analisis cairan lambung dan duodenum

13
ANALISIS CAIRAN LAMBUNG DAN DUODENUM I. Analisis Cairan Lambung Getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh sel mukosa lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptik fundus dan kelenjar pilorik. Kelenjar peptik mensekresi pepsin, lipase, dan HCl, sedangkan kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk proses fermentasi. Tujuan pemeriksaan getah lambung antara lain: a. Menilai motilitas lambung, yaitu kemampuan lambung untuk meneruskan isinya ke arah duodenum. b. Menilai kemampuan sekresi lambung, yaitu HCl secara kualitatif dan kuantitatif serta enzim- enzimnya. c. Mendeteksi adanya unsur-unsur abnormal seperti darah, pus, jamur, dan bakteri. d. Mendeteksi adanya racun-racun untuk pemeriksaan forensik. e. Pemeriksaan sitologi terhadap sel-sel tumor. Kontraindikasi pemeriksaan cairan lambung, antara lain: a. Stenosis esofagus, varises esofagus. b. Keganasan pada esofagus. c. Dekompensasi jantung. d. Perdarahan lambung hebat yang baru terjadi.

Upload: thallita-rahma-ziharviardy

Post on 10-Aug-2015

826 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

ANALISIS CAIRAN LAMBUNG DAN DUODENUM

I. Analisis Cairan Lambung

Getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh sel mukosa

lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptik fundus dan

kelenjar pilorik. Kelenjar peptik mensekresi pepsin, lipase, dan HCl, sedangkan

kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk proses fermentasi.

Tujuan pemeriksaan getah lambung antara lain:

a. Menilai motilitas lambung, yaitu kemampuan lambung untuk meneruskan

isinya ke arah duodenum.

b. Menilai kemampuan sekresi lambung, yaitu HCl secara kualitatif dan

kuantitatif serta enzim-enzimnya.

c. Mendeteksi adanya unsur-unsur abnormal seperti darah, pus, jamur, dan

bakteri.

d. Mendeteksi adanya racun-racun untuk pemeriksaan forensik.

e. Pemeriksaan sitologi terhadap sel-sel tumor.

Kontraindikasi pemeriksaan cairan lambung, antara lain:

a. Stenosis esofagus, varises esofagus.

b. Keganasan pada esofagus.

c. Dekompensasi jantung.

d. Perdarahan lambung hebat yang baru terjadi.

e. Aneurisma aorta.

f. Tidak dianjurkan pada wanita hamil atau sakit berat.

g. Intoksikasi asam/basa yang baru terjadi.

h. Adanya hipotensi dan gangguan vasomotor (kontraindikasi untuk uji

histamin).

Cara Pengambilan Cairan Lambung

Getah lambung diperoleh melalui sonde lambung, biasanya menggunakan

Levin Stomach Tube. Aspirasi dilakukan pagi hari setelah puasa 12 jam dan

bebas dari obat-obatan yang mempengaruhi lambung. Pada pagi hari penderita

dilarang menggosok gigi untuk menghindari kontaminasi perdarahan. Penderita

Page 2: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

juga dilarang menelan saliva atau sputum karena dapat mempengaruhi

keasaman lambung.

Motilitas Lambung

Pemeriksaan motilitas dengan menggunakan sonde sangat primitif

dibandingkan dengan pemeriksaan radiologik, tetapi mempunyai kelebihan

karena pasien tidak perlu terpapar sinar roentgent. Biasanya pemeriksaan

motilitas tidak dilakukan secara tersendiri, melainkan menjadi bagian dari

pemeriksaan lambung lain.

Makanan dan minuman terakhir dimasukkan kira-kira 10 jam sebelumnya.

Kemudian dimasukkan sonde lambung dan dikeluarkan semua isi lambung

sambil diukur volumenya, rata-rata akan didapatkan 25 sampai 75 ml cairan

tanpa sisa-sisa makanan. Bila dalam cairan terdapat sisa makanan, hal ini

menunjukkan adanya gangguan pengosongan lambung. Volume cairan yang

melebihi 75 ml menunjukkan kemungkinan terjadi hipersekresi lambung

seperti yang dijumpai pada pasien gastritis.

Keasaman Getah Lambung

Tujuan pemeriksaan ini adalah menilai kemampuan lambung untuk

mensekresikan HCl atau mengetahui apakah jumlah HCl yang disekresikan

dalam batas normal atau abnormal (berlebih atau terlalu sedikit). Adanya HCl

dapat diduga jika pH getah lambung kurang dari 4. Terdapat dua keadaan

penentuan keasaman lambung, yaitu basal acid output (BAO) dan maximal

acid output (MAO).

a. Basal Acid Output (BAO)

BAO merupakan penentuan jumlah total asam yang disekresi lambung pada

keadaan basal tanpa rangsangan (stimulasi) selama jangka waktu tertentu

(biasanya 1 jam). Subyek yang akan diperiksa harus dalam keadaan puasa dan

bebas dari rangsangan makanan/obat yang dapat mempengaruhi lambung.

Mula-mula dilakukan aspirasi sebanyak 2 kali tiap 15 menit, hasil aspirasi ini

dibuang. Setelah itu, dilakukan aspirasi kembali sebanyak 4 kali tiap 15 menit.

Bahan aspirasi ini masing-masing diukur volume dan pH-nya. Nilai BAO

Page 3: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

adalah volume tiap spesimen (dalam liter) dikali keasaman (dalam mEq/l).

Nilai BAO keempat spesimen dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total BAO

dalam 1 jam (mEg/jam).

Interpretasi:

Nilai BAO < 2 mEq : didapatkan pada penderita sindrom Zollinger-

Ellison.

b. Maximal Acid Output (MAO)

Merupakan jumlah total sekresi asam lambung dalam waktu tertentu (misalnya

1 jam) setelah pemberian rangsangan. Stimulan yang dipakai adalah histamin,

betazol (histalog), atau pentagastrin. Seperti pada penentuan BAO, terlebih

dahulu dilakukan aspirasi sebanyak 2 kali tiap 15 menit. Kemudian disuntikkan

bahan stimulan secara subkutan. Setelah itu, dilakukan aspirasi sebanyak 4 kali

tiap 15 menit, kemudian diukur volume dan keasamannya.

Interpretasi:

Nilai 1-20 mEq : terdapat pada orang normal, ulkus peptikum, dan

karsinoma lambung.

Nilai 20-35 mEq : terdapat pada ulkus duodenum.

Nilai 35-60 mEq : terdapat pada ulkus duodenum, high normal secretor,

dan sindrom Zollinger-Ellison.

Nilai > 60 mEq : terdapat pada sindrom Zollinger-Ellison.

0 mEq : terdapat pada true achlorhydria, gastritis, atau karsinoma

lambung. Pada keadaan achlorhidrya didapatkan anemia

pernisiosa.

Pemeriksaan Makroskopis

Pemeriksaan ini harus menggunakan sampel cairan lambung yang diperoleh

sebelum dilakukan rangsangan pada lambung untuk pemeriksaan lain.

Beberapa hal yang diperiksa antara lain:

a. Volume

Dalam keadaan normal volume cairan lambung berbeda-beda dari beberapa

ml sampai 75 ml, dengan rata-rata 25 ml. Jika didapatkan volume yang

Page 4: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

mendekati 100 ml, hal ini adalah keadaan yang abnormal. Jumlah tersebut

mungkin disebabkan oleh hipersekresi, menurunnya motilitas lambung,

obstruksi pilorus, atau sindrom Zollinger-Ellison.

b. Warna

Warna normal getah lambung adalah abu-abu mutiara dan agak keruh

(opalesent). Kelainan warna yang mungkin didapat adalah:

- Kehijau-hijauan (biliverdin) atau kuning (bilirubin) akibat terjadinya

regurgitasi isi duodenum ke dalam lambung. Keadaan ini akan

mengakibatkan kesalahan pada hasil pemeriksaan titrasi keasaaman

lambung karena isi duodenum bersifat basa.

- Merah muda (darah segar) dapat disebabkan oleh trauma waktu

memasukkan sonde, ataupun kelainan pada esofagus seperti ulkus,

karsinoma, dan lain-lain.

- Coklat (darah tua) disebabkan karena hemoglobin dalam sel darah

merah telah diubah menjadi asam hematin oleh HCl.

- Bermacam-macam warna oleh obat-obatan.

c. Bau

Bau getah lambung normal agak asam. Bau yang keras dapat disebabkan

oleh stasis dalam lambung yang disertai proses fermentasi. Bau yang busuk

dapat disebabkan oleh adanya nekrosis dalam lambung, sedangkan bau

tinja mungkin disebabkan oleh obstruksi usus atau akibat adanya fistula

antara usus dan lambung.

d. Lendir

Dalam keadaan normal hampir tidak ada lendir dalam cairan lambung, atau

didapatkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada keadaan abnormal,

jumlah lendir akan bertambah. Lendir ini dapat berasal dari mulut atau

saluran pernafasan. Lendir akan terlihat tidak homogen, tampak seperti

garis-garis halus, bergelembung, dan terapung di atas cairan. Jika diperiksa

secara mikroskopis,lendir ini mengandung banyak sel epitel dan kuman.

Karena lendir mengikat sebagian asam bebas dalam lambung, maka

Page 5: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

penilaian titrasi asam bebas akan menurun sedangkan nilai kandungan

asam total tidak berubah.

e. Sisa-sisa makanan

Dalam keadaan normal tidak terdapat sisa-sisa makanan. Bila ada, mungkin

akibat motilitas lambung berkurang. Untuk menguji hal ini, pasien diberi

makanan yang mudah dikenali, seperti kismis semalam sebelum diadakan

sonde lambung. Selain karena kurangnya motilitas, retensi isi lambung

mungkin disebabkan oleh adanya obstruksi pilorus akibat sikatrik atau

tumor.

f. Pus

Dalam keadaan normal, tidak dijumpai pus pada cairan lambung. Adanya

lekosit jarang sekali terlihat pada pemeriksaan mikroskopis. Lekosit

mungkin berasal dari saluran makanan atau saluran pernapasan akibat

sputum yang tertelan.

g. Potongan jaringan

Biasanya bila didapatkan potongan jaringan menunjukkan adanya trauma

atau tumor sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

h. pH dan berat jenis

pH normal cairan lambung adalah 1,2±0,0 pada orang dewasa dalam

keadaan puasa atau 1,3-2,5 setelah makan. Berat jenis cairan ini sekitar

1,007.

Pemeriksaan Mikroskopis

Dalam getah lambung normal didapatkan sejumlah kecil sel epitel, lekosit,

eritrosit (oleh trauma sonde), dan beberapa butir amilum. Sering terdapat

kesulitan untuk menentukan bilamana jumlah unsur itu menjadi abnormal dan

memastikan apakah unsur-unsur tersebut berasal dari lambung atau tempat lain

seperti bronkus atau paru-paru.

Page 6: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

Tes Terhadap Darah Samar

Tes ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai peroksidase yang memecah

hidrogen peroksida dan mengoksidasi benzidine atau guajac menjadi zat

berwarna biru. Getah lambung normal memberi reaksi yang negatif (tidak ada

perubahan warna). Adanya darah samar mungkin disebabkan oleh ulkus

ventrikuli, karsinoma, papilomata, diatesis hemoragik, muntah hebat,

pembendungan vena, dan lain-lain. Sering tes ini menjadi positif akibat darah

dari trauma waktu sonde. Tes ini juga positif untuk hemoglobin dan beberapa

derivatnya seperti methemoglobin, karboksi hemoglobin, hematin, dan

myoglobin. Sebaliknya, hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh konsumsi

vitamin C dan reagen yang lama atau rusak.

Pepsin

Tes terhadap adanya pepsin atau pepsinogen hanya berarti apabila telah

dinyatakan adanya achlorhydria.

II. Analisis Cairan Duodenum

Cairan duodenum merupakan campuran dari cairan lambung, sekresi mukosa

duodenum, cairan pankreas, empedu, dan mungkin disertai cairan saluran

pencernaan bagian bawah. Pemeriksaan getah duodenum dapat mencerminkan

faal sekresi pankreas, keadaan saluran empedu, dan bermacam-macam kelainan

di daerah tersebut. Hasil pemeriksaan getah duodenum dapat memberikan

petunjuk ke arah adanya radang, ulkus, karsinoma, parasit, atau analisis enzim-

enzim pankreas. Getah duodenum didapat dengan sonde yang ditelan hingga

ujungnya berhadapan dengan papila Vateri, dengan kontrol fluoroskopi. Getah

duodenum yang diperoleh dengan sonde dapat berasal dari kelenjar Bruner di

dinding duodenum, saluran empedu di hati, dan sekret pankreas yang berisi

enzim-enzim pencernaan.

Cairan Duodenum

Pemeriksaan Makroskopis

Dalam keadaan normal didapat kurang dari 10 ml getah duodenum nuchter

(puasa), agak kental, jernih, berwarna kuning muda atau tidak berwarna, serta

Page 7: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

agak alkalis. Jika didapat getah yang keruh, mungkin disebabkan karena proses

radang atau karena getah duodenum yang bercampur dengan getah lambung

menyebabkan presipitasi garam empedu. Adanya darah mungkin disebabkan

karena ulkus atau karsinoma.

Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan dalam waktu kurang dari 30 menit.

Jika tidak, enzim-enzim pencernaan yang berasal dari pankreas akan merusak

unsur-unsur sedimen. Sedimen getah duodenum setelah dipusingkan diperiksa

dibawah mikroskop. Dalam keadaan normal, tampak beberapa sel epitel yang

mengalami deskuamasi dan sedikit lekosit. Sel epitel dan lekosit dalam jumlah

besar menunjukkan adanya peradangan. Parasit-parasit yang mungkin

ditemukan antara lain Strongyloides stercoralis, Giardia lamblia, kista atau

bentuk vegetatif Entamoeba histolytica, telur Necator americanus, dan

Clonorchis sinensis. Pada sediaan dengan pengecatan Gram, diperhatikan

jenis-jenis bakteri yang ada.

Pemeriksaan Kimia

Dalam getah duodenum dapat dicari adanya atau banyaknya enzim-enzim

seperti tripsin, lipase, dan amilase yang berasal dari pankreas. Insufisiensi

pankreas dalam mengeluarkan enzim-enzim dikaitkan dengan keadaan seperti

pankreatitis kronik dan fibrosis pankreas.

Cairan Pankreas

Sekresi cairan pankreas dipengaruhi oleh rangsangan makanan yang tercampur

dengan sekretin, asam, dan pankreozymin. Dalam keadaan normal, cairan

pankreas tidak berwarna, jernih, cair, merupakan basa kuat, dan berbuih.

Jumlah sekresi antara 500-800 ml/hari, dengan berat jenis 1,008, dan pH

sekitar 8-8,5. Cairan ini mengandung enzim tripsin, amilase pankreas, dan

lipase pankreas.

Uji Sekretin/ Pankreozymin

Merupakan tes fungsi pankreas yang paling sensitif. Prinsipnya, kemampuan

sekretori pankreas ditentukan setelah injeksi sekretin/pankreozimin (iv). Dalam

Page 8: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

keadaan normal stimulasi sekretin/pankreozimin akan meningkatkan volume

dan kadar karbonat cairan duodenum. Bila didapatkan cairan duodenum kurang

dari 100 ml/jam dengan atau tanpa penurunan kadar bikarbonat, sangat

mungkin disebabkan oleh obstruksi duktus pankreatikus. Sedangkan bila

terdapat penurunan kadar bikarbonat tanpa disertai penurunan volume cairan,

keadaan ini mendandakan adanya kerusakan pada parenkim pankreas.

Cairan Empedu

Pemeriksaan Empedu

Untuk pemeriksaan empedu, setelah sonde dimasukkan ke dalam duodenum

dan setelah getah duodenum dikeluarkan, diadakan perangsangan saluran cerna

dan kantung empedu dengan magnesium sulfat 25% agar mengeluarkan isinya

ke duodenum. Pemeriksaan empedu dilakukan secara makroskopis,

mikroskopis, dan secara bakteriologi.

Pemeriksaan Makroskopis

Perhatikan warna cairan empedu yang diperoleh secara bertahap. Macam-

macam empedu adalah sebagai berikut:

- Empedu A : keluar terlebih dahulu, berwarna kuning-emas, volume 5-30 ml,

dan berasal dari duktus koledokus.

- Empedu B : banyaknya 30-60 ml, berwarna kuning kehijauan kental, dan

berasal dari kantung empedu.

- Empedu C : banyakknya 30-200 ml, berwarna kuning muda, dan berasal

dari saluran empedu dalam hati.

Bila pada pemeriksaan makroskopis tidak didapatkan empedu B, itu berarti

kantung empedu kosong atau tidak dapat menimbun atau memekatkan empedu.

Pemeriksaan Mikroskopis

Sedimen yang diperoleh dari pemusingan tiap-tiap macam empedu diperiksa di

bawah mikroskop dan dilakukan pengecatan Gram. Dalam keadaan normal,

hanya beberapa epitel yang akan terlihat. Jika jumlah epitel bertambah,

menunjukkan kemungkinan adanya radang. Bila didapatkan kristal kolesterol

dan kristal bilirubin mengindikasikan adanya batu empedu.

Page 9: Analisis Cairan Lambung Dan Duodenum

Pemeriksaan Bakteriologi

Empedu yang didapat baik untuk kultur Salmonella terutama pada penderita

karier.

Referensi

1. Gandosoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

2. Sacher, R.A. dan McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium, Edisi II. Alih Bahasa oleh Brahm U. Pendit dan Dewi

Wulandari. Jakarta: EGC.