makna hijab dalam iklan televisi (analisis semiotika …eprints.walisongo.ac.id/10031/1/full...

150
MAKNA HIJAB DALAM IKLAN TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN SUNSILK) Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Disusun oleh: Endah Kasinung Sadiah NIM: 1401026079 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MAKNA HIJAB DALAM IKLAN TELEVISI

    (ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN SUNSILK)

    Skripsi

    Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

    Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

    Disusun oleh:

    Endah Kasinung Sa’diah

    NIM: 1401026079

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil

    kerja keras saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang

    pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

    perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang

    diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/ tidak diterbitkan,

    sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrohmaanirrohiim

    Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas

    segala limpahan rahmat dan hidayahnya. Shalawat serta salam selalu

    tercurah kepada junjugan kita Nabi Muhammad SAW, yang

    membimbing umat manusia menuju jalan yang terang dan atas ridho-

    Nya peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Makna

    Hijab Dalam Iklan Televisi (Analisis Semiotika Iklan Sunsilk)”

    dengan lancar.

    Peneliti menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini selain

    hasil pemikiran sendiri, juga mendpat dukungan dari banyak pihak

    baik dukungan secara langsung atau tidak langsung. untuk itu penulis

    menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku rektor UIN Walisongo

    Semarang.

    2. Dr. H. Awaluddin Pimay, Lc., M.Ag. selaku dekan Fakultas

    Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang.

    3. Dr. Hj. Siti Sholikhati, M.A. selaku Ketua Jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan

    Komunikasi UIN Walisongo Semarang, yang memberikan

    arahan dan motivasi kepada peneliti.

  • vi

    4. Dr. Ilyas Supena, M.Ag selaku Dosen pembimbing I dan Ibu

    Nilnan Hikmah, M.SI selaku Dosen pembimbing II yang telah

    berkenan membimbing dan keikhlasan dan kebijaksanaannya

    dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

    memberikan pengarahan-pengarahan hingga terselesaikan

    skripsi ini.

    5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan di lingkungan civitas

    akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

    Semarang yang telah memberikan pelayanan dengan baik

    serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

    6. Bapak Sunarto dan Ibu Nur Azizah, selaku orang tua terhebat

    yang peneliti miliki. Terimakasi atas pengorbanan, jasa-jasa

    dan kasih sayang bapak dan ibu yang takkan mampu penulis

    balas.

    Semoga dengan hasil karya ini selalu membuat bapak dan ibu

    bangga.

    7. Adik saya Fawwaz Faiq Sejati yang selalu memberikanku

    support kepada peneliti dalam banyak hal.

    8. Sahabat saya tercinta Ahmad Nizar Afif, Laely Angela,Ella

    Febrina Handayani, Yulyani Hidayah. Yang selalu memberi

    dukungan serta motivasi kepada peneliti.

    9. Teman-teman KPI C angkatan 2014. Keluarga baru peneliti

    selama belajar di UIN Walisongo Semarang.

  • vii

    10. Tim PPL dan KKN UIN Walisongo Semarang yang sudah

    memberikan kenangan terindah saat bersama.

    11. Terahir, terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat yang

    tidak bisa peneliti sebut satu-persatu.

    Peneliti tidak mampu membalas kebaikan pihak

    terkait, hanya dapat berdoa ke pada Allah swt. Semoga segala

    amal baik mereka diterima oleh Allah swt. Semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan

    penulis pada khususnya , Aamiin.

    Semarang, 12 Maret 2019

    Endah Kasinung Sa’diah

    NIM. 1401026079

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Karya sederhana ini merupakan hasil pemikiran dan kerja

    keras yang berjalan bersama kesabaran dan doa. Dengan rendah

    hati, karya ini saya persembahkan kepada:

    1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Sunarto dan Ibu Nur

    Azizah

    2. Adik tersayang Fawwaz Faiq Sejati, yang tidak pernah

    berhenti memberikan dukungan.

    3. Serta Ahmad Nizar Afif, yang tidak berhenti memberikan

    dukungan.

    4. Almamater tercinta Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

    Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,UIN Walisongo

    Semarang.

  • ix

    MOTTO

    Terinspirasi dari Zaskia Adya Mecca, berhijab merupakan kewajiban

    yang disukai oleh Allah dan identitas sebagai orang muslim. Jadi,

    hijab tidak lagi dianggap hal menakutkan untuk kariernya, melainkan

    dengan berhijab rezeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka

    (Firdaus, 2013: 115)

  • x

    ABSTRAK

    Endah Kasinung Sa’diah (1401026079) “Makna Hijab Dalam

    Iklan Televisi (Analisis Semiotik Iklan Sunsilk)” Skripsi, Semarang,

    Program Strata 1 (S.1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,

    Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna hijab yang

    terdapat pada iklan shampoo Sunsilk Hijab. Iklan menjadikan

    perempuan dan hijab sebagai atribut pendukung dalam

    penayangannya. Hijab yang dikenakan oleh model dalam iklan

    disajikan untuk menarik konsumen sebanyak mungkin sesuai target

    yang diharapkan sehingga iklan secara tidak langsung memberikan

    pemaknaan simbolik.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

    Subjek penelitian ini adalah iklan shampoo Sunsilk Hijab Recharge di

    televisi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik

    dokumentasi dari internet untuk mengetahui makna hijab yang

    terdapat pada iklan shampoo Sunsilk Hijab Recharge. Penelitian ini

    menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan teori semiotik

    Ferdinand De Saussure.

    Hasil penelitian ini adalah makna hijab dalam iklan shampoo

    Sunsilk sebagai bentuk ekspresi diri, hijab tidak dijadikan untuk

    menutup diri atas potensi yang dimiliki oleh perempuan muslimah,

    hijab sebagai bentuk identitas diri sebagai seorang muslimah, hijab

    bukan dijadikan bentuk diskriminasi, melainkan hijab dijadikan

    sebagai bentuk ketakwaan terhadap Allah SWT, hijab memiliki

    manfaat bagi kesehatan kulit, serta hijab sebagai tanda ketentraman

    hati.

    Kata kunci: Makna, Hijab, Iklan Shampoo, Semiotik Ferdinand

    De Saussure

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ........................................................... iv

    KATA PENGANTAR ........................................................................ v

    PERSEMBAHAN ............................................................................ viii

    MOTTO ............................................................................................. ix

    ABSTRAK ......................................................................................... x

    DAFTAR ISI ..................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xvi

    BAB I: PENDAHULUAN .................................................................. 1

    A. Latar Belakang ................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................. 7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8

    D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 9

    E. Metode Penelitian ........................................................... 16

    F. Sistematika Penulisan ..................................................... 22

    BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA, HIJAB,

    SEMIOTIKA, IKLAN, SHOT DAN TELEVISI ........ 23

    A. Tinjauan Tentang Makna ................................................. 23

    B. Tinjauan Tentang Hijab ................................................... 30

    C. Tinjauan Tentang Semiotika ........................................... 34

  • xii

    D. Tinjauan Tentang Iklan .................................................... 38

    E. Tinjauan Tentang Shot ..................................................... 48

    F. Tinjauan Tentang Televisi ................................................ 51

    BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ...........55

    A. Visi Misi PT Sunsilk Indonesia ...................................... 55

    B. Gambaran Umum Iklan Sunsilk Hijab Recharge ............ 57

    C. Deskripsi Data Penelitian................................................ 59

    BAB IV : ANALISIS MAKNA HIJAB DALAM IKLAN

    SHAMPHOO ..................................................................66

    A. Analisis Scene Makna Hijab Dengan Melihat Signifier

    (Penanda), dan Signifier (Penanda) Iklan Sunsilk Hijab

    Recharge ......................................................................... 66

    B. Analisis Scene Makna Hijab Dengan Melihat Langue dan

    Parole Iklan Sunsilk Hijab Recharge .............................. 99

    C. Analisis Scene Makna Hijab Dengan Melihat Hubungan

    Sintagmatik Dan Hubungan Paradigmatik Iklan Sunsilk

    Hijab Recharge ............................................................. 106

    D. Analisis Scene Makna Hijab Dengan Melihat Diakronik

    Dan Sinkronik Iklan Sunsilk Hijab Recharge ............... 113

    E. Hasil Analisis ................................................................ 122

  • xiii

    BAB V : PENUTUP ...................................................................... 126

    A. Kesimpulan .................................................................. 126

    B. Saran-saran ................................................................... 127

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Ukuran Shot.......................................................................... 50

    Tabel 2. Sinopsis Iklan Sunsilk Recharge Versi Carla Rizki Scene 1 60

    Tabel 3. Sinopsis Iklan Sunsilk Recharge Versi Carla Rizki Scene 2 61

    Tabel 4. Sinopsis Iklan Sunsilk Recharge Versi Carla Rizki Scene 3 62

    Tabel 5. Sinopsis Iklan Sunsilk Recharge Versi Carla Rizki Scene 4 63

    Tabel 6. Sinopsis Iklan Sunsilk Recharge Versi Carla Rizki Scene 5 64

    Tabel 7. Sinopsis Iklan Sunsilk Recharge Versi Carla Rizki Scene 6 65

    Tabel 8. Scene Ke 1 Signifier dan Signified ...................................... 67

    Tabel 9. Scene Ke 2 Signifier dan Signified ...................................... 72

    Tabel 10. Scene Ke 3 Signifier dan Signified .................................... 77

    Tabel 11. Scene Ke 4 Signifier dan Signified .................................... 81

    Tabel 12. Scene Ke 5 Signifier dan Signified .................................... 87

    Tabel 13. Scene Ke 6 Signifier dan Signified .................................... 93

    Tabel 14. Scene Ke 1 Langue dan Parole ........................................ 100

    Tabel 15. Scene Ke 2 Langue dan Parole ........................................ 101

    Tabel 16. Scene Ke 3 Langue dan Parole ........................................ 102

    Tabel 17. Scene Ke 4 Langue dan Parole ........................................ 103

    Tabel 18. Scene Ke 5 Langue dan Parole ........................................ 105

    Tabel 19. Scene Ke 6 Langue dan Parole ........................................ 106

    Tabel 20. Scene Ke 1 Sintagmatik dan Paradigmatik ...................... 107

    Tabel 21. Scene Ke 2 Sintagmatik dan Paradigmatik ...................... 108

    Tabel 22. Scene Ke 3 Sintagmatik dan Paradigmatik ...................... 109

    Tabel 23. Scene Ke 4 Sintagmatik dan Paradigmatik ...................... 110

  • xv

    Tabel 24. Scene Ke 5 Sintagmatik dan Paradigmatik ...................... 111

    Tabel 25. Scene Ke 6 Sintagmatik dan Paradigmatik ...................... 113

    Tabel 26. Scene Ke 1 Sinkroni dan Diakroni ................................... 114

    Tabel 27. Scene Ke 2 Sinkroni dan Diakroni ................................... 115

    Tabel 28. Scene Ke 3 Sinkroni dan Diakroni ................................... 116

    Tabel 29. Scene Ke 4 Sinkroni dan Diakroni ................................... 118

    Tabel 30. Scene Ke 5 Sinkroni dan Diakroni ................................... 119

    Tabel 31. Scene Ke 6 Sinkroni dan Diakroni ................................... 121

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Makna menurut Ferdinand De Saussure ........................... 37

    Gambar 2. Sunsilk Hijab Refresh ....................................................... 57

    Gambar 3. Sunsilk lively strong hairfall solution ............................... 58

    Gambar 4. Sunsilk Anti-Dandruff ...................................................... 59

    Gambar 5. Iklan Sunsilk Recharge Versi Carla Rizki ........................ 59

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Media komunikasi terpopuler dan digemari umat manusia

    saat ini adalah televisi. Menurut data laporan dari survei Neilsen

    di kompas.com tanggal 15 Februari 2018 menyebutkan media

    digital dan media konvensional saling melengkapi di antaranya

    umur (10-19 tahun) sebanyak 97 persen menonton televisi, (20-34

    tahun) sebanyak 96 persen menonton televisi, (35-49 tahun)

    sebanyak 97 persen menonton televisi, (50-64 tahun) sebanyak 95

    persen menonton televisi (https://ekonomi.kompas.com). Benda

    berbentuk kotak dengan kemampuan audiovisual ini sejak tahun

    1980 telah menggeserkan popularitas radio yang sebelumnya amat

    digemari, karena radio hanya memiliki kemampuan audio.

    Penemuan teknologi televisi telah mengubah medium

    interaksi manusia dengan benda sekitarnya. Televisi adalah benda

    mati yang mampu “berinteraksi” dengan manusia, tidak sekedar

    melalui kognisi manusia, namun secara fisik manusia saling

    berinteraksi dalam program yang dirancang secara interaktif tanpa

    batas waktu dan tempat (Bungin, 2011: 52). Sehingga medium

    televisi ini melebihi kemampuan media massa lainnya dalam

    memengaruhi sikap maupun perilaku khalayak.

  • 2

    Kemampuan televisi dalam menampilkan gambar hidup

    bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar, dianggap

    paling berpengaruh mendalam dibandingkan dengan kekuatan

    media massa lainnya, seperti surat kabar dan radio. Dengan

    menyajikan gambar bergerak khalayak seakan merasa terlibat

    langsung dalam situasi tertentu sehingga dapat mendekatkan

    khalayak yang bersangkutan dengan program yang tengah

    disajikan oleh televisi.

    Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton

    televisi dapat menikmati acara televisi sambil duduk santai

    menyaksikan berbagai informasi. Penyampaian isi pesan seolah-

    olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang

    disampaikan oleh televisi, dengan mudah dimengerti karena jelas

    terdengar dengan audio dan terlibat secara visual. Pesan-pesan

    yang disampaikan langsung memengaruhi otak, emosi, perasaan,

    dan sikap pemirsa (Badjuri, 2010: 6).

    Saat menonton televisi kita akan melihat tayangan iklan

    pada televisi, baik tayangan iklan masyarakat maupun tayangan

    iklan komersil produk dan jasa. Stasiun televisi dapat memilih

    program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang

    iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih

    keuntungan dari produksinya (Muda, 2008: 7). Pada tahap ini,

    tujuan iklan sebagai bentuk titik tersampaikannya informasi

    tentang produk dan jasa kepada khalayak. Akan tetapi iklan

    dituntut pula untuk mencapai target perubahan perilaku khalayak

  • 3

    setelah menerima terpaan pesan-pesan iklan. Khalayak tidak

    sekedar mengetahui informasi tentang produk tersebut, tetapi juga

    sampai pada tindakan membeli atau mengonsumsi produk atau

    jasa yang ditawarkan melalui komunikasi iklan tersebut. Sehingga

    iklan mampu membujuk khalayak ramai agar berperilaku

    sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan

    untuk mencetak penjualan dan keuntungan (Hamid, 2011: 471).

    Iklan didesain menarik menggunakan warna-warni yang

    menarik untuk memikat konsumen. Salah satunya menggunakan

    objek seorang perempuan dan menggunakan atribut pendukung.

    Hal ini dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempromosikan suatu

    produk yang akan diiklankan. Namun demikian, perkembangan

    lebih lanjut menunjukkan bahwa iklan membangun realitasnya

    tidak sekedar pada nilai guna saja namun tidak menutup

    kemungkinan bahwa iklan menggunakan atribut pendukung

    menjadikan fungsi iklan melenceng dari sebenarnya.

    Pembentukan citra produk yang ditimbulkan oleh iklan,

    tertutupnya nilai guna atau manfaat dengan nilai tukar (ganti).

    Salah satu atribut yang digunakan adalah hijab sebagai simbol

    dalam Islam. Iklan shampoo salah satu iklan yang menggunakan

    hijab sebagai atribut pendukungnya.

    Visualisasi muslimah melalui setiap iklan yang

    ditampilkan, sunsilk berusaha menampilkan sosok perempuan

    berhijab yang setiap aktivitasnya kepala tertutup oleh hijab yang

    ditampilkan didalam iklan. Hijab menurut bahasa arab adalah

  • 4

    penghalang. Pada beberapa negara Islam serta negara-negara

    Barat, kata “Hijab” cenderung diasosiasikan sebagai kerudung

    yang digunakan oleh muslimah. Namun dalam Islam, hijab lebih

    tepat merujuk kepada tata cara berpakaian yang pantas sesuai

    dengan tuntutan agama (Subhan, 2015: 343).

    Adapun hijab perempuan secara istilah syar’i adalah

    seorang perempuan menutup seluruh anggota badannya dan

    perhiasannya dengan pakaian yang dapat menutupinya dari

    penglihatan laki-laki yang bukan mahramnya. Hal ini dilakukan

    dengan menutupkan pakaian yang dikenakan atau dengan cara

    tinggal di rumah. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur ayat

    31, bahwasannya “dan janganlah mereka menampakkan

    perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak pada dirinya.”

    Allah telah menjadikan perhiasan itu menjadi dua

    macam: perhiasan yang zhahir dan tidak zhahir (tersembunyi).

    Kemudian Allah memperbolehkan bagi perempuan untuk

    menampakkan perhiasaannya bagi yang zhahir, adapun perhiasan

    yang tidak zhahir, maka perempuan tidak diperbolehkan untuk

    memperlihatkannya, kecuali kepada suaminya dan kaum laki-laki

    yang termasuk mahramnya (Usamah, 2010: 484).

    Melihat dari kalangan Indonesia yang banyak

    mengenakan hijab, sehingga hijab dijadikan dalam tren dan

    busana muslim. Perempuan yang mengenakan hijab tersebut tetap

    pada aturan dalam islam yaitu untuk menutup aurat.

  • 5

    Berdakwah melalui media-media seperti radio, televisi,

    media cetak dan internet sekarang bukan sesuatu yang baru lagi

    bagi masyarakat Indonesia. Sehingga hal ini menjadi pemicu bagi

    para pembuat iklan untuk bisa memberikan informasi yang

    disampaikan dengan menyertakan unsur agama di dalamnya

    namun tetap pada tujuan utamanya dengan menawarkan barang

    dan jasa. Sehingga pembuat iklan tetap menyajikan ide-ide kreatif

    demi menunjangnya promosi yang berlebihan dan memikat

    banyak masyarakat untuk selalu memenuhi kebutuhannya

    terutama iklan shampoo.

    Sosok perempuan dalam iklan sangat dibutuhkan dalam

    menambah daya jual suatu produk. Dan iklan dapat memengaruhi

    khalayak dengan rayuan pada produk yang ditawarkan, rayuan

    yang dimaksudkan bukan berarti memaksa konsumen untuk

    membeli produk yang ditawarkan. Sehingga produsen mendisain

    iklan dengan tepat dan salah satunya menggunakan objek

    perempuan.

    Banyak aktifitas yang dilakukan perempuan berhijab

    selama diluar rumah, sehingga banyak pula perempuan berhijab

    yang mengalami ketidaknyamanan selama memakai hijab di luar

    rumah. Sehingga perempuan hijab yang mengeluh masalah

    rambut berhijabnya selalu berminyak dan aroma tak sedap di

    kepala. Kepala yang dilapisi hijab tersebut tersengat matahari

    yang dapat memberikan keringat yang berlebihan kepada para

    pengguna hijab. Namun dengan iklan shampoo sunsilk hijab

  • 6

    menawarkan kepada para perempuan hijab untuk mengonsumsi

    produk shampoo sehingga masalah mengenai rambut yang

    tertutup hijab menjadi hilang. Seperti yang terlihat dalam misi

    Sunsilk yaitu merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih

    menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi

    mereka dan orang lain.

    Hijab bagi perempuan diartikan sebagai kain yang

    difungsikan untuk menutup semua anggota badan kecuali muka

    dan telapak tangan. Sehingga makna hijab yang terkandung dalam

    iklan sunsilk secara tidak langsung memberikan pesan moral

    secara simbolik atau penandaan dengan memberikan gambaran

    seorang perempuan yang mengenakan hijab sesuai aturan agama

    di segala aktivitasnya. Makna hijab yang disajikan dalam iklan

    sunsilk juga tidak dapat dipungkiri bahwa iklan disajikan untuk

    menawarkan produknya kepada publik khususnya perempuan

    berhijab.

    Survey di lapangan yang dilakukan oleh kompasiana

    bahwa ketika menanyai teman-teman yang tidak mengenakan

    hijab atau memamkai hijab pada waktu tertentu, rata-rata pada

    menjawab “ya mengikuti tren dari pada saya katrok alias

    ketinggalan jaman”(kompasiana.com).

    Saat ini terdapat fenomena yang nyata bahwa hijab

    mengalami perkembangan dari paris, pashmina, shawl, sifon,

    tuban sehingga banyak yang mendirikan butik pakaian serta hijab

    yang memperjualkan produknya ke kalangan masyarakat.

  • 7

    Masyarakat berbondong-bondong untuk membelinya karena

    sebuah kebutuhan akan tren yang saat ini terjadi. Akibatnya iklan

    meniru fenomena yang terjadi pada kalangan masyarakat unutk

    membuat konten yang serupa untuk menunjangnya suatu produk

    yang dihasilkan dan diminati oleh banyak kalangan wanita.

    Adapun sisi positif yang ditampilkan dari sebuah iklan

    shamphoo Sunsilk yaitu pemeran wanita dalam iklan secara tidak

    langsung memberikan penggambaran dan mengajak wanita

    muslimah untuk berbondong-bondong mengenakan hijab.

    Awalnya mengenakan hijab hanya unutk sebuah tren, namun

    lambat laun akan menjadi kebiasaan untuk mengenakan hijab

    Dari latar belakang yang dipaparkan, peneliti akan

    meneliti makna hijab yang terkandung dari pesan agama yang

    ditampilkan melalui media iklan di televisi.

    Maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul

    “MAKNA HIJAB dalam TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIKA

    IKLAN SUNSILK)”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih terarah peneliti membatasi

    permasalahan pada iklan yang berada di media televisi. Maka

    penulis membatasi kajian ini pada makna hijab dalam iklan

    televisi “Shampoo Sunsilk Hijab”.

  • 8

    2. Perumusan Masalah

    Agar sesuai dengan pembatasan masalah diatas, maka

    penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

    Apa makna hijab dalam iklan shampoo “Sunsilk Hijab”?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian

    ini adalah untuk mengetahui makna hijab yang terkandung

    dalam iklan shampoo Sunsilk hijab di Televisi.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoritis

    Diharapkan menjadi bahan kajian yang

    memberikan kontribusi bagi khalayak kepada Jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam terkhusus bidang

    Televisi, dan juga untuk memberikan gambaran dalam

    membaca makna yang terkandung dalam sebuah iklan

    melalui kacamata semiotika.

    b. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

    pertimbangan bagi masyarakat yang menonton televisi

    tentang iklan dan mampu memahami makna yang

    terkandung dalam iklan tersebut.

  • 9

    D. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka yang menjadi rujukan penulis, yaitu:

    Pertama, dalam skripsi Nurnanengsi (2016) mahasiswa

    Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Alaudin

    Makassar dengan judul penelitian “Representasi Konsep Cantik

    dalam Iklan Televisi (Analisis Semiotik dalam Iklan Pelembab

    Wajah Fair & Lovely versi Gita Virga)”. Menjelaskan bahwa

    konsep cantik yang tampak dalam iklan tersebut tidak didasarkan

    hanya pada fisik saja, namun konsep cantik yang dimaksud

    menyangkut perilaku dan sikap pada wanita yang didasarkan

    pada al-qur’an bahwa konsep cantik tidak memberikan patokan

    khusus mengenai makna cantik pada wanita.

    Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

    penelitian di atas adalah pada objek penelitian. Yang menjadikan

    objek penelitian di atas adalah iklan Pelembab Wajah Fair &

    Lovely, yang menjadi objek penulis adalah iklan Shampoo

    Sunsilk. Perbedaan lain yaitu penelitian di atas menggunakan

    analisis semiotik model Roland Barthes untuk mengetahui makna

    denotasi dan konotasi yang membentuk mitos untuk

    menghasilkan makna dalam iklan, sedangkan dalam penelitian

    yang dilakukan penulis yaitu menggunakan analisis semiotik

    model Ferdinand De Saussure untuk mengetahui makna yang

    mengungkapkan sebuah makna yang terkandung dalam iklan.

    Jika penelitian di atas mencari makna kecantikan wanita dan

    simbolisasi kecantikan wanita muslimah pada sebuah iklan

  • 10

    berbeda dengan penelitian penulis yaitu mengungkap makna

    hijab yang ditampilkan dalam sebuah iklan.

    Persamaan pada penelitian Nurnanengsi dengan

    penelitian penulis adalah menggunakan analisis semiotik untuk

    memahami sebuah makna dan persamaan lain menggunakan

    penelitian kualitatif

    Kedua, dalam skripsi Amelia Oktavia (2016) mahasiswa

    Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    Serang Banten dengan judul penelitian “Makna Cantik Iklan

    Wardah Exclusif Series versi Dewi Sandra in Paris”.

    Menjelaskan bahwa makna cantik yang tampak dalam iklan

    tersebut memakai hijab bagi muslimah dan memenuhi kebutuhan

    akan domestik yang halal bagi perempuan muslimah.

    Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

    penelitian di atas adalah pada objek penelitian. Yang menjadi

    objek penelitian di atas adalah iklan Kosmetik Wardah Exclusif

    Series versi Dewi Sandra in Paris, sedangkan yang menjadi objek

    penelitian penulis adalah iklan Shampoo Sunsilk. Perbedaan lain

    yaitu penelitian di atas menggunakan analisis semiotik model

    Roland Barthes untuk mengungkapkan makna denotasi dan

    konotasi yang terkandung dalam iklan. Sedangkan penelitian

    penulis menggunakan analisis semiotik model Ferdinand De

    Saussure untuk mengetahui makna yang mengungkapkan sebuah

    makna yang terkandung dalam iklan. Jika penelitian di atas

    mencari makna kecantikan wanita secara denotatif dan konotatif

  • 11

    serta menurut produk wardah sendiri pada sebuah iklan berbeda

    dengan penelitian penulis yaitu mengungkap makna hijab yang

    ditampilkan dalam sebuah iklan.

    Persamaan pada penelitian Amelia Oktavia dengan

    penelitian penulis adalah menggunakan analisis semiotik untuk

    mengungkap sebuah makna yang dikontruksikan oleh sebuah

    media melalui tanda yang terdapat di dalam iklan.

    Ketiga, dalam Journal Agitha Fregina Pondaag (2013),

    mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sam Ratulangi

    dengan judul Analisis Semiotik Iklan A Mild Go Ahead Versi

    “Dorong Bangunan” di Televisi. Menjelaskan bahwa interpretasi

    makna dan semiotika gerak versi Dorong Bangunan dalam iklan

    rokok A Mild adalah dimaknai abstrak namun memiliki makna

    yang utuh dan di maknai agar manusia membutuhkan

    pembaharuan dalam hidup, untuk mendapatkan pembaharuan

    diperlukan kerjasama, tetap mencintai lingkungan dengan cara

    menanam pohon disekitar rumah. Peneliti di atas memberikan

    gambaran bahwa iklan rokok cenderung menunjukan citra positif

    tersebut masih tetap mengajak seseorang yang tadinya merokok

    menjadi perokok sehingga tayangan iklan rokok di televisi

    cenderung menampilkan cerita positif di balik dengan rokok yang

    sejatinya negatif.

    Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

    penelitian di atas adalah pada objek penelitian. Yang menjadikan

    objek penelitian di atas adalah iklan rokok A Mild Go Ahead

  • 12

    versi “Dorong Bangunan”, sedangkan yang menjadi objek

    penelitian penulis adalah iklan Shampoo Sunsilk. Perbedaan lain

    yaitu peneliti di atas meneliti mengenai semiotika gerak dan

    interpretasi makna dalam sebuah iklan, sedang penelitian penulis

    meneliti mengenai semiotika makna dalam sebuah iklan.

    Penelitian di atas dalam teknik pengumpulan data dengan

    menggunakan dokumentasi serta wawancara, sedangkan

    penelitian penulis menggunakan dokumentasi.

    Perbedaan pada penulisan Agitha Fregina Pondaag

    dengan penelitian penulis terdapat pada semiotik yang digunakan

    yaitu skripsi di atas menggunakan analisis semiotik model

    Charles Sanders Pierce sedangkan skripsi penulis menggunakan

    analisis semiotik model Ferdinand De Saussure untuk

    menganalisis makna dalam sebuah iklan di televisi.

    Keempat, dalam Journal Nur Rachmani (2015),

    mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman

    Kalimantan Timur yang berjudul Analisis Semiotika Iklan Ades

    Versi “Langkah Kecil Memberikan Perubahan” dalam

    Menyingkap Pesan Tersembunyi Tentang Kepedulian

    Lingkungan Hidup. Menjelaskan bahwa makna yang terkandung

    dalam iklan tersebut memberikan arti komitmen dari Coca-Cola

    amatir Indonesia menuju kemasan yang berkelanjutan.

    Mengusung tema “Langkah kecil memberikan perubahan”

    melalui iklan ades yang ramah lingkungan dapat memberikan

    dampak positif pada lingkungan. Jargon iklan Ades “pilih-

  • 13

    minum-remukkan” bermakna akan memberikan banyak ruang

    pada sampah plastik dengan kemasan yang ramah lingkungan.

    Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

    penelitian di atas adalah pada teknik analisis data. Yang

    menjadikan analisis data penelitian di atas adalah mengunakan

    teknik filling sistem dan menggunakan metode analisis semiotika,

    sedangkan yang menjadi teknik analisis data penulis adalah

    menggunakan metode analisis semiotika. Perbedaan lain yaitu

    pada objek penelitian. Yang menjadikan objek penelitian di atas

    adalah makna dan pesan tersembunyi melalui jargon pada

    minuman iklan ades, sedangkan objek penelitian penulis adalah

    makna hijab dalam shampoo iklan sunsilk. Perbedaan lain yaitu

    penelitian di atas menggunakan analisis semiotik model Charles

    Sanders Pierce untuk mengungkapkan makna yang terkandung

    dalam iklan. Sedangkan penelitian penulis menggunakan analisis

    semiotik model Ferdinand De Saussure untuk mengetahui makna

    signified dan signifier yang mengungkapkan sebuah makna yang

    terkandung dalam iklan.

    Kelima, dalam skripsi Siti Sopianah (2010), mahasiswa

    Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri

    Jakarta yang berjudul “Analisis Semiotik Iklan Susu Bendera

    Edisi Ramadhan 1430 H di Televisi”. Menjelaskan bahwa pesan

    yang terkandung dalam iklan Susu Bendera adalah pesan agama

    yang memuatpentingnya nutrisi serta protein yang seimbang pada

  • 14

    tubuh manusia terutama anak-anak untuk melancarkan puasa di

    bulan Ramadhan.

    Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

    penelitian di atas adalah terdapat pada teori semiotik yang

    digunakan, penelitian di atas menggunakan teori semiotik Roland

    Barthes, sedangkan penelitian penulis menggunakan teori

    semiotik Ferdinand De Saussure.

    Persamaan pada penelitian Siti Sopianah dengan

    penelitian penulis terdapat pada metode yang digunakan, yaitu

    metode penelitian kualitatif.

    Keenam, dalam skripsi Evita Nanda Karunia (2018),

    mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri

    Sunan Ampel Surabaya yang berjudul “Representasi Kesabaran

    Muslimah Dalam Iklan Sunsilk Clean And Fresh Versi Risty

    Tagor”. Menjelaskan bahwa kesabaran muslimah dalam iklan

    sunsilk clean and fresh direpresentasikan oleh pihak pengiklanan

    yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk, sebagai kerajinan seorang

    muslimah dalam berkeramas dengan shampoo sunsilk clean and

    fresh. Pihak pengiklanan menghadirkan simbol agama dalam

    iklan dengan mengeksploitasi seorang muslimah berhijab untuk

    mendukung metodenya dalam membuat iklan produk shampoo

    sunsilk clean and fresh.

    Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

    penelitian di atas adalah pada objek penelitian. Yang menjadikan

    objek penelitian di atas adalah Shampoo Sunsilk clean and fresh,

  • 15

    yang menjadi objek penulis adalah iklan Shampoo Sunsilk

    recharge. Jika penelitian di atas mencari representasi kesabaran

    muslimah pada sebuah iklan berbeda dengan penelitian penulis

    yaitu mengungkap makna hijab yang ditampilkan dalam sebuah

    iklan. Perbedaan lain yaitu pada penelitian yang dilakukan

    penulis dengan penelitian di atas adalah terdapat pada teori

    semiotik yang digunakan, penelitian di atas menggunakan teori

    semiotik model Charles Sanders Pierce yang menggunakan

    segitiga makna (tanda, Objek, interpretant) untuk memahami

    sebuah iklan di televisi. Sedangkan penelitian penulis

    menggunakan teori semiotik Ferdinand De Saussure.

    Persamaan yang lain terdapat pada metode yang

    digunakan, yaitu metode penelitian kualitatif.

    Ketujuh, dalam skripsi Rezania Meidiati (2016),

    mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Analisis

    Semiotik Kecantikan Wanita Muslimah Pada Iklan Shampoo

    Sunsilk Clean And Fresh Versi Laudya Cintya Bella”.

    Menjelaskan untuk khalayak khususnya wanita muslimah tidak

    terjebak dalam streotype- streotype dalam iklan yang memaknai

    kecantikan hanya dari penampilan konsep iklan produk

    kecantikan.

    Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

    penelitian di atas adalah pada objek penelitian. Yang menjadikan

    objek penelitian di atas adalah Shampoo Sunsilk clean and fresh,

  • 16

    yang menjadi objek penulis adalah iklan Shampoo Sunsilk

    recharge. Jika penelitian di atas mencari kecantikan wanita

    muslimah pada sebuah iklan berbeda dengan penelitian penulis

    yaitu mengungkap makna hijab yang ditampilkan dalam sebuah

    iklan. Perbedaan lain yaitu pada penelitian yang dilakukan

    penulis dengan penelitian di atas adalah terdapat pada teori

    semiotik yang digunakan, penelitian di atas menggunakan teori

    semiotik model Charles Sanders Pierce yang menggunakan

    segitiga makna (tanda, Objek, interpretant) untuk memahami

    sebuah iklan di televisi. Sedangkan penelitian penulis

    menggunakan teori semiotik Ferdinand De Saussure.

    Persamaan skripsi diatas dengan penulis terdapat pada

    metode yang digunakan, yaitu metode penelitian kualitatif.

    E. Metodologi Penelitian

    Untuk menganalisis makna hijab dalam iklan televisi,

    maka perlu adanya unsur-unsur pokok yang harus ditentukan

    sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan serta manfaat

    penelitian, maka digunakan metode penelitian. Metode penelitian

    pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

    dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2016: 2).

    1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Jenis penelitian yang akan dilakukan penulis adalah

    metode penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif analitik.

  • 17

    Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil

    wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan

    lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak

    dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti

    melakukan analisis data dengan memperkaya informasi,

    mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas

    dasar data aslinya (tidak ditranformasikan dalam bentuk

    angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi

    yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif

    (Gunawan, 2013: 87).

    2. Definisi Konseptual

    Definisi konseptual digunakan untuk menghindari

    kesalahan persepsi terhadap peneliti ini, maka penulis

    membatasi masalah yang akan diteliti. Berikut ini adalah

    istilah yang peneliti batasi dalam judul tersebut:

    a) Makna adalah maksud yang terkandung di dalam suatu

    kata, pembicaraan, atau pikiran. Makna kata juga berkaitan

    dengan hubungan antara satu lambang bahasa dengan

    lambang lainnya atau dengan suatu benda. Makna

    termasuk sebuah subjektif, dalam hal ini bahasa harus

    dilihat sebagai bagian dari ideologi yang tak lepas dari

    kepentingan. Jadi, ketika komunikasi dilakukan melalui

    bahasa, kepentingan bahasa dapat dikuak agar bisa melihat

    kepentingan-kepentingan yang ada pada penyampaian

    pesan (Soyomukti, 2010: 81).

  • 18

    b) Hijab menurut bahasa arab adalah penghalang. Pada

    beberapa negara islam serta negara-negara Barat, kata

    “Hijab” cenderung diasosiasikan sebagai kerudung yang

    digunakan oleh muslimah. Namun dalam islam, hijab lebih

    tepat merujuk kepada tata cara berpakaian yang pantas

    sesuai dengan tuntutan agama (Subhan, 2015: 343).

    c) Makna hijab menurut penulis melihat dari bentuk verbal

    yaitu mendengarkan audio, melihat tulisan dari gambar

    iklan shamphoo Sunsilk. Melihat dari bentuk non verbal

    yaitu lingkungan, sentuhan, gerakan tubuh yang

    diperagakan oleh model dalam iklan shamphoo Sunsilk.

    Batasan-batasan makna hijab dalam penelitian ini

    yaitu secara umum mengenai makna dalam hijab yang

    terdapat pada iklan televisi dengan menggunakan analisis kaca

    semiotika.

    3. Sumber Data

    Sumber data dalam sebuah penelitian merupakan hal

    penting yang harus diperhatikan. Dalam penelitian ini sumber

    data yang dijadikan bahan acuan adalah:

    a) Data Primer

    Sumber data yang menjadi subjek penulisan ini

    analisis iklan yaitu iklan shampoo sunsilk hijab Recharge,

    diperankan oleh Carla Rizki, durasi 30 detik, dan

    diproduksi tanggal 16 April 2017. yang ada di televisi dan

    menganalisis makna hijab yang terdapat pada iklan

  • 19

    tersebut, sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam

    penulisan ini.

    b) Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari hasil dokumentasi

    dan literatur-literatur yang berhubungan dengan judul

    penelitian ini. Menganalisis lebih dalam iklan televisi

    tersebut yang berkaitan dengan objek penelitian yang dapat

    mendukung penulisan ini.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan iklan sunsilk, peneliti mengkopi

    file dari media internet. Iklan inilah yang kemudian dijadikan

    bahan untuk mengenalisis penelitian ini. Untuk melengkapi

    data penelitian dipergunakan juga studi kepustakaan untuk

    mencari referensi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

    Adapun tahap dalam pengumpulan data dilakukan melalui:

    a) Dokumentasi

    Analisis dokumentasi merupakan sumber data

    yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa

    sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya

    monumental, yang semuanya itu memberikan informasi

    bagi proses penelitian (Gunawan, 2013: 178). Dalam

    pelaksanaan metode dokumentasi, penulis menggunakan

    buku-buku atau referensi terkait iklan televisi serta Penulis

    menggunakan teknik dokumentasi publik yaitu televisi dan

    internet untuk mendapatkan foto atau gambar. Dengan

  • 20

    menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi

    pada detik tertentu sehingga dapat memberikan informasi

    deskriptif yang berlaku saat itu (Koesnaedi, 2014: 126).

    5. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang akan digunakan dalam

    penelitian ini, yaitu menggunakan semiotika dengan

    pendekatan Ferdinand De Saussure. dengan melihat bahwa

    bahasa adalah sebuah sistem tanda dalam komunikasi yang

    dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure dan ia adalah

    seorang pelopor Semiotik. Ia mengembangkan sistem tanda

    yang terdiri atas delapan bagian, yakni signifier (penanda) dan

    signified (pertanda), Sinkroni dan Diakroni, Langue dan

    Parole, Hubungan Sintagmatik dan Hubungan Paradigmatik.

    Dengan penelitian ini data akan dianalisis dengan

    menggunakan tatanan penandaan Ferdinand De Saussure

    yaitu:

    a) signifier (penanda)

    Merupakan bentuk-bentuk medium yang diambil

    oleh suatu tanda, seperti sebuah bunyi, gambar, atau

    coretan yang membentuk kata di suatu halaman.

    b) signified (pertanda)

    Merupakan konsep dan makna-makna (Vera, 2014: 70).

    c) Sinkroni

    Berdasarkan sejarah atau perkembangan bahasa

    d) Diakroni

  • 21

    Berdasarkan satu bahasa saja dengan pendekatan

    struktural atau terhadap bahasa yang sezaman.

    e) Langue

    Keseluruhan kekayaan bahasa seperti kosakata dan tata

    bahasa. Merupakan konvensi milik masyarakat

    f) Parole

    Keseluruhan yang diujarkan individu, termasuk segala

    kekhasan dalam ucapan dan pilihan struktur yang

    digunakan. Merupakan konvensi milik perorangan.

    g) Hubungan Sintagmatik

    Hubungan mata rantai dalam ujaran dengan mematuhi

    berbagai aturan dalam langue. Si pemakai bahasa

    menentukan kaidah bagi konstruksi yang dibolehkan

    dengan menyimak mata rantai dalam ujaran dan meneliti

    mata rantai lain yang mungkin muncul.

    h) Hubungan Paradigmatik

    Kata-kata yang mempunyai kesamaan berasosiasi di

    dalam pikiran dan dapat membandingkan unsur bahasa

    yang memiliki kedudukan yang sama (Zaimar, 2014: 9).

    Iklan yang diungkapkan berdasarkan unit-unit

    gambarnya dengan menggunakan metode semiotika Ferdinand

    De Saussure. Dengan ini peneliti akan membongkar makna

    yang terkandung dalam iklan shampoo “Sunsilk Hijab”.

  • 22

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk lebih memudahkan penulisan Skripsi. Penulis

    membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisikan Latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    tinjauan pustaka, metode penelitian, teknik analisis

    data, sistematika penulisan, daftar pustaka.

    BAB II KERANGKA TEORI

    Bab ini memuat pembahasan tentang sub-sub bab,

    terkait makna hijab, iklan, televisi maupun

    semiotika.

    BAB III PROFIL, GAMBARAN UMUM

    Bab ini menguraikan visi misi PT Sunsilk

    Indonesia, gambaran umum Iklan Sunsilk Hijab

    Recharge dan sinopsis Sunsilk Hijab Recharge.

    BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

    Bab ini berisikan materi analisis makna hijab

    dalam Iklan Sunsilk Hijab di Televisi dengan

    menggunakan pendekatan semiotik Ferdinand De

    Saussure.

    BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN

    Pada Bab ini berisikan penutup, kesimpulan dan

    saran. Dan selanjutnya di bagian akhir berisi

    tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

  • 23

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA, HIJAB, SEMIOTIKA,

    IKLAN, SHOT DAN TELEVISI

    A. Tinjauan Tentang Makna

    1. Pengertian Makna

    Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan

    salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia.

    Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi,

    psikologi, sosiologi, antropologi, dan linguistik. Itu sebabnya,

    beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna

    ketika mereka merumuskan definisi komunikasi.

    Makna kata dapat diartikan sebagai maksud yang

    terkandung di dalam suatu kata, pembicaraan, atau pikiran.

    Makna kata juga berkaitan dengan hubungan antara satu

    lambang bahasa dengan lambang lainnya atau dengan suatu

    benda (Fitriany & Anbiya, 2015: 269).

    Proses komunikasi mencakup pengiriman pesan dari

    sistem saraf seseorang kepada sistem saraf orang lain, dengan

    maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang serupa

    dengan yang ada dalam pikiran si pengirim. Pesan verbal

    melakukan hal tersebut melalui kata-kata, yang merupakan

    unsur dasar bahasa, dan kata-kata, sudah jelas merupakan

    simbol verbal. (Tubbs & Moss, 2001: 72).

  • 24

    Pengertian makna dalam sense-bahasa Inggris

    dibedakan dari arti meaning-bahasa Inggris di dalam

    semantik. Makna adalah pertautan yang ada di dalam unsur-

    unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata. Makna menurut

    Palmer, hanya menyangkut intra bahasa. Sedangkan Lyons

    menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu

    kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan

    dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata

    tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini

    menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang

    cenderung terdapat di dalam kamus, sebagai leksem. Makna

    sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan

    kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti.

    Makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni:

    1) Ada tingkat pertama makna menjadi isi dari suatu bentuk

    kebahasaan.

    2) Pada tingkat kedua makna menjadi isi dari suatu

    kebahasaan.

    3) Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang

    mampu membuahkan informasi tertentu.

    Pada tingkat pertama dan kedua merupakan sebuah

    penutur, sedangkan ketiga lebih ditekankan pada makna di

    dalam komunikasi. Sehubungan dengan tiga tingkat

    keberadaan makna yaitu adanya garis hubungan antara

    Makna--------------------ungkapan---------------makna.

  • 25

    Menurut Plato, kata adalah di dalam suatu bahasa,

    sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia, yang

    berupa rujukan yang ditunjukan oleh lambang tersebut.

    Hubungan lambang dengan bahasa dapat dikatakan bahwa

    bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda dan

    lambang.

    2. Macam-Macam Makna

    Macam makna terbagi menjadi lima bagian

    diantaranya:

    a) Makna leksikal (bahasa Inggris – lexical meaning,

    semantic meaning, external meaning) adalah makna unsur-

    unsur bahasa sebagai lambang benda dan atau peristiwa.

    Makna leksikal ini dimiliki unsur-unsur bahasa secara

    tersendiri atau lepas dari konteks. Misalnya, kata culture

    (bahasa Inggris), yang berarti budaya, di dalam kamus

    Shadily & Echols di sebutkan sebagai nomina (kata benda)

    dan artinya, kesopanan, kebudayaan, pemeliharaan biawak

    (biologi).

    b) Makna gramatikal (bahasa Inggris – gramatikal meaning,

    function meaning, structural meaning, internal meaning)

    adalah makna yang menyangkut hubungan intrabahasa atau

    makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah

    kata di dalam kalimat.

    c) Makna ideasional (bahasa Inggris – idiational meaning)

    adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan

  • 26

    kata yang berkonsep. Kata yang dapat dicari konsepnya

    atau ide yang terkandung di dalam satuan kata-kata, baik

    bentuk dasar atau turunan (HP &Abdullah, 2012: 90-99).

    d) Makna Denotasi adalah makna suatu kata sesuai dengan

    konsep asalnya, apa adanya, tanpa mengalami perubahan

    ataupun penambahan makna-sering pula disebut sebagai

    makna konseptual, makna lugas, serta makna objektif.

    e) Makna konotasi adalah makna yang mengalami perubahan

    dari makna asalnya, dan sering pula disebut sebagai makna

    kiasan (Fitriany & Anbiya, 2015: 272-277).

    Untuk memahami apa yang disebut makna atau arti,

    kita menoleh kepada teori yang dikemukakan oleh Ferdinand

    de Saussure, bapak linguistik modern asal Prancis. Di dalam

    bukunya yang dikenal, Course in General Lingustic (1916),

    Saussure menyebut istilah tanda linguistik. Menurutnya tanda

    lingustik terbagi menjadi dua unsur, yakni 1. yang diartikan

    (Prancis: signifie’, Inggris: signified=unsur makna) dan 2.

    Yang mengartikan (Prancis: signifiant, Inggris:

    signifier=unsur bunyi). Dengan kata lain setiap tanda

    linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua

    unsur ini adalah unsur dalam bahasa (intralingual) yang

    biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang

    merupakan unsur luar bahasa atau ekstralingual (Sobur, 2003:

    254-257). Kelompok Saussurean dan Pierce (Fiske, 2004: 68)

    juga menyebutkan bahwa makna bukanlah konsep yang statis,

  • 27

    melainkan dinamis sebab makna merupakan proses, maka

    berubah seirama dengan perjalanan waktu. Menurut mereka

    makna dihasilkan melalui kualitas intersubjektif (Ratna, 2010:

    124).

    Osgood dan rekan-rekannya (1957) melakukan

    pengukuran mengenai makna, yang mengembangkan suatu

    instrumen yang disebut Semantic Differential atau komitmen.

    Dengan Semantic Differential seorang peneliti dapat menguji

    reaksi seseorang atas setiap konsep dibandingkan dengan

    reaksi orang lain. Hasil analisis statistik oleh Osgood dan

    rekan-rekannya bahwa penelitian ini mempunyai tiga dimensi:

    evaluasi, potensi, dan aktivitas. Jadi kita dapat menilai bahwa

    komitmen yang dimaksud baik atau buruk, jahat atau baik hati

    (evaluasi), kuat atau lemah dan panas atau dingin (potensi)

    dan cepat atau lambat, dan aktif atau pasif (aktivitas) (Tubbs

    &Moss, 2001: 76).

    Manusia memiliki makna karena ia tidak sebagai

    objek kehidupan atau situasi sosial, tetapi juga menjadi subjek

    bagi dirinya dalam menjalani sesuatu. Manusia berinteraksi

    dengan dirinya. Ketika dia berkomunikasi dengan dirinya, dia

    bisa menjadi subjek dan sekaligus objek. Manusia berfikir,

    yang berarti juga berbicara dengan diri sendiri, sama seperti

    ketika berbicara dengan orang lain. Percakapan dengan diri

    sendiri sebagian besar dilakukan dengan diam. Tanpa diri

    sendiri, manusia tidak akan mampu berkomunikasi dengan

  • 28

    orang lain sebab hanya dengan itu, komunikasi efektif dengan

    orang lain bisa terjadi. Berfikir juga memungkinkan manusia

    menunjuk segala sesuatu, menginterpretasikan situasi, dan

    berkomunikasi dengan dirinya dengan cara-cara berbeda.

    Oleh karena itulah, manusia selalu dihadapkan pada

    “arti” atau “makna”. Setiap individu yang menyampaikan

    “arti” pada dirinya, pada saat itu juga ia memberikan “arti”

    pada orang lain (Soyomukti, 2016: 81-82).

    3. Perubahan Makna

    Perubahan makna terdiri dari enam, diantaranya:

    a) Perluasan makna terjadi apabila makna suatu kata lebih

    luas dari makna asalnya. Beberapa penentuan generalisasi

    yaitu data atau peristiwa khusus yang akan dikumpulkan

    harus memadai jumlahnya, data yang ada harus mewakili

    keseluruhan peristiwa, pengecualian perlu diperhitungkan

    karena peristiwa yang mempunyai sifat khusus tidak dapat

    dijadikan data. Contohnya: (kata) adik - (makna asal)

    saudara sekandung yang lebih muda - (makna baru) semua

    orang yang usianya lebih muda.

    b) Penyempitan makna terjadi apabila sebuah kata yang pada

    mulanya mempunyai makna yang luas, kemudian berubah

    menjadi terbatas hanya pada sebuah makna. Contohnya:

    (kata) pesawat - (makna asal) semua alat permudah

    pekerjaan - (makna Baru) kapal terbang.

  • 29

    c) Peninggian makna atau ameliorasi dalam bahasa latin yang

    artinya lebih baik. Ameliorasi adalah perubahan makna

    kata yang nilainya lebih tinggi dari pada makna asalnya.

    Contohnya: wanita menjadi perempuan.

    d) Penurunan makna atau peyorasi dalam bahasa latin artinya

    jelek. Peyorasi adalah perubahan makna kata yang nilainya

    dirasa lebih rendah dari makna asalnya. Contohnya: (kata)

    cuci tangan – (makna asal) membersihkan tangan dengan

    air – (makna baru) melepas tanggung jawab.

    e) Pertukaran makna atau sinestesi adalah perubahan makna

    yang terjadi akibat pertukaran tanggapan dua indra yang

    berbeda yaitu antara indra pencium (hidung), pendengar

    (telinga), penglihat (mata), peraba (kulit), dan perasa

    (lidah). Contohnya: aroma kue bolu itu sangat manis –

    (pencium-peraba).

    f) Pertukaran makna atau asosiasi adalah makna kata yang

    timbul karena persamaan sifat. Contohnya: (kata) amplop –

    (makna asal) bungkus asal – (makna baru) sogokan, uang

    suap (Fitriany & Anbiya, 2015: 281-286).

    4. Sifat Makna

    Sering kali persoalan makna ini menjadi sukar karena

    makna bahasa itu (juga makna lambang lain) yang memiliki

    sifat, diantaranya:

  • 30

    a) Arbiter yaitu hubungan antara kata dengan makna itu tidak

    bersifat wajib, hubungan kata dengan maknanya tidak

    diikat oleh suatu keharusan.

    b) Kearbitreran atau konvensional yaitu makna yang

    diberikan terhadap suatu kata didasarkan kepada

    kesepakatan bersama oleh suatu kelompok masyarakat

    pemilik bahasa itu. Meskipun sifat kesepakatan ini tidak

    dilakukan secara eksplisit formal, namun, para anggota

    masyarakat bahasa itu akan patuh pada konvensi itu, sebab

    jika konvensi itu tidak dipatuhi maka komunikasi akan

    terganggu.

    c) Tidak statis yaitu makna mempunyai kemungkinan akan

    berubah, baik yang berubah total maupun berubah tidak

    total.

    d) Bergantung pada latar belakang budaya, pandangan hidup,

    norma sosial, dan norma kemasyarakatan lain (Chaer,

    2007: 116).

    B. Tinjauan Tentang Hijab

    1. Pengertian Hijab

    Hijab menurut bahasa arab adalah penghalang. Pada

    beberapa negara islam serta negara-negara Barat, kata “Hijab”

    cenderung diasosiasikan sebagai kerudung yang digunakan

    oleh muslimah. Namun dalam islam, hijab lebih tepat merujuk

  • 31

    kepada tata cara berpakaian yang pantas sesuai dengan

    tuntutan agama.

    Jilbabib jamak dari jilbab yang berarti kain atau

    pakaian yang julurkan dari atas sampai ke bawah untuk

    menutupi anggota badan perempuan seluruhnya kecuali

    telapak tangan dan matanya. Berbagai versi para ulama tarsir

    mengartikan kata hijab atau jilbab sebagai berikut:

    Syeh Abdul aziz Ibnu Khalaf berkata: pengertian

    jilbab itu tidak terbatas pada satu nama, satu jenis, dan satu

    warna. Namun jilbab adalah setiap pakaian yang digunakan

    oleh perempuan untuk menutupi tempat-tempat perhiasannya,

    baik perhiasan itu yang tetap atau yang bisa dipisah.

    2. Syarat-Syarat Hijab

    Menurut al-Albani menegaskan bahwa tidak

    merupakan kewajiban bagi perempuan menutup wajahnya.

    Antara jilbab dan hijab adalah sama menurutnya, ada delapan

    syarat bagi hijab ataupun jilbab menurut al-Albani yaitu:

    a) Menutup seluruh tubuh kecuali yang terbiasa terlihat

    b) Tidak mempertontonkan perhiasan dirinya

    c) Tidak sempit

    d) Tidak transparan

    e) Layak dan wajar

    f) Tidak menyerupai pakaian laki-laki

    g) Tidak menyerupai pakaian perempuan kafir

    h) Tidak gemerlapan (Subhan, 2015: 343-344).

  • 32

    Para ulama yang berpandangan bahwa seluruh badan

    wanita aurat-walau wajah dan tangannya-memahami kata

    hijab dalam arti tabir, namun mereka berkesimpulan bahwa

    tujuannya adalah tertutupnya seluruh badan mereka. Karena

    tabir menutupi serta menghalangi terlihatnya sesuatu yang

    berada dibelakangnya (Shihab, 2004: 56).

    3. Pandangan Ulama Tentang Hijab

    Mayoritas ulama dari kalangan Malikiyah dan

    Hanafiyah menyatakan bahwa pemakaian hijab tidak harus

    menutupi wajah. Mereka menyandarkan pendapatnya pada

    sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah A’isyah

    SAW. Ia mengenakan baju tipis, maka Rasul pun

    memalingkan pandangannya dan berkata “Hai Asma’!

    Seorang wanita yang baligh tidak boleh menampakkan

    seluruh tubuhnya kecuali ini dan itu”, beliau memberikan

    isyarat pada wajah dan kedua telapak tangannya. Al-Qurthubi

    dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menambahkan

    argumentasi logis bahwa pengecualian wajah untuk

    dipegangi. Sebab dalam ibadah, seperti halnya sholat maupun

    ihram, seorang perempuan diharuskan untuk menampakkan

    wajah dan kedua telapaknya. Andaikan keduanya termasuk

    aurat maka seharusnya dalam ibadah shalat perempuan

    diharuskan menutup keduanya. Sebab menutup aurat dalam

    shalat adalah wajib.

  • 33

    Senada dengan Al-Qurthubiy, Wahbah Zuhaili dalam

    karya monumentalnya “al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu”,

    karangan dari Wahbah az-Zuhaili, tahun 1985,menyatakan

    bahwa aurat perempuan adalah seluruh anggota tubuh kecuali

    wajah dan telapak tangan. Namun, ia juga menambahkan

    keterangan bahwa jika seseorang memandang wajah

    perempuan disertai dengan syahwat maka hukumnya haram.

    Hal ini didasarkan pada konsep Sadd adz-Dzari’ah (Khoiri,

    2016: 60).

    4. Pandangan Dakwah Tentang Hijab

    Dakwah bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang

    untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis

    aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Serta tujuan dakwah ialah

    mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia

    dan akhirat yang diridhoi oleh Allah. Mencontohkan dakwah

    kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan

    dan perbuatan. Setiap muslimah yang memakai hijab untuk

    menutup seluruh tubuh tanpa terlihat sedikitpun bagian yang

    dilarang terlihat, maka muslimah tersebut sedang

    mempraktekkan ketaatan. Selain itu mendapatkan pahala

    karena menaati peraturan-Nya. Seperti dalam Surat An-Nisa’

    ayat 69: “dan barang siapa yang mentaati Allah da Rasul-

    Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yag

    dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-Nabi, Para

    shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang

  • 34

    yang saleh, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”

    (Helmi mahindra, 2016: 16).

    5. Ayat Tentang Hijab

    Ayat diwajibkan memakai hijab terdapat pada QS. Al-

    Ahzab ayat 59:

    َوِنَساِء اْلُمْؤِمِننَي يُْدِننَي َعَلْيِهنَّ ِمْن َجََلبِيِبِهنَّ يَا أَي َُّها النَِِّبُّ ُقْل ِِلَْزَواِجَك َوبَ َناِتَك َذِلَك أَْدََن أَْن يُ ْعَرْفَن َفََل يُ ْؤَذْيَن وََكاَن اللَُّه َغُفورًا َرِحيًما

    Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak

    perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah

    mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".

    Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,

    karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha

    Pengampun lagi Maha Penyayang.(Departemen Agama

    Republik Indonesia, 1989: 676).

    C. Tinjauan Tentang Semiotika

    1. Pengertian Semiotika

    Menurut Paul Colbey bahwa studi tentang bagaimana

    masyarakat memproduksi makna dan nilai-nilai dalam suatu

    sistem komunikasi disebut semiotika, yang berasal dari kata

    semion, istilah yunani yang berarti “tanda”. Yang disebut juga

    sebagai semiotikos, yang berarti “teori tanda”.

    2. Kaitan Antara Semiotika dan Komunikasi

    Bidang kajian semiotik atau semiologi adalah

    mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu memahami

    bagaimana sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan

    membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang

  • 35

    terkandung di dalamnya. Dengan ungkapan lain, semiologi

    berperan untuk melakukan introgasi terhadap tanda-tanda

    yang dipasang oleh penulis agar pembaca bisa memasuki

    bilik-bilik makna yang tersimpan dalam sebuah teks. Seorang

    pembaca ibarat pemburu harta karun yang bermodalkan peta,

    harus paham tentang sandi dan tanda-tanda yang

    menunjukkan dimana “makna-makna” itu disimpan dan

    kemudian dengan bimbingan tanda-tanda baca itu, pintu

    makna dibuka.

    Ada tiga bidang studi utama dalam semiotika sebagai

    berikut:

    a) Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai

    tanda yang berbeda, cara-cara tanda yang berbeda itu

    dalam menyampaikan makna, dan cara-cara tanda itu

    terkait dengan manusia yang menggunakannya.

    b) Sistem atau kode yang mengorganisasikan tanda. Studi ini

    mencakup cara berbagai kode yang dikembangkan guna

    memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau

    mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk

    mentransmisikannya.

    c) Kebudayaan, tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada

    gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan

    tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.

    3. Teori Semiotika

    a. Menurut Ferdinand De Saussure

  • 36

    Semiotika sering diartikan sebagai ilmu

    signifikansi. Sebagai seorang ahli linguistik, Ferdinand De

    Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi

    (semiology). Semiologi, menurut Saussure, didasarkan

    pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku

    manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai

    tanda, harus ada di belakangnya sistem perbedaan dan

    konvensi yang memungkinkan makna itu. Di mana ada

    tanda di sana ada sistem (Vera, 2014: 2-10).

    Ferdinand De Saussure mengemukakan adanya

    dua ciri tanda bahasa yang mendasar:

    a) Tanda bahasa bersifat semena (arbitrer)

    Artinya tidak ada hubungan atau kaitan tertentu

    antara penanda dan petandanya. Yang dimaksudkan

    dengan semena di sini adalah tidak ada alasan tertentu

    mengapa konsep “saudara perempuan” dalam bahasa

    Prancis, mempunyai penanda soeur. Itulah sebabnya

    mengapa konsep yang sama dikemukakan secara

    berbeda-beda dalam bahasa yang berbeda-beda. Ini

    tidak berarti bahwa setiap individu bebas menentukan

    sendiri tanda bahasa, karena bahasa merupakan

    konvensi antara anggota masyarakat.

    b) Penanda bersifat linier

    Karena pada hakekatnya, penanda bersifat

    auditif, jadi ia berlangsung dalam waktu tertentu.

  • 37

    Seseorang tidak menampilkan imaji bunyi sekaligus,

    melainkan secara berurutan.

    b. Tanda Bahasa

    Salah satu penemuan Saussure yang terpenting

    adalah teorinya tentang tanda bahasa. Ia menampilkan tiga

    istilah di dalam teorinya ini, yaitu tanda bahasa (sign),

    penanda (Signifier), petanda (Signified). Menurut

    pendapatnya, setiap tanda bahasa terdiri dari dua sisi, yaitu

    sisi penanda dan petanda yang berupa imaji bunyi dan

    petanda yang berupa konsepnya. Kedua unsur itu bersatu

    padu, bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Kalau kita

    menyebut kata / pohon / maka langsung akan tergambar

    dalam pikiran kita konsep pohon. Demikian pula

    sebaliknya, bila kita ingin menampilkan konsep “pohon”,

    segera pula kita mengeluarkan imaji bunyinya. Saussure

    mengemukakan hal tersebut dalam bagan di bawah ini

    (Zaimar, 2014: 9-10):

    Gambar 1. Contoh makna menurut Ferdinand De

    Saussure

    Konsep

    Imaji bunyi pohon

  • 38

    D. Tinjauan Tentang Iklan

    1. Pengertian Iklan

    Kata iklan, yang berasal dari bahasa Melayu

    sebenarnya akar kata dari bahasa arab, I’lan. Menurut sebuah

    sumber, istilah iklan pertama kali diperkenalkan pada tahun

    1951 oleh Soedardjo, seorang tokoh pers nasional, untuk

    menggantikan istilah advertentie (bahasa Belanda) dan

    advertising (bahasa Inggris) agar sesuai dengan semangat

    penggunaan bahasa nasional Indonesia (Djajakusuma, 2014:

    127).

    Iklan merupakan bagian dari komunikasi, karena iklan

    merupakan proses penyampaian pesan, dimana pesan tersebut

    berisi informasi tentang suatu produk, baik barang maupun

    jasa. Iklan disampaikan secara persuasi dan bertujuan untuk

    memengaruhi khalayak, sehingga iklan disampaikan melalui

    media massa, baik cetak maupun elektronik agar dapat

    diterima khalayak luas secara serempak.

    Dapat dikatakan juga bahwa iklan merupakan salah

    satu bentuk komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi

    sebagai sarana promosi untuk menawarkan barang dan jasa

    saja, tetapi iklan mengalami perluasan fungsi, yaitu menjadi

    alat untuk menanamkan makna simbolik melalui bahasa dan

    visualisasi dalam pesan iklan. Sesuai dengan karakternya,

    iklan merupakan potret realitas yang ada di masyarakat

    sehingga dapat menyebarkan nilai-nilai sosial, budaya, politik.

  • 39

    Di belakang iklan yang baik terdapat sebuah konsep

    kreatif diantaranya adanya teknik memproduksi ide,

    pemikiran lateral, bercerita. Sehingga dengan ide yang besar

    yang membuat pesannya menjadi berbeda, merebut perhatian

    dan mudah diingat oleh khalayak.

    Menurut Lee dan Johson dalam buku Vera (2014: 44)

    mengatakan, iklan adalah komunikasi komersil dan

    nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya

    yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media

    yang bersifat massal, seperti televisi, radio, koran, majalah,

    direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Vera,

    2014: 43-44).

    2. Konsep Kreatif dalam Iklan

    Di latar belakang iklan yang baik terdapat sebuah

    konsep kreatif, sebuah ide besar yang membuat pesannya

    menjadi berbeda, merebut perhatian, dan mudah diingat.

    Menurut Lee dan Johson dalam buku Hamid (2011: 472)

    mengatakan, yang perlu diperhatikan dalam hal konsep kreatif

    iklan adalah sebagai berikut:

    a) Teknik memproduksi ide

    Gagasan secara sadar untuk melupakan pekerjaan

    dan membiarkan pikiran bawah sadar merenungkan

    gagasan-gagasan adalah khas dalam proses penulis kreatif

    b) Pemikiran lateral

  • 40

    Sebuah proses pemunculan gagasan lain yang

    digunakan secara luas sekarang ini adalah pemikiran

    lateral. Proses ini mengeksplorasi hubungan-hubungan

    baru, memecahkan pola-pola pikiran mapan untuk

    membangkitkan gagasan-gagasan baru, konsep ini disebut

    cara berpikir keluar dari kotak (out of the box think).

    c) Bercerita

    Periklanan terbaik berupa sebentuk pembicaraan

    berita iklan-iklan yang paling persuasif memiliki seluruh

    komponen sebuah cerita pendek. Mereka memperkenalkan

    karakter-karakter, mengidentifikasi keterangan dan

    permasalahan, mengembangkan menuju konflik, kemudian

    menawarkan pemecahan, biasanya diberikan oleh produk

    atau jasa yang dipromosikan. Sebagian iklan televisi

    terbaik dapat disebut berupa lirik: mereka memiliki

    kualitas puitis dengan menyiarkan kisah-kisah legenda atau

    mitos yang diakrabi budaya khalayak target ke dalam spot-

    spot seringkas 15 detik.

    Menurut Howard Stephenson dalam buku Hamid

    (2011: 472) mengatakan, advertising atau iklan adalah

    suatu kegiatan yang menggunakan sewa tempat pada salah

    satu media komunikasi, di mana suatu perusahaan

    memperkenalkan hasil produksi barang atau jasa yang

    baru, agar masyarakat mengetahui produksi barang atau

    jasanya yang baru.

  • 41

    Namun menurut Judith Williamson dalam buku

    Hamid (2011: 472) mengatakan mencoba menjelaskan

    bahwa iklan tidak dapat diimplementasikan hanya sebagai

    bentuk pesan yang bertujuan untuk menjual barang atau

    jasa kepada kita, akan tetapi memiliki fungsi lainnya yang

    dipercaya menggantikan fungsi seni dan agama. Iklan

    menciptakan struktur pemaknaan.

    Iklan tidak dapat dipahami hanya sebagai suatu

    proses komunikasi yang bersifat satu arah. Karena

    bagaimanapun juga audiensi atau khalayak dianggap

    sebagai pihak yang juga aktif dalam mengonsumsi dan

    menyematkan makna simbolik antara produk yang mereka

    konsumsi dengan status mereka. Suatu produk tidak akan

    bermakna apapun jika mengalami penolakan dari

    konsumennya terhadap simbolisasi yang coba

    disematkannya.

    Iklan menciptakan pemaknaan simbolik dari suatu

    produk. Simbolisasi tersebut selanjutnya dinegosiasi

    sedemikian rupa oleh khalayak. Khalayak kemudian

    menginternalisasikan makna-makna simbolik tadi ke dalam

    diri mereka ketika mereka mengonsumsi produk tersebut.

    Sehingga iklan dan konsumsi pada akhirnya menjadi suatu

    rangkaian proses internalisasi simbolisasi dan pemaknaan

    (Hamid, 2011: 472).

  • 42

    3. Sifat dalam Iklan

    Berdasarkan sifatnya iklan terdiri dari dua bagian,

    yaitu:

    a) Iklan yang bersifat komersial, merupakan iklan yang

    mengomunikasikan hal yang bersifat perdagangan yang

    sering disebut “iklan komersial”. Iklan komersial bertujuan

    mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa

    yang dimuat media massa dan media lain.

    b) Iklan yang bersifat non-komersial, merupakan iklan yang

    mengomunikasikan tentang hal-hal yang bersifat sosial

    yang sering disebut “iklan layanan masyarakat (ILM)”.

    ILM merupakan bagian dari kampanye social marketing

    yang bertujuan “menjual” gagasan atau ide untuk

    kepentingan layanan masyarakat (public service) (Pujianto,

    2013: 3-4).

    4. Unsur dalam Iklan

    Dalam iklan terkandung dua unsur, yaitu:

    a) Unsur internal (konten) adalah pesan yang disampaikan

    kepada sasaran, menyangkut substansi pesan, tata

    penyampaian (teks, gambar, suara), dan pengiklanan.

    b) Unsur eksternal (konteks) adalah kondisi yang ada dalam

    penyampaian pesan tersebut, seperti profil sasaran, konteks

    lingkungan, konteks waktu.

  • 43

    Dengan melihat konten dan konteks suatu iklan, maka

    keberhasilan suatu penyampaian pesan adalah jika terjadi

    kecocokan antara konten dan konteks iklan tersebut.

    Adapun peran media iklan adalah menjembatani

    antara konten dan konteks tersebut. Pengiklanan dapat

    memilih media yang sesuai dengan maksud agar terjadi

    kecocokan antara keduanya. Sampai saat ini telah berkembang

    berbagai media iklan, yaitu media cetak (surat kabar, majalah,

    leaflet), media audial (radio), media audiovisual (televisi,

    komputer), dan media luar ruang (MLR) (Hamid, 2011: 193).

    5. Tujuan dalam Iklan

    Tujuan iklan adalah menjalankan tugas

    mengomunikasikan informasi untuk mencapai pelanggan

    khusus, bahwa perusahaan mencoba mencapai audiens dalam

    jangka waktu tertentu. Perusahaan periklanan selalu memilih

    satu atau lebih dari empat tujuan ini, yakni mencoba,

    melanjutkan, memperkenalkan merk baru atau

    membayangkan suatu produk di masa lalu. Berikut ini tujuan

    iklan, yakni:

    a) Trial

    Tujuan “mencoba” dimaksudkan untuk merangkul

    pelanggan membuat catatan tentang produk baru yang akan

    dibeli. Perusahaan selalu mempekerjakan pekerja khusus

    yang kreatif untuk mempersiapkan strategi pesan demi

    memotong iklan produk dari perusahaan lain. Harapannya

  • 44

    mendorong pelanggan untuk pertama-tama mencoba suatu

    produk.

    b) Kontinuitas

    Iklan ini bertujuan untuk mempertahankan

    keberadaan suatu produk tertentu dan memelihara loyalitas

    konsumen. Pihak perusahaan biasanya mengirimkan

    informasi secara teratur kepada konsumen tentang

    perkembangan produk yang selama telah digunakan

    konsumen. Diharapkan dengan informasi baru ini

    konsumen tidak beralih ke produk lain yang sejenis.

    c) Brand Switching

    Iklan ini mirip dengan kontinuitas, dalam Brand

    Switching, perusahaan meng-adopsi, membarui, atau

    mengganti kemasan dari produk yang selama ini digunakan

    konsumen ke dalam tampilan baru. Tujuannya adalah

    mencegah konsumen beralih menggunakan produk dari

    para pesaing. Strategi yang biasanya digunakan antara lain:

    menyampaikan informasi tentang pembandingan harga

    atau kualitas produk, dan jika perlu harga dan kualitas

    produk ini ditentukan oleh konsumen.

    d) Switchback

    Untuk menunjukkan kebesaran nama sebuah

    produk, maka perusahaan sering mengiklankan nama-nama

    orang atau lembaga yang pernah memakai suatu produk

    atau merk dagang dari produk tertentu. Sering perusahaan

  • 45

    memberikan informasi tentang keunggulan fitur produk

    disertai informasi mengenai potongan harga kepada para

    pelanggan. Tujuan lain adalah mengingatkan kembali para

    pelanggan yang pernah menggunakan produk tersebut di

    masa lalu untuk kembali memakai produk ini.

    6. Jenis dalam Iklan

    Jenis-jenis iklan berdasarkan fungsi, diantaranya:

    a) Iklan Advokasi

    Iklan yang memuat pesan tentang pelbagai isu

    publik seperti isu ekonomi, bisnis, politik, hukum, hak

    asasi manusia, anak dan gender, atau isu sosial lain.

    b) Comparative Advertising

    Adalah pesan iklan tentang perbandingan antara

    satu merk dan merk barang lain. Perusahaan dan industri

    sepeda motor, mobil, komputer, dan lain-lain. Tujuan

    utamanya untuk mempengaruhi konsumen agar memilih

    hanya satu jenis barang meskipun barang yang sama

    diproduksi pula oleh perusahaan lain.

    c) Iklan perusahaan

    Adalah iklan bersama dari dua atau lebih

    perusahaan yang memperkenalkan produk-produk yang

    saling berkaitan. Kerja sama untuk memasang iklan ini

    ditempuh agar menghemat biaya pemasangan iklan. Iklan

    ini sering digunakan oleh prusahaan-perusahaan kecil.

    d) Direct-Mail Advertising

  • 46

    Iklan ini sejenis e-mail yang kebetulan diterima di

    file computer tanpa diminta, karena dapat dibagikan setiap

    saat dan harga relatif murah.

    e) Informational Advertising

    Berupa informasi awal tentang suatu produk baru

    ketika produk ini diluncurkan. Fungsinya sebagai

    pengantar produk baru yang memperkenalkan nama

    barang, nama perusahaan, spesifikasi keunggulan, cara

    menggunakan produk, kemampuan, dan kapasitas.

    f) Institutional Advertising

    Bentuk iklan ini berkaitan erat dengan kerja

    kehumasan yang menyebarkan informasi untuk

    menggalang persepsi positif terhadap lembaga tertentu.

    g) Outdoor Advertising

    Adalah iklan yang dipajang di ruang terbuka, di

    luar gedung atau area publik, dan di jalan. Biasanya iklan

    ini berbentuk slogan pendek dan gambar-gambar, dan

    perusahaan mencantumkan pula nomor telepon dan alamat

    perusahaan.

    h) Persuasive Advertising

    Iklan yang menyebarkan informasi tentang suatu

    produk setelah produk ini telah diperkenalkan kepada

    publik. ini bertujuan mengingatkan kembali konsumen

    agar tetap bertahan memakai produk sedang mereka pakai

    dan tidak beralih ke produk yang lain.

  • 47

    i) Product Advertising

    Adalah iklan produk yang dirancang untuk

    memperkenalkan suatu produk tertentu secara berkala.

    Tujuannya untuk mempromosikan produk tertentu dan

    tidak dihubungkan dengan produk lain.

    j) Reminder Advertising

    Iklan yang dirancang secara khusus untuk

    mempertahankan keberlanjutan produk tertentu.

    k) Point-Of-purchase advertising

    Iklan yang menyebarkan informasi yang

    menggambarkan suatu produk yang sudah dijual di pasar.

    Sebagian besar toko dan swalayan selalu menggunakan

    bentuk iklan ini.

    l) Speciality Advertising

    Iklan yang dirancang untuk meningkatkan

    pengakuan publik terhadap suatu produk tertentu dan

    pengakuan terhadap nama perusahaan dari produk ini.

    Biasanya iklan ini disebarkan melalui variasi item seperti

    caps, glassware, tas sekolah, jaketdan lain-lain (Liliweri,

    2011: 539-548).

    7. Fungsi Tersembunyi dalam Iklan

    Iklan memiliki fungsi yang tidak bisa terlihat secara

    kasat mata. Karena itu, diperlukan sedikit sikap kritis untuk

  • 48

    memahaminya. Menurut Art Silverblatt dalam bukunya,

    Media Literacy, iklan bisa memainkan sejumlah fungsi

    tersembunyi seperti:

    a) Persuasi. Iklan bermaksud membujuk konsumen untuk

    membeli suatu produk sekalipun mereka tidak

    membutuhkannya.

    b) Membentuk sikap. Iklan berupaya memengaruhi konsumen

    untuk bertindak sesuai dengan keinginan pengiklanan.

    c) Membentuk perkembangan budaya konsumen.

    d) Membangan standar perilaku dan gaya hidup.

    e) Hiburan. Iklan menghibur masyarakat dengan bujuk-rayu

    komoditas.

    f) Sebagai pesan yang prinsipal. Iklan memengaruhi selera

    konsumen (Ibrahim,2014: 132).

    E. Tinjauan Tentang Shot

    Di dunia fotografi, sinematografi ataupun videografi,

    istilah-istilah close up, long shot dan lain sebagainya, sudah

    sangat familiar dengan telinga kita. Memahami seberapa besar

    ukuran gambar untuk setiap istilah itu yang berlaku secara

    universal, dalam arti dapat dimengerti oleh insan film/ video di

    seluruh dunia.

    Jika kita memahami hakikat televisi, yaitu sebagai media

    gerak, close up dan media ekspresi, maka kita juga harus tahu

    maksud atau motivasi kita ketika membuat gambar dengan

  • 49

    ukuran tertentu (shot size). Juru kamera tidak boleh membuat

    gambar dengan ukuran sembarangan dan juru kamera harus

    mempunyai alasan dan argumen. Oleh karena itulah maka setiap

    ukuran shot harus mempunyai motivasi tertentu dan hal ini juga

    harus betul-betul dipahami oleh seluruh pekerja televisi, baik juru

    kamera, sutradara, maupun editor.

    1. Big Close Up

    Gambar yang menonjolkan detail atau ekspresi, misalnya

    gambar mata yang sedang berkedip

    2. Shot Close Up

    Untuk menjelaskan detail wajah seseorang sehingga

    ekspresinya akan tampak. Gambar close up untuk benda

    dimaksudkan untuk menonjolkan detailnya.

    3. Medium Close Up

    Dimaksudkan untuk menonjolkan mimik atau raut muka

    seseorang dan untuk menampilkan wajah aktor/aktris secara

    utuh agak nampak rambut, dan asesorisnya.

    4. Medium Shot

    Dugunakan untuk menekankan wajah seseorang dan gerakan

    tangannya (gesture). Biasanya untuk menampilkan orang yang

    sedang berbicara dengan menggerak-gerakkan tangan sambil

    duduk (tidak berpindah-pindah tempat).

    5. Knee Shot

  • 50

    Gambar yang diambil dengan ukuran dari lutut ke atas,

    dimaksudkan untuk menampilkan seseorang yang sedang

    berjalan dengan lambar, dengan harapan ekspresi wajahnya

    tetap terlihat, demikian juga dengan gerakan tangannya atau

    mungkin apa yang dibawa di tangannya.

    6. Full Shot

    Ukuran gambar yang menampilkan seluruh tubuh manusia

    secara utuh dengan maksud untuk tetap bisa memperlihatkan

    wajah, ekspresi dan seluruh gerakan tubuhnya. Full shot

    diambil ketika dengan relatif cepat.

    7. Long Shot

    Ukuran pemandangan alam terbatas, yang dimaksudkan untuk

    menggambarkan pergerakan objek baik orang, bintang atau

    benda bergerak lainnya. Dengan ukuran long shot, berarti

    ekspresi tidak bisa dilihat dengan jelas. Motivasi pengambilan

    gambar long shot hanya untuk menunjukkan pergerakan

    objek.

    8. Extreme Long Shot

    Ukuran shot untuk menunjukkan pemandangan alam secara

    luas atau untuk memperlihatkan kepada penonton suatu objek

    yang bergerak secara cepat dan posisinya di alam atau tempat

    yang dilaluinya. Sudah jelas penoton tidak bisa menyaksikan

    ekspresi, bahkan sulit mengidentifikasi objeknya (Semedhi,

    2011: 54-56).

    Tabel 1. Ukuran Shot

  • 51

    No Ukuran Shot Motivasi Shot

    1. Big Close Up (BCU) Detail/Ekspresi

    2. Close Up (CU) Ekspresi

    3. Medium Close Up

    (MCU)

    Ekspresi wajah/mimik

    4. Medium Shot (MS) Gerak tangan/gesture

    5. Knee Shot (KS) Gerak tangan/pergerakan

    objek lamban/jalan pelan

    6. Full Shot (FS) Gerak agak cepat

    7. Long Shot (LS) Gerak cepat

    8. Ekstreme Long Shot

    (ELS)

    Gerak

    cepat/situasi/pemandangan

    F. Tinjauan Tentang Televisi

    1. Pengertian televisi

    Pengertian televisi menurut kamus istilah

    pertelevisian yaitu: pesawat penerima siaran audiovisual

    melalui jaringan transmisi (Achlina & Suwardi, 2011: 173).

    Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-

    tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual

    gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan sangat

    tinggi untuk memengaruhi mental, pola pikir, dan tindak

    individu. Siaran televisi yang dibawa oleh gelombang

    elektromagnetik, tidak mungkin dihambat oleh ruang dan

    waktu (Baksin, 2013: 16).

  • 52

    Televisi merupakan perkembangan medium

    berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan

    karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar

    utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow

    dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884.

    Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah

    sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan

    seolah-olah tidak ada lagi batas antara satu negara dengan

    negara lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk

    globalisasi di bidang informasi (Muda, 2008: 4).

    2. Proses Mekanisme Televisi

    Proses mekanisme di dalam brodcasting televisi

    adalah sistem sinkronisasi antara signal audio/suara dan signal

    audio/gambar, dengan signal-signal lainnya melalui suatu

    proses teknik diplexer audio-vidio yang kompleks kedua

    sistem signal tersebut akan diubah menjadi satu gelombang

    elektromagnetik dan transmissikan ke udara dengan

    menggunakan fasilitas satelit, microwaves yang dapat

    diterima/reciever oleh sistem antena penerimaan pesawat

    televisi (Arifin, 2010: 2).

    3. Fungsi Televisi

    Fungsi televisi yakni: memberi informasi, mendidik,

    menghibur, dan membujuk. Undang-Undang Penyiaran No.

    32 tahun 2002 terdapat dalam bab II asas, tujuan, fungsi, dan

    arah, yang berisi pasal-pasal tentang asas dan arah

  • 53

    penyelenggraan penyiaran di Indonesia (Djamal dan

    Fachruddin, 2015: 249). Dalam konsideran Undang-Undang

    Penyiaran No. 32 tahun 2002 butir d ditegaskan, bahwa

    lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang

    mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya,

    politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung

    jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,

    pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial (Djamal

    dan Fachruddin, 2015: 44)

    4. faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Televisi

    Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi,

    memerlukan pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat

    diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu

    diperhatikan itu adalah:

    a) Pemirsa

    Hal ini berkaitan dengan materi pesan dan jam

    penayangan. Kebiasaan dan minat tiap kategori kelompok

    pemirsa, biasanya dapat diketahui melalui hasil survei,

    baik yang dilakukan oleh stasiun televisi yang

    bersangkutan, maupun yang dilakukan oleh lembaga lain.

    Jadi setiap acara yang ditayangkan benar-benar

    berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang

    dijejalkan begitu saja.

    b) Waktu

  • 54

    Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar

    setiap acara dapat ditayangkan secara proporsional dan

    dapat diterima oleh khalayak sasaran.

    c) Durasi

    Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah

    menit dalam setiap tayangan acara. Durasi masing-masing

    acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip

    atau naskah. Yang penting dengan durasi tertentu, tujuan

    acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran

    karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama.

    d) Metode Penyajian

    Metode penyajian dilakukan dengan cara

    mengemas pesan sedemikian rupa, menggunakan metode

    penyajian tertentu dimana pesan non hiburan dapat

    mengundang unsur hiburan agar fungsi mendidik dan

    membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa

    (Ardianto, 2017: 137-142).

  • 55

    BAB III

    VISI MISI SUNSILK INDONESIA, GAMBARAN UMUM

    SERTA DESKRIPSI IKLAN SUNSILK HIJAB RECHARGE

    A. Visi Misi PT Sunsilk Indonesia

    1. Visi Kami

    Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia

    dengan menyentuh kehidupan setiap orang