analisis faktor faktor yang mempengaruhi...

95
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA MIKRO NASABAH PEMBIAYAAN BMT (Studi Pada BMT At Taqwa Kemanggisan Periode 2017) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh : INDRA FAUZI NIM. 1111046100038 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: tranngoc

Post on 24-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENDAPATAN USAHA MIKRO NASABAH PEMBIAYAAN BMT

(Studi Pada BMT At Taqwa Kemanggisan Periode 2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh :

INDRA FAUZI

NIM. 1111046100038

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

ii

iii

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Indra Fauzi

NIM : 1111046100038

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Konsentrasi : Perbankan Syariah

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka saya

siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Jakarta, 25 Maret 2018

Indra Fauzi

v

ABSTRAK

Indra Fauzi, 1111046100038. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Pendapatan Usaha Mikro Nasabah Pembiayaan BMT (Studi pada BMT

At Taqwa Kemanggisan periode 2017). Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,

1439H/2018M

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro yaitu besar pembiayaan, lama

menjadi anggota, frekuensi pembiayaan, modal awal, lama usaha, jam kerja, dan

tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan usaha mikro pada nasabah

pembiayaan usaha BMT At Taqwa Kemanggisan. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Regresi Berganda. Kuesioner didistribusikan kepada 60

nasabah BMT At Taqwa Kemanggisan yang melakukan pembiayaan modal usaha.

Berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan dengan menggunakan metode regresi berganda,

diketahui bahwa besar pembiayaan (X1), lama menjadi anggota (X2), frekuensi

pembiayaan (X3), modal awal (X4), lama usaha (X5), jam kerja (X6), dan tingkat

pendidikan (X7) secara serentak mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro.

Besaran Pengaruhnya yaitu besar pembiayaan sebesar 0.092, lama menjadi

anggota BMT sebesar 0.638, frekuensi pembiayaan sebesar 0.149, modal awal

sebesar 0.146, lama usaha sebesar 0.091, jam kerja sebesar 0.317, dan tingkat

pendidikan sebesar 0.137, yang semuanya memiliki pengaruh positf terhadap

tingkat pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa

Kemanggisan.

Kata kunci : Tingkat Pendapatan Usaha, Pembiayaan, BMT

Pembimbing : Dr. Syahrul Adam. M.Ag

Daftar pustaka : Tahun 2002 sampai dengan tahun 2013

vi

Abstract

Indra Fauzi, 1111046100038. Analysis of Factors Influencing Micro

Enterprise Income Rate of Financing Customer BMT (Study of BMT At Taqwa

Kemanggisan period 2017). Concentration of Sharia Banking, Faculty of

Economy and Bussines, State Islamic University of Syarif Hidayatullah, Jakarta,

1439H / 2018M

This study aims to analyze the factors that influence the level of income

of the micro business, namely the amount of financing, the length of membership,

the frequency of financing, start-up capital, the length of business, hours of work,

and the level of education to the level of micro business income on the business

financing customer BMT At Taqwa Kemanggisan. This research was conducted

by using Multiple Regression method. Questionnaires were distributed to 60 BMT

At Taqwa Kemanggisan customers who conducted business capital financing.

Based on the analysis of factors affecting the income level of micro

business of financing customers by using multiple regression method, it is known

that big financing (X1), long member (X2), financing frequency (X3), start-up

capital (X4), long business (X5 ), working hours (X6), and education level (X7)

simultaneously affect the level of micro business income. The magnitude of the

effect is the amount of financing of 0.092, the long becoming BMT member of

0.638, the frequency of financing of 0.149, the initial capital of 0.146, the business

duration of 0.091, the working hours of 0.317, and the education level of 0.137,

all of which have a positive effect on the level of business income micro financing

customer BMT At Taqwa Kemanggisan.

Keywords : Business Revenue Rate, Financing, BMT

Advisor : Dr. Syahrul Adam. M. Ag

References : Year 2002 to 2013

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji syukur atas limpahan karunia allah SWT yang telah

mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. Sholawat serta salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW

beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu istiqamah dalam menegakkan

agama islam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar S1

(Strata- Satu), yang di pandang sebagai salah satu proses untuk mengetahui

kemampuan mahasiswa dan mahasiswinya. Pada penulisan skripsi ini membuat

penulis berfikir secara ilmiah untuk dapat menyampaikan apa yang penulis bahas

dalam penelitian ini.

Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang penulis rasakan namun

dengan dukungan dan motivasi dari para pihak yang membuat penulis

merasatidak terbebani dalam menulis skripsi ini. Penulis juga ingin

menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para

pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak AM. Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan

Bapak Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat

fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi

Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

5. Bapak Dr. Syahrul Adam, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan waktu luangnya untuk memberikan banyak arahan kepada

penulis.

viii

6. Manager dan staf BMT At Taqwa Kemanggisan yang telah memberikan

izin untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.

7. Segenap dosen Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis,

semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat

8. Ibu dan bapak, Ibu Mahfuzoh dan Bapak Sulaiman yang selalu mendoakan

dan memberikan motivasi kepada anaknya, dan doa yang tiada hentinya

untuk anaknya agar menjadi orang sukses.

9. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan moril

dan materil sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

10. Kepada seluruh responden, yang mau meluangkan waktunya untuk

mengisi kuesioner, semoga bantuan dan doanya dijadikan amal kebaikan

.

Jakarta, 25 Maret 2018

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

ABSTRACT ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah .................................. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ................................................................. 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 8

A. Faktor-faktor Pengaruh Pendapatan Usaha ................................. 8

1. Pengertian Pendapatan .......................................................... 8

2. Jenis-jenis Pendapatan .......................................................... 10

3. Faktor-faktor Pengaruh Pendapatan ...................................... 12

B. Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah ................................... 15

1. Pengertian Pembiayaan ......................................................... 15

2. Produk Pembiayaan ............................................................... 17

a. Pembiayaan Mudharabah ............................................... 17

b. Pembiayaan Musyarakah ................................................ 18

C. Baitul Mal wa Tamwil ................................................................ 20

1. Pengertian BMT .................................................................... 20

2. Sejarah BMT ......................................................................... 22

3. Produk Penghimpun Dana BMT ........................................... 23

x

4. Produk pembiayaan BMT ..................................................... 25

D. Usaha Miro Kecil Menengah (UMKM) ...................................... 27

1. Pengertian UMKM ................................................................ 27

2. Kategori UMKM ................................................................... 28

3. Ciri-ciri UMKM .................................................................... 29

4. Peran UMKM ........................................................................ 30

E. Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan ............................... 30

F. Kajian Terdahulu ......................................................................... 31

G. Kerangka Pemikiran .................................................................... 34

BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 36

B. Jenis Penelitian ............................................................................ 36

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 37

D. Populasi dan Sampel ................................................................... 39

E. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 40

F. Metode Analisis Data .................................................................. 41

1. Uji Normalitas ....................................................................... 41

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 42

3. Regresi Linier Berganda ....................................................... 43

4. Uji Hipotesis ......................................................................... 44

5. Uji Determinasi ..................................................................... 44

G. Hipotesis ...................................................................................... 45

H. Teknik Penulisan ......................................................................... 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................... 47

A. Gambaran Umum BMT At Taqwa .............................................. 47

B. Profil Responden ......................................................................... 48

1. Jenis Kelamin ........................................................................ 48

2. Usia ....................................................................................... 49

3. Jenis Usaha ............................................................................ 49

4. Jenis Pembiayaan .................................................................. 50

5. Besaran Pembiayaan ............................................................. 50

xi

C. Analisis Perkembangan Pembiayaan .......................................... 51

D. Analisis Perkembangan Pendapatan ........................................... 51

E. Analisis Data ............................................................................... 52

1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 52

a. Uji Normalitas ................................................................. 52

b. Uji Multikolinearitas ....................................................... 54

c. Uji Heteroskedesitas........................................................ 55

2. Uji Regresi Linear Berganda ................................................. 55

3. Uji Hipotesis ......................................................................... 58

a. Uji Koefesien Determinasi .............................................. 58

b. Uji f ................................................................................. 59

c. Uji t ................................................................................. 60

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 62

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 68

A. Kesimpulan ................................................................................. 68

B. Saran ............................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 71

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah UMKM ................................................................................ 1

Tabel 1.2 Data Tenaga Kerja UMKM....................................................................... 2

Tabel 2.1 Pengelompokan UMKM ........................................................................... 29

Table 4.1 Besar Pembiayaan BMT At Taqwa 2015-2017......................................... 51

Table 4.2 Besar Pendapatan BMT At Taqwa 2015-2017 .......................................... 52

Table 4.3 Uji Multikolenieritas ................................................................................. 54

Table 4.4 Hasil Koefesien Regresi ............................................................................ 56

Table 4.5 Hasil Koefesien Determinasi .................................................................... 58

Table 4.6 Uji t ........................................................................................................... 59

Table 4.7 Uji t ........................................................................................................... 60

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 35

Gambar 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 48

Gambar 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ...................................................... 49

Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Usaha .......................................... 49

Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Jenis Pembiayaan ................................ 50

Gambar 4.5 Profil Responden Berdasarkan Besar Pembiayaan ............................... 50

Gambar 4.6 Grafik P-Plot ......................................................................................... 53

Gambar 4.7 Grafik Histogram .................................................................................. 53

Gambar 4.8 Scatterplot ............................................................................................. 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini menjadi pusat

perhatian dari pemerintah dan masyarakat umum sebagai sarana untuk

menciptakan lapangan kerja, mendorong kemajuan perekonomian dan

menciptakan sektor swasta sehingga pengembangan dari UMKM berperan

penting dalam pembangunan ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan dengan

data berikut ini:

Tabel 1.1

Data UMKM tahun 2012-2013

Indikator Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan

Jumlah Jumlah (%)

Total UMKM 56.534.592 57.895.721 2.41

Total usaha Mikro 55.856.176 57.189.393 2.39

Total usaha kecil 629.418 654.222 3.94

Total usaha menengah 48.997 52.106 6.35

Total usaha besar 4.968 5.066 1.97

Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Pada data tersebut dapat dilihat dari presentasi perkembangannya

UMKM dari tahun 2012 ke 2013 berkembang sebesar 2,41% dengan

peningkatan mencapai 1.361.129 unit usaha. Presentasi ini lebih besar dari

usaha besar yang berkembang hanya 1,97% pada tahun yang sama dengan

peningkatan sebanyak 98 unit usaha.1

Hal tersebut menunjukkan jumlah UMKM telah mendominasi usaha-

usaha lainnya. Keberadaan UMKM yang mendominasi ini menjadi bukti

bahwa UMKM berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian

1 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 20 Maret 2018

dari http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-umkm/

2

melalui aktivitasnya. Banyaknya jumlah unit UMKM yang ada

memberikan pengaruh positif dalam hal penyerapan tenaga kerja. Hal ini

dapat dibuktikan dari data berikut:

Table 1.2

Data tenaga kerja UMKM tahun 2012-2013

Indikator Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan

Jumlah Jumlah (%)

Total UMKM 107.657.509 114.144.082 6.03

Total usaha Mikro 99.859.517 104.624.466 4.77

Total usaha kecil 4.535.970 5.570.231 22.80

Total usaha menengah 3.262.023 3.949.385 21.07

Total usaha besar 3.150.645 3.537.162 12.27

Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Dalam perkembangan penyerapan tenaga kerja, dapat dilihat pada data

diatas UMKM mengalami perkembangan sebesar 6,03% dengan

perkembangan mencapai 6.486.573 orang. Presentasi ini mungkin jauh lebih

rendah disbanding usaha besar yang dapat mencapai 12,27% namun lebih

tinggi jika dibandingkan dengan kuantitasnya yang hanya sebesar 386.547

orang.2

Potensi UMKM yang begitu besar untuk dikembangkan lebih lanjut

tidak dapat dilakukan dengan mudah, masih banyak permasalahan dan

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM itu sendiri.

Faktor-faktor lain yang mepengaruhi perkembangan UMKM seperti

besarnya modal awal, besaran dan frekuensi pembiayaan atau kredit yang

diterima, jenis produk, lokasi usaha dan lain-lain. Adapun permasalahan

utama yang dihadapi UMKM saat ini disamping masalah produksi,

pemasaran, jaringan kerja dan teknologi yaitu mengenai masalah akses

modal dan kesempatan mendapat peluang usaha.

2 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 20 Maret 2018

dari http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-umkm/

3

Lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia diantaranya adalah

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling

sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia, yang bergerak di

kalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan

usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi

bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.3

Kehadiran BMT ini merupakan usaha untuk memenuhi keinginan

khususnya sebagian muslim yang menginginkan jasa layanan lembaga

keuangan untuk mengelola perekonomiannya.4 Baitul Maal wat Tamwil

(BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang bersentuhan

langsung dengan masyarakat menengah kebawah diharapkan mampu

mampu mengurangi ketergantungan pengusaha kecil dari lembaga-lembaga

informal yang bunganya relatif tinggi.5

Baitul Maal Wat Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan

(simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah.6

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro

syariah dalam bentuk non-bank dipandang mampu untuk dapat berinteraksi

dengan usaha-usaha kecil yang memberikan kemudahan pembiayaan

sehingga BMT berfungsi sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan

permodalan. Prinsip dalam hal pembiayaan syariah pada BMT dipandang

sesuai dengan karakteristik UMKM. Pola pembiayaan yang ditawarkan

BMT diharapkan mampu untuk menghapuskan ketakutan UMKM dalam

hal tingkat bunga dan resiko lainnya sehingga UMKM dapat

mengembangkan usahanya tanpa kendala.

3 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII

Press, 2002), h. 49. 4 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Solo: ISES Publishing, 2008),

h. 15-16. 5 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, h. 65. 6 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, h. 67.

4

Banyak produk yang disediakan BMT untuk masyarakat, misalnya

kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada sektor pertanian

perindustrian, perdagangan barang dan jasa, koperasi, pedagang kecil dan

masih banyak lainnya. Kredit yang diberikan untuk mengembangkan dan

meningkatkan produktifitas usahanya. Produktifitas perlu ditingkatkan

karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar

tetap tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing di era pasar

bebas yang akan datang.7

Dalam rangka memberdayakan para pedagang kecil agar meningkat,

dapat memperluas pangsa pasar dalam kegiatan produksi dan distribusi

nasional serta memperkuat daya saingnya. Oleh karena itu BMT

direncanakan sebagai gerakan nasional dalam rangka memberdayakan

masyarakat sampai lapisan bawah. Antusias masyarakat akan bank syariah

sangat besar, terbukti dengan adanya 2000 BMT bahkan lebih yang telah

berdiri dan tersebar di seluruh Indonesia8 yang semakin diminati

masyarakat dan semakin banyaknya para pemikir ekonomi islam di

Indonesia yang terus memperjuangkan kemajuan lembaga keuangan

berdasarkan syariat Islam.

Para pengusaha kecil, salah satu bagian dari masyarakat golongan

ekonomi lemah perlu mendapatkan bantuan terutama dalam hal tersedianya

modal yang cukup untuk berusaha. Untuk itu peran BMT maupun koperasi

yang berdasarkan syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk

memberikan kredit tanpa bunga, karena BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)

sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak

menggunakan sistem bunga.9

BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang berfungsi

mendekatkan permodalan dengan sistem pembiayan yang mudah, murah

dan mengarah pada masyarakat, juga membentuk modal masyarakat yang

diarahkan pada usaha peningkatan produksi dan pendapatan usaha mikro

7 Lasmiatun, Perbankan Syariah, (Semarang: LPSDM. RA Kartini, 2010), h. 32-33. 8 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 10. 9 Muhammad Ridwan, Manajemen BMT, (Yogyakarta: UII press, 2004), h. 26.

5

tersebut. Dengan demikian keberadaan BMT diharapkan mempunyai efek

positif dalam perekonomian dan dapat mengurangi ketergantungan

pengusaha kecil dari lembaga-lembaga informal yang bunganya relatif

terlalu tinggi. Pemberian pembiayaan sedapat mungkin dapat memandirikan

pengusaha kecil. Salah satu dari BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) tersebut

adalah BMT At Taqwa Kemanggisan.

Bagi dunia perekonomian masalah keterbatasan modal selalu

dirasakan sebagai salah satu kendala utama yang selalu dikeluhkan. Dengan

adanya keterbatasan modal sendiri diharapkan adanya akses terjangkaunya

kredit dengan jumlah yang relatif terjangkau, syarat yang terjangkau, dan

prosedur yang mudah dan tepat waktu. Sesuai dengan kebutuhannya para

pengusaha kecil seperti pedagang kecil membutuhkan pembiayaan yang

mudah dan cepat serta murah. Sehingga dapat membantu pengusaha kecil

dalam mengembangkan usahanya tersebut.

Dengan melihat keadaan itu peneliti ingin mengkaji lebih dalam

terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro

setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT pada BMT At Taqwa

Kemanggisan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah pada penelitian

ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pembiayaan BMT At Taqwa terhadap

peningkatan pendapatan usaha mikro?

2. Pembiayaan apa yang paling berpengaruh terhadap peningkatan

pendapatan usaha mikro pada BMT At Taqwa?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha

mikro yang mendapatkan pembiayaan BMT At Taqwa?

C. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengambil kasus pembiayaan

modal usaha pada BMT BMT At Taqwa pada daerah periode Januari

6

sampai dengan Desember tahun 2017. Berdasarkan latar belakang,

identifikasi masalah dan batasan penelitian maka rumusan masalah yang

akan diangkat adalah:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha

mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa?

2. Faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang diuraikan maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usaha mikro pada nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh terhadap

tingkat pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi peneliti, pengsaha,

BMT, dan pembaca adalah:

1. Bagi peneliti

Sebagai syarat untuk menyelesaikan progam studi S-1 di

Universitas Islam Negeri Jakarta, juga untuk menambah ilmu

pengetahuan serta pengalaman seperti dalam kasus pembiayaan BMT

khususnya dan lembaga keuangan syariah pada umumnya.

2. Bagi Pengusaha

Untuk memperlancar dan mengembangkan usahanya, mencari

solusi terhadap hambatan yang dihadapi pedagang dalam mengambil

keputusan dalam memperoleh tambahan modal.

3. Bagi BMT

Dapat memberikan informasi pada pihak BMT terkait pengaruhnya

produk pembiayaannya terhadap perkembangan usaha mikro, sehingga

dapat mengambil keputusan dalam pengambilan kebijakan yang lebih

baik kedepannya untuk perkembangan BMT tersebut.

7

4. Bagi Pembaca

Dapat menambah pengetahuan mengenai ekonomi khususnya

terkait lembaga keuangan syariah yaitu koperasi syariah atau Baitul

Maal Wa Tamwil. (BMT).

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub

bab. Adapun pokok-pokok pembahasan yang akan diuraikan dalam tiap –

tiap bab, adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.

2. Bab II Landasan Teori, dalam bab ini diuraikan tentang faktor-faktor

yang mmpengaruhi pendapatan, pembiayaan lembaga keuangan

syariah, Baitul Mal wa Tamwil, Usaha Mikro Kecil Menengah,

pengaruh pembiayaan terhadap pendapatan, kajian terdahulu, kerangka

pemikiran.

3. Bab III Dekripsi Data Penelitian, dalam bab ini akan dibahas mengenai

jenis penelitian, sumber data dan teknik pengambilannya, wilayah

penelitian, subyek populasi dan teknik pengambilan sample, teknik

pengolahan data, pedoman penulisan skripsi.

4. Bab IV Analisis Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang bagaimana

faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan dalam meningkatkan

usaha nasabah, faktor apa saja yang paling signifikan terhadap

pendapatan usaha pada nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

5. Bab V Saran dan Kesimpulan, pada bab ini dikemukakan tentang

kesimpulan yang merupakan hasil penelitian dalam pembahasan pada

bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran – saran untuk penelitian

selanjutnya.

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

PEMBIAYAAN USAHA MIKRO

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha

1. Pengertian pendapatan

Pendapatan adalah aliran penerimaan kas atau harta lain yang

diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang dari produk

yang dihasilkan. Pendapatan belum dapat dinyatakan ada dan diakui

sebelum terjadinya penjualan yang nyata. Dan pendapatan baru akan

diakui setelah produk selesai diproduksi dan penjualan secara nyata

terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang.10

Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam

memanfaatkan factor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan

pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan

pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis

besar earning proses menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif

atau pendapatan dan keuntungan, dan pengaruh negative atau beban

dan kerugian.

Menurut ilmu ekonomi, pendapatan adalah perubahan lebih dari

total harta kekayaan badan usaha pada awal periode, dan menekankan

pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Sedangkan dalam ilmu

akuntansi pendapatan adalah penambahan lain atas aktiva suatu entitas

atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya atau kombinasi keduanya

yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa

atau kegiatan-kegiatan lain yang merupakan operasi inti.11

Pada Pernyataan Standar Akutansi (PSAK) No. 23 sendiri,

pengertian pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi

10 Al Haryono, Dasar-dasar akuntasi edisi 6, (Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2006),

hal. 24 11 Rustam, Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 2. E-Journal Universitas

Sumatera Utara, diakses pada tanggal 2 April 2014.

9

yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila

arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal

dari kontribusi penanam modal.

Ada beberapa karakteristik dari pendapatan yang mementukan atau

membatasi bahwa jumlah rupiah ynag masuk ke perusahaan

merupakan pandapatan yang berasal dari operasi perusahaan.

Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk

dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta

proses penandingan.

a. Sumber pendapatan

Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara

tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan.

Tambahan jumlah rupiah aktiva peruasahaan dapat berasal dari

transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan barang

dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan

anak atau ncabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau

penbemuan, revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk

perusahaan. Dari semua transakasi di atas, hanya transaksi produk

saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan

walaupun laba atua rugi mungkin timbul dalam hubungannya

dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.

b. Produk dan kegiatan utama perusahaan

Produk perusahaan berupa barang ataupun dalam bentuk jasa.

Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam

produk, baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang berlainan

jenis.

c. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan

Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per

satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan

mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendpatan lebih

besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang

10

terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban

dibandingkan. Setelah biaya dibebankan dengan pendapatan maka

tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan neto.12

Suatu usaha bukan hanya tergantung pada modal yang dimiliki

tetapi juga kemampuan yang dimiliki untuk mampu bersaing, jika

modal besar dan kemampuan (SDM) bagus maka hasil produksi akan

tinggi sehingga dapat mempengaruhi pendapatan, dan pendapatan

akan tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, jika modal kecil dan

kemampuan (SDM) juga tidak ada maka produktifitas akan rendah

sehingga pendapatan diperoleh akan rendah. Dan untuk menambah

modal untuk meningkatkan usaha dan pendapatan maka dibutuhkan

suatu pembiayaan.

2. Jenis-Jenis Pendapatan

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan,

yaitu :13

a. Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut

melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam

waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.

b. Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil

produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan

usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga

kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik

sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

c. Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa

mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan

pendapatan sampingan antara lain : 1.) Pendapatan dari hasil

menyewakan aset, 2.) Ternak dan barang lain, 3.) Bunga dari

uang, 4.) Sumbangan, 5.) Pendapatan pensiun, 6.) Dan lain-lain.

12 Al.Haryono Jusuf,. Dasar-Dasar Akuntansi Edisi, (Yogyakarta: STIE YKPN, Cet. 6),

h. 3 13 Suparmoko. Pengantar Ekonomika Mikro. (Yogyakarta: BPFE, 1991), h. 35

11

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan.14

a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut

melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam

waktu satu hari, satu minggu atau satu bulan.

b. Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total dari hasil

produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan

usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga sendiri,

nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak

diperhitungkan.

c. Pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa

mencurahkan tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan

sampingan, antara lain pendapatan dari hasil menyewakan aset

yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain,

pendapatan pensiun, dan lain-lain. Sedangkan macam-macam

pendapatan menurut perolehannya dapat dibagi menjadi dua:

1) Pendapatan kotor adalah hasil penjualan barang dagangan atau

jumlah omzet penjualan yang diperoleh sebelum dikurangi

pengeluaran dan biaya lain.

2) Pendapatan bersih adalah penerimaan hasil penjualan

dikurangi pembelian bahan, biaya transportasi, retribusi, dan

biaya makan atau pendapatan total dimana total dari

penerimaan (revenue) dikurangi total biaya (cost).

Perbedaan pendapatan penduduk berdasarkan penggolonganya

menjadi 4 golongan yaitu:

1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan

rata-rata lebih dari Rp.3.500.000,00 per bulan.

2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata

antara Rp.2.500.000,00 s/d Rp.3.500.000,00 per bulan.

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata

14 Jaya, A. H. M. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki

Lima Di Sekitar Pantai Losari Kota Makassar. Skripsi. Makassar: Jurusan Ilmu Ekonomi Feb

Unhas

12

di bawah antara Rp.1.500.000 s/d Rp.2.500.000,00 per bulan.

4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata

Rp.1.500.000,00 per bulan kebawah.

3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha

Pada usaha perdagangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

peningkatan produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat

pendapatan yang akan diterima oleh pengusaha pada nasabah BMT At

Taqwa. Menurut Kasmir dalam menentukan pendapatan pedagang atau

pengusaha dibutuhkan beberapa faktor diantaranya minat pengusaha,

modal, waktu yang pasti, keuntungan, pengalaman berdagang,

lingkungan, tenaga kerja, dan pendidikan.15 Adapun variabel-variabel

yang mempengaruhi tingkat pendapatan pada penelitian ini adalah :

Pembiayaan, Modal usaha, Tingkat Pendidikan, Lama usaha, Jam

kerja.

a. Pembiayaan

Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia berarti

“perbuatan (hal) dalam membiayai atau membiayakan sesuatu”

dan modal berarti “uang pokok yang dipakai sebagai modal untuk

berniaga” sedangkan kerja berarti “perbuatan melakukan

sesuatu”.16 Pembiayaan modal kerja menurut istilah adalah dana

yang dikeluarkan oleh suatu bank, yang diberikan kepada

mudharib (nasabah).17

b. Modal

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki

oleh perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus

tersedia untuk membiayai operasi perusahaan.18 Modal adalah

15 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006), h. 57 16 W. J. S. Porwadaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987,

Cet. 10. h. 136. 17 Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996, h. 248. 18 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,

Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 40

13

barang konkrit yang ada dalam rumah tangga perusahaan yang

terdapat di neraca debet maupun daya beli atau nilai tukar yang

terdapat diselah kredit.19

c. Tingkat Pendidikan

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pendidikan sebagai proses perkembangan

kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang

berlaku dalam masyarakatnya.20

Tingkat pendidikan yang dimaksud dengan dalam

penelitian ini adalah pendidikan terakhir yang

ditempuh/ditamatkan oleh pedagang, dimana pendidikan yang

dimaksud adalah pendidikan formal. Untuk level tingkat

pendidikannya meliputi; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.

d. Lama Usaha

Lama usaha adalah lamanya seseorang menekuni usaha

yang dijalankan. Lama usaha juga dapat diartikan sebagai lamanya

waktu yang sudah dijalani pedagang dalam menjalankan usaha21.

Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada usaha

19 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi ke 3 cetakan ke 17,

Yogyakarta, Yayasan Penerbit Gadjah Mada, h. 65 20 Djumransjah, H.M, Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing,

2004, h. 15 21 Utami, Setyaningsih Sri Dan Edi Wibowo. (2013). Pengaruh Modal Kerja Terhadap

Pendapatan Dengan Lama Usaha Sebagai Variabel Moderasi (Survei Pada Pedagang Pasar

Klithikan Notoharjo Surakarta). Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 2, Oktober

2013: h. 171-180.

14

perdagangan yang sedang dijalani saat ini.22 Lamanya suatu usaha

dapat menimbulkan pengalaman berusaha, dimana pengalaman

dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah

laku23

Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang

menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang

tersebut. Sedangkan pengalaman kerja itu sendiri merupakan

proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang

metode suatu pekerjaan karena keterlibatan dalam pelaksanaan

tugas pekerjaan.24 Pengalaman usaha seseorang dapat diketahui

dengan melihat jangka waktu atau masa kerja seseorang dalam

menekuni suatu pekerjaan tertentu. Semakin lama seseorang

melakukan usaha/kegiatan, maka pengalamannya akan semakin

bertambah. Pengalaman usaha ini dapat dimasukkan ke dalam

pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari yang dilakukan

secara sadar atau tidak dalam lingkungan pekerjaan dan

sosialnya.25

e. Jam Kerja

Jam kerja adalah jumlah waktu yang digunakan untuk

aktivitas kerja. Aktivitas kerja yang dimaksud adalah kerja yang

menghasilkan uang. Jam kerja juga dapat diartikan sebagai waktu

yang dimanfaatkan seseorang untuk memproduksi barang atau jasa

tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah waktu

yang dijadwalkan untuk perangkat bagi pegawai dan sebagainya

untuk bekerja.

22 Asmie, Poniwati. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada. 23 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,

2006 h. 55 24 Manulang, Manajemen Personalita, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984, h. 53 25 Simanjuntak, Payaman J, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fe-Ui, 2001, h. 75

15

Analisis Jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi

mikro, khususnya pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang

kesediaan individu untuk bekerja dengan harapan memperoleh

penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan

penghasilan yang seharusnya didapatkan. Kesediaan tenaga kerja

untuk bekerja dengan jam kerja panjang atau pendek adalah

merupakan keputusan individu, keputusan untuk bekerja

merupakan suatu keputusan puncak mengenai bagaimana

seharusnya memanfaatkan waktu. Cara umum lainnya bagi orang-

orang untuk memanfaatkan waktunya adalah dengan cara bekerja.

Oleh karena itu dapat digolongkan pekerjaan itu menjadi pekerjaan

yang tidak mendapatkan nafkah dengan pekerjaan mendapatkan

nafkah (gaji). Jam kerja pedagang pasar seni atau jam buka kios

mempengaruhi jumlah tamu yang terlayani karena pembeli tidak

pasti jam kedatangannya.26

Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada

umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan

untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu

minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50

jam. Sedangkan waktu yang dihitung dalam penelitian ini adalah

lamanya jam operasional pedagang untuk berdagang setiap harinya.

Dimulai dari pedagang membuka tempat dagangannya sampai

menutup tempat dagangannya.

B. Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah

1. Pengertian Pembiayaan

Secara bahasa pembiayaan modal kerja merupakan penggalan tiga

kata yang dirangkai menjadi satu pengertian dan mempunyai arti

khusus. Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia berarti

26 Nama, Artawa, Pasar Seni Sukawati Orientasi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua,

Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar, 2012

16

“perbuatan (hal) dalam membiayai atau membiayakan sesuatu” dan

modal berarti “uang pokok yang dipakai sebagai modal untuk

berniaga” sedangkan kerja berarti “perbuatan melakukan sesuatu”.27

Dengan demikian secara bahasa pengertian modal kerja adalah

pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan dari

pengusaha dalam suatu bidang usaha.

Pembiayaan modal kerja menurut istilah adalah dana yang

dikeluarkan oleh suatu bank, yang diberikan kepada mudharib

(nasabah). Karena modal merupakan hak pemilik atas kekayaan suatu

perusahaan. Dan dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas

modal terdiri dari saham biasa dan laba ditahan.28

Pembiayaan merupakan aktivitas terpenting bagi BMT, karena

berhubungan dengan rencana untuk memperoleh pendapatan.

Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh pihak BMT

kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan

pihak lembaga keuangan dari anggotanya.29

Dalam perbankan syariah, pembiayaan modal kerja haruslah

berbentuk kerja sama yang trasparan antara shahibul maal dan

mudharib, agar tidak ada kesalah pahaman yang berakibat rugi.

Penyertaan modal dalam perekonomian Islam bisa memiliki arti yang

luas dan memiliki jangka waktu tertentu (pendek, menengah, atau

panjang). Dalam kerja sama tersebut baik perusahaan perseroan atau

kemitraan dan pihak perbankan mempergunakan dan memberlakukan

sistem bagi hasil.

Pembiayaan modal kerja dapat dilakukan melalui berbagai cara.

Tetapi secara umum dapat disimpulkan kedalam dua bentuk yaitu:

a. Pembiayaan produktif, pembiayaan modal kerja ini merupakan

27 W. J. S. Porwadaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987,

Cet. 10. h. 136. 28 Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996, h. 248. 29 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII

Press, 2000), h. 119.

17

pembiayaan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan

produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik

usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.30 Menurut

keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua

hal

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk

memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik

secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun

secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil

produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau

peningkatan utility of place dari suatu barang.

2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

barang – barang modal (capital goods) serta fasilitas –

fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

b. Pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja yang

merupakan pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk

memenuhi kebutuhan.

2. Produk – produk Pembiayaan

Pada lembaga keuangan syariah terdapat tiga macam pembiayaan

modal kerja yaitu pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah,

pembiayaan Ijarah.

a. Pembiayaan Mudharabah

1) Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau

berjalan lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan

kakinya dalam melaksanakan usaha. Mudharabah adalah akad

kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama

(shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak

30 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2001), h. 160

18

lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut

kesepakatan kontrak, apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal jika diakibatkan karena kelalaian si pengelola, si

pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.31

2) Jenis – Jenis Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis:

mudharabah mutlhaqah dan mudharabah muqayyadah.

a) Mudharabah Mutlaqoh

Mudharabah mutlhaqoh adalah bentuk kerja sama

antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya

sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,

waktu, dan daerah bisnis. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan

istilah restricted mudharabah/specified mudharabah

adalah kebalikan dari mudharabah mutlaqoh. Si mudharib

dibatasi dengan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.

Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan

kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki

jenis dunia usaha.

b. Pembiayaan Musyarakah

1) Pengertian Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing - masing pihak

memberikan kontribusi dana (atau amal/ expertise) dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan.32

2) Jenis – Jenis Musyarakah

Musyarakah ada dua jenis, musyarakah pemilikan dan

musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta

31 Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lighat al-Fuqaha, (Beirut: Darun-nafs, 1985), h.

20 32 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, h. 90

19

karena waris, wasiat, atau kondisi lainya yang mengakibatkan

pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam

musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi

dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan

yang dihasilkan asset tersebut.

Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana

dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka

memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi

keuntungan dan kerugian.

Musyarakah akad terbagi menjadi: al-inan, al-

mufawadhah, al-maal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para

ulama berbeda pendapat tentang al-mudharabah, apakah al-

mudharabah termasuk kategori al-musyarakah karena

memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak)

musyarakah.

a) Syirkah al-inan

Syirkah al-inan adalah kontrak antara dua orang

atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari

keseluruhan dana dan berpatisipasi dalam kerja. Kedua

pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana

yang disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing

– masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi

hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan

kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis

al-musyarakah ini.33

b) Syirkah mufawadhah

Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama

antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu

porsi dari keseluruhan dana dan berpatisipasi dalam kerja.

33 Wabah az-Zuhaili, al-fuqhu al-Islam wa Adilatuhu, (Damaskus: Darul Fikr, 1997), Cet.

IV, Vol.V h. 381

20

Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara

sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis

musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan,

kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing

– masing pihak.34

c) Syirkah A’maal

Musyarakah ini adalah kontarak kerja sama dua

orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama

dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja

sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek,

atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order

pembuatan seragam sebuah kantor. Musyarakah ini kadang

– kadang disebut musyarakah abdan atau sanaa’i.

d) Syirkah Wujuh

Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau

lebih yang memiliki reputasi dan prestasi yang baik serta

ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit

dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara

tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian

berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan

oleh tiap mitra. Jenis musyarakah ini tidak memerlukan

modal karena pembelian secara kredit berdasar pada

jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut

sebagai musyarakah piutang.

C. Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

1. Pengertian BMT

BMT juga biasa dikenal dengan sebutan Baitul Maal dan Baitul

Tamwil. Secara harfiah, Baitul Maal berarti Rumah Dana dan Baitul

34 Al-Mabsuth, vol. XI, h. 203 dan sesudahnya; Abu Bakar Ibn Mas’ud al-kasani, al-

Bada’I was San’ifi Tartib as-shara’I, (Beirut: Darul Kitabal- Arabi), edisi ke-2, h. 72

21

Tamwil adalah Rumah Usaha. Baitul Maal dikembangkan berdasarkan

sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad

pertengahan perkembangan Islam. Yang dimana, Baitul Maal

berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial,

sedangkan Baitul Tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif

laba.35

Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha non profit yang

mengumpulkan dana-dana dari infaq, zakat dan sadaqah yang

kemudian disalurkan kepada yang berhak untuk menerimanya.36

Sedangkan Baitul Tamwil mengarah pada usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha

produktif guna meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha

kecil dan mikro, antara lain dengan cara mendorong kegiatan

menabung dan pembiayaan usaha ekonomi.37

Baitul Maal Wat Tamwil terdiri dari dua istilah yaitu Baitul

Maal yang artinya rumah harta dan Baitul Tamwil yang artinya rumah

pengembangan harta. BMT melakukan kegiatan pengumpulan dan

penyaluran dana yang bersifat non- profit seperti zakat, infak, dan

sedekah (baitul maal) dan bersifat komersial (baitul tamwil) yang

melakukan kegiatan pengembangan usaha produktif dan investasi

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha mikro dan kecil.

BMT adalah kependekan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu

atau Baitul Mal wa Tamwil yaitu lembaga keuangan mikro (LKM)

yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.38

Sebagai lembaga untuk berbisnis, BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)

lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan

pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan lainnya, yaitu menghimpun

35 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII

Press, 2004), h. 126. 36 Gita Danupranata, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006), h. 56. 37 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, h. 113. 38 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, h. 113.

22

dana dari anggota dan calon anggota dalam bentuk tabungan

(simpanan) maupun deposito serta menyalurkannya kembali kepada

sektor ekonomi yang halal dan dapat menguntungkan.39

BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) di Indonesia berbadan hukum

koperasi, sehingga langkahnya harus sejalan dengan ketentuan

perkoperasian. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yang

didalamnya disebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun

sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dengan

memperhatikan kedudukan koperasi yang seperti ini, jelaslah bahwa

peran BMT sangatlah penting dalam menumbuhkan dan

mengembangkan potensi bagi ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan

kehidupan rakyat yang sejahtera di berbagai bidang termasuk dalam

bidang ekonomi.40

2. Sejarah Awal Berdirinya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)

Dengan lahirnya Bank Muamalat di Indonesia pada tahun 1992

sebagai sentral perekonomian yang bernuansa Islami, maka

bermunculan lembaga-lembaga keuangan lain yang ditandai dengan

tingginya semangat bank konvensional untuk mendirikan lembaga

keuangan Islam yaitu bank syariah. Sehingga secara otomatis sistem

ekonomi Islam telah mendapatkan tempat dalam kancah

perekonomian Islam di tanah air Indonesia.

Perkembangan ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tingkatan

ekonomi makro saja, tetapi juga telah menyentuh sektor yang paling

bawah yaitu ekonomi mikro. Sehingga lahirlah lembaga keuangan

mikro ekonomi Islam yang berorentasi sebagai lembaga sosial

keagamaan yang populer dengan istilah BMT (Baitul Maal Wa

Tamwil).41 BMT menjadi koperasi jasa keuangan syariah (KJKS)

39 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 126.

40 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta: PT. ISES Consulting Indonesia, 2008), h. 38.

41 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 23.

23

sesuai Undang-undang nomor 17 tahun 2012. Namun semenjak

keluarnya Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Nomor

16/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam

dan pembiayaan syariah, maka peraturan yang berkaitan dengan KJKS

tidak berlaku lagi. Peraturan tersebut tercantum dalam BAB IX

ketentuan peralihan pasal 36 ayat 7.

Kelahiran BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sangat menunjang

sistem perekonomian pada masyarakat yang berada di daerah

sekitarnya, karena di samping sebagai lembaga keuangan Islam, BMT

juga memberikan pengetahuan-pengetahuan agama pada masyarakat

yang tergolong mempunyai pemahaman agama yang masih rendah.

Sehingga fungsi BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sebagai lembaga

ekonomi dan sosial keagamaan betul-betul terasa dan nyata hasilnya.42

Dengan adanya pengembangan dibidang sosial, BMT (Baitul Maal

Wa Tamwil) dimaksudkan mampu menjangkau lapisan masyarakat

yang paling bawah yang tidak mungkin tersentuh oleh dana-dana

komersial. Dengan munculnya BMT (Baitul Wa Tamwil), diharapkan

mampu memberdayakan dan mensejahterakan kelompok-kelompok

fakir miskin. Sebab kelompok ini perlu didampingi dan diberi modal

sebagai rangsangan usahanya.43

3. Produk Penghimpunan Dana BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)

Ada beberapa produk penghimpunan dan penyaluran dana lembaga

keuangan Islam termasuk BMT (Baitul Maal Wa Tamwil). Adapun

bentuk-bentuk simpanan BMT adalah sebagai berikut:

a. Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan)

Yaitu simpanan yang dapat dimiliki oleh invidu maupun

lembaga dengan jumlah setiap penyimpanan tidak harus sama.

Simpanan ini hanya dapat ditarik setelah jangka waktu satu tahun

melalui musyawarah tahunan. Atas simpanan ini, penyimpan akan

42 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 23.

43 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 2.

24

mendapatkan laba/SHU sesuai dengan jumlah modalnya.44

b. Simpanan Pokok

Yaitu simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT.

Besarnya simpanan pokok harus sama. Pembayarannya dapat

dicicil, supaya dapat menjaring anggota yang lebih banyak. Sebagai

bukti keanggotaan, simpanan pokok tidak boleh ditarik selama

menjadi anggota. Jika simpanan ini ditarik, maka dengan sendirinya

keanggotaannya dinyatakan berhenti.

c. Simpanan Wajib

Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus

setiap waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan

permodalan dan anggotanya. Besarnya simpanan wajib setiap

anggota sama. Baik simpanan pokok maupun wajib akan turut

diperhitungkan dalam pembagian SHU (sisa hasil usaha).45

d. Akad Simpanan Wadi’ah

Adalah akad penitipan barang atau uang pada pihak bmt,

dengan cara memberikan surat berharga, pemindah bukuan, atau

transfer dan perintah membayar lainnya. Dalam hal ini, bmt

berkewajiban menjaga dan merawat barang tersebut dengan baik

serta mengembalikannya sewaktu-waktu pada saat penitip

menghendakinya.46 Ada dua macam simpanan yang berakad

wadi’ah, antara lain :

1) Wadi’ah Yad Amanah

Yaitu penitipan barang atau uang, yang mana pihak yang

menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang

atau barang yang dititipkan tersebut. Dalam hal ini, pihak

penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip

sebagai biaya penitipan.

44 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 153.

45 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 154.

46 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 150.

25

2) Wadi’ah Yad Dhamanah

Yaitu penitipan barang, yang mana pihak yang menerima

titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan barang yang

dititipkan. Dalam hal ini, pihak dari BMT mendapatkan hasil

dari pengguna dana dan memberikannya dalam bentuk

bonus.47

e. Simpanan Mudharabah

Simpanan mudharabah adalah merupakan akad kerja sama

modal antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana

(mudharib) atas dasar bagi hasil. Dalam hal penghimpunan dana,

BMT berfungsi sebagai mudharib (pengelola dana) dan penyimpan

sebagai shahibul maal. Prinsip ini dapat dikembangkan untuk

semua jenis simpanan di BMT.48 Secara garis besar simpanan

mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu: Mudharabah Muthlaqah

dan Mudharabah Muqayyadah.

4. Produk Pembiayaan Dana BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)

Pembiayaan merupakan aktivitas terpenting bagi BMT, karena

berhubungan dengan rencana untuk memperoleh pendapatan.

Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh pihak BMT

kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan

pihak lembaga keuangan dari anggotanya.49 Adapun jenis-jenis

produk pembiayaan dana BMT (baitul wa tamwil) yang telah

dikembangkan adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan dengan prinsip kerja sama

Yakni bentuk pembiayaan kepada anggota atau nasabah BMT

yang menyertakan sejumlah modal baik uang tunai maupun barang

untuk meningkatkan produktivitas usaha. Sistem pembiayaan

47 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, h. 149-150.

48 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 152. 49 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, h. 119.

26

tersebut dapat diterapkan dalam dua akad pembiayaan, yaitu

pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.50

1) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha

antara antara dua belah pihak, yang mana pihak pertama

(shahibul maal) yang menyediakan seluruh modalnya dan

pihak yang lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha dari

pembiayaan tersebut dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak.51

2) Pembiayaan musyarakah

Yaitu akad kerja sama antara dua belah pihak yakni BMT

dengan anggota, yang mana modalnya berasal dari kedua belah

pihak dan keduanya bersepakat dalam keuntungan dan

resikonya. Dalam hal ini, pihak BMT akan menyertakan modal

kedalam proyek atau usaha yang diajukan setelah mengetahui

besarnya partisipasi anggota. Dalam akad ini, BMT dapat

terlibat aktif dalam kegiatan usaha anggota.52

b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Prinsip jual beli adalah sistem yang menetapkan tata cara

jual beli, dimana bank membeli terlebih dulu barang yang

dibutuhkan masyarakat yang kemudian pihak lembaga keangan

syariah menjualnya kepada nasabah dengan sejumlah harga beli

ditambah dengan keuntungan. Adapun produk dari pembiayaan

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pembiayaan al-Istisna yaitu jual beli barang dalam bentuk

pesanan dan pembuatan barang dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang telah disepakati dengan

pembayaran, yang cara pembayaran di akhir sesuai dengan

kesepakatan.

50 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 169.

51 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, h. 95.

52 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 171.

27

2) Pembiayaan Murabahah, yaitu suatu akad perjanjian

pembiayaan yang disepakati antara pihak BMT dengan

anggotanya, dimana BMT menyediakan dananya untuk

sebuah investasi atau pembelian barang yang kemudian

proses pembayarannya dilakukan secara angsuran.53

3) Bai’ as-salam yaitu akad pembelian barang yang mana

barang yang akan dibeli diserahkan dikemudian hari,

sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai pada awal

pembelian.54

D. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM):

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria Usaha

Mikro sebagaimana di atur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar

yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana di maksud

dalam Undang-Undang ini.

Usaha Mikro dan Kecil adalah unit usaha produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di

semua sector ekonomi. Pada prinsipnya perbedaan antara usaha mikro,

usaha kecil,dan menengah umumnya didasarkan pada nilai asset awal

53 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA,

2003), h. 61. 54 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 156

28

(tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun atau

jumlah pekerja tetap. Adapun ciri-ciri usaha mikro adalah :

1) Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu

dapat berganti.

2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat

pindah tempat.

3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana

sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan

keuangan usaha.

4) Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai.

5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; Umumnya

belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka

sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

6) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas

lainnya termasuk NPWP.

Contoh usaha Mikro adalah pertanian, peternakan, pedagang

eceran dan usaha-usaha jasa seperti: penjahit (konveksi),

perbengkelan, salon kecantikan.

Contoh Usaha Kecil adalah pedagang dipasar grosir (agen),

pengrajin industri kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga,

industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.55

2. Kategori Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Pengelompokkan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha

menengah didasarkan pada nilai aset yang dimiliki usaha dan hasil

penjualan yang didapatkan oleh para pengusaha setelah setelah sekian

lama menjalankan usahanya. Tabel 2.1 di bawah ini menerangkan

pengelompokkan UMKM yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008.

55 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah.

29

Tabel 2.1

Pengelompokan UMKM Berdasarkan Nilai Aset dan Hasil Penjualan

Skala Usaha Nilai Aset Hasil Penjualan

Mikro < Rp 50 juta < Rp 300 juta

Kecil Rp 50 juta – Rp 500 juta Rp 300 juta – Rp 2.5 miliar

Menengah 500 juta – Rp 10 miliar Rp 2.5 miliar – Rp 50 miliar

Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

Berdasarkan tabel 2.1 diatas Usaha Mikro adalah usaha yang

memiliki asset maksimal sebesar 50 Juta dan omzet penjualannya

maksimal sebesar 300 Jt. Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha yang

memiliki asset diatas 50 Jt – 500 Jt dan beromzet lebih dari 300 Jt –

2,5 pertahun. Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria,

sejumlah lembaga pemerintah seperti Departemen Perindustrian dan

Badan Pusat Statistik (BPS) selama ini juga menggunakan jumlah

pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha

mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.56

Di Indonesia, usaha mikro dan kecil (UMK) saat ini dianggap

sebagai salah satu cara paling efektif dalam pengentasan kemiskinan.

UMK diatur secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro Kecil. UMK merupakan suatu kelompok

pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan hal ini

terbukti ketika UMK menjadi stabilitator perekonomian nasional

dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi

pasca krisis ekonomi.

3. Ciri - Ciri Usaha Mikro

a. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-

waktu dapat berganti.

56 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah.

30

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat

pindah tempat.

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana

sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan

keuangan usaha.

d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai.

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; Umumnya

belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka

sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

f. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas

lainnya termasuk NPWP.

4. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Peran usaha mikro dan kecil sangat penting dalam pembangunan

ekonomi. karena tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang relatif

tinggi dan kebutuhan modal investasinya yang kecil, UMKM bisa

dengan fleksibel menyesuaikan dan menjawab kondisi pasar yang

terus berubah. Hal ini membuat UMKM tidak rentan terhadap

berbagai perubahan eksternal. UMKM justru mampu dengan cepat

menangkap berbagai peluang, misalnya untuk melakukan produksi

yang bersifat substitusi impor dan meningkatkan pemenuhan

kebutuhan dalam negeri. Karena itu, pengembangan UMKM dapat

menunjang diversifikasi ekonomi dan percepatan perubahan

struktural, yang merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi

jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan.

E. Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha

Pendapatan adalah salah satu faktor penunjang usaha atau aktifitas

untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Hal ini juga yang

mendorong manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk eksistensi

31

dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.57

Besar kecilnya modal juga dapat mempengaruhi pendapatan. Jika

modal besar maka produk yang akan dihasilkan akan banyak maka

pendapatan yang diperoleh akan banyak atau meningkat, begitu juga

sebaliknya jika modal kecil maka produk yang dihasilkan akan sedikit

maka pendapatan yang diperoleh akan sedikit. Untuk itu perlu pembiayaan

untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil.

Modal adalah kunci utama untuk meningkatkan usaha kecil.58 Bagi

usaha kecil sering dijumpai pemerolehan modal diiringi dengan membayar

bunga yang cukup tinggi. Sehingga peminjaman menjadi beban beban

yang sewaktu-waktu akan menjadi boomerang bila terjadi kemacetan

angsuran untuk itu perlu adanya bantuan dalam pembiayaan dengan

prinsip syariah.

F. Kajian Terdahulu

1. Septiana (2013) dalam penelitiannya mengenai Analisis Dampak

Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di

Kabupaten Bogor. Menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi

akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT

berdasarkan hasil model logit adalah dummy akses pinjaman

perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis

usaha perdagangan. Faktor yang memengaruhi perkembangan

keuntungan usaha berdasarkan analisis OLS adalah lama pendidikan,

jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset dan total

aset. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa jumlah

pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif terhadap

perkembangan keuntungan usaha UMKM.

57 M. Taufiq Amir, Dinamika Pemsaran Jelajahi&Rasakan, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005), h. 7. 58 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 83.

32

2. Rosetyadi Artistyan Firdausa, Fitrie Arianti (2013) dalam jurnal yang

berjudul Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha dan Jam Kerja terhadap

Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak. Metode yang

digunakan adalah kuesioner dan studi pustaka. Penentuan sampel

penelitian menggunakan teknik random sampling dan jumlah

responden sebanyak 75 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel modal usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh

secara signifikan terhadap jumlah pendapatan pedagang kios Bintoro

Demak. Pengaruh tiga variabel tersebut cukup besar yaitu sebesar

70,9% sedangkan sisanya yang sebesar 29,1% disebabkan oleh

variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Ketiga variabel tersebut juga secara bersama-sama berpengaruh positif

secara signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar Bintoro

Demak. Dari ketiga variabel tersebut, variabel yang dominan adalah

modal usaha dan yang paling kecil adalah jam kerja. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah

metode penelitian yang digunakan dan teknik pengambilan sampel,

bedanya penulis menggunakan metode tambahan yaitu wawancara

terstruktur. Sedangkan untuk variabel bebas yang diteliti juga sama,

bedanya penulis menambahkan variabel tingkat pendidikan ke dalam

penelitian. Untuk analisis yang digunakan adalah sama yaitu analisis

regresi linier berganda akan tetapi, untuk tempat dilakukannya

penelitian berbeda.

3. Nuruddarajat (2013) tentang Pengaruh Pembiayaan Koperasi Baytul

Ikhtiar (KBI) Terhadap Perkembangan Usaha Agribisnis

Anggotanya. Penelitian ini menggunakan alat analisis uji T data

berpasangan untuk mengukur perbedaan nyata terhadap pengaruh

perbedaan pembiayaan terhadap omset, keuntungan, dan aset usaha

pada tahun 2012-2013. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan nyata antara omset, keuntungan, dan aset usaha.

Namun dari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa

33

pembiayaan yang disalurkan KBI mampu meningkatkan omset usaha

sebanyak 55 persen responden, keuntungan usahan sebanyak 58

responden.

4. Deny Anggara Lugianto (2015) dalam skripsi yang berjudul Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di

Wilayah Tegalboto Jember. Metode yang digunakan adalah dengan

angket/kuesioner. Sedangkan responden penelitian sebanyak 50

dengan teknik penentuan sampel menggunakan metode stratified

random sampling. Penelitian ini adalah pedagang kaki lima di sekitar

Kampus Universitas Jember khususnya Wilayah Tegalboto dengan

variabel bebasnya meliputi: tingkat pendidikan, pengalaman kerja,

waktu, modal, lokasi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan

terdapat pengaruh baik secara simultan maupun secara parsial antara

tingkat pendidikan, tingkat pengalaman kerja, jumlah waktu, modal

dan lokasi terhadap pendapatan pedagang kaki lima di wilayah

Tegalboto Sumbersari Kabupaten Jember. Dari penelitian tersebut,

tingkat pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh dominan

terhadap pendapatan pedagang kaki lima dengan nilai sumbangan

efektif sebesar 17,4%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis adalah metode penelitian yang

digunakan, bedanya penulis menggunakan metode tambahan yaitu

wawancara terstruktur dan studi pustaka. Untuk variabel bebas yang

digunakan pada dasarnya sama, hanya saja penulis hanya

menggunakan empat variabel bebas tanpa menyertakan variabel

lokasi. Untuk analisis yang digunakan adalah sama yaitu analisis

regresi linier berganda akan tetapi, untuk lokasi penelitian berbeda.

5. Huda (2010) tentang Dampak Pemberian Kredit Program CSR

Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM di Kabupaten Garut,

Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier

berganda. Hasil analisis data menunjukkan Kredit UMKM yang

diberikan kepada UMKM berdampak positif terhadap

34

peningkatan pendapatan sektor UMKM yang sebagian besar adalah

fakir miskin dan faktor lain yang memengaruhi perkembangan

UMKM adalah usia, nilai aset, dan dummy kredit. Penyaluran

kredit program CSR dari CGI dengan pihak ketiga yaitu LSM dan

Baitul Maal Muamalat mengalami peningkatan sebesar 41.7 persen

selama 2007-2009.

6. Muhammad Fajar (2017) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi

Omset UMKM Nasabah Pembiayaan BMT X Kota Binjay. Dari

beberapa faktor (umur, lama usaha, modal usaha, jumlah pembiayaan,

lama anggota, frekuensi pembiayaan, pendidikan, status usaha) yang

mempengaruhi omset UMKM yang mendapatkan pembiayaan adalah

frekuensi pembiayaan, pendidikan dan status usaha variabel yang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap omset usaha. Sedangkan

lama usaha adalah variabel yang berpengaruh negatif dan siginfikan

terhadap omset usaha. Adapun modal pertama, jumlah pinjaman

terakhir, dan lama menjadi anggota tidak berpengaruh nyata dalam

pengembangan omset usaha.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi

dari serangkaian masalah yang ditetapkan.59

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT adalah lembaga keuangan

mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil. BMT memiliki fungsi

melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi

dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil

terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang

pembiayaan kegiataan ekonominya.

59 Abdul Hamid, Panduan Penulisan Skripsi. (Jakarta: FEIS UIN Press), h. 25

35

Baitul Maal Wa Tamwil At Taqwa memiliki komitmen untuk

membantu mengembangkan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk komitmen itu

adalah dengan adanya produk-produk pembiayaan yang ditawarkan dalam

rangka memenuhi kebutuhan nasabah/anggota dan calon nasabah/anggota,

yaitu pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah yang dijalankan

ini merupakan alternatif bagi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Melalui pembiayaan mudharabah ini, BMT At Taqwa bermaksud

memberikan kemudahan akses yang lebih besar bagi para pelaku usaha

mikro dan kecil yang sudah feasible tetapi belum bankable mendapatkan

modal usaha.

Gambar 2.1

Kerangka Teori

36

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wa Tamwil At Taqwa Jalan

Sakti IV Komplek Pajak Kemanggisan Jakarta Barat 11820. Pertimbangan

pemilihan lokasi ini adalah karena BMT ini terletak di wilayah yang

strategis, sehingga cocok untuk dijadikan tempat penelitian. Waktu

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2018.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif,

dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka

dan analisis menggunakan statistik. Metode kuantitatif digunakan apabila

masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang

terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dan praktik, antara

rencana dengan pelaksanaan. Dalam Pendekatan penelitian ini metode

yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian

Penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan anlisis data secara mendalam

dalam bentuk angka. Penelitian kuantitatif bertumpu sangat kuat pada

pengumpulan data, berupa angka hasil pengukuran, karena itu dalam

penelitian ini statistik memegang peranan penting sebagai alat untuk

menganalisa. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan

menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang

berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang

sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan

yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari

hubungan-hubungan kuantitatif.60 Menurut Tanzeh pada bukunya

pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, dan membangun

fakta, menunjukkan gabungan antar variabel, memberikan deskripsi

60 Istijanto, Aplikasi riset Pemasaran , (Jakarta : PT Gramedia,2005), h. 93

37

statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya, desain penelitian yang

menggunakan pendekatan kuantitatif harus terstruktur, baku, formal, dan

dirancang sematang mungkin sebelumnya.61

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Definisi Variabel

Variabel adalah simbol atau lambang yang dapat dilekatkan

bilangan atau nilai.62 Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi

objek penelitian yang dianggap sebagai faktor yang berperan dalam

peristiwa atau gejala yang diteliti.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel

dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan

yang perlu untuk mengukur pada variabel tersebut.

Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Variabel Terikat (Dependen Variabel) adalah variabel yang

perilakunya dipengaruhi oleh variabel lain (variabel bebas).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan

usaha dimana dalam penelitian ini tingkat pendapatan usaha dilihat

dari pendapatan kotor yang diperoleh pengusaha yaitu segala

pemasukan yang diterima dari hasil usaha yang telah dilakukan

dalam waktu satu bulan sebelum dikurang dengan beban dan biaya

lainnya.

b. Variabel Independen (Independen Variabel)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

1) Besar pembiayaan

Besarnya penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama

permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota,

61 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 99 62 Fred Kerlinger, Foundation Of Berhavioral Research. 1993

38

koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan

penerimaan pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan

yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan

pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba

dari kegiatan yang dibiayaai atau penggunaan dana pembiayaan

tersebut.

2) Lama menjadi anggota BMT

Lamanya usia nasabah menjadi anggota BMT At Taqwa dari

mulai pertama kali melakukan pembiayaan atau terdaftar

menjadi anggota sampai dengan Desember 2017.

3) Frekuensi pembiayaan

Frekuensi pembiayaan adalah banyaknya pembiayaan modal

usaha yang dilakukan oleh nasabah BMT At Taqwa selama

nasabah tersebut menjadi anggota. Frekuensi pembiayaan

nasabah dinyatakan dalam satuan berapa kali melakukan

pembiayaan.

4) Modal usaha

Modal adalah sejumlah harga (uang/barang) yang digunakan

untuk menjalankan usaha, modal berupa uang tunai, barang

dagangan, bangunan dan lain sebagainya63. Yang dimaksud

modal usaha disini kemampuan finansial usaha mikro dalam

menjalankan operasional usahanya atau untuk memproduksi

barang dan atau jasa. Satuan untuk mengukur modal usaha

berdasarkan nominal uang dalam rupiah.

5) Lama usaha

Lama usaha adalah lamanya seseorang menekuni usaha yang

dijalankan. Lama usaha juga dapat diartikan sebagai lamanya

waktu yang sudah dijalani pedagang dalam menjalankan usaha.

63 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi. (Jakarta: Raja Grafin Persada,2002).

h. 3

39

Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada

usaha perdagangan yang sedang dijalani saat ini.

6) Jam kerja usaha

Jam kerja usaha adalah Jumlah waktu yang digunakan untuk

aktivitas kerja. Aktivitas kerja yang dimaksud adalah kerja

yang menghasilkan uang. Jam kerja juga dapat diartikan

sebagai waktu yang dimanfaatkan seseorang untuk

memproduksi barang atau jasa tertentu.

7) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir

yang ditempuh/ditamatkan oleh pedagang, dimana pendidikan

yang dimaksud adalah pendidikan formal. Untuk level tingkat

pendidikannya meliputi; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.64 Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para

nasabah pembiayaan mudharabah di BMT At Taqwa.

Populasi adalah keseluruhan unit analisis/hasil pengukuran yang

dibatasi oleh suatu kriteria tertentu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.65 Sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.66 Pendapat lain

menurut Dr. Suharsimi Arikunto yang menjelaskan bahwa “apabila

subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, dan jika

jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% -

64 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 55 65 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, h. 73 66 Sukidin dan mundir, Metode Penelitian Membimbing Mengantar Kesuksesan Anda

dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendikia, 2005), h. 198

40

25% atau lebih. Dalam penelitian ini, penulis mengambil 24 % dari jumlah

populasi yang sebanyak 250 nasabah. (250 x 24% = 60).

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah nasabah

pembiayaan di BMT At Taqwa berjumlah 60 orang. Pengambilan sampel

jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika

subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-

25% atau lebih. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan seluruh

populasi yang ada bias dijadikan sebagai sampel. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dengan metode probability sampling yaitu suatu

metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap

anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan

penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang

yang sama.67

E. Jenis dan Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Arsip Dokumen

Yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai

sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalakan atau bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari

berbagai daftar kesusastraan yang ada.68 Dengan cara membaca,

mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya

dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi

terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan

media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.

67 J. Supranto, Statistik Teori Dan Aplikasi (Jakarta: Erlangga, 2000). h. 23 68 Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), h.

47

41

b. Metode Angket (Kuesioner)

Metode Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan

memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden dengan

harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan

Tersebut.69 Kuesioner disini adalah model tertutup karena jawaban

telah disediakan dan pengukurannya menggunakan skala nominal atau

angka dengan pilihan 1 sampai dengan 5.70

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana

data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan penelitian ini

menganalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap tingkat

pendapatan pada nasabah setelah melakukan pembiayaan. Penelitian ini

menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan

menggunakan program komputer (software) SPSS 16.0 dan Microsoft

Excel 2010. Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam

menganalisis data pada penelitian ini:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah

data penelitian kita berasal dari populasi yang sebenarnya normal. Uji

ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik

memiliki asumsi normalitas sebaran. Disini untuk mendeteksi

normalitas data digunakan Kolmologrov – Smirnov. Uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui

bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

69 Husein Umar, Research Methods In Finance and Banking, (Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama, 2002), h. 114 70 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,

2008), h. 93

42

valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara yang tepat untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

analisis grafik dan uji statistik.71

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least

square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak

memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau

regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus

dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas

tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan uji

autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional. Uji

asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear

yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu.

Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji

linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu

yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data

yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi

klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian

dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi

persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.

a. Uji Multikolonialitas

Multikolonialitas timbul sebagai akibat adannya hubungan

kausal antara dua variabel bebas atau lebih atau adannya kenyataan

bahwa dua variabel penjelas atau lebih bersama- sama dipengaruhi

oleh variabel ketiga yang berada diluar model. Untuk mendeteksi

adannya Multikolonialitas, Nugroho menyatakan jika nilai Varience

71 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 (Jakarta: Prestasi Pustaka

Publiser, 2009), h. 90

43

Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari

multikolonialitas.72

b. Uji Heterokedasiitas

Heterokedasitas, pada umumnya sering terjadi pada model-

model yang menggunakan data cross section dari pada time series.

Namun bukan berarti model - model yang menggunakan data time

series bebas dari Heterokidasitas. Sedangkan untuk mendeteksi ada

tidaknya Heterokedasitas pada suatu model dapat dilihat dari pola

gambar Scatterplot model tersebut. Tidak terdapat Heterokisiditas

jika: (1) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola, (2) titik

- titik data menyebar di atas dan di bawah atau sekitar angka 0, dan

(3) titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

3. Regresi Linier Berganda

Setelah data penelitian berupa jawaban responden atas angket yang

dibagikan dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis data dengan

berpedoman pada analisis regresi sebagi berikut73 :

Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b4 X4 + b5 X5 + e

Keterangan:

Y : Tingkat Pendapatan

X1 : Besar Pembiayaan

X2 : Lama Menjadi Anggota BMT

X3 : Frekuensi Pembiayaan

X4 : Modal Awal

X5 : Usia Usaha

X6 : Jam Kerja

X7 : Tingkat Pendidikan

e : Error term

72 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, h. 96 73 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, h. 58

44

4. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen

secara sama-sama (Simultan) terhadap variabel dependen digunakan uji

anova atau F- test. Sedangkan pengaruh dari masing- masing variabel

independent secara parsial (individu) diukur dengan menggunakan uji t-

statistik.

a. Uji t

Untuk mengetahui apakah pengaruh variabel bebas yaitu faktor-

faktor yang mempengaruhi pendapatan terhadap variabel terikat

yaitu tingkat pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap

pembiayaan

1) Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka masing- masing

variable bebas berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.

2) Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka masing- masing

variable bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pendapatan.

b. Uji F

Untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan berpengaruh secara simultan

terhadap tingkat pendapatan.

1) Apabila F hitung lebih Kecil dari F tabel maka keputusannya

variabel bebas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.

2) Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka keputusannya

variabel bebas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.

5. Uji Determinasi

Nilai Koefisien determinasi (R Square) digunakan untuk

mengetahui besarnya variasi variabel independen dalam menerangkan

variabel dependen. Nilai koefision determinasi adalah diantara nol dan

45

satu. Jika nilai R2 kecil, berarti kemampuan variabel – variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Namun apabila nilai R2 mendekati satu, berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi- variabel independen.74

G. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Ho: Besar Pembiayaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H1: Besar Pembiayaan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha

mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

2. Ho: Lama menjadi anggota tidak berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H1: Lama menjadi anggota berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

3. Ho: Frekuensi Pembiayaan tidak berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H1: Frekuensi Pembiayaan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

4. Ho: Modal awal tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha

mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H1: Modal awal berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha mikro

nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

5. Ho: Lama Usaha tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha

mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H1: Lama Usaha berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha mikro

nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

74 Yudhi Wicaksono, Aplikasi Excel dalam menganalisis Data, (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2006), h. 119-121

46

6. Ho: Jam Kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha

mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H1: Jam Kerja berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha mikro

nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

7. Ho: Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H1: Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.

H. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”

47

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BMT At Taqwa

Berawal dari kurang berkembangnya usaha masyarakat yang ada di

sekitar mesjid At Taqwa karena kurangnya modal, hal ini menyebabkan

praktek rentenir tumbuh subur dilingkungan masjid At Taqwa. Praktek

tersebut sangat merugikan para pengusaha kecil karena para rentenir

menetapkan bunga yang sangat tinggi, selain itu tingkat kesenjangan sosial

ekonomi antara si miskin dan si kaya di lingkungan masjid At Taqwa

sangat kental, sehingga menyebabkan si miskin dekat dengan kekufuran.

Di samping itu, praktek kristenisasi di lingkungan ini telah menyebar

cukup luas, salah satu praktek kristenisasi yang dilakukan adalah dengan

pembagian sembako.

Tiga hal diatas lah yang menjadi alasan dan peluang (opportunity)

bagi pengurus Yayasan Taqwa Bhakti untuk mendirikan lembaga

keuangan mikro yang khusus mengelola dana zakat, infaq, maupun

shodaqoh untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan dengan cara

yang arif dan bijaksana. Atas dasar cita-cita dan komitmen itu, maka

didirikanlah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang diharapkan

menjadi lembaga perjuangan perekonomian umat.

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) At Taqwa resmi didikan pada hari

minggu, tanggal 01 Oktober 1994 dihadiri oleh pejabat pajak, Komisaris

Bank Muamalat Prof. Dr. Amin Aziz, Dewan Syariah Bank Muamalat

Syafi’i Antonio dan keluarga besar masyarakat komplek pajak yang

terletak di lingkungan Komplek Masjid At Taqwa.

Pada tanggal 01 November 2000 BMT At Taqwa resmi berbadan

hukum Koperasi Karyawan Yayasan Taqwa Bhakti (Kop, Taqwa Bhakti),

No.16/PAD/KDK 9.3/XI/2000. Hal ini telah sesuai dengan landasan

hukum yang harus dimiliki oleh suatu usaha dibidang jasa keuangan.

48

Perkembangan BMT At Taqwa dari waktu ke waktu menunjukkan

nilai yang positif. Sumber Daya Manusia (SDM) yang awalnya hanya

berjumlah 4 orang di tahun 1994 kini menjadi 20 orang. Modal awal yang

dimiliki sebesar Rp. 23 Juta meningkat hingga Rp. 250 Juta dengan asset

Rp. 4,5 Milyar. Kepercayaan masyarakat pun semakin meningkat, jumlah

anggota BMT At Taqwa yang terdaftar pada saat ini sekitar 4000 orang.75

B. Profil Responden

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah nasabah

pembiayaan di BMT At Taqwa. Dalam penelitian ini jumlah responden

sebanyak 60 orang. Untuk mengetahui identitas nasabah, berikut ini akan

diuraikan berdasarkan jenis kelamin, usia, status dan jenis usaha yang

dijalankan.

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dari 60 responden, diperoleh nasabah

yang berjenis kelamin pria berjumlah 45 orang (75%) dan perempuan

berjumlah 15 orang (25%).

Gambar 4.1

Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

75 Dokumentasi BMT At Taqwa

75%

25%

Jenis Kelamin

PRIA WANITA

49

2. Usia

Dilihat dari usia, nasabah yang berada pada rentan umur dibawah

20 tahun 2 orang (3%), 21 – 30 tahun berjumlah 26 orang (43%), 30 –

40 tahun berjumlah 15 orang (25%), 40-50 tahun berjumlah 10 orang

(17%), dan > 50 tahun berjumlah 5 orang (8%).

Gambar 4.2

Profil Responden Berdasarkan Usia

3. Jenis Usaha

Jenis usaha yang dijalankan oleh nasabah yaitu dalam bidang

perdagangan sebanyak 40 orang (66%) dan di bidang jasa sebanyak 20

orang (33%).

Gambar 4.3

Profil Responden Berdasarkan Jenis Usaha

5%

43%

25%

17%

8%

Usia

< 20 tahun

21-30 tahun

31-40 tahun

40-50

> 50 tahun

66%

33%DAGANG

JASA

50

4. Jenis pembiayaan

Jenis pembiayaan yang dilakuan oleh 60 nasabah BMT At Taqwa

adalah sebagai berikut: nasabah pembiayaan murabahah sebanyak 50

orang (68%), nasabah pembiayaan mudharabah 10 orang (16%), dan

nasabah pembiayaan musyarakah sebanyak 10 orang (16%).

Gambar 4.4

Profil Responden Berdasarkan Jenis Pembiayaan

5. Besaran Pembiayaan

Besaran pembiayaan yang dilakukan nasabah BMT At Taqwa

sangat bervariasi, berikut besaran pembiayaan nasabah BMT: ≥ Rp.

5.000.000,00 sebanyak 20 orang (33%), Rp. 5.000.001,00 – Rp.

10.000.000,00 sebanyak 23 orang (38%), Rp. 10.000.001,00 – Rp.

15.000.000,00 sebanyak 6 orang (10%), Rp. 15.000.001,00 – Rp.

20.000.000,00 sebanyak 8 orang (13%), dan ≤ Rp. 20.000.000,00

sebanyak 3 orang (5%).

Gambar 4.5

Profil Responden Berdasarkan Besar Pembiayaan

68%

16%

16%

Jenis Pembiayaan

Murabahah

mudharabah

musyarakah

33%

38%

10%

13%

5% Besar Pembiayaan

> 5.000.000

5.000.001 - 10.000.000

10.000.001 - 15.000.000

15.000.001 - 20.000.000

>20.000.000

51

C. Analisis Perkembangan Pendapatan BMT

Data–data yang dipergunakan dalam analisis ini didapat dari laporan

keuangan bulanan BMT At Taqwa. Berikut ini penulis akan menyajikan

data pendapatan dari hasil pembiayaan selama tiga tahun terakhir dari

tahun 2015 sampai dengan 2017.

Tabel 4.1

Pendapatan Pembiayaan BMT At Taqwa

Periode 2015 – 2017 (Dalam Rupiah)

Bulan 2015 2016 2017

Januari 85.000.000 107.500.000 125.000.000

Februari 73.250.000 97.500.000 82.500.000

Maret 115.500.000 155.000.000 92.500.000

April 64.500.000 75.000.000 110.000.000

Mei 75.600.000 85.000.000 130.000.000

Juni 82.500.000 107.500.000 100.000.000

Juli 73.250.000 95.000.000 152.500.000

Agustus 95.400.000 145.000.000 115.000.000

September 86.500.000 110.000.000 145.000.000

Oktober 76.500.000 102.500.000 152.500.000

November 64.450.000 92.500.000 110.000.000

Desember 105.000.000 17.750.000 100.000.000

Jumlah 998.450.000 1.172.500.000 1.415.000.000

Berdasarkan tabel 4.1 nilai pendapatan pembiayaan secara

keseluruhan pada tahun 2015 sebesar Rp. 998.450.000,-, pada tahun 2016

sebesar Rp. 1.172.500.000,-, dan pada tahun 2017 sebesar Rp.

1.415.000.000,-. Berdasarkan dari jumlah total pendapatan BMT dari

pembiayaan secara keseluruhan pertahunnya dapat disimpulkan bahwa

terjadi peningkatan dalam setiap pembiayaan tiap tahunnya.

D. Analisis Perkembangan Pembiayaan BMT

Berikut ini penulis akan menyajikan data pembiayaan BMT At Taqwa

Kemanggisan selama tiga tahun terakhir dari tahun tahun 2011 sampai

dengan 2013.

52

Tabel 4.2

Perkembangan Pembiayaan BMT At Taqwa

Periode 2015-2017

(Dalam Rupiah)

Bulan 2015 2016 2017

Januari 25.000.000 76.500.000 82.500.000

Februari 17.500.000 58.500.000 55.200.000

Maret 45.820.000 105.540.000 86.530.000

April 117.300.000 45.350.000 107.540.000

Mei 18.250.000 43.500.000 112.500.000

Juni 20.250.000 67.500.000 92.100.000

Juli 116.250.000 72.000.000 123.500.000

Agustus 22.450.000 94.500.000 110.500.000

September 119.450.000 82.350.000 137.500.000

Oktober 118.500.000 87.640.000 168.000.000

November 118.500.000 82.500.000 109.000.000

Desember 139.550.000 108.750.000 153.000.000

Jumlah 878.820.000 924.630.000 1.337.870.000

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah

pembiayaan BMT dari pada tahun 2015 sebesar Rp. 878.820.000,-, pada

tahun 2016 pembiayaan BMT sebesar Rp. 924.630.000,-, dan tahun 2017

pembiayaan sebesar Rp. 1.337.870.000,-. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat peningkatan pembiayaan BMT yang disalurkan setiap

tahunnya.

E. Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Adapun uji normalitas sebagai berikut:

53

Gambar 4.6 Grafik P-Plot

Berdasarkan gambar di atas, grafik normal probability plot terlihat

persebaran data mengikuti garis diagonal yang ada. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal. Adapun grafik

histogram dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.7 Grafik Histogram

Dari gambar histogram di atas dapat dilihat bahwa data

berdistribusi normal yaitu dari simetrisnya bentuk histogram tidak

54

lebih condong ke salah satu sisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

residual terdistribusi normal.

b. Uji Multikolonialitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.

Multikolonieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya

(2) Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi dapat

dikatakan bebas multikolinearitas jika nilai TOL ≥ 0,1 atau jika

memiliki nilai VIF ≤ 10.

Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Besar Pembiayaan .480 2.083

Lama Anggota .127 7.850

Frekuensi Pembiayaan .265 3.769

Modal Awal .329 3.039

Lama Usaha .737 1.356

Jam Kerja .156 6.406

Pendidikan .654 1.530

a. Dependent Variable: Pendapatan

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa setiap variabel independen

memiliki nilai TOL ≥ 0,1 dan masing masing variabel tersebut juga

memiliki nilai VIF ≤ 10. Jadi dapat dipastikan bahwa penelitian ini

terbebas dari masalah multikolinearitas.

55

c. Uji Heterokedasitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heterokedasitas. Pengujian untuk melihat ada atau tidaknya

heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot antara

nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID).

Hasil pengujian heterokedastisitas yang dilakukan terhadap penelitian

ini dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.8 Scatterplot

2. Regresi Linier Berganda

Model regresi linier berganda (multiple linear regression model)

digunakan untuk mengkaji hubungan atau pengaruh antara dua variabel

atau lebih, dalam penelitian ini yaitu variabel independent dengan variable

dependent. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS

56

16 diperoleh hasil estimasi model regresi linear berganda yang dapat

dilihat pada Tabel yaitu:

Tabel 4.4 Hasil Koefisiensi Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) -.988 .168

Besar Pembiayaan .092 .045

Lama Anggota .638 .069

Frekuensi Pembiayaan .149 .049

Modal Awal .146 .037

Lama Usaha .091 .057

Jam Kerja .317 .056

Pendidikan .137 .049

a. Dependent Variable: Pendapatan

Tabel 4.4 menginformasikan model persamaan regresi yang

diperoleh dari koefisien konstanta dan koefisien variabel. Berdasarkan

Tabel 4.4 tersebut diperoleh model persamaan regresi:

Y = -0.988 + 0.092X1 + 0.638X2 + 0.149X3 + 0.146X4 + 0.091X5 +

0.317X6 + 0.137X7............(8)

Keterangan:

Y : Tingkat pendapatan

X1 : Besar pembiayaan

X2 : Lama menjadi anggota BMT

X3 : Frekuensi pembiayaan

X4 : Modal awal

X5 : Usia usaha

X6 : Jam kerja

X7 : Pendidikan

e : Error term

57

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa besar pembiayaan

berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan dengan nilai koefisien

0.092 maka setiap terjadi satu penambahan besar pembiayaan akan

meningkatkan tingkat pendapatan sebesar 0.092. Pengaruh positif tersebut

dapat diartikan semakin tinggi besar pembiayaan maka semakin tinggi

jumlah pendapatan yang terjadi.

Lama menjadi anggota BMT mempunyai pengaruh positif terhadap

tingkat pendapatan dengan nilai koefisien 0.638 maka setiap terjadi

penambahan satu lama menjadi anggota BMT akan meningkatkan tingkat

pendapatan sebesar 0.638. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan

semakin lama nasabah menjadi anggota BMT maka semakin tinggi jumlah

pendapatan yang diperoleh.

Frekuensi pembiayaan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan dengan nilai koefisien 0.149 maka setiap terjadi penambahan

satu frekuensi pembiayaan maka akan meningkatkan pendapatan usaha

sebesar 0.149. Pengaruh positif berdasarkan persamaan tersebut dapat

diartikan bahwa semakin banyak pembiayaan yang dilakukan nasabah

maka semakin tinggi jumlah pendapatan usaha.

Selanjutnya modal awal memiliki pengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan dengan nilai koefisien 0,146 maka setiap terjadi penambahan

satu modal awal akan meningkatkan pendapatan usaha sebesar 0,146.

Pengaruh positif tersebut dapat diartikan semakin besar modal awal maka

semakin besar jumlah pendapatan yang diperoleh.

Sedangkan untuk lama usaha memiliki pengaruh positif terhadap

terjadinya tingkat pendapatan dengan nilai koefisien 0.091 maka setiap

terjadi penambahan satu lama usaha akan meningkatkan pendapatan usaha

sebesar 0.091. Pengaruh positif berdasarkan tabel tersebut dapat diartikan

bahwa semakin lama usaha yang dijalankan maka semakin besar

pendapatan yang diperoleh.

58

Selanjutnya untuk jam kerja diketahui memiliki pengaruh yang positif

terhadap tingat pendidikan dengan nilai koefisien 0,317 maka setiap terjadi

penambahan satu jam kerja maka akan meningkatkan pendapatan usaha

sebesar 0,317. Pengaruh positif berdasarkan tabel tersebut dapat diartikan

bahwa bertambahnya jam usaha maka akan meningatkan besar pendapatan

yang diperoleh.

Selanjutnya tingkat pendidikan diketahui memiliki pengaruh yang

positif terhadap tingat pendidikan dengan nilai koefisien 0,137 maka

semakin tinggi satu tingkat pendidikan akan meningkatkan pendapatan

usaha sebesar 0,137. Pengaruh positif berdasarkan tabel tersebut dapat

diartikan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap peningatkatan

pendapatan usaha yang diperoleh.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R Square) dilakukan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Koefisien determinasi (R Square) dalam penelitian ini

berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase dari variabel

dependen (Tingkat Pendapatan) yang dapat diprediksi dengan variabel

independen (Besar Pembiayaan, Lama Menjadi Anggota BMT,

Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Usaha, dan

Tingkat Pendidikan). Besarnya koefisien determinasi (R Square) dapat

dilihat pada Tabel 2, yaitu:

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .991a .983 .981 .20479

a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi

Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Anggota. b. Tingkat Pendapatan.

59

Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut, nilai R Square sebesar 0,991

artinya kemampuan variabel Besar Pembiayaan, Lama Menjadi

Anggota BMT, Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama

Usaha, dan Tingkat Pendidikan dalam ketepatan memprediksi variasi

variabel Tingkat Pendapatan sebesar 99.1%, sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain yang tidak diteliti yang

mampu mempengaruhi Tingkat Pendidikan seperti lokasi usaha,

kemampuan manajerial yang baik, dan promosi.

b. Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk melihat seberapa baik data sampel

suatu penelitian fit dengan model regresi yang diajukan didalam

penelitian. Uji statistik F pada penelitian ini yaitu untuk melihat

pengaruh variabel independen (Besar Pembiayaan, Lama Menjadi

Anggota BMT, Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama

Usaha, dan Tingkat Pendidikan) terhadap variabel dependen (Tingkat

Pendapatan) pada BMT At Taqwa secara simultan. Setelah dilakukan

penganalisaan dengan SPSS 16 maka diperoleh hasil uji F yang dapat

dilihat pada Tabel 3, yaitu:

Tabel 4.6 Hasil Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 124.753 7 17.822 424.956 .000a

Residual 2.181 52 .042

Total 126.933 59

a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi

Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Anggota

b. Dependent Variable: Pendapatan

60

Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut, dapat dilihat bahwa signifikan

pada 0,000 yaitu ≤ 0,05, dengan kata lain mampu menolak H0, artinya

bahwa semua variabel independen : Besar Pembiayaan, Lama Menjadi

Anggota BMT, Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama

Usaha, dan Tingkat Pendidikan secara serentak mempengaruhi

Tingkat Pendapatan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data

sampel suatu penelitian telah fit dengan model regresi yang diajukan,

sehingga model regresi dapat dikatakan baik.

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji parsial ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen, seberapa

jauh pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara

individual mampu menerangkan variabel dependennya. Untuk melihat

pengaruh Besar Pembiayaan, Lama Menjadi Anggota BMT, Frekuensi

Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Usaha, dan Tingkat

Pendidikan terhadap Tingkat Pendapatan dapat lihat pada Tabel

berikut ini :

Tabel 4.7 Uji -t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.988 .168

-5.896 .000

Besar Pembiayaan .092 .045 .054 2.055 .045

Lama Anggota .638 .069 .469 9.209 .000

Frekuensi Pembiayaan .149 .049 .107 3.036 .004

Modal Awal .146 .037 .125 3.953 .000

Lama Usaha .091 .057 .034 1.604 .115

Jam Kerja .317 .056 .262 5.701 .000

Pendidikan .137 .049 .063 2.805 .007

a. Dependent Variable: Pendapatan

61

1) Pengaruh Besar Pembiayaan Terhadap Tingkat Pendapatan

Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel

Besar Pembiayaan sebesar 1,891 dengan nilai signifikansi sebesar

0,045 < 0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (2,055) lebih

besar dari t tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Besar Pembiayaan

secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat

Pendapatan.

2) Pengaruh Lama Anggota Terhadap Tingkat Pendapatan

Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel

Lama Anggota sebesar 1,670 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 <

0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (9,209) lebih besar dari t

tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Lama Anggota secara parsial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pendapatan.

3) Pengaruh Frekuensi Pembiayaan Terhadap Tingkat Pendapatan

Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel

Frekuensi Pembiayaan sebesar 3,036 dengan nilai signifikansi sebesar

0.004 < 0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (3,036) lebih

besar dari t tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Frekuensi

Pembiayaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat

Pendapatan.

4) Pengaruh Modal Awal Terhadap Tingkat Pendapatan

Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel

Modal Awal sebesar 3,953 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 <

0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (3,953) lebih besar dari t

tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Modal Awal secara parsial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pendapatan.

5) Pengaruh lama Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan

Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel Jam

Kerja sebesar 1,604 dengan nilai signifikansi sebesar 0,115 > 0.05

artinya tidak signifikan. Karena nilai t hitung (1,604) lebih kecil dari t

62

tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Jam Kerja secara parsial

memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Tingkat

Pendapatan.

6) Pengaruh Jam Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan

Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel

Lama Usaha sebesar 5,701 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 <

0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (5,701) lebih besar dari t

tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Lama Usaha memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pendapatan.

7) Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pendapatan

Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel

Tingkat Pendidikan sebesar 2,805 dengan nilai signifikansi sebesar

0.007 < 0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (2,805) lebih

besar dari t tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Tingkat

Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tinkat

Pendapatan.

Dapat disimpulkan bahwa dari ketujuh variable bebas tersebut

yaitu besarnya pembiayaan, lama menjadi anggota BMT, frekuensi

pembiayaan, modal awal, lama usaha, jam kerja dan tingkat

pendidikan, terdapat enam variable yang berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat pendapatan usaha yaitu besarnya

pembiayaan, lama menjadi anggota BMT, frekuensi pembiayaan,

modal awal, lama usia usaha dan pendidikan.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Besar Pembiayaan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa besar pembiayaan yang

dilakukan oleh nasabah berpengaruh positif terhadap peningkatan

pendapatan artinya semakin besar jumlah pembiayaan maka semakin

besar pendapatan yang diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai

koefesien regresi sebesar 0,092. Besar pembiayaan juga berpengaruh

63

secara simultan yang dapat dilihat dari uji f dengan nilai signifikansi

0,000 < 0,05. Besar pembiayaan juga berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap penambahan jumlah pendapatan artinya besar

pembiayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhapat

peningkatan pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansi sebesar 0,045 < 0.05 dan nilai t hitung (2,055) lebih besar

dari t tabel (1,674).

Besaran pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah BMT At Taqwa

sangat bervariasi mulai dari Rp. 5.000.000,00 sampai dengan lebih dari

Rp. 50.000.000,00. Semakin besar jumlah pembiayaan yang diambil

oleh nasabah maka akan meningkatkan pendapatan, hal tersebut

dikarenakan dengan adanya pembiayaan seorang pengusaha dapat

mengembangkan usahanya, seperti menambah peralatan, membuka

outlet baru, membuat promosi dan menambah tenaga kerja. Jadi

dengan berkembangnya usaha maka pendapatan pun akan meningkat.

2. Lama Menjadi Anggota BMT

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lamanya menjadi anggota

BMT berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin

lama nasabah menjadi anggota BMT maka semakin besar pendapatan

yang diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi

sebesar 0,638. Lamanya menjadi anggota BMT juga berpengaruh

secara simultan yang dapat dilihat dari uji f dengan nilai signifikansi

0,000 < 0,05. Lamanya menjadi anggota BMT juga berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap penambahan jumlah pendapatan

artinya lamanya menjadi anggota BMT mempunyai pengaruh yang

signifikan terhapat peningkatan pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat

dari nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung (9,209)

lebih besar dari t tabel (1,674).

Lama menjadi anggota berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

hal tersebut dikarenakan semakin lama nasabah menjadi anggota BMT

maka akan semakin banyak pembiayaan yang dilakukan sehingga

64

dengan pembiayaan tersebut nasabah dapat mengembangkan usahanya.

Dengan demikian pendapatan yang diperoleh pun akan meningkat.

3. Frekuensi Pembiayaan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyaknya pembiayaan

yang dilakukan berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya

semakin banyak nasabah melakukan pembiayaan maka semakin besar

pendapatan yang diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai

koefesien regresi sebesar 0,149. Banyaknya pembiayaan juga

berpengaruh secara simultan yang dapat dilihat dari uji f dengan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05. Banyaknya pembiayaan juga berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap penambahan jumlah pendapatan

artinya banyaknya pembiayaan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhapat peningkatan pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansi sebesar 0,004 < 0.05 dan nilai t hitung (3,036) lebih besar

dari t tabel (1,674).

Banyaknya pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah selaku

pengusaha akan meningkatkan pendapatan usahanya, hal tersebut

dikarenakan dengan banyaknya pembiayaan yang dilakukan seorang

pengusaha akan mendapatkan dana untuk mengembangkan usaha. Jadi,

semakin banyak frekuensi pembiayaan, seorang pengusaha dapat terus

meningkatkan usahanya, dengan demikian usahanya semakin

berkembang dan pendapatan usahanya pun akan meningkat.

4. Modal Awal

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa modal awal yang dilakukan

berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin besar

modal awal maka semakin besar pendapatan yang diperoleh hal

tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 0,146. Modal

awal juga berpengaruh secara simultan yang dapat dilihat dari uji f

dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Modal awal secara parsial juga

berpengaruh signifikan terhadap penambahan jumlah pendapatan

artinya besarnya modal awal mempunyai pengaruh yang signifikan

65

terhapat pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi

sebesar 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung (3,953) lebih besar dari t tabel

(1,674).

Modal sangat penting dalam memulai suatu usaha, besar kecilnya

sebuah usaha sangat bergantung dari seberapa besar modal awal usaha.

Oleh karena itu modal awal berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

dikarenakan semakin besar modal awal maka jenis usaha yang dibuat

dapat lebih besar, sehingga dengan usaha yang besar maka besar pula

pendapatan yang akan diperoleh.

5. Lama Usaha

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lama usaha yang dilakukan

berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin lama

usia usaha yang dijalankan maka semakin besar pendapatan yang

diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar

0,091. Lama usaha juga berpengaruh secara simultan terhadap tingkat

pendapatan, hal tersebut dapat dilihat dari uji f dengan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05. Namun, lama usaha secara parsial

berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan artinya

lamanya usaha mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhapat

pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar

0,115 > 0.05 dan nilai t hitung (1,604) lebih kecil dari t tabel (1,674).

Lama usaha yang dijalankan oleh nasabah BMT At Taqwa selaku

pengusaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

pendapatan meskipun ada pengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor lain yang lebih

dominan dari pada lamanya sebuah usaha seperti besarnya

pembiayaan, modal awal, dan pendidikan. Dengan pembiayaan dan

modal yang besar maka pengusaha tidak perlu menunggu lama dalam

mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan.

66

6. Jam Kerja

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jam kerja berpengaruh

positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin lama jam kerja

sebuah usaha maka semakin besar pendapatan yang diperoleh, hal

tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 0,317. Jam

kerja juga berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pendapatan,

hal tersebut dapat dilihat dari uji f dengan nilai signifikansi 0,000 <

0,05. Jam kerja juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

tingkat pendapatan artinya jam kerja mempunyai pengaruh yang

signifikan terhapat pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansi sebesar 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung (5,701) lebih besar

dari t tabel (1,674).

Para pengusaha nasabah pembiayaan dalam menjalankan usahanya

memiliki jam kerja yang berbeda-beda dikarenakan jenis usaha yang

dijalankan pun bervariasi. Semakin lama jam kerja maka akan

meningkatkan pendapatan, hal tersebut dikarenakan pengusaha yang

jam kerjanya lebih lama maka akan mendapatkan pembeli yang cukup

banyak dari pada pengusaha yang memiliki jam kerja lebih pendek.

7. Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan

berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin tinggi

tingkat pendidikan maka semakin besar pendapatan yang diperoleh hal

tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 0,137. Tingkat

pendidikan juga berpengaruh secara simultan terhadap tingkat

pendapatan, hal tersebut dapat dilihat dari uji f dengan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05. Tingkat pendidikan juga berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap tingkat pendapatan artinya tingkat

pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhapat pendapatan

usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,007 < 0.05

dan nilai t hitung (2,805) lebih besar dari t tabel (1,674).

67

Nasabah pembiayaan BMT At Taqwa memiliki tingkat pendidikan

yang bervariasi dari tingkat dasar sampai dengan sarjana. Sehingga

ilmu yang dimiliki nasabah pun berbeda-beda khususnya dalam

menjalankan usaha. Jadi, semakin tinggi pendidikan akan berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan, hal tersebut dikarenakan dengan

pendidikan maka nasabah lebih memilki ilmu tentang menjalankan

usaha dan mampu mengelola usahanya jauh lebih baik sehingga

pendapatan yang diperoleh akan semakin besar.

Dari pemaparan diatas maka faktor-faktor yang paling berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan usaha mikro pada nasabah pembiayaan BMT

At Taqwa adalah lama menjadi anggota dengan nilai signifikansi 0,000 <

0.05 dan nilai t hitung 9,209 > t tabel 1,674. Hal tersebut dikarenakan

dengan lamanya pengusaha menjadi nasabah pembiayaan maka akan

meningkatkan kepercayaan pihak BMT kepada nasabah tersebut sehingga

nasabah semakin mudah melakukan pembiayaan. Dengan adanya

pembiayaan tersebut maka nasabah selaku pengusaha mikro dapat

mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatan.

Hasil penelitian ini juga menguatkan penelitian terdahulu dari

Rosetyadi Artistyan Firdausa, Fitrie Arianti (2013) yang menyatakan

bahwa variabel modal usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh secara

signifikan terhadap jumlah pendapatan pedagang kios Bintoro Demak,

penelitian dari Deny Anggara Lugianto (2015) juga menunjukkan

pengaruh baik secara simultan maupun secara parsial antara tingkat

pendidikan, tingkat pengalaman kerja, jumlah waktu, modal dan lokasi

terhadap pendapatan pedagang kaki lima di wilayah Tegalboto Sumbersari

Kabupaten Jember dan penelitian dari Muhammad Fajar (2017) yang

menjelaskan bahwa frekuensi pembiayaan, pendidikan dan status usaha

adalah variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap omset

usaha.

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pendapatan nasabah pembiayaan BMT At Taqwa

tahun 2017, dengan variabel bebas berupa besar pembiayaan, lama menjadi

anggota BMT, frekuensi atau banyaknya pembiayaan, modal awal, lama

usaha, jam kerja, dan tingkat pendidikan maka dapat ditarik kesimpulan

dengan menjawab dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelunya:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro yaitu

besar pembiayaan, lama menjadi anggota BMT, frekuensi atau banyaknya

pembiayaan, modal awal, lama usaha, jam kerja, dan tingkat pendidikan

berpengaruh secara menyeluruh (simultan) terhadap tingkat pendapatan

usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa dengan nilai koefesien

determinasi dalam ketepatan memprediksi pengaruh terhadap variabel

dependent tingkat pendapatan usaha sebesar 99.1%. Faktor-faktor tersebut

juga berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap tingkat

pendapatan usaha pada nasabah pembiayaan, dapat dilihat dari uraian

sebagai berikut:

a. Besarnya pembiayaan berpengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan, besar pembiayaan juga berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap tingkat pendapatan usaha (sig. 0,045 < 0.05 dan nilai t

hitung 2,055 > t tabel 1,674).

b. Lama menjadi anggota BMT berpengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan, lamanya nasabah menjadi anggota juga berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap tingkat pendapatan usaha (sig. 0,000

< 0.05 dan nilai t hitung 9,209 > t tabel 1,674).

c. Frekuensi atau banyaknya pembiayaan berpengaruh positif terhadap

tingkat pendapatan. Frekuensi pembiayaan juga berpengaruh signifikan

69

secara parsial terhadap tingkat pendapatan usaha (sig. 0,004 < 0.05 dan

nilai t hitung 3,036 > t tabel 1,674).

d. Modal awal berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan. Modal

awal juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat

pendapatan usaha (sig. 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung 3,953 > t tabel

1,674).

e. Lama usaha berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan. Namun

lama usaha secaraparsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pendapatan usaha (sig. 0,115 > 0.05 dan nilai t hitung 1,604 < t tabel

1,674).

f. Jam kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan. Jam kerja

juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat pendapatan

usaha (sig. 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung 5,701 > t tabel 1,674).

g. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan.

Jam kerja juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat

pendapatan usaha (sig. 0,007 < 0.05 dan nilai t hitung 2,805 > t tabel

1,674).

2. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha

mikro pada nasabah pembiayaan BMT At Taqwa adalah lama menjadi

anggota dengan nilai signifikansi 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung 9,209 > t

tabel 1,674. Hal tersebut dikarenakan dengan lamanya pengusaha menjadi

nasabah pembiayaan maka akan semakin banyak nasabah tersebut

melakukan pembiayaan. Dengan adanya pembiayaan tersebut maka

nasabah selaku pengusaha mikro dapat mengembangkan usahanya dan

meningkatkan pendapatan.

70

B. Saran

1. Bagi BMT At Taqwa Kemanggisan diharapkan dapat meningkatkan dan

memberdayakan masyarakat dan anggotanya, yang sesuai dengan tujuan

dari lembaga tersebut yaitu sebagai lembaga yang bergerak dibidang

penghimpunan dan penyaluran dana dalam permasalahan perekonomian

masyarakat dalam mengembangkan usahanya terutama para pedagang

kecil ke bawah agar menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi

usahanya maupun segi pemahaman pola ekonomi syariah.

2. Dari pihak BMT juga diharapkan dapat melengkapi pelayanan-pelayanan

yang dibutuhkan oleh masyarakat yang ada kaitannya dengan masalah

simpan pinjam syariah sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu,

idealisme produk-produk pada BMT yang berdasarkan operasional

Syari’at Islam harus terus dipertahankan dalam Lembaga Keuangan

Syariah, karena hal tersebut yang membedakannya dengan Lembaga

Keuangan Konvensional.

3. Pembahasan mengenai pembiayaan dalam mensejahterakan masyarakat

dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penyusun

mengharapkan kekurangan-kekurangan tersebut dapat digunakan sebagai

kajian-kajian untuk peneliti berikutnya dan dapat melengkapi kekurangan

yang berkaitan dengan lembaga keuangan syariah.

4. Pihak pemerintah maupun BMT memberikan pelatihan, pembinaan dan

penyuluhan secara intensif agar pedagang mampu dalam memulai usaha

dan mengembangkan usahanya. Dengan banyaknya pengusaha maka

akan mengurangi pengangguran dikalangan masyarakat.

71

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Sawir, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan

Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 Jakarta: Prestasi

Pustaka Publiser, 2009

Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta:

PT ISES Consulting Indonesia, 2008.

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Teras,

2011.

Al.haryono, jusup. Dasar-Dasar Akuntansi Edisi 6, Yogyakarta:

Universitas gajahmada, 2003.

Antonio MS. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta

(ID): Gema Insani.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka

Setia, 2002.

Djumransjah, H.M. (2004). Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang:

Bayumedia Publishing.

Gita Danupranata, Ekonomi Islam, Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006.

Istijanto, Aplikasi riset Pemasaran, Jakarta : PT Gramedia, 2005.

J. Supranto, Statistik Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Erlangga, 2000.

Huda AM. 2010. Dampak Pemberian Kredit Program CSR

Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM di Kabupaten Garut Provinsi

Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 2011.

Jaya, A. H. M. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Pedagang Kaki Lima Di Sekitar Pantai Losari Kota Makassar. Skripsi. Makassar:

Jurusan Ilmu Ekonomi Feb Unhas.

Kasmir, 2003. bank dan lembaga keuangan lainnya, edisi keenam,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir, 2006. Kewirausahaan. Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada.

Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Perkembangan Data Usaha

72

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-

2012. [internet]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id.

Lasmiatun, Perbankan Syariah, Semarang: LPSDM. RA Kartini, 2010.

M. Amir, Taufiq, Dinamika Pemsaran Jelajahi&Rasakan!, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah,

Yogyakarta: UII Press, 2002.

Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer,

Yogyakarta: UII Press, 2000.

Muhammad Fajar, 2017. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi

Omset UMKM Nasabah Pembiayaan BMT X Kota Binjay. (Skripsi). Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lighat al-Fuqaha, Beirut: Darun-nafs,

1985.

Nama, Artawa. 2012, Pasar Seni Sukawati Orientasi Sekolah Tinggi

Pariwisata Nusa Dua, Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar.

Nuruddarajat A. 2013. Pengaruh Pembiayaan Koperasi Baytul Ikhtiar

Terhadap Perkembangan Usaha Agribisnis Anggotanya. (Skripsi). Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Puspitasari H. 2012. Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro

Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha (Kasus: BMT

Tadbirul Ummah, Kabupaten Bogor). (Skripsi). Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Ridwan, Achmad, S. Si, M.T . (2009). Keterkaitan Tingkat Pendidikan

Dan Pendapatan Masyarakat. Diakses dari http: //Ridwan-Belitung.

Blogspot.Co.Id/2009/10/Keterkaitan-Tingkat-Pendidikan-Dan.Html Pada Tanggal

3 Februari 2018, Pukul 16:00 WIB

Ridwan M. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

Yogyakarta: UII Press.

73

Riyanto, Bambang. 2002. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi

Tiga Cetakan Ketujuh belas, Yogyakarta. Penerbit Yayasan Penerbit Gadjah

Mada.

Septiana RM. 2013. Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah

Terhadap Perkembangan keuntungan UMKM Di Kabupaten Bogor. (Skripsi).

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Simanjuntak, Payaman J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fe-Ui.

Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996.

Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keungan Syariah. Jakarta:

Kencana.

Sukirno, Sadono. (2006). Teori Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Pt

Raja Grafindo Persada.

Soetrisno N. 2005. Ekonomi Rakyat Usaha Mikro dan UKM

Dalam Perekonomian Indonesia. Jakarta: STEKPI.

Sudarsono H. 2008. Bank dan Lembaga Keungan Syariah,

Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Sukidin dan mundir, Metode Penelitian Membimbing Mengantar

Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendikia, 2005

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R &D,Bandung:

Alfabeta,2011

Undang-Undang Perbankan, Nomor 10 Tahun 1998, Jakarta: Sinar Grafindo,

2002

Wahid N. 2011. Peranan Kredit Produktif UMKM Dalam

Perekonomian Indonesia : Pendekatan Makro Dan Mikro. (Skripsi). Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

ANGKET PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENDAPATAN USAHA MIKRO NASABAH PEMBIAYAAN BMT AT

TAQWA KEMANGGISAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu. Saya memohon kesediaan

Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk mengisi daftar pertanyaan sebagai data penyusunan

skripsi saya yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

usaha Mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa”. Saya mengharapkan

kesediaannya Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk menjawab dengan baik dan sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan

terimakasih.

Profil Responden

1. Nama pengusaha :

2. Jenis Kelamin :

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Usia Pengusaha :

a. Kurang dari sama dengan 20 tahun c. 41 sampai dengan 50 tahun

b. 21 sampai dengan 30 tahun d. lebih dari 50 tahun

c. 31 sampai dengan 40 tahun

4. Jenis Usaha :

a. Dagang

b. Jasa

5. Jenis Pembiayaan yang diambil Responden:

a. Murabahah

b. Mudharabah

c. Musyarakah

Besar Pembiayaan (X1)

1. Berapa besar pembiayaan yang Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dapat dari BMT At

Taqwa

a. Lebih kecil sama dengan Rp. 5.000.000,00

b. Rp. 5.000.001,00 sampai dengan Rp. 10.000.000,00

c. Rp. 10.000.001,00 sampai dengan Rp. 15.000.000,00

d. Rp. 15.000.001,00 sampai denganRp. 20.000.000,00

e. Lebih dari Rp. 20.000.000,00

Lama Menjadi Anggota BMT (X2)

2. Berapa lama Bpk/Ibu/Sdra/Sdri sudah menjadi anggota BMT At Taqwa

a. Kurang dari 1 tahun d. 10 sampai dengan 15 tahun

b. 1 sampai dengan 5 tahun e. Lebih dari 15 tahun

c. 6 sampai dengan 10 tahun

Frekuensi Pembiayaan (X3)

3. Berapa kali Bpk/Ibu/Sdra/Sdri sudah melakukan pembiayaan di BMT At

Taqwa

a. 1 kali d. 4 kali

b. 2 kali e. lebih dari 5 kali

c. 3 kali

Modal Awal (X4)

4. Berapakah modal awal Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dalam menjalankan usaha

pertama kali

a. Lebih kecil sama dengan Rp. 5.000.000,00

b. Rp. 5.000.001,00 sampai dengan Rp. 10.000.000,00

c. Rp. 10.000.001,00 sampai dengan Rp. 15.000.000,00

d. Rp. 15.000.001,00 sampai dengan Rp. 20.000.000,00

e. Lebih dari Rp. 20.000.000,00

Lama Usaha (X5)

5. Sudah berapa lama Bpk/Ibu/Sdra/Sdri menjalankan usahanya selama ini

a. Kurang dari 1 tahun d. 10 sampai dengan 15 tahun

b. 1 sampai dengan 5 tahun e. Lebih dari 15 tahun

c. 6 sampai dengan 10 tahun

Jam Kerja (X6)

6. Berapa lama jam kerja Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dalam menjalankan usahanya

dalam satu hari

a. Kurang dari sama dengan 5 jam c. 16 sampai dengan 20 jam

b. 6 sampai dengan 10 jam d. lebih dari 20 jam

c. 11 sampai dengan 15 jam

Tingkat Pendidikan (X7)

7. Pendidikan terakhir apa yang Bpk/Ibu/Sdra/Sdri ditempuh

a. SD/MA c. Perguruan Tinggi

b. SMP/Mts d. Tidak sekolah

c. SMA/MA

Tingkat Pendapatan (Y)

8. Berapakah besar pendapatan kotor (omset) Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dalam satu

bulan

a. Lebih kecil sama dengan Rp. 50.000.000,00

b. Rp. 50.000.001,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00

c. Rp. 100.000.001,00 sampai dengan Rp. 150.000.000,00

d. Rp. 105.000.001,00 sampai dengan Rp. 200.000.000,00

e. Lebih dari Rp. 200.000.000,00

LAMPIRAN

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Tingkat Pendapatan 2.1333 1.46677 60

Besar Pembiayaan 1.7500 .85618 60

Lama Menjadi Anggota 1.7000 1.07829 60

Frekuensi Pembiayaan 2.1000 1.05284 60

Modal Awal 2.3333 1.25774 60

Lama Usaha 1.8000 .54617 60

Jam Kerja 2.1333 1.21386 60

Tingkat Pendidikan 2.7667 .67313 60

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .991a .983 .981 .20479 .983 424.956 7 52 .000

a. Predictors: (Constant), Tingkat Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi Pembiayaan, Modal

Awal, Jam Kerja, Lama Menjadi Anggota

b. Dependent Variable: Tingkat Pendapatan

LAMPIRAN

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 124.753 7 17.822 424.956 .000a

Residual 2.181 52 .042

Total 126.933 59

a. Predictors: (Constant), Tingkat Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi

Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Menjadi Anggota

b. Dependent Variable: Tingkat Pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.988 .168 -5.896 .000

Besar Pembiayaan .092 .045 .054 2.055 .045 .480 2.083

Lama Menjadi Anggota .638 .069 .469 9.209 .000 .127 7.850

Frekuensi Pembiayaan .149 .049 .107 3.036 .004 .265 3.769

Modal Awal .146 .037 .125 3.953 .000 .329 3.039

Lama Usaha .091 .057 .034 1.604 .115 .737 1.356

Jam Kerja .317 .056 .262 5.701 .000 .156 6.406

Tingkat Pendidikan .137 .049 .063 2.805 .007 .654 1.530

a. Dependent Variable: Tingkat Pendapatan

LAMPIRAN

No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y

1 1.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0

2 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0

3 1.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0

4 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

5 1.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0

6 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0

7 2.0 1.0 1.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0

8 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0

9 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

10 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 3.0 1.0

11 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0

12 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0

13 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 4.0 3.0 5.0

14 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0

15 4.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0

16 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0

17 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0

18 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0

19 1.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0

20 3.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0

21 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0

22 2.0 3.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 4.0

23 1.0 3.0 3.0 5.0 3.0 4.0 3.0 4.0

24 2.0 2.0 3.0 4.0 2.0 3.0 3.0 3.0

25 1.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 3.0 2.0

26 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 3.0 1.0

27 1.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0

28 2.0 4.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 5.0

29 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0

30 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

31 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0

32 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0

33 3.0 4.0 4.0 4.0 2.0 4.0 3.0 5.0

34 2.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0

35 2.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0

36 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0

37 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0

38 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0

39 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0

40 3.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0

41 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0

42 3.0 3.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 4.0

43 3.0 3.0 3.0 5.0 3.0 4.0 3.0 4.0

44 3.0 2.0 3.0 4.0 2.0 3.0 3.0 3.0

45 2.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 3.0 2.0

46 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 3.0 1.0

47 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0

48 4.0 4.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 5.0

49 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0

50 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

51 2.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0

52 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0

53 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0

54 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

55 1.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0

56 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0

57 2.0 1.0 1.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0

58 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0

59 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

60 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 3.0 1.0

Input SPSS 16.0

LAMPIRAN

No Nama L/P Pendidikan Jenis pembiayaan

1 RUDI HARTONO L SMA Murabahah

2 FAJAR HERMAWAN L SMA Murabahah

3 ZAINUDIN L SMA Murabahah

4 NASIRIN L SMA Murabahah

5 EKO WISNU DEWANTORO L SMA Murabahah

6 ANSORI L Sarjana Murabahah

7 M.APAN SUTARMAN L SMA Murabahah

8 AHMAD L SMA Murabahah

9 CARYANA L SMA Murabahah

10 RAKHA NAUFAL FERDIANSYA L SMA Murabahah

11 MUNADJAT L SMA Murabahah

12 PURWANTI P SMA Murabahah

13 NUR ALI L SMA Murabahah

14 SUPARMAN L SMA Murabahah

15 ABDUL HARIS HAMZAH L Sarjana Murabahah

16 HAMBALI L SMA Murabahah

17 AGUS MUSLIMIN L Sarjana Murabahah

18 SUMIDI L SMA Murabahah

19 HAPUDIN L SMA Murabahah

20 WIRDANINGSIH P Sarjana Murabahah

21 MUHAMMAD YADI L SMA Murabahah

22 DEWI KESUMA P SMA Murabahah

23 JURIYEH P SMA Murabahah

24 AMI ROLIAWATI P SMA Murabahah

25 KARSIH P SMA Murabahah

26 DARMUN L SMA Murabahah

27 SAWI L SMA Murabahah

28 ASMAH P SMA Murabahah

29 TATANG SURMAWAN L SMA Murabahah

30 PRASTIO FIRMANSYAH L SMA Murabahah

31 DINA KUSTIANA P SMA Murabahah

32 EVI SUMARIA P SMA Murabahah

33 SAYATIH P SMA Murabahah

34 E.MULYANINGSIH P SMA Murabahah

35 ABDUL ROHMAN L SMA Murabahah

36 DUDI AHMAD HIDAYAT L Sarjana Murabahah

37 SUMIATI P SMA Murabahah

38 ADNAN L SMA Murabahah

39 MUHAMAD IBNU CHOIRUDIN L SMA Murabahah

40 NANA SUPRIATNA P SMA Murabahah

41 SAYO BIN SAMAD L SMA Murabahah

42 HERDI L SMA Murabahah

43 HENDRA TARDINSYAH L SMA Murabahah

44 NURLELA P SMA Murabahah

45 IRVAN NURZAMAN L SMA Murabahah

46 SARI HERAWATI P SMA Murabahah

47 TRI JOKO YANI.S L Sarjana Murabahah

48 ZAINUDDIN H. L SMA Murabahah

49 SLAMET BUDIHARJO,DRS,H. L Sarjana Murabahah

50 ABDUL ROHMAN L SMA Murabahah

51 ANAH MULYANAH P SMA Musyarakah

52 MAIMUNAH P SMA Musyarakah

53 TAUFAN SUGIHARTO L Sarjana Musyarakah

54 RIDWAN ARIFIN L SMA Musyarakah

55 SUMINI P SMA Musyarakah

56 LIA MUZAFAR L Sarjana Mudharabah

57 IWAN RIDWAN L Sarjana Mudharabah

58 SOEMIJANTO L Sarjana Mudharabah

59 ANTON FAHLEVIE L Sarjana Mudharabah

60 DEWI AGUSTINA P Sarjana Mudharabah