analisis iklan

32

Click here to load reader

Upload: elvin-puspita

Post on 16-Jul-2016

161 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Iklan

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“ANALISIS BAHASA IKLAN DI MEDIA CETAK DI TINJAU DARI SEGI MAKNA BAHASA INDONESIA”

DISUSUN OLEH:

ELVIN PUSPITA WARDANI

12130123

5MMN1

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Jl. Lodan Raya No.2 Ancol, Jakarta Utara

Tahun Akademik 2013/2014

Page 2: Analisis Iklan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas karunia-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini selesai tepat

pada waktunya, sebagai syarat tugas mata kuliah UMB03 - Bahasa Indonesia.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas mandiri mata kuliah

bahasa Indonesia di Universitas Bunda Mulia Jakarta serta untuk menyampaikan

kepada pembaca bagaimana penggunaan bahasa iklan pada media cetak di tinjau dari

segi makna bahasa Indonesia.

Terima kasih kepada Dosen mata kuliah UUMB03 - Bahasa Indonesia yang

telah memberikan panduan sehingga tugas ini selesai dan beberapa pihak yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Harapan kami semoga penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 27 Nopember 2015

Penulis

Page 3: Analisis Iklan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Perumusan Masalah

1.4 Pembatasan Masalah

1.5 Tujuan Penulisan

1.6 Metode Penelitian

Page 4: Analisis Iklan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Periklanan merupakan sebuah bisnis yang menggunakan bahasa untuk

membujuk orang melakukan sesuatu atau membeli suatu produk. Bahasa

memainkan peranan yang sangat penting dalam periklanan, misalnya dalam iklan

radio yang hanya terdapat musik dan bahasa, atau dalam iklan cetakan yang di

dalamnya terdapat baik bentuk grafis maupun pesan linguistis, bahkan dalam

televisi, yang dianggap sebagai media yang paling efektif untuk menjual produk,

paling tidak bahasa berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasikan apa yang kita

lihat di layar kaca.

Sebuah iklan memuat pesan yang dapat disampaikan secara langsung atau

tidak langsung. Selain itu juga harus memuat suatu truth condition (McManis,

1987:209) dari produk yang diiklankan, karena biar bagaimana pun konsumen

menginginkan kejujuan dari produsen, namun kemudian timbul suatu masalah

mengenai standar kebenaran dalam iklan, apakah harus sama seperti makna

kebenaran dalam realitas kehidupan.

Dalam makalah ini saya tidak akan membahas mengenai truth condition dari

produk iklan, namun akan berfokus pada bentuk bahasa yang digunakan dalam

iklan, khususnya bahasa Indonesia. Media massa memiliki peran yang stategis

dalam perkembangan bahasa. Media berperan sebagai alat untuk menyampaikan

atau memperkenalkan “bentuk-bentuk” bahasa kepada masyarakat pemakainya,

sehingga sangat diharapkan bahwa media masa, dalam hal ini berupa iklan,

menggunakan bahasa Indonesia secara tepat dan tertib, sesua i kaidah yang

Page 5: Analisis Iklan

berlaku. Masyarakat yang membaca media massa akan memperoleh wawasan

mengenai banyak hal, salah satunya adalah wawasan mengenai bahasa karena tidak

ada media massa yang tidak menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan. Dalam

media massa informasi atau berita yang dimuat berasal dari berbagai sumber terutama

dari para jurnalis yang berkecimpung di dunia pemberitaan dan bekerja dengan

menggunakan bahasa.

1.2 Identifikasi Masalah

Pemakaian bahasa Indonesia dalam penulisan iklan yang tidak sesuai dengan

kaidah bahasa indonesia sering berdalih untuk menerapkan prinsip ekonomi bahasa.

Namun, kenyataannya mereka sering boros menggunakan kata-kata yang mestinya

tidak perlu digunakan. Mereka lebih bangga menggunakan bahasa asing dari pada

menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah, walaupun sebenarnya situasi dan

kondisi saat itu tidak memungkinkan. Bila bahasa yang digunakan di media massa

cetak dianalisis, kemudian dikritik dan disalahkan, mereka berkilah bahwa gaya bahasa

jurnalistik berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya gaya bahasa

jurnalistik dalam penggunakan bahasa Indonesia sangat berbeda konteks.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka dapat

dikembangkan permasalahan pokok yang di teliti dalam makalah ini, yaitu:

1. Apakah pengaruh bahasa di dalam iklan terhadap kesadaran masyarakat

dalam memahami suatu iklan?

2. Bagaimana penggunaan bahasa yang baik dalam beriklan

3. Apa dampak negatif dalam bahasa iklan

1.4 Pembatasan MasalahUntuk menghindari terlalu luasnya penelitian maka diperlukan adanya pembatasan

masalah. Adapun penelitian ini dibatasi pada analisis bahasa iklan dalam iklan media

cetak yang terbit dari bulan agustus s/d sekarang.

Page 6: Analisis Iklan

1.5 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas mandiri mata kuliah

bahasa Indonesia. Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini terdiri dari :

1. Menambah pengetahuan penulis mengenai penggunaan penggunaan bahasa

Indonesia pada media massa cetak.

2. Untuk mengembangkan rasa tanggung jawab penulis akan tugas yang diberikan.

3. Untuk mengetahui kekeliruan apa sajakah yang terdapat pada iklan dalam pemakaian

bahasa Indonesia.

1.6 Metode Penelitian

Data penulisan karya tulis ilmiah ini diperoleh atas dua aspek metode,

diantaranya :

1. Metode kajian pustaka (referensi), yakni didapat dari beberapa referensi

buku.Yakni buku yang berjudul Bahasa Indonesia : Pengantar Kemahiran Berbahasa Di

Perguruan Tinggi, Bahasa Indonesia : Pembinaan dan Pengembangannya,Analisis

Kesalahan Berbahasa, dan lainnya.

2. Metode pengamatan (observasi), yakni penulis mendapatkan data berdasarkan

pengamatanya pada beberapa media massa seperti televisi.

Page 7: Analisis Iklan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Iklan

2.2 Pemakaian Bahasa dalam Iklan

2.3 Pengaruh Bahasa Iklan

2.4 Dampak Negatif Bahasa Iklan

2.5 Cara untuk mengurangi Pengaruh Negatif Bahasa

Iklan

Page 8: Analisis Iklan

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Iklan

Pada dasarnya kata iklan berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti

menggiring orang pada gagasan. Kata iklan juga diartikan sebagai sebuah komunikasi

komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang

ditransmisikan ke suatu khayalak target melalui media bersifat missal seperti televise,

radio, Koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame atau kendaraan

umum.

Iklan adalah bagian dari bauran promosi yang merupakan bagian dari 4P dalam

bauran pemasaran produk yaitu, tempat, harga, dan promosi. Sebagai iklan, strategi

promosi berfungsi sebagai alat utama dalam menciptakan kesadaran produk dan kondisi

pikiran konsumen potensial untuk mengambil keputusan pembelian (Tirta Wijaya,

2012: 1). Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan penggunaan kata-kata atau

bahasa iklan yang dirasa dapat menarik perhatian masyarakat.

2.2 Pemakaian Bahasa dalam Iklan

Pemakaian bahasa dalam iklan menuntut suatu kecermatan agar bahasa itu dapat

berfungsi sebagai sarana komunikasi yang dapat mencapai sasaran yang dikehendaki

secara baik. Kecermatan itu terutama menyangkut bentuk bahasa dan cara

penyampaiannya. Dalam bentuk bahasa, pemakai bahasa iklan harus betul-betul

memperhatikan struktur frasa, kalimat dan wacana. Sedangkan dalam cara

penyampaian yang diutamakan adalah kaidah yang bersangkutan dengan retorik

(Mukti, 2009:1).

2.3 Pengaruh Bahasa Iklan

Sering kali kita mendengar penggunaan bahasa-bahasa iklan pada media

elektronik tidak sesuai dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Memang iklan itu akan terlihat menarik, tapi sebenarnya jika kita mengamati lebih

dalam lagi dari penggunaan bahasa iklan tersebut, banyak memiliki pengaruh dalam

penggunaan gaya bahasa orang-orang khususnya anak muda dalam hidup pergaulannya

sehari-hari.

Page 9: Analisis Iklan

2.4 Dampak Negatif Bahasa Iklan

Masyarakat khususnya anak muda sedikit demi sedikit mulai meninggalkan

penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar karena mereka lebih tertarik dengan

bahasa-bahasa iklan yang mereka anggap sebagai bahasa modern. Padahal bahasa-

bahasa tersebut (bahasa iklan) sangat bertolak belakang dari Bahasa Indonesia yang

baik dan benar, sehingga dapat terjadi kesalah pahaman terhadap arti atau tujuan dari

kata yang disampaikan.

Penggunaan bahasa iklan juga memberi dampak yang buruk terhadap cara

berbicara anak muda. Mereka banyak yang mulai meninggalkan penggunaan tata

Bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan sering menggunakan bahasa yang biasa

digunakan dalam iklan. Hal ini dapat membuat tata Bahasa Indonesia yang baik dan

benar perlahan-lahan akan hilang, karena generasi-generasi muda tidak suka untuk

menggunakannya

Pemakaian kalimat tersebut dapat ditangkap oleh masyarakat setelah melakukan

peenungan. Kata yang digunakan pada setiap kalimat, memasuki lapis makna deep

structure. Iklan ini meurut penulis termasuk iklan yang bagus dari sudut pandang

pemakaian bahasanya. Selain pesan yang disampaikan bisa mengena, hakekat iklan

untuk menawarkan barang bisa terkomunikasikan dengan baik.

Fungsi dari pemakaian kalimat tersebut adalah diharapkan para orang tua tidak

mengekang anaknya dalam mengembangkan pengetahuan mereka. Selain itu menepis

kekhawatiran terhadap kotoran, sekaligus menjawab pertanyaan bahwa kotoran ternyata

mudah dibersihkan tentunya dengan menggunakan Rinso. Para orang tua yang

mendukung aktifitas anaknya –dalam konteks ini belajar, bermain dan berkotor-

kotoran- dipersuasi agar memakai Rinso sebagai sabun cuci pakaian keluarga.

Berdasarkan sedikit uraian di atas, penulis beranggapan bahwa analisis penggunaan

bahasa dalam iklan tersebut memiliki relevansi dalam kehidupan sehari hari, khususnya

bagi masyarakat di era modern seperti sekarang ini. Dengan memahami pandangan

Page 10: Analisis Iklan

Moore tersebut, masyarakat dapat mengetahui pula bagaimana pikiran bergerak

memahami suatu objek. Sehingga ketika masyarakat dihadapkan atau melihat atau

mendengar bahasa-bahasa iklan, mereka dapat benar-benar mengetahui apa yang

disampaikan dengan bertolak pada kebenaran dan kepastian. Lebih tegasnya lagi, dapat

mengkritisi bahasa iklan dengan memahami bahwa objek yang digambarkan dapat

dialami dan diinderawi secara langsung sehingga masyarakat sebagai subjek yang

mengetahui, dapat menerima informasi dengan penuh kesadaran dan mampu

memahaminya. Sehingga ketika kita mendengar bahasa-bahasa iklan yang tidak jelas

maka, kita dapat sepakat pula dengan Moore bahwa, keadaan demikian itu merupakan

suatu tanda bahwa akal sehat kita telah dilanggar secara terang-terangan.

2.5   Cara untuk mengurangi Pengaruh Negatiff Bahasa Iklan

Upaya untuk mengurangi pengaruh negatif dari bahasa iklan dapat dilakukan

dengan dengan beberapa cara, misalnya :

1.      Memberikan pembelajaran tentang penggunaan bahasa iklan yang baik dan benar

2.      Membentuk suatu badan yang menangani tentang iklan yang beredar di media massa.

3.      Membiasakan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar setiap kali

berkomunikasi.

Page 11: Analisis Iklan

BAB III

PEMBAHASAN

ANALISIS BAHASA IKLAN DI MEDIA CETAK

Page 12: Analisis Iklan

BAB III

PEMBAHASAN

Untuk menjelaskan penggunaan bahasa biasa yang sebagian besar berbeda dengan

penggunaan bahasa iklan, kita dapat menunjukan contoh melalui pernyataan sebagai

berikut

1. Surf

Pernyataan dalam iklan Surf “deterjen yang dapat mengangkat warna kekuningan, baju

putih cemerlang. Penyataan pada pertama (deterjen yang dapat mengangkat warna

kekuningan) lebih mudah dipahami pengertiannya ketimbangan pernyataan kedua.

“cemerlang” itu bukanlah ungkapan yang sejenis dengan “kekuningan”. Kata

kekuningan dapat kita cek apakah benar warnanya menyerupai warna kuning, tap kata

“cemerlang” seperti kata “lupa diri”, tak dapat dicek secara jelas. Inilah salah satu titik

kelemahan atas kekacauan penggunaan bahasa dalam iklan.

2. Teh Botol Sosro.

Penulis menganggap ada realitas sosial yang sengaja dibentuk untuk mempengaruhi

masyarakat. Hal ini dikarenakan, dalam melakukan promosinya, iklan Teh Botol Sosro

menggunakan slogan “apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro”. Berdasarkan

tesis ini, slogan tersebut menunjukkan bahwa Sosro ingin mengubah pola pikir

masyarakat untuk selalu mengkonsumsi minuman teh botol sosro.

3. Rinso.

Iklan Rinso menggunakan kalimat "berani kotor itu baik." Dalam kehidupan sehari-hari

aktifitas adalah bagian hidup setiap manusia. Aktifitas itu bukan hanya berada di dalam

ruangan, namun juga berada di luar ruangan. Dalam iklan Rinso di media cetak

digambarkan sekelompok anak yang sedang bermain bola di lapangan yang berlumpur.

Akibatnya baju mereka kotor. Namun ada pesan yang ingin disampaikan pembuat iklan

yaitu belajar itu bukan hanya di lingkungan sekolah, perpustakaan, dan ruangan bersih

lainnya. Namun belajar juga dapat dilakukan di alam terbuka, walaupun resikonya lebih

berat. Kotoran pada pakaian sang anak janganlah menjadi penghambat mereka dalam

belajar. Biar mereka tetap belajar karena kotoran akan diatasi dengan Rinso.

4. Ponds (pembersih muka)

Ponds menggunakan kalimat “Ponds white beauty dengan kekuatan pencerah 200%

lebih banyak, menyamarkan flek hitam, kulit tampak lebih cerah, putih merona”.

Page 13: Analisis Iklan

Penggunaan bahasa dalam iklan ini ditjukan untuk para wanita yang mengalami

masalah dengan wajah seperti adanya flek di wajah ataupun bekas noda hitam yang

tertinggal akibat luka ataupun jerawat. Dengan menggunakan produk pembersih ini,

konsumen diyakinkan semua masalah yang ada di wajah mereka akan teratasi karena

mengandung pencerah yang lebih banyak dibandingkan pembersih wajah lainnya.

5. Kopi Nescafe

Iklan Kopi Nescafe menggunakan kalimat “Mudah Menyajikannya, Mantap

Aromanya”. Dilihat dari kesatuan poster iklan tersebut terdapat beberapa hal yang

kurang yaitu antara gambar dan tipografi terlihat tidak proposional. Terlihat sekilas

antara tulisan dan gambar tidak sesuai karena gambar terlalu besar dan tulisan

keterangan menjadi tidak begitu terlihat mengakibatkan focus hanya pada gambar.

Namun kualitas foto produk sudah pas dan pemilihan warnanya sudah tepat. Dari segi

layout, tujuan dari pembuatan iklan kurang tercapai karena penataan yang kurang tepat.

Misalnya varian produk pada bagian bawah yang banyak menimbulkan salah focus

pada pembacaan poster iklan tersebut. Seharusnya hanya ada satu produk saja yang

ditampilkan apabila ingin lebih difokuskan. Daya tarik warna sudah pas, jika merah

dipadukan dengan coklat dan hitam menimbulkan efek psikologi kehangatan. Pemilihan

warna tersebut menjadikan emosi psikologi konsumen menjadi bergairah dan

berkarakter.

6. Mesin Cuci Polytron

Mesin Cuci Polytron menggunakan kalimat “Harimu tetap seru nyuci tetap lancar”. Jika

dilihat dalam penulisan bahasa indonesia yang baik dan benar, ada beberapa kata yang

salah. Contohnya kata “Nyuci” harusnya “Mencuci”. Polytron menggunakan bahasa

“Nyuci” karena merupakan bahasa sehari- hari yang digunakan dikalangan ibu rumah

tangga sehingga para konsumen yang melihat iklan tersebut lagsung mengetahui bahwa

jika mereka menggunakan mesin cuci Polytron maka hari - har mereka akan lebih seru.

Di bagian iklan tersebut, juga dijelaskan beberapa keunggulan mesin cuci Polytron

dibandingkan yang lain karena menggunakan teknologi ZEROPRESSURE dimana

sekalipun air dirumah pengguna mesin cci kecil, mereka tidak perlu khawatir karena

mesin cuci Polytron tetap bekerja secara optimal. Menurut pendapat saya, bahasa yang

digunakan memiliki daya tarik tersendiri bagi pembacanya.

Page 14: Analisis Iklan

7. Teh Pucuk

Iklan Teh Pucuk menggunakan kalimat “Rasa Teh Terbaik ada di Pucuknya”. Dalam

teks iklan diatas, produsen ingin menunjukkan bahwa teh pucuklah yang merupakan

teh terbaik. Lokusi adalah makna tersirat atau makna yang sesungguhnya yaitu Teh

pucuk harum adalah makna sesungguhnya yang terdapat dalam iklan tersebut.

Sedangkan untuk lokusi adalah makna tersirat pada teks (maksud yang sebenarnya) rasa

teh terbaik hanya ada di pucuk merupakan makna yang tersirat dalam iklan. Produsen

ingin memperkenalkan bahwa teh pucuk yang diproduksinya, adalah teh yang benar-

benar terbuat dari pucuk daun teh. Berbeda dengan produk teh lain yang terbuat dari

daun teh biasa.

Perlokusi adalah efek dari kedua hal di atas.yaitu, penonton atau audiens yang melihat

iklan tersebut tersugesti untuk membeli produk teh pucuk yang dimaksud. Dengan

demikian secara tidak langsung dalam iklan tersebut terjadi suatu tindak tutur . dalam

komunikasi ada beberapa bentuk komunikasi yaitu bahasa sinyal, berbicara, tulisan,

gerakan dan penyiaran. Dalam iklan dapat dikategorikan sebagai komunikasi

kepenyiaran.

8. Shampoo Pantene.

Iklan Shampoo pantene mempromosikan produknya dengan menampilkan penyanyi

ternama seperti Anggun. Pada iklan tersebut Anggun memperlihatkan rambutnya yang

semula rontok dan berketombe, tetapi setelah menggunakan shampoo Pantene dia

menyatakan bahwa rambutnya tidak rontok bahkan ketombe hilang setelah

menggunakan shampoo tersebut. Anggun juga menyatakan pantene sebagai shampoo

terbaik dan tidak menjadi duta shampoo lain. Etika secara moral para produsen juga

harus menjalankan kewajibannya untuk bertanggung jawab atas iklan yang

ditayangkan. Bertanggung jawab atas memberikan informasi yang jelas agar para

konsumen tidak merasa kecewa telah menggunakan produknya. Dan memberikan fakta

bukan janji-janji palsu atas penayangan iklan produk mereka.

Berdasarkan sudut pandang keadilan konsumen, kenyataannya masih banyak konsumen

yang belum mendapat keadilan penuh setelah menggunakan produk shampoo. Hal ini

dikarenakan produsen shampoo memasang iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Kenyataan bahwa tidak semua warga Indonesia yang memiliki rambut lurus dan indah,

tetapi iklan-iklan shampoo yang ditampilkan dimedia televisi menampilkan artis-artis

yang setelah menggunakan shampoo tersebut akan memiliki rambut lurus, indah dan

tidak rontok, kenyataannnya tidak semua orang yang memakai shampoo akan memiliki

rambut lurus dan tidak rontok.

Page 15: Analisis Iklan

9. Pepsodent Sensitive Expert.

Pengetahuan mengenai gangguan gigi sensitif tersebut masih rendah. Sebagian

masyarakat tidak mengetahui penyebabnya sehingga mereka tidak melakukan upaya

pencegahan. Selain itu, sebagian besar tidak melakukan upaya preventif dengan

menyikat gigi menggunakan pasta gigi sensitive, justru kecenderungannya sebagian

besar responden mengabaikan rasa sakit akibat gigi sensitif dan tidak memiliki

keinginan untuk memeriksakan gangguan tersebut ke dokter gigi. Hal yang sama

ditemukan tim peneliti Unilever. “Melalui pene litian yang dilakukan pada tahun 2009,

kami menemukan sekitar 65 persen orang Indonesia mempunyai masalah gigi sensitif

yang berusia sekitar 30-45 tahun dan lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia yang

menyadari itu, tapi tidak melakukan tindak lanjut guna mengatasi gigi sensitif mereka,”

ujar Brand Manager. Pepsodent sensitive expert informasi yang dapat membantu

masyarakat untuk mengatasi masalah gigi yang sensitive. Dengan adanya produk dari

unilever yaitu pepsodent sensitive expert yang dapat mengatasi masalah gigi sensitive.

Selain itu, iklan dari pepsodent sensitive expert cukup baik untuk melakukan promosi

produk ini.

10. Mastin

Mastin adalah ekstrak kulit manggis yang dikemas dalam bentuk serbuk ekstrak kapsul

sehingga lebih praktis di konsumsi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan

atribut iklan yaitu daya tarik, pesan iklan, slgan dan jingle, visualisasi serta durasi dan

frekuensi dengan respon pemirsa berdasarkan metode AIDA (attention, interest, desire,

and action) dan menganalisis efektifitas iklan Mastin. Pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada masyarakat kota Bogor.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, analisis korelasi kanonikal dan

EPIC. Berdasarkan hasil analisis korelasi kanonikal, terdapat hubungan antara atribut

iklan dengan respon pemirsa terutama pada atribut daya tarik iklan serta slogan dan

jingle yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap respon pemirsa (AIDA). Untuk hasil

EPIC, diperoleh bahwa iklan Mastin cukup efektif dalam mengkomunikasikan iklannya

kepada pemirsa dan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.

11. Hilo Teen

Remaja laki-laki dan perempuan pada kutipan di atas menggunakan bahasa Indonesia

yang telah mengalami penyingkatan kata. Penyingkatan tersebut, seperti kata dah, dikit,

sampe, pake, dan ijo. Jika tidak mengalami penyingkatan, kata-kata tersebut menjadi

sudah, sedikit, sampai, pakai, dan hijau. Kemudian ada pula penggantian huruf yang

Page 16: Analisis Iklan

masih memiliki pengucapan yang sama dengan huruf yang diganti. Misalnya, kata koq

dan donk yang seharusnya ditulis kok dan dong. Ada pula kata yang mengalami

penghilangan vokal, seperti kata km yang merujuk kepada kata kamu. Bahkan, kutipan

di atas sudah mulai menggunakan bahasa kedua dengan bentuk aslinya dalam bentuk

lisan dengan tulisan Indonesia. Penggunaan bahasa kedua dengan bentuk asli terlihat

dalam kata viewnya dan penggunaan bahasa kedua bentuk lisan dengan tulisan

Indonesia terlihat dalam kata kyut (dalam bahasa Inggris cute).

Dari perbedaan kata yang digunakan remaja pada kutipan di atas dapat diketahui bahwa

remaja sudah memahami pola pragmatik dan sosiolinguistik sehingga remaja dapat

melakukan variasi bentuk kata dalam tulisan sesuai dengan keinginannya. Variasi

tersebut tentu saja adalah hasil kesepakatan bersama dengan remaja lainnya.

Kesepakatan yang digunakan oleh remaja adalah mengubah atau melakukan

pemendekan huruf yang dirasa terlalu panjang dan menggantinya dengan huruf yang

memiliki arti atau pengucapan yang tidak jauh berbeda dengan huruf yang diganti.

Dalam hal ini, remaja tidak mengubah pola susunan kalimat dan hanya melakukan

variasi bentuk kata.

12. Tokopedia

Tokopedia, dengan kampanye “Ciptakan Peluangmu” sepertinya justru bertolak belakang dengan para kompetitor mereka yang memastikan tiap sen uang yang dihabiskan untuk beriklan, dihabiskan dengan bijaksana dengan Return on Investment yang baik. Tokopedia sepertinya hanya ingin mengingatkan masyarakat bahwa peluang tidak bisa ditunggu, tapi harus dikejar. Harus diciptakan. Dalam hal ini, konteks yang dimaksud adalah peluang untuk berjualan online, dengan sedikit dorongan, masyarakat bisa menjadi penjual online yang produknya menjangkau seluruh pelosok Indonesia.

Termasuk dengan pemilihan Chelsea Islan sebagai duta Tokopedia yang terbilang unik. Terlihat Tokopedia berusaha menyasar tidak hanya pasar pembeli online, namun juga pembeli online yang kabarnya didominasi oleh kaum perempuan, muda dan penuh semangat.

13. Pop Mie

Di iklan pop mie terlihat dua orang pemuda lelaki yang sedang berjogging. Karena merasa jogging saja kurang seru, salah satu pemuda mencoba mengejar-ngejar angsa. Tapi malah mereka berdua yang dikejar salah satu angsa tersebut, ketika sedang berlari mereka bertemu perempuan cantik dengan teman-temannya. Dan akhrinya perempuan itu mengajak dua pemuda tesebut untuk bersembunyi dan makan Pop Mie. Disini Pop Mie berusaha memberi kesan bahwa pemakan Pop Mie itu orang terutama pemuda yang suka hal yang seru-seru jadi dengan menkonsumsi pop mie hidup konsumen akan

Page 17: Analisis Iklan

menjadi seru. Dengan tagline "puasin laper lo, puasin muda lo" seperti memberi tahu makanlah dengan puas, yaitu dengan Pop Mie dan hidup dengan puas (dengan melalukan hal-hal yang menyenangkan dan seru, seperti yang digambarkan dalam iklan).

14. Reward BCA

Ini merupakan sebuah iklan yang tidak menjual produk barang melainkan menawarkan jasa perbankan. Iklan jasa perbankan ini dibuat oleh pihak Bank BCA. Produk jasa yang ditawarkan berupa pelayanan jasa kartu kredit. Atas kepercayaan nasabah menggunakan kartu kredit BCA ini,pihak BCA memberikan reward (hadiah) berupa Reward BCA. Penggunaan latar sebuah café atau bar yang terlihat eksklusif dan elegan menandakan bahwa setiap pemegang katru kredit BCA mampu untuk berkunjung dan berbelanja ke tempat-tempat yang eksklusif. Hal ini dipertegas kembali dengan menggunakan ikon seorang wanita (ibu) yang terlihat begitu cantik dan elegan sedang bersantai minum di café atau bar tersebut, sambil tersenyum memandang anaknya. Kondisi ini memberikan makna bahwa seseorang mampu untuk memperoleh kenikmatan seperti ‘ibu’ tersebut dengan menggunakan kartu kredit BCA.

Jika dianalisis pesan dari iklan tersebut, dalam iklan Reward BCA ini pihak bank ingin menyampaikan bahwa ‘kartu kredit BCA memberi anda (para nasabah) sesutau yang lebih’. Dengan kartu kredit BCA, anda mampu lebih menikmati hidup anda dan keluarga. Dimana setiap kali nasabah malakukan transaksi menggunakan kartu kredit BCA, nasabah secara langsung akan mendapatkan reward rupiah (hadiah berupa uang rupiah non-tunai) yang nantinya dapat digunakan oleh nasabah untuk berbelanja “APA PUN KAPAN PUN”. Pada iklan ini yang dimaksud ”GRATIS” adalah nasabah tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membeli sesuatu karena dapat dibayar dengan menggunakan reward rupiah yang dimiliki.

15. YOU C 1000

Setelah menganalisis slogan You C1000 dan beberapa lambang dalam iklan maka tampak bahwa natural atau alami dan sehat merupakan unsur yang dominan muncul. Makna alami dan sehat menjadi dominan karena kemunculannya berulang-ulang. Konsistensi repetisi atau pengulangan dari makna ini merupakan komunikasi yang sangat kuat dan jelas, di mana perusahaan dengan dibantu oleh biro periklanan ingin mengkomunikasikan suatu pesan kepada konsumen atau khalayknya. Dalam hal ini pesan tersebut merupakan konstruksi citra produk kepada khalayaknya. Alami merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari produk You C1000. Di mana You C1000 merupakan minuman kesehatan yang mengandung bahan dasar yang berasal dari alam. Alam membawa kebaikan bagi manusia dan dengan didukung oleh teknologi yang inovatif, tercipta produk berkualitas tinggi, yaitu You C1000 yang sangat baik bagi manusia. Manfaat baik dari kandungan alami You C1000 bagi kesehatan manusaia diwujudkan dalam slogan “Healthy Inside, Fresh Outside”. Sehat di dalam, dan segar di luar akan diperoleh apabila konsumen mengkonsumsi You C1000 secara rutin. Citra yang muncul pada produk You C1000 adalah baik dan bermanfaat dengan mambawa kebaikan bagi manusia karena mengandung bahan-bahan yang berasal dari alam.

Page 18: Analisis Iklan

Makna kedua yang muncul berulang-ulang adalah sehat. Sehat menjadi unsur yang penting karena sasaran utama produk You C1000 adalah wanita aktif yang memiliki segudang kegiatan namun masih memperhatikan urusan kesehatan dan menginginkan tampilan yang menarik dan segar atau dengan kata lain, sehat. Kesegaran di luar hanya dapat di peroleh apabila seseorang memiliki tubuh yang sehat di dalam. Apabila kesehatan seseorang kurang baik, misalnya kekurangan cairan atau kekurangan vitamin C, maka orang tersebut akan tampak pucat, lemas, dan tidak bergairah. Orang dengan kondisi fisik demikian tidak dapat dikatakan cantik. Namun apabila kesehatan dalam tubuh seseorang baik, maka hal itu akan tampak dari luar. Secara visual ia akan terlihat segar dan berseri-seri. Slogan You C1000, Healthy inside, Fresh Outside, sebagai bagian dari tanda bahasa dan memiliki tujuan yaitu pertama sebagai media komunikasi yang mengkomunikasikan manfaat dan pesan positif dari produk You C1000 dan kedua, untuk menciptakan realitas.

16. Indomie

PT. Indofood sukses makmur cbk sudah membuktikan bahwa produk yang di hasilkan yang dimulai sejak tahun 1972 hingga sekarang masih mempunyai kualitas yang baik terhadap proses pembuatan dan cita rasa yang sudah disesuaikan oleh orang Indonesia sendiri. Indomie diklaim sebagai makanan yang sehat dan bergizi oleh produsennya. Produk mi instan ini disebut memiliki berbagai kandungan gizi seperti energi, protein, niasin, asam folat, mineral zat besi, natrium, dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B6, dan B12.

17.

Page 19: Analisis Iklan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Page 20: Analisis Iklan

BAB IV

PENUTUP

Bahasa iklan bukan semata-mata rangkaian kata atau slogan untuk mengesankan

konsumen, tetapi harus ada susunan yang logis. Persoalannya apakah pembuat

slogan atau tim kreatif iklan memahami bahwa apa yang ditulisnya keliru. Slogan

iklan sangat mudah diingat, apalagi jika model iklannya selebriti terkenal, dan

secara tidak langsung mengajari konsumen berbuat kekeliruan.

Media massa, cetak dan elektronik, memiliki peran yang stategis dalam

perkembangan bahasa. Media berperan sebagai alat untuk menyampaikan atau

memperkenalkan “bentuk-bentuk” bahasa kepada masyarakat pemakainya,

sehingga sangat diharapkan bahwa media masa, dalam hal ini berupa iklan,

menggunakan bahasa Indonesia secara tepat dan tertib, sesuai kaidah yang berlaku.

Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur, karena memiliki

keterkaitan dengan realitas sosial. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan

berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal melalui iklan, media

mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk

opini publik. Media dapat memberi pengaruh positif atau negatif.

A. KESIMPULAN

1. Meurut Moore, tugas filsafat bukanlah penjelasan ataupun penafsiran tentang

pengalaman kita, melainkan memberi penjelasan terhadap suatu konsep yang

siap untuk diketahui, melaui analisis berdasarkan akal sehat. Dengan bertitik

tolak pada “akal sehat”

2. Banyak terdapat pernyataan dalam iklan yang sejenis dengan pernyataan filsafat

yang tidak memiliki dasar logika sehingga tidak dapat dipahami oleh akal sehat

(commonn sense).

Page 21: Analisis Iklan

3. Dengan memahami pandangan Moore, masyarakat dapat mengkritisi bahasa

iklan dengan memahami bahwa objek yang digambarkan dapat dialami dan

diinderawi secara langsung sehingga masyarakat sebagai subjek yang

mengetahui, dapat menerima informasi dengan penuh kesadaran dan mampu

memahaminya. Sehingga tidak tertipu oleh bahasa iklan yang muluk-muluk.

Page 22: Analisis Iklan

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 23: Analisis Iklan

DAFTAR PUSTAKA

a. Sumber Buku

- Djojosuroto, Kinyati, 2006, filsafat bahasa, penerbit Pustaka, Yogyakarta.

- Mintaredja, Abbas Hamami, teori-teori epistemologi commonsense, paradigma:

Yogyakarta.

- Mustansyir, Rizal, Filsafat Analitik, pustaka pelajar, Yogyakarta.

b. Sumber Web online

- Aprillins, 2009, filsafat moral G. E. Moore [http://aprillins.com/2009/522/filsafat-moral-george-edward-moore/]

- Albert Soegiharto, 2002, Analisa pengaruh iklan terhadap kesadaran merk [festival.uphsurabaya.ac.id/download/conference/1234.pdf]

- Daryanti, 2009, analisa bahasa dalam iklan rokok di majalah cakram [http://etd.eprints.ums.ac.id/5662/1/A310050099.PDF]

- Mukti, 2009, pemakaian bahasa dalam iklan [http://ramakertamukti.wordpress.com/2009/01/05/pemakaian-bahasa-dalam-iklan/]

- Tirta Wijaya, 2012, pengaruh iklan terhadap masyarakat [http://konsultanseojakarta.com/pengaruh-iklan-terhadap-masyarakat.php]

Page 24: Analisis Iklan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

I. Business Ideas

1. Latar Belakang (background).................................................................... 1

2. Ide-ide / Inovasi / Kreativitas ................................................................... 2

3. Data & Informasi Pendukung Ide Bisnis.................................................... 5

4. Kriteria dan Evaluasi Pemilihan Ide Bisnis ................................................ 6

5. Keputusan Memilih 1 (satu) Ide Bisnis ..................................................... 6

II. Business Plan

1. Ringkasan Eksekutif .................................................................................. 8

2. Konsep Bisnis ............................................................................................ 9

3. Strategi Marketing .................................................................................... 11

4. Strategi Operasional ................................................................................. 13

5. Strategi Sumber Daya Manusia ................................................................. 15

6. Strategi Keuangan ................................................................................... 16

Lampiran

1. Data Pribadi Penyusun

2. Lampiran Produk

ii