analisis kadar air
DESCRIPTION
fvdbfdsTRANSCRIPT
ANALISIS MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
RANGKUMAN
ANALISIS KADAR AIR , ABU DAN MINERAL
oleh
Herwin Apri Ambodo 111710101017
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
RANGKUMAN
ANALISIS KADAR AIR
Air merupakan suatu senyawa kimia H2O yang sangat istimewa, yang dalam
kandungannya terdiri dari dua senyawa Hidrogen(H), dan senyawa Oksigen (O2). Molekul air
satu dengan molekul lain dapat bergabung melalui ikatan hidrogen yang terbentuk melalui
tarik menarik antara kutub positif (atom H) molekul air yang satu dengan kutub negatif (atom
O) molekul air lain. Air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat dengan komponen
bahan pangan laiannya. Air dalam bahan pangan ini memiliki tiga tipe yaitu,
1. Air monolayer (lapisan tunggal)
Air terikat dengan ikatan hidrogen atau ikatan ionik dengan komponen bahan pangan.
Misalnya, ikatan hidrogen antara air dengan karbohidrat (O) atau protein (N); Ikatan
ionik dengan asam atau basa atau garam. Air tipe ini sulit dikeluarkan pada
proses pengeringan dan sulit dibekukan.
2. Air multilayer (lapisan banyak)
Air yang terikat pada molekul air monolayer. Dan lebih mudah dihilangkan dengan
penguapan dan pengeringan dibandingkan air monolayer.
3. Air bebas
Air yang terikat secara fisik dalam matriks komponen bahan pangan. Dan mudah
dikeluarkan dengan proses pengeringan. Adanya air bebas ini, memunculkan adanya
istilah aw, yaitu Jumlah air bebas yang dapat memfasilitasi pertumbuhan mikroba
dan reaksi-reaksi kimia yang mengakibatkan penurunan mutu bahan pangan.
Kadar air dalam bahan pangan yang berada dalam bentuk terikat secara fisik atau
kimia dengan komponen bahan lainnnya sehingga proses analisis kadar air dalam bahan
pangan sulit untuk mendapatkan ketelitian analisis yang tinggi. Analisis kadar air ini
memiliki 2 metode yaitu,
1. Metode langsung (kimia)
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan pangan dengan
bantuan pengeringan oven, desikasi, distilasi, ekstraksi, dan teknik fisikokimia lainnya.
Jumlah air dapat diketahui dengan cara penimbangan, pengukuran volume atau cara
langsung lainnya. Analisis kadar air metode langsung dapat dilakukan dengan metode-
metode langsung seperti metode gravimetri (pengeringan dengan oven), metode destilasi
azeotropik, metode Karl Fischer, metode desikasi kimia, dan metode termogavimerti.
A. Metode gravimetri
Pada metode gravimetri (pengeringan dengan oven) dilakukan dengan cara
mengeluarkan air dalam bahan dengan metode oven udara dan oven vakum.
a. Metode oven udara
Metode ini berdasarkan atas berat yang hilang, sehingga bahan yang
digunakan harus mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung
komponen yang mudah menguap. Air dikeluarkan dari bahan pada tekanan udara
760 mmHg sehingga air menguap pada suhu 1000C yang sesuai dengan titik
didihnya. Alat yang digunakan dalam penimbangan seharusnya dilakukan
menggunakan neraca analitik agar ketelitian penimbangan tingi (4 angka
dibelakang koma). Pemanas yang digunakan biasanya menggunakan oven
berpemanas infrared, karena mempunyai penetrasi kuat sehingga air dalam bahan
dapat diuapkan pada suhu tidak lebih dari 700C, sedangkan pemanasan dengan
pemanas listrik, air dalam bahan dapat diuapkan pada suhu 1000C.
Faktor yang mempengaruhi analisis dengan metode oven yaitu penimbangan
bahan/contoh, kondisi oven, pengeringan contoh, perlakuan setelah pengeringan.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi berdasrkan kondisi oven yaitu fluktuasi
suhu, kecepatan aliran, kelembaban udara didalam oven.
b. Metode oven vakum
Metode ini berdasarkan sampel yang dikeringkan dalam kondisi tekanan
rendah (vakum) sehingga air yang menguap dibawah titik didih normal
(1000C),misalnya 60-700C. pada suhu tersebut tidak terjadi penguraian senyawa
dalam sampel selama pengeringan. Tekanan yang digunakan biasanya sekitar 25-
100 mmHg.
Persiapan sebelum pengeringan pada metode langsung dapat dilakukan dengan cara:
a. Penimbangan sampel
b. Perlakuan pendahuluan sampel
c. Cawan
d. Persiapan oven
Analisis kadar air metode oven udara (SNI 01-2891-1992), yaitu sampel dikeringkan
dengan oven udara pada suhu 100-1050C sampai diperoleh berat konstan.
Prosedur kerjanya,
a. Pengecekan suhu oven
1. Sebelum oven digunakan untuk analisis kadar air, dilakukan pengecekan suhu
oven dengan cara memasukkan thermometer yang dikalibrasi kedalam oven.
2. Tungu hingga thermometer mencapai suhu yang diinginkan (sekitar 5 menit)
3. Lakukan pengecekan suhu oven sebanyak 5 kali dan catat suhunya.
4. Hitung rata rata suhu, stsndar deviasi dan RSD.
b. Tahapan analisis
1. Keringkan cawan kosong dalam oven selama 15 menit
2. Dinginkan cawan dalam desikator. Ambil cawan kering dengan penjepit.
3. Timbang cawan kering yang sudah didinginkan.
4. Timbang 1-2 gram contoh pada cawan tersebut.
5. Keringkan pada oven suhu 1050C selama 3 jam.
6. Dinginka dalam desikator.
7. Timbang. Ulangi penimbangn hingga diperoleh bobot konstan (≤ 0,0005 g).
c. Perhitungan
- Kadar air berbasis basah (bb)
Kadar air (g/100 g bahan basah) ¿W−(W 1−W 2)
WX 100 %
- Kadar air berbasis kering (bk)
Kadar air (g/100 g bahan kering) ¿W−(W 1−W 2)W 1−W 2
X 100 %
Dimana,
W = berat contoh sebelum dikeringkan (g)
W1= berat cawan kosong dan contoh kering yang sudah konstan beratnya (g)
W2= berat cawan kosong (g)
Analisis kadar air metode oven vakum (AOAC 925.45, 1999), yaitu sampel dikeringkan
dalam oven vakum dengan tekanan 25-100 mmHg sehingga air dapat menguap pada suhu
lebih rendah dari 1000C, MISALNYA 60-700C.
Prosedur kerjanya,
a. Keringkan cawan kosong dalam oven selama 15 menit.
b. Dinginkan cawan dalam desikator. Ambil cawan kering dengan penjepit.
c. Timbang cawan kering yang sudah didinginkan.
d. Timbang 1-2 gram contoh pada cawan tersebut.
e. Keringkan pada oven vakum suhu 700C, 25 mmHg selama 2 jam.
f. Dinginkan dengan desikator.
g. Timbang, ulangi penimbangan hingga diperoleh berat konstan (≤ 0,0005 g).
h. Perhitungan
- Kadar air berbasis basah (bb)
Kadar air (g/100 g bahan basah) ¿W−(W 1−W 2)
WX 100 %
- Kadar air berbasis kering (bk)
Kadar air (g/100 g bahan kering) ¿W−(W 1−W 2)W 1−W 2
X 100 %
Dimana,
W = berat contoh sebelum dikeringkan (g)
W1= berat cawan kosong dan contoh kering yang sudah konstan beratnya (g)
W2= berat cawan kosong (g)
B. Metode distilasi azeotropik
Pada metode distilasi azeotropik memiliki dua metode yaitu distilasi langsung
dan distilasi azeotropik. Pada distilasi langsung air diuapkan langsung dari pelarut
(mineral) yang imisibel atau tidak bias bercampur denga air yang memiliki titik didih
tinggi. Selama pemanasan air yang menguap dikondensasi lalu ditampung dalam
gelas ukur dan ditentukan volumenya untuk menentukan kadar airnya. Sedangkan
distilasi azeotropik air diuapkan bersama-sama dengan pelarut imisibel pada
suatu perbandingan yang tetap. Dan pelarut yang digunakan yaitu toluene, xilena,
tetrakloroetilena. Toluene dan xilena memiliki berat jenis lebih rendah dari air yaitu
0,866 g/ml dan 0,866-0,87 g/ml, sedangkan berat jenis tetrakloroetilena lebih tinggi
dari air yaitu 1,62 g/ml. penggunaan pelarut yang mempunyai berat jenis lebih ringan
dari air akan berada dibagian bawah gelas penampung sehingga pengukuran volume
lebih mudah.
Keuntungan menggunakan metode distilasi yaitu,
a. Kadar air ditetapkan secara langsung dan hasil akhirnya merupakan nilai kadar air
yang nyata dan bukan karena kehilangan berat sampel
b. Hasilnya sering lebih teliti dibandingkan dengan padapenetapan dengan pengeringan
oven, karena jumlahsampel yang digunakan jauh lebih banyak, sehinggapenarikan
sampel dapat lebih mewakili secara acak,
c. Waktu penetapan relatif singkat 0.5-1 jam
d. Peralatannya sederhana
e. Pengaruh kelembaban lingkungan dapat dikurangi
f. Dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi selama pemanasan
g. Cara mengerjakannya sederhana dan mudah ditangani.
Kelemahan menggunakan metode distilasi yaitu,
a. Permukaan alat gelas harus selalu bersih dan kering
b. Senyawa alcohol / gliserol mungkin tersistilasi bersama air sehingga data yang
diperoleh lebih tingi dari nilai yang sebenarnya.
c. Pelarut yang digunakanmudah terbakar
d. Sebagai pelarut beracun
e. Ketelitian membaca volime air terkondensasi terbatas.
Analisis kadar air metode distilasi azeotropik (SNI 01-3181-1992), yaitu penguapan
air dari bahan bersama-sam dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada suatu
perbandingan yang tetap. Uap air dari bahan beserta pelarut dikondensasi kemudian
ditampung dalam gelas penampung. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar daripada
pelarutnya (pelarut BJ rendah) akan ada dibagian bawah pelarut sehingga volumenya
dapat dengan mudah ditemukan.
Prosedur kerjanya,
1. Tahap pengukuran
a. Keringkan labu didih dan tabung Bidwell-Ssterling dalam oven bersuhu 1050C
dan dinginkan dengan desikator.
b. Timbang 3 gram contoh (Ws)
c. Masukkan contoh kedalam labu didih yang telah dikeringka dan tambahka
toluene 60-80 ml.
d. Rangkai alat distilasi, labu didih, dan pemanas.
e. Refluk dengan suhu rendah (skala hot plate 4-5) selama 45 menit, naikkkan
suhu (sekala 8) dan lakukan pemanasan 60-90 menit.
f. Baca volume air yang terdistilasi (Vs)
2. Penetapan factor distilasi
a. Keringkan labu didih dan tabung Bidwell-Ssterling dalam oven bersuhu 1050C
dan dinginkan dengan desikator.
b. Masukkan 4 gram air ke dalam labu (W), tambahkan toluene 60-80 ml.
c. Rangkai alat distilasi, labu didih, dan pemanas.
d. Refluk dengan suhu rendah (skala hot plate 4-5) selama 45 menit, naikkkan
suhu (sekala 8) dan lakukan pemanasan 60-90 menit.
e. Baca volume air yang terdistilasi (V)
3. Perhitungan
- Kadar air bahan
Kadar air ¿V sWs
x FD x 100 %
Ws = berat contoh (g)
Vs = volume air yang didistilasi dari contoh (ml)
FD = factor distilasi (g/ml)
- Faktor distilasi (FD)
FD ¿WV
Dimana,
W = berat air yang akan didistilasi (g)
V = volume air yang terdistilasi (ml)
C. Metode Karl Fischer
Metode ini sangat sensitif terhadap air yang dapat diaplikasikan untuk analisis
bahan pangan yang memiliki kandungan air sangat rendah.
D. Metode desikasi kimia
Metode ini memiliki tambahan berupa bahan kimia untuk menganalisis kadar air
karena bahan kimia memiliki kemampuan menyerap air tinggi.
E. Metode termogavimerti
Metode ini dilakukan dengan bantuan panas. Perubahan berat yag tercatat oleh neraca
termal secara otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu.
2. Metode Tidak Langsung (Fisik)
Metode analisis tidak langsung dilakukan tanpa mengeluarkan air dari bahan dan tidak
merusak bahan sehingga pengukuran tidak bersifat merusak. Metode yang diterapkan
antara lain metode listrik –elektronika, penyerapan gelombang mikro, penyerapan sonik
dan ultrasonik, metode spektroskopi.
A. Metode listrik –elektronika (konduktivitas DC dan AC)
1. Konduktivitas AC-DC
a. Analisis dengan cara menempatkan sampel pada wadah diantara 2 elektroda
dan diukur arus listrik yang melewati sampel berdasarkan tahanan listriknya.
b. Faktorpenting : distribusiairdalambahan,suhu(kisaran20-25oC), kontak antara
elektroda dengan sampel
2. Konstanta dielektrik
a. Konstanta dielektrik suatu bahan pangan (kadar air <30%) berbanding lurus
dengan kadar airnya Kenaikan kadar air 1% dalam setiap bahan akan
menaikkan konstanta dielektrik sekitar 0,8 unit.
b. Cara : sampel diletakkan diantara 2 elektroda. Arus atau tegangan yang terukur
diubah menjadi angka kadar air yang dapat dilihat pada display instrument.
c. Faktor penting : distribusi air pada sampel, adanya elektrolit, kerapatan dan
suhu sampel
B. Penyerapan gelombang mikro
Didasarkan pada pengukuran penyerapan energy gelombang mikro oleh
molekul air. Molekul air yang memiliki 2 kutub akan menyerap beberapa ribu kali
lebih banyak energy gelombang mikro daibandingkan bahan kering dalam volume
yang sama.
C. Penyerapan sonik dan ultrasonik
Didasrkan pada kemampuan molekul air dalam menyerap energy sonik dan
ultrasonik. Derajat penyerapan tergantung padajumlah air yang terdapatdalam
bahan.
D. Metode spektroskopi (inframera dan NMR)
Pada inframera didasarkan pada pembentukan spectrum penyerapan
inframerah yang sangat spesifik oleh molekul air yang terdapat dalam bahan.
Sedangkan pada NMR didasrkan pada sifat sifat nuklir dari atom-atom hydrogen
dengan molekul air. Perputaran atom hydrogen dalam molekul air yang berbeda
dengan perputaran atom hydrogen dalam molekul lain dapat diidentifikasi yang
selanjutnya dapat dijadikan sebagai parameter pengukuran kadar air.
ANALISA KADAR ABU DAN MINERAL
Abu adalah residu organik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik
bahan pangan. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral
yang terdapat bahan pangan terdiri dari jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat,
pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat, sulfat, dan nitrat.
Selain itu juga ada senyawa komplek yang meliputi klorofil-Mg, pectin-Ca, mioglobin-Fe,
dan lainnya. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan.
Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan
cara pengabuannya. Semua komponen tersebut sangat berpengaruh untuk menentukan
kualitas dan kuantitas makanan.
Penentuan kandungan mineral dalam bahan pangan yaitu
1. Penentuan abu total dengan cara pengabuan
2. Penentuan individu keompok mineral
Metode pengabuan meliputi.
A. Pengabuan Cara Kering
yaitu menggunakan panas tinggi dan adanya oksigen. Digunakan dalam analisis kadar
abu (analisis proksimat). Pengabuan ini biasanya digunakan untuk analisis kadar abu.
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada
suhu tinggi, yaitu sekitar 500–600ºC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang
tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.
Analisis kadar abu metode pengabuan kering (SNI 01-2891-1992)
1. Keringkan cawan porselin kosong dan tutupnya dalam oven bersuhu 1500C selama 15
menit dan dinginkan dengan destilator.
2. Timbang cawan porselin kering tersebut dan catat beratnya.
3. Timbang 2-3 g contoh ke dalam cawan porselin tersebut.
4. Bila contoh berbentuk cairan, uapkan dulu air dalam contoh diatas penangasair sampai
kering. Bila contoh kering arangkan duludi atas nyala pembakar.
5. Masukkan contoh ke tanur listrik. Panaskan pada suhu maksimum 5500C sampai
pengabuan sempurna.
6. Setelah pengabuan selesai, dinginkan cawan contoh di dalam desikator, kemudian
timbang. Ulangi penimbangan sampai diperoleh berat tetap.
7. Perhitungan
- Kadar abu berbasis basah (bb)
Kadar abu (g/100 g bahan basah) ¿(W 1−W 2)
WX100 %
Dimana,
W = berat contoh sebelum diabukan (g)
W1= berat cawan kosong dan contoh kering yang sudah diabukan (g)
W2= berat cawan kosong (g)
- Kadar abu berbasis kering (bk)
Kadar abu (g/100 g bahan kering) ¿kadar abu (bb)
(100−kadar air (bb ))X 100 %
B. Pengabuan Cara Basah
yaitu menggunakan oksidator kuat (asam kuat). Digunakan untuk penentuan
individu komponen mineral. Pengabuan basah juga merupakan salah satu usaha untuk
memperbaiki cara kering yang sering memakan waktu lama. Prinsip pengabuan basah
adalah memberikan reagen kimia tertentu ke dalam bahan sebelum digunakan untuk
pengabuan. Contoh reagen kimia yang dapat ditambahkan ke dalam bahan yaitu:
1. Asam sulfat, sering ditambahkan ke dalam sample untuk membantu mempercepat
terjadinya reaksi oksidasi.
2. Campuran asam sulfat dan potassium sulfat. Potassium sulfat yang dicampurkan pada
asam sulfat akan menaikkan titik diduih asam sulfat sehingga suhu pengabuan dapat
ditingkatkan
3. Campuran asam sulfat, asam nitrat yang merupakan oksidator kuat. Dengan
penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu degesti sampai 3500 C, sehingga
komponen yang mudah pada suhu tinggi dapat tetap dipertahankan dalam abu dan
penentun kadar abu lebih baik.
4. Penggunaan asam perklorat dan asam nitrat dapat digunakan untuk bahan yang sangat
sulit mengalami oksidasi.
Analisis atau penentuan kadar mineral dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan
berbagai jenis metode yaitu metode titrimetri, spektofotometer dan atomatic absorption
spectofotometer (AAS).
Berbagai cara perhitunagan analisis dengan metode titrimetri.
1. Analisis NaCl
- Kadar NaCl
% NaCl = (T x M x 5,84)
W
- Kadar Cl
% Cl = (T x M x 3,55)
W
Di mana,
T = ml AgNO3
M = molaritas AgNO3
W = berat contoh dalam gram (pada saat pengabuan)
2. Analisis Fosfor
- Kadar fosfor
Kadar P (%) = (P x2)W
Dimana,
P = konsentrasi fosfor dari kurva standar (mg/50ml)
W = berat contoh pada saat pengabuan (g)
3. Analisis Besi
- Kadar besi
Mg besi/100g = ODcontoh x 0,1 x volume total larutan abuOD standar x 5x berat sampel awal