analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa...

117
ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM TERHADAP PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA KEPALA CURUP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.I ) Dalam Ilmu Tarbiyah OLEH: TATIK PRISNAMASARI NIM: 12591140 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASYAH IBTIDAIYAH JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) CURUP 2016

Upload: tatik-prisnamasari

Post on 16-Apr-2017

278 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM

TERHADAP PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK

DI DESA KEPALA CURUP

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.I )

Dalam Ilmu Tarbiyah

OLEH:

TATIK PRISNAMASARI

NIM: 12591140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASYAH

IBTIDAIYAH

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) CURUP

2016

Page 2: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

ii

Page 3: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

iii

Page 4: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

iv

Page 5: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

v

Page 6: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala Puji dan syukur senantiasa tercurah hanya bagi Allah SWT. yang telah

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul: " Analisis Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap

Pendidikan (Iman Dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup,” sebagai sumbangsih

penulis terhadap Almamater, Agama, Bangsa, dan Negara.

Shalawat dan salam kita mohonkan kiranya selalu tercurahkan kepada

junjungan umat Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya hingga hari akhir, Skripsi ini penulis susun sebagai tugas akhir untuk

meraih gelar (S1) Jurusan Tarbiyah pada program studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah STAIN Curup.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penyusun menyadari bahwa dalam

penyusunannya tidak dapat terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dorongan, dan do’a dari

semua pihak. Dengan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Ketua STAIN Curup, Dr. Rahmat Hidayat, M.Ag dan segenap jajarannya.

2. Bapak Drs, Beni Azwar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Curup atas

kesempatan yang diberikan kepada penyusun untuk belajar di STAIN Curup.

3. Ibu Dra. Susilawati, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) STAIN Curup

Page 7: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

vii

4. Bapak M. Taqiyuddin, M.Pd.I selaku pembimbing I dan Ibu Aida Rahmi

Nasution, M. Pd.I selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan

pengarahan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi sampai selesai seperti

sekarang ini.

5. Bapak Kurniawan, S.Ag. M.Pd selaku Penasehat Akademik yang telah

mengarahkan urusan perkuliahan.

6. Kepada segenap dosen dan karyawan di lingkungan STAIN Curup, yang telah

memberikan pengetahuan, kemudahan dan pelayanan prima kepada penyusun

dalam proses dalam setiap aktivitas perkuliahan hingga selesai.

Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang setimpal dan dicatat di sisi

Allah SWT. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan dan

khazanah keilmuan. Amin

Curup Juli 2016

Penulis,

Tatik Prisnamasari

NIM. 12591140

Page 8: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

viii

MOTTO

“ Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan

dunia memperdaya kamu dan sekali-kali janganlah syaitan pandai menipu, memperdaya kamu tentang Allah”.

(QS.Faathir:5) "Tindakan yang terarah, memiliki metode dan tujuan yang jelas adalah tindakan orang-orang cerdas"

(David Wesler Said) Keberhasilan itu tak akan tercapai tanpa diiringi usaha dan do’a

Hidup adalah perjuangan...

Cinta adalah tantangan...

Uang adalah kebutuhan...

Keluarga number one...

Teman adalah kesenangan...

Sukses ku adalah impian...

Page 9: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

ix

PERSEMBAHAN Alhamdullilah kata pertama yang dapat terucap saat skripsi ini selesai,

terima kasih dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT

Kupersembahkan karya yang telah kuperjuangkan dengan percikan keikhlasan,

kesabaran, perasaan,logika, keringat, hingga air mata ini kepada :

1. Ayahanda (Sukirman) dan Ibunda (Nuriyal Hidayati) tercinta yang tak

pernah lelah mendoakanku dalam setiap waktu dan sholatnya demi

keberhasilan anaknya. Begitu banyak kasih sayang, pengorbanan,

nasihat, didikan yang beliau berikan padaku. Skripsi ini

kupersembahkan sebagai wujud baktiku karena beliau tak pernah lelah

memberikan perlindungan, bimbingan, kasih sayang, nasehat, doa serta

pengorbanan dengan penuh keiklasan. Kalian mengajarkanku tentang

arti kesungguhan dan pengorbanan. Ayahanda dan Ibunda, tanpa beliau

semua ini takkan bisa. Teruslah menjadi tauladan dan inspirasi bagiku.

Terima kasih tiada terkira dan semoga karya kecil ini sebagai bentuk

wujud baktiku.

2. Untuk Saudaraku tercinta (mbak Septi anggraini), (kakak ipar Widi

Jaurini), untuk keponakan ku Siva Ningtiyas dan keluarga besarku

(Damai Siregar dan Dawam) terima kasih atas doa, semangat, serta

dukungannya.

3. Untuk sahabat-sahabatku: Andy Setyawan, Reni Oktian, Ayu Novita

sari, Mita Riani, Nirawati, Retno putri, Mersiska suci, Retno suci.

Page 10: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

x

4. Seluruh teman-teman seperjuanganku PGMI E angkatan 2012, dan

orang-orang yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi bagiku.

5. Almamaterku.

Page 11: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

xi

ABSTRAK

Tatik Prisnamasari (12591140) “Analisis Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam Terhadap Pendidikan (Iman Dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup”.

Permasalahan yang terjadi ketika orang tua bergabung dalam kegiatan

organisasai Tua-Tui Sejuta Enam, orang tua kurang menanamkan nilai-nilai pendidikan

iman dan akhlak kepada anak seperti, anak tidak dituntut untuk belajar mengaji,

melaksanakan sholat, dan mengerjakan puasa serta anak pula kurang menghormati orang

yang lebih tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta di desa Kepala Curup, mengetahui bagaimana persepsi

masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua) dalam menanamkan

nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak pada anak di desa Kepala Curup dan adakah

implikasi organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak

di desa Kepala Curup.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang

bersifat deskriftif kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari

teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis yang berupa reduction/

reduksi data atau kegiatan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin

dan memilahnya kedalam suatu konsep tertentu, kategori, dan tema tertentu,

display/penyajian data dan verification/menarik kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa, 1) bentuk kegiatan organisasi

Tua-Tui Sejuta Enam adalah memenuhi undangan ditempat hajatan (acara pernikahan

atau sunatan) mengadakan perlombaan joged terheboh, mengadakan acara minum-

minum tuak (mabuk-mabukan), dan membentuk arisan, 2) Persepsi masyarakat terhadap

organisasi Tua-Tui Sejuta (orang tua) dalam menanamkan pendidikan iman dan akhlak

anak terdapat dua persepsi diantaranya persepsi positif dalam kegiatan lain seperti

kegiatan arisan ini menimbulkan sikap saling tolong menolong baik dalam segi tenaga

maupun biaya, mempererat silahtuhrahmi dan menambah teman baru, persepsi negatif

mereka berjoged yang sudah melebihi batas layaknya seorang biduan, meminum-

minuman keras (mabuk-mabukan), tidak menutupi auratnya dengan memakai pakaian

ketat ( pakaian sexy)Sedangakan 3) Implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

terhadap pendidikan (iman dan akhlak) diantaranya dampak negatif dalam pendidikan

iman seperti anak tidak lagi diajarkan untuk belajar sholat, mengaji, dan berpuasa ketika

bulan ramadhan, dampak negatif dalam pendidikan akhlak seperti, anak suka

membantah ketika diperintah orang tua, anak suka mengambil barang yang bukan hak

miliknya, adapun dampak positif terhadap pendidikan akhlak seperti menjalin hubungan

persaudaraan dan silatuhrami dan memuliakan tetangga seperti berbuat baik kepada

tetangga, membantu tetangga ketika ia sedang mengalami musibah atau ingin

mengadakan sebuah hajatan.

Kata Kunci:Organisasi Masyarakat (Tua-Tui Sejuta Enam) dan Pendidikan Anak.

Page 12: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PENGAJUAN SKRIPSI ..................................................................................... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii

ABSTRAK ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ............................................................................ 7

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8

E. Manfaat Penelitaan ....................................................................... 8

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Organisasi Masyarakat .................................................................. 10

1. Pengertian Organisasi Masyarakat........................................... 10

2. Ciri-Ciri Organisasi Kemasyarakatan ...................................... 14

3. Fungsi Organisasi Masyarakat ................................................. 16

4. Peran Organisasi Masyarakat Dalam Pendidikan ................... 20

B. Pendidikan Anak .......................................................................... 24

1. Deskripsi Pendidikan Anak dalam Islam ................................. 24

2. Pengembangan Nilai-Nilai pendidikan Iman ........................... 28

3. Pengembangan Nilai-Nilai pendidikan Akhlak ....................... 30

Page 13: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

xiii

C. Implikasi Kegiatan Organisasi Masyarakat Terhadap Pendidikan

Anak................................................................................................. 34

D. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 38

BAB III METODOLOGI PENENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 42

C. Sumber data ............................................................................. 43

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 44

E. Teknik Analisis Data ................................................................. 48

F. Uji Keabsahan Data ................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Kondisi Objektif ................................................................... 52

B. Sejarah Tua-Tuai Sejuta Enam .............................................. 53

C. Hasil Penelitian...................................................................... 56

D. Pembahasan ........................................................................... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 81

B. Saran ..................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... .................. 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 53

2. Tabel 2. Struktur Kegiatan Organisasi Tua-Tui ................................................ 55

3. Tabel 3. Struktur Kegiatan Organisasi Sejuta Enam ......................................... 56

Page 15: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.1 Usaha-usaha

yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut akan

diwariskan pada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang

terjadi sebagai proses pendidikan.

Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak dalam

menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam secara kaffah, orang tua secara kodrati

bertanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi serta

membimbing anak dalam jalan kebaikan. Dalam lingkungan keluarga orang tua

(ayah dan ibu) memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sama dalam

mendidik dan mengasuh anak secara konstisten.

Menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak sejak dini dapat

memelihara kestabilan jiwa anak terhadap agama sebagai proses dasar

pembentukan mental dan tingkah laku yang baik secara berkesinambungan.

1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 2.

Page 16: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

2

Maka sebagai orang tua sudah seharusnya dapat menjalankan dan memahami

peran tersebut sehingga anak menjadi prioritas yang harus diperhatikan.

Menurut Rasullulah SAW, fungsi dan peran orang tua dapat membentuk

arah keyakinan anak terhadap agama. Menurut beliau, setiap bayi yang

dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan

agama yang dianut anak sepenuhnya bergantung pada bimbingan, pemeliharaan,

dan pengaruh kedua orang tua mereka.2

Dalam Islam peran orang tua dalam mendidik, membimbing dan

memelihara anak diperjelas sebagai mana sabda Nabi Muhammad Saw :

ءن ابً ىر ٌر ة ر ضً ا هلل عنو قال قال ا لنبً صلً ا هلل علٍو ً سلم كل مٌ لٌد

رً ا ه ا لبخا ر ي ٌٌ لذعلى ا لفطر ة فابٌ ا ه ٌيٌ دا نو ا ً ٌنصر ا نو ا ً ٌمجسا نو Dari Abi Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda:”Setiap anak

lahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang

menjadikan anak itu beragama Yhudi, Nasrani atau Majusi.

(H.R Al-Bukhariy).3

Berdasarkan hadist diatas, maka orang tua merupakan satu-satunya yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan potensi anak dan memberikan corak

sesuai yang dikehendaki orang tuanya. Kenyataan diatas menyebutkan bahwa

kehidupan seorang anak benar-benar bergantung pada kedua orang tuanya.

Dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka

tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada orang

lain, sebab guru dan pemimpin umat misalnya, dalam memikul tanggung jawab

pendidikan hanya merupakan keikut sertaan.

2 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : CV Pustaka Setia , 2008), h.55.

3 Yusefri, Telaah Tematik Hadist Tarwabi, (Curup:LP2 STAIN Curup,2011), h. 37.

Page 17: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

3

Didalam seruan untuk memikul tanggung jawab, Islam telah membebani

para bapak dan ibu (orang tua) suatu tanggung jawab yang sangat besar di dalam

mendidik dan mempersiapkan mereka dengan persiapan yang sempurna untuk

menanggung beban hidup mereka. Islam juga telah mengancam mereka dengan

azab yang berat, jika melakukan pengkhianatan dan menyepelekan tanggung

jawab mereka,4 sebagaiman dalam firman Allah pada surah At-Tahrim:6.

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.”5

Ayat diatas menjelaskan diantara faktor yang banyak berpengaruh bagi

timbulnya kenakalan anak, rusaknya akhlak dan hilangnya kepribadian mereka

adalah keteledoran orang tua dalam memperbaiki diri anak, mengarahkan dan

mendidiknya. Kita tidak boleh melupakan peran seorang ibu di dalam memikul

amanah dan tangung jawab terhadap anak-anak berada di bawah pengawasannya.

Dialah yang mendidik, mempersiapkan dan mengarahkan mereka menuju pribadi

yang sempurna, manusia yang cerdas secara akal, fisik, maupun perbuatan

(akhlak).

4 Ibid., h. 147.

5 Al-Quran Al- Karim Dan Terjemahannya, ( Semarang: CV Toha Putra,1996), h. 447.

Page 18: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

4

Jika seorang ibu meremehkan kewajiban akan pendidikan anak karena

sibuk dengan karier dan teman-temannya, menerima tamu dan sering keluar

rumah serta tergabung dalam sebuah organisasi masyarakat, sedangkan di lain

pihak bapak juga menyepelekan tanggung jawabnya untuk mengarahkan dan

mendidik anak-anaknya, dan hanya sibuk mempergunakan waktu luang untuk

pergi ke tempat-tempat bermain dan minum-minuman kopi bersama teman-

temannya serta tergabung dengan sebuah organisasi masyarakat seperti kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, maka sudah barang tentu anak akan tumbuh

dewasa sebagai anak-anak yang kurang terdidik dalam keutamaan iman dan

akhlak padahal kehidupan anak seutuhnya bergantung pada orang tua. Bahkan

secara tidak langsung mereka akan merasa terasing dengan orang tua dan dapat

menjadi generasi muda yang menyebabkan kerusakan umat jika tidak diawasi,

dibimbing sejak anak-anak.

Situasi seperti ini akan semakin memburuk jika kedua orang tua

mempergunakan seluruh waktunya untuk melakukan maksiat, bergelimang

dalam hawa nafsu dan kelezatannya, serta terjerumus di dalam perbuatan-

perbuatan menghalalkan segala cara. Karenanya, tidak diragukan lagi bahwa

anak akan lebih nakal dan lebih berbahaya.

Berdasarkan observasi awal, peneliti melihat bahwa orang tua yang

bergabung dalam organisasi masyarakat seperti kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam

kurang memperhatikan pendidikan anak. Hal ini dibuktikan dengan seringnya

orang tua keluar rumah menghadiri acara hajatan dan berkumpul dengan anggota

Page 19: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

5

Tua-Tui Sejuta Enam. Karena bentuk dari kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam

mengadakan perlombaan joged terheboh, minum-minuman keras (mabuk-

mabukan), dan membentuk arisan. Bahkan pola berpakaian mereka yang

seharusnya menjadi penutup aurat berubah menjadi trend moderisasi. Karena

saat orang tua tergabung dalam kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam mereka ingin

berkompetisi dengan gaya berpakiaan ala kebarat-baratan, sehingga sangat

memberikan dampak yang negatif bagi anak-anak.

Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan suatu tradisi yang

telah turun menurun dikalang masyarakat Lembak di desa Kepala Curup dan

sudah menjadi suatu kebiasaan masyarakat. Bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam yaitu mengadakan pesta hampir di setiap lokasi hajatan warga

setempat. Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam bertujuan untuk saling

membantu dan meringankan beban anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

yang akan melakukan acara hajatan seperti pesta pernikahan, atau sunatan

biasanya bantuan yang diberikan berupa tenaga dan biaya (uang).

Faktanya Orang tua yang tergabung dalam organisasi masyarakat seperti

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam kurang menanamkan pendidikan iman

dan akhlak kepada anak. Contohnya orang tua tidak mengajak bahkan

mengajarkan sholat, puasa, dan mengaji kepada anak, selain itu anak kurang

patuh dan membatah saat diperintahkan orang tua mereka.

Dasar-dasar keimanan ialah, segala sesuatu yang ditetapkan melalui

pemberitaan secara benar, berupa percaya dan yakin adanya Allah Swt. Yang

Page 20: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

6

dimaksud dengan rukun Islam adalah setiap ibadah yang bersifat badani maupun

materi, yaitu salat, puasa, zakat, dan haji bagi orang yang mampu melakukannya.

Dan yang dimaksud dengan dasar- dasar syariat adalah segala yang berhubungan

dengan sistem atau aturan Ilahi dan ajaran- ajaran Islam, berupa akidah, ibadah,

akhlak, perundang- undangan, peraturan, dan hukum.

Oleh karena itu penting penanaman pendidikan terhadap anak sejak dini,

karena secara otomatis tercipta anak akan tumbuh dalam kebaikan, terbina

secara akhlak dan tumbuh dalam keimanan. Demikian sebaliknya, anak tumbuh

dalam kenakalan dan berjalan di jalan kufur, fusuq dan maksiat, jika hal tersebut

tidak lepas dari pengaruh orang tua.

Karena orang tua yang memberikan teladan yang baik dalam pandangan

Islam merupakan metode pendidikan yang paling membekas pada anak. Ketika

anak menemukan pada diri orang tuanya suatu teladan yang baik dalam segala

hal, maka ia telah meneguk prinsip-prinsip kebaikan dalam jiwanya akan

membekas berbagai etika Islam. Ketika kedua orang tua menginginkan anak

tumbuh dalam kejujuran, amanah, menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak

diridhai agama, kasih sayang, maka hendaklah kedua orang tua memberikan

teladan, misalnya dalam berbuat kebaikan, menjauhi kejahatan, meninggalkan

kehinaan, mengikuti yang hak, dan meninggalkan yang batil.6

6 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 2, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),

h.178.

Page 21: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

7

Berangkat dari permasalahan diatas maka dalam hal ini mendorong

penulis untuk melakukan penelitian di Desa Kepala Curup dengan mengangkat

Judul “ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM

TERHADAP PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA

KEPALA CURUP”.

B. Fokus Penelitian

Mengingat banyaknya masalah-masalah pada kegiatan organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam khususnya pada pendidikan anak dan keterbatasan yang

dimiliki oleh peneliti baik dari segi biaya, waktu, serta kemampuan, maka

peneliti memfokuskan tentang bagaimana kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam sebagai salah satu organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai

pendidikan anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan elaborasi diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini:

1. Bagaimana bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala

Curup?

2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

orang tua) dalam menanamkan pendidikan iman dan akhlak anak di desa

Kepala Curup?

Page 22: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

8

3. Adakah implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap

pendidikan ( iman dan akhlak) anak di desa Kepala Curup?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam di desa Kepala Curup.

2. Untuk deskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dalam menanamkan pendidikan iman dan

akhlak anak di desa Kepala Curup.

3. Untuk elaborasi dan melihat adakah implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam terhadap pendidikan anak di desa Kepala Curup.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dan referensi untuk penelitian lebih

lanjut.

b. Untuk menambah pengetahuan penulis dan kontribusinya untuk dijadikan

tambahan referensi atau bahan pustaka bagi perpustakaan Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Curup.

2. Manfaat Praktis

Page 23: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

9

a. Memberikan informasi tentang perhatian orang tua terhadap pendidikan

anak bagi orang tua yang mengikuti kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam.

b. Bagi penulis sendiri sebagai ajang latihan pengembangan ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan untuk mendalami sebagai

pendidik.

Page 24: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

10

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Organisasi Masyarakat

1. Pengertian Organisasi Masyarakat

Dalam lembaga masyarakat pasti miliki tata kelakuan dan hubungan

yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-

kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.1 Dalam

masyarakat terdapat istilah asosiatif yakni bentuk-bentuk organisasi sosial

dengan tujuan yang spesifik.2

Organisasi secara bahasa berasal dari bahasa yunani “Organon”

yang berarti alat atau instrumen, karena memang sebenarnya organisasi

digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan. Karena kebutuhan

manusia sangat banyak dan beraneka ragam, sehingga pada dasarnya

manusia tidak dapat terlepas dari organisasi.3

Menurut studi organisasi Universitas Washington sebagaimana

dikutip Alo Liliweri mendefinisikan bahwa organisasi merupakan

sekelompok orang dengan tujuan bersama, yang memiliki struktur relasi,

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.

171. 2 Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 23.

3 Siswanto dan Agus Sucipto, Teori & Perilaku Organisasi, ( Malang: UIN Malang Press, 2008),

h. 54.

Page 25: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

11

kekuasaan, peranan, aktivitas, komunikasi, dan berbagai faktor lain yang

seharusnya ada ketika seseorang melakukan kerja sama.4

Menurut Robbins, berpendapat bahwa organisasi merupakan

kesatuan sosial yang dikoordinasi dengan sadar, dengan sebuah batasan-

batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang

relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau

sekelompok tujuan.5

Berdasarkan pendapat diatas maka menurut penulis organisasi

merupakan alat yang digunakan oleh sekumpulan orang untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, serta memiliki struktur pengorganisasian dan

desain organisasi.

Istilah masyarakat dalam bahasa Inggrisnya society, sedangkan

istilah komunitas dalam bahasa Inggrisnya comunity. Dalam konteks

keseharian, sering terjadi kesalahan pemahaman antara society, dan

comunity. Dua istilah tersebut sering ditafsirkan secara sama, padahal

sangat berbeda artinya. Society atau masyarakat berbeda komunitas

(comunity) atau masyarakat setempat.6

Menurut Harton dan Hunt sebagaimana dikutip Eli M. Setiadi

dalam berpendapat “a society is a relatively indefendents, self-

4 Alo Liliweri, Sosiologi & Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Askara, 2013), h. 52.

5 Siswanto, Op. Cit.

6 Eli M. Setiadi, et al, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Fajar Interpratama, 2006), h.80.

Page 26: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

12

perpentuating human group who occupy territory, share a culture, and

have most of their associations within this group.”7

Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Harton dan Hunt

adalah:

1) Kelompok manusia.

2) Sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal.

3) Menempati suatu kawasan.

4) Memiliki kebudayaan.

5) Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.

Sedangakan menurut H. Fuad Ihsan unsur-unsur pokok dalam

masyarakat, adalah:

a) Adanya unsur kelompok manusia yang bertempat tinggal di

daerah tertentu.

b) Mempunyai tujuan yang sama.

c) Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang ditaati bersama

d) Mempunyai perasaan suka maupun duka.

e) Mempunyai organisasi yang ditaati.8

Berdasarkan unsur-unsur pokok masyarakat demikian,

karakteristik dari masyarakat itu terutama terletak pada kelompok manusia

yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan tertentu, memiliki

7 Ibid., h. 82.

8 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h.93.

Page 27: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

13

kebudayaan serta terjalin dalam suatu hubungan di antara anggota-

anggotanya.

Menurut, R. Linton seorang ahli Antropologi sebagaimana dikutip

Ihsan Nul Hakim, mengatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok

manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka

itu dapat mengorganisasikan dan berfikir tentang dirinya sebagai kesatuan

sosial dengan batas-batas tertentu.9

Menurut J. L. Gillin dan J. P. Gillin sebagaimana dikutip Abu

Ahmadi, mengatakan bahwa masyakarat adalah kelompok manusia yang

tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan dan

persatuan yang sama. Masyarakat meliputi pengelompokan-

pengelompokan yang lebih kecil.10

Berdasarkan pendapat diatas, jadi masyarakat merupakan

kumpulan-kumpulan individu yang bertempat tinggal cukup lama disuatu

wilayah tertentu, mempunyai aturan-aturan dan tujuan bersama, serta telah

melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif

lama.

Sedangkan pengertian organisasi masyarakat adalah alat yang

digunakan oleh sekumpulan individu disuatu wilayah tertentu, untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta memiliki struktur

9 Ihsan Nul Hakim,et al, Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar, (Curup:

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Curup, 2009), h. 94. 10

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.106.

Page 28: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

14

pengorganisasian dan desain organisasi. Dengan adanya organisasi di

dalam masyarakat maka terjadilah hubungan timbal-balik diantaranya dan

menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan saling berinteraksi.

Dalam penelitian ini organisasi masyarakat yang dimaksud oleh

peneliti adalah sebuah organisasi kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam yang ada

wilayah Lembak tepatnya di desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang

dimana organisasi kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam merupakan suatu tradisi

yang telah turun menurun dikalangan masyarakat suku Lembak. Kegiatan

ini merupakan suatu organisasi masyarakat karena memiliki struktur

organisasi dan memiliki tujuan tertentu

2. Ciri-Ciri Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan merupakan struktur sosial beserta

perlengkapannya, yang dengan struktrur sosial ini masyarakat mampu

mengatur, mengarahkan dan melaksanakan berbagai kegiatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Di dalam

organisasi/lembaga kemasyarakatan terdapat istilah asosiasi, adalah

bentuk-bentuk organisasi sosial dengan tujuan-tujuan yang spesifik.

Menurut John Lewis Gillin dan John Gillin ada lima ciri

organisasi/lembaga kemasyarakatan/sosial sebagaimana dikutip Ary. H.

Gunawan, yaitu:

1) Lembaga sosial mempunyai taraf kekalan tertentu.

Page 29: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

15

2) Lembaga sosial mempunyai satu atau lebih tujuan

3) Lembaga sosial mempunyai berbagai sarana untuk menempati

tujuannya.

4) Lembaga sosial mempunyai lambang/simbol yang khas.

5) Lembaga sosial mempunyai tradisi lisan maupun tertulis yang berisi

rumusan tujuan, sikap, dan tindak tanduk yang mengikuti lembaga

tersebut.11

Dari ciri-ciri diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan sebuah bentuk lembaga

kemasyarakatan/sosial karena di dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam tersebut mempunyai beberapa ciri-ciri dari lembaga

kemasyarakatan/sosial.

Diantaranya mempunyai satu atau lebih tujuan, adapun tujuan

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam adalah untuk saling membantu

dan meringankan beban anggota Tua-Tui Sejuta Enam yang akan

melakukan kegiatan keluarga seperti pesta pernikahan, sunatan maupun

musibah, dimana kelompok ini saling membantu baik dalam bentuk tenaga

maupaun biaya.

Selanjutnya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

mempunyai lambang/simbol yang khas Sejuta Enam” dengan ciri khas baju

warna merah dan bertuliskan kalimat Sejuta Enam atau 1 JT 6

11

Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h.28-29.

Page 30: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

16

dipunggungnya serta kelompok ini juga akan selalu ada di hajatan warga,

bila diundang. Dimana kalimat Sejuta mengibaratkan banyaknya kaum

hawa di daerah Lembak, selanjutnya angka 6 berarti enam orang pendiri

yang saat ini menjadi koordinator kelompok, yakni yang terdiri dari ketua,

wakil, sekretaris, bendahara, koordinator, dan perlengkapan. Serta

mempunyai tradisi lisan maupun tulisan yang berisi rumusan tujuan, sikap,

tindakan yang mengikuti lembaga tersebut. Seperti kegiatan rutin mereka

adalah arisan, menabung, dan bersilatuhrami, serta berjoget dan bernyanyi

diatas panggung.12

3. Fungsi Organisasi Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu cenderung

berorganisasi. Tujuan manusia berorganisasi antara lain: ingin mendapat

rasa aman, ingin memperoleh status, ingin mendapatkan keberartian hidup

dan memenuhi kebutuhan persahabatan dan hubungan sosial.

Ada beberapa alasan mengapa manusia perlu berorganisasi,

menurut Robbins berpendapat bahwa manusia berorganisasi untuk

memperoleh:13

a) Rasa Aman

12

Masrizal, Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang

[email protected]. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016 13

Siswanto dan Agus Sucipto, Teori & Perilaku Organisasi, ( Malang: UIN Malang Press,

2008), h.58-59.

Page 31: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

17

Rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia. Perasaan aman

dapat berupa sesuatu yang bersifat material atau non material, selain itu

manusia juga memerlukan kepuasan dibidang spriritual.14 Dengan

berorganisasi kebutuhan tersebut akan terpenuhi. Dapat dibayangkan

bagaimana seseorang hidup sendiri tidak bersosialisasi, maka ia akan

merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

b) Harga Diri

Dengan masuk dalam organisasi akan muncul harga diri

seseorang. Perasaan itu muncul karena dalam interaksi dengan

organisasi terdapat ketergantungan. Hubungan saling ketergantungan

tersebut terwujud dalam bentuk kerjasama diantara anggota organisasi.

c) Afiliasi

Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berafiliasi. Afiliasi

itu dapat terjadi karena memiliki latar belakang, kepribadiaan,

kecenderungan, hobi dan kesenangan.

d) Status

Manusia memiliki sifat dasar ingin dipuji, diperhatikan dan diakui

keberadaannya. Dengan berorganisasi kebutuhan tersebut akan

diperolehnya. Misalnya, kalau orang menyanyi, dia memerlukan reaksi,

14

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.

155.

Page 32: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

18

entah yang berwujud pujian atau celaan yang kemudian merupakan

dorongan bagi tindakan-tindakan selajutnya.15

e) Kekuatan

Manusia memiliki kemampuan yang terbatas dan kelemahan yang

dimiliki dapat ditutupi dan mendapat dukungan dari orang lain,

misalnya lewat sebuah organisasi.

f) Pencapaian Tujuan

Melalui organisasi, tujuan akan mudah dicapai. Sebagai sarana

dan alat, organisasi dapat digunakan untuk mempercepat proses tujuan

bersama.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya sebuah organisasi di dalam masyarakat, manusia akan merasa

bahagia karena saat mereka dalam kesulitan ada anggota organisasi lain

yang siap membantu. Selain itu dengan adanya organisasi manusia

dapat meluapkan semua emosinya lewat hobi atau kesenangan mereka.

Seperti halnya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, tujuan

mereka tak lain untuk saling membantu dan meringankan beban

anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam yang akan melakukan

kegiatan keluarga seperti pesta pernikahan, atau sunatan bahkan saat

15

Abu Hamadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 87.

Page 33: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

19

ada musibah.16 Dimana bentuk bantuan yang diberikan biasa berupa

tenaga maupaun biaya, selain itu kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam membentuk arisan, menabung dan silatuhrami.17

Selain itu fungsi organisasi masyarakat dalam pendidikan adalah

sebagai; Pertama, perubahan sosial dimana pendidikan akan

mempengaruhi kebudayaan masyarakat sehingga mengakibatkan

perubahan sosial. Kedua, memindahkan nilai-nilai budaya (trasformasi

kebudayaan) dalam pendidikan dirumuskan sebagai proses kegiatan

yang direncanakan untuk memindahkan pengetahuan, sikap, nilai-nilai

serta kemampuan-kemampuan mental lainnya dari satu generasi ke

generasi lebih muda. Ketiga, mengembangkan hubungan-hubungan

sosial, fungsi ini membentuk anak lebih mengetahui, memahami dan

mengerti kelompok-kelompok sosial mereka.18

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dalam proses pendidikan

masyarakat juga mempengaruhi pengembangan secara akademis, serta

dilingkungan masyarakat juga merupakan pendidikan informal karena

merupakan suatu proses sepanjang hayat bagi invididu yang terkait

dengan masalah pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang

16

Masrizal, HarianRakyatBengkulu.com, Kelompok Sejuta Enam Justru Pupuk Budaya Gotong

Royong. Rakyat Bengkulu. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016 17

Masrizal, Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang

[email protected]. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016. 18

Bimo Seno, MakalahTugasmu.blogspot.com, Makalah Dampak Terhadap Pendidikan, diakses

pada 24 april 2016.

Page 34: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

20

dipeoleh dalam pengalaman hidup sehari-hari yang bersumber dari

lingkungan masyarakat.

4. Peran Organisasi Masyarakat Dalam Pendidikan

Sebagaimana yang dikemukan terdahulu, bahwa masyarakat

merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, setelah keluarga

dan sekolah. Dalam konteks penyelengaraan kemajuan itu sendiri

masyarakat besar sekali perannya. Bagaimana kemajuan dan keberadaan

suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat

yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan diharapkan

pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.19

Di lingkungan masyarakat, terdapat lingkungan yang paling kecil

yakni lingkungan keluarga, dimana di dalam keluarga orang tua

meletakkan dasar-dasar pendidikan dirumah, kemudian dilanjutkan dan

dikembangakn dengan berbagai materi pendidikan di sekolah. Selanjutnya

pendidikan di lingkungan masyarakat itu pula berperan serta mengontrol,

menyalurkan dan membina serta meningkatkannya. Hal ini berlangsung

karena masyarakat adalah lingkungan pemakai atau the user dari produk

pendidikan yang diberikan oleh rumah tangga dan sekolah.20

19

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.100 20

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h.90.

Page 35: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

21

Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat

adalah salah satu unsur pelaksanaan asas pendidikan seumur hidup.

Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat

terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir

hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di

lingkungan pendidikan keluarga dan sekolah akan dapat berkembangan dan

dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.21

Antara masyarakat dengan pendidikan mempunyai keterkaitan dan

saling berperan. Apalagi pada zaman sekarang, setiap orang selalu

menyadari pentingnya peranan dan nilai pendidikan. Oleh karena itu,

setiap warga masyarakat, bercita-cita dan aktif berpartisipasi untuk

membina pendidikan.

Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap

pendidikan (sekolah):

1) Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai

pendidikan (sekolah).

2) Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap

membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.

3) Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti

gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung keseniaan,

kebun binatang, dan sebaginya.

21

Ibid., h.58.

Page 36: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

22

4) Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk pendidikan

(sekolah). Mereka dapat diundang kesekolah untuk memberikan

keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari

anak didik.

5) Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratoruim tempat

belajar.22

Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah

besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Untuk itu masyarakat dapat

dijadikan sumber pengetahuan yang baik dengan alasan sebagai berikut:

a) Dengan melihat apa yang terjadi masyarakat anak,akan mendapatkan

pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat

memiliki pengalaman yang konkret dan mudah diingat.

b) Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan

kembali kemasyarakat.

c) Kenyataan menunjukan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang

yang terdidik dan anak didik pun membutuhkan masyarakat.23

Dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di

lingkungan masyarakat anak mendapat pendidikan secara tidak langsung.

Karena di dalam masyarakat anak berinteraksi langsung dengan anggota

masyarakat yang beraneka ragam (heterogen). Ia memperoleh pendidikan

22

Ibid., h. 100-101. 23

Ibid.

Page 37: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

23

nonformal berupa pengalaman hidup, karena setiap masyarakat

meneruskan kebudayaan kepada generasi penerusnya melalui pendidikan

dan interaksi sosial.

Dalam masyarakat (pendidikan nonformal), kepribadian anak

dapat tumbuh dan berkembang sesuai situasi dan kondisi yang dilandasi

sikap yang selektif berdasarkan rasio, idealisme, dan falsafah hidupnya.24

Karena kepribadian seseorang terbentuk melalui gejala sosial yang erat

hubungannya dengan kebudayaan dilingkungannya.

Misalnya anak yang hidup dalam lingkungan orang-orang

akademisi, maka anak akan cenderung suka belajar. Selain itu, anak yang

hidup di lingkungan religius, akan cenderung menjadi anak yang tekun

beribadah. Namun sebaliknya anak yang hidup dilingkungan yang kurang

akademisi atau kurang mengajarkan bahkan menanamkan nilai-nilai

pendidikan pada anak terutama pendidikan iman dan akhlak, maka anak

akan cenderung menjadi menjadi anak yang kurang taat pada agama

bahkan anak dapat menjadi berjiwa “preman” (freeman) dan sebagainya.

Pada kenyataan anak-anak yang hidup di lingkungan yang

memiliki sebuah organisasi masyarakat misalnya kegiatan organisasi Tui-

Tui Sejuta Enam, maka akan cenderung mencontoh kegiatanyan yang ada

di dalamnya, seperti bernyanyi, berjoget secara berlebihan diatas panggung

dan sebagianya. Maka anak-anak akan mudah mengingat dan mendapat

24

Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h.58.

Page 38: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

24

pengamalan langsung dari apa yang mereka lihat dari kegiatan itu. Maka

dari itu dalam memilih lingkungan hidup sebagai orang tua harus cermat

menciptakan lingkungan sosial yang menguntungkan untuk perkembangan

individu (anak).

B. Pendidikan Anak

1. Deskripsi Pendidikan Anak Dalam Islam

Pendidikan menurut bahasa berasal dari bahasa Arab adalah

“tarbiyah”, yang berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia pada

fase-fase awal kehidupannya yakni tahapan perkembangan masa bayi dan

kanak-kanak. Dalam sebuah Kamus Arab-Inggris Modern sebagaimana

dikutip oleh Muhibbin Syah, disebutkan kata rabb, dan rabbana dan

tarabbal walada memiliki arti yang sama yakni memelihara atau

mengasuh.25

Jadi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan pendidik dalam mendidik, mengajarkan dan memberitahu atau

memberi pengetahuan kepada si terdidik.

Sedangkan Pendidikan menurut istilah berarti bimbingan

pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia

menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang

dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa

25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 32.

Page 39: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

25

atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

mental.

Menurut Ahmad D. Marimba sebagaimana dikutip Hasbullah,

mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si

terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.26

Bertolak dari beberapa definisi di atas, secara umum pendidikan

dapat dipahami sebagai suatu proses pemberian bimbingan, pengajaran,

serta pembentukan perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai proses

pendewasan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa.

Menurut pandangan Islam, anak adalah amanah yang dititipkan

kepada orang tuanya.27 Pandangan ini menyiratkan ada keterkaitan anak

dengan khaliknya. Amanah yang diberikan kepada orang tua berarti

memberikan kesejahteraan lahir dan batin berlandasan keimanan dan

ketaqwaan kepada Allah SWT, terutama memberikan pendidikan agama

sejak dini agar anak tumbuh dan menjadi anak yang saleh.

Menurut Ibnu Hasan Najafi dkk, mengatakan bahwa anak adalah

kekayaan kita. Merekalah warisan, penjaga sejarah, pemelihara filosofis

kehidupan dan kebudayaan, serta pelindung pengorbanaan leluhur kita dan

26

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 3. 27

Muhibbin Syah, Op. cit., h. 33.

Page 40: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

26

tindakan berwibawa mereka. Lebih dari itu, mereka adalah cahaya masa

depan mulia, bermartabat dan cemerlang.28

Menurut Romlah, anak juga dapat diartikan sebagai manusia

yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam pertumbuhan

dan perkembangannya. Sebuhungan dengan itu, maka anak

didik bukan hanya dalam pengasuhan dan pengasihan orang

tuanya, bukan pula hanya pada usia sekolah, akan tetapi lebih

dari itu.29

Berdasarkan pendapat diatas maka, dalam membicarakan anak

manusia tidak lepas dengan membicarakan hakikat manusia sebagai

mahluk Tuhan, mahluk individu, mahluk sosial, mahluk yang harus didik

dan selanjutnya dapat mendidik. Secara tidak langsung gambaran selintas

akan keberadaan anak didik merupakan bagian dari mahluk hidup yang

paling tinggi dibanding dengan mahluk lainnya di muka bumi.

Bertolak dari beberapa definisi di atas, secara umum anak dapat

dipahami sebagai anugerah Allah SWT yang diberikan kepada orang tua,

dimana orang tua berkewajiban mendidik serta memberikan kesejahteraan

lahir dan batin berlandasan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dalam Islam pengasuhan dan pendidikan anak terutama di

lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada penanaman nilai-nilai

28

Ibnu Hasan Najafi, et al, Pendidikan & Psikologi Anak, (Jakarta: Cahaya, 2006), h. 24-25 29

Romlah, Psikologi Pendidikan, (Malang: : UMM Malang, 2010), h. 114.

Page 41: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

27

keagamaan, pembentukan sikap perilaku (akhlak) yang diperlukan agar

anak mampu mengembangkan dirinya secara optimal.30

Bahkan dalam sebuah proses pendidikan, diperbolehkan

menggunakan metode hukuman (punishman).31 Pemberiaan hukuman yang

diberikan pada hakikatnya memberikan kesan derita bila menyimpang dari

jalan yang benar atau untuk menyadarkan si anak akan kesalahannya dan

kembali ke jalan yang benar. Begitupun hukuman berupa pukulan yang

tidak membahayakan, bahkan menurut Rasullulah Saw jika pada usia 10

tahun anak belum mau melaksanakan ibadah, orang tua dibolehkan

memberikan hukuman “pukul” pada anak, tetapi pukulan tidak

memberikan bekas terhadap fisik anak.

Hal ini sejalan dengan tujuan utama pendidikan Islam ialah

pembentukan akhlak dan budi pekerti.32 Selain itu menurut Ahmad

sebagaimana dikutip Heri Gunawan bahwa salah satu tujuan pendidikan

Islam adalah pembentukan rohani dan agama.33 Maka dari itu sudah

sepatutnya sebagai pendidik pertama, orang tua harus terlebih dahulu

membiasakan anak untuk menanamkan nilai-nilai agama dan akhlak pada

anak sejak usia anak-anak.

30

Maria Ulfa Ashar, et al, Pendidikan & Pengasuhan Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005), h. 39. 31

Yusefri, Telaah Tematik Hadist Tarwabi, (Curup:LP2 STAIN Curup,2011), h. 21. 32

Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2003), h. 113. 33

Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014), h. 11.

Page 42: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

28

2. Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Iman

Pendidikan iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar

keimanan, dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat.34 Untuk

pengembangan nilai-nilai pendidikan iman dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pengembangan Dasar-Dasar Keimanan

Dasar-dasar keimanan ialah segala sesuatu yang ditetapkan

melalui pemberitaan secara benar, berupa hakikat keimanan dan

masalah gaib, misalnya tentang rukun iman (iman kepada Allah Swt,

malaikat, Rasul, kibat, hari kiamat, qada dan qadar).

Dalam pembinaan beriman kepada Allah, sebaiknya orang tua

mulai menanamkan keyakinan ini sejak usia dini, sehingga anak

memiliki keimanan yang mantap dan dalam pikirnya telah tertanam

dalil-dalil tauid secara mendalam. Maka ketika anak tumbuh dewasa

para perusak akan merasa sulit untuk mempengaruhi hati dan pikiran

mereka yang sudah matang, dan mencapai tingkat keimanan yang

mantap, keyakinan yang mendalam dan pikiran yang sempurna tentang

Allah.

b. Pengembangan Dasar-Dasar Syariat

Dasar-dasar syariat adalah segala yang berhubungam dengan aturan

Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah. Dalam Penanaman nilai-nilai

34

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 1, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),

h.165.

Page 43: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

29

ibadah baik diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tata cara

shalat, mengajarkan/mengenalkan anak berpuasa dibulan ramadhan dan

bacaan al-Qur’an. Maka sebagai orang tua sudah sepatutnya

memberikan contoh teladan yang baik, misalnya untuk mengajarkan

anak sholat, puasa maka terlebih dahulu orang tua harus melaksanakan

sholat dan puasa.35

Begitu juga dalam mendidik anak untuk mencintai al-Qur’an, maka

orang tua harus mengajarkan anak belajar mengaji sejak usia kanak-

kanak, tetapi terlebih dahulu orang tua harus membaca dan mencintai

al-Qur’an.36 Jika orang tua tidak mampu mengajarnya sendiri, maka

orang tua bisa menyerahkannya kepada seorang pendidik

(ustad/ustazah). Dengan mengajarkan anak mengaji, maka lisan mereka

menjadi lurus, semangat mereka menjadi tinggi, hati mereka menjadi

tenang dan iman serta keyakinan akan meresap di dalam jiwa mereka.

Sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan

terdidik untuk mentaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyukur

kepada-Nya, berpegang teguh kepada-Nya, bersandar kepada-Nya, dan

berserah kepada-Nya. Disamping itu juga anak anak mendapatkan

kesucian rohani, kesehatan jasmani, perkataan, dan perbuatan di dalam

ibadah-ibadah ini.

35

Maria Ulfa Ashar, et al, Pendidikan & Pengasuhan Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005), h. 41. 36

Ibid.., h.41.

Page 44: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

30

Berbicara tentang menanamkan pendidikan iman orang tua

hendaknya bercermin pada wasiat-wasiat Rasullah Saw, seperti membina

anak agar beriman kepada Allah, menyuruh anak untuk beribadah ketika

memasuki usia tujuh tahun, serta mendidik anak untuk mencintai al-

Qur’an.37

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Rasulullah

Saw. sangat memperhatikan pengajaran dasar-dasar iman dan hukum

syariat, kepada anak sejak masa pertumbuhannya. Sehingga anak akan

terdidik dengan iman secara sempurna dan jika ia telah tumbuh dewasa,

maka ia tidak akan tergoyahkan oleh idiologi atheis dan tidak akan

terpengaruh oleh kaum kafir yang sesat.

3. Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak

Didalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar

akhlak bagi anak, yang biasanya tercemin dalam sikap dan perilaku orang

tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Dimana yang dimaksud

dengan akhlak ialah sikap menimbulkan kelakuan baik atau buruk, bisa

juga diartikan sebagai perangai, sikap, perilaku, watak dan budi pekerti.38

37

Ibid., h. 167-168. 38

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013), h.

135.

Page 45: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

31

Dalam pembentukan akhlak bisa diawali dengan membiasakan anak

untuk mentaati ibu bapak, membiasakan anak berbuat baik kepada siapa

saja dan menghidari perbuatan tercela.39

Akhlak yang dituntut dalam Islam mencakup tiga aspek utama,

yakni akhlak kepada Allah secara vertikal, akhlak kepada sesama manusia

serta alam lingkungan secara horizontal.40

Menurut hadist di atas, bahwa orang yang paling sempurna imanya

adalah orang yang paling baik akhlaknya. Oleh sebab itu aklak karimah

menjadi tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. Ini berarti akhlak dapat

dibentuk melalui proses pendidikan dan pembinaan secara terus menerus

dan intensif. Dengan demikan berarti pengetahuan tentang baik dan buruk

perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini;

a. Akhlak Baik (Mahmudah/Karimah)

Adapun bentuk akhlak baik (mahmudah/karimah) seperti akhlak

terhadap sesama manusia yakni terhadap keluarga dan masyarakat.41

Contohnya anak harus berbakti kepada ibu bapak (Al-Birr Al-Walidain)

yakni mempergunakan kata-kata lemah lembut saat berbicara dan tidak

boleh berbicara kasar kepada orang tua, apabila orang tua memerintah

sesuatu maka anak harus mematuhi, selama tidak memerintahkan

39

Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2003), h. 121. 40

Yusefri, Telaah Tematik Hadist Tarwabi, (Curup:LP2 STAIN Curup,2011), h. 44. 41

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2013), h.

135.

Page 46: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

32

berbuat maksiat. Menjalin hubungan persaudaraan dan silatuhrami (Al-

Ikhwah wa Al-Shilah Al-Rahim), dan memuliakan tetangga (Ikram

Jarah) seperti berbuat baik kepada tetangga, membantu tetangga ketika

ia sedang mengalami musibah atau ingin mengadakan sebuah hajatan.

b. Akhlak Yang Buruk (Madzmumah)

Adapun bentuk akhlak yang buruk (madzmumah) seperti sombong

(Al-Takabur), menggunjing (Al-Gibah), zhalim, dan sebagianya.42

Contoh dari sikap sombong terhadap manusia, yakni tidak mau

mematuhi orang lain, ingin selalu diatas orang lain, meremehkan dan

merendahkan orang lain. Contah suka menggunjing, yakni suka

menceritakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang

diceritakan. Serta contoh zhalim terhadap sesama manusia, yakni suka

mengambil hak orang lain tanpa izin, membuat keonaran, ingkar janji

dan sebaginya.

Oleh karena itu filosof-filosof Islam mengharapkan agar setiap

pendidik hendaknya berhias dengan akhlak yang baik, mulia dan

menghindari setiap perbuatan yang tercela.43 Dalam hubungan ini, menurut

Hasbullah bahwa “Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain persaan dan

kedaaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk berlansungnya

pendidikan, teristimewah pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam

42

Yusefri, Op.Cit., h.37-159. 43

Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2003), h. 118.

Page 47: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

33

hidup keluarga dalam sifat yang kuat dan murni, sehingga tak dapat pusat-

pusat pendidikan lainnya menyamainya”.44

Berdasarkan pendapat diatas, memang biasanya tingkah laku, cara

berbuat, dan berbicara akan ditiru oleh anak. Teladan ini melahirkan gejala

identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru, dan hal

ini penting sekali dalam rangka pembentukan kepribadian anak.

Selanjutnya, menurut teori Al-Ghazali seperti yang dikutip

sebagaimana dikutip Abdullah Zakiy Al-Kaaf menyatakan bahwa melatih

anak-anak adalah amanah tangan ibu bapaknya, hatinya masih suci ibarat

permata yang mahal harganya.45 Maksudnya jika anak dibiasakan pada

sesuatu yang baik ia akan tumbuh dengan sifat-sifat baik serta akan

berbahagia dunia akhirat.

Jadi berdasarkan pendapat diatas maka penulis menyimpulkan, jika

seorang anak mendapat pendidikan keluarga yang baik, dibesarkan dalam

lingkungan sosial yang saleh serta iklim pendidikan yang kondusif, maka

anak akan tumbuh besar dengan landasan iman yang kuat, berakhlak mulia

dan berpendidikan yang baik.

Sebaliknya jika anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang

morat-marit, belajar dilingkungan keluarga yang sesat dan bergaul dengan

masyarakat yang rusak, maka sudah barang tentu akan meyerap kerusakan

44

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 42. 45

Zakiy Al-Kaaf, Op. Cit., h. 123.

Page 48: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

34

itu dan anak akan menerima didikan yang sesat.46 Disamping itu anak akan

mudah menerima dasar-dasar kekufuran dan kemudian ia mengubah

kebahagian menjadi kesengsaraan. Jika semua ini terjadi maka sangat sulit

mengembalikan kepada kebenaran dan kepribadian yang benar.

C. Implikasi Kegiatan Organisasi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak

Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki

identitas atau karakteristik tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar

belakang sosial ekonominya. Misalnya dengan adanya sebuah organisasi di

dalam masyarakat sedikit banyak berpengaruh terhadap pendidikan. Pengaruh

tersebut baik dalam proses orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses

pendidikan itu sendiri.

Dengan adanya sebuah organisasi masyarakat maka orang tua

menjadi kurang fokus dalam mengenalkan bahkan menanamkan nilai-nilai

pendidikan pada anak terutam penanaman nilai-niali iman dan akhlak. Mereka

akan sibuk dengan organisasi yang mereka ikuti, dan mengabaikan pendidikan

anak, tanpa memberi pengawasan dan bimbingan kepada anak. Orang tua yang

seperti ini biasanya disebut sebagai orang tua uninvolved, merupakan gaya

pengasuhan dimana orang tua sering terlalu larut dalam kehidupan mereka

46

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 1, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),

h.170.

Page 49: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

35

sendiri sehingga tidak bisa memberikan respon yang memadai bagi anak-anak

mereka dan sering tak peduli pada mereka.47

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perubahan-perubahan ini terjadi

karena interaksi pertumbuhan biologis dan lingkungan tempat tinggal si anak.

Dimana masa anak-anak merupakan periode yang barang kali banyak mendapat

pengaruh kultural dan lingkungan dibanding periode-periode lain dalam rentang

hidup manusia. Cara tumbuh kembang masa anak-anak pada jalur yang sama

adalah bukti dari kemampuan untuk meraih hasil-hasil positif yang menjelaskan

survival sekaligus mensosialisasikan anak ke dalam budaya dimana mereka

hidup.48

Maka dari itu pendidikan tidak dapat lepas dari efek-efek luar yang

saling mempengaruhi keberadaannya, terutama masyarakat sekitarnya, yang

mempunyai hubungan saling ketergantungan. Ada yang mengatakan bahwa

pendidikan merupakan lembaga investasi manusia/tenaga yang sangat penting

untuk kebutuhan dan kemajuan masyarakat.

Menurut Hasbullah, adapun pengaruh masyarakat terhadap

pendidikan (sekolah) adalah sebagai berikut:

1) Terhadap orientasi dan tujuan pendidikan

Suatu masyarakat dengan segala dinamikanya senatiasa membawa

pengaruh terhadap orientasi dan tujuan pendidikan pada lembaga sekolah.

47

David Matsutomo, Pengantar Psikologo Lintas Budaya, (Yogyakrta:Pustaka Belajar, 2008),

h.123. 48

Ibid., h. 102.

Page 50: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

36

Ini wajar dan dapat dimengerti karena sekolah merupakan lembaga yang

dilahirkan dari, oleh dan untuk masyarakat. Karena arah program

pendidikan biasanya berkembang di dalam masyarakat, baik dilihat dari

kacamata makro ataupun mikro. Realitasnya tidak pernah terdapat

kurikulum pendidikan yang berlaku permanen, karena akan selalu dinilai,

disempurnakan serta disesuaikan dengan tuntunan perkembangan

masyarakat yang terjadi.

2) Terhadap Proses Pendidikan

Pengaruh masyarakat di bidang sosial budaya dan partisipasinya

adalah sesuatu yang jelas membawa pengaruh terhadap berlangsungnya

proses pendidikan. Dalam realitasanya pengaruh sosial budaya masyarakat

biasanya tercemin di dalam proses belajar mengajar, baik menyangkut pola

aktivitas pendidik maupun anak didik di dalam proses pendidikan.

Tentu disadari atau tidak bahwa nilai-nilai budaya yang terdapat di

masyarakat terkadang dapat bersifat positif dan mendukung, tetapi bisa

juga berdampak negatif dan menghambat terhadap proses pendidikan.

Dalam hal ini maka dalam upaya pembaharuan terhadap proses pendidikan,

pengaruh sosial budaya dari masyarakat lingkungannya mesti

diperhitungkan.

Selain itu, pengaruh masyarakat yang positif terhadap pendidikan

antara lain perubahan tujuan dan wawasan pendidikan dan perubahan

Page 51: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

37

pelaksanaan/proses pendidikan.49 Yang dimaksud dengan perubahan tujuan dan

wawasan pendidikan adalah jika identitas dan dinamika masyarakat berubah

maka berbagai perubahan sering terjadi pada pendidik baik wawasan, tujuan

dan lain-lain. Sedangakan yang dimaksud perubahan pelaksanaan/proses

pendidikan jika proses pendidikan tidak sesuai dengan apa yang harap maka

proses yang dijalan pula akan berubah.

Maka dari itu, keterkaitan masyarakat dengan pendidikan sangat erat

saling mempengaruhi. Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat

yang baik, maju, modern, ialah masyarakat yang di dalamnya ditemukan suatu

tingkat pendidikan yang baik, maju, dan modern pula dalam mewujudkan

lembaga-lembaga maupun jumlah dan tingkat orang terdidik. Dengan kata lain

suatu masyarakat maju karena pendidikan yang maju, pendidikan modern hanya

akan ditemukan di dalam masyarakat yang modern pula. Sebaliknya,

masyarakat yang kurang memperhatikan pembinaan pendidikan akan tetap

terbelakang, tidak hanya segi intelektual, tetapi juga dari segi sosial kultural.

Jika di dalam lingkungan masyarakat terdapat organisasi yang kurang

mendidik seperti kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam. Maka secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap pendidikan anak, dimana akhlak anak

akan rusak, anak tidak lagi diajakan tentang ilmu-ilmu agama. Karena di dalam

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam bentuk kegiatanya adalah berjoget,

bernyanyi secara berlebih di atas panggung, serta membuat perlombaan joged

49

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h.103-104.

Page 52: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

38

terheboh dan pemenangnya akan mendapatkan hadiah, membentuk arisan,50

minum-minuman keras (mabuk-mabukan) dan memberikan uang saweran

kepada biduan. Akibatnya membuat orang tua (ibu bapak) kurang menanamkan

bahkan mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak terutama pada aspek

iman dan akhlak.

Dengan demikian sangatlah jelas bahwa jika dalam lingkungan

masyarakat terdapat sebuah organisasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap

pendidikan anak terutama pendidikan iman dan akhlak, jika di dalam

lingkungan masyarakat terdapat suatu organisasi yang baik, seperti kegiatan

pengajian ibu-ibu atau pengajian bapak-bapak, serta kegiatan RISMA (remaja

masjid). Maka secara tidak langsung akan baik pula lah pendidikan anak di

dalam masyarakat tersebut, terutama pendidikan iman dan akhlak anak. Karena

melalui pendidikan terbentuklah kepribadiaan dan perkembangan masyarakat

dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya. Jadi Pendidikan dan

masyarakat harus berkembang secara timbal balik, seirama, dan terpadu.

D. Penelitian Yang Relevan

Untuk mencapai hasil penelitian yang ilmiah diharapakan data yang

digunakan dalam penyusunan penelitian menjawab semua permasalahan yang

ada secara konprehensif. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi duplikasi karya

50

Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang

[email protected]. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016

Page 53: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

39

ilmiah atau pengulangan penelitian yang sudah pernah diteliti oleh pihak lain

dengan permasalahan yang sama. Adapun beberapa tulisan memiliki

signifikasi/hubungan dengan skripsi ini, antara lain;

Yani Tri Prasetyoningtyas dalam skripsinya yang berjudul:” Peran

Lembaga Swadaya Masyarakat (Lsm) Dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Anak Usia Dini (Paud) (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo

Surabaya)”. Berdasarkan hasil Penelitian, maka penelitian ini memfokuskan

bagaimana peran lembaga swadaya masyarakat dalam meningkatkan

pendidikan anak usia dini.51 Jadi hasil penelitian membuktikan bahwa peran

lembaga swadaya masyarakat dalam meningkatkan pendidikan anak usia

dini di PAUD Tunas Kreatif di Kelurahan Wonorejo Surabaya telah

terselenggara dengan baik. Hal itu terbukti dengan terlaksanannya seluruh

peran LSM yaitu peran fasilitatif, peran edukasional, peran representasional,

dan peran teknis oleh LMI (Lembaga Manajemen Infaq).

Priska Novaliah dalam skripsinya yang berjudul: “Penanaman Nilai-

Nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Lingkungan Keluarga (

Studi di Lingkungan Keluarga Desa Tabeak Dipoa Lebong Sakti)”.

Berdasarkan hasil Penelitian, maka penelitian ini memfokuskan adakah

bagaimana peran dan metode keluarga dalam menanamkan nilai-nilai

keagamaan pada anakusia sekolah dasar. Jadi hasil penelitian membuktikan

51

Yani Tri Prasetyoningtyas, Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (Lsm) Dalam

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo

Surabaya), (Surabaya: VETERAN,2010).

Page 54: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

40

bahwa keluarga sangat berperan penting dalam pendidikan terutama pendidikan

agama, karena di dalam keluarga anak mendapat pendidikan pertamanya,

dimana keluarga mulai menyajarkan tentang syariat yaitu tentang ibadah seperti

sholat, puasa, mengahafal ayat-ayat pendek dan akhlak yaitu tentang perilaku

baik kepada sesama manusia.52

Roudlotiyyukhbarun dalam skripsinya yang berjudul “Perhatian

Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Anak Dalam

Pengembangan Agama Islam (Studi Pada Siswa Kelompok B RA Nurul Ittihad

Babalan Kecamatan Wedung Demak T.A 2010/2011).” Berdasarkan hasil

Penelitian, maka penelitian ini memfokuskan tentang perhatian orang tua

terhadap perkembangan hasil belajar anak.53 Jadi hasil penelitian membuktikan

bahwa adanya pengaruh perhatian terhadap hasil belajar anak dalam

pengembangan agama Islam Siswa Kelompok B RA Nurul Ittihad Babalan

Demak.

Dari ketiga judul yang berbeda pembahasan diatas, peneliti merasa

perlu untuk menjadikan rujukan dalam penulisan penelitian yang ingin penulis

bahas yaitu tentang Analisis Kegiatan Organiasai Tua-Tui Sejuta Enam

Terhadap Pendidikan (Iman dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup.

52

Priska Novaliah, “Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di

Lingkungan Keluarga ( Studi di Lingkungan Keluarga Desa Tabeak Dipoa Lebong Sakti)”, ( Curup:

STAIN Curup, 2011). 53

Roudlotiyyukhbarun, Perhatian Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Anak

Dalam Pengembangan Agama Islam (Studi Pada Siswa Kelompok B RA Nurul Ittihad Babalan

Kecamatan Wedung Demak T.A 2010/2011), (Semarang:IAIN Semarang, 2011).

Page 55: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

41

Penelitian ini lebih menekankan kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

sebagai salah satu organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai

pendidikan anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak.

Page 56: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dilihat dari segi jenis penelitian dan analisis datanya maka penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif juga

diartikan penelitian yang dilakukan dalam bentuk setting tertentu yang ada dalam

real (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena.

Penelitian kualitatif ini merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia untuk mendapatkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.1

Jadi dalam penelitian, maka peneliti memfokuskan tentang bagaimana

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam sebagai salah satu organisasi

masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anak mencakup aspek

pendidikan iman dan akhlak di desa Kepala Curup.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan April-Juli

tahun 2016.

1 Sukarman, Syarnubi, Metodologi Penelitian Kunatitatif dan Kualitatif, ( Curup: LP2 STAIN

CURUP, 2011), h. 164

Page 57: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

43

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Kepala Curup, Kecamatan

Binduriang, Kabupaten Rejang Lebong.

C. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua

sumber data yaitu :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber pertamanya.2 Adapun sumber data primer yang

diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari para informan yaitu ketua

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, anggota kegiatan organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam, dan masyarakat di desa Kepala Curup yang dapat diambil

informasinya. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan yaitu

anggota kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala Curup.

Data-data dalam penelitian akan diperoleh dengan cara wawancara.

Sedangkan observasi langsung dilakukan oleh peneliti di desa Kepala Curup,

kec. Binduriang, Kab. Rejang Lebong.

2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT Asdi

Mahasatya, 2002), h. 129.

Page 58: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

44

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan

data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian

ini, data sekunder diperoleh dari literatur-literatur atau dokumen-dokumen

sebagai data penunjang untuk memperkuat hasil penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan.3

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,

berbagai sumber, dan berbagai cara. Pengumpulan data dapat menggunakan

data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang secara

langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data

sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.4 Data

dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi:

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta,2012), h. 308 4 Ibid.

Page 59: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

45

1. Observasi

Metode Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan

pengamatan melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu oleh panca

indra yang lain. Metode observasi juga dapat diartikan metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindaraan.5 Pengunaan metode observasi ini dimaksudkan agar

peneliti dapat merasakan kondisi real pada saat penelitian dan dapat

langsung melakukan pencatatan terhadap semua penomena dari obyek yang

diteliti tanpa ada pertolongan alat lain untuk kepentingan tersebut.

Dalam hal ini, maka peneliti melakukan pengamatan secara langsung

untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini metode

observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain:

1) Mengamati kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala

Curup.

2) Observasi lokasi penelitian dan lingkungan yang ada di desa Kepala

Curup.

3) Mengamati cara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan

anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak serta hal-hal yang

relevan dengan penelitian ini.

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang secara

langsung terhadap objek penelitian, dalam penelitian observasi merupakan

5 Burhan Bugin, Metodelogi Kualitatif, (Jakarta:Kecana, 2014), h. 118.

Page 60: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

46

metode pertama yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian.

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi di desa Kepala Curup,

Kecamatan Binduriang.

2. Wawancara

Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara

menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan

melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan

arah dan tujuan yang telah ditentukan.6 Tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab antar pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama.7

Wawancara sebagai suatu proses tanya jawab lisan, berhadap-hadapan

secara fisik, merupakan teknik/metode pengumpulan data yang berlangsung

tentang data jenis data sosial, baik yang terpendam maupun manifes.

Dari penjelasan diatas maka menurut peneliti wawancara adalah proses

memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

dengan bertatap muka dengan orang yang diwawancarai dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara.

6 Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012), h.

82. 7 Burhan Bugin, Metodelogi Kualitatif, (Jakarta:Kecana, 2014), h.111.

Page 61: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

47

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu maka dari

itulah peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang

bagaimana kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam sebagai salah satu

organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anak

mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak di Desa Kepala Curup.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terpimpin dalam wawancara ini pertanyaan diajukan menurut daftar

pertanyaan atau pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti.

wawancara ini ditujukan kepada ketua organisasi Tua-Tui Sejuta Enam,

orang tua (anggota) yang bergabung organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dan

masyarakat di desa Kepala Curup.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial.8 Dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.9

Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi dilaksanakan untuk

memperoleh data tambahan. Seperti data anggota Tua-Tui Sejuta Enam,

sejarah Tua-Tui Sejuta Enam, stuktur organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dan

8 Ibid., h. 124.

9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta,2012), h. 329

Page 62: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

48

dokumen-dokumen lainnya yang relevansinya dengan penelitian Tua-Tui

Sejuta Enam di Desa Kepala Curup.

E. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selajutnya adalah

pengelolahan dan analisis data. Yang dimaksud Analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang mana akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahamin oleh diri sendiri maupun

orang lain.10

Penelitian ini merupakan analisis induktif, proses analisis data diawali

dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber baik

observasi, wawancara maupun dokemntasi. Analisis data dalam penelitian

kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah

selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban yang diwawancarai. Dalam hal ini untuk memperoleh data dari awal

pengumpulan data sampai data terkumpul maka peneliti melakukan

10

Ibid., h. 334.

Page 63: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

49

wawancara dengan ketua organisasi, anggota organisasi dan anak yang orang

tuanya tergabung dalam kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala Curup.

Adapun analisis kualitatif seperti yang dikemukan oleh Miles and Huberman

seperti yang dikutip oleh Sugiyono yang meliputi tiga komponen: Data

Reduction (Reduksi data), Data Display (Penyajian data) dan Verification

(penarik kesimpulan).11 Adapun langkah-langkahnya yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi data).

Setelah data terkumpul, kemudian diadakan reduksi data. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang jelas sehingga mempermudah peneliti melakukan

pengumpulan data selanjutnya.12

Data reduction (reduksi data) dapat juga diartikan data yang diperoleh

dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara rinci

dan teliti. Maka dalam hal ini data yang diperoleh peneliti dari kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam akan dijabarkan oleh peneliti secara rinci

dalam skripsi ini.

2. Data Display (Penyajian data)

11

Ibid., h. 337. 12

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta,2012), h. 338.

Page 64: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

50

Setelah data direkdusi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian adalah teks yang

bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan mempermudah

untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. 13

3. Verification (Penarikan kesimpulan)

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh

dari objek yang diteliti atau kogfigurasi dari penelitian. Proses penarikan

kesimpulan pada hubungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk

yang padu pada penyajian data.14

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka teknik

analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu

mendeskripsikan dan menganalisis semua yang menjadi sub fokus dalam

penelitian.

F. Uji Keabsahan Data

Setelah semua data dianalisis, maka langkah selanjutnya adalah

menguji keabsahan data. Dalam hal ini peneliti melakukan uji kredibilitas data

atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dengan

13

Ibid., h. 341. 14

Ibid., h. 345.

Page 65: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

51

menggunakan peningkatan ketekunan dalam penelitian triangulasi dari hasil

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dimana triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagian

pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu.15 Dalam hal ini untuk menguji kredibilitas data maka peneliti

memfokuskan tentang bagaimana kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

sebagai salah satu organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai

pendidikan anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak.

15

Ibid., h. 372.

Page 66: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi objektif

1. Sejarah Desa Kepala Curup

Terbentuknya desa Kepala Curup pada tahun 1951, yang mana pada

saat itu desa Kepala Curup masih kecamatan Padang Ulak Tanding. Namun

setelah pemekaran maka menjadi kecamatan Binduriang, kabupaten Rejang

Lebong, provinsi Bengkulu. Binduriang adalah sebuah kecamatan di

Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Indonesia. Binduriang berada di arah

utara kabupaten Rejang Lebong. Kecamatan Binduriang terdiri dari 5 desa,

yaitu desa Kepala Curup, desa Simpang Beliti, desa Kampung Jeruk, desa

Taba Padang dan desa Air Apo.1

Masyarakat yang tinggal di desa Kepala Curup, kecamatan

Binduriang mayoritasnya didominasi suku Lembak. Masyarakatnya

mempunyai ciri khas tertentu yang sesuai dengan sukunya, masyarakat

lembak yang dikenal dengan sifat yang keras yang artinya terang-terangan,

pembicaraannya atau tutur sapanya, dan tingkah lakunya karena sifat inilah

yang menyebabkan sebagian orang memandang, bahwa masyarakat lembak

itu berwatak keras dan kasar.

1 Wikipedia, http:// BinduriangRejangLebongWikipediabahasaIndonesia0ensiklopediabebas.htm,

diakses pada tgl 10 Mei 2015.

Page 67: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

53

Jumlah penduduk dan jumlah jenis kelamin penduduk yang tinggal di

Desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang berasal dari daerah yang

berbeda-beda, tetapi mayoritasnya paling dominan banyak berasal dari suku

lembak atau penduduk asli. Penduduknya mempunyai ciri khas tertentu yang

sesuai dengan sukunya yang dikenal dengan sifat keras yang artinya terang-

terangan, pembicaraanya dan tingkah lakunya.

Tabel.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah jiwa

1 Laki-laki 587 jiwa

2 Perempuan 348 jiwa

Jumlah total 935 jiwa

Jumlah kepala keluarga 357 KK

Dokumentasi Desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang

B. Sejarah Tua-Tui Sejuta Enam

Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan sebuah kegiatan

yang ada di tengah-tengah masyarakat suku Lembak. Kegiatan Organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu masyarakat suku Lembak.

Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam mempunyai kesenangan dan hobi yang

sama yakni berjoged diatas panggung,2 minum-minuman keras (mabuk-

mabukan), memberi uang kepada biduan (menyawer). Kegiatan Organisasi Tua-

2 Bapak Jaka, Wawancara Dengan Anggota Organisasi Tua-Tui, 13 Mei 2016, Pukul 10:45

WIB.

Page 68: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

54

Tui diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu (suami-istri) masyarakat Lembak dan

acaranya dilaksanakan pada malam hari sedangkan Sejuta Enam hanya diikuti

oleh ibu-ibu acaranya dilaksanakan pada siang hari.

Kegiatan organisasi Sejuta Enam juga merupakan sebuah

kelompok/komunitas yang ada di lingkungan masyarakat Lembak yang sama

dengan kegiatan organisasi Tua-Tui. Kegiatan organisasi Sejuta Enam pertama

kali dibentuk pada Tahun 2010 oleh ibu Ida, yang diberi nama Sejuta Enam.

Dimana nama kelompok ini adalah “Sejuta Enam” dengan ciri khas baju warna

merah dan bertuliskan kalimat Sejuta Enam atau 1 JT 6 dipunggungnya. Ketua

Sejuta Enam, Merry bersama juru bicara kelompok, Fatimah atau Timot

mengungkapkan, sejuta menggambarkan banyaknya kaum hawa di daerah

Lembak. Bahkan, lanjut Timot, saat ini anggota mereka sudah berkembang ke

daerah Lubuk Linggau, Musi Rawas Utara (Muratara) dan Musi Rawas.3

Selanjutnya, angka 6 berarti enam orang pendiri yang saat ini menjadi

koordinator kelompok, yakni yang terdiri dari ketua, wakil, sekretaris,

bendahara, koordinator, dan perlengkapan.4

Latar belakang mereka membentuk suatu kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam ini, karena mereka sama-sama mempunyai hobi berjoged diatas

panggung, karena banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang hobi berjoged tersebut,

3 Masrizal, KupasBengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang

[email protected]. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016. 4 Ibu Ida, Wawancara Dengan Organisasi Sejuta Enam, 14 Mei 2016, Pukul 10:00 WIB.

Page 69: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

55

sehingga mereka mempunyai ide untuk membentuk suatu komunitas/kelompok

yang diberi nama Tua-Tui Sejuta Enam.

Adapun tujuan mereka dalam mengikuti kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam ini yakni bisa memiliki banyak teman, mempererat persaudaraan,

menyambung silahtuhrahmi, saling tolong menolong dan menghibur ditempat

hajatan. Selain berjoged diatas panggung kegiatan lain dari kegiatan organisasi

Tua-Tui Sejuta Enam enam ini yaitu membentuk arisan. Arisan yang pertama

dilaksanakan dengan membayar satu minggu sekali, yang mana uang tersebut

dikumpulkan untuk memberi sumbangan pada orang yang melaksanakan acara

pernikahan atau sunatan, dan pada tahap kedua arisan dibayar perhari

dikumpulkan untuk memberi bantuan atau sumbangan apabila salah satu dari

anggota Tua-Tui Sejuta Enam mendapatkan musibah atau hal-hal lainnya, dan

untuk membuat baju seragam Tua-Tui Sejuta Enam.

Berikut ini bagan struktur organisasai Tua-Tui, dimana organisasi ini

ikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu (suami istri) masyarakat suku Lembak di desa

Kepala Curup dan acara ini dilaksanakan pada malam hari ketika ada anggota

organisasai Tua-Tui mengadakan acara hajatan (pernikahan atau sunnatan)

Page 70: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

56

Tabel 2

Struktur Organisasi Tua-Tui

Dokumentasi dari anggota Tua-Tui.

Berikut ini struktur organisasi Sejuta Enam dimana organisasi ini

diikuti oleh ibu-ibu masyarakat Lembak di desa Kepala Curup dan acara ini

dilaksanakan pada siang hari ketika ada anggota organisasi Sejuta Enam

melakukan acara hajatan (pernikahan atau sunnatan).

Tabel 3

Struktur Organisasi Sejuta Enam

Dokumentasi dari ketua organisasi Sejuta Enam

Ketua

Saper

Wakil

Sulaima

n

Sekretaris

Mar

Bendahara

Sari

Koordinato

r

Zainal

Ketua

Ida

Wakil

Meri

Sekretaris

Lusi

Bendahara

Ema

Koordinator

Mis

Page 71: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

57

C. Hasil Penelitian

1. Bentuk Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di Desa Kepala Curup

Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan perkumpulan

bapak-bapak dan ibu-ibu masyarakat Lembak yang mempunyai tujuan yang

sama serta memiliki sebuah struktur keanggotaan. Dapat didefinisikan bahwa

organisasi merupakan sekelompok orang dengan tujuan bersama, yang

memiliki struktur relasi, kekuasaan, peranan, aktivitas, komunikasi, dan

berbagai faktor lain yang seharusnya ada ketika seseorang melakukan kerja

sama.

Setelah membentuk suatu kegiatan organisasi yang diberi nama

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, bapak-bapak dan ibu-ibu ini

membentuk beberapa kegiatan-kegiatan diantaranya berjoged dan bernyayi

diatas penggung, mabuk-mabukan, dan membentuk arisan. Kegiatan

organisasi Tua-Tui biasa diikuti oleh bapak-bapak, ibu-ibu (suami istri) dan

dilakukan pada malam hari, sedangkan Sejuta Enam hanya ikuti oleh ibu-ibu

dan dilakukan pada siang siang hari. Akan tetapi memiliki kegiatan ataupun

tujuan yang sama. Sebagimana yang diungkapkan oleh ibu Lusi.

Menurut ibu Ida ada pun bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam memenuhi undangan ditempat pernikahan atau

sunnatan (hajatan), diacara tersebut anggota kegiatan organisasi

Tua-Tui Sejuta Enam mengadakan perlombaan joged terheboh,

apabila ada yang bergoyang lebih heboh akan mendapatkan

hadiah karena telah menghidupkan dan meramaikan acara

pernikahan atau sunatan (hajatan) yang dilaksanakan. Dan

terkadang juga melakukan minum-minum tuak sedikit biar

jogednya semakin heboh, tetapi acara minum tuak ini lebih sering

Page 72: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

58

dilakukan pada kegiatan Tua-Tui karena dilakukan pada malam

hari. Selain diacara pernikahan atau sunatan (hajatan) anggota

Tua-Tui Sejuta Enam juga memenuhi undangan pada acara

tepong kopek (akiqah anak).5

Selain itu tujuan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam antara lain; ingin

mendapat rasa aman, ingin memperoleh status, ingin mendapatkan

keberartian hidup dan memenuhi kebutuhan persahabatan dan hubungan

sosial diantara kelompok tersebut. Maka dari itu sebagai manusia yang hidup

ditengah-tengah masyarakat mereka ingin mendapat rasa aman dan berupa

sesuatu yang bersifat material atau non material.

Afiliasi dapat terjadi karena memiliki latar belakang, kepribadiaan,

kecenderungan, hobi dan kesenangan, serta mendapatkan status seperti ingin

diperhatikan dan diakui keberadaannya. Dengan berorganisasi kebutuhan

tersebut akan diperolehnya. Misalnya, kalau orang menyanyi, dia

memerlukan reaksi, entah yang berwujud pujian atau celaan yang kemudian

merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selajutnya. Hal ini diperkuat

dengan pernyataan salah satu anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam yakni

ibu Emi Tigor:

Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam membentuk arisan,

di dalam arisan ini dibagi dalam dua tahap, arisan yang

pertama dilaksanakan dengan mewajibkan sumbangan rutin

setiap anggota membayar satu minggu sekali, yang mana uang

tersebut dikumpulkan untuk memberi sumbangan pada orang

yang melaksanakan acara pernikahan atau sunnatan, dan pada

tahap kedua arisan dibayar perhari dikumpulkan untuk

memberi bantuan atau sumbangan apabila salah satu dari

5 Ibu Ida Wawancara Dengan Ketua Organisasi Sejuta Enam, 13 Mei 2016, Pukul 11:25 WIB.

Page 73: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

59

anggota kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

mendapatkan musibah atau hal-hal lainnya.6

Pernyataan lain terkait dengan bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Ibu Lusi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

selain berjoged dan membentuk arisan, terkadang juga minum-

minuman keras (tuak) sebagai rutinitas dalam setiap kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, tetapi jika kegiatan organisasi

Sejuta Enam jarang melakukan acara minum-minum.Yang

sering melakukan acara minum-minum itu pada acara kegiatan

organisasi Tua-Tui karena ikuti bapak-bapak lagi pula

dilaksanakan pada malam hari. Selain itu melakukan kegiatan

bermusyawarah atau brifing seminggu sekali dengan seluruh

bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengikuti kegiatan organisasi

Tua-Tui Sejuta Enam tujuan bermusyawarah ini untuk saling

memberi arahan dan pendapat dalam menjalankan kegiatan ini,

misalnya membahas masalah baju seragam untuk kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam. Akan tetapi lebih sering ibu-

ibu melakukan kegiatan bermusyawarah atau brifing, sedang

bapak-bapak jarang melakukan kegiatan bermusyawarah atau

brifing.7

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bentuk dari kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam diantaranya, pertama organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam memenuhi undangan ditempat hajatan (acara pernikahan atau

sunatan), juga memenuhi undangan pada acara akiqah bayi (tepong kopek).

Mereka menghadiri undangan bukan hanya di lingkungan desa Kepala Curup

tetapi juga di daerah lain seperti di Taba Tinggi, Padang Ulak Tanding, Air

6 Ibu Emi Tigor, Wawancara Dengan Anggota Tua-Tui Sejuta Enam, 14 Mei 2016, Pukul 09:30

WIB. 7 Ibu Lusi, Wawancara Dengan Sekretaris Organisasi Sejuta Enam, 13 Mei 2016, Pukul 11:25

WIB.

Page 74: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

60

Rapo, Lubuk Linggau, Musi Rawas Utara (Muratara) dan Musi Rawas dan

lain-lain. Bentuk kegiatan mereka mengadakan perlombaan joged terheboh,

apabila ada yang bergoyang lebih heboh akan mendapatkan hadiah karena

telah menghidupkan hajatan (acara pernikahan atau sunatan/khitanan) dan

yang dilaksanakan. Adapun kriteria joged terheboh adalah seluruh tubuh ikut

bergoyang, terkadang sampai meminta uang waseran kepada tua rumah

(orang yang mengadakan hajatan) layaknya seorang biduan. Maka dari itu tua

rumah (orang yang mengadakan hajatan) harus menyiapkan hadiah untuk

para anggota Tua-Tui Sejuta Enam, hadiah yang diberikan biasanya ½ lusin

gelas atau piring (perkakas rumah tangga).

Kedua kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam juga mengadakan

acara minum-minum tuak (mabuk-mabukan). Akan tetapi acara minum tuak

ini lebih sering dilakukan pada saat kegiatan organisasi Tua-Tui karena pada

saat malam hari ibu-ibu dan bapak-bapak (suami istri) ini datang secara

bersamaan ketika diundang diacara hajatan. Mereka bebas berjoged diatas

panggung, karena terlalu banyak minum tuak (mabuk) membuat mereka pula

diri dan tidak tau lagi mana istri/suami mereka dan mana istri/suami orang

lain. Mereka berjoget memenuhi panggung, dimana kaum suami biasanya

berjoged sambil mengeluarkan uang saweran dan para bapak/ibu (orang tua)

ini bergojed hingga larut malam biasanya kurang lebih hingga pukul 01:00

WIB. Akan tetapi acara minum-minum (mabuk-mabuk) ini jarang dilakukan

Page 75: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

61

pada kegiatan Sejuta Enam, karena kegiatan ini lebih banyak diikuti oleh ibu-

ibu dan dilaksanakan pada siang hari.

Ketiga membentuk arisan, arisan ini dibagi dalam dua tahap, pertama

arisan dilaksanakan dengan membayar satu minggu sekali, yang mana uang

tersebut dikumpulkan untuk memberi sumbangan pada orang yang

melaksanakan acara hajatan (acara pernikahan atau sunatan) dan pada tahap

kedua arisan dibayar perhari dikumpulkan untuk memberi bantuan atau

sumbangan apabila salah satu dari anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

mendapatkan musibah atau hal-hal lainnya, dan untuk membuat baju seragam

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam. Selain itu, anggota kegiatan organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam juga mengadakan acara pertemuan atau brifing yang

biasanya dilaksanakan setiap satu minggu sekali, kegiatan ini diadakan untuk

musyawarah atau hanya sekedar kumpul-kumpul.

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (Orang

Tua) Dalam Menanamkan Pendidikan Iman Dan Akhlak Anak

Sebagaimana Islam memandang, bahwa anak adalah amanah yang

dititipkan kepada orang tuanya. Maka orang tua berkewajiban memenuhi

kebutuhan anaknya secara lahir dan batin dan salah satunya dengan

menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

sehingga anak memahami nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan secara utuh

sejak dini sehingga anak tumbuh dan menjadi anak yang saleh.

Page 76: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

62

Hal ini sesuai dengan konsep Islam, pendidikan yang berfungsi untuk

menanamkan nilai-nilai kesadaran terhadap perkembangan jasmani dan

rohani anak menuju terbentuknya kepribadian yang utama maka pengasuhan

dan pendidikan anak terutama di lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada

penanaman nilai-nilai keagamaan, pembentukan sikap perilaku (akhlak) yang

baik sesuai dengan syariat Islam agar anak mampu mengembangkan dirinya

secara optimal. Persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam (orang tua) penanaman nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak anak

dapat diklasifikasikan berdasarkan persepsi positif diantaranya:

Munculnya persepsi yang positif terhadap kegiatan organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam ini, karena selain berjoged, mabuk-mabukan kegiatan dalam

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini juga didasarkan pada aspek sosial di

dalam masyarakat. Dalam kegiatan ini adanya sikap saling tolong menolong

,memiliki banyak teman, mempererat persaudaraan, menyambung

silahtuhrahmi, dan menghibur ditempat hajatan. Karena kelompok manusia

tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan dan persatuan

yang sama. Serta manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu

cenderung berorganisasi.

Tujuan manusia berorganisasi antara lain: ingin mendapat rasa aman,

ingin memperoleh status, ingin mendapatkan keberartian hidup dan

memenuhi kebutuhan persahabatan dan hubungan sosial. Maka dari itu

akhlak yang baik biasanya tercemin dalam sikap dan perilaku orang tua

Page 77: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

63

sebagai teladan yang dapat dicontoh anak, sebagaimana pernyataan bapak

Jaka.

Menurut bapak Jaka, bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengikuti

kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini rata-rata suami istri.

Menurut beliau bapak-bapak dan ibu-ibu tidak dilarang untuk

membentuk suatu perkumpulan seperti kegiatan Tua-Tui

Sejuta Enam, karena dengan membentuk kegiatan Tua-Tui

Sejuta Enam ini, mereka bisa saling tolong menolong, mencari

teman, mempererat silahtuhrahmi dan bisa memberi bantuan

baik dari segi tenaga maupu biaya.8

Maka sejalan dengan hal ini orang tua yang tergabung dalam

kegiatan Tua-Tui Sejuta enam juga memberikan contoh akhlak yang baik

kepada sesama manusia seperti yang diungkapkan oleh ibu Epi.

Menurut ibu Epi Beliau sering melihat kegiatan Tua-Tui Sejuta

Enam ini hadir diacara pernikahan atau sunatan. Dimasyarakat

desa Kepala Curup ini sudah menjadi kebiasaan bapak-bapak

dan ibu-ibu yang senang dan hobi berjoged di acara pernikahan

ataupun sunatan. Dan saya setuju apabila mereka membentuk

organisasi ini, karena selain meramaikan diacara hajatan

(pernikahan atau sunatan) mereka juga bisa mempererat

silahtuhrahmi, mencari teman, saling tolong menolong dan

peduli terhadap sesama, apabila ada salah satu dari mereka

mendapat musibah, mereka beramai-ramai datang kerumahnya

turut belasungkawa dan memberi sumbangan baik itu berupa

materi dan tenaganya.9

Dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan dalam pembentukan

akhlak bisa diawali dengan membiasakan anak untuk mentaati ibu bapak,

membiasakan anak berbuat baik kepada siapa saja dan menghindari

8 Bapak Jaka, Wawancara Dengan Anggota Tua-Tui, 15 Mei 2016, Pukul 14:00 WIB.

9 Ibu Epi, Wawancara Dengan Anggota Tua-Tui Sejuta Enam, 16 Mei 2016, Pukul 13:00 WIB.

Page 78: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

64

perbuatan tercela. Karena di dalam keluarga juga merupakan penanaman

utama dasar-dasar akhlak bagi anak, yang biasanya tercemin dalam sikap

dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Jika

orang tua berperilaku baik secara tidak langsung maka anak pula akan

mencontoh perilaku baik dari orang tua tersebut.

Namun sebaliknya jika orang tua memberikan contoh akhlak/perilaku

yang buruk maka akan buruk pula lah akhlak/perilaku anak tersebut.

Karena dengan melihat apa yang terjadi masyarakat anak akan

mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience) sehingga

mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah diingat

Selain itu, adapun bentuk akhlak baik terhadap sesama manusia anak

harus berbakti kepada ibu bapak, menjalin hubungan persaudaraan dan

silatuhrami dan memuliakan tetangga, seperti berbuat baik kepada

tetangga, membantu tetangga ketika ia sedang mengalami musibah atau

ingin mengadakan sebuah hajatan

Selanjutnya menurut bapak Mail orang tua yang tergabung

dalam organisasai Tua-Tui Sejuta Enam selalu mengajarkan

contoh perilaku yang baik pada, misalnya saat ada tetangga

yang melaksanakan acara hajatan atau terkena musibah maka

mereka diajarakn untuk saling membantu baik dalam materi

ataupun tenaga.10

Dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan orang tua yang

tergabung dalam kegiatan organisasai Tua-Tui Sejuta Enam, dalam

10

Bapak Mail, Wawancara Dengan Masyarakat di Desa Kepala Curup, 14 Mei 2016, Pukul

09:30 WIB.

Page 79: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

65

penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak sudah mulai diterapkan

walaupun belum sepenuhnya seperti mengajarkan anak untuk berbuat

baik terhadap sesama seperti menjalin hubungan persaudaraan dan

silatuhrami dan manusia memuliakan tetangga, menjalin hubungan

persaudaraan dan silatuhrami sudah mereka ajarkan. Akan tetapi orang

tua masih belum bisa menghidari perbuatan tercela seperti orang tua

masih berjoget secara berlebih diatas panggung dan mabuk-mabukan. Hal

seperti ini merupakan contoh akhlak tercela yang akan dicontoh oleh

anak-anak mereka. Karena di dalam masyarakat anak berinteraksi

langsung dengan anggota masyarakat yang beraneka ragam (heterogen).

Ia memperoleh pendidikan nonformal berupa pengalaman hidup, karena

setiap masyarakat meneruskan kebudayaan kepada generasi penerusnya

melalui pendidikan dan interaksi sosial.

Selain persepsi positif, terdapat juga persepsi negatif masyarakat

terhadap kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua)

menanamkan nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak anak dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Adanya persepsi yang negatif terhadap kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam, karena kegiatan ini lebih banyak mudaratnya daripada

positifnya, sehingga memberikan contoh akhlak yang kurang baik bagi

anak. Karena mereka berjoged sudah melebihi batas layaknya seorang

biduan, meminum-minuman keras, tidak menutupi auratnya dengan

Page 80: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

66

memakai pakaian ketat, dan tidak lagi menjalankan dasar-dasar syariat

seperti aturan Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah. Seharusnya bapak-

bapak dan ibu-ibu kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam mengikuti pengajian di

masjid dan menutup auratnya dan menjaga akhlak nya sebagai wanita

muslimah. Sehingga dapat menjadi teladan yang baik untuk anak.

Sebagaimana hal tersebut telah diungkapkan bapak Jalal beliau

mengatakan.

Menurut bapak Jalal, beliau tidak menyetujui dengan adanya

kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam karena kegiatan itu banyaklah

mudaratnya daripada positifnya, yang mereka lakukan itu

tidak mencerminkan akhlak yang baik sebagai wantia

muslimah,berjoged yang sudah melebihi batas, memakai

pakaian ketat. Mereka lebih bangga dan senang mengikuti

kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini daripada ikut pengajian

bapak-bapak dan ibu-ibu dimasjid. Pemikiran mereka tentang

agama sangat berkurang sekali dan itu sudah memberikan

contoh yang kurang baik untuk anak-anaknya dan generasi

selanjutnya.11

Selain itu dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam para ibu-

ibu tidak memberikan contoh akhlak yang baik kepada anak seperti

menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat, sedangkan dalam Islam

Allah Swt berfirman dalam surah An-Nur:31.

11

Bapak Jalal. Wawancara Dengan Masyarakat di Desa Kepala Curup, 16 Mei 2016, Pukul

15:00 Wib.

Page 81: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

67

Artinya:” Katakanlah kepada wanita yang beriman:

"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan

kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan

hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan

janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami

mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau

Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara

lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,

atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka

miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai

keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum

mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka

memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka

sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,

Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Ayat diatas menjelaskan, bahwa aurat seorang wanita tidak boleh

diperlihat kepada orang yang bukan mahrohmannya, wanita itu boleh

nampak auratnya kepada mahromnnya seperti; ayahnya, suaminya, anak

laki-laki mereka dan orang-orang yang haram untuk dinikahi. Tetapi

bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam sangat berbanding

Page 82: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

68

terbalik dengan ajaran Islam, seperti memperlihatkan aurat mereka bukan

kepada mahrohnya, karena mereka menggunakan pakaian ketat atau seksi

saat menghadiri acara hajatan (pernikahan atau sunnatan) dan acara aqikah

bayi.

Hal ini juga dikuatkan oleh bapak sunar beliau menyatakan:

Bahwa kegiatan kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini sudah

diketahui dan sering melihatnya. Kegiatan ini tidak baik

untuk dilanjutkan, karena kegiatan ini sudah tidak pantas

untuk dicontoh, karena akhlak bapak-bapak dan ibu-ibu yang

mengikuti kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini sudah

menyimpang ajaran-ajaran Islam karena orang tua tidak lagi

mengajarkan anak sholat, mengaji bahkan berpuasa dibulan

ramadhan. Mereka lebih senang berjoged yang sudah

melebihi batas dan tidak menutup auratnya dengan memakai

pakaian ketat, meminum-minuman keras (mabuk-mabukan).

Sehingga memberikan contoh yang tidak baik untuk anak-

anak khususnya kaum wanita, agar mereka tidak terjerumus

dan mengikuti alur yang menyimpang ajaran Islam dan bisa

menjaga akhlak yang baik sebagai wanita muslimah.12

Islam menjelaskan bahwa minum-minuman keras (mabuk-mabukan)

sangat dilarang dalam agama, sebagaimana Allah berfirman dalam surah

Al-Maidah ayat:39.

12

Bapak Sunar. Wawancara Dengan Masyarakat di Desa Kepala Curup, 17 Mei 2016, Pukul

11:00 Wib.

Page 83: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

69

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,

mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan

syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapat keberuntungan.”

Ayat diatas menjelaskan, bahwa melakukan mimum khamar atau

biasa disebut minum tuak pada kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

sangatlah dilarang oleh Islam, bahkan hukumnya haramnya. Selain banyak

mudarat dari pada positifnya dari kegiatan minum-minum tuak (mabuk-

mabukan) juga tidak menyehatkan tubuh.

Dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan, orang tua yang

bergabung dengan kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dalam

menanamkan nilai-nilai pendidikan iman terkadang hanya sekedar

memerintah saja, akan tetapi orang tua tidak melaksanakannya terlebih

dahulu. Sebaiknya jika orang tua memerintah anak untuk sholat, puasa dan

mengaji maka orang tualah yang harus terlebih dahulu melaksanakan

sholat, puasa dan mengaji (membaca al-Qur’an).

Karena dalam keluarga proses pembiasaan dan keteladanan, orang

tua merupakan pusat perhatian utama bagi anak-anaknya, maka dari itu

orang itualah yang harus memberikan teladan yang baik, misalnya

melaksanankan sholat berjamaah di rumah/ di masjid, setelah

melaksanakan sholat maka semua anggota keluarga membaca al-Qur’an,

meskipun hanya beberapa ayat saja.

Page 84: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

70

Dalam penanaman dasar-dasar syariat, yang berhubungam dengan

aturan Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah dalam penanaman nilai-nilai

ibadah baik diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tata cara

shalat, mengajarkan/mengenalkan anak berpuasa dibulan ramadhan dan

bacaan al-Qur’an. Maka sebagai orang tua sudah sepatutnya memberikan

contoh teladan yang baik, misalnya untuk mengajarkan anak untuk

melaksanakan sholat, puasa dan mengaji, maka orang tua lah yang terlebih

dahulu harus melaksanakan ibadah tersebut (sholat, puasa dan mengaji).

Sehingga ketika anak tumbuh dewasa, ia telah terbiasa melaksanakan

dan terdidik untuk mentaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersandar

kepada-Nya, dan berserah kepada-Nya. Disamping itu juga anak anak

mendapatkan kesucian rohani, kesehatan jasmani, perkataan, dan perbuatan

di dalam ibadah-ibadah menjalankan ibadah-ibadah ini.

Jadi jika seorang anak mendapat pendidikan keluarga yang baik,

dibesarkan dalam lingkungan sosial yang saleh serta iklim pendidikan yang

kondusif, maka anak akan tumbuh dewasa dengan landasan iman yang

kuat, berakhlak mulia dan berpendidikan yang baik. Namun sebaliknya jika

anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang morat-marit, belajar

dilingkungan keluarga yang sesat dan bergaul dengan masyarakat yang

rusak, maka sudah tentu akan meyerap kerusakan terhadap anak bahkan

dapat membawa anak kepada kemaksiatan. Disamping itu anak akan

mudah menerima dasar-dasar kekufuran dan kemudian ia mengubah

Page 85: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

71

kebahagian menjadi kesengsaraan. Jika semua ini terjadi maka sangat sulit

mengembalikan kepada kebenaran dan kepribadian yang benar.

3. Implikasi Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap

Pendidikan Anak

Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki

identitas atau karakteristik tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar

belakang sosial ekonominya. Misalnya dengan adanya sebuah organisasi di

dalam masyarakat sedikit banyak berpengaruh terhadap pendidikan.

Pengaruh tersebut baik dalam proses orientasi dan tujuan pendidikan maupun

proses pendidikan itu sendiri.

Dalam realitasanya pengaruh sosial budaya masyarakat biasanya

tercemin di dalam proses belajar mengajar, baik menyangkut pola aktivitas

pendidik (orang tua) maupun anak di dalam proses pendidikan. Maka

Seharusnya organisasi masyarakat memiliki fungsi dalam menanamkan nilai-

nilai pendidikan dalam masyarakat dan sebagimana peran organisasi dalam

pendidikan masyarakat.

Implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap

pendidikan (iman dan akhlak) anak, hal ini dapat dilihat dari lingkungan

masyarakat sekitar karena lingkungan masyarakat menjadi cerminan dalam

menentukan kualitas generasi penerus (anak). Maka dari itu dalam memilih

Page 86: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

72

lingkungan hidup sebagai orang tua harus cermat menciptakan lingkungan

sosial yang menguntungkan untuk perkembangan individu (anak).

Sebagaimana hal tersebut telah diungkapkan oleh salah seorang

warga desa Kepala Curup bapak Sunar, beliau mengatakan:

Menurut pandangan saya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam ini banyaklah negatifnya dari pada positifnya, kegiatan

ini sudah menyimpang dari ajaran Islam, kegiatan yang

mereka lakukan sudah melebihi batas, mereka berjoged yang

sudah tidak wajar,(berjoget seperti biduan) tidak bisa

menjaga etika dan akhlaknya yang baik sebagai wanita

muslimah, keluarganya menjadi tidak harmonis dan kacau,

bahkan terjadinya perceraian, karena bapak-bapak dan ibu-

ibu yang mengikuti kegiatan ini tidak bisa menjaga

keluarganya dengan baik, inilah yang membuat saya tidak

setuju dengan kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

karena memberikan contoh yang tidak baik untuk generasi

penerusnyaa.13

Hal yang sama dikemukakan oleh warga masyarakat desa Kepala

Curup bapak Mail, beliau menyatakan bahwa:

Kegiatan organisasai Tua-Tui Sejuta Enam ini memberikan

dampak yang negatif/buruk untuk anak-anak dan generasi

penerusnya. Apalagi kegiatan ini lebih banyak diminati ibu-

ibu rumah tangga daripada mengikuti pengajian ibu-ibu di

masjid, bahkan bapak-bapak pun sudah sangat jarang

melaksakan ibadah sholat jum’at apalagi membentuk

pengajian bapak-bapak. Mereka lebih senang berjoged yang

sudah melebihi batas diatas panggung daripada mengikuti

pengajian di masjid bahkan oramg tua pun sudang sangat

jarang melaksanakan ibadah seperti sholat, puasa, dan

membaca al-Quran. Sedangkan ibu-ibu lebih senang

13

Bapak Sunar Wawancara Dengan Warga Di Desa Kepala Curup, 17 Mei 2016, Pukul 09:30

WIB.

Page 87: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

73

membuka auratnya dengan memakai pakaian ketat yang tidak

pantas untuk dilihat daripada memakai pakaian yang menutup

aurat dan tidak bisa menjaga akhlak yang baik sebagai wanita

muslimah.14

Berdasarkan pendapat diatas, keterkaitan masyarakat dengan

pendidikan sangat erat saling mempengaruhi. Suatu kenyataan bagi setiap

orang bahwa masyarakat yang baik, maju, modern, ialah masyarakat yang

di dalamnya ditemukan suatu tingkat pendidikan yang baik, maju, dan

modern pula dalam mewujudkan lembaga-lembaga maupun jumlah dan

tingkat orang terdidik. Dengan kata lain suatu masyarakat maju karena

pendidikan yang maju, pendidikan modern hanya akan ditemukan di dalam

masyarakat yang modern pula. Sebaliknya, masyarakat yang kurang

memperhatikan pembinaan pendidikan akan tetap terbelakang, tidak hanya

segi intelektual, tetapi juga dari segi sosial kultural.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat

disimpulkan bahwa sangat jelas bahwa jika dalam lingkungan masyarakat

terdapat sebuah organisasi masyarakat yang kurang mendidik seperti

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam yang bentuk kegiatannya berjoget

secara berlebihan dan mabuk-mabukan maka akan sangat berpengaruh dan

berdampak negatif terhadap perkembangan pendidikan anak, terutama pada

aspek pendidikan iman dan akhlak. Dimana dampak negatif pada

14

Bapak Mail, Wawancara Dengan Warga Di Desa Kepala Curup, 16 Mei 2016, Pukul 09:30

WIB.

Page 88: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

74

pendidikan iman terutama pada pengembangan dasar-dasar syariat, seperti

anak tidak lagi diajarkan untuk belajar sholat, mengaji, dan berpuasa ketika

bulan ramadhan. Serta dampak negatif dalam pendidikan akhlak terutama

akhlak baik (mahmudah/karimah) seperti akhlak terhadap sesama manusia

yakni terhadap keluarga, contohnya anak suka membantah ketika

diperintah orang tua, anak suka mengambil barang yang bukan hak

miliknya, dan lain-lain.

Selain itu dampak positif terhadap pendidikan akhlak dimana dalam

kegiatan ini orang tua mengajarkan akhlak yang baik terhadap sesama

manusia, seperti anak diajarkan untuk saling membantu, mempererat tali

silaturahmi dengan tetangga.

Untuk itu pendidikan dan masyarakat harus berkembang secara

timbal balik, seirama, dan terpadu serta pendidikan tidak dapat lepas dari

efek-efek luar yang saling mempengaruhi keberadaannya, terutama

masyarakat sekitarnya, yang mempunyai hubungan saling ketergantungan.

Ada yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan lembaga investasi

manusia/tenaga yang sangat penting untuk kebutuhan dan kemajuan

masyarakat.

Jika di dalam lingkungan masyarakat terdapat suatu kegiatan

organisasi yang baik, seperti kegiatan pengajian ibu-ibu atau pengajian

bapak-bapak, dan kegiatan RISMA (remaja masjid). Maka secara tidak

langsung perkembangan pendidikan anak di dalam masyarakat akan baik

Page 89: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

75

pula terutama perkembangan pendidikan iman dan akhlak anak. Karena

melalui pendidikan terbentuklah kepribadiaan dan perkembangan

masyarakat dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya.

Maka nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan baik dan sesuai dengan

nilai-nilai Islam, maka dapat dipastikan generasi penerus akan tumbuh

dalam kehidupan yang baik, tetapi sebaliknya jika nilai-nilai pendidikan

yang ditanamkan jelek maka generasi akan menjadi manusia yang tidak

memilik akhlak yang baik pula.

D. Pembahasan

1. Bentuk Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di Desa Kepala

Curup

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka

bentuk dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta adalah memenuhi undangan

apada acara hajatan ( pernikahan atau sunatan) dan acara aqikah bayi

(tepong kopek) serta melakukan acara berjoget diatas panggung, mengada

lomba joget terhebot dan mendapat hadiah, mengadakan acara minum-

minum tuak (mabuk-mabukan) dan membentuk sebuah arisan, dimana

arisan ini dibagi dalam dua tahap, pertama arisan dilaksanakan dengan

membayar satu minggu sekali, yang mana uang tersebut dikumpulkan untuk

memberi sumbangan pada orang yang melaksanakan acara hajatan (acara

pernikahan atau sunatan), dan pada tahap kedua arisan dibayar perhari.

Page 90: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

76

Dengan tujuan untuk memberi sumbangan pada orang yang melaksanakan

acara hajatan (pernikahan atau sunnatan), dan untuk memberi bantuan atau

sumbangan apabila salah satu dari anggota kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam mendapatkan musibah.

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

(Orang Tua) Dalam Menanamkan Pendidikan Iman Dan Akhlak Anak

Di Desa Kepala Curup.

Persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

(orang tua) penanaman nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak anak dapat

diklasifikasikan berdasarkan persepsi positif diantaranya; munculnya

persepsi yang positif terhadap kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini,

karena selain berjoged, mabuk-mabukan dalam kegiatan organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam ini juga didasarkan pada aspek sosial di dalam masyarakat.

Dalam kegiatan lain seperti kegiatan arisan ini menimbulkan sikap saling

tolong menolong baik dalam segi tenaga maupun biaya, mempererat

silahtuhrahmi dan menambah teman baru.

Orang tua yang tergabung dalam organisasai Tua-Tui Sejuta Enam

juga mengajarkan contoh akhlak/perilaku yang baik pada, misalnya saat ada

tetangga yang melaksanakan acara hajatan atau terkena musibah maka

mereka diajarakn untuk saling membantu baik dalam materi ataupun tenaga.

Page 91: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

77

Selain persepsi positif adapula persepsi negatif masyarakat terhadap

organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua) penanaman nilai-nilai

pendidikan iman dan akhlak anak dapat diklasifikasikan berdasarkan

persepsi positif diantaranya:

Adanya persepsi yang negatif terhadap kegiatan Tua-Tui Sejuta

Enam, karena kegiatan ini lebih banyak mudaratnya daripada positifnya,

sehingga memberikan contoh akhlak yang buruk bagi anak. Karena mereka

berjoged yang sudah melebihi batas layaknya seorang biduan, meminum-

minuman keras, tidak menutupi auratnya dengan memakai pakaian ketat,

dan tidak lagi menjalankan dasar-dasar syariat seperti aturan Ilahi dan

ajaran Islam berupa ibadah.

Seharusnya bapak-bapak dan ibu-ibu kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam

mengikuti pengajian di masjid dan menutup auratnya dan menjaga akhlak

nya sebagai wanita muslimah. Sehingga dapat menjadi contoh teladan yang

baik untuk anak.

3. Implikasi Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap

Pendidikan Anak Di Desa Kepala Curup.

Implikasi organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap pendidikan (iman

dan akhlak) anak, dengan adanya kegiatan organisasai Tua-Tui Sejuta Enam

karena kegiatan itu banyaklah berdampak negatif dari pada positifnya. Hal

ini berpengaruh dan berdampak terhadap perkembangan pendidikan anak,

Page 92: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

78

terutama pada aspek pendidikan iman dan akhlak anak, karena bentuk

kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini yang mereka lakukan itu tidak

mencerminkan akhlak yang baik sebagai wanita muslimah, berjoged yang

sudah melebihi batas, memakai pakaian ketat, mabuk-mabukan. Dimana

dampak negatif pada pendidikan iman terutama pada pengembangan dasar-

dasar syariat, seperti anak tidak lagi diajarkan untuk belajar sholat, mengaji,

dan berpuasa ketika bulan ramadhan.

Serta dampak negatif dalam pendidikan akhlak terutama akhlak baik

(mahmudah/karimah) seperti akhlak terhadap sesama manusia yakni

terhadap keluarga, contohnya anak suka membantah ketika diperintah orang

tua, anak suka mengambil barang yang bukan hak miliknya, dan lain-lain.

Selain itu dampak positif terhadap pendidikan akhlak dimana dalam kegiatan

ini orang tua mengajarkan akhlak yang baik, seperti menjalin hubungan

persaudaraan dan silatuhrami (Al-Ikhwah wa Al-Shilah Al-Rahim), dan

memuliakan tetangga (Ikram Jarah) seperti berbuat baik kepada tetangga,

membantu tetangga ketika ia sedang mengalami musibah atau ingin

mengadakan sebuah hajatan.

Pemikiran mereka tentang agama sangat berkurang sekali dan sudah

memberikan contoh yang kurang baik untuk anak-anaknya dan generasi

selanjutnya. Sehingga kegiatan bapak-bapak, ibu-ibu majelis taklim tidak

pernah aktif dan berjalan lagi, namun sebaliknya dalam kegiatan organisasai

Tua-Tui Sejuta Enam saat ini lebih aktif dan bertambah banyak minatnya.

Page 93: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

79

Sehingga orang tua tidak bisa dijadikan contoh atau teledan dalam menanam

pendidikan terutama pada aspek pengembangan nilai-nilai iman dan akhlak

anak, karena melalui pendidikan terbentuklah kepribadiaan dan

perkembangan anak, hal ini dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi atau

kepribadian orang tua.

Padahal kita ketahui bahwa orang tua merupakan orang pertama yang

melaksanakan pendidikan anak terutama dalam menanamkan nilai-nilai

pendidikan Islam, karena orang tua secara kodrati bertanggung jawab untuk

memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing anak dalam jalan

kebaikan. Dalam lingkungan keluarga orang tua (ayah dan ibu) memiliki

kedudukan dan tanggung jawab yang sama dalam mendidik dan mengasuh

anak secara konstisten.

Dari penjelsan tersebut, adapun solusi yang dapat diberikan untuk

para orang tua (ayah dan ibu), sebaiknya orang tua secara perlahan-lahan

mengurangi kebiasaan berjoget berlebih diatas panggung ketika ada acara

hajatan. Apalagi untuk ibu-ibu seharusnya memakai pakian yang longgar,

dan tidak menggunakan pakaian yang ketat. Karena hal-hal tersebut

dianggap memberikan contoh akhlak yang baik anak-anak.

Oleh sebab itu, orang tua seharusnya mengikuti kegiatan pengajian

ibu-ibu atau pengajian bapak-bapak di masjid. Maka secara tidak langsung

anak akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya, misalnya dalam

penanaman nilai-nilai ibadah baik diawali dengan pengenalan simbol-simbol

Page 94: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

80

agama, tata cara shalat, mengajarkan/mengenalkan anak berpuasa dibulan

ramadhan dan bacaan al-Qur’an.

Maka sebagai orang tua sudah sepatutnya memberikan contoh

teladan yang baik, misalnya untuk mengajarkan anak sholat, puasa maka

terlebih dahulu orang tua harus melaksanakan sholat dan puasa. Begitu juga

dalam mendidik anak untuk mencintai al-Qur’an, maka orang tua harus

mengajarkan anak belajar mengaji sejak usia kanak-kanak, tetapi terlebih

dahulu orang tua harus membaca dan mencintai al-Qur’an.

Dalam pembentukan akhlak bisa diawali dengan membiasakan anak

untuk mentaati ibu bapak, membiasakan anak berbuat baik kepada siapa saja

dan menghidari perbuatan tercela. Sehingga anak akan terdidik dengan iman

secara sempurna dan jika ia telah tumbuh dewasa, maka ia tidak akan

tergoyahkan oleh idiologi atheis dan tidak akan terpengaruh oleh kaum kafir

yang sesat.

Page 95: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

81

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian, dan pembahasan bab-bab terdahulu maka dapat

disimpulkan sebagi berikut:

1. Bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam memenuhi undangan

ditempat hajatan (acara pernikahan atau sunatan) mengadakan perlombaan

joged terheboh, mengadakan acara minum-minum tuak (mabuk-mabukan),

dan membentuk arisan, dimana arisan ini digunakan untuk membantu

meringankan beban anggota Tua-Tui Sejuta Enam yang sedang mengadakan

acara hajatan atau sedang terkena musibah.

2. Persepsi masyarakat terhadp organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua)

dalam menanamkan pendidikan iman dan akhlak anak. Ada beberapa

persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua)

diantaranya: Persepsi positif dalam kegiatan lain seperti kegiatan arisan ini

menimbulkan sikap saling tolong menolong baik dalam segi tenaga maupun

biaya, mempererat silahtuhrahmi dan menambah teman baru. Persepi Negatif

mereka berjoged yang sudah melebihi batas layaknya seorang biduan,

meminum-minuman keras, tidak menutupi auratnya dengan memakai

pakaian ketat, dan tidak lagi menjalankan dasar-dasar syariat seperti aturan

Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah.

Page 96: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

82

3. Implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dengan adanya kegiatan

organisasai Tua-Tui Sejuta Enam karena kegiatan itu banyaklah berdampak

negatif dari pada positifnya. Hal ini berpengaruh dan berdampak terhadap

perkembangan pendidikan anak, terutama pada aspek pendidikan iman dan

akhlak anak. Dimana dampak negatif pada pendidikan iman terutama pada

pengembangan dasar-dasar syariat, seperti anak tidak lagi diajarkan untuk

belajar sholat, mengaji, dan berpuasa ketika bulan ramadhan. Serta dampak

negatif dalam pendidikan akhlak terutama akhlak baik (mahmudah/karimah)

seperti akhlak terhadap sesama manusia yakni terhadap keluarga, contohnya

anak suka membantah ketika diperintah orang tua, anak suka mengambil

barang yang bukan hak miliknya, dan lain-lain. Adapun dampak positif

terhadap pendidikan akhlak dimana dalam kegiatan ini orang tua

mengajarkan akhlak yang baik, seperti menjalin hubungan persaudaraan dan

silatuhrami (Al-Ikhwah wa Al-Shilah Al-Rahim), dan memuliakan tetangga

(Ikram Jarah) seperti berbuat baik kepada tetangga, membantu tetangga

ketika ia sedang mengalami musibah atau ingin mengadakan sebuah hajatan.

B. Saran

1. Untuk organisasi Tua-Tui Sejuta Enam agar bisa mengurangi kegiatan

seperti berjoged yang berlebihan, menjaga akhlak yang baik dan menutup

aurat sebagai wanita muslimah, dan mengutamakan kegiatan-kegiatan yang

Page 97: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

83

positif seperti pengajian bapak-bapak dan pengajian ibu-ibu dimasjid dan

kegiatan yang bernuansa Islami.

2. Untuk para anggota Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua) agar lebih

memperhatikan masalah pendidikan anak terutama pada aspek iman dan

akhlak dan harus memberi teladan yang baik untuk anak seperti mengajak

untuk sholat berjamaah, belajar mengaji, belajar puasa dan bersikap baik

terhadap semua orang.

3. Untuk anak-anak (generasi penerusnya) yang ada di desa Kepala Curup

jangan sampai mengikuti hal-hal yang berdampak buruk, seperti memakai

pakaian yang sexy tidak menutup aurat, merokok, tidak bisa menjaga

etikanya dan hal-hal lain.

Page 98: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

84

DAFTAR PUSTAKA.

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ali, Mohammad, Daud. 2013. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Al-Kaaf, Abdullah, Zakiy. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan. Bandung: CV

Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT

Asdi Mahasatya.

Arifin, Bambang, Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung : CV Pustaka Setia.

Ashar, Maria Ulfa, et al. 2005. Pendidikan & Pengasuhan Anak. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Bugin, Burhan. 2014. Metodelogi Kualitatif. Jakarta:Kecana.

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gunawan, Ari H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.

Hakim, Ihsan Nul, et al. 2009. Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya

Dasar. Curup: Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Curup.

Hasbullah. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta.

Indrakusuma, Amir Dalem. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang:Usaha Nasional.

Kasmir, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang:UIN Malang.

Liliweri, Alo. 2013. Sosiologi & Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Askara.

Matsutomo, David. 2008. Pengantar Psikologo Lintas Budaya. Yogyakrta:Pustaka

Belajar.

Najafi, Ibnu, Hasan et al. 2006. Pendidikan & Psikologi Anak. Jakarta: Cahaya.

Page 99: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

85

Nashih, Abdullah, Ulwan. 2007. Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid 1. Jakarta: Pustaka

Amani

Novaliah Priska. 2011. Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah

Dasar Di Lingkungan Keluarga ( Studi di Lingkungan Keluarga Desa Tabeak

Dipoa Lebong Sakti). Skripsi. Curup: STAIN Curup.

Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan, Malang: UMM Malang.

Roudlotiyyukhbarun. 2011. Perhatian Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil

Belajar Anak Dalam Pengembangan Agama Islam (Studi Pada Siswa Kelompok B

RA Nurul Ittihad Babalan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran

2010/2011). Skripsi. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Walisongo Semarang.

Setiadi, Eli M. et al. 2006. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Fajar Interpratama.

Siswanto dan Agus Sucipto. 2008. Teori & Perilaku Organisasi. Malang: UIN Malang

Press.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada.

Suhendi, Hendi dan Ramdani Wahyu. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.

Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Syarnubi, Sukarman. 2011. Metodologi Penelitian Kunatitatif dan Kualitatif. Curup:

LP2 STAIN Curup.

Syah Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Ulandari, Septi. 2014, Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Prestasi

Belajar Siswa”. Skripsi. Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Kalijaga,

Yogyajarta.

Yusefri. 2011. Telaah Tematik Hadist Tarwabi. Curup:LP2 STAIN Curup.

Page 100: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

86

http://Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang

[email protected]. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016.

http://harianrakyatbengkulu.com , Kelompok Sejuta Enam Justru Pupuk Budaya Gotong

Royong. Rakyat Bengkulu. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016.

http://BinduriangRejangLebongWikipediabahasaIndonesia0ensiklopediabebas.htm,

diakses pada tgl 10 Mei 2015.

Page 101: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

87

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 102: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

88

Page 103: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

89

Page 104: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

90

Page 105: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

91

Page 106: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

92

ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM TERHADAP

PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA KEPALA CURUP

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

NO Variabel Aspek Sub Indikator Inti Pertanyaan No

Item

1. Kegiatan

Organisasi

Tua-Tui

Sejuta Enam

Kegiatan

organisasi Tua-

Tui Sejuta

Enam

Bentuk kegiatan

organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam

Bentuk kegiatan

organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam

2

Pelaksanan

kegiatan

organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam

Pelaksanan

kegiatan organisasi

Tua-Tui Sejuta

Enam

4

Partisipasi

organisasi

masyarakat

terhadap

pendidikan

anak

Partisipasi dalam

bentuk bantuan

pembiayaan

Partisipasi

masyarakat dalam

bentuk bantuan

pembiayaan

1

Partisipasi dalam

bentuk Sarana dan

prasarana.

Partisipasi

masyarakat dalam

bentuk Sarana dan

prasarana.

2

Partisipasi dalam

bentuk

penggunaan

sumber pelajaran

Partisipasi

masyarakat dalam

bentuk penggunaan

sumber pelajaran

1

Program

organisasi Tua-

Tui Sejuta

Enam

Program unggulan Program kegiatan

organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam

3

Program

penunjang

Program penunjang

kegiatan organisasi

Tua-Tui Sejuta

Enam

2

2.

Pendidikan

Anak

Pengembangan

nilai-nilai

pendidikan

iman

Penerapan nilai-

nilai ibadah

(sholat, mengaji

dan puasa)

Penerapan nilai-

nilai ibadah (sholat,

mengaji dan puasa)

3

Melaksananakan

bimbingan

Pelaksananakan

bimbingan

1

Page 107: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

93

3.

Implikasi

organisasi

terhadap

pendidikan

anak

pendidikan agama

pada anak

pendidikan agama

pada anak

Pengembangan

nilai-nilai

pendidikan

akhlak

Kepribadian anak Cara pembinaan

Kepribadian anak

1

Akhlak terpuji

(perilaku kepada

sesama manusia)

Cara

mengembangkan

Akhlak terpuji

pada anak

3

Akhlak tercela

(perilaku kepada

sesama manusia)

Pengajaran akhlak

tercela

1

Implikasi

dalam proses

pendidikan

Dampak positif

organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam

Terhadap

pendidikan anak

Dampak positif

organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam

Terhadap

pendidikan anak

3

Dampak negatif

organisasi Tua-

Tui Sejuta Enam

Terhadap

pendidikan anak

Dampak negatif

organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam

Terhadap

pendidikan anak

2

Page 108: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

94

Analisis Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap Pendidikan (Iman

Dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup

LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM

NO VARIABEL INDIKATOR YA TIDAK

1. Mengamati kegiatan

organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam

Orang tua sering berjoget

secara berlebih diatas

panggung

Orang tua selalu ada hadir

ketika ada acara hajatan

Orang tua lebih suka berada

diluar rumah

Orang tua memberi

sumbangan ketika setiap kali

ada orang hajatan

2. Observasi lokasi penelitian Masyarakat sering datang

kemasjid

Terdapat pengajian bapak-

bapak dan ibu-ibu

Masyarakat lebih suka

datang ke acara hajatan

Masyarakat suka dengan

adanya kegiatan organisasi

Tua-Tui Sejuta Enam

3. Mengamati cara orang tua

dalam menanamkan nilai-

nilai pendidikan iman dan

akhlak

Orang tua menanamkan

nilai-nilai ibadah (sholat,

mengaji, puasa) kepada anak

Orang tua mengajak untuk

pergi kemasjid

Page 109: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

95

Orang tua mengajarkan anak

untuk berbuat baik/ kurang

baik kepada sesama manusia

Orang tua sering memberi

berbicara kasar pada anak

Page 110: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

96

ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM TERHADAP

PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA KEPALA CURUP

Pedoman Wawancara

Untuk ketua, pengurus Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dan Masyarakat

1. Apa saja bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam?

2. Apakah kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam hanya dijadikan sebagai

hiburan atau hal lainnya?

3. Siapa saja yang tergabung dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam?

4. Apakah hanya orang tua yang boleh mengikuti kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam ini?

5. Berapa jumlah anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala Curup?

6. Apakah setiap kali ada warga masyarakat Lembak yang mengadakan acara

hajatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini di undang?

7. Apa saja bentuk partisipasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap

pendidikan anak?

8. Apa tujuan dibentuknya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam?

9. Apakah dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terdapat juga acara

minum-minum (mabuk-mabukan)?

10. Apakah hanya bapak-bapak yang melakukan acara minum-minum tuak (mabuk-

mabukan)?

11. Apakah ibu-ibu juga melakukan acara minum-minum tuak (mabuk-mabukan)?

12. Apakah kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam mempunyai struktur

keanggotaan?

13. Apa saja bentuk program unggulan dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam?

14. Apa saja bentuk program penunjang dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam

Page 111: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

97

15. Apakah kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam nemanamkan nilai-nilai

pendidik pada anak?

16. Apakah organisasi Tua-Tui Sejuta Enam berdampak terhadap pendidikan iman

dan akhlak anak?

17. Menurut bapak/ibu apa dampak positif dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam terhadap pendidikan anak?

18. Menurut bapak/ibu adakah negatif dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

terhadap pendidikan anak?

19. Apakah bentuk pendidikan yang ditanamakan dalam kegiatan organisasi Tua-Tui

Sejuta Enam?

20. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta

Enam?

Page 112: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

98

ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM TERHADAP

PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA KEPALA CURUP

Pedoman Wawancara

Anggota (Orang tua) Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam

1. Menurut bapak/ibu bagaimana cara mengajarkan tata cara sholat kepada anak?

2. Apakah bapak/ibu sendiri melaksanakan sholat lima waktu?

3. Bagaimana cara bapak/ibu memerintah anak agar melaksanakan sholat lima

waktu setiap harinya?

4. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak untuk membaca Al-Qur’an ?

5. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak untuk puasa ketika bulan Ramadhan?

6. Motivasi atau dorongan apa saja yang diberikan oleh bapak/ibu agar anak dapat

melaksanankan perintah puasa pada bulan ramadhan?

7. Apa yang sering dilakukan oleh bapak/ibu ketika ingin menciptakan suasana

rumah atau kondisi rumah yang lebih Islami?

8. Bagaimana metode atau cara yang diterapkan oleh bapak/ibu untuk mendidik

akhlak anak agar lebih baik, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat

serta metode agar dapat menjalankan nilai-nilai keimanan?

9. Hal-hal apa saja yang dilakukan orang tua dalam memberikan teladan yang baik

bagi anak?

10. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak agar lebih menghormati orang yang lebih

tua?

11. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak agar membantu orang lain ketika sedang

dalam kesusahan?

12. Apa saja hambatan bapak/ibu dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan (iman

dan akhlak) tersebut?

13. Apakah bapak/ibu sering bebicara kasar pada anak?

14. Apakah orang tua menjalin komunikasi yang baik kepada anak?

15. Apakah bapak/ibu sering mengajak anak ketika menghadari acara hajatan?

Page 113: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

99

16. Apakah bapak/ibu mengeluar uang sebagai uang seweran saat berada di dalam

acara hajatan?

Page 114: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

100

Page 115: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

101

Page 116: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

102

Page 117: Analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa kepala curup

103

BIOGRAFI PENULIS

Tatik Prisnamasari, S. Pd.

Lahir di Belitar Muka, tanggal 24 April 1994.

Pendidikan formal yang ditempuh mulai dari SD

Negeri 19 Belitar Muka (2006), SMP Negeri 01

Belitar Muka (2009) dan SMA Negeri 01 Binduriang

(2012). Gelar Sarjana S1 diperoleh pada Jurusan

Tarbiyah Prodi PGMI Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAIN) Curup.

Karya Ilmiah saya persembahkan untuk Ayah dan

Ibu. Terima kasih Allah swt, Ayah Ibu, para Bapak

Ibu dosen dan para sahabat. (Agustus 2016)