analisis kesekatan sesar secara visual pada singkapan dt-01... · adalah banyak perlapisan...
TRANSCRIPT
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
61
ANALISIS KESEKATAN SESAR SECARA VISUAL PADA SINGKAPAN
Salahuddin Husein1*
Pech Sopheap2
Didit Hadi Barianto1
1Departemen Teknik Geologi FT UGM, Jl. Grafika 2 Yogyakarta 55281 2Mahasiswi S2 Departemen Teknik Geologi FT UGM; alamat saat ini Institute of Technology of Cambodia
*Email : [email protected]
SARI
Suatu patahan dapat mempengaruhi sifat dan karakter batuan yang tersesarkan, termasuk pada
kemampuan dalam mengalirkan fluida. Sehingga perlu kiranya satu metode penilaian yang bersifat
kuantitatif tentang kemampuan bidang patahan untuk menyekat aliran fluida. Analisis kesekatan sesar
merupakan suatu kajian geologi struktur yang khusus untuk menguantifikasi pengaruh patahan
terhadap porositas dan permeabilitas suatu batuan yang tersesarkan. Selama ini analisis kesekatan
sesar umumnya dilakukan dengan data-data bawah permukaan dalam eksplorasi hidrokarbon.
Makalah ini mencoba menerapkannya pada singkapan di permukaan, sebagai media pembelajaran.
Obyek penelitian adalah singkapan Formasi Semilir di Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, berupa perlapisan batulanau dan batupasir volkanik dalam kedudukan relatif horisontal
dan terpotong oleh 3 zona sesar. Metode yang akan diterapkan adalah pembuatan peta struktur,
pengukuran stratigrafi detail, dan perhitungan parameter kesekatan sesar. Kalkulasi algoritma
kesekatan sesar melalui faktor semiran lempung (shale smear factor – SSF), perbandingan hancuran
lempung (smear gouge ratio – SGR), dan potensi semiran lempung (clay smear potential – CSP).
Patahan 1 adalah sesar dekstral normal, patahan 2 adalah sesar naik, dan patahan 3 adalah sesar
dekstral naik. Hasil kalkulasi parameter sekatan menunjukkan patahan 1 (SSF=37.02, CSP=5.01,
SGR=5.01, SGR=32.90%) yang bersifat tiris (leaking), patahan 2 (SSF=4, CSP=19.06,
SGR=32.90%) yang bersifat cukup tersekat (moderate seal), dan patahan 3 (SSF=8, CSP=9.14,
SGR=50%) yang bersifat sedikit tersekat (poor seal).
Kata kunci : kesekatan sesar, Formasi Semilir, faktor semiran lempung, perbandingan hancuran
lempung, potensi semiran lempung.
I. PENDAHULUAN
Penentuan kesekatan sesar (fault seal
analysis) seringkali dilakukan pada
pekerjaan bawah permukaan, sebagai
pendekatan yang berguna dalam mengetahui
konektivitas reservoar yang terpatahkan oleh
struktur geologi. Makalah ini menunjukkan
cara melakukan analisis kesekatan dengan
data permukaan, berupa singkapan geologi.
Formasi batuan yang dipilih adalah sikuen
volkaniklastika Semilir yang berumur Oligo-
Miosen, tersusun terutama oleh batupasir
volkanik kaya kuarsa dan batupasir tufan
kaya pumis, yang dapat berperan sebagai
reservoar yang baik di bawah permukaan.
Singkapan terletak di daerah Piyungan,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,
dengan koordinat 7049'17.58" LS dan
110028'52.98" (Gambar 1). Pada singkapan
ini, batuan volkaniklastika Semilir berada
dalam kedudukan relatif horisontal dan
terpotong oleh 3 patahan. Ketiga patahan
tersebut akan dianalisis kesekatannya secara
visual dengan perhitungan faktor semiran
lempung (SSF), rasio hancuran lempung
(SGR), dan potensi semiran lempung (CSP).
II. KONDISI GEOLOGI
REGIONAL
Pegunungan Selatan adalah salah satu
propinsi fisiografis yang melintang berarah
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
62
relatif timur-barat di Pulau Jawa, yang
menempati sebagian besar pesisir selatan
pulau ini. Pegunungan Selatan merupakan
busur volkanik Tersier, sehingga tersusun
secara dominan oleh produk volkanik
berumur Oligosen hingga Miosen, yang
langsung menumpang secara tidak selaras di
atas batuan alas berumur Kapur akhir serta
ditutupi secara gradual oleh batuan karbonat
berumur Miosen tengah hingga akhir. Secara
struktural, Pegunungan Selatan merupakan
blok patahan yang relatif miring landai ke
arah selatan.
Bagian bawah Formasi Semilir menjemari
dengan bagian atas Formasi Kebo-Butak,
diendapkan semenjak akhir Oligosen hingga
awal Miosen (N3-N8). Penyusun utamanya
adalah tuf lapili, batupasir tufan, breksi
autoklastika, breksi polimik, dengan
batupasir tufan gampingan yang
berkembang di bagian atas. Lava andesit
kadang dijumpai di bagian bawah,
sedangkan lignit dan batulanau karbonan
dijumpai di bagian tengah. Lingkungan
sedimentasinya bervariasi dari darat hingga
laut dalam di tatanan busur kepulauan
gunungapi. Penanggalan mutlak dengan U-
Pb oleh Smyth dkk. (2005) pada sampel di
bagian tengah Formasi Semilir menunjukkan
umur 20 juta tahun silam (Miosen Awal).
Potensi Formasi Semilir sebagai reservoar
dapat dianalogikan dengan hasil penelitian
Peter dan David (1994) pada beberapa
reservoar di Jawa Timur, dengan porositas
dapat melampaui 30% dan permeabilitas
hingga 550 mD.
III. KESEKATAN SESAR
Patahan memegang peran penting dalam
menciptakan perangkap hidrokarbon.
Terdapat beberapa mekanisme dimana
patahan dapat menjadi penyekat bagi aliran
fluida di dalam reservoar, yaitu:
1. Penjajaran (juxtaposition), dimana
batupasir reservoar menjadi sejajar
dengan batuan penyekat karena
pergeseran sesar.
2. Semiran lempung (clay smear), yaitu
masuknya material lempung ke dalam
bidang sesar.
3. Kataklasis, dimana hancuran butiran
pasir tersebar di sepanjang bidang sesar.
4. Diagenesis, dimana sementasi
terkonsentrasi di bidang sesar yang
permeabel.
Faktor-faktor berikut ini menentukan
kecenderungan terbentuknya semiran
lempung di dalam bidang sesar:
a. Batulempung berlapis tebal akan
menghasilkan olesan lempung yang
lebih tebal.
b. Ketebalan semiran lempung akan
berkurang semakin jauh jaraknya dari
lapisan sumber lempung.
c. Semiran lempung akan semakin tipis
dengan bertambahnya jarak pergeseran
vertikal sesar (throw).
d. Semakin banyak perlapisan
batulempung yang terkena sesar akan
menghasilkan semiran yang menerus.
Secara visual, algoritma perhitungan
kesekatan sesar didekati dengan tiga
parameter berikut (Gambar 2):
1. Faktor semiran lempung (shale smear
factor - SSF) adalah rasio jarak
pergeseran vertikal sesar (fault throw)
terhadap ketebalan lapisan lempung
yang terpotong sesar. Semiran lempung
akan menjadi tidak lengkap dan tidak
menyekat bila SSF > 7. Nilai SSF yang
kecil dibentuk oleh semiran menerus
dan menyebabkan bidang sesar menjadi
tersekat. SSF dianggap efektif bila
diterapkan pada bidang patahan tunggal
yang sederhana (bukan bidang patahan
jamak) dan hanya satu lapisan lempung
yang tersesarkan (Fossen, 2010).
2. Rasio hancuran lempung (shale gouge
ratio - SGR) adalah rasio dalam
persentase dari ketebalan lapisan
lempung di sepanjang patahan terhadap
jarak pergeseran vertikal sesar (fault
throw). Semakin tinggi nilai SGR akan
semakin besar potensi kesekatatan sesar.
Nilai SGR 20%-40% merupakan sekat
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
63
yang buruk, nilai SGR 40%-60%
dianggap sekat yang cukup baik, dan
nilai SGR >60% akan menghasilkan
sekat yang efektif. SGR dianjurkan
sebagai acuan bila yang dianalisis
adalah banyak perlapisan batulempung
yang terpotong oleh sesar (Fossen,
2010).
3. Potensi semiran lempung (clay smear
potential - CSP) adalah jumlah lempung
yang dijumpai di sepanjang patahan
yang diberikan oleh lapisan-lapisan
lempung yang terpotong sesar. CSP
mengindikasikan seberapa jauh
pergeseran batulempung dalam menjadi
semiran sesar yang efektif sebelum
sepenuhnya hancur dan membuka
konektivitas reservoar (Fossen, 2010).
Patahan akan bersifat tersekat bila CSP
< 15, dan akan bersifat terhubung bila
CSP > 30.
Nilai kesekatan sesar yang baik merupakan
kombinasi dari nilai SGR >20%, nilai SSF
<7, dan nilai CSP <30 (Yielding dkk., 1997).
IV. METODE PENELITIAN
Data primer dalam penelitian ini mencakup
deskripsi stratigrafis, berupa litologi,
struktur sedimen, tekstur sedimen,
kedudukan bidang perlapisan, dan ketebalan
setiap lapisan. Data struktur yang
dibutuhkan adalah kedudukan sesar serta
besarnya pergeseran vertikal sesar (fault
throw). Karena dimensi singkapan yang
relatif kecil (40m×60m dengan tinggi 20m),
peta dasar dibuat dengan metode kompas
dan langkah. Penampang geologi dibuat
tegak lurus bidang patahan untuk
menghitung pergeseran sesar.
V. DATA DAN ANALISIS
Litologi Formasi Semilir di lokasi penelitian
terdiri dari tuff, batupasir, perselingan
batupasir dan batulanau, batupasir tufan,
batulanau, dan lapili (Gambar 3). Gradasi
normal sering dijumpai dalam perselingan
batupasir dan batulanau, dengan kandungan
organik terkonsentrasi dalam batupasir.
Dalam penelitian ini, perlapisan batupasir
tufan dan lapili dianggap sebagai reservoar.
Hasil stratigrafi terukur menunjukkan
adanya 6 fasies sedimenter dalam ketebalan
keseluruhan 16m, yaitu: (i) fasies tuf,
dengan struktur laminasi; (ii) fasies
batupasir, yang berukuran pasir halus dan
berlaminasi; (iii) fasies perselingan batupasir
dan batulanau, berstuktur gradasi normal
menghalus ke atas, dengan kandungan
material organik dan bau sulfur pada
batupasir, serta struktur laminasi pada
batulanau; (iv) fasies batupasir tufan,
bertekstur sokongan matriks dengan
fragmen pumis, berstruktur laminasi, lensa,
dan flame di bagian atas; (v) fasies
batulanau, berwarna coklat, bersifat rapuh;
dan (vi) fasies batulapili, tersortasi baik,
bertekstur sokongan butir, kaya plagioklas
dan kuarsa.
Terdapat tiga patahan di lokasi penelitian,
yang menjadi obyek analisis sekatan sesar
(Gambar 4). Patahan pertama (F1) adalah
sesar dekstral normal dengan kedudukan
N111°E/79°dan pergeseran vertikal
maksimum (throw) sebesar 310 cm. Patahan
kedua (F2) merupakan sesar naik dengan
kedudukan N220°E/79° dan throw 45 cm.
Patahan ketiga (F3) adalah sesar dekstral
naik dengan kedudukan N104°E/81° dan
throw 80 cm. Kehadiran semiran lempung
juga terkonfirmasi secara visual, dengan ciri
berwarna coklat (Gambar 5).
Berdasarkan pada pergeseran sesar (offset)
terhadap stratigrafi singkapan, perhitungan
algoritma sekatan sesar dapat dihitung
(Gambar 6), sebagai berikut:
a. Faktor semiran lempung (SSF)
SSF =throw sesar
ketebalan lapisan lempung
SSF (F1) = 310
10+5+15+20+5+10 = 4.77
SSF (F2) = 45
15+10+10= 1.29
SSF (F3) = 80
10+10+10+10 = 2.00
b. Potensi semiran lempung (CSP)
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
64
CSP = Σ(ketebalan lapisan lempung)2
jarak terhadap lapisan lempung
CSP (F1) =
Σ(10 + 5 + 15 + 20 + 5 + 10 + 7 + 10 + 10 + 10 + 10)2
(295 + 282.5 + 262.5 + 300 + 212.5 + 200 + 185 + 161 + 136 + 26 + 16)
CSP (F1) = 5.01
CSP (F2) = Σ(15+10+10)2
(32.5+20+10)
CSP (F2) = 19.60
CSP (F3) = Σ(10+10+10+10)2
(62.5+52.5+42.5+17.5)
CSP (F3) = 9.14
c. Rasio hancuran lempung (SGR)
SGR =Σ(ketebalan lapisan lempung)
throw sesarx 100%
SGR (F1) = Σ(10+5+15+20+5+10+7+10+10+10+10)
310x100%
SGR (F1) = 32.9%
SGR (F2) = Σ(15+10+10)
45x100%
SGR (F2) = 77.8%
SGR (F3) = Σ(10+10+10+10)
80x100%
SGR (F3) = 50%
VI. DISKUSI
Menurut perhitungan SSF, semakin kecil
nilainya akan semakin besar kemenerusan
semiran lempung dan semakin tersekat
patahan yang dimaksud. Hanya sesar F2 saja
yang nilainya kurang dari 7, nilai ambang
dalam sekatan sesar, yang mengindikasikan
bahwa sesar F2 mengalami sekatan efektif.
Sedangkan sesar F1 dan F3 memiliki nilai
SSF yang melebihi 7, sehingga bersifat
terhubung (tidak tersekat), terutama pada
sesar F1 yang nilai SSF jauh di atas nilai
ambang.
Perhitungan CSP menunjukkan semakin
besar nilainya akan semakin kecil potensi
sekatan sesar dan akan semakin besar
kemungkinan terhubungnya reservoar yang
berdampingan. Ketiga patahan yang ada di
lokasi penelitian memiliki nilai CSP yang
kurang dari 30, sehingga bersifat tersekat,
dengan derajat sekatan paling besar dimiliki
oleh sesar F1 dengan nilai CSP 5.01,
sedangkan sesar F2 bersifat tersekat buruk
(ada potensi terhubung) karena nilai CSP
19.60. Namun observasi lapangan
menunjukkan tidak adanya lapisan yang
berfungsi sebagai reservoar yang terpotong
oleh sesar F2.
Distribusi nilai SGR berbanding lurus
dengan potensi sekatan sesar, semakin besar
nilainya akan semakin efektif sekatan sesar
yang terbentuk. Sesar F1 dianggap memiliki
sekatan yang buruk, dengan nilai SGR
32.9%. Sesar F2 dianggap tersekat cukup
baik, dengan nilai SGR 50%. Sesar F3
dianggap tersekat penuh karena nilai SGR
77,8%.
Rangkuman hasil perhitungan algoritma
sekatan sesar dicantumkan dalam Tabel 1.
Secara keseluruhan, ketiga sesar bersifat
tersekat. Meskipun perhitungan algoritma
ketiga sesar sepintas tampak tidak
konvergen, namun untuk stratigrafi Formasi
Semilir di lokasi penelitian yang
menghadirkan banyak lapisan batulempung
maka perhitungan SGR menjadi
pertimbangan utama, dengan dukungan
perhitungan CSP dan perhitungan SSF.
Sesar F1 terindikasi tersekat buruk oleh nilai
SGR 32.9% (paling kecil diantara 3 sesar).
Sifat ini didukung oleh kisaran nilai SSF dan
CSP, dimana nilai faktor semiran 4.77
(paling besar diantara 3 sesar) menunjukkan
semiran yang tidak terlalu baik, meskipun
nilai potensi semiran 5.01 (paling kecil
diantara 3 sesar) menunjukkan sesar telah
menyekat.
Sesar F2 terindikasi tersekat efektif dengan
nilai SGR 77.8% (paling besar diantara 3
sesar) karena semua perlapisan lempung
yang dihitung memiliki tebal yang signifikan
dibandingkan dengan pergeseran sesarnya.
Hal ini didukung oleh faktor semiran 1.29
(paling kecil diantara 3 sesar) yang telah
menyekat sesar secara sangat baik. Namun
di sisi lain nilai CSP 19.60 (paling besar
diantara 3 sesar) yang menunjukkan masih
ada kemungkinan kecil potensi
terhubungnya reservoar. Yang menjadi
pertimbangan nilai CSP yang cukup besar
untuk sesar F2 ini harus dipahami sebagai
akibat tidak adanya lapisan reservoar yang
terpotong pada singkapan. Kehadiran lapisan
reservoar akan menurunkan nilai CSP,
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
65
sebagaimana sesar F1 dan F3, bahkan
semakin banyak lapisan reservoar yang
terpotong sesar akan semakin kecil potensi
semiran lempungnya. Sehingga untuk sesar
F2 ini, nilai CSP tidak diperhitungkan.
Sesar F3 terindikasi tersekat baik dengan
nilai SGR 50%. Nilai SGR tersebut dibentuk
oleh faktor semiran lempung (SSF 2.00)
yang menunjukkan sesar telah tersekat
dengan baik, serta didukung oleh potensi
semiran lempung (CSP 9.14) yang cukup
menerus.
VII. KESIMPULAN
Analisis sekatan sesar untuk skala
singkapan geologi bisa dilakukan secara
visual dengan pendekatan penentuan
faktor semiran lempung (SSF), rasio
hancuran lempung (SGR), dan potensi
semiran lempung (CSP). Interpretasi
ketiganya harus dilakukan secara utuh
dan komprehensif, dimana hal ini
disebabkan keterbatasan masing-masing
algoritma, sehingga ketiganya harus
saling melengkapi.
Meski demikian, kecermatan observasi
tetap menjadi panduan mutlak dalam
melakukan analisis terhadap hasil
perhitungan ketiga algoritma di atas,
sebagaimana yang dicontohkan pada
sesar F2, dimana CSP bernilai besar
karena ketiadaan lapisan reservoar yang
menyebabkannya menjadi berpotensi
untuk terhubungkan.
Penentuan efektifitas sekatan sesar
terlebih dahulu dengan menganalisis
nilai SGR yang dapat diterapkan secara
baik pada singkapan dengan kondisi
stratigrafi perlapisan batulempung yang
berulang. Pertimbangan visual kedua
adalah nilai CSP, yang sangat
tergantung pada ketebalan perlapisan
batulempung serta kehadiran batuan
reservoar. Pertimbangan visual ketiga
adalah dengan mempertimbangkan nilai
SSF, yang hanya efektif pada perlapisan
batulempung yang sedikit.
Ketiga patahan yang dianalisis dalam
makalah ini bersifat tersekat dengan
derajat berbeda-beda, dimulai sesar F2
sebagai sesar dengan sekatan paling
efektif, dan diikuti oleh sesar F3 dengan
sekatan yang baik, serta sesar F1 dengan
sekatan yang buruk.
VIII. ACKNOWLEDGEMENT
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Pemerintah Republik Indonesia yang
telah memberikan beasiswa kepada Pech
Sopheap untuk menempuh pendidikan
Magister Teknik di Departemen Teknik
Geologi FT UGM dan dukungan dari
Program AUN/SEED-Net, periode 2014-
2016. Penulis juga menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Dr. Agung Setianto dan
Dr. I Gde Budi Indrawan untuk masukannya
selama ujian pendadaran Pech Sopheap.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
atas kerjakeras Ridha Sidi Mulyawan dalam
mendampingi Pech Sopheap ketika
mengumpulkan data lapangan. Terakhir,
penulis menyampaikan apresiasi kepada
Arkanu Andaru, Aiman Haidar Shamlan,
dan Eva Mulyaningsih atas penelitian
pionirnya di singkapan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fossen, H., 2010. Structural Geology. Cambridge University Press, New York, 463 p.
Oyedele, K. F., and Adeyemi, A.S., 2009. Assessment of fault-zone materials and their impact on
hydrocarbon accumulation using integrated Exploration techniques. Department of Physics
(Geophysics Programme) University of Lagos, Lagos, Nigeria. Journal of American Science
2009; 5(4):113-122.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
66
Peter W., and David M. S., 1994. High Quality Volcaniclastic Sandstone Reservoirs in East Java,
Indonesia. Proceedings of Indonesian Petroleum Association 23rd Annual Convention, pp.
101-118.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi., and Rosidi, H. M. D.,1995. Geological Map of the Yogyakarta Sheet,
Jawa. 2nd Edition.
Smyth. H., Hall. R., Hamilton. J., and Kimny. P., 2005. East Java: Cenozoic Basins, Volcanoes and
Ancient Basement. Proceedings of Indonesian Petroleum Association 30th Annual Convention,
pp.251- 266.
Yielding, G., Freeman, B., and Needham, D.T., 1997, Quantitative fault seal prediction, AAPG
Bulletin, Vol.81, pp. 897-917.
TABEL
Tabel 1. Rangkuman perhitungan sekatan sesar
Sesar SSF CSP SGR Sekatan
F1 4.77 Tersekat 5.01 Tersekat 32.9% Tersekat buruk Tersekat
F2 1.29 Tersekat 19.60 Terhubung buruk* 77.8% Tersekat efektif Tersekat
F3 2.00 Tersekat 9.14 Tersekat 50.0% Tersekat baik Tersekat
*) tidak diperhitungkan karena tidak ada reservoar yang terpotong oleh sesar
GAMBAR
Gambar 1. Peta lokasi penelitian, dicantumkan di atas peta geologi Lembar Yogyakarta (Rahardjo
dkk., 1992).
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
67
Gambar 2. (a) penentuan SSF; (b) penentuan SGR; dan (c) penentuan CSP (Oyedele dan Adeyemi,
2009).
Gambar 3. Kolom litostratigrafi daerah penelitian.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
68
Gambar 4. Peta patahan dan foto singkapannya; foto F1 menghadap ke arah tenggara, foto F2
menghadap ke arah timurlaut, dan foto F3 menghadap ke arah barat.
Gambar 5. Foto semiran lempung pada bidang patahan F1 (A) dan F3 (B).
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
69
Gambar 6. Penampang patahan dan diagram perhitungan algoritma sekatan sesar.