analisis keakuratan materi ajar

25
ANALISIS KEAKURATAN MATERI AJAR “MAKNA DENOTATIF DAN MAKNA KONOTATIF” DI DALAM BSE PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI SMK Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Semantik Dosen Pengampu: Drs. Hari Bakti M., M. Hum Oleh: Dewiyani Mulyaning Tyas (2101409045) Rombel 1

Upload: fairos

Post on 04-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Analisis Keakuratan Materi Ajar

TRANSCRIPT

ANALISIS KEAKURATAN MATERI AJAR MAKNA DENOTATIF DAN MAKNA KONOTATIF

DI DALAM BSE PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI SMK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Semantik

Dosen Pengampu: Drs. Hari Bakti M., M. Hum

Oleh:

Dewiyani Mulyaning Tyas(2101409045)

Rombel 1JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SMEARANG

2011PENDAHULUANBuku merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu permasalahan perbukuan dalam era otonomi daerah dewasa ini adalah ketersediaan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Untuk mengatasi hal tersebut, Departemen Pendidikan Nasional telah membeli hak cipta buku teks pelajaran dari penulis/penerbit. Selanjutnya buku-buku tersebut disajikan dalam bentuk buku elektronik (ebook) dengan nama Buku Sekolah Elektronik atau BSE (http://id.wikipedia.org/wiki/Buku_sekolah_elektronik, diakses pada tanggal 4 Juli 2011).Buku-buku teks pelajaran ini telah dinilai kelayakan pakainya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah ditetapkan sebagai Buku Teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 46 Tahun 2007, Permendiknas Nomor 12 Tahun 2008, Permendiknas Nomor 34 Tahun 2008, dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2008 (http://bse-indo.blogspot.com/, diakses pada tanggal 4 Juli 2011) Salah satu hal yang perlu diperhatikan di dalam buku teks adalah keakuaratan penyajian konsep dan teori. Hal ini penting karena konsep dan teori yang disajikan akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu pengetahuan. Apabila konsep dan teori yang sudah disajikan sudah tepat, pemahaman siswa akan menjadi benar. Akan tetapi, apabila konsep dan teori yang disajikan salah, maka pemahaman siswa pun akan menjadi salah pula. Apabila terjadi demikian, tentu akan merugikan siswa. Hal tersebut berlaku bagi semua buku teks pelajaran, termasuk buku teks Bahasa Indonesia.

Di dalam buku teks Bahasa Indonesia, terdapat berbagai macam konsep dan teori tentang sastra dan bahasa. Salah satunya adalah konsep dan teori tentang makna denotatif dan makna konotatif yang juga merupakan salah satu topik bidang ilmu semantik. Materi tersebut dihadirkan pada BSE Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas XI. Saya tertarik untuk menganalisis ketepatan materi semantik tersebut karena seringkali terjadi kekeliruan dalam penyampaian konsep makna denotatif dan makna konotatif. Seringkali penjelasan tentang makna konotatif menjadi rancu dengan makna kiasan. Oleh karena itu, saya mengambil dua judul BSE Bahasa Indonesia untuk Kelas XI SMK sebagai perbandingan sekaligus sampel untuk dianalisis. Harapan saya, BSE sebagai buku yang sudah dinilai kelayakan pakainya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan memang benar-benar layak digunakan sebagai buku ajar, khususnya dari segi keakuaratan konsep dan teori yang disajikan.KAJIAN TEORI

JENIS-JENIS MAKNA

Jenis-jenis makna dapat dibedakan apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Berdasarkan ada dan tidaknya nilai rasa, makna dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Berdasarkan jenis semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada dan tidaknya referen pada sebuah kata, makna dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna nonreferensial. Berdasarkan pada ada dan tidaknya hubungan (asosiasi, refleksi), makna dapat dibedakan menjadi makna konseptual dan makna asosiatif. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah. Selain itu, terdapat pula makna kiasan yang terdapat di dalam idiom dan peribahasa (Pateda, 2001: 108). Yang akan menjadi fokus dalam makalah ini adalah makna denotatif dan makna konotatif.1. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Berdasarkan ada dan tidaknya nilai rasa, makna dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif dan makna konotatif dibedakan oleh ada dan tidaknya nilai rasa pada sebuah kata. Menurut Kridalaksana (dalam Tarigan, 1991:495), makna denotatif adalah makna pada kata atau keolompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Sesuatu yang berada di luar bahasa itu ialah referen, konsep, atau ide tertentu (Keraf dalam Tarigan, 1991:495). Makna denotatif disebut juga dengan makna asal, makna asli, tau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksikon. Dengan kata lain, makna denotatif sama dengan makna leksikal. Makna denotatif juga disebut sebagai makna yang objektif karena berlaku umum (Alwasilah,1993:162). Makna denotatif merupakan hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran (Lyons dalam Pateda, 2001:98). Misalnya, kata babi bermakna denotatif binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal, dan berbulu kasar. Demikian pula dengan kata perempuan dan wanita. Kedua kata ini mempunyai makna denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Contoh lainnya adalah pada kata mati, meninggal, wafat, mangkat, gugur, dan berpulang. Kata-kata tersebut memiliki makna denotatif yang sama, yaitu peristiwa berpisahnya jiwa dan badan. Dalam kaitannya dengan pemakaian bahasa, makna denotatif, dalam bentuk murni, digunakan dalam bahasa ilmiah. Penyampaian informasi-informasi; khususnya bidang ilmiah, cenderung akan mempergunakan kata-kata yang denotatif, sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus merupakan tujuan utamanya; dan tidak menginginkan adanya interpretasi tambahan dari pembaca/pendengar (Tarigan, 1991: 496) Adapun makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Makna konotatif bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai tetentu (Alwasilah,1993:162). Setiap kata pasti mempunyai makna denotatif, tetapi tidak setiap kata memiliki makna konotatif. Makna konotasi ditimbulkan oleh pendengar/pembaca dalam merespon suatu stimulus. Dalam respon-respon tersebut, terkandung nilai-nilai emosional dan evaluatif (Tarigan,1991:496). Menurut Tarigan, makna konotatif adalah makna tambahan di dalam suatu kata yang mengandung makna tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasarnya yang diitimbulkan oleh kesan atau asosiasi yang bersifat emosional dan evaluatif terhadap kata-kata. Makna konotatif ini akan berbeda bagi tiap orang dan beberapa kata mempunyai makna konotatif lebih banyak daripada kata lainnya. Misalnya, pada contoh kata babi, bagi orang muslim mempunyai konotasi negative yaitu haram. Demikian pula dengan kata wanita dan perempuan. Kata perempuan memiliki nilai rasa lebih rendah dibanding kata wanita. Contoh lainnya adalah pada kata mati, meninggal, wafat, mangkat, dan gugur. Kata-kata tersebut mempunyai konotasi tertentu. Kata meninggal mengandung nilai rasa kesopanan, kata mangkat mengandung nilai rasa kebesaran, kata wafat mengandung nilai rasa keluhuran atau kemuliaan, sedangkan kata gugur mengandung nilai rasa kepahlawanan. Konotasi dapat dibagi menjadi beberapa ragam. Tarigan memnbagi konotasi menjadi dua bagian utama, yaitu:

a. Konotasi individual (nilai rasa yang hanya menonjolkan diri bagi orang perorangan); dan b. Konotasi kolektif (nilai rasa yang berlaku untuk para anggota suatu golongan atau masyarakat)

Menurutnya, ragam kolektif dibagi lagi menjadi:

1) Konotasi baik, yang meliputi konotasi tinggi dan konotasi ramah

2) Konotasi tidak baik, yang meliputi konotasi berbahaya, konotaasi tidak pantas, konotasi tidak enak, konotasi kasar, dan konotasi keras

3) Konotasi netral atau biasa, melingkupi: konotasi bentukan sekolah, konotasi kanak-kanak, konotasi hipokoristik, dan konotasi bentuk nonsenAdapun Soedjito (dalam Tarigan, 1991: 497) membagi konotasi menjadi dua golongan, yaitu:

a. Konotasi positif, yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa tinggi, baik, halus,sopan, menyenangkan, sacral, dan sebagainya; dan

b. Konotasi negative, yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, porno, dan sebagainya

Konotasi PositifKonotasi Negative

suami istrilaki bini

pegawai/karyawanburuh/pekerja

jenazahmayat, bangkai

kiai-nenekharimau

taliular

wanitaperempuan

orang desaorang udik

Makna konotatif merupakan hasil perkembangan suatu kosakata. Turun/naiknya suatu kosakata amat tergantung pada masyarakat pemakai bahasa itu. Konotasi yang dulu bernilai buruk, lama-kelamaan dapat menjadi bernilai rasa baik, begitu pula ssbaliknya. 2. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Berdasarkan jenis semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya. Makna ini sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contoh: leksem kursi memiliki makna leksikal perabot rumah tangga yang digunakan sebagai tempat duduk. Adapun makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Jadi, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ter- dengan dasar besar melahirkan makna gramatikal paling besar. Sering juga disebut dengan makna kontekstual atau makna situasional. Selain itu, bisa pula disebut makna structural karena proses dan satuan-satuan gramatikal selalu berkenaan dengan struktur kebahasaan.

3. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial

Berdasarkan ada dan tidaknya referen pada sebuah kata, makna dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna nonreferensial. Makna referensial adalah makna kata yang memiliki referen atau acuan, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Misalnya, sepeda, kerudung. Sebaliknya, makna nonreferensial adalah makna kata yang tidak memiliki acuan. Misalnya, berbagai jenis kata tugas.

4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Berdasarkan pada ada dan tidaknya hubungan (asosiasi, refleksi), makna dapat dibedakan menjadi makna konseptual dan makna asosiatif . Makna konseptual adalah makna yang dimiliki sebuah kata atau leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Dengan kata lain,makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya. Misalnya, kata amplop bermakna sampul surat.Adapun makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah kata atau leksem berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata amplop diasosiasikan dengan uang suap. Asosiasi antara amplop dengan uang berkenaan dengan wadah. Ke dalam amplop biasanya selain dimasukkan kertas, bisa pula dimasukkan benda lain, misalnya uang.5. Makna Kata dan Makna IstilahBerdasarkan ketepatan maknanya, makna dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah. Makna kata adalah makna pada suatu kata yang dipakai secara umum. Dalam penggunaannya, makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya.Adapun makna istilah adalah makna yang terdapat di dalam kata yang hanya digunakan dalam bidang kegiatan tertentu atau keilmuan tertentu. Makna istilah memiliki makna yang pasti, jelas,tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh krena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Misalnya, kata tahanan. Akan tetapi, sebagi istilah, misalnya di bidang hokum, makna kata tahanan sudah pasti, yaitu orang yang ditahan sehubungan dengan suatu perkara. Sebagai istilah dalam kelistrikan, kata tahanan bermakna daya yang menahan arus listrik.6. Makna Kiasan, Idiom dan PeribahasaMakna kiasan adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya (Harimurti dalam Pateda, 2001: 108). Makna kiasan tidak lagi sesuai dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya, tetapi kalau dipikir secara mendalam, masih ada kaitan dengan makna sebenarnya. Makna kias banyak terdapat di dalam idiom, peribahasa, dan ungkapan.

Idiom adalah suatu ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari unsure-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, membanting tulang dengan makna bekerja keras, meja hijau dengan makna pengadilan, dan sudah beratap seng bermakna sudah tua (Chaer, 1994:296).Biasanya dibedakan orang adanya dua macam idiom, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Contohnya, membanting tulang dan meja hijau. Adapun idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal sendiri. Misalnya, buku putih bermakna buku yang memuat keterangan resmi tentang suatu kasus, daftar hitam yang bermakna daftar yang memuat nama-nama orang yang diduga atau dicurigai berbuat kejahatan, dan koran kuning bermakna koran yang biasa memuat berita sensasi. Pada contoh tersebut, kata buku, daftar, dan koran masih memiliki makna leksikalnya. Berbeda dengan idiom, maka yang disebut peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri dari makna unsure-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan makna maknanya sebagai peribahasa. Misalnya, peribahasa seperti anjing dengan kucing yang bermakna dua orang yang tidak pernah akur.PEMBAHASAN1. Penyajian Materi Makna Denotatif dan Makna Konotatif di dalam BSE Karangan Mokhamad Irman, Tri Wahyu Prastowo, dan Nurdin.

Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial

Makna kata ini dibedakan menjadi:

a. Makna denotatif Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandungarti sebenarnya.

Contoh:

1) Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.

2) Untukmenakahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar

3) Penjual menawarkan barang kepada pembeli

4) Bajunya basah kuyup terkena keringat.

b. Makna konotatif

Makna konotatif ialah makna kiasan ataudiartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan.

Contoh :

1) Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan (kursi artinya jabatan/ kekuasaan)

2) Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama. (berbunga-bunga artinya gembira)

3) Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.( basah artinya selalu menghasilkan uang)

Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan makna kasar.

Contoh cakupan makna halus:

1) Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu

2) Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.

3) Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.

4) Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah.

Contoh cakupan makna kasar:

1) Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.

2) Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.

3) Bininya seorang dokter.

4) Pahlawan telah mati di medan laga.Sumber: Irman, Mokhamad, Tri Wahyu Prastowo, dan Nurdin. 2008. Bahasa Indonesia 2 : untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Analisis:Di dalam uraian di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Dasar pembedaan/penggolongan makna konotatif dan makna denotatif. Pada uraian di atas, dituliskan bahwa dasar pembedaan/penggolongan makna denotatif dan makna konotatif adalah beradasarkan hubungan referensial. Hal ini jelas tidak tepat karena dasar penggolongan/pembedaan makna denotatif dan makna konotatif adalah ada dan tidaknya nilai rasa, bukan berdasarkan hubungan referensial. Jika didasarkan pada makna referensial, makna yang diperoleh adalah makna referensial dan makna nonreferensial. Definisi kedua makna tersebut berbeda dengan definisi makna denotatif dan makna konotatif.

b. Definisi makna denotatif dan makna konotatif

Definisi makna denotatif sudah benar/tepat. Akan tetapi, definisi dari makna konotatif masih rancu. Pada uraian di atas, dituliskan bahwa makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan. Dengan kata lain, definisi makna konotatif terdiri atas dua definisi. Di dalam definisi tersebut, ditemukan adanya kerancuan antara definisi makna kiasan dengan makna konotatif. Definisi yang pertama (makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual)) sebenarnya merupakan definisi dari makna kiasan, dan makna kiasan berbeda dengan makna konotatif. Definisi yang lebih tepat untuk makna konotatif adalah definisi yang kedua (makna tambahan). Kekeliruan ini memang sering terjadi di dalam pembelajaran tentang makna konotatif, makna konotatif dan makna kias cenderung disamakanc. Contoh kata-kata yang memiliki makna denotatif dan makna konotatif

Contoh untuk makna denotatif sudah tepat. Akan tetapi, contoh makna konotatif masih belum tepat. Ketidaktepatan ini terkait dengan definisi yang sudah disajikan sebelumnya. Karena sebelumnya dijelaskan bahwa makna konotatif adalah makna kias, maka terdapat contoh kalimat yang di dalamnya terkandung makna kias ( kursi, berbunga-bunga, basah). Contoh yang tepat ditunjukkan oleh contoh yang didasarkan pada definisi kedua (meninggal-mampus, hamil-bunting, istri-bini, mati-gugur)2. Penyajian Materi Makna Denotatif dan Makna Konotatif di dalam BSE Karangan Marthasari, Kristari Yuningsih, dan F. X. Sumarjo

.Praktikkan teks percakapan berikut bersama dengan teman sebangku Anda dengan lafal dan intonasi yang jelas!

Suatu sore Anton dan Dido sedang duduk-duduk di teras depan rumah Dido.

Dido: Ton, penampilan grup band sekolah kita kemarin malam sangat bagus.

Anton: Benar sekali katamu, aku suka sekali dengan suara emas vokalisnya.

Dido: Melihat mereka, aku... jadi teringat dengan pecahnya grup kita.

Anton: Ya... aku juga sedikit memikirkan hal itu. Tapi... Kita jangan lagi menoleh ke belakang.

Coba kalian cermati kata-kata yang dicetak miring dalam percakapan di atas!

a. suara emas vokalisnyab. pecahnya grup kitac. kita jangan lagi menoleh ke belakang

Kata atau frasa tersebut tidak dapat dimaknai secara leksikal/gramatikal atau makna sesungguhnya. Kata-kata tersebut memiliki makna lain yang ditimbulkan karena mempunyai nilai rasa. Makna kata itu digolongkan sebagai makna konotatif.Makna Denotatif dan Konotatif

Setiap kata mengandung konsep makna. Untuk mengetahui makna kata kita dapat menggunakan kamus sebagai salah satu alat bantu.

Kita tahu bahwa suatu kata tidak selalu mengacu pada pengertian dasarnya, tetapi juga dapat merujuk pada tautan atau asosiasi dengan hal yang lain. Sehubungan dengan hal ini kita mengenal makna denotatif dan makna konotatif.

Makna denotatif adalah makna yang mengacu pada makna sesungguhnya. Makna konotatif adalah makna yang timbul karena mempunyai nilai rasa. Nilai rasa ini bisa positif seperti indah, terhormat, tinggi lucu, sakral, atau menyenangkan; bisa juga negative seperti jelek, tidak beradab, hina, rendah, kasar, jorok, porno, atau menakutkan.

Perhatikan contoh berikut:

1. Dia sedang makan pisang (denotatif)2. Honor anak buahnya, dia makan juga (konotatif)3. Sudah lima tahun dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi. (denotatif)

4. sudah lima tahun dia bekerja sebagai budak di Arab Saudi. (konotatif)5. Dia adalah wanita cantik.(denotatif)

6. Dia adalah wanita manis (konotatif)

7. Ia harus membanting tulang untuk dapat melanjutkan hidupnya. (konotatif/idiom)

Sumber:Marthasari, Kristari Yuningsih , F. X. Sumarjo. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 2: SMK/MAK Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Analisis:Di dalam uraian di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Ketepatan contoh yang disajikan di bagian awal uraian. Contoh yang disajikan di bagian awal kurang tepat. Contoh tersebut (suara emas vokalisnya, pecahnya grup kita, kita jangan lagi menoleh ke belakang) bukan merupakan contoh dari makna konotatif melainkan contoh dari makna kiasan. Kasus yang sama dengan BSE karangan Irman dkk. b. Kesesuaian definisi makna konotatif di awal uraian dengan contoh di awal uraian. Kata-kata tersebut memiliki makna lain yang ditimbulkan karena mempunyai nilai rasa. Makna kata itu digolongkan sebagai makna konotatif..

Definisi tersebut sebenarnya sudah tepat. Akan tetapi, tidak ada kesesuaian antara contoh di awal bacaan dengan definisi yang disajikan di bawahnya. Contoh yang disajikan adalah contoh kata-kata atau frase yang di dalamnya terkandung makna kiasan sedangkan definisi yang disajikan adalah definisi makna konotatif.c. Pernyataan: Kita tahu bahwa suatu kata tidak selalu mengacu pada pengertian dasarnya, tetapi juga dapat merujuk pada tautan atau asosiasi.Pernyataan di atas kurang tepat untuk dihadirkan dalam pembahasan makna konotatif dan makna denotatif. makna konotatif bukan merujuk pada asosiasi karena makna yang merujuk pada asosiasi itu artinya sudah memiliki makna yang berbeda dengan makna asal meskipun masih ada kaitan di dalamnya. Makna yang sedemikian bukan makna konotatif melainkan makna asosiatif. Adapun makna konotatif adalah makna yang ditambahkan pada sebuah kata. Jadi, makna asli kata tersebut masih tetap terpakai, hanya dibumbui dengan nilai rasa. Misalnya, kata amplop di dalam kalimat Berikan dia amplop agar urusan kita lancar. Kata amplop pada kalimat tersebut diasosiasikan dengan uang sogok. Makna asal amplop sebagai tempat surat tentunya berubah total karena uang sogok berbeda dengan tempat surat. Akan tetapi, keduanya memiliki hubungan asosiasi terkait dengan wadah. Berbeda dengan contoh makna konotatif hamil dan bunting. Makna asal keduanya secara harfiah sama (mengandung janin di rahim). Hanya saja, dalam kata bunting terdapat nilai rasa yang rendah sedangkan dalam kata hamil terdapat nilai rasa yang tinggi. d. Penyajian contoh makna konotatif di akhir uraianPenyajian contoh di bagian akhir uraian hanya ada satu yang sudah tepat,yang lainnya belum tepat. Contoh yang sudah tepat yaitu :

pembantu rumah tangga (denotatif) - budak (konotatif)

Adapun contoh lain seperti:

1) Dia sedang makan pisang (denotatif) - Honor anak buahnya, dia makan juga (konotatif)

2) Dia adalah wanita cantik.(denotatif) - Dia adalah wanita manis (konotatif)

Catatan:

Contoh di atas belum tepat karena keduanya merupakan contoh dari makna asosiatif, bukan contoh dari makna konotatif

3) Ia harus membanting tulang untuk dapat melanjutkan hidupnya. (konotatif/idiom)Catatan:

Contoh di atas bukan contoh makna konotatif melainkan contoh dari makna kiasan.

SIMPULAN1. Penyajian materi tentang makna denotatif dan makna konotatif di dalam BSE Bahasa Indonesia untuk Kelas XI SMK yang dijadikan sampel masih kurang tepat. Di kedua buku tersebut, terdapat kekeliruan yang secara garis besar sama, yakni kerancuan antara definisi makna konotatif dengan makna kiasan dan ketidaktepatan contoh yang disajikan. Adapun definisi dan contoh makna denotatif sudah benar.2. Materi di dalam buku tersebut perlu ditinjau ulang agar tidak memberikan pemahaman yang salah kepada siswa tentang konsep dari makna denotatif dan makna konotatif.DAFTAR PUSTAKAAdmin. 2010. Buku Sekolah Elektronik. http://id.wikipedia.org/wiki/Buku_sekolah_elektronik, diakses pada tanggal 4 Juli 2011 pukul 07.47 WIB.----------. 2011. DVD BSE (Buku Sekolah Elektronik) Tahun 2011. http://bse-indo.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 4 Juli 2011 pukul 07.78 WIB.

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.Chaer, Abdul. 1994. Linguistic Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Irman, Mokhamad, Tri Wahyu Prastowo, dan Nurdin. 2008. Bahasa Indonesia 2 : untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Mardikantoro, Hari Bakti. 2009. Handout Semantik Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes.Marthasari, Kristari Yuningsih , F. X. Sumarjo. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 2: SMK/MAK Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.Tarigan, Djago, Kosadi Hidayat, dan Alam Sutawidja. 1991. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.