analisis dampak pembangunan sektor pertanian … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6...

53
ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI ACEH ANDRIAN TRI SASONGKO DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: vuphuc

Post on 09-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

1

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI DI PROVINSI ACEH

ANDRIAN TRI SASONGKO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

2

Page 3: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Dampak

Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Andrian Tri Sasongko

NIM H14090025

Page 4: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

4

ABSTRAK

ANDRIAN TRI SASONGKO. Analisis Dampak Pembangunan Sektor Pertanian

Terhadap Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh.

Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI.

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sumber utama

perekonomiannya berasal dari sektor pertanian yang terlihat dari kontribusi

terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan penyerapan tenaga kerja. Dalam 5

tahun terakhir Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian terus mengalami

peningkatan akan tetapi tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh masih relatif tinggi

dan pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi serta lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu tujuan penelitian ini

adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan sektor

pertanian dan dampaknya terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi

di Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time

series tahun 1993-2012 yang kemudian diolah dan dianalisis dengan

menggunakan model ekonometrika persamaan simultan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat hubungan antara output pertanian, tingkat

kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi sehingga peningkatan pengeluaran

pemerintah di sektor pertanian dapat menurunkan tingkat kemiskinan dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

Kata kunci : Pertanian, Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Persamaan Simultan

ABSTRACT

ANDRIAN TRI SASONGKO. The Impact Analysis of Agricultural Development

on Poverty and Economics Growth in The Province of Aceh. Supervised by YETI

LIS PURNAMADEWI.

Aceh is one of the provinces in Indonesia which is the main source of the

economy by the agricultural sector which is visible from the contribution to Gross

Regional Domestic Product and labor absorption. In the last 5 years the

agricultural sector Gross Regional Domestic Product continues to increase but the

level of poverty in the province of Aceh are still relatively high and fluctuating

economic growth as well as lower than the growth of the national economy.

Therefore, the study aims to analyze the factors that influence the development of

the agricultural sector and its impact on poverty and economic growth in the

province of Aceh. This study uses secondary data with time series data type from

1993-2012 then processed and analyzed by using a simultaneous equation

econometric models. The results showed that there is a relationship between

agricultural output, poverty, and economic growth so that the increasing of

government spending on the agricultural sector would reduce poverty and

promote economic growth in the Province of Aceh.

Keyword : Agricultural, Poverty, Economics Growth, Simultaneous Equations

Page 5: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

5

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI DI PROVINSI ACEH

ANDRIAN TRI SASONGKO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

6

Page 7: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

7

Judul Skripsi : Analisis Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap

Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh

Nama : Andrian Tri Sasongko

NIM : H14090025

Disetujui oleh

Dr. Yeti Lis Purnamadewi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

8

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Tingkat Kemiskinan

dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku

dosen pembimbing, Bapak Dr. Muhammad Firdaus selaku dosen penguji utama,

dan Bapak Dr. Muhammad Findi selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan

Kementerian Keuangan yang telah menyediakan dan melayani penulis selama

proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang

tua dan keluarga penulis, yakni Bapak H. Basiran dan Ibu Hj. Djumiati, S.Pd serta

kakak-kakak dari penulis, yakni Cahyo Priyo Pambudi, S.Kom dan Bayu Aji

Prasetyo, SE atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Kepada

Dwinda, Farah, Tiara, dan Adini sebagai teman satu bimbingan sekaligus teman

diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. Kepada sahabat penulis Perdana, Galuh,

Distia, Irman, Rangga, Niken, dan teman-teman Departemen Ilmu Ekonomi 46,

serta seluruh pihak yang telah menyemangati dan selalu mendoakan yang terbaik

bagi penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Andrian Tri Sasongko

Page 9: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pertumbuhan Ekonomi : Kaitan antara Pembangunan

Sektor Pertanian dengan Pertumbuhan Ekonomi 7

Konsep Kemiskinan 10

Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan 11

Penelitian Terdahulu 13

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 16

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Analisis dan Pengolahan Data 16

Identifikasi, Validasi, dan Simulasi Model 18

Definisi Operasional 20

GAMBARAN UMUM

Kondisi Geografi 21

Kondisi Kemiskinan 23

Kondisi Pertumbuhan Ekonomi 24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Pembangunan Sektor Pertanian Provinsi Aceh 25

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Output Pertanian 29

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan 30

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 31

Dampak Pengeluaran Pemeritah di Sektor Pertanian Terhadap

Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi 32

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 43

Page 10: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

10

DAFTAR TABEL

1 Produk Domestik Regional Bruto atas harga tahun konstan 2000

menurut lapangan usaha (miliar rupiah) 2

2 Jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha Provinsi Aceh (jiwa) 3

3 Identifikasi model dari masing-masing persamaan 18

4 Faktor-faktor yang memengaruhi output pertanian 29

5 Faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan 30

6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi 31

7 Nilai validasi variabel endogen pada persamaan simultan 33

8 Dampak peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian

sebesar 30 % terhadap output pertanian, kemiskinan, dan

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh 33

DAFTAR GAMBAR

1 Persentase jumlah penduduk miskin menurut tempat tinggal

di Provinsi Aceh tahun 2012 4

2 Persentase tingkat kemiskinan provinsi-provinsi di Indonesia

tahun 2008 dan tahun 2012 5

3 Grafik fungsi produksi 10

4 Kurva U terbalik Kuznets (Inverted U curve hypothesis) 12

5 Kerangka pemikiran operasional 15

6 Pengeluaran pemerintah Provinsi Aceh di sektor pertanian tahun

2008-2012 20

7 Peta Provinsi Aceh 22

8 Persentase kemiskinan Provinsi Aceh dan Indonesia tahun 1993-2012 23

9 Laju PDRB Provinsi Aceh dan PDB Indonesia tahun 2003-2012 24

10 Rata-rata persentase luas lahan pertanian menurut penggunaan tahun

1993-2012 26

11 Rata-rata produktivitas komoditi unggulan subsektor tanaman pangan

tahun 2003-2012 27

12 Persentase luas lahan sawah menurut jenis pengairan tahun 2003-2012 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pendugaan faktor-faktor yang memengaruhi output pertanian 38

2 Hasil pendugaan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan 39

3 Hasil pendugaan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi 40

4 Nilai dasar simulasi 41

5 Nilai simulasi 42

Page 11: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang

mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun

sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

pangan, subsektor hortikultura, subsektor pekebunan, subsektor perikanan,

subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu

sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena

mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai di sektor pertanian. Era globalisasi

yang akan datang memberikan peluang bagi sektor pertanian untuk berkembang

lebih cepat, tetapi sekaligus memberikan tantangan baru karena komoditas

pertanian harus mempunyai keunggulan daya saing dan kemandirian produk

pertanian sedemikian rupa sehingga produk pertanian mampu bersaing baik di

pasar domestik maupun pasar internasional.

Seiring berkembangnya zaman, sektor pertanian mulai ditinggalkan dan

beralih ke sektor non pertanian seperti sektor industri dan sektor jasa-jasa. Sektor

pertanian sering dianggap hanya sebagai sektor pendukung bagi sektor-sektor non

pertanian, selain itu sektor ini juga kurang mendapat perhatian secara serius dari

pemerintah, mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain yang tidak satu pun

menguntungkan bagi sektor pertanian. Padahal di banyak negara sektor pertanian

merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor non pertanian misalnya sektor

industri, karena output yang dihasilkan dari sektor pertanian merupakan pasokan

bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor non pertanian,

terutama industri pengolahan makanan dan minuman, tekstil, pakaian jadi, serta

barang-barang dari kulit dan farmasi. Selain itu jika melihat kondisi di saat krisis

tahun 1998 maka hanya sektor pertanian satu-satunya sektor yang mampu

bertahan dan memiliki pertumbuhan positif serta masih mampu menyerap tenaga

kerja, maka dari itu sudah seharusnya sektor pertanian ditempatkan pada posisi

prioritas dalam perencanaan pembangunan nasional.

Pembangunan pertanian dianggap penting dalam pembangunan nasional

karena pembangunan pertanian memiliki potensi yang cukup besar terkait dengan

kontribusi terhadap perekonomian nasional. Menurut Jhingan (2000) terdapat

beberapa bentuk kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan dan

pembangunan nasional yaitu: (1) menyediakan surplus pangan yang semakin

besar kepada penduduk yang kian meningkat, (2) meningkatkan permintaan akan

produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor

sekunder dan tersier, (3) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor

barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara

terus-menerus, dan (4) memperbaiki kesejahteraan penduduk desa.

Pranadji (1995), menjelaskan bahwa sektor pertanian merupakan leading

sector bagi perekonomian nasional karena pada sektor ini memiliki ciri-ciri: (1)

tangguh, yang bearti unggul dalam persaingan, mampu menghadapi gejolak

ekonomi dan politik, mampu mengatasi goncangan internal dan eksternal serta

memiliki stabilitas yang tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai penopang bagi

perekonomian, (2) progresif, yang berarti dapat tumbuh positif secara

Page 12: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

2

berkelanjutan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap kualitas lingkungan

hidup, dan (3) dominan, yang bearti merupakan sektor andalan yang diukur

dengan volume produksi, peyerapan tenaga kerja, dan pangsa pasar.

Salah satu provinsi di Indonesia yang mengandalkan sektor pertanian

sebagai penopang perekonomian adalah Provinsi Aceh. Provinsi ini memiliki

potensi yang cukup besar pada sektor pertanian karena didukung oleh kondisi

lahan dan agroklimat yang cukup baik. Sektor pertanian mampu berkontribusi

besar dalam pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh. Hal ini dapat dilihat dari share

yang diberikan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Provinsi Aceh.

Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto atas harga tahun konstan 2000

menurut lapangan usaha (miliar rupiah)

Lapangan Usaha Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 8 224 8 434 8 857 9 349 9 860

(24.12) (26.18) (26.74) (26.88) (26.94)

Pertambangan & Penggalian 5 308 2 798 2 610 2 613 2 591

(15.57) (8.68) (7.88) (7.51) (7.08)

Industri Pengolahan 4 118 3 795 3 491 3 558 3 594

(12.08) (11.78) (10.54) (10.23) (9.82)

Listrik, Gas & Air Bersih 91 104 122 132 141

(0.27) (0.32) (0.37) (0.38) (0.39)

Konstruksi 2 162 2 230 2 344 2 489 2 669

(6.34) (6.92) (7.08) (7.16) (7.29)

Perdagangan, Hotel & Restoran 5 921 6 214 6 609 7 060 7 568

(17.36) (19.29) (19.96) (20.30) (20.68)

Pengangkutan & Komunikasi 2 175 2 281 2 431 2 624 2 847

(6.38) (7.08) (7.34) (7.54) (7.78)

Keuangan & Jasa Perusahaan 545 588 621 661 707

(1.60) (1.83) (1.88) (1.90) (1.93)

Jasa-jasa 5 554 5 776 6 034 6 294 6 618

(16.29) (17.93) (18.22) (18.10) (18.08)

Total PDRB 34 098 32 219 33 118 34 780 36 599

(100) (100) (100) (100) (100)

Sumber: BPS Provinsi Aceh, 2012

Keterangan: ( ) nilai persentase

Tabel 1 menunjukan kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik

Regional Bruto sebesar 8 224 miliar rupiah (24.12 persen) pada tahun 2008

mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga pada tahun 2012 yaitu sebesar 9

860 miliar rupiah (26.94 persen). Kondisi berbanding terbalik dengan yang terjadi

di Indonesia, dimana share sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto

cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2008 sektor pertanian hanya mampu

menyumbang sebesar 284 671 miliar rupiah (13.67 persen) dari total Produk

Domestik Bruto Indonesia. Share dari sektor pertanian di Indonesia terus

mengalami penurunan hingga tahun 2012 yaitu sebesar 327 549 miliar rupiah

(12.51 persen). Peningkatan PDRB sektor pertanian pada kenyataannya kurang

Page 13: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

3

mampu memengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh, hal ini terlihat pada

nilai total PDRB Provinsi Aceh yang mengalami fluktuasi dan nilai PDRB per

kapita Provinsi Aceh yang lebih kecil dibandingkan dengan PDB per kapita

Indonesia. PDRB per kapita Provinsi Aceh tahun 2008 sebesar 7 907 ribu rupiah,

cenderung mengalami penurunan hingga pada tahun 2012 yaitu sebesar 7 795 ribu

rupiah dengan rata-rata laju PDRB perkapita tahun 2008 sampai dengan 2012

sebesar -1.67 persen. Kondisi berbanding terbalik dengan PDB per kapita

Indonesia yaitu di tahun 2008 sebesar 9 016 ribu rupiah, mengalami peningkatan

setiap tahunnya hingga tahun 2012 yaitu sebesar 10 590 ribu rupiah dengan rata-

rata laju PDB per kapita sebesar 4.18 persen. Tabel 1 memperlihatkan bahwa

sektor pertanian Provinsi Aceh mempunyai kontribusi terbesar dalam

pertumbuhan ekonomi, hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian memiliki

potensi yang besar terhadap perekonomian Provinsi Aceh.

Sektor pertanian merupakan motor penggerak perekonomian masyarakat

Provinsi Aceh, selain itu sektor ini juga merupakan sumber pendapatan bagi

masyarakat terutama masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah, dampak dari

rendahnya pendidikan adalah adanya keterbatasan jenis pekerjaan yang bisa

dilakukan. Berdasarkan karakteristik sektor pertanian yang tidak memerlukan

tingkat pendidikan tinggi maka sektor ini merupakan sumber lapangan pekerjaan

utama bagi kebanyakan orang. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sangat

mendominasi dibandingkan tenaga kerja di sektor lainnya, kondisi ini dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha Provinsi Aceh (jiwa)

Lapangan Usaha Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 786 198 847 095 809 788 898 225 842 866

(48.47) (48.89) (45.59) (48.49) (46.86)

Pertambangan & Penggalian 8 660 10 681 11 591 11 739 14 171

(0.53) (0.62) (0.65) (0.63) (0.79)

Industri Pengolahan 86 762 80 772 77 828 72 509 73 844

(5.35) (4.66) (4.38) (3.91) (4.11)

Listrik, Gas & Air Bersih 2 691 3 902 3 630 3 966 3 171

(0.17) (0.23) (0.20) (0.21) (0.18)

Konstruksi 103 816 105 567 109 023 113 934 130 746

(6.40) (6.09) (6.14) (6.15) (7.27)

Perdagangan, Hotel & Restoran 252 853 264 453 314 323 299 183 282 455

(15.59) (15.26) (17.70) (16.15) (15.70)

Pengangkutan & Komunikasi 88 841 77 903 74 456 69 173 72 815

(5.48) (4.50) (4.19) (3.73) (4.05)

Keuangan & Jasa Perusahaan 9 427 10 680 13 644 25 040 24 763

(0.58) (0.62) (0.77) (1.35) (1.38)

Jasa-jasa 282 749 331 508 361 971 358 704 353 716

(17.43) (19.13) (20.38) (19.36) (19.67)

Total 1 621 998 1 732 561 1 776 254 1 852 473 1 798 547

(100) (100) (100) (100) (100)

Sumber: BPS-RI, 2012

Keterangan: ( ) nilai persentase

Page 14: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

4

Tabel 2 menunjukan bahwa sektor pertanian mampu menyerap hampir

setengah dari total tenaga kerja pada tahun 2008 yaitu 786 198 jiwa (48.47 persen)

dari total tenaga kerja di Provinsi Aceh. Secara umum penyerapan tenaga kerja di

sektor pertanian mengalami fluktuatif yaitu meningkat pada tahun 2009 lalu turun

pada tahun 2010, kemudian jumlah tenaga kerja di sektor pertanian meningkat

kembali pada tahun 2012 dimana jumlah tenaga kerjanya sebesar 842 866 jiwa.

Kondisi ini menunjukan bahwa sektor pertanian mampu menjadi penopang dalam

perekonomian Provinsi Aceh khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja.

Kondisi penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Provinsi Aceh

berbanding terbalik dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di

Indonesia. Tenaga kerja sektor pertanian Indonesia tahun 2008 sebesar 41 331 706

jiwa (40 persen) dari total tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja pada sektor ini

terus mengalami penurunan setiap tahunnya hingga tahun 2012 yaitu 38 882 134

jiwa (35 persen) dari total tenaga kerja Indonesia.

Sektor pertanian memiliki hubungan yang cukup erat dengan kemiskinan.

Menurut BAPPENAS kemiskinan diartikan ketika seseorang tidak mampu

memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan) dan tidak

adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,

sanitasi, dan air bersih) serta tidak adanya akses dalam lapangan kerja. Adanya

keterbatasan terhadap ketersediaan lapangan kerja yang dialami oleh penduduk

miskin berbanding terbalik dengan sektor pertanian yang mampu menyediakan

lapangan kerja dalam jumlah yang besar, oleh karena itu terdapat hubungan di

antara kemiskinan dan pertanian. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh pada

tahun 2012 sebesar 909 000 jiwa dimana sekitar 171 800 jiwa tinggal di kota dan

737 200 jiwa tinggal di desa.

Sumber: BPS-RI, 2012 (diolah)

Gambar 1 Persentase jumlah penduduk miskin menurut tempat tinggal di

Provinsi Aceh tahun 2012

Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh lebih banyak dialami

di pedesaan yaitu sebesar 81.10 persen dibandingkan dengan di perkotaan yaitu

sebesar 18.90 persen. Sebagian besar penduduk miskin di pedesaan pada

umumnya bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 2008 hingga 2012 rata-rata

persentase masyarakat pedesaan di Provinsi Aceh yang bekerja pada sektor

pertanian adalah sebesar 61.83 persen, sektor jasa 15.20 persen, sektor

18.90%

81.10% Kota

Desa

Page 15: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

5

perdagangan 11.84 persen, sektor bangunan 7.58 persen, sektor industri 4.07

persen selanjutnya sektor pengangkutan, sektor pertambangan, sektor keuangan,

serta sektor listrik dan gas masing-masing sebesar 3.41 persen, 0.88 persen, 0.62

persen, dan 0.03 persen. Kondisi ini menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki

kaitan yang erat dengan pedesaan dan kemiskinan.

Tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh masih tergolong tinggi. Tingkat

kemiskinan yang tinggi akan berdampak buruk bagi perekonomian, selain itu

kemiskinan yang tinggi juga memiliki pengaruh negatif baik dari sisi sosial

maupun sisi ekonomi. Menurut Centre for Strategic and International Studies

(CSIS) persoalan kemiskinan mengandung beberapa permasalah pokok antara

lain masalah kerentanan, tertutupnya akses terhadap berbagai peluang kerja,

tingginya tingkat ketergantungan, menimbulkan masalah ketidakpercayaaan,

meningkatnya tindakan kriminalitas, rendahnya konsumsi yang akan mengganggu

tingkat kecerdasan, terjadinya ekploitasi yang menuntut kerja keras dalam jam

kerja panjang dengan imbalan rendah, rendahnya kualitas sumberdaya manusia

yang berdampak pada rendahnya produktivitas, menurunkan kualitas lingkungan

dan akhirnya berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi bahkan dapat

menurunkan pertumbuhan ekonomi jika kemiskinan terjadi secara berkepanjangan

serta dapat menimbulkan kematian.

Sumber: BPS-RI, 2012 (diolah)

Gambar 2 Persentase tingkat kemiskinan provinsi-provinsi di Indonesia tahun

2008 dan tahun 2012

Gambar 2 menunjukan bahwa persentase tingkat kemiskinan di Provinsi

Aceh relatif tergolong tinggi. Persentase tingkat kemiskinan tahun 2008 sebesar

23.53 persen, kondisi ini masih jauh berada di atas persentase tingkat kemiskinan

Indonesia yaitu 15.42 persen. Persentase tingkat kemiskinan Provinsi Aceh

mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu 19.46 persen namun kondisi ini tetap

berada jauh di atas persentase tingkat kemiskinan Indonesia yang juga mengalami

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Ace

h

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Jam

bi

Sum

ater

a S

elat

an

Ben

gk

ulu

Lam

pun

g

Ban

gk

a B

elit

un

g

Kep

ula

uan

Ria

u

DK

I Ja

kar

ta

Jaw

a B

arat

Jaw

a T

eng

ah

DI

Yo

gy

akar

ta

Jaw

a T

imur

Ban

ten

Bal

i

Nu

sa T

engg

ara

Bar

at

Nu

sa T

engg

ara

Tim

ur

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

sel

atan

Kal

iman

tan

Tim

ur

Sula

wes

i U

tara

Sula

wes

i T

eng

ah

Sula

wes

i S

elat

an

Sula

wes

i T

eng

gar

a

Go

ron

talo

Sula

wes

i B

arat

Mal

uk

u

Mal

uk

u U

tara

Pap

ua

Bar

at

Pap

ua

Ind

on

esia

Per

sen

Provinsi-provinsi di Indonesia

Tahun 2008 Tahun 2012

Page 16: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

6

penurunan yaitu 11.96 persen. Sektor pertanian yang memiliki kaitan erat dengan

kemiskinan diharapkan mampu mengatasi persoalan ini. Untuk itu perlu adanya

peningkatan produktivitas pertanian melalui inovasi teknologi dan peningkatan

investasi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan. Produksi

pertanian yang meningkat akan menciptakan pasar bagi barang-barang industri.

Peningkatan permintaan untuk barang-barang industri berdampak pada terjadinya

transfer sumberdaya dari sektor pertanian, kemudian diikuti dengan pertumbuhan

di sektor non pertanian dan pada akhirnya akan memicu meningkatnya

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi (Purnamadewi, 2010).

Rumusan Masalah

Sektor pertanian di Provinsi Aceh dalam 5 tahun terakhir dari tahun ke

tahun terus mengalami peningkatan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar

3.88 persen sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1. Produk Domestik Regional

Bruto sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar 8 224 miliar rupiah meningkat

menjadi 9 860 miliar rupiah pada tahun 2012. Di samping itu kontribusi sektor

pertanian terhadap perekonomi wilayah dalam kurun waktu tersebut juga terus

mengalami peningkatan, dari 24.12 persen di tahun 2008 menjadi 26.94 persen di

tahun 2012.

Namun demikian di sisi lain, di tahun 2008 sampai dengan 2012 pendapatan

wilayah Provinsi ini mengalami fluktuasi dan pertumbuhan ekonominya relatif

rendah. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh dalam kurun waktu tersebut

kurang dari 5 persen per tahun, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi

nasional yang lebih dari 5 persen yang sebagaimana terlihat pada Gambar 9. Di

samping itu, tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh relatif tinggi. Persentase tingkat

kemiskinan Provinsi Aceh tahun 2008 sebesar 23.53 persen lebih besar

dibandingkan persentase tingkat kemiskinan Indonesia yaitu 15.42 persen. Pada

tahun 2012 persentase tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh mengalami penurunan

menjadi 19.46 persen namun kondisi ini juga masih berada di atas persentase

tingkat kemiskinan Indonesia yaitu sebesar 11.96 persen.

Sehubungan dengan pemaparan fakta dan data tersebut maka permasalahan

pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:

1 Bagaimana kondisi pembangunan sektor pertanian di Provinsi Aceh ?

2 Faktor-faktor apa yang memengaruhi output pertanian, tingkat kemiskinan,

dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh ?

3 Bagaimana dampak pengeluaran pemerintah di sektor pertanian terhadap

output pertanian, tingkat kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Aceh ?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1 Mengkaji pembangunan sektor pertanian di Provinsi Aceh.

2 Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi output pertanian, tingkat

kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

Page 17: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

7

3 Menganalisis dampak pengeluaran di sektor pertanian terhadap output

pertanian, tingkat kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1 Memberikan masukan bagi pemerintah Provinsi Aceh dalam mengelola

kebijakan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan pembangunan

sektor pertanian.

2 Menjadi bahan acuan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti

lebih lanjut dan lebih mendalam tentang pertanian, kemiskinan, dan

pertumbuhan ekonomi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalan penelitian ini adalah Provinsi Aceh dalam kurun waktu

tahun 1993 sampai dengan 2012. Data yang digunakan pada penelitian ini

seluruhnya menggunakan data pada tingkat provinsi. Penelitian ini dilakukan

untuk mengkaji kondisi pembangunan sektor pertanian, mengetahui fakor-faktor

yang memengaruhi output pertanian, tingkat kemiskinan dan pertumbuhan

ekonomi, serta menganalisis dampak pengeluaran di sektor pertanian terhadap

output pertanian, tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini

menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS-

RI), BPS Provinsi Aceh, dan Kementrian Keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pertumbuhan Ekonomi : Kaitan antara Pembangunan Sektor

Pertanian dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Tarigan (2005), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah

pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan

seluruh nilai tambah yang terjadi di suatu daerah. Pertambahan pendapatan itu

diukur dengan nilai riil, artinya dinyatakan dengan harga konstan. Menurut

Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi tiga aspek,

yaitu: (1) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang berkembang atau

berubah dari waktu ke waktu, (2) Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya

kenaikan output perkapita, dalam hal ini ada dua aspek penting yaitu output total

dan jumlah penduduk, dan (3) Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif

waktu, suatu perekonomian dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang

cukup lama mengalami kenaikan output perkapita.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik dipelopori oleh Adam Smith, David

Ricardo, dan Thomas Robert Malthus. Adam Smith mengemukakan bahwa

pertumbuhan ekonomi terjadi dengan adanya penambahan jumlah penduduk.

Page 18: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

8

Adam Smith berpendapat bahwa faktor manusia sebagai sumber pertumbuhan

ekonomi. Manusia dengan melakukan spesialisasi akan meningkatkan

produktivitas, Smith bersama dengan Ricardo percaya bahwa batas dan

pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaan tanah. Tanah bagi kaum klasik

merupakan faktor yang tetap. Kaum klasik juga yakin bahwa pertumbuhan

ekonomi dapat berlangsung akibat adanya pembentukan akumulasi modal. Teori

pertumbuhan ekonomi klasik berkembang menjadi teori neoklasik yang dipelopori

oleh Harrod-Domar dan Robert Solow. Harror-Domar beranggapan modal harus

dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh

peranan pembentukan modal tersebut. Berdasarkan beberapa teori pertumbuhan

ekonomi yang ada maka dapat diambil kesimpulan terdapat empat faktor

pertumbuhan ekonomi yaitu sumber daya manusia (pendidikan, disiplin,

motivasi), sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar), pembentukan modal

(mesin, pabrik, jalan), dan teknologi (sains, rekayasa, dan manajemen).

Model Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan

persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi

berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pegaruhnya terhadap output

barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Penawaran barang dalam model

Solow didasarkan pada fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan hasil akhir

dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan. Di

bidang pertanian, untuk menghasilkan output maka digunakan beberapa faktor

produksi sekaligus seperti tanah, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan

teknologi. Pembangunan sektor pertanian dalam penelitian ini diwujudkan dengan

meningkatkan pengeluaran pada sektor pertanian, dimana pengeluaran ini

merupakan bentuk investasi. Jika investasi di sektor pertanian yang dilakukan

oleh pemerintah lebih besar dibandingkan dengan penyusutannya maka akan

terjadi peningkatan akumulasi persediaan modal sehingga akan berdampak pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan asumsi pertumbuhan investasi di

sektor lainnya tetap sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Kondisi ini dapat

dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:

Solow menyatakan bahwa output bergantung pada persediaan modal dan

angkatan kerja:

Y = F(K,L)

Model Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi memiliki skala

pengembalian konstan atau skala hasil konstan (constan return to scale). Fungsi

produksi memiliki skala pengembalian yang konstan jika

zY = F(zK, zL)

dengan z bernilai positif. Jika modal dan tenaga kerja dikalikan dengan z maka

output yang dihasilkan juga dikalikan dengan z. Fungsi produksi dengan

pengembalian konstan digunakan untuk menganalisis seluruh variabel dalam

perekonomian dengan dibandingkan jumlah tenaga kerja. Kemudian z = 1/L

dimasukkan dalam persamaan di atas untuk mendapatkan

Y/L = F(K/L, 1)

Persamaan ini menunjukkan bahwa jumlah output per pekerja Y/L adalah fungsi

dari jumlah modal per pekerja K/L. Asumsi skala pengembalian konstan

menunjukkan bahwa besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah

pekerja tidak memengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per

pekerja. Karena besarnya perekonomian tidak menjadi masalah, maka cukup

Page 19: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

9

beralasan untuk menyatakan seluruh variabel dalam istilah per pekerja. Jika

seluruh variabel dilambangkan dengan huruf kecil dimana y = Y/L adalah output

per pekerja dan k = K/L adalah modal per pekerja maka akan didapatkan fungsi

produksi sebagai berikut:

y = f(k)

dimana f(k) didefinisikan sebagai F(k,1). Kemiringan dari fungsi produksi ini

menunjukkan berapa banyaknya output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja

ketika mendapatkan satu unit modal tambahan. Angka yang diperoleh merupakan

produk marjinal modal MPK, secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

MPK = f(k + 1) – f(k)

Gambar 3 memperlihatkan ketika jumlah modal meningkat, kurva fungsi

produksi menjadi lebih datar, yang mengindikasikan bahwa fungsi produksi

mencerminkan produk marjinal modal yang kian menurun. Ketika k rendah, rata-

rata pekerja hanya memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal

tambahan begitu berguna dan dapat memproduksi banyak output tambahan.

Ketika k tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak modal, sehingga satu unit

modal tambahan hanya sedikit meningkatkan produksi.

Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan

investasi, dengan kata lain output per pekerja merupakan konsumsi per pekerja (c)

dan investasi per pekerja (i):

y = c + i

Persamaan ini adalah versi per pekerja dari identitas perhitungan pendapatan

nasional untuk suatu perekonomian tanpa memasukan belanja pemerintah dan

ekspor bersih karena diasumsikan perekonomian tertutup. Model Solow

mengasumsikan bahwa setiap tahun orang menabung sebagian s dari pendapatan

mereka dan mengkonsumsi sebagian (1-s) yang dinyatakan dalam fungsi

konsumsi sederhana:

c = (1-s)y

di mana s tingkat tabungan yang bernilai antara nol dan satu. Kebijakan

pemerintah secara potensial dapat memengaruhi tingkat tabungan nasional,

sehingga salah satu tujuan disini adalah mencari berapa tingkat tabungan yang

diinginkan. Untuk melihat apakah fungsi konsumsi berpengaruh terhadap

investasi, substitusikan (1-s)y kepada c dalam identitas perhitungan pendapatan

nasional:

y = (1-s)y + i

kemudian diubah lagi menjadi

i = sy

persamaan ini menunjukan bahwa investasi sama dengan tabungan dan tingkat

tabungan s juga merupakan bagian dari output yang menunjukan investasi. Jadi

model solow memperkenalkan dua muatan utama yaitu fungsi produksi dan fungsi

konsumsi, di mana fungsi produksi y = f(k) menentukan berapa produksi yang

diproduksi perekonomian dan tingkat tabungan s menentukan alokasi output itu di

antara konsumsi dan investasi.

Untuk memasukan depresiasi ke dalam model, maka diasumsikan bahwa

sebagian tertentu dari persediaan modal menyusut setiap tahun. Dampak

investasi dan depresiasi terhadap persediaan modal dapat dinyatakan sebagai

berikut:

k = i – k

Page 20: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

10

di mana k adalah perubahan persediaan modal antara satu tahun tertentu dengan

tahun berikutnya. Karena investasi sama dengan sf(k), maka persamaan menjadi

k = sf(k) – k

semakin tinggi persediaan modal semakin besar jumlah output dan investasi,

namun semakin tinggi persediaan modal semakin besar pula jumlah depresiasinya.

f(k), sf(k),

f(k)

c sf(k)

i

k

Sumber: Mankiw, 2006

Gambar 3 Kurva fungsi produksi

Konsep Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa

dimiliki seseorang seperti makanan, air minum, pakaian, dan tempat berlindung,

hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga

berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu

mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai

warga negara.

Menurut Suryawati (2005), kemiskinan dapat dibedakan dalam empat

pengertian antara lain:

1 Kemiskinan absolut adalah situasi dimana seseorang hanya dapat memenuhi

makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal yang sangat diperlukan

untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum.

2 Kemiskinan natural adalah keadaan kemiskinan yang dialami seseorang

secara turun-temurun, kelompok masyarakat ini miskin karena tidak

memiliki sumber daya yang memadai, baik sumber daya alam, sumber daya

manusia, maupun sumber daya pembangunan lainnya sehingga mereka tidak

dapat ikut serta aktif dalam pembangunan.

3 Kemiskinan struktural adalah keadaan kemiskinan yang disebabkan karena

hasil pembangunan yang tidak seimbang. Salah satu contoh yang termasuk

ke dalam kelompok yang mengalami kemiskinan struktural adalah petani

yang memiliki tanah yang kecil dan hasilnya tidak cukup menghidupi

keluarganya, buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih serta pengusaha

tanpa modal dan fasilitas dari pemerintah.

Page 21: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

11

4 Kemiskinan kultural mengacu kepada sikap seseorang atau masyarakat yang

disebabkan oleh gaya hidup dan budayanya, mereka merasa sudah

berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak

mudah diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mudah melakukan

perubahan, menolak mengikuti perkembangan, dan tidak mau berusaha

untuk memperbaiki tingkat kehidupannya.

Kemiskinan dapat pula bersifat mutlak ataupun nisbi. Kemiskinan mutlak

adalah apabila orang miskin tidak dapat mencukupi kebutuhan fisiknya seperti

pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Kemiskinan nisbi yaitu relatif terhadap

orang yang lebih mampu dan berkaitan dengan kesenjangan. Di negara sedang

berkembang banyak terdapat kemiskinan mutlak, banyak orang yang benar-benar

kelaparan seperti di Sudan dan Somalia. Sedangkan di negara maju ada juga

kemiskinan mutlak tapi sebagian besar adalah kemiskinan nisbi.

Menurut Bank Dunia penyebab dasar kemiskinan adalah kegagalan

kepemilikan terutama tanah dan modal, terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan

dasar, sarana dan prasarana, kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias

sektor, adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem

yang kurang mendukung, adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan

antara sektor ekonomi, rendahnya produktivitas dalam masyarakat, budaya hidup

yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam, tidak

adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik, pengelolaan sumber daya alam

yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan. Bank dunia menggambarkan

“sangat miskin” sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari US $1

perhari dan “miskin” dengan pendapatan kurang dari US $2 perhari. Indonesia

mengikuti ukuran garis kemiskinan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) yakni kebutuhan makanan dan minimum 2100 kalori per orang setiap hari.

Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan

Menurut Lypsey dan Steiner (2005) terdapat tiga pendekatan yang dapat

digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu: (1) Pendekatan nilai

tambah, artinya penjumlahan dari semua nilai tambah, (2) Pendekatan

pengeluaran, dan (3) Pendekatan penerimaan. Pendekatan yang digunakan untuk

menghitung pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah pendekatan

penerimaan. Menghitung pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan ini dapat

dinotasikan dalam bentuk PDRB = sewa + upah + bunga + laba. Sewa adalah

pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja,

bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Peningkatan pendapatan

yang terjadi khususnya pada penduduk miskin maka akan berdampak pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat

berakibat buruk kepada kaum miskin, karena mereka akan tergilas dan

terpinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern. Di samping itu

terdapat beberapa pendapat bahwa pengeluaran publik yang digunakan untuk

menanggulangi kemiskinan akan mengurangi dana yang dapat digunakan untuk

mempercepat pertumbuhan. Konsentrasi penuh untuk mengurangi kemiskinan

akan memperlambat tingkat pertumbuhan.

Page 22: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

12

Terdapat beberapa alasan mengapa kebijakan yang ditujukan untuk

mengurangi kemiskinan tidak harus memperlambat laju pertumbuhan antara lain :

1 Kemiskinan yang meluas menciptakan kondisi yang membuat kaum miskin

tidak mempunyai akses terhadap pinjaman kredit dan tidak mampu

membiayai pendidikan anaknya. Mereka beranggapan mempunyai banyak

anak merupakan sumber keamanan keuangan di masa tuanya nanti, sehingga

faktor ini menyebabkan pertumbuhan per kapita menjadi kecil.

2 Pendapatan rendah dan standar hidup buruk yang dialami oleh golongan

miskin dapat menurunkan produktivitas ekonomi mereka dan akibatnya

secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perekonomian

tumbuh lambat.

3 Peningkatan tingkat pendapatan golongan miskin akan mendorong kenaikan

permintaan produk kebutuhan rumah tangga buatan lokal, sementara

golongan kaya cenderung membelanjakan pendapatannya untuk barang-

barang impor. Meningkatnya permintaan barang-barang lokal memberikan

rangsangan lebih besar pada produksi lokal, memperbesar kesempatan kerja

lokal dan menumbuhkan investasi lokal.

Berdasarkan pemaparan di atas maka pertumbuhan ekonomi yang cepat dan

penanggulangan kemiskinan bukanlah tujuan yang saling bertentangan. Contoh di

Negara Cina, dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia Cina mampu

menurunkan tingkat kemiskinan yang paling drastis. Oleh karena itu, kita dapat

simpulkan bahwa pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan merupakan dua

tujuan yang bisa dicapai secara bersamaan (Todaro dan Smith, 2006).

Kuznets (1955) meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

ketimpangan pendapatan, hasilnya ada suatu hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan pendapatan, yang kemudian dikenal dengan

hipotesis kurva U terbalik (Inverted U-curve Hypothesis).

Sumber: Todaro dan Smith, 2006

Gambar 4 Kurva U terbalik Kuznets (Inverted U-curve Hypothesis)

Berdasarkan hipotesis Kuznets tersebut, ketimpangan pendapatan dalam

suatu negara akan meningkat pada tahap awal pertumbuhan ekonominya,

Page 23: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

13

kemudian pada tahap menengah cenderung tidak berubah dan akhirnya menurun

ketika negara tersebut sejahtera.

Terdapat beberapa argumen mengenai hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dan ketimpangan yang mengatakan bahwa laju pertumbuhan yang tinggi

tidak selalu memperburuk distribusi pendapatannya. Pada kenyatannya hubungan

mengenai pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan memiliki

bentuk hubungan yang berbeda-beda di setiap negara, yang semuanya itu

tergantung pada proses pembangunan yang dijalankan di masing-masing negara.

Contohnya seperti Taiwan dan Korea Selatan, kedua negara tersebut mengalami

laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan rakyatnya

mengalami perbaikan. Kondisi berbeda pada negara-negara seperti Meksiko dan

Panama yang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat tetapi hal itu

disertai dengan semakin memburuknya kondisi distribusi pendapatan. Di pihak

lain, laju pertumbuhan yang rendah ternyata tidak selalu berkaitan dengan dengan

perbaikan distribusi pendapatan contohya di negara-negara berkembang seperti

India, Peru, dan Filipina. Negara-negara seperti Sri lanka, Kolombia, Kosta Rika,

dan El Salvador mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang sama rendahnya,

namun mereka berhasil memperbaiki kesejahteraan ekonomi penduduknya yang

berpendapatan rendah.

Pertumbuhan ekonomi tidak terdapat hubungan yang langsung dan positif

terhadap tingkat perbaikan pemerataan. Hal ini mengacu pada karakter

pertumbuhan ekonomi, yaitu bagaimana cara mencapainya, siapa yang berperan

serta, sektor-sektor mana saja yang mendapat prioritas, lembaga-lembaga apa

yang menyusun dan lain sebagainya yang menentukan apakah pertumbuhan

ekonomi memengaruhi perbaikan taraf kehidupan masyarakat miskin atau tidak.

Fakta-fakta yang ada menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang

cepat tidak dengan sendirinya diikuti oleh perbaikan distribusi pendapatan bagi

seluruh penduduk.

Penilitian Terdahulu

Arega D. Alene dan Ousmane Coulibaly (2008) dalam penelitian yang

berjudul “The Impact of Agricultural Research on Productivity and Poverty in

Sub-Saharan Africa” dengan menggunakan metode persamaan simultan. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas pertanian, tenaga kerja,

irigasi, alat-alat pertanian, PDB per kapita, lahan per tenaga kerja, pengeluaran

pemerintah, investasi, jumlah penduduk desa, jumlah penduduk miskin serta

dummy wilayah Afrika Barat dan Afrika Tengah. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa dengan melakukan pembangunan di sektor pertanian seperti melakukan

riset penelitian dan pengembangan teknologi modern dapat meningkatkan

pertumbuhan produktivitas yang ditunjukan oleh kenaikan pendapatan perkapita.

Akibat adanya kenaikan pendapatan perkapita maka pada akhirnya secara

signifikan akan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan.

Kalangi, L.S (2006) dalam penelitian yang berjudul “Dampak Investasi di

Sektor Pertanian dan Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi

Pendapatan” dengan menggunakan pendekatan SAM (Social Accounting Matrix)

menyatakan bahwa investasi untuk meningkatan output sektor pertanian memiliki

Page 24: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

14

dampak yang lebih besar terhadap faktor produksi tenaga kerja dan peningkatan

pendapatan rumah tangga. Persentase penyerapan tenaga kerja terbesar untuk

sektor pertanian terdapat pada sektor tanaman pangan. Berdasarkan skenario yang

dilakukan Kalangi, injeksi penanaman modal pada sektor pertanian, agroindustri

dan sektor produksi lainnya baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing

memberikan dampak yang positif bagi peningkatan faktorial, rumah tangga,

sektor produksi itu sendiri maupun sektor produksi lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyu Winarti

(2006) yang berjudul “Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan

Jumlah Penduduk Miskin” bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh serta dampak dari pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah penduduk

miskin Indonesia, hal ini dilakukan karena jumlah penduduk miskin akibat krisis

belum berhasil dikurangi bahkan cenderung meningkat. Penelitian ini

menggunakan data panel dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kemiskinan, PDRB, tingkat inflasi, jumlah lulusan tingkat SMP, SMA, agrishare,

industri share, dan dummy krisis. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak hanya mampu mengurangi kemiskinan suatu daerah

melainkan memiliki efek ke bawah (tickle down effect).

Dwi Muslianti (2011) dalam penelitian yang berjudul “Dampak Kebijakan

Fiskal Daerah Terhadap Kemiskinan di Indonesia pada Masa Desentralisasi

Fiskal”. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan dengan metode 3sls.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi kinerja dan faktor-faktor yang

memengaruhi fiskal daerah, output daerah dan kemiskinan di Indonesia serta

menganalisis skenario kebijakan fiskal daerah dalam mengurangi kemiskinan di

Indonesia. Hasil yang diperoleh dalam penelitian yaitu sebagian besar provinsi

memiliki ketergantungan pada sektor pertanian yang terlihat dari relatif besarnya

proporsi PDRB pertanian. Faktor-faktor yang memengaruhi fiskal daerah, output

daerah dan kemiskinan adalah 1) penerimaan pajak dipengaruhi oleh jumlah

penduduk miskin, PDRB, kesenjangan fiskal dan lag penerimaan pajak, 2)

penerimaan BHPBP dipengaruhi oleh PDRB dan lag BHPBP, 3) PDRB

dipengaruhi oleh tenaga kerja masing-masing sektor dan beberapa jenis

pengeluaran daerah, dan 4) jumlah penduduk miskin dipengaruhi oleh distribusi

pendapatan, PDRB masing-masing sektor, jumlah penduduk miskin dan lag

jumlah penduduk miskin.

Whisnu Adhi Saputra (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis

Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran terhadap Tingkat

Kemiskinan di Kabupaten dan Kota Jawa Tengah”. Model regresi yang digunakan

adalah metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan Panel Data.

Hasil pendugaan tingkat kemiskinan memiliki nilai R-squared sebesar 0.609.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, PDRB

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah,

Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, dan Pengangguran berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.

Page 25: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

15

Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian merupakan motor penggerak perekonomian Aceh karena

sektor ini menjadi tumpuan masyarakat luas. Selain berkontribusi besar terhadap

Produk Domestik Regional Bruto, sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja

dalam jumlah yang besar. Sektor pertanian menjadi tumpuan masyarakat luas

karena merupakan sumber pendapatan. Peningkatan output pertanian akan

berdampak pada peningkatan pendapatan para petani atau masyarakat pedesaan

yang sebagian besar merupakan penduduk miskin. Peningkatan tingkat

pendapatan penduduk miskin akan mendorong kenaikan permintaan produk

kebutuhan rumah tangga buatan lokal. Meningkatnya permintaan barang-barang

lokal memberikan rangsangan lebih besar pada produksi lokal atau mendorong

diperluasnya sektor sekunder dan tersier (non pertanian) sehingga berdampak

pada peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal.

Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat model persamaan output pertanian,

tingkat kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan

model persamaan simultan untuk melihat dampak pengeluaran di sektor pertanian

terhadap output pertanian, tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Secara

grafis kerangka pemikiran operasional dapat digambarkan pada gambar 5.

Keterangan:

Menunjukan alur penelitian

Tidak diteliti dalam penelitian

Merupakan variabel endogen

Merupakan variabel eksogen

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

Total Belanja Pemerintah

Ekspor

Jumlah Pengangguran

Upah Minimum Provinsi

Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi

Lahan Pertanian

Tenaga Kerja Pertanian

Pengeluaran Sektor Pertanian Output Pertanian

Output Non Pertanian

Sektor Non Pertanian Kontribusi Terhadap PDRB

Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Perekonomian

Pendapatan Petani/

Masyarakat Pedesaan

Page 26: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

16

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk

menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang kebenarannya

harus diuji secara empiris. Berikut adalah hipotesis-hipotesisnya:

1 Tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian, dan pengeluaran pemerintah di

sektor pertanian berpengaruh positif terhadap output pertanian.

2 Output pertanian dan upah minimum provinsi berpengaruh negatif terhadap

tingkat kemiskinan sedangkan jumlah pengangguran berpengaruh positif

terhadap tingkat kemiskinan.

3 Jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi sedangkan total belanja pemerintah dan ekspor berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data deret waktu

(time series) periode tahun 1993 sampai dengan 2012. Data yang dikumpulkan

yaitu berupa data PDRB sektor pertanian, jumlah tenaga kerja sektor pertanian,

luas lahan pertanian, pengeluaran pemerintah di sektor pertanian, jumlah

penduduk miskin, jumlah penganguran, upah minimum provinsi, total PDRB,

total belanja pemerintah, dan ekspor. Data dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik

Republik Indonesia (BPS-RI), BPS Provinsi Aceh dan Kementrian Keuangan.

Selain itu referensi diambil juga dari jurnal-jurnal, internet, dan perpustakaan IPB.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara deskriptif dan

kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan

dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.

Metode ini digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai perkembangan

pembangunan sektor pertanian di Provinsi Aceh. Metode analisis data kuantitatif

yaitu dengan membentuk perumusan model yang mempunyai hubungan antara

output pertanian, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Model analisis data

yang digunakan adalah persamaan simultan. Data sekunder tersebut kemudian

diolah dan dianalisis menggunakan komputer dengan program Microsoft Office

Excel 2007 dan Statistical Analysis System (SAS) 9.1.3.

Persamaan Model Ekonometrika

Model persamaan yang dirumuskan dalam penelitian ini terdiri dari 3

persamaan struktural antara lain output pertanian, tingkat kemiskinan, dan

Page 27: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

17

pertumbuhan ekonomi. Model persamaan ini terdiri dari variabel endogen dan

variabel eksogen.

Model Output Pertanian

Output pertanian pada tahun ke-t (YPt) diduga dipengaruhi oleh tenaga kerja

sektor pertanian (TKPt), luas lahan pertanian (LHPt), dan pengeluaran pemerintah

sektor pertanian (PPt).

Persamaan output pertanian dapat dirumuskan sebagai berikut :

lnYPt = a0 + a1 lnTKPt + a2 lnLHPt + a3 lnPPt + u1

dimana:

YPt = Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian tahun ke-t

TKPt = Tenaga kerja sektor pertanian tahun ke-t

LHPt = Luas lahan pertanian tahun ke-t

PPt = Pengeluaran pemerintah sektor pertanian tahun ke-t

a0 = Intersep

ai = Koefisien regresi (i = 1,2,3)

u1 = Error

Model Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin tahun ke-t (POVt) diduga dipengaruhi oleh output

pertanian (YPt), jumlah pengangguran (UNt), dan upah minimum provinsi

(UMPt).

Persamaan tingkat kemiskinan dapat dirumuskan sebagai berikut :

lnPOVt = b0 + b1 lnYPt + b2 lnUNt + b3 lnUMPt + u3

dimana:

POVt = Jumlah penduduk miskin tahun ke-t

YPt = Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian pada tahun ke-t

UNt = Jumlah pengangguran pada tahun ke-t

UMPt = Upah minimum provinsi pada tahun ke-t

b0 = Intersep

bi = Koefisien regresi (i = 1,2,3)

u3 = Error

Model Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto tahun ke-t (PDRBt) dipengaruhi oleh

jumlah penduduk miskin (POVt), belanja pemerintah (EXPt), dan ekspor (Xt).

Persamaan pertumbuhan ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut :

lnPDRBt = c0 + c1 lnPOVt + c2 lnEXPt + c3 lnXt + u2

dimana:

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun ke-t

POVt = Jumlah penduduk miskin pada tahun ke-t

EXPt = Belanja pemerintah tahun ke-t

Xt = Ekspor pada tahun ke-t

c0 = Intersep

ci = Koefisien regresi (i = 1,2,3)

u2 = Error

Page 28: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

18

Identifikasi Model

Menurut Koutsoyiannis (1977) suatu persamaan dapat dikatakan

teridentifikasi apabila memenuhi syarat order condition. Kondisi order didasarkan

atas kaidah penghitungan variabel-variabel yang dimasukan dan dikeluarkan dari

suatu persamaan tertentu. Identifikasi model persamaan struktural berdasarkan

order condition sebagai berikut:

(K–M) (G–1)

dimana:

K = Jumlah total variabel dalam model (variabel endogen dan predetermined)

M = Jumlah variabel dalam suatu persamaan

G = Jumlah persamaan dalam model

jika suatu persamaan menunjukan K-M > G-1, maka persamaan dalam model

tersebut dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (overidentified), jika K-M < G-

1 maka persamaan dalam model tersebut dinyatakan tidak teridentifikasi

(underidentified), dan jika K-M = G-1 maka persamaan dalam model tersebut

dinyatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified). Hasil Identifikasi untuk

setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau overidentified untuk

dapat menduga parameter-parameternya.

Tabel 3 Identifikasi Model dari Masing-masing Persamaan

Persamaan K M G K – M G - 1 Keterangan

YP 10 4 3 6 2 Overidentified

POV 10 4 3 6 2 Overidentified

PDRB 10 4 3 6 2 Overidentified

Keterangan: Data diolah, 2013

Berdasarkan hasil identifikasi model yang dilakukan, seluruh persamaan

struktural yaitu output pertanian (YP), tingkat kemiskinan (POV), dan

pertumbuhan ekonomi (PDRB) menunjukkan kondisi overidentified sehingga

model dapat diidentifikasi. Pendugaan parameter dapat menggunakan dua metode

yaitu metode ILS (Indirect Least Squares) jika persamaan struktural menunjukan

exactly identified dan metode 2SLS (Two Stage least Squares) jika persamaan

struktural menunjukan overidentified. Model dalam penelitian ini menggunakan

metode 2SLS karena metode ini cukup toleran dalam kesalahan spesifikasi model,

kesalahan dalam satu persamaan tidak ditransfer ke persamaan lain, selain itu

metode ini cocok digunakan pada jumlah sampel yang sedikit serta dapat

menghindari estimasi yang bias serta penduga yang tidak konsisten (Gujarati,

1999).

Untuk menguji apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat, dilakukan statistik uji-F.

Jika nilai Fstatistik lebih besar dari Ftabel atau nilai p-value lebih kecil dari nilai

critical value (α) artinya minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat. Jika hasil nilai Fstatistik lebih kecil dari Ftabel atau nilai p-

value lebih besar dari nilai critical value (α) artinya tidak ada satu pun variabel

bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya.

Page 29: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

19

Untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas secara individual

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat pada masing-masing

persamaan digunakan statistik uji-t. Jika tstatistik lebih besar dari ttabel atau nilai p-

value lebih kecil dari nilai critical value (α) artinya bahwa variabel bebas ke-i

secara parsial memengaruhi variabel terikat. Jika tstatistik lebih kecil dari ttabel atau

nilai p-value lebih besar dari nilai critical value (α) artinya bahwa variabel bebas

ke-i secara parsial tidak memengaruhi variabel terikatnya (Djuanda, 2000).

Validasi Model

Tujuan validasi model adalah untuk mengetahui tingkat representasi model

apabila dibandingkan dengan dunia nyata sebagai dasar untuk melakukan

simulasi. Validasi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai aktual dengan

nilai dugaan dari penduga endogen. Terdapat berbagai uji validasi model, antara

lain uji U-Theil (Theil’s Inequality Coefficient), Root Mean Squares Percent

Error (RMSPE) dan Koefisien Determinasi (R2).

Statistik U-Theil’s dirumuskan sebagai berikut:

U =

√1

n∑ ( t

s- tan

t 1 )2

√1

n ∑ ( t

s)2 n

t 1 √1

n ∑ ( t

a)2n

t 1

dimana:

ts = Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi

ta = Nilai aktual variabel observasi

n = Jumlah periode observasi

nilai U-Theil’s berkisar antara 0 dan 1, dengan kriteria bahwa semakin kecil nilai

U-Theil’s yang dihasilkan, maka semakin baik model tersebut.

Statistik Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) dirumuskan sebagai

berikut:

RMSPE = √1

n∑ (

ts- t

a

ta

nt 1 )

2

dimana:

ts = Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi

ta = Nilai aktual variabel observasi

n = Jumlah periode observasi

model dinyatakan valid apabila nilai RMSPE berada di bawah 100. Sedangkan

statistik Koefisien Determinasi (R2) dinyatakan valid apabila bernilai mendekati 1

(Pindyck dan Rubienfield, 1991).

Simulasi Model

Menurut Sinaga (1997), simulasi adalah suatu pendekatan untuk mengetahui

besar dan arah perubahan dari suatu atau beberapa variabel endogen dengan

melakukan perubahan satu atau beberapa variabel eksogen. Oleh karena itu

Page 30: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

20

simulasi model adalah suatu perubahan yang dilakukan di dalam model tanpa

merubah sistem atau dunia nyata. Simulasi memiliki beberapa tujuan yaitu

melakukan pengujian dan evaluasi terhadap model, mengevaluasi kebijakan pada

masa lampau, dan membuat peramalan pada masa datang.

Analisis simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah meningkatkan

pengeluaran pemerintah Provinsi Aceh di sektor pertanian sebesar 30 persen, hal

ini didasarkan pada rata-rata pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian

dalam 5 tahun terakhir yaitu meningkat sebesar 15 persen. Gambar 6 merupakan

pengeluaran pemerintah Provinsi Aceh di sektor pertanian tahun 2008 sampai

dengan tahun 2012.

Sumber: Kementerian Keuangan, 2012 (diolah)

Keterangan: ( ) laju pengeluaran di sektor pertanian

Gambar 6 Pengeluaran pemerintah Provinsi Aceh di sektor pertanian tahun

2008-2012

Sektor Pertanian merupakan penyumbang terbesar bagi pertumbuhan

ekonomi dan merupakan sumber mata pencaharian mayoritas bagi penduduk

miskin di Provinsi Aceh, sehingga peningkatan pengeluaran sektor pertanian

diharapkan dapat meningkatkan output pertanian dan menurunkan jumlah

penduduk miskin serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

Definisi Operasional

Variabel endogen adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel

lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas.

Variabel endogen dalam penelitian ini adalah output pertanian, tingkat kemiskinan,

dan pertumbuhan ekonomi. Variabel eksogen merupakan variabel yang dimasukkan

ke dalam penelitian untuk mengendalikan atau menghilangkan pengaruh tertentu pada

model penelitian agar kesimpulan yang ditarik tidak bias atau salah persepsi. Definisi

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a Output pertanian adalah nilai PDRB sektor pertanian atas dasar harga

konstan 2000 yang dinyatakan dalam juta rupiah.

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

2008 2009 2010 2011 2012

(46.31%)

(35.73%)

(-21.34%) (-4.74%)

(14.57%)

Juta

Rupia

h

Tahun

Page 31: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

21

b Tenaga kerja sektor pertanian adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang

bekerja di sektor pertanian yang dinyatakan dalam jiwa.

c Luas lahan pertanian adalah lahan pertanian sawah dan lahan pertanian

bukan sawah (kebun, ladang dan lahan sementara yang belum dimanfaatkan)

yang dinyatakan dalam hektar.

d Pengeluaran pemerintah sektor pertanian adalah alokasi belanja pemerintah

di sektor pertanian yang dinyatakan dalam juta rupiah.

e Jumlah penduduk miskin adalah kondisi dimana seseorang tidak bisa

memenuhi kebutuhan makanan minimum 2100 kalori per orang setiap hari

yang dinyatakan dalam jiwa.

f Jumlah pengangguran adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang

termasuk angkatan kerja namun tidak mempunyai pekerjaan yang

dinyatakan dalam jiwa.

g Upah minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh

kabupaten/kota di suatu provinsi yang dinyatakan dalam rupiah.

h Pertumbuhan ekonomi adalah persentase PDRB atas dasar harga konstan

2000 yang dinyatakan dalam persen.

i Pendapatan Wilayah adalah nilai PDRB dari seluruh sektor atas dasar harga

konstan 2000 yang dinyatakan dalam juta rupiah.

j Belanja pemerintah adalah total pengeluaran yang dilakukan pemerintah

untuk keperluan pembangunan di suatu suatu wilayah yang dinyatakan

dalam juta rupiah.

k Ekspor adalah proses transfer barang atau komoditas dari suatu wilayah ke

wilayah lain yang dinyatakan dalam juta rupiah.

GAMBARAN UMUM

Kondisi Geografis

Provinsi Aceh terletak antara 01˚ - 06˚ Lintang Utara dan 94˚ - 98˚ Bujur

Timur dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut dan Banda

Aceh sebagai ibukota Provinsi. Batas-batas wilayah Provinsi Aceh yaitu:

- sebelah utara : Selat Malaka

- sebelah selatan : Provinsi Sumatera Utara

- sebelah timur : Selat Malaka

- sebelah barat : Samudera Hindia

Pada tahun 2011 Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 kabupaten antara lain

Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh

Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Barat Daya,

Gayo Lues, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah, dan Pidie

Jaya, serta 5 kota yaitu Banda Aceh, Sabang, Langsa, Lhokseumawe, dan

Subulussalam. Provinsi ini memiliki 119 pulau, 35 gunung, 73 sungai besar, dan 2

buah danau. Luas Provinsi Aceh sebesar 5 677 081 hektar dengan hutan sebagai

lahan terluas mencapai 2 291 080 hektar, diikuti perkebunan rakyat seluas 800

401 hektar dan persawahan 314 991 sedangkan lahan industri merupakan lahan

terkecil yaitu sebesar 3 928 hektar.

Page 32: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

22

Gambar 7 Peta Provinsi Aceh

Penduduk merupakan salah satu syarat untuk membentuk suatu daerah.

Suatu daerah akan maju apabila dapat memberdayakan penduduknya dengan

benar, kondisi berbanding terbalik apabila jumlah penduduk yang banyak namun

tidak diberdayakan secara maksimal sehingga dapat menghambat proses

pembangunan. Jumlah penduduk Provinsi Aceh pada tahun 2011 sebanyak 4 597

308 jiwa, terdiri atas 2 300 441 jiwa laki-laki dan 2 968 967 jiwa perempuan.

Kepadatan penduduk Provinsi Aceh pada tahun 2011 mencapai 81 orang/km2.

Daerah terpadat adalah Kota Banda Aceh dengan rata-rata per kilometer

wilayahnya dihuni oleh sekitar 4 069 jiwa. Kemudian Kota Lhokseumawe dan

Kota Langsa masing-masing 1 141 jiwa/km2 dan 749 jiwa/km

2, sebaliknya

wilayah yang jarang pendudukya adalah Kabupaten Gayo yaitu 14 jiwa/km2. Pada

tahun 2011 terdapat sebanyak 2 001 259 orang penduduk Aceh yang termasuk

angkatan kerja, terdiri dari 1 251 527 laki-laki dan 749 732 perempuan. Sebanyak

1 852 473 orang yang bekerja dan pengangguran sebanyak 148 786 orang dengan

tingkat pengangguran terbuka sebesar 7.43 persen, sedangkan yang tidak

termasuk dalam angkatan kerja sebesar 943 561 orang, diantaranya mengurus

rumah tangga berjumlah 597 730 orang dan yang bersekolah 345 831 orang.

Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan utama, maka sektor pertanian masih

merupakan sektor yang memberikan porsi paling besar dalam penyerapan tenaga

kerja yakni 48.49 persen, diikuti oleh sektor jasa 19.36 persen, dan perdagangan

16.15 persen, sisanya sektor industri 3.91 persen serta lainnya 12.08 persen.

Berdasarkan jenis pekerjaan, persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang

berusaha sebagai buruh/pegawai/karyawan sebesar 33.48 persen. Penduduk yang

berusaha dengan dibantu buruh dibayar/buruh tidak dibayar sebesar 22.38 persen

dan 19.32 persen bekerja sendiri serta 18.52 persen pekerja keluarga.

Page 33: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

23

Kondisi Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak mampu memenuhi

hak-hak dasarnya seperti kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa

aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi

dalam kehidupan sosial-politik. Berlimpahnya sumber daya alam di Provinsi Aceh

tidak menyebabkan angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi atau tingkat

kemiskinan yang lebih rendah. Pada kenyataannya, kekayaan sumber daya alam

justru menimbulkan konflik yang telah merusak provinsi ini selama beberapa

dekade, menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi, pemerintahan yang

lemah, dan rendahnya tingkat pelayanan umum yang diberikan pemerintah kepada

masyarakatnya, serta merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat

kemiskinan tertinggi di Indonesia.

Persentase kemiskinan di Provinsi Aceh dalam periode tahun 1993 sampai

1997 berjalan beriringan dengan persentase kemiskinan di Indonesia. Krisis

ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 menyebabkan kenaikan persentase

kemiskinan hampir diseluruh wilayah Indonesia tidak terkecuali Provinsi Aceh,

dimana terjadi kenaikan persentase kemiskinan dari tahun 1997 yaitu 18.81 persen

menjadi 19.40 persen pada tahun 1998.

Sumber: BPS-RI, 2012 (diolah)

Gambar 8 Persentase kemiskinan Provinsi Aceh dan Indonesia tahun 1993-2012

Krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1998 berdampak sangat besar terhadap

kondisi perekonomian Indonesia, dimana terjadi kenaikan persentase kemiskinan

dari 17.74 persen manjadi 24.23 persen. Pasca krisis ekonomi berlalu, Indonesia

perlahan mampu bangkit dan berhasil menekan tingkat kemiskinan hingga saat

ini. Kondisi berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Provinsi Aceh, dimana

setelah terjadi krisis ekonomi tahun 1998 tingkat kemiskinan justru terus

mengalami peningkatan dalam jumlah yang cukup besar bahkan jauh melebihi

persentase kemiskinan Indonesia yaitu mencapai 29.83 persen pada tahun 2002

dan 29.76 persen pada tahun 2003. Tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi

Aceh disebabkan oleh konflik yang memuncak di tahun 2001 sehingga

menyebabkan sekitar setengah juta orang mengungsi serta banyak orang terampil

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Per

sen

Tahun

Aceh

Indonesia

Page 34: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

24

dan berpendidikan meninggalkan provinsi ini. Selain itu kondisi diperparah

dengan terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004. Pasca tsunami yang

terjadi, pemerintah Provinsi Aceh melakukan berbagai rekonstruksi secara besar-

besaran sehingga pada tahun 2007 Provinsi ini mulai menunjukan kondisi yang

cukup baik, hal ini diperlihatkan dengan terjadinya penurunan persentase

kemiskinan, namun kondisi tersebut masih sangat jauh berada di atas tingkat

kemiskinan Indonesia.

Kondisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian dalam suatu wilayah yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi

keberhasilan pembangunan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia

dalam periode tahun 2003 sampai dengan 2008 cenderung mengalami

peningkatan. Kondisi berbanding terbalik dengan yang dialami Provinsi Aceh

dimana laju pertumbuhan ekonomi cenderung turun dari tahun 2003 sampai

dengan 2009, hal ini disebabkan oleh penurunan dalam jumlah yang cukup besar

pada sektor pertambangan dan penggalian akibat produksi minyak dan gas alam

yang menurun, sehingga provinsi ini mengalami pertumbuhan yang negatif.

Selain itu kondisi tersebut makin diperburuk dengan adanya gempa dan tsunami

yang terjadi pada akhir tahun 2004.

Pada awal tahun 2005 setelah terjadi gempa dan tsunami di Aceh, hampir

semua sektor mengalami pertumbuhan negatif yang paling terimbas oleh kejadian

tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri

pengolahan dimana pertumbuhan masing-masing adalah -24.06 persen dan -17.80

persen, di pihak lain sektor pengangkutan, konstruksi dan pertanian mengalami

pertumbuhan yang positif yaitu masing-masing sebesar 3.67 persen, 0.92 persen,

dan 6.06 persen.

Sumber: BPS Provinsi Aceh, 2012 (diolah)

Gambar 9 Laju PDRB Provinsi Aceh dan PDB Indonesia tahun 2003-2012

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012Per

sen

Tahun

Aceh

Indonesia

Page 35: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

25

Provinsi Aceh telah mengalami tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang

sangat rendah dalam beberapa tahun terakhir. Secara umum dalam periode tahun

2003 sampai dengan 2009 Provinsi Aceh mengalami pertumbuhan ekonomi yang

negatif, baru kemudian pada tahun 2010 sampai dengan 2012 laju pertumbuhan

ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Alasan pertumbuhan yang lambat

tersebut adalah penurunan cadangan sumberdaya minyak dan gas, ketertinggalan

sktruktural dan konflik yang berlangsung lama yang berdampak pada lemahnya

kinerja pertumbuhan Provinsi Aceh, akibatnya Provinsi ini memiliki tingkat

kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan hampir semua wilayah lain di

Indonesia.

Banyaknya cadangan minyak dan gas bumi di pantai timur tidak

menghasilkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah di Provinsi Aceh melainkan

meningkatkan tingkat kemiskinan, hal tersebut disebabkan konflik yang

memperebutkan kekayaan sumberdaya minyak dan gas tersebut. Mengingat

bahwa kemiskinan merupakan fenomena pedesaan, pertumbuhan yang memihak

pada masyarakat miskin akan memerlukan peningkatan pertumbuhan sektor

pertanian melalui peningkatan produktivitas petani, menghilangkan hambatan

terhadap pertumbuhan di daerah-daerah pedesaan seperti kurangnya akses

keuangan, perbaikan prasarana pedesaan dan akses petani ke pasar serta

memfasilitasi pergerakan penduduk desa menuju kutub-kutub pertumbuhan di

wilayah-wilayah perkotaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Pembangunan Sektor Pertanian Provinsi Aceh

Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam

pendapatan masyarakat Provinsi Aceh karena mayoritas penduduknya bekerja di

sektor pertanian. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman pangan, subsektor

hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan

dan subsektor kehutanan. Kontribusi sektor pertanian terhadap perkonomian

Provinsi Aceh menempati urutan pertama dari segi Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Sektor ini juga menyerap hampir setengah dari total tenaga kerja.

Hal ini menunjukan pentingnya sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi

Aceh. Rencana pembangunan jangka menengah Provinsi Aceh tahun 2007 sampai

dengan tahun 2012 di sektor pertanian sebagai berikut:

1 Meningkatkan produktivitas di seluruh subsektor pertanian dengan

penerapan teknologi pertanian.

2 Memasok dan memasarkan penggunaan varietas unggul.

3 Membentuk unit pengolahan hasil panen dengan kapasitas modern yang

bertujuan meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

4 Membentuk sistem perdagangan komoditi yang tangguh dan berkeadilan

yang bertujuan mempertahankan harga jual komoditi di tingkat petani

terutama pasca panen raya.

Page 36: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

26

5 Peningkatan lahan budidaya pertanian melalui upaya intensifikasi,

diversifikasi, optimalisasi indeks penanaman, dan rehabilitasi lahan-lahan

yang terlantar.

6 Meningkatkan kualitas pengolahan hasil panen, membentuk sistem

kelembagaan petani dan kemitraan usaha.

7 Melakukan perbaikan infrastruktur pertanian terutama jaringan irigasi, jalan

usaha tani, saluran tambak, pelabuhan perikanan, dan balai pembibitan atau

pembenihan.

Lahan pertanian menurut penggunaan terbagi menjadi dua, yaitu lahan

pertanian sawah dan lahan pertanian bukan sawah. Lahan pertanian bukan sawah

terdiri dari lahan kebun atau tegal, lahan ladang atau huma dan lahan yang

sementara belum dimanfaatkan. Secara rata-rata luas lahan pertanian terbagi

secara merata, artinya tidak ada lahan yang mendominasi dalam jumlah yang

sangat besar. Persentase rata-rata luas lahan kebun atau tegal di Provinsi Aceh dari

tahun 1993 hingga 2012 sebesar 32.54 persen, persentase untuk lahan sawah

sebesar 25.66 persen, persentase untuk lahan sementara belum dimanfaatkan

sebesar 22.18 persen, dan persentase untuk ladang atau huma sebesar 19.63

persen, kondisi ini dapat terlihat pada gambar 10.

Sumber: BPS-RI, 2012 (diolah)

Gambar 10 Rata-rata persentase luas lahan pertanian menurut penggunaan tahun

1993-2012

Sektor pertanian di Provinsi Aceh memiliki potensi yang tinggi untuk

tumbuh pesat mengingat kekayaan alam yang dimiliki dan kondisi iklim yang

cukup baik. Subsektor pertanian yang menjadi andalan di Provinsi Aceh adalah

subsektor tanaman pangan, dimana sebagian besar masyarakatnya bekerja pada

subsektor ini. Pada tahun 2011 persentase penduduk desa yang bekerja di

subsektor tanaman pangan sebesar 75.10 persen, subsektor perkebunan 19.40

persen, subsektor peternakan 0.30 persen, subsektor perikanan 5.09 persen, dan

lainnya 0.12 persen. Berbagai jenis komoditi yang termasuk ke dalam subsektor

tanaman pangan antara lain padi, jagung, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi

jalar, talas dan sebagainya. Komoditi unggulan pada subsektor tanaman pangan di

Provinsi Aceh yaitu padi, jagung, dan kedelai.

Gambar 11 menunjukan rata-rata produktivitas tanaman padi pada periode

tahun 2003 hingga tahun 2012 sebesar 4.34 ton/hektar, kondisi ini masih

25.66%

32.54%

19.63%

22.18%

Sawah

Kebun/Tegal

Ladang/Huma

Lahan Sementara

Belum Dimanfaatkan

Page 37: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

27

tergolong rendah karena berada di bawah rata-rata produktivitas padi Indonesia

yaitu sebesar 4.80 ton/hektar. Pada komoditi jagung, rata-rata produktivitas dalam

periode tahun 2003 hingga tahun 2012 sebesar 3.40 ton/hektar, kondisi ini sama

halnya dengan komoditi padi yaitu berada di bawah rata-rata produktivitas

Indonesia yaitu sebesar 3.94 ton/hektar, namun untuk komoditi kedelai rata-rata

produktivitas Provinsi Aceh berada di atas rata-rata produktivitas Indonesia yaitu

1.35 ton/hektar lebih besar dibandingkan 1.33 ton/hektar.

Sumber: BPS-RI, 2012 (diolah)

Gambar 11 Rata-rata produktivitas komoditi unggulan subsektor tanaman pangan

tahun 2003-2012

Rendahnya produktivitas pertanian di Provinsi Aceh disebabkan oleh belum

maksimalnya pemanfaatan potensi sumberdaya yang tersedia secara efektif dan

efisien, disamping itu sarana dan prasarana penunjang juga belum memadai secara

optimal, alih teknologi pertanian seperti penggunaan benih bermutu dan sistem

kultur teknis belum merata, kelangkaan dan mahalnya sarana produksi seperti

pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian selain itu adanya serangan hama dan

penyakit juga menjadi permasalahan serius dalam produksi pertanian serta

penggunaan lahan pertanian yang belum optimal artinya masih banyak terdapat

lahan pertanian yang tidak diusahakan.

Beberapa hambatan dalam pembangunan sektor pertanian di Provinsi Aceh

yaitu tingginya alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian

seperti perumahan, pertokoan dan perkantoran. Adanya praktik penebangan hutan

liar yang berpotensi meningkatkan frekuensi kekeringan dan banjir yang berujung

pada kerusakan sistem irigasi serta erosi tanah sehingga berdampak pada

penurunan produktivitas pertanian. Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani,

kurangnya akses petani terhadap permodalan, belum optimalnya kinerja

penyuluhan pertanian, belum adanya jaminan pemasaran dan hasil pengolahan,

serta rendahnya upaya untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, selain itu

sistem prasarana sumberdaya air seperti sungai, danau, rawa dan bendungan atau

waduk masih belum dapat menjangkau ke seluruh wilayah di Provinsi Aceh.

Faktor yang memiliki peranan cukup penting untuk menghasilkan ouput

pertanian adalah irigasi. Jaringan irigasi merupakan saluran dan bangunan yang

0

1

2

3

4

5

Padi Jagung Kedelai

4.34

3.40

1.35

4.80

3.94

1.33

To

n/H

ekta

r

Komoditi Unggulan Tanaman Pangan

Aceh

Indonesia

Page 38: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

28

diperlukan untuk pengaturan air irigasi mencakup penyediaan, pengambilan dan

pembagian air. Terdapat 2 jenis pengairan dalam suatu lahan yaitu lahan irigasi

dan lahan non irigasi. Jenis lahan irigasi terdiri dari:

1 Lahan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah

dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan

tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah.

2 Lahan Irigasi setengah teknis yaitu lahan yang memperoleh irigasi dari

irigasi setengah teknis dimana penyediaan dan pembagian air sepenuhnya

dapat diatur tetapi yang dapat diukur hanya sebagian.

3 Lahan irigasi sederhana yaitu lahan yang memperoleh pengairan secara

sederhana dan dikelola sendiri oleh masyarakat.

Sedangkan jenis pengairan lahan non irigasi terdiri dari:

1 Lahan tadah hujan yaitu lahan yang bergantung pada air hujan.

2 Lahan pasang surut yaitu lahan yang pengairannya tergantung pada air

sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut

3 Lahan lebak yaitu lahan yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa

lebak.

Sumber: BPS-RI, 2012 (diolah)

Gambar 12 Persentase lahan sawah menurut jenis pengairan tahun 2003-2012

Gambar 12 menunjukan persentase lahan sawah dengan sistem irigasi lebih

besar dibanding dengan persentase lahan sawah non irigasi. Persentase lahan

sawah dengan irigasi tahun 2012 sebesar 69.74 persen lebih besar dibandingkan

persentase lahan sawah non irigasi yaitu 30.26 persen. Dalam periode tahun 2003

sampai dengan 2012 persentase lahan sawah dengan irigasi cenderung meningkat

sedangkan luas sawah non irigasi cenderung mengalami penurunan. Rata-rata

persentase lahan sawah menurut jenis pengairan tahun 2003 sampai dengan 2012

yaitu sebesar 66.01 persen lahan sawah dengan irigasi dan 33.99 persen lahan

sawah non irigasi, walaupun secara persentase lahan sawah dengan irigasi lebih

besar dibandingkan lahan sawah non irigasi namun tetap diperlukan adanya

perbaikan baik secara kuantitas maupun kualitas agar dapat menghasilkan output

pertanian secara lebih optimal.

Faktor yang tidak kalah penting lainnya sebagai penunjang pada sektor

pertanian adalah kondisi infrastruktur jalan. Kondisi jalan yang baik akan

mempermudah proses distribusi hasil pertanian. Pada tahun 2011 total panjang

jalan kabupaten dan kota di seluruh Provinsi Aceh adalah 13 841.07 km dimana 3

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Per

sen

Tahun

Irigasi

Non Irigasi

Page 39: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

29

165.44 km (22.88 persen) diantaranya berada dalam kondisi baik, dan 5 681.06

(41.05 persen) dalam kondisi sedang selebihnya sebesar 4 994.57 km (36.07

persen) dalam kondisi rusak. Sementara itu bila dilihat dari jenis permukaaannya

maka dari 13 841.07 km, sebesar 6 203.57 km (44.82 persen) jalan beraspal, 4

837.42 km (34.95 persen) berpermukaan krikil dan selebihnya sepanjang 2 800.08

km (20.23 persen) masih berpermukaan tanah. Kondisi infrastruktur jalan

kabupaten dan kota di Aceh masih tergolong kurang baik, hal ini ditunjukan oleh

panjang jalan dengan kondisi rusak lebih besar dibandingkan panjang jalan

dengan kondisi baik. Kondisi ini mengakibatkan kurang optimalnya proses

distribusi output yang dihasilkan di sektor pertanian sehingga pertumbuhan

ekonomi berjalan lambat.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Output Pertanian

Fungsi produksi merupakan keterkaitan antara faktor-faktor produksi

dengan capaian tingkat produksi yang dihasilkan, di mana faktor produksi sering

disebut input dan jumlah produksi sering disebut output. Output merupakan hasil

akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa

masukan. Hasil pendugaan output pertanian ditunjukan pada tabel 4.

Tabel 4 Faktor-faktor yang memengaruhi output pertanian

Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas

Intersep 9.49478 2.34 0.0328**

Tenaga Kerja Pertanian (TKP) 0.78559 2.82 0.0122**

Luas Lahan Pertanian (LHP) -0.37976 -1.76 0.0980*

Pengeluaran Pertanian (PP) 0.09212 7.24 0.0001**

R-Squared = 0.86 F-Hitung = 32.32

Keterangan: * signifikan pada taraf nyata α = 10 persen

** signifikan pada taraf nyata α = 5 persen

Hasil pendugaan menunjukan bahwa output pertanian memiliki nilai R2

sebesar 0.86 yang artinya 86 persen keragaman output pertanian dapat dijelaskan

oleh masing-masing variabel penjelas yang ada dalam model. Semua variabel

yaitu tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan pertanian, dan pengeluaran

pemerintah di sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap output pertanian.

Berdasarkan hasil pendugaan yang ditunjukan pada tabel 4 memperlihatkan

tanda parameter yang sesuai dengan yang diharapkan namun terdapat satu

variabel yang kurang sesuai yaitu luas lahan pertanian yang berhubungan negatif

terhadap output pertanian, artinya jika terjadi penurunan lahan pertanian sebesar 1

persen maka akan meningkatkan output pertanian sebesar 0.37976 persen, ceteris

paribus. Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang semakin

banyak sehingga berdampak pada peningkatan permintaan suatu lahan yang akan

digunakan sebagai hunian atau tempat tinggal. Akibat dari peningkatan

permintaan lahan untuk tempat tinggal maka akan semakin memperkecil luas

lahan untuk pertanian. Peningkatan yang terjadi pada output pertanian bukan

Page 40: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

30

hanya dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, namun terdapat faktor-faktor lainnya

seperti penggunaan bibit unggul dan penggunaan teknologi modern.

Tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh positif dan signifikan secara

nyata pada taraf 5 persen terhadap output pertanian, artinya jika terjadi kenaikan

jumlah pekerja pada sektor pertanian sebesar 1 persen maka akan meningkatkan

output pertanian sebesar 0.78559 persen, ceteris paribus. Sektor pertanian

merupakan sektor yang sangat mengandalkan tenaga kerja sebagai faktor produksi

utama, sehingga semakin banyak jumlah tenaga kerja di sektor pertanian akan

berdampak pada peningkatan output di sektor pertanian.

Pengeluaran pemerintah di sektor pertanian berpengaruh positif dan

sigfinikan secara nyata pada taraf 5 persen, artinya jika terjadi kenaikan

pengeluaran di sektor pertanian sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ouput

pertanian sebesar 0.09212 persen, ceteris paribus. Pengeluaran yang dikerluarkan

oleh pemerintah pada sektor pertanian digunakan untuk perbaikan kondisi sarana

dan prasarana pertanian, sehingga dapat mengefisiensikan proses produksi yang

berdampak pada peningkatan output pertanian.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang

tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang layak. Hak-hak dasar tersebut antara lain

terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal,

bebas dari ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam

kehidupan sosial-politik. Hasil pendugaan kemiskinan ditunjukan pada tabel 5.

Tabel 5 Faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan

Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas

Intersep 31.96308 1.56 0.1380

Output Pertanian (YP) -1.85161 -1.28 0.2173

Jumlah Pengangguran (UN) 0.67650 2.38 0.0298**

Upah Minimum Provinsi (UMP) 0.23455 1.21 0.2451

R-Square = 0.60 F-Hitung = 8.17

Keterangan: ** signifikan pada taraf nyata α = 5 persen

Hasil pendugaan menunjukan bahwa tingkat kemiskinan memiliki nilai R2

sebesar 0.60 yang artinya 60 persen keragaman tingkat kemiskinan dapat

dijelaskan oleh masing-masing variabel output pertanian, jumlah pengangguran,

dan upah minimul provinsi yang terdapat dalam model sisanya sebesar 36 persen

dijelaskan di luar model. Hasil pendugaan pada tabel 5 menunjukan variabel

output pertanian memiliki tanda parameter yang sesuai yaitu berhubungan negatif

yang artinya kenaikan output pertanian akan meningkatkan pendapatan petani atau

masyarakat pedesaan sehingga akan menurunkan jumlah penduduk miskin.

Variabel output pertanian tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah

penduduk miskin hal ini disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada output

pertanian masih tergolong rendah artinya tidak terjadi variasi peningkatan dalam

Page 41: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

31

jumlah yang relatif besar sehingga kurang memengaruhi penurunan jumlah

penduduk miskin. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh namun pada kenyataanya produktivitas

sektor ini masih tergolong rendah untuk itu perlu adanya upaya yang harus

dilakukan pemerintah yang bertujuan meningkatkan produktivitas sektor pertanian

seperti optimalisasi penggunaan lahan pertanian, perbaikan sarana irigasi,

penggunaan bibit unggul dan alat-alat pertanian modern.

Variabel jumlah pengangguran berhubungan positif dan signifikan secara

nyata pada taraf 5 persen terhadap jumlah penduduk miskin, artinya jika terjadi

peningkatan jumlah pengangguran sebesar 1 persen maka akan terjadi

peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 0.67650 persen, ceteris paribus.

Semakin banyak jumlah pengangguran maka berpengaruh pada semakin banyak

jumlah penduduk miskin. Hal ini menunjukan bahwa seseorang yang tidak

memiliki pekerjaan maka orang tersebut tidak mempunyai penghasilan sehingga

tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yaitu kebutuhan makanan dan

minimum, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal.

Variabel upah minimum provinsi memiliki tanda parameter yang kurang

sesuai dengan tingkat kemiskinan yaitu berhubungan positif, artinya peningkatan

upah minimum provinsi akan meningkatkan jumlah penduduk miskin, hal ini

dikarenakan peningkatan upah minimum provinsi diikuti oleh peningkatan

terhadap harga-harga barang dan jasa (inflasi). Laju peningkatan yang terjadi

terhadap harga-harga barang dan jasa lebih besar dari pada laju peningkatan upah

minimum provinsi, sehingga peningkatan upah minimum provinsi tidak

memengaruhi penurunan jumlah penduduk miskin melainkan meningkatkan

jumlah penduduk miskin.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian dalam suatu wilayah yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi

keberhasilan pembangunan ekonomi. Hasil pendugaan pertumbuhan ekonomi

ditunjukan pada tabel 6.

Tabel 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi

Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas

Intersep 8.81028 3.77 0.0017**

Jumlah Penduduk Miskin (POV) -0.27746 -2.21 0.0422**

Belanja Pemerintah (EXP) 0.28124 2.69 0.0162**

Ekspor (X) 0.48657 4.30 0.0005**

R-Square = 0.70 F-Hitung = 12.18

Keterangan: ** signifikan pada taraf nyata α = 5 persen

Hasil pendugaan yang ditunjukan pada tabel 6 memperlihatkan variabel

belanja pemerintah dan ekspor memiliki tanda parameter yang sesuai yaitu

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi artinya peningkatan belanja

Page 42: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

32

pemerintah dan ekspor akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sedangkan

jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

artinya penurunan jumlah penduduk miskin akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Hasil pendugaan pertumbuhan ekonomi memiliki nilai R2 sebesar 0.70

yang artinya keragaman pertumbuhan ekonomi yang dapat dijelaskan dengan

dengan baik oleh masing-masing variabel penjelas yang terdapat dalam persamaan

yaitu sebesar 70 persen.

Variabel jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif dan signifikan secara

nyata pada taraf 5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi yang artinya jika terjadi

penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 1 persen maka akan terjadi

peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.27746 persen, ceteris paribus.

Banyak atau sedikit jumlah penduduk miskin di suatu wilayah menggambarkan

kualitas dari sumberdaya manusia tersebut. Jika penduduk miskin di suatu

wilayah sedikit maka artinya kualitas sumberdaya manusianya sudah baik

sehingga akan meningkatkan aktivitas dalam perekonomian yang berdampak pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Variabel belanja pemerintah berpengaruh positif dan signifikan secara nyata

pada taraf 5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi yang artinya jika terjadi

peningkatan belanja pemerintah sebesar 1 persen maka akan terjadi peningkatan

pertumbuhan ekonomi sebesar 0.28124 persen, ceteris paribus. Hal ini

menunjukan bahwa pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan pemerintah

bertujuan untuk kepentingan pembangunan seperti pengeluaran untuk perbaikan

infrastruktur, pengeluaran di bidang pendidikan dan kesehatan sehingga dari

semua perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah maka akan berdampak

pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Variabel ekspor juga berpengaruh positif dan signifikan secara nyata pada

taraf 5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi yang artinya jika terjadi

peningkatan ekspor sebesar 1 persen maka akan terjadi peningkatan pertumbuhan

ekonomi sebesar 0.48657 persen, ceteris paribus. Ekspor merupakan faktor

penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu wilayah karena ekspor

dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu wilayah. Suatu wilayah akan

memperoleh keuntungan dari adanya ekspor yang dilakukan sehingga akan

meningkatkan pendapatan nasional yang selanjutnya akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian Terhadap Output

Pertanian, Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi

Sektor pertanian merupakan sektor yang menyumbang peranan terbesar

terhadap perekonomian sekaligus merupakan sektor yang paling banyak menyerap

tenaga kerja. Tenaga kerja di sektor pertanian sebagian besar merupakan

penduduk miskin dan bertempat tinggal di pedesaan, sehingga peningkatan output

pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan penduduk miskin atau

masyarakat pedesaan yang berdampak pada tingkat kemiskinan dan pertumbuhan

ekonomi. Untuk itu dilakukan sebuah simulasi dengan meningkatkan pengeluaran

pemerintah pada sektor pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan output

Page 43: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

33

pertanian dan dapat menurunkan jumlah penduduk miskin serta dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

Sebelum melakukan simulasi, terlebih dahulu dilakukan validasi model

untuk mengetahui daya prediksi model. Model dikatakan cukup valid untuk

digunakan dalam simulasi kebijakan apabila memenuhi keseluruhan atau minimal

salah satu kriteria sebagai berikut: nilai Root Mean Squares Percent Error

(RMSPE) di bawah 100, Theil’s Inequality (U-Theil’s) mendekati 0, dan koefisien

determinasi (R2) mendekati 1.

Tabel 7 Nilai validasi variabel endogen pada persamaan simultan

Variabel Endogen RMSPE U-Theil R-Squared

YP 0.3137 0.0016 0.8684

POV 1.4979 0.0074 0.5428

PDRB 0.3982 0.0020 0.6015

Keterangan: Hasil pengolahan SAS 9.1.3.

Hasil validasi model secara rata-rata sudah memenuhi kriteria. Pada

persamaan output pertanian nilai RMSPE sebesar 0.3137 persen, nilai U-Theil

0.0016 dan R2 0.8684. Sedangkan untuk persamaan kemiskinan nilai RMSPE, U-

Theil dan R2 masing-masing 1.4979 persen, 0.0074 dan 0.5428. Untuk persamaan

pertumbuhan ekonomi nilai RMSPE, U-Theil dan R2 masing-masing 0.3982

persen, 0.0020 dan 0.6015. Hasil ini menunjukkan bahwa daya prediksi dari

model sudah cukup baik sehingga simulasi kebijakan sudah layak untuk

dilakukan. Gambaran lengkap hasil validasi model dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 8 Dampak peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian sebesar

30 % terhadap output pertanian, tingkat kemiskinan dan pertumbuhan

ekonomi Provinsi Aceh

Variabel Endogen Nilai Dasar Nilai Simulasi Persentase Perubahan

YP 15.8471 16.1296 1.75

POV 13.6271 13.1040 -3.99

PDRB 17.4637 17.6088 0.82

Keterangan: Hasil pengolahan SAS 9.1.3.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah di

sektor pertanian sebesar 30 persen akan berdampak pada peningkatan output

pertanian sebesar 1.75 persen dan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan

sebesar 3.99 persen serta berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi

sebesar 0.82 persen. Secara umum hasil simulasi yang dilakukan berdampak baik

terhadap perekonomian yaitu meningkatkan output pertanian, menurunkan tingkat

kemiskinan yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Gambaran lengkap mengenai hasil simulasi dampak pengeluaran pemerintah di

sektor pertanian dapat dilihat pada tabel 8.

Page 44: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

34

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1 Lahan kebun merupakan lahan pertanian terbesar di Provinsi Aceh,

sedangkan lahan pertanian terkecil yaitu lahan ladang. Komoditi unggulan di

Provinsi Aceh pada subsektor tanaman pangan yaitu padi, jagung dan

kedelai. Rata-rata Produktivitas subsektor tanaman pangan Provinsi Aceh

masih berada di bawah rata-rata produktivitas Indonesia. Kondisi

infrastruktur jalan di Provinsi Aceh masih tergolong kurang baik.

2 Dalam model output pertanian, variabel tenaga kerja pertanian dan

pengeluaran di sektor pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap

output pertanian, sedangkan variabel luas lahan pertanian berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap output pertanian. Dalam model kemiskinan,

variabel output pertanian berhubungan negatif terhadap kemiskinan namun

tidak berpengaruh signifikan sedangkan variabel yang berperngaruh

signifikan terhadap kemiskinan adalah jumlah pengangguran. Dalam model

pertumbuhan ekonomi, variabel belanja pemerintah dan ekspor berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel

jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi.

3 Dengan demikian berdasarkan simulasi yang dilakukan yaitu dengan

meningkatkan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian sebesar 30 persen

maka akan meningkatkan output pertanian sebesar 1.75 persen, menurunkan

tingkat kemiskinan sebesar 3.99 persen, dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi sebesar 0.82 persen.

Saran

Adapun beberapa saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini antara

lain:

1 Untuk pemerintah Provinsi Aceh, mengingat peran sektor pertanian yang

relatif besar baik dilihat dari PDRB sektor pertanian dan penyerapan tenaga

kerja serta berdasarkan hasil estimasi maka sebaiknya pemerintah perlu

meningkatkan pengeluarannya di sektor pertanian yang diarahkan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian, perbaikan sarana irigasi dan

infrastruktur jalan sehingga berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan

dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

2 Pemerintah Provinsi Aceh juga perlu menciptakan lapangan kerja baru yang

berkelanjutan terutama di pedesaan dan di sektor non pertanian yang

bertujuan menekan jumlah pengangguran dan berdampak pada penurunan

tingkat kemiskinan.

Page 45: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

35

DAFTAR PUSTAKA

Alene AD. Coulibaly O. 2008. The Impact of Agricultural Research on

Productivity and Poverty in Sub-Saharan Africa. Lilongwe, Malawi:

International Institute of Tropical Agriculture.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Lahan Menurut Penggunaan Tahun 1993-

2011. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Potensi Desa Provinsi Aceh. Jakarta

(ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Menurut

Lapangan Usaha Tahun 1993-2012. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Menurut

Penggunaan Tahun 1993-2012. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Aceh dalam Angka Tahun 1993-2012. Jakarta

(ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kondisi Angkatan Kerja Indonesia Tahun

1993-2012. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia Tahun 1993-2012. Jakarta

(ID): BPS.

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta (ID): BPFE-UGM.

Gujarati D. 1999. Ekonometrika Dasar. Edisi Pertama. Terjemahan oleh Sumarno

Zain. Jakarta (ID): Erlangga.

Jhingan. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta (ID): Rajawali

Pr.

Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Pr.

Kementrian Keuangan. 2012. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

1993-2012. http//www.djpk.depkeu.go.id.

Kuznets S. 1955. Economic Growth and Income Inequality. The American

Economic Review 45: 1-28.

Koutsoyiannis A. 1997. Theory of Econometric: An Introduction Exposition of

Econometric Methods. London (GB): MacMillan Pr.

Lypsey RG, Stainer PD. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Edisi ke Sepuluh.

Jakarta (ID): Binarupa Aksara.

Mankiw NG. 2006. Makroekonomi. Edisi 6. Alih Bahasa. Jakarta(ID): Erlangga.

Muslianti D. 2011. Dampak Kebijakan Fiskal Daerah Terhadap Kemiskinan di

Indonesia pada Masa Desentralisasi Fiskal. [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pindyck RS, Rubienfield DL. 1991. Econometrics Models and Economic

Forecast. Singapore (SG): McGraw-Hill International Edition.

Pranadji T. 1995. Wirausaha, kemitraan Dan Pengembangan Agribisnis Secara

Berkelanjutan. Analisis CSIS, XIV (5): 332-343. Jakarta (ID): Center of

Strategic and International Studies.

Purnamadewi YL. 2010. Dampak Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis

Investasi Terhadap Disparitas Ekonomi Antar Wilayah Di Indonesia.

[Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Saputra WA. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,

Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten dan Kota Jawa

Page 46: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

36

Tengah. [Skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro.

Sinaga BM. 1997. Pendekatan Kuantitatif dalam Agribisnis. Journal of

Agricultural and Resource Socio-Economics Institut Pertanian Bogor (ID).

10(1):48-64.

Siregar H, Winarti DW. 2006. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap

Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Bogor (ID): MB-IPB.

Suryawati C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. JMPK

Vol.08/No.03/September/2005.

Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1. Edisi 9. Alih

Bahasa. Jakarta (ID): Erlangga.

Page 47: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

37

LAMPIRAN

Page 48: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

38

Lampiran 1 Hasil pendugaan faktor-faktor yang memengaruhi output pertanian

The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation

Model YP

Dependent Variable YP

Analysis of Variance

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 0.297238 0.099079 32.32 <.0001

Error 16 0.049051 0.003066

Corrected Total 19 0.346289

Root MSE 0.05537 R-Square 0.85835

Dependent Mean 15.84706 Adj R-Sq 0.83179

Coeff Var 0.34939

Parameter Estimates

Variable DF Parameter Estimate

Standard Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 9.494783 4.062410 2.34 0.0328

TKP 1 0.785590 0.278109 2.82 0.0122

LHP 1 -0.37976 0.216101 -1.76 0.0980

PP 1 0.092124 0.012720 7.24 <.0001

Durbin-Watson 1.175929

Number of Observations 20

First-Order Autocorrelation 0.132801

Page 49: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

39

Lampiran 2 Hasil pendugaan faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan

The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation

Model POV

Dependent Variable POV

Analysis of Variance

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 1.139683 0.379894 8.17 0.0016

Error 16 0.744261 0.046516

Corrected Total 19 1.784399

Root MSE 0.21568 R-Square 0.60495

Dependent Mean 13.62716 Adj R-Sq 0.53087

Coeff Var 1.58270

Parameter Estimates

Variable DF Parameter Estimate

Standard Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 31.96308 20.47109 1.56 0.1380

YP 1 -1.85161 1.441738 -1.28 0.2173

UN 1 0.676504 0.283663 2.38 0.0298

UMP 1 0.234554 0.194383 1.21 0.2451

Durbin-Watson 1.615964

Number of Observations 20

First-Order Autocorrelation 0.169969

Page 50: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

40

Lampiran 3 Hasil pendugaan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi

The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation

Model PDRB

Dependent Variable PDRB

Analysis of Variance

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 0.185733 0.061911 12.18 0.0002

Error 16 0.081325 0.005083

Corrected Total 19 0.242727

Root MSE 0.07129 R-Square 0.69548

Dependent Mean 17.46373 Adj R-Sq 0.63838

Coeff Var 0.40824

Parameter Estimates

Variable DF Parameter Estimate

Standard Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 8.810281 2.337204 3.77 0.0017

POV 1 -0.27746 0.125686 -2.21 0.0422

EXP 1 0.281244 0.104619 2.69 0.0162

X 1 0.486577 0.113062 4.30 0.0005

Durbin-Watson 2.126854

Number of Observations 20

First-Order Autocorrelation -0.16939

Page 51: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

41

Lampiran 4 Nilai simulasi dasar

The SAS System

The SIMNLIN Procedure

Simultaneous Simulation

Descriptive Statistics

Actual Predicted

Variabel Nobs N Mean Std Dev Mean

Std Dev

YP 20 20 15.8471 0.1350 15.8471 0.1251

POV 20 20 13.6272 0.3065 13.6271 0.2641

PDRB 20 20 17.4637 0.1130 17.4637 0.1273

Statistics Of Fit

Mean Mean %

Mean Abs

Mean Abs RMS RMS %

Variabel N Error Error Error %Error Error Error R-Square

YP 20 0.00002 0.0011 0.0381 0.2406 0.0495 0.3137 0.8584

POV 20 -0.00007 0.0169 0.1551 1.1440 0.2020 1.4979 0.5428

PDRB 20 -0.00004 0.00001 0.0553 0.3163 0.0695 0.3982 0.6015

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef

Variabel N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

YP 20 0.0024 0.93 0.00 0.00 1.00 0.04 0.96 0.0031 0.0016

POV 20 0.0408 0.75 0.00 0.03 0.97 0.04 0.96 0.0148 0.0074

PDRB 20 0.0048 0.83 0.00 0.22 0.78 0.04 0.96 0.0040 0.0020

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef

Variabel N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

YP 19 6.576E-06 0.54 0.03 0.61 0.36 0.21 0.76 0.9819 0.4318

POV 19 0.000229 0.54 0.00 0.10 0.90 0.04 0.96 0.8758 0.4786

PDRB 19 0.000014 0.69 0.01 0.24 0.75 0.01 0.98 0.8275 0.3929

Page 52: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

42

Lampiran 5 Nilai simulasi

The SAS System

The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation

Descriptive Statistics

Actual Predicted

Variabel Nobs N Mean Std Dev Mean

Std Dev

YP 20 20 15.8471 0.1350 16.1296 0.1754

POV 20 20 13.6272 0.3065 13.1040 0.2058

PDRB 20 20 17.4637 0.1130 17.6088 0.1119

Statistics Of Fit

Mean Mean %

Mean Abs

Mean Abs RMS RMS %

Variabel N Error Error Error %Error Error Error R-Square

YP 20 0.2825 1.7817 0.2825 1.7817 0.2913 1.8357 -3.901

POV 20 -0.5232 -3.8146 0.5280 3.8515 0.5676 4.1263 -2.611

PDRB 20 0.1451 0.8319 0.1451 0.8319 0.1634 0.9372 -1.199

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef

Variabel N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

YP 20 0.0849 0.92 0.94 0.03 0.03 0.02 0.04 0.0184 0.0091

POV 20 0.3221 0.68 0.85 0.00 0.15 0.03 0.12 0.0416 0.0212

PDRB 20 0.0267 0.77 0.79 0.02 0.19 0.00 0.21 0.0094 0.0047

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef

Variabel N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

YP 19 0.00033 0.26 0.94 0.05 0.01 0.02 0.04 6.9531 0.8032

POV 19 0.00173 0.53 0.85 0.03 0.12 0.00 0.15 2.4081 0.7334

PDRB 19 0.00008 0.65 0.78 0.08 0.14 0.01 0.21 2.0164 0.6566

Page 53: ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN … · diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini. ... 6 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ... beberapa bentuk kontribusi sektor

43

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Andrian Tri Sasongko lahir di Jakarta pada tanggal 7 Juli

1991. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak H.

Basiran dan Ibu Hj. Djumiati, S.Pd. Penulis mengawali pendidikan pada tahun

1997 sampai dengan 2003 di SD Negeri Cipinang Melayu 10 Pagi. Selanjutnya

penulis meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama pada tahun 2003

sampai dengan 2006 di SMP Negeri 51 Jakarta. Selanjutnya penulis meneruskan

ke pendidikan menengah umum pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 di

SMA Negeri 67 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan

diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten responsi Ekonomi

Umum TPB pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis pernah menjadi

tim pengajar dalam Economics Study Club HIPOTESA tahun 2012. Selama

menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kegiatan kepanitiaan HIPOTEX-R

ke-6, HIPOTEX-R ke-7, dan OMI tahun 2011. Penulis juga aktif dalam mengikuti

lomba SPORTAKULER FEM IPB dengan prestasi yang diraih adalah Juara II

cabang olahraga badminton tahun 2011 dan juara III cabang olahraga badminton

tahun 2012. Mulai dari semester empat penulis mendapatkan beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).