analisis filogenetik bufo melanostictus schneider 1799
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
1/16
ANALISIS FILOGENETIKBufo melanostictus, Schneider, 1799 DANBufo
asper, Gravenhorst, 1829 (BUFONIDAE) SUMATERA BARAT DAN
KAWASAN ASIA DENGAN GEN 16S rRNA DAN SITOKROM b
Tesis oleh: Lusiana Tjandra
(Dibawah Bimbingan Dr. Djong Hon Tjong M.Si dan Dr. Syaifullah)
ABSTRAK
Penelitian mengenai Analisis FilogenetikBufo melanostictus, Schneider, 1799 dan
Bufo asper, Gravenhorst, 1829 (Bufonidae) Sumatera Barat dan Kawasan Asia
dengan gen 16S rRNA dan sitokrom b telah dilaksanakan pada bulan Desember
2010 sampai dengan September 2011 di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas
Pertanian dan Laboratorium Genetika dan Sitologi, Jurusan Biologi, FMIPA,
UNAND, Padang. Metoda deskriptif digunakan dengan mengamati DNA amplifikasi
dengan menggunakan mesin PCR Perkin Elmer dengan menggunakan primer F51
dan R51 untuk amplifikasi dan sekuensing pada gen 16S rRNA, dan Fow 1-1 dan
Rev-1 untuk amplifikasi dan sekuensing pada gen sitokrom b yang di modifikasi
dengan tujuan untuk menganalisis hubungan filogenetikB. melanostictus dan B.
asper yang terdapat pada beberapa lokasi di Sumatera Barat dan kawasan Asia
berdasarkan analisis gen 16S rRNA dan sitokrom b. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hubungan filogenetikB. melanostictus dan B. asper Sumatera Barat dan
kawasan Asia berdasarkan gen 16S rRNA dan sitokrom b adalah terbentuk duaklaster pada gen 16S rRNA yang terdiri dari 458 pasang basa (bp), pada B.
melanostictus bersifat parafiletik dengan terbentuk dua subklaster dan monofiletk
padaB. asper, sedangkanB. melanostictus danB. asperberdasarkan gen sitokrom b
bersifat monofiletik dengan dua klaster dengan 382 pasang basa (bp).
ABSTRACT
The reseach about The Phylogenetic Analysis ofBufo melanostictus, Schneider,
1799 and Bufo asper, Gravenhorst, 1829 (Bufonidae) in West Sumatera and Asia
Region with 16S rRNA and cytochrome b gene has been done at Desember 2010 toSeptember 2011 in Biothechnology Laboratory, Agriculture Faculty and Genetic and
Cytology Laboratory, Biology Department, Faculty Mathematic and Natural of
Sciences, Andalas University, Padang. The descriptive method was used on
amplification PCR by PCR Perkin Elmer machine with F51 primer and R51 primer
to amplification and sequencing 16S rRNA gene and Fow 1-1 and Rev-1 primer to
amplification and sequencing cytochrome b gene with modification to get the
purpose of phylogenetic relationship ofBufo melanostictus and Bufo asper in few
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
2/16
2
location in West Sumatera and Asia Region with 16S rRNA and cytochrome b gene.
The results showed that the phylogenetic analysis ofBufo melanostictus and Bufo
asperin West Sumatera and Asia Region with 16S rRNA and cytochrome b gene are
maked two cluster by 16S rRNA gene with 458 bp, assumption toBufo melanostictusis paraphiletic with two subcluster and monophiletic to Bufo asper, while in
cytochrome b geneB. melanostictus andB. asperis monophiletic with two cluster by
382 bp.
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara megabiodiversitas kedua didunia setelah Brazil
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya spesies yang ditemukan pada berbagai wilayah dengan karakter yang
khas. Salah satunya adalah filum Chordata, kelas Amphibi, ordo Anura dan famili
Bufonidae.
Anura sebagai indikator biologi di alam memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap perubahan yang terjadi pada habitatnya. Penurunan populasi Anura di alam
mengakibatkan keseimbangan rantai makanan dalam ekosistem terganggu
(Nurcahyani, Kanedi dan Kurniawan, 2009). Keberadaan amphibi sangat dipengaruhi
kondisi iklim, tanah, topografi dan vegetasi, baik dalam areal yang sempit ataupun
luas, dimana semua akan saling berhubungan dan membentuk komunitas biotik.
Salah satu ordo Anura yang umum ditemukan dari famili Bufonidae. Penyebaran dari
famili Bufonidae dengan spesies B. melanostictus dimulai dari India, Indocina
sampai ke Indonesia, sedangkan penyebaran B. asperdimulai dari Indocina sampai
ke Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera Barat kedua spesies tersebut ditemukan
dari 384 1500 mdpl dan belum diketahui lebih jelas mengenai filogenetik
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
3/16
3
khususnya sungai barat dan timur serta Bukit Barisan seperti yang ada di pulau
Sumatera (Alikodra, 1979; Iskandar, 1998; Mistar dan Iskandar, 2003).
Sumatera Barat sebagai bagian dari pulau Sumatera memiliki geografi yang
bervariasi. Pegunungan Bukit Barisan menyebabkan terpisahnya antara sungai barat
dan timur serta perbukitan yang dapat memunculkan spesiasi pada organisme yang
ada di Sumatera Barat. Asia sebagai benua terbesar dengan keanekaragaman hayati
tertinggi didunia. Akibat peristiwa alam, kawasan di Asia mengalami pemisahan
daratan. Indonesia merupakan bagian dari daratan Asia yang telah mengalami
pemisahan tersebut dan berpengaruh terhadap biogeografi yang mengakibatkan
terjadi perubahan karakter morfologi, anatomi dan filogenetik dari suatu populasi.
Kondisi tersebut menimbulkan terjadinya isolasi baik isolasi adaptasi, isolasi
geografi, isolasi reproduksi dan inbreeding pada suatu spesies (Mahardono, 1980;
Tjong, 2003; Inger dan Voris, 2001).
Analisis molekuler mampu untuk mengetahui filogenetik suatu spesies.
Penggunaan metode molekuler sekuen DNA dalam studi filogenetik berdasarkan
perubahan basa nukleotida dapat memperkirakan kecepatan evolusi untuk
mengetahui filogenetik antara satu kelompok organisme dengan organisme lain
(Wallace, 1981; Hartl and Clark, 1997; Wien, 2000; Frankham, Ballou and Briscoe,
2002). Metode molekuler yang sering digunakan dalam studi filogenetik mengenai
populasi antara genus dan spesies adalah gen-gen yang terdapat di mitokondria
seperti sitokrom dan 16S rRNA. Gen sitokrom adalah DNA mitokondria yang
memiliki tingkat variasi dan mutasi yang tinggi dalam studi filogenetik (Wiley, 1998;
Jamsari, 2007; Bretagnolle, Attie and Pasquet, 1998; Tjong, 2003).
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
4/16
4
Asia sebagai benua terbesar didunia memiliki variasi geografis dan
biodiversitas yang sangat tinggi. Penyebaran fauna dan flora di Asia meliputi pulau-
pulau terdekat dan terjauh dari kawasan ini. Pergerakan lempeng bumi (tektonik) dan
bencana alam menyebabkan beberapa kawasan Asia terpisah sehingga fauna dan
flora yang ada di kawasan ini juga ikut terpisah. Pada kawasan-kawasan tertentu di
Asia terdapat kesamaan fauna dan flora. Namun perubahan lingkungan dan
penghalang fisik atau barrier mempengaruhi karakter morfologi dan genetik setiap
spesies sehingga terjadi diferensiasi karakter. Persebaran amphibi di Asia Tenggara
dipengaruhi tingginya permukaan laut. Berdasarkan sejarah geologi terbentuknya
Asia Tenggara pada awal zaman tersier Eosen (50 juta tahun yang lalu). Indocina,
Burma, Semenanjung Malaysia, Jawa, Sumatera, dan Kalimantan merupakan satu
kontinental dari awal Eosen sampai akhir Oligosen (25 juta tahun lalu). Pulau
Sumatera dibagi menjadi dua yaitu sisi barat dan sisi timur oleh pegunungan Bukit
Barisan yang membujur dari utara sampai selatan pulau Sumatera yang diperkirakan
terbentuk lebih dari 50 juta tahun yang lalu hingga 250 juta tahun yang lalu (Miosen)
sehingga tercipta barrier yang dapat menghambat gen flow maka akan terjadi
pemisahan populasi (Voris, 2000; Wang, Ysai, Tu dan Lee, 2000; Hall, 2001).
Biogeografi Sumatera dan Asia yang sangat bervariasi ini diduga telah terjadi
perubahan hubungan filogenetikBufo melanostictus danB. asperSumatera Barat dan
kawasan Asia sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan filogenetikB.
melanostictus dan B. asperSumatera Barat dan kawasan Asia berdasarkan analisis
gen 16S rRNA dan sitokrom b yang bertujuan untuk menganalisis hubungan
filogenetikB. melanostictus dan B. asper yang terdapat di Sumatera Barat dan
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
5/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
6/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
7/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
8/16
8
Analisis FilogenetikB. melanostictus danB. asper berdasarkan Gen 16S rRNA
Hasil analisis filogenetik dengan menggunakan gen 16S rRNA (Gambar 1.)
terdiri dari 458 pasang basa (bp) padaB. melanostictus danB. asperyang terdapat di
Sumatera Barat yang dibandingkan dengan kawasan Asia memiliki kandungan rata-
rata G adalah 22%, kandungan A adalah 25%, sedangkan kandungan C adalah 19%
dan T adalah 32%. Berdasarkan 458 pasang basa (bp) tersebut B. melanostictus dan
B. asper, diperoleh alignment site 31, variabel polimorfik site 105 dengan single site
63 dan parsimony site 42 dan invariabel monomorfik site 322 serta diversity
haplotipe 0.97 dengan nomor distribusi haplotipe 12.
Berdasarkan analisis molekular, B. melanostictus dan B. asper terpisah
menjadi dua klaster. Klaster pertama dengan nilai bootsraps 92, 96, 100 (Maksimum
likehood (ML)/Maksimum parsimony (MP)/Neighborjoining (NJ) pada B.
melanostictus yang berasal dari India, Vietnam, Cina, Malaysia dan Pulau Siberut.B.
melanostictus dari Pulau Siberut masuk lewat aktivitas manusia (invasive spesies) ke
Pulau Siberut. Pada klaster pertama terbagi atas subklaster 1B. melanostictus yang
berasal dari India, sedangkan subklaster 2 berasal dari Vietnam, Malaysia, Cina dan
Pulau Siberut. Klaster kedua dengan nilai bootsraps (ML, MP dan NJ) 100,100,100
pada B. asper yang berasal dari Malampah, Rimbo Panti dan Pulau Tanak Masa.
Pada klaster kedua dibagi atas subklaster 1B. asperyang berasal dari Malampah dan
Rimbo Panti, sedangkan subklaster 2 dari Pulau Tanak Masa. Mayr (1970)
menyatakan bahwa suatu populasi yang memiliki tingkat kedekekatan hubungan
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
9/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
10/16
10
menduga bahwa jenis ini adalah jenis amphibi pendatang (invasive species). Spesies
pendatang (invasive species) atau yang dikenal sebagai non-native,
nonindigenous, exotic, alien adalah spesies yang mempunyai tingkat
pergerakan atau migrasi yang tinggi dibandingkan dengan spesies lain. Invasive
species dapat menempati segala jenis habitat, memiliki kemampuan dalam
beradaptasi, mampu mempengaruhi spesies asli (native species), mampu mengurangi
jumlah spesies asli dan mencari daerah baru apabila telah terjadi perubahan pada
daerah yang dulu ditempati. Invasive species harus dapat ditekan perkembangannya
atau dikontrol karena dapat mengganggu keberadaan spesies asli (native species)
sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah spesies asli (National Invasive
Species Council, 2000).
Analisis FilogenetikB. melanostictus danB. asper berdasarkan Gen Sitokrom b
Analisis filogenetik (Gambar 2.) B. melanostictus dan B. asper Sumatera
Barat dan kawasan Asia berdasarkan gen sitokrom b terbagi atas dua klaster dengan
7 sampel. Pada klaster pertama nilai bootsraps (ML, MP dan NJ) 100, 100, 100 pada
B. asperyang berasal dari Rimbo Panti dan Malampah. Klaster kedua dengan nilai
bootsraps 100, 100, 100 (ML, MP dan NJ) pada B. melanostictus yang berasal dari
Merapi, Pulau Siberut dan India. Pengamatan gen sitokrom b padaB. melanostictus
dan B. asper Sumatera Barat dan kawasan Asia memiliki kandungan rata-rata G
adalah 13%, kandungan A adalah 25%, sedangkan kandungan C adalah 33% dan T
adalah 28% yang terdiri dari 382 pasang basa (bp) dengan variabel polimorfik site
119 dengan single site 50 dan parsimony site 69 dan invariabel monomorfik site 263
serta diversity haplotipe 0.95 dengan nomor distribusi haplotipe 6.
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
11/16
11
B. melanostictus dari Merapi, Pulau Siberut dan India 6 berada pada klaster
yang sama. B. melanostictus dari Pulau Siberut kemungkinan diintroduksi dari
Sumatera Barat terbawa melalui jalur transportasi sebagai bentuk aktivitas manusia.
Sumatera merupakan daerah distribusi dari B. melanostictus dari Pulau Siberut
kemungkinan berkerabat dekat dengan B. melanostictus dari India atau berasal dari
nenek moyang yang sama (monofiletik), sedangkanB. asperdari daerah Rimbo Panti
dan Malampah memiliki filogenetik yang sangat dekat karena kondisi geografis dari
kedua daerah ini memiliki kesamaan dan belum dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Persentase jarak genetik (sekuen divergen) terendah adalah 0.2% pada lokasi
Merapi dan Siberut yang dibandingkan dengan B. melanostictus India. B.
melanostictus yang berada pada daerah Merapi dan Pulau Siberut berada pada gugus
yang sama (bagian barat) dan India terpisah karena terdapat barrier berupa lautan.
Pada B. aspermemiliki persentase jarak genetik (sekuen divergen) terendah adalah
20% dan persentase jarak genetik tertinggi adalah 21%. Vences, Kosuch, Glaw,
Bohme, dan Veith, 2003) menyatakan persentase sekuen divergen dengan nilai 3.0%
berdasarkan gen sitokrom b akan mengubah status spesies tersebut, sedangkan nilai
11.0% pada persentase sekuen divergen berdasarkan gen sitokrom b diindikasikan
sebagai spesies baru.
Penyebaran B. melanostictus dan B. asper sangat cepat, ini terlihat dari
kemampuan jenis ini dalam beradaptasi dilingkungan aktivitas manusia. Kedua jenis
Bufo ini dapat menyebabkan spesies lain yang menempati daerah tersebut menjadi
kurang berkembang akibat kompetisi, simbiosis dan predator sehingga jenis ini
tergolong spesies pendatang (invasive species). Mooney dan Cleland (2001)
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
12/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
13/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
14/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
15/16
-
7/23/2019 ANALISIS FILOGENETIK Bufo Melanostictus Schneider 1799
16/16