analisis kualitas sperma

19
ANALISIS KUALITAS SPERMA IKAN Oleh : Nama : Fajar Husen NIM : B1J013002 Rombongan : VII Kelompok : 1 Asisten : Kamilah Dwi Septiani LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

Upload: fajarbiologi13

Post on 18-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ANALISIS

TRANSCRIPT

ANALISIS KUALITAS SPERMA IKAN

Oleh :Nama: Fajar HusenNIM: B1J013002Rombongan: VIIKelompok: 1Asisten: Kamilah Dwi Septiani

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2014I. PENDAHULUANA. Latar BelakangMakhluk hidup untuk melakukan reproduksi harus melalui serangkaian proses yang cukup panjang. Fertilisasi adalah salah satu proses tersebut, di mana sel gamet jantan dan sel gamet betina akan bertemu dan menyatu. Pembentukan sel gamet jantan merupakan salah satu hal yang sangat penting sebagai syarat utama untuk terjadinya fertilisasi (Bagnara, 1988).Kualitas dan kuantitas sperma jantan menjadi hal yang penting agar terjadi fertilisasi yang maksimal. Analisis sperma merupakan hal penting dilakukan sebagai parameter bahwa sperma tersebut berkualitas atau kurang berkualitas. Pemeriksaan kualitas, sifat-sifat, kuantitas dan morfologi sperma menjadi hal-hal yang dilakukan di dalamnya. Gonad pada ikan nilem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu testis dan ovarium. Testis ikan berbentuk memanjang dalam rongga badan di bawah gelembung renang di atas usus, terdapat sepasang. Ikan memiliki serangkaian sistem, seperti sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem eksresi dan serangkaian sistem lainnya. Sistem reproduksi pada ikan nilem dengan cara ovipar atau bertelur (Djuhanda, 1981 dan Champlin, 1972)Pemeriksaan sperma dilakukan untuk memprediksi kemampuan sperma yang diperoleh dan diharapkan. Pemilihan sperma ikan nilem (Osteochillus hasselti) sebagai preparat dikarenakan mudah didapat, ukurannya tidak terlalu besar. Pemeriksaan sperma pada ikan Nilem dapat diaplikasikan terhadap spesies lain dengan catatan bahwa memenuhi persyaratan yang berlaku (Sumantadinata, 1981).B. TujuanTujuan dari praktikum analisis kualitas sperma ini adalah untuk memberikan bekal kemampuan kepada praktikan dalam menganalisis sperma, dan menentukan kualitas sperma pada ikan Nilem (Osteochilus hasselti).

II. MATERI DAN METODEA. MateriBahan yang digunakan dalam praktikum analisis kualitas sperma ikan adalah milt ikan nilem (Osteochilus hasselti), larutan NaCl fisiologis atau larutan ringer, pewarna giemsa atau eosin, dan akuades.Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis kualitas sperma ikan adalah object glass dan cover glass, cavity slide, pipet tetes, mikroskop, kertas tissue, tusuk gigi, pengukur waktu, haemositometer, spuit 1 ml, beaker glass 50 ml, well plate dan hand counter.B. MetodeMetode yang digunakan dalam praktikum analisis kualitas sperma adalah:1. Semua alat yang akan digunakan dipersiapkan.2. Diangkat ikan nilem jantan matang gonad dari akuarium, dibersihkan dinding abdomen terutama disekitar porus urogenitalis menggunakan kertas tissue.3. Diurut dinding abdomen secara halus, mulai dari depan sirip abdomen menuju genital pore, sehingga keluar cairan putih kental seperti santan yang disebut milt (spermatozoa di dalam seminal plasma)4. Ditampung milt yang diperoleh dalam spuit tanpa jarum, yang berfungsi juga sebagai pengukur volume milt. Volume milt yang diperoleh dihitung.5. Diletakan satu tetes milt di atas gelas objek untuk menguji viskositas milt, satu tetes diatas cavity slide untuk pengamatan motilitas spermatozoa dan sisanya diencerkan bertingkat sebagai perhitungan konsentrasi spermatozoa dan evaluasi morfologi spermatozoa.6. Dilakukan pengujian viskositas milt dengan menggunakan tusuk gigi, melalui gerakan seperti menyendok. Dicatat waktu saat kekentalan berubah.7. Dilakukan pengamatan motilitas spermatozoa dari milt yang sudah ada di cavity slide, ditutup dengan cover glass, diamati dengan mikroskop, ditambahkan akuades sebagai aktivator pergerakan spermatozoa (karena menyebabkan osmolalitas seminal plasma yang menurun).8. Diamati pola pergerakan spermatozoa, dicatat lama dan proporsi spermatozoa yang motil.9. Diencerkan milt dalam well plate, well pertama dimasukan 1 bagian milt, ditambah 9 bagian larutan NaCl fisiologis dan dihomogenkan dengan cara dipipetkan beberapa kali sehingga didapatkan pengenceran 10 kali. Diambil 1 bagian milt dari pengenceran pertama dimasukan kedalam well kedua, ditambahkan 9 bagian larutan NaCl fisiologis, dihomogenkan dihasilkan milt dengan pengenceran 100 kali.10. Disiapkan haemositometer dan dibersihkan. Diletakan di bawah mikroskop, difokuskan pada bilik hitung yang akan digunakan, ditutup dengan cover glass.11. Diteteskan milt encer dengan pipet tetes pada daerah perbatasan antara haemositometer dengan cover glass.12. Diamati spermatozoa di dalam bilik hitung dan difokuskan dengan baik.13. Dihitung jumlah spermatozoa pada bilik hitung.14. Diamati morfologi spermatozoa dengan diteteskan milt encer pada salah satu ujung gelas objek, diletakan gelas objek yang lain secara vertikal membentuk sudut runcing dan diteteskan milt berada pada sudut tersebut. Didekatkan gelas objek kedua sampai menyentuh tetesan milt, gelas objek kedua didorong menjauhi tetesan milt sehingga milt tersebut terulas diatas gelas objek pertama. Diteteskan larutan eosin diatas tetesan milt dan diratakan pada gelas objek.15. Diamati bentuk kepala dan ekor spermatozoa dan digambar bentuknya.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil 1

2

Keterangan :Gambar : Mikroskopis Spermatozoa Perbesaran 400 kaliKeterangan Gambar :1. Kepala2. Ekor

Keterangan :Gambar : Skematis Spermatozoa pada Bilik Hitung

1. Parameter Makroskopisa. Volume: 0,625 mlb. Viskositas: 07 : 48 menitTabel 1. Akumulasi Data Pengamatan Viskositas Rombongan VIIKelompokViskositas (menit)

107 : 48

204 : 15

302 : 32

410 : 19

508 : 26

606 : 16

c. Bau: Amisd. Warna: Putih Susue. Ph: 82. Parameter Mikroskopisa. Motilitas: 45 %Tabel 2. Akumulasi Data Pengamatan Motilitas Spermatozoa Rombongan VIIK1K2K3K4K5K6Rata-rata

Presentase sperma motil (%)45802075208554,17 %

Presentase sperma non motil (%)55208025801545,83 %

Total spermatozoa (sel/ml)1,17 x 10107,9 x 10104,95 x 1094,3 x 10108,65 x 1097,85 x 10103,76 x 1010

Perhitungan :Kotak 1 + Kotak 2 + Kotak 3 + Kotak 4 + Kotak 5 = 37 58 64 49 26 = 234 / 5 = 46,8 Total = rata-rata x 2,5 . 105 x 1000 = 46,8 x 2,5 . 105 x 1000 = 1,17 . 1010 sel/ml

B. PembahasanBerdasarkan praktikum yang dilakukan dalam analisis kualitas sperma ikan nilem (Osteochilus hasselti) digunakan beberapa parameter. Parameter yang digunakan tersebut yaitu parameter makroskopis dan parameter mikroskopis. Parameter makroskopis meliputi volume milt, viskositas (kekentalan milt), bau/ aroma, warna dan derajat keasaman (pH). Parameter mikroskopis meliputi motilitas (pergerakan spermatozoa), morfologi dan jumlah spermatozoa. Data yang dihasilkan dari praktikum menunjukan bahwa untuk parameter makroskopis kategori volume milt didapatkan dengan nilai 0,625 ml, viskositas atau kekentalan dengan waktu 7 menit 48 detik, warna putih susu, pH 8, dan bau atau aromanya yang amis. Parameter makroskopis untuk bau sesuai dengan referensi yaitu amis atau anyir, namun volume milt dengan nilai 0,625 ml tidak sesuai dengan referensi oleh Moeller (2004), yang menyatakan bahwa berat testis lebih ringan dibandingkan berat ovarium dengan jumlah milt dari setiap ejakulasi dari kedua testis dapat dihasilkan sekitar 1-1,5 ml milt. Parameter makroskopis untuk jumlah viskositas dan dan pH spermatozoa sesuai dengan referensi Moeller (2004), bahwa dalam suhu ruang kekentalan spermatozoa dalam waktu yang lama akan meningkat. Derajat keasaman atau pH dari hasil praktikum adalah pH spermatozoa pada angka 8 atau pada suasana basa hal ini sesuai dengan referensi yang dijelaskan oleh Yatim (1994), bahwa dalam kondisi basa yaitu sekitar 7,8-9 sperma dapat melakukan aktivitas secara normal terlebih pH 8.Parameter mikroskopis yang menunjukan bahwa jumlah total spermatozoa setiap ejakulasi berdasarkan praktikum adalah 1,17 x 1010 sel/ml. Hal tersebut tidak sesuai dengan referensi menurut Hora dan Pillay (1962) yang menyatakan bahwa rata-rata jumlah spermatozoa permililiter adalah 3,33x1011. Jumlah spermatozoa yang sudah dihitung dengan menggunakan bilik hitung (haemositometer) diperoleh sperma sebanyak adalah 1,17 x 1010 sel/ml dapat digolongkan sebagai oligozoosperia menurut referensi oleh Partodiharjo (1980) yang menyatakan bahwa jumlah spermatozoa/ml yang menjadi dasar pengukuran agar kualitas spermatozoa dapat dikatakan cukup atau memenuhi standar, kurang ataupun berlebih adalah 20 juta/ml. Beberapa standar dan sebutan untuk jumlah sperma yang dikatakan cukup, kurang atau lebih menurut Ville (1988) adalah:1. 0 Juta/ml disebut Azoospermia2. > 0 - 5 Juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia3. < 20 juta disebut oligozoospermia4. > 250 Juta/ml disebut PolizoospermiaJumlah spermatozoa 20 250 juta/ml sudah dapat dianggap masuk dalam batas-batas yang normal. Ukuran spermatozoa pada ikan teleostei berkisar 40-60 m dengan panjang kepala hanya 2-3 m. Praktikum ini juga mencatat data bahwa persentase sperma yang motil adalah 45% dan yang non mortil 55%. Faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain tinggi dari plasma semen atau oleh media hipotonik untuk ikan air tawar dan media hipertonik untuk ikan air laut (Machmudin, 2008). Stimulasi dan lama pergerakan spermatozoa dipengaruhi juga oleh umur dari organisme itu sendiri, kematangan sperma, temperature, dan faktor-faktor dari lingkungan sekitar seperti ion-ion tertentu, pH (derajat keasaman) dan osmolalitas. Spermatozoa yang belum matang pergerakannya lebih singkat dibandingkan spermatozoa yang sudah matang. Morfologi sperma yang terlihat dalam mikroskop saat praktikum dikatakan normal kerena sperma yang normal adalah terlihat kepala yang utuh, serta berekor (Fujaya, 2002 dan Frandson, 1992).Manfaat yang didapat dari kegiatan analisis sperma adalah dapat menilai tingkat keseburan seseorang (manusia), atau juga hewan, karena masing-masing spesies memiliki batas normal untuk suksesnya sebuah fertilisasi. Analisis kualitas sperma seperti pada manusia dapat untuk mengetahui kadar atau jumlah sperma minimal yang dibutuhkan atau lebih dari 10 juta agar dikatakan cukup fertil. Jumlah sperma yang banyak cenderung dikategorikan sebagai parameter atau indikator minimum keberhasilan fertilisasi selain keadaan motil atau imotil dari sperma (Campana, 1988 dan Paxton, 1986)Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas semen:1. MakananTingkatan makanan yang rendah dapat menghambat pertumbuhan pejantan muda, penurunan jumlah spermatozoa per ejakulat, dan kahilangan libido. Organisme yang relatif muda cenderung keadaan libidonya yang rendah dapat menyebabkan katerlambatan pada masa pubertas.3. Kandungan makanan. Komposisi atau kandungan makanan seperti protein di dalam asupan makanan kurang dari 2 persen, akan mengakibatkan terjadinya pengurangan konsumsi makanan, penurunan berat badan, kelemahan, dan penurunan libido dan produksi spermatozoa4. Suhu atau temperatur dan musimSuhu lingkunagn yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Musim mempengaruhi pula kualitas dan kuantitas semen. Suhu yang pas untuk spermatozoa adalah tidak boleh lebih dari 370C atau kurang dari 240C.5. Frekuensi ejakulasiFrekuensi ejakulasi yang terlalu sering dalam satuan waktu yang relatif pendek cenderung untuk menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa per ejakulasi (Toelihere, 1979).6. Aktivitas dari organisme itu sendiriKelelahan yang sudah akut dapat menyebabkan stress dan mempengaruhi libido serta olah raga yang teratur dapat menjaga kualitas sperma tetap prima.7. Faktor lain seperti penyakit keturunan atau obat-obatan yang mengakibatkan disfungsi hormone untuk memicu pertumbuhan sel spermatozoa.Menurut pendapat Frandson (1992) dan Nalbandov (1990) manfaat dari metode analisis kualitas sperma adalah untuk menguji atau melihat kualitas sperma dari suatu organisme, dapat pula sebagai diagnosa penyakit tertentu terkait penurunan kualitas dan kuantitas sperma. Metode ini umum digunakan untuk memutuskan apakah suatu organisme itu fertil atau infertil atau bahkan steril. Metode analisis kualitas sperma penting dalam dunia medis sebagai uji kesehatan dalam pengambil keputusan apakah suatu organisme dapat memiliki keturunan dengan sukses atau tidak.

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Parameter yang digunakan untuk menganalisis kualitas spermatozoa ada dua yaitu parameter mikroskopis dan makroskopis.2. Parameter mikroskopis berdasarkan praktikum meliputi jumlah spermatozoa dengan nilai 1,17 x 1010 sel/ml, morfologi yang terlihat ekor dan kepala sperma, serta motilitas spermatozoa dengan presentase yang motil 45 %.3. Parameter makroskopis berdasarkan praktikum meliputi volume milt dengan nilai 0,625 ml, viskositas (kekentalan) dengan waktu 07 menit 48 detik, bau atau aroma yaitu amis, serta warna putih susu dan pH 8 (basa)4. Manfaat dari kegiatan analisis kualitas sperma adalah dapat mengetahui tingkat kesuburan seseorang atau hewan dengan melihat jumlah, bentuk, motilitas dari spermatozoa itu sendiri, mengetahui morfologi spermatozoa dan fungsinya dengan lebih jelas.5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan jumlah spermatozoa seperti kualitas makanan, nutrisi yang ada di dalamnya, aktivitas, suhu atau temperatur, kondisi lingkungan sekitarnya, frekuensi ejakulasi, serta kondisifisiologis dari organisme itu sendiri.B. SaranSaran untuk praktikum analisis kualitas seprma ikan agar saat pengambilan milt setiap praktikan dapat mencoba melakukannya sendiri dengan bimbingan asisten sehingga praktikan dapat memahaminya secara jelas.

DAFTAR REFERENSIBagnara, T. 1988. Endokrinologi Umum. Diterjemahkan oleh Harjoso.Universitas Airlangga : Surabaya.Champlin K. Arthur, Darrold L. Door, Allen H. Gates. 1972. Determining theStage of the Estrous Cycle in the Mouse by the Appearance of the Vagina.University of Rochester Medical Center : New York.Campana, Aldo et, al.1996. Intra Uterine in Semination: Evaluation of the ResultsAccording to the Woman's age, Sperm Quality, tota l Sperm Count per Insemination and Life Table Analysis in Journal of Human Reproduction.Vol. 11 no. 4 pp 732-736, 1996.Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico : Bandung.Frandson, R. D. 1992. Anatomy and Phisiology of Farm Animal. Lea Febigur:Philadelphia.Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Dikti : Yogyakarta.Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : BiologiFPMIPA UPI.Moeller, R. B. 2004. Biology of Fish California Animal Health and Food SafetyLaboratory System. University of California : California.Nalbandov, A. V. 1990. Reproductive Physiology of Mammals and Birds. W. H.Freeman and Company : San Fransisco.Partodiharjo S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara : Jakarta.Paxton, M. J. W. 1986. Endrocinology, Biologycal and Medical Prospective. Wm.C. Brown Publisher, Dubuque : Iowa.Sumantadinata, K. 1981. Perkembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. PT Sastra Hudaya : Bogor. Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa : Bandung.Ville, Claude A. Dan W. Barnes, R. 1988. Zoologi Umum. Erlangga : Jakarta.Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi danKedokteran. Tarsito : Bandung.