analisis kinerja keuangan perusahaan logam...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN LOGAM DAN
PRODUK SEJENIS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS TAHUN 2008
Aan Sapri B. /NPM: 0911031026/08976077631/ [email protected]
Pembimbing I: Drs. Ahmad Zubaidi Indra, M.M., C.P.A
Pembimbing II: Retno Yuni Nur Susilowati, S.E., M.Sc., Akt.
ABSTRACT
The purpose of this study is to provide empirical evidence that there are
differences in the financial performance of the company's metals and similar
products before and after the crisis of 2008.
This research took sample of the metal company and similar products that are
listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period before the crisis in
2006 and 2007 and the post-crisis period of 2009 and 2010. The data used is
secondary data obtained through the Indonesian Capital Market Directory. With
purposive sampling method obtained samples of 12 companies metals and similar
products.
The research results showed that statistically there was no difference in financial
performance of the company’s metals and similar products before and after the
crisis of 2008. These results can be described as the following :
(1) statistically there was no difference in the company financial liquidity before
and after the crisis of 2008, (2) statistically there was no difference in the
company financial efficiency before and after the crisis of 2008, (3) statistically
there was no difference in the profitability of the company's financial before and
after the crisis of 2008, (4) statistically there was no financial solvency difference
before and after the crisis of 2008.
Key words: Financial Performance, Metal Company, Listed on the Exchange, and
the Crisis of 2008.
2
PENDAHULUAN
Industri logam dan produk sejenisnya merupakan salah satu industri strategis di
Indonesia karena merupakan salah satu motor penggerak bagi sektor-sektor
industri lainnya, dan pada akhirnya pertumbuhan industri ini memberikan
kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Saat ini, industri logam nasional belum
berkembang secara optimal, sehingga kontribusi industri logam belum
memberikan nilai yang cukup berarti terhadap GDP sektor industri. Kontribusi
sektor industri logam terhadap GDP-Industri (berdasarkan catatan tahun 2008)
menurun sejak tahun 2005 yaitu dari 2,88% pada tahun 2005 menjadi 2,57% pada
tahun 2008 (Atmawinata, 2010).
Krisis ekonomi ternyata berpengaruh juga terhadap kinerja impor. Sebelum krisis
ekonomi terjadi, impor logam mencapai US$ 6,03 milyar pada tahun 2005, sedikit
menurun menjadi US$ 5,73 milyar pada tahun 2006, meningkat kembali US$ 7,56
milyar pada tahun 2007, dan terus meningkat pada tahun 2008 menjadi US$ 15,09
milyar. Pada tahun 2009 impor logam menurun tajam menjadi US$ 6,7 milyar
(Atmawinata, 2010). Berdasarkan hasil tabulasi penulis, krisis tahun 2008
berpengaruh terhadap posisi keuangan perusahaan logam dan produk sejenisnya.
Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut ini:
Tahun Kenaikan(penurunan) Persentase (%) ket.
Total Aset
2006 1.177.327 23,7% Naik
2007 512.330 8,3% Naik
2008 704.380 10,6% Naik
2009 (826.810) -11,2% Turun
2010 1.099.512 16,8% Naik
Aset Lancar
2006 965.454 32,5% Naik
2007 333.624 8,5% Naik
2008 819.745 19,2% Naik
2009 (808.357) -15,9% Turun
2010 964.757 22,5% Naik
Kewajiban Lancar
2006 939.811 39,6% Naik
2007 514.363 15,53% Naik
3
2008 585.093 15,3% Naik
2009 (952.331) -21,6% Turun
2010 829.120 24,0% Naik
Kewajiban Jangka Panjang
2006 (34.915) -3,2% Turun
2007 (94.725) -9,08% Turun
2008 219.289 23,11% Naik
2009 (9.768) -0,84% Turun
2010 58.886 5,1% Naik
Ekuitas
2006 203.973 13,5% Naik
2007 77.866 4,55% Naik
2008 (26.147) -1,46% Turun
2009 136.818 7,76% Naik
2010 214.835 11,3% Naik
Laba Sebelum Pajak
2006 249.301 125,1% Naik
2007 (155.928) -34,76% Turun
2008 (86.233) -29,46% Turun
2009 167.146 80,97% Naik
2010 117.505 31,5% Naik
Sumber: Data diolah oleh penulis
Dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan industri logam dan produk sejenis,
Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis keuangan yang paling banyak
digunakan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan Indonesian Capital
Market Directory yang semakin luas sebagai dasar untuk melihat kinerja
keuangan perusahaan-perusahaan yang tercatat di Pasar Modal Indonesia.
Peneliti di dalam mengukur kinerja perusahaan menggunakan rasio arus kas yang
berasal dari laporan arus kas perusahaan. Arus kas dapat menunjukan kemampuan
perusahaan di dalam membiayai pengeluarannya dari aktivitas operasi, membayar
utang yang jatuh tempo dan menggambarkan kemampuan perusahaan di dalam
menemui kewajiban yang tak terduga dan untuk mengejar kesempatan
bisnis(Larson,Wild & Chappetta, 2006). Arus kas (Cash Flows) yang positif dari
aktivitas operasi adalah indikator yang bagus terhadap kinerja perusahaan dan jika
arus kas naik dari tahun ke tahun menunjukan bahwa perusahaan mampu
melunasi kewajiban jangkan panjangnnya dan dapat memenuhi kas yang
4
dibutuhkan. Di sisi lain arus kas yang negatif dari aktivitas operasi akan
mengindikasi bahwa kinerja perusahaan tidak begitu baik bahkan untuk
menopang fungsi inti perusahaan (Ibarra, 2009).
Peneliti menggunakan rasio arus kas berdasarkan jurnal penelitian bisnis
internasional yang dilakukan oleh Ibarra dari Ateneo de Manila University (2009)
yang berjudul “ Cash Flow Ratios: Tools for Financial Analysis.”
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kinerja
keuangan perusahaan logam dan produk sejenisnya pada sebelum dan sesudah
krisis tahun 2008 dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Logam dan Produk Sejenis yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Sebelum dan Sesudah Krisis Tahun 2008.”
LANDASAN TEORI
Kinerja
Pengertian Kinerja
Menurut Simanjuntak (2005) kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian
hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.
Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan atas
kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi
investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat
apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut
atau mencari alternatif lain. Selain itu juga pengukuran kinerja dapat menilai
kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen, investor dan investor
5
potensial serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan
ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
Menurut Munawir (2010), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan
dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan
tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data
tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut
sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang
akan diambil.
Manfaat Informasi Arus kas
6
Informasi arus kas lebih reliabel dibandingkan dengan neraca atau informasi pada
laporan laba rugi. Data neraca adalah statis yang hanya mengukur satu poin pada
satu waktu, sementara laporan laba rugi mengandung banyak alokasi non-kas
yang berubah-ubah. Lain halnya dengan arus kas yang merekam perubahan pada
laporan lainnya dan fokus pada ketersediaan kas untuk operasi dan investasi
(Mills dan Yamamura, 1998).
Laporan arus kas adalah salah satu laporan keuangan yang fundamental. Hal ini
tidak dapat disangkal lagi bahwa laporan arus kas sangat penting bagi pengguna
ekternal dan internal. Laporan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi keuangan
perusahaan (Ibarra, 2009: 91).
Selain itu juga berdasarkan penelitian Pae’ dan Yoon’ (2012) yang menguji
ketepatan prediksi arus kas melalui analisis keuangan membuktikan bahwa
apabila menggunakan informasi arus kas di dalam melakukan suatu prediksi
dibandingkan dengan menggunakan laba, Arus kas lebih spesifik di dalam
memprediksi dan arus kas masa lalu tingkat akuransinya lebih baik.
Klasifikasi Rasio Arus Kas
Rasio arus kas dikelompokkan menjadi empat katagori yaitu likuiditas, efisiensi
(aktivitas), profitabilitas dan solvabilitas (Kieso et al, 2004):
A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo (Kieso etal,
2004), yaitu di antaranya untuk membayar kewajiban ke bank yang jatuh tempo,
kepada suppliers perusahaan dan lainnya yang telah jatuh tempo pada satu tahun
berjalan.
Berikut ini rasio arus kas yang akan mengukur tingkat likuiditas perusahaan:
1. Rasio Arus Kas Operasi
7
Rasio ini mengukur seberapa banyak kas yang tersedia pada periode berjalan dan
dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek terdekat. Data akan diperoleh dari
laporan arus kas dan laporan posisi keuangan perusahaan. Rasio perusahaan yang
sehat lazimnya 40% atau lebih (Casey dan Bartczak, 1985).
Rasio arus kas operasi = Arus kas dari operasi
Liabilitas jangka pendek
2. Cash Debt Coverage Ratio (CDCR)
Rasio ini menunjukan persentase dari utang yang ada yang dapat dibayarkan
melalui arus kas saat ini dari aktivitas operasi. Selain itu rasio ini menunjukan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran utang dengan
menggunakan kas yang berasal dari aktivitas operasi dikurangi deviden yang
diberikan kepada pemegang saham. Data berasal dari laporan arus kas dan laporan
posisi keuangan (Ibarra, 2009: 95). Nilai rasio yang dapat dikatakan baik jika
persentasenya 20% atau lebih besar.
CDCR = Arus kas dari aktivitas operasi - Dividen
Total liabilitas
B. Rasio Efesiensi (Aktivitas)
Rasio efesiensi mengartikan bagaimana produktivitas perusahaan di dalam
menggunakan asetnya. Rasio aktivitas arus kas mengukur kemampuan perusahaan
untuk menggunakan aset yang ada (Ibarra, 2009: 95).
Rasio aktivitas dapat diukur dengan rasio sebagai berikut:
1. Cash Return on Assets
Rasio ini mengindikasi persentase menghasilkan kas dari penggunaan aset. Rasio
ini secara langsung mengukur arus kas dari aktivitas operasi yang dihasilkan dari
aset perusahaan. Semakin tinggi rasio, semakin baik perusahaan di dalam
penggunaan asetnya (Ibarra, 2009: 95).
8
Cash Return on Assets = Arus kas dari aktivitas operasi
Rata-rata total aset
(Figelwicz dan Zeller, 1991)
2. Cash Return on Fixed Assets
Tujuan dari rasio ini untuk mengukur kas yang dihasilkan melalui penggunaan
aset tetap. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik perusahaan di dalam
penggunaan asetnya. Data akan diambil dari laporan arus kas dan laporan posisi
keuangan (Ibarra, 2009: 95).
Cash Return on Fixed Assets = Arus kas dari aktivitas operasi
Rata-rata total aset tetap
C. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan suatu kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pengembalian yang memadai atas modal yang di investasikan. Rasio ini juga
mengukur tingkat sukses atau gagal di dalam operasinya (Ibarra, 2009: 95).
Berikut ini rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas:
1. Rasio Kualitas Laba (Earning Quality)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memperoleh laba bersih.
Persentasi dari laba bersih tersebut akan termasuk di dalam kas. Semakin tinggi
rasio menggambarkan kemampuan perusahaan di dalam mengkonversi piutang ke
dalam bentuk kas selama periode berjalan. Data kan berasal dari laporan arus kas
dan laporan laba rugi (Figelwicz dan Zeller, 1991).
Earning Quality = Arus kas dari aktivitas operasi
Laba bersih
2. Rasio Arus kas dari Penjualan ke Penjualan
9
Rasio ini mengindikasi tingkat penjualan secara kas yang dilakukan melalui
kegiatan bisnis. Rasio yang positif mengindikasi perolehan arus kas dari
penjualan. Data akan berasal dari laporan arus kas dan laporan laba rugi (Ibarra,
2009: 95).
Cash flow From Sale to sale= Arus kas dari aktivitas operasi - dividen
Total penjualan
D. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menjelaskan kelangsungan keuangan perusahaan jangka
panjang dan kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka panjang. Rasio
ini mengukur tingkat kreditor dan investor jangka panjang yang terlindungi (Kieso
et al, 2004).
Berikut ini rasio yang digunakan untuk mengukur rasio solvabilitas:
1. Cash Flow to Long Term Debt ratio
Rasio ini untuk menilai kecukupan dari ketersediaan dana untuk membayar
kewajiban jangka panjang. Semakin tinggi rasio, semakin baik perusahaan untuk
menutupi utang jangka panjang melalui arus kas dari aktivitas operasi. Data akan
berasal dari laporan arus kas dan neraca (Ibarra, 2009: 96).
Cash flow to long term debt ratio = Arus kas dari aktivitas operasi
Utang Jangka Panjang
(Figelwicz dan Zeller, 1991)
2. Cash Dividen Coverage Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar dividen dari arus
kas melalui aktivitas operasi. Rasio ini penting untuk investor, pemilik dan
pemilik potensial perusahaan. Tren yang selalu naik mengindikasi kemampuan
perusahaan untuk menyediakan pengembalian kepada mereka (Ibarra, 2009: 96).
10
Cash Deviden Coverage Ratio = Arus kas dari aktivitas operasi
Dividen
(Figelwicz dan Zeller, 1991)
Gambaran Umum Krisis Tahun 2008
Krisis ekonomi pada tahun 2008 merupakan krisis yang terjadi di Amerika Serikat
(AS) yang di picu oleh skandal kredit macet perumahan sub prame mortgage
sehingga menyebabkan krisis ekonomi di negara tersebut. Negara-negara yang
berhubungan dengan AS dari segi ekonomi baik ekspor maupun impor akan
terkena imbas dari krisis ini, termasuk Indonesia yang mempunyai hubungan
bilateral di bidang ekonomi. Sehingga dampak krisis juga terasa secar langsung di
berbagai industri di Indonesia terutama industri logam dan produk sejenisnya.
Menurut berita yang di muat di media industri (2008) dampak krisis keuangan
global terhadap industri baja nasional lebih banyak mempengaruhi pasar baja
domestik. Sebab, selama ini ekspor baja Indonesia ke AS terhitung sangat kecil
jika dibandingkan dengan total impor baja AS. Pada tahun 2007 impor baja AS
diperkirakan mencapai 42 juta ton per tahun. Negara eksportir utama baja ke AS
adalah Kanada (9,1 juta ton), Brazil (7,2 juta ton), Mexico (4,2 juta ton), RRT (3,1
uta ton) dan Rusia (2,6 juta ton). Sedangkan Indonesia sendiri menempati urutan
ke-46 sebagai eksportir baja ke AS dengan volume ekspor hanya 17.900 ton.
Sebaliknya impor baja Indonesia pada tahun 2007 mencapai US$ 5,04 miliar atau
naik 34,4% dibandingkan nilai impor tahun 2006 yang mencapai US$ 3,75 miliar.
Negara pengekspor baja ke Indonesia pada tahun 2007 adalah RRT (21,72%),
Jepang (16,86%), Ukraina (9,93%), Korea (6,65%), Australia (5,32%) dan lain-
lainnya (39,52%).
Telaah Penelitian Sebelumnya
Ibarra (2009) di dalam penelitiannya menunjukan bahwa rasio arus kas dapat
menjadi alat untuk evaluasi posisi keuangan perusahaan-perusahaan industri.
Kecuali rasio profitabilitas, semua rasio dapat berdiri sendiri dan dapat digunakan
11
sebagai dasar analisis yang bersifat khusus, jangka pendek kreditor, jangka
panjang kreditor, investor dan investor potensial.
Mill dan Yamamura (1998) berpendapat bahwa apabila menggunakan rasio
likuiditas, informasi pada arus kas lebih reliabel dibandingkan informasi pada
neraca dan laporan laba rugi. Data neraca adalah statis sehingga hanya mengukur
satu poin pada satu waktu sementara laporan laba rugi mengandung banyak
alokasi nonkas yang berubah-ubah. Sedangkan arus kas merekam segala
perubahan di dalam laporan lainnya dan fokus pada ketersediaan kas untuk
operasi perusahaan dan investasi.
Barac (2011) di dalam penelitiannya juga menunjukan bahwa rasio arus kas dapat
digunakan untuk prediksi kinerja keuangan perusahaan secara terus-menerus
dibandingkan dengan rasio akrual karena rasio akrual dimungkinkan telah
dilakukan manipulasi akuntansi. Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa rasio
arus kas secara signifikan menunjukan perbedaan antara kinerja keuangan
perusahaan secara terus menerus dan tidak terus-menerus.
Figlewicz dan Zeller (1991) juga mengidentifikasi dan mendiskusi arti rasio pada
laporan arus kas. Data arus kas digabungkan dengan informasi keuangan yang ada
untuk melengkapi standar rasio untuk mengukur kinerja, likuiditas, solvabilitas,
dan struktur modal bisnis. Dari penelitian ini menghasilkan standar rasio untuk
masing keempat kategori rasio yang ada.
Farshadfar (2012) penelitian ini menghasilkan bahwa arus kas dari aktivitas
operasi mempunyai tingkat prediksi yang lebih tinggi daripada laba akrual di
dalam memprediksi arus kas masa mendatang pada pengelompokan industri.
Secara khusus, penelitian ini mengungkap laba tidak relevan untuk memprediksi
arus kas masa mendatang untuk sektor industri material dan energi. Arus kas dari
aktivitas operasi sangat berguna untuk pelaku pasar dalam industri.
12
Hipotesis
Kinerja keuangan perusahaan logam dan produk sejenis secara khusus di dalam
penelitian ini difokuskan hanya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kinerja keuangan satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah krisis ekonomi
tahun 2008. Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan rerangka pemikiran di
atas, maka penulis merumuskan hipotesis alternatif yaitu : terdapat perbedaan
kinerja keuangan pada perusahaan logam dan produk sejenis sebelum dan
sesudah krisis tahun 2008. Hipotesis tersebut diuraikan sebagai berikut:
Ha1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio arus kas operasi
sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Ha2 : terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Debt Coverage
Rasio sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Ha3 : terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Return on Assets
sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Ha4 : terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Return on Fixed
Assets sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Ha5 : terdapat perbedaan yang signifikan antara Earning Quality
sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Ha6 : terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Flow From Sale
to Sale sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Ha7 : terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Flow to Long
Term Debt sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Ha8 : terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Dividen
Coverage Ratio sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
13
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Selanjutnya penetuan sampel menggunakan metode Purposive
sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel secara tidak acak dengan
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria dari sampel dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di dalam produksi dan ekspor-
impor produk logam dan produk sejenisnya.
Tabel 3.1. Daftar perusahaan logam dan produk sejenis yang terdaftar di BEI
tahun 2006-2010:
NO NAMA PERUSAHAAN
1 Alaska Industrindo Tbk
2 Alumindo Light Metal Industry Tbk
3 Beton Jaya Manunggal Tbk
4 Citra Turbindo Tbk
5 Indal Aluminium Industry Tbk
6 Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
7 Jaya Pari Steel Tbk
8 Lion Metal Works Tbk
9 Lionmesh Prima Tbk
10 Hanson International Tbk
11 Pelangi Indah Canindo Tbk
12 Tembaga Mulia Semanan Tbk
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang di peroleh dari Indonesian Capital Market Directory. Terdiri atas periode
sebelum krisis yaitu tahun 2006 dan 2007, periode setelah krisis tahun 2009 dan
2010.
14
Jenis Penelitian
Analisis rasio adalah metode yang paling dasar untuk mengevaluasi posisi
keuangan perusahaan (Ibarra, 2009: 92). Rasio akan mempunyai arti apabila
dibandingkan intra-company dan inter-company (Weygandt, Kieso, dan Kimmel,
1998). Sehingga yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dan
analisis intra perusahaan. Metode deskriptif yaitu menggambarkan hasil dari
sebuah penelitian berdasarkan dengan data-data yang ada. Analisis intra-
Company adalah membandingkan rasio antar tahun di dalam perusahaan itu
sendiri. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan dilakukan yaitu
menganalisis kinerja keuangan perusahaan logam dan produk sejenis dengan
menggunakan rasio keuangan, kemudian rasio tersebut dibandingkan dalam
periode waktu tertentu dengan menggunakan uji statistik.
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui perkembangan
kinerja keuangan perusahaan logam dan produk sejenisnya adalah:
A. Rasio Likuiditas
Berikut ini rasio arus kas yang akan mengukur tingkat likuiditas perusahaan:
1. Rasio Arus Kas Operasi
2. Cash Debt Coverage Ratio (CDCR)
B. Rasio Efesiensi (Aktivitas)
Berikut ini rasio arus kas yang akan mengukur tingkat Efesiensi perusahaan:
1. Cash Return on Assets
2. Cash Return on Fixed Assets
15
C. Rasio Profitabilitas
Berikut ini rasio-rasio yang digunakan peneliti untuk mengukur profitabilitas:
1. Rasio Kualitas Laba (Earning Quality)
2. Rasio Arus kas dari Penjualan ke Penjualan
D. Rasio Solvabilitas
Berikut ini rasio yang digunakan peneliti untuk mengukur rasio solvabilitas:
1. Cash Flow to Long Term Debt
2. Cash Dividen Coverage Ratio
Pengujian Statistik
Pengujian dengan alat statisik dilakukan untuk menguji rasio keuangan sebelum
dan sesudah krisis, dengan hasil pengujian tersebut dapat diketahui apakah terjadi
perbedaan kinerja keuangan sudah dan sebelum krisis. Tahap pengujian terdiri
dari uji normalitas data dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov.
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis untuk masing-masing variable
penelitian dengan Paired Samples T Test atau Wilxocon Signed Rank Test.
Tingkat signifikasi atau nilai alfa (α) pada penelitian ini ditetapkan untuk seluruh
pengujian adalah sebesar 0,05 atau (5%).
Paired samples t-test berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel
yang berhubungan atau sering disebut sampel berpasangan yang berasal dari
populasi yang memilki rata-rata (mean) sama.
Pengambilan keputusan:
1. Jika probabilitas < 0,05 maka secara statistik Ha diterima dan Ho ditolak
yang berarti terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan logam dan
produk sejenis sebelum dan sesudah krisis.
16
2. Jika probabilitas > 0,05 maka secara statistik Ha ditolak dan Ho diterima,
yang berarti tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan logam dan
produk sejenis sebelum dan sesudah krisis.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan logam dan produk sejenis sebelum dan sesudah krisis tahun 2008
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan bersifat
sekunder yang bersumber dari Indonesian Capital Market Directory.
Uji Normalitas
Uji normalitas di dalam penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test. Dengan nilai Asymp.sig (2-tailed) Tingkat signifikasi atau nilai alfa
(α) yang telah ditetapkan sebesar 5%. Dengan dasar pengambilan keputusan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebagai berikut:
1. Jika nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Jika nilai sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Hasil pengujian normalitas dari kinerja keuangan perusahaan logam dan produk
sejenis dari 8 rasio ada yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2. Ringkasan data awal dari hasil uji normalitas kinerja keuangan
perusahaan logam dan produk sejenis.
17
No. Rasio Asymp. Sig Status
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Rasio arus kas operasi 0,307 0,166 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
2 Cash Debt Coverage
Rasio
0, 128 0,061 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
3 Cash Return on Assets 0,938 0,136 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
4 Cash Return on Fixed
Assets
0,412 0,376 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
5 Earning quality 0,114 0,123 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
6 CF from sale to sale 0,505 0,994 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
7 CF to long term debt 0,440 0,001 Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi
Normal 8 Cash deviden
coverage ratio
0,018 0,317 Tidak Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan dari hasil uji data awal pada kinerja keuangan perusahaan logam dan
produk sejenis dari 8 rasio yang ada, terlihat CF to long term debt sesudah krisis
dan Cash deviden coverage ratio sebelum krisis tidak berdistribusi normal. Oleh
sebab itu akan dilakukan transformasi data agar data tersebut menjadi normal.
Tabel 4.3. ringkasan dari hasil uji normalitas setelah data transformasi pada
kinerja keuangan perusahaan logam dan produk sejenis.
No. Rasio Asymp. Sig Status
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Rasio arus kas operasi 0,307 0,166 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
2 Cash Debt Coverage
Rasio
0,128 0,061 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
3 Cash Return on Assets 0,938 0,136 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
4 Cash Return on Fixed Assets 0,412 0,376 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
5 Earning quality 0,114 0,123 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
6 CF from sale to sale 0,505 0,994 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
7 CF to long term debt 0,440 0,154 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
8 Cash deviden coverage ratio 0,960 0,317 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Sumber: Data Olahan
18
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa semua rasio telah terdistribusi
normal dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Setelah pengujian normalitas
dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang menunjukkan telah
berdistribusi normal data kinerja keuangan perusahaan logam dan produk sejenis,
selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis menggunakan alat uji statistik
parametrik yaitu dengan uji t berpasangan (Paired Sample T Test).
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan (Paired
Sample T Test) menggunakan program SPSS versi 18 dengan menggunakan
tingkat keyakinan 95% dengan Tingkat signifikasi atau nilai alfa (α) 5%. Uji t
berpasangan dilakukan secara dua sisi (two tailed test) yang bertujuan untuk
mengetahui apakah rata-rata sebelum atau sesudah berbeda atau tidak . Dengan
daerah kritis dalam penelitian ini adalah t < -tα/2 atau t > tα/2 . Pengujian ini
dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan signifikan pada kinerja
keuangan perusahaan logam dan produk sejenis sebelum dan sesudah krisis tahun
2008. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah rasio keuangan.
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara yaitu
sebagai berikut:
1. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t tabel), maka maka
Ha diterima dan Ho ditolak.
19
Jika statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (t tabel), maka maka
Ha ditolakan Ho diterima.
2. Berdasarkan nilai signifikansi:
Ha diterima jika signifikansi < 0,05.
Ha ditolak jika signifikansi > 0,05.
Pengujian Hipotesis pertama (Ha1)
Hipotesis alternatif pertama (Ha1) : terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio
arus kas operasi sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Tabel 4.4. Hasil pengujian rasio arus kas operasi sebelum dan sesudah krisis tahun
2008:
Rasio t- Value t-
tabel
Df Sig.(2-tailed)
Cash Debt
Coverage
Rasio
-1,345 2,0739 22 0,192
Sumber: Data olahan
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sample t test terhadapa
rasio arus kas operasi diperoleh t-hitung sebesar -1,345 sedangkan t- tabel 2,0739.
Dengan demikan wilayah kritis yang dihasilkan t < -1,345 atau t > 2,0739, maka
secara statistik Ha1 di tolak dan Ho1 diterima karena Ha1 berada di dalam daerah
titik kritis. Selain itu jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,192 yang berarti
20
nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga menyebabkan Ha1 di tolak Ho1
diterima karena nilai signifikansi di atas 0,05.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio arus kas operasi sebelum dan
sesudah krisis tahun 2008 untuk keseluruhan perusahaan logam dan produk
sejenis.
Pengujian Hipotesis Kedua (Ha2)
Hipotesis alternatif kedua (Ha2) : Terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash
Debt Coverage Ratio sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Tabel 4.5. Hasil pengujian Cash Debt Coverage Ratio sebelum dan sesudah krisis
tahun 2008:
Rasio t- Value t-
tabel
Df Sig.(2-tailed)
Cash Debt
Coverage
Rasio
-1,461 2,0739 22 0,158
Sumber: Data olahan
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sampe t – test
terhadap Cash Debt Coverage Ratio diperoleh nilai t hitung -1,461 dan t – tabel
2,0739. Dengan demikian titik yang dapat ditentukan t < -1,461atau t > 2,0739,
maka secara statistik Ha2 di tolak dan Ho2 diterima karena Ha2 berada di dalam titik
kritis. Selain itu juga apabila dilihat dari nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,158
21
yang berarti bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini menyebabkan
Ha2 ditolak dan Ho2 diterima yang berarti secara statistik tidak terdapat perbedaan
signifikan antara Cash Debt Coverage Ratio sebelum dan sesudah krisis tahun
2008.
Pengujian Hipotesis Ketiga (Ha3)
Ha3: Terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Return on Assets sebelum
dan sesudah krisis tahun 2008.
Tabel 4.6. Hasil pengujian Cash Return on Assets sebelum dan sesudah krisis
tahun 2008:
Rasio t- Value t-
tabel
Df Sig.(2-tailed)
Cash Return
on Assets -,446 2,0687 23 0,660
Sumber: Data olahan
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sampe t – test
terhadap Cash Return on Assets diperoleh nilai t hitung -,446 dan t – tabel 2,0687.
Dengan demikian titik kritis yang dapat ditentukan t < -,446 atau t > 2,0687, maka
secara statistik Ha3 di tolak dan Ho3 diterima karena Ha3 berada di dalam titik
kritis. Selain itu juga apabila dilihat dari nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,66
yang berarti bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini menyebabkan
22
Ha3 ditolak dan Ho3 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan
antara Cash Return on Assets sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Pengujian Hipotesis Keempat (Ha4)
Ha4: terdapat perbedaan yang signifikan antara Cash Return on Fixed Assets
sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Tabel 4.7. Hasil pengujian Cash Return on Fixed Assets sebelum dan sesudah
krisis tahun 2008:
Rasio t- Value t-
tabel
Df Sig.(2-tailed)
Cash Return on
Fixed Assets -1,382 2,0739 22 0,181
Sumber: Data olahan
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sampe t – test
terhadap rasio Cash Return on Fixed Assets diperoleh nilai t - hitung -1,382 dan t –
tabel 2,0739. Dengan demikian wilayah kritis yang dapat ditentukan t < -1,382
atau t > 2,0739, maka secara statistik Ha4 ditolak dan Ho4 diterima karena Ha4
berada di wilayah kritis. Selain itu juga apabila dilihat dari nilai signifikansi
menunjukkan nilai 0,181yang berarti bahwa nilai signifikansi > 0,05. Hal ini
menyebabkan Ha4 ditolak dan Ho4 diterima sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat perbedaan signifikan rasio Cash Return on Fixed Assets sebelum dan
sesudah krisis tahun 2008.
23
Pengujian Hipotesis Kelima (Ha5)
Ha5: terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio Earning Quality sebelum dan
sesudah krisis tahun 2008.
Tabel 4.8. Hasil pengujian Earning Quality sebelum dan sesudah krisis tahun
2008:
Rasio
t
- Value
t
-tabel
D
f
Sig.(2
-tailed)
Earni
ng quality
0
,035
2
,1009
1
8
0,97
3
Sumber: Data olahan
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sampe t – test
terhadap Earning Quality diperoleh nilai t - hitung 0,035 dan t – tabel 2,1009.
Dengan demikian wilayah kritis yang dapat ditentukan t < 0,035 atau t > 2,1009,
maka secara statistik Ha5 di tolak dan Ho5 diterima karena Ha5 berada di dalam
wilayah kritis. Selain itu juga apabila dilihat dari nilai signifikansi menunjukkan
nilai 0,973 yang berarti bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini
menyebabkan Ha5 ditolak dan Ho5 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan
signifikan antara Earning Quality sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Pengujian Hipotesis Keenam (Ha6)
Ha6: terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio Cash Flow Sale to Sale
sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
24
Tabel 4.9. Hasil pengujian Cash Flow Sale to Sale sebelum dan sesudah krisis
tahun 2008:
Rasio t- Value t-
tabel
Df Sig.(2-tailed)
CF from sale to
sale -1,680 2,0687 23 0,106
Sumber: Data olahan
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sampe t – test
terhadap Cash Flow Sale to Sale diperoleh nilai t - hitung -1,680 dan t – tabel
2,0687. Dengan demikian wilayah kritis yang dapat ditentukan t < -1,680 atau t >
2,0687, maka secara statistik Ha6 di tolak dan Ho6 diterima karena Ha6 berada di
dalam wilayah kritis. Selain itu juga apabila dilihat dari nilai signifikansi
menunjukkan nilai 0,106 yang berarti bahwa nilai signifikansi lebih besar dari
0,05. Hal ini menyebabkan Ha6 ditolak dan Ho6 diterima yang berarti tidak
terdapat perbedaan signifikan antara Cash Flow Sale to Sale sebelum dan sesudah
krisis tahun 2008.
Pengujian Hipotesis Ketujuh (Ha7)
Ha7: terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio Cash Flow to Long Term
Debt sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Tabel 4.10. Hasil pengujian Cash Flow to Long Term Debt sebelum dan sesudah
krisis tahun 2008:
25
Rasio
t
- Value
t
-tabel
D
f
Sig.(2
-tailed)
CF to
long term debt
-
,330
2
,1009
1
8
0,74
6
Sumber: Data olahan
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sampe t – test
terhadap Cash Flow to Long Term Debt diperoleh nilai t - hitung -,330 dan t –
tabel 2,1009. Dengan demikian wilayah kritis yang dapat ditentukan t < -,330 atau t
> 2,1009, maka secara statistik Ha7 di tolak dan Ho7 diterima karena Ha7 berada di
dalam wilayah kritis. Selain itu juga apabila dilihat dari nilai signifikansi
menunjukkan nilai 0,746 yang berarti bahwa nilai signifikansi lebih besar dari
0,05. Hal ini menyebabkan Ha7 ditolak dan Ho7 diterima yang berarti tidak
terdapat perbedaan signifikan antara Cash Flow to Long Term Debt sebelum dan
sesudah krisis tahun 2008.
Pengujian Hipotesis Kedelapan (Ha8)
Ha8: terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio Cash deviden coverage ratio
sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Tabel 4.11. Hasil pengujian Cash deviden coverage ratio sebelum dan sesudah
krisis tahun 2008:
26
Rasio t- Value t-
tabel
Df Sig.(2-tailed)
Cash deviden
coverage ratio -1,729 2,7764 4 0,159
Sumber: Data olahan
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil dari uji paired sampe t – test
terhadap Cash deviden coverage ratio diperoleh nilai t - hitung -1,729 dan t – tabel
2,7764. Dengan demikian wilayah kritis yang dapat ditentukan t < -1,729 atau t >
2,7764, maka Ha8 di tolak dan Ho8 diterima karena Ha8 berada di dalam wilayah
kritis. Selain itu juga apabila dilihat dari nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,159
yang berarti bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
simpulkan bahwa tingkat solvabilitas perusahaan logam dan produk sejenis
sebelum dan sesudah krisis tahun 2008 tidak terjadi perbedaan yang signifikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan bukti empiris bahwa terdapat
perbedaan kinerja keuangan perusahaan logam dan produk sejenis sebelum dan
sesudah krisis tahun 2008. Data yang digunakan dua tahun sebelum krisis yaitu
2006 dan 2007 serta dua tahun pasca krisis yaitu 2009 dan 2010. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara statistik tidak terjadi perbedaan kinerja keuangan
27
perusahaan logam dan produk sejenis sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
Hasil ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat
perbedaan pada likuiditas keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
krisis tahun 2008.
b. Secara statistik tidak terdapat perbedaan pada efisiensi keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah krisis tahun 2008.
c. Secara statistik tidak terdapat perbedaan pada profitabilitas keuangan
perusahaan logam dan produk sejenis sebelum dan sesudah krisis tahun
2008.
d. Secara statistik tidak terdapat perbedaan solvabilitas keuangan pada
perusahaan logam dan produk sejenis sebelum dan sesudah krisis tahun
2008.
Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran-saran yang
diajukan untuk penelitian selanjutnya antara lain:
a. Penelitian ini hanya fokus pada perusahaan logam dan produk sejenis.
peneliti selanjutnya dapat mengambil jenis perusahaan lain karena pada
perusahaan logam dan produk sejenis, krisis tahun 2008 tidak ada
pengaruh yang signifikan dan juga dapat menggunakan jenis peristiwa
yang berbeda untuk mengukur kinerja perusahaan.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Atmawinata, Achdiat. 2010. Kedalaman Struktur Industri Yang Mempunyai Daya
Saing Di Pasar Global. Jakarta : Kementerian Perindustrian Indonesia.
Barac- Zelzana Arinovic. 2011. Predicting Sustainable Financial Performance
Using Cash Flow Ratios : A Comparation Between LDA and Ann Method.
Sarajeva Business and Economics Review.
Brigham, Eugene F dan Joel F.Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, alih Jakarta: PT. Salemba Empat.
Departemen perindustrian.2008. Media Industri. Jakarta:Biro Umum dan
Hubungan Masyarakat Departemen Perindustrian.
Figlewicz, R. E., dan Zeller, T. L. 1991. An analysis of performance, liquidity,
coverage, and capital ratios from the statement of cash flows. Journal Akron
Business and Economics Review.
Farshadfar, Shadi. 2012. Further Evidence On the Relative Forecast Ability of
Earnings and Cash Flows : An Industry-Level Analysis. International
Research Journal Of Finance and Economics.
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Helfert, Erich A. 2003. Teknik Analisis Keuangan. Jakarta : Erlangga.
Ibarra, Venus C. 2009. Cash Flow Ratio : Tools For Financial Analysis. Journal
of International Business Research.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Per
juli 2009. Jakarta: Salemba empat.
Jinhan Pae’ dan Sung-Soo Yoon. 2012. Determinants of Analysts Cash Flow
Forecast Accurancy. Journal of Accounting : Auditng & Finance.
John J. Wild, K. R Subramanyam, Robert F Halsey. 2005. Financial Statement
Analysis. Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., dan Warfield, T. D. 2004. Intermediate Accounting,
11th ed. New Jersey: John Wiley &Sons.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan keempat. Jakarta: Rajawali
Pers.
Larson, K. D., Wild, J. J., dan Chiappetta, B. 2006. Fundamental Accounting
Principles, 17th ed. New York: McGraw-Hill.
30
Mills, J. R., dan Yamamura, J. H. 1998. The power of cash flow ratios. Journal of
Accountancy.
Munawir, S, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua.Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Napitupulu, Mabpe Tua. 2004. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Logan dan
Produk Sejenisnya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 1996
Sampai Dengan Tahun 2002. Skripsi. Universitas Lampung.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE UI.
Sony Yuwono dkk. 2004. Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Weygandt, J. J., Kieso, D. E., dan Kimmel, P. D. 1998. Financial Accounting,
2nd. New Jersey: John Wiley & Sons.