analisis efisiensi usahatani bawang merah di …

101
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI KELURAHAN BALLA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG SRIWAHYUNI 105961115916 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 01-May-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH

DI KELURAHAN BALLA KECAMATAN BARAKA

KABUPATEN ENREKANG

SRIWAHYUNI

105961115916

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

ii

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH

DI KELURAHAN BALLA KECAMATAN BARAKA

KABUPATEN ENREKANG

SRIWAHYUNI

105961115916

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

iii

Page 4: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

iv

Page 5: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi

Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak

ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Makassar, 30 Agustus 2020

Sriwahyuni

105961115916

Page 6: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

vi

ABSTRAK

SRIWAHYUNI. 105961115916.Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh

SYAFIUDDIN dan AKBAR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi

terhadap jumlah produksi dan mengetahui tingkat efisiensi teknis, harga dan

ekonomi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla.

Populasi dalam penelitian ini adalah petani bawang merah yang ada di

Kelurahan Balla yang berjumlah 125 petani. Peneliti memilih petani bawang

merah sebesar 20% dari jumlah populasi,sehingga diperoleh 25 orang responden

sebagai sampel dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling, yaitu salah satu teknik non probabilty sampling dimana

pengambilan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria yang dirumuskan terlebih

dahulu oleh peneliti. Sampel diambil bukan secara acak, namun ditentukan sendiri

oleh peneliti dengan pertimbangan atau kriteria bahwa petani bawang merah bisa

memberikan informasi yang lebih detail dan terperinci tentang budidaya tanaman

bawang merah di Kelurahan Balla. Teknik analisis data yang digunakan yaitu

dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan model regresi linear berganda

dan dianalisis dengan stochastic frontier untuk menghitung tingkat efisiensi

usahatani bawang merah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi bibit, pupuk,

pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh secara simultan terhadap produksi bawang

merah, sementara secara parsial variabel pestisida dan tenaga kerja yang

berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Hasil analisis efisiensi teknis

menunjukkan mean efisiensi sebesar 0,994 berarti lebih efisien dalam penggunaan

faktor- faktor produksinya karena lebih mendekati 1. Untuk efisiensi harga dari

usahatani bawang merah yaitu sebesar -1,847 hal ini menunjukkan bahwa

usahatani bawang merah tidak efisien secara harga. Sedangkan untuk efisiensi

ekonomi dari usahatani bawang merah di Kelurahan Balla yaitu sebesar -1,835 hal

ini menunjukkan usahatani bawang merah tidak efisien secara ekonomi.

Kata kunci : Bawang Merah, Efisiensi, Usahatani

Page 7: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

vii

ABSTRACT

SRIWAHYUNI. 105961115916. Analysis of Efficiency of Shallot Farming in

Balla Village, Baraka District, Enrekang Regency. Guided by SYAFIUDDIN and

AKBAR.

This research aims to determine the effect of production factors on the

amount of production and to know the level of technical efficiency, price and

economy of shallot farming in Balla Village.

The population in this study is shallot farmers in Balla Village which

numbered 125 farmers. Researchers selected onion growers for 20% of the

population, so 25 respondents were sampled in the study. Sampling is done

purposive sampling, which is one of the non probabilty sampling techniques

where sampling is based on the criteria formulated first by researchers. The

samples were taken not randomly, but determined by the researchers themselves

with the consideration or criteria that shallot farmers could provide more detailed

and detailed information about the cultivation of shallot crops in Balla Village.

The data analysis technique used is quantitatively analyzed using multiple linear

regression models and analyzed with stochastic frontier to calculate the efficiency

of onion farming efficiency.

The results showed that the production factors of seeds, fertilizers,

pesticides, and labor simultaneously affected the production of shallots, while

partially variable pesticides and labor that had a noticeable effect on the

production of shallots. The results of the technical efficiency analysis show the

mean efficiency of 0.994 means more efficient in the use of production factors

because it is closer to 1. For the price efficiency of the shallot farming is -1,847

this indicates that the shallot farming is inefficient in price. As for the economic

efficiency of shallot farming in Balla Village which is -1,835 this indicates that

shallot farming is not economically efficient.

Keywords : Onion, Efficiency, Farming

Page 8: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya-lah

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa pula

penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena

beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang

penuh berkah.

Adapun judul skripsiyang dibahas adalah “Analisis Efisiensi Usahatani

Bawang Merahdi Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat;

1. Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si selaku pembimbing utamadan Akbar, S.P., M.Si

selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Makassar.

Page 9: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

ix

4. Kedua orang tua saya Bapak Supriadi dan Ibu Hamila ,kakak dan adik-adikku

tercinta, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan , baik

berupa moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada kami khususnya

penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang khususnya Bapak Hasir selaku Kepala Kelurahan Balla beserta

jajarannya yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di daerah

tersebut, serta membantu dan melayani saya dengan baik dan memberikan

informasi selama melakukan penelitian di lokasi.

7. Kepada para petani responden yang telah meluangkan waktunya dan

mengizinkan saya untuk mewawancarai.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis

Angkatan 2016 yang terkhusus kelas Agri D 2016 yang selalu belajar bersama

tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

Page 10: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

x

Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari

semua pihak demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi inibermanfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

Makassar, 20 Juli 2020

Sriwahyuni

Page 11: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6

2.1 Efisiensi Usahatani ................................................................................... 6

2.2 Komoditas Bawang Merah ...................................................................... 10

2.3 Faktor Produksi ....................................................................................... 12

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................................... 15

2.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 17

2.6 Hipotesis .................................................................................................. 20

III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 21

3.2 Teknik Penentuan Sampel ...................................................................... 21

Page 12: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

xii

3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 23

3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 23

3.6 Definisi Operasional .............................................................................. 27

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ..................................... 29

4.1 Letak Geografis ...................................................................................... 29

4.2 Kondisi Demografis ............................................................................... 30

4.3 Kondisi Pertanian ................................................................................... 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 35

5.1 Identitas Responden ............................................................................... 35

5.2 Pengaruh Faktor Produksi ...................................................................... 42

5.3 Tingkat Efisiensi .................................................................................... 52

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 59

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 59

6.2 Saran ...................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61

LAMPIRAN ........................................................................................................ 64

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 87

Page 13: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................................. 15

2. Tingkatpendidikan di Kelurahan Balla ............................................................. 30

3. Mata Pecaharian Penduduk di Kelurahan Balla ............................................... 31

4. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Balla ......................................................... 32

5. Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun/ Lingkungan..................................... 33

6. Golongan umur petani di Kelurahan Balla ....................................................... 36

7. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................................... 37

8. Jumlah Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani ............................ 39

9. Jumlah Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga .................................. 40

10. Luas Lahan Petani Responden ....................................................................... 41

11. Koefisien Determinasi.................................................................................... 42

12. Hasil Uji statistik F ........................................................................................ 43

13. Hasil Uji Statistik t ......................................................................................... 44

14. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Frontier ....................................................... 53

15. Jumlah Total Biaya, Rata- Rata dan Pendapatan Usahatani .......................... 55

Page 14: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuisioner .......................................................................................................... 64

2. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................................... 68

3. Identitas Petani Bawang Merah ........................................................................ 69

4. Hasil Output SPSS............................................................................................ 70

5. Hasil Output Frontier........................................................................................ 71

6. Dokumentasi ..................................................................................................... 76

Page 15: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi dalam pengembangan

bawang merah, dilihat dari banyaknya daerah-daerah di Indonesia yang

membudidayakan. Sentra bawang merah di Indonesia terdapat di 6 provinsi yaitu

Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan

Nusa Tenggara Barat. Perkembangan bawang merah di Indonesia yang meliputi

luas tanam, luas panen, produksi dan harga. Perkembangan luas tanam komoditas

bawang merah di Indonesia pada bulan Januari – Juli 2017 mencapai 89,34 ribu

hektar atau 89,70% dari target luas tanam sebesar 99,60 ribu hektar. Provinsi yang

telah mencapai target tanam sampai dengan Juli 2017 yaitu Provinsi Sulawesi

Selatan dan Sumatera Barat (Kementrian Pertanian, 2017).

Usaha meningkatkan produksi bawang merah harus dibarengi pula dengan

peningkatan pendapatan petani, yang sekaligus dapat menciptakan perluasan

kesempatan kerja bagi golongan masyarakat pada sektor pertanian. Sebagai

negara agraris, pembangunan di bidang pertanian mutlak dilakukan karena

sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan pekerjaan

utamanya adalah bertani. Oleh karena itu, sewajarnya jika pembangunan

diarahkan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di daerah pedesaan terutama

petani bawang merah.

Page 16: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

2

Usahatani bawang merah selain membutuhkan sumber daya manusia yang

terampil, berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya, keterpaduan antara lahan

secara optimal, penggunaan pupuk dan dan didukung oleh tenaga kerja yang

mempunyai produkstifitas tinggi sehingga kebutuhan pangan dapat dicapai dan

terpenuhi secara rasional. Juga pihak produsen sering dihadapkan pada berbagai

masalah yang besar terhadap kelangsungan hidup petani bawang merah. Harga

bawang merah sering mengalami fluktuasi. Ketika saat panen tiba hasilnya

melimpah, harga mendadak turun dan lebih parah lagi jika hasil produksi yang

telah diprediksikan jauh lebih melenceng dari jumlah produksi yang dihasilkan.

Kabupaten Enrekang adalah penghasil sayur-sayuran terbesar di Sulawesi

Selatan. Hal ini juga tergambar dari PDRB Kabupaten Enrekang yang

menunjukkan bahwa Sub kategori hortikultura munyumbang sekitar 41,98 %

terhadap total Nilai Tambah Bruto PDRB Kabupaten Enrekang pada tahun 2017.

Untuk komoditi hortikultura hampir keseluruhannya menunjukan peningkatan

produksi. Berdasarkan data BPS, luas panen bawang merah di Kabupaten

Enrekang pada tahun 2019 mencapai 7.605 hektar, naik 15% dibanding tahun

2018 sebanyak 6.610 hektar. Peningkatan luas panen berbanding lurus pada tahun

2019 mencapai 80 ribu ton naik 8,7% dibanding produksi tahun 2018 sebanyak

73.581 ton.

Bawang merah merupakan salah satu sumber mata pencarian petani di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dengan jumlah petani

sebanyak 125 petani. Penduduk Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang adalah moyoritas petani bawang merah. Hal ini menunjukan bahwa

Page 17: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

3

tanaman bawang merah memegang peran penting, serta memberikan kontribusi

yang sangat besar terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Balla

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

Dalam pengembangan bawang merah, maka pemerintah Kabupaten

Enrekang memberikan bantuan kepada kultivator sebanyak 330 unit kepada para

petani untuk terus meningkatkan produksi dan produktifitas serta dapat

mengefisienkan tenaga kerja di lapangan sehingga biaya produksi bisa ditekan.

Bantuan itu dimaksudkan sebagai wujud nyata dan komitmen pemerintah pusat

dalam mendukung Kabupaten Enrekang sebagai sentra utama dan sekaligus

pemasok bawang merah nasional. Pemerintah Kabupaten Enrekang juga

membuka akses ekspor bawang merah ke sejumlah negara.

Penelitian mengenai budidaya usahatani bawang merah, sebelumnya sudah

pernah diteliti oleh (Waryanto, 2015). Penelitian tersebut membahas mengenai

pengaruh input terhadap produksi bawang merah, beserta tingkat efisiensinya.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel independent seperti

luas lahan, bibit, pupuk NPK, pupuk organik, pestisida, dan tenaga kerja

berpengaruh signifikan secara positif terhadap jumlah produksi bawang merah

yang menjadi variabel dependent pada analisis regresi.

Penelitian mengenai analisis efisiensi produksi usahatani bawang merah,

sebelumnya sudah diteliti oleh Imelda Pratiwi Putri (2019). Penelitian tersebut

juga membahas mengenai banyaknya keluhan masyarakat terkait dengan

fluktuasi harga bawang merah dan ketersediaannya yang terbatas, terutama pada

hari libur keagamaan dan akhir tahun. Selain itu, ketersediaan faktor produksi

Page 18: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

4

juga sering dikeluhkan oleh petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis pendapatan pertanian, efisiensi teknis, efisiensi alokasi dan efisiensi

ekonomi pertanian bawang merah.

Berdasarkan hasil penelitian, selama ini belum ada yang meneliti efisiensi

usahatani bawang di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

dan petani belum memahami faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan

tenaga kerja untuk digunakan secara efisien agar produksi semakin tinggi dan

pendapatan petani juga meningkat. Maka peneliti telah melakukan penelitian

dengan judul Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Balla

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pada

penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana pengaruh faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja

terhadap produksi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan

Baraka Kabupaten Enrekang?

2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi

usahatani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang?

Page 19: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan pada

penelitian ini antara lain:

1. Untuk menganalisis pengaruh faktor produksi bibit, pupuk, pestisida dan

tenaga kerja terhadap produksi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi

ekonomi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang analisis efisiensi

usahatani bawang merah dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh

selama proses perkuliahan dengan terjun langsung ke lapangan dalam hal ini di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Bagi petani, dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran dari

peneliti terkait analisis efisiensi usahatani bawang merah.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan

keputusan dalam penerapan strategi kebijaksanaan mengenai pertanian

khususnya pada pertanian hortikultura dalam hal ini adalah komoditi bawang

merah.

4. Bagi pihak lain, dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi terhadap

pengembangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan analisis efisiensi usahatani bawang merah.

Page 20: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efisiensi Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola

input atau faktor- faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

benih dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan

produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.

Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya

dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa

mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk

memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani sebagai organisasi dari alam, tenaga

kerja, dan modalyang ditujukan kepada produksi di sektor pertanian (Salikin,

2003). Usahatani dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus

menerus dan bersifat komersial (Dewi, 2012).

Prasetya (2006) menyatakan usahatani adalah ilmu yang mempelajari

norma-norma yang dapat dipergunakan untuk mengatur usahatani sedemikian

rupa sehingga dapat diperoleh pendapatan setiggi-tingginya. Sementara menurut

Soekarwati (2002), usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan

efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka

miliki (kuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).

Page 21: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

7

Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi petani meliputi

umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, jumlah tanggungan keluarga dan

kepemilikan lahan (Tambunan, 2003). Umur mempengaruhi perilaku petani

terhadap pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani. Petani yang bekerja

dalam usia yang produktif akan lebih baik dan maksimal dibandingkan usia non

produktif. Selain itu umur juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat aktivas

petani dalam bekerja (Hasyim, 2006). Tingkat pendidikan petani akan

berpengaruh pada penerapan inovasi baru, sikap mental dan perilaku tenaga kerja

dalam usahatani. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam

menerapkan inovasi. Pendidikan petani tidak hanya berorientasi terhadap

peningkatan produksi tetapi mengenai kehidupan sosial masyarakat tani.

Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan

kegiatan usahatani yang dapat dilihat dari hasil produksi. Petani yang sudah lama

berusahatani memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang

tinggi dalam menjalankan usahatani. Pengalaman usahatani dibagi menjadi tiga

kategori yaitu kurang berpengalaman (<5 tahun), cukup berpengalaman (5-10

tahun) dan berpengalaman (>10 tahun). Jumlah tanggungan keluarga berhubungan

dengan peningkatan pendapatan keluarga. Petani yang memiliki jumlah anggota

banyak sebaiknya meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan skala

usahatani. Jumlah tanggungan keluarga yang besar seharusnya dapat mendorong

petani dalam kegiatan usahatani yang lebih intensif dan menerapkan teknologi

baru sehingga pendapatan petani meningkat (Soekartawi, 2003).

Page 22: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

8

Pada dasarnya ilmu usahatani berkembang terus dari awal hanya bertujuan

menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya

merupakan usahatani swsembada. Oleh karena system pengolahan yang lebih baik

maka yang dihasilkan produk yang berlebih dan dapat dipasarkan sehingga

bercorak usahatani swasembada keuangan. Pada akhirnya karena berorientasi

pada pasar maka menjadi usahatani niaga. Secara garis ada dua bentuk usahatani

yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan

pertanian (Plantation, estate, enterprise). Pada umumnya yang dimaksud dengan

usahatani adalah usahatani keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan

pertanian (Suratiah, 2015).

Efisiensi merupakan banyaknya hasil produksi fisikyang dapat diperoleh

dari kesatuan faktor produksi atau input. Situasi seperti ini akan terjadi apabila

petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal (NPM) untuk

suatu input atau masukan sama dengan harga input (P) (Soekartwi, 2003).

Mulyamah (2002) mengatakan bahwa efisiensi merupakan suatu ukuran dalam

membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang

direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya.

Menurut Hasibuan (2005) mengatakan bahwa efisiensi merupakan

perbandingan yang terbaik antara sebuah input (masukan) dan output (hasil antara

keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil

optimal yang telah dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.Menurut

Lubis (2000), pengertian efisiensi adalah suatu proses internal atau sumber daya

yang diperlukan oleh organisasi untuk menghasilkan suatu satuan output. Oleh

Page 23: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

9

sebab itu, efisiensi dapat diukur sebagai ratio output terhadap input. Soekartawi

(2003), menerangkan bahwa dalam terminologi ilmu ekonomi maka pengertian

efisiensi ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif

atau harga dan efisiensi ekonomis.

Efisiensi teknis mencakup mengenai hubungan antara input dan output.

Suatu perusahaan dikatakan efisien secara teknis bilamana produksi dengan

output terbesar yang menggunakan sel kombinasi beberapa input saja. Menurut

Kumbhakar dan Lovell (2000), efisiensi teknis merupakan bagian dari efisiensi

ekonomi secara keseluruhan. Suatu perusahaan dikatakan mencapai efisiensi

ekonomi ketika perusahaan tersebut sudah mencapai efisiensi teknis. Dan untuk

memaksimakan keuntungan, perusahaan perlu memaksimalkan keuntungan,

perusahaan perlu memaksimalkan output yang dihasilkan dengan menggunakan

jumlah input tertentu (efisiensi teknis) serta mampu menghasilkan output dengan

berbagai kombinasi tingkat harga.

Efisiensi alokatif menunjukan hubungan biaya dan output. Efisiensi

alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan

yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya.

Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan memproduksi output yang paling

disukai oleh konsumen (McEachern, 2001).McEachern (2001) dalam Anandra

(2010), menyatakan efisiensi harga atau alokatif menunjukan hubungan biaya

input dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu

memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap

faktor produksi dengan harganya. Bila petani mendapat keuntungan yang besar

Page 24: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

10

dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dapat

dikatakan mengalokasikan input usahataninya secara efisien.

Efisiensi ekonomis merupakan produk dari efisiensi teknis dan efisiensi

harga, sehingga efisiensi ekonomis dapat tercapai jika efisiensi teknis dan

efisiensi harga dapat tercapai. Menurut Rusydiana (2013) efisiensi ekonomi

merupakan gabungan antara efisiensi alokatif dan efisiensi teknis. Secara ekonomi

perusahaan dapat dkatakan efisien apabila perusahaan dapat mengoptimalkan

input yang dimiliki dan dapat menghasilkan output tertentu dengan menekan

biaya produksi dengan menggunakan teknologi sesuai harga pasar yang berlaku.

2.2 Komoditas Bawang Merah

Bawang merah termasuk salah satu diantara tiga anggota Allium yang

paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di samping bawang

putih dan bawang bombay. Sejak zaman dahulu bawang merahini menjadi

andalan manusia untuk pengobatan dan kesejahteraan sehingga selalu

dilambangkan pada peninggalan sejarah. Sampai kini pun bawang merah masih

banyak digunakan untuk pengobatan dan juga sebagai bumbu penyedap masakan

(Wibowo, 2009).

Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk

ke dalam rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan guna

menambah cita rasa dan kenikmatan masakan. Disamping itu tanaman ini juga

berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes,

melitus, disenri dan akibat gigitan serangga (Samadi dan Cahyono, 2005).

Page 25: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

11

Wibowo (2005) menyatakan bahwa, bawang merah mengandung protein

1,5 g, Lemak 0,3 g, Kalsium 36 mg, Fosfor 40 mg, Vitamin C 2g, Kalori 39 kkal

dan air 88 g. Komponen ini berupa minyak atsiri yang memberikan aroma khas

dan memberikan citarasa gurih pada makanan.

Strukur morfologi tanaman bawang merah terdiri atas akar, batang, umbi,

daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok

(primaryroot) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif

(adventitiousroot) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya

tanaman serta menyerap air dan zat- zat haradari dalam tanah. Akar dapat tumbuh

pada kedalaman 30 cm, berwarna putih dan jika diremas berbau menyengat

seperti bau umbi bawang merah (Pitojo, 2003).

Musim tanam bawang merah di Indonesia banyak dilakukan pada musim

kemarau. Penanaman bawang merah baru akan dilakukan pada musim kemarau 1

setelah padi dan musim kemarau II (Purmiyati, 2002). Musim tanam bawang

merah yang pertama biasanya bulan April-Mei. Tanaman kedua dan ketiga

dilakukan pada bulan Juli-Agustus dan Oktober-November (Purmiyati, 2002).

Produksi bawang merah pada musim hujan jarang dilakukan karena adanya

kendala berupa terganggunya proses fotosintesis dan serangan penyakit yang

menyebabkan produksi menurun sehingga petani lebih memilih untuk menanam

padi (Purba dan Astuti, 2013). Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya

kelangkaan pasokan bawang merah sehingga Indonesia mengimpor bawang

merah pada periode tertentu terutama pada musim hujan.

Page 26: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

12

Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang

bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klon- klon yang spesifik

dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan bawang merah di daerah iklim

sedang tidak normal, tetapi cukup potensial untuk dikembangkan di daerah tropis

(Anonim, 2013).

Umumya bawang merah yang digunakan untuk konsumsi dipanen pada

umur sekitar 60-70 hari,atau kira-kira 60%- 70% dari seluruh tanaman daun-

daunnya sudah menguning atau mengering dan batang leher umbi terkulai. Untuk

bawang bibit harus dipanen lebih lama, yaitu sekitar umur 80-90 hari, atau kira-

kira 80%- 90% dari seluruh tanaman sudah menguning daunnya dan batang leher

umbi terkulai. Bawang merah yang dipanen terlalu muda dapat mengakibatkan

umbi kurang padat, jika disimpan banyak susutnya, mudah membusuk, dan cepat

keropos. Umur bawang yang cukup tua menjadikan umbi kelihatan keras dan

padat,dan jika disimpan dapat tahan lama (Tim Bina Karya Tani, 2008).

2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Usahatani

Tingkat produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang

dapat mempengaruhi produksi yaitu bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.

2.3.1 Bibit

Input pertanian yang berpengaruh terhadap tingkat produksi usahatani

adalah bibit. Pada umumnya petani bawang merah menggunakan bibit dari umbi

konsumsi, penggunaan bibit dari umbi konsumsi dilakukan secara turun- temurun

dalam kurun waktu yang lama, akibatnya umbi bibit yang digunakan mempunyai

mutu yang rendah. Hal ini dikarena karena bibit tersebut telah banyak terinfeksi

Page 27: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

13

oleh virus (Triharyanto et al, 2013). Ketersediaan bibit atau benih bermutu belum

mencukupi secara tepat baik waktu, jumlah, maupun mutu dan mahalnya harga

bibit atau benih sebagai komponen produski tertinggi kedua setelah tenaga kerja

sekitar 30,47% (Wiguna et al, 2013).

2.3.2 Pupuk

Produksi bawang merah dipengaruhi oleh pupuk, salah satu alternatif yang

dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah adalah

melakukan pemupukan secara tepat (Istina, 2016). Pemberian dosis yang tepat

akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, maka meningkatkan pula metabolisme

tanaman sehingga pembentukan protein, pati dan karbohidrat tidak terhambat. Hal

ini mengakibatkan pertumbuhan dan produksi meningkat. Pupuk dengan

komposisi yang tepat dapat menghasilkan produksi yang berkualitas. Pupuk yang

sering digunakan adalahpupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut Sutejo

(2002), penggunaan pupuk NPK selain dapat memberikan kemudahan dalam

pengaplikasian, juga dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dapat

dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung untuk berbagai

proses metabolisme oleh tanaman.

2.3.3 Pestisida

Upaya peningkatan produksi bawang merah sebagai salah satu tindakan

pemeliharaan tanaman adalah penggunaan pestisida (Badruddin dan Jazilah,

2010). Pestisida adalah bahan kmia beracun, pemakaian pestisida yang berlebihan

dapat menjadisumber pencemar bagi bahan pangan, air, dan lingkungan hidup

(Badruddin dan Jazilah, 2010). Pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat

Page 28: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

14

seperti pencemaran 2-3 jenis pestisida, dosis yang tidak tepat,sprayer yang tidak

standar dapat menimbulkan masalah yang serius. Salah satu cara yang dianjurkan

untuk mengurangi jumlah pemakaian pestisida dengan tidak mencampurkan

beberapa jenis pestisida, memakai konsentrasi pestisida yang dianjurkan untuk

mengurangi jumlah pemakaian pestisida dengan tidak mencampurkan beberapa

jenis pestisida, memakai konsentrasi pestisida yang dianjurkan, dan memakai

sprayer standar dengan tekanan pompa yang cukup (Sumarni dan Hidayat, 2005).

2.3.4 Tenaga Kerja

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani adalah tenaga

kerja (Sumiyati, 2006). Faktor tenaga kerja ini ada juga yang dijabarkan menjadi

tenaga kerja rumah tangga dan tenaga kerja luar rumah tangga. Faktor produksi

tenaga kerja merupakan faktor produksi penting lainnya dan perlu diperhitungkan

dalam proses produksi. Selain jumlah ketersediaan tenaga kerja, kualitas dan

macam tenaga kerja merupakan halpenting yang juga perlu diperhatikan. Kerja

seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan,pengalaman dan

tingkat kesehatan. Usahatani sebagian besar tenaga kerja beraal dari keluarga

petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga merupakan sumbangan keluarga

pada produksi secara keseluruhan yang tidak diperhitungkan. Sebaliknya tenaga

kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upah. Faktor yang mempengaruhi besar

kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan adalah skala usaha (Novitasari, 2017).

Page 29: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

15

2. 4 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Judul Penelitian Metode Hasil

1 Analisis Efisiensi Usahatani

Bawang Merah di Desa Cinta

Dame Kecamatan Simanindo

Kabupaten Samosir

Linear Berganda

dan Fungsi

Produksi

Stokastik Frontier

Hanya bibit dan

pupuk N saja yang

berpengaruh nyata

terhadapproduktifitas

bawang merah,

hanya harga bibit

saja yang

berpengaruh nyata

terhadap biaya rata-

rata. Hasil penelitian

juga menunjukkan

bahwa usahatani

bawang merah di

Desa Cinta Dame

telah mencapai

efisiensi yang tinggi

secara teknis namun

masih rendah secara

harga dan ekonomi.

2 Analisis Efisiensi Produksi

Bawang Merah di Kabupaten

Pati dengan Fungsi Produksi

Frontier Stokastik Cobb-

Douglas

Fungsi produksi

Stokastik Frontier

Cobb-Douglas

Ditemukan dua

faktor yang

berpengaruh nyata

terhadap efisiensi

teknis, yaitu lama

pengalaman menjadi

petani (berpengaruh

positif) dan umur

petani (berpengauh

negatif).

Keanggotaan

kelompok tani dan

akses penyuluhan

berpengaruh positif,

namun tidak nyata.

3 Analisis Efisiensi Produksi

Usahatani Bawang Merah

(Studi Kasus Desa Sidamulya,

Kecamatan Wanasari,

Kabupaten Brebes)

Analisis fungsi

produksi Cobb-

Douglass

menggunakan

estimasi regresi,

dan analisis

tingkat efisiensi

Usahatani bawang

merah layak untuk

dikembangkan.

Namun usahatani

tersebut berada pada

kondisi decreasing

return to scale dan

Page 30: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

16

produksi

menggunakan

data

Envelopment

Analysis

masih belum efisien

baik secara teknis,

harga, maupun

ekonomi

4

Analisis Efisiensi Penggunan

Faktor Produksi pada Industri

Kecil dan Menengah Furnitur di

Kota Pekanbaru

Fungsi produksi

Frontier Stokastik

Cobb Douglass

Rata- rata efisiensi

teknis industri kecil

dan menengah

furnitur di Kota

Pekanbaru

menghasilkan nilai

lebih kecil dari 1 hal

ini menunjukkan

bahwa penggunaan

faktor produksi

belum efisien secara

teknis. Efisiensi

harga pada industri

kecil dan menengah

bernilai lebih besar

dari 1 yang artinya

penggunaan input

belum efisien secara

alokatif. Karena

belum tercapainya

efisiensi teknis dan

harga maka dapat

dipastikan industri

kecil dan menengah

belum efisien secara

ekonomi.

5 Analisis Efisiensi Penggunaan

Faktor- Faktor Produksi Pada

Usahatani Jagung di Desa

BayunggedeKecamatan

Kintamani Kabupaten Bangli

Tahun 2014

Analisis efisiensi

teknis, efisiensi

alokatif/harga,

dan efisiensi

ekonomi

Nilai efisiensi

(teknis, harga, dan

ekonomi) kurang

dari (<) 1 yang

berarti tidak efisien.

Page 31: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

17

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan antar konsep

dirumuskan olehpeneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan minanjau teori yang

disusun dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait. Kerangka fikir ini

digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan peneliti yang

diangkat.

Usahatani adalah kombinasi dari faktor- faktor produksi berupa alam,

tenaga kerja, modal dan keahlian yang digunakan dalam proses produksi untuk

menghasilkan output. Usahatani bawang merah merupakan salah satu usaha

hortikultura sayur-sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena

bawang merah sering digunakan sebagai bahan utama untuk bumbu dasar

masakan. Berkembangnya bisnis kuliner dan industri bahan pangan seperti

makanan ringan, restoran siap saji dan lain sebagainya turut serta mempengaruhi

permintaan bawang merah yang cenderung meningkat.

Usahatani bawang merah (Allium ascalonicum) adalah usahatani yang

mengusahakan bawang merah sebagai komoditasnya. Agar usahatani bawang

merah dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan beberapa input

produksi yang menunjang dalam proses produksinya tersebut yaitu bibit, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja.

Efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk

mendapatan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi demikian terjadi jika petani

mampu membuat suatu upaya dengan nilai produk marginal (NPM) untuk suatu

input dengan harga input atau dapat dituliskan NPMXi = Pxi atau NPMXi = 1Pxi.

Page 32: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

18

Tujuan petani dalam melakukan penanaman bawang merah adalah untuk

memperoleh keuntungan. Untuk mencapainya, para petani memiliki berbagai

kendala, untuk itu perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi dan efisiensi input pertanian yang digunakan. Adapun faktor produksi

yang digunakan adalah bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Adapun kerangka

pikir dalam penelitian ini, lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 1.

Page 33: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

19

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

Produksi

Input

(Variabel bebas)

1. Bibit

2. Pupuk

3. Pestisida

4. Tenaga Kerja

Output

(Variabel terikat)

Hasil Produksi Bawang

Merah

Efisiensi Usahatani

Bawang Merah

Usahatani

Bawang Merah

Page 34: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

20

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian,

yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan

apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Berdasarkan hipotesis yang

dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. : Faktor produksi (bibit,pupuk,pestisida,tenaga kerja) berpengaruh terhadap

hasil produksi

2. : Faktor produksi (bibit,pupuk,pestisida tenaga kerja) tidak berpengaruh

terhadap hasil produksi

Page 35: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2020 di

Kelurahan BallaKecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani bawang merah yang ada di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebanyak 125 petani.

Peneliti memilih petani bawang merah sebesar 20% dari jumlah populasi yang

ada, sehingga diperoleh 25 orang petani bawang merah sebagai sampel dalam

penelitian ini. Hal ini didasari oleh pendapat Singarimbun (1995), yang

menyatakan bahwa apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka 20-25%

populasi tersebut dapat dijadikan sampel. Teknik penentuan sampel dilakukan

secara secara purposive sampling, yaitu salah satu teknik non probabilty sampling

dimana pengambilan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria yang dirumuskan

terlebih dahulu oleh peneliti. Sampel diambil bukan secara acak, namun

ditentukan sendiri oleh peneliti dengan pertimbangan atau kriteria bahwa petani

bawang merah bisa memberikan informasi yang lebih detail dan terperinci tentang

budidaya tanaman bawang merah di Kelurahan Balla.

Page 36: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

22

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif,

yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa

informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk

angka.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data

ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-

file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya

responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang

kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. Data

primer yang digunakan antara lain meliputi: penggunaan faktor produksi

usahatani bawang merah dan jumlah produksi dalam satu kali musim

tanam bawang merah.

2. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasiyang

dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder diperoleh

dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, situs Web,

literatur internet dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Page 37: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

23

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Adapun

objekyang diteliti adalah petani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan

Baraka Kabupaten Enrekang.

b. Wawancara dengan menggunakan quisioner yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara wawancara responden, sehingga antara peneliti dengan

responden dapat berkomunikasi secara langsung. Adapun para respondennya

adalah petani yang mengusahakan tanaman bawang merah.

c. Dokumentasi adalah aktivitas atau proses penyediaan dokumen-dokumen

dengan menggunakan bukti yang akurat berdasarkan pecatatan berbagai

sumber informasi.

3.5 Teknik Analisis Data

1. Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, maka peneliti menggunakan

rumus yaitu dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan model regresi

linear berganda untuk mengetahui pengaruh faktor produksi bibit, pupuk,

pestisida,dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah. Fungsi linear

berganda dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:

Page 38: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

24

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+...+BnXn

Keterangan:

Y= Output Produksi

X1,X2,X3,...,Xn = input produksi

a = nilai konstanta

b = nilai parameter yang di duga

2. Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, maka peneliti

menggunakan rumus yaitu dianalisis dengan stochastic frontier untuk

menghitung tingkat efisiensi usahatani bawang merah di daerah penelitian.

Uji efisiensi meliputi:

a. Efisiensi Teknis

ET =

Keterangan:

ET = Tingkat Efisiensi Teknis

Yi = Output Observasi

Yi* = Output Optimum

Jika nilai ET semakin mendekati 1 maka usahatani dapat

dikatakan semakin efisien secara teknis. Menurut Soekartawi

(2003) dimana ET = Tingkat Efisiensi Teknis, adalah besarnya

produk ouput ke-I , adalah besarnya produk yang diduga pada

pengamatan ke- i dan diperoleh melalui fungsi produksi frontier

Cobb- Douglas.

Page 39: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

25

b. Efisiensi Harga

Efisiensi harga menerangkan hubungan antara biaya dan output.

Efisiensi harga tercapai jika suatu perusahaan mampu memaksimalkan

keuntungan dengan menyamakan Nilai Produksi Marginal (NPM) setiap

faktor produksi dengan harganya. Secara matematis rumus efisiensi harga

(alokatif)adalah sebagai berikut:

= 1

Keterangan:

b = elastisitas produksi

X = jumlah produksi x

Y = faktor produksi

Px = harga faktor produksi x

Py = harga produksi

Rumus Elastisitas Produksi:

EP=

Dalam prakteknya nilai y, Py, X dan Px diambil nilai rata-ratanya

sehingga persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut:

= 1

Setelah didapatkan hasil NPM dari setiap faktor produksi, maka

akan dihitung rata-rata efisiensi harga dengan rumus sebagai berikut:

Page 40: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

26

EH =

Keterangan:

= bibit

= pupuk

= pestisida

= tenaga kerja

c. Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi merupakan hasil kali anatara seluruh

efisiensi teknis dengan efisiensi harga atau alokatif dari seluruh

faktor input. Adapun rumus dari efisiensi ekonomi, yaitu:

EE = ET. EH

Keterangan:

EE = Efisiensi Ekonomi

ET = Efisiensi Teknis

EH = Efisiensi Harga

Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1, maka usahatani

yang dilakukan sudah mencapai tingkat efisiensi.

Page 41: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

27

3.6 Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam pengambilan data dan informasi pada

penelitian ini, maka digunakan definisi atau konsep operasional sebagai berikut:

1. Usahatani bawang merah merupakanusahatani yang dilakukan dengan

membudidayakan bawang merah di Kelurahan Balla.

2. Bawang merah adalah adalah tanaman hortikutura jenis rempah-rempah yang

banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dibudidayakan di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

3. Produksi adalah jumlah barang yang dihasilkan dari kegiatan usahatani bawang

merah di Kelurahan Balla.

4. Faktor produksi yaitu input yang digunakan petani dalam memproduksi

usahatani bawangmerah di Kelurahan Balla.

5. Efisiensi adalah hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik. Semakin

tinggi ratio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang

dicapai.

6. Efisiensi teknis merupakan perbandingan antara produksi sebenarnya dengan

produksi maksimum.

7. Efisiensi harga adalah pengukuran tingkat keberhasilan usahatani bawang

merah yang didasarkan pada penggunaan faktor-faktor produksi usahatani

bawang merah yang dihitung dari nilai NPMx/ Px.

8. Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukkan hubungan antara

keuntungan sebenarnya dengan keuntungan maksimum.

Page 42: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

28

9. Jumlah bibit, yaitu jumlah pemakaian bibit bawang merah dalam satuan

kilogram.

10. Jumlah pupuk, yaitu kuantitas pupuk yang dipakai pada usahatani bawang

merah, satuannya kilogram.

11. Jumlah pestisida adalah jumlah pestida yang dipakai dalam usahatani bawang

merah, satuannya liter.

12. Jumlah tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja yang dipakai baik dari dalam

keluarga maupun dari luar.

Page 43: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

29

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1Letak Keadaan Geografis Kelurahan Balla

Kelurahan Balla merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang dengan jarak 33 km dari ibukota Kabupaten Enrekang

dengan luas wilayah 2,44 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut ;

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dulang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tangru

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Baraka

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Saruran

Kelurahan Balla merupakan salah satu di Kecamatan Baraka yang dimana

keadaan iklim di Kelurahan Balla terdiri dari musim hujan dan musim kemarau

dimana musim hujan biasa terjadi antara Bulan Januari sampai Juni dan musim

kemarau terjadi antara bulan Juli sampai Desember dengan ketinggian tanah 470

mdpl.

Jarak Kelurahan Balla ke Ibukota Kecamatan Baraka sekitar 3,6 km

dengan jarak tempuh ke Ibukota Kecamatan dengan kendaraan bermotor 20 menit

sedangkan jarak ke Ibukota Kabupaten sekitar 33 km dengan lama jarak yang

ditempuh dari Ibukota Kabupaten dengan kendaraan bermotor sekitar 1,5 jam

sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi 271 km denganlama jarak tempuh ke Ibukota

Provinsi dengan kendaraan bermotor sekitar 7 jam perjalanan.

Page 44: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

30

4.2 Keadaan Demografis

4.2.1Tabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi

dalam kemampuan berusahatani atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitar. Tingkat pendidikan umumnya sangat berpengaruh terhadap pola pikir

petani bawang merah yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dan lebih cepat

memahami dan menyerap informasi dan inovasi teknologi baru untuk

meningkatkan produksi bawang merah.

Tabel 2. Tingkat pendidikan diKelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Tamat 102 6

2 SD 477 29

3 SMP 249 15

4 SMA 471 29

5 Diploma 18 1

5 S1 310 19

TOTAL 1627 100

Sumber data primer setelah diolah 2019

Tabel 2 tingkat pendidikan menunjukkan bahwa diliat dari tingkat

pendidikan yang dominan antara yang tidak tamat sampai dengan sarjana

diantaranya yang tidak tamat SD 102 orang, SD 477 orang, SMP 249 orang, SMA

471 orang, Diploma 18 orang dan S1 310 orang. Tabel 2 membuktikan bahwa

persentase yang lebih tinggi yaitu SD dan SMA dengan persentase 29%.

Page 45: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

31

4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk

Sumber pendapatan masyarakat di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang berbeda-beda. Mata pencaharian masyarakat menjadi suatu

ukuran pendapatan masyarakat. Apabila mata pencahariannya baik maka akan

memungkinkan tingkat pendapatan masyarakat akan baik. Tapi apabila mata

pencaharian kurang baik maka akan mengakibatkan tingkat pendapatan yang

diperoleh akan semakin sedikit.

Tabel 3. Mata Pecaharian Penduduk di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 130 38

2 Petani bawang merah 125 36

2 PNS 36 10

3 Wiraswasta 45 14

4 Pedagang 8 2

TOTAL 344 100

Sumber data primer setelah di olah 2019

Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Balla kebanyakan

bermata pencaharian petani, yaitu sebagai pokok mata pencaharian dan terdapat

berbagai mata pencaharian lainnya diantaranya petani bawang merah, PNS,

Wiraswata dan pedagang. Dengan demikian dijelaskan bahwa yang bermata

pencaharian petani berjumlah 255 orang dengan persentase 74% dan mata

pencaharian petani bawang merah berjumlah 125 orang dengan persentase 27%,

mata pencaharian sebagai PNS berjumlah 36 orang dengan persentase 10%, mata

pencaharian wiraswasta berjumlah 45 orang dengan persentase 14% dan mata

pencaharian sebagai pedagang berjumlah 8 orang dengan pesentase 2%. Dari

Page 46: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

32

berbagai mata pencaharian yang dijelaskan, maka yang bermata pencaharian

petani lebih banyak dengan persentase yang lebih tinggi.

4.2.3 Sarana dan Prasarana

Kemajuan suatu daerah sangat berpengaruh dengan jumlah sarana dan

prasarana yang ada di daerah tersebut, baik itu sarana pembangunan maupun

sarana perhubungan yang dapat menunjang kegiatan perekonomian suatu daerah.

Apabila suatu daerah memiliki sarana dan prasarana yang memadai, maka

kegiatan perekonomian yang dilakukan pada daerah tersebut akan berjalan dengan

lancar. Sarana dan prasarana di Kelurahan balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Berbagai jenis sarana dan prasarana di Kelurahan Balla Kecamatan

Baraka Kabupaten Enrekang

No Sarana dan Prasarana Desa Jumlah (Unit)

1 Kantor Lurah 1

2 Posyandu 1

3 Mesjid 3

4 Sekolah 2

5 Lapangan sepak bola 1

6 Lapangan volly 2

7 Panti asuhan 1

8 Waduk 2

9 Pompa air 11

Sumber data primer setelah di olah 2019

Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana dan prasaran yang tersedia di

Kelurahan Balla yaitu kantor Lurah sebanyak 1 unit, posyandu sebanyak 1 unit,

mesjid sebanyak 3 unit, sekolah sebanyak 2 unit, lapangan sepak bola sebanyak 1

Page 47: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

33

unit,lapangan volly sebanyak 2 unit, panti asuhan sebanyak 1 unit, waduk

sebanyak 2 unit, dan pompa air sebanyak 11 unit.

4.2.4 Pembagian wilayah Kelurahan

Penduduk merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara, suatu

penduduk yang menempati suatu tempat/ desa akan sangat menentukan

keberhasilan suatu usaha tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah

penduduk sesuai dengan dusun/ lingkungan di Kelurahan Balla Kecamatan

Baraka Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun /Lingkungan

No

Nama

Dusun

Jumlah Jiwa Kepala

Keluarga

Persentase

(%) L P TOTAL

1 Balla 764 763 1.527 292 82

2 Kalumpang 122 121 243 41 13

3 Kaju colo’ 42 40 82 20 5

Jumlah 928 924 1.852 353 100

Sumber data primer setelah di olah 2019

Tabel 5 tingkat penduduk di Kelurahan Balla memiliki di hitung per

Dusun dan jumlah kepala keluarga per Dusun. Untuk Kelurahan Balla total kepala

keluarga 292 dengan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 1527

orang dengan persentase 82%, dan Dusun Kalumpang kepala keluarga 41 dengan

jumlah penduduk laki- laki dan perempuan sebanyak 243 orang dengan persentase

13%. Sedangkan untuk Dusun Kaju Colo’ kepala keluarga 20 dengan jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 82 orang dengan persentase 5%.

Page 48: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

34

4.3 Keadaan Pertanian

Masyarakat di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekag

yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Kondisi tanah di Kelurahan

Balla cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman seperti tanaman bawang

merah, hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan potensi yang

sangat strategis untuk dikembangkan di Kelurahan Balla. Lahan pertanian berupa

lahan sawahsekitar 78 Ha, luas pemukiman 915 Ha, luas perkebunan 0,52 Ha

yang terbentang luas tepatnya di depan jalan poros Kelurahan Balla. Hal ini

berpotensi dapat meningkatkan jumlah produksi dengan memperbanyak informasi

mengenai teknologi pertanian dan cara pengendalian hama dan penyakit pada

tanaman pertanian.

Untuk tanaman hortikultura seperti tanaman bawang merah memiliki luas

lahan dengan rata-rata 0,5 Ha ,untuk tanaman perkebunan seperti kelapa yang

memiliki luas lahan 6,7 Ha dan kebun jagung dengan luas lahan 118,46 Ha, untuk

tanaman cengkeh dengan luas lahan 0,10 Ha dan vanili dengan luas lahan 0,80

Ha. Akan tetapi sekarang petani di Kelurahan Balla bercocok tanam dengan

menanam bawang merah. Jenis tanah di Kelurahan Balla adalah tanah gambut

sehingga cocok digunakan untuk bercocok tanam.

Page 49: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas responden petani menggambarkan suatu kondisi atau keadaan

status dari petani tersebut. Identitas responden yang diuraikan dalam pembahasan

berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek keadaan petani yang

yang diduga memiliki hubungan karakteristik petani dengan kemampuan petani

dalam membudidayakan bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang. Berbagai aspek karakteristik yang dimaksud dapat dilihat

dari segi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman

menanam bawang merah.

5.1.1 Umur Responden Petani

Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahatani, terutama dalam

kemampuan fisik dan pola pikir. Umumnya petani yang berusia lebih mudah

cenderung lebih berani mengambil resiko, jika dibandingkan dengan petani yang

berusia tua. Tetapi semakin tua usia petani, maka kemampuan kerjanya relative

menurun. Walaupun disisi lain petani yang berusia tua biasanya lebih banyak

memiliki pengalaman untuk mengelolah usaha taninya dibanding dengan petani

yang relatif muda. Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan

bagi petani yang menanam bawang merah. Umur sangat mempengaruhi

kemampuan fisik dan cara berfikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan dan daya serap informasi pengetahuan dari penyuluh.

Page 50: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

36

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa

umur responden mulai dari 26 sampai 54 tahun petani bawang merah, komposisi

umur petani bawang merah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Golongan umur petani responden bawang merah di Kelurahan Balla

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Golongan Umur Jumlah (Orang) Persentase %

1 26– 31 3 12

2 32–37 3 12

3 38–43 9 36

4 44 – 49 4 16

5 50 – 55 6 24

Jumlah 25 100

Sumber data primer setelah diolah 2019

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah petani responden bawang merah yang

terbanyak berada pada kelompok umur 38 – 43 tahun yaitu berjumlah 9 orang

atau 36%. Melihat hal tersebut termasuk umur produktif yang mampu menyerap

informasi dari penyuluh dan mampu menggunakan teknologi baru untuk

memajukan usahatani bawang merah, sedangkan jumlah paling sedikit yaitu pada

umur 26 – 31 tahun dan 32 – 37 tahun yang sama-sama berjumlah 3 orang atau

12%. Maka dengan ini menunjukkan bahwa umur 38 – 43termasuk umur yang

produktif dalam berusaha tani. Petani yang berumur produktif pada umumnya

mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar sehingga lebih mudah dalam

menyerap inovasi baru. Meningkatnya keterampilan dan pengetahuan petani maka

diharapkan dapat meningkatkan produksi bawang merah.

Page 51: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

37

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden sangat mempengaruhi pola pengolahan

usahatani. Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam

mengoprasikan teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan produksi

bawang merah dalam usaha taninya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki

petani akan membuat petani lebih mudah dalam mengoprasikan teknologi baru

yang diperoleh dari penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat

meningkatkan produksi pada usahatani. Adapun tingkat pendidikan petani sampel

yang ada di Kelurahan Balla yaitu dari tingkat SD, SMP, SMA, dan Sarjana (S1).

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase %

1 SD 1 4

2 SMP 4 16

3 SMA 18 72

4 SI 2 8

Jumlah 25 100

Sumber data primer setelah diolah 2019

Tabel 7 menunjukkan bahwa petani memiliki tingkat pendidikan yang

cukup tinggi karena banyak petani tamatan SMA dengan persentase 72%. Namun,

masih ada petani yang tamatan SD dengan persentase 4%. Pendidikan dapat

digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur tingkat intelektual seseorang.

Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki petani maka semakin tinggi pula

keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki petani. Tingkat pendidikan petani

yang cukup tinggi dapat mendukung petani dalam memperoleh produksi yang

lebih banyak dan meningkatkan serta mengembangkan usahataninya. Selain itu,

Page 52: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

38

sebagian petani yang memiliki tingkat pendidikan SMA dan S1 dapat memperoleh

produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan petani yang memiliki tingkat

pendidikan SD dan SMP. Hal ini dapat diduga karena petani dengan tingkat

pendidikan yang cukup tinggi lebih mudah dalam menerima informasi baru dan

memiliki wawasan yang lebih luas sehingga dapat membantu mereka dalam

meningkatkan produksi.

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah

dijalani, dirasakan, ditanggung oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani

dengan menyerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan

usahatani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan

keluarganya.

Pengalaman berusahatani dapat menunjukan keberhasilan petani dalam

mengelolah usahataninya. Pengalaman berusahatani merupakan faktor yang cukup

menunjang seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan

kerjanya dalam berusahatani. Adapun klasifikasi jumlah pengalaman berusahatani

bawang merah oleh responden di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 53: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

39

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Berusahatani

Bawang Merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang

No Pengalaman

Berusahatani Jumlah (Orang) Persentase %

1 4 – 5 10 40

2 6 – 7 7 28

3 8 – 9 2 8

4 10 – 11 3 12

5 12 – 13 1 4

6 14 – 15 2 8

Jumlah 25 100

Sumber data primer setelah diolah 2019

Tabel 8 menunjukkan bahwa petani dengan pengalaman 4 – 5 tahun

merupakan jumlah terbanyak dengan persentase 40% dan petani dengan

pengalaman 12-13 tahun merupakan jumlah paling sedikit dengan persentase

4%. Hal ini dapat diduga bahwa petani dengan pengalaman 4 – 5 tahun memiliki

pengalaman yang cukup dan tenaga yang masih dimungkinkan untuk

meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola

teknologi baru untuk memajukan usahatani bawang merah. Semakin lama

pengalaman yang didapatkan dalam berusahatani semakin baik pemahaman

dalam budidaya bawang merah. Sedangkan untuk pengalaman petani yang baru

juga besarnya sama dengan petani yang mendapatkan pengalaman, hal ini

dimungkinkan masih dalam tahap memunculkan lagi semangat dalam usahatani

bawang merah.

Page 54: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

40

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keputusan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin banyak

anggota keluargayang ditanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk leih jelasnya mengenai jumlah tanggungan

keluarga maka dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan

Keluarga di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Jumlah Tanggungan

Keluarga

Jumlah

(Orang) Persentase %

1 2– 3 11 44

2 4 – 5 13 52

3 6 – 7 1 4

Jumlah 25 100

Sumber data primer setelah diolah 2019

Tabel 9 menunjukkan bahwa petani responden bawang merah memiliki

tanggungan lebih banyak yaitu antara 4-5 orang sebanyak 13 petani responden

dengan persentase 52% dan jumlah responden yang memiliki tanggungan

keluarga lebih sedikit yaitu 6-7 orang sebanyak1 petani responden dengan

persentase 4%. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh

terhadap jumlah pengeluaran dalam rumah tangga yang mengalami peningkatan.

Disisi lain semakin banyak tanggungan keluarga, akan membantu meringankan

kegiatan usahatani yang dilakukan karena sebagian besar petani masih

menggunakan tenaga keluarga.

Page 55: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

41

5.1.5 Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah satu faktor produksi didalam usahatani.

Dengan memiliki lahan yang luas tentunya merupakan peluang besar untuk

memperoleh produksi yang lebih tinggi. Luas lahan usahatani yang di usahakan

oleh setiap petani bervariasi, dimana petani yang memiliki lahan yang lebih luas

cenderung memperoleh produksi yang lebih besar dibandingkan dengan luas

lahan yang kecil. Untuk mengetahui luas lahan yang diusahakan petani bawang

merah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas Lahan Petani Responden Bawang Merah di Kelurahan Balla

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Luas Lahan ( Ha ) Jumlah (Orang) Persentase %

1 0,30 – 0,41 8 32

2 0,42 – 0,53 9 36

3 0,54 – 0,65 3 12

4 0,66 – 0,77 1 4

5 0,78 – 0,89 1 4

6 0,90 – 1,01 3 12

Jumlah 25 100

Sumber data primer setelah diolah 2019

Tabel 10 menunjukkan bahwa luas lahan petani bawang merah di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang terbanyak yaitu

0,42 - 0,53 Ha dengan jumlah petani sebanyak 9 orang dengan persentase 36%.

Dengan lahan yang luas maka petani bawang merah dapat meningkatkan produksi

yang lebih banyak. Sedangkan luas lahan paling sedikit yaitu 0,66 – 0,77 dan

0,78- 0,84 yaitu dengan jumlah petani sama- sama 1 orang dengan persentase 4%.

Semakin luas lahan yang digunakan maka semakin banyak produksi bawang

Page 56: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

42

merah yang dihasilkan. Begitupun sebaliknya semakin sempit lahan yang

digunakan maka semakin sedikit produksi bawang merah yang dihasilkan.

5.2 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)

terhadap Produksi Usahatani Bawang Merah

Analisis pengaruh penggunaan faktor- faktor produksi terhadap hasil

produksi pada usahatani bawang merah dilakukan dengan menggunakan fungsi

produksi linear berganda dengan rumus sebagai berikut :

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+...+BnXn

Keterangan:

Y= Output Produksi

X1,X2,X3,...,Xn = input produksi

a = nilai konstanta

b1,b2,...bn = nilai parameter yang di duga (koefisien regresi)

5.2.1 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)

Terhadap Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pada analisis linaer berganda dengan menggunakan

SPSS, maka di dapatkan koefisien determinasi sebagai berikut:

Tabel 11. Koefisien Determinasi ( atau R Square)

R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

0,952 0,906 0,887 0,93301

Tabel 11 menunjukkan bahwa untuk dapat mengetahui seberapa besar

hubungan dalam penggunaan faktor produksi terhadap variabel digunakan

koefisien determinasi (R2) dengan interpretasi koefisiennya adalah 0,952 dengan

Page 57: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

43

tingkat hubungan sangat kuat. Nilai R Square 0,906 menunjukkan bahwa variabel

bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja dapat mempengaruhi produksi sebesar

90,6% sedangkan sebesar 9,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak berkaitan

dalam penelitian ini.

5.2.2 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)

Terhadap Uji Signifikansi Simultan

Berdasarkan hasil pada analisis linaer berganda dengan menggunakan

SPSS, maka di dapatkan uji signifikansi simultan (uji statistik F) sebagai berikut:

Tabel 12. Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F )

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Regression

Residual

167,550

17,410

4

20

41,887

0,871

48,118

0,000

Total 184,960 24

Tabel 12 menunjukkan bahwa melalui uji F ditemukan adanya pengaruh

simultan yang siginifikan dari semua variabel independen yang digunakan

meliputi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terhadap produksi. Hal ini dapat

dilihat bahwa nilai Fhitung = 48,118 > Ftabel = 3,049 dan nilai siginifikansi F

sebesar 0,000 < 0,05 artinya bahwa secara bersama-sama variabel bebas yang

terdiri dari variabel bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh secara

siginifikan (H1 diterima dan H0 ditolak) terhadap produksi bawang merah di

Kelurahan Balla dengan tingkat kepercayaan 95%.

Page 58: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

44

5.2.3 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)

Terhadap Uji Signifikansi Parsial

Berdasarkan hasil pada analisis linaer berganda dengan menggunakan

SPSS, maka di dapatkan uji signifikansi parsial (uji statistik t) sebagai berikut:

Tabel 13. Uji Signifikansi Parsial ( Uji Statistik t )

No

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B

Std.

Error Beta B

Std.

Error

1

2

3

4

5

Konstanta

Bibit(X1)

Pupuk(X2)

Pestisida(X3)

Tenaga Kerja(X4)

-2,038

0,037

-0,061

0,211

1,922

0,756

0,084

0,206

0,080

0,245

0,043

-0,022

0,208

0,810

-2,695

0,438

-0,296

2,630

7,830

0,014

0,666

0,771

0,016

0,000

Tabel 13 menunjukkan bahwa secara parsial variabel bibit tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap produksi karena dari hasil analisis regresi

variabel bibit terhadap produksi yaitu nilai Thitung 0,438 < Ttabel 1,72472 dan nilai

sig t sebesar 0,666 > 0,05. Hasil perhitungan regresi berganda menyatakan bahwa

faktor bibit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Hal ini

sesuai dengan pendapat Azmi et al (2011) bahwa pengaruh benih tidak nyata

terhadap produksi karena menggunakan benih hasil sendiri, tidak memenuhi

syarat-syarat yang direkomendasikan. Ada juga pendapat dari Triharyanto (2013)

mengatakan bahwapada umumnya petani bawang merah menggunakan bibit dari

umbi konsumsi, penggunaan bibit dari umbi konsumsi dilakukan secara turun-

temurun dalam kurun waktu yang lama, akibatnya umbi bibit yang digunakan

Page 59: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

45

mempunyai mutu yang rendah. Hal ini dikarena karena bibit tersebut telah banyak

terinfeksi oleh virus. Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa

ternyata petani lebih sering menggunakan bibit dari hasil panennya sendiri yang

digunakan secara berulang-ulang sehingga mutu bibit bawang merah menurun dan

rentan terhadap hama dan penyakit. Sehingga apabila bibit ditingkatkan

pemakaiannya maka hasil produksi yang diperoleh semakin sedikit. Hal tersebut

dilakukan petani karena keterbatasan modal.

Secara parsial variabel pupuk tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap produksi karena dari hasil analisis regresi variabel pupuk terhadap

produksi yaitu Thitung -0,022< Ttabel 1,72472 dan nilai sig t sebesar 0,771 >0,05

atau 5%. Hasil perhitungan linear berganda menyatakan bahwa faktor pupuk tidak

berpengaruh yang nyata terhadap produksi bawang merah. Sesuai dengan

pendapat Budiono (2002) yang mengatakan bahwa tingkat produktivitas usahatani

pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah

satu diantaranya adalah pemupukan. Penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan

dosis tersebut maka produktivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang,

sehingga produksi mengalami penurunan. Oleh karena itu, berapa dan dalam

kondisi bagaimana faktor- faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan

dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan

yang maksimum. Variabel pupuk tidak berpengaruh secara nyata, hal ini

menunjukkan bahwa produksi bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan

Baraka Kabupaten Enrekang tidak respon terhadap penambahan pupuk.

Secara parsial variabel pestisida memiliki pengaruh yang signifikan

Page 60: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

46

terhadap produksi karena dari hasil analisis regresi variabel pestisida terhadap

produksi yaitu Thitung 0,208 <Ttabel 1,72472 dan nilai sig t sebesar 0,016 <0,05.

Hasil perhitungan regresi berganda menyatakan bahwa faktor pestisida

berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah, karena petani di Kelurahan

Balla menggunakan pestisida dengan dosis yang tepat untuk menghindari hama

dan penyakit yang menyerang pada tanaman bawang merah dan membantu

pertumbuhan tanaman bawang merah tetap terjaga sampai menjelang panen. Hal

ini sesuai dengan pendapat Satria (2015) yang menyatakan bahwa dalam bidang

pertanian, pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh

organisme pengganggu tanaman. Penggunaan pestisida dapat bermanfaat untuk

meningkatkan produksi pertanian apabila digunakan dengan dosis yang tepat dan

dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang positif.

Secara parsialvariabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap produksi karena dari hasil analisis regresivariabel tenaga kerja terhadap

produksi yaitu Thitung 0,810 <Ttabel 1,72472 dari nilai signifikan menunjukkan

bahwa 0,000 < 0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja

memberikan pengaruh terhadap produksi secara parsial. Hasil perhitungan linear

berganda menyatakan bahwa faktor tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap

produksi bawang merah karena tenaga kerja merupakan faktor penting dalam

menunjang keberhasilan usahatani, tenaga kerja sangat dibutuhkan pada saat

mulai melakukan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,

penyemprotan, pemupukan dan panen. Tenaga kerja yang digunakan di Kelurahan

Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang memiliki umur yang produktif dan

Page 61: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

47

lama bertani dengan waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pendapat

Novitasari (2017) yang menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja

merupakan faktor produksi penting lainnya dan perlu diperhitungkan dalam

proses produksi. Selain itu jumlah ketersediaan tenaga kerja dan kualitas

merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Kerja seseorang dipengaruhi oleh

umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman dan tingkat kesehatan.

5.2.4 Model Regresi Linear Berganda

Berdasarkan koefisien regresi dari masing- masing variabel, diperoleh

model regresi Y= ( - 2,038) + 0,037 X1 + (- 0,061) X2 + 0,211 X3 + 1,922 X4 + e

dapat diinterpretasikan bahwa konstanta sebesar -2,038 bernilai negatif artinya

jika variabel bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja tidak ada atau sama dengan

nol, maka produksi semakin berkurang. Besarnya koefisien regresi ᵝ1 adalah

0,037 artinya, pengaruh bibit terhadap produksi adalah bernilai positif dan cukup

kuat. Jika variabel bibit meningkat, maka produksi akan semakin meningkat

sebesar 0,037. Besarnya koefisien regresi ᵝ2 adalah -0,061 artinya, pengaruh

pupuk terhadap produksi adalah bernilai negatif. Jika variabel pupuk

menurun,maka produksi juga akan menurun sebesar -0,061. Besarnya koefisien

regresi ᵝ3 adalah 0,221 artinya, pengaruh pestisida terhadap produksi adalah

bernilai positif dan cukup kuat. Jika variabel pestisida meningkat, maka produksi

akan semakin meningkat sebesar 0,221. Besarnya koefisien regresi ᵝ4 adalah

1,922 artinya, pengaruh tenaga kerja terhadap produksi adalah bernilai positif.

Jika variabel tenaga kerja meningkat, maka produksi akan semakin meningkat

sebesar 1,922.

Page 62: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

48

1. Hasil Produksi (Y)

Untuk meningkatkan produksi bawang merah yang diperlukan adalah

mengkombinasi faktor- faktor produksi usahatani agar lebih efisien. Usahatani

akan berjalan dengan lancar dan menguntungkan jika petani sebagai pelaksana

mampu merencanakan input yang digunakan serta mengetahui jumlah input yang

dibutuhkan untuk mendapatkan produksi yang optimal. Rata-rata hasil produksi

bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang adalah

Rp 141.400.000.

2. Bibit (X1)

Keberhasilan budidaya bawang merah ditentukan oleh kualitas bibit

bawang merah. Jika bibit yang digunakan bukan merupakan bibit unggul dan

tidak berkualitas baik, maka hasil panennya pun akan kurang memuaskan. Bibit

yang sering digunakan petani bawang merah adalah bibit kapur nganjuk dengan

kulitas terbaik. Harga bibit menyesuaikan dengan kondisi harga bawang merah.

Harga bibit di Kelurahan Balla memiliki harga rata- rata 24.800.

3. Pupuk (X2)

Bawang merah merupakan tanaman yang banyak membutuhkan hara, baik

pada masa pertumbuhan vegetatif atau juga pada saat pembentukan, pembesaran

dan pematangan umbi. Pemupukan yang dilakukan harus tepat jenis, tepat waktu,

tepat cara dan tepat kombinasi. Pemupukan yang tepat juga merupakan salah satu

cara penting untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan

patogen penyakit pada tanaman bawang merah. Jenis pupuk yang sering petani

gunakan adalah pupuk urea, ponska, matahari dan ZA. Pupuk yang digunakan

Page 63: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

49

untuk budidaya bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang adalah pupuk urea yang berfungsi untuk membuat daun lebih hijau dan

segar. Pupuk ponska berfungsi untuk membuat tanaman bawang merah lebih

sehat dan lebih hijau dan untuk meningkatkan kualitas tanaman. Pupuk matahari

berfungsi untuk menambah daya tahan tanaman bawang merah terhadap serangan

hama dan penyakit. Pupuk mutiara daun berfungsi untuk mempercepat,

memperbanyak serta memudahkan akar dalam menyerap hara pada tanah. Pupuk

ZA berfungsi untuk membuat daun sehingga menjadi lebih hijau. Pupuk KCL

berfungsi untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman dan meningkatkan

ketahanan tanaman bawang merah. Pupuk DGW berfungsi untuk meningkatkan

kualitas tanaman bawang merah karena kandungan unsur kalsium yang tinggi.

Pupuk SP36 berfungsi untuk membantu pertumbuhan tanaman bawang merah.

Pupuk nitro phoska berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan memberi

warna hijau pada daun. Pupuk subur kali berfungsi untuk memacu pertumbuhan

tanaman bawang meah dan meningkatkan kualitas hasil panen. Pupuk GSP super

berfungsi untuk penambahan unsur hara pada tanaman bawang merah dalam

meningkatkan kualitas tanaman. Pupuk fertiphos berfungsi untuk meningkatkan

pertumbuhandan perkembangan tanaman bawang merah dan meningkatkan

produksi dan kualitas tanaman bawang merah.

Petani melakukan pemupukan 4 kali dalam musim tanam. Pemupukan

pertama pada umur 10 hari setelah penanaman dengan menggunakan pupuk

Ponska dan Matahari. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 dengan

menggunakan pupuk Urea, Ponska, Mutiara daun dan Matahari.Pemupukan ketiga

Page 64: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

50

dilakukan pada umur 30 hari dengan menggunakan pupuk Nitro phoska, Matahari,

Gsp super, dan KCL. Pemupukan keempat dilakukan pada umur 42 hari dengan

menggunakan pupuk Sp36, Fertiphos, Suburkali, DGW, ZA . Adapun cara dalam

pemupukan tanaman bawang merah yaitu dilakukan dengan mencampur setiap

kombinasi berbagai jenis pupuk kemudian ditaburkan atau ditebar pada tanaman

bawang merah. Pemupukan merupakan kegiatan dalam usahatani yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan zat hara bagi tanaman yang kurang tersedia didalam

tanah dan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan

penyakit pada tanaman bawang merah.

4. Pestisida (X3)

Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang

mempunyai daya adaptasi luas dan nilai ekonomi cukup tinggi. Namun salah satu

kendala utama dalam budidaya bawang merah adalah adanya serangan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT). Petani bawang merah di Kelurahan Balla

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang rata- rata menggunakan pestisida kimia

seperti Abenz, Dangke, Metindo, Ziflo, Antrakol, Kenrel dan Marshal.

Pengendalian yang dilakukan petani yang ada di lokasi penelitian dengan

menggunakan pestisida kimia seperti Abenz yang berfungsi untuk menjaga

tanaman bawang merah agar terbebas dari ulat grayak. Abenz disebut petani

sebagai insektisida pencampur dalam menyemprot tanaman bawang merah.

Dangke berfungsi untuk mengendalikan hama pada tanaman bawang merah.

Alcoren digunakan untuk membasmi ulat. Metindo berfungsi untuk membasmi

ulat dan belalang. Kenrel berfungsi untuk mengendalikan hama ulat grayak pada

Page 65: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

51

tanaman bawang merah. Saaf sebagai fungisida berfungsi untuk mengendalikan

penyakit bercak daun pada tanaman bawang merah. Clocyper berfungsi untuk

mengendalikan hama ulat grayak, belalang, walang sangit. Marshal berfungsi

untuk membasmi ulat grayak, kutu daun pada tanaman bawang merah. Ziflo

sebagai fungisida berfungsi untuk mengendalikan penyakit bercak ungu pada

tanaman bawang merah. Alipi berfungsi untuk mengendalikan hama ulat

penggerek pada tanaman bawang merah. Antrakol sebagai fungisida berfungsi

untuk mengendalikan penyakit pada tanaman bawang merah yang disebabkan

oleh cendawan atau jamur. Bespas berfungsi untuk membasmi hama ulat. Starban

berfungsi untuk membasmi ulat grayak dan penggerek pada tanaman bawang

merah. Akosu berfungsi untuk membasmi ulat grayak.

Petani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang terkenal dengan pemakaian pestisida terlalu banyak. Pupuk dan

pestisida yang digunakan petani yang ada di lokasi penelitan mudah untuk di

dapatkan dan mudah dijangkau oleh petani dengan harga sesuai dengan harga

pasaran. Adapun faktor yang menghambat usahatani bawang merah di lokasi

penelitian yaitu berbagai serangan hama dan penyakit pada tanaman bawang

merah. Salah satu hasil wawancara yang saya lakukan dengan petani bawang

merah yang memiliki alasan menggunakan pestisida.

Page 66: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

52

5. Tenaga Kerja (X4)

Secara umum penggunaan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis

pekerjaan yang terdapat dalam kegiatan usahataninya. Dalam usahatani bawang

merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang penggunaan

tenaga kerja yang efektif dan memiliki keterampilan serta kemampuan yang

memadai merupakan faktor yang penting dalam mencapai keberhasilan. Kegiatan

usahatani yang dilakukan petani budidaya bawang merah di Kelurahan Balla

adalah persiapan lahan, penyortiran benih, penanaman, pemupukan,

penyemprotan, penyiangan dan panen.

5.3 Tingkat Efisiensi Teknis, Harga, dan Ekonomi Bawang Merah

Tingkat efisiensi perlu diketahui untuk melihat apakah kombinasi

penggunaan faktor produksi sudah digunakan minimal mungkin untuk

menghasilkan output yang maksimal, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Efisiensi Teknis

Tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor produksi bawang merah di

Kelurahan Balla, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang dapat diketahui dari

hasil perhitungan efisiensi teknis melalui pengolahan data frontier 4.1 dan

diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 67: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

53

ET =

Keterangan:

ET = Tingkat Efisiensi Teknis

Yi = Output Observasi (Besarnya produksi output)

Yi* = Output Optimum (Besarnya produksi yang diduga)

Tabel 14. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Frontier

No Variabel Koefisien Standard-eror t- ratio

1

2

3

4

5

6

7

8

Produksi

Ln X1 (Bibit)

Ln X2 (Pupuk)

Ln X3 (Pestisida)

Ln X4 (Tenaga Kerja)

σ2

Y

Mu

-0,11862808

-0,32327315

-0,22452584

0,17945819

0,12152744

0,31496742

0,70539278

-0,29811121

0,10421693

0,12879940

0,10373555

0,12026207

0,16793433

0,12164950

0,36166059

0,43452983

-0,11382804

-0,25098963

-0,21644059

0,14922260

0,72366049

0,25891386

0,19504275

-0,68605465

Mean Technical Efficiency = 0,99446519

Sumber data primer setelah diolah 2020

Tabel 14menunjukkan bahwa bibit, dan pupuk memiliki pengaruh negatif

terhadap produksi. Sedangkan pestisida dan tenaga kerja memiliki pengaruh

positif terhadap produksi. Untuk variabel bibit tidak memiliki pengaruh terhadap

produksi karena T tabelmenunjukkan 0,68698 sedangkan yang ditunjukkan pada

variabel bibit adalah -0,11382804. Untuk variabel pupuk tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel produksi. Untuk variabel pestisida juga tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel produksi. Sedangkan untuk variabel tenaga kerja memiliki nilai

0,72366049 berarti t- rasio> Ttabel menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja

sangat berpengaruh terhadap produksi. Jika nilai efisiensi teknis sudah semakin

mendekati 1 maka semakin tinggi tingkat efisiensi teknis yang dicapai dalam

usahatani bawang merah. Untuk mean efficiency sebesar 0,99446519 yang berarti

Page 68: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

54

bahwa tingkat efisiensi teknis semakin mendekati 1 maka usahatani dikatakan

lebih efisien secara teknis.

2. Efisiensi Harga

Input produksi yang diteliti dalam usahatani bawang merah di Kelurahan

Balla, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang adalah harga dari setiap faktor

produksi yang digunakan yaitu bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja.Efisiensi harga

menerangkan hubungan antara biaya dan output . Efisiensi harga tercapai jika kita

mampu memaksimalkan keuntungan dengan menyamakan NPM Setiap faktor

produksi dengan harganya. Secara matematis rumus efisiensi harga adalah sebagai

berikut:

= 1

Dimana b adalah elastisitas produksi, Y adalah produksi, Py adalah harga

produksi, X adalah jumlah faktor produksi dan Px adalah harga faktor produksi.

Perhitungan efisiensi harga usahatani bawang merah adalah sebagai berikut:

EH =

Menurut Soekartawi (2003), dalam kenyataan yang sebenarnya apabila

nilainya tidak sama dengan 1, maka:

1.

= 1 artinya bahwa penggunaan faktor produksi input efisien

2.

> 1 artinya bahwa penggunaan faktor produksi input belum efisien untuk

mencapai efisiensi maka input perlu ditambah

Page 69: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

55

3.

< 1 artinya bahwa penggunaan faktor produksi input tidak efisien untuk

menjadi efisiensi maka penggunaan input perlu dikurangi.

Tabel 15. Jumlah Total Biaya, Rata- rata dan Pendapatan Petani Bawang Merah

Keterangan Jumlah Total Rata-rata Koefisien

Produksi

Bibit

Pupuk

Pestisida

Tenaga Kerja

3.535.000.000

203.750.000

74.020.000

175.062.000

84.300.000

141.400.000

8.150.000

2.960.800

7.002.480

3.372.000

-0,11862808

-0,32327315

-0,22452584

0,17945819

0,12152744

Tabel 15 menunjukkan total biaya, rata-rata dan pendapatan petani bawang

merah di Kelurahan Balla Kecataman Baraka Kabupaten Enrekang dari jumlah 25

petani responden yang dimana Y adalah produksi, adalah bibit, adalah

pupuk, adalah pestisida dan adalah tenaga kerja. Perhitungan efisiensi harga

adalah sebagai berikut:

1. NPM Bibit ( ( X1)

NPM =

NPM = -5,55

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk bibit

usahatani bawang merah sebesar -5,55. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan

bahwa dalam penggunaan faktor produksi untuk bibit tidak efisien karena hasil

perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil kurang dari 1. Oleh karena itu

perlu dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi dilakukan pada faktor

produksi lain selain bibit atau dengan menambah faktor produksi lain untuk

mencapai efisiensi.

Page 70: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

56

2. NPM Pupuk ( ( X2)

NPM =

NPM = -10,50

Pada perhitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi pupuk

diperoleh -10,50. Dari hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa penggunaan

faktor produksi pupuk ternyata masih belum efisien secara harga karena hasil

perhitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pupuk menunjukkan hasil

kurang dari 1 maka dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi agar

tercapai efisiensi secara harga.

3. NPM Pestisida ( ( X3)

NPM =

NPM = 3,63

Dari hasil perhitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pestisida

diperoleh hasil sebesar 3,63. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata penggunaan

faktor produksi pestisida belum efisien secara harga, karena hasil perhitungan

efisiensi harga menunjukkan angka yang lebih dari 1. Sehingga perlu dilakukan

penambahan faktor produksi agar lebih efisien.

Page 71: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

57

4. NPM Tenaga Kerja ( ( X4)

NPM =

NPM = 5,03

Pada perhitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi tenaga

kerja diperoleh hasil 5,03. Dari hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa

penggunaan faktor produksi tenaga kerja belum efisien secara harga, sebab hasil

perhitungan efisiensi harga menunjukkan angka yang lebih besar dari 1 yang

berarti bahwa perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi secara

harga.

Setelah melakukan perhitungan NPM untuk masing- masing faktor

produksi, dimana efisiensi harga dihitung dari penambahan NPM efisiensi harga

untuk masing-masing faktor produksi. Maka nilai dari efisiensi harganya adalah:

EH =

EH =

EH = -1,847

3. Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi adalah hasil dari kombinasi antara efisiensi teknis dan

efisiensi harga. Dari hasil perhitungan diketahui besarnya efisiensi teknis sebesar

0,994 dan efisiensi harga sebesar -1,847. Dimana efisiensi ekonomi dapat dicapai

apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga telah dicapai. Maka dapat dihitung

besarnya efisiensi ekonomi sebagai berikut:

Page 72: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

58

EE = ET . EH

EE = 0,994 . (- 1,847)

EE = -1,835

Jadi besarnya efisiensi ekonomi pada usahatani bawang merah di

Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebesar -1,835. Hal ini

berarti bahwa usahatani bawang merah di Kelurahan Balla tidak efisiensi secara

ekonomis karena nilainya kurang dari 1.

Berdasarkan hasil analisis efisiensi ekonomi yaitu kombinasi antara

efisiensi teknis dan efisiensi harga, maka diperoleh nilai efisiensi faktor produksi

yang berupa bibit dan pupuk dengan nilai NPM positif dan faktor produksi

pestisida dan tenaga kerja dengan nilai NPM negatif sehingga kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai

efisien secara ekonomi. Untuk mencapai tingkat efisiensi ekonomi secara

maksimal maka para petani mengurangi penggunaan biaya untuk membeli bibit

dan pupuk yaitu dengan cara petani menggunakan bibit unggul bersubsidi,

membuat pupuk sendiri serta mengurangi kadar penggunaan pupuk.

Page 73: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

59

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai efisiensi usahatani bawang

merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang maka dapat

disimpukan sebagai berikut:

1. Faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh secara

simultan terhadap produksi bawang merah, sementara secara parsial variabel

pestisida dan tenaga kerjayang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang

merah.

2. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan mean efisiensi sebesar 0,994

dikatakan lebih efisien dalam penggunaan faktor- faktor produksinya karena

lebih mendekati 1. Untuk efisiensi harga dari usahatani bawang merah yaitu

sebesar -1,847 hal ini menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di

Kelurahan Balla tidak efisien secara harga. Sedangkan untuk efisiensi ekonomi

dari usahatani bawang merah di Kelurahan Balla yaitu sebesar -1,835 hal ini

menunjukkan usahatani bawang merah tidak efisien secara ekonomi.

Page 74: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

60

6.2 Saran

1. Bagi Petani

Penulis berharap petani tidak menggunakan bibit dari hasil panen secara

berulang-ulang karena mutu bibit bawang merah menurun dan rentan terhadap

penyakit. Maka dari itu, petani harus menggunakan bibit yang berkualitas agar

hasil produksi semakin meningkat.

2. Bagi Pemerintah

Pemerintah sebaiknya memfasilitasi penyediaan bibit unggul bersubsidi,

pupuk serta menerapkan strategi kebijaksanaan mengenai pertanian khususnya

pada pertanian hortikultura yaitu komoditi bawang merah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mempelajari lebih lanjut efektitivitas penggunaan bibit dan pupuk dan

mengembangkan keterampilan yang diperoleh selama proses perkuliahan dengan

terjun langsung ke lapangan.

Page 75: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

61

DAFTAR PUSTAKA

Anandra. 2010. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada

Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Magelang (Skripsi).

Universitas Diponegoro Semarang.

Anonim, 2013. Budidaya Bawang Merah, Pusat Pengembangan Dan Penelitian

HoltikuturaDepartemen Pertanian, Jakarta.

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Badrudin, U. Dan Jazilah, S. 2010. Analisis Residu Pestisida pada Tanaman

Bawang Merah. (Allium Ascalonicum L.) di Kabupaten Brebes. Dosen

Fakultas Pertanian Universitas Pertanian Universitas Pekalongan.

Pekalongan.

Budiono. 2002. Ekonomi Makro Seri Sinopsis: Pengantar Ilmu Ekonomi No 1.

Yogyakarta: BBFE.

Hasibuan, Melayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hasyim, Hasma. 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap

Pendapatan (Studi Kasus: Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran

Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian. Universitas

Sumatera Utara, Medan: Lembaga Penelitian.

Istina, I, N. 2016. Peningkatan Produksi Bawang Merah Melalui Teknik

Pemupukan NPK. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. Jurnal

Agroekoteknolgi. Vol 3 (1).

Kementrian Pertanian. 2017. Situasi Pertanaman Bawang Merah. Jakarta.

Kumbhakar, S.C and C.A.K. Lovell. 2000. Stochastic Frontier Analysis.

Cambridge University Press. Cambridge.

Kusumaningsih, Riana Dewi. 2012. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan

Faktor- Faktor Produksi Pada Usahatani Kubis di Kabupaten

Karayangan. (Skripsi). Surakarta. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas

Maret. 85 hal.

Lubis, S.N. 2000. Adopsi Teknologi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

USU reaa. Medan.

Page 76: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

62

Mc. Eachern, William A. 2001. Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer,

Terjemahan: Sigit Triandaru. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Mulyamah. 2002. Manajemen Perusahaan. Jakarta: Yudisira.

Novitasari. 2017. Analisis Pendapatan dan Faktor- Faktor yang Memengaruhi

Produksi Bawang Merah ( Allium Ascalonicium L) di Dataran Tinggi

Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Program Studi Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instiut Pertanian Bogor. Bogor.

(Skripsi S1 Pertanian).

Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius. Jakarta.

Purba R DAN Astuti Y. 2013. Paket teknologi Bawang Merah di Luar Musim

Tanam di Pandeglang Banten. Jurnal. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Banten. 15(2): 105-113.

Rusydiana, Aam. S. 2013. Mengukur Tingkat Efisiensi Dengan Data Envelompent

Analysis (Dea). Bogor: SMART Publishing.

Salikin. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta. Kanisius.

Samadi, B dan B. Cahyono. 2005. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah.

Kanisius. Yogyakarta.

Satria, B, M. 2015. Penggunaan Aspergillus Niger yang Diradiasi Gamma

Sebagai Bioremedian Residu Triazofos dan Logam Berat Pada Bawang

Merah (Allium Cepa. L). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Setneg Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang

Pangan. http://www.setneg.go.id/ Diunduh tanggal 24 Januari 2016.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta.

Soekarwati. 2002. Ilmu Usahatani. Jakata: Penerbit Universitas Indonesia.

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglass. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukiyono, Kentut. 2004. Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Teknis : Aplikasi

Fungsi Produksi Frontier pada Usahatani Cabe di Kecamatan Selupu

Page 77: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

63

Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian UNIB.

Sumarni, N dan Hidayat, A. 2005. Panduan Teknis PTT Bawang Merah, No. 3.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Sumiyati. 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktir-Faktor

Produksi Usahatani Bawang Daun. Skrispsi. Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suratiah. 2015. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

T. Prasetya. 2006. Penerapan Tekonolgi Sistem Usahatani Tanaman- Ternak

Melalui Pendekatan Organisasi Kelompok Tani(Suatu Model Pengelolaan

Lingkungan Pertanian). Dalam Prosiding Seminar Pengelolaan

Lingkungan Pertanian, Surakarta, 1 Oktober 2003. Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

Tulus Tambunan. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Beberapa

Isu Penting. Ghalia Indonesia Jakarta.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widia,

Bandung.

Triharyanto, E. Samanhudi, B. Pujiasmanto,D. Purnomo. 2013. Kajian

Pembibitan dan Budidaya Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) melalui

biji botani (True Shallot Seed).

Waryanto, B. 2015. Analisis Berkelanjutan Usahatani Bawang Merah di

Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Wibowo. 2005. Budidaya Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wiguna, G. C, I Azmi, dan M. Hidayat. 2013. Perbaikan Teknologi Produksi

Benih Bawang Merah Melalui Pengaturan Pemupukan, Densitas, dan

Varietas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Jurnal

Hortikultura 20 (1): 27-35.

Winarso B. 2003. Dinamika Perkembangan Harga, Hubungannya Dengan

Tingkat Keterpaduan Antarpasar dalam Menciptakan Efisiensi Pemasaran

Komoditas Bawang Merah. Jurnal Ilmiah Kesatuan 4(1): 7-16.

Page 78: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

64

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN

Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Balla

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Identitas Penelitian

Nama : ………..

Jurusan : ………..

DAFTAR PERTANYAAN

A. Identitas Responden

1. Nama : ....................................

2. Umur : ........... Tahun

3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

4. Pendidikan Terakhir : TT SD/SD/SLTP/SLTA/DIPLOMA/S1

5. Pekerjaan Pokok : .....................................

6. Pekerjaan Sampingan : .....................................

7. RT/RW : .....................................

8. Pengalaman Bertani : ............ Tahun

9. Jumlah Tanggungan Keluarga : ............ Orang

10. Luas Lahan : ............. Ha

11. Status Lahan : a. Milik b. Bukan Milik

Page 79: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

65

B. Pengunaan Input Usahatani Bawang Merah dan Biaya Lain-lain

No Sarana Produksi Satuan

(Unit)

Jumlah Fisik

(Unit)

Harga

(Rp/Unit)

Total

(Rp)

1 Bibit

a. ………….

b. ………….

Kg

Kg

2 Pupuk:

a. Pupuk…….

b. Pupuk…….

c. Pupuk…….

d. Pupuk…….

Kg

Kg

Kg

Kg

3 Pestisida:

a. ……………

b. ……………

c. ……………

d. ……………

e. ……………

Btl/Bks

1/ ltr

1/ ltr

1/ ltr

1/ ltr

4 Tenaga Kerja

a. Persiapan lahan

TK Dalam Keluaga

TK Luar Keluarga

b. Penyortiran

Benih

TK Dalam

Keluaga

TK Luar Keluarga

c. Penanaman

TK Dalam Keluaga

TK Luar

Keluarga

d. Pemupukan

TK Dalam Keluaga

TK Luar Keluarga

e. Penyemprotan

TK Dalam

Keluaga

TK Luar Keluarga

f. Penyiangan

HKO

HKO

HKO

HKO

HKO

HKO

HKO

HKO

HKO

HKO

Page 80: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

66

TK Dalam

Keluaga

TK Luar Keluarga

g. Panen

TK Dalam Keluaga

TK Luar

Keluarga

HKO

HKO

HKO

HKO

Total Biaya

C. Alat-Alat Pengairan

No Macam Alat Jumlah

(Unit)

Harga

Beli (Rp)

Nilai

(Rp)

Umur

Ekonomis

(Tahun)

Nilai

Penyusutan

Alat(Rp)

1 Sprinkler

2 Sprayer

3 Pompa Air

4 Traktor

5 Selang Air

6 Terpal Air

7 Pipa

8 Tenda

9 …………..

Total penyusutan

D. Hasil Produksi

1. Jumlah Hasil Panen Bawang Merah

Keterangan Fisik (Kg) Harga (Kg)

Panen 1

Panen 2

Panen 3

Page 81: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

67

E. Aktivitas Responden

1. Berapa luas lahan yang bapak/ibu gunakan dalam satu kali tanam?

2. Apakah lahan yang bapak/ibu garap adalah milik sendiri?

3. Berapa banyak modal yang digunakan bapak/ibu dalam menjalankan

usahatani bawang merah?

4. Berapa besar biaya yang dikeluarkan oleh bapak/ibu dalam menjalankan

usahatani bawang merah?

5. Apakah harga pupuk dan pestisida sesuai dengan harga pasaran?

6. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat usahatani bawang merah?

7. Berapa jumlah bibit yang digunakan dan berapa harga bibit per Kg?

8. Berapa jumlah pupuk yang digunakan dan berapa harga pupuk per Kg?

A. Hasil Produksi

1. Apakah yang Bapak/ Ibu lakukan terhadap hasil produksi bawang merah?

a. Dijual langsung

b. Dijual dalam bentuk olahan

c. Disimpan, berapa lama?

d. Lainnya, sebutkan.....

2. Berapa hasil produksi bawang merah yang dihasilkan dalam sekali panen?

3. Dimanakah Bapak/ Ibu menjual hasil produksi?

4. Apakah hasil panen Bapak/ Ibu dijual semua atau sebagian?

5. Apakah kalau dijual berapakah harga perkilonya?

6. Apabila dijual semua atau sebagian, berapa pendapatan total yang

didapatkan?

7. Berapa pendapatan bersih dari hasil setiap kali panen?

B. Harga Jual

1. Berapakah harga jual bawang merah pada setiap panennya?

2. Apakah petani dapat menentukan harga jual bawang merah?

3. Dimana tempat menjual hasil panen bawang merah bapak/ibu?

Page 82: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

68

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang

Page 83: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

69

Lampiran 3. Identitas Petani Responden bawang merah di Kelurahan Balla

Kecamatan BarakaKabupaten Enrekang

No Nama

Responden

Umur

(Tahun)

Pendidikan

Terakhir

Pengalaman

Usahatani

(tahun)

Luas

Lahan

(Ha)

Jumlah

Tanggungan

Keluarga

(Orang)

1 Drs. Lahirto 50 S1 7 1 5

2 Yandi 30 SD 4 0,5 3

3 Herman 30 SMA 5 0,5 3

4 Jamal 37 SMA 4 0,5 4

5 Arifin 42 SMA 12 1 3

6 Irwan 32 SMA 4 0,5 3

7 Imran 33 SMA 6 0,32 5

8 Ahmad 42 SMA 8 0,5 6

9 Surahmin 45 SMP 15 0,8 4

10 Halima 47 SMA 10 0,3 3

11 Saldi 39 SMA 6 0,4 4

12 Supriadi 54 SMA 14 0,62 5

13 Kasim 47 SMA 10 1 4

14 Harianto 50 SMP 8 0,7 3

15 Suryadi 26 SMA 4 0,4 2

16 Aswan 52 SMA 11 0,6 2

17 Askin 50 SMA 7 0,5 5

18 Usman 54 S1 4 0,5 4

19 Arman 40 SMP 4 0,32 4

20 Jono 41 SMA 6 0,42 5

21 Isdar 40 SMA 5 0,3 3

22 Anas 46 SMA 5 0,4 5

23 Rian 43 SMP 6 0,6 3

24 Dayu 38 SMA 4 0,4 2

25 Camang 41 SMA 6 0,5 4

Jumlah 1049 175 13,58 94

Rata-Rata 42 7 0,5432 3,76

Page 84: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

70

Lampiran 4. Hasil Output SPSS

Regression

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,952(a) ,906 ,887 ,93301

a. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA(X4), PUPUK(X2), PESTISIDA(X3), BIBIT(X1) ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 167,550 4 41,887 48,118 ,000(a)

Residual 17,410 20 ,871

Total 184,960 24

a. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA(X4), PUPUK(X2), PESTISIDA(X3), BIBIT(X1) b. Dependent Variable: PRODUKSI(Y) Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -2,038 ,756 -2,695 ,014

BIBIT(X1) ,037 ,084 ,043 ,438 ,666

PUPUK(X2) -,061 ,206 -,022 -,296 ,771

PESTISIDA(X3) ,211 ,080 ,208 2,630 ,016

TENAGA KERJA(X4)

1,922 ,245 ,810 7,830 ,000

a. Dependent Variable: PRODUKSI(Y)

Page 85: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

71

Lampiran 5. Hasil Output Frontier

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)

instruction file = terminal

data file = ups.txt

Error Components Frontier (see B&C 1992)

The model is a production function

The dependent variable is logged

the ols estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 -0.11884686E+02 0.24328862E+01 -0.48850153E+01

beta 1 -0.32404637E-01 0.13428032E+00 -0.24132083E+00

beta 2 -0.13879585E-02 0.13209036E+00 -0.10507644E-01

beta 3 0.18005239E+00 0.14140263E+00 0.12733312E+01

beta 4 0.12149824E+01 0.19413074E+00 0.62585779E+01

sigma-squared 0.39125072E-01

log likelihood function = 0.78282290E+01

the estimates after the grid search were :

beta 0 -0.11852607E+02

beta 1 -0.32404637E-01

beta 2 -0.13879585E-02

beta 3 0.18005239E+00

beta 4 0.12149824E+01

sigma-squared 0.32329126E-01

gamma 0.50000000E-01

mu 0.00000000E+00

Page 86: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

72

eta is restricted to be zero

iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.78250540E+01

-0.11852607E+02-0.32404637E-01-0.13879585E-02 0.18005239E+00

0.12149824E+01

0.32329126E-01 0.50000000E-01 0.00000000E+00

gradient step

iteration = 5 func evals = 48 llf = 0.78277408E+01

-0.11852478E+02-0.33242535E-01-0.14292403E-02 0.18006226E+00

0.12145695E+01

0.31870272E-01 0.18050926E-01-0.25291508E-01

iteration = 10 func evals = 82 llf = 0.78281293E+01

-0.11862808E+02-0.32327315E-01-0.22452584E-02 0.17945819E+00

0.12152744E+01

0.31496742E-01 0.70539278E-02-0.29811121E-01

pt better than entering pt cannot be found

iteration = 11 func evals = 90 llf = 0.78281293E+01

-0.11862808E+02-0.32327315E-01-0.22452584E-02 0.17945819E+00

0.12152744E+01

0.31496742E-01 0.70539278E-02-0.29811121E-01

Page 87: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

73

the final mle estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 -0.11862808E+02 0.10421693E+01 -0.11382804E+02

beta 1 -0.32327315E-01 0.12879940E+00 -0.25098963E+00

beta 2 -0.22452584E-02 0.10373555E+00 -0.21644059E-01

beta 3 0.17945819E+00 0.12026207E+00 0.14922260E+01

beta 4 0.12152744E+01 0.16793433E+00 0.72366049E+01

sigma-squared 0.31496742E-01 0.12164950E-01 0.25891386E+01

gamma 0.70539278E-02 0.36166059E+00 0.19504275E-01

mu -0.29811121E-01 0.43452983E+00 -0.68605465E-01

eta is restricted to be zero

log likelihood function = 0.78281293E+01

the likelihood value is less than that obtained

using ols! - try again using different starting values

number of iterations = 11

(maximum number of iterations set at : 100)

number of cross-sections = 25

number of time periods = 1

total number of observations = 25

thus there are: 0 obsns not in the panel

Page 88: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

74

covariance matrix :

0.10861168E+01 -0.62289299E-02 -0.26450332E-01 -0.14137925E-01 -

0.21800567E-01

0.22428311E-02 0.58286827E-01 0.21350391E-01

-0.62289299E-02 0.16589286E-01 -0.10319926E-02 -0.17412180E-03 -

0.15526489E-01

0.77648047E-04 0.92515342E-02 0.24861502E-02

-0.26450332E-01 -0.10319926E-02 0.10761065E-01 -0.56291276E-02 -

0.19990996E-02

-0.91192270E-04 -0.31878994E-02 0.85666913E-02

-0.14137925E-01 -0.17412180E-03 -0.56291276E-02 0.14462965E-01 -

0.83056042E-02

0.23822521E-04 0.25265663E-02 0.79480631E-02

-0.21800567E-01 -0.15526489E-01 -0.19990996E-02 -0.83056042E-02

0.28201938E-01

-0.39746947E-04 -0.66409718E-02 -0.14318005E-01

0.22428311E-02 0.77648047E-04 -0.91192270E-04 0.23822521E-04 -

0.39746947E-04

0.14798601E-03 0.25142405E-02 0.22236233E-02

0.58286827E-01 0.92515342E-02 -0.31878994E-02 0.25265663E-02 -

0.66409718E-02

0.25142405E-02 0.13079838E+00 0.13017419E+00

0.21350391E-01 0.24861502E-02 0.85666913E-02 0.79480631E-02 -

0.14318005E-01

0.22236233E-02 0.13017419E+00 0.18881618E+00

Page 89: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

75

technical efficiency estimates :

firm eff.-est.

1 0.99452679E+00 2 0.99469060E+00

3 0.99445390E+00

4 0.99428966E+00

5 0.99440194E+00

6 0.99440608E+00

7 0.99423079E+00

8 0.99442171E+00

9 0.99452648E+00

10 0.99477614E+00

11 0.99445756E+00

12 0.99447171E+00

13 0.99442072E+00

14 0.99447211E+00

15 0.99423889E+00

16 0.99432069E+00

17 0.99465934E+00

18 0.99454367E+00

19 0.99438334E+00

20 0.99466883E+00

21 0.99439992E+00

22 0.99450847E+00

23 0.99454571E+00

24 0.99422936E+00

25 0.99458530E+00

mean efficiency = 0.99446519E+00

Page 90: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

76

Dokumentasi

Proses wawancara dengan petani bawang merah

Proses wawancara dengan petani responden

Page 91: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

77

Bawang merah yang telah di panen

Bibit Kapur Nganjuk

Page 92: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

78

Proses pencabutan bawang merah

Proses pengolahan lahan

Page 93: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

79

Berkunjung ke kebun bawang merah yang akan dipanen

Proses pengangkutan bawang merah ke tenda

Page 94: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

80

Page 95: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

81

Page 96: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

82

Page 97: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

83

Page 98: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

84

Page 99: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

85

Page 100: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

86

Page 101: ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …

87

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balla pada tanggal 19 Agustus 1997 dari

pasangan suami istri Bapak Supriadi dan Ibu Hamila. Peneliti

anak kedua dari 5 bersaudara menyelesaikan pendidikan di

SDN 94 Balla pada tahun 2010, SMPN 1 Baraka pada tahun

2013, SMK Pelayaran Wira Maritim Surabaya pada tahun

2016 kemudian melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di

Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Pertanian Program

Studi Agribisnis pada tahun 2016.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di PT. Lonsum di

Kabupaten Bulukumba, penulis juga ikut dalam berbagai organda seperti

Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu (HPMM) pada tahun 2016 dan

Himpunan Mahasiswa Pertanian Massenrempulu (HIMPERMAS) pada tahun

2017.

Berkat rahmat, doa serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan karya yang berjudul “ Analisis Efisiensi Usahatani

Bawang Merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang”.