analisis framing pada pemberitaan aliran al...
TRANSCRIPT
ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN
ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH
DI HARIAN MEDIA INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
ERI SUHASNI WULANDARI
NIM 104051101939
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 29 Juli 2008
Eri Suhasni Wulandari
ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN
ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH
DI HARIAN MEDIA INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
ERI SUHASNI WULANDARI
NIM 104051101939
Di bawah bimbingan :
GUN GUN HERYANTO, M.Si
NIP 150371094
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN
ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA
INDONESIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juli
2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Program Studi Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 15 Juli 2007
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Arief Subhan MA. Rubiyanah, MA NIP: 150262442 NIP: 150286373
Penguji I, Penguji II,
Drs. Suhaimi, M.Si. Dra. Asriati Jamil, M. Hum
NIP: 150270810 NIP: 150244766
Pembimbing,
Gun Gun Heryanto, M.Si NIP 150371094
ABSTRAK
Eri Suhasni Wulandari
Analisis Framing Pada Pemberitaan Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah Di
Harian Media Indonesia
Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame
tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang
dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena surat kabar dapat langsung
dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentuk opini publik yang
bersifat ‘cash’, cepat dan dapat berubah atau bergeser pada saat yang singkat.
Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas penyusunan
bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Media Indonesia mempunyai cara
tersendiri dalam mengemas/ mengkonstruksi berita yang disajikan kepada
khlayak, bisa pro atau pun kontra terhadap suatu isu. Biasanya, apa yang ditulis
oleh seorang jurnalis dengan tulisannya ia dapat memasukan gagasan serta ide-ide
yang ada dipikirannya juga tidak terlepas dari visi misi media tempat ia bekerja.
Setiap media mempunyai penekanan sendiri dalam menyajikan berita.
Maka, bagaimana pengemasan pemberitaan aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah
yang terdapat di Media Indonesia selama periode Oktober-November 2007? dan
bagaimana kecenderungan keberpihakan Media Indonesia terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah dilihat dari pembingkaian yang mereka tampilkan? yang
bertujuan untuk mengetahui pengemasan dan kecenderungan keberpihakan Media Indonesia dalam pemberitaan isu aliran sesat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis framing. Teori framing menunjukkan bagaimana seorang jurnalis membuat simplifikasi,
prioritas, dan struktur tertentu dari peristiwa. Karenanya, framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahami oleh media dan ditafsirkan ke dalam bentuk
berita. Dengan mengacu kepada sumber-sumber tulisan/ studi pustaka. Data yang
diperoleh akan diolah dengan cara penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada
model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Dengan menggunakan analisis framing, maka dapat diketahui seperti apa
pembingkaian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pers kepada khalayak
dalam bentuk teks berita. Dalam penulisan isu aliran al Qiyadah al Islamiyah,
Media Indonesia selalu menggunakan lead model pernyataan, dan bila dilihat dari
5W+1H yang dipakai antara lead when dan where. Dari bentuk penyajian kalimat,
Media Indonesia lebih sering menggunakan jenis kalimat deduktif, dimana pokok
permasalahan di tulis lebih awal. Dan juga bersifat aktif dalam penulisannya.
Kecenderungan keberpihakan Media Indonesia terjadi jika pernyataan atau
informasi yang didapat wartawan dari satu narasumber melimpah.
Seperti halnya penerbitan pers pada umumnya, Media Indonesia mengunggulkan kualitas dalam semua pemberitaan yang dipublikasikan kepada
publik. Dari kelima berita yang dianalisis dengan menggunakan analisis framing, Media Indonesia berusaha bersikap netral, karena berita seputar al Qiyadah al
Islamiyah sangat sensitif di masyarakat Indonesia.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohiim
Puji syukur penulis haturkan kepada Zat Allah SWT, atas limpahan
karunia dan atas Ridho-Nya Penulis dapat menempuh jenjang pendidikan sampai
saat ini hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana
Sosial Islam (S.Sos. I).
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda alam Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari jalan kesesatan menuju alam
berperadaban, dari kegelapan menuju cahaya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari betul bahwa tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini
dengan baik. Semua berkat arahan, bimbingan, bantuan, petunjuk serta motivasi
dari semua pihak yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi
Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan
banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Kepada kedua orang tuaku yang kucintai, Drs. Sunarko dan
Azhariyah. Kasih sayang ibu dan Bapak tiada terbalas, seperti
mentari menyinari alam ini, hanya doaku kepada Allah SWT Semoga
Ridho-Nya beserta Ibunda dan Ayahandaku tercinta.
2. Dr. Murodi M.A. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
3. Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Pudek Akademik
4. Drs. Studi Rizal LK. MA. Selaku Pudek Kemahasiswaan.
5. Drs. Suhaimi, M.Si. Selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, sekaligus
penguji I dan Rubiyanah, M.A. Selaku Sekretaris Konsentrasi
Jurnalistik yang telah memberikan banyak pengarahan kepada
penulis tentang jurusan.
6. Gun Gun Heryanto, M.Si. selaku Pembimbing yang telah banyak
mencurahkan bimbingan, arahan, petunjuk dan pemikirannya kepada
Penulis di sela-sela kesibukan beliau.
7. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, selaku penguji II.
8. Para dosen, karyawan dan Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
9. Mas Hapsoro Poetro, yang telah menyisihkan sebagian waktunya di
sela-sela padatnya jadwal kerja redaksi harian Media Indonesia.
Jazakallahu khoiron katsiron.
10. Kakakku Yuli, dan Adik-adikku tercinta, Firza, Anis, dan Ilham.
Semoga kita menjadi anak-anak yang berbakti kepada Allah SWT
dan kepada kedua orangtua kita.
11. Kakek dan Nenek yang selalu mendoakanku agar cepat lulus dengan
nilai yang membanggakan.
12. Om (Iyank, Siswanto, Villa, Igas, Agus) dan Tanteku (Juju, Ella,
Amel), yang senantiasa ada saat suka maupun dukaku.
13. Sandi Permanasidi yang selalu memberikan support yang sangat
berarti bagi penulis. Terima kasih atas segala waktu dan
perhatiannya.
14. Sahabat-sahabatku, Neneng H, Putri M, Diah y, Desta dan Pipit,
semoga persahabatan kita tidak sampai di sini. Sofwan, Ratna, dan
Rahma teman seperjuangan menanti sang pembimbing hadir untuk
bimbingan. Maju terus, keep u’r spirit friends!
15. Kelas Konsentrasi Jurnalistik (2004) beserta adik-adikku di
konsentrasi jurnalistik dan kawan-kawan KKS Nanggung, Bogor
2007. Teman-teman dari Kessos, KPI, BPI, MD, dan PMI.
Akhirnya, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi
pelajaran hidup kepada penulis. Semoga Allah SWT semakin menambah karunia-
Nya kepada kita semua. Terima kasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala
kekhilafan. Tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, tak
ada manusia yang sempurna.
Jakarta, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR ………..……………………………………………… vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ………………..…………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 8
C. Tujuan dan Manfaat……………………………………….. 8
D. Tinjauan Pustaka ………...………………………………… 10
E. Metodologi Penelitian ……………......……...……..…….. 11
F. Sistematika Penulisan …………………………..…………. 17
BAB II. TINJAUAN TEORITIS............................................................ 19
A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah ......................... 19
B. Framing .............................................................................. 23
1. Definisi Framing ………………………………………… 23
2. Konseptualisasi Framing ………….. ……….……………. 26
3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki …………………………………………………… 27
4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.. …………………………………………………. 29
C. Konseptualisasi Berita ....................................................... 38
1. Pengertian Berita ………………………….……..……….. 38
2. Jenis Berita ……………………….... ………………….… 43
3. Struktur Berita ……………………………………………. 46
BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK HARIAN MEDIA
INDONESIA ............................................................................. 49
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Media
Indonesia ……………………………………………....….. 49
B. Visi dan Misi Perusahaan Media Indonesia ….………… 53
1. Visi Perusahaan Media Indonesia ………………………. 54
2. Misi Perusahaan Media Indonesia ……………………….. 54
3. Nilai-nilai Perusahaan Media Indonesia ………………… 55
C. Struktur Redaksional ………………… …….………….. 56
D. Mekanisme Kerja Redaksi …………………… ………. 58
E. Profil Pembaca …………………………………………… 59
BAB IV. TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ................................ 60
A. Analisis Berita Seputar Aliran Al Qiyadah
Al Islamiyah Pada Harian Media Indonesia ................... 60
A.1. Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al
Qiyadah ....................................................................... 61
A.2. Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran
Sesat ........................................................................... 71
A.3. Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta ................... 80
A.4. Frame 4: Pemeriksaan Anggota Al Qiyadah Al
Islamiyah .................................................................... 90
A.5. Frame 5: Pengikut Al Qiyadah Bertobat ................... 99
B. Kecenderungan Keberpihakan Harian Media
Indonesia .......................................................................... 109
BAB V. PENUTUP ............................................................................... 112
A. Kesimpulan ........................................................................ 112
B. Saran .................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 117
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Daftar Tabel:
1. Tabel 1 Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ……… 17
2. Tabel 2 Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki .….……. 31
3. Tabel 3 Nilai-nilai Berita ………………………………………………....... 42
4. Tabel 4 Jenis-jenis Berita …………………………….……………………. 44
5. Tabel 5 Rangkaian Berita Al Qiyadah Al Islamiyah Harian
Media Indonesia ………………………………………………….. 61
6. Tabel 6 Framing Edisi 28 Oktober 2007
“Warga 'Sweeping' Vila Pengajian Al Qiyadah” ………………. 69
7. Tabel 7 Framing Edisi 31 Oktober 2007
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”………. 78
8. Tabel 8 Framing Edisi 1 November 2007
“Keagamaan Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta”………… 88
9. Tabel 9 Framing Edisi 7 November 2007
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”…………….. 97
10. Tabel 10 Framing Edisi 10 November 2007
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat”………….…... 107
Daftar Gambar:
12. Gambar 1 Struktur Piramida Terbalik…………………………………… 47
13. Gambar 2 Proses Kerja Bagian Redaksi Harian Media Indonesia ……… 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu realitas atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
suatu kebutuhan bagi manusia. Alhasil, kemajuan teknologi tersebut
mempermudah kepentingan manusia. Terlebih semakin semaraknya surat kabar
menghiasi dunia pers di Indonesia yang beraneka ragam bentuk dan pembingkaian
yang dilakukan oleh para pembuat berita.
Dewasa ini surat kabar seperti sudah menjadi santapan biasa bagi kita,
manusia zaman sekarang, yang sudah memasuki masyarakat informasi. Koran
sudah masuk desa. Koran sudah bukan barang konsumsi mahal. John Tebbel
berpendapat bahwa Koran sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan
informasi baik untuk dirinya sendiri, keluarganya dan untuk usaha bisnisnya.1
Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang
sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha.
Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial
(dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat,
menyajikan hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan
yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat
kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda
dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak
1 John Tebbel, Karier Jurnalistik, Penyadur: Dean Praty Rahayuningsih, (Semarang:
Dahara Prize, 2003), h.1.
penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam
pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi lawan yang nyata
atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi
diri demikian. Citra pers yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan
pemberian hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan wartawan,
perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan, pelbagai kegiatan surat
kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja,
serta peran yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan asing
atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya membalas persepsi diri
surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan menegangkan bagi kalangan
pers.
Membaca tulisan dalam sebuah surat kabar berarti kita menangkap pesan
yang dikomunikasikan oleh media tersebut. Pesan yang disampaikan terlepas dari
baik atau buruk di mata khalayak. Hal ini dapat mengubah mental, sikap, perilaku
dan gaya hidup mereka. Onong Uchjana Effendi mengemukakan Komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung
ataupun tidak langsung melalui media.2
Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak
manusia itu bukan suatu peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa. Namun, pada
dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di sini adalah realitas/
fakta yang diliput oleh wartawan, dan pada gilirannya akan dilaporkan secara
2 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1986), h. 15.
terbuka oleh media massa. Dengan demikian dapat pula dikatakan secara
sederhana, bahwa dalam suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali
suasana/ keadaan, orang, dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah
peristiwa merupakan upaya untuk mengkonstruksikan realitas.3
Era informasi sekarang ini masih dirasakan dengan langkanya para
penulis- juga wartawan- muslim yang mampu melakukan Da’wah bil Qolam
melalui media massa. Kemampuan menulis menjadikan seorang Imam Al-Ghazali
dapat mewariskan dan mendakwahkan ilmunya lewat kitab Ihya ‘Ulumuddin dan
lain-lain. Demikian pula para ulama, sarjana, filsuf dan cendekiawan muslim lain
dari berbagai disiplin ilmu, “pikiran mereka”, kata Plato, “terekam di ujung pena
mereka”.4
Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas
penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Dalam konstruksi
realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk
menceritakan realitas.5
Sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum
tentang banyak hal, berita mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai
institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat
berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide ataupun gagasan.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan
subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai
3 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.
168. 4 Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 131. 5 Ibnu hamad, Agus Sudibyo, M, Qodari. Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media
Massa, (Jakarta: ISAI, 2001), h. 69.
apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan
objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul
gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam
setiap penulisan berita menyimpan ideologis/ latar belakang seorang penulis.
Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap
data-data yang diperoleh di lapangan.
Di sisi lain, dunia tulis menulis merupakan “lapangan kerja” terbuka yang
selalu siap menerima karyawan baru. Tulisan yang ada di media massa di samping
sebagai sarana Da’wah bil Qolam, juga dapat menjadi sarana komunikasi yang
efektif dengan khalayak untuk mempublikasikan ide-ide, opini, atau pemikiran
tentang berbagai masalah. Melalui tulisan di media massa, seseorang dapat
menciptakan opini publik, mempengaruhi massa, bahkan melakukan
“propaganda”.
Dalam suatu berita tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan
kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita
ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai
berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk
menentukan layak berita (newsworthy). Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai
berita ini misalnya mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak,
kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka
nilai lainnya.6
6 Luwi Ishwara, Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2006), h. 53.
Dari ketentuan yang ditetapkan oleh Kode etik Jurnalistik Wartawan
Indonesia pasal 5 yang berbunyi :7 “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara
berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak
mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini
wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”.
Karya ilmiah ini akan mengambil objek pemberitaan aliran sesat yang
marak diberitakan di setiap surat kabar, khususnya selama tahun 2007. banyaknya
pemberitaan tentang aliran sesat membuat penulis tertarik untuk mengetahui apa
sebenarnya pandangan dari wartawan yang menulis berita tentang beberapa aliran
sesat yang semakin marak di Indonesia. Dengan hadirnya aliran Ahmadiyah,
Quran Suci, AlQiyadah Al Islamiyah, Lia Eden, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Karena itulah dengan pemberitaan yang menyangkut perpecahan umat
muslim ini semakin menarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pendapat
seorang wartawan yang ada di sebuah surat kabar. Karena, setidaknya ada lima
peranan jurnalis Muslim, yaitu: Sebagai Pendidik (Muaddib), Sebagai Pelurus
Informasi (Musaddid),Sebagai Pembaharu (Mujaddid), Sebagai Pemersatu
(Muwahid), dan Sebagai Pejuang (Mujahid), yaitu pejuang pembela Islam.8
Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame
tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang
7 Kode Etik Jurnalistik (KEJ) pertama kali dibuat pada tahun 1947 di Yogyakarta,
kemudian disusun kembali dan ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun
1955 di Prapat, Sumatera Utara, dan mengalami penyempurnaan pada Kongres Kerja Nasional PWI tahun 1994 di Batam, Riau. Kemudian dalam Kongres XXI PWI di Palangkaraya<
Kalimantan Tengah, 2-5 Oktober 2003, Kode Etik Jurnalistik Ini lebih disempurnakan lagi.
(Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 47. 8 Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. (Bandung: PT Remaja
RosdaKarya, 2005), Cetakan ke-6, h. 122-123.
dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena surat kabar dapat langsung
dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentuk opini publik yang
bersifat ‘cash’, cepat dan dapat berubah atau bergeser pada saat yang singkat dari
satu kesimpulan yang satu kepada kesimpulan yang lainnya. Karena itu, selain
surat kabar menyampaikan pemberitaan, ia juga berfungsi sebagai media dakwah.
Media seringkali menampilkan lingkungan sosial yang tidak sebenarnya.
Dengan cara itu media massa membentuk citra khalayaknya ke arah yang
dikehendaki media tersebut. Tetapi pengaruh media massa tidak berhenti sampai
di situ, media juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki khalayaknya.9
Media massa sebagai salah satu institusi sosial, menurut Dennis McQuail
(1989), media massa memiliki kekuatan besar, antara lain: 1. Media massa dapat
menarik perhatian dalam memecahkan masalah, 2. Media massa dapat
memberikan legitimasi dan status pada seseorang, 3. Media massa itu merupakan
saluran bagi proses persuasi dan mobilisasi, 4. Media massa itu merupakan
wahana yang dapat memberikan penghargaan dan kepuasan kepada publik.10
Pers, sesuai dengan sifat yang dimilikinya, selalu menyajikan informasi
yang terbaru bagi para pembacanya. Disamping sebagai unsur ke-baru-an
(aktualitas), informasi itu pun mengandung dan sekaligus menyebarkan ide-ide
atau opini yang juga dianggap baru dan relevan dengan kondisi masyarakat di
mana pers itu menyebar.
Dalam dunia pers di Indonesia, terdapat Harian Media Indonesia. Yang
sudah lama berkiprah selama masa pembangunan. Dengan jangka waktu yang
9 Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
Edisi Revisi, h. 226. 10
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Terjemahan Agus
Dharma, dkk, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 3.
lama, Harian Media Indonesia telah menjadi surat kabar yang banyak peminatnya
dan telah menjadi Koran Harian Nasional. Sehingga bukan tidak mungkin Harian
ini mampu mempengaruhi daya pikir para pembacanya Karya ilmiah ini berupaya
menyoroti bagaimana harian tersebut mengemas berita tentang aliran sesat.
Dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki11
yang membaginya dalam empat struktur, yaitu Sintaksis (cara wartawan
menyusun fakta), Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta), Tematik (cara
wartawan menulis fakta), dan Retoris (cara wartawan menekankan fakta). Maka,
akan diketahui seperti apa surat kabar tersebut mengemasnya.
Efek media massa dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam
kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi konsumtif serba instan dan
sebagainya. Soejono Soekamto dalam bukunya “Sosiologi Pengantar”,
menyatakan Perubahan-perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan
gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia
lainnya berkat adanya komunikasi yang modern.12
Akhirnya surat kabar sebagai salah satu media yang menyampaikan
informasi kepada khalayak, tidak disangsikan lagi eksistensinya sebagai media
dakwah. Pemberitaan melalui media cetak akan lebih signifikan di masyarakat.
Analisis ini juga dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana konstruksi
berita seputar aliran sesat yang dikemas oleh Harian Media Indonesia.
Karena begitu menariknya isu-isu tentang Islam apalagi bila isu itu telah
dijadikan sebagai suatu pemberitaan yang dikemas semenarik mungkin oleh
wartawan yang menulisnya. Islam telah menjadi pembicaraan yang negatif di
11
Eriyanto, Analisis Framing: konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr.
Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 256. 12 Soejono Soekamto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 1987), h. 30.
Dunia internasional, karena hadirnya berbagai aliran sesat tersebut. Karena itulah
pemberitaan tentang aliran sesat ini menjadi hal yang sangat serius untuk citra
positif Islam di Indonesia bahkan mungkin juga untuk dunia internasional.
Selama tahun 2007 sudah banyak pemberitaan seputar aliran sesat di
beberapa surat kabar, khususnya Harian Media Indonesia. Namun, penulis
mengangkat tema tentang aliran Al Qiyadah Al-Islamiyah, karena Harian ini lebih
banyak memuat pemberitaan seputar berita tersebut. Khususnya pada bulan
Oktober dan November 2007.
Berdasar pada permasalahan di atas, untuk mengetahui lebih jauh tentang
bagaimana cara suatu surat kabar mengemas berita serta apa pandangan yang
disuguhkan kepada khalayak, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah
yang akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Analisis Framing Pada
Pemberitaan Aliran Al Qiyadah Al-Islamiyah Di Harian Media Indonesia”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam skripsi ini, penulis mencoba untuk membatasi permasalahan agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam pembahasan. Maka penulis membatasi hanya
pada tim redaksi surat kabar harian Media Indonesia. Pesan yang dimaksud pada
penulisan skripsi ini dibatasi pada pemberitaan tentang aliran sesat al Qiyadah al
Islamiyah yang telah dipublikasikan di harian Media Indonesia pada periode
Oktober - November 2007. Sementara khalayak yang ditelusuri dibatasi hanya
pada profil lembaga surat kabar yang dimaksud.
Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengemasan pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al
Islamiyah yang terdapat di harian Media Indonesia selama periode
Oktober- November 2007?
2. Bagaimana kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia terhadap
isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah tersebut dilihat dari pembingkaian
berita yang ditampilkannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Mengacu kepada masalah penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi tentang bagaimana cara
harian Media Indonesia mengemas pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al
Islamiyah yang berkembang di Indonesia selama kurun waktu Oktober -
November 2007.
Adapun tujuan penelitian adalah untuk:
1. Mendeskripsikan pengemasan pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah
al Islamiyah yang terdapat di harian Media Indonesia selama periode
Oktober – November 2007;
2. Mendeskripsikan kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia
terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah tersebut dilihat dari
pembingkaian berita yang mereka tampilkan.
Adapun manfaat penelitian adalah:
a. Manfaat Akademis
Manfaat yang ingin dicapai ialah berpusat pada pengembangan ilmu
pengetahuan. Karena saat ini masih banyak penelitian mau pun kajian analisis teks
berita yang menggunakan analisis isi (content analysis) dari pada analisis framing
(framing analysis) yang memusatkan pada pemaknaan atas suatu peristiwa dalam
teks berita. Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat menambah khazanah
pengetahuan akademik.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan data yang dapat
digunakan oleh Mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid
Jakarta khususnya Mahasiswa Komunikasi dan Jurnalistik dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan mutu pendidikan Komunikasi dan Jurnalistik.
b. Manfaat Praktis
Kajian tentang frame surat kabar dalam mengemas berita ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan beranalisis dewasa ini,
khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan melakukan
penelitian selanjutnya sehingga akan memberikan sumbangan yang cukup berarti
bagi perkembangan beranalisis.
Selain itu, juga untuk mendorong agar para peneliti teks berita berikutnya untuk
mulai menekuni analisis framing (framing analysis) dalam mengkaji suatu teks
berita dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan beranalisis, khususnya
analisis framing.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melihat judul-judul skripsi di perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi juga perpustakaan utama UIN Syahid Jakarta, penulis
menemukan skripsi (karya ilmiah) yang juga menggunakan analisis framing,
hanya saja objek yang dianalisis tidak sama dengan yang ingin penulis kaji yaitu
pemberitaan aliran sesat AlQiyadah Al-Islamiyah.
Adapun judul-judul skripsi yang penulis temukan sebagai berikut: Citra
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Media Massa (Analisis Framing Berita
Perubahan Status IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Media
Indonesia, Republika, dan Kompas): Desy Puspitasari (2004); Kontribusi Berita
Musibah Tsunami di Aceh (Analisis Framing Berita Pada Majalah Hidayatullah
dan Gatra): Husniah (2006); Analisis Framing Berita Sebelas Fatwa MUI Dalam
Majalah Sabili dan Syir’ah: Ade Saripullah (2006); Analisis Framing Berita
Rancangan UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik (RUU KMIP) di
www.bipnewsroom. Info Badan Informasi Publik Departemen Komunikasi dan
Informatika: Untung Sutomo (2007); Pesan Dakwah di Media Cetak (Analisis
Framing Terhadap Rubrik Dirosat edisi 145 dan 148 di Majalah Tarbawi): Iis
Diana Ucik (2007); Analisis Framing Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata:
Junaidi (2007); dan Sinetron Sebagai Media Dakwah: Pemikiran Dakwah H.
Deddy Mizwar dan Bingkai Sinetronnya (analisis framing model Robert N.
Entman), Deden Sandi Permanasidi (2007).
Beberapa skripsi di atas juga merupakan rujukan bagi penulis dalam
meneliti, yang sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran, artikel,
dan lainnya.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif. Berdasarkan data-data yang dihasilkan
dari sumber-sumber tertulis/ studi pustaka mengenai pokok-pokok permasalahan
yang akan dikaji. Data-data dikumpulkan dengan cara observasi dari teks berita
surat kabar tersebut.
Menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip oleh Prof. Dr. H. Syamsir
Salam, MS dalam bukunya Metodologi Penelitian Sosial, menyatakan bahwa
penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.13
Dimana objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari
gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari
masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi
tertentu.14
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif eksplanatif yang
bertujuan untuk mencari sebab dan alasan mengapa sesuatu dapat terjadi,
diantaranya menjelaskan secara akurat mengenai satu bahasan topik,
menghubungkan topik-topik yang berbeda namun memiliki kesamaan, dan
13
Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Arifin, M.Ag, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 30. 14
Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h. 302.
membangun atau memodifikasi sebuah teori dalam topik baru atau menghasilkan
bukti untuk mendukung sebuah penjelasan atau teori.15
Eksplanatif tidak hanya sekedar memberikan gambaran (deskriptif) dari
sebuah permasalahan yang diteliti saja, melainkan juga berusaha menjelaskan
pembahasan yang tengah diteliti secara lebih mendalam lagi.16
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama dua bulan, yakni sejak Oktober-November
2007. Tempat penelitian akan penulis lakukan pada alamat tim Redaksi Harian
Media Indonesia, yaitu: Kompleks Delta Kedoya, JL. Pilar Raya Kav.A-D,
Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11520.
Tahapan Penelitian
1. Pengumpulan Data
a. Observasi
Penelitian ini menggunakan instrumen observasi terhadap berita yang
disajikan oleh Harian Media Indonesia. Unit analisis adalah analisis framing
model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Kategori dalam penelitian ini
meliputi empat struktur, yaitu Sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), Skrip
(cara wartawan mengisahkan fakta), Tematik (cara wartawan menulis fakta), dan
Retoris (cara wartawan menekankan fakta).
15
Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syahid JKT, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 35-36. 16
Junaidi, Analisis Framing Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata, (Jakarta: Penelitian.
Univ. Islam, 2007), h. 10.
Karena, pada dasarnya Setiap wartawan mempunyai pandangan dan
konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat di lihat dari bagaimana
seorang wartawan mengkonstruksi peristiwa dalam suatu pemberitaan yang ia
beritakan.17
Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu cara penulisan untuk
memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena yang diselidiki.18
b. Wawancara (Interview) Mendalam
Wawancara atau interview merupakan alat pengumpulan informasi
langsung tentang beberapa jenis data.19
Wawancara mendalam atau dialog secara
langsung dengan pihak yang terkait yang berhubungan langsung dengan tema
yang penulis kaji. Adapun instrumen yang digunakan dalam wawancara yang
digunakan adalah alat perekam (tape recorder) atau kamera, untuk memperoleh
beberapa kriteria yang disebutkan di atas.
Wawancara ini juga merupakan cara yang penulis gunakan dalam rangka
mengumpulkan data dengan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara
sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.20
Penulis melakukan wawancara bebas terpimpin, yaitu pertanyaan yang
diajukan tidak hanya berpedoman pada sistematika pertanyaan yang telah
disediakan, data-data yang diperoleh dalam teknis ini adalah dengan cara Tanya
17
Eriyanto, Analisis Framing, h. 15. 18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 92. 19
Ibid, h. 49. 20 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE- UII, 1995), h. 62.
jawab secara lisan dan bertatap muka langsung, dan narasumber dapat menjawab
dengan bebas dan terbuka.
C. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data-data melalui telaah dan
mengkaji buku-buku, majalah-majalah, website, dan literatur-literatur lain yang
ada relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan
argumentasi, untuk kemudian menjadi bahan penelitian skripsi ini.
Dalam penelitian ini dibutuhkan pencarian sumber-sumber, yaitu berupa
arsip tentang aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang ada di surat kabar yang
dimaksud. Selain itu, berbagai bahan yang berhubungan dengan pemberitaan
aliran tersebut yang terdapat di harian Media Indonesia.
2. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui instrumen tersebut akan diolah dengan cara
penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki. Dari penyajian tabel tersebut akan tampak bagaimana harian Media
Indonesia mengemas pemberitaan aliran sesat berdasarkan rumusan masalah.
3. Teknik Analisis Data
Dengan analisis data maka penelitian ini menampilkan temuan tentang
letak perbedaan teks berita yang disajikan dan menafsirkan hasil temuan
berdasarkan model analisis framing yang diterapkan.
Model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki
Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian:
a. Sintaksis adalah cara wartawan menyususn berita.
Struktur sintaksis memiliki perangkat:
1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media
2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang
biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat
tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa.
3. Latar informasi
4. Kutipan
5. Sumber
6. Pernyataan
7. Penutup
b. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta.
Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan
berita:
1. What (apa)
2. When (kapan)
3. Who (siapa)
4. Where (di mana)
5. Why (mengapa)
6. How (bagaimana)
c. Tematik adalah cara wartawan menulis fakta.
Struktur tematik mempunyai perangkat framing:
1. Detail
2. Maksud dan hubungan kalimat
3. Nominalisasi antar kalimat
4. Koherensi
5. Bentuk kalimat
6. Kata ganti
Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi
d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta.
Struktur retoris mempunyai perangkat framing:
1. Leksikon/pilihan kata
Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.
2. Grafis
3. Metafora
Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis
Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut:
Tabel 1
Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG
DIAMATI
Sintaksis
(Cara wartawan
menyusun fakta)
1. Skema berita Headline, lead, latar
informasi, kutipan
sumber, pernyataan,
penutup.
Skrip
(cara wartawan
mengisahkan
fakta)
2. Kelengkapan Berita 5W + 1H
Tematik
(cara wartawan
menulis fakta)
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk Kalimat
6. Kata Ganti
Paragraf, proposisi,
kalimat, hubungan
antar kalimat
Retoris
(cara Wartawan
menekankan
fakta)
7. Leksikon
8. Grafis
9. Metafora
Kata, idiom, gambar/
foto, grafik
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam lima Bab, dimana
setiap babnya memiliki spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu, yaitu:
Bab I, Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II, Merupakan pembahasan mengenai Landasan Teori yang meliputi:
A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah; B. Framing, yang meliputi: 1.
Definisi Framing; 2. Konseptualisasi Framing; 3. Konseptualisasi Framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki; 4. Perangkat Framing Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki. C. Konseptualisasi Berita, yang meliputi: 1. Pengertian, 2.
Jenis, dan 3. Struktur.
Bab III, Merupakan pembahasan mengenai Gambaran Umum media
cetak Harian Media Indonesia, meliputi: A. Sejarah singkat dan perkembangan
harian Media Indonesia, B. Visi dan misi Perusahaan, C. Struktur Redaksional, D.
Mekanisme Kerja Redaksi; E. Profil Pembaca.
Bab IV, Merupakan Temuan dan Hasil Penelitian yang membahas
mengenai A. Analisis framing berita seputar aliran al Qiyadah al Islamiyah pada
harian Media Indonesia selama periode Oktober-November 2007, yang meliputi:
A.1 Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al Qiyadah; A.2. Frame 2:
Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat; A.3. Aliran Al Qiyadah Dilarang
di Jakarta; A.4. Pemeriksaan 168 Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah; dan A.5.
Pengikut Al Qiyadah Bertobat; B. kecenderungan keberpihakan harian Media
Indonesia terhadap isu aliran sesat dilihat dari pembingkaian berita yang mereka
tampilkan.
Bab V, Merupakan penutup yang meliputi: Kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah
Kemunculan aliran al Qiyadah al Islamiyah di Indonesia pada setahun lalu,
mendapat aksi penolakan yang keras dari masyarakat. MUI sendiri telah
menyatakan bahwa aliran ini sesat serta sudah meminta pihak kepolisian untuk
menindak tegas aliran ini.21
Respon umat Islam terhadap sekte-sekte baru kurang lebih sama dengan
masyarakat Arab saat nabi membawa Islam. Mulanya Islam sebagai agama baru
di jazirah Arab yang sudah beurat akar harus menghadapi ajaran-ajaran baru.
Bukan hanya pada aspek teologis, Islam juga menawarkan solusi atas problem-
problem sosial saat itu.22
Kemapanan struktur sosial yang berdasarkan kabilah, suku, dan status
sosial secara tiba-tiba dianggap sama oleh Muhammad. Karena kontrodiksi
konsep teologis dan sosiologis itulah yang menjadi faktor utama permusuhan
masyarakat Arab terhadap Arab.23
Pengkafiran (takfir), permusuhan bahkan pembubaran terhadap sekte atau
aliran baru ini seakan sudah menjadi trend umat Islam masa kini. Cara respon
yang lebih dewasa dan manusiawi hampir tidak pernah ditemukan dalam
lembaran sejarah umat Islam Indonesia.24
21
Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober
2007, Padang. 22
Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007 23
. Ibid. 24 Ibid.
Terhadap hal inilah, penting menanggapi respon umat Islam terhadap
lahirnya al Qiyadah al Islamiyah. Aliran yang dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq
ini mendapatkan pengalaman yang sama dengan Lia Aminuddin (Lia Eden) yang
mengaku pernah bertemu jibril as, bahkan lebih.25
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi terbesar dan moderat di
Indonesia juga mengambil bagian dalam menghadapi kasus al Qiyadah al
Islamiyah. Ketua PBNU, KH. Hasyim Muzadi, menyatakan sesat terhadap aliran
yang belum mewajibkan shalat dan puasa ini.26
Secara teologis agama semakin lari dari persoalan-persoalan kemanusiaan.
Problem sosial yang demikian akut semakin sulit ditemukan penyelesaiannya.
Kriminalitas, korupsi, nepotisme, dan tindakan lainnya terus meningkat. Di tengah
situasi yang demikian itulah, sebuah keyakinan baru muncul.
Ketika kejahatan dan ketidakadilan merajalela di Arab, Islam hadir untuk
merombak tatanan sosial tersebut. Begitu juga semangat dari bermunculannya
sejumlah aliran baru. Mereka menganggap bahwa keberadaan agama saat ini
sudah tidak pas. Karenanya, perlu meremajakan agama. Ahmad Moshaddeq
menyatakan bahwa sekte yang dipimpinnya bukan sebagai agama baru tetapi
untuk melengkapi nubuah yang dibawa oleh Musa, Isa (Yesus) dan Muhammad.27
Fatwa MUI telah menetapkan bahwa aliran al Qiyadah al Islamiyah
pimpinan Ahmad Moshaddeq sesat dan menyesatkan. Fatwa tersebut dikeluarkan
MUI setelah mempelajari ajaran tersebut yang telah menyimpang dari ajaran
syariat Islam.28
25
Ibid. 26
Ibid. 27
Ibid. 28 Ibid.
Aliran (Islam) sesat ini dinilai melenceng dari Islam karena beberapa hal:
1. Adanya pengakuan si ‘pendiri’ aliran, bahwa dirinya adalah Nabi dan Rasul.
2. Tidak mengakui Rasulullah SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir (dalam
syahadat mereka, tidak mengikutsertakan nama Rasulullah SAW).
3. Tidak perlu menjalankan rukun Islam.
4. Tidak perlu sholat lima waktu.29
Aliran ini mempunyai buku pegangan. Buku pegangan al Qiyadah adalah
tafsir al Quran bernama Tafsir Wa Takwil, yang diterjemahkan sesuai dengan
selera penganjurnya. Kemudian buku putih al Qiyadah terbitan 20 Februari 2007,
bertajuk Ruh Kudus yang Turun Kepada Almasih Mau’ud, Ruh Kudus yang Turun
Kepada Almasih Mau’ud, yang dipercaya sebagai nabi mereka. Buku itu diberi
pengantar oleh Micheil Muchaddas, yang diduga sebagai Almasih Mau’ud.30
Di tengah ketidakpuasan terhadap agama dan fakta sosial yang ada, al
Qiyadah al Islamiyah sebagaimana juga aliran-aliran lainnya yang muncul.
Mereka beranggapan bahwa dengan keyakinan yang dimilikinya bisa memberikan
secercah harapan tentang masa depan. Merombak tatanan teologis yang dilakukan
al Qiyadah seperti tidak mewajibkan shalat, puasa, dan haji.31
Penganut aliran al Qiyadah menolak kenabian Muhammad SAW karena
kenabiannya sudah berakhir sejak ia meninggal. Hadisnya pun tidak dipercaya
karena dirawikan setelah 320 tahun kemudian. Lalu mereka mengangkat nabi
29
Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober
2007, Padang. 30
Ibid. 31 Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007.
sendiri bernama Almasih Mau’ud, yang dideklarasikan pada 23 Juli 2006 di
Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat.32
Syahadat mereka pun diganti menjadi “asyhadu alla ilaaha illallah wa
asyhadu anna Masihal Mau’udar Rasulullah”. Pengikutnya dilarang menunaikan
salat lima waktu. Mereka hanya melakukan salat satu kali di malam hari yang
disebut dengan qiyamul lail. Umat Islam selain pengikut al Qiyadah al Islamiyah
dianggap musyrik dan najis yang wajib diperangi.33
Menurut Buya H. Gusrizal Gahazar, seperti yang dikutip oleh Fachrul
Rasyid dalam tulisannya pada Gatra, Edisi khusus kamis yang terbit pada 11
Oktober 2007 di Padang, Sumatera Barat, mengungkapkan bahwa dari beberapa
penyimpangan penafsiran Al Quran dan buku Ruh Kudus itu terbukti al Qiyadah
mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran Yesus Kristus sebagaimana
dipercaya pengikut Injil.34 Gusrizal juga mengingatkan bahwa ajaran al Qiyadah
menyebarkan gerakan yang berpotensi memecah belah umat dan bangsa.
Setiap fatwa yang dikeluarkan oleh MUI selalu dibarengi dengan imbauan
untuk tidak melakukan tindakan anarkis. MUI pusat juga telah melakukan
koordinasi dengan MUI di setiap daerah untuk menjaga umatnya agar tidak main
hakim sendiri.
Ketua MUI mengatakan bahwa masalah aliran ini harus dibedakan antara
kebebasan beragama dengan penyimpangan dalam beragama. Islam sangat
memberikan toleransi kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih dan
menganut agama apa pun tanpa paksaan. Namun, manakala seseorang sudah
32
Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober
2007, Padang. 33
Ibid. 34 Ibid.
memilih suatu agama dan melakukan penyimpangan, maka mereka harus segera
diluruskan.35
B. Framing
1. Definisi Framing
Analisis bingkai (frame analysis) berusaha untuk menentukan kunci-kunci
tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya
membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajari
media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa
berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Analisis bingkai merupakan dasar
struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. Jadi, frame
analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan
informasi.36
Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu
tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut
dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok
(headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu
ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap
simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk
membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat
oleh khalayak.37
35
Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007. 36
Darmanto, Membongkar Ideologi di Balik Penulisan Berita dengan Analisa Framing,
(Makalah, Universitas Brawijaya, 2004). 37 Ibid.
Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita.
Cara pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak
dibawa kemana berita tersebut.
Proses pemberitaan dalam organisasi media akan sangat mempengaruhi
frame berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi
media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi
institusi media tersebut. Ada tiga proses framing dalam organisasi media. Proses
tersebut adalah:38
1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran
tentang suatu kajian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikkan
secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu
saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi
tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.
2. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media
cetak. Redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana,
menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, serta
menentukan judul yang akan diberikan.
3. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga
pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-
masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya
38
Http://ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html. Diakses
tanggal 17 Maret 2008 Pukul 14.38 WIB.
(sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing menjadikan media
massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu
diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang
sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah
realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan
itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks penuh dimensi
dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana,
beraturan dan memenuhi logika tertentu.
Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan
media, menimbulkan efek framing, yaitu:39
1. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan
mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan
menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang
tidak mendapat perhatian yang memadai.
2. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan
melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita
ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam
memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita.
3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan
menyembunyikan aktor yang lain. Efek yang segera terlihat dalam
pemberitaan yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain
yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.
39 Ibid.
2. Konseptualisasi Framing
Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan konsep framing adalah
W.A.Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionis yang melihat
proses framing sebagai proses konstruksi sosial untuk memaknai realitas. Proses
ini bukan hanya terjadi dalam wacana media, tetapi juga dalam struktur kognisi
individu. Dalam konteks inilah Gamson melihat adanya hubungan antara wacana
media dan publik yang terbentuk di masyarakat.40
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan
analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Mulanya, frame
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian
dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai
kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu
dalam membaca realitas.41
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah
cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati
strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih
bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring
interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain framing adalah
40
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
220. 41
Alex Sobur, M. Si, Drs, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing), (Bandung: PT. Renaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-4, h.
162.
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.42
3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka
“Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan
empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: Sintaksis, skrip,
tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema
yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi
global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi
sebagai pusat organisasi ide.
Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah
satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri
diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication.43 Bagi Pan
dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam
menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing
dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksi
dan dinegosiasikan. Dalam tulisannya tersebut, Pan dan Kosicki tidak hanya
membatasi analisisnya semata-mata pada isi media. Di sini, media dipandang
sebagai bagian dari diskusi publik secara luas. Bagaimana media dapat
membentuk bingkai dan kemasan tertentu kepada khalayak, dan bagaimana
partisipan politik melakukan pemaknaan dan konstruksi atas peristiwa untuk
42
Ibid. h. 162. 43
Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki, “Framing Analysis: An Approach to News
Discourse”, Political Communication, Vol. 10, No.1, 1993, hal 55-75.
disediakan kepada publik. Khalayak sendiri juga akan melakukan proses dan
pemaknaan yang berbeda atas suatu isu atau peristiwa.44
Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang
berbeda dalam teks berita – kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau
kalimat tertentu – ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan
makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari
perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih
menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak
lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari
framing yang saling berkaitan.45
1. Dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsep ini lebih menekankan
pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing
berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang
mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu.
Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks
yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu
dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-
elemen yang diseleksi dari suatu isu mau pun peristiwa tersebut menjadi
lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat
keputusan tentang realitas.
2. Konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada
proses internal seseorang, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada
44
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr.
Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 252. 45 Ibid. h. 252-253.
bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Dalam konstruksi realitas,
bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk
menceritakan realitas.46 Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana
seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan
pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya.
Frame di sini berfungsi membuat suatu realita menjadi teridentifikasi,
dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label
tertentu.
4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang
berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan
sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks
secara keseluruhan.
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat
struktur besar.47
Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan
bagaimana wartawan menyusun peristiwa – pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa – ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur
semantik ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita (lead yang dipakai,
latar headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya). Intinya, ia mengamati
46
Ibnu hamad, Agus Sudibyo, M. Qodari, Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media
Massa, (Jakarta: ISAI, 2001), h. 69. 47
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr.
Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 255.
bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia
menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.
Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini
melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh
wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.
Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk
yang lebih kecil.
Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana
wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat
bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang
dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu
kepada pembaca.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur
tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun
peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa,
kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idom yang dipilih. Ketika menulis
berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memakai semua
strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia
tulis adalah benar. Pendekatan itu dapat dilihat ke dalam tabel berikut ini:
Tabel 2
Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki48
Struktur Perangkat Framing Unit yang Diamati
Sintaksis
(Cara wartawan
menyusun fakta)
1. Skema berita Headline, lead, latar
informasi, kutipan,
sumber, pernyataan,
penutup.
Skrip
(cara wartawan
mengisahkan
fakta)
2. Kelengkapan Berita 5W + 1H
Tematik
(cara wartawan
menulis fakta)
3. Detail
4. Maksud kalimat, hubungan
5. Nominalisasi antarkalimat
6. Koherensi
7. Bentuk Kalimat
8. Kata Ganti
Paragraf, proposisi
Retoris
(cara Wartawan
menekankan fakta)
9. Leksikon
10. Grafis
11. Metafora
12. Pengandaian
Kata, idiom, gambar/
foto, grafik
Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau
frase dalam kalimat, bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Dalam
48
Alex Sobur, M. Si, Drs, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing), (Bandung: PT. Renaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-4, h.
176.
wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita -
headline, lead, latar informasi, sumber, penutup – dalam satu kesatuan teks berita
secara keseluruhan.
Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat
kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita.49 Pembaca
cenderung lebih mengingat headline yang dipakai dibandingkan bagian berita.
Headline mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline mempengaruhi
bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat
pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan.
Selain headline/judul, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering
digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita,
menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang
ingin ditulis wartawan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan
khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang
diajukan dalam suatu teks.50
Latar merupakan bagian berita yang dapat
mempengaruhi semantik (arti) yang akan ditampilkan.
Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian
ini dalam pengutipan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas – prinsip
keseimbangan dan tidak memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang
menekankan bahwa berita yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan
semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.
49
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT
LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 257. 50 Ibid. h. 258.
Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena
dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan,
peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya.
Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis
dengan lingkungan komunal pembaca.51
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H – who, what,
when, where, why, dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam
berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh
wartawan untuk dilaporkan.
Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita:
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang
didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk
menyembunyikan informasi penting.
Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis:
peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan –
semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi
hipotesis yang dibuat. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu
diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Bagaimana fakta ditulis, kalimat yang
dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara
keseluruhan.
51 Ibid. h. 260.
Secara keseluruhan unit yang dianalisis pada struktur tematik adalah tema
sebuah cerita. Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita.52
Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini.
Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau
kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang
tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya.
Detail merupakan strategi bagaimana wartawan (komunikator)
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap yang dikembangkan
oleh wartawan kadang kala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi detail
bagaimana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan.53 Detail merupakan
elemen yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan
sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun
dapat menjadi berhubungan.
Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat.
Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain.
Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
52
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h. 67. 53
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr.
Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 238.
Proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat
satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.54
Dalam elemen ini juga terdapat bentuk kalimat. Bentuk kalimat
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Kata Ganti
adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas
imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.
Proposisi menurut Poespoprodjo (1999) adalah suatu penuturan yang utuh.
Atau ungkapan keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi luaran dari
sebuah keputusan.55
Proposisi juga merupakan rancangan usulan, ungkapan yang
dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.56
Dalam struktur ini, gaya bahasa juga mendapat perhatian dalam
pengkajiannya. Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri
bahasa sekelompok penulis sastra dan ciri khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan baik secara lisan maupun tertulis.57
Retoris. struktur retoris dari wacana berita mengambarkan pilihan gaya
atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk
membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita
54
Ibid. h. 263. 55
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, (Bandung: Pustaka
Grafika, 1999), h. 170. 56
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud. 57
Gunawan Sudarsana, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,
(Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007), h. 61. (lihat kamus besar bahasa Indonesia (2002)).
juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah
suatu kebenaran.58
Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang
paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk
menandai atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri atas
beberapa kata yang merujuk pada fakta. Leksikon merupakan kosa kata; kamus
yang sederhana; daftar istilah dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan
dilengkapi dengan keterangannya; komponen bahasa yang memuat semua
informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang
dimiliki suatu bahasa.59
Dalam arti lain, leksikon dapat diartikan sebagai tersusunnya uraian atau
pandangan sehingga bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain; keselarasan yang
mendalam antara bentuk dan isi; hubungan logis antara bagian-bagian karangan
atau antara kalimat-kalimat dalam satu paragraf, daya tarik antara molekul-
molekul untuk menghindarkan terpisahnya bagian-bagian bila ada kekuatan dari
luar.60
Kalimat adalah satuan bahasa terikat dalam wujud lisan ataupun tulisan
yang mengungkapkan pikiran yang utuh.61
Selain leksikon, dalam struktur retoris juga ada idiom yang berarti bentuk
bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari
mana unsur gabungan (misal: “kambing hitam” yang berarti ‘orang yang
dipersalahkan’; kebiasaan khusus dalam suatu bahasa. Dalam ensiklopedia jilid 3
dikatakan, “idiom adalah kekhususan bentuk bahasa; segala ungkapan, susun –
58
Ibid. h. 264. 59
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud. 60
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud, h. 449. 61
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Edisi Baru, Cetakan Ke-1, h. 78.
kata yang tidak menyimpang dari kaidah tata bahasa pada umumnya. Idiom juga
meliputi segala ungkapan, rangkaian kata, serta susun – kata yang menunjukkan
kekhususan dalam suatu bahasa sehingga membedakannya dengan bahasa-bahasa
lain; idiom biasanya tidak diterjemahkan.62
Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan
dengan menggunakan unsur grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa
apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh
seseorang yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini muncul dalam bentuk
foto, gambar atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang
tidak ingin ditonjolkan.
Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang
dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk
di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, tabel untuk
mendukung arti penting suatu pesan.
Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto,gambar, dan tabel untuk
mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen
grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara
intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan
menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan.
Dalam elemen yang keempat ini juga terdapat unsur metafora. Yakni
pesan tidak hanya disampaikan lewat teks atau bahasa formal, tetapi juga kiasan,
62
JS Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), h.
29.
ungkapan dan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang
dapat dipakai untuk memperkuat pesan utama.
C. Konseptualisasi Berita
1. Pengertian Berita
Setiap hari, setiap jam bahkan tiap menit kita dapat mendengar ataupun
melihat cuplikan berita lewat media massa. Tidak hanya lewat TV, Radio, Surat
Kabar, Majalah, atau bahkan Internet. Berita bahkan menjadi primadona di
pelosok bumi.
Berita bersifat relatif. Dalam pengertian rinci, berita memiliki rentang
hidup yang singkat. Tak ada yang lebih tua selain berita hari kemarin, sebuah
ungkapan mengatakan begitu. Guna menjaga supaya produk tersebut tetap segar,
kantor berita berusaha menyampaikan informasi kepada khalayak sesegera
mungkin, dan media siaran sangat cocok dengan pemberitaan segera dari
peristiwa berita atau isu berita.63
Herbert juga berpendapat bahwa berita (news) merupakan sajian utama
sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu
menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah
penerbitan pers (media massa).64
Begitu banyak definisi berita yang dapat diketahui dari berbagai literature,
yang satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dari sudut pandang yang
berbeda.
63
Herbert Strentz, Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan
Menyesatkan Berita, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 46. 64 Ibid. h. 47.
Beberapa tahun yang lalu, para ahli mendefinisikan berita dengan
pandangan dari sudut surat kabar saja. Kini media elektronik yang juga
menyiarkan berita harus diperhitungkan. Dan kenyataan menunjukkan bahwa
penyiaran berita oleh stasiun radio dan televisi sangat berpengaruh terhadap
jurnalistik surat kabar. Dengan kecepatan sampainya berita kepada khalayak.
Akan tetapi, karena ketiga media massa itu (surat kabar, radio, dan televisi)
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka pada akhirnya
terjadi upaya saling mengisi.
Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Bahkan, “News is
difficult to define, because it involves many variable factors,” kata Earl English
dan Clrarence Hach. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor
variabel. “Berita lebih mudah dikenali daripada diberi batasannya,” timpal Irving
Resenthall dan Marton Yarmen.65
Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan
definisi (batasan pengertian) berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap
unsur yang dikandung sebuah berita. Nothclife misalnya, menekankan pengertian
berita pada unsur “keanehan” atau ketidaklaziman, sehingga mampu menarik
perhatian dan rasa ingin tahu (curiosity).66
Pakar lain seperti Dean M. Lyle Spencer, Willard C. Bleyer, William S.
Maulsby, dan Eric C. Hepwood, seperti dikutip oleh Dja’far Assegaff, sama-sama
menekankan unsur “menarik perhatian” dalam definisi berita yang mereka buat.
65
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi Revisi, Cet ke-6, h. 3. 66 Ibid, h. 4.
“Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian
pembaca,” kata mereka.67
Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap
dan – untuk keperluan praktis – layak kita jadikan acuan. Ia mengatakan: “Berita
adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting,
dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan
mereka”. 68
Dari pengertian tersebut, kita melihat ada empat unsur yang harus dipenuhi
sebuah berita, sekaligus menjadi “karakteristik utama” sebuah berita dapat
dipublikasikan di media massa (layak muat). Keempat unsur ini
yang dikenal dengan nilai-nilai berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik.
1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini terkandung
makna harfiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new).
2. Nyata (factuality), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi
atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata
(real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement) sumber berita.
Dalam unsur ini terkandung pula pengertian, sebuah berita harus
merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya
atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya.
3. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya
peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas,
67
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi Revisi, Cet ke-6, h. 4. 68 Ibid. h. 5.
atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada banyak
orang, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya.
4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita
tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping yang
aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita
yang bersifat menghibur (lucu), mengandung keganjilan atau keanehan,
atau berita human interest (menyentuh emosi, menggugah perasaan).69
Secara ringkas dan praktis dapat disimpulkan, berita adalah peristiwa yang
memenuhi keempat unsur tersebut – karena tidak semua peristiwa layak untuk
dilaporkan.
Dalam bukunya, Herbert Strentz mengutip pemikiran Ben Bagdikian
tentang sifat rasional dari sebuah berita. “Sebagian dari kita yang mengamati
pemerintahan dari luar menganggap bahwa kebijakan adalah produk dari
pembuatan keputusan rasional oleh sekelompok kecil orang, seperti halnya
mereka yang mengamati surat kabar dari luar menganggap bahwa berita adalah
produk pembuatan keputusan rasional oleh sekelompok kecil orang”70.
Berita mengimplikasikan bahwa sesuatu itu baru dan berbeda. Berita bisa
berupa:71
• Suatu produk baru
• Sebuah kontrak baru yang penting
69
Ibid. h. 5-6. 70
Herbert Strentz, Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan
Menyesatkan Berita, h. 48. 71
Michael Bland, Alison Theaker, David Wragg, Seri Praktik PR Hubungan Media Yang
Efektif, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001), Edisi Kedua, h. 64.
• Penunjukkan senior
• Hasil yang lebih baik
• Investasi-investasi penting
• Kampanye atau proyek penting
• Kesimpulan penelitian
• Akuisisi atau merger
• Keberhasilan staf penting, mungkin pengumpulan dana untuk amal.
Tidak semua memiliki bobot yang sama. Yang terpenting adalah daya tarik
untuk pembaca. Kategori berita: Hard News (berita keras), Soft News (berita
ringan) khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa akan menikmatinya seringan
menyentuh balon gas72
, Spot News, Developing News,dan Continuing News dan
Pembagian nilai berita:
Tabel 3
Nilai-nilai Berita73
No Nilai Berita Keterangan
1. Prominance Nilai berita diukur dari kebesaran
peristiwanya. Peristiwa yang diberitakan
adalah peristiwa yang dipandang penting.
Kecelakaan yang menewaskan satu orang
buat berita, tetapi kecelakaan yang
menewaskan penumpang satu bus baru berita.
2. Human Interest Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita
kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung
unsur haru, sedih, dan menguras emosi
khalayak.
72
Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia; menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 150. 73 Ibid, h. 80.
3. Conflict/ Controversy Peristiwa yang mengandung konflik lebih
potensial disebut berita dibandingkan dengan
peristiwa yang biasa-biasa saja.
4. Unusual Berita mengandung peristiwa yang tidak
biasa, peristiwa yang jarang terjadi.
5. Proximity Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan
dibandingkan dengan peristiwa yang jauh.
Baik dari fisik maupun emosional dengan
khalayak.
2. Jenis Berita
Dalam dunia kursus bahasa asing, terutama kursus bahasa Inggris, kita
mengenal jenjang kemampuan penguasaan materi. Orang yang termasuk pemula,
harus masuk kelas dasar (elementary), setelah itu naik ke kelas lanjutan
(intermediate). Setelah beberapa lama dan ia lulus tes, barulah dia diizinkan
masuk kelas mahir (advance). Peserta yang masuk kelas mahir, diasumsikan
sudah mampu menulis dan berbicara dalam bahasa Inggris yang masuk kategori
sangat baik dan sangat memuaskan.
Dalam dunia jurnalistik tidak jauh berbeda. Seorang wartawan pemula
misalnya, tidak akan mampu menuliskan pelaporan investigasi. Jenis pelaporan
seperti itu hanya bisa dikuasai dan dilakukan oleh wartawan senior tingkat
advance. Kebanyakan jurnalis hanya menguasai tingkat elementary dan tingkat
intermediate .Sedikit sekali yang menguasai tingkat advance. Dalam dunia
jurnalistik, berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi ke dalam tiga kelompok itu:
elementary, intermediate, advance.
Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news),
berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive
news report). Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretative
(interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature story report).
Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada pelaporan mendalam (depth
reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting), dan penulisan tajuk
rencana (editorial writing). Berikut ini penjelasan tentang straight news report,
depth news report, interpretative report, investigative report, dan feature seperti di
tulis Rivers.74
Sedangkan penjelasan tentang comprehensive news, depth reporting
berasal dari Sumadiria.75
Yang terangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4
Jenis-jenis Berita
No. JENIS BERITA PENGERTIAN
1 Straight News Laporan langsung mengenai peristiwa.
Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan
berita-berita langsung yang hanya menyajikan
apa yang terjadi dalam waktu singkat. Berita
memiliki nilai penyajian objektif tentang fakta-
fakta yang dapat dibuktikan. Di dalamnya
terkandung unsur 5W+1H.
2 Depth News Report Berita mendalam. Reporter (wartawan)
menghimpun informasi dengan fakta-fakta
mengenai peristiwa itu sendiri sebagai
informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.
Jenis laporan ini memerlukan pengalihan
informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta
yang nyata masih tetap besar.
74
William L Rivers, Bryce Mcintyre, Alison Work, Editorial, Penyunting: Dedy
Djamaluddin Malik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cetakan Pertama, h. 6-7. 75
Drs. AS Haris Sumadiria, M.Si, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h.
69-70.
3 Comprehensive News Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh
ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh,
mencoba menggabungkan berbagai serpihan
fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa
sehingga benang merahnya terlihat jelas.
4 Interpretative Report Biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah,
atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun
demikian, fokus laporan beritanya masih
berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan
opini. Pendeknya, berita interpretative bersifat
bertanya, apa makna sebenarnya dari peristiwa
tersebut.
5 Feature Story Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian
pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu
pengalaman pembaca (reading experience) yang
lebih bergantung pada gaya (style) penulisan
dan humor daripada pentingnya informasi yang
disajikan.
6 Depth Reporting Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa
fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam
ditulis oleh tim, disiapkan dengan matang,
memerlukan waktu beberapa hari atau minggu,
dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar.
7 Investigative Reporting Berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
dengan laporan interpretative. Berita jenis ini
biasanya memusatkan pada sejumlah masalah
dan kontroversi. Namun, pada laporan ini, para
wartawan melakukan penyelidikan dari
berbagai sumber untuk memperoleh fakta yang
tersembunyi demi tujuan, pelaksanaannya
sering ilegal dan tidak etis.
8 Editorial Writing Pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendapat umum. Editorial adalah
penyajian fakta dan opini yang menafsirkan
berita-berita yang penting dan mempengaruhi
pendapat umum.
3. Struktur Berita
Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya
mengacu pada struktur piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu memulai
penulisan berita dengan mengemukakan fakta atau data yang dianggap paling
penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang
penting, dan seterusnya.
Bagian paling penting ini dituangkan ke dalam lead – bagian kepala atau
alinea pertama berita. “sudah menjadi hukum jurnalistik,” kata Al Hester, “bagi
sebagian besar berita yang akan ditulis dengan menampilkan lebih dulu fakta-
fakta yang paling penting.”76
Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca
dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita paling penting.
Karenanya, bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca. Selain itu, bentuk
ini pun memudahkan kerja redaktur atau editor atau penyunting untuk melakukan
pemotongan naskah (cutting) jika kolom atau ruang yang tersedia terbatas atau
tidak cukup untuk memuat seluruh bagian berita.
Struktur berita selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Judul (head)
76
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi Revisi, Cet ke-6, h. 12.
2. Dateline, yakni tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun. Contoh:
Jakarta, Kompas; Jakarta Republika, Senin, “PR”,
3. Teras berita (Lead)
4. Isi berita (Body).
Perhatikan gambar piramida terbalik berikut ini.77
Paragraf Pertama Rangkuman berita: biasanya meliputi pertanyaan-
Pertanyaan Siapa, apa, kapan, dimana
Paragraf Kedua
Deskripsi agak lengkap tentang
Pertanyaan-pertanyaan di atas
Paragraf Ketiga
Uraian yang kurang Penting
Paragraf Keempat
Masih uraian yang
Kurang penting
Dst…
Gambar 1. Struktur Piramida Terbalik.
Keterangan gambar:
Gaya piramida terbalik ini merupakan desain dasar yang banyak
digunakan oleh wartawan, terutama dalam penulisan berita langsung (straight
news stories). Penempatan fakta-fakta yang dimulai dari fakta yang paling penting
sampai fakta yang kurang dan bahkan tidak penting seperti pada gambar di atas,
dapat memberikan peluang kepada pembaca untuk mengetahui pesan utama
sesuatu berita dalam waktu yang lebih cepat.
77
Asep Saeful Muhtadi, M. A, Drs, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999),Cetakan Ke-2, h. 182.
Fakta-fakta yang dianggap penting ditempatkan pada paragraf pertama
yang biasa disebut lead. Sedangkan fakta-fakta lainnya ditempatkan pada
paragraf-paragraf berikutnya sesuai dengan urutan tingkat kepentingannya mulai
dari yang penting, kurang penting, sampai yang tidak penting.
Pembaca yang tidak memiliki waktu lebih banyak tetapi merasa perlu
mendapatkan informasi aktual tentang berbagai peristiwa yang terjadi, masih bisa
memenuhi hasratnya dengan cara membaca setiap lead dari berita-berita yang
tersedia.
Sedangkan paragraf-paragraf berikutnya hanya akan terus dibaca oleh
pembaca yang punya waktu panjang dan merasa perlu. Dan, tidak ada seorang pun
yang dapat menduga-duga siapa yang akan membaca keseluruhan kolom,
sebagiannya, atau bahkan tidak membacanya sama sekali.
Dengan cara penulisan seperti itu, para pembaca tidak akan kehilangan
informasi utamanya meskipun tidak sempat membaca isi keseluruhan berita; dan
bagi penulisnya sendiri, juga tidak akan kehilangan informasi yang menurutnya
paling penting ketika berita yang ditulisnya dipotong oleh redaktur karena
dianggap terlalu panjang.
Jadi, penulisan berita dengan gaya piramida terbalik ini merupakan teknik
penulisan yang disesuaikan baik dengan sifat khalayak pembaca maupun dengan
cara kerja reporter. Sedangkan anatomi berita secara keseluruhan meliputi judul
berita atau biasa juga disebut headline, baris tanggal (dateline) atau hanya dengan
menyebutkan tempat kejadian, teras berita (lead), dan tubuh berita.
BAB III
GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK
HARIAN MEDIA INDONESIA
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Media Indonesia
Media Indonesia, pertama kali didirikan pada tanggal 19 Januari 1970.
Sebagai Surat kabar umum yang terbit waktu itu, edisi perdana Media Indonesia
terbit sebanyak empat halaman dengan modal yang amat terbatas. Berkantor di Jl.
M.T. Haryono, Jakarta, di situlah sebuah sejarah panjang Media Indonesia
berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia kala itu adalah yayasan
Warta Indonesia.78
Tahun 1976, surat kabar ini berkembang menjadi delapan halaman.
Sementara itu, perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi.
Diantaranya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin
Usaha Penerbitan Pers). Dengan perubahan ini penerbitan dihadapkan pada
realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya, tetapi juga harus
tumbuh sebagai sebuah badan usaha.79
Dengan kesadaran itu, pada tahun 1988 Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si
selaku pendiri Media Indonesia bergandengan dengan seorang pengusaha muda
Surya Dharma Paloh. Surya sebelumnya juga dikenal sebagai mantan pimpinan
78
Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni
2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 79 Ibid.
surat kabar harian PRIORITAS, yang dibredel oleh pemerintah pada tanggal 29
Juni 1987 karena dinilai terlalu vocal.80
Pada tahun 1989, ia mengambil alih Media Indonesia, yang kini tercatat
sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah kompas di Indonesia. Oleh
karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah
televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke media
elektronik. Metro TV bertujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke
seluruh pelosok Indonesia.
Adanya bentuk kerjasama ini melahirkan dua kekuatan bersatu. Kekuatan
pengalaman bergabung dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun
itu lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru, di bawah bendera PT Citra
Media Nusa Purnama. Duduk sebagai Direktur Utama, Surya Dharma Paloh,
sedangkan Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si sebagai pimpinan umum atau
pimpinan redaksi, sementara pimpinan perusahaan dijabat oleh Lestary Luhur.
Dengan perubahan ini, kantor pusat Media Indonesia mengalami perubahan
lokasi, yaitu pindah ke Jl. Gondangdia Lama No. 46, Jakarta.81
Perubahan manajemen baru ini menjadikan Media Indonesia mengalami
pertumbuhan pesat. Modal yang meningkat diikuti dengan wilayah peredarannya
yang meluas ke seluruh penjuru nusantara Indonesia. Karyawan pun bertambah
dengan spesifikasi keahlian yang berbeda-beda.
Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya yang ke-25, Media Indonesia
menempati kantor barunya di kawasan Kedoya, Jakarta Barat. Di gedung baru ini,
80
Dokumen company profile Media Indonesia. 81
Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni
2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
semua kegiatan dilakukan dibawah satu atap, mulai dari redaksi, usaha,
percetakan, sampai dengan fasilitas penunjang karyawan.
Kendati pendiri harian Media Indonesia, Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si
telah tiada, harian ini tidak pernah surut dalam dunia informasi. Siapapun pasti
mengenal harian ini. Editorialnya kerap mengkritisi kondisi bangsa ini dengan
sikap berani dan jujur.
Media Indonesia, demikian orang mengenal harian ini. Tercatat bukan
sekali dua kali harian yang sekarang dipimpin Lestari Moerdijat ini terancam
pembredelan. Idealisme jurnalistik bergaya Surya yang sarat kritikan ini memang
kerap mewarnai gaya tulisan di media ini.82
Dengan beralamatkan di Kompleks Delta Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta
Barat. Harian ini hadir bagi pembacanya dibawah naungan PT. Citra Media
Harian Nusa Purnama. Grupnya Media Indonesia antara lain, Media Indonesia,
Lampung Post, Borneo News, Metro TV, Yayasan Sukma dan Kick Andy yang
bertahan sampai saat ini.83 Sebelumnya, Media Indonesia juga mempunyai grup
yang bernama Sumatra Exspress (tahun 1990). Namun Tidak bertahan lama
karena secara bisnis hadirnya harian ini sangat tidak menguntungkan bahkan
selalu merugi.84
Dengan sejarah tersebut, motto Pembawa Suara Rakyat yang dimiliki
Media Indonesia bukan sekedar omong kosong dan sia-sia. Ia menjadi lebih
bermakna dengan spirit yang terus terbawa hingga saat ini. Oleh karena itu untuk
mewujudkan semua itu lahirlah Media Indonesia Online. MIOL sendiri lahir pada
82
Profil Perusahaan Media Indonesia pada www.mediaIndonesia.com. Diakses tanggal 5
Juni 2008. Pukul 17.38 WIB. 83
Dokumen company profile Media Indonesia. 84
Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni
2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
awal 1990-an dilatarbelakangi dengan adanya perkembangan teknologi
komunikasi yang semakin berkembang pesat di Indonesia saat itu. MIOL menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari perusahaan Media Indonesia.85 Kelahiran MIOL
sendiri bertujuan sebagai upaya meningkatkan pelayanan mutu dan kualitas
informasi bagi khalayak pembaca.86
Surat kabar yang masih satu grup dengan metro TV ini memang terus
menerus melakukan inovasi dan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya.
Dengan cukup mengklik www.media-Indonesia.com, siapa saja bisa mengakses
berita yang tersedia pada website ini.
Dengan lahirnya Media Indonesia Online tersebut, bertujuan agar
meningkatkan mutu pelayanan yang maksimal terhadap pembaca, dengan
hadirnya MIOL itu, maka informasi yang teraktual bisa diakses dengan media
internet.
Manajemen MIOL sendiri masih satu atap dengan Harian Media
Indonesia, alasannya terletak pada penyajian berita-berita teraktual yang belum
diterbitkan pada Harian Media Indonesia bisa diakses melalui Media Indonesia
Online, dengan cara seperti itu kepuasan bagi pembaca akan terpenuhi.
Bahkan dengan adanya MIOL, para pelanggan setia harian ini dimanjakan
dengan dimudahkannya untuk menyalurkan pendapat secara bebas dan terbuka.
Cara mengaksesnya pun mudah. Apalagi bagi pelanggan setia ini diberikan ruang
yang sangat luas untuk dapat berpartisipasi memberikan komentarnya dengan
mendaftar sebagai anggota Media Indonesia Community. Dengan cara melengkapi
85
Dokumen company profile Media Indonesia. 86
Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni
2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
biodata, dan biodata yang telah terisi lengkap akan terjaga kerahasiaanya dari
publik.
Dalam MIOL tersedia kolom Edisi Aktual, Edisi Cetak, Rubrik Aktual,
Forum Editorial, Media Konsultasi, Media Kami, Media Anda, serta Media
Galeri. Sebanyak 51% pengakses media online berasal dari kalangan S1 dan
proporsi terbesar 30% pengakses berpenghasilan di atas Rp. 3,5 Juta.87
B. Visi dan Misi Perusahaan Media Indonesia
“Pembawa Suara Rakyat”, demikian motto surat kabar ini. Tidak
tanggung-tanggung, demi memuaskan pelanggannya, kolom opini disediakan satu
halaman penuh bagi siapa saja yang ingin berkomentar.
Visi dan Misi perusahaan Media Indonesia disusun berdasarkan pemikiran
berikut: Media Indonesia pada saat ini adalah Penerbitan Surat Kabar, Percetakan,
dan media Online. Bidang usaha terkait lain yang belum dimasuki adalah bidang
Percetakan Komersil, Penerbitan Buku, Majalah, Radio, dan konsultan teknologi
Informasi.
Pada saat ini pangsa pasar Media Indonesia termasuk jajaran papan atas di
Indonesia baik dari segi pemasaran maupun redaksional. Walaupun demikian,
sasaran Media Indonesia adalah untuk menjadi surat kabar paling berpengaruh.88
87
www.mediaindonesia.com. Diakses tanggal 8 Juni 2008. Pukul 16.30 Wib. 88
Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni
2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
1. Visi Perusahaan Media Indonesia
Independen, yaitu menjaga sikap non partisan; di mana karyawan tidak
menjadi pengurus partai politik; menolak segala bentuk pemberian yang dapat
mempengaruhi objektivitas; dan mempunyai keberanian bersikap beda.
Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan
kemampuan teknologi dan sumber daya manusia; serta secara terus menerus
mengembangkan rubrik, halaman, dan penyempurnaan perwajahan.
Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung.
Terpercaya, yaitu selalu melakukan cek dan ricek, meliputi berita dari
kedua pihak yang seimbang, serta selalu melakukan investigasi dan
pendalaman.
Paling berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan;
memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambil keputusan;
mampu membangun kemampuan antisipatif; mampu membangun jaringan
nara sumber, dan memiliki pemasaran atau distribusi yang handal.89
2. Misi Perusahaan Media Indonesia
a. Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional dan
berpengaruh bagi pengambil keputusan.
b. Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar.
c. Membangun sumber daya manusia dan manajemen yang profesional dan
unggul; mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan
menguntungkan.90
89
Dokumen company profile Media Indonesia. 90 Ibid.
3. Nilai-Nilai Perusahaan Media Indonesia
a. Menghargai Individu dan Membina Kerjasama
Perusahaan Media Indonesia menghargai martabat individu, dan
karena itu bersikap adil dan profesional kepada setiap individu yang
bekerjasama dengan Perusahaan Media Indonesia.
b. Excellence
Perusahaan Media Indonesia menyadari hanya kualitas produk dan
layanan jasa yang handal yang mampu membuat perusahaan meraih
keunggulan jangka panjang.
C. Dipercaya
Dalam industri penerbitan dan percetakan, perusahaan Media Indonesia
tampil di depan sebagai perusahaan yang dipercaya dan menjadi acuan. Hal
ini dapat dilakukan dengan pemberitaan yang selalu menjaga akurasi,
independensi, berani, dan tepat waktu.
D. Integritas
Integritas adalah ciri utama insan Media Indonesia. Perusahaan Media
Indonesia selalu beroperasi dengan standar etika tinggi, cerdas, dan
konsisten, baik secara pribadi maupun sebagai perusahaan.
E. Aset Bangsa
Semangat perusahaan Media Indonesia adalah semangat kebangsaan
yang tercermin dalam pemberitaan dan perilaku sehari-hari.
F. Pertanggungjawaban Kepada pemegang Saham
Karyawan perusahaan Media Indonesia bertanggung jawab kepada
pemegang saham yang telah memberikan kesejahteraan dengan komitmen
mencapai pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata.
G. Setia
Perusahaan Media Indonesia menjaga hubungan jangka panjang
dengan pembaca, pemasang iklan, agen pemasok, pengguna jasa dan
komunitas tempat bekerja.
H. Responsive
Perusahaan Media Indonesia berkomitmen memberikan tanggapan
yang cepat dan tepat terhadap kebutuhan pembaca. 91
Tentunya karena visi dan misi harian ini sebagai pembela amanat rakyat,
maka harian ini sangat memanjakan para pelanggannya untuk dapat berpartisipasi
dalam setiap permasalahan publik yang hadir pada saat itu. Dan akan selalu
menyediakan berita terhangat dan lain dari berita yang ada di media lainnya.
Media Indonesia selalu mendahulukan hal yang menyangkut kepentingan umum
dari pada memberitakan tentang suatu golongan ataupun lembaga tertentu.92
C. Struktur Redaksional
Pendiri : Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si (Alm)
Direktur Utama : Lestari Moerdijat
Direktur Pemberitaan : Saur Hutabarat
91
Dokumen company profile Media Indonesia. 92
Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni
2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Deputi Dir. Pemberitaan : Luki Sutrisno
Dewan Redaksi Media Grup : Toety Adhitama (ketua)
Djafar Husin Assegaff
Saur Hutabarat
Andy F. Noya
Laurens Tato
Djadjat Sudradjat
Elman Saragih
Lestari Moerdijat
Jeanette Sudjunadi
Bambang Eka Wijaya
Saiful Mujani
Sugeng Suparwoto
Usman Hasan
Redaktur Senior : Laurens Tato
Muchlis Hasyim
T. taufiqulhadi
Kepala Divisi Pemberitaan : Elman Saragih
Deputi KaDiv. Pemberitaan : Dadi R. Suriaatmadja
Ass. KaDiv. Pemberitaan : Abdul Khohar
Ade Alawi
Kleden Suban
Ono Sarwono
Tatang Ramadhan Bouqie
Teguh Nirwahjudi
Sekretariat Redaksi : - -
Redaktur : Agus Wahyu Kristianto
Asnawi Khaddaf
Fitriana Siregar
Gantyo Koespradono
Gaudensius Suhardi
Gino F. Hadi
Hapsoro Poetro
Hariyanto
Haryo Prasetyo
Ida Farida
Jaka Budisantosa
Lintang Rowe
Mathias S. Brahmana
Rosmery C. Sihombing
Sadyo Kristriarto
Soelistijono
Victor JP. Nababan
Redaktur MI.Com : Agus Tri Wibowo
Patna Budi Utami
Tjahyo Utomo
Ass. Redaktur MI.Com : Widhoroso93
D. Mekanisme Kerja Redaksi
Bagian redaksi harus bekerja keras agar menghasilkan kajian utama atau
liputan utama yang baik, dan tentunya dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.
Berikut mekanisme kerja redaksi harian Media Indonesia:
Gambar 2. Proses Kerja Bagian Redaksi Harian Media Indonesia.
93 Dokumen company profile Media Indonesia. Profil Struktur Redaksional.
Semua naskah File edit File OK
Naskah sudah
siap dilayout
Di koreksi oleh
Hapsoro P
E. Profil Pembaca
Sebagai harian berskala Nasional, Media Indonesia tersebar di seluruh
Indonesia. Wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, tercatat sebagai wilayah
penyebaran harian terbesar.
Sebanyak 52% pembaca berprofesi sebagai pegawai swasta, diikuti
sebanyak 13% berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan sebanyak 11%
pembaca berasal dari kalangan mahasiswa.
Data dari para pembaca Media Indonesia, sebanyak 30% pembaca
memiliki pengeluaran Rp. 3,5 juta. Diikuti sebanyak 19% pembaca terdiri dari
kalangan yang berpenghasilan Rp. 1 juta. Ini cukup menjadi bukti bahwa Media
Indonesia dibaca dari kalangan Menengah ke atas.94
Profil pembaca berita Media Indonesia, secara jenis kelaminnya sebanyak
87% laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Dilihat dari segi pendidikan, rata-
rata pembaca yang berpendidikan S1 lebih mendominasi, yakni sekitar 51%. Serta
para pembacanya mayoritas adalah khalayak yang berada pada usia produktif
sebanyak 45%.95
94
www.mediaindonesia.com. Diakses tanggal 8 Juni 2008. Pukul 16.30 Wib. 95 www.mediaindonesia.com. Diakses tanggal 9 Juni 2008. Pukul 19.00 Wib.
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
Dengan hadirnya beberapa pemberitaan aliran sesat di harian Media
Indonesia, maka peneliti akan mencoba menganalisis pemberitaan yang
dipublikasikan oleh harian Media Indonesia dalam kurun waktu dua bulan, yakni
edisi Oktober dan November 2007. Berita yang peneliti analisis adalah berita
tentang aliran al Qiyadah al Islamiyah.
Berdasarkan data yang telah didapat berupa teks berita seputar al Qiyadah
al Islamiyah, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data berdasarkan
analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Yakni memuat
empat kerangka analisis yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Berdasarkan
kerangka tersebut, maka penelitian ini pun dianalisis berdasarkan kerangka
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yaitu :
A. Analisis Berita Seputar Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah pada Harian
Media Indonesia.
Analisis berita al Qiyadah al Islamiyah pada harian Media Indonesia ini
dilakukan dengan mengacu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan riset peneliti.
Yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi
yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks.96
96
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2005), h. 164.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka tentu peneliti
harus terlebih dahulu menjelaskan susunan berita yang akan dianalisis. Untuk itu
rangkaian berita yang akan menjadi bahan analisis tersebut adalah seperti
dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Rangkaian Berita Al Qiyadah Al Islamiyah Harian Media Indonesia
No. Edisi Judul Berita Hlm Rubrik Penulis
1. Minggu,
28 Okt 2007
Warga ‘Sweeping’ Vila
Pengajian Al Qiyadah
03-04 Metropolitan (DD/J-
2)
2. Rabu,
31Okt 2007
ALIRAN SESAT
Penanganannya Harus
Tegas dan Bijak
02-04 Politik dan
HAM
(Tim
Media/
P-2)
3. Kamis,
1 Nov 2007
KEAGAMAAN
Ajaran Al-Qiyadah
Dilarang di Jakarta
04-07 Jabodetabek (BT/Ss
r/DD/J-
2)
4. Rabu,
7 Nov 2007
Aliran Sesat
168 Anggota Al Qiyadah
Diperiksa
06-03 Nusantara [(JI/E
M/SG/
N-3)]
5. Sabtu,
10 Nov
2007
ALIRAN SESAT
21 Pengikut Al Qiyadah
Bertaubat
07-02 Nusantara [(FL/
EM/SG
/N-2)]
Rangkaian berita di atas dipublikasikan kepada khalayak oleh harian
Media Indonesia dengan rubrik yang berbeda-beda. Tidak ada satu pun
pemberitaan tentang aliran al Qiyadah al Islamiyah ditempatkan pada rubrik
headline. Namun, dalam analisis pemberitaannya, peneliti tetap mengambil semua
pemberitaan seputar aliran al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat pada harian
Media Indonesia meskipun terdapat dalam rubrik yang berbeda.
A.1. Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al Qiyadah.
Pada Tanggal 28 Oktober 2007 harian Media Indonesia mengangkat berita
tentang Pemimpin al Qiyadah yang mengaku sebagai rasul terakhir juga
mengubah kalimat syahadat. Berita yang berisi tentang warga Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor yang men-‘sweeping’ dua Vila milik pemimpin
aliran al Qiyadah al Islamiyah di kawasan wisata Gunung Salak Endah tersebut,
menjadi berita pertama tentang aliran ini di harian Media Indonesia.
Dalam berita itu, warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor merasa
gerah dengan adanya kegiatan aliran sesat di wilayah tempat tinggal mereka.
Lebih lanjut pada berita tersebut warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor
melakukan ‘sweeping’ pada dua Vila milik Abdul Salam, pemimpin aliran
tersebut. Namun, masalah ini telah dilaporkan kepada Komisi Pengkajian dan
Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI sendiri berpendapat bahwa
ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam97
.
A.1.1. Sintaksis.
Struktur sintaksis adalah bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang
dipilih. Adapun elemennya sebagai berikut:
a. Headline
Pada bagian headline, pemberitaan isu aliran sesat yang dipublikasikan
oleh harian Media Indonesia cukup mewakili isi dari berita. Petikan headline
tersebut adalah:
Warga 'Sweeping' Vila Pengajian Al Qiyadah
Secara sintaksis headline dari berita itu diterangkan kembali pada bagian
tengah tulisan,98 yang berbunyi:
97
“Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 Oktober 2007,
h. 3. 98 Ibid, Paragraf 4.
Aditya yang sudah bekerja selama satu tahun menyebutkan gubuk itu kerap digunakan Abdul Salam untuk mencari wangsit. Konon di gubuk itulah Abdul Salam mendapatkan wahyu dan kemudian mengklaim dirinya sebagai rasul Tuhan setelah Nabi Muhammad SAW.
b. Lead.
Dilihat dari analisis sintaksis, harian Media Indonesia memandang
perbuatan warga men-‘sweeping’ kedua Vila milik Abdul Salam ini adalah
sebagai bentuk keresahan masyarakat kepada kegiatan ajaran ini yang kerap
menggunakan vila ini sebagai tempat pengajian. Sebagaimana Kutipan lead
beritanya tertulis:
BOGOR (Media): Warga men-sweeping dua vila di kawasan wisata Gunung Salak Endah, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, karena menduga menjadi pusat kegiatan Al Qiyadah Al Islamiyah.
Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita
pernyataan). Karena berisi tentang alasan warga melakukan ‘sweeping’ terhadap
dua vila milik pemimpin al Qiyadah al Islamiyah. Selain itu, bila diamati
berdasarkan 5W+1H. Lead ini termasuk ke dalam lead jenis where (teras berita di
mana) yang menjelaskan letak kejadian ‘sweeping’ tersebut.
Lead tersebut sengaja disusun oleh harian Media Indonesia sehingga
mempunyai makna bahwa kelakuan warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor ditanggapi dengan memberikan kesan mendukung tetapi hanya sebatas
informasi biasa saja. Bila dilihat dengan teliti makna yang akan ditekankan dalam
penyusunan lead itu diarahkan sebagai simbol bahwa warga telah melakukan
‘sweeping’ terhadap aliran sesat tersebut.99
99 Ibid. Paragraf 1 dan 2.
c. Latar
Latar yang ingin disampaikan oleh harian Media Indonesia adalah pada
bagian teks yang tertulis bahwa aksi warga sekitar men-‘sweeping’ dua vila milik
pemimpin al Qiyadah tersebut karena Moshaddeq telah mengaku bahwa dirinya
sebagai Rasul yang terakhir dan mengganti kalimat syahadat. Yang tertulis
sebagai berikut:
Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat. 100
d. Kutipan.
Dalam penulisan berita tidak dicantumkan kutipan langsung, tetapi tetap
mengutip dari pengurus Rukun Warga (RW) setempat yang tertulis:
Vila milik Abdul Salam disewakan untuk umum. Ahmad selaku pengurus RW setempat mengungkapkan dua vila milik Abdul Salam itu sering dipakai untuk pengajian. Masalah itu telah dilaporkan ke Komisi Pengkajian dan Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).....Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam.101
Dalam pandangan peneliti, kutipan pernyataan Ahmad, selaku pengurus
RW setempat itu disusun berdampingan dengan pendapat anggota Komisi
Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, Tatang Haitami. Kutipan tersebut, tidak lain
adalah mencoba untuk membuat skema berita menjadi lebih teridentifikasi bahwa
aliran al Qiyadah al Islamiyah adalah sesat.
e. Pernyataan.
Kutipan pernyataan yang mendukung gagasan pokok harian Media
Indonesia berada dalam penggalan teks berita berikut ini:
100
“Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 Oktober 2007,
Paragraf 7. 101 Ibid. Paragraf 5 dan 6.
Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam...Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat...Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah atau fase makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad.102 Petikan berita tersebut disusun harian Media Indonesia sebagai pencitraan
terhadap aliran al Qiyadah al Islamiyah sebagai aliran yang sesat dan murtad.
Dalam petikan berita tersebut juga dapat terlihat bagaimana harian Media
Indonesia memorsikan pernyataan dalam pemberitaannya.
Dari kutipan pernyataan dalam teks berita tersebut peneliti mengambil
sebuah kesimpulan bahwa kutipan pernyataan itu memiliki kecenderungan sikap
tertutup bagi perkembangan aliran tersebut, dan lebih jauh menanggapi kesesatan
aliran yang dipimpin oleh Abdul Salam tersebut.
A.1.2. Skrip
Dari analisis skrip, yang dilihat dari kelengkapan berita belum sepenuhnya
dituntaskan harian Media Indonesia, sejak awal berita hingga akhir berita peneliti
tidak menemukan salah satu entitas yang kurang diperjelas yaitu unsur when atau
kapan, tidak dihadirkan dengan tuntas, sehingga peneliti sendiri mempunyai
pertanyaan terhadap isi berita itu kapan peristiwa ‘sweeping’ warga Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor terhadap vila milik Abdul Salam itu terjadi.
Yang menjadi bahan analisis peneliti adalah kapan peristiwa yang
menghebohkan warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor itu terjadi.
Sedangkan yang perlu digaris bawahi adalah peristiwa itu terjadi setelah berapa
102 Ibid. Paragraf 6-8.
lama informasi aliran sesat ini mencuat ke permukaan. Hal itu tidak mendapat
penjelasan yang rinci.
A.1.3. Tematik
a. Detail.
Detail merupakan elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol
informasi yang ditampilkan seseorang. Dari analisis tematik, peneliti mengamati
beberapa poin tentang bagaimana wartawan harian Media Indonesia menuliskan
fakta dari berita tersebut. Pertama, dalam berita itu peneliti menemukan detail
pernyataan Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, Tatang Haitami.
Yang dijelaskan secara singkat namun langsung kepada intinya. Kedua, sudah
cukup jelas masyarakat mana yang menjadi objeknya karena memang dijelaskan
pada bagian leadnya. Ketiga, berita tersebut lebih mengarah pada pencitraan al
Qiyadah al Islamiyah. Sehingga relevansi judul dengan isi berita lebih kepada
penonjolan alasan sikap warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor kepada
aliran tersebut.
b. Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan
sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun
dapat menjadi berhubungan.
Dalam berita ini peneliti menemukan ada pertalian antara kalimat pada
bagian terakhir dan sebelumnya dari berita. Itu merupakan koherensi sebab-akibat.
Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat....Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah
atau fase makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad.
c. Bentuk Kalimat.
Bentuk kalimat adalah yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Dari
bentuk kalimat yang digunakan dalam penulisan berita itu menurut peneliti, harian
Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat induksi yang menguraikan inti
berita pada akhir kalimat, setelah sebelumnya diuraikan pada awal kalimat. Selain
itu dalam uraiannya harian Media Indonesia menekankan dan memaknai aliran
sesat al Qiyadah al Islamiyah sebagai aliran yang murtad karena telah
menyimpang dari ajaran syariat Islam. Dengan petikan teks yang berbunyi:
Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah atau fase Makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad.103
Dari kalimat yang digunakan oleh harian Media Indonesia termasuk ke
dalam kalimat aktif, karena pada setiap kalimat mau pun paragrafnya, harian ini
lebih cenderung menggunakan awalan (me-), yang terdiri dari: men-sweeping,
menduga, menjadi, mendatangi, mendapati, melanjutkan, menyusuri, menemukan,
menyendiri, menyebutkan, mencari, mendapatkan, mengklaim, mengungkapkan,
menyimpang, mengaku, mengubah, menganggap, dan mengawal. Hal ini
membuktikan bahwa harian Media Indonesia ikut berperan aktif dalam
menanggapi isu aliran al Qiyadah ini.
103 Ibid. Paragraf 8.
A.1.4. Retoris.
Dari aspek retorisnya berita itu yang dipakai adalah retorika aliran ini
adalah sesat seperti yang ditulis wartawan pada 3 paragraf terakhir.
Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam...Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat...Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah atau fase makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad Dengan menuliskan pendapat dari Anggota Komisi Pendidikan MUI
Kabupaten Bogor. Hal itulah yang ingin ditekankan terhadap teks berita itu
sehingga pembaca merasa yakin dengan keberadaan Abdul Salam di tengah-
tengah masyarakat awam bisa membawa kesesatan.
a. Leksikon (pemilihan kata)
Leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata
atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dalam pemberitaan ini ada
beberapa kata yang digunakan oleh wartawan untuk menguatkan idenya, seperti
men-sweeping, bukti-bukti, gubuk, wangsit, Konon, dan mengklaim.
Pada dasarnya, kata-kata tersebut biasa digunakan dalam istilah sehari-
hari. men-sweeping yang berarti melakukan penyergapan, bukti-bukti adalah kata
yang juga dipakai dalam sebuah penyelidikan hukum, juga kata-kata gubuk,
wangsit, konon, dan mengklaim yang biasa digunakan oleh orang-orang tertentu
yang sesuai dengan ilmunya.
Tabel 6
Framing Edisi 28 Oktober 2007
“Warga 'Sweeping' Vila Pengajian Al Qiyadah”
Frame 1: ‘Sweeping’ Terhadap Kelompok Al Qiyadah.
Struktur Variabel
Headline: Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah.
→ Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian tengah tulisan.
Lead: Bogor (Media): Warga men-sweeping dua vila di kawasan
wisata Gunung Salak Endah, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor, karena menduga menjadi pusat kegiatan Al Qiyadah Al
Islamiyah.
→ Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead
(teras berita pernyataan). Selain itu, bila diamati berdasarkan
5W+1H. Lead ini termasuk ke dalam lead jenis where (teras
berita di mana) yang menjelaskan letak kejadian ‘sweeping’
tersebut.
Latar Informasi: Pemimpin Al Qiyadah mengaku sebagai rasul yang terakhir juga
mengubah syahadat.
→ Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia
selaras dengan judul yang dipakai.
Kutipan:
Ahmad selaku pengurus RW setempat mengungkapkan dua vila
milik Abdul Salam itu sering dipakai untuk pengajian.
→ Ditulis kutipan tidak langsung.
Sumber:
Pengurus RW setempat
Pernyataan: Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang
Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari
syariat Islam.
→ Merupakan pernyataan yang memperkuat berita.
Sintaksis
Penutup:
Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliyah atau
fase makiyah....Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad.
Harian Media Indonesia menempatkan alasan warga melakukan sweeping di vila
pengajian al Qiyadah al Islamiyah menjelang akhir tulisan, yang kemudian
disusul pendapat Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, Tatang
Haitami yang menyatakan ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat
Islam (murtad).
Who:
Warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
What:
Vila pink milik Abdul Salam di sweeping warga sekitar.
When: -
Where:
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Why:
Kelompok tersebut menyimpang dari ajaran syariat Islam.
Skrip
How:
Warga mendatangi vila Abdul Salam dan melaporkan ke Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI.
Pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Di sini harian Media Indonesia terkesan netral kepada kedua belah pihak karena porsi
pemberitaan seimbang.
Detail:
Pertama, ditemukan detail pernyataan Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, tatang Haitami. Yang
dijelaskan secara singkat namun langsung kepada intinya. Kedua, sudah cukup jelas masyarakat mana yang menjadi
objeknya karena memang dijelaskan pada bagian leadnya.
Ketiga, berita tersebut lebih mengarah pada pencitraan al
Qiyadah al Islamiyah.
Koherensi:
Ada pertalian antara kalimat pada bagian terakhir dan
sebelumnya dari berita. Itu merupakan koherensi sebab-akibat.
Tematik
Bentuk Kalimat:
Harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat induksi
yang menguraikan inti berita pada akhir kalimat, setelah
sebelumnya diuraikan pada awal kalimat. Dari kalimat yang
digunakan oleh harian Media Indonesia termasuk ke dalam
kalimat aktif, karena pada setiap kalimat mau pun paragrafnya,
harian ini lebih cenderung menggunakan awalan (me-).
(1). Citra kelompok al Qiyadah al Islamiyah yang menyimpang dari syariat Islam. (2). Alasan warga sekitar men-sweeping vila pimpinan al Qiyadah al
Islamiyah karena mengaku sebagai rasul yang terakhir juga mengubah kalimat Syahadat. (3). Dengan menganggap Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah
dicabut. Membuktikan bahwa pengikut al Qiyadah al Islamiyah adalah murtad.
Kata:
Ditemukan beberapa kata seperti: men-sweeping, bukti-bukti,
gubuk, wangsit, Konon, dan mengklaim.
Idiom: -
Foto: -
Retoris
Grafis: -
Harian Media Indonesia menggunakan Pemakaian klaim yuridis (yang
berhubungan dengan hukum) dan otoritas keilmuan untuk mendukung pendapat atau gagasannya dalam pemberitaannya.
A.2. Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat.
Pada tanggal 31 Oktober 2007 harian Media Indonesia menulis berita
tentang kian merebaknya aliran yang dinilai menyimpang dari syariat (Islam) dan
masyarakat diminta untuk menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai
aliran sesat tersebut.104
A.2.1. Sintaksis.
a. Headline
ALIRAN SESAT Penanganannya Harus Tegas dan Bijak
Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia
pada tanggal 31 Oktober 2007 ini, berisikan tentang sebuah penanganan yang
tegas dan bijak terhadap aliran sesat yang berkembang di Indonesia.
Harian Media Indonesia memakai judul pada pemberitaan kali ini dengan
memakai pernyataan dari Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI), Marwah Daud Effendy, yang terangkum dalam kutipan leadnya.
b. Lead.
Dari sisi sintaksis peneliti menilai bahwa berita tersebut mengangkat
nuansa organisasi massa. Dari judul berita sudah terlihat bahwa sebuah organisasi
massa yang dipimpin oleh Marwah Daud Ibrahim yakni, Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) mendominasi awal pemberitaan (lead).
MAJENE (Media): Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim meminta masyarakat menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai aliran yang dinilai sesat dan mengatasnamakan agama. Dalam menangani masalah tersebut pemerintah dinilai telah melakukannya dengan tegas namun bijak.
104
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia. 31 Oktober
2007. h. 2
Dari lead berita di atas peneliti melihat bahwa wartawan harian Media
Indonesia menyoroti sebuah organisasi massa, dalam hal ini adalah ICMI. Di sisi
lain harian Media Indonesia menekankan berita tersebut dengan menyoroti
langkah ICMI ke depan yang akan tetap berkonsentrasi membangun kualitas iman
dan takwa yang dibarengi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lead yang dipakai pada pemberitaan kali ini adalah lead jenis statement
lead (teras berita pernyataan). Seperti yang tertulis, yaitu pernyataan dari Ketua
Presidium ICMI, Marwah Daud Ibrahim. Sedangkan berdasarkan 5W+1H, ini
termasuk jenis lead who (teras berita siapa). Siapa yang ada dalam petikan lead
pada pemberitaan tersebut.
c. Latar.
Harian Media Indonesia menyusun berita ke arah sikap otoritas ICMI yang
merupakan kumpulan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kualitas
iman dan takwa masyarakat dengan mengungkapkan bahwa ICMI tidak hanya
berkonsentrasi membangun kualitas iman dan takwa saja tetapi juga diikuti ilmu
pengetahuan dan teknologi.105
Hal itu tidak terlepas dari pengaruh wartawan dalam menyusun sebuah
berita dan melakukan proses pemaknaan terhadap isinya sehingga segala bentuk
penekanan mengarah pada upaya pembentukan karakter tertentu bagi siapa yang
menjadi sorotannya.
Menurut pengakuan Moshaddeq yang menyerahkan diri bersama enam pengikutnya, kemarin, jumlah pengikut ajarannya sudah mencapai 41.000 orang tersebar di sembilan daerah di Indonesia. Pengikut terbesar di Jakarta, Lampung, dan Makassar. Sekitar 60% pengikutnya merupakan pelajar dan mahasiswa.106
105
Ibid, Paragraf 4 106 Ibid. Paragraf Tetakhir.
Di akhir berita, harian Media Indonesia menyusun berita tersebut secara
implisit menekankan bahwa sudah banyak masyarakat, khususnya pelajar dan
mahasiswa yang menjadi pengikut aliran ini. Sehingga dengan adanya hal ini
maka benar pernyataan dari ICMI bahwa untuk menangani kasus ini pemerintah
harus bersikap tegas dan bijak. Hal ini menurut peneliti, harian Media Indonesia
menyusun berita dengan penekanan makna terhadap aliran al Qiyadah al
Islamiyah, maka itulah fungsi berita ini disajikan di akhir paragraf, dengan tujuan
supaya pembaca mengetahui bahwa kenyataannya al Qiyadah sudah menjamur di
masyarakat luas.
d. Kutipan
Dalam berita seputar penanganan al Qiyadah harus tegas dan bijak,
terdapat kutipan langsung yang bersumber pada pendapat Marwah Daud Ibrahim,
Ketua presidium ICMI, yang tertulis:
"Ini sebenarnya persoalan lama dan bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga banyak seperti ini," jelas Marwah.107
e. Pernyataan
Untuk memperkuat pemberitaannya kali ini, harian Media Indonesia juga
mengutip pernyataan dari Kapolri Jawa Barat, Jendral Sutanto. Di dalam
pernyataannya, peneliti seperti melihat adanya kekuatan bagi harian Media
Indonesia memberitakannya untuk memperkuat gagasan dan ide yang dituangkan
dalam berita tersebut.
Di Sukabumi, Jawa Barat, Kapolri Jenderal Sutanto, menegaskan dasar hukum larangan keberadaan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dinilai sesat, karena telah meresahkan masyarakat, adalah penistaan agama.
107 Ibid, Paragraf 3.
A.2.2. Skrip.
Dari analisis skrip atau cara wartawan mengisahkan fakta, unsur yang
diamati adalah kelengkapan 5W+1H. Peneliti menemukan uraian yang kurang
tuntas terutama dari sisi why atau mengapa dalam pemberitaan tersebut.
Menurut pandangan peneliti, dalam berita tersebut peneliti melihat ada
upaya harian Media Indonesia untuk mencoba bersikap netral. Namun, tetap saja
terlihat porsi penulisan untuk organisasi ICMI lebih besar terhadap sumber
lainnya. Pada berita itu dari awal sampai setengah tulisan peneliti menemukan
kecenderungan harian Media Indonesia menulis ICMI lebih banyak. Hal ini
memperlihatkan ada pemihakan terhadap organisasi massa ICMI yang dilakukan
oleh harian Media Indonesia dalam isi berita itu, dan inilah yang menurut peneliti
salah satu kekurangan dalam kelengkapan berita dilihat dari sisi why.
Jadi, pada prinsipnya berita yang dimuat pada tanggal 31 Oktober itu
dianalisis melalui skrip beritanya mempunyai dua kekurangan, pertama, salah satu
unsur kelengkapan dalam penulisan berita yaitu unsur why atau mengapa berita itu
tidak diuraikan dengan jelas. Kedua, faktor lainnya yaitu unsur kapan atau when
juga tidak diuraikan dengan tuntas dan jelas.
A.2.3. Tematik.
a. Detail
Dari pandangan tematik berita tersebut, peneliti menganalisisnya dari
detail dan bentuk kalimat. Pada detail berita tersebut peneliti hanya menemukan
pernyataan dari Marwah Daud Ibrahim yang diuraikan dengan detail dan panjang,
sedangkan pendapat yang lainnya hanya mendapatkan porsi lebih sedikit dari
Marwah Daud Ibrahim.
Melihat pada kenyataan bahwa kutipan dari sumber lain hanya sedikit
porsinya, menandakan hal itu sebagai upaya harian Media Indonesia untuk
mengangkat ICMI, hal tersebut kemudian ditafsirkan oleh pembaca bahwa ICMI
mempunyai misi untuk mengoptimalkan peran Da’i atau tokoh agama, sedangkan
MUI mempunyai otoritas mengeluarkan fatwa suatu agama itu sesat atau tidak.
Dari detail cerita tersebut peneliti melihat bahwa wartawan harian Media
Indonesia ingin menyampaikan pendapat ICMI hal ini terlihat dari teks yang
tertulis:
MAJENE (Media): Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim meminta masyarakat menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai aliran yang dinilai sesat dan mengatasnamakan agama. Dalam menangani masalah tersebut pemerintah dinilai telah melakukannya dengan tegas namun bijak...Menurut Marwah, tumbuhnya berbagai aliran yang dinilai menyimpang dari syariat (Islam) karena berbagai faktor, antara lain kian suburnya gairah untuk kembali ke spiritual namun tidak dibarengi dengan cara-cara yang benar..."Ini sebenarnya persoalan lama dan bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga banyak seperti ini," jelas Marwah...ICMI ke depan, akan tetap berkonsentrasi membangun kualitas iman dan takwa yang dibarengi ilmu pengetahuan dan teknologi.108
b. Koherensi.
Adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah
kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga
tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
berhubungan.
108
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia. 31 Oktober
2007. h. 2, Paragraf 1-4.
Bila dianalisis melalui koherensi antar paragraf, peneliti melihat bahwa
pernyataan Marwah Daud Ibrahim tersebut ditujukan sebagai penegasan terhadap
tekanan teks berita. Mulai dari awal paragraf sampai dengan berikutnya terdapat
koherensi penjelas yang menguatkan legalitas ICMI dalam menangani kasus
aliran sesat.
c. Bentuk Kalimat
Dari sisi bentuk kalimatnya. Kalimat tersebut memakai bentuk kalimat
deduksi yang menyimpan gagasan atau inti berita di awal paragraf dan disusul
dengan uraian kembali dibawahnya. Dalam pemberitaan tersebut harian Media
Indonesia menyediakan porsi pernyataan yang lumayan dominan bagi ICMI,
Marwah Daud. Ibrahim Sedangkan pernyataan sumber lainnya hanya ditulis satu
paragraf.
Jenis kalimat yang digunakan dalam pemberitaan aliran al Qiyadah pada
tanggal 31 Oktober 2007 ini adalah kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian
awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang.
A.2.4. Retoris.
Sedangkan dilihat dari analisis retoris atau penekanan maknanya harian
Media Indonesia berkali-kali di setiap kalimat menekankan legalitas keilmuan.
Label otoritas keilmuan yang ditekankan dalam penulisan berita tersebut
mengarah pada legalitas suatu organisasi massa. Dalam petikan berita berikut ini
sesungguhnya harian Media Indonesia menekankan bahwa ICMI juga mempunyai
kekuatan untuk menentukan aliran ini sesat atau tidak, namun masih tetap yang
berhak mengeluarkan fatwa adalah MUI. Otoritas keilmuan itulah yang dijadikan
harian Media Indonesia menuliskan pendapat Marwah Daud Ibrahim lebih
banyak.
a. Leksikon (kata)
Terdapat beberapa pemilihan kata yang ditulis oleh harian Media
Indonesia, seperti gairah pada paragraf 2, yang sebenarnya bisa dengan kata lain,
yakni keinginan atau pun kemauan. Lalu wilayah yang biasanya diartikan daerah
atau kawasan. Namun dalam pemberitaannya yang dimaksud dengan wilayah
adalah urusan atau pun tanggungjawab. Kata yang lainnya adalah bertapa yang
juga bisa disebut dengan berdiam diri.
b. Grafis
Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau
ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati
dari teks. Dalam petikan teks berikut ini terdapat grafis yang ditekankan dalam
pemberitaannya.
Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah didirikan Ahmad Moshaddeq. Ia mengaku pada 3 Juli 2006, setelah bertapa selama 40 hari 40 malam mendapat 'wahyu dari Allah' sebagai rasul menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Dalam ajarannya, pengikut aliran ini tidak diwajibkan melaksanakan salat, ibadah puasa, dan menunaikan ibadah haji.109
Dari tulisan tersebut, terlihat bahwa grafis yang digunakan untuk
menekankan fakta yang diungkap oleh harian Media Indonesia adalah dengan
menggunakan tanda petik.
Tanda petik ini digunakan agar khalayak dapat mengamati dengan jelas
penekanan yang ditonjolkan dalam pemberitaannya kali ini.
109
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia. 31 Oktober
2007. h. 2, Paragraf 9.
Tabel 7
Framing Edisi 31 Oktober 2007
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”
Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat.
Struktur Variabel
Headline: ALIRAN SESAT Penanganannya Harus Tegas dan Bijak → Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan
judul terdapat pada bagian awal tulisan.
Lead: MAJENE (Media): Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim meminta
masyarakat menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai
aliran yang dinilai sesat dan mengatasnamakan agama. Dalam
menangani masalah tersebut pemerintah dinilai telah
melakukannya dengan tegas namun bijak.
→ Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead
(teras berita pernyataan). Selain itu, bila diamati berdasarkan
5W+1H. Lead ini termasuk jenis lead who (teras berita siapa).
Siapa yang ada dalam petikan lead dalam pemberitaan tersebut.
Latar Informasi:
Di akhir berita, harian Media Indonesia menyusun berita tersebut secara implisit menekankan bahwa sudah banyak masyarakat,
khususnya pelajar dan mahasiswa yang menjadi pengikut aliran ini. Sehingga dengan adanya hal ini maka benar pernyataan dari
ICMI bahwa untuk menangani kasus ini pemerintah harus bersikap tegas dan bijak.
→ Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia disampaikan mengarah kepada narasumber.
Kutipan: "Ini sebenarnya persoalan lama dan bukan hanya di Indonesia, di
negara lain juga banyak seperti ini," jelas Marwah.
→ Ditulis kutipan langsung dari salah satu narasumber.
Sumber:
Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
Marwah Daud Ibrahim.
Pernyataan:
Kapolri Jenderal Sutanto, menegaskan dasar hukum larangan
keberadaan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dinilai sesat,
karena telah meresahkan masyarakat, adalah penistaan agama
→ Merupakan pernyataan yang memperkuat berita.
Sintaksis
Penutup: -
Wawancara dilakukan kepada berbagai narasumber, khususnya mengenai al
Qiyadah Al Islamiyah. Harian Media Indonesia menempatkan pernyataan Ketua
Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, Marwah Daud Ibrahim pada
awal tulisan, baru disusul pernyataan kepala kepolisian Sukabumi, Jendral
Sutanto. Perihal penanganan aliran sesat harus tegas dan bijak.
Who:
Aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah
What: Penanganan kasus aliran sesat di Indonesia.
When: -
Where:
Jawa Barat, Sukabumi.
Why: -
Skrip
How: Setiap mencuat kasus aliran sesat maka harus bijak dan tegas
dalam menanganinya dan sebuah aliran dinilai sesat adalah wewenang dari MUI.
Harian Media Indonesia menuliskan pendapat dari ketua Presidium ICMI ditempatkan pada porsi yang lebih besar. Wartawan memberikan tekanan yang
didahulukan pada narasumber ICMI, di sini harian Media Indonesia terlihat memihak pada salah satu narasumber.
Detail: Detail yang disampaikan oleh harian Media Indonesia adalah
pendapat dari ketua presidium ICMI, Marwah Daud Ibrahim.
Koherensi:
Pernyataan Marwah Daud Ibrahim yang ditujukan sebagai
penegasan terhadap tekanan teks berita. Mulai dari awal paragraf
sampai dengan paragraf berikutnya.
→ Terdapat koherensi penjelas yang menguatkan legalitas ICMI
dalam menangani kasus aliran sesat.
Tematik
Bentuk Kalimat:
Dari sisi bentuk kalimatnya, harian Media Indonesia memakai
bentuk kalimat deduksi yang menyimpan gagasan atau inti berita di awal paragraf dan disusul dengan uraian kembali dibawahnya.
Dan Jenis kalimat yang digunakan dalam pemberitaan aliran al Qiyadah pada tanggal 31 Oktober ini adalah kalimat aktif dan
pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang.
(1). Tumbuhnya berbagai aliran yang dinilai menyimpang dari syariat (Islam). (2). Setiap hadir sesuatu aliran yang dianggap sesat, maka penanganannya harus
tegas dan bijak. (3). Fatwa mengenai sebuah aliran tetap menjadi wilayah dari MUI.
Kata: Ada beberapa kata yang digunakan dalam penulisannya, yaitu
gairah, wilayah, dan bertapa.
Idiom: -
Foto: -
Retoris
Grafis: ‘Wahyu dari Allah’
→ Dengan menggunakan tanda petik, tulisan ini menjadi terlihat beda dan jelas. Dengan begitu, harian Media Indonesia telah
memberikan penekanan dalam pemberitaannya.
Harian Media Indonesia memakai otoritas keilmuan untuk mendukung gagasan
atau pendapat wartawan. Pemberian label otoritas keilmuan dari pakar yang
diwawancarai.
A.3. Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta
Berita yang diturunkan harian Media Indonesia pada tanggal 1 November
2007 menyoroti tentang pelarangan berkembangnya ajaran aliran al Qiyadah al
Islamiyah di wilayah Provinsi DKI Jakarta mulai tanggal 31 Oktober 2007 yang
dituangkan dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta.110
Dengan judul Keagamaan,
Ajaran al Qiyadah dilarang di Jakarta.
Dalam berita tersebut terdapat larangan ajaran al Qiyadah yang merupakan
putusan dari beberapa instansi pemerintahan. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo
yang menghadiri pertemuan tersebut di Balai Kota untuk menandatangani
keputusan itu.111 Harian Media Indonesia mencoba konsisten dengan visi dan
misinya yang menyajikan berita sesuai fakta yang ada.112
A.3.1. Sintaksis.
a. Headline
Pada bagian headline, pemberitaan isu aliran sesat yang dipublikasikan
oleh harian Media Indonesia cukup mewakili isi dari berita. Petikan headline
tersebut adalah:
KEAGAMAAN Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta
110
“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November
2007, h. 4 111
Ibid, Paragraf 2 112
Wawancara Pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia, 2 Juni 2007,
di Kedoya, Kebun Jeruk.
Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia
pada tanggal 1 November 2007 ini, berisikan tentang sebuah pernyataan yang
menegaskan bahwa aliran al Qiyadah dilarang penyebarannya di DKI Jakarta.
Harian Media Indonesia memakai judul pada pemberitaan kali ini dengan
memakai pernyataan dari Peraturan Gubernur (Pergub) DKI yang ditetapkan pada
31 Oktober 2007 di Jakarta.
b. Lead
Dilihat dari analisis sintaksis terutama dari sisi lead dan judul berita
tersebut yang berbunyi sebagai berikut:
KEAGAMAAN Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta.
Dan leadnya,
JAKARTA (Media): Kegiatan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dilarang di wilayah Provinsi DKI Jakarta terhitung 31 Oktober. Larangan itu dituangkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI.
Judul dan lead berita tersebut menceritakan bahwa pemerintah Provinsi
DKI Jakarta bersungguh-sungguh untuk melakukan pelarangan terhadap ajaran
aliran yang disebut sebagai aliran sesat tersebut. Selain itu teks berita tersebut
mempunyai pesan bahwa sejak tanggal diberlakukannya pelarangan ajaran sesat
itu membuktikan bahwa sudah tidak ada tempat buat para pengikut aliran tersebut.
Berita ini menggunakan lead jenis pernyataan, yang berisi dengan
pelarangan kegiatan ajaran al Qiyadah di wilayah DKI Jakarta. Jenis lead
berdasarkan 5W+1H nya adalah lead when (teras berita kapan). Karena tertulis
mulai tanggal 31 Oktober 2007 aliran ini dilarang kegiatannya di Provinsi DKI
Jakarta.
c. Latar.
Dari wacana latar informasinya peneliti menemukan teks berita yang
berbunyi:
Pergub sudah disiapkan dan ditandatangani Fauzi Bowo dan tinggal memberi nomor. "Polda Metro Jaya bersama Pemprov DKI akan melakukan penertiban dan langkah hukumnya ditangani Kejaksaan Tinggi DKI," jelas Fauzi Bowo dalam jumpa pers yang dihadiri peserta rapat......Moshaddeq dijerat dengan Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Ajaran Agama. "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda.113
Dari kutipan berita tersebut penekanan yang dijadikan latar informasi oleh
harian Media Indonesia adalah alasan kenapa ajaran al Qiyadah dilarang di DKI
Jakarta, yaitu telah melanggar beberapa Undang-undang Negara Indonesia juga
Garis Besar Haluan Negara. Hal itu dipandang sebagai kekuatan untuk membuat
peraturan Gubernur tentang hal pelarangan tersebut.
Harian Media Indonesia memaknai peraturan tersebut sebagai sebab dari
pelanggaran aliran al Qiyadah terhadap UU yang berlaku di Indonesia. Peneliti
menafsirkan bahwa harian Media Indonesia menjadikan alasan terjerat beberapa
UU dan pasal itu untuk memberatkan aliran al Qiyadah untuk segera
menghentikan perkembangan ajarannya di pelosok negeri dan juga sebagai
cerminan sikap yang menjunjung tinggi nilai supremasi hukum di Indonesia.
Di dalam tubuh berita tersebut peneliti menemukan kalimat berita yang
bertuliskan:
Moshaddeq telah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya, Senin (29/10) malam dan kemarin sudah ditetapkan sebagai tersangka bersama dua
113
“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November
2007, h. 4, Paragraf 3 dan 7.
pengikutnya Muhammad bin Suid alias Mamat, 35, dan Mujiono, 30. Mamat dan Mujiono dipidana karena memasang pamflet aliran tersebut.
Penggalan berita tersebut dimaknai harian Media Indonesia sebagai upaya
penegasan pernyataan sebelumnya yang ditujukan bagi proses hukum yang
dijalani aliran al Qiyadah al Islamiyah. Namun ada hal yang membedakan dari
pernyataan ini terletak pada penekanan yang dilakukan, bila dalam penggalan
berita sebelumnya penekanan lebih menjurus kepada upaya penyerahan diri
Moshaddeq bersama dua orang pengikutnya. Sedangkan pada penggalan teks
berita ini mengacu pada kecaman terhadap perbuatan penyebaran pamflet aliran
tersebut.114
Bila ditelusuri lebih jauh pada penggalan berita ini, ada upaya untuk
menggulingkan aliran al Qiyadah yang tidak mencerminkan syariat (Islam) ini,115
namun di sisi lain ada kebaikan juga di dalam diri Moshaddeq yang sudah
beberapa kali menerbitkan buku bernuansa Islam. Hal itulah yang di sorot dan
ingin ditonjolkan oleh harian Media Indonesia bahwa sebelumnya Moshaddeq
sudah menyumbangkan bahkan sampai dengan diterbitkannya buku-buku Islam
yang dia buat.116
d. Kutipan
Pada teks berita selanjutnya harian Media Indonesia kembali menyusun
beritanya dengan mengutip pernyataan Kapolda yang tertulis:
114
Ibid, Paragraf 6 115
“Warga Sweeping Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 November 2007, h. 3, Paragraf 6.
116 “Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November
2007, Paragraf 8. (Moshaddeq menerbitkan sejumlah buku Islam mau pun berbau Kristen yang
telah dijadikan barang bukti. Beberapa bukunya berjudul Al Masih Al Mawud dan Ruhul Qudus,
Menyngkap Tabir: Pemisahan Yesus Kristus dari Sejarah, serta Keutamaan Enam Program
Pengabdian: Sistem Kehidupan Abraham).
Moshaddeq dijerat dengan Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Ajaran Agama. "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda.117
Penggalan berita itu kembali menegaskan bahwa aliran ini memang sudah
benar-benar salah atau sesat dan juga telah melalaikan UU Negara juga pasal
tentang penodaan dan penistaan agama. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
proses hukum yang dijalani Moshaddeq dan dua pengikutnya merusak citra umat
Islam secara keseluruhan dan dipandang sebagai keyakinan yang tidak benar.
Di samping itu, pelarangan berkembangnya ajaran aliran ini oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan juga beberapa instansi pemerintahan
lainnya, yang mengumumkan bahwa sejak tanggal 31 Oktober 2007 tidak
diizinkannya aliran al Qiyadah untuk beroperasi di wilayah Provinsi DKI
Jakarta.118
A.3.2. Skrip.
Dari wacana analisis skripnya sudah cukup jelas pemaparan dari wartawan
perihal kelengkapan 5W+1H. Sehingga akan membuat pembaca merasa
menemukan kelengkapan informasi dalam memahami berita tersebut.
A.3.3. Tematik.
a. Detail
Sementara itu, dilihat dari frame tematiknya peneliti mengamati dari
elemen wacana detail dan maksud kalimat serta koherensi antar paragraf dari
detail berita tersebut seperti yang terlihat pada teks berikut ini:
117
Ibdi, Paragraf 7 118 Ibid, Paragraf 1
Kekhawatiran Kapolda sudah terjadi di Bogor. Warga merusak bangunan tempat Ahmad Moshaddeq menerima wahyu di Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Warga bersama aparat juga berencana membongkar beberapa vila yang diduga milik Moshaddeq.119
Dari petikan teks tersebut, sepertinya ada informasi penting lainnya yang
ingin disampaikan oleh wartawan seputar pengrusakan vila tempat Moshaddeq
menerima wahyu di Gunung Sari, Bogor.
b. Maksud Kalimat (koherensi)
Elemen wacana lainnya adalah maksud kalimat, dalam petikan berita ini
ada teks berita yang tertulis:
Pergub sudah disiapkan dan ditandatangani Fauzi Bowo dan tinggal memberi nomor. "Polda Metro Jaya bersama Pemprov DKI akan melakukan penertiban dan langkah hukumnya ditangani Kejaksaan Tinggi DKI," jelas Fauzi Bowo dalam jumpa pers yang dihadiri peserta rapat.120
Dalam petikan berita tersebut harian Media Indonesia melakukan
penekanan dan pemaknaan secara implisit terhadap pelarangan ajaran al Qiyadah
di DKI Jakarta. Kutipan pernyataan Fauzi Bowo itu sesungguhnya mengatakan
bahwa sudah tidak ada lagi ruang bagi aliran al Qiyadah untuk dapat bergerak
bebas di Provinsi DKI Jakarta.
Harian Media Indonesia menuliskan fakta-fakta ini yang kemudian
dirangkum dalam berita ini sehingga melahirkan penonjolan makna pencitraan
sosok Moshaddeq yang dipandang tidak sesuai dengan syariat Islam. Pesan yang
akan dimaknai dan ditonjolkan itu menggunakan pernyataan Kapolda DKI Jakarta
perihal pelanggaran hukum oleh aliran ini. Dengan begitu, harian Media Indonesia
119
Ibid, Paragraf 5. 120 Ibid, Paragraf 3
mencoba memperkuat gagasannya dengan menggunakan narasumber yang
kompeten dan terjun langsung dalam hal ini.
c. Bentuk Kalimat
Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat deduktif, di mana hal yang
utama diuraikan pada awal paragraf yang disusul uraian pelengkap seterusnya.
Dalam berita ini kalimat yang digunakan bersifat pasif. Seperti beberapa awalan
(di-), yang diantaranya: dilarang, dituangkan, dihadiri, disiapkan, ditandatangani,
ditangani, diperiksa, diduga, ditetapkan, dijerat, dan dijadikan.
d. Kata Ganti.
Adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu
komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator
untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.
Dalam pemberitaan ini, peneliti menemukan kata ganti ‘kami’ yang
dipakai oleh wartawan untuk menggantikan kata Kapolda Metro Jaya. yang
tertulis:
Moshaddeq dijerat dengan Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Ajaran Agama. "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda121
Selain itu peneliti juga menemukan kata ganti yang dipakai untuk
menggantikan Mosshadeq yang tertulis pada paragraf berikutnya:
Moshaddeq merupakan putra asli Betawi dan pernah menjadi pelatih bulu tangkis di PBSI pada 1971-1992. "Setelah tidak lagi melatih, dia mempelajari Alquran secara autodidak sehingga mempunyai pemahaman dan keyakinan sendiri," jelas Adang.
121
“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November
2007, Paragraf 7
Dan "Buku-buku itu buatan Pak Haji?" tanya wartawan kepada Moshaddeq. Pria berkepala setengah botak itu hanya tersenyum dan mengangguk.
A.3.4. Retoris.
a. Leksikon (kata)
Leksikon, menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas
berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dari analisis retorisnya peneliti melihat
yang banyak digunakan sebagai retorikanya adalah pada leksikon yang terdapat
pada teks berita. Diantaranya ada kata ‘terjerat’ yang dengan kata lain dapat juga
diartikan terkena atau dikenakan, juga terdapat kata ‘autodidak’ yang juga berarti
belajar sendiri, tanpa ilmu yang didapati sebelumnya. Selain itu pemakain kata
‘berbau’ juga mendapat pengertian sebagai suatu yang bernuansa.
b. Foto
Dalam pemberitaannya kali ini, harian Media Indonesia menyisipkan foto
dari Kapolda Metro Jaya DKI Jakarta, Adang Firman. Dalam fotonya, yang
terlihat hanya bagian muka dari Adang Firman yang di masukan dalam
pemberitaannya.
Dengan adanya gambar wajah atau foto dari Adang Firman ini, harian
Media Indonesia menekankan pada penonjolan eksistensi Kapolda Metro Jaya
dalam menangani kasus penyebaran aliran al Qiyadah al Islamiyah yang terjadi di
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Harian Media Indonesia terlihat mengutamakan
pendapat dari Kapolda Metro Jaya, karena di bawah foto terdapat tulisan caption
yang cukup besar, yaitu “Saya minta masyarakat tidak main hakim sendiri. Adang
Firman, Kapolda Metro Jaya”.
Foto tersebut adalah hasil pengambilan dari harian Media Indonesia
sendiri, dengan inisial MEDIA/ADAM DP. Dengan kata lain tidak mengambil dari
lembaga pers lain yang ada di Indonesia atau pun luar Indonesia.
Tabel 8
Framing Edisi 1 November 2007
“Keagamaan Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta”
Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta
Struktur Variabel
Headline:
KEAGAMAAN Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta
→ Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan
judul terdapat pada bagian awal tulisan, tepatnya pada bagian
teras berita (lead).
Lead: JAKARTA (Media): Kegiatan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah
dilarang di wilayah Provinsi DKI Jakarta terhitung 31 Oktober. Larangan itu dituangkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub)
DKI. → Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead
(teras berita pernyataan). Jenis lead berdasarkan 5W+1H nya
adalah lead when (teras berita kapan). Karena tertulis mulai
tanggal 31 Oktober 2007 aliran ini dilarang kegiatannya di
Provinsi DKI Jakarta.
Latar Informasi: Beberapa alasan penyebab pelarangan ajaran al Qiyadah dilarang
di Provinsi DKI Jakarta.
→ Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia
selaras dengan judul yang dipakai.
Kutipan: "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda. → Ditulis kutipan langsung yang menyatakan bahwa aliran al
Qiyadah telah terjerat hukum.
Sumber:
Kapolda Pemprov DKI Jakarta. Namun tidak disebutkan siapa
namanya.
Pernyataan: -
Sintaksis
Penutup: -
Pernyataan Gubernur DKI Jakarta cukup ditulis pada awal tulisan, setelah itu
disusul dengan pernyataan dari Kapolda Pemprov DKI Jakarta perihal alasan
penyerahan diri Moshaddeq dan kedua orang pengikutnya.
Who:
Ajaran al Qiyadah al Islamiyah dan Pemprov DKI Jakarta.
What:
Pelarangan penyebaran ajaran al Qiyadah di Jakarta.
When:
31 Oktober 2007
Where:
DKI Jakarta
Why:
Aliran al Qiyadah al Islamiyah terbukti sesat.
Skrip
How:
Pemimpin al Qiyadah dijerat pasal 3 UU No.1/PNPS Thn 1965 dan UU No.5 Thn 1969 juga pasal 156A KUHP.
Harian Media Indonesia menempatkan pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Di sini Harian Media Indonesia terkesan netral
kepada kedua belah pihak karena porsi pemberitaan seimbang.
Detail:
Detail yang terlihat pada pemberitaan ini, terdapat informasi penting lainnya tentang kejadian peristiwa pengrusakan tempat
kelompok al Qiyadah yang terdapat di bogor.
Koherensi:
harian Media Indonesia melakukan penekanan dan pemaknaan
secara implisit terhadap pelarangan ajaran al Qiyadah di DKI
Jakarta dan penonjolan makna pencitraan sosok Moshaddeq
yang dipandang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Tematik
Bentuk Kalimat:
Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat deduktif, di mana hal
yang utama diuraikan pada awal paragraf yang disusul uraian
pelengkap seterusnya. Dalam berita ini kalimat yang digunakan bersifat pasif.
Kata Ganti:
kata ganti ‘kami’ yang dipakai oleh wartawan untuk menggantikan kata orang-orang yang berada di Polda Metro
Jaya. Juga terdapat kata ganti untuk menggantikan panggilan Moshaddeq, yaitu ‘dia’ dan ‘Pak Haji’.
(1). Kegiatan ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah dilarang di wilayah DKI Jakarta. (2). Perusakan tempat Moshaddeq di daerah Gunung Sari, Bogor. (3).
Moshaddeq dijerat Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun
1969, juga terjerat Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama.
Kata:
Ditemukan beberapa kata yang dipilih oleh harian Media
Indonesia, diantaranya adalah terjerat, autodidak, dan berbau.
Idiom: -
Retoris
Foto: Sebuah foto bagian muka atau wajah dari Adang Firman,
Kapolda Metro Jaya DKI Jakarta.
Grafis: -
Pemakaian klaim yuridis juga otoritas keilmuan dari ahlinya tentang penanganan
kasus aliran sesat. Dengan begitu apa yang dituliskan oleh wartawan bisa
diperkuat dengan pemakaian legalitas keilmuan dari pakarnya.
A.4. Frame 4: Pemeriksaan Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah.
Pada tanggal 7 November 2007 harian Media Indonesia mengangkat berita
yang berjudul ‘Aliran Sesat 168 Anggota al Qiyadah Diperiksa’.
Dalam pemberitaan itu, kapolda Jawa Tengah melakukan pemeriksaan
kepada anggota al Qiyadah al Islamiyah yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Dalam proses pemeriksaan itu juga terdapat puluhan orang mantan pengikut aliran
ini yang dengan sengaja mendatangi Polda untuk meminta perlindungan dari
perbuatan orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang tidak menyukai
kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat.122
A.4.1. Sintaksis
a. Headline
Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia
pada tanggal 7 November 2007 ini, berisikan tentang 168 anggota al Qiyadah al
Islamiyah yang telah diperiksa oleh Polda wilayah Jawa Tengah. Yang tertulis
sebagai berikut:
Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa
122
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah di Periksa”, Media Indonesia, 7 November
2007, h. 6, Paragraf 1 dan 4
Harian Media Indonesia memakai judul pada pemberitaan kali ini sesuai
dengan lead yang dipakai dan uraian dari judul dapat kembali di simak pada
bagian leadnya.
b. Lead
Dilihat dari analisis sintaksis, harian Media Indonesia memandang
pemeriksaan terhadap 168 anggota aliran ini sebagai bentuk penanganan sigap
dari Polda setempat. Kutipan lead beritanya tertulis:
PEMALANG (Media): Sebanyak 168 anggota Al Qiyadah Al Islamiyah di Jawa Tengah (Jateng) hingga kini telah diperiksa polisi. Beberapa di antara mereka telah ditetapkan sebagai tersangka dan sebagian lainnya sengaja mendatangi polda minta perlindungan.
Kutipan lead tersebut disusun oleh harian Media Indonesia sehingga
mempunyai makna bahwa sudah cukup banyak masyarakat yang terseret masuk
ke dalam aliran tersebut dan harus segera ditangani dengan menetapkan beberapa
anggotanya sebagai tersangka.123
Bila dilihat dengan teliti makna yang akan
ditekankan dalam penyusunan lead itu diarahkan sebagai simbol bahwa aliran ini
memang harus segera ditangani sebelum masyarakat yang mengambil tindakan
terlebih dahulu, juga untuk menghindari tindakan yang tidak inginkan.
Lead yang digunakan oleh harian ini masih tetap konsisten pada lead jenis
pernyataan dan juga jenis lead when (teras berita kapan). Masuk ke dalam teras
berita pernyataan karena memang terdapat pernyataan tentang 168 anggota al
Qiyadah yang diperiksa, juga terdapat kata hingga kini, yang menerangkan waktu.
123
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah di Periksa”, Media Indonesia, 7 November
2007, h. 6, Paragraf 1
c. Latar.
Dalam pemberitaan ini harian Media Indonesia juga terlihat ingin
menonjolkan berita seputar orang hilang. Dugaan ini terkait dengan adanya aliran
sesat tersebut karena mayoritas orang hilang adalah berstatus mahasiswa. Hal ini
berkaitan dengan pengakuan Moshaddeq bahwa anggotanya mayoritas adalah
pelajar dan mahasiswa.124
Sementara itu, Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat (Jabar), masih meneliti modus operandi di balik maraknya orang hilang yang sebagian korbannya berstatus mahasiswa.125
Dalam pandangan peneliti, kutipan teks berita itu disusun berdampingan
dengan berita sebelumnya yang telah dipublikasikan oleh harian Media Indonesia.
d. Kutipan.
Kutipan pernyataan yang mendukug gagasan pokok harian Media
Indonesia berada dalam penggalan teks berikut ini:
Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Dody Semantiawan mengatakan jumlah itu diperkirakan terus bertambah. ''Yang jelas jumlah mereka yang kita amankan setiap harinya terus meningkat, terutama dalam tiga hari terakhir,'' ujar Dody......di lapangan Kecamatan Warung pring, Kabupaten Pemalang, Jateng, kemarin.126
Petikan berita tersebut disusun harian Media Indonesia sebagai pencitraan
terhadap banyaknya pengikut aliran tersebut, khususnya di kota Surakarta dan
Semarang.
Juga terdapat kutipan lainnya ditempat yang berbeda, seperti teks berikut
ini:
124
“Aliran Sesat, Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia, 31 Oktober
2007, h. 2, Paragraf Terakhir. 125
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”, Media Indonesia, 7 November
2007, Paragraf 6. 126 Ibid, Paragraf 2.
Ketua tim Pakem Bandung Chuk Suryosumpeno mengatakan hingga kini belum menemukan latar belakang di balik maraknya orang hilang tersebut....''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,'' papar Chuk, yang juga Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bandung, kemarin.
e. Pernyataan.
Sementara itu untuk melihat bagaimana harian Media Indonesia
memorsikan pernyataan dari narasumber bisa dilihat pada bentuk berita yang
ditulis sebagai berikut:
Dody menyebutkan, dari ratusan anggota Al Qiyadah itu paling banyak berasal dari daerah Surakarta dan Semarang.127
Dari kutipan pernyataan dalam teks berita tersebut peneliti mengambil
sebuah kesimpulan bahwa kutipan pernyataan itu memiliki kecenderungan sikap
tegas dan cepat dari Polda Jawa Tengah yang diceritakan oleh wartawan dalam
beberapa paragraf.
A.4.2. Skrip.
Dari analisis skrip, yang dilihat dari kelengkapan berita belum sepenuhnya
dituntaskan oleh harian Media Indonesia, sejak awal berita hingga akhir berita
peneliti tidak menemukan salah satu entitas yang kurang diperjelas yaitu unsur
How atau bagaimana tidak dihadirkan dengan tuntas. Sehingga peneliti sendiri
mempuyai pertanyaan terhadap isi berita tersebut. Bagaimana pemeriksaan itu
terjadi, seperti apa pemeriksaan yang dilakukan oleh Polda Jawa Tengah terhadap
anggota al Qiyadah yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Di dalam berita tidak
terlihat upaya penjelasan yang tuntas.
127 Ibid, Paragraf 3.
Yang menjadi bahan analisis peneliti adalah mengapa hanya ditekankan
pada pemeriksaan anggota yang dianggap sebagai tersangka di Polda Jawa
Tengah. Sedangkan yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana cara atau teknis
pemeriksaan anggota-anggota tersebut. Hal itu tidak mendapat penjelasan yang
rinci. Sehingga untuk kerangka itulah perlunya penjelasan yang mendetail agar
pembaca tidak bertanya-tanya seperti apa pemeriksaan yang dilakukan terhadap
berita yang dimuat oleh harian Media Indonesia tersebut.
Selain itu, unsur lainnya adalah when. Dalam teks tidak tertera tanggal
berapa anggota al Qiyadah diperiksa sehingga menjadi sebanyak 168 orang. When
hanya diterangkan dengan kata hingga kini, sehingga peneliti berpendapat berita
ini menjadi tidak tuntas dan tidak jelas.
A.4.3. Tematik.
Dari analisis tematik, peneliti mengamati beberapa poin tentang
bagaimana wartawan harian Media Indonesia menuliskan fakta dari berita
tersebut.
a. Detail.
Dalam berita itu peneliti menemukan detail seputar pemeriksaan anggota
al Qiyadah yang berstatus sebagai tersangka. Juga terdapat detail tentang orang
hilang, namun tidak dijelaskan secara panjang. Berita tersebut terlihat lebih
mengarah kepada pemeriksaan anggota al Qiyadah sehingga relevansi judul
dengan isi berita lebih kepada penonjolan pemeriksaan tersebut. Harian ini sangat
berhati-hati bila mempublikasikan berita seputar isu Islam.
b. Koherensi.
Dalam teks berita terdapat koherensi yang menghubungkan dua kalimat
tersebut. Dengan pengamanan anggota al Qiyadah dari ancaman pihak tertentu
dan mengawasi serta membina masyarakat dari aliran sesat yang dapat
mengganggu ketentraman bersama. Yang tertulis sebagai berikut:
“Sedangkan keberadaan anggota Al Qiyadah yang menginap di polda, tambahnya, itu berkaitan dengan pengamanan dari ancaman anarkistis yang dilakukan pihak tertentu...Dia juga meminta Majelis Ulama Indonesia dan Kantor Departemen Agama serta tokoh agama untuk mengawasi sekaligus ikut membina jika di daerahnya terdapat warga yang dianggap menjalankan aliran agama tidak sesuai dengan ajaran yang ada.”128
c. Bentuk Kalimat.
Dari bentuk kalimat yang digunakan dalam berita itu menurut peneliti
harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat deduktif yang menguraikan
inti berita di awal kalimat, lalu disusul dengan uraian di kalimat berikutnya, selain
itu dalam uraiannya harian Media Indonesia menekankan dan memaknai korban
yang hilang karena hal tertentu yang tertulis dalam petikan teks berita berikut ini:
''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,'' papar Chuk, yang juga Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bandung, kemarin.”129
Selain itu, dalam penulisan kali ini, harian Media Indonesia menggunakan
jenis kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang
cukup berimbang dalam tiap kalimat dan paragrafnya.
128
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”, Media Indonesia, 7 November
2007, Paragraf 4 dan 5. 129 Ibid, Paragraf 8.
A.4.4. Retoris.
a. Leksikon (kata)
Dalam aspek retorisnya berita itu yang dipakai adalah unsur hukum atau
memakai klaim hukum. Yang terlihat dari teks seperti tulisan ‘anarkistis’130 yang
dimaksud dengan perbuatan yang tidak bertanggungjawab tanpa mementingkan
orang lain. Juga terdapat kata yang berarti alasan terjadinya atau bisa juga disebut
motif dari perbuatan seseorang maupun lembaga yang dalam istilah hukum berarti
‘modus operandi’.131
Sedangkan keberadaan anggota Al Qiyadah yang menginap di polda, tambahnya, itu berkaitan dengan pengamanan dari ancaman anarkistis yang dilakukan pihak tertentu. Sementara itu, Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat (Jabar), masih meneliti modus operandi di balik maraknya orang hilang yang sebagian korbannya berstatus mahasiswa.
b. Idiom
Yakni bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat
dijabarkan dari mana unsur gabungan dalam wacana pesan tidak hanya
disampaikan lewat teks atau bahasa formal, tetapi juga kiasan, dan ungkapan yang
dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang dapat dipakai untuk memperkuat
pesan utama. Adapun unsur idiom yang ditemukan dalam berita adalah :
Seperti kata ‘cuci otak’132 yang biasa dipakai dalam dunia politik yang bisa
juga berarti memasuki pikiran orang lain dengan ideologi baru tanpa disadari oleh
orang tersebut.
130
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”, Media Indonesia, 7 November
2007, h. 6, paragraf 4 131
Ibid. paragraf 6 132 Ibid. Paragraf 8
''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,'' papar Chuk, yang juga Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bandung, kemarin.133
Tabel 9
Framing Edisi 7 November 2007
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”
Frame 4: Pemeriksaan Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah.
Struktur Variabel
Headline: Aliran Sesat
168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa. → Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan
judul terdapat pada bagian teras berita (lead).
Lead:
PEMALANG (Media): Sebanyak 168 anggota Al Qiyadah Al Islamiyah di Jawa Tengah (Jateng) hingga kini telah diperiksa
polisi. Beberapa di antara mereka telah ditetapkan sebagai tersangka dan sebagian lainnya sengaja mendatangi polda minta
perlindungan. → Lead yang digunakan oleh harian ini masih tetap konsisten
pada lead jenis pernyataan dan juga jenis lead when (teras berita
kapan). Masuk ke dalam teras berita pernyataan karena memang
terdapat pernyataan tentang 168 anggota al Qiyadah yang
diperiksa, juga terdapat kata hingga kini, yang menerangkan
waktu.
Latar Informasi: Dugaan orang hilang karena adanya aliran sesat al Qiyadah al
Islamiyah yang mayoritas orang hilang berstatus mahasiswa.
→ Latar informasi yang dipakai oleh harian Media Indonesia
tidak selaras dengan judul yang dipakai, namun tetap mewakili.
Kutipan:
Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Dody Semantiawan
mengatakan jumlah itu diperkirakan terus bertambah. ''Yang
jelas jumlah mereka yang kita amankan setiap harinya terus
meningkat, terutama dalam tiga hari terakhir,'' ujar Dody dan
''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya
untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,''
papar Chuk,Ketua tim Pakem bandung.
→ Ditulis kutipan langsung dari dua narasumber.
Sintaksis
Sumber:
Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Dody Semantiawan dan Ketua tim Pakem Bandung Chuk Suryosumpeno.s
133 Ibid, Paragraf 8.
Pernyataan:
Sikap tegas dan cepat dari Polda Jawa Tengah yang diceritakan
oleh wartawan dalam beberapa paragraf.
→ Merupakan pernyataan yang memperkuat berita.
Penutup:
Terkait adanya laporan dari Forum Ulama Umat Islam (FUUI) yang menyebutkan, terdapat 50 organisasi yang dinilai sebagai
aliran sesat...''Hingga hari ini (kemarin), Tim Pakem belum menerima laporan dari FUUI Jabar terkait dengan temuannya
itu,'' tandas Chuk. → Penutup tidak sesuai dengan judul berita.
Berita seputar anggota al Qiyadah al Islamiyah yang diperiksa oleh Polisi Daerah Jawa Tengah di tempatkan harian Media Indonesia dari awal tulisan, kemudian
disusul dengan berita maraknya orang hilang sebagai korban dari aliran tersebut.
Who:
168 anggota al Qiyadah al Islamiyah.
What:
Pemeriksaan pada orang yang dianggap sebagai tersangka.
When: -
Where:
Jawa Tengah.
Why:
Pemeriksaan terhadap 168 anggota al Qiyadah yang sudah
terproses.
Skrip
How: -
Tidak ada pendapat yang diutamakan dalam pemberitaan ini. Harian Media
Indonesia berusaha menunjukkan sikap netralnya dalam pemberitaannya kali ini.
Dengan hanya menyajikan informasi dari fakta yang ada tanpa memihak kepada
salah satu narasumber.
Detail: Dalam berita itu peneliti menemukan detail seputar pemeriksaan
anggota al Qiyadah yang berstatus sebagai tersangka. Juga terdapat detail tentang orang hilang, namun tidak dijelaskan
secara panjang. Berita tersebut terlihat lebih mengarah kepada pemeriksaan anggota al Qiyadah sehingga relevansi judul
dengan isi berita lebih kepada penonjolan pemeriksaan tersebut.
Koherensi:
Dalam teks berita terdapat koherensi yang menghubungkan dua kalimat tersebut. Dengan pengamanan anggota al Qiyadah dari
ancaman pihak tertentu dan mengawasi serta membina
masyarakat dari aliran sesat yang dapat mengganggu
ketentraman bersama.
→ Koherensi pelengkap.
Tematik
Bentuk Kalimat:
Harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat deduktif
yang menguraikan inti berita di awal kalimat, lalu disusul
dengan uraian di kalimat berikutnya. jenis kalimat aktif dan
pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup
berimbang dalam tiap kalimat dan paragrafnya.
(1). Kepolisian Daerah Jawa Tengah periksa 168 anggota al Qiyadah al
Islamiyah. (2). Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem)
Bandung, Jawa Barat masih meneliti modus di balik maraknya orang hilang
semenjak merebaknya aliran al Qiyadah al Islamiyah di masyarakat.
Kata:
Ada dua kata khusus yang dipilih oleh harian Media Indonesia, yaitu kata anarkistis dan modus operandi, yang biasanya
digunakan dalam bidang hukum atau bisa disebut klaim yuridis.
Idiom:
Cuci Otak.
→ Memasuki ideologi baru kepada orang lain tanpa disadari
oleh orang tersebut.
Foto: -
Retoris
Grafis: -
Dalam tulisannya wartawan memakai klaim yuridis dari pakarnya juga otoritas
keilmuan dari ahlinya tentang penanganan kasus aliran sesat untuk memperkuat
gagasannya.
A.5. Frame 5: Pengikut AL Qiyadah Bertaubat.
Dalam berita kelima yang dimuat tanggal 10 November 2007 harian
Media Indonesia mengangkat berita tentang bertaubatnya 21 orang pengikut aliran
al Qiyadah al Islamiyah yang mengucapkan ikrarnya di Masjid Nurul Huda,
Kompleks Kepolisian Daerah Jawa Timur pada hari sebelumnya, yakni tanggal 9
November 2007.134
Pada pemberitaannya kali ini harian Media Indonesia menyampaikan
kepada khalayak dengan menempatkan pemberitaan pada rubrik Nusantara. Sama
dengan rubrik berita sebelumnya, yaitu tanggal 7 November 2007.
A.5.1. Sintaksis.
a. Headline
ALIRAN SESAT 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat
134
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat”, Media Indonesia, 10 November
2007, h. 7, Paragraf 1
Secara sintaksis berita itu ditujukan bagi para pengikut aliran al Qiyadah
lainnya yang masih berstatus sebagai anggota untuk mengikuti jejak 21 orang
pengikut aliran tersebut.135 Judul berita tersebut disusun harian Media Indonesia
menurut peneliti sebagai ungkapan kegembiraan atas bertaubatnya 21 pengikut
aliran ini ke jalan yang benar dengan meninggalkan kesesatannya. Selain itu juga
terdapat berita yang terjadi di Bandung, yaitu Tim Pengawasan Aliran
Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat (Jabar), menyediakan
sejumlah posko pengaduan terkait dengan maraknya aliran sesat.
Harian Media Indonesia menyusun fakta tersebut sebagai sikap kesigapan
Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat
(Jabar) yang sudah mengantisipasi maraknya perkembangan aliran sesat di
Indonesia dengan membuat posko-posko pengaduan.136
b. Lead
Lead yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah jenis teras berita
pernyataan (Statement lead). Yang berisi tentang pernyataan Polda Jatim perihal
sebanyak 21 orang pengikut aliran al Qiyadah bertaubat. Lead tersebut juga
termasuk ke dalam jenis lead where (teras berita di mana). Karena dalam petikan
lead ditulis tempat dimana 21 pengikut aliran ini bertaubat.
SURABAYA (Media): Sebanyak 21 anggota Al Qiyadah Al Islamiyah akhirnya menyatakan bertobat dan masuk Islam. Ikrar tobat diucapkan di Masjid Nurul Huda, Kompleks Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim), kemarin.
Penggalan lead berita itu disusun dengan skema kebahagiaan terhadap
bertaubatnya mantan anggota aliran al Qiyadah meski pun hanya berjumlah 21
135
Ibid, Paragraf 7 136 Ibid. Paragraf 8
orang. Dalam berita itu harian Media Indonesia memandang dengan bertaubatnya
21 orang tersebut, merupakan pencerahan terhadap kasus aliran sesat yang banyak
berkembang sampai saat ini. Bertaubatnya para pengikut aliran ini mendapat
penekanan dari harian Media Indonesia sebagai sikap yang wajar karena aliran ini
memang merupakan aliran yang sesat dan telah merusak syariat Islam seperti
pemberitaan yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia beberapa hari
sebelumnya.137
Harian Media Indonesia mengartikulasikan sikap 21 pengikut aliran ini
sebagai tindakan yang murni tanpa paksaan dari pihak mana pun. Perilaku itu
dimaknai oleh harian Media Indonesia sebagai keputusan yang bijak yang
berdasar pada kepentingan bersama, dengan tidak meresahkan masyarakat.
Pemaknaan dari hasil penyusunan berita tersebut menurut peneliti
menimbulkan sebuah persepsi bagi pembaca yang akan menafsirkan bahwa aliran
al Qiyadah al Islamiyah adalah aliran sesat yang tidak perlu dikhawatirkan lagi
akan merusak moral para pelajar dan mahasiswa karena dengan fakta yang
dipublikasikan dengan harian Media Indonesia ini menunjukan aliran ini sudah
tidak beroperasi lagi di Indonesia.
c. Latar
Secara sintaksis berita tersebut disusun untuk mendukung tindakan yang
mementingkan kepentingan bersama. Dari wacana latar informasinya peneliti
menemukan teks berita yang berbunyi:
137
“Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 Oktober 2007,
h. 3.
Sebelumnya, mereka menjalani pemeriksaan lebih dulu di Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda. Mereka menjalani empat kali pemeriksaan sampai akhirnya bertobat.138
Dari kutipan berita tersebut penekanan yang dijadikan latar informasi oleh
harian Media Indonesia adalah bertaubatnya ke 21 pengikut aliran ini terjadi
setelah mereka mengikuti proses pemeriksaan oleh tim penyidik Polda Jawa
Timur.
Harian Media Indonesia memaknai peristiwa tersebut sebagai sebab dari
bertaubatnya mereka (21 pengikut). Peneliti menafsirkan bahwa harian Media
Indonesia menjadikan alasan penyidikan itu untuk menguatkan pendapat atau
gagasan yang tercipta yang dinilai harian Media Indonesia sebagai alasan mereka
bertaubat.
Di dalam tubuh berita tersebut peneliti menemukan kalimat berita yang
berbunyi:
Selain mengucapkan kalimat syahadat, mereka juga tidak mengakui Musadeq yang disebut-sebut rasul. Setelah satu per satu menyatakan bertobat, mereka kemudian mengikuti salat Jumat berjemaah.....Seusai bertobat, seluruh dokumen menyangkut ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah dibakar mereka disaksikan sejumlah pejabat. Imam Mustofa, salah satu dari 21 mantan pengikut Al Qiyadah meminta seluruh pengikut aliran itu untuk kembali ke ajaran yang benar.139
Penggalan berita tersebut dimaknai harian Media Indonesia sebagai upaya
penegasan pernyataan sebelumnya yang ditujukan bagi para pengikut aliran al
Qiyadah lainnya yang masih berstatus sebagai anggota. Bila ditelusuri lebih jauh
pada penggalan berita ini, ada upaya untuk menyadarkan publik yang masih
138
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat”, Media Indonesia, 10 November
2007, h. 7, Paragraf 3. 139 Ibid, Paragraf 4 dan 7.
berstatus anggota al Qiyadah al Islamiyah untuk kembali ke Islam yang sesuai
dengan syariat Islam.
d. Kutipan
Pada teks berita selanjutnya harian Media Indonesia kembali menyusun
beritanya dengan kejadian lain di Bandung, yaitu pembentukan posko pengaduan
terkait dengan menjamurnya perkembangan aliran sesat di berbagai daerah. Proses
sintaksis yang dilakukan harian Media Indonesia hampir di setiap paragraf berita
berisi pernyataan-pernyataan yang mengarah pada keinginan untuk menyadarkan
anggota atau para pengikut aliran ini untuk segera bertaubat.
Pada teks berita selanjutnya harian Media Indonesia mengutip pernyataan
Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja yang tertulis:
''Mereka masuk Islam kembali bukan karena tekanan dari penyidik, melainkan murni keinginan hati nurani,'' ujar Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja kepada wartawan di Surabaya, kemarin.140
Penggalan berita itu kembali menegaskan secara implisit yang disorot
dengan pernyataan Kapolda Jatim itu dengan menyebutkan bahwa mereka masuk
Islam kembali tanpa paksaan dari pihak mana pun. Teks berita tersebut mendapat
penekanan yang dalam oleh harian Media Indonesia.
e. Pernyataan
Secara sintakis penulisan tentang bertaubatnya 21 pengikut aliran al
Qiyadah al Islamiyah ke jalan yang sesuai dengan syariat Islam di hampir setiap
paragrafnya bertujuan untuk menguatkan gagasan pokok harian Media Indonesia.
140 Ibid, Paragraf 5.
A.5.2. Skrip
Dari wacana analisis skripnya sudah cukup jelas bila dilihat dari
kelengkapan 5W+1H. Sehingga menurut peneliti, hal ini akan membuat pembaca
merasa menemukan kelengkapan informasi dalam memahami berita tersebut.
A.5.3. Tematik.
a. Detail
Bila dilihat dari frame tematiknya peneliti mengamati dari elemen wacana
detail, maksud kalimat dan bentuk kalimat serta koherensi antar paragraf. Dari
detail berita tersebut wartawan jelas menerangkan dan menceritakan informasi
tentang bertaubatnya pengikut aliran sesat dari paragraf awal sampai dengan
paragraf mendekati penutup dari berita. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa
dalam pemberitaan ini harian Media Indonesia mengupas tuntas perihal aliran al
Qiyadah.
b. Maksud Kalimat
Elemen wacana lainnya adalah maksud kalimat, dalam petikkan berita ini
ada teks berita yang tertulis:
Kapolda mengaku gembira karena proses penyidikan tidak hanya sekadar menyusun berkas, tetapi penyidik secara pelan-pelan mengajak mereka untuk kembali ke Islam.141
Dalam petikkan berita tersebut harian Media Indonesia melakukan
penekanan dan pemaknaan terhadap sikap kapolda Jatim yang gembira karena
mereka bertaubat juga karena proses penyidikan yang berlangsung berkali-kali.
141 Ibid, Paragraf 6.
Harian Media Indonesia menuliskan fakta-fakta yang kemudian
dirangkum dalam berita ini sehingga melahirkan penonjolan makna pencitraan
Kapolda yang karena melakukan proses penyidikan akhirnya bisa menyadarkan
para pengikut al Qiyadah sehingga tanpa merasa dipaksa mereka kembali ke
ajaran Islam.
c. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat yang disusun oleh harian Media Indonesia dalam berita itu
menurut peneliti, menggunakan kalimat Deduktif. Dengan menguraikan inti berita
dari awal tulisan kemudian menguraikannya pada paragraf berikutnya. Berita ini
juga menggunakan kalimat aktif dalam pemberitaannya kali ini, seperti beberapa
kata berikut yang berawalan (me-): menyatakan, mengucapkan, menjalani,
mengakui, mengikuti, melainkan, menyusun, mengajak, menyangkut, meminta,
menyediakan, mengatakan, dan meminimalisasi.
d. Koherensi
Pada berita itu terdapat kalimat koherensi penjelas antar kalimat yang
peneliti temukan pada teks berikut ini:
Mereka pula mengucapkan kalimat syahadat di depan Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja, Pengurus Majelis Ulama Indonesia, dan pejabat Departemen Agama Jatim....Sebelumnya, mereka menjalani pemeriksaan lebih dulu di Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda. Mereka menjalani empat kali pemeriksaan sampai akhirnya bertaubat....Selain mengucapkan kalimat syahadat, mereka juga tidak mengakui Musadeq yang disebut-sebut rasul. Setelah satu per satu menyatakan bertaubat, mereka kemudian mengikuti salat Jumat berjemaah.142
Dalam beberapa paragraf dalam berita tersebut, terlihat bahwa alasan
mereka (pengikut al Qiyadah yang bertaubat) tidak dipaksa tetapi mereka sadar
142
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat”, Media Indonesia, 10 November
2007, h. 7, Paragraf 2-4.
sendiri. Dan kesadaran mereka mucul setelah beberapa kali mengikuti proses
penyidikan oleh Polda Jawa Timur.
e. Kata Ganti.
Kata ganti yang peneliti temukan adalah ‘mereka’ yang merupakan kata
ganti dari 21 pengikut al Qiyadah yang bertaubat setelah mengikuti proses
penyidikan, yang tertulis sebagai berikut:
Sebelumnya, mereka menjalani pemeriksaan lebih dulu di Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda. Mereka menjalani empat kali pemeriksaan sampai akhirnya bertaubat.143
A.5.4. Retoris
Dalam analisis retorisnya peneliti melihat yang banyak digunakan sebagai
retorikanya adalah proses hukum yang dijalani oleh 21 pengikut aliran al Qiyadah
di daerah Jawa Timur. Harian Media Indonesia menjadikan alasan setelah
mengikuti proses penyidikan beberapa kali mereka bertaubat dan kembali ke
ajaran Islam sebagai penguat atas gagasan yang ditimbulkan oleh wartawan harian
Media Indonesia.
a. Leksikon (kata)
Dalam pemberitaan itu terdapat beberapa kata yang disebut juga dengan
leksikon. Seperti kata ‘satu per satu’144 dengan maksud lainnya adalah masing-
masing atau juga bisa disebut tiap individu. Selain itu juga terdapat pemisalan
‘meminimalisasi’ yang juga berarti mengurangi terjadinya atau juga dapat
diartikan memperlambat penyebaran.
143
Ibid, Paragraf 3. 144
“Aliran Sesat, 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat”, Harian Media Indonesia, Edisi 10
November 2007, h. 7, Paragraf 4.
Tabel 10
Framing Edisi 10 November 2007
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat”
Frame 5: Pengikut Al Qiyadah Bertaubat
Struktur Variabel
Headline: ALIRAN SESAT 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat
→ Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian awal tulisan, yakni teras berita
(lead)..
Lead: SURABAYA (Media): Sebanyak 21 anggota Al Qiyadah Al
Islamiyah akhirnya menyatakan bertobat dan masuk Islam. Ikrar
tobat diucapkan di Masjid Nurul Huda, Kompleks Kepolisian
Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim), kemarin.
→ Lead yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah jenis
teras berita pernyataan (Statement lead). Lead tersebut juga
termasuk ke dalam jenis lead where (teras berita di mana).
Karena dalam petikan lead ditulis tempat dimana 21 pengikut aliran ini bertaubat.
Latar Informasi: bertaubatnya ke 21 pengikut aliran ini terjadi setelah mereka
mengikuti proses pemeriksaan oleh tim penyidik Polda Jawa Timur.
→ Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia selaras dengan judul yang dipakai.
Kutipan: ''Mereka masuk Islam kembali bukan karena tekanan dari
penyidik, melainkan murni keinginan hati nurani,'' ujar Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja kepada wartawan di Surabaya,
kemarin.
→ Terdapat kutipan langsung.yang ditulis oleh Media Indonesia.
Sumber:
Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja.
Pernyataan: Hampir pada setiap paragrafnya memperkuat gagasan atau ide
pokok wartawan dalam pemberitaannya.
Sintaksis
Penutup: -
Harian Media Indonesia menempatkan informasi penting perihal bertaubatnya 21 pengikut al Qiyadah al Islamiyah sejak awal tulisan, diiringi dengan pernyataan
dari Kapolda Jawa Timur, kemudian mendekati akhir tulisan terdapat informasi
tentang Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Jawa Barat,
Bandung.
Who:
Anggota al Qiyadah al Islamiyah
What:
21 pengikut al Qiyadah bertaubat.
When: 9 November 2007.
→ Dalam teks berita tidak dijelaskan tanggalnya secara eksplisit, namun dari kata kemarin, maka jelas yang dimaksud adalah
sehari sebelum berita dipublikasikan.
Where:
Surabaya, Jawa Timur.
Why:
21 pengikutnya bertaubat setelah menjalani 4 kali penyidikan
oleh Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda Jatim.
Skrip
How:
Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan tidak mau
mengakui Moshaddeq sebagai Rasul, mereka telah kembali ke
agama Islam.
Wawancara dilakukan oleh dua narasumber. Namun, harian Media Indonesia
menempatkan porsi yang lebih banyak kepada Polda Metro Jatim. Harian Media
Indonesia terlihat seperti ingin tetap bersikap netral, namun dalam
pemberitaannya terlihat porsi Polda Jatim lebih besar.
Detail:
Dari detail berita tersebut wartawan jelas menerangkan dan
menceritakan informasi tentang bertaubatnya pengikut aliran
sesat dari paragraf awal sampai dengan paragraf mendekati
penutup dari berita.
Koherensi:
Pada berita itu terdapat kalimat koherensi penjelas antar kalimat.
Tematik
Bentuk Kalimat:
Berita kali ini harian Media Indonesia masih menggunakan
bentuk kalimat Deduktif dan juga kalimat aktif.
Kata Ganti:
Kata ganti yang ditemukan adalah ‘mereka’ yang merupakan kata ganti dari 21 pengikut al Qiyadah yang bertaubat setelah
mengikuti proses penyidikan
(1). Sebanyak 21 pengikut al Qiyadah al Islamiyah di Polda Jatim bertaubat. (2).
21 pengikut yang bertaubat tidak lagi mengakui Moshaddeq sebagi Rasul dan
juga kembali mengucapkan kalimat syahadat. (3). Seluruh dokumen yang
berhubungan dengan aliran al Qiyadah al Islamiyah dibakar.
Kata:
Terdapat satu kata yang khusus yaitu kata ‘satu per satu’.
Idiom: -
Retoris
Foto: -
Grafis: -
Wartawan menggunakan otoritas keilmuan dari pakarnya untuk mendukung
setiap gagasan maupun ide yang dituliskan wartawan dalam pemberitaannya.
B. Kecenderungan Keberpihakan Harian Media Indonesia.
Dari analisis framing mengenai isu seputar aliran sesat al Qiyadah al
Islamiyah pada harian Media Indonesia, pada lima edisi di atas, harian Media
Indonesia terlihat mencoba untuk tidak memihak kepada pihak atau kelompok
mana pun.
Seperti halnya penerbitan pers pada umumnya, harian Media Indonesia
mengunggulkan kualitas dalam semua pemberitaan yang dipublikasikan kepada
publik. Dengan memilih cara penyajian yang etis, moralis, dan intelektual. Harian
ini benar-benar mengelola beritanya secara konseptual dan profesional walaupun
orientasinya pada bisnis komersial.
Pada dasarnya dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan
kepada khalayak bukan saja harus benar, jelas, dan akurat, melainkan juga harus
menarik, membangkitkan minat dan selera pembaca.145
Segala pemberitaan yang disajikan kepada khalayak sebisa mungkin
harian Media Indonesia menghindari pola dan penyajian berita yang bersifat
emosional frontal dalam pemberitaan aliran al Qiyadah al Islamiyah tersebut.
Segala sesuatu dilihat menurut pandangan, aturan, norma, etika, dan kebijakan
redaksi.
Harian ini memilih sebagai harian yang penyebaran persnya lebih banyak
berkedudukan di Ibukota Negara. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh Provinsi
145
Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), Cetakan ke-2, h. 5.
atau setidaknya sebagian besar Provinsi yang berada dalam jangkauan sirkulasi
melalui transportasi udara, darat, sungai, dan laut. Seperti kutipan wawancara
sebagai berikut:
“Kalo untuk masalah produksi….kita punya cabang atau bisa disebut biro, karena kita
masih satu perusahaan dengan lampung post, borneo news, dan juga ada yang di Makasar. Jadi dengan adanya biro-biro kita di seluruh wilayah itu memudahkan arus produksi kita untuk sampai ke para pembaca setia Media Indonesia”.146
Dalam setiap pemberitaannya, harian Media Indonesia mencoba bersikap
netral tanpa memihak kepada seseorang ataupun lembaga. Hal ini ditekankan
dalam pemberitaannya seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah selama bulan
Oktober dan November satu tahun silam. Dalam setiap beritanya, harian ini
berusaha untuk menyajikan berita secara objektif.147
Dimana objektifitas
merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar
dalam menjalankan profesi jurnalistiknya.
Pada tiap pemberitaannya, harian ini tidak ingin menunjukkan bahwa
sempat ada keberpihakan kepada salah satu narasumber. Namun, hal ini terjadi
karena memang data-data banyak didapat dari narasumber yang bersangkutan.
Harian Media Indonesia tetap berpegang pada prinsipnya yang tidak ingin
memihak kepada pihak atau kelompok mana pun. Dengan selalu
mempublikasikan berita yang menarik khalayak pembaca dengan memperhatikan
fakta apa yang telah dilihat dan didengar.
Setiap berita yang disuguhkan itu harus dapat dipercaya dan menarik
perhatian pembaca, tidak menggangu perasaan dan pendapat mereka..Surat kabar
146
Wawancara pribadi dengan redaktur Harian Media Indonesia, Hapsoro Poetro, Senin 2
Juni 2007. 147 Ibid.
yang baik harus dapat menyajikan hal-hal yang sesuai fakta apa adanya, sehingga
kebenaran isi berita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya.148
Dari kelima berita yang peneliti analisis, peneliti mendapatkan hasil bahwa
harian Media Indonesia berusaha bersikap netral dalam setiap pemberitaan seputar
aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah. Meskipun terdapat dua berita yang dituliskan
oleh harian Media Indonesia cenderung salah satu narasumber mendapat porsi
yang yang lebih banyak bila dibandingkan dengan narasumber yang lainnya,
namun kutipan yang diambil tidak terlihat secara eksplisit diberitakan oleh harian
Media Indonesia.
Harian Media Indonesia sepertinya menyadari bahwa pers yang dibangun
di atas pilar profesionalisme selalu mendapat tempat di masyarakat, melahirkan
kebanggan, kecintaan, dan kehormatan bagi siapa pun para pelaku yang terlibat di
dalamnya.
Sehingga, sebisa mungkin harian Media Indonesia menjauhi keberpihakan
kepada siapa pun dalam setiap pemberitaannya dan berusaha meningkatkan ke-
profesional-annya sebagai koran harian Nasional.
“Kita tidak ingin menjadi pendukung ataupun kontra atas nama salah satu agama, tetapi lebih kepada peningkatan ke-profesional-an kita sebagai Koran nasional”.149
148
Drs.AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), Cetakan ke-2, h. 38. 149
Wawancara pribadi dengan redaktur Harian Media Indonesia, Hapsoro Poetro, Senin 2
Juni 2007.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang
sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha.
Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial
(dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat,
menyajikan hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Dengan menggunakan analisis framing, maka dapat diketahui seperti apa
pembingkaian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pers kepada khalayak
dalam bentuk teks berita.
Berdasarkan analisis framing yang dilakukan terhadap harian Media
Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari kelima berita terdapat beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut:
• Berita Pertama, Jenis lead yang dipakai termasuk ke dalam jenis
statement lead (teras berita pernyataan). Selain itu, bila diamati
berdasarkan 5W+1H. Lead ini termasuk ke dalam lead jenis where (teras
berita di mana) yang menjelaskan letak kejadian ‘sweeping’ tersebut.
Dalam pemberitaan tanggal 28 Oktober 2007 ini, Media Indonesia (MI)
menggunakan bentuk kalimat induksi dan kalimat aktif.
• Berita Kedua, Jenis lead yang digunakan dalam pemberitaan tanggal 31
Oktober 2007 ini termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita
pernyataan). Selain itu, bila diamati berdasarkan 5W+1H. Lead ini
termasuk jenis lead who (teras berita siapa). Siapa yang ada dalam petikan
lead dalam pemberitaan tersebut. Dari sisi bentuk kalimatnya, harian
Media Indonesia memakai bentuk kalimat deduksi Dan Jenis kalimat yang
digunakan adalah kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-)
dan (di-) yang cukup berimbang.
• Berita Ketiga, Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead
(teras berita pernyataan). Jenis lead berdasarkan 5W+1H nya adalah lead
when (teras berita kapan). Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat
deduktif, Dalam berita ini 1 November 2007, kalimat yang digunakan
bersifat pasif. Dalam berita yang ketiga ini, harian Media Indonesia
memasukan sebuah foto tampak muka dari Kapolda Metro Jaya, Adang
Firman. Dan ini adalah satu-satunya foto yang dipublikasikan oleh harian
Media Indonesia selama pemberitaannya seputar aliran al Qiyadah al
Islamiyah.
• Berita Keempat, Lead yang digunakan oleh harian ini masih tetap
konsisten pada lead jenis pernyataan dan juga jenis lead when (teras berita
kapan). Tanggal 7 November 2007 harian Media Indonesia menggunakan
bentuk kalimat deduktif dan jenis kalimat aktif dan pasif. Dengan
pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang dalam tiap
kalimat dan paragrafnya.
• Berita Kelima, Lead yang digunakan dalam pemberitaan tanggal 10
November 2007 ini adalah masih jenis teras berita pernyataan (Statement
lead). Lead tersebut juga termasuk ke dalam jenis lead where (teras berita
di mana). Harian ini juga menggunakan kalimat Deduktif dan kalimat aktif
dalam penulisannya kali ini.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penulisan isu aliran al
Qiyadah al Islamiyah, harian Media Indonesia selalu menggunakan lead model
pernyataan, dan bila dilihat dari 5W+1H yang dipakai antara lead when dan
where. Juga bila dilihat dari bentuk penyajian kalimat, MI lebih sering
menggunakan jenis kalimat deduktif, dimana pokok permasalahan di tulis lebih
awal. Dan juga bersifat aktif dalam penulisannya.
2. Dalam setiap pemberitaannya, harian Media Indonesia mencoba bersikap
netral tanpa memihak kepada seseorang ataupun lembaga. Hal ini
ditekankan dalam tiap pemberitaannya seputar aliran al Qiyadah al
Islamiyah selama bulan Oktober dan November satu tahun silam. Dalam
setiap beritanya, Harian ini berusaha untuk menyajikan berita secara
objektif. Dimana objektifitas merupakan nilai etika dan moral yang harus
dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya.
Diantaranya adalah:
• Berita Pertama, Pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari
pendapat lainnya. Di sini harian Media Indonesia bersikap netral pada
pemberitaannya tanggal 28 Oktober 2007.
• Berita Kedua, Pada pemberitaannya tanggal 31 Oktober 2007 ini, harian
Media Indonesia masih terlihat mencoba netral, namun terdapat penulisan
pendapat dari ketua Presidium ICMI ditempatkan pada porsi yang lebih
besar. Wartawan memberikan tekanan yang didahulukan pada narasumber
ICMI.
• Berita Ketiga, Harian Media Indonesia menempatkan pendapat satu tidak
ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Pada tanggal 1 November
2007 ini, harian Media Indonesia bersikap netral kepada kedua narasumber
karena porsi pemberitaan seimbang.
• Berita Keempat, Tidak ada pendapat yang diutamakan dalam pemberitaan
tanggal 7 November 2007 ini. Harian Media Indonesia berusaha
menunjukkan sikap netralnya dalam pemberitaannya kali ini. Dengan
hanya menyajikan informasi dari fakta yang ada tanpa memihak kepada
salah satu narasumber.
• Berita Kelima, Harian Media Indonesia menempatkan porsi yang lebih
banyak kepada Polda Metro Jatim. Harian Media Indonesia terlihat seperti
ingin tetap bersikap netral, namun dalam pemberitaannya tanggal 10
November 2007, dalam pemberitaannya terlihat porsi Polda Jatim lebih
besar dalam pengambilan kutipannya.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kecenderungan keberpihakan
harian Media Indonesia terjadi jika pernyataan atau informasi yang didapat
wartawan dari satu narasumber melimpah.
B. Saran
Melihat dari hasil analisis framing pada pemberitaan aliran al Qiyadah al
Islamiyah di harian Media Indonesia di atas, maka penulis menyarankan:
1. Media massa memiliki ciri khas, yakni berkemampuan memikat perhatian
khalayak secara serempak dan serentak. Karena itu, dalam menyusun
strategi komunikasi sifat media yang akan digunakan harus benar-benar
mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan kalayak yang
akan dituju. Sebab media massa dapat didokumentasikan, diulang kaji,
dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, dan dijadikan bukti otentik
yang bernilai tinggi.
2. Kepada harian Media Indonesia agar senantiasa menyajikan berita yang
bersifat objektif dalam setiap pemberitaannya. Tingkatkan terus semangat
kejurnalistikan dan ke-profesionalitas-annya dalam mencari berita yang
menarik untuk khalayak pembaca setianya.
3. Kepada para dosen Komunikasi, khususnya dosen-dosen yang ada di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, agar semakin meningkatkan dan memperdalam
kajian komunikasi untuk para mahasiswanya.
4. Bagi mahasiswa yang menyukai dunia jurnalistik, khususnya media cetak,
diharapkan mengangkat karya-karya jurnalistik yang baik untuk menjadi
sebuah acuan dan motivasi, begitu juga untuk para pekerja pers yang telah
menekuni profesi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi. 1995. Jakarta: Akademika Pressindo. Edisi Baru. Cetakan Ke-1.
Badudu, JS. Inilah Bahasa IndonesiaYang Benar II. 1986. Jakarta: PT Gramedia.
Birowo, M. Antonius Metode Penelitian Komunikasi. 2004. Yogyakarta:
Gitanyali
Bland, Michael, Alison Theaker, David Wragg. Seri Praktik PR Hubungan Media
Yang Efektif. 2001. Jakarta: Penerbit Erlangga. Edisi Kedua.
Bungin, Burhan. Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. 2007. Jakarta: Kencana. Cet. Ke2.
Darmanto. Membongkar Ideologi Di Balik Penulisan Berita Dengan Analisa
Framing. 2004. makalah. Universitas Brawijaya
Effendi, Onong Uchjana, M.A. Prof Dinamika Komunikasi. 1986. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
______, Ilmu, Teori, dan Filsafat komunikasi. 2003. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti. Cet, ke-3.
Eriyanto. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar
Dr. Deddy Mulyana, M.A. 2005. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara.
Farihah, Ipah. Panduan Penelitian UIN Syahid JKT. 2006. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.
Hamad, Ibnu dan Agus Sudibyo, M. Qodari. Kabar-kabar Kebencian Prasangka
di Media Massa. 2001. Jakarta: ISAI.
Ishwara, Luwi. Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar.
2006. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Junaidi. Analisis Framing Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata. 2007.
Penelitian. Univ. Islam Jakarta.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan
Praktik. Pengantar: Prof. Dr. M. Budyatna, M.A. 2006. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE- UII. 1995.
Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Terjemahan Agus
Dharma, dkk. 1996. Jakarta: Erlangga.
Muhtadi, Asep Saeful M. A, Drs. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik. 1999.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Cetkan Ke-2.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. 2005. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Poespoprodjo. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika Dan Ilmu. 1999.
Bandung: Pustaka Grafika.
Rachmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. 2004. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Edisi Revisi.
Rivers, William L, Bryce Mcintyre, Alison Work. Editorial. Penyunting: Dedy
Djamaluddin Malik. 1994. Bandung Remaja Rosdakarya. Cetakan Pertama.
Romli, Asep Syamsul M. S.IP. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. 2005. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Salam, Prof. Dr. H. Syamsir MS dan Jaenal Arifin, M.Ag. Metodologi Penelitian
Sosial. 2006. Jakarta: UIN Press.
Sobur, Alex M. Si, Drs. Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing). 2006. Bandung: PT.
Renaja Rosdakarya. Cet, Ke-4.
Soejono Soekamto. Sosiologi Pengantar. 1987. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Sudarsana, Gunawan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. 2007. Yogyakarta: Indonesia Tera. (lihat kamus besar bahasa Indonesia (2002).
Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta. LKiS. 2001.
Sumadiria, AS Haris M.Si, Drs. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan
Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. 2006. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-2.
______, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2006.
Sutrisno Hadi. Metodologi Research. (Yogyakarta; Andi Offset. 1983).
Strentz, Herbert. Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas
dan Menyesatkan Berita. 1993. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tebbel, John. Karier Jurnalistik. Penyadur: Dean Praty Rahayuningsih. 2003.
Semarang: Dahara Prize.
Referensi lain:
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988. Depdikbud
http://Ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html.
Http://oliviadwiayu.wordpress.com/2007/01/11/teori-agenda-setting.
www.mediaindonesia.com.
Dokumen company profile Media Indonesia. Profil Struktur Redaksional
Wawancara dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Profil Perusahaan Media Indonesia pada www.mediaIndonesia.com.