analisis dampak ekonomi dan strategi … · wisata, menghitung dampak ekonomi kegiatan wisata...

107
ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN WISATA GOA PAWON DI KAWASAN KARST CITATAH KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 YUKI INDAH PERTIWI

Upload: ngomien

Post on 11-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN STRATEGI

PENGELOLAAN WISATA GOA PAWON DI KAWASAN

KARST CITATAH KECAMATAN CIPATAT

KABUPATEN BANDUNG BARAT

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

YUKI INDAH PERTIWI

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak

Ekonomi dan Strategi Pengeloaan Wisata Goa Pawon di Kawasan Karst Citatah

Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.Dengan ini

saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yuki Indah Pertiwi

NIM. H44090096

Judul Skripsi , n Strategi Pengelolaan Wisata Goa _:: tah Kecamatan Cipatat Kabupaten

Nama NIM

"

D::-e: ..:~ " : 0 ieh

Ir Nindyantoro , MSP Hastuti, SP,MP,M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: "1 04 FE3 2014

http:SP,MP,M.Si

iv

ABSTRAK

YUKI INDAH PERTIWI. Analisis Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan

Wisata Goa Pawon di Kawasan Karst Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten

Bandung Barat. Dibimbing oleh NINDYANTORO dan HASTUTI.

Kawasan wisata Goa Pawon merupakan objek wisata minat khusus yang

baru di bawah pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB). Kegiatan

pariwisata di Goa Pawon memiliki dampak positif antara lain penyerapan tenaga

kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Dampak ekonomi

tersebut terjadi karena adanya transaksi ekonomi antara masyarakat sekitar dengan

wisatawan yang berkunjung. Wisatawan yang berkunjung di Goa Pawon

memiliki ketertarikan terhadap potensi keindahan alam, sejarah, dan pendidikan.

Potensi sumberdaya tersebut perlu dinilai secara ekonomi karena objek wisata

Goa Pawon belum memiliki tarif masuk, sehingga bersifat open access dan

cenderung dinilai lebih rendah dari nilai sebenarnya. Strategi pengelolaan

diperlukan untuk mengembangkan produk dan pasar ekowisata Goa Pawon.

Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi nilai ekonomi keberadaan kawasan

wisata, menghitung dampak ekonomi kegiatan wisata terhadap perekonomian

lokal, dan menganalisis strategi pengelolaan objek wisata Goa Pawon. Penilaian

ekonomi wisata di Goa Pawon dilakukan dengan pendekatan biaya perjalanan

(Travel Cost Methods). Tingkat pendidikan terakhir, jumlah tanggungan, dan

penghasilan responden berpengaruh nyata terhadap frekuensi kunjungan wisata.

Nilai ekonomi wisata dari keberadaan objek wisata Goa Pawon per tahun adalah

Rp 102 604 000. Kawasan wisata Goa Pawon memberikan dampak ekonomi

secara langsung bagi perekonomian lokal, ditunjukan dengan nilai Keynesian

Income Multiplier yang didapatkan melalui multiplier effect sebesar 1.18. Dampak

ekonomi yang cukup baik, walaupun berskala kecil secara tidak langsung

(indirect) dan lanjutan (induced) ditandai dengan nilai Ratio Income Multiplier

Tipe I sebesar 1.30, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1.51.

Strategi pengelolaan yang dapat diterapkan pada objek wisata Goa Pawon dengan

melakukan analisis SWOT antara lain: (1) melanjutkan master plan serta

memberikan dukungan terhadap pembangunan dengan potensi alam sekitar, (2)

meningkatkan sumber daya manusia, (3) mengembangkan sarana dan prasarana

penunjang yang sesuai, (4) meningkatkan kekhasan wisata dengan daya tarik

wisatanya, dan (5) melakukan promosi wisata melalui berbagai media.

Kata kunci: Goa Pawon, Multiplier Effect, SWOT, Travel Cost Method

v

v

ABSTRACT

YUKI INDAH PERTIWI. Economic Impact Analysis and The Management

Strategic of Pawon Cave Tourism in Citatah Karst Cipatat District of West

Bandung Regency. Supervised by NINDYANTORO and HASTUTI.

Tourism area of Pawon Cave is a new place of special interest tourism

managed by the government district of West Bandung (KBB). Pawon Cave tourism activities have positive impact such as labor absorption and improving

incomes for local communities. The economic impact is due to the economic

transactions between local community and the tourists. The tourists have interest

in the potential of natural beauty, history, and education. The potential of these

resources need to be assessed economically because Pawon Cave have admission

rates not yet, so it is open access and tend to be rated lower than the actual value.

A management strategy is needed to develop a product and market ecotourism

Pawon Cave. The purpose of research was to estimate the economic value of

tourism area existence, to calculate the economic impact of tourism activities to

the local economy, and to analyze the management strategies of Pawon Cave. Benefits tourism in Pawon Cave is assessed with Travel Cost Methods. Education

level, number of dependents, and incomes respondents significantly influenced by

frequency of visits. The tourism economic value of the existence Pawon Cave per

year is Rp 102 604 000. Pawon Cave provide economic impact to the local

economy directly, that analyzed with a multiplier effect, Keynesian Income

Multiplier values obtained at 1.18. The economic impact is quite good although in

small-scale indirectly and induced that characterized by the value of the Type I

Income Multiplier Ratio is 1.30 , and the value of the Type II Income Multiplier

Ratio is 1.51. The Management strategies can applied to the Pawon Cave with

SWOT analysis, among others: (1) to continue the master plan as well as provide

support for the development of the potential of the environment, (2) to improve of

human resources , (3) to develop of facilities and infrastructure into appropriate ,

(4) to increase the distinctiveness of the tourist attractiveness of the tour , and (5)

to conduct tourism promotion through various media.

Keywords: Multiplier Effect, Pawon Cave, SWOT, Travel Cost Method

vii

vii

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN STRATEGI

PENGELOLAAN WISATA GOA PAWON DI KAWASAN

KARST CITATAH KECAMATAN CIPATAT

KABUPATEN BANDUNG BARAT

YUKI INDAH PERTIWI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

ix

ix

Judul Skripsi : Analisis Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Wisata Goa

Pawon di Kawasan Karst Citatah Kecamatan Cipatat Kabupaten

Bandung Barat

Nama : Yuki Indah Pertiwi

NIM : H44090096

Disetujui oleh

Ir Nindyantoro, MSP

Pembimbing I

Hastuti, SP,MP,M.Si

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi , n Strategi Pengelolaan Wisata Goa _:: tah Kecamatan Cipatat Kabupaten

Nama NIM

"

D::-e: ..:~ " : 0 ieh

Ir Nindyantoro , MSP Hastuti, SP,MP,M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: "1 04 FE3 2014

http:SP,MP,M.Si

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis

Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Wisata Goa Pawon di Kawasan Karst

Citatah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Skripsi ini ditujukan untuk

memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis

ingin menyampaikan terima kasih kepada

1. Ir Nindyantoro, MSP dan Hastuti, SP, MP, Msi selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan, saran, dan kesabaran membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Asti Istiqomah, SP, M.Si selaku dosen penguji ujian sidang yang memberikan saran dan arahan dalam

perbaikan skripsi penulis.

3. Orang tua dan keluarga tercinta Ayah (Yudi Suryadi Alm.), Ibu (Puspita Dewi), kakak tercinta (Sarah Susanti Permatasari, Harun Purwanto, dan

Abdul Aziz A) dan Izzan Faikar Premairyanfa yang memberikan

dukungan, kasih sayang, dan doa.

4. Terima kasih kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian.

5. Terima kasih kepada Febriana Rangkuti, Rizqiyah Yasmin, Charista, Reyna, Addina, Citra, Resty, Sandra, Fato, Charra, Laode, Nando, sahabat

satu bimbingan Miranty, Dear, Gilang, Luthfi, Frima, Ilham dan sahabat

ESL 46 yang telah memberikan keceriaan, semangat, dan motivasi.

6. Sahabat tercinta penulis Anindyah Nurrahmah, Nabilah, Rekha M, Maya, Justisia, Ditri, Meiryanti, Anisa, Salsa, Mega, dan Amel

Peneliti mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna. Penulis juga

memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Februari 2014

Yuki Indah Pertiwi

xi

xi

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1. Kawasan Karst .................................................................................... 6

2.2. Potensi Wisata..................................................................................... 7

2.3. Objek dan Daya Tarik Wisata.............................................................. 8

2.4. Objek Wisata Minat Khusus ................................................................ 8

2.5. Pariwisata ........................................................................................... 9

2.6. Travel Cost Method (TCM) ............................................................... 10

2.7. Surplus Konsumen ............................................................................ 12

2.8. Dampak Ekonomi ............................................................................ 12

2.9. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................... 15

3.1. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 15

1V METODE PENELITIAN .......................................................................... 17

4.1. Lokasi dan Waktu ............................................................................. 17

4.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 17

4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 18

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................... 18

4.4.1. Analisis Permintaan Wisata Goa Pawon dengan Metode Biaya

Perjalanan ............................................................................... 19

4.4.2. Analisis Nilai Ekonomi Wisata Goa Pawon ............................ 21

4.4.3. Analisis Dampak Ekonomi Objek Wisata Goa Pawon terhadap

Masyarakat Sekitar ................................................................. 21

4.4.4. Analisis Strategi Pengelolaan Wisata Goa Pawon ................... 22

4.4.4.1. Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-

EFE) ....................................................................................... 23

4.4.5.2. Matriks Internal-Eksternal (IE) .................................. 25

4.4.5.3. Analisis Matriks SWOT ............................................ 25

V GAMBARAN UMUM ............................................................................. 27

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 27

5.2. Karakteristik Wisatawan .................................................................... 28

5.2.1. Usia Pengunjung ..................................................................... 29

5.2.2. Tingkat Pendidikan Terakhir ................................................... 29

5.2.3. Tingkat Penghasilan ................................................................ 30

5.2.4. Biaya Perjalanan ...................................................................... 30

5.2.5. Waktu Tempuh ke Lokasi Wisata ............................................ 31

5.2.6. Lokasi Asal Pengunjung .......................................................... 31

5.2.7. Jumlah Tanggungan................................................................. 32

5.2.8. Sifat Kunjungan ...................................................................... 32

5.2.9. Alat Transportasi ..................................................................... 33

5.2.10. Aktifitas Utama di Lokasi Wisata ........................................... 33

5.3. Karakteristik Unit Usaha .................................................................... 34

5.4. Karakteristik Tenaga Kerja ................................................................. 35

VI PENILAIAN EKONOMI WISATA .......................................................... 37

6.1. Fungsi Permintaan Wisata .................................................................. 37

6.1.1. Tingkat Pendidikan................................................................... 39

6.1.2. Jumlah Tanggungan ................................................................. 39

6.1.3. Penghasilan Individu ................................................................ 40

6.1.4. Biaya Perjalanan ....................................................................... 40

6.1.5. Usia .......................................................................................... 40

6.1.6. Waktu Tempuh ......................................................................... 41

6.1.7. Jenis Kelamin ........................................................................... 41

xiii

xiii

6.1.8. Sifat Kunjungan ....................................................................... 41

6.2. Penilaian Ekonomi Wisata ................................................................. 41

VII ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA GOA PAWON ................... 43

7.1. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) .................................... 44

7.2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ........................ 45

7.3. Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced) ............................................... 46

7.4. Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan ................................... 57

VIII ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN OBJEK WISATA GOA

PAWON ................................................................................................... 49

8.1. Identifikasi Faktor Internal Wisata Goa Pawon................................... 49

8.2. Identifikasi Faktor Eksternal Wisata Goa Pawon ................................ 53

8.3. Analisis Matriks IFE dan EFE ............................................................ 55

8.4. Matriks IE dan SWOT........................................................................ 57

IX SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 62

9.1 Simpulan ............................................................................................ 62

9.2 Saran .................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64

LAMPIRAN ...................................................................................................... 67

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 88

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Kabupaten Bandung

Barat ...................................................................................... ................. 1

2. Matriks Metode Analisis Data ............................................................... 19

3. Tabel Model Matriks EFE ..................................................................... 23

4. Tabel Model Matriks IFE ...................................................................... 24

5. Matriks SWOT ...................................................................................... 26

6. Sebaran Usia Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 ................................. 29

7. Sebaran Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Wisatawan Goa Pawon

Tahun 2013 ........................................................................................... 29

8. Sebaran Penghasilan Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 ...................... 30

9. Sebaran Biaya Perjalanan Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 .............. 31

10. Sebaran Waktu Tempuh Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 ................ 31

11. Sebaran Lokasi Asal Pengunjung Goa Pawon Tahun 2013 .................... 32

12. Sebaran Jumlah Tanggungan Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 ......... 32

13. Sebaran Sifat Kunjungan Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 ............... 33

14. Sebaran Alat Transportasi Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 ............. 33

15. Sebaran Aktifitas Utama Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 ............... 34

16. Karakteristik Pemilik Unit Usaha Goa Pawon Tahun 2013 .................... 35

17. Karakteristik Tenaga Kerja Goa Pawon Tahun 2013 .............................. 36

18. Analisis Frekuensi Kunjungan Wisata Goa Pawon Tahun 2013 ............. 38

19. Perhitungan Nilai Ekonomi Wisata Goa Pawon Tahun 2013 .................. 42

20. Proporsi Rata-Rata Biaya Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata

Goa Pawon Tahun 2013 ........................................................................ 43

21. Biaya Pengeluaran Unit Usaha terhadap Biaya

Pengeluaran Total di Goa Pawon Tahun 2013 ........................................ 45

22. Dampak Ekonomi Tidak Langsung Goa Pawon Tahun 2013.................. 46

23. Biaya Pengeluaran Tenaga Kerja Goa Pawon Tahun 2013 ..................... 47

24. Nilai Multiplier Objek Wisata Goa Pawon Mei 2013 ............................. 48

25. Matriks Internal Factosr Evaluations (IFE) Goa Pawon ........................ 56

xv

xv

26. Matriks External Factors Evaluation (EFE) Goa Pawon ....................... 57

27. Hasil Analisis SWOT Goa Pawon ........................................................ 59

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Surplus Konsumen ................................................................................ 12

2. Kerangka Alur Berpikir ......................................................................... 16

3. Matriks Internal Eksternal (IE) .............................................................. 25

4. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bandung Barat ...................................................................................... 27

5. Matriks IE Objek Wisata Goa Pawon .................................................... 58

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Goa Pawon .................................................................................. 68

2. Kuesioner Wisatawan .......................................................................... 69

3. Kuesioner Unit Usaha .......................................................................... 72

4. Kuesioner Strategi Pengembangan Wisata ........................................... 75

5. Biaya Pengeluaran Unit Usaha per Bulan ............................................. 81

6. Biaya Pengeluaran Tenaga Kerja per Bulan ........................................ 81

7. Biaya Pengeluaran Wisatawan Goa Pawon .......................................... 82

8. Data Responden pada Model Regresi Linier Berganda.......................... 83

9. Hasil Regresi Linier Berganda dengan SPSS 16 ................................... 84

10. Uji Normalitas Persamaan Regregi Linier Berganda ............................. 85

11. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 85

12. Perhitungan frekuensi kunjungan Goa Pawon Mei 2013 ...................... 86

13. Dokumentasi Penelitan ........................................................................ 87

1

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan berbagai macam suku, budaya,

iklim, sejarah, agama, dan kekayaan alam. Hal tersebut merupakan faktor yang

mendukung Indonesia sebagai tujuan wisata domestik dan mancanegara.

Pariwisata Indonesia merupakan sektor ekonomi yang menempati urutan kelima

komoditas terbesar setelah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak kelapa sawit,

dan karet olahan dalam penerimaan devisa negara sebesar 8 554 miliar dolar AS.1

Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) Indonesia dikelompokan berdasarkan daya

tarik dan potensi yang dimiliki. Salah satu potensi yang dikembangkan adalah

objek wisata minat khusus yang memanfaatkan kawasan karst dan goa.

Karst merupakan salah satu bentang alam hasil dari endapan dasar laut

yang terangkat dan tererosi membentuk suatu keragaman yang memiliki keunikan

dan kekhasan geologi serta berfungsi untuk menjaga kelestarian tata air. Pada

umumnya, karst dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression),

drainase permukaan, dan goa. Daerah tersebut terbentuk oleh pelarutan bebatuan

yang sebagian besar adalah batu gamping (Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral Provinsi Jawa Barat 2011). Objek wisata karst di Indonesia dimanfaatkan

wisatawan dengan cara minat khusus penelusuran goa dan olahraga panjat tebing

yang memberikan tantangan bagi wisatawan.

Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu pilihan tujuan wisatawan

dalam memenuhi kebutuhan hiburan atau rekreasi. Kunjungan wisatawan ke objek

wisata Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Kabupaten Bandung

Barat

Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan (orang) Laju Kunjungan Wisatawan (persen)

2009 141 836 -

2010 826 525 82.84 2011 1 074 483 23.08

Rata-Rata 680 948 52.96

Sumber Data : Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Bandung Barat (2011)

1 http://www.rossonerimilanisti.blogspot.com/2012/10/pariwisata-meningkatkan-devisa.html diakses tanggal 6 Januari 2014

http://www.rossonerimilanisti.blogspot.com/2012/10/pariwisata-meningkatkan-devisa.html

2

Tabel 1 menunjukan rata-rata peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

pada tahun 2009 hingga 2011 adalah 680 948 orang. Jumlah kunjungan

wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Bandung Barat mengalami peningkatan

terbesar dari tahun 2009 ke 2010 dengan laju peningkatan sebesar 82.84%. Rata-

rata laju kunjungan wisatawan setiap tahunnya cukup besar dengan nilai

persentase sebesar 52.96%. Jumlah kunjungan wisatawan berhubungan dengan

wisata yang ditawarkan di Kabupaten Bandung Barat.

Kabupaten Bandung Barat memiliki daerah tujuan wisata yang

memanfaatkan potensi wisata dari segi keanekaragaman budaya dan sejarah, serta

keunikan dan keindahan alamnya. Kabupaten Bandung Barat memiliki 39 objek

wisata, namun objek wisata yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bandung Barat sebanyak empat objek wisata yaitu Situ Ciburuy,

Curug Malela, Maribaya, dan Goa Pawon (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bandung Barat 2011).

Goa Pawon merupakan objek wisata minat khusus yang terletak di

kawasan karst Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Kawasan

wisata Goa Pawon ditetapkan sebagai objek wisata di bawah pemerintah daerah

Kabupaten Bandung Barat (KBB). Potensi alam yang ditawarkan sebagai tempat

rekreasi, pendidikan, budaya, olahraga serta perlindungan flora fauna beserta

habitatnya dan perlindungan peninggalan sejarah. Benda-benda purbakala dan

fosil manusia purba merupakan peninggalan sejarah dan budaya tertua di Jawa

Barat yang ditemukan di Goa Pawon. Kawasan ini menjadi sakral dan terlarang

untuk eksploitasi penambangan demi kepentingan sejarah dan pendidikan, sesuai

dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2006 Tentang

Perlindungan Kawasan Karst di Jawa Barat dan didukung dengan Perbup

Bandung Barat No 7 Tahun 2010 pada pasal 12a Tentang pentingnya

perlindungan Goa Pawon dan lingkungannya sebagai benda cagar budaya.2

Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat

(2012), perencanaan pengembangan objek wisata dilakukan melalui pembangunan

secara bertahap dengan cara pembentukan suatu kawasan ekowisata terpadu yang

2 http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/2009-pendidikan-pada-siapa-kita-berguru.html diakses tanggal 25 Desember 2013

http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/2009-pendidikan-pada-siapa-kita-berguru.htmlhttp://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/2009-pendidikan-pada-siapa-kita-berguru.html

3

3

di dalamnya terdapat goa, museum peninggalan sejarah yang desainnya

menyerupai goa, kampung budaya bagi masyarakat serta fasilitas sarana dan

prasarana pendukung wisata. Berdasarkan tujuh sapta pesona, kawasan wisata

Goa Pawon menarik perhatian pengunjung untuk datang berwisata dan menikmati

keindahan alamnya.

Goa Pawon sebagai kawasan cagar alam geologi mempunyai nilai strategis

berupa nilai ekonomi yang berkaitan dengan usaha pertanian, kehutanan,

petambangan, pariwisata, dan fungsi hidrologi sebagai pengatur alami tata air.

Selain nilai ekonomi yang dimiliki, kawasan karst juga memiliki nilai ilmiah dan

nilai kemanusiaan. Nilai ilmiah yang dimiliki kawasan karst yaitu ilmu kebumian,

geologi, biologi, arkeologi, dan hidrologi, sedangkan nilai kemanusiaannya dilihat

dari sisi keindahan alam, potensi rekreasi, pendidikan, unsur-unsur spiritual dan

kepercayaan (Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat 2011).

Kegiatan pariwisata memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar

kawasan wisata. Dampak positif tersebut antara lain kesempatan masyarakat

berusaha, peningkatan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan (Yoeti

2008). Dampak positif kegiatan pariwisata di Goa Pawon antara lain penyerapan

tenaga kerja pada masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar dapat memberikan

pelayanan untuk menyediakan kebutuhan dan keinginan selama berekreasi.

Transaksi ekonomi yang terjadi merupakan aliran uang dari wisatawan ke unit

usaha sekitar kawasan wisata. Aliran uang tersebut memberikan dampak ekonomi

secara langsung, tidak langsung, dan lanjutan terhadap penerimaan masyarakat

sekitar. Dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat Goa Pawon terjadi karena

wisatawan tertarik untuk berkunjung dengan adanya keberadaan wisata yang

menawarkan potensi keindahan alam, sejarah, dan pendidikan.

Pemanfaatan sumberdaya tersebut perlu melibatkan masyarakat lokal dan

memberikan manfaat optimal di suatu kawasan ekowisata (Damanik dan Weber

2006). Analisis dampak ekonomi bagi masyarakat lokal dan penilaian ekonomi

keberdaan wisata penting dilakukan untuk menunjukan sejauh mana aktifitas

pariwisata di Goa Pawon berkontribusi bagi pendapatan masyarakat.

Goa Pawon merupakan objek wisata yang baru. Objek wisata ini

membutuhkan pengelolaan yang baik. Strategi pengelolaan wisata dilakukan

4

untuk mengembangkan produk dan pasar ekowisata Goa Pawon, meningkatkan

kelembagaannya, dan peluang jasa lainnya yang dapat dikembangkan. Strategi

pengelolaan yang diperoleh dapat menjadi perumusuan alternatif pengelolaan

pariwisata Goa Pawon.

1.2 Perumusan Masalah

Kawasan wisata Goa Pawon merupakan kawasan yang dilindungi oleh

pemerintah karena memiliki fungsi hidrologi berupa mata air, fungsi ekologi dari

habitat walet dan kelelawar, serta adanya peninggalan sejarah arkeologi. Modal

utama dari kawasan wisata Goa Pawon adalah sumberdaya alam yang tidak

memiliki nilai pasar dan cenderung dinilai lebih rendah (undervalued) dari nilai

yang sebenarnya dimiliki. Penilaian manfaat sumber daya alam yang terdapat di

kawasan wisata Goa Pawon menjadi penting dilakukan karena bersifat open

access dan belum memiliki tarif masuk (non-priced recreation). Penilaian

sumberdaya di Goa Pawon dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

biaya perjalanan. Menurut Fauzi (2004) untuk penilaian sumberdaya yang

dijadikan tempat wisata dapat digunakan pendekatan besarnya biaya perjalanan

yang dikeluarkan pengunjung sebagai refleksi besarnya nilai yang bersedia

dikorbankan dalam menilai suatu sumberdaya.

Pemanfaatan kawasan Goa Pawon sebagai tujuan wisata memberikan

dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut terjadi dengan adanya transaksi

ekonomi antara wisatawan yang berkunjung dengan masyarakat sekitar. Peluang

usaha dan kesempatan kerja bagi masyrakat sekitar ditunjukan dengan

dibutuhkannya barang dan jasa di bidang pariwisata seperti pemandu wisata, jasa

kios makanan minuman serta cinderamata, jasa sewa perlengkapan penelusuran

goa, olahraga panjat tebing atau pendakian gunung, akomodasi penginapan, dan

jasa transportasi.

Pelayanan unit usaha di Goa Pawon relatif sedikit dan terbatas dalam

memenuhi keinginan dan kebutuhan wisatawan. Hal tersebut disebabkan karena

rendahnya pendapatan yang diperoleh masyarakat sekitar kawasan wisata. Tingkat

pendapatan yang diperoleh merupakan salah satu faktor yang membuat

masyarakat untuk terlibat pada usaha pelayanan wisata. Pendapatan bagi

5

5

masyarakat sekitar berasal dari pengeluaran wisatawan di Goa Pawon. Strategi

pengelolaan yang berkelanjutan pada objek wisata Goa Pawon diperlukan untuk

memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung kepada masyarakat sekitar.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah :

1. Berapakah nilai ekonomi wisata pada objek wisata Goa Pawon?

2. Bagaimana dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar Goa Pawon?

3. Bagaimana strategi pengelolaan wisata alam Goa Pawon?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya:

1. Mengestimasi nilai ekonomi wisata Goa Pawon.

2. Menghitung dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar Goa Pawon.

3. Menganalisis strategi pengelolaan wisata alam Goa Pawon agar dapat

berkembang lebih baik.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan objek wisata Goa Pawon, Desa

Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Responden dalam penelitian ini yaitu pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan

wisata Goa Pawon. Penilaian ekonomi wisata dalam penelitian ini dilakukan

melalui pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) dengan menggunakan

fungsi permintaan yang menaksir besarnya surplus konsumen yang diterima oleh

masing-masing individu. Dampak ekonomi dari kegiatan ekowisata terhadap

masyarakat sekitar kawasan wisata diukur dengan menggunakan efek pengganda

(multiplier) aliran uang yang terjadi. Strategi pengelolaan kawasan wisata Goa

Pawon diperoleh melalui wawancara mendalam kepada pengelola dan stakeholder

Goa Pawon dan dianalisis menggunakan metode Strenghtness Weakness

Opportunity Threat (SWOT).

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Karst

Karst adalah jenis batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan

dengan batuan asam karbonat dan asam lainnya sebagai hasil dari proses

pembusukan sisa-sisa tumbuhan di atasnya. Pembentukan fisiografis secara umum

berupa bukit-bukit dengan besar dan ketinggian yang beragam. Ciri khas bentang

alam ini selain pembukitan, adanya cekungan dengan berbagai ukuran.

Pengasatan permukaan yang terganggu, serta goa dan sistem pengasahan bawah

tanah. Karst terbentuk dari proses alam yang disebut dengan proses karstifikasi.

Kawasan karst adalah kawasan batuan karbonat (batu gamping CaCO3 dan

dolomite Ca[MgCO3]2) yang memperlihatkan morfologi karst. (Dinas Energi dan

Sumber Daya Mineral Provinsi JawaBarat 2011)

Sesuai karakteristiknya, klasifikasi kawasan karst terbagi menjadi tiga

kelas. Pada kawasan karst kelas satu ditemukan karakteristik seperti:

a. penyimpanan air permukaan dan air bawah tanah secara tetap (fungsi

hidrologi)

b. pada atas dan bawah permukaan adanya jaringan sistem perguaan aktif

yang langka atau khas

c. habitat flora fauna yang bersifat in situ (endemik) yang langka dan juga

khas

d. memiliki situs morfologi dan situs fosil yang mempunyai nilai bagi

pencirian sejarah perkembangan atau evolusi bumi

e. berkaitan dengan sejarah keberadaan dan perkembangan manusia,

termasuk budayanya

f. memiliki legenda yang khas dan unik

g. terletak di kawasan hutan lindung atau kawasan hutan konservasi.

Kawasan karst kelas satu disiapkan menjadi kawasan lindung karena

kandungan nilai strategisnya yang tinggi. Contoh kawasan karst kelas satu ini

dapat ditemukan di Citatah Padalarang, Ciseeng Bogor, Ciampea Bogor, Buniayu

Sukabumi, Pangkalan Karawang. Kawasan karst kelas dua memiliki karakteristik

dapat berfungsi sebagai pengimbuh air bawah tanah, berupa daerah tangkapan air

7

7

hujan yang mempengaruhi naik turunnya muka air tanah bawah di kawasan karst,

sehingga masih mendukung fungsi umum hidrologi dan mempunyai jaringan

lorong-lorong bawah tanah hasil bentukan sungai dan gua yang sudah kering,

memiliki speleoterm yang sudah tidak aktif atau rusak, serta sebagai tempat

tinggal tetap fauna yang semuanya memberi nilai dan manfaat ekonomi. Kelas ini

berfungsi sebagai kegiatan pertambangan terbatas yang memiliki izin. Kawasan

karst kelas tiga merupakan kawasan yang tidak memiliki karakteristik seperti

kelas satu dan dua. Kawasan kelas ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan

budidaya (KESDM 2000).3

2.2 Potensi Wisata

Dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 bahwa potensi alam diartikan

sebagai kandungan gejala alam dalam suatu kawasan. Pengertian wisata menurut

Undang-Undang No 10 tahun 2009 adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Potensi wisata sendiri

mempunyai arti yaitu kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat

dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.

Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti

(2003) mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai

kekhasan seperti:

1. Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun,

kawah, sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk

lintas alam.

2. Biologis : keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna.

3. Historis : keanekaragaman peninggalan sejarah.

4. Scientist : untuk pendidikan dan penelitian ilmu pengetahuan.

Potensi wisata yang dikemukakan Yoeti (1997) yaitu segala sesuatu yang

terdapat di daerah tujuan wisata yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau

3 www.biotagua.org/2011/07/01/dilema-karst/ diakses tanggal 22 Desember 2013

http://www.biotagua.org/2011/07/01/dilema-karst/

8

dirasakan yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke

tempat tersebut.

2.3 Objek dan Daya Tarik Wisata

Hadiwijoyo (2012) menyatakan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah

suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat

wisatawan untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Objek dan daya

tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Menurut Undang-Undang No

10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan. Objek dan daya tarik

wisata dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta memiliki

daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada

usaha budi daya.

2. Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai

objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, situs

arkeologi, upacara adat, kerajinan, dan seni pertunjukan.

3. Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan

di Indonesia. Wisata ini mengutamakan pada tujuan dan motivasi khusus

wisatawan. Salah satu wisata minat khusus adalah objek wisata Goa Pawon.

2.4 Objek Wisata Minat Khusus

Wisata minat khusus merupakan bentuk perjalanan wisata, dimana

wisatawan mengunjungi suatu tempat karena memiliki minat khusus dari objek

atau kegiatan di daerah tujuan wisata (Weiler and Hall, 1992). Pelaku wisata

minat khusus cenderung untuk memperluas pencariannya yang berbeda dengan

mengamati orang, budaya, pemandangan, kegiatan kehidupan sehari-hari, dan

nilai-nilai lingkungan.

Salah satu kegiatan pariwisata minat khusus adalah petualangan, seperti

penelusuran goa (Fandeli, 2002). Menurut Aristiyanto (2005), goa merupakan

suatu bentuk ekosistem bawah permukaan (sub surface) yang unik dimana banyak

9

9

menarik perhatian ahli biospeleologi (kehidupan biologi goa, karst, dan air tanah)

untuk mengamati daerah tersebut. Ada perbedaan kehidupan antara goa dan

permukaan seperti komunitasnya, terutama atmosfir yang basah, lingkungan yang

basah tanpa cahaya, perubahan sistem fisiologi karena faktor suhu, cahaya, dan

tekanan yang berbeda dengan permukaan.

Aktifitas penelusuran goa membutuhkan tenaga dan mengandung unsur

tantangan serta memiliki keberanian. Motivasi perjalanan pada jenis wisata ini

adalah (1) pencarian sesuatu yang unik (novelty seeking); (2) pencarian

pengalaman berkualitas (quality seeking); (3) penghargaan suatu objek

(rewarding); (4) pengetahuan yang luas akan suatu kegiatan (enriching); (5)

pelibatan dalam petualangan (adventuring); dan (6) proses belajar pada kegiatan

yang diikuti (learning) (Weiler and Hall, 1992).

Kegiatan penelusuran goa seperti goa-goa karst sebagai lahan penelusuran

merupakan kegiatan wisata minat khusus. Daya tarik wisata goa karst terletak

pada bentuk, jenis, dan persebaran objek pada suatu goa. Hal lainnya yang

dimiliki suatu goa adalah daya tarik fisik (speleotherm), pemandangan di luar

maupun daya tarik mistisnya (Purnomo, 2008)

2.5 Pariwisata

Suatu kegiatan dapat dikatakan suatu kegiatan pariwisata bila mengadakan

suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau hiburan, serta persiapan yang

dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang

melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan

tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.4 Menurut

Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan5, pariwisata didefinisikan

sebagai berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah, dan

pemerintah daerah.

Cooper et al. (1998) menjelaskan beberapa komponen obyek wisata dalam

mendukung suatu kegiatan pariwisata yaitu:

4 www.id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata diakases tanggal 22 Mei 2013 5 www.budpar.go.id/asp/detil.asp?c=33&id=676 diakses tanggal 22 Mei 2013

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perjalanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rekreasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Liburanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pariwisata_Duniahttp://www.id.wikipedia.org/wiki/Pariwisatahttp://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?c=33&id=676

10

1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang

merupakan alasan utama kunjungan.

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah

tujuan wisata.

3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk

fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan

kenangan pada lingkungan setempat.

4. Aksesbilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor

kesuksesan daerah tujuan wisata.

5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan

koordinasi.

2.6 Travel Cost Method (TCM)

Nilai (value) merupakan persepsi seseorang berupa harga yang diberikan

oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan,

kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan

berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang atau

uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang

atau jasa yang diinginkannya. Penilaian (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan

dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan

jasa (Davis dan Johnson, 1987 dalam Djijono, 2002).

Valuasi ekonomi merupakan sebuah upaya untuk memberikan nilai

kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam

dimana nilai pasar tidak tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Travel Cost

Method (metode biaya perjalanan) sebagai salah satu metode yang digunakan

untuk menilai suatu sumberdaya yang tidak memiliki nilai pasar (non-market

resources) dapat memodelkan permintaan terhadap jasa lingkungan yang berupa

kegiatan rekreasi (Haab dan McConnell, 2002). Menurut Fauzi (2004), Metode

Biaya Perjalanan (TCM) kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan

terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing,

berburu, pendakian gunung dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji

biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi

11

11

di atas. Nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan

lingkungan diestimasi dengan mengetahui pola biaya pengeluaran dari konsumen

tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat

adanya perubahan dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi.

2. Penambahan tempat rekreasi baru.

3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.

4. Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata

dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis

yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi

oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga

diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana

fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:

Vij = f( Cij, Tij , Mi )

dimana:

Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

Cij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi

lokasi j

Tij : waktu tempuh yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasij

Mi : penghasilan dari individu i.

Menurut Haab dan McConnel (2002), agar penilaian terhadap sumber daya

alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi

dasar:

1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari

rekreasi.

2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas

maupun disutilitas.

3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips)

12

2.7 Surplus Konsumen

Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang

dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marjinal yang semakin

menurun. Konsumen mampu membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit

terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat

membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama. Secara

sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak di antara

kurva permintaan dan garis harga (Djijono 2002). Besarnya surplus konsumen

dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu area atau bidang di bawah kurva permintaan

dan di atas garis harga.

P

SK

E

0 Q

Sumber : Djijono (2002)

Keterangan : P = harga barang dan jasa

Q = jumlah barang dan jasa

SK = surplus konsumen

Gambar 1. Surplus Konsumen

2.8 Dampak Ekonomi Wisata

Kegiatan wisata merupakan kegiatan yang dapat berpengaruh pada kondisi

sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan dimana tempat wisata itu berada baik

secara positif dan negatif. Menurut Vanhove (2005), dampak ekonomi terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu dampak langsung (direct), tidak langsung (indirect) dan

lanjutan (induced).

Dampak langsung yaitu dampak yang ditimbulkan dari pengeluaran

wisatawan yang langsung. Dampak tidak langsung (indirect) adalah aktivitas

ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Dampak

ini ditimbulkan dari unit usaha yang menerima dampak langsung akan

13

13

memerlukan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain. Dampak

lanjutan (induced) adalah aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan

pendapatan lokal (dampak lanjutan dari dampak langsung dan dampak tidak

langsung. Dampak ini ditimbulkan dari masyarakat lokal yang didukung secara

langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata membelanjakan pendapatan

mereka di daerahnya.

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan untuk mengukur nilai ekonomi wisata dari suatu

objek wisata menggunakan metode biaya perjalanan dengan pendekatan surplus

ekonomi serta dampak ekonomi dari kegiatan wisata telah cukup banyak

dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Firandari (2009), Milasari (2010),

Wijayanti dan Hastuti (2009), dan Untari (2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Firandari (2009) mengenai Analisis

Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode

Biaya Perjalanan menunjukkan bahwa permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3

dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta

dipengaruhi secara positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap

keberadaan Pulau Situ Gintung-3. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ

Gintung-3 sebesar Rp 28 985.51 per kunjungan dan nilai manfaat/nilai ekonomi

Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3 373 130 755.00.

Penelitian mengenai Analisis Dampak Ekonomi Wisata Alam (Studi

Kasus: Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) dilakukan oleh Milasari

(2010) menunjukan bahwa Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi

permintaan adalah biaya perjalanan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jarak

tempuh, jumlah rombongan, dan pengetahuan pengunjung terhadap keberadaan

obyek wisata. Nilai Keynessian Income Multiplier adalah 1.07, Ratio Income

Multiplier Tipe 1 adalah 1.22 dan Tipe 2 sebesar 1.37. Dampak ekonomi yang

dihasilkan relatif rendah, tetapi memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat

lokal baik secara langsung maupun tak langsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Hastuti (2009) mengenai

Analisis Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata: Studi Kasus Kawasan

14

Wisata Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor menunjukan hasil penelitian

bahwa ekowisata di GSE memberikan dampak ekonomi yang diukur

menggunakan efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi masyarakat

lokal, kontribusi masyarakat masih sangat rendah dikarenakan kebocoran

ekonomi sekitar 60 persen belanja wisatawan. Nilai surplus konsumen terbesar

dirasakan oleh wisatawan di Air Panas Lokapura sebesar Rp 1 584 515 per

kunjungan. Sedangkan nilai total jasa lingkungan per tahun tertinggi di Buper

Gunung Bundar sebesar Rp 50 012 042 254. Strategi pengelolaan yang paling

efektif dinilai paling utama adalah menyediakan, melengkapi, dan memperbaiki

infrastruktur dan fasilitas wisata.

Untari (2009) telah melakukan berjudul Strategi Pengembangan Ekowisata

Berbasis Masyarakat di Zona Wisata Bogor Barat Kabupaten Bogor dengan

tujuan menyusun strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Zona

Wisata Bogor Barat menggunakan analisis SWOT. Rekomendasi pengembangan

ekowisata berbasis masyarakat pada cluster desa sangat baik yaitu: (1) Pelibatan

masyarakat dalam pengembangan desa wisata mulai tahap perencanan,

pelaksanaan dan evaluasi; (2) Pengembangan program desa wisata yang khas

sesuai potensi dan budaya masyarakat; (3) Pendampingan kepada masyarakat

untuk mengawal proses; (4) Peningkatan kemampuan SDM masyarakat desa

terutama SDM di objek wisata melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial;

(5) Perbaikan sarana dan prasarana wisata untuk mendukung pengembangan

ekowisata berbasis masyarakat yang memperhatikan konsep keberlanjutan ekologi

dalam pengembangan desa wisata; (6) Pembentukan wadah bagi pengelolan

ekowisata berbasis masyarakat; (7) Promosi program ekowisata berbasis

masyarakat yang ada di Zona Wisata Bogor Barat dan (8) Pengembangan desa-

desa potensial di kecamatan yang berdekatan dengan desa yang akan

dikembangkan desa wisata.

Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Perbedaan penelitian terdahulu

dengan penelitian yang dilakukan adalah keberadaan kawasan wisata Goa Pawon

tergolong baru dan belum cukup dikenal oleh masyarakat sehingga penelitian ini

mengkaji nilai dan dampak ekonomi wisata serta strategi pengembangannya.

15

15

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Operasional

Nilai kebudayaan, spiritual, ekologi, dan keindahan alam menjadi modal

utama yang ditawarkan kawasan wisata Goa Pawon. Modal utama tersebut tidak

memiliki nilai pasar dan cenderung dinilai lebih rendah dari nilai sebenarnya.

Permintaan wisata Goa Pawon dipengaruhi biaya perjalanan, waktu tempuh

perjalanan, penghasilan responden, jumlah kunjungan, dan faktor-faktor lainnya.

Permintaan wisata pengunjung mengukur besarnya surplus konsumen dari suatu

lokasi wisata. Total surplus konsumen yang diterima oleh wisatawan menunjukan

nilai ekonomi wisata Goa Pawon.

Kawasan wisata Goa Pawon yang terdapat di kawasan Karst Citatah

memiliki daya tarik minat khusus bagi pengunjungnya. Kawasan wisata ini

memberikan penawaran wisata penelusuran goa, minat khusus panjat tebing,

museum, dan kampung budaya. Kawasan wisata Goa Pawon memberikan peluang

usaha masyarakat untuk ikut berpartisipasi memberikan fasilitas sarana dan

prasarana yang baik bagi pengunjung. Menurut Wijayanti (2009) wisatawan

membutuhkan berbagai keperluan, diantaranya akomodasi (homestay), konsumsi,

keperluan caving dan climbing, souvenir dan jasa pemandu (guide). Jika

kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh penduduk lokal melalui unit usaha yang

didirikan, maka terjadi transaksi ekonomi antara wisatawan dan masyarakat lokal.

Pengeluaran yang dikeluarkan oleh wisatawan di kawasan wisata memberikan

aliran uang dari luar objek ke dalam objek. Jika hal ini terjadi terus menerus dan

memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal, maka tercipta manfaat ekonomi.

Kawasan wisata Goa Pawon merupakan objek wisata baru yang perlu

memiliki pengelolaan, manajemen, dan koordinasi yang baik. Goa Pawon dikelola

oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat. Strategi

pengelolaan yang tepat bagi kawasan wisata Goa Pawon menjadi dasar

pengembangan bagi pengelola dan pengambil keputusan dengan dianalisis

menggunakan metode SWOT. Adapun alur kerangka berpikir ditunjukan pada

Gambar 3.

16

Keterangan : alur penelitian

alur rekomendasi

Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir

Saran Pengelolaan Kawasan Wisata Goa Pawon agar Lestari dan

Berkelanjutan serta Berkontribusi Positif bagi Pendapatan Masyarakat, Lingkungan,

dan Kehidupan Sosial Budaya Sekitar

Dampak Ekonomi bagi

Masyarakat Lokal

Analisis Multiplier Effect

Undervalue

benefit

Nilai Dampak Ekonomi Nilai Ekonomi Wisata

Manfaat Ekonomi

bagi Wisatawan

Penilaian Ekonomi

Non-Priced

Recreation

Pendekatan dengan metode

biaya perjalanan (TCM)

Dampak Ekonomi

Langsung, Tak

Langsung, dan Lanjutan

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 20

Tahun 2006

Kawasan Karst Citatah, Kabupaten

Bandung Barat

Potensi Wisata yang Baru sebagai Pemanfaatan

Ekonomi dan Pelestarian Sumberdaya

Kawasan Wisata Goa Pawon Kabupaten Bandung

Barat (pengelola)

Strategi

Pengembangan Wisata

Goa Pawon

Analisis Matriks

SWOT

Pengelolaan

kawasan wisata

Identifikasi Faktor

Internal dan Eksternal

Objek wisata

17

17

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan wisata Goa Pawon Desa Masigit

Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) karena kawasan wisata Goa Pawon

merupakan objek wisata baru yang berada di kawasan karst Citatah. Keberadaan

kawasan ini memberikan nilai ekonomi dan dorongan kepada masyarakat sekitar

untuk mendapatkan pendapatan dari adanya transaksi dengan wisatawan. Objek

wisata Goa Pawon menawarkan wisata minat khusus caving, climbing, pendidikan

mengenai peninggalan sejarah purbakala, penelitian serta keindahan alam dari

ekosistem karst dengan kampung budayanya. Pengambilan data di lapangan

dilakukan pada bulan Mei - Juli 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengamatan yang

diurutkan berdasarkan ruang (cross section) berupa data primer dan sekunder.

Data primer yaitu data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung di lapangan

melalui survei serta wawancara menggunakan kuesioner. Data primer meliputi

karakteristik responden seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jumlah

tanggungan, penghasilan, jenis pekerjaan, biaya yang dikeluarkan selama rekreasi

dan beberapa pertanyaan yang dapat menjawab tujuan penelitian ini. Data primer

didapatkan dari wawancara dan kuesioner terhadap wisatawan, unit usaha, tenaga

kerja dan key person.

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari penelitian-penelitian

terdahulu, instansi-instansi, jurnal, buku, serta informasi dari media internet yang

berhubungan dengan permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini. Data sekunder

meliputi kondisi umum wilayah, data kunjungan wisata, dan informasi pelengkap

lainnya. Data primer dan sekunder yang diperoleh, diolah baik secara kuantitaf

maupun kualitatif.

18

4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

survei. Metode penelitian survei yaitu pengumpulan data berupa informasi yang

didapat melalui wawancara secara langsung kepada responden menggunakan

kuesioner berupa daftar pertanyaan. Wawancara dapat dilakukan baik secara lisan

maupun tertulis. Pengumpulan data dilakukan secara sengaja yaitu pengumpulan

data dengan tujuan tertentu untuk memenuhi kepentingan peneliti dengan alat

analisis yang digunakan.

Pengumpulan data responden pengunjung dipilih dengan teknik purposive

sampling sebanyak 40 orang berdasarkan pertimbangan tertentu seperti usia

responden minimal 17 tahun (diasumsikan mampu memberikan pandangan

objektif), aktifitas utama yang dilakukan, cara kedatangan, dan keterwakilan dari

karakteristik lainnya. Walpole (1977) menyatakan apabila sampel berjumlah lebih

besar atau sama dengan 30 responden, penarikan sampel tersebut dapat menjamin

hasil yang dapat mewakili populasinya.

Pengambilan sampel unit usaha, tenaga kerja, dan key person dilakukan

dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampling yang dilakukan

secara sengaja dengan menentukan sendiri secara langsung sampel yang diambil

dikarenakan pertimbangan tertentu seperti karakteristik jenis unit usaha,

penerimaan dan pendapatan responden dan keterwakilan dari karakteristik

lainnya. Responden unit usaha diambil sebanyak delapan unit usaha dan tenaga

kerja sebanyak enam orang sesuai dengan jumlah pada populasinya. Key person

dalam analisis SWOT berjumlah tiga orang yaitu pengelola kawasan wisata

(Kepala Pembinaan Pengembangan Sarana Prasarana Objek Wisata Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat) dan stakeholder yang

terkait (Staf Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa

Barat dan Kepala Seksi Kepurbakalaan Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah

dan Nilai Tradisional Provinsi Jawa Barat).

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah

19

19

terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk

gambar atau grafik serta perhitungan matematik. Dalam penelitian ini data yang

dikumpulkan diolah dengan SPSS 16 dan Microsoft Excel 2007.

Tabel 2 Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1. Mengestimasi nilai

ekonomi wisata Goa

Pawon

Wawancara menggunakan

kuisioner dengan pengunjung

mengenai biaya perjalanan yang dikeluarkan.

Travel Cost Method

2. Menghitung dampak

ekonomi kegiatan wisata

alam pada kawasan wisata

Goa Pawon

Wawancara dengan pengunjung

mengenai pengeluaran wisatawan

di lokasi wisata.

Wawancara dengan unit usaha

dan tenaga kerja mengenai

pendapatan dan pengeluaran di

lokasi wisata.

Multiplier Effect

3. Menganalisis strategi

pengelolaan wisata Goa

Pawon

Wawancara mendalam dengan key

person mengenai faktor internal

dan eksternal kawasan wisata.

Analisis SWOT

4.4.1 Analisis Permintaan Wisata Goa Pawon dengan Travel Cost Method

Analisis fungsi permintaan wisata Goa Pawon dilakukan dengan

menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost Method khususnya biaya

perjalanan individu atau Individual Travel Cost Method (ITCM) (Fauzi 2004).

Fungsi permintaan yang dirumuskan dalam penelitian ini dengan model regresi

linier berganda sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e ............(1)

Keterangan :

Y = frekuensi kunjungan per individu ke Goa Pawon (kali)

X1 = biaya perjalanan individu ke Goa Pawon (Rp/orang)

X2 = tingkat penghasilan (Rp/bulan)

X3 = tingkat pendidikan terakhir responden (tahun)

X4 = usia responden (tahun)

X5 = waktu tempuh dari tempat tinggal ke Goa Pawon (jam)

X6 = jumlah tanggungan (orang)

X7 = jenis kelamin (1 = laki-laki, 0 = perempuan)

X8 = sifat kunjungan responden (0 : 20 orang, 1 : > 20 orang)

b0 = konstanta

b1-b8 = koefisien regresi

e = error term

Juanda (2007) menyatakan bahwa hipotesis penelitian disusun untuk

mempermudah proses analisis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk X1, X5,

20

X6 < 0, dan X2, X3, X4, X6, X7, X8 > 0. Hipotesis penelitian diuji dengan uji tanda

koefisien pada variabel bebas (Xi).

Tanda positif suatu koefisien variabel bebas menunjukkan bahwa semakin

tinggi nilai dari variabel tersebut, akan meningkatkan frekuensi kunjungan.

Sebaliknya tanda negatif menunjukkan semakin meningkatnya nilai suatu variabel

akan menurunkan frekuensi kunjungan wisatawan.

Pengujian asumsi atau uji parameter menggunakan analisis regresi linier

berganda untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut layak atau

tidak. Uji parameter tersebut antara lain:

1. Uji Kenormalan

Menurut Gujarati (2006) data atau observasi yang jumlahnya sekurang-

kurangnya dari 30 mendekati sebaran normal, apapun distribusi probabilitas yang

mendasarinya. Data dalam penelitian ini jumlahnya lebih dari 30, disimpulkan

data telah mendekati sebaran normal sehingga diketahui bahwa statistik t dapat

dikatakan sah. Salah satu uji yang dilakukan untuk meyakini data mendekati

sebaran normal adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor

dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample

Kolmogorov Smirnov Test.

2. Uji Multikolinear

Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam

Ordinary Least Square (OLS), yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar

peubah-peubah bebas. Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat

langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika

nilai VIF > 10 maka terdapat masalah multikolinear.

3. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah

homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran

atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas

dapat dideteksi dengan melakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan

melakukan regresi nilai standar residual terhadap variabel bebas dalam model.

Jika P-value lebih besar dari taraf nyata yang dipakai () maka model tersebut

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika P-value lebih kecil dari

21

21

taraf nyata yang dipakai () maka model tersebut terjadi masalah

heteroskedastisitas.

4.4.2 Analisis Nilai Ekonomi Wisata Goa Pawon

Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam

satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya

transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lain. Dihitung dengan rumus:

BP = TR + DC + KR + LL ........................................................................... (2)

Keterangan :

BP = biaya perjalanan rata-rata (Rp/orang/hari)

TR = biaya transportasi (Rp/orang/hari)

DC = biaya dokumentasi (Rp)

KR = biaya konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari)

LL = biaya lain-lain (Rp)

Nilai ekonomi wisata Goa Pawon dihitung berdasarkan nilai surplus

konsumen. Surplus konsumen merupakan selisih antara total kesediaan yang

bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk suatu unit barang tertentu dengan

pembayaran yang dilakukannya. Surplus konsumen dalam regresi linier berganda

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

SK = V2

21 ...................................................................................................... (3)

Keterangan:

SK : surplus konsumen

V2 : jumlah kunjungan

21 : koefisien dari biaya perjalanan

4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Goa Pawon Terhadap Masyarakat

Sekitar

Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap masing-masing kelompok

pelaku kegiatan wisata yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa kegiatan

wisata (META, 2001). Menganalisis dampak ekonomi memerlukan informasi

penting terkait dengan : (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari

pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi pengeluaran dan

pendapatan unit usaha di lokasi wisata dari pengeluaran pengunjung (3) proporsi

perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal. Informasi yang diperoleh

digunakan dalam memperkirakan dampak langsung (direct), tidak langsung

22

(indirect impact) dan dampak lanjutan (induced impact) dari pengeluaran

pengunjung. Dampak ekonomi berupa aliran uang sejumlah dana dapat diukur

dengan menggunakan efek pengganda (multiplier effect) dari arus uang yang

terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian

masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META 2011):

1. Keynesian Local Income Multiplier

Nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran berdampak pada

peningkatan pendapatan masyarakat lokal

2. Ratio Income Multiplier

Nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang

dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian

lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan

(induced impact),

Secara matematis dirumuskan :

1. Keynesian Local Income Multiplier =

..............................(4)

2. Ratio Income Multiplier, Tipe I =

...............................(5)

3. Ratio Income Multiplier, Tipe II =

...............................(6)

dimana :

E : tambahan pengeluaran pengunjung (Rp)

D : pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp)

N : pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp)

U : pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)

4.4.4 Analisis Strategi Pengelolaan Wisata Goa Pawon

Proses perumusan strategi pengelolaan wisata Goa Pawon dilakukan

melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama yaitu Tahap masukan yang menyimpulkan

informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan

menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External

Factor Evaluation), tahap kedua yaitu tahap pencocokan merupakan perumusan

strategi menggunakan analisis matriks IE dan SWOT.

23

23

4.4.4.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE)

Analisis eksternal yang mempengaruhi kinerja Wisata Goa Pawon

dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor politik, ekonomi, sosial, dan

teknologi, serta persaingan dalam industri sejenis. Hal tersebut dianalisis dengan

tujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi objek wisata serta untuk

melihat kemampuan objek wisata dalam menghadapi perubahan lingkungan

eksternalnya. Hasil dari analisis eksternal selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk

matriks EFE, seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Tabel Model Matriks EFE Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunity/O)

1.

2.

Ancaman (Threats/T)

1.

2.

Total

Sumber : David (2009)

Tahapan membuat matriks EFE adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan membuat daftar faktor-faktor utama aspek eksternal

yang mencakup perihal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats).

2. Memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal.

Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot.

Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah :

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

3. Menentukan bobot dari faktor-faktor strategi eksternal. Pemberian bobot

berkisar dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (sangat penting). Bobot

mengindikasikan signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap

keberhasilan objek wisata. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada

faktor itu harus sama dengan 1.0.

Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi

nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan

menggunakan rumus:

24

n

i

Xi

Xii

1

.......................................................................................(7)

Keterangan :

i = bobot Variabel ke-i

Xi = nilai Variabel x ke-i

n = jumlah Data

i = 1, 2, 3, ..., n

4. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal

utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi objek wisata Goa

Pawon dalam merespon faktor tersebut dimana skala yang digunakan

adalah:

4 = jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/ sangat baik bagi daerah

3 = jika faktor tersebut berpengaruh besar/baik bagi daerah

2 = jika faktor tersebut kurang berpengaruh/pengaruh sedang bagi daerah

1 = jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh/respon daerah buruk

5. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor

bobot.

6. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor total

untuk setiap organisasi.

Analisis internal objek wisata dilakukan dengan menganalisis bidang-

bidang fungsional objek wisata yang mencakup kondisi keuangan, kegiatan

operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia. Hal tersebut dilakukan untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan objek wisata. Selanjutnya hasil dari

analisis internal dituangkan kedalam bentuk matriks IFE seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Tabel Model Matriks IFE Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strength/S)

1.

2.

Kelemahan (Weakness/W) 1.

2.

Total

Sumber : David (2009)

Tahapan membuat matriks IFE sama dengan matriks EFE, perbedaannya

adalah daftar faktor-faktor utama yaitu aspek internal yang mencakup perihal

kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).

25

25

4.4.4.2 Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks IE merupakan pemetaan skor matriks EFE dan IFE yang telah

dihasilkan dari tahap input (input stage) dan memposisikan kawasan wisata dalam

tampilan sembilan sel IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki

implikasi strategi yang berbeda-beda (David, 2009), yaitu:

1. Sel 1, 2, dan 4 merupakan daerah tumbuh dan bina (grow and build)

Strategi yg paling tepat untuk semua divisi ini adalah strategi intensif

(penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau

strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan dan horizontal).

2. Sel 3, 5, dan 7 merupakan daerah pertahanan dan pelihara (hold and

maintain). Strategi yang tepat untuk tipe ini adalah penetrasi pasar dan

pengembangan produk.

3. Sel 6, 8 atau 9 adalah daerah panen atau divestasi (harvest or divestiture).

Strategi yang sesuai untuk kondisi dalam sel ini adalah strategi divestasi,

diversifikasi konglomerat dan likuidasi.

Kuat Rata-rata Lemah

(3.0-4.0) (2.0-2.99) (1.0-1.99) Tinggi

(3.0-4.0)

Menengah (2.0-2.99)

Rendah (1.0-1.99)

Sumber : David (2001)

Gambar 3. Matriks Internal-Eksternal (IE)

4.4.4.3 Analisis Matriks SWOT

Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasikan

faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik diantara

berbagai alternatif strategi yang ada. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa

suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta

meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2005).

Faktor-faktor strategis eksternal dan internal merupakan pembentukan

matriks SWOT (David, 2009). Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang

1 2 3

4 5 6

7 8 9

26

penting untuk membantu pemerintah dalam hal ini stakeholders mengembangkan

empat tipe strategi.

Analisa SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif

memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel faktor (S, W, O, dan T),

empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu :

1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal objek wisata Goa Pawon.

2. Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal objek wisata Goa Pawon.

3. Tentukan faktor-faktor kekuatan internal objek wisata Goa Pawon.

4. Tentukan faktor-faktor kelemahan internal objek wisata Goa Pawon.

5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi SO.

6. Sesuaikan kelemahan dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi WO.

7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi ST.

8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi WT.

Tabel 5 Matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strenghts (S)

Weakness (W)

Oppurtunities (O)

Kelemahan

Strategi yang menggunakan

kekuatan untuk meningkatkan

peluang

Strategi WO

Strategi yang memanfaatkan

peluang untuk mengatasi

kelemahan

Threats (T)

Strategi ST

Strategi yang menggunakan

kekuatan untuk menghindari

ancaman.

Strategi WT

Strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari

ancaman.

Sumber : David (2004).

27

27

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Goa Pawon merupakan objek wisata yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat yaitu pada kasi kepurbakalaan dan

sejarah kabid kebudayaan serta koordinasi antara kabid pembinaan dan

pengembangan sarana dan objek wisata dan kabid promosi dan kemitraan. Goa

Pawon merupakan salah satu situs purbakala yang memiliki peninggalan sejarah

dan kebudayaan sunda dan satu-satunya goa gamping di Bandung. Hal tersebut

ditandai dengan ditemukannya benda-benda purbakala seperti alat-alat batu,

gerabah, bongkah andesit sebagai alat tumbuk, kerangka fosil manusia purba

HomoSapiens, dan tulang-tulang binatang. Penemuan benda-benda tersebut

menunjukkan bahwa Goa Pawon merupakan warisan tertua di Jawa Barat yaitu

zaman miosen pada 20-30 juta tahun yang lalu.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat

(www.bandungbaratkab.go.id)

Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bandung Barat

Kawasan Goa Pawon meliputi Gunung Pawon dan Gunung Masigit

terletak di Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Padalarang Kabupaten

Kepala Dinas

Sekretaris

Kasubag Penyusunan

Program

Kasubag

Keuangan

Kasubag Kepegawaian

dan Umum

Kabid Kebudayaan

Kasi Bina Seni

Kasi Bina Budaya

Kasi Kepurbakalaan

& Sejarah

Kabid Pembinaan & Pengembangan

Sarana & Objek Wisata

Kabid Promosi dan

Kemitraan

Kasi Pembinaan & Pengembangan

Sarana Wisata

Kasi Pembinaan & Pengembangan

Objek Wisata

Kasi Usaha Jasa Pariwisata

Kasi Promosi

Kasi Kemitraan

Kasi Pengembangan Sumber Daya

Manusia

UPTD

http://www.bandungbaratkab.go.id/

28

Bandung Barat sesuai dengan Peraturan Bupati Bandung Barat No 7 Tahun 2010.

Kawasan Goa Pawon memiliki areal kurang lebih 31,9 Ha dengan batas wilayah

sebelah utara adalah kampung Pawon dan kampung Mekar Mulya, sebelah selatan

adalaha sungai Cibukur dan jalan desa Masigit, sebelah barat adalah tanah milik

PT.Bukit Asar, dan sebelah timur adalah kampung Mekar Mulya. Goa Pawon

terletak pada koordinat 6 49 22 S dan 107 26 14 E dan memiliki panjang goa

sebesar 38 m dan lebar 16 m, sedangkan tinggi tidak dapat diketahui karena

bagian atap goa sudah runtuh saat ditemukan.

Kawasan Goa Pawon berada sekitar 25 km arah barat dari pusat Kota

Bandung. Akses jalan menuju Goa Pawon dapat dicapai dengan melalui jalan

provinsi Cipatat Cianjur, kawasan wisata Goa Pawon berada di sebelah kanan dari

arah Bandung. Untuk sampai di lokasi wisata, wisatawan menempuh jarak 1 km

dari jalan raya Cipatat, jalan menuju Goa Pawon tersebut dapat dilalui sepeda

motor serta kendaraan roda empat dan bis pariwisata ukuran kecil. Kendaraan

diparkirkan 100 m dari Goa dan dilanjutkan dengan jalan kaki.

Fasilitas rekreasi yang ditawarkan di kawasan wisata Goa Pawon adalah

menelusuri Goa Pawon, olahraga panjat tebing. dan pendakian ke stone garden.

Fasilitas penunjang lain objek wisata seperti balariung, toilet, kios jajanan

makanan, kios souvenir, tempat parkir, dan jalan setapak. Goa Pawon merupakan

objek wisata baru dan masih rendahnya kelengkapan fasilitas penunjang seperti

tempat beribadah, restoran, akomodasi hotel, dan lainnya. Objek wisata Goa

Pawon sedang melakukan pembangunan museum Tutung Kusang. Bangunan

museum akan menyerupai sebuah goa yang menyimpan benda-benda bersejarah.

5.2 Karakteristik Wisatawan

Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin,

biaya perjalanan wisatawan, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan terakhir, usia

pengunjung, waktu tempuh ke lokasi wisata, jumlah tanggungan, lokasi asal

pengunjung, sifat kunjungan, alat transportasi, dan aktifitas utama di lokasi

wisata. Jumlah pengunjung objek wisata Goa Pawon dipilih sebagai responden

sebanyak 40 orang terdiri dari 27 orang laki-laki (67.5%) dan 13 orang perempuan

(32.5%)

29

29

5.2.1 Usia Pengunjung

Menurut karakteristik usia pengunjung pada Tabel 6 yang dikelompokan

menjadi empat kelompok, sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke objek

wisata Goa Pawon adalah kelompok wisatawan yang berusia 17-19 tahun sebesar

47.5%. Objek wisata Goa Pawon cocok bagi usia muda yang memiliki jiwa

berpetualang, menyukai tantangan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan

mencari hiburan pemandangan alam .

Tabel 6 Sebaran Usia Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 Kelompok Usia (tahun) Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

17-19 19 47.5

20-30 16 40 30-40 2 5.0

>40 3 7.5

Total 40 100.0

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2013)

5.2.2 Tingkat Pendidikan Terakhir dan Tingkat Pekerjaan

Tingkat pendidikan terakhir wisatawan menunjukan pendidikan formal

yang telah ditempuh oleh seseorang. Karakterisitik tersebut berpengaruh terhadap

pemahaman seseorang terhadap suatu tujuan keputusan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka meningkatkan pemahaman wisatawan untuk

menentukan kegiatan wisata yang bermanfaat dan memenuhi tujuan yang ingin

dicapai. Tabel 7 menunjukkan sebagian besar pengunjung wisata Goa Pawon

merupakan lulusan SMA dengan persentase sebanyak 72.5%.

Tabel 7 Sebaran Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Wisatawan Goa

Pawon Tahun 2013 Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

SD 0 0

SMP 5 12.5

SMA 29 72.5

Perguruan Tinggi 6 15.0

Total 40 100.0

Tingkat Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

Mahasiswa 15 37.5

Pelajar 13 32.5

Wiraswasta 4 10.0

PNS 3 7.5 Karyawan Swasta 3 7.5

Pensiunan 2 5.0

Total 40 100.0

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2013)

30

Sebagian besar pekerjaan wisatawan adalah mahasiswa dan pelajar sebesar

37.5% dan 32.5%,. Wisatawan yang berkunjung ke Goa Pawon rata-rata memiliki

rasa ingin tahu mengenai objek wisata yang menjadi tujuannya. Karakteristik

pendidikan terakhir dan pekerjaan menunjukan bahwa wisata Goa Pawon menjadi

wisata yang memberikan pengetahuan sejarah budaya bagi sebagian besar

wisatawan yang berkunjung.

5.2.3 Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan seseorang menunjukan jenis hiburan yang akan

dipenuhi sebagai kebutuhan tersier setelah terpenuhi kebutuhan primer dan

sekundernya. Semakin tinggi penghasilan yang dimiliki seseorang akan

meningkatkan alokasinya terhadap kegiatan wisata sehingga nilai kesediaan

membayar pengunjung dapat bertambah. Berdasarkan tingkat penghasilan pada

tabel 8, sebagian besar wisatawan memiliki penghasilan per bulan sebesar

Rp 1 000 001 Rp 2 000 000 dengan persentase sebesar 30%.

Tabel 8 Sebaran Penghasilan Responden Wisatawan Goa Pawon

Tahun 2013 Penghasilan (Rp) Jumlah Responden (Orang) Presentasse (%)

500 000 9 22.5

500.001 1 000 000 10 25.0

1 000 0001 2 000 000 12 30.0

2 000 0001 3 000 000 5 12.5 > 3 000 000 4 10.0

Total 40 100.0

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2013)

5.2.4 Biaya Perjalanan

Biaya perjalanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seseorang untuk

melakukan suatu perjalanan ke tujuan wisata. Biaya perjalanan yang dikeluarkan

meliputi biaya transportasi (bahan bakar dan tol), biaya konsumsi, biaya

dokumentasi, biaya penyewaan alat, biaya parkir, dan biaya souvenir. Biaya

perjalanan ditentukan oleh jarak lokasi asal wisatawan ke lokasi wisata, aktifitas

utama ke tujuan wisata, kebutuhan pengunjung saat berwisata, dan lain-lain.

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa biaya perjalanan dikeluarkan oleh dominan

wisatawan adalah antara Rp 25 001 Rp 50 000 sebanyak 32.5%. Rata-rata biaya

perjalanan pengunjung adalah Rp 82 875.

31

31

Tabel 9 Sebaran Biaya Perjalanan Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 Biaya Perjalanan Wisatawan (Rp) Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

0 25 000 8 20.0

25 001 50 000 13 32.5

50 001 75 000 8 20.0

> 75 000 11 27.5

Total 40 100.0

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2013)

5.2.5 Waktu Tempuh ke Lokasi Wisata

Waktu tempuh merupakan waktu yang dibutuhkan dan dikorbankan

wisatawan untuk mencapai tujuan wisatanya. Waktu tempuh dapat menunjukkan

seberapa jauh jarak yang ditempuh wisatawan ke lokasi wisata. Waktu tempuh

menjadi pertimbangan wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Berdasarkan

Tabel 10, sebagian besar wisatawan sebesar 45% memiliki waktu tempuh antara

0.6 1 jam perjalanan untuk sampai di objek wisata Goa Pawon. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan berasal dari daerah Bandung atau

jarak ke lokasi relatif dekat sehingga biaya transportasi relatif rendah.

Tabel 10 Sebaran Waktu Tempuh Wisatawan Goa Pawon Tahun 2013 Waktu Tempuh (jam) Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

0 0.5 8 20

0.6 1.0 18 45

> 1.0 14 35

Total 40 100

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2013)

5.2.6 Lokasi Asal Pengunjung

Berdasarkan sebaran lokasi asal pengunjung pada Tabel 11, wisatawan

yang berkunjung ke Goa Pawon sebagian besar berasal dari daerah Bandung

sebesar 85%. Goa Pawon masih dominan dikunjungi oleh wisatawan daerah

Bandung. Hal ini dipengaruhi oleh promosi wisata yang dilakukan belum optimal

sehingga wisatawan yang berkunjung masih berasal dari daerah Bandung. Letak

objek wisata yang semakin dekat dengan lokasi asal pengunjung menjadi salah

satu alasan wisatawan untuk meningkatkan frekuensi kunjungannya. Kegiatan

promosi perlu ditingkatkan, peningkatan sarana dan prasarana, dan

memaksimalkan daya tarik wisata dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola

untuk menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah melakukan kegiatan

wisata ke Goa Pawon.

32

Tabel 11 Sebaran Lokasi Asal Pengunjung Goa Pawon Tahun 2013 Lokasi Asal Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

Bandung 34 85.0

Jabodetabek 5 12.5

Cianjur 1 2.5

Total 40 100.0

Sumber :