analisis kelayakan sumber daya manusiarevisi
TRANSCRIPT
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia, dalam hal ini adalah pegawai keuangan pemerintah daerah
adalah ujung tombak dari proses pelaporan keuangan daerah ini. Peran mereka
sangat penting bagi pemerintah daerah dalam menyajikan laporan keuangan yang
baik dan benar sesuai dengan standar akuntansi publik (SAP) yang berlaku.
Kemampuan mereka sangat dibutuhkan, karena dari laporan yang mereka buatlah
akan mencerminkan kualitas pemerintah daerah tersebut.
Laporan yang disusun dengan baik,tanpa adanya unsur kecurangan dan
kesalahan pencatatan baik itu yang disengaja, maupun tidak disengaja dan
memenuhi prinsip-prinsip standar akuntansi publik (SAP) yang berlaku akan
mendapatkan sebuah penilaian wajar tanpa pengecualian (WTP) dari pihak audit
Badan Pemeriksa Keuangan-Republik Indonesia (BPK-RI). Karena itu, penilaian
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan sangat penting, karena dari penilaian tersebut dapat diketahui kemampuan
dari sumber daya manusia tersebut yang sebenarnya.
Laporan keuangan pemerintah daerah adalah sebuah hal yang mutlak harus
dilakukan oleh pemerintah, sebagai bentuk pertanggung jawaban dari anggaran
yang telah dianggarkan pada tahun periode berjalan. Laporan keuangan daerah
haruslah memuat informasi-informasi posisi keuangan yang akurat,
akuntanbilitas, aktual, dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1
Penggunaan sistem cash basis didalam pelaporan keuangan sebelumnya, sangat
banyak terdapat kekurangan disana-sini. Selain sistemnya yang rawan terjadinya
praktik tindak kecurangan, system cash basis tidak mencerminkan kinerja yang
sesungguhnya. Sedangkan teknik akuntansi berbasis accrual dinilai dapat
menghasilkan laporan keuangan yang lebih komprehensif dan relevan untuk
pengambilan keputusan. Pengaplikasian accrual basis lebih ditujukan pada
penentuan biaya layanan dan harga yang dibebankan kepada publik, sehingga
memungkinkan pemerintah menyediakan layanan publik yang optimal dan
sustainable. Pengaplikasian accrual basis memberikan gambaran kondisi
keuangan secara menyeluruh
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun 2008 dan dipertegas dalam PP No. 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa laporan
keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan dengan basis kas untuk
pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis
akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Maka seiring
dengan semakin tingginya tuntutan pewujudan good public governance,
perubahan dari cash basis menuju ke accrual basis tersebut dipandang sebagai
solusi yang mendesak untuk diterapkan.
Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu dari 5 provinsi terbesar di
Indonesia. Karena itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan membawahi dan
2
mengatur sebuah provinsi yang besar. Maka dibutuhkan pengelolaan yang handal,
terutama dari sisi pelaporan keuangan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “
Analisis Kelayakan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk Menerapkan
Accrual Basis dalam Pelaporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Kelayakan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk
Menerapkan Accrual Basis dalam Pelaporan Keuangan Daerah pada Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan?
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup pembahasan serta tercapainya
suatu hasil pembahasan yang lebih rinci dan terarah maka ruang lingkup
pembahasan yang penulis lakukan yaitu mengenai Bagaimana tingkat Kelayakan
Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk Menerapkan Accrual Basis dalam Pelaporan
Keuangan Daerah pada ) Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
3
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Bagaimana Kelayakan Sumber Daya Manusia (SDM) Accrual Basis dalam
Pelaporan Keuangan Daerah pada ) Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Untuk
Menerapkan.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihasilkan penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Praktis
Sebagai masukan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bagaimana tingkat
Kelayakan Sumber Daya Manusia (SDM) Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Untuk Menerapkan Accrual Basis dalam Pelaporan Keuangan Daerah.
2. Teoritis
Sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi,
khususnya akuntansi dan merupakan informasi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.3 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyajikan laporan dalam 5 bab yang terdiri
dari :
4
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini secara garis besar mengenai latar belakang, perumusan masalah,
ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Bab ini memuat teori-teori yang digunakan penulis dalam menganalisis
kelayakan sumber daya manusia pemerintah provinsi sumatera selatan,
yaitu berupa pengertian cash basis dan accrual basis, pengertian laporan
keuangan, pengertian Sumber Daya Manusia (SDM), kelebihan dan
kelemahan antara cash basis dan accrual basis, dasar peraturan pemerintah
mengenai perubahan cash basis menuju accrual basis, penelitian
sebelumnya dan kerangka penelitian dan paradigma penelitian.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan dijelaskan mengenai objek penelitian, operasional variable,
sumber dan teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan mengenai struktur jabatan pemprov sumsel dan
Analisis Bagaimana Kelayakan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk
Menerapkan Accrual Basis dalam Pelaporan Keuangan Daerah pada
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
5
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan memberikan suatu kesimpulan dari pembahasan
dalam bab IV, kemudian memberikan saran yang sekiranya bermanfaat
bagi pemerintah provinsi Sumatera Selatan.
2 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Cash Basis dan Accrual Basis
Cash Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam akuntansi,
dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi
dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain Akuntansi
Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah
diterima misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran
belum diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak
dilakukan, jika kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti
halnya dengan “dasar akrual” hal ini berlaku untuk semua transaksi yang
dilakukan, kedua teknik tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan
keuangan, jika menggunakan dasar akrual maka penjualan produk perusahaan
yang dilakukan secara kredit akan menambah piutang dagang sehingga
6
berpengaruh pada besarnya piutang dagang sebaliknya jika yang di pakai cash
basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya
terjadi. Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu :
1) Pengakuan Pendapatan :
Pengakuan pendapatan, saat pengakuan pendapatan pada cash basis adalah pada
saat perusahaan menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep cash basis
menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak untuk menagih.
Makanya dalam cash basis kemudian muncul adanya metode penghapusan
piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.
2) Pengakuan Biaya :
Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan
pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima
pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha
tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis, contoh :
usaha relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis
seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-
tapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).
Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur
pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut
memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada
saat terjadinya walaupun uang belum benar – benar diterima atau dikeluarkan.
7
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset,
kewajiban dan ekuitas dana. Jadi Basis akrual adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.
Accrual Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1) Pengakuan pendapatan :
Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan
mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan.
Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan kas
benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul adanya
estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas belum
diterima.
2) Pengakuan biaya :
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka
titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya
tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut
untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.
2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2004:105) ”laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
8
tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah Neraca,
Laporan rugi Laba, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan posisi Keuangan”.
Sedangkan Riyanto (2001:15) menyatakan laporan keuangan memberikan
ikhtisar mengenai adanya keuangan suatu perusahaan, dimana neraca
mencerminkan nilai aktiva, nilai hutang, dan modal sendiri pada suatu saat
tertentu dan laporan keuangan laba/rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai
selama periode tertentu biasanya dalam satu tahun.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Data-
data keuangan ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2.1.3 Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Sayuti Hasibuan (2000: p3), sumber daya manusia adalah semua
manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan
terwujudnya tujuan organisasi tersebut.
Nawawi (2003: p37) membagi pengertian SDM menjadi dua, yaitu
pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua
manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas
wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah
maupun belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Pengertian SDM dalam
arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi
anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja,
tenaga kerja, dll.
9
2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Antara Cash Basis dan Accrual Basis
Pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga mempunyai beberapa
keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1) Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a) Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan, belanja
dan pembiayaan.
b) Beban/biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun
beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam
penghitungan pendapatan.
c) Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar
mencerminkan posisi yang sebenanya.
d) Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.
e) Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan yang ada
pada saat laporan tersebut.
f) Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk kas yang
belum tertagih.
2) Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a) Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.
b) Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya
pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.
10
c) Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya
estimasi piutang tak tertagih.
d) Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil seperti toko,
warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang
informal, (malah ada yang pakai credit card-tapi ingat credit card dikategorikan
juga sebagai cash basis).
e) Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.
f) Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena
pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.
g) Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya karena
selalu berpatokan kepada kas.
pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga mempunyai beberapa
keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1) Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a) Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas
dana.
b) Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih
handal dan terpercaya.
c) Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan
lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.
11
d) Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan Ketentuan
Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu perusahaan untuk
menggunakan basis akural).
e) Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan
dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.
f) Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun
sesuai dengan transaksi yang terjadi.
g) Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum diterima
dapat diakui sebagai pendapatan.
h) Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam
menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.
i) Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga
dapat mengurangi risiko kerugian.
2) KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a) Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.
b) Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya
sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
c) Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat
mengurangi pendapatan perusahaan.
d) Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan
perusahaan.
12
e) Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum
dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.
2.1.5 Dasar Peraturan Pemerintah Mengenai Perubahan Cash Basis Menuju
Accrual Basis
Dasar peraturan pemerintah yang dijadikan sebagai acuan untuk mengganti sistem
cash basis menjadi accrual basis adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Yang tercantum
dalam pasal 1 ayat ke 8 yaitu : ”SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD”.
Ayat ke-9 :“SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan
ekuitas dana berbasis akrual”. Pasal 4 ayat 1 :
“Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual”. Dan PP No. 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa “ “laporan
keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan dengan basis kas untuk
pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis
akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana”.
13
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Kesimpulan
DR. Binsar H.
Simanjuntak Ak., MBA.,
CMA.
Penerapan Akuntansi
Berbasis Akrual di Sektor
Pemerintahan di
Indonesia
Penerapan
akuntansi berbasis akrual
memerlukan SDM yang
andal di bidang
akuntansi, oleh karena itu
profesi akuntansi
diharapkan dapat
meningkatkan
peranannya dalam
penyediaan dan
pengembangan SDM
akuntansi di sektor
pemerintahan. Agar
pelaksanaan akuntansi
basis akrual diperlukan
beberapa persyaratan
antara lain : (1) Sistem
Akuntansi dan IT Based
System termasuk sistem
14
pengendalian intern yang
andal (2) Komitmen
Pimpinan, dan (3) SDM
yang memadai.
2.3 Kerangka Pemikiran dan Paradigma
2.3.1 kerangka pemikiran
Di dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah, haruslah bersifat
akuntabilitas, dan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Sebagai
organisasi sektor publik, pemerintah provinsi harus menyajikan laporan keuangan
yang baik atau memenuhi kaidah-kaidah Standar Akuntansi Pemerintahan, dan
transparan sebagai bentuk pertanggung jawaban sebagai pengguna dana publik.
Perubahan sistem cash basis menuju sistem accrual basis diharapkan mampu
menjadikan laporan keuangan pemerintah menjadi lebih baik dan transparan. Hal
ini tentu bukan hal yang mudah. Mengingat para pegawai pemerintahan telah
terbiasa dengan sistem cash basis dan jumlah mereka yang tidak sedikit, perlu
penyesuaian bertahun-tahun agar penerapan accrual basis bisa sempurna
diterapkan.
Salah satu kendala dari penerapan cash basis adalah sumber daya manusia
(SDM) dalam hal ini adalah para pegawai akuntan pemerintah. Kesiapan dan
kelayakan mereka merupakan hal yang mutlak harus dipersiapkan, karena di
tangan merekalah laporan keuangan pemerintah akan tersaji dengan baik.
Kemampuan mereka sangat diuji dalam peralihan sistem saat ini.
15
2.3.2 Paradigma Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka didapatlah parafigma pemikiran sebagai berikut :
3 Objek dan Metodologi Penelitian
3.1 Objek Penelitian
Objek yang menjadi tempat penelitian dari judul ini adalah kantor Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan yang beralamat di Jl. Kapten A. Rivai Palembang.
3.2 Metodologi Penelitian
3.2.1 Operasional Variabel
Agar tujuan penelitian dapat dilakukan dan tidak terjadi suatu kekeliruan dalam
penafsiran konsep variabel dalam penelitian, peneliti mengambil seluruh populasi
untuk diteliti dan variabel yang akan digunakan yaitu sebagai berikut :
Agar penelitian lebih jelas, maka perlu ditetapkan operasional variabel sebagai
berikut :
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi variabel yang mempengaruhi variabel yang lainnya
atau menjadi penyebab timbulnya variabel independen. Dalam penelitian ini
variabel independennya adalah Cash Basis.
16
Cash Basis (X)
SDM (Y2)
Laporan Keuangan (Y1)
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen disebut variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependennya
adalah Laporan Keuangan dan SDM.
Tabel 3.1
Operasional Variabel
No.
Variabel Definisi Indikator Skala
1 Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan
Cash Basis Nominal
2 Laporan Keuangan hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan
- Neraca- LRA- Arus Kas
Nominal
3 Sumber Daya Manusia manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga
-Tingkat kelayakan SDM
Sikap
17
kerja, dll.
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2007:120) dalam pengumpulan data digunakan metode yang
biasa digunakan dalam penelitian dan penulisan, yaitu :
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan dengan cara turun langsung ke objek yang diteliti,
mengenai data mentah yang masih harus diolah. Untuk memperoleh data
primer peneliti menggunakan beberapa metode yaitu :
- Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung dan pencatatan mengenai hal-hal yang diperlukan
dalam penulisan.
- Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
interview atau tanya jawab secara dengan dengan kepala instansi yang
memiliki wewenang untuk memberikan data yang diperlukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data dikumpulkan dengan cara pencarian, pencatatan,
dan penganalisisan data yang berhubungan dengan objek yang diteliti
melalui studi pustaka yaitu dengan mempelajari dan membahas berbagai
literatur serta sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi
sehubungan dengan penulisan laporan ini. Data-data sekunder yang
18
dibutuhkan pada penelitian ini berupa, sejarah singkat pemprov sumsel,
stuktur organisasi, laporan keuangan pemprov sumsel tahun 2011.
3.2.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu teknik analisis yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari hasil audit BPK-RI dan
kuesioner yang disebar kepada pegawai pemprov sumsel, dan di analisis
kecenderungan dari pegawai.
Sedangan Analisis kuantitatif yaitu dengan melakukan analisis dari laporan
keuangan pemprov sumsel.
19
3.2.4 Rencana Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
Bulan (Minggu ke-)
Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra Penelitian
2 Pengajuan Judul
3 Observasi ke Perusahaan
4 Penyusunan Proposal
5 Seminar Proposal
6 Perbaikan Proposal
7 Pengolahan Data dan Analisis
8 Ujian Komprehensif
9 Wisuda
20
DAFTAR PUSTAKA
DR. Binsar H. Simanjuntak , Ak., MBA., CMA.2010. Paper. Penerapan AkuntansiBerbasis Akrual di Sektor Pemerintahan di Indonesia. Kongres XI Ikatan Akuntansi Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah No. 71 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan. Lembaran Negara RI tahun 2010, No. 5165. Sekretariat Negara. Jakarta.
21