analisis biaya percepatan akibat penambahan jam … ii.pdf · penjadwalan menciptakan kapan...

26
ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF (Studi Kasus : Pembangunan RKB SD No. 6 Tuban) TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Upload: buithuan

Post on 04-Apr-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN

METODE TIME COST TRADE OFF

(Studi Kasus : Pembangunan RKB SD No. 6 Tuban)

TUGAS AKHIR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk fisik bangunan atau infrastruktur. Dalam

rangkaian tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi

suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian

kegiatan itu tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung

maupun tidak langsung (Ervianto,2005).

Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang

tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

digariskan dengan jelas (Soeharto,1997). Wujud dari proses pelaksanaan proyek

tersebut dapat berupa bangunan gedung (perumahan, kantor, pabrik), bangunan

sipil (jalan raya, jembatan, bendungan), membuat produk baru, ataupun

melakukan penelitian dan pengembangan. Adapun ciri-ciri pokok proyek adalah:

1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.

2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

3. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas.

Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

4. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan

terdapat batasan-batasan dalam suatu proyek yaitu tiga kendala atau Triple

Constranin yang terdiri dari :

1. Biaya/ Anggaran (Cost)

Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran

yang telah direncanakan. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana

dalam jumlah besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggarannya bukan

hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-

5

komponennya, atau periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan

keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun

harus memenuhi sasaran anggaran per periode.

2. Waktu/ jadwal (Time)

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir

yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka

penyerahannya tidak boleh melebihi batas waktu yang telah ditentukan.

3. Mutu

Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan

kriteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti

memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the

intend use.

Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga

sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik,

sehingga perpaduan antar ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan

manajemen proyek.

2.1.1 Perencanaan Proyek

Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan

sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya, ini berarti

memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan di masa mendatang yang

diperlukan untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara

sistematis dan memperhatikan faktor objektif yang dapat berfungsi sebagai:

1. Sasaran komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek.

2. Dasar pengaturan sumber daya.

3. Mendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan

menyadari pentingnya unsur waktu.

4. Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian.

Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis, dan tidak

logis akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebisingan dalam

implementasinya (Soeharto,1997).

6

Suatu perencanaan sangat penting karena keputusan-keputusan yang

dihasilkan akan mempengaruhi pelaksanaan dalam mencapai suatu tingkat

keberhasilan tertentu, tanpa perencanaan yang baik kita akan sulit mendapatkan

kesuksesan dalam mengelola suatu perusahaan, proyek, bahkan dalam kehidupan

pribadi kita sekalipun. Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam perencanaan

proyek konstruksi adalah sebagai berikut:

1. Inventarisasi kegiatan.

2. Logika ketergantungan kegiatan.

3. Waktu untuk pengadaan bahan dan pemasangan alat.

4. Metode, volume, dan durasi dari konstruksi.

5. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja serta lamanya mereka dibutuhkan.

6. Perhitungan dan penjadwalan dana.

Suatu perencanaan agar berdaya guna maksimal akan memerlukan kondisi

dan syarat tertentu. Syarat ini bila dipenuhi akan menggerakkan semua pihak yang

berkepentingan untuk ikut serta secara aktif dalam proses implementasi dari

perencanaan tersebut. Syarat serta kondisi itu antara lain:

1. Penyampaian perencanaan kepada semua pihak yang berkaitan

dengannya.

2. Penjabaran perencanaan yang bersifat umum menjadi suatu action plan.

3. Adanya pengkajian ulang secara periodik. Hal ini karena sifat kegiatan

proyek yang dinamis, maka ada bagian-bagian yang mungkin belum

sepenuhnya terantisipasi pada perencanaan yang terdahulu.

4. Dipikirkan suatu kontingensi/kemungkinan, untuk menanggulangi

situasi yang tidak terduga.

5. Penyusunan perencanaan yang realistis.

2.1.2 Pengaturan Proyek

Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur

unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli,

material, dana, dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang singkron untuk

mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien (Dipohusodo,1996). Proses

mengorganisir suatu proyek mengikuti aturan-aturan sebagai berikut:

7

1. Melakukan Identifikasi dan Klarifikasi Pekerjaan

Lingkup proyek terdiri dari sejumlah tahap-tahap pekerjaan, semua

perlu diidentifikasi dan diklasifikasi untuk mengetahui berapa besar

volume, macam, dan jenisnya untuk mengetahui sumber daya dan

jadwal yang diperlukan sebelum diserahkan kepada individu atau

kelompok yang akan menangani.

2. Mengelompokkan Pekerjaan

Setelah pekerjaan diidentifikasi dan diklarifikasi, dilanjutkan dengan

mengelompokkan kegiatan kedalam unit yang masing-masing telah

diidentifikasi biaya mutu dan waktunya.

3. Menyiapkan Pihak yang Akan Menangani Pekerjaan

Pada tahap ini dimulai dengan persiapan pihak-pihak yang akan

menerima tugas diatas, seperti memilih ketrampilan dan keahlian

kelompok sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan memberitahukan

sasaran yang ingin dicapai.

4. Mengetahui Wewenang dan Tanggung Jawab serta Melakukan

Pekerjaan

Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang

menerima harus mengetahui batas-batas wewenang dan tanggung

jawabnya. Hal ini amat penting untuk menghindari tumpang tindih.

5. Menyusun Mekanisme Koordinasi

Jadwal pelaksanaan pekerjaan satu dengan yang lainnya saling terkait,

maka perlu adanya mekanisme koordinasi antar semua bagian

pekerjaan proyek.

2.1.3 Pengendalian Proyek

Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang

bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan sesuai sasaran tanpa banyak

penyimpangan yang berarti. Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan

(knowledges), ketrampilan (skills), alat (tools) dan teknik (technique) dalam

aktivitas – aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan proyek (Santoso,1997)

atau dapat juga dikatakan manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni

8

memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian (Husen,2010)

Pengendalian proyek adalah salah satu usaha sistematis untuk menentukan

standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, membandingkan pelaksanaan

dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara

pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan pembetulan yang

diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan efisien dalam

rangka mencapai sasaran (Soeharto,1997).

Agar pengendalian dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan unsur-

unsur sebagai berikut:

1. Tolak Ukur yang Realistis

Tolak ukur realistis adalah tolak ukur yang mungkin untuk dipenuhi,

misalnya untuk mengendalikan biaya, diperlukan tolak ukur berupa

anggaran. Demikian juga dengan waktu jadwal memerlukan tolak ukur

berupa kurun waktu yang direncanakan untuk melakukan suatu

kegiatan yang tercantum dalam rencana waktu pelaksanaan (time

schedule). Jika tolak ukur ini tidak realistis, akan menyulitkan dalam

analisis dan pengambilan keputusan yang tepat.

2. Pemprosesan Data dengan Cepat dan Tepat

Memproses masukan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan

menjadi masukan-masukan yang dapat dipakai sebagai dasar

pengambilan keputusan.

3. Mengkaji dan Menganalisis Hasil Pekerjaan

Berdasarkan hasil pemrosesan data maka dapat dibandingkan dengan

kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis ini penting karena

akan digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh

karena itu metode yang digunakan harus tepat dan peka terhadap

adanya kemungkinan penyimpangan.

4. Mengadakan Tindakan Pembetulan

Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan

yang cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan.

9

Hasil analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik

pekerjaan selanjutnya dalam rangka mengusahakan tetap tercapainya

sasaran semula.

2.2 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan

langkah-langkah dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai

sasaran. Penjadwalan menciptakan kapan aktivitas-aktivitas itu dimulai, ditunda,

dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan

disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan (Nugraha dkk,

1985).

Ada bermacam-macam metode penjadwalan proyek untuk merencanakan

secara grafis dari aktivitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tetapi hanya dua

metode yang sering dipakai, yaitu:

1. Cara Bagan Balok (Bar Chart).

2. Jaringan Kerja (Networking Planning), yaitu:

a. Metode Jalur Kritis (Critical Path Methode/CPM).

b. Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT).

c. Metode Preseden Diagram (PDM).

Dalam usaha pengelolaan proyek konstruksi selalu ingin mencari metode

yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk

menghadapi sejumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung

bertambah. Masing-masing metode mempunyai ciri-ciri tersendiri dan

dikombinasikan pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk metode-

metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya.

2.2.1 Penjadwalan Dengan Menggunakan Jaringan Kerja (Network

Planning)

Network Planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara

bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga

diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan

yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Soeharto, 1997).

10

Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai salah satu

langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode

tersebut, yaitu:

1. Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek?

2. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya

dengan penyelesaian proyek?

3. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu,

bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek

secara keseluruhan?

Jaringan kerja yang ada berguna untuk:

1. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar

komponen dengan hubungan ketergantungan yang komplek.

2. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis.

3. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya.

Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan

teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek, dan

pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek

secara keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk

mengerjakan kegiatan-kegiatan yang mana harus dia kerjakan pada satu hari,

pekerjaan mana pelaksanaannya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya, dan

pekerjaan mana yang pekerjaan boleh ditunda, sehingga dengan demikian terdapat

kejelasan tahap pelaksanaan pekerjaan proyek.

2.2.2 Tahap-tahap Aplikasi Networking Planning

Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek

memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan.

Persyaratan tersebut adanya kepastian tentang proyek yang harus dilaksanakan

atau diselenggarakan. Jika sudah ada ketetapan mengenai proyek yang akan

diselenggarakan, maka selanjutnya dilakukan tahap aplikasi network planning

yang terdiri dari 3 kelompok, yaitu:

11

1. Pembuatan/Disain

Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model

yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek,

yaitu pelaksanaan maupun penyediaan dan pemakaian sumber daya.

Proses pembuatan (disain) meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Inventarisasi kegiatan

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menguraikan proyek

menjadi kegiatan-kegiatan, untuk meningkatkan akurasi perkiraan

kurun waktu kegiatan dan logika ketergantungan diantara kegiatan-

kegiatan tersebut. Pengkajian yang dimaksud adalah mengetahui

kegiatan-kegiatan apa yang merupakan bagian atau komponen dari

proyek yang biasa dibedakan antara satu dengan yang lainnya.

b. Hubungan antara kegiatan

Pada tahap ini ditentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan-

kegiatan lainnya yang telah diuraikan pada tahap inventarisasi

kegiatan. Hubungan yang menentukan adalah hubungan

ketergantungan antar kegiatan yang secara logika menuntut

ketergantungan tersebut.

c. Menyusun network diagram

Dengan ditentukannya hubungan antar kegiatan, maka dapat

dirangkaikan berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga

keseluruhan kegiatan menyusun jaringan kerja yang mencerminkan

proyek secara keseluruhan.

d. Data kegiatan

Setelah network diagram tersusun yang terdiri atas kegiatan-

kegiatan, maka dicari data kegiatan meliputi : lama kegiatan, biaya,

dan sumber daya yang digunakan.

e. Analisis waktu dan sumber daya

Tujuan analisis waktu untuk mengetahui saat mulai dan saat selesai

kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan bisa diketahui

bagaimana pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan kegiatan

tindakan apa yang harus diambil. Tujuan analisis sumber daya

12

adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan sumber daya sehingga

persiapan sumber daya selalu dalam keadaan siap pakai dan bisa

diselenggarakan setepat-tepatnya.

f. Batasan

Pada tahap ini diinventariskan batasan-batasan yang tidak boleh

dilanggar, baik mengenai waktu maupun distribusi penggunaan

sumber daya.

g. Leveling

Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul

akibat tidak sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang berlaku.

2. Pemakaian

Bila pembuatan telah selesai, maka model yang telah terjadi tersebut

dipakai pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-

kegiatan yang ada dalam network diagram. Terdapat beberapa

alternatif cara pelaporan secara kuantitas dalam bentuk satuan

pekerja/kegiatan atau dalam bentuk relatif atau prosentase dan

berdasarkan jangka waktunya secara komulatif atau periodik.

3. Perbaikan

Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada

saat pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses

perbaikan hampir sama dengan proses pembuatan, perbedaan hanya

terdapat pada ruang lingkup masing-masing. Tahap perbaikan

mempunyai ruang lingkup yang terbatas karena tidak seluruh kegiatan

ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan yang mempunyai

kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi oleh perubahan

tersebut.

Proses menyusun jaringan kerja ini dilakukan secara berulang-ulang

sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup

realistis. Serta dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang

analitis, maka pelaksana dan pimpinan proyek mendapat gambaran dan pengertian

yang lebih jelas dan mendalam, tentang persoalan-persoalan mengelola proyek

yang akan dihadapi, dan oleh karenanya sering membuahkan keputusan-keputusan

13

yang realistis. Suatu jaringan kerja yang tersusun dengan benar akan memberikan

gambaran dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi

yang efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.

Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by

exception, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasi kegiatan-

kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan

perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak lebih dari 20% total kegiatan proyek,

dan dengan telah diketahuinya bagian ini, maka pengelola dapat memberikan

prioritas perhatian (Soeharto, 1997).

Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja

Sumber : Soeharto, 1997

14

2.2.3 Penyusunan Network Planning Dengan Metode Preseden Diagram

Metode diagram Preseden/Preseden Diagram Method (PDM) merupakan

penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya menggunakan satu

jenis hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat

dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram

adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity off Node).

Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node

yang berbentuk kotak segiempat. Setiap node memiliki dua peristiwa yaitu awal

dan akhir. Kotak-kotak segiempat dalam metode preseden diagram dibagi menjadi

ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan

peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering

dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor

dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progress pelaksanaan kegiatan yang

dapat mempermudah dalam memonitor.

Nomor Urut

ID Durasi

Tgl. Mulai Tgl. Selesai

ID dan Nama Kegiatan

Tgl. Mulai : ES/LS Durasi

Tgl. Selesai : EF/LF Total Float

Progress penyelesaian %

Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM

Sumber : Soeharto, 1997

Keterangan:

• Nama kegiatan :Nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi kegiatan

• ID :Nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja

• Durasi :Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan

• Earliest Start (ES) :Waktu mulai paling cepat

• Latest Start (LS) :Waktu mulai paling lambat

15

• Earliest Finish (EF) :Waktu selesai paling cepat

• Latest Finish (LF) :Waktu selesai paling lambat

• Total Float :Tenggang waktu total

• Progress penyelesaian :Prosentase kemajuan proyek

2.2.4 Konstrain pada Metode Preseden Diagram

Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi

beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar

kegiatan dengan satu garis dari node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat

menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung

awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada empat macam konstrain yaitu

awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF), dan akhir ke awal

(FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului

(lead) atau terlambat/tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan

satuan waktu adalah hari:

a. Konstrain selesai ke mulai (FS)

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan mulainya suatu

kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai

SF (i-j) a, yang berarti kegiatan (j) mulai dari a hari, setelah kegiatan

yang mendahuluinya (i) selesai.

FS (i-j) = a

Gambar 2.3 Konstrain FS

Sumber : Soeharto, 1997

b. Konstrain mulai ke mulai (SS)

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu

kegiatan terdahulu, atau SS (i-j) = b, yang berarti suatu kegiatan (j)

setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Besarnya angka b tidak

boleh melebihi kurun waktu kegiatan terdahulu, karena per definisi b

adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan yang terdahulu, jadi disini

terjadi kegiatan tumpang tindih.

Kegiatan (i) Kegiatan (j)

16

SS (i-j) = b

Gambar 2.4 Konstrain SS

Sumber : Soeharto, 1997

c. Konstrain selesai ke selesai (FF)

Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan

terdahulu. Atau FF (i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai

setelah c hari kegiatan yang terdahulu (i) selesai.

FF (i-j) = c

Gambar 2.5 Konstrain FF

Sumber : Soeharto, 1997

d. Konstrain mulai ke selesai (SF)

Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya kegiatan dengan

mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d, yang

berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu

mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus

selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang lain dikerjakan.

SF (i-j) = d

Gambar 2.6 Konstrain SF

Sumber : Soeharto, 1997

Kegiatan (i)

Kegiatan (j)

Kegiatan (i) Kegiatan (j)

Kegiatan (i)

Kegiatan (j)

17

Catatan:

b dan d disebut lead time (waktu mendahului)

a dan c disebut lag time (waktu tertunda)

2.2.5 Perhitungan Metode Preseden Diagram

Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram akan

dijelaskan sebagai berikut.

1. TE = E

Waktu paling lama peristiwa (node/event) dapat terjadi (earliest time

of occurance), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang

berasal dari node tersebut dapat dimulai karena menurut aturan dasar

jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan

terdahulu telah seleasai.

2. TL = L

Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (latest elloable avent

occurance time), yang berarti waktu paling lambat yang masih

diperbolehkan bagi suatu kegiatan.

3. ES

Waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time). Bila

waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu

ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.

4. EF

Waktu selesai paling awal kegiatan (earliest finish time). Bila hanya

ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu

merupakan ES kegiatan berikutnya.

5. LS

latest allowable start time yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh

dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.

6. LF

Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowable finish

time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa

memperlambat penyelesaian proyek.

18

7. D

Durasi adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan

waktu hari, minggu, bulan, dll.

Tenggang waktu total (Total Float) adalah jumlah waktu tenggang yang

didapat bila semua kegiatan yang mendahuluinya dimulai pada waktu sedini

mungkin dan semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada waktu yang

paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam perhitungan waktu pada

penyusunan network planning dengan metode preseden diagram sebagai berikut:

1. Hitungan maju

Berlaku dan ditunjukkan untuk hal-hal berikut:

a. Menghasilkan ES, EF, dan kurun waktu penyelesaian proyek.

b. Diambil angka ES terbesar bila lebih dari satu kegiatan bergabung.

c. Notasi (i) bagi kegiatan yang terdahulu (predecessor) dan (j)

kegiatan yang sedang ditinjau.

d. Waktu awal dianggap nol.

Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut:

a. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j),

adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan

yang terdahulu ES (i) atau EF (i) yang ditambah konstrain yang

bersangkutan D (j).

b. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF

(j) adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan

tersebut ES (j), ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan

D (j).

2. Hitungan mundur

Berlaku dan ditunjuk untuk hal-hal berikut:

a. Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float.

b. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil.

c. Notasi (j) bagi kegiatan yang sedang ditinjau (j) adalah kegiatan

berikutnya.

19

Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut:

a. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang

ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS

dan LF ditambah konstrain yang bersangkutan.

b. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i),

adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut

LF (i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan.

3. Jalur dan kagiatan kritis

Jalur dan kegiatan kritis metode preseden diagram sebagai berikut:

a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS).

b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF).

c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu

selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal (LF – ES =

D).

d. Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut

secara utuh dianggap kritis.

2.3 Biaya Proyek

Perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan

suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek mulai

dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai

uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan

penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1997).

Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu

proyek konstruksi yaitu jenis biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tak langsung

(Indirect Cost).

2.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya langsung dapat diperoleh

dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit

cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan tersebut terdiri atas harga bahan,

20

upah buruh, dan biaya peralatan. Biaya-biaya dikelompokkan dalam biaya

langsung adalah:

a. Biaya bahan/material

Biaya bahan/material terdiri dari biaya pembelian material, biaya

transportasi, biaya penyimpanan material, dan kerugian terhadap

kehilangan atau kerusakan material.

b. Biaya pekerjaan atau upah (labor man power)

Biaya pekerjaan atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk

menggaji para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja ini

dibedakan atas:

1. Upah harian

Upah yang dibayar persatuan waktu. Sementara untuk menentukan

besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi

pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lain-lain.

2. Upah borongan

Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan

bersama antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas

satu atau lebih item pekerjaan. Besarnya upah ini bergantung dari

besarnya volume pekerjaan yang dikerjakan.

3. Upah berdasarkan produktivitas

Besarnya upah ini tergantung dari banyaknya pekerjaan yang dapat

diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu. Upaya

mengejar banyaknya pekerjaan ini tentunya harus tetap memenuhi

kualitas pekerjaan yang diisyaratkan.

c. Biaya peralatan

Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila

menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya

mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.

2.3.2 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung

berhubungan dengan konstruksi dilapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak

21

dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Nugraha dkk, 1985). Biaya-biaya yang

termasuk kedalam biaya tak langsung adalah:

1. Biaya yang termasuk dalam overhead adalah komponen biaya yang

meliputi pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan pada proyek

(menyewa kantor, rekening listrik, air, telepon, biaya pemasaran, gaji

karyawan) dan pengeluaran untuk pajak asuransi, uang jaminan dan

ijin-ijin usaha serta biaya rapat lapangan (site meeting).

2. Biaya tak terduga (contingencies)

Kontingensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau

anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan,

yang menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu

diperlukan. Makin jauh proyek berjalan, makin banyak masukan data

dan informasi, sehingga masalah yang belum menentu pun akan

banyak, demikian halnya dengan kontingensi. Pada umumnya biaya ini

diperlukan antara 0,5%-5% dari total proyek. Yang termasuk biaya tak

terduga ini adalah:

a. Kesalahan

Gambar yang kurang lengkap

b. Ketidakpastian yang subjektif

- Ketidakpastian yang subjektif timbul karena interpretasi yang

subjektif terhadap bestek.

- Ketidakpastian yang subjektif lainnya adalah fluktuasi harga

material dan upah buruh yang tidak tepat diperkirakan.

c. Ketidakpastian yang objektif

Ketidakpastian yang objektif adalah ketidakpastian tentang perlu

tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana

ketidakpastian itu ditentukan objek diluar kemampuan manusia.

d. Varian efisiensi

Varian efisiensi adalah variasi efisiensi dari sumber-sumber daya

yaitu efisiensi dari buruh, peralatan dan material.

22

3. Keuntungan/profit

Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang

telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan.

2.4 Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek

Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha

menyelesaikan proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keadaan normal.

Dengan diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi

kegiatan pada setiap kegiatan yang akan diadakan crash program. Dengan

pengurangan durasi pada lingkup pekerjaan yang sama akan membutuhkan

penambahan jam kerja per hari atau penambahan sumber daya yang diperlukan.

Dengan penambahan tersebut akan menimbulkan tambahan biaya yang

menyebabkan bertambahnya biaya total proyek. Jadi tujuan yang ingin dicapai

dalam program mempercepat waktu proyek ini adalah mengejar jadwal

penyelesaian kegiatan atau proyek dengan tambahan biaya seminimal mungkin.

Untuk itu perlu adanya identifikasi aktivitas yang memiliki biaya paling minimum

untuk dipercepat dan berapa besar biaya yang timbul akibat pengurangan waktu.

Informasi yang harus dimiliki untuk mendapatkan akselerasi meliputi:

- Estimasi biaya aktivitas dibawah durasi normal atau durasi dari

aktivitas yang diharapkan.

- Estimasi waktu untuk menyelesaikan aktivitas itu dengan crashing

maksimum yaitu kemungkinan aktivitas yang paling pendek.

- Estimasi biaya aktivitas dengan biaya akselerasi maksimum.

Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk

menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi

sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi percepatan

maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat faktor

yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas

yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penjadwalan, kerja lembur,

penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode konstruksi dilapangan.

23

2.4.1 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur)

Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam

kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah

produktivitas kerja sehingga dapat mempercepat waktu pelaksanaan suatu

kegiatan. Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi

sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah:

a. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00-17.00), sedangkan jam kerja

lembur dilakukan setelah waktu kerja normal.

b. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 11 diperhitungkan

sebagai berikut:

- Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur

sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam.

- Untuk tiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur

sebesar 2 (dua) kali upah sejam.

2.4.2 Produktivitas Kerja Lembur

Tepat waktu atau tidaknya suatu proyek dapat diselesaikan dan sangat

dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja yang dilibatkan. Secara rata-rata dapat

diperkirakan berapa jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam suatu

proyek, namun demikian tidak berarti keseluruhan tenaga kerja tersebut dapat

langsung dipekerjakan. Ini disebabkan terdapatnya kegiatan-kegiatan yang baru

bisa dikerjakan jika pekerjaan pendahulunya sudah selesai dilaksanakan. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan dan

dapat dikelompokkan menjadi:

- Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.

- Supervisi, perencanaan dan koordinasi.

- Komposisi kelompok kerja.

- Kerja lembur.

- Ukuran besar proyek.

- Kepadatan tenaga kerja.

24

Secara umum, produktivitas merupakan perbandingan antara output dan

input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerja yang telah

dilakukan seperti meter kubik galian atau urugan, ataupun meter persegi untuk

plesteran. Sedangkan inputnya merupakan jumlah sumber daya yang

dipergunakan seperti tenaga kerja, peralatan, dan material. Karena peralatan dan

material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan

salah satu faktor penentu produktivitas.

Acap kali kerja lembur atau jam kerja lebih panjang dari kerja normal tidak

dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun ini

menurunkan efisiensi kerja. Grafik 2.7 menunjukkan indikasi penurunan

produktivitas, bila jumlah jam per hari bertambah dan koefisien pengurangan

produktivitas dapat dilihat pada table 2.1.

Gambar 2.7 Indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur

Sumber : Soeharto, 1997

Tabel 2.1 Koefisien Pengurangan Produktivitas Jam Penurunan Prestasi Prosentase Koefisien

Lembur Indeks Kerja Prestasi Kerja Pengurangan (Jam) Produktivitas (Per Jam) % Produktivitas

a b c= b*a d e = 100% - d 1 0,1 0,1 10 0,9 2 0,1 0,2 20 0,8 3 0,1 0,3 30 0,7

Sumber : Putra, 2013

25

Dari uraian diatas dapat ditulis sebagai berikut:

a. Produktivitas harian = …………………………………...…(2.1)

b. Produktivitas tiap jam = …………………...………...(2.2)

c. Produktivitas harian sesudah crash = (8 jam x produktivitas tiap jam) + (a x b

x produktivitas tiap jam)……….………………………………………… (2.3)

dimana:

a = jumlah kerja lembur.

b = koefisien penurunan prod. kerja lembur.

d. Crash durasi = ………………….……………..(2.4)

2.4.3 Crashing

Salah satu cara mempercepat durasi proyek dalam istilah asingnya adalah

crashing. Terminology proses crashing adalah dengan mereduksi suatu pekerjaan

yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Crashing adalah

suatu proses disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian

dari semua kegiatan dalam bentuk suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan

yang berada pada jalur kritis. Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan

dari variable cost dalam menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal

dan paling ekonomis dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi

(Ervianto, 2005).

Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dan waktu suatu

kegiatan, dipakai definisi sebagai berikut:

a. Kurun waktu normal/normal durastion (ND) yaitu jangka waktu yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan tingkat

produktivitas kerja yang normal, diluar pertimbangan kerja lembur dan

usaha lainnya seperti : menyewa peralatan yang lebih canggih.

b. Kurun waktu dipersingkat/crash duration (CD) yaitu waktu tersingkat

untuk menyelesaikan suatu kegiatan secara teknis masih mungkin,

seperti dilakukan upaya penambahan sumber daya dengan penambahan

26

jam kerja (lembur), pembagian giliran kerja (shift), penambahan tenaga

kerja dan penambahan peralatan merubah metode kerja.

c. Biaya normal/normal cost (NC) yaitu biaya langsung yang diperlukan

untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal.

d. Biaya untuk waktu dipersingkat/crash cost (CC) yaitu jumlah langsung

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.

2.5 Hubungan Biaya dan Waktu

Total biaya proyek adalah sama dengan jumlah biaya langsung ditambah

biaya tidak langsung. Kedua-duanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan

proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tetapi pada

umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung

yang diperlukan (Soeharto,1997).

Hubungan semacam ini disebabkan karena pada setiap percepatan durasi

proyek membutuhkan tambahan biaya langsung yang digunakan untuk menambah

tingkat produktivitas kerja, menambah peralatan, mengganti metode kerja dan

lain-lain. Antara waktu penyelesaian proyek normal dan dipercepat

mengakibatkan perubahan terhadap biaya total proyek.

Gambar 2.8 Hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan

Sumber : Soeharto, 1997

27

Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktivitas per satuan

waktu disebut cost slope, yang dirumuskan sebagai berikut:

…………………………(2.5)

2.6 Pertukaran Biaya dan Waktu (Time Cost Trade Off)

Penyelesaian suatu aktivitas dalam suatu proyek memerlukan penggunaan

sejumlah sumber daya tertentu dan waktu. Dengan penggunaan sumber daya yang

minimum dan waktu penyelesaian yang optimum, aktivitas akan dapat

diselesaikan dengan biaya normal dan durasi yang normal. Jika suatu saat

diperlukan penyelesaian lebih cepat, penambahan sumber daya memungkinkan

pengurangan durasi proyek dari waktu normalnya, tetapi biaya yang dikeluarkan

akan lebih besar lagi.

Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan

kompresi durasi waktu aktivitas, harus tetap diupayakan agar penambahan dari

segi biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya

langsung, karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan

pengurangan durasi. Kompresi ini dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang berada

pada lintasan kritis.

Apabila kompresi dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang tidak berada pada

lintasan kritis, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan akan tetap.

Kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost

slope terendah pada lintasan kritis.

Selanjutnya langkah-langkah kompresi dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Menyusun jaringan kerja proyek dengan menuliskan cost slope dari

masing-masing aktivitas.

2. Melakukan kompresi pada aktivitas-aktivitas yang berada pada lintasan

kritis, dimulai dari aktivitas yang mempunyai cost slope terendah.

3. Menyusun kembali jaringan kerjanya.

4. Mengulangi langkah kedua.

Langkah kedua akan berhenti bila jaringan kerja baru telah sesuai

dengan jadwal rencana dan bila terdapat lebih dari satu lintasan kritis,

28

maka langkah kedua dilakukan secara serentak pada semua lintasan

kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan.

5. Langkah keempat dihentikan apabila jaringan kerja baru yang tersusun

sudah sesuai dengan jadwal rencana

Kemudian dirinci juga prosedur mempersingkat waktu dengan uraian

sebagai berikut:

1. Menghitung waktu penyelesaian proyek.

2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.

3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan.

4. Menghitung cost slope masing-masing komponen kegiatan.

5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis

yang mempunyai cost slope terendah.

6. Biaya dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis

baru, maka percepatan kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai

kombinasi slope biaya terendah.

7. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai kembali pada

jadwal rencana.

8. Hitung biaya langsung dan tidak langsung.

9. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari biaya

total proyek.

10. Bandingkan pertambahan biaya yang terjadi akibat percepatan dan

jadwal rencana.