analisis framing pemberitaan tentang kebijakan...
TRANSCRIPT
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN TENTANG
KEBIJAKAN MENTERI HUKUM DAN HAM YASSONNA
LAOLY BEBASKAN NARAPIDANA DI TENGAH WABAH
COVID-19 PADA MEDIA TEMPO.CO
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Esa Fikroh Khoerunnisa
NIM. 1113051000074
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
1
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Esa Fikroh Khoerunnisa
NIM : 1113051000074
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Framing
Pemberitaan Tentang Kebijakan Menhumham Yassonna Laoly Membebaskan
Narapidana Ditengah Wabah Covid-19 di Media Tempo.Co”
secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 28 Juli 2020
Esa Fikroh Khoerunnisa
NIM 1113051000074
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
3
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4
ABSTRAK ............................................................................................................. 6
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 7
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 7
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 13
B. Batasan Dan Rumusan Masalah ................................................................... 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 19
D. Metodologi Penelitian ...................................................................................... 20
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 23
F. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 25
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 26
A. Analisis Wacana ..................................................... Error! Bookmark not defined.
1. Teori Wacana ............................................. Error! Bookmark not defined.
2. Pengertian Analisis Wacana ..................... Error! Bookmark not defined.
3. Ragam Analisis Wacana ........................... Error! Bookmark not defined.
4. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough ......... Error! Bookmark not
defined.
B. Berita ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
C. Media Cetak ............................................................ Error! Bookmark not defined.
5
1. Sejarah Media Cetak ................................. Error! Bookmark not defined.
2. Kelebihan dan Kelemahan Media Cetak Error! Bookmark not defined.
3. Kelemahan Media Cetak .......................... Error! Bookmark not defined.
BAB III GAMBARAN UMUM.......................................................................... 80
A. Profil Media ............................................................ Error! Bookmark not defined.
1. Struktur Media .......................................... Error! Bookmark not defined.
2. Koran Satelit News ..................................... Error! Bookmark not defined.
3. Profil Pembaca Koran Satelit News ......... Error! Bookmark not defined.
4. Data Peredaran .......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Festival Cisadane ................................................... Error! Bookmark not defined.
1. Festival Cisadane 2019 Kota Tangerang . Error! Bookmark not defined.
2. Sejarah Festival Cisadane ......................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS .................................................... 80
A. Analisis Teks Berita “Resmi Dibuka, Festival Cisadane Wujud
Akulturasi Budaya” .............................................. Error! Bookmark not defined.
B. Analisis Praktik Wacana ...................................... Error! Bookmark not defined.
C. Analisis Sosial Budaya ..................................................................................... 81
1. Tingkat Situasional .................................... Error! Bookmark not defined.
2. Tingkat Institusional ................................. Error! Bookmark not defined.
3. Tingkat Sosial ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 88
A. Kesimpulan......................................................................................................... 80
B. Saran ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82
LAMPIRAN ......................................................................................................... 84
6
ABSTRAK
Nama :Esa Fikroh Khoerunnisa
NIM : 1113051000057
Analisis Framing Pemberitaan Tentang Kebijakan Menhumham Yasonna
Laoly Membebaskan Narapidana Ditengah Wabah Covid-19 Di Media
Tempo.Co
Di tengah upaya pemerintah menekan penyebaran corona, Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (HAM) atau Menkumham, Yasonna Laoly mengeluarkan
kebijakan untuk membebaskan sejumlah narapidana yang tertuang dalam
Peraturan Menkumham Nomor 10 Tahun 2010 dan Keputusan Kemekumham No.
19/PK/01/04/2020 untuk mengeluarkan sejumlah narapidana. Menteri Yasonna
memperkirakan akan ada 30.000 sampai 35.000 narapidana dewasa dan anak yang
akan dibebaskan. Yasonna menjelaskan bahwa kondisi penjara yang melebihi
kapasitas menjadi pertimbangan utama dibalik penerbitan keputusan
tersebut.Tempo.Co menjadi salah satu media yang cukup gencar memberitakan
kasus yang banyak menimbulkan pro dan kontra ini... (silahkan tambahkan
narasinya)
Adapun masalah penelitian ini adalah: 1). Bagaimana Tempo.co dalam
memframing pemberitaan tentang rencana pembebasan narapidana korupsi oleh
Menkumham Yasonna H. Laoly?2). Bagaimana netralitas dan objektivitas
tempo.co dalam memberitakan rencana pembebaasan narapidana korupsi oleh
Menkumham Yasonna H. Laoly?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif
adalah proses penelitian dan pemahaman terhadap fenomena social dan masalah
pada manusia dengan berdasarkan metodologi. metode yang digunakan adalah
deskriptif analisis. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis
framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui bagaimana realitas yang dibingkai oleh Tempo.co pemberitaan
tentang rencana pembebasan narapidana korupsi oleh Menkumham Yasonna H.
Laoly.
Dari hasil riset ini, peneliti menemukan bahwa frame yang dibentuk oleh
Tempo.co.Pada tiga berita yang dianalisis berdasarkan framing Zhondang Pan dan
Gerald M. Kosicki, pemberitaan banyak diisi oleh pernyataan dari narasumber
yang mengungkapkan polemik pembebasan narapidana untuk menanggulangi
covid 19. Dari ketiga berita tersebut Tempo.co memunculkan nama-nama tokoh
seperti Menteri Hukum dan Ham Yasona Laoly, pemerhati ICW, dan juru bicara
PKS Ahmad Fahru sebagai pemerhati dalam bidangnya masing-masing.
7
Kata Kunci: Analisis Framing, Kebijakan Menhumham, Media Tempo.Co
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah serta
inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat dan salam
semoga selalu tercurahkah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang saat ini. Semoga
kita diberi syafaat pada hari akhir kelak.
Peneliti sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan baik segi isi dari teknik penulisan. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun merupakan masukan bagi peneliti agar bisa memperbaiki kembali
sehingga bisa menghasilkan karya ilmiahlebih baik lagi.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa jasa dari berbagai pihak, maka penulis
ingin mengaturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Orang tua tercinta, Bapak Engkos Kosasih dan Ibu Lilis Hudaebiah yang
sangat luar biasa memberikan kasih sayang dan doa yang tak terhingga
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah.
3. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Dr. Suparto, M.Ed.,
4. Wakil Dekan I Bidang Akademik Dr. Siti Napsiyah
8
5. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag.
6. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Drs. Cecep Sastra Wijaya, M.A
7. Ketua Program Studi Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si., Sekretaris Jurusan
Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang telah meluangkan
waktunya untuk berkonsultasi dan membantu dalam perkuliahan.
8. Rubiyanah M.A selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan
waktunya di tengah kesibukannya yang padat, serta membimbing penulis
dengan sabar sehingga skripsi ini selesai.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu kepada penulis
10. Terima kasih kepada Agatha Widi yang membantu perizinan dan Syailendra
Persada selaku Redaktur Kanal Nasional Tempo.Co, sekaligus sebagai
narasumber
11. Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih telah
membantu saya dalam memberikan referensi buku, jurnal maupun skripsi.
12. Segenap keluarga besar Jurnalistik 2013, Yayasan Peduli Alhakim, Ikatan
Remaja Masjid Fathullah, Forum Komunikasi Mahasiswa Attaqwa, Dompet
Dhuafa Volunteer, Pecinta Anak Yatim & Duafa Indonesia dan Corps Da’i
Muda Dompet Dhuafa yang telah memberikan tempat dan waktu untuk
belajar, berproses dan berkarya
13. Teman-teman Squad Berfaedah, Ganish, Dessy, Ifaz, Handoko, Tati, Aang,
Immaroh, Ella, Solihin, Adi, Maratun, Syaza, Fida dan yang lainnya. Serta
9
Irfan, Fakhri, Mia, Fitria, Zikra, Zein dan yang lainnya yang sudah
membantu terselesaikan skripsi ini.
14. Terimakasih juga untuk sahabatku yang telah memberikan semangat dan
menjadi teman seperjuangan dikala suka maupun duka untuk menyelesaikan
S1.
Demikian skripsi ini peneliti persembahkan, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi peneliti khususnya dan yang membaca pada umumnya.
Ciputat, 10 Agustus 2020
Esa Fikroh Khoerunnisa
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan munculnya wabah covid
disesase 2019atau covid-19 yang menyerang manusia. Virus corona merupakan
jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran
pernapasan. Virus tersebut terdeteksi pertama kali muncul di Wuhan, China pada
akhir tahun 2019. Virus ini diketahui pertama kali muncul di pasar hewan dan
makanan laut di kota Wuhan. Menurut laporan banyak pasien yang menderita
virus corona terkait dengan pasar hewan dan makanan laut tersebut.
Virus corona mulai menjadi perhatian masyarakat dunia setelah pada 20
Januari 2020, otoritas kesehatan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China,
mengatakan bahwa tiga orang tewas di Wuhan setelah menderita Pneumonia yang
disebabkan virus tersebut.1
Setelah adanya laporan kematian yang disebabkan oleh virus tersebut,
corona menjadi topik terhangat berbagai media di seluruh dunia. Virus jenis ini
menjadi mengerikan karena banyak merenggut korban jiwa hanya dalam waktu
singkat dan juga penyebarannya yang sangat masif. Hampir seluruh negara di
dunia terjangkit virus corona tersebut, termasuk Indonesia.
Awal Maret 2020 Pemerintah mengumumkan bahwa dua orang Indonesia
positif terjangkit virus corona yang berasal dari Kota Depok, Jawa Barat. Kota
Jakarta disebut sebagai tempat awal mula munculnya virus corona di Indonesia.
1IDN TIMES, “Asal Mula dan Penyebaran Virus Corona dari Wuhan ke Seluruh
Dunia”, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 19.30 WIB.
14
Virus corona tersebut terus menyebar ke berbagai wilayah di DKI Jakarta
sehingga jumlah pasien positif terus melonjak sejak pemerintah mengumumkan
kasus pertama di Indonesia. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
menyebut Jakarta sebagai salah satu episentrum penyebaran virus corona.2
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah orang yang dinyatakan positif
virus corona semakin melonjak dan penyebarannya semakin masif. Menurut data
yang dirilis oleh Pemerintah pada hari Jumat, 8 Mei 2020 total jumlah kasus
positif corona di Indonesia mencapai 13.112 pasien, dengan jumlah kasus
kematian sebanyak 943 jiwa dan jumlah pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak
2.494 orang.3 Virus corona tersebut dilaporkan telah menyebar di 34 Provinsi atau
seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah atau
menekan semakin masifnya penyebaran virus ini. Diantara upaya pemerintah
adalah menghimbau masyarakat untuk menjaga jarak, menggunakan masker
ketika berada di tempat umum, dan sering mencuci tangan. Namun, semakin hari
jumlah masyarakat yang terjangkit virus corona semakin banyak dan
menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Di tengah upaya pemerintah menekan penyebaran corona, Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (HAM) atau Menkumham, Yasonna Laoly mengeluarkan
kebijakan untuk membebaskan sejumlah narapidana yang tertuang dalam
Peraturan Menkumham Nomor 10 Tahun 2010 dan Keputusan Kemekumham No.
2Kompas.com, “Perjalanan Pandemi Corona di Jakartta, Bemula dari Klub Dansa”,
diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 19.35 WIB. 3 Tirto.id, “Update Corona Indonesia 8 Mei 2020, Sebaran Kasus, Prediksi Pandemi”,
diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 19.45 WIB.
15
19/PK/01/04/2020 untuk mengeluarkan sejumlah narapidana.4 Menteri Yasonna
memperkirakan akan ada 30.000 sampai 35.000 narapidana dewasa dan anak yang
akan dibebaskan. Yasonna menjelaskan bahwa kondisi penjara yang melebihi
kapasitas menjadi pertimbangan utama dibalik penerbitan keputusan tersebut.
Ada empat kriteria narapidana yang bisa dibebaskan dengan revisi
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2012, mulai dari terpidana narkoba
hingga koruptor berusia lanjut dengan syarat yang ketat. Kriteria pertama adalah
narapidana kasus narkotika dengan masa pidana 5 sampai 10 tahun dan telah
menjalani dua pertiga masa pidananya, yang jumlahnya diperkirakan 15.482
orang. Sedangkan untuk terpidana korupsi bisa dibebaskan dengan syarat sudah
berusia 60 tahun ke atas dan telah menjalani dua pertiga masa tahanannya,
jumlahnya sekitar 300 orang. Kriteria ketiga diberikan untuk narapidana khusus
dengan kondisi sakit kronis yang dinyatakan oleh dokter rumah sakit pemerintah
dan bisa bebas jika sudah menjalankan dua pertiga masa tahananya. Jumlah
terpidana khusus ini sebanyak 1.457 orang.
Namun, kebijakan Menkumham untuk membebaskan narapidana tersebut
menimbulkan pro kontra di masyarakat. Keputusan itu dinilai memiliki sisi positif
dan negatif sehingga berpotensi menimbulkan gejolak atau pro kontra di
masyarakat. Nilai positifnya adalah bermanfaat mencegah penularan corona di
kerumunan orang dalam rumah tahanan (rutan). Sedangkan nilai negatifnya
adalah menimbulkan kecemburuan bagi yang tidak mendapat asimilasi, serta napi
yang bebas berpotensi melakukan tindakan kriminal lagi.5 Sementara itu Komisi
4 Tempo.co, “Narapidana Dibebaskan Untuk cegah Corona, Bagaimana Dengan
Tahanan Korupsi?”, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 20.03 WIB. 5Okezone.com, “Pro dan Kontra Asimilasi Narapidana di tengah Wabah Corona”,
diakses pada 8 mei 2020, Pukul 21.00 WIB.
16
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengakui mendukung kebijakan
Menkumham soal pembebasan narapidana lewat program asimilasi untuk
mencegah penyebaran virus corona. Namun, Komnas HAM hanya mendukung
pembebasan napi kasus pidana umum, bukan napi kasus korupsi ataupun
terorisme.6
Ketakutan masyarakat akan napi yang dibebaskan melakukan tindakan
kriminal lagi terbukti dengan banyaknya pemberitaan soal napi asimilasi yang
melakukan tindakan kejahatan di berbagai media massa. Kasus yang terbaru
adalah pembunuhan yang disertai mutilasi di Kota Medan yang menimpa seorang
pekerja salon yang dilakukan oleh tiga orang pria yang dua diantaranya adalah
bekas narapidana yang baru dibebaskan lewat program asimilasi.
Keputusan Menkumham Yasonna Laoly membebaskan narapidana lewat
program asimilasi yang menimbulkan pro dan kontra serta dampak negatif di
masyarakat menjadi perhatian besar media selama sebulan ini. Salah satu media
yang cukup vocal dalam mengkritisi kebijakan Menkumham adalah Tempo.co.
beberapa judul berita yang terkait dengan keputusan pembebasan narapidana
cenderung kontra dengan keputusan tersebut.
Pandangan tersebut tercermin pada rubrik kolom yang berjudul “Titipan
Kotor Pembebasan Koruptor”7 dalam kolom tersebut tempo.co dengan tegas
menuliskan agar Presiden Joko Widodo menolak usul pembebasan narapidana
kasus korupsi di tengah pandemi virus corona dan menyebut bahwa keputusan
Menkumham, Yasonna Laoly tersebut patut disesalkan sekaligus diwaspadai.
6 Detik.com, “Komnas HAM Pro-kebijakan Napi Bebas karena Corona: Napiter
Koruptor Tak Termasuk”, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 21.10 WIB. 7 Tempo.co, “Titipan Kotor Pembebasan Koruptor”, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul
21.45 WIB.
17
Penulis menilai bahwa apa yang ditulis dalam berita tersebut adalah pandangan
Tempo.co.
Pemberitaan kontra Tempo.co terhadap kebijakan Menkumham tidak
hanya di berita itu saja, setidaknya ada tiga berita yang terkait dengan pembebasan
narapidana lewat program asimilasi.
Untuk diketahui, Tempo.co merupakan salah satu media daring di
Indonesia. Sejak tahun 2008, Tempo.co telah lahir kembali dengan wajah baru
dan sajian berita yang berkualitas yang berupaya menerapkan standar tinggi
jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas, dan
berimbang.8 Tempo.co menempati urutan ke 28 sebagai situs yang paling banyak
diakses di Indonesia.9
Media massa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan
masyarakat. Begitu besarnya pengaruh media massa sehingga media massa
ditempatkan sebagai komunikasi massa yang berperan sebagai komunikator serta
agen of change, menjadi pelopor perubahan dalam lingkungan publik yang dapat
memengaruhi khalayak.10
Secara tidak langsung media massa dapat membentuk persepsi publik
terhadap subjek tertentu. Apa yang diberitakan oleh media massa sedikit banyak
berpengaruh terhadap persepsi publik sehingga tidak jarang suatu peristiwa atau
kejadian baik yang skalanya kecil maupun besar dipengaruhi oleh pemberitaan
media massa.
8Tempo.co, profil, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 22.00 WIB 9Alexa.com, http://www.alexa.com/siteinfo/tempo.co#section_traffic, diakses pada 8 Mei
2020, Pukul 22.15 WIB. 10Husnul Khatimah, “Posisi dan Peran Media Dalam Kehidupan
Masyarakat”,http://Journal.uinmataram.ac.id, Volume 16. No. 1 Desember 2018, h. 120.
18
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik mengangkat isu yang sedang
ramai menjadi perbincangan publik Indonesia saat ini. Penulis ingin mengetahui
bagaimana dan mengapa Tempo.co mengkonstruksi pemberitaan tentang
kebijakan Menhumkam Yasonna Laoly membebaskan narapidana di tengah
wabah virus corona. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti isu tersebut dengan
judul Analisis Framing Pemberitaan Tentang Kebijakan Menhumham Yasonna
Laoly Membebaskan Narapidana Di Tengah Wabah Virus Corona Di Media
Tempo.Co
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi masalah
penelitian pada analisis pembingkaian atau framingpemberitaan mengenai
kebijakan Menkumham Yasonna Laoly membebaskan narapidana di tengah
wabah virus corona di tempo.co dengan memilih empat dari 13 pemberitaan
yang berkaitan dengan hal tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana framing tempo.co dalam memberitakan rencana
pembebasan narapidana korupsi oleh Menkumham Yasonna H.
Laoly?
19
b. Bagaimana netralitas dan objektivitas tempo.co dalam
memberitakan rencana pembebaasan narapidana korupsi oleh
Menkumham Yasonna H. Laoly?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada batasan dan rumusan masalah yang telah dijabarkan di
atas, penelitian ini bertujuan:
b. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tempo.co
mengonstruksi pemberitaan kebijakan Menhumkan Yasonna Laoly
membebaskan narapidana di tengah wabah virus corona.
c. Untuk mengetahui bagaimana netralitas dan objektivitas tempo.co
dalam memberitakan rencana pembebaasan narapidana korupsi
oleh Menkumham Yasonna H. Laoly?
1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dengan adanya penelitian
ini adalah:
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan wawasan keilmuan khususnya di bidang
media serta komunikasi massa. Penulis juga berharap, penelitian ini
dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
20
d. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
bagi mahasiswa komunikasi, praktisi media, wartawan serta kepada
khalayak pada umumnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat
bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat yang ingin mendalami
analisis terhadap teks berita dengan pendekatan analisis wacana kritis
Norman Fairclough.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigm konstruktivisme yang melihat
fenomena “realitas” sebagai produk dan penciptaan kognitif manusia.
Paradigma kontruktivis memiliki beberapa criteria yang membedakannya
dengan paradigma lainnya, yaitu ontologi, epistimologi, dan metodologi.
Level ontology paradigma konstruktivis melihat kenyataan sebagai hal
yang ada tetapi realitas bersifat majemuk dan maknanya berbeda bagi tiap
orang. Dalam epistimologi, peneliti menggunakan pendekatan subjektif
karena dengan cara itu bisa menjabarkan pengkontrsian makna individu.
Dalam metodologi, paradigma ini menggunakan berbagai macam jenis
pengkonstruksian dan menggabungkannya dalam sebuah consensus.11
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan
kualitatif adalah proses penelitian dan pemahaman terhadap fenomena social
11M. Chairul Basrun Umanailo, “Paradigma Konstruktivis”, http://osf.io
21
dan masalah pada manusia dengan berdasarkan metodologi. metode yang
digunakan adalah deskriptif analisis.
Zhondang.12
3. Subjek dan Objek Penelitian
Untuk melakukan penelitian yang akurat serta mendapatkan data yang
valid maka subjek penelitian adalah portal berita Tempo.co. Sementara
objeknya adalah pemberitaan mengenai pembebasan narapidana.
4. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan tahapan-
tahapan sebagai berikut:
a. Observasi Teks
Peneliti melakukan observasi terhadap pemberitaan kebijakan
Menhukam Yasonna Laoly membebaskan narapidana di tengah wabah
virus corona di Tempo.co. dari sekian banyak pemberitaan yang
terkait, peneliti memilih beberapa berita yang relevan dengan
penelitian ini.
b. Wawancara
Selain melakukan observasi teks, peneliti juga melakukan
wawancara terhadap redaksi Tempo.co yang diharapkan dengan
wawancara ini mendapat hasil yang optimal.
c. Dokumentsi
12Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h.286
22
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dari berbagai
sumber, seperti buku, website serta literature lainnya yang mendukung
dan relevan dengan penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis framing Zhondang Pan dan
Gerald M. Kosicki. Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas
yang dibingkai oleh media tertentu. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana realitas yang dibingkai oleh media tertentu. Dengan analisis Framing
Teknik analisis data pada penelitian ini berdasarkan model Zhondang Pan dan
Gerald M. Kosicki. Pada model ini kerangka analisisnya terbagi menjadi empat
bagian, sebagai berikut :
Kerangka Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki table analisis
zhondang13
Struktur Perangkat Framing Unit yang diamati
Sintaksis
Cara wartawan
menyusun kata
Skema Berita Headline, lead, latar
informasi, kutipan,
sumber, pernyataan,
penutup
Skrip
Cara wartawan
mengisahkan fakta
Kelengkapan berita 5W+1W
Tematik
Cara wartawan
menuliskan fakta
Detail, maksud kalimat
(hubungan), nominalisasi
antar kalimat, korehensi
Paragraf, Proposisi
Retoris
Cara wartawan
menentukan fakta
Leksikon, Grafis,
Metafor
Kata, idiom,
Gambar/Foto, Grafik
13Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS Printing
Cemerlang, 2011) h. 256
23
6. Tinjauan Pustaka
Setelah menelusuri sejumlah literatur baik secara daring maupun
luring, terdapat beberapa skripsi yang menggunakan analisis yang sama.
Peneliti juga meninjau beberapa skripsi yang sangat berguna sebagai bahan
referensi.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah meninjau beberapa laporan
penelitian yang ada di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Laporan penelitian tersebut dijadikan sebagai salah satu
referensi peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya. Terdapat beberapa
laporan penelitian yang secara teori relevan dengan penelitian yang dibuat
peneliti. Berikut adalah laporan penelitian tersebut:
a. Skripsi Ulfah Armanida Mahasiswa Jurnalistik dengan judul
Konstruksi Program Ajang Pencarian Bakat KDI Pada Media Online. Skripsi
tersebut membahas mengenai Kumparan.com membingkai tentang kontroversi
ajang pencarian bakat. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah menggunakan paradigm konstruktivis serta menggunakan analisis
Framing Pan Kosicki. Perbedaan dengan skripsi peneliti ada pada objek yang
diteliti
b. Skripsi Panji Febrian Nugraha Mahasiswa Jurnalistik dengan judul
Konstruksi Realitas Sosial Kasus Tewasnya Terduga Teroris Di Media Online
(Analisis Framing Pemberitaan Siyono Di Kompas.Com). dalam skripsi
24
membahas bagaimana Kompas.co mengkonstruksi pemberitaan terkait
tewasnya terduga teroris Siyono. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah menggunakan paradigm konstruktivis serta menggunakan
analisis Framing Pan Kosicki. Perbedaan dengan skripsi peneliti ada pada
objek yang diteliti.
Setelah menelusuri sejumlah literatur baik secara daring maupun
luring, terdapat beberapa skripsi yang menggunakan analisis yang sama.
Peneliti juga meninjau beberapa skripsi yang sangat berguna sebagai bahan
referensi.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh
Annisa Haismaida: Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
lulus tahun 2017 dengan judul Relasi Media dan Politik: Analisis Wacana
Kritis Seleksi Anggota Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia dalam
Pemberitaan Siasat Politik Stasiun Televisi Majalah Tempo.
Peneliti memilih skripsi tersebut karena menggunakan analisis yang
sama, yakni analisis wacana kritis Norman Fairclough. Perbedaannya dengan
penelitian yang penulis teliti terletak pada objek penelitiannya.
Selanjutnya penelitian yang dijadikan referensi yaitu skripsi Siti
Nurhayati, mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
lulusan tahun 2014 dengan judul: Representasi, Relasi dan Identitas Wacana
25
Opini Politik Koran Harian Jawa Pos: Pendekatan Analisis Wacana Kritis
Norman Fairclough.
Alasan penulis menjadikan skripsi tersebut sebagai referensi karena
penelitian terdahulu ini menggunakan analisis wacana kritis yang sama, yakni
analisis wacana kritis Norman Fairclough. Perbedaannya dengan penelitian
yang penulis tulis terletak pada objek penelitiannya.
E. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini terdiri dari sub bab, yaitu sub bab Analisis Wacana yang
membahas secara rinci pengertian Analisis, Pengertian Wacana, Framing
Dalam bab ini membahas dan menguraikan tentang teori yang digunakan dan
disesuaikan dengan permasalahan.
BAB III GAMBARAN UMUM
Menjelaskan tentang media Tempo.co, yang terdiri atas profil, visi dan
misi, struktur organisasi, prinsip dasar, dan produk Tempo.co.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
Hasil Temuan dan Analisis Data, pada bab ini peneliti menguraikan hasil
analisis Kebijakan menhumkam yasonna laoly membebaskan narapidana
di tengah wabah virus corona.
26
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan penulis dari hasil penelitian, serta saran terkait
penelitian ini.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis Framing
Ada beberapa definisi tentang framing menurut para tokoh, di
antaranya menurut Robert N. Entman bahwa framing merupakan proses
seleksi pada realitas sehingga pada bagian tertentu dari realitas akan lebih
menonjol dibandingkan dengan yang lain. Dengan kata lain, frame
kemudian menempatkan informasi dengan luas dan lebih besar ketimbang
informasi lain.1
Namun pada dasarnya gagasan mengani framing tersebut,
dicetuskan pertama kali oleh Beterson tahun 1995, yang dilanjutkan oleh
Goffman pada 1974 dengan mengandaikan frame sebagai kepingan
perilaku yang membimbing individu ketika membaca realitas.2
Dapat dipahami bahwa analisis framing adalah analisis yang
dipakai untuk melihat bagaimana media mengonstruksi realitas dan juga
untuk melihat bagaimana peristiwa itu bisa dipahami dan dibingkai oleh
media. Oleh karena itu, yang dilihat dalam analisis framing adalah cara
media dalam memaknai , memahami dan membingkai kasus atau peristiwa
yang diberitakan.
Dalam pandangan ilmu komunikasi, bahwa analisis framing
digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
merekonstruksi fakta. Hal ini untuk mencermati seleksi, penonjolan hingga
1 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik, h.77 2 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik, h.6
14
pertautan fakta di dalam berita agar bermakna serta lebih menarik. Dan
untuk menggiring interpretasi pembaca sesuai perspektif tersebut.3 Ada
tiga proses framing. Pertama, proses framing sebagai penyajian realitas
tentang suatu kejadian yang tidak diingkari secara menyeluruh melainkan
secara halus terhadap aspek-aspek tertentu. Dengan mempunyai konotasi
tertentu serta menggunakan istilah-istilah tertentu yang dibantu oleh foto,
karikatur maupun alat ilustrasi lainnya.
Kedua, proses framing tidak dapat dipisahkan dengan
penyuntingan yang melibatkan seluruh bagian redaksi dari media. Hal ini
dilakukan walaupun tanpa adannya konsultasi dengan redaktur pelaksana
baik dalam menentukan laporan reporter yang akan dimuat ataupun dalam
menentukan judul. Ketiga, proses framing tidak hanya melibatkan pelaku
media namun juga pihak-pihak yang terlibat dalam penyedia informasi
setiap kasus-kasus yang ditulis. Pada proses tersebut menjadikan media
massa sebagai arena informasi terkait masalah tertentu hingga
diperebutkan ke dalam perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-
sama menginginkan dukungan dari pembaca.4
Dalam proses tersebut, dapat diartikan bahwa framing merupakan
peranan penting dalam media, yakni digunakan untuk menarik perhatian
masyarakat perihal peristiwa yang seharusnya dilihat. Dengan demikian
dapat meyakinkan bahwa peristiwa tersebut termasuk ke dalam peristiwa
besar. Dengan kata lain bahwa framing dapat menentukan apakah
3 Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 166 4 Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h. 167
15
peristiwa tersebut dianggap sebagai masalah sosial maupun tidak. Karena
tanggapan publik terdapat suatu peristiwa juga tergantung pada
pemaknaan suatu peristiwa tersebut. Dan untuk keberhasilan framing
dalam memainkan peranan pentingnya dapat diukur dengan sejauh mana
penyajian dari sebuah peristiwa yang terbentuk dari pemahaman
masyarakat akan problem sosial.5
B. Analisis Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki
Analisis framing merupakan sebuah metode penelitian dalam
proses konstruksi di media massa. Analisis framing bermaksud untuk
memunculkan sebuah nilai dari peristiwa yang ditulis oleh pelaku pers di
media massa. Dalam perkembangan analisis framing, terdapat beberapa
tokoh yang mendalaminya seperti Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Ada setidaknya empat perangkat yang digagas oleh Zhondang Pan
dan Gerald M. Kosicki dalam menganalisis framing media massa, yakni
struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur retoris.6
1. Struktur Sintaksis
Struktur sintaksis merupakan susunan kata atau frase dalam
kalimat. Berita sintaksis merujuk kepada pengertian susunan dari
sebuah berita yang terdiri dari headline, lead, latar informasi, sumber
dan penutup dari keseluruhan teks berita. Dalam arti bahwa piramida
bagian atas yang ditampilkan akan lebih mempunyai makna
ketimbang bagian bawah. Sehingga susunan struktur ini mempunyai
5 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik, h.169 6 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h.257-266
16
peranan penting dalam media massa seperti majalah yang mana dalam
memaknai peristiwa serta ke mana peristiwa tersebut dibawa.
Lebih lanjut dalam headline di struktur tersebut mempunyai
tingkatan yang menonjol dan menunjukkan kepada berita dan artikel
yang mana biasanya pembaca lebih cenderung untuk mengingat
judul/headline dibandingkan dengan isi berita. Kemudian headline
sendiri mempunyai fungsi framing yang kuat yang sering digunakan
oleh para wartawan. Di samping itu, lead juga salah satu peringkat
sintaksis lain yang juga sering digunakan oleh wartawan dalam
mengonstruksi suatu isu berita.
Kemudian struktur lain dalam sintaksis adalah latar informasi.
Latar informasi merupakan bagian dari berita yang dapat
mempengaruhi makna dalam setiap tulisan para wartawan. Bahkan
dengan adanya latar informasi juga dapat menentukan arah yang ingin
ditulis oleh wartawan sehingga dapat mempengaruhi pandangan
pembaca. Dan dalam bagian ini pula apa yang ditulis oleh wartawan
dalam sebuah berita tidak termasuk ke dalam pendapat pribadinya
melainkan terdapat pendapat dari para narasumber yang mempunyai
otoritas tertentu. Sehingga dalam bagian ini untuk menunjukkan
prinsip keseimbangan dan tidak memihak serta membangun
objektivitas.
2. Struktur Skrip
Skrip digunakan oleh wartawan untuk melihat bagaimana cara
menceritakan peristiwa ke dalam berita. Maka dari itu, media massa
17
mempunyai cara bercerita sendiri dalam memberikan informasi
kepada khalayak dan tentu setiap media juga berbeda-beda caranya.
Di samping itu, skrip juga dapat memberikan tekanan mana yang
didahulukan saat mengonstruksi sebuah berita.
Bentuk umum dari struktur ini yakni 5w+1h (who, what,
when, where, why, dan how). Oleh karena itu, unsur kelengkapan
berita seperti skrip begitu penting dalam framing. Karena wartawan
selalu memiliki cara tersendiri agar berita yang ditulis dapat menarik
khalayak.
3. Struktur Tematik
Struktur tematik merupakan cara wartawan dalam
mengungkapkan pandangannya atas sebuah peristiwa yang ingin ia
tulis. Dalam struktur ini pula dapat dilihat bagaimana peristiwa itu
diungkapkan dan kemudian ditulis oleh wartawan. Lebih lanjut
tematik juga berhubungan dengan suatu fakta yang dituliskan, kalimat
yang digunakan hingga bagaimana menempatkan sumber ataupun
menulis sumber ke dalam sebuah teks berita secara menyeluruh.
4. Struktur Retoris
Retoris merupakan cara dari wartawan dalam menekankan arti
tertentu dari sebuah berita. Dalam maksud adalah struktur ini untuk
menggambarkan pilihan gaya dan kata yang pilih oleh wartawan yang
kemudian menekankan pada arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan tersebut. Retoris dari wacana berita juga bisa dikatakan
18
untuk menunjukkan kecenderungan dengan apa yang dituliskan pada
sebuah kebenaran.
Bahkan elemen penting dari struktur ini adalah leksikon yakni
pemilihan kata atau pemakaian kata tertentu dalam menggambarkan
peristiwa tertentu. Oleh karena itu, pilihan kata yang digunakan tidak
serta-merta karena kebetulan namun juga berdasarkan ideologis dari
bagaimana pemaknaan seseorang dari sebuah fakta tersebut.
Tak hanya lewat kata, namun juga dapat menggunakan unsur
grafis dalam mengungkapkan sebuah pesan dari berita. Unsur grafis
juga muncul dalam bentuk foto, gambar maupun tabel sebagai
pendukung dari sebuah gagasan atau bagian lain yang tidak
ditonjolkan. Sehingga unsur ini pula disebut sebagai metafora dalam
menyampaikan sesuatu melalui kiasan dan ungkapan tertentu.
Tabel 2.1
Kerangka Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki7
STRUKTUR PERANGKAT
FRAMING
UNIT YANG
DIAMATI
Sintaksis
Cara wartawan
menyusun fakta
1. Skema Berita Headline, Lead, Latar,
Kutipan, Sumber,
Pernyataan, Penutup
Skrip
Cara wartawan
mengisahkan fakta
2. Kelengkapan Berita 5W+1H
Tematik
Cara wartawan
menulis fakta
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk Kalimat
6. Kata Ganti
Paragraf, Proposisi
Retoris 7. Leksikon Kata, Idiom,
7Eriyanto, Analisis Framing :Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS,
2006), h. 256.
19
Cara wartawan
menekankan fakta
8. Grafis
9. Metafora
Gambar/Foto, Grafik
C. Konstruksi Realitas Sosial
Dalam konteks media massa, realitas yang ada atau yang sudah
disajikan kepada publik merupakan hasil dekonstruksi fakta-fakta.
Sehingga sebuah realitas dapat dikatakan, ia tidak pernah bisa berdiri
sendiri secara hakiki. Mengenai dekonstruksi fakta-fakta dalam media
massa tentu sudah melewati berbagai proses panjang dalam keredaksian
dan pengaruh ideologi juga dapat membentuk hal serupa dari sebuah
realitas. Sebagai media massa yang menyebarkan sebuah informasi
mempunyai peranan penting yakni dalam membentuk opini publik dengan
melalui konstruksi realitas sosial yang dilakukannya.
Dalam teori konstruksi realitas sosial menurut Peter L. Berger dan
Thomas Luckman merujuk pada tindakan dan interaksi sehingga
menggambarkan proses sosial, yang mana individu menciptakan secara
subyektif atas realitas yang dimiliki dan diamini. Secara tidak langsung
maka pemahaman realitas tersebut dengan sendirinya terbentuk oleh
masing-masing individu.8 Sedangkan untuk konstruksi realitas pada
bidang media massa tertuju pada penyusunan realitas yang diperoleh dari
setiap peristiwa hingga menjadi cerita ataupun wacana yang punya makna.
Dengan kata lain, bahwa menurut Berger dan Luckman gagasan
konstruksi sosial dan realitas media massa akan berpengaruh pada
khalayak. Sehingga media massa dianggap sebagai medium yang
8 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h.13
20
berpengaruh dalam konstruksi realitas sosial seperti konstruksi realitas
sosial media massa.9 Mereka kemudian membagi tiga macam realitas yang
berbeda satu dengan lainnya. Pertama, Realitas Objektif yakni realitas
yang terbentuk dari pengalaman dunia objektif yang berada di luar
individu dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Kedua, Realitas
Subjektif adalah realitas yang terbentuk dari proses penyerapan kembali
antara realitas objektif dan simbolik dalam individu lewat proses
internalisasi. Ketiga, Realitas Simbolik adalah proses pemaknaan terhadap
suatu objek. Berarti manusia sebagai instrumen terpenting dalam
menciptakan realitas yang objektif melalui eksternalisasi, sehingga
mempengaruhi proses internalisasi yang mencerminkan realitas subjektif
dengan menggunakan bahasa sehingga dihasilkan realitas simbolik.10
Pada dasarnya konstruksi realitas media massa melibatkan individu
sebagai subjek, namun individu tersebut tidak akan mempunyai dampak
besar akan proses konstruksi yang terjadi tanpa melalui media massa. Hal
ini bisa terjadi karena disebabkan hubungan yang bersifat vertikal antara
individu dengan individu sehingga proses konstruksi realitas media massa
begitu lamban jalannya. Sebagai contoh individu tidak mempunyai
dampak besar seperti wartawan yang tengah meliput sebuah peristiwa
namun hanya mampu mengolah peristiwa tersebut tanpa bisa publikasi.
Dan untuk publikasinya perlu media massa. Oleh karena itu, media massa
merupakan otoritas tertinggi dalam proses konstruksi tersebut.11
9 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 194 10 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.14-21 11 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 195
21
Bahkan terdapat teori yang secara spesifik menjelaskan level dan
tingkatan terhadap pengaruh isi media, yang disebut juga sebagai teori
hierarki pengaruh Shoemaker. Dalam teori tersebut mengungkapkan
bahwa pengaruh isi media mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar
menjadi lima tingkatan. Tingkatan individual, rutinitas media, organisasi,
ekstremedia dan ideologis. Sehingga kemudian hal itu dapat menjadikan
isi berita sering kali terlihat beda dan terasa memiliki keberpihakan
terhadap suatu hal tertentu. Sehingga kemudian dapat dikatakan menurut
teori tersebut menjadikan isi berita sering kali terlihat beda dan terasa
memiliki keberpihakan terhadap suatu hal tertentu. Berikut penjelasan
mengenai lima tingkatan tersebut.12
1. Tingkat Individu, pengaruh pekerja media antara individu dengan
individu terdapat pada karakteristik pola komunikasi, latar belakang.
2. Tingkat Rutinitas Media, pengaruhnya rutinitas media yakni pada
apa yang dihasilkan oleh media massa yang berpengaruh pada
kegiatan seperti tenggat waktu (deadline), struktur piramida terbalik
dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter kepada sumber-
sumber resmi dari berita yang dihasilkan.
3. Tingkat organisasi. Dalam hal pengaruh organisasional memiliki
tujuan penting yakni mencari keuntungan materi. Kemudian akan
berpengaruh pada isi yang dihasilkan.
4. Tingkat ekstremedia. Pada pengaruh luar media meliputi lobi dari
kepentingan-kepentingan akan isi media, public relation serta
12 Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h.138-139.
22
dengan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang
pers.
5. Tingkat ideologis. Dalam pengaruh ideologi terhadap media di
segala sisi. Ideologi dapat diartikan sebagai mekanisme simbolik
yang berfungsi dalam mempersatukan masyarakat dan juga
menyediakan kekuatan kohesif di dalamnya.
Di samping itu, media massa pada hakikatnya merupakan agen
konstruksi realitas. Hal itu berdasarkan bahwa setiap media massa
mempunyai sudut pandang tersendiri terhadap isu peristiwa. Ada tiga
tahap dalam mengonstruksi realitas di media massa, yakni menyiapkan
materi konstruksi, penyebaran konstruksi, dan tahapan pembentukan
konstruksi. Berikut pemaparan keempat tahapan tersebut.13
Pertama, menyiapkan materi konstruksi. Dalam tugas dan
tanggung jawab keredaksian yang terpenting adalah mendistribusikan
berbagai tugas kepada tiap-tiap desk editor. Keterkaitan menyiapkan
materi konstruksi dengan keredaksian yakni berada pada isu yang menjadi
prioritas oleh media massa tersebut. Sehingga kemudian terjadi kedekatan
emosional antara pembaca. Misalnya persoalan jabatan, pejabat dan
kinerja birokrasi layanan publik.
Tahapan berikutnya dalam menyiapkan materi konstruksi yakni
yang berhubungan dengan proses produksi media massa. Hal ini
menyangkut pada hubungan media massa dengan kapitalisme. Media
massa digunakan untuk mesin peraup keuntungan. Dan tak sedikit media
13Puji Santoso. Konstruksi Sosial Media Massa. (Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara: Jurnal Al-Balagh, Vol 1, No. 1, 2016), hal. 34.
23
massa dalam kerja jurnalistik hanya untuk mengejar profit semata serta
menyampingkan hak-hak publik untuk memperoleh informasi. Selanjutnya
menyangkut hubungan media massa dengan masyarakat. Namun dalam
hal ini sering ditemukan media massa “menjual berita” untuk menaikkan
rating dengan bermodalkan empati, simpati terhadap masyarakat. Sebagai
contoh sebuah acara yang sengaja mengeksploitasi kemiskinan ataupun
kesedihan hanya untuk target rating yang tercapai yang kemudian
mendatangkan iklan. Terakhir hubungan media massa terhadap
kepentingan umum yang ditandai dengan visi misi setiap media massa.
Namun kerap kali visi tersebut hanya jadi slogan belaka. Padalah visi
tersebut sebagai cerminan keberpihakan media masa kepada kepentingan
umum.
Kedua, penyebaran konstruksi. Media massa memiliki platform
untuk digunakan sebagai sebaran konstruksi media massa. Dengan prinsip
utama media massa yakni aktual. Namun dari konsep aktualisasi media
massa cetak berbeda dengan media massa elektronik. Dalam media
elektronik bersifat pada seketika langsung disiarkan atau bersifat yang
langsung (live) untuk disampai ke pemirsa.Dan untuk konsep aktualisasi
pada media cetak yang bersifat tertunda. Sebagai contoh varian dari media
cetak yakni ditemukannya konsep hari, munggu atau bulan dalam terbitan
mereka.
Ketiga, pembentukan konstruksi realitas. Setalah tahapan pertama
dan kedua terjadi dalam media massa, maka terakhir yakni pembentukan
konstruksi. Secara umum, pembentukan konstruksi di masyarakat melalui
24
runtutan mulai dari konstruksi realitas pembenaran oleh media massa yang
mengakibatkan pada pembenaran apa yang tersaji oleh media massa
tersebut kepada masyarakat. Dilanjutkan oleh pilihan orang untuk menjadi
pembaca di media massa tersebut dengan adanya kesediaan dikonstruksi
oleh media massa. Hingga kemudian menjadikan media massa sebagai
pilihan konsumtif. Sebagai cirinya media massa sebagai kebiasaan hidup
yang tak bisa ditinggalkan.
Dalam tahapan pembentukan konstruksi adakalanya disebut
pembentukan konstruksi citra berupa sebuah berita yang mengandung
iklan. Sebuah iklan biasanya akan disiapkan oleh para pembuat iklan
semisal copywriter. Dalam perkembangannya model konstruksi citra
terbagi menjadi model good news dan bad news. Di mana keduanya ada
yang menyajikan pemberitaan yang baik dan di satu sisi cenderung
menyajikan kejelekan yang mengakibatkan citra buruk pada sebuah berita
tersebut.
Berikutnya pembentukan tahap konfirmasi yang berfungsi saat
media massa maupun pembaca memberikan argumentasi dan akuntabilitas
pada sebuah peristiwa. Tahapan ini untuk media perlu dilakukan untuk
memberi ruang argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial.
Berbeda dengan pembaca, tahapan konfirmasi merupakan bagian untuk
menjelaskan proses konstruksi yang mereka terlibat di dalamnya.
D. Konseptualisasi Berita
Berita berasal dari bahasa sanskerta yakni vrit yang berarti ada atau
terjadi. Ada juga yang menyambut dengan vritta yang artinya kejadian
25
atau yang telah terjadi. Bahkan dalam bahasa Inggris, news secara
etimologis berasal dan kata baru (new). Dapat diartikan bahwa berita
merupakan sebuah peristiwa atau hal baru yang terjadi. Sedangkan
menurut pada wartawan memaknai news berasal dari singkatan north
(utara), east (timur), west (barat), dan south (selatan). Sehingga dapat
diartikan berita adalah sebuah laporan dari peristiwa yang terjadi dari
keempat penjuru angin tersebut.14 Dr. Willard G. Bleyer mendefinisikan
berita merupakan sesuatu yang baru yang telah dipilih oleh wartawan
untuk dimuat di surat kabar dan dapat menarik perhatian bagi para
pembaca. Dapat dikatakan bahwa berita tersebut tergolong ke dalam berita
terbaik yakni karena memuat isi berita yang menarik oleh pembaca dengan
jumlah besar.15
Pada umumnya, berita yang berkualitas yang dimuat oleh suatu
media memiliki kriteria tertentu. Pada kriteria tersebut terdapat pula nilai-
nilai yang tergantung di dalamnya sehingga menjadi layak untuk dimuat di
media massa. AS Haris Sumadira setidaknya telah merumuskan ada 11
nilai berita (news value) yakni: Aktual (timelines), Akibat (impact),
Kebaruan (newsness), Keluarbiasaan (unsualness), Kedekatan (proximity),
Konflik (conflict), Informasi (information), Orang penting (prominence),
14 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h.130 15 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode
Etik, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2004), h. 103.
26
Ketertarikan manusiawi (human interest), Kejutan (suprising), Seks
(sex).16
Di samping itu, dalam berita juga terdapat istilah kategori berita
yang umumnya dipakai oleh wartawan untuk membedakan jenis isi berita
dan subjek peristiwa tersebut. Menurut Gaye Tuchman wartawan
mengategorikan berita ke dalam lima jenis, antara lain:17
a. Hard news adalah berita yang memiliki nilai dari segi aktualitas.
Karena kategori ini dibatasi oleh waktu dan peristiwa yang terjadi saat
itu. Dengan kata lain, semakin cepat diberitakan maka semakin baik.
Secara tidak langsung peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba.
b. Soft news merupakan kategori berita yang tergolong informasi yang
diberitakan kepada pembaca untuk menyentuh emosi bagi pembaca.
Dan biasanya berhubungan dengan human interest atau kisah yang
menyangkut perihal sisi manusiawi seseorang. Dapat dikatakan kalau
jenis soft news merupakan berita pendukung dan nilai beritanya di
bawah hard news.
c. Spot news yakni termasuk dalam kategori hard news. Akan tetapi
yang membedakan pada peristiwa yang tidak bisa direncanakan.
Semisal peristiwa kebakaran ataupun pembunuhan.
d. Daveloping news, ciri khas dari kategori ini pada pengembangan isu
berita sebelumnya yang kemudian dilanjutkan untuk dimuat pada
16 AS Haris Sumadira, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan
Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.80 17 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta:
LKiS, 2006) h. 109-110
27
media massa. Dengan kata lain, peristiwa yang diberitakan merupakan
rangkaian berita yang kana diteruskan keesokan harinya.
e. Continuing news secara umum masuk ke dalam kategori hard news.
Namun pada peristiwa tersebut yang akan diberitakan dapat diprediksi
serta direncanakan.
Selain dibedakan ke dalam kategori-kategori, berita juga dibuat
dengan struktur penulisan yang baik dan benar. Secara umum, struktur
berita terdiri dari judul berita (headline), teras berita (lead), kelengkapan
atau isi berita (Body). Tak hanya struktur berita, para wartawan juga
menggunakan teknik penulisan dengan gaya piramida terbalik. Dan
biasanya gaya piramida terbalik digunakan agar mempermudah proses
penyuntingan oleh redaktur maupun untuk memotong bagian isi berita
yang dianggap tidak layak atau penting. Gaya penulisan tersebut dapat
d6itemukan seperti media cetak yakni surat kabar dan majalah.18
.
18 Sudarmin Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta : Kalam Indonesia, 2005), h.57
80
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangan Tempo
Pada tahun 1969, sekumpulan anak muda berangan-angan
membuat sebuah majalah berita mingguan. Alhasil, terbitlah majalah
berita mingguan bernama Ekspres. Di antara para pendiri dan pengelola
awal, terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto
Wibisono, dan Usamah. Namun, akibat perbedaan prinsip antara jajaran
redaksi dan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Goenawan
cs keluar dari Ekspres pada 1970.
Di sudut Jakarta yang lain, seorang Harjoko Trisnadi sedang
mengalami masalah. Majalah Djaja, milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu
Kota (DKI), yang dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi
kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat
itu, Ali Sadikin, minta agar Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya
Raya-sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI. Lalu terjadi
rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya-yang dipimpin Ir.
Ciputraorang-orang bekas majalah Ekspres, dan orang-orang bekas
majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah PT.
Grafiti Pers sebagai penerbitnya.
Kantor majalah mingguan Tempo bertempat di Jln. Palmerah Barat
No.8, Jakarta. Kehadiran majalah berita mingguan Tempo dideklarasikan
pada 6 Maret 1971 atas prakarsa dari sejumlah wartawan muda. Sejumlah
wartawan muda berisikan Goenawan Mohamad yang berperan sebagai
81
pemimpin redaksi, Bur Rasuanto sebagai wakil pemimpin redaksi,
Usamah, Fikri Jufri, Cristianto Wibisono, Toeti Kakiailatu, Harjoko
Trisnadi, Lukman Setiawan, Yusril Djalinus, Zen Umar Purba, dan Putu
Wijaya menandai lahirnya majalah Tempo dengan menerbitkan edisi
perdana setelah sebelumnya ada edisi perkenalan.
Pemilihan nama “Tempo” sendiri bukannya tanpa alasan.
Setidaknya terdapat empat buah alasan mengapa nama “Tempo” dipilih
sebagai nama majalah, alasan pertama ialah karena kata “Tempo”
merupakan sebuah kata yang singkat dan bersahaja. Kata ini mudah
diucapkan oleh semua orang Indonesia yang berasal dari berbagai macam
jurusan dan golongan. Kedua, kata ini terdengar netral, tidak mengejutkan,
dan tidak merangsang. Ketiga, kata ini bukan merupakan sebuah simbol
ataupun dapat mewakili suatu golongan. Dan alasan yang terakhir adalah
makna yang sederhana dari kata “Tempo” itu sendiri yang berarti waktu.
Kesederhanaan makna ini jugalah yang membuat kata yang memeiliki arti
sama dipakai oleh beberapa penerbitan dinegara lain sebagai nama
majalah.
Gaya penulisan Tempo yang cenderung berbeda dalam mengkritisi
pemerintah menjadi ciri khas dari Tempo. Dengan menyusun sebuah
peristiwa menjadi suatu cerita pendek membuat majalah Tempo berbeda
dengan media cetak pada umumnya yang ada di Indonesia. Sebelum
majalah Tempo terbit, di Indonesia hanya terdapat dua gaya penulisan
dalam industri media cetak di Indonesia. Penulisan dengan gaya berita
langsung (straight news) yang biasa dijumpai dalam surat kabar harian dan
82
gaya penulisan artikel seperti “kolom” yang biasa dijumpai dalam majalah
atau tabloid. Sisi lain yang menarik dari awal kemunculan Tempo adalah
kualitas naratifnya. Tempo tak lagi menggunakan gaya “piramida
terbalik”, di mana bagian atas memuat berita yang paling penting dalam
elemen 5W + 1 H.
Gaya penulisan berkisah yang menjadi ciri khas dari Tempo
tersebut tidak membuat Tempo kehilangan daya kritisnya pada pemerintah
orde baru yang berkuasa saat itu. Sebuah strategi jitu diterapkan oleh
redaksi majalah Tempo dengan melakukan secara bersamaan apa yang
disebut dengan “Pers Pancasila” dan disisi lain majalah Tempo
tetapmelakukan sebuah kritik atas apa yang terjadi di pemerintahan
dengan menggunakan cara yang halus secara naratif untuk mengkritik
pejabat pemerintahan. Dengan tetap menjaga prinsip keberimbangan
membuat majalah Tempo mampu bertahan di masa orde baru yang
otoriter.
Tempo besar karena pemberitaannya yang tajam dan kritis. Dalam
pemberitaanya Tempo selalu mendapat reaksi dari masyarakat maupun
para pemegang kekuasaan. Karenanya Tempo dalam pemberitaannya yang
kontroversial sempat menyebabkannya dibredel dua kali. Pembredelan
pertama dilakukan pada 3 April 1982. Sebuah laporan utama yang
menampilkan kerusuhan kampanye partai Golkar di lapangan Banteng
Jakarta, yang membuat majalah Tempo harus menerima kenyataan
dibredel oleh Ali Moertopo menteri yang memimpin Departemen
Penerangan pada tahun itu. Partai Golkar yang dianggap sebagai mesin
83
politik Soeharto presiden yang berkuasa saat itu sangat tabu untuk
diberitakan negatif. Akibatnya, majalah Tempo mendapatkan sebuah
sanksi pembredelan. Pembredelan tersebut kemudian dicabut satu bulan
berikutnya dengan syarat majalah Tempo mau menandatangani sebuah
surat pernyataan untuk meminta maaf dan bersedia dibina oleh
pemerintah.
Dengan makin sempurnanya mekanisme internal keredaksian
majalah Tempo, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya dan
makin tajam pula daya kritiknya terhadap pemerintahan Soeharto. Lama
setelah pembredelan pertama, majalah Tempo kembali mengalami
pembredelan kedua. Kali ini diakibatkan oleh pemberitaan mengenai
pembelian kapal perang bekas Jerman yang dilakukan oleh Menteri
Riset dan Teknologi B.J. Habibie pada laporan utama edisi 11
Januari1994. Akibat pemberitaan majalah Tempo edisi tersebut disinyalir
terjadi konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan atas pembelian
kapal-kapal perang bekas Jerman tersebut. Kalangan TNI-AL yang merasa
kewenangannya dilangkahi oleh B.J. Habibie merasa tersinggung dengan
pemberitaan tersebut.
Beberapa hari setelah tersebut, presiden Soeharto memerintahkan
penutupan majalah Tempo beserta dua media cetak lainya yaitu Editor dan
Detik karena pemberitaannya dianggap membahayakan stabilitas
keamanan negara dan tidak melaksanakan prinsip Pers Pancasila. Berbeda
dengan pembredelan pertama dimana majalah Tempo masih mampu
berkelit dan mampu terbit lagi sebulan kemudian, pada pembredelan ini
84
majalah Tempo harus menerima SIUPP-nya benar-benar dicabut.
Penyebabnya adalah masa transisi yang terjadi dalam majalah Tempo itu
sendri. Goenawan Moehamad yang telah lama memimipin majalah Tempo
merasa perlu untuk melakukan sebuah penyegaran. Fikri Jufri yang dipilih
menjadi pengganti dianggap memiliki kedekatan dengan Beny Moerdani
dan para teknokrat pendiri Centre for Strategic and International Studies
(CSIS) yang disebut sebagai “musuh” Ikatan Cedekiawan Muslim
Indonesia (ICMI). ICMI sendiri adalah organisasi bentukan Soeharto
untuk mendapatkan dukungan dikala dukungan dari militer sudah mulai
berkurang.
Dalam masa kepemimpinan Fikri Jufri, pemberitaan majalah
Tempo dinilai tidak netral. Pemberitaan yang condong memberikan
dukungan kepada Beny Moerdani membuat majalah Tempo mendapat
predikat “majalah anti ICMI”. Pemberitaan mengenai pembelian 39 kapal
perang bekas Jerman oleh Menristek, B.J Habibie yang juga ketua ICMI
dianggap sebagai wujud ketidak sukaan pada ICMI. Alasan ini digunakan
sebagai pembenaran untuk “membunuh” majalah Tempo karena
akumulasi kekesalan-kekesalan atas kritik-kritik majalah tersebut kepada
pemerintah. Dengan diterbitkannya SK Menpen No.125, No.126 dan 133
tertanggal 21 Juni 1994 maka SIUPP majalah Tempo resmi dicabut.
Segala upaya mencairkan pembredelan itu tidak membuahkan hasil karena
majalahTempo dinilai tidak beritikad baik mengindahkan teguran-teguran
yang sudah diberikan sebelumnya.
85
Selepas Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, mereka yang pernah
bekerja di majalah Tempo dan tercerai berai akibat pembredelan
melakukan rembuk ulang untuk memutuskan perlu atau tidak majalah ini
terbit kembali. Hasilnya, disepakati majalah Tempo harus terbit kembali.
Maka, sejak 6 Oktober 1998, majalah ini pun hadir kembali di bawah
naungan PT Arsa Raya Perdana. Menggandeng PT Arsa Raya Perdana
sebagai penerbit yang menggantikan PT Grafiti Pers, majalah Tempo terbit
lagi dengan wajah baru. Untuk meningkatkan skala dan kemampuan
penetrasi ke bisnis dunia media, pada 2001 PT Arsa Raya Perdana
melakukan go public dan mengubah namanya menjadi PT Tempo Inti
Media Tbk (Perseroan) sebagai penerbit majalah Tempo yang baru. Dana
dari hasil go public dipakai untuk menerbitkan Koran Tempo.
Tidak hanya lay-out seperti majalah Time yang ditinggalkan,
namun juga isi dari majalah Tempo yang juga baru. Jika pada masa
sebelum pembredelan majalah Tempo lebih menggunakan kata-kata
metafor pada berita dalam mengajukan sebuah kritik, kini majalah Tempo
lebih menggunakan sebuah pemberitaan dengan gaya argumentative
dengan gaya laporan yang investigatif dan sebuah pemberitaan yang
analitis. Dengan memilih gaya yang baru seperti ini pemberitaan dalam
majalah Tempo tidak lagi perlu berbasa-basi menggunakan metafor dalam
memberitakan sebuah konflik. Penyampaian kritik dan konflik dilakukan
dengan cara yang lebih terbuka seperti tuntutan era kertebukaan.
Produk-produk Tempo terus muncul dan memperkaya industri
informasi korporat dari berbagai bidang, yaitu Penerbitan (majalah Tempo,
86
Koran Tempo, Tempo English, Travelounge, Komunika, dan Bintang
Indonesia), Digital (Tempo.co), Data & Riset (Pusat Data dan Analisa
Tempo), Percetakan (Temprint), Penyiaran (TV Tempo dan Tempo
Channel), Industri Kreatif (Matair Rumah Kreatif), Event Organizer
(Impresario dan Tempo Komunitas), Lembaga Pendidikan
(Tempo Institute), Perdagangan (Temprint Inti Niaga), dan
Building Manajemen (Temprint Graha Delapan).
1. Visi dan Misi Tempo.co
a. Visi Tempo.co
Media massa tempo memperluuas informasinya menggunakan
media digital dan diakses online dengan nama Tempo.co memiliki
visi sebagai berikut. Tempo menjadi acuan dalam usaha
meningkatkan kebebasan public untuk berpikir dan berpendapat
serta membangun peradaban yang menghargai kecerdasan dan
perbedaan. Budaya perusahaan adalah kebiasa, prinsip, atau nilai
yang diyakini sebagai pegangan ndalam menjalankan kegiatan
dalam organisasi.
b. Misi Tempo.co
1. Menghasilkan produk multimedia yang independen dan bebas
dari segala tekanan dengan menampung dan menyalurkan suara
yang berbeda-beda secara adil.
2. Menghasilkan produk multimedia bermutu tinggi dan
berpegang pada kode etik.
87
3. Menjadi tempat kerja yang sehat dan menyejahterakan secara
mencerminkan keragaman Indonesia.
4. Memiliki proses keja yang yang menghargai dan memberi nilai
tambah kepada semua pemangku kepentingan.
5. Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistic,
intelektual, serta dunia bisnis yang melalui peningkatan ide-ide
baru, Bahasa serta tampilan visual yang baik.
6. Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multimedia dan
pendukungnya.1
1 PT Tempo Inti Media Tbk, Laporan Tahunan 2018
80
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan menganalisis berita mengenai kasus kebijakan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna Laoly yang
membebaskan narapidana sebagai bentuk pencegahan covid-19.Penulis
menganalisis tiga berita di situstempo.co mulai dari tanggal 2 April hingga 6 April
2020. Analisis ini akan membahas ketiga berita tersebut melalui metode analisis
framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yang mempunyai empat struktur
framing, yakni: 1) sintaksis, 2) skrip, 3) tematik dan 4) retoris. Untuk lebih
jelasnya analisis berita tersebut akan dijelaskan pada bab ini.
No Judul Edisi
1 Wabah Corona, Yasonna Usul Napi
Koruptor di Atas 60 Tahun Bebas
Rabu, 1 April 2020
2 ICW Kritik Yasonna yang Akan
Bebaskan Napi Koruptor Sepuh
Kamis, 2 April 2020
3 Jubir PKS: Corona Jangan Jadi Alasan
Membebaskan Koruptor
Minggu, 5 April
2020
A. Analisis Teks Pemberitaan Rencana Pembebasan Narapidana di
Tengah Wabah Covid-19 di tempo.co
Frame 1: Wabah Corona, Yasonna Usul Napi Koruptor di Atas 60 Tahun
Bebas
81
1. Sintaksis
Struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita. Struktur
sintaksis berhubungan dengan bagaimana cara wartawan dalam
menyusun peristiwa. Unsur-unsur seperti opini, pernyataan, kutipan yang
disusun ke dalam bentuk susunan yang menjadi sebuah kisah. Dengan
demikian, struktursintaksisbisadiamati melalui headline yang dipilih,
lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang
dikutip, dan sebagainya. Adapun, pada bahasan ini, penulis akan
menjelaskan hasil analisis struktur sintaksis pada tiga buah berita
kebijakan pembebasan narapidana di masa pandemi yang menjadi objek
pada penelitian ini. Struktur Sintaksis pemberitaan tersebut akan
dijelaskan pada penjelasan berikut ini:
a. headline
Pada pemberitaan pertama terkait rencana Menkumham
membebaskan narapidana koruptor berusia di atas 60 tahun saat masa
pandemi, tempo.co mengangkat judul Wabah Corona, Yasonna Usul
Napi Koruptor di Atas 60 Tahun Bebas. Isi dari berita ini
menjelaskan bahwa Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Yasona H. Laoly mengusulkan revisi atas Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
b. lead
82
Lead atau teras berita yang digunakan tempo.co dalam berita
tersebut menjelaskan topik utama pembahasan berita itu sendiri.
Adapun lead yang digunakan sebagai berikut:
“Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengusulkan
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan segera
direvisi untuk mencegah penyebaran virus Corona di lembaga
pemasyarakatan. Sebab, kata dia, kondisi lapas di Indonesia sudah
melebihi kapasitas”.
Wartawan tempo.co menampilkan pada teras utama berita
mengenai ide Menkumham terhadap pembebasan bersyarat kepada
narapidana akibat pandemi covid-19. Hal tersebut menunjukkan
tempo.co ingin menonjolkan rencana menteriYasonna H.Laoly kepada
pembaca.
c. latar
Latar yang digunakan pada berita ini menjelaskan bahwa
rencana tersebut tidak memiliki alasan yang kuat. Alasan demi
mencegah penyebaran wabah covid-19 di lembaga pemasyarakatan
bisa dengan pembebasan narapidanakasusdana narapidana korupsi
Pada berita ini, tempo.co mengambil pendapat dari beberapa
Menkumham Yasonna Laoly. Seperti pada kutipan berita berikut:
83
Perkiraan kami bagaimana merevisi PP 99 Tahun 2012 tentu dengan
kriteria ketat sementara ini," kata Yasonna saat menggelar rapat
dengan Komisi III DPR melalui teleconference, Rabu (1/4).
d. kutipan
Kutipan wawancara yang dimuat tempo.co dengan Yasonna
Laoly menjelaskan bahwa pembebasan tersebut sesuai dengan tujuan
pemerintah nomor 99 tahun 2012. Adapun kutipan yang menegaskan
penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
“Kami harapkan tak ada moral hazard. Kami sudah
menyatakan ini adalah pelepasan by law," kata dia.
e. pernyataan
Sementara kutipan dari Yasonna Laoly menunjukkan rencana
pembebasan yang telah sampai pada upaya pendataan narapidana
korupsi dengan kategori sepuh. Berikut adalah kutipan pernyataan
tersebut:
“Sebelumnya, Menkumham Yasonna Laoly mengatakan tengah
menyiapkan revisi PP99 Tahun 2012. Dia menyebut narapidana
korupsi bisa dibebaskan dengan syaratsudah berusia 60 tahun ke atas
dan telah menjalani dua pertiga masa tahanannya.”
Kutipan tersebut menunjukkan kriteria nara pidana yang akan
dibebaskan oleh Menteri Yasonna Laoly. Wartawan tempo.cotampak
84
menunjukkan kepada publik bahwa pembebasan narapidana tersebut
berdasarkan undang-undang 99 tahun 2012.
f. penutup
Pernyataan Yasonna Laoly terkait jumlah narapidana yang
akan dibebaskan tersebut sekaligus jadi penutup berita tersebut.
Pernyataan tersebut masih dalam satu rangkaian paragraf penutup yang
berisikan informasi syarat napi yang dibebaskan, serta upaya
menyiapkan landasan hukum pembebasan tersebut.
Berdasarkan analisis di atas, tampak cara wartawan menyusun fakta-fakta
pada pemberitaan rencana pembebasan narapidana korupsi tersebut. Fakta-fakta
disusun sedemikian rupa untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
terhadap rencana pembebasan tersebut yang dinilai bertentangan dengan prinsip
membuat jera pelaku kejahatan. Pada bagian awal tempo,co menempatkan
pernyataan penolakan ICW terhadap rencana tersebut. Kemudian, berita tentang
penolakan rencana Menkumham ini ditutup dengan kesungguhan Kementria
Hukum dan Hak Asasi Mansua (HAM) yang telah sampai pada tahap persiapan
realisasi rencana tersebut.
2. Skrip
Dari elemen skrip yang dimunculkan tempo.co terlihat bagaimana yang
ditekankan adalah unsur:
a. What:ICW menolak rencana Menkumham membebaskan narapidana
korupsi berusia di atas 60 tahun dengan dalih pencegahan penyebaran
covid-19.
85
b. Who: Yasonna Laoly sebagai Menkumham berencana membebaskan
narapidana dengan dalih pencegahan penyebaran covid-19, termasuk
di dalamnya narapidana korupsi.
c. When: Sehari setelah Yasonna mengumumkan berencana
membebaskan sejumlah narapidana korupsi di tengah pandemi, yakni
2 April 2020, Peneliti ICW Kurnia Ramadhana menyatakan sikap
menolak rencana tersebut.
d. Where: Pernyataan Kurnia Ramadhana dilontarkan melalui
sambungan telepon.
e. Why: Rencana Yasonna tersebut dianggap bertentangan dengan
prinsip membuat jera pelanggar hukum. Apalagi, korupsi termasuk
dalam kejahatan luar biasa.
f. How:Kurnia mengatakan pemerintah sebaiknya memprioritaskan
narapidana kejahatanumum. Ia berujar, jumlah napi kejahatan umum
juga jauh lebih banyak ketimbang kejahatan pidana khusus seperti
korupsi.
Dari kelengkapan unsur 5W + 1H dalam berita ini, tampak tempo.co
mencoba membingkai berita ini dengan menunjukkan alasan penentangan
ICW terhadap rencana pembebasan narapidana korupsi di tengah pandemi.
Pembingkaian tersebut diteguhkan dengan argumentasi ICW terkait kejahatan
luar biasa dan efek jera bagi pelanggar hukum. Kendari berita ini menonjolkan
pertentangan, tempo.co tetap menyematkan latar belakang rencana tersebut,
yakni berdasarkan alasan pencegahan wabah.
Tematik
86
Struktur tematik merupakan proses bagaimana peristiwa itu dapatdiungkapkan
atau dibuat oleh penulis. Di dalamnya terdiri dari detail,koherensi, bentuk kalimat,
dan kata ganti.:
a. Detail
Dalam berita berjudul Yasona Akan Revisi PP 99/2012, 300 Korupsi
Bakal Bebas. Tempo.co menyusunnya menjadi 16 paragraf. Terdapat
empatpembahasan yang Majalah Tempo coba angkat dalam berita ini
yakni,pertama, pembahasan tata cara pelaksanaan hak warga binaan
Masyarakat sesuai peraturan nomo 99 tahun 2012 yang sudah direvisi. Dato
paragraf satu hingga sembilan.
Kedua, Menteri Yasona merinci sekitar 5.556 narapidana telah
dibebasjkan agar mencegah penyebaran virus covid 19.Menteri Yasona juga
menargetkan pembebasan 30.000-35.000 narapidana. Rencana atersebut
sesuai Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-19.PK/01.04.04
tentang Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui Asimilasi
dan Integrasi dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran
Covid-19.Tempo.co membahas ini dari paragraf sepuluh ke-13
Ketiga, tempo.co menambah penjelasan mengenai narapidana yang
bisa mendapat asimilasi harus memenuhi syarat telah menjalani 2/3 masa
pidana pada 31 Desember 2020 bagi narapidana dan telah menjalani 1/2 masa
pidana pada 31 Desember 2020 bagi napi anak. dalam paragraf ke-13 sampai
paragraf ke-14.
b. Koherensi
87
Koherensi yang terjalin di setiap paragraf dalam berita berjudulYasona Akan
Revisi PP 99/2012, 300 Korupsi Bakal Bebas ini jelas dan unsur sebabakibat yang
saling terkait. Misalnya pembahasan pertama yangmenjelaskan kriteria
pembebasan narapidana kedua yang menjelaskan mengenai rencana dan target
pembebasan narapidana ketiga kriteria napi yang akan dibebaskan secara prioritas.
C, Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan caraberpikir logis,
yaitu prinsip kausalitas. Prinsip ini menjelaskankesinambungan subjek dan
predikat dalam susunan kalimat atau bahasa.
Pada berita berjudul Yasona Akan Revisi PP 99/2012, 300 Korupsi Bakal Bebas
terdapat satu kutipan Yasona Laoly yang menjelaskan menenai kriteria sesuai
peraturan pemerintah nomor 99 tahun 2012.
"Perkiraan kami bagaimana merevisi PP 99 Tahun 2012 tentu dengan kriteria ketat
sementara ini," kata Yasonna saat menggelar rapat dengan Komisi III DPR melalui
teleconference, Rabu (1/4).
Dengan disebutkannya subjek pada awal kalimat, Tempo.co menegaskan bahwa
Yasona Laoly sebagai ‘subjek’ yang menyetuji dan merancang revisi PP No.99
tahun 2012.
Kata Ganti
Kata ganti merupakan elemen yang dijadikan sebagai alat olehkomunikator untuk
menunjukkan sikapnya. Dalam menunjukkansikapnya, komunikator dapat
menggunakan kata ganti ‘saya’ atau‘kami’ yang menggambarkan bahwa sikap
88
tersebut merupakan sikapresmi komunikator semata-mata. Berikut merupakan
bagian dari beritaini yang terdapat elemen kata ganti:
"Perkiraan kami bagaimana merevisi PP 99 Tahun 2012 tentu dengan kriteria
ketat sementara ini," kata Yasonna saat menggelar rapat dengan Komisi III DPR
melalui teleconference, Rabu (1/4)
Tempo.comenggunakan kami dalam paragraf tersebut bertujuan
sebagaimewakilkan tim Kementerian Hukum dan Ham. Pernyataan
tersebutsebagai latar atas pembebasan napi yangdijelaskan pada paragraf pertama
Retoris
Dari aspek retoris, gaya penulisan yang Tempo.co gunakandalam berita berjudul
Yasona Akan Revisi PP 99/2012, 300 Korupsi Bakal Bebas memilikigaya
penulisan straigth news. Hal itu disebabkan ditampilkam pada portal berita online.
Frame berita 1: ICW Kritik Yasonna yang Akan Bebaskan Napi Koruptor
Sepuh
3. Sintaksis
Struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita. Struktur
sintaksis berhubungan dengan bagaimana cara wartawan dalam menyusun
peristiwa. Unsur-unsur seperti opini, pernyataan, kutipan yang disusun ke
dalam bentuk susunan yang menjadi sebuah kisah. Dengan demikian,
struktur sintaksis bisa diamati melalui headline yang dipilih, lead yang
dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, dan
sebagainya. Adapun, pada bahasan ini, penulis akan menjelaskan hasil
89
analisis struktur sintaksis pada tiga buah berita kebijakan pembebasan
narapidana di masa pandemi yang menjadi objek pada penelitian ini.
Struktur Sintaksis pemberitaan tersebut akan dijelaskan pada penjelasan
berikut ini:
g. headline
Pada pemberitaan pertama terkait rencana Menkumham
membebaskan narapidana koruptor berusia di atas 60 tahun saat masa
pandemi, tempo.co mengangkat judul “ICW Kritik Yasonna yang
Akan Bebaskan Napi Koruptor Sepuh”. Isi dari berita ini menjelaskan
bahwa ICW menolak kebijakan pembebasan narapidana korupsi sepuh
karena dinilai korupsi merupakan kejahatan luar biasa.1 Dari judul itu,
nampak bahwa tempo.co ingin menonjolkan pihak yang menentang
rencana tersebut, yakni ICW.
h. lead
Lead atau teras berita yang digunakan tempo.co dalam berita
tersebut menjelaskan topik utama pembahasan berita itu sendiri.
Adapun lead yang digunakan sebagai berikut:
“Indonesia Corruption Watch (ICW) menolak rencana Menteri
Hukum dan HAM Yasonna Laoly membebaskannarapidana korupsi
berusia di atas 60 tahun demi meminimalisir penyebaran virus corona
di penjara,”.
1
90
Wartawan Tempo.co menampilkan pada teeras utama berita
mengenai keberatan ICW terhadap pembebasan bersyarat kepada
narapidana akibat pandemi covid 19. Hal tersebut menunjukkan
Tempo.co ingin menonjolkan penolakawn terhadap rencana mengteri
Yasona Laoly kepada pembaca.
i. latar
Latar yang digunakan pada berita ini menjelaskan bahwa
rencana tersebut tidak memiliki alasan yang kuat. Alasan demi
mencegah penyebaran wabah covid-19 di lembaga pemasyarakatan
bisa dengan pembebasan narapidana kasus umum yang jumlahnya
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah narapidana korupsi
Pada berita ini, tempo.co mengambil pendapat dari beberapa
narasumber seperti Peneliti ICW Kurnia Ramadhana, dan
Menkumham Yasonna Laoly. Seperti pada kutipan berita berikut:
Kurnia mengatakan pembebasan pelaku kejahatan luar biasa
selama ini juga hanya dimungkinkan melalui pemberian grasi dan
amnesti. Ia menilai rencana Yasonna merevisi Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat
Pemberian Hak Warga Binaan untuk membebaskan koruptor
berusia lanjut itu tidak tepat”
j. kutipan
91
Kutipan wawancara yang dimuat tempo.co dengan Kurnia
Ramdhanana menjelaskan bahwa pembebasan tersebut berlawanan
dengan tujuan memberi efek jera kepada para pelaku kejahatan.
Adapun kutipan yang menegaskan penjelasan tersebut adalah sebagai
berikut:
“Dengan langkah Menkumham seperti ini bagaimana kita
berharap efek jera akan ada di Indonesia?”
k. pernyataan
Sementara kutipan dari Yasonna Laoly menunjukkan rencana
pembebasan yang telah sampai pada upaya pendataan narapidana
korupsi dengan kategori sepuh. Berikut adalah kutipan pernyataan
tersebut:
“Sebelumnya, Menkumham Yasonna Laoly mengatakan tengah
menyiapkan revisi PP99 Tahun 2012. Dia menyebut narapidana korupsi bisa
dibebaskan dengan syaratsudah berusia 60 tahun ke atas dan telah menjalani
dua pertiga masa tahanannya.”
Kutipan tersebut menunjukkan kriteria nara pidana yang akan
dibebaskan oleh Menteri Yasona Laoli. Wartawan Tempo tampak
menunjukkan kepada publik bahwa pembebasamn nara pidana tersebut
berdasarkan undang-undang 99 tahun 2012.
l. penutup
92
Pernyataan Yasonna Laoly terkait jumlah narapidana yang
akan dibebaskan tersebut sekaligus jadi penutup berita tersebut.
Pernyataan tersebut masih dalam satu rangkaian paragraf penutup yang
berisikan informasi syarat napi yang dibebaskan, serta upaya
menyiapkan landasan hukum pembebeasan tersebut.
Berdasarkan analisis di atas, tampak cara wartawan menyusun fakta-fakta
pada pemberitaan rencana pembebasan narapidana korupsi tersebut. Fakta-fakta
disusun sedemikian rupa untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
terhadap rencana pembebasan tersebut yang dinilai bertentangan dengan prinsip
membuat jera pelaku kejahatan. Pada bagian awal tempo,co menempatkan
pernyataan penolakan ICW terhadap rencana tersebut. Kemudian, berita tentang
penolakan rencana Menkumham ini ditutup dengan kesungguhan Kementria
Hukum dan Hak Asasi Mansua (HAM) yang telah sampai pada tahap persiapan
realisasi rencana tersebut.
4. Skrip
Dari elemen skrip yang dimunculkan tempo.co terlihat bagaimana yang
ditekankan adalah unsur:
g. What: ICW menolak rencana Menkumham membebaskan narapidana
korupsi berusia di atas 60 tahun dengan dalih pencegahan penyebaran
covid-19.
h. Who: Yasonna Laoly sebagai Menkumham berencana membebaskan
narapidana dengan dalih pencegahan penyebaran covid-19, termasuk
di dalamnya narapidana korupsi.
93
i. When: Sehari setelah Yasonna mengumumkan berencana
membebaskan sejumlah narapidana korupsi di tengah pandemi, yakni
2 April 2020, Peneliti ICW Kurnia Ramadhana menyatakan sikap
menolak rencana tersebut.
j. Where: Pernyataan Kurnia Ramadhana dilontarkan melalui
sambungan telepon.
k. Why: Rencana Yasonna tersebut dianggap bertentangan dengan
prinsip membuat jera pelanggar hukum. Apalagi, korupsi termasuk
dalam kejahatan luar biasa.
l. How:Kurnia mengatakan pemerintah sebaiknya memprioritaskan
narapidana kejahatanumum. Ia berujar, jumlah napi kejahatan umum
juga jauh lebih banyak ketimbang kejahatan pidana khusus seperti
korupsi.
Dari kelengkapan unsur 5W + 1H dalam berita ini, tampak tempo.co
mencoba membingkai berita ini dengan menunjukkan alasan penentangan
ICW terhadap rencana pembebasan narapidana korupsi di tengah pandemi.
Pembingkaian tersebut diteguhkan dengan argumentasi ICW terkait kejahatan
luar biasa dan efek jera bagi pelanggar hukum. Kendari berita ini menonjolkan
pertentangan, tempo.co tetap menyematkan latar belakang rencana tersebut,
yakni berdasarkan alasan pencegahan wabah.
5. Tematik
Struktur tematik dapat dilihat dari bagaimana peristiwa itu dapat
diungkapkan atau dibuat oleh penulis. Di dalamnya terdiri dari detail dan
koherensi (jalinan antarkata).
94
a. Detail
Dalam berita berjudul “ICW kritik Yasonna yang akan bebaskan Napi
Koruptor Sepuh” tempo.co merangkumnya dalam dalam 7 paragraf berita
daring. Sedikitnya ada tiga pembahasan masalah yang dirangkum dalam
berita tersebut, pertama, sikap penolakkan ICW terhadap rencana
pembebasan narapidana korupsi kriteria tertentu oleh Menteri Kumham,
kedua, penjelasan ketidaksesuain rencana Yasonna merevisi Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat
Pemberian Hak Warga Binaan untuk membebaskan koruptor berusia
lanjut, dan ketiga, rekomendasi ICW kepada pemerintah agar
memprioritaskan narapidana kejahatan umum yang dibebaskan, alih-alih
membebaskan pelaku kejahatan luar biasa seperti korupsi.
b. Koherensi
Koherensi pada berita berjudul “ICW Kritik Yasonna yang Akan
Bebaskan Napi Koruptor Sepuh” terdapat dalam kutipan tidak langsung
Kurnia Ramadhana berikut:
“Ia juga mengatakan rencana itu tak sejalan dengan upaya
memberi efek jera kepada pelaku korupsi.Apalagi, kata dia,
sepanjang 2018 rata-rata vonis pelaku korupsi hanya 2 tahun 5
bulan penjara.Ketidaksesuaian upaya tersebut dengan prinsip
membuat jera pelaku kejahatan, tersirat dalam kalimat “rencana itu
tak sejalan dengan upaya memberi efek jera kepada pelaku
korupsi”.Padahal sepanjang 2018, hukuman terhadap koruptor
terbilangringan, berkisar 2 tahun 5 bulan penjara, seperti
95
dinyatakan pada kalimat berikutnya, “Apalagi, kata dia, sepanjang
2018 rata-rata vonis pelaku korupsi hanya 2 tahun 5 bulan
penjara”.Jadi, upaya atau rencana pembebasan naprapidana
korupsi tersebut tidak mencerminkan dengan norma hukum yang
salah satunya membuat orang jera.
Pada paragraf tersebut, Tempo.co menggunakan Teknik straight news
dalam menyampaikan berita.Pembaca dibawa langsung kepada inti-inti pokok
permasalahan.
c. bentuk kalimat
Dalam berita berjudul “ICW Kritik Yasonna yang Akan Bebaskan Napi
Koruptor Sepuh”, terdapat kutipan langsung peneliti ICW Kurnia
Ramadhana yang menggambarkan kemunduran penegakan hukum bila
rencana itu diwujudkan. Kutipan langsung tersebut yakni sebagai berikut:
“Dengan langkah Menkumham seperti ini bagaimana kita berharap efek
jera akan ada di Indonesia?"
Pada paragraf tersebut, tempo.co menampilkan bentuk kalimat ‘predikat’
berupa langkah atau rencanan Kemenkumham yang mempengaruhi
‘objek’ Indonesia dalam hal penegakan hukum.
d. Kata Ganti
Dalam berita berjudul “ICW Kritik Yasonna yang Akan Bebaskan Napi
Koruptor Sepuh”, tempo.co mengutip kata ganti ‘kita’ yang merujuk pada
orang yang tidak disebutkan secara langsung. Kata ganti tersebut terdapat
96
dalam kutipan “Dengan langkah Menkumham seperti ini bagaimana kita
berharap efek jera akan ada di Indonesia?"
Jadi, kata ganti tersebut menegaskan, dampak rencana tersebut kepada
berbagai pihak yang tidak disebutkan secara langsung.
4. Retoris
a. Leksikon
Leksikon merupakan penanda tentang bagaimana seseorang
memilih kata atas berbagai kemungkinan yang tersedia. Leksikon pada berita
“ICW Kritik Yasonna yang Akan Bebaskan Napi Koruptor Sepuh”, leksikon
terdapat pada paragraf kedua:
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana mengatakan kategori korupsi sebagai kejahatan
luar biasa mesti diperhitungkan untuk pengurangan hukuman dengan syarat-syarat
yang ketat."Bukan malah dengan dasar umur sudah lebih dari 60 tahun dan
menjalani dua pertiga masa pidana penjara lalu diberikan keistimewaan berupa
pembebasan," kata Kurnia kepada Tempo, Kamis, 2 April 2020.
Analisis Teks Berita 3 Jubir PKS : Corona jangan jadi alasan
membebaskan koruptor
1. Sintaksis
a. Headline/Judul
Headline yang dilpilih adalah “Jubir PKS : Corona jangan
jadi alasan membebaskan koruptor” isi dari berita ini adalah :
97
Fathul Bari selaku juru bicara PKS meminta agar covid-19
tidak dijadikan alasan pembebasan koruptor.
b. Lead
Lead dalam berita ini dimulai dengan penyataan dari Jubir
PKS yang meminta agar virus covid-19 tidak dijadikan
alasan pembebasan koruptor, ia menduga ada sebagian
orang yang memanfaatkan situasi penanganan Covid-19
dan jangan sampai ditunggangi oleh kepentingan
terselubung.
Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera,
Ahmad Fathul Bari, meminta agar
virus Corona tidak dijadikan alasan pembebasan
koruptor. Ia menduga bahwa ada sebagian orang
yang ingin memanfaatkan situasi penanganan
Covid-19 yang membutuhkan berbagai kebijakan
melalui aturan yang dibuat dan langkah taktis
lainnya.
Pada Lead tersebut Tempo.Co telah memberikan inti berita dan
dijelaskan di paragraf-paragraf berikutnya.
c. Latar informasi
Pada berita “Jubir PKS : Corona jangan jadi alasan
membebaskan koruptor”, Tempo.co Fraksi PKS menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap rencana kementerian hukum dan
ham terkait pembebasan narapidana. Hal tersebut didukung
98
dengan dua kutipan-kutipan berita yang adanya keberatan
mengnai kebikakan yang dikeluarkan oleh Menteri Yasona
Laoly/
d. Kutipan
Kutipan pada berita merupakan hal yang sangat penting
dalampembuatan berita. Pada berita ini, Tempo.co
menjadikanmenjadikan Ahmad Fathul Bari sebagai
narasumber utama didalam berita. Hal tersebut dibuktikan
melalui paragraf di bawah ini :
"Covid-19 jangan ditunggangi kepentingan
terselubung, dan jangan jadi alasan pembebasan
koruptor,"
"Kita semua sepakat bahwa korupsi adalah
extraordinary crime, seperti halnya terorisme,
narkoba, human trafficking, dan sebagainya.
Sehingga tidak bisa disamakan seperti kejahatan
lain, karena telah merugikan keuangan negara,
merusak sistem demokrasi, bahkan melanggar
HAM,"
e. Pernyataana
Untuk mempertegas dan memperkuat ketidaksetujuan pada
diperkuat oleh pernyataan berikut:
99
“Fathul mengatakan sebelum ini pun ia
melihat banyak catatan mengenai persoalan lain.
Salah satunya Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang
sebagian isinya, kata dia, sarat dengan kepentingan
beberapa pihak, dan memiliki potensi
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang.”
Paragraf tersebut menegaskan tentang
adanya indikasi kepentingan pada perpu nomor 1
tahun 2020. Kalimattersebut juga menggiring
persepsi pembaca untuk menduga adanya potensi
penyalgunaan wewenang.
f. Penutup
Berita ini ditutup dengan pernyataan Fathul yang
menyatakan bahwa korupsi adalah extraordinary crime,
seperti halnya terorisme, narkoba, human trafficking dan
sebagainya. Sehingga tidak dapat disamakan dengan
kejahatan lain, karena telah merugikan keuangan Negara,
merusak system demokrasi, bahkan melanggar HAM.
2. Skrip
Dari elemen skrip yang dimunculkan Tempo.co
terlihatbagaimana yang ditekankan adalah unsur:
100
What: KPK tolak covid-19 jadi alasan pembebasan
napi koruptor
Who: Ahmad Fathul Bari, Juru bicara PKS
Why: Meminta agar virus covid tidak dijadikan
alasan pembebasan koruptor, karena adanya
dugaan pemanfaatan penyalahgunaan
kekuasaan dan wewenang
When Minggu Lima april 2020 ketika dalam
keterangn tertulis.
Where Dalam keterangan tertulis untuk media
How Fathul meminta agar covid-19 tidak
dijadikan alasan untuk membebaskan napi,
karena diduga banyak penyalahgunaan
kekuasaan dan wewenang dan sepakat bahwa
korupsi adalah extraordinary crime yang
tidak bisa dddisamakan dengan kejahatan
lainnya, karena merugikan Negara.
3. Tematik
a. Detail
Pada berita berjudul “Jubir PKS : Corona jangan jadi
alasan membebaskan koruptor”, Tempo.coMenyusun dalam
101
enam paragraf. Ketiga pembahasan yangTempo.co coba
angkat coba angkat dalam berita ini yakni, pertama,1.
Permintaan agar virus corona tidak dijadikan alasan
pembebasan koruptor apalagi sampai ditunggangi oleh
kepentingan terselubungTempo.co membahas hal tersebut
pada paragraph 1-2
Kedua, Fathul menyampaikan surat terbka kepada
presiden tentang penolakan pembebasan napi, juga mengajak
public untuk ikut mengawasi kebijakan yang diambil oleh
pemerintah selama pandemik, karena melihat potensi
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang. Tempo.co
membahas hal tersebut pada paragraph 3-4
Ketiga mengnai rencana rencana revisi PP yang disampaikan
oleh Menhumham Yasonna laoly yang menuai polemik.
Hal tersebut dapat dilihat pada paragraf 5-6.
B. Koherensi
Koherensi pada berita berjudul Jubir “PKS : Corona jangan
jadi alasan membebaskan koruptor”terdapat pada
pembahasan pertama yang keberatan fraksi PKS mengnai
kebijakan pembebasan narapidana yang sarat akan
kepentingan.
C. Bentuk Kalimat
Pada berita berjudul “PKS : Corona jangan jadi
alasan membebaskan koruptor” Ahmad fathul Bari
102
adala subjek pertama sedangkan sohibul iman adalah
subjek kedua yang mendung latar berita.
“Sebelumnya, Presiden PKS Sohibul Iman
melalui surat terbuka untuk Presiden RI Joko
Widodo juga menyampaikan hal yang sama.
Berdasarkan surat tersebut, Fathul
menambahkan bahwa publik harus mengawasi
sebaik mungkin terkait kebijakan yang diambil
Pemerintah selama penangan covid-19.”
D. Kata Ganti
Kata ganti yang digunakan pada berita ini adalah ‘Kami’
yang ada pada paragraf terakhir.
"Kita semua sepakat bahwa korupsi adalah
extraordinary crime, seperti halnya terorisme, narkoba,
human trafficking, dan sebagainya. Sehingga tidak bisa
disamakan seperti kejahatan lain, karena telah merugikan
keuangan negara, merusak sistem demokrasi, bahkan
melanggar HAM," kata dia
Kata kita’ pada Tempo.co digunakan dalam paragraf
terakhir sebagai kata ganti dari subjek pertama Ahmad
Fathul Bari yang mewakili pendapat partai PKS. Melalui kata
ganti tersebut Majalah Tempo juga menekankan pernyataan
Ahmad Fathul Bari sebagai juru bicara PKS.
4. Retoris
a. Leksikon
103
Penekanan Tempo.co terhadap berita ini adalah
‘extraordinary crime’. Leksikon yang ada pada kalimat akhir di
paragraf 6 ini menekankan fakta bahwa korupsi sama halnya
dengan kriminalitas luar biasa seperti pelanggaran ham dan
perdagangan manusia.
b. Grafis/Foto
Tempo.co menampilkan Petugas PMI Jakarta Timur
saat melakukan penyemprotan cairan disinfektan pada
halaman luar di LP Cipinang Kelas I, Cipinang, Jakarta,
Jumat, 20 Maret 2020. PMI Jakarta Timur menyemprotkan
cairan disinfektan di LP Cipinang Kelas I guna
mengantisipasi penyebaran wabah virus corona (Covid-19)
yang telah menyebabkan 308 pasien positif, 25 meninggal,
dan 15 sembuh.
c. Metafora
Metafora adalah penggunaan kata atau kelompok kata
yang bukan arti sebenarnya, melainkan sebuah kiasan. Metafora
104
yang terdapat dalam berita ini ada pada paragraf ke-2. Berikut
adalah
“Covid-19 jangan ditunggangi kepentingan terselubung,
dan jangan jadi alasan pembebasan koruptor," ujar Fathul dalam
keterangan tertulis, Ahad 5 April 2020.
Tematik Detail 1. Permintaan agar virus corona tidak
dijadikan alasan pembebasan
koruptor apalagi sampai
ditunggangi oleh kepentingan
terselubung
2. Fathul menyampaikan surat terbka
kepada presiden tentang penolakan
pembebasan napi, juga mengajak
public untuk ikut mengawasi
kebijakan yang diambil oleh
pemerintah selama pandemik,
karena melihat potensi
penyalahgunaan kekuasaan dan
wewenang
3. Rencana revisi PP yang
disampaikan oleh Menhumham
Yasonna laoly yang menuai
polemik.
4. Fathul mengatakan bahwa korupsi
Paragraf 1-2
Paragraf 3-4
Paragraf 5
Paragraf 6
105
merupakan kejahatan
extraordinary crime, seperti halnya
terorisme, narkoba, human
trafficking. Sehingga tiak bisa
disamakan seperti kejahatan lain,
karena merugikan Negara.
Korehensi Tempo.co menuliskan berita secara
koheren di setiap pembahasannya.
Dimulai dari persoalan ICW menolak
pembebasan narapidana lalu dilanjutakn
dengan alasan terkait ketidaksetujuan
ICW dan diakhiri dengan usul dari ICW.
Bentuk
Kalimat
Kata ganti “ia”
“dia”
“Kita”
Paragraf 1
Paragraf 4,
6
Paragraf 6
Retoris Leksikon Polemik
Extraordinary crime
Human trafficking
Paragraf 5
Paragraf 6
106
Grafis
Petugas PMI Jakarta Timur saat
melakukan penyemprotan cairan
disinfektan pada halaman luar di LP
Cipinang Kelas I, Cipinang, Jakarta,
Jumat, 20 Maret 2020. PMI Jakarta
Timur menyemprotkan cairan disinfektan
di LP Cipinang Kelas I guna
mengantisipasi penyebaran wabah virus
corona (Covid-19) yang telah
menyebabkan 308 pasien positif, 25
meninggal, dan 15 sembuh. TEMPO /
Hilman Fathurrahman W
Metafor - -
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis berdasarkan temuan data pada bab empat yang
terdiri dari tiga berita berjudul “Wabah Corona, Yasonna Usul Napi Koruptor di
Atas 60 Tahun Bebas”, “KPK Tolak Covid-19 Jadi Alasan Pembebasan Napi
Koruptor”, dan “Jubir PKS: Corona Jangan Jadi Alasan Membebaskan
Koruptor”yang diunggah pada 1-5 April 2020. Berikut kesimpulan dari hasil
analisis skripsi yang berjudul Analisis Framing Pemberitaan Tentang Kebijakan
Menhumham Yasonna Laoly Membebaskan Narapidana Di Tengah Wabah
Virus Corona Di Media Tempo.Co
Dari hasil riset ini, peneliti menemukan bahwa frame yang dibentuk
olehTempo.co di dalam tiga berita tersebut banyak diisi oleh pernyataan
darinarasumber yang mengungkapkan polemik pembebasan narapidana untuk
menanggulangi covid 19. Dari ketiga berita tersebut Tempo.co memunculkan
nama-nama tokoh seperti Menteri Hukum dan Ham Yasona Laoly, pemerhati
ICW, dan juru bicara PKS Ahmad Fahru sebagai pemerhati dalam bidangnya
masing-masing.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan netralitas dan objektivitas Tempo,co
karena memenuhi standar dan etika jurnalistik. Tempo.co tidak mendukung atau
menyudutkan salah satu pihak dalam pemberitaan pembebasan narapidana
B. Saran
1. Saran Akademis
81
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan bahwa
penelitian ini bisa dilanjutkan kembali dengan menggunakan sudut
pandang dan metode lain untuk memperkaya data riset dan skripsi
khususnya di bidang ilmu jurnalistik.
2. Saran Praktis
a. Hendaknya media massa mulai dari majalah, koran, maupun online
agar mempunyai sikap independen dan objektif dalam mengonstruksi
sebuah peristiwa dan fakta ke dalam sebuah berita seperti yang
Majalah Tempo lakukan.
b. Kepada pembaca ataupun penikmat berita, alangkah lebih untuk tidak
hanya menerima informasi dari satu sumber saja. Tetapi mencari lebih
banyak lagi informasi dari media dan sumber lain agar terhindar dari
hoax.
82
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKiS.
Fachrudin, Andi. 2012.Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature,
Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing (Jakarta: Kencana,
2012), h. 49.
Fairclough, Norman. 1995 Critical Discourse Analysis: the Critical Study of
Language. New York: Longman Group Limited.
Fairclough, Norman. 1995. Media Discourse. London: Edward Arnold.
Hamad, Ibnu. 2007. “Lebih Dekat dengan Analisis Wacana.”Jurnal MediaTor.
Vol. 8.
Hikmat, Kusumaningrat., dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik, Teori
dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Koespradono,Gantyo.2017. Merekayasa Fakta Menjadi Berita. Jakarta: Self Help.
Leo, Suryadinata. 2008. “The Chinese Minority in Indonesia.”Sevent Papers,
Chopment Enterprises, Singapore.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Airlangga.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
83
Mulyana, Deddy. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-
Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Muslimin, Khoirul. 2019. Jurnalistik Dasar. Yogyakarta: Lingkar Media.
Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR.
Puspa, Vasanty. 1999. Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia dalam Manusia
dan Kebudayaan di Indonesia, Diredaksi oleh Koentjaraningrat. Djambatan,
Jakarta.
Rosyadi. 2010. “Festival Peh Cun: Menelusuri Tradisi Etnis Cina di Kota
Tangerang.” Patanjala Vol. 2.
Shoemaker, Pamela J., and Stephen D. Reese. 2010. Mediating The Message:
Theories of Influences on Mass Media Content.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Soekanto, Soerjono. 2001. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Tim Redaksi Satelit News. 2019. Resmi Dibuka, Festival Cisadane Wujud
Akulturasi Budaya. KoranSatelit News. Edisi 27 Juli 2019.
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.
Website
“Penuh Hiburan Festival Cisadane Digelar 26 Juli Hingga 3 Agustus” diakses
pada Rabu 1 April 2020 Pukul 17:54 WIB (Lihat:
https://news.okezone.com/read/2019/07/26/1/2083919/penuh-hiburan-
festival-cisadane-digelar-26-juli-hingga-3-agustus-2019 )
84
“100 Calender of Event” diakses pada Rabu 25 April 2020 Pukul 19:59 WIB
(Lihat: https://www.indonesia.go.id/ragam/pariwisata/ekonomi/100-
calendar-of-events-2020)
“Festival Cisadane” diakses pada Sabtu 25 Juli 2020 pukul 23:52 WIB (Lihat:
https://www.kemenparekraf.go.id/event/festival-cisadane)
KBBI Daring, diakses pada Sabtu 25 Juli 2020 pukul 4.01 WIB (Lihat:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/analisis)
85