analisa perhitungan mikrohidro.doc

102
~ Analisa Perhitungan Mikrohidro Kumpulan Artikel - 104 - Energi Sungai PLTMH / Micro Hydro Power Array Cetak Array PDF Analisa Ekonomi Mikrohidro Perhitungan Daya dan Energi Listrik 1 Perhitungan daya listrik pada sistem PLTMH Daya poros turbin Pt=9.81 xQxHx n (1) • Daya yang ditransmisikan ke generator Ptrans = 9.81 x Q x H x nt x nbelt (1) • Daya yang dibangkitkan generator P~. = 9.81 x Q x H x nt x nbelt x ngen (3) dimana : Q = debit air, m3/detik H = efektif head, m ill: = efisiensi turbin = 0.74 untuk turbin crossflow T-14 = 0.75 untuk turbin propeller open flume lokal nbelt = 0.98 untuk flat belt, 0.95 untuk V belt ngen = efisiensi generator Daya yang dibangkitkan generator ini yang akan disalurkan ke pengguna. Dalam perencanaan jumlah kebutuhan daya di pusat beban harus di bawah kapasitas daya terbangkit, sehingga tegangan listrik stabil dan sistem menjadi lebih handal (berumur panjang) 2. Kebutuhan listrik masyarakat Kebutuhan listrik masyarakat, khususnya pada program pelistrikan desa sangat dibatasi. Hal ini didasarkan ketersediaan potensi sumber daya

Upload: rayabkabel

Post on 06-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

~ Analisa Perhitungan MikrohidroKumpulan Artikel   - 104 - Energi Sungai PLTMH / Micro Hydro Power

Array   Cetak   Array PDF  

Analisa Ekonomi Mikrohidro  

Perhitungan Daya dan Energi Listrik

1 Perhitungan daya listrik pada sistem PLTMH

• Daya poros turbin

Pt=9.81 xQxHx n (1)

• Daya yang ditransmisikan ke generator

Ptrans = 9.81 x Q x H x nt x nbelt (1)

• Daya yang dibangkitkan generator

P~. = 9.81 x Q x H x nt x nbelt x ngen (3)

dimana :

Q = debit air, m3/detik

H = efektif head, m

ill: = efisiensi turbin

= 0.74 untuk turbin crossflow T-14

= 0.75 untuk turbin propeller open flume lokal

nbelt = 0.98 untuk flat belt, 0.95 untuk V belt

ngen = efisiensi generator

Daya yang dibangkitkan generator ini yang akan disalurkan ke pengguna. Dalam perencanaan jumlah kebutuhan daya di pusat beban harus di bawah kapasitas daya terbangkit, sehingga tegangan listrik stabil dan sistem menjadi lebih handal (berumur panjang)

2. Kebutuhan listrik masyarakat

Kebutuhan listrik masyarakat, khususnya pada program pelistrikan desa sangat dibatasi. Hal ini didasarkan ketersediaan potensi sumber daya air, kemampuan memelihara dan membiayai penggunaan listrik, serta besaran biaya pembangunan.

Salah satu faktor pembatas adalah. pemilihan pembatas arus terkecil di pasaran, yaitu 0.5 A, sehingga daya yang dapat digunakan untuk setiap sambungan instalasi rumah rata-rata sebesar 110 W. Penggunaan listrik masyarakat perdesaan dengan PLTMH ini, khusus untuk penerangan digunakan pada malam hari dengan pertimbangan pada siang hari sebagian besar masyarakat

Page 2: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

bekerja.

ESTIMASI BIAYA PEMBANGUNAN PLTMH

1 Analisis Harga Satuan

Perhitungan analisis harga satuan merupakan tahapan paling terdepan dari estimasi biaya pembangunan. Parameter perhitungan dan analisis harga satuan pekerjaan pada perencanaan PLTMH antara lain

• Lokasi sumber material diharapkan pada jarak terdekat dengan lokasi pekerjaan konstruksi

• Tenaga kerja yang digunakan menggunakan tenaga kerja lokal di lokasi proyek dengan upah didasarkan pada harga satuan yang berlaku di wilayah tersebut. Penggunaan tenaga kerja diluar lokasi, hanya pada tingkatan pengawas dan tukang untuk pekerjaan tertentu dengan upah didasarkan pada harga yang wajar.

• Harga satuan material diperoleh dari harga satuan material dan bahan yang berlaku di wilayah rencana pembangunan PLTMH dan disesuaikan dengan faktor lokasi proyek (penyesuaian biaya transportasi dan pengangkutan)

Secara umum komponen harga satuan yang diperhitungkan meliputi:

a. Komponen tenaga

Koefisien komponen tenaga untuk masing-masing harga satuan diperoleh dari analisa kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk setiap pekerjaan sesuai dengan standar yang berlaku, khususnya dalam pekerjaan sipil

b. Komponen bahan dan material

Dalam perhitungan koefisien bahan dan material yang akan digunakan mengacu pada analisa satuan pekerjaan yang berlaku

c. Komponen peralatan

Perhitungan koefisien peralatan didasarkan pada peralatan yang digunakan dalam satuan pekedaan, sebagaimana yang berlaku secara umum dalam pekerjaan sipillkonstruksi.

Hasil perhitungan analisis harga satuan sesuai jenis pekerjaan dapat dilihat pada lampiran setiap lokasi rencana pembangunan PLTMH.

2 Komponen Biaya Pembangunan PLTMH

Komponen biaya pembangunan PLTMH pada studi perencanaan ini terdiri dari

1. Engineering

Komponen engineering pada pembangunan PLTMH dialokasikan untuk kegiatan detail desain, supervisi pembangunan, dan penyiapan dokumen teknis akhir pembangunan PLTMH. Pada beberapa kasus kegiatan ini dapat diasumsikan terintegrasi pada pelaksana pembangunan.

Page 3: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Pada model pembangunan lainnya, khususnya yang melibatkan dana cukup besar, kegiatan engineering dilaksanakan oleh konsultan teknik yang bertanggung jawab mereview basic desain, mengawasi pelaksanaan (supervisi), menyiapkan dokumen teknis akhir, dan melaksanakan komisioning bersama pelaksana pem6ang'unan.

Komponen biaya engineering ini dihitung berdasarkan kebutuhan minimum penggunaan tenaga ahli senior dan berpengalaman pada bidang pekerjaan sipil, teknik mesin atau elektro, dan juru gambar.

2. Peralatan Elektrikal - Mekanik

Komponen peralatan elektrikal - mekanik meliputi pengadaan sarana dan peralatan :

Turbin dan perlengkapannya yang terdiri dari unit turbin, sistem transmisi mekanik, base frame, biaya instalasi dan trial run.

Generator dan base frame

Panel kontrol (switch gear dan kontrol beban) Ballast Load

Instalasi peralatan elektrikal dan sistem pengkabelan Biaya lain-lain (10%)

3. Pekerjan Sipil

Pekerjaan sipil pada pembangunan PLTMH meliputi:

Bangunan intake -weir, Saluran pembawa, Bak pengendap, Bak penenang, Pipa pesat, Bangunan pelimpas, Rumah pembangkit,Pondasi turbin (under ground),Saluran pembuangan,Biaya fain-lain (5%)

4. Jaringan Transmisi, Distribusi, dan Instalasi Rumah

• Tiang lisfrik

• Pengadaan kabel

• Instalasi rumah

• Biaya lain-lain (5%)

5. Komponen Lain-lain

Komponen lain-lain yang dimaksud pada bagian ini adalah alokasi untuk:

Penggunaan alat bantu khusus apabila harus diperlukan seperti: alat berat untuk penataan lokasi, alat angkut khusus untuk peralatan yang berat

Keuntungan pelaksana pembangunan (15%)

Training/pelatihan operator dan pengelola

Page 4: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

6. Pajak

Komponen pajak dihitung terhadap total pekerjaan meliputi pekerjaan 1, 2, 3, 4 dan 5 di atas. Pajak yang diperhitungkan pada perencanaan ini adalah PPn sebesar 10%.

7. Biaya Pengembangan (Project Development)

Biaya pengembangan dapat dikatakan sebagai indirect cost. Komponen ini diperhitungkan sebagai akibat proses penyiapan dan perencanaan pembangunan PLTMH yang tidak mudah dan memerlukan kegiatan pendukung. Besaran Mokasi biaya pengembangan diestimasi berdasarkan prosentase.

Aktivitas yang berkait dengan kegiatan pengembangan ini adalah kegiatan administrasi proyek, manajemen proyek di tingkat owner (pemilik pekerjaan), biaya legal, penyiapan dan pelaksanaan tender, ganti rugi atas pembebasan tanah apabifa ada, monitoring dan evaluasi proyek di tingkat owner.

Sebagai acuan, estimasi biaya pengembangan dikelompokan menjadi: * Manajemen proyek (10%) dari total biaya fisik dan pajak * Tender, kontrak dan legal (5%) dari total biaya fisik dan pajak * Ganti rugi

Referensi dari prosentase dan harga satuan orang berdasarkan standar biaya orang nasionai (Bappenas) dan beberapa rekomendasi pada kegiatan pembangunan PLTMH seperti yang dikeluarkan oleh J1CA dan tingkat kewajaran yang berlaku umum.

Komponen Biaya Operasional

Perawatan PLTMH memegang peranan penting dalam menjaga sustainibility dan kehandalan operasi. Pengelola harus dapat menangani kegiatan perawatan dan membiayainya. Kegiatan perawatan ada yang bersifat periodik (penggantian oli) ada yang bersifat temporer setiap ada kerusakan pada fasilitas bangunan sipil, peralatan elektrikal - mekanik, maupun jaringan transmisi dan distribusi.

Sebagai gambaran kebutuhan biaya perawatan PLTMH, analisis dilakukan untuk periode tahunan (annual cost). Besar biaya perawatan setiap lokasi akan berbeda. Estimasi biaya operasional untuk setiap PLTMH terlampir pada laporan masing~ masing lokasi PLTMH.

Analisis Finansial Skema On Grid

Pada pembangunan PLTMH dengan skerna On-Grid System dilakukan perhitungan kelayakan secara ekonomis. Aspek penilaian kelayakan dilakukan dengan kriteria :

• Pay back periods atau pengembalian investasi maksimum 213 dari umur ekonomis proyek.

• NPV (net present value) investasi > 0

• IRR (internal rate of return) > discount rate

• Profitability Indeks > 1

Parameter atau asumsi yang digunakan pada perhitungan cash flow ditetapkan sebagai

Page 5: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

berikut:

• Kenaikan biaya OM (operasi dan maintenance) setiap tahun sebesar 4%

• Suku bunga pinjaman kornersial 17%-18%

• Suku bunga deposito 10%

• Tingkat resiko penggunaan equity 5%

Penyesuaian tarif jual listrik ke PLN setiap tahun 2,5%

Skerna investasi 100% equity, dan equity.. loan (60%: 40%)

Depresiasi 10 tahun

Grace periods pengembalian pinjaman 2 tahun

Jangka waktu pengembalian pinjaman 10 tahun

Berdasarkan hasil analisa kelayakan dapat disimpulkan bahwa faktor tarif menjadi kunci menarik tidaknya investasi pada pembangunan PLTMH. Investasi pembangunan PLTMH akan menarik untuk kapasitas pembangkitan skala minihidro > 100 W Pada skala minihidro ini biaya pembangunan per kW daya terpasang

cukup kecil < Rp 10 juta per kW, energi listrik yang dijual cukup besar, pendapatan penjualan energi listrik lebih besar, sehingga tingkat pengembalian investasi lebih baik. Analisa kelayakan ekonomi pada skema on - grid ini dapat dilihat pada laporan lokasi potensi pembangunan PLTMH (site report).

Penutup

Investasi pembangunan PLTMH relatif besar sekitar Rp 20 jutalkW terbangkit dengan tidak memasukkan biaya perencanaan dan pengembangan proyek pemerintah. Biaya pembangunan ini semakin besar untuk kapasitas pembangkitan yang kecil, yaitu berkisar Rp 26 juta per kW untuk kapasitas 20 _-30 W. Semakin besar kapasitas pembangkitan maka biaya pembangunan per kW akan menurun, berkisar Rp 16 - 17 juta untuk kapasitas 40 kW - 50 kW dan di bawah Rp 10 juta per kW untuk skala minihidro, > 100 W. Hal ini dapat menjadi acuan apabila pembangunan dilakukan oleh swasta dengan sumber pembiayaan di luar APBD atau APBN.

Besamya biaya pembangunan ini tentunya diharapkan dapat diimbangi oleh kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan, mengelola dan mengembangkan PLTMH sebagai motor penggerak kegiatan ekonomi pedesaan dan kegiatan produktif kelompok masyarakat. Identifikasi potensi pengembangan kegiatan ekonomi produktif seperti agro processing, home industri dan agro, industri sangat penting dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah dan pihak-pihak yang interest dalam pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat untuk mengoptimalkan fungsi PLTMH selain untuk penerangan.

Pada saatnva, realisasi pelaksanaan pembangunan PLTMH memerlukan kompetensi dari pelaku atau pelaksana pembangunan. Hal ini disebabkan sifat pembangunan PLTMH yang khas

Page 6: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

sebagai bagian kegiatan pengembangan masyarakat (community development).

Pada skerna pembangunan PLTMH sebagai unit usaha (on grid system) maka idealnya biaya pembangunan paling efisien dan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi yang akan menarik investor/swasta. Dalam hal ini pembangkitan skala minihidro, > 100 kW dapat memberikan kelayakan finansial yang baik dan menarik untuk distudi lebih jauh sebagaimana dapat dilihat pada laporan setiap lokasi, khususnya untuk skerna on grid.

~ Pelaksanaan Turbin AirKumpulan Artikel   - 104 - Energi Sungai PLTMH / Micro Hydro Power

Array   Cetak   Array PDF  

Pelaksanaan Elektrikalmekanikal 

1. Pemilihan Turbin

    Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Berdasarkan prinsip kerjanya , turbin air dibagi menjadi dua kelompok:

v           Turbin impuls (cross-flow, pelton & turgo)

untuk jenis ini, tekanan pada setiap sisi sudu geraknya lrunnernya - bagian turbin yang berputar - sama.

v           Turbin reaksi ( francis, kaplanlpropeller)

Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada beberapa daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan jenis turbin pada daerah operasi yang overlaping ini memerlukan perhitungan yang lebih mendalam. Pada dasarnya daerah kerja operasi turbin menurut Keller2 dikelompokkan menjadi:

  Low head powerplant: dengan tinggi jatuhan air (head) :S 10 M3

Medium head power plant:: dengan tinggi jatuhan antara low head dan high-head High head power plant: dengan tinggi jatuhan air yang memenuhi persamaan

  H ≥ 100 (Q)0-113

  dimana, H =head, m Q = desain debit, m 31s

  Secara umum hasil survey lapangan mendapatkan potensi pengembangan PLTMH dengan tinggi jatuhan (head) 6 - 60 m, yang dapat dikattegoirikan pada head rendah dan medium.

  Tabel Daerah Operasi Turbin

Jenis Turbin Variasi Head, m

Kaplan dan Propeller 2 < H < 20

Francis 10 < H < 350

Page 7: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Peiton 50 < H < 1000

Crossfiow 6 < H < 100

Turgo 50 < H < 250

  2. Kriteria Pemilihan Jenis Turbin

  Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk suatu desain yang sangat spesifik. Pada tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin, yaitu :

v     Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin, sebagai contoh : turbin pelton efektif untuk operasi pada head tinggi, sementara turbin propeller sangat efektif beroperasi pada head rendah.

v     Faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang tersedia.

v     Kecepatan (putaran) turbin ang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai contoh untuk sistem transmisi direct couple antara generator dengan turbin pada head rendah, sebuah turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran yang diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow berputar sangat lambat (low speed) yang akan menyebabkan sistem tidak beroperasi.

Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai "kecepatan spesifik, Ns", yang didefinisikan dengan formula:

  Ns = N x P0.51W .21

  dimana :

  N = kecepatan putaran turbin, rpm

P = maksimum turbin output, kW

H = head efektif , m

  Output turbin dihitung dengan formula:

  P=9.81 xQxHx qt         (2)

  dimana

  Q         = debit air, m 3 ldetik

H         = efektif head, m

ilt          = efisiensi turbin

            = 0.8 - 0.85 untuk turbin pelton

Page 8: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

            = 0.8 - 0.9 untuk turbin francis

            = 0.7 - 0.8 untuk turbin crossfiow

            = 0.8 - 0.9 untuk turbin propellerlkaplan

Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range) tertentu berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin air

adalah sebagai berikut:

Turbin pelton 12≤Ns≤25

TurbinFrancis 60≤;Ns≤300

Turbin Crossflow 40≤Ns≤200

Turbin Propeller 250≤Ns≤ 1000

  Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Beberapa formula yang dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis turbin dapat digunakan untuk melakukan estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin, yaitu :

Turbin pelton (1 jet) Ns = 85.49/H0.243 (Siervo & Lugaresi, 1978)

Turbin Francis Ns = 3763/H0.854 (Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Kaplan Ns = 2283/H0.486 (Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Crossfiow Ns = 513.25/H0.505 (Kpordze & Wamick, 1983)

Turbin Propeller Ns = 2702/H0.5 (USBR, 1976)

 Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar turbin dapat diestimasi (diperkirakan).

  Pada perencanaan PLTMH ini, pilihan turbin yang cocok untuk lokasi yang tersedia adalah :

1. Turbin propeller tipe open flume untuk head rendah s.d 6 m2. Turbin crossflow 1 banki-mithell untuk head 6 m < H < 60 m.

Pemilihan jenis turbin tersebut berdasarkan ketersediaian teknologi secara lokal dan biaya pembuatan/pabrikasi yang lebih murah dibandingkan tipe lainnya seperti pelton dan francis. Jenis turbin crosstlow yang dipergunakan pada perencanaart ini adalah crossfiow T-14 dengan diameter runner 0.3 m. Turbin tipe ini memiliki efisiensi maksimum yang baik sebesar 0.74 dengan efisiensi pada debit 40% masih cukup tinggi di atas 0.6. Sementara untuk penggunaan turbin propeller open flume pabrikasi lokal ditetapkan efisiensi turbin sebesar 0.75.

  Penggunaan kedua jenis turbin tersebut untuk pembangkit tenaga air skala mikro (PLTMH), khususnya crossfIlow T-14 telah terbukti handai

Page 9: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

di lapangan dibandingkan jenis crossfiow lainnya yang dikembangkan oleh berbagai pihak (lembaga penelitian, pabrikan, import).

  Putaran turbin baik propeller open flume head rendah dan turbin crossflow memiliki kecepatan yang rendah. Pada sistem mekanik turbin digunakan transmisi sabuk flatbelt dan pulley untuk menaikkan putaran sehingga sama dengan putaran generator 1500 rpm. Efisiensi sistem transmisi mekanik flat belt diperhitungkan 0.98. Sementara pada sistem transmisi mekanik turbin propeller open flume menggunakan sabuk V, dengan efisiensi 0.95.

Diagram Aplikasi berbagai jenis Turbin

(Head Vs Debit)

  Tabel Putaran Generator Sinkron (rpm)  

Jumlah Pole (kutub) Frekuensi , 50 Hz

2 3000

4 1500

6 1000

8 750

10 600

12 500

14 429

  Tabel Run-away speed Turbin, N maks/N

Jenis Turbin Putaran Nominal, N (rpm) Runaway speed

Semi Kaplan, single regulated 75-100 2-2.4

Page 10: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Kaplan, double regulated 75-150 2.8-3.2

Small-medium Kaplan 250-700 2.8-3.2

Francis (medium & high head) 500-1500 1.8-2.2

Francis (low head) 250-500 1.8-2.2

Pelton 500-1500 1.8-2

Crossflow 100-1000 1.8-2

Turgo 600-1000 2

 

2. Pemilihan Generator dan Sistem Kontrol

Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Jenis generator yang digunakan pada perencanaan PLTMH ini adalah :

v     Generator sinkron, sistem eksitasi tanpa sikat (brushless exitation) dengan penggunaan dua tumpuan bantalan (two bearing).

v     Induction Motor sebagai Generator (IMAG) sumbu vertikal, pada perencanaan turbin propeller open flume

 

Spesifikasi generator adalah putaran 1500 rpm, 50 Hz, 3 phasa dengan keluaran tegangan 220 V/380 V. Efisiensi generator secara umum adalah

v     Aplikasi < 10 KVA efisiensi 0.7 - 0.8

v     Aplikasi 10 - 20 KVA efisiensi 0.8 - 0.85

v     Aplikasi 20 - 50 KVA efisiensi 0.85

v     Aplikasi 50 - 100 KVA efisiensi 0.85 - 0.9

v     Aplikasi >. - 100 KVA efisiensi 0.9 - 0.95

Sistem kontrol yang digunakan pada perencanaan PLTMH ini menggunakan pengaturan beban sehingga jumlah output daya generator selalu sama dengan beban. Apabila terjadi penurunan beban di konsumen, maka beban tersebut akan dialihkan ke sistem pemanas udara (air heater) yang dikenal sebagai ballast load/dumy load.

  Sistem pengaturan beban yang digunakan pada perencanaan ini adalah

Page 11: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

v     Electronic Load Controller (ELC) untuk penggunaan generator sinkron

v     Induction Generator Controller (IGC) untuk penggunaan IMA

Sistem kontrol tersebut telah dapat dipabrikasi secara lokal, dan terbukti handal pada penggunaan di banyak PLTMH. Sistem kontrol ini terintegrasi pada panel kontrol (switch gear).

  Fasillitas operasi panel kontrol minimum terdiri dari

v     Kontrol start/stop, baik otomatis, semi otomatis, maupun manual

v     Stop/berhenti secara otomatis

v     Trip stop (berhenti pada keadaan gangguan: over-under voltage, over-under frekuensi.

v     Emergency shut down, bila terjadi gangguan listrik (misal arus lebih)

Waduk dan tenaga Air

BAB IIIBENDUNG TETAP UNTUK IRIGASI

I. Pemilihan Lokasi BendungA. UmumLokasi bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi dipilih yang menguntungkan dari segi perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dll. B. Pemilihan Lokasi Bendung :Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :1) Keadaan topografi a. Semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari.b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan.c. Kedua hal diatas lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.d. Ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dpaat pula direncanakan.2) Kondisi topografia. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.b. Trace saluran induk terletak ditempat yang baik.c. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen.3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan yaitu:a. Pola aliran sungai, kecepatan & arahnya pada waktu debit banjir sedang/kecil.b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir sedang dan kecil.c. Tinggi MA pada debit rencana, dan Potensi dan distribusi angkutan sedimen.d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bandung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalan membangun pengendalian sungai.4) Kondisi tanah fundasi bendung harus dipertimbangkan dilokasi dimana tanah fundasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil.5) Biaya pelaksanaan Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan, selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaanya, peralatan dan tenaga.

Page 12: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

6) Faktor faktor lain yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan pengembangan daerah disekitar bendung, perubahan morfologi sungai daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.B. Penempatan Bendung di Sudetan SungaiPenempatan bendung dulu dikenal hanya di palung sungai. Sudetan sungai adalah saluran yang dibuat untuk memindahkan aliran sungai dari palung aslinya.

Gambar 3.1.2. Bendung di sudetan1) Keuntungan bendung ditempatkan di sudetan sungai yaitu :a. Memudahkan pelaksanaan bendung tanpa gangguan aliran sungai dan tidak perlu terburu – buru karena gangguan musimb. Arah aliran menuju bendung dan kehilirnya akan lebih baikc. Untik mendapatkan tanah fundasi yang lebih baikd. Penempatan lokasi intake, kantong sedimen dan saluran akan lebih baik2) Kesulitannya yaitu :a. Membuat tanggul penutup sungai yang kadangkala cukup tinggi dan beratb. Diperlukan pula bangunan pengelak khusus dalam pelaksanaan pembuatan tanggul penutup tersebut.c. Adakalanya perlu penyeberangan saluran induk diatas palung sungai asli.

3) Tata letak yang tepat untuk sudetan bergantung kepada keadaan geotek, topografi dll. Yagn dipertimbangkan pada pengaturan alur sudetan yaitu :a. Perubahan morfologi sungai diusahakan sesedikit mungkinb. Penurunan dasar sungai/sudetan di hilir bendung akan terjadi sehingga penentuan kedalaman koperan bangunan/bendung harus dipertimbangkan.

C. Contoh Penempatan Bendung di Sudetan Sungai1) Bendungan Indrapura di Batang Indarapura, Sumatra Barat.

Gbr 3.2 Bendung Indrapura di Sudetan Sungai Indrapura 

2) Bendungan Metawa di Sungai Metawa, Sulawesi Tengad (Gbr. 3.1.C2)

Gbr 3.3 Bendung Metawa di Sudetan Sungai Metawa II. BENDUNG PELIMPAHBendung berfungsi untuk meninggikan muka air, agar air banjir sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efektif dan optimal. Bendung sebagai pengatur tinggi muka air sungai dibedakan menjadi:1) Bendung Pelimpah terdiri dari tubuh bendung (ambang tetap yang berfungsi untuk meninggikan taraf

Page 13: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

muka air sungai).2) Mercu Bendung (berfungsi untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk membatasi tinggi genangan yang akan terjadi di udik bendung).

A. Klasifikasi bendungBendung berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan menjadi:1) Bendung penyadap sebagai penyadap untuk irigasi.2) Bendung pembagi banjir sebagai pengatur muka air sungai.3) Bendung penahan pasang sebagai pencegah masuknya air asin. Berdasarkan tipe strukturnya bendung dibedakan atas:1) Bendung tetap.2) Bendung bergerak.3) Bendung kombinasi.4) Bendung kembang kempis.5) Bendung bottom intake.Ditinjau dari segi sifatnya bendung dapat dibedakan atas:1) Bendung permanent, seperti bendung pasang batu, beton dan kombinasi beton dan batu.2) Bendung semi permanent, seperti bendung bronjong, cerucuk kayu.3) Bendung darurat, seperti bendung tumpukan batu dan sebagainya.

B. Tata Letak Bendung dan PerlengkapannyaBendungan tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi terdiri atas beberapa komponen dan fungsinya:1) Tubuh bendungan : terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan bangunan peredam energi. Bermaksud agar aliran utama menuju bendung dan yang keluar terbagi rata, sehinnga tidak menimbulkan pusaran-pusaran aliran diudik bangunan pembilas dan intake. Pusaran aliran dapat menimbulkan gangguan penyadap aliran ke intake dan pembilas sedimen.2) Bangunan intake : terdiri dari ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, dan rumah pintu. Bangunan ini merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas dan tembok pangkal diudiknya, intake diupayakan berada ditikungan aliran sungai, sehingga dapat mengurangi sedimen yang masuk ke intake.3) Bangunan pembilas : dengan underscluice atau tanpa underscluice, pilar penempatan pintu, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, dan saringan batu. Diletakkan berdampingan dengan intake untuk membentuk tikungan luar aliran dan mengurangi jumlah angkutan sedimen dasar masuk ke intake.4) Bangunan perlengkapan : yaitu tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah arus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul, penangkap sedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga, dan penduga muka air.

C. Bentuk Bendung PelimpahPelimpah lurus : Dibangun melintang dipalung sungai dan tegak lurus antara tembok pangkal dan pilar pembilas bendung, mengarah tegak lurus terhadap aliran utama sungai. (gbr. 3.4)

Pelimpah lengkung : Jarak lengkung biasanya sekitar 1/10 – 1/20 dari lebar bentang, bentuk ini akan melimpahkan aliran sungai lebih besar dibandingkan dengan bentuk lurus karena bentangnya lebih panjang. Umumnya dibangun didasar sungai dari jenis batuan keras sehingga penggerusan setempat hilir bendung tidak perlu dikhawatirkan.

Page 14: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Gbr. 3.5 Bentuk Pelimpah bendungD. Mercu Bendungan 1. Defenisi dan FungsiMercu bendungan yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari udik dapat melimpah kehilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum disungai bagian udik bendung, sebagai penampang sungai dan sebagai pelimpah aliran sungai.2. Bentuk Mercu Bendungbentuk mercu bendung tetap yaitu:1. Mercu bulat (1 jari–jari pembulatan).2. Mercu bulat (2 jari–jari pembulatan).3. Mercu tipe Ogee, SAF, dan mercu ambang lebar. (Gbr.3.6 Bentuk Mercu)3. Tinggi Mercu Bendung (TMB)Tinggi mercu bendung (p) yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Menentukan TMB, harus dipertimbangkan: 1. Kebutuhan penyadap untuk memperoleh debit dan tinggi tekan2. Kebutuhan tinggi energi untuk pembilas3. Tinggi muka air genangan yang akan terjadi 4. Kesempurnaan aliran pada bendung5. Kebutuhan pengendalian angkutan sediment yang terjadi di bendung.Rumus Bucdschu dan Verwoerd, untuk perhitungan tinggi muka air adalah:m = 1,49 – 0,018 {5 – (h/R)}2 k = 4/27 . m2 . h3 { 1/(h+p) }2dimana: k = Tinggi kecepatan aliranh = Tinggi muka air udik bendungm = Koefisien pengaliran bendungp = Tinggi mercu bendung kedasar sungaiR = Jari – jari pembulatan mercu bendung

Gbr. 3.7 Pengaturan Tinggi Mercu Bendung (P) dari lantai udik4. Panjang Mercu BendungPanjang mercu bendung disebut pula lebar bentang bendung yaitu antara kedua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar – pilarnya, disebut panjang Mercu Bruto. Yang diperhatikan dalam perhitungannya adalah:1. Kemampuan melawan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup.2. Batas tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.Panjang mercu bendung efektif (Be) yaitu panjang mercu bendung bruto (Bb) dikurangi dengan lebar pilar pintu pembilas. Artinya panjang mercu bendung yang efektif melawan debit banjir desain. Panjang mercu bendung efektif lebih pendek dari pada panjang mercu bendung bruto. Panjang mercu bendung efektif dapat diperhitungkan dengan cara:1). Be = Bb – 20% ∑b - ∑t2). Be = Bb – 2 (n . kp + ka) HDimana : Be : panjang mercu bendung efektif (meter) Bb : Panjang mercu bendung Bruto (meter)∑b : Jumlah lebar pembilas

Page 15: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

∑t : Jumlah pilar – pilar pembilasn : Jumlah pilar pembilas dan pilar jembatankp : Koefisien kontraksi pilarka : Koefisien kontraksi pangkal bendungH : Tinggi energi, yaitu h + k ; h = tinggi air; k = V2 / 2gHarga koef. Pilar dapat dilihat pada standar perencanaan irigasi, KP-02

Gbr. 3.8. Panjang mercu bendung5. Penentuan Elevasi Mercu BendungElevasi mercu bendung ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan :1) Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi, dan keadaan tinggi air sawah2) Kehilangan tekanan mulai dari intake sampai dengan saluran tersier ditambah kehilangan tekanan akibat exploitasi.3) Tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di undersluice dan kantong sedimen.4) Pengaruh elevasi mercu bendung terhadap panjang bendung untuk mengalirkan debit benjir rencana, dan mendapatkan sifat aliran sempurna.6. Peninggian Mercu BendungPeninggian mercu sangat menimblkan dampak yang baik, yaitu:1) penyadapan air tidak terganggu, sehingga daerah irigasi yang diari menjadi kurang.2) Tinggi energi yang dibutuhkan bertambah, sehingga pembilas sedimen oleh undersluice dan di kantong sediment sangat baik.7. Tinggi Muka Air di atas Mercu BendungTinggi Muka Air di atas Mercu dapat dihitung dengan persamaan tinggi energi – debit untuk ambang bulat dan pengontol segi empat, yaitu:

dimana : Qd = debit desain, m3/detCd = koefisien debit ( Cd = C0 . C1 . C2 ) g = percepatan gravitasib = panjang mercu efektif (m)H = tinggi energi diatas mercu (m)Penentuan Koef. Debit (Cd), dapat dilihat standar perencanaan irigasi KP.02

Gbr. 3.9. Cara peninggian Mercu Bendung Gbr. 3.10. Tinggi Muka Air di Atas Mercu BendungIII. BANGUNAN INTAKEA. Defenisi dan FungsiBangunan intake adalah suatu bangunan pada bendungan yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake.

B. Tata LetakTata letak intake diatur seperti berikut :1. Sedekat mungkin dengan bangunan pembilas, dan merupakan satu kesatuan dengan pembilas serta

Page 16: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

tidak menyulitkan penyadapan aliran2. Tidak menimbulkan pengendapan sedimen dan turbulensi aliran diudik intake.C. Macam IntakeIntake biasa yaitu intake dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir, lebar satu pintu tidak lebih dari 2,5 m dan diletakkan dibagian udik. (Gbr.3.11)Intake gorong – gorong : tanpa pintu dibagian udik, pintu – pintu diletakkan dibagian hilir gorong – gorong, lubang intake lebih dari dengan lebar masing – masing lubang tidak kurang dari 2,5 m. (Gbr.3.12)Intake frontal : diletakkan ditembok pangkal, jauh dari bangunan pembilas/bendung. (Gbr.3.13)D. Arah Intake, Komponen dan Letak Bangunan1. Arah Intake (Gbr.3.14): terhadap suhu sumbu sungai dapai diatur sbb:a. Tegak lurus membentuk sudut sekitar 90o pada sumbu sungaib. Menyudut membentuk sudut 45o - 60o terhadap sumbu sungaic. keadaan tertentu ditetapkan d. berdasarkan hasil uji model hidraulik laboratorium.Komponen utama bagian intake (Gbr.3.15), adalah sebagai berikut:a. Ambang/lantai dinding bangunan tembok sayap, Pintu, perlengkapannya serta dinding penahan banjir. Pilar penempatan pintu bila pintu lebih dari 1 buah, dan jembatan pelayan.b. Rumah pintu, saringan sampah, sponeng dan sponeng cadangan dll.

2. Letak Intake (Gbr.3.16) : Diatur sedemikian rupa supaya berada ditikungan luar aliran, sehingga pada keadaan banjir angkutan sedimen dasar yang mendekat keintake akan terlempar ketikungan dalam menjauhi intake.E. Bentuk dan Ukuran Hidraulik1. Lantai Intake : lantai intake dirancang datar / miring dihilir pintu, bila lantai intake di awal kantong sedimen bisa berbentuk datar dengan kemiringan tertentu. Ketinggian intake, yaitu: sama tinggi dengan plat lantai undersluice, sampai 0,5 m diatas plat undersluice. Tergantung pada keadaan.Bila ditempatkan pada bangunan pembilas tanpa undersluice maka ketinggiannya: Sungai mengangkut lanau, tingginya (0,5m), pasir dan krikil (1,0m), kerakal dan bongkah (1,5m). Dan tergantung keadaan.

Gbr.3.17 Contoh Letak Lantai Intake2. Lebar dan Tinggi Lubang Intake : dimensi lubang penyadap aliran harus ditentukan berdasarkan kebutuhan air maksimum, baik untuk pemasokan kebutuhan air maupun untuk pembilasan sedimen dikantong sedimen. a) Lebar lubang intake dapat dihitung:atau dimana: Q1 = Debit intake (m3/det)c dan µ = Koefisien pengalirana = Tinggi duka lubangg = Percepatan gravitasiz = Kehilangan tinggi energi (m)b) Tinggi Pintu intake (h) : berbanding dengan lebar pintu (b), dapat diambil dengan perbandingan:

Page 17: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

b : h = 1 : 1 atau b : h = 1,5 : 1 atau b : h = 2 : 1F. Pilar Intake dan Dinding Banjir1. Pilar untuk penempatan pintu : bila lebar intake lebih dari 1m maka diperlukan pilar untuk penempatan pintu. Penempatan pilar diatur:a. bagian awalnya diletakkan agak mundur sebesar (R), supaya aliran yang masuk lebih mulus.b. Bentuk awal pilar bulat dan tegak atau dengan kemiringan.c. Bagian hilirnya dapat dibuat tegak / miring, ketebalan pilar 0,7 – 1 m.2. Dinding Banjir dan Sponeng (Gbr.3.18): Diletakkan dihilir pintu intake. Fungsinya untuk mencegah aliran banjir, masuk ke intake mengurangi kecepatan aliran yang menuju intake, berkaitan dengan pengendalian pergerakan angkutan muatan sedimen ke itntake. 

G. Dua Intake di Satu Sisi Bendung1. Maksudseharusnya untuk kedua irigasi yang terletak dikedua sisi bendung dibangun dua pula intakenya. Tetapi bila salah satu irigasi debit pengambilannya kurang 1 m3/detik, maka intake dapat dibuat satu sisi saja.untuk menghemat biaya pembilas, karena hanya dibuat satu buah bangunan pembilas yang berdekatan dengan intake tersebut.2. DesainDesain dua banguna intake yang ditempatkan disatu sisi bendung diatur:a) pintu intake yang ditempatkan di pilar pembilas,b) gorong–gorong untuk menyeberangkan aliran ditempatkan didalam tubuh bendung,c) kecepatan aliran didalam gorong – gorong diambil 2,5 m/det sehingga dapat menghanyutkan sedimen yang masuk kedalam gorong–gorong, tetapi tidak pula terlalu tinggi untuk menghindari bahaya pengikisan.d) Fasilitas pembilas sedimen dirancang tepat di pengeluaran gorong-gorong diawal saluran induk.e) Tebal pilar pembilas 2 m ≤ t, dimana (tminimum= 1,0 m)

Gbr 3.19 Penempatan Pintu Intake di PilarIV. BANGUNAN PEMBILASA. Defenisi dan FungsiBangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak didekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke intake.B. Sistem Kerja Pembilas dengan UndersluiceSistem kerja pembilas dengan undersluice bila dioperasikan yaitu:1. Aliran sungai dari udik menuju bangunan terbagi 2 lapis oleh pilar undersluice2. Aliran sungai lapisan atas yang relatif tidak mengandung sedimen dasar mengalir ke intake.3. Aliran sungai dilapisan bawah bersama –sama dengan sedimen dasar mengalir dan masuk ke lubang undersluice, lalu terbuang kehilir melalui pintu bilas.4. Pembilasan secara berskala sehingga mendapatkan kedung daerah bebas endapan diudik dan dimulut intake atau undersluice.

C. Macam Bangunan dan Tata Letak

Page 18: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

1. Macam bangunan, dibedakan atas:a. Bangunan pembilas konvensional terdiri 1 dan 2 pintu, umumnya dibangun dibendung kecil (bentang 20m). Seperti bangunan tua warisan belanda.b. Bangunan pembilas undersluice untuk bendungan irigasi, ditempatkan pada bentang dibagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung.c. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan di bendung sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu/benda padat lainnya terhadap bendungan.2. Tata Letak

Tata letak bangunan pembilas undersluice diatur sbb:a. Bersatu dengan bangunan intake,b. Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung,c. Bengunan diletakkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok pangkal, arahnya tegak lurus sumbu bendung,d. Mulut undersluice mengarah keudik bukan kearah samping.Tata letak bangunan pembilas shunt undersluice diatur sbb:a. Bersatu dengan bangunan intake,b. Ditempatkan dibagian luar tubuh atau diluar tembok pangkal bendung,c. Mulut undersluice mengarah ke samping bukan ke arah udik,d. Pilar pembilas berfungsi sebagai tembok pangkal. (Gmbr 3.20 Tata letak )

D. Komponen dan Bentuk Bangunan1. KomponenBangunan pembilas undersluice lurus terdiri:a. Undersluice dan perlengkapannya. Bangunan Undersluice terdiri atas:• Lubang / torowongan, plat undersluice, dan lantai dengan lapisan tahan aus.• Tembok penyangga bila lubang lebih dari satu buah.• Mulut undersluice, pintu bilas atas dan bawah, saringan batu dan sebagainya. b. Pintu pembilas dan perlengkapannya.c. Pilar-pilar penempatan pintu, tembok baya-baya / guide wall, tembok pangkal.d. Jembatan pelayan, rumah pintu , tangga dll. 

2. Bentuk Undersluice, Undersluice lurus dan shunt undersluice, dibagi atas:a. Undersluice satu atau dua lubang dengan mulut sejajar sumbu bendung.b. Undersluice 1 lubang/lebih dengan mulut menyudut terhadap sumbu bendung.c. Undersluice 2 lubang/lebih dengan mulut menyudut terhadap sumbu bendung.

E. Tata Cara Desain, Urutan cara dalam mendesain Undersluice yaitu:1. Tentukan lebar Undersluice, memperhatikan lebar (pintu bilas dan intake),2. Tentukan arah dan letak mulut Undersluice,3. Tentukan panjang Undersluice (5–20 m) dengan memperhatikan bahwa mulut Undersluice harus terletak diudik intake,4. Tentukan letak elevasi plat bagian atas Undersluice dengan memperhatikan elevasi ambang atau lantai intake,5. Tentukan ketebalan palt Undersluice (0,20–0,35 m),6. Tentukan tinggi lubang dan elevasi lantai Undersluice, biasanya tinggi 1,5 m.

Gambar 3.4 Bangunan pembilas dengan tiga lubang dengan dinding bajir kombinasi pada bendung Cisokan, Cianjur- Jawa Barat( atas) dan pembilas tanpa under scluice ( bawah )F. Dimensi Bangunan Undersluice1. Pembilas undersluice lurus

Page 19: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

a. bentuk mulut1) Mulut undersluice diletakkan diudik mulut intake dengan arah tegak lurus,2) Lebar mulur undersluice sluice harus lebih besar dari (1,2 x lebar intake),3) Elevasi bagian atas palat undersluice diletakkan sama tinggi atau lebih rendah dari pada elevasi ambang/lantai intake, Lubang dapat terdiri dari atas 2 bagian atau lebih,4) Bila lebar mulut bagian udik jauh lebih lebar dari bagian hilir dapat dipersempit dengan tembok penyangga.b. Lebar bangunan1) lebar pembilas total diambil (1/6 – 1/10) dari lebar bentang bendung untuk sungai – sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter.2) Lebar satu lubang maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga buah.c. Tinggi dan panjang undersluice1) Tinggi lubang undersluice diambil 1,5 m2) Panjang ditentukan, mulut undersluice harus terletak dibagian udik intake,3) Bentuk lantai undersluice rata tanpa kemiringan.d. Elevasi lantai lubang1) sama tinggi dengan lantai udik bendung,2) lebih rendah atau lebih tinggi dari lantai udik bendung.

Gmbr.3.21 macam penempatan lantai lubang undersluice 

2. Pintu PembilasMacam Pintu : dapat dibuat 1 pintu atau 2 pimtu yakni pintu atas dan bawah.Fungsi Pintu : pintu bawah untuk pembilasan sedimen yang terdapat didalam, diudik dan disekitar mulut undersluice. Pintu atas untuk menghanyutkan benda–benda padat yang terapung diudik pintu.Jenis Pintu : umumnya pintu sorong, dan hampir tidak dijumpai pintu radial.Bahan Pintu : dibuat dari balok – balok kayu dengan kerangka baja.Dinding Banjir : untuk pembilas dengan undersluice lurus biasanya tidak dilengkapi dengan dinding banjir. Pintu bilas tanpa dinding banjir dapat memperbesar kapasitas pelimpah debit banjir.Desain : mendesain pintu, faktor – faktor yang harus diperhatikan adalah:a. Beban yang bekerja pada pintu.b. Alat pengangkat tenaga manusia atau dengan mesin.c. Sistem kedap air dan bahan bangunan.Ukuran:a. Untuk 1 lubang/ruang pintu sorong yang dioperasikan dengan tenaga manusia lebar maks. 2,5 m, ukuran

Page 20: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

satu balok kayu pintu 20x25 cm.b. Untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin, lebar 2,5 m – 5,0 m.c. Tinggi mercu pintu pembilas 1cm > dari elevasi mercu bendung.

3. Pilar PembilasFungsi : Untuk penempatan pintu-pintu, undersluice dan perlengkapan lain.Bahan : Umumnya terbuat dari tembok pasangan batu, beron bertulang sebagai bahan pilar jarang dibuat.Bentuk : Bagian udik bulat dengan jari–jari pembulatan setengah lebar pilar. Bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2x lebar pilar.Ukuran: Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2 m dan sisi bagian dalam 1 – 1,5 m.Penempatan : pada undersluice lurus ditempatkan dibentang sungai. 

4. Sponeng dan Stang PintuSponeng : Fungsi pada pintu sorong kayu, untuk menahan tekanan air pada pintu. Ukuran 25x25 cm atau 25x30 cm, dilengkapi dengan sponeng cadangan bentuk huruf T pada bangunan bilas dengan undersluice. Stang pintu : Berfungsi mengangkat dan menurunkan pintu. Ditempatkan dalam sponeng diluar bukaan bersih. Jumlah stang pintu 2 buah diletakkan dibagian dalam dike-2 sisi, tidak 1 buah di tengah.5. Tembok baya – bayaFungsi : Tembok baya/guidewall adalah untuk mencegah angkutan sedimen dasar meloncat dari udik bendung keatas plat undersluice.Penempatan : Tembok baya–baya ditempatkan menerus kearah udik dari plat pembilas bagian luas / sisi bendung.Bentuk : Mengecil kearah udik / sama besar dari hilir keudik.Ukuran : Tinggi mercu tembok gaya – gaya 0,5 – 1m diatas mercu bendung.6. Pengoperasian Pintua. Kriteria pengoperasian• Kecepatan aliran diambang undersluice harus terbatas sehingga tidak masuk lantai underscluice,• Pintu bilas harus ditutup selama sengai banjir untuk menghindarkan penghisapan sampah-sampah yang dapat menyumbat lubang underscluice,• Tinggi bukaan pintu bilas harus diatur sedemikian, supaya tidak menimbulkan pusaran isap atau menimbulkan bahaya kavitasi.b. Masalah Rongga dibawah PlatRongga udarah dibawah plat undersluice dapat terjadi bila:• Pintu bilas dibuka penuh, Muka air hilir terlalu rendah,• Tidak terjadi pelimpah dari mercu pintu bilas.Mengatasi hal diatas dilakukan cara:• Pintu bilas tidak dibuka penuh, Ujung plat diudik undersluice dibuat bulat,• Pengoperasian pintu diatas sehingga tidak terjadi pusaran isap.7. Dinding BanjirDinding banjir pada pembilas bendung dibedakan:a. Tanpa dinding banjirb. Dengan dinding banjirc. Kombinasi keduanyaManfaatnya: • Memperbesar kapasitas debit pelimpah banjir. Dan sampah yang terapung diudik pintu bilas dapat dibuang secara hidraulik dengan mudah.Kelemahan:• Dapat merusak pintu dan stangnya waktu banjir, karena tekanan banjir dan sampah.• Mudah menumpukkan sedimen diudik pintu bangunan pembilas. G. Pembilas Shunt Undersluice1) Pengertian

Page 21: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Adalah bangunan undersluice yang penempatannya diluar bentang sungai dan diluar pangkal bendung, dibagian samping melengkung kedalam dan terlindung tembok pangkal.2) Maksud dan ManfaatPembilas shunt undersluice dipilih pada bendung-bendung yang dibangun disungai ruas hulu. Bermaksud agar pilar dan bangunan undersluice terhindar dari bahaya benturan batu dan kayu yang hanyut sewaktu banjir. Manfaatnya yaitu kapasitas pelimpah bendung tidak dikurangi oleh adanya pilar pembilas atau seluruh bentang bendung tidak terganggu melimpahkan debit banjir sungai.3) Cara Kerja dan KelemahanCara:a. Air yang mengalir sebelum masuk keintake terbagi 2 yaitu atas dan bawah.b. Lapisan air bagian bawah masuk kedalam lubang pembilas.c. Lapisan air bagian atas mengalir masuk ke intake.Kelemahan:Kurang diperolehnya efek penggurusan dimulut shunt undersluice yang diakibatkan aliran helicoidal seperti yang biasanya terbagi pada bangunan undersluice. 4) Bentuk dan Ukurana. Tinggi lubang 1–2 m, diusahakan 1,5 m. Lebar sekitar 2 m.b. Mulut undersluice mengarah kearah bendung bukan kearah udik.c. Bentuk melengkung kearah luar bendung.d. Umumnya dilengkapi dengan dinding banjir ditempatkan dihilir pintu bilas.

H. Pengoperasian Pintu Pembilas Pembukaan Pintu; dilakukan dengan cara:1. Pembilasan sistem terus-menerus, pintu bilas dibuka sewaktu-waktu.2. Pintu bilas bibuka dengan tinggi bukaan tertentu bila selesai banjir atau banjir sungai mulai turun3. Pintu bilas bukaan pintu tergantung pada besar debit sungai dan keadaan tinggi muka air sungai. Pintu bilas ditutup selama banjir sungai berlangsung4. Pintu bilas ditutup penuh saat pengaliran keintake dan saat air kecil dan banjir.Pengangkatan dan Penutupan Pintu; yang dilakukan oleh tenaga manusia akan lebih mudah dan ringan bila ulir tempat perputaran stang pintu terbuat dari bahan tembaga.Evektifitas Pembilas; akan sangat tinggi bila terdapat head yang cukup, debit sungai yang memadai dan tinggi bukaan pintu bilas yang sesuai daerah bebas endapan dimulut undersluice selalu terjadi.V. BANGUNAN PENAHAN BATU (BOULDER SCREEN)1. Defenisi dan FungsiBangunan penahan batu adalah bangunan ditempatkan diudik bangunan pembilas bendung, terdiri dari barisan tiang-tiang. Berfungsi sebagai alat untuk mencegah batu-batu dengan diameter tertentu yang akan masuk keintake dan menyimpan batu dengan diameter tertentu masuk kebangunan bilas/intake kearah bendung.2. PersyaratanMendesain bangunan penahan batu, diperhatikan debit yang masuk keintake tidak berkurang dari jumlah yang dibutuhkan karena adanya kemungkinan terjadinya endapan batu diantara batang-batang cerucuk.3. PenempatanDitempatkan diudik/undersluice dengan arah desain sedemikian, sehingga tercipta tikungan luar aliran dan menjadi deflector untuk melemparkan angkutan sedimen dasar menjauh dari intake dan dapat pula menyimpan batu tertentu.4. Komponen, bangunan penahan batu terdiri atas:a. barisan cerucuk pipa bulat dipasang vertikal,b. balok beton sebagai pengikat horizontal, fundasi bangunan.5. Tipe BangunanTipe penahan batu dibuat dengan bentuk pagar yang terdiri dari batang tegak dan bagian atasnya diikat dengan balok pengikat.

Page 22: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

6. Bentuk dan Ukurana. Pipa untuk cerucuk, tipe pipa dipilih yang bulatb. Balok beton pengikat, dipasang horizontal diujung atas cerucut vertikal.c. Elevasi balok pengikat, diletakkan diketinggian 1–2 m diatas mercu bendung.d. Jarak antara tiang, jarak bersih antara batang satu dan yang lain diambil sesuai dengan diameter butir batu yang akan ditahan atau (15 – 20) cm.e. Fundasi tiang, disesuaikan kedalamannya dengan kedalaman elevasi dasar sungai dan lantai undersluice.7. Penerapan Bangunan Penahan BatuPada bendungan Cisokan – Cianjur jawa barat tahun 1886. dan direhabilitasi pada tahun 1989 dengan peninggian mercu bendung, perbaikan intake, pembangunan pembilas tambahan tipe undersluice, dan bangunan penahan. Masalah besar dijumpai pada bendungan ini adalah masalah angkutan sedimen yang cukup besar ke intake. Untuk mencegah angkutan sedimen dasar masuk ke intake, membangun pengelak sedimen tipe undersluice lurus bentuk tertentu, sehingga:1) Dapat menciptakan aliran helicoidal tepat diudik undersluice sehingga pengendapan sedimen dasar didaerah ini dapat dihindari.2) Dapat membentuk daerah bebas endapan tepat di udik undersluice dan menciptakan “skiming wall” ke intake.

VI. BANGUNAN PEREDAM ENERGI1. Defenisi dan FungsiAdalah struktur dari bagunan dihilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentuk dan dikanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu. Fungsi bangunan adalah untuk meredamkan energi akibat pembendungan, agar air dihilir bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang struktur membahayakan.

2. Tipe Bangunan Peredam Energi Bendung, terdiri berbagai macam tipe:a. Lantai hilir mendatar, tanpa atau dengan ambang hilir balok lantai,b. Cekung masif dan cekung bergigi, berganda dan bertangga,c. Kolam loncat air, Kolam bantalan air dan lain – lain. 

3. Faktor Pemilihan Tipe, antara lain:a. Tinggi bendungan, Keadaan geoteknik tanah dasar ,b. Jenis angkutan sedimen yang terbawah aliran sungaic. Kemungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi dihilir bendung ,Keadaan aliran yang terjadi dibangun peredam energi seperti aliran tidak sempurna/tenggelam, loncatan aliran yang lebih rendah atau lebih tinggi dan sama dengan kedalaman muka air hilir (tail water).4. Prinsip Pemecahan EnergiAdalah dengan cara menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air dengan air, membentuk pusaran air berbalik vertikal arah keatas dan ke bawah.

5. Desain Hidraulik Peredam Energi5.1 Peredam energi lantai hilir datar dengan ambang akhir1) Defenisi dan FungsiAdalah bagian dihilir bendung yang merupakan kolam olak terdiri atas lantai hilir mendatar. Fungsinya untuk meredam energi air agar tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan bangunan bagian hilir.2) Bentuk Hidraulik, yaitu:a) Mercu bendung bertipe bulat,b) Tubuh bendung bagian hilir tegak sampai dengan kemiringan 1:1,

Page 23: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

c) Tanpa lengkungan dipertemuan kaki bendung dan lantai,d) Lantai hilir berbentuk datar tanpa kemiringan,e) Untuk menambah keamanan tepat dihilir ambang akhir dan dikaki tembok sayap dipasang rip – rap dari batu berdiameter 0,3 – 0,4 m.3) Persyaratan, yaitu:a) Tinggi air diatas mercu bendung (< 4m), tinggi bendung dari dasar sungai bagian hilir (< 10m),b) Bila melampaui keadaan diatas, maka dilakukan pemeriksaan uji model fisik.4) Ukuran HidraulikKedalaman lantai (Ds), Panjang lantai (L), Tinggi ambang (a), dan parameter lain ditentukan berdasarkan grafik – grafik yang telah disiapkan. 5.2 Peredam energi cekung1) UmumTipe ini biasanya digunakan pada bendungan yang berlokasi pada sungai dengan kemiringan dasar sungai curam dengan angkutan sedimen batu gelundung yang terbawa aliran sewaktu banjir. Ide pemanfaatan tipe ini, untuk menggantikan tipe drop weir.2) Defenisi, Fungsi dan macamnyaperedam energi cekung adalah bagian dihilir tubuh bendung berbentuk lantai cekung masif, dilengkapi dengan ambang akhir (apron lip) dan dibatasi oleh tembok pangkal sibagian kanan kirinya. Berfungsi untuk menjauhkan bendung penggerusan setempat dari bangunan dan menghindarkan benturan batu langsung pada permukaan bangunan. Peredam energi cekung terdiri atas:a. Masif cekung tanpa gigib. Cekung dengan gigi yang ditempatkan dibagian ambang akhir.3) Sifat dan Prinsip Pemecahan EnergiBangunan peredam energi tipe cekung, bersifat:a. Aliran pusaran balik atas dan pusaran balik bawah.b. Aliran loncat (skijump bucket).

4) Bentuk dan UkuranBentuk hidraulik bangunan tipe ini, yaitu (Gbr.3.22):a. Mercu bendung bertipe bulatb. Tubuh bendung bagian hilir dengan kemiringan 1:1.c. Cekungan berbentuk lengkung dengan satu radius,d. Harus dilengkapi dengan tembok sayap hilir yang awalnya dimulai dari akhir ambang akhir. Bentuk sayap hilir miring.Ukuran hidraulik bangunan tipe ini, yaitu selain diatas, yang terpenting penentuan jari – jari lengkungan (R) dan kedalaman lantai cekungan dari muka air hilir (T).5.3 Peredam energi berganda1) UmumTipe ini sangat cocok dibangun sudetan sungai dengan ketinggian lebih dari 10m. 2) Defenisi dan keuntunganAdalah struktur dibagian hilir tubuh bendung yang merupakan kolam olak berganda, dan masing – masing dilengkapi dengan lantai datar dan ambang akhir pembentuk olakan.Keuntunga: a. Pemetaan energi air lebih besar karena dua ruang olakan, sehingga penggerusan setempat menjadi lebih dangkal.b. Jauh lebih stabil karena bentuknya yang besar.c. Kerusakan lantai dan tubuh bendung akibat terjunan dapat dihindari.3) Persyaratanstabil, aliran yang melimpah pada mercu pertama dan diatas mercu kedua harus kelihatan halus dan tidak bertubulensi

Page 24: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

pipa aliran tidak meninggalkan mercu bendung.4) Bentuk dan UkuranBentuk hidraulik bangunan tipe ini, yaitu:Peredam energi bagian lantai atas yaitu lantai olakan pertama (L1), mercu pertama dengan tinggi (P1). Dan bagian bawah terdiri mercu kedua dengan tinggi (P2), lantai olakan kedua (L2), dan ambang akhir.Ukuran panjang olakan dan tinggi ambang, yaitu: olakan pertama dan kedua , serta tinggi mercu kedua. Untuk penentuan ukuran hidrauliknya biasanya digunakan bantuan model fisik.

Gbr. 3.23 Peredam Energi berganda5.3 Peredam energi tipe USBRTipe ini didesain berdasarkan grafik USBR untuk bendung akan kurang handal karena:1) Elevasi dasar sungai didesain sama tinggi dengan elevasi lantai,2) Pengaruh bergradasi sungai dan bentuk tembok sayap hilir tidak disinggung,3) Pengaruh tipe dan ukuran tidak disinggung efektivitasnya terhadap pengurangan penggerusan setempat.Menentukan ukuran dalam Hidraulic Design of Stilling Basin and Energy Dissipators USBR, dimana:1) Panjang lantai, chute block, floor block and endsill ditentukan berdasarkan bilangan Froude (Fr), dan Lokasi Fr di kaki spillway,2) Aliran air dikaki spillway dianggap loncatan penuh tanpa pusaran,3) Kecepatan aliran dimana, z = tinggi terjung yang dihitung dari mercu spillway ke pipa arus dikaki spillway, dan D1 = tebal pipa arus.Bila penggunaan USBR, menjadi over desain yang disebabkan oleh antara lain:1) Adakanlah tidak berbentuk loncatan balik diatas lantai dan adakalanya aliran yang terjadi lebih tinggi dari tail water.2) Perbedaan aliran bilangan Fr (Gmr 3.34) karena keadaan aliran loncatan penuh pada spillway dan loncatan balik pada bendung dan tebal aliran di kaki spillway (D1) lebih kecil dari pada tebal aliran di kaki bendung (D2), akibat bilangan pada bendung akan lebih kecil dari pada bilangan Fr pada spillway, atau untuk:3) Spillway, ; → Loncatan Penuh4) Spillway, ; → Loncatan Balik5) Fr2 < Fr1

Gbr. 3.24 Sifat Peredam Energi USBR

Page 25: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Gbr. 3.25 Bentuk dan Tipe Peredam Energi USBR

VII. TEMBOK SAYAP, TEMBOK PANGKAL DAN PENGARAH ARUS7.1 Tembok Sayap Hilir1) Definisi dan FungsiTembok sayap hilir adalah tembok sayap yang terletak dibagian kanan dan kiri peredam energi bendung yang menerus kehilir dari tembok pangkal bendung. Fungsi sebagai pembatas, pengarah arus, penahan terowongan dan longsoran tebing sungai dihilir bangunan dan pencegah aliran samping.2) Penentu Dimensia. Dimensi berdasarkan peredam energi, dan Geometri sungai disekitar,b. Dihilirnya, dan Tinggi muka air hilir desain, dan Penggerusan setempat yang akan terjadi dan sebagainya.3) Bentuk Sayap hilira. bentuk miring sebagai kelanjutan dari tembok pangkal bendung,b. bagian ujung hilir tembok sayap dibulatkan dan masuk kedalam tebing,c. bagian awal tembok sayap hilir yang miring dan akhir tembok pangkal dimulai dari sekitar tengah – tengah lantai peredam energi.4) Ukuran Tembok Sayapa. panjang tembok bagian yang lurus yaitu dimana: Lp = Panjang lantai datar peredam energiLx = Panjang tembok sayap (1,25 – 1,5) x Lb. Kemiringan tembok sayap dapat diambil dengan kemiringan 1 : 1

Gbr. 3.26 Ukuran Tembol Sayap hilir

Page 26: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Gbr. 3.27 Bentuk Ujung Tembok Sayap Hilir Bendung Lamasi (SulSel)7.2 Tembok Pangkal bendung1) Definisi dan FungsiTembok pangkal bendung adalah tembok yang terletak dikiri kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran pada debit desain tertentu kesamping kanan dan kiri. Berfungsi sebagai pengaruh arus agar aliran sungai tegak lurus (frontal) terhadap sumbu bendung, sebagai penahan tanah, pencegah rembesan samping, pangkal jembatan dan sebagainya.2) Bentuk dan Ukuran HidraulikBentuk pangkal bendung umumnya ditentukan vertikal dengan ukuran panjang ke udik dan kehilirnya yang sesuai dengan fungsi yang harus dicapai. Ukuran Hidraulik:a. Tinggi pangkal bendung = tinggi muka air udik rencana + tinggi jagaan (free board) sebesar (1 – 1,5) m, atau aman pada debit desain tertentu.b. Panjang tembok pangkal ke udik dipebgaruhi oleh adanya bangunan intake dan tata letak jembatan lalu lintas.7.3 Tembok Sayap Udik dan Pengaruh Arus1) Definisi dan FungsiTembok sayap udik adalah tembok sayap yang menerus keudik dari tembok pangkal dengan bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengaruh arus, pelindung tebing dan atau pelindung tanggul penutup dari arus yang deras.2) Ukuran dan Bentuk Arah dan ukuran disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengarah arus pelindung tebing atau tanggul penutup dan disesuaikan dengan pangkal bendung dari geometri badan sungai. Berbentuk: miring dengan perbandingan 1 : 1 atau 1 : 1½. Pertemuannya dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih 45o( Gbr 3.28).VIII. RIP – RAP1. Defenisi dan Fungsiyaitu susunan bongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan dengan ukuran volume tertentu sebagai peredam energi dihilir bendung. Fungsinya sebagai lapisan prisai untuk mengurangi kedalaman pergeseran setempat dan melindungi tanah dasar dihilir peredam energi bendung. 

2. jenis Rip – Rap, dibedakan atas:a. Timbunan bongka batu alamb. Susunan blok – blok beton berbentuk segi empat, segi panjang dan lain – lain.3. Penempatan, Pada:a. Sepanjang bagian hilir ambang akhirb. Sepanjang bagian kaki tembok sayap hilir.4. Bentuk dan Ukuran, pada rip – rap bongkahan batu:a. Bentuk batu relatif bulat, keras dengan berat jenis 2,4 t/m3b. Diameter batu berkisan 0,30 m, dan Volume batu yang cukupc. Kedalaman sekitar 2 m untuk bagian hilir ambang akhir, dan sekitar 1,5 m untuk bagian dihilir tembok

Page 27: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

sayap hilir.5. Sistem Kerja Rip – Rap:Dihilir terjadi kecepatan aliran sungai yang besarnya bervariasi, rip – rap yang terdiri dari susunan batu – batu lepas yang terkena aliran deras akan menyebar, masuk dan menutup lubang pengerusan setempat, sehingga terjadi perisai/pelindung dasar sungai dari bahaya penggerusan.6. Pemasangan Rip – Rap:Desain rip – rap batu dihilir dipasang miring dan rata.

Gbr. 3.29 Bentuk Pemasangan Rip - Rap7. Rip – Rap Beton:Rip – rap beton bentuk persegi panjang (1x1x2)m, digunakan untuk pengamanan bendung walahar (gmbr 3.20). Dan rip – rap beton persegi empat digunakan dikaki sayap hilir bendung rentang dijawa barat.

Gbr. 3.30 Contoh Penggunaan Rip – Rap Beton 

8. Rip – rap BronjongPenggunaan bronjong kawat dihilir bangunan peredam energi bendung bermaksud mengurangi bahaya penggerusan setempat. Sebagai perlindungan dasar sungai dari bahaya penggerusan setempat, tetapi dari pengalaman – pengalaman penempatan rip – rap bronjong kurang berhasil, disebabkan:a. Bronjong yang bukan jenis bronjong maccafferi berkarat, kurang tahan terhadap gaya benturan batu dan benda padat lain yang terbawa aliran sungai,b. Batu tidak seragam dan bila kawatnya putus maka batu – batu itu akan hanyut,

Page 28: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

c. Karena perbedaan kekerasan antara bronjong dan tanah dasar dihilirnya.d. Karena bronjong flexible dan bila terjadi penggerusan setempat dihilirnya maka bronjong itu akan ikut turun.

IX. STABILITAS BENDUNG1 UmumSalah satu persyaratan keamanan yaitu: Harus stabil terhadap geser, guling dan piping.Gaya – gaya yang bekerja pada bangunan, yaitu:a. Berat sendiri bangunan,b. Tekanan air normal setinggi bendung dan setinggi muka air banjir desain,c. Tekanan lumpur,d. Gaya gempa, tekanan air dibawah bendung/uplift.2 Langkah Perhitungan1) Hitung berat sendiri bangunan, yaitu:a. Tubuh bendungan sajab. Gaya yang bekerjac. Momen gaya – gaya tersebutd. Jumlah seluruh gaya yang bekerja dan momennya dari bagian yang ditinjau.2) Pengaruh Gempa: koefisien gempa kali gaya lintang3) Tekanan air normal: tekanan air setinggi mercu bendung terhadap tubuh bendung.4) Tekanan Banjir: tekanan setinggi muka air banjir pada debit banjir desain.5) Tekanan Lumpur: tekanan lumpur terhadap bangunan hidraulik diudik bendung.

3 Contoh Perhitungana. Stabilitas Bangunan1) Hitung berat sendiri bangunan (Volume, Berat, Jarak titik berat terhadap sumbu Y & X, serta momen tahanan),2) Tentukan koefisien Gempa (dari peta gempa Indonesia), 3) Hitung gaya horizontal pada keadaan air normal dan keadaan air banjir,4) Hitung gaya tekanan lumpur serta momen tahanannya,5) Hitung gaya tekanan uplift disetiap titik untuk keadaan air normal dan banjir.dan dimana : Ux = Gaya tekanan keatas titik x (kg/m)Hx = Tinggi energidiudik bendung (m)Lx = Jarak sepanjang bidang kontak dari udik sampai titik x (m)L = Panjang total bidang kontak (m)Lv = Panjang bidang vertikal (m)LH = Panjang bidang horizontal (m)6) Periksa stabilitas bangunan untuk keadaan air normal dan keadaan air banjir. Pemeriksaan dilakukan terhadap bahaya:a) Guling : faktor keamanan (Fk) = MT / MG 1,5b) Geser : Koefisien geser (f) = tgGaya tahanan = f . v = ...(ton)

Dimana: MT = Momen tahananMG = Momen gempac) Eksentrisitas pembebanan atau jarak dari pusat gravitasi dasar sampai titik potong resultante dengan dasar. 

dimana : e = EksentrisitasB = Lebar dasar

Page 29: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

MT = momen tahananMG = momen gulingV = Jumlah gaya vertikal

7) Periksa terhadap daya dukung tanah pada keadaan air normal dan keadaan air banjir.a) Hitung tegangan ijin = σb) Hitung tegangan tanah.; dan persyaratan yaitu : dimana : σ1,2 = Tegangan TanahV = gaya – gaya vertikalB = Lebar dasar E = Eksentrisitas

b. Panjang Lantai Udik1) Periksa dan tentukan harga Weighted Creep Ratio (C)2) Hitung perbedaan antara tinggi muka air udik dan hilir 3) Hitung panjang garis rayapan yang dihitung dengan cara lane:

Dimana: LW = Panjang garis rayapan totalLV = Panjang garis rayapan dalam arah verticalLH = Panjang garis rayapan dalam arah horizontal4) Periksa panjang garis rayapan.c. Tebal Lantai Hilir1) Ambil tebal lantai hilir untuk potongan yang paling tebal dan paling kecil (t).2) Tentukan berat jenis bahan, .3) Tentukan tekanan Uplift, dengan rumus pasal (a. Bagian 5)4) Periksa syarat keseimbangan, bila , maka ketebalan lantai yang ditentukan memadai.

Gbr. 3.31 pemeriksaan Tebal Lantai Hilir

Diposkan oleh petergo   di 09:27 0 komentar 

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

kebutuhan air irigasi

BAB I

KEBUTUHAN AIR IRIGASI

1.1 UMUM

Page 30: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan dengan cara menyalurkan air yang perlu

untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis. Sebaliknya

pemberian air yang berlebih pada tanah yang diolah itu akan merusakkan tanaman. Jika terjadi curah hujan yang

lama yang disebabkan oleh curah hujan yang deras, maka tanah yang diolah itu akan tergenang dan dibanjiri air,

yang kadang-kadang mengakibatkan kerusakan yang banyak. Daerah-daerah yang rendah yang kurang baik

drainasenya, selalu akan tergenang air. Pada daerah-daerah demikian, pelapukan dan dekomposisi tanah tidak

berkembang, sehingga daerah itu tidak akan menjadi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan padi. Jadi di daerah-

daerah demikian, kelebihan air itu harus di drainase secara buatan dan pengeringan harus dilaksanakan secepat-

cepatnya. 

Di daerah-daerah dengan distribusi curah hujan yang tidak merata, meskipun curah hujannya itu banyak dengan

kondisi meteorologi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman, diperlukan juga irigasi buatan, mengingat kadar air

tanah tidak dapat dipertahankan dalam interval kadar air efektif oleh curah hujan saja. Pemberian air yang cukup

adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mencoba mengabsorbsi

kadar air secukupnya dari tanah untuk pertumbuhan. Jadi yang terpenting untuk tanaman itu ialah bahwa kebutuhan

air dalam tanah mencukupi.

1.2 KEBUTUHAN AIR TANAMAN

Banyaknya air yang diperlukan untuk berbagai tanaman, masing-masing daerah dan masing-masing musim adalah

berlainan. Hal ini tergantung dari beberapa faktor antara lain Jenis tanaman, sifat tanah, keadaan tanah, cara

pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam, kondisi saluran dan bangunan, serta tujuan pemberian air.

1.2.1 Jenis Tanaman

Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman tidak sama, ada tanaman yang hanya memerlukan air sedikit untuk

pertumbuhannya, ada juga tanaman yang akan tumbuh dengan baik kalau tanahnya selalu digenangi air dan

pemberian airnya untuk jangka waktu tertentu harus dilakukan terus menerus seperti halnya tanaman padi sawah.

Selanjutnya ada tanaman yang sesudah menghisap air dari dalam tanah tidak memerlukan air yang mengalir diatas

tanah, dan sebaliknya ada tanaman yang tidak dapat menghisap air yang agak dalam dibawah permukaan tanah.

Pada umumnya tanah harus selalu dalam keadaan basah yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dari jenis-

jenis tanaman.

1.2.2 Keadaan Medan Tanah

Untuk kemiringan medan tanah agak besar, air yang dialirkan diatasnya relatif akan cepat hilang mengalir ke tempat-

tempat yang lebih rendah, dengan demikian air tidak atau kurang ada kesempatan untuk meresap ke dalam tanah

untuk membasahi tanah tersebut. Untuk pembasahan yang sama pada tanah-tanah yang kemiringannya besar akan

memerlukan air yang lebih banyak daripada tanah yang datar.

1.2.3 Sifat tanah

Tekstur tanah mempunyai pengaruh yang besar akan kemampuan tanah di dalam menahan air, jadi akan

Page 31: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

menentukan kapasitas kapiler tanah. Bilamana tanah mempunyai butir-butir yang seragam, jadi teksturnya

beraturan, maka liang reniknya mempunyai volume yang tidak ditentukan oleh besarnya butir.

Permeabiltas tanah banyak dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, juga oleh alur-alur pembajakan, akar-akar

tumbuh-tumbuhan, lubang-lubang cacing atau keaktifan jenis makhluk yang terdapat di dalam tanah. Memelihara

permeabiltas tanah pertanian yang baik untuk sesuatu jenis tanaman akan menjamin hasil baik produksi tanaman.

1.2.4 Cara pemberian air

Cara pemberian air kepada tanaman yang memerlukannya akan mempengaruhi banyaknya air irigasi yang

diperlukan. Pada sistim irigasi yang baik dengan adanya saluran pembawa dan pembuang akan membutuhkan air

irigasi yang lebih banyak. Cara pemberian air secara bergiliran (rotasi) akan menghemat pemberian air irigasi dari

pada dengan cara terus menerus.

1.2.5 Pengolahan tanah

Cara pengolahan tanah untuk tanaman merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian. Pengolahan tanah

untuk keperluan penanaman padi di sawah akan membutuhkan air irigasi dari pada pengolahan tanah untuk

tanaman palawija. Pada tanaman padi di sawah, banyaknya keperluan air irigasi untuk pengolahan tanah adalah

yang paling besar dan banyaknya air pada masa pengolahan tanah ini yang paling menentukan didalam

perhitungan- perhitungan kapasitas saluran.

1.2.6 Iklim

Banyaknya hujan yang turun mempengaruhi besarnya air irigasi yang diperlukan untuk tanaman. Apabila tinggi

hujan cukup dan selang waktunya sesuai keperluan air untuk pertumbuhan tanaman, maka air irigasi yang

diperlukan dipengaruhi pula oleh suhu (temperature), lamanya penyinaran matahari, kelembaban udara, serta

kecepatan angin.

1.2.7 Waktu Penanaman

Pada musim hujan air yang diperlukan akan lebih sedikit dari pada waktu musim kemarau. Pada perhitungan

banyaknya air irigasi, hujan yang diperhitungkan adalah hujan efektif, yang akan dijelaskan kemudian. Waktu

menanam mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi, termasuk pula sistem pemberian air irigasi, apakah secara

terus menerus atau dengan rotasi dalam pemberian air ke lahan-lahan pertanian, sehingga pemberian air tidak

serentak secara bersamaan akan tetapi diberikan secara bergiliran bagian demi bagian dengan selang waktu

tertentu.

1.2.8 Keadaan saluran dan bangunan

Bilamana keadaan saluran dan bangunan irigasi dalam keadaan kurang baik, maka akan terjadi banyak kehilangan

air baik karena rembesan maupun kebocoran, sehingga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi yang

diperlukan.

1.2.9 Tujuan Pemberian Air

Dalam Irigasi tujuan pemberian air ada yang untuk membasahi tanah saja, ada juga yang disamping membasahi

Page 32: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

tanah juga untuk merabuk. Kalau tujuan pemberian air tersebut disamping untuk membasahi tanah juga untuk

merabuk, maka air yang diperlukan akan menjadi lebih banyak. Untuk merabuk ini lebih banyak pemberian air akan

lebih baik apalagi bila unsur hara yang diperlukan untuk tanaman tidak terdapat didalam air irigasi.

Apabila air tersebut diperlukan juga untuk menghilangkan zat-zat garam didalam tanah yang mermbahayakan

tanaman dan untuk membersihkan air yang kotor, maka banyaknya air irigasi yang diperlukan lebih banyak.

KEBUTUHAN AIR KONSUMTIF TANAMAN (Consumtive Use of Water, CU )

Yang dimaksud kebutuhan air konsumtif tanaman adalah banyaknya air yang diperlukan oleh pertumbuhan tanaman

dalam daerah yang diairi. Besarnya kebutuhan air ini tergantung dari pola tata tanam dan faktor iklim .(Kelembaban

udara, temperature, radiasi matahari, kecepatan angin, dll).

Perhitungan besarnya kebutuhan air ini dapat diformulasikan sebagai berikut :

Cu = k x Et……………………………………………….( 1-1 )

Cu = Consumtive Use

K = Koefisien tanaman, tergantung dari jenis tanamannya

Et = Evapotranspirasi Potensial

Pada gambar 1.1 dan 1.2 dapat dilihat besarnya nilai koefisien masing masing tanaman. Besarnya nilai Et sangat

tergantung dari faktor iklim. Untuk menghitung besarnya Et tersebut dapat dipergunakan metode Penman, Blaney

Criddle, Thorn-waith.

1.3 PERKOLASI

Perkolasi didefinisikan sebagai gerakan air ke bawah dari zone tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai ke

permukaan air tanah ) ke dalam daerah jenuh (daerah di bawah permukaan air tanah ). Perkolasi ini dipengaruhi

antara lain oleh:

a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi yang rendah, sedangkan tanah dengan

tekstur yang kasar mempunyai angka perkolasi yang besar.

b. Permeabilitas tanah, Angka perkolasi dipengaruhi oleh permeabilitas tanah.

c. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis lapisan tanah bagian atas ini makin rendah/kecil angka perkolasinya.

Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil penelitian di

lapangan, perkolasi vertikal lebih kecil dari pada perkolasi horizontal, angkanya berkisar antara 3 sampai 10 kali, hal

ini terutama untuk sawah-sawah dengan keadaan lapangan yang mempunyai kemiringan besar yaitu sawah-sawah

dengan teras-teras. Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat dipergunakan lagi oleh petak sawah

dibawahnya sehingga perkolasi horizontal tidak diperhitungkan. Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan,

angka-angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top soil) lebih tebal

dari 50 Cm adalah sebagai berikut:

Page 33: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Tabel – 1

Perkolasi Vertikal (mm/hari)

Macam Tanah Perkolasi

Sandy loam

Loam

Clay Loam 3 - 6

2 - 3

1 - 2

Sumber : Rice Irrigation in Japan, OTCA 1973

Di Indonesia menurut penelitian di lapangan, angka perkolasi ini seperti untuk Proyek Irigasi Sempor adalah 0,70

mm/hari. Didaerah daratan pantai utara pulau Jawa dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan berkisar 1

mm/hari. Untuk menentukan besarnya perkolasi secara tepat, satu satunya cara yang diperlukan adalah dengan

mengadakan pengukuran di lapangan.

1.4 PENGOLAHAN TANAH ( Puddling Requirement, Pd ) DAN PEMBIBITAN

Untuk penanaman padi, tanah terlebih dahulu harus diolah, untuk pengolahan tanah diperlukan air agar tanah

tersebut menjadi lembek. Banyaknya air yang diperlukan dalam periode pengolahan tanah berkisar antara 150-250

mm. Banyaknya air irigasi yang paling banyak adalah saat terjadi pengolahan tanah, apalagi bila tidak terjadi turun

hujan atau waktu untuk pengolahan tanah tersebut sangat sempit.

Pengolahan tanah pada umumnya dilakukan 20-30 hari sebelum penanaman dimulai pengolahan tanah ini dilakukan

dalam 2 tahap, yaitu pembajakan dan panggarukan.

Banyaknya air yang diperlukan untuk saat pengolahan tanah dapat dihitung dari rumus sebagai berikut :

Wp = [ A . S + A . d (n-1) / 2 ] . 10 (m3)………………………………….(1-2)

Wp = Banyaknya air saat pengolahan tanah

N = Jumlah hari pengolahan tanah 

S = Tinggi air untuk pengolahan (mm)

D = Unit water requirement (mm)

(Evapotranspirasi + Perkolasi)

A = Luas daerah yang tanahnya diolah

Banyaknya air untuk pengolahan tanah pada hari ke- X dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut:

W px = A/n [ s + (x-1) d ] 10 m3………………………………...…(1-3)

Sebagai contoh :

n = 7 hari, s=200 mm, d=15mm/hari, A= 2100 Ha

Jumlah air yang diperlukan saat pengolahan tanah :

Wp = [ 2100 x 200 +2100 x 15 (7-1)/2] 10 = 5.145.000 m3

Banyaknya air yang di perlukan untuk pengolahan tanah pada hari ke-7:

Wp7 =2100/7 [200 + (7-1) 15] . 10

Page 34: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

= 870.000 m3/hari

1.5. PEMBIBITAN / PERSEMAIAN (Nr)

Pekerjaan persemaian tanaman biasanya bersamaan dengan pekerjaan pengolahan tanah, tetapi karena kurang

tenaga kerja terkadang dilakukan sekitar 5 hari setelah pengolahan tanah . Untuk persemaian ini biasanya

diperlukan waktu 20-25 hari adapun luas yang diperlukan untuk persemaian pada umumnya 5% dari luas lahan.

Sedang kebutuhan air untuk persemaian lebih kurang 6 mm/hari.

1.6. CURAH HUJAN EFEKTIF (EFFECTIVE RAINFALL, Re )

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa pertumbuhan tanaman yang dapat dipergunakan

untuk memenuhi air konsumtif tanaman.

Cara mendapatkan Curah Hujan Efektif banyak metode yang bisa digunakan diantaranya adalah : Metode Basic

Year. Yang terdiri dari :

1. Metode Gulbel.

2. Metode IWAI. 

3. Hazen Plotting. 

4. Analisa Frekwensi.

5. R 80.

Metode Hazen Plotting 

Batasan – batasannya sebagai berikut

1. Curah hujan harian < 5mm dianggap tidak efektif. 2. Curah hujan antara 5 – 36mm dianggap efektif. 3. Curah

hujan yang berturut-turut. • < 30mm dianggap curah hujan efektif. • Diselinggi satu hari tak hujan masih dianggap

efektif. Apabila curah hujan yang beturut turut melebihi : Re = 30 + 6x atau CH perhitungan > Re maka CH efektif

= CH perhitungan.

• Apabila CH berturut-turut < Re perhitungan, maka untuk CH yang diambil nilai CH berturut-turut. 1.7. EFISIENSI

IRIGASI. Harga Efisiensi Jenis Efisiensi Tanaman Padi Tanaman Lain Tingkat Tersier Pengunaan air Di salurkan

Efisiensi keseluruhan 95% 90% 85% 80% 75% 60% Tingkat Sekunder Disalurkan Keseluruhan 90% 77% 90% 54%

Tingkat Primer Di salurkan Keseluruhan 90% 70% 90% 50% BAB II PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI 2.1.

GAMBAR DAERAH RENCANA Dalam laporan ini, daerah rencana merupakan suatu daerah yang direncanakan

untuk lahan pertanian teknis. Luas daerah kurang lebih 800 Ha. Daerah rencana ini kondisi geografisnya di bagian

selatan berbukit-bukit yang merupakan daerah hulu, sedangkan di bagian utara terdiri dari tanah datar dan

bergelombang dengan perbedaan elevasi antara 1 sampai 2 meter yang luasnya berkisar 60% dari luas daerah.

Sumber air utama untuk pertanian bergantung pada kapasitas air dari kali yang di hulu yang mengalir dari bagian

selatan menuju daerah yang lebih rendah di sebelah utara. Bendung direncanakan pada daerah hulu yang

Page 35: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

merupakan pintu pengambilan air dari kali di sebelah selatan kemudian dibawa ke saluran primer yang membagi

menjadi saluran sekunder untuk mengairi petak sekunder. Sebagian besar semua daerah dapat diairi karena

kemiringan medan yang merata dan tidak terlalu berbukit-bukit sehingga dengan bantuan gravitasi bumi (kemiringan

medan) daerah irigasi dapat terairi. 2.2. LAY OUTING 2.2.1 Umum Lay outing atau tata letak jaringan adalah

merencanakan tata letak dari saluran -saluran, bangunan-bangunan irigasi sesuai dengan kondisi geografi atau peta

kontur dari daerah yang direncanakan. Adapun langkah-langkah me-lay out adalah : a. Membuat peta, yang

didalamnya tergambar batas batas daerah yang jelas, letak sungai, bukit desa, jalan dan sebagainya. b. Menentukan

luas dari suatu daerah rencana. c. Mengetahui syarat-syarat luas daerah rencana, misalnya - Petak primer : 3000 Ha

- Petak Sekunder : 750 – 1500 Ha. - Petak tersier : 50 – 100 Ha. d. Mengetahui kondisi medan secara umum, yang

didalamnya terdapat elemen-elemen medan antara lain : hutan, kuburan, sungai, dan sarana prasarana lingkungan.

Kondisi medan ini menunjukan kemiringan medan dan ditunjukkan dengan anak panah misal : e. Mengetahui sistim

saluran, baik saluran pembawa maupun saluran pembuang. Saluran pembawa : (1) (2) (3) (4) No 1 dan 2

merupakan jaringan irigasi yang searah. No 3 adalah yang merupakan jaringan yang ideal karena ekonomis. No 4

sedapat mungkin dihindarkan karena : • Pendistribusian air menjadi lambat, karena kemiringan medan tidak terlalu

besar. • Kemungkinan penyerobotan air dibagian hilir. 2.2.2 Lay Out Petak Tersier a. Pendahuluan Perencanaan

teknis petak tersier harus menghasilkan perbaikan kondisi pertanian. Masalah-masalah yang diperkirakan dalam

menghalangi tujuan ini harus dikenali dan dipertimbangkan dalam pembuatan Lay out dan perencanaan jaringan

irigasi/ tersier. Untuk merencanakan lay out aspek-aspek berikut akan dipertimbangkan : • Luas petak tersier •

Batas-batas petak tersier • Bentuk yang optimal • Kondisi medan • Jaringan irigasi yang ada • Ekaploitasi jaringan

Berhubung para petani harus mengelola sendiri jaringan tersier maka kebutuhan untuk eksploitasi dan pemeliharaan

harus dibuat minim. Pembagian harus adil, seimbang dan efisien. b. Petak Tersier Yang Ideal Petak tersier bisa

dikatakan tersier, jika masing-masing sawah milik petani telah memiliki air sendiri / pengambilan air sendiri dan dapat

membuang kelebihan langsung ke jaringan pembuang. Juga para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan hasil

perkebunan dengan peralatan mesin atau ternak mereka ke dan dari sawah melalui jalan yang ada. Untuk mencapai

pola pemilikan yang ideal dalam petak-petak sawah mereka dengan cara saling menukar bagian tertentu dari sawah

mereka atau dengan cara lain menurut tersebut di atas yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Kebalikan dari tersebut di atas adalah mempertahankan situasi yang lama, dimana hal ini perencanaan yang paling

cocok adalah memperbaiki situasi yang ada tersebut, kemudian diusahakan sedapat mungkin untuk mencapai

karateristik yang ideal misalnya : • Emam sampai delapan pemilikan sawah yang ada di organisir sendiri • Air

diberikan dari saluran kwarter dan kelebihan air dibuang melalui pembuangan kwarter. • Pembagian air

proporsionaldengan box bagi yang dilengkapi dengan pintu guna memudahkanpembagian air secara berselang

seling ke petak-petak kwarter. c. Ukuran dan Bentuk Petak Tersier dan Kwarter Ukuran petak tersier tergantung

pada besarnya biaya eksploitasi dan pemeliharaan jaringan. Menurut pengalaman ukuran optimum suatu

petaktersier adalah 50-100 Ha, ukuran dapat ditambah sampai dengan maksimum 150 Ha jika keadaan topografi

memungkinkan demikian. Dipetak tersier yang kecil, efisiensi irigasi menjadi tinggi karena : • Saluran-saluran yang

lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang lebih sedikit. • Diperlukan lebih sedikit titik pembagian air. • Lebih

sedikit petani yang terlibat, jadi kerja lebih baik. • Pengaturan air yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman. •

Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa. Bentuk optimum suatu petak tergantung dari

biaya minimum pembuatan saluran, jalan dan box bagi. Apabila saluran kwarter diberi air dari saluran tersier, maka

panjang total jalan dan saluran menjadi minimum. Dengan dua saluran tersier untuk areal yang sama, maka panjang

Page 36: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

total saluran dan jalan bertambah. Bentuk optimum petak tersier adalah bujur sangkar karena pembagian air akan

menjadi sulit pada petak tersier dalam bentuk memanjang. Ukuran petak tersier dan kwarter tergantung pada ukuran

sawah, keadaan topografi, tingkat teknologi yang ada, kebiasaan yang ada, kebiasaan bercocok tanam, biasanya

pelaksanaan dan sistim pembagian air secara efisien. Jumlah petani-petak kwarter sebaiknya tidak boleh lebih dari

30 orangagar koordinasi antara petani baik. Ukuran petak sebiknya tidak lebih boleh dari 15 Ha agar pembagian air

menjadi lebih efisien. Ukuran optimum petak kwarter adalah 8-15 Ha. kriteria umum untuk mengembangkan petak

tersier: • Ukuran petak tersier 50 – 100 Ha. • Ukuran petak kwarter 8 -15 Ha. • Panjang saluran tersier lebih kecil dari

1500 m. • Jarak antara saluran kwarter dan pembuang kurang dari 300 m. d. Batas Petak Batas-batas petak tersier

didasarkan pada kondisi topografi. Daerah tersebut hendaknya diatur sebaik mungkin, sehingga petak tersier dalam

satu daerah administrasi desa agar eksploitasi jaringan lebih mudah. Jika ada dua desa pada petak tersier yang

sama diajurkan untuk membagi petak menjadi dua sub petak tersier yang berdampingan sesuai dengan arah desa

masing-masing. Batas-batas petak kwarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan saluran pembuang yang

memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier, pembuang tersier atau yang mengikuti kemiringan medan.

e. Identifikasi Daerah-daerah Yang Dialiri Dibeberapa petak tersier pada bagian-bagian yang tidak dialiri karena

alasan-alasan tertentu, misalnya : • Tanah tidak cocok untuk tanaman pertanian • Muka tanah terlalu tinggi • Tak ada

petani penggarap • Tergenang air Harus dicek apakah daerah-daerah ini tidak diairi selamanya, atau untuk

sementara waktu saja,jika sudah jelas tidak ditanami damasa yang akan dating,maka derah itu ditandai pada petak

dan tidak ada fasilitas irigasi yang akan diberikan. Kecocokan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat rencana

optimalisasi pemanfaatan air irigasi yang tersedia. Berdasarkan hasil penilaian ini dapat diputuskan apakah akan

dibuat jaringan tersier atau tidak. f. Trase Saluran Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan trase

saluran ini yaitu : 1. Daerah yang sudah diairi 2. Daerah yang belum diairi Dalam hal mana yang pertama, trase

saluran kurang lebih sudah tetap, tetapi saluran-salurannya perlu ditingkatkan atau diperbesar disini sedapat

mungkin trase saluran akan mengikuti yang ada. Jika daerah baru akan dibangun maka kriteri umum yang diberikan

di bawah ini akan sangat membantu. Aturan yang akan sebainya diikuti daerah baru adalah menetapkn lokasi

saluran pembuang terlebih dahulu, ini biasanya sudah ada di daerah tadah hujan. 3.2.3 Lay Out Jaringan Irigasi

Saluran irigasi tersier adalah saluran pembagi yang membawa air dan mengambil air dari bangunan sadap melalui

box atau sampai box terakhir, pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan medan, sadangkan pada tanah

bergelombang atau datar saluran mengikuti kaki bukit atau tempat-tempat yang tinggi. Box kwarter akan

memberikan air ke saluran saluran kwarter. Saluran-saluran kwarter adalah saluran saluran bagi, umumnya dimulai

dari box sampai ke saluran pembuang. Panjang maksimum yang diijinkan adalah 500m karena jika ada suatu hal

yang istimewa. Didasarkan di daerah yang terjal saluran kwarter biasanya merupakan saluran garis tinggi yang tidak

memerlukan bangunan terjun, jika hal ini tidak mungkin maka saluran kwarterbiasanya dibuat mengalir mengikuti

kemiringan medan dangan menyediakan bangunan terjun rendah yang sederhana. Pada tanah yang bergelombang

saluran kwarter mengikuti kaki bukit atau berdasarkan berdampingan dengan saluran tersier. Bangunan ditempatkan

di ujung saluran irigasi kwarter yang bertemu pada saluran pembuang dan berfungsi untuk mencegah agar debit

kecil tidak terbuang pada ujung saluran pembuang. Didaerah terjal, saluran kwarter juga diperoleh untuk di pakai

sebagai saluran pembuang kwarter. 3.2.4 Lay Out Saluran Pembuang Saluran pembuang intern harus sesuai

dengan kerangka kerja saluran primer. Jaringan tersier dipakai untuk : • Mengeringkan sawah. • Membuang

kelebihan air hujan • Membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuang kwarter biasanya berupa saluran buatan

yang merupakan garis tinggi pada medan terjal atau alur alami kecil medan yang bergelombang. Kelebihan air

Page 37: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

ditampung langsung dari sawah di daerah atas atau searah saluran pembuang cacingan di daerah sawah. Saluran

tersier menampung air dari saluran pembuang kwarter sering merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran

pembuangan tersier biasanya merupakan saluran yang mengikuti kemiringan medan.diusahakan agar saluran irigasi

dan pembuang tidak saling bersebelahan karena saluran pembuang dapat mengikis dan merusak saluran irigasi, jika

hal ini tidak mungkin dan kalau ada kemiringan hidrolis antara saluran irigasi akan banyak mengalami kehilangan air

akibat rembesan dan kemungkinan bisa runtuh. Jarak antara saluran irigasi dan pembuangan hendaknya cukup jauh

agar kemiringan hidrolis tidak kurang. Berikut ini diberikan paduan untuk menentukan trase saluran baru atau

saluran tambahan : • Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah. • Rencanakan saluran irigasi pada punggung

medan dan saluran pembuangan pada daerah lembah / depresi. • Hindari persilangan dengan salura pembuangan. •

Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan. • Saluran irigasi tidak boleh melewati petak-petak

tersier yang lain. • Hindari pekerjaan tanah yang besar. • Batasi jumlah bangunan. • Batas-batas petak tersier-tersier

dan kwarter, batas-batas tiap sawah, batas-batas desa danindekasi daerah yang bisa diairi dan yang tidak bisa

diairi. • Saluran-saluran primer, sekunder, tersier primer serta saluran pembuang. • Semua bangunan termasuk

indikasi type bangunan seperti box tersier, gorong-gorong, jembatan dll. • Jalan-jalan inspeksi dan jalan petani. •

Sistim tata nama (nomenklatur) saluran pembuang dan bangunan. • Ukuran petak tersier dan masing-masing petak

kwarter. 2.3. SKEMA JARINGAN IRIGASI Skema jaringan irigasi merupakan bagian dari tahap perencanaan irigasi

yang berupa tentang jalannya air dari pembendungan, dibawa oleh saluran pembawaprimer, sekunder, tersier, dan

kwarter sampai pada laha yang diairi. Dalam skema jaringan juga luas tiap-tiap petak tersier, disertai pula nomen

klatur, dari setiap saluran dan bangunan yang ada. Keterangan lain dapat dilihat pada skema jaringan irigasi yang

dibuat pada laporan ini. 2.4. PETAK TERSIER PERCONTOHAN Petak tersier adalahpetak dasar dari jaringan

irigasi. Petak ini merupakan bagian dari daerah yang mendapat air irigasi dari bangunan sadap tersier dan dilayani

oleh satu jaringan irigasi (jaringan tersier). Petak tersier dibagi-bagi menjadi petak-petak kwarter. Petak sub tersier

diterapkan hanya apabila petak tersier berada di dalam daerah administrasi yang meliputi dua desa atau lebih.

Jaringan tersier terdiri dari : • Jaringan Bagi : Saluran dan bangunan yang membawa dan membagi air dari

bangunan sadap tersier ke petak kwarter (saluran tersier). • Jaringan Pemakai : Saluran dan bangunan yang

membawa air dari bangunan bagi ke petak sawah. • Jaringan Pembuang : Saluran dan pembangun yang membuang

kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang. Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier

pada jaringan utama ke petak kwarter. Batas-batas ujung tersier dalam box bagi kwarter yang terakhir, Para petani

tidak diperkenakanmengambil dari saluran tersier. Saluran pembawa membawa air dari box bagi kwarter melalui

lubang sadap sawah atau saluran cacingan ke sawah-sawah. Jika pemilikan sawah terletak lebih dari 5m dari

saluran kwarter, saluran kwarter sebaiknya berakhir di saluran pembuang agar air irigasi yang terpakai dapat

dibuang supaya tidak tergerus, diperlukan bangunan akhir. Box kwarter hanya membagi air irigasi antara saluran

kwarter dan saluran tersier. Saluran pembuang kwarter terletak di dalam petak tersier untuk menampung air

langsung dari sawah dan membuang air itu ke saluran pembuang tersier. Saluran pembuang tersier terletak di

antara petak-petak tersier dari jaringan irigasi sekunder yang sama, serta menampung air dari saluran pembuang

kwarter maupun langsung dari sawah. BAB III PERENCANAAN SALURAN IRIGASI Umum Untuk membawa air dari

sumbernya hingga ke petak tersier sawah diperlukan adanya saluran irigasi. Saluran-saluran itu adalah saluran

primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Sedangkan air yang tidak berguna bagi tanaman

dibuang melalui saluran pembuang ( Drainase ). Dengan dibuatnya saluran pembuang itu, diharapkan tidak terjadi

genangan pada petak-petak sawah yang dapat berakibat mati atau menurunnya produksi tanaman. Pada masing-

Page 38: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

masing saluran diatas dilengkapi dengan berbagai macam bangunan yang berfungsi untuk mempermudah air pada

saluran yang lebih kecil, atau pada petak sawah. Berdasarkan hal diatas dapat diartikan bahwa seluruh saluran

beserta bangunannya dalam suatu daerah irigasi disebut jaringan irigasi. Adapun yang dimaksud bangunan irigasi

disini adalah : 1. Bangunan Utama 2. Bangunan Persilangan 3. Bangunan Bagi 4. Bangunan Sadap 5. Bangunan

Pengatur Muka 6. Bangunan Pengukur Debit dan lain-lain. Kriteria dan kemantapan perencanaan teknis dari suatu

saluran dalam suatu jaringan irigasi teknis mutlak diperlukan, oleh karena yang dimaksud dengan saluran disini

adalah yang mampu menahan erosi. Analisa teknis perencanaan dimensi yang perlu dilakukan antara lain : 1. Tipe

Saluran yang paling cocok 2. Efisiensi Hidrolis 3. Metode pelaksanaan yang paling efektif dan efisien 4. Ekonomis

Untuk menunjang perencanan teknis tersebut, maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan

saluran adalah : 1. Macam material yang membentuk tubuh saluran untuk menentukan koefisien kekerasan. 2.

Kecepatan aliran minimum yang diijinkan agar tidak terjadi pengendapan apabila air mengandung Lumpur dan sisa

kotoran. 3. Kemiringan dasar dan dinding saluran. 4. Tinggi jagaan (free board) 5. Penampung yang paling efisien,

baik hidrolis maupun empiris Perlu diperhatikan pula alternatif pemilihan bangunan pelengkap dalam saluran, tanpa

mengabaikan keempat analisa teknis diatas. Terkadang dalam perencanaan ini jarang dilakukan sistem coba

banding alternatif, untuk memperoleh perencanaan yang optimal. Dengan memperhitungkan faktor-faktor tersebut

diatas diharapkan kita akan mendapatkan suatu saluran yang betul-betul mampu membawa debit yang kita

rencanakan dari bangunan pengambilan utama sampai ke tempat yang memerlukan air tersebut, tanpa

menimbulkan efek yang kurang baik terhadap daerah yang dilewatinya, misalnya banjir. Dalam jaringan irigasi

dibedakan menjadi beberapa macam saluran pembawa sesuai dengan fungsinya : Saluran Primer : Membawa air

dari bangunan utama sampai bangunan terakhir. Saluran Sekunder : Membawa air dari bangunan bagi pada saluran

primer sampai bangunan bagi atau sadap akhir. Saluran Tersier : Saluran yang berfungsi mengairi suatu petak

tersier yang mengambil airnya dari saluran sekunder maupun primer. Saluran Kwarter : Saluran dari mana sawah

mengambil air secara langsung. 3.1 MACAM-MACAM SALURAN Berdasarkan material yang membentuk tubuh

saluran macamnya saluran adalah sebagai berikut : 3.1.1 Saluran Tanah Saluran tanah sudah umum dipakai untuk

saluran irigasi, karena biayanya jauh lebih murah jika dibandingkan dangan saluran pasangan. Sedangkan kapasitas

dari saluran tersebut ditentukan oleh luas area (A), angka pemberian (q) dan koefisien lengkung tegal (c). kecepatan

minimum V = 0.25 m/det. Lebar dasar minimum b = 0.30m, sedangkan kriteria perbandingan b dan h, freeboard,

kecepatan air, kemiringan talud tergantung pada debit yang dibawa oleh saluran tersebut. 3.1.2 Saluran Pasangan

Saluran ini dibuat apabila talud mudah longsor, tanahnya porous dan mengandung zat-zat yang merusak atau

merugikan tanaman, hewan maupun manusia. Bahannya dapat dibuat dari pasangan batu, beton, aspal maupun

blok-blok batu. Kecepatan maksimum bahan : 1. pasangan batu V = 2.0m/det 2. beton V = 3.0m/det Kemiringan

talud bisa dibuat lebih tegak dari saluran tanah. 3.1.3 Saluran Terowongan (TUNNEL) Saluran Tertutup Terowongan

dibuat apabila penggalian saluran terlalu dalam ( > 15 m ) ataupun bila saluran melalui batuan keras. Sedangkan

saluran tertutup dibuat apabila tanggul saluran mudah longsor dan juga dalam keadaan dimana saluran berada

dibawah muka air tanah maksimum dihilir bendung.

Dinding saluran bisa menggunakan pasangan batu atau beton, bentuk saluran disesuikan dengan kondisi medan.

Kecepatan air = 3 m/det. Apabila terjadi belokan, maka jari-jari lengkungnya dibuat sebesar mungkin.

Susunan saluran

Page 39: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Eksploitasi atau jaringan irigasi, sekema jalannya air dari sungai atau sumber air dapat disusun sebagai berikut :

a. Bangunan pengambilan

Merupakan salah satu jenis bangunan utama disisi sungai yang berfungsi memberikan air irigasi yang dibutuhkan.

Bangunan pengambilan ini bisa berupa Free Intake atau bendung, dan pemilihanya tergantung pada tinggi

rendahnya muka air sungai.

b. Bangunan pembawa

Adalah saluran yang berfungsi membawa air dari bangunan utama sampai ketempat yang memerlukan. Saluran

pembawa ini berupa

• Saluran primer

• Saluran sekunder

• Saluran tersier

• Saluran kwarter

Untuk daerah irigasi dimana diperkirakan air irigasinya banyak membawa Lumpur, kemungkinan diperlukan

bangunan yang disebut pengendap lumpur atau kantong Lumpur. Bangunan ini adalah bagian dari saluran primer di

hilir, bangunan pengambilan memberi kesempatan bagi Lumpur yang kasar memperhalus untuk mengendap. Pada

waktu-waktu tertentu saluran ini dikuras secara hidrolis atau mekanis.

c. Bangunan Bagi

Adalah bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-saluran sekunder atau pada

saluran sekunder ke saluran sekunder lainya.

d. Bangunan sadap

Bangunan yang terletak pada saluran primer atau[un sekunder yang memberi air saluran tersier.

e. Bangunan Box

Fungsi dari bangunan box tersier atau kwarter untuk membagi air ke saluran kwarter atau langsung ke sawah.

3.2 BENTUK SALURAN

Bentuk penampang saluran direncanakan yang paling efisien, baik secara hidrolis maupun empiris. Penampang

saluran tersebut bisa berbentuk : 

• Segitiga

• Segiempat

• Trapezium

• Setengah lingkaran

• Ellips

• Dan sebagainya

Pemilihan bentuk penampang saluran berdasarkan pada bentuk penampang yang ekonomis dan mampu untuk

membawa debit rencana. Syarat dari penampang ekonomis tersebut adalah bahwa penampang basah dari saluran

minimum.

Page 40: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

3.3 TEORI PERENCANAAN SALURAN

3.3.1 Rumus de Chrezy 

V = C R.S

Dimana :

V = Kecepatan aliran ( m/det ; fps )

R = Jari-jari hidrolis ( m ; ft )

S = Kemiringan aliran = kemiringan dasar saluran

C = Faktor tahanan aliran, tergantung dari :

• Kecepatan rata-rata V

• Jari-jari hidrolis R

• Kekasaran dasar satuan n

• Viskositas

Dalam mencari harga C dapat di gunakan rumus-rumus sbb :

• Rumus Ganguilet – kulter yang dinyalakan dalam satuan Inggris

Dimana :

n adalah koefisien Kutter, yang besarnya sama dengan koefisien Manning n.

• Rumus Bazin, dinyatakan dalam satuan English

(Satuan English)

(Satuan Matriks)

Dimana n adalah koefisien kekasaran dan besarnya dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel Koefisien Kekasaran n

Macam dasar saluran m

Kayu yang disemen secara sangat halus

Kayu yang tidak rata, beton atau bata

Pasangan batu, pasangan bata

Tanah dalam keadaan baik

Tanah dalam keadaan biasa

Tanah dalam keadaan tidak teratur 0.11

0.21

0.83

Page 41: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

1.54

2.36

3.17

• Powell Formula

(English)

Dimana :

Re = angka Reynold VRP

R = jari-jari hidrolis ( ft )

E = Roughness

= density

= dynamic viscosity

Tabel Roughness = E

Keadaan Saluran E

Lama Baru

Permukaan bersemen halus 0.0002 0.0004

Saluran kayu yang ridak rata 0.0010 0.0017

Saluran dengan pasangan beton 0.0040 0.0060

Saluran tanah lurus dan uniform 0.0040 

Saluran tanah yang dikeruk 0.0100 

3.3.2 Manning 

Rumus ini dikembangkan untuk pendimensian saluran, rumus ini diperkuat dari 170 penelitian serta data-data dari

Bazin.

Bentuk dari manning sebagai berikut :

R2/3 S1/2 …………….English Unit 

Page 42: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

R2/3 S1/2 …………….Matric Unit 

Dimana :

V = kecepatan aliran ( m/det ; fps )

R = jari-jari hidrolis ( m ; ft )

S = kemiringan dasar saluran

n = koefisien kekerasan Manning

Karena bentuk yang sederhana serta menghasilkan suatu perhitungan yang memuaskan, maka rumus ini sangat

luas digunakan sebagai rumus aliran uniform dalam perhitungan aliran saluran terbuka. Dalam menggunakan rumus

Manning kesulitan yang timbul ialah dalam mnentukan ketahanan dari saluran terhadap saluran.

Tiga orang ahli telah menentuka besarnya koefisien kekerasan Manning tersebut, yaitu COWAN, HORTON, SCOBY

dan RAMSER.

Perhitungan n dengan memakai rumus Manning dapat mempergunakan dua cara , yaitu :

• Perhitungan cara Analis

• Perhitungan cara grafis ( nomogram )

3.3.3 Rumus Strickler

Rumus ini ditentukan pada tahun 1923, bentuknya hampir sama dengan rumus Manning

V = K R2/3 S1/2

Dimana :

V = kecepatan aliran ( m/det ; fps )

K = koefisien kekerasan

R = jari-jari hidrolis ( m ; Ft )

S = kemiringan saluran

Perhitungan diatas dapat pula dengan memakai Nomogram ( grafis )

Tabel harga K untuk saluran secara umum

Macam Dasar Saluran K

Saluran dengan dinding tidak teratur.

Sungi dengan dinding tidak teratur.

Saluran tersier dengan tangkis baru.

Saluran baru tak bertangkis.

Saliran induk dan sekunder dengan Q = 7.5 m3 / det.

Saluran terpelihara dengan Q = 10 m3 / det.

Saluran dengan pasangan batu belah dan plesteran yang baik / beton yang tidak diplester.

Beton licin / papan kayu.

36

38

40

Page 43: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

43 ½

45 – 47

½

50

60

90

Tabel hubungan Q dan m

Q ( m3 / det ) m = b / h

0 - 0.5 1

0.5 - 1 1.5

1 - 1.5 2

1.5 - 3 2.5

3 - 4.5 3

4.5 - 6 3.5

6 - 7.5 4

7.5 - 9 4.5

9 - 11 5

Saluran tersier yang dasar salurannya lempung :

K = 40. P = 1 ; P adalah kemiringan talud ; b/h = 1 ; 1,5 ; 2

3.4 Kriteria Perencanaan Saluran Pembawa

Yang termasuk dalam saluran pembawa seperti yang diuraikan diatas adalah : saluran primer, saluran sekunder,

saluran tersier dan saluran kwarter. Selanjutnya akan dibahas dibawah ini tentang beberapa point saluran pembawa.

3.4.1 & 3.4.2 Debit Rencana dan Dimensi Saluran

Berdasarkan perhitungan kebutuhan air pada tugas irigasi I, telah didapatkan q = 1.5 lt/dt/ha yang dijadikan patokan

perhitungan debit rencana ataupun dimensi saluran.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui luas areal yang diairi, maka dapat ditentukan besarnya debit rencana

ataupun dimensi saluran.

Sedangkan untuk mendimensi saluran dipakai dasar-dasar sebagai berikut :

a. Didasarkan pada aliran seragam ( uniform flow )

b. Besarnya kecepatan ditentukan berdasarkan pengalaman dari De Vos, yang dilihat pada table di bawah ini :

Page 44: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Debit (Q) m3 / dt. Kecepatan aliran (m/dt.)

0 - 0.15 0.25 - 0.30

0.15 - 0.30 0.30 - 0.35

0.30 - 0.40 0.35 - 0.40

0.40 - 0.50 0.40 - 0.45

0.50 - 0.75 0.45 - 0.50

0.75 - 1.50 0.50 - 0.55

1.50 - 3.00 0.55 - 0.60

3.00 - 4.50 0.65 - 0.70

4.50 - 6.00 0.70 - 

6.00 - 7.50 0.70 - 

c. Luas daerah irigasi seperti pada tugas Irigasi I.

d. Saluran primer dan sekunder berupa pasangan batu kali.

3.4.3 Kecepatan Aliran

Kecepatan rata-rata yang diperkenankan berada antara kecepatan minimal dan maksimal atau antara 0.45 – 0.9 m /

det. Tergantung pada jenis tanah (Ir. Th. D. Van Maanen, 1931 ).

a. Pengendapan Lumpur, pada kecepatan minimal Lumpur tidak mengendap ke dasar.

b. Pengikisan dasar saluran, pada kecepatan maksimal aliran air belum mengikis dasar saluran.

3.4.4 Kemiringan Dinding Saluran.

Kemiringan dinding saluran ini tergantung pada :

a. Macam material yang membentuk tubuh saluran

b. Kehilangan air akibat rembesan

c. Geometri dari saluran

d. Cara kontruksi

Ukuran saluran dengan Geometri normal USBR menggunakan angka 1½ : 1 yaitu cotangen sudut lereng.

Keuntungan dari lereng ini adalah hampir cocok untuk segala macam material. Untuk saluran yang tak tahan erosi

maka penentuan pilihan kemiringan saluran ini harus diteliti secara khusus agar mendapatkan kestabilan yang

memuaskan.

3.4.5 Jagaan

Yang di maksud dengan jagaan adalah jarak dari puncak tanggul sampai tinggi muka air perencanaan.

Tujuan untuk mencegah peluapan air akibat :

a. Gelombang atau fluktuasi permukaan air.

b. Kenaikan air pada belokan bagian cembung pada saat air mempunyai kecepatan besar serta sudut defleksi yang

besar pula.

c. Bila air mendekati kecepatan kritis maka bila ada halangtan sedikit saja akan terjadi hydraulic jump.

d. Sebab-sebab alamiah yaitu yang disebabkan oleh gerakan air oleh pasang sudut dsb.

Tinggi jagaan ini umumnya dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan mengenai besarnya serta lokasi dari

Page 45: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

saluran, penambahan air akibat hujan, fluktuasi permukaan air tanah, gerakan angina, karakteristik tanah, gradient

rembesan, persyaratan mengenai jalan serta bahan-bahan atau material setempat.

Untuk menetapkan tinggi jagaan dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel Tinggi Jagaan 

Debit Saluran (m3/dt.) Jagaan (m)

Saluran tersier Q = 0.5 0.30

Saluran sekunder Q = 0.5 0.40

Saluran induk dan sekunder 

Q = 0.5 - 1 0.50

Q = 1 - 2 0.60

Q = 2 - 3 0.60

Q = 3 - 4 0.60

Q = 4 - 5 0.60

Q = 5 - 10 0.75

Q = 10 - 25 0.75 - 1.00

Q = 25 - 100 1.00

3.4.6 Tanggul

Lebar tanggul saluran irigasi dibuat sedemikian rupa hingga dapat dilalui orang. Dan lebar tanggul tidak diberi

lapisan. Yang dimaksud lapisan ini adalah lapisan untuk penempatan mesin-mesin untuk pembuatan lapisan keras

yang tebalnya berkisar 1.00 sampai 2.00 meter.

Syarat teknis Saluran Kwarter

• Kecepatan minimum = 0,2 m/det

• Lebar minimum dasar saluran = 0,3 m

• Lebar dasar saluran ( b ) = Kedalaman saluran ( h )

Page 46: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc
Page 47: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

3.5 Perhitungan Perencanaan Saluran Irigasi

Luas lahan :

A1 = 14,95 Ha A2 = 14,29 Ha

B1 = 11,16 Ha B2 = 12,19 Ha

C1 = 14,22 Ha C2 = 14,40 Ha 

D1 = 10,58 Ha D2 = 13,46 Ha

Menentukan kapasitas rencana dan dimensi dasar saluran :

Perhitungan dimensi saluran menurut syarat minimum 

Asumsi

B = H

Bmin = 0,3

A = (2B + 2H) H 

2

A = (2H + 2H) H 

2

A = 2H2 = 2B2

Amin = 2 (0,3)2

= 0,18 m2

Vmin = 0,2 m/dt

Qmin = Amin – Vmin

= 0,18 x 0,2

= 0,036 m3/dt

Page 48: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Untuk saluran a1 :

Luas Area yang akan diairi : 14,95 Ha

q = 1,5 lt/dt/ha

Q = q x A

= 1,5 x 14,95 Ha = 22,425 lt/dt

karena nilai Q dari saluran a1 lebih kecil dari Qmin, maka Q yang diperlukan untuk saluran a1 adalah Qmin yaitu

sebesar 0,036 m3/dt atau 36 lt/dt.

Perhitungan Dimensi Saluran

Untuk saluran dengan Qmin = 36 lt/dt

Diambil perbandingan B = 1,5 H

A = (2B + 2H) H

2

A = (2 . 1,5H + 2H) H

2

A = 2,5H2

P = B + 2H√ (m2 + 1)

P = 1,5H + 2H√ (12 + 1)

P = 4,328H

R = A / P

= 2,5H2 / 4,328H

= 0,58H

Q = A * V

V = K * R2/3 * S1/2

Q = A (K * R2/3 *S1/2)

Dimana : K = 30 dan S = 0,0021/2

0,036 = 2,5H2 (30 * 0,58H2/3 * 0,0021/2)

0,036 = 3,354H2 (0,58H)2/3

0,036 = 1,945H8/3

Page 49: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

H = (0,036/1,945)3/8

= 0,224 m 

B = 1,5H

= 1,5 x 0,224

= 0,336 m

Cek terhadap Vmin :

V = K *R2/3 * S1/2

V = 30 * 0,58H2/3 * 0,0021/2

V = 30 * (0,58 x 0,224)2/3 * 0,0021/2

V = 0,344 m/dt > 0,2 m/dt ……… OK

Saluran Bs – T1

Luas area yang akan diairi :

A1 + A2 + B1 + B2 + C1 + C2 + D1 + D2

14,95 + 14,29 + 11,16 + 12,19 + 14,22 + 14,40 + 10,58 + 13,46 = 105,25 Ha

Q = q * A

= 1,50 x 105,25 Ha

= 157,88 lt/dt = 0,15788 m3/dt 

Perhitungan Dimensi Saluran :

Diambil perbandingan B = 1,5 H

A = (2B + 2H) H

2

A = (2 . 1,5H + 2H) H

2

A = 2,5H2

P = B + 2H√ (m2 + 1)

P = 1,5H + 2H√ (12 + 1)

P = 4,328H

R = A / P

= 2,5H2 / 4,328H

= 0,58H

Page 50: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Q = A * V

V = K * R2/3 * S1/2

Q = A (K * R2/3 *S1/2)

Dimana : K = 30 dan S = 0,0021/2

0,15788 = 2,5H2 (30 * 0,582/3 * 0,0021/2)

0,15788 = 3,354H2 (0,58H)2/3

0,15788 = 1,945H8/3

H = (0,15788/1,945)3/8 

= 0,390 m 

B = 1,5H

= 1,5 x 0,390

= 0,585 m

Cek terhadap Vmin :

V = K *R2/3 * S1/2

V = 30 * 0,58H2/3 * 0,0021/2

V = 30 * (0,58 x 0,390)2/3 * 0,0021/2

V = 0,498 m/dt > 0,2 m/dt ……… OK

Saluran T1 – T2

Luas area yang akan diairi :

B1 + B2 + C1 + C2 + D1 + D2

11,16 + 12,19 + 14,22 + 14,40 + 10,58 + 13,46 = 76,01 Ha

Q = q * A

= 1,50 x 76.01 Ha

= 114,02 lt/dt = 0,11402 m3/dt 

Perhitungan Dimensi Saluran :

Diambil perbandingan B = 1,5 H

A = (2B + 2H) H

2

A = (2 . 1,5H + 2H) H

2

A = 2,5H2

Page 51: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

P = B + 2H√ (m2 + 1)

P = 1,5H + 2H√ (12 + 1)

P = 4,328H

R = A / P

= 2,5H2 / 4,328H

= 0,58H

Q = A * V

V = K * R2/3 * S1/2

Q = A (K * R2/3 *S1/2)

Dimana : K = 30 dan S = 0,0021/2

0,11402 = 2,5H2 (30 * 0,582/3 * 0,0021/2)

0,11402 = 3,354H2 (0,58H)2/3

0,11402 = 1,945H8/3

H = (0,11402/1,945)3/8

= 0,345 m 

B = 1,5H

= 1,5 x 0,345

= 0,518 m

Cek terhadap Vmin :

V = K *R2/3 * S1/2

V = 30 * 0,58H2/3 * 0,0021/2

V = 30 * (0,58 x 0,345)2/3 * 0,0021/2

V = 0,459 m/dt > 0,2 m/dt ……… OK

Saluran T2 – T3

Luas area yang akan diairi :

C1 + C2 + D1 + D2

14,22 + 14,40 + 10,58 + 13,46 = 52,66 Ha

Q = q * A

= 1,50 x 52,66 Ha

Page 52: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

= 78,99 lt/dt = 0,07899 m3/dt 

Perhitungan Dimensi Saluran :

Diambil perbandingan B = 1,5 H

A = (2B + 2H) H

2

A = (2 . 1,5H + 2H) H

2

A = 2,5H2

P = B + 2H√ (m2 + 1)

P = 1,5H + 2H√ (12 + 1)

P = 4,328H

R = A / P

= 2,5H2 / 4,328H

= 0,58H

Q = A * V

V = K * R2/3 * S1/2

Q = A (K * R2/3 *S1/2)

Dimana : K = 30 dan S = 0,0021/2

0,07899 = 2,5H2 (30 * 0,582/3 * 0,0021/2)

0,07899 = 3,354H2 (0,58H)2/3

0,07899 = 1,945H8/3

H = (0,07899/1,945)3/8

= 0,301 m 

B = 1,5H

= 1,5 x 0,301

= 0,452 m

Cek terhadap Vmin :

V = K *R2/3 * S1/2

V = 30 * 0,58H2/3 * 0,0021/2

V = 30 * (0,58 x 0,301)2/3 * 0,0021/2

V = 0,419 m/dt > 0,2 m/dt ……… OK

Page 53: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Saluran T3 – T4

Luas area yang akan diairi :

D1 + D2

10,58 + 13,46 = 24,04 Ha

Q = q * A

= 1,50 x 24,04 Ha

= 36.06 lt/dt = 0,03606 m3/dt 

Perhitungan Dimensi Saluran :

Diambil perbandingan B = 1,5 H

A = (2B + 2H) H

2

A = (2 . 1,5H + 2H) H

2

A = 2,5H2

P = B + 2H√ (m2 + 1)

P = 1,5H + 2H√ (12 + 1)

P = 4,328H

R = A / P

= 2,5H2 / 4,328H

= 0,58H

Q = A * V

V = K * R2/3 * S1/2

Q = A (K * R2/3 *S1/2)

Dimana : K = 30 dan S = 0,0021/2

0,03606 = 2,5H2 (30 * 0,582/3 * 0,0021/2)

0,03606 = 3,354H2 (0,58H)2/3

0,03606 = 1,945H8/3

H = (0,03606/1,945)3/8

= 0,224 m 

B = 1,5H

= 1,5 x 0,224

= 0,336 m

Page 54: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Cek terhadap Vmin :

V = K *R2/3 * S1/2

V = 30 * 0,58H2/3 * 0,0021/2

V = 30 * (0,58 x 0,224)2/3 * 0,0021/2

V = 0,344 m/dt > 0,2 m/dt ……… OK

Tabel Dimensi Saluran

BAB IV

KRITERIA DESAIN BANGUNAN DALAM SALURAN IRIGASI

4.1 UMUM

Page 55: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Pada dasarnya pendistribusian air irigasi tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh sawah atau yang membutuhkan

lainnya. Hal itu disebabkan oleh kondisi medan yang tidak memungkinkan, sehingga diperlukan bangunan-bangunan

irigasi supaya air dapat dimanfaatkan oleh yang membutuhkannya separti para petani.

Bangunan irigasi tersebut mulai dari pintu pengambilan sampai pada saluran kwarter dimana sawah mengambil

airnya. Sedang macam-macamnya bangunan irigasi tersebut sudah disinggungpada bab terdahulu, dan bab ini akan

dijelaskan mengenai difinisi tiap macam konstruksi dan kritiria perencanaannya.

4.2 PINTU PENGAMBILAN / INTAKE

Dibangun untuk dapat mengatur banyaknya air yang masuk saluran sesuai dengan yang dibutuhkan dan menjaga

air banjir tidak ke dalam saluran. Ukuran pintu pengambilan dihitung berdasarkan debit maxsimum yang akan

dialirkan ke dalam saluran primer, dengan rumus pengaliran untuk ambang lebar dan sempurna. Pintu ini dari jenis

pintu sorong.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

Q = M * b * h √ ( 2 * g * z )

Dimana :

Q = debit saluran primer ( m3 / det )

M = 0,85

b = lebar pintu ( m )

h = tinggi bukaan pintu ( m )

z = tinggi tekan = 0.05

g = 9.81 m / det2

4.3 BANGUNAN BAGI

Prinsip bangunan bagi adalah untuk membagi air dari saluran primer / sekunder ke saluran sekunder / tersier.

Bangunan bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur. Waktu debit kecil, muka air akan turun. Pintu diperlukan untuk

menaikan kembali muka air sampai batas yang diperlukan. Pintu ini dibuat pada bagian saluran yang menembus.

Pada cabang saluran dibangun alat ukur guna mengukur debit yang akan dialirkan melalui saluran yang

bersangkutan sesuai dengan kebutuhan air irigasi di sawah yang akan diairi.

4.4 BANGUNAN PENGATUR MUKA AIR

Bangunan ini bersifat mengatur muka air di saluran pada elevasi yang dikehendaki. Termasuk disini adalah

bangunan yang karena medan yang terjal harus dibuat terjunan, got miring. Sejak tahap perencanaan sudah diduga

perlu adanya pelimpah maupun yang akan diatur dalam eksploitasi.

Bangunan Terjun

Page 56: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Bila kemiringan lapangan lebih besar dari pada kemiringan saluran irigasi yang telah ditentukan maka saluran harus

dibagi dalam beberapa ruas, yang satu dengan yang lainnya. Bangunan terjun ini dibagi 2 jenis yaitu :

a. Bangunan terjun lurus (tegak)

Bentuk hidrolis dan kritiria.

Bangunan terjun dengan tegak sering dipakai pada saluran induk dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar.

Tinggi terjun maks. 1,5 m untuk Q < 2,5 m3 / dtk. Tinggi terjun maks. 0,75 m untuk Q > 2,5 m3 /dtk.

Pada umumnya bangunan terjun tegak dipakai untuk tinggi terjun maks. 2 m.

Perhitungan hidrolis

• Lebar Bukaan Efektif

Q

B = 

1,71 M * H2/3

V12

H = h1 * 

2*g 

Dimana :

B = lebar bukaan efektif ( m )

Q = debit ( m / dtk )

M = koefisien ( m3 = 1 )

H = tinggi garis energi di hulu

H1 = tinggi muka air di hulu ( m )

V1 = kecepatan air di saluran hulu ( m / dtk )

• Tinggi Ambang Hilir

a = ½ * dc

dc = 3 √ Q2 / g * B2

dimana :

a = tinggi ambang hilir ( m )

dc = kedalaman air kritis ( m )

Q = debit rencana ( m3 / dtk )

B = lebar bukaan ( m )

• Panjang Olakan

L = c1 √ Z * dc + 0,25

dc dc 

Page 57: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

c1 = 2,5 + 1,1 + 0,7 [ ]

Z Z

b. Bangunan Terjun Miring

1. Bentuk hidrolis dan kritiria.

Untuk tinggi terjun > 2,00 m dipakai bangunan terjun dengan bidang miring, lazimnya dipakai tipe vlugter.

2. Perhitungan hidrolis

a. Tinggi air diatas mercu.

Ho = Q / ( 1,17 m x b )2/3

Dimana : 

Ho = tinggi air diatas mercu

Q = debit aliran

m = koefisien ( m = 1,2 )

b = lebar mercu

b. Kedalaman dan ruang olakan :

D = L = R = 1,1 x z + H

Dimana :

D = kedalaman ruang olakan

L = panjang ruang olakan 

R = jari – jari hidrolis

z = kehilangan tekanan

H = tinggi garis energi terhadap mercu

c. Tinggi dan lebar ambang hilir

a = 0,15 H ( H / z ) 1/2

w = 2a

dimana : 

a = tinggi ambang hilir

w = lebar ambang hilir

4.5 Siphon

Direncanakan untuk membawa air irigasi yang mana muka air hanya sedikit lebih tinggi dari muka air di sungai

ataupun permukaan jalan raya, jalan kereta api, sehingga harus dilewatkan melalui bawah dengan siphon dengan

aliran yang bersifat tertekan.

a. Bentuk Hidrolis dan Kritiria

- Pengaliran pipa yang terisi penuh.

- Siphon dibuat dengan persilangan tegak lurus tegak lurus terhadap sungai maupun jalan raya dan kereta api,

supaya siphon tidak terlalu panjang

- Pipa dibuat persegi empat atau bulat.

- Kecepatan tidak terlalu besar agar kehilangan tekanan tidak terlalu besar yang bisa mengurangi areal yang diairi.

- Kecepatan juga tidak terlalu kecil supaya tidak terjadi pengendapan dan penyumbatan pada pipa.

- Kecepatan aliran dalam siphon berkisar antara 1,5 – 2 m / dtk.

Page 58: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

- Ukuran minimum pipa diambil 0,70 m demi untuk kepentingan inspeksi.

- Pipa dibuat dari beton tumbuk.

- Untuk pipa siphon yang besar umumnya dibuat segi empat, dan dari beton bertulang.

- Bagian hilir papa dibuat kemiringan tidak lebih dari 1 : 3

- Bagian pemasukan dilengkapi dengan saringan untuk menahan kotoran-kotoran besar.

b. Perhitungan Hidrolis

Q = A * V

Q = A * 2g [ ∆H ] ……… ( pipa ) ½

1 + fi + fm + fL/D

Q = A * 2g [ ∆H ]……… ( persegi )1/2 

1 + fi + fm + fLS/4

Dimana :

Q = debit

D = diameter pipa

f1 = koefisien kehilangan tekanan pada pemasukan

fm = total koefisien kehilangan tekanan

L = panjang siphon

∆H = beda M. T. A antara pemasukan dan pengeluaran

S = keliling basah

A = luas penampang basah

Untuk kehilangan tekanan dapat disebabkan oleh :

a. Geseran

hf = f * L/D * v2 / 2g

f = 124,5 * n2 / d4/3…………( pipa bulat ), atau

f = 1,5 ( 0,01989 + 0,0005078/D )

f = 29 n2 / R4/3 …………( pipa persegi ), atau

f = 1,5 ( 0,001989 + 0,0005078 / 4R )

dimana :

hf = kehilangan tekanan karena geseran

f = faktor kehilangan tekanan

L = panjang siphon

v = kecepatan siphon

D = diameter siphon

R = jari-jari hiidrolis

n = koefisien kekasaran manning

Page 59: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

b. Pemasukan

hi = fi * v2 / 2g

fi = 1/u2 – 1

dimana :

u = 0,8 -0,9

hi = kehilangan tekanan pada pemasukan 

fi = faktor kehilangan tekanan

v = kecepatan pada siphon saringan (screen )

hs = 3 * n * sin 0 ( t/b ) 4/3 Vi 2 /2g 

dimana :

u = koefisien batang saringan

persegi = 2.42

bulat = 1.79

θ = sudut kemiringan saringan

t = tebal batang saringan

b = jarak bersih saringan

v = kecepatan di hulu saringan belokan

hb = fb * v2 / 2g

fb tergantung pada besarnya sudut belokan Transmisi

c. Saluran ke Siphon

hc = fc ( v22 – v12 ) / 2g

dimana :

fc = 0,15 – 0,20

v2 = kecepatan pada siphon

v1 = kecepatan pada saluran

d. Saluran ke Saluran

hd = fd ( v12 – v22 ) / 2g

dimana :

fd = 0,25 – 0,3

v1 = kecepatan pada siphon

v2 = kecepatan pada saluran

Total kehilangan tekanan h harus = 10% lebih kecil dari pada perbedaan muka air tanah pemasukan dan

pengeluaran ( H ) yang tersedia.

Hf + hi + hs + hb + hc + hd < 90% . H Faktor kehilangan tekanan karena belokan. fb 5 10 05 20 25 30 35 40 45

0.013 0.030 0.048 0.067 0.088 0.115 0.146 0.84 0.234 4.6 TALANG Suatu perlintasan antara saluran irigasi dengan

pembuang alam atau sungai. 1. Bentuk Hidrolis dan Kritiria Pengaliranya seperti pengairan pada saluran dan dapat

dibuat dari kayu, beton bertulang atau besi dengan bentuk persegi empat. Bila dari besi dapat berbentuk setengah

Page 60: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

lingkaran. Kecepatan pada kayu, beton : v = 1,5 - 2 m / det v = 2,5 - 3 m / det dasar dari tulang harus cukup tinggi

dari muka air maksimum si sungai supaya aman dari benda-benda kasar yang hanyut di sungai. 2. Perhitungan

Hidrolis Q = µ bh √ 2 g ( Z + v2 / 2g ) V = k R 2/3 I 1/2 Dimana : b = lebar talang h = tinggi talang Z = kehilangan

tekanan k = koefisien kekasaran R = jari-jari hidrolis I = kemiringan memanjang talang Koefisien kekasaran Material

k Kayu Beton Besi 60 70 80 4.7 Gorong-gorong Adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air ( saluran

irigasi atau pembuang ) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan kereta api. • Pada gorong-

gorong aliran bebas = Benda-benda hanyut dapat lewat dengan mudah, biaya mahal. • Pada gorong-gorong

tenggelam = seluruh potongan melintang berada dibawah permukaan air, biaya relative murah, bahaya tersumbat

lebih besar. Kritiria Perencanaan : 1. Kecepatan yang dipakai tergantung pada jumlah kehilangan energi yang ada &

geometri lubang masuk dan keluar. 2. Kecepatan diambil = 1,5 m / dtk gorong-gorong saluran untuk irigasi, dan 3,0

m / dtk gorong-gorong untuk saluran pembuang. 3. Diameter minimum di saluran primer 0,60 m ( gorong-gorong

lingkaran ) 4. Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan batu dengan pelat beton

bertulang sebagai penutup. Kehilangan tinggi energi untuk gorong-gorong yang mengalir penuh. 1. Gorong-gorong

pendek ( L < 20m ) Q = µ A √2gz Dimana : Q = debit ( m3 / dtk ) µ = koefisien debit A = luas pipa ( m2 ) G = 9,8 m /

dtk2 Z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong ( m ) 2. Gorong-gorong > 20 m

Kehilangan masuk : ∆H masuk = ε masuk ( Va – V )2 

2g

Kehilangan akibat gesekan ∆Hf = Cf V2 V2

2g C2R

Kehilangan keluar : ∆H keluar = ε keluar ( Va - V )2

2g

TABEL HARGA-HARGA µ DALAM GORONG-GORON PENDEK

Tinggi dasar dibangunan Sama dengan disaluran

Sisi µ

Segi empat 0.80

Bulat 0.90

Tinggi dasar dibangunan Lebih tinggi daripada disaluran

Ambang Sisi µ

Segi empat Segi empat 0.72

Segi empat Segi empat 0.76

Bulat Bulat 0.85

Keterangan untuk notasi gorong-gorong L > 20 m

Page 61: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

C = KR1/5, adalah koefisien strickler ( k = 1/n = 70 untuk beton )

R = jari-jari hidrolis

L = panjang pipa

V = kecepatan aliran dalam pipa m/dtk

Va = kecepatan aliran dalam saluran

Gorong-gorong tidak terisi penuh

1. h1 > 2/3 h

Q = µ b.h. √2gz ; z = h – h1

2. h1 = 2/3 h

Q = 0.385 √2gh

Dimana :

µ = 0.85 – 0.9

b = lebar gorong-gorong

h = dalam air didepan gorong-gorong

h1 = dalam air didalam gorong-goromg

z = kehilangan tekanan

BAB V

PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

Page 62: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

5.1 PERHITUNGAN KEMIRINGAN DAN KEDALAMAN SUNGAI

5.1.1 Perhitungan Kemiringan Sungai 

NO PATOK ELEVASI JARAK Hi = ELHi – EL0 i = (Hi+1+Hi).L/2

1 P.1 129.8 50 129.8–128.00 = 1.80 (1.70+1.80)25=87.50

2 P.2 129.7 50 1.70 82.50

3 P.3 129.6 50 1.60 78.75

4 P.4 129.55 50 1.55 76.25

5 P.5 129.50 50 1.50 73.75

6 P.6 129.45 50 1.45 71.25

7 P.7 129.40 50 1.40 68.75

8 P.8 129.35 50 1.35 66.25

9 P.9 129.30 50 1.30 63.75

10 P.10 129.25 50 1.25 62.25

11 P.11 129.24 50 1.24 61.25

12 P.12 129.21 50 1.21 60.00

13 P.13 129.19 50 1.19 57.25

14 P.14 129.10 50 1.10 54.25

15 P.15 129.07 50 1.07 50.50

16 P.16 128.95 50 0.95 46.25

17 P.17 128.90 50 0.90 43.75

18 P.18 128.85 50 0.85 41.25

19 P.19 128.80 50 0.80 39.50

20 P.20 128.78 50 0.78 38.50

21 P.21 128.76 50 0.76 36.50

22 P.22 128.70 50 0.70 33.75

23 P.23 128.65 50 0.65 28.75

24 P.24 128.50 50 0.50 12.50

25 P.25 128.00 50 0.00 0.00

Hi = 27.50 i = 1335

Contoh Perhitungan :

a. Hi = ELHi – EL0

= H1 – H0

= 129.8 – 128.00

= 1.80

Page 63: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

b. i = (Hi + 1 + Hi) .L1

2

= (H2 + H1) .L1

2

= (1.70 + 1.80) * 25 = 87.50

2i

H rata-rata = 

Li

2 . (1335)

1250

= 2.136

H rata-rata

S rata-rata = 

Li

2.136

1250

= 0.0017

Jadi kemiringan dasar sungai rata-rata = 0.0017

5.1.2 Perhitungan Kedalaman Sungai Maksimum

Dalam menentukan kedalaman sungai maksimum perlu diketahui penampang melintangnya. Kemudian penampang

sungai itu kita bagi dengan kedalaman air tertentu. Berdasarkan kedalaman tersebut kita akan mendapatkan luas

penampang basah (A), keliling basah (P), kecepatan aliran (V) dan debit (Q). Untuk kecepatan aliran memakai

rumus MANNING :

V = 1/n* R2/3 *S1/2

dan persamaan kontinuitas : Q = V * A

Sketsa penampang sungai pada patok P16 dimana bendung akan diletakkan sebagai berikut :

Page 64: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Elevasi 1 S = 0.0017 

1

30 m

Gambar 5.1. Sketsa Penampang Sungai

- Luas penampang basah A = (B + mH)H

- Keliling basah P = B + 2H √ (1 + m2)

- Jari-jari hidrolis R = A/P

Tabel hubungan tinggi muka air dengan debit, dihitung berdasarkan penampang melintang pada patok P18.

Hasil perhitungan pada table diatas dapat disajikan dalam gambar grafik hubungan antara elevasi muka air dan debit

pada patok P18.

Dari soal diketahui Q20 = 140 m3/dt

Dari grafik diketahui untuk Q20 = 140 m3/dt

Kedalaman airnya (H) = 130.22 – 128.85

= 1.37 m

5.2 DESAIN COVER DAM HULU

Bendungan pengelak ( cover dam ) dibangun dengan maksud menutupi sungai agar aliran berbelok dan masuk

kesaluran pengelak ( diversion channel ) sehingga tidak mengganggu pelaksanaan kontruksi bendung yang sedang

dibangun. Cover dam di bangun dibagian hulu dan hilir agar keseluruhan aliran tidak masuk ke lokasi proyek.

- Q10 = 74 m3/dt

- Dari grafik hubungan Q dan H → Q10 = 74 m3/dt

H = 129.85 – 128.85

= 1 m

- Kemiringan sungai rata-rata ( S ) = 0,0017

- Cover dam dibuat dibagian upstream dan down stream

- Elevasi dasar cover dam = elevasi dasar bendung + S . L

Page 65: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

= + 128.85 + ( 0,0017 x 100 )

= + 128.85 + 0.17

= + 129.02

- Tinggi jagaan diambil = 1 meter

- Elevasi crest cover dam = elevasi muka air + jagaan

= + 129.85 + 1

= + 130.85

- Jadi tinggi cover dam hulu = elevasi crest cover dam - elevasi dasar 

cover dam

= ( + 130.85 ) – ( + 129.02 )

= 1.83 m

+ 131.50 = Elevasi Crest Cover Dam

Tinggi Jagaan

= 1 m

El. Muka Air H = 1.83 m

= + 129.85 Tinggi Cover 

Dam Hulu 

Elevasi Dasar

Cover Dam + 129.02

Gambar 5.2 Desain Cover Dam

5.3 DESAIN SALURAN PENGELAK SEMENTARA

Saluran pengelak dibuat dengan tujuan membelokkan air sungai selama ada pembangunan bendung disebelah

hilirnya. Saluran pengelak biasanya terletak dekat cover dam atau turap baja yang dibangun untuk membelokkan air.

Debit yang dipakai dengan kala ulang 10 tahun.

Data-data yang dipakai :

- Q10 tahun = 74 m3/dt

- Penampang rencana = b = 3H

- Kecepatan rencana = 2 m/dt 

- Talud / Dinding Saluran = 1 :1

- Koefisien kekasaran manning = 0,025

Page 66: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

B

Gambar 5.3. Desain Saluran Pengelak Sementara

- Luas penampang basah → A = ( B + MH ) H

= ( 3H + 1H ) H

= ( 4H ) H

A = 4H2 m2

_ Keliling basah → P = B + 2H √ (1 + m2)

= 3H + 2H √ (1 + 12)

= 3H + 2H √ 2

= 3H + 2H . 1,41

= 3H + 2,82H

P = 5,82H 

- Dari hokum kontinuitas → A = Q

V

4H2 m2 = 74 m3/dt

2 m/dt

4H2 m2 = 37 m2

H2 = 37 / 4

H = √9.25

H = 3.04 m

- Dari penampang rencana → B = 3H , jadi

B = 3 ( 3.04 m )

B = 9,12 m

- Jadi luas penampang basah → A = 4H2 m2 = 4 x ( 3.04 )2 = 36.97 m2 = 40m2

- Jadi keliling basah → P = 5,82 H = 5,82 x 3,04

= 17.69

H = 3.04 m 

B = 9.12 m 

Page 67: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

gambar 5.4. Desain Saluran pengelak sementara

5.4. PENENTUAN ELEVASI MERCU BENDUNG

Elevasi mercu harus ditentukan secermat mungkin agar supaya semua petak yang dilayani dapat mendapatkan air

dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan pedoman elevasi sawah tertinggi ditambah dengan seluruh kehilangan

tenaga diseluruh sistim pembawa.

Tahapan perhitungan elevasi mercu adalah , sbb :

3. Tentukan dari sistim petak, elevasi sawah yang tertinggi yang akan dialiri.

Muka air disawah untuk penggenangan dan kehilangan tenaga biasanya diambil 0,12 m.

4. Menghitung semua kehilangan tenaga disepanjang saluran mulai dari saluran kwarter, sub tersier, tersier, dan

sekunder dan akhirnya saluran primer.

Kehilangan energi ditiap saluran berupa :

- Kehilangan tenaga disepanjang saluran.

- Kehilangan tenaga ditiap bangunan-bangunan silang

- Kehilangan tenaga dikotak-kotak

- Kehilangan tenaga untuk alat ukur

- Kehilangan tanaga untuk persedian eksploitasi, misalnya kehilangan tenaga dipipa-pipa dan pintu-pintu.

Rumus yang digunakan adalah :

ELM = ELS + ho

Dimana : ELM = elevasi mercu bendung

ELS = elevasi sawah tertinggi

= elevasi dasar sungai + H Q20

ho = total kehilangan tinggi tekan

Kehilangan tinggi tekan yang terjadi :

e. Kehilangan tinggi tekan dari saluran tersier ke sawah 0,10 m

f. Kehilangan tinggi tekan dari saluran sekunder - saluran tersier 0,10 m

g. Kehilangan tinggi tekan dari saluran primer – saluran sekunder 0,10 m

h. Kehilangan tinggi tekan dari sungai-sungai primer 0,20 m

i. Tinggi genangan disawah 0,10 m

j. Kehilangan tinggi tekan akibat kemiringan saluran 0,15 m

k. Kehilangan tinggi tekan akibat alat ukur 0,40 m

l. Persediaan tekanan untuk ekaploitasi 0,10 m

m. Persediaan tekanan untuk bangunan – bangunan lain 0,25 m

Perhitungan : ELS = elevasi dasar sungai + H Q20

= + 128.85 + 1,37

= + 130.22

Page 68: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

ho = 0,10 + 0,10 + 0,10 + 0,20 + 0,10 + 0,15 + 0,40 + 0,10 + 0,25

= 1,50 m

ELM = ELS + ho

= + 130.22 + 1,50

= + 131.72 

5.5. PENENTUAN LEBAR BENDUNG

Dalam menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai sebagai pertimbangan adalah lebar sungai yang

ada dan debit yang direncanakan melimpah di atas mercu bendung.

Lebar efektif bendung ( Be ) dihubungkan dengan lebar bendung yang sebenarnya ( B ), yakni jarak antara pangkal

– pangkal bendung dan tiang pancang dengan persamaan :

Be = B1 – 2 ( n . kp + ka ) He

Dimana : Be = lebar efektif bendung

B1 = lebar bendung sebenarnya

Kp = koefisien kontraksi pilar

Ka = koefisien kontraksi dinding

He = tinggi tekan total

n = jumlah pilar

kp = 0,01 ( untuk pilar bulat )

ka = 0,10 ( untuk pilar bulat )

dengan : B’ = B – b - t

B = lebar bendung

b = lebar pintu pengurasan

t = jumlah lebar pilar

Data : - Lebar Bendung (B) = 1.1 * 30 = 33 m

- Jumlah Pilar = 5

- Lebar Pilar (t) = 1 * 5 = 5 m 

- Lebar Pintu Pengurasan (b) = 2 m 

- Jarak Pilar ke Pilar = 5 m

Perhitungan : Be = B1 – 2 ( n . kp + ka ) He

B’ = B – b - t

= 33 – 2 – 5

= 26 m

Be = B1 – 2 ( n . kp + ka ) He

= 26 – 2(5 * 0.01 + 0.10) He

= 26 – 0.30 He

5.6 PERHITUNGAN HIDROLIS BENDUNG

5.6.1 Data dan tipe bendung

Bendung direncanakan dengan tipe Ogee II

Page 69: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Data-data teknis : 

- Lebar bendung sebenarnya = 26 m

- Lebar efektif bendung = 26 – 0,30He m

- Debit rencana Q20 = 140 m3/dt

- Elevasi dasar sungai dimuka bendung = + 128.85

- Elevasi mercu bendung = + 131.72 

- Tinggi bendung = elevasi dasar mercu bendung –

elevasi dasar muka bendung

= (+ 131.72) – (+ 128.85)

= 2,87 m

Gambar bendung tipe ogee II. 

5.6.2 Tinggi muka air dihilir bendung.

Tinggi muka air dihilir bendung dipengaruhi oleh besar debit yang lewat dan kecepatan airnya. Perhitungan debit

menggunakan rumus kontinuitas dan kecepatan air menggunakan rumus Manning.

Q = A . V

V = 1 / n . R2/3 . S1/2

A = ( B + mH ) H

P = B + 2H √ (1 + m2)

V = Q / A

Q = 1 . R2/3 . S 1/2

A n

Data – data teknis :

- n = 0,025

- S = 0,0017

- m = 1

- Q20 = 140 m3/dt

Perhitungan : A = ( B + mH ) H

= (26 + 1.H ) H

= 26H + H2

P = B + 2H √(1 + m2)

= 26 + 2H √ (1 + 12)

= 26 + 2H ( 1.4 )

= 26 + 2.8 H

R = A = 26H + H2

P 26 + 2.8

Page 70: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Maka : Q = V . A 

Q = V

A

Q = 1 R 2/3 S1/2

A n

Untuk H = 3.5 3.5 (26 + 2.8*3.5)2/3 = 1

(0.041)(26*3.5+3.52) (26*3.5+3.52)2/3 

38.06 = 0.40

93.31 

Untuk H = 2.5 3.5 (26 + 2.8*2.5)2/3 = 1

(0.041)(26*2.5+2.52) (26*2.5+2.52)2/3 

36.05 = 0.72

50.28 

Untuk H = 2.04 3.5 (26 + 2.8*2.04)2/3 = 1

(0.041)(26*2.04+2.042) (26*2.04+2.042)2/3 

35.11 = 1.007

34.86 

Diambil H = 2.04 m

Maka : A = 26H + H2

= 26* 2.04 + 2.042

= 53.04 + 4.16

= 57.2 m2

P = 26 + 2.8H

= 26 + 2.8*2.04

= 31.71 

R = A = 57.2

P 31.71

= 1.8 m

5.6.3 Tinggi Muka Air diatas Mercu Bendung ( He )

Page 71: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Debit yang lewat diatas mercu bendung, persamaan yang dipakai :

Q = 2/3 . Cd √(2/3 . g) Be . He3/2

Dimana : Q = debit diatas pelimpah (m3/dt)

Cd = koefisien debit (Cd = C0. C1. C2)

g = percepatan grafitasi (9,81 m/dt2)

Be = lebar efektif bendung (m)

He = tinggi tekan (m)

Penentuan Cd untuk mercu Ogee :

Koefisien debit → Cd = C0, C1, C2

C0 = 1,3 ( konstanta )

C1 = grafik hubungan antara P 

hd

C2 = grafik

Langkah – langkah perencanaan Cd ( ogee )

1. Mengasumsikan nilai Cd (1 – 1,3 )

2. Menghitung He dari rumus diatas 

3. Co = 1,3 ( konstanta )

4. Menghitung P / Hd → C1

5. Menentukan C2 dari Grafik

6. Cek : Cd asumsi = Cd hitung

Data – data teknis : - Q20 = 140 m3 / dt

- Be = 26 – 0.30 He 

- P = 2,87 m

- misal : Cd = 1,3

Perhitungan :

Q = 2/3 Cd √(2/3 . g) . Be . He 3/2 

140 = 2/3 * 1,3√(2/3 * 9,81) (26 – 0,30He) (He) 3/2 

140 = (0,867) (2,557) (26 – 0.30 He) He3/2

140 = 57.64 He3/2 – 0,665 He5/2

Untuk : 

He = 2,50 → 140 = 57.64 (2,50)3/2 – 0,665 (2,50)5/2

140 = 221.27

He = 2,25 → 140 = 57.64 (2,25)3/2 – 0,665 (2,25)5/2

140 = 189.49

He = 1.84 → 140 = 57.64 (1.84)3/2 – 0.665 (1.84)5/2

140 = 140

Diambil He 1.84 m

Page 72: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Maka : Be = 26 – 0,30 He

= 26 – 0,30 * 1.84

= 25.448 m

Ho = P + He

= 2.87 + 1.84

= 4.71 m

A = Be . Ho

= 25.448 . 4.71

= 119.86 m2

V = Q / A

= 140 / 119.86

= 1,168 m/dt

Hd = He – V2

2.g

= 1.84 – (1,168)2 / 2 * 9,81

= 1.84 – 1,364 / 19,62

= 1,77 m

Maka berdasar grafik :

- Co = 1,3 ( konstanta )

- P/Hd = 2.87 / 1.77 = 1,621 → C1 = 0,992

- P/He = 2.87 / 1,84 = 1.56 → C2 = 0,998

Maka : Cd = C0 . C1 . C2

= 1,3 . 0,992 . 0,998

= 1,29 1,3 

Cd asumsi = Cd hitung

1,3 1,3 

Cek dengan rumus asal :

Q = 2/3 Cd √(2/3 . g) . Be . He3/2

120 = 2/3 (1,3) (2,557) (18,670) He3/2

He3/2 = 120 / 41.395

He = 2,034 m

Dikontrol dengan He = 2,034 m

Be = 19,2 – 0,26 . 2,034

= 18,671 m

Ho = P + He

= 3,49 + 2,034

= 5,524 m

A = Be . Ho

= 18,670 . 5,524

Page 73: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

= 103,133 m2 

V = Q / A

= 120 / 103,133

= 1,164 m / dt

Hd = He – V2 / 2 .g

= 2,034 – ( 1,164)2 / 19,62

= 1,965 m

Analisa koefisien debit :

Co = 1,3 ( konstanta )

Berdasar grafik :

P / Hd = 3,49 / 1,965 = 1,776 → C1 = 0,992 

P / He = 3,49 / 2,034 = 1,716 → C2 = 0,998

Jadi : Cd = C0 . C1 . C2

= 1,3 . 0,992 . 0,998

= 1,29

Cek : Q = 2/3 . Cd √(2/3 . g) . Be . He 3/2

120 = 2/3 . (1,29) (2,557) . (18,671) He3/2

He3/2 = 120 / 41,078

He = 2,9212/3

He = 2,04 m

He = 2,04 He asumsi = 2,04 m

Jadi : He = 2,04 m

Maka lebar efektif bendung (Be) = 19,2 – 0,26 He

= 19,2 – 0,26 (2,04)

= 18,670 m

5.6.4. Kontrol Terhadap Bahaya Kavitasi ( Retak )

Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung harus dibatasi s/d (–4) tekanan air

jika mercu terbuat dari beton dan (–1) untuk pasangan batu.

Untuk mengetahui apakah terjadi keretakan atau kavitasi, maka di cek dengan harga He / r.

Berdasarkan grafik maka diperoleh :

Data – data yang ada : He = 2,04 m

r = 1,336 m

Perbandingan He / r = 2,04 / 1,336

= 1,038 

maka dari grafik diperoleh : (P/g) = 0,22

He

Page 74: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

He = 2,04 m

Maka, P/g = 0,22 x He

= 0,22 x 2,04 m

= 0,449 < - 4 ( aman )

Lengkung Debit Diatas Bendung 

Rumus :

Q = Cd 2/3 √(2/3 . g) . Be . He3/2

Data – data : Cd = 1,3

Be = 18,670 m 

134,48 

Page 75: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

120,612

5.7 DESAIN PENAMPANG LINTANG BENDUNG

Dari hasil perhitungan diperoleh Hd = 1,965 m

Penampang Lintang Bendung

5.8 DESAIN KOLAM OLAKAN 

5.8.1 Perhitungan Loncatan Hidrolis

Loncatan hidrolis (hydraulic jump) adalah kejadian naiknya muka air tiba-tiba dari air yang mengalir dengan

kecepatan tinggi disertai kedalaman rendah bergabung dengan air yang berkecepatan tinggi dengan kedalaman

tinggi.

X Y

1 0.294

2 1.049

3 2.207

4 3.743

5 5.639

Page 76: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Perhitungan 

Menghitung dalamnya air disetiap titik setelah melalui mercu :

Vz = (2 . g (z + H0 + Yz)

Q = Vz . Yz 

Be

Fz = Vz

(g . Yz)

(2 .g (z + H0 + Yz) - Q = 0

Be.Yz

Dimana :

Q = Debit banjir rencana

Be = Lebar efektif bendung

Vz = Kecepatan dititik 

Q20 = 120 m3/dt

Be = 18.670

q = Q20 = 120 = 6.427 m3/dt/m

Be 18.670 

Elevasi muka air hulu = +134,58

Elevasi energi di hulu = +134,65

Elevasi dasar kolam olakan = +128,60

Tinggi garis energi Hj diatas kolam = (+ 134,58) – (+128,6) = 5,98

Asumsi Yj = 0

Page 77: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

5.8.2. Panjang loncatan Hidrolis.

Panjang loncatan hidrolis adalah gerak antara permukaan dengan loncatan hidrolis sampai pada suatu titik

permukaan gulungan ombak yang segera menuju kehilir.

Panjang loncatan hidrolis.

Lj = 6,9 ( y2 – y1 )

y2 = kedalaman loncatan hidrolis di hilir

Lj = 6,9 ( 3,326 – 0,608 )

Lj = 18,75 m

5.8.3. Dimensi Kolam Olakan

Dalam pemilihan kolam olak, selain ditentukan oleh topograpi dan tail water, juga ditentukan oleh bilangan Froude

(Fr).

Kriteria pemilihan kolam olakan berdasarkan bilangan Froude.

USBR Type IV 2,5 < Fr < 4,5

USBR Type III 4,5 < Fr < 1,3 V1 = 15 + 18 m/dt

USBR Type II Fr < 4,5

Dalam perencanaan ini digunakan kolam olak USBR type IV

Dimensi Chute Block :

W1 = Y1 = 0,608

se = 2,5 . W1

= 2,5 . 0,608

= 1,520

ac = 2 . Y1

= 2 . 0,608

= 1,216

Lc 2 . Y1

Page 78: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Lc diambil = 2 . Y1 = 1,216

as = 1,25 . Y1 

= 1,25 . 0,608

= 0,760

Yb = 1,1 . 1/2 . Y1 (1 + 8 Fr2 - 1)

= 1,1 . 1/2 . 0,608 (1 + 8 . 4,2072 - 1) 

= 3,659 m

Lb = 6,1 . Yb

= 6,1 . 3,569

= 21,771 m 

Keterangan :

Lb = Panjang Kolam Olak

Lc = Panjang Chute Block

Yb = Tinggi muka air didalam Kolam Olak

as = Tinggi End Sills

ac = Tinggi Chute Block

be = Lebar Chute Block

se = Jarak anatara Chute Blocks

SKETSA KOLAM OLAKAN

Page 79: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

5.9 KANTONG LUMPUR

5.9.1 Definisi dan Fungsi

Kantong Lumpur merupakan bangunan pembesaran potongan melintang saluran (diperdalam dan diperlebar)

sampai panjang tertentu. Fungsi dari kantong lumpur ini adalah untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi

kesempatan kepada sedimen yang lewat untuk mengendap, tujuannya untuk mencegah agar sedimen ini tidak

mengendap di seluruh saluran irigasi. Kantong lumpur ditempatkan pada bagian awal dari saluran primer persis

dibelakang pintu pengambilan. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka waktu tertentu (kurang lebih sekali seminggu

atau setengah bulan) dengan cara membilas sedimennya kembali ke sungai dengan aliran terkonsentrasi yang

berkecepatan tinggi.

Panjang kantong Lumpur berkisar antara 200 sampai 500 m, panjang tersebut bergantung kepada :

a. Diameter sedimen yang akan mengendap 200 m untuk bahan sedimen kasar dan 500 m untuk partikel-partikel

yang lebih halus.

b. Topografi dan

c. Kemungkinan dilakukannya pembilasan.

Dalam bagian Kp-03 mengenai saluran, dikatakan bahwa kantong Lumpur tidak akan diperlukan jika volume

sediment yang masuk kejaringan irigasi tetapi tidak sampai ke sawah (partikel yang lebih besar dari 0,06 – 0,07 mm)

kurang dari 5% (permil)dari kedalaman saluran air diseluruh jaringan irigasi.

5.9.2 Langkah – Langkah Perencanaan

Untuk merencanakan kantong Lumpur dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

1. Menentukan ukuran partikel rencana yang akan terangkat ke jaringan irigasi.

2. Menentukan volume kantong lumpur yang diperlukan .

3. Membuat perkiraan awal luas rat-rata permukaan kantong Lumpur dengan menggunakan rumus :

Dimana : L = Panjang kantong Lumpur (m)

B = Lebar rata-rata profil pembawa (m)

Q = Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dt)

W = Kecepatan endap partikel rencana (m/dt)

Dalam soal ini W = 0,004 m/dt karena diameter sedimen sebesar 

0,07 mm 

SKETSA PROFIL KANTONG LUMPUR

Page 80: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

PENAMPANG MUKA KANTONG LUMPUR

PENAMPANG MELINTANG KANTONG LUMPUR

Keterangan : L = Panjang kantong Lumpur (m)

B = Lebar rata-rata profil pembawa (m)

W = Kecepatan endap partikel rencana (m/dt)

V = Kecepatan rata-rata aliran

Hn = Tinggi air

Hs = Tinggi sedimen di kantong lumpur

5.9.3 Perhitungan 

Dalam perencanaan ini data – data yang diperoleh : 

Qn = 1,45 m3/dt

W = 0,004 m/dt karena diameter sedimen sebesar 0,07 mm

Page 81: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Waktu pembilasan 2 miggu sekali

Volume Kantong Lumpur

V = 0,0005 . Qn . T

= 0,0005 . 1,45 . (14 . 24 . 3600)

= 876,96 m3

`

Diambil B = 6

L = 54

Penentuan in

in = Kemiringan untuk eksploitasi normal, kantong sedimen hampir penuh)

- Vn diambil 0,4 m/dt untuk mencegah timbulnya vegetasi

- Ks = 40

An = (B + m.Hn)Hn

3,625 = (6 + 1. Hn)Hn

Hn = 0,5531

Page 82: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Penentuan is

is = Pembilasan Kantong Lumpur kosong, sediment didalam kantong berupa pasir kasar

Vs = Kecepatan pembilas diambil 1,4 m/dt

Page 83: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

Agar pembilas dapat dilakukan dengan baik, maka kecepatan aliran harus dijaga agar tetap subkritis.

PENAMPANG MUKA KANTONG LUMPUR

Page 84: Analisa Perhitungan Mikrohidro.doc

BAB VI

PENUTUP

6.1. KESIMPULAN

Setelah diselesaikannya penyusunan tugas irigasi dan bangunan air ini, yang meliputi teori dan perhitungan tentang

kebutuhan air irigasi, perencanaan jaringan dan saluran irigasi sampai pada perencanaan bendung dan

perlengkapannya, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :

a. Dalam perencanaan mengenai irigasi dan bangunan air sangat diperlukan data-data lapangan yang akurat,

sehingga dalam perencanaan dan perhitungan dapat menghasilkan desain yang optimal, yang pada akhirnya

bangunan yang dibuat dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan irigasi pada daerah yang

direncanakan serta ekonomis dari segi biaya namun tetap terjaga kualitas sehingga tidak terjadi hal-hal yang

diinginkan seperti meluapnya air keluar bendung, terjadinya erosi tanah akibat saluran air yang meluap dan

pembagian air disawah yang tidak merata.

b. Sistem irigasi untuk pengairan yang direncanakan dengan baik dan memperhatikan kebutuhan air tanaman akan

meningkatkan hasil produksi pertanian terutama pada tanaman padi yang bila diairi dengan mengandalkan curah

hujan hanya dapat tanam 2 kali dalam setahun dengan hasil dan kualitas yang kurang optimal, namun bila diairi

dengan sistim irigasi yang baik akan dapat tanam 3 kali dalam setahun dengan hasil padi yang optimal dan

berkualitas.

6.2. SARAN

a. Mata kuliah irigasi dan bangunan air sebaiknya ditambah sks nya agar ilmu tentang irigasi dan bangunan air dapat

diterima seluruhnya dan dapat serap dengan baik, sehingga benar-benar menghasilkan sumber daya manusia yang

mempunyai kompetensi tinggi.

b. Pada mata kuliah ini akan lebih baik bila dilakukan tinjauan lapangan sehingga lebih mengetahui sistim irigasi

yang direncanakan dengan baik dan tidak, yang pada akhirnya dapat meningkatkan serta memperbaiki sistim

jaringan irigasi yang ada.