analisa kavitasi pada back loading pump
TRANSCRIPT
Analisa Kavitasi Pada Back Loading Pump di PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit
BBM Teluk Kabung
(Sepriadi)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyaluran BBM oleh PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit BBM Teluk
Kabung kepada konsumen menggunakan sarana/fasilitas antara lain :
1. Mobil tanki (Loading Truck).
Mobil tanki ini digunakan untuk penyaluran BBM ke SPBU (Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum), industri-industri wilayah Sumatra Barat, konsinyasi/hubungan ke
wilayah UPms (Unit Pemasaran) II, dan konsumen industri daerah Riau.
2. Kapal tanker (Back Loading Ship)
Kapal tanker ini digunakan untuk penyaluran BBM ke Sibolga, Meulaboh, Kreung
Raya, Gunung Sitoli dan Bengkulu.
Dalam pelayanan konsumen PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit BBM Teluk
Kabung sangat memperhatikan kepuasan konsumennya melalui komitmen perusahaan
yaitu 5T “Tepat Mutu, Tepat Jumlah, Tepat waktu, Tepat Tujuan dan Tepat Keamanan”.
Maka dari itu perusahaan sangat memperhatikan peralatan-peralatan yang digunakan untuk
penyaluran BBM siap pakai, sehingga kepuasan pemegang saham, pelanggan, pekerja dan
masyarakat tetap terjaga.
Salah satu peralatan yang digunakan dalam penyaluran BBM tersebut adalah
menggunakan pompa sentrifugal yang digerakan dengan motor listrik. Pompa ini
digunakan untuk mengisap bahan bakar minyak (premium, solar, kerosin dan avtur) dari
tanki persedian/tanki timbun dan mendorongnya menuju marine loading arm/nozzle
(lampiran 1) yang terdapat di dermaga serta pada filling Shed (lampiran 2) di 16 titik
pengisian BBM.
Dalam penyaluran BBM ke kapal tanker terdapat permasalahan kerusakan,
sehingga pemindahan BBM dari tanki timbun ke kapal tanker tersebut mengalami
gangguan dan hambatan. Kerusakan ini terjadi pada bantalan poros pompa yang
mengalami getaran yang berlebihan, akibat dari pompa yang dioperasikan dalam keadaan
impeller pompa yang tidak seimbang karena impeller mengalami keausan. Hasil
pengamatan dilapangan menyimpulkan bahwa keausan yang terjadi pada impeller
disebabkan oleh pompa beroperasi dalam keadaan berkavitasi. Karena kavitasi sangat
merugikan, yaitu mengakibatkan turunnya kinerja pompa timbulnya getaran serta rusaknya
material pompa, maka gejala ini harus dicegah.
Melihat kondisi ini, penulis mengangkat judul “Analisa Kavitasi Pada Back
Loading Pump di PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit BBM Teluk Kabung”.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, akan dapat disimpulkan analisa pencegahan
dan alternatif penyelesaian untuk mengurangi tingkat kerusakan dari pompa tersebut.
Sehingga, diharapkan dengan adanya hasil pangamatan ini, akan dapat meningkatkan
kinerja dari pompa sebagai unit penyaluran BBM ke konsumen sehingga tepat mutu, tepat
jumlah, tepat waktu, tepat tujuan dan tepat keamanan.
1.2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek
1.2.1 Tujuan Umum
Kerja praktek adalah salah satu mata kuliah wajib 1 sks bagi mahasiswa (ITP)
dalam menyelesaikan pendidikan. Program Strata 1 (S1).
Pelaksanaan kerja praktek nantinya memberikan kesempatan kepada mahasiswa
mengenal dunia kerja sehingga dapat melakukan sebuah penelitian kecil yang ada
dilapangan dan dapat menerapkan atau mengaplikasikan langsung ilmu pengetahuan yang
didapat di kampus. Kerja praktek ini dilaksanakan dengan mengirim mahasiswa ke suatu
perusahaan atau industri yang telah ditentukan oleh mahasiswa tersebut dan
dikoordinasikan oleh ketua jurusan sesuai dengan bidang dan jurusannya masing-masing.
Dengan demikian tujuan secara umum dari kerja praktek ini antara lain :
1. Dapat melihat dan mengenal langsung keadaan sebenarnya dari suatu perusahaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan kerja praktek.
2. Dapat melihat secara langsung cara-cara melakukan suatu pekerjaan dari karyawan
yang terampil sesuai dengan bidangnya masing-masing.
3. Dapat melihat dan mencoba secara langsung cara-cara memperbaiki alat-alat,
menggunakan suatu alat, serta menggunakan alat keselamatan kerja yang ada di
perusahaan tersebut.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan kerja praktek, mahasiswa di wajibkan membuat laporan
tertulis kerja praktek yang telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan antara lain :
1. Menganalisa penyebab kavitasi pada pompa penyaluran BBM ke kapal tanker (Back
Loading) di PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit BBM Teluk Kabung.
2. Mencari alternatif penyelesaian masalah/solusi untuk pencegahan kavitasi pada pompa
penyaluran BBM ke kapal tanker (Back Loading) di PT. Pertamina (Persero) Terminal
Transit BBM Teluk Kabung.
1.3 Batasan Masalah
Agar penulisan laporan ini lebih terarah, maka batasan masalah penulisan ini adalah
analisa kavitasi di sisi hisap pompa berdasarkan instalasi yang tersedia di lapangan seperti
pada analisa Tinggi Tekan Hisap (Net Positive Suction Head, NPSH).
BAB II
PT. PERTAMINA (PERSERO)
TERMINAL TRANSIT BBM TELUK KABUNG
2.1 Sejarah Umum Terminal Transit BBM Teluk Kabung
Dalam melaksanakan kegiatan pengangkutan bahan bakar minyak mulai dari kilang
hingga ke konsumen/masyarakat menggunakan sarana seperti, pipa-pipa peyaluran, kapal
tanker, mobil tangki dan sebagainya harus dijaga dengan ketat, supaya kualitas dan
kuantitas bahan bakar minyak mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.
Demikian juga sarana dan fasilitas yang berada/dimiliki oleh Pertamina, semuanya
harus selalu dibuat seefisien dan seefektif mungkin serta selalu mengantisipasi
pertentangan untuk masa yang akan datang.
Untuk mengantisipasi hal tersebut diatas maka Pertamina membangun terminal
transit-transit yang baru, diantarnya Terminal Transit BBM Teluk Kabung yang berlokasi
disebelah Barat pantai Sumatra. Hal tersebut diperlukan untuk memudahkan jangkauan
pola suplai dan distribusi BBM untuk daerah tersebut.
Lokasi Terminal Transit BBM Teluk Kabung terletak di Kelurahan Pasar Teluk
Kabung dan Kelurahan Koto sekarang menjadi satu kelurahan yaitu Kelurahan Teluk
Kabung Tengah Kecamatan Bungus Teluk Kabung KM. 24 jalan raya Padang – Painan
dari kota Padang dengan luas area ± 20 Ha, dibangun pada tahun 1993 dan diresmikan
pada 24 Mei 1994 oleh Mentri Pertambangan dan Energi saat itu bapak I.B Sujodna pada
saat itu Terminal Transit BBM Teluk Kabung berada diwilayah operasi Pertamina UPPDN
(Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negri) I cabang Padang.
Dengan telah berlakunya Undang-Undang Migas No. 22 tahun 2001, maka
Pertamina menjadi PT. Pertamina (Persero) dan tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan
yang mengelola usaha perminyakan dan gas bumi (Migas). Setelah berlakunya perundang-
undangan ini kegiatan usaha Migas akan dapat dilaksanakan oleh beberapa badan usaha
seperti : BUMN, BUMD, koperasi, badan usaha swasta dan usaha kecil.
Bagi PT. Pertamina (Persero) dalam menanggapi berlakunya undang-undang migas
tersebut harus segera mungkin mempersiapkan diri dan mengoptimalkan semua sumber
daya yang dimiliki untuk meraih kesuksesan dalam bisnis migas ini, sebab bisnis migas ini
telah dilaksanakan oleh PT. Pertamina (Persero) sangat diyakini mempunyai kemampuan
sangat baik dimasa yang akan datang dengan tingkat kebutuhan bahan bakar minyak oleh
masyarakat khususnya sektor transportasi, rumah tangga, maupun industri-industri terus
meningkat seiring dengan berkembangnya laju pertumbuhan pembangunan.
PT. Pertamina (Persero) dituntut selalu siap memenuhi dan menyesuaikan
berdasarkan permintaan pasar yang ada, bahkan tidak menutup kemungkinan bisnis energi
alternatif yang lain juga akan merupakan peningkatan didalam meraih kesuksesan demi
tujuan bisnis atau usahanya.
2.2 Kegiatan Utama Terminal Transit BBM Teluk Kabung
Kegiatan utama dari Terminal Transit BBM Teluk Kabung adalah sistem
pendistribusian, yang meliputi :
1. Distribusi : penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM
2. Teknik : sarana penunjang untuk kelancaran distribusi
3. Laboratorium : sarana penunjang dalam pengawasan dan pengendalian mutu BBM
4. LK3 : penunjang didalam kesehatan dan keselamtam kerja terutama
dalam pencemaran darat, sungai dan laut
5. Administrasi : menunjang kegiatan kalancaran operasi dan menyangkut
kebutuhan SDM
6. Security : menunjang pelaksanaan operasi dalam bidang keamanan.
2.3 Sarana dan Fasilitas Penyaluran BBM di Terminal Transit BBM Teluk Kabung
Untuk penyaluran atau mendistribusikan BBM kepada konsumen di Terminal
Transit BBM Teluk Kabung, saat ini meliputi :
Dermaga II umtuk penyaluran konsinyasi atau disebut back loading ke seafed yang
lengkap dengan peralatan Marine Loading Arm (MLA) dan turbin flow meter untuk
memonitor banyaknya penyaluran produk premium, kerosin, solar dan avtur.
Dermaga I untuk penyaluran back loading juga apabila di dermaga II sedang ada
kegiatan penyaluran BBM.
Dermaga ringan untuk bunker service produk solar.
Filling shed untuk penyaluran kepada konsumen dengan mobil tangki untuk produk
premium, solar, kerosine dan avtur.
Penyaluran dengan mobil tangki di Filling Shed mempunyai satu (1) bangsal
pengisian mobil tangki dengan perincian sebagai barikut :
- Untuk produk avtur : 1(satu) bay pengisian
- Untuk produk premium : 2 (dua) bay pengisian
- Untuk produk kerosine : 3 (tiga) bay pengisian
- Untuk solar : 4 (empat) bay pengisian
Kapasitas pompa di filling shed adalah sebagai berikut :
- Ponpa premium dengan kapasitas : 120 kl/jam
- Pompa kerosine dengan kapasitas : 180 kl/jam
- Pompa solar dengan kapasitas : 240 kl/jam
- Pompa avtur dengan kapasitas : 60 kl/jam
2.3.1 Pola Suplai dan Distribusi BBM di Terminal Transit BBM Teluk Kabung.
Yang dimaksud dengan pola suplai dan disribusi adalah kegiatan penerimaan BBM
dari kilang ke tangki penimbunan selanjutnya disalurkan kepada konsumen dengan
menganut manajemen 5T, meliputi produk avtur, premium, solar dan kerosine.
Penyaluran kepada konsumen dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penyaluran langsung yaitu melalui mobil tangki melayani kebutuhan BBM untuk SPBU
dan industri di wilayah Sumatra Barat. Penyaluran tidak langsung yaitu melakukan
konsinyasi/permintaan dengan back loading untuk produk premium, kerosine dan solar ke
seafet depot di Pesisir Barat pulau Sumatra antara lain :
Depot Sibolga
Depot Gunung Sitoli
Depot Meulaboh
Depot Sabang
Depot Krueng Raya
Depot pulau Baai/Bengkulu
Depot Panjang/Lampung
Untuk produk avtur melakukan konsinyasi ke Tabing Padang dan Bendara
Internasional Minangkabau.
2.3.2 Penerimaan Bahan Bakar Minyak
Terminal Transit BBM Teluk Kabung mendapat suplai bahan bakar minyak dari
kilang dalam negri, antara lain :
Kilang Plaju
Kilang Dumai
Kilang Cilacap
Diangkut dengan kapal tanker dengan kapasitas :
Untuk produk avtur s/d kapasitas 6.500 DWT, dilakukan pembongkaran di dermaga II.
Untuk produk premium, kerosin, solar s/d kapasitas 35.000 DWT (Dead Weigth Ton)
dilalukan pembongkaran di dermaga I.
Dermaga penerimaan/pembongkaran terdiri dari 2 (dua) buah dermaga khusus yaitu
Dermaga I
Ukuran : 33 M X 23 M
Konstruksi : Beton cor bertulang
Kapsitas sandar : 6.500 s/d 35.000 DWT
Fungsi :Untuk penerimaan dan penyaluran (Back Loading) produk
Premum, solar dan kerosine.
Dermaga II
Ukuran : 25 M X 20 M
Konstruksi : Tiang pancang diatasnya beton cor bertulang
Kapsitas sandar : 3.500 s/d 6.500 DWT
Fungsi : untuk penerimaan produk avtur
Fasilitas dermaga tersebut dilengkapi dengan Bresthing Dolphin, rubber, fender,
mooring post, bitt bollard, trestle, cat walk dan marine loading arm (lampiran 3).
Dermaga ringan
Ukuran : 4,7 M X 4,5 M
Konstruksi : Beton cor bertulang
Kapsitas sandar : 1000 DWT
Fungsi : Untuk bungker kapal ringan
Tabel 2.1. fasilitas dermaga di TT. BBM Teluk Kabung
Keterangan Kapasitas
(DWT)
Jumlah MLA
(Unit) Fungsi Produk
Dermaga I 6.500-
35.000
3x 6‟‟ Penerimaan P.K.S
1x 6‟‟ Bungker Solar
Dermaga II 3.500-6.500 3x 10‟‟ Back Loading P.K.S
1x 4‟‟ Penerimaan Solar
Dermaga Ringan 1.000 - Bungker Solar
2.3.3 Pipa Penerimaan
Pipa penerimaan di Terminal Transit BBM Teluk Kabung digunakan untuk sarana
transportasi BBM dari kapal tangker ke tangki timbun..
Table 2.2. data pipa penerimaan.
Dari ke Dimensi Untuk
produk Inchi Panjang (meter)
Dermaga I ke Road Crossing 12 719,84 Premium
Dermaga I ke Road Crossing 12 803 Kerosine
Dermaga I ke Road Crossing 12 759,83 solar
Road Crossing ke tangki timbun 18 647 premium
Road Crossing ke tangki timbun 18 517,40 Kerosine
Road Crossing ke tangki timbun 18 655,07 solar
Dermaga II ke tangki timbun 8 1.164,19 avtur
Sistem perpipaan yang dipakai yaitu sistem produk in line artinya untuk satu pipa
digunakan satu produk saja, kecuali jika ada perbaikan dapat juga dengan sistem multi
purpose.
Standar pipa yang dipakai yaitu, ASTM AS3 Grade B Schedule 40, Carbon Steel.
Ukuran pipa yang digunakan dari dermaga ke tangki timbun besarnya bervariasi antara
8‟‟ s/d 18‟‟. Sedang kapasitas aliran (Flow Rate) maksimal 1.500 KL/jam dengan
tekanan ± 7,25 kg/cm2 pada produk premium, kerosine dan solar. Sedang untuk avtur Flow
Rate rata-rata maksimal 600 KL/jam dengan tekanan ± 6 kg/cm2.
2.3.4 Sarana dan Fasilitas Penimbun
Untuk menunjang kegiatan penerimaan dan penyaluran BBM dalam memenuhi
kebutuhan wilayah kerjanya, diperlukan fasilitas tangki timbun yang memadai (lampiran
4), sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar, aman dan optimal.
Standar tangki yang dipakai adalah standar API 650, tangki tegak jenis BNC. Pada
tangki-tangki tersebut dilengkapi dengan peralatan :
Breather valve
Lubang ukur
Hand rail
Stair case
Dip plate
Drain valve
Grounding
Juga dilengkapi peralatan otomasi tank gauging (dapat di monitor di contol room)
yang berfungsi mengukur :
Ketinggian cairan
Temperature cairan
Level arm
S.G
Tabel 2.3. Data Tangki Timbun di TT. BBM Teluk Kabung
No.
Tangki Produk
Safe Capasity
(KL)
Jumlah
(KL)
Bentuk
Atap
Jenis
Sambungan
1-A Solar 24.655 49.324
C Las
1-B Solar 24.669 C Las
2-A Premium 12.559 25.124
C Las
2-B Premium 12.565 C Las
3-A Kerosine 12.553 25.112
C Las
3-B Kerosine 12.559 C Las
4-A Avtur 2.417 4.835
C Las
4-B Avtur 2.418 C Las
5 Balas 1.993. 1.993 C Las
2.3.5 Fasilitas fire, Safety dan Lingkungan
1 Pompa PMK
1 unit kapasitas 450 m3 / jam
2 unit kapasitas 225 m3 / jam
1 unit kapasitas 112 m3 / jam
2 Pompa air pemadam
3 Api separator 2 unit
4 Jebakan minyak 3 unit
5 Kolam pemadam kapasitas 2.400 m3 / jam
6 Racun api 350 lbs, 150 lbs dan 20 lbs
7 Foam liquid dan dispersant
8 Nozzel
2.3.6 Fasilitas Lainnya
Tenaga listrik dan penerangan
1 Tenaga listrik PLN 1200 KVA / 3 phase
2 Generator set (gen set) 2 unit dengan kapasitas 500 KVA dan 1 unit dengan kapasitas
125 KVA.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN KASUS
3.1. Interprestasi Data dan Informasi
3.1.1. Unjuk kerja Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal merupakan salah satu peralatan yang paling sederhana dalam
berbagai proses pabrik. Gambar 3.1 memperlihatkan bagaimana pompa jenis ini
beroperasi.
Gambar 3.1. Lintasan Aliran Cairan Pompa Sentrifugal (Sahdev M)
Pompa sentrifugal mempunyai sebuah baling-baling yang disebut dengan impeller.
Fungsi dari impeller yaitu untuk mengangkat zat cair dari suatu tempat ke tempat lain
dengan cara memberikan kerja kepada zat cair sehingga energi yang dikandungnya
menjadi bertambah besar.
Kerja yang diberikan impeler kepada zat cair berasal dari energi mekanis poros
pompa sedangkan poros pompa mendapat daya dari motor listrik sehingga impeller dapat
berputar seiring putaran poros pompa, pada saat impeller berputar, fluida/cairan dihisap
melalui mata (eye), maka zat cair yang ada di dalam impeler, oleh dorongan sudu-sudu ikut
berputar juga. Proses ini menimbulkan gaya sentrifugal sehingga zat cair mengalir dari
tengah impeler ke luar melalui saluran di antara sudu-sudu, keadaan ini menaikan head
tekanan zat cair dan head kecepatan.. zat cair yang keluar dari impeller ditampung oleh
saluran berbentuk volut (spiral) di sekililing impeller dan di salurkan ke luar pompa
melalaui Discharge nozzle.
Dengan demikian pompa sentrifugal termasuk dalam golongan mesin kerja yaitu
mesin fluida yang berfungsi mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial
fluida. Energi inilah yang mengakibatkan pertambahan head tekanan, head kecepatan, dan
head potensial pada zat cair yang mengalir secara kontinyu.
3.1.2. Komponen Utama Pompa Sentrifugal
Komponen utama dari pompa sentrifugal terlihat pada Gambar 3.2 dan diterangkan
dibawah ini:
Komponen berputar : impeller yang disambungkan ke sebuah poros
Komponen diam (statis) : casing, penutup casing, dan bearings.
Gambar 3.2. Komponen Utama Pompa Sentrifugal (Sahdev)
Pompa ini memepunyai komponen sedemikian rupa hingga aliran zat cair yang
keluar dari impeller akan melalui sebuah bidang tegak lurus poros pompa. Impeller
dipasang pada satu ujung poros, dan pada ujung yang lain dipasang kopling untuk
meneruskan daya dari penggerak (Lampiran 5). Poros ditumpu oleh dua buah bantalan
dan sebuah Packing atau perapat dipasang pada bagian rumah yang ditembus poros, untuk
mencegah fluida membocor keluar atau udara masuk kedalam pompa. Namun selain
Packing juga dapat digunakan perapat mekanis yaitu Mechanical Seal (lampiran 6).
a) Impeler
Impeler merupakan cakram bulat dari logam dengan lintasan untuk aliran fluida
yang sudah terpasang. Impeler biasanya terbuat dari perunggu, polikarbonat, besi tuang
atau stainless steel, namun bahan-bahan lain juga digunakan. Sebagaimana kinerja pompa
tergantung pada jenis impelernya, maka penting untuk memilih rancangan yang cocok dan
mendapatkan impeler dalam kondisi yang baik.
Jumlah impeler menentukan jumlah tahapan pompa. Pompa satu tahap memiliki
satu impeller dan sangat cocok untuk layanan head (tekanan) rendah. Pompa dua tahap
memiliki dua impeler yang terpasang secara seri untuk layanan head sedang. Pompa multi-
tahap memiliki tiga impeler atau lebih terpasang seri untuk layanan head yang tinggi.
Impeler dapat digolongkan atas dasar:
Arah utama aliran dari sumbu putaran: aliran radial, aliran aksial, aliran
campuran
Jenis hisapan: hisapan tunggal dan hisapan ganda
Bentuk atau konstruksi mekanis:
- Impeler yang tertutup memiliki baling-baling yang ditutupi oleh mantel ( penutup)
pada kedua sisinya (Gambar 3.3). Biasanya digunakan untuk pompa air, dimana
baling-baling seluruhnya mengurung air. Hal ini mencegah perpindahan air dari
sisi pengiriman ke sisi penghisapan, yang akan mengurangi efisiensi pompa.
Dalam rangka untuk memisahkan ruang pembuangan dari ruang penghisapan,
diperlukan sebuah sambungan yang bergerak diantara impeler dan wadah pompa.
Penyambungan ini dilakukan oleh cincin yang dipasang diatas bagian penutup
impeler atau dibagian dalam permukaan silinder wadah pompa.
- Impeler terbuka dan semi terbuka (Gambar 3.3) kemungkinan tersumbatnya kecil.
Akan tetapi utnuk menghindari terjadinya penyumbatan melalui resirkulasi
internal, volute atau back-plate pompa harus diatur secara manual untuk
mendapatkan setelan impeler yang benar.
- Impeler pompa berpusar/vortex cocok untuk bahan-bahan padat dan berserabut
akan tetapi pompa ini 50% kurang efisien dari rancangan yang konvensional.
Gambar 3.3. Konstruksi Impeller (Sahdev M)
b) Batang torak/poros
Batang torak memindahkan torque dari motor ke impeler selama startup dan
operasi pompa.
c) Wadah
Fungsi utama wadah adalah menutup impeler pada penghisapan dan pengiriman
pada ujung dan sehingga berbentuk tangki tekanan. Tekanan pada ujung penghisapan dapat
sekecil sepersepuluh tekanan atmosfir dan pada ujung pengiriman dapat dua puluh kali
tekanan atmosfir pada pompa satu tahap. Untuk pompa multi-tahap perbedaan tekanannya
jauh lebih tinggi. Wadah dirancang untuk tahan paling sedikit dua kali tekanan ini untuk
menjamin batas keamanan yang cukup.
Fungsi wadah yang kedua adalah memberikan media pendukung dan bantalan
poros untuk batang torak dan impeler. Oleh karena itu wadah pompa harus dirancang untuk
:
Memberikan kemudahan mengakses ke seluruh bagian pompa untuk pemeriksaan,
perawatan dan perbaikan.
Membuat wadah anti bocor dengan memberikan kotak penjejal.
Menghubungkan pipa-pipa hisapan dan pengiriman ke flens secara langsung.
Mudah dipasang dengan mudah ke mesin penggerak (motor listrik) tanpa kehilangan
daya.
Gambar 3.4. Potongan sebuah pompa yang
memperlihatkan Wadah Volute (Sahdev)
Gambar 3.5. Wadah Padat
(Sahdev)
Terdapat dua jenis wadah sebagai berikut :
Wadah volute (Gambar 3.4) memiliki impeler yang dipasang dibagian dalam wadah.
Salah satu tujuan utamanya adalah membantu kesetimbangan tekanan hidrolik pada
batang torak pompa.
Wadah bulat memiliki baling-baling penyebaran stasioner disekeliling impeler yang
mengubah kecepatan menjadi energi tekanan. Wadah tersebut banyak digunakan untuk
pompa multi-tahap. Wadah dapat dirancang sebagai :
- Wadah padat (Gambar 3.5) : seluruh wadah dan nosel dimuat dalam satu cetakan
atau potongan yang sudah dibuat pabrik pembuatnya.
- Wadah terbelah : dua bagian atau lebih disambungkan bersama. Bilamana bagian
wadah dibagi oleh bidang horisontal, wadahnya disebut terbelah secara horizontal
atau wadah yang terbelah secara aksial.
3.1.3. Terminologi Pada Pompa
A. Kapasitas
Kapasitas (Q) biasanya dinyatakan dalam gallon per menit (gpm). Karena cairan
tidak dapat dimampatkan, ada hubungan langsung antara kapasitas di pompa dan kecepatan
aliran. Hubungan tersebut terlihat sebagai berikut:
Q = 449 (A) V atau V = (A) 449
Q …(3.1)
Dimana :
A = area pipa atau conduit feet persegi.
V = kecepatan aliran dalam feet per detik.
Q = Kapasitas dalam gallon per menit
Atau secara umum dituliskan :
Q = (π/4. D2 ). V …(3.2)
Dimana :
D = Diameter Pipa
B. Tahanan Sistem : head
Pengertian Head adalah :
Head merupakan energi yang terkandung suatu fliuda atau kemampuan fluida untuk
melakukan kerja, diukur dalam satuan feet atau meter.
Ketinggian pada mana kolom fluida harus naik untuk memperoleh jumlah energi yang
sama dengan yang dikandung oleh suatu satuan bobot fluida pada kondisi yang sama.
Tekanan diperlukan untuk memompa cairan melewati sistim pada laju tertentu.
Tekanan ini harus cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sistim, yang juga disebut “head”.
Head total merupakan jumlah dari head statik dan head gesekan/ friksi.
a) Head statik (hst)
Head statik merupakan perbedaan tinggi antara sumber dan tujuan dari cairan yang
dipompakan (lihat Gambar 3.6a). Head statik merupakan aliran yang independen (lihat
Gambar 3.6b).
Gambar 3.6a. Head Statik Gambar 3.6b. Head Statik Versus Aliran
Tekanan suatu fluida dapat diasumsikan sebagai tekanan (P) pada suatu kolom
vertikal berisi fluida dimana karena pengaruh beratnya memberikan tekanan yang
sebanding dengan tekanan di semua titik. Tinggi kolom (Tk) ini disebut head statik dan
ditampilkan dalam satuan feet atau meter. Head statik atas suatu tekanan tertentu
bergantung pada berat fluida menurut rumus berikut:
Head Statik =SG
31,2)(P Psi ... (3.3)
Sebuah pompa sentrifugal menciptakan kecepatan fluida. Energi kecepatan ini
kemudian ditransformasikan ke energi tekanan saat fluida lepas dari pompa. Oleh
karenanya, head yang tercipta bisa dikatakan sebanding dengan energi kecepatan impeller.
Hubungan ini diwujudkan pada rumus yang sangat dikenal yaitu:
H = 2g
V 2
... (3.4)
Dimana :
H = Head total dalam feet atau meter
V = Kecepatan impeller dalam feet/detik.
g = 32,2 feet/detik2
Kita bisa memperkirakan head sebuah pompa sentrifugal dengan menghitung
kecepatan impeller dan memasukannya pada rumus di atas. Rumus yang bisa dipakai untuk
kecepatan tersebut adalah:
V = 229
DRPM ...(3.5)
Dimana :
D = Diameter Impeller dalam satuan inchi.
V = Kecepatan dalam feet/detik.
Head statik terdiri dari:
Head hisapan statis\Static Suction (hs): dihasilkan dari pengangkatan cairan relatif
terhadap garis pusat pompa. Hs nilainya positif jika ketinggian cairan diatas garis pusat
pompa (lihat Gambar 3.7), dan negatif jika ketinggian cairan berada dibawah garis
pusat pompa (lihat Gambar 3.8) juga disebut “pengangkat hisapan”.
Head pembuangan statis (hd): jarak vertikal antara garis pusat pompa dan permukaan
cairan dalam tangki tujuan.
Gambar 3.7. Suction Lift : Menunjukkan besaran Head Statis dalam sebuah sistem
pemompaan dimana pompa terletak di posisi lebih tinggi dari tangki tempat penghisapan.
(Static Suction Lift)
Gambar 3.8. Suction Head : Menunjukkan Head Static di sebuah sistem pemompaan
dimana pompa terletak lebih rendah dari tangki hisap. (Static Suction Head)
Sumber : Mechseal Indonesia
Suction Head terjadi saat sumber suplai di atas garis tengah pompa. Jadi Static
Suction Head adalah jarak vertikal dalam satuan feet atau meter dari garis tengah pompa
hingga ketinggian fluida yang dipompa.
b). Head Kecepatan (hv)
Head Kecepatan (velocity head, hv) adalah head yang sebanding dengan energi
cairan sebagai akibat adanya alirannya dengan kecepatan V. Atau ketinggian yang
diperlukan sehingga cairan yang mengalir dari ketinggian tersebut akan memiliki
kecepatan sebesar V.
Untuk cairan yang mengalir dengan kecepatan V maka hv adalah :
Head kecepatan = hv = 2g
V 2
…(3.6)
Dimana :
g = gravity (32,2 ft/sec2 atau 9,8 m/sec2)
V = kecepatan aliran (ft/sec atau m/sec)
c). Head Tekanan (hp)
Kondisi tekanan dalam tangki yang tidak sama dengan tekanan atmosfir dikenal
sebagai Head Tekanan ( Pressure Head).
Head Tekanan = hp = Gravity Spesific
31,2Psi)(Tekanan (feet) ...(3.7)
3.1.4. Head Gesekan\ friksi
Head Friksi (Friction Head, hf) adalah head yang dibutuhkan untuk mengatasi
tahanan aliran pada pipa dan sambungan.
A. Head kerugian gesek didalam pipa (Mayor Losses)
Untuk menghitung kerugian gesek didalam pipa dapat dipakai rumus berikut ini :
hfl = g2
V
D
L 2
f …(3.8)
Dimana :
V = kecepatan rata-rata fluida
L = panjang pipa
D = diameter pipa
f = faktor gesekan didapat dari bilangan Reynold
B. Head kerugian gesek akibat belokan, katup (Minor Losses)
Untuk menghitung kerugian gesek akibat belokan, katup dan sebagainya digunakan
rumus seperti dibawah ini :
hm = g2
Vk
2
…(3.9)
Dimana : k = kooefisien gesek
3.1.5. Angka Reynold
Angka Reynold adalah suatu bilangan tanpa satuan untuk membandingkan aliran
fluida pada kondisi kecepatan, kekentalan, densitas dan ukuran satuan yang berbeda untuk
saluran yang berbentu sama. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :
Re =
DV dan
D
...(3.10)
Dimana :
V = kecepatan aliran fluida pipa hisap (m/s)
D = diameter pipa hisap (m)
= viskositas kinematik fluida (m2/s)
Σ = kekasaran bahan pipa.
Perlu diingat bahwa pada fluida ada 3 kondisi aliran yaitu :
a) Aliran tenang (Laminer) yaitu suatu kondisi aliran fluida di dalam pipa dengan
kecepatan rendah sehingga partikel-partikel dan kecepatan fluida akan mempunyai
besaran dan arah yang konstan, Re< 2300.
b) Aliran bergolak (Turbulent) yaitu suatu kondisi aliran fluida dalam pipa dengan
kecepatan tinggi, Re > 4000
c) Aliran transsi, yaitu suatu kondisi aliran fluida dalam pipa dengan kondisi antara aliran
laminer dan turbulent, 2300<Re<4000.
3.1.6. Kavitasi
A. Pengertian
Kavitasi adalah fenomena perubahan phase uap dari zat cair yang sedang mengalir,
karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya. Pada pompa bagian
yang sering mengalami kavitasi adalah sisi isap pompa. Hal ini terjadi jika tekanan isap
pompa terlalu rendah hingga dibawah tekanan uap jenuhnya.
Kavitasi dinyatakan dengan cavities atau lubang di dalam fluida yang kita pompa.
Lubang ini juga dapat dijelaskan sebagai gelembung-gelembung, maka kavitasi sebenarnya
adalah pembentukan gelembung-gelembung dan pecahnya gelembung tersebut.
Gelembung terbentuk tatkala cairan mendidih. Hati-hati untuk menyatakan mendidih itu
sama dengan air yang panas untuk disentuh, karena oksigen cair juga akan mendidih dan
tak seorang pun menyatakan itu panas.
Mendidihnya cairan terjadi ketika ia terlalu panas atau tekananya terlalu rendah.
Pada tekanan permukaan air laut 1 bar (14,7 psia) air akan mendidih pada suhu 212 oF (100
oC). Jika tekanannya turun air akan mendidih pada suhu yang lebih rendah. Ada tabel yang
menyatakan titik didih air pada setiap suhu yang berbeda. Sebagai contoh dapat dilihat
tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Titik didih air
Satuan tekanan di sini yang digunakan adalah absolute bukan pressure gauge, ini
jamak dipakai tatkala kita berbicara mengenai sisi isap pompa untuk menghindari tanda
minus. Maka saat menyebut tekanan atmosfir nol, kita katakan 1 atm sama dengan 14,7
psia pada permukaan air laut dan pada sistim metrik kita biasa memakai 1 bar atau 100
kPa.
B. Ciri-ciri Terjadinya Kavitasi
Gambar 3.9. Kavitasi pada pompa
Secara umum, ciri-ciri terjadinya kavitasi diklasifikasikan atas 5 alasan dasar :
1. Penguapan (Vaporisation).
Fluida menguap bila tekanannya menjadi sangat rendah atau temperaturnya
menjadi sangat tinggi. Setiap pompa sentrifugal memerlukan head (tekanan) pada sisi isap
untuk mencegah penguapan.
2. Masuknya Udara Luar ke Dalam System (Air Ingestion)
Pompa sentrifugal hanya mampu meng‟handle‟ 0.5% udara dari total volume.
Lebih dari 6% udara, akibatnya bisa sangat berbahaya, dapat merusak komponen pompa.
Udara dapat masuk ke dalam system melalui beberapa sebab, antara lain :
Dari packing stuffing box (Bagian A - Lihat Gamba 9). Ini terjadi, jika pompa dari
kondensor, evaporator atau peralatan lainnya bekerja pada kondisi vakum.
Letak valve di atas garis permukaan air (water line).
Flens (sambungan pipa) yang bocor.
Tarikan udara melalui pusaran cairan (vortexing fluid).
Gambar 3.10. Vortexing Fluid
Jika „bypass line’ letaknya terlalu dekat dengan sisi isap, hal ini akan menambah
suhu udara pada sisi isap.
Berkurangnya fluida pada sisi isap, hal ini dapat terjadi jika level cairan terlalu
rendah.
Keduanya, baik penguapan maupun masuknya udara ke dalam system berpengaruh
besar terhadap kinerja pompa yaitu pada saat gelembung-gelembung udara itu pecah ketika
melewati „eye impeller‟(Bagian G - Lihat Gambar 3.9) sampai pada sisi keluar (Sisi
dengan tekanan yang lebih tinggi). Terkadang, dalam beberapa kasus dapat merusak
impeller atau casing. Pengaruh terbesar dari adanya jebakan udara ini adalah berkurangnya
kapasitas pompa.
3. Sirkulasi Balik di dalam System (Internal Recirculation)
Kondisi ini dapat terlihat pada sudut terluar (leading edge) impeller, dekat dengan
diameter luar, berputar balik ke bagian tengah kipas. Ia dapat juga terjadi pada sisi awal
isap pompa.
Efek putaran balik ini dapat menambah kecepatannya sampai ia menguap dan
kemudian „pecah‟ ketika melalui tempat yang tekanannya lebih tinggi. Ini selalu terjadi
pada pompa dengan NPSHA yang rendah.
4. Pergolakan Aliran (Turbulence)
Kita selalu menginginkan aliran fluida pada kecepatan yang konstan. Korosi dan
hambatan yang ada pada system perpipaan dapat merubah kecepatan fluida dan setiap ada
perubahan kecepatan, tekanannya juga berubah.
5.Vane Passing Syndrome
Kerusakan akibat kavitasi jenis ini terjadi ketika diameter luar impeller lewat
terlalu dekat dengan „cutwater‟ pompa. Kecepatan aliran fluida ini bertambah tatkala
alirannya melalui lintasan kecil tersebut, tekanan berkurang dan menyebabkan penguapan
lokal. Gelembung udara yang terbentuk kemudian pecah pada tempat yang memiliki
tekanan yang lebih tinggi, sedikit diluar alur cut water. Hal inilah yang menyebabkan
kerusakan pada volute (rumah keong) pompa.
Gambar 3.11. Cut water.
C. Pengaruh Kavitasi
Pengaruh kavitasi secara umum adalah sebagai berikut :
Berkurangnya kapasitas pompa
Ini terjadi karena gelembung-gelembung udara banyak mengambil tempat
(space), dan kita tidak bisa memompa cairan dan udara pada tempat dan waktu yang
sama. Otomatis cairan yang kita perlukan menjadi berkurang. Jika gelembung itu besar
pada eye impeller, pompa akan kehilangan pemasukan dan akhirnya perlu priming
(tambahan cairan pada sisi isap untuk menghilangkan udara).
Berkurangnya head (pressure)
Gelembung-gelembung tidak seperti cairan, ia bisa dikompresi (compressible).
Nah, hasil kompresi inilah yang menggantikan head, sehingga head pompa sebenarnya
menjadi berkurang. Pembentukan gelembung pada tekanan rendah karena mereka tidak
biasa terbentuk pada tekanan tinggi. Kita harus selalu ingat bahwa jika kecepatan fluida
bertambah, maka tekanan fluida akan berkurang. Ini artinya kecepatan fluida yang
tinggi pasti didaerah bertekanan rendah. Ini akan menjadi masalah setiap saat jika ada
aliran fluida melalui pipa terbatas, volute atau perubahan arah yang mendadak.
Keadaan ini sama dengan aliran fluida pada penampang kecil antara ujung impeller
dengan volute cut water.
Terbentuknya gelembung-gelembung udara pada area bertekanan rendah di dalam
selubung pompa (volute)
Suara bising saat pompa berjalan.
Kerusakan pada impeller atau selubung pompa (volute).
Pemeriksaan terhadap kavitasi pompa yang dirancang digunakan untuk memompa
minyak tanah (kerosine) pada suhu 100˚F pada tekanan atmosfer 14,7 Psi. Salah satu cara
yang digunakan untuk memeriksa kavitasi adalah menentukan Net Positive Suction Head
Available/yang tersedia (NPSHA). Pompa terhindar dari kavitasi jika NPSHA lebih besar
daripada NPSHR.
3.1.7. Tinggi Tekan Hisap (Net Positive Suction Head, NPSH)
A. NPSH Available (NPSH A)
NPSHA adalah NPSH dari sistem dimana pompa akan dipasang dan dioperasikan.
Harganya ditentukan oleh head suction atau lift suction, head friksi, dan seterusnya.
NPSHA juga merupakan selisih antara head cairan saat berada disisi hisap pompa dengan
tekanan uapnya yang dinyatakan dalam satuan feet absolut.
NPSHA= Tekanan atmosfir (dikonversikan ke head) + head suction statik
+ head pressure – tekanan uap cairan – head friksi …(3.11)
Pada prakteknya, persamaan diatas disesuaikan dengan kondisi sistem dimana
pompa akan dipasang dan dioperasikan.
Perhitungan NPSHA pada sistem tangki terbuka.
Terbuka
hf P
hst
hst
P
hf
NPSHA = head Tekanan Atm (P) - hst NPSHA = head Tekanan Atm (P) + hst
- hf – Tekanan uap cairan (hvpa) - hf – Tekanan uap cairan (hvpa)
Perhitungan NPSHA pada sistem tangki tertutup.
hf
hst
hst
hf
NPSHA = hp – hst – hf – hvpa NPSHA = hp + hst – hf – hvp a
Gambar 3.12. Perhitungan NPSHA tangki terbuka dan tertutup.
B. NPSHR
Harga NPSHA yang tersedia dapat di hitung dari kondisi instalasi pemasangan
pompa, sedangkan harga NPSHR yang diperlukan harus diperoleh dari pabrik pompa yang
diperlukan. Namun,untuk penafsiran secara kasar, Besarnya NPSHR dapat dihitung dengan
menggunakan koefisien kavitasi Thoma dengan rumus (Lazarkiewics, 1965) :
NPSHR = σ . H ...(3.12)
Dimana :
σ = koefisien kavitasi Thoma
H = head total pompa pada efisiensi maksimum (m)
Nilai koefisien kavitasi Thoma dapat dilihat pada Gambar.2.21 NPSH yang
diperlukan dari titik efisiensi tertinggi, (lit. Sularso dan Tahara hal. 46).
σ = H
HsvN
...(3.13)
Dimana :
HsvN = NPSH yang diperlukan dari titik efisiensi terbaik
H = head total pompa pada titik efisiensi maksimum
3.2. Data Kasus
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat semua informasi yang
menyangkut tentang pembahasan kasus ini, data-data yang diperoleh terdiri dari data-data
pompa, data-data sistem perpipaan yang terpasang di lapangan dan data cairan.
A. data-data pompa
Pompa : Worthington
Seri.no : w.3259-1
Type : 200-DS-552
Kapasitas pompa : 800 m3/jam
RPM : 1480
Daya pompa : 190 kw
TDH : 82 m
Tekanan kerja : 7,25 kg/cm2
NPSHR : 5,03 m
Diameter Impeler : 20 Inch
B. Data-data pipa
Standar pipa : ASTM A53 Grade B Schedule 40
Bahan pipa : Carbon steel
Panjang pipa hisap : 209,21 m
Diameter pipa hisap : 18 inchi
Sisi masuk (inlet) : Tajam
4 buah elbow hisap : 900
1 buah elbow hisap : 450
3 buah katub globe : Bukaan penuh
Sambungan T : 3 buah
Diameter tangki : 33 m
Tinggi tangki : 14,7 m
Kapasitas tangki : 12.500 kl
Bentuk atap : Closed (tertutup)
Tekanan dalam tangki : 0 Psig
C. Data Cairan
Fluida kerja : Minyak Tanah (Kerosine)
Temperatur : 100 0F
Viskositas Kinematik : 1,5 x 10-4
m2/s
SG : 0,85
Ketinggian cairan (hst): 14 m
3.3. Analisa Kasus
A. Analisa Kavitasi di Lapangan
Gambar 3.13. Instalasi pemasangan pompa dilapangan
Pemeriksaan terhadap kavitasi pompa yang dirancang sesuai instalasi dilapangan
digunakan untuk memompa minyak tanah (kerosine) pada suhu 100˚F pada tekanan
atmosfer 14,7 Psia. Salah satu cara yang digunakan untuk memeriksa kavitasi adalah
menentukan Net Positive Suction Head Available/yang tersedia (NPSHA). Pompa terhindar
dari kavitasi jika NPSHA lebih atau sama besar daripada NPSHR (NPSHA NPSHR).
Pada gambar 3.13. Terlihat jelas bahwa energi potensial ketinggian dari tangki akan
mengalirkan minyak ke dalam suction pompa. Energi ketinggian ditambah head tekanan di
dalam tangki akan memaksa minyak mengalir jika katub di suction pompa dibuka dan
pompa mulai dioperasikan. Gabungan energi ini akan dikurangi oleh hilang tekan
(kerugian Head) atau pressure drop sepanjang pipa suction karena efek adanya aliran,
termasuk penurunan tekanan di nozzle tangki dan di flange antara pipa dengan pompa serta
filter yang biasanya dipasang di suction pompa. Faktor lain yang mengurangi gabungan
energi penggerak adalah tekanan uap dari minyak tanah.
Hasil akhir dari pengurangan tersebut dikenal sebagai NPSHA. NPSHA atau Net
pressure suction head available adalah head yang tersedia di mata impeller yang nilainya
harus lebih besar dari NPSHR minimum yang dibutuhkan oleh pompa pada suatu laju alir
tertentu.
Jika minyak tanah diisap dari tangki tertutup seperti diperlihatkan dalam gambar
3.13, maka persamaan (3.11) menyatakan tekanan mutlak yang bekerja pada permukaan
zat cair di dalam tangki tertutup tersebut. Khususnya jika tekanan di atas permukaan zat
cair sama dengan tekanan uap jenuhnya, maka Pa = Pvpa sehingga persamaan (3.11) akan
menjadi :
NPSHA = hst – hf ...(3.14)
Perhitungan untuk NPSHA adalah sebagai berikut :
Dengan kecepatan aliran fluida rata-rata,
V = A
Q =
2
jam/ 3
)D)(4/(
800
m =
2
/3
)457,0)(4/(
2222,0
m
sm
= 2
/3
)4572,0)(785,0(
2222,0
m
sm
= 1,3548 m/s
Untuk mencari faktor gesekan pada pipa hisap f , berdasarkan daftar diagram
moody
Re =
DV = m2/s 4-105,1
4572,03548,1
m m/s
= 4129,43 = viskositas kinematik kerosin pada suhu
= 0,412 x 104 100
0 F adalah 1,5 x 10
-4 m
2/s ( Lit. sularso dan
Tahara Gb.21(a) Viskositas Hal. 25 )
Dan, D
=
mm
mm
2,457
26,0 Σ = kekasaran bahan pipa, 0,26 mm ( Lit. Munson,
= 0,000568 Mekanika Fluida, table 8.1, hal. 44)
Dari diagram Moody Re = 0,412 x 104 dan
D
= 0,000568 didapat harga,
f = 0.017, maka :
Mayor Losses adalah
hfl = g2
V
D
L 2
f = 2
2
)81,9(2
)3548,1(
457,0
21,209
m/s
m/s
m
m f
= 0,0172
2
)81,9(2
)3548,1(
457,0
21,209
m/s
m/s
m
m
= 0,0172
22
62,19
8354,1
457,0
21,209
m/s
/sm
m
m
= 0,728 m
Minor Losses
- belokan (elbow) 900
(K = 0,20) 4 buah 4 x 0,20 = 0,8
- belokan (elbow) 450
(K = 0,40) 1 buah 1 x 0,40 = 0,4
- sisi masuk tajam (K = 0,8) = 0,8
- pengecilan penampang secara mendadak (K= 0,3) = 0,3
- katub Globe, buakan penuh (K=10) 3 x 10 = 30
- sambungan T aliran cabang (K=1,0) 3 buah 3 x 1,0 = 3
Σ K = 35,3
hm = g2
VK
2
= 2
2
m/s 2(9,81)
)3548,1(3,35
m/s
= 3,30 m
Sehingga kerugian total head sepanjang pipa (hfs);
Hf = hfl + hm = 0,728 m + 3,30 m
= 4,03 m
NPSHA = hp + hst – hf – hvpa
= hst – hf
= 14 m – 4,03 m
= 9,97 m
Dalam kasus ini di dapat harga untuk NPSHA adalah 9,97 m dan dibandingkan
dengan NPSHR adalah 5,03 m, maka fenomena yang disebut sebagai kavitasi masih dapat
dihindarkan. Selanjutnya perhatikan Gambar 3.14 di bawah ini.
Gambar 3.14 Level minyak dalam tangki
Perhatikan pada level minyak dalam tanki. Minyak dalam tanki dipompa keluar
dari tanki menggunakan pompa. Sehingga level minyak dalam tanki akan turun melewati
h2, dimana pada kondisi ini NPSHA sistem tidak cukup sehingga menyebabkan pompa
mengalami kavitasi yang bisa merusak pompa tersebut. Pada operasi normal, level minyak
dalam tanki berada pada ketinggian antara h1 dan h2.
jika semakin turun nilai hst atau level minyak tanah/reservoir yang dipompa
semakin sedikit atau turun melewati h2 , dan NPSHA akan turun seiring dengan turunnya
reservoir tersebut, disinilah kavitasi itu terjadi dilapangan karena pompa dioperasikan
dalam keadaan level minyak tanah dalam tangki berada pada posisi Low Level.
Dan seterusnya, bagaimana pencegahan Kavitasi bila keadan level minyak tanah
dalam tangki berada pada posisi Low Level tersebut ?.
B. Analisa pencegahan kavitasi
Untuk pencegahan kavitasi penulis melakukan pendekatan dengan mengidentifikasi
penyebab terjadinya kavitasi pada pompa penyaluran bahan bakar minyak ke kapal tanker
(Back Loading) di Terminal Transit BBM Teluk Kabung yaitu level minyak tanah dalam
tangki berada pada posisi low level.
Solusi A – NPSHA instalasi di perbesar dengan cara:
1. Menurunkan posisi pompa/memperbesar static suction head (hst)
Untuk merencanakan hal tersebut diatas, digunakan analisa perhitungan seperti
dibawah ini :
Dari persamaan 3.14 Net Positive suction head yang tersedia, NPSHA yaitu :
NPSHA = hst – hf
harga untuk hst akan terpenuhi apabila NPSHA = NPSHR. Sehingga,
(hst) = - hf – NPSHR
Jadi harga static suction head ialah
(hst) = - hf – NPSHR = - 4,03 m – 5,03 m
= - 9,06 m
Agar pompa bekerja tanpa mengalami kavitasi pompa sebaiknya tidak diletakan
lebih atau kurang dari 9,06 m , titik h2, hal ini dapat memperbesar static suction head
menjadi 23,06 m dari instalasi yang ada dilapangan. Seperti terlihat pada gambar 3.15
dibawah ini.
Gambar 3.15. Posisi Pompa Setelah di turunkan
2. Menambah level Minyak tanah di tangki/meninggikan tangki
Perlu diketahui bahwa jika volume/permukaan bahan bakar di dalam tangki naik
atau berada pada kondisi High Level, maka NPSHA akan naik pula seiring dengan naiknya
volume bahan bakar didalam tangki tersebut. Sehngga NPSHA menjadi lebih besar dari
NPSHR (NPSHA>NPSHR), dalam kondisi ini pompa bekerja tanpa mengalami kavitasi.
3. Mengurangi head losses pada suction piping system.
Misalnya dengan mengurangi jumlah fitting, membersihkan striner, cek mungkin
venting/ventilasi (tangki tertutup).
4. Memperkecil kapasitas atau menurunkan kecepatan putar Impeller.
Solusi B – dipilih pompa yang NPSHRnya lebih kecil.
3.4 Alternatif Penyelesaian
Alternatif yang cocok untuk mengatasi kavitasi pada pompa penyaluran bahan
bakar minyak ke kapal tanker (Back Loading) di Terminal Transit BBM Teluk Kabung
adalah solusi B yaitu pilih pompa yang NPSHRnya lebih kecil. Pada sulosi A, adanya
perubahan posisi pompa seperti terlihat pada Ganbar 3.15. sehingga merobah sistem
instalasi yang ada dan ini tidak mungkin untuk dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka diakhir penulisan
Laporan Kerja Praktek (LKP) ini, penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain :
1. Dalam penyaluran BBM ke kapal tanker terdapat permasalahan kerusakan, sehingga
pemindahan BBM dari tanki timbun ke kapal tanker tersebut mengalami gangguan dan
hambatan. Kerusakan itu disebabkan oleh pompa menghisap udara (kavitasi).
2. Adanya gelembung-gelembung uap didalam aliran disebabkan oleh permukaan bahan
bakar minyak didalam tangki persedian/tangki timbun yang akan dipompa dekat
dengan mulut/lubang pipa masuk atau berada pada kondisi Low Level,, sehingga udara
bisa terisap oleh pompa.
3. kavitasi sangat merugikan, yaitu mengakibatkan turunnya kinerja pompa timbulnya
getaran serta rusaknya material pompa, maka gejala ini harus dicegah.
4. Agar pompa bekerja tanpa mengalami kavitasi berdasarkan kondisi diatas, Head Hisap
Statis (hst) adalah 9,06 m dari titik h2 atau permukaan minyak yang terendah (Low
Level) atau pilih pompa yang NPSHRnya lebih kecil .
4.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Sebelum pompa dioperasikan pastikan katub-katub yang berhubungan dengan pompa
sudah terbuka.
2. Pastikan semua peralatan yang berhubungan dengan pompa tidak bocor, bila bocor
udara bisa masuk ke dalam aliran sehingga dapat mengakibatkan perbedaan tekanan.
3. Gunakan Packing yang sesuai dengan working Pressure. Kerusakan Packing dibagian
pipa hisap akan menyebabkan pompa mengisap udara dan bila rusak dibagian pipa
tekan akan menyebabkan kebocoron.
4. Level minyak dalam tangki yang akan dipompa sesuai dengana operasi normal, pada
ketinggian antara h1 dan h2.
5. Pastikan operasi pompa sesuai dengan tekanan kerja pompa, yaitu 7,25 kg/cm2.