analisis ada tidaknya bahan formalin yang terkandung …repository.utu.ac.id/430/1/bab !_v.pdf ·...
TRANSCRIPT
ANALISIS ADA TIDAKNYA BAHAN FORMALIN YANG
TERKANDUNG DI DALAM BAKSO DIKAWASAN KECAMATANMEUREUBO KABUPATEN
ACEH BARAT
SKRIPSI
JASMAN.D NIM :08C10104002
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT 2014
ANALISIS ADA TIDAKNYA BAHAN FORMALIN YANG
TERKANDUNG DI DALAM BAKSO DIKAWASAN KECAMATANMEUREUBO KABUPATEN
ACEH BARAT
JASMAN.D NIM : 08C10104002
SKRIPSI
DiajukanSebagaiSalah SatuSyarat
UntukMemperolehGelarSarjanaKesehatanMasyarakat
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya penggunaan formalin pada bahan makanan merupakan berita yang
sangat mengejutkan pada penghujung tahun 2005 dan awal tahun 2006,walaupun
sebenarnya masalah tersebut sudah muncul ke permukaan sejak beberapa tahun lalu.
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) telah melakukan uji
laboratorium pada 761 sampel makanan di beberapa kota besar di Indonesia. Hasilnya
beberapa jenis makanan olahan, yaitu mie basah, bakso, tahu, dan ikan asin, positif
mengandung formalin. Hal yang memprihatinkan adalah kenyataan bahwa formalin
tidak saja ditemukan pada bahan makanan yang dijual di pasar tradisional, tetapi juga
ditemukan pada bahan makanan yang dijual di beberapa supermarket besar
(Oktaviani, 2005)
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Jakarta, ditemukan
sejumlah produk pangan seperti bakso, ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai
formalin sebagai pengawet. Formalin merupakan larutan komersial dengan
konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai
antiseptik, germisida, dan pengawet. Formalin juga banyak dipakai di produk rumah
tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila
piring atau gelas tersebut terkena makanan atau minuman panas maka bahan formalin
yang terdapat dalam gelas akan larut. (BBPOM, 2010).
2
Pada akhir Juli 2011 Pemko Banda Aceh bersama BPOM kembali menyita
441 jenis makanan dari 1669 jenis yang tidak memenuhi syarat mutu. Zat berbahaya
paling banyak ditemukan adalah formalin, diikuti zat pewarna, cemaran logam, kadar
benzoat melebihi kapasitas yang biasanya terdapat dalam bakso, mie basah, tahu,
sirup ,kecap, penggunaan formalin, boraks, dan zat pengawet lainnya. pada
pembuatan mie basah, bakso, tahu,dan bahan makanan olahan lainnya yang
menggunakan formalin akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal dan lebih tahan
lama, jika disimpan hingga 4 hari. (BPOM, 2011)
Makanan yang mengandung formalin dan bahan kimia berbahaya lainnya
memiliki ciri-ciri seperti : jika pada tahu, maka tahu telihat kenyal dan tidak mudah
pecah kalau dipencet, pada bakso maka bakso terlihat kenyal dan susah ditusuk, pada
mie basah maka mie terlihat kenyal, pada ikan kering maka ikan kering terlihat
tegang dan tidak dihinggapi lalat dan sukar berulat. Begitu juga pada kerupuk maka
kerupuk balado terlihat sangat garing, pada ikan laut ukuran sangat besar maka ikan
terlihat sangat kaku (Mulyono, 2009).
Dalam kehidupan masyarakat Provinsi Aceh khususnya masyarakat di
Kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat bakso merupakan salah satu
menu makanan yang sangat disukai sehingga sering dikonsumsi oleh masyarakat
mulai dari kalangan atas hingga kalang bawah dan tempatnya pun sangat mudah
dijumpai oleh masyarakat yang ingin mengkonsumsi bakso. Beredarnya isu
penggunaan formalin pada bakso yang di jajakan para pedagang di kawasan
Meureubo sempat menimbulkan keresahan bagi masyarakat sebagai konsumen,
sehingga untuk pembuktiannya perlu diteliti lebih lanjut secara ilmiah.
3
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Analisis ada tidaknya bahan formalin yang terkandung di dalam bakso di
Kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah apakah bakso tersebut terdapat kandungan formalin yang di jajakan oleh
pedagang di Kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah pedagang bakso yang positif mengandung formalin
dikawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Mahasiswa/Peneliti
Untuk menambah dan memperdalam pengetahuan penulis dalam menangani
maraknya pemakaian bahan pengawet berbahaya di lingkungan masyarakat.
4
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada konsumen sekaligus kepada pedagang bakso tentang bahaya
pemakaian formalin pada makanan, dan menjadi alternatif dalam memilih dan
memilah makanan yang aman terhadap kesehatan.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar lebih
mengawasi penjualan makanan dan jajanan di lingkungan masyarakat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan referensi untuk mahasiswa,
khususnya mahasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Formalin
Formalin atau formaldehyde merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam
industri. Dalam bidang industri, formalin digunakan dalam produksi pupuk, bahan
fotografi, parfum, kosmetika, pencegahan korosi, perekat kayu lapis, bahan
pembersih, insektisida, plastik, cermin, serta kaca (Widyaningsih, 2006).
Formalin atau Larutan formaldehid adalah desinfektan yang efektif melawan
bakteri vegetatif, jamur, atau virus, tetapi kurang efektif melawan spora bakteri.
Formaldehid bereaksi dengan protein, dan hal tersebut mengurangi aktivitas
mikroorganisme. Efek sporosidnya yang meningkat tajam dengan adanya kenaikan
suhu. Larutan formaldehid 0,5% dalam waktu 6-12 jam dapat membunuh bakteri dan
dalam waktu 2-4 hari dapat membunuh spora, sedangkan larutan formaldehid 8%
dapat membunuh spora dalam waktu 18 jam (WHO, 2002).
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari
formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida, dan
pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol,
Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols,
Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith,
Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methylene
6
glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan,
dengan kandungan formaldehid 10-40 % (Yudarwanto, 2006).
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-
40 persen. Dipasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu
kadar formaldehid 40,30,20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya
masing-masing sekitar 5 gram. Formalin biasanya diperdagangkan dipasaran dengan
nama yang berbeda-beda (Adiwisastra, 2009).
Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk larutan
40%. Bahan ini bisa diperoleh dengan mudah ditoko kimia. Formalin bisa berbentuk
cairan jernih, tidak berwarna dan berbau busuk, atau berbentuk tablet dengan masing-
masing 5gr. Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam
dunia kedokteran,60 misalnya sebagai bahan pengawet mayat. Bahan ini juga biasa
digunakan untuk mengawetkan hewan-hewan untuk keperluan penelitian (Saparinto,
2006).
2.2 Sebab Formalin Beredar
Formalin sebenarnya sudah dilarang sejak tahun 1982 dan kemudian
diperkuat dengan Undang-Undang No. 7/1996 tentang Perlindungan Pangan.
Beberapa petunjuk tentang ciri-ciri makanan yang terindikasi diberi formalin. Ciri
penggunaan formalin pada tahu antara lain : tidak rusak sampai dua hari pada suhu
kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau agak menyengat, tidak
7
lengket dan tahu lebih mengkilap dibandingkan tahu normal, teksturnya sangat
kenyal (Santoso, 2008).
Menurut WHO (2002), formaldehid terdapat dalam produk makanan karena
kegunaannya sebagai zat bakteriostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan
mikroba dalam produk pangan sehingga umur simpan produk tersebut meningkat.
Larutan formaldehid adalah desinfektan yang efektif melawan bakteri vegetatif,
jamur, atau virus, tetapi kurang efektif melawan spora bakteri.
Formaldehid bereaksi dengan protein, dan hal tersebut mengurangi aktivitas
mikroorganisme. Efek sporosidnya yang meningkat tajam dengan adanya kenaikan
suhu. Larutan formaldehid 0,5% dalam waktu 6-12 jam dapat membunuh bakteri dan
dalam waktu 2-4 hari dapat membunuh spora, sedangkan larutan formaldehid 8%
dapat membunuh spora dalam waktu 18 jam (WHO, 2002).
Sifat antimikroba dari formaldehid merupakan hasil dari kemampuannya
mengintivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan asam amino bebas dalam
protein menjadi hidrokoloid. Kemampuan dari formaldehid meningkat seiring dengan
peningkatan suhu (Cahyadi, 2006).
Sifat penetrasi formaldehid cukup baik, tetapi gerakan penetrasinya lambat
hingga walaupun formaldehid dapat digunakan untuk mengawetkan sel-sel tapi tidak
dapat melindunginya secara sempurna, kecuali bila diberikan dalam waktu lama
sehingga jaringan menjadi keras. Selain bakso, terdapat sejumlah produk pangan
lainnya yang secara sengaja ditambahkan formalin sebagai pengawet (Widyaningsih,
2006).
8
Penggunaan formalin dimaksudkan untuk memperpanjang umur simpan,
karena formalin adalah senyawa antimikroba yang efektif dalam membunuh bakteri,
bahkan virus sekalipun. Selain itu, interaksi antara formaldehid (senyawa kimia
dalam formalin) dengan protein dalam pangan menghasilkan tekstur yang tidak rapuh
yang untuk beberapa produk pangan seperti tahu, mie basah, ikan segar, ikan asin dan
bakso memang dikehendaki oleh konsumen.
Pada umumnya formalin digunakan dalam pangan yang mengandung banyak
air atau tinggi aktivitas air (aw) nya. Produk-produk dengan aw lebih dari 0.85 sangat
disukai oleh mikroba termasuk mikroba pembusuk sehingga secara alami produk
tersebut mudah rusak (perishable) dan tidak dapat disimpan pada suhu ruang dalam
jangka waktu lama. Umur simpan tersebut menjadi semakin pendek apabila jumlah
mikroba awal sangat tinggi karena proses pengolahannya yang tidak mengindahkan
praktek-praktek yang baik (good practices) serta penerapan sanitasi yang baik.
Sebagai contoh, idealnya bakso yang memiliki aw sebesar 0.95 dapat memiliki umur
simpan sampai dengan 24 jam. Akan tetapi, pada kenyataannya waktu penyimpanan
produk bakso tersebut sudah mulai rusak sebelum 24 jam karena jumlah bakteri awal
yang tinggi.
Formalin merupakan larutan formmaldehid dalam air dan dilarang untuk
digunakan dalam industri pangan sebagai pengawet. Formaldehida digunakan dalam
industri palstik, anti busa, bahan kontruksi, kertas, karpet, tekstil, cat dan mebel.
Formaldehida juga digunakan untuk mengawetkan mayat dan pengontrol parasit pada
ikan. Formalin bila dikonsumsi dapat menyebabkan kanker dan b ila terminum dapat
9
menyebabkan rasa terbakar pada tenggorokan dan perut. Sedikitnya 30 ml (sekitar 2
sendok makan) formalin dapat menyebabkan kematian (BPOM, 2004).
2.3 Dampak Formalin Bagi Kesehatan Masyarakat
Pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh
manusia. Gejala yang bisa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai
muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf, atau gangguan
peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan
konvulsia (kejang-kejang), Haematuria (kencing darah), dan heamatomesis (mentah
darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam (Astrawan, 2006)
Formalin merupakan senyawa yang berbahaya dan beracun bagi kesehatan
manusia. Jika masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan, dan jika terakumulasi
banyak dalam tubuh senyawa tersebut akan bereaksi dengan hamper semua senyawa
didalam sel tubuh, sehinggah fungsi sel terganggu dan dapat menyebabkan kematian
karena tubuh telah teracuni. Selain itu, tubuh yang mengkonsumsi formalin dapat
mengalami iritasi perut, alergi, karsinogenik (menyebabkan kanker), mutagen
(merusak fungsi dan jaringan sel), muntah-muntah, diare campur darah, urine
bercampur darah, kematian karena kegagalan sirkulasi tubuh (Candra, B, 2009).
Formalin masuk kedalam tubuh manusia melalui dua jalan , yaitu mulut dan
pernafasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar.
polusi yang dihasilkan asap pabrik dan asap knalpot, mengandung formalin yang mau
tidak mau kita hirup, kemudian masuk kedalam tubuh. Asap rokok dan air hujan yang
10
jatuh kebumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Formalin sangat berbahaya
jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka
bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada
manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan
hamper semua zat didalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan
kematian selayang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Khusus mengenai
sifatnya yang karsinogenik, formalin termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA.
Golongan I adalah yang sudah pasti menyebabkan kanker, berdasarkan uji lengkap.
Sedangkan golongan IIA baru taraf diduga, karena data hasil uji pada manusia masih
kurang lengkap. Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan
dibuang ke luar bersama cairan tubuh, Itu sebabnya formalin sulit dideteksi
keberadaannya di dalam darah (Judarwanto, 2006).
Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa
mengakibatkan banyak gangguan organ tubuh. Selain itu dalam jumlah sedikit,
formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh,
sehingga formalin sulit dideteksi keberadaanya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat
berperan dalam berdampak tidaknya formalindi dalam tubuh. Jika imunitas tubuh
rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan
kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khsusnya bayi
dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini.
Bahaya formaldehid terhadap kesehatan manusia dapat mengakibatkan
terjadinya iritasi pada membrane mukosa, dermatitis, gangguan pada pencernaan,
11
hematemesis, hematuria, proteinuria, anuria, asidosis, vertigo, koma dan kematian.
Formaldehid bersifat karsinogen, jika terpapar secara terus menerus dapat
mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal dan jantung (Widyaningsih, 2006).
Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan
bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air
minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah
0.2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan
untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. Formaldehida dapat
dikeluarkan sebagai CO2 dari dalam tubuh. Tubuh juga diperkirakan bisa
memetabolisme formaldehida bereaksi dengan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid)atau
protein untuk membentuk molekul yang lebih besar sebagai bahan tambahan DNA
atau protein tubuh. Formaldehida tidak disimpan dalam jaringan lemak. NIOSH
(National Institute of Safety and Health), menyatakan formaldehida berbahaya bagi
kesehatan pada kadar 20 ppm. Sedangkan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS),
formaldehida dicurigai bersifat kanker (Hasyim, 2006).
Efek samping penggunaan formalin tidak secara langsung akan terlihat secara
komulatif, kecuali seseorang mengalami keracunan formalin dengan dosis tinggi.
Keracunan formalin mengakibatkan iritasi lambung dan alergi. Formalin juga bersifat
karsinogen (menyebabkan kanker) dan mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel).
Dalam kadar yang sangat tinggi formalin menyebabkan kegagalan peredaran darah
yang bermuara pada kematian, (Saparinto, 2006).
12
Mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin memang tidak akan
menimbulkan efek dalam waktu yang singkat karena kadar formalin yang biasa
digunakan dalam makanan cenderung rendah. Namun, apabila makanan berformalin
tersebut terus menerus dikonsumsi, tanpa disadari manusia telah menumpuk zat
berbahaya tersebut di dalam tubuhnya yang dapat menjadi bibit pencetus berbagai
macam penyakit seperti infeksi ginjal, kanker, kecerdasan anak dan penyakit
degeneratif lainnya.
2.4 Penanganan Bila Terkena Formalin
Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban.
Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan
rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif
pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas
lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif
akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan
untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk
meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis (cuci
darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis
metabolik berat.
13
2.5 Pengertian Bakso
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), bakso adalah produk makanan
berbentuk bulatan atau lain yang diperoleh dari campuran daging ternak dengan kada r
daging tidak kurang dari 50%. Pemasaran bakso di pasar tradisional umumnya
dilakukan pada kondisi suhu ruang dan lingkungan yang kurang saniter. Kondisi
tersebut didukung oleh faktor internal bakso yaitu kandungan protein yang tinggi, pH
mendekati netral, Kadar air sekitar 80%, dan aw sebesar 0.95 menyebabkan masa
simpannya sangat singkat yaitu umumnya hanya mencapai 12 jam atau maksimal 1
hari (Widyaningsih, 2006).
Menurut Wibowo (2005), bakso daging sapi memiliki komposisi kimia
(prosimat) sebagai berikut kadar air 77.85%, kadar protein 6.95%, kadar lemak
0.31% dan kadar abu 1.75%., dan cara paling mudah untuk menilai mutu bakso
adalah dengan menilai mutu sensoris atau mutu organoleptiknya. Paling tidak, ada 5
parameter sensoris utama yang perlu dinilai, yaitu penampakan, warna, bau, rasa, dan
tekstur.
Bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang sangat populer.
Banyak orang menyukainya, dari anak-anak sampai orang dewasa. Meski bakso
sangat memasyarakat, ternyata pengetahuan masyarakat mengenai bakso yang aman
dan baik untuk dikonsumsi, masih kurang. Hal ini terbukti dengan masih banyak
beredarnya bakso yang menggunakan formalin dan tetap dikonsumsi.
14
2.6 Bahan Dari Bakso
Bahan-bahan yang umum digunakan dalam pembuatan bakso yaitu daging
segar, tepung tapioka, bumbu-bumbu, es atau air es, dan bahan pengawet. Mutu
bakso sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran dari daging. Semakin segar daging
yang digunakan semakin bagus mutu bakso yang dihasilkan Bahan lain yang
diperlukan adalah bahan pengisi, umumnya digunakan tepung tapioka. Fungsi bahan
pengisi adalah untuk memperbaiki sifat emulsi, mereduksi penyusutan selama
pemasakan, memperbaiki sifat fisik dan citarasa, serta menurunkan biaya produksi
untuk menghasilkan bakso daging yang lezat dan bermutu tinggi, jumlah tepung yang
digunakan sebaiknya paling banyak 15% dari berat daging. Idealnya, tepung tapioka
yang ditambahkan sebanyak 10% dari berat daging. Bumbu-bumbu yang sering
ditambahkan adalah garam dapur halus dan MSG. Garam berfungsi sebagai pelarut
protein dan meningkatkan daya ikat protein otot. Jumlah garam yang dibutuhkan
sebesar 2.5% dari berat daging. Monosodium glutamat (MSG) digunakan sebagai
pembangkit citarasa. sebaiknya tidak menggunakan MSG sebagai penyedap rasa
karena sejauh ini masih diperdebatkan dan dicurigai menjadi penyebab berbagai
kelainan kesehatan seperti kanker. Untuk menggantikan MSG dapat ditambahkan
bumbu penyedap yang dibuat dari campuran bawang putih dan merica. Jumlah
bumbu penyedap yang ditambahkan sebesar 2% dari berat daging. Bahan lain yang
diperlukan adalah es atau air es. selama proses penggilingan, es atau air es berfungsi
untuk mempertahankan suhu agar tetap rendah sehingga protein daging tidak
terdenaturasi, memperlancar ekstraksi protein, menambahkan air ke adonan sehingga
tekstur adonan tidak kering, dan meningkatkan rendemen. Penambahan es sebanyak
15
10-15% dari berat daging, atau bahkan 30% dari berat daging. Bakso memiliki masa
simpan maksimal satu hari pada suhu kamar, maka diperlukan penambahan bahan
pengawet. Untuk memperpanjang daya awet dilakukan pencelupan bakso ke dalam
larutan formalin, hal ini menyebabkan tekstur bakso lebih kenyal dan aroma khas
daging rebus dari bakso tidak akan tercium (Wibowo, 2005).
2.7 Cara Pembuatan Bakso
Pembuatan adonan yaitu dengan menggiling daging yang telah dihaluskan
bersama-sama es batu dan garam dapur, baru kemudian ditambahkan bahan lain dan
tepung tapioca hingga diperoleh adonan yang homogen. Umumnya bahan pengawet
seperti formalin ditambahkan pada perebusan akhir yang dilakukan selama 15 menit.
Pembuatan adonan ini umumnya menggunakan silent cutter. Semakin tinggi
kecepatan mesin, makin bagus adonan yang terbentuk ( Wibowo,2005).
Biasanya ada tiga ukuran bakso, yaitu ukuran besar, sedang, dan kecil. Bakso
besar berukuran 40, yaitu satu kilogram berisi 40 butir dengan berat 25 g/butir. Bakso
sedang berukuran 50 (50 butir/kg) dengan berat rata-rata 20 g/butir. Bakso yang kecil
berukuran 60 (60 butir/kg) dengan berat sekitar 15-17 g/butir. Dalam membentuk
bola bakso sebaiknya ukurannya diusahakan seragam, sehingga bakso dapat matang
bersamaan dan mempermudah pengendalian proses. Bola bakso yang sudah terbentuk
lalu direbus dalam air mendidih. Jika bakso sudah mengapung di permukaan air
berarti bakso sudah matang dan perebusan dihentikan (Widyaningsih,2006).
16
2.8 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep atau disebut juga dengan rancangan percobaan dalam
penelitian ini berdasarkan teori Cahyadi (2008) yang menyatakan bahwa formalin
atau formadehid merupakan bahan makanan tambahan kimia yang efesien, tetapi
dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
2.10 Hipotesis Penelitian
Ada kandungan bahan formalin yang terdapat pada bakso yang dijajakan oleh
pedagang bakso di Kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Bakso
Uji Kualitatif Tercemar Formalin
Positif Negatif
17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium klinis dengan pendekatan
analisis kimia kuantitatif untuk mengetahui penggunaan formalin pada bakso yang
beredar di kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat (Notoatmodjo,
2010).
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat sedangkan untuk pengujian kadar formalin dalam bakso dilakukan di
Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Banda Aceh.
3.2.2 Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang bakso yang ada
kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat berjumlah 3 tempat.
18
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini total populasi yaitu semua pedagang bakso di
kawasan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Tehnik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara mengambil contoh bakso di setiap produsen bakso masing-
masing 10 gram di kawasan Meureubo.
3.3.3 Alat Dan Bahan Penelitian
1. Alat dan Reagensia
a. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : timbangan, piring
timbangan, water bath, gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, tangkai
pengaduk, kondensor, heating mantel, labu alas bulat, corong, batang
statif, batu didih, pipet ukur, pipet volume.
b. Reagensia yang digunakan asam fosphat ( H3PO4) 10 % larutan asam
kromathopat ( C6H8S2 – 4H2aO) 60 % dalam aQuades.
2. Bahan (sampel)
Sebagai sampel adalah bakso.
a. Proses pengujian
Langkah- langkah dalam pengujian dalam menguji formalin pada bakso
adalah sebagai berikut :
19
1) Hancurkan 1 gumpalan bakso dengan menggunakan alat pengulik
yang telah disediakan.
2) Timbang 10 gr bakso lalu masukkan kedalam labu alas bulat yang
berisi 250 ml aquades dan di asamkan dengan asam fosphat
(H3PO4) 10 %
3) Kemudian destilasi hinggah diperoleh 90 ml destilat yang
ditampung dalam di dalam erlenmayer yang telah berisi 10 ml
aquades
4) Lalu ambil 2 ml destilat, masukkan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 5 ml larutan asam kromathopat 0,5 % dalam asam
sulfat 60 % yang baru dibuat. Larutan dimasukan ke dalam air
mendidih selama 15 menit, bila ada larutan berwarna ungu berarti
sampel tersebut positif mengandung formalin .
3.4 Tahap Pengumpulan Data Dan Tehnik Analisa Data
a. Data Primer.
Data primer diperoleh dengan melakukan pengumpulan sampel dan uji
laboratorium dengan metode kalometri yang menggunakan cara
membandingkan warna kadar formalin yang diteliti dengan warna kadar
formalin yang ditentukan.
b. Data Sekunder.
20
Data sekunder diperoleh dari buku, media massa, maupun internet sebagai
acuan dalam pembuatan rancangan penelitian.
3.5 Definisi Oprasional Variabel
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Oprasional
No Variabel Keterangan Variabel Independen
1 Penggunaan
Formalin
Definisi Ada tidaknya formaldehide pada bakso di
kawasan Kecamatan Meureubo
Cara ukur Uji Asam Kromatropat, jika terbentuk larutan
berwarna ungu, maka bakso tersebut mengandung
formaldehide
Alat ukur Timbangan, Piring Timbangan, Water Bath, Gelas
Ukur, Tabung Reaksi, Erlenmeyer, Tangkai
Pengaduk, Kondensor, Heating Mantel, Labu
Alas Bulat, Corong, Batang Statif, Batu Didih,
Pipet Ukur, Pipet Volume.
Hasil ukur Positif
Negatif
Skala Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
21
Cara pengukuran variabel pada penelitian ini adalah berdasarkan uji kualitatif
menggunakan uji asam kromatropat yaitu jika terbentuk larutan berwarna ungu, maka
bakso positif mengandung formalin dan jika tidak terjadi perubahan warna maka
bakso negatif mengandung formalin. Sedangkan untuk uji kuantitatif dengan
menggunakan metode spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm. Semakin
tinggi kandungan formalin dalam sampel maka nilai absorbannya pun semakin
besar.
3.7 Kerangka Berfikir (Langkah Penelitian)
Adapun kerangka penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut :
Analisa Formalin (Metode Kalometri)
Metode yang menggunakan cara membandingkan warna kadar formalin
yang diteliti dengan warna kadar formalin yang ditentukan.
Persiapan Bahan :
1. Obsevasi lokasi penelitian
2. Pengambilan sampel dari tempat pedagang lalu dimasukkan
kedalam tempat yang sudah diberi tanda
3. Menyimpan sampel dalam lemari es
4. Melakukan penelitian dengan uji laboratorium di Lab. Akademi
Analisis Kesehatan Banda Aceh
22
Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.8 Penyajian Data
Data yang telah dikategorikan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan narasi. Adapun bentuk tabel persentasenya adalah sebagai berikut :
3.8.1 Penyajian Data
Table 1 Pengguna Formalin
No Pengguna formalin Frekuensi Persentase
1 Positif 2
2 Negatif 1
Total
Table 2 Alamat Pedagang Bakso
No Bakso Alamat Pedagang Setra Distribusi
1 Bakso PL Alpen
2 Bakso GD Langung
3 Bakso RY Jembes
23
3.9 Analisis Kimia Formalin
Menurut Cahyadi (2008) analisis kimia formaldehid adalah sebagai berikut :
a. Uji kualitatif
1) Metode fuchsin
Persiapan analis :
Mencampurkan 0,05 gram dalam 50 ml aquades kemudian
ditambahkan 2 ml natrium bisulfit (NaHSO3) kemudian diamankan
selama 1 jam selanjutnya ditambahkan 1 ml HCL.
Pereaksi :
Larutan 0,5 gram Fuchsin ditambahkan NaHSO3 ditambahkan 500
ml+10 ml HCL.
Cara kerja :
Larutan pereaksi sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi,
ditambahkan 0,5 gram larutan hasil sulingan sambil diaduk. Tabung
reaksi dimasukan didalam penagas air yang mendidih selama 15 menit
sambil diamati perubahan yang terjadi. Adanya HCOH ditunjukkan
dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua.
b. Uji Kuantitatif dengan Metode Spektrofotometri
24
Prinsip metode spektrofotometri didasarkan adanya intraksi dari energi radiasi
elektromagnetik dengan zat kimia tempat cahaya putih diubah menjadi cahaya
monokromatis yang bisa dilewatkan ke dalam larutan warna, sebagai cahaya
yang diserap dan sebagian diteruskan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan metode spektrofotometri sebagai berikut :
Hasil analisis formalin secara kualitatif positif (berwarna ungu), maka
intensitas warna diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang
560 nm. Semakin tinggi kandungan formaldehid dalam sampel maka nilai
absorbanya semakin besar. Nilai absorbannya kemudian dibandingkan
dengan kurva standar.
3.10 Tehnik Analisa Data
Analisa data univariat menggunakan tehnik statistik deskriptif dalam bentuk
persentase untuk masing-masing sub variable dengan metode penelitian dan teknik
analisa data terlebih dahulu menggunakan jenjang ordinal (Alimul, A, 2007).
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah kawasan Meureubo terletak di wilayah kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah 400 ha. Wilayah Meureubo berada di
pinggir pantai barat kabupaten Aceh Barat yang berhadapan langsung dengan laut
lepas Samudara Hindia dengan perbatasan wilayahnya adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Gampong Ujong Tanjong
2. Sebelah Selatan : Gampong Ujong Drien
3. Sebelah Barat : Sungai Meuereubo
4. Sebelah Timur : Gampong Langung
4.2 Deskripsi Data
Penelitian kandungan formalin pada bakso ini diambil sampel di warung
atau pedagang bakso di wilayah Kecamatan Meureuboh, yang terdiri dari 3
pedagang bakso. Sampel bakso yang diambil selanjutnya dilakukan penelitian di
Laboratorium Akademi Analisis Kesehatan Banda Aceh .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel yang diambil pada
pedagang bakso ada yang positif mengandung formalin dan ada yang negatif
mengandung formalin. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara pengukuran
variabel-variabel pada penelitian ini adalah berdasarkan uji kualitatif
menggunakan uji asam kromatropat yaitu jika berbrntuk larutan berwarna ungu,
26
maka bakso positif mengandung formaldehide atau formalin dan uji kuantitatif
dengan menggunakan metode spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.
4.3 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan
Banda Aceh, bakso yang mengandung formalin yang diuji dengan menggunakan
asam kromathopat menghasilkan warna ungu pada sampel bakso. Adapun usaha-
usaha yang terindentifikasi adanya kandungan formalin pada sampel bakso di
wilayah Kawasan Meureuboh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Hasil Penelitian
Kode
Responden Nama Usaha
Penggunaan Formalin Ket Negatif Posif
A PL
B GD
C RY
Sumber : Akademi Analisis Kesehatan Banda Aceh (Oktober 2013)
Pada penelitian ini yang diambil hanya tiga sampel yang berasal dari 3
pedagang bakso di Kawasan Kecamatan Meureuboh. Dari tabel diatas dapat
dketahui bahwa ada 2 sampel bakso yang teidentifikasi mengandung formalin
yaitu pedangang bakso PL dan bakso GD. Sedangkan 1 tempat usaha bakso
Ramayana tidak terindentifikasi mengandung formalin. Adapun besarnya kadar
formalin yang terkandung pada masing-masing sampel tersebut tidak diketahui,
dikarenakan penelitian ini hanya berfokus untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan formalin yang ada pada bakso tersebut.
27
4.4 Pembahasan
Hasil observasi terhadap pedagang bakso yang berada di Kawasan
Kecamatan Meureubo, ada 2 di antaranya yang terindetifikasi positif mengandung
formalin yaitu dengan kode sampel PL dan GD dikarenakan bakso yang
digunakan telah mengandung zat pengawet yang berbahaya. Adanya bahan
formalin sebagai Bahan Tambahan Makanan (BTM) digunakan para pedagang
bakso untuk mendapatkan pengaruh tertentu, misalnya untuk memperbaiki
tekstur, rasa, penampilan, dan memperpanjang daya simpan. namun, penggunaan
bahan tambahan pangan dapat merugikan kesehatan. Hal seperti ini diperparah
oleh rendahnya pengetahuan masyarakat dalam mengolah bahan makanan (Mulia,
Rahayu, 2007). Kebiasaan masyarakat dalam memasak, belum beroritentasi pada
nilai gizi dan keamanan bahan makanan. Pada umumnya, masyarakat memasak
bahan makanan lebih berorientasi pada cita rasa dan tampilan bahan makanan,
sehingga aspek utama menyediakan bahan makanan sehat dan aman terabaikan.
Pengetahuan masyarakat dalam memasak bahan makanan masih terbatas.
Sedangkan, keracunan makanan, diantaranya disebabkan oleh karena kelalaian
dan ketidaktahuan masyarakat dalam pengolahan bahan makanan (Rafif, 2010).
Keamanan makanan atau pangan menurut Undang undang RI No. 7 tahun
1996 tentang Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia Bahan makanan
yang higienis itu bahan makanan yang aman artinya bahan makanan yang
dikonsumsi harus bebas dari bahan racun dan berbahaya yang dapat
membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia (BPOM, 2003).
28
Sesuai dengan Permenkes No. 722/1998 tentang bahan tambahan yang
dilarang digunakan dalam pangan, dan dengan melakukan sosialisasi penggunaan
bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan &
minuman sesuai dengan UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, dan UU
No. 71/1996. Dalam hal ini para Pedagang bakso dengan kode sampel PL dan GD
telah melanggar ketentuan hukum yaitu menggunakan bahan pengawet yang
dilarang pemakaianya pada produk makanan dan minuman khususnya pada
produk makanan bakso, sehingga menyebabkan tercemarnya makanan oleh zat
yang berbahaya . Hal ini juga bertentangan dengan anjuran yang dikeluarkan oleh
Depkes RI (2004) bahwasanya upaya untuk merubah tampilan makanan dengan
cara menambah atau mengganti bahan makanan yang disengaja untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dapat berdampak buruk pada
konsumen.
Dalam hal ini untuk pengadaan, distribusi, dan pengawasan formalin
diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 44 Tahun 2009.
Formalin yang masuk dalam kategori bahan berbahaya (B2), baru boleh dijual
oleh apotek yang sudah mengantongi izin dari Disperindag setempat, karena
berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Permendag Nomor 44 Tahun 2009 Pengecer
Terdaftar Bahan Berbahaya yang selanjutnya disingkat PT-B2 adalah perusahaan
yang ditunjuk oleh DT-B2 dan mendapat izin usaha perdagangan khusus B2 dari
Gubernur dalam hal ini Kepala Dinas Provinsi untuk menjual B2 kepada
Penggguna Akhir Bahan Berbahaya (PAB2). Jadi, berdasarkan aturan tersebut
setiap apotek tidak serta merta bisa menjual formalin sebelum mereka mengurus
izin penjualan bahan berbahaya tersebut ke Disperindag setempat. Sebenarnya,
29
larangan penggunaan formalin dalam bahan makanan telah diatur oleh badan
internasional maupun oleh Departemen Kesehatan, seperti UU No. 7 tahun 1996
tentang Pangan, UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, distorsi
penggunaan formalin secara sengaja dalam produk makanan dapat diancam
pidana penjara maksimal lima tahun atau denda maksimal Rp. 600 juta (Prijono,
2007).
Sedangkan pada tempat usaha bakso RY tidak terindentifikasi
mengandung formalin sehinggah bakso yang di jajakan layak untuk dikonsumsi
karena bakso tersebut tidak tercemar atau mengandung bahan yang berbahaya
yaitu formalin. Raihan (2003) mengemukakan bahwa kadar formalin dalam
bahan makanan dapat dikurangi dengan beberapa perlakuan, di antaranya: (1)
merendam dengan air; (2) merendam dengan air leri; dan (3) merendam dengan
air garam. Hasil penurunan kadar formalin menunjukkan bahwa perendaman
dalam air garam selama 60 menit dapat mencapai 90,61%. Apriyantono (2002)
mengemukakan bahwa ada dua hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam
pengolahan pangan, yaitu (1) untuk mendapat bahan pangan yang aman untuk
dimakan sehingga nilai zat gizi yang dikandung bahan pangan dapat dimanfaatkan
secara maksimal dan (2) bahan pangan dapat diterima, khususnya secara sensoris,
yang meliputi penanmpakan (aroma, rasa, mouthfeel) dan tektur (kekerasan,
kelembutan, konsistensi, kekenyalan, kerenyahan).
30
Berkaitan dengan penggunaan bahan berbahaya ini para Ulama Aceh
menfatwakan setiap barang-barang yang termasuk dalam kategori bahan
berbahaya atau dapat membahayakan tubuh manusia hukumnya haram baik
zatnya maupun hasil dari penjualannya. Seperti Firman Allah SWT. di dalam Al-
Qur’an tentang ayat yang melarang makanan yang berbahaya kesehatan manusia
yaitu :
1. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS. An Nisa’: 29).
2. Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk” (QS. Al A’rof: 157).
Dari jabir Ibnu Abdullah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ” Apa
yang memabukan jika banyak, maka sedikitnyapun adalah haram.”( HR Tirmidzi,
Abu daud dan Nasai). Dan Rasulullah juga bersabda : Tidak boleh memberikan
dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya” (HR. Ibnu Majah dan
Baihaqi.) Dalam hadits ini dengan jelas melarang pemakaian bahan yang bisa
membahayakan jiwa yang terkandung di dalam makanan atau minuman. Di dalam
Al Qur’an dan Al Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang melarang, berarti halal
atau aman untuk dikonsumsi.
Jadi setiap perbuatan yang dapat merugikan kesehatan dan keselamatan
manusia seperti zat yang dapat membahayakan atau memudaratkan tubuh anak
manusia banyak maupun sedikit zat tersebut hukumnya tetap haram seperti
khamar dan perjudian. Di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam salah satu
gerakkan pemerintah dalam memberantas atau melarang penggunaan bahan yang
31
berbahaya bagi kesehatan, salah satunya isi dari pada Fatwa MPU Aceh No. 06
Tahun 2013. Diantara fatwa MPU yang membahas pelarangan bahan berbahaya
bagi kesehatan yaitu :
1. Penjualan makanan, kosmetik, dan obat-obatan yang berbahaya bagi
kesehatan dan tidak higienis seperti mengandung formalin, boraks,
merkuri, atau bahan lainnya hukumnya adalah haram.
2. Hasil dari penjualan makanan, kosmetik, dan obat-obatan berbahaya bagi
kesehatan dan tidak higienis seperti mengandung formalin, boraks,
merkuri, atau bahan lainnya hukumnya adalah hasil perbuatannya yang
haram.
3. Stunning (pemingsanan) dan sejenisnya hukumnya haram
4. Mengonsumsi daging hewan dari hasil penyembelihan dengan metode
stunning adalah haram
5. Meracuni hewan dan menyembelih kemudian menjual dan mengonsumsi
dagingnya adalah haram
6. Khusus binatang ternak yang liar, dapat diupayakan penundukannya
dengan tetap wajib menjaga “rahah ihsan” binatang tersebut dan adab
penyembelihan yang syar’i
Dalam hal ini bagi masyarakat sebagai konsumen khususnya di Kawasan
Kecamatan Meureubo harus berhati-hati terhadap bahaya penggunaan bahan-
bahan kimia dalam produk pangan, kosmetik, dan konsumsi makanan dan obat-
obatan, yang menggunakan produk yang bersertifikat halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Balai Pengawasan Obat Dan Makanan ( BPOM) RI.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uji laboratorium di Akademi Analisis Kesehatan Banda Aceh, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pedagang dengan kode sampel PL dan GD Positif menggunakan formalin.
2. Pedagang dengan kode sampel RY Negatif menggunakan formalin.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari keseluruhan skripsi ini kami ingin memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada pihak pedagang bakso yang teridentifikasi positif mengandung
formalin diharapkan agar tidak lagi memakai atau menggunakan bahan
pengawet yang berbahaya bagi kesehatan dalam produk makanan yang
dijajakan.
2. Kepada pihak pedagang bakso yang teridentifikasi negatif mengandung
formalin diharapkan agar mempertahankan serta meningkatkan kualitas dan
kuantitas makanan khususnya bakso sehingga menjadi tempat yang aman dari
penggunaan bahan formalin.
33
3. Bagi masyarakat harus lebih jeli dalam memilih dan memilah tempat maupun
makanan yang aman terhadap kesehatan khususnya yang tidak mengandung
bahan formalin.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bakso yang dijajakan di
kawasan kecamatan meureubo agar dapat diketahui jumlah pedagang bakso
yang aman dari bahan formalin
5. Kepada Dinas Kesehatan dan Petugas Puskesmas harus lebih aktif dalam
melakukan penyuluhan guna dalam menyadarkan masyarakat khusus para
pedagang bakso bahwa perilaku menggunakan bahan formalin dan zat kimia
berbahaya lainnya dalam produk makanan dan minuman merupakan
perbuatan yang dilarang oleh agama dan negara .
34
DAFTARPUSTAKA
Apriyantono, 2007. PengaruhPengolahan terhadap Nilai Gizi danKeamanan Pangan.PenerbitAnol Offset, Yogyakarta [Diakses tanggal 25
Desember 2013]. Adiwisastra, 2009.Bahaya kandungan formalin dalam makanan.CetakanKedua,
Penerbit Angkasa, Bandung[Diakses tanggal5Maret 2013].
Alimul.A, 2007.Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data, Cetakan Ketiga,Penerbit Salemba Medika, Jakarta. [Diakses tanggal5Maret 2013].
Astrawan,2006.Bakso Lezat Bergizi Tetapi Rawan Formalin.Bumi Aksara,
Jakarta. [Diakses tanggal16Maret 2013].
Al-Quran Surat. An Nisa’ayat 29 tentang Larangan Membunuh Diri Sendiri Dan
Juga Larangan Membunuh Orang Lain. Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Al Qur’an. Jakarta. [Diakses tanggal 25januari 2014].
Al-Quran Surat Al A’rof ayat 157.TentangMenghalalkan Segala Yang Baik Dan
Mengharamkan Bagi Segala Yang Buruk .Yayasan Penyelenggara
Penterjemahan Al Qur’an. Jakarta. [Diakses tanggal 25januari 2014]
BPOM. 2004. Bahan Tambahan Ilegal- Boraks, Formalin Dan Rodamin B, Diproduksi Untuk Sistem Keamanan Pangan Terpadu Oleh Bahan Pengawas Obat Dan Makanan R.I. [Diakses 7 Mei 2013].
Cahyadi, W. 2006.Kajian dan Analilis Bahan Tambahan Pangan.Edisi
Pertama.Bumi Aksara, Jakarta.[Diakses tanggal 7 Mei 2013].
Candra, B. 2009.Karakteristik Mutu Bakso Daging Sapi dan
PengaruhPenambahan Natrium Klorida dan Natrium Tripolifosfat terhadapPerbaikan Mutu. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. [Diakses tanggal 2Juni2013].
Depkes RI , 2004. Bakteri Pencemar Terhadap Makanan. Kursus HygieneSanitasi
Makanan dan Minuman. Direktorat Penyehatan Air danSanitasi Dirjen PPM & PL. Jakarta. [Diakses tanggal 7 Mei2013].
Fatwa MPU. 2013No.06TentangStunning, Meracuni,Menembak Hewan Dengan Dengan Senjata Api Dan Kaitan Dengan Halal, Sehat Dan Higienis.
Banda Aceh. [Diakses : 2Desember 2013]. Hadits Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Nasai.tentangSetiap Apa Yang
Memabukan Jika Banyak, Maka SedikitnyaPun Adalah Haram.[Diakses tanggal25Januari 2014].
35
Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi.TentangMelarang Pemakian Bahan Yang
Bisa Membahayakan Jiwa Yang Terkandung Di Dalam Makanan Atau Minuman.[Diakses tanggal 25Januari2014]
Hasyim. 2006, Formalin Bukan Formalitas, Buletin cp. [Diakses 25Desember
2013].
Judarwanto, W. 2010.Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh. Putera
KembaraJakarta.[Diakses tanggal 11 Maret 2014]. Mulia,2007.Bahan TambahanUntuk Makanan dan Kontaminasi,Penerbit Pustaka
Sinar Harapan,Jakarta. [Diakses25Desember 2013].
Mulyono, 2009.Membuat Reagen Kimia, Cetakan Ketiga, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.[Diakses 25 Desember 2013].
Notoatmodjo, 2010.Metodelogi Penelitian. RinekaCipta. Jakarta
Oktaviani. 2005. Perubahan Karakteristik dan Kualitas Protein pada Mie Mentahyang Mengandung Formaldehid dan Borax. Fakultas TeknologiPertanian, IPB, Bogor.[Diakses20 Juni2013].
Prijono, 2007. MasalahPemakaian Formalin pada PanganDitinjau dariAspek
HukumKeamanan Pangan. FKG-UnpadBandung. [Diakses 25November 2013].
Pemerintah RI. 1996. UU RI No. 7Tahun 1996 tentang Pangan.LembaranNegara RI. Jakarta
Rafif,2010.Standarisasi Mutu Bakso Sapi Berdasarkan KesukaanKonsumen.
FakultasTeknologi Pertanian, IPB, Bogor. [Diakses tanggal 25
November 2013].
Raihan, Fikry. 2003. PengaruhWaktu Perendaman terhadapSerapan Formalin dan ProsesDeformalinisasi Ikan Asin Hasil Proses Penggaraman Kering.FMIPA ITS Surabaya.[Diakses tanggal 25 November 2013].
SNI 01-3818. 1995. Bakso Daging Sapi. Dewan Standarisasi Nasional
Saparinto, 2006, Bahan Tambahan Pangan, PenerbitKanisius,
Yogyakarta.[Diakses tanggal 7 Oktober 2012].
Santoso. 2008.Analisis KimiaKuantitatif, Edisi VI, PenerbitErlangga,
Jakarta.[Diakses tanggal 7 Oktober 2012]. Wibowo, S. 2005. Pembuatan Bakso Daging dan Bakso Ikan.Penerbit
Swadaya,Jakarta.[Diakses tanggal 25 Oktober 2013].
36
Widyaningsih. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan.
Trubus Agrisarana, Surabaya. [Diakses tanggal 3 Februari 2013].
WHO, 2002.Consise International Chemosal Assessment Dokument 40 Formaldehyde, Geneva, World Health Organisation
Yudarwanto. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Trubus Agrisarana, Surabaya. [Diakses tanggal 3 Februari 2013].