analisis korelasi penerimaan pendapatan asli...
TRANSCRIPT
ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH
(Studi pada Kabupaten Pemalang)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun oleh :
EVI KIRANA KHALISTYOWATI
106082002596
JURUSAN AKUNTANSI / PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
i
ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH
(Studi pada Kabupaten Pemalang)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
Evi Kirana Khalistyowati 106082002596
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM Yusro Rahma, SE,. M.Si NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19800506 200801 2 016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ii
Hari ini Jumat Tanggal 24 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan ujian komprehensif atas nama Evi Kirana Khalistyowati NIM
106082002596 dengan judul skripsi “ANALISIS KORELASI PENERIMAAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR
PEMBANGUNAN DAERAH (Studi pada Kabupaten Pemalang)”.
Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Reskino, SE, Ak., M.Si Rini, SE, Ak., M.Si Penguji II Penguji III
Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Penguji I
iii
Hari ini Tanggal 26 Bulan November Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian
Skripsi atas nama Evi Kirana Khalistyowati NIM 106082002596 dengan judul skripsi
“ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Pada
Kabupaten Pemalang)”. Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 November 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Yusro Rahma, SE., M.Si Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si Rini, SE, Ak., M.Si Penguji I Penguji II
iv
Daftar Riwayat Hidup
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Evi Kirana Khalistyowati
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Maret 1988
3. Alamat : Jl. Kenari 9 AE 5 no 2 Rt 001/021 Reni Jaya,
Kec Pamulang, Tangerang Selatan 15417
4. Telepon : 08561114189
II. PENDIDIKAN
1. SD (1995-2000) : SD Muhammadiyah 12 Pamulang
2. SMP (2000-2003) : SMP Muhammadiyah 22 Pamulang
3. SMA (2003-2006) : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
4. S1 (2006-2010) : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah
1. Nama : Sosiosa Soegra
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 14 September 1956
3. Alamat : Jl. Kenari 9 AE 5 no 2 Rt 001/021 Reni Jaya,
Kec Pamulang, Tangerang Selatan 15417
Ibu
1. Nama : Sri Handayani
2. Tempat & Tanggal Lahir : Pemalang, 7 Juli 1957
3. Alamat : Jl. Kenari 9 AE 5 no 2 rt 001/021 Reni Jaya,
Kec Pamulang, Tangerang Selatan 15417
vi
“ CORRELATION ANALYSIS OF REGIONAL REAL INCOME BY LOCAL DEVELOPMENT INFRASTRUCTURE. ”
(Study On Distric Pemalang)
ABSTRAC
This study purpose to analyze the correlation between regional real income (PAD) with the regional development infrastructure at the district Pemalang. Obtained data that the source of regional real income and infrastructure development facility that has been done for three years from 2007 to 2009. Result of correlation analysis showed that the relationship between variables annual increase to be stronger, but the overall relationship between variables for three years still show a weak relationship or low.
Key word: Corrrelation, Regional Real Income, Regional Development Infrastructure
vii
“ ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH.”
(Studi Pada Kaupaten Pemalang).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi yang terjadi antara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah pada Kabupaten Pemalang. Data yang diperoleh yaitu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah dan Infrastruktur Pembangunan fasilitas daerah yang telah dilakukan selama tiga tahun yaitu dari tahun 2007-2009. Hasil uji analisis korelasi menunjukan bahwa pertahunnya hubungan antar variabel mengalami kenaikan menjadi semakin kuat, namun hubungan secara keseluruhan selama tiga tahun antar variabel masih tetap menunjukan hubungan yang lemah atau rendah.
Kata Kunci: Korelasi, Pendapatan Asli Daerah, Infrastruktur Pembangunan Daerah
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik, inayah serta hidayah-Nya yang tiada ternilai dan tak tertandingi
kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Adalah suatu hal yang tidak dipungkiri betapa besar nikmat yang dicurahkan
Allah SWT kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penggarapan penulisan
skripsi ini dengan judul : “Analisis Korelasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah ( Studi pada Kabupaten
Pemalang)”
Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
guna menyelesaikan studi program strata satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Disamping itu
penulis juga mencoba untuk menyumbangkan pikiran dalam usaha mengembangkan
ilmu pengetahuan bidang perpajakan.
Dan dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh beberapa
pihak, baik berupa sumbangan pikiran, tenaga, moril maupun materiil. Maka dengan
penuh ketulusan dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada:
1. Kedua Orangtuaku terutama Ibundaku (Sri Handayani) tercinta dengan penuh
kasih, ketulusan dan kesabaran serta perhatiannya telah memberikan supportnya
yang terbaik dan tiada terhingga bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr, Abdul Hamid, MS Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
4. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
ix
5. Ibu Yessi Fitri, SE, MSi, AK Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Yusro
Rahma, SE., M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas serta
kesabarannya dalam membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Pemimpin, staf perpustakaan, dan pegawai akademik dan jurusan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Segenap staf Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang
telah berkenan memberikan data kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teruntuk budeku ( Sri Prihatienigsih ), terima kasih karena telah banyak
menolong penulis dalam membantu dan menemani penulis selama mencari data
di Pemalang. Serta kakaku Ecklivia Vina dan keponakanku Alisha Putri terima
kasih karena selalu menanyakan kapan selesainya skripsi ini dan pada akhirnya
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk sahabat-sahabat tercinta, teman seperjuangan dan sahabat sejati Capee Dee
(Chaerunnisa, Apriliana, Emma Jahrona B, Endah Nilam R, Dina Anggraeni, dan
Eneng Fitri Z) yang telah sabar dengan tulus menerima sahabatmu ini dengan
segala sifat baik dan buruknya.
11. Untuk 3 orang sahabat (Cecep Malik, Rizky Maulana, dan Ario Febrianto) yang
selalu punya mimpi, walau terkadang terlalu banyak mimpi, tapi memberikan
penulis semangat bahwa bermimpi itu indah dan dengan mimpi maka masa depan
pun ada.
12. Untuk sahabat-sahabat angakatan tahun 2006 yang telah sama-sama berjuang
selama 4 tahun dan yang tak dapat disebutkan satu persatu.
x
Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas
segala budi baik mereka semua dengan ganjaran yang setimpal dan berlipat ganda.
Amin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa “Tak ada gading yang tak retak” dan
“Tak ada mawar yang tak berduri”, penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh
karenanya kritik serta saran yang konstruktif sangat penulis harapkan.
Jakarta, 26 September 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ……………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………………. iv
SURAT PERYATAAN ………………………………………………………. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………….. vi
ABSTRAC …………………………………………………………………….. vii
ABSTRAK …………………………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… xi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………......... xv
DAFTAR GANBAR …………………………………………………………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………………….. 1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ……………………………... 6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerintah Daerah ………………………………………………... 8
1. Urusan Pemerintah Daerah ………………………………….... 9
2. Penyelenggaraan Pemerintahan ………………………………. 10
3. Perangkat Daerah …………………………………………….. 11
B. Otonomi Daerah ………………………………………………….. 12
1. Daerah Otonom ………………………………………………. 13
2. Otonomi Kabupaten ………………………………………….. 15
xii
C. Sumber Pendapatan Daerah ………………………………………. 17
1. Pendapatan Asli Daerah ………………………………………. 18
2. Dana Perimbangan …………………………………………….. 21
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ………………………. 23
D. Pendapatan Asli Daerah ………………………………………….. 23
1. Pajak Daerah …………………………………………………… 24
2. Retribusi Daerah ……………………………………………….. 29
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ……………………………. 31
4. Pos-pos Lain Pendapatan ………………………………………. 32
E. Infrastruktur Daerah ………………………………………………. 33
F. Pembangunan Daerah ……………………………………………… 37
G. Penelitian Terdahulu ………………………………………………. 40
H. Kerangka pemikiran ……………………………………………….. 42
I. Hipotesis …………………………………………………………… 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………….. 43
B. Metode Penentuan Sampel …………………………………………. 43
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………………… 44
D. Metode Analisis Data ………………………………………………. 45
1. Analisis Kuantitatif ……………………………………………… 45
2. Korelasi Pearson …………………………………………………. 46
E. Operasional Variabel …………………………………………………. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek penelitian ……………………………….... 51
1. Kondisi Geografis Kabupaten Pemalang ………………………... 51
2. Perekonomian Daerah …………………………………………... 53
3. Prasarana dan Sarana Daerah …………………………………… 53
xiii
4. Pemerintahan Daerah Kabupaten Pemalang ……………………. 56
5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) ……………………………………………………… 58
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) ………. 59
B. Hasil dan Pembahasan ……………………………………………… 60
1. Korelasi Pearson ………………………………………………... 60
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 72
B. Implikasi ……………………………………………………………. 73
C. Saran ………………………………………………………………... 74
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 75
LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 77
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 40
4.1 Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007 ................................... 61
4.2 Data Infrastruktur Pembangunan Daerah Tahun 2007................... 62
4.3 Korelasi Tahun 2007 ..................................................................... 63
4.4 Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2008 .................................... 64
4.5 Data Infrastruktur Pembangunan Daerah Tahun 2008................... 65
4.6 Korelasi Tahun 2008 ....................................................................... 66
4.7 Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 ..................................... 67
4.8 Data Infrastruktur Pembangunan Daerah Tahun 2009.................... 68
4.9 Korelasi Tahun 2009 ...................................................................... 69
4.10 Korelasi Tahun 2007 sampai 2009 ................................................. 70
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 42
4.1 Pola Organisasi Pemerintah Kabupaten Pemalang ...................... 57
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Surat Penelitian .............................................................................. 77
2 Surat Rekomendasi Penelitian ....................................................... 78
3 Surat Izin Melakukan Penelitian dari BAPPEDA ......................... 79
4 Rekapitulasi Laporan dan Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 2007-2009 ......................................................... 80
5 Data Pembangunan Daerah Tahun Anggaran
2007-2009 .................................................................................... 85
6 Hasil Korelasi ............................................................................... 88
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia adalah cabang utama pada pemerintahan yang
menganut sistem presidensial. Pemerintah Indonesia dikepalai oleh seorang
presiden yang dibantu beberapa menteri yang tergabung dalam suatu kabinet.
Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan
pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota, sistem pemerintahan indonesia terbagi menjadi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah Indonesia merupakan
pemerintah pusat, yang mempunyai kewenangan yaitu mencakup
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan lainnya seperti
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi
tinggi strategis, konservasi dan standardisasi nasional. Sedangkan pemerintah
daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonnesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan daerah
1
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam sebuah pemerintahan daerah, tentu bahwa itikad untuk
mengembangkan daerahnya menjadi daerah yang maju sangatlah tinggi, hal
tersebut dapat ditunjang dengan perbaikan infrastruktur atau dari segi sumber
daya daerah itu sendiri dapat ditingkatkan sehingga daerah tersebut memiliki
kemajuan dari segi pembangunan daerahnya.
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya untuk
memungkinkan daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya agar
berdaya guna dan berhasil dalam penyelenggaraan pemerintahaan, pelayanan
kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan, namun permasalahan
umum yang dihadapi daerah dalam pembiayaan pembangunan adalah
kecilnya proporsi dana pembangunan yang berasal dari kewenangan otonomi
daerah (Sofwani:2002:1).
Otonomi daerah memeberikan kewenangan yang luas dan hendaknya
diberikan secara kondusif untuk pembangunan daerah itu sendiri, oleh karena
itu diperlukan adanya pemahaman akan wawasan pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mencapai sasaran untuk
meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui pembangunan
daerah, dimana pembangunan daerah itu sendiri bergantung pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (Susanto:2005:2).
2
Pemerintah perlu memfasilitasi berbagai aktivitas peningkatan
perekonomian, salah satunya dengan membuka kesempatan berinvestasi.
Infrastruktur pembangunan dan pemberian berbagai fasilitas kemudahan
dilakukan untuk meningkatkan daya tarik berinvestasi, karena semakin tinggi
tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan
publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik
terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (Priyo:2004:3).
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan daerah, sumber-sumber pendapatan daerah dapat
diklasifikasikan yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan,
dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Dimana sumber Pendapatan Asli
Daerah didapat dari pajak daerah, retribusi daerah, Hasil perusahaan milik
Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pos-pos
pendapatan lain-lain yang sah.
Salah satu tujuan utama desentralisasi fiskal adalah menciptakan
kemandirian daerah. Dalam perspektif ini, pemerintaah daerah diharapkan
mampu menggali sumber-sumber keuangan lokal, khususnya melalui
Pendapatan Asli Daerah (Sidik:2002:4).
3
Menurut data statistik yang diambil terakhir pada tahun 2009
Kabupaten Pemalang memiliki luas daerah 1.115,31 Km² yaitu terdiri dari 14
kecamatan, 11 kelurahan dan 211 desa. Kabupaten Pemalang merupakan
daerah yang dikelilingi oleh sebagian daerah pantai, sebagian daerah
pegunungan, sebagian hutan jati dan sebagian daerah pertanian yang luas.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Pemalang, sudah
tentu apabila dimaksimalkan maka dapat dijadikan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah dan dari penerimaan tersebut dapat digunakan salah satunya
untuk pembangunan daerah termasuk infrastruktur daerah.
Menurut Susanto 2005 tentang penelitiannya mengenai Kontribusi
Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pembangunan yang berstudi
kasus di Kabupaten Pemalang, menerangkan bahwa dari sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah memiliki kontribusi terhadap belanja pembangunan
(fisik dan non fisik) di Kabupaten Pemalang, namun kontribusi tersebut masih
kecil dengan rata-rata persentase 29,93%.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang
dilakukan oleh susanto adalah bahwa susanto mengambil kontribusi antara
pengeluaran yang berkenaan dengan pembangunan secara keseluruhan baik
itu secara fisik (seperti bangunan) dan non fisik (seperti pendidikan) dengan
Pendapatan Asli Daerah, sedangkan penulis melakukan penelitian hanya pada
pembangunan secara fisik, yaitu mengenai korelasi yang terjadi antara
Pendapatan Asli Daerah dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
pembangunan infrastruktur daerah.
4
Menurut Ahmad Sofwani 2002 tentang penelitiannya mengenai
Mobilisasi Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka
Pembangunan Daerah dengan studi pada Kabupaten Muara Enim. Dari hasil
penelitian tersebut dikatakan bahwa dari sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah, penghasilan dari pajak daerah memiliki kenaikan secara signifikan
antara target yang ingin dicapai dengan realisasinya pada tahun 1998 sampai
2001 untuk pembangunan daerah di kabupaten Muara Enim.
Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan Ahmad Sofwani
adalah bahwa Ahmad Sofwani meneliti dari sudut kebijakan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Muara Enim tentang mobilisasi Pendapatan Asli
Daerah untuk pembangunan daerahnya, sedangkan penulis melakukan hasil
rill berupa angka-angka untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah
Kabupaten Pemalang.
Menurut Priyo Hari Adi 2004 tentang penelitiannya mengenai
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan
dan Pendapatan Asli Daerah dengan studi pada Kabupaten seJawa-Bali. Dari
hasil penelitiannya memiliki kesimpulan bahwa antara pertumbuhan ekonomi
daerah, belanja pembangunan dan pendapatan asli daerah memiliki hubungan
yang saling terkait, dimana pertumbuhan ekonomi daerah mempengaruhi
pendapatan asli daerah dan belanja pembangunan memberikan dampak positif
terhadap pendapatan asli daerah juga pada pertumbuhan ekonomi daereah.
5
Perbedaan penelitan oleh Priyo Hari Adi dengan penelitian yang
dilakukan penulis yaitu luasnya cakupan pembahasan yang dilakukan Priyo
Hari Adi, sedangkan penulis hanya mengambil masalah mengenai Pendapatan
Asli Daerah dan belanja untuk pembangunan dimana dalam penelitian ini
penulis meneliti tentang Infrastruktur Pembangunan Daerah pada Kabupaten
Pemalang.
Melihat dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai sumber-sumber
pendapatan asli daerah dan dampaknya bagi perkembangan suatu daerah,
penulis ingin mengetahui, bagaimana hubungan yang terjadi antara
pendapatan daerah dengan pengeluaran daerah, sehingga suatu daerah dapat
dikatakan maju apabila Pendapatan Asli Daerahnya baik atau menaik. Dari
hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul:
“Analisis Korelasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Dengan
Infrastruktur Pembangunan Daerah” (Studi pada Kabupaten Pemalang)
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Apakah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki korelasi
terhadap infrastruktur pembangunan daerah?
2. Berapa besar korelasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
infrastruktur pembangunan daerah?
6
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis korelasi antara Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) dan
infrastruktur daerah Kabupaten Pemalang
2. Untuk menganalisis penghasilan yang diterima Kabupaten Pemalang dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang
Memberikan informasi mengenai seberapa besar hubungan yang terjadi
antara Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah
dan seberapa kuat hubungan yang terjadi diantara keduanya sehingga
dapat dilakukan perbaikan oleh Pemrintah Daerah Kabupaten Pemalang.
2. Bagi Penulis/Peneliti
Untuk mengetahui bagaimana suatu daerah dapat membangun
infrastruktur daerahnya untuk perkembangan daerahnya dari sumber-
sumber pendapatan daerah serta sebagai penambahan ilmu diluar pelajaran
yang ada di perkuliahan.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat tahu bagaimana dan
darimana sebuah daerah mendapatkan pemasukan guna mengembangkan
infrastruktur daerahnya, sehingga dengan begitu masyarakat dapat lebih
membantu Pemerintah Daerah untuk memaksimalkan pendapatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerintahan Daerah
Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan
Daerah, menyatakan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan dalam suatu daerah terbagi
menjadi:
1. Pemerintahan Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi
dan DPRD Provinsi.
2. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota
Pembentukan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota ditetapkan
dengan undang-undang. Pembentukan daerah dapat pula berupa
penggabungan dari beberapa daerah atau bagian daerah yang mengalami
pemekaran menjadi dua daerah atau lebih. Daerah dapat dihapus dan digabung
dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan tidak mampu
8
menyelenggarakan otonomi daerah. Penghapusan dan penggabungan daerah
beserta akibatnya ditetapkan dengan undang-undang.
Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus
bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus
dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota.
1. Urusan Pemerintahan Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah,
pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota,
penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang diselenggarakan
berdasarkan urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Sedangkan
urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
9
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, pemerintahan daerah diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya berdasarkan asas
otonomi. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan
pemerintahan daerah lainnya, hubungan tersebut dapat meliputi hubungan
kewewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, hubungan
keuangan yang mencakup pendapatan daerah yang termasuk pula dalam
pendapatan dari pemerintah pusat, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam, dan sumber daya lainnya, dan hubungan tersebut harus dilaksanakan secara
adil dan selaras.
2. Penyelenggaraan Pemerintahan
Penyelenggara pemerintahan dalam Peratuan Pemerintah No 38
Tahun 2007 adalah Presiden dibantu oleh wakil presiden, dan oleh menteri
negara. Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan
DPRD. Untuk pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah
daerah provinsi dan DPRD provinsi, untuk pemerintahan daerah kabupaten
atau daerah kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan
DPRD kabupaten/kota. Dalam menyelenggarakan pemerintahan,
pemerintah pusat menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan
dekonsentrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah
menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan.
10
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak dan
kewajiban dimana otoritas tersebut digunakan untuk mengembangkan
daerahnya menuju daerah yang berkembang. Hak dan kewajiban tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan
dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah
yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan
keuangan daerah dimaksud harus dilakukan secara efisien, efektif,
transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan
perundang-undangan.
3. Perangkat Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 dasar utama
penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah
adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani, namun tidak berarti
bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam
organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-
kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan
daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan,
jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis,
jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh
karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-
masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam. Perangkat daerah
provinsi dan kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat
11
DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah, khusus untuk
kabupaten/kota ditambah kecamatan, dan kelurahan. Susunan organisasi
perangkat daerah ditetapkan dalam Peraturan daerah dengan
memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman pada Peraturan
Pemerintah.
B. Otonomi Daerah
Pengertian otonom secara bahasa adalah berdiri sendiri atau dengan
pemerintahan sendiri. Sedangkan daerah adalah suatu wilayah atau lingkungan
pemerintah. Dengan demikian pengertian secara istilah otonomi daerah adalah
wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan
mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri.
Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu
wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan
wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan
pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan
ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya
(Otonomi Daerah di Indonesia: 2010).
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan
alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak
mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut
12
tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar
pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.
1. Daerah Otonom
Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004 daerah otonom adalah
ketentuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu,
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom dapat terwujud
dengan dijalankannya asas desentralisasi, karena pemerintah menghendaki
agar urusan-urusan pemerintah dapat diserahkan kepada daerah yang
selanjutnya merupakan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dan hal ini
memungkinkan suatu kabupaten untuk menganut dan mengatur rumah
tangganya sendiri, dimana pemerintah daerah diberi kebebasan untuk
merealisasikan prakarsa pembangunan daerah dan tetap harus bertanggung
jawab.
Adapun teknik yang digunakan untuk menentukan bidang mana
yang menjadi urusan pemerintah pusat dan bidang mana yang menjadi
wewenang pemerintah daerah, disebutkan Kaho (1991:15) dalam Susanto:
2005 yaitu:
a. Sistem Residu
Dalam sistem ini, secara umum telah dibentuk terlebih dahulu
tugas-tugas yang menjadi wewenang pemerintah pusat, sedangkan
sisanya menjadi urusan rumah tangga daerah.
13
b. Sistem Materil
Dalam sistem ini, tugas pemerintah daerah ditetapkan satu persatu
secara limitatif atau terinci, sedangkan diluar tugas merupakan urusan
pemerintah pusat
c. Sistem Formal
Dalam sistem ini, daerah boleh mengatur dan mengurus segala
sesuatu yang dianggap penting bagi daerahnya, asal saja tidak
mencakup urusan yang diatur dan diurus oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain,
urusan rumah tangga daerah dibatasi oleh peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
d. Sistem Otonomi Riil
Dalam sistem ini, penyerahan urusan-urusan atau tugas dan
kewewenangan didasarkan pada faktor yang nyata atau riil sesuai
dengan kebutuhan atau kemampuan yang nayta dari daerah atau
pemerintah pusat serta pertumbuhan kehidupan masyarakat yang
terjadi.
e. Prinsip Otonomi yang Nyata, Dinamis dan Bertanggung Jawab
Prinsip ini merupakan salah satu variasi dari sistem otonomi riil.
Esensi dari otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Otonomi daerah itu harus riil dan nyata dalam arti pemberian
otonomi kepada daerah harus didasarkan pada faktor-faktor,
14
perhitungan-perhitungan, dan tindakan-tindakan atau
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang benar-benar dapat menjamin
daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah
tangganya sendiri.
2) Otonomi daerah itu harus merupakan otonomi yang bertanggung
jawab, dalam arti pemberian otonomi itu harus benar-benar sejalan
dengan tujuannya, yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar
diseluruh pelosok negara dan serasi atau tidak bertentangan dengan
pengarahan-pengarahan yang diberikan dalam GBHN, serasi
anatara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas keutuhan
Negara Kesatuan.
2. Otonomi Kabupaten
Dalam Peraturan Pemerinah Republik Indonesia No 45 tahun 1992
tentang penyelenggaraan otonomi daerah dengan titik berat pada
kabupaten/kota, semua urusan yang dapat diserahkan menjadi urusan
rumah tangga kabupaten/kota, yaitu:
a. Urusan-urusan yang sifatnya telah menetap didaerah
b. Urusan-urusan yang menyangkut kepentingan langsung dari
masyarakat dan sangat dipengaruhi kondisi linkgungan suatu daerah.
c. Urusan-urusan yang dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat atau
menurut sifatnya merupakan tanggung jawab masyarakat
d. Urusan-urusan yang dalam pelaksanaannya banyak mempergunakan
sumber daya manusia
15
e. Urusan-urusan yang memberikan penghasilan bagi daerah dan
potensial untuk dikembangkan dalam rangka penggalian sumber-
sumber penghasilan asli yang baru bagi daerah yang bersangkutan
f. Urusan-urusan yang dalam penyelenggaraannya memerlukan
penanganan dan pengambilan keputusan segera
Sedangkan urusan-urusan pemerintah yang tidak dapat diserahkan
kepada kabupaten/kota yaitu:
a. Bidang pertahanan keamanan
b. Bidang peradilan
c. Bidang luar negeri
d. Bidang moneter
e. Sebagai urusan pemerintah umum yang menjadi wewenang, tugas dan
kewajiban kepala wilayah
f. Urusan pemerintah lainnya yang secara nasional lebih berdaya guna
dan berhasi; guna jika tetap diurus oleh pemerintah
Dengan adanya pembatasan untuk mengatur kewewenangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan dari hal tersebut
pemerintah daerah dapat mengembangkan sumber daya yang ada dan
mendanai kebutuhan daerahnya walau dalam kebanyakan kondisi masih
banyak daerah yang masih menggantungkan pendapatan dari pemerintah
pusat yang digunakan untuk pembangunan daerah sehingga dengan begitu
daerah tersebut pun tidak dapat melakukan secara maksimal untuk
pembangunan daerahnya.
16
C. Sumber Peneriman Pendapatan Daerah
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan
pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan
mengacu kepada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian
kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan yang
melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah
menjadi sumber keuangan daerah.
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang
antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai
dengan urusan pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan
mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi
hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana
perimbangan lainnya, hak untuk mengelola kekayaan Daerah dan
mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber
pembiayaan. Dengan hak-hak tersebut pemerintah daerah dapat mendanai
keperluan-keperluan yang menjadi kepentingan utama dari daerah tersebut
yaitu dengan penggunaan sumber pendapatan daerah. Sumber pendapatan
daerah terdiri atas:
17
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Elita Dewi (2002:2) Pendapatan asli daerah merupakan
pendapatan yang diterima oleh setiap daerah yang terdiri dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yaitu:
a. Pajak daerah
Undang-Undang No 28 Tahun 2009 menyebutkan pajak daerah
adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dalam undang-undang tersebut yang termasuk
dalam pajak daerah yaitu:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran dan Rumah Makan
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7) Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
18
b. Retribusi daerah
Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah menyatakan retribusi daerah adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Menurut
Undang-Uundang No 28 tersebut retribusi daerah terdiri dari:
1) Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
2) Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial.
3) Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
19
c. Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
Daerah lainnya yang dipisahkan
Perusahaan daerah adalah suatu badan usaha yang dibentuk oleh daerah untuk mengembangkan perekonomian daerahnya untuk menambah penerimaan daerah (Ermaya:1998:86) dalam Susanto 2005
Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian
keuntungan atau laba bersih perusahaan daerah yang berupa
pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang
disetor ke kas daerah, baik bagi perusahaan daerah yang modalnya
untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan
maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari
kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk
hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara
lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah (Strategi
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah:2010).
Barang daerah atau semua aset-aset yang dimiliki oleh suatu
daerah, merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan selain
fungsinya untuk pendapatan daerah, aset daerah juga perlu dikelola
dengan baik dan penuh tanggung jawab karena dapat digunakan
sebagai sumber pembiayaan dan pendapatan bagi pembangunan
daerah. Maka dari itu adanya peraturan atau kebijakan dari
Pemerintah Daerah tersebut untuk dapat melakukan penilaian serta
pengelolaan aset daerah dengan baik, yang sudah tentu hasilnya dapat
digunakan untuk mengoptimalkan suatu daerah.
20
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah hasil daerah
yang diperoleh dari usaha di luar kegiatan dan pelaksanaanya tugas
daerah. Undang-undang No 25 Tahun 1999 menyebutkan lain-lain
pendapatan yang sah yaitu:
1) Hibah
2) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan
3) Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah
4) Penerimaan Jasa Giro
5) Rupa-rupa Pendapatan (pengalihan dari pos ukuran kas dan
perhitungan).
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan bertujuan untuk
mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah serta antar-Pemerintah Daerah (Saiful:2009:4). Terdiri dari:
a. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil ada yang bersumber dari pajak yaitu:
1) Pajak Bumi dan Bangunan
90%: 16,2% provinsi; 64,8% kabupaten/kota; 9% biaya
pembangunan
21
100%: 65% dibagi merata keseluruh kabupaten/kota; 35%
dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota
2) BPHTB
80%: 16% provinsi; 64% kabupaten/kota
20%: dibagikan merata keseluruh kabupaten/kota
3) PPh pasal 25, 29, dan 21 wajib pajak orang pribadi dalam negeri
40%: provinsi
60%: kabupaten/kota
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Prinsip-prinsip DAU:
1) Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%
dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN
2) DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal
(kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah) dan
alokasi dasar (dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri
sipil daerah)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertntu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional
22
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Menurut Saiful Rahman (2009:3) Pemerintah Daerah dapat
melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang luar
negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah pusat setelah
memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Pemerintah daerah
dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik
Pemerintah dan/atau milik swasta. Pemerintah daerah dapat memiliki
BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan,
dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan peraturan daerah yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah
dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah
yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah. Penyusunan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
D. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Elita:2002:2). Peranan pendapatan asli daerah menjadi lebih penting
lagi karena Pemerintah Daerah diharapkan dapat mengelola rumah tangganya
sendiri dengan bertumpu kepada penerimaan yang berasal dari daerahnya
23
sendiri. Jadi dapat disimpulkan pendapatan asli daerah merupakan suatu
penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber di wilayahnya sendiri
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai salah satu pendapatan daerah dalam kaitan pelaksanaan
otonomi daerah, pendapatan asli daerah harus betul-betul dominan dan
mampu memikul beban kerja yang diperlukan hingga pelaksanaan otonomi
daerah tidak dibiayai dari subsidi atau dari sumbangan pihak ketiga atau
pinjaman daerah. Jenis Pendapatan asli daerah terdiri dari 4, yaitu :
1. Pajak Daerah
Dengan adanya perubahannya Undang-Undang pajak yang baru
sehingga pengertian pajak menurut KUP adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan kontribusi dari
masyarakat yang harus dipaksakan sehingga nantinya kontribusi dari
masyarakat tersebut dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
atau dapat digunakan untuk pembangunan baik di Negara maupun
pembangunan di daerah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
24
Ditinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua
jenis yaitu pajak negara yang terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), Pajak Bea Masuk dan Cukai
Sedangkan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam pasal 1 menerangkan
pajak daerah terdiri dari:
a. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan hotel.
Hotel merupakan bangunan yang khusus disediakan bagi seseorang
untuk dapat menginap atau beristirahat dengan memperoleh pelayanan
dan fasilitas lainnya dengan pungutan biaya, termasuk bangunan yang
dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk pertokoan
dan perkantoran.
b. Pajak Restoran dan Rumah Makan
Pajak restoran dan rumah makan adalah pajak yang dikenakan
atas pelayanan di restoran dan/atau rumah makan. Restoran atau
25
rumah makan merupakan tempat dimana seseorang dapat menyantap
hidangan berupa makanan dan minuman dengan pungutan biaya.
c. Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan
hiburan. Hiburan merupakan semua jenis permainan, permainan
ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun,
yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut
bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga.
d. Pajak Reklame
Pajak rekalme adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan
rekame. Reklame merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang
menurut bentuk dan corak ragamnya utuk komersial, dipergunakan
untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan sesuatu
barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat,
dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang
dilakukan pemerintah.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dikenakan atas
penggunaan tenaga lstrik dengan ketentuan bahwa di wilyah daerah
tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh
pemerintah daerah. Penerangan jalan merupakan penggunaan tenaga
listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayarkan
oleh pemerintah daerah dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN,
26
maka pungutan pajak penerangan jalan dilakukan oleh PLN.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan pajak penerangan jalan
tersebut diatur dengan keputusan Menteri Dalam Negeri
mempertimbangkan Menteri Keuangan.
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Pajak pengambilan bahan golongan C adalah pajak yang dipungut
atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahan galian golongan
C terdiri dari asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonil, dolomit, feldspar, garam batu (halite),
grafi, granit/andesif, hips, klasit, kaolin, leusit, magnesit, mika,
marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,
pospat ph, palk, tanah serap (fiuler earth), tanah biatomek, tanah liat,
tawas (akum), teras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit.
g. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan adalah
pajak yang dikenakan terhadap pengambilan dan pemanfaatan sir, baik
air bawah tanah maupun air permukaan untuk dipergunakan bagi
orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga
dan pertanian masyarakat. Air bawah tanah merupakan air yang
berada diperut bumi, termasuk mata air yang muncul secara alamiah
diatas permukaan tanah. Air permukaan merupakan air yang berada
diatas permukaan bumi, tidak termasuk air laut.
27
Pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pelaksanaan pemungutan jenis-jenis pajak tertentu oleh
masing-masing daerah, yang dengan peraturan perundang-undangan
tersebut pemerintah daerah mempunyai kewewenangan dan keleluasaan
untuk mengelola sumber-sumber penerimaan pajak di daerah, upaya
peningkatan pajak dilakukan di dalam kerangka perbaikan sistem
perpajakan secara keseluruhan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan
menurut Sitompul (1996:278) dalam Susanto 2005 antara lain:
a. Menghapus pajak daerah yang tidak memuaskan
b. Memperbaiki kinerja pajak daerah yang ada
c. Meningkatkan wewenang pemerintah daerah
d. Meningkatkan administrasi pajak daerah
e. Meningkatkan pajak daerah yang baru konvensional
f. Meningkatkan pajak daerah yang baru non konvensional
Sementara itu menurut Bachrul Elmi (2002:46) upaya yang dapat
dilakukan guna meningkatkan penerimaan dari pos pajak daerah antara
lain:
a. Upaya meningkatkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi terhadap jenis-jenis pajak tertentu, antara lain dengan
memberi emudahan lapangan usaha baru
b. Peranan aprasial Avluation terhadap aset-aset daerah
c. Fungsi cara mengalokasikan penerimaan pajak untuk membiayai
kegiatan yang produktif.
28
2. Retribusi Daerah
Menurut Undang-undang N0 28 Tahun 2009 mengenai pajak
daerah dan retribusi menjelaskan bahwa retribusi daerah adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah juga berfungsi
sebagai pembayaran atas pemakaian jasa baik secara langsung maupun
tidak langsung. Disebutkan dalam undang-undang tersebut retribusi dapat
dikelompokan lagi kedalam beberapa bagian, yaitu:
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan. Jenis-jenis retribusi umum seperti yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah No 66 Tahun 2001 antara lain :
1) Retribusi pelayanan kesehatan
2) Retribusi pelayanan persampahan atau kesehatan
3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte
catatan sipil
4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5) Retribusi parkir di tepi jalan umum
6) Retribusi pelayanan pasar
7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
29
8) Retribusi penggantian biaya cetak peta
9) Retribusi pengujian kapal perikanan.
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial. Subyek
Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang
bersangkutan. Jenis-jenis retribusi jasa usaha yang diatur dalam
Peratran Pemerintah No 66/2001 antara lain :
1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah
2) Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan
3) Retribusi tempat pelelangan
4) Retribusi terminal
5) Retribusi tempat khusus parkir
6) Retribusi tempat penginapan atau pesanggarahan atau vila
7) Retribusi penyedotan kakus
8) Retribusi pelayanan pelabuhan kapal
9) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga
10) Retribusi penyebrangan di atas air
11) Retribusi pengolahan limbah cair
12) Retribusi penjualan produksi usaha daerah.
30
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasanatas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, dan fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 antara lain :
1) Retribusi izin mendirikan bangunan
2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
3) Retribusi izin gangguan
4) Retribusi izin trayek.
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Ermaya (1998:86) dalam Susanto 2005, menerangkan adapun ciri
pokok perusahaan daerah adalah adanya kesatuan produksi (regional) di
masyarakat luas termasuk memberi jasa, menyelenggarakan pemanfaatan
umum dan memupuk pendapatan. Jenis usaha yang dikelola pemerintah
daerah sangat beraneka ragam, hal ini tergantung pada kebutuhan dan
kemampuan masing-masing daerah.
Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah
rangkaian kegiatan dan tindakan yang meliputi perencanaan penentuan
31
kebutuhan, penganggaran, pengadaaan, penyimpanan, penyaluran
inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan dan
perubahan status hukum serta penata usahaannya. Barang daerah yang
dipisahkan adalah barang milik daerah baik barang bergerak maupun tidak
bergerak yang dikelola oleh Perusahaan atau Badan Usaha Milik Daerah.
Jenis dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu:
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN
4. Pos Lain-Lain Pendapatan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah hasil daerah yang
diperoleh dari usaha di luar kegiatan dan pelaksanaanya tugas daerah.
Undang-undang No 25 Tahun 1999 menyebutkan lain-lain pendapatan
yang sah yaitu:
a. Hibah
b. Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan
c. Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah
d. Penerimaan Jasa Giro
e. Rupa-rupa Pendapatan (pengalihan dari pos ukuran kas dan
perhitungan).
32
E. Infrastruktur Daerah
BAPPENAS menyebutkan Infrastruktur pembangunan merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Infrastruktur juga mempunyai peran yang penting dalam
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta diyakini sebagai pemicu
pembangunan suatu kawasan. Jaringan transportasi dan telekomunikasi dari
Sabang sampai Merauke merupakan salah satu perekat utama Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tulang punggung distribusi barang, maupun
jasa, serta merupakan aspek penting dalam peningkatan produktivitas sektor
produksi.
Ketersediaan sarana perumahan dan permukiman, seperti layanan air
minum dan sanitasi secara luas dan merata serta pengelolaan sumber daya air
yang berkelanjutan, turut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menyediakan fasilitas
dan layanan infrastruktur yang berkualitas, baik dalam bentuk pengaturan
dengan kerangka regulasi maupun rehabilitasi dan peningkatan kapasitas dan
fasilitas infrastruktur yang rusak, serta pembangunan baru melalui kerangka
investasi dan pelayanan umum. Namun, ketersediaan infrastruktur masih
tetap belum memadai yang ditunjukkan dengan banyaknya kecelakaan di
sektor transportasi, terjadinya krisis listrik, serta lamanya pemulihan
infrastruktur akibat bencana gempa, tanah longsor, banjir, dan semburan
lumpur yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. Ketimpangan akibat
terbatasnya kemampuan pembiayaan pemerintah, tingginya kebutuhan
33
masyarakat akan infrastruktur, dan adanya potensi pengikutsertaan investasi
swasta dalam pembangunan infrastruktur mendorong pemerintah untuk
melakukan reformasi dalam mempercepat pembangunan infrastruktur.
“ Dukungan layanan infrastruktur yang baik akan mendorong
pertumbuhan investasi dan kemudahan mobiltas barang dan jasa”, demikian
yang dikatakan Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto dalam
sambutannya pada orientasi wartawan tahun 2008. Beliau menambahkan
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur tersebut maka
perlu ditetapkan prioritas-prioritas pembangunan, antara lain adalah
penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja, revitalisasi
pertanian dan pedesaan, mitigasi dan penanggulangan bencana, serta
pengurangan kesenjangan.
Berbagai program pembangunan pada berbagai bidang telah
dilakukan, tetapi masih banyak daerah yang tertinggal dalam berbagai aspek.
Salah satu yang menyebabkan ketertinggalan tersebut adalah minimnya akses
warga desa terhadap berbagai sarana penunjang kehidupan. Infrastruktur yang
mendukung aktivitas ekonomi serta infrastruktur lainnya sangat terbatas
bahkan dalam banyak kasus tidak tersedia. Kondisi ini yang menyebabkan
umumnya pertumbuhan ekonomi di daearah tertinggal sangat rendah bahkan
mengalami stagnasi. Daerah tertinggal dimaknai sebagai daerah kabupaten
yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional yang penentuannya menggunakan enam
kriteria dasar yang diolah dengan menggunakan data Potensi Desa (PODES)
34
2003 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002 dan data
Keuangan Kabupaten 2004 dari Departemen Keuangan:
1. Perekonomian masyarakat
2. Sumber daya manusia
3. Prasarana (infrastruktur)
4. Kemampuan keuangan daerah
5. Aksesibilitas
6. Karakteristik khusus daerah (bencana alam, konflik, dan perbatasan
negara).
Dalam website bataviase.co.id dengan judul Benahi Infrastruktur
Daerah Tertinggal tahun 2009 mengatakan bahwa ada beberapa indikator
daerah tertinggal. Pertama, pertumbuhan ekonomi dengan acuan
penghasilannya belum layak. Kedua, infrastruktur dasar meliputi, jalan,
irigasi, dan listrik. Ketiga, kualitas SDM terdiri dari tingkat pendidikan dan
kesehatan masyarakat yang masih di bawah standar rata-rata. Selain ttu, daya
beli masyarakat terhadap pasar masih rendah. Kalau masih banyak
pengangguran, sekolah sedikit, dan prasarana pendukung lainnya masih
kurang, maka daerah atau desa tersebut masih digolongkan daerah tertinggal.
Pada Kabupaten Pemalang, peningkatan daerah dilakukan semata-
mata untuk membuat kabupaten itu sendiri dapat bersaing dengan daerah lain
sehingga dengan begitu Pemalang menjadi daerah yang memiliki
perkembangan yang sangat baik, hal ini dapat dijangkau salah satunya dengan
cara yaitu perbaikan dalam sektor infrastruktur daerah agar jauh dari prinsip
35
daerah tertinggal. Kabupaten Pemalang selama beberapa tahun ini telah
merubah banyak daerahnya, berusaha agar daerahnya dapat bersaing dengan
daerah lainnya yang telah maju. Salah satu usaha yang dapat terlihat yaitu
Kabupaten Pemalang banyak mengubah infrastruktur daerahnya terutama
jalan raya dan penerangan jalan, selain itu untuk dapat meningkatkan
pendapatan daerahnya, Kabupaten Pemalang meningkatkan kualitas di obyek
wisata sebagai daya tarik baik turis lokal maupun turis mancanegara. Dalam
rancangan APBD dapat dirinci dengan sistematis seberapa besar Kabupaten
Pemalang melakukan perbaikan dalam segi infrastruktur pada dinas berikut:
1. Dinas Pendidikan
a. Pembangunan sekolah untuk usia dini
b. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP
c. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar
d. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs
e. Pembangunan gedung sekolah menengah
f. Penambahan ruang kelas menengah
g. Pembangunan Lab. dan ruang pratikum untuk sekolah menengah
h. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah
2. Dinas Kesehatan
a. Pembangunan puskesmas
b. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu
c. Program untuk peningkatan sarana dan prasarana RSUD
36
3. Dinas Pekerjaan Umum
a. Pembangunan jalan dan jembatan
b. Pembangunan saluran drainase
c. Pembangunan/peningkatan infrastruktur
d. Pembangunan infrastruktur desa
e. Pembangunan jaringan air bersih/air minum
f. Pembangunan sumur-sumur air tanah
g. Perbaikan perumahan karena bencana alam
h. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat
i. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya
4. Dinas Perhubungan
a. Pembangunan gedung terminal
b. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi
c. Pembangunan parkir dan rest area
d. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang
menimbulkan polusi
F. Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah adalah suatu kegiatan yang sangat luas
bidangnya karena mencakup berbagai aspek dan juga termasuk berbagai
proses dalam usaha mengelola manusia menjadi suatu kelompok yang kuat
dan makmur yang hidup dalam kawasan suatu daerah (Simarmata:2008:2).
Tujuan dari sebuah pembangunan yaitu untuk menciptakan suatu daerah yang
dapat memaksimalkan potensi daerahnya itu sendiri seperti sumber daya alam
37
yang terkandung dalam suatu daerah dapat dilindungi atau dengan sebuah
pembangunan dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut sehingga
masyarakat dapat diberdayakan dengan menambahkan lapangan kerja
sehingga terjadilah kesejahteraan masyarakat, dengan memisahkan
pembangunan antar daerah dan antar sub daerah serta warga masyarakat
dapat terjadi kemerataan dan keadilan tanpa mencampuri urusan yang tidak
terkait di dalamnya dan dengan demikian dapat tercapai Good Governance.
Menurut Dadang Solihin (2005:12) dalam diskusinya mengenai
perencanaan pembangunan daerah, menerangkan bahwa strategi tidak dapat
dipisahkan dari sebuah kebijakan dan kebijakan dari pelaksanaannya. Dengan
demikian mencapai tujuan, pemerintah daerah perlu melakukan perncanaan
atau strategi pembangunan daerah guna mencapai tujuan. Untuk mencapai
sebuah pembangunan daerah yang baik, dapat dilakukan dengan tiga tahap
perencanaan yaitu:
1. Perumusan dan penentuan tujuan, sebuah daerah dapat menentukan pada
bagian potensi manakah dari daerah tersebut yang ingin dikembangkan,
dengan perencanaan tersebut tujuan dari pembangunan daerah pun dapat
dimaksimalkan
2. Pengujian atau pilihan yang tersedia, dari rancangan yang telah
dicanangkan dapat dipilih kembali untuk lebih memfokuskan
pembangunan daerah agar semakin lebih optimal.
3. Pemilihan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dan disepakati bersama, setelah semuanya telah ternencana
38
39
dengan baik pemerintah daerah dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang
tentunya telah disepakati bersama dan mampu mengoptimalkan potensi
daerahnya dengan pembangunan tersebut.
Pembangunan daerah pada Kabupaten Pemalang dilakukan dengan
kebijakan pemerintah dengan memilah mana yang terbaik untuk daerahnya,
seperti pada sektor obyek wisata, Kabupaten pemalang memaksimalkan
daerahnya yang berada dekat pantai sebagai daya tariknya atau daerah
pegunungannya sebagai obyek wisata agar menarik para wisatawan untuk
berkunjung, atau pada sektor transportasi, pendidikan dan yang lainnya agar
dapat memajukan perkembangan daerahnya.
G. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Ahmad Sofwani
Mobilisasi sumber-sumber PAD dalam rangka pembangunan daerah (studi Muara Enim)
• Meneliti tentang PAD
• Pembangunan daerahnya secara keseluruhan, sedangkan penelitian ini hanya pembangunan secara fisik
• Analisis data kualitatif
• Dari target penerimaan pajak daerah untuk tahun 1998 sebesar Rp.2.406.998.500, terealisasi sebesar Rp.2.359.974.209, pada tahun 1999 realisasi penerimaan pajak daerah mencapai Rp.2.845.799.528 dan target yang ditentukan untuk tahun yang sama yaitu sebesar Rp.2.690198.500. Namun untuk tahun 2000 dari target Rp.3.050.198.500, realisasinya justru menurun menjadi Rp.2.780.438.342. Sedangkan pada tahun 2001 realisasi penerimaannya sebesar Rp.10.642.288.410 dari target sebesar Rp.7.230.000.000.
2 Priyo Hari Adi
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pembangunan, dan
• Meneliti tentang hubungan antar variabel
• Meneliti
• Tidak meneliti pertumbuhan ekonomi daerah
• Tidak meneliti belanja
• Analisis deskriptif
• Analisis jalur (path analysis)
• Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan PAD,sayangnya pertumbuhan
40
41
PAD (studi kota se Jawa-Bali)
mengenai PAD
pembangunan ekonomi Pemda kabupaten dan kota masih kecil, akibatnya penerimaan PADnya pun kecil
• Terkait dengan PAD penerimaan yang menjadi andalan adalah retribusi dan pajak daerah. Tingginya retribusi bisa jadi merupakan indikasi semakin tingginya itikad pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih berkualitas
• Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap PADmaupun pertumbuhan ekonomi
3 Susanto Kontribusi PAD terhadap besarnya belanja pembangunan daerah (studi kasus Kabupaten Pemalang)
• Meneliti di Kab. Pemalang
• Menilti tentang PAD
• Tidak meneliti tentang kontribusi
• Tidak meneliti belanja pembangunan
• Analisis deskriptif
• Menunjukan bahwa pelaksanaan pengelolaan PAD pada pemerintah kabupaten Pemalang memberikan kontribusi terhadap belanja pembangunan daerah
• Kontribusi PAD terhadap belanja pembangunan daerah masih rendah dengan persentase rata-rata 29,93%
H. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini penulis mengkaji hubungan variabel bebas
(independen variabel) Pendapatan Asli Daerah, terhadap variabel terikat
(dependen variabel) infarstruktur pembangunan daerah yang mengambil studi
pada Kabupaten Pemalang. Dimana dalam penelitian ini model yang
digunakan adalah korelasi pearson.
Penelitian ini menerangkan bagaimana salah satu dari sumber
penerimaan pendapatan daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah memiliki
hubungan dengan infrastruktur pembangunan suatu daerah. Kerangka berfikir
ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangaka Pemikiikiran
Pendapatan Asli Daerah
(X)
Infrastruktur Pembangunan Daerah (Kabupaten Pemalang)
(Y)
I. Hipotesis
Ha: Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki hubungan atau korelasi
dengan infastruktur pembangunan daerah di Kabupaten Pemalang.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menganalisis mengenai
hubungan atau korelasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan
infrastruktur pembangunan sebuah daerah, dimana dalam penelitian ini penulis
mengambil studi pada Kabupaten Pemalang. Data diambil pada Dinas
Penglolaan Pendapatan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) yang berada di Jl.
Surohadi Kusumo No1, Kabupaten Pemalang. Penulis mengambil data-data
yang berkaitan selama tiga tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun
2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel pada Kabupaten
Pemalang dimana sampel yang diambil secara time series. Time series
merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam
suatu interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan atau
tahunan dan tidak boleh ada data yang hilang dari tahun-tahun tersebut
(Husein:2008:42).
43
C. Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode
penelitian dengan menggunakan riset korelasi. Menurut (Fox:1969) riset
korelasi (Corellational Study) yaitu penelitian untuk menentukan tingkat
hubungan antara variabel-variabel yang berrbeda dalam suatu populasi, sifat
perbedaan yang utama adalah untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar
deskripsi (Husein:2008:42). Dalam penelitian ini penulis menggunakan:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama
baik individu atau perseorangan (Husein:2008:42), dalam hal ini penulis
melakukan observasi secara langsung ke Kabupaten Pemalang,
mendatangi dan melihat langsung keadaan Kabupaten Pemalang yang
semakin berkembang.
Selain itu penulis juga melakukan sedikit wawancara dengan
bagian yang berkepentingan dan dengan melalui penelitian terhadap
Kabupaten Pemalang. Dari wawancara yang dilakukan diharapkan peneliti
dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subyek yang
diteliti, tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam subyek penelitan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain bisa dalam bentuk tabel atau diagram-diagram
(Husein:2008:42). Dalam penelitian ini penulis melakukan studi
44
kepustakaan yang akan berguna untuk mengetahui biaya-biaya
pembangunan, pendapatan daerah, dan apa saja yang telah dilakukan
Kabupaten Pemalang dalam hal meningkatkan pembangunannya.
D. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis sebuah data diperlukannya sebuah metode-
metode yang dapat membuktikan hasil penelitian secara akurat. Dalam
penelitain ini penulis menggunakan metode analisis sebagai berikut:
1. Analisis Kuantitatif
Penulis menyederhanakan dalam menjelaskan masalah dan
pemecahannya dengan memakai angka-angka supaya penulisan dapat
dibaca dan dimengerti dengan mudah sehingga pembaca dapat menyerap
inti dan menginterpretasikan permasalahan dengan akurat. Dalam hal ini
penulis menggunakan analisis statistik parametrik, dimana data yang
penulis observasi pada Kabupaten Pemalang dapat diinterpretasikan
permasalahannya dengan akurat, dimana data yang penulis observasi pada
objek penelitian diolah dengan pengujian statistik kasus dua sampel yang
saling berhubungan.
2. Korelasi Pearson
Menurut Dwi Priyatno (2008:53) korelasi adalah metode untuk
mengetahui tingkat keeratan hubungan dua peubah atau lebih yang
digambarkan oleh besarnya koefisien korelasi. Korelasi Pearson adalah
suatu bentuk rumus yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua
variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Di mana
45
variabel bebas ini merupakan pemberian dari hasil suatu observasi
sehingga variabel bebas tersebut tidak lagi Random atau acak, untuk
penelitian lebih lanjut perlu dilakukan uji kerandoman data sampel.
( )( )( ) ( )2222 ∑∑∑ ∑ −−
ΣΣ−Σ=
YYnXXn
YXXYnr
Keterangan:
r = Koefisien korelasi yang dicari
Σxy = Jumlah perkalian variabel x dan y
Σx = Jumlah nilai variabel x
Σy = Jumlah nilai variabel y
Σx² = Jumlah pangkat dua nilai variabel x
Σy² = Jumlah pangkat dua nilai variabel y
n = Banyaknya sampel
Untuk mengukur seberapa besar hubungan yang terjadi menurut
Duwi (2008:54) dapat diukur dengan standar yang dimana apabila hasil
korelasi mendekati nilai 1,000 maka dapat dikatakan bahwa korelasi yang
terjadi antar variabel sangat kuat. Berikut standar korelasi:
0,00-0,199 = Sangat Rendah
0.20-0,399 = Rendah
0,40-0,599 = Sedang
0,60-0,799 = Kuat
0,80-1,000 = Sangat Kuat
46
E. Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian
variabel yang digunakan dalam penulisan. Hal ini diperlukan agar ada
kesamaan makna atas suatu variabel yang mungkin mempunyai makna ganda
(Abdul Hamid:2007:33).
1. Pendapatan Asli daerah
Pendapatan asli daerah atau disingkat dengan PAD merupakan
hasil pendapatan yang didapat oleh suatu daerah untuk membiayai seluruh
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah setempat. Sedangkan
menurut Elita Dewi, 2002 Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan
yang diterima oleh setiap daerah yang terdiri dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan
asli daerah sendiri terdiri dari beberapa sumber pendapatan diantaranya
yaitu:
a. Pajak daerah
UU No 28 Tahun 2009 menyebutkan pajak daerah adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai menyelenggarakan pemerintahan daerah
dan pembangunan daerah. Pajak daerah terdiri diantaranya yaitu:
47
1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) Pajak penerangan jalan
6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C
7) Pajak pemanfaatan air bawah tanah
b. Retribusi daerah
Menurut UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah menyatakan retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU No 28 tersebut
retribusi daerah terdiri dari:
1) Retribusi jasa umum yang bertujuan memberikan pelayanan untuk
kepentingan dan kemanfaatan umum
2) Retribusi jasa usaha yaitu pelayanan yang disediakan pemerintah
dengan prinsip komersial, dan
3) Retribusi perizinan tertentu yaitu pemerintah daerah memberikan
perizinan tertentu kepada orang pribadi atau badan untuk
memanfaatkan atau menggunakan salah satu fasilitas daerah guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
48
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan
Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian
keuntungan atau laba bersih perusahaan daerah yang berupa
pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang
disetor ke kas daerah, baik bagi perusahaan daerah yang modalnya
untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan
maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari
kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk
hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain
bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah (Strategi
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah:2010).
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah hasil daerah
yang diperoleh dari usaha di luar kegiatan dan pelaksanaanya tugas
daerah. Undang-undang No 25 Tahun 1999 menyebutkan lain-lain
pendapatan yang sah yaitu:
1) Hibah
2) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan
3) Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah
4) Penerimaan Jasa Giro
49
50
2. Infastruktur Pembangunan Daerah
Dalam sebuah artikel berjudul Percepatan Pembangunan
infrastruktur, Infrastruktur mempunyai peran yang penting dalam
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta diyakini sebagai
pemicu pembangunan suatu kawasan. Dalam kepemerintahan Kabupaten
Pemalang, infrastruktur pembangunan daerahnya meliputi diantaranya:
a. Dinas pendidikan, yaitu dana yang digunakan dalam rangka
memperbaiki fasilitas dalam menunjang pendidikan, seperti:
pembangunan sekolah, pembangunan ruang kelas, perpustakaan,
laboratorium dan perpustakaan.
b. Dinas kesehatan, yaitu dana yang digunakan untuk memperbaiki
sistem serta fasilitas rumah sakit untuk kenyamanan dalam
pelayanannya, seperti: pembangunan puskesmas, pengadaan sarana
dan prasarana posyandu, dan pambangunan untuk peningkatan sarana
dan prasarana RSUD
c. Dinas pekerjaan umum, yaitu dana yang digunakan untuk
memperbaiki fasilitas daerah sampai kepelosok desa guna menunjang
kepentingan umum, seperti: pembangunan jalan dan jembatan, saluran
drainase, pembangunan infrastruktur desa, dan lain-lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis Kabupaten Pemalang
Kabupaten Pemalang merupakan salah satu wilayah di Propinsi
Jawa Tengah yang terletak di utara Jawa Tengah bagian barat sekitar 140
Km dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten
Pemalang terletak diantara 109º 17´ 30" Bujur Timur dan 8º 52´ 30" – 7º
20´ 11´ Lintang Selatan dengan batas-batas administrasi Kabupaten
Pemalang adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Pekalongan
Sebelah Selatan : Kabupaten Purbalingga
Sebelah Barat : Kabupaten Tegal
Luas wilayah Kabupaten Pemalang 111.530,570 Ha atau 1.115,31
Km², Kabupaten Pemalang terdiri dari 14 Kecamatan dan 11 Kelurahan
serta 211 Desa dengan perincian sebagai berikut: Kecamatan Pemalang, 13
desa dan 7 kelurahan; Kecamatan Taman, 19 Desa dan 2 Kelurahan;
Kecamatan Petraukan, 19 Desa dan 1 Kelurahan; Kecamatan Comal, 17
Desa dan 1 Kelurahan; Kecamatan Ampelgading, 16 Desa; Kecamatan
Bodeh, 19 Desa; Kecamatan Randudongkal, 18 Desa; Kecamatan
51
Bantarbolang, 17 Desa; Kecamatan Moga, 10 Desa; Kecamatan Belik, 12
Desa; Kecamatan Watukumpul, 15 Desa; Kecamatan Pulosari, 12 Desa;
Kecamatan Warungpring, 6 Desa.
Wilayah Kabupaten Pemalang yang seluas 111.530,570 Ha. Seluas
38.694,216 Ha dari seluruh luas daerah merupakan tanah Sawah;
Bangunan dan sekitarnya 14.875,200 Ha; Tegalan/kebun 17.951,975 Ha;
Ladang/huma 233,091 Ha; Tambak/kolam 1.451,54 Ha; Hutan 29.972,88
Ha; Perkebunan 774,21 Ha; Lain-lain 10.006,54 Ha.
Secara umum wilayah Kabupaten Pemalang beriklim tropis suhu
rata-rata dengan suhu minimum 26,05º C dan maksimum 27,53º C.
Penyebaran curah hujan di Kabupaten pemalang adalah sebagai berikut:
a. 2000 – 3000 mm/tahun, meliputi wilayah pantai, Kecamatan Pemalang,
Taman, Ampelgading, Petarukan, Comal dan Ulujami
b. 3000 – 4000 mm/tahun, meliputi wilayah:
Kecamatan Randudongkal, Bantarbolang, Bodeh, Watukumpul.
c. 4000 – 5000 mm/tahun meliputi wilayah:
Kecamatan Pulosari dan Watukumpul
d. Lebih dari 6000 mm/tahun, meliputi wilayah:
Kecamatan Moga dan Watukumpul
52
2. Perekonomian Daerah
Struktur perekonomian Kabupaten Pemalang masih didominasi
oleh sektor pertanian dalam arti luas, yang meliputi sektor pertanian
tanaman pangan/perkebunan, peternakan dan perikanan. Sektor yang
memberikan kontribusi terbesar kedua setelah pertanian adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Selanjutnya kontribusi terbesar ketiga
adalah sektor industri pengolahan.
Struktur perekonomian Kabupaten Pemalang terus mengalami
pergeseran meskipun tingkat perubahannya relatif kecil dan lambat.
Dominasi sektor primer (pertanian) dalam perekonomian akibat kurang
berkembangnya sektor industri, perdagangan dan jasa pada pasca krisis.
Pergeseran struktur ekonomi dapat teridentifikasi dari perubahan peranan
dan kontribusi antara primer, sekunder dan tersier. Kedepan Kabupaten
Pemalang mengharapkan pendapatan perkapita terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan pendapatan perkapita Jawa Tengah yang diikuti
dengan pemerataan pendapatan yang makin baik, dengan meniadakan
ketimpangan baik antar wilayah, antar kecamatan maupun antar desa-kota.
3. Prasarana dan Sarana Daerah
Sampai dengan saat ini, Kabupaten Pemalang telah berhasil
membangun infrastruktur yang sangat memadai untuk mendukung
berbagai kegiatan pembangunan dan investasi. Sarana dan prasarana
(infrastruktur) tersebut antara lain berupa jalan beraspal sampai pelosok
53
daerah, terminal bus, sejumlah pasar, maupun pasar agropolitan di desa
Gombong Kecamatan Belik.
Sesuai dengan posisi wilayah, Kabupaten Pemalang dilalui oleh
jalan arteri primer (jalan Negara) yang menghubungkan Provinsi Jawa
Barat dan Provinsi Jawa Timur, jalan ini sangat penting karena orientasi
perhubungan dan perkembangan wilayah mengarah kejalan arteri ini. Jalur
jalan arteri primer juga dihubungkan dengan jalan kearah selatan (Jalan
Provinsi) yang menuju kewilayah Jawa Tengah bagian selatan, juga
adanya jalan-jalan sekunder (Kabupaten) maupun jalan lain yang
menghubungkan pusat-pusat kecamatan dengan wilayah disekitarnya.
Perbaikan dalam infrastruktur pembangunan pada Kabupaten
Pemalang juga dapat dilihat pada dinas pekerjaan umum yang sesuai
laporannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
2006-2011 menyatakan pencapaian yang telah dilakukan sampai tahun
2010 adalah sebagai berikut:
a. Program pembangunan jalan dan jembatan, dengan indikator
pertumbuhan jalan-jalan baru baik jalan kabupaten maupun jalan desa
sebesar 1,5% pertahun.
b. Program rehabilitasi jalan atau jembatan, dengan indikator tes dan
pemeliharaan jalan kabupaten/desa mengalami pengurangan persentase
kerusakan jalan-jalan kondisi rusak berat berkurang dari 40% menjadi
20%.
54
c. Program pembangunan saluran drainase, dengan indikator
pertumbuhan saluran drainase dan gorong-gorong sebesar 5%
pertahun.
d. Program pengembangan dan pengolahan irigasi, rawa dan jaringan
pengairan lainnya, dengan indikator pengembangan dan
pengolahannya meningkat 5% pertahun.
e. Program penyediaan dan pengelolaan air baku, dengan indikator
meningkatnya kualitas aliran dan pusaran air baku 10% pertahun,
meningkatnya volume dan distribusi air baku 10% pertahun.
f. Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau
dan sumber daya lainnya, dengan indikator berkurangnya kawasan
kritis di daerah tangkapan sungai 5% pertahun, meningkatnya
konservasi air tanah dan sumber air 5% pertahun, dan 60% sungai dan
waduk berfungsi dengan baik.
g. Program pengembangan kinerja, pengelolaan air minum dan air
limbah, dengan indikator 20% prasarana dan sarana air minum bagi
masyarakat berpenghasilan rendah meningkat, dan sarana serta
prasarana pengelolaan limbah meningkat 10%.
h. Program pengendalian banjir, dengan indikator resiko terjadinya banjir
berkurang 30%.
i. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, dengan
indikator 30% wilayah strategis dan cepat tumbuh berkembang.
55
56
j. Program pembangunan infrastruktur pedesaan, dengan indikator
pertumbuhan infrastruktur pedesaan dalam mendukung produktifitas
masyarakat desa meningkat sebesar 20%.
4. Pemerintahan Daerah Kabupaten Pemalang
Penyelenggaran pemerintahan daerah Kabupaten Pemalang adalah
Pemerintah Kabupaten Pemalang dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Pemalang. Pemerintah Kabupaten Pemalang terdiri
atas bupati dan Perangkat Daerah yang meliputi Sekretariat Daerah, Dinas
Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan Kelurahan sebagai
penyelenggaran pemerintahan. Hubungan antara pemerintah daerah dan
DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat
kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga
pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar,
keduanya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam pembuatan
kebijakan daerah berupa peraturan daerah. Hubungan kemitraan bermakna
bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra kerja
dalam membuat kebijakan daerah untuk pelaksanaan desentralisasi sesuai
dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu
membangun suatu hubungan kerja yang bersifat saling mendukung bukan
merupakan lawan atau pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi
masing-masing.
Gambar 4.1 Pola Organisasi Pemerintah Kabupaten Pemalang
Garis Komando
Garis pertanggungjawaban
Garis koordinasi
BUPATI
WAKIL
SEKRETARIAT DAERAH (unsur staf)
STAF AHLI
LEMBAGA LAIN (pelaksanaan per UU)
LEMTEKDA DINAS DAERAH
KECAMATAN SEKRETARIAT DPRD
DPRD
KELURAHAN 57
Dari tabel diatas pola Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten
Pemalang sesuai dengan implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah menggambarkan
hubungan yang bersifat hirarkis maupun koordinasi penyelenggaraan
pemerintah daerah.
5. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Pemalang mempunyai kedudukan yaitu merupakan unsur
pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah yang dipimpin oleh seorang kepala Bupati
melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Pemalang.
Tugas pokok dari DPPKAD yaitu melaksanakan kewenangan
otonomi daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah. Adapun fungsi DPPKAD, yaitu:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah
b. Pelaksanaan pelayanan penunjang penyelenggaran Pemerintah Daerah
di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah
c. Pelaksanaan penyusunan rencana program, monitoring dan evakuasi di
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah
d. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
58
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Badan perencanaan pembangunan daerah merupakan unsur
penunjang Pemerintah Kabupaten dibidang perencanaan pembangunan
daerah yang dipimpin oleh seorang kepala, yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
Pemalang.
Badan perencanaan pemabngunan memiliki fungsi yaitu untuk
membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah dibidang
perencanaan pembangunan daerah. Sedangkan fungsi dari lembaga
BAPPEDA yaitu:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan pembangunan
daerah, statistik dan penanaman modal
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah,
statistik dan penanaman modal
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan
daerah, statistik dan penanaman modal
d. Pelaksanaan penyusunan perencanaan rencana dan program,
monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan
pembangunan daerah, statistik, dan penanaman modal
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
59
B. Hasil dan Pembahasan
1. Korelasi Pearson
Korelasi Pearson merupakan korelasi sederhana yang biasa
dilakukan pada sampel yang relatif kecil atau sederhana yang mengaitkan
dua variabel untuk mengukur hubungan diantara keduanya. Korelasi
dilakukan pada Pendapatan Asli Daerah dengan infrastruktur
pembangunan yang ada di Kabupaten Pemalang, penelitian akan korelasi
tersebut diambil dari data Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal
daerah untuk infrastruktur pembangunan daerah dalam APBD selama tiga
tahun yaitu dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Korelasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar atau kuat hubungan antara kedua variabel yaitu
antara Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah
di Kabupaten Pemalang.
Berikut akan disajikan data-data yang berhubungan dengan
penelitian berserta hasil dari penelitian antara pendapatan asli daerah dan
infrastruktur pembangunan daerah pertahun dari tahun 2007 sampai tahun
2009 dan hasil korelasi secara keseluruhan selama tiga tahun:
60
Tabel 4.1. Pendapatan Asli Daerah
Uraian 2007
(Rp)
PAJAK DAERAH
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Sarang Burung Walet
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PERUSAHAAN MILIK DAERAH DAN HASIL
PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH
1. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah
2. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
TOTAL
108.865.050
83.615.700
47.732.888
334.576.483
8.388.328.215
56.310.600
8.251.900
265.100.000
32.179.733.471
939.192.680
1.888.752.577
11.566.879.444
55.867.339.008
Sumber: Dispenda Pemalang
61
Tabel 4.2 Infrastruktur Pembangunan Daerah
Uraian 2007 (Rp)
A. Dinas Pendidikan 1. Pembangunan sekolah untuk usia dini 2. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP 3. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar 4. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs 5. Pembangunan gedung sekolah menengah 6. Penambahan ruang kelas menengah 7. Pembangunan labroratorium dan ruang pratikum untuk sekolah
menengah 8. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah
B. Dinas Kesehatan 1. Pembangunan puskesmas 2. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu 3. Program untuk peningkatan sarana dan prasarana RSUD
C. Dinas Pekerjaan Umum 1. Pembangunan jalan dan jembatan 2. Pembangunan saluran drainase 3. Pembangunan/peningkatan infrastruktur 4. Pembangunan infrastruktur desa 5. Pembangunan jaringan air bersih/air minum 6. Pembangunan sumur-sumur air tanah 7. Perbaikan perumahan karena bencana alam 8. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat 9. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya
D. Dinas Perhubungan 1. Pembangunan gedung terminal 2. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi 3. Pembangunan parkir dan rest area 4. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang
menimbulkan polusi TOTAL
530.147.000 604.423.200 427.800.000
5.136.000.000 794.500.000 633.848.400 604.500.000
465.000.000
2.076.102.000
48.000.000 16.567.411.000
23.543.961.800
484.400.000 8.019.528.000
825.000.000 750.000.000 275.000.000 90.000.000
--
--
33.000.000 99.900.000
62.008.521.400
Sumber: BAPPEDA Pemalang
62
Pada tahun 2007 data pendapatan asli daerah dan infrastruktur
pembangunan daerah jelas terlihat bahwa pada tahun tersebut lebih besar
total pengeluaran untuk pembangunannya, hal ini dapat terjadi karena
banyak pendapatan di luar Pendapatan Asli daerah yang pada tahun 2007
memiliki kontribusi sehingga pembangunan dapat dilaksanakan seperti
dari Dana Alokasi Umum (DAU). Dari data tersebut sehingga dapat
diambil hubungan atau korelasi untuk tahun 2007 yaitu:
Tabel 4.3 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
pendapatan asli daerah Pearson Correlation 1 -.148
Sig. (2-tailed) .852
N 4 4
infrastruktur pembangunan
daerah
Pearson Correlation -.148 1
Sig. (2-tailed) .852
N 4 4
Sumber: Olah Data SPSS
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) di dapat korelasi antara
Pendapatan Asli daerah dengan Infrastruktur pendapatan daerah adalah
-0,148. Hal ini menunjukan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah.
Sedangkan arah hubungan adalah negatif, ini berarti menunjukan bahwa
Pendapatan Asli Daerah jauh lebih rendah daripada Infrastruktur
Pembangunan Daerah.
63
Tabel 4.4 Pendapatan Asli Daerah
Uraian 2008
(Rp)
PAJAK DAERAH
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian
Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Sarang Burung Walet
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PERUSAHAAN MILIK DAERAH DAN
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH
1. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah
2. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG
SAH
TOTAL
160.750.150
89.898.100
50.505.900
412.933.450
9.318.122.835
51.093.200
10.966.900
230.400.000
35.496.806.899
770.000.000
2.898.628.919
17.392.144.267
66.882.900.620
Sumber: Dispenda Pemalang
64
Tabel 4.5 Infrastruktur Pembangunan Daerah Uraian 2008
(Rp) B. Dinas Pendidikan
1. Pembangunan sekolah untuk usia dini 2. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP 3. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar 4. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs 5. Pembangunan gedung sekolah menengah 6. Penambahan ruang kelas menengah 7. Pembangunan labroratorium dan ruang pratikum untuk
sekolah menengah 8. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah
C. Dinas Kesehatan 1. Pembangunan puskesmas 2. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu 3. Program untuk peningkatan sarana dan prasarana RSUD
C. Dinas Pekerjaan Umum 1. Pembangunan jalan dan jembatan 2. Pembangunan saluran drainase 3. Pembangunan/peningkatan infrastruktur 4. Pembangunan infrastruktur desa 5. Pembangunan jaringan air bersih/air minum 6. Pembangunan sumur-sumur air tanah 7. Perbaikan perumahan karena bencana alam 8. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat 9. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya
D. Dinas Perhubungan 1. Pembangunan gedung terminal 2. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi 3. Pembangunan parkir dan rest area 4. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang
menimbulkan polusi
TOTAL
-------
-
2.260.500.000-
10.640.849.500
7.628.310.000 500.000.000
4.746.377.000 3.539.251.000
295.000.000 215.000.000
--
260.000.000
120.000.000 245.862.000
--
30.451.149.500Sumber: BAPPEDA Pemalang
65
Pada tahun 2008 pendapatan dari PAD jauh lebih besar dari pada
pengeluaran untuk pembangunan daerah, hal tersebut disebabkan karena
semkin baiknya sistem pemungutan pajak daerahnya sehingga bila
dibandingkan dengan tahun lalu pendapatan asli daerah tahun 2008 jauh
lebih besar. Dari data tahun 2008 berikut korelasi yang terjadi.
Tabel 4.6 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
pendapatan asli daerah Pearson Correlation 1 .825
Sig. (2-tailed) .382
N 4 3
infrastruktur pembangunan
daerah
Pearson Correlation .825 1
Sig. (2-tailed) .382
N 3 3
Sumber: Olah Data SPSS
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) diperoleh korelasi antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah adalah
0,825. Hal ini menunjukan bahwa hubungan yang terjadi sangat kuat
antara kedua variabel. Sedangkan arah hubungan adalah positif, yang
berarti semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah maka semakin meningkat
Infrastruktur Pembangunan Daerah.
66
Tabel 4.7 Pendapatan Asli Daerah
Uraian 2009
(Rp)
PAJAK DAERAH
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian
Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Sarang Burung Walet
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PERUSAHAAN MILIK DAERAH DAN HASIL
PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH
1. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah
2. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG
SAH
TOTAL
169.348.487
161.193.508
31.190.500
367.502.680
10.780.814.060
67.744.500
14.449.500
190.270.000
39.554.382.955
1.877.363.682
3.892.290.828
24.660.623.928
81.767.174.628
Sumber: Dispenda Pemalang
67
Tabel 4.8 Infrastruktur Pembangunan Daerah
Uraian 2009 (Rp)
A. Dinas Pendidikan 1. Pembangunan sekolah untuk usia dini 2. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP 3. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar 4. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs 5. Pembangunan gedung sekolah menengah 6. Penambahan ruang kelas menengah 7. Pembangunan labroratorium dan ruang pratikum
untuk sekolah menengah 8. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah
B. Dinas Kesehatan 1. Pembangunan puskesmas 2. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu 3. Program untuk peningkatan sarana & prasarana
RSUD C. Dinas Pekerjaan Umum
1. Pembangunan jalan dan jembatan 2. Pembangunan saluran drainase 3. Pembangunan/peningkatan infrastruktur 4. Pembangunan infrastruktur desa 5. Pembangunan jaringan air bersih/air minum 6. Pembangunan sumur-sumur air tanah 7. Perbaikan perumahan karena bencana alam 8. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana
sehat 9. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya
D. Dinas Perhubungan 1. Pembangunan gedung terminal 2. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi 3. Pembangunan parkir dan rest area 4. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair
yang menimbulkan polusi
TOTAL
869.268.000 441.000.000
1.057.500.000-
1.323.000.000 525.000.000 425.000.000
-
4.868.300.000-
4.876.614.000
9.450.000
310.000.000 1.516.053.000 1.033.000.000 3.961.700.000
--
112.930.000
752.400.000
835.000.000 - --
22.916.215.000
Sumber: BAPPEDA Pemalang
68
Pada tahun 2009 tingkat pendapatan yang digunakan untuk
pembangunan daerah masih relatif besar, dibandingkan dengan tahun lalu
pada Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dari sisi pajak daerah
mengalami peningkatan yang cukup besar, hal ini menunjukan bahwa
pajak daerah telah mengalami perbaikan sehingga dapat dipungut dengan
maksimal. Dari data 2009 dapat berikut adalah korelasi yang terjadi
Tabel 4.9 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
Pendapatan Asli Daerah Pearson Correlation 1 .694
Sig. (2-tailed) .512
N 4 3
Infrastruktur Pembangunan
Daerah
Pearson Correlation .694 1
Sig. (2-tailed) .512
N 3 3
Sumber: Olah Data SPSS
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) diperoleh korelasi antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah adalah
0,694. Hal ini menunjukan hubungan yang terjadi kuat antara Pendapatan
Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan daerah. Sedangkan arah
hubungan adalah positif, yang berarti menunjukan hubungan semakin
tinggi Pendapatan Asli Daerah maka akan semakin meningkat
Infrastruktur Pembangunan Daerahnya.
Bila dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2008,
korelasi yang terjadi menurun dari 0,825 menjadi 0,694 hal ini disebabkan
69
karena pada tahun 2009, pembangunan yang terjadi jauh lebih banyak dari
pembangunan di tahun 2008 yaitu dalam dinas pendidikan, pada tahun
2008 tidak ada pembangunan di dinas pendidikan karena dirasa masih
cukkup dan tidak membutuhkan pembangunan, namun di tahun 2009
pembangunan di dinas pendidikan diadakan kembali sehingga hal tersebut
mengakibatkan total pembangunan di tahun 2009 jauh lebih kecil dari
tahun 2008 dan hal tersebut juga menunjukan bahwa korelasi yang terjadi
kurang baik karena semakin menurun tingkat kekuatannya.
Berikut akan disajikan hasil uji statistik korelasi selama tiga tahun
secara keseluruhan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan yang terjadi
selama tiga tahun:
Tabel 4.10 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
Pendapatan Asli Daerah Pearson Correlation 1 .048
Sig. (2-tailed) .883
N 12 12
Infrastruktur Pembangunan
Daerah
Pearson Correlation .048 1
Sig. (2-tailed) .883
N 12 12
Sumber: Olah Data SPSS
Dari hasil olah data SPSS, menunjukan untuk korelasi antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastuktur Pembangunan Daerah secara
keseluruhan selama tiga tahun dapat dilihat bahwa hasil dari uji korelasi
70
71
menunjukan hubungan yang terjadi sangat rendah yaitu sebesar 0,048 nilai
tersebut masih menjauhi dari nilai 1 yang menunjukan bahwa antar
variabel memiliki keterkaitan yang sangat kuat, sedangkan hubungan yang
terjadi antara Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan
Daerah menunjukan nilai yang masih jauh dari dari nilai tersebut sehingga
menunjukan bahwa keterkaitan hubungan diantara keduanya masih sangat
rendah.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap hubungan antara Pendapatan
Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah pada Kabupaten Pemalang selama
tiga tahun dan hasil dari uraian analisis serta pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dilihat dari sumber pendapatan yang diterima oleh daerah, sebagian besar pendapatan
tersebut di gunakan untuk membiayai pembangunan daerah seperti contohnya pada pajak
daerah yang dipungut dari masyarakat, menurut beberapa penelitain terdahulu
menyatakan bahwa pajak daerah memiliki kontribusi kuat dalam pembangunan daerah.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah memiliki hubungan
dengan infrastruktur pembangunan daerah pada Kabupaten Pemalang.
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi maka
didapat hasil selama tiga yaitu pada tahun 2007 total pendapatan jauh lebih kecil daripada
pengeluarannya sehingga mengakibatkan hubungan yang terjadi antara keduanya sebesar
-0,148, hal ini menunjukan hubungan yang sangat rendah diantara kedua variabel lalu
pada tahun 2008 hubungan tersebut menaik sebesar 0,825, hal ini menunjukan hubungan
yang semakin menguat antara kedua variabel karena Pemerintah Daerah dari Kabupaten
Pemalang mulai dapat menarik pendapatannya dengan lebih baik, walau pada tahun 2009
hubungan antara keduanya mengalami penurunan menjadi 0,694 namun masih dapat di
kategorikan sebagai hubungan yang kuat, hal tersebut dapat terjadi karena meski pada
tahun 2009 pendapatan Asli Daerah menaik namun infrastruktur yang dibangun pada
72
tahun tersebut jauh lebih kecil di banding tahun sebelummnya. Namun apabila dilihat
hubungan secara keseluruhan selama tiga tahun, hubungan yang terjadi antara Pendapatan
Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan daerah masihlah sangat rendah yaitu
sebesar 0.048.
B. Implikasi
Kedua variabel yang saling berhubungan yaitu: Pendapatan Asli Daerah dan
Infrastruktur Pembangunan Daerah, baik secara masing-masing ataupun bersama-sama kedua
variabel memiliki keterkaitan hubungan yang kuat. Dengan adanya Pendapatan Asli Daerah
maka Kabupaten Pemalang dapat membiayai pembangunan daerahnya, dan dengan
diadakannya Infrastruktur Pembangunan Daerah maka mendorong Pemerintah daerah untuk
lebih memaksimalkan pendapatan daerahnya, sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten
Pemalang dapat semakin memajukan dan mengembangkan daerahnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka penulis mengajukan saran-saran dengan harapan dapat
memberikan manfaat serta alternatif pemecahan atau mengatasi masalah yang dihadapi oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang
Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang hendaknya mengoptimalkan
upayanya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, dengan jalan dapat
meningkatkan SDM yang berhubungan dengan Pendapatan Asli Daerah. Selain itu
peningkatan dalam pajak daerahnya karena pajak merupakan sumber pendapatan terbesar
bagi suatu daerah.
2. Bagi Peneliti
73
74
Para peneliti diharapkan dapat mengembangkan dan meneliti lebih lanjut tentang
hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini masyarakat mengetahui hal-hal yang menjadi
sumber-sumber pendapatan daearah dimana salah satunya adalah Pendapatan Asli Daerah
yang digunakan untuk membiayai Infrastruktur Pembangunan Daerah Kabupaten
Pemalang.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Priyo Hari, “Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja
Pembangunan dan PAD” (studi kasus kota/kabupaten se Jawa-Bali), 2004. Bachrul Elmi, “Keuangan Pemerintah Daerah Otonomi di Indonesia”, Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 2002.
BAPPENAS, “Percepatan Pembangunan Infrastruktur”, Bagian IV, 2008. B. Ricson Simarmata, “Strategi Pembangunan Daerah: Bagaimana Pemerintah
Daerah Seharusnya?”, 2008.
Dewi Elita, “Identifikasi Sumber-sumber PAD dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Digilib USU, 2002.
Ermaya Suradinata, “Manajeman Pemerintah dan Otonomi Daerah”, Bandung:
Ramadhan, 1998.
Josef Riwu Kaho, “Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia: Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi Daerah”, Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 1991.
Lutfi Achmad, “Evolusi Penarikan Pajak Daerah di Indonesia: Suatu Tinjauan Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pajak Daerah Di Indonesia”, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Universitas Indonesia, 2006.
Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Andi Ofset, 2009.
Mitra Pustaka UNTIRTA: “Strategi Meningkatkan PAD”, 2010.
Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 tahun 2009, Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Pemalang tahun 2006-2011.
Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Otonomi pada Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Peratutan Pemerintah No 66 Tahun 2001 Tentang Jenis-jenis Retribusi Daerah.
75
76
Priyatno Duwi, 2008, “Mandiri Belajar SPSS (statistical Product and Service Solution untuk Analisis Data & Uji Statistik”), cetakan ke 2, Yogyakarta: Media Kom, 2008.
Profil Kelembagaan ( perangkat daerah Kabupaten Pemalang ). SETDA Kabupaten Pemalang 2009
R Sitompul, “Keuangan Negara”, Jakarta: Erlangga, 1996.
Saiful Rahman Yuniarto, “Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah”, Jakarta, 2009.
Sofwani Ahmad, “Mobilisasi sumber-sumber PAD dalam rangka pembangunan daerah” (studi kasus kabupaten Muara Enim), 2002.
Solihin Dadang, “Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses”, Jakarta, 2005.
Suandy Erly, “Perpajakan”, Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Susanto, “Kontribusi PAD Terhadap Besarnya Belanja Pembangunan Daerah” (studi kasus Kota Pemalang), 2005.
Umar Husein, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, PT Raja Grasindo Persada, Jakarta, 2008.
Undang-Undang No 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang No 25 Tahun 1999 Tentang Lain-lain PAD yang Sah. Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Daerah Otonom. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah. Undang-Undang No 38 Tahun 2007 Tentang pembagian urusan pemerintahan
antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Wikipedia, “Otonomi Daerah di Indonesia”, 2010. www.bataviase.co.id, “Benahi Infrastruktur Daerah Tertingga”, Business News,
2009.
Tabel 4.2 Infrastruktur Pembangunan Daerah
Uraian 2007 (Rp)
A. Dinas Pendidikan 1. Pembangunan sekolah untuk usia dini 2. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP 3. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar 4. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs 5. Pembangunan gedung sekolah menengah 6. Penambahan ruang kelas menengah 7. Pembangunan labroratorium dan ruang pratikum untuk sekolah
menengah 8. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah
B. Dinas Kesehatan 1. Pembangunan puskesmas 2. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu 3. Program untuk peningkatan sarana dan prasarana RSUD
C. Dinas Pekerjaan Umum 1. Pembangunan jalan dan jembatan 2. Pembangunan saluran drainase 3. Pembangunan/peningkatan infrastruktur 4. Pembangunan infrastruktur desa 5. Pembangunan jaringan air bersih/air minum 6. Pembangunan sumur-sumur air tanah 7. Perbaikan perumahan karena bencana alam 8. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat 9. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya
D. Dinas Perhubungan 1. Pembangunan gedung terminal 2. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi 3. Pembangunan parkir dan rest area 4. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang
menimbulkan polusi TOTAL
530.147.000 604.423.200 427.800.000
5.136.000.000 794.500.000 633.848.400 604.500.000
465.000.000
2.076.102.000
48.000.000 16.567.411.000
23.543.961.800
484.400.000 8.019.528.000
825.000.000 750.000.000 275.000.000 90.000.000
--
--
33.000.000 99.900.000
62.008.521.400
Sumber: BAPPEDA Pemalang
Tabel 4.5 Infrastruktur Pembangunan Daerah Uraian 2008
(Rp) A. Dinas Pendidikan
1. Pembangunan sekolah untuk usia dini 2. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP 3. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar 4. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs 5. Pembangunan gedung sekolah menengah 6. Penambahan ruang kelas menengah 7. Pembangunan labroratorium dan ruang pratikum untuk
sekolah menengah 8. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah
B. Dinas Kesehatan 1. Pembangunan puskesmas 2. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu 3. Program untuk peningkatan sarana dan prasarana RSUD
B. Dinas Pekerjaan Umum 1. Pembangunan jalan dan jembatan 2. Pembangunan saluran drainase 3. Pembangunan/peningkatan infrastruktur 4. Pembangunan infrastruktur desa 5. Pembangunan jaringan air bersih/air minum 6. Pembangunan sumur-sumur air tanah 7. Perbaikan perumahan karena bencana alam 8. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat 9. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya
C. Dinas Perhubungan 1. Pembangunan gedung terminal 2. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi 3. Pembangunan parkir dan rest area 4. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang
menimbulkan polusi
TOTAL
-------
-
2.260.500.000-
10.640.849.500
7.628.310.000 500.000.000
4.746.377.000 3.539.251.000
295.000.000 215.000.000
--
260.000.000
120.000.000 245.862.000
--
30.451.149.500Sumber: BAPPEDA Pemalang
Tabel 4.8 Infrastruktur Pembangunan Daerah
Uraian 2009 (Rp)
A. Dinas Pendidikan 1. Pembangunan sekolah untuk usia dini 2. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP 3. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar 4. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs 5. Pembangunan gedung sekolah menengah 6. Penambahan ruang kelas menengah 7. Pembangunan labroratorium dan ruang pratikum
untuk sekolah menengah 8. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah
B. Dinas Kesehatan 1. Pembangunan puskesmas 2. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu 3. Program untuk peningkatan sarana & prasarana
RSUD C. Dinas Pekerjaan Umum
1. Pembangunan jalan dan jembatan 2. Pembangunan saluran drainase 3. Pembangunan/peningkatan infrastruktur 4. Pembangunan infrastruktur desa 5. Pembangunan jaringan air bersih/air minum 6. Pembangunan sumur-sumur air tanah 7. Perbaikan perumahan karena bencana alam 8. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana
sehat 9. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya
D. Dinas Perhubungan 1. Pembangunan gedung terminal 2. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi 3. Pembangunan parkir dan rest area 4. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair
yang menimbulkan polusi
TOTAL
869.268.000 441.000.000
1.057.500.000-
1.323.000.000 525.000.000 425.000.000
-
4.868.300.000-
4.876.614.000
9.450.000
310.000.000 1.516.053.000 1.033.000.000 3.961.700.000
--
112.930.000
752.400.000
835.000.000 - --
22.916.215.000
Sumber: BAPPEDA Pemalang
Rekapitulasi Laporan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 2007 (Dalam Satuan Rupiah)
Uraian Target Anggaran
Setelah Perubahan Tahun 2007
Realisasi Anggaran Sampai Bulan
Desembet Tahun 2007
Selisih Kurang (Lebih)
%
PENDAPATAN 659.965.625.000 686.287.450.612 26.321.825.612 3,99 PENDAPATAN ASLI DAERAH 52.026.512.000 55.867.339.008 3.840.827.008 7,38 Hasil Pajak Daerah 8.295.000.000 9.292.780.836 997.780.836 12,03 Hasil Retribusi Daerah 30.403.460.000 32.179.733.471 1.776.273.471 5,84 Retribusi Jasa Umum 26.110.950.000 27.520.044.915 1.409.094.915 5,40 Retribusi Jasa Usaha 3.754.810.000 3.970.221.903 215.411.903 5,74 Retribusi Perijinan Tertentu 537.700.000 689.466.653 151.766.653 28,23 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.668.592.000 2.827.945.257 159.353.257 5,97 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 10.659.460.000 11.566.879.444 907.419.444 8,51 DANA PERIMBANGAN 567.495.500.000 579.358.400.088 11.862.900.088 2,09 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 40.443.613.000 51.061.711.516 10.618.098.516 26,25
Rekapitulasi Laporan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2008 (Dalam Satuan Rupiah)
Uraian Target Anggaran
Setelah Perubahan Tahun 2008
Realisasi Anggaran Sampai Bulan Desembet
Tahun 2008
Selisih Kurang (Lebih)
%
PENDAPATAN 728.278.846.000 757.055.740.510 28.776.894.510 3,95 PENDAPATAN ASLI DAERAH 53.748.798.000 66.882.900.620 13.134.102.620 24,44 Hasil Pajak Daerah 8.669.000.000 10.324.670.535 1.655.670.535 19,10 Hasil Retribusi Daerah 30.041.211.000 35.497.456.899 5.456.245.899 18,16 Retribusi Jasa Umum 27.159.500.000 31.923.007.365 4.763.507.365 17,54 Retribusi Jasa Usaha 2.305.211.000 2.640.961.842 335.750.842 14,56 Retribusi Perijinan Tertentu 576.500.000 933.487.692 356.987.692 61,92 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.238.858.000 3.668.628.919 429.770.919 13,27 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.799.729.000 17.392.144.267 5.592.415.267 47,93 DANA PERIMBANGAN 621.476.077.000 631.081.770.628 9.605.693.628 1,55 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 53.053.971.000 59.091.069.262 6.037.098.262 11,38
Rekapitulasi Laporan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2009 (Dalam Satuan Rupiah)
Uraian Target Anggaran
Setelah Perubahan Tahun 2009
Realisasi Anggaran Sampai Bulan
Desembet Tahun 2009
Selisih Kurang (Lebih)
%
PENDAPATAN 790.930.142.000 829.065.372.640 38.135.230.640 4,82 PENDAPATAN ASLI DAERAH 69.871.265.000 81.767.174.628 11.895.909.628 17,03 Hasil Pajak Daerah 10.596.000.000 11.782.513.235 1.186.513.235 11,20 Hasil Retribusi Daerah 32.030.001.000 39.554.382.955 7.524.381.955 23,49 Retribusi Jasa Umum 27.921.256.000 33.816.778.629 5.895.522.629 21,11 Retribusi Jasa Usaha 3.407.745.000 4.685.383.176 1.277.638.176 37,49 Retribusi Perijinan Tertentu 701.000.000 1.052.221.150 351.221.150 50,10 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5.494.290.000 5.769.654.510 275.364.510 5,01 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 21.750.974.000 24.660.623.928 2.909.649.928 13,38 DANA PERIMBANGAN 680.608.113.000 700.946.926.606 20.338.813.606 2,99 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 40.450.764.000 46.351.271.406 5.900.507.406 14,59
Hasil Korelasi Tahun 2007
Tabel 4.3 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
pendapatan asli daerah Pearson Correlation 1 -.148
Sig. (2-tailed) .852
N 4 4
infrastruktur pembangunan
daerah
Pearson Correlation -.148 1
Sig. (2-tailed) .852
N 4 4
Sumber: Olah Data SPSS
Hasil Korelasi Tahun 2008
Tabel 4.6 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
pendapatan asli daerah Pearson Correlation 1 .825
Sig. (2-tailed) .382
N 4 3
infrastruktur pembangunan
daerah
Pearson Correlation .825 1
Sig. (2-tailed) .382
N 3 3
Sumber: Olah Data SPSS
Hasil Korelasi Tahun 2009
Tabel 4.9 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
Pendapatan Asli Daerah Pearson Correlation 1 .694
Sig. (2-tailed) .512
N 4 3
Infrastruktur Pembangunan
Daerah
Pearson Correlation .694 1
Sig. (2-tailed) .512
N 3 3
Sumber: Olah Data SPSS
Hasil Korelasi dari TAhun 2007-2009
Tabel 4.10 Correlations
Pendapatan Asli
Daerah
Infrastruktur
Pembangunan
Daerah
Pendapatan Asli Daerah Pearson Correlation 1 .048
Sig. (2-tailed) .883
N 12 12
Infrastruktur Pembangunan
Daerah
Pearson Correlation .048 1
Sig. (2-tailed) .883
N 12 12
Sumber: Olah Data SPSS