analisis komputasi perilaku aliran fluida pada airfoil
TRANSCRIPT
ANALISIS KOMPUTASI PERILAKU ALIRAN FLUIDA PADA
AIRFOIL PESAWAT TERBANG DENGAN PERSAMAAN
NAVIER-STOKES
SKRIPSI
CHINDY KHAIRANI
140803004
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KOMPUTASI PERILAKU ALIRAN UDARA PADA
AIRFOIL PESAWAT TERBANG DENGAN PERSAMAAN
NAVIER-STOKES
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Sains
CHINDY KHAIRANI
140803004
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
ANALISIS KOMPUTASI PERILAKU ALIRAN UDARA PADA
AIRFOIL PESAWAT TERBANG DENGAN PERSAMAAN
NAVIER-STOKES
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil saya sendiri, kecuali beberapa
kuitpan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 18 April 2018
Chindy Khairani
140803004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PENGESAHAN
Judul : ANALISIS KOMPUTASI PERILAKU ALIRAN
UDARA PADA AIRFOIL PESAWAT TERBANG
DENGAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES
Kategori : SKRIPSI
Nama : CHINDY KHAIRANI
Nomor Induk Mahasiswa : 140803004
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Disetujui di
Medan, 18 Mei 2018
Ketua Program Studi Pembimbing,
Dr. Suyanto, M.Kom Prof. Dr. Tulus, Vor. Dipl.Math.,M.Si.,PhD
NIP. 19590813 198601 1 002 NIP. 19620901 198803 1 002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
ANALISIS KOMPUTASI PERILAKU ALIRAN FLUIDA PADA AIRFOIL
PESAWAT TERBANG DENGAN PERSAMAAN NAVIER STOKES
ABSTRAK
Model dan bentuk komponen-komponen pesawat terbang mengalami proses
penyempurnaan dari waktu ke waktu. Analisa terhadap proses penyempurnaan dapat
dilakukan dengan metode komputasi. Penggunaaan metode komputasi dianggap
lebih efisien dan memberikan hasil analisa yang lebih baik seiring dengan
berkembangnya metode numerik. Salah satu kegunaan metode komputasi ialah untuk
menganalisa permasalahan fluida. Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap
perilaku aliran fluida disekitar airfoil NACA 2412, NACA 4412 dan NACA 6412.
Pendekatan terhadap perilaku aliran fluida dilakukan dengan persamaan Navier
Stokes dan solusi numerik nya diperoleh melalui Metode Elemen Hingga (MEH).
Melalui simulasi dengan software Comsol 5.2a, dengan variasi sudut serang
diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar sudut serang, maka
semakin besar pula kecepatan maksimum di sekitar airfoil. Apabila dilakukan
perbadingan terhadap ketiga jenis airfoil, maka NACA 6412 memiliki distribusi
kecepatan maksimum paling stabil.
Kata kunci : Fluida, Airfoil, Persamaan Navier Stokes, Metode Elemen Hingga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
COMPUTATIONAL ANALYSIS OF FLUID FLOW BEHAVIOUR AROUND
AIRFOIL WITH NAVIER STOKES EQUATION
ABSTRACT
The model and shape of aircraft components undergo a process of refinement over
time. Analysis of the refinement process can be solved by computational method.
Computational methods are considered more efficient and provide better analysis
results along with the development of numerical methods. One of the uses of
computational methods is to analyze fluid problems. In this study an analysis of fluid
flow behavior around airfoil NACA 2412, NACA 4412 and NACA 6412. The fluid
flow behavior is approached by Navier Stokes equation and its numerical solution is
obtained through Finite Element Method (FEM). Through simulation with Comsol
5.2a, with variation of angle of attack , it is concluded that the
bigger the angle of attack, the bigger the maximum speed around the airfoil. When
comparing the three types of airfoil, the NACA 6412 has the most stable maximum
speed distribution.
Keywords: Fluid, Airfoil, Navier Stokes Equations, Finite Element Method.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
PENGHARGAAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Komputasi Perilaku Aliran Udara Pada Airfoil Pesawat Terbang
Dengan Persamaan Navier Stokes ini dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Tulus,
Vor.Dipl.Math.,M.Si.,PhD selaku pembimbing yang telah memberikan panduan dan
kepercayaan penuh kepada penulis untuk menyempurnakan kajian ini. Ibu Dr. Elvina
Herawati, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc selaku dosen pembanding
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
skripsi ini. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara. Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika
Bapak Dr. Suyanto, M.Kom dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si. Seluruh staf
pengajar dan staf administrasi di lingkungan Departemen Matematika, serta seluruh
civitas akademika di lingkungan Fakultas dan Ilmu Matematika Alam Universitas
Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada kedua orang tua penulis yang
terspesial, Ayahanda Asminun dan Ibunda Sri Haryuni yang telah memberikan
banyak bantuan baik materi, moral maupun spiritual, beserta saudara penulis Ilham
Syahviqry dan keluarga besar penulis.
Tidak terlupakan, ucapan terima kasih kepada Abangda Joseph yang telah
membantu selama proses penyelesaian skripsi ini, serta sahabat-sahabat penulis
Amalia, Caul, Cik, Dieka, Faisal, Gilang, Halimah, Holong, Septian, Yela, Kak
Husrina. Rekan-rekan asisten Laboraturium S1 Matematika FMIPA USU, rekan-
rekan di Ikatan Mahasiswa Matematika Muslim FMIPA USU dan Himpunan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
Mahasiswa Matematika FMIPA USU, serta semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dorongan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini dan berharap ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Medan, Mei 2018
Penulis,
Chindy Khairani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR GRAFIK x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Kontribusi Penelitian 3
1.6 Metodologi Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Fluida 4
2.2 Aliran Laminar dan Turbulen 4
2.3 Bilangan Reynold 5
2.4 Persamaan Navier Stokes 6
2.4.1 Aliran Termampatkan 6
2.4.2 Aliran Tak Termampatkan 7
2.5 Metode Elemen Hingga 7
2.6 Metode Elemen Hingga pada Persoalan Steady-state 9
2.6.1 Persamaan Dasar 9
2.6.2 Diskritisasi Elemen Hingga 11
2.6.3 Turunan Persamaan Aljabar 14
2.7 Formula Weak 16
2.8 Metode Galerkin 18
2.9 Airfoil 20
2.9.1 Konsep Dasar Airfoil 20
2.9.2 Garis Arus dan Fungsi Aliran 21
2.9.3 Potensial Kecepatan 22
2.9.4 NACA 22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN
3.1 Perancangan Geometri 23
3.2 Tahapan Analisis 25
3.2.1 Memaparkan Hubungan Aliran Fluida
dengan Persamaan Navier Stokes 25
3.2.2 Menentukan Kondisi Awal dan batas 26
3.2.3 Simulasi dan Visualisasi dengan Software
Comsol Multiphysics 5.2a 26
3.3 Menyusun Laporan Penelitian dan Membuat
Kesimpulan 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persamaan Diferensial Dalam Dinamika Fluida 29
4.2 Kondisi Batas 31
4.3 Solusi Elemen Hingga 31
4.4 Simulasi dengan Software Comsol Multiphysics 5.2a 32
4.4.1 Simulasi terhadap Airfoil NACA 2412 33
4.4.2 Simulasi terhadap Airfoil NACA 4412 36
4.4.3 Simulasi terhadap Airfoil NACA 6412 40
4.4.4 Perbandingan Distribusi Kecepatan
Maksimum Aliran Fluida pada NACA 2412,
NACA 4412 dan NACA 6412 44
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel Judul Halaman
3.1 Koordinat untuk Geometri NACA 2412 23
3.2 Koordinat untuk Geometri NACA 4412 24
3.3 Koordinat untuk Geometri NACA 6412 24
3.4 Paramater untuk Geometri Domain 25
3.5 Material Properti Udara 25
4.1 Distribusi Kecepatan Maksimum di Sekitar NACA 2412 36
4.2 Distribusi Kecepatan Maksimum di Sekitar NACA 4412 40
4.3 Distribusi Kecepatan Maksimum di Sekitar NACA 2412 43
4.4 Distribusi Kecepatan Maksimum Ketiga Jenis Airfoil
terhadap Sudut Serang 45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar Judul Halaman
2.1 Perubahan Bentuk yang Diakibatkan oleh Gaya Geser yang
Konstan 4
2.2 Domain pada Persoalan Steady-sate 9
2.3 Hubungan Antara (dx, dy) dan dc 11
2.4 Diskritisasi oleh Elemen Hingga 11
2.5 Koordinat dan Tempratur pada Nodal l, m dan n 12
2.6 Nomenklatur Airfoil 20
2.7 Resultan Gaya dan Momen yang Bekerja pada Airfoil 20
2.8 Koefisien Angkat Versus Sudut Serang dengan Garis Arus
pada Sudut Serang Bernilai Rendah dan Tinggi 21
3.1 Domain Aliran Udara 26
3.2 Geometri NACA 2412 27
3.3 Geometri NACA 4412 27
3.4 Geometri NACA 6412 28
4.1 Aliran di Sekitar Silinder Melingkar 30
4.2 Aliran di Sekitar Airfoil 30
4.3 Mesh pada Domain di Sekitar Airfoil NACA 2412 33
4.4 Aliran Udara di Sekitar NACA 2412
a. Sudut Serang 34
b. Sudut Serang 34
c. Sudut Serang 34
d. Sudut Serang 35
e. Sudut Serang 35
4.5 Mesh pada Domain di Sekitar Airfoil NACA 4412 37
4.6 Aliran Udara di Sekitar NACA 4412
a. Sudut Serang 37
b. Sudut Serang 38
c. Sudut Serang 38
d. Sudut Serang 38
e. Sudut Serang 39
4.7 Mesh pada Domain di Sekitar Airfoil NACA 6412 41
4.8 Aliran Udara di Sekitar NACA 6412
a. Sudut Serang 41
b. Sudut Serang 42
c. Sudut Serang 42
d. Sudut Serang 42
e. Sudut Serang 43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Grafik Judul Halaman
4.1 Distribusi Kecepatan Maksimum di Sekitar NACA 2412 36
4.2 Distribusi Kecepatan Maksimum di Sekitar NACA 4412 40
4.3 Distribusi Kecepatan Maksimum di Sekitar NACA 6412 44
4.4 Distribusi Kecepatan Maksimum Ketiga Jenis Airfoil
terhadap Sudut Serang 45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, model dan bentuk pesawat terus mengalami proses
penyempurnaan. Proses penyempurnaan dapat dilakukan melalui pengujian dengan
menggunakan metode. Beberapa metode dapat digunakan untuk melakukan
pengujian terhadap model pesawat, seperti metode eksperimen dan metode
komputasi. Dalam hal ini, metode komputasi dianggap lebih efisien bila
dibandingkan dengan metode eksperimen. Karena, tidak memerlukan ruang yang
besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan waktu pengujian relatif lebih
singkat bila dibandingkan metode eksperimen. Berkembangnya metode numerik juga
menjadikan perhitungan komputasi menghasilkan data yang semakin baik. Salah
satu kegunaan metode komputasi ialah untuk menganalisa permasalahan fluida
dinamis.
Fluida merupakan suatu zat yang dapat mengalir. Fluida dapat berupa zat cair
maupun gas. Suatu fluida dikatakan mengalir apabila zat tersebut bergerak terus
terhadap sekitarnya. Fluida dapat dibagi menjadi 2 yakni, fluida statis dan fluida
dinamis. Fluida statis adalah zat alir yang berada dalam kondisi diam dan tidak
bergerak, seperti air yang diletakan di dalam sebuah gelas. Sedangkan fluida
dinamis adalah zat alir yang bergerak, seperti sistem udara yang terjadi di
persekitaran sayap pesawat terbang. Dalam kaitannya dengan fluida dinamis, pada
penelitiannya Tulus (2015) menyatakan bahwa, “model fluida dinamis diturunkan
dengan menggunakan persamaan Navier-Stokes. Dalam hal ini energi dianggap
sesuatu yang seimbang dan linier. Sehingga simulasi dapat dibangun dengan
menggunakan persamaan Navier-Stokes”.
Persamaan Navier-Stokes merupakan serangkaian persamaan yang
mendeskripsikan bagaimana suatu fluida mengalir. Bentuk persamaan Navier-Stokes
ialah persamaan diferensial non linier. Persamaan seperti ini menggambarkan
hubungan laju perubahan suatu variabel terhadap variabel lain. Pada kasus
sederhana, penyelesaian persamaan Navier-Stokes dapat diperoleh dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
menggunakan ilmu kalkulus. Untuk kasus-kasus yang kompleks, seperti sistem udara
yang terjadi dipersekitaran airfoil, penyelesaian persamaan Navier-Stokes dapat
diperoleh dengan bantuan metode numerik. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memperoleh solusi numerik dari persamaan Navier-Stoke ialah Metode
Elemen Hingga (MEH). Dengan MEH suatu permasalahan yang kompleks menjadi
bagian-bagian kecil atau elemen-elemen dari mana solusi yang lebih sederhana dapat
dengan mudah diperoleh.
Sehingga, dengan persamaan Navier-Stokes dapat dibangun sebuah simulasi
dengan bantuan software COMSOL Multiphysics 5.2a. COMSOL merupakan
software simulasi elemen hingga, yang dapat mensimulasikan berbagai aplikasi pada
bidang fisika dan teknik. COMSOL Multiphysics 5.2a merupakan ekspansi yang
signifikan dari aplikasi software, fitur dan fungsi. Keuntungan utama dalam
menggabungkan simulasi komputer dan analisis prinsip-prinsip utama adalah bahwa
pengguna dapat mencoba banyak pendekatan yang berbeda untuk solusi dari masalah
yang sama yang diperlukan untuk mendapatkan solusi yang benar atau mendekati
benar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul penelitian
ini dengan “Analisis Komputasi Perilaku Aliran Fluida Pada Airfoil Pesawat
Terbang Dengan Persamaan Navier-Stokes.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana menyelesaikan persoalan penerapan persamaan Navier-Stokes pada
perilaku aliran fluida di sekitar aifoil pesawat terbang dengan Metode Elemen
Hingga.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan terhadap 3 bentuk airfoil yaitu NACA 2412, NACA 4412
dan NACA 6412,
2. Pendekatan dilakukan dengan menggunakan persamaan Navier-Stokes yang
bersifat incompressible,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
3. Mengimplementasikan Metode Elemen Hingga untuk menganalisis perilaku
fluida yang terjadi pada sayap pesawat yang disimulasikan dengan software
COMSOL Multiphysics 5.2a.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan perilaku aliran fluida dari beberapa
bentuk airfoil pesawat terbang secara numerik.
1.5 Manfaat Pelitian
Manfaat dari penelitian ini memberikan suatu gambaran mengenai perilaku aliran
fluida terhadap airfoil pesawat terbang secara numerik. Sehingga, untuk selanjutnya
dapat dijadikan refrensi dalam menentukan parameter faktor yang mempengaruhi
perilaku fluida pada airfoil pesawat terbang, agar kinerjanya menjadi lebih baik.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini disusun dengan langkah-langkah berikut:
1. Memaparkan hubungan aliran fluida pada persamaan Navier-Stokes,
2. Memperhatikan 3 bentuk airfoil pesawat berbeda,
3. Menentukan kondisi awal dan batas,
4. Mencari formula weak dari persamaan Navier-Stokes,
5. Mendiskritisasi formula weak yang diperoleh dengan Metode Galerkin,
6. Menentukan model matematika dengan Metode Elemen Hingga,
7. Perhitungan elemen matriks, elemen vektor dan visualisasi penggambaran model
dari perilaku aliran fluida dengan bantuan Software COMSOL Multiphysics 5.2a.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Fluida
Pada buku yang berjudul “Mekanika Fluida” oleh Victor L. Streeter dan E. Bejamin
Wylie, fluida atau zat alir adalah zat yang berubah bentuk secara kontinu (terus-
menerus) bila terkena tegangan geser. Tegangan geser berasal dari gaya geser yang
dibagi dengan luas permukaan. Gaya geser adalah komponen gaya yang
menyinggung permukaan.
Gambar 2.1 Perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gaya geser yang konstan.
Dalam Gambar 2.1 suatu zat ditempatkan di antara dua buah plat dengan
jarak antara yang kecil sehingga keadaan pada tepi-tepi plat dapat diabaikan. Plat
bawah terpasang tetap, dan suatu gaya F diterapkan pada plat atas, suatu tegangan
geser F/A diberikan pada zat yang terdapat di antara plat-plat tersebut. A adalah luas
plat atas. Bila gaya F menyebabkan plat atas bergerak dengan suatu kecepatan
(bukan nol), walaupun kecepatan yang dihasilkan sangat kecil, maka dapat
disimpulkan bahwa zat diantara kedua plat tersebut adalah suatu fluida.
Beberapa contoh dari fluida adalah minyak pelumas, susu, air dan udara. Zat-
zat tersebut dikategorikan kedalam fluida karena sifat fluida yang dapat mengalir dari
tempat yang satu ketempat yang lain.
2.2 Aliran Laminar dan Turbulen
Suatu arus aliran fluida dapat diamati dalam keadaan berbeda. Beberapa contoh
aliran fluida yaitu aliran pada saluran terbuka yang dipengaruhi oleh gravitasi, aliran
d
c c’
t
b
a
b’
y
U
u y
x
F
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
pada saluran pipa, aliran udara dan lain-lain. Sifat aliran-aliran tersebut dapat
diketahui melalui pengamatan. Misal nya, asap rokok yang mengalir naik keatas,
pada bagian dekat rokok. Keadaan pada aliran asap tersebut terlihat tenang. Aliran
fluida seperti ini disebut dengan aliran laminar, karena garis arus yang terbentuk
tidak bergejolak atau berpotongan. Aliran laminar relatif mempunyai kecepatan
rendah. Sedangkan aliran yang relatif mempunyai kecepatan tinggi disebut dengan
aliran turbulen. Aliran turbulen memiliki garis arus yang bergejolak dan
berpotongan. Contoh dari aliran turbulen ialah arus aliran arung jeram yang terjadi di
sungai. Oleh karena itu ada dua jenis dasar arus, yaitu Laminar dan Turbulen.
2.3 Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds adalah bilangan tak berdimensi yang mengukur rasio kekuatan
inersia terhadap kekuatan kental dan menggambarkan tingkat aliran laminar atau
turbulen. Sistem yang beroperasi pada bilangan Reynolds yang sama akan memiliki
karakteristik aliran yang sama walaupun panjang fluida, kecepatan dan
karakteristiknya berbeda-beda. Bentuk dari Bilangan Reynolds sendiri yang
diperkenalkan oleh Osborne Reynolds (1883) adalah sebagai berikut:
Dimana :
= massa jenis
U = kecepatan
L = karakteristik panjang
µ = viskositas dinamik fluida
v( = viskositas kinematik fluida
Bilangan Reynold digunakan untuk menentukan karakteristik dari suatu
aliran. Apabila suatu aliran memiliki bilangan Reynold yang rendah, maka aliran
tersebut merupakan aliran laminar. Ketika bilangan Reynold menjadi lebih besar dan
melewati transisi maka aliran dapat ditentukan memiliki karakteristik turbulen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
2.4 Persamaan Navier-Stokes
Pada tahun 1823, seorang ilmuan bernama Navier mengasumsikan bahwa laju geser
dalam cairan berhubungan linier dengan tegangan geser, serta aliran bersifat laminar.
Hal ini menghasilkan persamaan gerakan untuk cairan viskos dari pertimbangan
molekuler. Pada tahun 1845, ilmuan lain bernama Stokes juga menghasilkan
persamaan untuk cairan viskos dalam bentuk yang sedikit berbeda. Sehingga
persamaan dasar yang mengatur aliran fluida pada saat ini dikenal sebagai persamaan
Navier -Stokes. Persamaan Navier-Stokes juga dapat digunakan untuk aliran turbulen
dengan modifikasi yang sesuai.
2.4.1 Aliran Termampatkan
Persamaan yang mengatur tentang aliran adalah persamaan kontinuitas, persamaan
momentum (Navier-Stokes) dan persamaan energi:
Persamaan kontinuitas:
Persamaan Navier-Stokes:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Persamaan energi:
dimana adalah fungsi disipasi yang diberikan oleh:
Pada persamaan ini, u,v,w adalah komponen kecepatan pada arah x, y, z. adalah
massa jenis, T adalah tempratur, p adalah tekanan, adalah viskositas dan adalah
spesifikasi panas pada tekanan konstan.
2.4.2 Aliran Tak Termampatkan
Sistem persamaan di atas dapat disederhanakan jika massa jenis dan tempratur nya
diasumsikan konstan, sehingga sistem persamaan akan menjadi:
2.5 Metode Elemen Hingga
Susatio (2004) dalam buku nya yang berjudul “Dasar-dasar Metode Elemen Hingga”,
menyampaikan bahwa Metode Elemen Hingga adalah metode numerik yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
digunakan menyelesaikan permasalahan teknik dan problem matematis dari suatu
gejala phisis. Tipe masalah teknis dan matematis phisis yang dapat diselesaikan
dengan metode elemen hingga terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok analisis
struktur dan kelompok masalah-masalah non struktur.
Tipe-tipe masalah strukur meliputi:
1. Analisis tegangan/Stress, meliputi analisa Truss dan Frame serta masalah-
masalah yang berhubungan dengan tegangan-tegangan yang terkonsentrasi.
2. Buckling.
3. Analisa getaran.
Problem non struktur yang dapat diselesaikan dengan menggunakan metode ini
meliputi:
1. Perpindahan panas dan massa.
2. Mekanika fluida, termasuk aliran fluida lewat media porus.
3. Distribusi dari potensial listrik dan potensial magnet.
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan Metode
Elemen Hingga dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemilihan tipe elemen dan diskritisasi.
2. Pemilihan fungsi pemindahan/fungsi interpolasi.
3. Mencari hubungan strain/displacement dan stress/strain.
4. Dapatkan matriks kekakuan dari elemen yang telah dibuat.
5. Gunakan persamaan kesetimbangan.
{F} = [k] {d}
Keterangan:
{F} = gaya yang bekerja pada nodal berbentuk matriks kolom.
[k] = matriks kekakuan berbentuk matriks bujur sangkar.
{d} = nilai nodal yang berbentuk vektor kolom.
6. Selesaikan persamaan pada langkah 5, dengan menghitung harga yang belum
diketahui.
7. Hitung Strain dan Stress dari tiap elemen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
8. Interpretasikan kembali hasil-hasil perhitungan yang diperoleh.
Dalam kaitannya dengan persamaan diferensial, Metode Elemen Hingga
digunakan untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan yang solusi analitik nya
tidak mudah diperoleh. Dengan Metode Elemen Hingga dapat diperkirakan suatu
fungsi aproksimasi atau fungsi perkiraan yang mendekati solusi sebenarnya yang
ingin ditentukan dari persamaan diferensial.
2.6 Metode Elemen Hingga pada Persoalan Steady-state
2.6.1 Persamaan Dasar
Pada buku yang berjudul “Introduction to the Finite Element Method”, Shigeru Aoki
memaparkankan tentang penyelesaian Metode Elemen Hingga pada persoalan
steady-state yang bentuk dasar persamaannya adalah sebagai berikut:
Persamaan tipe ini merupakan variasi dari persamaan pada persoalan teknik dan sains
seperti konduksi panas, potensial listrik atau magnet, aliran irotational pada fluida
ideal, rembesan melalui media berpori serta torsi dan poros prismatik.
Sebagai contoh adalah pada masalah konduksi panas seperti pada gambar 2.4,
Gambar 2.2 Domain pada persoalaan steady-state
Pada kasus ini, adalah tempratur, adalah konduktivitas dan Q adalah sumber
panas per satuan volume dan satuan waktu. Kondisi batas yang diberikan adalah,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
dimana,
Dari persamaan (2.11) dan (2.13) diperoleh:
dimana adalah peningkatan suhu virtual dan,
selanjutnya diterapkan integrasi pada kedua bagian diistilah pertama pada persamaan
(2.16)
Substitusikan dy = nxdC dan dx = - nydC (gambar 2.2) menghasilkan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Gambar 2.3 Hubungan antara (dx,dy) dan dc
Substitusi persamaan (2.14) ke dalam persamaan (2.19) sehingga,
Substitusi persamaan (2.16) sehingga menghasilkan,
Selanjutnya, diperoleh dari persamaan (2.16)
2.6.2 Diskritisasi Elemen Hingga
Diskritisasi dilakukan pada seluruh bagian di S menjadi suatu bilangan berhingga
dari element segitiga (triangular) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4,
Gambar 2.4 Diskritisasi oleh elemen segitiga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Koordinat pada nodal l, m dan n disekitar elemen (e), masing-masing dinotasikan
dengan (xl, yl), (xm, ym) dan (xn, yn) dan tempraturnya masing-masing dinotasikan
dengan seperti yang terlihat pada gambar 2.5,
Gambar 2.5 Koordinnat dan temperatur pada nodal l,m dan n.
Pendekatan suhu pada elemen (e) yaitu,
dimana “e” menyatakan nilai yang terkait dengan elemen. adalah
kontstan yang ditentukan oleh ,
Penyelesaian dari adalah sebagai berikut,
Atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
dimana adalah dari daerah elemen segitiga/triangular (e) dan diberikan sebagai,
Substitusi persamaan (2.25) ke dalam persamaan (2.23) menghasilkan,
dimana,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
Catat bahwa nilai dari pada nodal l sama dengan 1, dan nilai Nl pada nodal m dan
n sama dengan 0. Demikian pula, nilai Nm pada nodal m dan Nn pada nodal n adalah
sama sama dengan 1, sehingga pada Nm pada nodal l dan Nn pada nodal l sama
dengan 0.
Diferensialkan persamaan (2.27) dan substitusi persamaan (2.28) ~ (2.30)
menghsilkan,
dimana,
demikian pula,
2.6.3 Turunan persamaan aljabar
Persamaan (2.22) dapat dituliskan dengan,
yang membagi seluruh wilayah S menjadi elemen-elemen sehingga,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Dimana M adalah jumlah dari elemen dan,
Substitusikan persamaan (2.34), (2.31), (2.27) dan (2.33) pada persamaan (2.36)
menghasilkan,
Dengan demikian didapatkan,
dimana,
persamaan (2.38) dapat ditulis kembali menjadi,
dimana,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
N = jumlah nodal.
[K] = matriks Kekakuan
{F} = gaya yang bekerja pada nodal
{U} = nilai nodal (ditentukan dengan menyelesaikan persamaan (2.41),
sehingga diperoleh nilai suhu di setiap titik pada persamaan (2.27)).
2.7 Formula Weak
Penyelesaian solusi dengan Metode Elemen Hingga dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu fungsi aprosikmasi atau fungsi perkiraan yang mendekati solusi
sebenarnya. Sehingga, dalam hal ini perlu juga dipahami beberapa aspek lainnya
seperti metode variasi dan weak form pada suatu persamaan diferensial. Weak form
memberikan kemudahan secara mendasar, mengklasifikasikan kondisi batas menjadi
tipe alami dan esensial. Klasifikasi ini akan berguna untuk derivasi fungsi
aproksimasi dan pemilihan derajat kebebasan nodal pada model elemen hingga.
Weak form yang akan dibangun, didefinisikan sebagai pernyataan integral berbobot
dari persamaan diferensial di mana diferensiasi ditransfer dari variabel dependen ke
bobot fungsi seperti kondisi batas alami dari masalah juga dimasukkan dalam
pernyataan integral.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Seperti yang tertera pada buku “An Introduction To The Finite Element
Method” oleh J.N. Reddy, ada 3 tahap untuk membangun weak form pada suatu
persamaan diferensial, yaitu:
1. (Pernyataan Integral Berat). Pada bagian ini pindah semua bagian ke satu sisi
(sehingga ini terlihat ...=0). Kalikan seluruh persamaan dengan sebuah fungsi
w(x), dan dan diintegrasikan pada domain . Contoh,
ekspresi dalam tanda kurung siku tidak identik nol, karena u digantikan oleh
aproksimasi nya, UN.
2. Integralkan istilah pertama pada persamaan (2.45) per bagian untuk
mendapatkan,
Karena pada contoh ini menggunakan persoalan heat transfer, maka variabel
sekundernya adalah panas, yang direpresentasikan dengan Q. Variabel sekunder
dinotasikan dengan,
dimana menotasikan cosinus dari sudut antara sumbu x positif dan batas
normal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Dengan menggunakan persamaan (2.47), persamaan (2.46) dapat dituliskan,
Persamaan (2.48) merupakan weak form dari persamaan (2.45). Kata “weak”
mengacu pada kontinuitas yang berkurang dari u.
3. Langkah terakhir adalah menentukan kondisi batas aktual dari masalah yang
sedang dipertimbangkan. Dengan peraturan klasifikasi dari kondisi batas, u=u0
adalah kondisi batas esensial dan (adu/dx)|x=L = QL adalah kondisi batas natural.
Sehingga fungsi berat w harus memenuhi w(0) = 0 karena u(0) = u0. Sejak tu
w(0) = 0 dan,
Sehingga persamaan (2.49) menjadi,
Ini melengkapi langkah-langkah yang terlibat dalam membentuk weak form pada
persamaan diferensial.
2.8 Metode Galerkin
Pada sub bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa untuk mendapatkan fungsi
aproksimasi pada sebuah persamaan differensial, syarat utama yang harus diperolah
terlebih dahulu adalah syarat batas (boundary condition). Kemudian fungsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial yang ingin dipecahkan. Maka, akan
terdapat nilai error atau nilai residual yang terjadi. Sehingga, Metode Residual
Berbobot merupakan salah satu teknik untuk menentukan fungsi aproksimasi pada
Metode Elemen Hingga.
Ada 3 metode umum yang digunakan untuk menentukan fungsi bobot
(Kosasih, P.B, 2012), yaitu:
1. Metode Kolokasi
2. Metode Least Squere
3. Metode Galerkin
Bentuk umum dari metode Residual Berbobot adalah sebagai berikut:
dimana R adalah residu yang nilai nya tidak selalu 0, dan adalah fungsi bobot.
Pada metode Galerkin, fungsi bobot dihitung dari sebuah fungsi percobaan
(trial function). Fungsi bobot yang umum digunakan dengan metode Galerkin pada
masalah 1 dimensi adalah,
sedangkan pada masalah 2 dimensi adalah,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
2.9 Airfoil
2.9.1 Konsep Dasar
Salah satu komponen utama pada pesawat adalah sayap. Perilaku aerodinamis
pesawat sangat bergantung pada sayapnya. Bagian sayap disebut sebagai airfoil atau
aerofoil. Bentuk nonmolekular airfoil ditunjukkan pada gambar 2.6,
Gambar 2.6 Nomenklatur Airfoil
Kecepatan udara disebut sebagai kecepatan aliran bebas yang dilambangkan
dengan . Tanda menyatakan bahwa aliran dengan jarak tak hingga dari pesawat
tidak terpengaruh oleh adanya pesawat. Kecepatan pada permukaan pesawat akan
berubah atau terganggu pada saat aliran mendekati pesawat. Pada titik-titik berbeda
dipermukaan pesawat, kecepatan udara mengalami perbedaan signifikan dari .
Akibatnya distribusi tekanan di permukaan pesawat akan bervariasi pada aliran bebas
hingga.
Aliran bebas adalah aliran udara di sekitar permukaan sayap yang
dipengaruhi oleh sudut serang . Aliran yang melewati bagian airfoil adalah dua
dimensi sedangkan yang di sekitar sayap berhingga adalah tiga dimensi. Efek
terintegrasi dari tekanan dan distribusi tegangan geser pada airfoil adalah
pembentukan gaya resultan dan momen,
Gambar 2.7 Resultan gaya dan momen yang bekerja pada airfoil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
dengan Momen Pitching (M) adalah gaya yang bertindak di dalam pesawat yang
berisi gaya angkat dan gaya seret yaitu di bidang vertikal ketika pesawat terbang
secara horizontal. Gaya resultan 'R' dapat dipecahkan menjadi sepasang komponen
yang terdiri dari gaya-gaya tersebut, dengan pasangan lainnya terdiri dari gaya
normal (N) dan gaya aksial (A). Relasi geometri antara dua pasangan komponen
gaya ini diberikan oleh,
2.9.2 Garis Arus dan Fungsi Aliran
Garis arus merupakan pola garis menyamping khas di sekitar airfoil.
Gambar 2.8 Koefisien angkat versus sudut serang pada airfoil simetris dengan garis
arus pada sudut serang bernilai rendah dan tinggi.
Gambar 2.8 menunjukkan bahwa sudut serang mempengaruhi koefisien angkat dan
garis arus pada sebuah airfoil pada aliran yang bersifat inviscid.
Garis arus yang terlihat pada Gambar 2.8 dapat didefinisikan melalui fungsi
aliran. Dalam aliran dua dimensi, aliran dapat ditentukan oleh persamaan berikut,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Apabila diintegrasikan persamaan 2.55 akan membentuk persmaan ,
dengan adalah fungsi aliran dan K adalah konstanta (setiap garis arus memiliki
konstata berbeda). Sehingga turunan dari fungsi aliran diperoleh,
2.9.3 Potensial Kecepatan
Potensial kecepatan merupakan fungsi dasar yang digunakan untuk menganalisis
kecepatan aliran suatu fluida. Pada aliran irrational yang termasuk aliran potensial,
dapat diperkenalkan fungsi scalar yang memenuhi vektor identitas berikut
Oleh karena itu terdapat fungsi skalar yang gradiennya pada suatu titik sama dengan
kecepatan fluida pada titik tersebut. Sehingga dapat ditulis ekspresi untuk komponen
kecepatan Cartesian,
2.9.4 NACA
Pada awal 1930-an, NACA - pelopor NASA - memulai percobaan sistematis pada
serangkaian airfoil yang kemudian menjadi terkenal sebagai airfoil NACA dan
digunakan secara luas saat ini. NACA airfoil dibagi menjadi ‘empat digit’, ‘lima
digit’ dan ‘6-series aliran laminar airfoil’. Beberapa contoh dari masing-masing jenis
airfoil NACA tersebut adalah NACA 2412, NACA 23018 dan NACA 65-218.
Angka-angka yang terdapat pada setiap jenis NACA melambangkan nilai dan lokasi
camber serta ketebalan pada sebuah airfoil.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
BAB III
ANALISIS DAN PERNCANGAN
3.1 Perancangan Geometri
Pada sayap pesawat, terdapat satu bagian yang mampu menghasilkan gaya angkat
atau efek aerodinamika ketika melewati suatu aliran udara. Bagian ini disebut dengan
airfoil. Airfoil merupakan bentuk sayap secara 2 dimensi, yang berupa potongan
melintang sayap yang dihasilkan oleh perpotongan tegak lurus sayap terhadap
pesawat. Aliran udara yang melewati penampang airfoil akan memiliki kecepatan
berbeda pada bagian atas dan bawah sayap. Kecepatan aliran udara disekitar sayap
ini, dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu nya adalah model atau bentuk
airfoil.
Pada penelitian ini, akan diamati distribusi kecepatan aliran udara
berdasarkan sudut serang terhadap 3 bentuk airfoil berbeda. Koordinat yang
digunakan untuk membangun geometri model airfoil diperoleh melalui situs
http://airfoiltools.com dan parameter properties diperoleh melalui model pada
simulasi yang berjudul “Flow Around an Inclined NACA 0012 Airfoil”.
Tabel 3.1 Koordinat untuk geometri NACA 2412.
No. X Y No. X Y No. X Y
1 0 0.0013 13 -0.9 0.0563 25 -0.8 -0.0423
2 -0.05 0.0114 14 -0.925 0.0496 26 -0.75 -0.0422
3 -0.1 0.0208 15 -0.95 0.0413 27 -0.7 -0.0412
4 -0.2 0.0375 16 -0.975 0.0299 28 -0.6 -0.038
5 -0.3 0.0518 17 -0.9875 0.0215 29 -0.5 -0.0334
6 -0.4 0.0636 18 -1 0 30 -0.4 -0.0276
7 -0.5 0.0724 19 -0.9875 -0.0165 31 -0.3 -0.0214
8 -0.6 0.078 20 -0.975 -0.0227 32 -0.2 -0.015
9 -0.7 0.0788 21 -0.95 -0.0301 33 -0.1 -0.0082
10 -0.75 0.0767 22 -0.925 -0.0346 34 -0.05 -0.0048
11 -0.8 0.0726 23 -0.9 -0.0375 35 0 -0.0013
12 -0.85 0.0661 24 -0.85 -0.041
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Tabel 3.2 Koordinat untuk geometri NACA 4412
No. X Y No. X Y No. X Y
1 0 0.0013 13 -0.9 0.0659 25 -0.8 -0.0274
2 -0.05 0.0147 14 -0.925 0.0576 26 -0.75 -0.025
3 -0.1 0.0271 15 -0.95 0.0473 27 -0.7 -0.0226
4 -0.2 0.0489 16 -0.975 0.0339 28 -0.6 -0.018
5 -0.3 0.0669 17 -0.9875 0.0244 29 -0.5 -0.014
6 -0.4 0.0814 18 -1 0 30 -0.4 -0.01
7 -0.5 0.0919 19 -0.9875 -0.0143 31 -0.3 -0.0065
8 -0.6 0.098 20 -0.975 -0.0195 32 -0.2 -0.0039
9 -0.7 0.0976 21 -0.95 -0.0249 33 -0.1 -0.0022
10 -0.75 0.0941 22 -0.925 -0.0274 34 -0.05 -0.0016
11 -0.8 0.088 23 -0.9 -0.0286 35 0 -0.0013
12 -0.85 0.0789 24 -0.85 -0.0288
Tabel 3.3 Koordinat untuk geometri NACA 6412
No. X Y No. X Y No. X Y
1 0 0.00124 22 -0.80245 0.10302 43 -0.65233 -0.00064
2 -0.00267 0.00216 23 -0.84433 0.09344 44 -0.60403 0.00182
3 -0.01064 0.0049 24 -0.882 0.08231 45 -0.5534 0.0037
4 -0.02385 0.00935 25 -0.91501 0.07012 46 -0.50201 0.00542
5 -0.04217 0.01538 26 -0.94299 0.05736 47 -0.45049 0.00684
6 -0.06544 0.02278 27 -0.96565 0.04452 48 -0.39937 0.00786
7 -0.09343 0.0313 28 -0.9828 0.03204 49 -0.3492 0.00843
8 -0.12589 0.04068 29 -0.9943 0.02029 50 -0.30053 0.00853
9 -0.16248 0.05062 30 -1.00011 0.00955 51 -0.25391 0.00819
10 -0.20285 0.06082 31 -1.00025 0 52 -0.20986 0.00747
11 -0.24659 0.07097 32 -0.99491 -0.00792 53 -0.16888 0.00643
12 -0.29323 0.08079 33 -0.98435 -0.01383 54 -0.13147 0.0052
13 -0.34228 0.08998 34 -0.96876 -0.01781 55 -0.09805 0.00386
14 -0.39322 0.09827 35 -0.94839 -0.01999 56 -0.06904 0.00252
15 -0.44548 0.10543 36 -0.92353 -0.02054 57 -0.04479 0.00129
16 -0.49849 0.11124 37 -0.89451 -0.01967 58 -0.0256 0.00024
17 -0.55162 0.11554 38 -0.86164 -0.01763 59 -0.01171 -0.00057
18 -0.60438 0.11817 39 -0.8253 -0.0147 60 -0.00331 -0.00107
19 -0.65719 0.11841 40 -0.78584 -0.01121 61 0 -0.00124
20 -0.70826 0.11583 41 -0.74361 -0.00748
21 -0.75689 0.1106 42 -0.69898 -0.00384
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Tabel 3.4 Paramater untuk geometri domain
Nama Nilai Keterangan
L 50 m Panjang domain bentuk persegi
R 25 m Radius domain bentuk setengah lingkaran
Tabel 3.5 Material properties udara
Nama Nilai
Kecepatan awal 50 m/s
Massa jenis 1.204 kg/
Viskositas dinamik 1.814 x kg/(m.s)
Sudut serang
3.2 Tahapan Analisis
3.2.1 Memaparkan Hubungan Aliran Fluida di Sekitar Sayap Pesawat pada
Persamaan Navier Stokes
Secara matematis, perilaku suatu aliran fluida dapat dijelaskan dengan dengan
persamaan Navier Stokes. Persamaan ini mampu mengidentifikasikan gaya-gaya
yang terjadi pada suatu aliran fluida. Gaya-gaya yang termasuk di dalamnya adalah
gaya benda dan gaya permukaan.
Persamaan Navier Stokes merupakan bentuk diferensial dari persamaan
momentum. Karena persamaan umum yang biasa nya digunakan untuk persoalan
fluida adalah bagian dari hukum kekekalan momentum yaitu hukum kedua newton,
dimana gaya adalah laju perubahan momentum,
dimana F adalah vektor gaya, m adalah massa, dan V adalah vektor kecepatan. Jika
massa dikalikan dengan kecepatan maka akan menghasilkan momentum. Kemudian
persamaan (3.1) diturunkan kedalam bentuk dengan variabel-variabel aerodinamika
yakni tekanan dan massa jenis, sehingga menghasilkan sebuah persamaan yang
disebut dengan persamaan Navier Stokes.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
3.2.2 Menentukan Kondisi Awal Dan Batas
Kondisi awal merupakan syarat yang harus dipenuhi pada awal waktu tertentu, pada
penelitian ini ditentukan terlebih dahulu kecepatan awal aliran bebas di sekitar airfoil
pada saat . Sedangkan kondisi batas merupakan syarat atau kondisi pada batas-
batas domain yang harus dipenuhi terkait ruang. Dalam kaitannya dengan penelitian
ini, aliran udara pada domain disekitar airfoil dibatasi bersifat inkompresibel dan
merupakan aliran turbulen.
3.2.3 Simulasi dan Visualisasi dengan Software Comsol 5.2a
Melalui parameter yang dicantumkan pada sub bab sebelumnya, dengan
menggunakan software Comsol 5.2a, diperoleh bentuk geometri untuk domain dan
masing-masing airfoil NACA 2412, NACA 4412 dan NACA 6412.
Gambar 3.1 Domain aliran udara
Gambar 3.1 merupakan domain, dimana terdapat aliran udara yang dilewati oleh
sebuah pesawat. Domain tersebut memilki luas 3.481 , dimana ekor airfoil yang
memiliki chord 1m berada tepat pada koordianat (0,0) dan bagian depan airfoil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
berada koordinat (-1,0). Bagian depan airfoil akan mengarah pada bagian inlet yang
berbentuk melengkung, yang merupakan arah aliran udara berasal.
Gambar 3.2 Geometri NACA 2412
Gambar 3.2 merupakan geometri NACA 2412. Dengan panjang chord 1 m, jenis
airfoil ini memiliki maksimum kelengkungan (chamber) 20% dari chord dan
maksimum ketebalan 12%.
Gambar 3.3 Geometri NACA 4412
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Gambar 3.2 merupakan geometri NACA 4412. Pada gambar tersebut dapat terlihat,
dengan panjang chord 1 m, jenis airfoil ini memiliki maksimum kelengkungan
(chamber) 40% dari chord dan maksimum ketebalan 12%.
Gambar 3.4 Geometri NACA 6412
Gambar 3.2 merupakan geometri NACA 4412. Pada airfoil jenis ini, maksimum
kelengkungan (chamber) adalah 60% dari chord dan maksimum ketebalan adalah
12% dengan panjang chord nya 1 m.
3.3 Menyusun Laporan Penelitian dan Membuat Kesimpulan.
Setelah dilakukan penelitian terhadap aliran fluida di sekitar airfoil NACA 2412,
NACA 4412 dan NACA 6412, hasil analisa yang diperoleh akan disusun dalam
bentuk laporan penelitian, yang selanjutnya diambil sebuah kesimpulan dari
penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persamaan Dasar Dalam Dinamika Fluida
Berdasarkan pergerakan fluida (aliran udara) di sekitar sayap pesawat terbang, maka
jenis fluida yang akan dibahas memiliki sifat, incompressible (tak termampatkan)
karena kecepatan udara disekitar sayap dianggap berada pada kecepatan rendah
(M<1), serta aliran bersifat turbulen.
Persamaan Navier-Stokes yang digunakan pada penelitian ini adalah,
dengan persamaan di atas maka nilai batas yang digunakan adalah:
inlet (aliran masuk),
batas terbuka,
Penyelesaian elemen hingga pada masalah ini merupakan penyelesaian elemen
hingga persoalan aliran 2 dimensi, yaitu persoalan tentang aliran fluida yang
mengalir disekitar airfoil. Sehingga, contoh umum penyelesaian persoalan ini dapat
dilihat pada aliran udara di sekitar silinder melingkar, yang potensial garis arus dan
kecepatan aliran dapat dituliskan seperti yang tertera pada persamaan (2.53) dan
(2.55).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
dimana merupakan potensial garis arus dan merupakan potensial kecepatan.
Gambar 4.1 Aliran di sekitar silinder melingkar
Gambar 4.2 Aliran disekitar airfoil
Sehingga, persamaan yang mengatur potensial kecepatan dan fungsi arus pada aliran
2 dimensi adalah sebagai berikut,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
4.2 Kondisi Batas
Pada gambar 4.1 atau gambar 4.2 yang dibagi menjadi 2, akan diperoleh kondisi
batas untuk fungsi arus pada domain adalah,
Sedangkan, kondisi batas untuk potensial kecepatan pada domain adalah,
4.3 Solusi Elemen Hingga
Jika fungsi arus didiskritisasi menjadi elemen hingga dengan nodal M, maka bentuk
persamaan nya menjadi,
Dengan menggunakan metode Galerkin, persamaan elemen residualnya adalah,
Selanjutnya digunakan teorema Gaussian, dengan S menjelaskan kondisi batas dan
(nx,ny) adalah komponen vektor normal pada kondisi batas. Sehingga diperoleh
persamaan,
Persamaan (4.10) dapat ditulis dalam bentuk,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat diperoleh penyelesaian elemen
hingga untuk potensial kecepatan yang didiskritisasi menjadi elemen hingga dengan
nodal M, sehingga bentuk persamaan nya menjadi,
Dengan menggunakan metode Galerkin, diperoleh persamaan elemen residual nya,
Selanjutnya digunakan teorema Gaussian, dengan S menjelaskan kondisi batas dan
(nx,ny) adalah komponen vektor normal pada kondisi batas. Sehingga diperoleh
persamaan,
Persamaan (4.10) dapat ditulis dalam bentuk,
dengan adalah fungsi arus, potensial kecepatan, N bentuk fungsi, U aliran udara
bebas, element koefisien matrix dan adalah elemen gaya vector.
4.4 Simulasi Dengan Software COMSOL Multiphyisic 5.2a
Simulasi dengan software COMSOL Multiphysic 5.2a dilakukan terhadap 3 model
airfoil berbeeda, yaitu NACA 2412, NACA 4412 dan NACA 6412. Ketiga model
airfoil ini memiliki posisi dan nilai maksimum ketebalan yang sama, yang
membedakan ketiga nya adalah maksimum chamber (kelengkungan) dari masing-
masing bentuk airfoil. Hal ini dapat terlihat dari ke 4 digit angka yang menjadi nama
dari airfoil tersebut. Digit pertama menunjukkan nilai maksimum chamber, digit ke 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
menunjukkan posisi chamber dan 2 digit terakhir menunjukkan ketebalan maksimum
dari suatu airfoil. Sehingga, melalui perbedaan kelengkungan yang terdapat pada
ketiga airfoil tersebut, akan dianalisis bagaimana distribusi kecepatan aliran udara
disekitar arfoil-airfoil tersebut dengan variasi sudut serang .
4.4.1 Simulasi Pada Airfoil NACA 2412
Melalui parameter yang diberikan pada tabel 3.1 dan tabel 3.4 dihasilkan mesh pada
domain (gambar 3.1) disekitar model airfoil NACA 2412 (gambar 3.2) dengan
diskritisasi elemen berbentuk segiempat mengelilingi model airfoil dan selebihnya
elemen segitiga untuk memperoleh estimasi nilai-nilai yang akurat.
Gambar 4.3 Mesh pada domain disekitar airfoil NACA 2412.
Selanjutnya, dihasilkan simulasi terhadap aliran udara di sekitar airfoil NACA
2412 dengan variasi sudut serang ,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
(a)
(b)
(c)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
(d)
(e)
Gambar 4.4 Aliran udara disekitar airfoil NACA 2412, (a). Sudut serang , (b).
Sudut serang , (c). Sudut serang , (d). Sudut serang , dan (e). Sudut serang .
Hasil yang diperlihatkan oleh gambar 4.4, menujukkan distribusi kecepatan
maksimum dan minimum aliran udara pada tiap-tiap sudut serang. Pada gambar (a).
terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil
adalah 60,627 m/s, (b). terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan
maksimum di sekitar airfoil adalah 63,362 m/s, (c). terlihat bahwa dengan sudut
serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil adalah 68,188 m/s, (d).
terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
50
60
70
80
0 2 4 6 8
Ke
cep
atan
(m
/s)
Sudut serang (0)
Maksimum
adalah 72,608 m/s dan (e) terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan
maksimum di sekitar airfoil adalah 74,862 m/s.
Tabel 4.1 Distribusi kecepatan maksimum di sekitar airfoil NACA 2412.
Sudut serang Kecepatan Maksimum (m/s)
60.627
63.362
68.188
72.608
74.862
Grafik 4.1 Distribusi kecepatan maksimum di sekitar airfoil NACA 2412.
Pada grafik 4.1 dapat terlihat bahwa sudut serang mempengaruhi kecepatan aliran
udara disekitar sayap pesawat terbang. Pada pengamatan distribusi kecepatan di
sekitar airfoil NACA 2412 dapat dilihat bahwa semakin besar sudut serang, semakin
besar pula nilai kecepatan maksimum aliran udara di sekitarnya.
4.4.2 Simulasi Pada Airfoil NACA 4412
Melalui parameter yang diberikan pada tabel 3.1 dan tabel 3.5 dihasilkan mesh pada
domain (gambar 3.1) disekitar model airfoil NACA 2412 (gambar 3.3) dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
diskritisasi elemen berbentuk segiempat mengelilingi model airfoil dan selebihnya
elemen segitiga untuk memperoleh estimasi nilai-nilai yang akurat.
Gambar 4.5 Mesh pada domain disekitar airfoil NACA 4412.
Selanjutnya, dihasilkan simulasi terhadap aliran udara di sekitar airfoil NACA
4412 dengan variasi sudut serang ,
(a)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
(b)
(c)
(d)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
(e)
Gambar 4.6 Aliran udara disekitar airfoil NACA 4412, (a). Sudut serang , (b).
Sudut serang , (c). Sudut serang , (d). Sudut serang , dan (e). Sudut serang .
Hasil yang diperlihatkan oleh gambar 4.6 menujukkan distribusi kecepatan
maksimum dan minimum aliran udara pada tiap-tiap sudut serang. Pada gambar (a).
terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil
adalah 63.932 m/s, (b). terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan
maksimum di sekitar airfoil adalah 66.184m/s, (c). terlihat bahwa dengan sudut
serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil adalah 68.629 m/s dan
kecepatan minimum nya adalah 1.6544 x m/s, (d). terlihat bahwa dengan
sudut serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil adalah 73.630 m/s
dan kecepatan minimum nya adalah 2.5849 x m/s dan (e) terlihat bahwa
dengan sudut serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil adalah 77.334
m/s.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
50
60
70
80
0 2 4 6 8
Ke
cep
atan
(m
/s)
Sudut serang (0)
Maksimum
Tabel 4.2 Distribusi kecepatan maksimum di sekitar airfoil NACA 4412.
Sudut serang Kecepatan Maksimum (m/s)
63.932
66.184
68.629
73.630
77.334
Grafik 4.2 Distribusi kecepatan maksimum di sekitar airfoil NACA 4412.
Pada grafik 4.2 dapat terlihat bahwa sudut serang mempengaruhi kecepatan aliran
udara disekitar sayap pesawat terbang. Pada pengamatan distribusi kecepatan di
sekitar airfoil NACA 4412 dapat dilihat bahwa semakin besar sudut serang, semakin
besar pula nilai kecepatan maksimum aliran udara di sekitar nya.
4.4.3 Simulasi Pada Airfoil NACA 6412
Melalui parameter yang diberikan pada tabel 3.1 dan tabel 3.6 dihasilkan mesh pada
domain (gambar 3.1) disekitar model airfoil NACA 6412 (gambar 3.4) dengan
diskritisasi elemen berbentuk segiempat pada bagian atas airfoil dan selebihnya
elemen segitiga untuk memperoleh estimasi nilai-nilai yang akurat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Gambar 4.7 Mesh pada domain disekitar airfoil NACA 6412.
Selanjutnya, dihasilkan simulasi terhadap aliran udara di sekitar airfoil NACA
6412 dengan variasi sudut serang ,
(a)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
(b)
(c)
(d)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
(e)
Gambar 4.8 Aliran udara disekitar airfoil NACA 6412, (a). Sudut serang , (b).
Sudut serang , (c). Sudut serang , (d). Sudut serang , dan (e). Sudut serang .
Hasil yang diperlihatkan oleh gambar 4.8, menujukkan distribusi kecepatan
maksimum dan minimum aliran udara pada tiap-tiap sudut serang. Pada gambar (a).
terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil
adalah 66.637 m/s, (b). terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan
maksimum di sekitar airfoil adalah 68.532 m/s, (c). terlihat bahwa dengan sudut
serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil adalah 68.629 m/s, (d).
terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan maksimum di sekitar airfoil
adalah 69.443 m/s dan (e) terlihat bahwa dengan sudut serang sebesar kecepatan
maksimum di sekitar airfoil adalah 68.726 m/s.
Tabel 4.3 Distribusi kecepatan maksimum di sekitar airfoil NACA 6412.
Sudut serang Kecepatan Maksimum (m/s)
66.637
68.532
68.629
69.443
68.726
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
50
60
70
80
0 2 4 6 8
Ke
cep
atan
(m
/s)
Sudut serang (0)
Maksimum
Grafik 4.3 Distribusi kecepatan maksimum di sekitar airfoil NACA 6412.
Pada grafik 4.3 dapat terlihat bahwa perubahan kecepatan terhadap sudut serang
pada airfoil NACA 6412 tidak terlalu signifikan dan cenderung konstan. Seperti pada
sub bab – sub bab sebelumnya, semakin besar sudut serang, maka kecepatan
maksimum terhadap masing-masing sudut cenderung mengalami kenaikan kecuali
pada sudut yang mengalami sedikit penurunan.
4.4.4 Perbandingan distribusi kecepatan aliran udara pada NACA 2412, NACA
4412 dan NACA 6412.
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB – BAB sebelumnya, bahwa NACA 2412,
NACA 4412 dan NACA 6412 merupakan airfoil 4 digit yang dirilis oleh NACA.
Ketiga bentuk airfoil ini, memiliki geometri yang hampir mirip karena chamber yang
terletak pada posisi yang sama yaitu 40% dari panjang chord dan memiliki ketebalan
12% dari panjang chord. Hal ini, ditujukkan pada 3 digit terakhir dari airfoil-airfoil
ini memiliki angka yang sama, yaitu 412. Pembeda dari ketiga bentuk airfoil ini
adalah besar chamber atau kelengkungannya.
Pada penelitian ini, akan diamati pengaruh perbedaan besar kelengkungan
pada masing – masing airfoil terhadap distribusi kecepatan aliran udara yang melalui
airfoil-airfoil tersebut.
Tabel 4.4 Kecepatan maksimum ketiga jenis airfoil terhadap sudut serang
.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
50
60
70
80
0 2 4 6 8
Ke
cep
atan
(m
/s)
Sudut serang (0)
NACA 2412
NACA 4412
NACA 6412
Sudut serang Kecepatan maksimum (m/s)
NACA 2412 NACA 4412 NACA 6412
0 60.627 63.932 66.637
2 63.362 66.184 68.532
4 68.188 68.629 68.629
6 72.608 73.63 69.443
8 74.862 77.334 68.726
Grafik 4.4 Kecepatan maksimum ketiga jenis airfoil terhadap sudut serang
.
Pada grafik 4.4 terlihat bahwa airfoil NACA 2412 dan NACA 4412 memiliki
distribusi kecepatan maksimum yang hampir sama, sedangkan airfoil NACA 6412
memiliki distribusi yang lebih konstan. Pada grafik, juga terlihat bahwa ketiga nya
mengalami perpotongan pada saat sudut serang bernilai . Hal ini menunjukkan
bahwa pada saat sudut serang bernilai , maka kecepatan maksimum pada ketiga
jenis airfoil tersebut memiliki nilai yang relatif sama. Apabila diambil nilai rata-rata
dari distribusi kecepatan maksimum tiap-tiap jenis airfoil, NACA 4412 memiliki
rata-rata kecepatan maksimum tertinggi, disusul oleh NACA 6412 dan NACA 2412.
Jadi, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa distribusi kecepatan aliran udara yang
paling stabil adalah pada NACA 6412.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada bab IV telah diperlihatkan simulasi dari aliran udara disekitar NACA 2412,
NACA 4412 dan NACA 6412. Hasil dari simulasi memperlihatkan distribusi
kecepatan aliran udara pada masing-masing airfoil yang dipengaruhi oleh sudut
serang. Dengan variasi sudut serang , diperoleh kesimpulan
bahwa:
1. Semakin besar sudut serang, maka distribusi kecepatan maksimum aliran udara
pada masing-masing airfoil cenderung semakin besar.
2. Apabila dibandingkan melalui distribusi kecepatan maksimum dari ketiga jenis
airfoil, maka NACA 6412 memiliki distribusi kecepatan paling stabil.
3. Pada hasil simulasi gambar terlihat bahwa kecepatan maksimum aliran udara
selalu terletak di bagian permukaan atas airfoil dan kecepatan minimum aliran
udara selalu terletak dibagian bawah permukaan airfoil. Hal ini membuktikan
kecepatan aliran udara disekitar airfoil mempengaruhi gaya angkat suatu
pesawat terbang.
5.2 Saran
Pada penelitian ini, hanya diamati perilaku kecepatan yang merupakan salah satu
komponen dari aliran fluida di sekitar sayap pesawat terbang. Untuk penelitian
selanjutnya, dapat dikembangkan dari penelitian yang sudah ada dengan
menganalisis komponen-komponen lain nya yang berhubungan dengan aliran fluida
di sekitar sayap pesawat terbang seperti tekanan, koefiesien angkat, gaya angkat dan
lain sebagai nya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
DAFTAR PUSTAKA
Aoki,S. 1991. Introduction to the Finite Element Method. Jepang : Fatigue and
Fracture ESIS.
P.B. Kosasih. 2012. Teori Dan Aplikasi Metode Elemen Hingga. Yogyakarta: ANDI.
Reddy, J.N. 2006. An Introduction To The Finite Element Method. Texas: Texas
A&M University.
Roy, A. 2012. A First Course on Aerodynamics. Denmark: Ventus Publishing Aps.
Streeter, V.L. dan Wylie, E.B. 1981. Fluid Mechanics. Toronto: McGraw-Hill
Ryerson.
Susatio, Y. 2004. Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga. Yogyakarta: ANDI.
Tarafder, M.S. 2015. Analysis of Potensial Flow Arround Two-Dimensional Body by
Finite Element Method. Academic Journals. ISSN: 2141-2383.
Tulus, Opim, Sawaluddin dan Mardiningsih. 2015. Mathematical Modeling And
Simulation Of Fluid Dynamic In The Continuous Stirred Tank. Bulletin of
Mathematics. Vol. 07, No. 02 (2015), pp. 1–12.
Airfoil tools, “NACA 4 digit airfoil generator”, situs informasi geometri airfoil
NACA, http://airfoiltools.com/airfoil/naca4digit (diakses 3 April 2018).
Comsol Model, “Flow Around an Inclined NACA 0012 Airfoil”, situs informasi
simulasi dengan software Comsol, https://www.comsol.com/model/flow-
around-an-inclined-naca-0012-airfoil-14629 (diakses 31 Januari 2018).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA