analisis karakter tokoh "martin luther"

12
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MATA KULIAH CHARACTER BUILDING Makalah ini Dibuat Oleh : Nama : Lukman Prabowo NIM : 1271510115 Kelas : PC Periode : 512 Dosen Pengampu : Rifqi Muflih, M.Si

Upload: jurnal-go-blog

Post on 04-Jul-2015

736 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MATA KULIAH CHARACTER BUILDING

Makalah ini

Dibuat Oleh :

Nama : Lukman Prabowo

NIM : 1271510115

Kelas : PC

Periode : 512

Dosen Pengampu : Rifqi Muflih, M.Si

Page 2: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

Analsis Kompetensi dan Karakter Tokoh ( Martin Luther )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Profil Martin Luther Luther lahir pada tanggal 10 Nopember 1483, di kota Eisleben, propinsi

Saxony (sekarang wilayah Jerman). Martin adalah nama baptisan yang

diperolehnya karena hari pembabtisannya bertepatan dengan Hari Santo

Martin, pelindung kaum pengemis. Hans Luther, sang ayah, adalah seorang

pemilik beberapa tambang dan peleburan logam. Sedangkan ibunya,

Margaretha Luther, adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat religius,

dan kemungkinan berperan besar dalam menanamkan benih iman kepada

Luther kecil. Dalam otobiografinya, Luther mengenang keduanya sebagai

orangtua yang disiplin dan keras dalam mendidik anak, tapi sekaligus ingin

memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Sikap orangtuanya yang

sangat menghargai pendidikan amat berbekas pada diri Luther. Pada saat

dewasa nanti, Luther memulai perjuangannya dari lingkungan dan dengan

metode akademis.

Pendidikan formal pertama Luther diperolehnya di Sekolah Latin kota

Mansfeld. Sebagaimana Sekolah Latin lainnya pada masa itu, Luther belajar

bahasa Latin yang membuatnya berkenalan dengan kekayaan pustaka Latin.

Juga musik dan agama. Luther belajar doktrin-doktrin penting gereja. Luther

remaja mengembangkan kepercayaan bahwa Allah pasti menghakimi segala

perbuatannya pada akhir zaman. Dan hanya berdoa kepada Kristus, Maria

dan para orang suci sebagai perantara maka akan beroleh rahmat

pengampunan dari Allah Bapa.

Pada usia 14, Luther hijrah ke Magdeburg, masuk Sekolah dari

Katedral setempat. Hal yang perlu dicatat, Luther berjumpa dengan ajaran

beberapa pendidik yang merupakan anggota Persaudaraan Brethen.

Persaudaraan Brethen adalah salah satu kelompok aliran Kristen Mistik yang

Page 3: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

memang cukup banyak menjamur sejak sekitar dua abad sebelum Reformasi.

Penekanan mereka pada hubungan yang akrab dengan Allah (devosi) melalui

pembacaan Alkitab dan doa pribadi. Ajaran mereka membentuk kesalehan

Luther yang akan mewarnai kehidupan Luther seterusnya.

Setelah menempuh pendidikan pra universitas di Eisenach, Luther

masuk Universitas Erfurt, salah satu universitas terbaik masa itu di Jerman.

Perpustakaan Universitas Erfurt juga dikenal cukup lengkap. Dapat

dipastikan, Luther melahap habis pelbagai tulisan penting baik dari Abad

Pertengahan maupun sebelumnya di perpustakaan ini. Pada tahun 1502,

Luther merampungkan gelar pertamanya dalam Liberal Arts. Sambil

melanjutkan studi ke jenjang master, Luther mengajar di universitasnya dalam

bidang tata bahasa dan logika. Pada tahun 1505, Luther memperoleh gelar

master.

Selama kuliah, Luther memiliki kerinduan yang besar untuk secara

sungguh mencari Allah dan mempelajari Alkitab, dia sempat terpikir untuk

masuk ke biara sebagai cara terbaik untuk memenuhi kerinduannya itu.

Namun ayahnya menolak keinginannya. Sang ayah menganggap jurusan

hukum sebagai yang terbaik untuk masa depannya. Dalam ketaatannya

kepada orangtua, Luther masuk Universitas Leipzig pada tahun 1505, dan

tentunya mengambil jurusan hukum. Luther sama sekali tidak bahagia

dengan studinya. Pada tahun yang sama, Luther mengalami suatu peristiwa

penting yang mengubah jalan hidupnya secara drastis.

Tepatnya tanggal 2 Juli 1505, ketika itu, Luther sedang dalam

perjalanan dari Mansfield ke Erfurt. Dalam perjalanan itu, dia terjebak dalam

hujan badai yang menakutkan. Tidak jauh dari desa Stotternheim, beberapa

mil dari Mansfield, Luther dikejutkan oleh kilat yang menyambar di dekatnya.

Tiba-tiba gambaran akan kematiannya begitu nyata di depan matanya. Dia

teringat akan dosa di masa mudanya, dan pengadilan Tuhan seakan sudah di

ambang pintu. Dalam ketakutan yang sangat, Luther berdoa kepada Santa

Anna. Dalam doanya, Luther bersumpah bahwa seandainya dia dilepaskan

dari marabahaya ini, maka dia akan menjadi rahib selama sisa hidupnya. Dan

dia pun berhasil lolos dari hujan badai itu. Dua minggu kemudian, Luther

dengan hati yang mantap, mengutarakan keinginannya untuk menjadi rahib

kepada para sahabat dan keluarganya. Sang ayah begitu marah dengan

Page 4: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

keputusannya itu. Namun kali ini, Luther bergeming. Dia memenuhi kaulnya

dengan masuk biara Agustinian di Erfurt, meskipun harus melawan kehendak

ayahnya. 1.2. Sejarah Pergerakan Martin Luther

Perjalanan seorang martin luther dimulai saat dia memutuskan untuk

menjadi Biarawan. Luther ditahbiskan pada tahun 1507. Selama di Biara,

Luther rajin menelaah seluruh isi Alkitab. Konon, Luther hafal hampir seluruh

Perjanjian Baru dan beberapa bagian dari Perjanjian Lama. Luther

menemukan bahwa begitu banyak bagian dari Alkitab yang tidak pernah

diceritakan dalam misa-misa reguler. Luther mulai merasakan kejanggalan

dari kebijakan gereja saat itu yang membatasi pembacaan dan penafsiran

Alkitab oleh para pejabat gereja saja, jemaat awam sama sekali tidak

diizinkan untuk membacanya. Suatu sistem yang justru menjauhkan jemaat

dari kekayaan Alkitab.

Jika kita membayangkan Luther sebagai tokoh yang selalu teguh hati

sejak muda, maka kita salah. Awalnya, Luther yakin bahwa dengan menjadi

biarawan maka kegelisahannya tentang penghukuman Allah akan sirna.

Sebelum masuk biara, Luther menganut ajaran via moderna yang sudah

digemarinya sejak di Universitas Erfurt. Suatu modifikasi dari ajaran kuno

Pelagius (rival Agustinus). Menurut via moderna, Allah akan memberikan

anugerah kepada orang berdosa yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Seolah, Allah telah berjanji akan mengaruniakan anugerah pengampunan

sejauh orang berdosa bisa mencapai syarat minimum yaitu datang kepada-

Nya. Kemiripan dengan Pelagius terletak pada faktor inisiatif manusia, bahwa

orang berdosa masih memegang inisiatif untuk pengampunan dosanya, dan

Allah terikat dengan kewajiban untuk mengampuninya. Demikianlah, dengan

diinspirasikan via moderna, Luther berusaha sekuat tenaga menjadi rahib

yang saleh dan tekun. Dia pernah sesumbar, "Kalau ada rahib yang bisa

masuk surga karena kesalehannya, pastilah aku!". Namun dalam hati

kecilnya, Luther tetap gelisah dan takut akan penghukuman Allah.

Pada tahun 1508, atas ajakan gurunya, Johannes von Staupitz, Luther

menjadi pengajar bidang Filsafat Moral di Universitas Wittenberg yang baru

didirikan. Luther mengajar sambil melanjutkan studi teologinya. Setahun

kemudian, Luther menamatkan sarjana teologinya. Pada tahun 1512, Luther

Page 5: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

berhasil meraih gelar doktor dalam bidang teologi dari Universitas yang sama.

Sebelumnya, pada tahun 1510, Luther berkesempatan mengunjungi kota suci

Vatikan. Awalnya, Luther begitu terpesona dengan pusat pemerintahan gereja

tertinggi ini. Diceritakan, saat dia tiba di Roma, dia berlutut dan berteriak, "Aku

menyapamu hai Roma yang suci, sucilah engkau karena darah martir yang

tertumpah bagimu!". Luther berharap kunjungannya ke Roma meredakan

kegelisahan hatinya, Namun setelah sekian hari dia melihat kota suci, dia

berbalik kecewa dengan segala praktik kotor dan sikap keduniawian pejabat

gereja. Pada perjalanan pulang, Luther melukiskan kekecewaannya, "Biarlah

segala yang suci tidak pernah ke Roma. Karena di Roma segalanya diizinkan,

kecuali orang jujur."

Jabatan Luther sebagai pengajar diperluas pada tahun 1511. Luther

ditugasi mengajar kitab-kitab spesifik. Dari kuliah-kuliah awal, tampak jelas

Luther masih memegang posisi via moderna. Seiring dengan waktu, ketika

Luther mempersiapkan kuliah kitab Roma (1515-1516), dia menemukan

beberapa kesukaran besar dari pandangan via moderna. Konsep "iustita Dei"

(Kebenaran Allah) begitu dominan dalam kitab Roma. Allah dengan

kebenarannya yang sempurna akan mengadili setiap orang. Bagaimana bila

orang berdosa sesungguhnya tidak akan pernah memenuhi standar keadilan

Allah supaya dibenarkan, meskipun orang berdosa dengan tulus mencari-

Nya? Pertanyaan ini benar-benar menghujam ke sanubari Luther. Pertanyaan

ini bukanlah bersifat akademis belaka, namun memberikan dilema batin yang

luar biasa. Kebenaran Allah hanya akan mendatangkan kutukan dan

hukuman bagi orang berdosa, tanpa terkecuali dirinya. Luther menuliskan,

"Meskipun aku hidup tidak bercela sebagai seorang rahib, namun aku yakin

bahwa aku tetap orang yang berdosa dan hati nuraniku sangat gelisah di

hadapan Allah. Aku tidak percaya segala perbuatanku dapat menyenangkan

Allah."

Pada suatu malam, sekitar akhir tahun 1514, dalam suatu penggalian

Alkitab pribadi di menara biara Wittenberg, Luther terpaku pada tulisan Rasul

Paulus dalam kitab Roma 1:16-17. Tulisan Paulus begitu menggetarkan

hatinya. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur dan memikirkannya. Setelah

bergumul begitu berat dan dengan pertolongan Allah, Luther tiba pada suatu

pencerahan. Diduga kuat, bacaan Luther dari tulisan Agustinus tentang

Page 6: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

doktrin anugerah turut mengambil andil dalam pengalaman eksistensial ini.

"Orang benar akan hidup oleh iman", begitu adagium dari doktrin anugerah

yang memberikan titik balik dari krisisnya.

Luther mengingat ajaran Agustinus tentang "Anugerah" yang pernah

dibacanya. Doktrin "Anugerah" yang pernah dituliskan Agustinus dalam buku

"Pengakuan-pengakuan" (Confessions) adalah salah satu ajaran penting

yang telah begitu lama dilupakan gereja. Sederhananya, doktrin ini meyakini

bahwa tidak ada satupun manusia berdosa mampu menyelamatkan dirinya.

Hanya Allah yang dapat mengampuni manusia dalam kedaulatan-Nya.

Pengampunan inilah yang disebut anugerah, suatu rahmat yang sebenarnya

tidak layak diberikan kepada kita. Bahkan iman pun adalah pemberian Allah,

bukan usaha dan keputusan manusia.

Pencerahan ini membuat Luther sadar akan kekeliruan besar dari

ajaran via moderna dan ajaran gereja yang lain. Alkitab dan Agustinus telah

"melahirkan" Luther kembali. Dan perubahan ini tidak sekedar pada dimensi

rasional. Luther menyaksikan betapa segala kegelisahan hatinya lenyap,

"Seperti ada tertulis bahwa orang benar hidup oleh imannya. Ini membuat aku

seperti dilahirkan kembali. Kini aku seakan berdiri di depan pintu gerbang

surga dalam suatu terang yang baru. Kalau dulu aku membenci ungkapan

'Kebenaran Allah', maka sekarang aku mulai mencintai dan memujinya

sebagai ungkapan yang paling manis..." Luther pun mulai melihat seluruh isi

kitab suci dengan sudut pandang yang baru.

Di kemudian hari, doktrin "Pembenaran oleh Iman" menjadi dasar dari

seluruh bangunan teologi Luther. Peristiwa pemakuan 95 dalil di pintu gereja

Wittenberg sebenarnya konsekuensi dari pandangan Luther yang telah

diperbaharui beberapa tahun sebelumnya. Allah mengubah pergumulan

Luther yang pelik itu menjadi semacam "Reformasi" dalam dirinya terlebih

dahulu, sebelum dia memimpin gerakan Reformasi yang lebih besar dan

berat. Reformasi praktikal merupakan reformasi yang dilakuakn oleh Luther

untuk mengingatkan jemaatnya untuk tidak menodai perjuangan suci ini

dengan kebencian dan kemarahan kepada siapapun, termasuk otoritas gereja

Roma.

Pada tahun 1523, Luther mengedarkan tulisannya yang berjudul

"Ibadah Reformasi Bersama" (Formula Missae et Communionis). Dalam

Page 7: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

tulisannya, Luther menyatakan bahwa tujuan reformasi ibadah bukan untuk

membuang seluruh ibadah pra Reformasi. Menurutnya, ada bagian-bagian

ibadah pra Reformasi yang baik dan tidak bertentangan dengan Alkitab. Yang

perlu dibuang adalah bagian-bagian yang nyata bertentangan dengan Alkitab.

Pada tahun yang sama, Luther menerbitkan "Tentang Penyembahan Ilahi".

Luther menekankan kembali agar setiap orang percaya membaca Alkitab,

berdoa dan menyembah Allah dalam devosi pribadi tiap hari.

Sebelum gerakan Reformasi merebak, kekuasaan politis gereja Roma

mencakup sekitar 300 teritori kecil dan besar, khususnya di Eropa Barat dan

Tengah. Hampir semua penguasa daerah tunduk kepada otoritas gereja

Roma. Kondisi ini berubah drastis sejak 20 tahun pertama gerakan Reformasi

Luther muncul. Dibarengi semangat lokalisme yang menguat di kalangan elit

politik, maka mulailah sejumlah besar daerah memutuskan hubungan dengan

otoritas gereja Roma. Banyak daerah mengklaim dirinya sebagai teritori

Lutheran dan bukan lagi Katolik Roma. Dan tampaknya, hal ini akan terus

berkembang. Kondisi ini sangat mencemaskan otoritas gereja Roma.

Charles V kembali berinisiatif mengadakan sidang untuk menghambat

gerakan Reformasi ini terutama di kalangan para bangsawan. Pada tahun

1526, sidang digelar di kota Speyer. Agenda sidang terutama untuk mencapai

konsesi antara para elit politik. Mana yang memilih Katolik dan mana yang

memilih Lutheran. Setiap elit politik diberi kebebasan untuk memilih. Sebagian

besar elit politik di Jerman Utara memilih Lutheran sebagai "agama resmi"

mereka yang baru. Charles V bermaksud menggertak para elit politik yang

memilih Lutheran. Charles V mengira dengan adanya pertemuan di antara

para elit politik ini, mampu mengecilkan hati kubu Luther. Ternyata, hasil

sidang malah sebaliknya. Elit politik Lutheran justru menganggap sidang ini

sebagai kesempatan yang baik untuk mereka mengambil posisi secara

formal. Mereka malah menyangka sidang ini sebagai cerminan sikap otoritas

gereja yang melunak dan mentoleransi ajaran Luther. Hasil yang tidak sesuai

harapan ini, mendorong Charles V mengadakan sidang kedua di kota yang

sama pada tahun 1529.

Pada sidang kedua ini, Charles V menguatkan kembali keputusan

otoritas gereja yang menyebutkan Luther dan pengikutnya sebagai sesat.

Charles V juga memberikan ultimatum kepada elit politik yang masih ragu

Page 8: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

untuk segera kembali ke Katolik Roma, dan benar-benar melarang ajaran

Luther masuk daerahnya. Intervensi politis sepihak ini dan inkonsistensi dari

sidang pertama diprotes oleh beberapa bangsawan seperti Elektor dari

Saxony, Gubernur dari Brandenburg, dan lainnya. Mereka yang menentang

keputusan sidang kedua ini disebut sebagai kelompok "Protestan". Dari

sinilah asal mula istilah "Protestan". Protestan bukanlah berarti "kembali

kepada Alkitab" (pro testanum) sebagaimana yang sering kita kira.

Sepuluh tahun terakhir dalam hidupnya ditandai dengan kemunduran

fisik maupun mental. Kira-kira sejak tahun 1538, Luther mengidap penyakit

kencing batu, gangguan jantung dan pencernaan. Pada tahun 1541, Luther

kena infeksi telinga dan tenggorokan. Penyakitnya ini bukan hanya

menggerogoti fisiknya, namun juga menciptakan depresi yang dalam. Luther

tidak lagi produktif dalam menghasilkan tulisan, kalaupun ada, tulisannya

pada masa ini tampak lebih keras. Luther tidak sungkan memasukan hujatan

dalam tulisannya. Puncaknya pada tahun 1545, Luther menuliskan risalahnya

yang paling sarkastis, "Menentang Kepausan Roma yang Didirikan Setan".

Secara isi, tidak ada yang baru dari pemikiran Luther, namun cara

penyampaiannya yang amat vulgar.

Kepahitan hidupnya bertambah dengan meninggalnya, Magdalena

Luther, anak perempuannya yang menjadi korban wabah penyakit di

Wittenberg. Wabah ini juga banyak merenggut jemaatnya. Kesedihan di

mana-mana mempengaruhi jiwa Luther menjadi semakin tertekan. Dalam

keadaan depresi, Luther sempat berdelusi bahwa akhir zaman sudah dekat.

Dia merasa banyak warga Wittenberg sudah kehilangan imannya. Luther

mengalami delusi ini sampai beberapa tahun. Pada tahun 1545, Luther tiba-

tiba ingin keluar dari Wittenberg karena merasa tidak nyaman. Tapi niatnya ini

dihalangi oleh pihak universitas dan Melachthon, karena mengingat kondisi

fisik Luther yang buruk dan usianya yang sudah lanjut.

Pada Januari 1546, Luther dipanggil ke kota Eisleben untuk menjadi

mediator perselisihan dua orang bangsawan dari Mansfield. Persis sebulan,

setelah tiba di sana, tepatnya tanggal 17 Februari, Luther meninggal karena

gagal jantung. Pada tanggal 22 Februari, jenazah Luther kembali ke

Wittenberg dan dikebumikan di gereja yang sama ketika dia memulai gerakan

Reformasi. Luther wafat dalam usianya yang ke-63.

Page 9: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Analisis Karakter Pokok (Dasar, Unggulan dan Kepemimpinan) a. Karakter dasar yang dimiliki oleh Martin Luther :

Karakter pada hakekatnya merupakan perilaku baik, dalam

menjalankan peran dan fungsinya sesuai amanah dan tanggung jawab.

Dia seorang yang mempunyai karakter dasar yang kuat, diataranya; tidak

egois, jujur dan disiplin, terbukti dia tidak pernah egois bahkan ia selalu

mau belajar dan displin dalam memahami selama dia ada dalam

universitas dan dengan kejujurannya dia meraih gelar doctor teologi, itu

semua karna ketekunan dan kediplinannya untuk terus belajar dan

berusaha mencari seutu kebenaran sesuai dengan tujuannya.

Kediplinannya juga yang membawa dia menjadi tokoh penggerak

Reformasi dalam dunia kekristenan dengan terus memberikan idiologi

yang baru seuai dengan apa yang telah tertulis di Alkitab.

b. Karakter Unggulan yang dimiliki oleh Martin Luther :

Sabar, bertanggung jawab, perbaiki diri dan sungguh-sungguh

merupakan karakter unggulan yang sangat menonjol dalam cerita

kehidupan Martin Luther. Terbukti disaat dia penuh kesabaran untuk

mencari ketenangan diri, bertanggung jawab atas apa yang telah

diputuskan meski harus menentang keinginan ayahnya, selalu

memperbaiki diri seperti kata-kata yang say kutip "Meskipun aku hidup

tidak bercela sebagai seorang rahib, namun aku yakin bahwa aku tetap

orang yang berdosa dan hati nuraniku sangat gelisah di hadapan Allah.

Aku tidak percaya segala perbuatanku dapat menyenangkan Allah." Kata-

kata ini membuktikan bahwa setiap orang tidaklah sempurna, tapi harus

selalu diperbaharui dan di perbaiki setiap harinya dan selalu merendahkan

diri dihadapan Tuhan, karena kita bukanlah siapa-siapa dihadapan Tuhan.

SUnggung-sungguh menjadi dasar kegigihannya untuk mencari

pembenaran dalam Alkitab, tertulis pada saat dia didalam biara hamper

seluruh Perjanjian Baru dihafalkannya.

Page 10: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

c. Karakter kepemimpinan yang dimiliki oleh Martin Luther

Kepemimpinan Martin Luther terlihat saat dia sudah lulus dari

Universitas dan mendapat gelar Doktor, dan kepintarannya dalam

menterjemahkan filsafat-filsafat yang adalam Alkitab, sehingga dia ditunjuk

untuk menjadi pendeta di sebuah gereja dan menetap disana untuk

memberikan penginjilan. Kepemimpinannya terlihat dari kepemimpinan

structural dan kharismatiknya membuat dia menjadi figure yang disegani

dan di hormati.

2.2. Analisis Kompetensi (Kapasitas dan Kapabilitas) a. Kapasitas merupakan sebuah potensi yang dimiliki oleh seseorang yang

belum pernah dikeluarkan atau tersimpan didalam dirinya

b. Kapabilitas merupakan hal yang mendukung kapsitas sesorang atau

potensi menjadi sebuah hal yang dapat dipraktekan sehingga dapat

menjadi kompetensi pribadi.

Dalam hal ini Martin Luther memiliki potensi yang luar biasa yang ada dalam

dirinya yaitu sebagai seorang penginjil bahkan seorang penafsir, dan potensi

tersebut di kembangkan melalu tindakan nyata yang menambah kapabilitanya

sehingga menjadi pribadi yang berkompeten dalam penafsiran ayat dan, dan

dapat mempengaruhi orang untuk menjadi pengikutnya.

Kompetensi yang ada didalam diri Martin Luther terlihat saat dia masih ada

dalam Universitas, dia selau memiliki rasa ingin tahu terhadap ketenangan diri

dan hal tersebut dapat terealisaikan saat dia menambah kapabilatanya denga

mempelajari Alkitab dan membuat idiologi-idiologi baru.

Page 11: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan Karakter yang kuat dapat dibangun dari komunitas yang terkecil seperti

keluarga dan teman dekat, dan dapat dipengaruhi oleh komunitas yang besar,

seperti; lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, dan lain-lain. Dalam cerita

Martin Luther say dapat menyimpulkan bahwa seseorang harus mempunyai

karakter dasar yang baik dahulu baru dia dapat mencapai karakter unggulan

atau bahkan karakter kepemimpinan. Karakter juga harus didukung dengan

sebuah keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, setiap manusia pasti

diciptakan dengan karakter yang berbeda dan tugas manusialah yang harus

mengasah karkater tersebut dengan baik.

Kompetensi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam menjalani

hidup ini, karena kompetensi merupakan sebuah hal yang sering dilihat

seseorang dalam menilai orang lain. Kapasitas merupakan potensi yang ada

dalam diri manusia. Orang yang memiliki kompetensi yang baik maka orang

tersebut mempunyai kapabilitas yang baik dan seiring dengan pengalaman

yang terus bertambah serta meningkatkatkan kapabilitasnya maka kapasitas

seseorang akan menjadi sebuah hal kenyataan dan bukan hanya hal yang

terpendam dalam diri saja.

3.2. Saran Mulailah berfikir untuk menjalani hidup ini dengan memiliki karakter yang baik

sehingga dapat menjadi pribadi yang baik dengan cara membangun karakter

dari lingkungan terkecil dan mempengaruhi lingkungan yang besar, serta

temukan potensi apa yang ada didalam diri kita sehingga kita bisa menjadi

pribadi yang berkompeten dan jangan sampai kita tidak pernah tau potensi

diri kita sampai kita mengakhiri hidup ini. Setelah kita tau apa potensi diri kita,

mulailah tingkatkan kapabilitas kita agar potensi yang kita miliki dapat menjadi

hal-hal yang dapat kita banggakan untuk pengalaman kita.

Page 12: Analisis Karakter Tokoh "Martin Luther"

DAFTAR PUSTAKA

Bainton, Roland H. Here I Stand: a Life of Martin Luther. New York: Penguin, 1995

(1950)

Dickens, A.G. Martin Luther and the Reformation. New York: Harper & Row, 1967

Hillerbrand, Hans J., ed. The Reformation: A Narrative History Related by

Contemporary Observers and Participants. Grand Rapids, MI: Baker Book

House, 1979

Todd, John M. Luther: A Life. New York: Crossroad Publishing Company, 1982

Martin Luther dalam Jaroslav Peliken, editor, “Luther's Works,” Lectures on Genesis

Chapters 1-5, Vol. 1 (St. Louis: Concordia Publishing House, 1958), pp. 3, 6.

Nohl, Frederick. Luther: Biography of a Reformer. St. Louis: Concordia Publishing

House, 2003