analisis implementasi pemberdayaan usaha mikro …

16
ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO (Studi pada Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah(LAZISMU) Kabupaten Malang) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Ririn Wijayanti 115020501111007 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

1

ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA

MIKRO (Studi pada Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah

Muhammadiyah(LAZISMU) Kabupaten Malang)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Ririn Wijayanti

115020501111007

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

2

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO (Studi pada

Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Malang

Yang disusun oleh :

Nama : Ririn Wijayanti

NIM : 115020501111007

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di

depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Februari 2015

Malang, 3 Februari 2015

Dosen Pembimbing,

Dr. Nurul Badriyah. SE., ME

NIP. 19740302 200501 2 001

Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

1

Analisis Implementasi Pemberdayaan Usaha Mikro

(Studi Pada Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Malang)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola pemberdayaan dan manajemen Lembaga Zakat

Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Malang dalam melakukan langkah strategis untuk

melakukan pemberdayaan serta pengembangan usaha mikro. Dalam permasalahan UMKM, masalah utama

kerap pada sumber permodalan dan model manajemen yang diterapkan sehingga akan berpengaruh pada

pengembangan usaha itu sendiri. Dengan didukung oleh peran LAZISMU, maka akan mampu berperan sebagai

lembaga intermediasi antara masyarakat lapisan atas dan lapisan bawah demi menciptakan pertumbuhan

usaha produktif. Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa LAZISMU mampu dalam melakukan pemberdayaan UMKM dalam pola pembiayaan yang

menggunakan prinsip-prinsip syariah. Namun, dengan terbatasnya kuantitas SDM lembaga menyebabkan

pengawasan dan pendampingan untuk usaha mikro menjadi kurang maksimal yang akan menghambat dalam

pertumbuhan dan pengembangan UMKM itu sendiri. Namun pada akhirnya LAZISMU mampu bertransformasi

dalam sistem kontroling terhadap UMKM yang telah diberikan modal.

Kata kunci: Pemberdayaan, UMKM, LAZISMU, Manajemen.

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang, namun masih kekurangan wirausaha. Peran

wirausaha di Indonesia dapat dilihat pada kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap

perekonomian nasional. UMKM merupakan salah satu pelaku kunci proses pembangunan nasional yang telah

terbukti mampu hidup dan berkembang di masa krisis melanda Indonesia. Sektor ini juga mampu memberi

peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan

modal besar. Akumulasi dari berbagai dampak krisis ekonomi masih terlihat dengan tingginya tingkat

kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM merupakan salah satu

prioritas dalam menangani masalah tersebut. Pemberdayaan UMKM dianggap sebagai satu alternatif penting

yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah. Kartasasmita (1996),

menyatakan bahwa UMKM menjadi elemen penting dalam pengembangan dan perencanaan konsep

industrialisasi di negara berkembang karena karateristik teknologi. UMKM yang bersifat padat karya menjadi

faktor penting dalam penyerapan tenaga kerja. Banyak negara-negara berkembang mulai menempatkan industri

kecil dan menengah sebagai titik sentral pembangunan. Pengembangan UMKM sesungguhnya memiliki nilai

strategis. Hal ini setidaknya dapat didasari atas beberapa alasan yaitu: (1) pelaku UMKM telah mempunyai

kegiatan ekonomi produktif sehingga kebutuhannya adalah pengembangan dan peningkatan kapasitas bukan

penumbuhan, sehingga lebih mudah dan pasti; (2) Apabila kelompok UMKM diberdayakan secara tepat, mereka

akan secara mudah berpindah menjadi sektor usaha kecil; (3) Pengembangan UMKM secara efektif dapat

mengurangi kemiskinan yang diderita oleh pelakunya sendiri, bahkan dapat membantu pemberdayaan rakyat

kategori fakir miskin, serta usaha lanjut dan muda (Siregar 2006).

Masalah umum yang dihadapi UMKM adalah adanya keterbatasan sumber permodalan financial serta

sumber daya manusia (SDM). Hal ini dikarenakan UMKM di Indonesia sebagian besar tumbuh secara

tradisional dan merupakan usaha yang turun menurun. Keterbatasan tersebut juga mencangkup pendidikan

formal maupun pengetahuan dan keterampilan, sehingga manajemen pengelolaan UMKM sangat praktis dan

sederhana yang pada akhirnya akan sulit untuk berkembang dengan optimal. Melihat kenyataan yang ada, letak

peran pemerintah sangat penting untuk meletakkan posisi. Hal tersebut juga harus didukung dengan kebijakan-

kebijakan pembangunan yang diperlukan untuk merealisasikan tujuan-tujuan pembangunan itu sendiri.

Komponen-kompeonen kelembagaan masyarakat juga akan dapat menunjang pelaksanaan kebijakan

pembangunan dari struktur kekuasaan yang responsive dan accountable terhadap rakyat yaitu lembaga kontrol

sosial yang bebas dan bertanggung jawab terhadap kepentingan rakyat banyak seperti pers, organisasi

kemasyarakatan,dan yang lainnya. Maka, pemerintah disini memiliki posisi amat tepat yaitu menjadi fungsi

intermediasi. Fungsi ini berarti menjadi bridge (jembatan) bagi usaha mikro yang hendak melakukan ekspansi

usahanya dengan cara memberikan pinjaman modal, pemberian training usaha dan pembukuan.

Fungsi intermediasi dapat diperankan melalui wadah seperti instrumen ekonomi dalam Islam, agar para

pelaku usaha mikro tidak terjebak pada rente. Dengan memandang urgensi dan kontribusi UMKM terhadap

Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

2

pembangunan ekonomi bangsa, maka sudah sewajarnya lembaga syariah melakukan reorientasi ke sektor riil

dengan memfokuskan pemberdayaan kepada pengusaha UMKM yang salah satunya yaitu melalui lembaga

Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS). Infaq merupakan jalan serta jembatan bagi kaum miskin demi terciptanya

pembangunan berkeadilan. Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS) Lembaga pengelola zakat dituntut

mampu untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas organisasi. Hal itu terkait mulai diberlakukannya

Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UUKIP), sejak tanggal 1 Mei 2010 lalu. Undang-undang ini

menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi publik, sekaligus memberi tanggung jawab pada

lembaga publik untuk menyediakannya bagi masyarakat. Organisasi pengelola zakat, baik LAZ maupun BAZ,

sendiri termasuk ke dalam kategori lembaga publik, karena sebagian atau seluruh dananya bersumber dari

sumbangan masyarakat, yang berupa zakat, infaq, shodaqoh, wakaf.

Selaras dengan fungsi dan keberadaannya, setelah disinggung pada pembahasan sebelumnya mengenai

peran organisasi masyarakat bagi pembangunan ekonomi, maka disini ORMAS keagamaan menempati posisi

penting dan strategis. Muhammadiyah dalam perkembangan amal usahanya khususnya dalam bidang

kemasyarakatan, membentuk kesatuan-kesatuan kerja bidang kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai

badan pembantu persyarikatan, memandang bahwa banyak permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat,

Muhammadiyah memiliki wadah dalam menjawab persoalan tersebut dengan mendirikan Lembaga Zakat Infaq

dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) dimana dalam fungsinya yaitu mengumpulkan zakat,

mendistribusikan dan mendayagunakan secara optimal dan professional dengan memberikan kemudahan bagi

pemberi dana ZIS (muzzaki) dalam melaksanakan kewajiban agama islam serta membantu penerima dana ZIS

(mustahiq) untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. sehingga menjadi penyangga kekuatan gerakan

pemberdayaan ekonomi rakyat. Serta dalam hal ini Muhammadiyah berupaya dalam mengembangkan

pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep pengembangan ekonomi yang berorientasi kerakyatan keislaman.

(Sukrianto, 2000). Dengan spirit kreatifitas dan inovasi, LAZISMU senantiasa memproduksi program-program

pendayagunaan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat yang berkembang.

Dalam operasional programnya, LAZISMU didukung oleh Jaringan Multi Lini, sebuah jaringan konsolidasi

lembaga zakat yang tersebar di seluruh propinsi (berbasis kabupaten/kota) yang menjadikan program-program

pendayagunaan LAZISMU mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara cepat, terfokus dan tepat

sasaran. Salah satunya adalah Kabupaten Malang. Jika melihat lokasi Kabupaten Malang sendiri, telah menjadi

pusat penelitian karena berdasarkan data RPJMD Kabupaten Malang tahun 2009-2013, kondisi perekonomian

disana cenderung mengalami penurunan pasca memasuki krisis ekonomi, bahkan sampai 6,64%, hal tersebut

disebabkan karena kontribusi sektor ekonomi Kabupaten Malang kurang, Dengan berdirinya LAZISMU di

Kabupaten Malang dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen modern yang dapat

menghantarkan zakat menjadi bagian dari penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus

berkembang. Melalui program pemberdayaan ekonomi, maka diharapkan pada akhirnya berpengaruh pada

pertumbuhan usaha dengan perluasan pada sektor perdagangan kecil, peternakan, perikanan serta pertanian yang

menjadi sektor mata pecaharian di sebagian Kabupaten Malang. Dengan melihat dari sistem pembiayaan,

mengingat bahwa pembiyaan terhadap modal usaha bagi UMKM besar potensinya bagi pemberdayaan ekonomi.

Dengan sistem syariah, maka diharapkan masyarakat akan terus melakukan perubahan dalam perbaikan

ekonomi. Maka disini peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis pola pembiayaan yang diterapkan

dengan prinsip syariah, yang dalam sistemnya dapat menghindarkan dari transaksi haram yaitu riba, tidak adaya

penetapan bunga di depan serta sifat pembiayaan uang lebih adil.

Namun, dengan memberdayakan ekonomi masyarakat tidak cukup dengan memberikan akses kemudahan

dalam hal pembiyaan, tanpa didukung dengan adanya suatu pengembangan usaha. Pengembangan usaha pun

juga tidak terlepas dari pola manajemen lembaga zakat dalam mengatur sistem manajemen yang ada di dalam

lembaga zakat itu sendiri. Maka, dengan melihat potensi Kabupaten Malang yang memiliki peluang besar,

peneliti akan menganalisis kemampuan Lembaga Zakat dalam mengelola dana dan sistem manajemen

pemberdayaan ekonomi yang diterapkan demi tercipta pembangunan ekonomi yang produktif dan berkembang.

B. KAJIAN PUSTAKA

Pemberdayaan UMKM Sebagai Penunjang Pembangunan Ekonomi

Bryant, Coralie dan White Louise G (1989) dalam bukunya Manajemen Pembangunan mengemukakan

bahwa pembangunan merupakan suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan. Hal tersebut

mempunyai beberapa implikasi tertentu yaitu pertama, memberikan perhatian terhadap kapasitas, yang

diperlukan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan tersebut, kedua

pembangunan harus mencakup keadilan, perhatian yang berat sebelah kepada kelompok tertentu akan memecah

belah masyarakat dan mengurangi kapasitasnya. Ketiga, penumbuhan kuasa dan wewenang dalam pengertian

bahwa hanya jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka mereka akan menerima manfaat

pembangunan. Dan akhirnya pembangunan berarti perhatian yang bersungguh-sungguh terhadap saling

Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

3

ketergantungan di dunia serta perlunya menjamin bahwa masa depan dapat ditunjang kelangsungannya.Dari

uraian di atas maka secara umum dapat dikatakan bahwa pembangunan selalu dilihat sebagai fenomena

ekonomi yang diukur dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Kartasasmita (1996), mengemukakan pemberdayaan merupakan satu istilah yang diterjemahkan dari istilah

empowerment yang merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pemikiran

dan kebudayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yaitu kecenderungan primer dan

kecenderungan sekunder. Kecenderungan primer merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses

memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu

menjadi lebih berdaya, kecenderungan sekunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses

menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihan mereka. UMKM merupakan jalan untuk dapat menerapkan inovasi-

inovasi yang dimiliki oleh masyarakat dalam menunjang kehidupan perekonomiannya. UMKM terlihat sangat

jelas kaitannya dalam memudahkan masyarakat dalam mengakses permodalan usaha pada lembaga-lembaga

yang berkaitan. Dengan dilandasi dengan asas kekeluargaan, upaya untuk memberdayakan UMKM merupakan

bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan

ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Asas Kebersamaan adalah asas yang

mendorong peran seluruh UMKM dan Dunia Usaha secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk

mewujudkan kesejahteraan rakyat. Asas Efisiensi adalah asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan

UMKM dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,

kondusif, dan berdayasaing. Asas Berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya

proses pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga

terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri. Asas Berwawasan Lingkungan adalah asas pemberdayaan

UMKM yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan

lingkungan hidup. Asas Kemandirian adalah usaha pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap

menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian UMKM (UU No. 20/2008).

Prinsip Pembiayaan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga

Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I trust, yaitu „saya percaya‟ atau „saya

menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh

kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh pemberi modal selaku

Shahibul Maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-

syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Karim (2004) menjelaskan, pembiayaan

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.

Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana

memperoleh pendapatan. Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan merupakan

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil. Sedangkan menurut PP

No. 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah Penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan.

Orientasi dari pembiayaan tersebut untuk mengembangkan dan atau meningkatkan usaha dan pendapatan

dari para pengusaha kecil menengah, yang mana sasaran pembiayaan adalah semua faktor ekonomi yang

memungkinkan untuk dibiayai seperti pertanian, industri rumah tangga (home industri), perdagangan dan jasa.

Dengan harapan produk pembiayaan memberikan manfaat di dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi

rumah tangga anggotanya. Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya

yang dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu

melakukan analisis pembiayaan yang mendalam. Sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi

merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha. Fungsi pembiayaan :

a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.

b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund

c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga

d. Pembiayaan dapat mengaktifkan manfaat ekonomi yang ada

Siregar (2006), menjelaskan bahwa pembiyaan merupakan penyaluran Dana BMT kepada pihak ketiga

berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan nisbah

Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

4

bagi hasil yang telah disepakati. Pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah. Penyaluran dalam bentuk jual beli dengan pembayaran ditangguhkan adalah penjualan barang dari

BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar harga perolehan barang ditambah margin keuntungan

yang disepakati untuk keuntungan BMT. Bentuknya dapat berupa Ba’I bits’aman a’jil, yaitu pembayaran

dilakukan di akhir perjanjian. Sedangkan pembiayaan dalam perbankan adalah suatu fasilitas yang diberikan

bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh

bank syariah dari masyarakat yang surplus dana.

Menurut Karim (2004), dalam menyalurkan dananya pada nasabah secara garis besar produk pembiayaan

syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya. Pembiayaan

dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan

untuk mendapatkan jasa. prinsip bagi hasil digunakan untuk kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan

barang dan jasa sekaligus. Dari pengertiaan pembiayaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan

adalah aktivitas BMT dalam penyediaan dana, dimana dana tersebut didapat dari anggota yang kelebihan dana

dan disalurkan pada pihak yang kekurangan dana dengan kesepakatan pengembaliannya dalam jangka waktu

tertentu dan nisbah bagi hasil yang telah disepakati.

Dengan didukung dengan adanya landasan terhadap aplikasi bentuk akad-akad Investasi yang Disyariatkan.

Dengan memandang problematika dunia usaha termasuk problematika yang diperhatikan oleh ajaran Syariat

Islam yang suci. Islam menggambarkan, memberikan konsep-konsep, menciptakan struktur hukum dan

menetapkan berbagai macam jenis usaha yang berbeda-beda sehingga bisa dijadikan naungan bagi kalangan

usahawan di sepanjang perputaran masa. Dalam naungan hukum-hukum tersebut, mereka sudah biasa

memperoleh bahan demi merealisasikan segala kepentingan yang disyariatkan dan segala kebutuhan yang adil

dalam bingkai aturan bermetodologi Illahi, dan dengan tujuan serta target yang suci. Berkaitan pada transaksi

dalam bermua’malah maka dalam melakukan suatu bentuk usaha tidak akan terlepas dari bisnis bagi hasil,

dimana kajian fiqh Islam akan mengungkap bagaimana akad dan bagi hasil itu berjalan sesuai dengan syariat.

Adapun prinsip analisis pembiayaan menurut Antonio (2001), yang mengartikan prinsip merupakan sesuatu

yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu tindakan, prinsip analisis pembiayaan adalah pedoman-

pedoman yang harus diperhatikan oleh pejabat pembiayaan di bank-bank syari‟ah termasuk juga BMT pada saat

melakukan analisis pembiayaan. Secara umum prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C dan 7P,

yaitu Character, Capacity Capital, Collateral, Condition. Dari 5C karakter tersebut dalam BMT biasanya

menggunakan character. Sedangkan prinsip analisis pembiayaan (kredit) yang 7P yaitu Personality, Party,

Purpose, Prospect, Payment, Profitability, Protection.

Peran Muhammadiyah dalam Pemberdayaan UMKM melalui Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah

Muhammadiyah (LAZISMU)

Muhammadiyah banyak dikenal sebagai organisasi Islam yang modern oleh masyarakat Indonesia dan

bahkan dunia. KH. Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan sekolah-sekolah model Belanda, mendirikan rumah sakit

yang melibatkan tenaga medis dari kalangan Belanda. Pada bagian lain beliau juga menafsirkan Al-ma’un secara

berbeda dengan membaca kondisi masyarakatnya. Namun, sekarang terbukti bahwa ide-idenya membuahkan

kemajuan umat islam. Namun sesungguhnya hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan Kiyai Dahlan untuk

membumikan ajaran Islam pahami

Sebagai tujuan, pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni masyarakat yang memiliki

kekuatan atau kekuasaan dan keberdayaan yang mengarah pada kemandirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan

yang disebutkan sebelumnya. Dengan semangat tajdid, Muhammadiyah mampu memberikan pemahaman Islam

yang tidak hanya berupa ucapan-ucapan belaka, melainkan penjabaran amaliah yang senantiasa berubah sesuai

tuntutan zaman tanpa mengubah esensi yang terkandung di dalamnya.

Muhammadiyah mampu mengambil peranan penting dalam membangun masyarakat Islam yang

berkemajuan melalui amal usaha-amal usaha yang didirikan. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dakwah

amar ma’ruf nahi munkar telah berhasil menghimpun masyarakat dan menggerakkannya untuk membangun dan

menghimpun modal sosial yang berharga dalam bentuk berbagai amal usaha yang tersebar di seluruh wilayah

tanah air. Berbagai usaha tersebut merupakan refleksi dari kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat (Hamid,

2000). Modal sosial yang merupakan amanah dan kepercayaan masyarakat sudah semestinya dijaga dan

dikembangkan bersama dalam menggapai cita-citanya. Satu hal yang perlu dikaji kedepan yang memang

memang merupakan salah satu tonggak dari konsep masyarakat madani (civil society) adalah dalam bidang

ekonomi Muhammadiyah sejauh ini telah banyak berperan dalam menyumbungkan ide-ide kreatifnya dan

tentunya dalam bentuk amal usaha yang tersebar di berbagai penjuru tanah air. Muhammadiyah telah

menemukan inovasi-inovasi terbaru untuk menjawab tantangan zakat dan selain itu juga harus ada alternatif-

alternatif lain yang bisa ditempuh dalam menciptakan solusi dalam pemecahan persoalan kontemporer sat ini,

yakni meninjau kembali apa yang telah dilakukan (ide-ide dan amal usaha), serta mereformulasikan. Upaya-

upaya yang dilakukan belum menyuruh sektor riil dalam mengembangkan perekonomian umat seperti seperti

Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

5

digalakannya pelatihan-pelatihan dalam mengembangkan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Pentingnya

memahami kultur budaya setempat menjadi hal yang sangat krusial untuk menentukan strategi dan orientasi

pergerakan. Sejalan dengan teori pemberdayaan, bahwa pemberdayaan dapat diartikan sebagai tujuan dan

proses.

Sebagai tujuan, pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni masyarakat yang memiliki

kekuatan atau kekuasaan dan keberdayaan yang mengarah pada kemandirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan

yang disebutkan sebelumnya.

Menurut Edi Suharto (1985) Pemberdayaan sebagai proses memiliki lima dimensi yaitu:

a. Enabling, adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang secara optimal.

b. Empowering, adalah penguatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam

memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu

menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang

kemandirian.

c. Protecting yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh

kelompok-kelompok kuat dan dominan, menghindari persaingan yang tidak seimbang, mencegah

terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap yang lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada

penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan masyarakat kecil.

Pemberdayaan harus melindungi kelompok lemah, minoritas dan masyarakat terasing.

d. Supporting yaitu pemberian bimbingan dan dukungan kepada masyarakat lemah agar mampu

menjalankan peran dan fungsi kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat

agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

e. Fostering yaitu memelihara kondisi kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan

antara berbagai kelompok masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keseimbangan dan

keselarasan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan usaha.

Dengan pengaplikasian pemberdayaan kepada UMKM, dan demi mewujudkan tujuan dari pemberdayaan

UMKM tersebut, maka pemberdayaan tersebut dapat dikaitkan dengan adanya nilai-nilai mengenai Social

Entrepreneurship dimana Kewirausahaan Sosial dalam Islam,mengacu pada visi Islam dan model penguatan

lembaga-lembaga yang mendukung, dibuat dalam kejelasan bahwa strategi untuk memberdayakan UKM harus

mempertimbangkan keseimbangan ekonomi dan aspek sosial bisnis. Pada saat ini, gagasan kewirausahaan sosial

dapat diusulkan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan tersebut. Alasan di balik pelaksanaan sosial

kewirausahaan ke dalam strategi pemberdayaan UKM banyak. Namun, minat di bidang ini terutama disebabkan

oleh sinyal penting untuk mendorong perubahan sosial, dan itu adalah bahwa potensi hasil, dengan abadi,

Manfaat transformasional bagi masyarakat, yang menentukan lapangan dan praktisi terpisah (Hoetoro, 2011).

Maka, nilai kesejahteraan yang bertumpu pada zakat, infaq dan shodaqah yang didirikan Muhammadiyah yaitu

LAZISMU. Selain sebagai sarana untuk menyucikan jiwa dan harta, juga merupakan jaminan perlindungan,

pengembangan dan pengaturan peredaran serta distribusi kekayaan. Cara memanfaatkannya didasarkan pada

fungsi sosialnya bagi kepentingan masyarakat yang menyentuh kalangan miskin maupun kaya (Qardhawi,

1995). Di dalam harta orang kaya terdapat harta orang miskin dan penekun agama (sabilillah) yang harus

dikeluarkan dalam bentuk zakat, infaq dan shodaqah dan sebagainya. Perintah menafkahkan harta guna

membantu mereka yang kurang beruntung dan tekun menegakkan syiar agama merupakan ibadah berdimensi

prinsip keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan. Harta kekayaan selalu beredar di tengah masyarakat.

Upaya untuk memperoleh kemajuan ekonomi secara merata bukan kejahatan dalam pandangan Islam. Bahkan

itu menjadi sebuah kebaikan bila diseimbangkan dan diniatkan mendapat kebaikan. Ibadah zakat adalah salah

satu bentuk ibadah seorang mukmin yang mempunyai komitmen tinggi dengan keimanannya, yang dapat

mengangkat derajat ekonomi umat Islam, yang mencangkup beberapa ashnaf (golongan) delapan yang

disebutkan al Quran (fakir, miskin, panitia zakat, muallaf, budak, orang yang hutang, sabilillah, ibn sabil)

mendapat bagian zakat, dengan lebih memperioritaskan golongan yang lebih memerlukan. Melalui instrument

lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah yang oleh Muhammadiyah dinamakan LAZISMU, berkhidmat dalam

pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana

kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. LAZISMU Didirikan

oleh PP. Muhammadiyah pada tahun 2002, selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia

sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No. 457/21 November 2002. Berdirinya LAZISMU ini juga

didukung karena 2 faktor yaitu pertama, fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih

meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus

disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah. Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong

keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk

muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi.

Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

6

dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada. Dengan budaya kerja amanah, professional dan

transparan, LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya. Dan seiring waktu,

kepercayaan publik semakin menguat. Dengan spirit kreatifitas dan inovasi, LAZISMU senantiasa menproduksi

program-program pendayagunaan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat

yang berkembang khususnya pada pemberdayaan dan pengembangan UMKM.

C. METODE PENELITIAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan mengenai

mekanisme yang digunakan oleh Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZISMU) Kabupaten Malang dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui usaha mikro, maka dalam penelitian ini peneliti memperolehan

hasil penelitian dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif karena permasalahan yang diteliti sangat

kompleks, dinamis dan penuh makna. Dalam hal ini sumber data penelitian meliputi yang pimpinan dan Staff

LAZISMU Kabupaten Malang selaku pemegang kebijakan dalam ranah pemberdayaan ekonomi rakyat serta

masyarakat binaan usaha mikro dan beberapa orang yang merupakan sumber utama dan sumber pendukung

untuk melengkapi data yang diperoleh secara langsung dalam penelitian ini. Didukung dengan data sekunder

yang meliputi laporan keuangan LAZISMU tahun 2014 serta perjanjian-perjanjian akad. Pengamatan dilakukan

melalui observasi secara langsung, mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati

berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik

(Mardalis, 2008). Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan observasi terbuka dimana peneliti dalam

melakukan pengumpulan data akan menyatakan sebenarnya kepada sumber data, bahwa sedang melakukan

penelitian. Untuk menjawab dua pertanyaan penelitian yaitu mengenai pola pembiayaan yang dilakukan

LAZISMU Kabupaten Malang dalam memberikan pembiayaan kepada sektor usaha mikro serta mengenai

model manajemen pengembangan usaha mikro yang dilakukan oleh LAZISMU Kabupaten Malang dalam

pemberdayaan ekonomi, maka analisis dilakukan dengan mendasarkan pada analisis data kualitatif yaitu setelah

data diperoleh data diproses, dianalisis dan dibandingkan dengan teori-teori dan kemudian dievaluasi. Hasil

evaluasi tersebut yang akan ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang muncul.

D. PEMBAHASAN

Hasil-hasil yang diperoleh dari lapangan dalam perjalanan penelitian ini adalah program pendayagunaan

yang ada pada LAZISMU berfokus serta berorientasi pada keproduktifan dalam upaya pembentukan

masyarakat yang mandiri yang mengarahkan pada berbagai bidang salah satunya bidang pengembangan

ekonomi masyarakat. Sebelum beranjak lebih jauh mengenai hasil keseluruhan mengenai pembiayaan dan mla

manajemen dalam mengembangkan usaha, maka perlu diketahui terlebih dahulu perolehan sumber dana untuk

permodalan usaha mikro.

Klasifikasi Perolehan dan Penyaluran Dana ZIS

LAZISMU mempunyai berbagai macam tugas yang kesemuanya berhubungan dengan masalah zakat, infaq,

dan shodaqoh yaitu soal mencatat terhadap orang-orang yang membayar zakat, infaq dan shodaqoh dan jumlah

yang dibayarkannya. Kegiatan tersebut termasuk memaksimalkan potensi zakat yang cukup besar di wilayah

Kabupaten Malang yang dapat dikumpulkan dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya. Menurut Samiani

(2014), disamping karena kesadaran yang kurang oleh masyarakat sendiri akan pentingnya berzakat dan

berinfaq, selama ini kebanyakan masyarakat Kabupaten Malang dalam memberikan zakatnya langsung

diberikan kepada para mustahiq. Hal ini mengakibatkan pemasukan dana zakat, infaq, dan shodaqoh di

LAZISMU Kabupaten Malang menjadi sedikit, sedangkan potensi zakat dari zakat penghasilan profesi

masyarakat Kabupaten Malang cukup besar, disinilah peran amil zakat untuk dapat menyadarkan para muzakki,

bahwa mereka mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu mengeluarkan zakat dari harta yang wajib

dizakati, terlebih melalui lembaga-lembaga pengelola zakat di Kabupaten Malang. Berdasarkan temuan yang

ada, bahwa LAZISMU juga mempermudah para muzakki untuk membayar zakat, yaitu dengan cara langsung,

aksi jemput zakat dan melalui rekening bank. Pendapat penulis mengenai pola pengumpulan zakat di LAZISMU

ini sudah sesuai, karena sejalan dengan perintah Allah kepada Rasulallah yang kemudian Rasulallah mengutus

sahabat-sahabatnya untuk memungut zakat dan mendistribusikannya. Kemudian dalam penghimpunan dana,

LAZISMU juga bekerjasama dengan panitia pengajian-pengajian atau kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh

majelis Tabligh Muhammadiyah Kabupaten Malang. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan kinerja

LAZIS dalam menjaring muzakki, karena dari panitia-panitia kegiatan pengajian yang di lakukan oleh majelis

tabligh, akan lebih mudah memperoleh data siapa saja yang pantas menjadi seorang muzakki diantara para

jama‟ah.Pola pengumpulan zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kabupaten Malang dengan cara langsung,

aksi jemput zakat, dan melalui bank bisa untuk mempermudah muzakki dalam membayar zakatnya. Disamping

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

7

itu, merupakan tugas LAZISMU dalam mengumpulkan zakat, yaitu sesuai dengan tata cara yang diperintahkan

Rasulallah kepada amil zakat, yaitu amil lah yang yang harus mendatangi muzakki untuk mengambil zakat,

infaq, atau shodaqoh, bukan muzakki yang diminta untuk mendatangi amil dalam memberikan zakat, infaq, atau

shodaqohnya. Dari ketiga pola pengumpulan zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kabupaten Malang,

sebenarnya melalui aksi jemput zakat lah yang bisa dikatakan paling berhasil, karena disini amil dituntut untuk

tidak pasif dalam mengumpulkan dana zakat, dan ini juga mempermudah seorang muzakki untuk memberikan

zakatnya. Tetapi pola pengumpulan melalui rekening bank pun tidak bisa dikesampingkan, terlihat pemasukan

dana zakat yang cukup lumayan dari muzakki melalui rekening bank yang disediakan oleh pengurus LAZISMU

Kabupaten Malang. Data pemasukan Dana ZIS dapat dilihat pada diagram berikut:

Tabel 1 Pemasukan Dana Zakat dan Infaq Tahun 2014

BULAN Perorangan Instansi

Zakat Infaq Zakat Infaq

Januari 2.730.000 14.975.000 - 445.000

Februari 6.725.000 2.383.500 - 2.825.000

Maret 2.390.000 4.391.000 - 4.855.000

April 6.170.000 1.715.000 - 3.129.700

Mei 7.550.000 7.090.000 - 8.173.000

Juni 3.584.000 7.155.000 - -

Juli 16.315.000 39.622.100 - 16.753.500

Agustus 6.300.000 1.515.000 - 2.825.000

September 4.530.000 1.855.000 - 4.545.000

Oktober 8.120.000 18.585.000 - 4.717.000

November 9.600.000 8.853.800 - 4..652.000

Total 74.014.000 102.140.300 52.920.200

Sumber: Data Lapang, 2014. Diolah

Dari data tersebut menunjukkan bahwa pemasukan yang diperoleh LAZISMU pada tahun 2014 dari bulan

Januari hingga November dalam pemasukan lebih banyak dana Infaq daripada Dana Zakat. Dana ZIS banyak

diperoleh dari donator-donatur tetap LAZISMU yang tergolong mulai perorangan/keluarga, dan berbagai

instansi dari Muhammadiyah yang terdiri dari:

1. SMKM 01 Kepanjen Malang

2. Aisyiyah – PDM Kabupaten Malang

3. Mentari Swalayan

4. LAZISMU Cabang Donomulyo dan Bululawang

5. Laba BPR-KS

6. Infaq Mata Hati

7. Dosen dan Karyawan UMM

Donator LAZISMU yang mendominasi adalah warga Muhammadiyah, hal tersebut telah terjaring data-data

donator melalui sosialisasi kesadaran berzakat dan berinfaq oleh LAZISMU ke pengajian-pengajian yang

diadakan oleh majelis tabligh muhammadiyah dan juga melalui kegiatan-kegiatan Muhammadiyah yang

lainnya, hal tersebut tidak lain adalah untuk memaksimalkan fungsi LAZISMU sebagai lembaga zakat yang

mampu dalam melakukan pengumpulan dana untuk disalurkan pada kaum dhuafa’. Terkait dalam hal tersebut

pengeluaran untuk program yang di jalankan oleh LAZISMU dengan melihat tabel berikut:

Gambar 1 : Penyaluran Dana Zakat dan Infaq Tahun 2014

Sumber: Data Lapang, 2014. Diolah

61%

3%

36%

Penyaluran Dana ZIS

Infaq Non pemberdayaan Infaq pemberdayaan ekonomi zakat

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

8

Dari sumber data tersebut didapatkan perolehan bahwa dengan pemasukan jumlah dana Infaq yang

mendominasi, juga diikuti oleh jumlah pengeluaran yang besar pula. Dimana hasil dana infaq untuk

pemberdayaan ekonomi hanya 3% dari total keseluruhan dana infaq yang ada dengan sisah penggunaan dana

untuk program pendidikan, kesehatan, pengembangan amal usaha, dakwah dan program bencana. Berikut

merupakan tujuan dari penyaluran dana ZIS:

1. Dana Zakat:

a. Santunan Fakir dan Miskin

b. Peduli Mu‟alaf

c. Fisabilillah (Program Beasiswa)

d. Peduli Yatim

2. Dana Infaq

a. Pemberdayaan Ekonomi

b. Save Our School (SOS)

c. Pengembangan Amal Usaha

d. Program Peduli Kesehatan Umat

e. Program Dakwah

f. Indonesia Siaga Bencana

Dari hasil pengeluaran yang diperoleh, pendistribusian dana kepada pemberdayaan ekonomi masih sangat

kurang apabila di LAZISMU ini berfokus pada program pemberdayaan usaha. Perolehan sumber permodalan

tidak sesuai dengan penyaluran untuk pemberdayaan usaha, karena LAZISMU lebih banyak menyalurkan pada

bidang kesehatan, pendidikan, pengembangan amal usaha Muhammadiyah serta program Dakwah dan Bencana.

Hal ini tentu merupakan suatu evaluasi tersendiri, dengan melihat peluang dengan pemberdayaan usaha yang

cukup baik dalam membantu masyarakat dalam ketergantungan meminta juga melatih untuk hidup mandiri dan

berwirausaha dalam meningkatkan perekonomian. Namun, tidak terlepas dari usaha amil dalam tugasnya untuk

mengumpulkan dana yang lebih. Hal tersebut dapat diterapkan pola manajerial LAZISMU Kabupaten Malang

dalam menerapkan pola pengumpulan zakat yang lebih mempermudah muzakki, sehingga calon muzakki

merasa yakin dan percaya untuk meyalurkan zakatnya melalui LAZISMU Kabupaten Malang. Tugas dari

LAZISMU adalah mengelola harta zakat dari pengumpulan sampai penyaluran kepada mustahik. Tetapi melihat

kenyataannya yang terjadi dalam masyarakat, masih banyaknya masyarakat yang memenuhi nishab, tapi rendah

kesadarannya untuk berzakat serta berinfaq. Selain rendahnya kesadaran masyarakat, kendala yang menghambat

dalam pengumpulan zakat adalah kurangnya sosialisasi kepada aghniya‟ dan belum sepenuhnya wajib zakat

mau membayar zakatnya di LAZISMU Kabupaten Malang. Cara mengatasi kendala-kendala tersebut adalah

dari pihak LAZISMU berusaha mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat dengan menjelaskan pentingnya

zakat dan keberadaan LAZISMU Kabupaten Malang, untuk lebih menarik para muzakki.

Operasional Pembiayaan Modal Usaha melalui optimalisasi penggunaan Dana Infaq untuk

Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa’

Penilaian kelayakan pemberian modal usaha juga didasarkan pada “trust” yang dijalin oleh pihak

LAZISMU terhadap internal warga Muhammadiyah itu sendiri,melalui UPZ Cabang LAZISMU di beberapa

daerah di Kabupaten Malang. Pengamatan yang mendalam menjadikan dasar utama dengan

mempertimbangkan beberapa kriteria dalam teori diatas bahwa UPZ mempertimbangkan kondisi ekonominya,

usaha perseorangan dan ukuran rencana usaha yang akan di jalankan. Dan dalam kategori calon penerima usaha

juga telah dipaparkan oleh ketua LAZISMU Kabupaten Malang :

“Ada di surat perjanjiannya mbak.. sebelumnya kita survey dulu dan lalu dapat rekomendasi dari

Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Daerah Kabupaten Malang. Jadi kita melihat dari kategori

dhuafa‟ tapi mau kerja keras.. kita utamakan warga Muhammadiyah terdahulu trus semua kategori ekonomi

lemah di sektor informal seperti peternakan.”

Kaitannya dalam hal modal usaha, sumber dana yang didapatkan LAZISMU untuk pemberdayaan ekonomi

adalah berasal dari dana infaq. Pembagian dana infaq tersebut di kategorikan pada beberapa klasifikasi khusus

yaitu pada bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Fokus pada pemberdayaan ekonomi,

maka LAZISMU telah menganggarkan khusus dengan jumlah Rp 10.000.000 untuk beberapa usaha, tergantung

pada jenis usaha. Jumlah dana yang digulirkan oleh masing-masing UKM tergantung dari proses survey yang

dilakukan oleh pihak LAZISMU dengan pertimbangan syarat-syarat yang diajukan.

Dana Infaq tersebut digulirkan dalam bentuk perjanjian pembiayaan tanpa imbalan dengan kewajiban pihak

peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

Pendistribusian dana infaq tersebut kepada UKM dengan tanpa membebankan imbalan atau bunga, akan tetapi

untuk biaya administrasi dan pembukaan tabungan pokok sebesar Rp. 15.000 per bulan dibebankan kepada para

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

9

UKM tersebut. Dengan adanya tabungan, maka diharapkan akan mampu menimbulkan dan melatih mitra usaha

dalam menabung dan tidak bersifat pemborosan, sehingga tabungan itu bisa dijadikan sebuah jaminan bagi

pihak LAZISMU dalam mendapatkan modal pokok kembali. Selain itu, pihak LAZISMU juga menekankan

pada Jaminan Perorangan (Personal Guarantee), menurut Subekti (1989), Jaminan perorangan merupakan suatu

perjanjian antara seorang berpiutang atau kreditur dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya

kewajiban-kewajiban si berhutang atau debitur. Dengan demikian jaminan perorangan merupakan jaminan yang

menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu atau pihak ketiga artinya tidak memberikan hak untuk

didahulukan pada benda-benda tertentu, karena harta kekayaan pihak ketiga tersebut hanyalah merupakan

jaminan bagi terselenggaranya suatu perikatan. Setelah dana dicairkan, mereka wajib membayar hutang dengan

cara mingguan atau bulanan tergantung pada jenis usaha. Apabila dalam waktu jatuh tempo peserta tidak bisa

melunasinya maka LAZISMU hanya akan memberikan peringatan. Tindakan yang dilakukan jika peserta tidak

membayar pada saat jatuh tempo, diantaranya adalah, (1) Diinformasikan kepada peserta melalui telpon, (2)

Petugas mendatangi kerumah peserta, (3) Diinformasikan melalui surat peringatan.

Dalam pendistribusian dana infaq, LAZISMU melakukan pengontrolan pemberian dana yang dialirkan serta

pelaksanaan survey ketika akan mendistribusikan dana infaq. Pemberdayaan UKM dengan dana infaq ini

diharapkan akan dapat memperbaiki perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat kecil dalam mencapai

hidup yang lebih baik lewat usaha yang mereka tekuni. Mereka diharapkan agar tidak selalu tergantung atau

meminta pada orang, namun mereka diharapkan suatu saat juga akan dapat menjadi muzakki memberi kepada

orang lain dari hasil kerja kerasnya.

Sistem yang dilakukan dalam mendistribusikan dana infaq yang dilakukan oleh LAZISMU adalah tidak

terlalu memberatkan bagi peserta. Dari pihak peserta melaporkan usaha apa yang akan didirikan dengan alasan-

alasan yang bisa diterima dan data-data yang mendukung untuk peserta sehingga bisa mendapatkan dana infaq.

Dengan prosedur tertentu didahului dengan penyeleksian usaha mikro oleh LAZISMU dengan memberikan

amanah kepada PCM dengan standart tertentu seperti yang sudah di bahas sebelumnya, maka secara

keseluruhan, calon penerima modal usaha akan melakukan perjanjian dan akad di awal dengan akad

Mudharabah atau Murabahah tergantung pada usaha yang akan di tawarkan pada pihak LAZISMU. Dalam hal

ini adanya letak persamaan operasional pada Baitul Mall wa Tamwil (BMT) atau dalam Muhammadiyah biasa

disebut dengan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM), dengan berbagai perjanjian mengenai pembelian barang

dari pemasok untuk memenuhi kepentingan calon/anggota dengan pembiayaan yang disediakan oleh

LAZISMU, dan kemudian selanjutnya LAZISMU menjual barang tersebut kepada anggota sebagaimana

anggota membeli dari LAZISMU, dengan harga yang telah disepakati oleh calon anggota dan LAZISMU, tidak

termasuk biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan akad. Penyerahan tersebut dilakukan

dilakukan oleh pemasok langsung kepada calon anggota dengan surat kuasa beli barang dengan persetujuan dan

sepengetahuan LAZISMU. Kemudian anggota membayar harga pokok ditambah margin keuntungan atas jual

beli kepada LAZISMU dalam jangka waktu tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga

karenanya, sebelum anggota membayar lunas harga pokok dan margin keuntungan kepada LAZISMU, anggota

dikatakan berhutang pada LAZISMU.

Adapun sistem bagi hasil yang diterapkan oleh LAZISMU dalam hasil usaha yang diperoleh dari pelaku

usaha. Penetapan margin keuntungan berdasar harus dikelola secara optimal berlandaskan prinsip-prinsip

amanah, sidiq, fatonah, dan tabligh, termasuk dalam hal kebijakan penetapan marjin keuntungan dan nisbah

bagi hasil pembiayaan. Berdasar penelitian lapang, Nisbah bagi hasil yang ditentukan oleh LAZISMU dalam

akad Mudharabah ialah 60:40. Jumlah prosentase yang telah ditentukan dengan perolehan pihak LAZISMU

40% dan mitra usaha sebanyak 60%. Pembagian tersebut sudah dalam perhitungan keuntungan bersih dari

seluruh total usaha yang di hasilkan.

LAZISMU juga menerapkan sistem Tanggung Renteng, dimana didalam perbankan tanggung renteng

merupakan tanggung jawab bersama dalam satu kelompok guna memenuhi kewajiban pembayaran kredit

kepada bank dan apabila ada salah satu atau beberapa anggota kelompok yang tidak dapat memenuhi kewajiban

kredit, maka satu kelompok tersebut menutup kewajiban tersebut. Hal ini baik untuk dilakukan dalam

pengendalian usaha. Karena bermanfaat dalam pengembangan usaha. Menurut Rahayu (2010), tanggung

renteng dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha kecil dalam peminjaman, mampu mengenali batas

kemampuan dalam peminjaman, adanya kerjasama dan kebersamaan dalam menanggung atau mengangsur

pinjaman, keputusan dalam memberi pinjaman kepada nggota dilakukan secara musyawarah dalam kelompok

karena anggota kelompoklah yang mengetahui kebutuhan dan kesanggupan dari masing-masing anggota

kelompok, adanya perkumpulan kelompok secara rutin sehingga anggota mendapatkan akses perkembangan

usaha dan hasil dari usaha setiap anggota, serta saling membantu dan berkerjasama dalam mengatasi resiko.

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

10

Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah Dalam Menjalin Kerjasama Dalam Upaya Pemberdayaan

Ekonomi

Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu dalam bentuk norma, kepercayaan dan jarring kerja,

sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial juga

dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan

yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif seperti pada model

pendayagunaan usaha yang dijalankan oleh LAZISMU. Menurut Lesser (2000), modal sosial ini sangat penting

karena dapat memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas, menjadikan media

pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan mobilisasi sumber daya

komunitas memungkinkan dan berorganisasi komunitas. Hal ini merupakan suatu komitmen dari setiap individu

atau kelompok untuk bisa saling terbuka, saling percaya dan memberikan kewenangan bagi setiap

orang/kelompok yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggungjawabnya. Sarana ini menghasilkan

rasa kebersamaan untuk berperan sesuai dengan tanggungjawabnya dan menghasilkan rasa kebersamaan,

kesetiakawanan dan sekaligus tanggungjawab akan kemajuan bersama. Untuk memberdayakan UKM di Islam

pengaturan, modal sosial Islam harus menjadi dasar strategi pemberdayaan pula. Secara internal, Islam sosial

modal mempengaruhi perilaku pengusaha Muslim dan kemudian mempengaruhi inisiatif dalam membuat

jaringan atau pengelompokan UKM. Garis patah mengitari keadaan Islam banyak didukung. Dalam hal ini,

Pengusaha Muslim akan didorong oleh double bottom baris yaitu campuran virtual pengembalian keuangan dan

sosial. Dalam Alquran Surah al-Hasyr: 7 mengatakan bahwa:

“Harta rampasan fai’ dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari

penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang

miskin, dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar

diantara orang-orang kaya saja diantara kamu..”

Maka, untuk memberdayakan UKM di Islam pengaturan, modal sosial Islam harus menjadi dasar strategi

pemberdayaan. Secara internal, Islam sosial modal mempengaruhi perilaku pengusaha Muslim dan kemudian

mempengaruhi inisiatif dalam membuat jaringan atau pengelompokan UKM. Garis patah mengitari modal sosial

Islam menunjukkan arti penting dalam memperkuat hubungan antara UKM berdasarkan roh Islam. Setelah

mekanisme ini bekerja dengan baik, hal itu akan mempengaruhi perbaikan umat atau masyarakat pada

umumnya. untuk menyesuaikan mekanisme ini erat (Hoetoro, 2011). Penerapan modal sosial ini juga berkaitan

dengan pembiayaan yaitu mampu untuk mengaplikasikan sistem akad musyarakah dalam melakukan usaha

bisnis. Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat islam yang besar di Indonesia. Tetapi tidak

kemudian Muhammadiyah secara langsung melakukan berbagai realisasi program kerja hanya sendiri tanpa

adanya lembaga-lembaga atau majlis-majlis yang mendukung.

Muhammadiyah memiliki sebuah Organisasi Otonom (ORTOM) yang merupakan organisasi taua badan

yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasannya diberi hak dan

kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan

dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mancapai maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah

dengan struktur kedudukan.

Berdasarkan temuan yang ada pada penelitian ini, LAZISMU dalam melakukan proses pemberdayaan

ekonomi telah melakukan rencana dalam bekerjasama dengan salah satu ortom yang juga berperan dalam

pemberdayaan perempuan, khususnya Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Namun sementara ini, LAZISMU

hanya menjalin dengan Aisyiyah. Berdasar dengan rencana yang ada, penerapan kerjasama usaha masih belum

berjalan dengan lancar. Akan tetapi, adanya jalinan kerjasama dengan majelis pemberdayaan masyarakat cukup

membuat perubahan dalam melakukan pembiayaan dengan prinsip Musyarakah dengan menggunakan akad

akad Syirkah Al-Inan, dimana keduanya bertindak sebagai investor dana dan pihak ketiga yang menjalankan

usaha ini adalah pemuda-pemuda panti asuhan yang cukup memiliki skill dalam pengolahan perikanan.

Kerjasama budidaya ini dilakukan di panti karena bertujuan untuk menciptakan dan menumbuhkan wawasan

mengenai kewirausahaan. Dengan begitu LAZISMU telah melakukan suatu pendampingan terhadap budidaya

ini. Berbagai pelatihan dan training motivasi dilakukan demi melatih dan terbentuknya entrepreneur yang

professional yang hal ini sejalan dengan teori Adam Smith yang dalam pendangannya mengenai warausaha

yang berarti orang yang mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang

mengubah permintaan menjadi produksi. Namun, adanya kerjasama tetap menjadi hal yang paling utama dalam

berjalannya program-program dengan baik.

Sistem Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) LAZISMU Kabupaten Malang

Hanya dengan visi dan misi maka aktivitas/kegiatan akan terarah dengan baik. Lembaga yang demikian

akan lebih leluasa untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat donatur, dan struktur organisasi

yang disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga organisasi akan lincah dan efisien. Hal tersebut tentu hanya ada

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

11

beberapa yang dapat dipenuhi oleh LAZISMU yaitu mengenai visi dan misi yang jelas. Visi dan misi kurang

didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia (SDM). Permasalahan SDM kerap sering terjadi dalam

manajareial operasional dalam sebuah lembaga zakat, dimana berdasarkan temuan yang ada, SDM yang terlibat

hanya pada beberapa bagian divisi saja. Diantaranya adalah ketua LAZISMU, Staff Administrasi dan Staff

bagian Keuangan.

Suatu manajerial tentu tidak lepas dari pengawasan. LAZISMU memiliki sistem controlling oleh dewan

pengawas LAZISMU dimana dewan menduduki jabatan di bawah pimpinan Pusat Dakwah Muhammadiyah

yang setara kedudukannya dengan dewan pengawas lembaga lain yang terkait dengan struktur keorganisasian di

Muhammadiyah Kabupaten Malang, namun aplikasi dari fungsi pengawas itu sendiri masih belum berjalan

dengan maksimal jika melihat tim pengawas dari struktur internal. Kurang maksimalnya kinerja pengawas tidak

menutup jalan LAZISMU untuk mendapatkan setiap evaluasi dari pimpinan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah

dimana disitu letak LAZISMU Pusat bekerja untuk mengkoordinir dan memantau jalannya operasional

LAZISMU di tiap wilayah dan daerah dengan pelaksanaan yang dilakukan selama 6 bulan sekali. Hal tersebut

tidak kemudian dapat merubah LAZISMU menjadi cepat dalam melakukan transformasi perubahan, karena

LAZISMU Kabupaten Malang sendiri merupakan Lembaga Zakat yang belum lama berdiri sehingga masih

berupaya untuk mengembangkan Lembaga. Dari minimnya kuantitas SDM yang ada, maka akibatnya

berpengaruh pada kelancaran dalam sistem pengembalian modal usaha yang menjadi resiko tersendiri. Karena

keterbatasan pendampingan usaha pada program pemberdayaan ekonomi. Dengan mengulas teori yang

dikemukakan oleh Sudewo (2012), bahwa demi kelancaran pembiayaan, maka harus berjalannya prinsip dasar

manajemen itu sendiri dengan mencangkup beberapa hal yang dirasa sangat penting dalam model pembiayaan

yaitu adanya Knowledge Management sehingga terbentuk SDM yang professional dengan didukung dengan

jumlah kuantitas yang cukup dalam menjalankan job desk dan transformasi sistem pengelolaan dengan

penambahan jaminan yang diberikan oleh pihak calon anggota. Maka jika beberapa hal tersebut dapat

dilaksanakan dengan baik, akan dapat menutupi segala resiko yang ada dan yang akan terjadi.

Transformasi Sistem Pengelolaan SDM pada Internal Lembaga dan Mikro Usaha dengan Didasarkan

pada Standart Manajemen Operasional OPZ sebagai Upaya dalam Mencapai Tujuan Pengembangan

dalam Manajemen Usaha

Menurut kaidah ekonomi, pemberdayaan masyarakat adalah proses perolehan pelaku ekonomi untuk

mendapatkan surplus value sebagai hak manusia yang terlibat dalam kegiatan produksi. Upaya ini dilakukan

melalui distribusi penguasaan faktor-faktor produksi. Penguasaan faktor produksi itu akan tidak bermakna

apabila dalam suatu manajerial tidak berjalan dengan baik tanpa adanya suatu pengetahuan yang dalam teori

manajemen dikenal dengan istilah Knowledge Management. Menurut Irawanto (2007), keuntungan utama

penerapan Knowledge Management bagi organisasi adalah adanya informasi pengetahuan yang lebih transparan,

terdapatnya proses penciptaan nilai tambah berbasis pengetahuan, meningkatkan motivasi staff, meningkatkan

daya saing, serta keamanan dan ketahanan organisasi untuk jangka panjang. Namun, berdasarkan penelitian

yang di temui bahwa dalam lembaga masih belum adanya penerapan sistem dengan aplikasi teori tersebut.

Adanya ilmu pengetahun mengenai sistem manajerial dalam lembaga zakat sangat penting dikuasai karena

berkaitan dengan hal pengembangan lembaga yang nantinya akan berdampak pada implementasi pemberdayaan

usaha mikro sendiri. Hal ini sesuai dengan produktivitas dipandang dari segi filosofis yang mengandung

pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Pandangan hidup

dan sikap mental seperti ini mendorong manusia untuk tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai, akan

tetapi manusia akan terus menerus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja melalui

peningkatan yang berkaitan dengan diri sendiri maupun peningkatan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Produktivitas kerja merupakan masalah yang penting dalam perusahaan dan menentukan kelangsungan usaha

suatu perusahaan. Dua aspek vital dari produktivitas adalah efisiensi yang berkaitan dengan seberapa baik

berbagai masukan tersebut dikombinasikan atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanaan dan efektifitas yang

berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat tercapai.

Sehingga, produktivitas kerja sangat tergantung dari sumber daya manusia yang bekerja dan memiliki ruang

lingkup yang lebih baik. Hasil yang dicapai dari kerja yang dilakukan adalah hal yang ingin dicapai melalui

produktivitas kerja karyawan. Berbicara mengenai hasil maka tidak akan lepas dari kemampuan kerja karyawan.

Sulit dibayangkan seseorang dapat mencapai hasil baik tanpa diiringi dengan kemampuan yang dimiliki

seseorang tersebut. Menurut Terry dan Rue (1992) “Produktivitas kerja karyawan diartikan sebagai

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta karyawan perusahaan per satuan waktu”. Dalam

pengertian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara hasil kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa produktivitas kerja karyawan adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta karyawan

untuk mengerahkan segala tenaga dan kemampuan yang dimiliki dalam menghasilkan barang dan jasa per

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

12

satuan waktu. Dengan kemampuan yang baik membentuk karyawan yang berkualitas sehingga mampu

melaksanakan tugas yang diberikan kepada karyawan dengan benar.

Sistem pengembangan lembaga juga dipengaruhi oleh sistem manajerial, dimana menurut Sudewo (2012),

dengan melihat konsep manajemen dan konsep zakat secara integral akan nampak sebuah paradigma tentang

manajemen zakat komprehensif. Zakat tidak mungkin dikelola secara main-main dan tidak serius. Di Indonesia

sendiri, pengelolaan zakat lebih didominasi institusi. Tiap anggota organisasi manjalankan kegiatan dengan

persepsi masing-masing.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam studi ini, membawa beberapa

kesimpulan, bahwa pola pembiayaan modal usaha mikro yang ada pada LAZISMU adalah bahwa melalui

pemanfaatan dana infaq dengan pemasukan yang minimal, LAZISMU mampu dalam menerapkan pembiayaan

berdasar pada prinsip-prinsip syariah dengan menggunakan beberapa prinsip yaitu Mudharabah, Musyarakah

dan Qardh Hasan, namun kurangnya SDM di dalam lembaga menjadikan manajemen operasional kurang

maksimal sehingga berdampak pada program pemberdayaan usaha mikro yang belum mencapai dari tujuan

pemberdayaan UMKM itu sendiri yaitu asas efisiensi dimana asas tersebut yang mendasari pelaksanaan

pemberdayaan UMKM dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim

usaha yang adil, kondusif, dan berdayasaing. Selain itu penerapan analisis kelayakan usaha didasarkan atas

kondisi perekonomian usaha dan kepercayaan, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kriteria kelayakan usaha

menurut Antonio (2001) bahwa kriteria pembiayaan, yaitu 1) Prinsip Kepercayaan, 2) Prinsip Kehati-hatian, 3)

Prinsip 5C yang meliputi Character (Kepribadian), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal), Conditions of

Economy (Kondisi Ekonomi), Collateral (Agunan), kemudian 4) Prinsip 7P yang meliputi Personality, Party,

Purpose, Prospect, Payment, Profitability, dan Protection. Kurangnya control internal pada lembaga juga

menjadi masalah yang berpengaruh dalam mewujudukan visi dan misi dari LAZISMU Kabupaten Malang

dimana dalam tata kelola lembaga zakat, sebuah manajerial akan baik bila dilaksanakan sesuai dengan teori

yang ada dalam Undang-Undang. Tentu dengan pengawasan yang baik pula dari pihak yang professional dalam

pengawasan sehingga akan terwujud Lembaga Zakat yang lebih maju dan profesional.

Saran

Mendasarkan pada realita yang ditangkap di lapangan dan diskusi teori yang dilakukan, maka studi ini

memberikan beberapa rekomendasi mengenai analisis penelitian ini bahwa kaitannya dalam pembiayaan yang

diterapkan oleh LAZISMU kepada usaha mikro bahwa dalam sistem tanggung renteng yang diterapkan dapat

ditingkatkan demi terciptanya kedisiplinan dalam pengembalian pinjaman modal usaha. Fokus pengembangan

UMKM juga bukan hanya dari sisi penguatan modal kredit kepada UMKM, namun juga melakukan

pengembangan lembaga dari sisi SDM (Pelatihan, Capacity Building), memperluas jangkauan pelayanan,

pendampingan serta keberlanjutan keuangan lembaga. Dan juga pentingnya pemberdayaan awal untuk para

pedagang informal, karena upaya dalam peningkatan dibidang itu sangat penting. Konsep tersebut memusatkan

perhatian pada usaha yang menekankan pada kebijakan yang merangsang pada pertumbuhan ekonomi. Dan juga

dukungan untuk perluasan sektor pertanian dan tidak hanya pada sektor perdagangan kecil dan perikanan. Hal

tersebut juga bisa didukung dengan adanya program kelompok usaha bersama dengan memaksimalkan

kerjasama yang ada pada internal lembaga, seperti jallinan kerja sama dalam usaha bersama dengan salah satu

Organisasi Otonom Muhammadiyah atau majelis-majelis Muhammadiyah yang berkaitan dengan pemberdayaan

ekonomi dengan membuat kerajinan khusus pada pemberdayaan perempuan untuk dapat mendukung

perekonomian rumah tangga.

Terkait dalam peningkatan mutu dan kualitas SDM Organisasi di lembaga, maka perlu melakukan

penataan dan pemantapan kelembagaan baik secara vertikal maupun horizontal. Penataan kelembagaan

penunjangnya akan mempermudah pembentukan jaringan usaha dan distribusi sehingga akan tercapai efisiensi.

Disamping itu perlunya untuk terus meningkatkan kualitas dan pengelolaan manajemen secara professional

sesuai dengan standart Pengelolaan Lembaga Zakat, baik pada aspek manajemen SDM maupun manajemen

pengelolaan dana ZIS. Serta upaya dalam menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat untuk berzakat, agar

meningkat dari waktu kewaktu, melalui kampanye gerakan sadar zakat secara terus-menerus, dari segenap

lapisan unsur masyarakat seperti mencontohkan perilaku membayar zakat, baik melalui media elektronik,

seperti film, sinetron, dan iklan-iklan layanan masyarakat, melalui media massa, seperti surat kabar, majalah,

tabloid, dan buletin, maupun melalui khutbah Jumat, pengajian rutin, dan majelis taklim harus dapat

dimanfaatkan secara optimal dalam sosialisasi zakat.

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

13

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M,A dan Hoetoro, A. 2011. Social Entrepreneurship as an Instrument to Empowering Small and

Medium Enterprises: An Islamic Perspective. Journal of Department of Economics, Kulliyyah of

Economics and Management Sciences, International Islamic University, Kuala Lumpur, Malaysia. Int. J.

Manag. Bus. Res., 1 (1), 35-46

Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insan Press

Bachtiar, Rifa‟i. 2013. Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Krupuk Ikan

dalam Program Pengembangan Labsite Pemberdayaan Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon

Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kebijakan Manajemen Publik. Vol.1, (No.1)

Bappekab. 2013. RPJMD Kabupaten Malang tahun 2009-2013. Bappekab.malangkab.go.id/html Diakses pada

tanggal 5 Desember 2014

Bryant, Coralie dan White Louise G.. 1989. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang

(terjemahan).Jakarta: LP3ES

Chapra, M. Umer & Habib Ahmed. 2008. Corporate Governance Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Bumi

Aksara

Dasima Raimon, John Milton, Freeman. 1980. Prinsip Ekologi untuk membangun Ekonomi. Jakarta: Gramedia

Fahrudin, Sukarno. 2010. Etika Produksi Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq. Vol 1,

(No.1)

Hamid, Suwandi Edy., M.Darson Hamid dan Sjafri Sairin. 2000. Muhammadiyah Meretas Masa Depan,

Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era Multi Peradaban. Yogyakarta: UII Press

Hendar dan Kusnadi. 2002. Ekonomi Koperasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Irawanto, Dodi Wirawan. 2007. Strategi Pengembangan Kapasitas SDM melalui Knowledge Management.

Jurnal Kebijakan Manajemen Publik. Vol 5, (No 3)

Karim, Adiwarman Aswar. 2008. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.

Karim, Adiwarman Aswar. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Kartasasmita.G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta:

CIDES

Kholiq, Abdul. 2012. Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Miskin di Kota Semarang.Jurnal Riptek Vol.6, (No.1)

Mardalis. 2008 Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Maslow. 1997. Motivation and Personality (N.Y: Harper, 1954) bab 12, dikutip dalam buku Dr.Abdul Hamid

Mursi. SDM yang Produktif. Jakarta: Gema Insani Press.

Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi Ed.11, jilid 1. Jakarta: Penerbit

Erlangga

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rahayu, Sri Yayuk. 2010. “Penerapan Sistem Tanggung Renteng Pada Koperasi Serba Usaha Setia Budi

Wanita Malang “ Jurnal Iqtishoduna Volume 5, no.2

Ravianto. 1985. Produktivitas dan Manajemen Produktivitas. Jakarta: Lembaga Sarana dan Informasi

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO …

14

Saleh, Yopi dan Yayat, Hidayat. 2011. Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Mendukung

Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan. Jurnal Ilmu Pertanian.

Samiani. 2014. Laporan Keuangan LAZISMU Kabupaten Malang tahun 2014. Malang. LAZISMU

Siregar, Hermanto. 2006. Meletakkan Kembali Dasar-Dasar Pembangunan Ekonomi yang Kokoh. Kongres XVI

Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Manado

Sudewo, Eri. 2012. Manajemen Zakat, Infaq, Sedekah. Ciputat: IMZ

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Sukrianto. 2000. Organisasi Otonom Muhammadiyah. http://www.Muhammadiyah.or.id/content-48-organisasi-

otonom.html, diakses pada tanggal 15 Januari 2015

Syauqi, irfan. 2011. Indonesia Zakat dan Development Report: Kajian Empiris Peran Zakat dalam Pengentasan

Kemiskinan.Ciputat: IMZ.