analisis deskriptif pemeriksaan pajak dan ...repository.ub.ac.id/9877/1/rachmata, alfi’ah.pdf2008...

85
ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA KPP MADYA MALANG Disusun Oleh: Alfi’ah Rachmata NIM. 135020301111076 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

PADA KPP MADYA MALANG

Disusun Oleh:

Alfi’ah Rachmata

NIM. 135020301111076

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 2: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

i

ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

PADA KPP MADYA MALANG

Disusun Oleh:

Alfi’ah Rachmata

NIM. 135020301111076

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 3: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

ii

Page 4: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

iii

Page 5: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

iv

Page 6: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

v

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

Page 7: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Alfi’ah Rachmata

Alamat : Jalan Simpang Dirgantara I,

Blok A1 no. 29 Malang

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nomor Telepon : 08155618457

E-mail : [email protected]

IPK : 3,61

Skor Toefl : 533

Motto : Nothing’s Impossible

Riwayat Pendidikan :

2001 - 2007 SDN Sawojajar 6 Kota Malang

2007 - 2010 SMP Negeri 5 Kota Malang

2010 - 2013 SMA Negeri 10 Kota Malang

2013 – 2018 Universitas Brawijaya Malang

Pengalaman Organisasi :

2013 - 2015 Staff SDM Teater EGO (Economist Goes to Opeera)

2014 - 2015 Staff Public Relation CIES FEB UB

2015 - 2016 Kabid Produksi Teater EGO (Economist Goes to Opeera)

2016 - 2017 Kabid Rumah Tangga Teater EGO (Economist Goes to Opeera)

Pengalaman Kepanitiaan :

2014 Ketua Pelaksana Pentas Studi 2014 Teater EGO FEB UB

2014 Staff Divisi Konsumsi Musyawarah Regional FoSSEI JATIM 2014

2014 Staff Divisi Acara Shopeni (Workshop dan Pentas Seni) Teater EGO FEB

UB

2014 Staff Divisi PDD CIES Confederation Cup, FEB UB

2014 Sekertaris Cies Rising Point, FEB UB

2014 Sie Konsumsi Workshop Kepenulisan “Dibalik Sastra” Teater EGO

2015 Koordinator Divisi Acara Pentas Tunggal Teater EGO FEB UB

2015 Ketua Pelaksana Art Study Excursie Teater EGO FEB UB

2015 Sutradara Pentas Studi 2015 Teater EGO FEB UB

2016 Steering Comittee Pentas Studi 2016 Teater EGO FEB UB

Page 8: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

vii

Prestasi :

2007 Peringkat Tujuh Ujian Pengandalian Mutu (UPM) SDN Sawojajar 6 Malang

2012 Juara I Kompetisi PBB Paskibra se-Karesidenan Malang

2015 Penerima Beasiswa Bakti BCA periode 2015/2016

Lain-lain :

2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009

2009 School of English (TEEN 5) British Five International

2011 Grade B in Mathematics, IGCSE International Examination,

University of Cambridge

2012 Score 85 in Standard Mandarin Examination Basic 1,

Surabaya International Institute of Business & Technology

2012 Participant of National English Olympiad, University of

Muhammadiyah Malang, American Corner

2012 Diklat Jurnalistik dan Fotografi, UB Press, PT Temprina Media

Grafika dan Radar Malang Jawa Pos Grup

2013 English Explosion Learning Center (Excellent Program), Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

2014 Peserta Seminar dan Workshop Jambore Teater Jawa Timur, Dewan

Kesenian Provinsi Jawa Timur

2014 Peserta Training of Communication, HMJIE FEB UB

2014 Peserta Seminar Nasional “Peran Ekonomi Islam dalam

Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk Menyongsong AEC 2015”,

Brawijaya Intensive Studies on Islamic Economics

Pengalaman Magang :

2016 Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang

Page 9: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah subhanallahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

“ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

PADA KPP MADYA MALANG”

Skripsi ini disusun untuk memehuni salah satu syarat kelulusan untuk meraih

derajat sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya.

Selama penelitian dan penyusunan laporan skripsi ini, penulis tidak luput dari

kendala. Kendala tersebut dapat diselesaikan oleh penulis karena adanya bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu dan Bapak serta segenap keluarga yang telah mencurahkan banyak doa

dan semangat.

2. Ibu Devy Pusposari, MSi., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan banyak saran, pembinaan, motivasi, dan pengetahuan baru

selama proses penyusunan skripsi.

3. Ibu Nurlita Novianti, MSA., Ak., CA selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran demi perbaikan skripsi.

4. Segenap pihak KPP Madya Malang yang telah membantu peneliti dalam

mengumpulkan data untuk keperluan skripsi ini.

Page 10: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

ix

5. Muhammad Izza yang telah banyak memberi doa, dukungan, motivasi, serta

saran yang sangat membantu selama kuliah dan penulisan skripsi.

6. Teman-teman “Girls on Fire” yang senantiasa menemani kuliah selama ini

dengan penuh kecerian dan canda tawa.

7. Teman-teman “DJ MAVIA” yang selalu memotivasi dan mendukung peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman teater “EGO” yang selalu ada dan memberikan kenangan-

kenangan yang tak terlupakan selama kuliah.

9. Teman-teman jurusan akuntansi yang telah menjadi kawan yang baik dalam

menuntut ilmu.

10. Serta semua pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu

kritik membangun dan saran bermanfaat senantiasa penulis nantikan. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

yang membaca. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Malang, 17 Desember 2017

Penulis

Page 11: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv

HALAMAN SURAT KETERANGAN PENELITIAN ............................. v

HALAMAN RIWAYAT HIDUP ............................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

ABSTRAK .................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 9

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 9

1.4 Kontribusi Penelitian ........................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN

HIPOTESIS ............................................................................. 11

2.1 Definisi Pajak ................................................................... 11

2.2 Jenis Pajak ........................................................................ 13

2.3 Teori Pemungutan Pajak ................................................... 15

2.4 Sistem Pemungutan Pajak ................................................. 17

2.5 Pajak Penghasilan ............................................................. 18

2.5.1 Pajak Penghasilan Pasal 25 ....................................... 23

2.6 Pemeriksaan Pajak ............................................................ 24

2.6.1 Jenis Pemeriksaan .................................................... 27

2.6.2 Kriteria Pemeriksaan Pajak ...................................... 28

Page 12: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xi

2.6.3 Surat Ketetapan Pajak .............................................. 29

2.7 Penagihan Pajak ................................................................ 31

2.7.1 Jadwal Waktu Penagihan Pajak ................................ 32

2.7.2 Penagihan dengan Surat Paksa ................................. 35

2.8 Penerimaan Pajak ............................................................. 37

2.9 Penelitian Terdahulu .......................................................... 38

2.10 Kerangka Penelitian .......................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 41

3.1 Jenis Penelitian ................................................................. 41

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 41

3.3 Data Penelitian dan Sumbernya ........................................ 42

3.3.1 Jenis dan Sumber Data ............................................. 42

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 42

3.4 Teknik Analisis Data ........................................................ 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 44

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................. 44

4.1.1 Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang .... 44

4.1.2 Visi dan Misi KPP Madya Malang ............................ 46

4.1.3 Struktur Organisasi KPP Madya Malang .................. 47

4.1.4 Uraian Tugas atau Jabatan Unit Organisasi .............. 48

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................... 50

4.2.1 Statistik Deskriptif ................................................... 50

4.2.2 Pemeriksaan Pajak .................................................... 52

4.2.3 Grafik Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak dan

Penerimaan Pajak ..................................................... 54

4.2.4 Penagihan Pajak ...................................................... 57

4.2.5 Grafik Keterkaitan antara Penagihan Pajak dan

Penerimaan Pajak ..................................................... 58

4.2.6 Penerimaan Pajak Penghasilan Badan ....................... 60

Page 13: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xii

4.2.7 Grafik Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak,

Penagihan Pajak, dan Penerimaan Pajak ................... 62

4.6 Implikasi Teori dan Praktis ............................................... 63

BAB V PENUTUP ................................................................................ 64

5.1 Simpulan .......................................................................... 64

5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................... 65

5.3 Saran ................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. xviii

LAMPIRAN ............................................................................................... xix

Page 14: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pemeriksaan Pajak 26

Gambar 2.2 Tindakan Penagihan Pajak 34

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian 40

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Madya Malang 47

Gambar 4.2 Grafik Keterkaitan Pemeriksaan Pajak dan

Penerimaan Pajak

54

Gambar 4.3 Grafik Keterkaitan Penagihan Pajak dan Penerimaan

Pajak

58

Gambar 4.4 Grafik Keterkaitan Pemeriksaan, Penagihan, dan

Penerimaan Pajak

62

Page 15: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif atas Variabel Penelitian 50

Tabel 4.2 Jumlah SKPKB yang Diterbitkan per Bulan 52

Tabel 4.3 Jumlah Surat Paksa yang Diterbitkan per Bulan 57

Tabel 4.4 Data Penerimaan Pajak Penghasilan Badan 60

Page 16: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Statistika Deskriptif xv

Lampiran 2 Data Penelitian xv

Page 17: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xvi

ABSTRAK

ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

PADA KPP MADYA MALANG

Oleh:

Alfi’ah Rachmata

135020301111076

Dosen Pembimbing:

Devy Pusposari, M.Si., Ak.

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar di Indonesia. Oleh

karena itu, Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam membayar pajak guna meningkatkan penerimaan pajak. Penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara pemeriksaan pajak dan

penagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan data kuantitatif. Pengambilan

sampel menggunakan metode Convinience Sampling. Penelitian ini menggunakan

data primer yang diperoleh langsung dari KPP Madya Malang. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data penerimaan pajak penghasilan badan,

penerbitan SKPKB, serta penerbitan surat paksa oleh KPP Madya Malang

bedasarkan periode bulanan mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Alat

analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dampak dari pemeriksaan pajak dapat meningkatkan

penerimaan pajak penghasilan badan setelah satu bulan sejak diterbitkannya

SKPKB. Sedangkan dampak dari penagihan pajak dapat meningkatkan

penerimaan pajak penghasilan badan pada saat diterbitkannya surat paksa.

Pemeriksaan pajak dan penagihan pajak memiliki keterkaitan dengan kenaikan

penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Madya Malang.

Kata kunci : Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Pajak Penghasilan Badan,

Wajib Pajak Badan

Page 18: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xvii

ABSTRACT

A DESCRIPTIVE ANALYSIS ON TAX INSPECTION AND TAX BILLING

TOWARDS CORPORATE INCOME TAX REVENUE

AT BIG TAX OFFICE OF MALANG

By:

Alfi’ah Rachmata

135020301111076

Supervisor:

Devy Pusposari, M.Si., Ak.

Tax is the largest source of revenue for Indonesia. Therefore, the government

always strives to increase public awareness in paying tax to increase tax revenue.

The objective this study is to illustrate the relationship between tax inspection and

tax billing with corporate income tax revenue. This descriptive research uses

quantitative data. Convenience sampling method is used to determine the sample.

This research uses primary data obtained from Big Tax Office of Malang

regarding. Corporate income tax revenue report and the number of tax

underpayment assesment letter and distress warrant issued by Big Tax Office of

Malang. The data are monthly from 2013 to 2016 which are descriptive statistics

analysis. The result of this study shows that tax inspection increases corporate

income tax revenue one month after the issuance of tax underpayment assesment

letter and that tax billing increases corporate income tax revenue whenever

distress warrant is issued. Tax Inspection and Tax Billing have a relationship with

the increase of corporate income tax revenue in Big Tax Office of Malang.

Keywords : Tax Inspection, Tax Billing, Corporate Income Tax, Corporate

Taxpayers

Page 19: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber pendapatan yang paling berpengaruh di Indonesia saat ini adalah

pajak. Pajak telah berkontribusi dalam penerimaan negara sebesar 80 persen

(Agusti dan Herawaty, 2009). Besar kecilnya dana yang dimiliki oleh Indonesia

tergantung dari seberapa besar jumlah penerimaan pajaknya. Tetapi, kesadaran

masyarakat akan pentingnya membayar pajak masih rendah. Hal ini terlihat dari

rasio pajak terhadap PDB masih dibawah 11%.

Penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diukur

menggunakan tax ratio. Manfaat dari tax ratio adalah untuk mengetahui seberapa

besar porsi pajak dalam perekonomian negara. Bedasarkan informasi dari

kontan.co.id pada 23 Agustus 2016, jumlah tax ratio di Indonesia masih tergolong

kecil jika dibandingkan dengan negara lain. Pada tahun 2016, rasio pajak terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) masih dibawah 11%. Agar target pajak dapat

tercapai, diperlukan kesadaran dan kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk

memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku. Salah satu

upaya pemerintah dalam memenuhi target penerimaan pajak adalah dengan

merubah sistem pemungutan pajak (Suhendra, 2010).

Sejak tanggal 1 Januari 1984, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah

dari official assessment system menjadi self assessment system. Perubahan sistem

tersebut mengharuskan peran masyarakat untuk mengisi, menghitung, menyetor,

Page 20: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

2

dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Dalam hal ini, dibutuhkan kesadaran

dan kejujuran masyarakat untuk melaporkan pajaknya. Menurut Agusti dan

Herawaty (2009), kepatuhan wajib pajak diperlukan untuk mewujudkan self

assessment system. Tetapi, masih banyak wajib pajak yang belum memiliki

kesadaran akan pentingnya memenuhi kewajiban perpajakannya.

Bedasarkan informasi dari www.pajak.go.id pada 23 maret 2016, tingkat atau

rasio kepatuhan Wajib Pajak Badan baru mencapai 57,09%. Hal ini berarti

kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih kurang, khususnya badan

usaha di Indonesia. Bagi Kantor Pelayanan Pajak, penerimaan pajak yang diterima

tergantung pada tingkat kepatuhan Wajib Pajak baik dalam melaporkan maupun

melunasi pajaknya (Agusti dan Herawaty, 2009).

Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak badan guna memaksimalkan

penerimaan pajak, pemerintah merencanakan kebijakan setiap tahunnya. Berikut

informasi kebijakan tersebut:

1. Bedasarkan sumber dari cnnindonesia.com yang dipublikasikan pada tanggal

12 Mei 2015, adanya wacana yang dikemukakan oleh kepala kantor staf

kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan tentang penurunan tarif pajak penghasilan

pasal 25 (PPh Badan), tarif akan diturunkan dari 25% menjadi 17,5-17,8%.

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro memastikan rencana

pemangkasan PPh Badan baru akan dilakukan pada 2016 mendatang.

2. Berita dari finance.detik.com yang dipublikasikan pada tanggal 10 Agustus

2016, Tarif Pajak Penghasilan (PPh) badan akan diturunkan menjadi 17%.

Alasannya agar Indonesia mampu meningkatkan daya saing di antara negara-

Page 21: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

3

negara sekitar. Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai, hal tersebut

memang masih dibicarakan di internal pemerintah. Namun untuk besaran tarif

17% dirasa pantas, karena Singapura juga memberlakukan tarif yang sama.

3. Bedasarkan sumber dari bisnis.liputan6.com yang dipublikasikan pada tanggal

12 mei 2017, Kementerian Keuangan masih mengkaji rencana penurunan tarif

Pajak Penghasilan (PPh) Badan dari 25% menjadi 17% sesuai instruksi

Presiden Joko Widodo. Alasannya jika PPh Badan turun, maka dampaknya

akan menggerus penerimaan pajak.

4. Bedasarkan sumber dari kontan.co.id yang dipublikasikan pada tanggal 2 Juni

2017, Harapan pengusaha agar pemerintah menurunkan tarif pajak penghasilan

(PPh) badan sepertinya masih susah terealisasi. Kepala Badan Kebijakan Fiskal

(BKF) Kemenkeu, Suahasil Nazara mengatakan bahwa penurunan tarif PPh

akan berimplikasi pada penurunan penerimaan negara.

Bedasarkan keempat sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerintah

sedang berupaya keras untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak guna

memaksimalkan penerimaan pajak. Rencana pemerintah untuk menurunkan tarif

pajak bertujuan agar tingkat kepatuhan wajib pajak dapat meningkat. Apabila tarif

pajak yang dikenakan semakin rendah, akan mendorong kemauan wajib pajak

untuk membayar pajak. Tetapi jika tarif pajak diturunkan, akan mengurangi

jumlah penerimaan pajak. Hal ini menjadi problematika bagi pemerintah. Pada

satu sisi akan menurunkan jumlah penerimaan pajak, sedangkan pada sisi lain

pemerintah ingin agar kepatuhan wajib pajak meningkat.

Page 22: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

4

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi alternatif bagi pemerintah untuk

meningkatkan penerimaan pajak tanpa harus menurunkan tarif pajak yang

dikenakan. Dengan meningkatkan pemeriksaan pajak dan penagihan pajak

terhadap wajib pajak yang tidak patuh, pihak fiskus dapat mengetahui lebih dalam

lagi terkait potensi penerimaan pajak yang seharusnya didapat. Dalam hal ini,

pihak fiskus harus mencari informasi lebih luas lagi mengenai badan usaha yang

belum terdaftar sebagai wajib pajak. Dengan begitu, wajib pajak yang terdaftar

semakin banyak dan penerimaan pajak pun semakin meningkat.

Ketidakpatuhan wajib pajak dapat diminimalisir dengan adanya pemeriksaan

pajak. Pemeriksaan pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang akan

berdampak pada peningkatan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak

(Agusti dan Herawaty, 2009). Pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar

wajib pajak tetap memenuhi kewajiban perpajakannya (Prihastanti dan Kiswanto,

2015).

Tujuan dari adanya pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak (Waluyo, 2013:67). Dengan

dikeluarkannya surat ketetapan pajak sebagai output dari pemeriksaan pajak, kita

dapat melihat respon dari wajib pajak. Apabila setelah diterbitkan surat ketetapan

pajak, lalu wajib pajak segera memenuhi kewajiban pajaknya, maka akan

menambah jumlah penerimaan pajak. Tetapi jika wajib pajak tetap saja tidak

melaksanakan kewajibannya, maka akan dilakukan tindakan penagihan pajak.

Dalam praktiknya, masih banyak wajib pajak yang belum memenuhi

kewajiban perpajakannya sehingga menimbulkan adanya tunggakan pajak

Page 23: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

5

(Mahendra dan Sukartha, 2014). Bedasarkan ketentuan umum perpajakan, telah

dinyatakan bahwa surat ketetapan pajak (SKP) apabila dalam jangka waktu 30

hari tidak dilunasi maka sudah merupakan utang pajak, dan bisa dilakukan

tindakan penagihan. Penagihan pajak dilakukan dengan menerbitkan surat tagihan

pajak maupun surat paksa. Menurut (Syahab, 2008) upaya penagihan dilakukan

dengan memperhatikan optimalisasi jumlah wajib pajak yang ditagih.

Optimalisasi tersebut dimaksudkan agar dapat menghasilkan penerimaan pajak.

Menurut Zuraida dan Advianto (2011:38), tindakan penagihan merupakan

salah satu cara untuk memaksa kepatuhan wajib pajak. Surat paksa diterbitkan

sebagai output dari tindakan penagihan pajak. Apabila banyak utang pajak yang

dapat tertagih, maka kepatuhan wajib pajak akan bertambah dan meningkatkan

penerimaan pajak.

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak

badan dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan (Suhendra, 2010). Hal ini

bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agusti dan Herawaty,

2009) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak tidak berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Grogol Petamburan. Selain itu, (Agusti dan Herawaty, 2009) juga

menyatakan bahwa Hubungan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap

peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Grogol Petamburan akan diperlemah dengan adanya pemeriksaan pajak sebagai

variabel moderating.

Page 24: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

6

Penelitian yang dilakukan oleh (Syahab dan Gisijanto, 2008), menunjukkan

bahwa penagihan pajak dan surat paksa pajak berpengaruh secara signifikan

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Prihastanti dan Kiswanto, 2015) menyatakan bahwa

penagihan pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan sebagai variabel kontrol

terhadap penerimaan pajak.

Penelitian ini berfokus pada wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Madya

Malang karena perkembangan industrialisasi kota Malang yang cukup pesat dari

waktu ke waktu. Perkembangan ekonomi ini diikuti oleh Direktorat Jendreal Pajak

dengan membentuk KPP Madya Malang bedasarkan peraturan Menteri Keuangan

nomor 132/PMK.01/2006 yang beroperasi mulai tanggal 9 April 2007. KPP

Madya Malang mengadministrasikan Wajib Pajak Badan tertentu yang

berdomisili di seluruh wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Timur III. Wilayah kerja

ini meliputi bagian tengah, timur dan selatan dari Propinsi Jawa Timur, yang

mencakup 14 Kota/Kabupaten, yaitu: Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo,

Jember, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Blitar, Kediri,

Tulungagung, Trenggalek, dan Nganjuk.

Pada KPP Madya Malang, karakteristik wajib pajaknya cenderung patuh

ketika pihak fiskus aktif dalam melaksanakan pemeriksaan pajak. Hal ini

dibuktikan dengan tidak adanya SKPKBT yang diterbitkan oleh KPP Madya

Malang. Setelah diterbitkannya SKPKB, wajib pajak telah mematuhi serta

membayar denda dengan tepat waktu, yaitu dalam jangka waktu 30 hari sejak

SKPKB diterbitkan. Sehingga pihak fiskus tidak perlu menerbitkan SKPKBT.

Page 25: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

7

Bedasarkan UU No. 28 tahun 2007 pasal 9 ayat 3, menyatakan bahwa

SKPKB dan SKBKBT yang menyebabkan tanggungan pajak bertambah, harus

dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkannya surat ketetapan

pajak tersebut. Maka, sebagian besar wajib pajak akan melunasi tanggungan

pajaknya pada bulan berikutnya. Sehingga dampak dari diterbitkannya surat

ketetapan pajak akan meningkatkan penerimaan pajak pada bulan berikutnya.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Afriyanti (2012). Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya antara lain ialah:

1. Fokus yang digunakan peneliti sebelumnya adalah kepatuhan wajib pajak,

pemeriksaan pajak, serta penerimaan pajak. Sedangkan dalam penelitian ini,

peneliti fokus pada pemeriksaan pajak, penagihan pajak, dan penerimaan

pajak. Penagihan pajak dinilai mampu meningkatkan penerimaan pajak.

Dengan adanya penagihan pajak, pihak fiskus dapat menerbitkan surat paksa

yang berisi tanggal jatuh tempo pelunasan tunggakan pajak. Dengan begitu,

wajib pajak akan berusaha melunasi pajaknya agar tidak dilakukan tindakan

penyitaan. Apabila wajib pajak dapat melunasi tunggakan pajaknya, maka

jumlah penerimaan pajak akan meningkat. Sehingga penagihan pajak

diperkirakan dapat memiliki keterkaitan dalam meningkatkan penerimaan

pajak.

2. Dalam hal ini, peneliti masih dalam penggalian masalah untuk mengetahui

bagaimana keterkaitan antara pemeriksaan pajak dan penagihan pajak dengan

penerimaan pajak penghasilan badan. Oleh karena itu, peneliti memilih

Page 26: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

8

menggunakan teknik analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan

keterkaitan antara pemeriksaan pajak dan penagihan pajak dengan

penerimaan pajak penghasilan badan.

3. Obyek penelitian sebelumnya yaitu Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada

KPP Pratama Denpasar Timur selama periode 2004-2008. Sedangkan obyek

dalam penelitian ini adalah wajib pajak badan yang terdaftar pada KPP

Madya Malang selama periode 2013-2016. Alasan pemilihan obyek

penelitian pada KPP Madya Malang karena KPP tersebut khusus menangani

wajib pajak badan. KPP Madya Malang juga memiliki wilayah kerja yang

cukup luas, yaitu meliputi hampir sebagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur.

Pemilihan periode 2013-2016 karena merupakan jangka waktu yang terbaru,

yakni empat tahun terakhir sejak diberlakukannya PP No. 46 Tahun 2013.

Peraturan tersebut mengatur bahwa wajib pajak yang dalam kegiatan

usahanya memiliki omzet dibawah Rp 4,8 Milyar akan dikenakan PPh Final

sebesar 1% dari jumlah omzet.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menguji bagaimanakah

keterkaitan antara pemeriksaan pajak dan penagihan pajak dengan penerimaan

pajak penghasilan badan pada KPP Madya Malang periode 2013-2016, sehingga

peneliti mengambil judul “ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN

PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGHASILAN BADAN PADA KPP MADYA MALANG”.

Page 27: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterkaitan antara pemeriksaan pajak dengan penerimaan pajak

penghasilan pada KPP Madya Malang?

2. Bagaimana keterkaitan antara penagihan pajak dengan penerimaan pajak

penghasilan pada KPP Madya Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keterkaitan antara pemeriksaan pajak dengan

penerimaan pajak penghasilan pada KPP Madya Malang.

2. Untuk mengetahui keterkaitan antara penagihan pajak dengan penerimaan

pajak penghasilan pada KPP Madya Malang.

1.4 Kontribusi Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan

kontribusi positif pada pihak-pihak berikut ini.

1. Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

dan acuan untuk penelitian selanjutnya, terutama pada penelitian bidang

perpajakan terkait dengan pemeriksaan pajak dan penagihan pajak

terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak, khususnya Kota

Page 28: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

10

Malang. Hal ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap

perkembangan akuntansi bidang perpajakan di Indonesia.

2. Praktis

Sebagai alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak

tanpa harus menurunkan tarif pajak yang dikenakan. Selain itu juga

sebagai sumber informasi dan wawasan bagi pihak Kantor Pelayanan

Pajak Kota Malang dalam mengembangkan pemeriksaan pajak dan

penagihan pajak. Hal ini diharapkan mampu untuk meningkatkan

penerimaan pajak dalam rangka memperbesar penerimaan kas negara.

Page 29: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pajak

Definisi pajak menurut para ahli seperti yang diungkapkan oleh Waluyo

(2013:2) di antaranya sebagai berikut:

a. Menurut Prof. Edwin R. A. Seligman

“A tax is a compulsory constribution from the person to the government to

defray the expenses incurred in the common interest of all without

reference to special benefits conferred”. Dari definisi tersebut, berarti

bahwa pajak merupakan kontribusi wajib dari seseorang kepada

pemerintah dalam rangka membiayai pengeluaran untuk kepentingan

umum dari semua tanpa adanya manfaat khusus yang didapatkan.

b. Menurut Mr. Dr. NJ. Feldmann

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa

adanya kontrapretasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum”.

c. Menurut Prof. Dr. MJH. Smeets

“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontrapretasi

yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah

untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.

d. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja

“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang, yang dipungut penguasa

berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-

barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Page 30: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

12

e. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

“Pajak adalah iuran kepada kas Negara bedasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi),

yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar

pengeluaran umum”.

Dari kelima definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak adalah:

1. Pemungutan pajak bersifat memaksa yang didasarkan pada undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.

2. Pajak dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

3. Tujuan dari pajak selain untuk budgeter, yaitu untuk mengatur.

4. Dalam pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Adanya kelima unsur tersebut, menjadikan pajak memiliki kekuatan

hukum yang kuat. Jika terdapat wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya sesuai peraturan yang berlaku, maka akan dikenakan sanksi

administrasi maupun pidana.

Page 31: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

13

2.2 Jenis Pajak

Dalam Priantara (2013:6) pajak digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu

bedasarkan golongan, sifat, dan lembaga institusi pemungutannya. Berikut

penjelasanya:

1. Bedasarkan golongannya, pajak dibagi menjadi pajak langsung dan pajak

tidak langsung.

a. Pajak Langsung adalah pajak yang dibebankan langsung kepada wajib

pajak dimana wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayar

langsung pajaknya dan tidak dapat dialihkan ke pihak lain.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang dapat dibebankan ke pihak

lain. Pajak ini terlebih dahulu dipungut oleh wajib pajak (pengusaha

kena pajak) dan dibebankan kepada pengguna jasa atau barang yang

dihasilkan oleh wajib pajak tersebut.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang

Mewah (PPn.BM).

2. Bedasarkan sifatnya, pajak dibagi menjadi pajak subjektif dan objektif.

a. Pajak Subjektif adalah pajak yang waktu pengenaannya

memperhatikan subjek pajak terlebih dahulu kemudian menentukan

objeknya.

Contoh: Wajib Pajak adalah PPh.

b. Pajak Objektif adalah pajak yang waktu pengenaannya memperhatikan

objek pajak terlebih dahulu kemudian menentukan subjeknya.

Page 32: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

14

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB)

3. Bedasarkan lembaga institusi pemungutannya, pajak dibedakan menjadi

pajak pusat dan pajak daerah.

a. Pajak Pusat adalah pajak yang proses administrasinya dilakukan oleh

Pemerintah Pusat yaitu Kementerian Keuangan, khususnya DJP.

Contoh: PPh dan PPN.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang pajak yang proses administrasinya

dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pajak Daerah terdiri dari Pajak

Provinsi dan Pajak Kabupaten atau Kota.

Contoh Pajak Provinsi: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan dan

Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

Contoh Pajak Kabupaten atau Kota: Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan.

Dengan adanya pembagian pajak bedasarkan golongan, sifat, dan lembaga

institusi pemungutnya, maka dapat diketahui secara jelas mengenai berbagai

macam jenis pajak, dasar pengenaan pajak, lembaga yang memungut pajak, serta

klasifikasi pajak secara rinci. Dengan begitu, wajib pajak bisa mendapatkan

informasi yang dapat memudahkannya dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya.

Page 33: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

15

2.3 Teori Pemungutan Pajak

Menurut Suandy (2014:26), terdapat beberapa teori untuk memberikan

justification mengenai dasar pembenaran pemungutan pajak di Indonesia, yaitu:

1. Teori Asuransi

Negara bertugas untuk melindungi jiwa raga dan harta benda perseorangan.

Dalam hal ini, negara disamakan dengan perusahaan asuransi. Untuk mendapat

perlindungan, warga negara wajib membayar pajak sebagai premi. Tetapi teori

ini sudah lama ditinggalkan, karena tidak cocoknya antara perbandingan dan

kenyataan. Selain itu juga tidak adanya hubungan langsung antara pembayaran

pajak dengan nilai perlindungan terhadap pembayar pajak.

2. Teori Kepentingan

Teori ini berasumsi bahwa pembayaran pajak memiliki hubungan dengan

kepentingan individu yang diperoleh dari pekerjaan negara. Semakin banyak

individu yang menikmati jasa pekerjaan dari pemerintah, maka semakin besar

pula pajaknya. Teori ini berlaku pada retribusi, tetapi sulit untuk

dipertahankan.

3. Teori Daya Pikul

Teori ini menjelaskan bahwa besarnya pemungutan pajak harus sesuai dengan

kemampuan membayar dari wajib pajak. Kemampuan diukur bedasarkan

besarnya penghasilan, kekayaan, dan pengeluaran belanja dari wajib pajak.

Teori ini diterapkan dalam pajak penghasilan, dimana wajib pajak akan

dikenakan pajak apabila memperoleh penghasilan melebihi PTKP (Penghasilan

Tidak Kena Pajak).

Page 34: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

16

4. Teori Kewajiban Mutlak

Teori ini dilandasi oleh paham organisasi negara, dimana negara memiliki

tugas untuk menyelenggarakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan

umum, termasuk keputusan di bidang pajak. Degan begitu, maka negara

memiliki hak mutlak untuk memungut pajak dan rakyat berkewajiban untuk

membayar pajak.

5. Teori Daya Beli

Teori ini tidak memandang dari mana asal mula negara memungut pajak. Teori

ini lebih melihat efek yang dihasilkan dari pemungutan pajak. Teori ini

mengajarkan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak adalah dengan

menyelenggarakan kepentingan masyarakat, bukan kepentingan individu

maupun negara.

Dengan adanya kelima teori tersebut, dasar atas pemungutan pajak telah

jelas dan sesuai dengan teori yang ada. Teori tersebut juga mengandung

prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan sepanjang masa. Prinsip tersebut

adalah prinsip manfaat dan prinsip kemampuan membayar.

Page 35: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

17

2.4 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam Priantara (2013:7), sistem pemungutan pajak terdiri dari empat sistem,

yaitu:

1. Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang kepada pemungut atau aparatur pajak untuk

menghitung besarnya pajak terutang wajib pajak. Dalam hal ini, wajib

pajak bersifat pasif.

2. Self Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan

wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung besarnya pajak

terutangnya. Dalam hal ini, wajib pajak bersifat aktif untuk menghitung,

memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya.

3. Witholding Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang kepada pihak lain untuk menentukan besarnya

pajak yang harus dipotong sesuai dengan objek pajaknya. Pihak lain

tersebut kemudian menyetorkan dan melaporkan pajak yang telah

dipotong tersebut.

4. Semi Full Self Assesment System adalah sistem pemungutan pajak

campuran antara self assessment system dan official assessment system.

Saat ini, sistem pemungutan pajak yang dianut oleh Indonesia adalah Self

Assesment System. Sistem ini mulai berlaku saat terjadinya reformasi perpajakan

pada tahun 1983. Wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung,

memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Oleh sebab itu,

keberhasilan dari sistem ini sangat ditentukan oleh kepatuhan wajib pajaknya.

Page 36: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

18

2.5 Pajak Penghasilan

Bedasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 1, pajak

penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Subjek pajak

penghasilan yang dimaksud antara lain ialah:

1. Orang pribadi.

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

3. Badan.

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Sedangkan yang bukan subjek pajak penghasilan adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Pejabat perwakilan diplomatik, konsulat atau pejabat lain dari negara

asing, dan orang-orang yang bekerja dan bertempat tinggal bersama

mereka dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima

penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya.

3. Organisasi internasional yang menjadikan Indonesia sebagai bagian dari

anggota organisasi dan tidak menjalankan usaha untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia.

4. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

Page 37: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

19

Objek pajak menurut Waluyo (2013:109) adalah sasaran pengenaan pajak

dan sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Objek pajak PPh adalah

penghasilan. Penghasilan yang termasuk sebagai objek pajak antara lain ialah:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena penagihan aktiva.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebnkan sebagai

biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan kerja karena jaminan

pengembalian hutang.

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

n. Premi asuransi.

Page 38: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

20

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

s. Surplus Bank Indonesia.

Sedangkan penghasilan yang bukan termasuk sebagai objek pajak adalah:

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat.

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial

termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha

mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

c. Warisan.

d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari

Page 39: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

21

Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib

Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak

yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa.

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,

atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

2. bagi Perseroan Terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan

yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang

disetor.

h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai.

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-

bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,

Page 40: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

22

perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif.

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,

yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu

paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 41: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

23

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 telah menjelaskan pengertian dari

pajak penghasilan secara rinci, beserta subjek maupun objek pajaknya.

Bedasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa subjek pajak baru

akan dikenakan pajak apabila telah menerima penghasilan. Tetapi, hanya

penghasilan yang termasuk dalam objek pajak saja yang akan dikenakan pajak.

2.5.1 Pajak Penghasilan Pasal 25

Bedasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yang

dimaksud dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran yang harus dibayar

sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun berjalan. Tujuan

pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan

beban pajak dalam membayar pajak terutang. Besarnya tarif Pajak PPh Pasal 25

untuk Wajib Pajak Badan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

besarnya tarif pajak penghasilan WP Badan dalam negeri dan bentuk usaha

tetap adalah sebesar 25% dikalikan dengan penghasilan kena pajak.

2. Bedasarkan pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan

Rp 50.000.000.000,00 mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar

50% dari tarif yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian

peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00.

3. Untuk keperluan penerapan tarif pajak jumlah Penghasilan Kena Pajak

dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah.

Page 42: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

24

Bedasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak, batas

waktu penyetoran SPT Masa PPh 25 adalah tanggal 15 bulan berikutnya setelah

masa pajak berakhir. Sedangkan batas waktu pelaporan SPT Masa PPh 25 adalah

paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir. Apabila Wajib Pajak terlambat

membayar, maka WP akan dikenai bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari

tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran. Sedangkan apabila wajib pajak

badan terlambat dalam menyampaikan SPT Masa PPh 25, maka akan dikenakan

denda administrasi sebesar Rp 1.000.000,00.

2.6 Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan untuk menghimpun data,

keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional

bedasarkan standar pemeriksaan yang berlaku untuk menguji kepatuhan

kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan (Sambodo, 2014: 62). Prosedur

pemeriksaan di bidang pajak diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah

Pemeriksaan oleh pejabat yang berwenang dan berakhir dengan disetujuinya

Laporan Hasil Pemeriksaan.

Laporan Hasil Pemeriksaan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar

penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau untuk tujuan lain dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. SKP

diterbitkan oleh Dirjen Pajak dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya

Page 43: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

25

pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak (Waluyo,

2013:53). Surat ketetapan pajak yang diterbitkan dapat berupa SKPKB, SKPKBT,

SKPN, maupun SKPLB. Setelah SKPKB diterbitkan, jatuh tempo pelunasan

kewajiban perpajakan yang harus dilunasi oleh wajib pajak adalah 1 bulan sejak

diterbitkannya surat ketetapan pajak. Apabila dalam 1 bulan wajib pajak belum

melaksanakan kewajibannya, maka akan dilakukan prosedur penagihan pajak oleh

fiskus.

Ada beberapa kriteria tertentu untuk menentukan sasaran pemeriksaan

pajak. Sasaran pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2011:41) adalah:

a. Interpretasi undang-undang yang tidak benar.

b. Kesalahan hitung

c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.

d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya, yang dilakukan wajib pajak

dalam kewajiban peperpajakan.

Dapat disimpulkan bahwa tindakan pemeriksaan pajak baru akan

dilakukan apabila wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban perpajakan dengan

baik, termasuk kesalahan dalam penghitungan pajaknya. Tujuan dari pemeriksaan

pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Penerbitan surat ketetapan

pajak merupakan wujud dari dilakukannya pemeriksaan pajak. Wajib pajak harus

melunasi tanggungan pajaknya bedasarkan surat ketetapan yang telah diterbitkan

dalam jangka waktu 1 bulan.

Page 44: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

26

Gambar 2.1

LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN PAJAK

Program Teknik Prosedur Metode Hasil

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan

-Menelusuri -Mengevaluasi Langsung Laporan hasil

-Mencari -Menganalisis Menguji pemeriksaan:

-Mengumpulkan angka-angka kebenaran angka- -Tingkat

-Mengolah -Menguji angka SPT melalui kepatuhan

keterkaitan penelusuran administratif

-Memanfaatkan laporan keuangan, -Tingkat

Data berbagai data neraca, buku besar, kepatuhan

dan informasi dan dokumen materiil

dari pihak pendukung lainnya maupun

terkait yuridis formal

-Menguji Tidak Langsung -Selisih

kebenaran fisik Menganalisis: koreksi

-Menjumlahkan -Laporan keuangan

kembali angka- tahun berjalan

angka ke bawah dan tahun

dan ke samping sebelumnya

-Mengadakan -Transaksi tunai

inspeksi -Transaksi bank

-Melakukan -Penggunaan dana

verifikasi -Kekayaan bersih

-Menguji -Satuan volume

kebenaran serta penjualan dalam

keaslian laporan penjualan

dokumen -Arus produksi

-Mengadakan pada tahun yang

konfirmasi diperiksa

dengan -Laba kotor tahun

pihak terkait yang diperiksa

-Melakukan -Penyusutan aset

wawancara -Biaya hidup WP

dengan WP -Dan lainnya yang

dianggap perlu

oleh pemeriksa.

Sumber: Suandy (2016:126)

Page 45: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

27

2.6.1 Jenis Pemeriksaan

Bedasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Jenis Pemeriksaan Pajak

dibedakan menjadi:

1. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di Kantor Direktorat

Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat

kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib

Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Dalam Priantara (2013:60), jenis pemeriksaan bedasarkan tujuannya

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Pemeriksaan Kepatuhan, pemeriksaan ini dilakukan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

2. Pemeriksaan dengan tujuan lain, pemeriksaan ini dilakukan dalam rangka

melaksanakan ketentuan perpajakan.

Salah satu tujuan diadakannya pemeriksaan pajak adalah untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak.

Telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan, bahwa ruang lingkup

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara

lain adalah :

Page 46: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

28

a. satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak,

b. baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun

Pajak,

c. dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

2.6.2 Kriteria Pemeriksaan Pajak

Bedasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan,

Kriteria pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan wajib pajak dapat dilakukan dalam hal :

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk

yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Pemeriksaan

ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor atau pemeriksaan lapangan.

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi, pemeriksaan

dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.

3. Tidak manyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi

melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.

4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau

meninggalkan Indonesia untuk selamanya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

jenis pemeriksaan lapangan.

5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi

bedasarkan hasil analisis resiko yang terindikasi tidak memenuhi kewajiban

Page 47: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

29

perpajakan wajib pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.

2.6.3 Surat Ketetapan Pajak

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, bahwa Surat Ketetapan Pajak dibedakan menjadi SKPKB,

SKPKBT, SKPN, dan SKPLB. Adapun jangka waktu dan penyebab

diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah sebagai berikut:

1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar)

DJP dapat menerbitkan SKPKB dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat

terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau

Tahun Pajak apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pajak yang terutang tidak

atau kurang dibayar atau dalam hal WP karena kealpaannya tidak

menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT namun isinya tidak benar atau

tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga

dapat menimbulkan kerugian terhadap pendapatan negara. Setelah SKPKB

diterbitkan, jatuh tempo pelunasan kewajiban perpajakan adalah 1 bulan sejak

diterbitkannya surat ketetapan pajak.

2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan)

SKPKBT dapat diterbitkan oleh DJP dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun

Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang menyebabkan

penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan

pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.

Page 48: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

30

3. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil)

Penerbitan SKPN dapat dilakukan setelah melakukan pemeriksaan dalam hal

jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah

pajak yang terutang, atau dalam hal pajak tidak terutang dan tidak ada kredit

pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

4. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar)

Penerbitan SKPLB dilakukan setelah pemeriksaan dalam hal jumlah kredit

pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang

terutang, atau apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak

terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Surat Ketetapan Pajak memiliki

fungsi sebagai surat keputusan dalam menentukan besarnya jumlah pajak yang

terutang, jumlah pengurangan pembayaran pajak, jumlah kekurangan pembayaran

pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Apabila wajib pajak belum melaksanakan kewajibannya, maka akan dilakukan

prosedur penagihan pajak oleh fiskus.

Page 49: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

31

2.7 Penagihan Pajak

Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 18 UU Nomor 28 Tahun 2007,

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi

utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,

melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,

mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,

menjual barang yang telah disita. Fungsi dari penagihan pajak adalah sebagai

tindakan penegakan hukum kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak agar

Wajib Pajak atau Penanggung Pajak mematuhi peraturan perundang-undangan.

Menurut Suandy (2014: 169) penagihan pajak dapat dikelompokkan

menjadi 2 yaitu:

1. Penagihan pajak pasif

Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan

Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi

lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 hari belum dilunasi maka 7 hari

setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang

dimulai dengan menerbitkan surat teguran.

2. Penagihan pajak aktif

Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,

dimana dalam upaya penagihan ini fiskus lebih berperan aktif dalam arti

tidak hanya mengirim Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak

Page 50: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

32

tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan

pelaksanaan lelang. Pelaksanaan penagihan aktif dijadwalkan berlangsung

selama 58 hari yang dimulai dengan penyampaian surat teguran, surat

paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, dan pengumuman lelang.

Dapat disimpulkan bahwa tindakan penagihan pajak merupakan salah satu

cara untuk memaksa kepatuhan wajib pajak. Dengan diterbitkannya surat paksa,

merupakan wujud dari dilakukannya penagihan pajak. Apabila surat paksa telah

diterbitkan, maka wajib pajak harus melunasi tanggungan pajaknya dalam jangka

waktu 2x24 jam. Apabila wajib pajak belum juga melunasinya, maka akan

dilakukan tindakan penyitaan.

2.7.1 Jadwal Waktu Penagihan Pajak

Bedasarkan Ketentuan Umum Perpajakan, Penagihan pajak dapat

dilakukan dengan cara bertahap, yaitu dengan penerbitan surat teguran, surat

paksa, penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan, pengumuman lelang,

dan pelaksanaan lelang. Berikut penjelasan beberapa tahapan tersebut:

1. Penerbitan Surat Teguran

Penagihan Pajak dilakukan dengan terlebih dahulu menerbitkan Surat Teguran

oleh Kepala KPP. Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap Penanggung Pajak

yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Surat

Teguran ini akan disampaikan 7 hari setelah 1 bulan sejak surat ketetapan pajak

diterbitkan.

Page 51: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

33

2. Penerbitan Surat Paksa

Surat paksa diterbitkan apabila jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh

Penanggung Pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak tanggal disampaikan Surat

Teguran. Surat Paksa diterbitkan oleh Pejabat dan diberitahukan secara

langsung oleh jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.

3. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan diterbitkan apabila setelah lewat waktu

2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak dan

utang pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak.

4. Pengumuman Lelang

Lelang dapat diumumkan apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal

pelaksanaan penyitaan. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan

biaya Penagihan Pajak, Pejabat melakukan pengumuman lelang.

5. Pelaksanaan Lelang

Lelang dilaksanakan Apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak Pengumuman

Lelang. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya Penagihan

Pajak, Pejabat melakukan penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui

kantor lelang negara.

Page 52: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

34

Gambar 2.2

TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK

7 Hari 21 Hari 2 x 24 Jam 14 Hari 14 Hari

Dasar Jatuh Surat Surat Penyitaan Pengumuman Pelaksanaan

Penagihan Tempo Teguran Paksa Lelang Lelang

STP

SKPKB

SKPKBT

dll

Sumber: Suharsono (2015:177)

Page 53: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

35

2.7.2 Penagihan dengan Surat Paksa

Pengertian surat paksa telah diatur dalam UU No. 19 tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang berbunyi: “Surat paksa adalah surat

perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”. Penagihan dengan

surat paksa ini dikenal dengan penagihan yang “keras” dalam rangka melakukan

penegakan hukum di bidang perpajakan. Namun langkah ini merupakan langkah

terakhir yang dilakukan oleh fiskus apabila tidak ada jalan lain yang dapat

dilakukan. Penagihan dengan surat paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak

tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau

sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi

angsuran pembayaran pajak.

Dalam Pasal 7 ayat 2 UU No. 19 tahun 2000 disebutkan bahwa surat

paksa sekurang-kurangnyaharus memuat:

1) Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

2) Dasar penagihan

3) Besarnya utang pajak

4) Perintah untuk membayar

Selain kriteria di atas, surat paksa juga mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Surat paksa langsung dapat digunakan tanpa bantuan putusan peradilan dan

tidak dapat digunakan untuk mengajukan banding

2) Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan biaya penagihannya

3) Dapat dilanjutkan dengan tindakan penagihan penyanderaan

Page 54: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

36

Secara teori surat paksa diterbitkan setelah surat teguran atau surat

peringatan atau surat lain sejenis yang diterbitkan oleh pejabat. Pasal 8 ayat 1 UU

No. 19 Tahun 2000 menerangkan tentang sebab-sebab penerbitan surat paksa,

yaitu:

1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan

surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis

2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan

sekaligus

3) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam

keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik

modal

2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan

Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu

2×24 jam setelah surat paksa diberitahukan, maka pejabat menerbitkan surat

perintah melaksanakan penyitaan. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak

mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat Paksa dan apabila Wajib Pajak

dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan kepada Hakim Pengawas. Sedangkan

dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa

diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan proses

likuidasi

Page 55: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

37

2.8 Penerimaan Pajak

Realisasi penerimaan pajak adalah penerimaan pajak yang berasal dari

Wajib Pajak yang berhasil dihimpun oleh KPP. Pemungutan pajak merupakan

perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib pajak yang secara

langsung dan bersama sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan

untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Menurut (Waluyo 2013:3) dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan

penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat

menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi

masyarakat. Sedangkan dari sudut pandang keuangan, pajak juga dipandang

sebagai bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari

penerimaan negara, kondisi keuangan negara tidak lagi semata-mata dari

penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk

menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara.

Upaya memaksimalkan penghimpunan pajak negara dapat dilakukan

melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi di bidang perpajakan.

Ekstensifikasi merupakan upaya untuk menambah atau memperluas subyek pajak

maupun obyek pajak. Indikatornya adalah ketika nominal rupiah pajak yang

terhimpun diikuti oleh peningkatan jumlah Wajib Pajak. Intensifikasi dilakukan

dengan upaya meningkatkan terhimpunnya pajak dari subyek pajak dan obyek

pajak yang telah ada. Indikatornya adalah peningkatan nominal rupiah penerimaan

pajak tanpa selalu diikuti penambahan jumlah subyek atau obyek pajak.

Page 56: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

38

2.9 Penelitian Terdahulu

Berikut ini akan dijelaskan beberapa penelitian sebelumnya yang terkait

dengan topik penelitian ini.

1. Penelitian dari Sari dan Afriyanti (2012) membahas mengenai pengaruh

kepatuhan WP dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29

Badan. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa kepatuhan WP dan

pemeriksaan pajak secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap

penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan.

2. Syahab dan Gisijanto (2008) membahas tentang pengaruh penagihan pajak dan

surat paksa pajak terhadap Penerimaan PPh Badan. Hasil penelitian ini

menyebutkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara penagihan

pajak dan surat paksa pajak dengan penerimaan PPh Badan.

3. Mahendra dan Sukartha (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh

kepatuhan, pemeriksaan, dan penagihan pajak pada penerimaan PPh Badan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan

pajak dan penagihan pajak berpengaruh positif pada penerimaan PPh Badan.

4. Prihastanti dan Kiswanto (2015) membahas mengenai tingkat kepatuhan WP

Badan terhadap penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak badan

berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Namun, variabel

pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Tingkat

kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak semakin diperlemah

dengan adanya pemeriksaan pajak sebagai variabel moderating, sedangkan

Page 57: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

39

penagihan pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan sebagai variabel

kontrol terhadap penerimaan pajak.

5. Suhendra (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat kepatuhan WP

Badan terhadap peningkatan penerimaan PPh Badan. Penelitian ini

menghasilkan bahwa secara simultan tingkat kepatuhan WP Badan, pemeriksaan

pajak, dan pajak penghasilan terutang berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan

6. Agusti dan Herawati (2009) membahas mengenai pengaruh tingkat kepatuhan WP

Badan terhadap penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara kepatuhan WP Badan terhadap peningkatan penerimaan

pajak. Namun, pemeriksaan pajak tidak dapat memoderasi hubungan antara

kepatuhan WP Badan dan peningkatan penerimaan pajak.

Dalam hal ini, model yang digunakan penelitian sebelumnya adalah

regresi berganda. Dimana hasil dari analisis ini tidak dapat menggambarkan

secara langsung variabel mana yang lebih mempengaruhi penerimaan pajak.

Selain itu, data yang digunakan selisihnya terlalu jauh, sehingga hasil dari

penelitian tidak dapat menjawab keterkaitan antar variabel yang lebih detail.

Untuk menggambarkan hasil penelitian yang lebih detail, peneliti

menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Analisis ini dapat mengetahui

pergerakan penerimaan pajak yang lebih detail seiring dengan meningkatnya

pemeriksaan pajak dan penagihan pajak.

Page 58: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

40

2.10 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dapat digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 2.3

Kerangka Penelitian

Ketentuan Umum

Perpajakan

Pemeriksaan Pajak Penagihan Pajak

SKPKB Surat Paksa

WP Badan

Penerimaan Pajak

Penghasilan Badan

Page 59: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Bedasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

deskriptif yang merupakan jenis penelitian dengan tujuan untuk menjelaskan

sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016:78). Dalam hal ini,

peneliti berusaha untuk mencari jawaban atas fenomena permasalahan yang

diajukan, yaitu hubungan pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan badan. Penelitian ini menggunakan pengolahan

statistik yang datanya adalah data kuantitatif berupa angka, sehingga penelitian ini

tergolong sebagai penelitian kuantitatif.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh data

penerimaan pajak dan penerbitan surat pada KPP Madya Malang selama periode

2013-2016. Populasi dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan teknik

convinience sampling yaitu metode penarikan sampel bedasarkan keinginan

peneliti sesuai dengan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2016:19).

Bedasarkan metode convinience sampling, sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data penerimaan Pajak Penghasilan Badan, penerbitan

SKPKB, serta penerbitan surat paksa yang diambil setiap bulan dari tahun 2013

sampai dengan 2016.

Page 60: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

42

3.3 Data Penelitian dan Sumbernya

Data Penelitian merupakan faktor terpenting dari terlaksananya suatu

penelitian. Berikut akan dijelaskan mengenai jenis data, sumber data, dan teknik

pengumpulan data.

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Data merupakan keterangan yang dapat memberikan gambaran atas suatu

keadaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh langsung dari KPP Madya Malang. Data primer adalah data yang

dikumpulkan langsung oleh peneliti langsung dari sumber pertama (Ulum dan

Juanda, 2016:94). Data yang digunakan oleh peneliti antara lain yaitu:

1. Data penerimaan Pajak Penghasilan Badan setiap bulan mulai tahun 2013-

2016.

2. Jumlah SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) yang diterbitkan setiap

bulan mulai tahun 2013-2016.

3. Jumlah surat paksa yang diterbitkan setiap bulan mulai tahun 2013-2016.

Sumber data diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini diperoleh dengan metode dokumentasi.

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang sudah tersedia.

Dokumentasi bisa dilakukan dengan cara mencatat ulang, memotret, foto copy,

atau membeli (Ulum dan Juanda, 2016:96). Metode ini dilakukan dengan

mengumpulkan dokumen terkait secara langsung dengan kebutuhan penelitian

Page 61: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

43

seperti data mengenai penerimaan Pajak Penghasilan Badan, jumlah SKPKB,

serta jumlah surat paksa yang telah diterbitkan oleh KPP Madya Malang.

Literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal penelitian

terdahulu, internet search yang berhubungan dengan tema penelitian, dan buku

dari berbagai sumber.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif. Metode deskriptif

merupakan suatu metode analisis dengan mengumpulkan, menyusun, dan

mengolah data agar dapat memberikan suatu gambaran mengenai suatu keadaan

tertentu sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2015:244)

Dalam penelitian ini, penulis menggambarkan pemeriksaan pajak,

penagihan pajak, serta penerimaan pajak penghasilan badan bedasarkan data-data

yang telah dikumpulkan. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel maupun

grafik yang kemudian ditarik kesimpulan mengenai hubungan antara pemeriksaan

dan penagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. Penarikan

kesimpulan dikaitkan dengan teori yang berlaku serta fenomena-fenomena yang

terjadi pada tahun tersebut. Adapun data-data yang dikumpulkan meliputi data

penerbitan SKPKB, surat paksa, serta data penerimaan pajak penghasilan badan di

KPP Madya Malang.

Page 62: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum objek penelitian menjelaskan tentang profil instansi atau

objek penelitian. Dalam penelitian ini akan dijelaskan beberapa hal yang terkait

dengan KPP Madya Malang.

4.1.1 Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang

KPP Madya Malang berdiri sejak tahun 2007 dan dengan melalui

Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006. KPP Madya Malang

beroperasi mulai tanggal 9 April 2007. KPP Madya Malang mengelola wajib

pajak badan dalam skala regional. Kantor Pelayanan Pajak ini terletak di

Kompleks Araya Business Center Kavling 1, Jalan Panji Suroso, Arjosari,

Malang.

KPP Madya Malang mengadministrasikan wajib pajak badan tertentu yang

berdomisili di seluruh wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Timur III. Wilayah kerja

KPP Madya Malang membentang dari bagian tengah, timur, dan selatan dari

Provinsi Jawa Timur yang mencakup 14 kota/kabupaten. Berikut adalah rincian

dari 14 kota/kabupaten tersebut, yaitu:

1. Malang (3.675 km2)

2. Batu (137 km2)

3. Pasuruan (1.474 km2)

4. Probolinggo (1.721 km2)

Page 63: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

45

5. Jember (3.293 km2)

6. Lumajang (1.790 km2)

7. Situbondo (1.670 km2)

8. Bondowoso ( 1.526 km2)

9. Banyuwangi (5.782 km2)

10. Blitar (1.588 km2)

11. Kediri (1.026 km2)

12. Tulungagung (1.055 km2)

13. Trenggalek (1.261 km2)

14. Nganjuk (1.224 km2)

KPP Madya Malang mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,

pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, , Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung

lainnya dalam wilayah wewenangnya. Dalam menjalankan tugasnya, KPP Madya

Malang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,

dan penyajian informasi perpajakan.

b. Penetapan dan penerbitan produk hokum dan perpajakan

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi perpajakan

f. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

Page 64: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

46

g. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

h. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak

i. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

j. Pelaksanaan insentifikasi

k. Pembetulan ketetapan pajak

l. Pelaksanaan administrasi kantor

4.1.2 Visi dan Misi KPP Madya Malang

Visi KPP Madya Malang adalah: “Menjadi Kantor Pelayanan Pajak

terbaik, yang menggunakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif,

dan efisien, dipercaya dan dibanggakan masyarakat”.

Selanjutnya Misi KPP Madya Malang adalah: “Dapat melayani

masyarakat dalam bidang perpajakan dengan pelayanan yang excellent dan adil

serta mampu turut serta mewujudkan kemandirian pembiayaan negara sesuai

dengan potensi yang ada"

Page 65: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

47

4.1.3 Struktur Organisasi KPP Madya Malang

Struktur organisasi dari KPP Madya Malang akan dijelaskan dalam

gambar dibawah ini.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Madya Malang

Sumber : Data Internal KPP Madya Malang, 2017

Page 66: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

48

4.1.4 Uraian Tugas atau Jabatan Unit Organisasi

Setiap jabatan yang ada pada struktur organisasi di KPP Madya Malang

memiliki tugas masing-masing. Berikut adalah penjelasan dari tugas masing-

masing jabatan tersebut:

1. Kepala KPP Madya Malang

Kepala KPP Madya Malang mempunyai tugas untuk mengelola pelaksanaan,

penyuluhan, pelayanan, dan mengawasi wajib pajak di bidang perpajakan

dalam wilayah wewenangnya bedasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum memiliki tugas untuk melakukan urusan kepegawaian,

keuangan, tata usaha, dan rumah tangga. Diantaranya ialah kenaikan pangkat,

disiplin pegawai, penggajian pegawai, cuti, pengadaan sarana dan prasarana

kantor.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas untuk Melakukan

urusan penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan data, pemeliharaan

Relational Data Base Management System (RDBMS), pengelolaan akses dan

keamanan sistem komputer, pelayanan dukungan teknis komputer serta

melakukan penyiapan, pencetakan dan pengiriman laporan kinerja.

4. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi pemeriksaan dan kepatuhan internal mempunyai tugas untuk melakukan

penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan

Page 67: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

49

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak,

serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.

5. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas untuk melakukan urusan penatausahaan

piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penerbitan dan

penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa dan Surat Perintah Melakukan

Penyitaan, pembuatan usulan pelelangan dan usulan penghapusan piutang

pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

6. Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai tugas untuk melakukan pelayanan Wajib Pajak,

penyuluhan ketentuan formal perpajakan, penerimaan Surat Pemberitahuan

(SPT) dan surat-surat permohonan (termasuk suratsurat lainnya dari Wajib

Pajak), perekaman dokumen, perpajakan (termasuk Surat Pemberitahuan, Surat

Setoran Pajak, Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak/Surat Perintah

Membayar Imbalan Bunga yang diuangkan, Putusan Keberatan dan Banding),

dan kearsipan berkas Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV

Seksi ini mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan kepatuhan

perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak,

konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, rekonsiliasi data

wajib pajak dalam rangka melakukan insentifikasi, usulan pembetulan

ketetapan pajak, serta evaluasi hasil banding.

Page 68: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

50

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional memiliki tugas untuk melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing bedasarkan peraturan perundang-

undangan.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti akan dianalisis dan dibahas

dengan menggunakan metode deskriptif. Berikut ini akan dijelaskan pembahasan

secara deskriptif yang dikaitkan dengan fenomena yang ada serta teori yang

berlaku.

4.2.1 Statistik Deskriptif

Hasil statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif atas Variabel Penelitian Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pemeriksaan

Pajak

48 0 19 5 4

Penagihan

Pajak

48 0 289 67 64

Penerimaan

Pajak

48 20,150,018,911 889,633,797,794 155,717,102,157 160,557,676,926

Sumber : Data diolah, 2017

Data dalam penelitian ini menggunakan SKPKB, SKPKBT, Surat Paksa,

dan data realisasi penerimaan pajak penghasilan badan yang dilaporkan setiap

bulan selama 4 tahun. Berikut ini adalah penjelasan statistik deskriptif dari

masing-masing variabel penelitian ini:

Page 69: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

51

1. Pemeriksaan pajak dalam penelitian ini memiliki nilai tertinggi sebesar 19 dan

terendah 0. Hal ini menunjukkan bahwa selama bulan januari 2013 sampai

dengan bulan desember 2016, KPP Madya malang paling banyak menerbitkan

SKPKB sejumlah 19 surat pada bulan tertentu. Sedangkan paling sedikit, KPP

Madya Malang tidak menerbitkan SKPKB sama sekali di bulan tertentu.

Bedasarkan tabel 4.1, mean atau rata-rata sebesar 5 dengan simpangan baku

sebesar 4. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penerbitan SKPKB di KPP

Madya Malang selama bulan januari 2013 sampai dengan bulan desember 2016

adalah sebanyak 5 surat.

2. Penagihan pajak dalam penelitian ini memiliki nilai tertinggi sebesar 289 dan

terendah 0. Hal ini menunjukkan bahwa selama bulan januari 2013 sampai

dengan bulan desember 2016, KPP Madya malang paling banyak menerbitkan

Surat Paksa sejumlah 289 surat pada bulan tertentu. Sedangkan paling sedikit,

KPP Madya Malang tidak menerbitkan Surat Paksa sama sekali di bulan

tertentu. Bedasarkan tabel 4.1, mean atau rata-rata sebesar 67 dengan

simpangan baku sebesar 64. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penerbitan

Surat Paksa di KPP Madya Malang selama bulan januari 2013 sampai dengan

bulan desember 2016 adalah sebanyak 67 surat.

3. Penerimaan pajak dalam penelitian ini memiliki nilai tertinggi sebesar

889,633,797,794 dan terendah 20,150,018,911. Hal ini menunjukkan bahwa

selama bulan januari 2013 sampai dengan bulan desember 2016, KPP Madya

Malang paling banyak menerima setoran pajak sebesar Rp 889,633,797,794,-

pada bulan tertentu. Sedangkan paling sedikit menerima setoran pajak sebesar

Page 70: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

52

Rp 20,150,018,911,- pada bulan tertentu. Bedasarkan tabel 4.1, mean atau rata-

rata sebesar 155,717,102,157 dengan simpangan baku sebesar 160,557,676,926. Hal

ini menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan Pajak Penghasilan Badan di KPP

Madya Malang selama bulan januari 2013 sampai dengan bulan desember 2016

adalah sebesar Rp 155,717,102,157,-.

4.2.2 Pemeriksaan Pajak

Peneliti mengukur pemeriksaan pajak di KPP Madya Malang bedasarkan

jumlah penerbitan SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) yang

diterbitkan setiap bulan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Berikut

adalah data penerbitan SKPKB di KPP Madya Malang.

Tabel 4.2

Jumlah SKPKB yang Diterbitkan per Bulan

No Bulan Tahun

2013 2014 2015 2016

1 Januari 4 1 5 5

2 Pebruari 1 3 8 3

3 Maret 4 6 8 13

4 April 10 4 3 6

5 Mei 0 1 7 1

6 Juni 7 3 7 4

7 Juli 1 6 1 3

8 Agustus 2 5 3 0

9 September 4 9 10 2

10 Oktober 3 6 19 0

11 November 6 6 9 0

12 Desember 7 13 7 3

Jumlah 49 63 87 40

Rata-rata 4 5 7 3 Sumber : KPP Madya Malang, 2017

Page 71: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

53

Bedasarkan tabel 4.2, terlihat jumlah penerbitan SKPKB setiap tahunnya.

Jumlah terbesar penerbitan SKPKB terjadi pada tahun 2015, yaitu sebanyak 87

surat. Sedangkan penerbitan SKPKB paling sedikit terjadi pada tahun 2016, yaitu

sebanyak 40 surat. Bedasarkan pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan nomor

17/PMK.03/2013 menyatakan bahwa Pemeriksaan pajak untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dalam hal

memenuhi beberapa kriteria. Salah satunya adalah ketika wajib pajak melakukan

penilaian kembali aktiva tetap. Jadi, ketika wajib pajak melakukan revaluasi atau

penilaian kembali aktiva tetap, maka pihak fiskus harus melakukan pemeriksaan

pajak yang menghasilkan surat ketetapan pajak.

Bedasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa jumlah penerbitan SKPKB terbanyak

terletak pada bulan oktober 2015, yaitu sebanyak 19 surat. Hal ini dapat

disebabkan karena pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 191/PMK.010/2015 tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan

perpajakan. Peraturan tersebut diterbitkan dan diberlakukan pada bulan Oktober

2015, dimana pada bulan tersebut jumlah penerbitan SKPKB di KPP Madya

Malang merupakan jumlah paling banyak dalam 4 tahun terakhir. Dengan

peraturan tersebut, maka wajib pajak memiliki kesempatan untuk melakukan

revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan, dimana atas selisih lebih nilai aset

hasil revaluasi akan dikenakan pajak penghasilan bersifat final.

Khusus pada tahun 2015 dan 2016, wajib pajak dapat menikmati tarif khusus.

Jika sebelumnya tarif PPh final adalah 10%, maka untuk tahun 2015 dan 2016

tarif tersebut turun menjadi 3%, 4%, dan 6%. Untuk wajib pajak yang telah

Page 72: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

54

memperoleh penetapan revaluasi aset dan melunasi pajaknya sampai dengan 31

Desember 2015 akan dikenakan tarif PPh final sebesar 3%. Tarif PPh final sebesar

4% untuk pelunasan dari 1 Januari 2016 sampai dengan 30 Juni 2016. Serta untuk

tarif PPh final sebesar 6% untuk pelunasan hingga 31 Desember 2016. Kebijakan

tersebut dibuat untuk menarik minat perusahaan agar tertarik melakukan revaluasi

aset tetap, sehingga penerimaan pajak pun akan bertambah.

4.2.3 Grafik Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak dan Penerimaan Pajak

Gambar 4.2

Grafik Keterkaitan Pemeriksaan Pajak dan Penerimaan Pajak

Sumber : Data diolah, 2017

Page 73: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

55

Dalam mengolah data grafik, peneliti menganalisis data yang sebelumnya

per bulan menjadi per tahun. Peneliti menjumlahkan penerbitan SKPKB dan

penerimaan pajak mulai bulan Januari hingga Desember setiap tahunnya. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah membaca data serta menganalisis hubungan

antara pemeriksaan pajak dengan penerimaan pajak setiap tahunnya. Bedasarkan

grafik diatas, diketahui bahwa penerimaan pajak setiap tahunnya senantiasa

meningkat. Puncaknya adalah pada tahun 2016 yang mencapai 2.798 Milyar

Rupiah. Sedangkan pemeriksaan pajak yang dilakukan dalam 4 tahun terakhir ini

cenderung fluktuatif. Pemeriksaan paling banyak dilakukan pada tahun 2015

dengan menerbitkan SKPKB sebanyak 87 surat. Dengan pemeriksaan pajak yang

dilakukan secara maksimal, maka mempengaruhi jumlah penerimaan pajak pada

bulan berikutnya. Hal ini karena efek dari penerbitan SKPKB yang berdampak

pada bulan berikutnya. Bedasarkan pasal 9 ayat 3 UU Nomor 28 Tahun 2007,

telah dijelaskan bahwa jatuh tempo pelunasan SKPKB yaitu 1 bulan sejak

tanggal diterbitkan surat ketetapan tersebut. Sehingga, ketika penerbitan SKPKB

meningkat, maka peningkatan penerimaan bisa dirasakan pada bulan berikutnya.

Bedasarkan gambar 4.2, dapat dilihat bahwa mulai tahun 2013 hingga

tahun 2015, pemeriksaan pajak terus mengalami peningkatan. Hal ini selaras

dengan peningkatan penerimaan pajak yang terjadi mulai tahun 2013 sampai

dengan tahun 2015. Pada tahun 2016 pemeriksaan pajak mengalami penurunan,

akan tetapi penerimaan pajak tetap meningkat. Peningkatan penerimaan pajak

dapat terjadi karena dipengaruhi oleh faktor lain. Salah satunya adalah

Page 74: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

56

meningkatnya penerbitan surat paksa yang merupakan bentuk dari tindakan

penagihan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh (Mahendra dan Sukartha, 2014) serta (Sari

dan Afriyanti, 2012) menghasilkan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh positif

terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. Hal ini berarti bahwa semakin

banyak pemeriksaan dilakukan, maka semakin banyak pula pajak penghasilan

badan yang diterima. Hal ini sesuai dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan

pajak, salah satunya untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan (Sambodo,

2014:62). Pihak fiskus memberikan jangka waktu 30 hari kepada wajib pajak

untuk melunasi SKPKB yang telah diterbitkan. Hal ini dapat mendorong wajib

pajak untuk melunasi pajaknya agar tidak dilakukan tindakan penagihan aktif. Jika

akhirnya semakin banyak wajib pajak yang patuh dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan, tentunya juga akan meningkatkan penerimaan pajak.

Page 75: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

57

4.2.4 Penagihan Pajak

Peneliti mengukur penagihan pajak di KPP Madya Malang bedasarkan

jumlah penerbitan Surat Paksa yang diterbitkan setiap bulan dari tahun 2013

sampai dengan tahun 2016. Berikut adalah data penerbitan Surat Paksa di KPP

Madya Malang.

Tabel 4.3

Jumlah Surat Paksa yang diterbitkan per bulan

No Bulan Tahun

2013 2014 2015 2016

1 Januari 9 21 40 192

2 Februari 15 26 93 289

3 Maret 19 91 53 179

4 April 1 25 68 184

5 Mei 4 68 71 50

6 Juni 11 43 63 96

7 Juli 0 111 60 52

8 Agustus 1 29 193 118

9 September 0 33 99 199

10 Oktober 33 75 62 109

11 November 54 23 111 56

12 Desember 12 0 44 53

Jumlah 159 545 957 1,577

Rata-rata 13 45 80 131 Sumber : KPP Madya Malang, 2017

Bedasarkan tabel 4.3, terlihat jumlah penerbitan Surat Paksa setiap

tahunnya. Jumlah terbesar penerbitan Surat Paksa terjadi pada tahun 2016, yaitu

sebanyak 1.577 surat. Sedangkan penerbitan Surat Paksa paling sedikit terjadi

pada tahun 2013, yaitu sebanyak 159 surat. Karakteristik wajib pajak pada KPP

Madya Malang cenderung patuh ketika pihak fiskus telah melakukan tindakan

penagihan pajak. Oleh karena itu, pihak fiskus meningkatkan jumlah penerbitan

surat paksa setiap tahunnya agar penerimaan pajak dapat senantiasa meningkat.

Page 76: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

58

4.2.5 Grafik Keterkaitan antara Penagihan Pajak dan Penerimaan Pajak

Gambar 4.3

Grafik Keterkaitan Penagihan Pajak dan Penerimaan Pajak Sumber : Data diolah, 2017

Dalam mengolah data grafik, peneliti menganalisis data yang sebelumnya

per bulan menjadi per tahun. Peneliti menjumlahkan penerbitan Surat Paksa dan

penerimaan pajak mulai bulan Januari hingga Desember setiap tahunnya. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah membaca data serta menganalisis hubungan

antara penagihan pajak dengan penerimaan pajak setiap tahunnya. Bedasarkan

grafik diatas, diketahui bahwa penagihan pajak dan penerimaan pajak setiap

tahunnya senantiasa meningkat. Puncaknya pada tahun 2016, penagihan dilakukan

dengan menerbitkan surat paksa sebanyak 1.577 surat. Sedangkan penerimaan

pajak paling tinggi juga pada tahun 2016, yaitu sebesar 2.798 Milyar Rupiah.

Page 77: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

59

Penagihan dan penerimaan pajak peningkatannya selaras. Hal ini karena dampak

dari peningkatan penerbitan surat paksa berpengaruh terhadap peningkatan

penerimaan pajak pada bulan itu juga.

Bedasarkan Peraturan Menteri Keuangan Pasal 24 PMK-24/PMK.03/2008,

telah dijelaskan bahwa Surat Paksa harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam

sejak surat paksa diterbitkan. Apabila penanggung pajak tidak dapat melunasinya,

maka akan dilakukan tindakan penyitaan. Dengan jangka waktu pelunasan surat

paksa yang relatif singkat, akan mendorong wajib pajak untuk melunasi kewajiban

perpajakannya. Wajib pajak akan berusaha untuk menghindari tindakan penyitaan

jika tidak mampu melunasi tunggakan pajaknya. Oleh karena itu, wajib pajak akan

banyak yang melunasi tunggakan pajaknya sebelum tanggal jatuh tempo yang

tertera di surat paksa. Sehingga, ketika penerbitan Surat Paksa meningkat, maka

penerimaan pajak pun senantiasa akan meningkat pula. Hal ini selaras dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Syahab dan Gisijanto, 2008) serta (Mahendra dan

Sukartha, 2014) yang menyatakan bahwa penagihan pajak berpengaruh positif

terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.

Page 78: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

60

4.2.6 Penerimaan Pajak Penghasilan Badan

Tabel 4.4

Data Penerimaan Pajak Penghasilan Badan

No Bulan Tahun

2013 2014 2015 2016

1 Januari 158,184,671,811 251,597,015,129 889,633,797,794 803,547,626,920

2 Februari 20,482,542,975 28,681,266,433 145,066,503,935 147,572,749,864

3 Maret 20,150,018,911 133,598,867,855 143,572,056,502 174,184,770,096

4 April 27,524,832,495 146,277,812,863 151,654,562,076 198,190,098,208

5 Mei 27,325,753,668 130,777,165,195 142,239,114,127 197,055,991,739

6 Juni 29,208,745,013 97,846,881,156 141,721,191,468 197,208,650,297

7 Juli 28,916,193,200 268,091,656,615 147,460,224,813 178,840,032,538

8 Agustus 28,217,250,276 161,037,220,039 146,827,991,574 178,779,856,007

9 September 27,912,175,837 160,485,067,165 147,409,720,093 184,125,055,751

10 Oktober 26,378,635,760 162,529,438,916 147,156,054,182 178,355,204,418

11 November 26,426,528,142 161,262,994,934 147,178,705,435 180,128,473,754

12 Desember 28,015,686,065 27,884,831,861 147,770,391,592 179,928,828,045

Jumlah 448,743,034,153 1,730,070,218,161 2,497,690,313,591 2,797,917,337,637

Rata-rata 37,395,252,846 144,172,518,180 208,140,859,466 233,159,778,136

Sumber : KPP Madya Malang, 2017

Bedasarkan tabel diatas, terlihat jumlah penerimaan pajak setiap tahunnya.

Jumlah terbesar penerimaan pajak terjadi pada tahun 2016, yaitu sebesar Rp

2,797,917,337,637,-. Sedangkan penerimaan pajak paling sedikit terjadi pada

tahun 2013, yaitu sebesar Rp 448,743,034,153,-. Seperti yang kita tahu bahwa di

tahun 2016 potensi penerimaan pajak dapat meningkat. Hal ini dapat disebabkan

oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada di tahun 2016. Meningkatnya

penerimaan pajak di tahun 2016 bisa terjadi karena hal berikut:

1. Adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang

penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan. Kebijakan tersebut

menetapkan tarif khusus pengenaan pajak penghasilan final di tahun 2015 dan

2016 yang lebih rendah. Kebijakan tersebut dibuat oleh pemerintah guna

menarik minat wajib pajak agar tertarik melakukan revaluasi aset tetap, serta

Page 79: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

61

menyetorkan PPh final atas revaluasi aset tetap. Sehingga penerimaan pajak

pun akan meningkat pada tahun 2016.

2. Adanya kebijakan tax amnesty (pengampunan pajak) yang diterbitkan pada

tahun 2016. Kebijakan tersebut mulai berlaku sejak disahkannya Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Pengampunan

pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi

administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan. Dengan cara

mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana yang telah diatur

dalam Undang-Undang ini. Kebijakan ini akan meningkatkan penerimaan

pajak dari uang tebusan yang dibayarkan oleh wajib pajak dalam program

tersebut. Sehingga, penerimaan pajak di KPP Madya Malang meningkat pada

tahun 2016.

3. Penerbitan surat paksa sebagai tindakan penagihan pajak yang paling tinggi

terjadi di tahun 2016. Pada KPP Madya Malang, jumlah penerbitan surat paksa

paling banyak terjadi di tahun 2016 dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini.

Sebanyak 1.577 surat paksa telah diterbitkan oleh KPP Madya Malang di tahun

2016. Sehingga penerimaan pajak yang berasal dari tunggakan wajib pajak

dapat dihimpun banyak di tahun 2016.

Page 80: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

62

4.2.7 Grafik Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, dan

Penerimaan Pajak

Gambar 4.4

Grafik Keterkaitan Pemeriksaan, Penagihan, dan Penerimaan Pajak

Sumber : Data diolah, 2017

Bedasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa peningkatan penagihan pajak

pada tahun 2016 cukup drastis. Dari yang awalnya 957 penerbitan surat paksa di

tahun 2015, meningkat menjadi 1.577 di tahun 2016. Akan tetapi, ketika

peningkatan penagihan pajak ini drastis, penerimaan pajak di tahun 2016

mengalami sedikit peningkatan saja. Hal ini dapat dipengaruhi oleh penurunan

pemeriksaan pajak di tahun 2016. Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015,

pemeriksaan pajak dan penagihan pajak sama-sama mengalami peningkatan.

Sehingga penerimaan pajak pun di tahun 2013 sampai dengan tahun 2015

mengalami peningkatan yang signifikan. Akan tetapi pada tahun 2016, ketika

Page 81: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

63

penagihan pajak meningkat drastis, sedangkan pemeriksaan pajak turun drastis,

kenaikan penerimaan pajak tidak signifikan seperti tahun sebelumnya. Dalam hal

ini, kenaikan penerimaan pajak lebih ditopang oleh tindakan penagihan pajak

yang meningkat banyak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak

dan penagihan pajak memiliki korelasi positif terhadap kenaikan penerimaan

pajak. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mahendra dan

Sukartha, 2014) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak dan penagihan pajak

berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.

4.3 Implikasi Teori dan Praktis

Hasil penelitian ini menambah bukti empiris terkait perencanaan perpajakan,

khususnya pada pemeriksaan pajak dan penagihan pajak. Hasil penelitian ini juga

digunakan untuk mengembangkan penelitian terdahulu dengan analisis yang lebih

disesuaikan oleh fenomena yang terjadi serta teori yang berlaku.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak fiskus

untuk senantiasa meningkatkan kinerja dan melaksanakan pemeriksaan pajak

maupun penagihan pajak dengan efektif dan maksimal. Hal tersebut dilakukan

dengan harapan agar penerimaan pajak senantiasa meningkat setiap tahunnya.

Page 82: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

64

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Bedasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan pajak di KPP Madya Malang selama tahun 2013 sampai 2016

cenderung fluktuatif. Pemeriksaan terbanyak dilakukan pada tahun 2015.

Dampak dari meningkatnya pemeriksaan pajak terhadap peningkatan

penerimaan pajak dapat dirasakan setelah 1 bulan sejak diterbitkannya SKPKB.

Hal ini sesuai dengan pasal 9 ayat 3 UU Nomor 28 Tahun 2007, bahwa jatuh

tempo pelunasan SKPKB yaitu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan surat

ketetapan tersebut. Sehingga penerimaan pajak akan meningkat setelah 1 bulan

diterbitkannya SKPKB.

2. Penagihan pajak di KPP Madya Malang selama tahun 2013 sampai 2016

cenderung meningkat setiap tahunnya. Penagihan dilakukan terbanyak pada

tahun 2016. Peningkatan penagihan pajak selaras dengan meningkatnya

penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Madya Malang. Dampak dari

meningkatnya penagihan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak dapat

dirasakan pada bulan diterbitkannya surat paksa. Hal ini sesuai Peraturan

Menteri Keuangan Pasal 24 PMK-24/PMK.03/2008, bahwa Surat Paksa harus

dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak surat paksa diterbitkan. Sehingga

Page 83: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

65

ketika tindakan penagihan pajak meningkat, maka penerimaan pajak meningkat

juga.

3. Pemeriksaan pajak dan penagihan pajak memiliki keterkaitan dengan kenaikan

penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Madya Malang.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Metode yang digunakan masih menggunakan deskriptif. Tetapi, jika ingin

menggunakan metode yang lebih bagus lagi, seharusnya menggunakan sampel

unit analisis lebih dari satu kota. Selain itu, data penerimaan pajak yang diperoleh

peneliti adalah penerimaan campuran yang berasal dari setoran rutin hasil

tindakan pemeriksaan maupun penagihan. Sehingga, peneliti tidak dapat memilah

antara penerimaan yang berasal dari setoran rutin atau penerimaan dari hasil

pemeriksaan dan penagihan.

5.3 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan bisa menggunakan proksi lain

dalam mengukur pemeriksaan pajak dan penagihan pajak. Agar diketahui proksi

lain yang lebih sesuai lagi dalam mengukur pemeriksaan pajak dan penagihan

pajak. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengumpulkan data

penelitian yang lebih spesifik.

Page 84: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawati. (2009). Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Yang Dimoderasi Oleh Pemeriksaan

Pajak Pada KPP Pratama. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang.

Mahendra dan Sukartha. (2014). Pengaruh Kepatuhan, Pemeriksaan, dan Penagihan Pajak

pada Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana, 9.3, 633-643.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Priantara, Diaz. (2013). Perpajakan Indonesia. Edisi 2 Revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Prihastanti dan Kiswanto. (2015). Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap

Penerimaan Pajak Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak”. Accounting Analysis

Journal, 4 (1), 1-9.

Sambodo, Agus. (2014). Pajak dalam Entitas Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Santoso, S. (2014). Statistik Parametrik Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sari dan Afriyanti. (2012). Pengaruh Kepatuhn Wajib Pajak dan Pemeriksan Pajak pada

Peneriman PPh pasl 25/29 Wajib Pajak Badan di KPP Peratama Denpasar Timur.

Audit Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol .7 (1), 1-21.

Suandy, Erly. (2016). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Suandy, Erly. (2014). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. (2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsono, Agus. 2015. Ketentuan Umum Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suharyadi dan Purwanto, 2016. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Buku Dua.

Jakarta: Salemba Empat

Suhendra, Euphrasia Susy. (2010). Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal Ekonomi Bisnis,

Vol.15 (1), 58-65.

Syahab, Zakiah M dan Hantoro Arief Gisijanto. 2008. “Pengaruh Penagihan Pajak dan Surat

Paksa Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”. Jurnal Ekonomi

Bisnis, Vol.13 (2), 137-152.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-40/PJ/2012 tentang Pembuatan Benchmark

Behavioral Model dan Tindak Lanjutnya.

Ulum dan Juanda, 2016. “Metodologi Penelitian Akuntansi”. Penerbit Aditya Media

Publishing. Yogyakarta.

Waluyo. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Page 85: ANALISIS DESKRIPTIF PEMERIKSAAN PAJAK DAN ...repository.ub.ac.id/9877/1/Rachmata, Alfi’ah.pdf2008 Diklatpim calon pengurus OSIS Tahun Pelajaran 2008/2009 2009 School of English (TEEN

xix

Zuraida dan Advianto. (2011). Penagihan Pajak: Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Edisi revisi.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2015 Tentang Tata

Cara Pemeriksaan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 242/PMK.03/2014 Tentang Tata

Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan keempat atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Pemerintah RI, Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan. Pemerintah RI, Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,

Pemerintah RI, Jakarta.

www.bisnis.liputan6.com. Diakses pada tanggal 9 September 2017.

www.cnnindonesia.com. Diakses pada tanggal 9 September 2017.

www.finance.detik.com. Diakses pada tanggal 9 September 2017.

www.kontan.co.id. Diakses pada tanggal 9 September 2017.

www.pajak.go.id. Diakses pada tanggal 19 Januari 2017.