analisis dukungan (supports) pemerintah...

58
LAPORAN ANALISIS KEBIJAKAN TA 2016 ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH TERHADAP SEKTOR PERTANIAN: 1995-2015 Tim Peneliti: Tahlim Sudaryanto Reni Kustiari Saktyanu K.Dermoredjo Chairul Muslim Wahida Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

Upload: vankhuong

Post on 13-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

LAPORAN ANALISIS KEBIJAKAN TA 2016

ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH

TERHADAP SEKTOR PERTANIAN: 1995-2015

Tim Peneliti:

Tahlim Sudaryanto Reni Kustiari

Saktyanu K.Dermoredjo

Chairul Muslim Wahida

Yonas Hangga Saputra

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 2: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

i

KATA PENGANTAR

Dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian diterapkan melalui beberapa

instrumen kebijakan. Besaran dan komposisi dukungan yang diberikan kepada

sektor pertanian, serta bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu, perlu

dianalisis sebagai bahan perbaikan kebijakan pembangunan pertanian kedepan.

Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk untuk menganalisis perkembangan

kebijakan pertanian dan pembaruan indikator PSE tahun 2013-2014. Secara khusus

tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan

kebijakan pertanian, memvalidasi data dan informasi perkembangan kebijakan

pertanian, mengolah data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian,

menganalisis dan menginterpretasi data dan informasi perkembangan kebijakan

pertanian, dan merumuskan rekomendasi kebijakan pertanian.

Sebagai bagian dari Agricultural Policy Monitoringand Evaluation

indikatorProducer Support Estimates (PSEs) dan indikator lainnya yang disajikan

dalam laporan ini memiliki relevansi dengan kebijakan pertanian. Pertama,

memonitor perkembangan tingkat dan komposisi dukungan (support) terhadap

sektor pertanian. Kedua, sebagai acuan dalam merumuskan instrumen kebijakan

mana yang harus diprioritaskan dan mana yang harus dikurangi atau dihapus.

Ketiga,sebagai bahan dialog untuk mewujudkan koherensi kebijakan (policy

coherence)di tingkat global.

Ucapan terima kasih ditujukan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan

mendukung terlaksananya kegiatan yang disajikan dalam laporan ini. Kritik dan

saran tetap diharapkan demi penyempurnaan isilaporan ini agar bermanfaat bagi

yang berkepentingan.

Bogor, September 2016

Kepala Pusat,

Dr. Ir. Abdul Basit, MS

NIP. 196109291986031003

Page 3: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENDAHULUAN

1. Dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian diterapkan melalui beberapa

instrumen kebijakan. Besaran dan komposisi dukungan yang diberikan kepada sektor pertanian, serta bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu, perlu dianalisis sebagai bahan perbaikan kebijakan pembangunan pertanian kedepan.

2. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) telah mengembangkan metodologi Producer Support Estimate (PSE) dan beberapa

indikator lainnya yang dirancang khusus untuk memonitor sekaligus mengevaluasi tingkat serta komposisi dukungan yang diberikan terhadap sektor

pertanian, untuk negara-negara anggota OECD dan negara mitra, termasuk Indonesia.

3. Relevansi analisis tersebut bagi kebijakan pembangunan pertanian Indonesia adalah: (a) mengetahui perkembangan tingkat dan komposisi dukungan (support) terhadap sektor pertanian; (b) sebagai acuan dalam merumuskan

instrumen kebijakan mana yang harus diprioritaskan dan mana yang harus dikurangi atau dihapus; dan (c) partisipasi Indonesia dalam analisis PSE tingkat

global sebagai bahan dialog untuk mewujudkan koherensi kebijakan (policy coherence) antar negara.

4. Tujuan kajian ini adalah: (a) mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian; (b) memvalidasi data dan informasi perkembangan

kebijakan pertanian; (c) mengolah data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian; (d) menganalisis dan menginterpretasi data perkembangan indikator

dukungan (support) terhadap sektor pertanian; dan (e) merumuskan rekomendasi kebijakan pertanian ke depan.

METODOLOGI

5. Metodologi perhitungan PSE dan indikator-indikator terkaitmengandung enam prinsip dasar, yaitu: (a) dukungan terhadap produsen pertanian merupakan

kriteria kunci kebijakan yang memiliki dua syarat (i) kebijakan harus secara eksplisit atau implisit memberikan dukungan baik dalam bentuk dana maupun berupa barang atau jasa; dan (ii) kebijakan tersebut harus ditujukan kepada

produsen pertanian; (b) tidak ada pertimbangan terkait dengan sifat, tujuan, dan dampak ekonomi dari kebijakan; (c) kebijakan yang secara umum berlaku untuk

seluruh sektor ekonomi tidak dianggap sebagai dukungan terhadap sektor pertanian; (d) dukungan kebijakanpertanian diukur secara garis besar (bruto); (e) acuan dukungan adalah di tingkat petani (farm gate level); (f) dukungan

terhadap produsen diklasifikasikan menurut kriteria implementasi, dimana penyediaannya adalah untuk petani atau menurut kondisi kelayakan.

Page 4: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

iv

6. Data dan informasi sebagian besar berasal dari sumber sekunder yang menyebar di beberapa Kementerian/Lembaga terkait. Kunjungan lapang dilakukan untuk

mendapatkan gambaran nyata (cross-check) serta melakukan validasi data dan informasi dari sumber primer. Lokasi kunjungan lapang adalah di Kabupaten

Malang, Provinsi Jawa Timur.

7. Data dan informasi yang diperlukan untuk analisis ini meliputi 15 komoditas (padi, jagung, kedele, kelapa sawit, kakao, ubikayu, pisang, gula, karet, kopi, susu, daging sapi, daging babi, daging unggas, dantelur). Cakupan waktunya

adalah tahun 2013-2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN

8. Subsidi BBM diturunkan sejak bulan Nopember 2014 dan kemudian dihapuskan

bulan Januari 2015 (kecuali subsidi untuk solar sebesar Rp.1000/liter). Perubahan kebijakan ini telah melepaskan sumberdaya fiskal, yang sebagian

akan digunakan untuk mendorong peningkatan produksi pertanian, terutama infrastruktur.

9. Kabinet baru yang mulai bertugas bulan Oktober 2014 telah menekankan kembali komitmen untuk mencapai swasembada beberapa komoditas pangan pokok (beras, jagung, kedele, gula dan daging sapi). Jangka waktu pencapaian

target swasembada tersebut telah direvisi menjadi akhir tahun 2017 untuk beras, jagung dan kedele, dan akhir tahun 2019 untuk gula dan daging sapi. Telah

diluncurkan pula perubahan kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut, yang juga mencakup upaya-upaya untuk mendorong produksi komoditas strategis

lainnya seperti cabe, bawang merah, kentang dan kakao.

10. Anggaran yang dihemat dari subsidi BBM sebagian telah dialokasikan untuk membiayai infrastruktur irigasi, sebagian besar untuk mendukung peningkatan

produksi padi. Dalam rangka mendukung target tersebut, Kementerian Pertanian berkomitmen akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp.4,2 trilyun

untuk membiayai rehabilitasi jaringan irigasi seluas 1,5 juta ha, bersamaan dengan upaya optimalisasi lahan untuk produksi padi seluas 500 ribu ha.

11. Pemerintah membatasi impor beberapa komoditas pertanian strategis (komoditas yang masuk dalam target swasembada) dan memungut pajak ekspor terhadap beberapa komoditas, seperti CPO dan kakao. Sejak tahun 2008

setiap importir harus terdaftar sebagai importir terdaftar yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan untuk mengimpor produk olahan dari daging,

serealia, gula, dan kakao. Pembatasan serupa berlaku juga untuk impor ternak dan produk ternak pada tahun 2011.

12. Indonesia tetap mempertahankan sistem kuota untuk impor daging sebagai

bagian dari target swasembada untuk komoditas tersebut. Kuota impor ditetapkan setiap tahun untuk sapi bakalan, dan daging beku (boxed beef) secara terpisah berdasarkan perkiraan selisih antara permintaan dan penawaran.

Page 5: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

v

13. Nilai PSE sektor pertanian meningkat dari Rp.3,2 trilyun tahun 1995-1997 menjadi Rp.348,5 trilyun tahun 2013-2015. Sebagian besar dari dukungan

tersebut berupa perlindungan harga yang mencapai 75,5% tahun 1995-1997 dan 84,4% tahun 2013-2015.

14. Selain dukungan yang langsung ditujukan kepada petani (PSE) ada beberapa intrumen dukungan pemerintah untuk sektor pertanian secara keseluruhan,

yaitu: (a) dukungan pelayanan umum (General Services Support Estimate, GSSE); dan (b) transfer pemerintah kepada konsumen.

15. Nilai GSSE meningkatdari Rp.1,1 trilyun tahun 1995-1997 menjadi Rp.22,0

trilyun tahun 2013-2015 (5,2 % dari TSE). Komponen terbesar darikelompok pengeluaran tersebut adalah biaya untuk pembangunan dan rehabilitasi

infrastruktur yang mencapai 72,8% tahun 1995-1997 dan 76,4% tahun 2013-2015. Secera keseluruhan, nilai total dukungan kepada sektor pertanian mencapai Rp.423,2 trilyun tahun 2013-2015.

16. Secara umum nilai PSE menunjukkan trend peningkatan dari 3,9% tahun 1995-1997 menjadi 24,6% tahun 2012-2014. Artinya sekitar 24,6% dari nilai produksi

pertanian adalah transfer dari pembayar pajak dan konsumen. Perbandingan nilai PSE antar negara menunjukkan bahwa PSE sektor pertanian Indonesia

tahun 2013-2015 lebih tinggi dari Tiongkok (20,1%), Uni Eropa (19%) dan rata-rata OECD (17,4%).

17. Negara-negara seperti Australia dan Selandia baru yang dikenal sebagai

produsen dan eksportir produk pertanian yang kompetitif ternyata memperoleh dukungan pemerintah yang relatif kecil. Keunggulan mereka terletak pada

sistem inovasi, infrastruktur yang memadai dan iklim usaha yang kondusif.

18. Nilai TSE sektor pertanian Indonesia (% terhadap PDB) meningkat secara

signifikan dari 0,8% tahun 1995-1997 menjadi 4,6% tahun 2013-2015. Pada tahun 2013-2015 nilai TSE Indonesia adalah yang tertinggi, diatas Tiongkok (3,2%), Uni Eropa (0,7%) rata-rata OECD (<0,7%).

19. Trend jangka panjang, serupa dengan PSE, nilai TSE di banyak negara maju cenderung menurun, sementara di negara berkembang (terutama Indonesia dan

Tiongkok) menunjukkan trend peningkatan.

20. Nominal Protection Coeficient (NPC) di Indonesia meningkat tajam dari 1,03

tahun 1995-1997 menjadi 1,32 tahun 2013-2015. Artinya harga-harga komoditas pertanian di dalam negeri 32% lebih tinggi dari harga-harga komoditas serupa di pasar internasional. Hal yang sama juga terjadi di Tiongkok

dimana NPC meningkat dari 1,0 menjadi menjadi 1,23 pada periode yang sama.

Kesimpulan

21. Dukungan (support) terhadap sektor pertanian yang diukur dengan Producer’s Support Estimate (PSE) menunjukkan trend peningkatan dan lebih tinggi dari Tiongkok, Uni Eropa maupun negara-negara anggota OECD. Sekitar 84,4% dari

dukungan tersebut adalah berupa perlindungan harga yang menyebabkan harga domestik lebih tinggi dari harga di pasar internasional. Hasil analisis ini

Page 6: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

vi

membantah anggapan umum bahwa dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian relatif kecil.

22. Transfer anggaran pemerintah untuk sektor pertanian meliputi: (a) transfer atas penggunaan input dalam bentuk subsidi pupuk dan benih/bibit maupun bantuan

alat dan mesin pertanian; (b) transfer berupa pelayanan di tingkat usahatani, terutama penyuluhan; dan (c) transfer pemerintah dalam rangka bantuan

bencana alam. Komponen yang paling tinggi adalah transfer untuk subsidi pupuk.

23. Selain dukungan langsung kepada petani (PSE), dukungan pemerintah untuk

sektor pertanian juga meliputi: (a) dukungan pelayanan umum (General Services Support Estimate, GSSE); dan (b) transfer kepada konsumen.

Komponen terbesar dari kelompok pengeluaran GSSE adalah biaya untuk pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur yang mencapai sekitar 76,4% dari total GSSE.

24. Walaupun nilai PSE Indonesia bukan yang tertinggi, namun dengan kontribusi pertanian dalam PDB nasional yang masih relatif besar, maka nilai dukungan

terhadap sektor pertanian menjadi beban yang relatif besar terhadap ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya bagi negara-negara maju seperti anggota

OECD, walaupun secara absolut nilai dukungan pertanian cukup besar namun secara relatif dibanding dilai PDB negara-negara tersebut relatif kecil.

Implikasi Kebijakan

25. Dukungan terhadap sektor pertanian dalam bentuk perlindungan harga terutama dalam rangka mencapai swasembada pangan berdampak pada

peningkatan harga pangan di tingkat konsumen yang pada akhirnya menurunkan asupan gizi, terutama bagi penduduk miskin. Dalam jangka

panjang, prioritas kebijakan yang lebih efektif adalah peningkatan produktivitas melalui sistem inovasi, pembangunan infrastruktur dan mempermudah investasi

swasta.

26. Sebagian besar transfer anggaran pemerintah untuk sektor pertanian adalah subsidi pupuk yang secara kumulatif lebih banyak dinikmati oleh petani berlahan

luas dan produsen pupuk. Skema yang lebih efisien adalah menkonversi subsidi tersebut kedalam sistem transfer yang khusus ditargetkan untuk para petani

kecil.

27. Kebijakan pertanian Indonesia kedepan sebaiknya mengacu pada negara-negara

yang pertaniannya relatif maju namun dukungan terhadap pertanian yang relatif rendah (seperti Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan dan Chili). Sebaliknya kebijakan dukungan di negara-negara OECD yang memberikan

subsidi input dan transfer pendapatan relatif besar tidak dapat dijadikan acuan mengingat sifatnya yang mendistorsi pasar dan membebani anggaran

pemerintah yang cukup besar.

Page 7: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii

RINGKASAN EKSEKUTIF.............................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN.............................................................. xii

I. PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang........................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian..................................................................... 2

1.3. Keluaran Penelitian................................................................... 2

II. METODOLOGI................................................................................... 3

2.1. Kerangka Pemikiran................................................................. 3

2.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian...................................................... 4

2.3. Pengumpulan Data dan Informasi.............................................. 4

2.4. Analisis Data dan Informasi....................................................... 5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 7

3.1. Perkembangan Kebijakan Pertanian........................................... 7

3.1.1. Kebijakan Domestik....................................................... 7

3.1.2. Kebijakan Perdagangan................................................. 9

3.2. Besaran dan Komposisi Dukungan (Support) Terhadap Sektor

Pertanian............................................................................

11

3.2.1. Perkembangan APBN Untuk Mendukung Kedaulatan

Pangan............................................................................

11

Page 8: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

viii

3.2.2. Dukungan langsung Kepada Petani.................................. 13

3.2.3. Total Bantuan Langsung Kepada Sektor Pertanian (Total

Support Estimate, TSE)..................................................

15

3.3. Analisis Indikator Dukungan Terhadap Sektor Pertanian............... 17

3.3.1. Total Support Estimate (TSE) ......................................... 20

3.3.2. Produser Support Estimate (PSE) ................................... 25

3.3.3. Nominal Protection Coeficient (NPC) untuk Produsen......... 27

3.3.4. Single Commodity Transfer (SCT) ................................... 28

3.4. Persepsi Petani dan Stakeholder terhadap Dukungan pada Sektor

Pertanian..................................................................................

29

3.4.1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP) Jawa Timur 29

3.4.2. Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Malang........ 30

3.4.3. Dukungan Terhadap Petani Sayuran................................ 37

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN........................................... 41

4.1. Kesimpulan.................................................................... 41

4.2. Implikasi Kebijakan......................................................... 42

Daftar Pustaka............................................................................. 43

Lampiran..................................................................................... 44

Page 9: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sumber Data dan Informasi................................................................. 5

2. Rincian Data dan Informasi Perkembangan Kebijakan Pertanian............. 5

3. Anggaran Kedaulatan Pangan, 2011 2016 (Triliun rupiah)...................... 12

4. Besaran dan komposisi Dukungan (Support) di sektor pertanian, 1995-

1997 dan 2013-2015 (Rp. Juta)...........................................................

18

5. Alokasi persasaran pembangunan tahun 2015....................................... 34

6. Perbandingan Pencapaian Kinerja dan Anggaran 2015........................... 34

7. Rekapitulasi Alsintan Sumber Dana APBN TA. 2016............................... 36

Page 10: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pangsa Nilai Tambah Pertanian dan TSE tahun 1995-1997 dan 2013-

2015...............................................................................................

20

2. Pangsa TSE terhadap GDP menurut negara, tahun 1995-1997 dan

2013-2015 ....................................................................................

22

3. Rasio TSE terhadap Nilai Tambah Pertanian menurut negara, tahun

1995-1997 dan 2013-2015...............................................................

23

4. Komposisi TSE menurut negara, tahun 1995-1997 dan 2013-2015...... 24

5. Perkembangan dan komposisi PSE Indonesia, 1995-2015................... 25

6. Komposisi PSE menurut negara, 2013-2015 (% thd GDP).................. 26

7. Nominal Protection Coefficient (NPC) menurut negara, 1995-97 dan

2013-15..........................................................................................

27

8. Pangsa SCT seluruh negara, 1995-1997 dan 2013-2015..................... 28

Page 11: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Lampiran tabel Halaman

1. Perkembangan Pengeluaran Publik untuk Pelayanan Umum, 1990-

2013 (Rp Milyar)........................................................................

44

Page 12: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

xii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Amber Box Semua subsidi domestik dalam sektor pertanian yang

dianggap mendistorsi produksi dan perdagangan

ADB Asian Development Bank

AoA Agreement on Agriculture

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APM Agricultural Policy Monitoring

Bakorluh Badan Koordinasi Penyuluhan

BI Bank Indonesia

Bimas Bimbingan Massal

Blue Box Amber box dengan persyaratan tertentu yang ditujukan untuk

mengurangi distorsi

BPP Balai Penyuluhan Pertanian

BPPSDMP Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pertanian

BPS Badan Pusat Statistik

BULOG Badan Urusan Logistik

CGSSE General Service Support Estimate

CPO Crude Palm Oil

CSE Consumer Support Estimate

DAK Dana Alokasi Khusus

Development Box Perlakuan khusus dan berbeda (special and differential

treatment) untuk negara berkembang dalam AoA

Ditjen Direktorat Jenderal

FGD Focus Group Discussion

MD Food and Mouth and Disease

GDP Gross Domestic Product

Green Box Bentuk subsidi yang tidak berpengaruh atau kalaupun ada

sangat kecil pengaruhnya terhadap perdagangan, sehingga

tidak perlu dikurangi (subsidi tersebut harus dibiayai dari

anggaran pemerintah dan tidak termasuk subsidi harga)

HPP Harga Pembelian Pemerintah

IB Inseminasi Buatan

Kementan Kementerian Pertanian

Page 13: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

xiii

Lao PDR Lao People's Democratic Republic

Litbang Penelitian dan Pengembangan

OECD Organization for Economic Co-operation and Development

PPHP Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

PPN Pajak Pertambahan Nilai

PSE Producer Support Estimate

PSE-KP Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

PSP Prasarana dan Sarana Pertanian

PUMK Penguatan Modal Usaha Grup

PUPR Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

RASKIN Beras untuk Orang Miskin

Ristek Riset dan Teknologi

STA Sub-Terminal Agribisnis

TA Tahun Anggaran

UPT Unit Pelaksana Teknis

Page 14: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian diterapkan melalui beberapa

instrumen kebijakan. Besaran dan komposisi dukungan yang diberikan kepada sektor

pertanian, serta bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu, perlu dianalisis

sebagai bahan perbaikan kebijakan pembangunan pertanian kedepan. Dalam

konteks global, perbandingan ltingkat dukungan antar negara merupakan input

penting dalam dialog koherensi kebijakan pertanian global. Aspek tersebut

diperlukan baik oleh para pembuat dan analis kebijakan, peneliti, akademisi, maupun

pemangku kepentingan lainnya.

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) telah

mengembangkan metodologi Producer Support Estimate (PSE) dan beberapa

indikator lainnya yang dirancang khusus untuk memonitor sekaligus mengevaluasi

tingkat serta komposisi dukungan yang diberikan terhadap sektor pertanian. Semula

seperangkat indikator tersebut digunakan khusus untuk lingkup negara-negara

anggota OECD. Selanjutnya, cakupan negara dalam pengukuran tingkat dukungan

tersebut diperluas ke negara-negara mitra (enhanced engagement countries), yaitu

Afrika Selatan, Brazil, China, Indonesia, Kazakhstan, Rusia, dan Ukraina. Pada tahun

2015 bahkan diperluas lagi meliputi Kolumbia dan Viet Nam. Secara keseluruhan ada

34 negara yang tercakup dalam analisis tersebut.

Khusus untuk Indonesia, pada tahun 2012, OECD bekerja sama dengan

Kementerian Pertanian telah menerbitkan laporan yang berjudul "OECD Review on

Agricultural Policies: Indonesia", yang didalamnya antara lain juga memuat

perhitungan mengenai PSE. Mulai tahun 2013 dan selanjutnya, dilakukan

pembaharuan tentang kebijakan terkait sektor pertanian, termasuk perhitungan PSE,

yang diterbitkan dalam laporan "Agricultural Policy Monitoring and Evaluation” yang

meliputi negara-negara anggota OECD dan negara-negara mitra termasuk Indonesia.

Laporan tersebut memuat informasi tentang perkembangan kebijakan terkait dengan

sektor pertanian, perdagangan, dan lain-lain.

Page 15: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

2

Relevansi analisis tersebut bagi kebijakan pembangunan pertanian Indonesia

adalah: (1) mengetahui perkembangan tingkat dan komposisi dukungan (support)

terhadap sektor pertanian; (2) sebagai acuan dalam merumuskan instrumen

kebijakan mana yang harus diprioritaskan dan mana yang harus dikurangi atau

dihapus; dan (3) partisipasi Indonesia dalam analisis PSE tingkat global sebagai

bahan dialog untuk mewujudkan koherensi kebijakan (policy coherence) antar

negara.

Analisis sebelumnya yang mencakup periode tahun 1990-2012, perlu

diperbaharui sesuai dengan perkembangan kebijakan yang telah dilaksanakan dalam

periode tahun 2013-2015. Dalam jangka panjang, inisiatif ini akan memposisikan

PSE-KP sebagai pusat referensi untuk analisis dalam aspek tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan

kebijakan pertanian dan pembaruan indikator PSE tahun 2013-2015. Secara khusus

tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

4. Mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian;

5. Memvalidasi data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian;

6. Mengolah data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian;

7. Menganalisis dan menginterpretasi data perkembangan indikator dukungan

(support) terhadap sektor pertanian; dan

8. Merumuskan rekomendasi kebijakan pertanian ke depan.

1.3. Keluaran Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, keluaran kegiatan ini adalah:

1. Terkumpulnya data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian;

2. Validasi data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian;

3. Hasil pengolahan data dan informasi perkembangan kebijakan pertanian;

4. Hasil pengolahan data perkembangan indikator dukungan (support) terhadap

sektor pertanian;

5. Rumusan alternatif kebijakan pertanian ke depan.

Page 16: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

3

II. METODOLOGI

2.1. Kerangka Pemikiran

Metodologi PSE dan indikator-indikator terkait mengandung enam (6) prinsip

dasar. Prinsip pertama, kedua, dan ketiga berhubungan dengan lingkup penentuan

langkah dan pertimbangan terkait dengan identifikasi kriteria kebijakan mendukung

sektor pertanian diantara berbagai kebijakan sektor lainnya. Sementara itu, prinsip

keempat, kelima, dan keenam menyangkut tentang pentingnya cara pengukuran

melalui interpretasi indikator-indikator dalam metodologi ini. Uraian umum tentang

keenam prinsip tersebut masing-masing sebagai berikut:

Pertama: dukungan terhadap produsen pertanian merupakan kriteria kunci

kebijakan. Prinsip ini memiliki dua syarat, yaitu: (a) kebijakan harus secara eksplisit

atau implisit memberikan dukungan baik dalam bentuk dana maupun berupa barang

atau jasa; dan (b) kebijakan tersebut harus ditujukan kepada produsen pertanian.

Kedua: tidak ada pertimbangan terkait dengan sifat, tujuan, dan dampak ekonomi

dari kebijakan. Kata “dukungan” adalah hal positif (positive externalities) yang

diterima produsen, bukan bersifat “subsidi” mendukung produksi pertanian.

Ketiga: kebijakan yang secara umum berlaku untuk seluruh sektor ekonomi tidak

dianggap sebagai estimasi dukungan terhadap sektor pertanian, kendati dukungan

tersebut bersifat ke dan atau dari sektor pertanian. Dengan kata lain, prinsip ini

secara tegas menyatakan bahwa dukungan kebijakan adalah spesifik untuk sektor

pertanian.

Keempat: dukungan kebijakan pertanian diukur secara garis besar (bruto). Oleh

karena itu, pada prinsip ini terkandung makna bahwa tidak ada penyesuaian-

penyesuaian biaya yang terjadi dalam kaitannya dengan bantuan yang diterima

produsen, misalnya biaya peningkatan produksi atau pembayaran untuk pemenuhan

kondisi-kondisi tertentu. Akan tetapi, biaya-biaya seperti penyimpanan dan

pemasaran termasuk dalam prinsip ini. Dalam pengertian lebih jauh, prinsip ini lebih

menekankan “upaya” dari pada “akibat”.

Page 17: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

4

Kelima: acuan dukungan adalah di tingkat petani (farm gate level). Prinsip ini

menegaskan bahwa dukungan yang diberikan adalah untuk produsen utama

pertanian. Dengan demikian, keberadaan “konsumen” adalah pembeli langsung ke

petani seperti penggilingan, pabrik gula, dan pengolah susu.

Keenam: dukungan terhadap produsen diklasifikasikan menurut kriteria

implementasi, dimana penyediaannya adalah untuk petani atau menurut kondisi

kelayakan. Prinsip ini menggarisbawahi bahwa berbagai implementasi kebijakan yang

digunakan adalah untuk mendukung sektor pertanian terkait dengan produksi,

perdagangan, pendapatan, dan lingkungan.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu ditekankan dalam metodologi dan

aplikasi PSE. Pertama, indikator-indikator yang digunakan dalam metodologi ini

adalah representasi kebijakan komprehensif terhadap sektor pertanian. Kedua, tiap

indikator merupakan komponen pokok yang mengandung dimensi khusus dalam

suatu kesatuan sistem yang saling melengkapi. Ketiga, seperangkat data dasar

(database) baik PSE maupun CSE (Consumer Support Estimate) dan CGSSE (General

Service Support Estimate) memiliki banyak sumber informasi kebijakan lingkup

internasional yang diperbarui secara berkala.

2.2. Lokasi dan Jadwal Kegiatan

Kegiatan dilakukan selama empat bulan, mulai Februari hingga Mei 2016. Data

dan informasi sebagian besar berasal dari sumber sekunder yang menyebar di

beberapa instansi terkait. Kunjungan lapang dilakukan untuk mendapatkan

gambaran nyata (cross-check) serta melakukan validasi data dan informasi dari

sumber primer. Lokasi kunjungan lapang adalah di kabupaten Malang Provinsi Jawa

Timur.

2.3. Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi kegiatan ini sebagian besar berasal dari sumber sekunder

dan sebagian lagi dari sumber primer. Beberapa data dan informasi sekunder

dikumpulkan dari berbagai instansi baik lingkup Kemeterian Pertanian maupun

Page 18: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

5

instansi terkait lainnya. Data dan informasi primer berasal dari pelaku pertanian

(petani, pedagang, dan lain-lain) yang diperlukan untuk mendukung data dan

informasi sekunder. Sumber data dan informasi sekunder disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sumber Data dan Informasi

No. Kementerian Pertanian No. Kementerian/Lembaga Lainnya

1. Badan Karantina Pertanian 1. BPS (Badan Pusat Statistik) 2. Badan Ketahanan Pangan 2. Perum BULOG 3. Badan Litbang Pertanian 3. BI (Bank Indonesia) 4. Sekretariat Jenderal Kementan 4. Ditjen Anggaran, Kemenkeu 5. BPPSDMP 5. Ditjen Pengairan, Kemen PUPR 6. Ditjen Tanaman Pangan 7. Ditjen Perkebunan

8. Ditjen Hortikultura 9. Ditjen Peternakan dan Keswan

10. Ditjen PSP

2.4. Analisis Data dan Informasi

Secara garis besar, data dan informasi yang dikumpulkan terkait dengan

perkembangan kebijakan pertanian (policy development) dan sektor terkait lainnya.

Rincian data dan informasi yang dikumpulkan dapat diperhatikan pada Tabel 2.

Analisis data dan informasi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah

indikator PSE dan indikator-indikator terkait lainnya. Metode ini mengandung

beberapa prinsip mendasar yang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

Pertama, berhubungan dengan lingkup penentuan langkah dan pertimbangan

terkait dengan identifikasi kriteria kebijakan mendukung sektor pertanian diantara

berbagai kebijakan sektor lainnya. Kedua, menyangkut pentingnya cara pengukuran

melalui interpretasi indikator-indikator dalam metode ini.

Tabel 2. Rincian Data dan Informasi Perkembangan Kebijakan Pertanian

No. Uraian Keterangan

1. Main policy instruments Updated kebijakan swasembada pangan

2. Domestic policy development (a) HPP gabah dan kedelai serta

provenue gula; (b) RASKIN; (c) subsidi pupuk; (d) subsidi benih; (e) bantuan alat pascapanen; (f) perkreditan; (g)

pembangunan dan rehabilitasi irigasi; (h) perubahan kebijakan PPn; dan (i)

asuransi, penyuluhan, dan lain-lain.

Page 19: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

6

3. Trade policy development (2012-2014)

(a) quantitative import restrictions; (b)

quantitative limits of beef imports; (c) import from country free from FMD (based on zones); (d) food safety, quarantine, and standards and labelling purposes; (e) import on horticultural products; (f) export tax on CPO and cocoa bean; dan (g) new policy initiatives

Data dan informasi yang diperlukan untuk analisis ini meliputi 15 komoditas

(rice, maize, soybeans, palm oil, cocoa beans, cassava, bananas, sugar cane, rubber,

coffee, raw milk, beef and veal, pigmeat, poultry, and eggs). Cakupan waktunya

adalah tahun 2013-2014 dan tahun-tahun sebelumnya untuk beberapa variable yang

perlu ditelusuri (check) kembali. Data dan informasi dianalisis dalam format work

sheet excel yang antara lain meliputi: (1) domestic farm-gate prices; (2) agro food-

trade (export and import volume and value); (3) border prices, tariffs, export taxes;

(4) wholesale prices margin; (5) production and consumption (food balance sheet);

(6) value of agricultural production; (7) feed use of crops; (8) budget on agricultural

development by type; (9) exchange rates; dan (10) gross domestic product (GDP).

Page 20: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini diawali dengan deskripsi tentang struktur dukungan terhadap sektor

pertaian. Berikutnya analisis indikator dukungan terhadap sektor pertanian dan

persepsi petani terhadap dukungan pada sektor pertanian.

3.1. Perkembangan Kebijakan Pertanian

3.1.1. Kebijakan Domestik

Ada beberapa perkembangan dalam kebijakan pertanian domestik pada tahun

2014-2015. Tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, telah terjadi perubahan

dalam subsidi BBM yang mulai diturunkan sejak bulan Nopember 2014 dan kemudian

dihapuskan bulan Januari 2015 (kecuali subsidi untuk solar sebesar Rp.1000/liter).

Perubahan kebijakan ini telah melepaskan sumberdaya fiskal, yang sebagian akan

digunakan untuk mendorong peningkatan produksi pertanian, terutama infrastruktur.

Kabinet baru yang mulai bertugas bulan Oktober 2014 telah menekankan

kembali komitmen untuk mencapai swasembada beberapa komoditas pangan pokok

(beras, jagung, kedele, gula dan daging sapi). Tetapi jangka waktu pencapaian

target swasembada tersebut telah direvisi menjadi akhir tahun 2017 untuk beras,

jagung dan kedele, dan akhir tahun 2019 untuk gula dan daging sapi. Telah

diluncurkan pula perubahan kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut, yang juga

mencakup upaya-upaya untuk mendorong produksi komoditas strategis lainnya

seperti cabe, bawang merah, kentang dan kakao. Khusus untuk kakao, paket

kebijakan bernilai Rp.101,7 milyar yang difokuskan pada intensifikasi, rehabilitasi

tanaman tua, perluasan areal tanam, pemberdayaan petani dan peningkatan

qualitas.

Perlindungan harga untuk beberapa komoditas terus dipertahankan. Petani

tebu dan yang terbaru petani kedele memperoleh insentif harga pembelian minimum

oleh BULOG untuk kedele dan pabrik gula untuk tebu. Untuk gula, harga provenue

tahun 2012 terus berlaku sampai tahun 2013 sebesar Rp.8 100/kg yang kemudian

dinaikan menjadi Rp.8 500/kg pada tahun 2014. Untuk kedele, HPP untuk pembelian

Page 21: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

8

oleh BULOG ditetapkan sebesar Rp.7 000/kg, namun belum efektif karena belum

jelas skema pembiayaannya.

Untuk beras, BULOG terus mendapat mandat untuk melakukan operasi pasar

dan pembelian gabah dari petani. Tetapi karena hambatan perdagangan dalam

rangka pencapaian swasembada, harga beras di dalam negeri selalu lebih tinggi dari

harga di pasar internasional. Menurut Bank Dunia (2015), harga beras di tingkat

eceran di Indonesia sekitar 30-50% lebih tinggi dari harga beras di beberapa negara

ASEAN. Selama tahun 2013-2014, HPP gabah dan beras tidak pernah dinaikan, dan

baru pada bulan Maret tahun 2015, HPP gabah dinaikan menjadi Rp. 3.700/kg GKP

di tingkat petani dan Rp.4.650/GKG di gudang BULOG, sedangkan harga beras

menjadi Rp.7.300/kg di gudang BULOG. Kebijakan harga beras tetap merupakan

komponen terbesar dalam dukungan terhadap sektor pertanian yang diukur dengan

Producer Support Estimate (PSE), dengan kontribusi sebesar 45% terhadap PSE

tahun 2014.

Untuk melindungi konsumen keluarga miskin, BULOG terus menyalurkan beras

melalui program RASKIN. Pada tahun 2012, anggaran untuk kebijakan ini mencapai

Rp.19,1 trilyun, yang meningkat menjadi Rp.20,3 trilyun tahun 2013 dan menurun

kembali menjadi Rp.18,8 trilyun tahun 2014. Namun analisis yang dilakukan OECD

(2015a) baru-baru ini mempertanyakan efektifitas dari kebijakan ini dalam

meningkatkan ketahanan pangan dan merekomendasikan untuk merubahnya

menjadi bantuan langsung tunai (BLT) atau kupon pangan (food voucher) .

Anggaran yang dihemat dari subsidi BBM sebagian telah dialokasikan untuk

membiayai infrastruktur irigasi, sebagian besar untuk mendukung peningkatan

produksi padi. Pada tahun 2015, 10 Gubernur dari propinsi penghasil padi telah

sepakat untuk meningkatkan produksi padi sebesar 11,5 juta ton. Dalam rangka

mendukung target tersebut, Kementerian Pertanian berkomitmen akan

mengalokasikan anggaran sebesar Rp.4,2 trilyun untuk membiayai rehabilitasi

jaringan irigasi seluas 1,5 juta ha, bersamaan dengan upaya optimalisasi lahan untuk

produksi padi seluas 500 ribu ha. Peningkatan pembiayaan tersebut diluar

Page 22: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

9

pengecualian dimana petani dibebaskan dari iuran irigasi untuk mengalirkan air ke

jaringan tersier melalui jaringan primer dan sekunder. Pada tahun 2012, anggaran

untuk infrastruktur irigasi sebesar Rp.2,2 trilyun yang meningkat menjadi Rp.3,8

trilyun tahun 2013.

Peningkatan subsidi untuk berbagai macam sarana produksi telah disampaikan

untuk mendorong peningkatan produksi dan pencapaian target swasembada.

Sebagai contoh, di akhir tahun 2014 Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan

langsung kepada petani padi di 13 propinsi, yang berjumlah Rp.2 trilyun. Anggaran

tersebut digunakan untuk membiayai pembelian 7 800 traktor tangan, 3 000 pompa

air, 100 alat tanam, selain subsidi pupuk dan benih. Tambahan 6 100 traktor tangan

dan 2 328 pompa air telah dijanjikan sebagai bagian dari dukungan kepada propinsi-

propinsi sentra produksi padi. Secara keseluruhan, subsidi pupuk tetap merupakan

kebijakan terpenting dalam kerangka dukungan pemerintah terhadap sektor

pertanian. Pada tahun 2013, anggaran subsidi pupuk mencapai Rp.17,6 trilyun atau

41% dari total nilai dukungan terhadap sektor pertanian (dukungan langsung kepada

petani dan sektor pertanian secara umum, seperti diukur dari General Services

Support Estimate, GSSE).

Pada bulan September 2014, DPR menyetujui perubahan UU Perkebunan yang

mengatur kepemilikan asing terhadap perusahaan perkebunan. Pada awalnya UU

tidak mengatur batas kepemilikan saham asing secara spesifik, UU yang baru

menetapkan bahwa pengaturan kepemilikan saham asing menjadi kewenangan

kewenangan menurut kasus per kasus berdasarkan jenis tanaman, ukuran

perusahaan, dan interest nasional serta petani. Pada tahun 2013 pemerintah

mengecualikan penerapan PPN untuk komoditas perkebunan, beberapa komoditas

pangan, tanaman hias dan produk kayu yang dijual di pasar dalam negeri.

3.1.2. Kebijakan Perdagangan

Pemerintah membatasi impor beberapa komoditas pertanian strategis

(komoditas yang masuk dalam target swasembada) dan memungut pajak ekspor

terhadap beberapa komoditas, seperti CPO dan kakao. Untuk CPO, dihadapkan

Page 23: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

10

dengan menurunnya harga CPO di pasar dunia pemerintah menurunkan pajak ekspor

dari 15% tahun 2013 menjadi 9%, dan mengikuti langkah yang dilakukan Malaysia,

sementara menangguhkan penerapan pajak ekspor sejak bulan Oktober 2014.

Skema penerapan pajak ekspor yang serupa tetapi lebih sederhana telah diterapkan

pula untuk biji kakao sejak bulan April 2010 dengan skala yang progresif sesuai

harga pasar kakao dunia yang berlaku di New York. Pajak ekspor bervariasi sekitar

5-15% sejak pertama kali diterapkan dan pada tahun 2014-2015 pajak ekspor sekitar

10% berhubung rendahnya harga kakao di pasar dunia.

Sejak tahun 2008 setiap importir harus terdaftar sebagai importir terdaftar

yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan untuk mengimpor produk olahan dari

daging, serealia, gula, dan kakao. Pembatasan serupa berlaku juga untuk impor

ternak dan produk ternak pada tahun 2011. Sejalan dengan peraturan Menteri

Perdagangan tentang impor dan ekspor ternak dan produk ternak yang diterbitkan

tahun 2011, impor produk-produk tersebut hanya bisa dilakukan bila produksi dalam

negeri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada tingkat harga

yang terjangkau. Pada tahun 2014, pemerintah lebih memperketat aturan impor

beras setelah menemukan beras impor ilegal di pasar lokal.

Sebagai bagian dari kebijakan pemerintah dalam produksi dan harga kedele

(insentif produksi dan stabilisasi harga bagi konsumen), pada tahun 2013 telah

dilakukan beberapa langkah untuk mengatur impor kedele. Impor hanya bisa

dilakukan oleh BULOG, BUMN lain, koperasi dan perusahaan swasta yang

berpartisipasi dalam program harga jual grosir yang tetap.

Indonesia tetap mempertahankan sistem kuota untuk impor daging sebagai

bagian dari target swasembada untuk komoditas tersebut. Kuota impor ditetapkan

setiap tahun untuk sapi bakalan, dan daging beku (boxed beef) secara terpisah

berdasarkan perkiraan selisih antara permintaan dan penawaran. Menghadapi

tingginya harga daging di pasar domestik, sejak 27 September 2013 BULOG

mendapat ijin untuk mengimpor daging dalam rangka stabilisasi harga. Kebijakan ini

jugamengecualikan BULOG dari persyaratan sebagai importir terdaftar. Harga tinggi

Page 24: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

11

menyebabkan peningkatan kuota impor daging maupun sapi bakalan. Tetapi kuota

impor sapi bakalan kuartal I 2015 menunjukkan penurunan dari 133 507 ekor kuartal

I 2014 menjadi 100 000. Kuota tersebut terus dikurangi sehingga menjadi hanya 50

000 ekor yang langsung berdampak pada akselerasi harga daging dalam negeri dari

Rp.80 000/kg menjadi Rp.130 000/kg bulan Agustus 2015.

Peningkatan harga daging dipicu juga oleh kebijakan pelarangan impor

jagung dalam rangka melindungi petani jagung dalam negeri. Sebagai respon

terhadap permasalahan tersebut pemerintah telah menyetujui peningkatan kuota

impor sapi bakalan menjadi 250 000-300 000 pada kuartal III 2015.

Pada tanggal 14 Oktober 2014, pemerintah menerbitkan UU No.41/2014

sebagai revisi dari UU No.18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. UU

baru memungkinkan impor daging dari suatu zona yang telah ditetapkan bebas dari

penyakit menular seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), merubah dari UU lama

yang lebih ketat, yang hanya memperbolehkan impor dari negara yang bebas

penyakit menular. Dengan UU yang baru, impor daging dari negara yang memiliki

zona bebas penyakit seperti Brazil dan India sedang dipertimbangkan, dengan tetap

disertai prosedur karantina yang memadai.

3.2. Besaran dan Komposisi Dukungan Terhadap Sektor Pertanian 3.2.1. Perkembangan APBN Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan

Kegagalan di pasar input pertanian biasa terjadi di negara berkembang dan

merupakan kendala utama dalam upaya meningkatkan produktivitas. Petani di

Indonesia menghadapi permasalahan harga output pertanian yang rendah dan

fluktuatif, harga pupuk yang tinggi, rendahnya akses terhadap permodalan dan

terbatasnya pengetahuan. Dalam kondisi rendahnya input dan output, subsidi input

produksi dapat sangat berperan dalam meningkatkan penggunaan pupuk dan

produktivitas pertanian. Namun demikian tidak merepresentasikan opsi kebijakan

yang dapat dilakukan dalam jangka panjang, karena hal itu tidak memecahkan akar

permasalahan dari rendahnya produktivitas pertanian.

Page 25: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

12

Tabel 3 menunjukkan perkembangan anggaran subsidi pemerintah. Tampak

bahwa subsidi pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan naik dari Rp 20,2

triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 23,3 triliun pada 2012, namun kemudian terus

menurun sampai Rp 19,5 triliun tahun 2014 dan meningkat lagi pada tahun 2015

menjadi sebesar Rp 43 triliun, atau meningkat rata-rata 16,3% per tahun selama

periode 2011-2015.

Tabel 3. Anggaran Kedaulatan Pangan, 2011-2016 (Triliun rupiah) Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Trend

((%) I. Kementerian Negara/Lembaga 20,2 23,3 22,2 19,5 43,0 16,3

(%) 35,0 36,4 34,4 28,6 36,4

1. Kementerian Pertanian 16,0 18,2 15,9 13,6 32,8 15,0

2. Kementerian PU dan PERA 4,2 5,1 6,3 5,9 10,2 20,2

II. Non-Kementerian/Lembaga 37,5 40,8 42,4 48,7 75,0 17,0

(%) 65,0 63,6 65,6 71,4 63,6

1. Subsidi 32,9 33,2 38,3 40,8 59,3 14,8

(%) 57,0 51,8 59,3 59,8 50,3

a. Subsidi Pangan 16,5 19,1 20,3 18,2 18,9 2,1

b.Subsidi Pupuk 16,3 14,0 17,6 21,0 39,5 24,6

c. Subsidi Benih 0,1 0,1 0,4 1,6 0.9 50,0

2. Belanja Lain-lain 1,5 4,4 3,0 3,5

(%) 2,6 6,9 4,4 3,0

a. Cadangan Beras Pemerintah 1,0 2,0 1,0 1,5

b. Cadangan Stabilitas Harga Pangan

Cadangan Stabilitas Harga Pangan

1,4 2,0 2,0

c. Cadangan Benih Nasional 0,5 0,3

d. Cadangan Ketahanan Pangan 0,7

3. Transfer ke Daerah (DAK) 3,1 3,2 4,1 4,9 12,2 36,2

(%) 5,4 5,0 6,4 7,2 10,3

a. DAK Irigasi 1,3 1,3 1,6 2,3 5,5 39,2

b. DAK Pertanian 1,8 1,9 2,5 2,6 6,7 33,9

Total 57,7 64,1 64,6 68,2 118,0 16,7

Sumber: Ditjen Anggaran-Kemenkeu (diolah)

Persentase anggaran untuk mencapai kedaulatan pangan yang disalurkan

melalui Kementerian Negara/Lembaga mencapai 35,0% dari total anggaran (Rp. 20,2

triliun) pada 2011 naik menjadi 36,4% (Rp 23 triliun) pada 2012 kemudian

menunjukkan penurunan menjadi hanya 28,6% pada tahun2014, namun kemudian

naik menjadi 36,4 persen pada tahun 2015. Kecenderungan yang sama ditunjukkan

oleh persentase anggaran melalui Kementerian Negara/Lembaga. Persentase

Page 26: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

13

anggaran kedaulatan pangan yang disalurkan melalui Kementerian Pertanian naik

dari Rp 16 triliun tahun 2011 menjadi Rp 18,2 triliun tahun 2012, namun kemudian

terus menurun menjadi hanya Rp 13,6 triliun pada 2014 dan kemudian meningkat

drastis menjadi Rp 32,8 triliun atau meningkat dengan laju pertumbuhan sekitar

15,0%/tahun selama 2011-2015.

Persentase anggaran untuk subsidi mencapai 57,0% dari total anggaran

kedaulatan pangan pada 2011 meningkat sampai 59,8% tahun 2014 dan turun lagi

menjadi 50,3% pada tahun 2015. Subsidi kedaulatan pangan terdiri dari subsidi

pangan, pupuk dan benih. Subsidi pangan selama periode 2011-2013 tampak

meningkat dari Rp 16,5 triliun menjadi Rp 20,30 triliun, namun kemudian menurun

menjadi Rp 18,2 triliun pada 2014. Selain subsidi pangan, subsidi lainnya yang

sangat besar nilainya adalah subsidi pupuk yang mencapai Rp 39,5 triliun pada tahun

2015.

Anggaran kedaulatan pangan yang terkait dengan belanja lain terdiri dari

cadangan beras pemerintah, stabilitas harga pangan, cadangan benih nasional dan

ketahanan pangan. Namun, belanja lain ini tidak dianggarkan oleh pemerintah pada

tahun 2013. Anggaran kedaulatan pangan untuk cadangan ketahanan pangan hanya

dianggarkan pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp 0,7 triliun.

Sementara anggaran kedaulatan pangan yang ditransfer ke daerah (DAK)

adalah untuk irigasi dan pertanian yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke

waktu selama 2011-2015. DAK untuk irigasi meningkat dari Rp 1,3 triliun pada 2011

menjadi Rp 5,5 triliun pada 2015 atau meningkat rata-rata sebesar 39,2 %/tahun

selama 2011-2015, sedang DAK untuk pertanian meningkat dari Rp 1,8 triliun tahun

2011 menjadi Rp 6,7 triliun pada tahun 2015 atau meningkat rata-rata sebesar 33,9

%/tahun selama 2011-2015.

3.2.2. Dukungan Langsung Kepada Petani

Kerangka kebijakan pembangunan pertanian Indonesia ditujukan untuk

membangun ketahanan pangan nasional dengan memberlakukan Undang-undang

Pangan yang baru di Tahun 2012. UU No. 18 Tahun 2012 mengamanatka bahwa

penyelenggaraan pagnan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang

Page 27: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

14

memberikan manfaat secara adil, merata dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan

pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan nasional.

Hal terpenting dari UU No. 18 Tahun 2012 ini disebutkan bahwa

penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memproduksi

pangan secara mandiri, menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi

persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi konsumsi masyarakat, mewujudkan

tingkat kecukupan pangan, terutama bahan pokok dengan harga yang wajar dan

terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tujuan penting lainnya juga

meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya ikan dan pelaku

usaha pangan dan melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya pangan

nasional.

Implementasi dari UU Pangan No. 18 Tahun 2012 diterjemahkan dalam

pencapaian kebijakan swasembada padi, jagung, kedelai, gula dan daging sapi.

Pencanangan kebijakan ini berdampak sangat signifikan terhadap peningkatan

bantuan (support) langsung kepada petani. Bantuan diberikan dalam bentuk subsidi

pupuk, benih dan alat mesin pertanian. Dampak dari kebijakan swasembada pangan

ini adalah terjadinya peningkatan bantuan langsung kepada petani (Producer’s

Support Estimate).

Bantuan langsung kepada petani (Producer’s Support Estimate, PSE) terdiri atas

dua komponen. Pertama, bantuan dalam bentuk perlindungan harga melalui

penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan pembatasan impor. Kedua,

bantuan dalam bentuk transfer anggaran kepada petani melalui subsidi input,

terutama pupuk dan benih/bibit. Peningkatan perlindungan harga yang signifikan ini

ditunjukkan oleh nilai rata-rata PSE sektor pertanian yang meningkat dari Rp. 2,1

trilyun pada periode 1995–1997 menjadi Rp. 348,5 trilyun selama kurun waktu 2013

– 2015. Selama tiga tahun terakhir, bantuan langsung kepada petani yang diberikan

meningkat sebesar 25 persen setiap tahunnya, seperti yang terlihat dari Tabel 3.

Sebagian besar dari dukungan tersebut berupa perlindungan harga yang

mencapai 58,1 % tahun 1995-1997 dan melonjak menjadi 84,4 % tahun 2013-2015.

Page 28: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

15

Hal ini menunjukkan semakin besarnya intervensi harga komoditas di tingkat

produsen untuk memberikan insentif produksi yang lebih tinggi.

Dari sisi transfer anggaran pemerintah (bersumber dari pembayar pajak)

meliputi beberapa komponen, yaitu: (a) transfer atas penggunaan input, baik input

variabel (subsidi pupuk dan benih/bibit) maupun input tetap (bantuan alat dan mesin

pertanian); (b) transfer berupa pelayanan di tingkat usahatani, terutama

penyuluhan; dan (c) transfer pemerintah yang berdasarkan luas areal tanam,

terutama dalam rangka bantuan bencana alam. Namun demikian, dari berbagai

jenis transfer anggaran tersebut yang paling besar adalah transfer untuk

penggunaan input variabel (terutama subsidi pupuk) yang nilainya meningkat dari

Rp. Rp.429,6 milyar tahun 1995-1997 menjadi Rp.26,0 trilyun tahun 2013-2015.

Selama kurun waktu 3 tahun, subsidi pupuk meningkat mendekati 25,6 %/tahun dan

di tahun 2015 nilainya mencapai lebih dari Rp.40,9 trilyun.

3.2.3. Total Bantuan Langsung Kepada Sektor Pertanian (Total Support Estimate, TSE)

Selain dukungan yang langsung ditujukan kepada petani (PSE) ada

beberapa instrumen dukungan pemerintah untuk sektor pertanian secara

keseluruhan, yang dibedakan atas: (a) bantuan pelayanan umum (General Services

Support Estimate, GSSE), nilai besaran GSSE dinyatakan dalam satuan persentase

terhadap TSE; dan (b) transfer pemerintah kepada konsumen. Bantuan pelayanan

umum (GSSE) di bedakan atas: a) Teknologi dan sistem inovasi, didalamnya

mencakup beragam kegiatan penelitian dan pengembangan di sektor pertanian dan

pembiayaan transfer teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian, universitas

dan pihak swasta kepada para petani; b) Inspeksi dan pengawasan, didalamnya

mencakup pengeluaran pemerintah terkait aspek keamanan pangan dan

pengendalian hama dan penyakit tanaman; c) Pembangunan dan pemeliharaan

(rehabilitasi) infrastruktur, didalamnya mencakup pembangunan jaringan irigasi,

pendirian gudang, pembangunan kelembagaan pengguna infrastruktur pertanian dan

pengeluaran untuk restrukturisasi lahan; d) pemasaran dan promosi; serta e) biaya

cadangan pangan pemerintah yang dikelola BULOG. Sementara komponen transfer

Page 29: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

16

yang dijadikan bagian perhitungan besarnya dukungan pemerintah terhadap sektor

pertanian adalah transfer dari konsumen dan transfer dari pembayar pajak.

Peningkatan bantuan langsung kepada petani (PSE) sangat mempengaruhi

besarnya total bantuan pemerintah yang dialokasikan untuk sektor pertanian. Sektor

pertanian memegang peranan yang cukup signifikan didalam perekonomian nasional,

sehingga dampak peningkatan PSE menjadikan Indonesia menjadi negara penerima

bantuan total terhadap sektor pertanian terbesar dari 23 negara yang dianalisa

dalam laporan Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Pertanian yang diterbitkan oleh

OECD di tahun 2016. Sementara bantuan atau dukungan yang bersifat pelayanan

umum (GSSE) memiliki pangsa yang minimal, di tahun 2013-2015 pangsanya hanya

mencapai 5,2 persen dari total support estimate (TSE).

Nilai GSSE meningkat dari Rp.1,1 trilyun tahun 1995-1997 menjadi Rp.22

trilyun pada tahun 2013-2015 (5,2% dari TSE). Komponen terbesar dari kelompok

pengeluaran tersebut adalah biaya untuk pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur

yang mencapai 72,8% tahun 1995-1997 dan 76,5% tahun 2013-2015.

Kebijakan perlindungan harga komoditas pertanian (terutama untuk bahan

pangan pokok) membawa konsekuensi transfer dari konsumen kepada produsen.

Dalam besaran yang lebih kecil sebagian konsumen (terutama penduduk miskin)

juga menerima transfer dari pemerintah melalui program RASKIN. Dengan

komposisi tersebut, nilai dukungan kepada konsumen mencapai Rp.-2,4 trilyun tahun

1995-1997 dan meningkat signifikan menjadi Rp.-387.7 trilyun tahun 2013-2015.

Secera keseluruhan, nilai total dukungan kepada sektor pertanian (TSE)

meningkat dari Rp.4,1 trilyun tahun 1995-1997 menjadi Rp.423.2 trilyun tahun 2013-

2015 atau meningkat 100 kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun. Pada tahun 2015

nilai TSE mencapai Rp.529.9 trilyun. Komponen utama dari TSE tersebut adalah

transfer dari konsumen. Hal ini berarti konsumen membayar harga komoditas jauh

lebih tinggi dari harga di perbatasan.

Page 30: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

17

3.3. Analisis Indikator Dukungan Terhadap Sektor Pertanian

Sub bab berikut ini akan membahas analisa bantuan atau dukungan terhadap

sektor pertanian antar negara-negara yang dianalisis dalam laporan “Agricultural

Policy Monitoring and Evaluation” (2016) dengan menggunakan indikator yang sama

antar negara. Analisa dimulai dengan membandingkan total bantuan yang

disalurkan untuk sektor pertanian dan nilainya relatif terhadap GDP dan nilai tambah

sektor pertanian. Penilaian berikut ini mempertimbangkan komponen utama

penentu besarnya total dukungan, dengan turut mendiskusikan besarnya nilai

transfer yang diberikan kepada produsen yang diukur dari besarnya persentase PSE.

Page 31: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

18

Tabel 4. Besaran dan komposisi Dukungan (Support) di sektor pertanian, 1995-1997 dan 2013-2015 (Rp. Juta)

Uraian 1995-1997 2013-2015 2013 2014 2015

1.Producer Support Estimate (PSE) 78 785 517 1 310 545 924 1 242 333 736 1 282 746 686 1 406 557 350

a.Perlindungan harga1) 2 140 286 348 536 563 258 739 919 346 595 459 440 274 309

b.Transfer atas penggunaan input: 769 754 32 013 831 24 532 409 30 602 570 40 906 513

Input variabel2) 429 579 26 045 066 19 798 916 23 523 189 34 813 093

Input tetap3) 310 214 5 649 921 4 636 261 6 977 732 5 335 770

c.Transfer pelayanan usahatani4) 29 961 318 843 97 232 101 649 757 650

d.Transfer menurut luas areal5) 6 664 595 430 482 947 1 000 000 303 342

Total nilai produksi pertanian 82 758 356 1 500 805 695 1 365 194 458 1 524 403 609 1 612 819 018

% PSE terhadap nilai produksi 3,6 24,6 20,4 24,3 29,1

2. Dukungan pelayanan umum (GSSE): 1 140 356 22 001 525 18 408 549 20 183 854 27 412 174

a.Sistim inovasi pertanian 248 204 2 454 514 2 371 251 2 200 154 2 792 138

b.Inspeksi dan pengawasan 59 838 678 452 736 876 587 483 710 998

c.Pembangunan dan rehab. infrastruktur 829 971 16 842 306 12 851 822 14 749 051 22 926 044

d.Pemasaran dan promosi 1 884 244 211 183 768 167 287 381 579

e.Cadangan pangan pemerintah 0 1 734 568 2 206 013 2 433 247 564 445

f.Lain-lain 459 47 474 58 820 46 632 36 969

3. Consumer Support Estimate (CSE) -2 504 026 -390 091 329 -313 529 318 -380 145 718 -476 598 951

a.Transfer dari konsumen ke produsen 6) -2 490 741 -387 687 989 -299 168 018 -383 000 831 -480 895 117

b.Transfer lain dari konsumen -26 503 -34 228 186 -41 385 623 -30 547 344 -30 751 590

c.Transfer ke konsumen 7) 50 433 20 034 504 20 310 112 18 800 000 20 993 400

d.Kelebihan biaya pakan -37 216 11 790 342 6 714 211 14 602 458 14 054 356

Page 32: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

19

% CSE terhadap nilai produksi -3,3 -30,0 -25,7 -30,1 -34,4

4.Total Support Estimate (TSE) 4 107 493 423 181 852 322 473 935 417 181 883 529 889 738

a.Transfer dari konsumen 2 517 244 421 916 175 340 553 641 413 548 176 511 646 707

b.Transfer dari pembayar pajak 1 616 752 35 493 863 23 305 917 34 181 052 48 994 621

c.Penerimaan pemerintah -26 503 -34 228 186 -41 385 623 -30 547 344 -30 751 590

% TSE terhadap PDB 0,8 4,0 3,4 4,0 4,6

Keterangan:

1) Penetapan HPP dan pembatasan impor yang menyebabkan harga domestik lebih tinggi dari harga di perbatasan 2) Terutama subsidi/bantuan pupuk dan benih/bibit

3) Bantuan peralatan budidaya, panen dan pasa panen 4) Biaya penyuluhan, pemeriksaan dan sertifikasi 5) Terutama bantuan bencana alam dan serangan hama/penyakit

6) Konsumen membayar harga yang lebih tinggi dari harga pasar 7) Dalam bentuk dana RASKIN

Page 33: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

20

3.3.1. Total Support Estimate (TSE)

Nilai TSE sektor pertanian Indonesia (% terhadap PDB) meningkat secara

signifikan dari 0,8% tahun 1995-1997 menjadi 4,0 % tahun 2013-2015.

Gambar 1. Pangsa Nilai Tambah Pertanian dan TSE tahun 1995-1997 dan 2013-2015 (Sumber : OECD, 2016)

Gambar berikut ini menunjukkan pangsa nilai tambah yang dihasilkan oleh

negara Tiongkok meningkat dari 18 % pada tahun 1995-1997 menjadi 42 % di

tahun 2013-2015. Sementara negara-negara emerging economies seperti Brazil,

Rusia dan Indonesia juga menunjukkan peningkatan pangsa nilai tambah sektor

pertanian terhadap total GDP. Indikator yang sama menunjukan penuruan nilai

tambah sektor pertanian di beberapa negara-negara maju seperti Uni Eropa,

Amerika Serikat dan Jepang. Untuk Uni Eropa besarnya nilai tambah pertanian

menurun dari 27% menjadi 13% sementara Amerika Serikat juga mengalami

penurunan dari 15% di tahun 1995-1997 menjadi kurang dari 10% di tahun 2013-

2015.

Peningkatan nilai bantuan atau dukungan total terhadap sektor pertanian di

Tiongkok, disebabkan oleh meningkatnya peran sektor pertanian didalam

pertumbuhan ekonomi Tiongkok baik dari sisi kuantitas maupun nilai. Pangsa nilai

Page 34: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

21

tambah sektor pertanian meningkat dari 3 % di pertengahan tahun 1990-an

menjadi lebih dari 44 % di tahun 2013-2015.

Gambar-gambar berikut ini menunjukkan besarnya TSE yang diukur dalam

bentuk pangsanya terhadap GDP (persentase) dan rasio relatif terhadap nilai

tambah sektor pertanian.

Pangsa besaran TSE terhadap GDP (%)

Disaat hampir sebagian besar negara-negara pada gambar diatas

mengalami trend penurunan TSE terhadap total GDP negaranya, Tiongkok dan

Indonesia menunjukkan arah yang berlawanan. Gambar diagram diatas

mendudukan Indonesia sebagai negara dengan nilai TSE tertinggi dibandingkan

negara-negara lainnya bahkan terhadap Tiongkok sekalipun. Kondisi ini tentu saja

berdampak terhadap keputusan pembangunan ekonomi yang dicanangkan oleh

Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Dengan kata lain selama kurun waktu 2013-

2015 telah terjadi transfer yang cukup besar dari konsumen dan para pembayar

pajak terhadap sektor pertanian. Di dalam negeri kondisi ini didukung oleh alokasi

APBN yang meningkat secara signifikan bagi Kementerian Pertanian. Dengan nilai

TSE yang tertinggi, kontribusi pertanian dalam PDB nasional yang tidak sebesar

sektor industri dan jasa, maka hal yang perlu dicatat adalah nilai dukungan

terhadap sektor pertanian menjadi beban yang relatif besar terhadap ekonomi

Indonesia secara keseluruhan.

Page 35: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

22

Gambar 2. Pangsa TSE terhadap GDP menurut negara, tahun 1995-1997 dan 2013-2015 (Sumber : OECD, 2016)

Sebaliknya bagi negara-negara maju seperti anggota OECD, walaupun

secara absolut nilai dukungan pertanian cukup besar namun secara relatif

dibanding nilai PDB negara-negara tersebut relatif kecil. Secara agregat,

persentase TSE terhadap nilai GDP mengalami penurunan dari 1,5 persen di tahun

1995-1997 menjadi kurang dari 0,7 persen pada tahun 2013-2015. Negara-

negara dengan nilai TSE yang cukup tinggi di masa lampau, secara berkala

berupaya mengurangi nilai TSEnya. Korea, Turki, Swis dan Meksiko merupakan

contoh negara-negara yang telah menerapkan kebijakan tersebut. Negara-negara

yang memiliki TSE kurang dari 2 persen adalah Turki, Korea, Swiss, Islandia and

Jepang.

Rasio TSE relatif terhadap Nilai Tambah Sektor Pertanian

Jika uraian sebelumnya sangat bagus untuk mengilustrasikan beban bantuan

total terhadap sektor pertanian terhadap perekonomian suatu negara, uraian

berikut ini akan membahas besarnya bantuan atau dukungan relatif terhadap

Page 36: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

23

besarnya nilai tambah sektor pertanian di suatu negara. Secara keseluruhan nilai

rasio ini berkisar antara 0,1 dan 0,3 dan hanya 5 negara yang mengalokasikan

bantuan sangat kecil (kurang dari 0,06) untuk sektor pertaniannya dibandingkan

nilai tambah yang dihasilkan. Negara-negara tersebut adalah Vietnam, Brazil,

Chili, Selandia Baru dan Australia.

Gambar 3. Rasio TSE terhadap Nilai Tambah Pertanian menurut negara, tahun

1995-1997 dan 2013-2015 (Sumber : OECD, 2016)

Komposisi TSE

Total bantuan terhadap sektor pertanian atau Total Support Estimate (TSE)

memiliki komposisi sebagai berikut: bantuan langsung kepada petani (PSE),

bantuan pelayanan umum (GSSE) dan transfer dari wajib pajak kepada petani

sebagai bagian dari bantuan langsung kepada konsumen (CSE). Di banyak negara

kontribusi PSE mendominasi besaran TSE, rata-rata nilainya mencapai 80 persen

Page 37: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

24

dari TSE, namun demikian komposisi ini tidak berlaku untuk Amerika Serikat.

Bantuan ke konsumen diberikan melalui program Supplemental Nutrition

Assistance Program (SNAP) sebelumnya dikenal dengan istilah “food stamps” dan

beragam bantuan pangan lainnya, bantuan ini berkontribusi lebih dari 50 % dari

nilai TSE. Sedangkan bantuan pelayanan umum (GSSE) memegang kontribusi

cukup tinggi di Vietnam, Selandia Baru dan Australia dengan nilai proporsi

mendekati 50 persen dari nilai TSE.

Gambar 4. Komposisi TSE menurut negara, tahun 1995-1997 dan 2013-2015 (Sumber : OECD, 2016)

Nilai persentase TSE yang tinggi pada umumnya diasosiasikan dengan

tingginya bantuan langsung kepada petani (PSE). Salah satu bentuk bantuan

yang diberikan adalah subsidi harga yang memberikan ruang kepada negara untuk

menyalurkan bantuan langsung kepada petani dengan jumlah bantuan yang tidak

terbatas.

Pada umumnya, hampir seperenam dari pendapatan kotor yang diterima

petani didapatkan dari bantuan atau subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Page 38: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

25

3.3.2. Produser Support Estimate (PSE)

Nilai PSE sektor pertanian dalam periode tahun 1995-2014 berfluktuasi

tergantung pada rasio antara harga komoditas di pasar domestik dengan harga di

pasar internasional (Gambar 5). Namun demikian, secara umum nilai PSE

menunjukkan trend peningkatan dari 3,6% tahun 1995-1997 menjadi 24,6%

tahun 2013-2015. Artinya sekitar 24,6% dari nilai produksi pertanian adalah

transfer dari pembayar pajak dan konsumen. Dukungan tersebut sebagian besar

diberikan dalam bentuk perlindungan harga dan subsidi input (terutama subsidi

pupuk).

Gambar 5. Perkembangan dan komposisi PSE Indonesia, 1995-2015 Sumber: OECD (2016)

Perbandingan nilai PSE antar negara menunjukkan bahwa PSE sektor

pertanian Indonesia tahun 2013-2015 lebih tinggi dari Tiongkok sebesar 20,1%,

Uni Eropa (19,0) dan rata-rata negara OECD (17,4%). Lima negara yang

memiliki nilai PSE tertinggi pada tahun 2013-2015 adalah Norwegia (59,7%), Swis

(55,7%), Jepang (48,2%), Korea (49,7%) dan Islandia (49,1). Sebaliknya lima

negara yang memiliki nilai PSE terkecil tahun 2013-2015 adalah: Ukraina (-6,3%),

Selandia Baru (0,7%), Australia (1,6%), Afrika Selatan (3,1%) dan Chile (3,2%).

Page 39: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

26

Dalam jangka panjang di kebanyakan negara yang dianalisis, nilai PSE

menunjukkan penurunan, sementara di beberapa negara (terutama Brazil,

Indonesia, Kazakstan dan Tiongkok) dukungan terhadap pertanian (% PSE)

cenderung meningkat. Ukraina adalah satu-satunya negara yang masih

menerapkan kebijakan yang bersifat menarik pajak terhadap sektor pertanian,

sehingga nilai PSE tahun 2013-2015 negatif.

Negara-negara seperti Australia dan Selandia baru yang dikenal sebagai

produsen dan eksportir produk pertanian yang kompetitif ternyata memperoleh

dukungan pemerintah yang relatif kecil. Keunggulan mereka terletak pada sistem

inovasi, infrastruktur yang memadai dan iklim usaha yang kondusif.

Selain besarannya, komposisi PSE juga penting mengingat dampaknya

akan berbeda terhadap sektor pertanian. Dukungan tersebut dapat berupa

perlindungan harga, transfer secara langsung kepada petani, atau bentuk

dukungan lainnya. Di beberapa negara seperti Jepang, Korea, Indonesia, Israel,

Turki, Kolombia, Tiongkok, Kazakhstan dan Islandia dukungan terutama diberikan

dalam bentuk perlindungan harga dan subsidi yang terkait dengan output.

Besarnya dukungan tersebut mencapai lebih 70% dari total PSE pada tahun 2013-

2015 (Gambar 6).

Gambar 6. Komposisi PSE menurut negara, 2013-2015 (% thd GDP)

Sumber: OECD (2016), “Producer and Consumer Support Estimates”, OECD Agriculture Statistics (database), http://dx.doi.org/10.1787/agr-pcse-data-en.

Page 40: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

27

3.3.3. Nominal Protection Coeficient (NPC) untuk Produsen

NPC menunjukkan perbandingan harga di dalam negeri dibandingkan harga

di pasar dunia. Dari Gambar 7 terlihat bahwa hanya Australia, Chile, Vietnam,

Selandia Baru dan Brazil yang harga komoditasnya terkait sangat dekat dengan

harga di perbatasan. Untuk negara-negara lainnya, harga di dalam negeri

umumnya lebih tinggi dari harga di pasar dunia, kecuali di Ukrania yang

menunjukkan harga domestik lebih rendah dibanding harga perbatasan. Di

banyak negara, perbedaan harga domestik dan harga pasar dunia menurun secara

drastis terutama di negara-negara yang memiliki NPC tinggi seperti Korea,

Norwegia, Jepang, Islandia dan Swiss. Di pihak lain, NPC di Indonesia meningkat

tajam dari 1,03 tahun 1995-1997 menjadi 1,32 tahun 2013-2015. Pada tahun

2015, NPC bahkan mencapai 1,40. Hal yang sama juga terjadi di Tiongkok dimana

NPC meningkat dari 1,0 menjadi menjadi 1,21 pada periode yang sama.

Gambar 7. Nominal Protection Coefficient (NPC) menurut negara, 1995-97 dan 2013-15 (Sumber: OECD, 2016)

Page 41: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

28

3.3.4. Single Commodity Transfer (SCT)

Dukungan terhadap komoditas berdasarkan sinyal pasar terhadap

keputusan produsen mengakibatkan fleksibilitas petani dapam pilihan produksi.

Rata-rata SCT mengalami penurunan 15 % menjadi 12 % sejak pertengahan

1990-an. Dari Gambar 8 ditunjukkan terjadi penurunan drastis untuk komoditas

susu dan daging domba antara tahun 1995-1997 dan 2013-2015. Pangsa dalam

SCT untuk barley, wool, dan telur adalah yang terendah. Sedangkan komoditas

beras/padi dan gula memperoleh nilai dukungan yang terbesar.

Gambar 8. Pangsa SCT seluruh negara, 1995-1997 dan 2013-2015

(Sumber : OECD, 2016)

Page 42: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

29

3.4. Persepsi Petani dan Stakeholder Terhadap Dukungan pada Sektor Pertanian

3.4.1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur

Pada tahun 2016 BPTP Jawa Timur memberikan dukungan program

pembangunan pertanian yang sedang membuat kanal atau saluran air irigasi

temuan khususnya dari petani padi yang disebut Inovasi Teknologi Hazton,

mungkin juga bisa terjadi pada komoditi yang lain. Temuan teknologi ini diakui,

bisa meningkatkan produksi padi secara spesifik lokasi”. Produktivitas bisa

mencapai 12 ton GKP/ha, bahkan lebih namun dibawa 15 ton/ha. Dengan catatan

petani berkomitmen dan serius menerapkan teknologi yang direkomendasikan.

Intinya program tersebut tidak perlu menyediakan benih padi 10 kali lipat (20-30

bibit per lubang tanam), seperti budidaya usahatani konvensional. Apabila rata-

rata kebutuhan benih padi untuk tanam tegel 25 kg/ha atau sekitar 30 kg/ha

untuk jajar legowo, maka pada teknologi Hazton, petani harus menyediakan benih

minimal 200 kg/ha, bahkan lebih.

Teknologi Hazton sebagai “Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi” adalah suatu

strategi yang dilakukan untuk menampung hasil-hasil temuan para petani, swasta

di luar hasil Badan Litbang Pertanian. Tujuannya adalah agar supaya aliran

inovasi yang datang dari “luar” dapat berjalan lancar, terarah dan terkendali

dalam alur kanal yang telah dibuat oleh Badan Litbang Pertanian. Hal ini serupa

dengan kasus yang sama dengan Teknologi Salibu, yang diawali oleh petani

penemunya dari Sumatera. Semua aktivitas yang telah dilakukan oleh petani

tersebut, memiliki potensi besar yang patut dihargai. Mereka mampu menggali

kearifan lokal sebagai penelitian dasar.

Dalam tahun yang sama BPTP Jawa Timur juga memunculkan inovasi

teknologi Jarwo Super, VUB, Biodecomposer yang didesign dan dimasalkan melalui

Demfarm dengan luasan minimal 5 hektar bahkan sampai 10 hektar digelar di

lapangan dengan melibatkan petani. Dalam melaksanakan demfarm seluas 5-10

hektar, tidak hanya target produksi saja yang hendak dicapai sebagai hasil akhir.

Namun lebih dari itu, diharapkan pula dari hasil itu juga akan diperoleh produksi

Page 43: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

30

benih, sehingga siklus produksi dari musim tanam ke musim tanam berikutnya

akan berjalan terus secara berkesinambungan terjamin oleh ketersediaan benih

bermutu produksi Balitbangtan.

Bila Petani ingin sejahtera harus banyak memanfaatkan inovasi teknologi.

BPTP sebagai ujung tombak. Perlu dipahami bersama bahwa BPTP adalah

pengungkit percepatan adopsi inovasi, dan BPTP adalah pengungkit utama

penciptaan inovasi yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Kearifan lokal

merupakan sumberdaya yang perlu dikembangkan guna kemaslahatan petani.

Namun demikian, Balitbangtan perlu memperhitungkan dengan presisi tinggi agar

tidak ada lagi keragu-raguan dan kerugian dalam penerapan teknologi.

3.4.2. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang

Informasi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang bahwa

program bantuan pemerintah yang telah berjalan khususnya di kabupaten Malang,

yakni asuransi pertanian agar petani lebih mempunyai kepastian dalam berusaha.

Program asuransi tersebut adalah untuk mendorong petani meningkatkan

produktifitasnya dalam bertani, sehingga bisa diwujudkan dengan adanya

kepastian bahwa produk mereka tidak gagal penen serta harganya terjamin di

pasar. Kalau produksi melimpah tapi harga di pasar turun tajam maka bagi petani

dianggap kurang menguntungkan, untuk itulah, perlindungan bagi produksi

pertanian tidak hanya terkait dengan gagal dan tidaknya panen, yang lebih

penting terkait dengan harga di pasar. Dengan demikian, pemerintah perlu

menentukan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beberapa komoditas penting,

yang sudah ditetapkan pemerintah. Dengan adanya HPP tersebut, maka jika harga

komoditas masih di bawah HPP, perusahaan asuransi menanggung

kekurangannya. Peran pemerintah dalam hal ini membayar sebagian besar premi

asuransi pertanian, sebagian kecil lagi ditanggung petani sendiri. Model

perlindungan seperti itu, kata dia, lebih efektif daripada dengan skema bantuan

sarana produksi (saprodi) kepada petani.

Page 44: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

31

Bantuan saprodi sering tidak tepat sasaran dari sebaran penerima maupun

target penerima. Petani yang mampu justru bisa saja memperoleh bantuan

saprodi dengan berbagai cara.Terkait dengan kesediaan petani membayar premi,

dia optimsitis, petani akan mampu dan membayar premi dengan pertimbangan

program akan menguntungkan mereka dengan memberikan perlindungan atas

usaha tani.

Dengan melindungi komoditas pertanian lewat program asuransi setidaknya

petani akan bergairah untuk berusaha. Kegairahan petani pada gilirannya dapat

meningkatkan produktifitas pangan menuju kedaulatan pangan. Kalau petani tidak

khawatir harga komoditas anjlok maupun gagal panen, maka otomatis mereka

akan giat bercocok tanam.

Komoditas Hortikultura ( Buah dan Sayuran)

Untuk komoditas hortikultura harus dilindungi asuransi, dengan

dilindunginya produksi pertanian lewat asuransi, maka petani lebih tenang dalam

usahanya. Lahan pertanian holtikultura sangat rawan bencana karena berada di

bawah maupun di lereng gunung berapi. Sisi lain tanaman holtikultura sangat

rawan gagal panen karena faktor semburan debu akibat erupsi gunung berapi.

Yang menjadi pertanyaan, perusahaan asuransi mana yang bersedia menjual

produk perlindungan bagi tanaman holtikultura karena risikonya terlalu tinggi.

Program bantuan lainnya khususnya di kecamatan Kepanjen siap untuk

dijadikan Desa Organik sesuai dengan program Kementerian Pertanian untuk

memproduksi beberapa jenis pertanian seperti beras dan buah-buahan.

Pengembangan menjadikan desa-desa yang potensial menjadi Desa Organik

sebenarnya sudah ada, namun tantangannya memang tidak mudah. Persiapannya

tentunya dalam bentuk penyediaan petugas untuk membuat agen hayati di setiap

kecamatan. Hal ini sesuai moto dari Kementerian Pertanian tengah

mengembangkan sejumlah desa organik tahuh ini untuk memproduksi beberapa

komoditas seperti beras jenis khusus, dan buah-buahan.

Page 45: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

32

Beberapa desa di kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang sudah siap untuk

dijadikan sebagai Desa Organik, disitu sudah ditanam padi organik di lahan seluas

100 hektare. Dari sisi produktifitas lahan juga cukup bagus meskipun

menggunakan sistem pertanian organik. Per hektare lahan sawah mampu

menghasilan 7,5 ton. Namun bila dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia,

memang produksi lebih rendah. Dengan menggunakan sistem pertanian

konvensional terpadu, seperti menggukan pola tanam, jejer legowo, produksi padi

per hektare-nya bisa mencapai di atas 10 ton lebih.

Sisi lain keuntungan padi organik tentu sehat karena tidak menggunakan

bahan kimia baik pupuk maupun obat-obatan. Yang membuat petani masih

bertahan, karena panen bisa empat kali dalam setahun di samping harga beras

organik lebih mahal daripada beras konvensional. Untuk komoditas buah-buahan

seperti jeruk organik seluas 300 hektare.

Yang menjadi hambatan untuk membangun Desa Organik, yakni cara

berfikir petani yang menganggap bahwa bertani konvensional dengan

menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia lebih menguntungkan.Petani tidak

percaya bahwa dengan menggunakan pupuk dan obat-obatan organik tetap bisa

bisa meningkatkan produksi. Selain itu, harga dari produk pertanian lebih tinggi

bila dibandingkan produk pertanian konvensional.Karena itulah untuk merangsang

petani untuk menggunakan pola tanam organik, perlu terus adanya

pendampingan dari pemerintah. Selain itu perlu perluasan produk pertanian

organik, sehingga petani tidak khawatir, produk yang mereka hasilkan tidak dapat

diserap pasar. Secara konsep bagus, namun tantangannya tidak mudah.

Bantuan lainnya seperti alsintan terutama traktor tangan khususnya di

Kecamatan Kepanjen, mengeluhkan minimnya traktor tangan bantuan dari

pemerintah untuk petani setempat karena satu desa/kelurahan hanya ada satu

unit dan itupun sudah rusak. Mantri Tani Kecamatan Kepanjen, Kabupaten

Malang, mengatakan bahwa para petani yang ada di kecamatan itu masih

kekurangan jumlah traktor tangan untuk mengolah lahan pertanian di wilayah

Kepanjen yang mencapai 2.368 hektare. Bantuan traktor yang di terima selama ini

Page 46: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

33

adalah 'singkal' (seperti bajak), padahal lahan pertanian di Kepanjen tergolong

dalam, maka yang dibutuhkan adalah traktor tangan sejenis Rotari agar

pengolahan lahan pertanian sawah lebih mudah, bukan traktor tangan sejenis

singkal. Bahkan, traktor tangan bantuan pemerintah itupun sudah rusak, sehingga

menggunakan traktor tangan milik perorangan.

Dalam pelaksanaannya bahwa dari lahan pertanian di Kecamatan Kepanjen

seluas 2.368 hektare tersebut, 58 hektare diantaranya milik kelompok tani .

Dengan luas lahan tersebut, paling tidak dibutuhkan 3 hingga 4 traktor tangan lagi

yang terstandar agar tidak cepat rusak. Menanggapi keluhan petani tersebut,

Ketua KTNA pusat mengatakan tahun depan Kementerian Pertanian (Kementan)

memiliki program satu kelompok tani, satu traktor tangan. Oleh karena itu,

petugas penyuluh pertanian dan Manteri Tani di kota/kabupaten segera membuat

usulan ke Dinas Pertanian masing-masing agar pengajuan bantuan traktor tangan

itu segera diproses, sehingga tahun depan bisa direalisasi, sehingga hambatan

minimnya traktor di daerah ini bisa teratasi.

Kendala bagi petani masih minimnya bantuan traktor tangan, petani yang

tergabung dalam Kelompok Tani di Kecamatan Kepanjen itu juga mengeluhkan

hasil produksi kualitas beras kurang baik, karena benih padi yang dihasilkan masih

kualitas rendah. Hasil prosessing kedua jenis benih padi tersebut hancur dan itu

terjadi di hampir semua lokasi yang menanam kedua jenis benih tersebut. Hasil

panennya memang sangat bagus, tapi berasnya tidak seperti yang diharapkan.

Berasnya rusak (hancur). Oleh karena itu, lanjutnya, perlu ada terobosan agar

penelitian komoditas pangan ini tidak hanya diteliti berapa hasil panennya

(produktivitas) per hektare, ketahanan terhadap hama, proses penanaman hingga

panen, tetapi juga hasil akhirnya berupa beras, apakah hasilnya bagus atau

sebaliknya.

Alokasi penggunaan sumberdaya anggaran ini digunakan sebagai

pengukuran penyerapan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerja yang

telah dilaksanakan seperti pada Tabel 5. berikut.

Page 47: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

34

Tabel.5. Alokasi persasaran pembangunan tahun 2015

Sasaran Strategis Indikator / Outcome Anggaran (Rp.000) Persentase

Anggaran

Pencapaian -Persentase peningkatan produksi 324.900 0,028

peningkatan Tanaman Padi

Produksi -Persentase peningkatan produksi 167.479 0,014

Tanaman Tanaman Palawija

Pangan Dan -Persentase peningkatan produksi 230.161 0,019

Perkebunan Tanaman Hortikultura

-Persentase peningkatan produksi 450.490 0,038

Tanaman Kopi

-Persentase peningkatan produksi 9.272.800 Tanaman Tebu Dana APBN

Sumber : Dinas Pertanian Dan perkebunan Kab. Malang tahun 2015

Tabel.6. Perbandingan Pencapaian Kinerja dan Anggaran 2015

NO Sasaran Strategis Indikator/ Outcome

kinerja Anggaran

1

Pencapaian peningkatan

produksi Tanaman Pangan Dan

Perkebunan

Persentase

peningkatan produksi Tanaman Padi

target realisasi capaian target realisasi capaian

0,01% 3,8% 380% 324.900.000 324.900.000 100%

Persentase peningkatan

produksi Tanaman Palawija

0,01% -23,6% -2.360% 167.479.100 167.479.100 100%

Persentase peningkatan

produksi Tanaman Hortikultura

0,01% 67,7% 6.770% 230.161.000 230.161.000 100%

Persentase

peningkatan produksi Tanaman Kopi

3,5% -32,3% -9,2% 450.490.000 431.081.000 95,68%

Persentase peningkatan

produksi Tanaman Tebu

2% -4,5% -2,3% 9.272.800.000 4.639.181.840 50,03%

Sumber : Dinas Pertanian Dan perkebunan Kab. Malang tahun 2015

Realisasi Anggaran

Pada tahun 2016 Program dan kegiatan Dinas Pertanian Dan Perkebunan

Kabupaten Malang salah satunya adalah pendekatan untuk mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan. Program dan kegiatan yang dilaksanakan meliputi

Page 48: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

35

9(sembilan) program yang dilaksanakan dengan alokasi anggaran baik yang

bersumber dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten. Dukungan

pemerintah daerah dari dinas pertanian dan perkebunan pada tahun 2016 adalah

bantuan Alsintan yang akan dibagikan kepada kelompok tani.

Sektor pertanian sebagai sektor yang sangat penting dan berperan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang, yang ditujukan

dengan nilai kontribusi pada PDRB sebesar 27,87% diatas perdagangan hotel dan

restoran sebesar 27,31%, industri pengolahan 19,04%, jasa-jasa 12,72%, serta di

sektor lainnya sebesar 13,06%.

Dengan berdasarkan pada kondisi dan data tersebut, Pemerintah

Kabupaten Malang cukup sering dalam mengembangkan bidang pertanian secara

luas, dimana strategi yang telah dilaksanakan salah satunya memperkuat sektor

pertanian, sebagai basis perekonomian masyarakat yang kemudian diharapkan

dapat memacu sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pariwisata sebagai

upaya percepatan peningkatan perekonomian.

Beberapa komoditas yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian

masyarakat dan terus didorong pertumbuhannya antara lain selain Padi yang

berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan, hasil produksinya sebesar

478.930 ton (surplus beras sebesar 72.573 ton), dan sayur-sayuran yang telah

mampu memenuhi pasar di luar Malang, yang kesemuanya merupakan kebutuhan

pokok masyarakat yang harus terpenuhi agar tercipta ketahanan pangan daerah.

Dari uraian diatas tentunya merupakan hal yang menggembirakan karena

menunjukkan kinerja bidang pertanian di Kabupaten Malang yang telah menuju ke

jalur yang lebih baik. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan

seperti masih terbatasnya kemampuan petani dalam menyediakan,

mengoperasionalkan alsintan yang modern. Oleh karena itu, Pemerintah

Kabupaten Malang melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan selalu berusaha dan

terus menggaet Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat agar mendapatkan

alsintan yang diperlukan oleh para petani di Kabupaten Malang.

Page 49: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

36

Salah satu tujuan untuk membantu para petani adalah mempermudah dalam

berusaha-tani/budidaya tanaman, selain itu juga diharapkan agar dapat dijadikan

sebagai berikut:

1. Sebagai solusi bersama guna mempertahankan bahkan meningkatkan hasil

produksi pertanian dalam arti luas di Kabupaten Malang yang saat ini telah

menunjukkan kinerja yang cukup baik;

2. Pada tahun 2016 dijadikan titik awal komitmen bersama guna melaksanakan

pembangunan daerah yang difokuskan pada Pertumbuhan Ekonomi Andalan

(Pertanian, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Industri,

Perdagangan dan Pariwisata).

3. Sebagai media pengenalan berbagai tehnologi pertanian terbaru yang dapat

diimplementasikan oleh para petani guna semakin meningkatkan

kesejahteraannya.

Tabel. 7. Rekapitulasi Alsintan Sumber Dana APBN TA. 2016

No Nama Alsintan Sumber Dana Jumlah

Bentuk APBN APBN TAN PROV

1 TR-2 Singkal 65 140 205

Rotary 50 - 50

2 TR4 2 - 2

3 Pompa Air 6 28 34

4 Rice Transplanter 10 18 28

Jumlah 319

Sumber : Dinas Pertanian Dan Perkebunan. 2016

Adapun langka positif yang telah mendukung program pembangunan

pertanian khususnya tanaman sayuran antara lain; Meningkatnya produksi pada

tahun 2015 yang cenderung meningkat sebesar 6.770 %. Ada beberapa indikator

yang mendukung antara lain:

a) Kegiatan perluasan kawasan sayur dan buah melalui bantuan benih dan pupk organik Penyelenggaraan sosialisasi penerapan GAP dan GHP untuk

sayur dan buah

b) Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan untuk mendukung

perluasan desa sayur dan buah organik

Page 50: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

37

c) Pemberian bantuan alat pascapanen dan rumah grading untuk komoditas

sayur dan buah-buahan.

Dalam rangka meningkatkan produksi hortikultura tersebut dan sebagai

langkah peningkatan capaian kinerja pada tahun yang akan datang ( tahun 2016)

dan seterusnya, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang telah

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman hortikultura (sayur, buah

dan bunga) melalui perluasan kawasan sayur dan buah

b) Penerapan teknologi ramah lingkungan dan organik

c) Memberikan subsidi benih dan pupuk organik

d) Menyelenggarakan farm free day (FFD) temu lapang petani bertujuan untuk

menyebarkan informasi hasil demplot Dalam hal pencapaian kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang tersebut, program/kegiatan

yang menunjukkan output paling mendukung bagi pencapaian kinerja organisasi adalah program Ketahanan Pangan. Hal tersebut dikarenakan program/kegiatan tersebut dapat memberikan dampak secara langsung

kepada masyarakat

3.4.3. Dukungan Terhadap Petani Sayuran

Pemerintah Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur sekitar 10 tahun

terakhir sudah menerapkan untuk mengembangkan pertanian organik seluas

15.500 hektare atau 25% dari total lahan pertanian di daerah itu yang mencapai

62.000 hektare. Petani yang mengembangkan pertanian organik sudah

meninggalkan penggunaan pupuk kimia, melainkan menggunakan pupuk kandang

dan kompos. Pertanian ramah lingkungan ini sudah dimulai sejak 2006. Meskipun

untuk mengubah sawah bukan organik menjadi organik dibutuhkan waktu lima

tahun, Dinas pertanian kabupaten Malang optimistis pada 2010 seluas 62.000

hektare sawah yang tersebar di 33 kecamatan sudah berubah seluruhnya menjadi

pertanian organik.

Page 51: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

38

Kecamatan Kepanjen merupakan salah satu dari 33 Kecamatan di

Kabupaten Malang dan bedasarkan Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2008

tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Malang dari wilayah Kota Malang ke

wilayah Kecamatan Kepanjen sekaligus sebagai ibukota Kabupaten Malang.

Beberapa tahun terakhir ini di kecamatan kepanjen telah dirintis usaha pembibitan

tanaman buah-buahan dan sayuran yang telah menghasilkan bibit untuk

kebutuhan dibeberapa daerah di wilayah Jawa Timur. Pemberdayaan Pembibitan

Tanaman Di kecamatan kepanjen juga dibangun Kebun Dapur, yaitu aneka

tanaman sayuran kebutuhan sehari-hari dan ditanam di sekitar rumah yang bisa

memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Awal daerah percontohan pertanian organik berada di Desa sekitar kota

kepanjen, yakni Petani hampir seluruhnya sudah meninggalkan penggunaan

pupuk kimia. Mereka para petani menggunakan pupuk kandang dan kompos

dalam menyuburkan tanah dan tanaman. Sehingga berhasil mendapat sertifikat

organik. di Di kecamatan lainnya, selain kecamatan kepanjen pertanian serupa

juga sudah dikembangkan, untuk mewujudkan tercapainya pertanian organik

2010 atau go organic di 33 kecamatan di Kabupaten Malang, dinas pertanian

setempat melakukan pendampingan secara intensif terhadap petani.

Antusias petani sangat berkeinginan mengembangkan pertanian organik

mendapat stimulus berupa bantuan alat-alat pertanian dan bibit dari Pemkab

Malang. Selain itu, petugas penyuluh lapang digiatkan dalam memberikan

pengarahan kepada petani tentang cara mengembangkan pertanian organik. Pola

pembinaan pertanian organik berupa pendampingan mulai mengolah lahan,

pascapanen, mengemas hasil produksi hingga pemasaran.

Hasil akhir produksi tidak hanya sayuran, padi pun sudah dipasarkan

bahkan petani memiliki lumbung desa modern. Percepatan dalam mewujudkan

pertanian organik itu, berawal dari makin tidak produktifnya lahan pertanian yang

berpengaruh pada turunnya hasil panen. Hal itu disebabkan oleh penggunaan

pupuk kimia tidak seimbang dan berlebihan.

Page 52: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

39

Di Kecamatan Kepanjen, petani yang memiliki sawah seluas setengah

hektare saja menghabiskan empat kuintal pupuk kimia. Akibat penggunaan pupuk

secara berlebihan itu kesuburan tanah menjadi berkurang. Hasil panen pun tidak

maksimal. Perbandingan hasil panen pertanian organik jauh lebih bagus

ketimbang hasil panen pertanian bukan organik. Perbandingan untuk satu hektare

sawah organik mampu menghasilkan 12,24 ton gabah. Sebaliknya hasil panen

sawah bukan organik hanya menghasilkan 9 ton gabah.

Saat survei informasi yang didapat, petani terus berupaya mengembangkan

produksi pupuk organik guna menutup kekurangan kebutuhan pupuk bersubsidi

dari pemerintah yang masih kurang hingga ratusan ton per tahun. Tentunya

dalam hal ini peran pemerintah daerah ( Dinas Pertanian dan Perkebunan )

bersama petani terus melakukan inovasi dan mencari terobosan untuk menutup

kekurangan pupuk bersubsidi tersebut. Salah satunya adalah mengajak kelompok

tani membuat pupuk organik.

Pembuatan pupuk organik sudah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir

ini, bahkan terus dikembangkan, karena pupuk bersubsidi yang disediakan

pemerintah tidak mencukupi. Tahun lalu, ( tahun 2015) mendapat pasokan pupuk

bersubsidi sebanyak 450 ton dan tahun ini sebanyak 500 ton, sedangkan

kebutuhan petani rata-rata mencapai 650 ton, baik jenis Urea, TSP maupun HCL.

Dengan kuota sebanyak 450-500 ton itu, sehingga setiap tahunnya selalu

kekurangan pupuk. Namun, kondisi itu tidak menjadi masalah bagi petani karena

kebutuhan pupuk dapat dipenuhi petani dengan menggunakan pupuk organik,

bahkan karena mampu memproduksi pupuk organik sendiri, pasokan pupuk

bersubsidi tersebut tidak terserap 100 persen.

Beberapa keuntungan penggunaan pupuk organik di antaranya adalah tidak

merusak tanah, mampu menciptakan tanaman yang lebih segar, dan hasilnya juga

lebih memuaskan dibanding dengan pupuk kimia. Contoh pada sayur wortel yang

ditanam dengan menggunakan pupuk organik lebih tahan lama dibandingkan

wortel yang dipupuk menggunakan pupuk kimia, sebab wortel yang dipupuk kimia

Page 53: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

40

lebih cepat membusuk. Karena hasil tanaman dengan menggunakan pupuk

organik lebih bagus.

Peran dari Dinas Pertanian Dan Perkebunan untuk memproduksi pupuk

organik, antara lain menyelenggarakan pelatihan tentang pembuatan pupuk

organik yang diikuti oleh anggota Gapoktan dan pelatihan itu dilakukan secara

kontinyu. Optimis pemerintah daerah bahwa anggota Gapoktan mampu membuat

pupuk organik dalam skala besar, sehingga ke depan petani tidak akan terus

tergantung dengan pupuk kimia bersubsidi, bahkan harapan tahun ini penyerapan

pupuk bersubsidi akan berkurang lagi dari tahun sebelumnya. Menyinggung

upaya peningkatan produksi pertanian di wilayah , peran pemerintah juga

melakukan sejumlah hal, di antaranya pengawalan distribusi pupuk subsidi agar

benar-benar sampai kepada kelompok tani yang berhak menerima sesuai dengan

Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tani. Sebab, lanjutnya, RDKK itu

diajukan oleh kelompok tani kepada kios pengecer pupuk resmi, sehingga pupuk

tersedia dalam lima tepat, yakni tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, tepat

mutu, dan tepat harga. Selain itu pengawalan distribusi bantuan benih oleh

pemerintah pusat sesuai dengan Rencana Kebutuhan Benih (RKB) yang diajukan

oleh kelompok tani calon penerima bantuan benih serta pengawalan kegiatan

Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) tahun 2015, yakni optimalisasi lahan,

rehabilitasi jaringan irigasi tersier, fasilitas pompa air dan fasilitas traktor roda

dua.

Page 54: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

41

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

4.1. Kesimpulan

1. Dukungan terhadap sektor pertanian yang diukur dengan Producer’s Support

Estimate (PSE) meningkat dari Rp.3,17 trilyun tahun 1995-1997 menjadi

Rp.348,5 trilyun tahun 2013-2015. Sekitar 84,4% dari dukungan tersebut

adalah berupa perlindungan harga yang menyebabkan harga domestik lebih

tinggi dari harga di pasar internasional.

2. Transfer anggaran pemerintah untuk sektor pertanian meliputi: (a) transfer

atas penggunaan input dalam bentuk subsidi pupuk dan benih/bibit maupun

bantuan alat dan mesin pertanian; (b) transfer berupa pelayanan di tingkat

usahatani, terutama penyuluhan; dan (c) transfer pemerintah dalam rangka

bantuan bencana alam. Komponen yang paling tinggi adalah transfer untuk

subsidi pupuk yang meningkat dari Rp.429,6 milyar tahun 1995-1997 menjadi

Rp.26,0 trilyun tahun 2013-2015

3. Selain dukungan langsung kepada petani (PSE) ada beberapa intrumen

dukungan pemerintah untuk sektor pertanian secara keseluruhan, yaitu: (a)

dukungan pelayanan umum (General Services Support Estimate, GSSE); dan

(b) transfer kepada konsumen. Nilai GSSE meningkat dari Rp.1,1 trilyun tahun

1995-1997 menjadi Rp.22,0 trilyun tahun 2013-2015 (5,2% dari TSE).

Komponen terbesar dari kelompok pengeluaran tersebut adalah biaya untuk

pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur yang mencapai 72,8% tahun

1995-1997 dan 76,4% tahun 2013-2015.

4. Nilai PSE (% dari nilai produksi) menunjukkan trend peningkatan dari 3,9%

tahun 1995-1997 menjadi 24,6% tahun 2013-2015. Artinya sekitar 24,6%

dari nilai produksi pertanian adalah transfer dari pembayar pajak dan

konsumen. Pada tahun 2012-2014, PSE sektor pertanian Indonesia lebih tinggi

dari Tiongkok (20,1%), Uni Eropa (19%) dan rata-rata negara anggota OECD

(17,4%).

5. Nilai TSE sektor pertanian Indonesia (% terhadap PDB) meningkat secara

signifikan dari 0,8% tahun 1995-1997 menjadi 4,6% tahun 2013-2015. Pada

Page 55: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

42

tahun 2012-2014 nilai TSE Indonesia adalah yang tertinggi, diatas Tiongkok

(3,2%), Uni Eropa (0,7%) dan rata-rata OECD (<0,7%). Hasil analisis ini

membantah anggapan umum bahwa dukungan pemerintah terhadap sektor

pertanian relatif kecil.

6. Walaupun nilai PSE Indonesia bukan yang tertinggi, namun dengan kontribusi

pertanian dalam PDB nasional yang masih relatif besar, maka nilai dukungan

terhadap sektor pertanian menjadi beban yang relatif besar terhadap ekonomi

secara keseluruhan. Sebaliknya bagi negara-negara maju seperti anggota

OECD, walaupun secara absolut nilai dukungan pertanian cukup besar namun

secara relatif dibanding dilai PDB negara-negara tersebut relatif kecil.

4.2. Implikasi Kebijakan

7. Dukungan terhadap sektor pertanian dalam bentuk perlindungan harga

terutama dalam rangka mencapai swasembada berdampak pada peningkatan

harga pangan di tingkat konsumen yang pada akhirnya menurunkan asupan

gizi, terutama bagi penduduk miskin. Dalam jangka panjang, prioritas

kebijakan yang lebih efektif adalah peningkatan produktivitas melalui sistem

inovasi, pembangunan infrastruktur dan mempermudah investasi swasta.

8. Sebagian besar transfer anggaran pemerintah untuk sektor pertanian adalah

subsidi pupuk yang secara kumulatif lebih banyak dinikmati oleh petani

berlahan luas dan produsen pupuk. Skema yang lebih efisien adalah

menkonversi subsidi tersebut kedalam sistem transfer yang khusus

ditargetkan untuk para petani kecil.

9. Kebijakan pertanian Indonesia kedepan sebaiknya mengacu pada negara-

negara yang pertaniannya relatif maju namun dukungan terhadap pertanian

yang relatif rendah (seperti Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan dan Chile).

Sebaliknya kebijakan dukungan di negara-negara OECD yang memberikan

subsidi input dan transfer pendapatan relatif besar tidak dapat dijadikan acuan

mengingat sifatnya yang mendistorsi pasar dan membebani anggaran

pemerintah yang cukup besar.

Page 56: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

43

DAFTAR PUSTAKA

OECD. 2012. “OECD Review of Agricultural Policies: Indonesia”. Organization for Economic Co-operation and Development. OECD Publishing, Paris. DOI: http://dx.doi.org/10.1787/9789264179011-en.

OECD. 2014. “OECD’s Producer Support Estimates: Methodology and Practical Application. Materi Training Worsksop”. Hotel Salak, Bogor, 13 November

2014.

OECD. 2015. “Agricultural Policy Monitoring and Evaluation 2015”, OECD Publishing, Paris. http://dx.doi.org/10.1787/agr_pol-2015-en

OECD. 2016. “Agricultural Policy Monitoring and Evaluation 2016”, OECD Publishing, Paris. http://dx.doi.org/10.1787/agr_pol-2016-en

Page 57: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

44

LAMPIRAN

Lampiran Tabel 1. Perkembangan Pengeluaran Publik untuk Pelayanan Umum, 1990-2013 (Rp Milyar)

Tahun Total

Pelayanan Umum Penelitian dan Pengembangan,

serta Penyuluhan Karantina Infrastruktur

Pemasaran dan Promosi

Biaya Stok Publik Lainnya

1990 1.217.642 175.092 37.015 1.003.687 1.579 0 270 1991 1.237.087 184.776 38.154 1.011.951 1.891 0 315

1992 1.251.939 199.918 38.815 1.010.955 1.968 0 283 1993 1.154.099 185.510 50.566 915.450 2.239 0 334 1994 1.174.082 215.805 53.505 902.104 2.335 0 334

1995 1.205.938 218.422 56.432 928.718 2.002 0 365 1996 1.200.410 241.131 61.278 895.764 1.831 0 406

1997 1.014.718 285.059 61.803 665.431 1.820 0 605 1998 874.549 380.437 76.211 415.157 1.936 0 806 1999 1.108.007 402.649 92.274 610.219 1.958 0 906

2000 1.196.767 357.166 107.720 728.800 2.073 0 1.007 2001 5.367.031 434.590 144.199 4.785.000 2.135 0 1.107 2002 4.481.203 463.948 147.798 3.866.000 2.149 0 1.308

2003 6.385.968 470.162 146.777 5.765.000 2.507 0 1.521 2004 7.847.507 603.100 167.243 4.641.000 4.184 2.422.230 9.750

2005 7.153.129 951.902 213.075 5.125.400 5.611 847.780 9.361 2006 11.721.090 781.694 293.771 9.420.480 37.980 1.078.020 109.145 2007 10.662.390 867.854 378.657 7.912.640 41.329 1.225.010 236.900

2008 14.365.350 725.603 478.621 11.135.796 66.258 697.830 1.261.242 2009 15.150.953 890.130 458.852 11.563.796 37.395 1.000.287 1.200.492

2010 15.025.438 903.224 448.006 11.563.796 32.670 1.072.541 1.005.200 2011 15.688.044 1.166.314 406.383 11.997.100 23.722 1.000.000 1.094.525 2012 16.820.894 1.425.620 557.825 12.070.588 31.779 2.000.000 735.082

Sumber:OECD,2014

Page 58: ANALISIS DUKUNGAN (SUPPORTS) PEMERINTAH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2016_10.pdf · tujuan kegiatan ini adalah mengumpulkan data dan informasi perkembangan kebijakan

45