangan dan pembiayaan, risiko kerugian karena kecelakaan, bencana alam, dan

faktor alam lainnya, kerugian karena perikatan, serta kerugian karena hubungan

tata kerja.

Risiko dalam agribisnis biasanya adalah risiko dalam hal produk, dimana

produk agribisnis tersebut gagal panen, rendahnya kualitas produk, dan produk

Page 18: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

tersebut tidak dapat dijual, risiko karena kelangkaan bahan baku, risiko dalam hal

tekhnologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat pertanian serta terjadinya

pencurian-pencurian. Disamping itu risiko perubahan harga merupakan risiko

yang sering kali menghantui pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis

(Gumbira dan Intan, 2001).

Risiko juga dapat diartikan, kesempatan untuk terjadinya cedera/kerugian dari

suatu bahaya, atau kombinasi dari kemungkinan. (okleqs.wordpress.com) 1

Menurut Kontur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang

merugikan. Berdasarkan pemahaman tersebut, ada tiga unsur yang terkait dalam

sebuah risiko adalah : (1) kejadian, (2) kemungkinan, dan (3) akibat.

Masih menurut (Kontur, 2006). Berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan

penyebab timbulnya risiko, berdasarkan akibat yang ditimbulkan risiko dapat

diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu (1) risiko spekulatif dan (2) risiko

murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan

dapat pula mendatangkan keuntungan, sedangkan risiko yang hanya dapat

mengakibatkan kerugian dapat digolongkan kedalam risiko murni. Jika ditinjau

dari penyebabnya, maka risiko juga dibedakan menjadi risiko keuangan dan risiko

operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-

faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan

tingkat bunga. Adapun risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan

oleh faktor-faktor operasional seperti manusia, tekhnologi, alam, dan aturan.

Secara spesifik Tjoekam (1993) mengemukakan beberapa risiko yang

biasanya melekat pada sebuah usaha, yaitu : (1) risiko alamiah, adalah risiko yang

timbul oleh keadaan alam seperti gempa bumi, perubahan iklim, atau musim dan

lain-lain yang akan mempengaruhi jalannya usaha. (2) risiko manusia, yaitu risiko

yang timbul karena perbuatan manusia seperti persaingan usaha, temuan

tekhnologi baru, politik, inflasi, dampak lingkungan, spekulasi, ekonomi,

moneter, keamanan, sosial budaya dan sebagainya yang dapat mempengaruhi

jalannya usaha yang dibiayai. (3) risiko ketidakpastian, yaitu risiko yang

ditimbulkan oleh ketidakpastian yang pada gilirannya menimbulkan spekulasi.

okleqs.wordpress.com1

Page 19: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

2.2. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup

identifikasi, evaluasi, dan pengendalian risiko yang dapat mengancam

kelangsungan usaha atau aktifitas perusahaan.(vibiznews.com) 2

. Pengertian yang

lain yaitu penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan

aktivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan

pemantauan serta review risiko.(okleqs.wordpress.com)

2.3. Risiko Produksi

Dalam agribisnis, para pelaku dapat menghadapi risiko-risiko, salah

satunya risiko produksi, risiko penurunan produksi pertanian dapat disebabkan

oleh bencana alam seperti banjir, topan, dan gempa bumi, serta bencana lainnya

seperti kebakaran, serangan hama dan penyakit tanaman, pencurian dan kesalahan

dalam menerapkan tekhnik budidaya. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas

produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan

tekhnologi pasca panen yang tepat (Gumbira dan Intan, 2001). Produksi

agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi

dalam penciptaan produk agribisnis.

2.4. Risiko Usaha Perkebunan Mangga

Terdapat keterkaitan yang erat antara risiko dengan karakteristik usaha,

adapun risiko yang sering dihadapi oleh para petani mangga di Indramayu adalah:

(1) risiko produksi yaitu terjadi penurunan volume dan mutu produk yang

biasanya disebabkan karena adanya pengaruh dalam kondisi alami seperti

perubahan iklim, musim, serangan hama dan lain sebagainya. (2) risiko yang

ditimbulkan oleh manusia dan lingkungan sekitar seperti organisasi petani belum

optimal dimana petani lebih banyak melaksanakan kegiatan secara perorangan,

penerapan teknologi pra panen belum sempurna, kepemilikan sarana dan alat

pasca panen masih terbatas sehingga menyebabkan perlakuan panen dan pasca

panen yang tidak sempurna, hingga terjadinya pencurian. (3) risiko keuangan

yaitu harga jatuh pada saat panen raya serta masih lemahnya akses terhadap

permodalan (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu,2010).

vibiznews.com

2

Page 20: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

2.5. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan konsep risiko

dan berkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian mengenai risiko portofolio,

manajemen risiko operasional dan mengenai risiko produksi. Penelitian mengenai

manajemen risiko operasional dilakukan oleh Trangjiwani (2008), Secara umum

penelitian ini bertujuan menganalisis risiko-risiko yang terdapat di CV Bina

Mandiri terhadap berbagai jenis sayuran, serta menganalisis alternatif penanganan

risiko di CV Bina Mandiri. Identifikasi risiko di CV Bina Mandiri menggunakan

analisis sekuen, dan hasil identifikasi risiko yang sudah terdaftar kemudian diukur

dengan menggunakan metode aproksimaksi dalam penilaian risiko. Dan

pemetaan risiko menggunakan matriks frekwensi dan signifikansi yang

memberikan alternatif penanganan risiko berdasarkan hasil pemetaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko operasional yang

teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi risiko sistem, proses, SDM, dan

risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan

untuk komoditi tomat dibandingkan dengan keempat komoditi lainnya. Alternatif

penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and monitor dilakukan untuk: a)

risiko sistem, SDM, proses dan eksternal pada tomat, b) risiko sistem dan

eksternal pada kol, c) risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head dan d)

risiko sistem, proses, dan eksternal pada cabai merah. Penanganan risiko secara

low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan

dampak risiko yang rendah, yaitu a) risiko sistem dan SDM pada kentang, b)

risiko proses dan SDM pada kol, c) risiko SDM pada lettuce head dan d) risiko

SDM pada cabai merah.

Penelitian mengenai analisis risiko produksi dilakukan juga oleh Tarigan

(2008), yang bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dalam pengolahan

sayur organik yang dilakukan permata organic farm, serta menganalisis alternatif

yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi permata hati organic farm dalam

menjalankan usahanya. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis risiko

dengan menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada

kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi

Page 21: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, sedangkan kegiatan

portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko

produksi berdasarkan produktifitas pada brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai

keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari ke empat komoditas adalah

bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka

risiko yang dihadapi akan sebesar 0.225. sedangkan yang paling rendah adalah

cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang yang dihasilkan

maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0.048. hal ini dikarenakan bayam hijau

sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan.

Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari

keempat komoditi tersebut adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap

satu satuan rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80.

sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang berarti setiap satu

rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. hal ini

karena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan

tinggi.

Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio

menunjukkan bahwa kegiatan diversivikasi dapat meminimalkan risiko.

Penanganan untuk mengatasi risiko produksi permata hati organic farm dapat

dilakukan dengan pengembangan difersifikasi pada lahan yang ada. Difersifikasi

menghindari kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi

dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu, difersifikasi usaha tani

merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi

dari fluktuasi produksi. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan

kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik

serta kemitraan dalam penggunaan input. Selain itu juga perlu adanya

peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi

manajemen yang terarah dengan baik

Abdul Aziz, (2009) meneliti tentang analisis risiko dalam usaha ternak

ayam broiler. Dimana risiko usaha peternakan ayam broiler yang dihadapi

peternak ayam broiler di peternakan X tersebut memiliki risiko tinggi, dalam hal

Page 22: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

ini risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosial. Risiko-risiko tersebut sangat

berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima peternak,

kemampuan dalam meminimalkan risiko sangat dibutuhkan usaha peternakan X

dalam menjalankan produksinya. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi

peternak untuk meminimalkan atau menghindari risiko yang dihadapinya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh risiko terhadap

pendapatan usaha ternak, dan menganalisis alternatif manajemen risiko yang

diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X. data

yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data

primer diperoleh melalui kuisioner, observasi, dan wawancara, sedangkan data

sekunder diperoleh melalui studi literatur dari instansi yang terkait dengan

penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis risiko

dan analisis deskriptif, analisis risiko digunakan untuk menganalisis tingkat risiko

yang dihadapi usaha peternakan X. Analisis risiko yang digunakan adalah dengan

menghitung expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard

deviation), koevisien variasi (coefficient variation), dan batas bawah pendapatan.

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang

diterapkan oleh usaha peternakan X.

Nilai expected return yang diterima usaha peternakan X adalah sebesar Rp

5.768.199. nilai ini menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan

dapat diperoleh dari usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang

adalah sebesar Rp 5.768.199 (cateris paribus). Nilai standar deviasi yang

diperoleh usaha peternakan x adalah sebesar RP 10.095.088, nilai tersebut

menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi usaha peternakan X setiap periode

dimasa yang akan datang adalah sebesar Rp 10.095.088 (cateris paribus). Nilai

coefficient variation yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar 1,75. nilai

ini menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 175 persen

dari nilai return yang diperoleh peternak. Nilai coefficient variation yang lebih

besar dari 0,5 menunjukkan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang

merugi pada setiap periode di masa yang akan datang (cateris paribus). Nilai

batas bawah pendapatan yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp

14.421.977 (cateris paribus). Berdasarkan analisis, risiko yang dihadapi usaha

Page 23: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosisl sangat

berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X. risiko-risiko tersebut

menyebabkan usaha pendapataan usaha peternakan X berfluktuasi tajam. Pada

periode ke –6 dan ke-12 usaha peternakan X mengalami kerugian masing-masing

sebesar Rp 3.326.570 dan Rp 21.213.029.

Hasil kuisionernya menunjukkan bahwa manajemen risiko yang

diterapkan diusaha peternakan X adalah manajemen risiko harga, manajemen

risiko produksi, dan manajemen risiko sosial. Alternatif manajemen risiko yang

diterapkan oleh usaha peternakan X, diantaranya adalah mendatangkan tim medis

yang dikepalai oleh seorang dokter hewan yang bertanggung jawab penuh

terhadap kesehatan ayam secara keseluruhan. Adanya tim medis, diharapkan

dapat meminimalkan tingkat mortalitas akibat penyakit yang mewabah diusaha

peternakan X. Alternativ lain yang diterapkan oleh usaha peternakan X adalah

memperbaiaki tekhnologi dalam hal pengaturan sirkulasi kandang.

Penelitian tentang manajemen risiko juga dilakukan oleh Lestari 2009,

studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang Provinsi Banten.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko PT.

Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi

baik risiko operasional maupun pasar yang di dalamnya terdapat tujuan khusus

yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan pasar yang dihadapi

oleh PT. Suri Tani Pemuka dan menganalisis tingkat dan dampak risiko yang

disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang

vannamei terhadap PT. Suri tani Pemuka.

Sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan

pembenihan udang Vannamei dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran

risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan

oleh risiko tersebut. Strategi yang dilakukan oleh PT Suri tani Pemuka untuk

mengurangi terjadinya risiko yaitu dengan melakukan persiapan bak

pemeliharaan, pemeliharan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air,

pengelolaan pakan, pengepakan dan pemanenan benur, serta pelatihan sumber

daya manusia. Hasil pemetaan menunjukan bahwa risiko penurunan derajat

ke;angsungan hidup berada pada kuadran 2. risiko produksi benur dan risiko

Page 24: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

penerimaan terdapat pada kuadran 3 dan risiko produksi naupli berada pada

kuadran 4, sedangkan untuk kuadran 1 tidak terisi risiko.

Penelitian tentang analisis pemasaran mangga yang dilakukan oleh

Rachmiyanti (2006) diketahui bahwa mangga di Indonesia mempunyai peluang

untuk mengisi pasar luar negeri, karena mangga Indonesia memiliki kekhasan

tersendiri dapat disimpulkan bahwa dari penelitian yang dilakukan oleh

Rachmiyanti, bahwa usahatani mangga gedong gincu yang dilakukan oleh petani

di daerah Pasir Muncang Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka secra

ekonomis menunjukkan kelayakan. Selama satu tahun produksi membutuhkan

pembiayaan sebanyak Rp 5.079.547,- dan total penerimaan yang didapat

mencapai Rp 36.000.000,- per hektar pertahun. Usahatani ini sangat layak secara

ekonomi karena memberikan nilai R/C rasio sebesar 7,1 yang artinya setiap satu

rupiah biaya usahatani akan memberikan penerimaan sebanyak Rp7,1,-

Penelitian ini bertujuan menggambarkan aspek ekonomi dari budidaya

mangga gedong gincu, tingkat produksi dan pendapatan usahataninya. Selain itu

untuk mengidentifikasi saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar serta

permasalahan yang terjadi disetiap pelaku pemasaran.

Selain Rachmiyanti, penelitian tentang analisis daya saing usahatani juga

dilakukan oleh Dhiany (2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa usahatani mangga gedong gincu di Desa Sliyeg Lor

Kabupaten Indramayu diindikasikan usahatani yang dilakukan perani mangga

tersebut menghasilkan keuntungan baik secara finansial , maupun secara ekonomi.

Nilai PCR dan DRCR kurang dari 1 yaitu masing-masing sebesar 0,55 dan 0,31,

dimana nilai tersebut mengindikasikan usahatani memiliki daya saing

(keunggulan komparatif dan kompetitif).

Page 25: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 4. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian

Nama

penulis

tahun judul Metode analisis

Wukir

Trangjiwani

2008 Manajemen risiko operasional CV

Bina Mandiri di lembang kabupaten

bandung

Analisis sekuen,metode

aproksimasi,pemetaan

risiko

Putri Eva Sari 2009 Analisis risiko produksi sayuran

organic pada permata hati organic

farm di bogor jawa barat

Analisis deskriptif,

analisis risiko

Abdul Aziz 2009 Analisis risiko dalam usaha ternak

ayam broiler studi kasus di usaha

peternakan X desa tapos,kecamatan

tenjo kabupaten bogor

Menghitung expected

return, variance, dan

standard deviation

Siti Robi‟ah 2006 Manajemen risiko usaha peternakan

broiler pada sunan kudus farm di

kecamatan ciampea kabupaten bogor

Analisis deskriptif,analisis

risiko

Sry Wisdya 2009 Analisis risiko produksi anggrek

phalaenopsis pada PT akakarya

graham flora di cikampek jawa barat

Menghitung expected

return,variance, standard

deviation, portofolio

Mira

Rachmiyanti

2006 Analisis Pemasaran Mangga Gedong

Gincu Di Kecamatan Panyingkiran

Kabupaten Majalengka JawaBarat

Menghiting margin

pemasaran, Nilai B/C

rasio

Shilvia Agung

Dhiany

2008 Analisis Daya Saing Usahatani

Mangga Gedong Gincu Di Desa

Sliyeg Lor Kecamatan Sliyeg

Kabupaten Indramayu JawaBarat

Menghitung nilai PCR

dan DRCR

Page 26: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 4. Di atas merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah

dilakukan dan berkaitan dengan mangga serta risiko yang terjadi pada agribisnis,

dapat dipastikan beberapa penelitian tersebut mengolah data dengan berbagai

macam alat olah data, tetapi pada penelitian ini khususnya metode alat analisis

yang digunakan adalah dengan menghitung variation, coefficient variation dan

standard deviation, yang berdasarkan atas kegiatan usaha spesialisasi.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, yang berkaitan

dengan risiko usahatani buah mangga yang telah dipaparkan di atas, dapat

diketahui bahwa perkembangan budidaya dan pemasaran mangga sangat

berpotensi untuk lebih dikembangkan menjadi komoditas ekspor, karena mangga

di Indonesia khususnya untuk wilayah Jawa Barat memiliki daya saing

(keunggulan komperatif dan kompetitif), di Kabupaten Indramayu sendiri

usahatani mangga merupakan usaha yang berpotensi untuk dapat dikembangkan

sebagai komoditi ekspor ke luar negeri. Begitu juga untuk saat ini produksi

mangga di kabupaten Indramayu masih sangat berpotensi untuk dikembangkan,

meskipun masih sering ditemui hasil produksi yang tidak masuk kedalam standar

SNI. Namun demikian dengan melakukan identifikasi dan mitigasi risiko

diharapkan produksi mangga di Kabupaten Indramayu dapat memenuhi standar-

standar ekspor yang telah ditentukan.

Page 27: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Agribisnis Mangga di Kabupaten Indramayu

Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem,

dari subsistem hulu hingga subsistem hilir, di dalamnya terdiri atas kegiatan

pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan produksi primer (budidaya),

pengolahan, dan pemasaran. Dimana setiap subsistem tersebut terdapat

keselarasan dan keterpaduan, setiap subsistem dalam agribisnis mempunyai

keterikatan ke belakang dan ke depan. Sistem tersebut akan berfungsi baik

apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistemnya, pengembangan

subsistem agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya, karena

tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya.

Dalam menghasilkan komoditas pertanian yang berkualitas dibutuhkan

tekhik budidaya dan penanganan pasca panen yang benar yang mengacu pada

anjuran Dinas Pertanian. Kegiatan budidaya tanaman mangga di Kabupaten

Indramayu ini tidak berbeda dengan budidaya pada daerah lainnya. Kegiatan

budidaya mangga ini meliputi penentuan lokasi penanaman, tekhnik penanaman,

kegiatan pemangkasan, pengairan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit

tanaman, pemeliharaan buah, dan kegiatan pemanenan. Setelah itu kegiatan

budidaya berlanjut pada kegiatan pasca panen yang meliputi pengangkutan,

sortasi, grading, pencucian buah, pengemasan dan penyimpanan (Ditjen Bina

Produksi Hortikultura 2004).

Setelah proses yang telah disebutkan di atas selesai, maka akan dilakukan

pemasaran buah mangga. Pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi kesentra

konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen

serta memberikan keuntungan bagi produsen. Swstha dan Sukotjo (2000)

mendefinisikan pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang

ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan

Page 28: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli

yang ada maupun pembeli potensial.

Saluran pemasaran mangga di Kabupaten Indramayu hingga kekonsumen

melibatkan beberapa pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul,

pedagang besar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer lokal serta pedagang

pengecer antar kota.

3.2. Risiko

Definisi risiko sangat beragam, dimana masing-masing devinisi tersebut

memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga devinisi-devinisi tersebut dapat

saling mengisi satu sama lain. Tampak bahwa risiko merupakan hal yang tidak

akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

manusia karena dalam setiap kegiatan pasti ada berbagai ketidakpastian.

Ketidakpastian inilah yang akhirnya menimbulkan risiko pada suatu kegiatan,

dalam hal ini sejumlah mendevinisikan risiko sebagai berikut:

a) Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama

periode tertentu (Williams.CA, Jr. Heins. Richard. M, 1998)

b) Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan

peristiwa kerugian atau loss (A. Abas Salim, 1993)

c) Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama

periode tertentu dalam kondisi tertentu (,Williams.CA, Jr. Heins. Richard.

M, 1985)

d) Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William S, 1995)

e) Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi

atau akibatnya (Siahaan, 2007)

Menurut Darmawi (2007), risiko adalah penyebaran hasil aktual dari

hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Vaughan (1978) dalam Darmawi

(2007) mengemukakan beberapa devinisi risiko sebagai berikut:

a) Risiko adalah kans kerugian (risk is the chance of loss)

Kans kerugian menunjukan suatu kejadian dimana terdapat suatu

keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan akan terjadinya

kerugian.

b) Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of loss)

Page 29: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Kemungkinan (possibility) berarti bahwa terdapat probabilitas dari suatu

kejadian. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa risiko

adalah probabilitas suatu hasil yang aktual akan berbeda dari hasil yang

diharapkan.

c) Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty)

Ketidakpastian (uncertainty) merupakan kondisi yang menyebabkan

tumbuhnya risiko. Ketidakpastian tersebut akan timbul karena berbagai

sebab antara lain: (1) jarak waktu dimulai perencanaan suatu kegiatan

sampai kegiatan itu berakhir, (2) Keterbatasan tersedianya informasi yang

diperlukan, (3) keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan tekhnik

pengambilan keputusan.

3.2.1. Bentuk- Bentuk Risiko

Disebutkan menurut (Darmawi,1997) bentuk- bentuk risiko adalah :

1. Risiko murni, adalah risiko yang akibatnya hanya ada dua macam yaitu rugi

atau break event. Contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.

2. Risiko spekulatif adalah risiko yang berakibat untung, rugi, atau break event,

contohnya judi.

3. Risiko particular, adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya

lokal.

4. Risiko yang dapat dialihkan adalah risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai

obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi atau sejenisnya, dengsn

membsysr sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi

tanggunagan (beban) perusahaan asuransi.

5. Risiko yang dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko

spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.

6. Risiko internal adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proses budidaya karena

kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, dan sebagainya.

7. Risiko eksternal adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan atau

lingkungan luar perusahaan, misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi

harga, perubahan politik, dan sebagainya.

Page 30: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Sedangkan menurut Trieschman, Gustavon, dan Hoyt (2001) juga

mengemukakan beberapa jenis risiko yaitu 1. risiko statis, adalah risiko yang

berasal dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan

stabil. Risiko statis dapat bersifat spekulatif ataupun murni. Contoh risiko

spekulatif statis adalah menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil, sedangkan

contoh risiko murni statis adalah ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir,

angin topan, dan kematian secara acak (random). 2. risiko dinamis ialah risiko

yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis juga

dapat bersifat murni maupun spekulatif contoh sumber risiko dinamis adalah

urbanisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan Undang-undang ataupun

perubahan Peraturan Pemerintah.

3.2.2. Sumber-Sumber Risiko

Darmawi (2006), menjelaskan bahwa sumber peyebab risiko dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Risiko Sosial

Risiko sosial berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar. Sumber risiko

sosial misalnya karena adanya kecemburuan sosial yang bisa mengakibatkan

timbulnya kejahatan oleh lingkungan masyarakat sekitar. Citra yang buruk dari

masyarakat sekitar terhadap usaha yang dijalankan dapat mengakibatkan

hilangnya rasa aman, nyaman, dan ketenangan dalam menjalankan usaha.

2. Risiko Fisik

Sumber risiko fisik bisa disebabkan karena fenomena alam dan bisa karena

kesalahan manusia. Contoh sumber risiko fisik diantaranya adalah kebakaran,

baik yang disebabkan oleh alam seperti petir maupun kesalahan manusia. Cuaca

dan iklim yang tidak menentu juga merupakan sumber risiko fisik. Saat musim

hujan, suhu udara menjadi dingin, udara sangat lembab dan berpotensi

mendatangkan banjir serta tanah longsor. Sebaliknya dimusim kemarau, suhu

udara menjadi panas, penguapan meningkat dan kekeringan tidak bisa dihindari.

3. Risiko Ekonomi

Sumber risiko ekonomi contohnya adalah inflasi, adanya fluktuasi harga,

perubahan tingkat suku bunga, dan lain sebagainya. Adanya inflasi dapat

menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Hal ini tentu sangat merugikan

Page 31: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

para produsen barang dan jasa sehingga output yang dihasilkan tidak bisa terserap

oleh pasar. Fluktuasi harga dan perubahan tingkat suku bunga juga dapat

mengakibatkan kerugian bagi para pelaku usaha. Sedangkan menurut Harwood et

al (1999) menyatakan terdapat beberapa sumber risiko yaitu meliputi:

1. Production or yield risk

Faktor risiko produksi dalam kegiatan agribisnis disebabkan adanya

beberapa hal yang tidak dapat dikontrol terkait dengan iklim, dan cuaca,

seperti curah hujan, temperatur udara, hama, dan penyakit. Penerapan

teknologi yang tepat merupakan salah satu tindakan yang tepat untuk

meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Contohnya adalah

pengenalan farietas baru dan teknik produksi akan memberikan peluang

bagi keberhasilan budidaya. Teknologi baru dalam penerapannya, akan

memberikan hasil yang kurang memuaskan, akan tetapi hal tersebut tidak

berlangsung lama.

2. Price or market risk

Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan harga input.

Pada umumnya kegiatan produksi merupakan proses yang lama sementara

itu, pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu,

petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang

diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga input yang dapat

berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan

produksi, yang akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh pada

return yang diperoleh petani.

3. Institutional risk

Berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang

mempengaruhi sektor agribisnis, misalnya ada kebijakan dari pemerintah

untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input. Secara

umum institutional risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

4. Financial risk

Financial risk atau risiko financial ini dapat dihadapi oleh pelaku bisnis

pada saat meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko ini berkaitan

dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate).

Page 32: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Terdapat enam faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan bisnis

yaitu fluktuasi produksi, fluktuasi harga, penggunaan teknologi baru,

adanya program pemerintah, permasalahan legalitas, dan perubahan pada

selera konsumen. Menurut Bhowmick (2005) sumber-sumber risiko usaha

adalah ketidakpastian hasil produksi, ketidakpastian harga, dan

ketidakpastian keuntungan.

3.2.3 Manajemen Risiko

Hasil riset George Allayannis dan James Watson (1990-1995) dari

Universitas Virginia, AS ( dalam Zein, 2011) menyimpulkan bahwa manajemen

risiko akan meningkatkan nilai perusahaan sekaligus mendukung pertumbuhan

ekonomi dengan menurunkan biaya modal serta mengurangi ketidakpastian

aktivitas sosial. Penerapan manajemen risiko oleh perusahaan bertujuan

mengidentifikasi, mengukur, dan mengatasi risiko perusahaan pada level toleransi

tertentu.

Pengertian manajemen risiko sangat beragam, namun memiliki konsep

yang sama. Secara umum manajemen risiko merupakan suatu alat atau instrumen

yang digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Menurut

Australian Risk Management Standart (4360: 2004), manajemen risiko adalah

kultur, proses dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial

dan sekaligus mengelola dampak yang merugikan. Sedangkan devinisi lain

menyebutkan bahwa manajemen risiko merupakan suatu pendekatan terstruktur

atau metodelogi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman.

Ini merupakan suatu rangkaian aktivitas manusia yang meliputi penilaian risiko,

dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber

daya.

Manajemen risiko juga merupakan suatu sistem pengawasan risiko,

bahkan perlindungan atas harta benda, keuntungan serta keuangan suatu badan

usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya suatu kerugian karena adanya

risiko tersebut. Manajemen risiko dengan kata lain adalah penanganan sistematis

formal yang dikonsentrasikan pada pengidentifikasian dan pengontrolan peristiwa

atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.

Dalam konteks proyek manajemen risiko adalah seni dan pengetahuan dalam

Page 33: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

mengidentifikasi, menganalisis, serta menjawab faktor-faktor risiko sepanjang

masa proyek.

Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha

untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap

kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas

dan efisiensi yang lebih tinggi. Lebih lanjut Darmawi menyebutkan bahwa,

manajemen risiko berkaitan erat dengan fungsi perusahaan yaitu dengan fungsi

akunting, keuangan, marketing, produksi, personalia, engeinering, dan

maintenance, karena bagian-bagian tersebut dapat menciptakan risiko dan

sebagian dapat menjalankan fungsi manajemen risiko.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi

risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada

tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis

ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan

politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen melibatkan segala cara yang

tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staf,

dan organisasi).

Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul,

memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan

risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko.

Menurut Darmawi, dalam bukunya yang berjudul manajemen risiko (1997),

manajemen risiko dapat memberikan lima manfaat terhadap perusahaan, yaitu:

1. Manajemen risiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

2. Manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatan laba perusahaan dan

dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas.

3. Manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatan kualitas seorang

pengambil keputusan dalam mengambil keputusan bisnis.

4. Manajemen risiko dapat memberikan ketenangan bagi para manajer dalam

mengendalikan risiko karena adanya perlindungan terhadap risiko yang

dihadapi.

5. Manajemen risiko dapat meningkatkan image perusahaan yang baik

dikalangan seluruh stikholders perusahaan.

Page 34: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Selain itu pentingnya menajemen risko diantaranya adalah untuk

menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha

yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis

serta untuk memaksimumkan laba. Proses manajemen risiko dimulai dengan

mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di dalam sebuah

usaha. Sumber-sumber risiko terbagi menjadi tiga bagian yaitu risiko lingkungan,

yaitu kekuatan-kekuatan lingkungan yang menghalangi pelaksanaan strategi dan

tujuan perusahaan, risiko proses yaitu proses bisnis yang dapat menimbulkan

pemisah antara strategi dan tujuan bisnis, serta risiko informasi yaitu adanya

informasi yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan. Dalam

perkembangannya risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat

diklasifikasi menjadi risiko operasional, risiko hazard, risiko finansial, risiko

strategik.

Menurut Lam (2008), manajemen risiko dapat didefinisikan dalam

pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko adalah mengelola

keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi

risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan

peluang keberhasilan, sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Hal

penting untuk mengoptimalkan profit adalah dengan mengintegrasikan

manajemen risiko kedalam proses bisnis perusahaan.

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada beberapa cara

yaitu dengan diversifikasi, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak

pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Manfaat Manajemen Risiko yaitu

mengurangi kerugian, menjaga arus kas, mengurangi financial distress, dan

mengurangi penerbitan surat berharga.

3.2.4 Hubungan Risiko dengan Bagian Produksi

Kegiatan produksi pada dasarnya adalah proses transformasi atau

perubahan input menjadi output, dalam proses ini terdapat input, proses

perubahan, serta output. Kegiatan produksi banyak menimbulkan risiko, dalam

kegiatannya, sumberdaya manusia sering kali diekspos pada kecelakaan kerja

maupun adanya kesalahan penanganan pada produk yang diproduksi. Karena itu

bagian produksi harus mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya-bahaya yang

Page 35: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

terkait dengan proses dan produk yang dihasilkan. Pengawasan produksi biasanya

dijalankan mulai dari desain, pengawasan operasi, pengujian mutu bahan dan hasil

akhir, pemakaian package yang tidak beracun dan sebagainya (Darmawi,1997).

Produksi adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan

barang dan jasa. Dalam pengertian yang lebih luas, produksi didefinisikan sebagai

setiap tindakan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah „nilai‟ guna

suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang-barang yang

dihasilkan dalam suatu proses produksi dapat dibedakan menjadi

Barang konsumsi, yakni barang-barang yang langsung dapat memuaskan

konsumen atau pemakai.

Barang produksi, yakni barang-barang yang sengaja diproduksi untuk

proses produksi selanjutnya.

Kegiatan produksi juga banyak menciptakan risiko dalam mendesain atau

membuat produk, juga memberikan pelayanan (service). Demikian pula produk

atau layanan yang dijualnya mungkin bisa menciptakan kerusakan atau

kecelakaan badan bagi pemakainya. Oleh karena itu perusahaan harus selalu siap

menghadapi tuntutan hukum dari pihak ketiga.

3.2.5 . Faktor- Faktor Produksi

Beberapa faktor produksi akan mempengaruhi hasil produksi buah

mangga dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Sumber-sumber produksi di

bawah inilah yang merupakan sebagian faktor pendukung usaha budidaya mangga

di Kabupaten Indramayu antara lain:

1. Sumber daya alam

Alam berkaitan dengan seluruh sumber daya yang bersifat alami, semua yang

sudah tersedia di bumi yang dapat digunakan dalam proses produksi. Tanah,

air, matahari, hutan, mineral, dan minyak bumi termasuk primary factor

(faktor utama) bagi produksi disamping tenaga kerja. Seluruh sumber daya

alam merupakan faktor produksi asli karena sudah tersedia dengan sendirinya

tanpa harus diminta oleh manusia.

2. Modal

Modal atau barang-barang investasi berkaitan dengan keseluruhan bahan dan

Page 36: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

alat yang dilibatkan dalam proses produksi seperti alat (perkakas), mesin,

perlengkapan, pabrik, gudang, pengangkutan, dan fasilitas distribusi yang

digunakan memproduksi barang dan jasa bagi konsumen ahir. kapital

berhubungan dengan bangunan, peralatan, persediaan, dan sumber daya

produksi lainnya yang memberikan kontribusi pada aktivitas produksi,

pemasaran, dan pendistribusian barang-barang. Modal tidak hanya terbatas

pada uang tetapi lebih mengarah pada keseluruhan kolektivitas atau akumulasi

barang-barang modal.

3. Tenaga Kerja

Merupakan istilah yang luas yang digunakan para ahli ekonomi yang

menunjuk pada bakat mental yang dimiliki laki-laki maupun perempuan yang

dapat digunakan dalam memproduksi barang dan jasa, tenaga kerja dalam

proses produksi merupakan unsur yang paling mendasar. Pengetahuan yang

dimiliki seseorang akan banyak bergantung pada aktivitas yang dilakukan

orang tersebut dalam proses produksi. Singkatnya, keterlibatan dalam

produksi merupakan sumber utama pengetahuan seseorang.

4. Kewirausahaan

Wirausaha walaupun sama-sama merupakan human resources seperti labour,

namun dalam pembahasan faktor produksi dipisahkan karena dalam diri

seorang wirausaha terdapat seperangkat bakat.

3.2.6 Masalah dalam risiko produksi

Input, proses hingga penanganan output akan mempengaruhi produktifitas

dari kegiatan produksi, risiko produksi bisa disebabkan oleh: kualitas bahan yang

rendah, tidak terjaminnya ketersediaan bahan, lemahnya tenaga kerja di bagian

produksi, lemahnya mesin maupun peralatan pada bagian produksi, lemahnya

lokasi ataupun ketidakstrategisan lokasi, serta lemahnya tata letak dan desain

fasilitas.

3.2.7 Meminimalkan risiko produksi

Upaya untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan melakukan

perencanaan dan pengendalian produksi yang baik, mulai dari input, proses

produksi, dan output produksi. Upaya-upaya tersebut adalah : pemilihan lokasi

Page 37: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

usaha yang strategis, penyusunan tata letak yang tepat, desain fasilitas yang baik,

manajemen mutu, perencanaan dan pengendalian persediaan lahan dan barang

dalam proses dan produk jadi termasuk pergudangannya, penerapan metode kerja

yang baik, pemilihan teknologi dan peralatan atau mesin yang tepat.

3.2.8 Penanggungan Risiko

Penanggungan risiko merupakan salah satu unsur biaya atau penyedot

biaya yang sulit diperkirakan besarnya dalam setiap aktivitas bisnis, baik risiko

penurunan produksi maupun risiko penurunan dalam nilai produk atau pendapatan

bersih usaha bisnis. Risiko penurunan produksi pertanian dapat disebabkan oleh

bencana alam, dan bencana lainnya, seperti kesalahan dalam menerapkan tekhnik

budidaya. Risiko penurunan dalam nilai terjadi karena adanya penurunan mutu,

perubahan harga yang disebabkan oleh perubahan preferensi, cita rasa dan selera

konsumen, perubahan kondisi pasokan, atau perubahan kondisi perekonomian

secara umum.

Fungsi penanggungan risiko dilaksanakan oleh semua pelaku dalam setiap

tahapan proses usaha, para petani mangga harus menerapkan tekhnik dan

tekhnologi budidaya yang baik, untuk mengurangi risiko produksi dan

penanganan pasca panen yang tepat untuk mengurangi risiko penurunan mutu

buah mangga yang dihasilkan, proses-proses usaha tersebut dilakukan guna untuk

mengurangi risiko yang mungkin timbul.

3.2.9 Mengelola Risiko

Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku dalam sistem agribisnis

untuk menanggulangi risiko dan mengurangi dampak dari risiko terhadap

kelangsungan usahanya. Risiko produksi secara fisik, kemungkinan terunnya

volume produksi secara drastis, yang mungkin disebabkan karena adanya bencana

alam, serangan hama dan penyakit, kebakaran maupun karena faktor-faktor

lainnya yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik dapat ditanggulangi

dengan membeli polis asuransi pertanian. Penanggulangan risiko produksi

tersebut dialihkan kepada perusahaan jasa asuransi dengan membayar premi

asuransi.

Page 38: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi

dengan penerapan tekhnologi budidaya dan tekhnologi pasca panen yang tepat.

Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan beberapa cara antara lain yaitu

diversivikasi, integrasi vertikal, kontrak dimuka, pasar masa depan, usaha

perlindungan, dan opsi pertanian.

3.3 Dampak Risiko

Menurut Fleisher (1990) dalam Gumbira dan Intan (1990), menyebutkan

bahwa dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi

dengan baik dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan.

Sudut pandang masyarakat yang menyangkut dampak dan biaya sosial dari

risiko yang terjadi dan pengelolaannya.

Sudut pandang petani atau produsen produk agribisnis yang

menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya.

Sudut pandang pembuat kebijakan yang harus mampu memprediksi

mengenai respon sektoral apa yang akan dilakukan untuk mengubah

kondisi tersebut dan dampak berikutnya atas kemungkinan kebijakan

pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut.

3.4 Sikap dalam Menghadapi Risiko

Terdapat tiga sikap manajemen atau pengambil keputusan daam

menghadapi risiko, yaitu: (1) Risk Averter, (2) Risk Netral atau Indifferent to risk,

dan (3) risk taker. Sikap manajemen atau pengambilan keputusan dalam

menghadapi risiko disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Sikap Pengambilan Keputusan Sumber:Robinson dan Barry (1987)

Risk

Return Risk averter

Risk netral

Risk taker

Page 39: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko menurut Robinson dan Barry

(1987), dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Pembuat keputusan yang takut pada risiko (risk aversion). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan

yang diharapkan yang mrupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini

menunjukkan bahwa, jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dan menurunkan keuntungan

yang diharapkan.

3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan

maka, pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau

menaikkan keuntungan yang diharapkan.

3.5 Identifikasi Risiko

Pengertian identifikasi risiko secara singkat adalah suatu proses yang

dilakukan oleh perusahaan secara sistematis dan terus menerus dalam

mengidentifikasi properti dan liabilitas. Terdapat tiga unsur penting dalam proses

identifikasi risiko, yakni mengetahui keberadaan risiko, mengetahui penyebab

timbulnya risiko dan mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

keberadaan dan penyebab risiko. Metode-metode pengidentifikasian risiko antara

lain:

a. Laporan keuangan, dengan menganalisis neraca, laporan laba rugi, dan

catatan-catatan lain yang mendukung, melalui penggabungan laporan

keuangan inilah akan menemukan risiko yang bakal dihadapi, karena transaksi

bisnis pada akhirnya akan menyangkut uang ataupun hak milik.

b. Kuesioner analisis risiko, semua harus mempertimbangkan sumber informasi

yang digunakan dalam kuesioner yang menjurus pada penyelidikan

sebelumnya.

c. Flow-chart aliran barang

Page 40: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

d. Metode interaksi adalah metode yang digunakan dalam mengidentifikasi

keberadaan maupun penyebab risiko melalui: observasi, wawancara dan studi

dokumen.

e. Inspeksi langsung

f. Interaksi eksternal

g. Analisis lingkungan

h. Brainstorming

i. Pengalaman pribadi dan intuisi

Sedangkan langkah-langkah pengidentifikasian antara lain:

Pembentukan tim, Pengumpulan informasi, analisis sumber penyebab risiko,

analisis permasalahan dan skenario alternatif.

3.6 Ukuran Risiko

Risiko dapat ditunjukan dengan indikator adanya fluktuasi dari return atau

hasil yang diharapkan. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat ukuran risiko

yang dapat dianalisis yaitu nilai ragam, simpangan baku, dan koefisien variasi.

Ketiga ukuran tersebut saling berkaitan satu sama lain. Semakin bervariasi hasil

(return) maka semakin besar risiko. Ukuran acak yang digunakan adalah ukuran

simpangan baku (standard deviation) yang menggambarkan rata-rata perbedaan

penyimpangan atau kecenderungan. Semakin bervariasi hasil (return) maka

semakin besar risiko. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat

bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari

beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari

setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. Coefficient variation

merupakan ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa

kegiatan usaha dengan satuan yang sama.

Menurut Batuparan (2001), pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar

tolak ukur untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan

ditimbulkan oleh terealisasinya suatu risiko, baik secara individual maupun

portofolio terhadap kesehatan dan kelangsungan usaha. Signifikasi suatu risiko

individu maupun portofolio dapat disimpulkan atau diketahui dalam melakukan

pengukuran terhadap dimensi risiko yaitu: (1) kuantitas risiko adalah jumlah

Page 41: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko, (2) kualitas risiko yaitu

probabilitas dar kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko.

Yang akan diketahui dari pengukuran risiko adalah:1) nilai rata-rata dari

kerugian selama satu periode anggaran, 2) mengetahui variasi nilai kerugian satu

periode anggaran ke periode anggaran lain, 3) mengetahui dampak keseluruhan

dari kerugian-kerugian tersebut terutama kerugian yang ditanggung sendiri.

3.7 Kerangka Pemikiran Operasional

Mangga merupakan salah satu komoditi hortikultura penting yang

berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, sumber pendapatan dan lapangan

pekerjaan serta salah satu penghasil devisa negara. Mangga di Indonesia

mempunyai peluang untuk mengisi pasar luar negeri karena mangga di Indonesia

memiliki kekhasan tersendiri, salah satu contohnya adalah mangga dermayu dan

mangga gedong gincu.

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah sentra penghasil

mangga di Jawa Barat, usaha budidaya mangga di Indramayu sifatnya adalah

usaha rumahan oleh karena itu risiko yang dihadapi masih relatif tinggi karena

keterbatasan pengetahuan serta masih terbatasnya peralatan pendukung yang

dimiliki oleh petani tersebut. Mengingat produk-produk pertanian yang umumnya

memiliki sifat rawan terhadap kerusakan (perishable), memiliki ukuran yang

besar (bulky/ voluminous), dan beraneka ragam mutunya (quality variation), oleh

karena itu produk-produk pertanian memiliki tingkat risiko tinggi, oleh karena itu

diperlukan pengelolaan risiko yang baik untuk menanggulangi risiko yang

mungkin terjadi. Aspek yang perlu dianalisis antara lain adalah manajemen risiko

yang mencakup didalamnya identifikasi risiko dan pengelolaan risiko serta

dengan menggunakan portofolio, lalu akan diperoleh hasil analisis dari risiko

produksi yang ada, agar dapat merumuskan strategi penanganan terhadap risiko

yang dihadapi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar

3.

Page 42: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Pada Gambar 3. di atas dapat dijelaskan bahwa budidaya usahatani

mangga yang dilakukan di Kabupaten Indramayu memiliki beberapa risiko yaitu

diantaranya: risiko operasional yang penyebabnya berasal dari manusia,

tekhnologi, serta kondisi alam yang sulit diprediksi. Dan risiko keuangan yang

beberapa diantaranya disebabkan oleh fluktuasi harga output dan input, serta

perubahan suku bunga. Untuk besaran risiko dan dampak risikonya dapat

diketahui dengan cara menghitung coefficient variation, simpangan baku, dari hal

tersebut maka akan diperoleh seberapa besar peluang risiko yang didapat pada

budidaya mangga di Kabupaten Indramayu tersebut yang nantinya akan

menpengaruhi sikap petani dalam mengambil keputusan. Sedangkan identifikasi

risiko dilakukan untuk mengetahui solusi kemudahan apa saja yang diperoleh

untuk meminimalisir risiko pada budidaya buah mangga tersebut.

Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu

Pasar

Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu

Fluktuasi Produksi:

-Cuaca, Kerusakan mekanis

-Hama dan Penyakit Tanaman

-Kesalahan Sumberdaya Manusia

Spesialisasi Risiko

Tingkat dan Besaran

Risiko

Pendapatan Petani

Page 43: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Angling Darma yang berada

di daerah atau di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu.

Responden merupakan petani yang tergabung dalam kelompok tani angling

darma, anggota kelompok tani ini rata-rata telah menjalankan usahatani mangga

lebih dari lima tahun, data-data responden dapat dilihat pada lampiran 2.

Penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan dasar pertimbangan

adalah bahwa Kabupaten Indramayu adalah salah satu sentra penghasil mangga di

Propinsi Jawa Barat, selain itu buah mangga memiliki potensi yang cukup tinggi

untuk dikembangkan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada

bulan September-November 2011.

4.2. Metode Pengumpulan Data Serta Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya

atau objek penelitian melalui:

1. Pengamatan langsung, dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik lingkungan,

proses penanganan buah mangga, serta pengidentifikasian risiko yang yang

terjadi dan risiko yang mungkin akan dihadapi.

2. Wawancara langsung serta pembagian kuisioner dengan pihak-pihak terkait,

seperti wawancara langsung dengan petani yang tergabung dalam kelompok

tani Angling Darma, serta penyuluh, untuk mengetahui usaha budidaya

mangga di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu.

3. Permasalahan dan risiko yang dapat terjadi, penyebab suatu risiko, atau

pengisian kuisioner yang dijawab oleh anggota yang tergabung dalam

kelompok tani budidaya mangga. Data sekunder merupakan data yang sudah

diterbitkan, dan dapat diperoleh dari: artikel, skripsi, dan publikasi lainnya.

Sumber data yang dipergunakan untuk membantu dalam perolehan data

baik data primer maupun data sekunder adalah:

1. Dinas pertanian, untuk beberapa data produksi dan luas lahan buah mangga.

Page 44: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

2. Badan Pusat Statistik (BPS) yang banyak menerbitkan data, baik data bulanan

maupun data tahunan.

3. Dokumen-dokumen instansi lain yang memberikan data profil Kabupaten

Indramayu.

4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data. Data dan

informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan Excel windows, spss dan

kalkulator. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif, dan metode analisis risiko. Metode deskriptif ini digunakan untuk

menganalisis alternatif manajemen yang diterapkan, untuk meminimalkan risiko

dan ketidakpastian yang dihadapi. Analisis risiko digunakan untuk menjawab

tujuan penelitian, yaitu menganalisis risiko yang dihadapi, dengan cara

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi buah mangga

di Kabupaten Indramayu. Penilaian risiko dapat dilakukan dengan mengukur nilai

penyimpangan terhadap return dari suatu aset, terdapat beberapa ukuran risiko

diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standart deviation), dan

koefisien variasi (coefficient variation).

Nilai ragam (variance), merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari

return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian.

Nilai variance menunjukan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin

kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam

melakukan kegiatan usaha, dan semakin besar nilai variance maka semakin besar

penyimpangannya, sehingga semakin besar risiko yang dihadapi dalam

melakukan kegiatan usaha. Nilai standar deviasi merupakan akar dari variance.

Nilai standard deviation menunjukan bahwa semakin kecil nilai standard

deviation maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha, semakin

besar nilai standard deviation maka semakin besar pula tingkat risiko yang

dihadapi dalam kegiatan usaha. Coefficient variation diukur dari rasio standard

deviasi dengan return yang diharapkan, semakin kecil nilai coefficient variation

maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha, dan

semakin besar nilai coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi

dalam melakukan kegiatan usaha.

Page 45: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Ukuran risiko yang dapat dijadikan sebagai ukuran paling tepat dalam

memilih alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko

yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha tersebut untuk setiap return yang

diperoleh adalah koefisien fariasi (coefficient variation). Coefficient variation

merupakan ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa

kegiatan usaha.

4.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam penelitian status,

kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu

peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan ke lapangan atau ke

tempat penelitian yaitu di desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten

Indramayu, menemui 30 orang responden, yaitu dalam hal ini adalah petani yang

tergabung dalam kelompok tani, untuk mengetahui secara langsung tentang

budidaya usahatani mangga hingga mengamati tentang risiko-risiko yang dihadapi

petani budidaya buah mangga tersebut. Selain itu penulis melakukan pendekatan

terhadap para petani yang dibantu oleh anggota Dinas Pertanian Kabupaten

Indramayu untuk mengetahui seluruh proses budidaya hingga pemasaran buah

mangga di Kabupaten Indramayu. Yang pada akhirnya penulis dapat

menyimpulkan dan dapat mendeskripsikan tentang budidaya buah mangga di

Kabupaten Indramayu khususnya di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang.

4.3.2. Analisis Risiko

4.3.2.1. Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Spesialisasi

Penentuan peluang berdasarkan suatu kejadian pada kegiatan budidaya

yang dapat diukur dari satu titik waktu. Peluang dari masing-masing kegiatan

budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal dan

terendah. Pengukuran peluang (P) pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi

kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan

berlangsung, dan secara sistematis dapat dituliskan :

Page 46: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

P= f / T

Keterangan : f : frekuensi produksi panen dari 30 orang petani (kondisi tertinggi,

normal, terendah)

T : periode waktu proses produksi

Peluang yang dihitung berdasarkan komoditas buah mangga jenis Gedong

gincu dan cengkir. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu, dan

secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

n

pij = 1 i=1

Penelitian ini mengunakan peluang berdasarkan tiga kondisi yaitu kondisi

tertinggi, normal, dan kondisi terendah. Hal ini dilakukan berdasarkan acuan dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan Fariyanti (2008) dan Putri (2009).

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat

dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah

dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian

tidak pasti. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut:

m

Ri = pijRij j = 1

Dimana :

pij = Peluang dari suatu kejadian (i=aset, j =kejadian)

Rij = Return

Ri = Expected return

Untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan

usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha

digunakan pendekatan sebagai berikut :

Page 47: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Variance

Ragam atau Variance (σ2), pengukuran ragam dari return merupakan

penjumlahan selisih kuadrat dari rerturn dan expected return dikalikan dengan

peluang dari setiap peluang. (Elton dan Gruber 1995)

m

σi2 = pij ( Rij – Rj)

j = 1 Dimana :

σi2

= Variance dari Return

pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return

Rj = Expected Return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai

variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko

yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance.

Semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi

dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation secara sistematis dapat

dituliskan sebagai berikut :

σ = σ2

Dimana :

σ = Simpangan baku atau Standard Deviation (Rp/Periode)

σ2

= Ragam atau Variance (Rp/Periode)

Coefficient Variation

Coefficient Variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan

return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient

variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi.

Page 48: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Rumus coefficient variation adalah :

CV =σi / Ri

Dimana :

CV = coefficient fariation

σi = standard deviation

Ri = expected return

Rumus-rumus di atas berfungsi untuk mengukur sejauh mana risiko yang

dihadapi petani buah mangga di Kabupaten Indramayu, dalam menjalankan usaha

terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh oleh petani buah mangga.

Misalnya dari pengukuran variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil

penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi petani dalam

melakukan usaha budidaya mangga tersebut. Untuk nlai standard deviation dapat

menentukan semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko

yang dihadapi petani buah mangga dalam menjalankan usahanya. Sedangkan

nilai coefficient variation dapat diartikan, semakin kecil nilai coefficient variation

maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi oleh petani buah mangga dalam

menjalankan usahanya.

4.3.3. Analisis pendapatan

Analisis pendapatan dapat diperoleh dari penerimaan (total return/ TR)

usaha dikurangi biaya-biaya (total cost / TC) (input, tenaga kerja, operasional,

pemasaran dan lain-lain) yang dikeluarkan selama masa periode usaha

berlangsung, secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut (Kadarsan, 1992) :

π TR TC

Dimana :

π = laba

TR = total return (total penerimaan)

TC = total cost (total biaya-biaya)

4.3.4. Analisis Usahatani

Pengolahan data secara kuantitatif silakukan dalam analisis usahatani ini.

Data yang diperlukan adalam analisis ini adalah data tentang penerimaan, biaya,

Page 49: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

dan pengeluaran usaha tani. Analisis ini berguna untuk mengetahui tingkat

pendapatan yang diperoleh petani buah mangga. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui besarnya penerimaan yang didapat dalam usahatani. Menurut

Soekartawi (2002), penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pengeluaran

yang digunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih

antara penerimaan dan pengeluaran. Maka dapat disimpulkan penerimaan

usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Pernyataan tersebut secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

π Y x Py

Dimana:

π = penerimaan total usahatani (Rp)

Y = Hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg)

Py = Harga jual produk per unit (Rp/ Kg)

Selanjutnya analisis ini digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani buah mangga. Dalam analisis ini dibedakan menjadi

dua yaitu biaya tunai dan biaya non tunai (diperhitungkan). Biaya tunai pada

usahatani buah mangga meliputi biaya pupuk dan obat-obatan, serta biaya tenaga

kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan biaya tidak tunai pada usahatani buah

mangga meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), biaya sewa lahan

dan biaya penyusutan alat.

Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus (straight

line) yang dapat diperoleh dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan

nilai yang ditafsirkan dibagi umur ekonomis dari alat tersebut. Adapun rumusan

matematisnya adalah sebagai berikut :

Biaya penyusutan = Nb – Ns

N

keterangan :

Nb = Nilai pembelian

Ns = Nilai sisa

N = Umur ekonomis alat

Page 50: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui seberapa

besar tingkat pendapatan pada usahatani buah mangga. Pendapatan usahatani

dapat diperoleh dari pengurangan antara biaya- biaya (cost) dari semua

penerimaan (revenue), biaya-biaya tersebut yang telah dikeluarkan selama periode

usahatani. Terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi antara biaya dan

penerimaan yaitu: 1). Jika biaya usahatani lebih besar dari penerimaan maka

usahatani dikatakan rugi, 2). Jika biaya usahatani sama dengan penerimaan maka

usahatani berada pada titik impas dan 3). Jika biaya usahatani lebih kecil dari

penerimaan maka usahatani dikatakan untung. Selisih antara penerimaan

usahatani dan biaya usahatani merupakan biaya total usahatani yang secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

P = TP – (BT + BTt)

Keterangan :

P = pendapatan total usahatani (Rp)

TP = total penerimaan usahatani (nilai produksi (Rp))

BT = biaya tunai (Rp)

BTt= biaya tidak tunai (Rp)

4.4. Definisi operasional

Merupakan penjelasan maupun deskripsi dari istilah-istilah yang

dituliskan di dalam skripsi ini, berikut beberapa penjelasan devinisi yang

dituliskan dalam skripsi ini :

1. Pendapatan dapat diperoleh dari penerimaan petani dalam usahatani mangga

dalam satu periode panen pertahun dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan

petani selama masa periode panen (dalam waktu yang sama) berlangsung.

2. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi panen yang dihadapi

petani (kondisi tetringgi, kondisi terendah, dan kondisi normal), dibagi dengan

periode waktu selama kegiatan usahatani berlangsung.

3. Expected return adalah jumlah dari produktivitas atau pendapatan petani buah

mangga yang diharapkan selama satu periode

4. Variance dan return merupakan penjumlahan selisis kuadrat dari return

dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian

5. Return yang digunakan berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih

petani buah mangga yang diterima dalam satu periode panen.

Page 51: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

6. Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance

7. Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deiation dengan return

yang diharapkan (expected return)

8. Covariance merupakan hasil perkalian nilai korelasi antara dua aset dengan

standard deviation masing-masing asset

Devinisi-devinisi yang telah disebutkan di atas bersama dengan

penjelasannya merupakan istilah-istilah yang serimg disebutkan dalam sripsi ini,

dengan adanya devinisi operasional diatas diharapkan dapat membantu untuk

lebih jelas dan lebih dimengerti oleh setiap pembaca skripsi ini.

Page 52: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

BAB V

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara pulau Jawa dengan panjang

garis pantai sepanjang 114.1 km dan memiliki letak geografis pada 107o52 -

108o36 bujur timur dan 6

o15 - 6

o40 lintang selatan dengan wilayah sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah Utara berbatasan dengan Laut

Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa,

sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten

Sumedang, dan Kabupaten Cirebon. Cakupan wilayah administrasi pemerintahan

Kabupaten Indramayu saat ini terdiri atas 31 kecamatan, 313 desa dan kelurahan,

dengan total wilayah 204.011 Ha, dengan panjang pantai 114.1 km yang

membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang.

Berdasarkan topografinya, Kabupaten Indramayu mempunyai ketinggian 0-

100 meter di atas permukaan laut, dimana 98,70 persen berada pada ketinggian 0-

3 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran

atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0-2 persen. Keadaan ini

berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi maka di daerah-

daerah tertentu akan terjadi genangan air. Letak Kabupaten Indramayu yang

membentang sepanjang pesisir pantai utara pulau jawa membuat suhu udara di

Kabupaten ini cukup tinggi yaitu berkisar antara 18o

Celcius – 28o Celcius. Suhu

harian di Kabupaten Indramayu berkisar antara 25o -32

o Celcius, dengan suhu

harian tertinggi 30o

dan terendah 25o Celcius. Kelembaban udara berkisar antara

70-80 persen. Curah hujan rata-rata pertahun 2.290 mm pertahun, dengan jumlah

hujan 82 perhari.

Luas wilayah Kabupaten Indramayu 204.011 ha yang di dalamnya terdapat

areal sawah seluas 118.513Ha, areal tambak dan kolam seluas 16.239 Ha, areal

perkebunan seluas 6.058 Ha, serta areal hutan seluas 34.307 Ha. Kabupaten

Indramayu merupakan daerah hulu dari 14 aliran sungai yang potensial sebagai

sumber air bagi kebutuhan usaha pertanian, usaha industry maupun sebagai bahn

baku air bersih.

Page 53: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 5. Tata Guna Lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2009

Tata guna lahan Luas (ha) Persentase (%)

Sawah beririgasi 92,370 45.28

Sawah tadah hujan 26,493 12.99

Hutan 40,653 19.76

Kebun 8,809 4.28

Permukiman 17,837 8.74

Empang 14,488 7.10

Lainnya 5,107 2.50

Total 204,011 100.00

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Indramayu 2009

5.2. Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang

13,21 persen dari total produk domestik regional bruto Kabupaten Indramayu,

penyumbang kedua terbesar setelah sektor industri (migas).

Beberapa jenis tanaman yang diusahakan di Kabupaten Indramayu antara

lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi

terbanyak adalah padi sebanyak 1.557.552.30 ton. Disamping tanaman padi,

Kabupaten Indramayu memiliki tanaman unggulan seperti mangga, pisang, cabai

merah, bawang merah, jagung dan kedelai. Tanaman perkebunan seperti kelapa,

kelapa hibrida, kapuk, cengkeh, jambu mete, kopi, tebu, dan melinjo diusahakan

pula di Kabupaten Indramayu. Produksi tanaman palawija sebanyak 10.153.36

ton, sayuran 186.284.85 ton dan buah-buahan sebanyak 717.942.98 ton. Selain

itu melalui upaya penerapan tekhnologi intensifikasi belakangan ini berkembang

budidaya bunga kol dan jamur merang yang sudah memperlihatkan produksi dan

produktivitas yang signifikan.

Page 54: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

5.2.1. Potensi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Mangga di

Kabupaten Indramayu

Pengembangan usaha mangga sudah dilakukan oleh masyarakat secara

swadaya di lahan sawah dan lahan pekarangan skala luas yang relativ kecil. Pada

tahun 2006 di Kabupaten Indramayu memiliki luas areal mangga 403.159 Ha.

Sejak tahun anggaran 1997/ 1998 sampai dengan tahun anggaran 2000/2001

pemerintah pusat (Ditjen Hortikultura) dengan dibantu oleh pemerintah daerah

Kabupaten Indramayu merancang proyek pengembangan usaha tani mangga.

Proyek pengembangan produksi agribisnis hortikultura (P2AH). Proyek ini

bertujuan menopang ketersediaan pangan, menunjang pembangunan wilayah

serta menumbuh kembangkan kelembagaan ditingkat petani dalam peningkatan

posisi tawar dan daya saing produk hortikultura.

Proyek P2AH ini dikelola oleh bagian proyek dinas pertanian Kabupaten

Indramayu. Kordinator pemandu lapangan selaku pelaksana teknis bertugas

sebagai pembimbing teknis, manajemen pelaksanaan, pemeliharaan perkebunan,

dan mendorong pengembangan kelompok tani. Adapun potensi mangga di

kabupaten Indramayu yaitu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Potensi Mangga di Kabupaten Indramayu 2009

No Jenis Mangga Jumlah Penanaman

per Pohon

Persentase Jumlah

Penanaman Pohon

1 Gedong gincu 152.362 11%

2 Cengkir 695.963 50%

3 Harumanis 250.450 18%

4 Lain-lain 293.151 21%

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu 2009

Pada tahun 2006 dan 2009 telah dilakukan usaha penggalangan SOP

(standard operating prosedur) kepada para petani mangga,dimana isi dari SOP

tersebut adalah menjelaskan mengenai tekhnologi ramah lingkungan,

pengendalian OPT, peremajaan tanaman, budidaya, hingga bagaimana cara

pemanenan buah mangga yang baik. Penggalangan SOP ini bertujuan untuk

melindungi petani, meningkatkan produksi, efisiensi,meningkatkan kesuburan

lingkungan serta sebagai alat kompetisi bagi petani mangga di Kabupaten

Page 55: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Indramayu. Sedangkan target dari SOP ini diharapkan mendapat mutu dan

kualitas mangga yang baik. Selain itu selalu diadakan peremajaan pohon tiap

tahunnya pada tahun 2009 APBD provinsi member bibit pohon mangga sebanyak

2000 batang dari jumlah 5000 yang direkomendasikan, pada tahun 2010 sebanyak

7000 batang pohon mangga dan diberikan ke desa Cikedung, Bongas, dan

Haurgeulis dengan jenis mangga Gedong gincu dan Lali jiwo.

Peremajaan dialokasikan di tempat atau di daerah yang terdapat kebun

mangga, pembagian pohon mangganya sendiri dilihat dari potensi daerah masing-

masing, dan untuk rencana kedepan akan ada perluasan area perkebunan mangga

± sekitar 50 hektar, dan selain itu untuk rencana ke depan akan diadakan program

pengelompokan sentra jenis mangga.

5.2.2. Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu

Mangga dominan yang diusahakan petani ada tiga jenis yaitu cengkir,

gedong gincu dan harumanis, sedangkan yang lainnya termasuk mangga runcah

yaitu jenis golek, bapang, gajah, manalagi, apel dan lain-lain. Banyak ditemukan

petani yang memiliki pohon mangga merupakan warisan dari orang tua sehingga

mereka tidak mengenal jelas umur pohon mangganya.

Usahatani mangga merupakan salah satu sumber mata pencaharian

penduduk di Kabupaten Indramayu. Disamping bertanam padi dan sayuran.

Usahatani di beberapa kecamatan di Kabupaten Indramayu Masih bersifat

tradisional mulai dari penanaman, perawatan, hingga panen dan pasca panen.

Kegiatan budidaya mangga terdiri atas penyiapan lahan, penanaman,

pemupukan, penyiangan, pengendalian HPT, pemanenan dan pemangkasan.

Kegiatan penyiangan dan pemupukan dilakukan ahir musim penghujan

(setelah panen) dan awal musim penghujan (buah muda). Pemupukan pada

tanaman mangga dibedakan menjadi dua yaitu

1. Pemupukan untuk tanaman yang belum menghasilkan

2. Pemupukan tanaman yang sudah menghasilkan

Adapun tujuan dari pemupukan ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan,

produksi tanaman optimal serta mempertahankan status hara tanah.

Secara bertahap, pemberian pupuk organik (pupuk kandang) akan ditingkatkan

untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang harganya terus melambung

Page 56: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

tinggi, keuntungan yang akan diperoleh dari peningkatan penggunaan pupuk

organik tersebut adalah berkurangnya biaya produksi dan mencegah terjadinya

kejenuhan tanah akan zat organik.

Dosis pupuk yang diberikan tergantung dari diameter batang atau besar

tajuk pohonnya. Pedoman perkiraan dosis pemupukan mangga dapat dilihat pada

Table 7.

Tabel 7. Perkiraan Dosis Pemupukan Mangga Perpohon.

Umur

(tahun)

Pupuk organic

(liter)**

Urea (gram)* TSP

(gram)**

KCL, ZK

(gram)*

1 10 250 100 250

2 15 300 150 300

3 20 350 200 350

4 25 400 250 400

5 30 450 300 450

6-8 35 500 350 500

>8 40 >600 400 600 Ket : * = diberikan 1-2 kali setahun

: ** = diberikan 4kali setahun (masing-masing seperempat dosis) sampai umur 2

tahun, dan menjadi 2 kali setahun (masing-masing setengah dosis sesudahnya)

Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura,2004

Kegiatan pemangkasan dilakukan setelah berakhirnya masa panen,

pemangkasan dilakukan pada cabang dan ranting tua serta benalu yang menempel

di batang pohon, tujuannya untuk membentuk kerangka dasar tanaman agar

tumbuh baik, memudahkan pemeliharaan tanaman, mengurangi risiko serangan

OPT, serta untuk mengoptimalkan produktivitas buah dan kontinuitas pembuahan.

Penjarangan buah dilakukan pada saat buah berumur 2-3 minggu. Buah

yang dipetik adalah buah yang dinilai berada pada posisi kurang mendapat sinar

matahari dan bergerombol lebih dari tiga buah. Buah yang dipertahankan

maksimal tiga buah dalam satu tangkai dan dilakukan pembungkusan pada buah-

buah tersebut. Pembungkusan bertujuan untuk meningkatkan kualitas penampilan

buah, melindungi buah dari benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar

buah, melindungi buah dari serangan hama dan penyakit, serta melindungi buah

dari kerusakan dan gesekan pada saat panen dan melindungi permukaan kulit

buah dari getah. Dengan cara-cara tersebut diatas diharapkan buah pilihan akan

Page 57: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

tumbuh besar secara optimal dan dapat memenuhi standar mangga gedong gincu

berkualitas ekspor.

Penyakit yang kerap menyerang tanaman gedong gincu adalah rontoknya

bunga. Penyakit ini menyebabkan turunnya produksi buah mangga gedong gincu

hingga sekarang, petani belum menemukan penanggulangan yang tepat untuk

mengatasi penyakit tanaman ini sehingga langkah yang ditempuh hanya sebatas

memberikan obat-obatan dan zat perangsang tumbuhan. Sedangkan hama yang

sering menyerang tanaman mangga antara lain : kutu putih, ulat perusak daun,

wereng mangga, lalat buah dan penggerek buah. Sama halnya dengan di atas,

pengendalian terhadap hama ini hanya sebatas memberikan insektisida berbahan

kimia aktif serta pengendalian cara kultur teknis.

Buah mangga dapat dipanen setelah buah berumur 3-4 bulan. Buah dinilai

matang apabila lapisan lilin pada permukaan kulit buah sudah menebal dan bentuk

buah bulat berisi. Pemetikan buah dilakukan dengan menyisakan sebagian tangkai

dengan tujuan mengurangi getah yang keluar. Buah mangga yang telah dipanen

diletakkan pada posisi tangkai menghadap ke bawah agar getah pada tangkai buah

tidak mengotori permukaan kulit buah, serta alasi permukaan keranjang buah

dengan daun pisang kering atau dengan kertas Koran. Waktu pemetikan mangga

yang baik pada pukul 11.00 keatas karena pada pukul tersebut getah akan

berkurang.

Kegiatan selanjutnya adalah penanganan buah hasil panen, meliputi

sortasi, grading, pencucian, pengemasan, dan penyimpanan. Sortasi dilakukan

untuk memisahkan buah yang baik dan tidak baik kualitasnya, setelah itu adalah

melakukan grading, dengan ketentuan yang telah disebutkan yaitu grade A buah

yang memiliki bobot rata daiatas 250 gram, grade B bobot buah antara 200-250

gram, sedangjkan grade C memiliki bobot kurang dari 200 gram perbuah.

Setelah itu dilakukan pencucian yang bertujuan untuk membersihkan buah

dari kotoran seperti getah, tanah, cendawan dan sebagainya. Air yang digunakan

untuk mencuci buah ditambakan detergen atau klorin dengan takaran satu sendok

teh per satu liter air, lama perendaman kurang lebih tiga menit dan setelah itu

dibilas kembali dengan menggunakan air bersih dan buah digosok dengan

menggunakan spon atau kain yang lembut. Kegiatan pengepakan dilakukan

Page 58: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

apabila buah telah kering yaitu dengan memasukkan buah kedalam wadah dengan

posisi punggung buah menghadap bawah dan wadah sudah dilengkapi dengan

lapisan kertas, penyimpanan buah dalam peti kardus harus disimpan pada gudang

yang bersih dengan temperatur 8-10 derajat celcius dengan kelembaban ruangan

lebih dari 90 persen.

Upaya pemasaran yang dilakukan diantaranya bekerjasama dengan

pedagang besar yang akan mendistribusikan hasil panen ke pedagang-pedagang

pengecer pasar tradisional di luar kota seperti Jakarta. Saat ini pun telah ada

eksportir yang berminat memasarkan mangga gedong gincu dengan tujuan pasar

singapura. Namun selain itu masih ada kendala yang dihadapi untuk memenuhi

permintaan ekspor diantaranya adalah: ukuran buah yang dihasilkan belum

memenuhi standar, standar bobot buah mangga gedong gincu berkualitas ekspor

adalah 250 gr untuk ukuran mangga gedong gincu dan 400 gr untuk mangga

cengkir.

5.3. Karakteristik Responden

Berdasarkan umurnya responden pada penelitian ini dikategorikan menjadi

3 kelompok yaitu responden usia 20-35 tahun, 35-50 tahun, dan 50-70 tahun.

Petani responden pada penelitian ini terbesar pada kisaran 30-60 tahun.

Tabel 8. Jumlah Petani Responden Usahatani Buah Mangga Berdasarkan

Umur di Kabupaten Indramayu

Umur Jumlah petani

responden (orang)

Persentase (%)

25-30 1 3,33

31-35 3 10,00

36-40 7 23,33

41-45 7 23,33

46-50 2 6,67

≥51 10 33,34

Total 30 100

Page 59: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Umur petani responden yang mengusahakan usahatani mangga ini pada

umumnya berdasarkan Tabel 8. di atas berkisar diatas 30 tahun, yang paling

mendominasi responden pada pnelitian ini berumur antara 36-45 yaitu sebesar

23,33 persen dan yang berumur diatas 51 tahun sebanyak 33,34 persen.

Responden dengan golongan umur diatas 51 tahun merupakan petani responden

yang telah berpengalaman menjalankan usaha budidaya mangga tersebut, adapun

petani responden yang termasuk usia produktif yaitu antara 25 tahun sampai

dengan 40 tahun terbagi dalam persentase-persentase kecil. Minimnya petani

responden pada usia produktif dikarenakan golongan usia produktif di Kabupaten

Indramayu lebih memilih mata pencaharian diluar bidang pertanian seperti

berdagang, serta menjadi karyawan swasta dan pegawai negeri.

Tingkat pendidikan formal petani mangga di Kabupaten Indramayu secara

umum masih dapat dikatakan rendah, karena hanya berpendidikan terakhir SD,

sedangkan selebihnya hanya berpendidikan terahir SMP dan SMA. Hal tersebut

sangat bertentangan dengan program pemerintah diperiode tahun 1990an, yang

mencanangkan wajib belajar 9 tahun dan pentingnya pendidikan serta wajib

belajar minimal hingga ke jenjang SMA.

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Responden Pada Usahatani Buah

Mangga di Kabupaten Indramayu

Kelompok

pendidikan formal

Jumlah petani

responden (orang)

Persentase (%)

SD/ MI 14 46,67

SMP/MTS 7 23,33

SMA/MAN 9 30,00

Perguruan

Tinggi/Akademi

0 0

Total 30 100

Dari keseluruhan responden yang ada dapat dikatakan bahwa sebagian

besar dari mereka telah terlepas dari buta huruf dan hitung. Karena sebagian

besar responden pernah mengenyam pendidikan walaupun hanya pada tingkat

Page 60: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

sekolah dasar yaitu sebanyak 46,67 persen, pendidikan SMP hanya 23,33 persen

dan yang berpendidikan hingga SMA sebanyak 30,00 persen.

5.3.1. Pengalaman Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu

Meskipun secara umum tingkat pendidikan petani mangga tergolong

relatif rendah, bukan berarti tingkat pengetahuan petani dalam hal budidaya

pertaniannya rendah khususnya budidaya mangga. Pengalaman petani sangat

mempengaruhi mereka dalam proses pengambilan keputusan dalam mengelola

usahatani mangga, selain itu peran serta anggota ppl pertanian sangat membantu

mereka dalam hal manajemen, pola tanam dan informasi mengenai

penanggulangan hama dan penyakit.

Tabel 10. Pengalaman Petani Responden Dalam Usahatani Mangga di

Kabupaten Indramayu

Kelompok Tahun Petani Responden (orang)

Jumlah Persentase (%)

1-5 − −

5-10 25 83,3

10-15 − −

≥ 15 5 16,6

Total 30 100

Pada Tabel 10. tersebut terlihat bahwa rata-rata petani responden telah

menjalankan usahatani mangga selama lebih dari 5 tahun, sebanyak 83,3 persen

responden petani mangga telah menjalankan usahatani mangga selama 5-10 tahun,

yakni sebanyak 25 orang, dan lebih dari 15 tahun sebanyak 5 orang atau sekitar

16,6 persen.

Page 61: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

5.3.2. Status Penguasaan Lahan

Berdasarkan dari data yang diperoleh diketahui bahwa petani responden

pada penelitian ini sebagian besar mengembangkan usahatani mangga dilahan

milik sendiri, berdasarkan dari data yang diperoleh dari responden diketahui

bahwa lahan perkebunan tersebut rata-rata merupakan lahan warisan turun-

temurun dari keluarganya. Sementara jumlah pemilikan pohon berkisar antara 12-

55 buah pohon mangga, tetapi ada juga salah satu responden memiliki pohon

mangga mencapai 700 pohon. Luas lahan yang dimiliki petani responden rata-

rata berkisar antara 1000 hingga 10.000 meter persegi.

5.3.3. Alasan Petani Responden Mengusahakan Mangga

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, alasan petani responden dalam

berusahatani buah mangga sangat beragam, dari berbagai alasan responden

tersebut dikelompokkan dalam empat kelompok alasan yaitu : 1)sangat cocok

diusahakan didaerah ini, 2) keuntungan lebih tinggi, 3) pemasaran terjamin dan

yang ke 4) lain-lain. Alasan mengembangkan usaha tani mangga adalah karena

adanya pemasaran yang sudah terjamin, ini dikarenakan para petani responden

tersebut memang sudah menjadi anggota kelompok tani yang pemasarannya

terjamin. Ini dapat terlihat dari alur pemasaran buah mangga di bawah ini

Walaupun pemasarannya sudah terjamin tetap saja petani dibantu oleh pemeritah

dalam hal ini Departemen Pertanian selalu berusaha untuk lebih meningkatkan

kualitas produksi buah mangga tersebut dikarenakan sekarang ini konsumen

sudah paham betul akan keamanan pangan yang dikonsumsinya, menginginkan

kualitas yang baik serta dikelola secara ramah lingkungan. Selain itu alasan

selanjutnya adalah tanaman mangga sangat cocok dibudidayakan di Kabupaten

Indramayu sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan budidaya tanaman hortikultura lainnya.

Page 62: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

5.4. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.744.897 jiwa.

Sedangkan pada akhir Tahun 2010 berdasarkan badan pusat statistik Kabupaten

Indramayu tercatat sebanyak 1.668.395 jiwa, terdiri dari 858.942 jiwa penduduk

laki-laki dan perempuan sebanyak 809.453 jiwa, keadaan ini menunjukkan

adanya kenaikan sebesar 24.526 jiwa. Dari 1.769.423 jiwa penduduk Kabupaten

Indramayu terdapat 514.964 KK yang tersebar di 315 Desa/Kelurahan. Adapun

jumlah penduduk yang terbanyak yaitu Kecamatan Indramayu dengan jumlah

penduduk 101.940 jiwa dan yang terendah Kecamatan Cantigi dengan jumlah

penduduk 24.636 jiwa. Komposisi penduduk antara pria dan wanita cukup

berimbang yakni terdiri dari 49 persen wanita dan 51 persen pria.

Gambar 5. Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten

Indramayu Tahun 2010

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Indramayu 2011

Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu berdasarkan umur dan jenis

kelamin tersaji pada Tabel 11. kelompok usia produktif merupakan jumlah

terbesar dari total penduduk Kabupaten Indramayu namun berada dikisaran usia

sekolah (6-9 tahun), sedangkan usia produktif lainnya berada dikelompok usia 35-

55 tahun dan pada usia 55-64 tahun.

Laki-laki

51%

Perempuan

49%

Page 63: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Jenis

Kelamin

Usia(tahun) Laki-laki

(jiwa)

Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)

0-4 73.590 70.252 143.842

5-9 78.423 73.560 151.983

10-14 83.458 79.321 162.867

15-19 79.739 66.574 146.313

20-24 68.099 54.368 122.467

25-29 74.687 66.743 141.430

30-34 70.535 67.330 137.865

35-39 70.850 64.797 135.647

40-44 60.332 58.624 118.956

45-49 52.438 52.366 104.904

50-54 46.208 45.647 91.855

55-59 36.073 32.873 68.946

60-64 25.767 28.029 53.796

65-69 17.206 19.866 37.072

70-74 11.387 14.779 26.166

75+ 9.962 14.324 24.286

Jumlah 858.942 809.453 1.668.395

Dilihat dari mata pencahariannya, penduduk Kabupaten Indramayu

mempunyai matapencaharian yang beragam, kondisi penduduk berdasarkan

matapencaharian ataupun jenis pekerjaan menggambarkan kondisi perekonomian

masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Demikian pada umunya

penduduk di Kabupaten Indramayu bekerja dibidang pertanian, penduduk yang

bermatapencaharian petani di Kabupaten Indramayu sebanyak 303.084 orang(39

persen), dibidang industri sebanyak 56.218 orang (7persen), dibidang

perdagangan sebanyak 200.868 orang (26persen), pada bidang jasa sebanyak

91.990 (12persen) serta pada matapencaharian lainnya sebanyak 127.149 atau

Page 64: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

sebesar (16 persen). Berikut ini disajikan pada tabel jumlah penduduk

berdasarkan mata pencahariannya.

Table 12. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Mata

Pencahariannya.

Jenis mata

pencaharian

Jumlah jiwa Persentase (%)

Pertanian 303.084 39

Industri 56.218 7

Perdagangan 200.868 26

Jasa 91.990 12

Lainnya 127.140 16

Jumlah 779.300 100

Dapat dipastikan dan dapat dilihat dari Tabel 12. Jumlah penduduk

berdasarkan mata pencaharian di Kabupaten Indramayu 39 persen

bermatapencaharian sebagai petani, sektor perdagangan sebanyak 26 persen, jasa,

industri, dan lainnya masing-masing 12 persen, 7 persen dan 16 persen.

Page 65: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Sumber-sumber Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten

Indramayu

Risiko yang dihadapi oleh petani mangga akan mempengaruhi

produktivitas dan pendapatan usahatani buah mangga. Variasi yang terjadi dalam

jumlah produksi pada petani mangga di Kabupaten Indramayu menunjukan bahwa

petani mangga menghadapi adanya berbagai risiko dalam kegiatan produksi

usahatani mangga.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada usahatani mangga

yang mereka jalankan disebabkan oleh kondisi alam yang sulit diprediksi dan

tidak dapat dikontrol, antara lain curah hujan, hama penyakit yang sulit diprediksi

selain itu adanya faktor-faktor kesalahan dari sumberdaya manusia (SDM) pun

menjadi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya risiko. Antara lain

kesalahan dikarenakan pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan takaran,

kerusakan fisik pada produk dikarenakan adanya kesalahan dalam proses

pemanenan, dan kerusakan fisik pada produk yang disebabkan adanya kesalahan

dalam proses pengepakan pada saat produk akan dipasarkan.

Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas tersebut, penyebab kerugian

pada usahatani buah mangga tidak terbatas pada faktor alam serta kerusakan yang

disebabkan karena kesalahan SDM saja, akan tetapi juga disebabkan oleh karena

adanya fluktuasi harga output maupun input. Peningkatan harga input pada

usahatani buah mangga berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden,

terjadi karena adanya peningkatan harga tenaga kerja, adanya peningkatan harga

pupuk, serta adanya peningkatan pada harga obat-obat pertanian. Pada penelitian

ini akan mengkaji mengenai besaran risiko berdasarkan persepsi petani terhadap

sumber-sumber risiko dan tingkat risiko, guna menekan risiko pada usahatani

buah mangga di Kabupaten Indramayu.

Page 66: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

6.1.1. Sumber-sumber Risiko Produksi Yang Disebabkan Oleh Alam

Faktor alam merupakan salah satu sumber risiko atau faktor penyebab

kerugian yang sulit untuk diatasi oleh petani hal ini disebabkan karena pada

umumnya faktor alam ini tidak dapat dikendalikan, diprediksi maupun dikontrol

oleh petani, faktor risiko alam ini datang begitu saja dan tidak dapat dicegah. Di

Kabupaten Indramayu sendiri usaha budidaya mangga masih sangat tergantung

pada faktor alam seperti curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, cahaya

matahari dan lain-lain. Kenyataannya bahwa usaha budidaya mangga yang

ditekuni petani sangat tergantung pada faktor alam membuat ketidakstabilan alam

menjadi sumber-sumber atau faktor yang dapat menimbulkan kerugian pada

budidaya mangga di Kabupaten Indramayu menurut hasil wawancara dengan

beberapa petani responden, dapat diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah

dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13. Persentase Risiko yang Disebabkan Oleh Faktor Alam

Sumber risiko yang

disebabkan alam

Jumlah petani

responden (orang)

Persentase (%)

Curah hujan 20 66

Hama 5 17

Penyakit 5 17

Total 30 100

a. Curah Hujan

Tabel di atas menjelaskan bahwa hasil wawancara bersama 30 responden

sebaran persepsi petani buah mangga di Kabupaten Indramayu berdasarkan faktor

alam sebesar 66 persen menyatakan bahwa curah hujan merupakan faktor alam

yang memberikan dampak kerugian paling tinggi. Kondisi cuaca dan iklim

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpastian dalam usaha

budidaya buah mangga. Perubahan cuaca yang drastis dan sulit diprediksi akan

sangat mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan buah yang

diusahakan.

Terkait dengan perubahan cuaca yang sulit diprediksi, kenyataan di

lapangan menunjukkan bahwa petani mangga mengalami kesulitan untuk

menanggulangi risiko yang satu ini, secara teknis tanaman mangga akan

berkembang baik disaat musim kemarau, karena kebutuhan air akan lebih

Page 67: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

terkontrol. Curah hujan yang cocok bagi perkembangan buah mangga ini berkisar

antara 1000-2000 mm pertahun, karena kekurangan atau kelebihan air akan

berpengaruh terhadap produksi buah mangga. Dampak negatif yang dapat

dihasilkan karena curah hujan yang tinggi dan musim pancaroba antara lain

adalah bunga banyak berguguran terkena terpaan air hujan sehingga dapat

dipastikan jumlah produksi buah mangga akan berkurang. Timbulnya jamur pada

buah sehingga buah akan lebih cepat membusuk serta buah yang dihasilkan tidak

mulus, dan pada umumnya pada musim hujan serangan penyakit akan lebih

banyak.

Sampai saat ini cara yang digunakan oleh petani responden masih sangat

konvensional yaitu dengan cara membungkus buah mangga dengan pelastik, dan

penggunaan jerami untuk mencegah erosi tanah. Terbatasnya teknologi yang

digunakan petani responden untuk meminimalisir dampak kerugian yang

ditimbulkan oleh kondisi cuaca khususnya musim hujan kurang maksimal karena

mayoritas petani responden belum menemukan cara yang tepat untuk

meminimalisir dampak dari curah hujan yang tinggi tersebut.

b. Hama

Mangga merupakan buah yang sangat rawan terhadap serangan hama,

menurut hasil wawancara di lapangan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di

atas menunjukan nilai sebanyak 16 persen, nilai ini menunjukkan bahwa risiko

yang disebabkan oleh hama tidak terlalu besar dibandingkan dengan risiko yang

disebabkan oleh curah hujan. Ada beberapa jenis macam hama yang sering

menyerang tanaman mangga milik petani budidaya mangga di Kabupaten

Indramayu adalah:

1. Kutu putih (Rastrococcus Spinosus), hama ini menghisap cairan sel dan

umumnya menyerang pada musim penghujan, pengendalian yamg dilakukan oleh

para petani adalah dengan cara pengendalian kultur teknis yaitu memotong cabang

daun yang terserang dan membakarnya. Sedangkan pengendalian secara kimiawi

yang dilakukan oleh petani adalah dengan cara memberikan insektisida berbahan

aktif.

2. Ulat perusak daun (Ortega Melanopolaris Hamson) hama ini merusak

daun dan kadangkala pucuk muda, akibat serangan hama ini daun menjadi patah,

Page 68: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

layu dan akhirnya mati, biasanya menyerang pada peralihan masim hujan dan

musim kemarau, yang dilakukan petani untuk meminimalisir hama ini adalah

dengan cara pengasapan dengan membakar sampah kering yang bagian atasnya

ditutupi dengan sampah basah agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai

terbakar. Selain itu cara meminimalisir hama ini adalah dengan melakukan

penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif.

3. Lalat buah (Dacus Dorsalis), akibat dari serangan hama ini adalah

timbulnya titik hitam pada kulit buah, titik-titik hitam tersebut akibat tusukan lalat

buah, akibatnya daging buah menjadi busuk dan pada akhirnya buah tidak dapat

dipanen karena rusak atau gugur, untuk meminimalkan hama ini petani

melakukan pengendalian secara kultur teknis yaitu mengumpulkan buah-buah

yang terserang, baik yang sudah jatuh maupun yang masih berada di pohon lalu

ditimbun di dalam tanah, selain itu petani meminimalisir hama ini dengan cara

menanam tanaman perangkap, yaitu menanam tanaman selasih disekeliling kebun.

4. Penggerek buah (Noorda Albizonalis Hampson) dampak dari serangan

ini hampir mirip dengan hama lalat buah bedanya hama penggerek buah biasa

menyerang pada saat buah sebesar bola pingpong, cara pemberantasan yang

dilakukan oleh petani pun sama seperti apa yang dilakukan terhadap hama lalat

buah, selain yang disebutkan diatas, petani juga melakukan pemberantasan hama

dengan pengendalian fisik yaitu dengan cara membungkus buah setelah buah

mangga sebesar bola pingpong dan dilakukan dengan pengendalian secara biologi

yaitu dengan memanfaatkan predator larva Rhynchium attrisium.

Pengendalian hama yang dilakukan banyak petani responden selama ini

masih terbatas pada penggunaan insektisida, sebagai langkah pencegahan dan

penanggulangan hama tanaman buah mangga. Penggunaan insektisida sebagai

upaya pengendalian hama memang dibenarkan, akan tetapi menurut Samsu

(2011), pencegahan hama dengan penyemprotan insektisida sering kali

memboroskan biaya, terlebih harga insektisida yang semakin hari kian tinggi.

Disamping itu penggunaan insektisida maupun obat-obatan pembasmi hama yang

berlebihan akan merusak lingkungan dan tentu saja membuat hama menjadi

resisten terhadap insektisida tersebut. Pencegahan merupakan tindakan yang

paling efektif daripada mengobati, selain tidak menimbulkan efek samping,

Page 69: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

tindakan pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang terlalu besar.

Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai, oleh

karena itu para petani setidaknya harus memahami dan mengetahui daur hidup

hamanya.

c. Penyakit

Begitu juga dengan penyakit, dari hasil wawancara dengan petani

responden, factor risiko yang disebabkan oleh penyakit tidak terlalu besar dengan

risiko yang diakibatkan oleh curah hujan, dapat dilihat dari tabel bahwa risiko

yang disebabkan oleh penyakit menurut pendapat petani responden sebesar 16

persen. Sesuai dengan pernyataan sebelumnya bahwa, tanaman mangga sangat

rentan terhadap serangan hama dan penyakit pada setiap pertumbuhannya. Selain

hama penyakit tanaman juga merupakan salah satu sumber risiko dalam budidaya

mangga ini, sehingga hal tersebut merupakan penyebab tidak optimalnya produksi

buah mangga yang dihasilkan. Penyakit yang sering menyerang tanaman maupun

buah mangga menurut kebanyakan petani responden pada umumnya disebabkan

oleh bakteri, virus, dan cendawan. Penyakit yang biasa menyerang diungkapkan

oleh petani antara lain penyakit layu benih menyerang tanaman pada saat

pembibitan akibat dari serangan penyakit ini antara lain daun menjadi lemah, lalu

akan mengering dan setelah itu mati dengan akar yang membusuk, cara

pengendalian yang dilakukan biasanya dengan penyemprotan fungisida, selain itu

pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani adalah menjaga jarak antar tanam

dalam polybag agar tidak terlalu rapat, sehingga benih mendapat sinar matahari.

Penyakit embun jelaga merupakan jenis penyakit berikutnya yang sering

menyerang tanaman mangga di Kabupaten Indramayu. Akibat dari penyakit ini

adalah timbulnya lapisan tipis berwarna hitam pada permukaan daun dan ranting,

selain dengan penyemprotan fungisida hal lain yang biasanya dilakukan oleh

petani untuk menanggulangi penyakit ini dengan cara memotong cabang yang

terinfeksi dan setelah itu dilakukan pembakaran.

Selain kedua penyakit diatas penyakit kudis buah sering dialami oleh para

petani akibat dari penyakit ini adalah pada permukaan buah timbul struktur yang

tidak beraturan berwarna coklat seperti yang dijelaskan petani, dan setelah buah

dipanen akan meninggalkan bercak coklat yang keras dan mengering sehingga

Page 70: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

mengurangi tampilan buahnya. Selain upaya pencegahan yang telah dijelaskan

diatas, upaya lainnya yang dilakukan untuk meminimalisir dampak kerugian yang

disebabkan oleh infeksi penyakit antara lain dengan cara pengolahan lahan secara

baik dan benar, penyiangan, serta pemberian obat-obatan secara teratur upaya-

upaya tersebut merupakan upaya untuk mencegah dan meminimalisir penyebaran

penyakit.

6.1.2. Kerugian Yang Disebabkan Oleh Faktor Sumberdaya Manusia

Kerusakan produk dikarenakan kelalaian atau kesalahan SDM, merupakan

salah satu sumber risiko yang harus diperhatikan selain faktor alam.

Keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja akan mempengaruhi secara langsung

pada efektifitas dan efesiesi usaha tani. Faktor ini merupakan salah satu penyebab

yang mempengaruhi variasi produktifitas. Tidak adanya standart operasional

yang jelas dan baik dari penyuluh maupun petani membuat kemungkinan terjadi

penyimpangan yang semakin besar. Berdasarkan fakta di lapangan dan data yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan petani responden dapat dilihat pada tabel .

Faktor kerugian yang disebabkan oleh kesalahan manusia terjadi pada kegiatan

pemanenan dan pengiriman hasil. Nilai persentasenya dapat dilihat pada Tabel 14.

di bawah ini.

Tabel 14. Persentase Risiko yang Disebabkan Oleh SDM

Risiko yang

disebabkan oleh SDM

Jumlah petani

responden (orang)

Persentase (%)

Kerusakan pada saat

pemanenan

17 57

Kerusakan pada saat

pengiriman hasil

13 43

Total 30 100

a. Kerusakan Pada Saat Pemanenan Buah

Dilihat dari tabel di atas persepsi petani terhadap risiko yang ditimbulkan

pada saat pemanenan buah sebesar 57 persen. Pemanenan merupakan tahapan

paling penting dalam seluruh kegiatan usahatani, kesalahan kecil yang dibiarkan

akan berdampak besar untuk kedepannya. Adapun upaya yang dilakukan oleh

petani untuk meminimalisir dampak kerugian yang diakibatkan kerusakan pada

saat pemanenan adalah dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah sering

Page 71: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

bekerja sama dengan mereka, sudah terpercaya dalam hasil kerjanya, dan

merupakan orang-orang terdekat mereka. Pada dasarnya tidak ada tekhnik khusus

dalam pemanenan buah mangga ini tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan

seperti tangkai buah yang diikutkan, usahakan getah tidak mengotori buah serta

peletakan buah setelah dipetik, ini banyak sedikitnya akan mempengaruhi kondisi

buah yang telah dipanen.

Risiko kerusakan yang dihasilkan pada saat panen tersebut dapat dikatakan

murni disebabkan karena kelalaian individu, dan untuk meminimalisir hal ini,

upaya petani buah mangga adalah dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah

sering melakukan pemanenan.

b. Kerusakan Pada Saat Pengiriman Hasil

Kerusakan yang ditimbulkan pada saat pengiriman hasil sebesar 43 persen.

Kerusakan produk pada tahap ini juga memiliki tingkat risiko yang tinggi, ini

dikarenakan sebagian petani mengangkut hasil panennya hanya dengan keranjang

yang terbuat dari bambu yang kemudian akan diangkut ke pengepul dengan

menggunakan motor, pada tahap ini sering kali produk yang telah dipanen ini

mengalami berbagai benturan sehingga menyebabkan buah mangga yang telah

dipanen akan cepat mudah busuk, oleh karenanya proses ini harus benar-benar

diperhatikan, dan pada kenyataannya di lapangan proses ini masih jauh dari kata

baik, sedangkan para petani juga tidak dapat berbuat lebih. Upaya yang mereka

lakukan untuk meminimalisir terjadi kerusakan pada saat pengangkutan adalah

dengan memasang alas Koran debagian dasar keranjang bambu, pemasangan

koran sebagai alas ini adalah untuk meminimalisir benturan yang terjadi

diperjalanan, dikarenakan medan jalan yang dilalui menuju tempat pengepul tidak

seluruhnya bagus. Hal inilah yang menyebabkan tingginya kerusakan pada buah

mangga dan mengakibatkan tinggi juga risiko yang terjadi.

6.2. Sumber-sumber Risiko Harga

Berdasarkan survey yang dilakukan USDA (United State Department of

Agricultur) pada tahun 1996, risiko produksi dan risiko harga merupakan tipe

risiko yang sering dihadapi oleh petani. Risiko harga adalah jenis risiko yang

ditimbulkan karena adanya fluktuasi harga input dan harga output (Harwood,

Page 72: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

1999). Pada kasus petani buah mangga sering ditemui risiko harga yang

disebabkan oleh fluktuasi harga output, ini terjadi karena para petani buah mangga

tidak membuat perjanjian dengan para pembeli mengenai harga yang akan

diterima untuk buah mangga yang mereka hasilkan, karena pada kenyataannya

setiap petani buah mangga akan langsung menjual produknya kepada pembeli,

dimana apabila buah mangga yang dihasilkan bagus maka tingkat penerimaan

petani akan naik, tetapi jika kondisi buah mangganya terdapat cacat kemungkinan

dipastikan harga yang diterima para petani akan mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil wawancara bersama pihak petani harga yang diterima

untuk buah mangga jenis gedong gincu dengan kondisi baik biasa dihargai oleh

pengepul Rp 15000,- /Kg, sedangkan buah mangga gedong gincu dengan kualitas

tidak terlalu baik dihargai Rp10.000,- /Kg. Hal ini sebenarnya harus dijadikan

sebagai acuan untuk para petani agar supaya meningkatkan kualitas produksi buah

mangga yang dihasilkan. Tabel menunjukkan berapa besar nilai persentase dari

faktor-faktor yang mempengaruhi harga dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Persentase yang Disebabkan Oleh Kenaikan Harga

Risiko yang

disebabkan oleh faktor

harga

Jumlah petani

responden (orang)

Persentase (%)

Peningkatan harga obat-

obatan

15 33

Peningkatan harga

pupuk

10 50

Peningkatan harga upah

kerja

5 17

Total 30 100

a. Peningkatan Harga Obat-obatan

Peranan para penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam melakukan

pembinaan manajemen produksi, hal tersebut akan sangat berguna bagi tingkat

efisiensi penggunaan input produksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani

di lapangan, peningkatan harga obat-obatan merupakan harga input yang cukup

tinggi, yaitu sebesar 33 persen. Petani menganggap bahwa peningkatan harga

obat-obatan ini banyak sedikitnya dapat mengakibatkan kerugian. Hal tersebut

dikarenakan upaya penanggulangan hama dan penyakit yang dilakukan oleh

Page 73: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

petani buah mangga masih sangat bergantung kepada penggunaan obat-obatan.

Kenaikan harga obat-obatan sebesar 33 persen.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan hama dan

penyakit, tanaman mangga merupakan tanaman yang rentan terhadap hama dan

penyakit setiap frase pertumbuhannya, kerugian yang diderita akan sangat tinggi

apabila obat-obatan hama dan penyakit tidak tersedia. Upaya petani untuk

meminimalisir dampak kerugian apabila terjadi peningkatan harga obat-obatan

yang terlalu tinggi adalah dengan cara mengurangi pengunaan obat-obatan dengan

risiko serangan hama dan penyakit akan lebih tinggi, dan tindakan pencegahan

adalah menjadi prioritas utama untuk meminimalisir dampak serangan hama dan

penyakit. Selain itu cara untuk meminimalisir pengunaan obat-obatan untuk

memberantas hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani adalah

pemberantasan hama dan penyakit dengan cara pengendalian secara fisik,

pengendalian secara kultur teknis, pengendalian secara biologi, serta pengolahan

lahan yang baik.

b. Peningkatan harga pupuk

Selain harga obat-obatan, harga pupuk merupakan komponen biaya yang

dapat memberikan dampak kerugian bagi pendapatan petani buah mangga. Pupuk

merupakan komponen input yang sangat penting dalam budidaya buah mangga,

tujuannya untuk meningkatkan produktivitas lahan. Menurut hasil wawancara

dengan 30 orang petani responden nilai peningkatan harga pupuk sebesar 50

persen. Jenis pupuk yang biasa digunakan oleh para petani buah mangga adalah

pupuk urea, KCL, TSP, NPK, dan pupuk kandang atau kompos. Penggunaan

pupuk sendiri bertujuan untuk memperkaya unsur-unsur tanah yang berguna

untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu penggunaan pupuk dalam

kelangsungan usahatani buah mangga sangatlah penting. Maka, kenaikan harga

pupuk ini akan berdampak kepada penerimaan petani buah mangga itu sendiri.

Peningkatan harga pupuk dan obat-obatan merupakan biaya terbesar pada

usahatani buah mangga sehingga peningkatan harga pupuk dan obat-obatan

dianggap berpotensi memberikan dampak kerugian. Peningkatan harga obat-

obatan merupakan faktor yang dianggap berpotensi tinggi untuk merugikan

Page 74: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

petani, ini dikarenakan karena ketersedian obat-obatan merupakan salah satu input

yang sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan maupun produksi mangga.

c. Peningkatan Harga Upah Kerja

Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang paling penting dalam usahatani

buah mangga, karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas, penggunaan

tenaga kerja yang terampil, berpendidikan serta berpengalaman sangat penting

bagi kelangsungan usahatani buah mangga guna mendukung kegiatan operasional

didalam budidaya tersebut. Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan didapat

bahwa ketersediaan tenaga kerja yang terlatih, terdidik, dan berpengalaman

sangatlah kurang dan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayarnya tentunya

lebih mahal. Oleh karana itu petani buah mangga hanya mengguanakan buruh

tani yang ada disekitar lingkungan mereka atau bahkan tidak jarang anggota

keluarga yang dilibatkan dalam budidaya buah mangga, dengan alasan untuk

mengurangi pengeluaran. Sampai saat ini peran instansi yang terkait untuk

meningkatkan keterampilan sumberdaya sangatlah jarang dan hanya terbatas pada

petaninya saja, belum ada upaya pelatihan atau pendidikan yang dapat diikuti oleh

masyarakat umum.

Peningkatan upah tenaga kerja sangat jarang terjadi, dalam satu tahun

hanya satu kali terjadi kenaikan upah tenaga kerja, penentuan upah tenaga kerja

merupakan hasil negosiasi antara petani pemilik lahan dengan buruh tani.

Penentuannya didasarkan pada harga pasaran atau harga yang umumnya

dibayarkan petani pemilik lahan kepada buruh tani. Upah yang biasa dibayarkan

petani untuk tenaga kerja rata-rata sebesar Rp 50.000,- per hari atau 8 jam kerja,

tenaga kerja yang biasa dipekerjakan biasanya merupakan tenaga kerja pria, ini

dikarenakan jenis pekerjaan yang dikerjakan dianggap lebih banyak memerlukan

kemampuan fisik dan menguras tenaga.

Menurut hasil wawancara dengan responden, kenaikan upah tenaga kerja

ini menurut petani peningkatan upah tenaga kerja dianggap memberikan potensi

yang sedang, terbukti dari hasil wawancara menunjukkan persentase nilai sebesar

17 persen hal ini dikarenakan peningkatan upah tenaga kerja di Kabupaten

Indramayu jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya satu kali dalam setahun,

selain itu peningkatannya tidak terlalu tinggi.

Page 75: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

6.3. Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten

Indramayu

Penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini merupakan penilaian

terhadap kegiatan spesialisasi. Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis tanaman

saja, karena mayoritas petani responden hanya mengusahakan budidaya buah

mangga saja pada setiap periode produksinya.

6.4. Analisis Pendapatan Usahatani Buah Mangga

Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya

produksi yang dikeluarkan selama periode produksi berlangsung. Penerimaan

dihitung dari total produksi dikalikan harga jual. Pengukuran keberhasilan

pengusahaan usahatani mangga dapat diukur dengan perolehan laba yang dihitung

dengan menggunakan analisis pendapatan. Pendapatan usahatani buah mangga

dibagi menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan usaha tani atas biaya

total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai

untuk keperluan usahatani mangga dalam suatu periode. Sedangkan biaya total

adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang tidak diperhitungkan atau

tidak tunai, biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara

tunai oleh petani sehingga masuk kedalam biaya yang diperhitungkan.

Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya

produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu, penerimaan dihitung dari total

produksi dikalikan harga jual.

6.4.1. Pendapatan Usahatani Mangga Gedong Gincu Dan Mangga Cengkir

Penerimaan petani dari buah mangga jenis gedong gincu diperoleh dari

total produksi dikalikan dengan harga jual pada tingkat petani Rp15.000,00./Kg.

Pendapatan petani diperoleh berdasarkan atas jumlah produksi per 1000 m dengan

rata-rata jumlah pohon yang dimiliki yaitu sebanyak 20 pohon dikalikan dengan

rata-rata produksi buah perpohon kurang lebih sebanyak 50 kilogram dikalikan

dengan harga penerimaan petani, faktor yang mempengaruhi besarnya

penerimaan petani tersebut yaitu volume produksi. Menurut hasil wawancara

dengan petani responden rata-rata jumlah produksi petani responden sebanyak 50

kg per pohonnya. Jumlah penerimaan petani mangga responden per 1000m

adalah sebesar Rp 15.000.000,-. Sedangkan untuk jenis mangga cengkir sebesar

Page 76: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Rp 10.000,-/kg dikalikan dengan rata-rata produksi perpohon sebanyak 50

kilogram sehingga jumlah yang diperoleh mencapai Rp 10.000.000,- Jumlah

tersebut menjadi acuan bagi para penyuluh agar supaya tetap dapat memberikan

arahan-arahan dan masukan kepada para petani budidaya mangga supaya dapat

menambah hasil produksi serta mendapatkan produksi yang berkualitas.

6.4.2. Pengeluaran Usahatani Buah Mangga

Pengeluaran usaha tani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan atau non tunai. Petani biasanya menganggap komponen-

komponen biaya tidak tunai tersebut bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran,

petani tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan

untuk melakukan kegiatan usaha tani. Oleh karena itu pada penelitian ini hanya

akan memperhitungkan biaya tunai untuk melihat tingkat variasi komponen biaya

secara langsung.

Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan

usahatani berlangsung, mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil.

Biaya tunai usahatani buah mangga terdiri dari biaya saprotan, dan tenaga kerja

luar keluarga. Rincian biaya yang dikeluarkan selama periode produksi budidaya

buah mangga dapat dilihat dibawah ini

Page 77: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 16. Biaya Usahatani Mangga Pada Musim Tanam Tahun 2010

Keterangan Nilai per 1000 meter Total biaya

A . biaya tunai

Obat-obatan dan

pestisida

7500 Rp 750.000

Pupuk anorganik:

- NPK

- Urea

- Tsp

- Kcl

3500

2500

2500

6500

Rp 350.000

Rp 250.000

Rp 250.000

Rp 650.000

Pupuk kandang 1000 Rp 1000.000

Tenaga kerja:

-pengolahan

-penanaman

-pemupukan

-pemberantasan

HPT

-pemangkasan

-panen serta pasca

panen

50.000 x 5

50.000 x 5

50.000 x 5

50.000 x 5

50.000 x 5

Rp 250.000

Rp 250.000

Rp 250.000

Rp 250.000

Rp 250.000

Bbm operasional 4500 Rp 450.000

Peralatan:

-pompa air

-kored

-galah

-gunting

-keranjang

10.000 x 10

Rp 2.500.000

Rp 20.000

Rp 20.000

Rp 10.000

Rp 100.000

Total biaya tunai Rp 6.950.000

B biaya yang

diperhitungkan

Penyusutan Rp 1000.000

Total biaya yang

diperhitungkan

Rp 1000.000

Total biaya

usahatani

Rp 7.950.000

1. Biaya Pupuk dan Obat-obatan

Biaya pupuk dan obat-obatan merupakan komponen biaya tunai dalam

struktur biaya yang dikeluarkan petani mangga. Keterbatasan modal

mempengaruhi masing-masing petani dalam penggunaan pupuk dan obat-obatan.

Petani dengan modal rendah akan menggunakan pupuk dan obat-obatan dengan

kualitas rendah dan jumlah yang sedikit.

Nilai biaya pupuk dan obat-obatan petani responden buah mangga sebesar

Rp 2.350.000,- pupuk dan obat-obatan tersebut terdiri dari pupuk kandang, pupuk

Page 78: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

kimia, serta obat-obatan yang digunakan oleh petani buah mangga di Kabupaten

Indramayu. Tingkat variasi penggunaan pupuk dan obat-obatan yang digunakan

masih sangat tinggi, karena penggunaan pupuk dan obat-obatan setiap petani

berbeda-beda penggunaannya tergantug ketersediaan modal, sehingga sudah dapat

dipastikan tingkat variasi yang terjadi akan tinggi. Ditambah lagi dengan keadaan

musim yang tidak menentu, petani mengaku sulit untuk memprediksi biaya

penggunaan pupuk dan obat-obatan. Kendala utamanya adalah hujan, karena air

hujan dapat mencuci pupuk dan obat-obatan, sehingga intensitas penggunaan

pupuk dan obat-obatan lebih sering dilakukan, hal ini membuat efektifitas dan

efisiensi penggunaan pupuk dan obat-obatan sulit tercapai.

2. Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga

Penggunaan tenaga kerja petani responden terdiri dari tenaga kerja luar

keluarga (TKLK) atau buruh tani dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK).

TKLK termasuk dalam komponen biaya tunai, sedangkan TKDK termasuk

kedalam komponen biaya yang diperhitungkan. Kebutuhan tenaga kerja usahatani

buah mangga cenderung besar tenaga kerja yang digunakan lebih banyak berasal

dari luar keluarga, hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah anggota

keluarga yang berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani buah mangga.

Jumlah tenaga kerja yang biasa digunakan oleh petani mangga rata-rata

berkisar antara 25 orang dengan rincian 5 orang untuk pengolahan lahan, 5 orang

pemupukan, 5 orang untuk proses pengendalian HPT, dan masing-masing 5 orang

untuk pemangkasan dan panen. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani responden

untuk upah tenaga kerja ini termasuk biaya yang cukup besar yaitu sebesar Rp

1.250.000,- namun biaya ini tidak terlalu menjadi risiko yang tinggi bagi para

petani dikarenakan kenaikan upah tenaga kerja yang tidak terlalu besar untuk

kenaikan upah setiap tahunnya.

6.4.3. Analisis Perbandingan Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Buah

Mangga

Berdasarkan hasil analisis usahatani yang telah dilakukan diperoleh

komponen penerimaan, biaya-biaya, pendapatan serta rasio R/C, nilai pendapatan

petani diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan petani. Pendapatan rata-rata usahatani buah mangga per seribu meter

Page 79: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

permusim panen yang dihitung adalah pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dengan cara

mengurangi penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan total

diperoleh dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diperoleh

penerimaan rata-rata petani buah mangga per seribu meter adalah Rp 15.000.000,-

dengan mengurai penerimaan tersebut dengan biaya tunai yang dikeluarkan

petani, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 7.050.000,-. Dan

untuk jenis mangga cengkir diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 10.000.000

per seribu meter dikurangi biaya usahatani buah mangga sebesar Rp 7.950.000,-

maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 2.050.000,-. Biaya total

merupakan penjumlahan antara biaya tunai usahatani buah mangga dan biaya

yang diperhitungkan atau tidak tunai, sedangkan biaya yang diperhitungkan

adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani sehingga

masuk kedalam biaya yang diperhitungkan.

6.4.4 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga

Risiko produksi akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang

dihasilkan. Dengan demikian terjadinya fluktuasi dalam produktivitas yang

dihasilkan petani menunjukkan bahwa budidaya mangga yang diusahakan oleh

petani menghadapi adanya risiko dalam kegiatan produksi. Risiko yang terjadi

pada budidaya buah mangga ini disebabkan oleh kondisi alam yang tidak pasti

serta hama dan penyakit yang sulit diprediksi. Risiko produksi ini menyebabkan

produktivitas buah mangga menjadi rendah sehingga pendapatan petani akan

semakin kecil.

Produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu pada setiap kondisi dapat

dilihat dari produktivitasnya yang diperoleh dari data primer. Produktivitas

tertinggi, normal, dan terendah diperoleh berdasarkan pengalaman selama masa

periode panen. Adanya kondisi risiko produksi tersebut menyebabkan

produktivitas buah mangga di Kabupaten Indramayu berfluktuasi. Dalam hal ini

akan dibahas risiko produksi buah mangga Gedong Gincu dan buah mangga

Cerngkir. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 80: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Tabel 17. Rata-rata Produktivitas dan Pendapatan Petani Dalam Memperoleh

Produktivitas Tertinggi, Normal, dan Terendah Tahun 2010

Komoditas Kondisi Peluang Produktivitas

Kg/m

Pendapatan

(Rp)

Mangga

Gedong Gincu

Tertinggi 0,3 50 7.050.000,-

Normal 0,5 30 1.050.000,-

Terendah 0,2 10 -4.950.000,-

Mangga

Cengkir

Tertinggi 0,4 50 2.050.000,-

Normal 0,4 45 1.050.000,-

Terendah 0,2 20 -3.950.000,-

Pada Tabel 17. menunjukkan kondisi produktivitas dan pendapatan

masing-masing komoditas pada kondisi tertinggi, normal dan, kondisi terendah.

Dengan adanya produktivitas dan pendapatan yang berubah-ubah maka peluang

para petani memperoleh produktivitas dan pendapatan tertinggi, terendah dan,

normal dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu selama proses

produksi berlangsung. Yang dimaksud produktivitas dan pendapatan tertinggi

adalah tingkat produktivitas dan pendapatan yang paling tinggi yang pernah

diperoleh selama mengusahakan bududaya buah mangga tersebut. Sedangkan

yang dimaksud produktivitas dan pendapatan terendah adalah tingkat

produktivitas dan pendapatan yang paling rendah yang pernah diperoleh oleh

petani selama periode budidaya berlangsung. Sementara itu produktivitas dan

pendapatan normal dalam kajian ini adalah produktivitas dan pendapatan yang

sering diperoleh petani selama mengusahakan komoditas tersebut. Produktivitas

yang diharapkan oleh para petani yaitu produktivitas tinggi karena akan dapat

berimplikasi terhadap pendapatan yang akan diperoleh oleh para petani.

Selain tingkat produktivitas dan pendapatan, pembahasan risiko ini juga

berhubungan dengan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang, hal

tersebut dapat diukur seperti yang tertera pada Tabel 14. Dalam kegiatan

usahatani, peluang terjadinya suatu kejadian yaitu kejadian produktivitas tinggi,

rendah, dan normal sangat menentukan prodoktivitas yang diharapkan. Peluang

ini diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali petani pernah mencapai

Page 81: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

produktivitas tertinggi, terendah, dan normal selama periode siklus produksi

berlangsung. Tabel 17 menunjukkan bahwa angka peluang dari tingkat

produktivitas yang diperoleh petani dalam mengusahakan buah mangga ini sering

memperoleh produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tinggi

ataupun rendah. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab

munculnya risiko pada budidaya mangga, penyebab munculnya prodiktivitas

tertinggi dan terendah disebabkan karena adanya curah hujan, ketidakstabilan

cuaca serta serangan hama yang masih belum dapat diprediksi sebelumnya.

6.4.4.1. Penilaian Risiko Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu

Penilaian risiko produksi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan

bersih yang diperoleh dari budidaya buah mangga tersebut. Penilaian risiko

produksi dapat dihitung dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan

Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 18. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Tertinggi,

Terendah dan, Normal Tahun 2010

Komoditas Variance Standar Deviation Coefficieny

Variation

Mangga Gedong

Gincu

2,95 1,7 1,3

Mangga Cengkir 2,84 1,6 3,5

Berdasarkan Tabel 18. terlihat bahwa penilaian risiko berdasarkan

produktivitas diperoleh nilai variance dan coefficient variation diukur dari rasio

standar deviasi dengan ekspected return. Koefisien variasi dari mangga jenis

Gedong Gincu sebesar 1,3 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka

risiko yang dihadapi akan sebesar 1,3 dan koevisien variasi untuk jenis mangga

cengkir sebesar 3,5 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko

yang akan dihadapi sebesar 3,5. Semakin besar nilai koefisien variasi maka

semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Maka tingkat risiko jenis mangga

cengkir lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh jenis

mangga gedong gincu. Standar deviasi yang diperoleh dari jumlah produksi

adalah 42.62, dan standar deviasi dari jumlah kepemilikan pohon sebesar 14.2.

Page 82: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi

sebesar 0.999 dengan P-Value 0.000 lebih kecil dari alpha 5 persen artinya ada

korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi. Maka tolak

H0 yang artinya jumlah kepemilikan pohon berpengaruh nyata terhadap jumlah

produksi. Dimana jumlah produksi -55.6 ditambah dengan jumlah kepemilikan

pohon sebanyak 29.94 yang artinya setiap peningkatan jumlah kepemilikan lahan

satu pohon mampu meningkatkan jumlah produksi sebanyak 29.945 kilogram.

Page 83: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilaian besaran risiko berdasarkan persepsi petani

terhadap sumber-sumber risiko yang diakibatkan faktor alam diketahui bahwa

curah hujan merupakan sumber risiko yang dianggap memiliki dampak risiko

yang tinggi. Wawancara bersama 30 responden sebaran persepsi petani buah

mangga di Kabupaten Indramayu berdasarkan faktor alam sebesar 66 persen

menyatakan bahwa curah hujan merupakan faktor alam yang memberikan dampak

kerugian paling tinggi. Hal ini disebabkan karena curah hujan merupakan kondisi

alam yang tidak dapat dikendalikan sama sekali, sehingga disimpulkan bahwa

peranan pihak terkaitpun belum dapat menanggulangi upaya penekanan sumber

risiko yang diakibatkan curah hujan.

Sumber risiko yang disebabkan penyakit dan hama, dampak kerugian

yang cukup tinggi disebabkan sulitnya mengidentifikasi infeksi penyakit pada

tanaman. Bantuan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian

Kabupaten Indramayu yang telah disiapkan sebagai tenaga ahli untuk

mendampingi petani memberikan dampak positif dalam menekan penyebaran

penyakit pada pengusahaan budidaya buah mangga di Kabupaten Indramayu.

Selain itu risiko yang cukup tinggi menurut persepsi petani budidaya buah

mangga di Kabupaten Indramayu adalah kerusakan pada saat panen hingga

pascapanen dari mulai pemetikan buah hingga pengangkutan hasil panen, menurut

hasil wawancara risiko ini tinggi. Tentunya ini akan mempengaruhi penerimaan

mereka.

Sumber-sumber risiko yang menyebabkan timbulnya risiko harga karena

adanya kenaikan harga input, sedangkan harga output yang diterima petani

berdasarkan kualitas buah mangga yang dihasilkan, persepsi petani terhadap

sumber-sumber risiko ini adalah dikarenakan adanya peningkatan harga pupuk,

obat-obatan, hasil wawancara diperoleh persentase masing-masing sebesar 50 dan

30 persen. Sedangkan untuk kenaikan biaya tenaga kerja tidak terlalu signifikan

karena peningkatan biaya tenaga kerja ini tedak terlalu besar pertahunnya

Page 84: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

sehingga tidak terlalu mempengaruhi pengeluaran petani. Hasil wawancara

menunjukkan persentase nilai peningkatan upah tenaga kerja sebesar 17 persen

hal ini dikarenakan peningkatan upah tenaga kerja di Kabupaten Indramayu

jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya satu kali dalam setahun, selain itu

peningkatannya tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan risiko diketahui bahwa petani tidak terlalu

besar menghadapi risiko harga, akan tetapi petani mangga Indramayu

menghadapi risiko produksi hal ini dapat terlihat dari hasil yang berfluktuasi tiap

tahunnya. Ini berpengaruh karena penggunaan tekhnologi yang belum optimal.

Variasi penggunaan input secara keseluruhan dan variasi R/C rasio membuktikan

bahwa petani buah mangga di Indramayu sudah optimal dalam menjalankan usaha

budidaya buah mangga ini, hanya saja penggunaan teknologi dan pemberantasan

hama penyakit masih belum optimal, karena biasanya para petani hanya

mengandalkan pengalaman yang terjadi selama ini.

Koefisien variasi dari mangga jenis Gedong Gincu sebesar 1,3 yang

artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar

1,3 dan koevisien variasi untuk jenis mangga cengkir sebesar 3,5 yang artinya

setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 3,5.

Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang

dihadapi. Dengan demikian risiko yang lebih besar dihadapi petani adalah jenis

mangga cengkir.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan

penulis yaitu lebih dianjurkan kepada petani. Rekomendasi yang dilakukan

dengan mengacu keuntungan pada masing-masing petani dalam melaksanakan

budidaya buah mangga, petani lebih banyak menanam mangga jenis gedong gincu

karena memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis

mangga cengkir. Selain itu sebaiknya para petani yang tergabung dalam gapoktan

mengadakan pertemuan rutin dengan gapoktan tani lainnya yang ada di

Kabupaten Indramayu agar bisa bertukar saran dan pendapat untuk kemajuan

usaha budidaya mangga tersebut.

Page 85: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Selain itu peranan PPL dari Dinas Pertanian juga perlu secara rutin dan

terjadwal untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan maupun mengadakan

pertemuan rutin dengan para petani budidaya buah mangga, ini berguna untuk

pembinaan dan pengawasan terhadap usahatani buah mangga di Kabupaten

Indramayu lebih optimal, lebih mempererat ikatan serta lebih meningkatkan rasa

kepercayaan petani terhadap pemerintah dalam hal ini melalui dinas pertanian

terkait, sehingga transfer teknologi dan informasi kepada petani berjalan optimal,

agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai.

Page 86: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

DAFTAR PUSTAKA

Azis, AF. 2009. Analisis Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Kasus Usaha

Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, kabupaten Bogor).

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Badan Pendapatan Daerah. 2009. Hasil Kegiatan Pendataan dan Laporan Hasil

Pembangunan Tahun 2009. Indramayu

Badan Pendapatan Daerah. 2011. Hasil Kegiatan Pendataan dan Laporan Hasil

Pembangunan Tahun 2011. Indramayu

Batuparan .2001. Dalam Tony, P. Manajemen Risiko Bisnis Cetakan Pertama

2011. Sinar Ilmu Publishing. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2009. Laporan Tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten

Indramayu Propinsi JawaBarat Dalam Angka. Indramayu

Darmawi, H. 2007. Manajemen risiko. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Edisi Kedua. Balai Pustaka. Jakarta

Dhiany, SA. 2008. Analisis Daya Saing Usahatani Mangga Gedong Gincu (Kasus

di Desa Sliyeg Lor Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu

JawaBarat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2007. Laporan Tahunan

Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu

Propinsi Jawa Barat. Indramayu.

Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2009. Laporan Tahunan

Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu

Propinsi Jawa Barat. Indramayu.

Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2010. Laporan Tahunan

Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu

Propinsi Jawa Barat. Indramayu.

Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2011. Laporan Tahunan

Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu

Propinsi Jawa Barat. Indramayu.

Page 87: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2004. Pengembangan Mangga. Jakarta :

Direktorat Jendral Hortikultura. http:/www.hortikultura.deptan.go.id.

[9 Nopember 2010]

Elton, EJ. dan M.J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investement

Analysis. Fifth Edition. John Wiley and Sons Inc. New York.

Evasari, P. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati

Organic Farm di Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Fariyanti, A . 2008. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam

Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan

pangalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Bogor: Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fleisher, B. 1990. Agricultural Risk Manajemen. Colorado dan London: Lynne

Rienner pub. (dalam Gumbira, E. dan A. H. Intan. 2001. Manajemen

agribisnis. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta).

Gumbira, E. dan A. H. Intan. 2001. Manajemen agribisnis. PT. Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Harwood J, Heifner R, Coble K, Perry J,dan Somwaru G. 1999. Managing Risk in

Farming : Concept, Reaserch Service, U.S. Departement of

Agriculture No. 774.

Http : // id. Wikipedia. Org / wiki / Manajemen_ risiko (06 Agustus 2009)

Kontur, R. 2006. Manajemen Risiko Operasional Perusahaan. PPM. Jakarta.

Lam, J. 2007.Enterprise Risk Management. PT Ray Indonesia. JakartaPusat.

Lestari, A. 2009. Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei), (Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, kabupaten

Serang, Propinsi banten). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pracaya. 2005. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rachmiyanti, M. 2006. Analisis Pemasaran Mangga Gedong gincu di kecamatan

Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Robinson, L.J. dan P.J. Barry. 1987. The Competitive firm’s Response to Risk.

Macmillan Publisher. New York.

Page 88: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Siahaan. 2007. Dalam Darmawi . Manajemen Risiko. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Sutawi, M.P. 2000. Kemitraan Sebagai Strategi Manajemen Risiko. Poultry

Indonesia [edisi Juli 2000 halaman 40]

Soekartawi et all. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk pengembangan

Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

Swastha, dan Sukotjo. 2000. Dalam E. Gumbira S. dan Intan AH. 2001.

Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Tjoekam. 1993. Dalam E. Gumbira S. dan Intan AH. 2001. Manajemen

Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Trangjiwani W. 2008. Manajemen Risiko Operasional CV. Bina Mandiri di

Lembang, kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. [Skripsi].

Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Vaughan, E.J. 1987. Fundamentals of Risk and Insurance. 2nd

. John Willey. New

york.

Wisdya S. 2009. Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis pada PT Eka

Karya Graha Flora di Cikampek , Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor:

Program sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Zein H. 2011. Peranan Kemitraan Terhadap Pengelolaan Risiko Usaha Petani

Kedelai Edamame (Kasus: Petani Kedelai Edamame di Desa

Sukamanah Kecamatan Megamendung, Bogor). [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor.

Page 89: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan manual

X Y X^2 Y^2 X*Y

1 12 360 144 129600 4320

2 22 660 484 435600 14520

3 54 1080 2916 1166400 58320

4 100 2000 10000 4000000 200000

5 20 600 400 360000 12000

6 52 1560 2704 2433600 81120

7 24 600 576 360000 14400

8 800 24000 640000 576000000 19200000

9 10 300 100 90000 3000

10 50 1500 2500 2250000 75000

11 22 660 484 435600 14520

12 20 600 400 360000 12000

13 24 720 576 518400 17280

14 22 660 484 435600 14520

15 30 900 900 810000 27000

16 120 3600 14400 12960000 432000

17 20 600 400 360000 12000

18 35 1050 1225 1102500 36750

19 21 525 441 275625 11025

20 25 750 625 562500 18750

21 42 1260 1764 1587600 52920

22 12 360 144 129600 4320

23 30 900 900 810000 27000

24 40 1200 1600 1440000 48000

25 15 450 225 202500 6750

26 22 660 484 435600 14520

27 25 750 625 562500 18750

28 20 600 400 360000 12000

29 32 960 1024 921600 30720

30 15 450 225 202500 6750

∑ 1736 50315 687150 611697325 20480255

Page 90: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan
Page 91: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI ... - … · mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan

Lampiran 2. Perhitungan Manual Penilaian Risiko

Perhitungan Jenis mangga gedong gincu

Kondisi Peluang Pendapatan ∑ (R) = ∑ Pi Ri σ2 σ=√ σ2 σ ∕∑ (R)

Tinggi 0,3 7.050.000 0.3 (7.050.000)+ 0.5

(1.050..000)+ 0.2 (-4.950.000)= 1.650.000

0.3 (7.050.000-

1.650.000) 2+ 0.5 (1.050.000-

1.650.000)2 + 0.2

(-4.950.000-1.650.000)2 =

0.3(2.91) + 0.5

(3.6)+ 0.2 (1.29) = 0.87 + 1.8+

0.25 = 2.92

√ 2.92= 1.7 1.7∕1.650.000 =

1.03 = 1.3% Normal 0,5 1.050.000

Rendah 0,2 -4.950.000

Perhitungan Jenis mangga cengkir

Kondisi Peluang Pendapatan ∑ (R) = ∑ Pi Ri σ2 σ=√ σ2 σ ∕∑ (R)

Tinggi 0.4 2.050.000 0.4 (- 2.050.000)+ 0.4

(1.050.000) + 0.2 (-3.950.000) = 450.000

0.4 (2.050.000-

450.000)2 + 0.4 (1.050.000-

450.000)2 + 0.2 (-

3.950.000- 450.000) = 0.4

(2.56)+ 0.4 (3.6)+

0.2 (1.93) = 1.02+1.44+0.38 =

2,84

√ = 2.84 =

1.6

1.6∕ 450.000

= 3.5 % Normal 0.4 1.050.000

Rendah 0.2 -3.950.000