harada mori sesar

12
PEMERIKSAAN LARVA CACING PARASIT DENGAN METODE HARADA MORI Nama : Sesar Fikri Firmansyah NIM : B1J008100 Rombongan : II Kelompok : 10 Asisten : Luthfiana Zahro LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

Upload: sesar-fikri-firmansyah

Post on 01-Jul-2015

1.982 views

Category:

Documents


64 download

TRANSCRIPT

Page 1: HARADA MORI SESAR

PEMERIKSAAN LARVA CACING PARASIT

DENGAN METODE HARADA MORI

Nama : Sesar Fikri FirmansyahNIM : B1J008100Rombongan : IIKelompok : 10Asisten : Luthfiana Zahro

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BOLOGIPURWOKERTO

2011

Page 2: HARADA MORI SESAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan telur cacing parasit sangat penting bagi dunia kesehatan. Seluruh

proses pemeriksaan ini harus didukung dengan teori-teori yang berhubungan dengan siklus

hidup parasit itu sendiri. Teknik pemeriksaan telur cacing secara kualitatif selain metode natif

(direct slide), metode apung (flotation method), ada juga metode harada mori. Harada mori

merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi larva atau telur parasit pada feses, yang

dibantu dengan proses inkubasi.

Air merupakan komponen utama yang sangat penting dalam teknik ini. Air

menentukan kelembapan yang dibutuhkan oleh telur supaya menetas, air juga membantu

menurunkan suhu ketika suhu terlalu panas. Kelembapan yang tinggi merupakan hal yang

menjadikan telur-telur parasit banyak berkembang di daerah tropis. Teknik ini juga

mengadopsi hal yang demikian sehingga banyak cara yang digunakan untuk mempertahankan

kelembapan. Kertas saring pun dipilih karena memiliki kapilaritas tinggi yang menyebabkan

air dapat masuk melalui celah-celah kecil dan membasahi seluruh feses menjaga kelembapan.

Teknik ini mengharapkan larva-larva yang telah menetas nanti dapat bergerak dan masuk

kedalam air di dasar plastik.

Teknik Harada Hori memiliki banyak alternatif dalam penggunaannya. Namun

pada dasarnya teknik ini merupakan teknik dalam mengkultur larva dalam feses. Teknik ini

menggunakan kertas saring tipis dan air untuk menjaga kelembapan juga ditaruh disuhu yang

sesuai dengan perkembangan larva supaya larva dapat tumbuh. Teknik Harada Mori yang

sederhana dilakukan di praktikum ini hanya dengan kertas saring, plastik dan air saja,

sehingga teknik ini sangat murah untuk dilakukan, namun kelemahannya adalah dalam

melihat larva yang menetas lama karena kandungan air didalam plastik sangat terbatas.

Namun ada beberapa peneliti yang menggunakan tabung reaksi sebagai alat dalam teknik ini,

sehingga waktu inkubasi yang dicapai dengan alat ini bisa lama (Garcia, 1999).

Proses pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi ringan dari cacing tambang, dan

untuk membantu dalam identifikasi yang spesifik, teknik kultur saringan kertas harada mori

sangat bermanfaat. Teknik ini membutuhkan kertas saring yang di oleskan feses dan tabung

reaksi. kelembapan disediakan dengan menambahkan air kedalam tabung, yang secara

berkelanjutan menyerap air. Inkubasi dibawah suhu yang cocok akan menetaskan telur dan

berkembang menjadi larva.spesimen feses yang dikulturkan tudak boleh di masukan ke

Page 3: HARADA MORI SESAR

kulkas, sejak beberapa parasit (necator americanus) diketaui tidak bisa berkembang dalam

tidak menetas (Garcia, 1999).

B. Tujuan

Tujuan dilakukan teknik pemeriksaan laboratoris beberapa penyakit parasit

dengan metode Haradda- Mori praktikum adalah Mengetahui teknik pemeriksaan laboratoris

beberapa penyakit parasit dengan metode Harada Mori, mengetahui infeksi cacing parasit

yang menyerang organisme.

Page 4: HARADA MORI SESAR

II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat yang gunakan dalam metode Harada Mori antara lain tabung reaksi, lidi,

object glass, cover glass, plastik es, jepitan, gantungan, mikroskop, pipet, gunting, kertas

saring dan rak tabung reaksi. Bahan yang digunakan dalam metode ini adalah feses manusia,

ayam, sapi dan kambing, serta aquades.

B. Cara Kerja

1. Sejumlah tinja dioleskan pada bagian tengah kertas saring

2. Ditambahkan air ± 2 cc kedalam kantong plastik

3. Kertas saring dilipat kemudian dimasukan kedalam kantong plastik dengan bagian yang

runcing terlebih dahulu sampai menyentuh air.

4. Bagian atas kertas dilipat sehingga kertas menggantung didalam kantong plastik

5. Kantung plastik tersebut dijepit di jemuran.

6. Feses tersebut diinkubasi selama 7 hari dengan suhu ruangan

7. Setelah 7 hari ujung plastik di gunting, kemudian air di alirkan ke tabung reaksi

8. Tabung didiamkan selama 5-10 menit supaya telur mengapung

9. Air itu di ambil beberapa tetes dengan pipet tetes ke atas object glass

10. Diamati di mikroskop

Page 5: HARADA MORI SESAR

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Jenis feses Jenis Parasit JumlahManusia - -Kambing A. duodenale 1

Ayam - -Sapi - -

Cacing A. duodenale yang didapat dari Feses Kambing

B. Pembahasan

Teknik Harada-Mori merupakan teknik untuk mencari larva cacing parasit pada

usus. Proses identifikasi dari cacing tambang dapat dilakukan dengan metode Harada mori.

Bala (2010) menggunakan metode Harada mori dalam jurnalnya untuk mengkultur telur

cacing tambang. Telur cacing tambang seberat kurang lebih 4 g dari feses segar, di kultur

dengan coproculture selama 7-10 hari pada suhu 24-28 0 C, dengan "Harada and Mori Test

Tube method".

Kultur larva dapat terpisah dengan kotoran dengan bantuan sentrifugasi dan

diwarnai dengan lugols iodin untuk identifikasi selanjutnya. Teknik harada mori merupakan

teknik pemeriksaan kualitatif yang sederhana dan murah. Keuntungan dari teknik ini adalah

tidak hanya stadium telur saja yang ditemukan dengan teknik ini namun, diharapkan juga

ditemukan stadium larva cacing yang tumbuh dari proses ini. Waktu inkubasi yang lama

menyebabkan metode ini kurang efektif apabila data yang dibutuhkan cepat, sehingga bila

data kualitatif dibutuhkan cepat lebih baik menggunakan metode natif (Bala 2010).

Hasil yang didapatkan dalam teknik ini dari semua feses hanya satu feses yang

teridentifikasi terdapat cacing A. duodenale. Feses ayam yang kemungkinan didapatkan larva

cestoda seperti Railletina sp. maupun cacing nematoda. Feses manusia yang kemungkinan

Page 6: HARADA MORI SESAR

didapatkan larva nematoda seperti Ascaria, teknik ini umum digunakan untuk mencari larva

dari cacing-cacing tambang seperti Necator Americanus dan Ancylostoma duodenale

(Muslim, 2005). larva dapat digunakan untuk membedakan antara N. americanus dan A.

duodenale dengan melihat larva filariform pada apusan feses pada kertas saring setelah

inkubasi (Gantz et al, 2006) selama 5-7 hari.

Gambar filari-form Ancylostoma

Gambar filari-form Necator

Menurut Sehgal (2002), kelebihan dari teknik ini antara lain,

1. Dapat mendeteksi infeksi ringan dari Strongyloides, cacing tambang atau Trichostrongylus

2. Larva setelah kultur dapat dengan mudah di identifikasi

kekurangan dari teknik ini antara lain,

1. Kedua larva patogen dan larva yang hidup bebas dapat hidup dalam sistem dan sulit untuk

dibedakan

2. spesimen yang telah dimasukan kulkas tidak dapat digunakan untuk kultur, spesies larva

akan hancur bila dimasukan kulkas.

3. Kehati-hatian mutlak dibutuhkan karena larva dapat menginfeksi.

Beberapa dari telur cacing berat dan tidak akan mengapung, walaupun ketika zinc

sulfate dengan gtavitasi spesifik 1.2 digunakan. jenis telur cacing, operculate ketika telur

ditempatkan pada larutan gravitas tinggi. operculumnya akan "pop" dan terbuka dan telur

Page 7: HARADA MORI SESAR

akan terpernuhi oleh cairan dan tenggelam ke dasar tabung (Garcia, 1999). Penyebab lain

yang membuat semua hasil teknik ini negatif kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal

berikut ini,

1. Larutan dalam tabung diambil bukan tempat dimana telur terakumulasi

2. Tidak dilakukan sentrifugasi

3. Kemungkinan banyak telur yang tertinggal di plastik.

4. Organisme yang di periksa tidak terinfeksi cacing parasit

5. Feses yang dioleskan pada kertas saring bukan yang mengandung telur parasit

6. Lingkungan kurang sesuai seperti suhu kelembapan dan makanan.

7. Waktu inkubasi tidak sesuai dengan waktu pada siklus hidup cacing

Muslim (2005), mengatakan untuk mendiagnosis infeksi dari cacing N

americanus dan A. duonenale adalah dengan menemukan telur dalam feses dan menemukan

larva dengan pembiakan Harada-Mori. infeksi kedua cacing ini menyebar secara kosmoplit,

terutama di area tropis dan sub tropis. Lingkungan yang paling cocok sebagai habitatnya

(larva rabditiform dan filariform), yaitu daerah dengan suhu dan kelembapan tinggi

(perkebunan dan pertambangan). Insidennya cukup tinggi di Indonesia dan banyak ditemukan

di pedesaan( pekerja perkebunan dan pertambnagan yang kontak langsung dengan tanah).

Penyebaran infeksi berkolerasi dengan kebiasaan defekasi di tanah.

Habitat yang cocok untuk pertumbuhan larva ialah kondoso tanah yang gembur

(humus dan pasir). Menurut Muslim (2005), suhu optimum untuk perkembangan larva N.

Americanus berkisar 29-320C, sedangkan untuk A. duodenale berkisar 23-250C. Hal ini sesuai

praktikum ini feses diinkubasikan dengan suhu kamar, sehingga dimungkinkan untuk larva-

larva cacing ini dapat hidup. Infeksi cacing tambang dilakukan dengan menghindari defekasi

di sembarang tempat.

Page 8: HARADA MORI SESAR

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil dalam praktikum Harada-Mori ini antara lain,

1. Metode Harada-Mori dapat memperlihatkan infeksi cacing yang menyerang

organisme dengan melihat dari Larva yang menetas dari telur dalam feses.

2. Hasil dari feses kambing menghasilkan cacing A. duodenale, sedangkan yang lain

tidak terdapat cacing. Hal ini mungkin disebabkan karena telur cacing tidak bisa

menetas atau karena organisme tidak terserang parasit.

Page 9: HARADA MORI SESAR

DAFTAR REFERENSI

Bala, A.Y. 2010. “Relative Prevalnece Of The Human Hookworm Species, Necator

Americanus And Ancylostoma Duodenale In Jos-North Local Government Area Of

Plateau State”. Nigeria. Research Journal of Parasitology 5 (1): 18-22 2010.

Gantz, Nelson M Richard B. Brown, Steven L. Brk, James W. Myers.2006. Manual of

Clinical Problems in Infectious disease. Lippncott williams and wilkins. USA

Garcia,lynne shore. 1999. Practical guide to diagnostic parasitology. Library of Congress

Cataloging-in-publication Data. USA

Muslim, M. 2005. Parasitologi Untuk Keperawatan, Buku kedokteran EGC, Jakarta

Sehgal, Rakhes.2002. Practicals and Viva in Medical Parasitology. Elseiver. India