analisis efisiensi modal kerja dan pengaruhnya
DESCRIPTION
manajemen keuanganTRANSCRIPT
i
ANALISIS EFISIENSI MODAL KERJA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA KPRI DI SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh :
NISA FITRIA
3351402064
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Kusmuryanto, M.Si Drs. Bambang Prishardoyo NIP. 131404309 NIP.
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
.................................... NIP.
Anggota I Anggota II
Drs. Kusmuryanto, M.Si Drs. Bambang Prishardoyo NIP. 131404309 NIP.
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 131658236
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Februari 2007
Nisa Fitria NIM. 3351402064
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar
kepada pengertianmu sendiri
2. Suatu usaha yang dimulai janganlah dihentikan sebelum dirasakan hasilnya.
PERSEMBAHAN
1. Ayah dan Ibunda tercinta
2. Seseorang yang ada dihati terima kasih
atas kesetiaannya
3. Teman-teman seperjuangan
4. Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari
hambatan dan rintangan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
kesulitan itu dapat teratasi untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
3. Drs. Kusmuriyanto, M.Si, dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ketua KPRI se-Kota Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya.
6. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri
Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman - teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
vii
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penelitian ini.
Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan,
semoga mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari
sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya
dan bagi mahasiswa ekonomi pada khususnya.
Semarang Maret 2007
Penulis
viii
SARI Nisa Fitria. 2007. “Analisis Efisiensi Modal Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI Di Semarang”. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Modal Kerja Dan Rentabilitas Ekonomi
Pada awal perkembangannya, koperasi seringkali dipandang sebelah mata. Namun sekarang koperasi dapat dijadi sebuah alternatif yang baik bahkan menjadi soko guru perekonomian nasional. Ini yang kemudian membuat banyak orang berharap banyak pada koperasi. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang–orang atau badan hukum koperasi melandaskan kegiatannya sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan serta bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang antara lain memberikan bantuan modal kepada koperasi dan pengusaha kecil dalam betuk pinjaman modal, pembinaan koperasi, membentuk Forum Koordinasi Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil (FKPPK).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat efisiensi penggunaan modal kerja pada (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang dan adakah pengaruh antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas pada (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang ?
Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas KPRI di Semarang. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan efisiensi modal kerja terhadap rentabilitas di KPRI Semarang. Untuk mengetahui tingkat efisiensi modal kerja di KPRI kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KPRI yang ada di kota Semarang, diambil sebanyak 17 buah koperasi.. dari hasil perhitungan diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 17 KPRI. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan sebagai variabel bebas sedangkan rentabilitas ekonomi sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai Fhitung sebesar 2.972 dengan df pembilang 3 dan df penyebut 30 diketahui nilai Ftabel sebesar 2.92. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Fhitung >Ftabel (2.972 > 2.92) sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi, atau Ha diterima. Berdasarkan hasil perbandingan diatas terlihat bahwa variabel X1, dan X2 hasil thitung < ttabel. dengan demikian hipotesis kerja (Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial. Sedangkan untuk
ix
variabel X3 diperoleh hasil thitung > ttabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial.
Adapun saran yang dapat peneliti berikan diantaranya untuk KPRI di Kota Semarang agar mengelola penjualan kredit secara baik, dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan penagihan piutang secara aktif. Sehingga tidak terjadi piutang tak tertagih dan efisien penggunaan piutang koperasi dapat tercapai. Penelitian ini hanya terbatas pada kajian empiris tentang pengaruh unsur-unsur modal kerja terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota Semarang, tetapi tidak sampai kepada pemecahan masalah tentang bagaimana dampak unsur-unsur modal kerja itu sendiri terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu, peneliti lain yang berminat terhadap permasalahan unsur-unsur modal kerja dan profit margin dapat mengembangkan penelitian ini dalam rangka mengetahui dampak dari unsur-unsur modal kerja yang digunakan perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Karena dalam penelitian ini terbatas hanya mengungkap pengaruh unsur-unsur modal kerja terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota Semarang, maka untuk penelitian selanjutnya perlu dikembangkan lagi dengan penambahan variabel yang lain misalnya rasio profit margin sehingga hasil penelitiannya akan lebih akurat.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GABAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................
1.3 Penegasan Istilah .................................................................................
1.4 Tujuan dan Manfaat .............................................................................
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ..............................................................
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1.Rentabilitas...........................................................................................
2.1.1 Pengertian Rentabilitas ............................................................
2.1.2 Macam-Macam Rentabilitas ....................................................
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas ....................
2.2.Modal Kerja .........................................................................................
2.2.1 Pengertian Modal Kerja ..............................................................
2.2.2 Jenis-Jenis Modal Kerja ..............................................................
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja....
2.2.4 Unsur-Unsur Modal Kerja ..........................................................
2.2.5 Fungsi Modal Kerja ...................................................................
xi
2.2.6 Sumber Modal Kerja ..................................................................
2.2.7 Sumber-Sumber Penyebab Perubahan Modal Kerja...................
2.2.8 Penggunaan Modal Kerja ...........................................................
2.2.9 Perputaran Modal Kerja .............................................................
2.2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Modal Kerja ...
2.2.11 Efesiensi Modal Kerja...............................................................
2.3.Kerangka Pemikiran ............................................................................
2.4.Hipotesis ..............................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
2.1 Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................................
2.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................
2.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................
2.4 Metode Analisis Data ..........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian ...................................................................................
4.2.Pembahasan .........................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1.Simpulan .............................................................................................
5.2.Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Hasil Penelitian ...................................................................
Lampiran 2 Hasil Analisis Data ......................................................................
Lampiran 3 Ijin Penelitian ...............................................................................
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Penelitian ..............................................
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Perkembangan Anggota KPRI tahun 2001 – 2005 .............................
Tabel 2 Perkembangan Modal Koperasi tahun 2001 – 2005 ...........................
Tabel 3 Volume Usaha, Asset dan SHU .........................................................
Tabel 4 Daftar Rasio Standar Produktifitas Koperasi .....................................
Tabel 5 Daftar KPRI Yang Terpilih Menjadi Sampel ....................................
Tabel 6 Klasifikasi Durbin Watson..................................................................
Tabel 4.1 Jumlah Anggota KPRI Sampel di Kota Semarang ..........................
Tabel 4.2 Keadaan Rata-Rata Asset KPRI Kota Semarang.............................
Tabel 4.3 Rata-Rata Posisi SHU, Model dan Rentabilitas...............................
Tabel 4.4 Deskripsi Data Rentabilitas Ekonomi ..............................................
Tabel 4.5 Deskripsi Data Perputaran Kas .......................................................
Tabel 4.6 Deskripsi Data Perputaran Piutang ..................................................
Tabel 4.7 Deskripsi Data Perputaran Persediaan .............................................
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multikolinearitas....................................................
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Heterokesdasitas ....................................................
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Normalitas ..........................................................
Tabel 4.11 Perbandingan thitung dengan ttabel .....................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi ...........
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................
Gambar 4.1 Perkembangan Rentabilitas KPRI di Kota Semarang .................
Gambar 4.2 Perkembangan Perputaran Kas KPRI di Kota Semarang ............
Gambar 4.3 Perkembangan Perputaran Piutang KPRI di Kota Semarang .....
Gambar 4.4 Perkembangan Perputaran Persediaan KPRI di Kota Semarang
xv
SURAT REKOMENDASI
Yang bertanda tangan dibawah ini, Dosen Pembimbing skripsi dari mahasiswa :
Nama :
Nim :
Program studi :
Fakultas :
Judul skripsi :
Menerangkan bawha mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan
bimbingan skripsi dan siap untuk diajukan pada sidang ujian skripsi.
Demikian surat rekomendasi ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Semarang, Maret 2007
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Kusmuryanto, M.Si Drs. Bambang Prishardoyo NIP. 131404309 NIP.
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646
xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini ternyata membuat
tiga bentuk kegiatan atau bangun usaha sebagai pelaku ekonomi yaitu: perusahaan
swasta, negara dan koperasi mengalami hambatan dalam perolehan modal, akan
tetapi ketiga pelaku ekonomi tersebut diharapkan dapat bekerjasama untuk
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Pada awal perkembangannya, koperasi seringkali dipandang sebelah
mata. Namun sekarang koperasi dapat dijadikan sebuah alternatif yang baik
bahkan menjadi soko guru perekonomian nasional. Ini yang kemudian membuat
banyak orang berharap banyak pada koperasi. Koperasi sebagai badan usaha yang
beranggotakan orang–orang atau badan hukum koperasi melandaskan kegiatannya
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan serta
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang
antara lain memberikan bantuan modal kepada koperasi dan pengusaha kecil
dalam betuk pinjaman modal, pembinaan koperasi, membentuk Forum Koordinasi
Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil (FKPPK).
Dalam lima tahun terakhir ini Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) dapat dilihat perkembangan jumlah anggotanya selalu mengalami pasang
surut, artinya KPRI mengalami tidak hanya penambahan anggota baru tetapi juga
1
xviii
pengurangan anggota. Beberapa hal itu disebabkan pengabungan atau pembubaran
badan usaha. Perkembangan tersebut secara lebih rinci dapat dilihat melalui Tabel
1.1:
Tabel 1.1
Perkembangan Anggota KPRI tahun 2001-2005
Tahun KPRI aktif KPRI tidak aktif Jumlah Jumlah anggota (Orang)
2001 127 1 128 36.931
2002 126 1 127 36.931
2003 126 1 127 36.954
2004 115 10 125 30.897
2005 104 21 125 30.752
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang
Dari Tabel 1.1 dapat digambarkan perkembangan KPRI di Semarang
lima tahun terakhir. Pada tahun 2001 di Semarang terdapat 128 KPRI dengan
keterangan 127 KPRI yang masih aktif dan 1 KPRI tidak aktif beranggotakan
36.931 orang. Tahun 2002 terdapat 127 KPRI dengan keterangan 126 KPRI yang
masih aktif dan 1 KPRI tidak aktif KPRI, jumlah anggotanya sama dengan tahun
2001, artinya jumlah KPRI yang aktif mengalami penurunan, tetapi jumlah
anggota tidak mengalami penurunan. Tahun 2003 terdapat 127 KPRI dengan
xix
keterangan 126 KPRI yang masih aktif dan 1 KPRI tidak aktif, jumlah koperasi
tahun 2003 sama dengan 2002 hanya saja jumlah anggotanya sedikit bertambah
dari 36.931 orang menjadi 36.945 orang. Tahun 2004 terdapat 125 KPRI dengan
keterangan 115 KPRI yang masih aktif dan 10 KPRI tidak aktif dan jumlah
anggotanya 30.897 orang. Dari keterangan tersebut pada tahun 2004 jumlah KPRI
dan anggotanya mengalami penurunan yang besar dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Pada tahun 2005 juga mengalami penurunan kembali yaitu jumlah
KPRI menjadit 125 dengan keterangan 104 KPRI yang masih aktif dan 21 KPRI
tidak aktif dan jumlah anggotanya 30.752 orang.
Selain data mengenai jumlah KPRI dan anggotanya dapat juga dilihat
data mengenai permodalan koperasi pada Tabel 1.2:
Tabel 1.2
Perkembangan Modal Koperasi Tahun 2001-2005
(Dalam jutaan rupiah)
Tahun Modal Sendiri Modal Luar Jumlah
2001 Rp. 21.689 Rp. 14.128 Rp. 35.818
2002 Rp. 21.689 Rp. 14.128 Rp. 35.818
2003 Rp. 21.697 Rp. 20.056 Rp. 35.826
2004 Rp. 27.990 Rp. 20.056 Rp. 48.047
xx
2005 Rp. 28.528 Rp. 23.983 Rp. 52.510
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang
Dari Tabel 1.2 dapat diketahui, bahwa dalam situasi krisis ekonomi
permodalan Koperasi terjadi kenaikan terus-menerus, permodalan koperasi sendiri
terdiri dari dua macam yaitu modal sendiri dan modal asing atau modal luar. Hal
ini dapat dilihat dari tabel di atas yaitu dari tahun 2001 KPRI di Semarang jumlah
modal sendiri sebesar Rp. 21.689 sedangkan modal asing Rp. 14.128 jadi jumlah
total modal tahun 2001 adalah Rp. 35.818. Tahun 2002 modal koperasi tidak
mengalami peningkatan. Sedangkan tahun 2003 mengalami sedikit peningkatan
menjadi Rp. 35.826 dengan perincian modal sendiri sebesar Rp. 21.697 sedangkan
modal asing Rp. 20.056. pada tahun 2004 kembali mengalami kenaikan dengan
jumlah modal sendiri Rp. 27.990 dan modal luar Rp. 20.056 sehingga jumlah total
Rp. 48.047. Tahun 2005 juga mengalami kenaikan modal sendiri Rp. 28.528 dan
modal luar Rp. 23.983 sehingga jumlah total Rp. 52.510.
Sebagai indikator lain seperti volume usaha, asset dan SHU dari tahun
2001 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 1.3:
Tabel 1.3
Volume Usaha, Asset dan SHU ( Sisa Hasil Usaha)
(Dalam jutaan rupiah)
xxi
Tahun Volume Usaha Asset SHU
2001 Rp. 73.641 Rp.35.818 Rp.3.261
2002 Rp. 73.203 Rp.35.818 Rp.3.273
2003 Rp. 74.667 Rp.35.826 Rp.110.493
2004 Rp. 48.047 Rp.84.404 Rp.3.913
2005 Rp. 89.455 Rp.52.510 Rp.3.641
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang
Keterangan dari Tabel 1.3 menyatakan bahwa volume usaha, asset, SHU
pada KPRI di Semarang mengalami naik turun atau tidak stabil yaitu tahun 2001
sampai tahun 2003 volume usaha mengalami naik turun tetapi prosentasenya
tidak begitu besar dari Rp. 73.641 tahun 2001, turun menjadi Rp. 73.203 ditahun
2002, kemudian naik Rp. 74.667 tahun 2003. Volume usaha mengalami
penurunan dan kenaikan dengan prosentase besar ditahun 2004 dan 2005 yaitu
dari Rp. 48.047 menjadi Rp. 89.455 ditahun 2005. Asset dan SHU tahun 2001
adalah Rp.35.818 dan Rp.3.261,tahun 2002 tidak begitu mengalami perubahan
dari tahun sebelumnya yaitu Rp.35.818 dan Rp.3.273, tahun 2003 mengalami
perubahan yang cukup besar untuk SHU yaitu naik menjadi Rp.110.493
sedangkan untuk asset perubahan tidak terlalu banyak Rp.35.826 dari tahun
sebelumnya. Tahun 2004 jumlah SHU dan Asset adalah Rp.84.404 dan Rp.3.913,
xxii
tahun 2005 mengalami penurunan baik Asset maupun SHU menjadi Rp.52.510
dan Rp.3.641.
Agar koperasi dapat mewujudkan fungsi dan perannya , maka kecuali
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya juga harus mampu
menghasilkan keuntungan atau laba yang layak dan kontiyuitas. Untuk membiayai
kegiatan operasional atau usaha koperasi, maka koperasi membutuhkan dana.
Dana sering juga disebut modal kerja, penggunaan modal kerja harus seefisien
mungkin dalam arti modal kerja yang tersedia tidak perlu berlebihan dan tidak
kekurangan. Modal kerja yang terlalu besar memungkinkan terjadinya Idle fund
(dana yang menganggur). Hal ini akan mengakibatkan terjadinya inefisiensi
demikian sebaliknya modal kerja terlalu kecil akan mengakibatkan terganggunya
operasi koperasi sehari–hari.
Meskipun koperasi bukan badan usaha yang semata–mata mencari laba,
namun koperasi senantiasa berusaha mendapatkan laba yang optimal untuk
meningkatkan pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) anggotanya. Perolehan laba
mempengaruhi tingkat rentabilitas suatu badan usaha. Oleh karena itu laba yang
optimal belum dapat dijadikan ukuran bahwa suatu badan usaha telah bekerja
secara efisien, maka suatu badan usaha dalam menjalankan usahanya diarahkan
untuk mendapatkan tingkat rentabilitas yang optimal. Efisiensi kerja suatu badan
usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh selama
periode tertentu dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba, inilah
yang disebut rentabilitas.
Dengan rentabilitas yang tinggi maka:
xxiii
1. Koperasi akan mampu bersaing dengan perusahaan lain.
2. Koperasi akan dapat memberikan kesejahteraan bagi anggotanya.
3. Koperasi akan dipercaya oleh masyarakat sebagai badan usaha
yang mampu bertahan hidup dan bahkan berkembang.
4. Pada akhirnya dengan rentabilitas yang tinggi akan dapat
meningkatkan nilai koperasi.
Rentabilitas itu sendiri memiliki pengertian menurut Riyanto (1999:35),
rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat
mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan
dengan mendasarkan pada jumlah keuntungan semata–mata kurang tepat, sebab
keuntungan yang tinggi belum tentu disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula.
Untuk mengukur tingkat rentabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan
dengan bermacam–macam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan
diperbandingkan.
Modal dalam rasio rentabilitas adalah modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba oleh karena itu dapat berasal dari modal sendiri atau hutang
sebagai modal asing (Indriyo, 2002:57). Rentabilitas dapat diperhitungkan dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan modal yang dipakai untuk
menghasilkan laba disebut rentabilitas ekonomi. Jika modal sebagai pembanding
adalah modal sendiri dan laba adalah laba bersih sesudah pajak disebut rentabilitas
modal sendiri.
xxiv
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
modal dalam suatu badan usaha, sedangkan keuntungan yang besar belum tentu
sebagai jaminan bahwa perusahaan tersebut efisien. Badan usaha yang memiliki
modal lebih besar lazimnya akan memperoleh laba yang lebih besar pula
dibandingkan badan usaha yang mempunyai modal lebih kecil. Meskipun
demikian, terdapat kemungkinan badan usaha yang mempunyai modal lebih kecil,
lebih efisien dibanding badan usaha yang memiliki modal besar.
Pada setiap koperasi tingkat rentabilitas tidak selamanya sesuai dengan
harapan, kadangkala mengalami peningkatan dan kadang mengalami
penurununan. Tingkat rentabilitas berdasarkan kenyataan yang ada pada KPRI di
Semarang juga berbeda-beda. Melihat kenyataan tersebut tidak semua KPRI
tingkat rentabilitasnya sesuai dengan standart rentabilitas.
Efisiensi Modal Kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam
menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan
berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang
tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Untuk dapat menentukan
jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen-elemen
modal kerja. Elemen Modal Kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Dari
semua elemen modal kerja dihitung perputarannya semakin cepat tingkat
perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan
efisien, tetapi jika perputarannya semakin lambat maka penggunaan modal kerja
yang ada dalam koperasi tersebut kurang efisien.
xxv
Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan
modal kerja yang disebabkan rendahnya turnover persediaan dan piutang atau
adanya saldo kas yang terlalu besar. Penurunan laba menunjukkan pendapatan
yang menurun atau naiknya biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan
laba.
Maka sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, diperlukan
standar-standar agar koperasi-koperasi di kota Semarang khususnya dapat
mengoperasikan usaha koperasi dengan baik dan dapat memperoleh efisiensi
penggunaan modal kerja. Tabel 1.4 merupakan stadar koperasi yang ditetapkan
Mentri Koperasi.
Tabel 1.4
Daftar Rasio Stadar Produktifitas Koperasi
Uraian Standar Normal
Asset turn Over
Profit Margin to Sale
Return on Investment/rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas Modal Sendiri
Minimal 4 kali
4%
8%
14%
Sumber: Dinas Koperasi Semarang
xxvi
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa betapa pentingnya
rentabilitas dan modal kerja dalam suatu badan usaha koperasi, oleh karena itu
peneliti mengambil judul : “ANALISIS EFISIENSI MODAL KERJA DAN
PENGARUHNYA DENGAN RENTABILITAS EKONOMI PADA KPRI di
SEMARANG ”
1.2. Penegasan Istilah
Untuk menghidari kesalah pahaman penafsiran dan memberi ruang
lingkup permasalahan pada penelitian ini, maka dipergunakan batasan istilah
sebagai berikut:
1. Analisis Efisiensi Modal Kerja
Efisiensi Modal Kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam
menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan
kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal
kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Untuk dapat
menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari
elemen-elemen modal kerja. Modal Kerja terdiri dari kas, piutang, dan
persediaan. Modal kerja dapat dihitung dari elemen-elemennya perputaran
kas, perputaran piutang, perputaran persediaan. Semakin cepat tingkat
perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat
dikatakan efisien, tetapi jika perputarannya semakin lambat maka penggunaan
modal kerja yang ada dalam koperasi tersebut kurang efisien.
xxvii
2. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan atau badan usaha
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. (Bambang Riyanto,
1999:35) rentabilitas pada penelitian ini adalah rentabilitas ekonomi yaitu
perbandingan antara laba usaha (SHU) dengan modal sendiri dan modal
pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan
dalam prosen.
3. KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia)
KPRI adalah suatu badan koperasi yang beranggotakan pegawai
negeri. KPRI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah KPRI di Semarang
yang memiliki unit pertokoan Pegawai negeri adalah pegawai pemerintah
yang berada diluar politik, bertugas melaksanakan administrasi pemerintah
berdasarkan perundang–undangan yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini koperasi yang akan dijadikan obyek yaitu KPRI
dikota Semarang, karena koperasi–koperasi tersebut sudah memenuhi syarat
untuk dijadikan obyek penelitian. Selain itu juga memiliki badan hukum
dan berbagai unit usaha serta sistem administrasi yang tertata dengan baik.
1.3. Perumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
xxviii
1. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan modal kerja pada (Koperasi
Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang ?
2. Adakah pengaruh antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas pada
(Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang ?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara efisiensi
modal kerja dengan rentabilitas KPRI di Semarang.
b. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan efisiensi modal
kerja terhadap rentabilitas di KPRI Semarang
c. Untuk mengetahui tingkat efisiensi modal kerja di KPRI kota
Semarang
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Sebagai bahan masukkan bagi koperasi dalam mengelola keuangannya agar dimasa yang akan
datang koperasi mempunyai perkembangan dan pengelolaan keuangan yang lebih baik.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk mengembangkan
usahanya.
c. Sebagai bahan masukkan bagi koperasi dalam mengelola keuangannya agar dimasa yang akan
datang koperasi mempunyai perkembangan dan pengelolaan keuangan yang lebih baik.
d. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk mengembangkan
usahanya.
xxix
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Rentabilitas
i. Pengertian Rentabilitas
Menurut Riyanto (1999:35), rentabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dengan
demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan
penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan berdasarkan
jumlah keuntungan semata kurang tepat, sebab keuntungan yang tinggi belum
tentu disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula. Untuk mengukur tingkat
rentabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan dengan bermacam–
macam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan
diperbandingkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas lebih penting
dibandingkan laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa
xxx
perusahan itu telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui
dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan modal yang
menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya.
(Riyanto, 1999:37)
ii. Macam-macam Rentabilitas
Terdapat dua macam rentabilitas untuk mengukur efisien atau tidaknya
suatu perusahaan dalam menggunakan modal, yaitu rentabilitas ekonomi dan
rentabilitas modal sendiri.
1. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas Ekonomi (Return On Investment) adalah
perbandingan antara SHU koperasi dengan modal sendiri dan modal
pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang
dinyatakan dalam prosentase (%).
Dalam menghitung rentabilitas ekonomi ini, modal sendiri dan
modal pinjaman tidak diadakan perbedaan dan dianggap sebagai satu
kesatuan. Dengan menghitung ROI ini kita dapat memperoleh
gambaran efisiensi badan usaha secara keseluruhan. Laba yang dipakai
sebagai dasar menghitung rentabilitas ini adalah laba sebelum
dikurangi pajak dan bunga pinjaman, karena besarnya pajak tidak
dipengaruhi oleh efisiensi tidaknya usaha, tetapi dipengaruhi
13
xxxi
banyaknya sedikitnya laba yang diperoleh. Rentabilitas Ekonomi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
ROI= %100sin
/ xgAModalSendiriModal
SHUpajaksebelumLaba+
(Riyanto, 1999:35)
Tinggi rendahnya ROI dipengaruhi oleh :
1) Profit Margin
Profit margin ini merupakan perbandingan antara laba
usaha dengan penjualan bersih, perbandingan tersebut dinyatakan
dalam bentuk persentase.
%100argPr xBersihPenjualan
UsahaLabainMofit =
Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai
oleh perusahaan dihubungkan dengan tingkat pendapatan, dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa perhitungan profit margin
dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan
melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan
pendapatan yang diterima. Semakin tinggi profit margin yang
xxxii
diterima perusahaan berarti semakin efisien operasi perusahaan
tersebut.
2) Turn of Operating Asset (Tingkat perputaran aktiva)
Tingkat perputaran aktiva usaha yaitu kecepatan
berputarnya aktiva usaha dalam satu periode tertentu. Perputaran
tersebut dapat ditentukan dengan membagi pendapatan dengan
total rata–rata aktiva usaha.
Rumus yang digunakan:
Turn of Operating Asset = %100xBersihModal
Penjualan
(Riyanto,1999:36-43)
Rasio ini merupakan ukuran seberapa jauh modal ini telah
digunakan dalam operasi perusahaan atau menunjukkan seberapa
kali aktiva usaha berputar dalam suatu periode tertentu. Dalam
menganalisis ratio ini akan diperbandingkan beberapa tahun,
sehingga diketahui kecenderungan penggunaan aktiva usaha. Bila
angka rasio naik maka semakin efisien penggunaan modal
perusahaan.
Tinggi rendahnya Turn of Operating Asset selama periode
tertentu ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales (penjualan)
dengan operating assets (aktiva usaha). Dengan jumlah aktiva
xxxiii
tertentu dan dengan semakin kecilnya aktiva usaha akan
mengakibatkan makin tingginya perputaran aktiva usaha.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin
dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan
melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan
penjualan. Sedangkan operating asset turnover dimaksudkan untuk
mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan
perputaran operating asset dalam periode tertentu.
Hubungan antara profit margin dan operating assets
turnover dapat digambarkan sebgai berikut:
Rentabilitas = Profit margin x Operating assets turnover
=UsahaModal
BersihPenjualanxBersihPenjualan
UsahaLaba
=UsahaModal
UsahaLaba
Terdapat cara untuk menaikkan rentabilitas ekonomi
menurut (Riyanto, 1999:39) adalah sebagai berikut:
1. Menaikkan profit margin
a. Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu
diusahakan tercapai tambahan sales lebih besar
daripada tambahan operating expenses.
xxxiv
b. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai
tingkat tertentu, atau mengurangi biaya usaha menjadi
relatif lebih besar dari berkurangnya pendapatan dari
sales.
2. Menaikkan atau mempertinggi turnover of operating assets
a. Dengan menambah modal usaha
b.Dengan mengurangi sales sampai tingkat tertentu
diusahakan penurunan operating assets sebesar–
besarnya.
2. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha adalah
perbandingan jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri
dengan jumlah modal sendiri untuk menghasilkan laba tersebut
(Munawir, 2000:33). Dengan kata lain rentabilitas modal sendiri
adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang
bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Rentabilitas modal
sendiri dipengaruhi oleh rentabilitas ekonomi serta dept equity ratio.
Rumus yang digunakan adalah:
Rentabilitas Modal Sendiri = %100xSendiriModalbersihSHU
xxxv
Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri
adalah:
a. Rentabilitas ekonomi
Tingkat rentabilitas ekonomi dapat mempengaruhi
rentabilitas modal sendiri, hal ini dapat dilihat pada unsur yang
berhubungan dengan rentabilitas modal sendiri. Dari pengertian
rentabilitas ekonomi, maka dapat dilihat bahwa rentabilitas
ekonomi mempunyai hubungan erat dengan rentabilitas modal
sendiri mengigat besar kecilnya keuntungan yang menjadi hak
pemilik modal.
b. Tingkat bunga modal pinjaman
Hutang merupakan dana yang berasal dari luar
perusahaan, dimana hutang itu disertai kewajiban untuk
menyerahkan sejumlah jasa kepada pihak lain dimasa yang
akan datang. Jika sejumlah jasa yang dimaksudkan telah
disepakati sebagai balas jasa, maka disebut sebagai bunga.
Laba yang diperhitungkan di dalam menghitung
rentabilitas modal sendiri adalah laba bersih setelah dikurangi
bunga modal pinjaman dan pajak perseroan. Semakin tinggi
tingkat bunga modal pinjaman yang harus dibayar berarti akan
memperkecil laba yang menjadi bagian pemilik modal sendiri.
xxxvi
c. Tingkat pajak pendapatan
Penghasilan kena pajak dihitung dengan mengurangi
semua biaya, termasuk penyusutan bunga dan pendapatan
kotornya. Jika laba setelah bunga semakin besar maka pajak
yang dibayar semakin besar, dan begitu sebaliknya. Semakin
tinggi pajak yang ditentukan pemerintah, maka akan
memperkecil laba yang menjadi hak bagi pemilik begitu
sebaliknya. Hal ini menyebabkan rentabilitas modal sendiri
terpengaruh.
d. Tingkat rasio utang terhadap rentabilitas modal sendiri.
Pengaruh rasio utang terhadap rentabilitas modal sendiri
dapat positif tetapi dapat pula negatif atau tidak berpengaruh
sama sekali. Bila berpengaruh positif artinya, makin besar rasio
ini mengakibatakan besarnya rentabilitas modal sendiri. Hal ini
terjadi jika rentabilitas ekonomi lebih besar dari pada tingkat
bunga. Dan pengaruh negatif terjadi dalam keadaan ekonomi
yang sebaliknya, yaitu dalam keadaan rentabilitas ekonomi
lebih kecil dari pada tingkat bunga.
iii. Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas
Menurut Wasis (1993:71) rentabilitas dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
xxxvii
1. Volume Penjualan
Merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan
perusahaan adalah penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan
maka akan menaikkan volume pendapatan yang diperoleh perusahaan
sehingga biaya-biaya akan tertutup juga. Hal ini akan mendorong
perusahaan mengefektifkan modal untuk mengembangkan usahanya.
2. Efisiensi penggunaan biaya
Modal dan investasi yang diperoleh perusahaan untuk
mengembangkan usahanya harus benar-benar dipelihara dan
dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dalam jangkauan pemeliharaan
dan pertanggungjawaban secara terbuka berarti bahwa penggunaan modal
harus digunakan untuk usaha-usaha yang tepat dengan pengeluaran yang
hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi tingkat rentabilitas.
3. Profit margin
Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan.
Profit margin mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan berkaitan dengan besarnya penjualan perusahaan.
4. Struktur modal perusahaan
xxxviii
Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanent
perusahaan yang terutama hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas
dan modal saham biasa, tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek.
Menurut Riyanto (1999:37) tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi
/earning power dipengaruhi 2 faktor:
a) Profit margin
Profit margin adalah perbandingan antara laba usaha
dengan penjualan bersih yang dinyatakan dalam persentase. Besar
kecilnya profit margin pada setiap transaksi penjualan ditentukan
oleh 2 faktor yaitu: net sales (penjualan) dan laba usaha. Besar
kecilnya laba net operating income tergantung pada pendapatan,
penjualan dan besarnya biaya usaha (operating expences). Dengan
jumlah biaya usaha profit margin dapat diperbesar dengan
menekan jumlah atau memperkecil biaya usaha.
b) Turnover of Operating Assets (Tingkat perputaran modal kerja )
Turnover of Operating Assets yaitu kecepatan perputaran
operating asset pada periode tertentu. Turnover tersebut dapat
ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha.
xxxix
Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomi/earning
power dapat dilihat pada gambar berikut:
Penjualan netto
Biaya usaha
Harga Pokok Penjualan
Biaya Penjualan
Biaya administrasi dan umum
Laba Bersih
Penjualan Netto
Profit Margin
Perputaran Modal Kerja
Rentabilitas ekonomi
Kas
Piutang
Persediaan
Modal Kerja
Aktiva Tetap
Modal Usaha
Penjualan netto
xl
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomi
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa besarnya modal kerja
dipengaruhi oleh besarnya kas, piutang dan persediaan. Besarnya perputaran
modal kerja dipengaruhi oleh perputaran masing-masing komponen yang terdapat
dalam modal kerja tersebut, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, perputaran
persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan maka
tinggi pula modal kerja, begitu sebaliknya jika perputaran kas, piutang dan
persediaan rendah maka modal kerjanya juga rendah.
2.2. Modal Kerja
2.2.1. Pengertian Modal Kerja
Dengan perkembangan teknologi dan semakin banyaknya perusahaan
berlomba–lomba untuk menjadi besar, maka faktor produksi modal
mempunyai arti yang lebih penting lagi. Arti dari faktor produksi modal dalam
perusahaan adalah sesuai dengan perkembanganm pengertian modal itu
sendiri. Secara ilmiah pada permulaanya orientasi pengertian modal adalah
phisycal oriented. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan misalnya
pengertian modal yang klasik, dimana pengertian modal adalah sebagai hasil
produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam
perkembangan kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat non
xli
phisycal oriented yaitu pada nilai, daya beli atau kekuasaan yang terkandung
pada barang–barang modal adalah barang–barang yang ada dalam perusahaan
yang belum digunakan, jadi yang ada dalam neraca sebelah debet (Riyanto,
1999:17)
Menurut Indriyo (2002:35), modal kerja adalah kekayaan atau aktiva
yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari–
hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Modal yang dimaksud adalah
modal kerja netto (aktiva lancar) perusahaan.
Dalam melakukan operasional perusahaan diperlukan adanya modal
kerja. Menurut Bangun (1989:65) modal kerja adalah dana yang
diinvestasikan dalam aktiva lancar untuk memungkinkan berlangsungnya
siklus produksi. Sedangkan menurut Soediyono, modal kerja adalah sumber
pembelanjaan jangka panjang yang khusus berfungsi untuk membiayai
kegiatan operasional sehari–hari. Dari kedua pengertian tersebut diatas maka
dapat disimpulkan, bahwa modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam
dalam aktiva lancar yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional
sehari hari. Pengertian modal kerja akan menjadi lebih jelas jika ditinjau dari
konsep–konsep yang mendasarinya. Dalam membahas modal kerja ada tiga
konsep yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur–
unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali
berputar kembali dalam bentuk semula, atau aktiva dimana dana yang
xlii
tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu singkat. Dengan
demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah
aktiva lancar. Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dana yang tertanam
dalam unsur–unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang
sekali berputar kembali dalam bentuk semula, atau aktiva dimana dana
yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu singkat.
Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar. Sering disebut dengan modal kerja bruto (gross
working capital).
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini mempertimbangkan dua kepentingan perusahaan yang terdiri
dari pembiayaan perusahaan yang terdiri dari pembiayaan operasional
sehari–hari dan pemenuhan kewajiban dari pihak luar (kreditur). Konsep
ini mengaitkan jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Modal kerja
menurut konsep kualitatif adalah kelebihan aktiva lancar diatas utang
lancar. Sering disebut dengan modal kerja netto (net working capital).
3. Konsep Fungsional
Menurut Darwin (1989:66), jumlah modal kerja yang dimiliki oleh
suatu perusahaan pada suatu saat dapat dilihat pada neraca perusahaan yang
bersangkutan. Perlu dikemukakan bahwa dalam menghitung jumlah modal
kerja terdapat dua konsep yang berlainan, yaitu konsep modal kerja bruto dan
konsep modal kerja netto. Modal kerja bruto adalah jumlah seluruh aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan modal kerja netto adalah jumlah
xliii
seluruh aktiva lancar dikurangi dengan jumlah hutang lancar yang dimiliki
perusahaan.
2.2.2. Jenis–jenis Modal Kerja
Jenis–jenis modal kerja menurut W. B. Taylor dam buku karangan
Riyanto, 1999:61 digolongkan menjadi :
1) Modal kerja permanen (permanent working capital)
Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, dengan kata lain modal kerja yang secara terus –
menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Modal kerja permanen dapat dibedakan menjadi :
a. Modal kerja primer (primary working capital) yaitu jumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
b. Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi
normal. Pengertian normal adalah dalam artian yang dinamis.
2) Modal kerja variabel (variable working capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah sesuai dengan perubahanb
keadaan. Modal ini dibedakan menjadi :
a. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah–
ubah disebabkan karena fluktuasi musiman.
xliv
b. Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya barubah–
ubah karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (emergency working capital ) yaitu modal
kerja yang berubah–ubah karena adanya keadaan darurat yang
tidak diketahiu sebelumnya, seperti pemogokan buruh, banjir dan
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak
2.2.3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Faktor–faktor yang mempengaruhi modal kerja dipengaruhi oleh
empat faktor pada umumnya dan lima faktor pada khususnya. Keempat faktor
tersebut antara lain adalah:
a. Volume Penjualan
Perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya
puncak dari perusahaan adalah penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi
maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan
rendah dibutuhkan modal kerja yang rendah.
b. Kebijaksanaan yang diterapkan oleh perusahaan, yaitu politik penjualan
kredit dan politik penentuan persediaan besi.
c. Pengaruh Musim
d. Fluktuasi tingkat penjualan akan mempengaruhi besar kecilnya modal
kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan produksi.
e. Kemajuan Teknologi
xlv
Perkembangan teknologi membuat perusahaan perlu mengimbangi dengan
membeli alat–alat investasi baru sehingga diperlukan modal kerja yang
relatif besar.
Sedangkan lima faktor khususnya adalah:
a. Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencilik
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak
sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil
dibandingkan dengan total aktiva atau penjualan.
b. Aktivitas Perusahaan
Keadaan bisnis berdampak pada tingkat modal kerja. Sebuah perusahaan
yang menawarkan barang tidak membutuhkan persediaan, dan perusahaan
yang menjual dengan tunai tidak akan memberikan piutang.
c. Ketersediaan Kredit
Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai kredit maka diperlukan
kas yang lebih sedikit.
d. Perilaku Menghadapi Keuntungan
Suatu jumlah yang relatif besar pada aktiva lancar mengurangi keuntungan
keseluruhan.
e. Perilaku Menghadapi Resiko
Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas menyediakan
keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan resiko yang
lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual
xlvi
2.2.4. Unsur–unsur Modal Kerja
Menurut Sawir (2001:57) unsur–unsur modal kerja terdiri dari tiga yaitu:
1. Kas
Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi
tingkat likuiditasnya. Dalam pengertian ini termasuk pula simpanan
uang yang ada pada suatu bank. Kas dapat digunakan untuk
memenuhi segala kewajiban finansial perusahaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kas sangat
berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan,
sehingga kas harus diawasi dengan sebaik–baikya baik dari segi
penerimaan (sumber–sumbernya) maupun penggunaanya.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu perusahaan pada
dasarnya bersal dari:
a) Hasil penjualan investasi jangka panjang ,aktiva tetap baik
yang berwujud atau adanya penurunan aktiva tidak lancar
yang diimbangi dengan penambahan kas.
b) Penjualan atau adanya emisis maupun adanya penambahan
modal pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c) Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka panjang
maupun jangka pendek yang lain serta bertambahnya hutang
yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.
xlvii
d) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas
yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.
e) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari
investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya
pengembalian pembayaran pajak pada periode–periode
sebelumnya.
Penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya
transaksi–transaksi sebagai berikut:
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka
pendek maupun jangka panjang.
b. Penarikkan kembali saham yang beredar maupun adanya
pengambilan kas perusahaan oleh pemilik.
c. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka
pendek atau jangka panjang
d. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya
pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji,
pembelian perlengkapan kantor, advertensi, dan adanya
persekot biaya maupun persekot pembelian.
e. Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran
pajak, denda–denda lainnya. ( Munawir, 2000:159)
Aliran kas masuk dan keluar akan terus terjadi dalam perusahaan,
sedangkan pengaturan kas dimaksudkan agar aliran kas keluar
xlviii
berjalan sesuai kebutuhan, termasuk pengawasan terhadap
terjadinya kebocoran– kebocoran yang disebabkan oleh:
a. Kurang pengaturan pelayanan yang menyebabkan
perusahaan kehilanggan langganan.
b. Kurang pengamatan terutama dalam hal penjualan, misal
penjualan tidak cacat seluruhnya.
c. Kesalahan pekerjaan serupa berupa kesalahan hutang
d. Kebocoran kas keluar artinya diperbesarnya tingkat dari
pengeluaran sesungguhnya.
2. Piutang
Piutang merupakan kekayaan perusahaan yang timbul
akibat adanya penjualan secara kredit. Adapun yang mempengaruhi
besarnya piutang adalah:
a) Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan
penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang.
Dengan demikian semakin meningkat volume penjualan
maka piutang semakin besar.
b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit bisa bersifat ketat
ataupun lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat
penjualan ketat, berarti lebih mengutamakan keselamatan
xlix
kredit daripada pertimbangan profitabilitas, sehingga
piutang yang terjadi akan semakin kecil.
c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Semakin selektif para langganan yang diberi kredit,
semakin memperkecil investasi dalam piutang.
d) Kebijakan Dalam Pengumpulan Piutang
Apabila perusahaan dalam pengumpulan piutangnya
dengan cara aktif, maka piutang yang terjadi semakin kecil,
sebaliknya jika perusahaan pasif dalam pengumpulan
piutangnya, maka piutang yang terjadi semakin besar.
e) Kebiasaan Membayar Para Langganan
Kebiasaan membayar para langganan didasarkan pada
alternatif dari cara penilaian mereka terhadap alternatif
yang menguntungkan bagi pihaknya. Apabila menggunakan
cash discount, maka dana yang tertanan dalam piutang
semakin kecil.
Piutang yang ada dalam koperasi yaitu terdiri dari:
a. Piutang usaha kepada anggota
Yaitu tagihan yang tibul kepada anggota yang
dihasilkan dari kegiatan transakasi usaha atau penyaluran
bantuan pinjaman yang jangka waktu penagihannya tidak
lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
l
b. Piutang usaha kepada non anggota
Tagihan yang timbul dari transakasi usaha kepada
pihak lain diluar anggotra koperasi yang jangka waktunya
sesuai dengan usaha normal diungkapkan dalam catatan
atas laporan keunagan.
c. Piutang non usaha
Adalah piutang yang tidak termasuk dalam piuatang
usaha koperasi. (Tugiman, 1995:29)
Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai
hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang
dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over
receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto)
dengan piutang rata–rata. Rata–rata piutang diukur dengan
menambah saldo piutang awal tahun dengan saldo piutang akhir
tahun kemudian dibagi dua.
Rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran
piutang:
Penjualan Kredit Perputaran Piutang = =............. kali Rata-rata piutang
(Riyanto, 1999:90)
li
3. Persediaan
Persediaan barang atau investasi merupakan elemen dari modal
kerja. Penentuan besarnya investasi dalam persediaan barang
merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena persediaan
barang mempunyai akibat langsung terhadap keuntungan perusahan.
Oleh karena itu perusahaan harus mengadakan persediaan barang yang
cukup, sehingga memungkinkan untuk beroperasi dengan efisien.
Rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran persediaan:
Perputaran Persediaan = kaliPersediaanrataRata
PenjualanPokokaH ............arg=
−
(Riyanto, 1999:70)
2.2.5. Fungsi Modal Kerja
Modal kerja dalam suatu perusahaan digunakan untuk operasi
perusahaan, tergantung dari tipe dan sifat dari aktiva lancar yang dimiliki
seperti kas, piutang dan persediaan. Modal kerja yang tersedia harus cukup
jumlahnya. Artinya harus mampu membiayai pengeluaran sehari–hari,
disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis
mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Modal kerja yang cukup bagi perusahaan, mempunyai peranan penting
yaitu :
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunya
nilai dari aktiva lancar.
lii
b. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada
waktunya.
c. Memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapai kesulitan
keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam
jumlah yang cukup untuk melayani par konsumen.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit
yang lebih menguntungkan kepada para pelanggan.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan
lebih efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang
atau jasa yang dibutuhkan.
2.2.6. Sumber Modal Kerja
Modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan menurut sumber dapat
dipenuhi dari dua sumber yaitu:
1. Sumber internal perusahaan yang merupakan modal kerja yang dihasilkan
oleh perusahaan itu sendiri yang terdiri dari:
a. Laba ditahan
Besar kecilnya laba ditahan menjadi sumber internal pemenuhan
modal kerja dipengaruhi oleh faktor besarnya laba yang diperoleh
pada periode yang bersangkutan.
b. Hasil penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan.
c. Keuntungan penjualan aset berharga atau efek atas harga normal.
liii
d. Cadangan Penyusutan
Penyusutan merupakan biaya operasional perusahaan yang bukan
merupakan pengeluaran kas.
2. Sumber eksternal perusahaan yang berasal dari luar perusahaan dan
merupakan hutang bagi perusahaan seperti hutang dari supplier, bank
atau lembaga pemberi kredit lainnya.
2.2.7. Sumber – sumber Penyebab Perubahan Modal
Tidak semua transaksi yang mengakibatkan berubahnya aktiva lancar
atau berubahnya pasiva lancar mengakibatkan perubahan pada besarnya modal
kerja. Hal ini tergantung dari sudut pandang pendefinisian modal kerja itu
sendiri. Dalam konsep modal kerja netto, penambahan aktiva lancar yang
didapat dari pinjaman tidak akan merubah jumlah modal kerja. Meskipun
transaksi tersebut mengakibatkan meningkatnya nilai aktiva lancar, akan tetapi
nilai pasivapun meningkat pula dengan jumlah yang sama, sehingga besarnya
modal kerja yang merupakan selisih antara aktiva lancar total dengan pasiva
lancar total, tidak berubah.
Sementara apabila dilihat dari konsep modal kerja bruto, penambahan
aktiva lancar meskipun berasal dari pinjaman dianggap menambah jumlah
modal kerja, karena menurut konsep ini modal kerja adalah keseluruhan aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan tanpa melihat perolehan atau sumber adanya
aktiva lancar tersebut.
liv
Secara umum dapat disebutkan hal–hal yang menyebabkan berubahnya
modal kerja yaitu sebagai berikut (Soediyono, 1991:168)
a. Modal Kerja meningkat sebagai akibat:
1) Perusahaan memperoleh laba
2) Perusahaan menjual aktiva tetap
3) Penyusutan aktiva tetap
4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang
5) Perushaan menambah besarnya modal penyertaan
b. Modal Kerja menurun sebagai akibat:
1) Perusahaan menderita kerugian
2) Perusahaan membeli aktiva tetap
3) Hutang Jangka Panjang perushaan menurun
4) Perusahaan mengurangi besarnya modal penyertaan
5) Perusahaan membagikan deviden
2.2.8. Penggunaan Modal Kerja
Pemakaian modal kerja menyebabkan perubahan bentuk maupun
penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, akan tetapi
semua pemakaian aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, akan tetapi
tidak semua pemakaian aktiva lancar yang akan menyebabkan turunya modal
kerja adalah :
a) Pembayaran operasional perusahaan yang meliputi gaji, upah dan biaya
lainnya.
lv
b) Kerugian yang diderita perusahaan karena adanya surat berharga .
c) Adanya pembelian aktiva tetap, investasi atau aktiva tidak lancar lainnya
yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja.
d) Adanya pembentukkan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan–
tujuan jangka panjang.
e) Pembayaran hutang jangka panjang atau adanya penurunan hutang jangka
panjang yang diikuti penurunan aktiva lancar.
f) Pengambilan uang atau barang oleh pemilik untuk keperluan pribadinya
atau adanya pengambilan laba oleh pemiliknya.
(Munawir, 2000:124-127 )
2.2.9. Perputaran Modal Kerja
Untuk mengetahui kemampuan modal kerja berputar dalam setiap
periodenya dapat dilihat melalui rasio antara total penjualan dengan jumlah
modal kerja rata–rata. Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja
dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat
diperoleh perushaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja
yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin
disebabkan rendahnya perputaran komponen–komponen dalam modal kerja
tersebut, seperti perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang
terlalu besar.
2.2.10. Peran Modal Kerja
lvi
Modal kerja pada dasarnya merupakan sejumlah dana yang terus-
menerus berputar dan harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang
menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa
dengan waktu penerimaan penjualan.
Modal kerja digunakan untuk membiayai operasional perusahaan,
misalnya membayar pajak.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa modal kerja mempunyai dua
peranan yang penting yaitu:
1) Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan
saat pengeluaran dan pembelian persediaan dengan penjualan
penerimaan kembali hasil pembayaran.
2) Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak
berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.
(Ahmad, 1997:5-6)
2.2.11. Efisiensi Modal Kerja
Efisiensi penggunaan modal kerja berarti bagaimana mengupayakan
agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan.
Dari segi ekonomis, efisiensi yang paling baik adalah suatu tingkat yang
diperoleh dari hasil yang optimal dengan biaya yang rasional.
Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih
dahulu diukur dari elemen-elemen modal kerja. Elemen Modal Kerja terdiri
dari kas, piutang, dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung
lvii
perputarannya semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal
kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien, tetapi jika perputarannya
semakin lambat maka penggunaan modal kerja yang ada dalam koperasi
tersebut kurang efisien. Tingkat Perputaran Modal Kerja diukur melalui
elemen-elemennya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran Kas:
BankdankasrataRataPendapaBersihPenjualanKasPerputaran
−=
tan/
(Riyanto, 1999:94)
Perputaran Piutang: (Riyanto, 1999:94)
gPiurataRata
KreditPenjualangPiuPerputarantan
tan−
=
(Riyanto, 1999:90)
Perputaran Persediaan:
PersediaanrataRataPenjualanPokokaHPersedianPerputaran
−=
arg
(Riyanto, 1999:70)
2.3. Kerangka Pemikiran
Kas adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos–pos
lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran
kebutuhan finansiil, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya
lviii
(Indriyo,2002:61). Semua perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi karena adanya kas dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas
tersebut rendah mengakibatkan kurang efektif dalam pengelolaan kas.
Piutang merupakan kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat
dilaksanakannya penjualan kredit. Periode perputaran piutang tergantung dari
panjang pendeknya ketentuan waktu yang disyaratkan dalam penjualan kredit.
Semakin lambat tingkat perputaran piutang maka semakin lama terikatnya modal
pada piutang, begitu pula sebaliknya. Jika perputaran piutang maka semakin lama
terikatnya modal pada piutang mengakibatkan tingkat perputaran piutang dalam
suatu periode rendah, sehingga diperoleh rentabilitas yang rendah.
Elemen modal kerja yang selanjutnya adalah persediaan, persediaan
menurut (Indriyo, 2002:93) yaitu aktiva yang setiap saat dapat mengalami
perubahan. Tinggi rendahnya perputaran persedian secara tidak langsung
berpengaruh pada besar kecil modal yang diinvestasikan dalam persediaan. Makin
tinggi perputarannya maka makin besar tingkat rentabilitas yang diperoleh.
Jika semua komponen–komponen dalam modal kerja dapat berputar dalam
waktu yang relatif singkat mempunyai efek perolehan laba atau SHU juga tinggi.
Rentabilitas yang dihasilkan koperasi diukur dari kesuksesan koperasi dan
kemampuan menggunakan aktiva atau modal secara produktif. Rentabilitas
koperasi dapat diperoleh dengan memperbandingkan antara SHU yang diperoleh
dengan aktiva atau modal koperasi tersebut.
Dari semua uraian diatas dapat dipahami bahwa modal kerja sangat
berpengaruh dengan rentabilitas melalui tingkat perputaran komponen–
lix
komponennya. Dengan demikian dapat dilihat berapa persen koperasi–koperasi di
Semarang yang telah sesuai dengan standar rentabilitas yang telah ditetapkan,
serta berapa persen yang belum sesuai standar.
Maka dapat daiambil kesimpulan melalui gambar sederhana (bagan
kerangka berpikir) sebagai berikut:
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya. Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran Kas
Perputaran Piutang
Perputaran Persediaan
Modal Kerja Rentabilitas
Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas Modal Sendiri
lx
1. Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara
simultan berpengaruh positif secara signifikan terhadap rentabilitas pada
KPRI di Semarang.
2. Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara
parsial berpengaruh positif secara signifikan terhadap rentabilitas pada
KPRI di Semarang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
1998:115).
Berdasarkan pengertian diatas populasi merupakan subyek
penelitian guna memperoleh data dan informasi. Dalam penelitian ini
populasinya adalah seluruh KPRI yang ada di kota Semarang, sebanyak
104 buah koperasi.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
(Suharsimi, 1998:117). Sampel penelitian ini diambil berdasarkan teknik
random pada koperasi yang memiliki unit pertokoan.
lxi
Sesuai dengan teknik random, subyek yang ada dalam populasi
tersebut diambil dengan menggunakan kriteria, dianggap semua subyek
sama, yaitu dengan cara menulis semua koperasi yang memiliki unit
pertokoan pada secarik kertas. Tiap kertas ditulis satu nama koperasi
kemudian digulung dan diambil secara acak. Dengan demikian maka
setiap subyek memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Oleh karena hak setiap subyek sama, maka penelitian terlepas
dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk
dijadikan sampel (Arikunto, 1998:120 ).
Untuk menentukan jumlah sampel, menurut Suharsimi apabila
sampel kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiaanya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika lebih dari
seratus, dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian
ini mengambil sampel 16%, maka jumlah sampelnya adalah 16% dari
104 yaitu 16,64 dibulatkan menjadi 17 KPRI.
Tabel 3.1
Daftar KPRI yang terpilih menjadi sampel NO NAMA KOPERASI 1 KPRI GEMI DINAS P&K 2 KPRI PEMKOT 3 KPRI AMAL BHAKTI DEPAG JATENG4 KPRI MANUNGGAL SEJAHTERA 5 KPRI WIDYA LESTARI 6 KPRI BHAKTI CITRA 7 KPRI TERATAI DINKESOS JATENG 8 KPRI BINA CITRA HUSADA KARIADI9 KPRI TULUS KARYA DEPAG 10 KPRI BHAKTI PRAJA
44
lxii
11 KPRI HANDAYANI 12 KPRI MAKARTI RUKUN SEJAHTERA 13 KPRI DWIJA USAHA MIJEN 14 KPRI KOPERKAAP 15 KPRI SEJAHTERA BLKI SEMARANG 16 KPRI SAEKO 17 KPRI MANFAAT
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas Ekonomi (Return On Investment) adalah
perbandingan antara SHU koperasi dengan modal sendiri
(Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dana cadangan,SHU tahun
berjalan) dan modal pinjaman ( pinjaman dari pihak luar) yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan
dalam prosentase (%).
Sebagai variabel dependen (Y) atau variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen, dalam hal ini rentabilitas ekonomi dianggap
sebagai variabel yang dipengaruhi oleh efisiensi modal kerja.
ROI= %100sin
/ xgAModalSendiriModal
SHUpajaksebelumLaba+
(Riyanto, 1999:35)
2. Efisiensi Modal Kerja
lxiii
Sebagai variabel independen (X) atau variabel yang mempengaruhi
variabel yang lain, didalam hal ini efisiensi modal kerja dianggap
sebagai variabel yang mempengaruhi nilai rentabilitas ekonomi.
Variabel modal kerja dapat dibagi menjadi:
a. Tingkat Perputaran Kas (X1)
Kas adalah nilai konstan yang ada diperusahaan beserta
pos-pos lain yang dalam waktu dekat dapat diuangkan sebagai
alat pembayaran dan memiliki sifat likuiditas yang tinggi.
(Indriyo, 2002:61)
Tingkat Perputaran Kas Tingkat Perputaran Kas dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BankdankasrataRata
PendapaBersihPenjualanKasPerputaran−
=tan/
(Riyanto, 1999:94)
b. Tingkat Perputaran Piutang (X2)
Piutang adalah aktiva perusahaan yang masih berada
ditangan pihak lain dan dianggap sebagai kekayaan perusahaan.
Merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul
sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit
(Indriyo, 2002:81)
lxiv
Tingkat Perputaran Piutang dapat dicari dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
gPiurataRata
KreditPenjualangPiuPerputarantan
tan−
=
(Riyanto, 1999:90)
c. Perputaran Persediaan (X3)
Persediaan adalah aktiva yang meliputi barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali dalam suatu
periode usaha.
Tingkat Perputaran Persediaan dapat dicari deng menggunakan
rumus sebagai berikut:
PersediaanrataRata
PenjualanPokokaHPersediaanPerputaran−
=arg
(Riyanto, 1999:70)
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan data data yang berupa laporan rugi laba dan neraca.
lxv
3.4. Metode Analisis Data
Pada dasarnya analisis data digunakan untuk mengolah data dengan
menggunakan metode–metode statistik yang dapat dipergunakan untuk menarik
kesimpulan.metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan
korelasi. Langkah yang harus dilakukan dalam analisis data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Untuk menghitung elemen–elemen pada modal kerja dan tingkat
rentabilitas ekonomi
a) Rentabilitas ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut dan dinyatakan dengan presentase.
ROI= %100sin
/ xgAModalSendiriModal
SHUpajaksebelumLaba+
(Riyanto, 1999:35)
b) Perputaran Kas
Rasio ini mengukur kemampuan modal yang tertanam dalam kas
yang berputar pada suatu perusahaan periode tertentu. Perputaran
tersebut ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan kas
lxvi
rata–rata. Perputaran kas yang rendah menyebabkan kas yang tidak
produktif, tetapi perputaran yang terlalu tinggi menggangu likuiditas.
Dengan terganggunya likuiditas maka dapat disimpulkan pemakaian
modal kerja tidak efisisen.
BankdankasrataRataPendapaBersihPenjualanKasPerputaran
−=
tan/
(Riyanto, 1999:94)
c) Perputaran Piutang
Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran atau periode
terikatnya modal dalam piutang. Tingkat perputaran piutang dapat
diketahui dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih selam
periode tertentu dengan jumlah piutang rata- rata. Semakin tinggi
tingkat perputaran piutang yang beratai semakin rendah terikatnya
modalkerja terhadap piutang dan semakin rendah tingkat perputaran
berarti semakin tinggi terikatnya modal kerja terhadap piutang, maka
modal kerja tidak efisien.
gPiurataRataKreditPenjualangPiuPerputaran
tantan
−=
(Riyanto, 1999:90)
d) Perputaran Persediaan
Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagang
diganti atau dijual. Perputaran ini dapat ditentukan dengan
membandingkan harga pokok barang dengan persediaan rata–rata.
lxvii
Makin tinggi tingkat perputarannya, maka semakin sering persediaan
barang diganti atau dijual. Tingkat perputaran persediaan yang tinggi
menunjukkan bahwa modal kerja yang digunakan efisien
PersediaanrataRataPenjualanPokokaHPersediaanPerputaran
−=
arg
(Riyanto, 1999:70)
2. Analisis Statistik
1. Analisis Linier Berganda
Analisis linier berganda adalah analisis untuk mengukur hubungan variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y), rumus yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
eXbXbXbboY ++++= 332211 Y = Rentabilitas Ekonomi
bo = Konstanta
b1, b2 dan b3 merupakan persamaan regresi predictor dari X1, X2, X3
X1 = Variabel Kas
X2 = Variabel Piutang
X3 = Variabel Persediaan
lxviii
(Sudjana, 1996:87)
Menurut Algifari (2000:83) spesifikasi model harus memenuhi berbagai
asumsi klasik yaitu sebagai berikut:
1. Non-multikolinieritas, yaitu antara variabel independen yang satu dengan
variabel independen yang lain dalam model regresi tidak saling
berhubungan secara sempurna atau mendekati.
2. Homoskedastisitas, yaitu varian semua variabel adalah konstan (sama).
3. Non-autokorelasi, yaitu tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model
melalui tenggang waktu.
4. Nilai rata-rata kesalahan (error) populasi pada model stokhastiknya sama
dengan nol.
5. Variabel independen adalah non sokhastik (nilai konstan pada setiap kali
percobaan yang dilakukan secara berulang)
6. Distribusi kesalahan (error).
Apabila dalam suatu model telah memenuhi asumsi klasiktersebut, maka
dapat dikatakan model tersebut sebagai model yang ideal, dalam ekonometrika
dinamakan BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Untuk menguji apakah
model yang digunakan diterima secara ekonometrika dan apakah estimator yang
diperoleh dengan metode kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat BLUE, maka
akan dilakukan uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji otokorelasi.
Pengujian Hipotesis:
lxix
Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan pada hasil analisis regresi
dilakukan dengan cara:
a) Uji F atau uji Simultan.
Uji F digunakan utuk mengetahui sejauh mana variabel
independen secara simultan mampu menjelaskan variabel
dependen. Untuk pembuktian hal tersebut dilakukan dengan
membandingkan nilai kritis F (Ftabel) dengan (Fhitung) yang
terdapat dalam tabel SPSS. Apabila (Ftabel) lebih besar dari
(Fhitung) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima yang berarti ada hubungan positif
antara variabel independen X1, X2, X3 yaitu modal kerja
dengan variabel dependen Y yaitu Rentabilitas Ekonomi.
Sedangkan apabila maka hipotesis tidak diterima, yaitu tidak
ada hubungan antara efisiensi modal kerja dengan Rentabilitas
ekonomi
b) Uji t atau Uji Parsial
Digunakan untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial
(r²) masing-masing variabel bebas dengan menggunakan
rumus:
i
i
Sbbt =
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
iii Sx
Syb β
lxx
( )∑ −= 22
2
1232
1 ii RX
ySSb
(Sudjana, 1996:110)
Keterangan:
t = Keberartian koefisien regresi
bi = Bilangan Koefisien
Sbi = Galat Baku Koefisien regresi
Ri = Koefisien Korelasi ganda
Untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan yang
signifikan antara efisiensi modal kerja dan rentabilitas,
dilakukan dengan uji t kemudian dicocokkan dengan t tabel
dengan taraf signifikan 5% derajad bebas n-k-1, dengan kaidah
kesimpulanya adalah:
a. ttabel < thitung maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara
efisiensi modal kerja dengan rentabilitas ekonomi pada
KPRI Semarang
b.ttabel > thitung maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas ekonomi
pada KPRI di Semarang.
c) Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya kontribusi sumbangan yang
diberikan variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus
determinasi:
lxxi
Koefisien determinasi (KD) = R² x 100%
Jika R² mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat
model tersebut menerangkan variasi variabel X terhadap
variabel Y. sebaliknya jika R² mendekati nol maka semakin
lemah variasi variabel X terhadap variabel Y.
3. Evaluasi Ekonometrika
Evaluasi ekonometrika dimaksudkan untuk mengetahui apakah model
regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini
memenuhi asumsi klasik atau tidak.
1. Uji multikolinieritas
Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikolinieritas
diantara variabel-variabel bebas yang berada dalam satu model. Artinya
antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan
yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi
atau bahkan 1). (Algifari, 2000:84). Apabila hal ini terjadi berarti antara
variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit
diketahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat. Salah
satu cara untuk mendekati kolinieritas dilakukan dengan mengkorelasikan
lxxii
antar variabel bebas dan apabila korelasinya signifikan maka antar variabel
bebas tersebut terjadi multikolinieritas.
2. Uji Heterokesdasitas
Uji heterokesdasitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dan residu satu pengamatan yang lain.
3.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi
antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data
time series) atau ruang data (data cross section).Untuk mendeteksi
terjadinya otokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan
melalui pengujian menggunakan Durbin Watson (Aifigari 2000:89). Cara
pengujiannya dengan membandingkan nilai Durbin Watson (d) dengan di
dan du tertentu atau dengan melihat tabel Durbin Watson yang telah ada
klasifikasinya untuk menilai perhitungan d peroleh. Kriteria untuk menilai
tersebut ada tidaknya kolerasi dapat dihitung pada tabel Durbin Watson test
dibawah ini:
Tabel 3.2
Klasifikasi Durbin Waston
Hasil Perhitungan Kalsifikasi
Kurang dari 1,08
1,08 sampai dengan 1,66 1,66 sampai dengan 2,34 2,34 sampai dengan 2,92
Ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
lxxiii
Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi
Sumber: ( Algifari 2000:89)
4. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk menguji apakah model regresi, variabel
independen, dan variabel dependennya memiliki disribusi data normal atau
tidak normal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL PENELITIAN
4.1.1 Gambaran Umum KPRI Kota Semarang
1) Tujuan Didirikannya KPRI di Kota Semarang
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan
badan usaha yang beranggotakan pegawai-pegawai negeri dan pensiunan
dalam suatu daerah kerja. Tujuan pendirian KPRI adalah untuk
membantu meringankan beban pegawai negeri dalam memenuhi
kebutuhannya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sedangkan
pegawai negeri merupakan orang yang mengabdikan diri pada negara,
oleh karena itu masalah kesejahteraan pegawai negeri selayaknya
menjadi perhatian.
lxxiv
Tujuan lain dari didirikannya KPRI yaitu lebih bersifat non
materi, dimana sebagai upaya pendidikan berorganisasi. Pendidikan
berorganisasi ini diarahkan pada penghayatan dan pengamalan jiwa-jiwa
koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Untuk itu
diharapkan dengan pendidikan tersebut mampu mencetak generasi yang
mempunyai militansi jiwa berkoperasi pada pegawai negeri yang
menjadi anggota KPRI.
Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Se-Kota Semarang
memiliki kurang lebih 125 anggota KPRI, yang masing-masing
berkedudukan di instansi pemerintahan yaitu kantor dinas dan sekolah-
sekolah yang tersebar di Kota Semarang. KPRI di Kota Semarang secara
lebih rinci memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan mempertinggi taraf
hidup perekonomian anggota.
b. Memperbaiki kualitas hidup anggota
c. Memberikan pendidikan dan pelatihan perkoperasian kepada anggota
d. Mencapai keuntungan
2) Jenis Usaha
Peran koperasi sebagai badan usaha adalah menjalankan kegiatan
dalam menopang perekonomian nasional. Dalam menjalankan kegiatan
usaha KPRI mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan guna
mensejahterakan anggota. Kegiatan usaha yang dijalankan koperasi,
biasanya terbagi dalam unit-unit usaha koperasi. Dan setiap KPRI di
57
lxxv
Kota Semarang memiliki unit usaha utama yang menjadi penopang
kelangsungan hidup koperasi. Sebagai unit utama utama adalah Unit
Usaha Simpan Pinjam (USP).
3) Keanggotaan pada KPRI di Kota Semarang
UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa
koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip-prinsip ekonomi sekaligus sebagai gerakan ekonomi berdasarkan
atas asas kekeluargaan.
Anggota adalah orang atau badan yang menjadi bagian atau
masuk dalam suatu golongan atau perserikatan. Sedangkan anggota
koperasi adalah setiap warga negara Indonesia yang mampu
melaksanakan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar (UU Koperasi
No. 25 Tahun 1992). Kemajuan koperasi juga ditentukan oleh
ketrampilan anggota, baik dalam menghadiri rapat maupun aktif
memajukan usaha koperasi.
Keanggotaan koperasi diatur dalam Bab V UU No. 25 Tahun
1992, yang membahas berbagai hal yang berkaitan dengan keanggotaan
koperasi, baik sifat dan persyaratannya maupun hak dan kewajibannya
anggota kepada koperasi. Dimana sifat keanggotaan koperasi adalah
sukarela dan terbuka. Sukarela artinya bahwa setiap orang berhak untuk
mendaftar sebagai anggota atas kemauannya sendiri dan dapat
lxxvi
mengajukan pengunduran diri jika merasa belum adanya manfaat yang
dirasakan dari usaha koperasi atau karena alasan-alasan lain seperti
perpindahan alamat dan sebagainya. Terbuka adalah bahwa keanggotaan
koperasi tidak mengenal diskriminasi dalam bentuk apapun. Setiap orang
yang mampu untuk memenuhi syarat-syarat keanggotaan sebuah
koperasi dapat diterima menjadi anggota koperasi itu.
Keanggotaan koperasi dapat mempengaruhi tingkat permodalan
KPRI di Kota Semarang. Karena permodalan KPRI berasal dari anggota
yang meliputi simpanan pokok dan simpanan wajib. Apabila simpanan
pokok satu orang anggota belum bisa dianggap layak ekonomis,
sedangkan simpanan pokok seluruh anggota koperasi sudah memenuhi
skala ekonomi. Artinya dapat digunakan untuk permodalan dan usaha
KPRI. Banyak sedikitnya anggota KPRI akan menentukan pada besar
kecilnya simpanan pokok dan simpanan wajib serta volume usaha yang
dicapai KPRI. Secara lebih jelasnya, daftar yang menunjukkan keadaan
jumlah anggota pada KPRI sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Jumlah Anggota KPRI Sampel di Kota Semarang
Tahun No. Nama KPRI 2004
(Orang) 2005
(Orang)
Kenaikan /penurunan
1. GEMI DINAS P&K 220 213 -7 2. PEMKOT 5.655 5.656 1 3. AMAL BHAKTI DEPAG 209 209 0 4. MANUNGGAL. S 210 210 0 5. WIDYA LESTARI 128 128 0 6. BHAKTI CITRA 332 332 0 7. TERATAI DINKESOS 163 163 0 8. BINA CITRA HUSADA 800 800 0 9. TULUS KARYA DEPAG 450 450 0 10. BHAKTI PRAJA 3.044 3.044 0 11. HANDAYANI 500 500 0
lxxvii
12. MAKARTI RUKUN. S 100 350 250 13. DWIJA USAHA MIJEN 244 244 0 14. KOPERKAAP 271 271 0 15. SEJAHTERA BLKI 100 100 0 16. SAEKO 129 129 0 17. MANFAAT 162 162 0
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban KPRI
4) Keadaan Finansial
Keadaan finansial koperasi juga dapat dipengaruhi oleh partisipasi
finansial anggotanya. Partisipasi finansial anggota adalah partisipasi anggota
di dalam membiayai organisasi koperasi berbentuk perhatian margin harga
kepada koperasi pada setiap saat anggota memanfaatkan pelayanan koperasi.
Umumnya masalah finansial merupakan masalah yang berhubungan
dengan asset yang dimiliki oleh koperasi. Asset merupakan modal finansial
yang akan digunakan dalam rangka kelangsungan dan pengembangan kegiatan
usaha. Besarnya asset atau harta bukanlah merupakan aspek utama
pembentukan koperasi. Namun asset merupakan aspek penting yang dapat
menunjang tercapainya tujuan KPRI dalam mencapai tujuannya untuk
mensejahterakan anggotanya.
Keadaan finansial masing-masing KPRI sampel di Kota Semarang
secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Keadaan Rata-rata Assets pada KPRI
Kota Semarang No. Besarnya Asset Nama KPRI
1. < Rp. 100.000.000 Widya Lestari, Sejahtera BLKI
2. Rp. 100.000.000 – Rp. 500.000.000 Gemi Dinas P&K, Amal Bakti, Bhakti Citra, Teratai Dinkesos, Makarti
lxxviii
Rukun, Saeko, Manfaat
3. Rp. 500.000.000 – Rp. 10.000.000.000 Manunggal Sejahtera, Bina Citra Husada, Handayani, Dwija Usaha, Koperkaap
4. Rp. 1.000.000.000 – Rp. 1.500.000.000 Tulus Karya Depag 5. Rp. 1.500.000.000 < Pemkot, Bhkati Praja
Sumber : data Laporan Keuangan KPRI yang diolah
Dalam Tabel 4.2 tampak bahwa secara umum besarnya asset yang
dimiliki oleh KPRI Kota Semarang rata-rata telah mencapai nilai ratusan juta
rupiah. Bahkan ada yang memiliki asset mencapai miliaran rupiah. Hal ini
merupakan potensi tersendiri bagi KPRI di Kota Semarang dalam
menghadapi persaingan dunia usaha dengan badan usaha lainnya. Kenaikan
jumlah asset tersebut diharapkan mampu menaikkan SHU untuk setiap
periodenya, sehingga rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kota Semarang juga
akan mengalami kenaikan.
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Untuk memperoleh gambaran tentang data hasil penelitian yang telah
dilakukan maka berikut ini akan disajikan deskripsi data hasil penelitian
untuk tiap variabel yang diteliti yaitu deskripsi mengenai perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan, sedangkan variabel terikatnya
adalah rentabilitas ekonomi. Untuk memperoleh gambaran tentang data hasil
penelitian yang telah dilakukan secara lebih jelas dapat dilihat pada tiap-tiap
variabel berikut ini.
lxxix
a. Posisi Kas, Piutang dan Persediaan terhadap Modal Kerja pada KPRI di
Kota Semarang
Modal kerja erat hubungannya dengan kegiatan operasional
koperasi sehari-hari. Modal kerja ini digunakan untuk menjalankan
aktivitas usaha koperasi dalam setip harinya. Modal kerja ini hendaknya
dapat dikelola secara ekonomis sehingga KPRI tidak mengalami kesulitan
dalam bidang keuangan serta mampu digunakan secara efektif dan efisien.
Karena modal kerja merupakan salah satu masalah kebijaksanaan
keuangan yang dihadapi KPRI.
Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang
keuangan karena kesalahan dalam mengelola modal kerja dapat
mengakibatkan kegiatan operasional koperasi menjadi terhambat atau
terhenti. Sehingga, peranan modal kerja dalam koperasi sangat penting,
apalagi dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi
koperasi di masa yang akan datang.
Dengan menggunakan konsep kuantitatif, besarnya modal kerja
dalam penelitian ini adalah sebesar jumlah komponen aktiva lancar yang
dimiliki oleh masing-masing KPRI. Komponen aktiva lancar tersebut
diantaranya; kas, piutang, dan persediaan. Rata-rata posisi kas, piutang
dan persediaan terhadap modal kerja dalam neraca telah dikonsolidasikan
pada masing-masing KPRI sampel, dapat dilihat pada Tabel 4.3 :
lxxx
Tabel 4. 3
Perputaran Kas, Piutang dan Persediaan Tahun 2004-2005
Tertinggi Terendah Rata-rata kota Semarang
Perputaran Kas
Handayani = 63 X = 6 hari
Makarti Rukun Sejahtera = 9.65 X = 37 hari
26.8 X = 15 hari
Perputaran Piutang
Amal Bhakti = 12.10 X = 30 hari
Pemkot =2.07 = 174 hari
4.84 X = 74 hari
Perputaran Persediaan
Amal Bhakti = 9.9 X =37 hari
Tulus Karya =1.32 X = 272 hari
4.13 X = 87 hari
Rentabilitas Handayani =14,69% Sejahtera BLKI =3.03% 7.78%
Sumber : Data Laporan Keuangan KPRI yang diolah
Komponen modal kerja ini harus selalu berputar dengan tingkat
perputaran yang tinggi. Dimana dengan perputaran modal kerja yang
tinggi berarti dana masuk kembali dengan cepat sehingga dapat
dipergunakan kembali serta meminimalkan dari masalah keuangan.
b. Rentabilitas ekonomi
Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan antara laba usaha
dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam
bentuk persentase. Berikut ini adalah hasil perhitungan deskripsi
rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kota Semarang :
Tabel 4.4 Deskripsi Data Rentabilitas ekonomi Pada KPRI di Kota Semarang
Descriptive Statistics
7.7750 4.06132 3423.7930 15.54962 344.8494 3.23205 345.7596 2.93023 34
RentabilitasP.KasP.PiutangP.Persediaan
Mean Std. Deviation N
lxxxi
Hasil perhitungan deskripsi variabel rentabilitas ekonomi diatas
diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34 dan N
missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata atau mean
sebesar 7.7750, Dari standart deviasi sebesar 4.06132 Perbandingan
antara laba usaha dengan menggunakan modal sendiri dan modal
pinjaman untuk masing-masing KPRI secara lebih jelasnya disajikan
dalam Gambar 4.1 :
Perkembangan Rentabilitas 2004-2005
0.002.004.006.008.00
10.0012.0014.0016.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
KPRI
Ren
tabi
litas
Series1Series2
Keterangan gambar :
1. GEMI DINAS P&K 9. TULUS KARYA DEPAG 2. PEMKOT 10. BHAKTI PRAJA 3. AMAL BHAKTI DEPAG 11. HANDAYANI 4. MANUNGGAL. S 12. MAKARTI RUKUN. S 5. WIDYA LESTARI 13. DWIJA USAHA MIJEN 6. BHAKTI CITRA 14. KOPERKAAP 7. TERATAI DINKESOS 15. SEJAHTERA BLKI 8. BINA CITRA HUSADA 16. SAEKO
17. MANFAAT
Gambar 4.1
Perkembangan Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI di Kota Semarang
c. Perputaran Kas
lxxxii
Kas merupakan nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan
beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan.
Perputaran kas dihitung dengan cara membagi penjualan bersih dengan
rata-rata kas dan bank. Berikut ini adalah hasil perhitungan deskripsi
Perputaran Kas pada KPRI di Kota Semarang :
Tabel 4.5 Deskripsi Data Perputaran Kas Pada KPRI di Kota Semarang
Statistics
Perputaran Kas34
026.802415.2580
8.29a
21.96008.29
90.28911.28
ValidMissing
N
MeanMedianModeStd. DeviationMinimumMaximumSum
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Hasil perhitungan deskripsi variabel perputaran kas diatas
diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34 dan N
missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata atau mean
sebesar 26.8024, modus atau angka yang sering muncul sebesar 8.29 dan
median atau nilai tengah sebesar 15.2580. Dari standart deviasi sebesar
21.9600 maka akan diketahui nilai maksimum dan nilai minimum. Nilai
maksimum sebesar 90.28 dan nilai minimum sebesar 8.29.
lxxxiii
Perkembangan perputaran kas pada masing-masing KPRI secara
lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 4.2 :
Perkembangan Perputaran Kas Tahun 2004-2005
0x
10x
20x
30x
40x
50x
60x
70x
80x
90x
100x
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17KPRI
Perp
utar
an K
as
2004
2005
Keterangan gambar :
1. GEMI DINAS P&K 9. TULUS KARYA DEPAG 2. PEMKOT 10. BHAKTI PRAJA 3. AMAL BHAKTI DEPAG 11. HANDAYANI 4. MANUNGGAL. S 12. MAKARTI RUKUN. S 5. WIDYA LESTARI 13. DWIJA USAHA MIJEN 6. BHAKTI CITRA 14. KOPERKAAP 7. TERATAI DINKESOS 15. SEJAHTERA BLKI 8. BINA CITRA HUSADA 16. SAEKO
17. MANFAAT
lxxxiv
Gambar 4.2
Perkembangan perputaran kas pada KPRI di Kota Semarang
d. Perputaran Piutang
Piutang sebagai elemen modal kerja selalu mengalami
perputaran. Perputaran piutang dengan cara membagi jumlah
penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Berikut ini adalah hasil
perhitungan tingkat Perputaran Piutang pada KPRI di Kota
Semarang selama tahun 2004 – 2005 :
Tabel 4.6 Deskripsi Data Perputaran Piutang Pada KPRI di Kota Semarang
Statistics
Perputaran Piutang34
04.84943.2860
1.17a
3.23201.17
12.34164.88
ValidMissing
N
MeanMedianModeStd. DeviationMinimumMaximumSum
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Hasil perhitungan deskripsi variabel perputaran piutang
diatas diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34
dan N missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata
atau mean sebesar 4.8494, modus atau angka yang sering muncul
sebesar 1.17 dan median atau nilai tengah sebesar 3.2860. Dari
standart deviasi sebesar 3.2320 maka akan diketahui nilai
lxxxv
maksimum dan nilai minimum. Nilai maksimum sebesar 12.34 dan
nilai minimum sebesar 1.17.
Perkembangan perputaran piutang pada masing-masing KPRI
secara lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 4.3 :
Perkembangan Perputaran Piutang Tahun 2004-2005
0x
2x
4x
6x
8x
10x
12x
14x
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
KPRI
Perp
utar
an P
iuta
ng
2004
2005
Keterangan gambar :
1. GEMI DINAS P&K 9. TULUS KARYA DEPAG 2. PEMKOT 10. BHAKTI PRAJA 3. AMAL BHAKTI DEPAG 11. HANDAYANI 4. MANUNGGAL. S 12. MAKARTI RUKUN. S 5. WIDYA LESTARI 13. DWIJA USAHA MIJEN 6. BHAKTI CITRA 14. KOPERKAAP 7. TERATAI DINKESOS 15. SEJAHTERA BLKI 8. BINA CITRA HUSADA 16. SAEKO
17. MANFAAT
lxxxvi
Gambar 4.3 Perkembangan Perputaran Piutang Pada KPRI di Kota Semarang
e. Perputaran Persediaan
Persediaan sebagai elemen modal kerja selalu mengalami
perputaran. Untuk mengetahui perputaran persediaan dengan cara
membagi Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan rata-rata
pernjualan. Berikut ini adalah hasil perhitungan deskripsi perputaran
persediaan pada KPRI di Kota Semarang :
Tabel 4.7 Deskripsi Data Perputaran Persediaan Pada KPRI di Kota Semarang
Statistics
Perputaran Persediaan34
05.75965.5905
1.33a
2.93021.339.90
195.83
ValidMissing
N
MeanMedianModeStd. DeviationMinimumMaximumSum
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Hasil perhitungan deskripsi variabel perputaran persediaan
diatas diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34
dan N missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata
atau mean sebesar 5.7596, modus atau angka yang sering muncul
sebesar 1.33 dan median atau nilai tengah sebesar 5.5905. Dari
standart deviasi sebesar 2.9302 maka akan diketahui nilai
maksimum dan nilai minimum. Nilai maksimum sebesar 1.33 dan
nilai minimum sebesar 9.90
lxxxvii
Perkembangan perputaran persediaan pada masing-masing
KPRI secara lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 4.4 :
Perkembangan Perputaran Persediaan Tahun 2004-2005
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
KPRI
Perp
utar
an P
erse
diaa
n
2004
2005
Keterangan gambar :
1. GEMI DINAS P&K 9. TULUS KARYA DEPAG 2. PEMKOT 10. BHAKTI PRAJA 3. AMAL BHAKTI DEPAG 11. HANDAYANI 4. MANUNGGAL. S 12. MAKARTI RUKUN. S 5. WIDYA LESTARI 13. DWIJA USAHA MIJEN 6. BHAKTI CITRA 14. KOPERKAAP 7. TERATAI DINKESOS 15. SEJAHTERA BLKI 8. BINA CITRA HUSADA 16. SAEKO
17. MANFAAT
Gambar 4.4 Perkembangan Perputaran Persediaan Pada KPRI di Kota Semarang
4.1.3 Analisis data
lxxxviii
1. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Salah satu cara untuk mendeteksi kolonier
dilakukan dengan mengkorelasikan antar variabel bebas dan
apabila korelasinya signifikan antar variabel bebas tersebut maka
terjadi multikolonieritas. Berdasarkan hasil pengujian korelasi
dengan menggunakan program SPSS diketahui hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multikolinieritas
Correlations
1.000 .021 -.336 .264.021 1.000 -.321 .015
-.336 -.321 1.000 .158.264 .015 .158 1.000
. .454 .026 .066.454 . .032 .466.026 .032 . .186.066 .466 .186 .
34 34 34 3434 34 34 3434 34 34 3434 34 34 34
RentabilitasP.KasP.PiutangP.PersediaanRentabilitasP.KasP.PiutangP.PersediaanRentabilitasP.KasP.PiutangP.Persediaan
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Rentabilitas P.Kas P.Piutang P.Persediaan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel perputaran
kas (X1), tidak berkorelasi secara signifikan dengan perputaran
lxxxix
piutang. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas
pada serangkain variabel penelitian
b. Heterokesdatisitas
Uji heterokesdasitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residu satu
pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini uji
heterokesdatisitas dilakukan dengan korelasi spearmen, dimana
jika nilai koefisien korelasi semua prediktor terhadap residual
adalah > 0,05 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
terjadi heterokesdatisitas. Berdasarkan perhitungan SPSS
diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Heterokesdatisitas Korelasi Spearman
Correlations
1.000 -.334 .010. .029 .477
0 31 31-.334 1.000 .271.029 . .063
31 0 31.010 .271 1.000.477 .063 .
31 31 0
CorrelationSignificance (1-tailed)dfCorrelationSignificance (1-tailed)dfCorrelationSignificance (1-tailed)df
Kas
Piutang
Persediaan
Control VariablesRentabilitas
Kas Piutang Persediaan
Hasil pengujian korelasi spearman pada tabel diatas
menunjukkan bahwa korelasi antara variabel X2 dan X3 dengan
nilai residual adalah tidak signifikan (Sig > 0.05) sehingga dapat
xc
diasumsikan bahwa tidak terjadi heterokesdasitas dalam model
regresi ini.
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah
terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu. Untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi atau nilai dalam suatu model regresi dilakukan
dengan menggunakan Durbin watson.
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
.479a .229 .152 3.73995 .229 2.972 3 30 .047 2.045Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), P.Persediaan, P.Kas, P.Piutanga.
Dependent Variable: Rentabilitasb.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin
Watson sebesar 2.045 berada pada interval 1.66 – 2.34 yang
berarti tidak terdapat autokorelasi pada serangkaian observasi
yang diurutkan menurut waktu.
d. Normalitas
Uji normalitas adalah untuk menguji apakah model
regresi, variabel independen, dan variabel dependennya
memiliki distribusi data normal atau tidak. Uji normalitas
xci
dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov satu arah atau
analisis grafis. Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan
kolmogorov-smirnov pada variabel independen dan variabel
dependen.
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
34 34 34 3417.0700 4.8488 5.7591 7.83538.51910 3.23148 2.92966 2.77434
.221 .258 .136 .135
.221 .258 .123 .135-.151 -.143 -.136 -.1261.289 1.507 .790 .788
.072 .021 .560 .564
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
P.Kas P.Piutang P.Persediaan Rentabilitas
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Hasil analisis kolomogorov smirnov dengan nilai Z untuk
Y sebesar 0.788, untuk X1 sebesar 1.289, untuk X2 sebesar 1.507
dan untuk X3 serbesar 0.790. Asymp signifikan untuk varriabel
Y, X1, X2 dan X3, secara berturut-turut adalah 0.564 untuk Y,
0.072 untuk X1, 0.021 untuk X2 0.560 untuk X3. Dari hasil
tersebut nampak bahwa pada variabel Y, X1, X3 memiliki
distribusi data yang normal.
xcii
2. Persamaan Regresi
Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan
melalui analisa statistik dengan mengunakan program SPSS 10.0 for
windows, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut :
Y = 8.476 - 0.032X1 - 0.537X2 + 0.462X3
Dimana :
Y = Rentabilitas
X1 = Perputaran kas
X2 = Perputaran piutang
X3 = perputaran persediaan
Persamaan regresi linier tersebut berarti bahwa nilai negatif
pada konstanta sebesar 8.476 menyatakan bahwa perputaran kas,
perputaran piutang berpengaruh secara negatif dan perputaran
persediaan terhadap rentabilitas ekonomi Koefisien regresi variabel
X1, X2 dan X3 menyatakan bahwa setiap peningkatan perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan sebesar satu satuan
maka akan menyebabkan peningkatan atau kenaikan rentabilitas
ekonomi sebesar nilai koefisien tersebut.
3. Uji Hipotesis
a. Simultan
Untuk mengetahui pengaruh antara perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap
rentabilitas secara simultan dilakukan uji F.
xciii
Tabel 4.12
ANOVAb
124.695 3 41.565 2.972 .047a
419.617 30 13.987544.312 33
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), P.Persediaan, P.Kas, P.Piutanga.
Dependent Variable: Rentabilitasb.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
program SPSS diketahui nilai Fhitung sebesar 2.972 dengan df
pembilang 3 dan df penyebut 30 diketahui nilai Ftabel sebesar
2.92. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Fhitung >Ftabel (2.972 >
2.92) sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan
terhadap rentabilitas ekonomi, atau Ha diterima.
b. Parsial
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel terikat secara parsial maka dilakukan uji
t. Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS dapat
diketahui pada Tabel 4.13 :
Tabel 4.13
xciv
Coefficientsa
8.476 2.091 4.054 .000-.032 .044 -.122 -.718 .478 .021 -.130 -.115 .892 1.121-.537 .216 -.428 -2.488 .019 -.336 -.414 -.399 .870 1.149.462 .226 .333 2.049 .049 .264 .350 .328 .970 1.031
(Constant)P.KasP.PiutangP.Persedia
Mode1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-orde Partial PartCorrelations
Tolerance VIFollinearity Statistic
Dependent Variable: Rentabilitasa.
Berdasarkan hasil perbandingan diatas terlihat bahwa
variabel X1, dan X2 hasil thitung < ttabel. dengan demikian hipotesis
kerja (Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap
rentabilitas ekonomi secara parsial. Sedangkan untuk variabel X3
diperoleh hasil thitung > ttabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima
yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara perputaran
persediaan terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial.
c. Koefisien determinasi
Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X1,
X2 dan X2 terhadap Y maka dilakukan perhitungan koefisen
determinasi baik secara parsial maupun secara simultan.
a) Parsial
Untuk mengetahui besarnya hubungan antara X1, X2
dan X3 terhadap Y secara parsial dilakukan dengan
mengkuadratkan besarnya korelasi parsial dari hasil analisis
data yang diperoleh. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
xcv
menggunakan program SPSS diketahui bahwa besarnya
korelai parsial antara X1 terhadap Y sebesar - 0.130 sehingga
dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X1 terhadap
Y sebesar 1.69%. Besarnya koefisien korelasi antara X2
terhadap Y sebesar -0.414 sehingga dapat diketahui bahwa
besarnya pengaruh antara X2 terhadap Y sebesar 17.14%.
Dan besarnya koefisien korelasi antara X3 terhadap Y sebesar
0.350 sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh
antara X3 terhadap Y sebesar 12.25 %.
b) Simultan
Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel
X1 X2 dan X3 terhadap Y secara simultan dapat diketahui
dari besarnya korelasi antara X1, X2 dan X3 yang
dikuadratkan (R square). Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan program SPSS diketahui bahwa
besarnya pengaruh antara X1, X2 dan X3, terhadap Y sebesar
0.229 atau 22.9%. Sedangkan sisanya sebesar 77.1 %
dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian
ini.
xcvi
4.2.PEMBAHASAN
4.2.2. Perputaran Kas
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis secara parsial terlihat
bahwa variabel X1 hasilnya thitung < ttabel dengan demikian hipotesis
kerja (Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara perputaran kas terhadap rentabilitas ekonomi secara
parsial di KPRI Semarang. Kas sebagai nilai uang kontan yang dalam
perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat
diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang
mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya. Uang kas dibutuhkan
perusahaan untuk membayar karyawan dan bahan baku, membeli aktiva
tetap, membayar pajak, melunasi utang, membayar honorarium
xcvii
pengurus dan sebagainya. Oleh sebab itu kas sering disebut sebagai
aktiva yang tidak menghasilkan.
Perbandingan antara jumlah kas dengan total aktiva
menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas
KPRI di Kota Semarang. Hal tersebut disebabkan keberadaan kas yang
terlalu besar sehingga mempengaruhi tingkat rentabilitas yang diperoleh
perusahaan. Meskipun kas sebagai alat yang dianggap paling likuid itu
sangat penting bagi perusahaan akan tetapi perusahaan perlu melakukan
penyesuaian atau perencanaan dalam menganggarkan berapa uang tunai
yang harus disediakan oleh perusahaan untuk kegiatan oeprasionalnya.
Sehingga aktiva perusahaan dapat benar-benar digunakan secara
maksimal, yang efektif dan efisien.
4.2.3. Perputaran Piutang
.
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesisi secara parsial terlihat
bahwa variabel X2 hasil thitung < ttabel. dengan demikian hipotesis kerja
(Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
antara perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial.
ekonomi KPRI di Kota Semarang. Piutang merupakan aktiva atau
kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya
kebijakan penjualan kredit (Indriyo, 2002:81). Rasio perputaran piutang
biasa digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal
xcviii
kerja, karena memberikan ukuran atau gambaran kasar mengenai
seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah
hari piutang menggambarkan lamanya suatu piutang bisa tertagih.
Piutang hanya akan memberikan kontribusi bagi perusahaan jika
piutang tersebut telah dibayar lunas. Semakin cepat perputaran piutang,
maka semakin efisien penggunaan piutang perusahaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perputaran piutang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas perusahaan. Hal ini
menggambarkan bahwa perputaran piutang dalam KPRI di Kota
Semarang rendah yang dapat mengakibatkan resiko piutang untuk tidak
dapat tertagih menjadi tinggi. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
koperasi untuk meminimalkan resiko piutang atau memperkecil piutang
tidak tertagih diantaranya memperkecil jumlah penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan, memperpendek batas waktu pembayaran kredit,
meminimalkan volume penjualan kredit dan melakukan penagihan
piutang secara aktif.
4.2.4. Perputaran Persediaan
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesisi secara parsial X3
diperoleh hasil thitung > ttabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima yang
berarti ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas terhadap
rentabilitas ekonomi secara parsial pada KPRI di Kota Semarang.
Persediaan sebagai unsur utama dari modal kerja merupakan aktiva
yang terus menerus mengalami perubahan (Riyanto, 2000:69). Untuk
xcix
mengukur efisiensi perusahaan maka perlu diketahui perputaran
persediaan yang terjadi dengan membandingkan antara Harga Pokok
Penjualan (HPP) dengan nilai total persediaan yang dimiliki Semakin
tinggi perputaran persediaan berarti semakin rendah biaya penyimpanan
dan pemeliharaan yang harus ditanggung perusahaan. Hal ini
mendorong meningkatnya laba perusahaan. Rasio ini memberikan
gambaran tentang efisiensi koperasi dalam kegiatan ekonominya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran persediaan
berpengaruh terhadap rentabilitas KPRI di Kota Semarang. Hal ini
menggambarkan investasi pada persediaan di KPRI akan mempunyai
efek pada keuntungan, sehingga koperasi dapat bekerja dengan optimal
dan produksi akan maksimal. Selain persediaan pada KPRI di Kota
Semarang telah dikelola secara secara baik, sehingga akan mampu
untuk meningkatkan keuntungan koperasi. Pengelolaan persediaan di
KPRI Kota Semarang ini mempunyai tujuan :
a. Untuk memastikan persediaan yang tersedia guna menyokong
operasi tersedia.
b. Menekan biaya memesan dan menyimpan persediaan ke tingkat
terendah yang memungkinkan.
4.2.5. Modal Kerja
Modal kerja pada dasarnya digunakan untuk menjalankan aktivitas
usaha koperasi dalam setiap harinya. Modal kerja ini hendaknya dapat
dikelola secara ekonomis sehingga KPRI tidak mengalami kesulitan
dalam bidang keuangan serta mampu digunakan secara efektif dan efisien.
c
Karena modal kerja merupakan salah satu masalah kebijaksanaan
keuangan yang dihadapi KPRI.
Kegiatan operasional pada sebuah koperasi akan terhambat atau
terhenti sama sekali akibat kesalahan dalam pengelolaan modal kerja,
oleh sebab itu diperlukan manajemen modal kerja yang baik dalam bidang
keuangan. Sehingga, peranan modal kerja dalam koperasi sangat penting
apalagi jika dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi
koperasi di masa yang akan datang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur modal kerja yang
terdiri perputaran kas tidak berpengaruh terhadap rentabilitas sedangkan
perputaran perputaran piutang dan persediaan berpengaruh terhadap
rentabilitas, karena tingkat perputaran piutang dan persediaan pada KPRI
kota Semarang masih rendah yaitu 4.84 kali atau 74 hari untuk piutang
dan 4.13 kali atau 87 hari untuk persediaan. Menurut Standar Efisiensi
untuk perputaran piutang < 5 kali adalah kurang efisien dan persediaan
4.13 berarti cukup efisien
Komponen modal kerja harus selalu berputar dengan tingkat
perputaran yang tinggi. Dimana dengan perputaran modal kerja yang
tinggi berarti dana masuk kembali dengan cepat sehingga dapat
dipergunakan kembali serta meminimalkan dari masalah keuangan.
ci
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang
dapat diambil sebagai berikut :
5.1.1 .Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan
perputaran piutang terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota
Semarang secara parsial, artinya (Ha) ditolak. Sedangkan hasil uji
parsial untuk perputaran persediaan terhadap rentabilitas pada KPRI
di Kota Semarang berpengaruh secara signifikan, artinya (Ha)
diterima.
5.1.2 Besarnya pengaruh antara perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota
Semarang sebesar 0.229 atau 22.9%. Sedangkan sisanya sebesar
77.1 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian
ini.
5.1.3 Besarnya pengaruh secara parsial secara parsial diketahui bahwa
besarnya pengaruh antara X1 terhadap Y seesar 1.69%, besarnya
pengaruh antara X2 terhadap Y sebesar 17.14%, dan besarnya
pengaruh antara X3 terhadap Y sebesar 12.25 %.
85
cii
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat peneliti berikan diantaranya :
1. Untuk KPRI di Kota Semarang agar mengelola penjualan kredit
secara baik, dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan
penagihan piutang secara aktif. Sehingga tidak terjadi piutang tak
tertagih dan efisien penggunaan piutang koperasi dapat tercapai.
2. Bagi KPRI yang memiliki Modal Kerja kurang efisien atu dibawah
standar yang telah ditetapkan pemerintah supaya ditingkatkan agar
anggota KPRI dapat memperoleh kesejahteraan.
3. Untuk menghindari resiko tidak dikembalikannya piutang,
hendaknya KPRI menetapkan kebijaksanaan, misalnya dengan
memberikan potongan bunga bagi yang pembayarannya tepat waktu.
ciii
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamarudin. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja.
Jakarta:Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Bangun, Darwin. 1989. Manajemen Perusahaan. Jakarta : Dep Dik Bud.
Gitisudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta :BPFE
Husnan, Suad. 1997.Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek.
Yogyakarta : BPFE
Munawir, S. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty
Riyanto, Bambang. 1999. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Yogkarta : BPFE
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Soediyono. 1991. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta. : Liberty
Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi para Peneliti.
Bandung : Tarsito
Tugiman, Hiro. 1995. Akuntansi untuk Badan Usaha Koperasi. Yogyakarta :
Kanisius
Wasis. 1993. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga:Universitas Kristen Satya
Wacana
civ