analisis kalima t efektif dalam terjemahan buku ad …
TRANSCRIPT
ANALISIS KALIMA T EFEKTIF DALAM TERJEMAHAN BUKU
AD-DURRA TUL FAAKHIRAH Fil KASYFI ULUUMIL AAKHIRAH
WAL HIKMATU Fil MAKHLUUQAATILLAAHI AZZA WA JALLA
Oleh:
TAUFIK 102024024434
.JURUSAN T AR.JAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang be1:judul: ANALISIS l<.ALIMAT EFEKTIF DALAM
TERJEMAHAN BUKUAD-DURRATUL FAAKHIRAH Fri KASYFJ ULUUMIL
AAKHIRAH WAL HIKMATU Fil MAKHLUUQAATILLAAHI AZZA WA
JALLA, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 5 Februari 2007. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata
Satu (S-1), Pada Jurusan Tarjamah.
K" "" "Jgk• p A""""'
Dr. H. Abd. Chair Nip.150216746
Jakarta, 5 Februari 2007
Sidang Munaqasyah,
Anggota.
Sekretaris(}er. ~1gryka Anggota j/J;
/ 1p'. Ahma S aekhudin, M. A'
lp. 150 303 001
--------------------··· ~--
~~ Pembimbing
"~
Drs. H[~in AR, M. Ag N\j?. 150 734 507
~)\ LJ.=)\ iii\ ~
KATAPENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
inayah, rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Sastra (S.S). setelah melalui pe1jalanan yang sulit dan melelahkan,
akhimya penulis dapat menyelesaikan skri psi ini. Dalam proses penyusunan skripsi
ini banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
penulis ingin mengucapkan rasa syukur dan memberikan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
!. penghargaan yang setingi-tingginya Penulis sampaikan kepada kedua orang
tua penulis, yaitu Ayahanda Ibrahim Hamzah dan lbunda Naslah, yang telah
dengan susah payah merawat dan membimbing Penulis dari sejak kecil
sampai menjadi seorang pemuda seperti saat ini, berkat bimbingan dan doa
keduanya penulis dapat menyelesaikan program pendidikan dan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Abdul Chaer, Dekan Fakultas Adab dan Hurnaniora.
3. Bapak Ors. Abdullah M. Ag, Ketua Jurusan Tarjamah dan Pembantu Dekan
III bidang Akademik.
4. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, M. Ag, Sekretaris Jurusan Taijamah.
5. Bapak Drs. HD. Sirajuddin. Ar. M. Ag, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ai·ahan dan masukan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat
menyempumakan dan menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Tarjamah, yang telah memberikan ilmunya kepada
Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan pend:ldikan di Kampus yang
tercinta ini.
7. Perpustakaan Fakultas Adab dai1 Humaniora, perpustakaan utama UIN Jakarta
dan perpustakaai1 Fakultas Sastra UI Depok, yang telah memberikan banyak
referensi kepada penulis, sebagai bahan penyusunan skripsi ini.
8. Sahabatku Ahmad Anis, yang telah banyak membantu Penulis dari awal
penggarapan Skripsi ini sainpai proses editing, sehingga skripsi ini dapat
selesai.
9. Rekan-rekan seperjuangan Jurusan Tarjamah, terutania Khairul fajri, Abdul
Qodir Jaelani, Elang Satya Negai·a, Erik Dikwan, Ustad Fei, Wndhi jawa,
Fadli padang dan Ujang bekam, se1ia rekan-rekan lainnya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu-persatu namanya namun tidak mengurang1 rasa
kebersainaan dan persahabatan kita semua. Thanks a Lot.
10. Seluruh keluarga besai· Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Tarjainah, serta
semua pihak yang telah membai1tu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tiada untaian kata yang dapat penulis ungkapkan selain ucapan terimakasih,
semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan mereka. Mudah-mudahan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Depok, 8 Desember 2006
DAFTARISI
KATA PENGANTAR............................................................ i
DAFT AR ISL...................................................................... iii
BABI
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......... .... ...... .............. .... 1
B. Pembatasan dan Perumusan MasalaJ'i...................... 5
C. Tujuan Penulisan............................................. 6
D. Metode Penulisan.......................................... ... 6
E. Sistematika Penulisan....................................... 7
LANDASAN TEORI
A. Definisi Tarjamah............................................ 8
B. Jenis-Jenis Penerjemahan.................. ................. 13
C. Tahap-Tahap Penerjemahan... ............................ 17
D. Syarat-Syarat Pene1jemahan.............................. 18
KERANGKA TEORI
A. GAMBARAN UMUM KALIMAT EFEKTIF BAHASA
INDONESIA
1. Definisi Kalimat... .. . .. .. .. . .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. 19
2. Jenis-Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia...... 21
3. Definisi Kalimat Efektif.... .. .. . .. .. . . .. .. .. . .. .. .. .. 24
4. Ciri-Ciri Kalimat Efektif.......................... ... 25
BAB IV
BABV
B. DIKSI KATA
I. Penggunaan Ragam Bahasa........................ 29
2. Ketepatan Pemilihan Kata........................... 30
3.KehalusanMalma.................................... 31
C. PENYUSUNAN A.LINEA
I. Kesatuan Alinea.................................... 33
2. Pengembangan Terna.............................. 35
ANALISIS DATA
A. Analisis Kalima! efektif.... . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 3 8
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................. .. 50
B. Saran....................................................... 50
DAFTARPUSTAKA..................................................... 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan bahasa sebagai
obyek utama yang memiliki begitu banyak keragaman yang berbeda antara bahasa
yang satu dengan bahasa yang lain, mengalihkan bahasa yang satu ke dalam bahasa
yang lain menjadi suatu kegiatan yang menarik saat ini di mana kegiatan
penerjemahan menjadi suatu kegiatan yang bukan saja milik penerjemah, tetapi juga
milik para guru, para cendikiawan, dan juga para ilmuwan lainnya yang menjadikan
bahasa sebagai salah satu media penting untuk mengetahui pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih lagi saat ini kita akan menghadapi era
globalisasi yang menuntut kita untuk mengetahui bahasa negara lain sebagai modal
untuk bersaing secara bebas. Sudah banyak buku-buku dan artikel-artikel tentang
terjemah ditulis oleh para ahli dalam suatu cabang ilmu tertentu dengan pendekatan
yang beraneka ragam sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. 1
Usaha menerjemahkan pada hakikatnya mereproduksi amanat atau pesan di
dalam bahasa sumber dengan padanan yang wajar2. Begitu pula dalam membentuk
1 Suhendra Yusuf, Teori Te1jen1ah, Pengantar ke arah pendekatan linguistik dan Sosiolinguistik, (Bandung : Mandar Maju, 1994) Cet. Ke-I, h, 7
2 Anton, M. Moeliono, Kembara Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 195
kalimat ke dalam bahasa sasaran haruslah jelas.3 Sebagaimana yang dijelaskan Cat
Ford (1965), ia mendefinisikan penerjemah sebagai "The replacement of textual
material in one language (source language) by equivalent textual material in another
language (target language)". (Mengganti materi teks dalam bahasa sumber dengan
materi teks yang sepadan dalam bahasa sasaran)4. Karena penc;:rjemahan merupakan
proses pengalihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran maka dalam kegiatan
tersebut seorang penerjemah dituntut untuk menguasai bahasa sumber dan bahasa
sasaran secara baik dan benar, dalam hal itu kesulitan yang sering te1jadi adalah
adanya perbedaan yang sangat mendasar antara kaidah kalimat dalam bahasa sumber
dengan kaidah kalimat dalam bahasa sasaran, baik itu dalam pola kalimat maupun
dalam bentuk gramatikalnya, sehingga tidak jarang ditemukan adanya hasil-hasil
terjemahan yang pola kalimatnya tidak efektif, hasil-hasil terjemahan tersebut selain
terdengar kaku ketika dibaca juga sulit untuk dipahami. Hal tersebut tentunya tidak
ingin dialami oleh setiap penerjemah, baik itu penerjemah kitab, buku, novel dan
sebagainya. Oleh karena itu, penerjemah harus mampu menyusun kalimat-kalimat
yang efektif dalam bahasa sasaran. Ciri-ciri kalimat yang efektif harus digunakan
dalam penerjemahannya5• Ciri-ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut :
h.24
3 Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Ende Flores-NTT: Nusa Indah, I 986),
4 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), Cet ke-1, h. 5
5 Widya Martaya, Seni Menerjemahkan, ( Yogyakarta : Kanisius, 1998 ), Cet ke-1, h. 119
l . Kesepadanan slruktur
2. Koherensi yang baik dan kompak
3. Berharkal
4. Paralelisme
5. Variasi
6. Efisiensi bahasa
7. Kelogisan bahasa
Conlohnya, seperti :
"Berhubung dengan itu, mengemukakannya juga minat be/ajar kaum remaja
se1nakin menurun ".
Conloh di alas merupakan kalimal lidak efektif, karena ke'.5atuan gagasan lidak
letjaga yailu subjek dan predikat kalimal lidakjelas, padahal salah salu syarat kalimal
menjadi efeklif adalah lerwujudnya kesepadanan struklur yaitu: terjaganya kesaluan
gagasan antara subjek dan predikat dalam kalimat. Contoh kalimat di alas dapal
diperbaiki menjadi :
a. Sehubungan dengan itu, ia juga mengemukakan bahwa minat be/ajar kaum
remqja semakin menurun.
b. Sehubungan dengan itu, dikemukakannyajuga bahwa minat be/ajar kaum remaja
semakin menurun.
Oleh karena itu tidak semua hasil karya terjemahan dapat kita terima apa adanya,
karena setiap hasil terjemahan perlu dianalisis dan dikrii:isi dengan beberapa
acuan standar penerjemahan yang menopang diakuinya mutu karya terjemahan
tersebut. Berdasarkan pemaparan diatas, maka Penulis menganggap perlu meneliti
salah satu karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkim ke dalam bahasa
Indonesia yaitu buku terjemahan Ad-Durratul Faakhirah fii Kasyfi 'Uluumil
Aakhirah Wal Hikmatu fii Makhluuqaatillaahi 'Azza wa Jal/a karya Hujjatul
Islam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh Ahmad Anis dan diterbitkan oleh penerbit Mustaqiim. Contoh teks
asli dan terjemahannya adalah :
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan nikmat-Nya dalam keindahan taman surga para muqarrabiin (orang-orang yang didekatkan kepada Allah), mengistimewakan karunia ini kepada hamba-hamba-Nya yang cerdas. Melalui ciptaan Allah, mereka mendapatkan petunjuk, memahami, dan meyakinkan bahwa tiada Tuhan kecuali Dia, dan karenanya merekapun menauhidkan-Nya.
Pada kalimat di atas terdapat kalimat yang tidak koherensip dalam kaidah
gramatikal yaitu, penggunaan imbuhan yang kurang tepat diletakan pada kalimat
tersebut 'orang-orang yang didekatkan kepada Allah' J seharusnya pada kata dekat
tidak perlu memakai imbuhan sehingga kalimat menjadi lebih efektif dan langsung
dapat dipahami. Susunan kalimat yang benar adalah ... orang-orang yang dekat kepada
Allah. Pada kalimat kedua, kalimat tersebut menjadi kurang jelas karena kurangnya
penghubung intra kalimat dan penggunaan imbuhan yang kurang tepat dalam kalimat
tersebut. Susunan kalimat yang benar adalah ... Melalui cipi!aan Allah, mereka
mendapatkan petunjuk untuk memahami dan meyakini bahwa tiada Tuhan kecuali
Dia. Atas dasar inilah Penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lebih jauh
tentang kalimat efektif. Penelitian ini Penulis beri judul :
"Analisis Kalima! Efektif dalam Teljemahan buku Ad-Durratul Fakhirah Fii
Kasyft Uluumil Aakhirah wal Hikmatuftil Makhluuqaatillaahi Azza wa Jalla".
B, Pcmbatasan dan Perumusan Masalah
Penulis akan membatasi permasalahan mengenai kalimat efektif pada bab
"Al-Hikmatu fii Makhluqaatillaahi Azza wa Jalla". Dalam ha! ini Penulis akan
memberikan rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengolahan kalimat dan ragam penerjemahan yang dilakukan
oleh penerjemah.
2. Apakah kalimat yang disusun dalam terjemahan terse:but sudah menjadi
kalimat efektif.
C. Tujuan Penulisan
I. Tujuan Umum
Berdasarkan pennasalahan yang Penulis kemukakan di atas, maka yang
menjadi inti tujuan umum dari penelitian mengenai kalimat efektif ini adalah
untuk menegaskan betapa pentingnya pembentukan kalimat efektif dalam suatu
hasil terjemahan, agar terjemahan tersebut mudah dipahami dan dicerna.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui pengolahan kalimat dan ragam terjemahan yang dilakukan oleh
penerjemah.
b. Mengetahui apakah kalimat yang dibentuk sudah menjadi kalimat efektif
dalam bahasa Indonesia.
D. Metode Penulisan.
Berdasarkan tujuan penulisan yang Penulis kemukakan di alas, maka jenis
penelitian yang akan Penulis lakukan adalah penelitian analisis deskriptif Karena
Penulis menganalisis data-data yang ada di dalam buku · terjernahan Ad-durratul
Faakhirahfii Kasyfi Uluumil Aakhirah wal Hikmatufii Makhluuqaatillahi Azza wa
Jal/a kemudian mendeskripsikan hasilnya. Penulisan skripsi ini mengacu pada
"Pedoman penulisan skripsi, Tesis dan Disertasi" yang disusun oleh tim UIN Syarif
Hidayatullah - Jakarta press.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan, yang mencakup: Latar belakang masalah, Pembatasan dan
perumusan masalah, Tujuan penelitian, Metode penelitian, Sistematika
penulisan.
Bab II :Landasan teori, yang mencakup: Definisi terjemah, Ragam-ragam
penerjemahan, Tahapan-tahapan penerjemahan, Syarat-syarat
penerjemahan, Evaluasi hasil terjemahan.
Bab Ill :Kerangka teori, yang mencakup: Gambaran umum kalimat efektif dalam
bahasa Indonesia, Definisi kalimat, Jenis-jenis kalimat, Definisi kalimat
efektif, Ciri-ciri kalimat efektif, Diksi kata dan Penyusunan alinea.
Bab IV : Analisis data, yang mencakup: Analisis pembentukan kalimat efekti£
Bab V : Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BABil
LANDASAN TEORI
A. Definisi Tarjamah
Dalam pengertian yang luas, tarjamah dapat diartikan semua kegiatan manusia
dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan (message) baik verbal maupun
non verbal dari informasi asal atau informasi sumber (source ir!formation) ke dalam
informasi sasaran (target information). Seorang teknisi yang sedang memesan
instrumen tertentu seperti apa yang tertera di dalam skema pemasangannya adalah
salah satu contoh kegiatan atau proses penerjemahan. Seseorang yang sedang
merumuskan gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya ke dalam bahasa
matematika adalah juga merupakan contoh penerjemahan. Dengan kata lain makna
penerjemahan dalam arti yang lebih luas dapat diartikan sebagai kegiatan manusia
dalam mengalihkan makna atau pesan, baik verbal maupun non verbal, dari satu
bentuk ke dalam bentuk yang Jain.
Sedangkan dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit, tarjamah
(translation) biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di
dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source language) dengan
padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran (target language).6
6 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, (Bandung : Mandar Maju, 1994 ), Cet. Ke-I, h. 8
Mengalihkan bahasa atau menyampaikan berita yang terkandung dalam
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dilakukan untuk mengetahui makna yang
digunakan oleh bahasa sumber secara tepat sehingga isinya mendekati aslinya. 7
Menerjemahkan merupakan seni yang didukung kecintaan, kemauan, dan
dedikasi. Sebagai suatu seni dalam menyampaikan pesan, baik makna dan gaya
bahasanya. Kegiatan penerjemahan juga merupakan suatu ket,erampilan yang bisa
dipelajari, ditingkatkan, dikembangkan dan diajarkan melalui pengetahuan teoritis
sebagai suatu pegangan dasar. Tidaklah berlebihan kalau Prof. J.C Catford (1965)
begitu berantusias menyuarakan kepada guru dan dosen, agar penerjemahan yang
merupakan keterampilan yang sangat berharga ini diajarkan kepada para siswa dan
mahasiswa yang belajar bahasa. 8
Menerjemahkan berarti melibatkan dua aktivitas penting, yaitu :
a. Tindak pemahaman (act of comprehension), yaitu bagaimana s•eseorang memahami
makna kata atau kalimat yang erat kaitannya dengan konteks kalimat. Dalam ha!
ini pemahaman pesan hendaknya disertai dengan pemahaman pengertian.
Misalnya: George Is an English teacher, apakah yang di maksud oleh penulis
aslinya George seorang guru bahasa Inggris ataukah George seorang guru dari
Inggris? Untuk itu seorang penerjemah harus bisa menyampaikan pesan teks
7 E. Sadtono, Pedoman Peneljemahan, (Jakarta: Depdikbud, 1985 ), Cet. Ke-I, h. 9
8 Nurachman Hanafi, Teori dan Seni mene1jemahkan, (Ende-Flori!:s-NTT : Nusa lndah, 1986). Cet. Ke- I, h. 23
secara tepat, agar pesan dan pengertian dari kalimat di alas tidak dipahami secara
keliru.
b. Tindak pengungkapan (act of expression), yaitu melalui cara bagaimana seseorang
mengungkapkan agar apa yang diungkapkan atau ditulis sesuai dan cukup
mewakili simbol dan sajian penulis asli, baik itu berupa kalimat maupun alinea.
Untuk lebih jauh lagi kita mengenal dan memahami istilah tarjamah, kurang
lengkap kalau kita tidak mengetahui para tokohnya yang telah lama
berkecimpung dalam bidang penerjemahan, beserta definisi yang
diungkapkannya.9
I. Eugene A. Nida
Selain sebagai penerjemah yang mengantongi reputasi intemasional
dalam bidang kebahasaan (linguislik), Nida pun cukup ce:katan dan terampil
dalam menerjemahkan Injil. Dalam tulisannya Principles of Translation as
Exemplified by Bible Translating, ia mengungkapkan bahwa: Translating consist
in producing in the receptor language the closest natural equivalent to the
message of the source language, first in meaning and secondly in style.
(menerjemahkan berarti menciptakan padanan yang paling dekat dengan bahasa
penerima terhadap pesan dari bahasa sumber, pertama pada makna dan kedua
pada gaya bahasa. 10
9 Ibid, h. 24
'°Eugene. A Nida, The Theory and Practice of Translation, (Netherland: by. E. J Brill. 1974 ), h.12
2. J.C. Catford
Catford adalah seorang Profesor di Universitas Michigan dan sangat
ahli dalam bidang linguistik maupun terjemahan. Baginya setiap proses mengenai
bahasa yang kita gunakan (human language) dapat dijelaskan dengan
menggunakan pengertian-pengertian yang mendalam tentang hakikat bahasa
lewat terjemahan. Dalam bukunya A linguistik theory of translation, diutarakan
ten tang definisi terjemahan tersebut. Translation may be de.fined as follow. The
replacement the textual in one language by equivalent textual in another
language. (Terjemahan bisa didefinisikan sebagai berikut: Penggantian naskah
berbahasa sumber dengan naskah berbahasa sasaran secara sesuai). 11
3.J. Levy
Definisi yang dinyatakan Levy agak berlainan dengan Catford, yang ia
tonjolkan adalah terjemahan sebagai suatu keterampilan, seperti yang dikatakan
dalam Translation as decision process which always leaves translator a.freedom
of chaise between several approximately equivalent possibilities of realizing
situasional meaning (Terjemahan merupakan proses kreatif yang memberikan
kebebasan penerjemah buat memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam
mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya). 12
11 J. C. Catford, A Linguistic Theory of Translation, ( London: Q)[ford University Press,
1965 ), h. 20
12 Nurachman Hanafi, Op, Cit, h. 24
4. P. Newmark
Antara Newmark dan Catford terdapat kesamaan pendapat, sekalipun
apa yang diungkapkan Newmark menggunakan kalimat yang berbeda dengan
yang tercermin dalam artikelnya Further preposition on translation sebagai
berikut: Translation is an exercise which consist in the attempt to replace a
written message in one language (terjemahan merupakan latihan dalam upaya
menggantikan pesan tertul is dari bahasa satu dengan pesan yang sama pada
bahasa lainnya). 13
5. Juliane House
Juliane House seperti dikutip oleh Nurachman Hanafi dalam
disertasinya A Model For Translation Quality Assesment, House menjelasakan
definisi terjemah sebagai berikut: Translation is the replacement of a teks in the
source language by semantically and pragmatically equivalent text in the target
language. (Terjemahan merupakan penggantian kembali naskah berbahasa
sumber dengan berbahasa sasaran secara semantik dan pragmatik sepadan). 14
6. Milred L. Larson
Larson mendefinisikan penerjemahan secara lebih lengkap. Dalam
bukunya ia merumuskan penerjemahan sebagai berikut: Menerjemahkan berarti
mempelajari Ieksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks
kebudayaan dari teks bahasa sumber. Kemudian menganalisis teks tersebut untuk
13 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 5
14 Nurachman Hanafi, Op, Cit, h. 26
menemukan maknanya dan menemukan kembali makna yang sama itu dengan
mengungkapkan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa
sasaran dan konteks kebudayaannya. 15
Dari keenam pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terjemahan lebih
menekankan pada makna. Ada kesesuaian dan kesamaan p(~san penulis naskah
aslinya dengan pesan yang diterima pembaca yang bukan masyarakatnya: di luar
jangkauan bahasanya setelah lewat proses penerjemahan. 16
B. Jenis-jenis Penerjemaltan
Dalam penerjemahan terdapat jenis-jenis penerjemahan yang memiliki
perbedaan antara jenis penerjemahan yang satu dengan jenis penerjemahan yang lain.
Secara um um jenis-jenis penerjemahan itu terdiri dari tiga model, yaitu:
l. Penerjemahan Kata demi Kata
Jen is penerjemahan semacam ini merupakan model penerjemahan yang paling
sederhana. Yang dititikberatkan pada kata demi kata. Terjemahan ini biasa juga
dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya dalam penerjemahan
puisi. Atau dalam penerjemahan untuk usaha-usaha mempertunjukan perbedaan
bahasa sumber dengan bahasa sasaran dalam proses belajar bahasa. 17
15 Milred L. Larson, Penerjemahan berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan anlar bahasa (Jakarta: Arcan, 1991 ), Cet. Ke-2, h. 262
16 Nurachman Hanafi, Op, Cit, h. 28
17 Suhendra Yusuf, Op, Cit, h. 25
Artinya:" Sehari-hari Zima semuanya shalat-shalat yang paling penting". 18
Umumnya terjemahan kata demi kata ini amat bermanfaat dalam beberapa ha!
yang pokok antara lain: Bahasa aslinya tetap mendapat perhati:an. Karena ragam ini
berfungsi mempertahankan kemurnian produk terjemahan se.suai naskah aslinya.
Cocok untuk hal-hal te1ientu saja. Seperti naskah sakral ( suci)
dan sesuai untuk naskah yang pendek.
Terdapat kelemahan dalam terjemahan jenis ini antara lain: makna yang
dilihat dari konteksnya sering tidak tepat, terutama terhadap naskah yang kalimatnya
lebih panjang dan kompleks. Terkadang agar hasil terjemahannya dimengerti,
biasanya diberi lagi catatan atau keterangan tambahan.
2. Pene1jemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah (Literal Translation) terletak antara penerjemahan kata
demi kata dan penerjemahan bebas. Penerjemahan harfiah pada awalnya dilakukan
seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan
susunan kata dalam kalimat terjemahannya dengan bahasa sasaran. Savory (1968)
18 Andri Wijaya, Analisis Medan Makna Pada Bab Shala! buku T"rjemahan "Fiqih Lima Mazhab" Skrpsi Sarjana Saslra (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2004), h. 190. t. d
menyebutkan terjemahan harfiah sebagai faithfal translation. lni didasarkan bahwa
penerjemah hendaknya berlaku setia kepada naskah aslinya. 19
Kelebihan penerjemahan semacam ini terletak pada bentuk maupun struktur
kalimatnya lebih sesuai dengan aslinya. Sebaliknya kelemahan penerjemahan
semacam ini terietak pada bentuk penerjemahan yang terlalu dogmatis sehingga
menghasilkan produk terjemahan yang kurang luwes ketika dibaca. Penuh kekakuan
dan seperti dipaksakan.
Artinya: "Paling pentingnya shalat-shalat adalah shalat-shalat Zima sehari".20
3. Penerjemahan Bebas
Penerjemahan bebas merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan
teks dalam bsu. Biasanya metode ini berbentuk para frase yang dapat lebih panjang
atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini biasanya dipakai dikalangan media
massa.21 Pada umumnya terjemahan semacam ini lebih berorientasi dan memberikan
penekanan pada bahasa sasaran. Terjemahan bebas semacam ini oleh Savory (I 968)
disebut pula sebagai : (Idiomatic Translation).22 Kelebihan penerjemahan bebas
terletak pada, penerjemah bebas menyampaikan semua pesan yang ada didalam
19 Ibid, h. 56-57
20 Andri Wijaya, Op, Cit. h. 19
21 Rochayah Machali, Op, Cit, h. 53
22 Nurachman Hanafi, Op, Cit, h. 58
naskah bahasa sumbernya, sehingga segala daya dan kemampuan serta kreativitas
penerjemah benar-benar teruji. Sedangkan kelemahannya terletak pada pembaca tidak
bisa menikmati gaya penulis aslinya dan biasanya gaya terjcmahnya adalah gaya
penerjemah itu sendiri.
Artinya:"Shalat-shalat yang paling penting adalah shalat lima waktu''.23
4. Pene1jemahan Semantis (makna)
Penerjemahan semantis yaitu penerjemahan dengan memperhatikan
kesepadanan makna serta kenetralan redaksi sehingga tidak tampak seperti
terjemahan.
Artinya:" Siswa itu gelisah menunggu giliran untuk memasuki ruang ujian atau siswa
itu gelisah untuk menghadapi ujian".
Kelebihan pene1jemahan semantis terletak pada kebebasan penerjemah
memodifikasi hasil terjemahannya, tetapi tetap tidak menghilangkan makna aslinya.
Sedangkan kelemahannya ialah penerjemahan jenis ini kadang juga bisa membuat
hasil terjemahan dapat melencengjauh dari makna aslinya.
23 Andri Wijaya, Op, Cit, h. 20
C. Tahap-Tahap Peuerjemahan
Tahap penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk
menuangkan proses pikir (Internal) yang dilakukan manusia pada saat melakukan
pene1jemahan. Proses ini terdiri dari tiga tahapan:
a. Tahap Analisis
Dalam tahap ini struktur lahir atau kalimat yang ada dianalisis menurut hubungan
gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual, dan makna
kontekstual.
b. Tahap Transfer
Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya tadi diolah
oleh peneijemah dalam pikirannya dan dialihkan dari BSU kedalam BSA.
c. Tahap restrukturisasi
Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan struktur
kal imat yang tepat dalam BSA sehingga isi, makna dan pesan yang ada dalam teks
BSU tadi disampaikan sepenuhnya kedalam BSA.
Dapat disimpulkan bahwa dalam proses penerjemahan yang perlu
diperhatikan adalah analisis teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli yang
diungkapkan kembali kedalam BSA dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang
berterima.
D. Syarat-Syarat Penerjemahan
Hasil terjemahan akan dianggap baik atau buruk, jelas atau tidak sangat
bergantung pada siapa yang mernerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu
adalah sebagai pencipta, tetapi ia tidak punya kebebasan seluas kebebasan yang
dimiliki penulis naskah aslinya, karena seorang penerjemah pada dasarnya hanya
mengungkapkan apa yang clikarang oleh penulis buku aslinya.
Untuk menjadi seorang penerjemah yang haik se1ta menghasilkan te1jemahan
yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Seorang penerjemah harus menguasai dua bahasa, bahasa sumber dan bahasa
sasaran.
b. seorang penerjemah harus memahami secara benar gaya dan karakteristik
bahasa-bahasa yang akan diterjemahkan.24
c. Pene1je111ahan harus memiliki ciri khas bahasa sumber dan bahasa sasaran.25
d. Seorang penerjemah harus menguasai kosa kata pada kedua bahasa tersebut.26
24 Thamem Ushama, Metodo/ogi Tafair Al-Qur'an Kajian Kritis, Objeklif dan Komprehensif, (Jakarta: Riona Cipta, 2000 ), Cet. Ke-I, h. 103
25 Ismail Lubis, Fa/sifikasi te1jemahan Al-Qur'an Depag Edisi 1990, ( Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya, 2000 ), Cet, ke-1, h. 63
26 Sholihin Bunyamin, Panduan Be/ajar Mene1je111ahkan Al-Qur'an Met ode Granada Sistem
Delapan Jam (Jakarta: Pustaka Panji Mas 2003 ), h. 26
BAB III
KERANGKA TEORI
A. GAMBARAN UMUM KALIMAT EFEKTIF BAHASA lNDONESIA
1. Definisi Kalimat
Kalimat merupakan bagian dari bahasa secara keseluruhan. Kalimat itu
mungkin terdiri dari satu kata atau mungkin juga lebih.27 Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan, harus memiliki subjek dan
unsur predikat, kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur prndikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat.28 Untuk lebih jauh lagi kita mengenal dan memahami definisi
kalimat, ada baiknya Penulis sajikan pendapat para tokoh bahasa mengenai definisi
kalimat. Pendapat para tokoh tersebut, yaitu:
1) Ramlan
"Kalimat ialah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
disertai nada akhir turun atau naik". Dalam definisi ini Ramlan melihat dari ciri
formalnya, yakni jeda panjang disertai nada akhir turun atau naik.
2) St Takdir Alisjahbana
"Kalima! ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran
lengkap." Melihat definisinya, hal tersebut merupakan pendekatan dari segi makna.
27 Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia untuk perguruan 71nggi, ( Jakarta: PT Hikmah Syahid lndah ), h. 42
211 Zaenal Ari fin dan Am ran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (
Jakarta: Akademika Presindo, 1999 ), Cet, ke-3, h. 73
3) L. Bloom Field
Dal am karangannya yang berjudul: "A set of postulates for science of
language yang dikutip oleh Parera mengatakan:
"a maximum xis an x which in not part of/anger x"
Dengan patokan ini kemudian Bloom Field mengatakan: a maximum from any
utterance is sentence. Thus, a sentence is a jbrm which, in the given utterance, is not
a part of !anger construction. "Dengan kata lain seperti dikatakan oleh Parera ( 1978 :
I 0) sebuah bentuk ketata bahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari
sebuah konstruksi ketata bahasaan yang lebih besar dan lebih luas dalam kalimat".
4) Gorys Keraf
"Suatu bangunan ujaran, yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan,
sedangkan intonasinya menunjukan bahwa ujaran itu sudah lengkap disebut kalimat"
5) A. A Fokker mengatakan:
"kalimat ialah ucapan bahasa yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara
menjadi cirinya sebagai keseluruhannya".
Dari definisi yang telah dikemukakan diatas (kecuali arti yang dikemukakan
oleh St. Takdir Alisjahbana) temyata bahwa faktor formalitas bahasa seperti yang
dikemukakan oleh ramlan, telah diperhatikan. lni tidak mengherankan, karena
pengaruh Bloom Field dengan aliran strukturalnya.29
29 Mansoer Pateda, linguistik (Sebuah Pengantm), Jakarta: Angkasa, 1988 ), Cet. Ke-10, h.
87-88
2. Jenis-Jenis Kalimat Dalam Bahasa Indonesia Mennrnt Strnktur
Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat b,erupa kalimat tunggal
dan dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif
subordinatil). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalirnat tunggal, gagasan
bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.30
a. Kalima! Tunggal
kalimat tunggal terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Terdapat pola-pola
kalimat dasar dalam kalimat tunggal, yaitu:
I). Mahasiswa berdiskusi
S:KB + P:KK
2). Dasen itu ramah
S : KB+ P : KS
3). Harga buku itu sepuluh ribu rupiah
S : KS + P : KBIL
4). Tinggalnya di Palembang
S : KB + P : (KO + KB)
5). Mereka menonton film
S : KB + P : KK + 0 : KB
30 Zaenal Aritin dan Amran Tasai, Op, Cit, h. 48
6). Paman mencarikan saya pekerjaan
S: KB + P : KK + 0 : KB + PEL KB
7). Rustam peneliti
S : KB + P : KB31
Ketujuh pola kalimat dasar diatas adalah kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya
itu. Memperluas kalimat itu antara lain, terdiri atas:
a). Keterangan tempat, seperti: di sini, di sana.
b ). Keterangan waktu, seperti: setiap hari, setiap ma/am, setiap saat, setiap
waktu.
c). Keterangan alat, seperti: dengan palu, dengan eek, dengan mobil.
d). Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, sesungguhnya.
e ). Keterangan cara, sepe1ti: dengan hati-hati, dengan sungrsuh-sungguh.
f). Keterangan aspek, sepe1ti: akan, sedang, sudah dan telah.
g). Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, supaya tertib.
h). Keterangan sebab, seperti: karena tekun, sebab berkuasa.
i). Frasa yang, seperti: pemimpin yang memperhatikan rakyatnya.
j). Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan,
seperti: penerima kalpataru Abdul Razak, atau Gubernur DKI Jakarta
Sutiyoso. 32
31 Ibid, h. 48-49
b. Kalimat Majemuk Setara
kalimat majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal atau Iebih. Kalima! ini
terdiri dari empat kelompok, yaitu:
1 ). Dua kalimat tunggal atau Iebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serla
jika kedua kalimat tunggal atau Iebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara penjumlahan.
2). Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubunngkan
oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukan pertentangan.
3). Dua kalimat atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika
kejadian yang dikemukakannya berurutan, dan hasil nya disebut kalimat
majemuk perintah.
4). Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh kata atau jika
kalimat itu menunjukan pemilihan.
c. Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan
satu suku kalimat yang tidak bebas . .Jalinan kepentingan ini menggambarkan taraf
kepentingan yang berbeda-beda diantara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan
dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandang
waktu, sebab, akibat, tujuan, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain
diungkapkan dalam anak kalimat.
32 Ibid, h. 55
d. Kalimat Majcmuk Campuran
Kalima! jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tak setara (bertingkat) dan
kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk tak setara (bertingkat).
3. Dcfinisi Kalimat Efcktif
Seorang penerjemah adalah seorang pe_nulis. Tentu saja ia bukan pengarang
(author) bukunya sendiri. Gagasan-gagasan pengarang yang ada di dalam terjemahan
tetap merupakan gagasan-gagasan pengarang itu, dan ia ingin menyampaikan
gagasan-gagasan pengarang secara efektif. Oleh karena itu, penerjemah harus mampu
menyusun kalimat-kalimat yang efektif dalam bahasa sasaran (bahasa penerima) yang
dipakainya. Ciri-ciri kalimat efektif harus dicantumkan dan dilaksanakan dalam
pene1jemahannya. 33
Kalima! yang efektifadalah kalimat kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti
apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan
keefektifan informasi, sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.34
Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili
secara tepat isi pengarang atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya
secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa
" Widya Martaya, Seni Mene1jemahkan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1998 ), Cet. Ke-I, h. 199
34 E. Zaenal Arifin clan S. Amran Tasai, Op, Cit, h. 73
yang dibicarakan. Kalimat memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pembicara atau penulis. Di samping itu, kalimat yang
efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu m<~ndapat tekanan atau
penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. 35
4. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Ciri-ciri kalimat yang efektif adalah sebagai berikut: kesepadanan struktur,
koherasi yang baik dan kompak, komunikasi yang berharkat, paralelisme, variasi
efisiensi bahasa dan kelogisan bahasa.
a. Kesepadanan Struktur
Yang dimaksud dengan kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan sruktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan itu memiliki
beberapa ciri, sepetti tercantum di bawah ini.36
Kalirnat itu mernpunyai subjek dan predikat dengan jelas. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menghindari pernakaian kata depan di, dalarn, bagi, untuk, pada,
sebagai, tentang, rnengenai, rnenurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a) Bagi semua Mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah (salah)
35 Gorys Keraf, Komposisi, ( fl ores: N usa lndah, l 989 ), Cet. Ke-7, h. 35
36 E. Zaenal Ari fin dan S, Amran Tasai, Loe, Cit
b) Semua mahasiswa perguruan tinggi itu harus membayar uang kuliah (benar)
b. Koherasi yang Baik clan Kompak
Koherasi ialah perpautan antara unsur-unsur yang membangun kalimat clan
alinea. Tiap kata atau frase clalam kalimat harus bertautan, ke clalam dan ke luar.
Untuk menjaga koherasi itu, hendaknya penulis atau penerjemah:
Kritis terhadap pemakaian kata ganti dalam kalimatnya. Ada kemungkinan
bahwa pemakaian kata ganti tersebut dapat menyebabkan kalimat ticlak efektif.
Contoh:
a) Walaupun ia hormat kepada ayahnya, ahmad tidak menuruti saja kehendak
dan keinginan ayahnya. (tidak efektij).
b) Walaupun hormal kepada ayahnya, ahmad tidak menuruti saja kehendak
dan keinginan ayahnya.(efektij).
c. Komunikasi yang Berharkat
Harkat berarti daya, tenaga, kekuatan. Bila penulis ingin agar komunikasinya
sampai dan berkesan, kalimat yang ditulisnya harus berharkat. Hal itu dapat
clilakukan dengan jalan merubah-rubah posisi kalimat, mempergunakan repetisi
(pengulangan kata), menggunakan pertentangan seperti: letapi. meskipun, wa/aupun.
Yang terakhir adalah dengan menggunakan partikel: !ah, kah, pun.
cl. Paralelisme
Paralelisme (kesejajaran) ialah penggunaan bentuk gramatikal yang memiliki
unsur-unsur kalimat yang sama fungsiny:a. Jika sebuah pikiran dinyatakan dengan
frase, pikiran-pikiran lain yang sama harus dinyatakan pula dengan frase.
Contoh:
a. llarga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok memasang penerangan, penguiian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Seharusnya:
a. llarga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan ta/a ruang.
f. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi.
Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh penekanan, lebih banyak
menekankan bentuk. Pemakaian bentuk yang sam secara berlebihan akan
menjenuhkan pendengar. Oleh sebab itu ada upaya lain yaitu variasai. Variasi dalam
kalimat dapat diperoleh dengan variasi anonim kata seperti:
"Seribu puspa di taman bunga, seribu wangi menyegar"
I -----' \
. \
! L.-<>~-~··"'"''"""··~-
kata puspa dan wangi sebenarnya menyatakan hal yang sama.37
g. Efisiensi Bahasa
Yang dimaksud efisiensi bahasa adalah kalimat yang i:idak mempergunakan
kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara, menghilangkan subjek.
Contoh:
I) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ketempat itu.
2) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden
datang.
Perbaikan kalimat itu adalah:
I) Karena tidak diundang, dia tidak datang ketempat itu.
2) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwapresiden datang.
h. Kelogisan Bahasa
Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi,
tetapi merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan
sejelas-jelasnya. Yang dimaksud kelogisan bahasa disini yaitu kalimat yang dapat
dinalar oleh logika sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh pembaca.
B. DIKSI KATA
37 E. Zaenal Ari fin dan S. A1nran Tasai, Op, Cit, h. 77
Dalam memilih kata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menyusun kalimat efektif yaitu, penggunaan ragam bahasa baku, ketepatan pemilihan
kata, dan kehal usan makna.
1. Penggunaan Ragam Bahasa Bairn
Ragam bahasa bairn adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. Kemantapan Dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi
awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe-, akan terbentuk
kata Peraha.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki
adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang
berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut
langganan dan orang yang berlangganan disebut pelanggan.
Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-cirinya, yaitu:
I. Penggunaan kaidah tata bahasa baku
2. Penggunaan kata-kata baku
3. Penggunaan ragam resmi dalam ragam tulis
4. Penggunaan lafal baku dalam rarram li<on
5. Penggunaan kalimat secara efektic18
2. Ketepatan Pilihan Kata
Senada dengan Moeliono (I 989), Keraf (2002) mengajukan persyaratan dalam
pemilihan kata, ketepatan pilihan kala menurutnya adalah kernampuan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar.
Beberapa butir perhatian dan persoalan persyaratan ketepatan dan kesesuaian diksi di
bawah ini adalah hal-hal guna mencapai ketepatan dan kesesuaian pilihan kata
sekaligus digunakan penulis sebagai acuan dalam analisis.
I. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2. Membedakan secara cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
3. Membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya.
4. 1-lindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara
idiomatic.
6. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus
membedakan kala umum dan kala khusus.
7. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
38 Abdul Chaer, Ta/a Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2000 ), Cet. Ke- I, ha!. 5-7
Ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis dan pembicara, agar
kata-kata yang digunakan tidak mengganggu suasana dan tidak akan menimbulkan
ketegangan antara penulis atau pembicara dan pembaca. Syarat-syarat kesesuaian
tersebut yaitu:
1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi
yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus ~.aja.
3. Hindarilahjargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Sejauh mungkin menghidari kata-kata slang.
5. Dalam penulisan jangan menggunakan kata percakapan.
6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati ).
7. Jauhkan kata-kata atau bahasa artifical.39
3. Kehalusan Makua
Bahasa adalah kumpulan kata. Satu kata dalam bahasa mengacu kepada
sekurang-kurangnya satu makna. Dalam menelaah makna kata, biasa dibedakan
antara makna denotatif dan makna konotatif.
Makna denotatif adalah makna kamus, makna yang bersifat um um, objektif,
dan belum ditumpangi isi, nilai, atau rasa te1tentu. Makna konotatif, adalah makna
yang bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada makna lain dibalik makna umum
39 Bastian Zulycno, Analisis Diksi Pada 11 Ihnu Laduniu Terj<::mahan AI-Risalah AlLaduniyah" karya Ima111 Ghazali, Skripsi Sarjana Sastra, ( Jakarta: Perpustakaan Uta1na UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2004 ), h. 35-37
atau makna denotatif tadi. Kata-kata konotatif lebih sering dipergunakan sebagai
upaya untuk tidak merusak rasa dan intuisi kebahasaan kita. Kita tidak terbiasa
mempergunakan kata mati dalam kalimat Pak Amir mati dalam kecelakaan,
misalnya. Kata mati biasanya diperhalus dengan kata-kata meninggal dunia, wafal,
berpulang ke Rahmatullah, dan lain-lain. Apalagi bila kita juga memperhatikan
konteks kalimatnya. Kata pak didepan kata Amir menunjukan bahwa orang yang
bernama Amir itu (biasanya) telah berumur. Intuisi kebahasaan kita akan menjadi
rusak apabila kita mempergunakan kata-kata yang bersifat denotatif. Untuk
kepentingan itulah makna yang bersifat k6notatif hadir dalam perbendaharaan
linguistik.40
C. PENYUSUNAN ALINEA
Dalam surat-surat kabar sering terdapat alinea-alinea yang hanya terdiri dari
satu kalimat. Sebaliknya ada buku-buku yang mengandung alinea yang sangat
panjang, mungkin satu halaman penuh. Dalam kedua ekstrim ini timbullah
pertanyaan: mana yang benar dari kedua ekstrim ini ?
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang
terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja.
Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau
•0 Yusuf Suhendra, Op, Cit, h. 93
lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian
dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Pembentukan sebuah alinea sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
I. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema
dari tema yang lain.
2. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
Berdasarkan sifat dan tujuannya, alinea dapat dibedakan atas:
1) Alinea Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai alinea yang membuka atau menghantar
karangan itu. Sebab itu sifat dari alinea semacam ini harus menarik minat dan
perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang
akan segera diuraikan.
2) Alinea Penghubung
Yang dimaksud dengan alinea penghubung adalah semua alinea yang terdapat
antara alinea pembuka dan alinea penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan
penulis terdapat dalam alinea-alinea ini.
3) Alinea Penutup
Alinea penutup adalah alinea yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan
atau bagian karangan. Dengan kata lain alinea ini mengandung kesimpulan pendapat
dari apa yang telah diuraikan dalam alinea-alinea penghubung.
Dalam menyusun sebuah alinea, sekurang-kurangnya harus ada:
I. Kesatuan Alinea
Yang dimaksud dengan kesatuan alinea yaitu: bahwa suatu alinea harus
memperhatiakan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan
disini tidak boleh diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Untuk memberi
gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah alinea, maka
coba perhatikan kutipan berikut ini:
"Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat disini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus dan sistem makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak 1ergantung dari pada yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam pikiran yang saya sebut diatas. Oleh sebab itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia lidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertenlu polanya dan sebagainya. Bahasa lnggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti "lembu", tetapi ada kata yang berarti "lembu putih", "lembu merah", dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sis/em fonologi, sistem gramatikal serta pola semantik yng khusus" (BK!).
Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa alinea itu hanya mengandung satu
gagasan pokok yaitu bahwa 'tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus
dan sistem makna yang khusus". Gagasan it11 kemudian diperinci atau dikembangkan
lebih jauh dalam kalimat-kalimat berikutnya, seperti bahasa Indonesia tidak mengenal
jamak dan tunggal, seperti halnya bahasa lnggris atau bahasa-bahasa barat lainnya,
tidak mengenal perubahan dalam sistem kata kerja. Sebaliknya bahasa Zulu
membedakan lembu merah dan lembu putih dengan kata-kata yang khusus
sedangkan bahasa lnggris tidak mengenal hal itu. Dapat disimpulkan bahwa kalimat-
kalimat lain dalam alinea itu hanya berfungsi memperinci lebih jauh gagasan utama
tadi. Perincian itu disusun sedemikian ruoa sehini:ma h11h1mann nntoro ""°'" t-0 1:~ 0 •
dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang bulat untuk memperinci gagasan
utama tadi.
2. Pengembangan Terna
Sebuah tema hanya akan dinilai baik bila telah dikembangkan secarajujur dan
segar, digarap secar terperinci dan jelas, sehingga dapat menambah informasi yang
berharga bagi perbendaharaan pengetahuan pembaca.
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan untuk menyusun sebuah tema
yang baik, yaitu:
a. Kejelasan
Kejelasan merupakan hal yang sangat esensial bagi sebuah tulisan
yang baik. Kejelasan dapat dilihat melalui gagasan sentralnya. Kalau gagasan
sentralnya jelas, maka tema itu dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat yang
jelas. Kejelasan juga dapat dilihat melalui subordinasi atau perincian-
perinciannya.
b. Kesatuan
Kesatuan pertama-tama dilihat dari adanya satuan gagasan sentral
yang menjadi landasan seluruh karangan itu. Sebenarnya kejelasan dan
kesatuan merupakan hal yang sama, hanya segi penekanannya berbeda. , Kesatuan dilihat semata-mata dari persoalan bahwa hanya ada satu gagasan
sentral dalam setiap karangan atau tema. Tiap perincian hanya menunjang satu
gagasan sentral tad i, dan tiap perincian itu hanya boleh mengandung satu
gagasann saja, demikian seterusnva.
c. Perkembangan
Kejelasan, kesatuan dan perkembangan sebenarnya merupakan satu
kesatuan syarat yang tidak bisa dilepaskan dari yang lain. Disamping
perincian-perincian yang konkrit, perkembangan juga dapat dilakukan dengan
mengurutkan perincian-perincian itu secara logis. Demikian pula susunan itu
harus memperlihatkan transisi yang jelas dan Ian car, baik antara alinea dengan
alinea, maupun antara bagian dengan bagian.
d. Keaslian
Ditinjau dari segi kesatuan dan perkembangan, tema yang baik harus
mengandung ukuran keaslian atau originalitas. Keaslian dapat diukur dari
beberapa sudut, p\lrt&ma dari pilihan pokok persoalannya, dari sudut
pandangnya, pendekatannya dan rangkaian kalimat-kalimatnya, dari pilihan
kata dan sebagainya. Untuk memahami aspek tadi guna mengukur keaslian
sebuah tema, maka dibawah ini tiap aspek akan diuraikan secara terperinci:
I) Sudut Pandangan
Sudut pandang atau point of view adalah persoalan yang menyangkut
sikap seseorang yang didasari pada keyakinan pribadi, pandangan terhadap
sesuatu yang dihadapinya, yang menyangkut nilai moral keagamaan dan cara
hidupnya. Termasuk cara pandangnya terhadap sebuah tema dalam sebuah
tulisan.
2) Pendekatan
Pengamatan terhadap keaslian dapat dilakukan dengan menggunakan
suatu pendekatan (approach) yang tidak terduga-duga terhadap sebuah topik,
dengan menggunakan metode yang sama sekali tidak diharapkan. !vletode atau
pendekatan ilmiah yang digunakan pengarang bisa bermacam-m&cam sesuai
dengan sifat topik dan keinginan penulisnya. Ada pendt;fatan so~iqlogis,
psikologis, historis, komparatif dan sebagainya. Suatu masalah dapat <ligar~p
secara di)skriptif dan naratif. Suatu cara yang lebih kompleks untuk menjami(\
originalitas dalam pendekatan adalah di!pgan mengg411akan qnl)logy un(uk
menjelaskan sebuah tema.
3) Kalimat
Keaslian membentuk kalimat-kalimat adalah segi lain yang harus
diperhatikan oleh pengarang. Pengarang harus menghindari frasa-frasa yang
membosankan dan gaya bahasa yang terlalu lazim. Menyusun kalimat dengan
kata-kata sendiri adalah jauh lebih baik, pilihan kata-kata yang tepat, konkrit
dan khas akan jauh lebih menarik dari pada kata-kata yang hebat dan megah
tetapi membingungkan. Demikian pula bila harus mempergunakan ungkapan
ungkapan atau perbandingan-perbandingan, hendaknya diperlihatkan dengan
jelas bahwa ada kesamaan antara topik dan ha! yang dipertimbangkan itu.
'J ,,
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Kalimat Efektif Dalam Objek Data
Pada bab III Penulis telah menjelaskan dan rnenyebutkan segala hal yang
berkaitan dengan kalimat efektif, dalam bab ini penulis akan rnernaparkan hasil
penelitian rnengenai kalimat efektif dalam terjernahan buku Ad-Durratul Faakhirah
Fii Kasyfi 'Uluumil Aakhirah Wal Hikmatu fii Makhluuqaatillaahi 'Azza wa Jal/a
dalam bab "Al-Hikmatu fii Makhluuqaatillaahi 'Azza wa Jal la" yang dijadikan sampel
penelitian oleh Penulis. Berikut hasil penelitian tersebut:
~ 4 ... , a II ~ ~I ylui...:.. f' ~ J ,~\ (j_.&j IA.~ J
r.i1JI 0p..:Ji y,~ 61_)\.:i.ll
I.) "Dengan pe1jalanannya itu, genaplah hitungan selama sa/u tahun. Semua
itu semata-mata berkata takdir dari Allah yang maha bijaksana lagi maha
mengetahui. "
Pada kalimat di atas terdapat kesalahan pengetikan, yaitu pada kata berkata.
Agar efektif, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
"Dengan perjalanannya itu, genaplah hitungan selama satu tahun. Semua itu
semata-mala berkat takdir dari Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui. "
o.J.....'.Uc-4 ~1 3 ,4 ".ll; .. ll 4..-...i.ll oi..l. l.J-C ..i~I ~ L.i '.'?"ll 3
__,~ 1 s'"~ >13 \'4.IS ..iL:.JI ~ 4-l~ t-'-".J ~ 4-FJ 4w1
~I~ 04 JS~ e;:y...11 ~ _i '~ y.~I 0L.a.l
2) "Sungguh aneh hamba-hamba yang lupa dengan nikmat yang agung ini!
Betapa Allah le/ah melimpahkan nikmat J'.f!!1lr berupa air ini secara melimpah
ruah tanpa batas karena memang sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupan.
Seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikannya dengan ukuran
terlentu, niscaya yang akan terjadi adalah kesusahan dan kesulitan yang
dirasakan oleh semua yang tinggal di dunia. "
Pada kalimat di atas terdapat penggunaan struktur kalimat yang berlebihan yaitu pada
kata :'fill]g dan kata ini sehingga menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif. Di
samping itu juga adanya kesalahan dalam meletakan kata penghubung intra kalimat
yaitu pada kata akan, seharusnya kata akan diletakkan dalam kalimat yang dirasakan,
selanjutnya adalah pada kata filllill!.!! yang seharusnya ditulis semua makhluk hidup,
sehingga dapat langsung dipahami. Agar efektif, kalimat tersebut dapat diperbaiki
menjadi:
"Sungguh aneh hamba-hamba yang lupa dengan nik>nat yang agung ini !
Betapa Allah telah melimpahkan nikmat berupa air secara melimpah ruah
tanpa batas karena memang sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupan.
Seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikannya dengan ukuran
tertentu, niscaya yang terjadi adalah kesusahan dan kesulitan yang akan
dirasakan oleh semua makhluk hidup yang tinggal di dunia. ".
~ 3 y..JS.11 ' - I Wi Q ';! ~I 3 0-h 3 ,& I ~ y..'.i~ y..JS.11 <..::.WL, _,.li
Le-J~I uc ~I
3). "Seandainya buku-buku ingin dipenuhi dengan berbagai keqjaiban dan
hikmah yang Allah ciptakan pada satu makhluk, niscaya buku itu akan
cepat penuh, dan manusia tidak mampu untuk menyempurnakannya. "
Pada kalimat di atas maksud kata dipenuhi ialah ditulis, tetapi dalam konteks kalimat
di atas kata dipenuhi lebih tepat digunakan dalam terjemahan kalimat tersebut, di
samping itu setelah kata niscaya juga harus dilengkapi dengan katajfil. Agar efektif
kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
"Seandainya buku-buku ingin dipenuhi dengan berbagai keajaiban dan
hikmah yang Allah ciptakan pada satu makhluk, niscaya isi buku itu akan
cepat penuh, dan manusia tidak mampu untuk menyempurnakannya. "
l,,, 'I . -,_ . \ . L . . ~~\"'";13~
4) "Perhatikanlah pula bagaimana perahu dapat berlayar dari satu daerah
ke daerah lain tersebab adanya angin. Angin telah menciptakan dinamisitas
kehidupan dengan te1jadinya pe1pindahan sesuatu. Tanpanya, maka
barang-barang tertentu, tetap berada ditempat karena sulit dipindahkan,
sehingga mwifaatnya pun menjadi berkurang. Hamba-hamba Allah
memiliki kepentingan untuk memindahkan barang-barang tersebut yang
diciptakan jauh dari tempat mereka. Bagi mereka yang memahami ha! ini
tentu akan banyak maefaat danfaedah yang akan didapat."
Pada kalimat di atas kata pula seharusnya dihilangkan karena di awal kalimat
menggunakan akhiran -!ah, kalau akhiran -lah tidak digunakan, kata pula masih
dapat digunakan, begitu juga dengan kata tersebab, awalan ter pada kata tersebut
kurang tepat, sebaiknya diganti dengan imbuhan di-kan (disebabkan), pada kalimat
diatas juga terdapat ketidaklengkapan strnktur kalimat vaitu se.,1cl"h hto t.c•t~"'"
seharusnya tertulis kata akan , dan sesudah kata sulit seharusnya tertulis kata untuk,
Agar efektif, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
"Perhatikanlah bagaimana perahu dapat berlayar dari satu daerah ke
daerah lain disebabkan adanya angin. Angin telah menciptakan dinamisitas
kehidupan dengan tefjadinya perpindahan sesuatu. Tanpanya, maka
barang-barang tertentu akan tetap berada di tempat karena sulit untuk
dipindahkan, sehingga marifaatnya pun merifadi berkurang. Hamba-hamba
Allah memiliki kepentingan untuk memindahkan barang-barang tersebut
yang diciptakan jauh dari tempat mereka. Bagi mereka yang memahami ha!
ini, tentu akan banyak marifaat dan faedah yang akan didapat. "
5). "Perhatikanlah pefjalanan awan yang menaungi hiefan. Hujan dapat
terjadi dengan tefjadinya perpindahan awan ke suatu tempat yang
membutuhkan hujan untuk pertanian. Kalau saja Allah yang maha pengasih
tidak menciplakan angin, tenlu awan menjadi beral karena menggumpal
dan akan diam di tempat. Kalau begitu, ia pun lidak akan memberikan
manfaal bagi bumi. "
Pada kalimat di alas terdapat kekurang efektifan karena penempatan kata pula yang
kurang pas diletakkan pada kalimat tersebut, pada kalimat berikutnya pengulangan
kata seharusnya tidak perlu terjadi, yaitu kata dengan terjadill')'.1!, kata tersebut bisa
diganti dengan kata karena adanya, pada kalimat terakhir terdapat ketidaklengkapan
struktur kalimat di antara kata kalau begitu yaitu kata sudah. Menurut Penulis kalimat
tersebut dapat diperbaiki menjadi :
"Perhatikanlah perjalanan awan yang menaungi hiljan. Hiljan dapat le1jadi
karena adanya perpindahan awan ke suatu tempat yang membutuhkan
hujan untuk pertanian. Kalau saja Allah Yang Maha Pengasih tidak
menciptakan angin, tentu awan menjadi berat karena menggumpal dan
akan diam di tempat. Kalau sudah begitu, ia pun tidak akan memberikan
marifaat bagi bumi. "
L, ~ C.Jfil _, cyll 04 _}.i.ll ~ <->1W Atl J~ L, <->1J fai ~
~ L.i. .J.Jl:i c.:.u~ _, '~ 0J11 · ;..>i • "J w,iS 'J.JI ·~ (.)"l.lll ~
'f+.!:;i ):l L. 4.,i).J .J ' ~I .Y' ~ .J ''-:-l Y, .J JS1 04 4-Ji _,.,,..l ~
0.J~ d ~ _, I Y. 4:lk J..,,Ji .J , lA. ~ .J , t'b L::. .Y' WI .J.o _,
4-! uy.9-l:! J ,~! LJ.c y;u r.1 ~I uls ~ ,L.Jl lAjfeY.
J YJy>-ll ~ 4! uJi:!;-;,,, .l J ,;;j.J~\ c:'-:l)I J c::~I .J~
. 4,1 'JJ ~J '1 u~ 4...oJt.i..
6). "Dengan adanya api, manusia juga dapat merasakan kegembiraan
saat istirahat di kegelapan ma/am yang pekat. Mereka gunakan api
sebagai penerang segenap kondisi mereka, ketika makan, minum, bersiap
siap ke tempat tidur, melihat sesuatu yang mengganggu mereka,
mengobati rasa sakit mereka, serta berbagai aktivitas lainnya, baik di
daratan maupun di lautan sehingga matahari seakan-akan tidak pernah
lenyap dari kehidupan mereka. Dengan sinar matahari, mereka dapat
mempertahankan diri dari bahaya es saiju dan angin dingin mereka juga
dapat menggunakan api dalam peperangan dan mempertahankan
benteng. "
Pada kalimat diatas terdapat penggunaan imbuhan yang salah, yaitu pada kata
gunakan seharusnya imbuhan yang digunakan adalah me-kan, menjadi menggunakan.
Kata berikutnya adalah penerang, seharusnya imbuhan yang digunakan adalah me-I,
menjadi menerangi, kata penghubung intra kalirnat yaitu kata seb~sebaiknya juga
harus diganti dengan kata untuk, kesalahan berikutnya adalah pe:nggunaan kata yang
tidak baku, yaitu pada kata aktivitas yang seharusnya ditulis ftktifitas, selanjutnya
pada kata angin dingin, kata tersebut seharusnya menggunakan konjungtor ).'ill!g,
sehingga menjadi angin yang dingin. Menurut Penulis kalimat tersebut dapat
diperbaiki menjadi:
"Dengan adanya api, manusia juga dapat merasakan kegembiraan saat
istirahat di kegelapan malam yang pekat. Mereka menggunakan api untuk
menerangi segenap kondisi mereka, ketika makan, minum, bersiap-siap ke
tempat tidur, melihat sesuatu yang mengganggu mereka, mengobati rasa
sakit mereka, serta berbagai aktifitas lainnya, baik di daratan maupun di
lautan sehingga matahari seakan-akan tidak pernah lenyap dari
kehidupan mereka. Dengan sinar matahari, mereka dapat
mempertahankan diri dari bahaya es salju dan angin yang dingin mereka
juga dapat menggunakan api dalam peperangan dan mempertahankan
benteng."
7) "Rasakanlah rahmat dan kemurahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ini!
Allah menjadikan orang-orang yang ma/can rasa lezat pada makanan,
daya rasa pada lidah dan bagian lainnya dalam mulut, agar ia dapat
menentukan makanan yang cita rasanya cocok dan sesuai. Dengan begitu,
ia dapat menikmati makan dan minum yang dibutuhkan serta menjauhi
makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan seleranya. Dengan daya
rasa ilu pula, ia dapat mengetahui batasan panas dan dinginnya sesuatu. "
Pada kalimat diatas terdapat kerancuan kalimat, yaitu: Allah me:njadikan orang-orang
yang makan rasa lezat pada makanan, semestinya kata lezat harus diikuti oleh kata
nikmat bukan kata makan, kata ).'.illlgjuga harus diganti dengan kata dapat sehingga
jika dirangkaikan menjadi dapat menikmati, selanjutnya adalah pada kata makan dan
minum keduanya harus diberikan akhiran an. Menurut Penulis kalimat tersebut dapat
diperbaiki, menjadi:
"Rasakanlah rahmat dan kemurahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ini!
Allah meryadikan orang-orang dapat menikmati rasa lezat pada
makanannya, daya rasa pada lidah dan bagian lainnya dalam mulut, agar
ia dapat menentukan makanan yang cita rasanya cocok dan sesuai.
Dengan begitu, ia dapat menikmati makanan dan minuman yang
dibutuhkan serta menjauhi makanan dan minuman yang tidak sesuai
dengan selerannya. Dengan daya rasa ilu pula, ia dapat mengetahui
batasan panas dan dinginnya sesuatu. "
8) "Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tel ah menciptakan aka/
pikiran dan menyempurnakannya melalui wahyu yang turunkan-Nva . "
Pada kalimat diatas seharusnya kata turunkannya diberikan awalan di. Menurut
Penulis kalimat tersebut dapat diperbaiki, menjadi:
"Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menciptakan aka!
pikiran dan menyempurnakannya melalui wahyu yang diturunkan -Nya."
(jj\.S 3 , _)4-iJI .. ~ ~ r1 ..')\....., ~ ':l 3 l ~,-/ u\.S.9 01 ~1 Lil
w\.+i.11 t....,j 3 . ~ ~l IA yl J3 ):!9 <.?)I c)c ~ ';! r'.i~I
c.3~ .J ' 9 .,. ;9 1 e >lb .J.i .J ~_JI ;; ) J-"'-~ r 3.LiS
9) "Binatang umumnya tidak merasakan akan dupat ketenangan dan
tidak meninggalkan akan aktivitas selama hari masih disinari mentari.
Binatang ternak akan terus merumput tanpa henti. Sedangkan tumbuh
tumbuhan jika terus mendapatkan panasnya matahari, maka ia akan
mengering dan terbakar. "
Pada kalimat tersebut terdapat dua kerancuan kalimat, satu kata tidak baku, dan satu
lagi struktur kalimat yang kurang lengkap. Menurut Penulis kalimat tersebut dapat
diperbaiki. Menjadi:
"Binatang pada umumnya lidak akan dapal mersakan kelenangan dan
tidak akan meninggaklkan aktifitas selama hari masih disinari mentari.
Binatang ternak akan terus merumput tanpa henti. Sedangkan tumbuh-
tumbuhan jika terus mendapatkan panasnya sinar matahari, maka ia akan
mengering dan terbakar. "
10) "Demikian pula halnyajika masa malam dipwyangkan melewati batas
yang telah ditelltukan, maka ha! llii alum m!!JIJY!idi lcttrlbat daH
membuat lalai kelompok hewan untuk segera bergerak mencari
penghidupan. Panas yang alami pun membeku sehingga dapat
merusak tumbuh-tumbuhan seperti halnya jika suatu tumbuhan tidak
mendapatkan sinar matahari. "
Kata masa tidak dapat digunakan dalam konteks kalimat tersebut, karena kata masa
biasanya digunakan untuk menunjukan sesuatu yang panjang atau sangat lama,
seperti: masa lalu, masa depan dan masa van!! akan <iHtmw i"rl; .. ntuJ, lmn+0 1,"
kal imat diatas lebih tepat menggunakan diksi "waktu". Kata membuat lam bat dan
membuat lalai sebaiknya diberikan imbuhan me-kan. Sehingga menjadi
"melambatkan" dan "melalaikan". Menurut Penulis kalimat tersebut dapat diperbaiki
menjadi:
"Demikian pula halnya jika waktu malam dipa11jangkan melewati batas
yang telah ditentukan, maka hat ini akan melambatkan dan melalaikan
kelompok hewan untuk segera bergerak mencari penghidupan. Panas
yang alami pun membeku sehingga dapat merusak tumbuh-tumbuhan
seperti halnya jika suatu tumbuhan tidak mendapatkan sinar matahari. "
Demikianlah analisis data dalam buku te1jemahan yang Penulis jadikan bahan
penelitian dalam garapan skripsi ini, dari buku yang Penulis jadikan bahan
penelitian ini memang sebetulnya dari segi ejaannya suclah cukup baik dan
sempurna, namun dari segi teknik penulisan banyak yang salah. Penulis juga
merasakan betul kekurangan yang masih banyak terdapat dalam skripsi ini, oleh
karenanya Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk pengembangan
skripsi ini kedepan.
A. KESIMPULAN
BABY
PENUTUP
Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dalarn buku terjemahan Ad
D11rrat11/ Faakhirah Fii Kmy/i 'Ulu11mil Aakhirah Wal Hikmatu Fii
Makhlu11qaatil/aahi 'Azza wa Jal/a dalam bab "Al-Hikmatu fii Makhluuqaatillaahi
'Azza wa Jalla", maka Penulis menyimpulkan bahwa tidak semua kalimat terjemahan
dapat diterapkan dalam bentuk kalirnat efekti( mengingat kaidah dala1n bahasa
Indonesia dan kaidah dalam bahasa Arab memiliki perbedaan dari segi gramatikal.
Penulis juga memberikan kesimpulan, sebagai berikut:
a. Adanya penggunaan hahasa yang tidak haku.
b. Adcmya ketidakteparan penggu11aan diksi.
c. Adanya penggunaan istilah asing.
d. Adanya Kalima/ yang tidak lengkup.
B. SARAN
Setelah menganalisis objek data, Penulis fvlemberikan saran sebagai berikut:
I. Seorang penerjemah ketika mene1je111ahkan sebuah 1:eks sumber, haruslah
sanggup mewakili pikiran teks surnber secara tepat.
so
2. Seorang penerjernah dituntut untuk jujur dalarn rnenerjemahkan sebuah karya
tulis, sehingga pesan-pesan yang ingin disarnpaikan oleh penulis tidak hilang
oleh pembahan kalirnat yang dilakukan oleh penerjemah.
3. Seorang penerjernah juga harus kreatif dalarn rnencari padanan kata yang
paling sesuai dengan naskah aslinya.
4. Seorang penerjernah juga dituntut untuk tidak terlalu bebas dalarn
rnenerjernahkan sebuah karya tulis, sehingga terjemahan yang dihasilkan tidak
rnenyirnpang dari karya aslinya.
DAFT AR PUSTAKA
A, Nida, Eugene, The Theory And Practice O/Translation, Netherland: by. E. J
Briil, 1974
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta: Akademika pressindo, 2003, Cet. Ke-6
Bunyamin, Sholihin, Panduan Belajar Menerjemahkan al-Qur'an Metode Granada
Sistem Delapan Jam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003
Catford, J, C, A Linguistik The Theory Of Translation, London Oxford University
Press, 1965
Chaer, Abdul, Tata Bahasa Praktis bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2000, Cet. Ke-I
Eman A. Rahman, dan Sudarno, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi, Jakaita PT Hikmah Syahid lndah
Hanafi, Nurachman, Teori Te1jemah Dan Seni Menerjemahkan, Ende-Flores-NTT:
Nusa lndah 1986
Keraf, Gorys, Komposisi, Flores: Nusa lndah, 1989, Cet. Ke-7
Lubis, Ismail, Falsifikasi Terjemahan al-Qur'an Depag Edisi 1990, Yogyakarta: PT
Tiara Wacana Y ogya, 2000 Cet. Ke-I
Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000, Cet. Ke-I.
Larson, L, Milfred, Peneljemahan Berdasarkan Makna;Pedoman Untuk Pemadanan
Antar Bahasa,Jakarla: Arcan, 1991, Cet. Ke-2
Martaya, Widya, Seni Menerjemahkan, Y ogyakarta: kanisius, 1998, Cet. Ke-I
Zuloyeno, Bastian, Analisis Diksi pada "llmu Laduni Te1jemahan AR-risalah Al
Laduniyyah karya Imam Al-Ghazali" Skripsi Sarjana Sastra, Jakarta:
Perpustakaan Utama UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2004, t.d
Wijaya, Andri, Analisis Medan Makna Pada Bab Shalat Buku Terjemahan "Fiqih
Lima Mazhab" Skripsi Sarjana Sastra, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004, t. d
Anis, Ahmad, Ad-Durratul Faakhirah fii Kasyfi' Uluumil Aakhirah wal Hikmatu fii
Makhluuqaatillaahi' Azza wa Jalla, Terjemahan, Jakarta: Mustaqiim, 2005.
Cet. Pertama