analisis kepuasan siswa akselerasi atas kualitas pelayanan …/analisis... · sma negeri 1...

67
Analisis Kepuasan Siswa Akselerasi Atas Kualitas Pelayanan Pendidikan Program Akselerasi Di SMA Negeri 1 Surakarta Thun 2009/2010 Disusun oleh : Anggreini Puspita Rini Nim : K.7406039 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010

Upload: truongdiep

Post on 02-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisis Kepuasan Siswa Akselerasi Atas Kualitas Pelayanan Pendidikan Program Akselerasi Di SMA Negeri

1 Surakarta Thun 2009/2010

Disusun oleh : Anggreini Puspita Rini Nim : K.7406039

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan dalam era globalisasi dan teknologi ini, mengalami persaingan yang

luar biasa dalam berbagai bidang, antara lain dalam bidang perniagaan, industri, ilmu

pendidikan serta berbagai dimensi lain. Sumber daya manusia perlu dikembangkan untuk

menjawab tantangan tersebut, terutama perlu diupayakan usaha-usaha persiapan secara

khusus bagi kelompok manusia yang mampu mengadakan berbagai perubahan di dalam

perkembangan masyarakat kita.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan individu yang

berkualitas. Dunia pendidikan mengalami perubahan cepat pada dekade terakhir ini yang

menunjukkan adanya keharusan untuk menyesuaikan diri dalam berbagai bidang

pendidikan, khususnya pendidikan keberbakatan, seperti tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengenai adanya hak

bagi peserta didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus bagi yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Keunggulan potensi anak berbakat perlu

dipahami dan dimengerti oleh orang lain termasuk orang tua, para guru, para ilmuwan,

pemerintah dan teman-teman mereka yang tidak berbakat, sebab dari pemahaman dan

pengertian yang diberikan oleh orang lain inilah, anak berbakat dapat menyadarkan

harapan mereka untuk mendapatkan penerimaan, pengertian, bimbingan dan layanan

pendidikan seperti yang mereka butuhkan. Anak berbakat secara alamiah ingin diterima

sebagai anak, maka mereka ingin dimengerti secara wajar oleh orang lain misalnya

pemenuhan kebutuhan materi pelajaran yang lebih banyak dari ukuran normal dan

metode belajar yang banyak memberi kesempatan mandiri.

Suasana dan strategi belajar serta pengaruh lingkungan, ternyata bisa menjadi

kendala untuk mencapai keberbakatan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan mereka

menjadi underachiever atau anak-anak yang tidak dapat berprestasi secara maksimal.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa hakikat pendidikan adalah untuk

memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara

optimal. Sehingga pelayanan pendidikan untuk anak berbakat sudah tiba saatnya menjadi

salah satu pusat perhatian dan sebagai masalah mendesak yang perlu segera digali dan

dimanfaatkan. Karena pelayanan pendidikan ini akan berhubungan dengan kualitas/mutu

pendidikan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, SMA Negeri 1 Surakarta

merupakan salah satu sekolah unggulan di Surakarta yang telah memberikan jasa

pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

dalam bentuk program percepatan belajar (akselerasi). Program akselerasi di SMA

Negeri 1 Surakarta baru berjalan selama 2 tahun ini. Salah satu strategi yang digunakan

agar tetap eksis adalah bukan hanya karena brand yang kuat sebagai SMA Negeri favorit

di Kota Surakarta tetapi bagaimana jasa pelayanan pendidikan program akselerasi

dikemas sedemikian rupa sehingga memuaskan siswa yang sekolah di program akselerasi

ini, sehingga program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta dituntut tidak hanya

menawarkan jasa dalam bentuk fisik saja, tetapi juga melayani siswa secara lebih

professional sehingga siswa merasa puas. Strategi yang dapat dipergunakan adalah

dengan merancang produk/layanan jasa pelayanan pendidikan yang prima yaitu didukung

oleh tenaga pengajar yang kompeten di bidangnya, layanan administrasi yang cepat dan

ramah serta didukung oleh fasilitas fisik yang memadai.

Sehubungan dengan pelayanan jasa pendidikan yang di berikan pihak SMA

Negeri 1 Surakarta kepada siswa akselerasi yang sesuai dengan indikator jasa pelayanan

dalam lembaga pendidikan yaitu: keandalan (reliability), keresponsifan/ketanggapan

(responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible)

menunjukkan bahwa siswa akselerasi baru merasa dalam tingkat kepuasan yang “sedang”

atas pelayanan jasa pendidikan yang mereka terima. Hal ini dibuktikan dari hasil pra

observasi yang dilakukan peneliti dengan menyebarkan 30 angket secara acak atau

random kepada 30 siswa akselerasi dengan perincian 8 angket untuk siswa kelas X Aksel

1, 8 angket untuk siswa kelas X Aksel 2, 7 angket untuk siswa kelas XII Aksel 1, dan 7

angket untuk siswa kelas XII Aksel 2 diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Penilaian Siswa Terhadap Kualitas Jasa Pelayanan Pendidikan yang Diberikan Program Akselerasi Di SMA Negeri 1 Surakarta

Tingkat Kepuasan Siswa (%) No Indikator

SP P CP KP TP

1 Keandalan (reliability) 33,33% 66,67%

2 Keresponsifan/ketanggapan (responsiveness) 26,67% 73,33%

3 Kepastian (assurance) 33,33% 66,67%

4 Empati (emphaty) 30% 70%

5 Berwujud (tangible) 30% 70%

Sumber: data primer yang diolah (2009)

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan 30 sampel yang

dipilih secara acak menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa akselerasi berada pada

range tingkat kepuasan yang “sedang–rendah” atas jasa pelayanan pendidikan yang

mereka terima. Sebagaimana telah diketahui bahwa untuk dapat meluluskan siswa lebih

cepat dengan kualitas yang baik, maka kulitas jasa pelayanan program akselerasi perlu

diperhatikan, karena kualitas jasa pelayanan yang diberikan berpengaruh dengan tingkat

kepuasan atau harapan yang diiginkan siswa.

Siswa bisa menilai kualitas jasa pelayanan yang diberikan karena kualitas jasa

pelayanan dimulai dari kebutuhan pelanggan yaitu kebutuhan siswa dan berakhir pada

persepsi siswa itu sendiri karena siswalah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa

pelayanan pendidikan yang diberikan oleh program akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta.

Penggunaan teknik analisis Importance Performance Analysis (IPA)/Analisis Tingkat

Kepuasan Pelanggan dan pemetaan dalam Diagram Kartesius di rasa tepat untuk

mengetahui tingkat kepuasan siswa karena kepuasan siswa akan tercapai apabila

kepentingan siswa sama dengan pelayanan aktual yang diberikan oleh program akselerasi

SMA Negeri 1 Surakarta, namun sebaliknya apabila kepentingan siswa tidak sama

dengan pelayanan yang diberikan maka siswa akan merasa tidak puas.

Berdasar uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian

dengan judul:

“ANALISIS KEPUASAN SISWA AKSELERASI ATAS KUALITAS JASA

PELAYANAN PENDIDIKAN PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 1

SURAKARTA TAHUN 2009/2010”

B. Perumusan Masalah

Berdasakan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah tingkat kepuasan siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan

pendidikan program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2009/2010?

2. Atribut-atribut apakah yang memberikan kepuasan kepada siswa akselerasi atas

kualitas jasa pelayanan pendidikan program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta

tahun 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan

pendidikan program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2009/2010.

2. Untuk mengetahui atribut-atribut yang memberikan kepuasan kepada siswa akselerasi

atas kualitas jasa pelayanan pendidikan program akselerasi di SMA Negeri 1

Surakarta tahun 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

dunia pendidikan, baik yang berupa manfaat teoritis maupun manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dalam penelitian ini adalah memberikan sumbangan dan wawasan yang

berarti bagi pengembangan dalam dunia pendidikan khususnya mengenai kualitas jasa

pelayanan pendidikan program akselerasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui

tingkat kepuasan siswa terhadap jasa pelayanan pendidikan program akselerasi di

SMA Negeri 1 Surakarta dan pihak sekolah dapat melakukan tindakan perbaikan atas

setiap atribut jasa pelayanan pendidikan yang dianggap kurang memuaskan siswa.

b. Bagi sekolah dengan adanya penelitian ini dapat memberi data yang bermanfaat bagi

pengembangan pelaksanaan program akselerasi yang sedang dirintis di SMA Negeri 1

Surakarta.

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap pengetahuan

ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan konsep dalam lingkup

studi yang akan diteliti.

A. Tinjauan Pustaka

Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang relevan

dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka pada dasarnya

merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang konsep-konsep, hukum-hukum dan

prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan. Dilihat dari penelitian ini maka

tinjauan pustaka yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan Tentang Jasa

a. Pengertian Jasa

Menurut Fandy Tjiptono (2006: 6) mengatakan bahwa “Jasa merupakan

aktivitas manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual”. Sedangkan menurut J.

Supranto (2006: 227) berpendapat bahwa “Jasa merupakan suatu kinerja penampilan,

tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta

pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi barang

tersebut”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jasa adalah suatu tindakan

atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada

hakekatnya jasa tersebut tidak berwujud.

b. Karakteristik Jasa

Menurut Fandy Tjiptono (2006) jasa memiliki 4 karakteristik pokok yang

membedakannya dengan barang yaitu:

1) Tidak Berwujud (Intangibility)

Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, diraba, dirasa atau dicium

sebelum jasa tersebut dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible pada jasa

memiliki 2 pengertian (Berry dalam Enis dan Cox, 1988), yaitu:

a) Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.

b) Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan dan diformulasikan atau dipahami

secara rohaniah.

Dalam hal ini untuk mengurangi ketidakpastian dalam hubungannya dengan

karakteristik tidak berwujud, maka konsumen akan memperhatikan tanda-tanda

atau bukti kualitas jasa tersebut. Konsumen akan menyimpulkan kualitas jasa

berdasarkan tempat (place), orang (people), peralatan (equipment), bahan

komunikasi (communication material), simbol dan harga.

2) Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparatibility)

Proses memproduksi dan konsumsi jasa terjadi dalam waktu yang bersamaan.

Dalam hal ini interaksi antara penyedia jasa dengan konsumen merupakan ciri

khusus dalam pemasaran jasa dan akan mempengaruhi hasil (outcome) jasa

tersebut.

3) Keberagaman (Variability)

Jasa banyak memiliki variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa,

kapan, dimana jasa tersebut dihasilkan serta penerima jasa dan kondisi dimana

jasa tersebut diberikan.

4) Tidak Tahan Lama (Perishability)

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan,

meskipun demikian ada pengecualian dalam karakteristik ini. Dalam kasus

tertentu jasa dapat disimpan yaitu dalam bentuk pemesanan (reservasi tiket

pesawat dan kamar hotel), peningkatan permintaan akan suatu jasa pada saat

permintaan sepi (misalnya minivacation weekends dihotel-hotel tertentu) dan

penundaan jasa (misal: asuransi).

2. Tinjauan Tentang Jasa Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Menurut H. Suprijanto (2007: 6) mengatakan bahwa ”Pendidikan adalah

proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang

untuk kehidupan sosialnya dan membantu kebiasaan dan kebudayaan serta

kelembagaan sosial dari generasi ke generasi”. Sedangkan menurut U. Sihombing

(2002: 10) mengungkapkan bahwa “Pendidikan adalah memanusiakan manusia

muda”. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani inilah yang menjelma dalam

perbuatan mendidik, jadi mendidik tidak hanya memintarkan saja tetapi juga

menanamkan nilai-nilai moral pada peserta didik. Menurut Zain Badudu (1994: 342)

mengatakan bahwa “Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (proses; perbuatan; cara mendidik)”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat pokok penting pendidikan yaitu:

1) pendidikan adalah proses pembelajaran, 2) pendidikan adalah proses sosial, 3)

pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, 4) pendidikan berusaha

mengubah/mengembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku yang positif, 5)

pendidikan merupakan perbuatan/kegiatan sadar dan terarah. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pendidikan adalah proses sosial dalam memanusiakan manusia

melalui pembelajaran yang dilakukan dengan sadar, baik secara terencana maupun

tidak. Proses pendidikan bukan hanya apa yang disebut dengan transfer of knowledge,

transfer of value, transfer of skill, namun keseluruhan kegiatan yang dapat

memanusiakan manusia sehingga menjadi individu yang mampu mengembangkan

dirinya dalam menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dalam

kehidupannya.

b. Pengertian Jasa Pendidikan

Berdasarkan definisi di atas, jasa merupakan suatu tindakan atau kegiatan

yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada hakekatnya jasa

tersebut tidak berwujud. Namun jasa ini bisa dinikmati, keluaran dari usaha ini tidak

dapat dilihat dan diraba. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan dapat

dikategorikan sebagai suatu lembaga yang termasuk dalam kategori pemberi

pelayanan jasa, sehingga apabila ingin melihat kinerjanya maka berasal dari mutu

pelayanan yang dilakukannya. Jadi, lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai

lembaga pemberi jasa kepada para konsumen, dalam hal ini siswa.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jasa pelayanan pendidikan

adalah suatu tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan

(sekolah) kepada siswanya yang pada hakekatnya jasa tersebut tidak berwujud untuk

memenuhi kebutuhan siswa.

3. Tinjauan Tentang Program Pendidikan Akselerasi

a. Pengertian Akselerasi

Secara konseptual, menurut Pressey (1949) yang dikutip oleh Reni Akbar-

Hawadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa “Acceleration sebagai suatu kemajuan

yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia

yang lebih muda daripada yang konvensional”. Definisi di atas menunjukkan bahwa

akselerasi meliputi persyaratan untuk menghindari hambatan pemenuhan permintaan

dalam pengajaran dan juga mengusulkan proses yang memungkinkan siswa melalui

pembelajaran materi yang lebih cepat dibanding dengan kemajuan rata-rata siswa.

Oleh karena itu, ada 3 catatan dari definisi di atas. Pertama, perlu adanya

kemantapan eksistensi dari satu kumpulan materi, tugas, keterampilan, dan

persyaratan pengetahuan dari setiap jenjang pengajaran yang dilakukan. Kedua,

mempersyaratkan adanya kecepatan dari kemajuan yang diinginkan dan secara

spesifik, melalui kurikulum yang cocok bagi semua siswa. Ketiga, adanya dugaan jika

dibandingkan dengan usia teman sebayanya, siswa yang cerdas akan mampu lebih

cepat melaju melalui suatu program pengajaran yang standar. Dengan demikian ada

dua kriteria kemajuan, yaitu prestasi yang ada dan kemampuan untuk melangkah

lebih cepat dari biasanya.

Menurut Colangelo (1991) yang dikutip oleh Reni Akbar-Hawadi (2004: 5)

menyebutkan bahwa “Istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan

(service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery) sebagai

model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau

perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas di atasnya”. Sehingga anak yang

memperoleh layanan seperti ini biasanya lebih muda daripada teman sekelasnya.

Sementara itu, sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar

dari yang seharusnya dikuasai siswa pada saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat

dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber maupun kelas khusus.

Istilah akselerasi dalam program ini menunjuk pada pengertian akselerasi

dalam cakupan kurikulum dan program, yang berarti meningkatkan kecepatan waktu

dalam menguasai materi yang dipelajarinya yang dilakukan dalam kelas khusus.

Dengan sistem peloncatan akan memungkinkan anak yang unggul potensinya

berkembang dalam bidang akademis dan memungkinkan mereka mengekspresikan

bakat mereka sepenuhnya. Akselerasi diberikan untuk menjaga minat siswa terhadap

sekolah, mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik, dan untuk

menyelesaikan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah akselerasi

merupakan cara dimana dalam pelaksanaan kurikulum yang biasa dimungkinkan

anak-anak cakap dapat maju sesuai dengan kecepatan mereka sehingga sangat

dimungkinkan mereka akan dapat menyelesaikan program itu dalam batas waktu

yang lebih pendek dari yang seharusnya (program reguler).

b. Manfaat Akselerasi

Menurut Southern dan Jones (1991) yang dikutip oleh Reni Akbar-Hawadi

(2004) menyebutkan beberapa keuntungan dalam program akselerasi bagi anak

berbakat, yaitu:

1) Meningkatkan Efisiensi

Siswa yang telah siap dengan bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada

tingkat sebelumnya maka akan belajar lebih baik dan lebih efisien.

2) Meningkatkan Efektifitas

Siswa yang terikat belajarnya pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan

menguasai ketrampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.

3) Penghargaan

Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu maka sepantasnya

memperoleh penghargaan atas prestasi yang berhasil dicapainya.

4) Meningkatkan Waktu untuk Karier

Dengan pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa,

penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.

5) Membuka Siswa pada Kelompok Barunya

Dalam program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa

lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.

6) Ekonomis

Keuntungan bagi sekolah adalah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk

mendidik guru khusus bagi anak berbakat.

Beberapa segi positif dari sistem akselerasi ini adalah anak-anak tidak merasa

bosan, dan dalam kegiatan belajar mereka selalu ingin memperoleh bagian yang lebih

daripada yang diajarkan di kelas, dan dalam belajar mereka juga sangat mudah karena

tidak harus menunggu teman-teman mereka dalam belajar di kelas reguler. Melalui

program akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki dunia profesional pada usia

yang lebih muda dan memperoleh kesempatan untuk bekerja secara lebih produktif.

c. Prinsip Penyelenggaraan Akselerasi

Prinsip penyelenggaraan program akselerasi menurut Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas), (2007) adalah sebagai berikut:

1) Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi memberikan implikasi bahwa penyelenggaraan program

akselerasi memiliki keleluasaan (independency) untuk mengelola program dan

keuangan secara mandiri dan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus

(continouse improvement). Prinsip otonomi ini dapat dipahami dengan memahami

karakteristik desentralisasi pendidikan.

2) Prinsip Partisipasi

Penyelenggaraan program akselerasi memerlukan partisipasi anggota masyarakat.

Melalui partisipasi ini, masyarakat diharapkan dengan sukarela memberikan

perhatian, pengorbanan, dan kerja sama untuk meningkatkan kualitas

penyelenggaraan program akselerasi. Partisipasi ini akan dapat mendorong

terjadinya keberlangsungan (sustainability) karena memerlukan dorongan moral,

teknis, dan finansial dari pemerintah dan masyarakat.

3) Akuntabilitas

Akuntabilitas kinerja program akselerasi mencakup tiga aspek yang merupakan

suatu sinergi, yaitu: akuntabilitas manajerial, akuntabilitas proses, dan

akuntabilitas program. Akuntabilitas ini berbentuk laporan atas hasil dan prestasi

yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah (Direktorat PSLB, Dinas

Pendidikan), masyarakat (komite sekolah), dan stakeholders lainnya.

4) Jaminan Mutu

Jaminan mutu merupakan penetapan mutu berdasarkan suatu standar yang

mencakup indikator: input, proses, dan output. Dalam penyelenggaraan program

akselerasi keseluruhan indikator tersebut meliputi: pengorganisasian, kurikulum,

peserta didik, guru, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,

pembiayaan, peran serta masyarakat, dan evaluasi.

5) Evaluasi yang Transparan

Seluruh rangkaian program akselerasi dilakukan secara terbuka dan transparan.

Yaitu suatu keadaan dimana mulai dari perencanaan, proses maupun hasil

evaluasi diinformasikan kepada masyarakat. Artinya mekanisme penilaian,

kriteria penilaian, dan hasil penilaian dapat diketahui masyarakat pada saat

evaluasi berlangsung.

d. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi

Bentuk penyelenggaraan program percepatan belajar menurut Depdiknas

(2007) dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu:

1) Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang

mempunyai potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang diberikan di kelas

khusus adalah mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika dan IPA.

2) Kelas inklusi adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik yang

mempunyai potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran bergabung

dengan peserta didik dari program reguler. Mata pelajaran yang diberikan di kelas

inklusi ini adalah mata pelajaran lain di luar rumpun matematika dan IPA.

3) Satuan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang

pendidikan dasar (SD/MI,SMP/MTs) dan menengah (SMA/MA,SMK/MAK)

yang semua peserta didik mempunyai potensi kecerdasan istimewa dan/ atau

bakat istimewa.

e. Tujuan Akselerasi

Tujuan penyelenggaraan program akselerasi menurut Reni Akbar-Hawadi

(2004) adalah sebagai berikut:

1) Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus

dari aspek kognitif (ilmu pengetahuan) dan afektifnya (sikapnya).

2) Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan

untuk pengembangan dirinya.

3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik untuk terus

maju.

4) Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan yang bisa diandalkan.

Menurut Reni Akbar-Hawadi (2004) program percepatan belajar memiliki

tujuan khusus, yaitu :

1) Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat sehingga bisa melanjutkan

jenjang pendidikan di atasnya.

2) Memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual,

intelektual, dan emosional secara seimbang.

3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik dengan

tingkat kecerdasan yang luar biasa.

f. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran program akselerasi menurut Depdiknas (2007) adalah

sebagai berikut:

1) Kurikulum

Kurikulum program akselerasi dikembangkan oleh sekolah dan komite

sekolah serta melibatkan tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi,

berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan

penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

Kurikulum program akselerasi dikembangkan berdasarkan prinsip- prinsip

berikut:

a) Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta

Didik dan Lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki

potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya yang disesuaikan

dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik

serta tuntutan lingkungan.

b) Beragam dan Terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik

peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa

membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial

ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi subtansi komponen muatan wajib

kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun

dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubtansi.

c) Tanggap terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat

dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan

memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

d) Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia

usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu pengembangan keterampilan pribadi,

keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan

keterampilan vokasional merupakan keniscayaan karena pada akhirnya,

peserta didik yang telah menyelesaikan seluruh pendidikan akan berkiprah di

masyarakat sebagai profesional, akademisi, dan sebagainya.

e) Menyeluruh dan Berkesinambungan

Subtansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian

keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f) Belajar Sepanjang Hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal,

dan in formal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang

selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g) Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling

mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kurikulum program akselerasi adalah kurikulum tingkat satuan

pendidikan, yang berdeferensiasi dan dimodifikasi serta dikembangkan melalui

sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara

pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, estetika, serta dapat

mengembangkan kemampuan berfikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis,

linear, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang

yang terus berkembang.

Menurut Depdiknas (2007) kurikulum program akselerasi dikembangkan

secara berdiferensiasi, mencakup 5 (lima) dimensi yang terintegrasi yaitu sebagai

berikut:

a) Dimensi Umum

Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar,

pengetahuan, pemahaman nilai dan sikap yang memungkinkan peserta didik

berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan

yang lebih tinggi

b) Dimensi Diferensiasi

Dimensi ini berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan peserta didik yang

mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yang merupakan program

khusus dan pilihan terhadap bidang studi tertentu serta diberi kesempatan

untuk mengembangkan bakat tertentu lainnya. Peserta didik memilih bidang

studi yang diminatinya untuk diketahui lebih meluas dan mendalam.

c) Dimensi Media Pembelajaran

Implikasi kurikulum berdiferensiasi bagi peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan istimewa menuntut adanya penggunaan media pembelajaran

seperti belajar melalui radio, televisi, internet, CD-ROM, Pusat Belajar dan

Riset Guru (Teacher Research and Resource Centre), wawancara pakar dan

sebagainya.

d) Dimensi Suasana Belajar

Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah

harus mampu menciptakan iklim akademis yang menyenangkan dan

menantang, sistem pemberian apresiasi hubungan antar peserta didik, antara

guru dan peserta didik, antara guru dan orang tua peserta didik, dan antara

orang tua dan peserta didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, dan

terbuka.

e) Dimensi Co-kurikuler

Sekolah memberikan kesempatan peserta didik untuk menambah

pengetahuan, wawasan dan pengalaman diluar sekolah seperti: kunjungan ke

museum sejarah dan budaya, panti asuhan, pusat kajian ilmu pengetahuan,

cagar alam dan lain-lain.

Menurut Depdiknas (2007: 52) diferensiasi kurikulum hendaknya

dikembangkan dengan berfokus pada:

a) Kecepatan belajar yang dipercepat dengan pengulangan (repetisi) minimal.

b) Penguasaan kurikulum nasional dalam waktu lebih singkat.

c) Materi lebih abstrak, lebih kompleks, lebih mendalam. d) Penggunaan keterampilan belajar dan menerapkan strategi pemecahan

masalah. e) Berorientasi pada peserta didik. f) Belajar berkelanjutan serta menerapkan keterampilan penelitian. g) Belajar secara mandiri. h) Adanya interaksi dengan pakar.

2) Strategi Pembelajaran

Menurut Reni Akbar-Hawadi (2004: 126) strategi pembelajaran yang

sesuai untuk program akselerasi adalah sebagai berikut :

a) Strategi pembelajaran yang terfokus pada belajar bagaimana belajar. b) Strategi itu harus menekankan pada perkembangan kemampuan

intelektual tinggi. c) Strategi itu harus memiliki kepekaan terhadap kemajuan belajar dari

tingkat konseptual rendah sampai tingkat intelektual tinggi.

Program akselerasi melaksanakan program pendidikan dengan

menggunakan sistem kredit semester (sks). Sistem kredit semester (sks) adalah

sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan

sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan

pendidikan. Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka,

satu jam penugasan terstuktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstuktur.

Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Dave khusus untuk akselerasi ini

dinamakan SAVI approach to learning. Ciri khas yang dimunculkan dalam model

SAVI adalah pembelajaran yang selalu mengandung kegiatan yang selalu

bergerak dinamis dan selalu memberi peluang bagi peserta didik untuk mencoba

mengerjakannya, demikian pula peserta didik diberi pengalaman dan

pembelajaran kombinasi melalui pemberian pembelajaran yang dikomunikasikan

secara verbal dan pembelajaran yang diperdengarkan, observasi dan pemecahan

masalah. Penetapan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik berkecerdasan

istimewa membawa konsekwensi kepada guru untuk memodifikasi kegiatan

pembelajaran. Tidak hanya menambahkan dengan penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi (ICT) tapi harus pula ditingkatkan bobot materi

pelajaran dan bobot kegiatan pembelajaran, sehingga diperlukan guru yang

berkedudukan sebagai agen pembelajaran dan profesional. (Depdiknas, 2007).

3) Penilaian

Menurut Depdiknas (2007) penilaian yang digunakan dalam pendidikan

khusus bagi peserta didik berkecerdasan istimewa (PDBI) adalah penilaian otentik

(Authentic Assessment), yaitu proses pengumpulan data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian otentik menekankan pada

proses pembelajaran, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata

yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Alat penilaian

yang digunakan adalah berikut:

a) Hasil karya (product): berupa karya seni, laporan, gambar, bagan, tulisan dan

benda yang dihasilkan oleh siswa

b) Penugasan (project): yaitu bagaimana siswa bekerja dalam kelompok atau

individual untuk menyelesaikan sebuah proyek dan tugas.

c) Unjuk kerja (performance): yaitu penampilan diri dalam kelompok maupun

individual, dalam bentuk kedisiplinan, kerjasama, kepemimpinan, inisiatif,

dan penampilan di muka umum.

d) Tes tertulis (paper and pencil test): yaitu penilaian yang didasarkan pada hasil

ulangan harian, mid semester, atau akhir semester/program.

e) Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio): yaitu kumpulan karya siswa berupa

laporan, gambar, peta, karya tulis, isian, dan sebagainya.

g. Kelemahan Akselerasi

Menurut Southern dan Jones yang dikutip oleh Reni Akbar-Hawadi (2004)

menyebutkan ada empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi yaitu:

1) Bidang Akademis

a) Bahan ajar yang diberikan mungkin terlalu jauh bagi siswa sehingga siswa

tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan akhirnya menjadi

siswa dalam kategori sedang- sedang saja bahkan gagal.

b) Prestasi yang ditampilkan siswa pada saat proses identifikasi bisa saja hanya

merupakan fenomena sesaat saja.

c) Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik, dan juga emosional untuk

berada dalam tingkat kelas yang lebih tinggi meskipun memenuhi kualifikasi

secara akademis.

d) Siswa akselerasi terikat pada keputusan karier lebih dini, sehingga bisa saja

karier tersebut tidak sesuai baginya.

e) Siswa akselerasi mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa

adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

f) Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa

akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah.

g) Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik keuangan

sehingga siswa akselerasi akan kehilangan kesempatan mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif dan divergen.

2) Penyesuaian Sosial

a) Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas pada masa-masa hubungan sosial

yang penting pada usianya.

b) Siswa akselerasi kemungkinan akan ditolak oleh kakak kelasnya, sedangkan

dengan teman sebayanya kesempatan untuk bermainpun sedikit.

c) Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian pada

teman sekelasnya yang lebih muda usianya. Hal ini akan menyebabkan siswa

akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang

dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan sosialnya di masa depan.

3) Aktivitas Ekstra Kurikuler

a) Siswa akselerasi akan memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi

dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal.

b) Siswa akselerasi sulit menyaingi siswa lain yang mengikuti program sekolah

secara normal.

4) Penyesuaian Emosional

a) Siswa akselerasi mungkin saja akan merasa frustasi dengan adanya tekanan

dan tuntutan yang ada sehingga mereka akan merasa lelah yang akan

menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa saja menjadi siswa underachiever

atau drop out.

b) Siswa akselerasi akan memiliki kesempatan yang sedikit dalam masa kanak-

kanak dan masa remajanya sehingga mereka merasa terisolasi.

c) Siswa akselerasi akan kurang mampu menyesuaikan diri dalam kariernya

bahkan tidak mampu bekerja secara efektif dengan orang lain.

d) Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan hal-hal yang cocok dalam

bentuk kreativitas atau hobi akan mengakibatkan kesulitan dalam hidup

perkawinannya kelak atau bahkan bunuh diri.

h. Landasan Penyelenggaraan Program Akselerasi

Landasan penyelenggaraan program akselerasi menurut Depdiknas (2007)

adalah sebagai berikut:

1) Landasan Hukum

Penyelenggaraan program akselerasi di Indonesia menggunakan landasan hukum

sebagai berikut:

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

a) Pasal 3, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik… .”.

b) Pasal 5 Ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.

c) Pasal 32 Ayat 1, “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa”.

2) Landasan Teoritis

Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan bakat istimewa ini berkaitan erat

dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan

dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada

kemampuan intelektual, tapi juga menunjukkan potensi kemampuan pada

beberapa bidang seperti: kemampuan intelegensi umum, kemampuan akademik

khusus (specific academic aptitude), berfikir produktif dan kreatif, kemampuan

kepemimipinan, kemampuan bidang seni, dan kemampuan psikomotorik. Proses

mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan

pendekatan multidimensional. Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu

(bukan sekedar intelegensi). Batasan yang digunakan adalah peserta didik yang

memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas, kreatifitas tinggi dan

pengikatan diri terhadap tugas dengan baik.

3) Landasan Filosofis

Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa, termasuk di dalamnya program akselerasi belajar didasari

filosofi yang berkenaan dengan:

a) Hakekat Manusia

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan

berbagai potensi dan kemampuan. Potensi itu pada dasarnya merupakan

anugerah kepada manusia yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan,

serta jangan disia-siakan. Usaha untuk mewujudkan anugerah potensi tersebut

secara penuh merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan.

b) Hakekat Pembangunan Nasional

Dalam pembangunan nasional, manusia merupakan sentral, yaitu sebagai

subyek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subyek,

maka manusia Indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh,

yang berkembang segenap dimensi potensinya secara wajar, sebagaimana

mestinya. Pelayanan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja

akan merugikan anak itu sendiri, melainkankan membawa kerugian yang lebih

besar bagi perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan di

Indonesia.

c) Tujuan Pendidikan

Pendidikan nasional berusaha menciptakan keseimbangan antara pemerataan

kesempatan dan keadilan. Untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan,

maka diperlukan intensi bukan hanya memberikan kesempatan yang sama,

melainkan memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi obyektif peserta

didik. Perlakuan pendidikan yang adil pada akhirnya adalah perlakuan yang

didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan serta kecerdasan peserta didik.

d) Usaha untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Tersebut

Dalam upaya pengembangan kemampuan peserta didik, pendidikan berpegang

kepada azas keseimbangan dan keselarasan, yaitu: keseimbangan antara

kreativitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan dan kerjasama,

keseimbangan antara pengembangan kemampuan berpikir holistik dengan

kemampuan berpikir atomistik, keseimbangan antara berfikir induktif dan

deduktif, dan keseimbangan antara tuntutan dan prakarsa.

4) Landasan Historis

Upaya pemerintah untuk memberikan layanan program akselerasi telah dilakukan

sejak tahun 1974 dalam beberapa bentuk layanan dengan model: PPSP dengan

pendekatan maju berkelanjutan dengan belajar tuntas, kelas- kelas khusus dan

unggulan, sekolah unggulan di beberapa provinsi, sekolah swasta dengan

kurikulum plus-nya, pondok pesantren modern dengan pola asrama, pemberian

beasiswa kepada peserta didik yang cerdas dan sebagainya.

i. Anak Berbakat

Definisi anak berbakat untuk program percepatan belajar ini tidak sama

dengan definisi anak berbakat yang telah dikenal di Indonesia. Definisi yang ada

diadopsi dari definisi keberbakatan United States Office of Education yang dikutip

oleh Reni Akbar-Hawadi (2004: 35) berbunyi sebagai berikut:

Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasikan oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program yang pendidikan yang terdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya ataupun masyarakat. Definisi keberbakatan untuk program percepatan belajar mengacu pada

pendekatan unidimensional dan multidimensional. Pendekatan unidimensional yang

menunjuk pada satu-satunya kriteria yang menjadi ukuran definisi anak berbakat

adalah kemampuan intelektual umum atau kecerdasan umum. Jika calon akseleran

memiliki skor IQ 140, mereka dapat langsung direkomendasikan oleh psikolog

sebagai calon siswa akserasi tanpa melihat faktor lain. Namun, jika calon siswa

akselerasi memiliki kecerdasan umum di bawah skor IQ 140 (tetapi tidak kurang dari

skor 125), mereka masih perlu memiliki persyaratan tambahan, yaitu kreativitas yang

memadai dan pengikatan diri terhadap tugas yang tergolong baik. Jadi, kriteria

keberbakatan yang digunakan tidak hanya aspek inteligensi saja, tetapi ada aspek lain

yang menjadi persyaratan. Hal ini disebut dengan pendekatan multidimensional.

Masukan dari psikologi sebagai hasil pemeriksaan psikologis ini menjadi salah satu

pertimbangan dari pihak sekolah untuk menerima peserta didik dalam program

percepatan belajar. (Depdiknas, 2007).

Menurut Reni Akbar-Hawadi (2004: 34) pengertian anak berbakat dalam

program percepatan belajar yang dikembangkan oleh pemerintah dibatasi dalam dua

hal berikut:

1) Mereka yang mempunyai taraf inteligensi atau IQ di atas 140. 2) Mereka yang oleh psikolog dan atau guru diidentifikasikan sebagai

peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik serta kreativitas yang memadai. Menurut Depdiknas (2007: 37- 38) untuk mendapatkan peserta didik yang

tergolong berbakat dan memiliki kecerdasan istimewa sesuai dengan pengertian

diatas, adalah sebagai berikut:

1) Sangat peka dan waspada. 2) Belajar dengan cepat dan mudah. 3) Mampu berkonsentrasi. 4) Sangat logis. 5) Cepat berespon secara verbal dengan tepat. 6) Lancar berbahasa. 7) Mempunyai daya ingat yang baik. 8) Mempunyai pengetahuan umum yang luas. 9) Mempunyai minat yang luas dan mendalam. 10) Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan. 11) Cermat atau teliti dalam mengamati. 12) Kemampuan membaca yang baik. 13) Lebih menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis. 14) Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah sangat cepat. 15) Mempunyai kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan

masalah. 16) Menunjukkan cara pemecahan masalah yang tidak lazim. 17) Mempunyai pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal.

18) Mempunyai rasa humor. 19) Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil. 20) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 21) Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya. 22) Tidak memerlukan dorongan (motivasi dari luar). 23) Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia

lebih tua darinya. 24) Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih

baik daripada jika berkomunikasi dengan anak sebayanya. 25) Bisa belajar sendiri pada bidang-bidang yang diminati. 26) Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada yang diajarkan. 27) Mempunyai keterampilan sosial. 28) Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin. 29) Menunjukkan kepemimpinannya yang tinggi. 30) Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain.

4. Tinjauan Tentang Kualitas Pelayanan

a. Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan terdiri dari dua suku kata yaitu kualitas dan pelayanan.

Menurut Goetsch Davis yang dikutip oleh Zulian Yamit (2005: 8) mengatakan bahwa

“Kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Sedangkan

menurut Endar Sugiarto (1999: 39) yang dikutip oleh Sri Wijayanti (2006: 9)

mengungkapkan bahwa “Kualitas atau mutu dalam industri jasa pelayanan adalah

suatu penyajian produk atau jasa sesuai ukuran yang berlaku di tempat produk

tersebut diadakan dan penyampaiannya setidaknya sama dengan yang diinginkan dan

diharapkan oleh konsumen”.

Dari kedua pengertian kualitas di atas dapat dirumuskan bahwa kualitas

merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses

dan lingkungan yang penyajian produk atau jasa sesuai ukuran yang berlaku ditempat

produk tersebut diadakan dan penyampaiannya diinginkan dan diharapkan oleh

konsumen.

Suatu mutu atau kualitas disebut sangat baik jika penyedia jasa memberikan

pelayanan yang melebihi harapan pelanggan. Mutu atau kualitas disebut baik jika

penyedia jasa memberikan pelayanan yang setara dengan yang diharapkan oleh

pelanggan. Sedangkan mutu disebut jelek jika pelanggan memperoleh pelayanan yang

lebih rendah dari harapannya. Dengan demikian, pencapaian kepuasan pelanggan

memerlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan (need and want) dan apa

yang diberikan (gived).

Pengertian pelayanan menurut Endar Sugiarto (1999: 36) yang dikutip oleh

Sri Wijayanti (2006: 10) mengungkapkan bahwa “Pelayanan adalah suatu tindakan

yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu,

klien, pasien, penumpang dan lain-lain) yang tingkat pemuasannya hanya dapat

dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang dilayani”. Dalam hal ini terjadi

komunikasi batin antara kedua belah pihak, dan kepuasan yang diperoleh bergantung

pada situasi saat terjadinya interaksi pelayanan tersebut. Jika dalam upaya saling

memuaskan tersebut tidak terjadi hubungan timbal balik dan berkesinambungan maka

pada interaksi berikutnya akan terhambat.

Dengan demikian secara umum dapat diartikan bahwa kualitas atau mutu

pelayanan merupakan tindakan seseorang terhadap orang lain melalui penyajian

produk atau jasa sesuai dengan ukuran yang berlaku pada produk atau jasa tersebut

untuk memenuhi kebutuhan keinginan dan harapan orang yang dilayani.

b. Kualitas Jasa Pelayanan

Terdapat lima dimensi kualitas jasa menurut Philip Kotler (1994) yang dikutip

oleh J. Supranto (2006) yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

2) Keresponsifan/ketanggapan (responsiveness), yaitu kemauan untuk membantu

pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan.

3) Kepastian (assurance), yaitu pengetahuan dan kesopanan kariyawan serta

kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.

4) Empati (emphaty), yaitu syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi

kepada pelanggan.

5) Berwujud (tangible), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan

media komunikasi.

c. Kualitas Jasa Pelayanan Pendidikan

Sebagai suatu konsep, kualitas seringkali ditafsirkan dengan beragam definisi,

bergantung kepada pihak dan sudut pandang mana konsep itu dipersepsikan. Dengan

demikian, arti kualitas pendidikan ini berkenaan dengan apa yang dihasilkan dan

siapa pemakai pendidikan. Pengertian tersebut merujuk kepada nilai tambah yang

diberikan oleh pendidikan, dan pihak-pihak yang memproses serta menikmati hasil-

hasil pendidikan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Munjiati Munawaroh (2000), juga

menggunakan kelima indikator kualitas jasa pelayanan diatas pada industri

pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1) Keandalan (reliability), yaitu kemampuan guru/dosen untuk memberikan jasa

sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten.

2) Keresponsifan/ketanggapan (responsiveness), yaitu kemauan dari karyawan dan

pengusaha/pemilik lembaga untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa

dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi keluhan

yang diajukan konsumen, misalnya penyediaan sarana yang sesuai untuk

menjamin terjadinya proses yang tepat.

3) Kepastian (assurance) yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan

keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada siswa.

Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun

2005, yang berisi: Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

4) Empati (emphaty), yaitu kesediaan guru/dosen/karyawan dan pengelola untuk

lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada siswa, misalnya

guru/dosen/karyawan atau pengelola harus mencoba menempatkan diri sebagai

peserta didik/orang tua/pelanggan. Jika pelanggan mengeluh maka harus dicari

solusi untuk mencapai persetujuan yang harmonis dengan menunjukkan rasa

peduli yang tulus.

5) Berwujud (tangible), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan

berbagai materi komunikasi. Bukti fisik berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang tercantum dalam pasal

Pasal 42 bab VII Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan yang berisi sebagai

berikut :

a) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,

bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

b) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang

kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,

ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit

produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat

beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan”.

5. Tinjauan Tentang Kepuasan

a. Pengertian Kepuasan

Menurut Oliver (1980) yang dikutip oleh J. Supranto (2006: 233)

mengungkapkan bahwa “Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya”. Sedangkan

menurut Zulian Yamit (2005: 78) berpendapat bahwa “Kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi purna beli atau hasil evaluasi setelah membandingkan apa yang

dirasakan dengan harapannya”. Dalam konsep kepuasan pelanggan, terdapat dua

elemen yang mempengaruhi yaitu harapan dan kinerja. Kinerja adalah persepsi

konsumen terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk. Harapan

adalah pikiran konsumen tentang apa yang akan diterimanya apabila ia

mengkonsumsi produk.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah

tingkat perasaan seseorang yang merupakan hasil evaluasi setelah membandingkan

apa yang dirasakan dengan harapannya.

b. Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menurut Philip Kotler (1994) yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2006)

mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kepuasan yaitu :

1) Sistem Keluhan dan Saran

Organisasi yang berpusat pada pelanggan (Customer-Centered) memberikan

kesempatan yang luas bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan

keluhan, misalnya dengan menyediakan kotak saran, menyediakan kartu komentar

dan lain sebagainya. Informasi ini dapat memberikan ide-ide dan masukan kepada

perusahaan dan memungkinkan untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk

mengatasi masalah.

2) Survei Kepuasan Pelanggan

Metode ini dapat dilakukan melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi.

Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara

langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda (signal) positif

bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Pengukuran

pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

a) Directly Reportered Satisfaction

Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan seperti: “Ungkapan

seberapa puas saudara terhadap pelayanan PT A pada skala berikut: sangat

tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat tidak puas”.

b) Derived Dissatisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya harapan

pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka rasakan.

c) Problem Analysis

Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal

pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan

penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d) Importance-Performance Analysis

Responden diminta untuk merangking berbagai atribut dari penawaran

berdasarkan derajat pentingnya setiap atribut dan juga merangking seberapa

baik kinerja perusahaan dalam tiap atribut itu.

3) Ghost Shooping

Metode ini dilakukan dengan mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper)

untuk berperan sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan

pesaing, lalu menyampaikan temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan

produk perusahaan pesaing. Selain itu ghost shopper juga dapat mengamati cara

penanganan keluhan.

4) Lost Customer Analysis

Perusahaan menghubungi para pelanggannya yang telah berhenti membeli dan

beralih pemasok. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini bermanfaat bagi perusahaan untuk

mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan

loyalitas pelanggan.

B. Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis

lakukan, yaitu sebagai berikut:

1. I Gusti Ayu Ketut Giantari, I Gusti Ngurah Jaya Agung Widagda, I Gusti Agung

Ketut Sri Ardhani, dan Gede Bayu Raharnatha (2008) dalam penelitiannya yang

berjudul Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Proses Belajar Mengajar Di

Program Diploma III FE UNUD, pada bagian simpulan penelitian diungkapkan

bahwa: tingkat kepuasan mahasiswa Program Diploma III FE Unud secara

keseluruhan termasuk klasifikasi cukup puas. Hal ini tercermin dari hasil analisis

kesesuaian antara kinerja dengan tingkat kepentingan mahasiswa yang memberikan

hasil sebesar 83,32%. Dari 25 variabel penentu kepuasan, maka ada 14 variabel yang

menyebabkan puas tetapi ada 8 variabel yang nampaknya belum memuaskan.

2. Much Djunaidi, Ahmad Kholid Alghofari, dan Dwi Apriyanti Rahayu (2006) dalam

penelitiannya yang berjudul Penilaian Kualitas Jasa Pelayanan Lembaga Bimbingan

Belajar Primagama Berdasarkan Preferensi Konsumen, pada bagian simpulan

penelitian diungkapkan bahwa: dari 38 variabel penentu kepuasan, maka ada 9

variabel yang masuk kedalam kuadran A (prioritas utama), 14 variabel yang masuk

kedalam kuadran B (pertahankan prestasi), 9 variabel yang masuk kedalam kuadran C

(prioritas rendah), dan 6 variabel yang masuk kedalam kuadran D (berlebihan).

C. Kerangka Pemikiran

Dalam mengkonsumsi jasa, siswa mengharapkan terpenuhinya kepentingan

mereka akan kualitas pelayanan sehingga dapat memberikan kepuasan bagi mereka.

Setelah mengkonsumsi suatu jasa, siswa akan mempersepsikan kinerja jasa yang telah ia

terima tersebut berdasarkan dimensi-dimensi kualitas jasa pelayanan pendidikan yaitu

keandalan, keresponsifan/ketanggapan, kepastian, empati, dan berwujud. Setelah itu

siswa akan membandingkan kepentingan mereka akan kualitas jasa dengan kinerja jasa

yang mereka rasakan atau terima. Dalam hal ini sering terjadi kesenjangan (gap) antara

jasa yang diharapkan (expented services) oleh siswa dengan kinerja jasa yang mereka

persepsikan atau rasakan (perceixed services). Maka setelah dilakukan penelitian ini

diharapkan dapat diketahui tingkat kepuasan siswa yang dapat digunakan sebagai

rekomendasi untuk meningkatkan kinerja jasa pelayanan pendidikan di sekolah tersebut.

Dengan permasalahan tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Jasa layanan pendidikan

Umpan Balik

Gambar 1. Kerangka Berpikir

1. Keandalan (reliability) 2. Keresponsifan/ketanggapan

(responsiveness) 3. Kepastian (assurance) 4. Empati (emphaty) 5. Berwujud (tangible)

Tanggapan Siswa

Tingkat Kepentingan

Tingkat Kinerja

Kepuasan Siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pemilihan metode yang tepat dalam suatu penelitian sangat menentukan

keberhasilan dalam suatu penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ditentukan

oleh tepat tidaknya memilih serta bagaimana menggunakan metode dalam penelitian.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta, yang beralamat di Jalan

Monginsidi No. 40 Banjarsari Surakarta, Telp. (0271) 653975, Fax: 0271- 652975. SMA

Negeri 1 Surakarta sekarang ini dipimpin oleh Drs. HM. Thoyibun, SH, MM yang

bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah

siswa program akselerasi kelas X dan XII dengan jumlah 101 siswa.

Alasan pemilihan tempat penelitian ini adalah bahwa di SMA Negeri 1 Surakarta

merupakan sekolah unggulan di Surakarta dan sudah melaksanakan program pendidikan

akselerasi.

2. Waktu Penelitian

Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian pada bulan November 2009 sampai

dengan bulan Maret 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan

laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 2. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

Jenis

Kegiatan

Nov

2009

Des

2010

Jan

2010

Feb

2010

Mar

2010

1. Persiapan Penelitian

a. Penyusunan Judul

b. Penyusunan

Proposal

c. Perijinan

2. Perencanaan Penelitian

3. Pelaksanaan Penelitian

4. Penyusunan Laporan

D. Populasi Penelitian

Menurut Rosady Ruslan (2008: 133) mengatakan bahwa “Populasi yaitu berkaitan

dengan sekelompok orang, kejadian atau semua yang mempunyai karakteristik tertentu”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 80) berpendapat bahwa “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

keseluruhan obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya

Dalam penelitian ini, yang penulis jadikan sebagai populasi adalah seluruh siswa

akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2009/2010 yang berjumlah 101 siswa.

Dalam penelitian ini diambil sampel 100% dari populasi (101 siswa) yaitu berjumlah 101

siswa dengan rincian yaitu :

Tabel 3. Populasi Siswa Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta

No. Kelas Jumlah

1 X Aksel 1 26 siswa

2 X Aksel 2 27 siswa

3 XII Aksel 1 24 siswa

4 XII Aksel 2 24 siswa

Jumlah 101 siswa Sumber: Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta, tahun 2010

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 222) menyatakan bahwa “Teknik

pengumpulan data adalah bagaimana peneliti menemukan metode setepat-tepatnya untuk

memperoleh data kemudian disusul dengan alat pembantunya yaitu instrumen”. Teknik

pengumpulan data dalam suatu penelitian harus tepat karena akan berpengaruh terhadap

hasil penelitian. Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang obyektif karena data

merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan hasil penelitian.

Apabila keliru dalam meneliti teknik pengumpulan datanya maka mengakibatkan hasil

penelitian tidak tepat.

1. Atribut Penelitian

Menurut Ariyoso (2009) menyatakan bahwa “Importance Performance Analysis

(IPA) secara konsep merupakan suatu model multi-atribut”. Penerapan teknik IPA ini

dimulai dengan identifikasi atribut-atribut yang relevan terhadap situasi yang diamati.

Dalam penelitian ini, atribut X merupakan tingkat kinerja jasa pelayanan pendidikan

program akselerasi dan atribut Y merupakan tingkat kepentingan siswa akselerasi.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Sebelum menginjak pada bagaimana peneliti memperoleh data-data yang

dibutuhkan dalam penelitian, peneliti harus menentukan jenis data terlebih dahulu. Dalam

setiap penelitian, jenis data yang dibutuhkan sangat tergantung pada tujuan penelitiannya.

Menurut Dwi Priyatno (2008) mengelompokkan jenis data menjadi dua, yang

pertama adalah data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka,

tetapi berbentuk kata, kalimat, gambar atau bagan. Data yang kedua adalah data

kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan jenis data kuantitatif.

b. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 129) mengatakan bahwa “Sumber data dalam

penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Penelitian tidak mungkin

diselenggarakan di sembarang tempat, melainkan di tempat yang sudah ditentukan.

Menurut Sugiyono (2009: 137) mengatakan bahwa “Data primer adalah data yang

langsung diberikan kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder adalah data yang

tidak langsung diberikan kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumentasi”. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari siswa akselerasi

selaku responden melalui daftar pertanyaan yang berupa angket, untuk memperoleh data

mengenai kepuasan siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan pendidikan program

akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. Data sekunder diperoleh dari program akselerasi

SMA Negeri 1 Surakarta. Adapun bentuk dari data sekunder ini berupa dokumen daftar

nama siswa program akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta angkatan tahun 2008-2009.

3. Metode Pengumpulan Data

Di dalam kegiatan penelitian, cara memperoleh data dikenal sebagai metode atau

teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa angket atau kuesioner.

a. Pengertian Angket atau Kuesioner

Menurut Sugiyono (2009: 142) mengatakan bahwa “Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Sedangkan menurut Rosady

Ruslan (2008: 23) berpendapat bahwa “Kuesioner adalah teknik pengumpulan data

dengan metode survei yang menggunakan pertanyaan kepada subyek penelitian secara

tertulis”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah daftar

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

b. Macam-macam Angket atau Kuesioner

Kuesioner atau angket dapat dibedakan atas jenis tergantung dari sudut

pandangnya, menurut Suharsimi Arikunto (2006) angket dibedakan atas:

1) Dipandang dari cara menjawab

a) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab

dengan kalimat sendiri.

b) Kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih.

2) Dipandang dari jawaban yang diberikan

a) Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.

b) Kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang responden.

3) Dipandang dari bentuknya

a) Kuesioner pilihan ganda sama dengan kuesioner tertutup.

b) Kuesioner lisan sama dengan kuesioner terbuka.

c) Check list (Ö) yaitu sebuah daftar dan responden tinggal membutuhkan tanda

check pada kolom yang sesuai.

d) Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolom-

kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju

sampai sangat tidak setuju.

Dalam penelitian ini, kuesioner yang peneliti gunakan yaitu kuesioner bentuk

langsung tertutup dengan model rating scale. Sedangkan skala penilaian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Menurut Sugiyono (2009: 92) mengatakan

bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok tentang fenomena sosial”. Bentuk Skala Likert yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Untuk mengukur tingkat kinerja

SB : Sangat Baik bobot 5, berarti siswa sangat puas

B : Baik bobot 4, berarti siswa puas

CB : Cukup Baik bobot 3, berarti siswa cukup puas

KB : Kurang Baik bobot 2, berarti siswa kurang puas

TB : Tidak Baik bobot 1, berarti siswa tidak puas.

2) Untuk mengukur tingkat kepentingan

SP : Sangat Penting bobot 5

P : Penting bobot 4

CP : Cukup Penting bobot 3

KP : Kurang Penting bobot 2

TP : Tidak Penting bobot 1. (J. Supranto, 2006).

c. Syarat-syarat Penulisan Kuesioner yang Baik

Menurut Yulius Slamet (2006) syarat-syarat penulisan kuesioner yang baik yaitu:

1) Beri judul penelitian pada sampul kuesioner.

2) Tunjukkan surat keterangan dan surat ijin.

3) Singkirkan pertanyaan yang peka yang tidak perlu.

4) Buatlah kesan bahwa responden itu adalah “orang penting”.

5) Peneliti bermaksud memperoleh kenyataan.

6) Jawaban yang diinginkan peneliti adalah apa yang dirasakan responden dan

pendapat responden.

7) Berikan penjelasan dan contoh atau memperdalam maksud pertanyaan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160) mengatakan bahwa “Instrumen yang

baik harus memenuhi dua syarat yang penting yaitu valid dan reliabel”. Untuk lebih

jelasnya akan peneliti jabarkan sebagai berikut:

1) Validitas

Validitas instrumen penelitian berhubungan dengan kesesuaian dan

kecermatan fungsi dari alat ukur yang akan digunakan. Validitas menunjukkan sejauh

mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur secara tepat. Suatu

instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang

kurang valid mempunyai validitas yang rendah. Uji validitas angket atau uji

kesahihan butir angket menggunakan metode Corrected Item-Total Correlation.

Untuk mengukur ketepatan butir-butir pertanyaan angket tersebut dalam

penelitian ini digunakan teknik uji validitas dengan program SPSS dengan metode

Corrected Item-Total Correlation. Menurut Dwi Priyatno (2008), kriteria pengujian

validitas adalah sebagai berikut:

- Jika r hitung ³ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau

item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan valid).

- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau

item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan tidak valid).

Uji coba kuesioner ini dilakukan terhadap 30 orang responden yang diambil

secara acak didalam populasi yang diteliti. Dari uji coba kuesioner ini diketahui

bahwa dari 25 item soal dapat dinyatakan valid.

2) Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Alat ukur

yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut

diulang. Angket dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil relatif sama pada saat

dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang berlainan pada waktu yang berbeda

atau memberikan hasil yang tetap/ajeg.

Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Menurut Dwi Priyatno

(2008: 26) menyatakan bahwa “Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila

memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6”.

Uji coba kuesioner ini dilakukan terhadap 30 orang responden yang diambil

secara acak didalam populasi yang diteliti. Dari uji coba kuesioner ini diketahui

bahwa dari 25 item soal dapat dikatakan reliabel.

F. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui

tingkat kepuasan siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan pendidikan program

akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2009/2010 dan untuk mengetahui atribut-

atribut yang memberikan kepuasan kepada siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan

pendidikan program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2009/2010, maka

rancangan penelitian disusun sebagai berikut :

Atribut kualitas jasa pelayanan pendidikan dalam penelitian ini adalah atribut X

merupakan tingkat kinerja program akselerasi dan atribut Y merupakan tingkat

kepentingan siswa akselerasi. Tingkat kepentingan siswa yaitu keyakinan siswa sebelum

menerima produk atau jasa yang akan dijadikan standar acuan untuk menilai kinerja

produk atau jasa tersebut. Tingkat kinerja yaitu penilaian siswa terhadap hal-hal yang

diterima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli atau keyakinan tentang jasa

pelayanan yang telah mereka terima. Kepuasan siswa yaitu tingkat perasaan siswa setelah

membandingkan kinerja yang ia rasakan dengan kepentingannya.

Dimensi kualitas jasa yang digunakan untuk mengukur kepuasan siswa akselerasi

atas kualitas jasa pelayanan pendidikan di SMA Negeri 1 Surakarta dalam penelitian ini

yaitu: keandalan (reliability) adalah kemampuan guru akselerasi dan pihak sekolah untuk

memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten;

keresponsifan/ketanggapan (responsiveness) adalah kemauan dari guru akselerasi dan

pihak sekolah untuk membantu siswa akselerasi dan memberikan jasa dengan cepat dan

bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan siswa

akselerasi; kepastian (assurance) adalah kemampuan guru akselerasi dan pihak sekolah

untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan

kepada siswa akselerasi; empati (emphaty) adalah kesediaan guru akselerasi dan pihak

sekolah untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada siswa akselerasi;

berwujud (tangible) adalah berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan berbagai

materi komunikasi.

Untuk menentukan tingkat kepuasan siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan

pendidikan program akselerasi dilakukan dengan cara membandingkan tingkat kinerja

sekolah dan kepentingan siswa akselerasi dengan menggunakan pendekatan Importance

Performance Analysis (IPA)/Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan dan pemetaan dalam

Diagram Kartesius.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan dalam mengolah serta

menganalisis data yang terkumpul dalam penelitian. Teknik analisis yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Importance Performance Analysis (IPA)/Analisis Tingkat

Kepuasan Pelanggan dan pemetaan dalam Diagram Kartesius karena menurut Martinez

(2003) yang dikutip Ariyoso (2009) menyebutkan bahwa “IPA telah diterima secara

umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk

diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja”.

Langkah-langkah dalam analisis ini yaitu:

1. Mencari Harga Kesesuaian (dengan analisis IPA)

Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja dengan skor

kepentingan. Untuk mengetahui apakah kinerja program akselerasi SMA Negeri 1

Surakarta sudah sesuai dengan kepentingan siswa akselerasi dan untuk mengetahui

tingkat kepuasan siswa akselerasi ini dianalisis antara kepentingan dan pelayanan riil

yang diwakilkan oleh huruf Y dan X, dimana X merupakan tingkat kinerja yang

memberikan kepuasan siswa akselerasi, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan

siswa akselerasi. Adapun rumus yang digunakan adalah:

100%xYiXi

Tki =

(John Martila and John C. James yang dikutip oleh J. Supranto, 2006: 241).

Keterangan:

Tki = Tingkat kesesuaian responden.

Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan

Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan

Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja, sedangkan sumbu

tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus,

maka untuk setiap atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diketahui

dengan rumus:

n

XX iå=

n

YY iå=

(J. Supranto, 2006: 241).

dimana:

X = skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kepuasan

Y = skor rata-rata tingkat kepentingan

n = jumlah responden

Diagram kartesius digunakan untuk mengetahui indikator jasa pelayanan yang

memuaskan atau tidak memuaskan konsumen (siswa program akselerasi). Diagram

ini merupakan suatu bangun yang dibagi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah

garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( UC, ) dimana C merupakan

rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan kepuasan pelanggan seluruh faktor

atau atribut dan U adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh

faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Rumus yang digunakan adalah:

N N

K

i 1i X

C== å

K

i 1i Y å U==

(J. Supranto, 2006: 242).

Dimana, K = Banyaknya atribut/fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan

pelanggan.

2. Diagram Kartesius

Diagram kartesius digunakan untuk memetakan atibut-atribut kualitas jasa

pelayanan pendidikan yang telah dianalisis, dengan gambar sebagai berikut:

Kepentingan

High

Y Prioritas utama Pertahankan prestasi

A B

Y

C D

Low Prioritas rendah Berlebihan High

X X Pelaksanaan

(Kinerja/ kepuasan)

Gambar 2. Diagram Kartesius

Keterangan:

A : Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan pelanggan sehingga mengecewakan/tidak puas.

B : Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan. Untuk itu

wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

C : Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi

pelanggan. Pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang

penting dan kurang memuaskan.

D : Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan

tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat

memuaskan. (J. Supranto, 2006).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian yang berjudul “Analisis Kepuasan Siswa Akselerasi Atas Kualitas Jasa

Pelayanan Pendidikan Program Akselerasi Di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun

2009/2010“ ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan siswa

akselerasi. Sehubungan dengan penelitian yang telah dilaksanakan, kepuasan siswa

akselerasi diukur dengan cara membandingkan antara atribut kinerja (X) dengan atribut

kepentingan (Y), dengan cara tersebut akan dapat diketahui seberapa besar tingkat

kesesuaian antara atribut kinerja (X) dengan atribut kepentingan (Y).

Berdasarkan data yang telah terkumpul dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Atribut Keandalan (Reliability)

Tabel 4. Hasil Deskriptif Statistik Atribut Keandalan

Descriptive Statistics

Kinerja Keandalan

Kepentingan Keandalan

Valid N (listwise)

N 101 101 101

Minimum 2 3

Maximum 5 5

Mean 3.85 4.50

Std. Deviation 0.517 0.541

Sumber: data primer yang diolah (2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja atribut keandalan dengan jumlah data (N)

sebanyak 101 mempunyai nilai rata-rata 3,85 dengan kinerja atribut keandalan minimal 2

dan maksimal 5, sedangkan standar deviasinya sebesar 0,517 atau 51,7%. Untuk

kepentingan atribut keandalan dengan jumlah data (N) sebanyak 101 mempunyai nilai

rata-rata 4,50 dengan kepentingan atribut keandalan minimal 3 dan maksimal 5,

sedangkan standar deviasinya sebesar 0,541 atau 54,1%.

Gambar 3. Grafik Histogram Data Atribut Kinerja Keandalan

Gambar 4. Grafik Histogram Data Atribut Kepentingan Keandalan

2. Atribut Keresposifan/Ketanggapan (Responsiveness)

Tabel 5. Hasil Deskriptif Statistik Atribut Ketanggapan

Descriptive Statistics

Kinerja Ketanggapan

Kepentingan Ketanggapan

Valid N (listwise)

N 101 101 101

Minimum 2 3

Maximum 5 5

Mean 3.51 4.71

Std. Deviation 0.730 0.476

Sumber: data primer yang diolah (2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja atribut ketanggapan dengan jumlah data (N)

sebanyak 101 mempunyai nilai rata-rata 3,51 dengan kinerja atribut ketanggapan minimal

2 dan maksimal 5, sedangkan standar deviasinya sebesar 0,730 atau 73%. Untuk

kepentingan atribut ketanggapan dengan jumlah data (N) sebanyak 101 mempunyai nilai

rata-rata 4,71 dengan kepentingan atribut ketanggapan minimal 3 dan maksimal 5,

sedangkan standar deviasinya sebesar 0,476 atau 47,6%.

Gambar 5. Grafik Histogram Data Atribut Kinerja Ketanggapan

Gambar 6. Grafik Histogram Data Atribut Kepentingan Ketanggapan

3. Atribut Kepastian (Assurance)

Tabel 6. Hasil Deskriptif Statistik Atribut Kepastian

Descriptive Statistics

Kinerja Kepastian

Kepentingan Kepastian

Valid N (listwise)

N 101 101 101

Minimum 2 3

Maximum 5 5

Mean 3.75 4.71

Std. Deviation 0.518 0.497

Sumber: data primer yang diolah (2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja atribut jaminan dengan jumlah data (N)

sebanyak 101 mempunyai nilai rata-rata 3,75 dengan kinerja atribut jaminan minimal 2

dan maksimal 5, sedangkan standar deviasinya sebesar 0,518 atau 51,8%. Untuk

kepentingan atribut jaminan dengan jumlah data (N) sebanyak 101 mempunyai nilai rata-

rata 4,71 dengan kepentingan atribut kepastian minimal 3 dan maksimal 5, sedangkan

standar deviasinya sebesar 0,497 atau 49,7%.

Gambar 7. Grafik Histogram Data Atribut Kinerja Kepastian

Gambar 8. Grafik Histogram Data Atribut Kepentingan Kepastian

4. Atribut Empati (Emphaty)

Tabel 7. Hasil Deskriptif Statistik Atribut Empati

Descriptive Statistics

Kinerja Empati

Kepentingan Empati

Valid N (listwise)

N 101 101 101

Minimum 2 3

Maximum 5 5

Mean 3.79 4.71

Std. Deviation 0.605 0.476

Sumber: data primer yang diolah (2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja atribut empati dengan jumlah data (N)

sebanyak 101 mempunyai nilai rata-rata 3,79 dengan kinerja atribut empati minimal 2

dan maksimal 5, sedangkan standar deviasinya sebesar 0,605 atau 60,5%. Untuk

kepentingan atribut empati dengan jumlah data (N) sebanyak 101 mempunyai nilai rata-

rata 4,71 dengan kepentingan atribut empati minimal 3 dan maksimal 5, sedangkan

standar deviasinya sebesar 0,476 atau 47,6%.

Gambar 9. Grafik Histogram Data Atribut Kinerja Empati

Gambar 10. Grafik Histogram Data Atribut Kepentingan Empati

5. Atribut Berwujud (Tangible)

Tabel 8. Hasil Deskriptif Statistik Atribut Berwujud

Descriptive Statistics

Kinerja Berwujud

Kepentingan Berwujud

Valid N (listwise)

N 101 101 101

Minimum 2 3

Maximum 5 5

Mean 3.45 4.71

Std. Deviation 0.741 0.476

Sumber: data primer yang diolah (2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja atribut berwujud dengan jumlah data (N)

sebanyak 101 mempunyai nilai rata-rata 3,45 dengan kinerja atribut empati minimal 2

dan maksimal 5, sedangkan standar deviasinya sebesar 0,741 atau 74,1%. Untuk

kepentingan atribut berwujud dengan jumlah data (N) sebanyak 101 mempunyai nilai

rata-rata 4,71 dengan kepentingan atribut berwujud minimal 3 dan maksimal 5,

sedangkan standar deviasinya sebesar 0,476 atau 47,6%.

Gambar 11. Grafik Histogram Data Atribut Kinerja Berwujud

Gambar 12. Grafik Histogram Data Atribut Kepentingan Berwujud

B. Analisis Data

1. Analisis IPA

a. Tingkat Kesesuaian Setiap Atribut

1) Atribut Keandalan

a) Item 1

Dari perhitungan diperoleh iXS = 370 dan iYS = 484 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 76,45%.

b) Item 2

Dari perhitungan diperoleh iXS = 367 dan iYS = 464 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 79,09%.

c) Item 3

Dari perhitungan diperoleh iXS = 429 dan iYS = 431 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 99,54%.

d) Item 4

Dari perhitungan diperoleh iXS = 403 dan iYS = 433 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 93,07%.

e) Item 5

Dari perhitungan diperoleh iXS = 364 dan iYS = 432 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 84,26%.

2) Atribut Keresponsifan/ Ketanggapan

a) Item 6

Dari perhitungan diperoleh iXS = 381 dan iYS = 476 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 80,04%.

b) Item 7

Dari perhitungan diperoleh iXS = 379 dan iYS = 482 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 78,63%.

c) Item 8

Dari perhitungan diperoleh iXS = 295 dan iYS = 475 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 62,11%.

d) Item 9

Dari perhitungan diperoleh iXS = 355 dan iYS = 453 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 78,37%.

e) Item 10

Dari perhitungan diperoleh iXS = 373 dan iYS = 475 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 78,53%.

3) Atribut Jaminan

a) Item 11

Dari perhitungan diperoleh iXS = 421 dan iYS = 489 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 86,09%.

b) Item 12

Dari perhitungan diperoleh iXS = 333 dan iYS = 478 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 69,67%.

c) Item 13

Dari perhitungan diperoleh iXS = 355 dan iYS = 474 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 74,89%.

d) Item 14

Dari perhitungan diperoleh iXS = 382 dan iYS = 466 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 81,97%.

e) Item 15

Dari perhitungan diperoleh iXS = 421 dan iYS = 468 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 89,96%.

4) Atribut Empati

a) Item 16

Dari perhitungan diperoleh iXS = 391 dan iYS = 472 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 82,84%.

b) Item 17

Dari perhitungan diperoleh iXS = 378 dan iYS = 480 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 78,75%.

c) Item 18

Dari perhitungan diperoleh iXS = 371 dan iYS = 466 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 79,61%.

d) Item 19

Dari perhitungan diperoleh iXS = 380 dan iYS = 461 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 83,76%.

e) Item 20

Dari perhitungan diperoleh iXS = 397 dan iYS = 474 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 83,76%.

5) Atribut Berwujud

a) Item 21

Dari perhitungan diperoleh iXS = 342 dan iYS = 472 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 72,46%.

b) Item 22

Dari perhitungan diperoleh iXS = 339 dan iYS = 474 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 71,52%.

c) Item 23

Dari perhitungan diperoleh iXS = 322 dan iYS = 479 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 67,22%.

d) Item 24

Dari perhitungan diperoleh iXS = 354 dan iYS = 472 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 75%.

e) Item 25

Dari perhitungan diperoleh iXS = 370 dan iYS = 472 dengan populasi

sebanyak 101 siswa tingkat kesesuaian yang dihasilkan 78,39%.

b. Tingkat Kesesuaian Total

Dari perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa skor total indikator untuk

kinerja adalah 9272, sedangkan skor total indikator untuk kepentingan adalah

11.703 dan hasil tingkat kesesuaian totalnya adalah 79,23%. Dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa iSTK = 79,23% lebih kecil dari 100% sehingga dapat

dikatakan tingkat kinerja jasa pelayanan pendidikan di Program Akselerasi SMA

Negeri 1 Surakarta belum sesuai dengan kepentingan siswa.

2. Analisis Dalam Diagram Kartesius

Kepentingan

High

Prioritas Utama Pertahankan Prestasi

Kuadran A Kuadran B

25· 11·

8· 23· 12· 22· 10· 17· 6·

21· 13· 24· 1· 7· 16·20·

U 4,63 18· 15·

2· 5· 19· 14·

9· 4· 3·

Prioritas Rendah Berlebihan

Kuadran C Kuadran D

Low High

C 3,67 Kinerja

Gambar 13. Hasil Pemetaan Diagram Kartesius

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka dapat dijabarkan ke dalam

diagram kartesius. Adapun penjelasan dari diagram kartesius diatas adalah :

a. Kuadran A menunjukkan bahwa atribut-atribut yang berada dalam kuadran ini

penanganannya perlu diprioritaskan karena keberadaan atribut-atribut ini yang dinilai

sangat penting oleh siswa sedangkan pelaksanaannya masih belum memuaskan.

Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah :

1) Ketanggapan dan kesanggupan pihak sekolah dalam merealisasi keluhan siswa

akselerasi terhadap fasilitas belajar dengan rata-rata tingkat kinerja 2,92 dan

kepentingan 4,70.

2) Optimalisasi pemanfaatan fasilitas pendukung (loker, AC, printer, alat peraga)

yang telah tersedia di kelas dengan rata-rata tingkat kinerja 3,19 dan kepentingan

4,74.

3) Ketepatan pemilihan metode pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif oleh

guru akselerasi dengan rata-rata tingkat kinerja 3,30 dan kepentingan 4,73.

4) Ketersediaan bangunan fisik yang memadai (kelas, LAB, tempat ibadah, olahraga,

perpustakaan, kantin) dengan rata-rata tingkat kinerja 3,36 dan kepentingan 4,69.

5) Optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang berbasis IT (komputer, LCD,

TV, akses internet) yang telah tersedia dengan rata-rata tingkat kinerja 3,39 dan

kepentingan 4,67.

6) Ketersediaan fasilitas ruang kelas siswa akselerasi yang nyaman dan tepat, guna

menunjang kelancaran pembelajaran dengan rata-rata tingkat kinerja 3,50 dan

kepentingan 4,68.

7) Ketepatan dan ketuntasan guru akselerasi dalam menyelesaikan materi pelajaran

sesuai dengan waktunya dengan rata-rata tingkat kinerja 3,66 dan kepentingan

4,79.

8) Penciptaan suasana belajar yang kondusif oleh guru akselerasi dan pihak sekolah

dengan rata-rata tingkat kinerja 3,51 dan kepentingan 4,69.

9) Ruangan kelas akselerasi yang bersih dan penerangan yang cukup dengan rata-

rata tingkat kinerja 3,66 dan kepentingan 4,67.

10) Perhatian guru akselerasi dan pihak sekolah terhadap prestasi siswa akselerasi

baik bidang akademik maupun non akademik dengan rata-rata tingkat kinerja 3,67

dan kepentingan 4,61.

b. Kuadran B menunjukkan bahwa atribut-atribut yang berada dalam kuadran ini perlu

dipertahankan karena pada umumnya tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan

kepentingan siswa sehingga dapat memuaskan siswa. Atribut-atribut dalam kuadran

ini adalah :

1) Kejelasan guru akselerasi dan pihak sekolah dalam memberikan informasi kepada

siswa akselerasi dengan rata-rata tingkat kinerja 3,69 dan kepentingan 4,70.

2) Ketanggapan dan kemampuan guru akselerasi untuk membantu belajar para siswa

akselerasi dengan rata-rata tingkat kinerja 3,75 dan kepentingan 4,77.

3) Perhatian guru akselerasi terhadap siswa akselerasi yang mengalami kesulitan

belajar dengan rata-rata tingkat kinerja 3,74 dan kepentingan 4,75.

4) Perhatian guru akselerasi terhadap kemajuan hasil belajar siswa akselerasi secara

individu dengan rata-rata tingkat kinerja 3,87 dan kepentingan 4,67.

5) Perhatian guru akselerasi yang diberikan secara merata kepada semua siswa

akselerasi tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya dengan rata-rata

tingkat kinerja 3,93 dan kepentingan 4,69.

6) Guru dan karyawan program akselerasi memberikan pelayanan sebaik-baiknya

sesuai dengan kondisi dan kemampuan dari siswa akselerasi dengan rata-rata

tingkat kinerja 3,77 dan kepentingan 4,71.

7) Penguasaan setiap guru akselerasi terhadap materi pelajaran yang diampu dengan

rata-rata tingkat kinerja 4,17 dan kepentingan 4,84.

8) Keramahan dan pelayanan yang menyenangkan kepada siswa akselerasi oleh guru

akselerasi dengan rata-rata tingkat kinerja 4,17 dan kepentingan 4,63.

c. Kuadran C menunjukkan bahwa atribu-atribut yang berada dalam kuadran ini dinilai

masih dianggap kurang penting bagi siswa sedangkan pelaksanaannya biasa atau

cukup saja. Atribut-atribut dalam kuadran ini adalah :

1) Pembaharuan isi materi pelajaran program akselerasi yang sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rata-rata tingkat

kinerja 3,51 dan kepentingan 4,49.

2) Ketepatan penyusunan jadwal pelajaran program akselerasi dengan rata-rata

tingkat kinerja 3,63 dan kepentingan 4,59.

3) Ketepatan dan efektifitas penambahan jam pelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar siswa akselerasi dengan rata-rata tingkat kinerja 3,60 dan kepentingan

4,28.

d. Kuadran D menunjukkan bahwa atribut-atribut yang berada dalam kuadran ini dinilai

berlebihan dalam pelaksanaannya hal ini disebabkan karena siswa menganggap tidak

terlalu penting terhadap adanya atribut tersebut akan tetapi dalam pelaksanaannya

dilakukan dengan baik sekali sehingga dirasa berlebihan. Atribut-atribut dalam

kuadran ini adalah:

1) Guru akselerasi dan karyawan yang profesional dalam melayani siswa akselerasi

dengan rata-rata tingkat kinerja 3,78 dan kepentingan 4,61.

2) Perhatian guru akselerasi dan pihak sekolah terhadap layanan informasi yang

berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akselerasi dengan

rata-rata tingkat kinerja 3,76 dan kepentingan 4,56.

3) Prosedur penerimaan siswa akselerasi yang mudah dan cepat dengan rata-rata

tingkat kinerja 3,99 dan kepentingan 4,49.

4) Kemudahan pelayanan administrasi bagi setiap siswa akselerasi dengan rata-rata

tingkat kinerja 4,25 dan kepentingan 4,27.

Atribut-atribut dalam kuadran ini menunjukkan skor kinerja dan kepentingan diatas

skor kinerja dan kepentingan sehingga dikatakan berlebihan.

Diagram Kartesius digunakan untuk dapat melihat posisi penempatan data yang

telah dianalisis tersebut dan untuk mengetahui atribut jasa pelayanan pendidikan yang

memuaskan atau tidak memuaskan siswa, diperlukan titik-titik dalam diagram kartesius.

Dalam tabel skor rata-rata dapat diketahui skor rata-rata tingkat kinerja adalah 3,67 dan

skor rata- rata kepentingan siswa adalah 4,63.

Dalam diagram kartesius terbagi menjadi 4 kuadran dan titik-titiknya berada pada

:

a. Pada kuadran A ada 10 titik

b. Pada kuadran B ada 8 titik

c. Pada kuadran C ada 3 titik

d. Pada kuadran D ada 4 titik

Apabila titik-titik itu sudah diketahui tempatnya, maka dapat diketahui atribut

mana yang tidak memuaskan dan atribut mana yang memuaskan dan menjadi acuan bagi

siswa akselerasi SMA Negeri 1 untuk dapat mengetahui kinerja atau jasa pelayanan

pendidikan yang dilakukan sehingga nantinya jasa pelayanan pendidikan dapat dilakukan

secara optimal.

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan pada hasil analisis data tersebut di atas, maka penulis

mengemukakan pendapat sebagai berikut :

1. Tingkat kinerja pada Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2009/2010

sebesar 73,43%. Angka ini diperoleh dengan membandingkan hasil kuesioner yang

telah disebarkan kepada responden dengan skor tertinggi kriterium setiap variabel

berdasarkan prosentase tersebut dapat diketahui bahwa kinerja SMA Negeri 1

Surakarta sudah baik namun perlu adanya sebagian atribut kualitas jasa pelayanan

pendidikan yang harus diperbaiki dan dipertahankan. Berdasarkan data yang telah

terkumpul, ketanggapan dan kesanggupan pihak sekolah dalam merealisasi keluhan

siswa akselerasi terhadap fasilitas belajar (item 8) memiliki skor terendah yaitu 295.

Pada item 3 dengan skor tertinggi yaitu 429 menunjukkan bahwa kemudahan

pelayanan administrasi bagi setiap siswa akselerasi, hal ini perlu dipertahankan.

Kinerja SMA Negeri 1 Surakarta untuk mewujudkan kepuasan siswa masih harus

ditingkatkan dan dikembangkan agar siswa dapat merasakan kinerja SMA Negeri 1

Surakarta sesuai dengan kepentingan siswa.

2. Tingkat kepentingan siswa Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta tahun

2009/2010 sebesar 92,69%. Prosentase ini menunjukkan bahwa kepentingan siswa

terhadap jasa pelayanan pendidikan yang akan diterima tinggi. Berdasarkan data yang

terkumpul item 3 dengan skor terendah 431 menunjukkan bahwa kemudahan

pelayanan administrasi bagi setiap siswa akselerasi dianggap kurang penting. Dan

item 11 dengan skor tertinggi yaitu 489 menunjukkkan bahwa penguasaan setiap guru

akselerasi terhadap materi pelajaran yang diampu dinilai sangat penting.

3. Dari hasil perhitungan tingkat kesesuaian total yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa skor total indikator untuk kinerja adalah 9272, skor total indikator untuk

kepentingan adalah 11.703 dan hasil tingkat kesesuaian totalnya adalah 79,23% atau

703.119272

x 100% . Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa å Tki = 79,23% lebih

kecil dari 100% sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas jasa pelayanan pendidikan

program akselerasi belum sesuai dengan kepentingan siswa karena rata-rata kinerja

masih berada di bawah kepentingan siswa. Hal ini belum sesuai dengan tingkat

kepuasan yang diharapkan oleh siswa. Untuk itu SMA Negeri 1 Surakarta harus lebih

meningkatkan kinerjanya agar sesuai dengan kepentingan siswa.

4. Dalam diagram kartesius terdapat titik-titik yang telah diketahui kuadrannya.

Pada kuadran A menunjukkan bahwa atribut-atribut kualitas jasa pelayanan

pendidikan sangat penting bagi siswa, akan tetapi pihak sekolah kurang

mengoptimalkan sesuai dengan kepentingan siswa sehingga menimbulkan

kekecewaan atau rasa tidak puas pada siswa, dalam kuadran ini terdapat 10 titik yaitu

:

1) Ketanggapan dan kesanggupan pihak sekolah dalam merealisasi keluhan siswa

akselerasi terhadap fasilitas belajar.

2) Optimalisasi pemanfaatan fasilitas pendukung (loker, AC, printer, alat peraga)

yang telah tersedia di kelas.

3) Ketepatan pemilihan metode pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif oleh

guru akselerasi.

4) Ketersediaan bangunan fisik yang memadai (kelas, LAB, tempat ibadah,

olahraga, perpustakaan, kantin).

5) Optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang berbasis IT (komputer, LCD,

TV, akses internet) yang telah tersedia.

6) Ketersediaan fasilitas ruang kelas siswa akselerasi yang nyaman dan tepat, guna

menunjang kelancaran pembelajaran.

7) Ketepatan dan ketuntasan guru akselerasi dalam menyelesaikan materi pelajaran

sesuai dengan waktunya.

8) Penciptaan suasana belajar yang kondusif oleh guru akselerasi dan pihak sekolah.

9) Ruangan kelas akselerasi yang bersih dan penerangan yang cukup.

10) Perhatian guru akselerasi dan pihak sekolah terhadap prestasi siswa akselerasi

baik bidang akademik maupun non akademik.

Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran A ini membutuhkan penanganan

yang harus diprioritaskan oleh manajemen program akselerasi karena keberadaan

atribut tersebut dinilai sangat penting, sedangkan tingkat pelaksanaannya masih

belum memuaskan.

Pada kenyataannya, memang saat ini ketanggapan dan kesanggupan pihak

sekolah dalam merealisasi keluhan siswa akselerasi terhadap fasilitas belajar (lihat

lampiran 17) masih belum sesuai dengan kepentingan siswa akselerasi. Misalnya saja

setiap kelas akselerasi sudah dilengkapi dengan fasilitas belajar yang lengkap

misalnya komputer, LCD, AC namun jika suatu saat terjadi kasus seperti AC tidak

berfungsi dengan baik/tidak dingin atau LCD tiba-tiba rusak ataupun komputer tidak

berfungsi dengan baik/flashdisk guru tidak bisa terhubung (connect) dengan komputer

pihak sekolah dan manajemen program akselerasi kurang tanggap dan membutuhkan

waktu yang lama dalam merealisasi keluhan siswa akselerasi terhadap kerusakan

fasilitas belajar tersebut.

Kuadran B menunjukkan bahwa atribut-atribut yang berada dalam kuadran

ini perlu dipertahankan karena pada umumnya tingkat pelaksanaannya telah sesuai

dengan kepentingan siswa sehingga dapat memuaskan siswa. Atribut-atribut dimensi

kualitas jasa yang termasuk dalam kuadran ini adalah:

1) Kejelasan guru akselerasi dan pihak sekolah dalam memberikan informasi kepada

siswa akselerasi.

2) Ketanggapan dan kemampuan guru akselerasi untuk membantu belajar para siswa

akselerasi.

3) Perhatian guru akselerasi terhadap siswa akselerasi yang mengalami kesulitan

belajar.

4) Perhatian guru akselerasi terhadap kemajuan hasil belajar siswa akselerasi secara

individu.

5) Perhatian guru akselerasi yang diberikan secara merata kepada semua siswa

akselerasi tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya.

6) Guru dan karyawan program akselerasi memberikan pelayanan sebaik-baiknya

sesuai dengan kondisi dan kemampuan dari siswa akselerasi.

7) Penguasaan setiap guru akselerasi terhadap materi pelajaran yang diampu.

8) Keramahan dan pelayanan yang menyenangkan kepada siswa akselerasi oleh guru

akselerasi.

Sebagai contoh: guru dan karyawan program akselerasi memberikan

pelayanan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan sebaik-baiknya

sesuai dengan kondisi dan kemampuan dari siswa akselerasi, sehingga semua siswa

mendapatkan pelayanan yang sama. Demikian juga dilihat dari sisi guru akselerasi

seperti penguasaan setiap guru akselerasi terhadap materi pelajaran yang diampu,

ketanggapan dan kemampuan guru akselerasi untuk membantu belajar para siswa

akselerasi, perhatian guru akselerasi terhadap kemajuan hasil belajar siswa akselerasi

secara individu, perhatian guru akselerasi terhadap siswa akselerasi yang mengalami

kesulitan belajar. Kualifikasi guru sudah baik sehingga menjadikan penilaian yang

tinggi pada atribut ini. Untuk itu kepada pihak program akselerasi SMA Negeri 1

Surakarta untuk selalu memacu para guru akselerasi untuk meningkatkan standar

kompetensinya dengan cara mengadakan pelatihan guru akselerasi secara

berkesinambungan sehingga tidak ketinggalan dalam materi ajarnya.

Kejelasan guru akselerasi dan pihak sekolah dalam memberikan informasi

kepada siswa akselerasi, keramahan dan pelayanan yang menyenangkan kepada siswa

akselerasi oleh guru akselerasi, perhatian guru akselerasi yang diberikan secara

merata kepada semua siswa akselerasi tanpa memandang status sosial dan lain-

lainnya merupakan hal yang harus dipertahankan karena telah sesuai dengan

kepentingan siswa akselerasi.

Atribut-atribut tersebut harus dipertahankan pihak Program Akselerasi SMA

Negeri 1 Surakarta karena pada umumnya tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan

kepentingan dan harapan siswa sehingga mampu memuaskan siswa akselerasi.

Kuadran C menunjukkan bahwa atribu-atribut yang berada dalam kuadran

ini dinilai masih dianggap kurang penting bagi siswa sedangkan pelaksanaannya biasa

atau cukup saja. Atribut-atribut dimensi kualitas jasa yang termasuk dalam kuadran

ini adalah:

1) Pembaharuan isi materi pelajaran program akselerasi yang sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

2) Ketepatan penyusunan jadwal pelajaran program akselerasi.

3) Ketepatan dan efektifitas penambahan jam pelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar siswa akselerasi.

Menurut siswa akselerasi, atribut-atribut tersebut dinilai kurang penting

dan pelaksanaannya dilakukan biasa-biasa saja, sehingga manajemen program

akselerasi diharapkan tidak terlalu memprioritaskan atribut tersebut. Meski demikian,

bukan berarti manajemen program akselerasi mengabaikan atau menurunkan standar

pelaksanaan atribut tersebut, karena bukan tidak mungkin pada beberapa waktu

mendatang, atribut tersebut akan menjadi atribut yang berpengaruh penting.

Kuadran D menunjukkan bahwa atribut-atribut yang berada dalam kuadran

ini dinilai berlebihan dalam pelaksanannya hal ini disebabkan karena siswa

menganggap tidak terlalu penting terhadap adanya atribut tersebut akan tetapi dalam

pelaksanaannya dilakukan dengan baik sekali sehingga dirasa berlebihan. Atribut-

atribut dimensi kualitas jasa yang termasuk dalam kuadran ini adalah:

1) Guru akselerasi dan karyawan yang profesional dalam melayani siswa akselerasi.

2) Perhatian guru akselerasi dan pihak sekolah terhadap layanan informasi yang

berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akselerasi.

3) Prosedur penerimaan siswa akselerasi yang mudah dan cepat.

4) Kemudahan pelayanan administrasi bagi setiap siswa akselerasi.

Menurut siswa akselerasi, atribut-atribut tersebut dinilai berlebihan dalam

pelaksanaannya, hal ini karena siswa akselerasi menganggap tidak terlalu penting

terhadap adanya atribut tersebut, akan tetapi pelaksanaannya dilakukan dengan baik

sekali oleh manajemen program akselerasi.

BAB V

H. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya, maka dapat diambil

simpulan bahwa siswa akselerasi merasa belum puas dengan kinerja yang mereka terima.

Hal ini tercermin dari hasil analisis kesesuaian antara tingkat kinerja dengan tingkat

kepentingan siswa akselerasi yang memberikan hasil sebesar 79,23% dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa 79,23% lebih kecil dari 100% sehingga tingkat kinerja yang

diberikan oleh program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta belum sesuai dengan

kepentingan siswa. Kinerja program akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta untuk

mewujudkan kepuasan siswa masih harus ditingkatkan dan dikembangkan agar siswa

dapat merasakan kinerja program akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta yang sesuai dengan

kepentingan siswa akselerasi.

Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa atribut-atribut

yang memberikan kepuasan kepada siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan

pendidikan program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2009/2010 ada 8 atribut

dari 25 atribut. Ke 8 (delapan) atribut tersebut adalah : kejelasan guru akselerasi dan

pihak sekolah dalam memberikan informasi kepada siswa akselerasi; ketanggapan dan

kemampuan guru akselerasi untuk membantu belajar para siswa akselerasi; perhatian

guru akselerasi terhadap siswa akselerasi yang mengalami kesulitan belajar; perhatian

guru akselerasi terhadap kemajuan hasil belajar siswa akselerasi secara individu;

perhatian guru akselerasi yang diberikan secara merata kepada semua siswa akselerasi

tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya; guru dan karyawan program akselerasi

memberikan pelayanan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan kemampuan dari siswa

akselerasi; penguasaan setiap guru akselerasi terhadap materi pelajaran yang diampu;

serta keramahan dan pelayanan yang menyenangkan kepada siswa akselerasi oleh guru

akselerasi.

Implikasi

Implikasi yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Guna meningkatkan kepuasan siswa akselerasi atas kualitas jasa pelayanan

pendidikan di program akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta yaitu dengan memberikan

prioritas kepada atribut-atribut yang menurut siswa akselerasi memiliki tingkat

kepentingan yang tinggi seperti: ketanggapan dan kesanggupan pihak sekolah dalam

merealisasi keluhan siswa akselerasi terhadap fasilitas belajar, optimalisasi

pemanfaatan fasilitas pendukung (loker, AC, printer, alat peraga) yang telah tersedia

di kelas, ketepatan pemilihan metode pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif

oleh guru akselerasi, ketersediaan bangunan fisik yang memadai (kelas, LAB, tempat

ibadah, ruang olahraga, perpustakaan, kantin), optimalisasi penggunaan media

pembelajaran yang berbasis IT (komputer, LCD, TV, akses internet) yang telah

tersedia, ketersediaan fasilitas ruang kelas siswa akselerasi yang nyaman dan tepat

guna menunjang kelancaran pembelajaran, ketepatan dan ketuntasan guru akselerasi

dalam menyelesaikan materi pelajaran sesuai dengan waktunya, dan perhatian guru

dan sekolah terhadap prestasi siswa akselerasi baik bidang akademik maupun non

akademik.

2. Hasil penelitian ini akan dapat dikembangkan untuk lebih lanjut melalui teori

keilmuan yang ada sebagai upaya peningkatan kepuasan siswa akselerasi.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan pembahasan analisis data yang telah dilakukan, maka

dapat dikemukakan beberapa saran untuk perbaikan jasa pelayanan pendidikan Program

Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta terutama difokuskan pada atribut-atribut yang dinilai

penting oleh siswa akselerasi tetapi kinerjanya belum memuaskan seperti:

1. Ketanggapan dan kesanggupan pihak sekolah dalam merealisasi keluhan siswa

akselerasi terhadap fasilitas belajar sudah cukup baik hanya saja jika suatu saat terjadi

kasus seperti AC tidak berfungsi dengan baik/tidak dingin atau LCD tiba-tiba rusak

ataupun komputer tidak berfungsi dengan baik/flashdisk guru tidak bisa terhubung

(connect) dengan komputer pihak sekolah dan manajemen program akselerasi harus

lebih cepat dalam merealisasi keluhan siswa akselerasi terhadap kerusakan fasilitas

belajar tersebut, atau tenaga teknisi yang bertugas selalu siap di tempat sehingga

kasus kerusakan pada fasilitas belajar bisa langsung terselesaikan.

2. Fasilitas pendukung (loker, AC, printer, alat peraga) yang telah tersedia di kelas

akselerasi seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal, seperti: pemeriksaan secara

teratur terhadap kondisi AC dan printer yang selalu dalam keadaan yang baik

sehingga dapat memperlancar kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Guru akselerasi seharusnya tepat dalam memilih metode pembelajaran yang

menyenangkan dan inovatif sehingga siswa akselerasi tidak mudah jenuh dengan

proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas, seperti : role playing (bermain

peran), number head together, mind mapping (peta pikiran), course to horrey, make a

mach (mencari pasangan), dan adanya pelatihan bagi guru akselerasi untuk berbagai

metode pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif.

4. Perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap ketersediaan bangunan fisik yang

memadai (kelas, LAB, tempat ibadah, olahraga, perpustakaan, kantin, dll), misalnya:

adanya ruang olahraga yang memadai bagi siswa akselerasi, ruang perpustakaan yang

lengkap dan nyaman bagi siswa akselerasi, dan ketersediaan ruang LAB yang

menunjang pembelajaran siswa akselerasi.

5. Media pembelajaran yang berbasis IT (komputer, LCD, TV, akses internet) yang

telah tersedia digunakan secara optimal oleh semua guru mata pelajaran program

akselerasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga proses belajar mengajar

dapat berjalan dengan efektif.

6. Memberikan perhatian yang lebih terhadap ketersediaan fasilitas ruang kelas siswa

akselerasi yang nyaman dan tepat, seperti fasilitas akses internet yang lancar dan

cepat guna menunjang kelancaran pembelajaran.

7. Guru akselerasi harus memperhatikan ketepatan dan ketuntasan dalam menyelesaikan

materi pelajaran sesuai dengan waktunya, seperti: penyampaian materi pelajaran

dengan pemberian tugas bagi siswa akselerasi dilakukan secara berimbang.

8. Guru dan sekolah memberikan perhatian yang lebih terhadap prestasi siswa akselerasi

baik di bidang akademik maupun non akademik, seperti: pihak sekolah mengarahkan

dan memberikan kesempatan bagi siswa akselerasi yang berprestasi akademik

maupun non akademik untuk mengikuti berbagai perlombaan baik di tingkat daerah,

nasional bahkan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyoso. 2009. Konsep Importance Performance Analysis (IPA). Artikel. Tersedia pada http://ariyoso.wordpress.com/2009/12/15/konsep-importance-performance-analysis/. Diakses tanggal 10 Januari 2010.

Dhany. 2009. Pendekatan TQM Dalam Manajemen Mutu. Artikel. Tersedia pada

http://www.dhany.co.cc/2009/09/pendekatan-tqm-dalam-manajemen-mutu.html. Diakses tanggal 10 November 2009.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk

Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa (Program Akselerasi). Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah. Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa.

. 2007. Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah. Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa.

Dwi Priyatno. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Stastistical Product and Service Solution) untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta: Mediakom.

Fandy Tjiptono. 2006. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.

H. Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta:

Bumi Aksara. I Gusti Ketut Giantari, I Gusti Ngurah Jaya Agung Widagda, I Gusti Agung Ketut Sri

Ardhani, & Gede Bayu Raharnatha. 2008. Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Proses Belajar Mengajar Di Program Diploma III FE UNUD. Jurnal. Tersedia pada http://jurnal buletin studi ekonomi.vol.13,no.1.hal.52-66.unud.ac.id. Diakses tanggal 10 Januari 2010.

J. Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa

Pasar. Jakarta: Rineka Cipta. Much. Djunaidi, Ahmad Kholid Alghofari, & Dwi Apriyanti Rahayu. 2006. Penilaian

Kualitas Jasa Pelayanan Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Berdasarkan Preferensi Konsumen. Jurnal. Tersedia pada http://jurnal ilmiah teknik industri.vol.5,no.1.hal.25-32.ums.ac.id. Diakses tanggal 7 Januari 2010.

Munjiati Munawaroh. 2000. Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Pada Industri Pendidikan Di Yogyakarta. Jurnal. Tersedia pada http://journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article/viewFile/983/892.vol.2.no.5.hal. 119-134. Diakses tanggal 27 Desember 2009.

Reni Akbar-Hawadi. 2004. A- Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Gramedia.

Rosady Ruslan. 2008. Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. Sri Wijayanti. 2006. Analisis Tingkat Kepuasan Sisiwa Akseleran Atas Kualitas

Pelayanan Jasa Pendidikan Program Akselerasi Di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2005. Skripsi. Surakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. U. Sihombing . 2002. Pendekatan Berbasis Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna.

Yulius Slamet. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Zain Badudu. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Zulian Yamit. 2005. Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.