analisis keterampilan kerja ilmiah dalam …

14
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448 95 ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM PRAKTIKUM KOLOID BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS XI IPA 2 MAN 2 PONTIANAK Maimuna * , Hairida dan Dini Hadiarti Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat * E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan kerja ilmiah dalam praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing pada siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak. Metode penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif. Subyek penelitian ini sebanyak 29 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan teknik wawancara. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan pedoman wawancara. Rata-rata keterampilan merumuskan masalah sebesar 100%, keterampilan merumuskan hipotesis sebesar 95.40%, keterampilan melakukan percobaan sebesar 86.59%, keterampilan mengamati hasil percobaan sebesar 83.14%, keterampilan menganalisis data hasil percobaan sebesar 73.56% dan keterampilan merumuskan hipotesis sebesar 70.12%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak memiliki keterampilan kerja ilmiah dengan kategori kemampuan sangat baik dengan rata-rata keseluruhan aspek keterampilan kerja ilmiah sebesar 84.48% pada praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing. Kata Kunci: Keterampilan kerja ilmiah, praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing ABSTRACT This study aimed at describing thescientific work skill in guided inquiry-based colloid lab on XI IPA 2 students of MAN 2 Pontianak. Using descriptive method, this study employed 29 students as the subjects. The data collection techniques used were observation and interview. While thedata collection tools used were and interview guides. The average skillin formulating the problem was 100%, the skill informulating the hypothesis was 95.40%, the skill in conducting experiments was 86.59%, the skill in observing experimental results was 83.14%, the skillin analyzing the experimental results was 73.56%, and the skillin formulatingthe hypotheses was 70.12%. It can be concluded that the students of XI IPA 2 MAN 2 Pontianak are considered excellent as their overall average of scientific work skill inguided inquiry-based colloid lab was 84.48%. Keywords: Job Skills scientific, lab colloid-based guided inquiry

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

95

ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM PRAKTIKUM

KOLOID BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA

KELAS XI IPA 2 MAN 2 PONTIANAK

Maimuna*, Hairida

dan Dini Hadiarti

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak

Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat *E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan kerja ilmiah dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing pada siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak. Metode penelitian ini

yang digunakan adalah deskriptif. Subyek penelitian ini sebanyak 29 siswa. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah teknik observasi dan teknik wawancara. Alat pengumpul data yang

digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan pedoman wawancara. Rata-rata

keterampilan merumuskan masalah sebesar 100%, keterampilan merumuskan hipotesis sebesar

95.40%, keterampilan melakukan percobaan sebesar 86.59%, keterampilan mengamati hasil

percobaan sebesar 83.14%, keterampilan menganalisis data hasil percobaan sebesar 73.56% dan

keterampilan merumuskan hipotesis sebesar 70.12%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak memiliki keterampilan kerja ilmiah dengan kategori

kemampuan sangat baik dengan rata-rata keseluruhan aspek keterampilan kerja ilmiah sebesar

84.48% pada praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing.

Kata Kunci: Keterampilan kerja ilmiah, praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing

ABSTRACT

This study aimed at describing thescientific work skill in guided inquiry-based colloid lab on XI

IPA 2 students of MAN 2 Pontianak. Using descriptive method, this study employed 29 students as

the subjects. The data collection techniques used were observation and interview. While thedata

collection tools used were and interview guides. The average skillin formulating the problem was

100%, the skill informulating the hypothesis was 95.40%, the skill in conducting experiments was

86.59%, the skill in observing experimental results was 83.14%, the skillin analyzing the

experimental results was 73.56%, and the skillin formulatingthe hypotheses was 70.12%. It can be

concluded that the students of XI IPA 2 MAN 2 Pontianak are considered excellent as their overall

average of scientific work skill inguided inquiry-based colloid lab was 84.48%.

Keywords: Job Skills scientific, lab colloid-based guided inquiry

Page 2: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

96

PENDAHULUAN

Kimia termasuk salah satu rumpun

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

dibangun atas dasar produk ilmiah, proses

ilmiah, dan sikap ilmiah. Permendiknas

No. 22 tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

menjelaskan bahwa IPA berkaitan dengan

cara memahami alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya sebatas

penguasaan kumpulan pengetahuan

(produk ilmu) yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,

tetapi lebih sebagai proses penemuan.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) siswa yang belajar

sains dituntut tidak hanya memahami

produk-produk sains, namun juga

diharapkan memahami dan terampil

melakukan proses sains (mempunyai

scientic skill) dan bersikap sains. Sikap

ilmiah tercermin dari keterampilan kerja

ilmiah yang perannya sangat penting

dalam pembelajaran IPA khususnya

Kimia.

Colburn (Hamdiyati, 2007)

menyatakan pembelajaran berbasis kerja

ilmiah merupakan pembelajaran yang

melibatkan peserta didik pada

permasalahan yang terbuka, bersifat

student centered dan melibatkan aktivitas

hands-on. Selain itu, dalam pembelajaran

berbasis kerja ilmiah peserta didik

diperkenalkan seperangkat prosedur yang

biasa dilakukan oleh para ahli dalam

mengorganisasikan pengetahuan sampai

menghasilkan prinsip yang menjelaskan

sebab akibat, sehingga keterampilan kerja

ilmiah merupakan keterampilan yang

dibutuhkan dalam belajar sains.

Keterampilan kerja ilmiah merupakan

suatu proses yang dilakukan oleh siswa

melalui suatu metode ilmiah untuk

mendapatkan pemecahan atau jawaban

dari suatu permasalahan.

Keterampilan kerja ilmiah meliputi

keterampilan untuk melakukan metode

ilmiah antara lain keterampilan

melakukan pengamatan, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis,

merancang percobaan, melakukan

percobaan, menganalisis hasil

percobaan, membuat kesimpulan dan

keterampilan menyampaikan hasil

percobaan secara lisan maupun tertulis

(Saputra, 2012). Laboratorium

merupakan wahana yang tepat untuk

mengembangkan keterampilan kerja

ilmiah melalui kegiatan praktikum.

Kegiatan praktikum dapat

mengembangkan keterampilan-

keterampilan dasar bereksperimen dan

kegiatan praktikum merupakan wahana

pengembangan penyelidikan ilmiah

(Rustaman, 2010). Praktikum yang

bermakna tidak cukup hanya dengan

memiliki kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik tetapi juga diperlukan

keterampilan kerja ilmiah.

Hasil wawancara dengan guru kimia

kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 2 Pontianak pada tanggal 24

Februari 2015, diketahui bahwa kegiatan

pembelajaran kimia sudah mengunakan

metode praktikum berbasis inkuiri

terbimbing pada beberapa pokok bahasan

di antaranya pada pokok bahasan

kalorimetri, laju reaksi, larutan asam

basa, titrasi asam basa dan koloid. Siswa

melakukan percobaan secara

berkelompok sesuai dengan Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang diberikan guru,

siswa dilatih melakukan inquiry dengan

Page 3: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

97

bimbingan (guide) oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan

dalam Program Pengalaman Lapangan

(PPL) tahun ajaran 2014/2015, langkah-

langkah pembelajaran berbasis inkuiri

terbimbing tidak semua dilaksanakan oleh

guru. Pada kegiatan praktikum langkah-

langkah yang dilakukan pada praktikum

berbasis inkuiri tebimbing adalah

mengumpulkan data, menganalisis data,

merumuskan kesimpulan, dan

mengkomunikasikan hasil percobaan.

Hasil wawancara dengan siswa diperoleh

informasi yang sama bahwa pembelajaran

kimia di MAN 2 Pontianak menerapkan

metode praktikum pada beberapa pokok

bahasan dan siswa diberi tugas individu

membuat laporan praktikum.

Kemampuan yang diukur oleh guru

adalah kemampuan kognitif dan afektif,

untuk kerja ilmiah tidak diukur, sehingga

guru belum memiliki gambaran yang

sesungguhnya tentang keterampilan kerja

ilmiah dalam praktikum berbasis inkuiri

terbimbing.

Keterampilan kerja ilmiah dapat

dikembangkan melalui kegiatan

praktikum dan dibutuhkan dalam

pelaksanaan praktikum supaya praktikum

berjalan benar serta hasil percobaan yang

diperoleh akurat sehingga dapat

membantu siswa memahami konsep-

konsep kimia. Penelitian mengenai

analisis keterampilan kerja ilmiah dalam

praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing belum pernah dilakukan,

sehingga diharapkan analisis

keterampilan kerja ilmiah dalam

praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing dapat memberikan informasi

dan gambaran tentang keterampilan kerja

ilmiah kepada siswa kelas XI IPA 2

MAN 2 Pontianak.

METODE PENELITIAN

Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode deskriptif adalah suatu

penelitian yang berusaha menggambarkan

dan menginterpretasi apa yang ada atau

mengenai kondisi atau hubungan yang

ada, pendapat yang sedang berkembang,

proses yang sedang berlangsung, akibat

atau efek yang terjadi, atau

kecenderungan yang tengah berkembang

(Mahmud, 2011: 100). Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif, menggambarkan

keadaan subjek/objek yang diungkapkan

berdasarkan fakta yang tampak pada saat

sekarang dan apa adanya. Pendekatan

kualitatif merupakan suatu pendekatan

dalam melakukan penelitian yang

berorientasi pada fenomena atau gejala

yang bersifat alami (Sugiyono, 2012: 14).

Pendekatan pada penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif pada penelitian ini untuk

menganalisis keterampilan kerja ilmiah

dalam praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing pada siswa kelas XI IPA 2

MAN 2 Pontianak

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak

yang terdiri dari 32 orang siswa dengan

jumlah siswa laki-laki 10 orang dan siswa

perempuan 22 orang.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik observasi dan wawancara. Alat

Page 4: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

98

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

lembar observasi dan pedoman

wawancara.

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Instrumen yang divalidasi dalam

penelitian ini adalah lembar observasi dan

Lembar Kerja Siswa (LKS). Validitas isi

dihitung dengan pendekatan yang

dikemukakan lawshe yaitu Content

Validity Rasio (CVR).

Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk

menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Lembar observasi keterampilan kerja

ilmiah

a) Menghitung skor mentah pada setiap

indikator penilaian dalam pedoman

observasi berdasarkan kriteria yang telah

dibuat.

b) Mengubah skor mentah keterampilan

kerja ilmiah ke dalam bentuk persentase

dengan rumus (Sujdono, 2008: 43):

P = nilai persentase yang dicari

F = skor mentah yang diperoleh siswa

N = skor maksimum

c) Menentukan kategori

keterampilan kerja ilmiah berdasarkan

skala kategori kemampuan :

Tabel 1. Kategori Kemampuan

Persentase

(%)

Kategori

Kemampuan

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

(Arikunto, 2013: 297)

2. Wawancara

Hasil wawancara yang telah

dilakukan ditranskipkan dalam

bentuk tulisan. Data yang diperoleh

digunakan sebagai data tambahan

dalam membahas hasil temuan

penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini berupa gambaran

mengenai keterampilan kerja ilmiah siswa

kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak pada

praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing. Data hasil penelitian ini

diperoleh dari lembar observasi dan LKS

pada saat praktikum koloid berbasis

inkuiri terbimbing terhadap siswa pada

tanggal 28 Mei 2015, dimana siswa yang

menjadi subyek penelitian berjumlah 32

orang dibagi ke dalam 6 kelompok.

Kelompok 1, 3, 5, dan 6 terdiri dari 5

siswa, kelompok 2 dan 4 terdiri dari 6

siswa. Kelompok bersifat heterogen, yaitu

campuran antara siswa kategori rendah,

sedang dan tinggi, akan tetapi pada saat

pelaksanaan penelitian 3 siswa tidak

hadir sehingga siswa yang hadir

berjumlah 29 orang.

Hasil analisis keterampilan kerja

ilmiah siswa dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing diperoleh

gambaran keterampilan kerja ilmiah

siswa masing-masing aspek dapat dilihat

pada grafik persentase keterampilan kerja

ilmiah siswa dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing di bawah ini:

Page 5: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

99

Berdasarkan Gambar 1 dapat terlihat

bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa

dalam keterampilan merumuskan masalah

memiliki rata-rata 100%, keterampilan

merumuskan hipotesis memiliki rata-rata

95.40%, keterampilan melakukan

percobaan memiliki rata-rata 86.59%,

keterampilan mengamati hasil percobaan

memiliki rata-rata 83.14%, keterampilan

menganalisis hasil percobaan memiliki

rata-rata 73.56% dan keterampilan

merumuskan kesimpulan memiliki rata-

rata 70.12%. Rata-rata keterampilan kerja

ilmiah siswa dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing sebesar

84.48% dengan mendapatkan kategori

kemampuan sangat baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa keterampilaan kerja

ilmiah siswa sudah sangat baik. Hal ini

disebabkan sebagian besar siswa

memperoleh skor 3 dalam melakukan

aspek-aspek keterampilan kerja ilmiah.

1. Keterampilan Merumuskan

Masalah

Keterampilan kerja ilmiah siswa

dalam praktikum koloid berbasis

inkuiri terbimbing pada aspek

keterampilan merumuskan masalah

terdapat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Keterampilan Kerja

Ilmiah pada Aspek Keterampilan

Merumuskan Masalah

Kategori

kemampu

an

Juml

ah

Siswa

Sko

r

Persenta

se (%)

Sangat

baik

29 3 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui

bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa

kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak

dalam aspek merumuskan masalah

sudah sangat baik karena tidak ada

Page 6: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

100

siswa yang mendapatkan kategori

kemampuan baik, cukup, kurang, dan

sangat kurang. Hal ini disebabkan

semua siswa memperoleh skor 3

dengan merumuskan 3 rumusan

masalah sesuai dengan kasus yang

disajikan dalam LKS. Rumusan

masalah pada kasus 1 adalah mengapa

berkas sinar matahari yang melalui

celah daun pepohonan pada pagi hari

yang berkabut tampak jelas?, rumusan

masalah pada kasus 2 adalah mengapa

susu cair dapat menggumpal dengan

penambahan asam cuka?, sedangkan

rumusan masalah pada kasus 3 adalah

mengapa setelah mencuci wajah

dengan pembersih wajah yang

mengandung activated Carbon (sejenis

arang aktif) wajah tampak lebih bersih

dan cerah?. Kasus 1 merupakan

peristiwa efek Tyndall yang terjadi

pada koloid, kasus 2 peristiwa

koagulasi yang terjadi pada koloid,

dan kasus 3 peristiwa adsorpsi yang

terjadi pada koloid.

2. Keterampilan Merumuskan

Hipotesis

Keterampilan kerja ilmiah siswa

dalam praktikum koloid berbasis

inkuiri terbimbing pada aspek

keterampilan merumuskan hipotesis

terdapat dalam Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Keterampilan Kerja

Ilmiah pada Aspek Keterampilan

Merumuskan Hipotesis

Kategori

kemampu

an

Juml

ah

Siswa

Sko

r

Persenta

se (%)

Sangat

baik

26 3 89.65

Baik 2 2 6.90

Kurang 1 1 3.45

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui

bahwa sebagian besar siswa mendapatkan

kategori kemampuan sangat baik dalam

merumuskan hipotesis. Hal ini dibuktikan

sebanyak 89.66% (26 siswa) memperoleh

skor 3 dengan mendapatkan kategori

kemampuan sangat baik disebabkan siswa

merumuskan 3 rumusan hipotesis sesuai

dengan rumusan masalah yang

dirumuskan.

Sebanyak 6.90% (2 siswa)

memperoleh skor 2 dengan mendapatkan

kategori kemampuan baik disebabkan

karena siswa merumuskan 2 hipotesis

sesuai dengan rumusan masalah pada

kasus 1 (efek Tyndall) dan kasus 3

(adsorpsi) dan 1 rumusan hipotesis yang

dirumuskan siswa tidak sesuai dengan

rumusan masalah pada kasus 2

(koagulasi), siswa merumuskan hipotesis

dengan menuliskan pengertian peristiwa

koagulasi sehingga siswa tidak

merumuskan hipotesis mengapa kasus 2

dapat terjadi. Sebanyak 3.45% (1 siswa)

memperoleh skor 1 dengan kategori

kemampuan kurang disebabkan siswa

merumuskan 1 hipotesis sesuai dengan

rumusan masalah yaitu pada kasus 1 (efek

Tyndall) sedangkan 2 rumusan hipotesis

tidak sesuai dengan rumusan masalah

pada kasus 2 (koagulasi), siswa

merumuskan hipotesis dengan

menuliskan bahwa kasus 2 disebabkan

adanya pelucutan muatan koloid dapat

terjadi pada sel elektroforesis dan kasus 3

(adsorpsi) siswa menuliskan bahwa kasus

3 disebabkan karena penjernihan

menggunakan arang aktif.

Page 7: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

101

Hasil wawancara dengan siswa yang

memperoleh skor 2 yang mendapatkan

kategori kemampuan baik diperoleh

informasi bahwa siswa mengalami

kesulitan mengolah informasi mengenai

sifat-sifat koloid yang diperoleh di dalam

buku paket, sehingga siswa merumuskan

hipotesis tidak sesuai dengan rumusan

masalah yang dirumuskan siswa. Hasil

wawancara dengan siswa yang

memperoleh skor 1 yang mendapatkan

kategori kemampuan kurang diperoleh

informasi bahwa siswa tersebut tidak

mencari informasi dengan membaca buku

paket sebelum merumuskan hipotesis.

Hal ini disebabkan siswa tersebut

terlambat dalam mengikuti pembelajaran

sehingga hipotesis yang dirumuskan tidak

sesuai dengan rumusan masalah yang

dirumuskan. Dalam merumuskan

hipotesis siswa diarahkan oleh guru

terlebih dahulu mencari informasi dengan

membaca buku paket yang dimiliki

masing-masing siswa, setelah

memperoleh informasi melalui buku

paket kemudian siswa dibimbing

merumuskan hipotesis berdasarkan

rumusan maslah yang dirumuskan siswa.

3. Keterampilan Melakukan

Percobaan

Keterampilan kerja ilmiah siswa

dalam praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing pada aspek keterampilan

melakukan percobaan terdapat dalam

Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Keterampilan Kerja

Ilmiah pada Aspek Keterampilan

Melakukan Percobaan

Kategori

kemampuan

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Sangat baik 19 65.52

Baik 7 24.14

Cukup 2 6.89

Kurang 1 3.45

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui

bahwa sebagian besar siswa mendapatkan

kategori kemampuan sangat baik dalam

melakukan langkah-langkah percobaan

sifat-sifat koloid meliputi sifat efek

Tyndall, koagulasi dan adsorpsi. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya siswa yang

mendapatkan kategori kemampuan sangat

baik yaitu sebanyak 65.52% (19 siswa)

dan 24.14% (7 siswa) mendapatkan

kategori kemampuan baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa keterampilan

melakukan percobaan dalam praktikum

koloid berbasis inkuiri terbimbing sudah

sangat baik. Sebaran siswa dalam aspek

keterampilan melakukan langkah-langkah

percobaan secara terperinci terdapat

dalam Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Sebaran Siswa

dalam Aspek Keterampilan

Melakukan Percobaan

Melakuka

n

Percobaa

n

Persentase Siswa (%)

Sko

r

3

Sko

r

2

Sko

r

1

Sko

r

0

Efek

Tyndall

62.0

7

20.6

9

17.2

4

0

Koagulasi 82.7

6

10.3

4

6.89 0

Adsorpsi 72.2

1

17.2

4

6.89 3.45

Berdasarkan Tabel 5 terlihat sebaran

keterampilan kerja ilmiah siswa pada

aspek keterampilan melakukan

percobaan. Hasil ini menunjukkan bahwa

Page 8: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

102

lebih banyak siswa yang memperoleh

skor 3 dari pada skor 2, 1, dan 0.

Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

sangat baik dalam melakukan langkah-

langkah percobaan. Siswa yang

memperoleh skor 3 disebabkan siswa

melakukan semua langkah-langkah

percobaan sesuai langkah-langkah

percobaan di dalam LKS. Siswa yang

memperoleh skor 2 disebabkan siswa

melakukan langkah percobaan pertama

dan kedua sesuai langkah-langkah

percobaan di dalam LKS tetapi tidak

melakukan langkah percobaan

selanjutnya. Siswa yang memperoleh skor

1 disebabkan siswa hanya melakukan

langkah percobaan pertama sesuai

langkah-langkah percobaan di dalam LKS

tetapi tidak melakukan langkah-langkah

percobaan selanjutnya, sedangkan siswa

yang memperoleh skor 0 disebabkan

siswa tidak melakukan aspek aspek

apapun atau siswa tidak melakukan

langkah-langkah percobaan.

Siswa yang mendapatkan kategori

kemampuan baik disebabkan pada salah

satu percobaan siswa melakukan semua

langkah-langkah percobaan, akan tetapi

pada percobaan yang lainnya siswa tidak

melakukan semua langkah-langkah

percobaan. Siswa yang mendapatkan

kategori kemampuan cukup disebabkan

siswa melakukan semua langkah-langkah

percobaan pada satu percobaan tetapi

pada percobaan berikutnya tidak

melakukan semua langkah-langkah

percobaan. Siswa yang mendapatkan

kategori kemampuan kurang disebabkan

siswa memperoleh skor 1 pada masing-

masing percobaan yaitu percobaan efek

Tyndall, koagulasi, dan adsorpsi. Hal ini

disebabkan siswa hanya melakukan

langkah percobaan pertama pada masing-

masing percobaan.

Hasil wawancara terhadap siswa yang

mendapatkan kategori kemampuan baik

dan kategori kemampuan cukup diperoleh

informasi bahwa beberapa siswa kesulitan

dalam menggunakan alat praktikum

seperti pipet tetes dan membaca miniskus

pada gelas ukur sehingga siswa yang

dapat menggunakan alat praktikum

melakukan semua langkah-langkah

percobaan sedangkan siswa lain hanya

memperhatikan langkah-langkah

percobaan yang dilakukan siswa tersebut

dalam kelompok masing-masing. Hasil

wawancara diperoleh informasi bahwa

siswa tersebut mendapatkan tugas untuk

menuliskan hasil pengamatan dalam tabel

pengamatan sehingga tidak semua

langkah-langkah percobaan dikerjakan,

selain itu siswa kesulitan dalam

menggunakan alat-alat praktikum seperti

menggunakan pipet tetes dan miniskus

pada gelas ukur sehingga siswa tersebut

lebih senang menuliskan hasil

pengamatan daripada melakukan

langkah-langkah percobaan. Menurut

Khamidinal (2009: 123-124) cara

menggunakan pipet tetes adalah dengan

cara pegang karet pipet penghisap dengan

ibu jari, penghisap ditekan dengan kedua

jari, kemudian celupkan ujung pipet tetes

pada larutan atau cairan yang akan

diambil, setelah larutan masuk ke dalam

pipet tetes kemudian angkat pipet tetes

tersebut. Untuk mengeluarkan larutan

dari dalam pipet tetes, berilah tekanan

dengan kedua jari pada karet pipet sampai

larutan yang berada di dalam pipet tetes

keluar. Menurut Khamidinal (2009)

seharusnya membaca miniskus atau skala

Page 9: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

103

pada gelas ukur dengan arah penglihatan

mata pada permukaan.

4. Keterampilan Mengamati Hasil

Percobaan

Keterampilan kerja ilmiah siswa

dalam praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing pada aspek keterampilan

melakukan percobaan terdapat dalam

Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Keterampilan Kerja

Ilmiah pada Aspek Keterampilan

Mengamati Hasil Percobaan

Kategori

kemampuan

Jumlah

Siswa

Persentas

e (%)

Sangat baik 18 62.07

Baik 4 13.79

Cukup 7 24.14

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui

bahwa sebagian besar siswa mendapatkan

kategori kemampuan sangat baik dalam

mengamati hasil percobaan peristiwa efek

Tyndall, koagulasi dan adsorpsi. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya siswa yang

mendapatkan kategori kemampuan sangat

baik yaitu sebanyak 62.07% (18 siswa)

dan 13.79% (4 siswa) mendapatkan

kategori kemampuan baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa keterampilan

mengamati hasil percobaan dalam

praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing sudah sangat baik. Sebaran

siswa dalam aspek keterampilan

melakukan langkah-langkah percobaan

secara terperinci terdapat dalam Tabel 7.

Tabel 7 Rekapitulasi Sebaran Siswa

dalam Aspek Keterampilan

Mengamati Hasil Percobaan

Keterampil

an

Mengamati

hasil

Percobaan

Persentase Siswa (%)

Sko

r

3

Sko

r

2

Sko

r

1

Sko

r

0

Efek

Tyndall

62.0

7

13.7

9

6.89 17.2

4

Koagulasi 100 0 0 0

Adsorpsi 62.0

7

3.45 34.4

8

0

Berdasarkan Tabel 7 terlihat sebaran

keterampilan kerja ilmiah siswa pada

aspek keterampilan mengamati hasil

percobaan. Hasil ini menunjukkan bahwa

lebih banyak siswa yang memperoleh

skor 3 sehingga dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar siswa sangat baik dalam

mengamati hasil percobaan. Siswa yang

memperoleh skor 3 disebabkan siswa

mengamati 5-4 sampel percobaan dengan

benar. Siswa yang memperoleh skor 2

disebabkan siswa mengamati 3-2 sampel

percobaan dengan benar. Siswa yang

memperoleh skor 1 disebabkan siswa

mengamati 1 sampel percobaan dengan

benar, sedangkan siswa yang memperoleh

skor 0 disebabkan siswa tidak mengamati

hasil percobaan. Sampel yang digunakan

dalam praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing adalah sampel A (larutan

gula), smapel B (susu), sampel C (air

kanji), sampel D (air tahu), dan sampel E

(larutan kopi).

Hasil analisis LKS dapat diketahui

bahwa siswa yang mendapatkan kategori

kemampuan baik disebabkan siswa

memperoleh skor 3 pada percobaan efek

Page 10: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

104

Tyndall, memperoleh skor 3 pada

percobaan koagulasi, dan memperoleh

skor 1 pada percobaan adsorpsi. Selain

itu, ada siswa yang mendapatkan

kategori kemampuan baik dengan

memperoleh skor 2 pada percobaan efek

Tyndall, memperoleh skor 3 pada

percobaan koagulasi, dan memperoleh

skor 1 pada percobaan adsorpsi. Siswa

yang mendapatkan kategori kemampuan

cukup disebabkan siswa memperoleh skor

0 pada percobaan efek Tyndall,

memperoleh skor 3 pada percobaan

koagulasi, dan memperoleh skor 1 pada

percobaan adsorpsi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

siswa yang mendapatkan kategori

kemampuan baik dan cukup diperoleh

informasi bahwa siswa mengalami

kesulitan dalam melakukan pengamatan

pada percobaan efek Tyndall dan

percobaan adsorpsi. Hal ini disebabkan

sampel yang diberikan guru tidak

diketahui identitasnya. Selain itu, siswa

kurang memahami mengenai gejala efek

Tyndall (peristiwa penghamburan cahaya)

yang terjadi pada suatu koloid sehingga

siswa sulit menentukan apakah sampel

dapat mengalami peristiwa efek Tyndall

atau tidak dapat mengalami peristiwa

efek Tyndall, sehingga siswa kesulitan

menggolongkan masing-masing sampel

ke dalam koloid, suspensi, dan larutan.

Menurut Sunarya, Y (2012: 45) efek

Tyndall dapat digunakan untuk

membedakan koloid dari larutan sejati,

sebab atom, molekul, ion yang

membentuk larutan tidak dapat

menghamburkan cahaya akibat

ukurannya terlalu kecil. Penghamburan

cahaya oleh suatu campuran

menunjukkan bahwa campuran tersebut

adalah suatu koloid, dimana ukuran

partikel-partikelnya lebih besar dari

ukuran partikel dalam larutan, sehingga

dapat menghamburkan cahaya. Pada

percobaan adsorpsi siswa mengalami

kesulitan dalam menentukan sampel yang

mengalami peristiwa adsorpsi pada

percobaan adsorpsi. Hal ini disebabkan

pada saat melakukan percobaan masing-

masing sampel ketika ditambahkan norit

tidak mengalami perubahan, karena

pendiaman sampel setelah ditambahkan

norit hanya beberapa menit. Sunarya, Y

(2012: 47) berpendapat bahwa atom,

molekul, atau ion yang berkerumun

membentuk partikel koloid dapat

memiliki sifat listrik pada permukaannya.

Sifat tersebut menimbulkan gaya van der

Waals, bahkan gaya valensi yang dapat

menarik dan mengikat atom-atom,

molekul atau ion-ion dari zat asing.

Penempelan zat asing pada permukaan

suatu partikel koloid disebut adsorpsi.

5. Keterampilan Menganalisis Hasil

Percobaan

Keterampilan kerja ilmiah siswa

dalam praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing pada aspek keterampilan

melakukan percobaan terdapat dalam

Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Keterampilan Kerja

Ilmiah pada Aspek Keterampilan

Menganalisis Hasil Percobaan

Kategori

kemampu

an

Juml

ah

Siswa

Sko

r

Persenta

se (%)

Sangat

baik

12 3 41.38

Baik 11 2 37.93

Kurang 6 1 20.69

Page 11: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

105

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui

bahwa sebagian besar siswa mendapatkan

kategori kemampuan sangat baik dalam

mengamati hasil percobaan peristiwa efek

Tyndall, koagulasi dan adsorpsi. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya siswa yang

mendapatkan kategori kemampuan sangat

baik yaitu sebanyak 41.38% (12 siswa)

dan siswa yang mendapatkan kategori

kemampuan baik sebanyak 37.93% (11

siswa). Hasil ini menunjukkan bahwa

keterampilan menganalisis hasil

percobaan dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing sudah sangat

baik.

Hasil analisis LKS dapat diketahui

bahwa siswa yang memperoleh skor 2

dengan kategori kemampuan baik

disebabkan siswa menganalisis hasil

percobaan 3-2 sampel dengan benar,

sebagian besar siswa menganalisis

dengan benar pada sampel B (susu) dan

sampel D (air tahu). Berdasarkan hasil

wawancara dengan siswa diperoleh

informasi bahwa siswa menganalisis hasil

percobaan berdasarkan hasil pengamatan

dari percobaan efek Tyndall, koagulasi

dan adsorpsi yang dilakukan, dimana

hasil pengamatan siswa pada percobaan

efek Tyndall dan percobaan adsorpsi

tidak sesuai dengan sifat masing-masing

sampel. Hal ini disebabkan siswa

kesulitan dalam mengamati peristiwa efek

Tyndall dan peristiwa adsorpsi yang

terjadi pada masing-masing sampel,

sehingga siswa dalam menganalisis hasil

percobaan efek Tyndall dan adsorpsi

tidak sesuai dengan sifat koloid.

Seharusnya siswa menganalisis hasil

percobaan sesuai dengan sifat masing-

masing sampel, sehingga siswa dapat

menggolongkan sampel ke dalam sistem

koloid berdasarkan hasil pengamatan dari

percobaan yang dilakukan.

Siswa yang memperoleh skor 1

dengan kategori kemampuan kurang

disebabkan siswa menganalisis hasil

percobaan 1 sampel dengan benar,

sebagian besar siswa menganalisis

dengan benar pada sampel B (susu).

Berdasarkan hasil wawancara dengan

siswa diperoleh informasi bahwa siswa

menganalisis data hasil percobaan

berdasarkan hasil pengamatan, akan

tetapi siswa hanya menganalisis salah

satu sampel pada masing-masing

percobaan yaitu sampel A pada

percobaan efek Tyndall, sampel B pada

percobaan koagulasi, dan sampel C pada

percobaan adsorpsi. Hal ini disebabkan

hasil pengamatan siswa yang tidak sesuai

dengan sifat masing-masing sampel.

Selain itu, siswa mengalami kesulitan

dalam menganalisis hasil percobaan

disebabkan karena sampel tidak diketahui

identitasnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sunarya, Y (2012: 45) yang

menyatakan bahwa suatu campuran

digolongkan ke dalam sistem koloid

apabila memiliki sifat-sifat yang berbeda

dengan larutan sejati. Sifat fisik yang

dapat membedakan sistem koloid dari

larutan sejati adalah efek Tyndall, gerak

Brown, adsorpsi, kestabilan dan koagulasi

koloid (Sastrohamidjojo, 2005: 248).

6. Keterampilan Merumuskan

Kesimpulan

Keterampilan kerja ilmiah siswa

dalam praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing pada aspek keterampilan

melakukan percobaan terdapat dalam

Tabel 9.

Page 12: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

106

Tabel 9 Hasil Keterampilan Kerja

Ilmiah pada Aspek Keterampilan

Merumuskan Kesimpulan

Kategori

kemampu

an

Jumla

h

Siswa

Sko

r

Persenta

se (%)

Sangat

baik

10 3 34.48

Baik 13 2 44.83

Kurang 5 1 17.24

Sangat

kurang

1 0 3.45

Berdasarkan Tabel 9 dapat

diketahui bahwa beberapa siswa

mendapatkan kategori kemampuan

sangat baik dan baik. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya siswa

yang mendapatkan kategori

kemampuan sangat baik yaitu

sebanyak 34.48% (10 siswa) dan

sebanyak 44.83% (13 siswa). Hasil ini

menunjukkan bahwa keterampilan

merumuskan kesimpulan dalam

praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing sudah baik.

Hasil analisis LKS dapat diketahui

bahwa sebanyak 13 siswa memperoleh

skor 2 dengan kategori kemampuan

baik disebabkan karena siswa

merumuskan 2 kesimpulan sesuai

dengan tujuan pada percobaan efek

Tyndall dan adsorpsi, siswa tidak

menyimpulkan sesuai dengan tujuan

pada percobaan koagulasi, siswa hanya

menjelaskan bahwa koagulasi bersifat

dapat mengendapkan partikel-partikel

dari medium pendispersinya.

Sebanyak 5 siswa memperoleh skor 1

dengan kategori kemampuan kurang

disebabkan karena siswa merumuskan

1 kesimpulan sesuai tujuan percobaan

pada percobaan koagulasi sedangkan

pada percobaan efek Tyndall dan

adsorpsi, siswa menjelaskan

pengertian dari kedua sifat tersebut.

Sebanyak 1 siswa yang memperoleh

skor 0 dengan kategori kemampuan

sangat kurang disebabkan siswa tidak

merumuskan kesimpulan percobaan

efek Tyndall, koagulasi dan adsorpsi.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan siswa yang mendapatkan

kategori kemampuan baik dan

diperoleh informasi bahwa siswa

merumuskan kesimpulan berdasarkan

hasil analisis data hasil pengamatan,

siswa merumuskan kesimpulan hasil

percobaan bukan berdasarkan rumusan

masalah yang dirumuskan, sehingga

merumuskan kesimpulan tidak sesuai

dengan tujuan percobaan. Hasil

wawancara dengan siswa yang

mendapatkan kategori kemampuan

kurang diperoleh informasi bahwa

siswa merumuskan kesimpulan

berdasarkan hasil analisis data hasil

pengamatan dimana hasilnya pada

beberapa sampel tidak sesuai dengan

sifat masing-masing sampel, sehingga

kesimpulan yang dirumuskan siswa

tidak sesuai dengan tujuan percobaan

dan rumusan masalah yang

dirumuskan. Hasil wawancara dengan

siswa yang memperoleh kemampuan

sangat kurang dalam merumuskan

kesimpulan diperoleh informasi bahwa

siswa tersebut tidak paham dalam

merumuskan kesimpulan sehingga

siswa tidak merumuskan kesimpulan.

Hal ini disebabkan siswa tidak terbiasa

merumuskan kesimpulan dalam

pembelajaran, karena guru yang

Page 13: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

107

merumuskan kesimpulan setiap diakhir

pembelajaran.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik

berdasarkan temuan yang telah

dikemukakan sebelumnya tentang

keterampilan kerja ilmiah dalam

praktikum koloid berbasis inkuiri

terbimbing pada siswa kelas XI IPA 2

MAN 2 Pontianak adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan merumuskan masalah

dalam praktikum koloid berbasis

inkuiri terbimbing adalah sebanyak

100% siswa mendapatkan ketegori

kemampuan sangat baik.

2. Keterampilan merumuskan hipotesis

dalam praktikum koloid berbasis

inkuiri terbimbing adalah sebanyak

89.65% siswa mendapatkan ketegori

kemampuan sangat baik, sebanyak

6.90% siswa mendapatkan kategori

kemampuan baik dan sebanyak 3.45%

siswa mendapatkan kategori

kemampuan kurang.

3. Keterampilan melakukan percobaan

dalam praktikum koloid berbasis

inkuiri terbimbing adalah sebanyak

65.52% siswa mendapatkan ketegori

kemampuan sangat baik, sebanyak

24.14% siswa mendapatkan kategori

kemampuan baik, sebanyak 6.89%

siswa mendapatkan kategori

kemampuan cukup, dan sebanyak

3.45% siswa mendapatkan kategori

kemampuan kurang.

4. Keterampilan mengamati hasil

percobaan dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing adalah

sebanyak 62.07% siswa mendapatkan

ketegori kemampuan sangat baik,

sebanyak 13.79% siswa mendapatkan

kategori kemampuan baik dan

sebanyak 24.14% siswa mendapatkan

kategori kemampuan cukup.

5. Keterampilan menganalisis hasil

percobaan dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing adalah

sebanyak 41.38% siswa mendapatkan

ketegori kemampuan sangat baik,

sebanyak 37.93% siswa mendapatkan

kategori kemampuan baik, dan

sebanyak 20.69% siswa mendapatkan

kategori kemampuan kurang.

6. Keterampilan merumuskan

kesimpulan dalam praktikum koloid

berbasis inkuiri terbimbing adalah

sebanyak 34.48% siswa mendapatkan

ketegori kemampuan sangat baik,

sebanyak 44.83% siswa mendapatkan

kategori kemampuan baik, sebanyak

17.24% siswa mendapatkan kategori

kemampuan kurang, dan sebanyak

3.45% siswa mendapatkan kategori

kemampuan sangat kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdiyati, Y dan Kusnadi. (2008). Profil

Keterampilan Proses Sains

Mahasiswa Melalui Pembelajaran

Berbasis Kerja Ilmiah pada

Matakuliah Mikrobiologi. Jurnal

Pengajaran MIPA. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

ISSN: 1412-0917. Vol. 10 No. 2

(Online).

(http://fpmipa.upi.edu/journal/v1/in

dex.php/jpmipa/article/download/32

4/235.

Khamidinal. (2009). Teknik

Laboratorium Kimia. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Page 14: ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …

Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

108

Mahmud. (2011). Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Pustaka

Ceria.

Rustaman, A. dan Rustaman, N.Y.

(2010). Kemampuan Kerja Ilmiah

dalam Sains (Karakteristik

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Mata Pelajaran Biologi). Makalah

Seminar Pendidikan Biologi.

Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia. (Online).

(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIP

A/JUR._PEND._BIOLOGI/131353

755-

ANDRIAN_RUSTAMAN/KERJA_

ILMIAH UNPAS2003.pdf.

Saputra, H.J. (2012). Pembelajaran IPA

Terpadu Melalui Keterampilan

Kerja Ilmiah Untuk

Mengembangkan Nilai Karakter.

Prosiding Seminar Nasional Inovasi

Pembelajaran FPMIPA. IKIP PGRI

Semarang. (Online).

(http://prosiding.upgrismg.ac.id/ind

ex.php/semnas_ino/SEM_INO2012/

paper/view/259.

Sastrohamidjojo, H. (2005). Kimia

Dasar. (Edisi Ke-2). Yogyakarta:

Gadjah Madah University Press.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

pendidikan pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sunarya, Y. (2012). Kimia Dasar 2

Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia

Terkini. Bandung: Yrama Widya.