analisis hubungan dan pengaruh kualitas pelayanan dan ...asmi.ac.id/e-journals/files/25_pius.pdf ·...
TRANSCRIPT
Pius Antonius Ndua
79
©Jurnal MAGISTER MANAJEMEN
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108 www.ejurnal.asmi.ac.id
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
Pius Antonius Ndua1
Institut Bisnis dan Multimedia ASMI
Abstract
This research intends to measure the relationship, the contribution of
Service quality, and the Lecturers’ Qualification, with the customers’ satisfaction, i.e. the students and graduates, and their impact in the
Behaviour of the After-educational service in Kampus Ungu school units. The researcher makes use of questionnaire to obtain primary data,
while the secondary data is earned from any relevant documentation. All data are gathered, processed and analysized using statistical analysis by
means of SPSS Software for Windows. The output of the analysis shows that between the service quality and
the customer satisfaction correlates strongly and positively and this is revealed by the coefficient of correlation r = 0.658. On the other hand, the
contribution of the service quality to the customer satisfaction shows 43.4% and the remaining 56.6% is affected by other factors. The quality of
lectures and customers’ satisfaction correlates strongly and positively as well with the coefficient of correlation r = 0.646. The contribution of the
lecturers’ quality to the customers’ satisfaction reaches 41.8% and the
remaining 58.2% is affected by other factors. So all together, the service quality and the quality of lecturers correlates strongly and positively as well
with the customers’ satisfaction as shown by the coefficient of correlation r = 0.721. While the impact of the service quality and the quality of lecturers
all together towards customers’ satisfaction is by 52% and the remaining 48% is greatly influenced by other factors. The impact of customers’
satisfaction on the behaviour of after-educational service also correlate strongly and posistively as shown by the coefficient of correlation r = 0.682.
The contribution of the customers’ satisfaction to the behaviour of after-educational service reaches 46.5% and the remaining 53.5% is affected by
other factors. The relationship between the service quality and the behaviour of
after-educational service is indicated by r = 0.586. This indicates that there is a strong and positive correlation, while the relationship between the
Ucapan Terima Kasih: Penulis berterima kasih kepada Aristarkus Didimus Rumpak untuk
komentarnya sebagai editor dan Rudy C Tarumingkeng sebagai internal reviewer atas
artikel ini.
Korespondensi penulis: Pius Ndua, Institut Bisnis dan Mulitimedia ASMI, Jl. Pacuan Kuda
No. 1-5 Pulomas, Jakarta 13210.
E-mail: [email protected]
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
80
quality of lecturers and the behaviour of after-educational service reveals r
= 0.665. This points out that there is a strong and positive correlation. So both the service quality contribution and the quality of lecturers to
the behaviour of after-educational service all together can be seen from the determination coefficient of R2 by 44.2%, while the remaining 54.8% is
greatly influenced by other factors. The result of hypothetical test on the F test and t test and the test of
significant level show that Ho is rejected and Ha is accepted. This means that between the variables searched have significant correlation and
contribution.
Keywords: Service Quality, Lecture Quality, Customer Satifactions,
and Inpact on behavior.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan dan pengaruh kualitas
pelayanan dan kualitas dosen terhadap kepuasan pelanggan (mahasiswa dan alumni) dan dampaknya terhadap perilaku purna penggunaan jasa
pendidikan di lingkungan Kampus Ungu. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data primer.
Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder peneliti memanfaatkan sumber dokumentasi yang relevan dengan masalah penelitian. Data yang
terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan teknik analisis statistik menggunakan aplikasi software SPSS. for windows.
Hasil analisis menunjukkan bahwa antara kualitas pelayanan dengan
kepuasan pelanggan dalam hal ini kepuasan mahasiswadan alumni, memiliki hubungan yang kuat dan positif yang diperlihatkan dengan harga
koefisien korelasi r sebesar 0,658. Sementara pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan sebesar 43,4% dan sisanya
56,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Begitupun antara kualitas dosen dengan kepuasan pelanggan juga memiliki hubungan yang kuat dan positif
dengan koefisien r sebesar 0,646. Pengaruh kualitas dosen terhadap kepuasan pelanggan (mahasiswa dan alumni) sebesar 41,8% dan sisanya
58,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sedangkan secara bersama-sama antara kualitas pelayanan dan kualitas dosen dengan kepuasan
pelanggan (baca: mahasiswa dan alumni) juga memiliki hubungan yang kuat dan positif yang ditunjukkan dengan koefisien r sebesar 0,721.
Sementara pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara bersama-sama terhadap kepuasan pelanggan sebesar 52% dan sisanya
48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dampak kepuasan pelanggan
(mahasiswa dan alumni) terhadap perilaku setelah penggunaan jasa juga memiliki hubungan yang kuat dan positif sebagaimana ditunjukkan dengan
nilai r sebesar 0,682. Pengaruh kepuasan pelanggan terhadap perilaku purna penggunaan jasa sebesar 46,5%, sedangkan sisanya 53,5%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Pius Antonius Ndua
81
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
Hubungan antara kualitas pelayanan dengan perilaku purna penggunaan
jasa sebesar r = 0,586. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat dan positif, sementara hubungan antara kualitas dosen dengan perilaku purna
penggunaan jasa sebesar r = 0,617. Hal ini juga menunjukkan hubungan yang kuat dan positif. Secara bersama-sama hubungan antara kualitas
pelayanan dan kualitas dosen dengan perilaku purna penggunaan jasa menghasilkan r = 0,665. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat dan
positif. Dan pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara bersama-sama terhadap perilaku purna penggunaan jasa dapat dilihat dari
nilai koefisien determinasi R2 sebesar 44,2%, dan sisanya 54,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sementara pengaruh kualitas
pelayanan terhadap perilaku purna penggunaan jasa ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 0.343. Artinya, 34,3% perilaku purna penggunaan jasa
dipengaruhi oleh variabel kualitas pelayanan dan sisanya 65,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Begitupun pengaruh variabel kualitas
dosen terhadap perilaku purna penggunaan jasa hanya sebesar 38,1%,
sisanya 61,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara sendiri-
sendiri terhadap perilaku purna penggunaan jasa tidak optimal kalau bukan melalui kepuasan pelanggan. Sementara hasil uji hipotesis baik Uji F, Uji t
maupun Uji Tingkat Signifikansi menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, antara variabel-variabel yang diteliti memiliki hubungan
dan pengaruh yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa antara variabel-variabel yang diteliti memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kualitas Dosen, Kepuasan Pelanggan dan
Dampak pada prilaku
Pendahuluan
Dewasa ini perguruan tinggi kita masih menghadapi berbagai kendala
di dalam peningkatan kualitasnya. Kendala-kendala itu antara lain bukan hanya dana tetapi juga proses pembelajaran. Karena itu lembaga-lembaga
perguruan tinggi perlu terus melakukan usaha-usaha peningkatannya. Secara relatif jumlah perguruan tinggi telah memadai namun kualitas
outputnya masih perlu ditingkatkan. Komposisi penyebaran perguruan tinggi di Indonesia baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam 5 jenis yaitu
Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, dan Politeknik. PTN lebih didominasi oleh universitas dan politeknik, sedangkan PTS didominasi oleh
Sekolah Tinggi/Institut dan Akademi. Apabila di dalam era kebangkitan nasional pertama cita-cita bangsa
kita ialah mencapai kemerdekaan, maka dalam era kebangkitan nasional kedua cita-cita kita ialah mewujudkan kehidupan manusia dan masyarakat
Indonesia yang berkualitas. Untuk mencapai tingkat kehidupan tersebut
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
82
diperlukan usaha dan kerja keras dari setiap manusia Indonesia. Begitu
pula perguruan tinggi wajib mempersiapkan manusia yang berkualitas khususnya meningkatkan kualitas manusia Indonesia di dalam berbagai
bidang kehidupan. Kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas
berarti manusia Indonesia yang mandiri. Mandiri berarti memiliki kemampuan mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup
berdasarkan kepercayaan atas kemampuan manusia dan bangsa Indonesia. Kemandirian sebagai tujuan pembangunan nasional perlu
dikembangkan oleh perguruan tinggi kita. Pengembangan sikap kemandirian tersebut diwujudkan melalui berbagai program dan kegiatan
perguruan tinggi nasional kita. Pembangunan nasional menuntut partisipasi dari seluruh masyarakat termasuk perguruan tinggi.
Visi pendidikan abad ke-21 menurut UNESCO mengandung empat hal, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, learning to live
together. Aspirasi visi pendidikan UNESCO ini, diterjemahkan Departemen
Pendidikan Nasional untuk perguruan tinggi melalui 2 SK yaitu SK Mendiknas 0232/U/2000 dan 045/U/2002. Kedua SK. di atas memberikan
rambu-rambu pokok dalam pengaturan kurikulum yang diharapkan dunia perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum berbasiskan kompetensi yang
dapat menjawab tantangan kebutuhan masyarakat khususnya dari dunia usaha dan sekaligus juga tuntutan akademik.
Tentu saja visi pendidikan dari UNESCO di atas tidak cukup hanya diterjemahkan kepada pengelompokkan matakuliah, tetapi juga harus
dapat diwujudkan dalam mekanisme proses pembelajaran yang mendorong para mahasiswa untuk aktif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan keterampilan serta kepribadiannya secara mandiri. Oleh karena itu arah pendidikan tinggi di Indonesia harus jelas dan relevan
dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya dan masyarakat industri khususnya.
Berbagai permasalahan yang selama ini dihadapi oleh dunia
pendidikan di Indonesia, dalam kaitannya dengan dunia kerja pada umumnya dan dunia industri pada khususnya adalah berupa tidak adanya
keserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja. Dengan kata lain terdapat jurang pemisah antara yang dihasilkan oleh perguruan
tinggi dengan kebutuhan dunia usaha. Gap itu terjadi karena belum ada ‘kata sepakat’ antara dunia pendidikan dan dunia usaha di Indonesia.
Kecenderungan dunia pendidikan lebih menekankan aspek teoritis yang ketinggalan dengan kebutuhan dunia praktik. Bahkan tidak jarang
institusi pendidikan dari segala jenjang lebih menekankan output dari pada outcome, dan mahasiswa lebih mengejar nilai selembar ijazah dari pada
penguasaan ilmu secara mendalam yang dapat diterapkan di dunia nyata. Lebih parah lagi institusi pendidikan, menurut para pengamat pendidikan
sebagian besar dalam proses pembelajarannya tidak memberikan perhatian yang memadai kepada rana afektif, sehingga tidak mampu
menghasilkan lulusan yang berkarakter, yang sikap dan perilakunya telah
mengalami perubahan menjadi orang dewasa dalam arti luas.
Pius Antonius Ndua
83
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
Sedangkan dunia usaha Indonesia lebih menekankan kemampuan
operasional pegawainya, kurang mengupayakan keberlangsungan dalam jangka panjang. Gap yang ada akan terus terjadi, jika tidak terdapat
kesepakatan dan saling memberikan masukan antara dunia pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja dan dunia usaha sebagai pengguna.
Idealnya aktivitas yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan berkaitan erat dengan kebutuhan dunia usaha dalam berbagai aspek seperti
pengetahuannya, keterampilannya, sikap dan tindakannya. Dengan demikian berarti pula dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi
haruslah segera introspeksi/mawas diri dan `banting stir` (mengubah paradigma lama ke baru).
Paradigma lama yang diwarnai oleh semangat sentralistik dan uniformistik, menyebabkan perguruan tinggi berjalan lamban dan kurang
fleksibel, sehingga pada gilirannya relevansi, efisiensi, dan efektifitas, serta kesinambungan (sustainability) sukar dijangkau. Globalisasi, persaingan,
dan dinamika lingkungan strategis perguruan tinggi yang bergulir demikian
cepat, menuntut fleksibilitas dan perubahan paradigma dalam sistem pengelolaan perguruan tinggi.
Brent D. Ruben mengatakan bahwa pendidikan tinggi tidak lain adalah sebuah “Service Industry” karena dia harus melayani semua pihak yang
berkepentingan dengannya (Stakeholders). Peningkatan kualitas perguruan tinggi sangat ditentukan oleh unsur-unsur kaderisasi tenaga dan
pimpinan, pengelolaan sumber-sumber, administrasi dan manajemen yang berfungsi “To Serve”, serta lembaga yang dinamis. Perguruan tinggi saat
ini, apalagi di masa depan, harus mengusung customer value dan berorientasi pada customer-driven.
Asumsi yang terpenting adalah terjaminnya kepentingan dan kepuasan para stakeholder yang sekaligus juga merupakan alat kendali
bagi pihak manajemen perguruan tinggi dalam mengaksentuasikan peran dan fungsinya. Kendali mutu perguruan tinggi diukur dari kualitas output
dan kontribusi terhadap pembangunan nasional, penilaiannya tidak hanya
oleh para pakar akan tetapi juga oleh publik (melalui stakeholder), penetapan mutu tidak ditentukan oleh penyelenggara akan tetapi oleh
publik. Masalah kualitas outcomes perguruan tinggi merupakan problem yang sangat krusial bagi sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia.
Hal yang sama dihadapi juga oleh perguruan tinggi di lingkungan Kampus Ungu. Kalau kita mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat
mempengaruhi kualitas output perguruan tinggi yang kita harapkan berdasarkan tujuan pendidikan nasional kita, termasuk di lingkungan
Kampus Ungu dapat dikatakan sangat kompleks. Masalah-masalah tersebut antara lain: masalah kejelasan visi dan misi di masa yang akan
datang, masalah rekrutmen dan proses seleksi bagi mahasiswa dan dosen, masalah sumber daya manusia lainnya (staf), masalah produk-produk
akademik yang dihasilkan khususnya rancangan kurikulum, masalah pemutusan hubungan kerja dengan karyawan, masalah penilaian kinerja
dosen oleh para mahasiswa, masalah jumlah mahasiswa yang kurang
signifikan dari tahun ke tahun, masalah sistem kompensasi bagi para
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
84
karyawan dan dosen, masalah kebijakan yang kontra produktif, masalah
fasilitas-fasilitas pendukung lainnya, masalah kualitas pelayanan kepada para mahasiswa, dosen dan pihak-pihak lainnya, masalah kompetensi
manajemen, dan lain-lain. Peneliti hanya membatasi masalah yang menurut peneliti cukup
menarik untuk diteliti yaitu masalah kualitas pelayanan dalam hubungan dengan kepuasan pelanggan dalam hal ini kepuasan mahasiswa maupun
alumni serta dampaknya terhadap perilaku purna penggunaan jasa pendidikan di lingkungan Kampus Ungu. Karena itu judul penelitian ini
adalah: Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu.
Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas dapat kita formulasikan rumusan masalah penelitian sebagai persoalan penelitian (research questions)
sebagai berikut:
1. Sejauh mana hubungan dan pengaruh kualitas pelayanan (servqual) terhadap kepuasan pelanggan di Kampus Ungu?
2. Sejauh mana hubungan dan pengaruh kualitas dosen terhadap kepuasan pelanggan di Kampus Ungu?
3. Sejauh mana hubungan dan pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara bersama - sama terhadap kepuasan pelanggan
(mahasiswa)? 4. Sejauh mana hubungan dan pengaruh kualitas pelayanan (servqual)
terhadap perilaku purna penggunaan jasa di Kampus Ungu? 5. Sejauh mana hubungan dan pengaruh kualitas dosen terhadap
perilaku purna penggunaan jasa di Kampus Ungu? 6. Sejauh mana hubungan dan pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas
dosen secara bersama-sama terhadap perilaku purna penggunaan jasa di Kampus Ungu?
7. Sejauh mana hubungan dan pengaruh kepuasan pelanggan terhadap
perilaku purna penggunaan jasa di Kampus Ungu?
Tujuan Penelitian
Pada hakekatnya tujuan penelitian berhubungan langsung dengan masalah penelitian.Tujuan penelitian berusaha menjawab persoalan
penelitian yang terdapat dalam rumusan masalah. 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa kuat hubungan dan
seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa kuat hubungan dan seberapa besar pengaruh kualitas dosen terhadap kepuasan
pelanggan di lingkungan Kampus Ungu 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa kuat hubungan dan
seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas dosen
Pius Antonius Ndua
85
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
secara bersama-sama terhadap kepuasan pelanggan di lingkungan
Kampus Ungu. 4. Penelitian juga bertujuan untuk mengukur seberapa kuat hubungan
dan seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap perilaku purna penggunaan jasa setelah menyelesaikan studi di Kampus Ungu.
5. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa kuat hubungan dan seberapa besar pengaruh kualitas dosen terhadap perilaku purna
penggunaan jasa di lingkungan Kampus Ungu. 6. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur seberapa kuat hubungan
dan seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara bersama-sama terhadap perilaku purna penggunaan jasa di
lingkungan Kampus Ungu. 7. Penelitian juga bertujuan untuk mengukur seberapa kuat hubungan
dan seberapa besar pengaruh kepuasan pelanggan terhadap perilaku purna penggunaan jasa di Kampus Ungu.
Tinjauan Pustaka
Konsep Kualitas Pelayanan
Bagi kalangan yang berkecimpung dalam mutu, nama Philip Crosby
sudah tidak asing lagi didengar. Selain diakui sebagai pelopor Revolusi Mutu (Quality Revolution), dia juga seorang pengarang buku yang
mencapai sukses best seller : Quality Is Free (terjual 1,7 juta copy) dan Quality Without Tears (terjual 400 ribu copy). Jay Heizer & dan Barry
Render (2004) dalam bukunya: Operations Management (Seventh Edition)
mendefinisikan mutu sebagai kemampuan suatu produk atau jasa memenuhi keinginan-keinginan pelanggan. “Quality is the ability of a
product or service to meet customer needs”. Definisi ini sepertinya belum lengkap karena hanya dilihat dari sisi pengguna atau pemakai (user based).
Orang-orang pemasaran biasanya menggunakan definisi dengan pendekatan pengguna atau pemakai. Sementara orang-orang produksi
lebih menekankan pendekatan manufactur (manufacturing based). Orang-orang produksi mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan standar-
standar produksi dengan filosofi dasar “making it right the first time”. Mutu juga dapat didefinisikan dengan pendekatan produk (product based). Mutu
dengan pendekatan produk didefinisikan berdasarkan ketepatan dan ukuran atau kandungan yang ada dalam produk tersebut. Pertanyaan
penting selanjutnya adalah Mengapa mutu itu penting? Ada tiga alasan mengapa mutu menjadi penting. Pertama, mutu
menunjukkan reputasi perusahaan (company reputation). Sebuah
perusahaan atau organisasi dapat menunjukkan reputasinya melalui mutu produknya. Kedua, mutu merupakan bentuk pertanggungjawaban produk
atau jasa yang ditawarkan (product liability). Ketiga, mutu memiliki implikasi-implikasi global (global implications). Di abad teknologi sekarang
ini, mutu merupakan bagian dari International Management Operations. Perusahaan yang beroperasi secara global dengan mutu yang ditawarkan,
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
86
tidak hanya mempertaruhkan reputasi perusahaannya tetapi sekaligus
mempertaruhkan reputasi negaranya. Tajamnya persaingan internasional dan cepatnya perubahan pasar
menimbulkan tekanan terhadap bisnis. Bisnis harus meningkatkan mutu produk industrinya bila ingin berkembang. Upaya untuk meraih mutu yang
lebih baik itu telah dicapai secara menakjubkan dalam industri-industri manufaktur (manufacturing). Sementara situasi serupa pada bisnis sektor
jasa masih kabur. Termasuk dalam usaha-usaha sektor jasa adalah perbankan, asuransi, jasa-jasa keuangan, transportasi, hotel, salon,
akunting, bengkel perbaikan, pendidikan, dan lain-lain. Jasa adalah suatu kegiatan atau prestasi yang bersifat tidak berwujud
(intangible) dan tidak dapat dimiliki. Kotler (1999:259) mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun, produksi jasa mungkin atau mungkin
tidak berkaitan dengan produk fisik. Yang dapat dibeli dan dimiliki oleh
konsumen adalah manfaat yang memberikan kepuasan (satisfaction) kepada konsumen tersebut. Karena itu dalam jasa unsur pelayanan
menjadi sangat penting. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan layanan yang bermutu
kepada para pelanggannya, pencapaian pangsa pasar yang tinggi, serta peningkatan profit perusahaan tersebut sangat ditentukan oleh pendekatan
yang digunakan (Zeithaml, Berry, dan Parasuraman, 1996). Konsekuensi atas pendekatan kualitas pelayanan suatu produk memiliki esensi penting
bagi strategi perusahaan untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan.
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality)
yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam serangkaian penelitian mereka terhadap enam sektor jasa: reparasi,
peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon jarak
jauh, perbankan ritel, dan pialang sekuritas. SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan atas
layanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan/diinginkan (expected service).
Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu sedangkan jika kenyataan kurang dari yang
diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Dan apabila kenyataan sama dengan harapan, maka layanan disebut memuaskan.
Dengan demikian, service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang
mereka terima. Harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah yang diinformasikan dari mulut ke mulut,
kebutuhan pribadi, pengalaman di masa lampau, dan komunikasi eksternal (iklan dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya).
Dimensi Kualitas Pelayanan
Pius Antonius Ndua
87
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
Banyak penelitian dilakukan oleh para pakar di bidang manajemen
jasa untuk mengetahui secara rinci dimensi kualitas pelayanan yang mempengaruhi kualitas jasa, termasuk menentukan dimensi yang mana
yang paling menentukan dalam kualitas jasa tertentu. Beberapa model yang sangat terkenal adalah yang dikemukakan oleh Parasuraman,
Zeitham dan Berry (1985) dengan lima dimensi, Groonroos (1990) dengan tiga dimensi, Albrecht dan Zemke (1985) dengan tiga dimensi, dan
Johnston (et al.) (1995) dengan delapan dimensi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator-indikator
berdasarkan dimensi kualitas pelayanan dari Parasuraman, Zeitham, dan Berry (1985). Dimana dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL oleh
Parasuraman (1988) yang melibatkan 800 pelanggan (yang terbagi dalam 4 perusahaan) berusia 25 tahun ke atas, disimpulkan bahwa terdapat lima
dimensi SERVQUAL sebagai berikut: 1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak luar. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang
dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. 2. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi
yang tinggi. 3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk
membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.
Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang
jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,
kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal
ini terdiri dari beberapa komponen antara lain, komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security),
kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy). 5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan
diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Konsep Tentang Kualitas Dosen
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
88
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), dosen diartikan
sebagai pengajar pada perguruan tinggi. Menurut Rancangan Peraturan Pemerintah terbaru (2005) tentang Pendidikan Tinggi mengatakan bahwa
dosen adalah pendidik pada perguruan tinggi dengan tugas utama merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran termasuk menilai
hasil pembelajaran, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Jika dicermati definisi dosen dan tenaga kependidikan di PP 60 terjadi ketidak jelasan karena kurang tegas. Dosen diartikan sebagai tenaga
pendidik atau tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar (Pasal 1 PP 60 Tahun 1999).
Sementara di sisi lain tenaga kependidikan di perguruan tinggi dibedakan atas dosen dan tenaga penunjang akademik (Pasal 101 PP 60 Tahun 1999).
Dosen adalah seorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh penyelenggara perguruan tinggi dengan tugas utama
mengajar pada perguruan tinggi yang bersangkutan, sedangkan tenaga
penunjang akademik terdiri atas peneliti, pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, pranata komputer, laboran, dan teknisi sumber
belajar. Selanjutnya, dosen dapat merupakan dosen biasa, dosen luar biasa,
dan dosen tamu. Dosen biasa adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai tenaga tetap pada perguruan tinggi yang
bersangkutan. Dosen luar biasa adalah dosen yang bukan tenaga tetap pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Sedangkan dosen tamu adalah
seorang yang diundang untuk mengajar pada perguruan tinggi selama jangka waktu tertentu.
Pada PP yang sama syarat untuk menjadi dosen adalah pertama, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; kedua, berwawasan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar; dan ketiga, mempunyai moral dan integritas yang tinggi;
memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa
dan negara. 1. Kualitas Dosen sebagai Pendidik dan Pengajar
Dosen harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan bagi penyampaian ilmunya kepada mahasiswa. Dengan tenaga dosen yang berkompeten
dan berkualitas akan memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga apa yang disampaikan kepada mahasiswa
dapat diterima dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan mahasiswa dengan kajian bidang ilmu yang dipilihnya. Di samping itu
dosen juga harus mempunyai disiplin yang tinggi serta mempunyai rasa tanggung jawab terhadap ilmu yang diberikan kepada
mahasiswa. Kemampuan dosen terdiri dari kemampuan dalam ilmu pengetahuan
yang akan diajarkan dan teknik dalam memberikan pengajaran. Karena itu, peningkatan kualitas dosen mengarah kepada peningkatan
ilmu pengetahuan di bidangnya, dan kemampuan atau keterampilan
dalam mengajar. Kemampuan mengajar dengan baik merupakan
Pius Antonius Ndua
89
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
syarat mutlak seorang dosen yang berkualitas. Karena itu beban
mengajar seorang dosen pun perlu mendapat perhatian serius. Ekuivalensi Wajib Mengajar Penuh (EWMP) seorang dosen adalah 12
SKS per semester. EWMP dipakai sebagai alat penugasan dan pengendalian beban mengajar seorang dosen dalam satu semester.
Di samping itu juga dapat dilihat dari klasifikasi pendidikan (S2/S3) dan jenjang jabatan akademiknya (Asisten, Lektor, Lektor Kepala,
Guru Besar). Pengelolaan mutu dosen dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan ke strata yang lebih tinggi secara bertahap
dan berencana. Keberhasilan peningkatan strata pendidikan dosen lebih dititik beratkan pada keberlanjutan ilmu yang dikuasainya
(sesuai dengan program studi pada strata sebelumnya), jika tidak akan mengalami peningkatan ilmu yang inflasi, yang sesungguhnya
tidak bertautan. Tentu bentuk pengembangan ini disesuaikan dengan kebutuhan pada
program studi yang ada. Upaya lain dapat dilakukan melalui kegiatan
seminar (lokal, regional dan nasional), simposium, diskusi, serta penataran-penataran dan lokakarya, baik di perguruan tinggi sendiri,
maupun di perguruan lain. Kegiatan lain diantaranya seperti meningkatkan kegiatan kerjasama dengan instansi, dunia usaha dan
dunia industri dalam kaitannya dengan program keterkaitan dan kesepadanan sebagai penambah wawasan dan cara berpikir serta
keterampilan bagi dosen. 2. Kesiapan Dosen
Sebelum mengajar di kelas, kegiatan seorang dosen perlu memperhatikan tiga hal mendasar. Pertama, kesiapan materi.
Membuat persiapan mengajar, mengorganisasi materi, sajian, menyiapkan sarana dan prasarana atau media yang diperlukan serta
mendesain kegiatan yang akan dilaksanakan. Kedua, kesiapan mental. Kondisi siap untuk melaksanakan tugas mengajar berkaitan
erat dengan kesiapan materi. Apabila dosen mempersiapkan materi
dengan baik, maka akan tumbuh kepercayaan diri di dalam menghargai pertanyaan mahasiswa. Ketiga, kesiapan diri (fisik).
Bagian ini terkait dengan penampilan fisik dosen. Seorang dosen perlu berusaha agar berpenampilan menarik, sehingga kesan pertama
sewaktu bertatap muka dengan mahasiswa dapat menarik.
Konsep Tentang Kepuasan Pelanggan
Charles W.L. Hill & Gareth R. Jones (2003) dalam bukunya Strategic Management Theory, dengan mengutip pendapat Derek F. Abell
mengatakan: ”A company should define its business in terms of three dimensions: who is being satisfied (what customer groups), what is being
satisfied (what customer needs), and how are customers’ needs being satisfied (by what skills or distinctive competencies)”. Prinsip ini lebih
dikenal dengan Abell’s Approach atau Abell’s Framework. Prinsip atau pendekatan di atas (Abell’s Framework) menunjukkan bahwa orientasi
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
90
kepada kepuasan konsumen (consumer-oriented) merupakan syarat
mutlak untuk keberhasilan organisasi jangka panjang.
Richard L. Oliver (1997) dalam bukunya berjudul: “Satisfaction: A
Behavioral Perspective on the Consumer” mendefinisikan kepuasan sebagai “the consumer’s fulfillment response” yaitu suatu penilaian bahwa
produk/jasa itu sendiri, memberikan tingkat pemenuhan berkaitan dengan konsumsi yang menyenangkan. (Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra,
2005). Sementara Philip Kotler (2002) mendefinisikan kepuasan sebagasi perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.
Kepuasan pelanggan tercipta melalui tiga pilar yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu Pemegang Saham (Pemilik), Karyawan,
Pelanggan. Karena itu berbicara mengenai kepuasan pelanggan, kita berbicara mengenai hubungan antara ke tiga pilar tersebut. Pemegang
saham (Pemilik) harus memberikan suatu total balas jasa yang layak
kepada karyawan sebagai wujud pemasaran internal sehingga diharapkan bahwa karyawan akan memiliki rasa kepemilikan yang tinggi terhadap
usaha yang dijalankan. Dengan demikian karyawan pun akan memberikan suatu total layanan
jasa (Total Quality Service) kepada setiap pelanggan dan calon pelanggan sebagai wujud pemasaran interaktif. Sementara pemasaran eksternal
menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempersiapkan jasa, menetapkan harga, melakukan distribusi, dan
mempromosikan jasa yang bernilai superior kepada para pelanggan. Bila semua aspek terrealisasi, maka pelanggan yang puas akan menjalin
hubungan berkesinambungan dengan karyawan dan perusahaan/organisasi yang bersangkutan sehingga kontinuitas jangka
panjang bisa terjamin. Dengan terjadinya hubungan antara pelanggan dengan karyawan
dengan didukung oleh pemilik, maka pelanggan akan menerima suatu nilai
yang sangat tinggi dari layanan dan pemegang saham atau pemilik akan memiliki keuntungan jangka panjang. Pada akhirnya penghargaan dan
pengakuan merupakan aspek yang penting dalam melakukan layanan pelanggan.
Kepuasan pelanggan kuncinya terletak pada kepuasan karyawan. Apabila karyawan puas atas perlakuan perusahaan kepada mereka, maka
mereka pun akan memberikan kepuasan yang sama bahkan lebih kepada pelanggan. Sebaliknya, apabila karyawan tidak puas, maka besar
kemungkinan mereka akan berperilaku atau menangani pelanggan tidak dengan sepenuh hati, yang berakibat pelanggan merasa tidak puas.
Karyawan harus diberi penjelasan tentang pentingnya budaya kualitas bagi suatu perusahaan terutama yang bergerak di bidang jasa.
Ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Day (dalam Tse dan Wilton, 1988)
menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang
Pius Antonius Ndua
91
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan
kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Wilkie (1990) mendefinisikannya sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi
terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Engel, et al. (1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi
purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila
hasil (outcome) tidak memenuhi harapan. Kotler & A.B.Susanto (2000) menandaskan bahwa kepuasan
pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi
tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Husein Umar (2001) mendefinisikan kepuasan
pelanggan sebagai tingkat perasaan pelanggan setelah membandingkan dengan harapannya.
1. Manfaat Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, dan tingkat kepuasan pelanggan yang makin tinggi akan menghasilkan
loyalitas pelanggan yang lebih besar. Dalam jangka panjang, akan lebih menguntungkan mempertahankan pelanggan yang baik daripada
terus-menerus menarik dan membina pelanggan baru untuk menggantikan pelanggan yang pergi. Pelanggan yang sangat puas
akan menyebarkan cerita positif dari mulut ke mulut dan malah akan menjadi iklan berjalan dan berbicara bagi suatu perusahaan, yang
akan menurunkan biaya untuk menarik pelanggan baru. Lovelock & Wright (2005) mengemukakan beberapa manfaat
kepuasan pelanggan antara lain: mengisolasi pelanggan dari persaingan, dapat menciptakan keunggulan yang berkelanjutan,
mengurangi biaya kegagalan, mendorong pelanggan kembali dan mendorong loyalitas, mempromosikan cerita positif dari mulut ke
mulut, menurunkan biaya untuk menarik pelanggan baru.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan, ada lima faktor
utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu pertama, kualitas produk. Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi
mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Kedua, kualitas pelayanan, terutama untuk industri jasa.
Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga adalah
faktor emosional. Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila
menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang
diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau self-esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek
tertentu. Keempat, adalah faktor harga. Produk yang mempunyai
kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
92
memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya. Kelima,
adalah faktor efisiensi. Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan
suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu. 3. Strategi Kepuasan Pelanggan
Menurut Fandy Tjiptono (2004), ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mempertahankan kepuasan pelanggan. Ada
beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih, mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
1) Strategi pemasaran berupa Relationship Marketing (McKenna, 1991), yaitu strategi di mana transaksi pertukaran antara pembeli
dan penjual berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu kemitraan dengan
pelanggan secara terus-menerus (Jackson, 1985 dalam Schnaars, 1991), yang pada akhirnya akan menimbulkan kesetiaan
pelanggan sehingga terjadi bisnis ulangan (repeat business).
2) Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa dampak kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan dan pembelian ulang
berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Pelanggan yang loyal belum tentu berarti mereka puas. Sebaliknya pelanggan yang
puas cenderung untuk menjadi pelanggan yang loyal.
3) Strategi superior customer service (Schnaars, 1991), yaitu
menawarkan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing. Hal ini membutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber daya
manusia, dan usaha gigih agar tercipta suatu pelayanan yang superior. Oleh karena itu, seringkali (tetapi tidak harus)
perusahaan yang menawarkan layanan pelanggan superior akan membebankan harga yang lebih tinggi pada produk-produknya.
Akan tetapi, biasanya mereka memperoleh manfaat besar dari pelayanan superior tersebut, yaitu berupa tingkat pertumbuhan
yang cepat dan besarnya laba yang diperoleh.
4) Strategi unconditional service guarantees (Hart, 1988) atau extraordinary guarantees (Hart dalam Supiyo, 1993). Strategi ini
berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan memberikan garansi/jaminan. Garansi atau
jaminan ini dirancang untuk meringankan risiko/kerugian pelanggan, dalam hal pelanggan tidak puas dengan suatu produk
atau jasa yang telah dibayarnya. Garansi tersebut menjanjikan kualitas prima dan kepuasan pelanggan. Fungsi utama garansi
adalah untuk mengurangi risiko pelanggan sebelum dan sesudah pembelian barang atau jasa, sekaligus memaksa perusahaan
bersangkutan untuk memberikan yang terbaik dan meraih loyalitas pelanggan.
5) Strategi penanganan keluhan yang efisien (Schnaars, 1991). Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah
seorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan produk
perusahaan yang puas (atau bahkan menjadi ‘pelanggan abadi’).
Pius Antonius Ndua
93
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
Proses penanganan keluhan yang efektif dimulai dari identifikasi
dan penentuan sumber masalah yang menyebabkan pelanggan tidak puas dan mengeluh.
6) Paling tidak ada 4 aspek penanganan keluhan yang penting, yaitu: Pertama, Empati terhadap pelanggan yang marah. Kedua,
Kecepatan dalam penanganan keluhan. Ketiga, Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan permasalahan atau keluhan.
Keempat, Kemudahan bagi konsumen atau pelanggan untuk menghubungi perusahaan.
7) Strategi peningkatan kinerja perusahaan, meliputi berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan
pelanggan secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut komunikasi, salesmanship, dan public
relations, kepada pihak manajemen dan karyawan guna peningkatan kinerja perusahaan.
8) Menerapkan Quality Function Deployment (QFD), yaitu praktik
untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD berusaha menerjemahkan apa yang
dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan dalam proses
pengembangan produk sedini mungkin. Dengan demikian, QFD memungkinkan suatu perusahaan untuk memprioritaskan
kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai
efektivitas maksimum. 4. Mempertahankan Pelanggan
Memperbaiki dan mempertahankan hubungan antara perusahaan dan pelanggannya perlu terus dibina. Ada 2 cara untuk mempertahankan
pelanggan, yaitu: Pertama, menyulitkan pelanggan untuk mengganti pemasok. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar
pelanggan cenderung enggan untuk mengganti pemasok. Kedua,
memberikan kepuasan yang tinggi. Dengan cara ini, pesaing akan sulit masuk walaupun dengan harga yang lebih murah atau dengan
rangsangan lain.
Konsep Perilaku Purna Penggunaan Jasa
Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk atau jasa akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Hal ini
ditunjukkan pelanggan setelah terjadi proses pembelian (postpurchase action). Apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukkan
besarnya kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama. Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan akan suatu produk / jasa
memberikan dampak tersendiri kepada perilaku pelanggan akan produk / jasa tersebut. Pelanggan yang menikmati produk / jasa mungkin akan
mengembangkan sikap yang mendukung perusahaan dan jasa tersebut, misalnya dengan berkata positif tentang produk, merekomendasikan
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
94
perusahaan pada orang lain, setia kepada produk perusahaan, membayar
produk dengan harga premium. Hal tersebut secara teoritis dikonfigurasikan ke dalam lima dimensi
perilaku yaitu: kesetiaan kepada perusahaan (loyalty), keinginan untuk mengganti/beralih produk (switch), kemauan untuk membayar lebih harga
produk (pay more), respons lingkungan ekternal kepada penyelesaian masalah (external response), respons lingkungan internal kepada
penyelesaian masalah (internal response). Perilaku pelanggan dapat dikategorikan: pertama, komunikasi dari
mulut ke mulut (word-of-mouth communication), keinginan membeli (purchase intentions), sensitivitas terhadap harga (price sensitivity), dan
yang terakhir perilaku pengaduan (complaining behaviour).
Metodologi Penelitian
Model Penelitian
Membangun sebuah model tidak lain bertujuan untuk menyederhanakan sesuatu yang kompleks sehingga dapat dengan mudah
melihat hubungan logisnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba membangun sebuah model penelitian yang sederhana sebagamana
ditunjukan dalam Gambar 1.
Gambar 1
Model Penelitian
Keterangan:
X1 = Kualitas Pelayanan sebagai variabel independen X2 = Kualitas Dosen sebagai variabel independen
Y1 = Kepuasan Konsumen sebagai variabel moderator Y2 = Perilaku Purna Penggunaan Jasa sebagai variabel dependen
Pius Antonius Ndua
95
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian survey yaitu penelitian yang dilakukan pada sekelompok
populasi, tetapi data yang dikumpulkan dan dipelajari adalah data dari sampel yang dipilih secara acak (random) dari populasi tersebut. Namun
kalau dilihat dari aspek tingkat eksplanasi, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif-korelasional. Metode untuk menentukan jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara Convenience sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas individu atau anggota populasi
yang mudah ditemukan oleh peneliti yang terdiri dari mahasiswa dan alumni. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah
studi kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder dan studi lapangan untuk mendapatkan data primer melalui seperangkat kuesioner.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena model penelitian terdiri dari beberapa variabel
maka analisis yang dipakai adalah analisis multivarian dengan alat-alat
analisis statistik seperti rata-rata aritmatik, standar deviasi, koefisien korelasi, koefisien determinasi, analisis regresi linier sederhana (simple
regression) maupun berganda (multiple regression) serta uji hipotesis: uji F, uji signifikan dan uji t.
Tabel 1 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono 2004, hlm. 183
Berhubung variabel-variabel yang digunakan cukup banyak dan kompleks untuk dianalisis maka untuk lebih memudahkan peneliti dalam
menganalisis, peneliti memanfaatkan program aplikasi statistik praktis dengan menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) for
Windows.
Analisis Dan Pembahasan
Gambaran Masing-masing Variabel
Berdasarkan jawaban responden atas kuesioner dengan skala Likert dengan tingkatan dari nomor 1 sampai dengan nomor 7 dapat
dikemukakan gambaran secara umum masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Gambaran Secara Umum Kualitas Pelyanan
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
96
Gambaran secara umum kualitas pelayanan di lingkungan Kampus
Ungu menurut responden (baca: Mahasiswa dan Alumni) menunjukkan bahwa 6,1% mahasiswa mengatakan pelayanan di
lingkungan Kampus Ungu sama sekali tidak berkualitas. Sementara 4,4% responden mengatakan pelayanan di Kampus Ungu tidak
berkualitas. Tetapi 12,8% mahasiswa mengatakan agak setuju dengan kualitas pelayanan di Kampus Ungu, 16,7% mahasiswa mengatakan
setuju bahwa pelayanan di lingkungan Kampus Ungu berkualitas. Bahkan 28,9% mahasiswa sebagai responden mengatakan lebih dari
setuju dengan kualitas pelayanan di Kampus Ungu, 22,2% mengatakan amat setuju. Sementara 8,9% lagi menyatakan amat
sangat setuju dengan kualitas pelayanan di lingkungan Kampus Ungu. Dengan demikian dapat kita menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan
di lingkungan Kampus Ungu sudah baik. 2. Gambaran Secara Umum Kualitas Dosen
Data menunjukkan bahwa hanya 3,4% dari responden yang
mengatakan bahwa dosen-dosen di lingkungan Kampus Ungu tidak berkualitas. 5,5% responden mengatakan cukup setuju dengan
kualitas dosen-dosen di lingkungan Kampus Ungu, 16,1% responden mengatakan setuju, 26,1% responden mengatakan lebih dari setuju,
bahkan 32,2% responden mengatakan amat setuju dengan kualitas dosen-dosen di lingkungan Kampus Ungu, dan 16,7% responden
mengatakan amat sangat setuju dengan kualitas dosen-dosen di Kampus Ungu.
3. Gambaran Secara Umum Kepuasan Mahasiswa Tingkat kepuasan responden sebagai mahasiswa dan alumni yang
mengikuti perkuliahan di Kampus Ungu menunjukkan bahwa dari 180 dan responden mahasiswa dan alumni, 3,3% menyatakan sama sekali
tidak puas, 3,9% menyatakan tidak terlalu puas, sementara 10% menyatakan cukup puas, 21,7% menyatakan puas, 20,6% responden
mengatakan lebih dari puas, 24,4% mengatakan amat puas, dan
16,1% responden menyatakan amat sangat puas kuliah di Kampus Ungu. Kesimpulannya, 7,2% dari 180 responden mahasiswa yang
kuliah di Kampus Ungu menyatakan tidak puas, sementara 92,8 % responden mahasiswa menyatakan puas mengikuti perkuliahan di
Kampus Ungu. 4. Gambaran Secara Umum Kebanggaan Purna Penggunaan Jasa
Dari 180 responden mahasiswa dan alumni yang kuliah di Kampus Ungu, 5% menyatakan sama sekali tidak merasa bangga kuliah di
Kampus Ungu, hanya 1,7% responden yang mengatakan tidak terlalu bangga, sedangkan 8,3% responden mengatakan cukup bangga
sebagai mahasiswa dan alumni Kampus Ungu, 20% responden mengatakan bangga sebagai mahasiswa dan alumni Kampus Ungu,
14,5% responden mengatakan lebih dari bangga, sementara 23,3% responden mahasiswa mengatakan sangat bangga dan 27,2%
responden mengatakan amat sangat bangga kuliah dan sekaligus
sebagai alumni Kampus Ungu. Kesimpulannya, dari 180 responden
Pius Antonius Ndua
97
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
mahasiswa dan alumni hanya 6,7% yang menyatakan tidak ada
kebanggaan kuliah dan menjadi alumni Kampus Ungu, sementara 93,3% responden menyatakan memiliki kebanggaan kuliah dan
menjadi alumni Kampus Ungu.
Analisis Hubungan dan Pengaruh antara X1, X2 terhadap Y1
Dari hasil analisis Multiple Regression, setidaknya terdapat beberapa bagian hasil yang perlu dijelaskan.
1. Correlation
Tabel 2
Pedoman Interpretasi Korelasi
Kepuasan
Pelanggan
Kualitas
Pelayanan
Kualitas
Dosen
Pearson
Correlation
Kepuasan
Pelanggan Kualitas Pelayanan
Kualitas Dosen
1.000
.658
.646
.658
1.000
.639
.646
.639
1.000
Sig.(1-
tailed)
Kepuasan
Pelanggan Kualitas Pelayanan
Kualitas Dosen
-
.000
.000
.000 .
.000
.000
.000
N
Kepuasan Pelanggan Kualitas
Pelayanan Kualitas Dosen
180
180
180
180
180
180
180
180
180
Pada Tabel 2 Pedoman Interpretasi Korelasi , ditunjukkan hasil
koefisien korelasi untuk semua variabel. Kita dapat membaca hasil korelasi tersebut baik dari samping (baris) maupun dari atas (kolom).
Jika dari samping (baris), dapat diurutkan sebagai berikut: 1) Koefisien korelasi antara “Kualitas Pelayanan” (X1) terhadap
“Kepuasan Pelanggan” (Y1) = 0,658 dengan tingkat signifikansi =
0,000. Jika kita memperhatikan besarnya angka r yakni 0,658 dan tingkat signifikansi 0,000, maka keadaan ini menunjukkan adanya
korelasi kuat dan positif serta sangat signifikans. 2) Koefisien korelasi antara “Kualitas Dosen” (X2) terhadap
“Kepuasan Konsumen” (Y1) = 0,646 dengan tingkat signifikansi = 0,000. Hal ini juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan
positif serta sangat signifkans. 2. Model Summary
Pada Tabel 3 Model Summaryb diperoleh nilai R (besar) menunjukkan gabungan korelasi kedua variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y1 adalah
sebesar 0,721. Artinya, antara variabel kualitas pelayanan (X1) dan variabel kualitas dosen (X2) secara bersama-sama memiliki hubungan
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
98
yang kuat dan positif. Sedang R2 (Indek determinasi) adalah 0,520.
Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan dari pengaruh secara bersama-sama (multiple regression) antara X1,dan X2 terhadap Y1
adalah sebesar 52%. Selebihnya sebesar 48% dipengaruhi oleh faktor lain.
Tabel 3 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std.Error of The
Estimate
1 .721a .520 .514 9.78311 a. Predictors: (Constant), Kualitas Dosen, Kualitas Pelayanan
b. Dependent Variable: Kepuasan Pelanggan
3. Anovaa
Pada Tabel 4 Analisis Varians (Anovaa). Uji anova digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh kedua variabel independen terhadap
variabel dependen (Multiple Regression).
Tabel 4
Analisa Varians (Anovaa)
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression
Residual Total
18329.801
16940.527 35270.328
2
177 179
9164.901
95.709
95.75
8
.000a
a. Predictors: (Constant), Kualitas Dosen, Kualitas Pelayanan
b. Dependent Variable: Kepuasan Konsumen
Untuk pengujian Ftes (Anova) bisa dilakukan dengan dua cara, yakni
dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel.
1) Pengujian dengan memperhatikan tingkat signifikansi: Tingkat signifikansi (sig) pada tabel Anova adalah 0,000. Jadi
probabilitas 0,000 < 0,05. Dengan demikian, H0 : ditolak dan Ha : diterima. Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel X1, X2 secara
bersama memang berpengaruh terhadap Y1. Artinya variabel kualitas pelayanan (X1) dan variabel kualitas dosen (X2) secara
bersama-sama ada hubungan yang signifikan dengan variabel kepuasan konsumen (Y1). Dengan demikian, faktor penjelas X1, X2
dapat digunakan untuk memprediksi Y1. 2) Pengujian dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel
Harga F pada tabel Anova di atas adalah 95.758 Sedang F tabel
(0,05), (Numerator = 2 dan Denumerator = 177) adalah 3,04. Jadi Fhitung > Ftabel (0,05). Dengan demikian, H0 : ditolak dan Ha :
diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua variabel X1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Y1. Oleh
karenanya kedua variabel tadi dapat digunakan untuk memprediksi variabel Y1.
Pius Antonius Ndua
99
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
4. Coefficientsa
Pada Tabel 5 Pedoman Interpretasi Koefisien diperoleh hasil perhitungan yang dapat dibuatkan model persamaan yakni:
Y1 = -1.995 + 0.486 X1 + 0.510X2 Harga –1.995 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan
bahwa jika tidak ada upaya untuk peningkatan “Kualitas Pelayanan”, dan “Kualitas Dosen” maka tingkat “kepuasan pelanggan” akan
mengalami penurunan sebesar 1.995 poin. Nilai 0,486X1 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa
setiap adanya upaya penambahan sebesar satu poin untuk “Kualitas Pelayanan” (X1), maka akan ada kenaikan kepuasan pelanggan (Y1)
sebesar 0,486 poin.
Tabel 5
Pedoman Interpretasi Koefisien
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.Error Beta
1 (Constant) Kualitas Pelayanan
Kualitas Dosen
- 1.995 . 486
. 510
3.788 . 079
. 091
. 415
. 381
-.527 6.123
5.633
.599
.000
.000 a. Dependent Variable: Kepuasan Pelanggan
Nilai 0,510X2 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa setiap adanya upaya penambahan sebesar satu poin untuk “Kualitas
Dosen” (X2), maka akan ada penambahan kepuasan pelanggan (Y1) sebesar 0,510 poin.
1) Pengujian X1 terhadap Y1 : (Uji-t)
Jika diperhatikan hasil perhitungan oleh SPSS, maka harga t untuk variabel “Kualitas Pelayanan” sebesar 6,123 dengan probabilitas
(signifikansi) = 0,000. Jika dibandingkan dengan nilai ttabel dengan probabilitas 0,05
dengan df. 178 = 1,960 maka thitung 6,123 > ttabel. 1,960. Sementara probabilitas 0,000 < 0,05. Dengan demikian, Ho :
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa memang ada hubungan dan pengaruh yang signifikan antara X1 (Kualitas Pelayanan) terhadap
Y1 (Kepuasan Pelanggan). 2) Pengujian X2 terhadap Y1 : (Uji-t)
Jika diperhatikan hasil perhitungan SPSS, maka harga t untuk variabel “Kualitas Dosen” sebesar 5,633 dengan probabilitas
(signifikansi) = 0,000. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan probabilitas 0,05 dengan df. 178 = 1,960 maka thitung 5,633 > ttabel.
1,960. Sementara probabilitas 0,000 < 0,05. Dengan demikian Ho
: ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dan pengaruh yang signifikan antara X2 (Kualitas Dosen) terhadap Y1 (Kepuasan
Pelanggan).
Analisis Hubungan dan Pengaruh antara X1, X2 terhadap Y2
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
100
Dari hasil olahdata uji Multiple Regression, setidaknya terdapat
beberapa bagian hasil yang perlu dijelaskan. 1. Correlations
Tabel 6 Pedoman Interpretasi Korelasi
Perilaku Purna Kualitas
Pelayanan Kualitas Dosen
Pearson Correlation Perilaku Purna
Kualitas Pelayanan
Kualitas Dosen
1.000 .586
.617
.586 1.000
.639
.617 .639
1.000
Sig. (1-tailed)
Perilaku Purna Kualitas Pelayanan
Kualitas Dosen
.
.000
.000
.000 .
.000
.000
.000
.
N
Perilaku Purna Kualitas Pelayanan Kualitas Dosen
180 180 180
180 180 180
180 180 180
Pada Tabel 6 Pedoman Interpretasi Korelasi, kita dapat membaca hasil
korelasi, baik dari samping (baris) maupun dari atas (kolom). Jika dari
samping (baris), dapat diurutkan sebagai berikut: 1) Koefisien korelasi antara “Kualitas Pelayanan” (X1) terhadap
“Perilaku purna penggunaan jasa” (Y2) = 0,586 dengan tingkat signifikansi = 0,000. Jika memperhatikan besarnya angka r yakni
0,586 dan tingkat signifikansi 0,000, maka keadaan ini menunjukkan adanya korelasi yang cukup kuat, positif dan
signifikan. 2) Koefisien korelasi antara “Kualitas Dosen” (X2) terhadap “Perilaku
setelah penggunaan jasa” (Y2) = 0,617 dengan tingkat signifikansi = 0,000. Hal ini juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat,
positif dan signifikan 2. Model Summary
Tabel 7 Model Summaryb
Model R R. Square Adjusted R Square Std. Error of the
estimate
1 .665 .442 .436 10.76921 a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan, Kualitas Dosen
b. Dependent Variable: Perilaku Purna
Pada Tabel 7 Model Summaryb diperoleh nilai R (besar) yang
menunjukkan gabungan korelasi ke dua variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y2 adalah sebesar 0,665. Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara bersama-sama dengan perilaku purna penggunaan jasa adalah
kuat dan positif. Sementara nilai R2 (indek determinasi) adalah 0,442.
Pius Antonius Ndua
101
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan dari pengaruh secara
bersama-sama (multiple regression) antara X1 dan X2 terhadap Y2 adalah sebesar 44,2%. Selebihnya sebesar 55,8% dipengaruhi oleh
factor-faktor lain. 3. Anovaa
Tabel 8 Analisis Varians (Anovaa)
Model Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
Regression Residual Total
16291.927 20527.717 36819.644
2 177 179
8145.963 115.976
70.238 .000
a. Predictors: (Constant), Kualitas Dosen, Kualitas Pelayanan
b. Dependent Variable: Perilaku Purna Penggunaan Jasa
Pada Tabel 8 ditampilkan tabel Analisis Varians (ANOVA). Uji anova digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh kedua variabel
independen terhadap variabel dependen ( Multiple Regression). Untuk pengujian F tes (Anova) bisa dilakukan dengan dua cara, yakni
dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan F
hitung dengan F Tabel. 1) Pengujian dengan memperhatikan tingkat signifikansi:
Tingkat signifikansi (sig) pada tabel Anova adalah 0,000. Karena probabilitas 0,000 < 0,05. Dengan demikian, H0 : ditolak dan Ha
: diterima. Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel Kualitas Pelayanan (X1) dan Kualitas Dosen (X2) secara bersama memang
berpengaruh terhadap Y2. 2) Pengujian dengan membandingkan F hitung dan F tabel
Tabel Anova menunjukkan bahwa harga F-hitung adalah 70.238. Sedang F tabel (0,05), (numerator = 2 dan Denumerator = 177)
adalah 3,04. Jadi F hitung = 70.238 > F tabel = 3,04. Dengan demikian, H0 : ditolak dan Ha : diterima. Dapat ditarik simpulan
bahwa ke dua variabel kualitas pelayanan (X1) dan variabel kualitas dosen (X2) secara bersama-sama ada hubungan dan pengaruh
yang signifikan terhadap variabel perilaku purna penggunaan jasa
(Y2). 4. Coefficients
Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat dibuatkan model persamaannya yakni :
Y2 = 0.231 + 0.387 X1 + 0.560 X2 Harga 0.231 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada upaya untuk peningkatan “Kualitas Pelayanan” dan “Kualitas Dosen” maka tingkat “perilaku purna penggunaan jasa”
hanya mencapai nilai 0,231 poin. Nilai 0,387 X1 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa
setiap adanya upaya penambahan atau penurunan sebesar satu poin untuk “Kualitas Pelayanan”, maka akan ada kenaikan atau penurunan
perilaku purna penggunaan jasa (Y2) sebesar 0,387 poin.
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
102
Tabel 9 Pedoman Interpretasi Koefisien
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) Kualitas Pelayanan Kualitas Dosen
.231
.387
.560
4.170 .087 .100
.323
.410 .055 4.432 5.623
.956
.000
.000 a. Dependent Variable: Perilaku setelah Penggunaan Jasa
Nilai 0.560 X2 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa
setiap adanya upaya penambahan atau penurunan sebesar satu poin
untuk “Kualitas Dosen”, maka akan ada peningkatan atau penurunan perilaku purna penggunaan jasa (Y2) sebesar 0.560 poin.
1) Pengujian X1 terhadap Y2 : (Uji-t) Jika diperhatikan hasil perhitungan SPSS, maka harga t untuk
variabel “Kualitas Pelayanan” sebesar 4.432. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan probabilitas 0,05 dengan df. 178 =
1,960 maka t-hitung > t-tabel. Dengan demikian Ho : ditolak dan Ha : diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara
variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap variabel perilaku purna penggunaan jasa (Y2).
Begitu pun pengujian dengan ketentuan tingkat probabilitas. Berdasarkan tabel di atas tingkat probabilitas (signifikansi) untuk
variabel kualitas pelayanan (X1) = 0,000. Karena probabilitas 0,000 < 0,05. maka Ho: ditolak dan Ha: diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa memang ada hubungan dan
pengaruh kualitas pelayanan (X1) terhadap perilaku purna penggunaan jasa (Y2).
2) Pengujian X2 terhadap Y2: (Uji-t) Jika diperhatikan hasil perhitungan SPSS, maka harga t untuk
variabel “Kualitas Dosen” sebesar 5.623. Jika dibandingkan dengan ttabel dengan probabilitas 0,05 dan df 178 = 1,960, maka
thitung = 5,623 > ttabel = 1,960. Sementara probabilitas (signifikansi) 0,000 < 0,05. Dengan demikian Ho: ditolak dan Ha:
diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel kualitas dosen (X2) dengan variabel perilaku purna penggunaan
jasa (Y2).
Analisis Hubungan dan Pengaruh antara Y1 terhadap Y2
1. Correlation Pada Tabel 10 Pedoman Interpretasi Korelasi ditunjukkan hasil
koefisien korelasi. Dari hasil korelasi di atas tampak bahwa korelasi
antara kepuasan pelanggan (Y1) dengan perilaku purna penggunaan jasa (Y2) adalah 0,682 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif serta sangat
Pius Antonius Ndua
103
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
signifikan antara kepuasan pelanggan (Y1) dengan perilaku purna
penggunaan jasa (Y2).
Tabel 10 Pedoman Interpretasi Korelasi
Perilaku Purna
Kepuasan Pelanggan
Pearson Correlation
Perilaku Purna Kepuasan Pelanggan
1.000.682 .6821.000
Sig. (1-tailed) Perilaku Purna Kepuasan Pelanggan
.000 .000.
N Perilaku Purna Kepuasan Pelanggan
180 180
2. Model Summary
Pada Tabel 11 Model Summaryb memberi nilai Koefisien Determinasi R2 (R square) sebesar 0,465. R2 ini merupakan Indeks Determinasi,
yakni persentase yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel Y1 terhadap varabel Y2. R2 sebesar 0,465 menunjukkan pengertian bahwa
kontribusi variabel Y1 (kepuasan pelanggan) terhadap variabel Y2 (perilaku purna penggunaan jasa) sebesar 46,5%, sedang sisanya
sebesar 53,5 % dipengaruhi oleh factor-faktor lain.
Tabel 11
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .682 .465 .462 10.51652 a. Predictors: (Constant), Kepuasan Pelanggan
b. Dependent Variable: Perilaku Purna Penggunaan Jasa
3. Coefficients Dari Tabel 12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi diperoleh model
persamaannya sebagai berikut: Y2 = 14.634 + 0.697Y1
dimana :
Y2 = Perilaku Purna Penggunaan Jasa Y1 = Kepuasan Pelanggan
Harga 14.634 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa jika tidak ada upaya untuk peningkatan kepuasan pelanggan,
maka perilaku purna penggunaan jasa hanya akan mencapai 14.634 poin. Sedangkan harga 0.697Y1 merupakan koefisien regresi, yang
menunjukkan bahwa setiap adanya upaya penambahan atau pengurangan sebesar 1(satu) poin untuk kepuasan pelanggan, maka
akan ada kenaikan atau penurunan nilai perilaku purna penggunaan jasa sebesar 0.697 poin.
Pengujian Hipotesis (Uji-t): Berdasarkan Tabel 12 di atas, harga t hitung sebesar 12.447.
Sedangkan harga t tabel dengan dk (180-2 = 178) adalah 1,960. Jadi
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
104
thitung 12.447 > ttabel 0,05 ( dk 178 ) = 1,960. Sementara
probabilitas/signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian H0: ditolak dan Ha: diterima. Dapat disimpulkan bahwa memang terdapat
pengaruh yang sangat signifikan antara kepuasan pelanggan dengan perilaku purna penggunaan jasa.
Tabel 12 Pedoman Interpretasi Koefisien
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Constant) 14.634 2.728 5.364 .000
Kepuasan
Pelanggan
.697 .056 .682 12.447 .000
a. Dependent Variable: Perilaku Purna Penggunaan Jasa
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik
beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Hubungan antara variabel kualitas pelayanan dengan kepuasan
pelanggan (mahasiswa dan alumni) berdasarkan hasil survei diperoleh nilai r = 0,658. Artinya, ke dua variabel memiliki hubungan yang kuat
dan positif. Hubungan positif artinya apabila kualitas pelayanan meningkat maka kepuasan konsumen pun akan meningkat atau
sebaliknya. Sedangkan untuk mengukur seberapa besar pengaruh dapat dilihat dari nilai R2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0,434. Itu
berarti pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan (mahasiswa dan alumni) sebesar 43,4%, sisanya sebesar 56,6%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 2. Berdasarkan hasil survei hubungan antara variabel kualitas dosen
dengan kepuasan pelanggan dapat dilihat dari nilai r = 0,646. Artinya, ke dua variabel memiliki hubungan yang kuat dan positif. Hubungan
positif artinya apabila kualitas dosen semakin meningkat maka
kepuasan pelanggan (mahasiswa dan alumni) pun akan meningkat atau sebaliknya. Sedangkan pengaruh kualitas dosen terhadap
kepuasan konsumen dapat dilihat dari nilai R2 (Koefisien determinasi) sebesar 0,418. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel kualitas
dosen terhadap kepuasan pelanggan (mahasiswa dan alumni) sebesar 41,8%, sisanya sebesar 58,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
3. Hasil analisis SPSS juga menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara bersama-sama memiliki
hubungan yang kuat dan positif dengan kepuasan pelanggan (mahasiswa dan alumni). Hal ini dapat dilihat dari nilai R sebesar
Pius Antonius Ndua
105
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
0,721. Sedangkan nilai R2 sebesar 0,520 menunjukkan bahwa
pengaruh variabel kualitas pelayanan dan variabel kualitas dosen secara bersama-sama terhadap kepuasan pelanggan (mahasiswa dan
alumni) sebesar 52%, sisanya sebesar 48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4. Begitu pun hubungan antara kualitas pelayanan dengan perilaku purna penggunaan jasa cukup kuat dan positif, dengan koefisien korelasi r =
0,586. Sementara koefisien determinasi sebesar 0,343. Artinya, pengaruh variabel kualitas pelayanan terhadap perilaku purna
penggunaan jasa sebesar 34,3%, sisanya 65,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
5. Sementara hubungan antara variabel kualitas dosen dengan variabel perilaku purna penggunaan jasa dinyatakan dengan nilai koefisien
korelasi r = 0,617. Artinya, hubungan antara ke dua variabel kuat dan positif. Sedangkan koefisien determinasi berdasarkan analisis SPSS
adalah sebesar 0,381. Artinya, pengaruh variabel kualitas dosen
terhadap perilaku purna penggunaan jasa sebesar 38,1%, sisanya 61,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
6. Secara bersama-sama variabel kualitas pelayanan dan kualitas dosen pun memiliki hubungan yang kuat dan positif dengan variabel perilaku
purna penggunaan jasa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis statistik menunjukkan r = 0,665. Sementara pengaruh ke dua
variabel secara bersama-sama terhadap variabel perilaku purna penggunaan jasa yang dinyatakan dengan nilai koefisien determinasi
R2 = 0,442. Artinya, pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas dosen secara bersama-sama terhadap perilaku purna penggunaan jasa
sebesar 44,2%, sedangkan sisanya 55,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
7. Hubungan antara variabel kepuasan pelanggan dengan perilaku purna penggunaan jasa juga dinyatakan kuat dan positif dengan nilai r =
0,682. Sedangkan pengaruh variabel kepuasan pelanggan terhadap
variabel purna penggunaan jasa ditunjukkan dengan koefisien determinasi R2 = 0,465. Artinya, pengaruh kepuasan pelanggan
terhadap perilaku purna penggunaan jasa sebesar 46,5%, sisanya 53,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Saran-saran
Berdasarkan hasil survei yang ada, peneliti merasa perlu untuk
merekomendasikan beberapa hal sebagai masukkan kepada pihak manajemen perguruan tinggi di lingkungan Kampus Ungu untuk perbaikan
dan peningkatan di masa yang akan datang. 1. Walaupun hasil survei membuktikan bahwa kualitas pelayanan di
Kampus Ungu sudah memuaskan, namun alangkah baiknya kualitas pelayanan terus ditingkatkan dengan demikian akan meningkatkan
kepuasan konsumen maupun citra positif terhadap perguruan tinggi di lingkungan Kampus Ungu.
Analisis Hubungan Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Dosen
Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Perilaku
Purna Penggunaan Jasa Di Lingkungan Kampus Ungu
106
2. Begitu pun kualitas dosen yang sudah baik hendaknya terus
ditingkatan melalui program pengembangan dosen yang lebih terencana. Secara internal seluruh karyawan khususnya dosen-dosen
Kampus Ungu hendaknya mempunyai komitmen yang sama untuk menjaga citra lembaga melalui kontribusi yang produktif dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan sosial. Secara eksternal tentu saja upaya-upaya merekrut dosen-dosen luar biasa (honorer) yang
lebih berkualitas harus terus dilakukan. 3. Lembaga perlu terus memikirkan dan mengupayakan hal-hal yang
inovatif berupa insentif atau fasilitas khusus untuk meningkatkan kepuasan dan jumlah mahasiswa. Hal ini sangat penting karena sekali
konsumen berpaling dari Kampus Ungu, akan sulit untuk menariknya kembali bahkan kemungkinan yang lebih besar, mahasiswa tersebut
akan menceriterakan hal-hal yang negatif tentang lembaga sehingga berdampak juga pada citra lembaga di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
Buchari, Alma (2005). Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Penerbit ALFABETA.
Buchari, Alma (2004). Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit: ALFABETA
Alhusin, Syahri (2003). Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS 10 For Windows. Yogyakarta: Penerbit GRAHA ILMU.
Brodjonegoro, Satryo Soemantri (2004). Strategi Pengembangan
Pendidikan Tinggi 2003- 2010. APTISI: Seminar Nasional “Strategi Pengembangan Pendidikan Tinggi Dalam Menghadapi Persaingan
Global” Jakarta, 10 Juni 2004.
Departemen Pendidikan Nasional R.I. (2003). Undang-Undang Republik
Indonesia. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Jay, Heizer & Render, Barry (2004). Operations Management. Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Charles W.L., Charles, & Jones, Gareth R. (2003). Strategic Management Theory. Fourth Edition. New York: Houghton Mifflin Company.
Farida, Jasfar (2005). Manajemen Jasa. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Kotler, Philip (2002). Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 1.
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Kotler, Philip & Susanto, A.B., (2000). Manajemen Pemasaran di
Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Lovelock & Wright, Lauren K. (2005). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA.
Pius Antonius Ndua
107
©Jurnal Magister Manajemen
Vol. 1 No. 1, April 2012 79 - 108
www.ejurnal.asmi.ac.id
Rambat, Lupiyoadi (2003). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Soemadijo. H.R. Djoko, (2004). Membangun Daya Saing Pendidikan
Menuju Peningkatan Daya Saing Bangsa. APTISI: Seminar Nasional “Strategi Pengembangan Pendidikan Tinggi dalam Menghadapi
Persaingan Global.” Jakarta, 10 Juni 2004
Sofjan, Assauri (2000). Strategi Manajemen Operasi Jasa. Jakarta. Majalah
Usahawan. No.09/TH.XXIX. Lembaga Manajemen FE-UI.
Sugiyono (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV
ALFABETA.
Supranto (2000). Statistik: Teori Dan Aplikasi. Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Tarmudzi, H. M. Didi (2004). Tantangan Masa Depan Otonomi Perguruan
Tinggi. APTISI: Seminar Nasional “Strategi Pengembangan Pendidikan Tinggi dalam Menghadapi Persaingan Global” Jakarta, 10 Juni 2004.
Tjiptono, Fandy (2004). Prinsip-Prinsip TOTAL QUALITY SERVICE.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Tjiptono, Fandy (2005). Pemasaran Jasa. Malang. Edisi Pertama.
Bayumedia Publishing.
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius (2005). Service, Quality &
Satisfaction. Yogyakarta: Penerbit: ANDI.
Umar, Husein (2001). Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Umar, Husein (2000). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.