analisis gas darah

15
ANALISIS GAS DARAH Tes Analisis Gas Darah (AGD) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk menilai keadaan ventilasi, oksigenasi dan keseimbangan asam basa. Dalam bab ini akan dibahas secara ringkas hal-hal yang menyangkut fisiologi respirasi dan keseimbangan asam basa, penafsiran hasil tes AGD serta tatalaksana berdasarkan hasil interpretasi AGD. 1. TES ANALISIS GAS DARAH Dibandingkan dengan tes laboratorium lain, tes AGD menuntut perhatian yang lebih besar karena sifatnya yang harus segera dilakukan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil,serta dampak yang besar terhadap pasien yang umumnya adalah pasien gawat Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes AGD. Pertama-tama kesalahan dapat terjadi pada saat persiapan pasien. Pasien yang takut diambil darahnya mengakibatkan keadaan hiperventilasi dan hal ini akan menurunkan pCO 2 . Oleh karena itu pengambilan darah dilakukan pada saat pasien dalam keadaan tenang, juga temperatur berpengaruh pada pemeriksaan gas darah, suhu pasien hendaknya dicatat untuk keperluan koreksi . Darah pada suhu 37 o C dalam 10 menit pH berubah 0,10. pCO 2 1 mmHg dan Pa O 2 0,1 vol%, sedangkan pada suhu 4 o C dalam 10 menit pH hanya berubah 0,01, pCO 2 0,01 mmHg dan Pa O 2 0,01 vol%. 1

Upload: gd-padmawijaya

Post on 17-Sep-2015

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

ANALISIS GAS DARAH

ANALISIS GAS DARAH

Tes Analisis Gas Darah (AGD) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk menilai keadaan ventilasi, oksigenasi dan keseimbangan asam basa. Dalam bab ini akan dibahas secara ringkas hal-hal yang menyangkut fisiologi respirasi dan keseimbangan asam basa, penafsiran hasil tes AGD serta tatalaksana berdasarkan hasil interpretasi AGD.

1. TES ANALISIS GAS DARAH

Dibandingkan dengan tes laboratorium lain, tes AGD menuntut perhatian yang lebih besar karena sifatnya yang harus segera dilakukan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil,serta dampak yang besar terhadap pasien yang umumnya adalah pasien gawat Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes AGD. Pertama-tama kesalahan dapat terjadi pada saat persiapan pasien. Pasien yang takut diambil darahnya mengakibatkan keadaan hiperventilasi dan hal ini akan menurunkan pCO2. Oleh karena itu pengambilan darah dilakukan pada saat pasien dalam keadaan tenang, juga temperatur berpengaruh pada pemeriksaan gas darah, suhu pasien hendaknya dicatat untuk keperluan koreksi . Darah pada suhu 37o C dalam 10 menit pH berubah 0,10. pCO2 1 mmHg dan Pa O2 0,1 vol%, sedangkan pada suhu 4o C dalam 10 menit pH hanya berubah 0,01, pCO2 0,01 mmHg dan Pa O2 0,01 vol%. Pengambilan darah arteri sebaiknya digunakan semprit gelas, karena semprit plastik dapat menyerap CO2 dan O2 Jika digunakan semprit plastik maka pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu 10 menit untuk mengurangi efek penyerapan tersebut. Untuk mendapatkan spesimen darah yang murni, darah didalam semprit tidak boleh berhubungan dengan udara. Hal ini dapat dicapai dengan segera membuang udara di dalam semprit dan menutup lubang jarum dengan tutup karet Antikoagulansia yang dipakai untuk tes AGD adalah heparin dengan dosis 20 100 IU dari konsentrasi 1000 IU/ml untuk setiap ml darah. Supaya darah dan heparin bercampur baik, setelah pemgambilan darah arteri semprit diputar diantara kedua telapak tangan selama 5 detik, kemudian dibolak-balik selama 5 detik berikutnya.

Proses pengiriman spesimen dapat menjadi sumber kesalahan pada penetapan AGD. Seperti diketahui sel-sel darah adalah jaringan hidup yang mengkomsumsi oksigen dan melepaskan CO2. Oleh karena itu proses metabolisme harus dihambat agar hasil penetapan gas darah mencerminkan keadaan in vivo . Untuk itu pengiriman hendaknya dilakukan secepat mungkin. Sebaiknya tes dilakukan paling lambat 15 menit setelah pengambilan specimen sedangkan bila dengan pendinginan maka dapat diperiksa 2 jam setelah pengambilan spesimen.

Faktor yang dapat menimbulkan kesalahan pada tahap instrumentasi yaitu tidak tercampur baiknya antara sel darah dan plasma pada waktu tes. Untuk meyakinkan bahwa darah tidak membeku, tetes pertama hendaknya dikeluarkan untuk melihat ada tidaknya bekuanPRINSIP TES ANALISIS GAS DARAH - Kadar H 3 (pH) dalam darah dipertahankan antara 7,4. Batas dimana manusia dapat hidup adalah pH 6,7 sampai 7,9.

- Henderson-Hesselbach merumuskan faktor-faktor yang berperan dalam penentuan kadar ion H + ini dalam persamaan

asam (donor H+)

(H+) = K X basa (penerima H+)

basa

atau pH = pK + log. asam

-Dalam darah/cairan ekstraseluler terdapat lebih dari satu macam asam-basa yang berperan dalam persamaan Henderson di atas. Tetapi satu sistim penyangga yang terpenting adalah sistim bikarbonat-asam karbonat karena jumlahnya paling tinggi. Karena itu persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk :

H CO3--

pH = pK + log. H2 CO 3

pK =suatu konstanta yang bernilai 6,1

H CO3-- = suatu hasil komponen metabolik

H2 CO 3 =nilainya sama dengan 0,03 x P CO2

P CO2 =merupakan komponen respiratorik

-Persamaan Henderson itu pada dasarnya menggambarkan bahwa

Metabolik

pH= pK + log. Respiratorik

-Jadi jelaslah bahwa kadar H + (pH) seseorang ditentukan bersama-sama oleh faktor metabolik dan faktor respiratorik. Gangguan pada salah satu faktor itu akan mengakibatkan perubahan pH dan akan mengganggu fungsi metabolisma secara umum.

Darah arteri

Setiap contoh darah arteri sama dengan darah yang keluar dari ventrikel kiri, sehingga darah arteri paling baik dipakai dalam tes AGD. Tempat pengambilan darah arteri hendaknya dipilih arteri yang mempunyai kolateral yang baik seperti arteri radialis dan arteri brahialis, arteri femoralis Darah vena

Darah vena dipengaruhi oleh kebutuhan metabolisme, sehingga darah vena perifer tidak dapat dipakai untuk menilai oksigenasi karena pengambilan oksigen oleh berbagai organ tidak sama. Otak, jantung, otot rangka mengambil oksigen lebih banyak dibandingkan dengan ginjal dan usus. Darah vena pasien dengan perfusi baik dapat dipakai untuk pemeriksaan pH dan pCO2. Nilai pH ditambah 0,05 dan pCO2 dikurangi 7 mmHg. Darah vena yang dipakai dalam tes AGD adalah darah vena pulmonalis Darah kapiler

Darah kapiler pada pasien dengan perfusi baik akan memberikan hasil yang hampir sama dengan darah arteri dengan perbedaan pH 1,5 mmHg.

Nilai normal AGD :

pH

: 7,35-7,45

pCO2

: 35-45mmHg

Pa O2

: 80-100mmHg

HCO3

: 22-26mEq/l

TCO2

: 21-27mEq/l

B E

: - 2,5-+ 2,5 mEq/l

Sat. O2

: 95-98%

SBc

: 22-26mEq/l

Keterangan :

pH adalah fungsi logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen di dalam plasma darah. pH yang rendah sesuai dengan konsentrasi ion H + yang tinggi disebut asidemia dan sebaliknya disebut alkalemia.

pCO2 adalah tekanan parsial CO2 dalam darah. pCO2 merupakan parameter fungsi respirasi dan dapat digunakan untuk menilai cukup tidaknya ventilasi alveolar

T CO2 adalah kadar CO2 total dalam plasma = bikarbonat aktual + (pCO2 x 0,03). Parameter ini mengukur komponen metabolik dan respiratorik status asam basa tubuh.

Base excess (BE) atau defisit basa, adalah sejumlah basa (bikarbonat) yang harus ditambahkan sehingga tercapai nilai normal. Nilai normal BE adalah - 2,5 - + 2,5 mEq/l.

Standar bicarbonat (SBc) adalah konsentrasi ion bikarbonat dalam plasma pada PCO2 40 mmHg, pada suhu 38 0C dan pada keadaan dimana Hb teroksigenasi penuh

Pa O2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh O2 yang terlarut dalam darah. Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana pa O2 kurang 80 mmHg dalam udara kamar setinggi permukaan laut

Persen saturasi oksigen (Sat. O2) adalah jumlah oksigen yang terikat hemoglobin. Persen saturasi hemoglobin oksigen ini sangat membantu untuk menghitung banyaknya O2 total di dalam darah.

2. INDIKASI, KONTRA INDIKASI DAN KOMPLIKASI AGD

Indikasi tes AGD yaitu 1. Penilaian keadaan ventilasi dan keseimbangan asam basa (PaO2,pH dan pCO2)

2. Penilaian keadaan hipoksemia (PaO2, HbO2, Hb total dan dishemoglobin)

3. Penilaian keadaan oksigenasi jaringan (PaO2 dan Sat.O2)

1).Penilaian keadaan ventilasi

Tahap pertama dalam interpretasi analisis gas darah adalah mengetahui nilai pCO2 yang menggambarkan keadaan ventilasi.

Keadaan ventilasi dibagi menjadi 3 kategori yaitu Insufisiensi ventilasi atau hiperventilasi alveolar, bila pCO2 kurang dari 30 mmHg

Ventilasi normal, bila pCO2 antara 30 - 50 mmHg

Kegagalan ventilasi, bila pCO2 lebih dari 50 mmHg

Bila pH darah arteri dihubungkan dengan keadaan ventilasi maka dapat diketahui apakah respiratorik atau metabolik

Peningkatan pCO2 dalam darah disebut hiperkapnia. Keadaan ini terjadi akibat penurunan ventilasi alveolar karena penyakit pada paru atau cabang bronkus, obstruksi jalan napas atau bernapas dalam udara yang mengandung banyak CO2. Depresi pusat pernapasan atau gangguan neuromuskular alat pernapasan juga menyebabkan retensi CO2.

Penurunan pCO2 dalam darah disebut hipokapnia. Keadaan ini terjadi akibat peningkatan ventilasi alveolar pada bantuan respirasi mekanik yang terlalu cepat atau stimulasi pusat pernapasan

2). Penilaian keadaan hipoksemia Keadaan hipoksemia dapat dinilai dari PaO2, setelah dikoreksi dengan terapi oksigen :

normal

:PaO280-100 mmHg

hipoksemia ringan

:PaO260-< 80 mmHg

hipoksemia sedang:PaO240-< 60 mmHg

hipoksemia berat

:PaO2 < 40 mmHg

Dikenal 3 macam hipoksemia setelah pemberian terapi oksigen :

1. Hipoksemia yang tidak terkoreksi

Pada keadaan ini nilai PaO 2 < 80 mmHg walaupun konsentrasi pemberian oksigen ditingkatkan, akan tetapi PaO2 masih tetap rendah (masih dalam keadaan hipoksemia),

2. Hipoksemia yang terkoreksi

Pada keadaan ini nilai PaO 2 > 80 100 mmHg ,terapi oksigen yang diberikan dapat memperbaiki keadaan hipoksemia.

3. Hipoksemia yang terkoreksi secara berlebihan

Pada keadaan ini nilai PaO2 > 100 mmHg. Hal ini disebabkan karena pemberian oksigen yang berlebihan.

3). Penilaian keadaan oksigenasi jaringan

Penilaian terhadap oksigenasi jaringan adalah hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan penilaian keadaan hipoksemia arteri. Untuk melakukan penilaian oksigenasi jaringan perlu dilakukan penilaian terhadap kerja jantung dan perfusi perifer, diperoleh dari pemeriksaan fisik seperti menilai warna kulit, denyut nadi, pengisian kapiler, pengukuran tekanan darah, tekanan nadi dan produksi urin. Mekanisme pengangkutan oksigen terdiri atas tiga faktor yaitu : tekanan parsial oksigen arteri, blood oxygen content dan afinitas hemoglobin oksigen

Kontraindikasi 1. Modifikasi Allen tes negatif.

2. Adanya infeksi atau penyakit pembuluh darah perifer pada tempat yang akan diperiksa

3. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.

Komplikasi Hematoma

Arteriospasm (spasme pembuluh darah arteri)

Emboli udara atau bekuan darah

Anaphilaksis yang timbul dari anastesi lokal

Kontaminasi pada tempat pungsi dan resiko infeksi

Perdarahan dan Nyeri/sakit 3. INTERPRETASI HASIL AGD Tentukan asidemia atau alkalemia dan pengukuran pH atau [ H + ]

a. Asidemia = pH < 7,35 atau [ H + ] > 44 nmol/L

b. Alkalemia = pH > 7,45 atau [ H + ] < 36 nmol/L

Tentukan penyebab asidemia dan alkalemia. Asidemia menunjukkan adanya asidosis dan alkalemia menunjukkan adanya alkalosis. Dengan merujuk pCO2 dan kadar HCO3 tentukan penyebab primernya respiratorik atau metabolik.

Asidosis

Normal

Alkalosis

pH : < 7,35

> 7,45

pCO2 : > 45

< 35

[HCO3] : < 22

> 26

a. Baca pCO2 jika menyimpang searah pH maka jenis kelainannya respiratorik. Asidosis respiratorik bila pCO2 > 45 dan alkalosis respiratorik bila pCO2 < 35

b. Baca HCO3 jika menyimpang searah pH maka jenis kelainannya adalah metabolik. Asidosis metabolik bila HCO3 < 22 dan alkalosis metabolik bila HCO3 > 26.

Tentukan apakah sudah terjadi kompensasi dengan menggunakan rumus

KELAINAN PRIMERKOMPENSASIKOMPENSASI YANG DIHARAPKAN

Asidosis metabolik

[ HCO3 ] pCO2 pCO2 = 1,5 x [ HCO3 ] + 8 2

Alkalosis metabolik

[ HCO3 ] pCO2 Peningkatan pCO2 0,5 1 mmHg setiap

[HCO3] 1 mmol/L

Asidosis respiratorik

pCO2 [HCO3] Akut : 1 mmol/l [HCO3] / 10 mmHg pCO2 diatas 40

Kronis : 4 mmol/l [HCO3] / 10 mmHg pCO2 diatas 40

Alkalosis respiratorik

pCO2 [HCO3] Akut : 2 mmol/l [HCO3]/ 10 mmHg pCO2 dibawah 40

Kronik : 5 7 mmol/l [HCO3] / 10 mmHg pCO2 dibawah 40

Catatan Asidosis metabolik :

Kompensasi tercapai setelah 12 24 jam

pH tidak pernah mencapai nilai normal

jika pCO2 yang diukur > pCO2 yang diharapkan berarti belum tercapai kompensasi atau terdapat campuran asidosis metabolik dan asidosis respiratorik

jika pCO2 yang diukur < pCO2 yang diharapkan berarti terdapat campuran asidosis metabolik dan alkalosis respiratorik

Alkalosis metabolik :

Kompensasi tercapai setelah 18 24 jam

pH tidak pernah mencapai nilai normal

jika pCO2 yang diukur > pCO2 yang diharapkan, terdapat campuran alkalosis metabolik dan asidosis respiratorik

jika pCO2 yang diukur < pCO2 yang diharapkan berarti belum tercapai kompensasi atau terdapat campuran alkalosis metabolik dan alkalosis respiratorik.

Asidosis respiratorik

Kompensasi fase akut tercapai setelah 10 menit diikuti kompensasi fase kronik setelah 3 4 hari

pH dapat mencapai nilai normal pada asidosis respiratorik ringan (pCO2< 60 mmHg)

jika HCO3 yang diukur > HCO3 yang diharapkan berarti terdapat campuran asidosis respiratorik dan alkalosis metabolik

jika HCO3 yang diukur < HCO3 yang diharapkan berarti belum tercapai kompensasi atau terdapat campuran asidosis respiratorik dan asidosis metabolik

Alkalosis respiratorik :

Kompensasi fase akut tercapai dalam 10 menit diikuti kompensasi fase kronik setelah 7 10 hari

pH dapat mencapai nilai normal (tetapi umumnya jarang)

jika HCO3 yang diukur > HCO3 yang diharapkan berarti belum tercapai kompensasi atau terdapat campuran alkalosis respiratorik dan alkalosis metabolik

jika HCO3 yang diukur < HCO3 yang diharapkan berarti terdapat campuran alkalosis respiratorik dan asidosis metabolik4. KOREKSI BERDASARKAN BASE DEFICIT Kondisi asidosis metabolik yang berat yang ditandai dengan base excess minus (defisit basa) harus segera dikoreksi untuk mempertahankan kehidupan.

Untuk mengoreksi kekurangan basa (base deficit) yang terjadi digunakan rumus seperti yang tertera di bawah ini:

BB

x (-BE) = mEq total base deficit

3

Keterangan:

BB/3 = perkiraan volume cairan ekstrasel, - BE = Base deficit. Total base deficit dapat diperoleh dengan mengalikan volume cairan ekstrasel dengan (-BE).

Koreksi tidak perlu dilakukan seluruh total base deficit tapi cukup setengahnya (half correction), karena setiap 1 mEq pemberian bikarbonat dari luar akan diikuti dengan pembentukan 1 mEq bikarbonat oleh tubuh sendiri.

Nilai normal Blood Gas

ArteriVena campuran Vena

pH7,40 7,367,36

( 7,37 - 7,44 ) ( 7,31 7,41 ) ( 7,31 7,41 )

PaO2 80 - 100 35 - 40 30 - 50

pCO2 35 - 45 41 - 51 40 - 52

Saturasi O2> 95 60 - 80 60 - 85

HCO3 22 - 26 22 - 26 22 - 28

Base exsess - 2 - + 2 - 2 - + 2 - 2 - + 2

PAGE 11