peran strategis masyarakat sadar wisata dalam … filepemberdayaan masyarakat lokal tentang sadar...
TRANSCRIPT
415
PERAN STRATEGIS MASYARAKAT SADAR WISATA DALAM
MENINGKATKAN EKONOMI KREATIF PARIWISATA DI DESA TLONTORAJA
PAMEKASAN
Teguh Hidayatul Rachmad
ABSTRAK
Pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran akan pentingnya menjaga dan memelihara sumber
daya alam untuk perbaikan ekonomi pedesaan menjadi salah satu pilihan strategis menghadapi
masalah kemiskinan di Pulau Madura, khususnya di kabupaten Pamekasan. Salah satu desa yang
menjadi projek percontohan dalam meningkatkan ekonomi kreatif pariwisata adalah desa Tlontoraja
Pamekasan. Kajian teori pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi pilihan untuk menyelesaikan
permasalahan pemberdayaan masyarakat lokal di desa Tlontoraja Pamekasan. Metode Participant
Action Research digunakan agar peneliti dan masyarakat lokal saling bekerjasama untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi, budaya dan sosial. Tujuan menggunakan
metode penelitian PAR salah satunya adalah mencari sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya
informasi yang akan membawa perubahan ekonomi, sosial dan budaya. Penelitian yang berfokus pada
pemberdayaan masyarakat lokal tentang sadar wisata di desa Tlontoraja Pamekasan membawa
dampak signifikan terhadap perubahan ekonomi, sosial dan budaya yaitu tumbuh dan berkembangnya
produk-produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat lokal.
Peneliti dan masyarakat desa Tlontoraja bekerjsama dalam mencari, mengembangkan kemudian
memelihara spot-spot pariwisata yang berpotensi untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan.
Kata Kunci : Masyarakat Sadar Wisata, Ekonomi Kreatif Pariwisata, Produk Pariwisata
THE STRATEGIC ROLE OF TOURISM CONSCIOUS COMMUNITIES IN
IMPROVING THE CREATIVE ECONOMY OF TOURISM IN THE VILLAGE OF
TLONTORAJA PAMEKASAN
Teguh Hidayatul Rachmad
ABSTRACT
Community empowerment through awareness of the importance of maintaining and maintaining
natural resources for the improvement of the rural economy is one of the strategic choices facing the
problem of poverty on Madura Island, especially in Pamekasan district. One village that has become a
pilot project in improving the creative economy of tourism is the Tlontoraja Pamekasan village. The
study of tourism theory and creative economy is an option to solve the problems of empowering local
communities in the Tlontoraja Pamekasan village. The Participant Action Research method is used so
that researchers and local communities work together to solve economic, cultural and social
problems. The purpose of using PAR research methods is to find out as much and as deeply as
possible information that will bring about economic, social and cultural changes. Research that
focuses on empowering local communities about tourism awareness in the village of Tlontoraja
Pamekasan has a significant impact on economic, social and cultural changes, namely the growth and
development of tourism products and the creative economy that is managed independently by the local
community. Researchers and the Tlontoraja village community work together in finding, developing
and then maintaining tourism spots that have the potential to improve the people's economy.
Keywords: Tourism Awareness Society, Creative Economy of Tourism, Tourism Products
416
PENDAHULUAN
Kawasan wisata di suatu desa sangat menunjang perekonomian pembangunan masyarakat
yang tertinggal. Pengembangan desa wisata dengan pengelolaan sumber daya alamnya sangat
dibutuhkan agar menjadi desa yang mandiri mengelola pendapat anggaran desa. Dikeluarkannya UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah, memberi kesempatan yang besar bagi daerah untuk mengelola sumber
daya alam yang dimiliki agar dapat memberikan hasil yang optimal. Akibatnya setiap pemerintah
daerah berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan perekonomian daerahnya. Pelaksanaan
pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan
pendayagunaan potensi-potensi yang dimiliki secara optimal. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan pelaksanaan daerah tentu memerlukan biaya yang cukup besar. Agar
pemerintah daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka perlu
diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Mengingat tidak semua sumber-sumber
pembiayaan dapat diberikan kepada daerah, maka pemerintah daerah diwajibkan untuk menggali
segala sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yaitu dengan mengoptimalkan potensi dalam
sektor pariwisata.
Sektor pariwisata di Indonesia saat ini dinilai efektif peranannya dalam menambah devisa
negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan kebutuhan pariwisata, tidak hanya di Indonesia,
namun di seluruh dunia. Pertumbuhan kebutuhan manusia akan pariwisata menyebabkan sektor ini
dinilai mempunyai prospek yang besar di masa yang akan datang. Sektor pariwisata mampu
menghidupkan ekonomi masyarakat di sekitarnya, pariwisata juga diposisikan sebagai sarana penting
dalam rangka memperkenalkan budaya dan keindahan alam daerah terkait. Menurut Norval dalam
Spillane (1987), seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris memaparkan bahwa pariwisata selain
bermanfaat bagi pendidikan kebudayaan dan sosial juga mempunyai arti yang lebih penting dari segi
ekonomi. Banyak negara di dunia menganggap pariwisata sebagai invisible export atas barang dan jasa
pelayanan kepariwisataan yang dapat memperkuat neraca pemasukan. Pariwisata merupakan sumber
pendapatan yang dapat terus diperbaharui dan diremajakan, bentuk peremajaan daerah wisata ini dapat
berupa renovasi, dan perawatan secara teratur, oleh sebab itu maka pariwisata merupakan investasi
yang penting pada sektor nonmigas bagi Indonesia. Pariwisata yang merupakan investasi ekonomi
masa depan akan secara otomatis mempermudah perputaran barang dan jasa pelayanan di tempat
wisata. Lebih jauh lagi, pariwisata akan meningkatkan stabilitas ekonomi nasional, namun tentu saja
keberhasilan dalam pengembangan pariwisata seperti di atas akan mampu dirasakan apabila faktor-
faktor pendukungnya telah dipersiapkan dengan baik.
Desa Tlontoraja memiliki sektor pariwisata yang potensial untuk di kembangkan serta
dipasarkan yaitu mulai dari pantai, seni, budaya, waduk wisata, goa dan dataran tinggi. Beberapa
tujuan wisata di Desa Tlontoraja adalah sebagai berikut:
1. Wisata Realigi Batu Panyeppen
2. Wisata Goa Gentong
3. Wisata Air Terjun Ahatan
4. Wisata Air Terjun Bunyato
5. Wisata Lembah Sembir
6. Pantai Oro Timur
7. Tlontoraja Water Dam
Seluruh objek wisata di atas berada dalam kendali Desa Tlontoraja. Artinya, pengelolaan dan
pengembangan objek wisata masih mengandalkan insentif dan inisiatif dari anggaran desa dan
sumbangan masyarakat, sedangkan pengelolaan oleh pemerintah pusat atau kementerian terkait masih
belum ada. Beragamnya jenis obyek wisata di Tlontoraja dapat menjadi potensi dan investasi ekonomi
yang besar di masa yang akan datang, baik itu bagi pemerintah, swasta maupun masyarakat sekitar,
namun tentu saja dibutuhkan berbagai kebijakan proteksi yang tepat agar selalu tercipta
kesinambungan diantara stakeholder terkait.
417
Banyaknya potensi wisata di desa Tlontoraja, sudah seharusnya membuat Tlontoraja unggul
dalam hal pariwisata, atau setidaknya dapat bersaing dengan daerah tetangganya satu provinsi, namun,
kenyataan di lapangan menunjukkan suatu kemunduran dalam hal pengembangan pariwisata lokal.
Selain ke 7 obyek wisata yang telah ditemukan oleh mahasiswa KKN-UTM kelompok 28 pada tahun
2017, sebenarnya masih terdapat beberapa objek wisata lain yang memiliki potensi ekonomi tinggi
yang belum diekspos dan ditemukan oleh masyarakat desa Tlontoraja. Kurangnya promosi dan
keseriusan pengembangan dari pihak terkait membuat wisata ini seakan terpinggirkan dari sekian
banyak wisata lain di Provinsi Jawa Timur.
Potensi pariwisata yang tinggi di wilayah Tlontoraja sudah seharusnya dapat dioptimalkan,
bukan hanya dilihat sebagai potensi desa, namun sebagai salah satu upaya melestarikan kebudayaan
daerah islami yang sudah mulai ditinggalkan. Sebagai salah satu motivator utama perkembangan
industri, pariwisata yang berbasis islami, Pemerintah daerah kabupaten Pamekasan dibutuhkan
peranannya baik itu untuk mengelola maupun memasarkan produk-produk pariwisata yang halal agar
dapat menjadi sumber pendapatan potensial bagi desa Tlontoraja. Melalui berbagai terobosan
kebijakannya, diharapkan pemerintah daerah mampu merangkul berbagai stakeholder demi
keberlangsungan industri pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada
pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka menjadi menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi
Kreatif Pariwisata di Desa Tlontoraja Pamekasan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pariwisata di desa Tlontoraja dapat menjadi alternatif sumber pendapatan pemerintah daerah
selain dari sektor bahari, namun belum dikembangkan secara optimal.
2. Pariwisata di desa Tlontoraja dapat menjadi sarana pengembangan dan pelestarian kebudayaan
daerah yang islami dan sudah hampir dilupakan.
3. Pariwisata di desa Tlontoraja belum mampu bersaing dengan daerah lain.
4. Pengembangan pariwisata di desa Tlontoraja belum banyak yang melibatkan masyarakat secara
proporsional.
5. Adanya kendala di lapangan yang menyebabkan sektor pariwisata di Kabupaten Pamekasan tidak
mampu berkembang secara optimal.
6. Pengembangan pariwisata berlabel halal di Madura masih belum ada, sehingga potensi desa
wisata halal di Tlontoraja adalah salah satu pilihan untuk meningkatkan pendapatan desa melalui
pemberdayaan pariwisata.
Mengingat banyaknya permasalahan yang telah diidentifikasi, serta perlunya fokus penelitian,
maka penelitian ini akan dibatasi pada Upaya pengembangan pariwisata yang berbasis islami dengan
label halal dan menekankan pada pengembangan desa wisata. Pariwisata jenis ini di Kabupaten
Pamekasan, bahkan di provinsi Jawa Timur belum banyak dikembangkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Optimalisasi desa wisata Tlontoraja dengan berlandaskan budaya islami madura dan berlabel
halal adalah dengan cara strategi pemberdayaan masyarakat untuk saling membantu dalam proses
pembangunan wisata halal Tlontoraja. Pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) yang berada
di lokasi yang menjadi tujuan (destinasi) wisata melalui kegiatan usaha kepariwisataan merupakan
salah satu model pembangunan yang sedang mendapatkan banyak perhatian dari berbagai kalangan
dan akan menjadi agenda penting dalam pembangunan kepariwisataan ke depan.
Adimihardja (1999) dalam Sunaryo (2013:215) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat
sebagai suatu proses yang tidak saja hanya mengembangkan potensi ekonomi masyarakat yang sedang
tidak berdaya, namun demikian juga harus berupaya dapat meningkatkan harkat dan martabat, rasa
percaya diri dan harga dirinya serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan
masyarakat dimaknai sebagai suatu upaya untuk menguatkan power (daya) atau empowering dari
golongan masyarakat yang powerless (tidak berdaya), biasanya mereka yang sedang tergolong ke
418
dalam masyarakat yang marjinal. Sinclair (1998) menyebutkan bahwa pariwisata mampu memberikan
manfaat dalam bentuk penguatan ekonomi lokal, yang antara lain berupa devisa, pendapatan tambahan
kepada masyarakat, serta peluang pekerjaan yang dapat ditangkap oleh masyarakat. Sektor usaha
dalam pariwisata seperti usaha akomodasi, transportasi, dan lainnya dapat memberikan kontribusi
dalam mendorong perekonomian lokal, regional, maupun nasional. Dalam kegiatan kepariwisataan
ada beberapa pihak yang memiliki peran dan terlibat langsung dalam kegiatan kepariwisataan. Berikut
gambar yang menggambarkan ilustrasi pemangku kepentingan dalam, pariwisata (Sunaryo, 2013:217).
Gambar 1. Pemangku Kepentingan dalam Pariwisata
Sumber: Sunaryo (2013:217)
Berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran masyarakat dalam pelaksanaan
kepariwisataan sangatlah besar dan perlu diseimbangkan dengan peran pemerintah maupun swasta.
Tetapi dalam kenyataannya yang terjadi peran masyarakat masih sangat kecil bila dibandingkan
dengan kedua stakeholder lainnya. Penyebabnya adalah tidak adanya atau lemahnya akses yang
mereka miliki kepada sumber daya (resource) pariwisata yang ada dan rendahnya pelibatan mereka
dalam proses pengambilan keputusan.
Pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan menjadi sorotan
penting menurut pakar kepariwisataan dunia. Murphy (1988), Larry Dawyer, Peter Forsyth dan Wayne
Dwyer (2010) dalam Sunaryo (2013:219) pembangunan kepariwisataan harus merupakan suatu
kegiatan yang berbasis pada masyarakat, dengan faktor utama bahwa sumber daya dan keunikan
masyarakat lokal baik berupa elemen fisik maupun nonfisik (tradisi dan budaya) yang melekat pada
masyarakat tersebut harus menjadi penggerak utama dalam pariwisata tersebut. Sunaryo (2013:218)
menyatakan bahwa untuk mewujudkan pengembangan pariwisata berjalan dengan baik dan dikelola
dengan baik maka hal yang paling mendasar dilakukan adalah bagaimana memfasilitasi keterlibatan
yang luas dari komunitas lokal dalam proses pengembangan dan memaksimalkan nilai manfaat sosial
dan ekonomi dari kegiatan pariwisata untuk masyarakat setempat. Masyarakat lokal memiliki
kedudukan yang sama pentingnya sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) dalam
pembangunan kepariwisataan, selain pihak pemerintah dan industri swasta.
Berdasarkan konsep pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan maka
upaya pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan pada hakikatnya harus diarahkan pada
beberapa hal sebagai bertikut:
Pemerintah (Fasilitator)
Masyarakat (tuan rumah,
Pelaksana/Subjek Pengembang)
Swasta (industri, Pengembang,
investor)
419
1. Meningkatnya kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat pembangunan kepariwisataan.
2. Meningkatnya posisi dan kualitas keterlibatan/partisipasi masyarakat.
3. Meningkatnya nilai manfaat positif pembangunan kepariwisataan bagi kesejahteraan ekonomi
masyarakat.
4. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata (Sunaryo (2013:
219).
Dengan melihat fakta-fakta yang telah dijelaskan sebelumnya, maka keberhasilan di sektor
pariwisata tidak akan bisa dilepaskan dari peran pemerintah selain sebagai motivator, juga untuk
meningkatkan sebagai dinamisator, fasilitator, dan sekaligus implementor. Peran-peran tersebut
direalisasikan melalui berbagai program demi tercapainya pariwisata berbasis islami dengan label
halal. Bila disajikan dalam sebuah bagan, maka gambaran kerangka berpikir dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode kualitatif berhubungan
dengan upaya mengungkapkan penejelasan secara lebih mendalam tentang suatu fenomina sosial.
Metode deskriptif kualitatif diharapkan mampu menghasilkan dapatan kajian yang mendalam serta
dapat menggambarkan secara lebih detail tentang ucapan, tulisan, perilaku yang dapat diamati dari
Ketersediaan Anggaran
Dukungan Sarana dan Prasarana
Kemitraan dengan pihak
Luar
Partisipasi Masyarakat
Pemerintah Kabupaten Pamekasan
Potensi Pariwisata Desa
Tlontoraja
Kebudayaan dan kesenian daerah
Tlontoraja
Ekowisata daerah
Tlontoraja
Promosi Pariwisata Virtual
Promosi Pariwisata Un-virtual
420
seorang individu, kelompok tertentu, masyarakat, atau organisasi yang dikaji dari sudut pandang yang
utuh dan holisitik.
Beverly (2002), mengatakan bahwa metode kualitatif untuk menjawab pertanyaan seperti
mengapa seseorang bertinda dengan cara mereka, bagaimana pendapat, bagaimana sikap, bagaimana
seseorang bisa dipengarhi oleh peristiwa-peristiwa sosial. Pertanyaan seperti uraian diatas dapat
ditemukan atau dijawab dengan menggunakan metode kualitatif, karena kualitatif menekankan pada
kedalaman dapatan penelitian melalui wawancara langsung.
Metode kualitatif menekankan pada realitas yang dibentuk melalui proses sosial, serta
hubungan yang dekat antara peneliti dengan objek yang diteliti. Penelitian kualitatif merujuk kepada
makna, konsep, definisi, ciri-ciri, metafora, simbol dan beberapa persoalan kualitatif lainnya, (Richad
2009).
Penelitian dengan metode deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi
terbaru secara lebih terperinci dengan menggambarkan gejala-gejala sosial yang ada. Selain itu untuk
mengidentifikasi rumusan masalah penelitian dengan menguraikan fakta fakta dilapangan seputar
Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata di Desa
Tlontoraja Pamekasan
Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lazim digunakan
dalam pendekatan metode kualitatif, sesuai dengan yang disampaikan. Gunawan (2014), mengatakan
bahwa wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam
penelitian kualitatif. Wawancara merupakan teknik yang dilakukan dengan cara berkomunikasi
diantara dua orang (peneliti dan objek yang diteliti) dengan tujuan untuk memperoleh informasi
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan sesuai topik penelitian.
Robson (2002) mengatakan, wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
melibatkan aktivitas pertanyaan seorang peneliti untuk mendapatkan jawaban-jawaban atau tanggapan
daripada informan ataupun sumber informasi. Metode wawancara merupakan sebagai salah satu
metode dengan maksud untuk mendapatkan informasi seperti persepsi, makna tentang sesuatu nilai,
penafsiran tentang keadaan tertentu, serta memahami sebauh realita yang dialami oleh seorang
respoden.
Penggunaan teknik wawancara ini dilakukan khusus kepada seluruh perangkat Desa
Tlontoraja pamekasan. Ditentukannya semua perangkat desa sebagai informan penelitian adalah untuk
mengetahui pandangan para kepala desa tentang Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam
Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata. Dalam hal ini kepala desa juga berperan sebagai
penunjukkan arah menentukan 3 masyarakatnya untuk mengikuti focus group discusion (FGD)
sebagai metode pengumpulan data khusus kepada masyarakat di Kecamatan Tlontoraja.
Focus Group Discusion (FGD)
Focus Group Discusion atau diskusi kelompok terarah secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah
tertentu. Irwanto (2006), mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi
yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Tujuan dari diskusi kelompok terarah itu sendiri adalah untuk memperoleh masukan atau
informasi mengenai permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian masalah ini
ditentukan oleh pihak lain setelah informasi berhasil dikumpulkan dan dianalisis. Selain itu secara
spesifik adalah untuk memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan
pengalaman yang dimiliki informan, termasuk juga untuk memahami lebih lanjut keragaman
perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat.
Teknik diskusi kelompok terarah ini digunakan untuk menggali informasi secara mendalam
tentang Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata.
Pada teknik diskusi kelompok terarah ini juga untuk menggali data seputar media yang sesuai untuk
memberikan informasi seputar kepada masyarakat. Diskusi kelompok terarah ini dilakukan khusus
kepada masyarakat di Kecamatan Tlontoraja sebanyak 27 orang yang masing-masing diambil 3 orang
421
perwakilan dari 9 perangkat desa dilingkungan Kecamatan Tlontoraja. Penentuan 3 perwakilan
aparatur desa tersebut ditunjuk oleh kepala desa dengan sistematika pengelompokan masing-masing
kelompok antara 5-6 orang.
Skema Pengolahan Data
Skema pengolahan data hasil rekaman wawancara dan diskusi kelompok terarah dibagi
kedalam tiga tahapan, yang pertama transkrip data hasil wawancara, kedua direduksi dan dilaporkan
secara terperinci, dan yang ketiga disusun dalam bentuk narasi-narasi sehingga membentuk rangkaian
informasi yang bermakna sesuai dengan permasalahan penelitian.
Lokasi Penelitian
Desa Tlontoraja terbentang ke arah utara dengan sebaran 6 desa di bagian pesisir dan 9 desa
pada kawasan perbukitan yang memiliki luas ± 1.390 Ha / 13,90 km2. Secara geografis Desa
Tlontoraja berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Pantai ( Laut Jawa ), sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Pamekasan
2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Batukerbuy –Dempo Barat
3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Waru Barat –Tlonto Ares
4. Sebelah Barat, Berbatasan dengan Sotabar–Tagangser Daya
Berada dalam kondisi wilayah yang beragam, desa Tlontoraja memiliki kekayaan alam yang
melimpah, baik dari berupa berbagai macam ikan dari lautan dan tanaman pangan pada daerah
perbukitan. Panorama alam yang dimiliki pun sangat beragam dengan perbukitan hijau jika
menghadap selatan dan akan ditemui lautan biru keabu-abuan jika mengarah ke utara.
PEMBAHASAN Pariwisata adalah salah satu jenis usaha yang kini menjadi primadona warga desa. Faktanya,
hanya dalam beberapa tahun saja perkembangan wisata desa dan desa wisata, luar biasa. Siapakah
sebenarnya yang beraksi hingga menciptakan lompatan besar ini, salah satunya Pokdarwis (Kelompok
Sadar Wisata). Pokdarwis adalah lembaga yang didirikan warga desa yang anggotanya terdiri dari para
pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai
penggerak untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya kepariwisataan di wilayah
desa mereka serta mewujudkan Sapta Pesona. Kepariwisataan ini diharapkan bakal meningkatkan
pemabngunan daerah dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi warga desa.
Pokdarwis adalah kelompok yang bergerak secara swadaya artinya pengembangan
kepariwisataan yang dilakukan di desa itu bersumber dari kekuatan desa sendiri dengan segala
potensinya. Pokdarwis juga harus membangun dirinya secara swakarsa alias menciptakan
pengembangan berdasar potensi kreativitas yang mereka miliki karena merekalah yang memiliki kuasa
atas pengembangan desa dengan segala sumber daya yang mereka miliki.
Maka, beberapa hal yang harus dilakukan Pokdarwis adalah mengingkatkan pemahaman
mengenai kepariwisataan. Kepariwisataan memiliki banyak cakupan mulai dari cara melihat potensi
wisata di desa, mengolah daya dukung yang ada dan mengembangkannya menjadi sebuah sektor yang
bisa mendongkrak pendapatan warga maupun pemasukan daerah. Maka, warga desa yang menjadi
anggota Pokdarwis harus terus mengasah dirinya mengenai pemahaman kepariwisataan agar terus
berkembang. Sumberdaya yang ada di desa tlontoraja terbagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam
dan manusia.
Tata guna lahan Desa Tlontoraja sebagaian besar adalah wilayah pertanian, peternakan,
nelayan, industri kecil dan industri sedang. Semua ini merupakan potensi ke arah kemajuan yang lebih
berarti. Dari tata lahan yang paling dominan di desa tlontoraja berupa pertanian dan nelayan. Desa
Tlontoraja secara umum termasuk daerah landai. Potensi pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan tahun 2012 – 2016 adalah sebagai berikut:
422
Dari kondisi alam Desa Tlontoraja di atas, dapat diidentifikasi Sumber Daya Alam yang
dimiliki Desa Tlontoraja dan merupakan salah satu potensi pembangunan di Desa Tlontoraja. Berikut
hasil Identifikasi Sumber Daya Alam Desa Tlontoraja Kecamatan Pasean.
423
Perekonomian masyarakat Desa Tlontoraja dengan identifikasi di atas, maka bisa
dikembangkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mencari, memelihara dan meningkatkan
tempat pariwisata sebagai objek dan tujuan masyarakat baik di dalam maupun di luar madura, ada
beberapa objek tempat pariwisata di Desa Tlontoraja, di antaranya adalah:
Gambar 3. Air Terjun Pengantin
Tepat di Dusun Banlanjang, Desa Tlontoraja, kecamatan Pasean, Pamekasan terdapat air
terjun yang tersembunyi manis. Terselip didaerah persawahan yang berbatasan dengan dusun
Tegangser Daya dan tertutup rimbun pepohonan. Air terjun itu bernama Bunyato atau lebih dikenal
sebagai air terjun Pengantin. Airnya bersih dengan dasar berupa batu-batu kecil dan pasir.
Kedalamannya berkisar satu meter dan berenang didalamnya tentunya menyenangkan. Aliran airnya
tidak terlalu deras, sehingga kita dapat menaiki sela-sela air terjun kemudian kita dapat meloncat
dengan bebas. Apalagi air yang mengalir adalah air dari sumber yang ada di perbukitan di atasnya.
Penyebutan air terjun Pengantin ini bukannya sebuah penamaan belaka. Penyebutan ini terjadi
karena ada sebuah mitos yang beredar. Mitos yang ada di masyarakat mengatakan bahwa pasangan
yang datang berkunjung ke air terjun akan menjadi pasangan sejati, pengantin. Tidak hanya satu dua
pasangan yang mampu melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Konon dengan
mandi disana bersama pasangan membuat jalinan cinta menjadi lebih indah dan romantis.
Gambar 4. Batu Panyeppen
424
Destinasi Wisata Realigi Batu Panyeppen ini terletak di Desa Tlontoraja tepatnya Dusun
Lebak Timur. Wisata ini memiliki tingkat kemistisan yang sangat tinggi. Tidak heran jika dulunya
banyak orang-orang bertapa di tempat ini untuk memohon kekuatan kepada sang pencipta. Sampai
saat ini, Batu Panyeppen ini sering dikunjungi oleh para wisatawan dari luar daerah Tlontoraja. Secara
etimologis arti dara kata batu panyeppen adalah berasal dari dua suku kata yakni Batu dan Panyeppen.
Batu berasal dari Bahasa Indonesia yang artinya Batu, sedangkan Panyeppen berasal dari Bahasa
Madura yang artinya bertapa sehingga secara etimologis dapat diartikan tempat ini dahulu kala berasal
dari batu yang digunakan untuk bertapa.
Gambar 5. Goa Gentong
Gua Gentong berada di perbukitan Dusun Duko, Desa Tlontoraja, Pasean, Pamekasan.
Penamaan Gua Gentong bukannya tanpa alasan. Gua ini berbentuk layaknya gentong karena mulut
gua berada di atas sejajar dengan permukaan tanah, sedang badan gua berada dibawah. Mulut gua
hanya berupa celah sempit yang tersembunyi di antara rimbun semak belukar. Guanya sangat gelap
dan masih aktif. Langit-langitnya masih mengucurkan air yang mampu menciptakan stalaktit dan
stalakmit. Akses menuju gua ini lumayan menantang karena jalan yang sedikit terjal dengan batu-batu
yang tajam.
Berbicara masalah mistik, menurut cerita yang beredar di masyarakat mengungkapkan jika
gua tersebut dihuni oleh ular yang sangat besar sehingga ada bagian gua yang ditutup oleh warga
dengan batu bata. Ular tersebut bukanlah ular biasa, ular tersebut diyakini warga sekitar sebagai abdi
dari tokoh yang membabat alas dusun Duko. Tokoh yang pertama kali mendiami dusun Duko bernama
Bhujuk Nanti. Ular tersebut masih dapat dipanggil dan sering mendatangi anak keturunan dari Bhujuk
Nanti. Menurut salah seorang keturunan Bhujuk Nanti, Siti Nur Aizah (40) ular tersebut dapat
dipanggil oleh keturunan Bhujuk Nanti dengan membawa dupa dan ular tersebut juga selalu muncul
pada malam jum’at. Namun ular yang mendatangi rumah-rumah sekitaran gua adalah ular-ular kecil
yang tidak tahu berasal darimana dan apabila urusannya sudah selesai akan menghilang secara ghaib.
Ular-ular tersebut seolah menjadi penjaga dari tempat yang dimiliki oleh Bhujuk Nanti. Kami
juga sempat melihat barang peninggalan Bhujuk Nanti untuk keturunannya. Barang peninggalan yang
sudah diwariskan turun temurun itu berupa ranjang tidur ukiran dan tiga buah kayu yang berbentuk
persegi panjang dengan hiasan ukiran didalamnya. Kejadian selanjutnya ketika kami mengambil foto
dari barang-barang tersebut, gambar yang tersimpan di kamera hanyalah foto berwarna hitam saja.
Apabila ingin mengunjungi Gua Gentong, sebaiknya ditemani oleh pamong desa atau keturunan
425
Bhujuk Nanti agar lebih aman dan tentunya kita akan mendapatkan informasi yang lebih mendetail
mengenai gua dan sejarahnya.
Gambar 6. Air Terjun Ahatan
Desa yang pada dahulunya termasyur dengan gadis-gadis cantik ini ternyata memiliki air
terjun yang cukup tinggi. Letaknya di Dusun Ahatan, Desa Tlontoraja, Pasean, Pamekasan. Terselip
dibelakang pemukiman dengan jalan yang cukup menantang. Jalurnya curam dan sedikit licin.
Berkelok menurun dengan bebas tanpa ada pegangan tangan. Selain air terjun utama, terdapat air
terjun yang lebih kecil pada sisi yang lain. Uniknya, dua air terjun tersebut memiliki hulu yang
berbeda. Namun, apabila ditanya mengenai keindahannya, tentu jawabannya adalah indah sekali
Air terjun ini tersimpan seolah tempat yang ditinggalkan. Air terjun ini sejatinya sangat indah
namun kecantikannya tidak begitu terpancar. Air terjun ini hidup dengan sebuah masalah. Sebuah
permasalahan yang sangat klasik, sampah. Sayang sekali air terjun ini harus rela bergumul dengan
buangan dari hulu diatas bukit sana. Beberapa bebatuan yang cantik pun harus rela bersendekap
bersama sampah yang tak seharusnya itu.
Hal itulah yang kemudian membawa masyarakat bersama tim KKN-UTM melakukan
beberapa hal untuk menyelamatkan air terjun ini. Berjalan beriringan dengan warga, kami bantu
membantu memperbaiki air terjun cantik ini. Membersihkan sampah, membuat akses jalan, sampai
pembuatan plang nama. Sehari dua hari tentu masih belum mampu memulihkan pesona air terjun ini.
Namun sedikit langkah kecil dalam memperlakukan sampah dapat membuat air terjun ini cantik,
secantik gadis-gadis Tlontoraja.
426
Gambar 7. Lembah Sembir
Banyak jalan menuju Roma, begitu pula jalan menuju Lembah Sembir. Lembah Sembir dapat
dijangkau melalui sungai menggunakan perahu warga yang berwarna-warni, menyusuri jalanan
perbukitan yang menaik dan menurun, atau dapat langsung menuju puncak bukit menggunakan sepeda
motor. Lembah ini berada di kawasan dusun Dungenda’. Ketika kita sudah berada dipuncak lembah,
kita akan menemui pemandangan hijau yang sangat indah pada bagian perbukitan dengan latar
belakang laut abu-abu kebiruan
Bukit-bukit kecil nan hijau, tebing-tebing kecoklatan, sungai kehijauan, dan semak-semak
yang menyibuk pandang mata adalah pembentuk Lembah Sembir. Lembah yang indah ini berwarna
hijau yang menenangkan. Latar belakang yang ditampilkan pun tak kalah mengusik pandang. Di ujung
mata sana terdapat laut berwarna biru keabuan. Indah. Sungguh indah. Lembah ini berada di desa
Tlontoraja, kecamatan Pasean, Pamekasan, Madura. Siapa yang menyangka apabila negeri yang
disebut negerinya para nelayan menyimpan potensi yang lain. Yaitu potensi wisata. Lembah ini sangat
indah dengan rute yang menakjubkan. Start dari pasar Pasean dilanjut dengan menyusuri sungai
dengan perahu nelayan, berjalan menaik turun bukit, merelakan badan basah karena air sungai, sampai
akhirnya berada pada puncak bukit tertinggi. Puncak yang menyimpan lanskap yang sangat indah itu.
427
Lembah ini adalah lembah yang masih alami dan seolah tersembunyi. Walaupun jarak tempuh
ke lembah ini hanya beberapa kilo dari pusat desa Tlontoraja. Lembah ini sangat berpotensial sekali
apabila digarap dengan baik. Dapat mengangkat ekonomi masyarakat yang memiliki perahu di
sepanjang sungai dan menaikkan geliat tukar menukar dalam pasar. Rutenya bisa dijadikan
penjelajahan anak-anak alam dan puncaknya dapat ditempati tenda-tenda warna-warni. Berada didekat
desa namun seolah jauh dari jelaga dapur penduduk.
Gambar 8. Waduk Air
Untuk mendongkrak perekonomian masyarakat Desa Tlontoraja khususnya di bidang
pertanian, maka pemerintah desa Tlontoraja membuat waduk guna sebagai tempat penampungan air
sewaktu musim kemarau. Sampai saat tulisan ini di posting waduk tersebut masih dalam tahap
pembuatan dan baru selesai sekitar 80% dari total pengerjaannya. Desa Tlontoraja memang terkenal
akan hasil laut dan pertanian. Masyarakatnya mayoritas berprofesi sebagai petani sehingga dengan
dibuatnya waduk ini, maka akan dapat membantu kebutuhan air petani ketika musim kemarau tiba.
Tidak hanya itu, waduk ini juga sering dikunjungi wisatawan dari luar desa Tlontoraja. Hal ini
membuktikan fungsi waduk ini selain sebagai tempat penampungan air, namun juga berfungsi sebagai
tempat wisata.
KESIMPULAN
Objek pariwisata di Tlontoraja sangat bervariasi dan beraneka ragam, mulai dari wisata religi,
alam dan kuliner. Banyak potensi yang ada di Desa Tlontoraja, namun masih banyak hambatan
terutama adalah pendanaan untuk pengembangan desa pariwisata mandiri. Selama ini, untuk
pengembangan tempat pariwisata masih mengandalkan dana swadaya masyarakat Desa Tlontoraja.
Potensi sumber daya alam di Desa Tlontoraja kalau dikembangkan dengan bantuan kerjasama antara
pemerintah daerah dan provinsi, maka akan membawa nama Madura sebagai salah satu destinasi
pariwisata di jawa timur, terutama di kabupaten Pamekasan.
Masyarakat di desa Tlontoraja sudah mulai sadar akan wisata di tempat tinggalnya, sehingga
memulai dengan membuat fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan suasana yang aman, tenang dan
bagus untuk dilihat bahkan di foto untuk disebarkan ke media sosial. Berbagai macam fasilitas dengan
konsep ekonomi kreatif yang dibuat oleh masyarakat desa Tlontoraja yang bertujuan agar
menggerakkan pemuda dan masyarakat desa agar dapat berwirausaha dan mandiri.
428
DAFTAR PUSTAKA
Beverley, H. 2002. An Introduction to qualitative reseach. Focus Group Division Of General Practice:
University Of Nottingham.
CIFOR. 2004. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. CIFOR, Bogor.
Davey, Kenneth J. 1998. Pembiayaan Pemerintahan Daerah, Praktek-Praktek Internasional dan
Relevansinya Bagi Dunia Kerja, Jakarta: UI Press.
Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF
Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF Indonesia.
Durbarry, Ramesh. 2004. Tourism Economic Growth: the case of Caurities. Tourims Eonomics, (10 4,
389-401. IP Publishing Ltd.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata ‘Sebuah Pengantar Perdana’, Jakarta: Pradnya Paramita.
Robson, C. 2002. Real world reseach; a sourcce for social scientists and practitioner research. Oxford.
Sinclair, Thea. 1998. Tourism and Economic Development:a survey. Journal of Development Studies,
5, 1-51.
Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.
Suansri, P. 2003. Comunity Based Tourism Handbook. Bangkok, Thailand: Responsible Ecological
Social Tours (REST) Project.
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Yoeti, Oka. A. 2001. Manajemen Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita