analisis komposit baja-beton gempa 2010

Upload: ekoy

Post on 10-Mar-2016

240 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

T. Sipil

TRANSCRIPT

  • PERENCANAAN BANGUNAN KOMPOSIT BAJA-BETON BERTINGKAT

    TAHAN GEMPA SESUAI PETA GEMPA 2010

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh

    Ujian Sarjana Teknik Sipil

    Disusun oleh :

    NASRUL AMIN06 0404 072

    SUBJURUSAN STRUKTURDEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN2011

    Universitas Sumatera Utara

  • ABSTRAK

    Perkembangan teknologi saat ini juga berimbas pada dunia konstruksi yang juga mengalami kemajuan yang cukup drastis terutama di bidang desain. Kayu dan beton yang selama ini digunakan penuh dalam setiap pembangunan gedung kini sudah mulai beralih menggunakan material baja. Karena diharapkan dengan menggunakan material baja ini dapat mengurangi terciptanya sampah-sampah konstruksi yang selama ini masih menjadi masalah bagi lingkungan. sebagai hasilnya terciptalah berbagai metode dalam desain struktur salah satunya sistem struktur komposit yang terdiri dari gabungan baja dan beton. Dengan adanya sistem ini bangunan tingkat tinggi bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu pada dunia konstruksi saat ini, tetapi sudah menjamur di setiap kota di setiap negara di dunia disamping proses pengerjaannya ramah terhadap lingkungan juga proses pengerjaannya lebih cepat dari konstruksi beton biasa.

    Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan komposit tahan gempa yang mengacu pada peta gempa 2010. Bangunan terdiri dari 10 lantai dimana dimensi bangunan 24 x 24 m2, bangunan direncanakan berada di kota Medan dengan kondisi tanah lunak. Perhitungan analisa struktur dilakukan dengan program ETABS v 9.5.0, sedangkan untuk desain elemen struktur dilakukan secara manual dengan metode LRFD mengacu pada SNI 03-1729-2002. Desain struktur direncanakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMMK) dan tetap menggunakan konsep Strong Coloum Weak Beam (SCWB).

    Dari hasil desain yang dilakukan didapatkan bahwa bangunan yang direncanakan telah memenuhi kriteria tahan gempa sesuai ASCE 7-05 dan juga telah memenuhi syarat SRPMK dan SCWB sesuai standard SNI 03-1729-2002.

    Kata Kunci : Struktur komposit, tahan gempa, SRPMK, SCWB.

    Universitas Sumatera Utara

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang

    telah memberikan rahnat dan hidayah, serta innayah-Nya hingga terselesaikannya

    tugas akhir ini dengan judul Perencanaan Bangunan Komposit Baja-Beton

    Bertingkat Tahan Gempa Sesuai Peta Gempa 2010.

    Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana

    teknik sipil bidang studi struktur pada fakultas teknik Universitas Sumatera Utara

    (USU) Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak

    kekurangannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya

    pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan ibu

    dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan.

    Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari

    berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh

    karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis cintai yang dalam

    keadaan sulit telah memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan

    perkuliahan ini.

    Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan. Selaku dosen pembimbing dan juga

    selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara yang telah

    banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan

    dalam menyelesaikan tugas akhir ini

    2. Bapak Ir. Syahrizal, M.Sc. Selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

    Universitas Sumatera Utara.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT ; Bapak Ir. Sanci Barus, MT dan Bapak

    Muhammmad Agung Putra Hardana, ST, MT selaku pembanding yang telah

    banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan

    yang luar biasa kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    4. Bapak/Ibu staf pengajar jurusan teknik sipil Universitas Sumatera Utara.

    5. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dan kemudahan

    dalam penyelesaian administrasi

    6. Kedua orang tua penulis Bapak Ali Sabda dan Ibu Gusbaini tersayang yang

    selalu mendoakan dan terus memperjuangkan penulis untuk bisa menyelesaikan

    tugas akhir ini, juga abang penulis Ali Saputra yang telah memnbantu penulis

    untuk tetap bisa melanjutkan perkuliahan serta adik-adik penulis Tika dan Tina

    (si kembar) yang memberi motivasi kepada penulis.

    7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi jurusan teknik sipil terutama untuk

    teman-teman stambuk 2006 diantaranya (MUSTEKER yaitu zainal, hery/si men,

    ulil, husni, dicky, fadhly S, Aidil, adri, haikal, fadli M, ichram, hadi, sai,

    royhan, septian, wahyudi, khoir, kang maman, syawal, septian), didik, tami,

    yusuf, rivan, muhajir, subroto, hotmaster, sami, eka, sintong, tosek, agung, ade,

    budi dan diana, ricky, nasib, untung, alex, roby (alumni), sinar, alfi, yosef, afdol,

    joki, serta stambuk 2006 lain yang tak tersebutkan penulis minta maaf kalian

    merupakan sahabat-sahabat terbaikku yang memberi motivasi tersendiri bagi

    penulis. Adik-adik stambuk 2007, martinus, hermanto, yudi, nanda, gina,

    rilly, ari, maulana dan lain-lani. Abang/kakak saya stambuk 2002, 2003,

    2004, 2005, terima kasih atas masukannya selama ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8. Anak-anak kos 32 yaitu darly, deni, yogi, anjas, mardi, rangga, restu, bg

    irul (togap), bg hariadi, bg kurniawan juga ibu dan bapak kos yaitu bu

    neng dan pak manan beserta keluarga (siti, ade, iqbal dan agung) yang

    memberikan warna berbeda dalam hidup ini.

    Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita

    semua.

    Medan, Juli 2011

    Nasrul Amin

    06 0404 072

    Universitas Sumatera Utara

  • DAFTAR ISI

    Abstrak .............................................................................................................. i

    Kata Pengantar ................................................................................................... ii

    Daftar Isi ............................................................................................................ v

    Daftar Tabel ....................................................................................................... ix

    Daftar Gambar ................................................................................................... xi

    Daftar Notasi....................................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah .................................... 1

    I.2. Pembatasan Masalah ................................................................. 4

    I.3. Maksud dan Tujuan ................................................................... 5

    I.4. Metodologi Pembahasan ............................................................ 6

    I.5. Sistematika Permasalahan ......................................................... 8

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10

    II.1. Umum ....................................................................................... 10

    II.2. Struktur Komposit ...................................................................... 12

    II.2.1. Balok Komposit .............................................................. 13

    II.2.1.1. Lebar Efektif Pelat Beton....................................... 15

    II.2.1.2. Kekuatan Balok Komposit ..................................... 15

    II.2.1.3. Menghitung Momen Nominal ................................ 16

    II.2.1.4. Penghubung Geser (Shear Connector) ................... 19

    II.2.1.5. Kontrol Lendutan................................................... 20

    II.2.2. Kolom Komposit ............................................................ 20

    II.2.3. Aksi Komposit ................................................................ 24

    Universitas Sumatera Utara

  • II.3. Struktur Tahan Gempa ............................................................... 25

    II.3.1. Desain Struktur Tahan Gempa ........................................ 27

    II.3.1.1. Kategori Hunian dan Faktor Keutamaan ................ 27

    II.3.1.2. Klasifikasi Site....................................................... 28

    II.3.1.3. Peta Percepatan Respon Spectral ........................... 28

    II.3.1.4. Spectral Response Coefficient................................ 30

    II.3.1.5. Kategori Desain Gempa ......................................... 32

    II.3.1.6. Penentuan Koefisien R, Cd, dan .......................... 33

    II.3.1.7. Prosedur Pengerjaan yang Dipergunakan ............... 33

    II.3.1.8. Desain Base Shear ................................................. 34

    II.3.1.9. Periode Struktur Dasar........................................... 35

    II.3.1.10. Distribusi Gaya Vertikal ........................................ 36

    II.3.1.11. Distribusi Gaya Horizontal..................................... 37

    II.4. SRPMK dan SCWB ................................................................... 37

    II.4.1. Sambungan Balok Kolom ............................................... 39

    II.4.1.1. Batasan-Batasan Terhadap Balok Kolom ............... 40

    II.4.1.2. Perbandingan Momen Kolom Terhadap Momen

    Balok ..................................................................... 40

    II.4.2. Jenis-Jenis Kombinasi Sambungan.................................. 42

    II.4.2.1. Sambungan Sederhana (Simple Connections) ......... 42

    II.4.2.2. Sambungan Momen (Moment Connections) ........... 42

    BAB III PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR ................................ 46

    III.1. Pendahuluan .............................................................................. 46

    III.1.1. Pemodelan Geometri....................................................... 46

    Universitas Sumatera Utara

  • III.1.2. Asumsi Perencanaan ....................................................... 48

    III.1.3. Building Code................................................................. 49

    III.1.4. Pembebanan ................................................................... 50

    III.1.5. Kombinasi Pembebanan ................................................. 52

    III.1.6. Prosedur Perencanaan ..................................................... 52

    III.2. Perhitungan Pembebanan ......................................................... 53

    III.2.1. Struktur Sekunder ........................................................... 53

    III.2.1.1. Perencanaan Tangga ............................................. 54

    III.2.1.2. Perencanaan Struktur Lantai .................................. 74

    III.2.1.3. Perencanaan Balok Anak ....................................... 80

    III.2.1.4. Perencanaan Sambungan Balok Anak dan Balok

    Induk ..................................................................... 91

    III.2.1.5. Perencanaan Balok Lift .......................................... 94

    III.2.2. Analisa Beban Gempa..................................................... 111

    III.2.2.1. Perhitungan Berat Struktur..................................... 112

    III.2.2.2. Analisa Statis Ekivalen .......................................... 115

    III.2.2.3. Pusat Massa ........................................................... 115

    III.2.2.4. Arah Pembebanan Gempa...................................... 116

    III.2.2.5. Eksentrisitas Rencana Bangunan ........................... 116

    III.2.2.6. Klasifikasi Site....................................................... 117

    III.2.2.7. Parameter Percepatan pada Gempa ........................ 117

    III.2.2.8. Koefisien Site ........................................................ 117

    III.2.2.9. Parameter Percepatan Spectra Rencana .................. 118

    III.2.2.10. Kategori Desain Gempa ......................................... 119

    Universitas Sumatera Utara

  • III.2.2.11. Penentuan koefisien R, Cd dan ........................... 120

    III.2.2.12. Penentuan Waktu Getar Alami Fundamental.......... 120

    III.2.2.13. Koefisien Gempa Dasar ......................................... 121

    III.2.2.14. Gaya Geser Dasar Total Gempa ............................. 121

    III.2.2.15. Distribusi Gaya Gempa Vertikal ............................ 122

    III.2.2.16. Distribusi Gaya Gempa Horizontal ........................ 122

    III.2.2.17. Permodelan Struktur Dengan ETABS .................... 123

    III.2.2.18. Kontrol Drift.......................................................... 125

    BAB IV APLIKASI DAN DESAIN STRUKTUR ............................................ 128

    IV.1. Pendahuluan............................................................................... 128

    IV.2. Desain SRPMK dan SCWB........................................................ 128

    IV.3. Desain Struktur Utama ............................................................... 130

    IV.3.1. Perencanaan Balok Induk................................................ 131

    IV.3.1.1. Sebelum Komposit................................................. 131

    IV.3.1.2. Sesudah Komposit ................................................. 135

    IV.3.2. Perencanaan Kolom Komposit ........................................ 143

    IV.3.3. Perencanaan Sambungan ................................................ 151

    IV.3.3.1. Sambungan Balok Induk Interior dan Kolom ......... 151

    IV.3.3.2. Sambungan Kolom dan Kolom ............................. 162

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 167

    V.1. Kesimpulan ................................................................................ 167

    V.2. Saran.......................................................................................... 168

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    Universitas Sumatera Utara

  • DAFTAR TABEL

    Tabel.II.1 : Klasifikasi site ......................................................................... 28

    Tabel.II.2 : Koefisien periode pendek (Fa).................................................. 31

    Tabel.II.3 : Koefisien periode 1 detik (Fv).................................................. 31

    Tabel.II.4 : Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon

    periode pendek......................................................................... 32

    Tabel.II.5 : Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon

    periode 1 detik ......................................................................... 33

    Tabel.II.6 : Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x ........................... 35

    Tabel.II.7 : Koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung ......... 36

    Tabel.II.8 : Nila perbandingan lebar terhadap tebal pelat untuk elemen

    tekan ........................................................................................ 40

    Tabel.III.1 : Data perencanaan struktur ........................................................ 47

    Tabel.III.2 : Data penampang komponen struktur bangunan ....................... 111

    Tabel.III.3 : Perhitungan berat lantai atap .................................................... 112

    Tabel.III.4 : Perhitungan berat lantai 8 dan 9 ............................................... 112

    Tabel.III.5 : Perhitungan berat lantai 5 dan 7 ............................................... 113

    Tabel.III.6 : Perhitungan berat lantai 2 dan 4 ............................................... 113

    Tabel.III.7 : Perhitungan berat lantai 1......................................................... 114

    Tabel.III.8 : Perhitungan berat struktur bangunan tiap lantai (WT) ............... 114

    Tabel.III.9 : Berat struktur bangunan total (WT)........................................... 115

    Tabel.III.10 : Nilai response spectrum rencana .............................................. 118

    Tabel.III.11 : Kategori desain gempa berdasarkan Parameter Respon Periode

    Pendek (ASCE 7-05) ............................................................... 119

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel.III.12 : Kategori desain gempa berdasarkan Parameter Respon Periode

    1 detk (ASCE 7-05).................................................................. 119

    Tabel.III.13 : Distribusi gaya gempa vertical (Fx) dan horizontal (Vx) pada

    arah x dan y ............................................................................. 122

    Tabel.III.14 : Kontrol drift limit pada gempa arah x....................................... 126

    Tabel.III.15 : Kontrol drift limit pada gempa arah y....................................... 127

    Tabel.IV.1 : Gaya-gaya dalam pada kolom komposit ................................... 145

    Universitas Sumatera Utara

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar.I.1 : Hubungan tegangan-regangan pada beton dan baja .................. 2

    Gambar I.2 : Peta gempa Indonesia 2010 ...................................................... 3

    Gambar I.3 : Denah dan potongan bangunan................................................. 4

    Gambar.II.1 : Pemasangan shear connector pada balok komposit .................. 11

    Gambar.II.2 : Model shear connector pada balok komposit ............................ 11

    Gambar.II.3 : Tipe balok komposit yang diberi bondek .................................. 13

    Gambar.II.4 : Penampang balok komposit ..................................................... 15

    Gambar.II.5 : Disribusi tegangan elastic pada balok ....................................... 16

    Gambar.II.6 : Disribusi tegangan plastis pada balok ....................................... 18

    Gambar.II.7 : Tipe-tipe shear connector ........................................................ 19

    Gambar II.8 : Penampang kolom komposit dari profil baja IWF, persegi dan

    O yang dibungkus beton........................................................... 21

    Gambar II.9 : Profil baja King Cross.............................................................. 21

    Gambar II.10 : Perbandingan defleksi antar balok komposit & nonkomposit.... 25

    Gambar II.11 : Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam PPTI-UG

    1983......................................................................................... 29

    Gambar II.12 : Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam SNI 03-

    1726-2002................................................................................ 29

    Gambar II.13 : Peta Hazard gempa Indonesia 2010 .......................................... 30

    Gambar II.14 : Ilustrasi pembentukan sendi plastis pada SCWB ...................... 39

    Gambar II.15 : Simple Connection................................................................... 44

    Gambar II.16 : Moment Connection................................................................. 43

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.17 : Sambungan momen pelat ujung................................................ 45

    Gambar.III.1 : Denah Bangunan...................................................................... 47

    Gambar.III.2 : Permodelan struktur 3D ........................................................... 48

    Gambar.III.3 : Denah tangga ........................................................................... 55

    Gambar.III.4 : Potongan A-A tangga............................................................... 55

    Gambar.III.5 : Tampak anak tangga ................................................................ 56

    Gambar.III.6 : Tampak melintang anak tangga ................................................ 58

    Gambar.III.7 : Sketsa pembebanan anak tangga............................................... 58

    Gambar.III.8 : Sketsa pembebanan balok utama tangga................................... 62

    Gambar.III.9 : Sketsa momen pada balok tangga............................................. 66

    Gambar.III.10 : Sketsa profil canal 260.90.10.14............................................... 67

    Gambar.III.11 : Sketsa pembebanan balok penumpu bordes .............................. 69

    Gambar.III.12 : Sambungan balok bordes dengan balok penumpu bordes ......... 73

    Gambar.III.13 : Sambungan balok tangga dengan balok tumpuan tangga .......... 73

    Gambar.III.14 : Potongan pelat lantai atap......................................................... 76

    Gambar.III.15 : Potongan pelat lantai 1 sampai 10 ............................................ 78

    Gambar.III.16 : Potongan pelat lantai mesin lift ................................................ 80

    Gambar.III.17 : Bidang M,D dan N pada balok sebelum komposit .................... 82

    Gambar.III.18 : Potongan balok anak ................................................................ 87

    Gambar.III.19 : Detail sambungan balok anak dengan balok induk ................... 93

    Gambar.III.20 : Detail pelat siku pada gelagar................................................... 95

    Gambar.III.21 : Denah lift ................................................................................. 96

    Gambar.III.22: Sketsa mekanika perhitungan balok penggantung lift ............... 98

    Gambar.III.23 : Distribusi tegangan plastis pada balok pengggantung lift.......... 100

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar.III.24 : Sketsa pembebanan.................................................................. 105

    Gambar.III.25 : Distribusi tegangan plastis pada balok penumpu lift ................. 108

    Gambar.III.26 : Grafik Respon Spektrum Rencana............................................ 119

    Gambar.IV.1 : Lokasi contoh perhitungan Strong Column Weak Beam............ 129

    Gambar.IV.2 : Distribusi tegangan elastis positif ............................................. 136

    Gambar.IV.3 : Distribusi tegangan plastis positif............................................. 138

    Gambar.IV.4 : Distribusi tegangan plastis negatif ............................................ 139

    Gambar IV.5 : Lokasi kolom yang didesain ..................................................... 143

    Gambar IV.6 : Sketsa penampang kolom komposit.......................................... 144

    Gambar IV.7 : Pemodelan letak kolom (interior) lantai 1-4.............................. 147

    Gambar IV.8 : Lokasi titik sambungan balok dan kolom rencana..................... 151

    Gambar IV.9 : Lokasi sendi plastis dan momen rencana pada sambungan ....... 152

    Gambar IV.10 : Detail sambungan momen pelat ujung dan model rencana gaya

    baut.......................................................................................... 153

    Gambar IV.11 : Rencana pelat pengaku............................................................. 156

    Gambar IV.12 : Pola garis leleh pada sayap kolom............................................ 158

    Gambar IV.13 : Detail sambungan balok dengan kolom .................................... 161

    Gambar IV.14 : Lokasi titik sambungan kolom dengan kolom........................... 162

    Gambar IV.15 : Detail sambungan pada badan kolom ....................................... 164

    Gambar IV.16 : Detail sambungan kolom dengan kolom................................... 166

    Universitas Sumatera Utara

  • DAFTAR NOTASI

    Ag = Luas penampang bruto kolom (mm2)

    As = luas penampang beton (mm2)

    Ar = Luas penampang tulangan longitudinal (mm2)

    Asc = Luas penampang penghubung geser jenis paku (mm2)

    c1,c2,c3 = Koefisien untuk perhitungan karakteristik material kolom komposit

    Cs = Koefisien respon gempa yang ditentukan sesuai dengan pasal 12.8.1.1

    Cvx = Faktor distribusi vertikal

    dz = Tinggi daerah panel diantara pelat terusan (mm)

    E = Modulua elastisitas baja (MPa)

    Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)

    Em = Modulus elastisitas untuk perhitungan kolom komposit (Mpa)

    Fa = Koefisien periode pendek

    Fv = Koefisien periode 1.0 detik

    Fi = Porsi geser dasar gempa (V) yang timbul di tingkat i

    fcr = Tegangan tekan kritis (Mpa)

    fL = Tegangan leleh dikurangi tegangan sisa, (Mpa)

    fr = Tegangan sisa, (Mpa)

    fy = Tegangan leleh penampang (Mpa)

    fyc = Tegangan leleh penampang kolom (Mpa)

    fym = tegangan leleh untuk perhitungan kolom komposit (Mpa)

    fc = Kuat tekan karakteristik beton (Mpa)

    fr = Tegangan residu, besarnya 70 Mpa untuk penampang dirol

    Universitas Sumatera Utara

  • G = Modulus geser baja

    g = Percepatan gravitasi 9.81 m/det2 .

    hi / hx = Tinggi (ft atau m) dari dasar sampai Tingkat i atau x

    h = Tinggi penampang

    I = Inersia profil

    I = Faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesui pasal 11.5-1

    J = Momen inersia torsi

    Kc = Faktor panjang tekuk

    kc = Factor panjang efektif kolom

    k = Eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut:

    L = Panjang bentang

    Lb = Panjang bentang antara 2 pengekang yang berdekatan

    Lk = Panjang tekuk

    Lp = Batas panjang bentang untuk balok yang mampu menerima momen

    plastis

    Lr = Panjang bentang minimum untuk balok yang kekuatannya mulai

    Mcr = Momen kritis terhadap tekuk torsi lateral

    Mn = Momen lentur nominal penampang

    Mp = Momen plastis penampang

    Mu = Momen lentur perlu

    Nn = Kuat aksial nominal penampang (N)

    Nu = Kuat tekan perlu

    Qn = Kapasitas geser untuk penghubung geser (N)

    R = Faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesuai pasal 12.2-1

    Universitas Sumatera Utara

  • R = Faktor reduksi gempa

    r = Jari-jari kelengkungan

    rmin = Jari-jari girasi terkecil

    rm = jari-jari girasi kolom komposit (mm)

    ry = Jari-jari girasi terhadap sumbu y (sumbu lemah)

    Ss = Nilai spektra percepatan untuk periode pendek 0.2 detik di batuan

    dasar (SB) mengacu pada peta gempa indonesia 2010

    S1 = Nilai spektra percepatan untk periode 1.0 detik di batuan dasar (SB)

    mengacu pada peta gempa indonesia 2010

    SDS = Respon spektra percepatan desain untuk perioda pendek.

    SD1 = Respon spektra percepatan desain untuk perioda 1.0 detik.

    = Seksion modulus penampang

    Te = Waktu getar alami efektif yang memperhitungkan kondisi inelastic

    tf = Tebal flens

    tw = Tebal web

    V = Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur

    V1 = Gaya gempa static ekivalen

    Vn = Gaya geser nominal penampang

    Vp = Gaya geser plastis penampang

    Vu = Gaya geser perlu

    W = Berat gempa efektif menurut pasal 12.7.2

    wr = Lebar efektif gelombang pelat baja berprofil (mm)

    x1,x2 = Koefisien perhitungan momen tekuk torsi lateral

    Zx, Zy = Modulus plastis penampang

    Universitas Sumatera Utara

  • *pbM = Jumlah momen-momen balok-balok pada pertemuan as balok dan as

    kolom

    *pcM = Jumlah momen-momen kolom dibawah dan diatas sambungan pada

    pertemuan as balok dan as kolom

    T = Target perpindahan

    c = Parameter kelangsingan elemen tekan

    p = Batas kelangsingan untuk penampang kompak

    r = Batas kelangsingan untuk penampang non kompak

    = Koefisien/faktor tekuk

    = Angka Poisson

    = Tegangan normal

    = Factor reduksi kekuatan

    = Perputaran sendi plastis

    s = Perpindahan (story driff) akibat gempa

    c = Factor reduksi beban aksial tekan

    = Konstanta yang tergantung pada peraturan perencanaan bangunan

    yang digunakan, misalnya untuk IBC-2009 dan ASCE 7-10 dengan

    gempa 2500 tahun menggunakan nilai sebesar 2/3 tahun

    Universitas Sumatera Utara

  • ABSTRAK

    Perkembangan teknologi saat ini juga berimbas pada dunia konstruksi yang juga mengalami kemajuan yang cukup drastis terutama di bidang desain. Kayu dan beton yang selama ini digunakan penuh dalam setiap pembangunan gedung kini sudah mulai beralih menggunakan material baja. Karena diharapkan dengan menggunakan material baja ini dapat mengurangi terciptanya sampah-sampah konstruksi yang selama ini masih menjadi masalah bagi lingkungan. sebagai hasilnya terciptalah berbagai metode dalam desain struktur salah satunya sistem struktur komposit yang terdiri dari gabungan baja dan beton. Dengan adanya sistem ini bangunan tingkat tinggi bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu pada dunia konstruksi saat ini, tetapi sudah menjamur di setiap kota di setiap negara di dunia disamping proses pengerjaannya ramah terhadap lingkungan juga proses pengerjaannya lebih cepat dari konstruksi beton biasa.

    Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan komposit tahan gempa yang mengacu pada peta gempa 2010. Bangunan terdiri dari 10 lantai dimana dimensi bangunan 24 x 24 m2, bangunan direncanakan berada di kota Medan dengan kondisi tanah lunak. Perhitungan analisa struktur dilakukan dengan program ETABS v 9.5.0, sedangkan untuk desain elemen struktur dilakukan secara manual dengan metode LRFD mengacu pada SNI 03-1729-2002. Desain struktur direncanakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMMK) dan tetap menggunakan konsep Strong Coloum Weak Beam (SCWB).

    Dari hasil desain yang dilakukan didapatkan bahwa bangunan yang direncanakan telah memenuhi kriteria tahan gempa sesuai ASCE 7-05 dan juga telah memenuhi syarat SRPMK dan SCWB sesuai standard SNI 03-1729-2002.

    Kata Kunci : Struktur komposit, tahan gempa, SRPMK, SCWB.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah

    Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari,

    tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

    kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang ditimpanya dalam waktu relatif

    singkat. Letak Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng

    Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia, menyebabkan hampir semua

    wilayah Indonesia mempunyai resiko gempa tektonik tinggi. Karena letaknya yang

    demikian, Indonesia seakan-akan berada di dalam lingkaran api yang terus membara.

    Melihat perkembangan konstruksi gedung di Indonesia, perlu dicari suatu

    solusi yang mampu mengatasi resiko gempa yang besar di Indonesia, diantaranya

    penggunaan baja sebagai salah satu alternatif material bangunan yang dipilih di

    Indonesia. Disamping itu, juga perlu adanya perbaikan terhadap peraturan gempa

    Indonesia (SNI 03-1726-2002) termasuk pengkajian ulang terahadap Peta Zona

    Gempa yang digunakan untuk keperluan perancangan infrastruktur tahan gempa

    selama ini karena banyak sudah gempa terjadi dalam satu dekade terakhir sejak

    dikeluarkannya peraturan gempa Indonesia (SNI 03-1726-2002), seperti gempa Aceh,

    nias, yogya, padang dan yang terakhir gempa mentawai.

    Umumnya bangunan tahan gempa direncanakan berdasarkan analisa struktur

    elastis yang diberi faktor beban untuk simulasi kondisi ultimite (batas). Namun, pada

    kenyataannya perilaku runtuh bangunan saat gempa adalah inelastis.

    Baja menjadi material yang dipilih dikarenakan karakteristik keruntuhan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • bersifat daktail, dimana daktail adalah suatu sifat yang mempengaruhi mekanisme

    keruntuhan pada material baja ketika struktur baja telah berada pada kondisi inelastis

    (plastisnya). Ketika mekanisme ini terjadi, baja akan mengalami leleh sebelum

    runtuh yang akan memberikan waktu bagi para pengguna gedung untuk

    menyelamatkan diri, tidak seperti beton tanpa tulangan baja yang bersifat getas yang

    akan runtuh seketika pada saat gaya yang bekerja telah melampaui kemampuan

    ultimit beton.

    Gambar 1.1. Hubungan tegangan-regangan pada beton dan baja (beban sentris)

    Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan menggunakan penampang

    komposit baja-beton, dimana penampang komposit merupakan penampang yang

    terdiri dari profil baja dan beton yang digabung bersama untuk memikul beban tekan

    dan lentur. Dan diharapkan dengan menggunakan penampang komposit ini baik dari

    segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan akan lebih menguntungkan.

    Keistimewaan yang nyata dari sitem komposit (Charles G.Salmon, 1991)

    adalah :

    - Penghematan berat baja

    Universitas Sumatera Utara

  • - Penampang balok baja yang digunakan lebih kecil

    - Kekakuan lantai meningkat

    - Kapasitas menahan beban lebih besar

    - Panjang bentang untuk batnag tertentu dapat lebih besar

    Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar dibandingkan

    dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan

    dengan demikian dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama

    dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih panjang. Apabila untuk

    mendapatkan aksi komposit bagian atas gelagar dibungkus dengan lempeng beton,

    maka akan didapat pengurangan pada tebal seluruh lantai, dan untuk bangunan-

    bangunan pencakar langit, keadaan ini memberikan penghematan yang cukup besar

    dalam volume, pekerjaan pemasangan kabel-kabel, pekerjaan saluran pendingin

    ruangan, dinding-dinding, pekerjaan saluran air, dan lain-lainnya. (Amon, Knobloch

    & Mazumder,1999).

    Gambar1.2 . Peta Gempa Indonesia 2010

    Peta Gempa Indonesia 2010 ini digunakan sebagai acuan dasar perencanaan

    Universitas Sumatera Utara

  • dan perancangan infrastruktur tahan gempa termasuk pengganti peta gempa yang ada

    di Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia (SNI-03-1726-2002).

    Dalam tugas akhir ini juga akan dibuat contoh perhitungan untuk bangunan

    10 lantai dengan ketinggian setiap lantai 3,75 meter. dengan bantuan software

    ETABS v.9.5 secara 3 dimensi, dan selanjutnya gaya/beban gempa yang bekerja

    dihitung dengan metode statis ekivalen.

    375 cm

    375 cm

    375 cm

    375 cm

    375 cm

    375 cm

    375 cm

    375 cm

    375 cm

    425 cm

    600 cm 600 cm 600 cm 600 cm

    600 cm

    600 cm

    600 cm

    600 cm

    600 cm 600 cm 600 cm 600 cm

    Gambar 1.3 Denah dan Potongan Bangunan

    I.2. Pembatasan Masalah

    Secara garis besar batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :

    1. Perencanaan ini tidak meninjau analisa biaya, manajemen konstuksi, maupun

    segi arsitektural;

    2. Balok ditahan secara lateral oleh pelat lantai sehingga pengaruh lateral

    torsional buckling (LTB) balok tidak diperhitungkan.

    3. Analisa Struktur

    Universitas Sumatera Utara

  • a) Beban gempa dihitung dengan menggunakan analisa beban gempa

    statik ekuivalen (SNI 03-1726-2002).

    b) Perhitungan mekanika struktur (kecuali struktur pelat lantai) untuk

    mendapatkan gaya-gaya dalam (bidang M, D dan N) menggunakan

    bantuan program ETABS v.9.5.

    c) Permodelan struktur dilakukan secara 3 Dimensi (analisa gempa

    ditinjau pada dua arah).

    d) Model desain yang digunakan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen

    Khusu (SRPMK)

    e) Simpangan antar tingkat (inter story drift) untuk keadaan layan batas

    (servicesability limit state),

    I.3. Maksud Dan Tujuan

    Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah :

    1. Menentukan dimensi sruktur utama gedung (preliminari desain), baik

    penampang struktur primer maupun sekunder..

    2. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu

    ETABS v.9.5.

    3. Bisa merencanakan sambungan pada balok-kolom maupun kolom-kolom

    yang memenuhi kriteria perancangan struktur.

    Manfaat dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah :

    1. Mendapatkan suatu desain bangunan gedung komposit yang mampu menahan

    gempa dan memenui persyaratn keamanan struktur.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Diharapkan gedung yang direncanakan dengan metode SRPMK ini mampu

    menahan beban gempa yang dimungkinkan akan terjadi, dan memberikan

    rasa aman dan nyaman kepada penghuninya.

    I.4. Metodologi Pembahasan

    Adapun metodologi pembahasan dilakukan dengan metode study literatur yaitu

    dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari buku-buku, perpustakaan serta

    masukan dari dosen pembimbing. Analisa struktur dilakukan dengan bantuan

    program komputer untuk mempercepat perhitungan. Dalam hal ini program yang

    akan digunakan adalah ETABS v.9.5.

    Untuk perencanaan hitungan gempa digunakan analisis beban statik ekivalen,

    dan sebelum perhitungan beban, ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu

    elemen-elemen pada struktur dipilih dengan cara coba-coba (trial and error), dengan

    mempertimbangkan kekuatan elemen dan simpangan antar tingkat yang terjadi

    kemudian dilakukan perhitungan berat bangunan pada setiap lantainya.

    Untuk perencanaan/desain penampang digunakan metode LRFD (Load

    Resistance Factor Desain), dan dilakukan dalam beberapa tahap berikut ini:

    1) Setelah dilakukan analisa struktur dengan menggunakan program ETABS

    v.9.5, maka didapat nilai momen dan gaya geser ultimit yang terjadi,

    dimana momen dan gaya geser ultimit tersebut diambil dari kombinasi yang

    paling menentukan.

    2) Dengan hasil analisa ETABS, selanjutnya profil yang didesain diawal

    dilakukan pengecekan kembali dengan tahapan sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • Secara garis besar bisa diperhatiukan pada bagan/diagram alir di bawah ini:

    Bagan/diagram alir metode penulisan tugas akhir:

    Jika NOT OK

    Mulai

    Pemilihan Kriteria Design

    Pengumpulan dan pencarian data

    Preliminary design

    Beban gempa Statis

    Analisa Struktur dengan ETABS ( 3 Dimensi )

    Output gaya dalam akibat beban gravitasi dan gempa statis

    Selesai

    Beban gravitasi

    Syarat-syarat OK

    Menganalisis dan mendesain SRPMK berdasarkan peraturan SNI 03-1729-2002

    Universitas Sumatera Utara

  • I.5. Sistematika Pembahasan

    Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis

    besar isi setiap bab yang akan dibahas pada tugas akhir ini. Sistematika penulisan

    tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi mengenai latar belakang dan perumusan masalah, tujuan

    penulisan, batasan masalah, dan sistematika pembahasan. Secara umum bab ini

    memberikan gambaran secara umum mengenai penyusunan tugas akhir ini.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisi penjelasan dan gambaran umum dari material baja dan beton

    sebagai struktur komposit, konsep Sistem Struktur Pemikul Momen Khusus,

    konsep mekanisme keruntuhan dan plastisitas struktur portal gedung, serta

    konsep perencanaan sesuai peta gempa 2010.

    BAB III PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR

    Bab ini berisi asumsi-asumsi, aturan-aturan yang dijadikan patokan serta

    tahapan/proses perhitungan dalam mendesain struktur komposit tahan gempa

    ini. Disamping itu bab ini juga berisi perhitungan beban-beban pada struktur

    termasuk beban mati, hidup dan gempa yang kemudian dilakukan pemodelan

    struktur bangunan dengan menggunakan bantuan program ETABS v.9.5,

    disamping itu juga

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV APLIKASI DAN DESAIN STRUKTUR

    Bab ini berisi tentang proses mendesain struktur utama termasuk balok

    komposit, kolom komposit dan rencana sambungan antar balok dan balok serta

    antara kolom dan kolom.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh kegiatan tugas akhir

    ini dengan menitikberatkan pada kinerja dan perilaku kedua sistem struktur

    bangunan tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. UMUM

    Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan konstruksi

    di Indonesia termasuk pemakaian baja menjadi bahan konstruksi. Baja menjadi

    sangat penting karena memiliki tingkat daktalitas (ductility) yang sangat tinggi,

    dimana ductility merupakan kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam

    tegangan maupun regangan sebelum terjadi kegagalan. (Charles G. Salmon, 1991)

    Sebelumnya pada struktur komposit, kerangka baja yang menyangga

    konstruksi pelat beton bertulang pengaruh komposit dari pelat beton dan baja yang

    bekerja bersama-sama tidak diperhitungkan. Hal ini terjadi karena adanya asumsi

    pada saat mendesain bahwa pelat beton dan baja dalam menahan beban bekerja

    secara terpisah, dan ikatan antara pelat beton dan bagian atas balok baja dianggap

    tidak dapat diandalkan.

    Namun dengan berkembangnya teknik pengelasan, pemakaian alat

    penyambung geser (shear connector) mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya

    geser horizontal yang timbul ketika batang terlentur. (Charles G. Salmon, 1991)

    Karena struktur komposit melibatkan dua macam material yang berbeda,

    maka perhitungan kapasitasnya tidak sesederhana bila struktur bukan komposit.

    Karakteristik dan dimensi kedua bahan akan menentukan bagaimana pemilihan jenis

    profil dan pelat beton yang akan dikomposisikan dan kinerja struktur tersebut.

    (Suprobo, 2000)

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.1 Pemasangan shear connector pada balok komposit

    Sistem struktur komposit sendiri terbentuk akibat interaksi antara komponen

    struktur baja dan beton yang karakteristik dasar masing-masing bahan dimanfaatkan

    secara optimal. Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur baja adalah

    kekuatan tinggi, modulus elastisitas tinggi, serta daktalitas tinggi. Sedangkan

    karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton adalah ketahanan yang baik

    terhadap api, mudah dibentuk, dan murah. (Dong Keon Kim, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.2 Model shear connector pada balok komposit

    Struktur komposit dalam aplikasinya dapat merupakan elemen dari bangunan,

    baik sebagai balok, kolom, dan pelat. Struktur balok komposit terdiri dari dua tipe

    yaitu balok komposit dengan penghubung geser dan balok komposit yang

    diselubungi beton. Kolom komposit dapat merupakan tabung atau pipa baja yang

    dicor beton atau baja profil yang diselimuti beton dengan tulangan longitudinal dan

    diikat dengan tulangan lateral. Pada struktur pelat komposit digunakan pelat beton

    yang bagian bawahnya diperkuat dengan dek baja bergelombang. (Ida Bagus Rai

    Widiarsa & Putu Deskarta, 2007).

    II.2. STRUKTUR KOMPOSIT

    Batang komposit adalah batang yang terdiri dari profil baja dan beton yang

    digabung bersama untuk memikul beban tekan dan atau lentur. Batang yang memikul

    lentur umumnya disebut dengan balok komposit. Sedangkan batang yang memikul

    beban tekan umumnya disebut dengan kolom komposit.

    Di era modern saat ini banyak gedung-gedung dengan struktur komposit baja-

    beton untuk elemen baloknya menggunakan balok komposit penuh. Balok komposit

    Universitas Sumatera Utara

  • penuh ini sendiri mempunyai beberapa tipe, diantaranya balok komposit dengan pelat

    beton yang dicor tempat (solid in situ), balok komposit yang menggunakan precast

    reinforced concrete planks yang bagian atasnya kemudian dicor tempat, balok

    komposit yang penghubung gesernya diberi perkuatan, serta balok komposit yang

    diberi bondek (gambar 2.3 )

    Gambar 2.3 Tipe balok komposit yang diberi bondek

    Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan balok komposit yaitu

    penghematan berat baja, penampang balok baja dapat lebih rendah, kekakuan lantai

    meningkat, panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, kapasitas

    pemikul beban meningkat. Penghematan berat baja sebesar 20 % sampai 30 %

    seringkali dapat diperoleh dengan memanfaatkan semua keuntungan dari sistem

    komposit. Pengurangan berat pada balok baja ini biasanya memungkinkan

    pemakaian penampang yang lebih rendah dan juga lebih ringan. Keuntungan ini bisa

    banyak mengurangi tinggi bangunan bertingkat banyak sehingga diperoleh

    Universitas Sumatera Utara

  • penghematan bahan bangunan yang lain seperti dinding luar dan tangga (Salmon &

    Johnson, 1991)

    III.2.1.Balok Komposit

    Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak

    dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban

    yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan

    balok melentur (Spiegel & Limbrunner,1998).

    Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok yang

    kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih bahan

    (Bowles,1980). Beberapa jenis balok komposit antara lain :

    a) Balok komposit penuh

    Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus disediakan dalam

    jumlah yang memadai sehingga balok mampu mencapai kuat lentur

    maksimumnya. Pada penentuan distribusi tegangan elastis, slip antara baja

    dan beton dianggap tidak terjadi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.6).

    b) Balok komposit parsial

    Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam memikul lentur dibatasi

    oleh kekuatan penghubung geser. Perhitungan elastis untuk balok seperti ini,

    seperti pada penentuan defleksi atau tegangan akibat beban layan, harus

    mempertimbangkan pengaruh adanya slip antara baja dan beton (SNI 03-

    1729-2002 Ps. 12.2.7).

    c) Balok baja yang diberi selubung beton

    Universitas Sumatera Utara

  • Walaupun tidak diberi angker, balok baja yang diberi selubung beton di

    semua permukaannya dianggap bekerja secara komposit dengan beton,

    selama hal-hal berikut terpenuhi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.8)

    - Tebal minimum selubung beton yang menyelimuti baja tidak kuang

    daripada 50 mm, kecuali yang disebutkan pada butir ke-2 di bawah.

    - Posisi tepi atas balok baja tidak boleh kurang daripada 40 mm di bawah

    sisi atas pelat beton dan 50 mm di atas sisi bawah plat.

    - Selubung beton harus diberi kawat jaring atau baja tulangan dengan

    jumlah yang memadai untuk menghindari terlepasnya bagian selubung

    tersebut pada saat balok memikul beban.

    Gambar 2.4 Penampang balok komposit

    III.2.1.1. Lebar efektif pelat beton

    Lebar efktif pelat lantai yang membentang pada masing-masing sisi dari

    sumbu balok tidak boleh melebihi :

    - Untuk gelagar interior :4LbE , dan

    oE bb (untuk jarak balok yang sama)

    - Untuk gelagar eksterior:8LbE

    Universitas Sumatera Utara

  • b eff

    b tr

    GN baja

    tb

    H

    H/2

    ?

    yb

    yaGN komposit

    Ea Ea ea

    M

    eces

    Xe

    ec = (es/n)

    Es xes

    + oE bb (jarak dari pusat balok ke pinggir slab)

    Dimana : L = bentang balok

    bo = bentang antar balok

    III.2.1.2. Kekuatan balok komposit dengan Penghubung geser

    Kuat lentur positif rencana ditentukan sebagai berikut (LRFD Pasal 12.4,2,1) :

    yw ft

    h 1680 , dengan

    - b = 0,85 dan Mn dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis pada

    penampang komposit

    - b = 0,9 dan Mn dihitung berdasarkan superposisi tegangan-tegangan

    elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara plastis

    pada penampang komposit.

    Kuat lentur negatif rencana b . Mn harus dihitung untuk penampang baja

    saja, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan pada butir 8 (LRFD Pasal 12.4.2.2)

    III.2.1.3. Menghitung Momen Nominal

    Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan elastis :

    Gambar 2.5. Distribusi tegangan elastis pada balok

    Universitas Sumatera Utara

  • - Menghitung nilai transformasi beton ke baja

    (MPa).untuk beton normal

    Dimana : Es = 200000 MPa

    c

    s

    EEn = ;

    nb

    b efftr = dan ( )tsxbA trtr =

    - Menentukan letak garis netral penampang transformasi :

    ( )str

    str

    AA

    dtsAtsAGNE

    +

    ++

    =2

    .2

    .

    - Menghitung momen inersia penampang transformasi

    ( ) 223

    2212.

    -

    ++++

    -+= GNEhrtsdAIxtsGNEA

    tsbIt s

    tr

    tf

    - Mengitung modulus penampang transformasi

    ytISdan

    ycIS

    GNEhrtsdytGNEyc

    trttr

    trctr ==

    -++==

    ..

    - Menghitung momen ultimit

    Kapasitas momen positif penampang balok komposit penuh

    digunakan dari nilai yang terkecil dari :

    ctrcn SnfM ...85.0'

    1 = dan ttryn SfM .2 =

    Jadi : Mu . Mn

    Universitas Sumatera Utara

  • b eff

    b tr0.85 fc'

    GN baja

    GN pelattb

    d

    c

    T

    Cca

    fy fyfy

    d1

    d/2

    tb

    Cs

    T'

    d2" d2'

    0.85 fc' 0.003

    GN komposit

    Pelat memadai Pelat tidak memadai Regangan batas

    Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan plastis :

    Gambar 2.6 Distribusi tegangan plastis (sumber: Charles G. Salmon, 1996)

    Menghitung momen nominal (Mn) positif :

    - Gaya tekan (C) pada beton : C = 0,85. fc.tp.beff

    Gaya tarik (T) pada baja : T = As.fy

    *Dari hasil diatas dipilih nilai terkecil

    - Menentukan tinggi balok tekan effektif : effbcf

    fyAsa.'.85,0

    .=

    - Kekuatan momen nominal : Mn = C..d1 atau T.d1

    Kuat nominal dalam bentuk gaya baja :

    -+=

    22. atsdfyAsMn

    Menghitung momen nominal (Mn) negatif :

    - Menentukan lokasi gaya tarik pada balok baja

    T = n.Ar.fy dan Pyc = As.fy

    Gaya pada sayap ; fytfbfPf ..=

    Gaya pada badan ; PfTPycPw --=2 ; yw

    ww ft

    Pa.

    =

    - Menghitung jarak ke centroid

    Universitas Sumatera Utara

  • ( ) ( )( )

    2

    .5,0.5,0.

    3

    2

    1

    dd

    PwPfatfPwtfPfd

    ctbhrd

    web

    =

    +++

    =

    -+=

    - Menghitung momen ultimit ;

    Mn = T (d1+d2) + Pyc (d3+d2)

    III.2.1.4. Penghubung Geser ( Shear Connector )

    Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh

    sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan.

    Idealnya alat penghubung geser harus cukup kaku untuk menghasilkan interaksi

    penuh, namun hal ini akan memerlukan pengaku yang sangat tergar.Adapun jenis-

    jenis alat penghubung geser yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

    - Alat penyambung stud (stud connector) berkepala dan berbentuk pancing.

    - Alat peyambung kanal (canal connector)

    - Alat penyambung spiral (spiral connector)

    - Alat penyambung siku (angle conector)

    Gambar 2.7. Tipe-tipe shear connector

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada tugas akhir ini, alat penghubung geser yang digunakan berbentuk stud

    berkepala (stud connector). Kekuatan penghubung geser jenis paku (LRFD Pasal

    12.6.3)

    ( ) fuArsEccfAQ scscn ...'..5,0 =

    Dimana : rs untuk balok tegak lurus balok : 11..85,0

    -

    =

    hrHs

    hrwr

    Nrrs

    rs untuk balok sejajar balok : 11..6,0

    -

    =

    hrHs

    hrwrrs

    Dan untuk perhitungan jumlah penghubung geser (shear connector) yang

    dibutuhkan digunakan persamaan : nQ

    Cn =

    III.2.1.5. Kontrol Lendutan

    Batasam lendutan atau deflection pada balok telah diatur dalam SNI 03-1729-

    2002. Lendutan diperhitungkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

    - Lendutan yang besar dapat mengakibatkan rusaknya barang-barang atau

    alat-alat yang didukung oleh balok tersebut .

    - Lendutan yang terlalu besar akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi

    penghuni bangunan tersebut. Perhitungan lendutan pada balok

    berdasarkan beban kerja yang dipakai di dalam perhitungan struktur,

    bukan berdasarkan beban terfaktor. Besar lendutan dapat dihiutng dengan

    rumus :

    IEqlf

    ..384.5 4

    max = , untuk beban terbagi merata, dan

    IEPlf

    ..48

    4

    max = , untuk beban terpusat di tengah bentang

    Universitas Sumatera Utara

  • III.2.2. Kolom Komposit

    Kolom komposit didefinisikan sebagai kolom baja yang dibuat dari

    potongan baja giling (rolled) built-up dan di cor di dalam beton struktural atau

    terbuat dari tabung atau pipa baja dan diisi dengan beton struktural (Salmon &

    Jonson, 1996). Menurut SNI 03-1729-2002 Ada dua tipe kolom komposit, yaitu :

    - Kolom komposit yang terbuat dari profil baja yang diberi selubung beton di

    sekelilingnya (kolom baja berselubung beton).

    - Kolom komposit terbuat dari penampang baja berongga (kolom baja

    berintikan beton).

    a) b)

    c) d)

    Gambar 2.8 Penampang Kolom Komposit dari profil baja IWFdan Kingcross yang dibungkus beton, Persegi dan O yang diisi beton

    Pada tugas akhir ini penulis merencanakan kolom komposit dengan

    penampang dari profil kingcross yang dibungkus beton seperti yang tampak pada

    gambar 2.8.b. Profil kingcross yang digunakan merupakan produk dari PT. Gunung

    Garuda, adapun tampaknya dapat dilihat pada gambar berikut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.9 Profil Baja Kingcross

    Pada kolom baja berselubung beton (gambar a dan b) penambahan beton

    dapat menunda terjadinya kegagalan lokal buckling pada profil baja serta berfungsi

    sebagai material penahan api, sementara itu material baja disini berfungsi sebagai

    penahan beban yang terjadi setelah beton gagal. Sedangkan untuk kolom baja

    berintikan beton (gambar c dan d) kehadiran material baja dapat meningkatkan

    kekuatan dari beton serta beton dapat menghalangi terjadinya lokal buckling pada

    baja.

    Kolom komposit merupakan suatu solusi hemat untuk kasus dimana kapasitas

    beban tambahan yang diinginkan lebih besar dibandingkan dengan penggunaan

    kolom baja sendiri. Kolom komposit juga menjadi solusi yang efektif untuk berbagai

    permasalahan yang di ada pada desain praktis. Salah satunya, yaitu jika beban yang

    terjadi pada struktur kolom sangatlah besar, maka penambahan material beton pada

    struktur kolom dapat memikul beban yang terjadi, sehingga ukuran profil baja tidak

    perlu diperbesar lagi (Roberto Leon, Larry Griffis,2005).

    Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen struktur tekan (SNI 03-1729-

    2002 Ps.12.3.1) :

    1. Luas penampang profil baja minimal sebesar 4 % dari luas penampang

    komposit total.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Selubung beton untuk penampang komposit yang berintikan baja harus

    diberi tulangan baja longitudinal dan tulangan pengekang lateral.

    3. Tulangan baja longitudinal harus menerus pada lantai struktur portal,

    kecuali untuk tulangan longitudinal yang hanya berfungsi memberi

    kekangan pada beton.

    4. Jarak antar pengikat lateral tidak boleh melebihi 2/3 dari dimensi terkecil

    penampang kolom komposit. Luas minimum penampang tulangan

    transpersal (atau longitudinal) terpasang, tebal bersih selimut beton dari

    tepi terluar tulangan longitudinal dan transversal minimum sebesar 40

    mm.

    5. Mutu beton yang digunakan tidak lebih 55 MPa dan tidak kurang dari 21

    MPa untuk beton normal dan tidak kurang dari 28 MPa untk beton

    ringan.

    6. Tegangan leleh profil dan tulangan baja yang digunakan untuk

    perhitungan kekuatan kolomkomposit tidak boleh lebih dari 380 MPa.

    7. Tebal minimum dinding pipa baja atau penampang baja berongga yang

    diisi beton adalah untuk setiap sisi selebar b pada

    penampang persegi dan untuk penampang bulat yang

    mempunyai diameter luar D.

    Kuat rencana kolom komposit yang menumpu beban aksial adalah cNn

    dengan c = 0,85

    ( )crsu fAN .= dan

    =

    wf

    f mycr

    untuk : 25.0rl ...maka 1=w

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.125.0 rl ...maka c

    wl67.06.1

    47.1-

    =

    2.1rl .maka 225.1 cxw l=

    dengan :Emfmy

    rLkcc

    m pl =

    cfwE

    AAEcEE

    AAcfc

    AAfyrcfyfmy

    c

    s

    ccm

    s

    c

    s

    r

    '041,0

    '

    5,1

    3

    21

    =

    +=

    +

    +=

    III.2.3. Aksi Komposit

    Aksi komposit terjadi apabila dua batang struktural pemikul pemikul beban

    seperti pada pelat beton dan balok baja sebgai penyangganya dihubungkan secara

    menyeluruh dan mengalami defleksi sebagai satu kesatuan.

    Pada balok non-komposit pelat beton dan balok baja tidak bekerja bersama-

    sama sebagai satu kesatuan karena tidak terpasang alat penghubung geser, sehinga

    masing-masing memikul beban secara terpisah. Apabila balok non-komposit

    mengalami defleksi pada saat dibebani, mka permukaan bawah pelat beton akan

    tertarik dan mengalami perpanjangan sedangkan permukaan atas dari balok baja akan

    tertekan dan mengalami perpendekan.

    Karena pengubung geser tidak terpasang pada bidang pertemuan antara pelat

    beton dan balok baja maka pada bidang kontak tersebut tidak ada gaya yang

    menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat atas balok baja.

    Dalam hal ini, pada bidang kontak tersebut hanya bekerja gaya geser vertical.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sedangkan pada balok komposit, pada bidang pertemuan antara pelat beton

    dan balok baja dipasang alat penghubung geser (shear connector) sehingga pelat

    beton dan balok baja bekerja sebagai satu kesatuan. Pada bidang kontak tersebut

    bekerja gaya geser vertical dan horizontal, dimana gaya geser horizontal tersebut

    akan menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat atas balok baja.

    Gambar 2.10 Perbandingan defleksi antara balok komposit dan non-komposit

    Pada dasarnya aksi komposit pada balok komposit dapat tercapai atau

    tidaknya tergantung dari penghubung gesernya. Biasanya penghubung geser

    diletakkan disayap atas profil baja. Hal ini bertujuan untk mengurangi terjadinya slip

    pada pelat beton dengan balok baja. (Qing Quan Liang, 2004)

    II.3. STRUKTUR TAHAN GEMPA

    Gempa bumi merupakan salah satu bagian dari jenis beban yang dapat

    membebani struktur selain beban mati, beban hidup dan beban angin, dimana beban

    gempa ini termasuk kepada beban dinamis. Beban dinamis adalah beban yang

    berubah-ubah menurut waktu, arah maupun posoisinya. Beban dinamis dapat

    dikatagorikan dalam dua hal yaitu beban periodic maupun beban non periodik.

    Beban gempa memang tidak selalu diperhitungkan dalam perencanaan atau

    analisa struktur. Namun bagi struktur yang dibuat pada suatu lokasi dimana gempa

    bumi dapat terjadi maka analisa ini harus dibuat. Gaya gempa tidak dapat diprediksi

    Universitas Sumatera Utara

  • kapan datangnya, sehinga ketika gempa menimpa struktur bangunan maka ada hal

    yang dapat dilihat. Bangunan itu tetap kokoh tanpa ada korban jiwa, bangunan rusak

    tanpa ada korban jiwa, dan bisa juga bangunan rusak serta terdapat korban jiwa.

    Kerusakan bangunan akibat gempa bumi dapat diantisipasi dengan beberapa

    metode, baik secara konvensional maupun secara teknologi.

    Umumnya ada tiga faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam

    mendesain semua struktur yaitu : faktor kekuatan, kekakuan, dan stabilitas.

    Pertimbangan kekuatan adalah faktor yang penting untuk bangunan

    bertingkat rendah. Akan tetapi dengan semakin bertambah tingginya bangunan,

    faktor kekakuan dan stabilitas menjadi lebih penting bahkan menjadi faktor utama

    dalam desain.

    Ada dua cara untuk memenuhi faktor kekakuan dan stabilitas didalam suatu

    struktur. Yang pertama adalah memperbesar ukuran-ukuran elemen dengan

    melampaui permintaan kekuatan. Namun hal ini memiliki keterbatasan, dimana pada

    suatu tempat menjadi tidak praktis dan tidak ekonomis lagi untuk memperbesar

    ukuran elemen. Cara kedua adalah merupakan cara penyelesaian yang lebih baik

    adalah dengan mengubah struktur menjadi sesuatu yang lebih kaku dan stabil untuk

    membatasi deformasi dan juga untuk meningkatkan stabilitas.

    Belum ada laporan yang mengatakan bahwa sebuah bangunan runtuh karena

    gaya atau beban angin. Secara analitis dapat ditunjukkan bahwa bangunan tinggi

    yang diberi aksi angin pada suatu titik tertentu akan mencapai keruntuhan yang

    disebut efek delta P (-P). Karena itu kriteria kestabilan (stabilitas) adalah untuk

    memastikan bahwa gaya angin yang akan terjadi dibawah beban yang diperbolehkan

    pada batasan stabilitas.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pertimbangan kedua adalah pembatasan defleksi lateral agar detail arsitektur

    dan dinding penyekat ruangan tidak rusak. Meskipun tidak separah kerusakan /

    keruntuhan bangunan secara keseluruhan, tetapi defleksi lantai dengan lantai (tarikan

    antar lantai) harus dibatasi dikarenakan biaya untuk mengganti jendela serta elemen

    non struktur lainnya adalah besar dan pecahan-pecahan kaca dapat melukai bahkan

    membunuh penghuni bangunan tersebut.

    II.3.1. Desain Struktur Tahan Gempa

    Bagi struktur yang direncanakan dapat menahan beban gempa, maka struktur

    tersebut harus dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :

    1. Pada saat terjadi gempa ringan, maka tidak terjadi kerusakan baik pada elemen

    struktural maupun non-srruktural.

    2. Pada saat terjadi gempa sedang, elemen structural tidak boleh rusak, sedangkan

    elemen non-struktural boleh rusak tetapi masih bisa diperbaiki lagi.

    3. Pada saat terjadi gempa kuat, elemen non-struktural dan structural rusak (terjadi

    sendi plastis pada struktur) tetapi struktur tidak sampai runtuh (mekanisme runtuh

    di desain)

    Untuk perencanaan pembebanan gempa ini digunakan analisis beban statik

    ekivalen. Karena peta zoning gempa Indonesia terbaru 2010 mengacu pada ASCE 7-

    05, maka perhitungannya juga dilakukan dengan metode yang ada pada aturan

    tersebut, prosedur pengerjaannya sebagai berikut :

    II.3.1.1. Kategori hunian dan factor keutamaan (I)

    Universitas Sumatera Utara

  • Untuk kategori hunian dari bangunan yang akan direncanakan dapat dilihat

    pada table 1.1 pada ASCE 7-05, sedangkan factor keutamaan (I) dijelaskan pada

    table 11.5-1 ASCE 7-05.

    II.3.1.2. Klasifikasi Site

    Klasifikasi site merupakan kategori jenis tanah pada tempat bangunan yang

    akan direncanakan sesuai kategori-kategori yang sudah ditetapkan pada peta gempa

    Indonesia 2010 table 2 ataupun pada ASCE 7-05 table 20.1 sebagai berikut :

    Klasifikasi Site Vs (m/s) N Su (kPa) A. Batuan Keras Vs 1500 N/A N/A

    B. Batuan 750 < Vs 1500 N/A N/A

    C. Tanah Sangat Padat dan Batuan Lunak 350 < Vs 750 N > 50 Su 100

    D. Tanah Sedang 175 < Vs 350 15 N 50 50 Su 100E. Tanah Lunak Vs < 175 N < 15 Su < 50

    Atau setiap profil lapisan tanah dengan ketebalan lebih dari 3 m dengan karakteristik sebagai berikut :

    1. Indeks plaastisitas, PI > 20,2. Kadar air (w) 40 %, dan3. Kuat geser tak terdrainase Su < 25 kPa

    F. Lokasi yang membutuhkan penyelidikan geoteknik dan analisis respon spesifik (site specific response analisys)

    Setiap profil ;lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik seperti :

    - Rentan dan berpotensi gagal terhadap beban gempa seperti likuifaksi, tanah lempung sangat sensitive, tanah tersementasi lemah.

    - Lempung organic tinggi dan/atau gambut (dengan ketebalan > 3 m)

    - Plastisitas tinggi (ketebalan H > 7.5 m dengan PI > 75 )

    - Lapisan lempung lunak/medium kaku dengan ketebalan H> 35 m

    Tabel 2.1 Klasifikasi Site

    Dari table diatas dapat ditentukan jenis tanah sesuai data-data yang sudah

    ada. Untuk tugas akhir ini direncanakan berada pada tanah lunak atau kategori E dan

    nantinya disesuaikan dengan peta gempa Indonesia 2010.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.3.1.3. Peta percepatan respon spectral (Ss dan S1)

    Peta percepatan maksimum gempa di batuan dasar mulai digunakan untuk

    peraturan perencanaan Indonesia pada tahun 1983 melalui PPTI-UG (Peraturan

    Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung) 1983. Pembagian daerah

    gempa tersebut adalah seperti pada gambar dibawah ini. Peta gempa ini merupakan

    hasil studi oleh Beca Carter dalam kerjasama bilateral Indonesia-New Zealand (Beca

    Carter Hollings dan Ferner, 1978).

    Gambar 2.11. Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam PPTI-UG 1983

    PPTI-UG 1983 diperbaharui pada tahun 2002 dengan keluarnya Tata Cara

    Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002

    (Gambar4). Peraturan baru ini disusun dengan mengacu pada UBC 1997.

    Gambar 2.12. Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam SNI 03-1726-2002

    Universitas Sumatera Utara

  • Seiring dengan perkembangan konstruksi gedung di Indonesia dan juga

    karena seringnya terjadi gempa besar belakangan ini, maka dikeluarkanlah peta

    gempa Indonesia terbaru 2010 , dimana yang menjadi patokan dalam pembuatan peta

    gempa ini adalah ASCE 7-10.

    Gambar 2.13. Peta hazard gempa Indonesia di batuan dasar pada kondisi spektra T = 0.2 detik untuk 2% PE 50 tahun.

    Berbeda dengan peta zoning gempa Indonesia 1983 dan 2002, peta gempa

    Indonesia 2010 secara kuantitatip tidak lagi diberikan dalam bentuk peta zoning

    gempa akan tetapi disajikan dalam format dua buah peta kontur percepatan gempa

    rencana maximum dari batuan dasar untuk waktu getar pendek 0.2 detik SS dan 1

    detik, S1.

    II.3.1.4. Spectral response coefficients (SDS dan SD1)

    Respon spectra adalah nilai yang menggambrakan respon maksimum dari

    system berserajat kebebasan tunggal (SDOF) pada berbagai frekuensi alami (periode

    alami) teredam akibat suatu goyangan tanah. Untuk kebutuhan praktis, maka respon

    spectra percepatan dibuat dalam bentuk respon spectra yang sudah disederhanakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Untuk penentuan parameter respon spectra percepatan di permukaan tanah,

    diperlukan factor ampkasi terkait spectra percepatan untuk periode pendek (Fa) dan

    periode 1 detik (Fv). Selanjutnya parameter respon spectra percepatan dipermukaan

    tanah dapat diperoleh dengan cara mengalikan koefisien Fa dan Fv (relatip sama

    dengan UBC-97 atau SNI 1726) dengan spectra percepatan untuk periode pendek

    (Ss) dan Periode 1 detik (S1) di batuan dasar yang diperoleh dari peta gempa

    Indonesia 2010 sesuai rumus berikut :

    SMS = Fa x Ss ,dan

    SMS = Fv x S1

    Klasifikasi Site SsSS 0.25 SS = 0.5 SS = 0.75 SS = 1.0 SS 1.25Batuan keras (SA) 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

    Batuan (SB) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0Tanah Sangat Padat dan

    Batuan Lunak (Sc)1.2 1.2 1.1 1.0 1.0

    Tanah Sedang (SD) 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0Tanah Lunak (SE) 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9

    Tanaha Khusus (SF) SS SS SS SS SS

    Tabel 2.2 Koefisien periode pendek, Fa

    Klasifikasi Site SPGASS 0.1 SS = 0.2 SS = 0.3 SS = 0.4 SS 0.5Batuan keras (SA) 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

    Batuan (SB) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0Tanah Sangat Padat dan

    Batuan Lunak (Sc)1.2 1.2 1.2 1.2 1.2

    Tanah Sedang (SD) 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0Tanah Lunak (SE) 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9

    Tanaha Khusus (SF) SS SS SS SS SS

    Tabel 2.3 Koefisien periode 1.0 detik, Fv

    SS adalah lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respon

    site spesifik. Selanjutnya untuk mendapatkan parameter respon spektra desain,

    Universitas Sumatera Utara

  • spektra percepatan desain untuk perioda pendek dan perioda 1.0 detik dapat

    diperoleh melalui perumusan berikut ini:

    SDS = SMS , dan SD1 = SM1

    II.3.1.5. Kategori Desain Gempa (Seismic Design Category/SDC)

    Perhitungan perancangan besarnya gaya gempa rencana untuk desain dan

    analisis perhitungan dinyatakan oleh besarnya gaya geser dasar, ketentuan mengenai

    syarat kekuatan dan pendetailan tulangan serta fleksibilitas ketidak teraturan bentuk

    bangunan dan limitasi tinggi bangunan tidak lagi ditentukan oleh peta zoning gempa

    sebagaimana halnya yang telah ditetapkan dalam SNI 1726-02. Pada ASCE 7-05,

    ketentuan mengenai hal tersebut di atas telah di gantikan oleh kriteria perancangan

    baru yang di sebut Kategori Desain Gempa (Seismic Design Category-SDC) dan

    dikaitkan dengan Kategori Hunian atau Occupancy Category. Struktur harus

    diperuntukan pada Kategori Desain Gempa sesuai dengan ASCE 7-05, Tabel 11.6-1

    dan Tabel 11.6-2.

    Nilai SDSKategori Hunian

    I atau II III IVSMS < 0,167 A A A0,167 SDS < 0,33 B B C0,33 SDS < 0,50 C C D0,50 SDS D D D

    Tabel 2.4 Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon periode pendek

    Nilai SDSKategori Hunian

    I atau II III IVSMS < 0,067 A A A0,067 SDS < 0,133 B B C0,133 SDS < 0,20 C C D0,20 SDS D D D

    Tabel 2.5 Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon periode 1 detik

    Universitas Sumatera Utara

  • II.3.1.6. Penentuan Koefisien R, Cd, dan

    Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi pada

    salah satu tipe yang ditunjukkan dalam ASCE 7-05, Tabel 12.2-1 atau kombinasi

    sistem seperti dalam ASCE 7-05, Pasal 12.2.2, 12.2.3, dan 12.2.4. Setiap tipe dibagi-

    bagi oleh tipe elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral.

    Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan kategori desain gempa

    dan batasan ketinggian yang ditunjukkan dalam Tabel, 12.2-1. Koefisien modifikasi

    respons yang tepat, R, faktor kuat lebih sistem, , dan faktor pembesaran defleksi,

    Cd, ditunjukkan dalam Tabel 12.2-1 harus digunakan dalam penentuan geser dasar,

    gaya desain elemen, dan drif tingkat desain

    II.3.1.7. Prosedur pengerjaan yang dipergunakan

    Analisis struktur yang dibutuhkan terdiri dari salah satu dari tipe yang

    diperbolehkan dalam ASCE 7-05, Tabel 12.6-1 berdasar pada kategori desain gempa

    struktur, sistem struktural, data dinamik, dan keteraturan, atau dengan persetujuan

    otoritas yang mempunyai yurisdiksi, suatu alternatif prosedur yang berlaku umum

    boleh digunakan. Prosedur Analisis yang terpilih harus diselesaikan menurut

    kebutuhan sesuai dengan subbab yang terkait mengacu pada Tabel 5.6-1.

    II.3.1.8. Design base shear (V)

    Geser dasar gempa (base shear), V dalam arah yang ditetapkan harus

    ditentukan sesuai dengan ASCE 7-05, Pers.12.8-1.

    WCV s=

    Koefisien respon gempa dapat dihitung sesai dengan ASCE 7-05, pers 12.8.2.

    Universitas Sumatera Utara

  • =

    TR

    SC DSs

    Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan ASCE 7-05, Pers. 12.8-2 tidak perlu melebihi:

    =

    TRT

    SC Ds 1 untuk T TL

    =

    TRT

    TSC LDs2

    1 untuk T > TL

    Cs harus tidak kurang dari 0,01. Dan sebagai tambahan, untuk struktur yang

    berlokasi dimana S1 sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, Cs harus tidak kurang

    dari :

    =

    IR

    SCs 15,0

    II.3.1.9. Periode Struktur Dasar (T)

    Perioda struktur dasar (T) dalam arah yang ditinjau harus diperoleh

    menggunakan properti struktur dan karateristik deformasi elemen penahan dalam

    analisis yang teruji. Perioda dasar (T) tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk

    batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari ASCE 7-05, Tabel 12.8-1 dan

    perioda dasar pendekatan, (Ta) yang ditentukan dari ASCE 7-05, Pers. 12.8-7.

    Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda dasar

    (T) diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, (Ta) yang

    dihitung sesuai dengan ASCE 7-05, Pasal 12.8.2.1. Perioda dasar pendekatan (Ta),

    dalam detik, harus ditentukan dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.2.1, Pers.12.8-7, dimana

    Universitas Sumatera Utara

  • hn adalah tinggi dalam feet di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur dan

    koefisien Ct dan x ditentukan dari ASCE 7-05, Tabel 12.8-2.

    Tipe Struktur Ct xSistem rangka penahan momen dimana rangka

    menahan 100% gaya gempa yang disyaratkan dan

    tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan

    komponen yang lebih kaku dan akan mencegah

    rangka dari defleksi bilamana dikenai gaya gempa:

    Rangka penahan momen baja0.028

    (0.0724)a0.8

    Rangka momen penahan beton0.016

    (0.046)a0.9

    Rangka baja dibres secara eksentris0.03

    (0.0731)a0.75

    Semua sistem struktur lainnya 0.02

    (0.0488)a0.75

    Tabel 2.6 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x

    Dimana nilai Perioda dasar ( T) tidak boleh melebihi, T CuTa dengan Cu

    sebagai batasan atas pada perioda yang dihitung yang ditentukan dari ASCE 7-05,

    Tabel 12.8-1.

    Parameter Percepatan Respon Spektrum Desain pada 1 detik

    SD1Koefisien Ct

    0.4 1.40.3 1.40.2 1.50.15 1.6

    0.1 1.7

    Tabel 2.7 Koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung

    Universitas Sumatera Utara

  • II.3.1.10. Distribusi gaya Vertikal (Fx)

    Gaya gempa lateral (Fx) (kip atau kN) yang timbul di semua tingkat harus

    ditentukan dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.3:

    VCF vxx = dan

    =

    = n

    i

    kii

    kxx

    vx

    hw

    hwC

    1

    Dimana : Cvx = faktor distribusi vertikal

    V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur

    w1 / w2 = porsi berat gempa efektif total struktur (W) yang

    ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x

    hi / hx = tinggi (ft atau m) dari dasar sampai Tingkat i atau x

    k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur

    sebagai berikut:

    - k = 1 untuk periode sebesar 0,5 detik

    - k = 2 untuk periode sebesar 2,5 detik

    - jika 0,5 < T < 2.5, maka harus diinterpolasi.

    II.3.1.11. Distribusi gaya Horizontal (Vx)

    Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) (kip atau kN) harus

    ditentukan dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.4:

    =

    =n

    xixx FV

    Dimana : Fi = Porsi geser dasar gempa (V) yang timbul di tingkat i

    Geser tingkat desain gempa (Vx) (kip atau kN) harus didistribusikan pada

    berbagai elemen vertikal sistem penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau

    berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen penahan vertikal dan diafragma.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.4. SRPMK dan SCWB

    Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) merupakan sistem rangka

    ruang (yang terbentuk dari balok dan kolom) dimana komponen-komponen struktur

    dan join-joinnya menahan beban gravitasi dan beban lateral yang bekerja melalui

    aksi lentur, geser dan aksial. Sehingga struktur diharapkan dapat merespon gempa

    kuat secara inelastis tanpa mengalami keruntuhan getas, melainkan secara daktail.

    Getas ialah sifat bahan atau struktur yang apabila diberi beban luar sampai

    melebihi kuat elastisnya maka bahan atau struktur tersebut akan segera pecah atau

    rusak. Daktail merupakan sifat bahan atau struktur yang apabila diberi beban luar

    sampai melebihi kuat elastisnya tidak langsung pecahatau rusak, namun berubah

    bentuk dulu (misalnya memanjang) secara plastis sampai batas tertentu dan akan

    pecah atau rusak bila batas kemampuan plastisnya tercapai.

    Apabila struktur bersifat getas maka struktur harus kuat menahan beban

    gempa tersebut, namun pada struktur yang daktail kekuatannya tidak perlu lebih

    besar dari beban gempa tersebut. Hal ini karena pada strukitur yang getas akan segera

    runtuh jika beban gempa melebihi kekuatan elastisnya, sedangkan pada struktur yang

    daktail tidak akan runtuh, hanya akan mesuk pada kondisi lendutan plastis, hanya

    jika lendutan plastis ini mencapai maksimum baru struktur akan runtuh.

    Strong Coloum Weak Beam (SCWB) merupakan mekanisme keruntuhan suatu

    gedung yang mengharapkan terjadinya pembentukan sendi plastis pada daerah

    bentang balok terlebih dahulu sehingga keruntuhan yang ada diprioritaskan untuk

    terjadi pada daerah bentang balok. Mekanisme ini digunakan untuk mengurangi

    resiko kecelakaan pada pengguna gedung ketika gedung mengalami pembebanan

    yang berlebih yang dapat mengakibatkan keruntuhan gedung.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.14. Ilustrasi pembentukan sendi plastis pada SCWB

    II.4.1. Sambungan Balok-Kolom

    - Sambungan balok-kolom harus menunjukkan rotasi inelasis sekurang-

    kurangnya sebesar 0.03 rad berdasarkan referensi dari SNI-129-2002.

    - Sambungan balok-kolom harus memiliki juat lentur sekurang-kurangnya

    sama dengan momen nominal (Mp) dimana Mp = fy .Zx , kecuali apabila

    sambungan yang ada adalah sambungan antara kolom dan balok dengan

    penampang melintang yang direduksi. Balok tersebut akan memiliki nilai

    kuat lentur minimum sebesar 0.8 Mp.

    - Gaya geser terfaktor (Vu) yang dimiliki oleh sambungan balok-kolom

    harus ditentukan menggunakan kombinasi bean 1.2 DL + 0.5L ditambah

    dengan gaya geser yang dihasilkan dari bekerjanya momen lentur sebesar

    1.1 Ry fy Z. Gaya geser tersebut ditinjau pada masing-masing ujung balok.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.4.1.1. Batasan-Batasan Terhadap Balok dan Kolom

    Tidak diperkenankan terjadi perubahan luas sayap balok yang mendadak pada

    daerah sendi plastis. Selain itu, rasio antara lebar terhadap tebal harus memenuhi

    persyaratan p pada tabel berikut :

    Keterangan ElemenPerbandingan

    LebarTerhadap Tebal

    Nilai batas perbandingan

    lebar terhadap tebalSayap-sayap profil I,

    profil hibrida atau profil tersusun dan profil kanal

    dalam lenturtb

    fy135

    Pelat-pelat badan pada kombinasi lentur dan

    aksial tekan wc

    th

    Bila Nu/bNy 0.125

    -

    yb

    u

    NN

    fy f54.111365

    Bila Nu/bNy > 0.125

    fyNN

    fy ybu 66533.2500

    -

    f

    Penampang baja bulat beraongga dalam aksial

    tekasn dan lenturtD

    fy9000

    Penampang baja persegi berongga dalam aksial

    tekan dan lenturtb atau

    w

    c

    th

    fy290

    Tabel 2.8 Nilai Perbandingan lebar tehadap tebal (p) untuk elemen tekan

    II.4.1.2. Perbandingan Momen Kolom Terhadap Momen Balok

    Sambungan balok-kolom pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus harus

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    M*column > M*beam

    Keterangan :

    Universitas Sumatera Utara

  • M*column : Jumlah momen-momen kolom dibawah dan diatas sambungan pada

    pertemuan antara as kolom dan as balok. Ditentukan dengan

    menjumlahkan proyeksi kuat lentur nominal kolom diatas dan

    dibawah sambungan pada as balok dengan reduksi akibat gaya

    aksial tekan kolom. Diperkenankan untuk mengambil :

    -=

    g

    ucyccpc A

    NfZM *

    M*beam : Jumlah momen-momen balok pada pertemuan as balok dan as

    kolom. Ditentukan dengan menjumlahkan proyeksi kuat lentur

    nominal balok di daerah sendi plastis pada as kolom.

    Diperkenankan mengambil ( ) += ypypb MMRM 1.1* , dengan

    My adalah momen tambahan akibat amplikasi gaya geser dari

    lokasi sendi plasris ke as kolom.

    Apabila perbandingan antara jumlah momen kolom terhadap jumlah momen

    balok yang lebih besar dari 1.25 dan tetap berada dalam keadaan elastis di luar

    daerah panel, maka sambungan balok-kolom hanya perlu dikekang pada daerah

    sayap atas balok. Bila suatu kolom tidak menunjukkan keelastisitasannya di luar

    daerah panel, maka persyaratan berikut harus dipenuhi :

    1. Sayap-sayap kolom perlu dikekang secara lateral pada kedua sisi atas

    2. Setiap pengekang lateral sayap kolom direncanakan terhadap gaya

    terfaktor sebesar 2% dari kuat nominal 1 sayap balok (Ag.fy)

    3. Sayap-sayap kolom dikekang secara langsung maupun tidak langsung

    yaitu melalui pelat badan kolom atau pelat-pelat sayap balok

    Universitas Sumatera Utara

  • II.4.2. Jenis-Jenis Kombinasi Sambungan

    II.4.2.1. Sambungan Sederhana (Simple Connections)

    Gambar 2.15. Simple Connections

    Sambungan sederhana (simple connection) biasa dipakai untuk menyambung

    suatu balok ke balok lainnya atau ke sayap kolom. Pada tugas akhir ini penulis

    menggunakan metode sambungan ini yaitu pada sambungan balok anak dengan

    balok induk.

    II.4.2.2. Sambungan Momen (Momen Connections)

    Sambungan momen (moment connection) dirancang untuk memindahkan

    semua momen dan meniadakan rotasi batang pada sambungan karena sayap suatu

    balok memikul hampir seluruh momen lentur melalui gaya tarik dan gaya tekan

    sayap yang terpisah oleh lengan momen yang kira-kira sama dengan tinggi balok.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.16. Moment Connections

    Adapun sambungan momen ini memiliki jenis yang berbeda-beda diantaranya :

    1. Cover Plate Connections

    Sambungan ini dibuat dengan menambahkan lempengan baja pada ujung-

    ujung balok yaitu pada bagian atas dan bawah bagian sayap balok. Lempengan ini

    ditambahkan pada bagian ujung balok dengan mengelas bagian sisi lempengan

    tersebut terhadap elemen utama struktur (balok dan kolom).

    Dengan penambahan pelat ini diharapkan bagian sambungan akan menjadi

    lebih kuat sehingga sendi plastis tidak akan terjadi di sambungan, tetapi diharapkan

    terjadi di bagian bentang balok sehingga mekanisme Strong Coloum Weak Beam

    (SCWB) bias terpenuhi.

    2. Flange Rib Connections

    Sambungan ini dibuat dengan menambahkan 2 buah pelat baja (umumnya)

    yang dipasang vertical pada bagian atas dan bawah di wilayah sambungan yang

    bertujuan untuk mengurangi kebutuhan pengelasan pada flens kolom dan untuk

    menggeser sendi plastis dari daerah muka kolom.

    Kemampuan dari kombinasi ini tergantung pada pengelasan flens di ujung

    bentang.Sambungan bisa mengalami kegagalan pada bagian flens kolom, walaupun

    Universitas Sumatera Utara

  • seharusnya tahanan terhadap kegagalan semacam itu lebih baik daripada yang

    dimiliki oleh cover plate dengan berkurangnya bagian yang di las.

    Pada saat pengetesan, ukuran dari benda uji membutuhkan dua ribs yang

    dipasang berdiri pada masing-masing bagian flens. Hal ini tentu saja menambah

    kebutuhan biaya. Namun, sejumlah tes desain terhadap benda uji yang hanya

    menggunakan satu buah rib mengindikasikan terjadinya kegagalan yang lebih cepat

    pada bagian las rib di ujung.

    3. Top and Bottom Haunch Connections

    Haunch diletakkan pada bagian atas dan bawah flens. Dari hasil tes yang

    telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa sambungan ini telah sukses memenuhi

    tujuan yang diinginkan.

    Namun, sambungan ini termasuk salah satu sambungan yang paling banyak

    memakan biaya. Biaya dapat dikurangi dengan menghilangkan bagian las antara

    flens balok dengan kolom. Namun, kemampuan dari jenis sambungan tersebut masih

    belum pernah diujikan. Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah bahwa

    keberadaan haunch diatas girder dapat menimbulkan masalah kearsitekturan.

    4. Reduced Beam Section Connections

    Pada sambungan jenis ini, bagian balok dengan sengaja mengalami

    pengurangan luasan pada bagian tertentu untuk menciptakan zona plastis yang

    berlokasi pada bagian bentang balok, jauh dari muka kolom. Salah satu metoda yang

    dilakukan adalah dengan mengurangi bagian flens balok secara simetris dari garis

    tengah balok ke dalam bentuk yang biasa disebut sebagai profil dog bone.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Sambungan Pelat Ujung (End Plate Connections)

    Sambungan momen plat ujung terdiri dari plat yang dilas pada ujung balok

    dan kemudian dibaut di lapangan ke kolom. Sambungan momen plat ujung dapat

    dikelompokkan berdasar keadaan ujung luarnya yaitu rata (flush) atau diperluas

    (extended). Sambungan momen plat ujung rata bila ujung ujung luar plat rata dengan

    sayap balok dan semua baut ada diantara kedua sayap balok. Sambungan momen plat

    ujung diperluas bila ujung plat ditambah permukaannya melampaui sayap sayap

    balok sehingga memungkinkan adanya baut untuk ditempatkan di daerah perluasan

    ini. Baik sambungan momen plat ujung rata atau plat ujung diperluas dapat diberi

    perkuatan sehingga lebih kaku seperti ditunjukkan oleh Gambar di bawah ini.

    Gambar 2.17 Sambungan Momen Pelat Ujung

    Adapun pada tugas akhir ini sambungan yang akan digunakan pada setiap

    titik sambungan adalah jenis sambungan momen pelat ujung (End Plate

    Connections). Penulis memilih jenis ini dikarenakan sambungan ini selain memiliki

    kekakuan yang lebih stabil juga lebih mudah dalam pelaksanaan dilapangan.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB III

    PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR

    III.1. PENDAHULUAN

    Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembebanan pada struktur serta

    analisa struktur dengan menggunakan program ETABS v 9.5. Disamping itu juga

    akan dibahas mengenai metodologi pembahasan serta langkah-langkah pengerjaan

    tugas akhir ini. Sebagai langkah awal akan ditampilkan denah bangunan, asumsi-

    asumsi yang digunakan, data-data struktur dan peraturan-peraturan yang digunakan

    dalam mendesain.

    III.1.1. Permodelan Geometri

    Struktur yang ditinjau dalam tugas akhir ini adalah sebuah portal ruang yang

    merupakan bagian dari gedung 10 tingkat yang direncanakan dengan menggunakan

    program analisa struktur ETABS v 9.5.

    Adapun tinggi bangunan adalah 38 meter dan setiap lantai memiliki

    ketinggian yang sama yaitu 3.75 meter, kecuali untuk lantai pertama ketinggian

    lantai yaitu 4,25 meter. Jarak untuk masing-masing bentang adalah sebesar 6 meter,

    dan memiliki denah yang simetris.

    Model bangunan yang akan direncanakan dapat dilihat pada sketsa denah

    bangunan dibawah ini :

    Universitas Sumatera Utara

  • 600 cm 600 cm 600 cm

    600

    cm

    600

    cm

    600

    cm

    BALOK ANAK

    BALOK INDUK

    KOLOM

    TANGGA

    500

    cm

    300 cm300 cm

    LIFT

    Gambar 3.1. Denah Bangunan

    Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan ditampilkan tabel yang menunjukkan

    data struktur secara keseluruhan:

    Data StrukturJumlah Lantai 10 lantai

    Luas Tiap Lantai 24 x 24 m2

    Tinggi Bangunan 38 m

    Tinggi lantai 1 4.25 m

    Tinggi Tingkat Lain 3.75 m

    Tebal Pelat Atap 9 cm

    Tebal Pelat Lantai 10 cm

    Mutu baja (fy) 240 MPa

    Mutu Beton (fc) 25 MPa

    Tabel 3.1 Data Perencanaan Struktur

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 3.2 Permodelan struktur 3D (ETABS v 9.5)

    III.1.2. Asumsi Perencanaan

    Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam perencanaan ini adalah :

    - Model struktur yang digunakan dalam studi ini adalah bangunan tiga

    dimensi struktur rangka komposit baja